pengetahuan ibu balita tenatang vit a

65
TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG VITAMIN A PADA BALITA DI POLINDES SINGOSARI MOJOSONGO BOYOLALI TAHUN 2012 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir Pendidikan Diploma III Kebidanan Disusun oleh : TIYAS FAJRIA AGUSTYANI NIM : B09 114 PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2012

Upload: muhammad-zumrodin

Post on 28-Sep-2015

218 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

OK

TRANSCRIPT

  • TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG VITAMIN A

    PADA BALITA DI POLINDES SINGOSARI

    MOJOSONGO BOYOLALI

    TAHUN 2012

    KARYA TULIS ILMIAH

    Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir

    Pendidikan Diploma III Kebidanan

    Disusun oleh :

    TIYAS FAJRIA AGUSTYANI

    NIM : B09 114

    PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN

    SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

    SURAKARTA

    2012

  • KATA PENGANTAR

    Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

    melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

    Karya Tulis Ilmiah yang berjudul: Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Vitamin A

    Pada Balita Di Polindes Singosari Kecamatan Mojosongo Kabupaten Boyolali

    tahun 2012. Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi

    tugas akhir sebagai salah satu syarat kelulusan STIKES Kusuma Husada

    Surakarta.

    Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai

    pihak, Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena

    itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

    1. Ibu Dra. Agnes Sri Harti, M.Si , selaku Ketua STIKES Kusuma Husada

    Surakarta.

    2. Ibu Dheny Rohmatika, S. SiT, selaku Ka. Prodi D III Kebidanan Kusuma

    Husada Surakarta sekaligus Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu

    untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada penulis.

    3. Ibu Sutarti, Amd. Keb, selaku bidan Polindes Singosari, yang telah

    memberikaan izin serta membantu dalam penelitian ini.

    4. Seluruh dosen dan staff Prodi D III Kebidanan STIKES Kusuma Husada

    Surakarta atas segala bantuan yang telah diberikan.

    5. Ibu-ibu yang mempunyai balita di Polindes Singosari Mojosongo Boyolali

    yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

  • 6. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam

    menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

    Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari sempurna,

    oleh karena itu penulis membuka saran demi kemajuan penelitian selanjutnya.

    Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

    Surakarta, Juni 2012

    Penulis

  • Prodi D III Kebidanan STIKES Kusuma Husada Surakarta

    Karya Tulis Ilmiah, Juli 2012

    Tiyas Fajria Agustyani

    B09 114

    xiv + 51 halaman + 16 lampiran + 8 tabel + 2 gambar

    ABSTRAK

    Latar Belakang : Penelitian yang telah dilakukan WHO menunjukkan dari 20

    juta balita di Indonesia setengahnya menderita kekurangan vitamin A. Sedangkan

    data dari WHO Indonesia merupakan salah satu negara yang pemenuhan vitamin

    A tergolong rendah. Vitamin A bermanfaat untuk menurunkan angka kesakitan,

    kematian, karena vitamin A dapat meningkatkan daya tahan tubuh terhadap

    penyakit infeksi. Kekurangan vitamin A menyebabkan rabun senja dan

    xeropthalmia karena terjadi kekeringan pada selaput bening kornea mata.

    Tujuan : adalah untuk mengetahui pengetahuan ibu-ibu tentang vitamin A pada

    balita dalam tingkatan baik, cukup baik dan kurang baik.

    Metode Penelitian : Jenis penelitian adalah Diskriptif kuantitatif, lokasi

    penelitian diambil di Polindes Singosari Mojosongo Boyolali pada tanggal 20 Mei

    dan tanggal 13 Juni 2012. Jumlah populasi sebanyak 73 orang. Jumlah sampel

    sebanyak 73 responden, dengan teknik pengambilan sampel menggunakan teknik

    sampling jenuh. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, sedangkan untuk

    analisa data menggunakan analisis univariat.

    Hasil Penelitian : Dari penelitian didapatkan hasil 15 responden (20,5%)

    termasuk dalam tingkat pengetahuan baik. Sebagian besar responden yaitu 47

    responden (64,4%) termasuk dalam tingkat pengetahuan cukup baik. Sebesar 11

    responden (15,1%) termasuk dalam tingkat pengetahuan kurang baik.

    Kesimpulan : Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar

    responden mempunyai tingkat pengetahuan yang cukup baik tentang vitamin A

    pada balita yaitu sebanyak 47 responden (64,4%). Hai ini dipengaruhi oleh sosial

    budaya dan pengalaman responden.

    Kata Kunci : Pengetahuan, Ibu, Balita, Vitamin A.

    Kepustakaan : 19 literatur (Tahun 2004 s/d 2012)

  • MOTTO

    v Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal itu amat baik bagimu

    (QS. Al Baqorah, 216)

    v Semoga jalan keluar terbuka bagi kita, semoga kita bisa mengobati jiwa

    kita dengan doa, Janganlah engkau putus asa manakala kecemasan yang

    menggenggam jiwa menimpa. Saat yang paling dekat dengan jalan keluar

    adalah ketika telah terbentur pada putus asa (Ali Bin Abi Tholib)

    v Belajar dari masa lalu

    Hidup untuk sekarang

    Berharap untuk masa depan (Penulis)

    v Berlaga tuli dari orang-orang yang meragukan dan mencemooh kemapuan

    kita. Buktikan bahwa kita bisa (Penulis)

    v Beri satu kunci untuk mengenal hidup, jadikan setiap langkah kita sebagai

    ibadah. Insya Allah kita akan tahu tujuan hidup yang sesungguhnya

    v Banyak kreatifitas menjadi hancur lebur gara-gara tidak tahan menahan

    pujian sehingga lupa pada tujuan

    PERSEMBAHAN

    Dengan segala rendah hati, karya tulis ilmiah ini penulis

    persembahkan kepada :

    v Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

    hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan

    karya tulis ilmiah ini

    v Bapak, Ibu, adikku Rinta dan Nanda serta keluarga

    besar saya yang tiada henti memberikan doa,

    dukungan dan cinta kasihnya selama ini

    v Pembimbing saya, bu Dheny Rohmatika yang telah

    sabar membimbing dan memberi masukan serta

    kritikan kepada saya hingga terselesainya karya tulis

    ilmiah ini

    v Anggara Agus Nugraha yang selalu memberikan

    support dalam setiap langkahku, love you..

    v Sahabat-sahabatku Elin, Aziza, Lidya, Risma, Lia,

    Ambar dan Dian yang selalu mendukung perjalanan

    hidup ku

    v Teman-teman seperjuangan DIII Kebidanan yang

    telah membantu dalam pembuatan karya tulis ilmiah

    ini

    v Almamaterku tercinta STIKES KUSUMA

    HUSADA

  • CURICULUM VITAE

    Nama : Tiyas Fajria Agustyani

    Tempat / Tanggal Lahir : Klaten, 06 September 1991

    Agama : Islam

    Jenis Kelamin : Perempuan

    Alamat : Mangun Suparnan RT 09/ RW 05, Janti,

    Polanharjo, Klaten

    Riwayat Pendidikan :

    1. SD N 01 Janti, Polanharjo, Klaten LULUS

    TAHUN 2003

    2. SMP N 02 Tulung, Klaten LULUS

    TAHUN 2006

    3. SMU N 01 Polanharjo, Klaten LULUS

    TAHUN 2009

    4. Prodi D III Kebidanan STIKES Kusuma Husada Surakarta ANGKATAN

    2009/2010

  • DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL .................................................................................... i

    HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................... ii

    HALAMAN PENGESAHAN.................................................................... .. iii

    KATA PENGANTAR .................................................................................. iv

    ABSTRAK .................................................................................................... vi

    MOTTO DAN PERSEMBAHAN............................................................... vii

    CURICULUM VITAE ................................................................................. viii

    DAFTAR ISI ................................................................................................. ix

    DAFTAR TABEL................................................................................ ........ xii

    DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xiii

    DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xiv

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang ....................................................................... 1

    B. Perumsan Masalah ................................................................ 3

    C. Tujuan Penelitian .................................................................. 3

    D. Manfaat Penelitian ................................................................ 4

    E. Keaslian Penelitian ................................................................ 5

    F. Sistematika Penulisan ........................................................... 6

  • BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    A. Tinjauan Teori ....................................................................... 8

    1. Pengetahuan ....................................................................... 8

    2. Balita ................................................................................. 14

    3. Vitamin .............................................................................. 17

    4. Vitamin A ........................................................................... 19

    B. Kerangka Teori ..................................................................... 28

    C. Kerangka Konsep Penelitian ................................................. 29

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN

    A. Jenis dan Rancangan Penelitian ............................................ 30

    B. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................. 30

    C. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ............ 31

    D. Instrumen Penelitian .............................................................. 33

    E. Teknik Pengumpulan Data .................................................... 37

    F. Variabel Penelitian ................................................................ 38

    G. Definisi Operasional .............................................................. 38

    H. Metode Pengolahan dan Analisa Data ................................... 39

    I. Etika Penelitian ...................................................................... 41

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Gambaran Umum .................................................................... 43

