penggunaan teknik permainan simulasi untuk...
TRANSCRIPT
PENGGUNAAN TEKNIK PERMAiNAN SIMULASI UNTUK
MENINGKATKAN KONSENTRASI BELAJAR SISWA SMA
NEGERI 1 TENGARAN KELAS X IPS 1
ARTIKEL TUGAS AKHIR
Diajukan kepada program Bimbingan dan konseling
untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat guna
memperoleh gelar sarjana pendidikan
Oleh
Taufik Hermawan
132012034
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2017
PENGGUNAAN TEKNIK PERMAINAN SIMULASI UNTUK
MENINGKATKANKONSENTRASI BELAJAR SISWA SMA NEGERI 1
TENGARAN KELAS X IPS 1
Oleh : Taufik Hermawan
(Program Studi Bimbingan dan Konseling-FKIP-UKSW)
Pembimbing 1 Drs. Tritjahjo Danny Soesilo, M.Si., Pembimbing 2 Sapto Irawan,
S.Pd, M.Pd.
(Program Studi Bimbingan dan Konseling-FKIP-UKSW)
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui signifikasi teknik permainan
simulasi dalam meningkatkan konsentrasi belajar Siswa SMA Negeri 1 Tengaran
Kelas X IPS 1.. Penelitian ini dilaksanakan berdasar hasil pra penelitian ditemukan
Siswa kelas X IPS 1 SMA Negeri 1 Tengaran dengan kategori konsentrasi belajar
Sangat Rendah dan Rendah. Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian
eksperimen semu dengan desain penelitian pretest-posttest. Subjek penelitian adalah
12 Siswa kelas X IPS 1 SMA Negeri 1 Tengaran dan dibagi dalam dua kelompok
dengan teknik purposive random sampling yaitu kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol. Pengumpulan data dilakukan dengan memberikan kuisioner Konsentrasi
Belajar yang terdiri dari 56 item. Teknik analisis data menggunakan Mann Withney
dengan bantuan progam SPSS for windows release 16.0. Terdapat perbedaan yang
signifikan Konsentrasi Belajar Siswa SMA Negeri 1 Tengaran Kelas X IPS 1 pada
kelompok eksperimen setelah mengikuti treatment bimbingan kelompok dengan
teknik permainan simulasi dengan koefisien Asymp. Sig ( 2- tailed) sebesar 0,046 <
0,050 dan terdapat peningkatan mean rank kelompok eksperimen dari 2,00 menjadi
5,00. Dengan demikian hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa teknik
permainan simulasi dapat meningkatkan secara signifikan Konsentrasi Belajar Siswa
SMA Negeri 1 Tengaran Kelas X IPS 1.
Kata Kunci :Konsentrasi Belajar, Bimbingan Kelompok teknik Permainan Simulasi
PENDAHULUAN
Masalah yang saat ini banyak
dialami dikalangan siswa sekolah
menengah atas maupun sekolah
menengah pertama adalah konsentrasi
belajar. Kondisi ini dapat berkenaan
dengan keadaan pada diri siswa yaitu
berupa kelemahan-kelemahan yang
dimiliki siswa dan juga dapat
berkenaan dengan lingkungan yang
tidak menguntungkan bagi dirinya.
Kemampuan siswa untuk
berkonsentrasi penting pada saat
belajar maupun pada saat
menyelesaikan tugas-tugas yang
diberikan. Secara umum yang
dimaksud dengan konsentrasi adalah
suatu kemampuan seseorang untuk
bisa mencurahkan perhatian dalam
waktu yang relatif lama Firosalia,
(2007). Sedangkan seorang anak yang
dikatakan berkonsentrasi dalam belajar
adalah di mana ketika anak tersebut
bisa memusatkan perhatiannya pada
apa yang dipelajari. Dengan
berkonsentrasi, anak tidak mudah
mengalihkan perhatiannya pada
masalah lain di luar apa yang dia
pelajari. Semakin banyak informasi
yang diserap ketika dia mengikuti
pelajaran maka semakin baik pula
kemampuan konsentrasinya dalam
mengikuti proses pembelajaran.
Menurut Djamarah, (2008),
konsentrasi belajar adalah suatu
pemusatan fungsi jiwa terhadap suatu
objek, misalnya konsntrasi pikiran,
perhatian, dan sebagainya. Di dalam
belajar seorang siswa memerlukan
konsentrasi dalam perwujudan
perhatian yang terpusat pada materi
yang dipelajari agar apa yang
disampaikan mampu dipahami.
