penggunaan bahasa batak dalam tata ibadah ......salatiga dapat disimpulkan bahwa penggunaan bahasa...

37
PENGGUNAAN BAHASA BATAK DALAM TATA IBADAH HKBP SALATIGA STUDI DI JEMAAT HKBP SALATIGA TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Program Studi Teologi, Fakultas Teologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Sains Teologi (S.Si.Teol) Oleh : Februanita Sihombing 712015129 FAKULTAS TEOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2019

Upload: others

Post on 21-Feb-2021

25 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGGUNAAN BAHASA BATAK DALAM TATA IBADAH ......Salatiga dapat disimpulkan bahwa penggunaan bahasa Batak dalam liturgi ibadah tidak diminati oleh anak-anak maupun pemuda-pemudi, hal

i

PENGGUNAAN BAHASA BATAK DALAM TATA IBADAH HKBP

SALATIGA

STUDI DI JEMAAT HKBP SALATIGA

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Program Studi Teologi, Fakultas Teologi Guna Memenuhi

Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Sains Teologi

(S.Si.Teol)

Oleh :

Februanita Sihombing

712015129

FAKULTAS TEOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2019

Page 2: PENGGUNAAN BAHASA BATAK DALAM TATA IBADAH ......Salatiga dapat disimpulkan bahwa penggunaan bahasa Batak dalam liturgi ibadah tidak diminati oleh anak-anak maupun pemuda-pemudi, hal

i

Page 3: PENGGUNAAN BAHASA BATAK DALAM TATA IBADAH ......Salatiga dapat disimpulkan bahwa penggunaan bahasa Batak dalam liturgi ibadah tidak diminati oleh anak-anak maupun pemuda-pemudi, hal

ii

Page 4: PENGGUNAAN BAHASA BATAK DALAM TATA IBADAH ......Salatiga dapat disimpulkan bahwa penggunaan bahasa Batak dalam liturgi ibadah tidak diminati oleh anak-anak maupun pemuda-pemudi, hal

iii

Page 5: PENGGUNAAN BAHASA BATAK DALAM TATA IBADAH ......Salatiga dapat disimpulkan bahwa penggunaan bahasa Batak dalam liturgi ibadah tidak diminati oleh anak-anak maupun pemuda-pemudi, hal

iv

Page 6: PENGGUNAAN BAHASA BATAK DALAM TATA IBADAH ......Salatiga dapat disimpulkan bahwa penggunaan bahasa Batak dalam liturgi ibadah tidak diminati oleh anak-anak maupun pemuda-pemudi, hal

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yesus atas berkat dan kasih-Nya yang begitu

besar dalam perjalanan studi dan kehidupan ini, sehingga penulis dapat

menyelesaikan tugas akhir tepat pada waktunya. Dalam penyusunan tugas akhir

tersebut penulis banyak mendapatkan doa, saran, motivasi, semangat dan

bimbingan dari berbagai pihak yang dekat juga kenal penulis. Penulis menyadari

bahwa tanpa bantuan, bimbingan dan doa dari semua pihak tersebut, maka

penulisan tugas akhir ini tidak dapat berjalan lancar sesuai dengan kehendak yang

diinginkan penulis. Untuk itu dengan segala penuh kerendahan hati dan penuh

ungkapan syukur penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai

pihak yang telah memberikan fasilitas, dukungan doa dan dana, membimbing,

memotivasi penulis dalam menyelesaikan tugas akhir tersebut. Oleh karena itu

ucapan terima kasih penulis tujukan kepada:

1. Keluargaku Ibunda T.br. Situmorang, kakak Diak. Arlisna Sihombing,

Ompung doli Karl (+), kakak Diak. Melva br. Sihombing, Arni Sihombing

dan abangku Andi Jhon Sihombing yang selalu mendoakanku, mendukung

dan memberikan motivasi serta mencukupkan segala kebutuhan finansial

selama perkuliahan.

2. Pdt. Dr. Rama Tulus Pilakoannu sebagai pembimbing I yang telah setia

meluangkan waktunya untuk membimbing, mengarahkan serta meminjamkan

buku selama menyelesaikan Tugas Akhir ini.

3. Dr. David Samiyono sebagai pembimbing II yang selalu memotivasi, selalu

meluangkan waktu untuk bimbingan dan juga memberikan bimbingan sampai

akhir penulisan tugas akhir ini.

4. Seluruh Dosen dan Pegawai Tata Usaha (TU) Fakultas Teologi Universitas

Kristen Satya Wacana; Pdt. Yusak Setiawan, Pdt. Ebenhaizer Nuban Timo,

Pdt. Merry Rungkat, Pdt. Tony Tampake, Pdt. Agus Supratikno, Pdt.

Gunawan Yuli, Pdt. Jacob Daan Angel, Pdt. Simon Julianto, Pdt. Cindy

Quartymina, Pdt. Handry Jonathan, Ibu Iky, Pdt. Izak Lattu, Bu Budi, Mas

Eko, Bu Ningsih, yang telah membantu seluruh proses dari awal perkuliahan

Page 7: PENGGUNAAN BAHASA BATAK DALAM TATA IBADAH ......Salatiga dapat disimpulkan bahwa penggunaan bahasa Batak dalam liturgi ibadah tidak diminati oleh anak-anak maupun pemuda-pemudi, hal

vi

sampai pada penulisan tugas akhir tersebut yang merupakan salah satu syarat

untuk mendapatkan gelar Sarjana Teologi.

5. Donatur yang telah membantu selama perkuliahan secara finansial walaupun

belum bertemu secara langsung, terimakasih atas kebaikan hati dan ketulusan

yang telah membantu saya inang Antine br Nababan, inang Lucy br

Panjaitan, inang Arta br Sirait, inang Joel br Naibaho, Jefry Situmorang.

6. TEHILLA VOICE, secara menyeluruh mulai dari angkatan 2016, angkatan

2017, dan angkatan 2018 yang selalu mendoakan dan menyemangati selama

mengerjakan penulisan Tugas Akhir.

7. Pdt. Requel Nababan, ito Swanto Simamora dan ito Leonardo Sirait yang

sudah bersedia untuk selalu mengingatkan supaya tetap semangat.

8. Diak. Marini Siahaan dan Derselly Silitonga yang turut membantu ketika

dalam kesulitan dan tetap memberikan penguatan agar tetap berjuang dalam

mengerjakan tugas akhir.

9. Teman-teman seluruh angkatan 2015, terkhusus teman PPL selama di HKBP

Salatiga: Pdt. Rapina Habeahan S.Th selaku pimpinan di HKBP Salatiga

beserta dengan seluruh parhalado, Tiurma batanis Gulo, Manna Dita Sijabat,

Fransiska Hutajulu, Samuel Hutagaol, Bonar Simanjuntak, Joel Turnip,

Jovido Sinaga, Sry Weni Panggabean, Samuel Pardede.

10. Kos Trifena yang sudah menjadi rumah kedua di Salatiga termasuk orang-

orang yang ada di dalamnya, Esther Yudika Arijaya, Elisa, Endang, Elia,

Lusi, Yanti, Ester, Aslin selalu mendoakan dan memberikan support.

Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, penulis menyadari bahwa masih

terdapat banyak kekurangan dalam penulisan oleh karena keterbatasan

pengetahuan dan wawasan yang penulis miliki. Akhir kata semoga Tugas Akhir

ini bermanfaat bagi penulis sendiri, gereja, keluarga dan masyarakat yang terlibat

dalam penulisan Tugas Akhir ini. Kiranya Tuhan yang Mahakuasa memberkati

dan memampukan kita semua menjalani tugas dan tanggungjawab masing-

masing.

Page 8: PENGGUNAAN BAHASA BATAK DALAM TATA IBADAH ......Salatiga dapat disimpulkan bahwa penggunaan bahasa Batak dalam liturgi ibadah tidak diminati oleh anak-anak maupun pemuda-pemudi, hal

vii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN -------------------------------------------------------- i

PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT --------------------------------------------- ii

PERSETUJUAN AKSES ----------------------------------------------------------- iii

PERSETUJUAN PUBLIKASI ---------------------------------------------------- iv

KATA PENGANTAR -------------------------------------------------------------- v

DAFTAR ISI ------------------------------------------------------------------------- vii

MOTTO ------------------------------------------------------------------------------- ix

ABSTRAK ---------------------------------------------------------------------------- x

PENDAHULUAN ------------------------------------------------------------------- 1

LANDASAN TEORI

Bahasa --------------------------------------------------------------------------- 7

Teori Budaya -------------------------------------------------------------------- 11

Menguasai Bahasa ------------------------------------------------------------- 13

Teori Perubahan Sosial -------------------------------------------------------- 14

Sejarah Latar Belakang Kehidupan Jemaat HKBP Salatiga ------------- 15

Pemahaman Baahasa Batak di Sekolah Minggu dan Remaja

Pemuda Pemudi HKBP Salatiga --------------------------------------------- 16

Penggunaan Bahasa Batak Dalam Tata Ibadah Minggu HKBP

Salatiga -------------------------------------------------------------------------- 17

Pemahaman Jemaat terntang Bahasa Batak dalam Tata Ibadah di

HKBP Salatiga ------------------------------------------------------------------ 18

ANALISA

Pemahaman bahasa Batak pada kategorial Anak Sekolah Minggu dan

Pemuda - pemudi --------------------------------------------------------------- 19

Pemahaman Bahasa Batak Menurut Majelis ------------------------------- 20

Pemahaman Bahasa Batak pada kategorial kaum Bapak maupun

Kaum Ibu ------------------------------------------------------------------------ 21

Page 9: PENGGUNAAN BAHASA BATAK DALAM TATA IBADAH ......Salatiga dapat disimpulkan bahwa penggunaan bahasa Batak dalam liturgi ibadah tidak diminati oleh anak-anak maupun pemuda-pemudi, hal

viii

PENUTUP

Kesimpulan --------------------------------------------------------------------- 23

Saran ------------------------------------------------------------------------------ 23

DAFTAR PUSTAKA -------------------------------------------------------------- 24

Page 10: PENGGUNAAN BAHASA BATAK DALAM TATA IBADAH ......Salatiga dapat disimpulkan bahwa penggunaan bahasa Batak dalam liturgi ibadah tidak diminati oleh anak-anak maupun pemuda-pemudi, hal

ix

Motto:

Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan dan yang

menaruh harapannya pada Tuhan.