    B. Hasil Penelitian ........................................................................ 43

    C. Pembahasan ............................................................................. 46

    D. Keterbatasan ............................................................................ 48

  • BAB V PENUTUP

    A. Kesimpulan .............................................................................. 49

    B. Saran ........................................................................................ 50

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel 2.1 RDA Vitamin A untuk Indonesia........................................... 21

    Tabel 2.2 Jadwal Pemberian Vitamin A.................................................. 22

    Tabel 2.3 Bahan Makanan Sumber Vitamin A/Karotin........................... 25

    Tabel 2.4 Bahan Makanan Sumber Vitamin A/Karotin........................... 26

    Tabel 3.1 Kisi-kisi Kuesioner.................................................................... 34

    Tabel 3.2 Definisi Operasional................................................................. 39

    Tabel 4.1 Data Hasil Perhitungan Mean dan Standar Deviasi 44

    Tabel 4.2 Hasil Penelitian......................................................................... 45

  • DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    Gambar 2.1 Kerangka Teori..................................................................... 28

    Gambar 2.2 Kerangka Konsep................................................................. 29

  • DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1. Jadwal Penelitian

    Lampiran 2. Surat Perizinan Studi Pendahuluan

    Lampiran 3. Surat Balasan Perizinan Studi Pendahuluan

    Lampiran 4. Surat Perizinan Uji Validitas

    Lampiran 5. Surat Balasan Uji Validitas

    Lampiran 6. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

    Lampiran 7. Kuesioner

    Lampiran 8. Kunci Jawaban Kuesioner

    Lampiran 9. Surat Perizinan Penggunaan Lahan

    Lampiran 10. Surat Balasan Penggunaan Lahan

    Lampiran 11. Surat Pengantar Responden

    Lampiran 12. Surat Persetujuan Responden

    Lampiran 13. Hasil Penelitian

    Lampiran 14. Hasil Perhitungan Mean dan Standar Deviasi

    Lampiran 15. Tabel Nilai r Product Moment

    Lampiran 16. Lembar Konsultasi

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Vitamin A adalah zat gizi yang paling esensial, hal itu dikarenakan

    konsumsi makanan kita belum mencukupi dan masih rendah sehingga

    harus dipenuhi dari luar. Kekurangan vitamin A (KVA) akan

    meningkatkan kesakitan dan kematian, mudah terserang penyakit infeksi

    seperti diare, radang paru-paru, pneumonia, dan akhirnya kematian. Akibat

    lain yang paling serius dari kekurangan vitamin A (KVA) adalah rabun

    senja yaitu betuk lain dari xeropthalmia termasuk kerusakan kornea mata

    dan kebutaan. Vitamin A bermanfaat untuk menurunkan angka kesakitan

    angka kematian, karena vitamin A dapat meningkatkan daya tahan tubuh

    terhadap penyakit infeksi seperti campak, diare, dan ISPA (Infeksi Saluran

    Pernapasan Akut) (Almatsier, 2009).

    Pada balita vitamin A sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan tulang

    dan gigi yang kuat, untuk penglihatan yang normal, membantu memelihara

    kulit yang sehat dan mencegah lapisan mulut, hidung, paru-paru dan

    saluran kencing dari kuman penyakit. Vitamin A yang diberikan pada

    balita juga berfungsi untuk mengatur sistem kekebalan (immunesystem),

    dimana sistem kekebalan badan ini membantu mencegah atau melawan

    penyakit dengan membuat sel darah putih yang menghapuskan bakteri dan

    virus. Akibat lain yang lebih serius dari kekurangan vitamin A adalah buta

  • 2

    senja dan xeropthalmia karena terjadi kekeringan pada selaput lendir dan

    selaput bening kornea mata. Upaya perbaikan status vitamin A harus

    dimulai pada balita terutama pada anak yang menderita kekurangan

    vitamin A (Depkes RI, 2005).

    WHO memperkirakan 12 orang menjadi buta setiap menit di dunia

    dan 4 diantaranya berasal dari Asia Tenggara (Siswanto, 2007). Penelitian

    yang telah dilakukan WHO pada tahun 1992 menunjukkan dari 20 juta

    balita di Indonesia dari umur enam bulan hingga lima tahun, setengahnya

    menderita kekurangan vitamin A. Sedangkan data WHO tahun 1995

    Indonesia merupakan salah satu negara yang pemenuhan vitamin A

    tergolong rendah (Siswanto, 2007).

    Departemen Kesehatan sendiri telah gencar melakukan program

    penanggulangan kekurangan vitamin A sejak tahun 1970-an. Dari catatan

    Depkes, tahun 1992 bahaya kebutaan akibat kekurangan vitamin A mampu

    diturunkan secara signifikan. Berdasarkan studi masalah gizi mikro di 10

    propinsi tahun 2006 diketahui cakupan pemberian vitamin A pada balita

    mencapai lebih dari 80%. Cakupan pemberian vitamin A kembali menurun

    pada tahun 2007 yaitu sebesar 60% (Siswanto, 2007).

    Dari studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di Polindes

    Singosari, Mojosongo, Boyolali pada bulan Januari diketahui bahwa

    jumlah balita 73 orang, balita yang mendapat vitamin A sebanyak 51 balita

    (70%) dan yang tidak mendapatkan vitamin A sebanyak 22 balita (30%),

  • 3

    selain itu dari survei pendahuluan yang dilakukan peneliti dengan

    wawancara pada 10 ibu balita diketahui bahwa 6 orang ibu mempunyai

    pengetahuan yang kurang baik tentang vitamin A, 3 orang ibu balita

    mempunyai pengetahuan yang cukup tentang vitamin A dan 1 orang ibu

    balita mempunyai pengetahuan yang baik tentang vitamin A.

    Berdasarkan data diatas, masih banyak ibu-ibu yang belum

    memahami pentingnya vitamin A untuk balita. Oleh karena itu peneliti

    tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul Tingkat Pengetahuan

    Ibu Tentang Vitamin A Pada Balita di Polindes Singosari Kecamatan

    Mojosongo Kabupaten Boyolali tahun 2012.

    B. Perumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang masalah tersebut dapat dirumuskan pertanyaan

    penelitian sebagai berikut, Bagaimanakah Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang

    Vitamin A pada Balita di Polindes Singosasi Kecamatan Mojosongo

    Kabupaten Boyolali ?.

    C. Tujuan Penelitian

    1. Tujuan Umum

    Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang vitamin A pada

    balita di Polindes Singosari Kecamatan Mojosongo Kabupaten

    Boyolali.

  • 4

    2. Tujuan Khusus

    a. Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang vitamin A pada balita

    dalam tingkat baik.

    b. Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang vitamin A pada balita

    dalam tingkat cukup baik.

    c. Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang vitamin A pada balita

    dalam tingkat kurang baik.

    D. Manfaat Penelitian

    1. Bagi Ilmu Pengetahuan

    Diharapkan hasil penelitian ini menjadi penilaian kearah yang lebih

    baik bagi perkembangan ilmu pengetahuan yang telah ada.

    2. Bagi penulis

    a. Mendapatkan pengalaman nyata dari kegiatan penelitian dan dalam

    membuat karya tulis.

    b. Dapat mengetahui secara langsung tingkat pengetahuan ibu balita

    tentang vitamin A pada balita dan mempraktekkan ilmu yang

    diperoleh selama pendidikan.

    3. Bagi Institusi

    a. Polindes

    Diharapkan agar penelitian ini dapat digunakan sebagai

    masukkan bagi tenaga kesehatan khususnya bidan di Polindes

  • 5

    Singosari terhadap pengetahuan dan pelaksanaan pemberian

    vitamin A pada balita.

    b. Institusi Pendidikan

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan ilmu

    pengetahuan khususnya pemberian vitamin A pada balita.

    E. Keaslian Penelitian

    Sejauh yang peneliti ketahui sudah ada penelitian tentang tingkat

    pengetahuan ibu tentang vitamin A antara lain :

    Dian Kusumadewi (2009), Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Asupan

    Vitamin A pada Anak Usia 659 bulan di Kalurahan Kalibanteng Kulon

    Kecamatan Semarang.

    Penelitian ini dilakukan secara deskriptif dengan pendekatan cross

    sectional. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 45 responden. Teknik

    pengambilan sampel dengan cara simple random sampling. Instrumen

    yang digunakan adalah quesioner. Hasil penelitian ini adalah tingkat

    pengetahuan responden tentang asupan vitamin A pada anak usia 6-59

    bulan yaitu 37 responden (81,3%) dalam kategori baik, 4 responden

    (9,4%) responden dalam kategori cukup dan 4 responden (9,3%) dalam

    kategori kurang.

