penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe …eprints.uns.ac.id/5459/1/188870911201104011.pdf ·...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS
GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN
KONSEP PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA
SISWA KELAS V SD N BRUJUL 1
TAHUN AJARAN 2010/2011
OLEH :
SETYA RISTANTO
K7107050
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ii
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS
GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN
KONSEP PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA
SISWA KELAS V SD N BRUJUL 1
TAHUN AJARAN 2010/2011
OLEH :
SETYA RISTANTO
K7107050
Skripsi
Disusun dan Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mendapatkan Gelar
Sarjana Pendidikan
Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAK
SETYA RISTANTO. K7107050. PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA SISWA KELAS V SD N BRUJUL 1 TAHUN AJARAN 2010/2011. Skripsi. Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juni 2011.
Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan pemahaman konsep Proklamasi Kemerdekaan Indonesia melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament pada siswa kelas V SD Negeri 1 Brujul tahun ajaran 2010/2011.
Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas terdiri dari dua siklus, tiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Sebagai subjek penelitian adalah siswa kelas V SD Negeri 01 Brujul, Jaten, Karanganyar tahun pelajaran 2010/2011. Sejumlah 24 siswa yang terdiri dari 11siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan. Teknik pengumpulan data menggunakan dokumentasi, wawancara, observasi, dan tes. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis model interaktif yang terdiri dari tiga komponen analisis yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan simpulan atau verifikasi
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament dapat meningkatkan pemahaman konsep Proklamasi Kemerdekaan Indonesia Siswa Kelas V SD N Brujul 1 Tahun Ajaran 2010/2011. Peningkatan pemahaman konsep tersebut dapat dibuktikan dengan meningkatnya nilai pemahaman konsep siswa pada setiap tindakan. Rata rata nilai pemahaman konsep siswa sebelum tindakan yaitu 57,625, pada siklus I nilai rata rata pemahaman konsep siswa menjadi 69,9, dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 84. Sebelum dilaksanakan tindakan, siswa yang memperoleh nilai diatas
1 siswa (45.83%), pada siklus I meningkat menjadi 17 siswa (70,83%), dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 23 siswa (95,83%).
Kata Kunci : Teams Games Tournament, pemahaman konsep, Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRACT
SETYA RISTANTO. K7107050. APPLYING COOPERATIVE LEARNING MODEL TEAMS GAMES TOURNAMENT TYPE TO IMPROVE THE CONCEPT UNDERSTANDING OF INDONESIAN INDIPENDENT PROCLAMATION THE FIFTH STUDENTS OF SDN 01 BRUJUL AT 2010 / 2011 ACADEMIC YEAR. Thesis. Surakarta : Teacher Training and Education Faculty of Sebelas Maret University, June 2011. The purpose of the research is to improvement concept understanding of Indonesian Indipendent Proclamation by using Teams Games Tournament method approach in the fifth grade students of SD Negeri 01 Brujul 2010/2011 acadenic year. This study belongs to a classroom action research consisting of two cycles, each of which consists of four stages: planning, acting, observing, and reflecting.. Subject of the research is the fifth grade students of SD Negeri 1 Brujul Jaten Karanganyar of 2010/2011 academic year consisting to 24 students that consist of 11 male students and 13 female students. Techniques of collecting data used were documentation, interview, observation, and test. Technique of analyzing data used was an interactive analysis model technique consisting of three components: data reduction, data display and conclusion drawing or verification
Considering the result of research conducted, it can be concluded by applying model study of type cooperative of Teams Games Tournament can improve the concept understanding of Indonesian Indipendent Proclamation of fifth grade students SDN 1 Brujul Jaten Karanganyar of 2010/ 2011 academic year. The improvement of concept understanding can be seen from the increase in
action. Average value of concept understanding before action that is 57,625. The average value of understanding increased to 69,9 in the first cycle and it increased to 84 in the second cycle. Before implementation of the research, students who acquired KKM
students (45,83 %). In first cycle, the number of students with students (70,83 %) and the number of the
students increased again in second cycle became 23 students (95,83%).
keyword : Teams Games Tournament, understanding of concept, Indonesian Indipendent Proclamation
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
MOTTO
selesai dari pekerjaan/tugas, kerjakanlah yang lain dengan sungguh-
( Terjemah: Q.S Al Insyirah: 6-7 )
Jika Anda menginginkan sesuatu yang belum pernah anda miliki, Anda harus
bersedia melakukan sesuatu yang belum pernah Anda lakukan.
(Thomas Jefferson)
Visi tanpa eksekusi adalah lamunan. Eksekusi tanpa visi adalah mimpi buruk.
(Japanese Proverb)
Jangan sekali-kali melupakan sejarah ( jasmerah)
(Soekarno, presiden RI pertama)
Hargailah segala yang kau miliki; anda akan memiliki lebih lagi. Jika anda fokus pada apa yang tidak anda miliki, anda tidak akan pernah merasa cukup dalam
hal apapun.
(Penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan kepada:
Bapak (Tokol Sumarno) dan Ibu (Sri Rahayu) tercinta yang telah
memberiku cinta, kasih sayang, doa serta pengorbanan yang tak terbatas
demi kebahagianku.
Mbak Kunti dan Mas Arik yang telah memberi semangat.
Keluarga Besar FKIP Universitas Sebelas Maret, dan almamaterku
tercinta yang telah memberikan ilmu yang berguna bagi masa depanku
yang cerah.
Sahabat-sahabatku S1 PGSD 2007, kelas B (S1B07), terimakasih untuk
kebersamaan dan kenangan yang tak kan terlupakan.
Adik yang telah banyak membantuku, terima kasih bantuannya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
TEAMS GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN
PEMAHAMAN KONSEP PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA
SISWA KELAS V SD N BRUJUL 1 TAHUN AJARAN 2010/2011
memenuhi persyaratan mendapat gelar Sarjana Pendidikan.
Penulis menyadari, terselesaikannya laporan penelitian ini tidak lepas dari
bimbingan, arahan, petunjuk, dan saran saran dari berbagai pihak, maka pada
kesempatan ini peneliti dengan tulus menyampaikan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd selaku Dekan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret.
2. Drs. Rusdiana Indianto, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
3. Drs. Hadi Mulyono, M. Pd. selaku Ketua Program Studi PGSD Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Drs. A. Dakir, M.Pd. selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan
arahan dan bimbingan kepada peneliti.
5. Dra.Hj. Lies Lestari, M.Pd. selaku dosen pembimbing II yang telah
memberikan arahan dan bimbingan kepada peneliti
6. S.H. Nurliswanti, A.Ma.Pd selaku Kepala SD Negeri 1 Brujul Jaten
Karanganyar yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan
penelitian di SD Negeri 1 Brujul Jaten Karanganyar.
7. Bapak Rahadi Suyanto, S.Pd selaku guru kelas V SD N 1 Brujul.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
para pembaca agar hasil penelitian ini bisa lebih bermanfaat bagi peneliti sendiri
khususnya, serta pembaca pada umumnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
Surakarta, Juni 2011
Peneliti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL .......................................................................................................... i
PENGAJUAN ............................................................................................... ii
PERSETUJUAN ........................................................................................... iii
PENGESAHAN ............................................................................................ iv
ABSTRAK .................................................................................................... v
ABSTRACT ................................................................................................... vi
MOTTO ........................................................................................................ vii
PERSEMBAHAN ......................................................................................... viii
KATA PENGANTAR .................................................................................. ix
DAFTAR ISI ................................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiii
DAFTER GAMBAR .................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1
B. Perumusan Masalah ............................................................. 4
C. Tujuan Penelitian ................................................................. 5
D. Manfaat Penelitian ............................................................... 5
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka .................................................................. 7
1. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Teams Games Tournament ............................................. 7
2. Hakikat Pemahaman Konsep Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia 24
B. Hasil Penelitian Yang Relevan ............................................ 36
C. Kerangka Berpikir ............................................................... 38
D. Hipotesis ................................................................................ 40
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................. 41
B. Subjek Penelitian .................................................................. 41
C. Bentuk dan Strategi Penelitian
D. Sumber Data ........................................................................ 43
E. Teknik Pengumpulan Data .................................................. 43
F. Validitas Data ....................................................................... 46
G. Teknik Analisis Data ............................................................. 47
H. Indikator Kinerja .................................................................. 49
I. Prosedur Penelitian ............................................................... 49
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian .................................................. 55
B. Deskripsi Permasalahan Penelitian ....................................... 56
C. Pembahasan Hasil Penelitian .............................................. 87
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan .............................................................................. 92
B. Implikasi ............................................................................... 92
C. Saran ..................................................................................... 94
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 96
LAMPIRAN ................................................................................................. 100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Fase Pembelajaran Kooperatif .................................................... 10
Tabel 2. Tabel Data Nilai Pemahaman Konsep Tentang Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia Siswa Kelas V SD Negeri Brujul 1 Pada
Kondisi Awal (Pra Siklus) ......................................................... 57
Tabel 3. Hasil Nilai Pemahaman Konsep Sebelum Tindakan ................ 59
Tabel 4. Perkembangan Nilai Pemahaman Konsep Sebelum
Tindakan ................................................................................... 60
Tabel 5. Frekuensi Data Nilai Pemahaman Konsep Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia Siklus I ................................................. 69
Tabel 6. Hasil Nilai Pemahaman Konsep Siklus 1 ................................ 71
Tabel 7. Perkembangan Nilai Pemahaman Konsep Sebelum Tindakan
dan Siklus I ................................................................................. 72
Tabel 8. Frekuensi Data Nilai Pemahaman Konsep Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia Siklus II ............................................ 82
Tabel 9. Hasil Nilai Pemahaman Konsep Siklus ..................................... 84
Tabel 10. Perkembangan Nilai Pemahaman Konsep Siklus I dan
Siklus II ...................................................................................... 85
Tabel 11. Nilai Rata Rata Pemahaman Konsep Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia dan Persentase Ketuntasan Klasikal
Sebelum Tindakan, Siklus I, dan Siklus II .................................. 87
Tabel 12. Nilai Rata-Rata Hasil Observasi Kinerja Guru dan Aktivitas
Siswa Selama Pembelajaran Tiap Siklus ................................. 88
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Bagan penempatan pada meja turnamen ................................ 23
Gambar 2. Skema kerangka berpikir ...................................................... 39
Gambar 3. Komponen-komponen Analisis Data ..................................... 48
Gambar 4. Alur Penelitian Tindakan Kelas ........................................... 51
Gambar 5. Grafik Hasil Data Nilai Pemahaman Konsep Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia Sebelum Tindakan ........................ 58
Gambar 6. Diagram Ketuntasan Belajar Pra siklus .................................. 59
Gambar 7. Grafik Perkembangan Nilai Pemahaman Konsep Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia Sebelum Tindakan ......................... 60
Gambar 8. Grafik Hasil Data Nilai Pemahaman Konsep Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia Siklus I .......................................... 70
Gambar 9. Diagram Ketuntasan Belajar Siklus I .................................... 71
Gambar 10. Perkembangan Nilai Pemahaman Konsep Sebelum Tindakan
dan Siklus I ............................................................................ 73
Gambar 11. Grafik hasil data nilai pemahaman konsep Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia siklus II ........................................... 83
Gambar 12. Diagram Ketuntasan Belajar Siklus II ................................... 84
Gambar 13. Grafik perkembangan nilai Pemahaman konsep siklus I
dan Siklus II............................................................................ 86
Gambar 14. Grafik Peningkatan Nilai Rata-rata Pemahaman Konsep
dan Ketuntasan Belajar IPS setiap Siklus............................... 87
Gambar 15. Nilai Rata-Rata Hasil Observasi Kinerja Guru, Aktivitas
Siswa dan Observasi RPP Guru Selama Pembelajaran
Tiap Siklus .............................................................................. 88
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Jadwal penelitian .................................................................. 100
Lampiran 2. Pedoman dan hasil wawancara guru sebelum diterapkan
pembelajaran kooperatif tipe TGT ......................................... 101
Lampiran 3. Pedoman wawancara untuk guru setelah diterapkan
pembelajaran koopratif tipe TGT ......................................... 103
Lampiran 4. Silabi materi Proklamasi kemerdekaan Indonesia ................ 105
Lampiran 5. Rancana Pelaksanaan pembelajaran (RPP) siklus I ............. 108
Lampiran 6. Kisi-Kisi LKS Siklus I ........................................................... 118
Lampiran 7. Lembar diskusi siswa siklus I ............................................... 119
Lampiran 8. Kumpulan soal-soal turnamen siklus I ................................. 120
Lampiran 9. Test individu siklus I ............................................................ 122
Lampiran 10. Rancana Pelaksanaan pembelajaran (RPP) siklus I ............. 123
Lampiran 11. Kisi-Kisi LKS Siklus II .......................................................... 134
Lampiran 12. Lembar diskusi siswa siklus II ............................................ 136
Lampiran 13. Kumpulan soal-soal turnamen siklus II ................................ 137
Lampiran 14. Test individu siklus II ............................................................ 139
Lampiran 15. Pedoman observasi Siswa .................................................... 140
Lampiran 16. Pedoman observasi Siswa Siklus I ......................................... 144
Lampiran 17. Pedoman observasi Siswa Siklus II ........................................ 148
Lampiran 18. Lembar observasi RPP Guru .................................................. 152
Lampiran 19. Lembar observasi RPP Guru Siklus I ..................................... 155
Lampiran 20. Lembar observasi RPP Guru Siklus II ................................. 158
Lampiran 21. Lembar observasi pelaksanaan pembelajaran Guru ............. 161
Lampiran 22. Lembar observasi pelaksanaan pembelajaran GuruSiklus I ... 163
Lampiran 23. Lembar observasi pelaksanaan pembelajaran Guru Siklus II 167
Lampiran 24. Daftar nilai sebelum siklus .................................................... 171
Lampiran 25. Daftar nilai siklus I ................................................................. 172
Lampiran 26. Daftar nilai siklus II ................................................................ 173
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
Lampiran 27. Lembar tabel skor penilaian kelompok kelas V SD 01 Brujul
pembelajaran TGT .................................................................. 174
Lampiran 28. Lembar tabel skor penilaian kelompok kelas V SD 01 Brujul
pembelajaran TGT Siklus I .................................................... 176
Lampiran 29. Lembar tabel skor penilaian kelompok kelas V SD 01 Brujul
pembelajaran TGT Siklus II tahap 1 ..................................... 178
Lampiran 30. Lembar tabel skor penilaian kelompok kelas V SD 01 Brujul
pembelajaran TGT Siklus II tahap ....................................... 180
Lampiran 31. Jadwal penelitian .................................................................. 182
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembangunan Nasional bidang pendidikan memiliki makna strategis guna
meningkatkan kualitas sumber daya manusia untuk menguasai Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi. Makna strategis tersebut menjadi sangat penting jika dikaitkan
dengan kebutuhan sumber daya masa depan. Upaya peningkatan Sumber Daya
Manusia, hanya dapat dilaksanakan melalui kegiatan pendidikan seperti yang
diatur dalam pasal 3 UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
bahwa pendidikan berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta
meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam
mewujudkan tujuan nasional.
Masing-masing murid sekolah dasar memiliki perbedaan antara satu
dengan yang lainnya. Perbedaan tersebut diantaranya: kapasitas intelektual,
keterampilan, motivasi, persepsi, sikap, kemampuan, minat, latar belakang
kehidupan dalam keluarga dan lain-lain. Perbedaan tersebut akan mengakibatkan
adanya perbedaan dalam belajar setiap murid baik dalam kecepatan belajarnya,
maupun keberhasilan yang dicapai murid itu sendiri. Sering kita menjumpai siswa
yang mengalami kesulitan belajar baik dalam membaca, menulis, berhitung dan
menghafalkan materi pelajaran yang sudah diperolehnya saat kegiatan
pembelajaran.
Tujuan yang ingin dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran adalah adanya
perubahan pada siswa, yaitu bertambahnya pengetahuan, sikap, dan keterampilan
siswa. Perubahan pengetahuan ini ditandai dengan pemahaman konsep yang
dikuasai siswa dan nilai hasil belajar siswa yang telah dilakukannya. Tes
digunakan untuk mengukur seberapa jauh hasil belajar siswa. Hasil tes dapat
memberikan informasi tentang proses dan kualitas pembelajaran yang telah
dilaksanakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Mata pelajaran yang diajarkan di Sekolah Dasar ada berbagai macam.
Salah satu pelajaran yang diajarkan adalah IPS. Pelajaran IPS diberikan sejak
SD/MI. Silvester Petrus Taneo (2009:1.14) mengatakan bahwa IPS adalah ilmu
pengetahuan yang meadukan sejumlah konsep pilihan dari cabang-cabang ilmu
sosial dan ilmu lainnya serta kemudian diolah berdasarkan prinsip pendidikan dan
didaktik untuk dijadikan program pengajaran pada tingkat persekolahan. Maka
IPS sendiri terdiri dari berbagai macam cabang ilmu. Adapun tujuan IPS menurut
Nursid Sumaatmadja dalam Hidayati,dkk (2009:1.24) embina anak
didik menjadi warga negara yang baik, yang memiliki pengetahuan, keterampilan,
dan kepedulian sosial yang berguna bagi dirinya serta bagi masyarakat dan
Pendapat di atas mempertegas bahwa IPS di Sekolah Dasar bertujuan
agar siswa mampu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dasar yang
berguna bagi dirinya dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu materi yang terdapat
pada pelajaran IPS adalah pokok bahasan tentang Peristiwa Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia. Materi ini diajarkan pada kelas V. Dalam suatu proses
pembelajaran sudah barang tentu tak luput dari masalah dan hambatan. Tak
sedikit pembelajaran tentang Peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
mengalami masalah dan hambatan.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan penulis pada
kelas V SD N 1 Brujul diketahui siswa kelas V SD Negeri 1 Brujul mengalami
kesulitan dalam pemahaman materi tentang konsep Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia pada pelajaran IPS. Hal itu dapat dibuktikan dengan cukup banyaknya
siswa yang tidak dapat mencapai kriteria ketuntasan minimal yang ditentukan
pada materi pelajaran ini. KKM yang harus dicapai pada pelajaran IPS kelas lima
SD Negeri 1 Brujul adalah 65. Selama ini dengan KKM yang ditentukan guru
adalah sebesar 65, banyak siswa yang tidak mampu mencapai KKM yang telah
ditentukan tersebut. Hal tersebut dikarenakan beberapa faktor sebagai berikut : 1)
siswa tidak tertarik dengan pelajaran IPS, 2) materi IPS yang terlalu luas, 3) siswa
kesulitan menghafalkan materi, 4) guru belum menggunakan model pembelajaran
yang bervariasi 5) media yang digunakan kurang menarik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Pada saat dilakukauan pre test tentang materi Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia pada siswa kelas V SD Negeri 1 Brujul diperoleh hasil bahwa dari 24
siswa terdapat 11 siswa yang dapat mencapai KKM yang telah ditentukan dan 13
siswa belum dapat mencapai KKM yang telah ditentukan. Dengan kata lain hanya
45,83% yang dapat lulus materi ini. Dapat dilihat pada lampiran 24 halaman 171
Materi yang terdapat pada Peristiwa-peristiwa Sekitar Proklamasi
Kemerdekaan 17 Agustus 1945 diantaranya: 1) Pertemuan di Dalat, 2)
Menanggapi berita kekalahan Jepang, 3) Peristiwa Rengasdengklok, 4)
Perumusan teks proklamasi, 5) Detik-detik Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus
1945. Sedangkan Tokoh-tokoh Penting dalam Peristiwa Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia diantaranya: 1) Ir. Sukarno, 2) Drs. Mohammad Hatta, 3) Ahmad
Subarjo, 4) Ibu Fatmawati, 5) Sutan Syahrir, 6) Laksamana Takasi Maeda.
Tujuan pembelajaran dari pelajaran IPS kelas V materi Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia adalah siswa dapat mendeskripsikan peristiwa
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dengan baik. Apabila siswa tidak dapat
mencapai tujuan pembelajaran di atas maka siswa tidak memahami peristiwa
tentang Proklamasi Kemerdekaan Indonesia sehingga siswa tidak memiliki sikap
menghargai atas jasa pahlawan yang telah memperjuangkan kemerdekaan.
Apabila masalah di atas tidak dilakukan tindakan lanjut, maka dapat berpengaruh
lebih jauh, yaitu pemahaman siswa pada pelajaran IPS menjadi kurang maksimal.
Hal ini bedampak pada materi selanjutnya.. Maka dalam rangka memenuhi
ketercapaian tujuan diperlukan proses belajar mengajar alternatif dengan
menggunakan model pembelajaran yang berbeda.
Salah satu model pembelajaran alternatif yang dapat digunakan adalah
model pembelajaran kooperatif. Menurut Slavin (2010:4), pembelajaran
kooperatif merujuk kepada berbagai macam metode pengajaran di mana para
siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama
lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Model pembelajaran kooperatif
merupakan pembelajaran dengan mengedepankan kerja sama kelompok. Dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
kerja sama kelompok diharapkan siswa dapat saling membantu satu sama lain.
Selain itu, dapat menciptakan interaksi antar anggotanya. Mereka dapat bertukar
pengalaman dan pengetahuan. Pembelajaran kooperatif terdiri dari berbagai
macam tipe, antara lain: 1) Jigsaw, 2) Student Team Achievement Division
(STAD), 3) Group Investigation, 4) Metode TAI (Team assisted Individualization),
5) Metode Numbered Head Together, 6) Teams Games Tournament (TGT)
Salah satu model kooperatif yang dapat digunakan sebagai solusi adalah
model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament). Model
pembelajaran tipe ini mengedepankan pembelajaran dibuat seperti permainan.
Isjoni (2010:83-84) mengatakan TGT adalah salah satu pembelajaran kooperatif
yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan
5-6 orang siswa yang heterogen. Guru menyajikan materi dan siswa bekerja dalam
kelompok. Selanjutnya, diadakan permainan akademik atau disebut dengan
turnamen. Siswa dihadapkan layaknya sebuah lomba. Dengan adanya persaingan
antar kelompok dan antar anggota kelompok diharapkan siswa termotivasi dan
tertarik terhadap pelajaran IPS sehingga pemahaman siswa juga ikut meningkat.