Sedangkan menurut Deny Hendrata,
(2007) konsentrasi merupakan sumber
kekuatan pikiran yang akan bekerja
berdasarkan daya ingat dan lupa.
Pikiran tidak dapat bekerja untuk lupa
dan untuk mengingat dalam waktu
yang bersamaan. Seseorang terkadang
sangat mudah melupakan sesuatu hal
karena daya konsentrasi terhadap apa
yang pernah dipahami tersebut mulai
berkurang, sedangkan orang yang
mempunyai konsentrasi yang baik
maka akan mengingat suatu hal dalam
waktu yang cukup lama. Slameto,
(2003) berpendapat bahwa dalam
belajar berkonsentrasi berarti
memusatkan pikiran terhadap suatu
mata pelajaran dengan
mengesampingkan segala hal lainya
yang tidak berhubungan dengan
pelajaran.
Beberapa permasalahan siswa
khususnya di SMA Negeri 1 Tengaran
seperti kurang tegasnya para guru
terhadap pemakaian handphone di
sekolahan terutama pada saat jam
pelajaran yang berdampak pada
kurangnya konsentrasi siswa terhadap
pelajaran. Kemudian masih kurangnya
kemauan siswa dalam memfokuskan
fikirannya terhadap pelajaran di kelas,
justru siswa lebih mudah terpengaruh
kondisi di luar kelas sehingga fikiran
mereka justru di luar mata pelajaran di
dalam kelas. Akibatnya pada saat
ulangan akhir atau test akhir mereka
kesulitan mengerjakan soal-soal yang
sebenarnya sudah pernah dipelajari
pada saat pelajaran berlangsung.
Permasalahan konsentrasi
belajar ini tidak hanya menjadi
tanggung jawab guru di bidang studi
saja tetapi juga menjadi tanggung
jawab guru pembimbing yaitu melalui
layanan bimbingan dan konseling, di
mana layanan ini akan sangat efektif
karena akan memahami lebih dalam
apa sebenarnya yang menjadi inti
permasalahan siswa tersebut. Beberapa
layanan-layanan di dalam bimbingan
dan konseling yang diadakan di
sekolah meliputi, layanan informasi,
orientasi, penyaluran dan penempatan,
konseling individu, konseling
kelompok dan bimbingan kelompok.
Tohirin (2008) mengemukakan
bahwa “layanan bimbingan kelompok
merupakan suatu cara memberikan
bantuan (bimbingan) kepada individu
(siswa) melalui kegiatan kelompok.
Dalam layanan bimbingan kelompok,
aktivitas, dan dinamika kelompok
harus diwujudkan untuk membahas
berbagai hal yang berguna bagi
pengembangan atau pemecahan
masalah individu (siswa) yang menjadi
peserta layanan. Sedangkan tujuan dari
bimbingan kelompok menurut Winkel
dan Sri Hastuti (2004) adalah
menunjang perkembangan pribadi dan
perkembangan sosial masing-masing
anggota kelompok serta meningkatkan
mutu kerja sama dalam kelompok
guna aneka tujuan yang bermakna bagi
para partisipan. Berdasarkan hal
tersebut, peneliti berupaya
meningkatkan konsentrasi belajar
siswa dengan melakukan layanan
bimbingan kelompok.
LANDASAN TEORI
Konsentrasi Belajar
Jika seorang siswa sering merasa
tidak dapat berkonsentrasi di dalam
belajar, sangat mungkin siswa tidak
dapat merasakan nikmat dari proses
belajar yang dilakukannya. Hal ini
mungkin dapat terjadi karena siswa
sedang mempelajari pelajaran yang
tidak disukai, pelajaran yang dirasakan
sulit, pelajaran dari guru yang tidak
disukai, atau suasana tempat belajar
yang siswa pakai tidak menyenangkan
(Hakim, 2003).
Gangguan konsentrasi pada saat
belajar banyak dialami oleh para
pelajar terutama di dalam mempelajari
mata pelajaran yang mempunyai
tingkat kesulitan cukup tinggi,
misalnya pelajaran yang berkaitan
dengan ilmu pasti, atau mata pelajaran
yang termasuk kelompok ilmu sosial.
Kesulitan konsentrasi semakin
bertambah berat jika seorang pelajar
terpaksa mempelajari pelajaran yang
tidak disukainya atau pelajaran
tersebut diajarkan oleh pengajar yang
juga tidak disukainya.
