pengetahuan dan kebiasaan konsumsi makanan...

5
Media Gizi Pangan, Vol. XVIII, Edisi 2, 2014 Konsumis makanan jajanan, anak SD 47 PENGETAHUAN DAN KEBIASAAN KONSUMSI MAKANAN JAJANAN PADA ANAK SDN BADDOKA MAKASSAR Asmaruddin Pakhri 1 , Andi Mashuria 2 dan Nursalim 1 1 Jurusan Gizi, Politeknik Kesehatan Kemenkes, Makassar 2 Alumni Jurusan Gizi, Politeknik Kesehatan Kemenkes, Makassar Abstract Background: School age children have a habit to consumption food habits snack. The less nutritious food that doesn’t meet health requirements will treaten student health. Teachers as role models for school students are expected to play a role in the supervision of food safety snacks, especially those found in schools, both in the school cafeteria and around the school. Objectives: This study aims to overview the knowledge and snack consumption habits in children Baddoka Elementary School Biringkanaya District of Makassar. Methods: This research is a descriptive study. The population in this study were all students at Baddoka Elementary School Biringkanaya District of Makassar, amounting to 346 children. The samples in this study were students of class IV and V amounts to 119 students based on purposive sampling criteria. Result: Results reveal child's level of knowledge about the consumption of snacks mostly have good knowledge level is 77,3% and has less snack consumption habits as much as 58.0%. Statistics analizes of Level of knowledge about the consumption of snacks and snack consumption habits has P 0,771, was no significants. Conclusions: Based on the results of this study concluded that the samples have good knowledge and habits of the sample is still lacking. Advice for schools to better monitor food sold in school canteens and vending food in the school environment. Keywords: Knowledge, Habits, School Children, Snacks PENDAHULUAN Menurut FAO jajanan didefenisikan sebagai makanan dan minuman yang dipersiapkan dan dijual oleh pedagang kaki lima di jalanan dan tempat-tempat umum lainnya yang langsung dikonsumsi tanpa pengolahan atau dipersiapkan lebih lanjut (Februhartanty,2004) Keamanan makanan merupakan aspek yang sangat penting dalam kehidupan sehari- hari. Kurangnya perhatian terhadap hal ini sering mengakibatkan dampak seperti gangguan kesehatan pada konsumennya, mulai dari keracunan pangan dikarenakan tidak higienisnya proses penyiapan dan penyajian sampai resiko munculnya penyakit kanker (Efriza, 2009 ). Jajanan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Pangan jajanan diharapkan selain harga yang murah dan jenisnya yang beragam, juga menyumbangkan kontribusi yang cukup penting akan kebutuhan gizi. Anak sekolah sangat menyukai pangan jajanan. Oleh karena itu, para pedagang berupaya untuk memberikan penampilan yang menarik dan rasa yang disenangi anakanak dengan menambahkan bahanbahan tertentu tanpa memperdulikan keamanannya (Rina,2007). Pengujian keamanan makanan jajanan yang dilakukan Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) tahun 2006 terhadap pangan jajanan diketahui bahwa pada 13.536 sampel menunjukkan 11.871 (87,69%) sampel memenuhi syarat dan 1.665 (12,31%) sampel tidak memenuhi syarat. Pangan yang tidak memenuhi syarat disebabkan karena menggunakan pemanis buatan bukan untuk makanan diet (31%), menggunakan benzoat melebihi batas (7,93%), menggunakan formalin (8,88%), menggunakan boraks (8,05%), menggunakan pewarna bukan untuk makanan (12,67%), dan cemaran mikroba (19,10%). Berdasarkan penelitian BPOM 2009 dengan skala nasional, tentang Pangan

Upload: vandang

Post on 06-Feb-2018

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Media Gizi Pangan, Vol. XVIII, Edisi 2, 2014 Konsumis makanan jajanan, anak SD

