penggunaan metode perturbasi homotopi...

Download PENGGUNAAN METODE PERTURBASI HOMOTOPI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68637/G14rsa.pdf · 4 Grafik penyelesaian persamaan aliran busa cair pada saat 15 . ... pertemuan

If you can't read please download the document

Upload: lamngoc

Post on 06-Feb-2018

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • DEPARTEMEN MATEMATIKA

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    BOGOR

    2014

    RISA SAWITRI

    PENGGUNAAN METODE PERTURBASI HOMOTOPI PADA

    PENYELESAIAN PERSAMAAN ALIRAN BUSA CAIR

  • PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

    SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

    Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Penggunaan Metode

    Perturbasi Homotopi pada Penyelesaian Persamaan Aliran Busa Cair adalah benar

    karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam

    bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang

    berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari

    penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di

    bagian akhir skripsi ini.

    Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

    Pertanian Bogor.

    Bogor, Februari 2014

    Risa Sawitri

    NIM G54090062

  • ABSTRAK

    RISA SAWITRI. Penggunaan Metode Perturbasi Homotopi pada Penyelesaian

    Persamaan Aliran Busa Cair. Dibimbing oleh JAHARUDDIN dan ALI

    KUSNANTO.

    Aliran busa cair yang terjadi di dalam batas Plateau memengaruhi struktur

    dari busa. Busa menjadi mudah pecah ketika busa mengering akibat berkurangnya

    cairan yang mengalir di dalam batas Plateau. Distribusi aliran cairan di dalam

    batas Plateau yang memengaruhi struktur dari busa dapat dideskripsikan secara

    matematis dalam bentuk persamaan aliran busa cair. Dalam tulisan ini, persamaan

    aliran busa cair diselesaikan dengan metode perturbasi homotopi. Dalam metode

    perturbasi homotopi, penyelesaian persamaan ini dinyatakan dalam bentuk deret

    pangkat. Dengan memberikan pendekatan awal yang tepat, penyelesaian

    persamaan ini dapat mendekati penyelesaian eksak dengan tingkat kesalahan yang

    kecil.

    Kata kunci: batas Plateau, metode perturbasi homotopi, persamaan aliran busa cair

    ABSTRACT

    RISA SAWITRI. The Use of Homotopy Perturbation Method in Solving the

    Aqueous Foam Drainage Equation. Supervised by JAHARUDDIN and ALI

    KUSNANTO.

    Aqueous foam drainage inside Plateau border affects the structure of foam.

    Foam becomes fragile when it dries due to reduction of liquid flow. The

    distribution of liquid flows inside Plateau border which affects the structure of

    foam can be described mathematically in form of aqueous foam drainage

    equation. In this paper, aqueous foam drainage equation is solved by homotopy

    perturbation method. In homotopy perturbation method, the solution of this

    equation assumed in the form of power series. By giving the exact initial

    approach, the solution of this equation using homotopy perturbation method can

    estimate the exact solution with a small error rate.

    Keywords: Plateau border, homotopy perturbation method, aqueous foam

    drainage equation

  • Skripsi

    sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

    Sarjana Sains

    pada

    Departemen Matematika

    PENGGUNAAN METODE PERTURBASI HOMOTOPI PADA

    PENYELESAIAN PERSAMAAN ALIRAN BUSA CAIR

    RISA SAWITRI

    DEPARTEMEN MATEMATIKA

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    BOGOR

    2014

  • Judul Skripsi : Penggunaan Metode Perturbasi Homotopi pada Penyelesaian

    Persamaan Aliran Busa Cair

    Nama : Risa Sawitri

    NIM : G54090062

    Disetujui oleh

    Dr Jaharuddin, MS

    Pembimbing I

    Drs Ali Kusnanto, MSi

    Pembimbing II

    Diketahui oleh

    Dr Toni Bakhtiar, MSc

    Ketua Departemen

    Tanggal Lulus:

  • PRAKATA

    Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-

    Nya sehingga karya ilmiah yang berjudul Penggunaan Metode Perturbasi

    Homotopi pada Penyelesaian Persamaan Aliran Busa Cair ini berhasil

    diselesaikan.

    Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Jaharuddin, MS dan Bapak

    Drs Ali Kusnanto, MSi selaku dosen pembimbing serta Bapak Drs Siswandi, MSi

    selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan bantuannya selama

    penulisan karya ilmiah ini. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada

    Bapak dan Ibu penulis yaitu, Manuriyanto dan Pudji Rahayu, kakak-kakak

    tercinta Wissa Harry Pamudji dan Yeria Rayanti serta mbah dan bude Tris yang

    selalu memberikan dukungan, doa dan kasih sayangnya. Terima kasih juga

    disampaikan kepada dosen dan staf penunjang Departemen Matematika atas

    semua ilmu dan bantuannya, teman-teman Matematika 46 atas bantuan dan

    kebersamaannya, teman-teman Ginastri atas kebersamaannya dan Hafiyyan

    Naufal atas dukungan dan bantuannya.

    Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.