Menurut Dimyati dan Mudjiono
(2009), “Konsentrasi belajar
merupakan kemampuan memusatkan
perhatian pada pelajaran. Pemusatan
perhatian tersebut tertuju pada isi
bahan belajar maupun proses
memperolehnya.”
Menurut Fanu (2009)
mengemukakan beberapa ciri-ciri
siswa yang mengalami masalah
konsentrasi belajar antara lain :
a. Tidak bisa memberikan perhatian
yang penuh atau melakukan
kesalahan-kesalahan karena
ceroboh dalam melakukan
pekerjaan atau pelajaran sekolahnya
b. Mengalami kesulitan untuk terus-
menerus terfokus pada pekerjaan
sekolah ketika sedang belajar atau
tidak kerasan dengan kegiatan
bermainnya ketika ia sedang
bermain
c. Tampak tidak memberikan
perhatian dan tidak menghormati
orang lain ketika sedang berbicara
d. Tidak bisa megikuti petunjuk atau
arahan yang diberikan kepadanya
untuk melakukan sebuah pekerjaan
dan tugas-tugas sekolahnya (tetapi
hal ini bukan dikarenakan
ketidakmampuannya untuk
memahami atau karena
kenakalannya, melainkan
disebabkan oleh ia tidak bisa
memperhatikan petunjuk tersebut,
melainkan pada hal-hal lainnya)
e. Mengalami kesulitan dalam
mengorganisasikan/mengatur tugas-
tugas dan kegiatan-kegiatannya
f. Menghindari, tidak menyenangi,
dan enggan mengerjakan tugas-
tugas yang memerlukan usaha
mental berlarut-larut seperti PR
g. Menghilangkan berbagai macam
barang-barang yang dimilikinya,
seperti mainan, tugas-tugas sekolah,
pensil, buku, peralatan, baju, dan
seterusnya
h. Mudah terusik oleh kegaduhan,
objek yang bergerak atau
rangsangan-rangsangan lainnya
i. Pelupa atau mudah melupakan
pelajaran atau materi yang sudah
diberikan
Bimbingan Kelompok
Bimbingan kelompok adalah
proses pemberian bantuan yang
diberikan pada individu dalam situasi
kelompok. Bimbingan kelompok
ditujukan untuk mencegah timbulnya
masalah pada siswa dan
mengembangkan potensi siswa. Secara
umum dapat dikatakan bahwa sebagai
salah satu teknik bimbingan ,
bimbingan kelompok mempunyai
prinsip, kegiatan dan tujuan yang sama
dengan bimbingan. Perbedaanya hanya
terletak pada pengelolaan, yaitu dalam
situasi kelompok.
(Romlah, 2001). Melalui kegiatan
bimbingan individu diharapkan dapat :
(1) menggunakan dan
mengembangkan kemampuanya secara
optimal; (2) membuat pilihan-pilihan
yang tepat dan bijaksan; dan (3) dapat
mengatasi masalah-masalah yang
dihadapi baik disekolah maupun luar
sekolah.
Teknik Permainan Simulasi
Permainan simulasi dapat
merupakan gabungan antara teknik
bermain peranan dengan teknik
diskusi. Dalam permainan stimulasi
para pemainnya berkelompok dan
berkompetisi untuk mencapai tujuan-
tujuan tertentu dengan mentaati
peraturan-peraturan yang ditetapkan
bersama. Permainan simulasi cocok
dipakai untuk memotivasi anak
belajar, terutama bila bahan pelajaran
yang dipelajarinya kurang menarik.
Permainan simulasi selain berguna
untuk memperkenalkan konsep dan
menanamkan pengertian tentang
sesuatu hal, juga mempunyai kekuatan
untuk membangkitkan minat dan
perhatian anak.
Tahap-Tahap Permainan Simulasi
Dalam penellitian ini yang
digunakan adalah teknik permainan
simulasi. Menurut Romlah (2001)
permainan simulasi dapat dikatakan
merupakan gabungan antara teknik
bermain peran dengan teknik diskusi.
Dalam permainan simulasi para
pemainnya berkelompok dan
berkompetisi untuk mencapai tujuan-
tujuan tertentu dengan mentaati
peraturan-peraturan yang ditetapkan
bersama.
Cara membuat permainan simulasi:
1. Meneliti masalah yang banyak
dialami anak, terutama menyangkut
bidang pendidkan dan sosial.
