penggunaan metode al-barqy untuk membaca …
TRANSCRIPT
PENGGUNAAN METODE AL-BARQY UNTUK MEMBACA HURUF
HIJAIYAH PADA ANAK TUNARUNGU WICARA KELAS VIII SMP
DI SLB B YRTRW SURAKARTA
TAHUN AJARAN 2009/2010
SKRIPSI
OLEH :
Eva Masithoh Wijayanti
K 5106002
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Persetujuan Pembimbing
Dosen Pembimbing I
Drs. Maryadi, M. Ag NIP.19520601 198103 1 003
Dosen Pembimbing II
Drs. R. Djatun, M. Pd
NIP. 19460410 198003 1 002
ABSTRAK
Eva Masithoh Wijayanti. PENGGUNAAN METODE AL-BARQY UNTUK BELAJAR MEMBACA HURUF HIJAIYAH PADA ANAK TUNARUNGU WICARA KELAS VIII SMP DI SLB B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juni, 2010.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan membaca huruf hijaiyah pada anak tunarungu wicara kelas VIII SMP di SLB B YRTRW Surakarta setelah digunakan metode Al-barqy tahun ajaran 2009/2010. Pada penelitian ini penulis menggunakan penelitian tindakan kelas. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode Al-barqy. Langkah-langkah dalam penelitian ini terdiri dari identifikasi masalah, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, refleksi hasil dan merevisi perencanaan untuk tahap selanjutnya. Penelitian ini terdiri dari dua siklus. Siklus I terdiri dari tiga pertemuan dan siklus II terdapat dua pertemuan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik observasi, wawancara dan tes. Teknis analisis yang digunakan adalah dengan melakukan deskripsi secara kualitatif yaitu dengan analisis kritis, dan data kuantitatif dengan analisis deskriptif komparatif. Pada penelitian tindakan ini penulis berperan sebagai guru dalam proses pembelajaran. Sedangkan guru Pendidikan Agama Islam berperan sebagai pengamat. Sumber data penelitian ini adalah peristiwa proses pembelajaran membaca huruf hijaiyah yang berlangsung di kelas dengan informan (guru dan siswa), serta dokumen. Untuk menguji validitas data penulis menggunakan triangulasi teknik dan review informan.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa metode Al-barqy dapat meningkatkan kemampuan membaca huruf hijaiyah. Hal ini dapat dilihat dari keaktifan siswa dan perhatian siswa selama proses pembelajaran. Selain itu, dapat dilihat dari peningkatan prestasi belajar siswa. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa metode Al-barqy dapat digunakan untuk belajar membaca huruf hijaiyah pada siswa kelas VIII SLB B YRTRW Surakarta tahun ajaran 2009/2010.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tunarungu dapat diartikan sebagai suatu keadaan hilangnya kemampuan
mendengar yang mengakibatkan seseorang tidak dapat menangkap berbagai
perangsang terutama melalui indera pendengaran. Karena kemampuan
mendengarnya yang mengalami gangguan, mengakibatkan kemampuan bahasa
dan bicara anak turarungu wicara berbeda dengan anak yang mendengar.
Kemampuan bahasa dan bicara erat kaitannya dengan kemampuan mendengar.
Untuk itu, perbendaharaan kata yang dimiliki anak tunarungu wicara sangat
terbatas. Selain itu, pengucapan kata tidak sebagus anak normal pada umumnya.
Begitu juga dalam membaca, baik huruf abjad maupun huruf hijaiyah. Patton
dalam Mohammad Efendi (2006: 7) mengemukakan bahwa “tunarungu adalah
ketidakmampuan seseorang dalam mengkomunikasikan gagasannya kepada orang
lain dengan memanfaatkan organ bicaranya“. Meskipun kondisi anak tunarungu
berbeda apabila dibandingkan dengan anak normal pada umumnya, tetapi anak
tunarungu wicara memiliki hak yang sama dalam pendidikan. Hal ini dilandaskan
pada UUD 1945 pasal 27 ayat 3 yang berbunyi “Setiap warga negara berhak
mendapatkan pendidikan dan pengajaran’’. Dalam undang-undang pendidikan
nasional No 20 tahun 2003 pasal 2 disebutkan mengenai dasar, fungsi, dan tujuan
pendidikan nasional yaitu :
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab’’.
Dari landasan undang-undang di atas, anak tunarungu wicara memiliki hak
untuk menikmati pendidikan yang dapat mengoptimalkan potensinya. Selain
memiliki keterbatasan dalam masalah pendengaran, anak tunarungu wicara juga
memiliki potensi intelegensi yang sama dengan anak normal. Keterbatasan yang
dimiliki anak tunarungu mengakibatkan kemampuan bicaranya kurang. Kata yang
diucapkan tidak begitu jelas, terutama huruf hijaiyah yang jarang digunakan
dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun demikian, anak tunarungu yang beragama
Islam membutuhkan pengajaran mengenai huruf hijaiyah. Karena membaca huruf
hijaiyah merupakan titik awal dari membaca Al-Qur’an yang dianjurkan bagi
umat muslim.
SLB B YRTRW merupakan sekolah luar biasa yang menangani anak
tunarungu wicara dari tingkat TK sampai dengan SMA. Di dalam kurikulum
terdapat pokok bahasan membaca huruf hijaiyah yang diajarkan pada kelas 3 SD.
Namun, dalam sebuah pembelajaran agama Islam di kelas VIII SMP yang diikuti
penulis, siswi–siswi mengutarakan bahwa mereka baru hafal 2 surat pendek.
Sehingga dalam shalat tarawih mereka mengulang-ulang 2 surat pendek yang
mereka hafal itu. Padahal usia mereka rata-rata sekitar 14 tahun bahkan ada yang
berusia 20 tahun. Sesuai dengan silabus sekolah luar biasa, anak tunarungu wicara
pada jenjang pendidikan menengah pertama harus mampu menghafal 12 surat
pendek. Serta telah mampu menghafal seluruh huruf hijaiyah. Adapun surat
pendek yang mereka hafal itu, berasal dari tulisan terjemahan Indonesianya dan
baru satu siswi yang hafal selebihnya belum hafal. Di kelas tersebut terdapat 7
siswa dengan 5 perempuan dan 2 laki-laki. Sedangkan yang beragama Islam
adalah kelima siswi tersebut. Ketika penulis menanyakan kepada mereka tentang
huruf hijaiyah, mereka mengaku belum bisa. Hanya beberapa huruf yang mampu
mereka lafalkan dengan benar. Tetapi ada sebagian yang memang sulit untuk
mereka ucapkan. Namun demikian, tidak dapat dijadikan alasan bagi anak
tunarungu untuk tidak belajar membaca huruf hijaiyah. Karena dari segi
intelektual mereka digolongkan normal. Meskipun dalam hal pelafalan huruf tidak
seperti anak normal dalam melafalkan. Tetapi minimal ada perbedaan cara
pengucapan di setiap huruf hijaiyah. Kemampuan membaca huruf hijaiyah juga
diperlukan bagi anak tunarungu khususnya yang beragama Islam. Karena
kemampuan ini merupakan awal dari kemampuan membaca Al-Qur’an.
Kemampuan membaca huruf hijaiyah anak tunarungu wicara kelas VIII di
SLB B YRTRW Surakarta masih kurang. Siswi-siswi belum dapat membaca
sebagian besar dari huruf hijaiyah. Ketika siswi-siswi disuruh untuk membaca
huruf hijaiyah mereka berkata tidak bisa. Mereka kesulitan untuk mengingat dan
membaca huruf hijaiyah. Apabila mereka mengalami kesulitan dalam membaca
huruf hijaiyah, mereka membuka dan mengurutkan huruf-huruf hijaiyah tersebut
dari tulisan Indonesianya. Bahkan untuk huruf alif saja ada sebagian siswi yang
memerlukan waktu lama untuk mengingat huruf tersebut. Apalagi untuk huruf-
huruf yang berdekatan dalam pengucapannya mereka juga mengalami kesulitan.
Pada umumnya anak-anak membaca huruf hijaiyah dengan melihat transliterasi
hijaiyah ke Indonesianya. Hal ini dipertegas dari hasil wawancara dengan guru
Pendidikan Agama Islam bahwa anak-anak kelas VIII belum mampu dalam
membaca huruf hijaiyah. Siswi yang dianggap telah bisa sebenarnya belum
menguasainya. Masalah ini terjadi karena kurangnya kemampuan berbahasa ATR
sehingga dalam pengajaran membaca huruf hijaiyah sebatas mengenalkan saja
karena huruf ini jarang digunakan dalam berkomunikasi dengan lingkungaan.
Untuk itu, diperlukan metode pembelajaran huruf hijaiyah yang dapat
mengoptimalkan potensi akademik yang mereka miliki dan memberikan
tambahan materi bagi mereka. Sehingga mereka hafal dan mampu membaca huruf
hijaiyah.
Metode Al-barqy merupakan metode belajar membaca Al-Qur’an dengan
sistem 8 jam yang menggunakan kata lembaga atau kata kunci yang dapat diingat
anak. Metode ini juga disebut metode “anti lupa“ (Muhajir Sulthon, 1996: iii)
yang cocok diajarkan pada anak mulai kelas 4 SD. Selain itu, metode ini tidak
memberikan efek kejenuhan karena sangat fleksibel dan variatif. Sehingga metode
ini sangat cocok digunakan oleh anak tunarungu wicara untuk belajar membaca
huruf hijaiyah. Metode Al-barqy belum diterapkan di SLB B YRTRW Surakarta
yang memungkinkan menjadi solusi bagi siswa yang belum mampu membaca
huruf hijaiyah di sekolah ini. Rata-rata anak belum mampu membaca huruf
hijaiyah. Maka penulis memilih metode Al-barqy untuk diterapkan pada anak
tunarungu wicara kelas VIII SMP yang masih belum mampu membaca huruf
hijaiyah. Dari uraian latar belakang di atas penulis merencanakan kegiatan
penelitian yang berjudul ”Penggunaan Metode Al-barqy Untuk Belajar
Membaca Huruf Hijaiyah Pada Anak Tunarungu Wicara Kelas VIII SMP di
SLB B YRTRW Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010”.
B. Rumusan Masalah
Secara umum permasalahan dalam penelitian ini adalah mengkaji
kemampuan anak tunarungu wicara kelas VIII SMP di SLB B YRTRW Surakarta
dalam belajar membaca huruf hijaiyah.
Dari uraian latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut :
Apakah penggunaan metode Al-barqy dapat meningkatkan kemampuan anak
tunarungu wicara kelas VIII SMP di SLB B YRYRW Surakarta dalam belajar
membaca huruf hijaiyah?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk belajar membaca huruf hijaiyah
pada anak kelas VIII SMP di SLB B YRTRW Surakarta.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah :
Untuk mengetahui kemampuan membaca huruf hijaiyah pada anak
tunarungu wicara kelas VIII di SLB B YRTRW Surakarta setelah
digunakan metode Al-barqy yang dilaksanakan oleh peneliti.
D. Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini penulis mengharapkan agar diperoleh manfaat secara
praktis dan teoritis, yaitu :
1. Manfaat Teoritis
Manfaat secara teoritis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Mengembangkan metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam
untuk anak tunarungu wicara di SLB B YRTRW Surakarta dalam
belajar membaca huruf hijaiyah.
b. Memperluas pengetahuan penulis terhadap permasalahan yang
berhubungan dengan belajar membaca huruf hijaiyah pada anak
tunarungu wicara yang dilakukan penulis.
2. Manfaat Praktis
Manfaat secara praktis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Dapat digunakan sebagai alternatif model pembelajaran membaca
huruf hijaiyah pada anak tunarungu wicara.
b. Memperkaya metode pembelajaran membaca huruf hijaiyah yang
sesuai dengan karakteristik anak tunarungu wicara.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Tentang Metode Pembelajaran
a. Pengertian Metode Pembelajaran Metode merupakan cara yang digunakan untuk manyampaikan materi
ajar kepada peserta didik. Metode berasal dari dua kata yaitu meta yang berarti
melalui dan hodos yang berarti jalan/cara. ”Metode adalah suatu jalan yang dilalui
untuk mencapai suatu tujuan” (Arifin, 2003: 116). Dalam buku Prinsip Desain
Pembelajaran disebutkan bahwa ”teknik atau cara yang dianggap jitu untuk
menyampaikan materi ajar disebut dengan metode” (Dewi Salma Prawiradilaga,
2007: 18). Metode diperlukan dalam mengimplementasikan rencana pembelajaran
yang telah disusun. Metode memiliki kedudukan yang penting dalam upaya
pencapaian tujuan, karena menjadi sarana dalam menyampaikan materi pelajaran.
Tanpa adanya metode suatu materi pelajaran tidak akan dapat berjalan secara
efisien dan efektif dalam kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan
pendidikan. Metode yang tidak efisien akan menjadi penghambat kelancaran
proses pembelajaran sehingga banyak waktu dan tenaga terbuang sia-sia.
Mulyani Sumantri dan Johar Permana (2001: 114) mengemukakan
bahwa ”metode merupakan cara-cara yang ditempuh guru untuk menciptakan
situasi pengajaran yang benar-benar menyenangkan dan mendukung bagi
kelancaran proses belajar dan tercapainya prestasi belajar anak yang memuaskan”.
Metode lebih bersifat prosedural dan sistematik karena tujuannya untuk
mempermudah pengerjaan suatu pengajaran. Setiap metode pembelajaran secara
umum memiliki satu ranah pembelajaran yang paling menonjol dari ranah kognisi,
afeksi dan psikomotor. Dapat disimpulkan bahwa metode merupakan cara yang
bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan
yang ditentukan. Metode merupakan komponen strategi pembelajaran yang
menentukan situasi belajar.
b. Macam-macam Metode Pembelajaran
Secara garis besar metode pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi 3
(Jamila KA Muhammad, 2007: 69) yaitu sebagai berikut :
1) Melekat dengan penyajian guru, seperti : ceramah, demonstrasi, tanya jawab.
