pengetahuan, sikap dan perilaku...

39
i PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MAHASISWA KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH TERHADAP KEWASPADAAN STANDAR Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN Oleh: Mohammad Wicaksono Sulistomo 107103003836 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H / 2010 M

Upload: others

Post on 27-Dec-2019

24 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26364...tentang kewaspadaan universal, sedangkan riwayat tertusuk jarum bekas terjadi pada 84,2

i

PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MAHASISWA

KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF

HIDAYATULLAH TERHADAP KEWASPADAAN STANDAR

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA KEDOKTERAN

Oleh:

Mohammad Wicaksono Sulistomo

107103003836

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H / 2010 M

Page 2: PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26364...tentang kewaspadaan universal, sedangkan riwayat tertusuk jarum bekas terjadi pada 84,2

ii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan

untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 14 Oktober 2010

M. Wicaksono Sulistomo

Page 3: PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26364...tentang kewaspadaan universal, sedangkan riwayat tertusuk jarum bekas terjadi pada 84,2

iii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MAHASISWA

KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF

HIDAYATULLAH TERHADAP KEWASPADAAN STANDAR

Laporan Penelitian

Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Kedokteran (S.Ked)

OLEH:

MOHAMMAD WICAKSONO SULISTOMO

NIM: 107103003836

Pembimbing

Dr. Mukhtar Ikhsan SpP (K), MARS

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H/ 2010 M

Page 4: PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26364...tentang kewaspadaan universal, sedangkan riwayat tertusuk jarum bekas terjadi pada 84,2

iv

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Laporan Penelitian berjudul PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU,

MAHASISWA KEDOKTERAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH TERHADAP

KEWASPADAAN STANDAR yang diajukan oleh Mohammad Wicaksono

Sulistomo (NIM: 107103003836), telah diujikan dalam sidang di Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan pada 14 Oktober 2010. Laporan penelitian ini

telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S.

Ked) pada Program Studi Pendidikan Dokter.

Jakarta, 14 Oktober 2010

DEWAN PENGUJI

Pembimbing Penguji

dr.Muktar Ikhsan SpP (K), MARS dr. Bisatyo M, SpOT

PIMPINAN FAKULTAS

Dekan FKIK UIN Kaprodi PSPD FKIK UIN

Prof. Dr(hc).Dr. M.K. Tadjudin, SpAnd Dr.dr.Syarief Hasan Lutfie, SpKFR

Page 5: PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26364...tentang kewaspadaan universal, sedangkan riwayat tertusuk jarum bekas terjadi pada 84,2

v

KATA PENGANTAR

السال م عليكن ورحمة ا هلل و بر كا ته

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memperindah kehidupan dengan

melimpahkan kasih sayang, kenikmatan, dan kemudahan tiada bertepi. Shalawat

dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, dengan

kasih sayangnya terhadap hamba Allah juga makhluk lainnya memancar bagai

pancaran sinar matahari yang tiada terputus menerangi bumi. Atas nikmat-Nya

dan karunia-Nya Yang Maha Besar sehingga peneliti dapat menyelesaikan laporan

penelitian yang berjudul Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Mahasiswa

Kedokteran Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Terhadap

Kewaspadaan Standar.

Keberhasilan seseorang tidak terlepas dari budi baik dan bimbingan orang lain.

Dalam kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-

besarnya pada pihak yang telah membantu dalam memberikan bimbingan,

dukungan moriil dan bantuan penyusunan laporan penelitian ini. Ucapan terima

kasih dan penghargaan, peneliti sampaikan kepada :

1. Keluarga tercinta khususnya kedua orangtua DR.Dr.Astrid Sulistomo, MPH,

SpOk dan Bambang Sulistomo SIP, MSi. Kakak-kakak yang saya banggakan

dan saya hormati Adhyaksa Guna Sulistomo S.Sos dan Siti Widanirmala

Sulistomo S.Kom

2. Prof. DR (hc). Dr. M.K. Tadjudin, Sp.And dan Drs. H. Achmad Gholib, MA,

selaku Dekan dan Pembantu Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. DR.Dr.Syarief Hasan L, Sp.RM, selaku ketua Program Studi Pendidikan

Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta staf yang telah membantu

dan segenap dosen yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang sangat

berguna bagi peneliti.

4. Dr. Mukhtar Ikhsan SpP (K), MARS selaku Pembimbing Penelitian, yang

telah meluangkan waktunya untuk memberikan masukan dan membimbing

peneliti dalam penyusunan laporan penelitian ini. Semoga Allah membalas

semua budi baik bapak

Page 6: PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26364...tentang kewaspadaan universal, sedangkan riwayat tertusuk jarum bekas terjadi pada 84,2

vi

5. Dr. Bisatyo M, Sp.BO, selaku dosen penguji. Terima kasih atas kesediaannya

menjadi penguji, dan terima kasih pula atas bimbingan dan masukan yang

telah diberikan.

6. Dina Nurul Istiqomah, Ricky Fathoni, Ichwan Zuanto, Rininta Anathasia

Lopullisa yang selalu siap memberikan saran, dimintai pertolongan dan

menemani dalam mengerjakan penelitian ini

7. Seluruh mahasiswa program studi pendidikan dokter angkatan 2005, 2006,

dan 2007 FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah bersedia menjadi

responden sehingga penelitian ini dapat selesai.

8. Deaz Fotokopi yang bersedia membantu selama menjalani penelitian ini.

9. Teman-teman di luar Fakultas; Bai’atur Ridwan, Rizki Jovani, Fauzan Lubis,

Ebbes, Reza Syahputra, Putra Yudhistira, Syofruli Haroen, Bima Bayhaqi

yang telah bersedia membantu menjalani penelitian ini

10. Seluruh teman mahasiswa program studi pendidikan dokter FKIK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

Akhir kata, peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga

peneliti dapat memperbaiki laporan penelitian ini. Semoga laporan penelitian ini

dapat bermanfaat bagi semua pihak yang menggunakannya terutama untuk proses

kemajuan pendidikan selanjutnya.

ليكن ورحمة ا هلل و بر كا تهو ا لسال م ع

Jakarta, 14 Oktober 2010

M. Wicaksono Sulistomo

Page 7: PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26364...tentang kewaspadaan universal, sedangkan riwayat tertusuk jarum bekas terjadi pada 84,2

vii

Halaman

JUDUL ...............................................................................................................i

LEMBAR PERNYATAAN ..............................................................................ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................iii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ...............................................iv

KATA PENGANTAR .......................................................................................v

DAFTAR ISI ......................................................................................................vii

DAFTAR TABEL .............................................................................................viii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................1

1.1. Latar Belakang ....................................................................................3

1.2. Permasalahan ......................................................................................3

1.3. Hipotesis .............................................................................................3

1.3.1 Tujuan Umum ............................................................................3

1.3.2 Tujuan Khusus ...........................................................................3

1.4. Manfaat Penelitian ..............................................................................4

1.4.1. Bagi Mahasiswa ........................................................................4

1.4.2. Bagi Peneliti .............................................................................4

1.4.3. Bagi Universitas .......................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................5

2.1. Penyakit Infeksi Akibat Kerja Bagi Petugas Kesehatan .....................5

2.1.1. Cara Penularan ..........................................................................6

2.1.3. Resiko Penularan ......................................................................7

2.2. Standard Precaution ...........................................................................9

2.2.1 Definisi ..............................................................................................9

2.2.2 Riwayat Perkembangan .....................................................................9

2.2.3 Komponen .........................................................................................11

2.3. Kerangka Konsep ................................................................................14

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................15

3.1. Desain Penelitian ................................................................................15

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ..............................................................15