Merumuskan tujuan yang ingin
dicapai dalam permainan itu
2. Membuat daftar atau sumber-
sumber yang dapat dipakai untuk
membantu penyelesaian topik yang
akan dikerjakan.
3. Memilih situasi dalam kehidupan
sebenarnyan yang ada kaitannya
dengan kehidupan siswa.
4. Membuat model atau skenario dari
situasi-situasi yang sudah dipilih.
5. Identifikasi apa saja dan berapa
orang yang akan terlibat dalam
permainan tersebut. Pemegang
peran apa saja sangat diperlukan
dan apa peran masing-masing.
6. Membuat alat permainan simulasi,
misalnya beberan simulasi, kartu
pesan, kartu yang berisi kegiatan
yang harus dilakukan untuk mengisi
kegiatan selingan, dsb.
Setelah permainan penentuan
pemain maka dilaksanakan permainan
dengan langkah-langkah sebagai
berikut :
1. Menyediakan alat permainan
beserta kelengkapannya.
2. Fasilitator menjelaskan tujuan
permainan dan yang menjadi
fasilitaor yaitu suru, konselor
dan wali kelas.
3. Menentukan pemain,
pemegang peran dan penulis.
4. Menjelaskan aturan permainan
5. Bermain dan berdiskusi.
6. Menyimpulkan hasil diskusi
setelah seluruh permainannya
selesai dan mengemukakan
masalah-masalah yang belum
sempat diselesaiakan pada saat
itu.
7. Menutup permainan serta
menentukan waktu dan tempat
bermain berikutnya.
Berdasarkan hasil penelitian
Firosalia (2007) meneliti tentang
teknik konsntrasi belajar siswa kelas
X-5 SMA N 1 Salatiga melalui
bimbingan kelompok dengan hasil
bahwa bimbingan kelompok tidak
dapat meningkatkan teknik konsentrasi
belajar siswa X-5 SMA N 1 Salatiga
karena dalam 7 aspek konsentrasi yang
diajukan hanya signifikan terhadap
peningkatan konsentrasi belajar dalam
mengatasi gangguan pemikiran akibat
kejenuhan. Hal ini bisa saja terjadi
karena layanan yang diberikan kurang
spesifik, misal dengan satu teknik baik
itu bermain peran, teknik diskusi
kelompok atau juga dengan teknik
permainan. Bisa juga karena
kurangnya pemahaman siswa terhadap
penyampaian materi dan hasil kegiatan
bimbingan sehingga membuat
konsentrasi siswa tidak bis meningkat
dengan bimbingan kelompok.
Sedangkan penelitian Walet
Dirgantoro (2012) dengan judul
“Efektifitas Layanan Bimbingan
Kelompok dalam Meningkatkan
Konsentrasi Belajar siswa Kelas XI
IPS 3 SMA Krisren Purwodadi”,
dengan hasil bahwa bimbingan
kelompok secara signifikan dapat
meningkatkan konsentrasi belajar
siswa XI IPS 3 SMA Kristen
Purwodadi dengan p=0,029≤0,050.
Berbeda dengan hasil dari penelitian
Firosalia, meskipun dengan
menggunakan beberapa teknik yang
ada dalam bimbingan kelompok tetapi
peneliti ini berhasil meningkatkan
konsentrasi siswa kelas XI IP 3 SMA
Kristen Purwodadi. Berarti dalam
pelaksanaan layanan bimbingan
kelompok ini berjalan dengan baik dan
dapat dikatakan sukses karena mampu
meningkatkan konsentrasi belajar
siswa.
Penelitian yang dilakukan
Jarwi (2010) mengenai “Efektivitas
layanan bimbingan kelompok dalam
meningkatkan konsentrasi belajar
siswa SMK PGRI 2 Salatiga kelas XE
jurusan sekretaris” menghasilkan
bahwa layanan bimbingan kelompok
efektif secara signifikan dapat
meningkatkan konsentrasi belajar
siswa dengan p=0,007≥0,050. Hampir
sama dengan penelitian yang
dilakukan Walet bahwa hasil
penelitian yang dilakukan Jarwi di
SMK PGRI 2 Salatiga kela XE dapat
dikatakan berhasil. Peneliti juga
menggunakan beberapa teknik di
dalam pemberian layanan bimbingan
kelompok, dalam penelitian ini
menurut Walet pada setiap
pertemuannya siswa sangat antusias
dan mengikuti dengan baik kegiatan
bimbingan kelompok. Dari hal itu
jugalah yang membuat siswa
mempunyai kemauan untuk
meningkatkan konsentrasi belajarnya.
