penggunaan metode al-barqy untuk membaca …

64
PENGGUNAAN METODE AL-BARQY UNTUK MEMBACA HURUF HIJAIYAH PADA ANAK TUNARUNGU WICARA KELAS VIII SMP DI SLB B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI OLEH : Eva Masithoh Wijayanti K 5106002 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Upload: others

Post on 09-Nov-2021

1 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGGUNAAN METODE AL-BARQY UNTUK MEMBACA …

PENGGUNAAN METODE AL-BARQY UNTUK MEMBACA HURUF

HIJAIYAH PADA ANAK TUNARUNGU WICARA KELAS VIII SMP

DI SLB B YRTRW SURAKARTA

TAHUN AJARAN 2009/2010

SKRIPSI

OLEH :

Eva Masithoh Wijayanti

K 5106002

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Page 2: PENGGUNAAN METODE AL-BARQY UNTUK MEMBACA …

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji

Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Persetujuan Pembimbing

Dosen Pembimbing I

Drs. Maryadi, M. Ag NIP.19520601 198103 1 003

Dosen Pembimbing II

Drs. R. Djatun, M. Pd

NIP. 19460410 198003 1 002

Page 3: PENGGUNAAN METODE AL-BARQY UNTUK MEMBACA …

ABSTRAK

Eva Masithoh Wijayanti. PENGGUNAAN METODE AL-BARQY UNTUK BELAJAR MEMBACA HURUF HIJAIYAH PADA ANAK TUNARUNGU WICARA KELAS VIII SMP DI SLB B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juni, 2010.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan membaca huruf hijaiyah pada anak tunarungu wicara kelas VIII SMP di SLB B YRTRW Surakarta setelah digunakan metode Al-barqy tahun ajaran 2009/2010. Pada penelitian ini penulis menggunakan penelitian tindakan kelas. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode Al-barqy. Langkah-langkah dalam penelitian ini terdiri dari identifikasi masalah, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, refleksi hasil dan merevisi perencanaan untuk tahap selanjutnya. Penelitian ini terdiri dari dua siklus. Siklus I terdiri dari tiga pertemuan dan siklus II terdapat dua pertemuan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik observasi, wawancara dan tes. Teknis analisis yang digunakan adalah dengan melakukan deskripsi secara kualitatif yaitu dengan analisis kritis, dan data kuantitatif dengan analisis deskriptif komparatif. Pada penelitian tindakan ini penulis berperan sebagai guru dalam proses pembelajaran. Sedangkan guru Pendidikan Agama Islam berperan sebagai pengamat. Sumber data penelitian ini adalah peristiwa proses pembelajaran membaca huruf hijaiyah yang berlangsung di kelas dengan informan (guru dan siswa), serta dokumen. Untuk menguji validitas data penulis menggunakan triangulasi teknik dan review informan.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa metode Al-barqy dapat meningkatkan kemampuan membaca huruf hijaiyah. Hal ini dapat dilihat dari keaktifan siswa dan perhatian siswa selama proses pembelajaran. Selain itu, dapat dilihat dari peningkatan prestasi belajar siswa. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa metode Al-barqy dapat digunakan untuk belajar membaca huruf hijaiyah pada siswa kelas VIII SLB B YRTRW Surakarta tahun ajaran 2009/2010.

Page 4: PENGGUNAAN METODE AL-BARQY UNTUK MEMBACA …

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tunarungu dapat diartikan sebagai suatu keadaan hilangnya kemampuan

mendengar yang mengakibatkan seseorang tidak dapat menangkap berbagai

perangsang terutama melalui indera pendengaran. Karena kemampuan

mendengarnya yang mengalami gangguan, mengakibatkan kemampuan bahasa

dan bicara anak turarungu wicara berbeda dengan anak yang mendengar.

Kemampuan bahasa dan bicara erat kaitannya dengan kemampuan mendengar.

Untuk itu, perbendaharaan kata yang dimiliki anak tunarungu wicara sangat

terbatas. Selain itu, pengucapan kata tidak sebagus anak normal pada umumnya.

Begitu juga dalam membaca, baik huruf abjad maupun huruf hijaiyah. Patton

dalam Mohammad Efendi (2006: 7) mengemukakan bahwa “tunarungu adalah

ketidakmampuan seseorang dalam mengkomunikasikan gagasannya kepada orang

lain dengan memanfaatkan organ bicaranya“. Meskipun kondisi anak tunarungu

berbeda apabila dibandingkan dengan anak normal pada umumnya, tetapi anak

tunarungu wicara memiliki hak yang sama dalam pendidikan. Hal ini dilandaskan

pada UUD 1945 pasal 27 ayat 3 yang berbunyi “Setiap warga negara berhak

mendapatkan pendidikan dan pengajaran’’. Dalam undang-undang pendidikan

nasional No 20 tahun 2003 pasal 2 disebutkan mengenai dasar, fungsi, dan tujuan

pendidikan nasional yaitu :

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta

didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, mandiri, dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggung jawab’’.

Page 5: PENGGUNAAN METODE AL-BARQY UNTUK MEMBACA …

Dari landasan undang-undang di atas, anak tunarungu wicara memiliki hak

untuk menikmati pendidikan yang dapat mengoptimalkan potensinya. Selain

memiliki keterbatasan dalam masalah pendengaran, anak tunarungu wicara juga

memiliki potensi intelegensi yang sama dengan anak normal. Keterbatasan yang

dimiliki anak tunarungu mengakibatkan kemampuan bicaranya kurang. Kata yang

diucapkan tidak begitu jelas, terutama huruf hijaiyah yang jarang digunakan

dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun demikian, anak tunarungu yang beragama

Islam membutuhkan pengajaran mengenai huruf hijaiyah. Karena membaca huruf

hijaiyah merupakan titik awal dari membaca Al-Qur’an yang dianjurkan bagi

umat muslim.

SLB B YRTRW merupakan sekolah luar biasa yang menangani anak

tunarungu wicara dari tingkat TK sampai dengan SMA. Di dalam kurikulum

terdapat pokok bahasan membaca huruf hijaiyah yang diajarkan pada kelas 3 SD.

Namun, dalam sebuah pembelajaran agama Islam di kelas VIII SMP yang diikuti

penulis, siswi–siswi mengutarakan bahwa mereka baru hafal 2 surat pendek.

Sehingga dalam shalat tarawih mereka mengulang-ulang 2 surat pendek yang

mereka hafal itu. Padahal usia mereka rata-rata sekitar 14 tahun bahkan ada yang

berusia 20 tahun. Sesuai dengan silabus sekolah luar biasa, anak tunarungu wicara

pada jenjang pendidikan menengah pertama harus mampu menghafal 12 surat

pendek. Serta telah mampu menghafal seluruh huruf hijaiyah. Adapun surat

pendek yang mereka hafal itu, berasal dari tulisan terjemahan Indonesianya dan

baru satu siswi yang hafal selebihnya belum hafal. Di kelas tersebut terdapat 7

siswa dengan 5 perempuan dan 2 laki-laki. Sedangkan yang beragama Islam

adalah kelima siswi tersebut. Ketika penulis menanyakan kepada mereka tentang

huruf hijaiyah, mereka mengaku belum bisa. Hanya beberapa huruf yang mampu

mereka lafalkan dengan benar. Tetapi ada sebagian yang memang sulit untuk

mereka ucapkan. Namun demikian, tidak dapat dijadikan alasan bagi anak

tunarungu untuk tidak belajar membaca huruf hijaiyah. Karena dari segi

intelektual mereka digolongkan normal. Meskipun dalam hal pelafalan huruf tidak

seperti anak normal dalam melafalkan. Tetapi minimal ada perbedaan cara

pengucapan di setiap huruf hijaiyah. Kemampuan membaca huruf hijaiyah juga

Page 6: PENGGUNAAN METODE AL-BARQY UNTUK MEMBACA …

diperlukan bagi anak tunarungu khususnya yang beragama Islam. Karena

kemampuan ini merupakan awal dari kemampuan membaca Al-Qur’an.

Kemampuan membaca huruf hijaiyah anak tunarungu wicara kelas VIII di

SLB B YRTRW Surakarta masih kurang. Siswi-siswi belum dapat membaca

sebagian besar dari huruf hijaiyah. Ketika siswi-siswi disuruh untuk membaca

huruf hijaiyah mereka berkata tidak bisa. Mereka kesulitan untuk mengingat dan

membaca huruf hijaiyah. Apabila mereka mengalami kesulitan dalam membaca

huruf hijaiyah, mereka membuka dan mengurutkan huruf-huruf hijaiyah tersebut

dari tulisan Indonesianya. Bahkan untuk huruf alif saja ada sebagian siswi yang

memerlukan waktu lama untuk mengingat huruf tersebut. Apalagi untuk huruf-

huruf yang berdekatan dalam pengucapannya mereka juga mengalami kesulitan.

Pada umumnya anak-anak membaca huruf hijaiyah dengan melihat transliterasi

hijaiyah ke Indonesianya. Hal ini dipertegas dari hasil wawancara dengan guru

Pendidikan Agama Islam bahwa anak-anak kelas VIII belum mampu dalam

membaca huruf hijaiyah. Siswi yang dianggap telah bisa sebenarnya belum

menguasainya. Masalah ini terjadi karena kurangnya kemampuan berbahasa ATR

sehingga dalam pengajaran membaca huruf hijaiyah sebatas mengenalkan saja

karena huruf ini jarang digunakan dalam berkomunikasi dengan lingkungaan.

Untuk itu, diperlukan metode pembelajaran huruf hijaiyah yang dapat

mengoptimalkan potensi akademik yang mereka miliki dan memberikan

tambahan materi bagi mereka. Sehingga mereka hafal dan mampu membaca huruf

hijaiyah.

Metode Al-barqy merupakan metode belajar membaca Al-Qur’an dengan

sistem 8 jam yang menggunakan kata lembaga atau kata kunci yang dapat diingat

anak. Metode ini juga disebut metode “anti lupa“ (Muhajir Sulthon, 1996: iii)

yang cocok diajarkan pada anak mulai kelas 4 SD. Selain itu, metode ini tidak

memberikan efek kejenuhan karena sangat fleksibel dan variatif. Sehingga metode

ini sangat cocok digunakan oleh anak tunarungu wicara untuk belajar membaca

huruf hijaiyah. Metode Al-barqy belum diterapkan di SLB B YRTRW Surakarta

yang memungkinkan menjadi solusi bagi siswa yang belum mampu membaca

huruf hijaiyah di sekolah ini. Rata-rata anak belum mampu membaca huruf

Page 7: PENGGUNAAN METODE AL-BARQY UNTUK MEMBACA …

hijaiyah. Maka penulis memilih metode Al-barqy untuk diterapkan pada anak

tunarungu wicara kelas VIII SMP yang masih belum mampu membaca huruf

hijaiyah. Dari uraian latar belakang di atas penulis merencanakan kegiatan

penelitian yang berjudul ”Penggunaan Metode Al-barqy Untuk Belajar

Membaca Huruf Hijaiyah Pada Anak Tunarungu Wicara Kelas VIII SMP di

SLB B YRTRW Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010”.

B. Rumusan Masalah

Secara umum permasalahan dalam penelitian ini adalah mengkaji

kemampuan anak tunarungu wicara kelas VIII SMP di SLB B YRTRW Surakarta

dalam belajar membaca huruf hijaiyah.

Dari uraian latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai

berikut :

Apakah penggunaan metode Al-barqy dapat meningkatkan kemampuan anak

tunarungu wicara kelas VIII SMP di SLB B YRYRW Surakarta dalam belajar

membaca huruf hijaiyah?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk belajar membaca huruf hijaiyah

pada anak kelas VIII SMP di SLB B YRTRW Surakarta.

2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

Untuk mengetahui kemampuan membaca huruf hijaiyah pada anak

tunarungu wicara kelas VIII di SLB B YRTRW Surakarta setelah

digunakan metode Al-barqy yang dilaksanakan oleh peneliti.

Page 8: PENGGUNAAN METODE AL-BARQY UNTUK MEMBACA …

D. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini penulis mengharapkan agar diperoleh manfaat secara

praktis dan teoritis, yaitu :

1. Manfaat Teoritis

Manfaat secara teoritis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Mengembangkan metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam

untuk anak tunarungu wicara di SLB B YRTRW Surakarta dalam

belajar membaca huruf hijaiyah.

b. Memperluas pengetahuan penulis terhadap permasalahan yang

berhubungan dengan belajar membaca huruf hijaiyah pada anak

tunarungu wicara yang dilakukan penulis.

2. Manfaat Praktis

Manfaat secara praktis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Dapat digunakan sebagai alternatif model pembelajaran membaca

huruf hijaiyah pada anak tunarungu wicara.

b. Memperkaya metode pembelajaran membaca huruf hijaiyah yang

sesuai dengan karakteristik anak tunarungu wicara.

Page 9: PENGGUNAAN METODE AL-BARQY UNTUK MEMBACA …

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Tinjauan Tentang Metode Pembelajaran

a. Pengertian Metode Pembelajaran Metode merupakan cara yang digunakan untuk manyampaikan materi

ajar kepada peserta didik. Metode berasal dari dua kata yaitu meta yang berarti

melalui dan hodos yang berarti jalan/cara. ”Metode adalah suatu jalan yang dilalui

untuk mencapai suatu tujuan” (Arifin, 2003: 116). Dalam buku Prinsip Desain

Pembelajaran disebutkan bahwa ”teknik atau cara yang dianggap jitu untuk

menyampaikan materi ajar disebut dengan metode” (Dewi Salma Prawiradilaga,

2007: 18). Metode diperlukan dalam mengimplementasikan rencana pembelajaran

yang telah disusun. Metode memiliki kedudukan yang penting dalam upaya

pencapaian tujuan, karena menjadi sarana dalam menyampaikan materi pelajaran.

Tanpa adanya metode suatu materi pelajaran tidak akan dapat berjalan secara

efisien dan efektif dalam kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan

pendidikan. Metode yang tidak efisien akan menjadi penghambat kelancaran

proses pembelajaran sehingga banyak waktu dan tenaga terbuang sia-sia.

Mulyani Sumantri dan Johar Permana (2001: 114) mengemukakan

bahwa ”metode merupakan cara-cara yang ditempuh guru untuk menciptakan

situasi pengajaran yang benar-benar menyenangkan dan mendukung bagi

kelancaran proses belajar dan tercapainya prestasi belajar anak yang memuaskan”.