    Hal-hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian

    sebelumnya terletak pada teknik pengambilan sampel, lokasi dan waktu

    penelitian.

  • 6

    F. Sistematika Penulisan

    Sistematika penulisan Karya Tulis Ilmiah ini secara umum terdiri

    dari 5 BAB yang berurutan meliputi :

    BAB I PENDAHULUAN

    Pada bab ini menampilkan gambaran tentang penelitian,

    rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

    keaslian dan sistematika penulisan.

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    Dalam bab ini menjelaskan tentang teoriteori yang relevan

    dengan masalah yang diteliti meliputi pengetahuan, balita,

    vitamin dan vitamin A. Kerangka teori dan kerangka

    konsep.

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN

    Dalam bab ini berisikan jenis dan rancangan penelitian,

    lokasi, waktu penelitian, populasi, sampel, instrumen

    penelitian, teknik pengumpulan data, variabel penelitian,

    definisi operasional, metode pengolahan data, analisis data

    dan etika penelitian.

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

    Dalam bab ini berisikan gambaran umum, hasil penelitian

    yang telah dilakukan, pembahasan dari hasil penelitian serta

    keterbatasan dalam penelitian yang dilakukan.

  • 7

    BAB V PENUTUP

    Dalam bab ini berisikan kesimpulan dari hasil penelitian

    yang telah dilakukan dan saran dari penulis.

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • 8

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Tinjauan Teori

    1. Pengetahuan

    a. Pengertian

    Pengetahuan adalah hasil tau yang berasal dari proses

    pengindraan manusia terhadap obyek tertentu. Proses pengindraan

    terjadi melalui panca indra manusia yaitu melalui indra

    penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan

    merupakan dasar yang paling penting dalam membentuk tindakan

    seseorang (Notoatmodjo, 2007).

    Pengetahuan adalah kumpulan fakta, informasi dan

    ketrampilan yang dapat diperoleh melalui pengamatan atau

    pendidikan atau pemahaman teoritis atau praktis dari subyek

    (Summary, 2007).

    b. Tingkat Pengetahuan

    Pengetahuan yang dicakup didalam domain kognitif

    mempunyai enam tingkatan (Notoatmodjo, 2007), yaitu :

    1) Tahu (know)

    Tahu artinya sebagai pengingat suatu materi yang telah

    dipelajari sebelumnya. Termasuk dalam tingkatan ini adalah

    mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari

  • 9

    seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah

    diterima. Oleh sebab itu tahu merupakan tingkat

    pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur

    bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain:

    menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyangka dan

    sebagainya.

    2) Memahami (comprehension)

    Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan

    menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan

    dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

    Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus

    dapat menjelaskan, memberi contoh, menyimpulkan,

    meramalkan dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajari.

    3) Aplikasi (application)

    Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk

    menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau

    pada kondisi sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan

    penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan

    sebagainya dalam situasi yang lain.

    4) Analisis (analysis)

    Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan

    materi atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen,

    tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan

  • 10

    masih ada kaitannya satu dengan yang lain. Kemampuan ini

    dapat dilihat dari penggunaan kata kerja.

    5) Sintesis (syntesis)

    Sintesis adalah kemampuan untuk meletakkan atau

    menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk

    keseluruhan.

    6) Evaluasi (Evaluation)

    Evaluasi adalah kemampuan melakukan justifikasi

    atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian itu

    berdasarkan suatu kriteria-kriteria yang ditentukan sendiri

    atau berdasarkan kriteria yang sudah ada.

    c. Sumber-sumber pengetahuan

    Menurut Notoatmodjo (2007), terdapat beberapa sumber

    pengetahuan antara lain sebagai berikut:

    1) Kepercayaan berdasarkan tradisi, adat, dan agama

    Berbentuk norma dan kaidah baku yang berlaku di

    dalam kehidupan sehari-hari. Di dalam norma dan kaidah

    itu terkandung pengetahuan yang kebenarannya tidak dapat

    dibuktikan secara rasional dan empiris, tetapi sulit dikritik

    untuk diubah begitu saja. Jadi, harus diikuti dengan tanpa

    keraguan dan percaya secara bulat. Pengetahuan yang

  • 11

    bersumber dari kepercayaan cenderung bersifat tetap

    (mapan) tetapi subjektif.

    2) Pengetahuan yang berdasarkan pada otoritas kesaksian orang

    lain

    Pihak pemegang otoritas kebenaran pengetahuan

    yang dapat dipercayai adalah orangtua, guru, ulama, orang

    yang dituakan, dan sebagainya. Apa pun yang mereka

    katakan, benar atau salah, baik atau buruk, dan indah atau

    jelek, pada umumnya diikuti dan dijalankan dengan patuh

    tanpa kritik. Karena kebanyakan orang telah mempercayai

    mereka sebagai orang-orang yang cukup berpengalaman

    dan berpengetahuan lebih luas.

    Sumber pengetahuan ini mengandung kebenaran,

    tetapi persoalannya terletak pada sejauh mana orang-orang

    itu bisa dipercaya. Lebih dari itu, sejauh mana kesaksian

    pengetahuannya itu merupakan hasil pemikiran dan

    pengalaman yang telah teruji kebenarannya. Jika

    kesaksiannya adalah kebohongan, hal ini akan

    membahayakan kehidupan manusia dan masyarakat itu

    sendiri.

    3) Pengalaman

    Bagi manusia, pengalaman adalah alat vital

    penyelenggaraan kebutuhan hidup sehari-hari. Dengan

  • 12

    mata, telinga, hidung, lidah, dan kulit, orang bisa

    menyaksikan secara langsung dan bisa pula melakukan

    kegiatan hidup.

    4) Akal pikiran

    Berbeda dengan panca indera, akal pikiran memiliki

    sifat lebih rohani. akal pikiran mampu menangkap hal-hal

    yang metafisis, spiritual, abstrak, universal, yang seragam

    dan yang bersifat tetap. Akal pikiran cenderung

    memberikan pengetahuan yang lebih umum, objektif dan

    pasti.

    d. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

    Menurut Notoatmodjo (2007), faktor-faktor yang

    mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah :

    1) Pendidikan, konsep pendidikan adalah suatu proses belajar

    yang berarti dalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan,

    perkembangan kearah yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih

    matang pada diri individu, kelompok atau masyarakat.

    2) Informasi, dengan memberikan informasi kebiasaan hidup

    sehat dan cara mencegah penyakit diharapkan akan terjadi

    tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku kesehatan individu,

    kelompok sasaran berdasarkan kesadaran dan kemauan

    individu yang bersangkutan.

  • 13

    3) Sosial budaya, manusia mempelajari perilaku dari orang lain

    dilingkungan sosialnya. Hampir segala sesuatu yang

    dilakukannya bahkan apa yang dipikirkan berkaitan dengan

    orang lain dan dipelajari dari lingkungan sosial budaya.

    4) Pengalaman, pengalaman yang disusun secara sistematis oleh

    otak maka hasilnya adalah pengetahuan. Semua pengalaman

    pribadi dapat merupakan sumber pengetahuan untuk menarik

    kesimpulan dan pengalaman.

    5) Sosial ekonomi, tingkat kemampuan seseorang untuk

    memenuhi kebutuhan hidup. Semakin tinggi kemampuan

    sosial ekonomi semakin mudah seseorang dalam mendapatkan

    pengetahuan. Pengetahuan juga dapat diperoleh dari

    kenyataan, dari melihat dan mendengar sendiri serta melalui

    alat-alat komunikasi, misalnya dengan membaca surat kabar,

    mendengarkan radio, menonton film atau televisi.

    e. Cara pengukuran tingkat pengetahuan

    Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan

    wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang

    ingin diukur dari subyek penelitian atau responden. Kedalaman

    pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat

    disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan pengetahuan tersebut

    (Notoatmodjo, 2007).

  • 14

    Menurut Riwidikdo (2009), Tingkat pengetahuan dapat

    dikategorikan dalam beberapa kategori berdasarkan aturan normatif

    yang menggunakan rata-rata (mean) dan simpangan baku atau

    standar deviation (SD), antara lain :

    1) Baik, bila nilai responden yang diperoleh (x) > mean + 1 SD

    2) Cukup, bila nilai mean 1 SD mean + 1 SD

    3) Kurang, bila nilai responden yang diperoleh (x) < mean 1 SD

    2. Balita

    a. Pengertian

    Balita adalah anak yang telah menginjak usia diatas satu

    tahun atau lebih populer dengan pengertian usia anak dibawah lima

    tahun (Muaris, 2006).