Dengan alasan tersebut peneliti melakukan penelitian pada kelas V SD N
1 Brujul. Penelitian ini berbentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul
Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games
Tournament Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia Siswa Kelas V SD N Brujul 1 Tahun Ajaran
2010/2011
B. Perumusan Masalah
Sehubungan dengan latar belakang masalah di atas peneliti merumuskan
permasalahan yaitu : Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe
Teams Games Tournament dapat meningkatkan pemahaman konsep Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia siswa kelas V SD Negeri 1 Brujul tahun ajaran
2010/2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
C. Tujuan Penelitian
Sehubungan dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitiannya
yaitu : meningkatkan pemahaman konsep Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games
Tournament pada siswa kelas V SD Negeri 1 Brujul Karanganyar tahun ajaran
2010/2011.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1. Guru
a. Dapat meningkatkan kemampuan guru dalam mengatasi masalah pada
pembelajaran IPS dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif
tipe TGT (Teams Games Tournament).
b. Dapat menambah wawasan guru terutama yang berhubungan dengan
pembelajaran IPS, terutama tentang konsep Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia.
2. Siswa
a. Mempermudah siswa dalam memahami materi pelajaran IPS tentang
konsep Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
b. Meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran IPS materi
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
c. Melatih siswa bekerja secara kelompok dan berkompetisi.
d. Meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa, utamanya terkait
materi Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
e. Meningkatkan pemahaman konsep siswa mengenai materi Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia.
3. Manfaat bagi sekolah
Penelitian ini dapat digunakan sebagai wacana mengembangan prestasi
sekolah melalui berbagai kegiatan sehingga prestasi sekolah lebih terkesan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
tidak statis. Selain itu manfaat lainnya yaitu sebagai bahan untuk
pengembangan kurikulum di tingkat sekolah terutama di dalam kelas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games
Tournament
a. Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran terdiri dari dua kata yaitu model dan
pembelajaran. Kata model dalam Kamus Bahasa Indonesia (2008: 1034) adalah
contoh, pola, acuan, ragam, macam dan sebagainya, barang tiruan yang kecil
dan tepat sekali seperti yang ditiru. Menurut Sri Anitah (2009:45) model
memiliki arti suatu kerangka berpikir yang dipakai sebagai panduan untuk
melaksanakan kegiatan dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Sedangkan
Agus Suprijono (2010:45) mengatakan bahwa model merupakan interpretasi
terhadap hasil observasi dan pengukuran yang diperoleh dari beberapa sistem.
Adapun pembelajaran menurut Hamalik (1995:57) berpendapat pembelajaran
adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi,
material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Sedangkan Hamruni (2009:45),mengemukakan
bahwa pembelajaran adalah proses berpikir. Belajar berpikir menekankan
kepada proses mencari dan menemukan pengetahuan melalui interaksi antara
individu dan lingkungan. Dalam pembelajaran berpikir proses pendidikan di
sekolah tidak hanya menekankan kepada akumulasi pengetahuan materi
pelajaran, tetapi yang diutamakan adalah kemampuan siswa untuk memperoleh
pengetahuannya sendiri (self regulated). Agus Suprijono (2010:13)
berpendapat pembelajaran adalalah proses, cara, perbuatan mempelajari.
Istilah model pembelajaran dikatakan oleh Hamruni (2009:5) yaitu
mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuannya,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
sintaksnya, lingkungan, dan sistem pengelolaannya, sehingga model
pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada pendekatan, strategi,
metode atau prosedur. Sedangkan Trianto (2007:1) berpendapat model
pembelajaran merupkan suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai
pedoman dalam tutorial. Senada dengan pendapat di atas, Agus Suprijono
(2010:46) berpendapat model pembelajaran ialah kerangka konseptual yang
melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan penglaman belajar
untuk mencapai tujuan belajar. Model pembelajaran menurut Joice dan Weil
dalam Isjoni (2010:73) adalah suatu pola atau rencana yang sudah
direncanakan sedemikian rupa dan digunakan untuk menyusun kurikulum,
mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelasnya.
Dalam penerapan model pembelajaran ini harus disesuaikan dengan kebutuhan
siswa.
Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran adalah suatu pola yang dapat dijadikan acuan dalam melakukan
kegiatan belajar, berpikir dan mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.
b. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
cooperative
yang artinya mengerjakan ssuat secara bersama-sama dengan saling membantu
satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim. Menurut Slavin (2010:4),
pembelajaran kooperatif merujuk kepada berbagai macam metode pengajaran di
mana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu
satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Selanjutnya Anita Lie
dalam Isjoni dan Ismail (2008:150), menyebutkan pembelajaran kooperatif yaitu
kelompok pembelajaran yang memberi kesempatan pada peserta didik untuk
bekerja sama dengan siswa lain dalam tugas-tugasan yang terstruktur. Melalui
kerja sama akan dibuat keputusan oleh para siswa secara bersama-sama. Senada
dengan hal di atas Davidson dan Warsham dalam Isjoni (2010:28)
mengungkapkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan kegiatan belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9 mengajar secara kelompok kecil, siswa belajar dan bekerja sama untuk mencapai
pengalaman belajar yang berkelompok pengalaman individu maupun pengalaman
kelompok. Sedangkan George M Jacobs dalam http://www.georgejacobs.net
diunduh tanggal 25 April 3011 menyatakan bahwa Cooperative learning (CL) can
be defined as "concepts and techniques for helping students learn together
Artinya yaitu pembelajaran kooperatif dapat didefinisikan sebagai konsep dan
teknik untuk membantu siswa belajar bersama. Senada dengan di atas Kevin
Olivier (2009:1) a number of strategies whereby students help one another
acquire course content. Artinya kurang lebih salah satu strategi dimana siswa
saling membantu satu sama lain guna mencapai tujuan yang diinginkan. Johnson
dalam Isjoni (2010 : 22) mengemukakan Cooperative means working together to
accomplish shared goals. Within cooperative activities individuals seek outcomes
that are beneficial to all other groups members. Cooperative learning is the
intructional use of small group that allows students work together to maximize
their own and each other as learning. Berdasarkan uraian tersebut, pembelajaran
kooperatif mengandung arti bekerja sama dalam mencapai tujuan bersama.
Pembelajaran kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil untuk
memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok itu.
Agus Suprijono (2010:54) mengatakan pembelajaran kooperatif adalah konsep
yang lebih luas meliputi semua jenis kelompok termasuk bentuk-bentuk yang
lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Guru menetapkan tugas dan
pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang
dirancang membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksud.
Sugiyanto (2009:36) juga ikut mengemukakan pendapatnya, pembelajaran
kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan
kelompok kecil siswa untuk bekerjasama memaksimalkan konisi belajar untuk
mencapai tujuan belajar. Selain beberapa pendapat di atas, Rusman (2010:202)
pembelajaran kooperatif (Cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran
dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara
kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan
struktur kelompok yang beresifat heterogen. Dari beberapa pendapat di atas dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10 disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang
menempatkan siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil dengan tingkat
kemampuan atau jenis kelamin atau latar belakang yang berbeda. Pembelajaran
harus menekankan kerjasama dalam kelompok untuk mencapai tujuan yang sama.
Model pembelajaran kooperatif memiliki enam fase, yaitu
Fase-fase Perilaku guru
Fase 1:
Menyampaikan tujuan dan
memotivasi peserta didik
Guru menyampaikan semua tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai pada
pelajaran tersebut dan memotivasi siswa
belajar
Fase 2:
Menyajikan informasi
Guru menyampaikan informasi kepada
siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat
bahan bacaan.
Fase 3:
Mengorganisir peserta didik ke
kelompok kooperatif
Guru menjelaskan kepada pesrta didik
bagaimana caranya membentuk kelompok
belajar dan membantu setiap kelompok
agar melakukan transisi yang efisien
Fase 4:
Membimbing kelompok kerja dan
belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok
belajar pada saat mengerjakan tugas
mereka
Fase 5:
mengevaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang
materi yang telah dipelajari atau masing-
masing kelompok mempresentasikan hasil
kerjanya
Fase 6:
Memberikan penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk menghargai
baik upaya maupun hasil belajar individu
atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Tabel 1. Fase pembelajaran kooperatif
Ibrahim, dkk dalam Trianto (2009:67)
a. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif
Menurut Riyanto (2010:266), ciri-ciri pembelajaran kooperatif adalah
sebagai berikut:
1) Kelompok dibentuk dengan siswa kemampuan tinggi, sedang, rendah.
2) Siswa dalam kelompok sehidup semati.
3) Siswa melihat semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama.
4) Membagi tugas dan tanggung jawab sama.
5) Akan dievaluasi untuk semua.
6) Berbagi kepemimipinan dan keterampilan untuk bekerja bersama.
7) Diminta mempertanggungjawabkan individual materi yang ditangani.
Hal yang hampir sama dikatakan Rusman (2010:207) bahwa ciri-ciri
pembelajaran koooperatif diantaranya sebagai berikut:
1) Pembelajaran secara tim
2) Didasarakan pada manajemen kooperatif
3) Kemauan untuk bekerja sama
4) Keterampilan bekerja sama
Pendapat yang hampir sama dikatakan oleh Winastwaman (2010:60) yang
mengatakan pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa ciri, antara lain:
1) Ketrampilan sosial
Ketrampilan untuk menjalin hubungan antar pribadi dalam kelompok
untuk mencapai dan menguasai konsep yang diberikan guru
2) Interaksi tatap muka
Setiap individu akan berinteraksi secara bersemuka dalam kelompok.
3) Pelajar harus saling bergantung positif
4) Setiap siswa harus melaksanakan tugas masing-masing yang diberikan
untuk menyelesaikan tugas dalam kelompok itu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Melengkapi pendapat para ahli di atas, Sugiyanto (2009:40)
mengemukakan ciri-ciri pembelajaran kooperatif diantaranya:
1) Saling ketergantungan positif
2) Interaksi tatap muka
3) Akuntabilitas individual
4) Ketrampilan menjalin hubungan antar pribadi.
Selanjutnya Sri Anitah (2009:47) menyebutkan dalam pembelajaran
kooperatif itu terdapat ketergantungan positif. Ketergantungan dibantu dengan
cara memberi peran khusus anggota sebagai: pengamat, pengklarifikasi,
perekam dan pendorong. Memecah tugas menjadi sub-sub tugas untuk
mencapai keberhasilan tugas.
Dari beberapa pendapat ahli di atas, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa ciri-ciri pembelajaran kooperatif adalah ketergantungan positif, interaksi
tatap muka, ketrampilan sosial, akuntabilitas individual, Pembelajaran secara
tim, dan ketrampilan bekerja sama.
b. Tujuan dan Manfaat Pembelajaran Kooperatif
Pada dasarnya model pembelajaran kooperatif dikembangkan
untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yang
dirangkum Ibrahim, et al. (2000) dalam (Isjoni, 2009: 39) yaitu:
1) Hasil Belajar Akademik
Dalam pembelajaran kooperatif mencakup beragam tujuan
sosial, juga memperbaiki hasil belajar siswa atau tugas-tugas akademis
penting lainya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul
dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. Para
pengembang model telah menunjukan, modal stuktur penghargaan
kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik
dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar.
2) Penerimaan Terhadap Perbedaan Individu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan
secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya
kelas sosial, kemampuan dan ketidakmampuanya. Pembelajaran
kooperatif memberi peluang kepada siswa dari berbagai latarbelakang
dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas
akademik dan melalui sruktur penghargaan kooperatif akan belajar
saling menghargai satu sama lain.
Dalam pembelajaran kooperatif guru berperan sebagai
fasilitator. Guru bertanggung jawab untuk mengembangkan
kemampuan siswa, karena itu perbedaan-perbedaan yang ada di dalam
kelas diusahakan tidak menghambat dalam mewujudkan interaksi sosial
yang efektif diantara siswa. Hubungan persahabatan antara beberapa
orang siswa dapat dimanfaatkan dalam proses belajar mengajar. (Isjoni,
2009: 41)
3) Pengembangan Ketrampilan Sosial
Tujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif adalah
mengajarkan kepada siswa ketrampilan bekerjasama dan kolaborasi.
Ketrampilan ini amat penting dimiliki siswa sebagai warga masyarakat,
bangsa dan negara, karena mengingat kenyataan yang dialami bangsa
ini dalam mengatasi masalah-masalah sosial yang semakin kompleks,
serta tantangan bagi para peserta didik supaya mampu dalam
menghadapi persaingan global dan memenangkan persaingan tersebut.
Sependapat dengan di atas Riyanto (2010:267), pembelajaran kooperatif
memiliki tujuan untuk membelajarkan kecakapan akademik (academic skill),
sekaligus keterampilan sosial (social skill) termasuk interpersonal skill. Selain
pendapat di atas, Ibrahim, dkk dalam Holil (2007: http://
anwarholil.blogspot.com) diunduh tanggal 18 Januari 2011 mengatakan tujuan
pembelajaran kooperatif bukan hanya mempelajari materi saja, tetapi siswa atau
peserta didik juga harus mempelajari keterampilan-keterampilan khusus yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14 berfungsi melancarkan hubungan kerja dan tugas. Keterampilan- keterampilan itu
antara lain:
1) Keterampilan-keterampilan Sosial
Keterampilan sosial melibatkan perilaku yang menjadikan
hubungan sosial berhasil dan memungkinkan seseorang bekerja secara
efektif dengan orang lain.
2) Keterampilan Berbagi
Banyak siswa mengalami kesulitan berbagi waktu dan bahan.
Komplikasi ini dapat mendatangkan masalah pengelolaan yang serius
selama pelajaran pembelajaran kooperatif. Siswa-siswa yang
mendominasi sering dilakukan secara sadar dan tidak memahami
akibat perilaku mereka terhadap siswa lain atau terhadap kelompok
mereka.
3) Keterampilan Berperan Serta
Sementara ada sejumlah siswa mendominasi kegiatan
kelompok, siswa lain tidak mau atau tidak dapat berperan serta.
Terkadang siswa yang menghindari kerja kelompok karena malu.
Siswa yang tersisih adalah jenis lain siswa yang mengalami kesulitan
berperan serta dalam kegiatan kelompok.
4) Keterampilan-keterampilan Komunikasi
Kelompok pembelajaran kooperatif tidak dapat berfungsi
secara efektif apabila kerja kelompok itu ditandai dengan
miskomunikasi. Empat keterampilan komunikasi, mengulang dengan
kalimat sendiri, memberikan perilaku, memberikan perasaan, dan
mengecek kesan adalah penting dan seharusnya diajarkan kepada
siswa untuk memudahkan komunikasi di dalam seting kelompok.
5) Keterampilan-keterampilan Kelompok
Kebanyakan orang telah mengalami bekerja dalam kelompok
di mana anggota-anggota secara individu merupakan orang yang baik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
dan memiliki keterampilan sosial. Sebelum siswa dapat belajar secara
efektif di dalam kelompok pembelajaran kooperatif, mereka harus
belajar tentang memahami satu sama lain dan satu sama lain
menghormati perbedaan mereka.
Selain pendapat di atas, Isjoni (2010:21) mengemukakan bahwa tujuan
utama pembelajaran kooperatif adalah agar peserta didik dapat belajar secara
berkelompok bersama-sama teman-temannya dengan cara saling menghargai
pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan
gagasannya dengan menyampaikan pendapatnya secara kelompok.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli tersebut, maka dapat disimpulkan
bahwa tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah untuk membelajarkan
kecakapan akademik (academic skill), sekaligus ketrampilan sosial (social skill)
termasuk interpersonal skill. Dapat dikatakan bahwa pembelajaran kooperatif
membangun ketrampilan siswa dari berbagai aspek.
Selain memiliki tujuan di atas, pembelajaran kooperatif juga memilki
manfaat yang banyak. Manfaat pambelajaran kooperatif menurut Sri Anitah,dkk
(2008:3.4), yaitu: meningkatkan pengetahuan anggota kelompok, memecahkan
masalah bersama, memupuk rasa kebersamaan antarsiswa, meningkatkan
keberanian memunculkan ide atau pendapat, memupuk rasa tanggung jawab
individu, dan setiap anggota melihat dirinya sebagai milik kelompok yang merasa
memiliki tanggung jawab. Hal senada juga diungkapkan agus Suprijono (2010:58)
bahwa model pembelajaran kooperatif akan dapat bermanfaat menumbuhkan
pembelajaran efektif. Sealin pendapat para ahli di atas, manfaat pembelajaran
kooperatif juga disampaikan oleh Kagan dalam Winastawan Gora (2010:60), di
antaranya sebagai berikut:
1) Dapat meningkatkan pencapaian dan kemahiran kognitif siswa
2) Dapat meningkatkan kemahiran sosial dan memperbaiki hubungan
sosial
3) Dapat meningkatkan ketrampilan kepemimpinan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
4) Dapat meningkatkan percaya diri
5) Dapat meningkatkan kemahiran teknologi
Selain pendapat para ahli di atas Isjoni (2010:23) berpendapat bahwa
pembelajaran kooperatif memilki beberpa manfaat yaitu memungkinkan siswa
dapat meraih keberhasilan dalam belajar, di samping itu juga bias melatih siswa
memiliki keterampilan, baik keterampilan berpikir maupun keterampilan social.
Jadi dapat dikatakan pembelajaran kooperatif bermanfaat untuk
membelajarkan kecakapan akademik sekaligus keterampilan social. Yang
termasuk dalam kecakapan akademik adalah meningkatkan pencapaian dan
kemahiran kognitif siswa dan meningkatkan kemahiran teknologi. Kemudian
ketrampilan sosial meliputi hubungan sosial, ketrampilan kepemimpinan, percaya
diri dan lain-lain.
c. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif
1) Kelebihan Pembelajaran Kooperatif
Bila dibandingkan dengan pembelajaran yang masih bersifat
konvensional, pembelajaran kooperatif memiliki beberapa kekelebihan.
Model pembelajaran ini memungkinkan siswa untuk mengembangkan
pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan secara penuh dalam suasana
belajar yang terbuka dan demokratis. Siswa bukan lagi sebagai objek
pembelajaran, namun bisa juga berperan sebagai tutor bagi teman
sebayanya. Stahl dalam Isjoni (2010:35-36) mengemukakan, melalui
model pembelajaran kooperatif siswa dapat memperoleh pengetahuan,
kecakapan sebagai pertimbangan untuk berpikir dan menentukan serta
berbuat dan berpartisipasi sosial. Selanjutnya Hamruni (2009:170)
mengatakan, kelebihan pembelajaran kooperatif antara lain:
a) Siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru sebaliknya dapat menambah kemampuan berpikir sendiri dan menemukan informasi sendiri.
b) Mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide dengan kata-kata (verbal).
c) Menumbuhkan sikap respek pada orang lain, menyadari segala keterbatasannya dan menerima perbedaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
d) Membantu memperdayakan siswa untuk lebih bertanggung jawab.
e) Meningkatkan prestasi akademik dan kemampuan sosial. f) Mengembangkan kemampuan untuk menguji ide dan pemahaman
siswa sendiri. g) Meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi. h) Meningkatkan motivasi belajar.
Selain pendapat dari beberapa ahli di atas, Sugiyanto (2009:43)
menyebutkan kelebihan pembelajaran kooperatif, diantaranya adalah
a) Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial b) Memungkinkan siswa belajar tentang sikap, ketrampilan,
informasi, perilaku sosial dan pandanngan-pandangan c) Memudahkan siswa beradaptasi d) Memungkinkan terbentuknya nilai sosial dan komitmen e) Mereduksi sifat egois f) Membangun persahabatan yang kekal g) Berbagi ketrampilan sosial h) Meningkatkan percaya diri i) Meningkatkankemampuan memandang masalah dari berbagai
perspektif j) Meningkatkan rasa menghargai orang lain k) Berteman tanpa memandang perbedaan
Pendapat dari Sugiyanto di atas lebih condong mengenai
ketrampilan sosial. Aspek akademiknya sendiri tidak dikemukaan. Jadi
dapat dikatakan bahwa kelebihan dari pembelajaran kooperatif adalah
meningkatkan prestasi akademik, mengembangkan ketrampilan sosial,
mengembangkan toleransi dan tanggung jawab, melatih percaya diri dan
meningkatkan motivasi belajar.
2) Kelemahan Pembelajaran Kooperatif
Isjoni (2010:36) mengungkapkan kelemahan pembelajaran
kooperatif diantaranya yaitu a) lebih memerlukan banyak tenaga,
pemikaran dan waktu, b) dibutuhkan alat, fasilitas dan biaya yang lebih
banyak, c) topik yang dibahas bisa meluas. Sedangkan Hamruni
(2009:170) menyebutkan kelemahan dalam pembelajaran kooperatif
antara lain:
a) Penilaian yang diberikan berdasarkan hasil kerja kelompok.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
b) Dibutuhkan waktu yang lama untuk mengembangkan
kesadaran berkelompok.
c) Tidak semua aspek dapat dilakukan dengan kerja
kelompok.
