penggunaan bahasa batak dalam tata ibadah ......salatiga dapat disimpulkan bahwa penggunaan bahasa...
TRANSCRIPT
i
PENGGUNAAN BAHASA BATAK DALAM TATA IBADAH HKBP
SALATIGA
STUDI DI JEMAAT HKBP SALATIGA
TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada Program Studi Teologi, Fakultas Teologi Guna Memenuhi
Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Sains Teologi
(S.Si.Teol)
Oleh :
Februanita Sihombing
712015129
FAKULTAS TEOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2019
i
ii
iii
iv
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yesus atas berkat dan kasih-Nya yang begitu
besar dalam perjalanan studi dan kehidupan ini, sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir tepat pada waktunya. Dalam penyusunan tugas akhir
tersebut penulis banyak mendapatkan doa, saran, motivasi, semangat dan
bimbingan dari berbagai pihak yang dekat juga kenal penulis. Penulis menyadari
bahwa tanpa bantuan, bimbingan dan doa dari semua pihak tersebut, maka
penulisan tugas akhir ini tidak dapat berjalan lancar sesuai dengan kehendak yang
diinginkan penulis. Untuk itu dengan segala penuh kerendahan hati dan penuh
ungkapan syukur penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai
pihak yang telah memberikan fasilitas, dukungan doa dan dana, membimbing,
memotivasi penulis dalam menyelesaikan tugas akhir tersebut. Oleh karena itu
ucapan terima kasih penulis tujukan kepada:
1. Keluargaku Ibunda T.br. Situmorang, kakak Diak. Arlisna Sihombing,
Ompung doli Karl (+), kakak Diak. Melva br. Sihombing, Arni Sihombing
dan abangku Andi Jhon Sihombing yang selalu mendoakanku, mendukung
dan memberikan motivasi serta mencukupkan segala kebutuhan finansial
selama perkuliahan.
2. Pdt. Dr. Rama Tulus Pilakoannu sebagai pembimbing I yang telah setia
meluangkan waktunya untuk membimbing, mengarahkan serta meminjamkan
buku selama menyelesaikan Tugas Akhir ini.
3. Dr. David Samiyono sebagai pembimbing II yang selalu memotivasi, selalu
meluangkan waktu untuk bimbingan dan juga memberikan bimbingan sampai
akhir penulisan tugas akhir ini.
4. Seluruh Dosen dan Pegawai Tata Usaha (TU) Fakultas Teologi Universitas
Kristen Satya Wacana; Pdt. Yusak Setiawan, Pdt. Ebenhaizer Nuban Timo,
Pdt. Merry Rungkat, Pdt. Tony Tampake, Pdt. Agus Supratikno, Pdt.
Gunawan Yuli, Pdt. Jacob Daan Angel, Pdt. Simon Julianto, Pdt. Cindy
Quartymina, Pdt. Handry Jonathan, Ibu Iky, Pdt. Izak Lattu, Bu Budi, Mas
Eko, Bu Ningsih, yang telah membantu seluruh proses dari awal perkuliahan
vi
sampai pada penulisan tugas akhir tersebut yang merupakan salah satu syarat
untuk mendapatkan gelar Sarjana Teologi.
5. Donatur yang telah membantu selama perkuliahan secara finansial walaupun
belum bertemu secara langsung, terimakasih atas kebaikan hati dan ketulusan
yang telah membantu saya inang Antine br Nababan, inang Lucy br
Panjaitan, inang Arta br Sirait, inang Joel br Naibaho, Jefry Situmorang.
6. TEHILLA VOICE, secara menyeluruh mulai dari angkatan 2016, angkatan
2017, dan angkatan 2018 yang selalu mendoakan dan menyemangati selama
mengerjakan penulisan Tugas Akhir.
7. Pdt. Requel Nababan, ito Swanto Simamora dan ito Leonardo Sirait yang
sudah bersedia untuk selalu mengingatkan supaya tetap semangat.
8. Diak. Marini Siahaan dan Derselly Silitonga yang turut membantu ketika
dalam kesulitan dan tetap memberikan penguatan agar tetap berjuang dalam
mengerjakan tugas akhir.
9. Teman-teman seluruh angkatan 2015, terkhusus teman PPL selama di HKBP
Salatiga: Pdt. Rapina Habeahan S.Th selaku pimpinan di HKBP Salatiga
beserta dengan seluruh parhalado, Tiurma batanis Gulo, Manna Dita Sijabat,
Fransiska Hutajulu, Samuel Hutagaol, Bonar Simanjuntak, Joel Turnip,
Jovido Sinaga, Sry Weni Panggabean, Samuel Pardede.
10. Kos Trifena yang sudah menjadi rumah kedua di Salatiga termasuk orang-
orang yang ada di dalamnya, Esther Yudika Arijaya, Elisa, Endang, Elia,
Lusi, Yanti, Ester, Aslin selalu mendoakan dan memberikan support.
Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, penulis menyadari bahwa masih
terdapat banyak kekurangan dalam penulisan oleh karena keterbatasan
pengetahuan dan wawasan yang penulis miliki. Akhir kata semoga Tugas Akhir
ini bermanfaat bagi penulis sendiri, gereja, keluarga dan masyarakat yang terlibat
dalam penulisan Tugas Akhir ini. Kiranya Tuhan yang Mahakuasa memberkati
dan memampukan kita semua menjalani tugas dan tanggungjawab masing-
masing.
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN -------------------------------------------------------- i
PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT --------------------------------------------- ii
PERSETUJUAN AKSES ----------------------------------------------------------- iii
PERSETUJUAN PUBLIKASI ---------------------------------------------------- iv
KATA PENGANTAR -------------------------------------------------------------- v
DAFTAR ISI ------------------------------------------------------------------------- vii
MOTTO ------------------------------------------------------------------------------- ix
ABSTRAK ---------------------------------------------------------------------------- x
PENDAHULUAN ------------------------------------------------------------------- 1
LANDASAN TEORI
Bahasa --------------------------------------------------------------------------- 7
Teori Budaya -------------------------------------------------------------------- 11
Menguasai Bahasa ------------------------------------------------------------- 13
Teori Perubahan Sosial -------------------------------------------------------- 14
Sejarah Latar Belakang Kehidupan Jemaat HKBP Salatiga ------------- 15
Pemahaman Baahasa Batak di Sekolah Minggu dan Remaja
Pemuda Pemudi HKBP Salatiga --------------------------------------------- 16
Penggunaan Bahasa Batak Dalam Tata Ibadah Minggu HKBP
Salatiga -------------------------------------------------------------------------- 17
Pemahaman Jemaat terntang Bahasa Batak dalam Tata Ibadah di
HKBP Salatiga ------------------------------------------------------------------ 18
ANALISA
Pemahaman bahasa Batak pada kategorial Anak Sekolah Minggu dan
Pemuda - pemudi --------------------------------------------------------------- 19
Pemahaman Bahasa Batak Menurut Majelis ------------------------------- 20
Pemahaman Bahasa Batak pada kategorial kaum Bapak maupun
Kaum Ibu ------------------------------------------------------------------------ 21
viii
PENUTUP
Kesimpulan --------------------------------------------------------------------- 23
Saran ------------------------------------------------------------------------------ 23
DAFTAR PUSTAKA -------------------------------------------------------------- 24
ix
Motto:
Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan dan yang
menaruh harapannya pada Tuhan.
Yeremia 17:7
x
Abstrak
Budaya merupakan seperangkat nilai, kepercayaan, norma dan adat istiadat yang
mampu mengikat individu yang berpengaruh kepada kesadaran bersama dalam lingkup
komunal. Budaya dan komunikasi berinteraksi secara erat dan dinamis, inti budaya
adalah komunikasi. Bahasa adalah bagian dari budaya Batak sebagai alat komunikasi
yang melibatkan tindakan, pilihan dan penafsiran. Demikian juga jemaat HKBP Salatiga
yang berlatar belakang suku Batak, maka bahasa Batak adalah sebagai aspek penting
untuk berkomunikasi dalam ruang lingkup peribadahan. Pemahaman budaya untuk
berfikir tentang diri kita sendiri dan hubungan kita dengan orang lain dan bagaimana kita
menetapkan serta mencapai tujuan bagaimana kita mempertukarkan pesan. Tujuannya
adalah untuk mengetahui bagaimana penggunaan bahasa Batak dalam tata ibadah di
jemaat HKBP Salatiga. Berdasarkan kondisi bahwa jemaat HKBP Salatiga banyak yang
sudah tinggal dan lahir di Salatiga sehingga kurang memahami dan tidak tertarik bahasa
Batak.
Hal ini dapat dilihat dari penggunaan bahasa batak dalam tata ibadah HKBP
Salatiga yang sudah mengalami perubahan. Bukan hanya dalam tata ibadah minggu saja
namun dalam kehidupan sehari-hari bahasa Batak sudah tidak dipergunakan. Adapun
metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan melakukan
wawancara terstruktur kepada jemaat HKBP Salatiga. Hasil penelitian, jemaat HKBP
Salatiga dapat disimpulkan bahwa penggunaan bahasa Batak dalam liturgi ibadah tidak
diminati oleh anak-anak maupun pemuda-pemudi, hal ini disebabkan karena kurangnya
pemahaman jemaat khususnya remaja dan pemuda terhadap bahasa Batak tersebut.
