penggunaan model pembelajaran kontekstual …...v abstrak teti aprianingsih, penggunaan model...
TRANSCRIPT
ii
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA
(PENGUKURAN) SISWA KELAS II SDN 04 TEMUIRENG
KEC. PETARUKAN KAB. PEMALANG
TAHUN PELAJARAN 2009/2010
Oleh:
Teti Aprianingsih
NIM. X9707042
Laporan Penelitian Tindakan Kelas
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan
Program Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
iii
PERSETUJUAN
Laporan Penelitian Tindakan Kelas ini telah disetujui untuk dipertahankan di
Tim Penguji Laporan Penelitian Tindakan Kelas Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Maret Surakarta.
Surakarta, .............................
Pembimbing, Supervisor, Drs. Sutijan, M.Pd. Intiyas Rahayu, S.Pd. NIP. 19520127 197903 1 007 NIP. 19610321 198201 2 007
iv
PENGESAHAN
Laporan Penelitian Tindakan Kelas ini telah dipertahankan di hadapan Tim
Penguji Laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi
persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari : Kamis
Tanggal : 24 Juni 2010
Tim Penguji Laporan PTK :
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Drs. Kartono, M.Pd. ………………………….
Sekretaris : Dr. Riyadi, M.Si. ………………………….
Anggota I : Drs. Sutijan, M.Pd. ………………………….
Anggota II : Drs. Sadiman, M.Pd. ………………………….
Disahkan oleh :
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,
Prof. Dr. H.M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. NIP. 196007271987021001
v
ABSTRAK
Teti Aprianingsih, PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA (PENGUKURAN) SISWA KELAS II SDN 04 TEMUIRENG KEC. PETARUKAN KAB. PEMALANG TAHUN PELAJARAN 2009/2010. Laporan Penelitian Tindakan Kelas, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juni 2010.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pendekatan kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar matematika (pengukuran) pada siswa kelas II SDN 04 Temuireng dan mengetahui kendala-kendala yang dihadapi guru dan siswa dalam penggunaan pendekatan kontekstual pada siswa kelas II SDN 04 Temuireng. Dengan demikian variabel penelitian ini adalah penggunaan model pembelajaran kontekstual dan hasil belajar.
Penelitian ini disusun dengan metode Penelitian Tindakan Kelas, subyek penelitian adalah siswa kelas II SDN 04 Temuireng yang terdiri dari 32 siswa. Pengumpulan data menggunakan dokumen, observasi dan wawancara.
Setelah dilakukan analisis data hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa pada kondisi awal (pra siklus) didapat rata-rata kelas 64,89. Dengan penggunaan pendekatan kontekstual pada siklus I rata-rata kelas menjadi 67,60. pada siklus II rata-rata kelas meningkat menjadi 77,81. dari keseluruhan siklus yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa peneliti telah mampu meningkatkan hasil belajar matematika (pengukuran) siswa kelas II SDN 04 Temuireng Kec. Petarukan Kab. Pemalang Tahun Pelajaran 2009/2010.
vi
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah
memberikan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan
menyusun penelitian tindakan kelas yang berjudul " PENGGUNAAN MODEL
PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL
BELAJAR MATEMATIKA (PENGUKURAN) SISWA KELAS II SDN 04
TEMUIRENG KEC. PETARUKAN KAB. PEMALANG TAHUN PELAJARAN
2009/2010." Penulisan ini diajukan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar
S1. Dengan segala kerendahan hati penulis juga menyampaikan terima kasih dan
penghargaan yang setulus-tulusnya kepada semua pihak yang telah memberikan
dukungan kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun
material sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Terlebih lagi ucapan
kasih ini dihaturkan kepada :
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Prof. Dr. Rernat Sajidan, M.Si selaku Pembantu Rektor I Fakultas keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Drs. Sutijan, M.Pd., selaku pembimbing yang telah memberi bimbingan,
sehingga penulisan tindakan kelas ini dapat selesai tepat waktu.
4. Drs. Hadi Mulyono, M.Pd, selaku Ketua Program Studi PGSD Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS.
5. Intiyas Rahayu, S.Pd, selaku Kepala SDN 04 Temuireng dan Bapak Ibu/Guru
SDN 01 Temuireng.
6. Siswa kelas II SDN 04 Temuireng, yang dengan semangat telah membantu
berhasilnya penelitian tindakan kelas.
Penulis menyadari dalam penyusunan PTK ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu segala kritik dan saran dari semua pihak sangat peneliti harapkan
sebagai acuan sempurnanya laporan penelitian di masa yang akan datang.
vii
Penulis berharap, semoga karya ini bisa memberi manfaat yang besar
terutama bagi penulis sendiri, para rekan guru dan semua pihak yang peduli terhadap
peningkatan kualitas pendidikan di nusantara tercinta.
Pemalang, Juni 2010
Penulis
Teti Aprianingsih NIM. X9707042
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN .............................................................................. iii
ABSTRAK ............................................................................................................ iv
KATA PENGANTAR .......................................................................................... v
DAFTAR ISI ......................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah dan Pemecahannya ............................................ 2
C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 3
D. Manfaat Hasil Penelitian .................................................................. 3
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori ..................................................................................... 4
1. Pendekatan Kontekstual ............................................................. 4
2. Hakikat Belajar ........................................................................... 5
3. Pengertian Hasil Belajar ............................................................. 13
4. Pengertian Matematika ............................................................... 14
5. Pengertian Pengukuran ............................................................... 15
B. Kerangka Pikir ................................................................................. 16
C. Perumusan Hipotesis Tindakan ....................................................... 17
BAB III METODOLOGI PENILITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................... 18
B. Subyek dan Objek Penelitian ........................................................... 18
C. Sumber Data ..................................................................................... 18
D. Tehnik Pengumpulan Data ............................................................... 18
E. Prosedur Penelitian .......................................................................... 19
ix
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ................................................................................. 21
1. Prasiklus ...................................................................................... 21
2. Siklus I ....................................................................................... 21
3. Siklus II ....................................................................................... 25
B. Pembahasan Hasil Penelitian dan Temuan ....................................... 27
1. Pembahasan Prasiklus ................................................................ 27
2. Pembahasan Siklus I ................................................................... 29
3. Pembahasan Siklus II .................................................................. 30
4. Pembahasan Antar Siklus ........................................................... 32
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ...................................................................................... 34
B. Saran ................................................................................................. 34
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 36
LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
1. Nilai Frekuensi dan Prosentase nilai Siswa Pra Siklus .................................... 28
2. Diagram Batang 1 ............................................................................................ 28
3. Nilai Frekuensi siswa Siklus Pertama ............................................................. 29
4. Diagram batang 2 ............................................................................................. 30
5. Nilai Frekuensi Siswa Siklus Kedua ............................................................... 31
6. Diagram Batang 3 ............................................................................................ 31
7. Nilai Frekuensi Siswa Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II ................................ 32
8. Diagram Batang 4 ........................................................................................... 33
xi
DAFTAR LAMPIRAN
1. Curriculum Vitae Penulis................................................................................ 37
2. Curriculum Vitae Supervisor .......................................................................... 38
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus Pertama ...................................... 39
4. Lembar Kerja Siswa........................................................................................ 42
5. Lembar Observasi Siklus I.............................................................................. 43
6. Lembar Observasi Siklus II ............................................................................ 44
7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus Kedua ........................................ 45
8. Instrumen penilaian RPP................................................................................. 51
9. Instrumen Penilaian Praktik Pembelajaran Programan PJJ S-1 PGSD .......... 53
10. Absensi Murid................................................................................................. 55
11. Daftar Hadir Guru Bulan Maret ...................................................................... 56
12. Daftar Hadir Guru Bulan April ....................................................................... 57
13. Daftar Hadir Guru Bulan Mei ......................................................................... 58
14. Komentar Guru / Teman Sejawat ................................................................... 59
15. Foto Dokumentasi .......................................................................................... 60
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
SD Negeri 04 Temuireng adalah salah satu SD di Kabupaten Pemalang, yang
beralamat di Desa Temuireng, Kecamatan Petarukan 52362 Pemalang. Secara
keseluruhan SD Negeri 04 Temuireng memiliki jumlah murid 276 anak. Sedangkan
di Kelas II tempat kami melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas terdapat 32 siswa,
terdiri 13 anak perempuan dan 19 anak laki-laki. Prestasi dari siswa kelas VI SDN 04
Temuireng dapat dikatakan rata-rata. Antara siswa satu dengan siswa yang lain
prestasi belajarnya tidak terpaut terlalu jauh. Hubungan sosial antara anggota kelas
cukup bagus, baik guru dengan siswa maupun hubungan siswa dengan siswa.
