pengertian pokok hukum dagang indonesia 2

357

Upload: mira

Post on 25-Oct-2015

1.111 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2 oleh H.M.N. Purwosutjipto

TRANSCRIPT

Page 1: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2
Page 2: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

PENGERTIAN POKOK

HOKUM DAGANG INDONESIA

2

BENTUK-BENTUK PERUSAHAAN

oleh

H.M.N. PURWOSUTJIPTO, S.H.

Mantan Pengajar Hukum Dagang pada:

Fakultas Hukum Universitas Indonesia (lama), Fakultas Hukum Universitas Tarumanagara,

Fakultas Hukum Universitas Katolik Atmajaya, Perguruan Tinggi Hukum Militer dan Akademi Hukum Militer

di Jakarta

PENERBIT DJAMBATAN

Page 3: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

Copyright it Dpada Djambatan Anggota IKAPI

Cetakan pertama 1980 Cetakan kedua 1982 Cetakan ketiga 1984

Cetakan keempat 1986 Cetakan kelima 1988 Cetakan keenam 1991 Cetakan ketujuh 1992

Cetakan kedelapan 1995 Cetakan kesembilan 1999 Cetakan kesepuluh 2005 Cetakan kesebelas 2007

Cetakan keduabelas 2008

Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)

H.M.N. Purwosutjipto Pengertian pokok ha= dagang Indonesia 2: Bentuk-bentuk perusahaan/ H.M.N. Purwosutjipto — Cet. 11 — Jakarta: Djambatan, 2007. xxiii, 343 hlm.: 21 cm.

Bibliografi: Min. 239-241 ISBN 978-979-428-646-3 (no. jil. Lengkap) ISBN 978-979-428-648-7

1. Hula= Dagang I. Judul. 346.07

Percetakan Intan Sejati Klaten

Page 4: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

ISI

KATA PENGANTAR XVI

BAB I. PERUSAHAAN DAGANG 1. Pengertian 1 2. Perusahaan dagang 2 3. Prosedur mendirikan perusahaan dagang 3 4. Hubungan hukum antara pengusaha dengan pembantu-

pembantunya 5 5. Hubungan hukum antara pengusaha dengan pihak ketiga 6

BAB II. PERKUMPULAN 8 6. Pengertian dan pengaturan: 8

A. Perkumpulan Sebagai Bentuk Asal dari Sebagian Besar Bentuk-bentuk Perusahaan 8

B. Perkumpulan dalam Arti Luas 9 C. Perkumpulan dalam Arti Sempit 9

7. Jenis apakah perjanjian untuk mendirikan perkumpulan itu 10

8. lstilah perjanjian dan persetujuan 13 9. Perkumpulan yang berbadan hukum dan yang tidak ber-

badan hukum 14 10. Unsur-unsur pokok dalam perkumpulan 15

BAB III. PERSEKUTUAN PERDATA 17 A. HAL-HAL UMUM 17

11. Pengantar 17 12. Sifat kepribadian pada perserikatan perdata 19 13. Unsur terang-terangan dan terus-menerus pada perseri-

katan perdata bersifat tidak mutlak 19 14. Mungkinkah perserikatan perdata itu menjalankan peru-

sahaan 20 15. Cara mendirikan persekutuan perdata 21

Page 5: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

16. Syarat-syarat untuk mendirikan persekutuan perdata 22 17. Pemasukan 22 18. Jenis persekutuan perdata 23

B. PERIKATAN ANTARPARA SEKUTU 24 19. Hubungan ke dalam 24 20. Kewajiban memberikan pemasukan 24 21. Asas kepentingan bersama 25 22. Pemeliharaan (pengurusan) 26 23. Perbedaaan kedudukan hukum antara sekutu statuter dan

sekutu mandater 27 24. Pengurus btikan sekutu 27 25. Kekuasaan berbuat sekutu statuter 28 26. Arti pengurusan dan penguasaan 28 27. Perbedaan antara perbuatan pengurusan dan perbuatan

penguasaan 28 28. Pembagian tugas antarpengurus 29 29. Peraturan pengurusan 29 30. Bagaimana membagi keuntungan dan kerugian 30 31. Mutasi sekutu persekutuan perdata 32

C. PERIKATAN ANTARA PARA SEKUTU DENGAN PIHAK KETIGA 33

32. Hubungan keluar 33 33. Pertanggungjawaban sekutu persekutuan perdata 33 34. Luas perikatan yang dapat dipertanggungjawabkan ke-

pada debitur sekutu persekutuan perdata 34 35. Pemberian kuasa 36 36. Persekutuan perdata bukan badan hukum 36 37. Persekutuan perdata memiliki kekayaan sendiri 37

D. BERAKHIRNYA PERSEKUTUAN PERDATA 38 38. Bubarnya persekutuan perdata 38 39. Sebab-sebab bubarnya persekutuan perdata 39 40. Bubarnya persekutuan karena lampaunya waktu 39 41. Apakah Pasal 1266 KUHPER dapat dipakai untuk mem-

bubarkan persekutuan perdata 40 42. Bubarnya persekutuan perdata karena benda persekutuan

musnah 41

VI

Page 6: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

43. Bubamya persekutuan perdata karena perbuatan-per-buatan untuk mendapatkan kemanfaatan sudah selesai dijalankan dengan hasil baik 41

44. Pembubaran persekutuan perdata karena kehendak se- orang atau beberapa orang sekutu 42

45. Bubamya persekutuan perdata karena salah se-orang seku- tunya mati, ditaruh di bawah pengampuan atau jatuh pailit 43

46. Pemberesan 43

BAB IV. PERSEKUTUAN FIRMA 46 A. HAL-HAL UMUM 46

47. Pengertian tentang persekutuan firma 46 48. Nama bersama atau firma 47 49. Pemakaian nama sekutu komanditer dilarang 47 50. Persekutuan firma hams menjalankan perusahaan 47 51. Sifat kepribadian 48 52. Prosedur mendirikan persekutuan firma 48 53. Kedudukan akta pendirian persekutuan firma 49 54. Akibat ketiadaan akta pendirian persekutuan firma bagi

sekutu send in 50 55. Pasal 22 KUHD perlu diubah untuk KUHD baru Indo-

nesia 51 56. Keharusan mendaftarkan dan mengumumkan 52 57. Isi ikhtisar resmi akta pendirian persekutuan firma 52 58. Akibat tidak adanya pendaftaran dan pengumuman 53 59. Bila ada perbedaan tentang apa yang didaftarkan dengan

apa yang diumumkan 53 60. Perlindungan pada nama persekutuan 54

B. PERIKATAN ANTARSEKUTU 55 61. Hubungan ke dalam 55 62. Kekuasaan tertinggi dalam persekutuan firma 55 63. Siapa yang menjalankan pengurusan dan penguasaan 56 64. Apakah bertindak di muka Hakim termasuk dalam pe-

ngertian pengurusan? 56 65. Kewajiban membuat pembukuan 57 66. Dapatkah persekutuan menambah sekutu baru? 57 67. Penggantian kedudukan sekutu 58 68. Pertanggungjawaban sekutu barn terhadap utang-utang

VII

Page 7: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

persekutuan yang telah ada pada saat dia masuk 58 69. Pertanggungjawaban sekutu yang keluar terhadap utang-

utang persekutuan yang belum sempurna dilunasi pada saat keluarnya 59

70. Dapatkah seorang sekutu menggugat persekutuan 59

C. PERIKATAN ANTARA SEKUTU DENGAN PIHAK KETIGA 60

71. Kewenangan mewakili dan bertindak ke luar bagi tiap-tiap sekutu 61

72. Pertanggungjawaban sekutu 62 73. Bagaimana kalau pihak ketiga memungkiri adanya per-

sekutuan firma 63 74. Persekutuan firma mempunyai kekayaan sendiri 64 75. Apakah persekutuan firma itu badan hukum? 65 76. Persekutuan firma dalam kodifikasi hukum dagang na-

sional yang akan datang 66

D. BERAKHIRNYA PERSEKUTUAN FIRMA 67 77. Bubarnya persekutuan firma 67 78. Pemberesan 68 79. Persekutuan, setelah bubar tetap ada, sekedar perlu untuk

pemberesan 68 80. Siapa yang hams menjalankan pemberesan 69 81. Tugas para pemberes 69 82. Pembagian saldo antara para sekutu 70 83. Kedudukan pemberes yang lebih dari seorang 70 84. Pertanggungjawaban pemberes 71 85. Pembagian keuntungan dan pembebanan ketugian se-

sudah pemberesan 71 86. Bagian sekutu yang hanya memasukkan tenaga dan pikir-

annya saja 72 87. Penyimpanan arsip persekutuan 73

BAB V. PERSEKUTUAN KOMANDITER 74 A. HAL-HAL UMUM 74

88. Pengertian persekutuan komanditer 74 89. Pengaturan persekutuan komanditer 75 90. Dua macam sekutu 75

VIII

Page 8: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

91. Tiga macam persekutuan komanditer 76 92. Sifat kepribadian persekutuan komanditer dengan saham 79 93. Persamaan dan perbedaan antara persekutuan koman-

diter dengan saham perseroan terbatas 80 94. Tentang pendirian, pendaftaran dan pengumuman 80

B. PERIKATAN ANTARSEKUTU 81 95. Hubungan hukum antarsekutu 81 96. Pengurusan 82 97. Pemakaian nama sekutu komanditer bagi firma 82 98. Apakah dalam persekutuan komanditer ada kekayaan

terpisah 82

C. PERIKATAN ANTARA SEKUTU DENGAN PIHAK KETIGA 83

99. Dapatkah pihak ketiga langsung menagih kepada sekutu komanditer 83

100. Apakah sekutu komanditer yang terkena sanksi Pasal 21 KUHD, juga bertanggung jawab pada utang-utang yang belum dilunasi? 84

101. Hubungan persekutuan komanditer dengan daftar peru- sahaan 85

102. Tindakan di muka Hakim persekutuan komanditer 85 103. Siapa yang bertanggung jawab ke luar 85 104. Apakah persekutuan komanditer badan hukum? 86

D. BERAKHIRNYA PERSEKUTUAN KOMANDIIER 86 105. Bubarnya persekutuan komanditer 86

BAB VI. PERSEROAN TERBATAS 88 A. PENGANTAR 88

106. Pengertian 88 107. Istilah "Perseroan Terbatas" 90 108. Perseroan Terbatas adalah badan hukum 91 109. Kebangsaan (nasionalitas) Perseroan Terbatas 92 110. Tempat kediaman Perseroan Terbatas 93 111. Prospektus 94

B. PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS 95

IX

Page 9: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

112. Prosedur mendirikan Perseroan Terbatas 95 113. Hal-hal penting dalam pembentukan Perseroan Terbatas 96 114. Syarat-syarat pengesahan 97 115. Pendattaran dan pengumuman 98 116. Anggaran dasar Perseroan Terbatas 99 117. Pertanggungjawaban sebelum PT didaftarkan dan di-

umumkan 102 118. Syarat penyetoran 10% dari modal perseroan 102

C. MODAL DAN SAHAM 104 119. Kekayaan Perseroan Terbatas 104 120. Kapan sebuah perseroan untung dan kapan rugi 105 121. Bila sebuah perseroan rugi 50% atau 75% 105 122. Kas cadangan 107 123. Pengurangan modal yang ditempatkan dan pembelian

saham-saham sendiri oleh perseroan 108 124. Saham atas-nama dan kepada-pembawa 109 125. Harga saham 112 126. Saham bagian 113 127. Peralihan saham kepada-pembawa 114 128. Peralihan saham atas-nama 114 129. Hak dan kewajiban pemegang saham 115 130. Kewajiban pesero baru 116 131. Hak didahulukan 117 132. Bukti dividen dan talon 117 133. Menjual, menghibahkan, menggadaikan, memungut hasil

dan mengalihkan hak yang lain atas saham 117 134. Jenis-jenis saham 119 135. Daftar pemegang saham 121 136. Surat berharga lainnya yang dikeluarkan oleh perseroan 121 137. Obligasi 123 138. Sertifikat saham 127

D. ALAT PERLENGKAPAN PERSEROAN TERBATAS 128 139. Rapat umum pemegang saham 128 140. Hak bersuara pemegang saham 131 141. Perubahan Pasal 54 KUHD 133 142. Persoalan "pemegang saham kedok" 135 143. Prinsip suara terbanyak dan prinsip diwakilinya bagian

X

Page 10: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

tertentu dari modal yang ditempatkan 144. Keputusan rapat yang sah 145. Pembatalan keputusan rapat yang melanggar undang-un-

dang, anggaran dasar dan hukum 146. Ikhtisar rapat

137 138

139 140

E. PENGURUS 140 147. Kedudukan hukum pengurus 140 148. Pengangkatan pengurus, gaji, tantieme dan fasilitas lain-

nya 141 149. Klausul oligarkhi/otokrasi 142 150. Tugas pengurus 143 151. Tugas pengurus menurut anggaran dasar 146 152. Kewenangan pengurus mewakili perseroan di muka peng-

adilan 146 153. Kewenangan pengurus mewakili perseroan di luar peng-

adilan 147 154. Pengurus dapat diwajibkan memiliki saham perseroan 148 . 155. Pengurus dapat diwajibkan memberikan hak gadai atas

sahamnya 149 156. Status hukum pengurus 150 157. Tanggung jawab pengurus 150 158. Pengurus berhalangan, pemberhentian sementara dan pe-

mecatan 153 159. Pembebasan tanggung jawab pengurus 154

F. KOMISARIS 155 160. Kedudukan dan tugas komisaris 155 161. Pengangkatan komisaris, gaji, tantiemes dan fasilitas lain-

nya 156 162. Komisaris limpahan 157 163. Status hukum komisaris 157 164. Pemberhentian sementara dan pemecatan komisaris 158 165. Tanggung jawab komisaris 158 166. Beberapa hak dan kewajiban khusus komisaris 159

G. NERACA DAN PERHITUNGAN LABA RUGI . 160 167. Pembukuan 160 168. Neraca dan perhitungan laba rugi 161

XI

Page 11: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

169. Penelitian keahlian 163 170. Pembagian keuntungan 164 171. Penyusutan, cadangan, tantiemes dan dividen 165 172. Pemberitahuan neraca dan daftar laba rugi 166 173. Tanggung jawab pengurus dan komisaris terhadap isi ne-

raca dan perhitungan laba rugi 166

H. PERUBAHAN AKTA PENDIRIAN 167 174. Kemungkinan adanya perubahan akta pendirian 167 175. Apakah akta pendirian perseroan dapat diubah? 169 176. Dasar hukum perubahan akta pendirian 170 177. Siapa yang berwenang mengadakan perubahan akta pen-

dirian 171 178. Diperlukan persetujuan pihak ketiga 171 179. Pembatasan kewenangan mengubah akta pendirian 172 180. Formalitas mengenai perubahan akta pendirian 172

I. PEMBUBARAN DAN PEMBERESAN PERSERO- AN 173

181. Sifat pembubaran 173 182. Alasan-alasan bubarnya perseroan 173 183. Pembubaran perseroan oleh seorang pemegang saham

atau lebih 176 184. Pembubaran perseroan dengan putusan Hakim 176 185. Pembubaran perseroan karena lampaunya jangka waktu

tertentu 177 186. Pembubaran dengan keputusan rapat umum 178 187. Pembubaran perseroan karena peleburan atau pengga-

bungan 178 188. Pembubaran perseroan karena jatuh pailit 179 189. Keadaan perseroan setelah bubar 179 190. Para pemberes 180 191. P emberes an 180 192. Akhir pemberesan 181 193. Pendaftaran dan pengumuman perseroan yang bubar 182

BAB VII. PERKOPERASIAN 184 A. HAL-HAL UMUM 184

194. Pengantar 184

XII

Page 12: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

195. Pengertian koperasi Indonesia 188 196. Sejarah peraturan-peraturan tentang koperasi di Indone-

sia 191 197. Pasal 33 UUD '45 Tap. No. XXIII/MPRS/1966 dan No

IV/MPR/1978 193 198. Alasan dan tujuan perubahan UU No. 14 Tahun 1965 196 199. Landasan-landasan koperasi 197 200. Fungsi koperasi Indonesia 198 201. Asas koperasi Indonesia 200 202. Sendi dasar koperasi Indonesia 200 203. Peranan dan tugas koperasi Indonesia 202 204. Peranan Pemerintah 203

B. KEANGGOTAAN, KEWAJIBAN, HAK, DAN TANG- GUNG JAWAB ANGGOTA 204

205. Keanggotaan 204 206. Kewajiban dan hak anggota koperasi 206 207. Tanggung jawab anggota koperasi Indonesia 207

C. ORGANISASI, JENIS, DAN ALAT PERLENGKAP- AN KOPERASI 208

208. Organisasi koperasi Indonesia 208 209. Tingkat koperasi 209 210. Daerah kerja koperasi 209 211. Jenis koperasi 210 212. Alat perlengkapan koperasi 211 213. Rapat anggota 211 214. Pengurus koperasi 212 215. Tugas kewajiban dan wewenang pengurus koperasi 213 216. Tanggung jawab pengurus kepada koperasi 214 217. Badan pemeriksa 215 218. Tugas, wewenang dan tanggung jawab badan pemeriksa 216

D. LAPANGAN USAHA, PERMODALAN, DAN SISA HASIL USAHA KOPERASI 216

219. Lapangan usaha 216 220. Permodalan koperasi 217 221. Sisa hasil usaha koperasi 218 222. Zakat dalam koperasi 220

Page 13: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

223. Dasar hulcUm kewajiban membayar zakat 220 224. Peraturan zakat 221 225. Beberapa hal penting mengenai kewajiban membayar

zakat 222

E. KEDUDUKAN HUKUM KOPERASI INDONESIA 224 226. Koperasi adalah badan hukum 224 227. Pendirian, pendaftaran dan pengumuman koperasi 225 228. Isi akta pendirian 227 229. Perbedaan dan persamaan antara Koperasi dan Perseroan

Terbatas 227

F. PERUBAHAN ANGGARAN DASAR, PEMBU-BARAN, PENYELESAIAN DAN HAPUSNYA BA- DAN HUKUM KOPERASI 229

230. Perubahan anggaran dasar • 229 231. Pembubaran koperasi 230 232. Penyelesaian koperasi yang bubar 230 233. Hapusnya badan hukum koperasi 232

BAB VIII. PERKUMPULAN SALING MENANGGUNG 233 234. Sifat dan pengertian 233 235. Sejarah 236 236. Status hukum dan bentuk 237

DAFTAR-DAFTAR 239 — Daftar kepustakaan 239 — Daftar persoalan menurut abjad 242 — Daftar pasal-pasal KUHD yang dibicarakan 250

Daftar pasal-pasal KUHPER yang dibicarakan 252 — Daftar pasal-pasal UU Perkoperasian Tahun 1967 255 — Daftar singkatan 256

Lampiran I : Akta pendirian dan anggaran dasar perseroan terbatas 257

Lampiran II : Undang-Undang No. 12 Tahun 1967, tentang Pokok-pokok Perkoperasian beserta penjelas-annya 281

Lampiran III: Undang-Undang No. 4 Tahun 1971, tentang

Page 14: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

Perubahan dan Penambahan alas Ketentuan Pa- sal 54 KUHD beserta penjelasannya 324

Lampiran IV: Tambahan Berita Negara RI Tanggal 12/12 1967 No. 99 tentang Anggaran Dasar Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912 330

XV

Page 15: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

BAB I PERUSAHAAN DAGANG

1. PENGERTIAN Perusahaan dagang adalah salah satu bentuk perusahaan perse-orangan, sedangkan perusahaan perseorangan adalah perusahaan yang dilakukan oleh satu orang pengusaha. Perbedaan perusahaan perseorangan ini dengan persekutuan terletak pada jumlah pengusaha-nya. Jumlah pengusaha dalam perusahaan perseorangan hanya se-orang, sedangkan jumlah pengusaha dalam persekutuan 2 orang atau lebih. Pada perseroan terbatas, jumlah pengusahanya sama dengan jumlah pemegang saham, yang berarti bahwa keseluruhan pemegang saham pada perseroan terbatas adalah pengusaha.

Dalam perusahaan perseorangan, yang menjadi pengusaha hanya satu orang, tidak ada peserta lain di sampingnya. Kalau dalam peru-sahaan itu tampak banyak orang yang bekerja, itu adalah pembantu pengusaha dalam perusahaan, yang hubungan hukumnya dengan pengusaha bersifat perburuhan dan pemberian kuasa. Modal dalam perusahaan perseorangan ini milik satu orang, yaitu milik si pengusaha. Karena modal ini milik satu orang, maka biasanya modal itu tidak besar. Sebagian besar perusahaan perseorangan ini modalnya terma-suk modal kecil atau modal lemah. Jumlah perusahaan perseorangan ini banyak sekali, yang dapat kita saksikan di daerah, dimana kita bertempat tinggal, di jalan-jalan di muka rumah kita, di stasiun-stasiun kereta api, di tempat pemberhentian bus, di sekitar lampu lalu-lintas, di pinggir jalan yang diperbolehkan pedagang kaki lima melakukan usahanya dan lain-lain. Mereka itu pada umumnya buruh dari si peng-usaha perseorangan atau terkadang juga si pengusaha sendiri, terutama bagi pengusaha perseorangan yang modalnya masih belum mencukupi untuk mengambil pembantu perusahaan.