Kurangnya minat jemaat tersebut dipengaruhi oleh perubahan sosial yang terjadi
melibatkan individu atau kelompok terlihat dari proses perubahan pola pikir yang
dominan dan sangat sulit diubah.
Kata kunci: Budaya, Komunikasi, Bahasa Batak, dan Perubahan Sosial.
1
Latar Belakang Masalah
Pada tahun 1956 ada beberapa keluarga batak di Salatiga yang beragama
Kristen kurang lebih dari 10 Keluarga. Diantaranya ada sejumlah pemuda pemudi
yang merupakan putra dan putri keluarga tersebut, mereka bekerja dan bersekolah
di Salatiga serta mahasiswa-mahasiswi angkatan pertama PTPG Kristen yang baru
dibuka pada tanggal 17 Oktober 1956 dengan jumlah 25 orang. Atas kesadaran
pemuda-pemudi yang lebih senior, mungkin didorong akan kerinduan suasana
kekristenan dan keBatakan yang pernah mereka alami muncullah gagasan untuk
membentuk suatu wadah perkumpulan Batak yang berlandaskan kekristenan.
Kunjungan Pdt. H. S. Marpaung pada tanggal 2 September 1956 ditetapkan
sebagai Jeugdleider (pemimpin pemuda atau Pendeta pemuda) di Distrik IX
Jakarta, menjadi dorongan yang kuat terwujudnya gagasan tersebut. Dari
LAPURAN NHKBP TJABANG SALATIGA, masa 1 tahun 17 Maret 1957-17
Maret 1958 yang ditanda tangani L.M. Siagian sebagai ketua.1
Mereka sepakat membentuk NHKBP (Naposo Bulung Huria Kristen Batak
Protestan) di Salatiga membuat suatu pertemuan di rumah keluarga S.M.A
Pasaribu, jalan Tuntang No.5 yang dihadiri 21 orang pemuda-pemudi. Karena
belum ada HKBP di Salatiga, mereka menganggap dan mengusulkan ke BPD
NHKBP Distrik IX dan NHKBP pusat sebagai cabang luar biasa. BPD menerima
dan memandang NHKBP Salatiga sebagai calon cabang. Kegiatan NHKBP yang
teratur adalah pemahaman Kitab Suci yang dilaksanakan sekali dalam dua minggu
bertempat dirumah keluarga Batak Kristen yang ada di Salatiga secara bergantian.
Dikemukakan bahwa tidak sedikit atau tidak kecil hasil yang dicapai yaitu
kemajuan kehidupan kerohanian para anggota, tetap terpeliharanya semangat
kekeluargaan dan berdirinya HKBP di Salatiga pada 2 Februari 1958 (delapan
bulan setelah NHKBP Salatiga berdiri) dan diresmikan pada 7 April 1958.2
Untuk melaksanakan program-programnya, pengurus NHKBP Salatiga
sangat memerlukan bantuan keluarga Batak Kristen yang ada di Salatiga dan
dalam rangka mendorong berdirinya HKBP di Salatiga mereka mendekati tokoh-
tokoh keluarga Batak. Hal-hal yang mereka persiapkan dan dibahas adalah
1Buku sejarah HKBP Salatiga Jubileum 50 tahun, 7 April 1958-7 April 2008, 20.
2 Buku sejarah HKBP, 21.
2
keluarga-keluarga dan pemuda-pemudi yang akan menjadi anggota (ruas) jemaat
baru, majelis atau Parhalado yang mau dan mampu memimpin dan melayani
khususnya kebaktian (parmingguon), gedung tempat beribadah dan kegiatan
gerejawi lainnya dan biaya yang diperlukan untuk semua kegiatan sebuah jemaat.
Jumlah keluarga Batak Kristen kurang dari 10, jauh dari syarat yang ditetapkan
dalam ATURAN HKBP pada waktu itu, yaitu 25 keluarga. Namun karena ada di
dalam ATURAN yang memungkinkan mendirikan jemaat (huria) baru meskipun
tidak mencapai jumlah itu. Apabila ada hal atau keadaan yang dipandang cukup
sebagai alasan mendirikan jemaat, dan itu tergantung pada pertimbangan Praeses.
Hal yang khusus adalah jumlah pemuda-pemudi yang berjumlah sekitar 25 orang
dan dipastikan akan bertambah setiap tahun terutama mahasiswa PTPG-KI.3
Huria (jemaat) terpanggil untuk pemeliharaan kehidupan warga secara
holistik, baik kehidupan kerohanian maupun kehidupan jasmani. Pelayanan itu
diwujudkan dalam berbagai bentuk, dilaksanakan oleh pelayan-pelayan jemaat,
pelayan tahbisan maupun non tahbisan, melalui majelis maupun dewan-dewan
dan seksi-seksi yang dibentuk berdasarkan Aturan dan Peraturan HKBP sesuai
kebutuhan dan kemampuan jemaat yaitu layanan persekutuan ibadah (kebaktian),
layanan pastoral dan diakonia, Sekolah Minggu dan Remaja, Pemuda (NHKBP),
seksi Perempuan (kaum Ibu), dan seksi Ama (kaum Bapak) serta kaum Lansia.
Pada tahun-tahun pertama, kebaktian berlangsung dalam bahasa Batak. Kemudian
apabila yang berkotbah bukan dari HKBP maka kotbah dilayankan dalam bahasa
Indonesia walaupun liturgi dan nyanyian dalam bahasa Batak. Perkembangan
selanjutnya adalah khotbah selalu disampaikan selalu dalam bahasa Indonesia
walau liturgi tetap bahasa Batak.4
Sejak 25 Februari 1990, HKBP Salatiga mulai menggunakan buku
nyanyian kidung jemaat. Majelis menentukan satu kali dalam satu bulan yaitu
minggu ke-4, kebaktian berlangsung sepenuhnya dalam bahasa Indonesia. Atas
permintaan kaum muda, kemudian ditentukan kebaktian berbahasa batak setiap
minggu pertama, ketiga dan kelima namun kotbah dalam bahasa Indonesia. Pada
setiap minggu genap yaitu minggu kedua dan keempat, kebaktian berlangsung
3Buku sejarah HKBP, 23.
4 Buku sejarah HKBP,24.
3
dalam bahasa Indonesia sepenuhnya. Untuk kebaktian hari raya tertentu, liturgi
dan nyanyian yang digunakan diumumkan sebelumnya. Dalam pelaksanaannya,
pada umumnya khotbah disampaikan dalam bahasa Indonesia, dimana kadang
dikombinasi dengan bahasa Batak.5
Seluruh perkataan Batak yang terdapat pada bahasa Batak adalah bersifat
nilai kerohanian, arti dari perkataan Batak adalah kebenaran, suci, murni, dan
kuat.6 Kemurnian dan keaslian suku Batak dari silsilah dan rasnya dapat
dipastikan bahwa suku Batak itu benar-benar murni atau asli, ciri khas sistem
kekerabatan suku Batak adalah marga. Penyebutan marga bagi seseorang suku
batak menggambarkan identitas pribadi etnis kekerabatan masyarakat Batak dan
dipergunakan sebagai titik tolak untuk berkomunikasi dengan sesama masyarakat
Batak sesuai dengan falsafah Dalihan Na Tolu. Pengertian perkataan batak yang
terdapat pada bahasa Batak ada kaitannya dengan suku Batak, antara pengertian
perkataan Batak dengan sikap perilaku suku Batak sama-sama mengandung
kemurnian dan keaslian. Dalam perkembangannya, bahasa Batak dari masa
perkembangan dan penyebarluasannya yang semakin mundur dalam bentuk mutu
pemakaian.7 Sangatlah baik peribahasa nenek moyang zaman dahulu yang
menekankan pentingnya pemakaian bahasa yang tepat, baik dan benar, bahasa
batak sangat memiliki peran yang penting dalam gereja HKBP. Pentingnya
kemampuan palumehon hata Batak8 yang memegang peranan dalam masyarakat
batak9, sehingga pada dewasa ini terdapat yang sebenarnya tidak lagi mampu
berbahasa Batak.
Berdasarkan pengamatan penulis di beberapa pelayanan di sekolah
minggu, Remaja Pemuda-pemudi dan kaum Ibu di gereja HKBP Salatiga banyak
anggota jemaat maupun majelis yang belum fasih berbahasa Batak. Terutama
pada saat penulis pernah mengajar anak sekolah minggu mereka tidak mengerti
ketika berbicara bahasa batak tetapi mereka sangat fasih berbahasa jawa.
5Buku sejarah HKBP, 24.
6Djamaluddin Syarif. Buku Dalihan Na Tolu Nilai Budaya Suku Batak, (Medan: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan kantor wilayah SUMUT, 1992), 36. 7B .A. Simanjuntak. Pemikiran Tentang Batak, (Medan: Pusat Dokumentasi Dan Pengkajian
Kebudayaan Batak Universitas HKBP Nommensen, 1986), 229. 8Palumehon hata Batak (mewariskan bahasa Batak kepada generasi berikutnya)
9 M.T. Sihombing. Filsafat.Batak Tentang Kebiasaan-kebiasaan Adat Istiadat, (Jakarta:Balai
Pustaka, 1956), 132.