    Dalam pengertian lain balita adalah istilah umum bagi anak

    usia 1-3 tahun (batita) dan anak prasekolah (3-5 tahun). Saat usia

    batita, anak masih tergantung penuh kepada orang tua untuk

    melakukan kegiatan penting, seperti mandi, buang air dan makan.

    Pada masa ini perkembangan berbicara dan berjalan balita sudah

    bertambah baik, Namun kemampuan yang lain masih terbatas

    (Sutomo dan Anggraeni, 2010).

    Masa Balita merupakan periode penting dalam proses

    tumbuh kembang manusia. Pertumbuhan dan perkembangan

    dimasa ini menjadi penentu keberhasilan pertumbuhan dan

  • 15

    perkembangan diperiode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di

    usia ini merupakan masa yang berlangsung cepat dan tidak akan

    pernah terulang, karena itu sering disebut golden age atau masa

    keemasan (Sutomo dan Anggraeni, 2010).

    Anak balita juga merupakan kelompok umur yang rawan

    gizi dan rawan penyakit. Kelompok ini yang merupakan kelompok

    umur yang paling menderita akibat gizi dan jumlahnya dalam

    populasi besar (Notoatmodjo, 2007).

    b. Perkembangan pada Balita

    1) Perkembangan Fisiologik

    Kekuatan otot, koordinasi motorik dan stamina balita

    meningkat secara progresif. Balita mampu melakukan

    gerakan-gerakan dengan pola yang lebih kompleks, sehingga

    memacu melakukan aktivitas fisik (Sulisyoningsih, 2011).

    Presentasi lemak tubuh mencapai minimum 16% pada

    perempuan dan 13% pada laki-laki, peningkatan lemak tubuh

    pada balita merupakan bagian dari pertumbuhan dan

    perkembangan yang normal (Sulistyoningsih, 2011).

    2) Perkembangan Kognitif

    Kemampuan berbahasa yang tumbuh pada masa balita

    dengan cepat mendukung pertumbuhan dan perkembangan

    kognitif selanjutnya, sehingga memberi balita akses terhadap

  • 16

    pengetahuan yang lain dan membuatnya mampu untuk berbagi

    pikiran dan pembelajaran yang lebih luas (Shaleh, 2009).

    c. Kebutuhan gizi pada balita

    Anak balita juga merupakan kelompok yang menunjukkan

    pertumbuhan badan yang pesat, sehingga memerlukan zat-zat gizi

    yang tinggi setiap kg berat badannya. Balita merupakan kelompok

    umur yang paling sering menderita akibat kekurangan gizi

    (Sediaoetama, 2010).

    Menurut Sulistyoningsih (2011), Zat gizi yang dibutuhkan

    balita per hari antara lain:

    1) Kebutuhan energi : 1000-1550 Kkal

    2) Kebutuhan protein : 25-39 gr

    3) Kebutuhan vitamin A : 400-450 RE

    4) Kebutuhan vitamin D : 5 ug

    5) Kebutuhan vitamin E : 6-7 mg

    6) Kebutuhan vitamin K : 15-20 ug

    7) Kebutuhan vitamin B12 : 0,9-5 ug

    8) Kebutuhan vitamin C : 40-45 m

    9) Kebutuhan asam folat : 150-200 ug

    10) Kebutuhan kalsium : 500 mg

    11) Kebutuhan zat besi : 8-9 mg

    12) Kebutuhan yodium : 90-120 ug

  • 17

    3. Vitamin

    a. Pengertian Vitamin

    Vitamin adalah zatzat organik kompleks yang dibutuhkan

    dalam jumlah sangat kecil dan pada umumnya tidak dapat dibentuk

    oleh tubuh. Oleh karena itu, harus didatangkan dari makanan.

    Vitamin termasuk kelompok zat pengatur pertumbuhan dan

    pemeliharaan kehidupan. Tiap vitamin mempunyai tugas spesifik

    di dalam tubuh. Karena vitamin adalah zat organik maka vitamin

    dapat rusak karena penyimpanan dan pengolahan yang salah

    (Almatsier, 2009).

    Vitamin adalah suatu zat gizi yang diperlukan tubuh dalam

    jumlah-jumlah relatif kecil dan harus didatangkan dari luar.

    Vitamin tidak dapat disintesa di dalam tubuh, sehingga harus

    disediakan dari luar, biasanya dengan mengkonsumsi makanan

    (Sediaoetama, 2010).

    b. Manfaat Vitamin

    Manfaat vitamin secara umum sangat berhubungan erat

    dengan fungsi enzim. Enzim merupakan katalisator organik yang

    menjalankan dan mengatur reaksireaksi biokimiawi di dalam

    tubuh (Sediaoetama, 2010).

  • 18

    Vitamin berperan dalam beberapa tahap reaksi metabolisme

    energi, pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh, pada umumnya

    sebagai koenzim atau sebagai bagian dari enzim. Sebagian besar

    koenzim terdapat dalam bentuk apoenzim, yaitu vitamin yang

    terikat dengan protein. Hingga sekarang fungsi biokimia beberapa

    jenis vitamin belum diketahui dengan pasti (Almatsier, 2009).

    c. Kebutuhan Vitamin

    Masingmasing vitamin dibutuhkan tubuh dalam jumlah

    tertentu. Terlalu banyak maupun terlalu sedikit yang tersedia bagi

    badan, memberikan tingkat kesehatan yang kurang. Bila terlalu

    banyak vitamin dikonsumsi, akan terjadi gejalagejala yang

    merugikan dan kondisi yang demikian disebut hypervitaminosis.

    Sebaliknya bila konsumsi vitamin tidak memenuhi kebutuhan akan

    terjadi juga gejalagejala yang merugikan dan kondisi tersebut

    disebut avitaminosis (Sediaoetama, 2010).

    d. Macam-Macam Vitamin

    Sebelum mengetahui susunan kimianya, vitamin diberi

    nama menurut abjad (A,B,C,D,E dan K). Vitamin B ternyata terdiri

    dari beberapa unsur vitamin. Penelitian-penelitian kemudian

    membedakan vitamin dalam dua kelompok, yaitu vitamin yang

  • 19

    larut dalam lemak seperti vitamin A, D, E, K dan vitamin yang

    larut dalam air seperti vitamin B dan C (Almatsier, 2009).

    4. Vitamin A

    a. Pengertian

    Vitamin A merupakan vitamin yang larut dalam lemak,

    terdapat dalam minyak ikan, keju, kuning telur, sayuran berwarna

    hijau dan kemerahkemerahan, seperti wortel dan tomat. Vitamin

    A merupakan zat gizi penting yang larut dalam lemak dan

    disimpan dalam hati, tidak dapat dibuat oleh tubuh, sehingga harus

    dipenuhi dari luar (essensial), berfungsi untuk penglihatan,

    pertumbuhan dan meningkatkan daya tahan tubuh terhadap

    penyakit (Depkes RI, 2005).

    Vitamin A adalah vitamin larut dalam lemak yang pertama

    kali ditemukan. Secara luas, vitamin A merupakan nama generik

    yang menyatakan semua retinoid dan prekursor atau provitamin A

    karotenid yang mempunyai aktivitas biologik sebagai retinol.

    Vitamin A merupakan zat gizi yang diperlukan manusia agar

    proses fisiologis dalam tubuh berlangsung secara normal. Vitamin

    A penting untuk pertumbuhan sel, meningkatkan fungsi

    penglihatan, meningkatkan imunologi, pertumbuhan badan dan

    mencegah pertumbuhan selsel kanker (Almatsier, 2009).

  • 20

    b. Manfaat Vitamin A

    Menurut Sediaoetama (2010), fungsi vitamin A dalam tubuh

    mencakup tiga golongan besar :

    1) Fungsi vitamin A dalam proses melihat

    Pada proses melihat vitamin A berperan sebagai retinal

    (retinete) yang merupakan komponen dari zat penglihat.

    Rhodopsin ini mempunyai bagian protein yang disebut opsin

    yang disebut rhodopsin setelah bergabung dengan retinete.

    Rhodopsin merupakan zat yang dapat menerima rangsang

    cahaya dan mengubah energi cahaya menjadi energi biolistrik

    yang merangsang indra penglihatan.

    2) Fungsi dalam metabolisme Umum

    Fungsi ini tampaknya berkaitan erat dengan metabolisme

    protein yaitu :

    a) Integritas epitel

    b) Pertumbuhan

    c) Permeabilitas membran

    d) Pertumbuhan gigi

    3) Fungsi dalam reproduksi

    Fungsi vitamin A pada proses reproduksi ini tidak dapat

    dipenuhi oleh asam vitamin A (retinoic acid).

  • 21

    c. Kebutuhan akan vitamin A

    Kebutuhan tubuh akan vitamin A masih dinyatakan dalam

    Satuan Internasional (SI), untuk memudahkan penilaian aktivitas.