Metode lebih bersifat prosedural dan sistematik karena tujuannya untuk

mempermudah pengerjaan suatu pengajaran. Setiap metode pembelajaran secara

umum memiliki satu ranah pembelajaran yang paling menonjol dari ranah kognisi,

afeksi dan psikomotor. Dapat disimpulkan bahwa metode merupakan cara yang

bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan

yang ditentukan. Metode merupakan komponen strategi pembelajaran yang

menentukan situasi belajar.

Page 10: PENGGUNAAN METODE AL-BARQY UNTUK MEMBACA …

b. Macam-macam Metode Pembelajaran

Secara garis besar metode pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi 3

(Jamila KA Muhammad, 2007: 69) yaitu sebagai berikut :

1) Melekat dengan penyajian guru, seperti : ceramah, demonstrasi, tanya jawab.

2) Terkait dengan proses belajar, seperti : belajar kolaboratif, diskusi tim, belajar mandiri, metode proyek, metode berbasis masalah.

3) Berbasis teknologi, seperti : diskusi internet.

Terdapat 5 metode pengajaran yang diperuntukkan bagi anak tunarungu

wicara. Penggunaan metode tersebut disesuaikan dengan tingkat masalah

pendengaran dan penanganan awal yang telah dilakukan (Jamila KA Muhammad,

2007: 70). Adapun metode tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :

1) Metode auditory oral

Metode ini menekankan pada proses mendengar serta bertutur kata

dengan penggunaan alat bantu yang lebih baik. Metode ini tidak

menggunakan bahasa isyarat atau gerakan jari tetapi lebih menekankan

pada membaca gerak bibir (lip reading). Metode ini membutuhkan

bantuan bunyi untuk mengembangkan kemampuan mendengar dan

berbicara, serta latihan pendengaran yang dapat melatih anak untuk

mendengar bunyi dan mengklasifikasikannya.

2) Metode membaca bibir

Metode ini menekankan pada penglihatan yang baik serta menuntut

konsentrasi tinggi. Menurut John Tracy, anak tunarungu mendengar

melalui mata, “a deaf child has to listen with eye”.

3) Metode bahasa isyarat

Bahasa isyarat merupakan bahasa yang mudah digunakan bagi anak

tunarungu. Bahasa isyarat secara sendirinya dimiliki oleh anak

tunarungu.

4) Metode komunikasi universal

Metode komunikasi universal adalah metode yang menggabungkan

gerakan jari, isyarat, pembacaan bibir, penuturan, dan implikasi

Page 11: PENGGUNAAN METODE AL-BARQY UNTUK MEMBACA …

auditoris. Metode ini lebih dikenal dengan metode komunikasi total.

Karena merupakan penggabungan dari berbagai metode. Melalui

metode ini anak dapat memahami hal yang disampaikan menurut

kemampuan masing-masing.

5) Penuturan isyarat (cued speech)

Metode ini merupakan pengembangan dari metode pembacaan bibir

dengan menggunakan simbol-simbol tangan.

Metode-metode pembelajaran baca tulis Al-Qur'an (Komari,

http://www.albarqy1511.com/) yang berkembang di Indonesia antara lain adalah

sebagai berikut:

1) Metode Baghdadiyah

2) Metode Iqro’.

3) Metode Qira’ati

4) Metode Al-barqy

5) Metode Tilawati.

6) Metode Iqro’ Dewasa

7) Metode Iqro’ Terpadu

8) Metode Iqro’ Klasikal

9) Dirosa (Dirasah Orang Dewasa)

2. Tinjauan Tentang Metode Al-barqy

Metode Al-barqy adalah suatu metode yang dikembangkan oleh ustadz

Muhajir Sulthon dari Surabaya. Metode ini disebut ”ANTI LUPA” (Komari,

http://www.albarqy1511.com/). Karena mempunyai struktur yang apabila

siswa lupa dengan huruf-huruf/suku kata yang telah dipelajari, maka akan

dengan mudah dapat mengingat kembali tanpa bantuan guru. Kata Al-barqy

berasal dari bahasa Arab yaitu dari kata barqun yang artinya kilat (Ibnu

Arabi,http://albarqy8200.blogspot.com/2009/02/metode-cepat-belajar-bahasa-

Page 12: PENGGUNAAN METODE AL-BARQY UNTUK MEMBACA …

arab dan html). Sehingga metode ini dikenal dengan metode secepat kilat dengan

system 8 jam/200 menit (Muhajir Sulthon, 1996 : iv). Ciri dari metode ini ialah

menggunakan kata lembaga yang diserap dari bahasa Indonesia yang mudah

diingat dan dimengerti. Kata lembaga tersebut adalah sebagai berikut :

A-DA-RA-JA

MA-HA-KA-YA

KA-TA-WA-NA

SA-MA-LA-BA

Penggalan suku kata tersebut dibaca dengan dibolak-balik secara

berulang-ulang dengan tempo yang kadang lambat dan kadang dipercepat.

Kelebihan dari metode ini Al-barqy (Muhajir Sulthon, 1996 : iii) antara lain

adalah sebagai berikut :

a. Konsentrasi dengan titian ingatan (untuk mengingat sewaktu lupa)

b. Terdapat pengelompokan bunyi untuk mengenal atau memindah dari

huruf yang telah di kenal ke huruf yang sulit.

c. Menggunakan latihan bacaan dalam mengenalkan makhraj maupun

kepekaan terhadap huruf maupun kefasihan membaca.

d. Menggunakan pengenalan dengan titian unta.

Metode ini selain mengenalkan huruf hijaiyah secara cepat juga

menggunakan daya pikir yakni ketika anak lupa dengan mengingat kata lembaga

yang telah mereka hafal. Metode ini juga mendorong anak tunarungu wicara

untuk mengoptimalkan kognisi mereka.

Langkah-langkah penggunaan metode Al-barqy adalah sebagai berikut :

a. Langkah pertama

Guru meminta siswa untuk menghafalkan terlebih dahulu beberapa

kata lembaga dalam metode Al-barqy. Kata lembaga tersebut

merupakan struktur yang terdiri dari huruf-huruf hijaiyah.

Contohnya:

ADA RAJA – MAHA KAYA – KATA WANA – SAMA LABA.

Guru membacakan kata lembaga tersebut kemudian diikuti oleh

peserta didik.

Page 13: PENGGUNAAN METODE AL-BARQY UNTUK MEMBACA …

b. Langkah kedua

Setelah peserta didik sudah mampu menghafalkan kata kunci tersebut,

kemudian guru menuliskannya di papan tulis.

Contohnya :

ب ل م س ن و ت ك ي ك ح م ج ر د ا

Selanjutnya guru meminta siswa untuk membacakan huruf-huruf

tersebut, karena sebelumnya peserta didik sudah menghafalkan kata

lembaga, maka huruf-huruf hijaiyah yang dituliskan guru mampu

dibaca peserta didik.

c. Langkah ketiga

Guru meminta siswa untuk menuliskan kata-kata kunci tersebut

dengan huruf hijaiyah. Sebagai permulaan guru meminta siswa

mengikuti contoh tulisan huruf tersebut. Selanjutnya guru

menyebutkan salah satu huruf dengan acak dan siswa menuliskannya

di buku dengan cara guru mendikte dan siswa menulis sambil

menyebutkan huruf yang ditulisnya berulang kali sampai hafal.

d. Langkah keempat

Guru meminta siswa satu persatu untuk membaca huruf-huruf tersebut

dengan cara guru menunjukan huruf-huruf tersebut dengan tidak

teratur.

Contohnya :

س ج م ح ك ا ي ك و د ن م ل ب ت ر

3. Tinjauan Tentang Belajar Membaca Huruf Hijaiyah

a. Tinjauan Tentang Belajar

1) Pengertian Belajar

Beberapa ahli telah mengemukakan definisi belajar. Cronbach dalam

(Gino, Suwarni, Suripto, Maryanto, Sutijan, 2000: 5) menyatakan bahwa

“Learning is shown by a change is behavior as a result of experience”. Hasil

belajar yang baik haruslah melalui pengalaman. Harold Spears dalam (Gino dkk,

2000: 5) mengemukakan “Learning is to observe, to read, to imitate, to try

Page 14: PENGGUNAAN METODE AL-BARQY UNTUK MEMBACA …

something themselves, to listen, to follow direction“. Witherington dalam (Nana

Syaodih Sukmadinata, 2004: 155) menyatakan bahwa ”belajar merupakan

perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons

yang baru yang berbentuk ketrampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan, dan

kecakapan”.

Winkel dalam bukunya psikologi pengajaran (Gino dkk, 200: 6) menyatakan bahwa belajar adalah aktivitas mental yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan pengetahuan pemahaman, ketrampilan, dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat konstan dan berbekas.

Belajar adalah berusaha memahami sesuatu, berusaha untuk memperoleh

ilmu pengetahuan, berusaha agar dapat terampil mengerjakan sesuatu (Badudu

Zain, 2001: 19). Sedangkan menurut aliran psikologi behavioristik belajar

merupakan perubahan tingkah laku yang terjadi atas dasar paradigma S-R

(Stimulus-Respons) yaitu suatu proses yang memberikan respons tertentu

terhadap rangsangan yang datang dari luar (Gino dkk, 2000: 6). Belajar menurut

aliran psikologi kognitif adalah perubahan persepsi serta pemahamannya tentang

situasi yang berhubungan dengan tujuan-tujuannya (Gino dkk, 2000: 8).

Sedangkan aliran psikologi humanistik mengartikan belajar adalah usaha dari

pebelajar untuk mengembangkan diri, pengenalan diri sendiri sebagai pribadi

yang unik dan untuk mewujudkan potensi yang ada pada diri mereka. Dari definisi

di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu kegiatan yang dapat

menghasilkan perubahan tingkah laku, baik potensial maupun aktual.

b. Tinjauan Tentang Membaca

Membaca merupakan aktivitas auditif visual untuk menafsirkan simbol berupa huruf atau kata. Membaca meliputi dua proses yaitu proses decoding (membaca teknis) dan membaca pemahaman. Membaca teknis dapat diartikan sebagai proses pemahaman atas hubungan antara huruf (grafim) dengan bunyi (morfim) atau menterjemahkan kata-kata yang tercetak menjadi bahasa lisan atau sejenisnya. Sedangkan pemahaman merupakan proses menangkap makna kata yang tercetak. William S. Gray dalam I Gusti Ngurah Oka (2005: 34) dalam (Yasrul Efendi, http://id.forums.wordpress.com/topic/peningkatan-kemampuan-membaca-cepat-dengan-menggunakan-metode-speed-reading) menekankan bahwa “membaca tidak lain daripada kegiatan pembaca menerapkan sejumlah

Page 15: PENGGUNAAN METODE AL-BARQY UNTUK MEMBACA …

keterampilan mengolah tuturan tertulis (bacaan) yang dibacanya dalam rangka memahami bacaan”. Definisi menurut Snow dalam (Wawan Junaidi, 2009, http://wawanjunaidi.blogspot.com/2009/10/pentingnyakemampuanmembaca.html) “membaca adalah suatu proses pemberian makna pada materi yang tercetak dengan menggunakan pengetahuan tentang huruf-huruf tertulis dan susunan suara dari bahasa oral untuk mendapatkan pengertian”. Membaca juga diartikan sebagai suatu cara untuk mendapatkan informasi yang disampaikan secara verbal dan merupakan hasil ramuan pendapat, gagasan, teori, untuk diketahui dan menjadi pengetahuan siswa.

Menurut Heilman dalam Suwaryono Wiryodijoyo (1989: 1) “membaca

ialah proses mendapatkan arti dari kata-kata tertulis“. Sedangkan pengertian

membaca menurut Suwaryono Wiryodijoyo (1989: 1) adalah sebagai berikut :

Membaca ialah pengucapan kata-kata dan perolehan arti dari barang cetakan. Kegiatan itu melibatkan analisis dan pengorganisasian berbagai ketrampilan yang komplek. Termasuk didalamnya pelajaran, pemikiran pertimbangan, perpaduan, pemecahan masalah yang berarti menimbulkan kejelasan informasi bagi pembaca.

Soedarso dalam Mulyono Abdurrahman (1996: 171) mengemukakan

bahwa “Membaca merupakan aktivitas kompleks yang memerlukan sejumlah

besar tindakan terpisah-pisah, mencakup penggunaan pengertian, khayalan,

pengamatan, dan ingatan”. Pengertian ini menunjukkan bahwa manusia membaca

dengan menggerakkan mata dan menggunakan pikiran. Hal ini senada dengan

pengertian membaca yang dikemukakan oleh Mulyono Abdurrahman (1996: 171)

yaitu “Membaca merupakan aktivitas kompleks yang mencakup fisik dan mental”.

Aktivitas fisik yang terkait dengan membaca ialah gerak mata dan ketajaman

penglihatan. Sedangkan aktivitas mental meliputi ingatan dan pemahaman. Orang

dapat membaca dengan baik apabila mampu melihat dengan jelas dan mampu

menggerakkan mata serta mengingat simbol-simbol bahasa dan memiliki

penalaran dalam memahami bacaan.

A.S Broto dalam Mulyono Abdurrahman (1996: 171) mengemukakan bahwa “Membaca bukan hanya mengucapkan bahasa tulisan atau lambang bunyi bahasa, melainkan juga menanggapi dan memahami isi bahasa tulisan. Bond dalam Mulyono Abdurrahman (1996: 171) mengemukakan bahwa “Membaca merupakan pengenalan simbol-simbol bahasa tulis yang

Page 16: PENGGUNAAN METODE AL-BARQY UNTUK MEMBACA …

merupakan stimulus yang membantu proses mengingat tentang apa yang dibaca, untuk membangun suatu pengertian melalui pengalaman yang telah dimiliki”.

Badudu Zain (2001: 101) dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia

membaca diartikan sebagai :

1) Menyuarakan / melisankan huruf-huruf (nyaring/dalam hati saja).

2) Mengucapkan, melafalkan.

3) Mengetahui, meramalkan.

4) Menduga, meraba, mengetahui.

c. Membaca Huruf Hijaiyah

Membaca ialah mengeja/melafalkan apa yang ditulis. Kemampuan

membaca huruf hijaiyah ialah kesanggupan dan kecakapan melafalkan huruf-

huruf hijaiyah. Secara umum terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi

kemampuan membaca huruf hijaiyah (Reyhan, http://one.indoskripsi.com/judul-

skripsi-makalah-tentang/pendidikan-study-islam) antara lain sebagai berikut :

1) Faktor Siswa / Peserta Didik

Terdapat lima prinsip dasar yang perlu diperhatikan pada saat proses

belajar mengajar berlangsung yang berkaitan dengan peserta didik yaitu sebagai

berikut :

a) Adanya persiapan anak untuk belajar

b) Adanya minat yang besar untuk belajar

c) Adanya keaktifan dalam proses belajar mengajar

d) Adanya kepentingan dalam diri anak sendiri tentang bahan yang dipelajari

e) Adanya kemampuan dan kemauan untuk mambaca

2) Faktor Guru

a) Guru adalah salah satu faktor yang dominan dalam proses belajar mengajar.