Yeremia 17:7

Page 11: PENGGUNAAN BAHASA BATAK DALAM TATA IBADAH ......Salatiga dapat disimpulkan bahwa penggunaan bahasa Batak dalam liturgi ibadah tidak diminati oleh anak-anak maupun pemuda-pemudi, hal

x

Abstrak

Budaya merupakan seperangkat nilai, kepercayaan, norma dan adat istiadat yang

mampu mengikat individu yang berpengaruh kepada kesadaran bersama dalam lingkup

komunal. Budaya dan komunikasi berinteraksi secara erat dan dinamis, inti budaya

adalah komunikasi. Bahasa adalah bagian dari budaya Batak sebagai alat komunikasi

yang melibatkan tindakan, pilihan dan penafsiran. Demikian juga jemaat HKBP Salatiga

yang berlatar belakang suku Batak, maka bahasa Batak adalah sebagai aspek penting

untuk berkomunikasi dalam ruang lingkup peribadahan. Pemahaman budaya untuk

berfikir tentang diri kita sendiri dan hubungan kita dengan orang lain dan bagaimana kita

menetapkan serta mencapai tujuan bagaimana kita mempertukarkan pesan. Tujuannya

adalah untuk mengetahui bagaimana penggunaan bahasa Batak dalam tata ibadah di

jemaat HKBP Salatiga. Berdasarkan kondisi bahwa jemaat HKBP Salatiga banyak yang

sudah tinggal dan lahir di Salatiga sehingga kurang memahami dan tidak tertarik bahasa

Batak.

Hal ini dapat dilihat dari penggunaan bahasa batak dalam tata ibadah HKBP

Salatiga yang sudah mengalami perubahan. Bukan hanya dalam tata ibadah minggu saja

namun dalam kehidupan sehari-hari bahasa Batak sudah tidak dipergunakan. Adapun

metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan melakukan

wawancara terstruktur kepada jemaat HKBP Salatiga. Hasil penelitian, jemaat HKBP

Salatiga dapat disimpulkan bahwa penggunaan bahasa Batak dalam liturgi ibadah tidak

diminati oleh anak-anak maupun pemuda-pemudi, hal ini disebabkan karena kurangnya

pemahaman jemaat khususnya remaja dan pemuda terhadap bahasa Batak tersebut.

Kurangnya minat jemaat tersebut dipengaruhi oleh perubahan sosial yang terjadi

melibatkan individu atau kelompok terlihat dari proses perubahan pola pikir yang

dominan dan sangat sulit diubah.

Kata kunci: Budaya, Komunikasi, Bahasa Batak, dan Perubahan Sosial.

Page 12: PENGGUNAAN BAHASA BATAK DALAM TATA IBADAH ......Salatiga dapat disimpulkan bahwa penggunaan bahasa Batak dalam liturgi ibadah tidak diminati oleh anak-anak maupun pemuda-pemudi, hal

1

Latar Belakang Masalah

Pada tahun 1956 ada beberapa keluarga batak di Salatiga yang beragama

Kristen kurang lebih dari 10 Keluarga. Diantaranya ada sejumlah pemuda pemudi

yang merupakan putra dan putri keluarga tersebut, mereka bekerja dan bersekolah

di Salatiga serta mahasiswa-mahasiswi angkatan pertama PTPG Kristen yang baru

dibuka pada tanggal 17 Oktober 1956 dengan jumlah 25 orang. Atas kesadaran

pemuda-pemudi yang lebih senior, mungkin didorong akan kerinduan suasana

kekristenan dan keBatakan yang pernah mereka alami muncullah gagasan untuk

membentuk suatu wadah perkumpulan Batak yang berlandaskan kekristenan.

Kunjungan Pdt. H. S. Marpaung pada tanggal 2 September 1956 ditetapkan

sebagai Jeugdleider (pemimpin pemuda atau Pendeta pemuda) di Distrik IX

Jakarta, menjadi dorongan yang kuat terwujudnya gagasan tersebut. Dari

LAPURAN NHKBP TJABANG SALATIGA, masa 1 tahun 17 Maret 1957-17

Maret 1958 yang ditanda tangani L.M. Siagian sebagai ketua.1

Mereka sepakat membentuk NHKBP (Naposo Bulung Huria Kristen Batak

Protestan) di Salatiga membuat suatu pertemuan di rumah keluarga S.M.A

Pasaribu, jalan Tuntang No.5 yang dihadiri 21 orang pemuda-pemudi. Karena

belum ada HKBP di Salatiga, mereka menganggap dan mengusulkan ke BPD

NHKBP Distrik IX dan NHKBP pusat sebagai cabang luar biasa. BPD menerima

dan memandang NHKBP Salatiga sebagai calon cabang. Kegiatan NHKBP yang

teratur adalah pemahaman Kitab Suci yang dilaksanakan sekali dalam dua minggu

bertempat dirumah keluarga Batak Kristen yang ada di Salatiga secara bergantian.

Dikemukakan bahwa tidak sedikit atau tidak kecil hasil yang dicapai yaitu

kemajuan kehidupan kerohanian para anggota, tetap terpeliharanya semangat

kekeluargaan dan berdirinya HKBP di Salatiga pada 2 Februari 1958 (delapan

bulan setelah NHKBP Salatiga berdiri) dan diresmikan pada 7 April 1958.2

Untuk melaksanakan program-programnya, pengurus NHKBP Salatiga

sangat memerlukan bantuan keluarga Batak Kristen yang ada di Salatiga dan

dalam rangka mendorong berdirinya HKBP di Salatiga mereka mendekati tokoh-

tokoh keluarga Batak. Hal-hal yang mereka persiapkan dan dibahas adalah

1Buku sejarah HKBP Salatiga Jubileum 50 tahun, 7 April 1958-7 April 2008, 20.

2 Buku sejarah HKBP, 21.

Page 13: PENGGUNAAN BAHASA BATAK DALAM TATA IBADAH ......Salatiga dapat disimpulkan bahwa penggunaan bahasa Batak dalam liturgi ibadah tidak diminati oleh anak-anak maupun pemuda-pemudi, hal

2

keluarga-keluarga dan pemuda-pemudi yang akan menjadi anggota (ruas) jemaat

baru, majelis atau Parhalado yang mau dan mampu memimpin dan melayani

khususnya kebaktian (parmingguon), gedung tempat beribadah dan kegiatan

gerejawi lainnya dan biaya yang diperlukan untuk semua kegiatan sebuah jemaat.

Jumlah keluarga Batak Kristen kurang dari 10, jauh dari syarat yang ditetapkan

dalam ATURAN HKBP pada waktu itu, yaitu 25 keluarga. Namun karena ada di

dalam ATURAN yang memungkinkan mendirikan jemaat (huria) baru meskipun

tidak mencapai jumlah itu. Apabila ada hal atau keadaan yang dipandang cukup

sebagai alasan mendirikan jemaat, dan itu tergantung pada pertimbangan Praeses.

Hal yang khusus adalah jumlah pemuda-pemudi yang berjumlah sekitar 25 orang

dan dipastikan akan bertambah setiap tahun terutama mahasiswa PTPG-KI.3

Huria (jemaat) terpanggil untuk pemeliharaan kehidupan warga secara

holistik, baik kehidupan kerohanian maupun kehidupan jasmani. Pelayanan itu

diwujudkan dalam berbagai bentuk, dilaksanakan oleh pelayan-pelayan jemaat,

pelayan tahbisan maupun non tahbisan, melalui majelis maupun dewan-dewan

dan seksi-seksi yang dibentuk berdasarkan Aturan dan Peraturan HKBP sesuai

kebutuhan dan kemampuan jemaat yaitu layanan persekutuan ibadah (kebaktian),

layanan pastoral dan diakonia, Sekolah Minggu dan Remaja, Pemuda (NHKBP),

seksi Perempuan (kaum Ibu), dan seksi Ama (kaum Bapak) serta kaum Lansia.

Pada tahun-tahun pertama, kebaktian berlangsung dalam bahasa Batak. Kemudian

apabila yang berkotbah bukan dari HKBP maka kotbah dilayankan dalam bahasa

Indonesia walaupun liturgi dan nyanyian dalam bahasa Batak. Perkembangan

selanjutnya adalah khotbah selalu disampaikan selalu dalam bahasa Indonesia

walau liturgi tetap bahasa Batak.4

Sejak 25 Februari 1990, HKBP Salatiga mulai menggunakan buku

nyanyian kidung jemaat. Majelis menentukan satu kali dalam satu bulan yaitu

minggu ke-4, kebaktian berlangsung sepenuhnya dalam bahasa Indonesia. Atas

permintaan kaum muda, kemudian ditentukan kebaktian berbahasa batak setiap

minggu pertama, ketiga dan kelima namun kotbah dalam bahasa Indonesia. Pada

setiap minggu genap yaitu minggu kedua dan keempat, kebaktian berlangsung

3Buku sejarah HKBP, 23.

4 Buku sejarah HKBP,24.

Page 14: PENGGUNAAN BAHASA BATAK DALAM TATA IBADAH ......Salatiga dapat disimpulkan bahwa penggunaan bahasa Batak dalam liturgi ibadah tidak diminati oleh anak-anak maupun pemuda-pemudi, hal

3

dalam bahasa Indonesia sepenuhnya. Untuk kebaktian hari raya tertentu, liturgi

dan nyanyian yang digunakan diumumkan sebelumnya. Dalam pelaksanaannya,

pada umumnya khotbah disampaikan dalam bahasa Indonesia, dimana kadang

dikombinasi dengan bahasa Batak.5

Seluruh perkataan Batak yang terdapat pada bahasa Batak adalah bersifat

nilai kerohanian, arti dari perkataan Batak adalah kebenaran, suci, murni, dan

kuat.6 Kemurnian dan keaslian suku Batak dari silsilah dan rasnya dapat

dipastikan bahwa suku Batak itu benar-benar murni atau asli, ciri khas sistem

kekerabatan suku Batak adalah marga. Penyebutan marga bagi seseorang suku

batak menggambarkan identitas pribadi etnis kekerabatan masyarakat Batak dan

dipergunakan sebagai titik tolak untuk berkomunikasi dengan sesama masyarakat

Batak sesuai dengan falsafah Dalihan Na Tolu. Pengertian perkataan batak yang

terdapat pada bahasa Batak ada kaitannya dengan suku Batak, antara pengertian

perkataan Batak dengan sikap perilaku suku Batak sama-sama mengandung

kemurnian dan keaslian. Dalam perkembangannya, bahasa Batak dari masa

perkembangan dan penyebarluasannya yang semakin mundur dalam bentuk mutu

pemakaian.7 Sangatlah baik peribahasa nenek moyang zaman dahulu yang

menekankan pentingnya pemakaian bahasa yang tepat, baik dan benar, bahasa

batak sangat memiliki peran yang penting dalam gereja HKBP. Pentingnya

kemampuan palumehon hata Batak8 yang memegang peranan dalam masyarakat

batak9, sehingga pada dewasa ini terdapat yang sebenarnya tidak lagi mampu

berbahasa Batak.