Proses pembelajaran yang berlangsung di SD Negeri 04 Temuireng
cenderung masih konvensional, artinya dalam melaksanakan pembelajaran masih
banyak menggunakan metode ceramah saja. Pada awal pembelajaran guru tidak
menggunakan apersepsi, guru kurang membangkitkan motivasi siswa terhadap
pembelajaran, model pembelajaran kurang menarik, tidak mengkaitkan dengan dunia
nyata, guru juga jarang menggunakan alat peraga sebagai alat bantu dalam
menjelaskan atau menyampaikan pelajaran yang bersifat abstrak agar menjadi
konkrit sehingga siswa lebih mudah paham.
Permasalahan yang dihadapi selama proses pembelajaran selama ini adalah
sebagai berikut :
1. Guru belum mempergunakan model pembelajaran yang inovatif, lebih banyak
menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan tugas.
2. Pembelajaran masih bersifat text book oriented atau orientasi pada buku, belum
memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar dan tidak mengkaitkan materi
pembelajaran dengan dunia nyata.
3. Guru dalam pembelajaran belum mempergunakan alat peraga yang beragam atau
bervariasi dari produk pabrik maupun buatan sendiri.
xiii
4. Pengetahuan yang diperoleh siswa kebanyakan hanya bersifat kognitif dan tidak
tahan lama. Proses pembelajaran masih didominasi guru, siswa kurang terlibat
aktif dalam pembelajaran.
5. Nilai prestasi belajar Matematika rendah terutama tentang pengukuran dimana
KKM-KD “Mengukur panjang dengan satuan tak baku daun baku” sangat
rendah 54, sedangkan KKM keseluruhan Matematika 58. Hal itu membuktikan
dalam KD tersebut guru mengalami kesulitan.
Untuk mengatasi permasalahan di atas, penulis menganggap penting
diadakannya penelitian tindakan kelas. Dengan penelitian tindakan kelas ini proses
pembelajaran matematika akan ada perbaikan dengan menggunakan model
pembelajaran yang inovatif. Anak terlibat secara langsung, pembelajaran lebih
bermakna sehingga meningkat pula hasil belajar matematika siswa.
B. RUMUSAN MASALAH DAN PEMECAHANNYA
1. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, masalah penelitian ini
dirumuskan sebagai berikut : Apakah penggunaan pendekatan kontekstual dapat
meningkatkan hasil belajar tentang pengukuran mata pelajaran matematika siswa
kelas II SDN 04 Temuireng, kecamatan Petarukan, kabupaten Pemalang Tahun
Pelajaran 2009/ 2010 ?
2. Pemecahan Masalah
Untuk meningkatkan hasil belajar siswa tentang pengukuran mata pelajaran
matematika dapat menggunakan pendekatan kontekstual sehingga anak terlibat
secara langsung dan pelajaran akan lebih lama diserap dalam ingatan anak.
C. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan :
xiv
1. Memperbaiki proses pembelajaran matematika dari pembelajaran yang
menjenuhkan menjadi pembelajaran yang menyenangkan.
2. Meningkatkan pemahaman siswa tentang pengukuran pada mata pelajaran
matematika dengan menggunakan pendekatan kontekstual.
D. MANFAAT HASIL PENELITIAN
Sedangkan manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah bahwa :
1. Bagi Siswa
Meningkatnya hasil belajar siswa tentang pengukuran pada mata pelajaran
matematika dengan penggunaan pendekatan kontekstual.
2. Bagi Guru
a. Dapat menambah wawasan dan pemahaman guru tentang strategi
pembelajaran yang bervariasi.
b. Membantu guru untuk memperbaiki proses pembelajaran matematika
sehingga pembelajaran lebih bermakna.
3. Bagi Sekolah
a. Meningkatkan profesionalisme dan kinerja guru secara umum.
b. Membantu tercapainya tujuan pendidikan di sekolah, baik secara mikro
maupun secara makro.
xv
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Dalam kajian pustaka ini akan dibahas 3 hal yaitu kajian teori, kerangka pikir,
dan perumusan hipotesis.
A. KAJIAN TEORI
Dalam kajian teori yang relevan ini akan dibahas 5 hal, yaitu pendekatan
kontekstual, pengertian belajar, hasil belajar, pengertian matematika dan pengertian
pengukuran.
1. Pendekatan Kontekstual
Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning) menurut
Nurhadi (2003) adalah konsep belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan
antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa. Dan juga mendorong
siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya
dalam kehidupan mereka sendiri-sendiri. Pengetahuan dan keterampilan diperoleh
dari usaha siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru ketika
ia belajar.
Menurut Johson (2002) CTL adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan
menolong para siswa melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari
dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks keadaan
pribadi, sosial dan budaya mereka. Untuk mencapai tujuan ini, sistem tersebut
meliputi tujuh komponen berikut :
a. Membuat keterkaitan-keterkaitan bermakna
b. Melakukan pekerjaan yang berarti
c. Melakukan pembelajaran yang diatur sendiri
d. Melakukan kerja sama
e. Membantu individu untuk tumbuh dan berkembang
f. Berpikir kritis dan kreatif untuk mencapai standar yang tinggi
g. Menggunakan penilaian otentik
4
xvi
Menurut Sanjaya (2004), Pembelajaran CTL melibatkan tujuh komponen utama
pembelajaran yaitu :
a. Konstruktivisme (Construkvism)
b. Bertanya (Quetioning)
c. Menemukan (Inquiry)
d. Masyarakat belajar (learning community)
e. Permodelan (modeling)
f. Penilaian sebenarnya (authentic assesment)
Secara garis besar langkah-langkah pembelajaran kontekstual adalah sebagai
berikut :
a. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara
bekerja sendiri, menemukan sendiri dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan
dan keterampilan barunya.
b. Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.
c. Kembangkan sikap ingin tahu siswa dengan bertanya
d. Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompoknya)
e. Hadirkan “model” sebagai contoh pembelajaran
f. Melakukan refleksi di akhir pertemuan
g. Melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.
Dalam kelas kontekstual, tugas guru lebih banyak berurusan dengan strategi
pembelajaran daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai tim
yang bekerja sama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelasnya.
Kontekstual hanya sebagai strategi. Kontekstual dikembangkan dengan tujuan agar
pembelajaran lebih produktif dan bermakna.
2. Hakikat Belajar
Dalam hakikat belajar ini akan dibahas dua hal, yaitu pengertian belajar,
prestasi belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar.
a. Pengertian Belajar
Belajar adalah sebagai suatu perubahan pada diri individu yang
disebabkan oleh pengalaman, perubahan yang terjadi pada diri seseorang banyak
xvii
sekali, baik sifat maupun jenisnya. Karena itu sudah tentu setiap perubahan
dalam diri seseorang merupakan perubahan hasil belajar.
Belajar lebih berhasil apabila ada hubungan dengan minat, keinginan dan
tujuan siswa. Hal ini terjadi apabila ada hubungan dengan apa yang diperlukan
siswa dalam kehidupan sehari-hari, belajar dalam pengertian yang paling umum
adalah setiap perubahan tingkah laku akibat pengalaman yang diperolehnya atau
hasil interaksi individu dengan lingkungannya, karena manusia bersifat dinamis
dan terbuka terhadap berbagai perubahan yang terjadi pada dirinya dan
lingkungan sekitarnya, maka proses belajar akan selalu terjadi pada diri
seseorang tanpa henti.
Menurut Slameto (1995:2). Belajar adalah ialah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya senidri dalam interaksi dengan
lingkungannya.