47

PENGETAHUAN DAN KEBIASAAN KONSUMSI MAKANAN JAJANAN PADA ANAK SDN BADDOKA MAKASSAR

Asmaruddin Pakhri1 , Andi Mashuria

2 dan Nursalim

1

1Jurusan Gizi, Politeknik Kesehatan Kemenkes, Makassar

2Alumni Jurusan Gizi, Politeknik Kesehatan Kemenkes, Makassar

Abstract

Background: School age children have a habit to consumption food habits snack. The less nutritious food that doesn’t meet health requirements will treaten student health. Teachers as role models for school students are expected to play a role in the supervision of food safety snacks, especially those found in schools, both in the school cafeteria and around the school. Objectives: This study aims to overview the knowledge and snack consumption habits in children Baddoka Elementary School Biringkanaya District of Makassar. Methods: This research is a descriptive study. The population in this study were all students at Baddoka Elementary School Biringkanaya District of Makassar, amounting to 346 children. The samples in this study were students of class IV and V amounts to 119 students based on purposive sampling criteria. Result: Results reveal child's level of knowledge about the consumption of snacks mostly have good knowledge level is 77,3% and has less snack consumption habits as much as 58.0%. Statistics analizes of Level of knowledge about the consumption of snacks and snack consumption habits has P 0,771, was no significants. Conclusions: Based on the results of this study concluded that the samples have good knowledge and habits of the sample is still lacking. Advice for schools to better monitor food sold in school canteens and vending food in the school environment. Keywords: Knowledge, Habits, School Children, Snacks

PENDAHULUAN

Menurut FAO jajanan didefenisikan sebagai makanan dan minuman yang dipersiapkan dan dijual oleh pedagang kaki lima di jalanan dan tempat-tempat umum lainnya yang langsung dikonsumsi tanpa pengolahan atau dipersiapkan lebih lanjut (Februhartanty,2004)

Keamanan makanan merupakan aspek yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Kurangnya perhatian terhadap hal ini sering mengakibatkan dampak seperti gangguan kesehatan pada konsumennya, mulai dari keracunan pangan dikarenakan tidak higienisnya proses penyiapan dan penyajian sampai resiko munculnya penyakit kanker (Efriza, 2009 ).

Jajanan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Pangan jajanan diharapkan selain harga yang murah dan jenisnya yang beragam, juga menyumbangkan kontribusi yang cukup penting akan kebutuhan gizi. Anak sekolah

sangat menyukai pangan jajanan. Oleh karena itu, para pedagang berupaya untuk memberikan penampilan yang menarik dan rasa yang disenangi anak–anak dengan menambahkan bahan–bahan tertentu tanpa memperdulikan keamanannya (Rina,2007).

Pengujian keamanan makanan jajanan yang dilakukan Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) tahun 2006 terhadap pangan jajanan diketahui bahwa pada 13.536 sampel menunjukkan 11.871 (87,69%) sampel memenuhi syarat dan 1.665 (12,31%) sampel tidak memenuhi syarat. Pangan yang tidak memenuhi syarat disebabkan karena menggunakan pemanis buatan bukan untuk makanan diet (31%), menggunakan benzoat melebihi batas (7,93%), menggunakan formalin (8,88%), menggunakan boraks (8,05%), menggunakan pewarna bukan untuk makanan (12,67%), dan cemaran mikroba (19,10%).

Berdasarkan penelitian BPOM 2009 dengan skala nasional, tentang Pangan

Media Gizi Pangan, Vol. XVIII, Edisi 2, 2014 Konsumis makanan jajanan, anak SD

48

Jajanan Anak Sekolah (PJAS). Sebanyak 55% sekolah yang di survei telah memiliki peraturan tentang PJAS dan terdapat 37 % sekolah yang tidak memiliki peraturan tentang PJAS. Peraturan tersebut sebagian besar (95%) dikeluarkan oleh sekolah meskipun ada juga yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan maupun Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota. Peraturan tersebut sebagian besar (68,4%) mengatur tentang siswa kemudian mengatur tentang penjaja PJAS (65,7%) dan mengatur tentang kantin sekolah (57,0%)

BPOM menempatkan Provinsi Sulawesi Selatan diurutan kedua dalam kasus keracunan makanan setelah Jawa Barat. Keracunan yang ditemukan pada sekolah sekitar 15% terutama pada anak sekolah dasar (Rahmanita, 2011 ).