Berdasarkan pengamatan penulis di beberapa pelayanan di sekolah

minggu, Remaja Pemuda-pemudi dan kaum Ibu di gereja HKBP Salatiga banyak

anggota jemaat maupun majelis yang belum fasih berbahasa Batak. Terutama

pada saat penulis pernah mengajar anak sekolah minggu mereka tidak mengerti

ketika berbicara bahasa batak tetapi mereka sangat fasih berbahasa jawa.

5Buku sejarah HKBP, 24.

6Djamaluddin Syarif. Buku Dalihan Na Tolu Nilai Budaya Suku Batak, (Medan: Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan kantor wilayah SUMUT, 1992), 36. 7B .A. Simanjuntak. Pemikiran Tentang Batak, (Medan: Pusat Dokumentasi Dan Pengkajian

Kebudayaan Batak Universitas HKBP Nommensen, 1986), 229. 8Palumehon hata Batak (mewariskan bahasa Batak kepada generasi berikutnya)

9 M.T. Sihombing. Filsafat.Batak Tentang Kebiasaan-kebiasaan Adat Istiadat, (Jakarta:Balai

Pustaka, 1956), 132.

Page 15: PENGGUNAAN BAHASA BATAK DALAM TATA IBADAH ......Salatiga dapat disimpulkan bahwa penggunaan bahasa Batak dalam liturgi ibadah tidak diminati oleh anak-anak maupun pemuda-pemudi, hal

4

Kemudian yang penulis amati pada saat ibadah remaja juga demikian mereka

tidak mengerti berbahasa Batak. Dalam ibadah kategorial kaum ibu tepatnya

dilaksanakan setiap hari kamis mereka memakai bahasa Indonesia tetapi ketika

bernyanyi kadang memakai bahasa Batak. Sama seperti ibadah kategorial kaum

Bapak kadang memakai bahasa Batak tetapi lebih sering berbahasa Indonesia.

Alasannya, karena sebagian besar remaja dan pemuda-pemudi serta sebagian

orang tua tidak memahami bahasa Batak dengan baik. Alasan lainnya juga

dikarenakan jemaatnya sudah lahir di Jawa atau sudah lama tinggal di Salatiga.

Dalam kehidupan sehari-hari ketika penulis pernah berkunjung ke rumah jemaat

mereka juga lebih sering memakai bahasa Indonesia.

Bahasa bukan sekedar tuturan atau simbol biasa namun mengandung

berbagai makna di dalamnya. Pembinaan bahasa daerah sangat penting dan

bahasa-bahasa daerah merupakan hal yang sangat penting untuk dikembangkan.

Menurut Sibarani di samping sebagai pemerkaya kebudayaan nasional, nilai-nilai

kebudayaan tradisional juga diungkapkan di dalam bahasa-bahasa daerah.

Kebudayaan tradisional hanya dapat dimengerti melalui ungkapan bahasa daerah

masyarakatnya. Bahasa daerah harus tetap dipelihara dan dibina oleh karena itu

sebagai manusia harus tetap memelihara agar tetap dapat berkemang. Bahwa

melalui pasal 36, bab XV, Undang-undang dasar 1945 dikatakan bahwa bahasa-

bahasa daerah itu akan tetap dihormati dan dipelihara. Untuk mempertahankan

eksistensi dari bahasa itu adalah dengan mengupayakan kelestarian eksistensi

bahasa-bahasa daerah itu dengan cara menyebarluaskan informasi tentang bahasa-

bahasa daerah tersebut ke berbagai komunitas termasuk keseluruh dunia.10

Karl

Buehler seorang psikolog dan pakar bahasa yang berasal dari Jerman berpendapat

bahwa, fungsi dasar bahasa adalah sebagai alat komunikasi antara penutur dengan

petutur tentang sesuatu, konsep ini biasanya disebut organon model of language.

Menurut Felicia dalam berkomunikasi sehari-hari, salah satu alat yang paling

sering digunakan adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun bahasa tulis.11

Kelemahan yang sering terjadi dan secara tidak disadari, bahasa sebagai alat

10

Roswita Silalahi. Makna dan Konteks dalam Bahasa Batak Toba (Universitas Sumatera Utara),

Jurnal ilmiah linguistik dan sastra. Vol. 1. No. 1 , Mei 2005:7-18. 11

Ja Juli. State Islamic University of Sunan Gunung Djati Bandung Undergraduate, January 10

2019, diakses Juni 20 2019 https://www.academia.edu/3614957/FUNGSI_BAHASA

Page 16: PENGGUNAAN BAHASA BATAK DALAM TATA IBADAH ......Salatiga dapat disimpulkan bahwa penggunaan bahasa Batak dalam liturgi ibadah tidak diminati oleh anak-anak maupun pemuda-pemudi, hal

5

ekspresi diri dan sebagai alat komunikasi sekaligus menunjukkan identitas diri

seseorang misalnya dari suku dan budaya asalnya. Melalui bahasa, kita dapat

menunjukkan sudut pandang kita, pemahaman kita atas suatu hal, asal usul bangsa

dan negara kita, pendidikan kita, bahkan sifat kita. Aabila dilihat dari cerminan

diri kita baik secara kebangsaan maupun diri sendiri, pada dasarnya bahasa

memiliki fungsi-fungsi tertentu yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari

berdasarkan kebutuhan seseorang yang digunakan untuk berbicara kepada orang

lain. Bahasa sebagai alat untuk mengadakan integrasi dan mampu beradaptasi

dengan lingkungan sosial atau situasi tertentu dengan mengekspresikan diri.

Sebagai alat untuk berkomunikasi, alat untuk melakukan kontrol sosial.12

Oleh karena itu untuk mengkaji dan mendeskripsikan secara mendalam

lagi tentang makna bahasa Batak pada warga jemaat khususnya di gereja HKBP,

maka penulis ingin melakukan studi dengan judul:

Penggunaan Bahasa Batak dalam Tata Ibadah HKBP Salatiga Studi di

Jemaat HKBP Salatiga.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka penulis merumuskan

permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana pemahaman jemaat terhadap penggunaan bahasa Batak dalam

pelaksanaan Tata Ibadah di HKBP Salatiga?

2. Apa tanggapan warga jemaat tentang dampak pelayanan dalam bahasa

Batak di HKBP Salatiga?

Tujuan Penelitian

1. Mengkaji dan menganalisis pemahaman jemaat tentang penggunaan

bahasa Batak dalam pelaksanaan Liturgi di HKBP Salatiga.

2. Mendeskripsikan tanggapan warga jemaat terhadap pelayanan dalam

bahasa Batak di HKBP Salatiga.

Manfaat Penelitian

12

Setiawati Darmojuono. Pengertian Fungsi Bahasa, diakses Juni 19, 2019

repository.ut.ac.id/4225/1/BING4318-M1.pdf.2014.

Page 17: PENGGUNAAN BAHASA BATAK DALAM TATA IBADAH ......Salatiga dapat disimpulkan bahwa penggunaan bahasa Batak dalam liturgi ibadah tidak diminati oleh anak-anak maupun pemuda-pemudi, hal

6

1. Teori: Menyumbang suatu pemahaman baru kepada para jemaat yang

mengikuti ibadah di Gereja, yang belum sepenuhnya mengetahui bahasa

Batak dalam pelayanan.

2. Praktis: Melalui tulisan ini kiranya dapat berguna bagi pembaca,

bermanfaat bagi jemaat maupun para pelayan di jemaat dan terutama bagi

penulis.

Metode Penelitian

Pendekatan yang digunakan adalah kualitatif suatu metode penelitian yang

akan digunakan dengan cara mengumpulkan berbagai informasi sebagai data

untuk diolah, sehingga pada akhirnya fenomena-fenomena yang terjadi dalam

kehidupan jemaat yang ada di HKBP dapat diuraikan atau dideskrispsikan dalam

bentuk kesatuan tulisan yang utuh. Secara umum penelitian kualitatif dilakukan

dengan metode wawancara dan observasi, melalui metode ini peneliti akan

menganalisis data yang didapatkan dari lapangan dengan detail.13

1. Teknik pengumpulan data adalah wawancara14

, setiap individu yang

diwawancarai mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih dan

diambil dengan tujuan untuk memperoleh data yang dapat menjelaskan

atau menjawab permasalahan yang ingin diteliti. Bentuk wawancara yang

digunakan adalah wawancara terstruktur15

yang terarah dalam

mengumpulkan data-data yang lebih akurat dan relevan. Penulis akan

memberikan pertanyaan yang terarah sesuai data agar lebih mudah diolah

sehingga memungkinkan penulis untuk analisa yang kualitatif dan

kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan.

2. Observasi adalah teknik pengumpulan data yang ditentukan oleh pengamat

sendiri, mendengarkan objek penelitian menyimpulkan dari apa yang

diamati.16

Penulis akan mengamati, mendengarkan dan menyimpulkan

setiap Liturgi dalam peribadahan dalam ibadah kaum ibu, sekolah minggu

dan remaja pemuda-pemudi di HKBP Salatiga.

13

Rachmat Kriyanto. Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta:Prenada, 2006), 53. 14

Yusuf Muri. Metode Penelitian Kuantitatif dan Penelitian Gabungan, (Jakarta:Prenadamedia

Group, 2014), 372. 15

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung:Alfabeta, 2012), 233. 16

Muri. Metode Penelitian, 384.

Page 18: PENGGUNAAN BAHASA BATAK DALAM TATA IBADAH ......Salatiga dapat disimpulkan bahwa penggunaan bahasa Batak dalam liturgi ibadah tidak diminati oleh anak-anak maupun pemuda-pemudi, hal

7

Sistematika penulisan

Penulisan penelitian ini bagian pertama berisi pendahuluan diawali dengan

latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, signifikasi penelitian,

metodologi penelitian, dan sistematika penelitian. Bagian kedua merupakan

landasan teori; di dalamnya berisi makna bahasa Batak. Bagian ketiga makna

bahasa batak bagi pelayan yang akan melayani di jemaat. Bagian keempat, pada

bagian ini penulis akan menganalisa hasil penelitian tentang kurangnya

pengetahuan dalam berbahasa Batak. Bagian kelima adalah sebagai penutup

dalam tulisan ini yang di dalamnya berisi kesimpulan yang akan diperoleh, juga

disertai saran dan masukan yang membangun ditujukan kepada pihak-pihak yang

berhubungan atau ada hubungannya dengan tujuan penelitian tugas akhir ini.