Karena tidak akan terjadi suatu kegiatan pendidikan tanpa adanya

guru. Menurut N. A Ametembon dalam (Wawan Junaidi,

http://wawan-junaidi.blogspot.com/2009/10/faktor-faktor-yang-

mempengaruhi-minat.html) “guru adalah semua orang yang

Page 17: PENGGUNAAN METODE AL-BARQY UNTUK MEMBACA …

berwenang dan bertanggungjawab terhadap pendidikan individual

maupun klasikal, baik di sekolah maupun di luar sekolah”.

Mengkaji atau mengajarkan huruf Al-Qur’an bukanlah pekerjaan

yang mudah terutama bagi anak tunarungu.

3) Faktor Alat dan Sarana

4) Faktor Lingkungan Masyarakat

Membaca huruf hijaiyah berarti melafalkan huruf-huruf hijaiyah yang

berharakat fathah, kasrah, dan dhammah. Membaca huruf hijaiyah merupakan

titik awal dari kemampuan membaca Al-Qur’an yang dianjurkan dalam agama

Islam.

4. Anak Tunarungu Wicara a. Pengertian Anak Tunarungu Wicara

Anak tunarungu wicara dapat diartikan sebagai seseorang yang

mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar baik sebagian

atau seluruhnya yang diakibatkan karena tidak berfungsinya sebagian atau seluruh

alat pendengaran, sehingga ia tidak dapat menggunakan alat pendengarannya

dalam kehidupan sehari-hari yang membawa dampak terhadap kehidupannya

secara kompleks (Andreas Dwijosumarto, 1996: 26). Istilah tunarungu diambil

dari kata tuna yang berarti kurang dan rungu yang artinya pendengaran. ”Orang

dikatakan tunarungu apabila ia tidak mampu mendengar atau kurang mampu

mendengar suara” (Murni Winarsih, 2007: 21). ”Anak tunarungu adalah anak

yang pada periode 3 tahun pertama dari kehidupan mengalami gangguan

pendengaran, yang mengakibatkan terjadinya gangguan bicara oleh karena

persepsi dan asosiasi dari suara yang datang ke telinga terganggu” (Djoko

Sindhusakti, 1997: 23).

Mufti Salim (1984: 8) dalam Sutjihati Somantri (1996: 74) mengemukakan bahwa “anak tunarungu adalah yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar yang disebabkan oleh kerusakan atau tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengaran sehingga ia mengalami

Page 18: PENGGUNAAN METODE AL-BARQY UNTUK MEMBACA …

hambatan dalam perkembangan bahasanya. Ia memerlukan bimbingan dan pendidikan khusus untuk mencapai kehidupan lahir batin yang layak”.

Donald F Morees (1978: 3) dalam Somad dan Herawati (1996: 26) dalam Murni Winarsih (2007: 22) berpendapat bahwa ”Hearing impairment a generic term indicating a hearing disability that may range in severity form mild to profound it concludes the subsets of deaf and hard of hearing. A deaf person in one whose hearing disability preclude succesful processing of linguistic information through audition, with or without a hearing aid. A hard of hearing is one who generally with use of hearing aid, has residual hearing sufficient to enable succesful processing of linguistic information through audition.

Dari pendapat ahli di atas, dapat penulis simpulkan bahwa anak tunarungu

wicara ialah seseorang yang mengalami gangguan pada fungsi pendengaran yang

mengakibatkan berkurangnya kemampuan mendengar. Sehingga anak mengalami

kesulitan dalam mengangkap bahasa lisan.

b. Klasifikasi Anak Tunarungu

Klasifikasi anak kelainan pendengaran sesuai dengan tingkat kehilangan

pendengarannya menurut Andreas Dwijosumarto (1996: 29) adalah sebagai

berikut :

1) Tuli adalah seseorang yang mengalami kehilangan kemampuan

mendengar sehingga menghambat proses informasi bahasa melalui

pendengaran, baik memakai alat bantu atau tidak memakai alat

bantu.

2) Kurang dengar adalah seseorang yang mengalami kehilangan

sebagian kemampuan mendengar, akan tetapi ia mempunyai sisa

pendengaran dan memakai alat bantu mendengar membantu proses

informasi bahasa melalui pendengaran.

Klasifikasi anak tunarungu menurut Sterg dalam (Andreas Dwidjosumarto,

1996 : 29 ) adalah sebagai berikut :

1) Kehilangan kemampuan mendengar 20-30 db (mild losses)

Page 19: PENGGUNAAN METODE AL-BARQY UNTUK MEMBACA …

2) Kehilangan kemampuan mendengar 30-40 db (marginal losses)

3) Kehilangan kemampuan mendengar 40-60 db (moderat losses)

4) Kehilangan kemampuan mendengar 60-70 db (severe losses)

5) Kehilangan kemampuan mendengar 75 db ke atas (profound losses)

M. Cem Girgin dalam Internasional Jurnal of Special Education vol 23

no 2 2008 membahas mengenai tunarungu jenis isi seperti berikut ini : “Children

with profound hearing-impairment show a wide range of spoken language

abilities, some having highly intelligible speech while others have unintelligible

speech. This is due to errors in speech production”. (M. Cem

Girgin,http://www.google.co.id/#hl=id&q=jurnal+internasional+children+with+h

earing+impairment&aq=f&aqi=&aql=&oq=&gs_rfai=&fp=4dd331607e3e3ce8).

Klasifikasi anak tunarungu ditinjau dari lokasi terjadinya ketunarunguan

(Mohammad Efendi, 2006 :63) dapat dikelompokkan menjadi sebagai berikut :

1) Tunarungu kondusif

2) Tunarungu perseptif

3) Tunarungu campuran

Klasifikasi tunarungu juga dijelaskan dalam jurnal (http://www.medicalhomeinfoorg/downloads/pdfs/mild&unilateralHL.pdf) Berikut: “Hearing loss is the most common congenital condition, affecting 1 to 3 per 1,000 live births. 1,2 When left undetected, hearing loss of any degree, including mild bilateral and unilateral, has been shown to adversely affect speech, language, and academic and psychosocial development. 3–16 A standard definition of mild bilateral and unilateral hearing loss has not been established. However, several definitions of mild bilateral hearing loss can be summarized by pure tone averages (PTA) between 20 and 40 decibels (db) in the better ear. The definition of unilateral hearing loss can be summarized by a PTA in one ear of any degree above 20 db. Permanent conductive, sensorineural, and mixed losses are included for the purpose of this discussion”.

Page 20: PENGGUNAAN METODE AL-BARQY UNTUK MEMBACA …

Penyebab Ketunarunguan

Penyebab ketunarunguan menurut Trybus dalam (Andreas

Dwidjosumarto, 1996 : 32) adalah sebagai berikut :

1) Keturunan 2) Campak jerman dari pihak ibu 3) Komplikasi selam kehamilan 4) Radang selaput otak 5) Otitis media 6) Penyakit anak-anak, radang, luka-luka.

Penyebab ketunarunguan menurut Moores (1978) dalam (Mohammad

Efendi, 2006: 65) adalah sebagai berikut :

1) Ketunarunguan sebelum lahir (prenatal)

a) Hereditas atau keturunan

b) Cacar jerman atau rubella

c) Pemakaian antibiotika over dosis

d) Taxoemia

2) Ketunarunguan saat lahir (neonatal)

a) Lahir prematur

b) Rhesus faktor

c) Tang verlossing

3) Ketunarunguan setelah lahir (postnatal)

a) Penyakit meningitis cerebralis

b) Infeksi

c) Otitis media kronis

Page 21: PENGGUNAAN METODE AL-BARQY UNTUK MEMBACA …

B. Kerangka Berpikir

Berdasarkan kajian teoritik yang telah diuraikan diperoleh model yang

kerangka berpikir sebagai berikut :

Gambar 9. Bagan Kerangka Berfikir Penelitian

C. Hipotesis Tindakan

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah penggunaan metode

Al-barqy dapat meningkatkan kemampuan anak tunarungu wicara kelas VIII SMP

di SLB B YRYRW Surakarta dalam belajar membaca huruf hijaiyah.

Anak belum mampu membaca huruf

hijaiyah

Tindakan penanganan dengan menggunakan

metode Al-barqy

Mampu membaca huruf hijaiyah

Page 22: PENGGUNAAN METODE AL-BARQY UNTUK MEMBACA …

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah penelitian

tindakan kelas atau classroom action research, khususnya dalam belajar membaca

huruf hijaiyah pada anak tunarungu wicara kelas VIII SMP di SLB B YRTRW

Surakarta. Penelitian tindakan kelas menawarkan cara dan prosedur baru untuk

memperbaiki dan meningkatkan profesionalisme guru dalam proses belajar

mengajar di kelas dengan melihat indikator keberhasilan proses dan hasil

pembelajaran siswa. Menurut Kemmis dan Carr dalam Basuki Wibawa (2004: 5)

“Penelitian tindakan merupakan suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif

yang dilakukan oleh pelaku dalam masyarakat sosial dan bertujuan untuk

memperbaiki pekerjaannya, memahami pekerjaan dan situasi pekerjaan yang

dilakukan”. Ebbut dalam Basuki Wibawa (2004: 5) mengungkapkan bahwa

“Penelitian tindakan merupakan studi yang sistematis dalam pendidikan dengan

melakukan tindakan praktis serta refleksi dari tindakan tersebut”.

Dari berbagai pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian

tindakan kelas adalah suatu penelitian yang memiliki tindakan untuk mengatasi

masalah yang muncul dalam dunia pendidikan khususnya di dalam kelas dengan

tujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran.

Page 23: PENGGUNAAN METODE AL-BARQY UNTUK MEMBACA …

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Dalam penelitian ini penulis mengambil lokasi di SLB-B YRTRW

Surakarta desa Gumunggung, kelurahan Gilingan kecamatan Banjarsari.

2. Waktu Penelitian

Penulis menentukan menggunakan waktu penelitian selama 7 bulan

yakni bulan November s.d Mei 2010. Jadwal penelitian secara rinci dapat

dilihat dalam tabel berikut ini :

Tabel. 1. Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian

3.Lama Tindakan

Waktu untuk melaksanakan tindakan pada bulan Maret, mulai dari siklus

I dan Siklus II.

C. Sumber Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa informasi tentang

kemampuan membaca huruf hijaiyah anak tunarungu wicara. Data penelitian ini

dikumpulkan dari berbagai sumber meliputi :

Bulan Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei

No Kegiatan

3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 1 Persiapan

proposal

2 Penyusunan

Instrumen

3 Perijinan

4 Pelaksanaan

penelitian

5 Analisis

data

6 Penyusunan

laporan

Page 24: PENGGUNAAN METODE AL-BARQY UNTUK MEMBACA …

1. Siswa kelas VIII SMP di SLB-B YRTRW Surakarta yang berjumlah 5

orang.

2. Tempat dan peristiwa berlangsungnya aktifitas pembelajaran Pendidikan

Agama Islam dengan cabang kajian huruf hijaiyah.

3. Dokumen dan arsip berupa nilai harian yang dimiliki siswa kelas VIII

SMP dan hasil pre test.

D. Pengumpulan data

Teknik pengumpulan data adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam

mengumpulkan data penelitiannya (Suharsimi Arikunto, 1997: 135). Sesuai

dengan tujuan penelitian ini, maka pengumpulan data diperoleh dari:

1. Wawancara

Menurut Husaini Usman (2000: 57) ”Wawancara adalah tanya jawab lisan

antara dua orang atau lebih secara langsung”.

a. Keuntungan wawancara 1) Salah satu teknik terbaik untuk mendapatkan data pribadi 2) Tidak terbatas pada tingkat pendidikan, asalkan responden dapat

berbicara dengan baik 3) Dapat dijadikan pelengkap teknik pengumpul data lainnya 4) Sebagai penguji terhadap data-data yang didapat dengan teknik

pengumpulan data lainnya b. Kelemahan wawancara

1) Harus pandai bicara dengan jelas dan benar 2) Waktu, tenaga, dan biaya tidak efisien 3) Sangat tergantung pada ketersediaan interview 4) Proses wawancara sangat mudah dipengaruhi oleh keadaan 5) Untuk objek lain yang luas diperlukan interview yang banyak

Wawancara dilakukan dengan Ibu Rini Ekawati selaku guru Pendidikan

Agama Islam di SLB B YRTRW Surakarta. Wawancara dilakukan guna

memperoleh gambaran mengenai kemampuan membaca huruf hijaiyah anak kelas

VIII SMP di SLB B YRTRW Surakarta. Hal-hal yang akan diwawancarai adalah

sebagai berikut :

1. Pelaksanaan pembelajaran agama Islam

2. Kendala yang dihadapi

3. Upaya mengatasi kendala

Page 25: PENGGUNAAN METODE AL-BARQY UNTUK MEMBACA …

4. Kemungkinan penggunaan metode baru dalam mengatasi kendala

2.Observasi

Menurut Sutrisno Hadi (2004: 159) “Observasi adalah pengamatan dan

pencatatan yang sistematis atas fenomena-fenomena yang diteliti’’. Keuntungan

dan kelemahan dari metode observasi yang dikemukakan oleh Husaini Usman

(2000: 58) adalah sebagai berikut :

a. Keuntungan Observasi 1) Sebagai alat langsung dalam meneliti gejala 2) Observasi yang selalu sibuk lebih senang diteliti melalui observasi

daripada diberi angket atau mengadakan wawancara 3) Memungkinkan pencatatan yang serempak terhadap berbagai

gejala 4) Tidak tergantung pada self-report

b. Kelemahan Observasi 1) Banyak kejadiam langsung tidak dapat diobservasi 2) Observasi yang menyadari dirinya sebagai obyek penelitian

cenderung memberikan kesan yang menyenangakan observer 3) Kejadian tidak selamanya dapat diramalkan 4) Tugas observer akan terganggu jika terjadi peristiwa yang tidak

terduga 5) Terbatasnya kepada lamanya kejadian berlangsung

Hal-hal yang akan diobservasi adalah sebagai berikut :

a. Keadaan perilaku siswa dalam mengikuti Pendidikan Agama Islam

b. Identifikasi kemampuan awal siswa

c. Tidakan guru dalam kegiatan belajar mengajar

Dalam mengidentifikasi kemampuan membaca huruf hijaiyah anak

tunarungu digunakan daftar cek yang dipadukan dengan instrumen observasi

kemampuan guru dalam mengajar di kelas. Adapun daftar cek tersebut adalah

sebagai berikut :

Page 26: PENGGUNAAN METODE AL-BARQY UNTUK MEMBACA …

Tabel 2. Daftar cek kemampuan membaca huruf hijaiyah

Aspek kemampuan Kemampuan murid Cek

1.Mengenal bentuk huruf

2.Menggerakkan mata

3.Mengucapkan huruf

4.Intonasi

5.Membaca huruf

a. Lancar, cepat, tepat

b. Cepat, tidak tepat

c. Lamban, tepat

d. Lamban, salah

a. Cepat

b. Lambat

a. Tepat

b. Tidak tepat

a. Tepat

b. Tidak tepat

a. Tepat

b. Tidak Tepat

3. Tes

Menurut Zainal Arifin (1990: 21) “Tes adalah suatu teknik atau cara dalam rangka melaksanakan kegiatan evaluasi, yang di dalamnya terdapat item atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan dan dijawab oleh anak didik, kemudian pekerjaan dan jawaban itu menghasilkan nilai tentang perilaku anak didik tersebut”.