    Satu SI dalam vitamin A setara dengan kegiatan 0,300 ug retinol

    atau 0,6 ug all trans beta karotin atau 1,0 mg karotin total

    (campuran) di dalam bahan makanan nabati (Sediaoetama, 2010).

    Kebutuhan akan vitamin A menurut daftar RDA untuk

    Indonesia adalah sebagai berikut :

    Tabel 2.1

    RDA Vitamin A untuk Indonesia

    Kelompok Umur Kebutuhan vitamin A (SI/hari)

    6-12 bulan 1200

    1-3 tahun 1500

    4-6 tahun 1800

    7-9 tahun 2400

    Sumber: Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi, 1978

    (Sediaoetama, 2010).

    d. Jadwal Pemberian Vitamin A

    Untuk menanggulangi Kekurangan Vitamin A (KVA) di

    Indonesia, khususnya pada balita (659 bulan) Departemen

    Kesehatan Indonesia telah bekerjasama dengan Helen Keller

    Indonesia (HKI) dengan pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi

    pada bayi, balita dan ibu nifas. Kapsul vitamin A ini diberikan

    secara gratis di Posyandu dan Puskesmas di seluruh Indonesia

    (Hidayat, 2008).

  • 22

    Tabel 2.2

    Jadwal Pemberian Vitamin A

    Bulan Dosis Pemberian Keterangan

    Febuari

    Agustus

    100.000 IU

    ( Kapsul Biru )

    200.000 IU

    ( Kapsul Merah )

    Untuk Bayi

    (6 11 bulan )

    Untuk Anak

    ( 12 59 bulan )

    Sumber: The International Vitamin A Consultative Group, 2010.

    Menurut Depkes RI (2005), pemberian kapsul vitamin A

    200.000 SI diberikan kepada anak balita secara periodik, yaitu 6

    bulan sekali dan secara serempak pada bulan Febuari dan

    Agustus. Pemberian secara serempak pada Febuari dan Agustus

    mempunyai beberapa keuntungan :

    1) Memudahkan dalam memantau kegiatan pemberian kapsul

    termasuk pencatatan dan pelaporannya, karena semua anak

    mempunyai jadwal pemberian yang sama.

    2) Memudahkan dalam upaya penggerakan masyarakat, karena

    kampanye dapat dilaksanakan secara nasional disamping

    secara spesifik daerah.

    3) Memudahkan dalam pembuatan materimateri penyuluhan

    (spot TV, spot radio, barangbarang cetak) terutama yang

    dikembangkan, diproduksi dan disebarluaskan oleh tingkat

    pusat.

    4) Dalam rangka Hari Proklamasi RI (Agustus) biasanya

    banyak kegiatankegiatan yang dapat digunakan untuk

  • 23

    mempromosikan vitamin A, termasuk pemberian vitamin A

    dosis tinggi.

    Kapsul vitamin A dapat diperoleh di posyandu, polindes,

    puskesmas pembantu, puskesmas induk, praktek swasta (bidan,

    rumah bersalin, klinik bersalin dan lainlain), dan kelompok

    KIA. Pemberian kapsul vitamin A dilakukan oleh petugas

    kesehatan, bidan desa, tokoh masyarakat, kepala desa, ketua

    RT/RW, kader, orang tua atau keluarga (Depkes RI, 2005).

    e. Diagnosis Kekurangan Vitamin A

    Kekurangan vitamin A merupakan penyakit sistemik yang

    merusak sel dan organ tubuh, seperti saluran pernapasan, saluran

    kemih, dan saluran pencernaan. Perubahan pada ketiga saluran ini

    relatif awal terjadi karena kerusakan yang terdeteksi pada mata.

    Namun, karena hanya mata yang dapat diamati dan diperiksa,

    diagnosis klinis yang spesifik didasarkan pada pemeriksaan mata

    (Arisman, 2004).

    Kekurangan vitamin A adalah suatu keadaan dimana

    simpanan vitamin A dalam tubuh berkurang. Pada tahap awal

    ditandai dengan gejala rabun senja, atau kurang dapat melihat pada

    malam hari. Gejala tersebut juga ditandai dengan menurunnya

    kadar serum retinol dalam darah kurang dari (kurang dari 20g/dl).

    Pada tahap selanjutnya terjadi kelainan jaringan epitel dari organ

  • 24

    tubuh seperti paruparu, usus, kulit dan mata. Gambaran yang khas

    dari kekurangan vitamin A dapat langsung terlihat pada mata

    (Depkes RI, 2005).

    f. Penyebab kekurangan vitamin A

    Menurut Depkes RI (2005), penyebab kekurangan vitamin A

    antara lain :

    1) Konsumsi vitamin A dalam makanan seharihari tidak

    mencukupi kebutuhan tubuh dalam jangka waktu yang lama.

    2) Proses penyerapan makanan dalam tubuh terganggu karena

    infestasi cacing, diare, rendahnya konsumsi lemak, protein

    dan seng.

    3) Adanya ISPA, campak dan diare.

    g. Tanda dan gejala KVA (Kekurangan Vitamin A)

    Tanda dan gejala Kekurangan Vitamin A (KVA) menurut

    Depkes RI (2005), antara lain:

    1) Buta senja, ditandai dengan kesulitan melihat dalam cahaya

    remang atau senja hari.

    2) Kulit tampak kering dan bersisik seperti ikan terutama pada

    tungkai bawah bagian depan dan lengan atas bagian

    belakang.

  • 25

    h. Pencegahan Kekurangan Vitamin A

    Telah terbukti bahwa balita, terutama di negara

    berkembang yang terdapat endemis kasus defisiensi vitamin A,

    memiliki cadangan vitamin A yang sangat rendah. Pasokan vitamin

    A di awal kehidupan akan tercukupi melalui air susu ibu (ASI),

    jika ibu mempunyai status vitamin A yang baik (Depkes RI,2005).

    Ada dua pendekatan untuk memperbaiki status vitamin A

    bayi dan balita, yaitu dengan memberikan vitamin A dosis tinggi

    pada wanita yang sedang menyusui atau memberikan satu dari

    beberapa dosis pada bayi dan balita (IVACG, 2010).

    Tabel 2.3

    Bahan Makanan Sumber Vitamin A/Karotin

    Bahan Makanan Nabati SI/100 gr

    Jagung muda, kuning,biji

    Jagung kuning, panen baru, biji

    Jagung kuning, panen lama, biji

    Ubi rambat, merah

    Lamtoro, biji muda

    Kacang ijo, kering

    Wortel

    Bayem

    Daun melinjo

    Daun singkong

    Genjer

    Kangkung

    117

    440

    510

    7700

    423

    157

    12000

    6000

    10000

    11000

    3800

    6300

    Sumber: Daftar Analisa Bahan Makanan Depkes RI, 1964

    (Sediaoetama, 2010).

  • 26

    Tabel 2.4

    Bahan Makanan Sumber Vitamin A/Karotin

    Hewani SI/hari (gr) Buah-buahan SI/hari (gr)

    Ayam 810 Alpukat 180

    Hati sapi 34900 Belimbing 170

    Ginjal sapi 1150 Mangga 6350

    Telur itik 1230 Apel 90

    Ikan segar 150 Jambu biji 25

    Daging sapi 20

    Sumber: Daftar Analisa Bahan Makanan Depkes RI, 1964

    (Sediaoetama, 2010).

    Menurut Depkes RI (2005), pencegahan kekurangan

    vitamin A dapat dilakukan dengan cara :

    1) Memberikan ASI Eksklusif pada bayi sampai umur 6 bulan

    dan ASI hingga berumur 2 tahun disertai dengan makanan

    pendamping ASI yang cukup dan berkualitas.

    2) Konsumsi makanan dengan gizi seimbang dan kaya vitamin

    A dalam menu makanan seharihari.

    3) Mencegah cacingan dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

    (PHBS).

    4) Konsumsi vitamin A sesuai kebutuhan sasaran.

  • 27

    i. Pengobatan Kekurangan Vitamin A

    Secara umum, pengobatan Kekurangan Vitamin A (KVA)

    diarahkan pada upaya memperbaiki status vitamin A. Langkah ini

    harus segera dilaksanakan karena KVA bukan hanya mencederai

    mata, tetapi juga mengganggu kesehatan dan mengancam jiwa

    penderitanya (Depkes RI, 2005).

    Vitamin A harus diberikan segera setelah diagnosis

    ditegakkan. Pilihan pertama adalah preparat oral karena perbukti

    amat efektif, aman dan murah. Tablet vitamin A dengan minyak

    sebagai bahan utama lebih disukai, tetapi jika preparat tersebut

    tidak tersedia boleh digunakan sirup vitamin A yang setara dengan

    dosis yang dibutuhkan. Preparat oral dalam bentuk lain dapat

    diberikan, seperti minyak ikan (fish-liver oil). Preparat yang dibuat

    dengan minyak ikan akan sangat baik diserap jika diberikan per

    oral (Depkes RI, 2005).