4
Kemudian yang penulis amati pada saat ibadah remaja juga demikian mereka
tidak mengerti berbahasa Batak. Dalam ibadah kategorial kaum ibu tepatnya
dilaksanakan setiap hari kamis mereka memakai bahasa Indonesia tetapi ketika
bernyanyi kadang memakai bahasa Batak. Sama seperti ibadah kategorial kaum
Bapak kadang memakai bahasa Batak tetapi lebih sering berbahasa Indonesia.
Alasannya, karena sebagian besar remaja dan pemuda-pemudi serta sebagian
orang tua tidak memahami bahasa Batak dengan baik. Alasan lainnya juga
dikarenakan jemaatnya sudah lahir di Jawa atau sudah lama tinggal di Salatiga.
Dalam kehidupan sehari-hari ketika penulis pernah berkunjung ke rumah jemaat
mereka juga lebih sering memakai bahasa Indonesia.
Bahasa bukan sekedar tuturan atau simbol biasa namun mengandung
berbagai makna di dalamnya. Pembinaan bahasa daerah sangat penting dan
bahasa-bahasa daerah merupakan hal yang sangat penting untuk dikembangkan.
Menurut Sibarani di samping sebagai pemerkaya kebudayaan nasional, nilai-nilai
kebudayaan tradisional juga diungkapkan di dalam bahasa-bahasa daerah.
Kebudayaan tradisional hanya dapat dimengerti melalui ungkapan bahasa daerah
masyarakatnya. Bahasa daerah harus tetap dipelihara dan dibina oleh karena itu
sebagai manusia harus tetap memelihara agar tetap dapat berkemang. Bahwa
melalui pasal 36, bab XV, Undang-undang dasar 1945 dikatakan bahwa bahasa-
bahasa daerah itu akan tetap dihormati dan dipelihara. Untuk mempertahankan
eksistensi dari bahasa itu adalah dengan mengupayakan kelestarian eksistensi
bahasa-bahasa daerah itu dengan cara menyebarluaskan informasi tentang bahasa-
bahasa daerah tersebut ke berbagai komunitas termasuk keseluruh dunia.10
Karl
Buehler seorang psikolog dan pakar bahasa yang berasal dari Jerman berpendapat
bahwa, fungsi dasar bahasa adalah sebagai alat komunikasi antara penutur dengan
petutur tentang sesuatu, konsep ini biasanya disebut organon model of language.
Menurut Felicia dalam berkomunikasi sehari-hari, salah satu alat yang paling
sering digunakan adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun bahasa tulis.11
Kelemahan yang sering terjadi dan secara tidak disadari, bahasa sebagai alat
10
Roswita Silalahi. Makna dan Konteks dalam Bahasa Batak Toba (Universitas Sumatera Utara),
Jurnal ilmiah linguistik dan sastra. Vol. 1. No. 1 , Mei 2005:7-18. 11
Ja Juli. State Islamic University of Sunan Gunung Djati Bandung Undergraduate, January 10
2019, diakses Juni 20 2019 https://www.academia.edu/3614957/FUNGSI_BAHASA
5
ekspresi diri dan sebagai alat komunikasi sekaligus menunjukkan identitas diri
seseorang misalnya dari suku dan budaya asalnya. Melalui bahasa, kita dapat
menunjukkan sudut pandang kita, pemahaman kita atas suatu hal, asal usul bangsa
dan negara kita, pendidikan kita, bahkan sifat kita. Aabila dilihat dari cerminan
diri kita baik secara kebangsaan maupun diri sendiri, pada dasarnya bahasa
memiliki fungsi-fungsi tertentu yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari
berdasarkan kebutuhan seseorang yang digunakan untuk berbicara kepada orang
lain. Bahasa sebagai alat untuk mengadakan integrasi dan mampu beradaptasi
dengan lingkungan sosial atau situasi tertentu dengan mengekspresikan diri.
Sebagai alat untuk berkomunikasi, alat untuk melakukan kontrol sosial.12
Oleh karena itu untuk mengkaji dan mendeskripsikan secara mendalam
lagi tentang makna bahasa Batak pada warga jemaat khususnya di gereja HKBP,
maka penulis ingin melakukan studi dengan judul:
Penggunaan Bahasa Batak dalam Tata Ibadah HKBP Salatiga Studi di
Jemaat HKBP Salatiga.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka penulis merumuskan
permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana pemahaman jemaat terhadap penggunaan bahasa Batak dalam
pelaksanaan Tata Ibadah di HKBP Salatiga?
2. Apa tanggapan warga jemaat tentang dampak pelayanan dalam bahasa
Batak di HKBP Salatiga?
Tujuan Penelitian
1. Mengkaji dan menganalisis pemahaman jemaat tentang penggunaan
bahasa Batak dalam pelaksanaan Liturgi di HKBP Salatiga.
2. Mendeskripsikan tanggapan warga jemaat terhadap pelayanan dalam
bahasa Batak di HKBP Salatiga.
Manfaat Penelitian
12
Setiawati Darmojuono. Pengertian Fungsi Bahasa, diakses Juni 19, 2019
repository.ut.ac.id/4225/1/BING4318-M1.pdf.2014.
6
1. Teori: Menyumbang suatu pemahaman baru kepada para jemaat yang
mengikuti ibadah di Gereja, yang belum sepenuhnya mengetahui bahasa
Batak dalam pelayanan.
2. Praktis: Melalui tulisan ini kiranya dapat berguna bagi pembaca,
bermanfaat bagi jemaat maupun para pelayan di jemaat dan terutama bagi
penulis.
Metode Penelitian
Pendekatan yang digunakan adalah kualitatif suatu metode penelitian yang
akan digunakan dengan cara mengumpulkan berbagai informasi sebagai data
untuk diolah, sehingga pada akhirnya fenomena-fenomena yang terjadi dalam
kehidupan jemaat yang ada di HKBP dapat diuraikan atau dideskrispsikan dalam
bentuk kesatuan tulisan yang utuh. Secara umum penelitian kualitatif dilakukan
dengan metode wawancara dan observasi, melalui metode ini peneliti akan
menganalisis data yang didapatkan dari lapangan dengan detail.13
1. Teknik pengumpulan data adalah wawancara14
, setiap individu yang
diwawancarai mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih dan
diambil dengan tujuan untuk memperoleh data yang dapat menjelaskan
atau menjawab permasalahan yang ingin diteliti. Bentuk wawancara yang
digunakan adalah wawancara terstruktur15
yang terarah dalam
mengumpulkan data-data yang lebih akurat dan relevan. Penulis akan
memberikan pertanyaan yang terarah sesuai data agar lebih mudah diolah
sehingga memungkinkan penulis untuk analisa yang kualitatif dan
kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan.
2. Observasi adalah teknik pengumpulan data yang ditentukan oleh pengamat
sendiri, mendengarkan objek penelitian menyimpulkan dari apa yang
diamati.16
Penulis akan mengamati, mendengarkan dan menyimpulkan
setiap Liturgi dalam peribadahan dalam ibadah kaum ibu, sekolah minggu
dan remaja pemuda-pemudi di HKBP Salatiga.
13
Rachmat Kriyanto. Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta:Prenada, 2006), 53. 14
Yusuf Muri. Metode Penelitian Kuantitatif dan Penelitian Gabungan, (Jakarta:Prenadamedia
Group, 2014), 372. 15
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung:Alfabeta, 2012), 233. 16
Muri. Metode Penelitian, 384.
7
Sistematika penulisan
Penulisan penelitian ini bagian pertama berisi pendahuluan diawali dengan
latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, signifikasi penelitian,
metodologi penelitian, dan sistematika penelitian. Bagian kedua merupakan
landasan teori; di dalamnya berisi makna bahasa Batak. Bagian ketiga makna
bahasa batak bagi pelayan yang akan melayani di jemaat. Bagian keempat, pada
bagian ini penulis akan menganalisa hasil penelitian tentang kurangnya
pengetahuan dalam berbahasa Batak. Bagian kelima adalah sebagai penutup
dalam tulisan ini yang di dalamnya berisi kesimpulan yang akan diperoleh, juga
disertai saran dan masukan yang membangun ditujukan kepada pihak-pihak yang
berhubungan atau ada hubungannya dengan tujuan penelitian tugas akhir ini.
Dalam rangka untuk menganalisa tentang Penggunaan Bahasa Batak
dalam Tata Ibadah di HKBP Salatiga, maka penting bagi penulis untuk mencari
teori-teori yang digunakan untuk melihat permasalahan ini. Dalam hal ini penulis
akan menggunakan teori Bahasa, karena keberadaan bahasa tentu tidak lepas dari
konteks dan budaya. Selain itu Teori Perubahan sosial, karena masyarakat Batak
itu sudah mengalami perubahan sosial. Sebab penggunaan bahasa Batak dalam
tata ibadah di gereja HKBP Salatiga yang belum sepenuhnya terealisasi dengan
baik untuk berbahasa Batak. Dalam hal ini, seharusnya penggunaan bahasa Batak
dalam tata ibadah harus berjalan sesuai dengan tata ibadah yang seharusnya
HKBP tetapkan. Penulis akan meneliti masyarakat Batak dan jemaat HKBP
Salatiga yaitu anak sekolah minggu, pemuda-pemudi HKBP Salatiga dan kaum
Ibu. Berikut ini penulis akan menjelaskan tentang Bahasa dan perubahan
penggunaan bahasa Batak yang terjadi di HKBP Salatiga.
BAHASA
Manusia hidup sejak zaman dahulu diciptakan tidak lepas dari bahasa.