Dari ketiga penelitian di atas
menurut penulis melihat bahwa masih
ingin membuktikn bahwa sebenarnya
tehnik apa yang lebih tept digunakan
dalam meningkatkan konsentrasi
belajar dengan layanan bimbingan
kelompok sehingga peneliti
menggunakan tehnik permainan dalm
upaya untuk meningkatkan konsentrasi
belajar siswa di SMA Negeri 1
Tengaran Kelas X IPS 1.
METODE
Jenis penelitian ini adalah
eksperimen yang digunakan adalah
eksperimen semu (Quasi
Eksperimental )dengan desain pretest-
posttest. Penelitian eksperimental ini
meniru kondisi penelitian
eksperimental murni semirip mungkin,
akan tetapi tidak semua variabel yang
relevan dapat dikendalikan dan
dimanipulasi (Azwar,2000). Penelitian
dimulai dengan memberikan Pre-Test
kepada kelompok dengan
menggunakan instrumen Konsentrasi
Belajar (Fanu. 2009) terlebih dahulu
dengan maksud untuk mengetahui
homogenitas dan kejelasan keadaan
kelompok sebelum diberi
perlakuan.Uji homogenitas untuk
memastikan bahwa tidak ada
perbedaan yang signifikan antara
kedua kelompok.
Setelah kondisi dapat diketahui
dengan jelas, maka subjek diberikan
treatment yang kemudian akan diukur
keberhasilannya melalui Post-Test
pada kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen.
Subjek yang diambil dalam
penelitian ini adalah siswa kelas X IPS
1 SMA Negeri 1 Tengaran. Dalam
penelitian ini subjek terdiri dari 33
siswa dengan jumlah siswa yang
memiliki konsentrasi rendah sebanyak
12 siswa. Teknik pengumpulan data
yang digunakan yaitu dengan
menggunakan instrumen angket dari
Fanu (2009). Skala ini berisi tentang
masalah konsentrasi belajar yang
dilakukan oleh siswa di sekolahan
yang terdiri dari 56 item. Dari 56 item
tersebut terdiri dari pernyataan
favorabel dan pernyataan unfavorabel.
Pernyataan favorabel adalah
pernyataan yang mendukung,
sedangkan unfavorabel adalah
pernyataan yang tidak mendukung
(Azwar, 2000). Setiap item meiliki 5
alternatif jawaban dan memiliki
interval skor 1 sampai 5. Jika itemnya
berupa pernyataan positif maka
skornya 5 untuk jawaban Sangat
Sesuai (SS), 4 untuk jawaban Sesuai
(S) 3 untuk jawaban Antara Sesuai dan
Tidak ( E), 2 untuk jawaban Tidak
Sesuai (TS), 1 untuk jawaban Sangat
Tidak Sesuai (STS). Sedangkan untuk
item negatif skornya 5 untuk jawaban
Sangat Tidak Sesuai (STS), 4 untuk
jawaban Tidak Sesuai (TS), 3 untuk
jawaban Antara Sesuai dan Tidak (E),
2 untuk jawaban Sesuai (S) dan 1
untuk jawaban Sangat Sesuai (SS).
HASIL PENELITIAN
1. Pelaksanaan Penelitian
a. Test Awal (Pre-test)
Uji coba instrumen
dilakukan pada tanggal 1
Agustus 2016 kepada 33 di
SMA Negeri 1 Tengaran. Uji
coba ini dilakukan untuk
mengetahui validitas item dan
reliabilitas instrumen tersebut
dengan teknik test-pretest.
Untuk membuktikan
bahwa kedua kelompok
memiliki kesamaan dilakukan
uji homogenitas dan harus
menghasilkan Asymp. Sig
(Tailed)> 0,50. Hasil Uji
Homogenitas disajikan dalam
bentuk tabel berikut ini :
Tabel 4.2 Uji Homogenitas
Berdasarkan tabel 4.2 dapat
disimpulkan bahwa kedua
kelompok yaitu kelompok
kontrol dan kelompok
eksperimen bersifat homogen
dengan ketentuan Asymp. Sig.
(2 Tailed)> 0,50. Dapat
dibuktikan dengan Asymp. Sig.
(2 Tailed) = 0,822 untuk usia.
Disamping usia, suku ,dan
jenis kelamin, hasil pre-test
yang telah dilakukan
sebelumnya juga harus
menunjukan bahwa skor
kelompok kontrol dan
eksperimen homogen atau tidak
ada perbedaan yang signifikan
antar kedua kelompok tersebut.