Masalah keamanan jajanan di sekitar sekolah antara lain ditemukannya (1) produk pangan olahan yang tercemar bahan berbahaya (mikrobiologis & kimia), (2) pangan siap saji yang belum memenuhi syarat higiene & sanitasi, dan sumbangan pangan yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan. Penyebabnya, tata cara penanganan pangan yang mengabaikan aspek keamanan pangan, ketidak tahuan konsumen (anak-anak sekolah & guru) akan pangan jajanan yang aman (Agustina,2002).

Kebiasaan jajan pada anak sangat erat hubungannya dengan kehidupan ekonomi dan kebiasaan makan yang terdapat di lingkungan keluarga, untuk itu perlu peran orang tua, terutama ibu rumah tangga sebagai penjaga gerbang (gate keeper) yang bertanggung jawab dalam pemilihan dan persiapan hidangan bagi keluarga (Engel et al, 1994). Selain itu, peran guru tidak dapat dihilangkan dimana guru sebagai panutan bagi siswa di sekolah diharapkan dapat berperan dalam pengawasan terhadap peredaran pangan jajanan, khususnya yang terdapat di sekolah. Disamping peranan guru untuk mendidik siswa agar menjadi pintar dan cerdas, guru juga berperan dan berkewajiban melindungi siswa dari mengkonsumsi jajanan yang tidak aman.

Berdasarkan data yang diperoleh dari BPOM provinsi Sulawesi Selatan, pada pengawasan pangan jajanan anak sekolah dasar di 16 kabupaten/kota menunjukkan 79,8% sampel memenuhi syarat dan 20,2% sampel tidak memenuhi syarat (Boraks, Rhodamin B, Siklamat, Sakarin) (BPOM 2011)

Berdasarkan hasil observasi awal di SDN Baddoka Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar pangan jajanan di sekolah tersebut dapat dikelompokkan menjadi beberapa

kategori, yaitu : Makanan utama : Nasi kuning, mie pangsit, siomay, cilok. pangan atau kue-kue : keripik, jalangkote, kentang goreng, donat dan bakwan . Minuman : Es teh dan es cendol.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti melakukan kajian tentang pengetahuan dan kebiasaan konsumsi makanan jajanan yang pada anak SDN Baddoka Makassar.

METODE

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yang dilaksanakan pada anak sekolah dasar di SDN Baddoka Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar pada bulan Desember sampai bulan Agustus 2014.

Populasi dari penelitian ini adalah semua siswa di SDN Baddoka Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar pada bulan Desember sampai bulan Agustus 2014, sebanyak 346 orang. Penentuan sampel siswa SD dilakukan secara purposive dengan mengambil seluruh siswa kelas IV dan V, dengan kriteria sekolah adalah memiliki peraturan tentang PJAS dan memiliki kantin sekolah. Sampel Produk Jajanan yang diambil adalah produk jajanan local dan bukan lokal.

Pengumpulan data melalui wawancara dengan menggunakan kuisioner terhadap sampel. Semua data dicatat dari hasil penelitian kemudian diolah dengan menggunakan program SPSS. Langkah awal dimulai dengan editing, coding, data entry, dan dilanjutkan dengan tabulasi.