Bahasa merupakan aspek yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia.
Bahasa merupakan karunia dari Tuhan kepada manusia, maka untuk mengetahui
bahasa adalah kewajiban manusia. Bahasa benar-benar sebuah fenomena yang
8
luar biasa, tanpa bahasa kehidupan manusia saat ini tidak akan terwujud.17
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian bahasa yaitu: 1) Sistem
lambang bunyi berartikulasi dan suatu bentuk sifat untuk hal-hal yang mengikuti
cara yang diterima secara umum dipakai sebagai alat komunikasi untuk
menumbuhkan perasaan dan pikiran; 2) perkataan-perkataan yang dipakai oleh
suatu bangsa (suku bangsa, daerah, negara); 3) perkataan atau perakapan yang
baik melalui sopan santun, perilaku atau tindakan yang baik. Menurut Bloch dan
Trager mendefenisikan bahasa sebagai suatu cara atau sistem simbol-simbol bunyi
yang digunakan oleh beberapa kelompok sosial sebagai alat untuk berinteraksi
atau berbicara.18
Bahasa juga merupakan suatu cara yang tertata berdasarkan
simbol-simbol bunyi yang dipergunakan oleh anggota suatu kelompok sosial
sebagai alat bergaul antara satu dengan yang lainnya.19
Bahasa juga bukan hanya
sebagai alat komunikasi untuk mengantarkan proses hubungan antarmanusia,
tetapi bahasa mampu mengubah seluruh kehidupan manusia. Artinya bahwa
bahasa merupakan salah satu aspek terpenting dari kehidupan manusia.
Sekelompok manusia atau bangsa yang hidup dalam kurun waktu tertentu tidak
akan bisa bertahan jika dalam bangsa tersebut tidak ada bahasa. Kearifan Melayu
mengatakan: “Bahasa adalah cermin budaya bangsa, hilang budaya maka hilang
bangsa. Jadi bahasa mesti ada bagi kebudayaan dan masyarakat manusia.20
Bahasa memiliki peranan yang sangat vital dalam kehidupan manusia
yaitu sebagai alat komunikasi. Apabila tidak ada bahasa di dunia ini tentu tidak
bisa seperti sekarang ini. Dalam kehidupan sehari-hari bahasa sangat berguna dan
sangat penting dalam melancarkan demi menunjang kativitas di dalam kehidupan
bersosial. Manusia tentunya tidak akan bisa melakukan apa-apa tanpa bahasa
untuk berkomunikasi. Untuk berbicara dengan seseorang kita pasti menggunakan
bahasa, misalnya dalam kegiatan perkuliahan di kampus, seorang dosen yang
menyampaikan materi perkuliahan, kemudian seorang guru yang menyampaikan
pelajaran, lalu seorang pedagang yang menawarkan dagangannya kepada para
17
Marcel Danesi. Pesan, Tanda dan Makna Buku Teks Dasar Mengenai Semiotika dan Teori
Komunikasi (Yogyakarta: Jalasutra, 2012), 108. 18
Ahmad Adil. Pengantar Teori Bahasa Formal, Otomata dan Komputasi (Yogyakarta:
Deepublish, 2018), 7. 19
Asep Ahmad Hidayat. Filsafat Bahasa Mengungkap Hakikat Bahasa, Makna dan Tanda
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), 21-22. 20
Ahmad Hidayat, Filsafat bahasa, 30.
9
pembeli, dan seorang atasan yang memberikan perintah kepada bawahannya, serta
banyak lagi contoh lainnya, dan pasti itu semua menggunakan bahasa dalam
melakukan aktivitasnya. Begitu pula melalui bahasa, kebudayaan suatu bangsa
dapat dibentuk, dibina dan dikembangkan serta dapat diturunkan kepada generasi-
generasi mendatang. Benarlah bahwa melalui bahasa sebagai alat komunikasi,
maka semua kegiatan yang berada disekitar kehidupan manusia: peristiwa-
peristiwa, binatang-binatang, tumbuh-tumbuhan, hasil cipta karya manusia dan
sebagainya, akan mendapat tanggapan dalam pikiran manusia. Disusun dan
diungkapkan kembali kepada orang-orang lain sebagai bahan komunikasi.
Komunikasi melalui bahasa ini memungkinkan tiap orang untuk menyesuaikan
dirinya dengan lingkungan fisik dan lingkungan sosialnya. Yang memungkinkan
tiap orang untuk mempelajari kebiasaan, adat istiadat, kebudayaan serta latar
belakangnya masing-masing. Ada beberapa hal yang dapat dikaitkan dengan
bahasa yakni:
a. Akal yang merupakan erat dengan logika, tanpa akal manusia tidak
dapat berkomunikasi dengan baik.
b. Makna dan intepretasiy adalah merupakan bagian yang sudah melekat
dengan bahasa.
c. Konvensi atau aturan dasar, tanpa konvensi bahasa tidak akan ada
artinya karena tidak dapat dimengerti oleh semua orang.
d. Dimensi bahasa obyektif, dapat dimengerti oleh semua untuk mengatasi
ruang yang bersifat menyeluruh dan mampu menjelaskan fenomena-
fenomena.
e. Intertekstualitas atau memiliki ilmu pengetahuan akan mencari tahu
bagaimana teks-teks lain saling mempengaruhi pemahaman
seseorang.21
Bahasa merupakan suatu sistem komunikasi yang mempergunakan simbol-
simbol vokal bunyi ucapan yang bersifat arbitrer,22
yang dapat diperkuat dengan
gerak-gerik badaniah yang nyata. Ia merupakan simbol karena rangkaian bunyi
yang dihasilkan oleh alat ucap manusia harus diberikan makna tertentu pula.
21
Ahmad Hidayat. Filsafat bahasa, 32. 22
Deddy Mulyana. Komunikasi Efektif Suatu Pendekatan Lintas Budaya, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2004), 93.
10
Simbol adalah tanda yang diberikan makna tertentu, yaitu mengacu kepada
sesuatu yang dapat diserap oleh panca indra. Berarti bahasa mencakup dua bidang,
yaitu vokal yang dihasilkan oleh alat ucap manusia, dan arti atau makna yaitu
hubungan antara rangkaian bunyi vokal dengan barang atau hal yang diwakilinya
itu. Bunyi itu juga merupakan getaran yang merangsang alat pendengar kita (yang
diserap oleh panca indra kita, sedangkan arti adalah isi yang terkandung di dalam
arus bunyi yang menyebabkan reaksi atau tanggapan dari orang lain).Arti yang
terkandung dalam suatu rangkaian bunyi bersifat arbitrer atau manasuka. Arbitrer
atau manasuka berarti tidak terdapat suatu keharusan bahwa suatu rangkaian
bunyi tertentu harus mengandung arti yang tertentu pula.23
Salah satu aspek yang paling penting dari bahasa adalah aspek fungsi
bahasa, yang secara umum sebagai fungsi alat komunikasi dan dapat dipandang
sebagai fungsi utama bahasa. Kata komunkasi dalam bahasa Inggris
communication berasal dari kata latin communicatio dan bersumber dari kata
communis yang berarti sama. Artinya adalah sama dalam bentuk percakapan,
maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan makna
mengenai apa yang dipercakapkan. Kesamaan bahasa yang dipergunakan dalam
percakapan itu belum tentu menimbulkan kesamaan makna, dengan kata lain
mengerti bahasanya saja belum tentu mengerti makna yang dibawakan oleh
bahasa itu. Jadi bahasa itu sebagai sesuatu yang bersifat sosial, merupakan akibat
dari masyarakat bergaul; merupakan pengikat terkuat, yang menyatukan
masyarakat.24
Seorang alhi Linguis bahasa Indonesia P.W.J. Nababan membagi
fungsi bahasa sebagai komunikasi dalam kaitannya dengan masyarakat dan
pendidikan menjadi empat antara lain:
a. Fungi kebudayaan sebagai sarana perkembangan kebudayaan, jalur
penerus kebudayaan dan inventaris kebudayaan.
b. Fungsi kemasyarakatan untuk menunjukkan peranan khusus suatu
bahasa dalam kehidupan masyarakat.
c. Fungsi perorangan mencakup interaksi, pemecahan masalah,
instrumental dan lain sebagainya.
23
Ahmad Adil. Pengantar Teori Bahasa, 8-9. 24
Wojowasito, Perkembangan Ilmu Bahasa (Linguistik) Abad-20 sebagai dasar Pengajaran
Bahasa (Bandung: Shinta Dharma, 1977), 6.
11
d. Fungsi pendidikan mencakup fungsi penalaran.