Metode tes dalam penelitian ini adalah dalam bentuk lisan dan tes

tertulis. Tes lisan yaitu suatu bentuk tes yang menuntut respon dalam bahasa lisan

atau oral. Sedangkan tes tertulis merupakan tes dalam bentuk tulisan. Dalam

menjawab soal siswa tidak selalu harus merespon dalam bentuk menulis kalimat

jawaban tetapi dapat juga dalam bentuk mewarnai, memberi tanda, menggambar

grafik, diagram dan sebagainya (Abdul Majid, tt: 195). Adapun tes yang

digunakan ialah materi huruf hijaiyah. Tes dilakukan untuk mengukur hasil yang

diperoleh siswa sebelum dan sesudah mendapatkan tindakan.

4. Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah suatu cara pengumpulan data melalui

peninggalan tertulis, seperti arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku dan teori

yang berhubungan dengan masalah penelitian (Suharman, 1993: 90).

Page 27: PENGGUNAAN METODE AL-BARQY UNTUK MEMBACA …

Sumber Data

Tes

Observasi

Wawancara DATA

Dokumentasi dalam penelitian ini adalah foto-foto hasil penelitian di SLB B

YRTRW Surakarta.

E. Uji Validitas Data

Uji validitas data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan

teknik triangulasi, yaitu mengecek data yang telah diperoleh melalui sumber yang

sama dengan teknik yang berbeda yakni dicek dengan wawancara, observasi, dan

dokumentasi. Menurut Lexy Maleong (2004: 330) dalam Deni Andriana (www.

Goyang Karawang.com/2010/02/triangulasi) “triangulasi adalah teknik

pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dalam

membandingkan hasil wawancara terhadap objek penelitian”. Penelitian ini juga

menggunakan review informan yakni menanyakan kembali kepada informan

apakah data yang telah diperoleh sudah valid atau belum. Skema pemeriksaan

validitas data dapat dilihat sebagai berikut:

Gambar 11. Skema pemeriksaan validas data

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model

Spiral Kemmis dan Mc Taggart. Langkah-langkah model ini adalah

“Menyusun rencana, mengadakan tindakan, melakukan pengamatan, refleksi,

mengadakan perencanaan kembali yang menjadi dasar untuk suatu rancangan

tindakan pemecahan masalah”. Data yang berupa hasil observasi dan wawancara

diklasifikasikan sebagai data kualitatif. Data ini diinterpretasikan dan

Page 28: PENGGUNAAN METODE AL-BARQY UNTUK MEMBACA …

dihubungkan dengan data kuantitatif (tes) sebagai dasar untuk mendeskripsikan

keberhasilan pelaksanaan pembelajaran. Data kualitatif dianalisis dengan teknik

analisis kritis yang mencakup kegiatan untuk mengetahui hasil dari tindakan tiap

siklus dengan indikator ketercapaian sekaligus mengungkap kelemahan dan

kelebihan kinerja guru dan siswa dalam proses belajar mengajar. Data yang

berupa tes diklasifikasikan sebagai data kuantitatif. Data tersebut dianalisis secara

deskriptif komparatif yakni membandingkan nilai tes antar siklus dengan

indikator pencapaian. Analisis dilakukan terhadap nilai yang diperoleh pada setiap

siklusnya dan membandingkan hasil tes disetiap siklus.

G. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian dalam melaksanakan tindakan disusun melalui

tahapan yang sistematik. Langkah-langkah penelitian tersebut melalui tahap

persiapan, tahap perencanaan, tahap pelaksanaan tindakan, tahap analisis dan

tahap penyusunan laporan penelitian. Adapun uraian tahapan penelitian yang akan

dilaksanakan oleh penulis adalah sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan

a. Melakukan permohonan izin kepada kepala SLB B YRTRW Surakarta

sebagai tempat melaksanakan penelitian dan menyerahkan proposal

penelitian.

b. Mengadakan observasi di kelas VIII SMP sebagai tempat penelitian.

2. Tahap Perencanaan

Permasalahan yang telah diidentifikasi dijadikan sebagai dasar penyusunan

rencana penelitian. Rencana penelitian meliputi bentuk kegiatan, waktu dan

tempat pelaksanaan kegiatan. Peneliti menyusun rencana penelitian sebagai

berikut :

a. Menyusun instrumen penelitian yang akan digunakan dalam tindakan.

b. Rencana pembuatan siklus – siklus yang terdiri dari empat kegiatan

untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Dalam penelitian ini

Page 29: PENGGUNAAN METODE AL-BARQY UNTUK MEMBACA …

menggunakan dua siklus yang diperkirakan dapat mengatasi masalah

yang ada. Adapun kedua siklus tersebut dapat dijelaskan sebagai

berikut :

1) Siklus I

Langkah awal untuk mengatasi permasalahan yang muncul. Pada

siklus ini peneliti melakukan treatmen menggunakan metode Al-

barqy.

2) Siklus II

Pada siklus kedua siswa yang masih kurang atau belum mengalami

peningkatan kemampuan, dioptimalkan dalam melakukan tindakan

agar diperoleh hasil yang maksimal.

c. Implementasi Tindakan

Tahapan ini, merupakan salah satu kegiatan dalam mengatasi

permasalahan yang diteliti. Implementasi tindakan disesuaikan dengan

rencana yang telah disusun.

d. Pengamatan

Pengamatan berlangsung pada saat proses tindakan dilaksanakan

dalam kegiatan belajar mengajar.

e. Refleksi

Dari hasil evaluasi yang diperoleh dilakukan tindakan refleksi untuk

mengetahui keberhasilan tindakan yang telah dilakukan dan untuk

menentukan langkah penelitian selanjutnya.

3. Tahap pelaksanaan Tindakan

a. Siklus I

1) Tahap Perencanaan Tindakan

a) Mengadakan pre test

b) Pengumpulan data diri anak yang kemampuan membaca huruf

hijaiyahnya kurang berdasarkan hasil pre test.

c) Mengidentifikasi masalah yang dihadapi siswa dan

menyelesaikannya.

Page 30: PENGGUNAAN METODE AL-BARQY UNTUK MEMBACA …

d) Menentukan program pengajaran yang tepat yakni

menggunakan metode Al-barqy.

2) Tahap Pelaksanaan Tindakan

a) Peneliti mengajar di kelas dengan menggunakan metode Al-

barqy.

b) Siswa belajar dalam situasi pembelajaran dengan menggunakan

metode Al-barqy.

c) Memantau perkembangan kemampuan membaca huruf hijaiyah

anak.

3) Tahap Observasi

Peneliti dan guru mengawasi dan membantu siswa jika mengalami

kesulitan selama proses pembelajaran.

4) Tahap Refleksi

a) Mengadakan post test

b) Peneliti mengadakan refleksi dan mengevaluasi dari kegiatan

pelaksanaan tindakan.

b. Suklus II

1) Tahap Perencanaan Tindakan

a) Mencatat data anak yang masih mengalami masalah dan yang

akan ditingkatkan kemampuan membaca huruf hijaiyah.

b) Menemukenali masalah yang dialami anak.

c) Menyusun rencana tindakan yang baru.

2) Tahap Pelaksanaan Tindakan

a) Guru menerapkan pembelajaran dengan menggunakan metode

Al-barqy dengan modifikasi pada media atau alat peraga.

b) Siswa belajar dalam pembelajaran yang menggunakan metode

Al-barqy.

c) Memantau dan mengawasi anak yang mengalami kesulitan

dalam proses pembelajaran.

3) Tahap Observasi

Page 31: PENGGUNAAN METODE AL-BARQY UNTUK MEMBACA …

a) Peneliti dan guru mengamati proses belajar mengajar yang

sedang berlangsung.

b) Peneliti dan guru membantu siswa yang mengalami kesulitan

dalam proses pembelajaran.

4) Tahap Refleksi

a) Mengadakan post test.

b) Mengadakan refleksi dan mengevaluasi hasil kegiatan

pelaksanaan tindakan.

4. Tahap Analisis

Pada tahap ini dilakukan analisis data hasil test membaca huruf hijaiyah

yang kemudian disimpulkan sebagai akhir dari kegiatan penelitian. Penelitian ini

menggunakan analisis secara kualitatif deskriptif dan kuantitatif komparatif.

5. Tahap Penyusunan Laporan

Tahap ini adalah tahap akhir penelitian dengan menyusun laporan hasil

penelitian, sehingga menjadi bentuk yang sistematis.

H. Indikator Ketercapaian

Pada siklus terakhir sekurang-kurangnya siswa kelas VIII SLB B

YRTRW Surakarta Tahun Ajaran 2009 / 2010 dapat mencapai :

Tabel. 3. Indikator Ketercapaian.

No Indikator Ketercapaian Keterangan

1 Keaktifan siswa dalam

pembelajaran

4 dari 5 siswa Diamati ketika proses belajar

mengajar sedang berlangsung

dengan lembar observasi

siswa, dihitung dari jumlah

siswa yang mendapatkan skor

minimal 31.

2 Ketuntasan belajar 4 dari 5 siswa Dihitung dari jumlah siswa

yang mampu mendapatkan

nilai 60 ke atas.

Page 32: PENGGUNAAN METODE AL-BARQY UNTUK MEMBACA …

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Kondisi Awal

Kemampuan awal siswa diperoleh dari hasil observasi, pre test dan hasil

wawancara dengan guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam kelas VIII SMP.

Berikut ini adalah hasil pre test kemampuan membaca huruf hijaiyah siswa kelas

VIII SLB B YRTRW Surakarta Tahun Ajaran 2009 / 2010 Semester Genap.

Tabel. 4. Kemampuan Awal Membaca Huruf Hijaiyah Siswa Kelas VIII SLB B YRTRW Surakarta Tahun Ajaran 2009 / 2010 Semester Genap

Nama

Siswa

Nilai Tes

Tertulis

Nilai Tes

Lisan

Nilai akhir

Md 55 55 55

Ed 55 55 55

Dn 50 40 45

Rz 45 45 45

Vt 55 35 45

Dari tabel 4 di atas, terdapat 3 siswa yang mendapat nilai 45 atau sebesar

60% dari jumlah siswa secara keseluruhan dan 2 siswa mendapat nilai 55 atau

sebesar 40% dari 5 siswa secara keseluruhan. Apabila ditinjau dari KKM

(Kriteria Ketuntasan Minimal) yang telah ditetapkan untuk mata pelajaran

Pendidikan Agama Islam di SLB B YRTRW Surakarta yaitu ≥ 60, belum ada dari

ke 5 siswa tersebut yang mencapai ketuntasan. Jadi dapat disimpulkan bahwa

kemampuan awal siswa dalam membaca huruf hijaiyah adalah 0%.

Observasi awal penelitian ini mengamati kemampuan siswa dalam

membaca huruf hijaiyah dan melakukan observasi terhadap keaktifan siswa dalam

mengikuti pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Dalam tahap observasi ini,

peneliti menggunakan sistem observasi non partisipan. Peneliti tidak terlibat

secara langsung dalam kegiatan belajar mengajar serta mengusahakan sebisa

mungkin untuk tidak mempengaruhi proses kegiatan belajar mengajar pada hari

itu. Hasil observasi terhadap keaktifan siswa dapat dilihat dalam tabel berikut:

Page 33: PENGGUNAAN METODE AL-BARQY UNTUK MEMBACA …

Tabel. 5. Hasil Observasi Kondisi Awal Keaktifan Siswa

Dari hasil observasi terhadap keaktifan siswa dalam pembelajaran

Pendidikan Agama Islam pada tanggal 8 Maret 2010, terdapat 1 siswa dalam

kategori aktif dan terdapat 4 siswa dalam kategori. Secara garis besar observasi

mencakup aspek perhatian terhadap penjelasan dan perintah guru serta aktifitas

siswa dalam proses belajar. Observasi sejak pelajaran dimulai sampai pelajaran

berakhir. Peneliti juga melakukan observasi keterlibatan siswa dalam kegiatan

pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Perubahan dilihat setiap 15 menit. Jumlah

siswa yang terlibat dalam pembelajaran berdasarkan waktu pelaksanaan dapat

dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel. 6. Tabel Keterlibatan Siswa dalam Kegiatan Pembelajaran Berdasarkan

Waktu Pelaksanaan

Nama Kondisi awal Kategori

Md 30 Kurang aktif

Ed 33 Aktif

Dn 24 Kurang aktif

Rz 25 Kurang aktif

Vt 26 Kurang aktif

15 menit ke Aspek yang diamati

1 2 3 4 5 6

Jumlah Rata-rata

1. Fokus pada pembelajaran 3 5 3 3 2 2 18 3 siswa/15 menit

2. Bertanya 1 1 1 1 1 1 6 1 siswa/15 menit

3. Menjawab 1 1 1 1 1 1 6 1orang/15menit

4. Presentasi 0 0 0 0 0 0 0 0 siswa/ 15menit

5. Mengikuti pelajaran dari awal

sampai akhir

5 5 5 5 5 5 30 5 siswa/15 menit

6. Mengerjakan tugas yang

diberikan guru

3 2 3 1 1 3 12 2 siswa/15 menit

7. Membantu teman dalam

kesulitan

1 2 0 0 1 2 6 1 siswa/15 menit

Page 34: PENGGUNAAN METODE AL-BARQY UNTUK MEMBACA …

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa setiap 15 menit hanya terdapat 3

siswa yang fokus pada pembelajaran. Sedangkan dalam kegiatan bertanya hanya 1

siswa yang bertanya pada proses pembelajaran. 1 siswa menjawab pertanyaan

guru dan membantu teman yang mengalami kesulitan. Pada proses pembelajaran

tersebut tidak terdapat kegiatan presentasi yang dilakukan siswa atau sebesar 0 %.