Maka dapat disimpulkan kelemahan pembelajaran kooperatif
adalah a) lebih memerlukan banyak tenaga, pemikaran dan waktu, b)
dibutuhkan alat, fasilitas dan biaya yang lebih banyak, c) topik yang
dibahas bisa meluas, d) Penilaian yang diberikan berdasarkan hasil kerja
kelompok, e) Tidak semua aspek dapat dilakukan dengan kerja
kelompok.
d. Macam macam Pembelajaran Kooperatif
Dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa tipe pembelajaran
model kooperatif, yaitu di antaranya:
a) Jigsaw
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran yang
terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung
jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan
materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain. Seringkali jigsaw
disebut dengan kelompok ahli.
b) Student Team Achievement Division ( STAD )
Merupakan metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana yaitu
pendekatan dengan pembagian siswa melalui kelompok kelompok untuk
belajar bersama.
c) Group Investigation
Model koperatif tipe GI dengan sintaks: Pengarahan, buat kelompok
heterogen dengan orientasi tugas, rencanakan pelaksanaan investigasi, tiap
kelompok menginvestigasi proyek tertentu (bisa di luar kelas, misal
mengukur tinggi pohon, mendata banyak dan jenis kendaraan di dalam
sekolah, jenis dagangan dan keuntungan di kantin sekolah, banyak guru
dan staf sekolah), pengolahan data penyajian data hasil investigasi,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
presentasi, kuis individual, buat skor perkembangan siswa, umumkan hasil
kuis dan berikan reward.
d) Metode TAI ( Team assisted Individualization )
Merupakan metode pembelajaran yang membentuk kelompok kecil yang
diterapkan bimbingan antar teman, yaitu siswa yang pandai bertanggung
jawab terhadap siswa yang lemah.
e) Metode Numbered Head Together
Pembelajaran NHT diawali dengan membagi kelas dalam kelompok-
kelompok kecil. Kemudian guru memberi pertanyaan pada masing-masing
kelompok. pada saat ini siswa berdiskusi (heads together). Selanjutnya
guru memnggil siswa yang memiliki nomor yang sama dari tiap-tiap
kelompok dan mereka menjawab pertanyaan tersebut.
f) Metode pembelajaran TGT (Teams Games Tournament) yang menjadi
kajian dalam penelitian ini dan akan dibahas lebih jauh.
e. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT
Penulis memilih salah satu tipe dari pembelajaran kooperatif dari
berbagai macam pembelajaran kooperatif, yaitu pembelajaran kooperatif tipe
TGT. Isjoni (2010:83-84) mengatakan TGT adalah salah satu pembelajaran
kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang
beranggotakan 5-6 orang siswa yang heterogen. Guru menyajikan materi dan
siswa bekerja dalam kelompok. Selanjutnya, diadakan permainan akademik
atau disebut dengan turnamen. Sependapat dengan di atas Rusman (2010:224)
TGT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menmpatkan
siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan lima sampai
enam orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin, dan ras yang
berbeda. Sedangkan menurut Slavin (2010:166), Teams Games Tournament
dikembangkan oleh David DeVries dan Keith Edwards. Metode Teams
Games Tourenament merupakan metode pembelajaran pertama dari Johns
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Hopkins. Berikut deskripsi dari komponen komponen Teams Games
Tournament:
1) Game
Game terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang kontennya
relevan yang dirancang untuk menguji pengetahuan siswa yang
diperoleh dari presentasi kelas dan pelaksanaan kerja tim. Game
tersebut dimainkan di atas meja turnamen dengan tiga orang siswa,
yang masing-masing dari tim yang berbeda. Kebanyakan game hanya
berupa nomor-nomor pertanyaan seyang ditulis pada lembar yang
sama. Seorang siswa mengambil sebuah kartu bernomor dan harus
menjawab pertanyaan sesuai nomor yang tertera pada kartu tersebut
2) Turnamen
Turnamen adalah sebuah struktur berlangsungnya game.
Turnamen dilaksanakan pada akhir minggu atau akhir unit, setelah
guru memberikan presentasi di kelas dan tim telah melaksanakan kerja
kelompok. pada turnamen pertama, guru menunjuk siswa yang untuk
berada pada meja turnamen tertntu. Tiga siswa berprestasi tinggi pada
meja pertama. Tiga berikutnya pada meja 2, begitu seterusnya. Setelah
turnamen pertama, para siswa akan bertukar meja tergantung pada
kinerja mereka pada turnamen akhir. Pemenang dari tiap meja naik
pangkat ke meja berikutnya yang lebih tinggi. Skor tertinggi kedua
tetap tinggal di meja yang sama sedangkan skor terendah diturunkan
ke meja lebih rendah.
3) Tim
Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh
bagian dari kelas. Fungsi utama dari tim adalah memastikan
bahwasemua anggota tim benar-benar belajar dan mempersiapkan
anggotanya untuk bisa mengerjakan tugas dengan baik.
Maka dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa Teams Games
Tournament adalah salah satu pembelajaran kooperatif yang menempatkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 4-6 orang siswa
yang heterogen. Guru menyajikan materi dan siswa bekerja dalam kelompok
(teams). Selanjutnya, diadakan permainan akademik (games) atau disebut
dengan turnamen.
f. Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT
Menurut Saco (2006) dalam Suhadi (2008:http://suhadinet. wordpress.
com/) diunduh tanggal 24 Januari 2011, dalam TGT siswa memainkan
permainan-permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh
skor bagi tim mereka masing-masing. Permainan dapat disusun guru dalam
bentuk kuis berupa pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi
pelajaran. Kadang-kadang dapat juga diselingi dengan pertanyaan yang
berkaitan dengan kelompok (identitas kelompok mereka).
Permainan dalam TGT dapat berupa pertanyaan-pertanyaan yang
ditulis pada kartu-kartu yang diberi angka. Tiap siswa, misalnya, akan
mengambil sebuah kartu yang diberi angka tadi dan berusaha untuk menjawab
pertanyaan yang sesuai dengan angka tersebut. Turnamen harus
memungkinkan semua siswa dari semua tingkat kemampuan (kepandaian)
untuk menyumbangkan poin bagi kelompoknya. Prinsipnya, soal sulit untuk
anak pintar, dan soal yang lebih mudah untuk anak yang kurang pintar. Hal ini
dimaksudkan agar semua anak mempunyai kemungkinan memberi skor bagi
kelompoknya. Permainan yang dikemas dalam bentuk turnamen ini dapat
berperan sebagai penilaian alternatif atau dapat pula sebagai reviu materi
pembelajaran.
Selanjutnya Slavin dalam Riyanto (2010:268-270) berpendapat bahwa
di dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe TGT menggunakan
langkah-langkah persis sama dengan STAD. Hanya saja dilakukan modifikasi
pada evaluasi dilakukan menggunakan turnamen. Sehingga langkah
pembelajarannya menjadi sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
1) Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen
(campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dan lain-lain).
2) Guru menyajikan pelajaran.
3) Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-
anggota kelompok. Anggota yang tahu menjelaskan pada anggota
kelompok lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu
mengerti.
4) Guru memberi kuis/ pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat
menjawab kuis tidak boleh saling membantu.
5) Memberi evaluasi dalam bentuk turnamen.
6) Kesimpulan.
Isjoni (2010:85) menjelaskan permainan turnamen TGT langkah
pertama yaitu setiap pemain dalam tiap meja menentukan dulu pembaca soal
dan pemain yang pertama dengan cara undian. Kemudian pemain yang menang
undian mengambil kartu undian yang berisi nomor soal dan diberikan kepada
pembaca soal. Pembaca soal membacakan soal sesuai nomor pemain sesuai
dengan nomor undian yang diambil oleh pemain selanjutnya soal dikerjakan
secara mandiri. Setelah waktu untuk mengerjakan selesai maka pemain akan
membacakan hasil pekerjaan yang akan ditanggapi oleh penantang. Setelah itu
pembaca soal akan membaca kunci jawaban kepada pemain yang menjawab
benar atau penantang yang pertama kali menjawab benar. Jika semua pemain
menjawab salah maka kartu dibiarkan saja. Permainan dilanjutkan pada kartu
soal berikutnya sampai kartu soal habis. Permainan dapat dilakukan berulang
kali dengan syarat setiap peserta harus mempunyai kesempatan yang sama
sebagai pemain, penantang dan pembaca soal.
Pembaca soal hanya bertugas membaca soal dan membuka kunci
jawaban, tidak boleh ikut menjawab atau memberikan jawaban pada peserta
lain. Apabila permainan sudah selesai, setiap pemain dalam satu meja
menghitung jumlah kartu yang diperoleh dan menentukan poin yang diperoleh
berdasarkan tabel yang disediakan. Masing-masing pemain kembali ke
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
kelompoknya dan melaporkan poin pada ketua kelompok. Selanjutnya masing-
masing kelompok menjumlahkan seluruh poinnya.
TEAM A
TEAM B TEAM C
Bagan 1. Bagan penempatan pada meja turnamen
( Yatim Riyanto , 2010:270 )
Permainan dalam TGT dapat berupa pertanyaan-pertanyaan yang
ditulis pada kartu-kartu yang diberi angka. Tiap siswa, misalnya, akan
mengambil sebuah kartu yang diberi angka tadi dan berusaha untuk menjawab
pertanyaan yang sesuai dengan angka tersebut. Turnamen harus
memungkinkan semua siswa dari semua tingkat kemampuan (kepandaian)
untuk menyumbangkan poin bagi kelompoknya. Prinsipnya, soal sulit untuk
anak pintar, dan soal yang lebih mudah untuk anak yang kurang pintar. Hal ini
dimaksudkan agar semua anak mempunyai kemungkinan memberi skor bagi
kelompoknya. Permainan yang dikemas dalam bentuk turnamen ini dapat
A-1 A-2 A-3 A-4
Tinggi Sedang Sedang Rendah
Meja Turnamen
1
B-1 B-2 B-3 B-4
Tinggi Sedang Sedang Rendah
C-1 C-2 C-3 C-4
Tinggi Sedang Sedang Rendah
Meja Turnamen
2
Meja Turnamen
3
Meja Turnamen
4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
berperan sebagai penilaian alternatif atau dapat pula sebagai reviu materi
pembelajaran.
Slavin dalam Rusman (2010:225) mengatakan pembelajaran kooperatif
tipe TGT terdiri dari lima tahapan, yaitu tahap penyajian kelas (class
precentation), belajar dalam kelompok (teams), permainan (games),
pertandingan(tournament), dan penghargaan kelompok (team recognition).
Sependapat dengan di atas, Sri Anitah (2009:48) menjelaskan bahwa langkah-
langkah pembelajaran TGT adalah sebagai berikut:
1) Identifikasi masalah.
2) Pembahasan masalah dalam kelompok
3) Presentasi hasil bahasan kelompok
4) Kuis
5) Penguatan atau penghargaan.
2. Hakikat Pemahaman Konsep Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
a. Hakikat Pemahaman Konsep
Menurut KBBI, paham berarti mengerti benar, sedangkan
pemahaman memiliki arti proses, perbuatan, cara memahami atau
memahamkan. Sedangkan Daryanto (2005:92) mengatakan
Pemahaman yaitu memahami atau mengerti apa yang diajarkan,
mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan dan dapat
memanfaatkan isinya tanpa harus menghubungkannya dengan hal-
hal lain.
Selanjutnya Tim SBM PGSD (2007 : 35) mengungkapkan
perilaku yang tergolong ke dalam kategori kemampuan
pemahaman dapat dijabarkan ke dalam kata kerja operasional yang
mencerminkan hasil belajar untuk tingkat kemampuan pemahaman
diantarannya adalah membedakan, mengubah, mempersiapkan,
menanyakan, mengatur, menjelaskan, mendemonstrasikan dan
memberi contoh.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Pemahaman memerlukan kemampuan menangkap makna
atau arti dari suatu konsep. Maka dari itu diperlukan adanya
hubungan antara konsep dan makna yang ada dalam konsep
tersebut. Nana Sudjana (2009:24) berpendapat ada tiga kategori
pemahaman yang berlaku untuk umum, yaitu (1) pemahaman
terjemahan, yakni kesanggupan memahami makna yang
terkandung di dalamnya, (2) pemahaman penafsiran, yaitu
menghubungkan dua konsep yang berbeda, membedakan yang
pokok dan yang bukan pokok, (3) pemahaman ekstrapolasi, yaitu
kemampuan memahami dibalik yang tertulis dan meramalkan
sesuatu atau memperluas wawasan. Benyamin Bloom dalam
Harsanto (2009:90), mengungkapkan bahwa dalam tingkat berpikir
pemahaman, siswa harus mengubah informasi yang diterima
menjadi suatu pengertian atau konsep. Selanjutnya menurut Moore
dalam Tim IPS PGSD UNS (2003:2), definisi konsep adalah
sesuatu yang tersimpan dalam pikiran yang berupa suatu
pemikiran, ide atau gagasan. Sedangkan Sofa dalam
http://massofa.wordpress.com/2007/12//konsep-dasar-ilmu-sosial
diunduh tanggal 28 April 2011 konsep adalah pengertian yang
tergambar dalam pikiran yang menceritakan suatu benda atau suatu
gagasan baik konkrit atau abstrak. Selanjutnya pendapat Winkel
dalam Riyanto (2010:54), konsep adalah satuan arti yang mewakili
ciri-ciri yang sama. Belajar konsep merupakan salah satu cara
belajar dengan pemahaman. Parker dalam S.P Taneo (2009:1.18)
mendefinisikan konsep sebagai suatu gagasan yang ada melalui
contoh-contohnya. Dalam definisi menurut parker tersebut tersirat
bahwa seseorang harus terlibat dalam proses berpikir, yaitu
menyadari contoh-contoh konsep. Agus Suprijono (201:25)
pemahaman konsep adalah tindakan memahami kategori atau
konsep-konsep yang sudah ada sebelumnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
pemahaman konsep adalah proses mengubah informasi yang
berupa data atau fakta yang diterimanya agar siswa lebih mengerti
sesuatu yang tersimpan dalam pikirannya, sebagai alat untuk
berpikir.
b. Pengertian IPS
Menurut Silvester Petrus Taneo (2009:1.14) mengatakan
bahwa IPS adalah ilmu pengetahuan yang memadukan sejumlah
konsep pilihan dari cabang-cabang ilmu sosial dan ilmu lainnya
serta kemudian diolah berdasarkan prinsip pendidikan dan didaktik
untuk dijadikan program pengajaran pada tingkat persekolahan.
Sedangkan Sumantri dalam Hidayati,dkk (2008:1.3), menyatakan
bahwa IPS merupakan suatu program pendidikan dan bukan sub-
disiplin ilmu tersendiri, sehingga tidak akan ditemukan baik dalam
nomenklatur filsafat ilmu, disiplin ilmu-ilmu sosial (social
science), maupun ilmu pendidikan. Hal senada di ungkapkan oleh
Sofa dalam http://massofa.wordpress.com/2007/12/21/hakekat-ips-
sebagai-program-studi/ di unduh tanggal 28 april 2011 IPS
merupakan mata pelajaraan atau mata kuliah yang mempelajari
kehidupan sosial yang kajiannya mengintegrasikan bidang-bidang
ilmu sosial dan humaniora. IPS adalah bidang studi yang
mempelajari dan menelaah serta menganalisis gejala dan masalah
sosial di masyarakat ditinjau dari berbagai aspek kehidupan secara
terpadu Http://pustaka.ut.ac.id/ di unduh tanggal 28 April 2011.
Sependapat dengan para ahli di atas Jarolimek dalam S.P Taneo
(2009:1.14) the social studies as a part of elementary School
curriculum draw subject matter conten from social science,
history, sociology, polotical science, social psychology,
philoshopy, anthropology, and ekonomic. Artinya kurang lebih
adalah IPS merupakan bagian dari kurikukulum sekolah dasar yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
di dalamnya terdiri dari ilmu sosial, sejarah, sisiologi, ilmu politik,
psikologi sosial, filosofi, antropologi, dan ekonomi. Dengan
demikian IPS itu sebenarnya adalah perpaduan dari berbagai ilmu-
ilmu sosial seperti sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, dan
sebagainya. Ilmu sosial dipergunakan untuk melakukan pemecahan
sosial yang dilaksanakan dalam pembelajaran IPS.
Pendidikan IPS diperlukan untuk mengenalkan siswa
dengan masyarakat dan lingkungannya. Dengan pembelajaran IPS,
diharapkan siswa dapat memiliki sikap peka dan tanggap untuk
bertindak secara rasional dan bertanggung jawab dalam
memecahkan masalah-masalah sosial yang dihadapi dalam
kehidupannya.
Menurut Hidayati,dkk (2009:4.6), dengan mengkorelasikan
bahan pengajaran yang diambil dari permasalahan yang terjadi di
masyarakat dengan materi yang ada pada kurikulum, diharapkan
IPS menarik perhatian siswa. Hal ini dikarenakan belajar IPS tidak
hanya berupa hafalan dari buku, tetapi langsung memecahkan
persoalan sosial yang sedang dihadapi siswa di lingkungannya.
Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa IPS adalah bidang
studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala dan
masalah sosial di masyarakat dengan meninjau dari berbagai
masalah sosial di masyarakat dari berbagai aspek kehidupan atau
satu perpaduan dari bahan kajian IPS yang meliputi ekonomi,
geografi,sosial, antropologi, tata negara, dan sejarah yang
merupakan perwujudan dari suatu pendekatan inter-disipliner dari
pelajaran ilmu-ilmu sosial. Ilmu sosial dipergunakan untuk
melakukan pemecahan sosial yang dilaksanakan dalam
pembelajaran IPS.
c. Tujuan IPS
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Setiap usaha pendidikan senantiasa memiliki tujuan tertentu
yang hendak dicapai. Berdasarkan tujuan pembelajaran yang jelas,
tegas terarah, barulah pendidik dapat menentukan usaha apa yang
akan dilakukannya dan bahan pelajaran apa yang sebaiknya
diberikan pada anak didiknya. Oemar Hamalik dalam Hidayati,dkk
(2009:1.24), merumuskan bahwa tujuan pendidikan IPS
berorientasi pada tingkah laku para siswa, yaitu: (a) pengetahuan
dan pemahaman, (b) sikap hidup belajar, (c) nilai-nilai sosial dan
sikap, serta (d) keterampilan. Sedangkan hasil penelitian Aqib
dalam Aqib (2009:133), IPS di Sekolah Dasar bertujuan agar siswa
mampu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dasar
yang berguna bagi dirinya dalam kehidupan sehari-hari. Mata
pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memilki kemampuan
sebagai berikut:
1) Mengajarkan konsep-konsep dasar sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah dan kewarganegaraan dan paedagogis yang berkaitan dengan masyarakat.
2) Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, inquiri, memecahkan masalah dan ketrampilan sosial.
3) Membangun komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial
4) Meningkatkan kemampuan bekerjsama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, baik secara nasional maupun global. (Depdiknas, 2008:24)
Alasan mempelajari IPS untuk pendidikan dasar dan
menengah di antaranya adalah sebagai berikut:
1). Agar siswa dapat mensistematisasikan bahan, informasi, dan atau kemampuan yang telah dimilki menjadi lebih bermakna.
2). Agar siswa dapat lebih peka dan tanggap terhadap berbagai masalah sosial secara rasional dan bertanggung jawab
3). Agar siswa dapat mempertinggi toleransi dan persaudaraan di lingkungan sendiri dan antar manusia. S.P. Taneo (2009:1.13)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Jadi dapat disimpulkan tujuan IPS adalah 1). Agar siswa
dapat mensistematisasikan bahan, informasi, dan atau
kemampuan yang telah dimilki menjadi lebih bermakna. 2). Agar
siswa dapat lebih peka dan tanggap terhadap berbagai masalah
sosial secara rasional dan bertanggung jawab 3). Agar siswa dapat
mempertinggi toleransi dan persaudaraan di lingkungan sendiri
dan antar manusia.
d. Materi IPS
Pelajaran IPS merupakan perpaduan dari berbagai ilmu-
ilmu sosial yang di dalamnya terdiri dari ilmu sosial, sejarah,
sosiologi, ilmu politik, psikologi sosial, filosofi, antropologi, dan
ekonomi. Materi IPS terdiri dari berbagai macam . Menurut
Mulyono Tjokrodikaryo dalam Hidayati, dkk (2008: 1.26) dari segi
materi, ada 5 macam sumber materi IPS antara lain:
(1) Segala sesuatu atau apa saja yang ada dan terjadi di sekitar anak sejak dari keluarga, sekolah, desa, kecamatan sampai lingkungan yang luas negara dan dunia dengan berbagai permasalahannya; (2) Kegiatan manusia misalnya: mata pencaharian, pendidikan, keagamaan, produksi, komunikasi, transportasi; (3) Lingkungan geografi dan budaya meliputi segala aspek geografi dan antropologi yang terdapat sejak dari lingkungan anak yang terdekat sampai yang terjauh; (4) Kehidupan masa lampau, perkembangan kehidupan manusia, sejarah yang dimulai dari sejarah lingkungan terdekat sampai yang terjauh, tentang tokoh-tokoh dan kejadian-kejadian yang besar. (5) Anak sebagai sumber materi meliputi berbagai segi, dari makanan, pakaian, permainan, keluarga
Dengan begitu dapat dikatakan bahwa pelajaran IPS
merupakan segala sesuatu yang berkaitan dengan kita mulai dari
manusia dengan permasalahannya, kegiatan manusia, budaya,
linkungan geografi, dan kehidupan masa lampau.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Maka dari itu IPS merupakan pelajaran yang penting Salah
satu yang perlu diperhatikan adalah pelajaran IPS pada tingkat
Sekolah Dasar. Selanjutnya kelas 5 sekolah dasar juga diberikan
pelajaran IPS yang berisi berbagai macam materi. Diantaranya dari
semester 1 yaitu 1) Peninggalan Sejarah Hindu-Buddha dan Islam,
2) Tokoh-tokoh Sejarah Hindu-Buddha dan Islam, 3) Keragaman
Kenampakan dan Pembagian Wilayah Waktu di Indonesia, 4)
Keragaman Suku Bangsa dan Budaya di Indonesia, 5) Usaha dan
Kegiatan Ekonomi di Indonesia. Sedangkan pada semester 2 yaiu
1) Perjuangan Melawan Penjajahan, 2) Perjuangan Mempersiapkan
Kemerdekaan Indonesia, 3) Proklamasi Kemerdekaan Republik
Indonesia, 4)Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan. Dari
berbagai macam materi kelas lima, materi semester dua akan dikaji
lebih jauh khususnya pada materi Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia. Yang dipelajari dalam materi Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia dalah peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dan
Tokoh-tokoh Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
e. Materi Proklamasi Kemedekaan Indonesia
1) Peristiwa-peristiwa Sekitar Proklamasi Kemerdekaan 17
Agustus 1945.
a) Pertemuan di Dalat
Pada tanggal 12 Agustus 1945 tiga tokoh
pergerakan nasional, yaitu Dr. Radjiman Wedyodiningrat,
Ir. Sukarno, dan Drs. Mohammad Hatta memenuhi
undangan Jenderal Terauchi di Dalat (Vietnam Selatan).