Hasil Pre-test akan disajikan
dalam bentuk tabel berikut ini :
Test Statisticsa
Usia Nilai
Mann-Whitney U 4,000
Wilcoxon W 10,000
Z -0,225
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,822
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] 1,000b
Tabel 4.3 Hasil Pre-Test Kelompok
Eksperimen dan Kelompok
Berdasarkan tabel 4.4 dapat dipastikan
bahwa tidak ada perbedaan yang
signifikan antara skor pre-test dari
kelompok eksperimen dengan
kelompok kontrol. Dapat dibuktikan
dengan Asymp. Sig. (2 Tailed) =
,658> 0.5. Dari tabel 4.4 juga dapat
dilihat bahwa mean rank kelompok
eksperimen 3,83 sedangkan kelompok
kontrol 3,17.
Sesuai rancangan penelitian dan hasil
analisis, selanjutnya kelompok
ekperimen akan diberikan treatment
dalam bentuk bimbingan kelompok
sedangkan kelompok kontrol tidak
diberikan treatment apapun. Berikut
adalah rancangan program treatment
dalam usaha meningkatkan konsentrasi
belajar siswa SMA Negeri 1 Tengaran.
b. Layanan (Treatment)
Treatment diberikan
dengan memberikan layanan
bimbingan kelompok dengan
teknik permainan kepada
kelompok eksperimen sesuai
dengan rancangan program
yang telah dibuat sebanyak 8
kali pertemuan dan
dilaksanakan pada jam-jam
tertentu sesuai kesepakatan
dengan konseli. Layanan ini
dapat dikatakan berhasil
apabila kelompok eksperimen
pada saat dilaksanakan post-
test menunjukan peningkatan
konsentrasi belajar dan
hasilnya lebih tinggi dari
kelompok kontrol.
Test Statisticsa
Skor Pre-test Nilai
Mann-Whitney U 3,500
Wilcoxon W 9,500
Z -0,443
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,658
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] 0,700b
Ranks
kelompok N Mean
Rank Sum of Ranks
Nilai
Ekpserimen
6 3,83 22,98
Kontrol 6 3,17 19,02
Total 12
c. Test Akhir (Post Test)
Post-test dilakukan
dengan menyebarkan kembali
instrumen Konsentrasi Belajar
kepada kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol yang
berisi 56 item pertanyaan. Post-
tes dilakukan pada tanggal 18
Januari 2017.
Berikut adalah hasil
skor pre-test dan skor post-test
kelompok eksperimen yang
disajikan dalam bentuk tabel
berikut :
Tabel 4.5 Hasil Analisis Data
Perbandingan Hasil post-test
Konsentrasi Belajar Kelompok
Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Berdasarkan hasil analisis data
menggunakan SPSS 16.0, diketahui
bahwa terdapat perbedaan antara mean
rank hasil kelompok eksperimen
dengan kelompok kontrol. Setelah
diberikan treatment berupa Bimbingan
Kelompok dengan teknik permainan
kepada kelompok eksperimen, mean
rank hasilnya sebesar 5,00, sedangkan
pada kelompok kontrol yang tidak
diberikan treatment total mean rank
sebesar 2,00. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa mean rank
kelompok eksperimen lebih tinggi dari
pada kelompok kontrol.
PEMBAHASAN
Setelah semua sesi telah
dilaksanakan, peneliti menyebarkan
kuisioner konsentrasi belajar kepada
Ranks
Kelompok
N Mean Rank
Sum of Ranks
nilai
Ekpserimen
6 5,00 30,00
Kontrol 6 2,00 12,00
Total 12
Test Statisticsa
Nilai
Mann-Whitney U 0,000
Wilcoxon W 6,000
Z -1,993
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,046
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] 0,100b
kedua kelompok, yaitu kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol
sebagai post-test. Hasil post-test
nantinya akan membandingkan antara
kedua kelompok. Setelah melalui
pengolahan data ditemukan bahwa
hasil post-test kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol menunjukan
perbedaan yang signifikan.
Berdasarkan hasil post-test, diketahui
bahwa terjadi peningkatan konsentrasi
belajar yang signifikan pada kelompok
eksperimen. Hal ini dibuktikan dengan
hasil analisis data skor pre-test dan
post-test konsentrasi belajar pada
kelompok eksperimen, hal ini berbeda
dengan kelompok kontrol yang tidak
mengalami peningkatan yang
signifikan bahkan terdapat subjek
konsentrasi belajar yang menurun.