Sebelum saya membicarakan perusahaan perseorangan ini lebih lanjut, saya ingin mengulangi hal-hal penting yang sudah saya bicarakan dalam Buku Pertama, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, yang erat hubungannya dengan persoalan perusahaan perseorangan yang sekarang sedang kita bahas, yaitu:

1

Page 16: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

a. Hukum perdata adalah hukum yang mengatur hubungan antara perseorangan yang satu dengan perseorangan yang lain dalam se-gala usahanya untuk memenuhi kebutuhannya, yang diselenggara-kan sesuai dengan hematnya sendiri;

b. Hukum Dagang adalah hukum perdata khusus (ingat pada adagium: lex specialis derogat lex generali, dan Pasal 1 KUHD);

c. Dipandang dari sudut hukum perdata, hukum dagang adalah hukum perikatan yang timbul khusus dari lapangan perusahaan;

d. Perikatan adalah hubungan hukum, yang terletak dalam bidang hu-kum harta kekayaan, antara dua pihak yang masing-masing berdiri sendiri (zelfstandige rechtssubjecten); yang mengakibatkan pihak yang satu terhadap pihak lainnya berhak atas suatu prestasi, prestasi mana merupakan kewajiban pihak terakhir terhadap pihak pertama;

e. Hukum perikatan adalah hukum yang mengatur hubungan hukum • yang disebut perikatan (lihat definisi di atas);

f. Perusahaan, menurut pembentuk undang-undang adalah perbuatan yang dilakukan secara tidak terputus-putus, terang-terangan, dalam kedudukan tertentu dan untuk mencari laba; Menurut Molengraaff, perusahaan adalah keseluruhan perbuatan yang dilakukan secara terus-menerus, bertindak ke luar, untuk men-dapatkan penghasilan, dengan cam memperniagakan barang-barang, menyerahkan barang-barang atau mengadakan perjanjian-perjan-j ian perdagangan. Menurut Polak, baru ada perusahaan, bila diperlukan adanya per-hitungan-pehitungan tentang laba rugi yang dapat diperkirakan, dan segala sesuatu itu dicatat dalam pembukuan;

g. Yang dimaksud perusahaan di sini ialah perusahaan dalam bidang hukum perdata dan bukan perusahaan dalam bidang hukum lainnya, misalnya dalam hukum tata pemerintahan (perusahaan negara, peru-sahaan daerah dan lain-lain).

2. PERUSAHAAN DAGANG Telah saya katakan di muka bahwa bentuk perusahaan perseorangan itu secara resmi tidak ada. Tetapi dalam masyarakat perdagangan te-lah ada suatu bentuk perusahaan perseorangan yang diterima orang, yaitu: perusahaan dagang (disingkat: PD), misalnya: PD Lautan Mas, PD Djin Lung, PD Naga Sasra dan lain-lain. Singkatan PD ini sebe-tulnya menyamai singkatan "Perusahaan Daerah", yang telah diatur dalam UU No. 45 Tahun 1962 (LN 1962-10). Untung juga bahwa

2

Page 17: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

UU No. 5 Tahun 1962 itu telah dinyatakan tidak berlaku oleh UU No. 6 Tahun 1969 (LN 1969-37), tetapi tidak berlakunya UU No. 5 Tahun 1962 itu ditetapkan pada saat undang-undang barn penggantinya mulai berlaku (Lampiran III, Pasal 2, UU No. 6 Tahun 1969).

Jadi, bentuk "perusahaan dagang" itu adalah bentuk perusahaan per-seorangan yang telah diterima oleh masyarakat dagang Indonesia, te-tapi secara resmi nama itu belum dikukuhkan. Bentuk ini bukan ba-dan hukum dan tidak termasuk persekutuan atau perkumpulan, tetapi termasuk dalam lingkungan hukum dagang, sebab perusahaan da-gang itu dibentuk dalam suasana hukum perdata dan menjalankan perusahaan, sehingga dari badan ini timbul perikatan-perikatan keper-dataan. Perusahaan dagang ini dibentuk atas dasar kehendak seorang pengusaha, yang mempunyai cukup modal untuk berusaha dalam bi-dang perusahaan, dalam mana dia sudah merasa ahli. Sebagai seorang pengusaha perusahaan dagang, dia tidak bisa mengharapkan keahlian dari orang lain, sebab baik pengusaha maupun manajemya adalah dia sendiri. Kalau modalnya kecil, dia bekerja sendirian, tetapi jika mo-dalnya cukup besar dan lapangan perusahaannya makin besar, dia mem-pergunakan beberapa orang buruh sebagai pembantunya. Keahlian, teknologi dan manajemen dilakukan oleh pengusaha seorang diri. Begitu juga untung rugi, sepenuhnya menjadi beban si pengusaha sendiri.

3. PROSEDUR MENDIRIKAN PERUSAHAAN DAGANG Telah saya katakan bahwa perusahaan dagang itu adalah suatu lem-baga dalam bidang perniagaan yang sudah lazim dalam masyarakat perdagangan di Indonesia. Karena peraturannya belum ada, maka pro-sedur mendirikan perusahaan itu secara resmi belum ada. Meskipun demikian, prosedur itu dapat diselidiki dalam praktik yang berlaku dalam masyarakat perdagangan di Indonesia. Pada umumnya, bila orang akan mendirikan perusahaan dagang (disingkat: PD), maka orang: a. mengajukan permohonan izin usaha kepada Kepala Kantor Wi-

layah Perdagangan setempat; b. mengajukan permohonan izin tempat usaha kepada Pemerintah

Daerah setempat; Dengan berbekal kedua surat izin tersebut, orang dapat mulai me-

lakukan usaha perdagangan yang dikehendaki. Kedua surat izin itu juga sudah merupakan tanda bukti sah menurut hukum bagi pengusa-ha dagang yang akan melakukan usahanya, karena kedua instansi ter-sebut menurut hukum berwenang mengeluarkan surat izin tersebut.

3

Page 18: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

3.1. AKTA PENDIRIAN PERUSAHAAN DAGANG Untuk memperkuat kedudukan hukum perusahaan dagangnya, orang dapat menyuruh membuatkan akta pendirian perusahaan dagangnya kepada notaris. Sudah tentu akta pendirian itu sangat sederhana, sebab tidak perlu adanya anggaran dasar. Dengan adanya akta pendirian yang notariil ini, maka orang berpendapat bahwa kedudukan hukum perusahaannya lebih kuat. Tetapi sebetulnya akta pendirian yang notariil ini tidak diharuskan. Akta ini tidak perlu didaftarkan kepada Kepa-niteraan Pengadilan Negeri setempat dan pula tidak perlu diumumkan dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia.

3.2. IZIN BERDASAR UNDANG -UNDANG GANGGUAN Bila tempat usaha perusahaan dagang itu ada di tengah-tengah kom-pleks perumahan dan pelaksanaan perusahaan itu bisa mengganggu ketenangan atau ketenteraman orang-orang yang diam di tempat itu, maka pengusaha harus minta izin berdasar Undang-undang Gangguan (Hinder-ordonnantie, S. 1926-226) yang dapat diminta kepada Pe-merintah Daerah setempat.

3.3. KEWAJIBAN-KEWAJIBAN PENGUSAHA PERUSAHAAN DAGANG YANG PENTING

a. Pembukuan Menurut Pasal 6 KUHD, setiap orang yang menjalanlcan perusaha-an diwajibkan mengerjakan pembukuan, yakni catatan-catatan mengenai harta kekayaan pribadinya dan harta kekayaan yang dipergunakan dalam perusahaannya menurut syarat-syarat yang diminta ol eh perusahaannya, sedemikian rupa, sehingga dari catatan-catatan itu setiap waktu dapat diketahui hak-hak dan ke-waj ibannya. Karena perusahaan dagang adalah sejenis perusahaan sebagai yang dimaksud dalam Pasal 6 KUHD tersebut, maka dia wajib menjalankan pembukuan.

b. Membayar pajak Menurut Undang-undang Perpajakan RI, setiap orang, badan usaha dan badan hukum tertentu, wajib membayar pajak kepada negara. Karena perusahaan dagang itu adalah suatu badan yang menjalan-kan perusahaan, maka dia wajib membayar pajak kepada negara. Jenis pajak itu bermacam-macam, misalnya: b. 1 . Pajak Penghasilan (UU No. 7 Tahun 1983); b.2. Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa (UU No. 8 Tahun 1983);

Page 19: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

b.3. Pajak Penjualan atas Barang Mewah (UU No. 8 Tahun 1983); b.4. Pajak Bumi dan Bangunan (UU No. 12 Tahun 1985), dan

lain-lain.

3.4. PERUSAHAAN DAGANG MUDAH MENGGAN'TI USAHANYA DENGAN USAHA JENIS LAIN

Karena prosedur pendirian perusahaan dagang itu mudah, maka bila si pengusaha kurang berhasil dalam usaha yang sekarang dilakukan, maka dia dengan mudah mengganti dengan usaha yang lain, tanpa prosedur yang ruwet. Dan karena pengusaha hanya terdiri dan satu orang, maka mobilitas perusahaan sangat tinggi dan bila pengusahanya seorang yang cakap dan ahli dalam bidangnya, maka perusahaan da-gang itu lekas mempunyai "goodwill" yang tinggi.

4. HUBUNGAN HUKUM ANTARA PENGUSAHA DENGAN PEMBANTU-PEMBANTUNYA

Sebagai yang telah saya bicarakan dalam Buku Pertama, Bab V, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, seorang pengusaha dapat mempunyai pembantu-pembantunya, baik di dalam maupun di luar perusahaan. Pembantu-pembantu di dalam perusahaan ialah: pelayan toko, pekerja keliling, pemimpin filial, pemegang prokurasi dan manajer, sedangkan pembantu-pembantu di luar perusahaan ialah: agen, notaris, pengacara, makelar, komisioner, konsultan, akuntan dan lain-lain. Jenis pembantu-pembantu tersebut tidak semuanya dipergunakan oleh peng-usaha pada perusahaan dagang, tergantung persoalan dan kebutuhan-nya. Dari jenis pembantu dalam perusahaan, yang sering dipergunakan oleh pengusaha perusahaan dagang ialah: pelayan toko/pelayan peru-sahaan, sedangkan dan jenis pembantu di luar perusahaan, yang sering dipergunakan ialah notaris, misalnya: pada waktu membuat akta pen-dirian perusahaan dagang, pada waktu membuat perjanjian-perjanjian penting atau melakukan perbuatan-perbuatan hukum yang diperlukan akta pembuktian yang autentik.

Pada umumnya sedikit atau banyak, perusahaan dagang itu mem-punyai pembantu-pembantu untuk menyelenggarakan perusahaannya. Dengan adanya pembantu-pembantu ini timbullah hubungan hukum antara pengusaha dengan pembantu-pembantunya. Sebagai yang telah saya bicarakan dalam Bab V, Buku Pertama, Pengertian Pokok Hu-kum Dagang Indonesia, hubungan hukum tersebut bersifat rangkap, yakni: hubungan perbunihan dan hubungan pemberian kuasa. Dalam

5

Page 20: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

hubungan perburuhan, si pengusaha berfungsi sebagai majikan, sedang-kan si pelayan berfungsi sebagai buruh. Hubungan perburuhan ini di-atur dalam Bab VII-A, Buku Ketiga, KUHPER dan bersifat subordi-nasi, dalam hubungan mana si pelayan hams tunduk pada perintah si pengusaha, sedangkan si pengusaha berkewajiban membayar upah si pe-layan. Dalam hubungan pemberian kuasa, si pengusaha bertindak seba-gai pemberi kuasa, sedangkan si pelayan bertindak sebagai pemegang kuasa Hubungan hukum ini datur dalam Bab XVI, Buku ketiga, KUHPER.

Si pengusaha perusahaan dagang, kecuali mempunyai hubungan hukum dengan pembantunya dalam perusahaan, juga kadang kala mempergunakan agen, notaris, pengacara, makelar dan lain-lain. Se-bagai yang sudah saya bicarakan dalam Bam V, Buku Pertama, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, maka hubungan hukum antara pengusaha dengan agen bersifat pemberian kuasa, sedangkan hubungan hukum antara pengusaha dengan notaris, pengacara, makelar atau lainnya bersifat rangkap, yaitu: hubungan pelayanan berkala dan hubungan pemberian kuasa.

5. HUBUNGAN HUKUM ANTARA PENGUSAHA DENGAN PIHAK KETIGA Dalam pelajaran yang lalu saya sudah membicarakan hubungan hukum antara pengusaha dengan pembantu-pembantunya, baik yang ada di dalam perusahaan, maupun yang ada di luar perusahaan. Sekarang saya akan membicarakan hubungan hukum antara pengusaha dengan pihak ketiga, baik yang dilakukan oleh pengusaha sendiri ataupun oleh pembantunya. Perbuatan pengusaha atau pembantunya ini menimbul-kan perikatan-perikatan terhadap pihak ketiga. Perbuatan-perbuatan yang dilakukan oleh pengusaha atau pembantunya ini dapat merupakan perbuatan hukum dan dapat pula merupakan perbuatan melawan hu-kum, sehingga perikatan-perikatan yang timbul mejadi berbeda, yakni: a. Terhadap perikatan-perikatan yang timbul dan perbuatan hukum,

pengusaha terikat, artinya pengusaha harus melaksanakan per-ikatan-perikatan itu. Begitu juga kalau perbuatan hukum itu dila-kukan oleh pembantu atas namanya. Pembantu pengusaha ini ber-buat sebagai pemegang kuasa si pengusaha, yang berakibat bahwa semua perikatan yang timbul dan perbuatan hukum itu harus dilak-sanakan oleh pengusaha.

b. Terhadap perikatan-perikatan yang timbul dari perbuatan melawan hukum, baik yang dilakukan oleh si pengusaha sendiri, maupun oleh pembantunya, menjadi tanggung jawab pengusaha, artinya si

6

Page 21: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

pengusaha berkewajiban menanggung, bila ada tidak beresnya pe-laksanaan perikatan tersebut. Kalau perbuatan melawan hukum itu dilakukan oleh si pengusaha sendiri, maka tuntutan pertanggung-jawaban itu dapat dilakukan oleh pihak ketiga berdasar Pasal 1365 KUHPER, sedangkan bila perbuatan melawan hukum itu dilakukan oleh pembantu si pengusaha, maka penuntutan pertanggungj a-waban itu dapat dilakukan oleh pihak ketiga berdasar Pasal 1367 KUHPER. Perbuatan melawan hukum yang dimaksud dalam Pasal 1365 dan 1367 KUHPER itu menghendaki adanya akibat yang merugikan pihak ketiga yang menuntut itu. Kerugian inilah yang menjadi tanggung jawab pengusaha. Sebaliknya kalau akibat kerugian itu tidak ada, maka menurut hemat saya penuntutan melalui Pasal 1365 atau 1367 KUHPER itu tidak dapat diterima.

7

Page 22: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

BAB II PERKUMPULAN

6. PENGERTIAN DAN PENGATURAN A. Perkumpulan Sebagai Bentuk Asal dari Sebagian Besar Bentuk-

bentuk Perusahaan Kalau kita meneliti asal terjadinya dan susunan persekutuan, koperasi dan perkumpulan saling menanggung, maka kita akan mendapat data-data sebagai tersebut di bawah ini: 1) Persekutuan perdata adalah suatu perjanjian, dengan mana dua

orang atau lebih mengikatkan diri untuk memasukkan sesuatu (inbreng) ke dalam persekutuan dengan maksud untuk membagi keuntungan (kemanfaatan) yang diperoleh karenanya (Pasal 1618 KUHPER);

2) Persekutuan firma adalah persekutuan perdata yang didirikan untuk menjalankan perusahaan dengan nama bersama (firma) —(Pasal 16 KUHD);

3) Persekutuan komanditer adalah persekutuan firma yang mem-punyai sekutu komanditer (Pasal 19 KUHD);

4) Perseroan terbatas adalah persekutuan yang berbadan hukum, se-dangkan namanya tidak mempergunakan firma, tetapi tujuan peru-sahaannya semata-mata (Pasal 36 KUHD);

5) Koperasi adalah suatu perkumpulan yang berbadan hukum, ber-watak sosial, beranggotakan orang-orang atau badan-badan hukum koperasi yang merupakan tata susunan ekonomi sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan (Pasal 3 UU No. 12 Tahun 1967);

6) Perkumpulan saling menanggung adalah perkumpulan, yang ber-tujuan untuk menutup perjanjian pertanggungan dengan para ang-gotanya dalam perusahaan pertanggungan, yang bekerja untuk ke-pentingan para anggota tersebut. Dan data-data tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa semua per-

sekutuan, koperasi dan perkumpulan saling menanggung adalah per-kumpulan. Perlu diingat bahwa perkumpulan yang dimaksud di sini ialah perkumpulan dalam arti luas, yaitu perkumpulan yang tidak mem-

8

Page 23: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

punyai kepribadian tersendiri, dan tidak dapat dibedakan dengan per-kumpulan jenis lain. Dan kesimpulan ini timbul dua masalah, pertama: perjanj i an jenis apa yang dipergunakan untuk mendirikan perkumpulan itu, dan yang kedua: apa sebetulnya yang disebut perkumpulan itu.

B. Perkumpulan dalam Arti Luas Kalau kita menganalisa prosedur terjadinya suatu perkumpulan, maka terlihatlah adanya beberapa peristiwa dan perbuatan dengan urutan sebagai berikut: a. adanya beberapa orang yang sama-sama mempunyai kepentingan

terhadap sesuatu, misalnya: olah raga gerak jalan untuk kesehatan; b. beberapa orang yang berkepentingan tersebut berkehendak (ber-

sepakat) untuk mendirikan perkumpulan gerak jalan untuk kese-hatan;

c. tujuan mendirikan perkumpulan tersebut ialah untuk melakukan gerak jalan bersama-sama bagi kesehatan;

d. untuk melaksanakan tujuan bersama tersebut mereka mengadakan kerja-sama dalam lingkungan perkumpulan. Dengan demilcian, ada 4 unsur untuk terjadinya suatu perkumpulan,

yaitu: kepentingan bersama, kehendak bersama, tujuan bersama dan kerja-sama. Keempat unsur ini ada pada tiap-tiap perkumpulan, ter-masuk: persekutuan, koperasi dan perkumpulan saling menanggung. Jadi, perkumpulan dalam arti luas ini merupakan bentuk asal dan semua persekutuan, koperasi dan perkumpulan saling menanggung (disingkat: persekutuan dan sebagainya). Sudah tentu masing-masing persekutuan dan sebagainya itu mempunyai unsur tambahan lagi. Karena perkum-pulan dalam arti luas ini merupakan bentuk asal dan persekutuan dan sebagainya, maka saya merasa perlu untuk membicarakan sekedarnya.

C. Perkumpulan dalam Arti Sempit Di samping perkumpulan dalam arti luas seperti tersebut di atas, ada lagi jenis perkumpulan dalam arti sempit, yakni perkumpulan yang tidak menjadi bentuk asal dan persekutuan dan sebagainya. Perkum-pulan itu berdiri sendiri terpisah dari lainnya dan biasanya diatur dalam peraturan perundangan. Perkumpulan jenis ini disebut dengan istilah "vereniging" (Belanda),"Verein" (Jerman), "association" (Inggris) dan "union" (Prancis). Dalam bahasa Indonesia perkumpulan dalam arti sempit ini mempunyai banyak nama, yakni: perkumpulan, perhimpunan, perikatan, ikatan, persatuan, kesatuan, serikat dan lain-lain. Perkum-

9

Page 24: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

pulan dalam arti sempit ini tidak bertujuan untuk mencari laba dan tidak menjalankan perusahaan. Tujuan perkumpulan dalam arti sempit ini adalah nonekonomis dan diatur dalam peraturan perundangan ter-tentu, yakni: 1) KUHPER, Buku III, Bab IX, berjudul: "Van Zedelijke Lichamen"

(Perkumpulan), Pasal 1653 s/d 1655, yang kemudian ditambah dengan Pasal 1656 s/d 1665;

2) S. 1870-64, tentang "Badan Hukum bagi Perkumpulan" (Rechts-persoonlijkheid van Verenigingen);

3) S. 1939-570 bsd 717, tetang "Perkumpulan Indonesia" (In-landsche Vereniging). Selanjutnya perkumpulan dalam arti sempit ini tidak saya bicarakan

dalam buku ini, sebab tidak termasuk dalam bidang hukum dagang.

7. JENIS APAKAH PERJANJIAN UNTUK MENDIRIKAN PERKUMPULAN ITU Persekutuan perdata, persekutuan firma, persekutuan komanditer, per-seroan terbatas dan badan hukum lainnya adalah perkumpulan dalam dunia perusahaan. Perkumpulan-perkumpulan tersebut didirikan atas dasar suatu perjanjian antara beberapa orang yang berkehendak men-dirikan perkumpulan itu dengan tujuan untuk mencari laba. Sekarang timbul soal, apakah perjanjian untuk mendirikan perkumpulan itu ada-lah perjanjian seperti dimaksud Pasal 1313 KUHPER, ataukah per-janjian jenis lain? Mengenai hal ini ada beberapa pendapat: a. Molengraaffo berpendapat bahwa perjanjian itu adalah perjanjian

berdasar Pasal 1313 KUHPER, karena: 1) perkumpulan, perserikatan, persekutuan dan badan hukum itu

adalah suatu kerja sama kontraktuil; 2) Pasal 1618 KUHPER berbunyi: "Persekutuan perdata adalah

sebuah perjanjian, dengan mana " dan seterusnya. 3) menurut Pasal 16 KUHD, persekutuan firma adalah perse-

kutuan perdata, sedangkan persekutuan perdata adalah suatu perjanjian (Pasal 1618 KUHPER). Jadi, persekutuan firma adalah juga suatu perjanjian eks Pasal 1313 KUHPER;

4) juga dalam Pasal 323 KUHD ternyata bahwa "rederij" itu ber-diri berdasarkan perjanjian persekutuan (overeenkomst van vennootschap).

Molengraaff, Leidraad I, Druk 9, hlm. 194.