    Bogor, Februari 2014

    Risa Sawitri

  • DAFTAR ISI

    DAFTAR TABEL ix

    DAFTAR GAMBAR ix

    DAFTAR LAMPIRAN ix

    PENDAHULUAN 1

    Latar Belakang 1

    Tujuan Penelitian 2

    TINJAUAN PUSTAKA 3

    Persamaan Aliran Stokes 3

    Persamaan Aliran Busa 6

    Metode Homotopi Perturbasi 9

    HASIL DAN PEMBAHASAN 11

    Analisis Metode 11

    Aplikasi Metode 12

    SIMPULAN 16

    DAFTAR PUSTAKA 16

    LAMPIRAN 18

    RIWAYAT HIDUP 24

  • DAFTAR TABEL

    1. Galat antara metode perturbasi homotopi dengan penyelesaian eksak

    persamaan (23) untuk 11 2. Galat antara penyelesaian dengan metode perturbasi homotopi dengan

    penyelesaian eksaknya untuk dan 15 3. Galat antara penyelesaian dengan metode perturbasi homotopi dengan

    penyelesaian eksaknya untuk dan 15

    DAFTAR GAMBAR

    1 Massa yang masuk dan massa yang keluar (dalam arah sumbu x) dalam aliran fluida 3

    2 Batas Plateau, node, dan film pada busa cair 7 3 Grafik perbandingan antara penyelesaian menggunakan metode

    perturbasi homotopi dengan penyelesaian eksak untuk 14 4 Grafik penyelesaian persamaan aliran busa cair pada saat 15

    DAFTAR LAMPIRAN

    1 Penyelesaian Persamaan Aliran Busa Cair 18 2 Penurunan Persamaan (36)-(38) 19 3 Penyelesaian Persamaan (36)-(38) 22

  • PENDAHULUAN

    Latar Belakang

    Busa adalah suatu zat yang terbentuk dari gabungan gas dengan material

    lain, seperti air dan logam. Busa dapat ditemukan dalam kegiatan sehari-hari baik

    dalam makanan, minuman, kebersihan maupun dalam kegiatan industri. Dalam

    bidang industri sering kali keberadaan busa tidak diinginkan karena menjadi

    penghambat dalam proses produksi dan juga dapat menurunkan kualitas produk,

    seperti dalam industri bir. Beberapa contoh penggunaan busa yaitu untuk

    memadamkan api yang bercampur dengan minyak, untuk memudahkan

    pemisahan biji hidrofobik (seng, timah, emas) dari batu hidrofilik, dan untuk

    dekontaminasi bahan bakar nuklir.

    Terdapat berbagai macam jenis busa, di antaranya adalah busa cair, busa

    polimer, dan busa logam. Busa cair merupakan busa yang sering ditemukan

    dalam kehidupan sehari-hari seperti dalam kebersihan dan makanan. Busa polimer

    diaplikasikan pada bantal duduk dan pengemasan (contohnya stereofoam). Dalam

    beberapa tahun terakhir, peneliti menaruh minat pada pencairan logam untuk

    menghasilkan busa. Busa logam ini berguna dalam aplikasi mekanis, karena

    struktur yang stabil dan beratnya yang sangat ringan. Busa logam juga telah

    diaplikasikan dalam industri otomotif dan penggunaan pada pesawat luar angkasa

    (Koehler et al. 2000).

    Penelitian mengenai busa pertama kali dilakukan oleh seorang fisikawan

    dari Belgia, Joseph Plateau pada abad ke-19. Plateau memformulasikan hukum

    Plateau yang menjelaskan tentang struktur yang dibentuk pada busa. Dalam hal

    ini, film merupakan lapisan tipis di antara gelembung busa yang terbuat dari

    permukaan yang halus, rata-rata kelengkungan film konstan untuk semua film

    pada setiap titik, pertemuan secara simetris dari tiga film dengan sudut 1200

    membentuk saluran yang diberi nama batas Plateau, dan empat batas

    Plateaubertemu disuatu titik pada sudut 109.470dan membentuk node (Hutzler et

    al. 2005).

    Sebagai ilustrasi, pada saat menuang minuman bersoda ke dalam gelas

    terlihat gelembung-gelembung busa memenuhi bagian atas gelas. Namun,

    gelembung-gelembung busa tersebut akan menghilang dari gelas. Hal ini dapat

    dijelaskan dengan tiga topik dalam penelitian mengenai busa yaitu, pengaliran

    (drainage), coarsening dan rheology. Coarsening adalah pengkasaran yang terjadi

    pada gelembung busa akibat berkurangnya kandungan cairan di dalam busa.

    Rheology adalah perubahan bentuk yang terjadi pada gelembung busa akibat

    adanya coarsening dan pengaliran di dalam busa. Pada saat Coarsening, terjadi

    penyebaran gas di dalam gelembung busa sehingga busa mulai kering dan mudah

    pecah. Ketika pecah busa berubah bentuk (Rheology) menjadi cairan. Karya

    ilmiah ini memfokuskan pada proses pengaliran dalam busa.

    Aliran pada busa cair terjadi melewati tiga saluran, yaitu batas Plateau, film,

    dan node antara gelembung. Aliran di dalam busa sangat mempengaruhi

    kestabilan busa agar tidak berubah bentuk. Ketika busa mengering strukturnya

    menjadi sangat rapuh, area film di antara gelembung menjadi tipis dan dapat

  • 2

    pecah sehingga mengakibatkan pecahnya batas Plateau dan node. Pecahnya film,

    batas Plateau, dan node akan mengakibatkan hancurnya busa.

    Aliran di dalam batas Plateau memiliki 2 tipe utama, yaitu aliran bebas dan

    aliran paksa. Pada penelitian mengenai aliran pada busa, tipe aliran yang sering

    digunakan adalah aliran paksa.

    Dari busa yang baru terbentuk terdapat aliran yang mengalir melalui busa.

    Aliran ini dinamakan aliran bebas. Dinamakan aliran bebas karena aliran di dalam

    busa ini mengalir hanya dipengaruhi oleh gaya gravitasi. Pada aliran yang

    mendekati bagian bawah busa, terbentuk gelembung-gelembung busa dengan

    rasio volume cairan untuk tipe busa yang menyebar dalam satu arah

    (monodisperse) mendekati 26%. Semakin mendekati bagian bawah busa, fraksi

    volume cairan semakin mendekati 0% (Koehler et al. 1998). Hal ini menandakan

    bahwa semakin ke bawah semakin berkurang volume fluida yang terdapat di

    dalam busa. Sehingga hanya akan terdapat fluida tanpa gelembung-gelembung

    busa.