2) Terkait dengan proses belajar, seperti : belajar kolaboratif, diskusi tim, belajar mandiri, metode proyek, metode berbasis masalah.
3) Berbasis teknologi, seperti : diskusi internet.
Terdapat 5 metode pengajaran yang diperuntukkan bagi anak tunarungu
wicara. Penggunaan metode tersebut disesuaikan dengan tingkat masalah
pendengaran dan penanganan awal yang telah dilakukan (Jamila KA Muhammad,
2007: 70). Adapun metode tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :
1) Metode auditory oral
Metode ini menekankan pada proses mendengar serta bertutur kata
dengan penggunaan alat bantu yang lebih baik. Metode ini tidak
menggunakan bahasa isyarat atau gerakan jari tetapi lebih menekankan
pada membaca gerak bibir (lip reading). Metode ini membutuhkan
bantuan bunyi untuk mengembangkan kemampuan mendengar dan
berbicara, serta latihan pendengaran yang dapat melatih anak untuk
mendengar bunyi dan mengklasifikasikannya.
2) Metode membaca bibir
Metode ini menekankan pada penglihatan yang baik serta menuntut
konsentrasi tinggi. Menurut John Tracy, anak tunarungu mendengar
melalui mata, “a deaf child has to listen with eye”.
3) Metode bahasa isyarat
Bahasa isyarat merupakan bahasa yang mudah digunakan bagi anak
tunarungu. Bahasa isyarat secara sendirinya dimiliki oleh anak
tunarungu.
4) Metode komunikasi universal
Metode komunikasi universal adalah metode yang menggabungkan
gerakan jari, isyarat, pembacaan bibir, penuturan, dan implikasi
auditoris. Metode ini lebih dikenal dengan metode komunikasi total.
Karena merupakan penggabungan dari berbagai metode. Melalui
metode ini anak dapat memahami hal yang disampaikan menurut
kemampuan masing-masing.
5) Penuturan isyarat (cued speech)
Metode ini merupakan pengembangan dari metode pembacaan bibir
dengan menggunakan simbol-simbol tangan.
Metode-metode pembelajaran baca tulis Al-Qur'an (Komari,
http://www.albarqy1511.com/) yang berkembang di Indonesia antara lain adalah
sebagai berikut:
1) Metode Baghdadiyah
2) Metode Iqro’.
3) Metode Qira’ati
4) Metode Al-barqy
5) Metode Tilawati.
6) Metode Iqro’ Dewasa
7) Metode Iqro’ Terpadu
8) Metode Iqro’ Klasikal
9) Dirosa (Dirasah Orang Dewasa)
2. Tinjauan Tentang Metode Al-barqy
Metode Al-barqy adalah suatu metode yang dikembangkan oleh ustadz
Muhajir Sulthon dari Surabaya. Metode ini disebut ”ANTI LUPA” (Komari,
http://www.albarqy1511.com/). Karena mempunyai struktur yang apabila
siswa lupa dengan huruf-huruf/suku kata yang telah dipelajari, maka akan
dengan mudah dapat mengingat kembali tanpa bantuan guru. Kata Al-barqy
berasal dari bahasa Arab yaitu dari kata barqun yang artinya kilat (Ibnu
Arabi,http://albarqy8200.blogspot.com/2009/02/metode-cepat-belajar-bahasa-
arab dan html). Sehingga metode ini dikenal dengan metode secepat kilat dengan
system 8 jam/200 menit (Muhajir Sulthon, 1996 : iv). Ciri dari metode ini ialah
menggunakan kata lembaga yang diserap dari bahasa Indonesia yang mudah
diingat dan dimengerti. Kata lembaga tersebut adalah sebagai berikut :
A-DA-RA-JA
MA-HA-KA-YA
KA-TA-WA-NA
SA-MA-LA-BA
Penggalan suku kata tersebut dibaca dengan dibolak-balik secara
berulang-ulang dengan tempo yang kadang lambat dan kadang dipercepat.
Kelebihan dari metode ini Al-barqy (Muhajir Sulthon, 1996 : iii) antara lain
adalah sebagai berikut :
a. Konsentrasi dengan titian ingatan (untuk mengingat sewaktu lupa)
b. Terdapat pengelompokan bunyi untuk mengenal atau memindah dari
huruf yang telah di kenal ke huruf yang sulit.
c. Menggunakan latihan bacaan dalam mengenalkan makhraj maupun
kepekaan terhadap huruf maupun kefasihan membaca.
d. Menggunakan pengenalan dengan titian unta.
Metode ini selain mengenalkan huruf hijaiyah secara cepat juga
menggunakan daya pikir yakni ketika anak lupa dengan mengingat kata lembaga
yang telah mereka hafal. Metode ini juga mendorong anak tunarungu wicara
untuk mengoptimalkan kognisi mereka.
Langkah-langkah penggunaan metode Al-barqy adalah sebagai berikut :
a. Langkah pertama
Guru meminta siswa untuk menghafalkan terlebih dahulu beberapa
kata lembaga dalam metode Al-barqy. Kata lembaga tersebut
merupakan struktur yang terdiri dari huruf-huruf hijaiyah.
Contohnya:
ADA RAJA – MAHA KAYA – KATA WANA – SAMA LABA.
Guru membacakan kata lembaga tersebut kemudian diikuti oleh
peserta didik.
b. Langkah kedua
Setelah peserta didik sudah mampu menghafalkan kata kunci tersebut,
kemudian guru menuliskannya di papan tulis.
Contohnya :
ب ل م س ن و ت ك ي ك ح م ج ر د ا
Selanjutnya guru meminta siswa untuk membacakan huruf-huruf
tersebut, karena sebelumnya peserta didik sudah menghafalkan kata
lembaga, maka huruf-huruf hijaiyah yang dituliskan guru mampu
dibaca peserta didik.
c. Langkah ketiga
Guru meminta siswa untuk menuliskan kata-kata kunci tersebut
dengan huruf hijaiyah. Sebagai permulaan guru meminta siswa
mengikuti contoh tulisan huruf tersebut. Selanjutnya guru
menyebutkan salah satu huruf dengan acak dan siswa menuliskannya
di buku dengan cara guru mendikte dan siswa menulis sambil
menyebutkan huruf yang ditulisnya berulang kali sampai hafal.
d. Langkah keempat
Guru meminta siswa satu persatu untuk membaca huruf-huruf tersebut
dengan cara guru menunjukan huruf-huruf tersebut dengan tidak
teratur.
Contohnya :
س ج م ح ك ا ي ك و د ن م ل ب ت ر
3. Tinjauan Tentang Belajar Membaca Huruf Hijaiyah
a. Tinjauan Tentang Belajar
1) Pengertian Belajar
Beberapa ahli telah mengemukakan definisi belajar. Cronbach dalam
(Gino, Suwarni, Suripto, Maryanto, Sutijan, 2000: 5) menyatakan bahwa
“Learning is shown by a change is behavior as a result of experience”. Hasil
belajar yang baik haruslah melalui pengalaman. Harold Spears dalam (Gino dkk,
2000: 5) mengemukakan “Learning is to observe, to read, to imitate, to try
something themselves, to listen, to follow direction“. Witherington dalam (Nana
Syaodih Sukmadinata, 2004: 155) menyatakan bahwa ”belajar merupakan
perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons
yang baru yang berbentuk ketrampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan, dan
kecakapan”.
Winkel dalam bukunya psikologi pengajaran (Gino dkk, 200: 6) menyatakan bahwa belajar adalah aktivitas mental yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan pengetahuan pemahaman, ketrampilan, dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat konstan dan berbekas.
Belajar adalah berusaha memahami sesuatu, berusaha untuk memperoleh
ilmu pengetahuan, berusaha agar dapat terampil mengerjakan sesuatu (Badudu
Zain, 2001: 19). Sedangkan menurut aliran psikologi behavioristik belajar
merupakan perubahan tingkah laku yang terjadi atas dasar paradigma S-R
(Stimulus-Respons) yaitu suatu proses yang memberikan respons tertentu
terhadap rangsangan yang datang dari luar (Gino dkk, 2000: 6). Belajar menurut
aliran psikologi kognitif adalah perubahan persepsi serta pemahamannya tentang
situasi yang berhubungan dengan tujuan-tujuannya (Gino dkk, 2000: 8).
Sedangkan aliran psikologi humanistik mengartikan belajar adalah usaha dari
pebelajar untuk mengembangkan diri, pengenalan diri sendiri sebagai pribadi
yang unik dan untuk mewujudkan potensi yang ada pada diri mereka. Dari definisi
di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu kegiatan yang dapat
menghasilkan perubahan tingkah laku, baik potensial maupun aktual.
b. Tinjauan Tentang Membaca
Membaca merupakan aktivitas auditif visual untuk menafsirkan simbol berupa huruf atau kata. Membaca meliputi dua proses yaitu proses decoding (membaca teknis) dan membaca pemahaman. Membaca teknis dapat diartikan sebagai proses pemahaman atas hubungan antara huruf (grafim) dengan bunyi (morfim) atau menterjemahkan kata-kata yang tercetak menjadi bahasa lisan atau sejenisnya. Sedangkan pemahaman merupakan proses menangkap makna kata yang tercetak. William S. Gray dalam I Gusti Ngurah Oka (2005: 34) dalam (Yasrul Efendi, http://id.forums.wordpress.com/topic/peningkatan-kemampuan-membaca-cepat-dengan-menggunakan-metode-speed-reading) menekankan bahwa “membaca tidak lain daripada kegiatan pembaca menerapkan sejumlah
keterampilan mengolah tuturan tertulis (bacaan) yang dibacanya dalam rangka memahami bacaan”. Definisi menurut Snow dalam (Wawan Junaidi, 2009, http://wawanjunaidi.blogspot.com/2009/10/pentingnyakemampuanmembaca.html) “membaca adalah suatu proses pemberian makna pada materi yang tercetak dengan menggunakan pengetahuan tentang huruf-huruf tertulis dan susunan suara dari bahasa oral untuk mendapatkan pengertian”. Membaca juga diartikan sebagai suatu cara untuk mendapatkan informasi yang disampaikan secara verbal dan merupakan hasil ramuan pendapat, gagasan, teori, untuk diketahui dan menjadi pengetahuan siswa.
Menurut Heilman dalam Suwaryono Wiryodijoyo (1989: 1) “membaca
ialah proses mendapatkan arti dari kata-kata tertulis“. Sedangkan pengertian
membaca menurut Suwaryono Wiryodijoyo (1989: 1) adalah sebagai berikut :
Membaca ialah pengucapan kata-kata dan perolehan arti dari barang cetakan. Kegiatan itu melibatkan analisis dan pengorganisasian berbagai ketrampilan yang komplek. Termasuk didalamnya pelajaran, pemikiran pertimbangan, perpaduan, pemecahan masalah yang berarti menimbulkan kejelasan informasi bagi pembaca.
Soedarso dalam Mulyono Abdurrahman (1996: 171) mengemukakan
bahwa “Membaca merupakan aktivitas kompleks yang memerlukan sejumlah
besar tindakan terpisah-pisah, mencakup penggunaan pengertian, khayalan,
pengamatan, dan ingatan”. Pengertian ini menunjukkan bahwa manusia membaca
dengan menggerakkan mata dan menggunakan pikiran. Hal ini senada dengan
pengertian membaca yang dikemukakan oleh Mulyono Abdurrahman (1996: 171)
yaitu “Membaca merupakan aktivitas kompleks yang mencakup fisik dan mental”.
Aktivitas fisik yang terkait dengan membaca ialah gerak mata dan ketajaman
penglihatan. Sedangkan aktivitas mental meliputi ingatan dan pemahaman. Orang
dapat membaca dengan baik apabila mampu melihat dengan jelas dan mampu
menggerakkan mata serta mengingat simbol-simbol bahasa dan memiliki
penalaran dalam memahami bacaan.
A.S Broto dalam Mulyono Abdurrahman (1996: 171) mengemukakan bahwa “Membaca bukan hanya mengucapkan bahasa tulisan atau lambang bunyi bahasa, melainkan juga menanggapi dan memahami isi bahasa tulisan. Bond dalam Mulyono Abdurrahman (1996: 171) mengemukakan bahwa “Membaca merupakan pengenalan simbol-simbol bahasa tulis yang
merupakan stimulus yang membantu proses mengingat tentang apa yang dibaca, untuk membangun suatu pengertian melalui pengalaman yang telah dimiliki”.
Badudu Zain (2001: 101) dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia
membaca diartikan sebagai :
1) Menyuarakan / melisankan huruf-huruf (nyaring/dalam hati saja).
2) Mengucapkan, melafalkan.
3) Mengetahui, meramalkan.
4) Menduga, meraba, mengetahui.
c. Membaca Huruf Hijaiyah
Membaca ialah mengeja/melafalkan apa yang ditulis. Kemampuan
membaca huruf hijaiyah ialah kesanggupan dan kecakapan melafalkan huruf-
huruf hijaiyah. Secara umum terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi
kemampuan membaca huruf hijaiyah (Reyhan, http://one.indoskripsi.com/judul-
skripsi-makalah-tentang/pendidikan-study-islam) antara lain sebagai berikut :
1) Faktor Siswa / Peserta Didik
Terdapat lima prinsip dasar yang perlu diperhatikan pada saat proses
belajar mengajar berlangsung yang berkaitan dengan peserta didik yaitu sebagai
berikut :
a) Adanya persiapan anak untuk belajar
b) Adanya minat yang besar untuk belajar
c) Adanya keaktifan dalam proses belajar mengajar
d) Adanya kepentingan dalam diri anak sendiri tentang bahan yang dipelajari
e) Adanya kemampuan dan kemauan untuk mambaca
2) Faktor Guru
a) Guru adalah salah satu faktor yang dominan dalam proses belajar mengajar.