10

Page 25: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

b. Polakz> berpendapat bahwa perjanjian untuk mendirikan perkum-pulan itu bukan perjanjian eks Pasal 1313 KUHPER, karena para pendiri tidak saling mengikat dirinya terhadap yang lain, melainkan mereka itu menyatakan secara sepihak yang berbunyi sama, yaitu bahwa mereka menghendaki berdirinya suatu perkumpulan. Terha-dap perkumpulan inilah mereka masing-masing membebani dini untuk membayar iuran atau memasukkan sesuatu ke dalam per-kumpulan itu. Perbuatan pars sekutu ini dalam istilah Jennan disebut "Gesamtakt". Gesamtakt ini adalah suatu perbuatan hukum yang terdiri dan tindakan bersama beberapa orang untuk mencapai se-buah akibat hukum, akan tetapi tidak sedemikian rupa, sehingga antara orang-orang itu terjadi perikatan. Pendapat Polak tersebut dibantah oleh Mr. F.G. Scheltema dalam pidato pengukuhannya sebagai Gum Besar di Universitas Leiden pada tahun 1923, dengan judul: `Beschouwingen over de grondslagen van het verenigings-recht", yang pada pokoknya mengatakan bahwa juga dalam per-kumpulan, para anggota berhadap-hadapan satu dengan yang lain, di mans mereka itu masing-masing berjanji akan melaksanakan segala sesuatu yang termuat dalam anggaran dasar dan aturan rumah tangga perkumpulan itu. Pendapat Scheltema ini disetujui oleh park penulis lainnya terutama Molengraaff tersebut di atas.

c. Prof. Soekardono' berpendapat bahwa pada dasarnya memang terjadi sebuah perjanjian, karena sebelum badan barn itu terbentuk, para pendiri itu sudah ada, yang mengadakan kesepakatan untuk mendirikan badan barn itu. Kesepakatan yang telah dicapai oleh para pendiri itu mengandung unsur-unsur: 1) persetujuan kehendak untuk mendirikan suatu perkumpulan barn; 2) kecakapan berbuat para pihak; 3) suatu hal (obyek) tertentu, yaitu benda yang menjadi obyek

perjanjian; 4) tujuan yang sah, yang tidak dilarang oleh undang-undang atau

hukum (Pasal 1320, 1321 dan 1337 KUHPER). Dengan adanya 4 unsur itu, maka menurut Pasal 1320 KUHPER,

telah ada perjanjian seperti dimaksud Pasal 1313 KUHPER, Per-bedaan pendapat antara Molengraaff dan Polak terletak pada soal, apakah dalam perbuatan hukum untuk mendirikan perkumpulan itu

'> Polak, Handboek 1, Druk 5, hlm. 338-339. Soekardono, Hukum Dagang Indonesia!, Bagian II, cet. 3, hlm. 34.

11

Page 26: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

timbul hubungan hukum antara para pendiri atau tidak. Molengraaff menjawab bahwa di antara para pendiri itu ada hubungan hukum, sedangkan Polak berpendapat bahwa di antara para pendiri tidak ada hubungan hukum. Menurut Polak hubungan hukum itu ada antara para pendiri dengan badan barn yang didirikan dan bukan antara para pendiri yang seorang terhadap yang lain.

Dalam soal ini Prof. Soekardono setuju dengan pendapat Mr. L.E.H. Rutten dalam Mr. C. Asser Handleiding tot de Beo-efening van het Ned. Burgerlijk Recht, jilid III (Verbintenissen-recht), yang mengemukakan bahwa yang merupakan soal utama ialah apakah antara para pendiri itu terjadi hubungan hukum. Pada persekutuan perdata dan persekutuan firma, hubungan hukum itu dapat diketahui dengan jelas, yaitu keharusan untuk membayar pemasukan, tetapi bagi perkumpulan biasa dan perseroan terbatas hubungan hukum antara para sekutu itu tidak jelas. Jadi, menurut Rutten, bila ada perselisihan, barulah ditinjau pada tiap-tiap per-kumpulan/persekutuan/badan hukum yang bersangkutan.

d. Saya sendiri berpendapat bahwa adalah jelas bahwa perjanjian untuk mendirikan perkumpulan itu adalah perjanjian sebagai yang dimaksud Pasal 1313 KUHPER. Misalnya: Tiga orang A, B dan C, masing-masing berkepentingan untuk melakukan olah raga gerak jalan bagi kesehatan. Mereka bersepakat untuk mendirikan perkumpulan "olah raga gerak jalan bagi kesehatan" tersebut. Di sini baik A, B maupun C, masing-masing mengikatkan diri kepada yang lain untuk mendirikan perkumpulan olah raga tersebut. A mengikatkan diri kepada B dan C, sedangkan B mengikatkan diri kepada A dan C, selanjutnya C mengikatkan din kepada A dan B untuk mendirikan perkumpulan itu. Pada waktu ini belum ada badan barn yang didirikan itu, dan itu tidak ada hubungan antara para pendiri dengan badan bare. Selama badan bare itu belum dibentuk, maka A dapat menuntut agar B dan C menunaikan kewaj ibannya, yakni: mendirikan perkumpulan olah raga gerak jalan bagi kese-hatan. Begitu juga B dapat menuntut kepada A dan C, — dan C kepada A dan B untuk berbuat yang sama. Perbuatan semacam ini adalah jelas perbuatan sebagai yang dikehendaki oleh Pasal 1313 KUHPER. Kalau perkumpulan itu sudah berdiri, yang berarti badan bare sudah ada, maka badan barn itu dapat berbuat atas nama para anggotanya, dan kalau badan bare itu berstatus badan hukum, maka dia dapat berbuat sendiri sebagai subyek hukum di

12

Page 27: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

luar para anggota/pendiri yang mendirikan perkumpulan itu. Dengan konstruksi hukum atas berdirinya sebuah perkumpulan sebagai tersebut di atas, maka adalah jelas bahwa perbuatan hukum men-dirikan perkumpulan ban' itu adalah perjanjian sebagai yang dimaksud Pasal 1313 KUHPER. Kalau perkumpulan itu sudah berdiri dengan sah, maka selesailah kewajiban para pendiri itu. Sekarang, perkumpulan yang baru berdiri itulah yang hams melan-jutkan menyelesaikan hal-hal yang belum selesai dikerjakan. Maka dan itu saya memandang logis perumusan Pasal 1625 yang ber-bunyi: "masing-masing sekutu berutang kepada persekutuan segala apa yang telah disanggupinya memasukkan ke dalamnya; dan jika pemasukan ini terdiri atas suatu barang tertentu, maka is diwajibkan menjamin dengan cara yang sama seperti dalam jual-beli."

8. ISTILAH PERJANJIAN DAN PERSETUJUAN Istilah "perjanjian" adalah terjemahan dan istilah overeenkomst. Dari buku Istilah Hukum yang dikeluarkan oleh Komisi Istilah Bahasa Indonesia, Seksi Hukum, istilah overeenkomst diterjemahkan: per-setujuan atau perjanjian. Terjemahan ini disetujui oleh: a. Dr. Wirjono Prodjodikoro, S.H. dalam bukunya: Asas-asas Hukum

Perjanjian, Hukum Perdata tentang Persetujuan-persetujuan tertentu, Sekitar Kodifikasi Hukum Perjanjian di Indonesia dan lain-lain.

b. Prof. R. Subekti, S.H. dalam bukunya: Hukum Perjanjian, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (terjemahan). Kitab Undang- Undang Hukum Dagang dan Undang-Undang Kepailitan (ter- jemahan) dan lain-lain. Dalam hal Prof. Soekardono, S.H. 4 mempunyai pendapat lain,

yakni istilah overeenkomst itu diterjemahkan dengan "perjanjian", sedangkan istilah "persetujuan" adalah merupakan unsur dari "perjan-jian", yaitu sebagai terjemahan dari istilah toestemming pada Pasal 1320 ayat (1), sub 1, yang berbunyi: de toestemming van degene die zich verbinden. Saya setuju dengan pendapat Prof. Soekardono, yakni bahwa istilah overeenkomst diterjemahkan dengan "perjanjian", sedangkan toestemming (dalam Pasal 1320 ayat (1), sub 1) diterje-mahkan dengan "persetujuan" atau "kesepakatan".

Dalam kuliah-kuliah beliau di Fakultas Hukum Universitas Indonesia; Soekardono, Hukum Dagang Indonesia I, Bagian II, cet. 3, hlm. 34.

13

Page 28: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

9. PERKUMPULAN YANG BERBADAN HUKUM DAN YANG TIDAK BERBADAN HUKUM

Yang dimaksud dengan "perkumpulan" di sini ialah perkumpulan dalam arti luas, termasuk di dalamnya: persekutuan, koperasi dan perkumpul-an saling menanggung. Perkumpulan ini ada yang berbadan hukum dan ada yang tidak berbadan hukum. Yang tidak berbadan hukum ialah: a. persekutuan perdata; b. persekutuan firma; c. persekutuan komanditer;

Adapun yang berbadan hukum ialah: d. perseroan terbatas; e. koperasi, dan f perkumpulan saling menanggung.

Kedua macam perkumpulan ini sama-sama menjalankan perusaha-an, tetapi status hukumnya sangat berbeda.Yang sekelompok bukan badan hukum, sedangkan kelompok lainnya berbadan hukum. Per-bedaan ini tampak sekali pada prosedur mendirikan badan-badan ter-sebut. Untuk mendirikan suatu badan hukum, mutlak diperlukan pengesahan Pemerintah, misalnya: 1) Dalam hal mendirikan suatu perseroan terbatas, mutlak diperlukan

pengesahan akta pendirian dan anggaran dasamya oleh Pemerintah (Menteri Kehakiman - Direktorat Perdata) - (Pasal 36 KUHD);

2) Dalam hal mendirikan perkumpulan koperasi, mutlak diperlukan pe-ngesahan akta pendirian koperasi itu oleh Pemerintah, dhi. (dalam hal ini) Menteri yang diserahi urusan perkoperasian (Pasal 41 dan 42 UKO-67);

3) Dalam hal mendirikan perkumpulan saling menanggung dianut 2 macam prosedur, yakni: a) Untuk mendirikan perkumpulan saling menanggung (wederkerig

verzekerings -of waarborgmaatschappij, Pasal 286 KUHD) tidak perlu adanya izin khusus dan Pemerintah, sebab S. 1870-64 tidak berlaku bagi perkumpulan jenis ini (Pasal 10, S. 1870-64), dan pasal tersebut menentukan bahwa perkumpulan jenis ini berlaku ketentuan-ketentuan dari KUHPER dan KUHD, khu-susnya Bab IX, Buku Ketiga KUHPER. Berdasar Pasal 1654 KUHPER saja, perkumpulan saling menanggung adalah badan hukum; Perlu diingat bahwa Arrest H.R. tanggal 20 Oktober 1865, 5)

5) H.R. 20 Oktober 1865, W. 2736.

14

Page 29: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

menetapkan perkumpulan saling menanggung tersebut adalah "zedelijk Iichaam" sebagai dimaksud dalam Bab IX, Buku III, KUHPER.

b) Untuk mendirikan perkumpulan asuransi jiwa timbal batik, yakni perkumpulan sating menanggung yang berusaha di bidang asu-ransi jiwa (onderlinge levensverzekeringmaatschappij), diperlukan adanya surat keterangan dari "Verzekeringskamer", yang berisi suatu pengakuan sebagai penanggung (Pasal 14 ayat (2), S.1941-101). Menurut Pasal 20, S. 1941-101, perkum-pulan asuransi jiwa timbal batik ini hanya bisa dijalankan dengan bentuk perseroan terbatas, perkumpulan asuransi timbal batik dalam pengertian KUHD, atau maskapai Indonesia dengan saham (IMA).

Sebaliknya, bila orang mau mendirikan perkumpulan yang bukan badan hukum, maka syarat "pengesahan akta pendirian oleh Pemerintah" itu tidak diperlukan, misalnya: (1) Untuk mendirikan sebuah persekutu perdata, tidak perlu ada-

nya formal itas sedikitpun, cukup dengan adanya kesepakat-an para pihak, tanpa pendaftaran dan tanpa pengumuman;

(2) Untuk mendirikan sebuah persekutuan firma, biasanya di-dirikan dengan akta notaris, didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri setempat dan diumumkan dalam Berita Negara RI;

(3) Untuk mendirikan sebuah persekutuan komanditer, cukup bila dilakukan sebagai halnya mendirikan persekutuan firma.

10. UNSUR-UNSUR POKOK DALAM PERKUMPULAN Suatu perusahaan dapat dimiliki oleh satu orang (perusahaan perse-orangan), dan juga dapat dimiliki oleh banyak orang (persekutuan per-data, persekutuan firma, persekutuan komanditer, perseroan terbatas dan lain-lain). Perbedaan antara perusahaan perseorangan dan perse-kutuan ialah terletak pada tanggung jawab, yang pada perusahaan perseorangan dipikul oleh seorang pengusaha, sedangkan pada perse-kutuan oleh beberapa orang yang bersama-sama bertanggung jawab. Bila perusahaan itu merupakan badan hukum, maka tanggung jawab itu sepenuhnya dipikul oleh badan hukum yang bersangkutan.

Pada setiap perusahaan, si pengusaha (satu atau banyak orang) melakukan perbuatan yang terus-menerus, terang-terangan, dalam kedudukan tertentu untuk mencari laba. Untuk memenuhi unsur terang-

15

Page 30: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

terangan, yakni agar pihak ketiga mengetahuinya, maka perusahaan itu diwajibkan mendaftarkan dan mengumumkan perusahaarmya itu, misalnya pada persekutuan firma dengan adanya Pasal 23 dan 28 KUHD, sedangkan pada perseroan terbatas dengan adanya Pasal 38 KUHD. Unsur "kedudukan tertentu" mengarah kepada kedudukan ter-tentu si pengusaha pada waktu si pengusaha itu berbuat bagi perusa-haannya misalnya sebagai: pembeli, penjual, pemborong, debitur, kre-ditur, dokter, pelepas uang, konsultan, tukang ahli, agen dan lain-lain.

Persekutuan dan beberapa badan hukum itu termasuk perkum-pulan, misalnya: persekutuan perdata, persekutuan firma, persekutuan komanditer, perseroan terbatas, koperasi dan perkumpulan saling me-nanggung. Kita telah mengetahui bahwa perkumpulan di sini adalah dalam arti luas yang mempunyai 4 unsur yaitu: kepentingan bersama, kehendak bersama, tujuan bersama dan kerja. sama. Empat unsur ini se-lalu ada pada tiap-tiap persekutuan dan beberapa badan hukum, yaitu: a. Persekutuan perdata, di samping empat unsur tersebut di atas,

ada dua unsur tambahan, pemasukan dan pembagian keun- tungan atau kemanfaatan yang didapat karena adanya pemasukan itu (Pasal 1618 KUHPER);

b. Persekutuan firma, di samping empat unsur tersebut di atas, di-tambah 2 unsur (Pasal 1618 KUHPER) dan akhirnya ditambah lagi 3 unsur yaitu: menjalankan perusahaan dan memakai nama bersama (firma) — (Pasal 16 KUHD), pula tanggung jawab sekutu secara pribadi untuk keseluruhan (Pasal 18 KUHD);

c. Persekutuan komanditer, di samping empat unsur sebagai perkum-pulan, ditambah 2 unsur sebagai persekutuan perdata, ditambah 3 unsur sebagai persekutuan firma dan akhirnya ditambah dengan adanya sekutu komanditer;

d. Perseroan terbatas adalah perkumpulan yang berbadan hukum, menjalankan perusahaan dan namanya diambilkan dan tujuan perusahaan (voorwerp van het bedriff), sedangkan tanggung jawab tiap sekutu (dhi. pemegang saham) terbatas pada jumlah saham yang dimilikinya (Pasal 36 dan 40 KUHD);

e. Koperasi adalah perkumpulan yang berbadan hukum, menjalankan perusahaan, berdasar asas kekeluargaan dan kegotongroyongan (UU Perkoperasian No. 12 Tahun 1967);

f Perkumpulan saling menanggung adalah perkumpulan yang ber-badan hukum, menjalankan perusahaan dan bertujuan untuk saling menanggung anggota-anggotanya.

16

Page 31: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

BAB M PERSEKUTUAN PERDATA

A. HAL-HAL UMUM

11. PENGANTAR

Sekarang saya akan membicarakan tentang "Persekutuan Perdata". Persekutuan artinya persatuan orang-orang yang sama kepentingannya terhadap suatu Perusahaan tertentu, sedangkan "sekutu" artinya pe-serta pada suatu perusahaan. Jadi, persekutuan berarti perkumpulan orang-orang yang menjadi peserta pada suatu perusahaan tertentu. Jika badan usaha tersebut tidak menjalankan perusahaan, maka badan itu bukanlah persekutuan perdata, tetapi disebut "perserikatan per-data", sedangkan orang-orang yang mengurus badan usaha itu disebut "anggota", bukan sekutu. Jadi, ada dua istilah yang pengertiannya hampir sama, yaitu "perserikatan perdata" dan "persekutuan perdata". Adapun perbedaannya ialah, perserikatan perdata tidak menjalankan perusahaan, sedangkan persekutuan perdata menjalankan perusaha-an. Dengan begitu, maka perserikatan perdata adalah suatu badan usaha termasuk dalam hukum perdata umum, sebab tidak menjalankan perusahaan, sedangkan persekutuan perdata adalah suatu badan usaha yang termasuk dalam hukum dagang, sebab menjalankan perusahaan. Meskipun begitu dua macam badan usaha itu diatur dalam peraturan yang sama, yaitu dalam KUHPER Buku Ketiga, Bab Kedelapan, mulai Pasal 1618 sampai dengan Pasal 1652. Bahwa badan usaha yang disebut perserikatan perdata itu dapat berubah bentuknya menjadi "persekutuan perdata", bila menjalankan perusahaan itu, disebut da-lam Pasal 1623 KUHPER.

Pasal 1618 KUHPER berbunyi sebagai berikut: "Perserikatan Perdata adalah suatu perjanjian, dengan mana dua orang atau lebih mengikatkan diri untuk memasukkan sesuatu ke dalam perserikatan dengan maksud untuk membagi keuntungan atau kemanfaatan yang diperoleh karenanya."

Pasal 1623 KUHPER berbunyi: "Perserikatan perdata khusus adalah perserikatan perdata yang hanya mengenai benda-benda ter-

17

Page 32: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

tentu saja, baik mengenai pemakaiannya, atau hash yang akan diper-olehnya, atau suatu usaha tertentu, maupun mengenai pelaksanaan dari suatu perusahaan atau pekerjaan".

Dalam Pasal 1618 dikatakan bahwa tiap peserta harus memasuk-kan sesuatu ke dalam perserikatan. Hal yang dimasukkan ini disebut "pemasukan" (inbreng). Yang dimaksud dengan "pemasukan" ini bisa berwujud barang, uang atau tenaga, baik tenaga badaniyah maupun tenaga kejiwaan (pikiran). Adapun hasil dari adanya pemasukan itu tidak hanya keuntungan saja, tetapi mungkin pula kemanfaatan, misal-nya: Kalau 3 orang, A, B, dan C masing-masing memasukkan uang sebanyak Rp 10.000,—, untuk melakukan piknik ke puncak, dengan mencarter sebuah taksi mulai pagi sampai sore dengan membawa makanan dan minuman, maka pada sore hari ketika mereka itu sampai di rumah, sedikitpun tidak mendapat keuntungan, tetapi hanya keman-faatan yang berwujud kepuasan hati. Kenyataan hukum ini disebut "perserikatan perdata", karena sudah memenuhi syarat sebagai yang dikehendaki oleh Pasal 1618 KUHPER, yaitu adanya "pemasukan" dan "kemanfaatan". Pasal 1618 KUHPER itu tidak menghendaki agar perbuatan itu dilakukan secara terus-menerus unsur penting bagi terjadinya "perusahaan". Meskipun perbuatan itu hanya dilakukan satu kali saja, toh badan itu sudah dapat disebut "perserikatan per-data". Istilah "perdata" menunjuk pada lapangan hukum, dalam mana badan itu bergerak, yaitu lapangan hukum perdata. Di sini timbul soal, kenapa suatu lembaga hukum yang bergerak dalam lapangan hukum perdata (umum) dibicarakan dalam bidang hukum dagang. Untuk men-jawab soal ini kita perlu membaca Pasal 16 KUHD yang berbunyi: "Yang dinamakan persekutuan firma ialah tiap-tiap perserikatan per-data yang didirikan untuk menjalankan suatu perusahaan dengan nama bersama (firma)". Di sini kita menemui lembaga "perserikatan perdata", yang menjalankan perusahaan dengan nama bersama. Hal ini mengakibatkan bahwa peraturan-peraturan hukum perserikatan perdata sebagai yang diatur dalam KUHPER Buku Ketiga Bab VIII tentang "Maatschap of Vennootschap" berlaku bagi persekutuan fir-ma, kecuali kalau kaidah dalam persekutuan firma menyimpang, yakni Pasal 15 sampai dengan Pasal 35 (KUHD).

Dan Pasal 1618 KUHPER dapat disimpulkan bahwa perserikatan perdata adalah perkumpulan yang mempunyai 2 unsur tambahan, yakni adanya "pemasukan" dan "pembagian keuntungan atau kemanfaatan".

Sebagai kesimpulan dapat saya katakan bahwa:

18

Page 33: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

a. Persekutuan perdata adalah perserikatan perdata yang menj alan-kan perusahaan;

b. Perserikatan perdata adalah perkumpulan dalam arti luas ditam-bah dengan dua unsur lagi, yaitu pemasukan dan pembagian keun-tungan atau kemanfaatan (Pasal 1618 KUHPER):

c. Perkumpulan dalam arti luas adalah sekelompok orang yang meru-pakan suatu badan yang mempunyai 4 buah unsur, yaitu: 1) adanya kepentingan bersama; 2) adanya kesepakatan bersama; 3) adanya tujuan bersama; dan 4) adanya ketja-sama (lihat halaman 8 buku ini).

12. SIFAr KEPRIBADIAN PADA PERSERIKATAN PERDATA Perserikatan perdata adalah suatu perkumpulan yang terdiri dan dua orang atau lebih, yang masing-masing saling mengenal secara pribadi, misalnya antarsaudara atau teman karib. Meskipun pada perkumpulan dan perserikatan ada peraturan tentang keluar masuknya anggota, tetapi hal ini tidak boleh mengurangi sifat kepribadian yang ada antar-anggota. Sifat kepribadian pada perkumpulan biasa, perserikatan/per-sekutuan perdata, persekutuan firma dan persekutuan komanditer ma-sih sangat diutamakan. Pribadi dan masing-masing anggota/sekutu pada badan-badan tersebut masih memegang peranan penting. Lain halnya dengan perseroan terbatas, yang tujuan utamanya ialah pemu-pukan modal sebanyak-banyaknya dalam batas sebagai yang diten-tukan dalam anggaran dasarnya. Bagi perseroan terbatas pada umum-nya tidak peduli siapa-siapa yang memasukkan modalnya dalam per-seroan, mereka itu pada umumnya tidak saling mengenal. Jadi, dalam perseroan terbatas ini tidak terdapat sifat kepribadian. Kebebasan tentang sifat kepribadian ini di Indonesia dibatasi dengan asas nasio-nalitas, yang menghendaki agar tiap pesero atau pemegang saham harus memiliki kewarganegaraan Indonesia.