Sedangkan dalam mengikuti pembelajaran dari awal sampai akhir sebesar 100%

siswa melakukannya. Sebesar 40% atau 2 siswa yang mengerjakan tugas dari

guru. Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa keterlibatan siswa dalam

pembelajaran masih kurang. Karena hanya dalam mengikuti pembelajaran dari

awal sampai akhir saja yang mencapai 100% atau sejumlah 5 siswa dan aspek lain

rata-rata masih di bawah 50% atau kurang dari 3 siswa yang terlibat dalam

pembelajaran.

B. Deskripsi Hasil Penelitian

1. Siklus I

Proses penelitian ini dilakukan dalam dua siklus yang masing-masing

terdiri dari empat tahapan yaitu : perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi

dan refleksi. Adapun pelaksanaan dan hasil penelitian pada siklus I adalah sebagai

berikut:

a. Perencanaan Tindakan I

Kegiatan perencanaan ini dilaksanakan pada hari Selasa 2 Maret 2010 di

ruang kelas I SLB B YRTRW Surakarta. Kegiatan perencanaan tersebut

merupakan tindak lanjut dari diskusi sebelumnya yang dilakukan peneliti dengan

guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam saat peneliti melaksanakan PPL

(Program Pengalaman Lapangan) di sekolah tersebut. Dalam kegiatan perencanan

tersebut peneliti dan guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam mendiskusikan

rancangan tindakan yang akan dilakukan dalam proses penelitian. Dari hasil

pengidentifikasian dan penetapan masalah, peneliti kemudian mengajukan solusi

Page 35: PENGGUNAAN METODE AL-BARQY UNTUK MEMBACA …

alternatif berupa metode pembelajaran huruf hijaiyah yaitu penggunaan metode

Al-barqy. Peneliti menyajikan data yang telah dikumpulkan kemudian bersama-

sama dengan guru menentukan langkah-langkah yang akan ditempuh.

Tahap perencanaan tindakan I meliputi kegiatan sebagai berikut:

1) Peneliti dan guru mendiskusikan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)

dengan materi membaca huruf hijayah beserta harakatnya.

2) Peneliti memberikan panjelasan kepada guru mengenai metode Al-barqy agar

terjadi kesamaan persepsi. Kemudian peneliti dan guru mendiskusikan

langkah-langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan pada tahap tindakan I.

a) Langkah-langkah pembelajaran pertemuan pertama :

(1) Peneliti memimpin berdoa, mengucapkan salam kepada anak,

mempresensi siswa dan menyiapkan siswa.

(2) Peneliti menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan berdasarkan

standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator pada mata

pelajaran Pendidiksn Agama Islam.

(3) Peneliti melakukan apersepsi dengan menunjukkan kartu huruf أ dan

meminta siswa untuk membaca huruf tersebut.

(4) Peneliti mengucapkan kata lembaga dalam metode Al-Barqy murid

menirukan sampai hafal.

(5) Peneliti meminta siswa satu persatu untuk membaca kata lembaga

yang telah dihafal tersebut dengan cara menunjuk huruf tersebut

dengan tidak teratur.

(6) Peneliti mengajarkan huruf hijaiyah yang belum termasuk dalam kata

lembaga dengan mendekatkan huruf –huruf tersebut dengan huruf

yang berdekatan bunyinya pada huruf dalam kata lembaga. Misalnya

.د didekatkan dengan ذ

(7) Peneliti meminta siswa untuk membaca huruf hijaiyah secara

berulang-ulang.

(8) Peneliti menyuruh siswa untuk membaca kata yang ditunjuk guru di

papan tulis.

Page 36: PENGGUNAAN METODE AL-BARQY UNTUK MEMBACA …

(9) Peneliti menggabungkan satu huruf dengan huruf lain, siswa disuruh

membacanya.

(10) Peneliti menyuruh siswa untuk menyebutkan huruf hijaiyah yang

telah dipelajari.

b) Langkah-langkah pembelajaran pertemuan kedua :

(1) Peneliti memimpin berdoa, mengucapkan salam kepada anak,

mempresensi siswa dan menyiapkan siswa.

(2) Peneliti menunjukkan kartu huruf أ dan ب dan meminta siswa untuk

menunjukkan huruf yang berbunyi ba.

(3) Peneliti mengucapkan kata lembaga yang dihafal anak dengan

mengganti vokal a menjadi i dan u.

Adaraja – mahakaya – katawana – samalaba

Idiriji – mihikiyi - kitiwini - similibi

Uduruju – muhukuyu - kutuwunu - sumulubu

(4) Peneliti mengucapkan tiap kata lembaga dan mengganti vokal a

dengan vokal i dan u. Adaraja - idiriji - uduruju

(5) Peneliti mengucapkan tiap huruf kata lembaga dengan vokal a, i

dan u. a – i – u, da- di – du, ra – ri- ru, ja- ji- ju dan seterusnya

(6) Peneliti mengenalkan harakat tanwin kepada siswa.

(7) Siswa diminta untuk membaca huruf yang ditunjuk oleh peneliti

pada buku kerja siswa.

c) Langkah-langkah pembelajaran pertemuan ketiga :

(1) Peneliti memimpin berdoa, mengucapkan salam kepada anak,

mempresensi siswa dan menyiapkan siswa.

(2) Peneliti bertanya kepada siswa mengenai materi pada pertemuan

sebelumnya.

(3) Peneliti meminta siswa untuk membaca huruf hijaiyah yang telah

dihafal.

(4) Peneliti mengenalkan tanda sukun kepada siswa dengan memberikan

contoh bacaan yang berharakat sukun.

Page 37: PENGGUNAAN METODE AL-BARQY UNTUK MEMBACA …

(5) Peneliti mengenalkan harakat tasydid dengan memberikan contoh

bacaan yang berharakat tasydid.

(6) Siswa diminta membaca huruf yang ditunjuk oleh peneliti pada

buku kerja siswa.

3) Peneliti menyiapkan sumber dan sarana yang dipakai saat pembelajaran yaitu,

buku kerja siswa, alat peraga berupa gambar huruf hijaiyah, lembar observasi,

dan alat tulis.

b. Pelaksanaan Tindakan I

Siklus I terdiri dari tiga pertemuan yaitu pada tanggal 10, 15 dan 17

Maret 2010. Dalam tahap ini dilakukan tindakan sesuai dengan rencana yang

telah ditetapkan.

1) Tindakan I Pertemuan Pertama

Pelaksanaan tindakan I pertemuan pertama adalah pada tanggal 10 Maret

2010. Tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pelaksanakan

pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan kompetensi dasar membaca huruf

Al-Qur’an. Penelitian ini mengambil materi huruf hijaiyah beserta dengan

harakatnya. Peneliti berkolaborasi dengan guru, sehingga antara peneliti dan guru

memiliki tugas masing-masing.

Peneliti melaksanakan pembelajaran membaca huruf hijaiyah dengan

menggunakan metode Al-barqy di kelas. Peneliti juga melakukan observasi

terhadap keaktifan siswa saat pembelajaran berlangsung. Guru berperan dalam

melakukan observasi terhadap kemampuan peneliti dalam menjelaskan dan

mengelola kelas serta membantu peneliti ketika mengalami kesulitan dalam

melaksanakan pembelajaran.

Pada tahap pertama peneliti melakukan apersepsi dengan melihatkan

kartu huruf alif kepada siswa. Kemudian siswa diminta untuk membaca huruf

tersebut. Langkah selanjutnya peneliti mengenalkan huruf hijaiyah dengan kata

Page 38: PENGGUNAAN METODE AL-BARQY UNTUK MEMBACA …

lembaga dalam bentuk transliterasi bahasa Indonesia. Kata lembaga tersebut

adalah ada raja-maha kaya-kata wana-sama laba. Sedangkan dalam pengenalan

huruf hijaiyah yang tidak terdapat pada kata lembaga, peneliti mendekatkan

huruf-huruf tersebut pada huruf yang terdapat pada kata lembaga yang memiliki

bunyi yang sama.

2) Tindakan I Pertemuan Kedua

Tindakan I pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Senin tanggal 15

Maret 2010. Pertemuan ini merupakan lanjutan dari pertemuan pertama. Pada

pertemuan kedua ini difokuskan pada materi huruf hijaiyah dengan harakat fathah,

kasrah, dhammah dan tanwin.

Sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah

dibuat, peneliti mengadakan apersepsi terlebih dahulu terhadap siswa. Peneliti

menunjukkan dua huruf hijaiyah dan meminta siswa untuk menunjuk huruf ba

dari salah satu huruf tersebut. Kemudian peneliti mengulang sekilas mengenai

kata lembaga yang telah dikenalkan siswa pada pertemuan sebelumnya. Pada

pertemuan kedua ini peneliti mengenalkan harakat fathah, kasrah, dhammah, dan

tanwin. Pertama peneliti mengucapkan kata lembaga yang dihafal anak dengan

mengganti vokal a menjadi i dan u. Siswa diminta menirukan dan menghafalkan

kata tersebut. adapun kata lembaga tersebut adalah sebagai berikut:

Adaraja – mahakaya – katawana – samalaba

Idiriji – mihikiyi - kitiwini - similibi

Uduruju – muhukuyu - kutuwunu - sumulubu

Langkah yang kedua mengganti vokal a dengan vokal i dan u pada tiap

kata lembaga dan memecahnya lagi pada tiap hurufnya. Setelah itu, siswa diminta

untuk membaca huruf berharakat fathah, kasrah, dhammah dan tanwin yang

terdapat pada buku kerja siswa. Selanjutnya peneliti mengenalkan harakat tanwin

kepada siswa. Siswa diminta untuk memperhatikan bacaan-bacaan tanwin yang

terdapat dibuku kerja anak. Setelah itu, anak mendapat giliran untuk maju ke

depan membaca bacaan-bacaan tanwin tersebut.

3) Tindakan I Pertemuan Ketiga

Page 39: PENGGUNAAN METODE AL-BARQY UNTUK MEMBACA …

Tindakan I pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 17

Maret 2010. Pertemuan ini merupakan rangkaian dari pertemuan pertama dan

pertemuan kedua. Fokus pertemuan ketiga ini adalah pada materi harakat sukun

dan tasydid. Sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah

dibuat, peneliti membangkitkan ingatan siswa dengan menanyakan materi yang

telah disampaikan pada pertemuan sebelumnya. Peneliti menanyakan kembali

harakat tanwin kepada siswa. Setelah itu, peneliti meminta siswa untuk membaca

kembali huruf hijaiyah yang telah dihafal. Kemudian peneliti mengenalkan tanda

sukun kepada siswa dengan memberikan contoh-contoh bacaan sukun dan

mengajarkan kepada siswa cara membacanya. Selanjutnya peneliti mengenalkan

harakat tasydid dengan memberikan contoh bacaan yang berharakat tasydid.

Siswa diminta membedakan bacaan sukun dan tasydid pada kolom bacaan huruf

hijaiyah yang telah dibuat peneliti dengan membacanya di depan kelas.

a) Hasil Tes Membaca Huruf Hijaiyah Siklus I

Berikut ini adalah hasil tes kemampuan membaca huruf hijaiyah yang

terdiri dari dua tes yaitu tes tertulis dan tes lisan. Hasilnya tertuang dalam tabel 7

di bawah ini:

Tabel. 7 . Hasil Tes Membaca Huruf Hijaiyah Siklus I

Pada tabel 7 di atas menunjukkan bahwa siswa dengan kategori baik

dalam membaca huruf hijaiyah ada 4 siswa dari 5 siswa secara keseluruhan atau

sebesar 80%. Kategori cukup terdapat 1 siswa dari 5 siswa secara keseluruhan

atau sebesar 20%. Jika ditinjau dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk

Nama Nilai Tes Tertulis

Nilai Tes lisan

Nilai Akhir

Kategori

Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM) Md 90 75 82,5 Baik Tuntas Ed 80 55 67,5 Cukup Tuntas Dn 80 70 75 Baik Tuntas Rz 70 70 70 Baik Tuntas Vt 90 70 80 Baik Tuntas Persentase

tuntas belajar 100%

Page 40: PENGGUNAAN METODE AL-BARQY UNTUK MEMBACA …

mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SLB B YRTRW Surakarta, siswa yang

mencapai nilai ≥ 60 atau tuntas dari KKM ada 5 siswa atau sebesar 100 %. Jadi

dapat disimpulkan bahwa pada pelaksanaan tindakan siklus I ini, terjadi

peningkatan kemampuan membaca huruf hijaiyah sebesar 100%. Selain dilakukan

tes kemampuan membaca huruf hijaiyah, peneliti juga melakukan pengamatan

terhadap kemampuan siswa. Hasil pengamatan kemampuan siswa dapat dilihat

dalam tabel berikut ini :

Tabel. 8. Tabel Hasil Pengamatan Kemampuan Membaca Huruf Hijaiyah siklus I

Nama Siswa Aspek

kemampuan

Kemampuan murid

Md Ed Dn Rz Vt

a. Lancar, cepat, tepat ü - - - ü 1.Mengenal

bentuk huruf b. Cepat, tidak tepat - - - - -

Page 41: PENGGUNAAN METODE AL-BARQY UNTUK MEMBACA …

b) Hasil Observasi Keaktifan Siswa

Berdasarkan observasi peneliti pada pelaksanaan tindakan siklus I, dengan

pengamatan terhadap keaktifan siswa saat pembelajaran Pendidikan Agama Ialam

melalui lembar observasi diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel. 9. Hasil Observasi Keaktifan Siswa Siklus I

Nama Nilai siklus I Kategori

Md 31 Aktif

Ed 33 Aktif

Dn 27 Kurang aktif

Rz 28 Kurang aktif

Vt 28 Kurang aktif

Pada tabel 9 di atas, menunjukkan bahwa siswa dengan kategori aktif

dalam belajar membaca huruf hijaiyah sebanyak 2 siswa dari 5 siswa secara

keseluruhan atau sebesar 40%. Sedangkan 3 siswa yang lain dalam kategori

c. Lamban, tepat - ü ü ü -

d. lambat, salah - - - - -

a. Cepat ü ü - - ü 2.Menggerakka

n mata b. Lambat - - - ü -

a. Tepat ü ü ü - ü 3.