3.3. Populasi dan Sampel...........................................................................15

3.3.1. Besar Sampel ............................................................................16

3.3.2. Cara Pemilihan Sampel ............................................................17

3.4. Cara Pengumpulan Data .....................................................................17

3.5. Variabel Penelitian..............................................................................17

3.6 Definisi Operasional.............................................................................17

3.7 Pengolahan dan Analisis Data ...............................................................18

3.6 Etika Penelitian ....................................................................................18

BAB IV HASIL ................................................................................................19

4.1. Karakteristik Responden .....................................................................19

4.2 Analisis Bivariat .................................................................................21

BAB V PEMBAHASAN .................................................................................24

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN..........................................................28

BAB VII. SARAN ..............................................................................................29

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................30

RIWAYAT HIDUP ...........................................................................................31

DAFTAR ISI

Page 8: PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26364...tentang kewaspadaan universal, sedangkan riwayat tertusuk jarum bekas terjadi pada 84,2

viii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1. Tingkat Media Penularan Hepatitis B ................................................10

Tabel 3.2. Komponen Kewaspadaan Standar .....................................................12

Tabel 4.1 Distribusi Responden Menurut Karakteristik .....................................19

Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan

Perilaku ...............................................................................................19

Tabel 4.3. Hubungan Karakteristik dengan Tingkat Pengetahuan ......................20

Tabel 4.4. Hubungan Karakteristik dengan Tingkat Sikap .................................20

Tabel 4.5. Hubungan Karakteristik dengan Tingkat Perilaku .............................21

Tabel 5.1. Distribusi Responden yang Merasa Kurang Tersedianya Komponen

Kewaspadaan Standar Oleh Pihak Pendidik .......................................22

Page 9: PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26364...tentang kewaspadaan universal, sedangkan riwayat tertusuk jarum bekas terjadi pada 84,2

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejalan dengan pembangunan bangsa Indonesia tentunya pembangunan

kesehatan merupakan salah satu aspek pembangunan yang perlu mendapat

perhatian pemerintah Indonesia. Dewasa ini perkembangan fasilitas kesehatan

begitu pesat, apalagi pemerintah membuka pintu agar pihak swasta turut berperan

dalam pembangunan kesehatan antara lain dengan mengembangkan rumah sakit.

Saat ini jumlah Rumah Sakit baik pemerintah maupun swasta di Indonesia

yang terdata di Departemen Kesehatan sampai akhir tahun 2004 berjumlah 1.246

buah dengan tenaga medis berjumlah 146.674 orang.1

Sesuai dengan Undang-Undang no. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan

Kerja, dan Undang Undang No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan khususnya Bab

XII, pasal 164 - 166 tentang Kesehatan Kerja, maka upaya kesehatan kerja harus

diselenggarakan di semua tempat kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai

risiko bahaya kesehatan ataupun mudah terjangkit penyakit. Upaya K3 adalah

salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas

dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari

kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat

meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.2

Rumah sakit yang termasuk sektor industri jasa, juga tentu wajib

menerapkan upaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit (K3RS).

Upaya pembinaan K3RS dirasakan semakin mendesak mengingat adanya

beberapa perkembangan baik dari segi penyakit maupun dalam hal pelayanan

kesehatan seperti diantaranya makin meningkatnya pendayagunaan obat atau alat

dengan risiko bahaya kesehatan tertentu untuk tindakan diagnosis, terapi maupun

rehabilitasi di sarana kesehatan. Selain itu perkembangan infeksi yang dapat

ditularkan di Rumah Sakit dan sarana kesehatan lainnya yang dikenal dengan

nama infeksi nosokomial, dapat terjadi antar pasien,3 dari pasien ke petugas, dari

1

Page 10: PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26364...tentang kewaspadaan universal, sedangkan riwayat tertusuk jarum bekas terjadi pada 84,2

2

petugas ke petugas, dari petugas ke pasien bertambah kompleks dimana transmisi

mikroorganisme dapat terjadi melalui darah, udara baik droplet maupun airborne

dan dengan kontak langsung. Terpaparnya tenaga kerja (tenaga medis dan

nonmedis) di sarana kesehatan pada umumnya karena tercemar bibit penyakit

yang berasal dari penderita yang berobat atau dirawat, adanya transisi

epidemiologi penyakit seperti berkembangnya jenis-jenis baru kuman patogen,

resistensi kuman penyakit dan lain sebagainya serta gangguan kesehatan menjadi

risiko potensial terkena penyakit akibat kerja ataupun yang berhubungan dengan

kerja.4

Terdapat banyak risiko untuk terjadinya kecelakaan kerja Rumah Sakit

(RS), seperti; pihak Rumah Sakit yang tidak memenuhi prosedur sebagaimana

mestinya, peralatan medis atau Alat Pelindung Diri (APD) yang mengalami

kerusakan, dan lain-lain. Namun, risiko terbesar dalam sebuah kecelakaan kerja

adalah perilaku pekerja itu sendiri. Perilaku seorang dokter dalam rumah sakit

dalam menjaga dirinya dari penyakit akibat kerja, akan berhubungan dengan ilmu

dan pengetahuannya mengenai K3RS yang diharapkan sudah diajarkan semasa

kuliah, agar pada saat klinik, maupun bekerja di rumah sakit PAK seperti infeksi

nosokomial, stres, dan pajanan dari zat-zat yang dapat merugikan kesehatan dapat

dihindari.5

Untuk mengurangi risiko penularan penyakit akibat kerja di RS, salah satu

penanggulanganya adalah menerapkan pencegahan standar (standard precaution).

Standard precaution harus diterapkan seluruh pekerja di RS, termasuk

mahasiswa/i. Penelitian yang dilakukan oleh Hudoyo pada petugas kesehatan

Puskesmas Kecamatan Jakarta Timur (2004) mendapatkan, dari pengamatan pada

114 responden yang melaksanakan tahapan kewaspadaan universal dengan benar

pada setiap tindakan yang berisiko, hanya 49 tindakan dari total 268 tindakan

dilaksanakan sesuai standar, sehingga nilai kepatuhan (compliance rate) hanya

berkisar 18,3 %. Hanya 16,7% responden memiliki tingkat pengetahuan yang baik

tentang kewaspadaan universal, sedangkan riwayat tertusuk jarum bekas terjadi

pada 84,2 % pekerja.5

Page 11: PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26364...tentang kewaspadaan universal, sedangkan riwayat tertusuk jarum bekas terjadi pada 84,2

3

Dengan mewabahnya penyakit HIV AIDS dan Hepatitis B & C yang

penularannya melalui darah, besarnya tingkat tertusuk jarum bekas perlu

diperhatikan agar dapat dicegah. Mahasiswa Kedokteran Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah (UIN-SH) yang bertugas di rumah sakit dalam menjalankan

kepanitraan di RS juga mempunyai risiko terjangkit penyakit-penyakit menular di

RS, sehingga perlu diketahui sikap, pengetahuan dan perilaku mahasiswa terhadap

kewaspadaan standar.

1.2 Pemasalahan

Bagaimananakah tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku mahasiswa

kedokteran UIN-SH terhadap kewaspadaan standar? Apakah terdapat perbedaan

tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku mahasiswa pendidikan dokter UIN-SH

terhadap karateristik responden?

1.3 Hipotesis

Pengetahuan, sikap dan perilaku mahasiswa pendidikan dokter UIN-SH

yang sudah menjalani coass akan lebih baik tingkatannya dibandingkan yang

belum menjalani coass. Hal disebabkan karena kurangnya pengalaman dan

pembelajaran mahasiswa yang belum coass. Mahasiswi juga akan lebih baik

tingkat pengetahuan, sikap, dan perilakunya terhadap kewaspadaan standar,

karena perempuan mempunyai sifat dasar untuk menjaga kebersihan dan

kesehatan tubuhnya dibandingkan mahasiswa laki-laki.