13. UNSUR TERANG-TERANGAN DAN TERUS-MENERUS PADA PERSERI-KATAN PERDATA BERSIFAT TIDAK MUTLAK

Bila A, B, dan C saling bersepakat untuk mencari sekedar keuntungan dengan cara berdagang beras misalnya, lalau mereka masing-masing memberikan pemasukannya, yang dapat berupa uang, benda atau tena-ga (pikiran atau fisik) Pasal 1619 ayat (2) KUHPER, maka terjadilah perserikatan perdata (Pasal 1618 KUHPER). Dalam pelaksanaan-

19

Page 34: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

nya, A, B, dan C masing-masing mengadakan hubungan hukum dengan pihak ketiga untuk membeli atau menjual beras. Tetapi pihak ketiga ini biasanya berhadapan dengan A, B, dan C sebagai perseorangan (pribadi), tidak sebagai anggota dari suatu perserikatan perdata. Jadi, pihak ketiga ini hanya terikat pada A, B, atau C saja, begitu pun sebalik-nya (Pasal 1642 dan 1644 KUHPER).

Dan apa yang diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa hubungan hukum antara anggota perserikatan perdata dengan pihak ketiga adalah hubungan pribad tidak merupakan hubungan antara pihak ketiga dengan perserikatan perdata. Di sini ternyata bahwa perserikatan per-data tidak mempunyai unsur "terang-terangan" seperti halnya dalam perusahaan. Perlu diketahui bahwa perserikatan perdata semacam ini biasanya didirikan untuk waktu yang tidak lama, dapat juga terjadi hanya selama sate atau dua kali usaha saja, sesudah itu perserikatan perdata dibubarkan. Untuk mendirikan dan membubarkan perseri-katan perdata itu tidak diperlukan syarat-syarat tertentu, jadipendirian dan pembubaran dapat terjadi dengan mudah sekali. Dengan begitu unsur "terus-menerus" tidak terdapat dalam perserikatan per-data macam ini.

Sebagai kesimpulan terakhir dapat dikatakan bahwa unsur "terang-terangan" dan "terus-menerus" pada perserikatan perdata bersifat tidak mutlak. Hal ini berbeda sekali dengan perserikatan perdata yang menjalankan perusahaan, di mana unsur "terang-terangan" dan "terus-menerus" merupakan unsur mutlak.

14. MUNGKINKAH PERSERIKATAN PERDATA ITU MENJALANKAN

PERUSAHAAN Dan uraian pada pelajaran di muka adalah terang bahwa, bila sebuah perserikatan perdata bertindak keluar terhadap pihak ketiga dengan "terang-terangan" dan "terus-menerus" untuk mencari laba, maka per-serikatan perdata itu melakukan perusahaan. Bentuk perserikatan semacam ini disebut "persekutuan perdata". Bertindak keluar dengan terang-terangan ini terjadi, bila pihak yang bertindak keluar itu mem-beritahukan kepada pihak ketiga, bahwa dia bertindak atas nama peru-sahaannya dan dia hams dapat membuktikan bahwa perusahaan itu ada. Unsur terus-menerus dipandang ada, bila usaha itu tidak hanya dilakukan untuk satu atau dua kali saja, tetapi dilakukan terus-menerus untuk mencapai laba sebanyak-banyaknya.

Hal adanya perserikatan perdata yang menjalankan perusahaan

Page 35: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

ini dalam undang-undang dimungkinkan dalam Pasal 1623 KUHPER yang berbunyi: "Perserikatan perdata khusus adalah perserikatan per-data yang hanya mengenai barang-barang tertentu, atau pemakaian-nya atau mengenai hasil-hasil yang akan diperolehnya, atau tertuju pada suatu usaha tertentu atau mengenai hal menjalankan perusa-haan atau pekerjaan tetap."

Kecuali Pasal 1623 KUHPER tersebut di atas, perserikatan per-data yang menjalankan perusahaan itu juga dimungkinkan oleh Pasal 16 KUHD yang berbunyi: "Yang dinamakan persekutuan firma ialah tiap-tiap perserikatan perdata yang didirikan untuk melakukan peru-sahaan dengan nama bersama (firma)." Jadi, perserikatan perdata yang melakukan perusahaan dengan nama bersama (firma) adalah "persekutuan firma". Bila sebuah perserikatan perdata yang menjalan-kan perusahan itu tidak mempunyai nama bersama atau firma, maka perserikatan ini bukan persekutuan firma, tetapi persekutuan per-data. Jadi, di sini ada tiga pengertian yang hams Iebih dulu dipahami, yaitu: a. Perserikatan perdata (burgerlijk maatschap) adalah perkum-

pulan yang mempunyai dua unsur tambahan, yakni: adanya pema-sukan dan pembagian keuntungan atau kemanfaatan;

b. Persekutuan perdata ialah perserikatan perdata yang melakukan perusahaan;

c. Persekutuan firma ialah perserikatan perdata yang melakukan perusahaan dengan nama bersama atau persekutuan perdata dengan nama bersama (firma). Telah saya katakan di muka bahwa bentuk perserikatan perdata

tidak termasuk hukum dagang, tetapi termasuk hukum perdata umum. Adapun yang termasuk bidang hukum dagang adalah "persekutuan perdata", yakni perserikatan perdata yang menjalankan perusahaan, yang menurut Pasal 1623 KUHPER adalah bentuk perserikatan per-data khusus. Untuk selanjutnya bagi kepentingan hukum dagang saya hanya akan membicarakan "persekutuan perdata", yang mempunyai pengaturan hukum yang sama dengan perserikatan perdata, yakni: KUHPER, Buku III, Bab Kedelapan yang berjudul "Tentang Perse-rikatan Perdata" (Burgerlijk Maatschap), mulai Pasal 1618 sampai dengan Pasal 1652.

15. CARA MENDIRIKAN PERSEKUTUAN PERDATA Menurut Pasal 1618 KUHPER persekutuan perdata itu didirikan atas

21

Page 36: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

dasar perjanjian. Karena Pasal 1618 KUHPER itu tidak mengharus-kan adanya syarat tertulis, maka perjanjian yang dimaksud bersifat konsensual, yakni dianggap cukup dengan adanya persetujuan kehen-dak atau kesepakatan (konsensus). Perjanjian itu mulai berlaku sejak saat perjanjian itu menjadi sempurna atau sejak saat yang ditentukan dalam perjanjian (Pasal 1624 KUHPER).

Sesuai dengan sifat perserikatan perdata yang tidak menghendaki terang-terangan, maka Bab VIII Buku Ketiga KUHPER itu tidak ada peraturan tentang pendaftaran dan pengumuman (untuk pihak ketiga) seperti yang diharuskan dalam Pasal 23 sampai dengan 28 KUHD bagi persekutuan firma.

16. SYARAT-SYARAT UNTUK MENDIRIKAN PERSEKUTUAN PERDATA Perjanjian untuk mendirikan persekutuan perdata itu kecuali hams me-menuhi syarat-syarat seperti yang ditentukan dalam Pasal 1320 KUHPER, juga harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut di bawah ini: a. tidak dilarang oleh hukum; b. tidak bertentangan dengan tatasusila dan ketertiban umum; c. harus merupakan kepentingan bersama yang dikejar, yaitu: keun-

tungan; Keuntungan ini hams dinikmati bersama dan tidak boleh ditetapkan

bagi keuntungan seorang sekutu Baja (Pasal 1635 ayat (1) KUHPER). Keuntungan itu tidak perlu merupakan penambahan kekayaan (vermo-gensvermeerdering). Dan itu persekutuan perdata mungkin didirikan dengan tujuan: 1) untuk mencegah pengeluaran biaya; 2) untuk bersama-sama mempergunakan sebuah benda, misalnya: mobil;

Agar pengejaran keuntungan ini tidak sia-sia, maka undang-undang menetapkan adanya "pemasukan" (inbreng) sebagai unsur mutlak da-lam perjanjian mendirikan persekutuan perdata (Pasal-pasal: 1618, 1619 ayat (2), 1625, 1626 dan 1627 KUHPER). Pemasukan (inbreng) in hams dipenuhi oleh para sekutu, kalau tidak bisa dituntut.

17. PEMASUKAN Pasal 1619 ayat (2) KUHPER menetapkan bahwa tiap-tiap sekutu dan persekutuan perdata diwajibkan memasukkan dalam kas perse-kutuan perdata yang didirikan itu: a. uang, atau b. benda-benda lain apa saja yang lay ak bagi pemasukan, misalnya:

22

Page 37: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

'credit, rumah/gedung, kendaraan bermotor/truk, alat perlengkapan kantor dan lain-lain.

c. tenaga kerja, baik tenaga fisik maupun tenaga pikiran. Adapun cara-cara menyerahkan benda-benda pemasukan itu harus

sesuai dengan peraturan penyerahan yang khusus bagi benda-benda yang bersangkutan, yakni mengenai: 1) benda bergerak yang bertubuh seperti yang ditentukan dalam Pasal

612 KUHPER; 2) benda bergerak yang tak bertubuh seperti yang ditentukan dalam

Pasal 613 KUHPER; 3) benda tetap (tak bergerak): mengenai tanah sesuai dengan PP

No. 10 Tahun 1961, sedangkan mengenai kapal terdaftar sesuai dengan S. 1933-48.

18. JENIS PERSEKUTUAN PERDATA Ada dua jenis persekutuan perdata, yaitu: a. Persekutuan Perdata Umum

Dalam jenis ini diperjanjikan suatu pemasukan yang terdiri dari seluruh harta kekayaan masing-masing sekutu atau bagian tertentu dari harta kekayaan secara umum (onder algemene titel), artinya tanpa perincian. Persekutuan perdata macam ini dilarang oleh Pasal 1621 KUHPER. Rasio dari larangan itu ialah bahwa dengan adanya pemasukan seluruh atau sebagian harta kekayaan tanpa perincian itu, orang tidak akan dapat membagi keuntungan secara adil seperti ditetapkan dalam Pasal 1633 KUHPER. Dalam Pasal 1633 KUHPER ditentukan, bila bagian keuntungan dari masing-masing sekutu tidak ditentukan dalam perjanjian pendirian persekutuan perdata, maka pembagian keuntungan hams didasarkan atas keseimbangan pe-masukan dari masing-masing sekutu.

Persekutuan perdata jenis ini diperkenankan juga asal diper-janjikan bahwa masing-masing sekutu akan mencurahkan seluruh kekuatan kerjanya untuk mendapatkan laba yang dapat dibagi-bagi antara para sekutu. Persekutuan perdata jenis ini oleh Pasal 1622 KUHPR dinamakan "persekutuan perdata keuntungan" (algehele maatschap van winst).

b. Persekutuan Perdata Khusus Dalam persekutuan perdata jenis khusus ini para sekutu masing-masing menjanjikan pemasukan benda-benda tertentu atau sebagian dari tenaga kerjanya (Pasal 1623 KUHPER).

23

Page 38: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

B. PERIKATAN ANTARPARA SEKUTU

19. HUBUNGAN KE DALAM Mengenai perikatan antarpara sekutu atau hubungan ke dalam ini diatur dalam Bagian Kedua, Bab VIII, Buku III, KUHPER, mulai Pasal 1624 s/d 1641. Hubungan ke dalam ini mengenai perikatan antara seorang sekutu dengan sekutu yang lain. Adapun jenis hubungan ter-sebut dapat diperinci sebagai berikut: a. kewajiban memberikan pemasukan; b. asas kepentingan bersama; c. pemeliharaan atau pengurusan; d. perbedaan kedudukan hukum antara sekutu statuter dan sekutu

mandater; e. pengurus bukan sekutu; f. kekuasaan berbuat sekutu statuter; g. arti pengurusan dan penguasaan; h. pembagian tugas antarpengurus; i. peraturan pemeliharaan (pengurusan); j. cara membagi keuntungan dan kerugian; k. mutasi sekutu dari persekutuan perdata.

20. KEWAJIBAN MEMBERIKAN PEMASUKAN Tiap-tiap sekutu hams memenuhi kesanggupannya untuk memberikan pemasukan (Pasal 1625 KUHPER), dengan ketentuan-ketentuan se-bagai berikut: a. Terhadap benda-benda yang dimasukkan itu sekutu hams men-

jamin terhadap gugatan hak dari orang lain dan terhadap cacat yang tersembunyi. Cacat yang tersembunyi ialah cacat yang tidak dapat dilihat oleh pemeriksa biasa secara saksama. Hal ini sama dengan kewajiban penjual terhadap pembeli seperti diatur dalam Pasal 1491 KUHPER;

b. Kecuali benda dalam arti fisiknya, para sekutu juga dapat memasuk-kan penggunaan atau manfaatnya (het genot) — Pasal 1631 ayat (1) KUHPER. Dalam hal yang dimasukkan itu manfaatnya, maka sekutu yang bersangkutan hams memikul risiko benda yang dimasukkan itu, kecuali bila benda itu sendiri turut dimasukkan, maka sekutu yang bersangkutan bebas dari risiko, karena risiko sudah di-ambil alih oleh persekutuan perdata (Pasal 1631 ayat (2) KUHPER);

c. Pemasukan yang berwujud uang diatur dalam Pasal 1626 KUHPER.

24

Page 39: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

Bila pada saat pemasukan seperti yang telah ditetapkan dalam per-janj ian tidak ditepati oleh sekutu yang bersangkutan, maka dia ha-ms membayar bunga selama belum setor. Keharusan membayar bunga itu terbit tanpa adanya tegoran (aanmaning) — Pasal 1626 ayat (1) KUHPER. Hal ini berbeda dengan Pasal 1250 ayat (3) bsd 1238 KUHPER. Lagi pula kepada sekutu yang bersangkutan yang alpa, bisa diminta penambahan bunga, jika untuk itu ada alasannya (Pasal 1626 ayat (3) KUHPER). Hal ini menyimpang dari ketentuan dalam Pasal 1250 ayat (1) KUHPER, yang hanya membolehkan bunga menurut undang-undang, yaitu 6% setahun (S. 1848-22). Begitu pula bagi seorang sekutu yang meminjam uang dari kas persekutuan, dia harus membayar bunga mulai dari saat dia meminjamnya (Pasal 1626 ayat (2) KUHPER);

d. Pemasukan yang berwujud tenaga kerja diatur dalam Pasal 1627 KUHPER. Sudah tentu tenaga itu harus sesuai dengan kebutuhan persekutuan, sehingga tenaga itu benar-benar dapat dimanfaatkan oleh persekutuan. Biasanya sekutu tersebut tidak menyumbangkan seluruh tenaganya, melainkan pekerjaan-pekerjaan tertentu meng-ingat akan kebutuhan persekutuan.

21. ASAS KEPENTINGAN BERSAMA Asas ini tampak dijunjung tinggi dalam Pasal 1628 KUHPER, yang tidak membolehkan seorang sekutu lebih mengutamakan kepentingan pribadi daripada kepentingan bersama. Hal ini bisa terjadi secara kon-kret bi la pada suatu saat yang sama, seorang debitur hams membayar utangnya yang sudah dapat ditagih kepada salah seorang sekutu per-sekutuan perdata dan juga hams membayar utangnya kepada perse-kutuan perdata yang sama. Misalnya: seorang debitur A mempunyai utang Rp 1.000,— kepada B, sekutu persekutuan perdata "Usaha Ber-sama", dan mempunyai utang juga kepada persekutuan perdata yang sama sebanyak Rp 2.000,—. Bila debitur A hanya dapat membayar Rp 900,— untuk B dan persekutuan perdata "Usaha Bersama", maka B hams memberikan 2/3 x Rp 900,— itu kepada "Usaha Bersama", yakni Rp 600,—, sedangkan yang Rp 300,— untuk B sendiri. Bila pem-bayaran utang itu dimaksudkan untuk dibayarkan atau dicicilkan selu-ruhnya kepada "Usaha Bersama", maka uang Rp 900,— itu hams dise-rahkan kepada "Usaha Bersama", sedangkan B tidak menerima apa-apa.

Mengenai berlakunya Pasal 1628 KUHPER itu ada dua pendapat yang agak berlainan, yaitu:

25

Page 40: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

a. PiIto' ) membatasi berlakunya Pasal 1628 KUHPER itu pada pe-ristiwa bila si penagih (sekutu persekutuan perdata) menagih bagi diri sendiri, tetapi sebaliknya Pasal 1628 KUHPER tidak berlaku bila debitur memilih mengutamakan pembayaran utangnya kepada kreditur sebagai pribadi.

b. Hofmanri2) sebaliknya berpendapat bahwa meskipun debitur memi-lih mengutamakan pembayaran utangnya kepada kreditur sebagai pribadi, tetap kreditur sekutu persekutuan perdata ini harus melak-sanakan ketentuan Pasal 1628 KUHPER tersebut. Asas kepentingan bersama ini juga tersimpul pada Pasal 1629

KUHPER, yang berbunyi: "Jika salah seorang sekutu telah menerima seluruh bagiannya dalam suatu piutang bersama, kemudian si debitur jatuh pailit atau dalam keadaan tidak mampu, maka sekutu tersebut diwajibkan memasukkan apa yang telah diterimanya itu ke dalam kas persekutuan, meskipun dia telah menyatakan menerima pembayaran itu sebagai pelunasan utangnya."

Atas kepentingan bersama juga tersimpul dalam Pasal 1630 KUHPER, di mana ditetapkan bila seorang sekutu persekutuan dalam tindakannya membuat kerugian pada persekutuan, maka sekutu itu harus membayar ganti rugi kepada persekutuan. Jumlah ganti rugi itu tidak boleh dikurangi dengan keuntungan-keuntungan yang diperoleh sekutu itu dalam bidang lain. Jadi, jika keuntungan itu dapat sekutu dari bidang yang sama, maka keuntungan itu dapat dipakai untuk mengurangi jumlah ganti kerugian yang hams dibayarnya.

Asas kepentingan bersama juga terkandung dalam istilah "maatschap" pada Pasal 1625, 1626 dan 1630 KUHPER, yang baik Polak maupun Hofmann memberikan arti sebagai "para sekutu bersama" (de geza-menlijke vennoten). Di sini muncul unsur "koperasi" atau kesatuan, yaitu suatu unsur yang sangat dibutuhkan dalam persekutuan perdata sebagai yang dikemukakan oleh Pitlo. Dari itu mengenai persoalan "siapakah yang hams menuntut sekutu yang alpa seperti disebut dalam Pasal 1630 KUHPER itu," dapat dijawab bahwa persekutuan per-datalah yang berhak. Asas kepentingan bersama ini juga tersimpul dalam Pasal 1632 KUHPER, yaitu mengenai hak menagih seorang sekutu kepada persekutuannya tentang pengeluaran-pengeluaran yang telah diadakan untuk kepentingan persekutuan.

" Pitlo, Verbintenissenrecht, druk 6, bI. 463. 2) Hofmann, Het Ned. Verbintenissenrecht, II, 1936, bl. 271.

26

Page 41: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

22. PEMELIHARAAN (PENGURUSAN) Pemeliharaan atau pengurusan (beheer) dalam persekutuan perdata diatur dalam Pasal 1636 s/d 1639 KUHPER. Pembebanan tugas peng-urusan pada sekutu persekutuan perdata dapat dilakukan dengan dua cara (Pasal 1636), yaitu: a. Diatur sekaligus bersama-sama dalam akta pendirian persekutuan

perdata. Sekutu persekutuan perdata ini disebut "sekutu statuter" (gerant statutaire);

b. Diatur sesudah persekutuan perdata berdiri dengan akta khusus. Sekutu pengurus ini dinamakan "sekutu mandater" (gerant man-data ire).

23. PERBEDAAN KEDUDUKAN HUKUM ANTARA SEKUTU STATUTER DAN SEKUTU MANDATER

1. Menurut Pasal 1636 ayat (2) KUHPER, selama berjalannya per-sekutuan perdata, sekutu statuter tidak boleh diberhentikan, kecuali atas dasar alasan-alasan menurut hukum. Misal alasan-alasan ter-sebut menurut Hofmann' ) ialah: tidak cakap, kurang saksama, men-derita sakit dalam waktu lama dan sebagainya. Menurut Prof. Sae-kardone alasan-alasan tersebut ialah keadaan-keadaan atau peris-tiwa-peristiwa yang tidak memungkinkan seorang sekutu peng-urus itu melakukan tugasnya secara baik.

2. Yang dapat memberhentikan sekutu statuter ialah pesekutuan per-data. Atas pemberhentian ini sekutu statuter yang bersangkutan da-pat minta putusan Hakim tentang soal, apakah pemberhentian itu benar-benar berdasarkan alasan-alasan menurut hukum. Kalau pu-tusan Hakim menguntungkan sekutu pengurus yang bersangkutan, maka dia dapat minta ganti kerugian berdasar Pasal 1632 KUHPER.

3. Seorang sekutu mandater itu kedudukannya sama dengan seorang pemegang kuasa (Pasal 1814 KUHPER), jadi, kekuasaannya dapat dicabut sewaktu-waktu. Juga dia sendiri dapat meminta agar kekua-saannya dicabut.

24. PENGURUS BUKAN SEKUTU Pengurus pada persekutuan perdata biasanya adalah sekutu sendiri,

3) Hofmann, Het Ned. Verbintenissenrecht, II, 1936, bl. 277. 4) Soekardono, Hukum Dagang Indonesia I, Bagian 11, cat. 3, hlm. 45.

27

Page 42: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

disebut "pengurus sekutu". Kalau di antara para sekutu tidak ada yang dianggap cakap atau mereka tidak merasa cakap untuk menjadi pengurus, maka para sekutu dapat menetapkan orang luar yang cakap sebagai pengurus. Jadi, di sini ada pengurus bukan sekutu. Hal ini dapat ditetapkan dalam akta pendirian persekutuan perdata atau da-lam perjanjian khusus.