Dalam rangka untuk menganalisa tentang Penggunaan Bahasa Batak

dalam Tata Ibadah di HKBP Salatiga, maka penting bagi penulis untuk mencari

teori-teori yang digunakan untuk melihat permasalahan ini. Dalam hal ini penulis

akan menggunakan teori Bahasa, karena keberadaan bahasa tentu tidak lepas dari

konteks dan budaya. Selain itu Teori Perubahan sosial, karena masyarakat Batak

itu sudah mengalami perubahan sosial. Sebab penggunaan bahasa Batak dalam

tata ibadah di gereja HKBP Salatiga yang belum sepenuhnya terealisasi dengan

baik untuk berbahasa Batak. Dalam hal ini, seharusnya penggunaan bahasa Batak

dalam tata ibadah harus berjalan sesuai dengan tata ibadah yang seharusnya

HKBP tetapkan. Penulis akan meneliti masyarakat Batak dan jemaat HKBP

Salatiga yaitu anak sekolah minggu, pemuda-pemudi HKBP Salatiga dan kaum

Ibu. Berikut ini penulis akan menjelaskan tentang Bahasa dan perubahan

penggunaan bahasa Batak yang terjadi di HKBP Salatiga.

BAHASA

Manusia hidup sejak zaman dahulu diciptakan tidak lepas dari bahasa.

Bahasa merupakan aspek yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia.

Bahasa merupakan karunia dari Tuhan kepada manusia, maka untuk mengetahui

bahasa adalah kewajiban manusia. Bahasa benar-benar sebuah fenomena yang

Page 19: PENGGUNAAN BAHASA BATAK DALAM TATA IBADAH ......Salatiga dapat disimpulkan bahwa penggunaan bahasa Batak dalam liturgi ibadah tidak diminati oleh anak-anak maupun pemuda-pemudi, hal

8

luar biasa, tanpa bahasa kehidupan manusia saat ini tidak akan terwujud.17

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian bahasa yaitu: 1) Sistem

lambang bunyi berartikulasi dan suatu bentuk sifat untuk hal-hal yang mengikuti

cara yang diterima secara umum dipakai sebagai alat komunikasi untuk

menumbuhkan perasaan dan pikiran; 2) perkataan-perkataan yang dipakai oleh

suatu bangsa (suku bangsa, daerah, negara); 3) perkataan atau perakapan yang

baik melalui sopan santun, perilaku atau tindakan yang baik. Menurut Bloch dan

Trager mendefenisikan bahasa sebagai suatu cara atau sistem simbol-simbol bunyi

yang digunakan oleh beberapa kelompok sosial sebagai alat untuk berinteraksi

atau berbicara.18

Bahasa juga merupakan suatu cara yang tertata berdasarkan

simbol-simbol bunyi yang dipergunakan oleh anggota suatu kelompok sosial

sebagai alat bergaul antara satu dengan yang lainnya.19

Bahasa juga bukan hanya

sebagai alat komunikasi untuk mengantarkan proses hubungan antarmanusia,

tetapi bahasa mampu mengubah seluruh kehidupan manusia. Artinya bahwa

bahasa merupakan salah satu aspek terpenting dari kehidupan manusia.

Sekelompok manusia atau bangsa yang hidup dalam kurun waktu tertentu tidak

akan bisa bertahan jika dalam bangsa tersebut tidak ada bahasa. Kearifan Melayu

mengatakan: “Bahasa adalah cermin budaya bangsa, hilang budaya maka hilang

bangsa. Jadi bahasa mesti ada bagi kebudayaan dan masyarakat manusia.20

Bahasa memiliki peranan yang sangat vital dalam kehidupan manusia

yaitu sebagai alat komunikasi. Apabila tidak ada bahasa di dunia ini tentu tidak

bisa seperti sekarang ini. Dalam kehidupan sehari-hari bahasa sangat berguna dan

sangat penting dalam melancarkan demi menunjang kativitas di dalam kehidupan

bersosial. Manusia tentunya tidak akan bisa melakukan apa-apa tanpa bahasa

untuk berkomunikasi. Untuk berbicara dengan seseorang kita pasti menggunakan

bahasa, misalnya dalam kegiatan perkuliahan di kampus, seorang dosen yang

menyampaikan materi perkuliahan, kemudian seorang guru yang menyampaikan

pelajaran, lalu seorang pedagang yang menawarkan dagangannya kepada para

17

Marcel Danesi. Pesan, Tanda dan Makna Buku Teks Dasar Mengenai Semiotika dan Teori

Komunikasi (Yogyakarta: Jalasutra, 2012), 108. 18

Ahmad Adil. Pengantar Teori Bahasa Formal, Otomata dan Komputasi (Yogyakarta:

Deepublish, 2018), 7. 19

Asep Ahmad Hidayat. Filsafat Bahasa Mengungkap Hakikat Bahasa, Makna dan Tanda

(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), 21-22. 20

Ahmad Hidayat, Filsafat bahasa, 30.

Page 20: PENGGUNAAN BAHASA BATAK DALAM TATA IBADAH ......Salatiga dapat disimpulkan bahwa penggunaan bahasa Batak dalam liturgi ibadah tidak diminati oleh anak-anak maupun pemuda-pemudi, hal

9

pembeli, dan seorang atasan yang memberikan perintah kepada bawahannya, serta

banyak lagi contoh lainnya, dan pasti itu semua menggunakan bahasa dalam

melakukan aktivitasnya. Begitu pula melalui bahasa, kebudayaan suatu bangsa

dapat dibentuk, dibina dan dikembangkan serta dapat diturunkan kepada generasi-

generasi mendatang. Benarlah bahwa melalui bahasa sebagai alat komunikasi,

maka semua kegiatan yang berada disekitar kehidupan manusia: peristiwa-

peristiwa, binatang-binatang, tumbuh-tumbuhan, hasil cipta karya manusia dan

sebagainya, akan mendapat tanggapan dalam pikiran manusia. Disusun dan

diungkapkan kembali kepada orang-orang lain sebagai bahan komunikasi.

Komunikasi melalui bahasa ini memungkinkan tiap orang untuk menyesuaikan

dirinya dengan lingkungan fisik dan lingkungan sosialnya. Yang memungkinkan

tiap orang untuk mempelajari kebiasaan, adat istiadat, kebudayaan serta latar

belakangnya masing-masing. Ada beberapa hal yang dapat dikaitkan dengan

bahasa yakni:

a. Akal yang merupakan erat dengan logika, tanpa akal manusia tidak

dapat berkomunikasi dengan baik.

b. Makna dan intepretasiy adalah merupakan bagian yang sudah melekat

dengan bahasa.

c. Konvensi atau aturan dasar, tanpa konvensi bahasa tidak akan ada

artinya karena tidak dapat dimengerti oleh semua orang.

d. Dimensi bahasa obyektif, dapat dimengerti oleh semua untuk mengatasi

ruang yang bersifat menyeluruh dan mampu menjelaskan fenomena-

fenomena.

e. Intertekstualitas atau memiliki ilmu pengetahuan akan mencari tahu

bagaimana teks-teks lain saling mempengaruhi pemahaman

seseorang.21

Bahasa merupakan suatu sistem komunikasi yang mempergunakan simbol-

simbol vokal bunyi ucapan yang bersifat arbitrer,22

yang dapat diperkuat dengan

gerak-gerik badaniah yang nyata. Ia merupakan simbol karena rangkaian bunyi

yang dihasilkan oleh alat ucap manusia harus diberikan makna tertentu pula.

21

Ahmad Hidayat. Filsafat bahasa, 32. 22

Deddy Mulyana. Komunikasi Efektif Suatu Pendekatan Lintas Budaya, (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2004), 93.

Page 21: PENGGUNAAN BAHASA BATAK DALAM TATA IBADAH ......Salatiga dapat disimpulkan bahwa penggunaan bahasa Batak dalam liturgi ibadah tidak diminati oleh anak-anak maupun pemuda-pemudi, hal

10

Simbol adalah tanda yang diberikan makna tertentu, yaitu mengacu kepada

sesuatu yang dapat diserap oleh panca indra. Berarti bahasa mencakup dua bidang,

yaitu vokal yang dihasilkan oleh alat ucap manusia, dan arti atau makna yaitu

hubungan antara rangkaian bunyi vokal dengan barang atau hal yang diwakilinya

itu. Bunyi itu juga merupakan getaran yang merangsang alat pendengar kita (yang

diserap oleh panca indra kita, sedangkan arti adalah isi yang terkandung di dalam

arus bunyi yang menyebabkan reaksi atau tanggapan dari orang lain).Arti yang

terkandung dalam suatu rangkaian bunyi bersifat arbitrer atau manasuka. Arbitrer

atau manasuka berarti tidak terdapat suatu keharusan bahwa suatu rangkaian

bunyi tertentu harus mengandung arti yang tertentu pula.23

Salah satu aspek yang paling penting dari bahasa adalah aspek fungsi

bahasa, yang secara umum sebagai fungsi alat komunikasi dan dapat dipandang

sebagai fungsi utama bahasa. Kata komunkasi dalam bahasa Inggris

communication berasal dari kata latin communicatio dan bersumber dari kata

communis yang berarti sama. Artinya adalah sama dalam bentuk percakapan,

maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan makna

mengenai apa yang dipercakapkan. Kesamaan bahasa yang dipergunakan dalam

percakapan itu belum tentu menimbulkan kesamaan makna, dengan kata lain

mengerti bahasanya saja belum tentu mengerti makna yang dibawakan oleh

bahasa itu. Jadi bahasa itu sebagai sesuatu yang bersifat sosial, merupakan akibat

dari masyarakat bergaul; merupakan pengikat terkuat, yang menyatukan

masyarakat.24

Seorang alhi Linguis bahasa Indonesia P.W.J. Nababan membagi

fungsi bahasa sebagai komunikasi dalam kaitannya dengan masyarakat dan

pendidikan menjadi empat antara lain:

a. Fungi kebudayaan sebagai sarana perkembangan kebudayaan, jalur

penerus kebudayaan dan inventaris kebudayaan.

b. Fungsi kemasyarakatan untuk menunjukkan peranan khusus suatu

bahasa dalam kehidupan masyarakat.

c. Fungsi perorangan mencakup interaksi, pemecahan masalah,

instrumental dan lain sebagainya.

23

Ahmad Adil. Pengantar Teori Bahasa, 8-9. 24

Wojowasito, Perkembangan Ilmu Bahasa (Linguistik) Abad-20 sebagai dasar Pengajaran

Bahasa (Bandung: Shinta Dharma, 1977), 6.

