pengetahuan guru sd tentang bimbingan konseling
TRANSCRIPT
Bab I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bimbingan dan konseling yang dahulu dikenal dengan nama
Bimbingan dan Penyuluhan (Guideance and Conseling), merupakan bagian
tak terpisahkan dari sebuah sistem pendidikan. Sebagai sebuah sistem,
kehadirannya diperlukan dalam upaya pembimbingan sikap perilaku siswa
terutama dalam menghadapi perubahan-perubahan dirinya dari anak-anak
menuju jenjang usia yang lebih dewasa.
Pada kenyataannya, bimbingan dan konseling ini menjadi sebuah
simbol yang sering tidak berfungsi secara optimal. Pada hampir semua
sekolah, fungsi bimbingan dan konseling hanya muncul jika seorang siswa
menghadapi permasalahan yang memang krusial, seperti perkelahian,
penyalahgunaan obat terlarang, kenakalan-kenakalan di luar batas, serta
hal-hal lain yang berada di luar batas kewajaran. Akibatnya, bimbingan dan
konseling dalam pandangan siswa menjadi semacam ”polisi sekolah” yang
akan bertindak jika siswa melanggar tata tertib sekolah. Di sisi lain, warga
sekolah lainnya seperti kepala sekolah, guru-guru, dan para staf sekolah
lain selalu menunjuk guru bimbingan dan konseling jika didapati adanya
siswa yang memiliki permasalahan atau terlibat kasus tertentu.
Terlepas dari predikat guru bimbingan dan konseling, pada dasarnya
guru adalah jabatan profesional yang harus dipertang-gungjawabkan secara
profesional pula. Guru adalah jabatan yang memerlukan keahlian khusus.
Sikap, perilaku dan pemikiran seorang guru harus tercermin dalam
idealismenya. Oleh karena itu, pemahaman atas jabatan guru penting
artinya dalam rangka mengabdikan dirinya terhadap nusa, bangsa dan
negara. Jenis pekerjaan ini seharusnya tidak dapat dilakukan oleh
sembarang orang di luar lingkup pendidikan. Demikian pula halnya dengan
jabatan fungsional guru bimbingan dan konseling yang sesung-guhnya
hanya dapat dilaksanakan secara optimal oleh mereka yang memang
memiliki latar belakang kependidikan seperti itu. Jika suatu jabatan
fungsional dilakukan oleh orang yang tidak memiliki latar belakang
pendidikan dan keprofesian yang benar, maka sangat besar
kemungkinannya terjadi penyimpangan peri-laku, penyimpangan kegiatan,
dan penyimpangan penafsiran di luar batas kewajaran yang seharusnya.
Itulah yang terjadi dalam ruang lingkup bimbingan dan konseling di tingkat
sekolah dasar pada dewasa ini.
Atas dasar pemikiran di atas, penulis merasa perlu melaku-kan
penelitian tentang ”Tingkat Pemahaman Guru Sekolah Dasar tentang
Bimbingan dan Konseling sebagai Faktor yang Berpengaruh terhadap
Pembinaan Prestasi Belajar Siswa” sebagai studi deskriptif atas guru-guru
kelas serta guru mata pelajaran Pendidikan Agama dan guru mata pelajaran
Olah Raga di SD Negeri 1 Pawenang, Kecamatan Cianjur, Kabupaten
Cianjur, tahun pelajaran 2005 – 2006.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Suyatna (2000:7) mengemukakan bahwa biasanya masalah yang
ditemukan dalam penelitian itu sangat luas dengan rangkaian yang
multikompleks.
Agar penelitian dapat terfokuskan pada satu masalah yang dapat
dikaji secara utuh, tidak melantur, serta atas pertim-bangan keterbatasan
pengetahuan, waktu, serta pembiayaan, maka penelitian ini dibatasi
pada hal-hal sebagai berikut.
a. Peran dan tugas guru sekolah dasar dalam melakukan bimbingan
dan konseling kepada siswa sesuai dengan tugas pokoknya.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru sekolah dasar dalam
melaksanakan tugas sebagai tenaga bimbingan dan konseling.
c. Pengaruh pembinaan serta bimbingan guru terhadap peningkatan
prestasi belajar siswa.
2. Rumusan Masalah
Semua jenis penelitian apa pun akan dimulai dengan cara
merumuskan masalahnya. Mengidentifikasikan masalah itu merupakan
bagian yang paling sulit dalam proses penelitian. Yang harus
dirumuskan bukan sekedar ruang lingkupnya saja, melainkan juga
penjabaran masalahnya itu ke dalam bentuk khusus yang spesifik
(Suyatna, 2000:7).
Permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan dalam pertanyaan
sebagai berikut.
a. Bagaimanakah peran dan tugas guru sekolah dasar dalam
melakukan bimbingan dan konseling kepada siswa sesuai dengan
tugas pokoknya sebagai guru pengajar?
b. Faktor apa saja yang mempengaruhi kinerja guru dalam
melaksanakan tugasnya sebagai tenaga bimbingan dan konseling?
c. Bagaimanakah pengaruh pembinaan serta bimbingan guru terhadap
peningkatan prestasi belajar siswa?
C. Tujuan Penelitian
Secara umum, tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui sampai
sejauh mana tingkat pemahaman dan aplikasi guru kelas, guru olah raga,
dan guru Pendidikan Agama terhadap masalah bimbingan dan konseling
siswa serta faktor-faktor yang berkaitan dengannya.
Secara khusus, sesuai dengan rumusan dan batasan masalah di atas,
penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan hal-hal sebagai berikut.
a. Peran dan tugas guru sekolah dasar dalam melakukan bimbingan
dan konseling kepada siswa sesuai dengan tugas pokoknya sebagai
tenaga pengajar.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru sekolah dasar dalam
melaksanakan tugas sebagai tenaga bimbingan dan konseling.
c. Pengaruh pembinaan serta bimbingan guru terhadap peningkatan
prestasi belajar siswa.
D. Manfaat Penelitian
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan akan dapat memberi-kan
sumbangan pemikiran dalam pengembangan kemampuan dan pemahaman
guru-guru sekolah dasar terhadap kosep dan aplikasi tugas bimbingan dan
konseling sesuai dengan bidang tugas dan garapan masing-masing.
Secara praktis, penelitian ini diharapkan akan mampu memberikan
manfaat secara langsung maupun tidak langsung kepada guru-guru sekolah
dasar serta kepala sekolah.
a. Bagi kepala sekolah diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi
gambaran tentang bagaimana mengembangkan pembinaan guru-
guru dalam konteks bimbingan dan konseling siswa sesuai dengan
bidang tugasnya masing-masing.
b. Bagi guru-guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat men-jadi
bahan pertimbangan untuk meningkatkan kompeten-sinya sebagai
guru dalam hal pelaksanaan bimbingan dan konseling terhadap
siswa secara menyeluruh.
E. Definisi Operaional Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,
objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang diterapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiono,
2004:39). Sesuai dengan rumusan judul penelitian yang dikemukakan di
atas, pada penelitian ini digunakan dua variabel sebagai berikut.
1. Variabel Independen
Variabel independen (disebut juga variabel stimulus, prediktor,
antecendent) adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi
sebab perubahan atau timbulnya variabel lain (Sugiono, 2004:39).
Variabel independen (bebas) pada penelitian ini adalah Tingkat
Pengetahuan Bimbingan Konseling Guru SD.
2. Variabel Dependen
Variabel dependen (disebut juga variabel output, kriteria, konsekuen)
merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena
adanya variabel bebas (Sugiono, 2004:40). Variabel bebas dalam
penelitian ini adalah Pembinaan Prestasi Belajar Siswa.
Matriks Penelitian 1.1
Indikator Variabel Penelitian
Variabel Independen: Tingkat Pemahaman Guru SD
tentang Bimbingan dan Konseling
Variabel Dependen: Pembinaan Belajar Siswa
Subvariabel (X): (1) Pemahaman guru tentang
Fungsi dan Peranan Bimbingan dan Konseling.
(2) Pemahaman tentang tugas guru kelas sebagai pembimbing
Subvariabel (Y): (1) Peningkatan motivasi belajar
siswa. (2) Perkembangan hasil belajar
siswa. (3) Perkembangan kreativitas siswa. (4) Pemecahan masalah kesulitan
belajar siswa.
Konstelasi masalah berdasarkan variabel di atas dapat digambarkan
sebagai berikut.
(1)
(2)
(3)
Keterangan:
X = Variabel independen = Tingkat Pemahaman Guru SD tentang
Bimbingan dan Konseling
Y = Variabel dependen = Pembinaan Belajar Siswa
X1 = Pemahaman guru tentang Fungsi dan Peranan Bimbingan dan
Konseling
X2 = Pemahaman tentang tugas guru kelas
Y1 = Perkembangan motivasi belajar siswa
Y2 = Perkembangan hasil belajar siswa
Y3 = Perkembangan kreativitas siswa
Y4 = Pemecahan masalah kesulitan belajar siswa.
F. Asumsi dan Hipotesis Penelitian
X1
X2
Y X
Y2
Y1
Y3
Y4
1. Asumsi
Asumsi atau anggapan dasar adalah segala kebenaran, teori, atau
pendapat yang dijadikan landasan dalam suatu penelitian. Segala
kebenaran, teori dan pendapat yang dijadikan pegangan itu tidak
dipersoalkan lagi benar salahnya. Pada prinsipnya segala sesuatu itu
dapat diterima oleh semua pihak tanpa harus diuji lagi kebenarannya
(Suyatna, 2000:7).
Sejalan dengan pendapat Suyatna di atas. Surakhmad (1980:15)
mengemukakan bahwa asumsi, anggapan dasar, atau postulat adalah
”sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya dapat diterima oleh
peneliti.” Adapun yang men-jadi asumsi dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut.
a. Guru bukan hanya sebagai pengajar saja, melainkan juga sebagai
perencana, pengarah, pelaksana, pengelola, fasilitator, penilai,
pembuat keputusan, dan pemberi hadiah dalam proses pendidikan
di sekolah” (A. Kosasih Djahiri, 1995-1996:25).
b. Sebagai perencana, guru dan pihak sekolah menyusun perencanaan
tentang kegiatan pendidikan siswa yang mengacu kepada
pengembangan aspek kognitif dan afektif siswa secara terpadu,
terutama dalam membentuk sikap moral dan perilaku yang baik
sesuai dengan kaidah-kaidah norma yang berlaku.
c. Sebagai komunikator, guru dan pihak sekolah harus mampu
mengkomunikasikan gagasannya secara tepat dan kontekstual
kepada siswa sehingga tanpa dipaksa siswa akan menilai dirinya
sendiri dan berupaya membentuk pribadinya menjadi manusia
yang baik.
d. Sebagai pelaksana, guru dan pihak sekolah memiliki tugas untuk
melaksanakan bimbingan kepada siswa agar siswa dapat
memahami dirinya sendiri serta berperilaku baik sesuai dengan
norma-norma sosial yang berlaku.
e. Tugas bimbingan dan konseling pada dasarnya adalah tugas semua
guru dalam hal mengarahkan, membimbing, serta memperbaiki
sikap perilaku siswa dalam belajar sehingga siswa mengalami
perubahan tingkah laku secara signifikan.
2. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara atas masalah yang diteliti dan
perlu diuji lebih lanjut melalui penelitian yang bersangkutan.
Surakhmad (1980:39) mengemukakan bahwa hipotesis adalah
perumusan jawaban sementara terhadap suatu permasalahan yang
dimaksudkan sebagai tuntunan sementara dalam penelitian untuk
mencari jawaban yang sebenarnya.
Berdasarkan kedua teori yang dikemukakan di atas, hipotesis
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
Ho : tidak terdapat pengaruh yang signifikan pada tingkat pe-mahaman
guru terhadap peningkatan prestasi belajar siswa SD Negeri 1
Pawenang, Kecamatan Cianjur, Kabu-paten Cianjur tahun
pelajaran 2004 – 2005.
H1 : terdapat pengaruh yang signifikan pada tingkat pemaham-an guru
terhadap peningkatan prestasi belajar siswa SD Negeri 1
Pawenang, Kecamatan Cianjur, Kabupaten Cian-jur tahun
pelajaran 2004 – 2005.
Bab II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
A. Bimbingan dan Konseling
1. Pengertian Bimbingan dan Konseling
Apa sebenarnya yang dimaksud dengan bimbingan dan konseling
(guidance and counseling)? Sejumlah ahli menge-mukakan
pendapatnya mengenai bimbingan (guidance) sebagaimana dikutip
berikut ini.