Karena tidak akan terjadi suatu kegiatan pendidikan tanpa adanya
guru. Menurut N. A Ametembon dalam (Wawan Junaidi,
http://wawan-junaidi.blogspot.com/2009/10/faktor-faktor-yang-
mempengaruhi-minat.html) “guru adalah semua orang yang
berwenang dan bertanggungjawab terhadap pendidikan individual
maupun klasikal, baik di sekolah maupun di luar sekolah”.
Mengkaji atau mengajarkan huruf Al-Qur’an bukanlah pekerjaan
yang mudah terutama bagi anak tunarungu.
3) Faktor Alat dan Sarana
4) Faktor Lingkungan Masyarakat
Membaca huruf hijaiyah berarti melafalkan huruf-huruf hijaiyah yang
berharakat fathah, kasrah, dan dhammah. Membaca huruf hijaiyah merupakan
titik awal dari kemampuan membaca Al-Qur’an yang dianjurkan dalam agama
Islam.
4. Anak Tunarungu Wicara a. Pengertian Anak Tunarungu Wicara
Anak tunarungu wicara dapat diartikan sebagai seseorang yang
mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar baik sebagian
atau seluruhnya yang diakibatkan karena tidak berfungsinya sebagian atau seluruh
alat pendengaran, sehingga ia tidak dapat menggunakan alat pendengarannya
dalam kehidupan sehari-hari yang membawa dampak terhadap kehidupannya
secara kompleks (Andreas Dwijosumarto, 1996: 26). Istilah tunarungu diambil
dari kata tuna yang berarti kurang dan rungu yang artinya pendengaran. ”Orang
dikatakan tunarungu apabila ia tidak mampu mendengar atau kurang mampu
mendengar suara” (Murni Winarsih, 2007: 21). ”Anak tunarungu adalah anak
yang pada periode 3 tahun pertama dari kehidupan mengalami gangguan
pendengaran, yang mengakibatkan terjadinya gangguan bicara oleh karena
persepsi dan asosiasi dari suara yang datang ke telinga terganggu” (Djoko
Sindhusakti, 1997: 23).
Mufti Salim (1984: 8) dalam Sutjihati Somantri (1996: 74) mengemukakan bahwa “anak tunarungu adalah yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar yang disebabkan oleh kerusakan atau tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengaran sehingga ia mengalami
hambatan dalam perkembangan bahasanya. Ia memerlukan bimbingan dan pendidikan khusus untuk mencapai kehidupan lahir batin yang layak”.
Donald F Morees (1978: 3) dalam Somad dan Herawati (1996: 26) dalam Murni Winarsih (2007: 22) berpendapat bahwa ”Hearing impairment a generic term indicating a hearing disability that may range in severity form mild to profound it concludes the subsets of deaf and hard of hearing. A deaf person in one whose hearing disability preclude succesful processing of linguistic information through audition, with or without a hearing aid. A hard of hearing is one who generally with use of hearing aid, has residual hearing sufficient to enable succesful processing of linguistic information through audition.
Dari pendapat ahli di atas, dapat penulis simpulkan bahwa anak tunarungu
wicara ialah seseorang yang mengalami gangguan pada fungsi pendengaran yang
mengakibatkan berkurangnya kemampuan mendengar. Sehingga anak mengalami
kesulitan dalam mengangkap bahasa lisan.
b. Klasifikasi Anak Tunarungu
Klasifikasi anak kelainan pendengaran sesuai dengan tingkat kehilangan
pendengarannya menurut Andreas Dwijosumarto (1996: 29) adalah sebagai
berikut :
1) Tuli adalah seseorang yang mengalami kehilangan kemampuan
mendengar sehingga menghambat proses informasi bahasa melalui
pendengaran, baik memakai alat bantu atau tidak memakai alat
bantu.
2) Kurang dengar adalah seseorang yang mengalami kehilangan
sebagian kemampuan mendengar, akan tetapi ia mempunyai sisa
pendengaran dan memakai alat bantu mendengar membantu proses
informasi bahasa melalui pendengaran.
Klasifikasi anak tunarungu menurut Sterg dalam (Andreas Dwidjosumarto,
1996 : 29 ) adalah sebagai berikut :
1) Kehilangan kemampuan mendengar 20-30 db (mild losses)
2) Kehilangan kemampuan mendengar 30-40 db (marginal losses)
3) Kehilangan kemampuan mendengar 40-60 db (moderat losses)
4) Kehilangan kemampuan mendengar 60-70 db (severe losses)
5) Kehilangan kemampuan mendengar 75 db ke atas (profound losses)
M. Cem Girgin dalam Internasional Jurnal of Special Education vol 23
no 2 2008 membahas mengenai tunarungu jenis isi seperti berikut ini : “Children
with profound hearing-impairment show a wide range of spoken language
abilities, some having highly intelligible speech while others have unintelligible
speech. This is due to errors in speech production”. (M. Cem
Girgin,http://www.google.co.id/#hl=id&q=jurnal+internasional+children+with+h
earing+impairment&aq=f&aqi=&aql=&oq=&gs_rfai=&fp=4dd331607e3e3ce8).
Klasifikasi anak tunarungu ditinjau dari lokasi terjadinya ketunarunguan
(Mohammad Efendi, 2006 :63) dapat dikelompokkan menjadi sebagai berikut :
1) Tunarungu kondusif
2) Tunarungu perseptif
3) Tunarungu campuran
Klasifikasi tunarungu juga dijelaskan dalam jurnal (http://www.medicalhomeinfoorg/downloads/pdfs/mild&unilateralHL.pdf) Berikut: “Hearing loss is the most common congenital condition, affecting 1 to 3 per 1,000 live births. 1,2 When left undetected, hearing loss of any degree, including mild bilateral and unilateral, has been shown to adversely affect speech, language, and academic and psychosocial development. 3–16 A standard definition of mild bilateral and unilateral hearing loss has not been established. However, several definitions of mild bilateral hearing loss can be summarized by pure tone averages (PTA) between 20 and 40 decibels (db) in the better ear. The definition of unilateral hearing loss can be summarized by a PTA in one ear of any degree above 20 db. Permanent conductive, sensorineural, and mixed losses are included for the purpose of this discussion”.
Penyebab Ketunarunguan
Penyebab ketunarunguan menurut Trybus dalam (Andreas
Dwidjosumarto, 1996 : 32) adalah sebagai berikut :
1) Keturunan 2) Campak jerman dari pihak ibu 3) Komplikasi selam kehamilan 4) Radang selaput otak 5) Otitis media 6) Penyakit anak-anak, radang, luka-luka.
Penyebab ketunarunguan menurut Moores (1978) dalam (Mohammad
Efendi, 2006: 65) adalah sebagai berikut :
1) Ketunarunguan sebelum lahir (prenatal)
a) Hereditas atau keturunan
b) Cacar jerman atau rubella
c) Pemakaian antibiotika over dosis
d) Taxoemia
2) Ketunarunguan saat lahir (neonatal)
a) Lahir prematur
b) Rhesus faktor
c) Tang verlossing
3) Ketunarunguan setelah lahir (postnatal)
a) Penyakit meningitis cerebralis
b) Infeksi
c) Otitis media kronis
B. Kerangka Berpikir
Berdasarkan kajian teoritik yang telah diuraikan diperoleh model yang
kerangka berpikir sebagai berikut :
Gambar 9. Bagan Kerangka Berfikir Penelitian
C. Hipotesis Tindakan
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah penggunaan metode
Al-barqy dapat meningkatkan kemampuan anak tunarungu wicara kelas VIII SMP
di SLB B YRYRW Surakarta dalam belajar membaca huruf hijaiyah.
Anak belum mampu membaca huruf
hijaiyah
Tindakan penanganan dengan menggunakan
metode Al-barqy
Mampu membaca huruf hijaiyah
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah penelitian
tindakan kelas atau classroom action research, khususnya dalam belajar membaca
huruf hijaiyah pada anak tunarungu wicara kelas VIII SMP di SLB B YRTRW
Surakarta. Penelitian tindakan kelas menawarkan cara dan prosedur baru untuk
memperbaiki dan meningkatkan profesionalisme guru dalam proses belajar
mengajar di kelas dengan melihat indikator keberhasilan proses dan hasil
pembelajaran siswa. Menurut Kemmis dan Carr dalam Basuki Wibawa (2004: 5)
“Penelitian tindakan merupakan suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif
yang dilakukan oleh pelaku dalam masyarakat sosial dan bertujuan untuk
memperbaiki pekerjaannya, memahami pekerjaan dan situasi pekerjaan yang
dilakukan”. Ebbut dalam Basuki Wibawa (2004: 5) mengungkapkan bahwa
“Penelitian tindakan merupakan studi yang sistematis dalam pendidikan dengan
melakukan tindakan praktis serta refleksi dari tindakan tersebut”.
Dari berbagai pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian
tindakan kelas adalah suatu penelitian yang memiliki tindakan untuk mengatasi
masalah yang muncul dalam dunia pendidikan khususnya di dalam kelas dengan
tujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Dalam penelitian ini penulis mengambil lokasi di SLB-B YRTRW
Surakarta desa Gumunggung, kelurahan Gilingan kecamatan Banjarsari.
2. Waktu Penelitian
Penulis menentukan menggunakan waktu penelitian selama 7 bulan
yakni bulan November s.d Mei 2010. Jadwal penelitian secara rinci dapat
dilihat dalam tabel berikut ini :
Tabel. 1. Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian
3.Lama Tindakan
Waktu untuk melaksanakan tindakan pada bulan Maret, mulai dari siklus
I dan Siklus II.
C. Sumber Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa informasi tentang
kemampuan membaca huruf hijaiyah anak tunarungu wicara. Data penelitian ini
dikumpulkan dari berbagai sumber meliputi :
Bulan Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei
No Kegiatan
3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 1 Persiapan
proposal
2 Penyusunan
Instrumen
3 Perijinan
4 Pelaksanaan
penelitian
5 Analisis
data
6 Penyusunan
laporan
1. Siswa kelas VIII SMP di SLB-B YRTRW Surakarta yang berjumlah 5
orang.
2. Tempat dan peristiwa berlangsungnya aktifitas pembelajaran Pendidikan
Agama Islam dengan cabang kajian huruf hijaiyah.
3. Dokumen dan arsip berupa nilai harian yang dimiliki siswa kelas VIII
SMP dan hasil pre test.
D. Pengumpulan data
Teknik pengumpulan data adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data penelitiannya (Suharsimi Arikunto, 1997: 135). Sesuai
dengan tujuan penelitian ini, maka pengumpulan data diperoleh dari:
1. Wawancara
Menurut Husaini Usman (2000: 57) ”Wawancara adalah tanya jawab lisan
antara dua orang atau lebih secara langsung”.
a. Keuntungan wawancara 1) Salah satu teknik terbaik untuk mendapatkan data pribadi 2) Tidak terbatas pada tingkat pendidikan, asalkan responden dapat
berbicara dengan baik 3) Dapat dijadikan pelengkap teknik pengumpul data lainnya 4) Sebagai penguji terhadap data-data yang didapat dengan teknik
pengumpulan data lainnya b. Kelemahan wawancara
1) Harus pandai bicara dengan jelas dan benar 2) Waktu, tenaga, dan biaya tidak efisien 3) Sangat tergantung pada ketersediaan interview 4) Proses wawancara sangat mudah dipengaruhi oleh keadaan 5) Untuk objek lain yang luas diperlukan interview yang banyak
Wawancara dilakukan dengan Ibu Rini Ekawati selaku guru Pendidikan
Agama Islam di SLB B YRTRW Surakarta. Wawancara dilakukan guna
memperoleh gambaran mengenai kemampuan membaca huruf hijaiyah anak kelas
VIII SMP di SLB B YRTRW Surakarta. Hal-hal yang akan diwawancarai adalah
sebagai berikut :
1. Pelaksanaan pembelajaran agama Islam
2. Kendala yang dihadapi
3. Upaya mengatasi kendala
4. Kemungkinan penggunaan metode baru dalam mengatasi kendala
2.Observasi
Menurut Sutrisno Hadi (2004: 159) “Observasi adalah pengamatan dan
pencatatan yang sistematis atas fenomena-fenomena yang diteliti’’. Keuntungan
dan kelemahan dari metode observasi yang dikemukakan oleh Husaini Usman
(2000: 58) adalah sebagai berikut :
a. Keuntungan Observasi 1) Sebagai alat langsung dalam meneliti gejala 2) Observasi yang selalu sibuk lebih senang diteliti melalui observasi
daripada diberi angket atau mengadakan wawancara 3) Memungkinkan pencatatan yang serempak terhadap berbagai
gejala 4) Tidak tergantung pada self-report
b. Kelemahan Observasi 1) Banyak kejadiam langsung tidak dapat diobservasi 2) Observasi yang menyadari dirinya sebagai obyek penelitian
cenderung memberikan kesan yang menyenangakan observer 3) Kejadian tidak selamanya dapat diramalkan 4) Tugas observer akan terganggu jika terjadi peristiwa yang tidak
terduga 5) Terbatasnya kepada lamanya kejadian berlangsung
Hal-hal yang akan diobservasi adalah sebagai berikut :
a. Keadaan perilaku siswa dalam mengikuti Pendidikan Agama Islam
b. Identifikasi kemampuan awal siswa
c. Tidakan guru dalam kegiatan belajar mengajar
Dalam mengidentifikasi kemampuan membaca huruf hijaiyah anak
tunarungu digunakan daftar cek yang dipadukan dengan instrumen observasi
kemampuan guru dalam mengajar di kelas. Adapun daftar cek tersebut adalah
sebagai berikut :
Tabel 2. Daftar cek kemampuan membaca huruf hijaiyah
Aspek kemampuan Kemampuan murid Cek
1.Mengenal bentuk huruf
2.Menggerakkan mata
3.Mengucapkan huruf
4.Intonasi
5.Membaca huruf
a. Lancar, cepat, tepat
b. Cepat, tidak tepat
c. Lamban, tepat
d. Lamban, salah
a. Cepat
b. Lambat
a. Tepat
b. Tidak tepat
a. Tepat
b. Tidak tepat
a. Tepat
b. Tidak Tepat
3. Tes
Menurut Zainal Arifin (1990: 21) “Tes adalah suatu teknik atau cara dalam rangka melaksanakan kegiatan evaluasi, yang di dalamnya terdapat item atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan dan dijawab oleh anak didik, kemudian pekerjaan dan jawaban itu menghasilkan nilai tentang perilaku anak didik tersebut”.