Jika seseorang belajar sesuatu sebagai hasilnya ia akan mengalami
perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap ketrampilan dan
kemampuannya. Sementara itu menurut Witherington dalam Ngalim Purwanto
(1977:84), belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang
menyatakan diri sebagai pola baru dari reaksi yang berupa kecakapan, sikap
kebiasaan atau suatu pengertian.
Sedangkan menurut Oemar Hamalik (1989:60), belajar merupakan suatu
proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman dan latihan.
Perkataan belajar dirumuskan oleh Kimble dalam Singgih D Gunarsa
(1990:119), belajar adalah perubahan yang relatif menetap dalam potensi
tingkah laku yang terjadi sebagai akibat dari latihan dengan penguatan dan tidak
masuk perubahan-perubahan karena kematangan, kelelahan dan kerusakan pada
susunan syaraf, dalam hal ini belajar adalah suatu yang diubah atau berubah
daru\i rangkaian tingkah laku dan perubahan itu bersifat menetap, ini diartikan
bilamana pada suatu saat terjadi perubahan ada suatu yang baru diperoleh
mempelajari sesuatu dan ini akan bersifat menetap dalam diri seseorang.
xviii
Berdasarkan pendapat-pendapat diatas, maka dapat peneliti simpulkan
bahwa belajar suatu proses aktivitas manusia secara aktif, melibatkan unsure
jasmani maupun rohani untuk menghasilkan perubahan-perubahan dalam hal
pengetahuan, pemahaman, ketrampilan nilai dan sikap. Perubahan-perubahan itu
bersifat relatif konstan dan menetap sehingga dibutuhkan suatu minat agar
mendapatkan sikap belajar yang baik dapat juga belajar diartikan sebagai usaha
yang dilakukan seseorang untuk mengetahui dan menguasai ilmu pengetahuan
sehingga dapat menerapkan dalam kehidupannya, belajar juga merupakan
perubahan-perubahan tingkah laku berkat pengalaman dan latihan dari hasil
usaha individu dalam memperoleh kepandaian ilmu, ketrampilan, kecakapan,
kebiasaan, sikap, pengertian, penyesuian diri, serta aspek dalam pribadi
seseorang yang meliputi aspek pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, nilai dan
sikap.
Adapun dari definisi-definisi yang dikemukakan diatas, dapat
dikemukakan adanya beberapa elemen yang penting yang mencirikan pengertian
tentang belajar oleh Ngalim Purwanto (1990:85) adalah sebagai berikut :
1) Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau
pengalaman yang disebabkan oleh pertumbuhan atau perkembangan
kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar seperti perubahan yang
terjadi pada diri bayi.
2) Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, perubahan itu dapat
mengarah kepada tingkah laku yang baik, akan tetapi ada juga kemungkinan
perubahan itu mengarah ke perubahan tingkah laku yang kurang baik.
3) Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut
berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun kejiwaan seperti perubahan
tingkah laku yang kurang baik.
4) Untuk disebut dengan belajar, maka perubahan itu harus relative mantap
pada akhir suatu periode waktu yang cukup panjang. Perubahan itu
hendaknya akhir dari suatu periode yang mungkin berlangsung berhari-hari,
berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun ini berarti harus meninggalkan
perubahan-perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh motivasi,
xix
kelelahan, adaptasi, ketajaman, kepekaan perhatian seseorang yang biasanya
hanya berlangsung untuk sementara.
Menurut Slameto (1995:3-4) ada enam aspek perubahan belajar, yaitu
perubahan terjadi secara sadar, perubahan dalam belajar bersifat kontinyu dan
fungsional, perubahan dalam belajar bersifat aktif dan pasif, perubahan dalam
belajar bukan bersifat sementara, perubahan dalam belajar atau terarah
perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.
1) Perubahan terjadi secara sadar, artinya seseorang yang belajar akan
merasakan perubahan yang tejadi sebagai akibat dari usaha belajarnya.
2) Perubahan dalam belajar bersifat kontinyu dan fungsional, artinya
perubahan yang terjadi dalam individu siswa berlangsung secara
berkesinambungan, tidak statis.
3) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif, artinya perubahan-
perubahan yang senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh
sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya.
4) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara, artinya perubahan yang
bersifat menetap atau permanen sehingga tingkah lakunya menetap.
5) Perubahan dalam belajar atau terarah, artinya perubahan tingkah laku itu
merupakan tujuan yang akan dicapai sehingga perubahan tingkah lakunya
benar-benar disadari.
6) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku, artinya perubahan sebagai
akibat dari belajar yang dilakukan sehingga terjadi perubahan tingkah laku
yang baik.
Dalam pembelajaran Matematika perubahan tingkah laku yang terjadi
apabila siswa secara sadar dan berkesinambungan dalam belajarnya dengan
menggunakan media yang sesuai maka apa yang diharapkan akan tercapai, sebab
dengan belajar tanpa ada tekanan siswa akan berhasil dalam mengerjakan tugas
dari guru.
Belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan secara sadar untuk
mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dicapai. Menurut Syaiful
Bahri Djamarah (1991:21), tujuan dalam belajar adalah terjadinya suatu
xx
perubahan dalam diri individu, sejalan dengan itu. Sardiman dalam Syaiful Bahri
Djamarah (1991:21) belajar sebagai rangkaian kegiatan jiwa raga, psikofisik me
menuju perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang menyangkut cipta, rasa
dan karsa, rasa kognitif, afektif dan psikomotorik.
Dari pengertian belajar yang dikemukakan di atas, dapat diambil suatu
pemahaman tentang hakikat dari aktivitas belajar. Hakikat dari aktivitas belajar
adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri individu, perubahan itu nantinya
akan mempengaruhi pola piker individu dalam berbuat dan bertindak, perubahan
itu sebagai hasil dari pengalaman individu dalam belajar.
b. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Belajar.
Menurut Slameto ( 195 : 54 – 72 ), factor yang mempelajari belajar
dibedakan menjadi dua yaitu faktor interen dan eksteren ;
1) Faktor-faktor intern, yaitu faktor yang ada dalam diri individu yang sedang
belajar, faktor ini meliputi faktor jasmani, faktor psikologis dan faktor
kelelahan.
a) Faktor jasmani yaitu faktor yang berasal dari anggota badan individu itu
sendiri, faktor jasmani terdiri dari dua macam, yaitu faktor kesehatan
dan cacat tubuh.
(1) Faktor kesehatan adalah kondisi kesehatan pada seseorang terbebas
dari penyakit.
(2) Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau
kurang sempurna mengenai tubuh atau badan.
b) Faktor psikologis yaitu faktor yang mempengaruhi kejiwaan setiap
individu, faktor psikologis terdiri dari inteligensi, perhatian, minat,
bakat, motif, kematangan dan kesiapan.
(1) Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis, yaitu
kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan kedalam situasi
yang baru dan cepat dan efektif, mengetahui relasi dan
mempelajarinya dengan cepat.
xxi
(2) Perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itupun
semata-mata tertuju kepada suatu objek atau sekumpulan objek.
(3) Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan
mengenang beberapa kegiatan.
(4) Bakat adalah kemampuan yang dimiliki seseorang sejak lahir untuk
belajar.
(5) Kematangan adalah suatu tingkat dalam pertumbuhan seseorang
yang alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan
baru.
(6) Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respon atau reaksi.
Kesediaan itu timbul dari dalam diri seseorang dan juga
berhubungan dengan kematangan karena kematangan berarti
kesiapan untuk melaksanakan kecakapan
c) Faktor kelelahan, yaitu faktor yang disebabkan karena daya fisiknya
menurun, kelelahan ada dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan
kelelahan rohani,
(1) Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan
timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh.
(2) Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan
kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan
sesuatu hilang.
2) Faktor ekstern, yaitu faktor yang ada di luar individu siswa yang sedang
belajar, meliputi faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat.
a) Faktor keluarga, yaitu siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari
keluarga yang berupa cara orang tua mendidik, relasi antar anggota
keluarga, susunan rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga, orang
tua yang memahami perkembangan anak, latar belakang kebudayaan.