1.3 Tujuan

1.3.1 Umum

Meningkatkan upaya pencegahan penularan penyakit infeksi

akibat kerja pada mahasiswa kedokteran UIN-SH di rumah sakit.

1.3.2 Khusus

1.3.2.1 Mengetahui tingkat pengetahuan terhadap pencegahan

standar penyakit infeksi pada mahasiswa kedokteran UIN-

SH.

1.3.2.2 Mengetahui sikap mahasiswa kedokteran UIN-SH terhadap

pencegahan standar penyakit menular.

Page 12: PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26364...tentang kewaspadaan universal, sedangkan riwayat tertusuk jarum bekas terjadi pada 84,2

4

1.3.2.3 Mengetahui perilaku mahasiswa kedokteran UIN-SH

terhadap pencegahan standar penyakit menular.

1.3.2.4 Mengetahui hubungan karakteristik responden dengan

tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku pencegahan standar

penyaki infeksi.

1.4 Manfaat

1.4.1 Bagi Peneliti

1.4.1.1 Pembelajaran melakukan penelitian sesuai dengan apa yang

sudah dipelajari selama menjalani kuliah S1 kedokteran di

UIN-SH

1.4.1.2 Mendapat pengalaman melakukan penelitian sehingga

mampu melakukan penelitian-penelitian lain.

1.4.2 Bagi Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter UIN-SH

1.4.2.1 Meningkatkan kesadaran mengenai pentingnya pencegahan

kecelakaan kerja yang dapat merugikan tenaga kesehatan

maupun pihak manajemen rumah sakit dengan

mengimplementasikan kewaspadaan baku.

1.4.2.2 Agar mahasiswa dapat mengurangi faktor risiko

terjangkitnya penyakit akibat kerja

1.4.3 Institusi (Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah)

1.4.3.1 Merupakan masukan bagi fakultas dalam penerapan

pengajaran prinsip-prinsip kerja aman bagi dokter.

1.4.3.2 Memberikan data kepada fakultas mengenai hasil

pembelajaran mahasiswa kedokteran UIN-SH mengenai

prinsip-prinsip kerja aman di RS selama ini.

Page 13: PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26364...tentang kewaspadaan universal, sedangkan riwayat tertusuk jarum bekas terjadi pada 84,2

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penyakit infeksi akibat kerja pada petugas kesehatan

Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh agen biologi

(seperti virus, bakteri atau parasit), bukan disebabkan faktor fisik (seperti luka

tusuk jarum, luka bakar) atau kimia (seperti keracunan), sedangkam penyakit

akibat kerja (PAK) adalah penyakit yang mempunyai penyebab yang spesifik atau

asosiasi kuat dengan pekerjaan,5 yang pada umumnya terdiri dari satu agen

penyebab yang sudah diakui.

Banyak yang sering tertukar antara PAK dan penyakit yang berhubungan

dengan kerja. Dalam hal ini yang menjadi dasar pembeda diantara keduanya

adalah penyakit yang berhubungan dengan kerja mempunyai berbagai faktor-

faktor penentu terjadinya suatu penyakit dan pekerjaannya hanya sebagai faktor

memperberat bukan sebagai etiologi dari suatu penyakit.

Seperti yang disebutkan di atas penyebab terjadinya penyakit infeksi

adalah agen biologis. Untuk pencegahannya sudah dikembangkan suatu standar

yang disebut dengan “standard precaution” atau kewaspadaan standar yang akan

dijelaskan di sub-bab selanjutnya. Sebagai dokter yang menangani pasien sangat

rentan untuk terjadinya infeksi. Agen biologis berupa mikroba bakterium dapat

menginvasi sel tubuh manusia. Kecilnya mikro organisme itu juga merupakan

faktor sulitnya mencegah penyakit menular di lingkungan kerja, karena itu

diperlukan upaya-upaya pencegahan yang efektif

Berikut ini adalah tabel yang merumuskan bahaya potensial yang dapat

menyebakan penyakit infeksi

5

Page 14: PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26364...tentang kewaspadaan universal, sedangkan riwayat tertusuk jarum bekas terjadi pada 84,2

6

Tabel 2.1 Bahaya Potensial Yang Menyebabkan Infeksi

BBIIOOLLOOGGII

Virus:

- Hepatitis B, C

- HIV/AIDS

Bakteri:

Mikobakterium Tuberkulosis

Jamur & Parasit

Sumber CDC 2007

2.1.1 Cara Penularan

Ada tiga cara penularan ataupun transmisi bagi agen untuk

menginvasi sel tubuh manusia. Karena itu diperlukan upaya-upaya untuk

mencegah penularan pada ketiga jalur ini. Di sub-bab selanjutnya akan

dijelaskan bagaimana cara menangani ketiga jalur penularan berikut.

Transmisi kontak

Transmisi kontak langsung dapat terjadi pada kontak kulit dengan

kulit dan berpindahnya organisme selama kegiatan perawatan pasien.

Transmisi kontak langsung juga dapat terjadi antar dua pasien. Transmisi

kontak tidak langsung dapat terjadi bila ada kontak seseorang yang

rentan dengan objek terkontaminasi yang berada di lingkungan pasien.

Sebagai contoh, pasien dengan infeksi kulit atau mata yang mungkin

menular (seperti herpes zoster, impetigo, konjungtivitis, kutu atau infeksi

luka lainnya) memerlukan dilakukannya tindakan pencegahan kontak. 4

Page 15: PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26364...tentang kewaspadaan universal, sedangkan riwayat tertusuk jarum bekas terjadi pada 84,2

7

Transmisi melalui percikan (droplet)

Transmisi droplet terjadi melalui kontak konjungtiva atau

membran mukosa hidung atau mulut orang yang rentan dengan droplet

partikel besar yang mengandung mikroorganisme ( > 5 µm [mikron] ).2

Berbicara, batuk, bersin dan prosedur seperti pengisapan lendir dan

bronkoskopi dapat menyebarkan organism.4

Transmisi melalui udara (Airborne)

Transmisi infeksi melalui udara adalah transfer partikel berukuran

≤5 µm ke dalam udara, baik secara langsung atau melalui partikel debu

yang mengandung mikroorganisme yang menular. Partikel ini dapat

tersebar dengan cara batuk, bersin, berbicara dan prosedur seperti

bronkoskopi atau pengisapan lendir; dapat menetap di dalam udara

selama berberapa jam; dan dapat disebarkan secara luas di dalam suatu

ruangan atau pada jarak yang lebih jauh. Pengelolaan udara secara

khusus dan ventilasi dibutuhkan untuk mencegah transmisi melalui

udara.4

2.1.2 Risiko penularan

Dalam suatu rumah sakit sebenarnya banyak pekerjaan ataupun

seseorang yang merupakan faktor risiko terjadinya suatu penyakit infeksi.

antara lain adalah: orang yang merawat pasien, orang yang menyiapkan

instrumen, yang melakukan maupun membantu proses pembedahan,

laboran, yang mencuci alat maupun pakaian perawatan, yang menjaga

maupun membersihkan ruang perawatan, orang yang berkunjung, dan

bahkan antar sesama pasien pun merupakan faktor risiko terjadinya penyakit

infeksi. (5)

Secara garis besar dikatakan bahwa semua orang yang memasuki

wilayah RS mempunyai faktor risiko terjadinya penyakit infeksi. Bisa

Page 16: PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26364...tentang kewaspadaan universal, sedangkan riwayat tertusuk jarum bekas terjadi pada 84,2

8

dilihat dari risiko-risiko yang ada di atas yang berhubungan dengan tenaga

medis ataupun dokter harus memperhatikan keadaan dokter/mahasiswa saat:

Merawat atau memeriksa pasien

Saat seorang dokter tengah memeriksa pasien merupakan saat rentan

terjadinya pajanan melalui udara maupun kontak secara langsung.