Metode tes dalam penelitian ini adalah dalam bentuk lisan dan tes
tertulis. Tes lisan yaitu suatu bentuk tes yang menuntut respon dalam bahasa lisan
atau oral. Sedangkan tes tertulis merupakan tes dalam bentuk tulisan. Dalam
menjawab soal siswa tidak selalu harus merespon dalam bentuk menulis kalimat
jawaban tetapi dapat juga dalam bentuk mewarnai, memberi tanda, menggambar
grafik, diagram dan sebagainya (Abdul Majid, tt: 195). Adapun tes yang
digunakan ialah materi huruf hijaiyah. Tes dilakukan untuk mengukur hasil yang
diperoleh siswa sebelum dan sesudah mendapatkan tindakan.
4. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah suatu cara pengumpulan data melalui
peninggalan tertulis, seperti arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku dan teori
yang berhubungan dengan masalah penelitian (Suharman, 1993: 90).
Sumber Data
Tes
Observasi
Wawancara DATA
Dokumentasi dalam penelitian ini adalah foto-foto hasil penelitian di SLB B
YRTRW Surakarta.
E. Uji Validitas Data
Uji validitas data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
teknik triangulasi, yaitu mengecek data yang telah diperoleh melalui sumber yang
sama dengan teknik yang berbeda yakni dicek dengan wawancara, observasi, dan
dokumentasi. Menurut Lexy Maleong (2004: 330) dalam Deni Andriana (www.
Goyang Karawang.com/2010/02/triangulasi) “triangulasi adalah teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dalam
membandingkan hasil wawancara terhadap objek penelitian”. Penelitian ini juga
menggunakan review informan yakni menanyakan kembali kepada informan
apakah data yang telah diperoleh sudah valid atau belum. Skema pemeriksaan
validitas data dapat dilihat sebagai berikut:
Gambar 11. Skema pemeriksaan validas data
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
Spiral Kemmis dan Mc Taggart. Langkah-langkah model ini adalah
“Menyusun rencana, mengadakan tindakan, melakukan pengamatan, refleksi,
mengadakan perencanaan kembali yang menjadi dasar untuk suatu rancangan
tindakan pemecahan masalah”. Data yang berupa hasil observasi dan wawancara
diklasifikasikan sebagai data kualitatif. Data ini diinterpretasikan dan
dihubungkan dengan data kuantitatif (tes) sebagai dasar untuk mendeskripsikan
keberhasilan pelaksanaan pembelajaran. Data kualitatif dianalisis dengan teknik
analisis kritis yang mencakup kegiatan untuk mengetahui hasil dari tindakan tiap
siklus dengan indikator ketercapaian sekaligus mengungkap kelemahan dan
kelebihan kinerja guru dan siswa dalam proses belajar mengajar. Data yang
berupa tes diklasifikasikan sebagai data kuantitatif. Data tersebut dianalisis secara
deskriptif komparatif yakni membandingkan nilai tes antar siklus dengan
indikator pencapaian. Analisis dilakukan terhadap nilai yang diperoleh pada setiap
siklusnya dan membandingkan hasil tes disetiap siklus.
G. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian dalam melaksanakan tindakan disusun melalui
tahapan yang sistematik. Langkah-langkah penelitian tersebut melalui tahap
persiapan, tahap perencanaan, tahap pelaksanaan tindakan, tahap analisis dan
tahap penyusunan laporan penelitian. Adapun uraian tahapan penelitian yang akan
dilaksanakan oleh penulis adalah sebagai berikut :
1. Tahap Persiapan
a. Melakukan permohonan izin kepada kepala SLB B YRTRW Surakarta
sebagai tempat melaksanakan penelitian dan menyerahkan proposal
penelitian.
b. Mengadakan observasi di kelas VIII SMP sebagai tempat penelitian.
2. Tahap Perencanaan
Permasalahan yang telah diidentifikasi dijadikan sebagai dasar penyusunan
rencana penelitian. Rencana penelitian meliputi bentuk kegiatan, waktu dan
tempat pelaksanaan kegiatan. Peneliti menyusun rencana penelitian sebagai
berikut :
a. Menyusun instrumen penelitian yang akan digunakan dalam tindakan.
b. Rencana pembuatan siklus – siklus yang terdiri dari empat kegiatan
untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Dalam penelitian ini
menggunakan dua siklus yang diperkirakan dapat mengatasi masalah
yang ada. Adapun kedua siklus tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut :
1) Siklus I
Langkah awal untuk mengatasi permasalahan yang muncul. Pada
siklus ini peneliti melakukan treatmen menggunakan metode Al-
barqy.
2) Siklus II
Pada siklus kedua siswa yang masih kurang atau belum mengalami
peningkatan kemampuan, dioptimalkan dalam melakukan tindakan
agar diperoleh hasil yang maksimal.
c. Implementasi Tindakan
Tahapan ini, merupakan salah satu kegiatan dalam mengatasi
permasalahan yang diteliti. Implementasi tindakan disesuaikan dengan
rencana yang telah disusun.
d. Pengamatan
Pengamatan berlangsung pada saat proses tindakan dilaksanakan
dalam kegiatan belajar mengajar.
e. Refleksi
Dari hasil evaluasi yang diperoleh dilakukan tindakan refleksi untuk
mengetahui keberhasilan tindakan yang telah dilakukan dan untuk
menentukan langkah penelitian selanjutnya.
3. Tahap pelaksanaan Tindakan
a. Siklus I
1) Tahap Perencanaan Tindakan
a) Mengadakan pre test
b) Pengumpulan data diri anak yang kemampuan membaca huruf
hijaiyahnya kurang berdasarkan hasil pre test.
c) Mengidentifikasi masalah yang dihadapi siswa dan
menyelesaikannya.
d) Menentukan program pengajaran yang tepat yakni
menggunakan metode Al-barqy.
2) Tahap Pelaksanaan Tindakan
a) Peneliti mengajar di kelas dengan menggunakan metode Al-
barqy.
b) Siswa belajar dalam situasi pembelajaran dengan menggunakan
metode Al-barqy.
c) Memantau perkembangan kemampuan membaca huruf hijaiyah
anak.
3) Tahap Observasi
Peneliti dan guru mengawasi dan membantu siswa jika mengalami
kesulitan selama proses pembelajaran.
4) Tahap Refleksi
a) Mengadakan post test
b) Peneliti mengadakan refleksi dan mengevaluasi dari kegiatan
pelaksanaan tindakan.
b. Suklus II
1) Tahap Perencanaan Tindakan
a) Mencatat data anak yang masih mengalami masalah dan yang
akan ditingkatkan kemampuan membaca huruf hijaiyah.
b) Menemukenali masalah yang dialami anak.
c) Menyusun rencana tindakan yang baru.
2) Tahap Pelaksanaan Tindakan
a) Guru menerapkan pembelajaran dengan menggunakan metode
Al-barqy dengan modifikasi pada media atau alat peraga.
b) Siswa belajar dalam pembelajaran yang menggunakan metode
Al-barqy.
c) Memantau dan mengawasi anak yang mengalami kesulitan
dalam proses pembelajaran.
3) Tahap Observasi
a) Peneliti dan guru mengamati proses belajar mengajar yang
sedang berlangsung.
b) Peneliti dan guru membantu siswa yang mengalami kesulitan
dalam proses pembelajaran.
4) Tahap Refleksi
a) Mengadakan post test.
b) Mengadakan refleksi dan mengevaluasi hasil kegiatan
pelaksanaan tindakan.
4. Tahap Analisis
Pada tahap ini dilakukan analisis data hasil test membaca huruf hijaiyah
yang kemudian disimpulkan sebagai akhir dari kegiatan penelitian. Penelitian ini
menggunakan analisis secara kualitatif deskriptif dan kuantitatif komparatif.
5. Tahap Penyusunan Laporan
Tahap ini adalah tahap akhir penelitian dengan menyusun laporan hasil
penelitian, sehingga menjadi bentuk yang sistematis.
H. Indikator Ketercapaian
Pada siklus terakhir sekurang-kurangnya siswa kelas VIII SLB B
YRTRW Surakarta Tahun Ajaran 2009 / 2010 dapat mencapai :
Tabel. 3. Indikator Ketercapaian.
No Indikator Ketercapaian Keterangan
1 Keaktifan siswa dalam
pembelajaran
4 dari 5 siswa Diamati ketika proses belajar
mengajar sedang berlangsung
dengan lembar observasi
siswa, dihitung dari jumlah
siswa yang mendapatkan skor
minimal 31.
2 Ketuntasan belajar 4 dari 5 siswa Dihitung dari jumlah siswa
yang mampu mendapatkan
nilai 60 ke atas.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Kondisi Awal
Kemampuan awal siswa diperoleh dari hasil observasi, pre test dan hasil
wawancara dengan guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam kelas VIII SMP.
Berikut ini adalah hasil pre test kemampuan membaca huruf hijaiyah siswa kelas
VIII SLB B YRTRW Surakarta Tahun Ajaran 2009 / 2010 Semester Genap.
Tabel. 4. Kemampuan Awal Membaca Huruf Hijaiyah Siswa Kelas VIII SLB B YRTRW Surakarta Tahun Ajaran 2009 / 2010 Semester Genap
Nama
Siswa
Nilai Tes
Tertulis
Nilai Tes
Lisan
Nilai akhir
Md 55 55 55
Ed 55 55 55
Dn 50 40 45
Rz 45 45 45
Vt 55 35 45
Dari tabel 4 di atas, terdapat 3 siswa yang mendapat nilai 45 atau sebesar
60% dari jumlah siswa secara keseluruhan dan 2 siswa mendapat nilai 55 atau
sebesar 40% dari 5 siswa secara keseluruhan. Apabila ditinjau dari KKM
(Kriteria Ketuntasan Minimal) yang telah ditetapkan untuk mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam di SLB B YRTRW Surakarta yaitu ≥ 60, belum ada dari
ke 5 siswa tersebut yang mencapai ketuntasan. Jadi dapat disimpulkan bahwa
kemampuan awal siswa dalam membaca huruf hijaiyah adalah 0%.
Observasi awal penelitian ini mengamati kemampuan siswa dalam
membaca huruf hijaiyah dan melakukan observasi terhadap keaktifan siswa dalam
mengikuti pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Dalam tahap observasi ini,
peneliti menggunakan sistem observasi non partisipan. Peneliti tidak terlibat
secara langsung dalam kegiatan belajar mengajar serta mengusahakan sebisa
mungkin untuk tidak mempengaruhi proses kegiatan belajar mengajar pada hari
itu. Hasil observasi terhadap keaktifan siswa dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel. 5. Hasil Observasi Kondisi Awal Keaktifan Siswa
Dari hasil observasi terhadap keaktifan siswa dalam pembelajaran
Pendidikan Agama Islam pada tanggal 8 Maret 2010, terdapat 1 siswa dalam
kategori aktif dan terdapat 4 siswa dalam kategori. Secara garis besar observasi
mencakup aspek perhatian terhadap penjelasan dan perintah guru serta aktifitas
siswa dalam proses belajar. Observasi sejak pelajaran dimulai sampai pelajaran
berakhir. Peneliti juga melakukan observasi keterlibatan siswa dalam kegiatan
pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Perubahan dilihat setiap 15 menit. Jumlah
siswa yang terlibat dalam pembelajaran berdasarkan waktu pelaksanaan dapat
dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel. 6. Tabel Keterlibatan Siswa dalam Kegiatan Pembelajaran Berdasarkan
Waktu Pelaksanaan
Nama Kondisi awal Kategori
Md 30 Kurang aktif
Ed 33 Aktif
Dn 24 Kurang aktif
Rz 25 Kurang aktif
Vt 26 Kurang aktif
15 menit ke Aspek yang diamati
1 2 3 4 5 6
Jumlah Rata-rata
1. Fokus pada pembelajaran 3 5 3 3 2 2 18 3 siswa/15 menit
2. Bertanya 1 1 1 1 1 1 6 1 siswa/15 menit
3. Menjawab 1 1 1 1 1 1 6 1orang/15menit
4. Presentasi 0 0 0 0 0 0 0 0 siswa/ 15menit
5. Mengikuti pelajaran dari awal
sampai akhir
5 5 5 5 5 5 30 5 siswa/15 menit
6. Mengerjakan tugas yang
diberikan guru
3 2 3 1 1 3 12 2 siswa/15 menit
7. Membantu teman dalam
kesulitan
1 2 0 0 1 2 6 1 siswa/15 menit
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa setiap 15 menit hanya terdapat 3
siswa yang fokus pada pembelajaran. Sedangkan dalam kegiatan bertanya hanya 1
siswa yang bertanya pada proses pembelajaran. 1 siswa menjawab pertanyaan
guru dan membantu teman yang mengalami kesulitan. Pada proses pembelajaran
tersebut tidak terdapat kegiatan presentasi yang dilakukan siswa atau sebesar 0 %.