TEORI BUDAYA
Budaya dan komunikasi berinteraksi secara erat dan dinamis, inti budaya
adalah komunikasi, karena budaya muncul melalui komunikasi sebagaimana
dikatakan Edward T. Hall, budaya adalah komunikasi dan komunikasi adalah
budaya.25
Komunikasi melibatkan tindakan, pilihan dan penafsiran, setiap
berkomunikasi dengan seseorang tidak diragukan bahwa orang tersebut berasal
dari suatu lingkungan budaya tertentu. Oleh karena itu seseorang dipengaruhi oleh
latar belakang budayanya, meskipun tidak berarti bahwa semua anggota budaya
tersebut berperilaku seragam. Tanpa mengetahui budaya maka sulit untuk
memprediksi perilakunya.26
Orang-orang berkomunikasi karena mereka harus
beradaptasi dengan lingkungan. Beradaptasi bukan berarti menyetujui atau
mengikuti semua tindakan orang lain, melainkan mencoba memahami alasan di
baliknya tanpa kita tertekan oleh situasi. Dalam era global saat ini sangat perlu
mengembangkan dan menguasai berbagai keterampilan, salah satunya adalah
keterampilan berkomunikasi dengan orang-orang berbeda budaya.27
Menurut Trenholm dan Jensen budaya merupakan seperangkat nilai,
kepercayaan, norma dan adat istiadat, aturan dan kode, yang secara sosial
mendefenisikan kelompok-kelompok orang, mengikat mereka satu sama lain dan
memberi mereka kesadaran bersama. Pemahaman budaya untuk berfikir tentang
diri kita sendiri dan hubungan kita dengan orang lain dan bagaimana kita
menetapkan serta mencapai tujuan bagaimana kita mempertukarkan pesan. Peran
budaya sangat besar dalam kehidupan kita, budaya telah ada sebelum kita lahir
dan akan tetap ada setelah kita meninggal dunia. Bergaul dengan orang yang dari
budaya lain atau tinggal dalam budaya lain membantu kita tidak hanya memahami
budaya mereka, melainkan budaya kita sendiri.28
Budaya yang lebih tinggi dan aktif akan mempengaruhi budaya yang lebih
rendah dan pasif melalui kontak budaya (Malinowski, 1983:21-23). Teori
25
Deddy Mulyana. Komunikasi Efektif, 14 26
Deddy Mulyana. Komunikasi Efektif, 7 27
Cohen Bruce J, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), 10. 28
Deddy Mulyana. Komunikasi Efektif, 15.
12
Malinowski ini sangat terlihat dalam pergeseran atau perubahan nilai-nilai budaya
kita yang meniru atau mencontoh budaya dari Barat. Dalam kemajuan era
globalisasi informasi sekarang ini menjadi kekuatan yang sangat dahsyat dalam
mempengaruhi dan mengubah pola pikir manusia. Budaya barat saat ini
diidentikkan dengan modernitas (modernisasi), dan budaya timur diidentikkan
dengan tradisional atau kebiasaan umum yang digunakan. Manusia tidak hanya
mengadopsi ilmu pengetahuan dan teknologi Barat sebagai bagian dari
kebudayaan tetapi juga mecontoh semua gaya orang Barat, sehingga yang di Barat
dianggap sebagai budaya yang tidak baik tetapi setelah sampai di Timur diadopsi
secara melekat.29
Teori Sinkronisasi Budaya (Hamelink, 1983) menyatakan lalu lintas
produk budaya masih berjalan satu arah dan pada dasarnya mempunyai mode
yang sinkronik. Hamelink juga mengatakan, bahwa dalam sejarah budaya
manusia belum pernah terjadi lalu lintas satu arah dalam suatu konfrontasi budaya
seperti yang kita alami saat ini. Karena sebenarnya konfrontasi budaya dua arah di
mana budaya yang satu dengan budaya yang lainnya saling pengaruh
mempengaruhi akan menghasilkan budaya yang lebih kaya (kompilasi).
Sedangkan konfrontasi budaya searah akan memusnahkan budaya yang pasif dan
lebih lemah. Menurut Hamelink, bila otonomi budaya didefinisikan sebagai
kapasitas masyarkat untuk memutuskan alokasi sumber-sumber dayanya sendiri
demi suatu penyesuaian diri yang memadai terhadap lingkungan, maka
sinkronisasi budaya tersebut jelas merupakan ancaman bagi otonomi budaya
masyarakatnya.
Proses perubahan budaya dapat terjadi karena difusi, yakni unsur budaya
yang satu bercampur dengan unsur budaya lainnya sehingga menjadi kompleks, di
mana unsur komponennya menjadi tidak dekat lagi dengan unsur budaya aslinya.
Budaya adalah campuran unsur suatu hasil integrasi budaya yang hanya bisa
dipahami melalui budaya induknya. Teori ini ditolak oleh Malinowski
(Malinowski, 1983: 29). Pengungkapan identitas ini sering dilakukan secara aktif
dan sadar. Dalam memakai pakaian adat, bahasa, perhiasan dan tingkah laku
tertentu, supaya orang dari kelompok etnis atau budaya lainnya mengetahui
29
Ihromi, T.O. Pokok-pokok Atropologi Budaya, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2006), 57.
13
identitas dan batas-batas antara mereka dan orang lain. Mentalitas suku atau
kelompok sendiri ini sebenarnya menunjukkan adanya proses integrasi budaya
yang tidak kokoh, bahkan langsung dapat dipahami sebagai budaya yang kembali
ke akar budayanya. Teori Budaya Fungsional ahli antropologi aliran fungsional
menyatakan, bahwa budaya adalah keseluruhan alat dan adat yang sudah
merupakan suatu cara hidup yang telah digunakan secara luas, sehingga manusia
berada di dalam keadaan yang lebih baik untuk mengatasi masalah-masalah yang
dihadapinya dalam penyesuaiannya dengan alam sekitarnya untuk memenuhi
kebutuhannya (Malinowski, 1983: 65). Budaya berfungsi yang dipahami secara
luas oleh manusia sebagai sarana untuk mengatasi masalah-masalah yang
dihadapi dengan upaya sebagai penyesuaian terhadap alam dalam rangka
memenuhi kebutuhan hidupnya.30
Sistem kepribadian Personality System merupakan persoalan tentang
bagaimana isi jiwa dan watak individu yang berinteraksi sebagai warga
masyarakat. Tentunya kepribadian setiap individu dalam kehidupan
bermasyarakat walaupun berbeda-beda antara yang satu dengan yang lainnya,
namun dapat distimulasi dan dipengaruhi oleh nilai-nilai dan aturan-aturan dalam
sistem budaya dan dipengaruhi oleh cara bertindak dalam sistem sosial yang telah
diinternalisasi melalui proses sosialisasi dan proses pembudayaan selama hidup,
sejak kecilnya. Dengan demikian sistem kepribadian manusia memiliki fungsi
sebagai sumber motivasi dari perilaku sosialnya.31
MENGUASAI BAHASA
Dalam kehidupan sehari-hari, menguasai bahasa sering diartikan sebagai
mampu berbicara dalam bahasa itu, penguasaan bahasa bergantung pada empat
kata kunci: penggunaan, simbol, makna dan komunikasi. Indikator penguasaan
bahasa adalah penggunaannya dalam berbicara dan menulis. Bila seseorang fasih
melafalkan kosa kata dan menyebutkan aturan tata bahasa, tetapi tidak bisa
menyusun kata-kata dalam wacana lisan dan tulis dalam bahasa itu, maka tidak
menguasai bahasa tersebut. Bahasa adalah perilaku manusia, jadi pengajaran
bahasa sesungguhnya “mengubah” perilaku manusia. Belajar bahasa perlu
30
Endrswara Suwardi. Metodologi Penelitian Folklor Konsep, Teori dan Aplikasi, (Yogyakarta:
Buku kita, 2009), 124. 31
Kamanto Sunarto. Pengantar Sosiolog. (Jakarta: LPE-UI, 2000), 17.
14
diciptakan suasana yang memaksa berbicara dan menulis dalam bahasa itu.
Sebuah ungkapan atau peribahasa Perancis yang sangat menarik dengan demikian
“Mengerti berarti memaafkan segalanya” bahasalah yang mengikat kuat dan
mempertahankan sebuah masyarakat.32
Memelihara bahasa berfungsi untuk
memperkokoh suatu kelompok masyarakat, supaya kita mudah mengerti bahasa
adalah dengan membiarkan larut dalam komunikasi dengan bahasa dalam
masyarakat penuturnya artinya kita harus secara disiplin memakai bahasa itu.
Perilaku berbahasa dan masyarakat adalah kulit terluar dari bahasa dan bagian
terpentingnya adalah makna dari bahasa. Salah satu ciri kehebatan manusia
memiliki potensi kodrati untuk mengalami dan memaknai suatu makna.
Kemampuan berbahasa tidak lain kecuali kemampuan menangkap makna saat
berbicara dan menulis. Belajar bahasa bukan meniru ujaran seperti burung beo,
belajar bahasa adalah belajar memaknai melalui refleksi. Makna isi bahasa itu
ditampilkan oleh simbol-ekspresi yang merupakan kulit dari bahasa. Konstruk
budaya terbukti dengan adanya perbedaan struktur internal linguistik antara
bahasa dalam mengekspresikan makna.33
TEORI PERUBAHAN SOSIAL
Perubahan sosial bukanlah sebuah proses yang terjadi secara tiba-tiba,
terlebih ketika perubahan sosial tersebut melibatkan individu atau kelompok
sosial sebagai target perubahan. Munculnya gagasan-gagasan baru, atau
munculnya kebijakan baru, tidak dapat diterima begitu saja oleh individu atau
kelompok sosial tertentu. Sejarah telah menunjukkan bahwa proses perubahan
pola pikir yang dominan, sangat sulit diubah.34
Setiap dinamika sosial masyarakat
akan mengalami perubahan budaya baik di desa maupun yang hidup di kota.