25. KEKUASAAN BERBUAT SEKUTU STATUTER Menurut Pasal 1636 ayat (1) KUHPER, seorang sekutu statuter, asal-kan dia bertindalc jujur, dapat melakukan perbuatan pengurusan, mes-Kipun perbuatan itu bertentangan dengan kehendak sekutu-sekutu yang lain. Ketentuan ini sebetulnya bertentangan dengan asas kerjasama (ko-perasi) dalam mencapai tujuan bersama dalam persekutuan perdata. Kalau perbuatan pengurusan itu mengakibatkan kerugian pada perse-kutuan, maka menurut Pasal 1630 KUHPER, pengurus yang bersang-kutan bertanggung jawab terhadap teman-teman sekutu lainnya. Jadi, dia harus mengganti kerugian yang diakibatkan karena perbuatannya.

26. ARTI PENGURUSAN DAN PENGUASAAN Menurut Pitlos ), Perbuatan pengurusan (beheer), adalah tiap-tiap per-buatan yang perlu atau yang temasuk golongan perbuatan yang biasa dilakukan untuk mengurus/memelihara persekutuan perdata. Sedang-kan perbuatan penguasaan (beschikkingsdaad) adalah perbuatan yang mengakibatkan perubahan-perubahan yang tidak khusus diper-lukan mengingat akan keadaan-keadaan dalam kenyataannya.

Perbuatan pengusaaan itu baik secara terang-terangan, maupun secara diam-diam harus ada persetujuan bulat dari para sekutu bersa-ma sedangkan untuk perbuatan pengurusan atau pemeliharaan, perse-tujuan semacam itu tidak diperlukan (Pasal 1636 ayat (1) KUHPER), asal perbuatan itu dilakukan secara jujur.

27. PERBEDAAN ANTARA PERBUATAN PENGURUSAN DAN PERBUAT-AN PENGUASAAN

Perbedaan antara perbuatan pengurusan dan perbuatan penguasaan ialah: a. Perbuatan pengurusan tidak memerlukan kata sepakat lebih dulu

dari sekutu-sekutu yang lain, tetapi hams dilakukan dengan jujur

Pitlo, Verbintenissenrecht, druk 6, bl. 466.

28

Page 43: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

serta mengingat akan kepentingan bersama terhadap tujuan per-sekutuan perdata. Sanksi atas ketentuan tersebut terdapat dalam Pasal 1630 KUHPER;

b. Sebaliknya, perbuatan penguasaan memerlukan kata sepakat dari semua sekutu. KUHPER tidak mengatur secara khusus mengenai perbuatan penguasaan ini. Akan tetapi bila pengurusan memerlukan pengluasan sampai penguasaan, maka harus ada kata sepakat dari semua sekutu terlebih dulu;

c. Asas "kata sepakat" ini juga terdapat dalam Pasal 1639 ayat (4) KUHPER, yang juga berlaku terhadap benda bergerak dari per-sekutuan perdata, meskipun tidak disebutkan secara khusus;

d. Tiap-tiap pengurus bertanggung jawab terhadap persekutuan, baik mengenai pengurusan maupun mengenai penguasaan.

28. PEMBAGIAN TUGAS ANTARPENGURUS Kalau sekutu statuter lebih dari seorang, maka tugas pengurusan hams dibagi antarmereka. Bila tidak ada pembagian pekerjaan tertentu atau apabila tidak diadakan ketentuan bahwa seorang pengurus tidak boleh bertindak di luar pengetahuan pengurus yang lain, maka masing-masing sekutu pengurus diperbolehkan melakukan semua perbuatan peng-urusan (Pasal 1637 KUHPER).

Bila salah seorang pengurus berhalangan untuk memberikan per-setujuan atau berhalangan berbuat, dalam hal mana diperlukan turut sertanya sekutu yang berhalangan itu, maka pelaksanaan perbuatan itu ditunda sampai halangan itu lenyap dan pengurus yang berhalangan itu dapat turut serta menunaikan kewajibannya (Pasal 1638 KUHPER). Tetapi bila perbuatan itu dianggap mendesak atau akan lebih meng-untungkan bila perbuatan itu segera dilakukan, maka menurut Pitloo dan Hofmann') pengurus yang ada dapat bertindak merangkap sebagai penyelenggara urusan (zaakwaarnemer) dari pengurus yang berha-langan itu.

29. PERATURAN PENGURUSAN Karena pengurusan itu adalah suatu hal yang penting, maka biasanya para pendiri persekutuan perdata tidak lupa untuk mengaturnya dalam akta pendirian persekutuan perdata itu atau dalam perjanjian yang

Pitlo, Verbintenissenrecht, druk 6, bl. 467. 1) Hofmann, Het Ned. Verbintenissenrecht, II, 1936, bI. 278.

29

Page 44: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

khusus diadakan untuk mengatur pengurusan itu. Tetapi bila para pendiri tidak mengatumya, maka undang-undang telah menyediakan peraturan pengurusan sebagai yang disebut dalam Pasal 1639 KUHPER, yang isinya adalah sebagai berikut: a. Pasal 1639 sub 1, KUHPER mengandung ketentuan yang sangat

penting, yaitu bahwa para sekutu dianggap saling memberikan kuasa untuk melakukan pengurusan bagi kawarmya, jadi semacam pemberian kuasa secara diam-diam. Menurut Pitlos ) pemberian kuasa itu tidak berdasar bab XVI, Buku III, KUHPER, tetapi hak mengurus pada tiap-tiap sekutu itu timbul berdasar perjanjian pen-dirian persekutuan perdata itu sendiri. Tiap-tiap sekutu diberi hak untuk mencegah dilangsungkannya suatu perbuatan pengurusan oleh teman sekutu lainnya yang tidak disetujui. Hak ini tidak boleh dipakai, kecuali bila dikhawatirkan perbuatan pengurusan itu akan mendatangkan kerugian bagi kepentingan bersama (Pasal 1639, sub 1, ayat (2) KUHPER). Dalam hal yang sebaliknya, yakni ter-hadap sekutu yang mencegah tanpa alasan yang pantas, dapat dituntut pembayaran ganti rugi oleh persekutuan (Pasal 1630 KUHPER).

b. Menurut Prof. Soelcardono 9) dalam Pasal 1639 sub 2 dan 3 KUHPER tidak diatur tentang perbuatan pengurusan, tetapi tentang pema-kaian benda-benda milik persekutuan. Dalam memakai benda-benda itu para sekutu diwajibkan mengindahkan kepentingan per-sekutuan. Semuanya hams mendapat manfaat dan tiap-tiap sekutu hams ikhlas bersedia memberikan sumbangan untuk menjaga keselamatan benda-benda itu. Asas ini berlaku juga bagi benda-benda yang hanya kemanfaatannya yang dimasukkan sebagai pemasukan.

c. Sub 4 dari Pasal 1639 KUHPER ini melarang perbuatan penguasa-an (beschikkingsdaden) tanpa persetujuan dari semua sekutu.

30. BAGAIMANA MEMBAGI KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN Persekutuan perdata bertujuan untuk memperoleh keuntungan (Pasal 1618 KUHPER). Kalau sudah ada keuntungan, maka keuntungan itu hams dibagi antarpara sekutu. Bagaimana membagi keuntungan itu diatur dalam Pasal 1633, 1634 dan 1635 KUHPER.

" Pitlo, Verbintenissenrecht, druk 6, bl. 467. 9 ' Soekardono, Hukum Dagang Indonesia I, Bagian II, cat. 3, hlm. 50.

30

Page 45: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

Menurut Pasal 1633 KUHPER cara membagi keuntungan dan kerugian itu sebaiknya diatur dalam perjanjian mendirikan persekutuan perdata, dengan cara tidak boleh memberikan seluruh keuntungan kepada seorang sekutu saja (Pasal 1635 ayat (1) KUHPER), sebab ini melanggar "mengejar kemanfaatan bersama". Tetapi sebaliknya undang-undang memperbolehkan pembebanan seluruh kerugian kepada seorang sekutu (Pasal 1635 ayat (2) KUHPER).

Kalau dalam perjanjian tidak ada aturan tentang cara membagi keuntungan dan kerugian, maka berlakulah Pasal 1633 ayat (1) KUHPER, yang menetapkan bahwa pembagian itu hams dilakukan menurut asas "keseimbangan pemasukan", dengan pengertian bahwa pemasukan yang berupa tenaga kerja hanya dipersamakan dengan pe-masukan uang atau benda yang terkecil (Pasal 1633 ayat (2) KUHPER). Menurut hemat saya cara pembagian terhadap pemasukan tenaga kerja ini tidak adil, karena ternyata pembentuk undang-undang tidak menghargai tenaga kerja, baik fisik maupun pikiran, padahal untuk zaman sekarang "tenaga kerja" ini merupakan faktor yang menonjol dalam bidang produksi. Di sini asas "perikemanusiaan dan keadilan sosial" (sila kedua dan keempat dari Pancasila) tidak mendapat per-hatian dengan semestinya. Untuk negara RI peraturan yang demikian ini hams segera mendapat perhatian dari Pemerintah, sebab meru-pakan unsur yang menggrogoti Pancasila yang menjadi asas filsafat negara RI. Menurut saya sebaiknya dipergunakan sebagai ukuran untuk menilai tenaga kerja yang diberikan sebagai pemasukan (inbreng) ialah "hasil karya" tenaga tesebut terhadap kemajuan per-sekutuan dalam arena perusahaan, khususnya sampai dimana tenaga kerja tersebut berpengaruh pada keuntungan yang didapat perusaha-an. Kalau tenaga kerja yang dimaksudkan tersebut mengakibatkan kemajuan atau keuntungan persekutuan yang besar, maka tenaga kerja tersebut hams dinilai besar juga. Sebaliknya kalau tenaga kerja (fisik) yang dimasukkan itu kurang memberi pengaruh pada keun-tungan persekutuan, maka saya tidak keberatan kalau tenaga kerja (fisik) itu dinilai kurang. Untuk mendapat angka penilaian yang jelas, saya mengusulkan agar tenaga kerja itu dihargai antara pemasukan yang tertinggi nilainya dengan pemasukan benda atau uang yang terendah nilainya. Hal ini pada hemat saya perlu dimusyawarahkan dalam rapat pengurus supaya tenaga kerja itu mendapatkan penilaian yang adil. Penetapan nilai tenaga kerja oleh pengurus ini adalah yang terbaik, sebab undang-undang menetapkan bahwa penetapan pemba-

31

Page 46: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

gian keuntungan dan kerugian oleh pihak ketiga tidak diperbolehkan (Pasal 1634 ayat (1) KUHPER).

31. MUTASI SEKUTU PERSEKUTUAN PERDATA Seorang sekutu persekutuan perdata diperbolehkan memasukkan se-orang pihak ketiga hanya dalam bagiannya saja dari pemiodalan se-luruhnya (Pasal 1641 KUHPER). Dengan begitu lalu ada "ondermaat-schap" atau menurut Molengraaff" lalu terjadi sebuah "maatschap" antara sekutu lama dengan pihak ketiga yang dimasukkan itu.

Untuk memasukkan pihak ketiga ke dalam bagiannya, sekutu yang bersangkutan tidak perlu minta izin dari sekutu lainnya, tetapi seba-liknya orang luar (pihak ketiga yang masuk) itu tidak berhak men-campuri urusan dan kekayaan persekutuan.

Pihak ketiga dapat diterima sebagai sekutu penuh dari persekutuan, bila ada persetujuan bulat dari semua sekutu persekutuan. Persetujuan bulat dari para sekutu ini penting sesuai dengan asas kepribadian yang ada pada persekutuan perdata, yakni tiap-tiap sekutu harus di-kenal pribadinya oleh sekutu-sekutu yang lain.

Mengenai asas kepribadian ini ada arrest H.R. tanggal 6 Pebruari 1935" ) yang sedikit banyak meninggalkan asas kepribadian pada per-sekutuan perdata, sebab menurut H.R. para pendiri persekutuan itu dalam anggaran dasarnya dapat menetapkan bahwa tiap-tiap sekutu dapat melepaskan kedudukannya sebagai sekutu dan menyerahkan kepada orang lain, tanpa persetujuan sekutu-sekutu lain. Dengan de-mikian, personalia persekutuan perdata dimungkinkan berganti-ganti seperti halnya pada pemegang saham perseroan terbatas, sehingga Pitlo ' 2) berpendapat bahwa H.R. dengan arrest tersebut menuju ke arah pengakuan persekutuan perdata sebagai badan hukum.

Sebagai akibat adanya arrest H.R. tersebut ada kemungkinan selu-ruh sekutu persekutuan perdata berganti, sedangkan persekutuan ber-jalan terus. Kalau persekutuan perdata itu akan menuju ke badan hukum, maka soal pendaftaran dan pengumuman hams menjadi per-hatian pembentuk undang-undang, agar persekutuan perdata itu dike-tahui oleh pihak ketiga.

10) Molengraaff, Leidraad, I, druk 9, bI. 219. n) H.R. 6 Pebruari 1935, N.J. 1935-1513. 12) Pitlo, Verbintenissenrecht, druk 6, bl. 468.

32

Page 47: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

C. PERIKATAN ANTARA PARA SEKUTU DENGAN PIHAK KETIGA

32. HUBUNGAN KELUAR Hubungan keluar persekutuan perdata artinya hubungan persekutuan beserta para sekutunya dengan pihak ketiga, diatur dalam Pasal 1642 s/d 1645 KUHPER. Mengenai hubungan ini akan saya bicarakan mengenai: a. pertanggungjawaban sekutu persekutuan pedata; b. luas perikatan yang dapat dipertanggungjawabkan kepada debitur

sekutu persekutuan perdata; c. pemberian kuasa; d. persekutuan perdata bukan badan hukum; e. persekutuan perdata memiliki kekayaan sendiri.

33. PERTANGGUNGJAWABAN SEKUTU PERSEKUTUAN PERDATA Pertanggungjawaban (aansprakelijkheid, verantwoordelijkheid) artinya: kewaj iban untuk mengganti kerugian bila perikatan yang sudah dijanjikan tidak ditunaikan, sehingga kalau perikatan itu benar-benar tidak dilaksanakan, maka orang (sekutu) yang bertanggung jawab dapat dituntut atau dapat digugat, bila perlu di muka Pengadilan Negeri setempat.

Dalam hubungan hukum antara debitur dan kreditur, maka debitur-lah yang bertanggung jawab atas terlaksananya perikatan atau lunasnya utang. Pelunasan utang itu hams dijamin sepenuhnya, demi kelancaran lalu lintas dalam lapangan perniagaan dan demi kepentingan pribadi kreditur. Jaminan pelunasan utang ini tidak hanya diberikan oleh debitur dalam janjinya, tetapi juga diberikan oleh undang-undang. Undang-undang menunjuk harta kekayaan debitur seluruhnya sebagai jaminan pelunasan semua utang-utangnya (Pasal 1131 dan 1132 KUHPER).

Pasal 1131 KUHPER berbunyi: "Segala harta kekayaan debitur, baik yang bergerak maupun yang tetap (tidak bergerak), baik yang sudah ada maupun yang akan datang, merupakan jaminan bagi seluruh perikatannya." Sedangkan Pasal 1132 KUHPER berbunyi: "Harta benda tersebut merupakan jaminan bagi semua krediturnya; hasil pen-jualan harta benda itu dibagi-bagi menurut keseimbangan, yaitu menu-rut besar kecilnya piutang masing-masing kreditur, kecuali bila di antara para kreditur itu ada alasan-alasan yang sah untuk didahulukan."

Hak didahulukan (voorrang) dimiliki oleh seorang kreditur bila

33

Page 48: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

dia mempunyai "piutang istimewa" (privilege). Pengertian "privilege" itu diatur dalam Pasal 1134 KUHPER yang berbunyi: "Hak istimewa ialah hak yang oleh undang-undang diberikan kepada seorang kreditur sehingga tingkatnya lebih tinggi daripada kreditur lainnya, semata-mata berdasarkan atas sifatnya piutang. Gadai (pand) dan hipotik adalah lebih tinggi daripada hak istimewa, kecuali dalam hal-hal yang oleh undang-undang ditentukan sebaliknya." Lihat misalnya Pasal 316 a ayat (2) KUHD. Selanjutnya mengenai piutang istimewa ini lihat Pasal 1139 dan 1149 KUHPER.

Dengan ini dapat disimpulkan bahwa dan soal pertanggungjawaban ini timbul dua masalah, yaitu: a. jaminan bagi pelunasan utang; b. luas perikatan yang dapat dipertanggungjawabkan kepada debitur.

Bagi debitur, jaminan untuk pelunasan utang-utangnya adalah selu-ruh harta kekayaannya, sedangkan luas perikatan yang harus diper-tanggungjawabkan ialah semua perikatan yang telah dibuatnya untuk kepentingan diri pribadi (Pasal 1131 KUHPER).

34. LUAS PERIKATAN YANG DAPAT DIPERTANGGUNGJAWABKAN KE-PADA DEBITUR SEKUTU PERSEKUTUAN PERDATA

Pada pelajaran di muka kita telah membicarakan jaminan bagi pelu-nasan utang yang diberikan oleh debitur sekutu persekutuan dan oleh undang-undang. Debitur sekutu persekutuan memberi jaminan itu da-lam perjanjian dengan pihak ketiga, sedangkan undang-undang mem-berikan jaminan itu dalam Pasal 1131 dan 1132 KUHPER. Sekarang kita membicarakan masalah kedua yaitu, luas perikatan yang dapat dipertanggungjawabkan kepada debitur sekutu persekutuan. Perlu kiranya kita ketahui dulu bahwa luas tanggung jawab seorang debitur sebagai sekutu persekutuan perdata itu tidak sama dengan luas tang-gung jawab seorang debitur yang mengadakan hubungan hukum untuk kepentingan diri sendiri. Hal ini disebabkan karena peristiwa yang dulu itu bagi kepentingan pesekutuan perdata, sedangkan peristiwa yang kedua bagi kepentingan diri debitur sendiri.

Sebelum kita membahas persoalan luas perikatan yang dapat diper-tanggungjawabkan kepada debitur sekutu pada persekutuan perdata, maka pelu lebih dulu diketahui bahwa undang-undang tidak membe-bankan kewajiban kepada persekutuan perdata untuk pendaftaran dan pengumuman. Ini berarti pembetituk udang-undang beranggapan bah-wa persekutuan perdata itu hanya ada bagi para sekutunya,

34

Page 49: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

sedangkan pihak ketiga dianggap tidak mengetahui adanya pesekutuan perdata itu. Hal ini perlu diketahui berhubung adanya pertanggung-jawaban debitur sekutu persekutuan tehadap kreditur pihak ketiga.

Menurut Pasal 1642 s/d 1645 KUHPER, pertanggungjawaban se-kutu persekutuan perdata adalah sebagai berikut: a. Bila seorang sekutu persekutuan mengadakan hubungan hukum

dengan pihak ketiga, maka sekutu yang bersangkutan sajalah yang bertanggung jawab atas perbuatan-perbuatan hukum yang dilaku-kan oleh pihak ketiga itu, walaupun dia mengatakan bahwa dia berbuat untuk kepentingan persekutuan (Pasal 1644 kalimat per-tama, KUHPER).

b. Perbuatan sekutu tersebut baru mengikat sekutu-sekutu lain, bila: 1) nyata-nyata ada surat kuasa dari sekutu-sekutu lain; 2) hasil perbuatannya atau keuntungannya telah nyata-nyata dinik-

mati oleh persekutuan (Pasal 1642 .bsd 1644 KUHPER). c. Bila beberapa orang sekutu persekutuan perdata mengadakan hu-

bungan hukum dengan pihak ketiga, maka para sekutu itu dapat dipertanggungjawabkan sama rata, meskipun pemasukan mereka masing-masing tidak sama, kecuali bila dalam perjanjian yang dibuat-nya dengan pihak ketiga itu dengan tegas ditetapkan imbangan pertanggungjawaban masing-masing sekutu yang turut mengada-kan perjanjian itu (Pasal 1643 KUHPER).

d. Bila seorang sekutu persekutuan perdata mengadakan hubungan hukum dengan pihak ketiga atas nama persekutuan, maka perse-kutuan dapat langsung menggugat kepada pihak ketiga itu (Pasal 1645 KUHPER). Di sini tidak diharuskan adanya pemberian kuasa dari sekutu-sekutu lain. Dari ketentuan-ketentuan tersebut di atas dapat diambil kesimpulan

bahwa: 1) jaminan pelunasan utang adalah tetap sebagai yang tersebut dalam

pasal 1131 KUHPER; 2) luas perikatan yang dipertanggungjawabkan ialah:

a) terbatas pada perikatan-perikatan yang dibuat oleh seorang se-kutu yang bersangkutan;

b) masing-masing dengan bagian yang sama dari jumlah semua perikatan yang telah dibuatnya, bila perbuatan sekutu itu meng-ikat sekutu-sekutu lainnya atau bila beberapa sekutu bertindak bersama-sama.

35

Page 50: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

35. PEMBERIAN KUASA Para sekutu yang memberi kuasa kepada sekutu yang berbuat, turut terikat kepada pihak ketiga. Dalam hal ini Van Brakel" ) berpendapat bahwa sekutu pemberi kuasa turut terikat, meskipun sekutu pemegang kuasa itu tidak menyebutkan nama-nama dari masing-masing sekutu pemberi kuasa, melainkan dia hanya mengatakan bahwa dia berbuat bagi persekutuan (Pasal 1642 bsd 1644 KUHPER).

Menurut Prof. Soekardono' 41 pendapat Van Brakel itu perlu ditam-bah dengan: "bila pihak ketiga itu kemudian diberitahukan atau menge-tahui sendiri tentang adanya pemberian kuasa itu. Sebab dengan ada-nya hanya satu pernyataan bahwa seseorang bertindak atas nama persekutuan, sedangkan sekutu yang berbuat tidak membuktikan ada-nya pemberian kuasa, maka pihak ketiga hanya memandang bahwa sekutu yang berbuat itu sebagai pihak lawannya."

Menurut saya pendapat Van Brakel di atas sudah benar, sesuai dengan Pasal 1642 dan 1644 KUHPER, sebab persoalan "turut ter-ikat" bagi sekutu yang telah memberi surat kuasa itu persoalan antara sekutu pemberi kuasa dan sekutu pemegang kuasa dan bukan per-soalan yang menyangkut pihak ketiga yang dihubungi oleh pemegang kuasa. Pihak ketiga bila akan menuntut, cukup kepada sekutu peme-gang kuasa saja, tidak usah menyangkut sekutu pemberi kuasa. Hu-bungan antara pemberi kuasa dan pemegang kuasa itu hubungan ke dalam antarsekutu, pihak ketiga tidak perlu tahu, sebab pelunasan utang cukup diselesaikan oleh si pemegang kuasa.