Sedangkan dalam mengikuti pembelajaran dari awal sampai akhir sebesar 100%
siswa melakukannya. Sebesar 40% atau 2 siswa yang mengerjakan tugas dari
guru. Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa keterlibatan siswa dalam
pembelajaran masih kurang. Karena hanya dalam mengikuti pembelajaran dari
awal sampai akhir saja yang mencapai 100% atau sejumlah 5 siswa dan aspek lain
rata-rata masih di bawah 50% atau kurang dari 3 siswa yang terlibat dalam
pembelajaran.
B. Deskripsi Hasil Penelitian
1. Siklus I
Proses penelitian ini dilakukan dalam dua siklus yang masing-masing
terdiri dari empat tahapan yaitu : perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi
dan refleksi. Adapun pelaksanaan dan hasil penelitian pada siklus I adalah sebagai
berikut:
a. Perencanaan Tindakan I
Kegiatan perencanaan ini dilaksanakan pada hari Selasa 2 Maret 2010 di
ruang kelas I SLB B YRTRW Surakarta. Kegiatan perencanaan tersebut
merupakan tindak lanjut dari diskusi sebelumnya yang dilakukan peneliti dengan
guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam saat peneliti melaksanakan PPL
(Program Pengalaman Lapangan) di sekolah tersebut. Dalam kegiatan perencanan
tersebut peneliti dan guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam mendiskusikan
rancangan tindakan yang akan dilakukan dalam proses penelitian. Dari hasil
pengidentifikasian dan penetapan masalah, peneliti kemudian mengajukan solusi
alternatif berupa metode pembelajaran huruf hijaiyah yaitu penggunaan metode
Al-barqy. Peneliti menyajikan data yang telah dikumpulkan kemudian bersama-
sama dengan guru menentukan langkah-langkah yang akan ditempuh.
Tahap perencanaan tindakan I meliputi kegiatan sebagai berikut:
1) Peneliti dan guru mendiskusikan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)
dengan materi membaca huruf hijayah beserta harakatnya.
2) Peneliti memberikan panjelasan kepada guru mengenai metode Al-barqy agar
terjadi kesamaan persepsi. Kemudian peneliti dan guru mendiskusikan
langkah-langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan pada tahap tindakan I.
a) Langkah-langkah pembelajaran pertemuan pertama :
(1) Peneliti memimpin berdoa, mengucapkan salam kepada anak,
mempresensi siswa dan menyiapkan siswa.
(2) Peneliti menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan berdasarkan
standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator pada mata
pelajaran Pendidiksn Agama Islam.
(3) Peneliti melakukan apersepsi dengan menunjukkan kartu huruf أ dan
meminta siswa untuk membaca huruf tersebut.
(4) Peneliti mengucapkan kata lembaga dalam metode Al-Barqy murid
menirukan sampai hafal.
(5) Peneliti meminta siswa satu persatu untuk membaca kata lembaga
yang telah dihafal tersebut dengan cara menunjuk huruf tersebut
dengan tidak teratur.
(6) Peneliti mengajarkan huruf hijaiyah yang belum termasuk dalam kata
lembaga dengan mendekatkan huruf –huruf tersebut dengan huruf
yang berdekatan bunyinya pada huruf dalam kata lembaga. Misalnya
.د didekatkan dengan ذ
(7) Peneliti meminta siswa untuk membaca huruf hijaiyah secara
berulang-ulang.
(8) Peneliti menyuruh siswa untuk membaca kata yang ditunjuk guru di
papan tulis.
(9) Peneliti menggabungkan satu huruf dengan huruf lain, siswa disuruh
membacanya.
(10) Peneliti menyuruh siswa untuk menyebutkan huruf hijaiyah yang
telah dipelajari.
b) Langkah-langkah pembelajaran pertemuan kedua :
(1) Peneliti memimpin berdoa, mengucapkan salam kepada anak,
mempresensi siswa dan menyiapkan siswa.
(2) Peneliti menunjukkan kartu huruf أ dan ب dan meminta siswa untuk
menunjukkan huruf yang berbunyi ba.
(3) Peneliti mengucapkan kata lembaga yang dihafal anak dengan
mengganti vokal a menjadi i dan u.
Adaraja – mahakaya – katawana – samalaba
Idiriji – mihikiyi - kitiwini - similibi
Uduruju – muhukuyu - kutuwunu - sumulubu
(4) Peneliti mengucapkan tiap kata lembaga dan mengganti vokal a
dengan vokal i dan u. Adaraja - idiriji - uduruju
(5) Peneliti mengucapkan tiap huruf kata lembaga dengan vokal a, i
dan u. a – i – u, da- di – du, ra – ri- ru, ja- ji- ju dan seterusnya
(6) Peneliti mengenalkan harakat tanwin kepada siswa.
(7) Siswa diminta untuk membaca huruf yang ditunjuk oleh peneliti
pada buku kerja siswa.
c) Langkah-langkah pembelajaran pertemuan ketiga :
(1) Peneliti memimpin berdoa, mengucapkan salam kepada anak,
mempresensi siswa dan menyiapkan siswa.
(2) Peneliti bertanya kepada siswa mengenai materi pada pertemuan
sebelumnya.
(3) Peneliti meminta siswa untuk membaca huruf hijaiyah yang telah
dihafal.
(4) Peneliti mengenalkan tanda sukun kepada siswa dengan memberikan
contoh bacaan yang berharakat sukun.
(5) Peneliti mengenalkan harakat tasydid dengan memberikan contoh
bacaan yang berharakat tasydid.
(6) Siswa diminta membaca huruf yang ditunjuk oleh peneliti pada
buku kerja siswa.
3) Peneliti menyiapkan sumber dan sarana yang dipakai saat pembelajaran yaitu,
buku kerja siswa, alat peraga berupa gambar huruf hijaiyah, lembar observasi,
dan alat tulis.
b. Pelaksanaan Tindakan I
Siklus I terdiri dari tiga pertemuan yaitu pada tanggal 10, 15 dan 17
Maret 2010. Dalam tahap ini dilakukan tindakan sesuai dengan rencana yang
telah ditetapkan.
1) Tindakan I Pertemuan Pertama
Pelaksanaan tindakan I pertemuan pertama adalah pada tanggal 10 Maret
2010. Tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pelaksanakan
pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan kompetensi dasar membaca huruf
Al-Qur’an. Penelitian ini mengambil materi huruf hijaiyah beserta dengan
harakatnya. Peneliti berkolaborasi dengan guru, sehingga antara peneliti dan guru
memiliki tugas masing-masing.
Peneliti melaksanakan pembelajaran membaca huruf hijaiyah dengan
menggunakan metode Al-barqy di kelas. Peneliti juga melakukan observasi
terhadap keaktifan siswa saat pembelajaran berlangsung. Guru berperan dalam
melakukan observasi terhadap kemampuan peneliti dalam menjelaskan dan
mengelola kelas serta membantu peneliti ketika mengalami kesulitan dalam
melaksanakan pembelajaran.
Pada tahap pertama peneliti melakukan apersepsi dengan melihatkan
kartu huruf alif kepada siswa. Kemudian siswa diminta untuk membaca huruf
tersebut. Langkah selanjutnya peneliti mengenalkan huruf hijaiyah dengan kata
lembaga dalam bentuk transliterasi bahasa Indonesia. Kata lembaga tersebut
adalah ada raja-maha kaya-kata wana-sama laba. Sedangkan dalam pengenalan
huruf hijaiyah yang tidak terdapat pada kata lembaga, peneliti mendekatkan
huruf-huruf tersebut pada huruf yang terdapat pada kata lembaga yang memiliki
bunyi yang sama.
2) Tindakan I Pertemuan Kedua
Tindakan I pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Senin tanggal 15
Maret 2010. Pertemuan ini merupakan lanjutan dari pertemuan pertama. Pada
pertemuan kedua ini difokuskan pada materi huruf hijaiyah dengan harakat fathah,
kasrah, dhammah dan tanwin.
Sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah
dibuat, peneliti mengadakan apersepsi terlebih dahulu terhadap siswa. Peneliti
menunjukkan dua huruf hijaiyah dan meminta siswa untuk menunjuk huruf ba
dari salah satu huruf tersebut. Kemudian peneliti mengulang sekilas mengenai
kata lembaga yang telah dikenalkan siswa pada pertemuan sebelumnya. Pada
pertemuan kedua ini peneliti mengenalkan harakat fathah, kasrah, dhammah, dan
tanwin. Pertama peneliti mengucapkan kata lembaga yang dihafal anak dengan
mengganti vokal a menjadi i dan u. Siswa diminta menirukan dan menghafalkan
kata tersebut. adapun kata lembaga tersebut adalah sebagai berikut:
Adaraja – mahakaya – katawana – samalaba
Idiriji – mihikiyi - kitiwini - similibi
Uduruju – muhukuyu - kutuwunu - sumulubu
Langkah yang kedua mengganti vokal a dengan vokal i dan u pada tiap
kata lembaga dan memecahnya lagi pada tiap hurufnya. Setelah itu, siswa diminta
untuk membaca huruf berharakat fathah, kasrah, dhammah dan tanwin yang
terdapat pada buku kerja siswa. Selanjutnya peneliti mengenalkan harakat tanwin
kepada siswa. Siswa diminta untuk memperhatikan bacaan-bacaan tanwin yang
terdapat dibuku kerja anak. Setelah itu, anak mendapat giliran untuk maju ke
depan membaca bacaan-bacaan tanwin tersebut.
3) Tindakan I Pertemuan Ketiga
Tindakan I pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 17
Maret 2010. Pertemuan ini merupakan rangkaian dari pertemuan pertama dan
pertemuan kedua. Fokus pertemuan ketiga ini adalah pada materi harakat sukun
dan tasydid. Sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah
dibuat, peneliti membangkitkan ingatan siswa dengan menanyakan materi yang
telah disampaikan pada pertemuan sebelumnya. Peneliti menanyakan kembali
harakat tanwin kepada siswa. Setelah itu, peneliti meminta siswa untuk membaca
kembali huruf hijaiyah yang telah dihafal. Kemudian peneliti mengenalkan tanda
sukun kepada siswa dengan memberikan contoh-contoh bacaan sukun dan
mengajarkan kepada siswa cara membacanya. Selanjutnya peneliti mengenalkan
harakat tasydid dengan memberikan contoh bacaan yang berharakat tasydid.
Siswa diminta membedakan bacaan sukun dan tasydid pada kolom bacaan huruf
hijaiyah yang telah dibuat peneliti dengan membacanya di depan kelas.
a) Hasil Tes Membaca Huruf Hijaiyah Siklus I
Berikut ini adalah hasil tes kemampuan membaca huruf hijaiyah yang
terdiri dari dua tes yaitu tes tertulis dan tes lisan. Hasilnya tertuang dalam tabel 7
di bawah ini:
Tabel. 7 . Hasil Tes Membaca Huruf Hijaiyah Siklus I
Pada tabel 7 di atas menunjukkan bahwa siswa dengan kategori baik
dalam membaca huruf hijaiyah ada 4 siswa dari 5 siswa secara keseluruhan atau
sebesar 80%. Kategori cukup terdapat 1 siswa dari 5 siswa secara keseluruhan
atau sebesar 20%. Jika ditinjau dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk
Nama Nilai Tes Tertulis
Nilai Tes lisan
Nilai Akhir
Kategori
Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) Md 90 75 82,5 Baik Tuntas Ed 80 55 67,5 Cukup Tuntas Dn 80 70 75 Baik Tuntas Rz 70 70 70 Baik Tuntas Vt 90 70 80 Baik Tuntas Persentase
tuntas belajar 100%
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SLB B YRTRW Surakarta, siswa yang
mencapai nilai ≥ 60 atau tuntas dari KKM ada 5 siswa atau sebesar 100 %. Jadi
dapat disimpulkan bahwa pada pelaksanaan tindakan siklus I ini, terjadi
peningkatan kemampuan membaca huruf hijaiyah sebesar 100%. Selain dilakukan
tes kemampuan membaca huruf hijaiyah, peneliti juga melakukan pengamatan
terhadap kemampuan siswa. Hasil pengamatan kemampuan siswa dapat dilihat
dalam tabel berikut ini :
Tabel. 8. Tabel Hasil Pengamatan Kemampuan Membaca Huruf Hijaiyah siklus I
Nama Siswa Aspek
kemampuan
Kemampuan murid
Md Ed Dn Rz Vt
a. Lancar, cepat, tepat ü - - - ü 1.Mengenal
bentuk huruf b. Cepat, tidak tepat - - - - -
b) Hasil Observasi Keaktifan Siswa
Berdasarkan observasi peneliti pada pelaksanaan tindakan siklus I, dengan
pengamatan terhadap keaktifan siswa saat pembelajaran Pendidikan Agama Ialam
melalui lembar observasi diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel. 9. Hasil Observasi Keaktifan Siswa Siklus I
Nama Nilai siklus I Kategori
Md 31 Aktif
Ed 33 Aktif
Dn 27 Kurang aktif
Rz 28 Kurang aktif
Vt 28 Kurang aktif
Pada tabel 9 di atas, menunjukkan bahwa siswa dengan kategori aktif
dalam belajar membaca huruf hijaiyah sebanyak 2 siswa dari 5 siswa secara
keseluruhan atau sebesar 40%. Sedangkan 3 siswa yang lain dalam kategori
c. Lamban, tepat - ü ü ü -
d. lambat, salah - - - - -
a. Cepat ü ü - - ü 2.Menggerakka
n mata b. Lambat - - - ü -
a. Tepat ü ü ü - ü 3.