  • 28

    B. Kerangka Teori

    Gambar 2.1 Kerangka Teori

    Modifikasi Notoatmodjo (2010)

    Tingkat pengetahuan :

    1. Tahu (know)

    2. Memahami (comprehension)

    3. Aplikasi (application)

    4. Analisis (analysis)

    5. Sintesis (syntesis)

    6. Evaluasi (evaluation)

    Vitamin A :

    1. Pengertian Vitamin

    A

    2. Manfaat Vitamin A

    3. Kebutuhan Vitamin

    A

    4. Jadwal Pemberian

    Vitamin A

    5. Diagnosis

    Kekurangan

    Vitamin A

    6. Penyebab

    kekurangan

    Vitamin A

    7. Tanda dan gejala

    kekurangan

    vitamin A

    8. Pencegahan dan

    pengobatan

    kekurangan

    vitamin A

    Pengetahuan

    Faktor-faktor yang mempengaruhi

    pengetahuan :

    1. Pendidikan

    2. Informasi

    3. Sosial budaya

    4. Pengalaman

    5. Sosial ekonomi

  • 29

    C. Kerangka Konsep

    = Variabel tidak diteliti

    = Variabel diteliti

    Gambar 2.2 Kerangka Konsep

    Pengetahuan Ibu Balita

    tentang Vitamin A

    Parameter

    1. Baik

    2. Cukup

    3. Kurang baik

    Faktor penghambat :

    1. Pendidikan

    2. Informasi

    3. Sosial Ekonomi

    4. Pendistribusian

    vitamin A

  • 30

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    A. Jenis dan Rancangan Penelitian

    1. Jenis Penelitian

    Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif,

    yaitu penelitan yang dilakukan terhadap sekumpulan obyek yang

    biasanya bertujuan untuk melihat gambaran fenomena (termasuk

    kesehatan) yang terjadi pada populasi tertentu dengan menggunakan

    angka-angka atau data kuantitatif yang diangkakan (Sugiyono, 2010).

    B. Lokasi dan Waktu Penelitian

    1. Lokasi Penelitian

    Lokasi penelitian menjelaskan tempat dimana penelitian

    dilakukan. Lokasi penelitian ini sekaligus membatasi ruang lingkup

    penelitian tersebut (Notoatmodjo, 2010).

    Penelitan ini dilakukan di Polindes Singosari Kecamatan

    Mojosongo Kabupaten Boyolali.

    2. Waktu Penelitian

    Waktu penelitian merupakan kapan penelitian tersebut akan

    dilakukan (Notoatmodjo, 2010).

    Penelitian ini dilakukan pada tanggal 20 Mei dan tanggal

    13 Juni 2012.

  • 31

    C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

    1. Populasi

    Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 2010).

    Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang

    mempunyai balita di Polindes Singosari, Mojosongo, Boyolali yang

    berjumlah 73 orang.

    2. Sampel

    Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti.

    Penentuan jumlah sampel yaitu apabila responden kurang dari 100,

    lebih baik diambil seluruhnya (Arikunto, 2006).

    Penelitian ini menggambil sampel seluruh ibu-ibu yang

    mempunyai balita di Polindes Singosari, Mojosongo, Boyolali yang

    berjumlah 73 orang.

    3. Teknik pengambilan sampel

    Teknik pengambilan sampel ini sangat penting, karena apabila

    salah dalam penggunaan teknik sampling maka hasilnya pun akan jauh

    dari kebenaran (penyimpangan) (Notoatmodjo, 2010).

    Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini

    menggunakan sampling jenuh. Sampling jenuh adalah teknik

    penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai

    sampel. Hal ini sering digunakan bila jumlah populasi relatif kecil atau

    penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang

    sangat kecil (Sugiyono, 2010).

  • 32

    Agar tidak terjadi penyimpangan dari populasi, sampel harus

    memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi (Notoatmodjo, 2010).

    a) Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi

    oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai

    sampel (Notoatmodjo, 2010).

    (1) Ibu-ibu yang bertempat tinggal di Singosari, Mojosongo,

    Boyolali

    (2) Ibu-ibu yang mempunyai anak berumur 1-5 tahun (balita)

    (3) Sehat jasmani dan rohani

    (4) Dapat membaca dan menulis

    (5) Bersedia menjadi responden

    b) kriteria eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak

    dapat diambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2010).

    (1) Ibu-ibu yang tidak bertempat tinggal di Singosari,

    Mojosongo, Boyolali

    (2) Ibu-ibu yang tidak mempunyai balita (anak usia 1-5 tahun)

    (3) Ibu anak balita yang sedang sakit

    (4) Tidak dapat membaca dan menulis

    (5) Tidak bersedia menjadi responden.

  • 33

    D. Intrumen Penelitian

    Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengukur

    nilai variabel yang diteliti (Sugiyono, 2010). Instrumen yang digunakan

    pada penelitian ini adalah kuesioner.

    Kuesioner yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan

    untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang

    pribadinya atau hal-hal yang diketahuinya. Sedangkan kuesioner tertutup,

    yaitu daftar pertanyaan yang sudah disediakan jawabannya, sehingga

    responden tinggal memilih saja (Arikunto, 2010).

    Penelitian ini menggunakan instrumen berupa kuesioner tertutup.

    Pernyataan dalam kuesioner mengenai pengetahuan ibu tentang vitamin A.

    Jumlah pernyataan dalam kuesioner 26 pernyataan yang terdiri dari

    pernyataan positif dan pernyataan negatif. Jika jawaban benar pada

    pernyataan positif diberi skor 1, jika salah diberi skor 0 sedangkan

    jawaban benar pada pernyataan negatif diberi skor 0 dan jawaban salah

    diberi skor 1.

  • 34

    Tabel 3.1

    Kisi-kisi kuesioner

    Tingkat Pengetahuan tentang Vitamin A pada Balita

    Instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan penting, yaitu

    valid dan reliabel (Arikunto, 2010).

    1. Uji Validitas

    Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat

    kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau

    sahih mempunyai validitas yang tinggi. Sebaliknya, instrumen yang

    kurang valid berarti memiliki validitas rendah (Arikunto, 2010).

    Untuk mengetahui apakah kuesioner yang kita susun tersebut mampu

    mengukur apa yang hendak kita ukur, maka perlu diuji dengan uji korelasi

    antara skors (nilai) tiap-tiap item (pertanyaan) dengan skors total

    kuesioner tersebut. Apabila kuesioner tersebut telah memiliki validitas

    No Aspek No. Kuesioner Jumlah

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    9

    10

    11

    12

    13

    Pengertian vitamin 1, 2

    Manfaat vitamin 3, 4

    Kebutuhan vitamin 5, 6

    Macam-macam vitamin 7, 8

    Pengertian vitamin A 9, 10

    Manfaat vitamin A 11, 12, 13

    Kebutuhan vitamin 14, 15

    Jadwal pemberian vitamin A 16, 17

    Diagnosa kekurangan vitamin A 18, 19, 20

    Penyebab kekurangan vitamin A 21, 22, 23

    Tanda dan gejala kekurangan 24, 25

    vitamin A

    Pencegahan kekurangan vitamin A 26, 27, 28

    Pengobatan kekurangan vitamin A 29, 30

    2

    2

    2

    2

    2

    3

    2

    2

    3

    3

    2

    3

    2

    JUMLAH 30

  • 35

    konstruk, berarti semua item (pertanyaan) yang ada di dalam kuesioner itu

    mengukur konsep yang kita ukur (Notoatmodjo, 2010).

    Instrumen dikatakan valid jika mempunyai nilai rhitung > rtabel

    (Riwidikdo, 2009).

    Rumus korelasi yang dapat digunakan adalah yang dikemukakan

    oleh person yaitu rumus korelasi product moment sebagai berikut dan

    menggunakan olah data SPSS :

    Keterangan:

    N : Jumlah responden

    rxy : Koefisien korelasi product moment

    x : Skor pertanyaan

    y : Skor total

    xy : Skor pertanyaan dikalikan skor total

    Kuesioner ini telah dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas di

    Polindes Tambak Mojosongo Boyolali pada bulan April. Responden yang

    dipakai dalam uji validitas dan uji reliabilitas berjumlah 30 responden.

    Dalam uji validitas ini menggunakan 30 pernyataan dengan taraf

    signifikasi 5% sehingga diketahui rtabel = 0,361. Hasil dari uji validitas

    didapatkan 26 pernyataan valid karena mempunyai rhitung > 0,361.