Jenderal Terauchi adalah Panglima tentara Jepang di Asia
Tenggara. Dalam pertemuan itu, Jenderal Terauchi
mengatakan pemerintah Jepang telah memutuskan untuk
memberikan kemerdekaan kepada Indonesia. Keputusan itu
diambil setelah Amerika Serikat menjatuhkan bom atom di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Jepang. Bom atom pertama dijatuhkan di kota Hiroshima
pada tanggal 6 Agustus 1945. Bom kedua dijatuhkan di
kota Nagasaki pada tanggal 9 Agustus 1945. Akibatnya,
Jepang menyatakan menyerah tanpa syarat kepada Sekutu
pada tanggal 14 Agustus 1945.
b) Menanggapi berita kekalahan Jepang
Berita tentang kekalahan itu sangat dirahasiakan
oleh Jepang. Semua radio disegel oleh pemerintah Jepang.
Namun demikian, ada juga tokoh-tokoh pergerakan yang
dengan sembunyi-sembunyi mendengar berita tentang
kekalahan Jepang tersebut. Di antaranya adalah Sutan
Syahrir. Pada tanggal 14 Agustus 1945 sore, Sutan Syahrir
sudah menunggu kedatangan Mohammad Hatta dari Dalat.
Syahrir mendesak agar proklamasi jangan dilakukan oleh
PPKI. Menurut Syahrir, Negara Indonesia yang lahir
dengan cara demikian akan dicap oleh Sekutu sebagai
negara buatan Jepang. Syahrir mengusulkan agar
proklamasi kemerdekaan dilakukan oleh Bung Karno saja
sebagai pemimpin rakyat, atas nama rakyat lewat siaran
radio.
c) Peristiwa Rengasdengklok
Setelah mengetahui pendirian golongan tua, golongan
muda mengadakan rapat lagi menjelang pukul 24.00.
Mereka melakukan rapat di Asrama Baperpi, Cikini 71,
Jakarta. Rapat tersebut selain dihadiri mereka yang
mengikuti rapat di Pegangsaan Timur, juga dihadiri oleh
Sukarni, Jusuf Kunto, dr. Muwardi, dan Sodancho Singgih.
Dalam rapat itu diputuskan untuk mengungsikan Sukarno
dan Hatta
menjauhkan kedua pemimpin nasional itu dari pengaruh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Jepang. Untuk menghindari kecurigaan dan tindakan yang
dapat diambil oleh tentara Jepang, rencana itu diserahkan
kepada Sodancho Singgih. Rencana itu berhasil dengan
baik berkat dukungan Cudanco Latief Hendraningrat,
berupa perlengkapan tentara Peta. Pagi-pagi buta sekitar
pukul 04.00, tanggal 16 Agustus 1945, Sukarno-Hatta
dibawa ke Rengasdengklok. Sehari penuh kedua pemimpin
di Rengasdengklok. Selain untuk menjauhkan
Sukarno-Hatta dari pengaruh Jepang, para pemuda
bermaksud memaksa mereka agar segera memproklamasi
kemerdekaan lepas dari segala sesuatu yang berkaitan
dengan Jepang. Ternyata kedua tokoh ini cukup berwibawa.
Para pemuda pun segan untuk mendesak mereka. Namun,
Sodancho Singgih memberikan keterangan bahwa dalam
pembicaraan berdua dengan Bung Karno, Bung Karno
menyatakan bersedia melaksanakan proklamasi segera
setelah kembali ke Jakarta. Berdasarkan hal itu, siang itu
juga Singgih kembali ke Jakarta. Ia menyampaikan rencana
Proklamasi kepada para pemimpin pemuda di Jakarta.
Sementara itu, di Jakarta, golongan tua dan golongan muda
sepakat bahwa proklamasi kemerdekaan dilakukan di
Jakarta. Golongan tua diwakili Mr. Ahmad Subarjo dan
golongan muda yang diwakili Wikana. Laksamana Maeda,
bersedia menjamin keselamatan mereka selama berada di
rumahnya. Maeda adalah seorang Perwira penghubung
Angkatan Darat dan Angkatan Laut Jepang.
Berdasarkan kesepakatan itu, Jusuf Kunto, dari
pihak Pemuda mengantar Ahmad Subarjo ke
Rengasdengklok pada hari itu juga. Mereka akan
menjemput Sukarno-Hatta. Semula para pemuda tidak mau
melepas Sukarno-Hatta. Ahmad Subarjo memberi jaminan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
bahwa proklamasi kemerdekaan akan diumumkan pada
tanggal 17 Agustus keesokan harinya, selambat-lambatnya
pukul 12.00. Bila hal tersebut tidak terjadi, Ahmad Subarjo
rela mempertaruhkan nyawanya. Dengan jaminan itu,
komandan kompi Peta setempat, Cudanco Subeno, bersedia
melepaskan Sukarno-Hatta kembali ke Jakarta.
d) Perumusan teks proklamasi
Sesampai di Jakarta Sukarno-Hatta bersama
Laksamana Maeda menemui Mayjen Nishimura untuk
berunding. Nishimura tidak mengizinkan proklamasi
kemerdekaan. Kemudian, mereka menuju rumah
Laksamana Maeda di Jalan Imam Bonjol No. 1. Di tempat
inilah naskah proklamasi dirumuskan. Para pemuka
Indonesia yang hadir berkumpul dalam dua ruangan, ruang
makan dan serambi depan. Perumusan teks proklamasi
dilakukan di dalam ruang makan oleh Sukarno, Hatta, dan
Mr. Ahmad Soebardjo. Sukarno menulis rumusan
proklamasi tersebut.
e) Detik-detik Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945
Pada tanggal 17 Agustus 1945 pagi banyak orang
berkumpul di kediaman Sukarno. Sekitar pukul 10.00, Ir.
Sukarno didampingi Drs. Mohammad Hatta
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Berikut ini
teks proklamasi kemerdekaan:
Proklamasi
Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan
kemerdekaan Indonesia. Hal-hal yang mengenai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
pemindahan kekusaan d.l.l., diselenggarakan dengan cara
seksama dan dalam tempo yang sesingkatsingkatnya.
Atas nama Bangsa
Indonesia
Sukarno/Hatta
2) Tokoh-tokoh Penting dalam Peristiwa Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia
Ada banyak tokoh yang turut terlibat dalam
peristiwa Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.
Tokoh-tokoh yang terlibat dalam peristiwa proklamasi
dibagi menjadi dua golongan, yaitu golongan tua dan
golongan muda. Kedua golongan ini sama-sama berjuang
agar Indonesia segera merdeka.
Setelah kita mengetahui riwayat hidup para tokoh
tersebut, kita bisa meneladani hal-hal positif yang telah
mereka lakukan. Selanjutnya, mari kita bahas beberapa
tokoh penting yang berperan dalam peristiwa proklamasi
kemerdekaan.
a) Ir. Sukarno (1901-1970)
Sukarno adalah tokoh sangat penting dalam
peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Sebagai
pemimpin Indonesia yang menonjol waktu itu, Bung Karno
dipilih menjadi ketua PPKI. Sebagai Ketua PPKI, beliau
menemui penguasa Jepang di Indonesia, yaitu Mayjen
Nishimura. Mereka membicarakan kemerdekaan Indonesia.
Beliau dan para pemimpin yang lain tetap melanjutkan
tekad memproklamasikan kemerdekaan meskipun tanpa
persetujuan penguasa Jepang. Bung Karno bersama dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Bung Hatta dan Ahmad Subarjo merumuskan naskah
Proklamasi. Bahkan rumusan awal naskah proklamasi
adalah tulisan tangan Bung Karno. Peran Bung Karno yang
sangat menonjol adalah bersama Bung Hatta bertindak
sebagai Proklamator. Bung Karno lah yang akhirnya
dengan penuh keberanian dan kekhidmatan
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal
17 Agustus 1945.
b) Drs. Mohammad Hatta
Peran Drs. Mohammad Hatta dalam peristiwa
proklamasi kemerdekaan sangat penting. Waktu itu, Bung
Hatta dianggap sebagai pemimpin utama Bangsa Indonesia
selain Bung Karno. Karena peran beliau, pendapat
golongan tua dan golongan muda bisa dipertemukan. Beliau
berdialog dengan golongan muda tentang cara
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
c) Ahmad Subarjo,
Ahmad Subarjo adalah Penasihat PPKI. Peran
penting Subarjo adalah turut merumuskan naskah
Proklamasi Kemerdekaan. Bersama Bung Karno dan
Bung Hatta, Beliau merumuskan naskah Proklamasi.
d) Ibu Fatmawati
Sebagai istri pemimpin Bangsa Indonesia,
Fatmawati turut mendampingi Bung Karno. Beliau
menjahit Bendera Pusaka, Merah Putih. Beliau menjahit
Bendera Pusaka ini pada bulan Oktober 1944. Bendera
ini dikibarkan setelah Bung Karno membaca
Proklamasi.
e) Sutan Syahrir
Sutan Syahrir adalah tokoh politik, pejuang
kemerdekaan, dan perdana menteri pertama RI. Syahrir
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
adalah salah satu tokoh yang paling awal mengetahui
berita Jepang menyerah kepada Sekutu. Setelah beliau
mengetahui berita tersebut beliau mendesak Sukarno-
Hatta untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia
di luar rapat PPKI.
f) Laksamana Takasi Maeda
Laksamana Maeda adalah seorang perwira
penghubung Jepang. Beliau mendukung gerakan
kemerdekaan Indonesia. Beliau menjamin keselamatan
perencanaan proklamasi. Perumusan teks Proklamasi
dilakukan di rumah beliau.
B. Hasil Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini diantaranya:
1. Penelitian dari Indrayati yang berjudul peningkatkan hasil
belajar IPS tentang Keragaman Kenampakan Alam dan Suku
Bangsa Serta Budaya melalui penerapan pembelajaran
kooperatif learning model Team Games Tournament bagi
siswa kelas V SD Negeri Tunggulsari 1 Surakarta. Penelitian
ini berbentuk PTK dan dilaksanakan pada tahun 2008. Dari
hasil penelitian tersebut telah disimpulkan bahwa hasil belajar
IPS tentang Keragaman Kenampakan Alam Dan Suku Bangsa
Serta Budaya melalui penerapan pembelajaran kooperatif
learning model Team Games Tournament bagi siswa kelas V
SD Negeri Tunggulsari 1 Surakarta mengalami peningkatan.
Tujuan pembelajaran dapat tercapai telah tercapai. Terbukti
dengan nilai rata-rata kelas 65,36 pada siklus pertama menjadi
77,48 pada siklus kedua. Penelitian ini memiliki persamaan
pada variabelnya yaitu penggunaan kooperatif lerning model
Teams Games Tournament. Selain itu persamaan lainnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
adalah sama-sama pelajaran IPS kelas V akan tetapi beda
materinya. Penelitian dari Indrayati menggunakan variabel
hasil belajar sedangkan penelitian ini menggunakan
pemahaman konsep
2. Penelitian dari Maria Yosiana Dwi Anggraeni dengan
Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model TGT (Teams
Games Tournament) untuk Meningkatkan Motivasi, Aktivitas
dan Hasil Belajar Siswa Kelas X SMA Negeri 9 Malang.
Penelitian berbentuk skripsi yang dilakukan pada tahun
2009Dari hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa
Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model TGT (Teams
Games Tournament) dapat Meningkatkan Motivasi, Aktivitas
dan Hasil Belajar Siswa Kelas X SMA Negeri 9 Malang. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa penggunaan pembelajaran
kooperatif model TGT hasil belajar siswa setiap siklusnya
mengalami peningkatan, dari yang kurang baik menjadi baik.
Terbukti dengan prestasi rata-rata kelas 67,71 pada siklus 1 dan
prestasi rata-rata kelas 79,76 pada siklus 2. Selanjutnya dari
hasil observasi didapatkan kesimpulan bahwa motivasi dan
aktivitas siswa mengalami peningkatan pada setiap siklusnya.
Penelitian ini memiliki persamaan pada variabelnya yaitu
penggunaan kooperatif lerning model Teams games
tournament. Sedangkan perbedaannya adalalah penelitian dari
Maria Yosiana Dwi Anggraeni meneliti tentang motivasi,
aktivitas dan hasil belajar. Selain itu penelian Maria Yosiana
Dwi Anggraeni dilakukan pada kelas X SMA Negeri 9 Malang.
3. Penelitian dari
Kemampuan Berbicara dengan Pembelajaran Kooperatif Model
TGT pada Siswa Kelas IV SD Negeri Pilangsari 1 Kec.
Penelitian ini berbentuk
skripsi yang dilakukan pada tahun 2009. Berdasarkan hasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
penelitian tindakan kelas menyimpulkan bahwa pembelajaran
kooperatif model TGT mampu meningkatkan kemampuan
berbicara siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penggunaan pembelajaran kooperatif model TGT hasil belajar
siswa setiap siklusnya mengalami peningkatan, dari yang
kurang baik menjadi baik. Secara berturut-turut (berdasar siklus
I, II, dan III) hasil belajar kemampuan berbicara kelas IV SD
Negeri Pilangsari 1 Kecamatan Ngrampal, Kabupaten Sragen
dengan rata-rata prestasi kelas sebesar 64,3 pada siklus I, siklus
II sebesar 65,8. Penelitian ini juga terdapat persamaannya taitu
penggunaan pembelajaran kooperatif tipe TGT, perbedannya
penelitian dari Sumarni meneliti tentang kemempuan berbicara.
C. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir merupakan alur penalaran yang sesuai dengan
tema dan masalah penelitian, serta didasarkan pada kajian teoritis. Pada
kondisi awal, pemahaman konsep materi pada mata pelajaran IPS siswa
kelas V SDN 1 Brujul, Jaten, Karanganyar dapa dikatakan belum
maksimal, terbukti dari 45,83% siswa yang dapat mencapai KKM yang
ditentukan. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, salah satu
faktornya adalah suasana pembelajaran yang menarik sehingga siswa
mudah merasa bosan dan belum menggunakan model pembelajaran yang
bervariasi.
Maka dari itu, dibutuhkan adanya suatu model pembelajaran yang
dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa pada pelajaran IPS.
Diantara berbagai model dalam pembelajaran, model kooperatif tipe
Teams Games Tournament adalah model yang diharapkan dapat
membantu meningkatkan pemahaman konsep siswa, khususnya
pemahaman konsep pada materi Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Melalui kolaborasi antara peneliti dan guru kelas, model kooperatif tipe
Teams Games Tournament akan diterapkan dengan menggunakan Siklus I
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
dan Siklus II yang melalui tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan,
dan refleksi. Siklus I memiliki indikator ketercapaian 70% dan siklus II
ditingkatkan menjadi 80%.
Berdasarkan hal tersebut, maka pada kondisi akhir dapat diperoleh
bahwa dengan model kooperatif tipe Teams Games Tournament dapat
meningkatkan pemahaman konsep Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
pada siswa kelas V SD Negeri 1 Brujul, Jaten, Karanganyar.
Secara Skematis uraian digambarkan kerangka pemikirannya
sebagai berikut:
Guru belum menggunakan kooperatif learning tipe TGT dalam pembelajaran IPS materi proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Menerapkan pembelajaran kooperatif tipe
TGT
Tindakan
Melalui model TGT dapat meningkatkan pemahaman konsep
Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia
Kondisi akhir
Pemahaman
konsep Proklamasi
Kemerdekaan
Indonesia rendah
SIKLUS I: Konseptual
Penjelasan dan pemberian contoh pelaksanaan team games turnament
SIKLUS 2: Konseptual dan implementasi
Penjelasan dan penerapan
permaianan (games tournament)
Kondisi awal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Gambar 3. Skema kerangka berpikir
D. Hipotesis
Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir di atas, maka
dalam penelitian ini dapat dikemukakan hipotesis sebagai berikut:
Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games
Tournament (TGT) dapat meningkatkan pemahaman konsep Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia siswa kelas V SD Negeri 1 Brujul Tahun Ajaran
2010/2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kelas V SD Negeri 1 Brujul Semester Genap
Tahun ajaran 2010/2011. Alasan pemilihan tempat tersebut adalah 1) peneliti
sudah cukup mengenal dan berhubungan baik dengan sekolah tersebut, 2) sekolah
tersebut masih jarang diadakan penelitian yang serupa, hingga terhindar penelitian
ulang, 3) lokasi sekolah pernah digunakan peneliti untuk kegiatan PPL
2.Waktu Penelitian
Pada penelitian ini waktu penelitian dilaksanakan secara bertahap, secara
garis besarnya dapat di bagi menjadi 3 tahap, yaitu tahap persiapan, tahap
penelitian dan tahap penyelesaian. Penelitian ini di mulai dari bulan Januari 2011
sampai dengan bulan Juni 2011.Tahap persiapan dilaksanakan pada bulan Januari-
Maret, sedangkan tahap penelitian dilaksanakan pada bulan Maret April dan
selanjutnya tahap penyelesaian dilaksanakan pada bulan April-Juni. (jadwal
terlampir pada halaman 180)
B. Subyek Penelitian
Subjek penelitian adalah siswa kelas V (Lima) SD Negeri 1 Brujul
tahun ajaran 2010/2011 yang berjumlah 24 siswa terdiri dari 13 laki-laki dan
11 perempuan.
C. Bentuk dan Strategi Penelitian
1. Bentuk Penelitian
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas. Dari namanya
menunjukkan isi yang terkandung di dalamnya, yaitu sebuah kegiatan penelitian
yang dilakukan di dalam kelas (Suharsimi Arikunto, 2008: 2).
Penelitian tindakan kelas termasuk penelitian yang reflektif. Kegiatan
penelitian dimulai dari permasalahan yang riil yang dihadapi oleh guru dalam
proses pembelajaran, kemudian direfleksikan alternatif pemecahan masalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
tersebut. Setelah itu, masalah tersebut ditindaklanjuti dengan tindakan-tindakan
terencana dan terukur. Oleh karena itu, penelitian tindakan kelas membutuhkan
kerjasama antara peneliti, guru, peserta didik, dan staf sekolah lainnya untuk
menciptakan suatu kinerja sekolah yang lebih baik.
Prinsip utama dalam PTK adalah pemberian tindakan dalam siklus yang
bertahap dan berkelanjutan samapai memperoleh hasil yang ditetapkan. Siklus
yang dinamis dengan tindakan yang sama. Sebagaimana yang diungkapkan oleh
Suhardjono dalam Suharsimi Arikunto (2008: 73), bahwa PTK dilaksanakan
dalam bentuk siklus berulang yang di dalamnya terdapat empat tahapan utama
kegiatan, yaitu (a) perencanaan; (b) tindakan; (c) pengamatan; dan (d) refleksi.
2. Strategi Penelitian
Strategi penelitian adalah penelitian tindakan kelas secara rinci diuraikan
sebagai berikut:
a. Tahap perencanaan tindakan meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
1) Membuat skenario pembelajaran
2) Mempersiapkan instrumen penelitian
3) Mempersiapkan dan merancang tindakan yang sesuai dengan standar
kompetensi dan kompetensi dasar.
4) Mengajukan solusi alternatif.
b. Tahap pelaksanaan tindakan dilakukan dengan melaksanakan proses
pembelajaran sesuai rancangan. Setiap tindakan dan proses pembelajaran
tersebut selalu diikuti kegiatan pemantauan.
c. Tiap pengamatan dan interprestasi dilakukan dengan mengamati dan
menginterprestasi aktivitas penerapan tindakan pada pembelajaran. Pada tahap
interprestasi proses koreksi hasil kerja dilakukan oleh peneliti. Interprestasi ini
berguna untuk mengetahui apakah tindakan yang dilakukan dapat mengatasi
permasalahan yang ada.
d. Tahap analisis dan refleksi dilakukan dengan menganalisis hasil pengamatan
dan interprestasi sehingga diperoleh simpulan tentang bagian yang perlu
diperbaiki dan bagian yang telah mencapai tujuan penelitian. Dari hasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
penarikan kesimpulan tersebut, dapat diketahui apakah penelitian ini mencapai
keberhasilan atau tidak. Supardi dalam Suharsimi Arikunto (2008: 133)
menjelaskan bahwa refleksi (reflection) adalah kegiatan mengulas secara kritis
(reflective) tentang perubahan yang terjadi (a) pada peserta didik; (b) suasana
kelas; dan (guru). Pada tahap ini, guru sebagai peneliti menjawab pertanyaan
mengapa (why), bagaimana (how), dan seberapa jauh (to what extent)
intervensi telah menghasilkan perubahan secara signifikan.
D. Sumber Data
Menurut Suharsimi (2010: 172) sumber data adalah subjek dari mana
data dapat diperoleh. Sumber data merupakan asal data tersebut diperoleh.
Suharsimi Arikunto dkk (2006:129) mengatakan data yang baik adalah data
yang di ambil dari sumber yang akurat dan tepat. Macam sumber data ada dua,
yaitu
1. Sumber data primer
Sumber data primer dalam penelitian ini yaitu peserta didik kelas V
dan guru V SD N 1 Brujul tahun ajaran 2010/2011
2. Sumber data sekunder
Sumber data sekunder digunakan untuk melengkapi data atau
informasi yang mungkin kurang lengkap apabila hanya di dapat dari
sumber primer primer saja. Sumber data sekunder dalam penelitian ini
yaitu arsip atau dokumen, catatan observasi guru dan hasil nilai peserta
didik.
E. Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan bentuk penelitian tindakan kelas dan juga jenis sumber
data yang dimanfaatkan, maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah :
1. Dokumentasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Suharsimi (2010:274) menyebutkan, dokumentasi adalah mencari data
mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat
kabar, majalah, prsasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya.
Dokumentasi merupakan suatu metode untuk memperoleh sesuatu dengan
melihat buku-buku, arsip-arsip atau catatan yang berhubungan dengan orang-
orang yang diteliti. Kajian dokumen antara lain dilakukan terhadap :
a. Arsip : silabus IPS kelas V SD, Rencana Pelaksanaan pembelajaran
b. Dokumen berupa nilai formatif untuk memperoleh data tentang
pemahaman konsep materi Proklamasi Kemerdekaan siswa kelas V SD
Negeri 1 Brujul sebelum penggunaan metode Teams Games Tournament.
c. Foto dan video pembelajaran dengan menggunakan metode Teams Games
Tournament konsep materi Proklamasi Kemerdekaan siswa kelas V SD
Negeri 1 Brujul
2. Observasi
Menurut Nana Sudjana (2009:84) observasi digunakan untuk mengukur
tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat
diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya ataupun dalam situasi buatan.