Mengucapkan
huruf
b. Tidak tepat - - - ü -
a. Tepat ü ü ü - ü 4.Intonasi
b. Tidak tepat - - - ü -
a. Tepat ü ü ü ü ü 5.Membaca
huruf b. Tidak Tepat - - - -
kurang aktif atau sebesar 60%. Terjadi peningkatan keaktifan pada pelaksanaan
tindakan siklus I ini jika dibandingkan dengan kondisi awal yang baru mencapai
1 siswa dari 5 siswa secara keseluruhan dalam kategori aktif atau sebesar 20%.
Jadi ada peningkatan sebesar 20% dibandingkan dari kondisi awal. Sedangkan
berikut ini adalah keterlibatan siswa dalam pembelajaran berdasarkan waktu
pelaksanaannya.
Tabel. 10. Keterlibatan Siswa dalam Kegiatan Pembelajaran Berdasarkan Waktu Pelaksanaan
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa setiap 15 menit hanya terdapat 4
siswa yang fokus pada pembelajaran atau sebesar 80% dan hanya 1 siswa lainnya
tidak memperhatikan pembelajaran yang sedang berlangsung. Sedangkan dalam
kegiatan bertanya terdapat 2 siswa atau sebesar 40% yang bertanya pada proses
pembelajaran. Hal ini terjadi peningkatan pada tindakan 1 sebesar 20%. 3 siswa
atau sebesar 60% yang menjawab pertanyaan guru dan membantu teman yang
mengalami kesulitan. Pada proses pembelajaran tersebut presentasi yang
dilakukan siswa atau sebesar 20 % saja atau hanya ada 1 siswa yang melakukan
presentasi dalam kurun waktu 15 menit. Sedangkan dalam mengikuti
15 menit ke Aspek yang diamati
1 2 3 4 5 6
Jumlah Rata-rata
1. Fokus pada pembelajaran 4 5 3 3 4 5 24 4 siswa/15 menit
2. Bertanya 1 2 1 3 1 3 11 2 siswa/15 menit
3. Menjawab 4 3 1 3 5 2 18 3 siswa/15
menit
4. Presentasi 0 1 2 1 2 0 6 1 siswa/ 15
menit
5. Mengikuti pelajaran dari
awal sampai akhir
5 5 5 5 5 5 30 5 siswa/15 menit
6. Mengerjakan tugas yang
diberikan guru
3 5 4 5 5 4 25 4 siswa/15 menit
7. Membantu teman dalam
kesulitan
3 2 4 3 2 2 16 3 siswa/15 menit
pembelajaran dari awal sampai akhir sebesar 100% siswa melakukannya. Sebesar
80% atau hanya 4 siswa yang mengerjakan tugas dari guru. Dari tabel tersebut
dapat disimpulkan bahwa keterlibatan siswa dalam pembelajaran dapat
dikategorikan aktif. Karena dalam mengikuti pembelajaran keterlibatan siswa
rata-rata di atas 50% pada tiap aspeknya. Hanya dua aspek saja yang masih di
bawah 50%. Dari 7 aspek yang diamati terdapat 5 aspek yang telah melibatkan
siswanya di atas 50% dari 5 siswa secara keseluruhan. Jadi dapat dikatakan bahwa
71, 428 % siswa telah terlibat dalam pembelajaran dalam kurun waktu 15 menit.
c. Observasi
Tahap observasi siklus I dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan
tindakan I yaitu pada tanggal 10, 15 dan 17 Maret 2010. Pada saat pembelajaran
Pendidikan Agama Islam berlangsung peneliti sebagai partisipan aktif mengamati
kegiatan belajar mengajar dari awal sampai akhir dan mencatat hasil siklus I di
dalam kelas. Peneliti berperan sebagai partisipan aktif, karena peneliti terlibat
langsung dalam kegiatan yang dilakukan oleh anak dalam kegiatan belajar
mengajar yaitu bertindak sebagai guru. Pertemuan pertama dilaksanakan pada
hari Senin tanggal 10 Maret 2010 dan berlangsung selama 2x45 menit. Kegiatan
pembelajaran berlangsung pada pukul 09.30-11.00 WIB. Peneliti mengawali
pembelajaran dengan memimpin berdo’a kemudian mengucapkan salam kepada
siswa. Selanjutnya peneliti mempresensi siswa dan memberikan pertanyaan
pancingan yang mengarah ke pelajaran dengan menunjukkan huruf alif kepada
siswa dan meminta siswa untuk membaca huruf tersebut.
Dalam melaksanakan penelitian, peneliti berkolaborasi dengan guru
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Sehingga antara peneliti dan guru
memiliki peran masing-masing dan saling bekerjasama satu sama lain. Peneliti
melaksanakan pembelajaran membaca huruf hijaiyah dengan menggunakan
metode Al-barqy. Selain itu, peneliti juga melakukan observasi terhadap keaktifan
siswa saat pembelajaran berlangsung. Sedangkan guru berperan dalam melakukan
observasi terhadap kemampuan peneliti dalam menjelaskan dan mengelola kelas
serta membantu peneliti ketika mengalami kesulitan dalam pembelajaran.
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap pembelajaran membaca huruf
hijaiyah pada tindakan 1, diperoleh hasil sebagai berikut:
1) Ketuntasan belajar mencapai 100% yaitu sebanyak 5 siswa.
2) Siswa yang aktif selama kegiatan belajar mengajar sebanyak 2 siswa dari 5
siswa secara keseluruhan.
3) Siswa yang kurang aktif dalam kegiatan belajar mengajar berjumlah 3
siswa dari 5 siswa secara keseluruhan.
4) Peneliti sebagai guru dalam kemampuan menjelaskan mendapat kategori
baik dengan skor 52 dari skor maksimal 60.
5) Peneliti sebagai guru dalam kemampuan mengelola kelas mendapat
kategori cukup dengan skor 57 dari skor maksimal 80.
d. Analisis dan Refleksi
Pada tahap analisis dan refleksi ini, peneliti bersama dengan guru mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam mengadakan diskusi terkait pelaksanaan
tindakan 1. Analisis yang dimaksud adalah terhadap hasil observasi, serta hasil
pekerjaan siswa. Secara umum terdapat beberapa kelemahan yang terjadi saat
proses belajar mengajar yaitu:
1) Peneliti belum mampu nenciptakan suasana belajar yang menyenangkan
bagi siswa.
2) Peneliti terlalu cepat dalam memberikan penjelasan. Sehingga siswa masih
mengalami kesulitan dalam memahami materi.
3) Kegiatan pembelajaran masih bersifat satu arah dari pihak peneliti.
Sedangkan siswa masih bertindak sebagai penerima materi saja.
4) Siswa masih merasa takut dan ragu-ragu dalam membaca huruf hijaiyah.
Berdasarkan hasil tes membaca huruf hijaiyah pada siklus I, semua siswa
telah mencapai ketuntasan yaitu sebanyak 5 siswa yang mendapatkkan nilai diatas
60 atau sebesar 100%. Sedangkan siswa yang aktif dalam pembelajaran ada 2
siswa dari keseluruhan 5 siswa atau sebesar 40%. Jadi, jika ditinjau dari indikator
ketercapaian yang telah ditentukan yaitu sebanyak 4 dari 5 siswa secara
keseluruhan siswa mendapat nilai ≥ 60 dan 4 dari 5 siswa aktif dalam
pembelajaran, maka pada siklus 1 ini, berhasil mencapai 1 indikator ketercapaian
dan belum berhasil mencapai 1 indikator ketercapaian lain yaitu keaktifan siswa
dalam pembelajaran. Untuk itu, akan diadakan siklus 2 dengan refleksi sebagai
berikut:
1) Agar siswa lebih antusias, sungguh-sungguh, dan senang dalam mengikuti
pembelajaran, peneliti dan guru menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan dan lebih santai dengan memasukkan permainan edukasi
pada siswa.
2) Peneliti memberikan penjelasan kepada siswa secara jelas dan perlahan
dengan disertai bahasa isyarat.
3) Kegiatan pembelajaran dipusatkan pada siswa dengan memperbanyak
intensitas siswa dalam presentasi. Agar rasa takut siswa terhadap materi
huruf hijaiyah berkurang.
4) Siswa diminta menjadi tutor sebaya agar tingkat penguasaan terhadap
materi pembelajaran meningkat.
5) Pemberian reward dan punishment kepada siswa agar lebih semangat
dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
2. Siklus II
a. Perencanaan Tindakan Siklus II
Kegiatan perencanaan ini dimulai pada hari Kamis 25 Maret 2010.
Perencanan ini berdasar pada refleksi dari siklus1, sehingga diharapkan segala
kekurangan dapat dihindari dalam pelaksanaan siklus II. Hasil kegiatan dan data
yang diperoleh pada siklus I, dijadikan solusi oleh guru dan peneliti dalam
menunjang pelaksanaan tindakan siklus II. Adapun kegiatan perencanaan
tindakan pada siklus II mencakup langkah-langkah sebagai berikut:
1) Peneliti dan guru menyusun RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)
dengan Kompetensi Dasar membaca huruf Al-Qur’an.
2) Peneliti dan guru kolaborator secara bersama-sama mendiskusikan langkah-
langkah kegiatan belajar mengajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
dengan materi Huruf hijaiyah beserta harakatnya dengan menggunakan
metode Al-barqy dengan rincian sebagai berikut:
a) Langkah-langkah pada pertemuan pertama
(1) Peneliti memimpin berdo’a dan memberi salam pada siswa,
menanyakan kabar dan menyiapkan siswa.
(2) Peneliti menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan berdasarkan
standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator pada mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam dengan materi huruf hijaiyah.
(3) Peneliti memberikan pertanyaan pancingan dengan menanyakan kata
lembaga yang telah dihafal anak pada pertemuan sebelumnya.
(4) Peneliti membagikan materi pelajaran yang akan dibahas pada
pertemuan ini.
(5) Peneliti memberikan permainan dan menghukum siswa yang salah
untuk mempresentasikan materi huruf hijaiyah dengan tanda baca
fathah, kasrah dan dhammmah secara bergantian. Peneliti memberikan
pujian kepada siswa yang dapat melakukan permainan dengan benar.
(6) Peneliti meminta siswa untuk membaca kembali bacaan huruf hijaiyah
yang telah diberikan peneliti. Dan siswa diminta saling membantu.
(7) Peneliti memberikan penekanan kembali serta membantu kesulitan
yang dihadapi siswa.
(8) Peneliti dan siswa bersama-sama membaca bacaan huruf hijaiyah.
b) Langkah-langkah pada pertemuan kedua
(1) Peneliti memimpin berdo’a dan memberi salam pada siswa,
menanyakan kabar dan menyiapkan siswa.
(2) Peneliti menyegarkan suasana pembelajaran dengan memberikan
permainan yang telah diberikan pada pertemuan sebelumnya.
(3) Peneliti membagikan materi yang akan dipelajari kepada siswa.
(4) Peneliti membacakan kata lembaga huruf hijaiyah yang berharakat
tanwin.
(5) Siswa diminta mempresentasikan materi yang berharakat sukun dan
tasydid secara bergantian.
(6) Siswa diminta untuk membaca dan membedakan cara membaca huruf
hijaiyah yang berharakat sukun dan tanwin.
(7) Peneliti memberikan penekanan dan membenarkan kesalahan yang
dilakukan siswa.
3) Guru dan peneliti mempersiapkan peralatan dan perlengkapan yang akan
digunakan selama pelaksanaan tindakan.
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus II
Seperti yang tertera pada pelaksanaan tindakan siklus I, dalam siklus II
peneliti juga menyampaikan materi huruf hijaiyah dalam mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam. Siklus II terdiri dari dua pertemuan yaitu pada tanggal
29 Maret dan 2 April 2010. Dalam tahap ini dilakukan tindakan sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan. Adapun siklus II ini adalah pemantapan dari siklus
I. Pelaksanaan tindakan II dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Tindakan II Pertemuan Pertama
Pelaksanaan tindakan II pertemuan pertama adalah pada tanggal 29
Maret 2010. Tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pelaksanakan
pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan Kompetensi Dasar membaca huruf
Al-Qur’an. Penelitian ini mengambil materi huruf hijaiyah beserta dengan
harakatnya. Peneliti berkolaborasi dengan guru, sehingga antara peneliti dan guru
memiliki peran masing-masing di dalam penelitian. Peneliti melaksanakan
pembelajaran membaca huruf hijaiyah dengan menggunakan metode Al-barqy
dikelas. Peneliti juga melakukan observasi terhadap keaktifan siswa saat
pembelajaran berlangsung. Guru berperan dalam melakukan observasi terhadap
kemampuan peneliti dalam menjelaskan dan mengelola kelas serta membantu
peneliti ketika mengalami kesulitan dalam melaksanakan pembelajaran. Pada
prinsipnya pelaksanaan tindakan II tidak jauh berbeda dengan tindakan I, hanya
langkah-langkah pembelajarannya yang mengalami perubahan.
Peneliti memimpin berdo’a dan memberi salam pada siswa serta
menanyakan kabar dan menyiapkan siswa fokus pada pelajaran. Kemudian
peneliti menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan berdasarkan standar
kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator pada mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam dengan materi huruf hijaiyah. Selanjutnya peneliti melakukan
apersepsi dengan memberikan pertanyaan pancingan yaitu bertanya mengenai
kata lembaga yang telah dihafal anak pada pertemuan sebelumnya. Langkah
selanjutnya peneliti membagikan materi pelajaran yang akan dibahas. Untuk
mencairkan suasana dan menghindari kejenuhan peneliti memberikan permainan.