Menyiapkan, menggunakan maupun mencuci alat kesehatan

Salah satu hal yang paling sering dilupakan padahal tidak jarang, terjadi

penularan penyakit secara kontak dengan alat-alat kesehatan. Karena itu

baik yang menyiapkan, memasangkan, maupun membersihkan harus

mengetahui cara supaya mengurangi risiko terkena penyakit menular.

Yang paling mengkhawatirkan saat ini adalah penggunaan alat suntik,

yang dapat menularkan HIV/AIDS

Membantu proses pembedahan

Saat melakukan, maupun membantu proses penbedahan sangat besar

kemungkinannya terjadi penyakit menular melalui kontak langsung, bisa

melalui darah, kulit, dan jaringan-jaringan lain yang ada di tubuh kita.

Saat melakukan uji laboratorium

Uij laboratorium sangat sering sekali dilakukan di RS guna untuk

membantu penegakan dignostik, namun harus hati-hati saat melakukannya

karena biasanya yang pemeriksaan di bawah mikroskop, di dalam tabung

lab, dan lain-lain merupakan sumber penyakit sehingga mudah

menularkan penyakit kepada orang lain.

2.2 Kewaspadaan Standar

2.2.1 Definisi

Kewaspadaan Standar adalah penerapan yang dirancang untuk

mengurangi risiko penularan mikroorganisme di fasilitas pelayanan

kesehatan, baik dari sumber infeksi yang diketahui maupun yang tidak

diketahui.3

Page 17: PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26364...tentang kewaspadaan universal, sedangkan riwayat tertusuk jarum bekas terjadi pada 84,2

9

2.2.2 Riwayat perkembangan

Infeksi nosokomial merupakan salah satu ancaman bagi tenaga

kesehatan dan pasien akibat dari tindakan medis yang dilakukan di rumah

sakit. Pada tahun 1947 mulai diketahui bahwa tindakan medis dapat

menularkan infeksi kepada pasien.

Pada tahun 1985 dikeluarkan Kewaspadaan Universal oleh Center

for Diseases Control and Prevention (CDC) di Atlanta, Amerika Serikat

sebagai petunjuk rinci upaya pencegahan penularan penyakit infeksi di

rumah sakit untuk melindungi pasien dan tenaga kesehatan dari penularan

penyakit infeksi melalui pelayanan kesehatan, yang merupakan pedoman

perlindungan bagi tenaga kesehatan dari ancaman tertular infeksi seperti

infeksi HIV yang tidak menampakkan gejala klinis pada awalnya dan

infeksi lainnya melalui darah (seperti HBV, HCV) sehingga Kewaspadaan

Universal harus berlaku untuk semua orang (pasien) dan petugas kesehatan

tanpa memperhatikan sudah terinfeksi ataupun belum terinfeksi. 3

Kewaspadaan universal yang dimaksud adalah upaya pencegahan

terhadap penularan infeksi HBV, HCV dan HIV secara parenteral melalui

membran mukosa dan permukaan kulit yang tidak intak dengan

memperlakukan semua darah, sekret vagina, air mani, cairan amnion dan

cairan tubuh yang lain terkecuali feces, urin, keringat, dahak, ingus, air

mata, muntahan tanpa campuran darah dari semua pasien sebagai sumber

yang potensial untuk menularkan infeksi tanpa memperhatikan diagnosis

maupun risiko pada pasien tersebut. 5

Sebagai contoh pada hepatitis B, tingkat penularan penyakit infeksi

melewati cairan tubuh dapat dibagi sebagai berikut :

Page 18: PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26364...tentang kewaspadaan universal, sedangkan riwayat tertusuk jarum bekas terjadi pada 84,2

10

Tabel 2.2 Tingkat Media Penularan Hepatitis B

Tinggi Sedang Kecil / Tidak

Terdeteksi

Darah Semen Urin

Serum Cairan vagina Feces

Eksudat dari luka Air liur Keringat

Air mata

Air susu ibu

Sumber CDC 2007

Tahun 1996 CDC mengeluarkan suatu pedoman baru dengan 2

pendekatan yaitu Kewaspadaan Standar (Standard Precaution) yang berlaku

pada semua orang dan pasien pada fasilitas kesehatan dan pencegahan atas

dasar transmisi penyakit, dimana berlaku pada pasien yang dirawat di rumah

sakit. Kewaspadaan baku dirancang untuk semua orang termasuk pasien,

pengunjung dan petugas kesehatan tanpa peduli mereka terinfeksi atau tidak.

Kewaspadaan baku berlaku untuk darah dan semua cairan tubuh baik sekresi

ataupun ekskresi kecuali keringat, kulit non intak dan membran mukosa

dengan maksud mengurangi risiko transmisi mikroorganisime yang telah

diketahui maupun yang tidak diketahui sebagai sumber infeksi seperti

pasien, benda terkontaminasi, jarum yang sudah terpakai dan spuit di dalam

sarana kesehatan sebagai limbah pelayanan kesehatan. Yang dimaksud

dengan limbah pelayanan kesehatan adalah setiap bahan buangan dari

lingkungan pelayanan kesehatan dan kedokteran yang mungkin

mengandung limbah klinis. Yang dimaksud dengan limbah klinis adalah

limbah yang berasal dari praktek kedokteran, perawatan, kedokteran gigi,

kedokteran hewan, farmasi atau praktek yang serupa, atau investigasi,

pengobatan, perawatan, pengajaran atau penelitian, yang secara alamiah

bersifat toksik, infeksius atau berbahaya, yang dapat menimbulkan potensi

Page 19: PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26364...tentang kewaspadaan universal, sedangkan riwayat tertusuk jarum bekas terjadi pada 84,2

11

bahaya atau memberikan ancaman, kecuali sebelumnya dikatakan aman dan

tidak berbahaya. 3

Penerapan kewaspadaan baku merupakan strategi utama untuk

mencegah infeksi nosokomial pada pasien di rumah sakit akibat tindakan

medis dari pasien ke pasien lain atau petugas kesehatan. 3

2.2.3 Komponen Kewaspadaan Baku

Oleh karena sebagian besar orang yang terinfeksi virus menular melalui

darah seperti HIV dan Hepatitis B tidak menunjukkan gejala sebagai orang yang

telah tertular, maka Kewaspadaan Standar dirancang untuk perawatan bagi semua

orang (pasien, klien dan petugas) tanpa menghiraukan apakah mereka terinfeksi

ataupun tidak, termasuk bagi orang-orang yang baru terinfeksi dengan penyakit

menular melalui cara lain dan belum menunjukkan gejala. Kewaspadaan Standar

diterapkan untuk sekreta pernapasan, darah dan semua cairan tubuh lain, serta

semua ekskreta lain (kecuali keringat), kulit yang tidak utuh dan membran mukosa.