(1) Cara orang tua mendidik
Bimbingan dan penyuluhan memegang peranan yang penting,
anak/siswa yang mengalami kesukaran belajar dapat ditolong
dengan memberikan bimbingan belajar sebaik-bainya.
xxii
(2) Relasi antar anggota keluarga
Relasi antar anggota keluarga adalah relasi orang tua dengan
anaknya, hubungan yang pengertian dan kasih sayang, disertai
mensukseskan belajar anak sendiri.
(3) Suasana rumah
Suasana rumah yang dimaksudkan sebagai situasi atau kejadian-
kejadian yang sering terjadi di dalam keluarga di mana anak berada
dalam belajar.
(4) Keadaan ekonomi keluarga
Anak yang sedang belajar harus terpenuhi kebutuhan-kebutuhan
pokoknya.
(5) Orangtua yang memahami perkembangan anak
Anak yang sedang belajar perlu dorongan dan pengertian dari
orang tua.
(6) Latar belakang kebudayaan
Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga
mempengaruhi sikap anak dalam belajar.
b) Faktor Sekolah
Faktor sekolah, yaitu faktor yang terdapat dalam lingkungan sekolah
sehingga mempengaruhi belajar siswa. Faktor ini mencakup metode
mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa dan relasi siswa dengan
siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, keadaan gedung
sekolah, metode belajar dan tugas sekolah.
(1) Metode mengajar
Metode mengajar adalah suatu cara/jalan yang harus dilalui
didalam mengajar. Jadi setiap guru mengajar metode yang
digunakan harus sesuai materi.
(2) Kurikulum
xxiii
Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan
kepada siswa. Jadi semua kegiatan belajar siswa sudah diatur dalam
kurikulum. Kurikulum harus sesuai dengan perkembangan siswa dan
juga mengikuti perkembangan jaman.
(3) Relasi guru dengan siswa
Yaitu proses belajar mengajar terjadi antara guru dengan siswa.
Sedang relasi siswa dengan siswa yaitu proses belajar antara siswa
dengan siswa dan saling bertukar pendapat, kegiatan ini berjalan
dengan baik.
(4) Disiplin sekolah
Yaitu kedisiplinan yang erat hubungannya dengan kerajinan siswa
dalam sekolah dan juga dalam belajar.
(5) Alat pelajaran
Yaitu mengusahakan alat pelajaran yang baik dan lengkap sangat
perlu agar guru dapat mengajar dengan baik sehingga siswa dapat
menerima pelajaran dengan baik serta dapat belajar dengan baik.
(6) Waktu sekolah
Waktu sekolah adalah waktu terjadinya proses belajar mengajar di
sekolah, waktu itu dapat di pagi hari, sore atau malam hari.
(7) Keadaan gedung
Keadaan gedung yang baik harus sesuai dengan jumlah siswa dan
ada ventilasi yang menunjang sehingga siswa betah belajar.
(8) Metode belajar
Metode belajar adalah cara yang paling baik untuk belajar sehingga
hasilnya memuaskan.
(9) Tugas rumah
Tugas rumah adalah tugas yang harus dikerjakan dirumah sehingga
siswa rajin belajar dan mengurangi bermaninnya
c) Faktor masyarakat
Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap
belajar siswa, yang termasuk faktor masyarakat adalah kegiatan siswa
xxiv
dalam masyarakat, mass media, teman bergaul dan bentuk kehidupan
masyarakat.
(1) Kegiatan siswa dalam masyarakat
Sebagai anggota masyarakat siswa harus bergaul dan tanpa
masyarakat siswa tidak dapat belajar.
(2) Mass media
Mass media yang baik memberi pengaruh yang baik terhadap siswa
dan juga terhadap belajarnya.
(3) Teman bergaul
Pengaruh-pengaruh dari teman bergaul siswa lebih cepat masuk
dalam jiwanya dari yang kita duga.
(4) Bentuk kehidupan masyarakat
Kehidupan masyarakat berpengaruh kuat terhadap belajar siswa.
3. Pengertian Hasil Belajar
Darmansyah (2006:13) menyatakan bahwa hasil belajar adalah hasil penilaian
terhadap kemampuan siswa yang ditentukan dalam bentuk angka. Dari pendapat di
atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan hasil belajar adalah hasil
penilaian terhadap kemampuan siswa setelah menjalani proses pembelajaran. Cecer
Rahmat (dalam Zainal Abidin, 2004:1) mengatakan bahwa hasil belajar adalah
penggunaan angka pada hasil tes atau prosedur penilaian sesuai dengan aturan
tertentu, atau dengan kata lain untuk mengetahui daya serap siswa setelah menguasai
materi pelajaran yang telah diberikan. Nana Sujana (1989 : 9) belajar didefinisikan
sebagai proses interaksional dimana pribadi menjangkau wawasan-wawasan baru
atau mengubah sesuatu yang lama.
Selanjutnya peranan hasil belajar menurut Nasrun Harahap (dalam Zainal
Abidin, 2004 : 2) yaitu ;
“a. hasil belajar berperan memberikan informasi tentang kemajuan belajar siswa
setelah mengikuti PBM dalam jangka waktu tertentu. b. Untuk mengetahui
keberhasilan komponen-komponen pengajaran dalam rangka mencapai tujuan. c.
Hasil belajar memberikan bahan pertimbangan apakah siswa diberikan program
xxv
perbaikan, pengayaan atau melanjutkan pada program pengajaran berikutnya. d.
Untuk keperluan bimbingan dan penyuluhan bagi siswa yang mengalami kegagalan
dalam suatu program bahan pelajaran. e. Untuk keperluan supervisi bagi kepala
sekolah dan penilik agar guru lebih berkompeten. f. Sebagai bahan dalam
memberikan informasi kepada orang tua siswa dan sebagai bahan dalam mengambil
berbagai keputusan film pengajaran”.
4. Pengertian Matematika
Matematika adalah ilmu logika tentang bentuk, susunan, besaran dan konsep-
konsep yang saling berhubungan satu sama lainnya, matematika dapat dibagi dalam
tiga bidang, yaitu aljabar, analisis dan geometri. James & James (dalam Ruseffendi,
1993:27) menyatakan bahwa matematika bukanlah pengetahuan menyendiri yang
dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya matematika untuk membantu
masalah sosial, ekonomi dan alam.
Matematika adalah ilmu tentang logika mengenal bentuk, susunan, besaran
dan konsep-konsep yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Matematika
itu timbul karena pikiran-pikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses dan
penalaran.
Menurut Suyitno dalam (2003:37), matematika adalah ilmu yang mempelajari
tentang bilangan dan ruang yang bersifat abstrak. Untuk menunjang kelancaran
pembelajaran disamping pemilihan metode yang tepat juga perlu digunakan suatu
pembelajaran yang sangat berperan dalam membimbing abstraksasi siswa.
Sedangkan menurut Johnson dan Myk lebus dalam bukunya Mulyono
Abdurrahman (1999:252), matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya
untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan, sedangkan
fungsi teorinya adalah untuk memudahkan berpikir. Sedang Lenner yang
berpendapat dalam Mulyono Abdurrahman (1999:252) mengemukakan bahwa :
Matematika adalah suatu cara untuk menemukan jawaban terhadap masalah
yang dihadapi manusia, suatu cara menggunakan informasi, menggunakan
pengetahuan tentang menghitung, dan yang paling penting adalah memikirkan dalam
diri manusia itu sendiri dalam melihat dan menggunakan hubungan-hubungan.
Dari berbagai pendapat ahli tersebut disimpulkan bahwa matematika, adalah
pola berpikir, pola, mengorganisir pembuktian yang logis, menggunakan bahasa
xxvi
yang cermat, jelas, dan akurat serta. representasinya dengan simbol. Matematika juga
merupakan pengetahuan struktur yang terorganisasikan sifat-sifat dan teori-teori itu
dibuat secara deduktif berdasarkan kepada unsur-unsur yang didefinisikan
kebenarannya. Disamping itu matematika juga merupakan seni karena keindahannya,
terdapat pada keterurutan dan keharmonisannya.