Bagi siswa yang melakukan kesalahan, peneliti memberikan hukuman dengan
meminta siswa mempresentasikan materi huruf hijaiyah dengan tanda baca fathah,
kasrah dan dhammmah secara bergantian. Peneliti memberikan pujian kepada
siswa yang dapat melakukan permainan dengan benar. Selanjutnya peneliti
meminta siswa untuk membaca kembali bacaan huruf hijaiyah yang telah
diberikan peneliti. Dan siswa diminta saling membantu. Sebagai penutup peneliti
memberikan penekanan kembali serta membantu kesulitan yang dihadapi siswa.
Peneliti dan siswa bersama-sama membaca bacaan huruf hijaiyah.
2) Tindakan II Pertemuan Kedua
Tindakan II pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Senin tanggal 2
April 2010. Pertemuan ini merupakan lanjutan dari pertemuan pertama. Pada
pertemuan kedua ini difokuskan pada materi huruf hijaiyah dengan harakat
tanwin, sukun dan tasydid. Sesuai dengan RPP yang telah dibuat, kegiatan
pembelajaran diawali dengan berdo’a. Selanjutnya peneliti memberi salam pada
siswa, menanyakan kabar, dan menyiapkan siswa. Peneliti menyegarkan suasana
pembelajaran dengan memberikan permainan yang telah diberikan pada
pertemuan sebelumnya.
Setelah itu peneliti membagikan materi yang akan dipelajari kepada
siswa. Peneliti lalu menjelaskan materi dengan membacakan kata lembaga huruf
hijaiyah yang berharakat tanwin. Dan siswa mendapat giliran untuk
mempresentasikan materi yang berharakat sukun dan tasydid secara bergantian.
Siswa diminta untuk membaca dan membedakan cara membaca huruf hijaiyah
yang berharakat tanwin, sukun dan tasydid. Peneliti memberikan penekanan dan
membenarkan kesalahan yang dilakukan siswa.
a) Hasil Tes Membaca Huruf Hijaiyah Siklus II
Hasil tindakan II ini diperoleh dari tes kemampuan membaca huruf
hijaiyah yang terdiri dari dua tes yaitu tes tertulis dan tes lisan. Hasilnya tertuang
dalam tabel 11 berikut ini:
Tabel.11. Hasil Tes Membaca Huruf Hijaiyah Siklus II
Nilai Tes
Tertulis
Nama Nilai Tes
Lisan
Nilai
Akhir
Kategori Kriteria
Ketuntasa
n Minimal
(KKM)
90 Md 90 90 Sangat baik Tuntas
90 Ed 85 87,5 Sangat Baik Tuntas
80 Dn 75 77,5 Baik Tuntas
80 Rz 80 80 Baik Tuntas
Pada tabel 11 di atas menunjukkan bahwa siswa dengan kategori baik
dalam membaca huruf hijaiyah ada 2 siswa dari 5 siswa secara keseluruhan atau
sebesar 40%, siswa dalam kategori sangat baik terdapat 3 siswa dari 5 siswa
secara keseluruhan atau sebesar 60%. Apabila ditinjau dari Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SLB B
YRTRW Surakarta, siswa yang mencapai nilai ≥ 60 atau tuntas dari KKM ada 5
siswa atau sebesar 100 %. Jadi dapat disimpulkan bahwa pada pelaksanaan
tindakan siklus II ini persentase ketuntasan belajar mencapai 100%. Pada siklus II
ini kemampuan membaca huruf hijaiyah juga mengalami peningkatan. Pada siklus
I terdapat 1 siswa dalam kategori cukup dalam kemampuan membaca huruf
hijiayahnnya. Dan pada siklus kedua ini tidak terdapat siswa dalam kategori
cukup bahkan terdapat 2 siswa yang termasuk dalam kategori sangat baik. Nilai
pos test tindakan II ini, semua siswa mendapat nilai di atas 75. Rata-rata kelas
mencapai 84,5 atau naik sebesar 12,67% apabila dibandingkan dengan rata-rata
kelas pada tindakan I yang hanya mencapai nilai 75. Selain dilakukan tes
kemampuan membaca huruf hijaiyah, peneliti juga melakukan pengamatan
terhadap kemampuan siswa. Hasil pengamatan kemampuan siswa dapat dilihat
dalam tabel berikut ini:
Tabel. 12. Tabel Hasil Pengamatan Kemampuan MembacHuruf Hijaiyah Siklus
90 Vt 85 87,5 Sangat Baik Tuntas
Persentase tuntas
belajar
100%
II
b) Hasil Observasi Keaktifan Siswa
Peneliti juga melakukan observasi terhadap keaktifan siswa saat
pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada pelaksanaan tindakan siklus II.
Pengamatan dilakukan dengan lembar observasi yang telah disiapkan. Peneliti
menemukan hasil sebagai berikut :
Tabel. 13. Hasil Observasi Keaktifan Siswa Siklus II
Nama Siswa Aspek
kemampuan
Kemampuan murid
Md Ed Dn Rz Vt
a. Lancar, cepat, tepat ü - - ü ü
b. Cepat, tidak tepat - - - - -
c. Lambat, tepat - ü ü - -
1.Mengenal
bentuk huruf
d. lambat, salah - - - - -
a. Cepat ü ü - ü ü 2.Menggerakka
n mata b. Lambat - - - - -
a. Tepat ü ü ü ü ü 3.
Mengucapkan
huruf
b. Tidak tepat - - - - -
a. Tepat ü ü ü ü ü 4.Intonasi
b. Tidak tepat - - - - -
a. Tepat ü ü ü ü ü 5.Membaca
huruf b. Tidak Tepat - - - - -
Nama Nilai siklus II Kategori
Md 36 Aktif
Ed 35 Aktif
Dn 31 Aktif
Rz 31 Aktif
Vt 31 Aktif
Pada tabel 13 di atas, menunjukkan bahwa siswa dengan kategori aktif
dalam belajar membaca huruf hijaiyah sebanyak 5 siswa secara keseluruhan atau
sebesar 100%. Terjadi peningkatan keaktifan pada pelaksanaan tindakan siklus II
ini jika dibandingkan dengan pelaksanaan tindakan siklus I mencapai 5 siswa
dalam kategori aktif atau sebesar 100%. Jadi ada peningkatan sebesar 60%.
Sedangkan berikut ini adalah keterlibatan siswa dalam pembelajaran berdasarkan
waktu pelaksanaannya.
Tabel. 14. Keterlibatan Siswa dalam Kegiatan Pembelajaran Berdasarkan Waktu Pelaksanaan
15 menit ke Aspek yang diamati
1 2 3 4 5 6
Jumlah Rata-rata
1. Fokus pada pembelajaran 5 4 5 4 5 5 28 5 siswa/15 menit
2. Bertanya 2 3 3 4 2 2 16 3 siswa/15 menit
3. Menjawab 3 3 2 4 4 2 18 3 siswa/15
menit
4. Presentasi 1 3 2 3 2 0 11 2 siswa/ 15
menit
5. Mengikuti pelajaran dari
awal sampai akhir
5 5 5 5 5 5 30 5 siswa/15 menit
6. Mengerjakan tugas yang
diberikan guru
5 5 5 5 5 5 30 5 siswa/15 menit
7. Membantu teman dalam 2 3 4 3 3 4 19 3 siswa/15 menit
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa setiap 15 menit semua siswa
fokus pada pembelajaran atau sebesar 100%. Sedangkan dalam kegiatan bertanya
terdapat 3 siswa atau sebesar 60%. Hal ini terjadi peningkatan pada tindakan II
sebesar 20% apabila dibandingkan dengan pelaksanaan siklus I. Terdapat 3 siswa
atau sebesar 60% yang menjawab pertanyaan guru dan membantu teman yang
mengalami kesulitan. Pada proses pembelajaran tersebut presentasi yang
dilakukan siswa atau sebesar 40 % atau hanya 2 siswa yang melakukan presentasi
dalam kurun waktu 15 menit. Sedangkan dalam mengikuti pembelajaran dari awal
sampai akhir sebesar 100%. Siswa yang mengerjakan tugas yang diberikan oleh
guru sebanyak 5 orang atau sebesar 100%. Dari tabel tersebut dapat disimpulkan
bahwa keterlibatan siswa dalam pembelajaran siklus II ini dikategorikan aktif.
Karena dalam mengikuti pembelajaran keterlibatan siswa rata-rata di atas 50%
pada tiap aspeknya bahkan terdapat 3 aspek pengamatan yang melibatkan
siswanya sampai 100% dalam proses pembelajaran. Hanya 1 aspek saja yang
masih dibawah 50%. Dari 7 aspek yang diamati terdapat 6 aspek yang telah
melibatkan siswanya di atas 50% dari 5 siswa secara keseluruhan. Jadi dapat
dikatakan bahwa 85,71 % siswa telah terlibat dalam pembelajaran dalam kurun
waktu 15 menit di setiap aspeknya.
c. Observasi
Tahap observasi siklus II dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan
tindakan II yaitu pada tanggal 29 Maret dan 2 April 2010. Pada saat pembelajaran
Pendidikan Agama Islam berlangsung peneliti sebagai partisipan aktif mengamati
kegiatan belajar mengajar dari awal sampai akhir dan mencatat hasil siklus II.
Peneliti berperan sebagai partisipasan aktif, karena peneliti terlibat langsung
dalam kegiatan yang dilakukan oleh anak dalam kegiatan belajar mengajar yaitu
bertindak sebagai guru. Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin tanggal
29 Maret 2010 dan berlangsung selama 2x45 menit. Kegiatan pembelajaran
berlangsung pada pukul 09.30-11.00 WIB.
kesulitan
Peneliti mengawali pembelajaran dengan memimpin berdo’a kemudian
mengucapkan salam kepada siswa. Selanjutnya peneliti mempresensi dan
menyiapkan siswa untuk mengikuti pelajaran. Kemudian peneliti menjelaskan
kegiatan yang akan dilaksanakan berdasarkan standar kompetensi, kompetensi
dasar, dan indikator pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dengan materi
huruf hijaiyah. Selanjutnya peneliti melakukan apersepsi dengan memberikan
pertanyaan pancingan yaitu bertanya mengenai kata lembaga yang telah dihafal
anak pada pertemuan sebelumnya. Langkah selanjutnya peneliti membagikan
materi pelajaran yang akan dibahas. Untuk mencairkan suasana dan menghindari
kejenuhan peneliti memberikan permainan. Bagi siswa yang melakukan kesalahan
peneliti memberikan hukuman dengan meminta siswa mempresentasikan materi
huruf hijaiyah dengan tanda baca fathah, kasrah dan dhammah secara bergantian.
Peneliti memberikan pujian kepada siswa yang dapat melakukan permainan
dengan benar. Selanjutnya peneliti meminta siswa untuk membaca kembali
bacaan huruf hijaiyah yang telah diberikan peneliti. Dan siswa diminta saling
membantu. Sebagai penutup peneliti memberikan penekanan kembali serta
membantu kesulitan yang dihadapi siswa.
Dalam melaksanakan penelitian, peneliti berkolaborasi dengan guru
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Sehingga antara peneliti dan guru
memiliki peran masing-masing dan saling bekerjasama satu sama lain. Peneliti
melaksanakan pembelajaran membaca huruf hijaiyah dengan menggunakan
metode Al-barqy. Selain itu, peneliti juga melakukan observasi terhadap keaktifan
siswa saat pembelajaran berlangsung. Sedangkan guru berperan dalam melakukan
observasi terhadap kemampuan peneliti dalam menjelaskan dan mengelola kelas
serta membantu peneliti ketika mengalami kesulitan dalam pembelajaran.
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap pembelajaran membaca huruf
hijaiyah pada tindakan II, diperoleh hasil sebagai berikut:
1) Ketuntasan belajar mencapai 100% yaitu sebanyak 5 siswa.
2) Siswa yang aktif selama kegiatan belajar mengajar sebanyak 5 siswa
secara keseluruhan.
3) Peneliti sebagai guru dalam kemampuan menjelaskan mendapat kategori
baik dengan skor 53 dari skor maksimal 60.
4) Peneliti sebagai guru dalam kemampuan mengelola kelas mendapat
kategori baik dengan skor 68 dari skor maksimal 80.
d. Analisis dan Refleksi
Secara keseluruhan kegiatan belajar membaca huruf hijaiyah dengan
menggunakan metode Al-barqy berjalan dengan baik. Kekurangan pada
pelaksanaan sebelumnya sudah dapat diatasi. Siswa lebih aktif dan antusias
terhadap pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Selain itu, telah terdapat
keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Rasa takut akan pelajaran mengenai huruf
hijaiyah pada diri anak sudah mulai berkurang. Pada siklus sebelumnya, anak
masih terlihat canggung ketika disuruh membaca. Namun, pada siklus II ini anak
membaca huruf hijaiyah dengan nyaring tanpa takut salah. Keaktifan belajar siswa
telah mencapai 100% atau sebanyak 5 siswa dari 5 siswa secara keseluruhan. Pada
siklus II ini ketuntasan belajar siswa sudah mencapai 100% atau sebanyak 5 siswa
dari 5 siswa secara keseluruhan dan terdapat satu siswa yang memperoleh nilai
yang sangat baik. Jadi, jika ditinjau dari indikator ketercapaian yang telah
ditentukan yaitu 4 dari 5 siswa mendapat nilai ≥ 60 dan 4 dari 5 siswa aktif dalam
pembelajaran atau mendapatkan nilai minimal 31 dari hasil pengamatan dengan
lembar observasi keaktifan siswa, maka pada siklus II ini telah berhasil mencapai
indikator ketercapaian.