Penerapannya ditujukan untuk mengurangi risiko penularan mikroorganisme dari

sumber infeksi, baik yang telah diketahui ataupun tidak diketahui (misalnya,

pasien, benda yang terkontaminasi, jarum dan spuit yang telah digunakan, dll) di

dalam sistem pelayanan kesehatan.5

Komponen utama kewaspadaan standar dan penerapannya

Komponen-komponen utama Kewaspadaan Standar dan

penerapannya diuraikan pada Tabel 2. Penggunaan pelindung (barrier) fisik,

mekanik atau kimia antara mikroorganisme dengan individu – baik untuk

pasien rawat jalan, pasien rawat inap di rumah sakit atau petugas kesehatan

– adalah cara yang sangat efektif untuk mencegah penyebaran infeksi

(pelindung berperan untuk memutuskan siklus penularan penyakit). Sebagai

contoh, tindakan-tindakan berikut ini bersifat melindungi terhadap

penularan infeksi pada klien, pasien dan petugas kesehatan serta merupakan

cara penerapan Kewaspadaan Standar:

Page 20: PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26364...tentang kewaspadaan universal, sedangkan riwayat tertusuk jarum bekas terjadi pada 84,2

12

Tabel 2.3 Penerapan Kewaspadaan Standar: Komponen Utama

MENCUCI TANGAN (atau menggunakan antiseptik / handsrub)

Setelah menyentuh darah, cairan tubuh, sekreta, ekskreta dan barang-barang yang terkontaminasi

Segera setelah membuka sarung tangan

Di antara kontak pasien

Sebelum dan sesudah melakukan tindakan invasif

Setelah menggunakan toilet

SARUNG TANGAN

Bila kontak dengan darah, cairan tubuh, sekreta, ekskreta dan barang-barang yang terkontaminasi

Untuk kontak dengan membran mukosa/ selaput lendir dan kulit yang tidak utuh

Sebelum melakukan tindakan invasive

MASKER, KACA MATA, PELINDUNG WAJAH

Melindungi membran mukosa mata, hidung dan mulut terhadap kemungkinan percikan, ketika

akan kontak dengan darah dan cairan tubuh.

GAUN

Melindungi kulit dari kontak darah atau cairan tubuh yang mungkin akan terkena percikan.

Mencegah kontaminasi pakaian selama melakukan prosedur tindakan yang melibatkan kontak

dengan darah atau cairan tubuh

LINEN

Menangani linen kotor dengan menjaga jangan terkena kulit atau membran mukosa

Jangan merendam terlebih dahulu linen kotor di wilayah perawatan pasien

Jangan meletakkan linen kotor di lantai dan mengibaskan linen kotor.

Segera ganti linen yang terkontaminasi darah atau cairan tubuh.

PERALATAN PERAWATAN PASIEN

Menangani peralatan yang terkontaminasi dengan benar untuk mencegah kontak langsung dengan

kulit atau membran mukosa /selaput lendir dan mencegah kontaminasi pada pakaian atau

lingkungan

Cuci dan disinfeksi peralatan bekas pakai sebelum di gunakan kembali

KEBERSIHAN LINGKUNGAN

Perawatan pembersihan dan disinfeksi peralatan dan perlengkapan dalam ruang perawatan pasien

secara rutin setiap hari dan bila perlu

BENDA TAJAM

Hindari menutup kembali jarum yang sudah digunakan, bila terpaksa, maka dilakukan dengan

tehnik satu tangan.

Hindari melepas jarum yang telah digunakan dari spuit sekali pakai.

Hindari membengkokkan, menghancurkan atau memanipulasi jarum dengan tangan

Masukkan instrument tajam kedalam wadah yang tahan tusukan dan tahan air.

RESUSITASI PASIEN

Gunakan penghubung mulut (mouthpiece/Goedel), Ambubag atau alat ventilasi lain untuk

menghindari resusitasi mulut ke mulut secara langsung.

PENEMPATAN PASIEN

Isolasi pasien yang dapat mencemari lingkungan atau tidak dapat menjaga kebersihan diri dan

lingkungan di dalam ruangan khusus (ruang isolasi)

Sumber CDC 2007

Page 21: PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26364...tentang kewaspadaan universal, sedangkan riwayat tertusuk jarum bekas terjadi pada 84,2

13

Pertimbangan praktis

Memperlakukan setiap orang (pasien atau petugas) sebagai individu yang

potensial menularkan dan rentan terhadap infeksi.

Cuci tangan – prosedur paling penting untuk pencegahan pencemaran silang

(dari orang ke orang atau dari objek yang tercemar ke orang)

Menggunakan sarung tangan (kedua tangan) sebelum menyentuh – kulit yang

luka, membran mukosa, darah, cairan tubuh sekreta dan ekskreta atau

peralatan kotor dan bahan sampah yang tercemar – atau sebelum melakukan

prosedur invasif.

Menggunakan Alat Pelindung Diri/APD (sarung tangan, masker muka,

kacamata dan celemek pelindung) jika ada kemungkinan tertumpah atau

terpecik cairan tubuh (sekreta dan ekskreta), seperti membersihkan peralatan

dan barang-barang tercemar.

Menggunakan antiseptik berbasis alkohol untuk membersihkan kulit atau

membran mukosa sebelum pembedahan, membersihkan luka, serta melakukan

penggosokkan tangan surgical handsrub;

Mempraktekkan cara kerja aman, seperti tidak memasang kembali penutup

jarum, atau membengkokkan jarum dan menjahit dengan jarum tumpul.

Pembuangan sampah infeksius ke tempat yang aman untuk melindungi dan

mencegah penularan atau infeksi kepada masyarakat. 3

Memproses peralatan, sarung tangan dan barang-barang lain dengan

terlebih dahulu melakukan dekontaminasi, pencucian peralatan dan

kemudian melakukan sterilisasi atau disinfeksi tingkat tinggi, sesuai

prosedur yang direkomendasikan.

Page 22: PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26364...tentang kewaspadaan universal, sedangkan riwayat tertusuk jarum bekas terjadi pada 84,2

14

2.3 Kerangka Konsep

Pembelajarankewaspadaan

standar

Lingkungan:•Ketersediaan APD di

Institusi•Pembelajaran di institusi

mahasiswa:•Angkatan

•Jenis kelamin

Pengetahuan, sikap, danperilaku mahasiswa terhadap

kewaspadaan standar

M

a

Page 23: PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26364...tentang kewaspadaan universal, sedangkan riwayat tertusuk jarum bekas terjadi pada 84,2

15

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik. Desain yang digunakan

dalam penelitian ini adalah cross-sectional dengan analisis komperatif.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat dilakukannya penelitian ini adalah di lingkungan fasilitas

pendidikan kedokteran UIN-SH, baik di dalam kampus, maupun di RS

pendidikan. Penelitian dimulai pada bulan Juli tahun 2010 hingga bulan

November 2010

3.3 Populasi dan sampel

Target adalah mahasiswa yang sedang atau akan menjalani kepanitraan di

klinik, populasi yang terjangkau adalah mahasiswa kedokteran UIN-SH (angkatan

2005 sampai 2007). Sampel adalah bagian dari populasi yang memenuhi kriteria

inklusi dan eksklusi sebagai berikut:

Inklusi

Merupakan mahasiswa/mahasiswi program studi pendidikan dokter

UIN-SH.

Bersedia menjadi responden dengan mengisi dan menandatangani

informed consent.

Eksklusi

Mahasiswa yang tidak mengisi kuesioner dengan lengkap.

15

Page 24: PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26364...tentang kewaspadaan universal, sedangkan riwayat tertusuk jarum bekas terjadi pada 84,2

16

3.3.1 Besar Sampel

Besar sampel dihitung dengan rumus :

Zα² x P(1-p)

n1 = ----------------------

n2 = n1 + (10% x n1)

n1 = Besar sampel

n2 = Besar sampel ditambah subtitusi 10%

Subtitusi adalah pengganti responden yang mungkin “drop out”

α = Batas kemaknaan, biasanya diambil 5 %

Zα = Nilai dari standar distribusi normal sesuai nilai α (untuk α = 5%), pada

tabel 2 arah (two tailed) di dapatkan nilai 1,96

p = Mahasiswa yang mengetahui tentang kewaspadaan standar dengan baik

sejumlah 50 %

Prevalensi ini diambil 50 % karena berdasarkan beberapa tinjauan

pustaka sebelumnya, prevalensi umumnya terjadi pada mahasiswa kedokteran

dan belum pernah dilakukan serta dipublikasikan di Indonesia.