Page 22: PENGGUNAAN BAHASA BATAK DALAM TATA IBADAH ......Salatiga dapat disimpulkan bahwa penggunaan bahasa Batak dalam liturgi ibadah tidak diminati oleh anak-anak maupun pemuda-pemudi, hal

11

d. Fungsi pendidikan mencakup fungsi penalaran.

TEORI BUDAYA

Budaya dan komunikasi berinteraksi secara erat dan dinamis, inti budaya

adalah komunikasi, karena budaya muncul melalui komunikasi sebagaimana

dikatakan Edward T. Hall, budaya adalah komunikasi dan komunikasi adalah

budaya.25

Komunikasi melibatkan tindakan, pilihan dan penafsiran, setiap

berkomunikasi dengan seseorang tidak diragukan bahwa orang tersebut berasal

dari suatu lingkungan budaya tertentu. Oleh karena itu seseorang dipengaruhi oleh

latar belakang budayanya, meskipun tidak berarti bahwa semua anggota budaya

tersebut berperilaku seragam. Tanpa mengetahui budaya maka sulit untuk

memprediksi perilakunya.26

Orang-orang berkomunikasi karena mereka harus

beradaptasi dengan lingkungan. Beradaptasi bukan berarti menyetujui atau

mengikuti semua tindakan orang lain, melainkan mencoba memahami alasan di

baliknya tanpa kita tertekan oleh situasi. Dalam era global saat ini sangat perlu

mengembangkan dan menguasai berbagai keterampilan, salah satunya adalah

keterampilan berkomunikasi dengan orang-orang berbeda budaya.27

Menurut Trenholm dan Jensen budaya merupakan seperangkat nilai,

kepercayaan, norma dan adat istiadat, aturan dan kode, yang secara sosial

mendefenisikan kelompok-kelompok orang, mengikat mereka satu sama lain dan

memberi mereka kesadaran bersama. Pemahaman budaya untuk berfikir tentang

diri kita sendiri dan hubungan kita dengan orang lain dan bagaimana kita

menetapkan serta mencapai tujuan bagaimana kita mempertukarkan pesan. Peran

budaya sangat besar dalam kehidupan kita, budaya telah ada sebelum kita lahir

dan akan tetap ada setelah kita meninggal dunia. Bergaul dengan orang yang dari

budaya lain atau tinggal dalam budaya lain membantu kita tidak hanya memahami

budaya mereka, melainkan budaya kita sendiri.28

Budaya yang lebih tinggi dan aktif akan mempengaruhi budaya yang lebih

rendah dan pasif melalui kontak budaya (Malinowski, 1983:21-23). Teori

25

Deddy Mulyana. Komunikasi Efektif, 14 26

Deddy Mulyana. Komunikasi Efektif, 7 27

Cohen Bruce J, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), 10. 28

Deddy Mulyana. Komunikasi Efektif, 15.

Page 23: PENGGUNAAN BAHASA BATAK DALAM TATA IBADAH ......Salatiga dapat disimpulkan bahwa penggunaan bahasa Batak dalam liturgi ibadah tidak diminati oleh anak-anak maupun pemuda-pemudi, hal

12

Malinowski ini sangat terlihat dalam pergeseran atau perubahan nilai-nilai budaya

kita yang meniru atau mencontoh budaya dari Barat. Dalam kemajuan era

globalisasi informasi sekarang ini menjadi kekuatan yang sangat dahsyat dalam

mempengaruhi dan mengubah pola pikir manusia. Budaya barat saat ini

diidentikkan dengan modernitas (modernisasi), dan budaya timur diidentikkan

dengan tradisional atau kebiasaan umum yang digunakan. Manusia tidak hanya

mengadopsi ilmu pengetahuan dan teknologi Barat sebagai bagian dari

kebudayaan tetapi juga mecontoh semua gaya orang Barat, sehingga yang di Barat

dianggap sebagai budaya yang tidak baik tetapi setelah sampai di Timur diadopsi

secara melekat.29

Teori Sinkronisasi Budaya (Hamelink, 1983) menyatakan lalu lintas

produk budaya masih berjalan satu arah dan pada dasarnya mempunyai mode

yang sinkronik. Hamelink juga mengatakan, bahwa dalam sejarah budaya

manusia belum pernah terjadi lalu lintas satu arah dalam suatu konfrontasi budaya

seperti yang kita alami saat ini. Karena sebenarnya konfrontasi budaya dua arah di

mana budaya yang satu dengan budaya yang lainnya saling pengaruh

mempengaruhi akan menghasilkan budaya yang lebih kaya (kompilasi).

Sedangkan konfrontasi budaya searah akan memusnahkan budaya yang pasif dan

lebih lemah. Menurut Hamelink, bila otonomi budaya didefinisikan sebagai

kapasitas masyarkat untuk memutuskan alokasi sumber-sumber dayanya sendiri

demi suatu penyesuaian diri yang memadai terhadap lingkungan, maka

sinkronisasi budaya tersebut jelas merupakan ancaman bagi otonomi budaya

masyarakatnya.

Proses perubahan budaya dapat terjadi karena difusi, yakni unsur budaya

yang satu bercampur dengan unsur budaya lainnya sehingga menjadi kompleks, di

mana unsur komponennya menjadi tidak dekat lagi dengan unsur budaya aslinya.

Budaya adalah campuran unsur suatu hasil integrasi budaya yang hanya bisa

dipahami melalui budaya induknya. Teori ini ditolak oleh Malinowski

(Malinowski, 1983: 29). Pengungkapan identitas ini sering dilakukan secara aktif

dan sadar. Dalam memakai pakaian adat, bahasa, perhiasan dan tingkah laku

tertentu, supaya orang dari kelompok etnis atau budaya lainnya mengetahui

29

Ihromi, T.O. Pokok-pokok Atropologi Budaya, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2006), 57.

Page 24: PENGGUNAAN BAHASA BATAK DALAM TATA IBADAH ......Salatiga dapat disimpulkan bahwa penggunaan bahasa Batak dalam liturgi ibadah tidak diminati oleh anak-anak maupun pemuda-pemudi, hal

13

identitas dan batas-batas antara mereka dan orang lain. Mentalitas suku atau

kelompok sendiri ini sebenarnya menunjukkan adanya proses integrasi budaya

yang tidak kokoh, bahkan langsung dapat dipahami sebagai budaya yang kembali

ke akar budayanya. Teori Budaya Fungsional ahli antropologi aliran fungsional

menyatakan, bahwa budaya adalah keseluruhan alat dan adat yang sudah

merupakan suatu cara hidup yang telah digunakan secara luas, sehingga manusia

berada di dalam keadaan yang lebih baik untuk mengatasi masalah-masalah yang

dihadapinya dalam penyesuaiannya dengan alam sekitarnya untuk memenuhi

kebutuhannya (Malinowski, 1983: 65). Budaya berfungsi yang dipahami secara

luas oleh manusia sebagai sarana untuk mengatasi masalah-masalah yang

dihadapi dengan upaya sebagai penyesuaian terhadap alam dalam rangka

memenuhi kebutuhan hidupnya.30

Sistem kepribadian Personality System merupakan persoalan tentang

bagaimana isi jiwa dan watak individu yang berinteraksi sebagai warga

masyarakat. Tentunya kepribadian setiap individu dalam kehidupan

bermasyarakat walaupun berbeda-beda antara yang satu dengan yang lainnya,

namun dapat distimulasi dan dipengaruhi oleh nilai-nilai dan aturan-aturan dalam

sistem budaya dan dipengaruhi oleh cara bertindak dalam sistem sosial yang telah

diinternalisasi melalui proses sosialisasi dan proses pembudayaan selama hidup,

sejak kecilnya. Dengan demikian sistem kepribadian manusia memiliki fungsi

sebagai sumber motivasi dari perilaku sosialnya.31

MENGUASAI BAHASA

Dalam kehidupan sehari-hari, menguasai bahasa sering diartikan sebagai

mampu berbicara dalam bahasa itu, penguasaan bahasa bergantung pada empat

kata kunci: penggunaan, simbol, makna dan komunikasi. Indikator penguasaan

bahasa adalah penggunaannya dalam berbicara dan menulis. Bila seseorang fasih

melafalkan kosa kata dan menyebutkan aturan tata bahasa, tetapi tidak bisa

menyusun kata-kata dalam wacana lisan dan tulis dalam bahasa itu, maka tidak

menguasai bahasa tersebut. Bahasa adalah perilaku manusia, jadi pengajaran

bahasa sesungguhnya “mengubah” perilaku manusia. Belajar bahasa perlu

30

Endrswara Suwardi. Metodologi Penelitian Folklor Konsep, Teori dan Aplikasi, (Yogyakarta:

Buku kita, 2009), 124. 31

Kamanto Sunarto. Pengantar Sosiolog. (Jakarta: LPE-UI, 2000), 17.

Page 25: PENGGUNAAN BAHASA BATAK DALAM TATA IBADAH ......Salatiga dapat disimpulkan bahwa penggunaan bahasa Batak dalam liturgi ibadah tidak diminati oleh anak-anak maupun pemuda-pemudi, hal

14

diciptakan suasana yang memaksa berbicara dan menulis dalam bahasa itu.

Sebuah ungkapan atau peribahasa Perancis yang sangat menarik dengan demikian

“Mengerti berarti memaafkan segalanya” bahasalah yang mengikat kuat dan

mempertahankan sebuah masyarakat.32

Memelihara bahasa berfungsi untuk

memperkokoh suatu kelompok masyarakat, supaya kita mudah mengerti bahasa

adalah dengan membiarkan larut dalam komunikasi dengan bahasa dalam

masyarakat penuturnya artinya kita harus secara disiplin memakai bahasa itu.

Perilaku berbahasa dan masyarakat adalah kulit terluar dari bahasa dan bagian

terpentingnya adalah makna dari bahasa. Salah satu ciri kehebatan manusia

memiliki potensi kodrati untuk mengalami dan memaknai suatu makna.

Kemampuan berbahasa tidak lain kecuali kemampuan menangkap makna saat

berbicara dan menulis. Belajar bahasa bukan meniru ujaran seperti burung beo,

belajar bahasa adalah belajar memaknai melalui refleksi. Makna isi bahasa itu

ditampilkan oleh simbol-ekspresi yang merupakan kulit dari bahasa. Konstruk

budaya terbukti dengan adanya perbedaan struktur internal linguistik antara

bahasa dalam mengekspresikan makna.33

TEORI PERUBAHAN SOSIAL

Perubahan sosial bukanlah sebuah proses yang terjadi secara tiba-tiba,

terlebih ketika perubahan sosial tersebut melibatkan individu atau kelompok

sosial sebagai target perubahan. Munculnya gagasan-gagasan baru, atau

munculnya kebijakan baru, tidak dapat diterima begitu saja oleh individu atau

kelompok sosial tertentu. Sejarah telah menunjukkan bahwa proses perubahan

pola pikir yang dominan, sangat sulit diubah.34

Setiap dinamika sosial masyarakat

akan mengalami perubahan budaya baik di desa maupun yang hidup di kota.