    Sedangkan 4 pernyataan tidak valid karena mempunyai rhitung < 0,361 yaitu

    ( ) ( ) }Y - Y {N }X X {YX. - XY . N

    222 2 SSS-S

    SSS=

    Nr xy

  • 36

    pernyataan nomor 4, 10, 19, 30. Dari hasil tersebut maka 4 pernyataan

    yang tidak valid dihilangkan dan tidak dipakai karena 26 pernyataan sudah

    mewakili semua aspek dalam kuesioner.

    2. Uji Reliabilitas

    Reliabilitas menunjukkan pada satu pengertian bahwa suatu

    instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul

    data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan

    bersifat tendensius mengarah responden untuk memilih jawaban-jawaban

    tertentu. Instrumen yang sudah dapat dipercaya, yang reliabel akan

    menghasilkan data yang dapat dipercaya juga (Arikunto, 2010).

    Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini dengan cara mencoba

    instrumen satu kali saja, analisa data yang digunakan adalah alfa cronbach

    dan menggunakan system olah data SPSS :

    Keterangan:

    ri : realibilitas internal seluruh instrumen

    k : mean kuadran antara subjek

    si 2 : mean kuadrat kesalahan

    st 2

    : varian total

    Instrumen dikatakan reliabel bila nilai reliabilitas seluruh

    instrumennya > 0,7 (Riwidikdo, 2009).

    -

    -=

    2

    2

    11

    t

    i

    is

    s

    k

    kr

  • 37

    Dari uji reliabilitas didapatkan hasil sebesar 0,894, sehingga

    instrumen dikatakan reliabel karena nilai reliabilitas instrumen > 0,7.

    E. Teknik Pengumpulan Data

    Teknik pengumpulan data adalah cara peneliti untuk memperoleh data

    berupa fakta maupun angka (Sugiyono, 2010).

    Menurut Riwidikdo (2009), Data berdasarkan cara memperolehnya

    terdiri dari :

    1. Data Primer

    Data yang secara langsung diambil dari obyek-obyek

    penelitian oleh peneliti perorangan maupun organisasi. Data primer

    diperoleh langsung dari sumbernya dari jawaban pertanyaan dalam

    kuesioner.

    Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    data yang diperoleh dari jawaban pertanyaan ibu balita dalam

    kusioner.

    2. Data Sekunder

    Data yang didapat tidak secara langsung dari obyek

    penelitian. Peneliti mendapatkan data yang sudah jadi yang

    dikumpulkan dari pihak lain dengan berbagai cara atau metode

    baik secara komersial maupun non komersial. Data sekunder

    diperoleh dari studi dokumentasi yang berupa catatan, transkrip,

    buku, statistik hasil riset, surat kabar atau majalah.

  • 38

    Data sekunder yang digunakan pada penelitian ini adalah

    arsip dokumentasi cakupan vitamin A di Polindes Singosari

    Mojosongo Boyolali.

    F. Variabel Penelitian

    Variabel adalah obyek penelitian atau apa saja yang menjadi titik

    perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2010).

    Variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang

    ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi

    tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010).

    Penelitian ini hanya menggunakan variabel tunggal yaitu tingkat

    pengetahuan ibu tentang vitamin A pada balita.

    G. Definisi Operasional

    Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang

    dimaksud, atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan

    (Notoatmodjo, 2010).

  • 39

    Tabel 3.2

    Definisi Operasional

    Variabel Definisi Skala Ukur Cara Ukur Parameter

    Operasional

    Tingkat Kemampuan Ordinal Kuesioner Skala

    pengetahuan ibu balita a. Baik, bila nilai

    ibu menjawab (x) > mean + 1SD

    tentang pertanyaan b. Cukup, bila nilai

    vitamin A tentang mean-1SD mean+1SD

    pada balita vitamin A c. Kurang, bila nilai

    (x)

  • 40

    c) Entry Data (memasukkan data)

    Mengisi kolom-kolom atau kotak-kotak lembar kode sesuai

    dengan jawaban masing-masing pertanyaan.

    d) Tabulating (tabulasi)

    Kegiatan membuat tabel-tabel data, sesuai dengan tujuan

    penelitian atau yang diinginkan oleh peneliti.

    Pengolahan data dengan menggunakan program komputer SPSS.

    2. Analisis Data

    Analisis data yang digunakan dalam pengolahan hasil data ini

    menggunakan analisis univariat, yaitu menganalisis variabel yang ada

    secara diskriptif dengan menghitung distribusi dan presentasi dari tiap

    variabel (Notoatmodjo, 2010).

    Menurut Riwidikdo (2009), untuk mengetahui tingkat pengetahuan

    maka, ditunjukkan dengan prosentase sebagai berikut :

    a. Baik, jika nilai responden yang diperoleh (x) > mean + 1SD

    b. Cukup, jika nilai mean 1SD mean + 1SD

    c. Kurang, jika nilai responden yang diperoleh (x) < mean 1SD.

    Dengan rumus mean :

    Keterangan :

    x : rata-rata mean

    Xi : nilai dari data

    n : jumlah data

  • 41

    Rumus Simpangan Baku :

    Keterangan :

    SD : simpangan baku atau (Standard deviation)

    n : jumlah data

    Xi

    : nilai dari data

    I. Etika Penelitian

    Etika adalah ilmu/pengetahuan tentang apa yang dilakukan (pola

    perilaku) orang atau pengetahuan tentang adat kebiasaan orang

    (Notoatmodjo, 2010).

    Kode etik penelitian adalah suatu pedoman etika yang berlaku

    untuk setiap kegiatan penelitian yang melibatkan antara pihak peneliti,

    pihak yang diteliti (subyek penelitian) dan masyarakat yang akan

    memperoleh dampak hasil penelitian tersebut (Notoatmodjo, 2010).

    Menurut Notoadmodjo (2010), Etika suatu penelitian harus

    memperhatikan antara lain:

    1. Informed consent (lembar persetujuan)

    Penelitian menjelaskan maksud dan tujuan riset yang dilaksanakan

    serta dampak yang mungkin terjadi selama dan sesudah pengumpulan

    data.

  • 42

    2. Anominity (Tanpa nama)

    Memberikan inisial nama responden yang di teliti untuk menjaga

    kerahasiaan pada data penelitian.

    3. Confidentiality (kerahasiaan)

    Peneliti menjamin kerahasiaan informasi yang telah diberikan.

    4. Privacy

    Peneliti menjamin privasi responden dengan tidak menanyakan hal-

    hal lain yang tidak berkaitan dengan ruang lingkup penelitian.

  • 43

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Gambaran Umum

    Penelitian ini dilaksanakan di Polindes Singosari yang terletak di

    desa Singosari kecamatan Mojosongo Kabupaten Boyolali tepatnya

    disebelah utara kantor kepala desa Singosari. Wilayah kerja Polindes

    Singosari ini meliputi tiga dusun yaitu dusun Singosari, dusun

    Nganggrung dan dusun Gatak. Di Polindes Singosari ini terdapat 2 bidan

    dan 1 tenaga administrasi. Pelayanan yang diberikan kepada masyarakat di

    Polindes Singosari ini meliputi KIA, KB, MTBS, Posyandu balita dan

    pengobatan penyakit umum. Polindes Singosari memberikan pelayanan

    kesehatan pada masyarakat setiap hari senin sampai sabtu.

    B. Hasil Penelitian

    Penelitian Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Vitamin A Pada

    Balita di Polindes Singosari Mojosongo Boyolali ini dilakukan pada

    tanggal 20 Mei dan tanggal 13 Juni 2012. Responden dalam penelitian ini

    adalah ibu-ibu yang mempunyai balita di Polindes Singosari Mojosongo

    Boyolali sejumlah 73 orang. Sebelum diketahui tingkat pengetahuan

    dalam kategori baik, cukup, kurang maka harus diketahui terlebih dahulu

    mean ( ) dan standar deviasi (SD).

  • 44

    SD

    SD

    SD

    SD

    SD = 2,4

    Tabel 4.1

    Data Hasil Perhitungan Mean dan Standar Deviasi

    Variabel Mean ( ) Standar Deviasi (SD)

    Tingkat Pengetahuan

    Ibu Tentang vitamin

    A pada Balita

    14,16 2,41

    Sumber : Data Primer

    Setelah diperoleh rata-rata dan Standar Deviasi maka dapat

    dikategorikan sebagai berikut :

    Baik jika : X > mean + 1SD

    X > 14,16 + 1 (2,41)

    X > 16,57

    Cukup jika : mean 1SD mean + 1SD

    14,16 1 (2,41)

    11,75

  • 45

    Kurang jika : X < mean 1SD

    X < 14,16 1 (2,41)

    X < 11,75

    Tabel 4.2

    Hasil Penelitian Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Vitamin A Pada

    Balita Di Polindes Singosari Mojosongo Boyolali

    Sumber: Data Primer bulan Juni 2012

    Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan

    ibu-ibu tentang vitamin A di Polindes Singosari Mojosongo Boyolali

    dalam kategori baik yaitu sebanyak 15 responden (20,5%), sedangkan

    untuk kategori cukup baik sebanyak 47 responden (64,4%) dan untuk

    kategori kurang baik sebanyak 11 responden (15,1%). Dari hasil penelitian

    tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar tingkat pengetahuan ibu

    tentang vitamin A pada balita di Polindes Singosari Mojosongo Boyolali

    dalam kategori cukup baik.