L = Presisi penelitian (10%)

Page 25: PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26364...tentang kewaspadaan universal, sedangkan riwayat tertusuk jarum bekas terjadi pada 84,2

17

3.3.2 Cara Pemilihan Sampel

Sampel dipilih secara acak dengan menggunakan random table.

3.4 Cara pengumpulan data

Pengumpulan data diambil dengan pembagian kuisioner yang

harus diisi dengan lengkap dan diawasi langsung oleh peneliti. Kuesioner

untuk menilai pengetahuan mengenai kewaspadaan standar, adalah kuesioner

yang sudah baku digunakan pada pelatihan pencegahan infeksi oleh Jaringan

Nasional Pelatihan Klinik Indonesia , dan kuesioner mengenai sikap dan perilaku,

juga sudah di validasi pada penelitian terdahulu yang dilakukan di suatu Rumah

Sakit.

3.5 Variabel Penelitian

Variabel independen:

Tahun angkatan mahasiswa/i yang bersangkutan

Jenis kelamin mahasiswa/i yang bersangkutan

Variabel dependen:

Sikap, pengetahuan, dan perilaku mahasiswa/i yang bersangkutan

3.6 Definisi operasional

Tahun angkatan dilihat dari tahun terdaftarnya sebagai

mahasiswa. Kategori sedang coass terdiri dari angkatan

2005 dan 2006, sedangkan katergori calon coass terdiri dari

angkatan 2007.

Jenis kelamin dibagi atas laki-laki dan perempuan

Sikap dinilai dari hasil jawaban benar pada pertanyaan-

pertanyaan mengenai sikap mahasiswa/i

o >80% = baik

o 60% - 80% = cukup

o <60% = buruk

Page 26: PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26364...tentang kewaspadaan universal, sedangkan riwayat tertusuk jarum bekas terjadi pada 84,2

18

Pengetahuan dinilai dari hasil jawaban benar pada

pertanyaan-pertanyaan mengenai pengetahuan mahasiswa/i

o >80% = baik

o 60% - 80% = cukup

o <60% = buruk

Perilaku dinilai dari hasil jawaban benar pada pertanyaan-

pertanyaan mengenai perilaku mahasiswa/i

o >80% = baik

o 60% - 80% = cukup

o <60% = buruk

3.7 Pengolahan dan Analisa Data

Pengolahan dan analisis data secara deskriptif menggunakan

program SPSS 17.0

3.8 Etika Penelitian

Penelitian ini dilakukan atas dasar sukarela dari populasi yang

dijadikan sampel, kerahasiaan yang terjamin, dan tidak ada tindakan

invasif sehingga tidak membahayakan responden.

Page 27: PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26364...tentang kewaspadaan universal, sedangkan riwayat tertusuk jarum bekas terjadi pada 84,2

19

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini mengikut sertakan 98 mahasiswa UIN-SH sebagai

responden. Semua mengisi kuesioner secara lengkap, sehingga tidak ada yang

dieksklusi.

4.1. Karakteristik Responden

Karakteristik responden hanya dibagi atas jenis kelamin mahasiswa dan

responden yang sedang coass (angkatan 2005 dan 2006), dan calon coass

(angkatan 2007). Pada tabel 4.1 di bawah ini disajikan distribusi responden

berdasarkan kedua karaktersitik tersebut.

Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik

Karakteristik Jumlah

(n=98)

Persen (%)

Jenis kelamin

Laki-laki

Perempuan

39

59

60.2

39.8

Status mahasiswa

Calon coass

Coass

59

39

60.2

39.8

Pada tabel di atas terlihat, bahwa lebih banyak perempuan (60,2%) yang

menjadi responden, dibandingkan laki-laki (39,8%). Sedangkan responden yang

sudah menjadi coass lebih sedikit daripada responden yang akan menjalani coass.

19

Sedang Coass

Page 28: PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26364...tentang kewaspadaan universal, sedangkan riwayat tertusuk jarum bekas terjadi pada 84,2

20

Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan, Sikap, Dan

Perilaku

Karakteristik Jumlah (n=98) Persen (%)

Pengetahuan

Kurang

Cukup

Baik

34

56

8

34.7

57.1

8.2

Sikap

Kurang

Cukup

Baik

11

28

59

11.2

28.6

60.2

Perilaku

Kurang

Cukup

Baik

10

18

70

10.2

18.4

71.4

Ket: kurang = <60=kurang, 60-79.7=cukup, >80=baik

Berdasarkan tabel di atas, persentase dari mahasiswa/i UIN SH dari

angkatan 2005-2007 secara keseluruhan, yang mempunyai tingkatan pengetahuan

baik terhadap kewaspadaan standar 8,2%, yang berpengetahuan cukup adalah

57,1%, sedangkan yang pengetahuan kurang adalah 34,7%. Sikap terhadap

kewaspadaan umum lebih baik, karena sikap kurang terhadap kewaspadaan

standar hanya ditemukan pada 11,2% responden, cukup 28.6%, dan yang masuk

kategori sikap baik adalah 60,2%. Perilaku terhadap kewaspadaan standar juga

pada umumnya baik, karena yang termasuk dalam kategori kurang 7.2% dan yang

termasuk kategori baik adalah 71,4%. Pada penilaian perilaku ada hal lain yang

diperhatikan juga, yaitu tersedianya alat-alat atau komponen kewaspadaan standar

oleh institusi pendidikan. Untuk masalah ini akan dibahas lebih lengkap pada

pembahasan

Page 29: PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26364...tentang kewaspadaan universal, sedangkan riwayat tertusuk jarum bekas terjadi pada 84,2

21

4.2. Hasil Analisis Bivariat

Dilakukan analisisi bivariat untuk mengetahui adanya hubungan antara

tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku responden dengan karakteristik

responden. Untuk hal ini tingkat PSP kurang dan cukup dijadikan satu dan

dibandingkan dengan tingkat PSP baik.

Tabel 4.3. Hubungan Karakteristik Responden Dengan Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan

kurang/cukup

Penegetahuan

baik

Odds

ratio

Iterval

kepercayaan

95%

p

n % n %

Jenis kelamin

Laki-laki 36 94.7 2 5.3 ref

Perempuan 54 90.0 6 10.0 2 0.4-10.5 0,404

Status

mahasiswa

Calon coass 56 94.9 3 5.1 ref

Coass 34 87.2 5 12.8 2.8 0.7-12 0.171

.

Berdasarkan tabel di atas baik mahasiswa sedang coass dan calon coass

sama-sama mempunyai persentase yang tinggi untuk kategori kurang/cukup

terhadap kewaspadaan standar yaitu 94.9% dan 87.2%. meskipun yang sedang

menjalani coass sedikit lebih tinggi persentase kategori baik-nya yaitu 12.8%

berbanding dengan 5.1% tetapi tidak bermakna (p = 0,171) (p>0,05).

Berdasarkan tabel di atas, tidak ditemukan perbedaan bermakna antara

tingkat pengetahuan laki-laki dengan perempuan, karena p = 0,404 (p>0,05).

Mahasiswa laki-laki dan perempuan sama-sama mempunyai persentase yang

tinggi untuk kategori kurang/cukup terhadap kewaspadaan standar yaitu 94.7%

Sedang Coass

Int

er

val

Interval

Page 30: PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26364...tentang kewaspadaan universal, sedangkan riwayat tertusuk jarum bekas terjadi pada 84,2

22

dan 90%. meskipun mahasiswa perempuan sedikit lebih tinggi persentase kategori

baik-nya yaitu 10% berbanding dengan 5.3%.