    Penelitian mengenai aliran paksa pertama kali dijelaskan oleh Leonard dan

    Lemlich pada tahun 1965 (Hutzler et al. 2005). Penelitian ini menggambarkan

    penyebaran gelombang aliran yang melalui busa. Cairan surfaktan ditambahkan

    secara konstan dan terus menerus ke atas busa yang sudah mulai mengering. Salah

    satu contoh cairan surfaktan yang digunakan adalah SDS (sodium dodecyl

    sulfate). Cairan SDS yang masuk ke dalam busa kemudian menyebar kontinu dari

    atas ke bawah sepanjang ketinggian busa membentuk gelombang soliter dengan

    kecepatan dan mempengaruhi busa yang sudah mulai mengering. Aliran paksa terjadi ketika cairan ditambahkan di atas busa. Verbist dan

    Weaire mengembangkan sebuah model persamaan aliran busa cair yang

    merepresentasikan distribusi cairan di dalam batas Plateau dari waktu ke waktu.

    Sejumlah penelitian mengenai aliran busa telah banyak dilakukan dalam sepuluh

    tahun terakhir. Penyelesaian persamaan aliran busa cair dengan pendekatan

    metode dekomposisi adomian (Helal dan Mehanna 2007) dan menggunakan

    metode iterasi variasi (Dahmani dan Anber 2010). Dalam karya ilmiah ini akan

    digunakan metode perturbasi homotopi untuk menyelesaikan persamaan aliran

    busa.

    Metode perturbasi homotopi merupakan suatu metode pendekatan analitik

    untuk menyelesaikan suatu masalah taklinear. Dalam metode ini, didefinisikan

    suatu operator taklinear yang didasarkan pada bentuk taklinear dari masalah

    taklinear tersebut. Penyelesaian masalah taklinear dengan menggunakan metode

    perturbasi homotopi dimisalkan dalam bentuk deret dari suatu parameter. Metode

    ini telah banyak digunakan untuk menangani berbagai macam aplikasi di bidang

    sains dan teknik. Penggunaan metode perturbasi homotopi untuk beberapa kasus

    lebih akurat dibandingkan dengan penggunaan metode iterasi variasi dan metode

    dekomposisi adomian (Fereidoon et al. 2011).

    Tujuan Penelitian

    Berdasarkan latar belakang di atas, maka tujuan penelitian ini adalah

    a. menyelesaikan persamaan aliran busa cair dengan menggunakan metode perturbasi homotopi,

  • 3

    b. membandingkan penyelesaian yang diperoleh dengan menggunakan metode perturbasi homotopi dan penyelesaian eksaknya.

    TINJAUAN PUSTAKA

    Pada bagian ini akan dibahas teori-teori yang digunakan dalam menyusun

    karya ilmiah ini. Teori-teori tersebut meliputi persamaan aliran Stokes yang

    disarikan dari (Munson et al. 2002), penurunan persamaan aliran busa yang

    disarikan dari (Koehler et al. 1998) dan konsep dasar metode perturbasi homotopi

    yang disarikan dari (He 2000).

    Persamaan Aliran Stokes

    Gerak partikel fluida dikendalikan oleh dua hukum, yaitu hukum kekekalan

    massa dan hukum kekekalan momentum. Dalam hal ini diasumsikan sifat fisis

    dari gerak partikel fluida dalam tiga dimensi, sehingga untuk setiap partikelnya

    posisi x, y, dan z yang merupakan fungsi dari waktu t. Aliran fluida ini

    dideskripsikan sebagai suatu titik di bidang yang bergerak seperti partikel fluida

    sepanjang waktu t. Peubah u, v, dan w masing-masing menyatakan komponen

    kecepatan partikel dalam arah x, y, dan z. Sedangkan merupakan rapat massa

    fluida.

    Gambar 1 Massa yang masuk dan massa yang keluar (dalam arah sumbu x) dalam

    aliran fluida

    Hukum kekekalan massa menyatakan bahwa laju perubahan massa adalah

    selisih antara massa yang masuk dengan massa yang keluar seperti pada

    Gambar 1. Laju perubahan massa pada arah sumbu x adalah:

    * ( )

    + *

    ( )

    +

    ( )

    pada arah sumbu y adalah:

    * ( )

    + *

    ( )

    +

    ( )

    dan pada arah sumbu z adalah:

    * ( )

    + *

    ( )

    +

    ( )

  • 4

    Sehingga laju perubahan massa fluida adalah:

    *

    ( )

    ( )

    ( )

    +

    Jika setiap ruas pada persamaan di atas dibagi dengan , maka diperoleh persamaan kontinuitas atau persamaan kekekalan massa sebagai berikut:

    ( )

    ( )

    ( )

    Dalam notasi vektor dapat ditulis sebagai:

    (1)

    Jika diasumsikan fluida tak mampat,dengan kerapatan fluida konstan di seluruh

    medan aliran, maka persamaan (1) memberikan persamaan berikut:

    atau

    (2)

    Persamaan momentum dalam bentuk differensial dapat dinyatakan dalam

    bentuk berikut:

    (3)

    dengan F adalah gaya resultan yang bekerja pada massa fluida, m adalah massa

    yang diperlakukan sebagai sebuah konstanta dimana

    dan a adalah percepatan sebuah partikel fluida. Secara umum terdapat dua gaya

    yang dipertimbangkan dalam gerak fluida, yaitu gaya badan dan gaya permukaan.