Perubahan dan dinamika itu merupakan akibat dari adanya interaksi antarmanusia
dan antarkelompok yang menyebabkan perubahan dan dinamika sosial. Semua
pengaruh kemajuan teknologi dari luar maupun dari dalam hadir di tengah-tengah
kehidupan seseorang. Dinamika perubahan yang terjadi di masyarakat dapat
terlihat dari perubahan nilai-nilai sosial, norma-norma yang berlaku di
32
Wojowasito, Perkembangan Ilmu Bahasa, 7. 33
Chaedar Alwasilah. Filsafat Bahasa dan Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), 45-
46. 34
Nanang Martono. Sosiologi Perubahan Sosial Perspektif Klasik, Modern, Posmodern, dan
Poskolonial (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2012), 361
15
masyarakat, pola-pola perilaku individu dan organisasi, interaksi sosial dan
struktur sosial masyarakat.35
Menurut Abdul Syani (1995:83) perubahan berarti
suatu proses yang mengakibatkan keadaan sekarang berbeda dengan keadaan
sebelumnya, perubahan bisa berupa kemunduran dan bisa juga berupa kemajuan.
Menurut Talcott Parsons dan Willbert E. Moore, teori tentang masyarakat dan
perubahan sosial tidak dapat dipisahkan.
Sejarah Latar Belakang kehidupan jemaat HKBP Salatiga
Gereja HKBP Salatiga berkembang seirama dengan perkembangan orang
dari suku Batak yang berada di Salatiga. Awalnya HKBP masuk ke Salatiga pada
tahun 1956.36
Pemuda-pemudi merindukan akan suasana kebaktian yang
bernuansa Batak, maka inisiatif saat itu adalah mendirikan HKBP Salatiga.
Menjelang akhir tahun 1957 adanya keinginan yang lebih untuk mendirikan
HKBP di kota Salatiga. Pada waktu itu jemaat HKBP menggunakan gedung
gereja GPIB Salatiga yang hingga saat ini berdiri di Taman Sari Salatiga. Mereka
sepakat membentuk NHKBP (Naposo Bulung Huria Kristen Batak Protestan) di
Salatiga membuat suatu pertemuan di rumah keluarga S.M.A Pasaribu, jalan
Tuntang No.5 yang dihadiri 21 orang pemuda-pemudi. Karena belum ada HKBP
di Salatiga, mereka menganggap dan mengusulkan ke BPD (Badan Pengurus
Distrik) NHKBP Distrik IX dan NHKBP pusat sebagai cabang luar biasa. BPD
menerima dan memandang NHKBP Salatiga sebagai calon cabang. Kegiatan
NHKBP yang teratur adalah pemahaman Kitab Suci yang dilaksanakan sekali
dalam dua minggu bertempat dirumah keluarga Batak Kristen yang ada di
Salatiga secara bergantian. Dikemukakan bahwa tidak sedikit atau tidak kecil
hasil yang dicapai yaitu kemajuan kehidupan kerohanian para anggota, tetap
terpeliharanya semangat kekeluargaan dan berdirinya HKBP di Salatiga pada 2
Februari 1958 (delapan bulan setelah NHKBP Salatiga berdiri) dan diresmikan
pada 7 April 1958.37
35
Bagja Waluya. Sosiologi Menyelami Fenomena Sosial di Masyarakat (Bandung: Setia Purna
Inves, 2007), 55-56 36
Majelis, Sejarah HKBP Salatiga, 2008, 4. 37
Buku sejarah HKBP, 21.
16
Kebaktian untuk jemaat HKBP Salatiga dimulai pukul 10.00 WIB. Sejak
tahun 1958 ditetapkan sebagai hari berdirinya HKBP Salatiga dan pada tahun
1983 barulah HKBP Salatiga memiliki gedungnya sendiri. Terkait dengan
penelitian mengenai penggunaan Bahasa Batak dalam tata ibadah di HKBP
Salatiga penulis akan memaparkan hasil penelitian yang berdasarkan hasil
wawancara. Mayoritas masyarakat Batak yang berada di Salatiga adalah para
perantau, terkait dengan data statistik jemaat HKBP Salatiga saat ini terdapat 68
untuk kepala keluarga terdapat 10 pemuda-pemudi yang asli dari HKBP Salatiga
sedangkan 48 lainnya merupakan perantau. Tidak semua dari antara mereka yang
memahami bahasa Batak secara mendalam. Beberapa di antara mereka yang
memahaminya adalah para orang tua.
Pemahaman bahasa batak di Sekolah minggu dan remaja pemuda-
pemudi HKBP Salatiga.
Pelayanan sekolah minggu dilakukan setiap hari Minggu pada pukul 07.30
bersamaan dengan dilaksanakannya ibadah umum. Hasil penelitian penulis dalam
tata ibadah anak sekolah minggu yang menggunakan agenda HKBP bahasa
Indonesia yang dipandu oleh satu orang majelis dan dua orang pemimpin pujian
yaitu guru sekolah minggu. Penulis juga pernah mengajar sebagai guru sekolah
minggu dan pengurus anak sekolah minggu di HKBP Salatiga. Selama penulis
pernah mengajar anak sekolah minggu dalam pelayanan belum pernah memakai
bahasa batak dalam tata ibadah karena melihat situasi anak sekolah minggu yang
tidak memahami bahasa batak. Bahkan pernah mengajari mereka bernyanyi pakai
bahasa Batak namun mereka sulit untuk memahami. Respon beberapa anak
sekolah minggu yang penulis wawancarai bahwa mereka memang benar-benar
tidak mengerti bahasa batak karena dalam kehidupan sehari-hari juga sudah
memakai bahasa Indonesia.38
Salah satu contoh ketika penulis berbicara langsung
memakai bahasa Batak mereka tidak bisa mengungkapkan dan menurut mereka
bahasa Batak sulit untuk dimengerti dari kata-katanya.39
Di rumah pun untuk
berbicara kepada orang tua sudah memakai bahasa Indonesia.
38
Hasil wawancara dengan anak sekolah minggu, Natan Situmorang . Minggu 7 Juli 2019, Pukul
08.30. 39
Hasil wawancara dengan anak sekolah minggu, Joel Pasaribu. Minggu 7 Juli 2019, Pukul 08.40
WIB.
17
Sama halnya dengan remaja pemuda-pemudi yang penulis amati dalam
ibadah PA (Pendalaman Alkitab) yang dilaksanakan setiap hari sabtu pukul 17.00
WIB. Adapun yang mengikuti PA adalah remaja pemuda-pemudi diantaranya
merupakan asli dari kota Salatiga dan mayoritas mahasiswa UKSW yang sedang
melaksanakan Praktek Pendidikan Lapangan. Dalam pelaksanaan pelayanan
ibadah remaja pemuda-pemudi ini juga selalu menggunakan bahasa Indonesia.
Pada saat penulis melakukan wawancara dengan beberapa remaja mengenai tata
ibadah yang dilaksanakan dalam ibadah setiap hari sabtu. Memang sangat sulit
memakai bahasa Batak dan sulit dimengerti sehingga setiap ibadah menggunakan
bahasa Indonesia agar apa yang disampaikan dalam ibadah mudah untuk mereka
terima dan pahami.40
Bukan hanya pada saat pelaksanaan ibadah saja mereka
tidak memahami bahasa Batak, ketika mereka berbicara juga dengan majelis,
orang tua atau dengan masyarakat juga memakai bahasa Indonesia sehingga
kebiasaan itu yang membuat kurang fasih untuk berbicara dengan bahasa Batak.
Lingkungan sekitar juga banyak dari budaya yang sudah bercampur sehingga
kebiasaan itulah yang membuat bahasa batak tidak mampu mereka kuasai.
Penggunaan Bahasa Batak dalam Tata Ibadah di ibadah Minggu
HKBP Salatiga.
Berdasarkan aturan HKBP struktur liturginya sudah sesuai dengan aturan
HKBP, namun HKBP Salatiga membuat suatu kebijakan dalam tata Ibadah
Minggu yang membuat dua bahasa atau di campur. Awalnya kebijakan HKBP
Salatiga sendiri setiap Minggu ganjil memakai bahasa Batak dan setiap minggu
genap memakai bahasa Indonesia. Ada pergeseran dilihat dari prakteknya setiap
hari minggu tidak sesuai dengan kebijakan yang telah disepakati karena dalam
ibadah itu bahasanya dicampur dimana kotbah memakai bahasa batak sedangkan
untuk nyanyian dan epistel memakai bahasa Batak. Ketika berkotbah memakai
bahasa Batak ada beberapa jemaat yang mengeluh karena tidak memahami bahasa
yang di sampaikan oleh pengkotbah. Dari keluhan itulah Majelis mengubah
kebijakan itu karena melihat situasi dan kondisi jemaat ada beberapa yang kawin
40
Hasil wawancara Ny. Haloho br Manik, Minggu 14 Juli 2019 pukul 09.10 WIB.