Tabel 4.4 Hubungan Karakterisik Dengan Tingkat Sikap

Sikap

kurang/cukup

Sikap baik Odds

ratio

Iterval

kepercayaan

95%

p

n % n %

Jenis kelamin

Laki-laki 14 36.8 24 63.2 ref

Perempuan 25 41.7 35 58.3 0.82 0.36-1.9 0,634

Status

mahasiswa

Calon coass 35 59.3 24 40.7 ref

Coass 4 10.3 35 89.7 12.8 4-40 0.000

Berdasarkan tabel di atas, tampak terdapat perbedaan yang bermakna

antara tingkat sikap terhadap kewaspadaan standar pada mahasiswa sedang coass

dan calon coass. Mahasiswa sedang coass mempunyai sikap baik 12,8 kali

dibandingkan calon coass (OR=12,8, p= 0,000). Mahasiswa yang sedang coass,

89.7% menunjukkan sikap baik, sedangkan untuk calon coass 40.7%.

Pada tabel di atas, tampak proporsi mahasiswa laki-laki dan perempuan

yang menunjukkan sikap baik terhadap kewaspadaan standar, tidak jauh berbeda,

yaitu 60.3% dan 58.3%. meskipun yang laki-laki sedikit lebih tinggi persentase

kategori baik-nya namun tidak bermakna (p>0,05)

Sedang Coass Sedang Coass

Interval

Page 31: PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26364...tentang kewaspadaan universal, sedangkan riwayat tertusuk jarum bekas terjadi pada 84,2

23

Tabel 4.5 Hubungan Karakterisik Responden Dengan Tingkat Perilaku

Perilaku

kurang/cukup

Perilaku baik Odds

ratio

Iterval

kepercayaan

95%

p

n % n %

Jenis kelamin

Laki-laki 10 25.6 18 41 Ref

Perempuan 18 30.5 41 69.5 0.542 0.3-1.4 0.194

Status

mahasiswa

Calon coass 23 39 36 61 Ref

Coass 5 12.8 34 87.2 7.6 2.7-21.7 0,000

Berdasarkan tabel di atas, tampak perbedaan yang bermakna antara

perilaku baik terhadap kewaspadaan standar antara mahasiswa sedang coass dan

calon coass (p=0,000). Perilaku kategori baik untuk mahasiswa yang sedang coass

adalah 87.2%, sedangkan calon coass tahun ini adalah 61.0%. Mahasiswa yang

sedang coass, perilaku baik 7,6 kali dibandingkan mahasiswa calon coass.

Pada tabel di atas juga dapat dilihat, bahwa perempuan lebih tinggi

persentase yang masuk kedalam kategori baik, yaitu 69.5%, dibandingkan

laki=laki hanya 41% namun belum dapat dikatakan berbeda bermakna (p=0,194)

Sedang Coass

Interval

Page 32: PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26364...tentang kewaspadaan universal, sedangkan riwayat tertusuk jarum bekas terjadi pada 84,2

24

BAB V. PEMBAHASAN

Orang yang menerima maupun memberikan perawatan kesehatan baik di

rumah sakit maupun klinik mempunyai risiko terkena penyakit infeksi, kecuali

menerapkan kewaspaadaan untuk pencegahan infeksi tersebut. Penyakit infeksi

yang terjadi di RS adalah masalah yang signifikan dan berkembang di seluruh

dunia. Contohnya, infeksi yang terjadi di RS angka kejadiannya berkisar antara

1% untuk di negara-negara bagian Eropa dan Amerika Serikat, dan 40% lebih di

sebagian Negara Asia, Amerika Latin, dan Afrika.5

Salah satu yang berperan penting dalam masalah ini adalah pendidikan,

banyak sekali kejadian-kejadian yang terjadi karena rendahnya pendidikan orang

yang bersangkutan terhadap kewaspadaan standar. Di Amerika ditemukan lebih

dari 800.000 luka tusuk jarum setiap tahunnya. Akhirnya dilakukan usaha dan

edukasi yang bertujuan untuk menurunkan angka luka tusuk jarum. Usaha itu

antara lain adalah:

Mengurangi penggunaan jarum suntik yang tidak perlu dan tidak

aman.

Memberikan pelatihan kepada petugas untuk segera membuang

jarum yang telah pakai ke dalam tempat sampah khusus kedap

jarum tanpa menutupnya terlebih dahulu sepertiga dari angka

kejadian tusuk jarum adalah saat pekerja melakukan penutupan

jarum suntik.

Menempatkan tempat sampah kedap jarum di tempat yang

terjangkau.

Bagaimanapun juga di berbagai negara berkembang yang masih sangat

minim pengetahuan dan kesadarannya terhadap kewaspadaan standar, risiko

terjadinya infeksi terhadap tenaga kesehatan lebih tinggi dibandingkan negara

lainnya. Terlebih lagi beberapa komponen kewaspadaan standar tidak dapat

dilakukan pada pihak yang mempunyai tingkat ekonomi yang rendah, karena

terbatasnya sarana dan fasilitas. Untuk menutupi kekurangan itulah para pekerja

kesehatan wajib memahami dan menerapkan kewaspadaan standar semaksimal

mungkin saat bekerja. 5

24

Page 33: PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26364...tentang kewaspadaan universal, sedangkan riwayat tertusuk jarum bekas terjadi pada 84,2

25

Menurut hasil penelitian, pengetahuan mahasiswa kedokteran UIN-SH

mengenai kewaspadaan standar masih tergolong rendah yaitu dari 98 responden

yang terdiri dari mahasiswa angkatan 2005-2007 yang diambil secara acak, 90

orang atau 91.8% mempunyai tingkat pengetahuan mengenai kewaspadaan

standar yang termasuk kategori kurang/cukup atau yang hasil tesnya kurang dari

80. Pada data didapatkan semakin tinggi angkatan semakin besar pula persentase

yang masuk kategori baik. Mungkin ini memang disebabkan karena perbedaan

pengalaman dan juga tenaga ajar di RS yang lebih banyak mengajarkan maupun

memberikan contah yang baik terhadap kewaspadaan standar.

Perbandingan pengetahuan antara mahasiswa yang sedang coass dan calon

coass, perbedaannya tidak cukup bermakna. Yang masuk kategori baik di

mahasiwa sedang coass adalah 12.8% dan calon coass adalah 5.1%. Menurut tabel

chi-square perbedaan persentase ini dengan jumlah responden yang demikian,

tidak bermakna. Begitu juga perbandingan laki-laki dan perempuan dari hasil

penelitian ini tidak didapatkan perbedaan yang bermakna dari segi pengetahuan

terhadap kewaspadaan standar.

Perilaku mahasiswa terhadap kewaspadaan standar pada mahasiswa

kedokteran UIN-SH tergolong cukup baik dimana 60.2% termasuk kategori baik.

Namun terdapat perbedaan yang bermakna antara mahasiswa yang sedang coass

dengan calon coass. Didapatkan bahwa 40.7% mahasiswa calon coass yang

masuk dalam kategori baik, sedangkan 89.7% mahasiswa sedang coass masuk

kedalam ketegori baik dari segi perilaku terhadap kewaspadaan standar.

Perbedaan ini menurut tabel chi-square merupakan perbedaan yang bermakna.

Hal di atas mungkin didapatkan karena lebih besarnya kesadaran

mahasiswa yang sedang coass lebih besar karena telah menjalaninya secara

langsung, dan mengerti bahaya dan ruginya akan kecerobohon yang dapat

mengakibatakn infeksi di RS. Untuk masalah sikap laki-laki yang masuk kedalam

kategori baik lebih tinggi sedikit dibandingkan perempuan, namun perbedaan ini

tidak bermakna.