Shirley A. Hamrin (1950:12) mengemukakan sebuah definisi
sederhana dan praktis mengenai bimbingan sebagai ”Helping John to
see through himself in order that he may see himself through”.
Arthur J. Jones (1951:71) mengemukakan pula bahwa ”guidenace
involves personal help given by someone; it is designed to assist a
person to decide where he wants to go, what he wants to do, or how he
can best accomplish his purpose; it assist him to solve problem that
arise in his life”.
Sementara itu Crow and Crow (1951:6) berpendapat bahwa
”guidance is not direction. It is not the imposition of one person’s point
of view upon another. It is not making decisions for an individual which
he should make for himself. It is not carrying the burdens of another’s
life. Rather, guidance is assistence made available by competent
counselore to an individual or any age to help him direct his own life,
develope his own point of view, make him own decisions, and carry his
own burdens.
Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat disusun sebuah
kesimpulan bahwa pada umumnya bimbingan memiliki makna bantuan
yang diberikan kepada individu-individu agar mereka dapat:
a. mengatur kegiatannya sendiri;
b. mengembangkan pandangannya sendiri;
c. mengambil keputusan sendiri;
d. menanggung bebannya sendiri sebagai akibat keputusan itu.
Bimbingan dilakukan berdasarkam fakta bahwa manusia
memerlukan bantuan. Tiap orang dalam hidupnya memerlukan
bimbingan pada suatu waktu. Bimbingan yang dimaksud ini merupakan
suatu proses yang berjalan lama. Proses itu berkisar pada persoalan
penyesuaian diri. Bimbingan berusaha memberikan pengalaman kepada
manusia bagaimana cara mengatasi sesuatu yang timbul, baik pada
dirinya sendiri atau hidupnya, dengan keluarganya, dan atau dengan
masyarakat sekitarnya.
Konseling atau penyuluhan adalah suatu tindakan yang dilakukan
secara sadar untuk memberikan arahan atau penyuluhan. Tindakan
konseling pada dasarnya adalah meng-ikuti perkembangan seseorang
dan mengarahkannya sesuai dengan kekuatan yang dimilikinya. Setiap
manusia sesungguh-nya memiliki sumber-sumber kekuatan yang cukup
untuk mencapai kedewasaan. Dalam tindakan konseling, kekuatan-
kekuatan ini dibuka sehingga dapat mendorong seorang individu ke
arah yang ditujunya. Pada konteks ini, konselor tidak melakukan
tindakan penilaian (evaluative guidance) apa pun dan bertugas semata-
mata menunjang perkembangan ekspresi emosi dan perasaan yang
bebas. Konselor adalah katalisator dari suatu proses perkembangan
individu anak.
2. Fungsi dan Peranan Bimbingan Konseling
Djajadisastra (1982:23) mengemukakan bahwa bimbingan ialah
bantuan yang diberikan kepada seorang anak dalam melakukan pilihan
dan menyesuaian diri yang bijaksana. Hal ini didasarkan kepada prinsip
demokrasi yang menyatakan bahwa setiap orang berkewajiban dan
berhak untuk memilih jalan kehidupannya sendiri selama pilihan itu
tidak melanggar hak-hak orang lain. Kemampuan untuk melakukan
pilihan itu bukanlah suatu pembawaan, melainkan harus dikembangkan
seperti halnya dengan kemampuan-kemampuan lainnya. Oleh karena
itu, fungsi bimbingan terdiri atas kegiatan dan pelayanan yang
merupakan usaha perseorangan untuk membantu anak dalam
mengembangkan potensinya secara maksimal sesuai dengan latar
belakang dan bakatnya yang khas. Kegiatan ini membantu anak dalam
memahami diri pribadinya dan masyarakat, sehingga ia dapat lebih
bertanggung jawab dalam pengarahan kejuruan, pribadi, dan emosinya.
Perbedaan antara fungsi mengajar dan fungsi bimbingan terletak
pada titik berat dan bukan pada jenis kegiatannya. Kegiatan mengajar
cenderung untuk ditentukan oleh pertimbangan akademis dan sosial,
sedangkan bimbingan cenderung untuk mengembangkan isinya dari
bahan yang khas yang terdapat pada pribadi anak. Kegiatan
mempersiapkan anak untuk melakukan pilihan atas sesuatu
kemungkinan yang penting dalam penghidupan merupakan inti dalam
proses bimbingan. Kegiatan demikian telah lama dikaitkan dengan
bimbingan dan banyak diarahkan oleh guru sebagai suatu fungsi guru
kelas. Oleh karena itu, sukar sekali untuk menarik garis pemisah yang
tegas antara mengajar dan memibimbing dalam menangani dan
mengembangkan penyesuaian diri dan kompetensi siswa.
Bimbingan membantu anak untuk mengenal dan menerima
keadaan dunianya pribadi dan dunia luar. Bantuan untuk mengenal diri
dapat diperoleh melalui berbagai perngalaman pendidikan, ada kalanya
dengan kelompok pertemuan kelas atau perseorangan dengan membaca
buku. Anak mengikuti wawancara dengan pembimbing atau tenaga ahli
lain yang membantunya dalam memperbaiki diri dengan menyalurkan
emosi yang tertekan atau dengan mengubah cara bertingkah laku.
B. Bimbingan dan Konseling dalam Pendidikan
Pendidikan sangat penting bagi individu dan masyara-kat.
Pendidikan tidak dapat dilukiskan dengan hanya menyebutkan jumlah
siswa yang dilayani dan personil yang terlihat, nilai bangunan dan
perlengkapan, jumlah penelitian yang dilakukan, walaupun bahan itu sering
dipakai untuk mengukur pertumbuhan dan mutu. Pendidikan merupupakan
proses yang penting untuk mencapai tujuan pribadi dan aspirasi individu.
Secara filsafat dan historis, pendidikan mungkin lebih dari faktor lain
sebagai alat untuk mencapai cita-cita bangsa.
Salah satu fungsi pendidikan adalah membuka kesem-patan untuk
mengembangkan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang secara optimal
sehingga dapat hidup mandiri dan mampu menentukan pilihannya sendiri.
bimbingan merupakan bagian integral dari pendidikan yang langsung
dipusatkan pada fungsi tersebut. Bimbingan tidak membuat pilihan untuk
anak, bimbingan membantu mereka untuk mengambil keputusan sendiri
sedemikian rupa sehingga dapat meningkatkan pekerjaan bagi tenaga
muda. Salah satu alasannya ialah untuk mengurangi kenakalan anak dan
remaja yang menganggur.
Anak dan remaja melihat sekolah sebagai lembaga yang dapat
membantu mereka dalam merealisasikan aspirasi mereka. Orang tua
mengharapkan bahwa sekolah dapat merupakan tempat untuk
mengembangkan kecerdasan anak-anak mereka. Masyarakat menaruh
kepercayaan bahwa sekolah secara terus-menerus dapat menghasilkan
warga negara yang memiliki kemampuan yang lebih besar. Dengan
kemajuan zaman, masyarakat menuntut lebih banyak dari sekolah.
Fungsi pendidikan yang utama adalah untuk sedapat-dapatnya
mengusahakan integrasi budaya pada anak-anak. Stabilitas sosial dan
kemampuan untuk bekerja sama sebagai suatu bangsa pada dasarnya
bergantung pada setiap orang yang memiliki ukuran mengenai pengertian,
sikap, kepercaya-an, keterampilan dan tujuan yang sama. Masyarakat
banyak menggantungkan diri pada pendidikan untuk mengembangkan
kesamaan dalam kepercayaan, sikap, sistem nilai dan penge-tahuan dasar.
Hal ini juga menjadi tanggung jawab lembaga-lembaga pendidikan lain
seperti keluarga dan lembaga keagamaan.
Pengaruh pendidikan terhadap seseorang bergantung pada
efektivitas dan pengetahuan seseorang dalam menentu-kan tujuan hidup.
Sekolah bukan mempersiapkan anak-anak untuk masa kini saja, tetapi juga
untuk menghadapi masalah-masalah di masa mendatang. Walaupun
demikian, orang menunjukkan minat dan tanggung jawab untuk melibatkan
anak-anak dalam proses kegiatan yang dapat memberikan penjelasan dan
pengertian tentang tujuan hidup mereka itu.
Bimbingan, baik sebagai konsep maupun sebagai pelayanan,
memusatkan perhatian pada anak-anak (terutama remaja) dan mas depan
mereka. Tujuannya adalah untuk meyakinkan bahwa anak, guru, dan orang
tua memahami ber-bagai tingkatan dalam perkembangan anak dan
pengaruhnya terhadap perkembangan, penyesuaian diri dan proses peng-
ambilan keputusan.
Dalam pendidikan, sebagaimana dikemukakan oleh Djajadi-sastra
(1982:33), sumbangan bimbingan mencakup pemberian pengertian kepada
anak tentang informasi mengenai pendidikan, kejuruan dan sosial yang
dibutuhkan untuk mem-buat keputusan yang bijaksana dengan
memanfaatkan data psikologis dan sosial bagi guru dan pembimbing untuk
me-mahami setiap anak sebagai individu; memberikan penjelasan dan
bantuan dalam tugas-tugas belajar; membantu anak untuk memahami diri
sendiri dan dunia sekitarnya.
C. Belajar dan Pembelajaran
1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran
Istilah pembelajaran erat kaitannya dengan belajar dan
diperkirakan relatif baru dipergunakan oleh para pakar pendidikan
Indonesia di dalam literatur yang ada sekitar tahun 1070-an. Dalam
konsep teknologi pendidikan, dibedakan istilah pembelajaran
(instruction) dan pengajaran (teaching). Pembel-ajaran atau disebut
juga sebagai kegiatan instruksional adalah usaha mengelola lingkungan
dengan sngaja agar seseorang belajar berperilaku tertentu dalam kondisi
tertentu. Sedangkan pengajaran adalah usaha membimbing dan
mengarahkan pengalaman belajar kepada peserta didik yang biasanya
berlangsung dalam situasi resmi atau formal. Pembelajaran
menekankan kepada proses belajar mengajar. Ini berarti bahwa
pembelajaran lebih luas maknanya daripada pengajaran karena
pengajaran mencakup peristiwa/kejadian yang mungkin mempunyai
pengaruh langsung terhadap proses belajar manusia. Pengajaran hanya
terbatas pada kejadian-kejadian yang dilakukan oleh guru.
Dalam Association for Educational Communications and
Technology (AECT), pembelajaran diartikan sebagai suatu proses
pengelolaan lingkungan belajar secara sengaja untuk memungkinkan
berlangsungnya proses belajar mengajar dalam situasi tertentu
(1994:68). Menurut Gagne dan Briggs (1984:3), pembelajaran adalah
rangkaian kejadian atau peristiwa yang mempengaruhi siswa
sedemikian rupa sehingga proses belajarnya dapat berlangsung dengan
mudah. Sebagai bagian dari sistem, pembelajaran sasarannya adalah
mengubah masukan berupa siswa yang belum terdidik menjadi manusia
terdidik (proses transformasi), dengan tujuan membntu orang/siswa
untuk belajar. Suatu aktivitas pembelajaran dapat berlangsung dengan
baik dan mencapai sasarannya jika dirancang dengan baik. Seels dan
Richey (1994:30) mengemukakan bahwa ”instructional system design
is an organized procedure that includes the steps of analyzing,
designing, developing, implementing and evaluating instruction”.
Reigeluth berpendapat bahwa pembelajaran menyangkut pengertian,
peningkatan dan penerapan metode-metode instruksional untuk
mengoptimalkan proses pembelajaran ke arah yang diingingnkan.
Wujud dari disain pembelajaran meliputi kondisi pembelajaran, metode
pembelajaran, dan hasil pembelajaran.
Dengan demikian, pembelajaran merupakan berbagai hasil
belajar dan cara-cara mengupas persyaratan belajar yang digabungkan
secara rasional dan sistematik. Orang yang sangat berpengaruh dalam
proses belajar mengajar adalah guru. Oleh karena itu, guru harus
mampu mempengaruhi siswa, berpandangan luas dan memiliki
kewibawaan, yang berarti mempunyai kesungguhan, kekuatan yang
dapat memberikan kesan dan pengaruh.
Pada prinsipnya, terdapat beberapa karakteristik yang perlu
dimiliki guru, yaitu: (1) harus bersedia membuat rencana, (2)
mengorganisasikan sesuatu secara baik, (3) bersemangat, (4) mau
terlibat secara langsung, dan (5) periang. Dengan karakteristik ini guru
harus dapat mengenal, menguasai cara, menghayati dan melaksanakan
tugasnya serta mengetahui batas-batas kemampuan sendiri, siap dan
mampu menemukan sumber yang dapat membantu mengatasi
keterbatasannya (Arends, 1989:56).