Media Gizi Pangan, Vol. XVIII, Edisi 2, 2014 Konsumis makanan jajanan, anak SD

49

HASIL PENELITIAN Pengetahuan tentang konsumsi makanan jajanan

Tabel 01

Distribusi Kategori Pengetahuan Sampel Tentang Konsumsi Makanan Jajanan

Aspek Pengetahuan Baik Kurang

n % n %

Jajanan yang sehat tidak bau basi, tak berjamur dan rasa tidak berubah

106 89,1 13 10,9

Efek mengkonsumsi makanan tak sehat adalah gangguan pencernaan

101 84,9 18 15,1

Pembuat makanan memakai penutup kepala, celemek dan kaos tangan

88 73,9 31 26,1

Tempat penjualan makanan bersih dan tertutup

101 84,9 18 15,1

Ciri makanan jajanan yang sehat tidak basi dan tidak berjamur

95 79,8 24 20,2

Makanan jajanan yang telah masak disimpan di wadah tertutup

101 84,9 18 15,1

Kuku jari tangan penjamah makanan di kantin sekolah bersih, pendek dan rapi

100 84,0 19 16,0

Cara memilih makanan jajanan adalah enak, bersih dan bergizi

105 88,2 14 11,8

Pengolahan jajanan memperhatikan kebersihan alat, tempat dan lokasi

41 35,5 78 65,5

Total Pengetahuan 92 77,3 27 22,7

Berdasarkan tabel 01 di atas dapat dilihat

bahwa pada umumnya pengetahuan siswa Sekolah Dasar tentang konsumsi makanan jajanan pada SDN Baddoka Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar tergolong baik terlihat dari hasil penelitian dimana dari 119

orang yaitu sebanyak 92 anak (77,3 %) memiliki pengetahuan yang baik.

Kebiasaan tentang konsumsi makanan jajanan

Tabel 02

Distribusi Kategori Kebiasaan Sampel Tentang Konsumsi Makanan Jajanan

Aspek Konsumsi Makanan

Baik Kurang

n % n %

Sering jajan makanan yang sehat di sekolah

78 65,5 41 34,5

Jajan makanan di sekolah tiap hari

78 65,5 41 34,5

Jajan di sekolah karena lapar

67 56,3 52 43,7

Porsi makanan jajan di sekolah cukup

76 63,9 43 36,1

Jenis jajanan yang dibeli di sekolah nasi kuning,mie pangsit, jalan kote,bakwan

71 59,7 48 40,3

Jenis minuman yang dibeli di sekolah adalah minuman kemasan

5 4,2 114 95,8

Cara pengolahan jajan yang dibeli adalah digoreng

94 79,0 25 21,0

Tempat membeli makanan jajan adalah kantin/warung sekolah

10 8,4 109 91,6

Total Kebiasaan Konsumsi Makan

50 42,0 69 58,0

Berdasarkan tabel 02 di atas dapat dilihat

bahwa pada umumnya kebiasaan siswa tentang konsumsi makanan jajanan pada SDN Baddoka Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar masih kurang terlihat dari hasil penelitian dimana dari 119 orang sebagian besar yaitu sebanyak 58.0 % memiliki praktek kebiasaan jajan yang kurang baik. Kebiasaan yang kurang sehat adalah minuman yang dibeli es cendol/sirop dan tempat membeli makanan adalah penjual gerobak/keliling.

Tabel 03

Distribusi Kebiasaan Konsumsi Makanan Jajanan Menurut Pengetahuan

Pengetahuan Jajan baik

Jumlah

% Jajan Kurang

Jumlah

% Total

Jumlah

%

P

Baik 38 31,9 54 45,4 92 77,3

Kurang 12 10,1 15 12,6 27 22,7

Total 50 42,0 69 58,0 119 100 0,771

Media Gizi Pangan, Vol. XVIII, Edisi 2, 2014 Konsumis makanan jajanan, anak SD

50

Jenis Jajanan yang dijual di kantin dan luar sekolah di SDN Baddoka Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar adalah beraneka ragam. Jenis jajanan lokal yang sehat adalah nasi kuning, jalang kote, bakwan dan mie pangsit,. Jajanan lokal yang kurang sehat adalah kentang goreng, donat, tela-tela, es teh dan es cendol. Jajanan bukan lokal adalah biskuat, malkist, superco, saltcis, timtam, slai olay, susu milkita, gery coklat, roti, susu Indomilk, ultra milk dan teh gelas, umumnya tergolong sehat. PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian tingkat pengetahuan sampel tentang konsumsi jajanan yang sehat pada sekolah dasar sudah tergolong baik dimana sebagian besar dengan kategori baik yaitu sebanyak 92 orang (77,3 %).