Sedangkan menurut Suharsimi dkk. (2006:127) observasi adalah kegiatan
pengamatan atau pengambilan data untuk memotret seberapa jauh efek
tindakan telah mencapai sasaran. Pendapat lainnya diungkapkan oleh Rusman
(2010:279) , observasi adalah teknik penilaian alternatif yang dilakukan dengan
cara melakukan pengamatansecara teliti serta mencatat secara sistematis
tentang sesuatu yangterjadi pada diri siswa dalam proses pembelajaran di kelas
atau di luar kelas. Ada tiga jenis observasi yaitu observasi langsung, observasi
tidak langsung, dan observasi partisipasi.
Observasi dilakukan oleh peneliti dan pengamat (guru kelas). Observasi
dilakukan di kelas V SD Negeri 1 Brujul. Observasi yang dilakukan meliputi
observasi aktivitas belajar IPS, siswa dan observasi guru. Observasi dalam
penelitian ini adalah observasi langsung yaitu peneliti dan pengamat melihat
dan mengamati secara langsung kemudian mencatat perilaku dan kejadian yang
terjadi pada keadaan yang sebenarnya. Dalam hal ini, Tujuan dilakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
observasi pada siswa adalah untuk mengetahui aktivitas belajar IPS siswa pada
materi Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Observasi dilakukan melalui
Observasi pada saat proses belajar mengajar pada materi Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia.
Selain observasi aktivitas siswa, dalam pelaksanaan siklus dilakukan
observasi aktivitas guru dalam pembelajaran dengan metode Teams Games
Tournament di kelas V SD Negeri 1 Brujul oleh peneliti. Aktivitas guru yang
diamati meliputi: persiapan guru memulai kegiatan pembelajaran, kemampuan
guru mengelola kelas, kemampuan mengelola waktu pembelajaran,
kemampuan memberikan apersepsi, kemampuan menyampaikan materi,
kemampuan guru memberikan pertanyaan, kemampuan membimbing diskusi
dan melakukan penjelasan konsep, perhatian guru terhadap siswa, kemampuan
mengembangkan aplikasi, dan kemampuan menutup pelajaran.
3. Tes
mengukur seberapa jauh hasil yang diperoleh siswa setelah kegiatan pemberian
(2006:59) Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang
digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.
Dalam penelitian ini dilaksanakan tes akhir pada setiap akhir siklus.
Pemberian tes pada setiap akhir siklus dimaksudkan untuk mengukur seberapa
tinggi pemahaman konsep Proklamasi Kemerdekaan Indonesia siswa kelas V
SD Negeri 1 Brujul setelah kegiatan pemberian tindakan.
4. Wawancara
Rusman (2010:279) menjelaskan, wawancara merupakan teknik
penilaian lisan yang digunakan untuk memperoleh jawaban dari seseorang.
Wawancara dilakukan terhadap guru kelas V SD Negeri 1 Brujul untuk
menggali informasi guna memperoleh data yang berkenaan dengan aspek
aspek pembelajaran, penentuan tindakan, dan respon yang timbul sebagai
akibat dari tindakan yang dilakukan. Wawancara dilakukan di awal dan akhir,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
sebelum dan sesudah menerapkan metode TGT dalam pembelajaran IPS materi
susunan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
F. Validitas Data
Suatu informasi yang akan dijadikan data penelitian perlu diperiksa
validitasnya sehingga data tersebut bisa dipertanggungjawabkan dan dapat
dijadikan sebagai dasar yang kuat dalam menarik kesimpulan. Teknik yang
digunakan untuk memeriksa validitas adalah teknik triangulasi. Menurut Lexy J.
Moleong dalam Sarwiji Suwandi (2009:60) Triangulasi adalah teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data
itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.
Penelitian ini menggunakan teknik triangulasi data dan triangulasi metode.
Adapun yang dimaksud kedua hal tersebut adalah:
1. Triangulasi Data
Triangulasi data adalah data atau informasi yang diperoleh selalu
dikomparasikan dan diuji dengan data dan informasi lain, baik dari segi
koheren sumber yang sama atau sumber yang berbeda. Informasi dari
narasumber yang satu dibandingkan dengan informasi dari narasumber
lainnya. Data yang diperlukan dalam penelitian yaitu data pemahaman konsep
belajar IPS siswa yang berasal dari data nilai awal, data tes siklus pertama
dan data tes siklus kedua pada materi Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
2. Triangulasi Metode
Triangulasi metode yaitu teknik mengumpulkan data sejenis dengan
menggunakan metode pengumpulan data yang berbeda. Peneliti akan
menggunakan metode pengumpulan data yang berupa observasi kemudian
dilakukan wawancara yang mendalam dari informan yang sama dan hasilnya
diuji dengan pengumpulan data sejenis dengan menggunakan teknik tes dan
dokumentasi pada pelaku kegiatan. Dari data yang diperoleh melalui
beberapa teknik pengumpulan data yang berbeda tersebut hasilnya
dibandingkan dan dapat ditarik kesimpulan data yang lebih kuat validitasnya.
Seperti data nilai pemahaman konsep Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
siswa kelas V SD Negeri 1 Brujul yang dihasilkan dari observasi, wawancara,
tes, dan dokumentasi.
G. Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan model analisis interaktif. Cara
menganalisisnya mengikuti pola pemikiran yang konkrit kualitatif artinya suatu
analisis yang kajiannya didasarkan pada kenyataan-kenyataan empirik dan unsur-
unsur terkecil dari pendekatan secara mikro ke makro untuk unit kasus tertentu.
Analisis interaktif mempunyai tiga komponen yaitu: (1) Reduksi Data
(Data Reduction), (2) Penyajian Data (Data Display), (3) Penarikan Kesimpulan
(Verification). Miles dan Huberman dalam Suharsimi Arikunto (2006: 91)
menjelaskan tiga komponen tersebut sebagai berikut:
1. Reduksi Data (Data Reduction)
Reduksi yaitu proses proses pemilihan dan penyederhanaan data kasar
yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Data-data penelitian
yang telah dikumpulkan selanjutnya direduksi. Dalam penelitian ini, peneliti
akan melakukan reduksi data mengenai kondisi siswa SD Negeri 1 Brujul
kelas V, kesulitan mengajar guru kelas V SD Negeri 1 Brujul tentang
pembelajaran IPS dan data nilai hasil pembelajaran IPS bab Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia kelas V SD Negeri 1 Brujul.
2. Penyajian Data (Data Display)
Penyajian data yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Hasil
dari data-data penelitian selanjutnya digabungkan dan disimpulkan. Dalam
penelitian ini, penyajian data akan dilakukan pada saat mengolah dan
mengambil tindakan terhadap data yang masuk, kemudian disusun dan
didisplay dalam bentuk tabel, grafik, dan dinarasikan dalam pembahasan
penelitian. Dalam penelitian yang dilaksanakan di kelas V SD Negeri 1
Brujul, data yang disajikan meliputi data yang berasal dari nilai tes IPS siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
kelas V pada materi Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, skor observasi
kegiatan guru, dan observasi aktivitas siswa.
3. Penarikan Kesimpulan (Verification)
Kegiatan ini dilakukan untuk memantapkan simpulan dari tampilan
data agar benar-benar dapat dipertanggungjawabkan. Simpulan yang ingin
dicapai dalam penelitian ini yaitu peningkatan pemahaman konsep materi
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dengan metode Teams Games
Tournament pada siswa kelas V SD Negeri 1 Brujul. Seluruh hasil analisis
yang terdapat dalam reduksi data maupun penyajian data diambil suatu
simpulan. Penarikan simpulan tentang peningkatan yang terjadi dilaksanakan
secara bertahap mulai dari simpulan sementara, simpulan yang ditarik pada
akhir siklus I, dan simpulan terakhir yaitu pada akhir siklus II. Simpulan yang
pertama sampai dengan yang terakhir harus terkait. Hasil simpulan akhir
dilakukan refleksi untuk menentukan atau menyusun rencana tindakan
berikutnya.
Secara diagramatik, hubungan interaksi antara unsur-unsur kerja analisis
tersebut dapat divisualisasikan seperti pada gambar 3 :
Gambar 3. Komponen-komponen Analisis Data
( Miller dan Huberman, 2000:21)
Pengumpulan Data
(Data Collection)
Reduksi Data
(Data Reduction)
Penyajian Data
(Data Display)
Penarikan Kesimpulan/Verifikasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
H. Indikator Kinerja
Menurut Sarwiji Suwandi (2009:70) Indikator kinerja merupakan rumusan
kinerja yang akan dijadikan acuan atau tolak ukur dalam menentukan keberhasilan
atau keefektifan penelitian. Indikator kinerja yang ingin dicapai dalam penelitian
tindakan kelas ini adalah meningkatnya pemahaman konsep Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia siswa kelas V SDN 1 Brujul, Jaten, Karanganyar dengan
menggunakan metode Teams Games Tournament. Indikator penelitian ini
bersumber dari kurikulum dan silabus KTSP IPS kelas V serta Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM), yaitu 65.
Pada siklus I pembelajaran dikatakan berhasil apabila pemahaman konsep
siswa seca 5 mencapai 70%. Pada siklus II
pembelajaran dikatakan berhasil apabila pemahaman konsep siswa secara klasikal
5 mencapai 80%.
I. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian adalah sebuah rangkaian tahap penelitian dari awal
hingga akhir. Penelitian ini merupakan proses pengkajian sistem berdaur
sebagaimana kerangka berpikir yang dikembangkan oleh Supardi dalam
Suharsimi Arikunto (2006:104). Prosedur penelitian mencakup tahapan-tahapan
sebagai berikut: (1) perencanaan (planning); (b) penerapan tindakan (action); (c)
mengobservasi dan mengevaluasi proses dan hasil tindakan (observation and
evaluation); dan (d) melakukan refleksi (reflecting). Dan seterusnya sampai
perbaikan atau peningkatan yang diharapkan tercapai (kriteria keberhasilan).
Prinsip utama dalam PTK adalah pemberian tindakan dalam siklus yang bertahap
dan berkelanjutan samapai memperoleh hasil yang ditetapkan. Siklus yang
dinamis dengan tindakan yang sama. Sebagaimana yang diungkapkan oleh
Suhardjono dalam Suharsimi Arikunto (2006: 73), bahwa PTK dilaksanakan
dalam bentuk siklus berulang yang di dalamnya terdapat empat tahapan utama
kegiatan, yaitu (a) perencanaan; (b) tindakan; (c) pengamatan; dan (d) refleksi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Strategi penelitian adalah penelitian tindakan kelas secara rinci diuraikan sebagai
berikut:
a. Tahap perencanaan tindakan meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
1) Membuat skenario pembelajaran
2) Mempersiapkan instrumen penelitian yang meliputi : RPP, soal dan kunci
jawaban, lembar observasi kegiatan siswa, lembar observasi terhadap
pmbelajaran guru, dan data daftar nilai pemahaman konsep.
3) Mempersiapkan dan merancang tindakan yang sesuai dengan standar
kompetensi dan kompetensi dasar.
4) Mengajukan solusi alternatif pada masalah yang ada.
b. Tahap pelaksanaan tindakan dilakukan dengan melaksanakan proses
pembelajaran sesuai rancangan RPP. Setiap tindakan dan proses pembelajaran
tersebut selalu diikuti kegiatan pemantauan.
c. Tiap pengamatan dan interprestasi dilakukan dengan mengamati dan
menginterprestasi aktivitas penerapan tindakan pada pembelajaran. Pada tahap
interprestasi proses koreksi hasil kerja dilakukan oleh peneliti. Interprestasi ini
berguna untuk mengetahui apakah tindakan yang dilakukan dapat mengatasi
permasalahan yang ada.
d. Tahap analisis dan refleksi dilakukan dengan menganalisis hasil pengamatan
dan interprestasi sehingga diperoleh simpulan tentang bagian yang perlu
diperbaiki dan bagian yang telah mencapai tujuan penelitian. Dari hasil
penarikan kesimpulan tersebut, dapat diketahui apakah penelitian ini mencapai
keberhasilan atau tidak. Secara jelas langkah-langkah tersebut dapat dilihat
pada Gambar 4 :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Gambar 4. Alur Penelitian Tindakan Kelas
(Suhardjono dalam Suharsimi Arikunto dkk, 2006: 74)
J. Rancangan Siklus Pertama
a. Perencanaan
Adapun langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah:
1) Menentukan pokok bahasan, yaitu Peristiwa Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia dan tokoh-tokoh proklamasi.
2) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan
menggunakan model kooperatif tipe TGT.
3) Mengembangkan skenario pembelajaran.
4) Menyusun lembar observasi aktivitas guru dan siswa selama
menggunakan model kooperatif tipe TGT.
5) Menyusun instrumen untuk evaluasi yang berupa soal tes tertulis.
6) Menetapkan indikator ketercapaian yang akan dilaksanakan dalam
proses pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
b. Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus I ini direncanakan dalam 2 x
pertemuan, yakni pertemuan pertama mempelajari tentang Peristiwa
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dan tokoh-tokoh proklamasi
selanjutnya pertemuan kedua memainkan turnamen dan evaluasi.
1) Kegiatan Awal
a) Guru mengkondisikan kesiapan belajar siswa.
b) Apersepsi
Peserta didik menjawab pertanyaan guru tentang Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia.
c) Menyampaikan tujuan pembelajaran.
2) Kegiatan Inti
a) Siswa dengan bimbingan guru, menjawab pertanyaan guru tentang
pengertian Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
b) Guru menjelaskan tentang materi proklamasi kemerdekaan Indonesia.
c) Guru meminta siswa membentuk kelompok yang terdiri dari 4 anak.
d) Masing masing kelompok mendiskusikan materi yang telah
ditentukan.
e) Siswa berdiskusi tentang peristiwa proklamasi kemerdekaan
Indonesia.
f) Guru membuat meja turnamen yang diisi dari perwakilan masing-
masing kelompok.
g) Guru menjelaskan aturan main turnamen.
h) Murid melaksanakan turnamen.
i) Siswa dan guru sama sama mengevaluasi jalannya proses turnamen
3) Kegiatan Akhir
a) Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan pembelajaran.
b) Guru memberikan penilaian dan penguatan.
c. Pengamatan / Observasi
Guru kelas selaku rekan kolaborasi melakukan
pengamatan/observasi mengenai aktifitas siswa, RPP Guru yang dibuat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
peneliti dan kemampuan mengajar guru (peneliti) dalam pembelajaran
kooperatif tipe TGT. Sedangkan peneliti sendiri mengamati aktifitas siswa
selama menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TGT. Lembar observasi
aktifitas siswa dapat dilihat pada lampiran 14, sedangkan observasi
mengenai RPP guru dapat dilihat pada lampiran 17 selanjutnya observasi
kemampuan mengajar guru dapat dilihat pada lampiran 20.
d. Refleksi
Refleksi berarti penilaian dan pengkajian terhadap hasil evaluasi
data kaitannya dengan indikator kinerja siklus I. Peneliti menganalisis
pemahaman konsep siswa sesuai dengan nilai saat evaluasi saat
pembelajaran. Jika siswa yang berhasil saat evaluasi sebanyak 17 anak atau
mencapai indikator ketercapaian kinerja sebesar 70%, maka dapat
disimpulkan bahwa penerapan metode TGT tersebut telah berhasil. Namun,
jika siswa yang mengalami peningkatan pemahaman konsep secara klasikal
belum mencapai indikator ketercapaian kinerja sebesar 70%, maka proses
pembelajaran dengan penerapan metode TGT tersebut perlu diperbaiki lagi
dan disempurnakan pada siklus II.
K. Rancangan Siklus Kedua
a. Perencanaan
Perencanaan pada siklus II meliputi rencana perbaikan penerapan
metode TGT yang didasarkan pada hasil refleksi pada siklus I. Rencana
perbaikan pada siklus II ini dilaksanakan untuk memperoleh hasil yang
lebih baik.
Adapun langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah:
1) Identifikasi masalah pada siklus I dan penetapan alternatif pemecahan
masalah.
2) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan
menggunakan metode TGT.
3) Menyusun lembar observasi aktivitas guru dan siswa selama
menggunakan metode TGT.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
4) Mengembangkan format evaluasi pembelajaran.
5) Menetapkan indikator ketercapaian yang akan dilaksanakan dalam
proses pembelajaran.
b. Tindakan
Pada dasarnya tindakan yang akan dilaksanakan pada siklus II ini
masih sama dengan siklus I, yakni pembelajaran dengan menerapkan
metode TGT. Pelaksanaan tindakan siklus II ini juga terbagi dalam 2 x
pertemuan. Tindakan kelas pada siklus II ini disesuaikan dengan
kekurangan kekurangan yang ditemukan pada siklus I, sehingga rencana
tindakan bertujuan untuk memperbaiki kekurangan atau masalah pada
siklus sebelumnya.
c. Pengamatan / Observasi
Guru kelas selaku rekan kolaborasi melakukan
pengamatan/observasi mengenai aktifitas siswa, RPP Guru yang dibuat
peneliti dan kemampuan mengajar guru (peneliti) dalam pembelajaran
kooperatif tipe TGT. Sedangkan peneliti sendiri mengamati aktifitas siswa
selama menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TGT. Lembar observasi
aktifitas siswa dapat dilihat pada lampiran 14, sedangkan observasi
mengenai RPP guru dapat dilihat pada lampiran 17 selanjutnya observasi
kemampuan mengajar guru dapat dilihat pada lampiran 20.
d. Tahap Refleksi
Refleksi berarti penilaian dan pengkajian terhadap hasil evaluasi
data kaitannya dengan indikator kinerja siklus I. Peneliti menganalisis
pemahaman konsep siswa sesuai dengan nilai saat evaluasi dan hasil
observasi saat pembelajaran. Jika 20 siswa mengalami peningkatan
pemahaman konsep secara klasikal atau mencapai indikator ketercapaian
kinerja sebesar 80%, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode
TGT tersebut telah berhasil.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 55
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Sekolah Dasar Negeri Brujul 1 berdiri pada tahun 1956. Sejak berdiri,
status SD Negeri Brujul 1 adalah Sekolah Dasar Negeri dengan Nomor
Statistik Sekolah (NSS) 1010 31311 009. Secara geografis SD Negeri Brujul 1
terletak di Desa Brujul Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar Provinsi
Jawa Tengah.
Sejak awal berdirinya SD Negeri Brujul 1 sampai sekarang telah
mengalami beberapa pergantian kepala sekolah. Kepala sekolah yang
menjabat saat ini adalah Ibu Hj. S.H. Nurliswanti, A.Ma.Pd. Sekolah Dasar
Negeri Brujul 1 telah terakreditasi. Hal ini mendorong pihak sekolah untuk
berusaha dalam meningkatkan kinerja dalam rangka mencapai tujuan
pembelajaran yang diharapkan.
Fasilitas yang ada di sekolah ini cukup memadai. Salah satunya
fasilitas yang berupa media pembelajaran. Contoh media pembelajaran yang
tersedia adalah gambar peta, foto pahlawan, globe, gambar alat pernafasan dan
lain sebagainya. Untuk mata pelajaran IPS sendiri media juga tersedia
lengkap. Media yang ada dalam keadaan baik dan dapat digunakan secara
langsung oleh guru dalam proses pembelajaran sehingga menarik bagi siswa
untuk semangat belajar.
Penelitian ini dilaksanakan di kelas V SD Negeri Brujul 1. Lokasi
kelas V berada di antara kelas IV dan kelas VI. Kondisi kelasnya cukup baik.
Pencahayaan dan siklus udaranya bagus sehingga keadaannya nyaman jika
digunakan untuk belajar. Kondisi meja dan kursi yang ada di kelas V sangat
memadai.
Karakter siswa-siswi kelas V di tempat penelitian kebanyakan siswa
menganggap IPS khususnya pada materi proklamasi kemerdekaan Indonesia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
sebagai suatu mata pelajaran hafalan dan sulit, sehingga pemahaman konsep
proklamasi kemerdekaan Indonesia pelajaran IPS banyak siswa yang belum
mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang ditentukan sekolah pada
awal semester. KKM yang telah ditentukan dalah sebesar 65. Pada pelajaran
IPS materi proklamasi kemerdekaan Indonesia siswa dalam pembelajaran
kurang optimal. Siswa masih banyak tergantung pada guru dalam
memecahkan masalah pada materi tersebut. Hal itu menyebabkan kurang
optimalnya pemahaman konsep siswa pada mata pelajaran IPS. Untuk
mengantisipasi hal tersebut peneliti mengadakan penelitian di kelas V. Peneliti
menggunakan pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman konsep
proklamasi kemerdekaan Indonesia pada pelajaran yaitu dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Dengan penelitian ini diharapkan
siswa Sekolah Dasar Negeri Brujul 1 khususnya kelas V lebih tertarik dan
termotivasi untuk belajar IPS, sehingga pemahaman konsep proklamasi
kemerdekaan Indonesia pada pelajaran IPS dapat meningkat.
2. Deskripsi Permasalahan Penelitian
a. Deskripsi Data Awal
Sebelum melaksanakan proses penelitian, terlebih dahulu peneliti
melakukan kegiatan survei awal dengan tujuan untuk mengetahui keadaan
nyata yang ada di lapangan. Peneliti mengadakan observasi di kelas V SD
Negeri Brujul 1 pada saat pelajaran IPS materi proklamasi kemerdekaan
Indonesia.
Berdasarkan data hasil pengamatan langsung pada bulan Februari
terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru dalam
menyampaikan materi masih kurang maksimal, beberapa penyebabnya
diantaranya yaitu guru masih menggunakan metode ceramah biasa dalam
pembelajaran IPS, kurang dapat menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan sehingga siswa cepat bosan dan nilai siswa rendah karena
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
materinya terlalu banyak serta sulit dipahami, belum menggunakan model
pembelajaran yang bervariasi. Selain permasalahan yang ada pada guru ada
juga permasalahan yang ditemui pada diri siswa pada saat pembelajaran
berlangsung, antara lain: siswa pasif, kurang kreatif, bahkan cenderung bosan;
masih ragu-ragu untuk bertanya dan menjawab pertanyaan; tidak berani tampil
ke depan dan kurang antusias saat merespon tindakan guru.