Dengan demikian, maka dapat
disimpulkan bahwa teknik permainan
dapat meningkatkan konsentrasi
belajar siswa SMA Negeri 1 Tengaran.
Konsentrasi belajar siswa SMA Negeri
1 Tengaran meningkat karena adanya
treatment yang diberikan berupa
bimbingan kelompok dengan teknik
permainan, hal ini berbeda dengan
kelompok kontrol yang tida diberikan
treatment yang tidak mengalami
peningkatan yang signifikan bahkan
ada juga yang mengalami penurunan.
Dengan demikian maka dapat
disimpulkan bahwa bimbingan
kelompok dengan teknik permainan
dapat meningkatkan konsentrasi
belajar Siswa SMA Negeri 1 Tengaran
Kelas XI IPS 1.
Perubahan ini mulai bisa dilihat
dai pertemuan keempat dimana setiap
anggota kelompok atau konseli sudah
mulai bisa menyadari pentingnya
konsentrasi belajar . konsentrasi
belajar siswa mulai meningkat setelah
saling bertukar pikiran serta pemberian
saran-saran dari seti permasalahan
yang siswa alami dan mereka juga
sadar bahwa mungkin ada
permasalahan yang lebih sulit dari
permasalahan dirinya. Dari pertemuan
keempat dan selanjutnya dapat juga
dilihat adanya perubahan dan
peningkatan pola berfikir dari yang
irrasional berubah menjadi rasional.
Peningkatan konsentrasi kelompok
eksperimen juga meningkat, dapat
dilihat dari saat siswa mengikuti
permainan dan dalam mereka
mengikuti kegiatan bimbingan
kelompok siswa dapat memahami
setiap isntruksi dari peneliti dan
permasalahan-permasalahan anggota
kelompoknya. Hal itu berarti
kelompok kontrol memperhatikan
dengan baik ketika teman mereka dan
peneliti bebicara, sehingga dapat
memahami apa maksud dari
pembicaraan itu. Berbeda pada saat
masih sesi awal pertemuan yang pada
kenyataannya siswa masih terlihat
sibuk sendiri-sendiri, dan ketika
peneliti dan jika ada salah satu anggota
kelompok berbicara siswa belum bisa
memperhatikannya sehinggat ketika
peneliti bertanya kepada anggota
kelompok terkadang ada yang
kebingungan. Serta menurut hasil
pembicaraan dari peneliti dengan wali
kelas siswa kelas XI IPS 1, anggota
kelompok yang diberikan treatmen ini
sudah menjadi lebih baik ketika
mengikuti pelajaran, serta tugas-tugas
baik di sekolah maupun di rumah bisa
dikerjakan dengan baik.
PENUTUP
Dengan diadakannya penelitian
dalam upaya meningkatkan
konsentrasi belajar siswa SMA Negeri
1 Tengaran kelas X IPS 1 dengan
teknik Permainan Simulasi tujuan-
tujuan dari layanan bimbingan
kelompok dapat berguna baik bagi
peneliti juga bagi siswa. Hal ini dapat
dilihat dari adanya peningkatan-
peningkatan hasil dari pengolahan data
setelah diberikannya layanan dan
penigkatan hasil belajar siswa. Hakim
(2003) bahwa “Ada dua faktor
penyebab terjadinya gangguan
konsentrasi belajar yaitu faktor internal
dan eksternal, bisa dari rasa
mengantuk, lapar, serta gangguan-
gangguan lain pada faktor jasmani dan
rohani siswa. Bisa juga dari kegaduhan
di luar ruangan, bau menyengat dari
luar kelas yang membuat siswa tidak
dapat berkonsentrasi penuh pada
materi yang disampaikan. Sebelum
diberikannya layanan bimbingan
kelompok dengan teknik permainan
simulasi, siswa kurang berkonsentrasi
dalam belajar, seperti contoh ketika dia
merasa lapar dan mengantuk siswa
lebih memilih dengan kesibukan lain
seperti bermain handphone atau
mengobrol dengan teman sebangunya.
Siswa juga lebih memperhatikan hal-
hal lain di luar mata pelajaran, seperti
melihat-lihat ke luar ruangan. Tetapi
setelah diberikannya layanan bimb
ingan kelompok dengan teknik
permanan simulasi, siswa mengalami
peningkatan pada konsentrasi
belajarnya, siswa sudah tidak lagi
memperdulikan hal-hal yang terjadi di
luar pelajaran. Siswa juga secara
penuh memperhatikan guru yang
menyampaikan materi di depan kelas.