18
campur. Bukan hanya kawin campur namun ada juga jemaat yang diangkat
menjadi boru Batak.41
Tidak semua jemaat mengerti bahasa Batak contohnya anak sekolah
minggu, remaja pemuda-pemudi yang ikut beribadah. Beribadah itu yang
terpenting penyampaian Firman kepada jemaat bagaimana mereka dapat
memahami apa yang disampaikan pengkotbah dari mimbar. Meskipun orang
Batak kalau tidak mengerti bahasa Batak fungsi gereja harus bisa menyediakan
apa yang dibutuhkan jemaat. Khotbah di gereja hanya setengah jam sehingga
penyampaian kotbah dengan memakai bahasa batak kalau pesannya tidak
tersampaikan sama saja tidak ada artinya. Dalam konteks bahasa, bahasa batak
memang penting tergantung bagaimana orangtua mengajari anak-anaknya dengan
praktek dirumah, atau berbicara sehari-hari bahasa Batak bukanlah pelajaran di
gereja hanya pelengkap saja yang terpenting di gereja adalah penyampaian firman
Tuhan berdasarkan massage Tuhan.42
Anak-anak muda sekarang pemikirannya
sudah lebih modern sehingga mereka lebih mengikut ke perkembangan yang
sudah ada. Walaupun diadakan gereja seperti ada bimbingan atau semacam
pembinaan khusus untuk bahasa batak anak-anak tidak ada yang berminat.
Pemahaman Jemaat tentang Bahasa Batak dalam tata Ibadah di
HKBP Salatiga.
Ada juga jemaat yang kurang setuju dengan kebijakan dalam tata ibadah
yang bahasanya di campur. Jemaat yang merantau dari tanah Batak tentu rindu
dengan bahasa bataknya, bahwa HKBP identitasnya adalah batak, sehingga ketika
diadakan bahasa yang campur itu kurang tepat. Bahasa Batak inilah yang
menunjukkan identitas budaya Batak, sehingga ketika bertemu dengan sesama
batak kalau tidak mengerti bahasa batak tidak tepat dia disebut orang Batak.
Dengan kebijakan yang berubah-ubah maka ibadah itu dilaksanakan seolah-olah
hanya untuk menyenangkan hati jemaat bukan untuk Tuhan.43
Kepada anak-anak
atau remaja pemuda-pemudi yang tidak mengetahui bahasa Batak tentunya peran
orang tua sangat penting untuk mengajari anak-anaknya, bila perlu dalam
kehidupan sehari-hari harus memakai bahasa batak. Dalam ibadah apabila
41
Hasil wawancara T. Parapat, Jumat pukul 19.15 WIB. 42
Hasil wawancara, J. Dongoran, Jumat pukul 19.30 WIB. 43
Hasil wawancara, Ny. Silaban br Sihombing, Kamis pukul 17.20 WIB.
19
nyanyian dan epistel bahasa Batak seharusnya khotbahnya juga bahasa Batak
sesuai aturan HKBP. Apabila dalam liturgi itu sendiri tidak sesuai dengan dasar
atau identitas HKBP tentunya bahasa Batak itu akan punah.44
Boleh juga gereja
membuka seperti kursus bahasa Batak agar tidak lepas dari identitasnya.
Kekonsistenan dari gereja dengan aturan misalnya ada jemaat yang kurang
mengerti bahasa Batak dengan membuat aturan Minggu genap memakai bahasa
Indonesia mulai dari awal ibadah sampai selesai memakai bahasa Indonesia atau
sebaliknya di Minggu ganjil ketika memakai bahasa batak mulai dari awal ibadah
sampai selesai.45
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis selama
melaksanakan penelitian di beberapa kategorial bagaimana pemahaman jemaat
tentang penggunaan bahasa Batak dalam tata ibadah di HKBP Salatiga, dapat
dianalisa bahwa Bahasa yang digunakan ketika melaksanakan ibadah adalah
bentuk komunikasi yang dapat dimengerti oleh jemaat HKBP Salatiga.46
Majelis
berusaha untuk memberikan pelayanan sesuai dengan keadaan dan situasi
beberapa jemaat. Dapat dikatakan bahasa merupakan suatu sistem yang
berstruktur dari simbol-simbol bunyi yang dipergunakan oleh anggota suatu
kelompok sosial sebagai alat berinteraksi antara yang satu dengan yang lainnya.47
Bahasa juga bukan hanya sebagai alat komunikasi untuk mengantarkan proses
hubungan antarmanusia, tetapi bahasa mampu mengubah seluruh kehidupan
manusia. Artinya bahwa bahasa merupakan salah satu aspek terpenting dari
kehidupan manusia. Sekelompok manusia atau bangsa yang hidup dalam kurun
waktu tertentu tidak akan bisa bertahan jika dalam bangsa tersebut tidak ada
bahasa.48
Pemahaman bahasa Batak pada kategorial anak sekolah minggu dan
pemuda-pemudi.
44
Hasil wawancara, Ny. Turnip br Sagala, Rabu pukul 18.30 WIB. 45
Hasil wawancara, Ny. Purba br Simamora, Kamis pukul 17.10 WIB. 46
Hasil wawancara J. Dongoran. Jumat Pukul 19.35 WIB. 47
Asep Ahmad Hidayat. Filsafat Bahasa Mengungkap Hakikat Bahasa, Makna dan Tanda
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), 21-22. 48
Hasil wawancara dengan anak sekolah minggu, Natan Situmorang . Minggu 7 Juli 2019, Pukul
08.30 WIB
20
Tampaklah bahwa penggunaan bahasa batak pada kategorial anak sekolah
minggu maupun pemuda-pemudi sudah mengalami perubahan sosial dan budaya.
Salah satu contoh ketika penulis berbicara langsung memakai bahasa Batak
mereka tidak bisa mengungkapkan dan menurut mereka bahasa Batak sulit untuk
dimengerti dari kata-katanya.49
Di rumah pun untuk berbicara kepada orang tua
sudah memakai bahasa Indonesia. Dalam kehidupan sehari-hari, menguasai
bahasa sering diartikan sebagai mampu berbicara dalam bahasa itu, penguasaan
bahasa bergantung pada empat kata kunci: penggunaan, simbol, makna dan
komunikasi. Indikator penguasaan bahasa adalah penggunaannya dalam berbicara
dan menulis. Bila seseorang fasih melafalkan kosa kata dan menyebutkan aturan
tata bahasa, tetapi tidak bisa menyusun kata-kata dalam wacana lisan dan tulis
dalam bahasa itu, maka tidak menguasai bahasa tersebut. Bahasa adalah perilaku
manusia, jadi pengajaran bahasa sesungguhnya “mengubah” perilaku manusia.
Salah satu aspek yang paling penting dari bahasa adalah aspek fungsi bahasa,
yang secara umum sebagai fungsi alat komunikasi dan dapat dipandang sebagai
fungsi utama bahasa. Artinya adalah sama dalam bentuk percakapan, maka
komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai
apa yang dipercakapkan.
Pemahaman Bahasa batak menurut Majelis.
Unsur budaya yang sudah bercampur dengan budaya dari luar mejadi
suatu untuk yang kompleks yang mencipatakan suatu proses perubahan budaya
dapat terjadi karena. Dengan unsur budaya lainnya yang sudah kompleks, di mana
unsur komponennya menjadi tidak dekat lagi dengan unsur budaya aslinya.
Sehingga budaya itu merupakan campuran dari unsur suatu hasil integrasi budaya
yang hanya bisa dipahami melalui budaya induknya. Budaya itu jelas sangat
bergeser melalui perubahan yang signifikan meskipun orang Batak kalau tidak
mengerti bahasa Batak fungsi gereja harus bisa menyediakan apa yang dibutuhkan
jemaat. Khotbah di gereja hanya setengah jam sehingga penyampaian khotbah
dengan memakai bahasa batak kalau pesannya tidak tersampaikan sama saja tidak
ada artinya. Menurut Abdul Syani perubahan berarti suatu proses yang
49
Hasil wawancara dengan anak sekolah minggu, Joel Pasaribu. Minggu 7 Juli 2019, Pukul 08.40
WIB
21
mengakibatkan keadaan sekarang berbeda dengan keadaan sebelumnya,
perubahan bisa berupa kemunduran dan bisa juga berupa kemajuan. Menurut
Talcott Parsons dan Willbert E. Moore, teori tentang masyarakat dan perubahan
sosial tidak dapat dipisahkan.
Teori Budaya Fungsional ahli antropologi aliran fungsional menyatakan,
bahwa budaya adalah keseluruhan alat dan adat yang sudah merupakan suatu cara
hidup yang telah digunakan secara luas, sehingga manusia berada di dalam
keadaan yang lebih baik untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya
dalam penyesuaiannya dengan alam sekitarnya untuk memenuhi kebutuhannya.
Budaya difungsikan secara luas oleh manusia sebagai sarana untuk mengatasi
masalah-masalah yang dihadapi sebagai upaya penyesuaiannya dengan alam
dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya.50
Pemahaman bahasa Batak pada kategorial kaum Bapak maupun
Kaum Ibu.
Menurut T. Parapat adanya pergeseran atau perubahan baik sosial maupun
budaya yang bercampur contohnya bahasa dan kawin campur, bahasa yang
awalnya dapat terlaksana sebagaimana tata ibadah dengan menggunakan bahasa
Batak.51
Ada juga jemaat yang kurang setuju dengan kebijakan dalam tata ibadah
yang bahasanya di campur. Jemaat yang merantau dari tanah batak tentu rindu
dengan bahasa bataknya, bahwa HKBP identitasnya adalah batak, sehingga ketika
diadakan bahasa yang campur itu kurang tepat. Bahasa Batak inilah yang
menunjukkan identitas budaya batak, sehingga ketika bertemu dengan sesama
batak kalau tidak mengerti bahasa batak tidak tepat dia disebut orang batak.