Mengucapkan

huruf

b. Tidak tepat - - - ü -

a. Tepat ü ü ü - ü 4.Intonasi

b. Tidak tepat - - - ü -

a. Tepat ü ü ü ü ü 5.Membaca

huruf b. Tidak Tepat - - - -

Page 42: PENGGUNAAN METODE AL-BARQY UNTUK MEMBACA …

kurang aktif atau sebesar 60%. Terjadi peningkatan keaktifan pada pelaksanaan

tindakan siklus I ini jika dibandingkan dengan kondisi awal yang baru mencapai

1 siswa dari 5 siswa secara keseluruhan dalam kategori aktif atau sebesar 20%.

Jadi ada peningkatan sebesar 20% dibandingkan dari kondisi awal. Sedangkan

berikut ini adalah keterlibatan siswa dalam pembelajaran berdasarkan waktu

pelaksanaannya.

Tabel. 10. Keterlibatan Siswa dalam Kegiatan Pembelajaran Berdasarkan Waktu Pelaksanaan

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa setiap 15 menit hanya terdapat 4

siswa yang fokus pada pembelajaran atau sebesar 80% dan hanya 1 siswa lainnya

tidak memperhatikan pembelajaran yang sedang berlangsung. Sedangkan dalam

kegiatan bertanya terdapat 2 siswa atau sebesar 40% yang bertanya pada proses

pembelajaran. Hal ini terjadi peningkatan pada tindakan 1 sebesar 20%. 3 siswa

atau sebesar 60% yang menjawab pertanyaan guru dan membantu teman yang

mengalami kesulitan. Pada proses pembelajaran tersebut presentasi yang

dilakukan siswa atau sebesar 20 % saja atau hanya ada 1 siswa yang melakukan

presentasi dalam kurun waktu 15 menit. Sedangkan dalam mengikuti

15 menit ke Aspek yang diamati

1 2 3 4 5 6

Jumlah Rata-rata

1. Fokus pada pembelajaran 4 5 3 3 4 5 24 4 siswa/15 menit

2. Bertanya 1 2 1 3 1 3 11 2 siswa/15 menit

3. Menjawab 4 3 1 3 5 2 18 3 siswa/15

menit

4. Presentasi 0 1 2 1 2 0 6 1 siswa/ 15

menit

5. Mengikuti pelajaran dari

awal sampai akhir

5 5 5 5 5 5 30 5 siswa/15 menit

6. Mengerjakan tugas yang

diberikan guru

3 5 4 5 5 4 25 4 siswa/15 menit

7. Membantu teman dalam

kesulitan

3 2 4 3 2 2 16 3 siswa/15 menit

Page 43: PENGGUNAAN METODE AL-BARQY UNTUK MEMBACA …

pembelajaran dari awal sampai akhir sebesar 100% siswa melakukannya. Sebesar

80% atau hanya 4 siswa yang mengerjakan tugas dari guru. Dari tabel tersebut

dapat disimpulkan bahwa keterlibatan siswa dalam pembelajaran dapat

dikategorikan aktif. Karena dalam mengikuti pembelajaran keterlibatan siswa

rata-rata di atas 50% pada tiap aspeknya. Hanya dua aspek saja yang masih di

bawah 50%. Dari 7 aspek yang diamati terdapat 5 aspek yang telah melibatkan

siswanya di atas 50% dari 5 siswa secara keseluruhan. Jadi dapat dikatakan bahwa

71, 428 % siswa telah terlibat dalam pembelajaran dalam kurun waktu 15 menit.

c. Observasi

Tahap observasi siklus I dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan

tindakan I yaitu pada tanggal 10, 15 dan 17 Maret 2010. Pada saat pembelajaran

Pendidikan Agama Islam berlangsung peneliti sebagai partisipan aktif mengamati

kegiatan belajar mengajar dari awal sampai akhir dan mencatat hasil siklus I di

dalam kelas. Peneliti berperan sebagai partisipan aktif, karena peneliti terlibat

langsung dalam kegiatan yang dilakukan oleh anak dalam kegiatan belajar

mengajar yaitu bertindak sebagai guru. Pertemuan pertama dilaksanakan pada

hari Senin tanggal 10 Maret 2010 dan berlangsung selama 2x45 menit. Kegiatan

pembelajaran berlangsung pada pukul 09.30-11.00 WIB. Peneliti mengawali

pembelajaran dengan memimpin berdo’a kemudian mengucapkan salam kepada

siswa. Selanjutnya peneliti mempresensi siswa dan memberikan pertanyaan

pancingan yang mengarah ke pelajaran dengan menunjukkan huruf alif kepada

siswa dan meminta siswa untuk membaca huruf tersebut.

Dalam melaksanakan penelitian, peneliti berkolaborasi dengan guru

mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Sehingga antara peneliti dan guru

memiliki peran masing-masing dan saling bekerjasama satu sama lain. Peneliti

melaksanakan pembelajaran membaca huruf hijaiyah dengan menggunakan

metode Al-barqy. Selain itu, peneliti juga melakukan observasi terhadap keaktifan

siswa saat pembelajaran berlangsung. Sedangkan guru berperan dalam melakukan

observasi terhadap kemampuan peneliti dalam menjelaskan dan mengelola kelas

Page 44: PENGGUNAAN METODE AL-BARQY UNTUK MEMBACA …

serta membantu peneliti ketika mengalami kesulitan dalam pembelajaran.

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap pembelajaran membaca huruf

hijaiyah pada tindakan 1, diperoleh hasil sebagai berikut:

1) Ketuntasan belajar mencapai 100% yaitu sebanyak 5 siswa.

2) Siswa yang aktif selama kegiatan belajar mengajar sebanyak 2 siswa dari 5

siswa secara keseluruhan.

3) Siswa yang kurang aktif dalam kegiatan belajar mengajar berjumlah 3

siswa dari 5 siswa secara keseluruhan.

4) Peneliti sebagai guru dalam kemampuan menjelaskan mendapat kategori

baik dengan skor 52 dari skor maksimal 60.

5) Peneliti sebagai guru dalam kemampuan mengelola kelas mendapat

kategori cukup dengan skor 57 dari skor maksimal 80.

d. Analisis dan Refleksi

Pada tahap analisis dan refleksi ini, peneliti bersama dengan guru mata

pelajaran Pendidikan Agama Islam mengadakan diskusi terkait pelaksanaan

tindakan 1. Analisis yang dimaksud adalah terhadap hasil observasi, serta hasil

pekerjaan siswa. Secara umum terdapat beberapa kelemahan yang terjadi saat

proses belajar mengajar yaitu:

1) Peneliti belum mampu nenciptakan suasana belajar yang menyenangkan

bagi siswa.

2) Peneliti terlalu cepat dalam memberikan penjelasan. Sehingga siswa masih

mengalami kesulitan dalam memahami materi.

3) Kegiatan pembelajaran masih bersifat satu arah dari pihak peneliti.

Sedangkan siswa masih bertindak sebagai penerima materi saja.

4) Siswa masih merasa takut dan ragu-ragu dalam membaca huruf hijaiyah.

Berdasarkan hasil tes membaca huruf hijaiyah pada siklus I, semua siswa

telah mencapai ketuntasan yaitu sebanyak 5 siswa yang mendapatkkan nilai diatas

60 atau sebesar 100%. Sedangkan siswa yang aktif dalam pembelajaran ada 2

Page 45: PENGGUNAAN METODE AL-BARQY UNTUK MEMBACA …

siswa dari keseluruhan 5 siswa atau sebesar 40%. Jadi, jika ditinjau dari indikator

ketercapaian yang telah ditentukan yaitu sebanyak 4 dari 5 siswa secara

keseluruhan siswa mendapat nilai ≥ 60 dan 4 dari 5 siswa aktif dalam

pembelajaran, maka pada siklus 1 ini, berhasil mencapai 1 indikator ketercapaian

dan belum berhasil mencapai 1 indikator ketercapaian lain yaitu keaktifan siswa

dalam pembelajaran. Untuk itu, akan diadakan siklus 2 dengan refleksi sebagai

berikut:

1) Agar siswa lebih antusias, sungguh-sungguh, dan senang dalam mengikuti

pembelajaran, peneliti dan guru menciptakan suasana belajar yang

menyenangkan dan lebih santai dengan memasukkan permainan edukasi

pada siswa.

2) Peneliti memberikan penjelasan kepada siswa secara jelas dan perlahan

dengan disertai bahasa isyarat.

3) Kegiatan pembelajaran dipusatkan pada siswa dengan memperbanyak

intensitas siswa dalam presentasi. Agar rasa takut siswa terhadap materi

huruf hijaiyah berkurang.

4) Siswa diminta menjadi tutor sebaya agar tingkat penguasaan terhadap

materi pembelajaran meningkat.

5) Pemberian reward dan punishment kepada siswa agar lebih semangat

dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

2. Siklus II

a. Perencanaan Tindakan Siklus II

Kegiatan perencanaan ini dimulai pada hari Kamis 25 Maret 2010.

Perencanan ini berdasar pada refleksi dari siklus1, sehingga diharapkan segala

kekurangan dapat dihindari dalam pelaksanaan siklus II. Hasil kegiatan dan data

yang diperoleh pada siklus I, dijadikan solusi oleh guru dan peneliti dalam

menunjang pelaksanaan tindakan siklus II. Adapun kegiatan perencanaan

Page 46: PENGGUNAAN METODE AL-BARQY UNTUK MEMBACA …

tindakan pada siklus II mencakup langkah-langkah sebagai berikut:

1) Peneliti dan guru menyusun RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)

dengan Kompetensi Dasar membaca huruf Al-Qur’an.

2) Peneliti dan guru kolaborator secara bersama-sama mendiskusikan langkah-

langkah kegiatan belajar mengajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam

dengan materi Huruf hijaiyah beserta harakatnya dengan menggunakan

metode Al-barqy dengan rincian sebagai berikut:

a) Langkah-langkah pada pertemuan pertama

(1) Peneliti memimpin berdo’a dan memberi salam pada siswa,

menanyakan kabar dan menyiapkan siswa.

(2) Peneliti menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan berdasarkan

standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator pada mata

pelajaran Pendidikan Agama Islam dengan materi huruf hijaiyah.

(3) Peneliti memberikan pertanyaan pancingan dengan menanyakan kata

lembaga yang telah dihafal anak pada pertemuan sebelumnya.

(4) Peneliti membagikan materi pelajaran yang akan dibahas pada

pertemuan ini.

(5) Peneliti memberikan permainan dan menghukum siswa yang salah

untuk mempresentasikan materi huruf hijaiyah dengan tanda baca

fathah, kasrah dan dhammmah secara bergantian. Peneliti memberikan

pujian kepada siswa yang dapat melakukan permainan dengan benar.

(6) Peneliti meminta siswa untuk membaca kembali bacaan huruf hijaiyah

yang telah diberikan peneliti. Dan siswa diminta saling membantu.

(7) Peneliti memberikan penekanan kembali serta membantu kesulitan

yang dihadapi siswa.

Page 47: PENGGUNAAN METODE AL-BARQY UNTUK MEMBACA …

(8) Peneliti dan siswa bersama-sama membaca bacaan huruf hijaiyah.

b) Langkah-langkah pada pertemuan kedua

(1) Peneliti memimpin berdo’a dan memberi salam pada siswa,

menanyakan kabar dan menyiapkan siswa.

(2) Peneliti menyegarkan suasana pembelajaran dengan memberikan

permainan yang telah diberikan pada pertemuan sebelumnya.

(3) Peneliti membagikan materi yang akan dipelajari kepada siswa.

(4) Peneliti membacakan kata lembaga huruf hijaiyah yang berharakat

tanwin.

(5) Siswa diminta mempresentasikan materi yang berharakat sukun dan

tasydid secara bergantian.

(6) Siswa diminta untuk membaca dan membedakan cara membaca huruf

hijaiyah yang berharakat sukun dan tanwin.

(7) Peneliti memberikan penekanan dan membenarkan kesalahan yang

dilakukan siswa.

3) Guru dan peneliti mempersiapkan peralatan dan perlengkapan yang akan

digunakan selama pelaksanaan tindakan.

b. Pelaksanaan Tindakan Siklus II

Seperti yang tertera pada pelaksanaan tindakan siklus I, dalam siklus II

peneliti juga menyampaikan materi huruf hijaiyah dalam mata pelajaran

Pendidikan Agama Islam. Siklus II terdiri dari dua pertemuan yaitu pada tanggal

29 Maret dan 2 April 2010. Dalam tahap ini dilakukan tindakan sesuai dengan

rencana yang telah ditetapkan. Adapun siklus II ini adalah pemantapan dari siklus

I. Pelaksanaan tindakan II dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Tindakan II Pertemuan Pertama

Page 48: PENGGUNAAN METODE AL-BARQY UNTUK MEMBACA …

Pelaksanaan tindakan II pertemuan pertama adalah pada tanggal 29

Maret 2010. Tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pelaksanakan

pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan Kompetensi Dasar membaca huruf

Al-Qur’an. Penelitian ini mengambil materi huruf hijaiyah beserta dengan

harakatnya. Peneliti berkolaborasi dengan guru, sehingga antara peneliti dan guru

memiliki peran masing-masing di dalam penelitian. Peneliti melaksanakan

pembelajaran membaca huruf hijaiyah dengan menggunakan metode Al-barqy

dikelas. Peneliti juga melakukan observasi terhadap keaktifan siswa saat

pembelajaran berlangsung. Guru berperan dalam melakukan observasi terhadap

kemampuan peneliti dalam menjelaskan dan mengelola kelas serta membantu

peneliti ketika mengalami kesulitan dalam melaksanakan pembelajaran. Pada

prinsipnya pelaksanaan tindakan II tidak jauh berbeda dengan tindakan I, hanya

langkah-langkah pembelajarannya yang mengalami perubahan.