Dari hasil wawancara dengan sampel, diketahui bahwa di sekolah juga siswa mendapat mata pelajaran yang berhubungan dengan makanan yang sehat diantaranya mata pelajaran Bahasa Indonesia, Ilmu Pengetahuan Alam dan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Olahraga, namun masih terdapat makanan jajanan yang tidak sesuai dengan yang diharapkan yang dijual pada SD tersebut. Hal ini disebabkan karena kurangnya perilaku serta sikap dari penjual dan guru untuk mengawasi pedagang serta anak sekolah yang membeli makanan jajanan sembarangan.

Sumber informasi tentang makanan dan minuman jajanan pada umumnya berasal dari televisi, ini merupakan salah satu hasil penelitian dari Sitorus, (2008). Hasil penelitian Purtiantini, (2010) tentang pengetahuan dan sikap mengenai pemilihan makanan jajanan dengan perilaku anak dalam memilih makanan di SDIT Muhammadiyah Al Kautsar Gumpang Kartasura Surakarta juga ditemukan sebanyak 96.6 % siswa SD mempunyai pengetahuan baik. Hal ini disebabkan karena lokasi penelitian berada di daerah perkotaan sehingga lebih mudah akses informasinya.

Tingkat kebiasaan responden tentang konsumsi jajanan pada sekolah dasar tergolong masih kurang yaitu sebanyak 69 sampel (58.0%). Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu tingkat lingkungan, pengalaman, dan sosial ekonomi.

Hasil penelitian Purtiantini, (2010) tentang pengetahuan dan sikap mengenai pemilihan makanan jajanan dengan perilaku anak memilih makanan di SDIT Muhammadiyah Al Kautsar Gumpang Kartasura Surakarta juga

menemukan sebanyak 43.1 % siswa SD mempunyai perilaku yang baik. Hal ini disebabkan karena banyak faktor yang mempengaruhi terbentuknya perilaku selain pengetahuan dan sikap mengenai pemilihan jajanan.

Berdasarkan hasil observasi di kantin dan lingkungan luar sekolah ditemukan jenis jajanan lokal yaitu nasi kuning, kentang goreng, jalang kote, bakwan, donat, mie pangsit, tela-tela, dan es teh. Berdasarkan kriteria jajanan bukan lokal yang dijual di kantin dan di lingkungan luar sekolah seperti biskuat, malkist, superco, saltcis, timtam, slai olay, susu milkita, gery coklat, roti, susu indomilk, ultra milk, teh gelas.

BPOM tahun 2009 menguji makanan jajanan siswa di sekolah pada 195 sekolah dasar di 18 provinsi diantaranya Jakarta, Surabaya, Semarang, Bandar Lampung, Denpasar dan Padang dengan jumlah makanan 861 contoh. Hasil uji menunjukkan 39.9% (344 jajanan) tidak memenuhi syarat keamanan pangan seperti es sirup atau buah (48.2%) dan minuman ringan (62.5%) yang mengandung bahan berbahaya dan tercemar bakteri pathogen. Jenis lain yang tidak memenuhi syarat adalah saus dan sambal (61.5%) serta kerupuk (56.2%), dari total jajanan itu, 10,45% mengandung pewarna yang dilarang yakni rhodamin B, methanol yellow dan amaranth. Sebagian contoh jajanan mengandung boraks, formalin, siklamat, sakarin, dan benzoat melebihi batas.

KESIMPULAN

Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian dapat disimpulkan bahwa : 1. Pengetahuan siswa Sekolah Dasar

tentang konsumsi jajanan yang sehat pada SDN Baddoka Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar sudah baik dimana dari 119 orang sebagian besar yaitu sebanyak 77,3 % memiliki pengetahuan yang baik.