    Gaya badan yang menjadi perhatian adalah berat dari elemen yang dapat

    dinyatakan sebagai:

    atau dalam arah sumbu x, sumbu y, dan sumbu z masing-masing adalah:

    ,

    ,

    dengan menyatakan vektor dari percepatan gravitasi. Gaya permukaan digambarkan dengan tegangan normal yang dinotasikan dengan dan tegangan

    geser yang dinotasikan dengan .

    Untuk memperoleh gaya, tegangan-tegangan dikalikan dengan luas

    permukaan dimana gaya-gaya tersebut bekerja. Dengan menjumlahkan seluruh

    gaya yang terjadi dalam arah x, diperoleh

    [

    ]

    Untuk arah y, diperoleh

    [

    ]

  • 5

    Untuk arah z, diperoleh

    [

    ]

    Gaya permukaan resultan berkombinasi dengan gaya badan, menghasilkan gaya

    resultan untuk arah x sebagai berikut:

    *

    + (4)

    gaya resultan untuk arah y sebagai berikut:

    *

    + (5)

    dan gaya resultan untuk arah z sebagai berikut:

    *

    + (6)

    Persamaan-persamaan (4), (5), dan (6) disubstitusikan ke dalam persamaan (3)

    diperoleh

    *

    +

    *

    +

    *

    +

    *

    +

    *

    +

    *

    +

    Jika setiap ruas pada persamaan di atas dibagi dengan , maka diperoleh persamaan gerak sebagai berikut:

    *

    +

    *

    +

    *

    +

    (7)

    Untuk fluida Newtonian tak mampat, tegangan normal dapat dinyatakan

    sebagai berikut:

  • 6

    dan tegangan geser dinyatakan sebagai:

    (

    )

    (

    )

    (

    )

    dimana p adalah tekanan. Dengan mensubstitusikan tegangan-tegangan tersebut

    ke dalam persamaan (7) dan disederhanakan menggunakan persamaan (2)

    diperoleh persamaan untuk arah x

    (

    )

    (

    )

    untuk arah y

    (

    )

    (

    )

    dan untuk arah z

    (

    )

    (

    )

    Dalam notasi vektor dapat ditulis sebagai:

    (

    ) (8)

    Persamaan (8) disebut sebagai persamaan Navier-Stokes.

    Aliran Stokes adalah tipe aliran fluida dimana pergerakan gaya inersia lebih

    kecil dibandingkan gaya viskositas. Situasi ini menggambarkan kecepatan fluida

    sangat lambat dan tingkat kekentalan fluida yang sangat tinggi. Untuk tipe aliran

    ini diasumsikan gaya inersia diabaikan sehingga

    Persamaan Navier-Stokes pada persamaan (8) menjadi

    (9)

    Persamaan (9) disebut persamaan Stokes.

    Persamaan Aliran Busa

    Busa merupakan material yang tidak beraturan. Busa dapat mengembang

    untuk menampung cairan dan dapat menipis ketika cairan mengalir keluar. Pada

    saat mengembang terjadi perbedaan tekanan yang mempengaruhi aliran di dalam

    busa. Aliran pada busa terjadi di tiga bagian yang sangat rapuh. Ketiga bagian ini

  • 7

    antara lain, batas Plateau yaitu area pertemuan tiga gelembung, node dimana

    empat batas Plateau bertemu dan film berupa lapisan tipis dimana dua gelembung

    bertemu. Ketiga bagian tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.

    Gambar 2 Batas Plateau, node, dan film pada busa cair

    (sumber: www.ipc.uni-stuttgart.de)

    Dinding pembatas antara ketiga bagian ini sulit untuk dibedakan. Film

    memiliki perbedaan dengan node dan batas Plateau, karena film hanya terjadi

    ketika busa dalam kondisi yang sangat basah. Aliran pada node sulit didefinisikan.

    Oleh karena itu, teori pemodelan aliran pada busa lebih sering difokuskan pada

    aliran di batas Plateau.

    Pada batas Plateau, area penampang digunakan untuk mempermudah dalam

    memodelkan aliran pada busa. Didefinisikan ( ) adalah area perpotongan pada penampang batas Plateau dimana dan masing-masing menyatakan posisi dan waktu. Untuk mempermudah memodelkan, aliran batas Plateau ditinjau hanya

    dalam arah vertikal, ( ). Didefinisikan sebagai laju aliran fluida pada batas Plateau. Fluida memiliki beberapa asumsi dasar, salah satunya fluida

    memiliki sifat yang mengacu pada hukum kekekalan massa sehingga digunakan

    persamaan kekekalan massa

    (10)

    Laju aliran dapat juga didefinisikan sebagai perkalian antara kecepatan

    dengan luas area. Karena busa adalah material yang tidak beraturan dan batas

    Plateau memiliki fisik yang panjang dan tipis sehingga untuk laju aliran fluida di

    dalam batas Plateau digunakan kecepatan rata-rata sehingga persamaan (10) menjadi

    ( ) (11)

    Cairan yang mengalir di dalam batas Plateau memiliki tipe aliran Stokes,

    dengan demikian persamaan yang digunakan adalah persamaan Stokes yang

    didefinisikan pada persamaan (9)

    Pergerakan cairan di batas Plateau dipengaruhi oleh kapilaritas, gaya

    gravitasi dan kekentalan (viscosity). Efek dari kapilaritas mengakibatkan

    terjadinya perbedaan tekanan di batas Plateau. Tekanan cairan di dalam batas

  • 8

    Plateau lebih rendah dibandingkan tekanan di luar, dengan perbedaan berdasarkan

    Hukum Laplace Young sebagai berikut:

    Persamaan Stokes menjadi

    (

    ) (12)

    Selanjutnya, diasumsikan busa memiliki sifat monodisperse dan kering

    sehingga area penampang batas Plateau konstan, dengan adalah

    konstanta,

    dan adalah jari-jari kelengkungan batas Plateau.