Peneliti memimpin berdo’a dan memberi salam pada siswa serta

menanyakan kabar dan menyiapkan siswa fokus pada pelajaran. Kemudian

peneliti menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan berdasarkan standar

kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator pada mata pelajaran Pendidikan

Agama Islam dengan materi huruf hijaiyah. Selanjutnya peneliti melakukan

apersepsi dengan memberikan pertanyaan pancingan yaitu bertanya mengenai

kata lembaga yang telah dihafal anak pada pertemuan sebelumnya. Langkah

selanjutnya peneliti membagikan materi pelajaran yang akan dibahas. Untuk

mencairkan suasana dan menghindari kejenuhan peneliti memberikan permainan.

Bagi siswa yang melakukan kesalahan, peneliti memberikan hukuman dengan

meminta siswa mempresentasikan materi huruf hijaiyah dengan tanda baca fathah,

kasrah dan dhammmah secara bergantian. Peneliti memberikan pujian kepada

siswa yang dapat melakukan permainan dengan benar. Selanjutnya peneliti

meminta siswa untuk membaca kembali bacaan huruf hijaiyah yang telah

diberikan peneliti. Dan siswa diminta saling membantu. Sebagai penutup peneliti

memberikan penekanan kembali serta membantu kesulitan yang dihadapi siswa.

Peneliti dan siswa bersama-sama membaca bacaan huruf hijaiyah.

Page 49: PENGGUNAAN METODE AL-BARQY UNTUK MEMBACA …

2) Tindakan II Pertemuan Kedua

Tindakan II pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Senin tanggal 2

April 2010. Pertemuan ini merupakan lanjutan dari pertemuan pertama. Pada

pertemuan kedua ini difokuskan pada materi huruf hijaiyah dengan harakat

tanwin, sukun dan tasydid. Sesuai dengan RPP yang telah dibuat, kegiatan

pembelajaran diawali dengan berdo’a. Selanjutnya peneliti memberi salam pada

siswa, menanyakan kabar, dan menyiapkan siswa. Peneliti menyegarkan suasana

pembelajaran dengan memberikan permainan yang telah diberikan pada

pertemuan sebelumnya.

Setelah itu peneliti membagikan materi yang akan dipelajari kepada

siswa. Peneliti lalu menjelaskan materi dengan membacakan kata lembaga huruf

hijaiyah yang berharakat tanwin. Dan siswa mendapat giliran untuk

mempresentasikan materi yang berharakat sukun dan tasydid secara bergantian.

Siswa diminta untuk membaca dan membedakan cara membaca huruf hijaiyah

yang berharakat tanwin, sukun dan tasydid. Peneliti memberikan penekanan dan

membenarkan kesalahan yang dilakukan siswa.

a) Hasil Tes Membaca Huruf Hijaiyah Siklus II

Hasil tindakan II ini diperoleh dari tes kemampuan membaca huruf

hijaiyah yang terdiri dari dua tes yaitu tes tertulis dan tes lisan. Hasilnya tertuang

dalam tabel 11 berikut ini:

Tabel.11. Hasil Tes Membaca Huruf Hijaiyah Siklus II

Nilai Tes

Tertulis

Nama Nilai Tes

Lisan

Nilai

Akhir

Kategori Kriteria

Ketuntasa

n Minimal

(KKM)

90 Md 90 90 Sangat baik Tuntas

90 Ed 85 87,5 Sangat Baik Tuntas

80 Dn 75 77,5 Baik Tuntas

80 Rz 80 80 Baik Tuntas

Page 50: PENGGUNAAN METODE AL-BARQY UNTUK MEMBACA …

Pada tabel 11 di atas menunjukkan bahwa siswa dengan kategori baik

dalam membaca huruf hijaiyah ada 2 siswa dari 5 siswa secara keseluruhan atau

sebesar 40%, siswa dalam kategori sangat baik terdapat 3 siswa dari 5 siswa

secara keseluruhan atau sebesar 60%. Apabila ditinjau dari Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM) untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SLB B

YRTRW Surakarta, siswa yang mencapai nilai ≥ 60 atau tuntas dari KKM ada 5

siswa atau sebesar 100 %. Jadi dapat disimpulkan bahwa pada pelaksanaan

tindakan siklus II ini persentase ketuntasan belajar mencapai 100%. Pada siklus II

ini kemampuan membaca huruf hijaiyah juga mengalami peningkatan. Pada siklus

I terdapat 1 siswa dalam kategori cukup dalam kemampuan membaca huruf

hijiayahnnya. Dan pada siklus kedua ini tidak terdapat siswa dalam kategori

cukup bahkan terdapat 2 siswa yang termasuk dalam kategori sangat baik. Nilai

pos test tindakan II ini, semua siswa mendapat nilai di atas 75. Rata-rata kelas

mencapai 84,5 atau naik sebesar 12,67% apabila dibandingkan dengan rata-rata

kelas pada tindakan I yang hanya mencapai nilai 75. Selain dilakukan tes

kemampuan membaca huruf hijaiyah, peneliti juga melakukan pengamatan

terhadap kemampuan siswa. Hasil pengamatan kemampuan siswa dapat dilihat

dalam tabel berikut ini:

Tabel. 12. Tabel Hasil Pengamatan Kemampuan MembacHuruf Hijaiyah Siklus

90 Vt 85 87,5 Sangat Baik Tuntas

Persentase tuntas

belajar

100%

Page 51: PENGGUNAAN METODE AL-BARQY UNTUK MEMBACA …

II

b) Hasil Observasi Keaktifan Siswa

Peneliti juga melakukan observasi terhadap keaktifan siswa saat

pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada pelaksanaan tindakan siklus II.

Pengamatan dilakukan dengan lembar observasi yang telah disiapkan. Peneliti

menemukan hasil sebagai berikut :

Tabel. 13. Hasil Observasi Keaktifan Siswa Siklus II

Nama Siswa Aspek

kemampuan

Kemampuan murid

Md Ed Dn Rz Vt

a. Lancar, cepat, tepat ü - - ü ü

b. Cepat, tidak tepat - - - - -

c. Lambat, tepat - ü ü - -

1.Mengenal

bentuk huruf

d. lambat, salah - - - - -

a. Cepat ü ü - ü ü 2.Menggerakka

n mata b. Lambat - - - - -

a. Tepat ü ü ü ü ü 3.

Mengucapkan

huruf

b. Tidak tepat - - - - -

a. Tepat ü ü ü ü ü 4.Intonasi

b. Tidak tepat - - - - -

a. Tepat ü ü ü ü ü 5.Membaca

huruf b. Tidak Tepat - - - - -

Page 52: PENGGUNAAN METODE AL-BARQY UNTUK MEMBACA …

Nama Nilai siklus II Kategori

Md 36 Aktif

Ed 35 Aktif

Dn 31 Aktif

Rz 31 Aktif

Vt 31 Aktif

Pada tabel 13 di atas, menunjukkan bahwa siswa dengan kategori aktif

dalam belajar membaca huruf hijaiyah sebanyak 5 siswa secara keseluruhan atau

sebesar 100%. Terjadi peningkatan keaktifan pada pelaksanaan tindakan siklus II

ini jika dibandingkan dengan pelaksanaan tindakan siklus I mencapai 5 siswa

dalam kategori aktif atau sebesar 100%. Jadi ada peningkatan sebesar 60%.

Sedangkan berikut ini adalah keterlibatan siswa dalam pembelajaran berdasarkan

waktu pelaksanaannya.

Tabel. 14. Keterlibatan Siswa dalam Kegiatan Pembelajaran Berdasarkan Waktu Pelaksanaan

15 menit ke Aspek yang diamati

1 2 3 4 5 6

Jumlah Rata-rata

1. Fokus pada pembelajaran 5 4 5 4 5 5 28 5 siswa/15 menit

2. Bertanya 2 3 3 4 2 2 16 3 siswa/15 menit

3. Menjawab 3 3 2 4 4 2 18 3 siswa/15

menit

4. Presentasi 1 3 2 3 2 0 11 2 siswa/ 15

menit

5. Mengikuti pelajaran dari

awal sampai akhir

5 5 5 5 5 5 30 5 siswa/15 menit

6. Mengerjakan tugas yang

diberikan guru

5 5 5 5 5 5 30 5 siswa/15 menit

7. Membantu teman dalam 2 3 4 3 3 4 19 3 siswa/15 menit

Page 53: PENGGUNAAN METODE AL-BARQY UNTUK MEMBACA …

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa setiap 15 menit semua siswa

fokus pada pembelajaran atau sebesar 100%. Sedangkan dalam kegiatan bertanya

terdapat 3 siswa atau sebesar 60%. Hal ini terjadi peningkatan pada tindakan II

sebesar 20% apabila dibandingkan dengan pelaksanaan siklus I. Terdapat 3 siswa

atau sebesar 60% yang menjawab pertanyaan guru dan membantu teman yang

mengalami kesulitan. Pada proses pembelajaran tersebut presentasi yang

dilakukan siswa atau sebesar 40 % atau hanya 2 siswa yang melakukan presentasi

dalam kurun waktu 15 menit. Sedangkan dalam mengikuti pembelajaran dari awal

sampai akhir sebesar 100%. Siswa yang mengerjakan tugas yang diberikan oleh

guru sebanyak 5 orang atau sebesar 100%. Dari tabel tersebut dapat disimpulkan

bahwa keterlibatan siswa dalam pembelajaran siklus II ini dikategorikan aktif.

Karena dalam mengikuti pembelajaran keterlibatan siswa rata-rata di atas 50%

pada tiap aspeknya bahkan terdapat 3 aspek pengamatan yang melibatkan

siswanya sampai 100% dalam proses pembelajaran. Hanya 1 aspek saja yang

masih dibawah 50%. Dari 7 aspek yang diamati terdapat 6 aspek yang telah

melibatkan siswanya di atas 50% dari 5 siswa secara keseluruhan. Jadi dapat

dikatakan bahwa 85,71 % siswa telah terlibat dalam pembelajaran dalam kurun

waktu 15 menit di setiap aspeknya.

c. Observasi

Tahap observasi siklus II dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan

tindakan II yaitu pada tanggal 29 Maret dan 2 April 2010. Pada saat pembelajaran

Pendidikan Agama Islam berlangsung peneliti sebagai partisipan aktif mengamati

kegiatan belajar mengajar dari awal sampai akhir dan mencatat hasil siklus II.

Peneliti berperan sebagai partisipasan aktif, karena peneliti terlibat langsung

dalam kegiatan yang dilakukan oleh anak dalam kegiatan belajar mengajar yaitu

bertindak sebagai guru. Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin tanggal

29 Maret 2010 dan berlangsung selama 2x45 menit. Kegiatan pembelajaran

berlangsung pada pukul 09.30-11.00 WIB.

kesulitan

Page 54: PENGGUNAAN METODE AL-BARQY UNTUK MEMBACA …

Peneliti mengawali pembelajaran dengan memimpin berdo’a kemudian

mengucapkan salam kepada siswa. Selanjutnya peneliti mempresensi dan

menyiapkan siswa untuk mengikuti pelajaran. Kemudian peneliti menjelaskan

kegiatan yang akan dilaksanakan berdasarkan standar kompetensi, kompetensi

dasar, dan indikator pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dengan materi

huruf hijaiyah. Selanjutnya peneliti melakukan apersepsi dengan memberikan

pertanyaan pancingan yaitu bertanya mengenai kata lembaga yang telah dihafal

anak pada pertemuan sebelumnya. Langkah selanjutnya peneliti membagikan

materi pelajaran yang akan dibahas. Untuk mencairkan suasana dan menghindari

kejenuhan peneliti memberikan permainan. Bagi siswa yang melakukan kesalahan

peneliti memberikan hukuman dengan meminta siswa mempresentasikan materi

huruf hijaiyah dengan tanda baca fathah, kasrah dan dhammah secara bergantian.

Peneliti memberikan pujian kepada siswa yang dapat melakukan permainan

dengan benar. Selanjutnya peneliti meminta siswa untuk membaca kembali

bacaan huruf hijaiyah yang telah diberikan peneliti. Dan siswa diminta saling

membantu. Sebagai penutup peneliti memberikan penekanan kembali serta

membantu kesulitan yang dihadapi siswa.

Dalam melaksanakan penelitian, peneliti berkolaborasi dengan guru

mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Sehingga antara peneliti dan guru

memiliki peran masing-masing dan saling bekerjasama satu sama lain. Peneliti

melaksanakan pembelajaran membaca huruf hijaiyah dengan menggunakan

metode Al-barqy. Selain itu, peneliti juga melakukan observasi terhadap keaktifan

siswa saat pembelajaran berlangsung. Sedangkan guru berperan dalam melakukan

observasi terhadap kemampuan peneliti dalam menjelaskan dan mengelola kelas

serta membantu peneliti ketika mengalami kesulitan dalam pembelajaran.

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap pembelajaran membaca huruf

hijaiyah pada tindakan II, diperoleh hasil sebagai berikut:

1) Ketuntasan belajar mencapai 100% yaitu sebanyak 5 siswa.

Page 55: PENGGUNAAN METODE AL-BARQY UNTUK MEMBACA …

2) Siswa yang aktif selama kegiatan belajar mengajar sebanyak 5 siswa

secara keseluruhan.

3) Peneliti sebagai guru dalam kemampuan menjelaskan mendapat kategori

baik dengan skor 53 dari skor maksimal 60.

4) Peneliti sebagai guru dalam kemampuan mengelola kelas mendapat

kategori baik dengan skor 68 dari skor maksimal 80.

d. Analisis dan Refleksi

Secara keseluruhan kegiatan belajar membaca huruf hijaiyah dengan

menggunakan metode Al-barqy berjalan dengan baik. Kekurangan pada

pelaksanaan sebelumnya sudah dapat diatasi. Siswa lebih aktif dan antusias

terhadap pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Selain itu, telah terdapat

keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Rasa takut akan pelajaran mengenai huruf

hijaiyah pada diri anak sudah mulai berkurang. Pada siklus sebelumnya, anak

masih terlihat canggung ketika disuruh membaca. Namun, pada siklus II ini anak

membaca huruf hijaiyah dengan nyaring tanpa takut salah. Keaktifan belajar siswa

telah mencapai 100% atau sebanyak 5 siswa dari 5 siswa secara keseluruhan. Pada

siklus II ini ketuntasan belajar siswa sudah mencapai 100% atau sebanyak 5 siswa

dari 5 siswa secara keseluruhan dan terdapat satu siswa yang memperoleh nilai

yang sangat baik. Jadi, jika ditinjau dari indikator ketercapaian yang telah

ditentukan yaitu 4 dari 5 siswa mendapat nilai ≥ 60 dan 4 dari 5 siswa aktif dalam

pembelajaran atau mendapatkan nilai minimal 31 dari hasil pengamatan dengan

lembar observasi keaktifan siswa, maka pada siklus II ini telah berhasil mencapai

indikator ketercapaian.