B. Pembahasan
Penelitian tindakan kelas yang berjudul Penggunaan Metode Al-barqy
Untuk Belajar Membaca Huruf Hijaiyah Pada Anak Tunarungu Wicara Kelas
VIII di SLB B YRTRW Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010 ini dilakukan dalam
dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap kegiatan, yaitu tahap
perencanaan, tahap pelaksanaan tindakan, tahap observasi dan terakhir tahap
refleksi. Sebelum tahap-tahap kegiatan dalam siklus I dan siklus II dimulai,
peneliti mengadakan kegiatan observasi dan pre test untuk memperoleh data
empiris yang akan digunakan sebagai bahan penguat perbandingan perkembangan
kemampuan siswa pada siklus I dan siklus II, selain berdasarkan hasil pengamatan
peneliti selama Program Pengalaman Lapangan. Pada siklus I peneliti berperan
sebagai guru dan guru kolaborator berperan sebagai pengamat. Selama
pelaksanaan tindakan, ternyata ada masalah yang perlu dibenahi. Masalah-
masalah tersebut dijadikan bahan perbaikan pada pelaksanaan siklus II.
Siklus II merupakan pemantapan dari pelaksanaan siklus I sekaligus
untuk membenahi masalah-masalah yang muncul pada siklus I. Keberhasilan
penggunaan metode Al-barqy dalam belajar membaca huruf hijaiyah pada anak
tunarungu wicara dapat dilihat dari keberhasilan dalam mencapai indikator
ketercapaian. Keberhasilan tersebut dapat diamati berdasarkan indikator
ketercapaian yang telah diperoleh berikut ini:
1. Ketuntasan belajar siswa mencapai 100% yaitu semua siswa berjumlah 5
orang mendapatkan nilai di atas 60 dari ketuntasan minimal sebanyak 4 dari 5
siswa mendapat nilai di atas 60 pada indikator ketercapaian.
2. Keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran mencapai 100% atau sebanyak
5 siswa dari keaktifan pembelajaran minimal sebanyak 4 dari 5 siswa dengan
memperoleh nilai minimal 31 dari hasil pengamatan dengan lembar observasi
keaktifan siswa pada indikator ketercapaian.
Berdasarkan pengamatan peneliti selama Program Pengalaman
Lapangan dan didukung oleh informasi dari guru pengampu mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam, kemampuan membaca huruf hijaiyah siswa masih
rendah. Karena materi tersebut hanya diajarkan sepintas lalu mengingat
kurangnya waktu untuk menuntaskan seluruh materi Pendidikan Agama Islam.
Akan tetapi penggunaan metode baru yaitu metode Al-barqy dalam
menyampaikan materi huruf hijaiyah membuat siswa menampakkan indikasi
adanya peningkatan kemampuan anak dalam penguasaan huruf hijaiyah serta
berkurangnya rasa minder dan takut dalam membaca huruf hijaiyah. Kondisi ini
dapat dilihat dari hasil pengamatan kemampuan membaca huruf hijaiyah siswa
melalui lembar observasi dari siklus I ke siklus II. Kemauan siswa dalam
mempelajari materi ini dapat dilihat dari antusias siswa untuk melaksanakan jam
tambahan khusus untuk mempelajari
Al-Qur’an di luar jam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Sesuai
dengan hasil pengisian lembar observasi yang berupa check list tersebut semua
siswa menunjukkan peningkatan dalam membaca huruf hijaiyah, baik dalam
mengenal bentuk huruf, mengucapkan huruf dan intonasi. Selain itu peningkatan
kemampuan siswa dapat dilihat dari nilai post test yang mereka peroleh.
Secara rinci pembahasan hasil penelitian ini meliputi penjabaran
mengenai peningkatan kemampuan membaca huruf hijaiyah serta peningkatan
keaktifan siswa saat pembelajaran Pendidikan Agam Islam dengan menggunakan
metode Al-barqy pada siswa kelas VIII SLB B YRTRW Surakarta Tahun Ajaran
2009/2010. Pembahasan hasil penelitian dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Peningkatan Kemampuan Membaca Huruf Hijaiyah Siswa Kelas VIII SLB
B YRTRW Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan siswa kelas VIII
dalam membaca huruf hijaiyah mengalami peningkatan setelah mengikuti
pembelajaran dengan menggunakan metode Al-barqy. Peningkatan kemampuan
siswa dalam belajar membaca huruf hijaiyah dapat dilihat pada tabel 15 dan
disajikan dalam bentuk grafik 1 berikut ini:
Tabel 15. Peningkatan Nilai Tes Membaca Huruf Hijaiyah Tiap Siklus
Pada tabel 15 di atas merupakan rekapitulasi hasil tes membaca huruf
hijaiyah dimulai dari pre test, pos test siklus I dan post test siklus II. Pada tabel
tersebut terlihat adanya peningkatan sejak diadakan siklus 1 dan siklus 2. Dari
hasil pre test sebagai dasar dalam penentuan kemampuan awal, terlihat bahwa dari
semua siswa belum ada yang mencapai ketuntasan atau ketuntasan baru mencapai
0%. Pada hasil tes siklus I, persentase tuntas mencapai 100%, atau terjadi
peningkatan 100% apabila dibandingkan dengan kemampuan awal. Hasil tes
siklus 2 menujukkan persentase tuntas sebesar 100% dengan perolehan nilai
dalam kategori sangat baik mencapai 3 siswa atau sebesar 60%. Pada siklus II ini
terjadi peningkatan rata-rata perolehan nilai siswa sebesar 12,71% apabila
dibandingkan dengan rata-rata nilai post test I. Peningkatan nilai tes membaca
huruf hijaiyah pada siswa kelas VIII tertuang dalam grafik 1 di bawah ini:
Nama Pre Test Post Test Siklus I
Post Test Siklus II
Keterangan
Md 55 82,5 90 Meningkat
Ed 55 67,5 87,5 Meningkat
Dn 45 75 77,5 Meningkat
Rz 45 70 80 Meningkat
Vt 45 80 87,5 Meningkat
% Tuntas 0% 100% 100% Meningkat
Gambar 13. Grafik Tabulasi Nilai Membaca Huruf Hijaiyah
Grafik 1 di atas merupakan bentuk penyajian lain dari tabel 15. Hanya
saja dengan grafik, diharapkan peningkatan hasil tes dapat terlihat secara jelas.
Pada hasil tes siklus I, persentase tuntas telah mencapai 100% atau sebanyak 5
siswa mendapatkan nilai di atas 60. Pada hasil tes siklus II, persentase tuntas
sebesar 100% atau sebanyak 5 siswa yang memperoleh nilai di atas 60.
Dari tabel 15 dan grafik 1 di atas, merupakan bukti adanya peningkatan
kemampuan membaca huruf hijaiyah siswa kelas VIII SLB B YRTRW Surakarta
setelah mendapat perlakuan yaitu dengan menggunakan metode Al-barqy.
0102030405060708090
Md Ed Dn Rz Vt
Peningkatan Hasil Tes Membaca Huruf Hijaiyah Tiap Siklus
Pre Test
Post Test 1
Post Test 2
2. Peningkatan Keaktifan Siswa saat Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Siswa Kelas VIII SLB B YRTRW Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010
Hasil penelitian menunjukkan bahwa keaktifan siswa kelas VIII saat
pembelajaran Pendidikan Agama Islam mengalami peningkatan setelah mengikuti
pembelajaran dengan menggunakan metode Al-barqy. Peningkatan keaktifan
siswa dapat dilihat pada tabel 16 dan disajikan dalam bentuk grafik 2 berikut ini:
Tabel 16. Peningkatan Keaktifan Siswa Kelas VIII SLB B YRTRW Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010
Data pada tabel 16 di atas merupakan rekapitulasi observasi keaktifan
siswa saat pembelajaran Pendidikan Agama Islam, dimulai dari kemampuan awal
siswa, siklus I dan siklus II. Pada tabel tersebut terlihat adanya peningkatan sejak
diadakan siklus I dan siklus II. Pada hasil observasi kondisi awal, persentase
keaktifan adalah sebesar 20%. Pada hasil observasi siklus I, persentase keaktifan
mencapai 40%, atau terjadi peningkatan sebesar 20% apabila dibandingkan
dengan kondisi awal sebelum diadakannya tindakan. Hasil observasi siklus II
Nama Kondisi awal
Siklus I
Siklus II
Keterangan
Md 30 31 36 Meningkat
Ed 33 33 35 Meningkat
Dn 24 27 31 Meningkat
Rz 25 28 31 Meningkat
Vt 26 28 31 Meningkat
% Aktif 20% 40% 100% Meningkat
% Peningkatan 20% 60%
menemukan terjadinya peningkatan keaktifan siswa sebesar 60%. Keaktifan
siswa semula sebesar 40% atau sebanyak 2 siswa menjadi 100% atau sejumlah 5
siswa pada siklus II. Apabila membandingkan hasil observasi keaktifan siswa
pada kondisi awal dengan observasi pada siklus II, maka terjadi peningkatan yang
signifikan. Keaktifan siswa pada kondisi awal hanya mencapai 20%. Sedangkan
keaktifan siswa pada siklus II mencapai 100% atau dari 1 siswa aktif meningkat
menjadi semua siswa kelas VIII yang berjumlah 5 siswa aktif. Jadi meningkat
sebesar 80%.
Grafik 2 ini menggambarkan adanya peningkatan keaktifan siswa dalam
pembelajaran adalah sebagai berikut :
Gambar 14. Grafik Tabulasi Keaktifan Siswa
05
10152025303540
Md Ed Dn Rz Vt
Grafik peningkatan keaktifan siswa dalam pembelajaran
Pre Test
PostTest 1PostTest 2
Grafik 2 di atas merupakan bentuk penyajian lain dari tabel 16. Hanya
saja dengan grafik, diharapkan peningkatan hasil observasi keaktifan siswa dapat
terlihat secara jelas. Pada kondisi awal, persentase siswa yang aktif sebesar 20%
atau hanya 1 siswa yang aktif dalam pembelajaran. Pada hasil observasi siklus I,
persentase keaktifan mencapai 40% atau 2 siswa yang aktif dalam pembelajaran.
Pada hasil observasi siklus II, 5 siswa aktif dalam pembelajaran, persentase
keaktifan sebesar 100% atau meningkat sebesar 60%. Jadi penggunaan metode
Al-barqy dalam belajar membaca huruf hijaiyah dapat meningkatkan keaktifan
siswa saat pembelajaran berlangsung.
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan data penelitian, dapat disimpulkan
bahwa metode Al-barqy dapat digunakan untuk belajar membaca huruf hijaiyah
pada siswa kelas VIII SLB B YRTRW Surakarta tahun ajaran 2009/2010.
Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya ketercapaian indikator sebagai
berikut:
1. Sebanyak 5 siswa mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) untuk mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam di SLB B YRTRW Surakarta yaitu
memperoleh nilai ≥ 60.
2. Sebanyak 5 siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran dengan skor minimal 31
dari hasil pengamatan dengan lembar observasi keaktifan siswa.
B. Implikasi
Dari kesimpulan penelitian di atas bahwa metode Al-barqy dapat
digunakan untuk belajar membaca huruf hijaiyah pada siswa kelas VIII SLB B
YRTRW Surakarta tahun ajaran 2009/2010 dapat diimplikasikan bahwa metode
Al-barqy dapat digunakan dalam proses pembelajaran membaca huruf hijaiyah
bagi anak tunarungu wicara di SLB BYRTRW Surakarta. Karena Metode Al-
barqy memiliki kata lembaga yang mirip dengan bunyi bahasa Indonesia yang
dapat digunakan sebagai titian pengingat ketika anak lupa. Sehingga memudahkan
anak untuk mengingat dan menghafal huruf hijaiyah.
C. Saran
Berkaitan dengan simpulan di atas, maka peneliti dapat mengajukan
saran- saran sebagai berikut :
1. Saran kepada Kepala Sekolah:
a. Dalam upaya mengefektifkan metode Al-barqy dalam pembelajaran bagi
anak tunarungu wicara, kepala sekolah hendaknya mensosialisasikan
metode Al-barqy kepada guru-guru khususnya guru Pendidikan Agama
Islam dengan mendatangkan pembicara ahli metode Al-barqy. Supaya
mereka mengenal dan memahami metode Al-barqy serta dapat
menerapkannya dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
b. Kepala sekolah sebaiknya memberikan motivasi kepada guru Pendidikan
Agama Islam untuk menggunakan metode Al-barqy dalam mengajarkan
huruf hijaiyah.
2. Saran kepada Guru:
a. Guru Pendidikan Agama Islam sebaiknya mempelajari metode Al-barqy
agar dapat diterapkan pada peserta didik.
b. Untuk mengefektifkan pembelajaran membaca huruf hijaiyah dengan
metode Al-barqy guru hendaknya menggunakan alat peraga berupa
gambar.
3. Saran kepada Siswa:
a. Siswa hendaknya selalu terlibat secara aktif saat kegiatan belajar
membaca huruf hijaiyah dengan metode Al-barqy, sehingga siswa akan
terbiasa terlibat aktif saat proses kegiatan belajar mengajar.
b. Siswa hendaknya mengikuti kegiatan belajar membaca huruf hijaiyah
dengan metode Al-barqy secara optimal, agar memperoleh nilai 100.
4. Saran kepada Peneliti:
Disarankan kepada peneliti lain supaya dapat mengkaji, menelaah dan
mengadakan penelitian lanjut yang membahas tentang penggunaan metode Al-
barqy pada anak berkebutuhan khusus lain agar terjaga tingkat reliabilitas hasil
penelitian ini.