Di dalam penelitian ini yang dimaksud dengan matematika adalah salah satu
ilmu dasar yang berguna untuk memahami dasar-dasar ilmu pengetahuan dan
teknologi yang memudahkan manusia, berpikir dan memecahkan masalah dalam
kehidupan sehari-hari.
5. Pengertian Pengukuran
Menurut Kerlinger (1986), “Pengukuran adalah proses atau prosedur untuk
mengkualifikasikan atribut dalam sebuah kontinum”.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), “Pengukuran adalah
proses, perbuatan, cara mengukur”.
Pengukuran dalam pendidikan IPA, “ Pengukuran adalah proses
membandingkan suatu besaran dengan besaran standar sejenis dengan cara dan
sistem tertentu”.
Pengukuran dalam Assesmen, “Pengukuran adalah kegiatan atau upaya yang
dilakukan untuk memberikan angka-angka pada suatu gejala atau peristiwa, atau
benda, sehingga hasil pengukuran akan selalu berupa angka”.
Dari berbagai pendapat tersebut disimpulkan bahwa pengukuran adalah
proses mengukur sesuatu benda dengan alat ukur.
Di dalam penelitian ini kami membatasi pengukuran tersebut dalam
pengukuran panjang. Yaitu suatu proses kegiatan mengukur panjang benda dengan
menggunakan alat ukur. Baik yang berupa alat ukur standar seperti meter, inci,
sentimeter, ataupun alat ukur yang bersifat relatif seperti depa, jengkal dan langkah.
B. KERANGKA PIKIR
Mata pelajaran matematika merupakan mata pelajaran yang paling sulit
dikuasai oleh siswa. Oleh karena itu dalam proses belajar mengajar, perlu dicari
terobosan baru yang mampu merangsang siswa untuk tertarik dan hasil belajarnya
xxvii
meningkat. Karena itu materi pengukuran yang dikemas secara kontekstual dekat
dengan kehidupan siswa, bisa dialami siswa, ditemukan dengan mudah dapat
merangsang keinginan siswa untuk menyenangi mata pelajaran matematika.
Pembelajaran yang sarat dengan kriteria di atas adalah pembelajaran tentang
pengukuran berbasis kontekstual.
Kerangka berpikirnya, dengan menggunakan media benda-benda yang ada di
lingkungan sekolah tentu siswa akan lebih mudah menangkap pembelajaran yang
disajikan. Dengan siswa melakukan kegiatan mengukur serta keterkaitan guru
sebagai motivator dimungkinkan hasil belajar siswa akan lebih meningkat.
xxviii
C. PERUMUSAN HIPOTESIS TINDAKAN
Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran, maka dapat dirumuskan
hipotesis Penelitian Tindakan Kelas ini sebagai berikut : Penggunaan model belajar
kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar matematika (pengukuran siswa kelas II
SDN 04 Temuireng, Kecamatan Petarukan, Kabupaten Pemalang Tahun Pelajaran
2009 / 2010.
Dalam pembelajaran Matematika khususnya pengukuran : a. Hasil belajar siswa rendah b. Pembelajaran tidak
menyenangkan c. Siswa cepat bosan
Dalam pembelajaran guru menggunakan model pembelajaran yaitu model pembelajaran konstektual yang dikaitkan dengan media pembelajaran yang ada di sekitar sekolah dan pembelajran tidak hanya dilakukan di dalam kelas sehingga pembelajaran menjadi menarik dan tidak membosankan.
Dalam pembelajaran Matematika khususnya pengukuran khususnya menggunakan model pembelajran konstekstual: a. Meningkatkan pemahaman cara
pengukuran yang benar b. Hasil belajar siswa meningkat c. Pembelajaran menjadi
menyenangkan d. Siswa tidak cepat bosan
Kondisi Akhir
Tindakan
Kondisi Awal
xxix
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN
Penelitian tindakan ini dilaksanakan di SD Negeri 04 Temuireng kecamatan
Petarukan, kabupaten Pemalang. Penelitian direncanakan akan dilakukan pada
pertengahan bulan Januari sampai dengan awal bulan Juni 2010.
B. SUBJEK DAN OBJEK PENELITIAN
1. Subjek penelitian : penelitian ini dilakukan terhadap siswa kelas II SDN N 04
Temuireng, kecamatan Petarukan, kabupaten Pemalang.
2. Objek penelitian : pendekatan kontekstual.
C. SUMBER DATA
Sumber data dalam penelitian ini adalah :
1. Informan dalam penelitian adalah guru yang mengampu kelas II dan siswa kelas
II SDN 04 Temuireng.
2. Tempat dan kegiatan berupa pembelajaran yang menggunakan model
pembelajaran kontekstual.
3. Dokumen yang yang ada meliputi kurikulum, rencana pelaksanaan
pembelajaran, foto kegiatan pembelajaran, hasil tes siswa, catatan lapangan serta
hasil wawancara dengan siswa dan guru.
D. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
1. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang dipakai untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah
kuisioner, wawancara, catatan lapangan (lembar observasi), dan tes serta penugasan.
Kuisioner, lembar observasi (catatan lapangan) dan wawancara digunakan
untuk mengungkap sikap siswa terhadap pembelajaran matematika tentang
pengukuran. Tes dan penugasan digunakan untuk mengungkap tingkat penguasaan
siswa dalam pembelajaran matematika tentang pengukuran.
18
xxx
2. Teknik Analisis Data Penelitian
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis interaktif. Model analisa interaktif mempunyai tiga buah komponen pokok
yaitu : reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.
E. PROSEDUR PENELITIAN
Penelitian tindakan ini dilakukan melalui dua siklus. Adapun mengenai
pelaksanaan tindakan secara umum melalui tahapan sebagai berikut :
1. Tahap Persiapan
Dalam tahap persiapan, kegiatan yang akan dilakukan adalah :
a. Mengidentifikasi masalah (mendiskusikan permasalahan) yang muncul berkaitan
dengan kekurang mampuan siswa dalam pembelajaran pengukuran pada mata
pelajaran matematika. Untuk melakukan identifikasi masalah ini digunakan tes
wawancara.
b. Merancang pelaksanaan tindakan untuk memecahkan permasalahan yang
berkaitan dengan pembelajaran pengukuran.
c. Menyusun format observasi dan instrument penelitian untuk mengetahui respon
siswa terhadap pembelajaran pengukuran.
d. Menetapkan jenis data yang akan dikumpulkan dan teknis analisis data yang
dapat digunakan dalam PTK ini.
2. Tahap implementasi tindakan
Adapun rencana tindakan yang disepakati adalah sebagai berikut :
Siklus Pertama
a. Pengenalan dan tanya jawab mengenai jenis alat ukur baik baku maupun non
baku.
b. Siswa berkelompok, setiap kelompok terdiri dari 4 orang siswa untuk
menyelesaikan pengukuran benda-benda yang ada di lingkungan sekolah.
c. Siswa melaporkan hasilnya di depan kelas dan siswa lain menanggapinya.
Siklus Kedua
xxxi
a. Siswa menyiapkan alat untuk mengukur secara individual. Terlebih dahulu guru
menuliskan benda-benda yang akan diukur siswa.
b. Siswa melakukan kegiatan pengukuran diluar kelas namun masih dalam
lingkungan sekolah.
c. Guru melakukan evaluasi baik proses maupun hasil.
d. Guru memberikan penguatan sebagai simpulan dari pembelajaran saat itu.
e. Guru bersama siswa mengadakan refleksi untuk mengatasi kesan-kesan atau
respon siswa terhadap pembelajaran yang baru saja berlangsung.
3. Tahap Observasi dan Monitoring
Pada tahap observasi dan monitoring, dilakukan observasi dan monitoring,
serta evaluasi terhadap pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan. Kriteria
keberhasilan tindakan adalah siswa mampu melakukan ketrampilan mengukur baik
dengan alat ukur baku yang berupa penggaris mika (berukuran 30 cm) dan alat ukur
tidak baku (jengkal, depa, dan langkah).