2. Praktek siswa Sekolah Dasar tentang konsumsi jajanan yang sehat pada SDN Baddoka Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar masih kurang terlihat dari hasil penelitian dimana dari 119 orang sebagian besar yaitu sebanyak 58.0 % memiliki praktek yang kurang.

3. Analisis hubungan pengetahuan gizi dengan kebiasaan jajan anak sekolah didapatkan nilai P 0,771 yang berarti tidak bermakna

4. Jenis jajanan yang dijual di kantin dan lingkungan sekolah ditemukan jenis jajanan lokal yang sehat yaitu nasi kuning,

Media Gizi Pangan, Vol. XVIII, Edisi 2, 2014 Konsumis makanan jajanan, anak SD

51

jalang kote, bakwan dan mie pangsit. Jajanan lokal yang kurang sehat adalah donat, kentang goreng,, tela-tela dan es teh. Berdasarkan kriteria jajanan bukan lokal yang dijual di kantin dan di lingkungan sekolah cukup sehat seperti biskuat, malkist, superco, saltcis, timtam, slai olay, susu milkita, gery coklat, roti, susu indomilk, ultra milk, teh gelas.

SARAN Diharapkan kepada guru untuk

memantau makanan yang dijual di kantin sekolah dan penjual makanan di lingkungan sekolah agar lebih sehat dan aman untuk dikonsumsi, memberlakukan peraturan kepada penjual makanan keliling yang mangkal di lingkungan sekolah sesuai syarat-syarat kesehatan serta meningkatkan kesadaran siswa untuk tidak jajan sembangan guna memperkecil jumlah gangguan kesehatan pada anak sekolah dasar.

DAFTAR PUSTAKA Agustina C. 2002. Keamanan Mikrobiologis

Makanan Jajanan Sekolah di Bogor. Skripsi. Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Badan POM 2011. Laporan Tahunan 2011. Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan. Deputi Bidang Pengawasan keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya. Makassar.

BPOM. 2007. Food Watch Sistem Keamanan Pangan terpadu Kejadian Luar Biasa Keracunan Pangan. http://www.pom.go.id [19 november 2013].

Efriza. 2009. Efektivitas Media Promosi Dalam Meningkatkan Pengetahuan Siswa,

Guru, dan Pedagang Tentang Keamanan Pangan. Thesis. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Engel et al. 1994. Perilaku Konsumen. Jakarta: Binarupa Aksara.

Februhartanty,dkk, 2004. Amankah Makanan Jajanan Anak Sekolah di Indonesia. (http:www.gizi.net.ogibin/berita/fullnews.egi). Diakses tanggal 1 November 2013.

Iswaranti., Widjajarta M.,dan Februhartanty J. 2007. Jajanan di Indonesia Berkualitas Buruk. Diakses : 19 november 2013. http://www.republika.co.id.

Muhilal, D. Damayanti . 2006. Gizi Seimbang Untuk Anak Usia Sekolah Dasar. Jakarta : PT. Primamedia Pustaka.

Notoadmojo S. 2007. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta . Nuraida et al. 2009. Pedoman menuju kantin

sehat. Bogor: Seafast Center. Purtiantini 2010. pengetahuan dan sikap

mengenai pemilihan makanan jajanan dengan perilaku anak memilih makanan di SDIT Muhammadiyah Al Kautsar Gumpang Kartasura Surakarta .skripsi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Rahmanita I.2011. Hubungan Pengetahuan, Sikap Serta Perilaku Ibu Mengenai Jajanan Anak Sd yang Mengandung Bahan Pengawet Dan Pewarna Di Kelurahan Beringin Jambi.

Rina. (2007).Persepsi Orang Tua dan Guru Terhadap Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah Dasar di Kota Bogor.Skripsi.Institut Pertanian Bogor.

Sitorus, lesnauli.2008. Pengetahuan ,sikap dan tindakan siswa sekoloah dasar tentang makanan dan minuman jajanan yang mengandung bahan tambahan .skripsi universitas Sumatra utara. Medan.