penggunaan bahasa kasar pada program acara komedi

8
PENGGUNAAN BAHASA KASAR PADA PROGRAM ACARA KOMEDI “PESBUKERS” DI TELEVISI Nining Rahmawati, M0314056, Prodi Kimia, Universitas Sebelas Maret [email protected] Abstrak Pesbukers salah satu program andalan ANTV, ratingnya sendiri sering meraih TVR 2 dan share rata-rata diatas 10%.. Namun dibalik kesuksesan nya, Pesbukers juga banyak mendapat kecaman dari masyarakat karena dianggap tidak mendidik dan merusak moral penontonnya khususnya anak anak pada kenyataannya masih kalah banyak dengan orang orang yang menyukainya. Penggunaan kata kata kasar dalam bentuk Hinaan atau lainnya yang tidak sepantasnya tidak seharusnya digunakan meski bertujuan untuk menghibur penonton. Kata Kunci : kata kasar, “Pesbukers”. Televisi, Komedi, Penonton PENDAHULUAN Menurut Effendy (1993, h.24) dalam bukunya Televisi Siaran Teori Dan Praktik, televisi sebagai media komunikasi massa mempunyai tiga fungsi, yaitu penerangan, pendidikan, dan hiburan. Nurudin (2007, h.18) menyatakan bahwa fungsi hiburan untuk media elektronik menduduki posisi yang paling tinggi dibandingkan fungsi-fungsi yang lain dan saat ini televisi dijadikan sebagai media hiburan bagi masyarakat. Untuk itu, tidak mengherankan jika pada jam tayang utama (prime time) banyak disajikan program hiburan. Salah satu

Upload: damnining

Post on 05-Dec-2015

12 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

bahasa

TRANSCRIPT

Page 1: Penggunaan Bahasa Kasar Pada Program Acara Komedi

PENGGUNAAN BAHASA KASAR PADA PROGRAM ACARA KOMEDI “PESBUKERS” DI TELEVISI

Nining Rahmawati, M0314056, Prodi Kimia, Universitas Sebelas Maret

[email protected]

Abstrak

Pesbukers salah satu program andalan ANTV, ratingnya sendiri sering meraih TVR 2 dan share rata-rata diatas 10%.. Namun dibalik kesuksesan nya, Pesbukers juga banyak mendapat kecaman dari masyarakat karena dianggap tidak mendidik dan merusak moral penontonnya khususnya anak anak pada kenyataannya masih kalah banyak dengan orang orang yang menyukainya. Penggunaan kata kata kasar dalam bentuk Hinaan atau lainnya yang tidak sepantasnya tidak seharusnya digunakan meski bertujuan untuk menghibur penonton.

Kata Kunci : kata kasar, “Pesbukers”. Televisi, Komedi, Penonton

PENDAHULUAN

Menurut Effendy (1993, h.24) dalam bukunya Televisi Siaran Teori Dan Praktik, televisi sebagai media komunikasi massa mempunyai tiga fungsi, yaitu penerangan, pendidikan, dan hiburan. Nurudin (2007, h.18) menyatakan bahwa fungsi hiburan untuk media elektronik menduduki posisi yang paling tinggi dibandingkan fungsi-fungsi yang lain dan saat ini televisi dijadikan sebagai media hiburan bagi masyarakat. Untuk itu, tidak mengherankan jika pada jam tayang utama (prime time) banyak disajikan program hiburan. Salah satu program acara yang turut meramaikan layar televisi adalah  program komedi. Namun saat ini, terdapat beberapa program hiburan bergenre komedi yang membuat lelucon menggunakan kekerasan verbal maupun non verbal yang dikhawatirkan dapat memberikan dampak negatif pada khalayak.

Salah satu program komedi yang  juga banyak mengandung unsur kekerasan khususnya kekerasan verbal seperti penggunaan bahasa kasar saat ini disiarkan oleh ANTV yaitu program komedi Pesbukers. Acara ini tak sedikit menibulkan kontra. Tayangan yang sering menampilkan candaan dengan bahasa yang kasar dianggap kurang mendidik, dan kurang memberikan contoh yang baik. Dengan demikian, Penulisan makalah ini bermaksud mengidentifikasi bentuk pelanggaran prinsip kesantunan dalam pemakaian bahasa para artis “Pesbukers” ANTV .