B. Pembahasan

Penelitian tindakan kelas yang berjudul Penggunaan Metode Al-barqy

Untuk Belajar Membaca Huruf Hijaiyah Pada Anak Tunarungu Wicara Kelas

VIII di SLB B YRTRW Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010 ini dilakukan dalam

Page 56: PENGGUNAAN METODE AL-BARQY UNTUK MEMBACA …

dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap kegiatan, yaitu tahap

perencanaan, tahap pelaksanaan tindakan, tahap observasi dan terakhir tahap

refleksi. Sebelum tahap-tahap kegiatan dalam siklus I dan siklus II dimulai,

peneliti mengadakan kegiatan observasi dan pre test untuk memperoleh data

empiris yang akan digunakan sebagai bahan penguat perbandingan perkembangan

kemampuan siswa pada siklus I dan siklus II, selain berdasarkan hasil pengamatan

peneliti selama Program Pengalaman Lapangan. Pada siklus I peneliti berperan

sebagai guru dan guru kolaborator berperan sebagai pengamat. Selama

pelaksanaan tindakan, ternyata ada masalah yang perlu dibenahi. Masalah-

masalah tersebut dijadikan bahan perbaikan pada pelaksanaan siklus II.

Siklus II merupakan pemantapan dari pelaksanaan siklus I sekaligus

untuk membenahi masalah-masalah yang muncul pada siklus I. Keberhasilan

penggunaan metode Al-barqy dalam belajar membaca huruf hijaiyah pada anak

tunarungu wicara dapat dilihat dari keberhasilan dalam mencapai indikator

ketercapaian. Keberhasilan tersebut dapat diamati berdasarkan indikator

ketercapaian yang telah diperoleh berikut ini:

1. Ketuntasan belajar siswa mencapai 100% yaitu semua siswa berjumlah 5

orang mendapatkan nilai di atas 60 dari ketuntasan minimal sebanyak 4 dari 5

siswa mendapat nilai di atas 60 pada indikator ketercapaian.

2. Keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran mencapai 100% atau sebanyak

5 siswa dari keaktifan pembelajaran minimal sebanyak 4 dari 5 siswa dengan

memperoleh nilai minimal 31 dari hasil pengamatan dengan lembar observasi

keaktifan siswa pada indikator ketercapaian.

Berdasarkan pengamatan peneliti selama Program Pengalaman

Lapangan dan didukung oleh informasi dari guru pengampu mata pelajaran

Pendidikan Agama Islam, kemampuan membaca huruf hijaiyah siswa masih

rendah. Karena materi tersebut hanya diajarkan sepintas lalu mengingat

kurangnya waktu untuk menuntaskan seluruh materi Pendidikan Agama Islam.

Akan tetapi penggunaan metode baru yaitu metode Al-barqy dalam

Page 57: PENGGUNAAN METODE AL-BARQY UNTUK MEMBACA …

menyampaikan materi huruf hijaiyah membuat siswa menampakkan indikasi

adanya peningkatan kemampuan anak dalam penguasaan huruf hijaiyah serta

berkurangnya rasa minder dan takut dalam membaca huruf hijaiyah. Kondisi ini

dapat dilihat dari hasil pengamatan kemampuan membaca huruf hijaiyah siswa

melalui lembar observasi dari siklus I ke siklus II. Kemauan siswa dalam

mempelajari materi ini dapat dilihat dari antusias siswa untuk melaksanakan jam

tambahan khusus untuk mempelajari

Al-Qur’an di luar jam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Sesuai

dengan hasil pengisian lembar observasi yang berupa check list tersebut semua

siswa menunjukkan peningkatan dalam membaca huruf hijaiyah, baik dalam

mengenal bentuk huruf, mengucapkan huruf dan intonasi. Selain itu peningkatan

kemampuan siswa dapat dilihat dari nilai post test yang mereka peroleh.

Secara rinci pembahasan hasil penelitian ini meliputi penjabaran

mengenai peningkatan kemampuan membaca huruf hijaiyah serta peningkatan

keaktifan siswa saat pembelajaran Pendidikan Agam Islam dengan menggunakan

metode Al-barqy pada siswa kelas VIII SLB B YRTRW Surakarta Tahun Ajaran

2009/2010. Pembahasan hasil penelitian dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Peningkatan Kemampuan Membaca Huruf Hijaiyah Siswa Kelas VIII SLB

B YRTRW Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan siswa kelas VIII

dalam membaca huruf hijaiyah mengalami peningkatan setelah mengikuti

pembelajaran dengan menggunakan metode Al-barqy. Peningkatan kemampuan

siswa dalam belajar membaca huruf hijaiyah dapat dilihat pada tabel 15 dan

disajikan dalam bentuk grafik 1 berikut ini:

Page 58: PENGGUNAAN METODE AL-BARQY UNTUK MEMBACA …

Tabel 15. Peningkatan Nilai Tes Membaca Huruf Hijaiyah Tiap Siklus

Pada tabel 15 di atas merupakan rekapitulasi hasil tes membaca huruf

hijaiyah dimulai dari pre test, pos test siklus I dan post test siklus II. Pada tabel

tersebut terlihat adanya peningkatan sejak diadakan siklus 1 dan siklus 2. Dari

hasil pre test sebagai dasar dalam penentuan kemampuan awal, terlihat bahwa dari

semua siswa belum ada yang mencapai ketuntasan atau ketuntasan baru mencapai

0%. Pada hasil tes siklus I, persentase tuntas mencapai 100%, atau terjadi

peningkatan 100% apabila dibandingkan dengan kemampuan awal. Hasil tes

siklus 2 menujukkan persentase tuntas sebesar 100% dengan perolehan nilai

dalam kategori sangat baik mencapai 3 siswa atau sebesar 60%. Pada siklus II ini

terjadi peningkatan rata-rata perolehan nilai siswa sebesar 12,71% apabila

dibandingkan dengan rata-rata nilai post test I. Peningkatan nilai tes membaca

huruf hijaiyah pada siswa kelas VIII tertuang dalam grafik 1 di bawah ini:

Nama Pre Test Post Test Siklus I

Post Test Siklus II

Keterangan

Md 55 82,5 90 Meningkat

Ed 55 67,5 87,5 Meningkat

Dn 45 75 77,5 Meningkat

Rz 45 70 80 Meningkat

Vt 45 80 87,5 Meningkat

% Tuntas 0% 100% 100% Meningkat

Page 59: PENGGUNAAN METODE AL-BARQY UNTUK MEMBACA …

Gambar 13. Grafik Tabulasi Nilai Membaca Huruf Hijaiyah

Grafik 1 di atas merupakan bentuk penyajian lain dari tabel 15. Hanya

saja dengan grafik, diharapkan peningkatan hasil tes dapat terlihat secara jelas.

Pada hasil tes siklus I, persentase tuntas telah mencapai 100% atau sebanyak 5

siswa mendapatkan nilai di atas 60. Pada hasil tes siklus II, persentase tuntas

sebesar 100% atau sebanyak 5 siswa yang memperoleh nilai di atas 60.

Dari tabel 15 dan grafik 1 di atas, merupakan bukti adanya peningkatan

kemampuan membaca huruf hijaiyah siswa kelas VIII SLB B YRTRW Surakarta

setelah mendapat perlakuan yaitu dengan menggunakan metode Al-barqy.

0102030405060708090

Md Ed Dn Rz Vt

Peningkatan Hasil Tes Membaca Huruf Hijaiyah Tiap Siklus

Pre Test

Post Test 1

Post Test 2

Page 60: PENGGUNAAN METODE AL-BARQY UNTUK MEMBACA …

2. Peningkatan Keaktifan Siswa saat Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Siswa Kelas VIII SLB B YRTRW Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keaktifan siswa kelas VIII saat

pembelajaran Pendidikan Agama Islam mengalami peningkatan setelah mengikuti

pembelajaran dengan menggunakan metode Al-barqy. Peningkatan keaktifan

siswa dapat dilihat pada tabel 16 dan disajikan dalam bentuk grafik 2 berikut ini:

Tabel 16. Peningkatan Keaktifan Siswa Kelas VIII SLB B YRTRW Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010

Data pada tabel 16 di atas merupakan rekapitulasi observasi keaktifan

siswa saat pembelajaran Pendidikan Agama Islam, dimulai dari kemampuan awal

siswa, siklus I dan siklus II. Pada tabel tersebut terlihat adanya peningkatan sejak

diadakan siklus I dan siklus II. Pada hasil observasi kondisi awal, persentase

keaktifan adalah sebesar 20%. Pada hasil observasi siklus I, persentase keaktifan

mencapai 40%, atau terjadi peningkatan sebesar 20% apabila dibandingkan

dengan kondisi awal sebelum diadakannya tindakan. Hasil observasi siklus II

Nama Kondisi awal

Siklus I

Siklus II

Keterangan

Md 30 31 36 Meningkat

Ed 33 33 35 Meningkat

Dn 24 27 31 Meningkat

Rz 25 28 31 Meningkat

Vt 26 28 31 Meningkat

% Aktif 20% 40% 100% Meningkat

% Peningkatan 20% 60%

Page 61: PENGGUNAAN METODE AL-BARQY UNTUK MEMBACA …

menemukan terjadinya peningkatan keaktifan siswa sebesar 60%. Keaktifan

siswa semula sebesar 40% atau sebanyak 2 siswa menjadi 100% atau sejumlah 5

siswa pada siklus II. Apabila membandingkan hasil observasi keaktifan siswa

pada kondisi awal dengan observasi pada siklus II, maka terjadi peningkatan yang

signifikan. Keaktifan siswa pada kondisi awal hanya mencapai 20%. Sedangkan

keaktifan siswa pada siklus II mencapai 100% atau dari 1 siswa aktif meningkat

menjadi semua siswa kelas VIII yang berjumlah 5 siswa aktif. Jadi meningkat

sebesar 80%.

Grafik 2 ini menggambarkan adanya peningkatan keaktifan siswa dalam

pembelajaran adalah sebagai berikut :

Gambar 14. Grafik Tabulasi Keaktifan Siswa

05

10152025303540

Md Ed Dn Rz Vt

Grafik peningkatan keaktifan siswa dalam pembelajaran

Pre Test

PostTest 1PostTest 2

Page 62: PENGGUNAAN METODE AL-BARQY UNTUK MEMBACA …

Grafik 2 di atas merupakan bentuk penyajian lain dari tabel 16. Hanya

saja dengan grafik, diharapkan peningkatan hasil observasi keaktifan siswa dapat

terlihat secara jelas. Pada kondisi awal, persentase siswa yang aktif sebesar 20%

atau hanya 1 siswa yang aktif dalam pembelajaran. Pada hasil observasi siklus I,

persentase keaktifan mencapai 40% atau 2 siswa yang aktif dalam pembelajaran.

Pada hasil observasi siklus II, 5 siswa aktif dalam pembelajaran, persentase

keaktifan sebesar 100% atau meningkat sebesar 60%. Jadi penggunaan metode

Al-barqy dalam belajar membaca huruf hijaiyah dapat meningkatkan keaktifan

siswa saat pembelajaran berlangsung.

Page 63: PENGGUNAAN METODE AL-BARQY UNTUK MEMBACA …

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan data penelitian, dapat disimpulkan

bahwa metode Al-barqy dapat digunakan untuk belajar membaca huruf hijaiyah

pada siswa kelas VIII SLB B YRTRW Surakarta tahun ajaran 2009/2010.

Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya ketercapaian indikator sebagai

berikut:

1. Sebanyak 5 siswa mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) untuk mata

pelajaran Pendidikan Agama Islam di SLB B YRTRW Surakarta yaitu

memperoleh nilai ≥ 60.

2. Sebanyak 5 siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran dengan skor minimal 31

dari hasil pengamatan dengan lembar observasi keaktifan siswa.

B. Implikasi

Dari kesimpulan penelitian di atas bahwa metode Al-barqy dapat

digunakan untuk belajar membaca huruf hijaiyah pada siswa kelas VIII SLB B

YRTRW Surakarta tahun ajaran 2009/2010 dapat diimplikasikan bahwa metode

Al-barqy dapat digunakan dalam proses pembelajaran membaca huruf hijaiyah

bagi anak tunarungu wicara di SLB BYRTRW Surakarta. Karena Metode Al-

barqy memiliki kata lembaga yang mirip dengan bunyi bahasa Indonesia yang

dapat digunakan sebagai titian pengingat ketika anak lupa. Sehingga memudahkan

anak untuk mengingat dan menghafal huruf hijaiyah.

Page 64: PENGGUNAAN METODE AL-BARQY UNTUK MEMBACA …

C. Saran

Berkaitan dengan simpulan di atas, maka peneliti dapat mengajukan

saran- saran sebagai berikut :

1. Saran kepada Kepala Sekolah:

a. Dalam upaya mengefektifkan metode Al-barqy dalam pembelajaran bagi

anak tunarungu wicara, kepala sekolah hendaknya mensosialisasikan

metode Al-barqy kepada guru-guru khususnya guru Pendidikan Agama

Islam dengan mendatangkan pembicara ahli metode Al-barqy. Supaya

mereka mengenal dan memahami metode Al-barqy serta dapat

menerapkannya dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

b. Kepala sekolah sebaiknya memberikan motivasi kepada guru Pendidikan

Agama Islam untuk menggunakan metode Al-barqy dalam mengajarkan

huruf hijaiyah.

2. Saran kepada Guru:

a. Guru Pendidikan Agama Islam sebaiknya mempelajari metode Al-barqy

agar dapat diterapkan pada peserta didik.

b. Untuk mengefektifkan pembelajaran membaca huruf hijaiyah dengan

metode Al-barqy guru hendaknya menggunakan alat peraga berupa

gambar.

3. Saran kepada Siswa:

a. Siswa hendaknya selalu terlibat secara aktif saat kegiatan belajar

membaca huruf hijaiyah dengan metode Al-barqy, sehingga siswa akan

terbiasa terlibat aktif saat proses kegiatan belajar mengajar.

b. Siswa hendaknya mengikuti kegiatan belajar membaca huruf hijaiyah

dengan metode Al-barqy secara optimal, agar memperoleh nilai 100.

4. Saran kepada Peneliti:

Disarankan kepada peneliti lain supaya dapat mengkaji, menelaah dan

mengadakan penelitian lanjut yang membahas tentang penggunaan metode Al-

barqy pada anak berkebutuhan khusus lain agar terjaga tingkat reliabilitas hasil

penelitian ini.