    Sehingga persamaan (12) menjadi

    (13)

    Jika viskositas yang terjadi di fluida sebesar , maka persamaan (13) menjadi

    (14)

    atau

    (15)

    Jika persamaan (15) disubstitusikan ke dalam persamaan (11), maka

    diperoleh

    (

    ) (16)

    Misalkan didefinisikan variabel

    ( )

    kemudian disubstitusikan ke dalam persamaan (16) dan dibagi dengan

    ( ) ,

    maka diperoleh

    (

    ) (17)

    Persamaan (17) merupakan persamaan aliran busa cair yang akan

    diselesaikan dengan metode perturbasi homotopi. Penyelesaian eksak dari

    persamaan aliran busa cair pada persamaan (17) adalah

    ( ) , ( ( ))

    dengan adalah kecepatan gelombang, dan masing-masing menggambarkan koordinat posisi dan waktu.

  • 9

    Penurunan penyelesaian eksak persamaan aliran busa cair dapat dilihat pada

    lampiran 1.

    Metode Homotopi Perturbasi

    Berikut ini diberikan ilustrasi konsep dasar metode perturbasi homotopi

    berdasarkan pada (He 2000). Misalkan secara umum diberikan suatu persamaan

    diferensial taklinear sebagai berikut:

    ( ) ( ) (18)

    dengan A merupakan suatu operator turunan taklinear, merupakan fungsi yang akan ditentukan dan ( )merupakan fungsi yang diketahui. Didefinisikan suatu operator linear L yang memenuhi:

    ( ) bila (19)

    Secara umum operator A dapat dibagi menjadi dua, yaitu operator linear L

    dan operator taklinear N. Persamaan (18) dapat ditulis:

    ( ) ( ) ( ) .

    Misalkan u0(r) pendekatan awal yang memenuhi persamaan (18) dan [ ] suatu parameter. Didefinisikan fungsi real ( ) [ ] dan suatu fungsi homotopi sebagai berikut:

    ( ) ( )[ ( ) ( )] [ ( ) ( )] . (20)

    Berdasarkan persamaan (20), maka untuk p = 0 memberikan persamaan

    ( ) ( ) ( ) dan untuk p = 1 memberikan persamaan

    ( ) ( ) ( )

    Sehingga menurut persamaan (18) dan persamaan (19) diperoleh

    ( ) ( )

    dan

    ( ) ( )

    Dalam metode perturbasi homotopi, diasumsikan penyelesaian fungsi ( ) dinyatakan dalam bentuk deret terhadap p sebagai berikut:

    ( ) ( ) ( )

    (21)

    Berdasarkan persamaan (21) untuk p = 1 diperoleh

    ( ) ( ) ( )

    Karena ( ) ( ), maka diperoleh

    ( ) ( ) ( )

    (22)

    Hasil ini menunjukkan hubungan antara penyelesaian eksak dari persamaan

    (18) dengan pendekatan awal ( ) dan ( ), i = 1,2,... yang akan ditentukan

  • 10

    dengan menggunakan metode perturbasi. Persamaan (21) disubstitusikan ke dalam

    persamaan (20), sehingga diperoleh dengan menyamakan koefisien perpangkatan p.

    Untuk lebih memahami metode perturbasi homotopi yang telah dibahas,

    misalkan diberikan suatu masalah nilai awal yang dinyatakan oleh persamaan

    diferensial berikut:

    (23)

    dengan syarat awal

    ( ) (24)

    Penyelesaian eksak masalah nilai awal (23) dan (24) adalah

    ( ) Berikut ini akan digunakan metode perturbasi homotopi untuk

    menyelesaikan masalah nilai awal persamaan (23) dan (24). Didefinisikan

    operator linear sebagai berikut:

    [ ]

    dan operator sebagai berikut:

    [ ]

    Sehingga berdasarkan persamaan (20), diperoleh persamaan berikut:

    ( ) [

    ] [

    ] (25)

    Diasumsikan penyelesaian dari persamaan (25) dinyatakan dalam persamaan

    ( ) ( ) ( ) ( )

    ( ) (26)

    Jika persamaan (26) disubstitusikan ke dalam persamaan (25), kemudian

    dipisahkan berdasarkan derajat kepangkatan , maka memberikan persamaan berikut:

    (27)

    Dengan memilih pendekatan awal ( ) ( ) , maka diperoleh penyelesaian persamaan (27) sebagai berikut:

    ,

    ,

    ,

  • 11

    Jadi penyelesaian masalah nilai awal persamaan (23) dan (24) dengan metode

    perturbasi homotopi diperoleh sebagai berikut:

    ( )

    Dengan membandingkan penyelesaian eksak dengan penyelesaian menggunakan

    metode perturbasi homotopi diperoleh galat yang ditunjukan pada Tabel 1.

    Tabel 1 Galat antara metode perturbasi homotopi dengan penyelesaian eksak

    persamaan (23) untuk

    x |ueksak-umph|

    0 0

    0.1 5.34031 x 10-11

    0.2 1.3653 x 10-8

    0.3 3.49134 x 10-7

    0.4 3.4766 x 10-6

    0.5 2.06397 x 10-5

    0.6 8.83161 x 10-5

    0.7 3.01386 x 10-4

    0.8 8.71343 x 10-4

    0.9 2.21905 x 10-3

    1 5.11226 x 10-3

    Berdasarkan Tabel 1 diperoleh galat yang sangat kecil. Hasil ini

    menunjukkan bahwa metode perturbasi homotopi dinilai akurat untuk

    menyelesaikan persamaan (23) dan (24).