36. PERSEKUTUAN PERDATA BUKAN BADAN HUKUM Pasal 1645 KUHPER menentukan bahwa bila salah seorang sekutu persekutuan perdata mengadakan perjanjian atas nama persekutuan perdata, maka persekutuan berhak menggugat langsung kepada pihak ketiga. Apakah dengan ini berarti bahwa persekutuan perdata adalah badan hukum? Tidak, perbuatan persekutuan perdata untuk menggu-gat langsung kepada pihak ketiga itu adalah perbuatan bersama semua para sekutu, karena mereka masing-masing mempunyai bagiannya sendiri dalam harta kekayaan persekutuan, sehingga tiap-tiap sekutu berhak menagih sesuai dengan bagiannya itu.

Pasal 1644 KUHPER berbunyi: "Syarat (beding) bahwa suatu

'" Van Brakel, Leerboek, II, druk 2, bl. 246. ' 4' Soekardono, Hukum Dagang Indonesia I, Bagian II, cet. 3, hlm. 55.

36

Page 51: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

perbuatan telah dilakukan atas tanggungan pihak persekutuan, ha-nyalah mengikat pada sekutu yang melakukan perbuatan itu, dan tidak mengikat sekutu-sekutu lainnya, kecuali jika sekutu-sekutu tersebut telah memberi kuasa kepadanya untuk perbuatan itu atau perbuatan itu telah memberi manfaat bagi persekutuan perdata." Dan pasal ini dapat disimpulkan bahwa persekutuan itu bukan badan hukum, sebab bila persekutuan itu badan hukum, maka seorang sekutu yang melakukan perbuatan atas nama persekutuan, persekutuanlah yang terikat dengan pihak ketiga dan bukan sekutu yang berbuat seperti ditentukan dalam Pasal 1644 KUHPER tersebut.

Seumpama persekutuan perdata itu badan hukum, maka Bab VIII, Buku III, KUHPER masih hams dilengkapi lagi dengan peraturan-peraturan mengenai: a. persetujuan Pemerintah tentang pendirian persekutuan perdata itu; b. pendaftaran pada instansi Pemerintah tertentu; c. pengumuman pada Tambahan Berita Negara RI.

Karena peraturan-peraturan ini semua tidak ada, maka pembentuk undang-undang tidak bermaksud untuk menjadikan persekutuan perdata itu suatu badan hukum.

37. PERSEKUTUAN PERDATA MEMILIKI KEKAYAAN SENDIRI Menurut keilmuan dan yurisprudensi, persekutuan perdata itu belum mencapai status badan hukum, akan tetapi menurut arrest H.G.H. tanggal 7 Januari 1926' 5) persekutuan perdata itu dinyatakan memiliki kekayaannya sendiri. Putusan itu mendasarkan diri atas Pasal 1618, 1640, 1641 dan 1645 KUHPER, serta asas-asas yang mendukung pasal-pasal tersebut. Kekayaan itu berdiri sendiri, terpisah dari ke-kayaan pribadi sekutu masing-masing. Penyendirian harta kekayaan itu harus ditentukan dalam perjanjian pendirian persekutuan per-data.

Kekayaan persekutuan perdata itu terdiri dari: a. pemasukan (inbreng) dari masing-masing sekutu (Pasal 1619 ayat

(2) KUHPER); b. penagihan-penagihan ke dalam, kepada sekutu-sekutunya, yaitu

bunga-bunga dari pemasukan yang disanggupkan, tetapi belum masuk (Pasal 1626 KUHPER) dan lain-lain;

c. penggantian kerugian kepada persekutuan dari sekutu-sekutu yang

") H.G.H. 7 Januari 1926, T. 123-456.

37

Page 52: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

karena kesalahannya mengakibatkan kerugian bagi persekutuan (Pasal 1630 KUHPER);

d. penagihan-penagihan keluar kepada pihak ketiga (Pasal 1645 KUHPER). Prof. Mr. J. van Kan dalam anotasinya di bawah putusan H.G.H.

tanggal 7 Januari 1926 trsebut di atas, mengatakan bahwa adanya kekayaan tersendiri bagi persekutuan firma sudah lama diakui dalam keilmuan dan dalam yurisprudensi, walapun pengakuan itu belum meluas sampai dengan pengakuan bahwa persekutuan firma itu adalah badan hukum.

Dengan adanya pengakuan terhadap adanya kekayaan tersendiri bagi persekutuan firma itu, maka dicapailah sekaligus dua macam tujuan: 1) dengan demikian, persekutuan firma itu dilindungi dan penuntutan

pembagian kekayaan dan sekutu-sekutunya, sebelum semua utang persekutuan dilunasi dulu (arrest H.R. tanggal 26 November 1897;' 6)

2) dengan demikian persekutuan firma itu dilindungi terhadap pena-gihan-penagihan prive dari para sekutu, karena kekayaan sendiri itu merupakan jaminan bagi semua kreditur-kreditur persekutuan dan bukan kreditur-kreditur para sekutu (Pasal 1131 KUHPER) —(arrest H.R. tanggal 28 Juni 1889);" ) Arrest H.R. tanggal 26 November 1897 dan tanggal 28 Juni 1889,

mengenai pengakuan adanya kekayaan sendiri bagi persekutuan firma, diperluas dengan putusan H.G.H. tanggal 7 Januari 1926 yang menya-takan bahwa persekutuan perdata pun memiliki kekayaan sendiri.

D. BERAKHIRNYA PERSEKUTUAN PERDATA

38. BUBARNYA PERSEKUTUAN PERDATA Bubamya persekutuan perdata diatur dalam Pasal 1646 s/d 1652 KUHPER. Pasal 1646 KUHPER mempergunakan kata "Maatschap eindight:" (persekutuan berakhir:). Pada hemat saya pemakaian kata "berakhir" itu kurang tepat, sebab sesudah apa yang disebut "ber-akhir" itu masih harus ada perbuatan lagi yang disebut "pemberesan", padahal kata "berakhir" itu menurut saya sudah tidak ada lagi per-

lo H.R. 26 November 1897, Hoetink, arresten, druk 5, no. 11. ") H.R. 28 Juni 1889, w. 5735.

38

Page 53: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

buatan hukum yang hams dikerjakan. Karena sebelum sebuah perse-kutuan perdata itu benar-benar berakhir masih ada perbuatan hukum yang harus dikerjakan, yakni: pemberesan, maka saya menerjemahkan perkataan pembentuk undang-undang "eindight" tadi dengan kata "bu-bar". Bubar itu suatu peristiwa bila suatu perjanjian itu tidak bisa lagi dijalankan. Pada saat sebuah persekutuan bubar, maka perjanjian men-dirikan persekutuan perdata itu sudah tidak ada lagi, sedangkan utang, piutang, urusan perusahaan (benda tetap, benda bergerak dan yang bukan benda, yang ada di lingkungan perusahaan), masih ada dan hams diselesaikan sebelum persekutuan perdata itu betul-betul ber-akhir. Jadi, pertama persekutuan perdata bubar, lalu ada pemberesan, sesudah itu haruslah persekutuan perdata itu berakhir.

39. SEBAB-SEBAB BUBARNYA PERSEKUTUAN PERDATA Sebab-sebab bubarnya persekutuan perdata diatur dalam Pasal 1646 KUHPER. Yang berbunyi sebagai berikut: "Persekutuan perdata bu-bar karena: a. lampaunya waktu untuk mana persekutuan perdata itu didirikan; b. musnahnya barang atau telah diselesaikannya usaha yang menjadi

tugas pokok persekutuan perdata itu; c. kehendak dari seorang atau beberapa orang sekutu; d. salah seorang sekutu meninggal dunia atau di bawah pengampuan

atau dinyatakan pailit." Sebab-sebab sebagai yang tersebut dalam Pasal 1646 KUHPER

itu tidak limitatif, tetapi demonstratif, sebab di samping sebab yang disebut dalam Pasal 1646 KUHPER itu masih ada sebab-sebab yang lain, misalnya: 1) berdasarkan suara bulat dari para sekutu; 2) karena berlakunya syarat bubar (ontbindende voorwaarde)

seperti yang ditetapkan dalam perjanjian mendirikan persekutuan perdata; Sebab-sebab yang tercantum dalam Pasal 1646 KUHPER akan

saya bicarakan satu per satu seperti di bawah ini.

40. BUBARNYA PERSEKUTUAN KARENA LAMPAUNYA WAKTU Pasal 1646 sub 1 KUHPER menetapkan bubarnya persekutuan karena lampaunya waktu untuk mana persekutuan didirikan. Ketentuan ini ditambah dengan ketentuan dalam Pasal 1647 KUHPER yang menya-takan bahwa pembubaran persekutuan tidak boleh dituntut oleh salah

39

Page 54: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

seorang dari sekutu persekutuan, kecuali berdasarkan alasan-alasan yang sah, misalnya bila ada seorang sekutu tidak memenuhi kewajiban-nya atau jika seorang sekutu lain sakit terus-menerus, sehingga dia tidak cakap untuk melakukan tugasnya bagi persekutuan, atau alasan yang sejenis, yang penilaian maupun tingkat pentingnya diserahkan pada pertimbangan Hakim.

Hal lain ialah bila waktu pembubaran itu sudah tercantum dalam perjanjian. Dalam hal ini, kalau para sekutu menginginkan perpan-jangan, harus diputuskan sebelum waktu pembubaran lampau. Se-baliknya bila satu atau beberapa sekutu sebelum waktu pembubaran itu berakhir ingin membubarkan persekutuan, maka pembubaran itu harus melalui Hakim Pengadilan Negeri berdasarkan alasan-alasan menurut hukum, yang harus dikemukakan oleh sekutu penuntut. Contoh alasan-alasan menurut hukum itu terdapat dalam Pasal 1647 KUHPER, seperti tersebut di atas.

41. APAKAH PASAL 1266 KUHPER DAPAT DIPAKAI UNTUK MEMBUBAR-KAN PERSEKUTUAN PERDATA

Untuk mengetahui hal ini kita perlu meninjau soal sifat hukum perjanjian mendirikan persekutuan perdata, yang menurut Prof. Molengraaff dan disetujui oleh Prof. Soekardonom adalah bersifat "perjanjian murni", sebagai yang diatur dalam Pasal 1313 KUHPER. Sedangkan menurut H.R. 193 perjanjian mendirikan persekutuan perdata itu ber-sifat "perjanjian timbal-balik." Dalam hal yang terakhir ini ada kemung-kinan untuk membubarkan persekutuan perdata dengan melalui Pasal 1266 KUHPER. Untuk mengetahui pasal mana yang paling tepat untuk membubarkan persekutuan perdata, perlu ditinjau perbedaan Pasal 1266 dan Pasal 1647 KUHPER. Perbedaan itu adalah sebagai berikut: a. Pasal 1266 KUHPER hanya berdasar ketiadaan prestasi (wan-

prestasi) dari salah satu pihak dalam perjanjian, sedangkan Pasal 1647 KUHPER berdasar segala alasan yang dianggap sesuai dengan hukum oleh Hakim, di antaranya ketiadaan prestasi;

b. Pasal 1266 KUHPER masih memberi kemungkinan bagi Hakim untuk memberi sekedar waktu bagi prestasi (terme de grace), yang tidak boleh lebih dari 1 (satu) bulan. Sedangkan Pasal 1647 KUHPER kemungkinan adanya "terme de grace" itu tidak ada,

") Soekardono, Hukum Dagang Indonesia, I, Bagian II, cet. 3, hlm. 59. 19) H.R. 19 Maret 1920, N.J. 1920-493.

40

Page 55: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

sebab sekutu yang bersangkutan tidak tahan lagi untuk bekerja sama dengan sekutu-sekutu yang lain;

c. Pasal 1266 KUHPER memberi kemungkinan pembubaran per-sekutuan yang berlaku surut (Pasal 1265 KUHPER), sedangkan Pasal 1647 KUHPER tidak memberi kemungkinan yang demi-kian. Karena perbedaan ini sangat prinsipil, maka kedudukan Pasal 1647

KUHPER adalah sebagai peraturan khusus (lex specialis) terhadap Pasal 1266 KUHPER. Dari itu pemakaian Pasal 1266 KUHPER menjadi tidak "relevan" lagi. Dalam hal ini Prof. Soekardone> ter-masuk golongan mereka yang menolak penggunaan Pasal 1266 KUHPER untuk pembubaran persekutuan perdata. Sekutu penuntut pembubaran persekutuan perdata dapat menyertai tuntutannya dengan permintaan ganti rugi. Hal ini dapat diminta pada waktu melaksanakan

42. BUBARNYA PERSEKUTUAN PERDATA KARENA BENDA PERSEKU-TUAN MUSNAH

Hal ini diatur dalam Pasal 1646 ayat (2) KUHPER bsd Pasal 1648 KUHPER. Sebabnya persekutuan bubar ialah karena benda perse-kutuan musnah (vernietiging der zaak), misalnya: mobil yang merupa-kan benda pemasukan atau dibeli dengan uang persekutuan, terbakar, sehingga para sekutu tidak bisa menikmati kemanfaatannya atau ke-untungannya lagi dari mobil tersebut. Pasal 1646 itu lebih luas dari Pasal 1648, sebab Pasal 1648 hanya mengenai benda-benda yang sudah atau akan dimasukkan, lalu menjadi musnah, jadi bukan benda baru sebagai dimungkinkan oleh Pasal 166 ayat (2) KUHPER.

43. BUBARNYA PERSEKUTUAN PERDATA KARENA PERBUATAN-PER-BUAIAN UNTUK MENDAPATKAN KEMANFAATAN SUDAH SELESAI DIJALANKAN DENGAN HASIL BAIK

Kalau perbuatan-perbuatan untuk mendapatkan kemanfaatan atau keuntungan sudah selesai dijalankan dengan hasil baik (de volbrenging van de handeling die het onderwerp der maatschap uitmaakt), maka persekutuan perdata bubar (Pasal 1646 sub 2 bagian terakhir). Tentu saja sesudah persekutan perdata bubar, dapat diadakan perjanjian pen-dirian persekutuan perdata ban" Mengenai Pasal 1646 sub 2 dan Pasal

20) Soekardono, Hukum Dagang Indonesia, 1, Bagian II, cet. 3 hlm. 60.

41

Page 56: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

1648 KUHPER ada beberapa hal yang perlu dicatat, yakni: a. Pasal 1646 sub 2 adalah pasal pembubaran persekutuan perdata,

sebab dalam pasal tersebut memang dikemukan kata-kata "ont-bonden" atau "verbroken";

b. Pitlo20 mengatakan bahwa Pasal 1648 itu mengenai risiko dalam persekutuan perdata. Tetapi juga ada yang mengatakan bahwa Pasal 1648 KUHPER adalah mengenai pembubaran persekutuan perdata, yakni Hofmann221;

c. Mengenai Pasal 1648 ayat (1) dan (2) itu hak milik belum/tidak masuk dalam persekutuan, sedangkan ayat (3) hak milik sudah masuk dalam persekutuan;

d. Pada ayat (1) Pasal 1648 KUHPER hak milik yang seharusnya turut diserahkan kepada persekutuan, belum diserahkan, sedang-kan ayat (2) benda itu hanya pemakaiannya saja yang diserahkan, hak miliknya — tidak.

e. Dalam hal seperti disebut dalam ayat (1) dan (2) Pasal 1648 ini persekutuan menjadi bubar, tetapi bila hak milik sudah dimasukkan dalam persekutuan — ayat (3), maka persekutuan tidak perlu bu-bar, asalkan tujuan untuk mendapatkan laba masih dapat dijalankan. Di sini dapat diambil kesimpulan adanya suatu asas, yaitu: bila

persekutuan sudah tidak dapat lagi menjalankan tujuan yang dicita- citakan dalam perjanjian, maka persekutuan perdata sudah kehilangan urgensinya untuk didirikannya dan lebih balk bubar saja.

44. PEMBUBARAN PERSEKUTUAN PERDATA KARENA KEHENDAK SE-ORANG ATAU BEBERAPA ORANG SEKUTU

Pembubaran persekutuan perdata yang didirikan untuk waktu yang tidak tertentu dapat terjadi, bilamana seorang atau -beberapa orang sekutu menyatakan melepaskan kedudukan sebagai sekutu kepada sekutu-sekutu lainnya, dengan syarat bahwa pernyataan tersebut dila-kukan dengan jujur dan pada saat yang tepat (niet ontijdig plaats hebben) — Pasal 1649 KUHPER. Misal pemberitahuan yang tidak jujur ialah bila pernyataan pemberhentian itu dilakukan dengan mak-sud untuk memiliki keuntungan yang sedianya hams dimiliki bersama dengan sekutu-sekutu lain (Pasal 1650 ayat (1) KUHPER). Misal pem-beritahuan pemberhentian yang tidak tepat ialah, bila pemberitahuan

2)) Pitlo, Verbintenissenrecht, druk 6, bl. 473. 22) Hofmann, Het Ned. Verbintenissenrecht, II, 1936, bI. 288.

42

Page 57: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

itu dilakukan pada saat persekutuan itu baru dalam keadaan mundur, sehingga akibatnya seharusnya pemberhentian itu diundurkan/ditunda — Pasal 1650 ayat (2) KUHPER.

Bila misal tersebut di atas itu benar-benar terjadi, maka perbuatan itu tidak mengakibatkan bubarnya persekutuan. Bila kelak terjadi per-selisihan di muka Hakim, maka pihak yang memberitahukan pember-hentian itu hams membuktikan bahwa dia telah memberitahukan pem-beritahuannya itu kepada semua sekutu lainnya sesuai dengan Pasal 1649 ayat (2) KUHPER. Sedang sebaliknya sekutu-sekutu lainnya dapat membuktikan ketidak jujuran sekutu yang berhenti dan dilakukan pada saat yang bertentangan dengan kepentingan persekutuan.

Van Brake1 23) dan Polak24) sama-sama menyatakan bahwa Pasal 1649 KUHPER itu idak berisi peraturan paksaan dan akibatnya dapat disimpangi dengan perjanjian.

45. BUBARNYA PERSEKUTUAN PERDATA KARENA SALAH SEORANG SEKUTUNYA MATT, DITARUH DI BAWAH PENGAMPUAN ATAU JA-TUH PAILIT

Persekutuan perdata bubar bila salah seorang sekutunya mati, di bawah pengampuan atau jatuh pailit (Pasal 1646 sub 4 bsd 1651 KUHPER). Tetapi karena Pasal 1646 itu bukan peraturan paksaan, maka ada kemungkinan dalam perjanjian dapat ditetapkan bahwa: a. persekutuan perdata dapat terns berusaha dengan sekutu-sekutu

yang masih hidup; b. yang mati, di bawah pengampuan atau jatuh pailit diganti dengan

ahli warisnya. Dengan keadaan ini maka sifat kepribadian dari para sekutu per-

sekutuan perdata menjadi hilang/dilepaskan. Dalam perjanjian dapat juga ditentukan bahwa sekutu yang berhenti karena mati, di bawah pengampuan atau jatuh pailit dapat diganti dengan seorang dan ahli warisnya (Polak25) dan Soekardono26)). Hal ini dianggap lebih praktis daripada bila seluruh ahli waris ditunjuk sebagai pengganti sekutu yang tidak ada itu. Pendapat Polak ini biasa diserang dengan memper-gunakan Pasal 1318 KUHPER, yang mengandung asas bahwa sese-

23) Van Brake!, Leerboek, II, druk 2, bl. 253. 24) Polak, Handboek, I, druk 5, bl. 288. ") Polak, Handboek, I, druk 5, bl. 289. 26) Soekardono, Hukum Dagang Indonesia, I, Bagian II, cet. 3, 'Mtn. 63.

43

Page 58: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

orang itu dianggap mengadakan perjanjian bagi dirinya sendiri, bagi semua ahli warisnya dan para orang yang mendapat hak dari dia. Mengenai serangan ini Polak menunjuk Pasal 1300 sub 4 KUHPER, yang memberikan kemungkinan untuk menunjuk seorang ahli waris tertentu.

46. PEMBERESAN Pada pelajaran nomor 34 sampai dengan 41 saya telah membicarakan tentang alasan-alasan yang dapat mengakibatkan bubarnya perse-kutuan perdata. Bila sebuah persekutuan perdata bubar, itu tidak berarti bahwa persoaln persekutuan perdata itu sudah selesai atau sudah berakhir. Pada saat bubarnya persekutuan perdata itu masih banyak persoalan yang harus diselesaikan, misalnya: utang-utang yang belum dibayar lunas, piutang-piutang yang belum ditagih, harta kekayaan yang belum di-inventarisasi, sisa hasil/keuntungan yang belum dibagi kepada para sekutu, buku-buku persekutuan yang harus disimpan di tempat yang aman dan lain-lain. Tugas-tugas ini semua harus dilaksana-kan oleh seorang atau lebih, yang disebut "pemberes atau penyelesai." Sekarang timbul soal, siapa yang menjadi pemberes itu?

Pemberes itu biasanya ditunjuk oleh anggaran dasar dari perseku-tuan perdata yang bersangkutan. Kalau anggaran dasar tidak menun-juk, maka yang menunjuk pemberes ialah rapat sekutu yang terakhir. Kalau rapat ini tidak ada, maka pengurus yang terakhirlah yang harus melakukan. Jadi, pemberes itu harus ditetapkan orangnya dan juga berapa honorariumnya Adapun tugas pemberes itu sebagai berikut: a. meng-inventarisasi harta kekayaan persekutuan perdata yang ber-

sangkutan; b. menagih semua piutang persekutuan dari debitumya; c. melakukan hak reklame pada barang-barang yang masih ada di

tempat pembeli; menuntut dikembalikannya barang-barang yang masih ada di tempat pihak ketiga;

d. membayar semua tagihan-tagihan kreditur persekutuan, termasuk tagihan pemberes;

e. membagi sisa keunhingan kepada para sekutu yang masih berhak; f pemberes dapat mewakili persekutuan di muka dan di luar penga-

dilan; h. pemberes memberikan laporan lengkap kepada pengurus yang

memberi tugas. Setelah pemberesan ini selesai dan sudah tidak ada lagi persoalan

44

Page 59: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

yang menyangkut persekutuan perdata yang bersangkutan, maka barulah persekutuan perdata itu berakhir.