Penilaian perilaku kewaspadaam standar dalam penelitian ini hanya

dilakukan berdasarkan hasil jawaban dari kuesioner saja, memang ini adalah salah

Page 34: PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26364...tentang kewaspadaan universal, sedangkan riwayat tertusuk jarum bekas terjadi pada 84,2

26

satu kekurangan dalama penelitian ini. Menurut peneliti, untuk menilai perilaku

sebaiknya adalah dengan pengamatan perilaku mahasiswa sehari-hari. Hasilnya

adalah hanya 24 dari 98 mahasiswa (24.5%) yang masuk kedalam kategori baik

terhadap kewaspadaan standar.

Hasil ini seperti yang disebutkan di atas dinilai dari hasil jawaban

kuesioner yang diberikan. Di sini hanya yang mendapatkan nilai 100% yang

masuk kategori baik. Menurut peneliti adalah karena perilaku menjadi tujuan

utama pelatihan ataupun pengajaran tentang kewaspadaan standar, dan juga

terjadinya infeksi tidak dapat diduga. Apabila perilakunya hanya mendapat nilai

90%, bisa saja saat dimana 10%-nya itulah terjadi hal yang tidak terduga. Bisa

membahayakan diri sendiri maupun orang lain, baik itu pasien atau tenaga kerja

kesehatan lainnya (contoh: petugas kebersihan).

Ditemukan perbedaan bermakna antara yang sedang coass dan calon coass,

dimana mahasiswa yang sedang coass terdapat 46.2% yang masuk kedalam

kategori baik, dan untuk mahasiswa calon coass hanya 10.2%. Dilihat berdasarkan

jenis kelamin laki-laki mempunyai persentase sedikit lebih tinggi dibandingkan

perempuan, sehingga diambil kesimpulan bahwa perilaku terhadap kewaspadaan

standar di Fakultas Kedokteran UIN-SH, antara laki-laki dan perempuan tidak

terdapat perbedaan bermakna.

Di atas sudah disinggung bahwa kenapa mahasiswa tidak melakukan

kewaspadaan standar yang sesuai adalah mungkin keterbatasan alat yang

disediakan oleh institusi pendidikan, baik dari kampus maupun pihak rumah sakit.

Berikut adalah tabel yang menunjukan berapa jumlah mahasiswa yang merasa

tidak dapat menjalani kewaspadaan standar karena keterbatasan alat dari pihak

institusi pendidikan, baik itu universitas maupun rumah sakit.

Page 35: PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26364...tentang kewaspadaan universal, sedangkan riwayat tertusuk jarum bekas terjadi pada 84,2

27

Tabel.5.1 Distribusi Responden Yang Merasa Kurang Tersedianya

Komponen Kewaspadaan Standar Oleh Institusi Pendidikan.

Ket: Apabila terdapat 1 atau lebih jawaban dari 5 pertanyaan yang

menyatakan kurang tersedianya komponen kewaspadaan standar

maka dianggap masuk kategori “kurang tersedia”.

Dari tabel di atas bisa dilihat bahwa yang merasa kurang tersedianya

komponen kewaspadaan standar baik di rumah sakit (untuk mahasiswa sedang

coass) maupun di kampus (untuk mahasiswa calon coass) adalah sebesar 18.4%.

Jika dihubungkan dengan perilaku mahasiswa UIN-SH terhadapa kewaspadaan

standar, maka kita akan mendapatkan hasil seperti berikut: dari 98 mahasiswa FK

UIN-SH 70 (71.4%) masuk kategori perilaku baik terhadap kewaspadaan standar,

dan 28 (28.6%) masuk ke kategori kurang/cukup. Namun dari ke 28 mahasiswa

tersebut 18 (64.3%) diantaranya merasa tidak dapat menerapkan kewaspadaan

standar dengan baik karena keterbatasan alat yang disediakan oleh institusi

pendidikan.

Page 36: PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26364...tentang kewaspadaan universal, sedangkan riwayat tertusuk jarum bekas terjadi pada 84,2

28

VI. KESIMPULAN

1. Tingkat pengetahuan terhadap kewaspadaan standar mahasiswa

kedokteran UIN-SH 8.2% yang tergolong baik 8.2%, cukup 57.1%

dan kurang 34.7%.

2. Tingkat sikap terhadap kewaspadaan standar mahasisawa kedokteran

UIN-SH yang tergolong baik 60.2%, cukup 28.6% dan kurang 11.2%.

3. Tingkat perilaku terhadap kewaspadaan standar kedokteran UIN-SH

yag tergolong baik 71.4%, cukup 18.4% dan kurang 10.2%.

4. Tidak ditemukan perbedaan bermakna antara tingkat pengetahuan

mahasiswa sedang coass dengan calon coass, namun terdapat

perbedaan bermakna pada sikap dan perilaku antara mahasiswa yang

sedang coass dan calon coass.

5. Tidak ditemukan perbedaan bermakna antara jenis kelamin mahasiswa

dari segi pengetahuan, sikap, dan perilaku terhadap kewaspadaan

standar.

28

Page 37: PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26364...tentang kewaspadaan universal, sedangkan riwayat tertusuk jarum bekas terjadi pada 84,2

29

VII. SARAN

1. Mahasiswa perlu dibekali dengan pengetahuan yang lebih baik

mengenai kewaspadaan standar.

2. Sikap dan perilaku mengenai kewaspadaan standar perlu ditingkatkan,

dengan supervisi dari staf pengajar, maupun staf Rumah Sakit, agar

mahasiswa dapat terlindung dari penularan penyakit infeksi di tempat

kerja

3. Mahasiswa perlu disediakan alat pelindung diri yang cukup, agar

dapat menunjukkan perilaku kewaspadaan standar yang baik

29

Page 38: PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26364...tentang kewaspadaan universal, sedangkan riwayat tertusuk jarum bekas terjadi pada 84,2

30

DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia . Data fasilitas kesehatan di Indonesia

tahun 2004 . Diunduh dari :http://www.departemenkesehatanRI.com. diakses

pada bulan Februari 2010

2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia Undang-undang Republik Indonesia,

nomer 36, tahun 2009 tentang Kesehatan

3. Tietjen L, Bossemeyer D, McIntosh N. Panduan Pencegahan Infeksi untuk

Fasilitas Pelayanan Kesehatan dengan Sumber Daya Terbatas. JNPKKR/POGI

dan JHPIEGO. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.2004

4. CDC. Standard Precaution Guidelines .Diunduh dari :

http://www.cdc.gov/ncidod/dhqp/gl_isolation_standard.html. accessed in

February 2010

5. Jaringan Nasional Pelatihan Klinik, Modul Pelatihan Pencegahan Infeksi,

JNPKKR/POGI dan JHPIEGO. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Jakarta.2004

6. Judisthira, Stefanus, Hubungan Pengetahuan Sikap Dan Perilaku

Kewaspadaan Baku Dengan Kejadian Luka Tusuk Jarum Pada Tenaga

Kesehatan Rumah Sakit “ X ” , Propinsi Banten, Tesis Program Studi

Magister Kedokteran Kerja, FKUI, 2007

Page 39: PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26364...tentang kewaspadaan universal, sedangkan riwayat tertusuk jarum bekas terjadi pada 84,2

31

RIWAYAT HIDUP

Nama : Mohammad Wicaksono Sulistomo

Tempat, Tgl Lahir : Jakarta, 28 Februari 1989

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Alamat : Jl. KH Muhasyim Buntu no.45 RT13/RW06

Kel. Cilandak

Kec. Cilandak Barat

Tlp/ Hp : (021) 7504044/0811967458

Email : [email protected]

Riwayat Hasil Karya Ilmiah :

1. How to Compose a Song and Create a Beautiful Tune (2007)