Reigeluth sebagaimana dikutip oleh Grabowski (1991:123-130)
yang mengemukakan bahwa pengajaran adalah cara pengorganisasi-an
dan pengaturan informasi kepada murid yang meliputi sejumlah unsur
penting seperti penyampaian informasi, pemberian contoh, praktik, dan
umpan balik. Guru yang sengaja menciptakan lingkungan belajar di
kelas dengan maksud mewujudkan tujuan belajar, bertindak sebagai
guru pengelola dan bila guru itu secara fisik mengajar di kelas, maka ia
menjadi salah satu sumber belajar yang dikelolanya. Dengan demikian,
guru berperan sebagai pelaksana.
Guru sebagai pengelola dan pelaksana, memiliki empat fungsi
pokok yang meliputi (1) merencanakan, (2) mengorgani-sasikan, (3)
memimpin, dan (4) mengawasi.
Gambar 1: Fungsi guru sebagai manajer
Hubungan keempat fungsi tersebut saling berkaitan satu sama
lain, seperti terlihat pada gambar di atas. Masing-masing fungsi
mempunyai peran yang sangat berarti dalam pelaksanaan kegiatan
pendidikan. Setiap fungsi akan senantiasa berkaitan antara satu dengan
fungsi lain dan setiap fungsi memiliki peran yang sangat besar.
Drucker dalam Grabowski mengemukakan bahwa kegiatan
mengajar tersebut berhubungan dengan lima hal, yakni (1) mengelola
waktu, (2) di mana dan bagaimana menerapkan kekuatan seefektif
mungkin, (3) mengelola informasi, (4) menentukan prioritas yang tepat,
Mengawasi
Memimipin
Merencanakan
Mengorganisasikan
dan (5) menjalin keempat hal satu sama lain untuk memperoleh
keputusan yang efektif (Grabowski, 1991:137).
Ciri-ciri guru sebagai suatu profesi meliputi aspek-aspek: (a)
adanya komitmen guru bahwa jabatan itu mengharuskan pengikutinya
menjunjung tinggi martabat kemanusiaan lebih daripada mencari
keuntungan sendiri, (b) profesi itu mensyaratkan orangnya mengikuti
pesiapan profesional dalam jangka waktu tertentu, (c) harus selalu
menambah pengetahuan agar terus-menerus bertumbuh dalam
jabatannya, (d) memiliki kode etik jabatan, (e) memiliki kemampuan
intelektual untuk menjawab masalah-masalah yang ihadapi, (f) selalu
ingin belajar terus-menerus mengenai bidang keahlian yang
ditekuninya, (g) menjadi anggota dari suatu organisasi profesi, dan (h)
jabatan itu dipandang sebagai suatu karier hidup (Davies, 1971:47).
Seorang guru dikatakan profesional jika memiliki keahlian
dalam bidangnya, bertanggung jawab secara intelek-tual maupun secara
moral, serta memiliki rasa kesejawatan. Dalam melaksanakan
pembelajaran yang dilakukan, tahapan-nya meliputi: membuat satuan
acar pengajaran, menyiapkan materi pelajaran, menyiapkan peralatan
dan bahan pengajaran yang diperlukan serta media yangakan
digunakan.
Penguasaan materi pelajaran merupakan kelengkapan aspek
penguasaan strategi pembelajaran. Dalam strategi instruksional
berkenaan dengan pendekatan pengajaran dalam kegiatan untuk
menyampaikan materi atau isi pelajara secara sistematis sehingga
kemampuan yang diharapkan dapat dikuasai oleh siswa secara efektif
dan efisien. Pada konteks ini terkandung empat pengertian sebagai
berikut.
(a) Urutan kegiatan instruksional, yaitu urutan kegiatan pengajaran
dalam menyampakan isi pelajaran pada siswa.
(b) Metode instruksional yaitu cara mengorganisasikan materi pelajaran
agar terjadi proses belajar secara efektif dan efisien.
(c) Media instruksional yaitu peralatan dan siswa dalam kegiatan
instruksional.
(d) Waktu yang digunakan oleh pengajar dan peserta didik dalam
penyelesaian setiap langkah dalam kegiatan instruksional.
Untuk dapat mengetahui keberhasilan proses pembel-ajaran
yang dilakukan, perlu adanya alat evaluasi untuk mengukur
keberhasilan proses yang telah dilakukan. Selain guna mengukur
keberhasilan, evaluasi juga berguna untuk memperoleh informasi
tentang kemampuan guru dalam mengajar. Evaluasi juga digunakan
untuk menilai efektivitas penampilan guru. Dalam menyusun evaluasi
tersebut, tes hasil belajar untuk mengukur tingkat pencapaian peserta
didik terhadap perilaku yang terdapat dalam tujuan instruksional
(Davies, 1971:49).
Dalam keseluruhan proses pendididkan di sekolah, belajar
merupakan kegiatan pokok. Hal ini berarti bahwa berhasil tidaknya
tujuan pembelajaran banyak bergantung kepada proses belajar yang
dilakukan oleh siswa sebagai peserta didik. Oleh karena itu,
pemahaman yang benar mengenai arti belajar mutlak diperlukan oleh
para pendidik, khususnya para guru. Kekeliruan atau ketidaklengkapan
persepsi terhadap proses belajar dan hal-hal yang berkaitan dengannya
mungkin akan mengakibatkan kurang berhasilnya kualitas
pembelajaran yang dicapai para siswa.
Hampir semua ahli telah mencoba merumuskan dan membuat
tafsiran tentang belajar. Gagne (dalam Dahar, 1996:11) membuat
definisi bahwa belajar adalah suatu proses dimana organisma berubah
pelakunya sebagai akibat peng-alaman. Hal serupa juga dikemukakan
oleh Hintzmann (dalam Syah, 1999:90) yang mengemukakan bahwa
belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme
(manusia atau hewan) yang disebabkan oleh pengalaman yang dapat
mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut. Sedangkan Slameto
(1995:2) berpendapat bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperolah suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri
dalam interaksi dengan lingkung-annya. Pengertian lain tentang belajar
dikemukakan oleh Skinner (dalam Syah, 1999:90) bahwa belajar adalah
suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang ber-langsung
secara progresif. Bertolak dari berbagai definisi dan tafsiran yang telah
diuraikan oleh para ahli tersebut, secara umum belajar dapat dipahami
sebagai bentuk perubahan tingkah laku individu sebagai hasil
pengalaman, latihan dan interaksi dengan lingkungan dan perubahan
yang berupa memori itu membekas dalam diri individu sehingga dapat
dipanggil kembali.
Atas dasar uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran dapat diartikan sebagai proses berlangsungnya kegiatan
penyerapan pengalaman, latihan, dan interaksi individu dengan
lingkungannya.
2. Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Pembelajaran
Lorre (dalam Makmun, 1996:115) menunjukan secara
sistematik bahwa terdapat empat faktor yang berpengaruh terhadap
proses pembelajaran. Keempat faktor itu akan sangat berpengaruh
terhadap perfomance dan output pembelajaran.
Secara sistematik, gambaran yang ditunjukan oleh Loree itu
adalah sebagai berikut.
Guru. Metode, teknik, media, program, tugas, bahan ajar, sumber, dll.
o Kapasitas (IQ) o Bakat Khusus o Motivasi o Minat o Kematangan
dan kesiapan o Sikap,
kebiasaan, dll.
Instrumental Input (sarana)
Enviromental input(lingkungan)
Sosial, fisik, kultural, dll
Raw Input (siswa)
P B M Expected
output hasil belajar
yang diharapkan
- Perilaku kognitif
- Perilaku afektif
- Perilaku psiko-motorik
Gambar 2.1 Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pembelajaran
Dari gambar di atas tampak secara sistematik keempat
komponen utama dari kegiatan pembelajaran sangat mem-pengaruhi
performance dan outputnya:
a. the expected output, menunjukan kepada tingkat kualifi-kasi
ukuran baku (standard norm) yang akan menjadi daya penarik dan
motipasi dalam pembelajaran;
b. karakteristik siswa (raw input) menunjukan kepada faktor-faktor
yang terdapat dalam diri individu yang mungkin akan memberikan
fasilitas atau pembatas sebagai faktor organisme pembelajaran;
c. instrumental input (sarana) menunjukan kepada kualifikasi serta
kelengkapan sarana yang diperlukan untuk dapat berlangsungnya
proses belajar;
d. environmental input menunjukan situasi dan keadaan fisik
(sekolah, gedung, iklim, letak sekolah, lingkungan, dan
sebagainya) antar teman maupun dengan guru dan orang lain,
faktor-faktor penunjang lain yang menjadi peng-hambat atau
penunjang.
3. Motivasi Belajar
Motivasi berasal dari kata dasar motif yang dapat diartikan
sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri organisme yang
menyebabkan organisme itu bertindak atau berbuat. Motif tidak dapat
diamati secara langsung. Motif pada seseorang dapat diinterpretasikan
dari tingkah lakunya. Menurut para ahli, motif itu dapat dibedakan
menjadi tiga macam, yaitu:
(1) Motif atau kebutuhan organisme yang meliputi kebutuhan-
kebutuhan untuk makan, minum, bernafas, seksual, beruat, dan
beristirahat.
(2) Motif darurat yang mencakup dorongan untuk menyelamatkan diri,
membalas, berusaha, dan memburu atau mencari sesuatu.
(3) Motif objektif yang meliputi kebutuhan untuk melakukan
eksplorasi, untuk melakukan manipulasi, untuk pengembangan
minat dan hasrat.
Motif organisme adalah kebutuhan biologis manusia, sebagai
makhluk hidup. Motif darurat timbul karena adanya tantangan dari luar,
baik sosial maupun non-sosial secara efektif. Di sini minat, hasrat dan
keinginan disebut sebagai suatu kebutuhan objektif.
Penggolongan lain, yang didasarkan atas terbentuknya motif-
motif terdapat dua golongan, yaitu motif bawaan dan motif yang
dipelajari. Motif bawaan adalah motif yang ada pada diri manusia
secara otomatis, misalnya makan, minum, dan seksual. Motif kedua
adalah motif yang timbul karena dipelajari seperti motif belajar, motif
untuk bekerja, motif mencari kedudukan atau jabatan.
Fauzi (2004:24-27) mengemukakan bahwa dalam diri setiap
individu terdapat potensi-potensi dasar yang secara langsung
membentuk kepribadian individu tersebut. Potensi-potensi itu
dikelompokkan ke dalam dua bagian, yaitu motif biologis dan motif
psikogenis. Penggolongan ini didasarkan kepada anggapan bahwa
manusia bergerak bukan hanya didorong oleh kebutuhan biologis
semata, seperti lapar dan haus, melainkan juga oleh kebutuhan psikis
seprti rasa ingin tahu, kasih sayang, dan keinginan untuk memuja.
Banyak ahli yang mengemukakan pendapat mengenai potensi
dasar manusia ini. Secara garis besar, potensi-potensi dasar itu dapat
diklasifikasikan menjadi:
1) Motif-motif biologis yang terdiri atas rasa lapar dan dahaga, rasa
lelah, kebutuhan seksual, dan keselamatan diri.
2) Motif ingin tahu, yaitu motif untuk mengerti, menata, dan menduga
(prediksi) sesuatu di luar diri manusia.
3) Motif kompetensi yaitu dorongan untuk mebuktikan bahwa
seseorang mampu mengatasi persoalan kehidupan apa pun.
Perasaan mampu ini amat bergantung kepada perkembangan
intelektual, sossial, dan emosional individu.
4) Motif cinta yaitu dorongan yang tumbuh dalam diri manusia untuk
diterima dalam suatu kelompok individu lain secara sukarela.
Kehangatan persahabatan, ketulusan kasih sayang, dan penerimaan
orang lain yang hangat sangat dibutuhkan manusia. Sanggup
mencintai dan dicintai merupakan hal yang paling esensial bagi
pertumbuhan kepribadian.
5) Motif harga diri dan kebutuhan mencari identitas. Setiap individu
akan selalu berusaha menunjukkan eksistensi dirinya. Manusia
menginginkan bahwa kehadirannya memiliki makna dan
memberikan makna bagi dirinya sendiri maupun kehidupan.
Manusia selalu menginginkan dirinya dapat diperhitungkan. Inilah
yang dimaksud dengan harga diri, dan bersamaan dengan itu pula
manusia pun mencari identitas dirinya.