Beberapa jemaat belum seutuhnya menerima perubahan budaya yang
menimbulkan bahwa budaya itu secara perlahan akan punah.52
Perubahan sosial
bukanlah sebuah proses yang terjadi secara tiba-tiba, terlebih ketika perubahan
sosial tersebut melibatkan individu atau kelompok sosial sebagai target
perubahan. Munculnya gagasan-gagasan baru, atau munculnya kebijakan baru,
tidak dapat diterima begitu saja oleh individu atau kelompok sosial tertentu.
50
Endraswara Suwardi. Metodologi Penelitian Folklor Konsep, Teori dan Aplikasi, (Yogyakarta:
Buku kita, 2009), 124. 51
Hasil wawancara Tampil Parapat, Jumat Pukul 18.55 WIB. 52
Hasil wawancara Ny. Turnip br Sagala, Rabu Pukul 18.45 WIB.
22
Sejarah telah menunjukkan bahwa proses perubahan pola pikir yang dominan,
sangat sulit diubah.53
Setiap masyarakat akan mengalami perubahan dan dinamika sosial budaya
baik di desa maupun di kota. Perubahan dan dinamika itu merupakan akibat dari
adanya interaksi antarmanusia dan antarkelompok yang menyebabkan perubahan
dan dinamika sosial. Semua pengaruh kemajuan teknologi dari luar maupun dari
dalam hadir di tengah-tengah kehidupan seseorang. Perubahan dan dinamika yang
terjadi di masyarakat bisa berupa perubahan nilai-nilai sosial, norma-norma yang
berlaku di masyarakat, pola-pola perilaku individu dan organisasi, interaksi sosial
dan struktur sosial masyarakat.54
Penggunaan bahasa batak memang sangatlah penting terutama untuk
masyarakat batak sendiri sebagai alat komunikasi, bahasa memiliki peranan yang
sangat vital dalam kehidupan manusia. Begitu pula melalui bahasa, kebudayaan
suatu bangsa dapat dibentuk, dibina dan dikembangkan serta dapat diturunkan
kepada generasi-generasi mendatang. Dengan adanya bahasa sebagai alat
komunikasi, maka semua yang berada disekitar manusia seperti peristiwa-
peristiwa, binatang-binatang, tumbuh-tumbuhan, hasil cipta karya manusia dan
sebagainya, akan mendapat tanggapan dalam pikiran manusia. Disusun dan
diungkapkan kembali kepada orang-orang lain sebagai bahan komunikasi.
Komunikasi melalui bahasa ini memungkinkan tiap orang untuk menyesuaikan
dirinya dengan lingkungan fisik dan lingkungan sosialnya. Yang akan
memungkinkan tiap orang untuk mempelajari kebiasaan, adat istiadat, kebudayaan
serta latar belakangnya masing-masing.
Ada beberapa hal yang dapat dikaitkan dengan bahasa. Manusia diciptakan
oleh Tuhan dengan memiliki kelebihan yaitu akal yang sangat erat dengan Logika,
melalui akal itu manusia mampu berbahasa.
a. Makna dan intepretasi, yang merupakan bagian yang sudah melekat
dengan bahasa.
53
Nanang Martono. Sosiologi Perubahan Sosial Perspektif Klasik, Modern, Posmodern, dan
Poskolonial (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2012), 361 54
Bagja Waluya. Sosiologi Menyelami Fenomena Sosial di Masyarakat (Bandung: Setia Purna
Inves, 2007), 55-56
23
b. Konvensi, karena tanpa konvesi bahasa tidak akan ada artinya karena
tidak dapat dimengerti oleh semua orang.
c. Dimensi bahasa obyektif, dapat dimengerti oleh semua untuk mengatasi
ruang yang bersifat universal dan ilmiah.
d. Intertekstualitas atau para ilmu pengetahuan akan menelaah bagaimana
teks-teks lain saling mempengaruhi pemahaman seseorang.55
KESIMPULAN
Budaya adalah campuran unsur suatu hasil integrasi budaya yang hanya
bisa dipahami melalui budaya induknya. Bahasa merupakan alat komunikasi
manusia, apabila tidak ada bahasa, manusia tidak akan mampu berinteraksi
dengan baik. Untuk itulah manusia tidak boleh melupakan budayanya sendiri
termasuk bahasanya. Proses perubahan budaya dapat terjadi karena difusi, yakni
unsur budaya yang satu bercampur dengan unsur budaya lainnya sehingga
menjadi kompleks, di mana unsur komponennya menjadi tidak dekat lagi dengan
unsur budaya aslinya. Apabila dilihat dari kebijakan yang tidak tetap, tidak
adanya kekonsistenan antara majelis gereja sehingga kebijakan-kebijakan yang
telah disepakati tidak terlaksana dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari
penggunaan bahasa batak dalam tata ibadah HKBP Salatiga yang bisa berubah-
ubah. Bukan hanya dalam tata ibadah minggu saja setiap kategorial yang sudah
ada pembagiannya juga demikian tidak adanya kekonsistenan dalam penggunaan
bahasa batak. Dapat dikatakan pelaksanaan ibadah hanya untuk menyenangkan
hati jemaat bukan untuk menyenangkan hati Tuhan. Perubahan akibat dari
perkembangan jaman boleh diikuti tetapi tidak melupakan identitas HKBP yang
berasal dari suku batak.
SARAN
Adapun saran yang diberikan penulis mengenai penggunaan bahasa batak
dalam tata ibadah di HKBP Salatiga adalah:
1. Kiranya Pimpinan dan majelis HKBP Salatiga mempertahankan
struktur HKBP yang sudah ditetapkan dalam tata ibadah dengan
55
Ahmad Hidayat, Filsafat bahasa, 32.
24
memperhatikan kebutuhan jemaat bukan hanya dari satu sudut
pandang saja melainkan dari berbagai aspek yang bersifat
mempertahankan budaya batak itu sendiri.
2. Kepada jemaat dalam hal ini orangtua supaya lebih berperan untuk
mengajarkan kepada anak-anak maupun remaja pemuda-pemudi
budaya batak terutama bahasa Batak.
DAFTAR PUSTAKA
Adil, Ahmad. Pengantar Teori Bahasa Formal, Otomata dan Komputasi
Yogyakarta: Deepublish, 2018.
Ahmad, Asep, Hidayat. Filsafat Bahasa Mengungkap Hakikat Bahasa, Makna
dan Tanda, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009.
Alwasilah, Chaedar. Filsafat Bahasa dan Pendidikan, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2010.
Bruce, Cohen. J. Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Rineka Cipta, 1992.
Buku sejarah HKBP Salatiga jubileum 50 tahun, 7 April 1958-7 April 2008.
Danesi, Marcel. Pesan, Tanda dan Makna Buku Teks Dasar Mengenai Semiotika
dan Teori Komunikasi, Yogyakarta: Jalasutra, 2012.
Kriyantono, Rachmat. Teknik Praktis Riset Komunikasi, Jakarta:Prenada, 2006.
Martono, Nanang. Sosiologi Perubahan Sosial Perspektif Klasik, Modern,
Posmodern, dan Poskolonial, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2012.
M.T. Sihombing Filsafat. Batak Tentang Kebiasaan-kebiasaan Adat Istiadat,
Jakarta:Balai Pustaka,1956.
Mulyana, D. Deddy. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar,Bandung: PT.Remaja
Rosdakarya.
25
Muri, Yusuf. A. Metode Penelitian kuantitatif dan penelitian gabungan,
Jakarta:Prenadamedia Group, 2014.
Mulyana, Deddy, Komunikasi Efektif Suatu Pendekatan Lintasbudaya, Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2004.
Sambas, H, Syukriadi. Antropologi Komunikasi, Bandung: CV Pustaka Setia,
2016.
Silalahi. Roswita. Makna dan Konteks dalam Bahasa Batak Toba (Universitas
Sumatera Utara), Jurnal ilmiah linguistik dan sastra. Vol. 1. No.1, Mei
2005.
Simanjuntak, BA. Pemikiran Tentang Batak, Medan: Pusat Dokumentasi Dan
Pengkajian Kebudayaan Batak Universitas HKBP Nommensen, 1986.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung:Alfabeta,
2012.
Suwardi, Endraswara. Metodologi Penelitian Folklor Konsep, Teori dan Aplikasi,
Yogyakarta: Buku kita, 2009.
Sunarto, Kamanto. Pengantar Sosiolog. Jakarta: LPE-UI, 2000.
Syarif, Djamaluddin. Buku Dalihan Na Tolu Nilai Budaya Suku Batak, Medan:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan kantor wilayah SUMUT,
1992.
T. O. Ihromi, Pokok-pokok Atropologi Budaya, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,
2006.
Wojowasito, S. Perkembangan Ilmu Bahasa (Linguistik) Abad-20 sebagai dasar
Pengajaran Bahasa, Bandung: Shinta Dharma, 1977.
Waluya, Bagja. Sosiologi Menyelami Fenomena Sosial di Masyarakat, Bandung:
Setia Purna Inves, 2007.
26
Sumber Lain:
Darmojuwono, Setiawati. Pengertian Fungsi Bahasa, Maret 10, 2019, diakses
Juni 19, 2019 repository.ut.ac.id/4225/1/BING4318-M1.pdf.
Juli, Ja. State Islamic University of Sunan Gunung Djati Bandung Undergraduate
January 10, 2019, diakses Juni 20, 2019
https://www.academia.edu/3614957/FUNGSI_BAHASA