    C. Pembahasan

    Berdasarkan hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa tingkat

    pengetahuan ibu tentang vitamin A di Polindes Singosari Mojosongo

    Boyolali sebanyak 15 responden (20,5%) berpengetahuan baik,

    pencapaian baik ini kemungkinan dipengaruhi oleh pendidikan dan

    pengalaman responden. Sedangkan 47 responden (64,4%) berpengetahuan

    NO Kategori Frekuensi Presentase (%)

    1

    2

    3

    Baik

    Cukup

    Kurang

    15

    47

    20,5

    64,4

    11 15,1

    Jumlah 73 100

  • 46

    cukup baik dan 11 responden (15,1%) berpengetahuan kurang baik. Hasil

    penelitian ini menunjukkan sebagian besar ibu-ibu di Polindes Singosari

    mempunyai tingkat pengetahuan yang cukup baik tentang vitamin A pada

    balita.

    Banyak faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang.

    Pengetahuan adalah hasil tau yang berasal dari proses pengindraan

    manusia terhadap obyek tertentu yang terjadi melalui panca indra manusia

    yaitu melalui indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

    Pengetahuan merupakan dasar yang paling penting dalam membentuk

    tindakan seseorang. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi

    pengetahuan seseorang antara lain : Pendidikan, informasi, sosial budaya,

    pengalaman, sosial ekonomi (Notoatmodjo, 2007).

    Berdasarkan hasil penelitian sebanyak 15 responden (20,5%)

    mempunyai tingkat pengetahuan yang baik tentang vitamin A pada balita.

    Hal tersebut diketahui dari jumlah jawaban benar dalam kuesioner yang

    mencapai skor lebih dari 16,57. Dengan baiknya tingkat pengetahuan yang

    dimiliki ibu tentang vitamin A pada balita maka diharapkan ibu dapat

    lebih peduli dengan pemberian vitamin A pada balita sehingga dapat

    mencegah terjadinya kekurangan vitamin A khususnya pada balita.

    Sebagian besar responden mempunyai tingkat pengetahuan cukup

    baik yaitu 47 responden (64,4%) diketahui dari jumlah jawaban benar

    dalam kuesioner yang mencapai skor antara 11,75 sampai dengan 16,57.

    Responden yang berpengetahuan cukup baik ini kebanyakan kurang

  • 47

    memahami tentang kebutuhan vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh dalam

    jumlah tertentu yang relatif kecil. Bila terlalu banyak maupun terlalu

    sedikit yang tersedia bagi badan, akan memberikan tingkat kesehatan yang

    kurang baik (Sediaoetama, 2010). Responden juga kurang memahami

    tentang manfaat vitamin A itu sendiri yang mencakup tiga golongan besar

    yaitu berfungsi dalam penglihatan, dalam metabolisme umum dan dalam

    reproduksi (Sediaoetama, 2010). Sedangkan yang terakhir responden

    belum memahami tentang penyebab kekurangan vitamin A yaitu konsumsi

    vitamin A yang tidak mencukupi kebutuhan, proses penyerapan makanan

    dalam tubuh yang terganggu dan adanya penyakit ISPA, campak dan diare

    (Depkes RI, 2005).

    Untuk responden yang mempunyai tingkat pengetahuan kurang

    baik sebanyak 11 responden (15,1%) dengan jumlah jawaban benar dalam

    kuesioner kurang dari 11,75. Hal ini dikarenakan responden belum

    memahami pentingnya vitamin A terutama pada balita. Sebagian besar

    responden yang berpengetahuan kurang baik ini hanya mengetahui tentang

    jadwal pemberian vitamin A yaitu setiap 6 bulan sekali pada bulan Febuari

    dan bulan Agustus (Depkes RI, 2005). Selain itu sebagian besar responden

    juga telah mengetahui tentang tanda dan gejala kekurangan vitamin A

    berupa rabun senja. Minimnya pengetahuan responden tentang vitamin A

    inilah yang mungkin mempengaruhi memberian vitamin A pada balita di

    Polindes Singosari tidak mencapai 100%.

  • 48

    Dari penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar responden

    mempunyai tingkat pengetahuan yang cukup baik tentang vitamin A pada

    balita yaitu 47 responden (64,4%). Hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh

    sosial budaya dan pengalaman. Berdasarkan pengalaman responden, balita

    dilingkungan mereka yang tidak mendapatkan vitamin A tidak

    menunjukkan tanda dan gejala kekurangan vitamin A seperti rabun senja.

    Sehingga responden kurang peduli dengan pemberian vitamin A pada

    balita. Dengan cukup baiknya tingkat pengetahuan ibu tentang vitamin A

    ini diharapkan responden lebih meningkatkan pemahaman tentang vitamin

    A pada balita sehingga responden lebih peduli dengan pemberian vitamin

    A khususnya pada balita.

    D. Keterbatasan

    1. Kendala Penelitian

    Dalam pengumpulan responden secara bersama-sama hanya 2 kali

    pada saat posyandu dan dalam waktu yang terbatas

    2. Kelemahan Penelitian

    a. Penelitian ini menggunakan kuesioner tertutup sehingga responden

    hanya menjawab benar atau salah saja dan tidak dapat menjabarkan

    pendapatnya langsung.

    b. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini hanya variabel

    tunggal yaitu tingkat pengetahuan ibu tentang vitamin A pada

    balita.

  • 49

    BAB V

    PENUTUP

    Sesuai tujuan yang diharapkan oleh peneliti yaitu untuk mengetahui tingkat

    pengetahuan ibu tentang vitamin A pada balita di Polindes Singosari Mojosongo

    Boyolali maka peneliti menggambil 73 sampel. Dari hasil penelitian dan

    pembahasan dapat diambil kesimpulan dan saran sebagai berikut :

    A. Kesimpulan

    Berdasarkan hasil penelitian tingkat pengetahuan ibu tentang vitamin A

    pada balita di Polindes Singosari Mojosongo Boyolali, maka dapat ditarik

    kesimpulan sebagai berikut :

    1. Tingkat pengetahuan ibu tentang vitamin A pada balita di Polindes

    Singosari Mojosongo Boyolali dalam tingkat baik sebanyak 15 responden

    (20,5%).

    2. Tingkat pengetahuan ibu tentang vitamin A pada balita di Polindes

    Singosari Mojosongo Boyolali dalam tingkat cukup baik sebanyak 47

    responden (64,4%).

    3. Tingkat pengetahuan ibu tentang vitamin A pada balita di Polindes

    Singosari Mojosongo Boyolali dalam tingkat kurang baik sebanyak 11

    responden (15,1%).

  • 50

    B. Saran

    Berdasarkan hasil penelitian mengenai tingkat pengetahuan ibu tentang

    vitamin A pada balita di Polindes Singosari Mojosongo Boyolali, maka saran

    yang dapat penulis sampaikan sebagai berikut :

    1. Bagi Tenaga Kesehatan

    Tenaga kesehatan Polindes Singosari Mojosongo Boyolali bekerja

    sama dengan kader-kader Posyandu dan tokoh masyarakat, untuk lebih

    meningkatkan pengetahuan masyarakat, khususnya ibu-ibu yang

    mempunyai balita dengan cara penyuluhan yang telah ada dilakukan lebih

    rutin dan pemasangan poster atau pamflet yang berhubungan dengan

    vitamin A sehingga penyakit kekurangan vitamin A dapat dicegah, serta

    dapat meningkatkan cakupan pemberian vitamin A pada balita.

    2. Bagi Ibu Balita

    Diharapkan penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan ibu

    tentang vitamin A pada balita sehingga ibu lebih memperhatikan

    pemberian vitamin A pada balita sesuai jadwal yang telah ditentukan

    pemerintah.

    3. Bagi Peneliti Selanjutnya

    Diharapkan penelitian ini dapat dikembangkan dengan

    menambahkan variabel-variabel penelitian yang lain dalam penelitian

    selanjutnya.

  • 51

    4. Bagi Institusi Pendidikan

    Diharapkan institusi pendidikan dapat menambah bahan referensi

    yang berhubungan tentang vitamin A sehingga dapat menambah wawasan

    dan kepedulian mahasiswa tentang vitamin A dan bahaya kekurangan

    vitamin A.