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Dalam karya ilmiah ini akan dibahas penggunaan metode perturbasi

    homotopi untuk menyelesaikan persamaan aliran busa. Hasil yang diperoleh

    menggunakan metode ini akan dibandingkan dengan penyelesaian eksak.

    Analisis Metode

    Berikut ini akan dibahas perluasan dari konsep dasar metode perturbasi

    homotopi yang telah diuraikan pada tinjauan pustaka. Untuk itu diperlukan fungsi

    ( ) yang tidak hanya bergantung pada , tetapi juga bergantung pada parameter . Misalkan fungsi dinyatakan sebagai berikut:

    ( ( ) ) ( ) [ ( ) ( )] [ ( ( )) ( )]

    (28)

  • 12

    Selanjutnya misalkan fungsi ( ) merupakan penyelesaian dari persamaan berikut:

    ( ( ) )) atau

    ( ) [ ( ) ( )] [ ( ( )) ( )] (29)

    Berdasarkan persamaan (29), maka untuk diperoleh

    ( ( ) ) [ ( ) ( )]

    dan untuk diperoleh

    ( ( ) ) [ ( ( )) ( )]

    Berdasarkan persamaan (18) dan persamaan (19), maka penyelesaian dari

    persamaan ( ( ) ) dan ( ( ) ) masing-masing adalah

    ( ) ( )

    dan

    ( ) ( )

    Misalkan operator A dibagi menjadi dua, yaitu operator L dan operator taklinear

    N sehingga persamaan (29) menjadi

    ( ) [ ( ) ( )] [ ( ( )) ( ( )) ( )] atau

    ( ) ( ) ( ) [ ( ) ( )] (30)

    Dalam metode perturbasi homotopi, dimisalkan penyelesaian persamaan (30)

    dinyatakan dalam bentuk deret berikut:

    ( ) ( ) ( )

    (31)

    Karena ( ) ( ), maka

    ( ) ( ) ( )

    Hasil ini menunjukkan hubungan antara penyelesaian eksak dari persamaan

    (18) dengan pendekatan awal ( ) dan ( ), yang akan ditentukan. Persamaan untuk menentukan ( ), diperoleh dengan menggunakan metode perturbasi, dimana persamaan (31) disubstitusikan ke dalam

    persamaan (30). Dengan menyamakan koefisien dari derajat kepangkatan , maka diperoleh penyelesaian dari persamaan (29) sebagai berikut

    ( )

    Aplikasi Metode

    Pada bagian ini akan digunakan metode perturbasi homotopi untuk

    menyelesaikan persamaan aliran busa berikut:

  • 13

    (

    ) (32)

    Misalkan

    ( ) ( ) maka persamaan (32) menjadi

    (

    )

    (33)

    Didefinisikan operator linear sebagai berikut:

    [ ]

    dan operator taklinear sebagai berikut:

    [ ]

    (

    )

    Berdasarkan persamaan (28) dan persamaan (33) diperoleh

    (

    (

    )

    ) (34)

    dengan [ ] suatu parameter dan ( ) merupakan pendekatan awal. Misalkan penyelesaian dari persamaan (34) dinyatakan dalam deret berikut:

    ( )

    . (35)

    Jika persamaan (35) beserta turunan-turunannya disubstitusikan ke dalam

    persamaan (34) dan dengan menyamakan koefisien dari derajat kepangkatan dari

    p, maka koefisien memberikan persamaan sebagai berikut:

    (36)

    Koefisien memberikan persamaan

    (

    )

    (37)

    Koefisien memberikan persamaan

    (38)

    Penurunan persamaan (36)-(38) dapat dilihat pada lampiran 2.

    Misalkan pendekatan awal diberikan sebagai berikut:

    ( ) ( ) maka diperoleh penyelesaian persamaan (36), (37), dan (38) sebagai berikut:

  • 14

    ( )

    ( )

    ( )

    ( )

    Penyelesaian persamaan (36)-(38) dapat dilihat pada lampiran 3.

    Berdasarkan persamaan (35), maka penyelesaian dari masalah nilai awal

    pada persamaan (33) dapat ditulis :

    ( ) ( )

    ( )

    ( )

    ( ) (39)

    Dengan mentransformasikan kembali ( ) ( ) diperoleh

    ( ) ( ( )

    ( )

    ( )

    ( ) )

    (40)

    Gambar 3 Grafik perbandingan antara penyelesaian menggunakan metode

    perturbasi homotopi dengan penyelesaian eksak untuk

    Gambar 3 merupakan grafik terhadap yang menunjukkan perbandingan antara penyelesaian dengan metode perturbasi homotopi dan penyelesaian eksak

    untuk dan . Penyelesaian dengan metode perturbasi homotopi menggunakan garis kontinu dan penyelesaian eksak menggunakan garis putus-

    putus. Berdasarkan Gambar 3 diperoleh bahwa hasil penyelesaian dengan

    menggunakan metode perturbasi homotopi mendekati penyelesaian eksak. Berikut

    ini akan diberikan Tabel 2 dan 3 yang menjelaskan galat antara penyelesaian

    eksak dengan penyelesaian menggunakan metode perturbasi homotopi untuk

    .

  • 15

    Tabel 2 Galat antara penyelesaian dengan metode perturbasi homotopi dengan

    penyelesaian eksaknya untuk dan

    Tabel 3 Galat antara penyelesaian dengan metode perturbasi homotopi dengan

    penyelesaian eksaknya untuk dan

    |eksak( )-mph( )|

    -10 1.68621 x 10-11

    -8 5.38703 x 10-10

    -6 1.72154 x 10-8

    -4 5.55211 x 10-7

    -2 0.0000229632

    0 1.71743 x 10-11

    Tabel 2 dan Tabel 3 menunjukkan keakuratan penyelesaian menggunakan

    metode perturbasi homotopi. Perolehan galat lebih baik ketika bernilai lebih

    besar. Berikut akan diberikan Gambar 4 yang merupakan grafik penyelesaian

    persamaan aliran busa untuk .