Perubahan dan dinamika itu merupakan akibat dari adanya interaksi antarmanusia

dan antarkelompok yang menyebabkan perubahan dan dinamika sosial. Semua

pengaruh kemajuan teknologi dari luar maupun dari dalam hadir di tengah-tengah

kehidupan seseorang. Dinamika perubahan yang terjadi di masyarakat dapat

terlihat dari perubahan nilai-nilai sosial, norma-norma yang berlaku di

32

Wojowasito, Perkembangan Ilmu Bahasa, 7. 33

Chaedar Alwasilah. Filsafat Bahasa dan Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), 45-

46. 34

Nanang Martono. Sosiologi Perubahan Sosial Perspektif Klasik, Modern, Posmodern, dan

Poskolonial (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2012), 361

Page 26: PENGGUNAAN BAHASA BATAK DALAM TATA IBADAH ......Salatiga dapat disimpulkan bahwa penggunaan bahasa Batak dalam liturgi ibadah tidak diminati oleh anak-anak maupun pemuda-pemudi, hal

15

masyarakat, pola-pola perilaku individu dan organisasi, interaksi sosial dan

struktur sosial masyarakat.35

Menurut Abdul Syani (1995:83) perubahan berarti

suatu proses yang mengakibatkan keadaan sekarang berbeda dengan keadaan

sebelumnya, perubahan bisa berupa kemunduran dan bisa juga berupa kemajuan.

Menurut Talcott Parsons dan Willbert E. Moore, teori tentang masyarakat dan

perubahan sosial tidak dapat dipisahkan.

Sejarah Latar Belakang kehidupan jemaat HKBP Salatiga

Gereja HKBP Salatiga berkembang seirama dengan perkembangan orang

dari suku Batak yang berada di Salatiga. Awalnya HKBP masuk ke Salatiga pada

tahun 1956.36

Pemuda-pemudi merindukan akan suasana kebaktian yang

bernuansa Batak, maka inisiatif saat itu adalah mendirikan HKBP Salatiga.

Menjelang akhir tahun 1957 adanya keinginan yang lebih untuk mendirikan

HKBP di kota Salatiga. Pada waktu itu jemaat HKBP menggunakan gedung

gereja GPIB Salatiga yang hingga saat ini berdiri di Taman Sari Salatiga. Mereka

sepakat membentuk NHKBP (Naposo Bulung Huria Kristen Batak Protestan) di

Salatiga membuat suatu pertemuan di rumah keluarga S.M.A Pasaribu, jalan

Tuntang No.5 yang dihadiri 21 orang pemuda-pemudi. Karena belum ada HKBP

di Salatiga, mereka menganggap dan mengusulkan ke BPD (Badan Pengurus

Distrik) NHKBP Distrik IX dan NHKBP pusat sebagai cabang luar biasa. BPD

menerima dan memandang NHKBP Salatiga sebagai calon cabang. Kegiatan

NHKBP yang teratur adalah pemahaman Kitab Suci yang dilaksanakan sekali

dalam dua minggu bertempat dirumah keluarga Batak Kristen yang ada di

Salatiga secara bergantian. Dikemukakan bahwa tidak sedikit atau tidak kecil

hasil yang dicapai yaitu kemajuan kehidupan kerohanian para anggota, tetap

terpeliharanya semangat kekeluargaan dan berdirinya HKBP di Salatiga pada 2

Februari 1958 (delapan bulan setelah NHKBP Salatiga berdiri) dan diresmikan

pada 7 April 1958.37

35

Bagja Waluya. Sosiologi Menyelami Fenomena Sosial di Masyarakat (Bandung: Setia Purna

Inves, 2007), 55-56 36

Majelis, Sejarah HKBP Salatiga, 2008, 4. 37

Buku sejarah HKBP, 21.

Page 27: PENGGUNAAN BAHASA BATAK DALAM TATA IBADAH ......Salatiga dapat disimpulkan bahwa penggunaan bahasa Batak dalam liturgi ibadah tidak diminati oleh anak-anak maupun pemuda-pemudi, hal

16

Kebaktian untuk jemaat HKBP Salatiga dimulai pukul 10.00 WIB. Sejak

tahun 1958 ditetapkan sebagai hari berdirinya HKBP Salatiga dan pada tahun

1983 barulah HKBP Salatiga memiliki gedungnya sendiri. Terkait dengan

penelitian mengenai penggunaan Bahasa Batak dalam tata ibadah di HKBP

Salatiga penulis akan memaparkan hasil penelitian yang berdasarkan hasil

wawancara. Mayoritas masyarakat Batak yang berada di Salatiga adalah para

perantau, terkait dengan data statistik jemaat HKBP Salatiga saat ini terdapat 68

untuk kepala keluarga terdapat 10 pemuda-pemudi yang asli dari HKBP Salatiga

sedangkan 48 lainnya merupakan perantau. Tidak semua dari antara mereka yang

memahami bahasa Batak secara mendalam. Beberapa di antara mereka yang

memahaminya adalah para orang tua.

Pemahaman bahasa batak di Sekolah minggu dan remaja pemuda-

pemudi HKBP Salatiga.

Pelayanan sekolah minggu dilakukan setiap hari Minggu pada pukul 07.30

bersamaan dengan dilaksanakannya ibadah umum. Hasil penelitian penulis dalam

tata ibadah anak sekolah minggu yang menggunakan agenda HKBP bahasa

Indonesia yang dipandu oleh satu orang majelis dan dua orang pemimpin pujian

yaitu guru sekolah minggu. Penulis juga pernah mengajar sebagai guru sekolah

minggu dan pengurus anak sekolah minggu di HKBP Salatiga. Selama penulis

pernah mengajar anak sekolah minggu dalam pelayanan belum pernah memakai

bahasa batak dalam tata ibadah karena melihat situasi anak sekolah minggu yang

tidak memahami bahasa batak. Bahkan pernah mengajari mereka bernyanyi pakai

bahasa Batak namun mereka sulit untuk memahami. Respon beberapa anak

sekolah minggu yang penulis wawancarai bahwa mereka memang benar-benar

tidak mengerti bahasa batak karena dalam kehidupan sehari-hari juga sudah

memakai bahasa Indonesia.38

Salah satu contoh ketika penulis berbicara langsung

memakai bahasa Batak mereka tidak bisa mengungkapkan dan menurut mereka

bahasa Batak sulit untuk dimengerti dari kata-katanya.39

Di rumah pun untuk

berbicara kepada orang tua sudah memakai bahasa Indonesia.

38

Hasil wawancara dengan anak sekolah minggu, Natan Situmorang . Minggu 7 Juli 2019, Pukul

08.30. 39

Hasil wawancara dengan anak sekolah minggu, Joel Pasaribu. Minggu 7 Juli 2019, Pukul 08.40

WIB.

Page 28: PENGGUNAAN BAHASA BATAK DALAM TATA IBADAH ......Salatiga dapat disimpulkan bahwa penggunaan bahasa Batak dalam liturgi ibadah tidak diminati oleh anak-anak maupun pemuda-pemudi, hal

17

Sama halnya dengan remaja pemuda-pemudi yang penulis amati dalam

ibadah PA (Pendalaman Alkitab) yang dilaksanakan setiap hari sabtu pukul 17.00

WIB. Adapun yang mengikuti PA adalah remaja pemuda-pemudi diantaranya

merupakan asli dari kota Salatiga dan mayoritas mahasiswa UKSW yang sedang

melaksanakan Praktek Pendidikan Lapangan. Dalam pelaksanaan pelayanan

ibadah remaja pemuda-pemudi ini juga selalu menggunakan bahasa Indonesia.

Pada saat penulis melakukan wawancara dengan beberapa remaja mengenai tata

ibadah yang dilaksanakan dalam ibadah setiap hari sabtu. Memang sangat sulit

memakai bahasa Batak dan sulit dimengerti sehingga setiap ibadah menggunakan

bahasa Indonesia agar apa yang disampaikan dalam ibadah mudah untuk mereka

terima dan pahami.40

Bukan hanya pada saat pelaksanaan ibadah saja mereka

tidak memahami bahasa Batak, ketika mereka berbicara juga dengan majelis,

orang tua atau dengan masyarakat juga memakai bahasa Indonesia sehingga

kebiasaan itu yang membuat kurang fasih untuk berbicara dengan bahasa Batak.

Lingkungan sekitar juga banyak dari budaya yang sudah bercampur sehingga

kebiasaan itulah yang membuat bahasa batak tidak mampu mereka kuasai.

Penggunaan Bahasa Batak dalam Tata Ibadah di ibadah Minggu

HKBP Salatiga.

Berdasarkan aturan HKBP struktur liturginya sudah sesuai dengan aturan

HKBP, namun HKBP Salatiga membuat suatu kebijakan dalam tata Ibadah

Minggu yang membuat dua bahasa atau di campur. Awalnya kebijakan HKBP

Salatiga sendiri setiap Minggu ganjil memakai bahasa Batak dan setiap minggu

genap memakai bahasa Indonesia. Ada pergeseran dilihat dari prakteknya setiap

hari minggu tidak sesuai dengan kebijakan yang telah disepakati karena dalam

ibadah itu bahasanya dicampur dimana kotbah memakai bahasa batak sedangkan

untuk nyanyian dan epistel memakai bahasa Batak. Ketika berkotbah memakai

bahasa Batak ada beberapa jemaat yang mengeluh karena tidak memahami bahasa

yang di sampaikan oleh pengkotbah. Dari keluhan itulah Majelis mengubah

kebijakan itu karena melihat situasi dan kondisi jemaat ada beberapa yang kawin

40

Hasil wawancara Ny. Haloho br Manik, Minggu 14 Juli 2019 pukul 09.10 WIB.