Kecuali apa yang tersebut di atas, dalam KUHPER masih ada satu pasal, yang dapat dipakai sebagai pedoman dalam pembagian harta perseroan perdata yang bubar tersebut, yaitu Pasal 1652 KUHPER yang berbunyi sebagai berikut: "Aturan-aturan tentang pembagian warisan, cara-cara pembagian itu dilakukan, dan kewajiban-kewajiban yang terbit karenanya antara orang-orang yang turut mewaris, berlaku juga untuk pembagian di antara para sekutu persekutuan perdata ini." Di sini (dalam Pasal 1652 KUHPER) digambarkan seolah-olah perse-kutuan perdata yang bubar itu adalah seseorang meninggal dunia, yang akibatnya hukum warisan yang khusus mengenai pembagian harta, dapat dipakai pedoman bagi pembagian harta pada persekutuan perdata itu. Aturan-aturan tentang pembagian warisan, cara-cara pem-bagian dan kewajiban yang terbit karenanya antara orang-orang yang turut mewaris adalah Bab 17, Buku II, KUHPER, mulai Pasal 1066 dan lain sebagainya, tentang "Pemisahan harta peninggalan."

45

Page 60: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

BAB IV PERSEKUTUAN FIRMA

A. HAL-HAL UMUM

47. PENGERTIAN TENTANG PERSEKUTUAN FIRMA Pasal 16 KUHD berbunyi: "Yang dinamakan persekutuan firma ialah tiap-tiap persekutuan perdata yang didirikan untuk menjalankan perusahaan dengan nama bersama". Jadi, persekutuan firma adalah persekutuan perdata khusus. Kekhususannya ini terletak pada 3 unsur mutlak sebagai tambahan pada persekutuan perdata, yaitu: a. menjalankan perusahaan; (Pasal 16 KUHD); b. dengan nama bersama atau firma; (Pasal 16 KUHD); c. pertanggungjawaban sekutu yang bersifat: pribadi untuk keseluruhan

(Pasal 18 KUHD), istilah Belanda: "Hoofdelijk voor het geheel". Dengan begitu, persekutuan perdata yang unsur tambahannya ku-

rang dari apa yang tersebut di atas, maka persekutuan perdata itu belum menjadi persekutuan firma, misalnya: persekutuan perdata yang melaku-kan perusahaan, itu belum menjadi persekutuan firma, masih tetap perse-kutuan perdata. Karena persekutuan perdata menurut Pasal 1618 KUHPER adalah perjanjian yang diadakan oleh dua atau lebih, maka persekutuan firma juga suatu perjanjian yang diadakan oleh dua orang atau lebih. Dua orang tersebut dinamakan "pendiri" persekutuan firma.

48. NAMA BERSAMA ATAU FIRMA Firma artinya nama bersama, yaitu nama orang (sekutu) yang diper-gunakan menjadi nama perusahaan (c.q. persekutuan firma), misalnya: salah seorang sekutu bernama "Ibrahim", sedangkan persekutuan firma yang mereka bentuk lalu dinamakan: "Persekutuan Firma Ibrahim Bersaudara". Nama orang yang lalu dijadikan nama perusahaan itu disebut "firma". Mengenai firma ini telah ada putusan R.v.J. Jakarta, tanggal 2 September 1921,' ) yang menentukan bahwa nama bersama atau firma iu dapat diambil dari:

I> R.v.J. Jakarta, 2 September 1921, T. 120-477.

46

Page 61: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

a. nama dari salah seorang sekutu; b. nama dari salah seorang sekutu dengan tambahan, misalnya:

Ibrahim Bersaudara, Sulaiman & Brothers, Sumami & Sons, Cokro Bersaudara dan lain-lain.

c. kumpulan nama dari semua atau sebagian dai nama para sekutu, misalnya: Purisar, yang terjadi dari: Purwo, Ismail dan Sarwono;

d. nama lain yang bukan nama keluarga (familienaam), misalnya mengenai tujuan perusahaan: "Firma Pemiagaan Pertekstilan." Menurut Polak 2) para sekutu bebas untuk menetapkan nama dari

persekutuannya. Tetapi kebebasan ini tidak sedemikian rupa sehingga nama yang ditetapkan itu menyamai atau hampir menyamai nama dari lain-lain persekutuan, sehingga menyebabkan kebingungan dan kebimbangan pihak ketiga.

49. PEMAKAIAN NAMA SEKUTU KOMANDITER DILARANG Menurut Pasal 20 ayat (1) bsd Pasal 30 ayat (2) KUHD, pemakaian nama sekutu komanditer sebagai firma dilarang, kecuali bila sekutu komanditer itu sebelumnya adalah sekutu kerja (firma) biasa.

Menurut Pasal 30 ayat (1) KUHD, firma dari persekutuan firma yang sudah bubar masih dapat dipakai terus oleh seorang atau lebih dengan syarat-syarat sebagai berikut: a. diizinkan oleh ketentuan dalam perjanjian pendirian persekutuan

firma yang telah bubar itu; b. bekas sekutu yang namanya dipakai mengizinkannya; c. para ahli waris bekas sekutu yang telah meninggal menyatakan

tidak keberatan; d. peristiwa tersebut hams dinyatakan dalam sebuah akta notaris; e. para sekutu hams mendaftarkan dan mengumumkan akta tersebut.

Selanjutnya hal ini saya bicarakan lagi lebih lanjut dalan pelajaran nomor 97.

50. PERSEKUTUAN FIRMA HARUS MENJALANKAN PERUSAHAAN Sebagai yang telah kita ketahui, menurut Pasal 16 KUHD, persekutuan firma adalah persekutuan perdata yang didirikan untuk menjalankan perusahaan dengan nama bersama (firma). Unsur "menjalankan peru-sahaan" ini adalah unsur mutlak, dari itu persekutuan firma hams me-laksanakan ketentuan-ketentuan yang diharuskan bagi tiap-tiap pe-

2) Polak, Handboek, I, druk 5, hlm. 252.

47

Page 62: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

rusahaan, misalnya ketentuan dalam Pasal 16 KUHD, yang mengha-ruskan tiap orang yang menjalankan perusahaan melakukan pembu-kuan.

51. SIFAT KEPRIBADIAN Dan pelajaran no. 12 kita sudah mengetahui bahwa persekutuan per-data mempunyai sifat kepribadian yang tebal. Sifat kepribadian ini juga ada pada persekutuan firma, karena menurut Pasal 16 KUHD persekutuan firma adalah persekutuan perdata yang didirikan untuk menjalankan perusahaan dengan nama bersama. Pada persekutuan perdata dan persekutuan firma sifat kepribadian para sekutu masih sangat diutamakan. Lingkungan sekutu-sekutu tidak luas, hanya ter-batas pada keluarga, teman dan sahabat karib yang bekerja sama untuk mencari laba, oleh kita untuk kita. Lain halnya pada perseroan terbatas (PT), yang bermaksud untuk mengumpulkan modal sebanyak mungkin, maka sifat kepribadian para pemegang saham sudah tidak menjadi perhatian lagi, asal pribadi para peserta perusahaan (pemegang saham). Sering kali terjadi bahwa para pemegang saham PT sating tidak mengenal. Di sini, yaitu pada PT sifat kepribadian para peserta perusahaan sudah dilepaskan.

52. PROSEDUR MENDIRIKAN PERSEKUTUAN FIRMA Menurut pasal 16 KUHD bsd. 1618 KUHPER, untuk mendirikan per-sekutuan firma tidak disyaratkan adanya akta, tetapi Pasal 22 KUHD mengharuskan pendirian persekutuan firma itu dengan akta otentik, dalam hal ini akta notaris (Pasal 1, S. 1860-3). Perintah tersebut dalam Pasal 22 KUHD tidak diikuti suatu sanksi, bila pendirian persekutuan firma itu tidak dibuat dengan akta otentik. Malahan kalimat berikutnya menentukan bahwa ketiadaan akta otentik itu tidak boleh dikemukakan untuk merugikan pihak ketiga. Rupanya, menurut pemebetuk undang-undang, persekutuan firma dapat dibentuk dengan akta di bawah tangan. Tetapi menurut pengamatan penulis, semua persekutuan firma di Indonesia didirikan dengan akta notaris (otentik).

Sesudah akta pendirian dibuat, maka akta pendirian itu hams di-daftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri, dalam daerah hukum mana persekutuan firma itu berdomisili (Pasal 23 KUHD), dan akhimya akta pendirian itu harus diumumkan dalam Berita Negara RI (Pasal 28 KUHD). Dengan ini maka prosedur pendirian persekutuan firma itu selesai. Tetapi untuk memulai berusaha, sekutu pendiri harus memiliki

48

Page 63: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

surat izin usaha, surat izin tempat berusaha dan suat izin berhubung dengan berlakunya undang-undang gangguan (Hinderordonnantie, S. 1926-226), bila hal ini diperlukan.

Kewajiban untuk mendaftarkan dan mengumumkan itu suatu ke-harusan yang bersanksi, karena selama pendaftaran dan pengumum-an itu belum di lalcsanakan, maka pihak ketiga dapat menganggap per-sekutuan firma itu sebagai persekutuan umum, yakni persekutuan firma yang: a. menjalankan segala macam urusan; b. didirikan untuk waktu tidak terbatas; c. tidak ada seorang sekutupun yang dikecualikan dan kewenangan

bertindak dan menandatangani surat bagi persekutuan firma itu (Pasal 29 KUHD). Dari adanya sanksi Pasal 29 KUHD tersebut, dapat diambil kesim-

pulan bahwa akta pendirian persekutuan firma itu harus tertulis, sebab kalau tidak tertulis tentunya tidak dapat didaftarkan dan diumumkan sebagai yang telah ditentukan dalam Ppasal 29 KUHD.

Untuk menjaga agar apa yang didaftarkan dan yang diumumkan itu sama, maka Pasal 29 ayat (2) KUHD menetapkan, bila terjadi perbedaan antara yang didaftarkan dan yang diumumkan, maka pihak ketiga cukup memegang apa yang diumumkan, sebab apa yang di-umumkan inilah yang mengikat kepada pihak ketiga.

53. KEDUDUKAN AKTA PENDIRIAN PERSEKUTUAN FIRMA Pasal 22 KUHD mengharuskan pembentukan persekutuan firma dengan akta otentik, dalam hal ini akta notaris. Akta notaris ini bagi sekutu persekutuan firma merupakan alat pembuktian utama ter-hadap pihak ketiga mengenai adanya persekutuan firma itu. Pada sebuah persekutuan firma yang telah mempunyai akta pendiriannya, seorang sekutu tidak boleh mengajukan bukti-bukti dengan saksi bahwa pembubaran persekutuan firma diatur lain daripada yang telah diatur dalam akta notaris pendirian persekutuan firma itu (Keputusan Hof Den Haag tanggal 16 Maret 1925 3) .

Pasal 22 KUHD menunjuk akan adanya kemungkinan tidak ada-nya akta pendirian persekutuan firma yang otentik, yakni pada kalimat terakhir pasal 22 KUHD tersebut yang berbunyi: akan tetapi ketiadaan akta yang demikian itu tidak dapat dikemukakan untuk me-

3) Hof Den Haag, 16 Maret 1925, W. 11479.

49

Page 64: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

rugikan pihak ketiga." Jadi, ketiadaan akta pendirian itu tidak boleh dipakai pembuktian oleh sekutu terhadap pihak ketiga, bahwa perse-kutuan firma itu tidak ada. Misalnya, seorang sekutu yang tidak meng-adakan pebuatan hukum dan akibatnya merasa tidak punya perikatan, ditagih oleh pihak ketiga. Sekutu itu menolak dengan membuktikan bahwa persekutuan firma tidak ada, karena tidak adanya akta pen-dirian. Dengan begitu sekutu itu tidak mempunyai tanggung jawab pribadi untuk keseluruhan (Pasal 18 KUHD). Sebaliknya, pihak ketiga dapat membuktikan adanya persekutuan firma itu dengan segala ma-cam alat pembuktian, misalnya: surat-surat, saksi dan lain-lain.

Dan apa yang tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa adanya persekutuan firma itu dapat dibuktikan dengan: a. akta notaris, yaitu akta pendirian persekutuan firma. Karena adanya

akta otentik, dalam hal ini akta notaris, ini tidak mutlak, artinya dengan tidak adanya akta notaris itu tidak membatalkan adanya persekutuan firma, maka pembuktian dengan lain-lain alat pem-buktian kiranya tidak dilarang.

b. alat pembuktian yang lain bagi pihak ketiga, yang berkendak untuk membuktikan adanya persekutuan firma itu. Kedudukan akta pendirian persekutuan firma ini bisa tampak

jelas kalau dibandingkan dengan kedudukan akta pendirianperseroan terbatas sebagai yang diatur dalam Pasal 38 KUHD yang berbunyi: "( 1 ) Akta perseroan terbatas tersebut hams dibuat dalam bentuk oten-tik, atas ancaman kebatalannya." Di sini jelas, bahwa dengan tidak adanya akta pendirian yang bersifat otentik itu, perseroan terbatas menjadi batal. Rumusan Pasal 38 ini lain daripada rumusan yang ter-sebut dalam Pasal 22 KUHD, yang tidak memberi sanksi batal, bila akta otentik itu tidak ada. Jadi, akta otentik bagi pendirian perseroan terbatas adalah mutlak, sedangkan akta otentik bagi pendirian perse-kutuan firma tidak mutlak.

54. AKIBAT KETIADAAN AKTA PENDIRIAN PERSEKUTUAN FIRMA BA-GI SEKUTU SENDIRI

Misal , peristiwa seperti tersebut dalam judul adalah sebagai berikut: seorang sekutu persekutuan firma yang melakukan perbuatan beraki-bat ruginya persekutuan. Menurut pasal 1630 KUHPER sekutu ini dapat dituntut untuk mengganti kerugian pada persekutuan. Tetapi sekutu yang kurang jujur ini memungkiri adanya persekutuan firma yang menuntut kerugian itu, dengan mengatakan bahwa persekutuan

50

Page 65: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

firma tidak ada, berdasarkan tidak adanya akta pendirian persekutuan. Dalam hal ini sekutu-sekutu lain yang menjadi lawannya dapat mem-buktikan adanya persekutuan firma dengan: a. surat-surat, dalam mana temyata bahwa sekutu yang kurang jujur

itu mengakui adanya persekutuan; b. bila surat-surat tersebut sudah merupakan permulaan pembuktian

dengan tulisan (Pasal 1902 ayat (1) KUHPER), maka pembuktian itu tinggal menambah dengan saksi-saksi seperlunya;

c. kalau perlu sumpah pemutusan (beslissende eed, Pasal 1930 KUHPER bsd Pasal 156 HIR atau 183 R.Bgw), dapat juga dibe-bankan;

d. upaya pembuktian lainnya jenis pengakuan.

55. PASAL 22 KUHD PERLU DIUBAH UNTUK KUHD BARU INDONESIA Kita sudah sama-sama mengetahui bahwa rumusan Pasal 22 KUHD itu kurang memuaskan, karena kalimat yang pertama menghendaki agar persekutuan firma didirikan dengan akta otentik, sedangkan ka-limat berikutnya memberi kemungkinan persekutuan firma tidak mem-punyai akta pendirian. Rumusan begini sudah tentu membingungkan orang. Dan sebab itu saya menganggap perlu adanya perubahan pada Pasal 22 KUHD tersebut untuk KUHD Indonesia yang akan datang. Rumusan baru hendaknya ditegaskan, kalau perlu dengan sanksi, bah-wa persekutuan firma hams didirikan dengan akta otentik atau tanpa akta. Saya condong pada pendapat bahwa persekutuan firma hams didirikan dengan akta otentik, didaftarkan dan diumumkan sebagai-mana biasa. Dengan ketentuan yang tegas begini, maka jelas, alat pem-buktian satu-satunya bagi persekutuan firma adalah akta pendirian yang otentik, yang berarti bahwa alat pembuktian lainnya tidak bisa diper-gunakan untuk membuktikan adanya persekutuan firma. Bentuk per-sekutuan firma macam begini adalah sudah dekat pada bentuk badan hukum. Hal ini saya kira tidak merupakan masalah lagi, sebab Prof. Eggens sudah sampai pada pendapat bahwa persekutuan firma itu ba-dan hukumo. Sebelum persekutuan firma ini dinyatakan sebagai badan hukum oleh pembentuk undang-undang, maka permohonan penge-sahan kepada Menteri Kehakiman tidak perlu. Saya berpendapat bahwa sebaiknya persekutuan firma tetap sebagai jenis persekutuan bukan badan hukum, didirikan dengan akta otentik dan kalau tidak — batal.

4) Eggens, In-en uittreden van bij vennootschappen onder firma, T. 144-40.

51

Page 66: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

56. KEHARUSAN MENDAFTARKAN DAN MENGUMUMKAN Pasal 23 KUHD mewajibkan para sekutu untuk mendaftarkan akta pendirian persekutuan firma itu kepada Kepaniteraan Pengadilan Ne-geri yang mewilayahi tempat persekutuan firma itu. Adapun yang hams didaftarkan ialah akta pendirian persekutuan atau ikhtisar res-minya (uittreksel in authentieke vorm — Pasal 24 KUHD).

Pasal 28 KUHD mengharuskan juga para sekutu untuk mengumum-kan ikhtisar resmi akta pendirian persekutuan firma itu dalam Tam-bahan Berita Negara RI.

Pekerjaan mendaftarkan dan mengumumkan tersebut di atas dapat dilimpahkan kepada notaris yang membuat akta pendirian persekutuan firma itu.

Bagaimana persoalan keharusan mendaftarkan dan mengumumkan tersebut bagi persekutuan firma yang didirikan secara konsensuil seba-gaimana dimungkinkan oleh Pasal 22 KUHD. Bagi persekutuan yang demikian tentunya tidak ada yang dapat didaftarkan dan diumumkan, sebab tidak ada akta pendirian maupun ikhtisarnya. Hal ini lebih menguat-kan pendapat saya bahwa sebaiknya pesekutuan firma itu harus didiri-kan dengan akta otentik, bila tidak, persekutuan firma menjadi batal.

57. ISI IKHTISAR RESMI AKTA PENDIRIAN PERSEKUTUAN FIRMA Pasal 26 KUHD menentukan isi ikhtisar resmi akta pendirian perse-kutuan firma yang harus didaftarkan sebagai berikut: a. nama lengkap, pekerjaan dan tempat tinggal para sekutu; b. penetapan nama bersama atau firma; c. keterangan apakah persekutuan firma itu bersifat umum atau ter-

batas dalam menjalankan sebuah cabang perusahaan khusus; d. nama-nama sekutu yang tidak diberi kuasa untuk menanda tangani

perjanjian bagi persekutuan firma; e. saat mulai dan berakhirnya persekutuan; f. hal-hal lain dan klausula-klausula mengenai hak pihak ketiga ter-

hadap para sekutu, misalnya: g. pendaftaran itu harus diberi tanggal pada hari ikhtisar resmi akta

pendirian persekutuan itu dibawa ke Kepaniteraan pengadilan Ne-geri untuk didaftarkan (Pasal 27 KUHD). 1) pembentukan kas persekutuan yang khusus disediakan bagi pe-

nagih-penagih pihak ketiga. Kalau kas ini sudah kosong, barulah berlaku tangung jawab sekutu sebagai ditentukan dalam Pasal 18 KUHD;

52

Page 67: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

2) pengeluaran satu atau beberapa orang sekutu dart wewenang untuk berbuat sesuatu bagi persekutuan.

58. AKIBAT TIDAK ADANYA PENDAFTARAN DAN PENGUMUMAN Bila para sekutu lalai untuk mendaftarkan dan mengumumkan, sebagai ditetapkan dalam Pasal 23 dan 28 KUHD, maka berlaku sanksi seperti yang ditetapkan dalam Pasal 29 KUHD. Sanksi itu membolehkan pihak ketiga menganggap bahwa persekutuan firma itu: a. bersifat umurn, artinya persekutuan itu mengenai semua urusan

perniagaan tanpa pengecualian; b. diadakan untuk waktu yang tidak tertentu; c. tidak mengeluarkan sekutu dari wewenang untuk menandatangani

atau melalcukan perbuatan hukum bagi persekutuannya. Pendaftaran dan pengumuman ini hams dilakukan secepat mungkin,

yakni lebih cepat lebih baik. Keputusan Raad van Justitie tanggal 2 September 1921 5) menetapkan bahwa tidak adanya pendaftaran dan pengumuman akta pendirian persekutuan tidak mesti berarti tidak ada-nya persekutuan, karena Pasal 29 KUHD tidak mengatur tentang kelalaian pendaftaran dan pengumuman itu.

Saya berpendapat bahwa pendaftaran dan pengumuman itu mutlak perlu, tanpa perbuatan ini kiranya dapat diperkirakan adanya maksud yang kurang sehat dari pengurus. Kalau pada KUHD baru yang akan datang ditetapkan bahwa pendirian persekutuan firma harus dilakukan dengan akta otentik, atas ancaman batal, maka dengan tiadanya pen-daftaran dan pengumuman sebaiknya pihak ketiga berhak menganggap bahwa persekutuan firma itu tidak ada. Jadi, kedudukannya sama dengan persekutuan perdata.

59. BILA ADA PERBEDAAN TENTANG APA YANG DIDAFTARKAN DENGAN APA YANG DIUMUMKAN

Kalau ada pebedaan tentang apa yang didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri dan apa yang diumumkan di Tambahan Berita Nega-ra RI, maka apa yang diumumkan dalam Tambahan Berita Negara RI itulah yang dianggap benar (Pasal 29 bYat (2) KUHD). Ketentuan ini ada-lah tepat, karena pihak ketiga tidak boleh dirugikan karena adanya per-bedaan-perbedaan itu, dengan pengertian, menurut Prof. Soekardono, 61

R.v.J. Jakarta, 2 September 1921, T. 120-477. Soekardono, Hukum Dagang Indonesia, I, Bagian II, cet. 3, hlm. 72.