Evaluasi dilakukan dengan memberikan tes dan tugas mengukur benda-benda
yang ada di lingkungan sekolah. Tes digunakan untuk mengungkap tingkat
kemampuan siswa mengenai pengukuran antara sebelum dan sesudah tindakan, dan
pada Siklus Pertama dan Siklus Kedua.
4. Tahap Analisis dan Refleksi
Pada tahap ini dilakukan analisis, sintesis dan memaknai hasil tindakan
pertama untuk kemudian disimpulkan apakah perlu merevisi gagasan umum atau
mungkin memikirkan dan merencanakan kembali jenis tindakan berikutnya yang
perlu diterapkan agar siswa dapat memiliki ketrampilan mengukur dengan baik.
Begitu seterusnya sampai tindakan ini dapat tercapai.
xxxii
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Kondisi Awal
Proses pembelajaran yang berlangsung di SD Negeri 04 Temuireng
cenderung masih konvensional, artinya dalam melaksanakan pembelajaran masih
banyak menggunakan metode ceramah saja. Pada awal pembelajaran guru tidak
menggunakan apersepsi, guru kurang membangkitkan motivasi siswa terhadap
pembelajaran, model pembelajaran kurang menarik, tidak mengkaitkan dengan dunia
nyata, guru juga jarang menggunakan alat peraga sebagai alat bantu dalam
menjelaskan atau menyampaikan pelajaran yang bersifat abstrak agar menjadi kokrit
sehingga siswa lebih mudah paham. Sehingga nilai prestasi belajar siswa masih
rendah. Hal ini dapat kita lihat pada tabel kondisi awal pada lampiran 10.
2. Siklus Pertama
Siklus pertama dilaksanakan tanggal 4 Februari 2010 dengan 1 kali
pertemuan yang diikuti oleh 32 siswa kelas II SDN 04 Temuireng. Materi pokok
yang diajarkan adalah mengukur panjang benda dengan satuan tidak baku dan satuan
baku. Guru dalam menyampaikan materi, selain menjelaskan juga menekankan agar
siswa menemukan sendiri konsep matematika khususnya pengukuran melalui kerja
kelompok maupun pengugasan yang dilakukan. Sehingga pembelajaran akan lebih
mena pada siswa.
Data perencanaan telah tertuang dalam RPP yang dapat dilihat pada lampiran
5. Pada siklus pertama terdiri dari beberapa tahap, yaitu : perencanaan, pelaksanaan,
observasi dan refleksi.
a. Perencanaan
Adapun perencanaan siklus pertama dilaksanakan dalam waktu 2 x 30 menit atau
60 menit. Kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan adalah menyusun
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Perencanaan RPP mencakup
menentukan standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan
21
xxxiii
pembelajaran, dampak pengiring, langkah-langkah pembelajaran alat dam
sumber belajar serta penilaian. Selin itu juga mempersiapkan fasilitas dan sarana
pendukung, Fasilitas yang perlu disiapkan untuk pelaksanaan pembelajaran
adalah :
1) Ruang Belajar
Ruang belajar yang digunakan adalah gedung sekolah yang digunakan
sebagai pusat sumber belajar. Guru menyiapkan alat-alat yang digunakan
untuk kegiatan belajar mengajar, seperti kapur, penggaris dan lain
sebagainya.
2) Buku Pelajaran
Buku pelajaran matematika kelas II Penerbit Eralngga.
3) Alat Peraga
Alat Peraga yang dipersiapkan diantaranya macam-macam alat untuk
mengukur panjang.
Selain menyiapkjan RPP, guru juga menyiapkan lembar kerja. Dalam
menyiapkan lembar kerja guru menyiapkan materi yang diajarkan dan
menyiapkan instrumen penilaian siswa.
Di dalam perencanaan guru juga menyiapkan lembar evaluasi yang berisi
soal-soal evaluasi untuk siswa dan juga menyiapkan lembar observasi untuk
teman sejawat bertindak sebagai observer yang bertugas mengobservasi terhadap
proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru, kemudian hasilnya ditulis dalam
lembar observasi.
b. Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan tindakan Siklus Pertama peneliti menyampaikan
pembelajaran matematika sesuai engan rencana pembelajaran yang disusun
sesuai dengan kompetensi dasar pada semester 2 yaitu menggunakan alat ukur
panjang tidak baku dan baku (cm, m) yang sering digunakan. Pelaksanaan ini
dilakukan selama 2 kali jam pelajaran, yaitu 2 x 30 menit atau 1 kali pertemuan.
Pada siklus pertama ini, kegiatan awal dimulai dengan berdo’a, setelah itu
guru mengadakan apersepsi yaitu dengan tanya jawab berupa pengalaman siswa
dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan kegiatan pengukuran.
xxxiv
Setelah kegiatan awal dilanjutkan dengan kegiatan inti pembelajaran, yaitu
guru menjelaskan jenis alat ukur panjang baku (meteran, penggaris kayu dan
meteran plastik penjahit) dan jenis alat ukur panjang tidak baku (jengkal, tepalak
kaki dan depa). Untuk mengaktifkan, siswa disuruh untuk mengukur mejanya
masing-masing dengan jengkal. Setelah selesai mengukur, guru menanyakan
kepada siswa apakah hasilnya sama? Kemudian guru dan siswa menyimpulkan
bahwa dengan jengkal masing-masing siswa memperoleh hasil yang berbeda.
Kemudian mengukur buku paket matematika dengan penggaris yang terlebih
dulu siswa diajari cara mengukur dengan menggunakan penggaris. Setelah
selesai, guru menanyakan bagaimana hasilnya. Kemudian guru dan siswa
menyimpulkan bersama-sama.
Langkah selanjutnya guru membagi ke dalam kelompok-kelompok kecil.
Tiap kelompok terdiri 4 siswa. Tiap kelompok menerima tugas yang sama yaitu
untuk mengukur benda-benda yang ada di dalam kelas seperti buku gambar, buku
matematika dan pensil. Siswa melaporkan hasil kerja kelompoknya ke depan
kelas, siswa lain menanggapinya. Guru memberi tanggapan. Pembelajaran
diakhiri dengan siswa mengerjakan soal evaluasi secara mandiri.
Ternyata pada penguasaan materi pengukuran belum mencapai
keberhasilan karena belum sesuai dengan indikator yang ditetapkan oleh peneliti.
Dilihat dalam proses mengukur masih banyak siswa yang keliru cara mengukur
dengan menggunakan penggaris. Yang seharusnya dimulai dari angka 0 (nol),
siswa menempatkan benda yang diukur pada angka 1 (satu). Dan hal ini
mempengaruhi hasil pengukuran. Pada Siklus Pertama masih banyak siswa yang
mendapat nilai kurang dari 60. Dan nilai rata-rata kelas baru mencapai 67,60.
c. Observasi
Observasi dilakukan oleh teman sejawat yang ditujukan pada aktivitas guru
dan juga keaktifan siswa. Adapun data hasil observasi tersebut dapat dilihat pada
tabel hasil observasi pertama terdapat pada lampiran 5.
xxxv
d. Refleksi
Guru (peneliti) mengadakan evaluasi dan refleksi dari kegiatan yang sudah
dilaksanakan. Hasil evaluasi dan refleksi siklus pertama digunakan sebagai acuan
dalam menyusun perencanaan pada siklus kedua.
Adapun hasil dari refleksi yang dilakukan oleh peneliti dan teman sejawat
diperoleh data sebagai berikut :
1) Keberhasilan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran sudah cukup
berhasil meningkatkan motivasi siswa.
2) Dalam proses pembelajaran siswa sudah cukup efektif terlibat dalam kegiatan
belajar mengajar.
3) Siswa dapat belajar dengan senang, tidak mengalami ketakutan/tekanan.
4) Siswa dalam mengikuti KBM dapat mengikuti pelajaran dan dapat
bekerjsama dengan kelompoknya.
5) Hasil evaluasi mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan kondisi
sebelumnya ketika belum menggunakan model pembelajaran kontekstual.
Kelemahan proses pembelajaran pada siklus pertama adalah :
1) Kegiatan kelompok hanya didominasi oleh siswa yang lebih pintar sedangkan
siswa yang kurang pandai cenderung pasif dan kurang memperhatikan tugas
kelompok yang harus dikerjakan.