Page 29: PENGGUNAAN BAHASA BATAK DALAM TATA IBADAH ......Salatiga dapat disimpulkan bahwa penggunaan bahasa Batak dalam liturgi ibadah tidak diminati oleh anak-anak maupun pemuda-pemudi, hal

18

campur. Bukan hanya kawin campur namun ada juga jemaat yang diangkat

menjadi boru Batak.41

Tidak semua jemaat mengerti bahasa Batak contohnya anak sekolah

minggu, remaja pemuda-pemudi yang ikut beribadah. Beribadah itu yang

terpenting penyampaian Firman kepada jemaat bagaimana mereka dapat

memahami apa yang disampaikan pengkotbah dari mimbar. Meskipun orang

Batak kalau tidak mengerti bahasa Batak fungsi gereja harus bisa menyediakan

apa yang dibutuhkan jemaat. Khotbah di gereja hanya setengah jam sehingga

penyampaian kotbah dengan memakai bahasa batak kalau pesannya tidak

tersampaikan sama saja tidak ada artinya. Dalam konteks bahasa, bahasa batak

memang penting tergantung bagaimana orangtua mengajari anak-anaknya dengan

praktek dirumah, atau berbicara sehari-hari bahasa Batak bukanlah pelajaran di

gereja hanya pelengkap saja yang terpenting di gereja adalah penyampaian firman

Tuhan berdasarkan massage Tuhan.42

Anak-anak muda sekarang pemikirannya

sudah lebih modern sehingga mereka lebih mengikut ke perkembangan yang

sudah ada. Walaupun diadakan gereja seperti ada bimbingan atau semacam

pembinaan khusus untuk bahasa batak anak-anak tidak ada yang berminat.

Pemahaman Jemaat tentang Bahasa Batak dalam tata Ibadah di

HKBP Salatiga.

Ada juga jemaat yang kurang setuju dengan kebijakan dalam tata ibadah

yang bahasanya di campur. Jemaat yang merantau dari tanah Batak tentu rindu

dengan bahasa bataknya, bahwa HKBP identitasnya adalah batak, sehingga ketika

diadakan bahasa yang campur itu kurang tepat. Bahasa Batak inilah yang

menunjukkan identitas budaya Batak, sehingga ketika bertemu dengan sesama

batak kalau tidak mengerti bahasa batak tidak tepat dia disebut orang Batak.

Dengan kebijakan yang berubah-ubah maka ibadah itu dilaksanakan seolah-olah

hanya untuk menyenangkan hati jemaat bukan untuk Tuhan.43

Kepada anak-anak

atau remaja pemuda-pemudi yang tidak mengetahui bahasa Batak tentunya peran

orang tua sangat penting untuk mengajari anak-anaknya, bila perlu dalam

kehidupan sehari-hari harus memakai bahasa batak. Dalam ibadah apabila

41

Hasil wawancara T. Parapat, Jumat pukul 19.15 WIB. 42

Hasil wawancara, J. Dongoran, Jumat pukul 19.30 WIB. 43

Hasil wawancara, Ny. Silaban br Sihombing, Kamis pukul 17.20 WIB.

Page 30: PENGGUNAAN BAHASA BATAK DALAM TATA IBADAH ......Salatiga dapat disimpulkan bahwa penggunaan bahasa Batak dalam liturgi ibadah tidak diminati oleh anak-anak maupun pemuda-pemudi, hal

19

nyanyian dan epistel bahasa Batak seharusnya khotbahnya juga bahasa Batak

sesuai aturan HKBP. Apabila dalam liturgi itu sendiri tidak sesuai dengan dasar

atau identitas HKBP tentunya bahasa Batak itu akan punah.44

Boleh juga gereja

membuka seperti kursus bahasa Batak agar tidak lepas dari identitasnya.

Kekonsistenan dari gereja dengan aturan misalnya ada jemaat yang kurang

mengerti bahasa Batak dengan membuat aturan Minggu genap memakai bahasa

Indonesia mulai dari awal ibadah sampai selesai memakai bahasa Indonesia atau

sebaliknya di Minggu ganjil ketika memakai bahasa batak mulai dari awal ibadah

sampai selesai.45

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis selama

melaksanakan penelitian di beberapa kategorial bagaimana pemahaman jemaat

tentang penggunaan bahasa Batak dalam tata ibadah di HKBP Salatiga, dapat

dianalisa bahwa Bahasa yang digunakan ketika melaksanakan ibadah adalah

bentuk komunikasi yang dapat dimengerti oleh jemaat HKBP Salatiga.46

Majelis

berusaha untuk memberikan pelayanan sesuai dengan keadaan dan situasi

beberapa jemaat. Dapat dikatakan bahasa merupakan suatu sistem yang

berstruktur dari simbol-simbol bunyi yang dipergunakan oleh anggota suatu

kelompok sosial sebagai alat berinteraksi antara yang satu dengan yang lainnya.47

Bahasa juga bukan hanya sebagai alat komunikasi untuk mengantarkan proses

hubungan antarmanusia, tetapi bahasa mampu mengubah seluruh kehidupan

manusia. Artinya bahwa bahasa merupakan salah satu aspek terpenting dari

kehidupan manusia. Sekelompok manusia atau bangsa yang hidup dalam kurun

waktu tertentu tidak akan bisa bertahan jika dalam bangsa tersebut tidak ada

bahasa.48

Pemahaman bahasa Batak pada kategorial anak sekolah minggu dan

pemuda-pemudi.

44

Hasil wawancara, Ny. Turnip br Sagala, Rabu pukul 18.30 WIB. 45

Hasil wawancara, Ny. Purba br Simamora, Kamis pukul 17.10 WIB. 46

Hasil wawancara J. Dongoran. Jumat Pukul 19.35 WIB. 47

Asep Ahmad Hidayat. Filsafat Bahasa Mengungkap Hakikat Bahasa, Makna dan Tanda

(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), 21-22. 48

Hasil wawancara dengan anak sekolah minggu, Natan Situmorang . Minggu 7 Juli 2019, Pukul

08.30 WIB

Page 31: PENGGUNAAN BAHASA BATAK DALAM TATA IBADAH ......Salatiga dapat disimpulkan bahwa penggunaan bahasa Batak dalam liturgi ibadah tidak diminati oleh anak-anak maupun pemuda-pemudi, hal

20

Tampaklah bahwa penggunaan bahasa batak pada kategorial anak sekolah

minggu maupun pemuda-pemudi sudah mengalami perubahan sosial dan budaya.

Salah satu contoh ketika penulis berbicara langsung memakai bahasa Batak

mereka tidak bisa mengungkapkan dan menurut mereka bahasa Batak sulit untuk

dimengerti dari kata-katanya.49

Di rumah pun untuk berbicara kepada orang tua

sudah memakai bahasa Indonesia. Dalam kehidupan sehari-hari, menguasai

bahasa sering diartikan sebagai mampu berbicara dalam bahasa itu, penguasaan

bahasa bergantung pada empat kata kunci: penggunaan, simbol, makna dan

komunikasi. Indikator penguasaan bahasa adalah penggunaannya dalam berbicara

dan menulis. Bila seseorang fasih melafalkan kosa kata dan menyebutkan aturan

tata bahasa, tetapi tidak bisa menyusun kata-kata dalam wacana lisan dan tulis

dalam bahasa itu, maka tidak menguasai bahasa tersebut. Bahasa adalah perilaku

manusia, jadi pengajaran bahasa sesungguhnya “mengubah” perilaku manusia.

Salah satu aspek yang paling penting dari bahasa adalah aspek fungsi bahasa,

yang secara umum sebagai fungsi alat komunikasi dan dapat dipandang sebagai

fungsi utama bahasa. Artinya adalah sama dalam bentuk percakapan, maka

komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai

apa yang dipercakapkan.

Pemahaman Bahasa batak menurut Majelis.

Unsur budaya yang sudah bercampur dengan budaya dari luar mejadi

suatu untuk yang kompleks yang mencipatakan suatu proses perubahan budaya

dapat terjadi karena. Dengan unsur budaya lainnya yang sudah kompleks, di mana

unsur komponennya menjadi tidak dekat lagi dengan unsur budaya aslinya.

Sehingga budaya itu merupakan campuran dari unsur suatu hasil integrasi budaya

yang hanya bisa dipahami melalui budaya induknya. Budaya itu jelas sangat

bergeser melalui perubahan yang signifikan meskipun orang Batak kalau tidak

mengerti bahasa Batak fungsi gereja harus bisa menyediakan apa yang dibutuhkan

jemaat. Khotbah di gereja hanya setengah jam sehingga penyampaian khotbah

dengan memakai bahasa batak kalau pesannya tidak tersampaikan sama saja tidak

ada artinya. Menurut Abdul Syani perubahan berarti suatu proses yang

49

Hasil wawancara dengan anak sekolah minggu, Joel Pasaribu. Minggu 7 Juli 2019, Pukul 08.40

WIB

Page 32: PENGGUNAAN BAHASA BATAK DALAM TATA IBADAH ......Salatiga dapat disimpulkan bahwa penggunaan bahasa Batak dalam liturgi ibadah tidak diminati oleh anak-anak maupun pemuda-pemudi, hal

21

mengakibatkan keadaan sekarang berbeda dengan keadaan sebelumnya,

perubahan bisa berupa kemunduran dan bisa juga berupa kemajuan. Menurut

Talcott Parsons dan Willbert E. Moore, teori tentang masyarakat dan perubahan

sosial tidak dapat dipisahkan.

Teori Budaya Fungsional ahli antropologi aliran fungsional menyatakan,

bahwa budaya adalah keseluruhan alat dan adat yang sudah merupakan suatu cara

hidup yang telah digunakan secara luas, sehingga manusia berada di dalam

keadaan yang lebih baik untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya

dalam penyesuaiannya dengan alam sekitarnya untuk memenuhi kebutuhannya.

Budaya difungsikan secara luas oleh manusia sebagai sarana untuk mengatasi

masalah-masalah yang dihadapi sebagai upaya penyesuaiannya dengan alam

dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya.50

Pemahaman bahasa Batak pada kategorial kaum Bapak maupun

Kaum Ibu.

Menurut T. Parapat adanya pergeseran atau perubahan baik sosial maupun

budaya yang bercampur contohnya bahasa dan kawin campur, bahasa yang

awalnya dapat terlaksana sebagaimana tata ibadah dengan menggunakan bahasa

Batak.51

Ada juga jemaat yang kurang setuju dengan kebijakan dalam tata ibadah

yang bahasanya di campur. Jemaat yang merantau dari tanah batak tentu rindu

dengan bahasa bataknya, bahwa HKBP identitasnya adalah batak, sehingga ketika

diadakan bahasa yang campur itu kurang tepat. Bahasa Batak inilah yang

menunjukkan identitas budaya batak, sehingga ketika bertemu dengan sesama

batak kalau tidak mengerti bahasa batak tidak tepat dia disebut orang batak.