Page 2: Penggunaan Bahasa Kasar Pada Program Acara Komedi

PEMBAHASAN

Pesbukers adalah sketsa reality yang digawangi oleh Raffi ahmad, oppie Kumis, Billy Syahputra, Jessica iskandar, Kartika Putri. Materi pantun yang jenaka, rayuan gombal dan celoteh menjelekkan rekannya ternyata menjadi salah satu kekuatan dari program pesbuker . bahkan saat ini hal tersebut menjadi bumbu wajib disetiap komedi di stasiun tv manapun, hal ini menunjukkan pesbukers berhasil menciptakan trend comedy (Perucha Zoraya, 2012). Namun, Penggunaan bahasa yang baik dan benar terkadang diabaikan oleh pelaku tutur. Pemakaian bahasa yang terkesan mengesampingkan aspek kesantunan sering kali ditemukan pada acara ini. Sebagai seorang penutur manusia tidak sekadar menyampaikan informasi, tetapi lebih dari itu. Disamping itu untuk menyampaikan amanat, kebutuhan (dan tugas) penutur adalah menjaga dan memelihara hubungan sosial penutur-pendengar (walaupun ada peristiwa-peristiwa tutur yang tidak menuntut pemeliharaan hubungan itu ( Rustono, 1999:61 ) .

Pelanggaran yang dilakukan adalah penayangan adegan yang melecehkan orang dan/atau masyarakat dengan kondisi fisik tertentu serta orientasi seks dan identitas gender tertentu, norma kesopanan dan kesusilaan. Berikut ini adalah beberapa penggunaan Bahasa kasar dalam acara “Pesbuker”

1. Kepala Opie Kumis disebut dengan sebutan 'melon', 'lobby hotel', 'botak'.

2. Bang Sapri disebut dengan 'tikus lemari', 'tikus laci'.

3. Andika Pratama menyebut Yoga dengan 'banci', 'tumor ganas'.

4. Yoga berkata kepada Eko Patrio, "Kalo jam satu lewat bang, maenin aye dong bang". Dia juga berkata kepada Andika, "Bang Andika kalo mau masukin jangan di sini, di kos-kosan aku aja."

5. Andika menyebut Yadi dengan 'pantat bekantan'.

6. Gading Marten berkata kepada pria berbaju putih, "Yah ngga usah dikasih gini dah ngondek."

7. Sapri disebut 'koreng', 'kunyuk', 'bahlul, majnun'.

8. Yadi disebut 'belegug banget', 'jurig banget', 'ayam kalkun'.

9. Beberapa pemain menyebut seseorang yang kepalanya tidak berambut dengan 'melon', 'orang gila kemasukan setan', 'lampu taman', 'gundu', 'biji karet'.

Page 3: Penggunaan Bahasa Kasar Pada Program Acara Komedi

10. Eli (karena giginya) disebut oleh pemain-pemain lainnya dengan sebutan 'landak', 'obeng', 'ikan sapu-sapu', 'giginya kayak talang kelurahan', 'rayap', 'gigi selonjoran', 'serokan pasir', 'penangkal petir'. Dalam adegan lain gigi Eli seolah-olah dijadikan alat pembuka botol oleh Andika.

11. Daus Mini disebut oleh pemain-pemain lainnya dengan sebutan 'jenglot', 'ampas kecap', 'obeng kembang', 'orang unyil', 'sadel becak'.

12. Sapri disebut 'korengan', 'borok'.

13. Andika menyebut seorang perempuan berbadan besar dengan 'bison'.

14. Jessica beberapa kali disebut 'koplak'.

15. Vincent dengan gaya keperempuan-perempuanan berkata kepada Sapri, "Kamu ternyata main gila sama wanita lain ya? Kamu enggak inget kemarin ngajakin aku ke WC ngapain?" Vincent juga berkata, "Aku PMP, Pria Mirip Perempuan". Dalam adegan lain Vincent disebut 'banci' oleh Andika.

16. Sapri disebut dengan 'anak tikus'.

17. Seorang wanita berbadan besar berbaju putih disebut sebagai 'ular berbis-bis' dan 'badan sih udah kayak Melly Goeslow... muka kayak Melly gusi berdarah".

18. Seorang penonton perempuan bertubuh agak besar disebut 'ondel-ondel PRJ'.

20. Kepala Opie Kumis disebut sebagai 'kelapa', 'ubur-ubur'.

21. Bedu berbincang dengan Jessica, "Kamu biasa dipegang apa dipegangin mike-nya?" Jessica menjawab, "Saya sih kalau mike, tergantung bang." Bedu bertanya lagi, "Kalau sama cowok yang sore-sore, mike-nya dipegang sendiri atau dipegangin?" Jessica menjawab, "Ngga bisa dipegang bang! Lemes."

22. Kepada Andika yang bergaya keperempuan-perempuanan, Jessica membawa papan bertuliskan "Andika lebih banci lagi!" Bedu berkata kepada Andika, "Kalau mau belajar banci lagi nih sama Bela. Bela artinya 'bencong lanjut usia' sambil menunjuk Opie Kumis.

23. Andika mengejek Opie Kumis yang bergaya keperempuan-perempuanan, "Ini banci lebih mirip ama kutang kendor ya!"

24. Bedu (memakai baju wanita) disebut 'bencong serem'.

Page 4: Penggunaan Bahasa Kasar Pada Program Acara Komedi

Hal ini mengkhawatirkan mengingat sebagian besar acara televisi bersifat antisosial (58,4%) yang mencakup berkata kasar (38,56%), mencelakakan 28,46%), dan pengejekan (11,44%). Sementara itu, katagori prososial hanya (41,6%). Yang mencakup kehangatan (17,16%), kesopanan (16,05%), empati (13,43%), dan nasihat 13,06%).