    Gambar 4 Grafik penyelesaian persamaan aliran busa pada saat

    |eksak( )-mph( )|

    10 6.66134 x 10-15

    8 6.18883 x 10-12

    6 6.31637 x 10-9

    4 6.44681 x 10-6

    2 0.00652784

    0 0.00142588

  • 16

    Gambar 4 menunjukkan pergerakan area penampang batas Plateau terhadap

    waktu dan koordinat posisi yang ditinjau pada posisi vertikal. Ketika mendekati nol, area penampang batas Plateau mengecil. Ketika bernilai nol area penampang batas Plateau sudah hancur. Hal ini menggambarkan sudah tidak ada

    lagi distribusi aliran didalam batas Plateau sehingga busa menjadi kering dan

    akhirnya pecah.

    SIMPULAN

    Aliran pada busa cair terjadi melewati tiga saluran, yaitu batas Plateau, film,

    dan node antara gelembung. Fluida yang mengalir di dalam batas Plateau

    memiliki dua tipe utama yaitu aliran bebas dan aliran paksa. Aliran bebas adalah

    aliran yang mengalir mengikuti arah gaya gravitasi. Pada tipe aliran paksa cairan

    SDS ditambahkan ke atas busa dan mengalir mengikuti gravitasi sepanjang

    ketinggian busa. Penambahan cairan mengakibatkan terbentuknya gelombang.

    Persamaan aliran busa cair menjelaskan tentang distribusi aliran di dalam

    batas Plateau dari waktu ke waktu yang ditinjau dari area penampang batas

    Plateau.Area penampang batas Plateau mengalami pergerakan yang dipengaruhi

    oleh koordinat posisi dan waktu.Aliran di dalam batas Plateau ditinjau pada arah

    vertikal. Batas Plateau bergerak memendek ke arah atas yang diikuti dengan

    pengecilan area penampang batas Plateau. Hal ini menjelaskan terdapat

    pengurangan cairan yang mengalir di dalam batas Plateau. Pengurangan distribusi

    cairan yang mengalir mengakibatkan busa menjadi lebih kering. Semakin lama

    batas Plateau semakin memendek dan area penampang batas Plateau semakin

    kecil hingga akhirnya hancur. Kehancuran area penampang batas Plateau ini

    menjelaskan bahwa sudah tidak ada lagi distribusi cairan didalam batas Plateau.

    Sehingga busa menjadi kering dan akhirnya pecah.

    Persamaan aliran busa cair diselesaikan dengan menggunakan metode

    perturbasi homotopi. Galat yang diperoleh dari penyelesaian eksak dengan

    penyelesaian menggunakan metode perturbasi homotopi sangat kecil. Penggunaan

    metode perturbasi homotopi dinilai akurat dalam menyelesaikan persamaan aliran

    busa cair.

    DAFTAR PUSTAKA

    Dahmani Z, Anber A. 2010. The variational iteration method for solving the

    fractional foam drainage equation. International Journal of Nonlinear Science.

    10(1):39-45. doi: IJNS.2010.08.15/384.

    Fereidoon A, Yaghoobi H, Davoudabadi M. 2011. Application of the homotopy

    perturbation method for solving the foam drainage equation. International

    Journal of Differential Equation.11:13. doi:10.1155/2011/864023.

  • 17

    He JH. 2000. A coupling method of homotopy technique and perturbation

    technique for nonlinear problems. International Journal of Nonlinear

    Mechanic. 1:37-43. doi: pii/S0020746298000857

    Helal MA, Mehanna MS. 2007. The tanh method and adomian decomposition

    method for solving the foam drainage equation. Applied Mathematics and

    Computation. 190(1):599-609. doi:10.1016/j.amc.2007.01.055.

    Hutzler S, Weaire D, Saugey A, Cox S, Peron N. 2005. The physics of foam

    drainage.Sepawa Kongress Mit European Detergents Conference.Germany

    Koehler SA, Stone HA, Brenner MP, Eggers J. 1998. Dynamics of foam

    drainage. Physical Review E. 58(2):2097-2106. doi:47.55.Mh, 02.30.Jr,

    83.70.Hq, 82.70.Rr

    Koehler SA, Hilgenfeldt S, Stone HA. 2000. A generalized view of foam

    drainage: experiment and theory. Langmuir. 16(15):6327-6341.

    doi:10.1021/la9913147.

    Munson BR, Young DF, Okiishi TH. 2002. Mekanika Fluida. Harinaldi,

    Budiarso, penerjemah; Hardani W, editor. Jakarta(ID): Penerbit Erlangga.

    Terjemahan dari: Fundamentals of Fluid Mechanic. Ed ke-4.

  • 18

    Lampiran 1 Penyelesaian Persamaan Aliran Busa Cair

    Berikut ini akan diselesaikan persamaan aliran busa yang dinyatakan oleh:

    (

    ) (L.1)

    Untuk itu, penyelesaian dinyatakan dalam bentuk gelombang berjalan dengan

    ( ) dengan

    ( ) dengan dan masing-masing merupakan kecepatan gelombang, koordinat posisi dan koordinat waktu. Jika diturunkan masing-masing terhadap dan , maka diperoleh

    (L.2)

    Jika persamaan (L.2) disubstitusikan ke dalam persamaan (L.1), maka diperoleh

    (

    )

    atau

    (L.3)

    Persamaan (L.3) dikalikan dengan

    diperoleh

    (L.4)

    Jika kedua ruas persamaan (L.4) diintegralkan, maka diperoleh

    (

    )

    atau

    ( ) ( ) atau

    ( ) ( ( ))