Kurang optimalnya pemahaman konsep siswa yang ditunjukkan dari
nilai sebelum tindakan tentang materi proklamasi kemerdekaan Indonesia
yaitu dari 24 anak hanya 45,83 % atau 11 siswa yang mendapat nilai di atas
KKM dengan nilai tertinggi 90 dan masih ada 13 anak atau 54.17 % yang
mendapatkan nilai di bawah KKM, dengan perolehan nilai terendah 10.
Sedangkan rata-rata nilai kelas 57,625. Dari lampiran 21 dapat dibuat Tabel 2
distribusi frekuensi sebagai berikut:
Tabel 2. Data Nilai Pemahaman Konsep Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Siswa Kelas V SD Negeri Brujul 1 Pada Kondisi Awal (sebelum tindakan)
No Interval
Nilai
Frekuensi
(fi)
Nilai
Tengah
(xi)
fi.xi Prosentase
(%) Keterangan
1 10-24 2 17 34 8,3 Di bawah KKM
2 25-39 4 32 128 16,7 Di bawah KKM
3 40-54 6 47 282 25 Di bawah KKM
4 55-69 1 62 62 4,2 Di bawah KKM
5 70-84 9 77 693 37,5 Di atas KKM
6 85-100 2 92 184 8,3 Di atas KKM
Jumlah 24 1383 100
Nilai rata-rata = 1383 : 24 = 57.625
Ketuntasan klasikal = 11 : 24 X 100 % = 45.83 %
Nilai tertinggi = 90
Nilai terendah = 10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dari Tabel 2 hasil pemahaman konsep proklamasai kemerdekaan
Indonesia sebelum diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada
siswa kelas V SD Negeri Brujul 1 yang telah diterangkan di atas dapat
disajikan dalam bentuk Grafik 1 sebagai berikut:
Grafik 1. Hasil Data Nilai Pemahaman Konsep Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia Sebelum Tindakan
Berdasarkan Tabel 2 dan Grafik 1 di atas, nilai pemahaman konsep
siswa kelas V sebelum diterapkan penggunaan metode TGT diperoleh rata-
rata kelas sebesar 57.625. Siswa yang memperoleh nilai 10-24 sebanyak 2
siswa atau 8,3%. Siswa yang memperoleh nilai 25-39 sebanyak 4 siswa atau
16,7%. Siswa yang memperoleh nilai 40-54 sebanyak 6 siswa atau 25%.
Siswa yang memperoleh nilai 55-69 sebanyak 1 siswa atau 4,2%. Siswa yang
memperoleh nilai 70-84 sebanyak 9 siswa atau 37.5%. Siswa yang
memperoleh nilai 85-100 sebanyak 2 siswa atau 8,7%.
Dari hasil tes seperti tersebut di atas, sebagian besar siswa belum
mencapai ketuntasan belajar, hanya sebagian kecil yang telah mencapai
ketuntasan belajar. Data ketuntasan belajar pada kondisi awal dapat diketahui
pada tabel di bawah ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 3. Hasil Nilai Pemahaman Konsep Sebelum Tindakan
No Ketuntasan Belajar Jumlah Siswa Pra Siklus
Jumlah Persen
1. Tuntas 11 45.83%
2. Belum Tuntas 13 54.17%
Jumlah 24 100%
Berdasarkan tabel 3 tersebut di atas, diketahui bahwa siswa yang
mendapat nilai di bawah 65 (KKM) yaitu sebanyak 13 siswa atau 54,17%,
dan siswa yang mendapat nilai sama atau di atas KKM yaitu 11 siswa atau
45,83%. Dari tabel 3 tentang ketuntasan belajar siswa pada kondisi awal
dapat disajikan dalam bentuk diagram sebagai berikut :
Gambar 5. Diagram Ketuntasan Belajar sebelum tindakan
Hasil nilai pra siklus yang diperoleh dari hasil tes awal nilai terendah,
nilai tertinggi, rata-rata nilai dan ketuntasan klasikal dapat ditunjukan seperti
dalam tabel berikut ini:
Belum Tuntas
Belum Tuntas; 54,17% Tuntas; 45,83%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 4. Perkembangan Nilai Pemahaman Konsep Sebelum
Tindakan
Keterangan Sebelum tindakan
Nilai terendah 10
Nilai tertinggi 90
Rata- rata nilai 57.625
Ketuntasan Klasikal 45.83%
Untuk memperjelas hasil tertinggi, terendah maupun nilai rata-rata di
atas, dapat digambarkan dengan grafik berikut ini :
Grafik 2. Perkembangan Nilai Pemahaman Konsep Sebelum Tindakan
Analisis hasil pemahaman konsep dari nilai siswa sebelum tindakan
diperoleh nilai rata-rata kemampuan siswa menjawab soal dengan benar
adalah 57.625 di mana hasil tersebut masih di bawah rata rata nilai yang
diinginkan dari pihak guru atau peneliti, dan sekolah yaitu sebesar 65.
sebelum tindakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Sedangkan besarnya persentase siswa tuntas pada materi proklamasi
kemerdekaan Indonesia adalah sebesar 45.83%, masih berada di bawah
ketuntasan belajar yang ditetapkan yaitu sebesar 70 5
(KKM). Dari hasil analisis nilai sebelum tindakan tersebut, maka dilakukan
tindakan lanjutan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami
pelajaran IPS khususnya materi proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Dari hasil nilai pemahaman konsep sebelum tindakan pada tabel 4 di
atas dapat disimpulkan sementara bahwa kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal materi proklamasi kemerdekaan Indonesia siswa kelas V
SD Negeri Brujul 1 masih kurang. Maka dari itu diperlukan suatu inovasi
pembelajaran, dalam penelitian ini peneliti menggunakan model
pembelajaran tipe TGT. Dengan TGT diharapkan pemahaman siswa
khususnya pada materi proklamasi kemerdekaan Indonesia mengalami
peningkatan sehingga ketuntasan belajar siswa dapat tercapai.
b. Deskripsi Siklus I
Tindakan siklus I dilaksanakan selama 2 kali pertemuan. Setiap
pertemuan terdiri dari dua jam pelajaran (2 x 35 menit) yang dilaksanakan
selama satu minggu yaitu pada tanggal 16 Maret dan 17 Maret 2011.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan penelitian tindakan kelas yang
terdiri atas siklus siklus dan tiap siklus terdiri atas 4 tahapan. Adapun
tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1) Tahap Perencanaan
Pada tahap perencanaan tindakan, peneliti mengadakan observasi
terhadap proses pembelajaran yang meliputi kegiatan guru dan siswa. Hal
ini bertujuan untuk mengetahui proses pembelajaran yang berlangsung,
penggunaan metode, model, strategi, serta media pembelajaran yang
digunakan oleh guru. Peneliti juga mencatat pemahaman konsep yang
diperoleh oleh masing masing siswa khususnya nilai IPS materi
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Berdasarkan pengamatan dan hasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
catatan terhadap pembelajaran serta pemahaman konsep tersebut diperoleh
informasi sebagai data awal. Bertolak dari kenyataan tersebut, diadakan
konsultasi dengan guru kelas mengenai alternatif yang dapat digunakan
untuk meningkatkan aktivitas belajar IPS siswa yang pada akhirnya dapat
meningkatkan perolehan nilai IPS di kelas V SD Negeri Brujul 1.
Akhirnya, alternatif pemecahan masalah yang digunakan yaitu
pembelajaran kooperatif tipe TGT.
Langkah yang dilakukan peneliti pada tahap perencanaan siklus 1 yaitu:
a) Menentukan pokok bahasan, yaitu peristiwa proklamasi kemerdekaan
Indonesia dan tokoh-tokoh proklamasi.
b) Menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan
menggunakan model kooperatif tipe TGT. (lampiran 5 halaman 108-
119)
c) Mengembangkan skenario pembelajaran.
d) Mempersiapkan media atau peralatan yang akan digunakan (gambar
tokoh peristiwa persiapan proklamasi).
e) Menyiapkan materi pembelajaran tentang proklamasi kemerdekaan
Indonesia.
f) Membuat lembar observasi siswa (lampiran 15 halaman 140),
observasi RPP guru (lampiran 18 halaman 152-154) dan aktivitas
guru (lampiran 21 halaman 161-162) untuk mengetahui kondisi
belajar mengajar di kelas ketika diajarkan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT.
g) Menyiapkan sumber-sumber pelajaran yang diperlukan dalam
menunjang kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran
yang akan diajarkan.
h) Membuat alat evaluasi soal soal tournamen (lampiran 8 halaman 120),
tugas kelompok (lampiran 7 halaman 119), tes individu (lampiran 9
halaman 121) untuk melihat apakah pemahaman konsep siswa pada
materi proklamasi kemerdekaan Indonesia dengan menerapkan TGT
dapat ditingkatkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
i) Menetapkan indikator ketercapaian yang akan dilaksanakan dalam
proses pembelajaran.
j) Membagi kelompok siswa menjadi 6 kelompok yang masing-masing
beranggotakan 4 orang.
k) Petunjuk cara kerja kelompok yaitu:
i. Membagi kelompok secara heterogen dan menamai masing-masing
kelompok.
ii. Masing masing siswa harus berperan aktif dan bekerjasama
dalam kelompoknya, sehingga semua anggota dapat menyelesaikan
tugas yang diberikan guru.
iii. Pada tahap turnamen siswa mengambil kartu undian yang berisi
soal dan dibaca pembaca soal sesuai dengan gilirannya.
Selanjutnya soal dikerjakan secara mandiri atau dijawab oleh
penjawab sesuai dengan urutan.
iv. Masing masing kelompok harus bekerja secara sportif dan
menghargai jawaban kelompok lain.
v. Masing masing kelompok harus aktif, bekerjasama baik, dan
kompak. Karena ada penilaian kelompok, untuk penghargaan
kelompok terbaik
2) Tahap Pelaksanaan / Tindakan
Dalam pelaksanaan tindakan ini, peneliti yang berkolaborasi
dengan guru menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan
menggunakan media gambar tokoh persiapan proklamasi kemerdekaan
Indonesia sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang
telah disusun. Peneliti disini bertindak sebagai pengajar dan guru sebagai
observer atau pengamat.
a) Pertemuan Pertama
Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Rabu, 16 Maret
2011. Pada pertemuan itu siswa mempelajari tentang Peristiwa
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dan tokoh-tokoh proklamasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
kemerdekaan Indonesia. Adapun langkah langkah pembelajarannya
mencakup kegiatan kegiatan sebagai berikut:
Kegiatan diawali dengan berdoa bersama sama kemudian
dilanjutkan presensi kehadiran siswa. Sebagai apersepsi dalam
pembelajaran guru dan siswa menyanyikan lagu Hari Merdeka, setelah
menyanyikan lagu, guru bertanya jawab dengan siswa tentang isi lagu
tersebut. Guru menjelaskan bahwa untuk mempersiapkan peristiwa
penting yaitu proklamasi kemerdekaan itu terlebih dahulu melewati
perjuangan yang panjang, siswa bertanya tentang arti proklamasi
kemerdekaan Indonesia. Guru tidak langsung menjawab pertanyaan
siswa akan tetapi membuat siswa menjadi ingin tahu tentang materi
yang akan dipelajari pada pagi hari itu. Siswa menyimak tujuan
pembelajaran yang disampaikan
Kegiatan intinya guru membagi kelas ke dalam 6 kelompok,
setiap kelompok terdiri dari 4 anak yang bersifat heterogen. Masing-
masing kelompok mendiskusikan materi yang telah ditentukan yaitu
peristiwa proklamasi kemerdekaan dan tokoh-tokoh proklamasi
kemerdekaan Indonesia. Kemudian siswa mengadakan diskusi bersama
teman satu kelompok guna membahas materi Proklamasi kemerdekaan
Indonesia. selanjutnya siswa mengerjakan tugas kelompok. Siswa yang
menjawab benar dan kelompok yang bekerja dengan baik mendapat
reward atau penghargaan dari guru. Dengan bantuan gambar tersebut
siswa menyebutkan nama tokoh yang berperan dalam peristiwa
proklamasi kemerdekaan Indonesia. Siswa dan guru bertanya jawab
tentang pengertian proklamasi dan mengevaluasi hasil diskusi. Guru
memberikan pengertian tentang model pembelajaran TGT yang akan
dipakai pada pertemuan nanti supaya siswa tidak kesulitan saat
pelaksanaannya.
Karena waktu tersisa 10 menit, maka guru kemudian menutup
pertemuan tersebut dengan terlebih dahulu menyimpulkan hasil selama
pembelajaran hari itu dan memberi kesempatan bertanya kepada siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
yang belum jelas. Ternyata siswa belum berani mengungkapkan
pendapatnya di dalam kelas terlihat dari hanya beberapa siswa yang
berani bertanya pada guru. Guru kemudian mengingatkan para siswa
untuk mempelajari kembali materi yang sudah dipelajari, dan
memberikan pekerjaan rumah untuk pengayaan serta persiapan
pembelajaran selanjutnya. Kemudian guru menutup pembelajaran
dengan mengucapkan salam penutup.
b) Pertemuan Kedua
Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari senin, 17 Maret 2011.
Pada pertemuan ini guru memberikan pembelajaran dengan
melanjutkan materi yang telah lalu, yaitu tentang proklamasi
kemerdekaan Indonesia. Langkah-langkah pembelajaran yang
dilakukan guru pada pertemuan kedua dalam pelaksanaan tindakan
siklus I sama halnya dengan pertemuan pertama yaitu kegiatan awal,
kegiatan inti, dan kegiatan akhir.
Kegiatan awal dimulai dengan guru membuka pelajaran
dengan ucapan salam, dilanjutkan dengan guru mengkondisikan kelas
dan memeriksa kesiapan siswa. Guru melakukan apersepsi tentang
materi yang lalu dengan tanya jawab tentang materi pada pertemuan
minggu yang lalu. Siswa menjawab pertanyaan guru tentang peristiwa
dan tokoh-tokoh yang berperan dalam proklamasi kemerdekaan
Indonesia. Kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu
melalui diskusi kelompok dan turnamen, siswa dapat menjelaskan
peranan para tokoh proklamasi kemerdekaan dengan baik dan benar.
Guru memberi motivasi agar siswa selalu rajin belajar.
Kegiatan inti diawali dengan siswa berkumpul bersama teman
kelompoknya sama seperti pertemuan sebelumnya. Guru membuat
meja turnamen yang diisi dari perwakilan masing-masing kelompok
lalu menjelaskan kembali mengenai aturan main turnamen.
Setiap pemain dalam tiap meja menentukan dulu pembaca soal
dan pemain yang pertama dengan cara undian. Kemudian pemain yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
menang undian mengambil kartu undian yang berisi nomor soal dan
diberikan kepada pembaca soal. Pembaca soal membacakan soal
tentang materi seputar proklamasi sesuai nomor pemain sesuai dengan
nomor undian yang diambil oleh pemain selanjutnya soal dikerjakan
secara mandiri. Setelah waktu untuk mengerjakan selesai maka pemain
akan membacakan hasil pekerjaan yang akan ditanggapi oleh
penantang. Setelah itu pembaca soal akan membaca kunci jawaban
kepada pemain yang menjawab benar atau penantang yang pertama
kali menjawab benar. Jika semua pemain menjawab salah maka kartu
dibiarkan saja. Permainan dilanjutkan pada kartu soal berikutnya
sampai kartu soal habis.
Apabila permainan sudah selesai, setiap pemain dalam satu
meja menghitung jumlah kartu yang diperoleh dan menentukan poin
yang diperoleh berdasarkan tabel yang disediakan. Masing-masing
pemain kembali ke kelompoknya dan melaporkan poin pada ketua
kelompok. Selanjutnya masing-masing kelompok menjumlahkan
seluruh poinnya. Siswa dan kelompok yang mendapatkan skor paling
banyak diberikan penghargaan atau reward.
Kegiatan akhir di siklus II ini siswa dengan bimbingan guru
membuat kesimpulan pembelajaran dan diadakan evaluasi secara
individu apakah siswa sudah paham atau belum tentang materi yang
sudah dipelajari. Guru melakukan evaluasi pembelajaran Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia dengan membagikan soal dan lembar jawab
kepada siswa. Siswa diberi waktu selama 15 menit untuk mengerjakan.
Guru mengumpulkan hasil pekerjaan siswa, dan melakukan refleksi
pada siswa serta memberi tindak lanjut dengan mengingatkan siswa
supaya rajin belajar dan meningkatkan aktivitas dalam belajar. Guru
menutup pelajaran dengan mengucapkan salam.
3) Tahap pengamatan/ observasi
Pengamatan tindakan dilakukan oleh observer pada saat
berlangsungnya kegiatan pembelajaran IPS dengan menerapkan metode
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
TGT. Pengamatan ini difokuskan pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran
yaitu kegiatan yang dilakukan guru dan siswa selama proses pembelajaran
berlangsung yang dilaksanakan dengan menggunakan alat bantu berupa
lembar observasi aktivitas guru, aktivitas siswa dan dokumentasi dengan
foto dan vidio. Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data mengenai
kesesuaian pelaksanaan pembelajaran IPS materi Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia dengan menerapkan metode TGT dengan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun serta untuk
mengetahui secara detail keaktifan, kerjasama, kecepatan dan ketepatan
yang menghasilkan perubahan pada pemahaman siswa pada materi
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Dalam pengamatan ini, peneliti berkolaborasi dengan guru kelas
untuk bertindak sebagai observer dan teman sejawat untuk mengambil
gambar foto dan vidio. Observer sebagai partisipan pasif berada di bangku
paling belakang untuk mengamati jalannya pembelajaran melalui pedoman
observasi yang telah dibuat. Pengamatan tidak hanya ditujukan pada
kegiatan atau partisipasi dalam proses pembelajaran, namun juga pada
aspek tindakan guru dalam melaksanakan pembelajaran termasuk suasana
kelas pada setiap pertemuan.
Dari data observasi aktivitas siswa dalam siklus I selama dua kali
pertemuan (lampiran 16 halaman 144), diperoleh gambaran tentang
aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS dengan rincian sebagai berikut:
a) Banyaknya siswa yang memperhatikan guru saat pelajaran masih
kurang.
b) Banyaknya siswa yang berusaha mengungkapkan pendapat/ide masih
rendah.
c) Banyaknya siswa yang terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran
masih kurang karena dalam kelompok masih didominasi beberapa
anak saja.
d) Siswa yang antusias saat kegiatan pembelajaran cukup banyak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
e) Siswa yang menunjukkan sikap baik saat memperhatikan penjelasan
guru mengenai materi pembelajaran yang diajarkan sudah cukup
banyak, meskipun masih ada yang berbicara sendiri dengan temannya
di luar materi pelajaran.
f) Siswa yang merasa gembira dengan pembelajaran TGT sudah cukup
banyak, karena ada kompetisi untuk menjadi yang terbaik.
g) Keefektifan penggunaan TGT masih rendah karena penggunaan waktu
belum efektif dan aktivitas siswa belum kondusif, siswa belum
berperan aktif secara maksimal.
h) Kerjasama antar siswa dalam proses pembelajaran masih rendah.
i) Banyaknya siswa yang dapat menjawab dengan benar dan tepat waktu
atas pertanyaan yang disampaikan guru masih kurang, karena kurang
konsentrasi dan teliti.
j) Kesiapan siswa mengerjakan evaluasi sudah cukup baik.
Selain mengamati aktivitas siswa, observer juga mengamati RPP
guru dalam pembelajaran. Dari lampiran 19 halaman 155 tentang
observasi RPP guru dalam pembelajaran dapat dijelaskan sebagai berikut:
a). Sudah bagus dalam merumuskan tujuan pembelajaran
b). Mengembangkan dan mengorganisasikan materi, media (alat bantu
pembelajaran), dan sumber belajar sudah cukup baik
c). Merencanakan sekenario kegiatan pembelajaran sudah baik
d). Merancang pengelolaan kelas juga sudah baik
e). Merencanakan prosedur, jenis dan menyiapkan alat penilaian baik
f). Tampilan dokumen rencana pembelajaran baik
Selain mengamati RPP guru dan aktivitas siswa, observer juga
mengamati aktivitas guru dalam pembelajaran. Dari lampiran 21 halaman
163 tentang observasi aktivitas guru dalam pembelajaran dapat dijelaskan
sebagai berikut:
a). Guru mengelola ruang dan fasilitas pembelajaran dengan baik
b). Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
c). Guru mengelola interaksi kelas dengan baik
d). Guru bersikap terbuka dan luwes serta membantu
mengembangkan sikap positif siswa terhadap belajar dengan baik
e). Guru telah mendemonstrasikan kemampuan khusus dalam
pembelajaran mata pelajaran tertentu dengan baik
f). Guru Melaksanakan evaluasi selama proses dan akhir belajar
dengan baik
g). Kesan umum kerja guru sudah baik
Selain observasi guru dan siswa diatas dapat dilihat hasil nilai
pemahaman konsep siswa dari hasil evaluasi siklus I. Dari lampiran 24
halaman 171 dapat dibuat Tabel 5 distribusi frekuensi sebagai berikut :
Tabel 5. Frekuensi Data Nilai Pemahaman Konsep Proklamasi Kemerdekaan Indonesia Siklus I
No Interval
Nilai
Frekuensi
(fi)
Nilai
Tengah
(xi)
fi.xi Prosentase
(%) Keterangan
1 23-35 1 29 29 4,2 Di bawah KKM
2 36-48 3 42 126 12,5 Di bawah KKM
3 49-61 3 55 165 12,5 Di bawah KKM
4 62-74 7 67 469 29,1 Di atas KKM
5 75-87 4 81 324 16,7 Di atas KKM
6 88-100 6 94 564 25 Di atas KKM
Jumlah 24 1677 100
Nilai rata-rata = 1677 : 24 = 69,9
Ketuntasan klasikal = 17 : 24 X 100 % = 70,83 %
Nilai tertinggi = 100
Nilai terendah = 30
Dari Tabel 5 dapat disajikan dengan grafik 3 sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Grafik 3. Hasil Data Nilai Pemahaman Konsep Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia Siklus I
Berdasarkan Tabel 5 dan Grafik 3 di atas, nilai pemahaman konsep
siswa kelas V setelah diterapkan penggunaan metode TGT pada siklus 1
diperoleh rata-rata kelas sebesar 69,9. Siswa yang memperoleh nilai 23 35
sebanyak 1 siswa atau 4,2%. Siswa yang memperoleh nilai 36- 48 sebanyak
3 siswa atau 12,5%. Siswa yang memperoleh nilai 49-61sebanyak 3 siswa
atau 12,5%. Siswa yang mendapat nilai 62 74 sebanyak 7 siswa atau 29,1%.