Dari hal tersebut siswa juga mulai
mengabaikan rasa lapar dan
mengantuk karena terbantu dengan
aktifnya kerja otak dan fisik ketika
pelajaran berlangsung.
Romlah (2001) mengemukan
bahwa “Bimbingan kelompok
diharapkan dapat membuat individu
mengembangkan kemampuannya
secara optimal dan membuat pilihan-
pilihan yang tepat dan bijaksana pada
permasalahan yang dihadapi”. Setelah
diberikannya layanan bimbingan
kelompok teknik permainan, siswa
mengalami peningkatan dalam
menerima pembelajaran dari guru,
seperti dapat mengulang kembali apa
yang telah dipelajari, dapat
mengerjakan tugas sesuai dengan
waktu yang ditentukan, seta mampu
mengatur waktu belajarnya dengan
baik. Dari pernyataan tersebut peneliti
menarik kesimpulan bahwa apabila
dalam pelaksanaan layanan bimbingan
kelompok ini dapat berjalan dengan
baik maka permasalahan-permasalahan
siswa terutama konsentrasi belajar
sesuai dengan yang diteliti penulis
akan dapat teratasi. Jadi layanan
bimbingan kelompok dengan teknik
permainan ini dapat digunakan untuk
meningkatkan konsentrasi belajar
siswa.
DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, Suharsini, 2010. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan
Praktis.
Jakarta : Rineka Cipta.
Azwar, Saifuddin. 2005. Metode
Penelitian. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar
. 2000. Reliabilitas dan
Validitas. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar.
Denny, Hendrata. 2007. Konsentrasi
Belajar.
(http://www.blogspot.com/200
9/10/pengertian-belajar.html
diunduh Kamis 20 Oktober
2016).
Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar
dan Pembelejaran. Jakarta :
Rineka Cipta.
Dirgantoro, Walet. 2012. Efektifitas
Layanan Bimbingan Kelompok
dalam Meningkatkan
Konsentrasi Belajar siswa
Kelas XI IPS 3 SMA Krisren
Purwodadi. Program Studi BK
UKSW (Skripsi tidak
diterbitkan)
Djamarah, Saiful Bahri. 2008. Rahasia
Sukses Belajar. Jakarta :
Rineka Cipta.
Fanu, James Le. 2009. Deteksi Dini
Masalah-Masalah Psikologi Anak.
Yogyakarta : Think
Firosalia, Kristin. 2007. Meningkatkan
Teknik Konsentrasi Belajar
Siswa Kelas X-5 SMA N 1
Salatiga Melalui Bimbingan
Kelompok. Program Studi BK
UKSW (Skripsi tidak
diterbitkan).
Hakim, Thursan. 2003. Mengatasi
Gangguan Konsentrasi. Jakatra
: Puspa Swara.
Jarwi. 2010. Efektivitas Layanan
Bimbingan Kelompok dalam
Meningkatkan Konsentrasi
Belajar Siswa SMK PGRI 2
Salatiga Kelas XE Jurusan
Sekretaris. Program Studi BK
UKSW (Skripsi tidak
diterbitkan)
Makmum, Abin Syamsuddin. 2007.
Psikologi Pendidikan
(Perangkat Sistem Pengajaran
Modul). Bandung : Remaja
Rosdakarya.
Rifa’i, Achmad dan Anni, Chatarina
Tri. 2009. Psikologi
Pendidikan. Semarang:
Universitas Negeri Semarang
Press
Siswanto. 2007. Kesehatan Mental;
Konsep, Cakupan, dan
Perkembangannya. Yogyakarta
: Penerbit ANDI.
Slameto. 2010. Belajar dan faktor-
faktor yang mempengaruhinya.
Jakarta : Rineka Cipta.
Sugiyono. 2005. Statistik Untuk
Penelitian. Bandung : Alfabeta.
Supriyono. 2008. Studi Kasus
Bimbingan Konseling. Semarang :
Swadaya Manunggal
Tohirin. 2008. Bimbingan dan
Konseling Di Sekolah dan
Madrasah. Jakarta : Raja
Grafindo Persada.
Winkel W.S dan Hastuti, Sri. 2004.
Bimbingan dan Konseling di
Institusi Pendidikan.
Yogyakarta: Media Abadi