  • 19

    Lampiran 2 Penurunan persamaan (36)-(38)

    Berdasarkan persamaan (30), diperoleh

    ( )( ( ) ) * ( )

    + (L.5)

    Misalkan penyelesaian persamaan (34) dinyatakan dalam bentuk berikut

    ( )

    (L.6)

    Jika persamaan (L.6) diturunkan terhadap , maka diperoleh

    ( )

    ( )

    ( )

    ( )

    ( )

    Jika persamaan (L.6) diturunkan terhadap , maka diperoleh

    ( )

    ( )

    ( )

    ( )

    ( )

    Jika persamaan (L.6) diturunkan untuk yang kedua kalinya terhadap , maka diperoleh

    ( )

    ( )

    ( )

    ( )

    ( )

    Dengan mensubstitusikan persamaan (L.6) dan turunan-turunannya ke dalam

    persamaan (L.5), maka diperoleh

    ( )

    (

    ) (

    )

    (

    )(

    )

  • 20

    ( )

    ( )

    (

    ) (

    ( )

    )

    (

    )

    (

    ( )

    ) (

    )

    Koefisien memberikan persamaan

    (L.7)

    Koefisien memberikan persamaan

    (

    )

    (L.8)

    Koefisien memberikan persamaan

    (L.9)

    Koefisien memberikan persamaan

  • 21

    ( )

    (L.10)

    Koefisien memberikan persamaan

    (L.11)

    Koefisien memberikan persamaan

    ( )

    (L.12)

  • 22

    Lampiran 3 Penyelesaian Persamaan (36)-(38)

    Misalkan dipilih ( ), maka diperoleh

    ( ) (L.13)

    Jika persamaan (L.13) diturunkan terhadap , maka diperoleh

    ( )

    Jika persamaan (L.13) diturunkan kedua kalinya terhadap , maka diperoleh

    ( )

    ( )

    Dengan mensubstitusikan beserta turunan-turunannya ke dalam persamaan (L.8) dan kemudian diintegralkan terhadap akan diperoleh

    ( ) (L.14)

    Jika persamaan (L.14) diturunkan terhadap , maka diperoleh

    ( )

    ( )

    Jika persamaan (L.14) diturunkan kedua kalinya terhadap , maka diperoleh

    ( )

    ( )

    ( )

    Dengan mensubstitusikan beserta turunan-turunannya ke dalam persamaan (L.9) dan kemudian diintegralkan terhadap akan diperoleh

    ( )

    ( ) (L.15)

    Jika persamaan (L.15) diturunkan terhadap , maka diperoleh

    ( )

    ( )

    ( )

    Jika persamaan (L.15) diturunkan kedua kalinya terhadap , maka diperoleh

    ( )

    ( )

    ( )

    ( )

    Dengan mensubstitusikan beserta turunan-turunannya ke dalam persamaan (L.10) dan kemudian diintegralkan terhadap akan diperoleh

    ( )

    ( )

    ( ) (L.16)

    Jika persamaan (L.16) diturunkan terhadap , maka diperoleh

    ( )

    ( )

    ( )

    ( )

    Jika persamaan (L.16) diturunkan kedua kalinya terhadap , maka diperoleh

  • 23

    ( )

    ( ) ( )

    ( )

    Dengan mensubstitusikan beserta turunan-turunannya ke dalam persamaan (L.11) dan kemudian diintegralkan terhadap akan diperoleh

    ( )

    ( )

    ( )

    ( ) (L.17)

    Jika persamaan (L.17) diturunkan terhadap , maka diperoleh

    ( )

    ( )

    ( )

    ( )

    ( )

    Jika persamaan (L.17) diturunkan kedua kalinya terhadap , maka diperoleh

    ( )

    ( )

    ( )

    ( )

    ( )

    ( )

    Dengan mensubstitusikan beserta turunan-turunannya ke dalam persamaan (L.12) dan kemudian diintegralkan terhadap akan diperoleh

    ( )

    ( )

    ( )

    ( )

    ( )

    Jadi, penyelesaian dari persamaan aliran busa dengan syarat awal

    ( ) hingga orde kelima dapat ditulis

    ( ) ( )

    ( )

    ( )

    ( )

    ( )

    ( )

    ( )

    ( )

    ( )

    ( )

    ( )

    ( )

    ( )

    ( )

    ( )

    ( )

    Dengan mentransformasi kembali ( ) ( ) diperoleh

    ( ) ( ( )

    ( )

    ( )

    ( )

    ( )

    ( )

    ( )

    ( )

    ( )

    ( )

    ( )

    ( )

    ( )

    ( )

    ( )

    ( ) )

  • 24

    RIWAYAT HIDUP

    Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 21 November 1991 sebagai anak

    ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Manuriyanto dan Pudji Rahayu.

    Pendidikan formal yang telah ditempuh penulis yaitu TK Tiara Midita lulus

    pada tahun 1997, SD Negeri Gunung 01 Pagi lulus pada tahun 2003, SMP Negeri

    19 Jakarta lulus pada tahun 2006, SMA Negeri 3 Jakarta lulus pada tahun 2009

    dan pada tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui

    jalur USMI di Departemen Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu

    Pengetahuan Alam.

    Selama menuntut ilmu di IPB, penulis aktif di organisasi kemahasiswaan

    Gugus Mahasiswa Matematika (GUMATIKA) sebagai sekretaris divisi

    Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM) pada tahun 2011 dan sebagai staf

    divisi Math Event pada tahun 2012. Berbagai kegiatan kepanitiaan penulis ikuti

    selama menjadi mahasiswi matematika.Selain itu, penulis pernah menjadi asisten

    dosen untuk mata kuliah Kalkulus III pada semester ganjil tahun 2012