Siswa yang mendapat nilai 75 87 sebanyak 4 siswa atau 16,7%. Siswa yang
mendapat nilai 88 100 sebanyak 6 siswa atau 25%.
Di bawah ini adalah tabel tentang ketuntasan belajar siswa pada
Siklus 1.
Tabel 6. Hasil Nilai Pemahaman Konsep Siklus 1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
No Ketuntasan Belajar Jumlah Siswa Pra Siklus
Jumlah Persen
1. Tuntas 17 70,83%
2. Belum Tuntas 7 29,17%
Jumlah 24 100%
Berdasarkan data pada tabel 6 tersebut di atas dapat disajikan
dalam bentuk gambar 6 sebagai berikut :
Gambar 6. Diagram Ketuntasan Belajar Siklus 1
4) Refleksi
Analisis hasil tindakan siklus I direfleksi sesuai dengan
proses pembelajaran yang dilakukan. Data yang diperoleh melalui
observasi dikumpulkan kemudian dianalisis. Berdasarkan hasil
observasi yang dilakukan selama proses pelaksanaan tindakan,
peneliti melakukan refleksi sebagai berikut:
a) Seluruh siswa mengikuti pembelajaran IPS. Hasil evaluasi rata
rata IPS siswa pada siklus I yaitu 69,9.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b) Berdasarkan hasil evaluasi IPS pada siklus I siswa yang
memperoleh nilai < 65 (KKM) ada 7 siswa atau 29,17% dan
siswa (KKM) yaitu 17 siswa atau
70,83%. Data hasil perkembangan nilai siswa yang diambil dari
lampiran 24 yang berisi nilai siswa sebelum tindakan dan
lampiran 25 yang berisi nilai siswa pada siklus 1 dapat dibuat
tabel perkembangan nilai siswa dan dapat dilihat pada Tabel 7
sebagai berikut:
Tabel 7. Perkembangan Nilai Pemahaman Konsep Sebelum
Tindakan dan Siklus I
Keterangan Sebelum tindakan Siklus I
Nilai terendah 10 30
Nilai tertinggi 90 100
Rata- rata nilai 57.625 69,9
Ketuntasan Klasikal 45,83% 70,83%
Dari Tabel 7 di atas dapat digambarkan dalam grafik sebagai
berikut:
sebelum tindakan siklus I
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Grafik 4. Perkembangan Nilai Pemahaman Konsep Sebelum Tindakan
dan Siklus I
c) Meskipun terjadi peningkatan dalam nilai IPS siswa, akan tetapi
terdapat beberapa kekurangan dalam pembelajaran yang perlu
dicari solusinya. Permasalahan tersebut antara lain:
i. Keseriusan dalam aktivitas yang dilakukan siswa masih
kurang, hal ini bisa dilihat dari beberapa siswa yang ramai
sendiri.
ii. Pembagian tugas dalam kelompok yang masih kurang rapi.
iii. Saat turnament masih banyak siswa yang gaduh.
iv. Pada saat kelompok melakukan diskusi, ada kelompok yang
ramai dan kurang fokus.
Berdasarkan hasil pengamatan, dapat diidentifikasi faktor penyebab dari
permasalahan tersebut, antara lain:
i. Penjelasan dari guru tentang penerapan model TGT dalam
pembelajaran masih kurang jelas.
ii. Pembagian kelompok yang homogen, karena siswa memilih sendiri
kelompoknya sehingga anggotanya tidak heterogen.
iii. Kelompok tidak terfokus membahas materi apa yang seharusnya
dibahas karena tidak ada lembar kerja siswa.
iv. Penyampaian hasil diskusi oleh kelompok lain kurang dapat menarik
perhatian siswa.
v. Kurangnya waktu dalam pembelajaran karena pembelajaran
menggunakan metode TGT memerlukan waktu yang banyak,
karena waktunya kurang saat mengerjakan evaluasi siklus I
waktunya sangat terbatas.
vi. Media yang digunakan guru kurang menarik perhatian siswa.
Berdasarkan analisis di atas, maka dapat disimpulkan refleksi dari
kekurangan yang terdapat dalam proses pembelajaran, yaitu: (1) guru
memberikan penjelasan tentang langkah langkah menggunakan metode
TGT dalam pembelajaran sebagi gambaran supaya siswa tidak bingung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
dan gaduh saat pembelajaran, (2) pembagian tugas kelompok ditentukan
dahulu, (3) guru selalu memberi bimbingan pada semua kelompok agar
mau bekerja sama dengan anggota lain sehingga hasil yang diperoleh pun
lebih maksimal, (4) kelompok yang akan maju membacakan hasil
diskusinya, jawaban dari kelompok itu dipegang guru sehingga kelompok
itu menjawab pertanyaan yang diberikan guru, (5) peneliti memberikan
motivasi berupa penghargaan baik secara verbal maupun non verbal
kepada siswa agar mereka lebih semangat dalam pembelajaran dan berani
menyampaikan pendapat, (6) mengatur waktu pembelajaran supaya lebih
efisien lagi sehingga dalam pelaksanaan evaluasi siklus II siswa tidak
terburu buru dalam mengerjakan soalnya, (7) menggunakan media yang
lebih menarik lagi, (8) soal tournament yang bervariatif. Berdasarkan hasil
analisis dan refleksi di atas, tindakan yang dilakukan pada siklus I belum
mencapai indikator kinerja yang diharapkan, penelitian dikatakan berhasil
apabila indikator keberhasilan ketuntasan siswa mencapai 80%, namun
pada tindakan siklus I ini baru mencapai 70,83% hasil yang diperoleh
belum mencapai hasil yang maksimal karena masih ada siswa yang
nilainya dibawah KKM dan masih ada hambatan pada pelaksanaan
tindakan siklus I maka perlu adanya perbaikan yang dilanjutkan pada
penelitian siklus II.
c. Deskripsi Siklus II
Tindakan siklus II dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang sudah
ditentukan yaitu tanggal 6 April dan 7 April 2011. Adapun tahapan yang
dilakukan adalah sebagai berikut:
1) Tahap Perencanaan
Berdasarkan hasil refleksi dan evaluasi pelaksanaan tindakan
pada siklus I diketahui bahwa pembelajaran melalui penerapan metode
TGT yang dilaksanakan pada siklus I diketahui belum menunjukkan
adanya peningkatan kemampuan belajar IPS khususnya materi
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang cukup signifikan. Hal ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
ditunjukkan masih ada 7 siswa yang belum tuntas dalam pembelajaran
IPS. Oleh karena itu peneliti menyusun rencana pelaksanaan
pembelajaran kembali melalui penerapan metode TGT dengan indikator
yang sama dengan siklus pertama.
Kegiatan perencanaan tindakan II dilaksanakan di ruang kelas V
SD Negeri Brujul 1 pada tanggal 6 April dan 7 April 2011. Peneliti dan
Guru kelas mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilakukan pada
penelitian ini. Dan diperoleh kesepakatan bahwa pelaksanaan tindakan
siklus II dilaksanakan dalam 2 pertemuan dengan alokasi waktu tiap
pertemuan 2 x 35 menit yaitu pada hari Rabu tanggal 6 April 2011 dan
Kamis 7 April 2011.
Hal hal yang perlu diperbaiki guru dalam pembelajaran IPS
menggunakan metode TGT sebagai upaya untuk mengatasi berbagai
kekurangan yang ada adalah:
a) Memberikan beberapa informasi secara tepat dan bertahap,
mengarahkan, dan membimbing kegiatan siswa selama pembelajaran
menggunakan metode TGT.
b) Melakukan pendekatan dan memberikan motivasi kepada siswa yaitu
dengan cara memberikan reward.
c) Memberikan bimbingan yang tepat saat dilaksanakan turnamen.
d) Membagi kelompok secara heterogen, sehingga tidak ada kelompok
yang pasif sekali dan aktif sekali.
Mengingat hasil analisis terhadap unjuk kerja siswa pada siklus I,
sebagian besar siswa masih belum memperhatikan penjelasan guru
selama proses pembelajaran IPS. Meskipun demikian pembelajaran IPS
pada siklus I dikatakan sudah cukup berhasil. Peneliti melakukan
langkah-langkah perencanaan pembelajaran IPS pada siklus II sebagai
berikut:
a) Merencanakan pembelajaran dengan model kooperatif tipe team games
tournament (lampiran 10 halaman 123-133) untuk dua kali pertemuan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
b) Menentukan pokok bahasan dan memberikan informasi kepada siswa
mengenai materi pelajaran yang akan dibahas dengan tujuan agar siswa
lebih mempersiapkan diri lagi dalam melakukan kegiatan
pembelajaran.
c) Menyiapakan sumber belajar dan media yang sesuai.
d) Mengembangkan format evaluasi
e) Menyiapkan media pembelajaran yang menarik perhatian siswa dan
dapat meningkatkan pemahaman siswa yaitu menggunakan gambar.
f) Membuat lembar observasi siswa (lampiran 15 halaman 140),
observasi RPP guru (lampiran 18 halaman 152-154) dan aktivitas guru
(lampiran 21 halaman 161-162) untuk mengetahui kondisi belajar
mengajar di kelas ketika diajarkan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT.
2) Tahap Pelaksanaan / Tindakan
Pada tahap ini peneliti yang berkolaborasi dengan guru
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan penggunaan
media gambar tokoh proklamasi kemerdekaan Indonesia. Peneliti disini
masih bertindak sebagai pengajar dan guru sebagai observer atau
pengamat. Pembelajaran dalam pelaksanaan tindakan ini merupakan
pemantapan dari siklus 1 yaitu pada materi pokok proklamasi
kemerdekaan Indonesia sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) yang telah disusun.
a) Pertemuan Pertama
Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Rabu, 6 April
2011. Pada pertemuan itu siswa mempelajari tentang peristiwa
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dan Tokoh-tokoh Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia. Adapun langkah-langkah pembelajarannya
mencakup kegiatan kegiatan sebagai berikut:
Kegiatan diawali dengan berdoa bersama sama kemudian
dilanjutkan presensi kehadiran siswa. Sebagai apersepsi dalam
pembelajaran guru dan siswa menyanyikan lagu Hari Merdeka, setelah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
menyanyikan lagu guru bertanya jawab dengan siswa tentang isi lagu
tersebut. Guru menjelaskan bahwa untuk mempersiapkan peristiwa
penting yaitu proklamasi kemerdekaan itu terlebih dahulu melewati
perjuangan yang panjang, siswa bertanya tentang arti proklamasi
kemerdekaan Indonesia. Guru tidak langsung menjawab pertanyaan
siswa akan tetapi membuat siswa menjadi ingin tahu tentang materi
yang akan dipelajari pada pagi hari itu. Siswa menyimak tujuan
pembelajaran yang disampaikan
Kegiatan intinya guru membagi kelas ke dalam 6 kelompok,
setiap kelompok terdiri dari 4 anak yang bersifat heterogen. Masing-
masing kelompok mendiskusikan materi yang telah ditentukan yaitu
peristiwa proklamasi kemerdekaan dan tokoh-tokoh proklamasi
kemerdekaan Indonesia. Kemudian siswa mengadakan diskusi bersama
teman satu kelompok guna membahas materi Proklamasi kemerdekaan
Indonesia. Selanjutnya siswa mengerjakan tugas kelompok. Siswa
yang menjawab benar dan kelompok bekerja dengan baik mendapat
reward atau penghargaan dari guru. Dengan bantuan gambar tersebut
siswa menyebutkan nama tokoh yang berperan dalam peristiwa
proklamasi kemerdekaan Indonesia. Siswa dan guru bertanya jawab
tentang pengertian proklamasi dan mengevaluasi hasil diskusi. Guru
memberikan pengertian tentang model pembelajaran TGT yang akan
dipakai pada pertemuan nanti supaya siswa tidak kesulitan saat
pelaksanaannya.
Selanjutnya guru kemudian menutup pertemuan tersebut
dengan terlebih dahulu menyimpulkan hasil selama pembelajaran hari
itu dan memberi kesempatan bertanya kepada siswa yang belum jelas.
Ternyata siswa belum berani mengungkapkan pendapatnya di dalam
kelas terlihat dari hanya beberapa siswa yang berani bertanya pada
guru. Guru kemudian mengingatkan para siswa untuk mempelajari
kembali materi yang sudah dipelajari, dan memberikan pekerjaan
rumah untuk pengayaan serta persiapan pembelajaran selanjutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Kemudian guru menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam
penutup.
b) Pertemuan Kedua
Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Kamis, 7 April 2011.
Pada pertemuan ini guru memberikan pembelajaran dengan
melanjutkan materi yang telah lalu, yaitu tentang proklamasi
kemerdekaan Indonesia. Langkah langkah pembelajaran yang
dilakukan guru pada pertemuan kedua dalam pelaksanaan tindakan
siklus I sama halnya dengan pertemuan pertama yaitu kegiatan awal,
kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Kegiatan awal dimulai dengan guru
membuka pelajaran dengan salam, dilanjutkan dengan guru
mengkondisikan kelas dan memeriksa kesiapan siswa. Guru
melakukan apersepsi tentang materi yang lalu dengan tanya jawab
tentang materi yang lalu.
Guru menampilkan gambar-gambar tokoh-tokoh Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia. Kemudian guru menyampaikan tujuan
pembelajaran yaitu melalui diskusi kelompok, siswa dapat
mendiskusikan peranan para tokoh Proklamasi Kemedekaan Indonesia.
Guru memberi motivasi agar siswa selalu rajin belajar.
Kegiatan inti diawali dengan siswa berkumpul bersama teman
kelompoknya sama seperti pertemuan sebelumnya. Guru membuat
meja turnamen yang diisi dari perwakilan masing-masing kelompok
lalu menjelaskan kembali mengenai aturan main turnamen.
Setiap pemain dalam tiap meja menentukan dulu pembaca soal
dan pemain yang pertama dengan cara undian. Kemudian pemain yang
menang undian mengambil kartu undian yang berisi nomor soal dan
diberikan kepada pembaca soal. Pembaca soal membacakan soal
tentang materi seputar proklamasi sesuai nomor pemain sesuai dengan
nomor undian yang diambil oleh pemain selanjutnya soal dikerjakan
secara mandiri. Setelah waktu untuk mengerjakan selesai maka pemain
akan membacakan hasil pekerjaan yang akan ditanggapi oleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
penantang. Setelah itu pembaca soal akan membaca kunci jawaban
kepada pemain yang menjawab benar atau penantang yang pertama
kali menjawab benar. Jika semua pemain menjawab salah maka kartu
dibiarkan saja. Permainan dilanjutkan pada kartu soal berikutnya
sampai kartu soal habis.
Apabila permainan sudah selesai, setiap pemain dalam satu
meja menghitung jumlah kartu yang diperoleh dan menentukan poin
yang diperoleh berdasarkan tabel yang disediakan. Masing-masing
pemain kembali ke kelompoknya dan melaporkan poin pada ketua
kelompok. Selanjutnya masing-masing kelompok menjumlahkan
seluruh poinnya. Siswa dan kelompok yang mendapatkan skor paling
banyak diberikan penghargaan atau reward.
Kegiatan akhir di siklus II ini siswa dengan bimbingan guru
membuat kesimpulan pembelajaran dan diadakan evaluasi secara
individu apakah siswa sudah paham atau belum tentang materi yang
sudah dipelajari. Guru melakukan evaluasi pembelajaran Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia dengan membagikan soal dan lembar jawab
kepada siswa. Siswa diberi waktu selama 15 menit untuk mengerjakan.
Guru mengumpulkan hasil pekerjaan siswa, dan melakukan refleksi
pada siswa serta memberi tindak lanjut dengan mengingatkan siswa
supaya rajin belajar dan meningkatkan aktivitas dalam belajar. Guru
menutup pelajaran dengan mengucapkan salam.
3) Tahap pengamatan/ observasi
Pengamatan atau observasi di siklus II ini dilakukan dengan
teknik dan pedoman yang sama dengan pengamatan atau observasi pada
siklus I, pengamatan tindakan dilakukan oleh observer pada saat
berlangsungnya kegiatan pembelajaran IPS dengan menerapkan metode
TGT. Pengamatan ini difokuskan pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran
yaitu kegiatan yang dilakukan guru dan siswa selama proses pembelajaran
berlangsung yang dilaksanakan dengan menggunakan alat bantu berupa
lembar observasi RPP guru, observasi aktivitas guru aktivitas siswa dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
dokumentasi dengan foto dan vidio. Observasi ini digunakan sebagai dasar
tahap refleksi siklus II.
Berdasarkan hasil pengamatan atau observasi selama pembelajaran
IPS berlangsung, diperoleh gambaran tentang aktivitas siswa dalam
pembelajaran IPS dengan rincian sebagai berikut:
Dari data observasi aktivitas siswa dalam siklus II selama dua kali
pertemuan (lampiran 17 halaman 148), diperoleh gambaran tentang
aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS dengan rincian sebagai berikut:
a) Banyaknya siswa yang memperhatikan guru saat pelajaran sudah cukup
banyak.
b) Banyaknya siswa yang berusaha mengungkapkan pendapat/ide cukup
banyak .
c) Banyaknya siswa yang terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran sudah
cukup banyak karena dalam kelompok masih didominasi beberapa
anak saja.
d) Siswa yang antusias saat kegiatan pembelajaran cukup banyak.
e) Siswa yang menunjukkan sikap baik saat memperhatikan penjelasan
guru mengenai materi pembelajaran yang diajarkan sudah cukup
banyak, meskipun masih ada yang berbicara sendiri dengan temannya
di luar materi pelajaran.
f) Siswa yang merasa gembira dengan pembelajaran TGT sudah banyak,
karena ada kompetisi untuk menjadi yang terbaik.
g) Keefektifan penggunaan TGT masih rendah karena penggunaan waktu
sudah efektif dan aktivitas siswa sedikit kondusif, siswa mulai
berperan aktif secara maksimal.
h) Kerjasama antar siswa dalam proses pembelajaran masih kurang
maksimal .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
i) Banyaknya siswa yang dapat menjawab dengan benar dan tepat waktu
atas pertanyaan yang disampaikan guru masih kurang, karena kurang
konsentrasi dan teliti.
j) Kesiapan siswa mengerjakan evaluasi sudah cukup baik.
Hasil observasi aktivitas belajar siswa ini, diperoleh dari mengolah
lembar observasi aktivitas belajar IPS siswa pada lampiran 15. Selain
mengamati aktivitas siswa, observer juga mengamati RPP guru dalam
pembelajaran. Dari lampiran 20 halaman 158 tentang observasi RPP guru
dalam pembelajaran dapat dijelaskan sebagai berikut:
a). Sudah bagus dalam merumuskan tujuan pembelajaran
b). Mengembangkan dan mengorganisasikan materi, media (alat bantu
pembelajaran), dan sumber belajar sudah cukup baik
c). Merencanakan skenario kegiatan pembelajaran sudah baik
d). Merancang pengelolaan kelas juga sudah baik
e). Merencanakan prosedur, jenis dan menyiapkan alat penilaian baik
f). Tampilan dokumen rencana pembelajaran baik
Selain mengamati RPP guru dan aktivitas siswa, observer juga
mengamati aktivitas guru dalam pembelajaran. Dari lampiran 23 halaman
167 tentang observasi aktivitas guru dalam pembelajaran dapat dijelaskan
sebagai berikut:
a). Guru mengelola ruang dan fasilitas pembelajaran dengan baik
b). Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik
c). Guru engelola interaksi kelas dengan baik
d). Guru bersikap terbuka dan luwes serta membantu
mengembangkan sikap positif siswa terhadap belajar dengan baik
e). Guru telah mendemonstrasikan kemampuan khusus dalam
pembelajaran mata pelajaran tertentu dengan baik
f). Guru Melaksanakan evaluasi selama proses dan akhir belajar
dengan baik
g). Kesan umum kerja guru sudah baik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
Rata rata observasi guru dalam pembelajaran mendapatkan nilai
baik. Selanjutnya data nilai pemahaman Konsep proklamasi kemerdekaan
siklus II dapat dilihat pada lampiran 26. Lampiran tersebut dapat dibuat
Tabel 8 distribusi frekuensi sebagai berikut :
Tabel 8. Frekuensi Data Nilai Pemahaman Konsep Proklamasi Kemerdekaan Indonesia Siklus II
No Interval
Nilai
Frekuensi
(fi)
Nilai
Tengah (xi) fi.xi
Prosentase
(%) Keterangan
1 35-45 1 40 40 4,2 Di bawah KKM
2 46-56 0 51 0 0 Di bawah KKM
3 57-67 0 62 0 0 Di bawah KKM
4 68-78 7 73 511 29,2 Di atas KKM
5 79-89 5 84 420 20,8 Di atas KKM
6 90-100 11 95 1045 45,8 Di atas KKM
Jumlah 24 2016 100
Nilai rata-rata = 2016: 24 = 84
Ketuntasan klasikal = 23 : 24 X 100 % = 95,83 %
Nilai terendah = 40
Nilai tertinggi = 100
Dari tabel 8 dapat digambarkan dalam grafik 5 sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Grafik 5. Hasil Data Nilai Pemahaman Konsep Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia Siklus II
Berdasarkan Tabel 8 dan Grafik 5 di atas, nilai pemahaman konsep
siswa kelas V diterapkan penggunaan metode TGT pada siklus 2 diperoleh
rata-rata kelas sebesar 84. Siswa yang memperoleh nilai 34- 45 sebanyak 1
siswa atau 4,2%. Siswa yang memperoleh nilai 46 56 tidak ada atau 0%.
Siswa yang memperoleh nilai 57 67 tidak ada atau 0%. Siswa yang
memperoleh nilai 68 - 78 sebanyak 7 siswa atau 29,2%. Siswa yang
memperoleh nilai 79 89 sebanyak 5 siswa atau 20,8%. Siswa yang
memperoleh nilai 90 100 sebanyak 11 atau 45,8%.