Mengingat besarnya pengaruh tayangan televisi terhadap perilaku khusus nya pada anak, kiranya perlu para orang tua memantau dan mendampingi perilaku anak saat menonton televisi. Hal ini mengingat daya nalar anak masih sangat terbatas sehingga dimungkinkan anak meniru perilaku negatif daripada yang positif. Mudahnya perilaku dan perkembangan bahasa yang negatif  terjadi selain daya nalar anak masih sangat sederhana, juga porsi tayangan negatif (antisosial) dan corak bahasa negatif seperti mengumpat, mengejek, menghina, mengancam, merendahkan martabat orang lain, bahasa kasar, dan sejenisnya lebih dominan daripada bahasa-bahasa yang mengandung nilai budi pekerti.

Orang tua perlu memahami berbagai acara anak-anak di televisi sehingga bisa menentukan jadwal menonton, intensitas menonton, jenis tontonan yang boleh ditonton anak tanpa didampingi, boleh ditonton dengan pendampingan, serta tidak boleh ditonton. Selain itu, orang tua juga perlu mengembangkan pola pendampingan perilaku menonton televisi agar dapat sebanyak mungkin memetik nilai-nilai positif dari tayangan televisi, termasuk memanfaatkannya untuk memaksimalkan pemerolehan bahasa anak

Mengingat besarnya pengaruh televisi terhadap perilaku sosial dan perkembangan bahasa, diperlukan  pendampingan terhadap perilaku menonton televisi khususnya pada anak. Pendampingan ini bertujuan membantu anak menyaring perilaku sosial yang perlu dicontoh dan mengarahkan perkembangan bahasa ke arah.yang.positif.

Posisi penonton dengan segala identitasnya yang cair memiliki hubungan yang erat dengan apa yang ditontonnya , dan sangatlah mungkin untuk meluapkan perasaan ketika muncul rasa suka ataupun tidak suka terhadap sebuah tayangan. Bukankah masyarakat penonton adalah masyarakat yang cenderung menginginkan hasat menontonnya terpenuhi? Oieh karena itu penulis melakukan penelitian ini untuk mengetahui tingkat

Page 5: Penggunaan Bahasa Kasar Pada Program Acara Komedi

KESIMPULAN

Dari penelitian ini, ditemukan perbedaan persepsi remaja terhadap kekerasan verbal dalam Pesbukers. Dalam mempersepsi kekerasan verbal tersebut, informan melalui sebuah tahapan persepsi. Terdapat perbedaan cara informan dalam mengorganisasikan pesan sehingga menghasilkan perbedaan persepsi pula. Maka terbentuklah dua persepsi, yaitu persepsi positif dan persepsi negatif terhadap kekerasan verbal dalam Pesbukers. Sebagian informan mempunyai persepsi positif, mereka menilai bahwa bentuk gurauan yang mengandung kekerasan verbal dipandang sebagai hiburan yang lucu dan wajar bila ditayangkan di televisi. Sedangkan informan lainnya memiliki persepsi negatif terhadap kekerasan verbal. Mereka menilai bahwa bentuk gurauan tersebut mengandung kekerasan verbal berupa penghinaan yang dapat memberikan efek negatif pada diri anak-anak. Hal tersebut dikarenakan anak-anak akan dengan mudah menirukan apa yang mereka tonton di televisi dalam lingkungannya. Selain itu program Pesbukers tidak mendidik dan tidak wajar bila ditayangkan di televisi mengingat program Pesbukers juga ditayangkan pada jam tayang utama. Persepsi informan terhadap kekerasan verbal dalam program komedi Pesbukers paling dipengaruhi oleh faktor nilai yang berhubungan dengan  pengalaman terdahulu banyak mempengaruhi persepsi informan terhadap kekerasan verbal. Melalui pengalaman terdahulu berupa interaksi dengan lingkungan, informan mempelajari nilai-nilai yang kemudian membentuk konsep kekerasan verbal dalam dirinya. Dari konsep yang telah tertanam menjadikan  patokan terhadap kekerasan verbal yang dilihat dalam program komedi Pesbukers. Perbedaan nilai dan pengalaman terdahulu dalam diri setiap individu, akan membentuk persepsi terhadap kekerasan verbal yang berdbeda pula

DAFTAR PUSTAKA

Effendy, Onong Uchjana. 1993.Televisi Siaran Teori dan Praktek , Bandung : CV.Mandar Maju

Nurudin.2007. Pengantar Komunikasi Massa.Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada

Dardjowidjojo, Soenjono. 2003. Psikolinguistik: Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.

Rustono. 1999.Pokok-Pokok Pragmatik.Semarang: CV. IKIP Semarang Press.