Beberapa jemaat belum seutuhnya menerima perubahan budaya yang

menimbulkan bahwa budaya itu secara perlahan akan punah.52

Perubahan sosial

bukanlah sebuah proses yang terjadi secara tiba-tiba, terlebih ketika perubahan

sosial tersebut melibatkan individu atau kelompok sosial sebagai target

perubahan. Munculnya gagasan-gagasan baru, atau munculnya kebijakan baru,

tidak dapat diterima begitu saja oleh individu atau kelompok sosial tertentu.

50

Endraswara Suwardi. Metodologi Penelitian Folklor Konsep, Teori dan Aplikasi, (Yogyakarta:

Buku kita, 2009), 124. 51

Hasil wawancara Tampil Parapat, Jumat Pukul 18.55 WIB. 52

Hasil wawancara Ny. Turnip br Sagala, Rabu Pukul 18.45 WIB.

Page 33: PENGGUNAAN BAHASA BATAK DALAM TATA IBADAH ......Salatiga dapat disimpulkan bahwa penggunaan bahasa Batak dalam liturgi ibadah tidak diminati oleh anak-anak maupun pemuda-pemudi, hal

22

Sejarah telah menunjukkan bahwa proses perubahan pola pikir yang dominan,

sangat sulit diubah.53

Setiap masyarakat akan mengalami perubahan dan dinamika sosial budaya

baik di desa maupun di kota. Perubahan dan dinamika itu merupakan akibat dari

adanya interaksi antarmanusia dan antarkelompok yang menyebabkan perubahan

dan dinamika sosial. Semua pengaruh kemajuan teknologi dari luar maupun dari

dalam hadir di tengah-tengah kehidupan seseorang. Perubahan dan dinamika yang

terjadi di masyarakat bisa berupa perubahan nilai-nilai sosial, norma-norma yang

berlaku di masyarakat, pola-pola perilaku individu dan organisasi, interaksi sosial

dan struktur sosial masyarakat.54

Penggunaan bahasa batak memang sangatlah penting terutama untuk

masyarakat batak sendiri sebagai alat komunikasi, bahasa memiliki peranan yang

sangat vital dalam kehidupan manusia. Begitu pula melalui bahasa, kebudayaan

suatu bangsa dapat dibentuk, dibina dan dikembangkan serta dapat diturunkan

kepada generasi-generasi mendatang. Dengan adanya bahasa sebagai alat

komunikasi, maka semua yang berada disekitar manusia seperti peristiwa-

peristiwa, binatang-binatang, tumbuh-tumbuhan, hasil cipta karya manusia dan

sebagainya, akan mendapat tanggapan dalam pikiran manusia. Disusun dan

diungkapkan kembali kepada orang-orang lain sebagai bahan komunikasi.

Komunikasi melalui bahasa ini memungkinkan tiap orang untuk menyesuaikan

dirinya dengan lingkungan fisik dan lingkungan sosialnya. Yang akan

memungkinkan tiap orang untuk mempelajari kebiasaan, adat istiadat, kebudayaan

serta latar belakangnya masing-masing.

Ada beberapa hal yang dapat dikaitkan dengan bahasa. Manusia diciptakan

oleh Tuhan dengan memiliki kelebihan yaitu akal yang sangat erat dengan Logika,

melalui akal itu manusia mampu berbahasa.

a. Makna dan intepretasi, yang merupakan bagian yang sudah melekat

dengan bahasa.

53

Nanang Martono. Sosiologi Perubahan Sosial Perspektif Klasik, Modern, Posmodern, dan

Poskolonial (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2012), 361 54

Bagja Waluya. Sosiologi Menyelami Fenomena Sosial di Masyarakat (Bandung: Setia Purna

Inves, 2007), 55-56

Page 34: PENGGUNAAN BAHASA BATAK DALAM TATA IBADAH ......Salatiga dapat disimpulkan bahwa penggunaan bahasa Batak dalam liturgi ibadah tidak diminati oleh anak-anak maupun pemuda-pemudi, hal

23

b. Konvensi, karena tanpa konvesi bahasa tidak akan ada artinya karena

tidak dapat dimengerti oleh semua orang.

c. Dimensi bahasa obyektif, dapat dimengerti oleh semua untuk mengatasi

ruang yang bersifat universal dan ilmiah.

d. Intertekstualitas atau para ilmu pengetahuan akan menelaah bagaimana

teks-teks lain saling mempengaruhi pemahaman seseorang.55

KESIMPULAN

Budaya adalah campuran unsur suatu hasil integrasi budaya yang hanya

bisa dipahami melalui budaya induknya. Bahasa merupakan alat komunikasi

manusia, apabila tidak ada bahasa, manusia tidak akan mampu berinteraksi

dengan baik. Untuk itulah manusia tidak boleh melupakan budayanya sendiri

termasuk bahasanya. Proses perubahan budaya dapat terjadi karena difusi, yakni

unsur budaya yang satu bercampur dengan unsur budaya lainnya sehingga

menjadi kompleks, di mana unsur komponennya menjadi tidak dekat lagi dengan

unsur budaya aslinya. Apabila dilihat dari kebijakan yang tidak tetap, tidak

adanya kekonsistenan antara majelis gereja sehingga kebijakan-kebijakan yang

telah disepakati tidak terlaksana dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari

penggunaan bahasa batak dalam tata ibadah HKBP Salatiga yang bisa berubah-

ubah. Bukan hanya dalam tata ibadah minggu saja setiap kategorial yang sudah

ada pembagiannya juga demikian tidak adanya kekonsistenan dalam penggunaan

bahasa batak. Dapat dikatakan pelaksanaan ibadah hanya untuk menyenangkan

hati jemaat bukan untuk menyenangkan hati Tuhan. Perubahan akibat dari

perkembangan jaman boleh diikuti tetapi tidak melupakan identitas HKBP yang

berasal dari suku batak.

SARAN

Adapun saran yang diberikan penulis mengenai penggunaan bahasa batak

dalam tata ibadah di HKBP Salatiga adalah:

1. Kiranya Pimpinan dan majelis HKBP Salatiga mempertahankan

struktur HKBP yang sudah ditetapkan dalam tata ibadah dengan

55

Ahmad Hidayat, Filsafat bahasa, 32.

Page 35: PENGGUNAAN BAHASA BATAK DALAM TATA IBADAH ......Salatiga dapat disimpulkan bahwa penggunaan bahasa Batak dalam liturgi ibadah tidak diminati oleh anak-anak maupun pemuda-pemudi, hal

24

memperhatikan kebutuhan jemaat bukan hanya dari satu sudut

pandang saja melainkan dari berbagai aspek yang bersifat

mempertahankan budaya batak itu sendiri.

2. Kepada jemaat dalam hal ini orangtua supaya lebih berperan untuk

mengajarkan kepada anak-anak maupun remaja pemuda-pemudi

budaya batak terutama bahasa Batak.

DAFTAR PUSTAKA

Adil, Ahmad. Pengantar Teori Bahasa Formal, Otomata dan Komputasi

Yogyakarta: Deepublish, 2018.

Ahmad, Asep, Hidayat. Filsafat Bahasa Mengungkap Hakikat Bahasa, Makna

dan Tanda, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009.

Alwasilah, Chaedar. Filsafat Bahasa dan Pendidikan, Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2010.

Bruce, Cohen. J. Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Rineka Cipta, 1992.

Buku sejarah HKBP Salatiga jubileum 50 tahun, 7 April 1958-7 April 2008.

Danesi, Marcel. Pesan, Tanda dan Makna Buku Teks Dasar Mengenai Semiotika

dan Teori Komunikasi, Yogyakarta: Jalasutra, 2012.

Kriyantono, Rachmat. Teknik Praktis Riset Komunikasi, Jakarta:Prenada, 2006.

Martono, Nanang. Sosiologi Perubahan Sosial Perspektif Klasik, Modern,

Posmodern, dan Poskolonial, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2012.

M.T. Sihombing Filsafat. Batak Tentang Kebiasaan-kebiasaan Adat Istiadat,

Jakarta:Balai Pustaka,1956.

Mulyana, D. Deddy. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar,Bandung: PT.Remaja

Rosdakarya.

Page 36: PENGGUNAAN BAHASA BATAK DALAM TATA IBADAH ......Salatiga dapat disimpulkan bahwa penggunaan bahasa Batak dalam liturgi ibadah tidak diminati oleh anak-anak maupun pemuda-pemudi, hal

25

Muri, Yusuf. A. Metode Penelitian kuantitatif dan penelitian gabungan,

Jakarta:Prenadamedia Group, 2014.

Mulyana, Deddy, Komunikasi Efektif Suatu Pendekatan Lintasbudaya, Bandung:

Remaja Rosdakarya, 2004.

Sambas, H, Syukriadi. Antropologi Komunikasi, Bandung: CV Pustaka Setia,

2016.

Silalahi. Roswita. Makna dan Konteks dalam Bahasa Batak Toba (Universitas

Sumatera Utara), Jurnal ilmiah linguistik dan sastra. Vol. 1. No.1, Mei

2005.

Simanjuntak, BA. Pemikiran Tentang Batak, Medan: Pusat Dokumentasi Dan

Pengkajian Kebudayaan Batak Universitas HKBP Nommensen, 1986.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung:Alfabeta,

2012.

Suwardi, Endraswara. Metodologi Penelitian Folklor Konsep, Teori dan Aplikasi,

Yogyakarta: Buku kita, 2009.

Sunarto, Kamanto. Pengantar Sosiolog. Jakarta: LPE-UI, 2000.

Syarif, Djamaluddin. Buku Dalihan Na Tolu Nilai Budaya Suku Batak, Medan:

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan kantor wilayah SUMUT,

1992.

T. O. Ihromi, Pokok-pokok Atropologi Budaya, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,

2006.

Wojowasito, S. Perkembangan Ilmu Bahasa (Linguistik) Abad-20 sebagai dasar

Pengajaran Bahasa, Bandung: Shinta Dharma, 1977.

Waluya, Bagja. Sosiologi Menyelami Fenomena Sosial di Masyarakat, Bandung:

Setia Purna Inves, 2007.

Page 37: PENGGUNAAN BAHASA BATAK DALAM TATA IBADAH ......Salatiga dapat disimpulkan bahwa penggunaan bahasa Batak dalam liturgi ibadah tidak diminati oleh anak-anak maupun pemuda-pemudi, hal

26

Sumber Lain:

Darmojuwono, Setiawati. Pengertian Fungsi Bahasa, Maret 10, 2019, diakses

Juni 19, 2019 repository.ut.ac.id/4225/1/BING4318-M1.pdf.

Juli, Ja. State Islamic University of Sunan Gunung Djati Bandung Undergraduate

January 10, 2019, diakses Juni 20, 2019

https://www.academia.edu/3614957/FUNGSI_BAHASA