2) Kurang media yang bervariasi sehingga terkesan monoten, sehingga kurang
menarik minat siswa.
3) Kehadiran observer mempengaruhi KBM, konsentrasi siswa agak terbagi.
Dari hasil observasi dan refleksi maka peneliti harus melakukan langkah-langkah
sebagai berikut :
1) Sebelum pembelajaran guru menyampaikan kepada siswa bahwa kelas akan
di observasi dan difoto, hal ini bertujuan agar siswa terpengaruh dan tidak
mempengaruhi konsentrasi siswa.
2) Sekolah hendaknya mengupayakan pengadaan alat peraga matematika
khususnya alat peraga pengukuran untuk kelas II sehingga lebih menunjang
dalam penanaman konsep-konsep matematika.
xxxvi
3) Penggunaan model pembelajaran inovatif yang menyenangkan dan tidak
hanya menekankan pada ranah kognitif siswa namun mencakup 3 ranah
sekaligus.
3. Siklus Kedua
Pelaksanaan pembelajaran siklus kedua dilaksanakan pada hari Sabtu, 24
April 2010 di kelas II SDN 04 Temuireng kecamatan Petarukan Kabupaten
Pemalang. Adapun tahapan yang dilakukan pada siklus kedua terdiri dari
perencanakan tindakan, pelaksanakan tindakan, observasi dan refleksi.
a. Perencanaan Tindakan
Kegiatan yang dilakukan pada perencanaan ini antara lain :
1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan pendekatan
kontekstual, menyusun skenario pembelajaran, menyusun skenario
pembelajaran, menyusun perangkat pembelajaran seperti yang tertera di
silabus dan rencana perbaikan pembelajaran.
2) Menyediakan alat dan media pembelajaran, menyediakan alat dan media
pembelajaran yang sesuai dengan pengukuran panjang dengan satuan tak
baku dan satuan baku, misalnya : meteran, penggaris, roll meter, meteran
plastik.
3) Membuat lembar evaluasi pembelajaran
Menyiapan alat evaluasi berupa tes tertulis dan LKS (Lembar Kerja Siswa)
untuk mengetahui hasil belajar siswa, penilaian dalam penelitian ini
digunakan untuk mengetahui belajar siswa pada indikator. Tes yang
digunakan berbentuk isian singkat.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap pelaksanaan tindakan siklus kedua peneliti menyampaikan
pembelajaran matematika sesuai dengan rencana pembelajaran yang disusun
penelitia. Yaitu sesuai dengan indikator mata pelajaran matematika semester II,
yaitu mengukur panjang dengan satuan yang sesuai. Pelaksanaan tindakan ini
dilakukan dalam dua kali pertemuan. Yang meliputi :
xxxvii
1) Pertemuan pertama
Pada pelaksanaan pertemuan pertama dimulai dari kegiatan awal
yang dimulai dengan mengucapkan salam, apperspsi dengan tanya jawab
mengulang dan mengingat kembali pelajaran yang telah lalu dan
mengaitkan materi yang akan diberikan.
Pada kegiatan inti dimulai dengan siswa memperhatikan penjelasan
guru tentang macam-macam alat ukur panjang. Kemudian siswa berlatih
menentukan panjang benda yang sebelumnya diberi contoh terlebih dahulu
bagaimana cara mengukur benda dengan menggunakan jengkal, depa
maupun penggaris. Setelah itu guru dan siswa mendiskusikan pekerjaan
siswa dan mengambil kesimpulan bersama-sama. Kegiatan inti diakhiri
dengan siswa mengerjakan evaluasi.
Pada kegiatan akhir meliputi beberapa kegiatan yaitu : guru bersama
dengan siswa menyusun simpulan materi dan tindak lanjut berupa
pemberian PR.
2) Pertemuan kedua
Pada pelaksanaan pertemuan kedua dimulai dari kegiawan awal guru
mengabsen siswa kemudian guru memberikan appersepsi dengan menggali
pengalaman siswa dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan
kegiatan yang mengukur. Setelah itu guru menyampaikan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai.
Pada kegiatan inti guru menunjukkan alat ukur panjang dan
kegunaannya. Kemudian guru menunjuk salah satu siswa untuk maju ke
depan memperagakan cara mengukur yang benar. Kemudian guru
memberikan tugas individual yaitu macam-macam benda yang harus diukur
baik dengan satuan tidak baku dan baku. Sedangkan siswa menyiapkan
buku catatan dan alat ukur. Setelah itu guru mengajak ke luar kelas untuk
mengerjakan tugas mencari benda-benda yang harus diukur. Siswa
mengerjakan secara individual dengan bimbingan guru kemudian
mencocokkan hasil pekerjaannya. Pada kegiatan penutup, siswa dan guru
xxxviii
mencatat kesimpulan kemudian guru memberikan tindak lanjut berupa
pemberian PR.
3) Observasi
Observasi dilakukan oleh teman sejawat hasilnya dapat dilihat pada
lampiran 6.
c. Refleksi
Adapun refleksi yang dilakukan oleh peneliti dan teman sejawat
diperoleh data sebagai berikut :
1) Keberhasilan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran sudah cukup
berhasil meningkatkan motivasi siswa.
2) Dalam proses pembelajaran siswa sudah cukup efektif terlibat dalam
kegiatan belajar mengajar.
3) Siswa dapat belajar dengan senang, tidak mengalami ketakutan/tekanan.
4) Siswa dalam mengikuti KBM dapat mengikuti pembelajaran dan dapat
bekerjasama dalam kelompoknya.
5) Hasil evaluasi mengalami peningkatan jika dibandingkan dalam siklus
pertama.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Pembahasan pra siklus
Dari data daftar nilai siswa pra siklus pada lampiran 10 dapat dilihat
perolehan nilai siswa pada mata pelajaran matematika sebagai berikut : siswa yang
mendapat nilai dibawah KKM sebanyak 12 siswa pada tes tertulis sedangkan siswa
yang mendapatkan nilai diatas KKM sebanyak 20 siswa. Rata-rata kelaspun masih
relatif rendah yaitu 64,89 yang mencakup evaluasi baik tertulis, lisan maupun unjuk
kerja. Adapun nilai frekuensi pra siklus dan persentase nilai pra siklus adalah sebagai
berikut :
Tabel 1
Nilai frekuensi dan persentase nilai siswa pra siklus
No Nilai Jumlah Persentase
1 0 – 20 0 0%
xxxix
2 21 – 40 0 0%
3 41 – 60 11 34,4%
4 61 – 80 20 72,5%
5 81 – 100 1 3,1%
Jumlah 32 100%
Dari tabel diatas diperoleh data jumlah siswa yang mendapat nilai 0 sampai 40
tidak ada, siswa yang mendapat nilai 41 – 60 sebanyak 11 anak, siswa yang
mendapat nilai 61 – 80 sebanyak 20 anak dan yang mendapat nilai 81 – 100
sebanyak 1 anak. Dari data diatas apabila dibuat dalam bentuk diagram adalah
sebagai berikut :
Diagram batang 1
0
5
1 0
1 5
20
25
0-20 21 -40 41 -60 61 -80 81 -1 00
Pada tabel dan diagram diatas menunjukkan bahwa hasil belajar siswa masih
rendah dan diperlukan adanya tindakan untuk memperoleh hasil belajar yang
maksimal. Untuk itu perlu diadakan penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan
kelas ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran
matematika khususnya materi pengukuran.
2. Pembahasan Siklus Pertama
xl
Dari perolehan nilai siswa pada siklus pertama (lampiran 10) menunjukkan
adanya peningkatan hasil belajar jika kita dibandingkan dengan perolehan siswa pada
pra siklus. Yaitu pada jumlah siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM
berkurang yang semula 12 anak menjadi 8 anak dan jumlah siswa yang mendapat
nilai di atas KKM mengalami peningkatan yang semula 20 anak menjadi 24 anak.