Tabel berikut adalah tabel tentang ketuntasan belajar siswa pada
Siklus 2.
Tabel 9. Hasil Nilai Pemahaman Konsep Siklus 2
No Ketuntasan Belajar Jumlah Siswa Pra Siklus
Jumlah Persen
1. Tuntas 23 95,83%
2. Belum Tuntas 1 4,17%
Jumlah 24 100%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Berdasarkan data pada tabel 9 tersebut di atas dapat disajikan
dalam bentuk diagram 1 sebagai berikut :
Gambar 7. Diagram Ketuntasan Belajar Siklus 2
4) Refleksi
Analisis hasil tindakan siklus I direfleksi sesuai dengan
proses pembelajaran yang dilakukan. Data yang diperoleh melalui
observasi dikumpulkan kemudian dianalisis. Berdasarkan hasil
observasi yang dilakukan selama proses pelaksanaan tindakan,
peneliti melakukan refleksi sebagai berikut:
a) Seluruh siswa mengikuti pembelajaran IPS. Hasil evaluasi rata
rata IPS siswa pada siklus II yaitu 84.
b) Berdasarkan hasil evaluasi IPS pada siklus II siswa yang
memperoleh nilai <65 (KKM) ada 1 siswa atau 4,17% dan siswa
65 (KKM) yaitu 23 siswa atau 95,83%.
Data hasil perkembangan nilai siswa yang diambil dari lampiran
6 yang berisi nilai siswa pada siklus I dan lampiran 14 yang
berisi nilai siswa pada siklus II dapat dibuat tabel perkembangan
nilai siswa dan dapat dilihat pada Tabel 10 sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 10. Perkembangan Nilai Pemahaman Konsep Siklus I dan
Siklus II
Keterangan Siklus I Siklus II
Nilai terendah 30 40
Nilai tertinggi 100 100
Rata- rata nilai 71,625 84
Ketuntasan Klasikal 70,83% 95,83%
Dari Tabel 10 dapat digambarkan dalam Grafik 6 sebagai
berikut:
Grafik 6. Perkembangan Nilai Pemahaman Konsep Siklus I
dan Siklus II
c) Nilai terendah yang diperoleh siswa pada siklus I yaitu 30
meningkat pada siklus II yaitu 40 dan pada siswa yang sama yang
mendapat nilai terendah itu. Nilai tertinggi yang diperoleh siswa
pada siklus I sebesar 100 dan pada siklus II sama yaitu 100.
d) Nilai rata rata kelas juga terjadi peningkatan yaitu pada siklus I
sebesar 69,9 sedangkan pada siklus II naik menjadi 84.
Siklus I Siklus II
nilai terendah nilai tertinggi rata - rata nilai ketuntasan klasikal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
e) Untuk ketuntasan belajar siswa pada siklus I adalah 70,83% dan
pada siklus II 95,83% setelah dilakukan refleksi terdapat 1 siswa
yang tidak tuntas (nilai ulangan dibawah 65), namun secara
keseluruhan sudah meningkat nilai pemahaman konsepnya bila
dilihat dari persentase ketuntasan siswa pada siklus II.
Berdasarkan hasil refleksi siklus II dan melihat hasil evaluasi yang
diperoleh pada masing masing pertemuan, maka pembelajaran IPS
materi Proklamasi kemerdekaan Indonesia menggunakan metode TGT
pada siklus II sudah berhasil karena sudah mencapai target pencapaian
sehingga tidak perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya. Hal ini
menunjukkan bahwa pembelajaran melalui penerapan metode TGT dapat
meningkatkan kemampuan pemahaman konsep siswa kelas V SD Negeri
Brujul 1 tahun pelajaran 2010/2011.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Dengan melihat hasil penelitian di atas, dapat dijelaskan perhitungan rata
rata nilai evaluasi IPS dan ketuntasan belajar IPS siswa kelas V SD Negeri Brujul
1, Jaten, Karanganyar. Peningkatan terlihat dari sebelum tindakan dan setelah
tindakan yaitu siklus I dan siklus II yang masing masing terdiri dari 2
pertemuan. Dari tabel 7 dan tabel 10 tentang perkembangan nilai siswa dapat
dibuat tabel 11 tentang peningkatan dari sebelum tindakan sampai siklus II
sebagai berikut:
Tabel 11. Nilai Rata Rata Pemahaman Konsep Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia dan Persentase Ketuntasan Klasikal Sebelum Tindakan,
Siklus I, dan Siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Kriteria
Ketuntasan
Minimal
(KKM)
Nilai Rata-Rata Pemahaman
konsep proklamasi
kemerdekaan indonesia
Persentase Ketuntasan
Klasikal (%)
Sebelum
Tindakan
Siklus
I
Siklus
II
Sebelum
Tindakan
Siklus
I
Siklus
II
65 57,625 69,9 84 45,83 70,83 95,83
Dari Tabel 11 diatas dapat digambarkan menjadi Grafik 7 sebagai berikut :
Grafik 7. Grafik Peningkatan Nilai Rata-rata Pemahaman Konsep dan
Ketuntasan Belajar IPS materi Proklamasi Kemerdekaan Indonesia setiap Siklus
Berdasarkan perhitungan nilai pemahaman konsep Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia rata rata pada Tabel 11 dan Grafik 7 di atas, siswa yang
(KKM) menunjukkan adanya peningkatan. Sebelum
tindakan nilai rata rata hanya mencapai 57,625 dengan persentase ketuntasan
klasikal 45,83% pada siklus I bisa meningkat menjadi 69,9 dengan persentase
ketuntasan klasikal 70,83% dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 84 dengan
persentase ketuntasan klasikal 95,83%. Hal ini merefleksikan bahwa penerapan
metode TGT dalam pembelajaran IPS kelas V dinyatakan berhasil, karena secara
klasikal menunjukkan adanya peningkatan pemahaman konsep proklamasi
kemerdekaan Indonesia pada pelajaran IPS.
Nilai Rata - rata Pemahaman Konsep Prosentase Ketuntasan
sebelum tindakan Siklus I Siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
Selain dari hasil tes, hasil observasi terhadap aktifitas siswa, observasi
RPP guru dan kinerja guru secara klasikal juga mengalami peningkatan. Dari
lampiran 15, lampiran 18 dan lampiran 21 tentang observasi kinerja guru dapat
dibuat Tabel 12.
Tabel 12. Nilai Rata-Rata Hasil Observasi Kinerja Guru, Aktivitas Siswa
dan Observasi RPP Guru Selama Pembelajaran Tiap Siklus
Observasi Kinerja
Guru
Observasi Aktivitas
Siswa
Observasi RPP Guru
Siklus I Siklus II Siklus I Siklus II Siklus I Siklus II
3,46
(baik)
3,678
(baik
sekali)
1,83
(baik)
1,88
(baik)
3,7
(baik
sekali)
3,81
(baik
sekali)
Keterangan observasi kinerja guru :
1. 3,5 = sangat baik 3. 2 2,9 = Kurang
2. 3,0 3,4 = Baik 4. < 2 = Sangat Kurang
Keterangan observasi aktivitas siswa
1. 3. < 1,5 = Kurang
2. < 2,25= baik 4. < 0,75 = Sangat Kurang
Keterangan observasi RPP guru :
3,5 = sangat baik 3. 2 2,9 = Kurang
2. 3,0 3,4 = Baik 4. < 2 = Sangat Kurang
Dari Tabel 12 di atas terlihat bahwa kinerja guru pada siklus I hanya
mendapat nilai 3,46 yang kemudian meningkat pada siklus II menjadi 3,678.
Sedangkan aktivitas siswa yang semula hanya 1,83 meningkat menjadi 1,88. Hal
ini menunjukkan adanya peningkatan kinerja guru dan aktivitas siswa selama
pembelajaran IPS berlangsung pada siklus I dan siklus II. Selanjutnya observasi
RPP guru yang semula pada silus I mendapat nilai 3,7 meningkat menjadi 3,81
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
pada siklus II. Dari Tabel 12 terlihat adanya peningkatan pada kinerja guru,
aktivitas siswa dan observasi RPP guru. Walaupun peningkatannya tidak terlalu
drastis, peneliti yakin jika penelitian ini dilaksanakan dalam jangka waktu yang
cukup lama secara terus menerus akan memperlihatkan hasil yang signifikan.
Mengingat bahwa dalam penelitian ini, kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan
hanya empat kali pertemuan.
Hambatan yang ditemui pada masing masing siklus berbeda beda.
Hambatan hambatan itu antara lain :
1. Siswa masih kesulitan dengan model pembelajaran yang diterapkan guru,
karena harus bekerja kelompok dan melaksanakan tournamen yang tiap
permainannya berganti lawan.
2. Ketika berkumpul di kelompok, diskusi siswa belum terarah hal itu
membuat kondisi menjadi gaduh karena siswa ramai sendiri.
3. Pembagian kelompok yang homogen membuat kelas menjadi tidak
seimbang, ada kelompok yang selalu aktif tapi ada juga kelompok yang
sangat pasif.
4. Selain itu saat penyampaian hasil diskusi masih banyak siswa yang tidak
memperhatikan saat kelompok lain sedang membacakan hasilnya.
5. Pada saat kegiatan tournament sering terjadi kegaduhan yang kadang
membuat siswa berselisih paham.
Upaya untuk mengatasi hambatan yang ada pada siklus I sudah
disempurnakan pada siklus II yaitu dengan memberi pengarahan dan bimbingan
sebelum kegiatan inti dalam pembelajaran Saat berada di kelompok guru
membagikan lembar kerja siswa dengan soal yang dapat dikerjakan secara
kelompok atau berbagi tugas sehingga diskusi di kelompok lebih terarah dan lebih
kondusif. Pembagian kelompok diatur oleh guru menjadi heterogen sehingga tidak
ada kelompok yang lebih mendominasi akan tetapi semua kelompok bisa terlibat
aktif dalam pembelajaran. Kelompok yang akan maju membacakan hasil
diskusinya terlebih dahulu memberikan hasil lembar diskusinya pada guru
sehingga jawaban dari kelompok itu dipegang guru lalu kelompok itu menjawab
pertanyaan yang diberikan guru, dengan cara seperti itu siswa yang lain akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
memperhatikan kelompok lain yang sedang maju karena bila kelompok yang di
depan tidak bisa menjawab pertanyaan guru maka kelompok lain berhak
menjawab dan akan memperoleh poin sebagai kelompok yang aktif. Pelaksanaan
turnamen menjadi lebih tertib karena siswa sudah terbiasa dengan turnamen dan
siswa sudah mulai mengerti aturan main turnamen. Pembelajaran pada siklus II
sudah berhasil sehingga tidak ada hambatan yang berarti.
Berdasarkan hasil wawancara antara peneliti dengan guru kelas (lihat
lampiran 1) pemahaman konsep siswa sebelum menerapkan model kooperatif tipe
TGT sudah cukup baik, tetapi siswa yang tuntas hanya 45,83%. Hal itu
dikarenakan guru belum menggunakan model pembelajaan yang tepat dalam
pelajaran IPS sehingga siswa kurang maksimal dalam mengikuti maupun
menyerap materi pelajaran IPS. Sedangkan hasil wawancara setelah menerapkan
model pembelajaran tipe TGT dalam pembelajaran IPS terbukti dapat
meningkatkan pemahaman konsep siswa, selain itu ketuntasan belajar IPS siswa
juga meningkat. Walaupun begitu, dalam pelaksanaanya dijumpai hambatan yang
ditemui guru pada pembelajaran IPS menggunakan metode TGT ini diantaranya
yaitu:
1. Guru masih kesulitan dalam mengelola kelas sehingga kondisi kelas kurang
kondusif untuk pembelajaran.
2. Kejelasan guru dalam menyampaikan materi pelajaran masih kurang.
3. Ketepatan guru dalam menerapkan metode TGT juga masih kurang sehingga
masih banyak siswa yang kesulitan dalam mengikuti pembelajaran.
Untuk mengatasi hal tersebut guru mengadakan refleksi bersama guru kelas V
dan pada siklus II hambatan tersebut bisa dikurangi, guru sudah bisa mengelola
kelas dengan cukup baik. Dalam menyampaikan materi pembelajaran guru
menggunakan media gambar yang secara langsung dipegang siswa, sehingga
materi yang disampaikan lebih jelas dan menarik perhatian siswa. Guru juga
memberikan pengarahan pada siswa tentang langkah langkah menggunakan
metode TGT supaya siswa tidak kesulitan dalam mengikuti pembelajaran. Dengan
begitu hambatan yang ada dalam pembelajaran dapat diperbaiki.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
Hambatan hambatan yang ada selama pembelajaran sudah dapat
dikurangi. Hal itu membuat pemahaman siswa pada pelajaran IPS dapat
meningkat. Penerapan model kooperatif tipe TGT dalam pembelajaran IPS dapat
meningkatkan aktivitas belajar siswa dan membuat pembelajaran IPS materi
Proklamasi kemerdekaan Indonesia menjadi bermakna karena pembelajaran lebih
menyenangkan memudahkan siswa untuk memahami materi yang ada dengan
bertukar informasi bersama teman teman, meningkatkan rasa kerja sama dan
tanggung jawab dalam satu kelompok untuk meraih tujuan yang sama yaitu bisa
memahami materi bersama sama dan berkompetisi secara sehat guna mencapai
tujuan. Mengingat banyaknya kelebihan yang dimiliki model kooperatif tipe TGT
maka kendala kendala dalam pelaksanaan pembelajaran IPS materi Proklamasi
kemerdekaan Indonesia yang lain menjadi tidak berarti.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa salah satu upaya untuk
meningkatkan pemahaman konsep Proklamasi kemerdekaan Indonesia pada siswa
kelas V SD Negeri Brujul 1 yaitu dengan menerapkan model kooperatif tipe TGT.
Penerapan model kooperatif tipe TGT dapat menjadikan pembelajaran IPS materi
Proklamasi kemerdekaan Indonesia menjadi lebih menyenangkan sehingga
pemahaman siswa meningkat. Jadi pembelajaran dengan penerapan model
kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan pemahaman konsep Proklamasi
kemerdekaan Indonesia pada pelajaran IPS pada siswa kelas V SD Negeri Brujul
1 tahun ajaran 2010/ 2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua
siklus, ternyata hipotesis yang dirumuskan telah terbukti kebenarannya.
Penggunaan pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tourament dapat
meningkatkan pemahaman konsep Proklamasi kemerdekaan Indonesia pada siswa
kelas V SDN 01 Brujul, Jaten, Karanganyar ajaran 2010/2011. Hal ini terbukti pada
kondisi awal sebelum dilaksanakan tindakan nilai rata-rata hasil belajar IPS pokok
bahasan Proklamasi kemerdekaan Indonesia peserta didik 57,625 dengan presentase
ketuntasan klasikal sebesar 45,83%, siklus I nilai rata-rata hasil belajar IPS pokok
bahasan Proklamasi kemerdekaan Indonesia peserta didik 69,9 dengan presentase
ketuntasan klasikal sebesar 70,83% dan siklus II nilai rata-rata hasil belajar IPS
pokok bahasan Proklamasi kemerdekaan Indonesia peserta didik 84 dengan
presentase ketuntasan klasikal sebesar 95,83%. Penerapan pembelajaran dengan
menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tourament dapat
dilaksanakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPS di kelas V sehingga
dapat meningkatkan pemahaman konsep Proklamasi kemerdekaan Indonesia.
B. Implikasi
Prosedur dan pelaksanaan pembelajaran dalam penelitian ini didasarkan
pada penerapan pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament dalam
pembelajaran IPS materi Proklamsi Kemerdekaan Indonesia. Model yang
digunakan dalam penelitian ini adalah model siklus, dimana model siklus yang
telah dilaksanakan sebanyak dua siklus. Siklus I dilaksanakan pada tanggal 16 s.d.
17 Maret 2011 dan siklus II dilaksanakan pada tanggal 6 April s.d. 7 April 2011.
Dalam setiap pelaksanaan siklus terdapat empat langkah kegiatan, yaitu
perencanaan tindakan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Kegiatan ini
dilaksanakan berdaur ulang, sebelum melaksanakan tindakan dalam setiap siklus
perlu adanya perencanaan dengan memperhatikan keberhasilan siklus sebelumnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
Tindakan dalam setiap siklus dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Hal ini
berdasar pada analisis perkembangan dari pertemuan satu ke pertemuan berikutnya
dalam satu siklus dan dari analisis perkembangan peningkatan proses dalam siklus I
sampai siklus II.
Pemberian tindakan dari siklus I mendeskripsikan bahwa masih terdapat
kekurangan selama proses pembelajaran berlangsung. Namun, kekurangan
kekurangan tersebut dapat diperbaiki pada pelaksanaan tindakan pada siklus
selanjutnya, yakni pada siklus II. Dari tahap perencanaan hingga tahap refleksi
terhadap proses pembelajaran, dapat dideskripsikan terdapat peningkatan, baik dari
segi proses maupun hasil. Dari segi proses, terdapat peningkatan pada aktivitas
belajar siswa selama pembelajaran dan keterampilan guru dalam menggunakan
strategi pembelajaran untuk mengelola kelas. Dari segi hasil, terdapat peningkatan
nilai rata rata pemahaman konsep siswa dari siklus I hingga siklus II.
Penelitian ini juga memberikan gambaran nyata bahwa keberhasilan proses
dan peningkatan hasil pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor
faktor tersebut berasal dari guru maupun siswa. Di samping itu juga dipengaruhi
oleh model pembelajaran yang digunakan. Faktor dari guru meliputi kemampuan
guru dalam mengembangkan dan menyampaikan materi, keterampilan guru dalam
menggunakan model pembelajaran, serta kemampuan guru dalam memilih dan
menggunakan media sebagai sarana untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
Faktor dari siswa meliputi perhatian, keaktifan, ketekunan, tanggung jawab, dan
kerjasama dalam diskusi kelompok siswa selama mengikuti proses pembelajaran.
Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka implikasi yang didapat dari
penelitian yang telah dilaksanakan adalah sebagai berikut:
1. Implikasi Teoritis
Kesimpulan yang menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif
tipe Teams Games Tournament efektif pada pembelajaran IPS terhadap
Pemahaman konsep Proklamsi Kemerdekaan Indonesia siswa, terbukti bahwa
Teams Games Tournament dapat meningkatkan kerja sama dan kebersamaan
yang tinggi dalam memecahkan permasalahan bahan ajar dan diskusi di kelas.
Selain itu Teams Games Tournament dapat meningkatkan motivasi siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
karena adanya kompetisi dalam metode Teams Games Tournament. Model
kooperatif Teams Games Tournament membiasakan siswa untuk bekerjasama
guna mencapai tujuan tertentu dan berkompetisi dengan sehat. Hasil ini dapat
dijadikan sebagai salah satu dalam memilih metode pembelajaran yang tepat
dan dalam pembelajaran di kelas. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
menambah pengetahuan sebagai dasar pengembangan model kooperatif tipe
Teams Games Tournament dalam penelitian selanjutnya.
2. Implikasi Praktis
Hasil penelitian ini dapat digunakan guru untuk memilih model
pembelajaran yang tepat agar dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran
sehubungan dengan tujuan yang harus dicapai oleh siswa SDN 01 Brujul, Jaten,
Karanganyar.
Berdasarkan temuan dan pembahasan hasil penelitian yang telah
dijelaskan pada bab IV, maka penelitian ini dapat digunakan dan dikembangkan
oleh guru yang menghadapi masalah sejenis yang pada umumnya dimiliki oleh
sebagian besar siswa. Penerapan model kooperatif tipe Teams Games
Tournament dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa. Dengan metode
ini, siswa mengerjakan tugas bersama-sama selanjutnya mereka berkompetisi
mewakili masing-masing kelompok. semua aspek baik dari guru maupun siswa
harus diperhatikan agar mendukung keberhasilan suatu pembelajaran.
C. Saran
Sesuai dengan simpulan dan implikasi hasil penelitian, serta dalam rangka
ikut menyumbangkan pemikiran bagi guru dalam meningkatkan pemahaman
konsep Proklamsi Kemerdekaan Indonesia pada pelajaran IPS, maka dapat
disampaikan saran saran sebagai berikut:
1. Bagi Siswa
a. Siswa hendaknya dapat berperan aktif dengan menyampaikan ide pada
proses pembelajaran IPS materi Proklamasi kemerdekaan Indonesia dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
Tournament, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar
sehingga memperoleh hasil belajar yang optimal.
b. Siswa hendaknya mampu bekerjasama lebih baik dan berkompetisi secara
lebih sehat pada saat pelaksanaan pembelajaran IPS materi Proklamasi
kemerdekaan Indonesia dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Teams Games Tournament.
c. Siswa dapat mengaplikasikan hasil belajar pelajaran IPS materi Proklamasi
kemerdekaan Indonesia dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Teams Games Tournament dalam kehidupan sehari hari.
2. Bagi guru
a. Hendaknya guru menerapkan model kooperatif tipe Teams Games
Tournament dalam pembelajaran IPS materi Proklamsi Kemerdekaan
Indonesia.
b. Dalam kegiatan pembelajaran secara umum hendaknya guru lebih
berinovasi dalam menerapkan model ataupun metode yang dikuasai
sesederhana apapun itu untuk menarik minat siswa dalam pembelajaran.
c. Dalam pembelajaran IPS materi Proklamsi Kemerdekaan Indonesia guru
hendaknya kerja sama dan saling membantu dengan guru lain dalam
kelompok kerja guru sesama guru kelas V dalam menerapkan metode
kooperatif tipe Teams Games Tournament.
3. Bagi sekolah
Sekolah sebaiknya meningkatkan kualitas tenaga pendidiknya dengan
mengadakan pelatihan bagi guru agar dapat berinovasi menerapkan model
pembelajaran yang tepat pada pembelajaran, terutama model pembelajaran yang
menyenangkan misalnya model kooperatif tipe Teams Games Tournament
ataupun yang lainnya. Kualitas tenaga pendidik yang lebih baik akan
berpengaruh pada kualitas pembelajaran, karena pastinya akan terdapat inovasi
dalam penggunaan model pembelajaran dan tujuan pembelajaran dapat tercapai
sesuai dengan yang diharapkan.