6) Kebutuhan akan nilai-nilai, kedambaan, dan makna kehidupan.
Fitrah manusia membutuhkan tuntunan berupa nilai-nilai dalam
kehidupanya. Nilai-nilai inilah yang akan memberikan makna
dalam kehidupannya. Nilai-nilai keagamaan, etika, serta norma-
norma dan hukum yang berlaku akan menuntun manusia ke dalam
kepastian bertindak, mengambil keputusan, dan menentukan tujuan
hidup.
7) Kebutuhan akan pemenuhan diri. Manusia hidup dan berusaha
bukan sekedar untuk mempertahankan hidup belaka, melainkan
juga memiliki kecenderungan untuk meningkatkan kualitas
kehidupan. Motif pemenuhan diri ini dilakukan dengan cara:
a) mengembangkan dan menggunakan potensi-potensi yang
dimilikinya secara kreatif dan konstruktif;
b) memperkaya kualitas kehiduoan melalui pengalaman-
pengalaman batin;
c) membentuk dan mengembangkan hubungan positif dengan
orang-orang lain;
d) menjadikan dirinya sebagai individu yang didambakan.
Ketujuh motif di atas merupakan faktor dominan dalam diri
manusia yang akan mampu melahirkan sikap dan kepribadian. Tidak
terpenuhinya salah satu atau lebih dari motif-motif tersebut akan
menyebabkan ketidakseimbangan jiwa. Tidak terpenuhinya kasih
sayang akan menyebabkan manusia bertindak agresif, kesepian, dan
frustrasi. Kehilangan harga diri atau identitas akan menyebabkan
perilaku yang impulsif, gelisah, mudah terpengaruh. Kehilangan nilai-
nilai akan menyebabkan manusia berada dalam ketidakpastian dan
keputusasaan, serta mudah kehilangan pegangan.
Berbicara mengenai teori motivasi, sesungguhnya terdapat
berbagai teori motivasi yang titik tolaknya berbeda satu sama lain. Ada
teori yang bertitik tolak pada dorongan dan pencapaian kepuasan.
Namun ada pula yang titik tolaknya pada azas kebutuhan, yang saat ini
banyak dianut orang. Banyak teori motivasi yang didasarkan pada azas
kebuuhan (need). Kebutuhan yang menyebabkan seseorang berusaha
untuk dapat memenuhinya. Motivasi adalah proses peikologis yang
dapat menjelaskan perilaku seseorang. Perilaku itu, pada hakikatnya
merupakan orientasi pada satu tujuan. Dengan kata lain, perilaku
seseorang dirancang untuk mencapai tujuan. Untuk mencapai tujuan itu
diperlukan proses interaksi dari ebberapa unsur. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Luthans dalam Sayuti (2000:111) bahwa motivasi adalah
proses yang dimulai dari kebutuhan fisik atau kegiatan tingkah laku
tertentu yang mempunyai tujuan tertentu pula.
Murray dalam Sayuti (2000:112-113) mendefinisikan bahwa
motivasi neruakan konsep hipotesi untuk suatu kegiat-an yang
dipengaruhi oleh persepsi dan tingkah laku seseorang untuk mengubah
situasi yang kurang dan tidak memuaskan atau kurang/tidak
memuaskan.
Sayuti (2000:113) mengemukakan bahwa prinsip motivasi
diterapkan dalam pendidikan dapat dilakukan dengan memenuhi
kebutuhan peserta didik agar dapat mencapai hasil belajar yang
maksimal dan sebaik mungkin. Contoh dari penerapan teori ini adalah
sebagai berikut.
a. Profesionalitas guru dan kematangan dalam melaksanakan tugas-
tugas guru. Misalnya guru dapat memahami keadaan peserta didik
secara perseorangan, memelihara suasana belajar yang baik.
b. Keberadaan peserta didik (rasa aman dalam belajar, kesiapan
belajar bebas dari rasa cemas).
c. Memperhatikan lingkungan belajar, misalnya tempat belajar yang
menyenangkan, bebas bising atau polusi, tanpa gangguan dalam
belajar.
Weiners menyampaikan teorinya mengenai makna serta peranan
kognisi dalam kaitannya dengan perilaku seseorang. Menurut Weiners
adanya peristiwa internal yang membentuk sebagai perantara dari
stimulus tugas dan tingkah laku individu berikutnya. Orang yang
mempunyai motivasi tinggi akan lebih percaya diri dibandingkan
dengan orang yang memiliki motivasi rendah.
Brophy dalam Sayuti (2000:116-117) mengemukakan suatu
daftar strategi motivasi yang digunakan guru untuk menstimuli siswa
agar produktif dalam belajar. Stimulus itu meliputi hal-hal berikut.
a. Keterkaitan dengan kondisi lingkungan, yang berisi:
1) kondisi lingkungan sportif:
2) kondisi tingkat kesukaran;
3) kondisi belajar yang bermakna; dan
4) penggunaan strategi bermakna.
b. Harapan untuk berhasil, yang berisi:
1) kesuksesan program;
2) tujuan pembelajaran;
3) remedial sosialisasi.
c. Penghargaan dari luar yang terdiri atas:
1) penawaran hadiah (reward)
2) kompetisi yang positif
3) nilai hasil belajar
d. Motivasi intrinsik yang meliputi:
1) penyesuaian tugas dengan minat;
2) perencanaan yang penuh variasi;
3) umpan balik atas respon siswa;
4) kesempatan respon peserta didik yang aktif;
5) kesempatan peserta didik untuk menyelesaikan tugas
pekerjaannya;
6) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar.
4. Motivasi dan Dinamika Perilaku Manusia
Meskipun para ahli memberikan defnisi motivasi dengan cara dan
gaya yang berbeda, tetapi esensinya menuju kepada maksud yang sama,
yakni motivasi itu merupakan:
a. suatu kekuatan (power) atau tenaga (forces) atau daya (energy);
b. suatu keadaan kompleks (a complex state) dan kesiapsediaan
(preparatory set) dalam diri individu (organisme) untuk bergerak (to
move, motion, motive) ke arah tujuan tertentu, baik disadari
maupun tidak disadari.
Makmun (1996:29) mengemukakan bahwa dipandang dari segi
motifnya setiap gerak perilaku manusia itu selalu mengandung tiga
aspek yang kedudukannya bertahap dan berurutan (sequential), seperti
diuraikan berikut.
a. Motivating states yakni timbulnya kekuatan dan terjadinya
kesiapsediaan sebagai akibat terasanya kebutuhan jaringan atau
sekresi, hormonal dalam diri organisme atau karena terangsang oleh
stimulasi tertentu.
b. Motivated behavior, yakni bergeraknya organisme ke arah tujuan
tertentu sesuai dengan sifay kebutuhan yang hendak dipenuhi dan
dipuaskannya, misalnya lapar cari makanan dan menemukannya.
Dengan demikian, setiap perilaku pada hakikatnya bersifat
instrumental (sadar atau tidak sadar).
c. Satisfied condition, yakni dengan berhasilnya dicapai tujuan yang
dapat memenuhi kebutuhan yang terasa, maka keseimbangan dalam
diri organisme pulih kembali ialah terpeliharanya homeostatis.
Kondisi demikian dihayati sebagai rasa nikmat dan puas atau lega.
Namun, di dalam kenyataannya tidak selamanya kondisi pada tahap
ketiga itu demikian, bahkan mingkin sebaliknya, yakni terjadinya
ketegangan yang memuncak kalau insentifnya (goals) tidak tercapai
sehingga individu merasa kecewa.
Karena terjadinya metabolisme dan penggunaan atau pelepas-an kalori,
perangsangan kembali, dan sebagainya, kepuasan itu hanya bersifat
sementara (temporal). Oleh akrena itu, geraknya atau dinamika proses
perilaku itu sebenarnya akan berlangsung secara siklus (cyclical), yang
dapat digambarkan secara skematik seperti di bawah ini.
Meskipun motivasi itu merupakan suatu kekuatan, namun tidaklah
merupakan suatu substansi yang dapat diamati. Yang dapat dilakukan
adalah mengidentifikasi beberapa indikatornya dalam term-term
tertentu, seperti:
a. durasi kegiatannya (berapa lama kemampuan penggunaan waktu
dalam melakukan kegiatan);
Lingkaran Motivasi Perilaku
Instrumental
Rasa puas/ kecewa/ lega
Insentif
Motif
b. frekuensi kegiatan (berapa sering kegiatan dilakukan dalam periode
waktu tertentu);
c. persistensinya (ketetapan dan kelekatannya pada tujuan kegiatan);
d. ketabahan, keuletan dan kemampuannya dalam menghadapi
rintangan dan kesulitan untuk mencapai tujuan;
e. devosi (pengabdian) dan pengorbanan (uang, tenaga, pikiran,
bahkan jiwanya) untuk mencapai tujuan;
f. tingkat aspirasinya (maksud, rencana, cita-cita, sasaran atau target,
dan idolanya) yang hendak dicapai melalui kegiatan yang
dilakukan;
g. tingkatan kualifikasi prestasi atau produk atau output yang dicapai
dari kegiatan yang dilakukan (berapa vanyak, memadai atau idak,
memuaskan atau tidak);
h. arah sikapnya terhadap sasaran kegiatan (like or dislike; positif atau
negatif).
Dengan memperhatikan indikator-inrikator tersebut di atas, berbagai
teknik pendekatan dan pengukuran motivasi dapat dipergunakan,
misalnya:
1) tes tindakan (performance test) disertai observasi untuk
memperoleh informasi dan data tentang persistensi, keulet-an,
ketabahan, dan kemampuan menghadapi masalah;
2) kuesioner dan inventori terhadap subjeknya untuk men-dapat
informasi tentang devosi dan pengorbanannya, aspirasinya;
3) mengarang bebas untuk mengetahui cita-cita dan aspirasinya;
4) tes prestasi dan skala sikap untuk mengetahui kualifikasi dan arah
sikapnya.
Namun, sudah barang tentu menarik kesimpulan dan tafsir-annya harus
sangat hati-hati (tentatif dan hipotetik) mengingat kemungkinan faktor-
faktor lain dalam proses kegiatan yang bersangkutan.
Bab III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode dan Teknik Penelitian
1. Metode Penelitian
Dalam penelitian tentang ”Pemahaman Guru Sekolah Dasar
tentang Bimbingan dan Konseling sebagai Faktor yang Berpengaruh
terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Siswa” ini digunakan metode
deskritif survei.
Metode deskritif adalah suatu metode suatu metode penelitian
atas kelompok manusia, objek, set kondisi, sistem pemikiran, ataupun
peristiwa sekarang. Penelitian deskritif memberikan deskripsi,
gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai
fakta-fakta serta hubungan fenomena yang diteliti (Arikunto, 1988:23).
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk
mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih
(independen) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan
antara variabel satu dengan variabel yang lainnya (Sugiono, 2003:11).
Lebih lanjut, Amir Suyatna (2000:14) mengemukakan bahwa
penelitian deskriptif adalah akumulasi data dasar dalam cara deskriptif
semata serta tidak saling berhubungan, tidak menguji hipotesis, tidak
membuat ramalan, atau tidak mendapatkan makna implikasi. Penelitian
deskriptif ini bertujuan
a. mencari informasi faktual yang mendetail yang memerlu-kan
gejala yang ada;
b. mengidentifikasikan masalah-masalah atau untuk men-dapatkan
justifikasi (penguatan) keadaan dan praktek-praktek yang sedang
berlangsung; dan
c. membuat komparasi dan evaluasi.
Penelitian survey menitikberatkan pada penelitian yang rasional
yakni mempelajari hubungan antarvariabel sehingga baik secara
langsung atau tidak langsung hipotesis penelitian bisa senantiasa
dipertanyakan.
Tujuan survai dapat merupakan pengembangan data sederhana
bersifat menerangkan atau menjelasakan, yakni mempelajari tentang
fenomena sosial dengan cara meneliti hubungan variabel penelitian.
Survai juga dapat menjadi alat bantu penyelidikan untuk memperoleh
fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-
keterangan secara faktual, baik tentang intuisi sosial, ekonomi atau
politik dari suatu kelompok atau suatu daerah yang bisa digunakan
untuk mendapatkan pembenaran. Di samping itu, metode deskripsi
survey juga dapat digunakan untuk penyelidikan untuk menguji
hipotesis.
Dalam penelitian ini diharapkan dapat diketahui berapa besar
hubungan antara variabel yang satu dan variabel yang lain, baik secara
sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama.
2. Teknik Penelitian
Teknik yang digunakan dalam proses pengumpulan data adalah
sebagai berikut.
a. Observasi yang digunakan untuk mengumpulkan data dan
informasi dengan cara mengamati langsung proses imple-mentasi
bimbingan dan konseling serta pengaruhnya ter-hadap peningkatan
pembinaan belajar siswa di lingkungan SD Negeri 1 Pawenang pada
tahun pelajaran 2004 – 2005.
b. Angket yang digunakan untuk memperoleh data dengan cara
menyediakan sejumlah pertanyaan dengan opsi pilihan jawaban
yang telah disediakan. Pemilihan teknik angket ter-tutup ini untuk
menghindari pembiasan informasi sehingga pembahasan hasil
penelitian tidak meluas.
c. Studi Literatur yang dilakukan untuk menggali pemaham-an
teoritis tentang perkembangan psikofisis siswa berkaitan dengan
penyimpangan-penyimpangan perilaku afektif.
d. Kajian Dokumentasi yang digunakan sebagai salah satu sumber
informasi bagi pengembangan hasil penelitian. Dokumentasi yang
dimaksud adalah data perkembangan bimbingan dan konseling
siswa secara administratif yang ada di sekolah.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Tempat Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah dan batasan masalah serta
tujuan penelitian yang dikembangkan pada Bab 1, maka penelian ini
dilaksanakan di SD Negeri 1 Pawenang, Kabupaten Cianjur, pada
semester genap tahun pelajaran 2003 – 2004.
2. Waktu Penelitian
Sebuah penelitian, bagaimanapun peliknya, memiliki batas
waktu tertentu serta penjadwalan yang seharusnya dilaksanakan secara
konsisten. Penelitian atas Pemahaman Guru Sekolah Dasar tentang
Bimbingan dan Konseling di SD Negeri 1 Pawenang, Kecamatan
Cianjur, Kabupaten Cianjur pada tahun pelajaran 2004 – 2005 ini
dilaksanakan selama enam bulan dengan alokasi waktu sebagai berikut.
Tabel 3.1
Jadwal pelaksanaan penelitian
Pelaksanaan Bulan ...
No Jenis Kegiatan Juli 2004 Agst Sept Okt Nop Des Jan
2005
Keterangan
1 Pemilihan dan penentuan Judul X
2 Perencanaan Penelitian X
3 Penyusunan Instrumen Penelitian
X
4 Pengumpulan Data X X X
5 Pengklasisfikasian Data X X
Pelaksanaan Bulan ...
No Jenis Kegiatan Juli 2004 Agst Sept Okt Nop Des Jan
2005
Keterangan
6 Analisis dan Interpretasi Data Hasil Penelitian
X X
7 Penulisan Laporan X X X X
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi Penelitian
Secara sederhana, Subana (2000:12) memberikan batasan
tentang populasi sebagai berikut.
a. Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 1988).
b. Populasi adalah kumpulan dari indivisu dengan kualitas serta
ciri-ciri yang ditetapkan (Nazir, 1983).
c. Populasi adalah sekumpulan objek yang lengkap dan jelas
(Vincent, 1989).
Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa populasi
adalah keseluruhan objek penelitian yang dapat terdiri dari manusia,
benda, hewan, tumbuhan, gejala, nilai tes, atau peristiwa sebagai
sumber data yang mewakili karakteristik tertentu dalam suatu
penelitian.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru yang ada di
lingkungan SD Negeri 1 Pawenang, Kecamatan Cianjur, Kabupaten
Cianjur, baik guru kelas maupun guru Pendidikan Jasmani dan
Pendidikan Agama (Islam) yang seluruhnya berjumlah 17 orang.
2. Sampel Penelitian
Sampel yang diambil pada penelitian ini didasarkan kepada
pendapat Arikunto (1988:94) yang menyatakan: ”Untuk sekedar ancer-
ancer, maka apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil
semuanya ... selanjutnya jika jumlah subjeknya lebih besar, dapat
diambil antara 10 % - 15 % atau 20 % - 25 %.”
Mengingat populasi pada penelitian ini berjumlah sedikit, maka
populasi penelitian ini dijadikan sampel. Dengan kata lain, sampel yang
dipilih adalah sampel populasi.
C. Instrumen Penelitian
1. Bentuk Instrumen
Dalam penelitian ini data yang akan diungkap adalah Tingkat
Pemahaman Guru SD Negeri 1 Pawenang Kecamatan Cianjur, Kabupaten
Cianjur atas Bimbingan dan Konseling pada tahun pelajaran 2004 – 2005.
Untuk mengungkap data ini digunakan angket dengan model Likert.
Adapun alasan menggunakan model Likert ini untuk mengukur sikap,
pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena
sosial.
Selain dari angket, digunakan pula observasi dan studi dokumentasi.
Observasi digunakan untuk melengkapi data yang diperoleh melalui
angket, sebab observasi adalah proses memper-oleh keterangan dengan
cara mengamati langsung proses pelaksa-naan bimbingan dan konseling.
Begitu pula studi dokumentasi digunakan untuk melihat salah satu hasil
kinerja.
Untuk memperoleh data mengenai pemahaman guru atas bimbingan
dan konseling serta data mengenai perkembangan hasil pembinaan belajar
siswa, responden dihadapkan pada sejumlah pertanyaan positif atau negatif,
setiap pertanyaan merupakan penjabaran dan satu indikator variabel yang
mendapatkan skor penelitian. Setiap pertanyaan diikuti oleh lima alternatif
jawaban serta skor tertentu sebagai berikut.
a. Skor 5 untuk setiap jawaban Selalu (SL)
b. Skor 4 untuk setiap jawaban Sering (S)
c. Skor 3 untuk setiap jawaban Kadang-kadang (K)
d. Skor 2 untuk setiap jawaban Jarang (J)
e. Skor 1 untuk setiap jawaban Tidak Pernah (TP)
2. Prosedur Pengembangan Instrumen
Langkah-langkah yang akan ditempuh dalam pengem-bangan
instrumen penelitian secara garis besarnya adalah sebagai berikut.
a. Merumuskan definisi operasional setiap variabel penelitian hingga
masing-masing variabel memiliki batasan yang jelas mengenai aspek
dan sub aspek yang akan diukur serta indikatornya masing-masing.
b. Menyusun penjabaran konsep yang akan dijadikan panduan dalam
penulisan butir-butir pertanyaan.
c. Merumuskan butir-butir pertanyaan sesuai dengan penjabar-an
konsep instrumen penelitian yang telah ditetapkan.
Sesuai dengan langkah tersebut, berikut ini disajikan kisi-kisi
pengembangan instrumen penelitian berdasarkan variabel dan subvariabel
yang disusun. Pada kisi-kisi tersebut juga ditampilkan indikator yang
dikembangkan menjadi butir pernyataan atau pertanyaan dalam angket.
KISI-KISI ANGKET TINGKAT PEMAHAMAN GURU TERHADAP BIMBINGAN DAN KONSELING SEBAGAI FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBINAAN BELAJAR SISWA SD NEGERI 1 PAWENANG, KECAMATAN CIANJUR
Variabel Subvariabel Indikator Nomor Parameter
Pemahaman guru tentang Fungsi dan Peranan Bimbingan dan Konseling.
• Melaksanakan fungsi bimbingan individual siswa. • Melaksanakan fungsi bimbingan kelompok siswa. • Melaksanakan fungsi bimbingan sikap pergaulan siswa. • Melaksanakan fungsi bimbingan pengembangan aktualisasi
diri siswa. • Melaksanakan fungsi bimbingan cara belajar secara individu. • Melaksanakan fungsi bimbingan cara belajar kelompok. • Melaksanakan fungsi bimbingan tentang disiplin diri. • Melaksanakan fungsi bimbingan tentang kehidupan beragama.• Melaksanakan fungsi bimbingan tentang pemecahan masalah.
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak pernah
Tingkat Pemahaman Guru SD tentang Bimbingan dan Konseling
Pemahaman tentang tugas guru kelas sebagai pembimbing
• Menyusun program bimbingan dan koseling secara khusus. • Menyusun program bimbingan dan konseling terintegrasi
dengan mata pelajaran. • Melaksanakan bimbingan secara terintegrasi dalam mata
pelajaran. • Melakukan penelitian tentang perilaku siswa secara khusus. • Melakukan pengamatan tentang prestasi belajar siswa tertentu
10
11
12
13
Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak pernah
Variabel Subvariabel Indikator Nomor Parameter secara khusus.
• Menyusun studi kasus siswa yang memiliki permasalahan yang khas.
• Melakukan diagnosis atas permasalahan siswa yang memiliki kasus khusus.
• Membuat pemetaan masalah dalam kelas (termasuk kesulitan belajar dan masalah pribadi)
• Membuat pemecahan masalah kesulitan belajar siswa. • Mengkonsultasikan masalah dengan kepala sekolah atau guru
lain. • Membuat laporan perkembangan siswa sesuai dengan prinsip
bimbingan.
14
15 16
17
18 19
20
Peningkatan motivasi belajar siswa.
• Siswa menunjukkan minat belajar yang tinggi. • Siswa menunjukkan minat belajar pada mata pelajaran
tertentu. • Siswa menunjukkan gairah/semangat belajar tinggi setiap
hari. • Siswa menunjukkan keingintahuan yang kuat untuk
mempelajari sesuatu yang belum diketahuinya. • Siswa menunjukkan kemauan kuat untuk menyelesaikan
masalahnya sendiri dalam pembelajaran.
1 2 3 4 5
Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak pernah
Pembinaan Belajar Siswa
Perkembangan hasil belajar siswa.
• Siswa menunjukkan hasil belajar rata-rata di atas nilai minimum yang dipersyaratkan (misalnya > 6,0).
6
Selalu
Variabel Subvariabel Indikator Nomor Parameter • Perkembangan hasil belajar siswa setiap saat menunjukkan
kenaikan. • Siswa memiliki kecenderungan untuk mengikuti lomba-lomba
yang berhubungan dengan materi mata pelajaran. • Siswa memahami sesuatu makin bertambah cepat dan cermat. • Perkembangan keterampilan siswa makin bertambah setiap
waktu.
7 8 9
10
Sering Kadang-kadang Jarang Tidak pernah
Perkembangan kreativitas siswa.
• Siswa menunjukkan perkembangan imajinasi yang baik. • Siswa menunjukkan aktivitas kreasi yang cenderung naik. • Siswa melakukan berbagai eksplorasi dalam pembelajaran. • Siswa memiliki perkembangan kreativitas yang baik dalam
bentuk dua dimensi maupun tiga dimensi.
11 12 13 14
Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak pernah
Pemecahan masalah kesulitan belajar siswa
• Siswa memiliki kemampuan untuk mengenali diri sendiri. • Siswa menyadari kemampuan yang dimilikinya sehingga
tumbuh keberanian untuk melakukan sesuatu yang positif. • Siswa berani tampil dan tidak merasa malu di hadapan umum. • Siswa tidak mengalami kesulitan dalam menyelesaikan
masalah yang dihadapinya. • Siswa tidak mengeluh setiap menghadapi permasalah-an yang
dianggap sulit atau rumit (misalnya menghadapi soal-soal sulit)
15 16
17
18
19
Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak pernah
Variabel Subvariabel Indikator Nomor Parameter • Siswa memiliki kesanggupan untuk menyelesaikan masalah
sendiri. 20
D. Pengumpulan Data dan Analisis Data
Dalam menganalisis data diarahkan pada pengujian hipotesis yang
diawali dengan deskripsi data penelitian dari ketiga variabel dalam bentuk
distribusi frekwensi dan histogramnya serta menentukan persamaan
regensinya. Pengujian data penelitian meliputi hal-hal sebagai berikut.
1. Uji Normalitas
Karena statistik parametrik berlandaskan pada asumsi bahwa data
yang akan dianalisis harus berdistribusi normal, maka penulis menggunakan
uji normalitas untuk mengetahui apakah data yang dihasilkan berdistribusi
normal atau tidak, melalui uji Lilifors dengan menentukan nilai Lo seperti
rumus di bawah ini.
Lo = | F(z) – S(z) |
Hasil perhitungan tersebut lalu dibandingkan dengan nilai L1 dari
tabel Lilifors jika Lo < L1, maka sampel berasal dari populasi berdistribusi
normal.
2. Uji Homogenitas
Uji Homogenitas dilakukan untuk menguji apakah data yang
dianalisis berasal dari populasi yang homogen atau tidak. Dalam pengujian
ini menggunakan uji Bearlet, dengan menggunakan persamaan sebagai
berikut.
χ2 = (ln lo { B – (∑ db log S12)}
Untuk taraf nyata α = 0.05 kemudian kita bandingkan dengan nilai
pada tabel. Jika χ2hitung < χ2
tabel, maka sampel berasal dari populasi
homogen.
3. Uji Signifikansi dan Linieritas Regresi
Untuk memperoleh estimasi dan signifikan data yang diperoleh
dilakukan dengan analisis statistik univariat. Analisis Univariat ini
dimaksudkan untuk mendapatkan deskripsi tentang masing-masing variabel,
sedangkan analisis bivariat untuk meng-ungkapkan signifikan kualitas
hubungan dan korelasi dua variabel.
Berdasarkan harga statistik yang diperoleh, dapat disimpul-kan erat
tidaknya tingkat hubungan antara ketiga variabel termasuk besar kecilnya
kontribusi antara variabel tersebut.
Untuk menguji signifikansi hubungan antara variabel, maka penulis
menggunakan uji keberartian koefisieni Korelasi (Uji-t) sebagai berikut:
t = 212
rnr−
−
Harga t selanjutnya dibandingkan antara ttabel dengan taraf
signifikansi 0.05 dan (n-2). Apabila thitung > ttabel, maka koefisiensi korelasi
signifikan (berarti). Untuk mengetahui koefisien determinasi variansi,
variabel terikat yang dijelaskan oleh variabel bebas melalui regresi linier
adalah dengan mengkuadratkan nilai t.
Untuk menentukan koefisien korelasi parsial digunakan rumus sebagai
berikut.
ry12 =
{ }{ }{ }2
122
2
122
11 rr
rrr
y
y
−−
− x y1
Regresi digunakan untuk memprediksikan seberapa jauh nilai
variabel dependen bila variabel independen diubah. Sugiyono
mengemukakan bahwa regresi digunakan untuk menganalisis antara satu
variabel dengan variabel yang lain secara konseptual mempunyai hubungan
kausal atau fungsional.
Uji sinifikan regresi dilakukan dengan menggunakan persamaan
berikut.
Fh = 2)JK(S)/(nJK(reg)
−
Harga Fhitung dibandingkan dengan Ftabel, apabila Fhitung > Ftabel maka
koefisien regresi signifikan dan pengujian linieritas regresi harus dilakukakn
dengan menggunakan persamaan:
Fh = k)JK(G)/(n2)-JK(TC)/(k
−
Kemudian hasil Fhitung dibandingkan dengan Ftabel dan apabila Fhitung
< Ftabel, maka koefesian regresi linier. Selanjut-nya uji signifikansi regresi
ganda dilakukan dengan meng-gunakan persamaan:
Fh = 3)JK(S)/(nJK(reg)/2
−
Setelah Fhitung dikonsultasikan dengan Ftabel dan apabila Fhitung > Ftabel, maka
koefisien regresi ganda signifikan.
F. Hipotesis Statistik
Hipotesis stratistik penelitian tingkat pemahaman guru SD terhadap
Bimbingan Konseling sebagai faktor yang mempengaruhi peningkatan
prestasi belajar siswa SD Negeri 1 Pawenang, Kecamatan Cianjur,
Kabupaten Cianjur ini adalah sebagai berikut.
1) Ho : ρy = O artinya pengetahuan dan pemahaman guru tentang
bimbingan dan konseling bukan me-rupakan faktor
yang berpengaruh terhadap peningkatan prestasi
belajar siswa.
2) H1 : ρy > O artinya tingkat pengetahuan dan pemahaman guru
tentang bimbingan dan konseling merupa-kan faktor
yang mempengaruhi peningkatan prestasi belajar
siswa
Keterangan:
ρy1 = Koefisien korelasi antara X1 dengan Y
Bab IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data Hasil Penelitian
Tujuan utama penelitian ni adalah mengungkapkan adanya pengaruh
antara pengetahuan dan pemahaman guru tentang bimbingan dan konseling
dan pembinaan prestasi belajar siswa sekolah dasar di SDN 1 Pawenang,
kecamatan Cianjur. Hasil penelitian yang dilakukan menghasilkan data
sebagai berikut.
1. Data Pemahaman Guru atas Bimbingan dan Konseling
Data penelitian tentang pemahaman guru atas bimbing-an dan
konseling pada sampel 17 orang guru SD Negeri 1 Pawenang,
Kecamatan Cianjur, Kabupaten Cianjur, yang berhasil dikumpulkan
dengan menggunakan instrumen pene-litian memiliki rentang skor
teoritis antara 20 sampai dengan 100. Rentang skor teoritis ini diperoleh
dari jumlah item yang terdapat dalam instrumen penelitian sebanyak 20
item yang disusun berdasarkan skala model Likert, yakni:
a. untuk jawaban Selalu (SL) diberi skor 5;
b. untuk jawaban Sering (S) diberi skor diberi skor 4;
c. untuk jawaban Kadang-kadang (K) diberi skor 3;
d. untuk jawaban Jarang (J) diberi skor diberi skor 2; dan
e. untuk jawaban Tidak Pernah (TP) diberi skor 1.
Berdasarkan data penelitian, skor empiris yang diperoleh adalah
48 – 77 dengan rentang 29. Skor rata-rata pemahaman tentang
bimbingan dan konseling yang diperoleh adalah 63,6 dengan standar
deviasi sebesar 8,72 dan modus sebesar 72 serta median 63. Banyak
kelas yang diambil adalah 6 dan panjang kelasnya adalah 5.
Data tersebut selanjutnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Pemahaman Guru tentang Bimbingan dan Konseling (X)
No Interval Kelas Frekuensi Absolut
Frekuensi Relatif (%)
Frekuensi Kumulatif
1 48 - 52 2 11,765 11,765
2 53 - 57 2 11,765 23,529
3 58 - 62 4 23,529 47,058
4 63 - 67 4 23,529 70,587
5 68 - 72 2 11,765 82,353
6 73 - 77 3 17,647 100
JUMLAH 17 100 100
Agar lebih jelas, penyajian data di atas ditampilkan dalam
bentuk histogram sebagai berikut.
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
4
49,5 54,5 59,5 64,5 69,5 74,5
Gambar 4.1:
Histogram sebaran data variabel Pemahaman Guru tentang Bimbingan dan Konseling
Berdasarkan skor teoritis yang dikemukakan di atas, bahwa skor
terendah adalah 48 dan skor teringgi adalah 77, maka diperoleh nilai
tengah teoritis yaitu 60 dan nilai tengah empiris adalah 63. Dengan
demikian, data tersebut menunjukkan bahwa pemahaman guru tentang
Bimbingan dan Konseling memiliki kategori baik karena di atas rata-
rata nilai tengah 63.
2. Data Pembinaan Belajar Siswa
Data penelitian tentang pembinaan belajar siswa SD Negeri 1
Pawenang, Kecamatan Cianjur, Kabupaten Cianjur, yang berhasil
dikumpulkan dengan menggunakan instrumen penelitian memiliki
rentang skor teoritis antara 20 sampai dengan 100. Rentang skor teoritis
ini diperoleh dari jumlah item yang terdapat dalam instrumen penelitian
sebanyak 20 item yang disusun berdasarkan skala Likert, yakni:
a. untuk jawaban Selalu (SL) diberi skor 5;
b. untuk jawaban Sering (S) diberi skor diberi skor 4;
c. untuk jawaban Kadang-kadang (K) diberi skor 3;
d. untuk jawaban Jarang (J) diberi skor diberi skor 2; dan
e. untuk jawaban Tidak pernah (TP) diberi skor 1.
Berdasarkan data penelitian, skor empiris yang diperoleh adalah
56 – 75 dengan rentang 19. Skor rata-rata pembinaan belajar siswa
yang diperoleh adalah 64,76 dengan standar deviasi sebesar 5,82 dan
modus sebesar 67 serta median 65. Banyak kelas yang diambil adalah 4
dan panjang kelasnya adalah 5.
Data tersebut selanjutnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Sikap profesional Guru (Y)
No Interval Kelas Frekuensi Absolut
Frekuensi Relatif (%)
Frekuensi Kumulatif
1 56 - 60 4 23,529 23,529
2 61 - 65 5 29,412 52,941
3 66 - 70 5 29,412 82,353
4 71 - 75 3 17,647 100
JUMLAH 17 100 100
Agar lebih jelas, penyajian data di atas ditampilkan dalam
bentuk histogram sebagai berikut.
Gambar 4.1:
Histogram sebaran data variabel Pembinaan Belajar Siswa
Berdasarkan skor teoritis yang dikemukakan di atas, bahwa skor
terendah adalah 56 dan skor teringgi adalah 75, maka diperoleh nilai
tengah teoritis yaitu 60 dan nilai tengah empiris adalah 65. Dengan
demikian, data tersebut menunjuk-kan bahwa pembinaan belajar siswa
memiliki kategori baik karena di atas rata-rata nilai tengah 60.
3. Data Hasil Pengamatan
Pengamatan dilakukan selama proses pengumpulan data, yakni antara
bulan Agustus 2004 sampai dengan Oktober 2004, atau lebih kurang
selama tiga bulan.
Jumlah Guru yang
Kom
pon
en
No Aspek yang Diamati Jumlah yang
diamatiMelaksa-
nakan Kadang-kadang
Tidak Pernah
0
1
2
3
4
5
6
57,5 62,5 67,5 72,5
Jumlah Guru yang
Kom
pon
en
No Aspek yang Diamati Jumlah yang
diamatiMelaksa-
nakan Kadang-kadang
Tidak Pernah
1 Membuat rencana bimbingan dan kon-seling siswa secara khusus
17 2 5 10
2 Membuat renaca bim-bingan dan konseling secara terintegrasi de-ngan mata pelajaran
17 2 6 9
3 Melaksanakan bimbingan secara khusus
17 5 7 5
4 Melaksanakan bim-bingan sambil mem-berikan pembelajaran
17 13 3 1
5 Melaksanakan bim-bingan dalam kegiat-an ekstrakurikuler
17 6 2 9
6 Melaksanakan bim-bingan khusus atas dasar studi kasus
17 0 2 15
7 Melaksanakan pene-litian tentang per-kembangan siswa
17 0 0 17
8 Membuat pemetaan kerawanan kelas 17 6 6 5
9 Membuat analisis perkembangan pri-badi siswa
17 12 5 0
Kom
pone
n G
uru
10 Membuat laporan pelaksanaan bim-bingan dan konseling
17 6 6 5
Jumlah 170 52 42 76
Jumlah Guru yang K
ompo
nen
No Aspek yang Diamati
Jumlah yang
diamatiMelaksa-
nakan Kadang-kadang
Tidak Pernah
11 Siswa memperlihat-kan perkembangan kemampuan belajar
12 *) 4 5 3
12 Siswa menunjukkan semangat dalam belajar 12 5 5 2
13 Siswa menunjukkan hasil belajar yang baik 12 5 4 3
14 Siswa meningkat daya ciptanya 12 5 2 5 K
ompo
nen
Sisw
a
15 Siswa berani tampil di muka umum 12 2 4 6
Jumlah 48 21 20 19 *) Jumlah kelas I sampai dengan kelas VI
B. Analisis Data Hasil Penelitian
1. Uji Normalitas Data
Untuk mengetahui normalitas data maka dipergunakan teknik
uji linieritas sederhana. Uji taksiran galat regresi Y atas X dimaksudkan
untuk mengetahui apakah galat taksiran refresi Y atas X berdistribusi
normal atau tidak. Kriteria peng-ujian adalah apabila F (Zi) - S (Zi)
terbesar yang disimbulkan dengan L lebih kecil dari Ltab dengan taraf
signifikasi 0,05, maka HO yang menyatakan bahwa skor berasal dari
sampel yang berdistribusi normal.
Dari perhitungan diperoleh nilai Lo = 0,0714 dengan n = 17
dengan taraf signifikansi 5% diperoleh L1 = 0,0809. Karena L1 =
0,0714 < dari Lo = 0,809 maka dapat disimpulkan bahwa distribusi
populasi dinyatakan normal.
Adapun rekapitulasi perhitungan uji normalitas galat taksiran
dapat dilihat dalam tabel berikut ini.
Tabel 4.4 Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas Galat taksiran
Galat taksiran N Lhitung Ltab
(0,05) Keterangan
Reg Y atas X 17 0,0714 0,0809 Normal
Keterangan : Y = Pembinaan Belajar Siswa X = Pemahaman Guru tentang Bimbingan dan Konseling
Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa populasi berdistribusi
normal karena Lhitung lebih kecil dari Ltabel dengan taraf signifikan 0.05.
2. Uji Homogenitas Varian
Uji homogenitas varian dimaksudkan untuk mengetahui
homogenitas varian antara kelompok-kelompok skor Y yang
dikelompokkan atas persamaan X. Uji homogenitas varian dilaksanakan
dengan uji Bearlet yang mempergunakan uji Chi Kuadrat. Kriteria yang
dipergunakan diterima HO apabila χ2hitung lebih kecil atau sama dengan
χ2tabel pada taraf signifikansi 0,05.
Proses pengujian yang di tempuh pertama-tama dengan cara
mengelompokan data Y berdasarkan kesamaan data X1 selanjutnya
dihitung χ2hitung.
Berdasarkan hasil perhitungan untuk pengujian homo-genitas
varians pembinaan belajar siswa (Y) atas pemahaman guru tentang
bimbingan dan konseling (X) diperoleh nilai hitung χ2hitung = 3,471
lebih kecil dari χ2tabel = 19,675 untuk 0,05 dengan dk 11, sehingga Ho
diterima. Ini berarti varian Y atas X adalah homogen.
3. Regresi Sederhana antara Variabel X dan Y
Penghitungan regresi sederhana ini dilakukan untuk me-lihat
ada atau tidaknya hubungan antara variabel pemahaman guru tentang
bimbingan dan konseling (X) dan pembinaan bimbingan belajar siswa
(Y).
Berdasarkan perhitungan yang dilakukan dengan meng-gunakan
SPSS 11.0 for Windows diperoleh hasil berikut.
ANOVA --> Y = 0,211 + 1,008 X
Sum of Squares df Mean
Square F Sig. Ftab
Regression 334,341 1 334,341 24,261 0,026 6,189
Residual 206,718 15 13,781
Total 541,059 16
Tuna Cocok 147,718 9 12,310 0,626 0,758
Galat 59,000 8 19,667
a. Predictors: (Constant), Pemahaman Guru tentang Bimbingan dan Konseling.
b. Dependent Variable: Pembinaan Belajar Siswa
c. Sum of Square : Jumlah kuadrat
d. df : derajat kebebasan
e. Mean Square : Rata-rata jumlah kuadrat
f. F hasil perhitungan
g. Ftabel pada taraf signifikansi 0,000
h. Regresi sangat signifikan karena Fhitung (24,261) > Ftabel 6,189
Berdasarkan hasil uji signifikansi dan linearitas di atas
menunjukkan bahwa harga Fhitung regresi diperoleh sebesar 24,261
sedangkan harga Ftabel dengan dk pembilang 1 dan dk penyebut 16 pada
taraf signifikan 0,05 sebesar 6,189 ternyata Fhitung regresi lebih besar
dari harga Ftabel, maka dapat disimpulkan bahwa koefisien regresi Y
atas X1 sangat berarti pada taraf signifikansi 0,05.
Harga F tuna cocok hasil perhitungan diperoleh sebesar 0,626
sedangkan Ftabel dengan dk pembilang 9 dan dk penyebut 8 pada taraf
signifikansi 0,05 sebesar 5,47. Ternyata Fhitung tuna cocok lebih kecil
dari Ftabel maka dapat disimpulkan bahwa regresi Y terhadap X adalah
Linier.
Persamaan regresi tersebut menunjukkan bahwa setiap kenaikan
skor tingkat pendidikan guru akan menyebabkan kenaikan sebesar
1,008 pada konstanta 0,211.
Kekuatan hubungan antara bimbingan belajar siswa (X) dengan
pengetahuan guru tentang bimbingan dan konseling (Y) ditunjukkan
oleh koefisien korelasi ryt = 0,0113.
Uji Signifikansi Koefsien Korelasi antara Pengetahuan Guru tentang
Bimbingan dan Konseling (X) dan Bimbingan Belajar Siswa (Y)
ttabel Korelasi Antara
Koefisien Korelasi
Koefisien Determinasi thitung
α =0,05 α =0,01
X dan Y 0,0113 0,592 4,952** 2,120 2,921 ** Koefisien korelasi signifikan (thit = 4,952 > ttab = 2,120)
Harga thitung diperoleh 4,952 sedangkan dari tabel ditribusi
student “t” dengan dk 16 pada taraf signifikansi 0,05 diperoleh t sebesar
1,66 Oleh karena thitung lebih besar dari ttabel maka dapat disimpulkan
bahwa variasi variabel Y dapat dijelaskan oleh X1 sebesar 59,2%.
Berdasarkan uji signifikansi koefisien korelasi tersebut dapat
disimpulkan bahwa koefisien korelasi antara bimbingan belajar siswa
(X) dengan pengetahuan guru tentang bimbingan dan konseling (Y)
sebesar 0,0113 adalah sangat signifikan. Dengan demikian terhadap
hubungan positif antara bimbingan belajar siswa (X) dengan
pengetahuan guru tentang bimbingan dan konseling (Y) atau dengan
kata lain makin tinggi tingkat pemahaman dan pengetahuan guru
tentang bimbingan dan konseling makin tinggi juga keberhasilan
bimbingan dan pembinaan belajar siswa.
4. Analisis Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan yang dilakukan mengacu kepada dua
komponen, yakni komponen guru sebagai figur pelaksana bimbingan
dan konseling di sekolah, serta komponen siswa yang dikenai perlakuan
bimbingan. Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan, dapat
dilakukan analisis sebagai berikut.
a. Komponen Guru
Jumlah Guru yang No Aspek yang Diamati
Jumlah yang
diamatiMelaksa-
nakan Kadang-kadang
Tidak Pernah
1 Membuat rencana bim-bingan dan konseling siswa secara khusus
17 2 5 10
Dari 17 orang guru yang diamati, ternyata hanya 2 orang guru yang
membuat rencana bimbingan dan konseling secara khusus, 5 orang
kadang-kadang membuatnya, dan 10 orang tidak pernah membuat
perencanaan bimbingan dan konseling.
Jumlah Guru yang No Aspek yang Diamati
Jumlah yang
diamatiMelaksa-
nakan Kadang-kadang
Tidak Pernah
2 Membuat rencana bimbingan dan konse-ling secara terintegrasi dengan mata pelajaran
17 2 6 9
Dari 17 orang guru yang diamati, ternyata hanya 2 orang guru yang
membuat rencana bimbingan dan konseling secara ter-integrasi dengan
mata pelajaran, 5 orang kadang-kadang saja membuatnya, dan 9 orang
lainnya tidak pernah membuatnya.
Jumlah Guru yang No Aspek yang Diamati
Jumlah yang
diamatiMelaksa-
nakan Kadang-kadang
Tidak Pernah
3 Melaksanakan bimbing-an secara khusus 17 5 7 5
5 orang guru melaksanakan bimbingan secara khusus kepada siswanya,
7 orang kadang-kadang melaksanakan bimbingan secara khusus, dan 5
orang lainnya sama sekali tidak pernah melaksanakan bimbingan secara
khusus.
Jumlah Guru yang No Aspek yang Diamati
Jumlah yang
diamatiMelaksa-
nakan Kadang-kadang
Tidak Pernah
4 Melaksanakan bimbing-an sambil memberikan pembelajaran
17 13 3 1
13 orang guru ternyata melaksanakan bimbingan sambil me-laksanakan
tugasnya memberikan pembelajaran, 3 orang guru kadang-kadang saja
melakukannya, dan hanya 1 orang guru yang tidak pernah melakukan
bimbingan sambil melaskanakan pembelajaran.
Jumlah Guru yang No Aspek yang Diamati
Jumlah yang
diamatiMelaksa-
nakan Kadang-kadang
Tidak Pernah
5 Melaksanakan bimbing-an dalam kegiatan ekstrakurikuler
17 6 2 9
Dari 17 orang guru ada 6 orang guru yang melaksanakan bimbingan
dalam kegiatan ekstrakurikuler, 2 orang guru kadang-kadang membina
kegiatan ekstrakurikuler, dan 9 orang guru lainnya tidak pernah
melakukan kegiatan pembinaan siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler.
Jumlah Guru yang No Aspek yang Diamati
Jumlah yang
diamatiMelaksa-
nakan Kadang-kadang
Tidak Pernah
6 Melaksanakan bim-bingan khusus atas dasar studi kasus
17 0 2 15
Dari 17 orang guru kelas dan guru mata pelajaran Pendidikan Jasmani
serta Pendidikan Agama, tidak seorang pun yang melakukan bimbingan
khusus atas dasar studi kasus, kemudian 2 orang melakukannya kadang-
kadang saja, dan 15 orang sama sekali tidak pernah melakukan studi
kasus serta bimbingannya.
Jumlah Guru yang No Aspek yang Diamati
Jumlah yang
diamatiMelaksa-
nakan Kadang-kadang
Tidak Pernah
7 Melaksanakan peneliti-an tentang perkembang-an siswa
17 0 0 17
Seluruh guru sama sekali tidak pernah melakukan penelitian tentang
perkembangan siswa secara khusus bagi kepentingan bimbingan dan
konseling.
Jumlah Guru yang No Aspek yang Diamati
Jumlah yang
diamatiMelaksa-
nakan Kadang-kadang
Tidak Pernah
8 Membuat pemetaan kerawanan kelas 17 6 6 5
6 orang guru kelas membuat pemetaan kerawanan kelas sesuai dengan
keadaan kelas yang dibimbingnya, 6 orang guru lainnya kadang-kadang
saja membuat pemetaan kerawanan kelasnya, sedangkan 5 orang guru
sama sekali tidak pernah membuatnya karena memang tidak memegang
kelas, termasuk guru Pendidikan Jasmani dan Pendidikan Agama.
Jumlah Guru yang No Aspek yang Diamati
Jumlah yang
diamatiMelaksa-
nakan Kadang-kadang
Tidak Pernah
9 Membuat analisis perkembangan pribadi siswa
17 12 5 0
12 orang guru ternyata membuat analisis perkembangan pribadi siswa
berdasarkan kelas yang dipegangnya, sedangkan 5 guru lain kadang-
kadang saja membuat analisis perkembang-an pribadi siswa sesuai
dengan mata pelajaran yang dipegang-nya.
Jumlah Guru yang No Aspek yang Diamati
Jumlah yang
diamatiMelaksa-
nakan Kadang-kadang
Tidak Pernah
10 Membuat laporan pelaksanaan bim-bingan dan konseling
17 6 6 5
Dari 17 orang guru, hanya 6 orang yang selalu membuat laporan
pelaksanaan bimbingan dan konseling secara tetap, 6 guru lainnya
kadang-kadang saja membuat, dan 5 guru lainnya tidak pernah
membuat laporan pelaksanaan bimbingan dan konseling.
b. Komponen Siswa
Pengamatan atas komponen siswa dilakukan secara klasikal sehingga
jumlah kelas yang diamati adalah 12 kelas yang terdiri atas masing-
masing dua kelas untuk setiap tingkatan dari kelas I hingga kelas VI.
Hasil pengamatan tersebut dapat dianalisis sebagai berikut.
Jumlah Guru yang No Aspek yang Diamati
Jumlah yang
diamatiMemper-lihatkan
Kadang-kadang
Tidak Pernah
11 Siswa memperlihatkan perkembangan kemampuan belajar
12 4 5 3
Dari 12 kelas yang diamati, hanya 4 kelas saja yang siswanya
memperlihatkan perkembangan kemampuan belajar, sedang-kan 5 kelas
lainnya kadang-kadang saja menunjukkan perkembangan kemampuan
belajar dan 3 kelas bahkan sama sekali tidak pernah menunjukkan
perkembangan kemampuan belajar yang baik.
Jumlah Guru yang No Aspek yang Diamati
Jumlah yang
diamatiMemper-lihatkan
Kadang-kadang
Tidak Pernah
12 Siswa menunjukkan semangat dalam belajar 12 5 5 2
Siswa pada 5 kelas menunjukkan semangat tinggi dalam belajar, 5 kelas
lainnya kadang-kadang saja, dan 2 kelas siswa bahkan tidak
memperlihatkan semangat belajar yang baik.
No Aspek yang Diamati Jumlah Jumlah Guru yang
Memper-lihatkan
Kadang-kadang
Tidak Pernah
13 Siswa menunjukkan hasil belajar yang baik 12 5 4 3
Dari 12 kelas yang diamati, 5 kelas siswa menunjukkan hasil belajar
yang baik, 4 kelas lainnya tidak konsisten menunjuk-kan hasil belajar
yang baik, dan 3 kelas lainnya tidak pernah menunjukkan hasil belajar
yang baik.
Jumlah Guru yang No Aspek yang Diamati
Jumlah yang
diamatiMemper-lihatkan
Kadang-kadang
Tidak Pernah
14 Siswa meningkat daya ciptanya 12 5 2 5
5 kelas siswa memperlihatkan peningkatan daya cipta yang cukup
signifikan berdasarkan hasil karya yang dibuatnya, 2 kelas kadang-
kadang saja menunjukkan peningkatan ini, dan 5 kelas lainnya tidak
pernah memperlihatkan peningkatan daya cipta.
Jumlah Guru yang No Aspek yang Diamati
Jumlah yang
diamatiMemper-lihatkan
Kadang-kadang
Tidak Pernah
15 Siswa berani tampil di muka umum 12 2 4 6
Siswa pada 2 kelas yang diamati memperlihatkan keberanian tampil di
muka umum pada konteks kegiatan tertentu, 4 kelas lainnya kadang-
kadang saja, dan 6 kelas lainnya tida berani tampil di muka umum.
C. Pembahasan Hasil Analisis
Berdasarkan hasil uji signifikansi dan linearitas di atas
menunjukkan bahwa harga Fhitung regresi diperoleh sebesar 24,261
sedangkan harga Ftabel dengan dk pembilang 1 dan dk penyebut 16 pada
taraf signifikan 0,05 sebesar 6,189 ternyata Fhitung regresi lebih besar dari
harga Ftabel, maka dapat disimpulkan bahwa koefisien regresi Y atas X1
sangat berarti pada taraf signifikansi 0,05.
Harga F tuna cocok hasil perhitungan diperoleh sebesar 0,626
sedangkan Ftabel dengan dk pembilang 9 dan dk penyebut 8 pada taraf
signifikansi 0,05 sebesar 5,47. Ternyata Fhitung tuna cocok lebih kecil dari
Ftabel maka dapat disimpulkan bahwa regresi Y terhadap X adalah Linier.
Persamaan regresi tersebut menunjukkan bahwa setiap kenaikan
skor tingkat pendidikan guru akan menyebabkan kenaikan sebesar 1,008
pada konstanta 0,211.
Kekuatan hubungan antara bimbingan belajar siswa (X) dengan
pengetahuan guru tentang bimbingan dan konseling (Y) ditunjukkan oleh
koefisien korelasi ryt = 0,0113.
Uji Signifikansi Koefsien Korelasi antara Pengetahuan Guru tentang Bimbingan dan Konseling (X) dan Bimbingan Belajar Siswa (Y)
ttabel Korelasi Antara
Koefisien Korelasi
Koefisien Determinasi thitung
α =0,05 α =0,01
X dan Y 0,0113 0,592 4,952** 2,120 2,921 ** Koefisien korelasi signifikan (thit = 4,952 > ttab = 2,120)
Harga thitung diperoleh 4,952 sedangkan dari tabel ditribusi student
“t” dengan dk 16 pada taraf signifikansi 0,05 diperoleh t sebesar 1,66 Oleh
karena thitung lebih besar dari ttabel maka dapat disimpulkan bahwa variasi
variabel Y dapat dijelaskan oleh X sebesar 59,2%.
Berdasarkan uji signifikansi koefisien korelasi tersebut dapat
disimpulkan bahwa koefisien korelasi antara bimbingan belajar siswa (X)
dengan pengetahuan guru tentang bimbingan dan konseling (Y) sebesar
0,0113 adalah sangat signifikan. Dengan demikian terhadap hubungan
positif antara bimbingan belajar siswa (X) dengan pengetahuan guru
tentang bimbingan dan kon-seling (Y) atau dengan kata lain makin tinggi
tingkat pemahaman dan pengetahuan guru tentang bimbingan dan
konseling makin tinggi juga keberhasilan bimbingan dan pembinaan belajar
siswa.
Selanjutnya, berdasarkan hasil pengamatan dapat dilihat bahwa
kemampuan dan pemahaman guru tentang bimbingan dan konseling yang
diimplementasikan melalui tindakan sehari-hari ternyata berada pada tahap
rata-rata. Berdasarkan rata-rata yang diperoleh jumlah guru yang
melaksanakan fungsi-fungsi bimbing-an dan konseling secara konsisten
adalah 52 orang guru dari jumlah 170 guru atau sebesar 010 x 17052 % =
30,59 %, sedangkan sebesar 42 orang (24,71 %) melakukannya kadang-
kadang saja, dan 76 orang lainnya (44,71 %) tidak melakukan tugas dan
fungsinya dalam bimbingan dan konseling.
Berdasarkan hasil pengamatan ini dapat dilihat bahwa kemampuan
pemahaman dan tingkat pengetahuan guru SD terhadap bimbingan dan
konseling masih berada pada tahap rata-rata meskipun dalam pengujian
regresi sudah menunjukkan linearitas yang cukup baik.
D. Pembuktian Hipotesis
Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah
Ho : ρy = O artinya pengetahuan dan pemahaman guru tentang
bimbingan dan konseling bukan merupakan faktor yang
berpengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar siswa.
H1 : ρy > O artinya tingkat pengetahuan dan pemahaman guru tentang
bimbingan dan konseling merupakan faktor yang mempengaruhi
peningkatan prestasi belajar siswa.
Berdasarkan pengujian statistik dengan menggunakan uji regresi linear
dapat dibuktikan hal-hal sebagai berikut.
1. Harga Fhitung regresi diperoleh sebesar 24,261 sedangkan harga Ftabel
dengan dk pembilang 1 dan dk penyebut 16 pada taraf signifikan 0,05
sebesar 6,189 ternyata Fhitung regresi lebih besar dari harga Ftabel, maka
dapat disimpulkan bahwa koefisien regresi Y atas X1 sangat berarti
pada taraf signifikansi 0,05.
2. Harga F tuna cocok hasil perhitungan diperoleh sebesar 0,626
sedangkan Ftabel dengan dk pembilang 9 dan dk penyebut 8 pada taraf
signifikansi 0,05 sebesar 5,47. Ternyata Fhitung tuna cocok lebih kecil
dari Ftabel maka dapat disimpulkan bahwa regresi Y terhadap X adalah
Linier.
3. Persamaan regresi yang diperoleh menunjukkan Y = 0,211 + 1,008 X
yang berarti setiap kenaikan skor tingkat pemahaman guru tentang
bimbingan dan konseling akan menyebabkan kenaikan hasil pembinaan
dan bimbingan belajar siswa sebesar 1,008 pada konstanta 0,211.
4. Harga thitung yang diperoleh adalah 4,952 sedangkan dari tabel ditribusi
student “t” dengan dk 16 pada taraf signifikansi 0,05 diperoleh t sebesar
1,66 Oleh karena thitung lebih besar dari ttabel (4,952 > 1,66) maka dapat
disimpulkan bahwa variasi variabel Y dapat dijelaskan oleh X sebesar
59,2%.
Atas dasar pembuktian tersebut dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak
yang berarti tingkat pengetahuan dan pemahaman guru tentang bimbingan
dan konseling merupakan faktor yang mempengaruhi peningkatan
pembinaan prestasi belajar siswa.
Bab V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian terhadap guru-guru SD Negeri 1 Pawenang, Kecamatan
Cianjur, ini bertujuan untuk mengetahui variabel-variabel determinan yang
mempengaruhi terhadap pembinaan dan bimbingan belajar siswa
khususnya yang berkaitan dengan tingkat pengetahuan dan pemahaman
guru terhadap bimbingan dan konseling. Berdasarkan data yang
dikumpulkan dari 17 guru, kemudian diolah dengan mempergunakan
teknik regresi dan korelasi dapat disimpulkan sebagai berikut
1. Peran dan tugas guru kelas (serta guru Pendidikan Jasmani dan
Pendidikan Agama) dalam melaksanakan bimbingan dan konseling
dilakukan secara terintegrasi dalam tugas sehari-hari guru sebagai
tenaga pengajar.
2. Faktor yang menentukan keberhasilan guru dalam melaksana-kan tugas
bimbingan dan konseling terutama terletak pada tingkat pengetahuan
dan pemahaman guru tersebut atas bimbingan dan konseling tersebut.
3. Tingkat pengetahuan dan pemahaman guru atas bimbingan dan
konseling akan menentukan keberhasilan guru tersebut dalam
melaksanakan proses bimbingan dan pembinaan prestasi belajar siswa
secara keseluruhan. Dengan kata lain, tingkat pengetahuan dan
pemahaman guru terhadap bimbingan dan konseling ini merupakan
faktor yang menentukan keberhasilan pembinaan dan bmbingan belajar
siswa.
4. Pengujian yang dilakukan atas data yang diperoleh dari hasil penelitian
membuktikan bahwa data tersebut telah berdistribusi normal dan
berasal dari data yang homogen. Hal ini dijelaskan oleh pengujian
homogenitas varians pembinaan belajar siswa (Y) atas pemahaman
guru tentang bimbingan dan konseling (X) diperoleh nilai hitung χ2hitung
= 3,471 lebih kecil dari χ2tabel = 19,675 untuk 0,05 dengan dk 11,
sehingga Ho diterima. Ini berarti varian Y atas X adalah homogen.
5. Harga Fhitung regresi diperoleh sebesar 24,261 sedangkan harga Ftabel
dengan dk pembilang 1 dan dk penyebut 16 pada taraf signifikan 0,05
sebesar 6,189 ternyata Fhitung regresi lebih besar dari harga Ftabel, maka
dapat disimpulkan bahwa koefisien regresi Y atas X1 sangat berarti
pada taraf signifikansi 0,05.
6. Harga F tuna cocok hasil perhitungan diperoleh sebesar 0,626
sedangkan Ftabel dengan dk pembilang 9 dan dk penyebut 8 pada taraf
signifikansi 0,05 sebesar 5,47. Ternyata Fhitung tuna cocok lebih kecil
dari Ftabel maka dapat disimpulkan bahwa regresi Y terhadap X adalah
Linier.
7. Persamaan regresi yang diperoleh menunjukkan Y = 0,211 + 1,008 X
yang berarti setiap kenaikan skor tingkat pemahaman guru tentang
bimbingan dan konseling akan menyebabkan kenaikan hasil pembinaan
dan bimbingan belajar siswa sebesar 1,008 pada konstanta 0,211.
8. Harga thitung yang diperoleh adalah 4,952 sedangkan dari tabel ditribusi
student “t” dengan dk 16 pada taraf signifikansi 0,05 diperoleh t sebesar
1,66 Oleh karena thitung lebih besar dari ttabel (4,952 > 1,66) maka dapat
disimpulkan bahwa variasi variabel Y dapat dijelaskan oleh X sebesar
59,2%.
B. Saran
Berdasarkan temuan hasil penelitian dikaitkan dengan tujuan
penelitian dan tuntutan perkembangan, pola manajemen pendidikan
khususnya yang terkait dengan kemampuan dan kom-petensi guru yang
mengisyaratkan terselenggaranya pola penge-lolaan belajar yang
akuntabel, terbuka, tematis, dan kontekstual, maka penulis menyarankan
sebagai berikut.
1. Seorang guru adalah sosok yang harus memiliki visi tepat yang
mampu mengakomodasikan tuntutan normatif, harapan anak didik,
orang tua dan masyarakat juga mampu meng-antisipasi perkembangan
global.
2. Sebagai sosok profesional, guru hendaknya menguasai bukan sekedar
materi pembelajaran dan strategi belajar mengajar belaka, tetapi juga
harus memiliki kemampuan dalam mengelola bimbingan dan
konseling yang sesungguhnya merupakan substansi dari pendidikan
itu sendiri.
3. Sikap profesional yang proporsional hanya akan dicapai oleh
peningkatan pembinaan dan pemberdayaan baik yang dilaku-kan
secara formal melalui jalur kedinasan maupun pember-dayaan diri.
Karena di lingkungan dinas pendidikan upaya pemberdayaan diri
relatif belum memuaskan, padahal inti dari semua pengembangan
kemampuan profesional seorang kepala sekolah akan berpulang
kepada dirinya sendiri.
4. Tingkat pendidikan bagaimanapun juga sangat berpengaruh terhadap
perkembangan perilaku dan sikap profesional guru. oleh sebab itu,
sangat disarankan kepada rekan-rekan guru yang masih belum
mengembangkan diri dalam peningkatan pendidikan formal dapat
segera meraih kesempatan yang ada sehingga profesionalitas guru
akan semakin dihargai dan memperoleh imbalan yang yang relatiof
lebih baik.
5. Kepada rekan-rekan yang akan mengadakan penelitian dengan fokus
masalah yang sama, disarankan untuk meneliti dan mencari variabel
yang lain yang dianggap lebih diterima dan strategis.