Berdasarkan nilai siswa pada siklus pertama maka diperoleh data nilai
frekuensi siswa pada siklus pertama sebagai berikut :
Tabel 2
Nilai frekuensi siswa siklus pertama
No Nilai Jumlah Persentase
1 0 – 20 0 0%
2 21 – 40 0 0%
3 41 – 60 8 25%
4 61 – 80 19 39,4%
5 81 – 100 5 15,6%
Jumlah 32 100%
Dari tabel diatas diperoleh jumlah siswa yang mendapat nilai 0-40 tidak ada,
siswa yang mendapat nilai 41-60 sebanyak delapan anak, ssiwa yang mendapat nilai
61-80 sebanyak 19 anak dan siswa yang mendapat nilai 81-100 sebanyak 5 anak.
Dari data diatas apabila dibuat dalam bentuk diagram adalah sebagai berikut :
Diagram batang 2
xli
0
2
4
6
8
1 0
1 2
1 4
1 6
1 8
20
0-20 21 -40 41 -60 61 -80 81 -1 00
Pada tebel dan diagram di atas menunjukkan bahwa hasil belajar siswa ada
peningkatan bila dibandingkan dengan pra siklus. Namun peningkatan masih relatif
sedikit atau belum maksimal. Untuk itu perlu diadakan siklus kedua.
3. Pembahasan siklus kedua
Dari perolehan nilai siswa pada siklus [lampiran II] meunjukkan adanya
peningkatan hasil belajar jika dibandingkan dengan perolehan siswa pada siklus
pertama. Tidak ada siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM. Semua siswa rata-
rata kelas meningkat dari 67,60 menjadi 77,81.
Adapun nilai frekuensi dan persentase nilai siswa siklus kedua adalah sebagai
berikut :
Tabel 3
Nilai Frekuensi Siswa Siklus Kedua
xlii
No Nilai Jumlah Persentase
1
2
3
4
5
0-20
21-40
41-60
61-80
81-100
0
0
0
27
5
0%
0%
0%
84,4%
15,60%
Jumlah 32 100%
Dari tabel di atas diperoleh tidak ada siswa yang memperoleh nilai 0-60, siswa yang
mendapat nilai 61-80 sebanyak 27 siswa, dan siswa yang mendapat nilai 81-100
sebanyak 5 siswa.
Dari data di atas apabila dibuat dalam bentuk diagram adalah sebagai berikut :
Diagram batang 3
0
5
10
15
20
25
30
0-20 21-40 41-60 61-80 81-100
4. Pembahasan Antar Siklus
xliii
Setelah diadakannya tindakan hasil belajar siswa dari nilai pra siklus [kondisi awal]
mengalami peningkatan. Hal ini dapat kita lihat pada tabel berikut :
Tabel 4
Nilai Frekuensi siswa pra siklus, Siklus I, dan Siklus II
Jumlah siswa Persentase No Nilai
Prasiklus Siklus I Siklus II Prasiklus Siklus I Siklus II
1
2
3
4
5
0-20
21-40
41-60
61-80
81-100
0
0
11
20
1
0
0
8
19
5
0
0
0
27
5
0%
0%
34,4%
72,5%
3,1%
0%
0%
25%
59,4%
15,6%
0%
0%
0%
84,4%
15,6%
Jumlah 32 32 32 100% 100% 100%
Dari tabel di atas diperoleh jumlah siswa yang nilainya kurang dari KKM
sebanyak 20 siswa pada prasiklus, pada siklus kedua berkurang menjadi 8 siswa dan
tidak ada siswa yang mendapatkan nilaidi bawah KKM pada siklus II. Rata-rata kelas
pun meningkat dari rata-rata prasiklus 64,89 menjadi 67,60 dan pada siklus II rata-
rata meningkat menjadi 77,81. Hal ini dapat dilihat pada lampiran 10 dan lampiran
11.
Siswa yang mendapatkan nilai 61 sampai 100 juga mengalami peningkatan
yang semula dalam prasiklus 21 siswa, dalam siklus I meningkat menjadi 24 siswa
dan pada siklus II menjadi 32 siswa.
Dari data di atas apabila dibuat dalam bentuk diagram adalah sebagai berikut :
Diagram batang
xliv
0
5
10
15
20
25
30
0-20 21-40 41-60 61-80 81-100
Pada tabel dan diagram di atas menunjukan bahwa hasil belajar siswa sudah
mengalami peningkatan dengan demikian penulis mengambil tindakan hanya sampai
siklus II karena dalam siklus II ini sudah memperoleh peningkatan hasil belajar yang
maksimal.
BAB V
xlv
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian kelas yang telah dilaksanakan di SDN 04
Temuireng Unit Pengelola Pendidikan Kecamatan Petarukan Kabupaten
Pemalang pada tahun 2009/2010 dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Pendekatan kontekstual mampu memperbaiki proses pembelajaran
matematika dari pembelajaran yang menjenuhkan menjadi pembelajaran yang
menyenangkan. Hal ini disebabkan olah :
a. Siswa mempraktekkan sendiri dengan melakukan pengukuran panjang
menggunakan alat ukur tidak baku maupun alat ukur baku. Sehingga anak
lebih aktif dan tidak hanya duduk, diam dan mendengarkan penjelasan
guru.
b. Dengan menggunakan pendekatan kontekstual siswa tidak hanya
melakukan pembelajaran di dalam ruang kelas, namun dilakukan juga di
luar ruang kelas dengan memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai
sumber belajar.
2. Dengan menggunakan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan hasil
belajar matematika siswa tentang pengukuran.
B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian tindakan kelas ini, maka ada
beberapa saran untuk dipertimbangkan dalam perbaikan pembelajaran di masa
mendatang, yang meliputi bagi sekolah, bagi guru, bagi siswa dan bagi orang tua.
1. Bagi Sekolah
Hendaknya sekolah mengupayakan pengadaan berbagai alat peraga
matematika khususnya alat ukur panjang, baik doping maupun swadaya
sekolah, sekolah lebih menunjang dalam penanaman konsep-konsep
matematika secara lebih nyata sekaligus meningkatkan aktivitas belajar siswa
dan memperdayakan penggunaan alat peraga.
2. Bagi Guru 34
xlvi
Hendaknya mempersiapkan secara cermat dan tepat perangkat
pendukung pembelajaran matematika yang pada akhirnya berpengaruh pada
proses dan hasil belajar siswa.
3. Bagi siswa
Siswa hendaknya ikut serta berperan aktif dalam proses pembelajaran
dan selalu mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru sehingga akan
memperoleh hasil atau prestasi yang maksimal.
4. Bagi orang tua
Peran serta dan perhatian orang tua sangat menentukan keberhasilan
pendidikan siswa, sebab waktu yang paling banyak adalah di rumah. Oleh
karenanya pengawasan siswa di rumah lebih banyak dari pada di sekolah.
Pendidikan akan berhasil apabila ada kerja sama antara orang tua dan guru.
Bimbingan orang tua di rumah sangat berarti dalam kemajuan belajar siswa,
tanpa bantuan orang tua, pendidikan anak tidak optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Arief S. Sadiman, dkk. 2002. Media Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
xlvii
Aristo Rahadi, 2003, Media Pembelajaran, Jakarta : Depdikbud Baharudin, Esa Nur Wahyudi, 2008. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar
Ruzz Media Group Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Pusat Kurikulum, 2004. Kurikulum Tahun
2004. Jakarta: Depdikbud. M. Saekhan Muchith. 2008. Pembelajaran Kontekstual. Semarang: RA Said: Media
Group. Mark K. Smith, dkk. 2009. Teori Pembelajaran dan Pengajaran. Yogyakarta: Mirza
Media Pustaka. Mulyani Sumantri, 2001. Strategi Belajar Mengajar. Bandung : Maulana Ngalim Purrwanto, 1990. Psikologi Pendidikan . Jakarta : Remaja Rosda Karya Oemar Hamalik, 1989. Metodologi Pengajaran Ilmu Pendidikan. Bandung : Mandar
Maju Slameto, 1995, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta : Rineka
Cipta Syaful Bahri Djanara, 1991, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, Surabaya :
Usaha Nasional Siti Hawa. 2008. Pengembangan Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Dirjen
Dikti Depdiknas. W.J.S. Poerwadarminto, 2002. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka