pengetahuan dan sikap mahasiswa fakultas … · berdasarkan susunan senyawa kimia, karena sifatnya...
TRANSCRIPT
PENGETAHUAN DAN SIKAP MAHASISWA FAKULTAS
PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR TERHADAP
RESISTENSI ANTIBIOTIK
RAFI URRAHMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2018
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengetahuan dan Sikap
Mahasiswa Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor terhadap Resistensi
Antibiotika dalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka pada bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2018
Rafi Urrahman
NIM B04140076
ABSTRAK
RAFI URRAHMAN. Pengetahuan dan Sikap Mahasiswa Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor terhadap Resistensi Antibiotik. Dibimbing oleh DENNY
WIDAYA LUKMAN dan AGUSTIN INDRAWATI.
Antibiotik merupakan sediaan obat yang dihasilkan dari cendawan atau
bakteri yang dapat mematikan atau menghambat pertumbuhan bakteri. Penggunaan
antibiotik yang tidak tepat dapat memicu terjadinya resistensi antibiotik. Jika suatu
bakteri resisten terhadap suatu antibakterial, maka organisme itu akan terus
bertumbuh meski telah dilakukan pemberian obat antibakterial. Penelitian ini
bertujuan untuk mendapatkan data tentang tingkat pengetahuan dan sikap
mahasiswa Fakultas Peternakan di Institut Pertanian Bogor terhadap resistensi
antibiotik. Penelitian dirancang menggunakan kajian lapang lintas seksional.
Besaran sampel pada penelitian ini ditentukan menggunakan metode acak
sederhana dari pangkalan data (database) mahasiswa semester 5 dan semester 7
setiap departemen yang ada di Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.
Besaran sampel pada penelitian ini sebanyak 48.2% dari 415 total populasi
sehingga didapatkan sampel sebanyak 200 orang. Data diperoleh melalui
wawancara kepada responden menggunakan kuesioner yang sudah disusun secara
terstruktur. Data dianalisis menggunakan program Statistical Products and Solution
Services version16 (SPSS V.16). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian
besar tingkat pengetahuan dan sikap mahasiswa di Fakultas Peternakan Institut
Pertanian Bogor terhadap resistensi antibiotik berada pada kategori sedang. Dalam
penelitian ini didapat hubungan yang nyata antara jenis kelamin dan pengetahuan
(p=0.047; r=0.127) dengan kekuatan hubungan yang lemah, serta terdapat
hubungan yang nyata antara pengetahuan dan sikap (p=0.001; r=-0.581) dengan
kekuatan hubungan yang kuat dan arah yang positif.
Kata kunci: pengetahuan, resistansi antibiotik, sikap
ABSTRACT
RAFI URRAHMAN. Knowledge and Attitude of Student of Faculty of Animal
Science, Bogor Agriculture University on Antibiotic Resistent. Supervised by
DENNY WIDAYA LUKMAN dan AGUSTIN INDRAWATI.
Antibiotics are antimicrobial drug produced by fungi or bacteria that kill or
inhibit bacterial growth. The misuse of antibiotics can contribute to antibiotic
resistant. If bacteria become resistant to antibiotic, bacteria will survive and
multiply eventhough antibiotic has been given. This research was aimed to obtain
the knowledge level and attitude of students from Faculty of Animal Science Bogor
Agricultural University on antibiotic resistant. This research was using conducted
cross-sectional study. The sample size for this study was determined by simple
random sampling from the database of 5th and 7th semester students every
department in the Faculty of Animal Science Bogor Agricultural University.
Sample size in this research is 48.2% out of 415 population total, then the sample
size obtained was 200 students. The data was obtained by interview respondent
using structured questionnaire. All the data were analyzed by using Statistical
Product and Solution Services version 16. (SPSS V. 16). The result showed that
generally the knowledge level and attitude of students from Faculty of Animal
Science Bogor Agricultural University on antibiotic resistant were moderate. This
research showed significant relationship between gender and knowledge but the
relationship was weak (p=0.047; r=0.127) and there was significant strong
relationship between knowledge and attitude (p=0.001; r=0.581).
Keywords: antibiotic resistance, attitude, knowledge
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan
pada
Fakultas Kedokteran Hewan
PENGETAHUAN DAN SIKAP MAHASISWA FAKULTAS
PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR TERHADAP
RESISTENSI ANTIBIOTIK
RAFI URRAHMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2018
Judul Skripsi : Pengetahuan dan Sikap Mahasiswa Fakultas Peternakan Institut
Pertanian Bogor terhadap Resistensi Antibiotik
Nama : Rafi Urrahman
NIM : B04140076
Disetujui oleh
Dr med vet drh Denny W Lukman, Msi
Pembimbing I
Dr drh Agustin Indrawati, MBiomed
Pembimbing II
Diketahui oleh
Prof Drh Agus Setiyono, MS, PhD, APVet
Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan
Fakultas Kedokteran Hewan IPB
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT atas segala
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Pengetahuan dan
Sikap Mahasiswa Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor terhadap Resistensi
Antibiotik ini.
Terimakasih penulis ucapkan kepada Dr med vet drh Denny Widaya Lukman,
MSi sebagai dosen pembimbing dan juga kepada Dr drh Agustin Indrawati,
MBiomed sebagai dosen pembimbing sekaligus dosen pembimbing akademik atas
segala bimbingan, dorongan, kritik, dan saran yang telah diberikan selama
penelitian dan penulisan skripsi.
Ungkapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada orang tau Bapak Arifin
dan Ibu Ratna Fitri, serta adik-adik (Lisa, Nanda, dan Najwan) atas segala dukungan
semangat dan doa yang telah diberikan. Terimakasih penulis juga ucapkan kepada
teman-teman Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor yang telah bersedia
menjadi responden dalam penelitian ini. Selanjutnya ungkapan terimakasih penulis
sampaikan kepada teman seperjuangan selama penelitian (Bagas Aris P, Aufiqih
Fachrian, dan Luthfi Assidiqi) dan teman-teman seangkatan Acinonyx 51 yang
sama-sama berjuang dalam menempuh pendidikan di Fakultas Kedokteran Hewan
Institut Pertanian Bogor.
Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak
kekurangan. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
sebagai evaluasi bagi penulis. Penulis sangat berharap skripsi ini dapat memberikan
manfaat bagi yang membutuhkan.
Bogor, Agustus 2018
Rafi Urrahman
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR LAMPIRAN ix
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
TINJAUAN PUSTAKA 2
Antibiotik 2
Resistensi Antibiotik 3
Dampak Resistensi Antibiotik Terhadap Kesehatan 3
Pengetahuan dan Sikap 3
BAHAN DAN METODE 4
Waktu dan Tempat Penelitian 4
Alat dan Bahan 4
Metode 4
Analisis Data 6
HASIL DAN PEMBAHASAN 6
Karakteristik Mahasiswa Fapet IPB 6
Pengetahuan Mahasiswa Fapet IPB terhadap Resistensi Antibiotik 7
Sikap Mahasiswa Fapet IPB terhadap Resistensi Antibiotik 8
Hubungan Karakteristik dengan Pengetahuan dan Sikap 8
Hubungan antara Pengetahuan dan Sikap 9
SIMPULAN DAN SARAN 9
Simpulan 9
Saran 9
DAFTAR PUSTAKA 10
LAMPIRAN 13
RIWAYAT HIDUP 19
DAFTAR TABEL
1 Besaran sampel mahasiswa Fapet IPB 5 2 Karakteristik mahasiswa Fapet IPB 7 3 Sebaran berdasarkan tingkat pengetahuan mahasiswa Fapet IPB terhadap
resistensi antibiotik 7 4 Sebaran berdasarkan tingkat sikap mahasiswa Fapet IPB terhadap
resistensi antibiotik 8 5 Hubungan karakteristik dengan pengetahuan dan sikap mahasiswa Fapet
IPB terhadap resistensi antibiotik 8 6 Hubungan antara pengetahuan dan sikap mahasiswa Fapet IPB terhadap
resistensi antibiotik 9
DAFTAR LAMPIRAN
1 Kuesioner tentang pengetahuan, sikap, dan perilaku terhadap resistensi
antibiotik 14
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Antibiotika adalah obat yang digunakan untuk mencegah dan mengobati
infeksi yang diakibatkan oleh bakteri (WHO 2017). Zat kimia ini dihasilkan oleh
mikroorganisme, terutama cendawan dan bakteri tanah, dan mempunyai khasiat
bakteriostatik atau bakteriosid terhadap satu atau beberapa mikroorganisme lain
yang rentan terhadap antibiotik (Sumardjo 2009). Pemakaian antibiotik selama lima
dekade terakhir mengalami peningkatan yang luar biasa, hal ini tidak hanya terjadi
di Indonesia tetapi juga menjadi masalah di negara maju seperti Amerika Serikat
(Utami 2011). The Center for Disease Control and Prevention menyebutkan
terdapat 50 juta peresepan antibiotik yang tidak diperlukan (unnescecery
prescribing) dari 150 juta peresepan setiap tahun (Akalin 2002).
Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2011) khusus untuk
kawasan Asia Tenggara, penggunaan antibiotik sangat tinggi bahkan lebih dari 80%
terjadi di banyak provinsi di Indonesia. Beberapa fakta di negara berkembang
menunjukan 40% anak-anak yang terkena diare akut, selain mendapatkan oralit
juga menerima antibiotik yang tidak semestinya diberikan. Ketika digunakan secara
tepat, antibiotik memberikan manfaat yang tidak perlu diragukan lagi, namun bila
dipakai atau diresepkan secara tidak tepat (irrational prescribing) dapat
menyebabkan resistensi antibiotik (Utami 2011).
Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dalam Pedoman Umum
Penggunaan Antibiotik (2011) hasil penelitian Antimicrobial Resistant in Indonesia
(AMRIN-Study) terbukti dari 2494 individu di masyarakat, 43% Escherichia coli
resisten terhadap berbagai jenis antibiotik antara lain: ampisilin (34%),
kotrimoksazol (29%) dan kloramfenikol (25%). Menurut Refdanita et al. (2004)
terdapat beberapa kasus resistensi antibiotik pada ruang rawat intensif Rumah Sakit
Fatmawati Jakarta pada tahun 2001-2002. Antibiotika golongan aminoglikosida
memiliki tingkat resistensi yang paling tinggi terhadap Klebsiella sp (80.0%),
Pseudomonas sp (70.7%) dan Escherichia coli (62.5%) untuk antibiotika kanamisin.
Antibiotika golongan sefalosporin memiliki resistensi tertinggi terhadap
Pseudomonas sp (92.2%), Klebsiella sp (84.4%), dan Escherichia coli (57.1%)
terhadap sefaleksin. Antibiotika golongan penisilin tingkat resistensi tertinggi
ditunjukkan oleh penisilin G terhadap Klebsiella sp (100%), Pseudomonas sp
(98.7%), Escherichia coli (94.5%). Resistensi yang tinggi juga terlihat juga pada
Escherichia coli (100 %), Klebsiella sp (98.2 %), Pseudomonas sp (97.4%)
terhadap ampisilin serta Klebsiella sp (100%), Pseudomonas sp (98.4%) dan
Escherichia coli (86.2%) terhadap amoksisilin. Antibiotika golongan lainnya
resistensi tertinggi diperlihatkan terhadap kloramfenikol, untuk ketiga jenis kuman
ini yaitu Klebsiella sp (84.8%), Pseudomonas sp (84.4%) dan Escherichia coli
(83.9%), dan tetrasiklin untuk Escherichia coli (83.9%), Pseudomonas sp (81.8%),
Klebsiella sp (80.0%).
Peningkatan kesadaran masyarakat terhadap resistensi antibiotik baik
penggunaannya terhadap manusia ataupun hewan sudah mulai ramai digerakkan.
Mahasiswa sebagai generasi muda dirasa perlu untuk mengetahui tentang bahaya
resistensi antibiotik. Mahasiswa Fakultas Peternakan dirasa memiliki perananan
2
penting dalam penggunaan antibiotik terhadap hewan. Menyadari hal ini peneliti
ingin mendapatkan informasi tentang pengetahuan dan sikap mahasiswa Fakultas
Peternakan Institut Pertanian Bogor (Fapet IPB) terhadap resistensi antibiotik.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data tentang tingkat pengetahuan
dan sikap mahasiswa Fapet IPB terhadap resistensi antibiotik, menganalisis
hubungan antara karakteristik dan pengetahuan serta sikap, dan menganalisis
hubungan antara pengetahuan dan sikap.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi tentang pencegahan
kasus resistensi antibiotik pada mahasiswa di lingkungan Kampus IPB. Serta
mampu memberikan informasi tentang sikap dalam menghadapi ancaman resistensi
antibiotik akibat penggunaan yang tidak tepat.
TINJAUAN PUSTAKA
Antibiotik
Antibiotika (anti = lawan, bios = hidup) adalah zat-zat kimia yang dihasilkan
oleh cendawan dan bakteri tanah, yang memiliki khasiat mematikan atau
menghambat pertumbuhan kuman, sedangkan toksisitasnya bagi manusia relatif
kecil (Tjay dan Rahardja 2002). Antibiotika juga diklasifikasikan berdasarkan cara
kerja maupun spektrum kerjanya. Penggunaan pembagian ini secara klinis masih
kurang bermanfaat. Klasifikasi yang paling sering dipakai adalah klasifikasi yang
berdasarkan susunan senyawa kimia, karena sifatnya praktis, nama obat yang
dipakai langsung terkait dengan golongan senyawa kimia masing-masing.
Antibiotika yang dibagi berdasar senyawa kimianya antara lain golongan penisilin,
sefalosporin, amfenikol, aminoglikosida, tetrasiklin, makrolida, linkosamid,
polipeptida, dan antimikrobakterium (Utami 2011). Antibiotika yang termasuk
golongan bakteriosid antara lain penisilin, sefalosporin, aminoglikosida (dosis
besar), kotrimoksazol, rifampisin, isoniazid dan lain-lain, sedangkan antibiotik
yang termasuk golongan bakteriostatik antara lain sulfonamida, tetrasiklin,
kloramfenikol, eritromisin, trimetropim, linkomisin, klindamisin, asam
paraaminosalisilat, dan lain-lain (Laurence dan Bennet 1987).
Antibiotika mulai populer digunakan sejak tahun 1942 dalam pengobatan
penyakit infeksi. Meskipun zat-zat kimia ini dapat memberikan hasil-hasil yang
memuaskan, penggunaanya harus dibatasi hanya untuk infeksi bakteri-bakteri yang
peka terhadapnya. Selain toksik, pemakaian yang tidak tepat dapat menimbulkan
hal-hal yang tidak diinginkan pasien, misalnya berkembangnya resistensi bakteri
dan timbulnya superinfeksi atau suprainfeksi (Sumardjo 2009).
3
Antibiotik mempunyai nilai tinggi terutama di bidang kesehatan karena
berguna dalam mengobati berbagai penyakit infeksi. Antibiotika juga berguna
dalam bidang kedokteran hewan untuk mengobati penyakit infeksi dan untuk
meningkatkan pertumbuhan hewan ternak, selain mempunyai arti penting dalam
bidang kesehatan manusia (Rahayu 2006).
Resistensi Antibiotik
Bakteri dapat menjadi sensitif atau resisten terhadap antibakterial tertentu.
Jika suatu bakteri sensitif terhadap suatu obat, maka organisme itu akan dihambat
atau dimusnahkan. Jika suatu bakteri resisten terhadap suatu antibakterial, maka
organisme itu akan terus bertumbuh meski telah dilakukan pemberian obat
antibakterial (Kee dan Hayes 1994).
Resistensi diawali dengan adanya paparan antibiotika, dan meskipun hanya
ada satu atau dua bakteri yang mampu bertahan hidup, bakteri tersebut mempunyai
peluang untuk menciptakan satu galur baru yang resisten. Satu galur baru yang
resisten ini bisa menyebar dari satu orang ke orang lain, memperbesar potensinya
dalam proporsi epidemik. Penyebaran ini dipermudah oleh lemahnya kontrol
infeksi dan penggunaan antibiotika yang luas (Peterson 2005).
Penyebab utama resistensi antibiotika adalah penggunaannya yang meluas
dan irasional. Lebih dari separuh pasien dalam perawatan rumah sakit menerima
antibiotik sebagai pengobatan ataupun profilaksis. Sekitar 80% konsumsi antibiotik
dipakai untuk kepentingan manusia dan sedikitnya 40% berdasar indikasi yang
kurang tepat, misalnya infeksi virus (Utami 2011).
Dampak Resistensi Antibiotik terhadap Kesehatan
Resistensi antibiotik terhadap mikroba menimbulkan beberapa konsekuensi
yang fatal. Penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri yang gagal berespon
terhadap pengobatan mengakibatkan perpanjangan penyakit, meningkatnya resiko
kematian, dan semakin lamanya masa rawat inap di rumah sakit. Ketika respon
terhadap pengobatan menjadi lambat bahkan gagal, pasien menjadi terinfeksi untuk
beberapa waktu yang lama (carrier). Hal ini memberikan peluang yang lebih besar
bagi galur resisten untuk menyebar kepada orang lain. Konsekuensi lainnya adalah
dari segi ekonomi baik untuk klinisi, pasien, health care administrator, perusahaan
farmasi, dan masyarakat. Biaya kesehatan akan semakin meningkat seiring dengan
dibutuhkannya antibiotika baru yang lebih kuat dan tentunya lebih mahal (Utami
2011).
Pengetahuan dan Sikap
Pengetahuan adalah landasan dasar dalam melakukan sesuatu hal sehingga
diharapkan memperoleh hasil yang baik. Pengetahuan mengarahkan seseorang
dalam melakukan aktivitasnya dengan benar dan sesuai. Menurut Notoatmodjo
(2003) pengetahuan seseorang tidak hanya dipengaruhi oleh lingkungan dan tingkat
4
pendidikan, tetapi juga dipengaruhi oleh sumber informasi, pengalaman, dan
kegiatan penyuluhan.
Sikap adalah reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu
stimulus atau objek (Notoatmojo 2003). Sikap merupakan kesiapan atau kesediaan
untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum
merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi
tindakan atau praktik. Suatu sikap belum tentu terwujud dalam suatu tindakan.
Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata/praktik diperlukan faktor
pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain fasilitas (Sarwono
2002).
Pengetahuan dan sikap terhadap resistensi antibiotik penting bagi mahasiswa,
sehingga diharapkan bisa meningkatkan kepedulian akan bahaya dari resistensi
antibiotik. Melalui pengetahuan dan informasi yang dimiliki, ancaman terhadap
resistensi antibiotik baik secara langsung atau tidak langsung dapat dicegah sejak
dini di lingkungan Kampus Institut Pertanian Bogor. Mahasiswa dapat mengerti
dan memahami bagaimana sikap agar terhindar dari risiko resistensi antibiotik.
Mahasiswa juga dapat mempraktikkan pengetahuan yang dimiliki agar risiko
terjadinya resistensi antibiotik tidak terjadi. Salah satu caranya dilakukan adalah
dengan menggunakan antibiotika sesuai dengan resep yang ditentukan oleh dokter.
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2017 sampai November 2017.
Penelitian ini dilakukan di lingkungan kampus Departemen Ilmu Produksi dan
Teknologi Peternakan (IPTP) dan Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan
(INTP) Fapet IPB.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah alat tulis kantor serta
komputer yang digunakan untuk mengolah data. Bahan yang digunakan adalah
lembaran kuesioner dan pakalan data (database) mahasiswa Departemen Ilmu
Produksi dan Teknologi Peternakan (IPTP) dan Departemen Ilmu Nutrisi dan
Teknologi Pakan (INTP) Fapet IPB semester 5 dan semester 7.
Metode
Desain Penelitian
Penelitian menggunakan kajian lapang lintas seksional (cross-sectional
study). Penelitian ini dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner yang
sudah disusun secara terstruktur untuk menjaring data-data yang diperlukan dalam
5
penelitian. Penelitian juga dilakukan dengan survey secara langsung terhadap
mahasiswa semester 5 dan semester 7 setiap departemen di Fapet IPB.
Penentuan Besaran Sampel
Populasi penelitian adalah mahasiswa Fapet IPB yang terdiri dari 2
departemen. Populasi kemudian dikelompokkan berdasarkan semester setiap
departemen yang ada di Fapet IPB. Pengambilan sampel dilakukan secara acak
berasal dari pangkalan data (database) mahasiswa semester 5 dan semester 7 setiap
departemen yang ada di Fapet IPB. Populasi mahasiswa Fapet IPB sebesar 415
orang yang terdiri dari 226 mahasiswa Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi
Peternakan dan 189 mahasiswa Departemen Ilmu dan Teknologi Pakan.
Besaran sampel pada penelitian ini sebanyak 48.2% dari 415 total populasi
yaitu sebanyak 200 orang. Besaran sampel yang diperoleh dibagi secara
proporsional di setiap departemen dan semester. Teknik penarikan sampel yang
digunakan adalah teknik penarikan contoh acak sederhana menggunakan program
Microsoft Excel 2013. Hasil pembagian sampel dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Besaran sampel mahasiswa Fapet IPB
Departemen
Semester
5 7
N n N n
IPTP 99 48 90 43
INTP 114 55 112 54
N: Jumlah populasi; n: Besaran sampel.
Kuesioner
Kuesioner disusun untuk mendapatkan data tentang karakteristik,
pengetahuan dan sikap mahasiswa Fapet IPB terhadap resistensi antibiotik.
Kuesioner terdiri atas tiga bagian yaitu karakteristik mahasiswa (responden),
tingkat pengetahuan mahasiswa terhadap resistensi antibiotik, dan sikap mahasiswa
terhadap resistensi antibiotik.
Uji validitas terhadap kuesioner telah dilakukan dengan metode Pearson,
yaitu mengorelasikan skor peubah jawaban responden dengan total skor masing-
masing peubah. Hasil korelasi dibandingkan dengan nilai kritis pada taraf signifikan
0.05. Menurut Sarwono (2006) validitas berkaitan dengan persoalan untuk
membatasi atau menekan kesalahan-kesalahan dalam penelitian sehingga hasil
diperoleh akurat dan berguna untuk dilaksanakan.
Pengukuran tingkat pengetahuan dilakukan dengan memberikan 15
pertanyaan tentang antibiotik. Setiap pertanyaan yang dijawab benar diberikan skor
1 dan skor 0 diberikan jika jawaban pertanyaan salah. Responden dikategorikan
beradasarkan tingkat pengetahuan kategori baik bila skor jawaban benar >75%,
kategori sedang bila skor jawaban benar antara 50-75%, dan kategori buruk bila
skor jawaban benar <50%. Pengukuran tingkat sikap dilakukan dengan
memberikan 15 pernyataan menggunakan skala Likert. Skala tersebut mempunyai
empat atau lebih butir-butir pernyataan yang dikombinasikan sehingga membentuk
sebuah skor atau nilai yang merepresentasikan sifat individu, misalkan pengetahuan
dan sikap (Budiaji 2013). Setiap skala diberi skor dengan ketentuan apabila
pernyataan yang bersifat positif dengan jawaban setuju diberi skor 2, kurang setuju
6
diberi skor 1, dan tidak setuju diberi skor 0, sedangkan untuk pernyataan yang
bersifat negatif dengan jawaban setuju diberi skor 0, kurang setuju diberi skor 1,
dan tidak setuju diberi skor 2.
Hasil penjumlahan skor yang didapatkan diubah kedalam data kualitatif
berupa baik, sedang, atau buruk. Responden dikategorikan memiliki tingkat
pengetahuan dan sikap yang baik jika mendapatkan skor benar >75%, kategori
sedang jika mendapatkan skor benar antara 50-75%, dan kategori buruk bila skor
benar <50% (Dabbak dan Arafa 2014).
Analisis Data
Analisis data dilakukan menggunakan program Statistical Products and
Solution Services version 16 (SPSS V.16). Data yang diperoleh dianalisis secara
deskriptif dan analitis. Data dianalisis menggunakan uji Chi-Square untuk
mengetahui hubungan antara peubah yang diamati. Selanjutnya, dilakukan uji
Gamma untuk melihat kekuatan dan arah korelasi. Kekuatan korelasi dibagi
menjadi tiga kategori yaitu lemah dengan nilai 0.10-0.29, sedang dengan nilai 0.30-
0.49, dan kuat dengan nilai 0.50-1.00. Arah korelasi dibagi menjadi dua yaitu
negatif dan positif (Wardana 2007).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Mahasiswa Fapet IPB
Karakteristik responden pada penelitian ini meliputi semester, jenis kelamin,
dan umur. Penelitian memperlihatkan bahwa sebanyak 103 orang (51.5%)
responden merupakan mahasiswa Fapet IPB semester 5 dan sebanyak 97 orang
(48.5%) dari responden merupakan mahasiswa Fapet IPB semester 7. Hanya sedikit
perbedaan antara responden laki-laki (49.5%) dan perempuan (50.5%) pada
penelitian ini. Sebagian besar responden (92.5%) berada pada tingkatan remaja
akhir dan sisanya (7.5%) berada pada tingkatan dewasa. Umur remaja akhir yaitu
17 sampai 21 tahun dan umur dewasa yaitu 22 sampai 25 tahun (Wong 2009).
Karakteristik mahasiswa Fapet IPB secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 2.
7
Tabel 2 Karakteristik mahasiswa Fapet IPB
Karakteristik Mahasiswa Total (n=200)
n %
Semester
5 103 51.5
7 97 48.5
Total 200 100
Jenis Kelamin
Laki-laki 99 49.5
Perempuan 101 50.5
Total 200 100
Umur
Remaja akhir (17-21 tahun) 185 92.5
Dewasa (22-25 tahun) 15 7.5
Total 200 100
Pengetahuan Mahasiswa Fapet IPB terhadap Resistensi Antibiotik
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar tingkat pengetahuan
mahasiswa Fapet IPB berada pada tingkat sedang. Hal ini dapat dilihat pada Tabel
3 bahwa dari 200 responden sebanyak 106 responden (53.0%) memiliki tingkat
pengetahuan sedang terhadap resistensi antibiotik, 75 responden (37.5%) memiliki
tingkat pengetahuan yang buruk, dan hanya 19 responden (9.5%) yang memiliki
tingkat pengetahuan yang baik. You (2008) yang menyatakan bahwa tingkat
pengetahuan pengguna antibiotik masyarakat Hongkong pada umumya berada pada
tingkat sedang. Sebaran pengetahuan mahasiswa Fapet IPB terhadap resistensi
antibiotik dapat dilihat dari Tabel 3.
Tabel 3 Sebaran berdasarkan tingkat pengetahuan mahasiswa Fapet IPB terhadap
antibiotik
Pengetahuan Semester 5 Semester 7 Total
N % n % N %
Buruk 44 22.0 31 15.5 75 37.5
Sedang 51 25.5 55 27.5 106 53.0
Baik 8 4.0 11 5.5 19 9.5
Pengetahuan mahasiswa Fapet IPB terhadap resistensi antibiotik tergolong
sedang, namun persentase tingkat pengetahuan dalam kategori rendah masih cukup
tinggi (37.5%). Hal ini dapat terjadi karena kurangnya informasi tentang resistensi
antibiotik dikalangan mahasiswa maupun masyarakat. Pengetahuan sangat
dipengaruhi oleh keterpaparan media informasi (Purnawan dan Kardiwinata 2013).
Menurut Wowiling (2013) penyuluhan merupakan salah satu cara yang dapat
dilakukan untuk menambah pengetahuan/informasi bagi masyarakat.
8
Sikap Mahasiswa Fapet IPB terhadap Resistensi Antibiotik
Hasil penelitian menunjukkan bahwa umumnya tingkat sikap mahasiswa
Fapet IPB berada pada tingkat sedang. Hal ini dapat dilihat dari nilai persentase
pada tingkat sedang yang sangat tinggi (76.0%), lalu diikuti oleh tingkat baik
(14.0%) dan tingkat buruk (10%). Sebaran sikap mahasiswa Fapet IPB dapat dilihat
pada Tabel 4.
Tabel 4 Sebaran berdasarkan tingkat sikap mahasiswa Fapet IPB terhadap
resistensi antibiotik
Sikap Semester 5 Semester 7 Total
n % n % n %
Buruk 10 5.0 10 5.0 20 10.0
Sedang 83 41.5 69 34.5 152 76.0
Baik 10 5.0 18 9.0 28 14.0
Oh (2011) menyatakan bahwa sikap masyarakat Penang, Malaysia terhadap
penggunaan antibiotik yang berhubungan dengan resistensi antibiotik berada pada
tingkat sedang. Sikap adalah reaksi tertutup terhadap suatu stimulus atau objek.
Sikap merupakan hasil kesiapan dan kesediaan untuk bertindak yang dipengaruhi
oleh pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi (Notoatmodjo 2011).
Pengetahuan mahasiswa Fapet IPB bisa merupakan faktor yang mempengaruhi
sikap responden terhadap resistensi antibiotik.
Hubungan Karakteristik dengan Pengetahuan dan Sikap
Berdasarkan hasil penelitian terhadap peubah karakteristik (semester, jenis
kelamin, dan umur) dengan tingkat pengetahuan dan sikap diperoleh hubungan
nyata antara peubah jenis kelamin dengan pengetahuan (p=0.047; p<0.05).
Kekuatan hubungan antara jenis kelamin dan pengetahuan memiliki kekuatan
hubungan lemah yang didapatkan melalui uji Gamma dengan nilai korelasi r=0.127.
Hal tersebut berarti bahwa responden berjenis kelamin perempuan memiliki tingkat
pengetahuan yang lebih baik dibandingkan responden berjenis kelamin laki-laki.
Hubungan karakteristik dengan tingkat pengetahuan dan sikap mahasiswa Fapet
IPB terhadap resistensi antibiotik dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Hubungan karakteristik dengan pengetahuan dan sikap mahasiswa Fapet
IPB terhadap resistensi antibiotik
Karakteristik Pengetahuan Sikap
Niali p r Nilai p r
Semester
Jenis kelamin
Umur
0.266
0.047*
0.086
-0.209
0.127
0.354
0.183
0.307
0.062
-0.187
0.220
0.057
*berbeda nyata pada p<0.05
9
Hal ini sama dengan penilitian yang dilakukan oleh Oh (2011) yang
menyatakan bahwa ada hubungan nyata antara jenis kelamin dengan tingkat
pengetahuan tentang penggunaan antibiotik pada masyarakat di Penang, Malaysia.
Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap
Berdasarkan hasil penelitian terhadap peubah pengetahuan dan sikap terdapat
hubungan nyata antara tingkat pengetahuan dan sikap(p=0.001; p<0.05). Kekuatan
korelasi antar kedua peubah ini memiliki kekuatan korelasi yang kuat dan arah yang
positif yang didapat dari uji Gamma dengan nilai korelasi r=0.581. Hubungan
antara pengetahuan dan sikap mahasiswa Fapet IPB terhadap resistensi antibiotik
dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6 Hubungan antara pengetahuan dan sikap mahasiswa Fapet IPB terhadap
resistensi antibiotik
Peubah Pengetahuan Sikap
Nilai p r Nilai p r
Pengetahuan 0.001* 0.581
Sikap 0.001* 0.581
*berbeda nyata pada p<0.05
Hasil ini membuktikan bahwa semakin baik tingkat pengetahuan responden
maka semakin baik sikap responden terhadap resistensi antibiotik. Sun (2011)
menyatakan ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang antibiotik dengan
sikap pada masyarakat di Korea Selatan.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Tingkat pengetahuan dan sikap mahasiswa Fapet IPB terhadap resistensi
antibiotik masih tergolong sedang. Penelitian ini mendapatkan hasil bahwa terdapat
hubungan nyata yang lemah antara jenis kelamin dan tingkat pengetahuan tentang
resistensi antibiotik. Berdasarkan hal tersebut dapat dinyatakan bahwa responden
berjenis kelamin perempuan memiliki tingkat pengetahuan yang lebih baik daripada
responden berjenis kelamin laki-laki. Selain itu, terdapat hubungan nyata yang kuat
antara tingkat pengetahuan dan sikap responden. Hal ini berarti bahwa semakin baik
pengetahuan responden maka semakin baik pula sikap responden terhadap
resistensi antibiotik.
Saran
Perlu dilakukan penelitian yang sama terhadap fakultas lain di IPB, sekolah-
sekolah, dan masyarakat sekitaran IPB. Serta perlu dilakukan sosialisasi tentang
penggunaan antibiotik yang bijak untuk mencegah terjadinya resistensi antibiotik.
10
DAFTAR PUSTAKA
Akalin EH. 2002. The evolution of guidelines in an era of cost containment. surgical
prophylaxis. J Hospital Infection. 50(1):S3-S7.
Budiaji W. 2013. Skala pengukuran dan jumlah respon skala Linkert. JIPP.
2(2):125-131.
Dabbak H, Arafa MA. 2014. Risk assessment and risk perception of coronary heart
disease in Gaza strip, Palestine. SCIRP. 6(21):2883-
2893.doi:10.4236/health.2014.621327.
Kee JL, Hayes ER. 1994. Farmakologi. Pendekatan Proses Keprawatan. Asih Y,
editor. Jakarta (ID): EGC.
[Kemenkes RI] Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Gunakan
Antibiotik Secara Tepat untuk Mencegah Kekebalan Kuman. Jakarta (ID):
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
[Kemenkes RI] Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Pedoman
Umum Penggunaan Antibiotik. Jakarta (ID): Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.
Laurence DR, Bennet PN. 1987. Clinical Pharmacology. Sixth Edition. London
(UK): Churchill Livingstone.
Notoatmodjo S. 2003. Pengantar Perilaku Kesehatan. Jakarta (ID): Universitas
Indonesia.
Notoatmodjo S. 2011. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta (ID): Rineka
Cipta.
Oh AL, Hassali MA, Al-Haddad MS, Sulaiman SAS, Shafie AA, Awaisu A. 2011.
Public knowledge and attitudes towards antibiotics usage: a cross-sectional
study among the general public in the state of Penang, Malaysia. J Infect Dev
Ctries. 5(5):338-347.
Peterson LR. 2005. Squeezing the antibiotic balloon: the impact of antimicrobial
classes on emerging resistance. Clin Microbiol Infect. 11(5):4-16.
Purnawan IN, Kardiwinata MP. 2013. Tingkat pengetahuan dan perilaku
pencegahan wisatawan terhadap penyakit rabies di Ubud sebagai daerah
tujuan wisata di Bali. JHC.1(2):65-71.
Rahayu T. 2006. Potensi antibiotik isolat bakteri Rizosfer terhadap bakteri
Escherichia coli multiresisten. Jurnal Sains dan Teknologi. 7(2):81-91.
Refdanita, Maksum R, Nurgani A, Endang P. 2004. Pola kepekaan kuman terhadap
antibiotika di ruang rawat intensif rumah sakit Fatmawati Jakarta tahun 2001
– 2002. Makara, Kesehatan. 8(2):41-48.
Sarwono J. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta (ID):
Graha Ilmu.
Sarwono SW. 2002. Psikologi Sosial: Individu dan Teori-Teori Psikologi Sosial.
Jakarta (ID): Balai Pustaka.
Sumardjo D. 2009. Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa
Kedokteran dan Program Strata I Fakultas Bioeksakta. Jakarta (ID): EGC.
Sun KS, Seongmi M, Jung KE. 2011. Public knowledge and attitudes regrading
antibiotic use in South Korea. J Korean Acad Nurs. 41(6):742-749.
Tjay TH, Rahardja K. 2002. Obat-obat Penting. Jakarta (ID): Alex Media
Kamputindo.
11
Utami RE. 2011. Antibiotika, resistensi, dan rasionalitas terapi. El-Hayah.
1(4):191-198.
Wardana A. 2007. Menggunakan SPSS dalam Penelitian Sosial. Yogyakarta (ID):
UNY Pr.
[WHO] World Health Organization. 2017. Antibioticresistance [internet]. [diunduh
2018 Jan 17]. Tersedia pada:
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs194/en/.
Wong DL, Eaton MH, Wilson D, Winkelstein ML, Schwartz P. 2009. Buku Ajar
Keperawatan Pediatrik. Agus S, Juniarti N, Kuncoro HY, penerjemah.
Jakarta (ID): EGC. Terjemahan dari: Wong’s Essentials of Pediatric Nursing.
Wowiling C, Goenawi LR, Citraningtyas G. 2013. Pengaruh penyuluhan
penggunaan antibiotika terhadap tingkat pengetahuan masyarakat di Kota
Manado. J Ilmiah Farmasi 2(3):24-28.
You JHS, Yau B, Choi KC, Chau CTS, Huang QR, Lee SS. 2008. Public knowledge,
attitudes, and behavior on antibiotic: a telephone survey in Hong Kong.
Infection. 36(2):153-157.
12
LAMPIRAN
13
LAMPIRAN
14
Lampiran 1 Kuesioner tentang pengetahuan, sikap, dan perilaku terhadap resistensi
antibiotik
KUESIONER PENELITIAN
Pernyataan Persetujuan
Assalamualaikum/ salam sejahtera saudara/i, saya Rafi Urrahman
mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor. Saat ini saya
sedang mengadakan penelitian yang berkaitan dengan Pengetahuan dan Sikap
Mahasiswa Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor terhadap Resistensi
Antibiotik, oleh karena itu saya membutuhkan waktu dan perhatian saudara/i
selama beberapa menit untuk menjawab pertanyaan. Semua jawaban yang saudara/i
sampaikan dan identitas saudara/i akan sangat dirahasiakan. Saya sangat
mengharapkan bantuan dari saudara/i untuk memberikan keterangan yang cermat
dan jujur.Namun saudara/i berhak menolak berpartisipasi dalam penelitian ini jika
tidak berkenan. Terima kasih atas waktunya. Sekarang akan saya mulai
wawancaranya.
Pernyataan Responden
Saya menyatakan bersedia untuk memberikan informasi
tentang pengetahuan dan sikap mahasiswa Fakultas Peternakan Institut Pertanian
Bogor terhadap resistensi antibiotik.
1. IDENTITAS RESPONDEN
1. Nomor urut Kuesioner (diisi oleh peneliti) :
2. Nama :
3. Departemen :
4. Angkatan :
5. Jenis Kelamin : L/P
6. Umur : ...............tahun
7. Asal Daerah :
15
2. PENGETAHUAN RESPONDEN
Untuk mengisi form pengetahuan terhadap resistensi antibiotik, Saudara/i
dimohon membaca pertanyaan-pertanyaan berikut dengan teliti. Setelah membaca
setiap pertanyaan, silakan berikan jawaban Saudara/i sejujurnya terhadap
pertanyaan tersebut. Jawaban dilakukan dengan memberikan tanda () pada
jawaban yang disediakan.
Pertanyaan:
1. Menurut saudara/i apa pengertian antibiotik?
o Suatu zat yang diproduksi oleh bakteri atau virus tertentu yang ditujukan
untuk menghentikan proses pertumbuhan bakteri
o Suatu zat yang diproduksi oleh bakteri atau virus tertentu yang ditujukan
untuk membunuh atau mematikan virus
o Semua jawaban salah
o Tidak tahu
2. Menurut saudara/i apa fungsi antibiotik?
o Membunuh target
o Menghambat pertumbuhan target
o Semua jawaban benar
o Tidak tahu
3. Menurut saudara/i apakah target dari antibiotik?
o Virus
o Bakteri
o Semua jawaban benar
o Tidak tahu
4. Menurut saudara/i antibiotik digunakan pada hewan apa saja?
o Hewan ternak
o Hewan peliharaan
o Semua jawaban benar
o Tidak tahu
5. Menurut saudara/i apakah antibiotik meninggalkan residu jika diterapkan pada
hewan?
o Iya
o Tidak
o Tidak tahu
6. Menurut saudara/i amankah jika mengonsumsi daging hewan yang baru diobati
dengan antibiotik?
o Aman
o Tidak aman
o Tidak tahu
16
7. Menurut saudara/i apa yang dimaksud dengan resistensi antibiotik?
o Makhluk hidup yang telah kebal terhadap bakteri
o Antibiotik tidak lagi memiliki kemampuan menghambat pertumbuhan atau
membunuh target
o Semua jawaban benar
o Tidak tahu
8. Menurut saudara/i resistensi antibiotik dapat terjadi pada apa?
o Manusia
o Hewan
o Mikroba
o Tidak tahu
9. Menurut saudara/i apakah resistensi antibiotik dapat menular antar
mikroorganisme?
o Dapat menular
o Tidak dapat menular
o Tidak tahu
10. Menurut saudara/i apakah resistensi antibiotik bisa diobati?
o Bisa diobati
o Tidak bisa diobati
o Tidak tahu
11. Menurut saudara/i apabila anda menderita diare, batuk, dan flu perlukah diobati
dengan antibiotik?
o Perlu
o Tidak perlu
o Tidak tahu
12. Menurut saudara/i apabila anda berobat dan diberikan antibiotik oleh dokter
apa yang anda lakukan?
o Mengonsumsi antibiotik sampai habis
o Mengonsumsi dan berhenti setelah sembuh tanpa harus menghabiskan
o Tidak mengonsumsi antibiotik
o Tidak tahu
13. Menurut saudara/i kemunculan atau kejadian resistensi antibiotik dikarenakan
oleh apa?
o Penggunaan antibiotik pada ternak yang tidak terkendali
o Ada residu antibiotik pada makanan asal hewan
o Semua jawaban benar
o Tidak tahu
14. Menurut saudara/i apa efek samping dari penggunaan antibiotik yang
berlebihan?
o Bakteri tidak ada di tubuh makhluk hidup tersebut
o Bakteri menjadi semakin lemah
17
o Bakteri menjadi kebal
o Tidak tahu
15. Menurut saudara/i bagaimana cara mencegah terjadinya resistensi antibiotik?
o Apabila diberi antibiotik, tidak mengonsumsi antibiotik tersebut
o Apabila diberi antibiotik, harus mengonsumsi antibiotik tersebut sampai
habis
o Semua jawaban benar
o Tidak tahu
3. SIKAP RESPONDEN
Untuk mengisi form sikap terhadap resistensi antibiotik, Saudara/i dimohon
membaca pernyataan-pernyataan berikut dengan teliti. Setelah membaca setiap
pernyataan, silakan berikan jawaban Saudara/i sejujurnya terhadap pertanyaan
tersebut. Jawaban dilakukan dengan memberi tanda () pada kolom, yakni “Setuju”,
“Kurang Setuju”, atau “Tidak Setuju”.
No Pernyataan Setuju Kurang
Setuju
Tidak
Setuju
1 Saya yakin antibiotik dibutuhkan hanya untuk
mengobati penyakit
2 Saya selalu menghabiskan antibiotik yang
diberikan oleh dokter
3 Menurut pendapat saya antibiotik dapat
mengobati penyakit yang disebabkan oleh
virus
4 Saya yakin pemberian antibiotik pada hewan
ternak tidak memengaruhi kualitas daging
hewan tersebut
5 Menurut pendapat saya resistensi antibiotik
tidak menjadi masalah dalam bidang kesehatan
6 Menurut pendapat saya resistensi antibiotik
dapat sembuh dengan sendirinya
7 Saya yakin dengan mengonsumsi antibiotik
yang banyak dapat membunuh bakteri lebih
cepat
8 Menurut pendapat saya resistensi antibiotik
dapat menular dari bakteri satu ke bakteri yang
lain
9 Saya mengetahui jenis antibiotik yang saya
konsumsi
10 Menurut pendapat saya makanan asal hewan
yang mengandung residu antibiotik tidak dapat
memicu terjadinya resistensi antibiotik pada
mikroorganisme di dalam tubuh manusia
18
11 Saya yakin daging hewan yang baru diobati
dengan antibiotik aman dikonsumsi
12 Menurut pendapat saya bahaya resistensi
antibiotik dapat diatasi dengan memasak
daging yang sempurna
13 Menurut saya adanya residu antibiotik pada
makanan asal hewan karena penggunaan
antibiotik yang tidak terkendali pada
peternakan
14 Menurut saya peternak tidak dapat
memberikan antibiotik jika hewannya sakit
tanpa pengawasan dokter hewan
15 Menurut pendapat saya antibiotik digunakan
jika saya menderita demam, batuk, dan diare
19
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir pada tanggal 17 Februari 1996 di Bangkinang dari ayah Arifin
dan ibu Ratna Fitri. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara.Penulis
menempuh pendidikan Sekolah Dasar di SDN 005 Pasir Sialang, Sekolah
Menengah Pertama di SMPN 1 Bangkinang, dan Sekolah Menengah Akhir di
SMAN 1 Bangkinang. Penulis diterima di Fakultas Kedokteran Hewan Institut
Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri
(SNMPTN) pada 2014.
Selama menempuh perkuliahan penulis aktif di organisasi Himpunan Minat
dan Profesi Ornithologi dan Unggas dari tahun 2016-2017, Ikatan Keluarga Pelajar
dan Mahasiswa Riau Bogor, dan Himpunan Keluarga Pelajar dan Mahasiswa
Kampar Bogor dan mengikuti segala macam kegiatan.