53

Page 68: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

bahwa pihak ketiga itu harus jujur. Bila pihak ketiga tahu tentang isi sebenarnya dari akta yang didaftarkan itu, maka dia tidak layak men-dapat keuntungan dari adanya perbedaan itu.

60. PERLINDUNGAN PADA NAMA PERSEKUTUAN Meskipun di Indonesia belum ada undang-undang tentang nama peru-sahaan, yang harus melindungi nama perusahaan/perselcutuan, toh ma-sih ada dua pasal yang dapat memberi perlindungan pada nama peru-sahaan/persekutuan, yaitu Pasal 1365 KUHPER dan Pasal 393 KUHP.

Pasal 1365 KUHPER berbunyi: "Tiap perbuatan melanggar hukum, yang menimbulkan kerugian kepada pihak ketiga, mewajibkan orang yang karena salahnya menimbulkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut." Misalnya: Nama persekutuan firma yang bergerak dalam lapangan pemiagaan "Firma Ibrahim Bersaudara" dipakai oleh orang lain yangbergerak dalam lapangan yang sama. Pihak pengurus Per-sekutuan Firma "Ibrahim Bersaudara" dapat menuntut lawannya di muka Pengadilan perdata agar nama "Ibrahim Bersaudara" pada perse-kutuan firma lawannya dibatalkan dan kalau perlu dia dapat menuntut ganti kerugan.

Pasal 393 KUHP berbunyi: "(1) Barang siapa memasukkan ke Indonesia tanpa tujuan terang untuk dikeluarkan lagi dan Indonesia, menjual, menawarkan, menyerahkan, membagikan atau mempunyai persediaan untuk dijual atau dibagikan atau mempunyai persediaan untuk dijual atau dibagi-bagikan, barang-barang yang diketahui atau sepatutnya harus menduga bahwa pada barangnya itu sendiri atau pada bungkusnya, dipakaikan secara palsu nama, firma atau mereka yang menjadi hak orang lain atau, untuk menyatakan asalnya barang, nama sebuah tempat tertentu, dengan ditambah nama atau firma khayal, ataupun, bahwa pada barangnya sendiri atau pada bungkusnya ditirukan nama, firma atau merek yang demikian, sekalipun dengan sedikit perubahan, diancam dengan pidana penjara paling lama empat bulan dua minggu atau denda paling banyak enam ratus rupiah; (2) Jika pada waktu melakukan kejahatan belum lewat lima tahun sejak adanya penghukuman yang telah mempunyai kekuatan pasti karena kejahatan semacam itu juga, dapat dijatuhkan pidana penjara selama sembilan bulan." Pasal 393 KUHP ini penanganannya harus diserah-kan kepada kepolisian dan kejaksaan. Dan kalau tuntutan ini berhasil, maka pelanggamya dapat dipidana penjara. Kalau putusan Hakim ini sudah mempunyai kekuatan pasti, maka si penuntut yang menang

54

Page 69: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

dapat mengajukan lagi ke pengadilan perdata untuk ganti kerugian berdasarkan Pasal 1365 KUHPER.

B. PERIKATAN ANTARSEKUTU

61. HUBUNGAN KE DALAM Hubungan ke dalam atau hubungan antarsekutu pada persekutuan firma tidak diatur dalam Bagian Kedua, Bab II, Buku I, KUHD (Pasal 16 s/d 35). Karena Pasal 16 menentukan bahwa yang disebut perse-kutuan firma itu adalah persekutuan perdata yang didirikan untuk menjalankan perusahaan dengan nama bersama, maka untuk mencari peraturan hubungan antarsekutu pada persekutuan firma kita harus meninjau kembali Bagian Kedua, Bab VIII, Buku III, KUHPER, Pasal 1624 s/d 1641, yakni tentang "hubungan antar sekutu". Peraturan tersebut adalah peraturan perlengkapan, kecuali Pasal 1634 dan 1635 yang sifatnya memaksa. Kedua pasal tersebut mengatur tentang pem-bagian laba dan rugi. Soal laba rugi itu adalah hal yang penting untuk diatur dalam perjanjian pendirian persekutuan, dengan mengingat Pasal 1634 dan 1635 tersebut. Kalau dalam perjanjian pendirian persekutuan tersebut tidak ada aturan tentang pembagian laba rugi, maka berlakulah asas keseimbangan daripada pemasukan (inbreng) sebagai diatur dalam Pasal 1633 KUHPER.

Laba rugi itu adalah hasil perhitungan yang ditetapkan dengan pengesahan neraca yang melukiskan laba rugi tersebut. Tidak semua penerimaan merupakan keuntungan dan tidak tiap kerugian merupakan kehilangan bagi persekutuan. Sesuai dengan asas yang terkandung dalam Pasal 1618 KUHPER (bersama-sama membagi keuntungan) dan Pasal 1627 KUHPER (pertanggungjawaban sekutu yang hanya menyumbangkan tenaga dan pikirannya saja kepada persekutuan), maka para sekutu tidak boleh saling menyaingi. Kalau hal ini toh ter-jadi, maka berlaku Pasal 1630 KUHPER, yalcni kewajiban mem-berikan ganti rugi.

62. KEKUASAAN TERTINGGI DALAM PERSEKUTUAN FIRMA Kekuasaan tertinggi dalam persekutuan firma adalah para sekutu semuanya, yang memutuskan segala persoalan dengan musyawarah untuk mupakat dalam batas keleluasaan yang diberikan oleh perjanjian pendirian persekutuan firma (Pasal 32 dan 35 KUHD bsd Pasal 1339 KUHPER).

55

Page 70: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

63. SIAPA YANG MENJALANKAN PENGURUSAN DAN PENGUASAAN Persoalan siapa yang harus menjalankan pengurusan itu harus diten-tukan dalam perjanjian pendirian persekutuan. Kalau hal ini dalam perjanjian pendirian persekutuan belum diatur, maka hams diatur se-cara tersendiri dalam suatu akta, yang hams didaftarkan juga pada Kepaniteraan Pengadilan Negeri setempat dan diumumkan dalam Tam-bahan Berita Negara RI. Pendaftaran dan pengumuman ini penting agar pihak ketiga dapat mengetahui siapa-siapa yang menjadi pengurus persekutuan firma itu, dengan siapa pihak ketiga itu akan mengadakan hubungan hukum. Perlu juga diperhatikan apakah pengurus tertentu itu berhak bertindak keluar atas nama persekutuan sebagai ditetapkan dalam Pasal 17 KUHD.

Memang mungkin adanya pemisahan antara pengurusan dan me-wakili persekutuan untuk bertindak keluar. Seorang sekutu pengurus, menurut Pasal 17 KUHD dapat dilarang bertindak keluar. Kalau la-rangan itu tidak ada, maka tiap sekutu dapat mewakili persekutuan, yang mengikat lain-lain sekutu (Pasal 18 KUHD, asalkan mengenai perbuatan bagi kepentingan persekutuannya. Sekutu pengurus hams mampu mempertanggungjawabkan segala perbuatannya sebelum dan sesudah pembubaran persekutuan.

Segala tindakan yang bersifat penguasaan hams ada kata sepakat dari semua sekutu, termasuk sekutu yang dikecualikan dari hak ber-tindak keluar seperti dimaksud dalam Pasal 17 KUHD.

64. APAKAH BERTINDAK DI MUKA HAKIM TERMASUK DALAM PENGERTIAN PENGURUSAN?

Pengurusan pada umumnya meliputi juga hak bertindak di muka hakim bagi kepentingan persekutuan, sekedar mengenai soal-soal pengurusan sehari-hari. Mengenai hal ini ada beberapa pedoman yaitu: yurispru-densi a. Putusan Rechtsbank 'sHertogenbosch tanggal 28 April 1899, 7) yang

memutuskan bahwa pemeliharaan yang baik mengenai persekutuan perdata meliputi juga hak bertindak di muka Hakim tanpa pemberian kuasa secara khusus, kecuali bila ada pembatasan-pembatasan da-lam perjanjian pendirian persekutuan;

b. Hof Den Haag' ) dalam putusannya tanggal 17 Mei 1923, menetap-

7) Rechtsbank 'sHertogenbosch, 28 April 1899, W. 7415. 8) Hof Den Haag, 17 Mei 1923, W. 11155.

56

Page 71: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

kan bahwa persekutuan firma, juga sesudah pembubarannya, masih dianggap ada, sekedar untuk keperluan penyelesaian usaha pem-beresan, pengurus persekutuan firma yang berhak mewakili, dapat bertindak di muka Hakim termasuk dalam pengertian pengurusan bagi sekutu persekutuan firma.

65. KEWAJIBAN MEMBUAT PEMBUKUAN Karena persekutuan firma itu menjalankan perusahaan, maka menurut Pasal 6 ayat (1) KUHD, persekutuan itu harus membuat pembukuan. Biasanya yang mengerjakan pembukuan itu seorang yang ahli dalam pembukuan, mungkin bukan sekutu. Dalam hal ini para sekutu berhak melihat atau mengontrol pembukuan itu (hak pemberitaan — Pasal 12 KUHD). Hak pemberitaan (Communication) ini oleh sekutu hams dijalankan secara pribadi, kecuali bila sekutu itu berhalangan. Prof. Soekardono9) berpendapat, meskipun undang-undang memperbolehkan kuasa sekutu untuk melaksanakan hak pemberitaan, tetapi pemegang buku hams berhati-hati untuk mencegah bocomya rahasia pembukuan.

Hak pemberitaan para sekutu dijamin oleh Pasal 12 KUHD, tetapi para sekutu juga mempunyai kewajiban untuk mencegah kemunduran dan hams memajukan persekutuan serta hams bertindak sebagai seorang sekutu yang baik (Pasal 1235 ayat (1) KUHPER). Sikap yang baik dari masing-masing sekutu ini dijamin oleh Pasal 1630 KUHPER yang berbunyi: "Masing-masing sekutu diwajibkan memberi ganti kerugian kepada persekutuan terhadap kerugian-kerugian yang diderita oleh persekutuan, yang disebabkan karena salahnya sekutu yan bersangkutan, sedangkan dia tidak diperbolehkan meng-kompen-sasikan dengan keuntungan-keuntungan yang diperoleh persekutuan berkat usaha dan kerajinannya dalam urusan-urusan lain."

66. DAPATKAH PERSEKUTUAN MENAMBAH SEKUTU BARU? Hal ini adalah mungkin bila ada persetujuan bulat dari semua para sekutu. Demikianlah pendapat Mr. A.M. van Ophuijsen" di Jakarta dengan menunjuk pada Pasal 1641 KUHPER.

Sekutu baru ini bukan sekutu pengganti, yakni sekutu yang masuk dalam persekutuan untuk menggantikan sekutu yang keluar. Adanya sekutu baru ini hams dinyatakan dalam akta otentik, didaftarkan di

9) Soekardono, Hukum Dagang Indonesia, I, Bagian II, cet. 3, him. 89. 10) Ophuijsen, Lampiran, T. 144 dan 145.

57

Page 72: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

Kepaniteraan Pengadilan Negeri dan diumumkan dalam Tambahan Berita Negara RI sesuai dengan Pasal 31 KUHD.

67. PENGGANTIAN KEDUDUKAN SEKUTU Penggantian kedudukan sekutu selama sekutu yang akan diganti itu masih hidup, pada pokoknya tidak diperbolehkan, kecuali kalau hal itu diperkenankan oleh perjanjian pendirian persekutuan atau atas dasar persetujuan bulat dari semua sekutu. Arrest H.R. tanggal 6 Februari 1935 1) memungkinkan penggantian sekutu berdasarkan peraturan dalam perjanjian pendirian persekutuan.

Kalau perjanjian pendirian persekutuan dibuat dengan akta otentik, maka penggantian kedudukan sekutu harus dibuat dalam akta otentik, didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri setempat dan diumum-kan dalam Tambahan Berita Negara RI. Hal ini penting bagi kepen-tingan pihak ketiga. Sekutu yang telah keluar dengan sah masih dapat dituntut oleh pihak ketiga atas dasar perjanjian yang belum dibereskan pembayarannya.

68. PERTANGGUNGJAWABAN SEKUTU BARU TERHADAP UTANG-UTANG PERSEKUTUAN YANG TELAH ADA PADA SAAT DIA MASUK

Apakah sekutu bare dalam persekutuan ini tunduk pada Pasal 18 KUHD tentang pertanggungjawaban secara pribadi untuk keselu-ruhan? Mengenai soal ini ada beberapa pendapat: a. Polak") berpendapat bahwa kepada sekutu bare itu tidak boleh

diminta untuk membayar utang-utang persekutuan yang telah ada pada saat dia diterima menjadi sekutu, sebab dia tidak pernah mem-berikan kuasa kepada sekutu lain untuk mewakilinya dalam hubung-an hukum yang telah dibuat oleh sekutu-sekutu lain dengan pihak ketiga, kecuali apabila sekutu bare itu sebagai syarat penerirnaannya telah menyetujui sendiri tentang tanggung jawab terhadap utang persekutuan yang telah ada pada saat dia masuk menjadi sekutu;

b. Molengraaff" ) berpendapat bahwa pertanggungjawaban sekutu bare untuk perikatan-perikatan yang telah ada pada saat dia masuk, tergantung dan pelaksanaan Pasal 31 KUHD. Jadi, dapat diper-janjikan.

") H.R. 6 Februari 1935, N.J. 1935-1513. ' 2) Polak, Hanboek, I. druk 5, bI. 284. 13) Molengraaff, Leidraad, I, druk 9, bl. 221 en 222.

58

Page 73: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

c. Eggens ' 4) berpendapat bahwa pertanggungjawaban sekutu baru terhadap perikatan-perikatan atau utang-utang persekutuan yang telah ada pada saat dia masuk adalah sudah selayaknya atau sudah pada tempatnya, karena beliau memandang persekutuan firma itu adalah badan hukum.

d. Van Ophuijsen") Notaris di Jakarta, menyetujui putusan Rechtsbank Rotterdam tanggal 17 Februari 1927, yang memutuskan bahwa pertanggungjawaban sekutu baru terhadap utang-utang yang telah ada pada saat dia masuk, adalah sudah selayaknya, bila dia sebelum masuk menjadi sekutu mendapat kesempatan untuk menyelidiki dulu keadaan keuangan persekutuan.

e. Soekardono 16) berpendapat bahwa pertanggungjawaban itu sudah semestinya, karena keuntungan-keuntungan yang dapat diharapkan oleh sekutu baru, mungkin tak akan diperoleh tanpa ikhtiar berutang dulu untuk memajukan hasil-hasil perusahaan.

f. Saya berpendapat, bila sekutu baru itu tidak menggantikan sekutu yang lama, maka saya dapat menyetujui pendapat Polak. Tetapi kalau sekutu baru itu mengganti sekutu yang lama maka saya berpendapat sudah sepantasnya bila sekutu barn itu turut bertang-gung jawab terhadap utang-utang yang telah ada pada waktu dia masuk menjadi sekutu.

69. PERTANGGUNGJAWABAN SEKUTU YANG KELUAR TERHADAP UTANG-UTANG PERSEKUTUAN YANG BELUM SEMPURNA DILU-NASI PADA SAAT KELUARNYA

Kalau pelajaran 68 kita membicarakan tanggung jawab sekutu yang baru masuk terhadap utang-utang yang telah ada pada waktu dia ma-suk menjadi sekutu, maka sekarang kita membicarakan tanggung jawab sekutu yang keluar terhadap utang-utang yang belum sempurna dilunasi pada saat dia keluar dari persekutuan. Mengenai persoalan ini juga ada beberapa pendapat: a. Van Ophuijsen") berpendapat bahwa sekutu yang sudah keluar

tetap bertanggung jawab terhadap utang-utang persekutuan yang belum sempurna dibayar pada saat dia keluar sebagai sekutu, ka-

14) Eggens, In- en uittreden van leden bij vennootschappen onder firma, T 144-40. 153 Ophuijsen, Lampiran, T. 144-78, 79. 16) Soekardono, Hukum Dagang Indonesia, I, Bagian II, cet. 3, hlm. 91. ' 7) Ophuijsen, Lampiran, T. 144-80.

59

Page 74: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

rena tanggung jawab itu tidak dapat ditiadakan dengan perbuatan sepihak dari sekutu yang bersangkutan dengan cara keluar dari persekutuan;

b. Polak's) berpendapat sama dengan pendapat van Ophuijsen ter-sebut di atas;

c. H.GH. 19) dalam putusannya tanggal 20 Pebruari 1930, menetapkan bahwa pada pokoknya sama dengan pendapat van Ophuijsen ter-sebut di atas. Adapun persoalannya adalah sebagai berikut: Dua orang Cina A dan B menjadi sekutu dari persekutuan firma. A keluar dari persekutuan dan membuat pengumuman dalam surat kabar bahwa dia sudah keluar dari persekutuan firma itu dan untung rugi persekutuan selanjutnya menjadi tanggung jawab sekutu B. Pihak ketiga C yang merasa mempunyai piutang terhadap sekutu A masih langsung menagih kepada sekutu A tersebut. Karena A tidak mau membayar, maka C memohonkan kepailitan A kepada R.v.J. Medan. Karena permohonan ini ditolak oleh R.v.J. Medan, maka C mengajukan banding kepada H.G.H. (Hogerrechtshof) H.G.H. mempertimbangkan bahwa pengumuman berhentinya tang-gung jawab itu tidak berguna, karena penagih-penagih yang telah ada sebelum A itu keluar harus dianggap masih berlangsung menjadi tanggung jawab sekutu yang keluar itu, yaitu A. Oleh karena itu H.G.H. membatalkan putusan R.v.J. Medan dan menyatakan sekutu A jatuh pailit.

d. Van Ophuijsen") agak tidak setuju dengan pendapat H.G.H. itu dan mengatakan bahwa "motivering" H.G.H. itu masih perlu dijelas-kan lebih lanjut;

e. Soekardone ) berpendapat bahwa "motivering" itu sudah cukup dan tepat. Saya setuju dengan pendapat Prof. Soekardono, karena "motivering"

H.G.H. cukup jelas. Dan uraian-uraian tersebut di atas tampak jelas bahwa Pasal 18

KURD tidak hanya berlaku sebagai persekutuan firma itu masih dalam keadaan jalan, tetapi juga berlaku meskipun persekutuan firma itu dalam keadaan bubar.

18) Polak, Handboek, I, druk 5, bl. 284. 19) H.G.H., 20 Pebruari 1930, T. 132-110 2° ) Ophuijsen, Lampiran, T. 144-80. 21) Soekardono, Hokum Dagang Indonesia, I, Bagian II, cet. 3, hlm. 92.

60

Page 75: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

70. DAPATKAH SEORANG SEKUTU MENGGUGAT PERSEKUTUAN Mengenai persoalan ini ada beberapa pendapat: a. Molengraaff" ) dan Polak") membenarkan adanya kemungkinan

itu. Misalnya, seorang sekutu menyewakan rumahnya kepada per-sekutuan, tetapi persekutuan tidak membayar sewanya. Polak me-ngatakan bahwa yang ditagih itu bukan persekutuan, tetapi para sekutu lainnya secara pribadi, walaupun Pasal 1632 KUHPER menyebut adanya penagihan kepada persekutuan perdata.

b. Prof. Soekardono" ) setuju pendapat Molengraaff dan Polak. c. Polak") menyetujui pendapat Visser dan Kist yang mengemukakan

bahwa jika terjadi gugatan sebagai yang dipersoalkan, maka utang yang ditagih itu adalah utang persekutuan, jadi, hams dipenuhi dari kas persekutuan (Pasal 23 dan 34 KUHD). Dengan demikian sekutu yang menagih itu berposisi sebagai kre-

ditur persekutuan, yang untuk pemenuhannya telah disediakan kas persekutuan.

C. PERIKATAN ANTARA SEKUTU DENGAN PIHAK KETIGA

71. KEWENANGAN MEWAKILI DAN BERTINDAK KE LUAR BAGI TIAP-TIAP SEKUTU

Telah dinyatakan di muka bahwa menjalankan perusahaan adalah sya-rat mutlak bagi adanya persekutuan firma. Dalam menjalankan peru-sahaan, tiap-tiap sekutu mempunyai wewenang untuk mengadakan perikatan dengan pihak ketiga untuk kepentingan persekutuannya, kecuali bila sekutu itu dikeluarkan dari kewenangan itu (Pasal 17 KUHD). Jika tidak ada sekutu yang dikeluarkan dari kewenangan untuk mengadakan perbuatan hukum bagi persekutuannya, maka dapat dianggap bahwa tiap-tiap sekutu saling memberikan kuasa umum bagi dan atas nama semua sekutu untuk melakukan perbuatan hukum dengan pihak ketiga. Hal ini meliputi segala macam perbuatan, ter-masuk tindakan-tindakan di muka Hakim, tidak peduli apakah per-buatan atau tindakan itu termasuk dalam pelaksanaan tugas perusahaan sehari-hari atau tidak.

22) Molengraaff, Leidraad, I, druk 9, bl. 220. 23) Polak, Handboek, I, druk 5, bl. 277. 24) Soekardono, Hukum Dagang Indonesia, 1, Bagian II, cetakan 3, hlm.93. 25) Polak, Handboek, I, druk 5, bl. 277.

61

Page 76: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

Jadi, asas kewenangan mewakili berarti bahwa lain-lain sekutu turut terikat oleh perbuatan seorang sekutu terhadap pihak ketiga, sekedar perbuatan itu dilakukan atas nama dan bagi kepentingan per-sekutuan. Dengan ini timbul asas pertanggungjawaban sekutu adalah pribadi untuk keseluruhan.

Kewenangan para sekutu untuk bertindak keluar ini dapat dibatasi dengan: a. mengeluarkan sekutu tertentu dari kewenangan untuk bertindak

keluar atas nama persekutuan; b. melarang sekutu tertentu itu untuk melakukan perbuatan tertentu

pula, misalnya, seorang sekutu tertentu dilarang menanda tangani surat wesel;

c. menugaskan beberapa kewajiban tertentu kepada dua orang sekutu atau lebih sebagai perbuatan bersama, misalnya: menghipotikkan rumah atau tanah untuk mendapatkan pinjaman bagi persekutuan;

d. sekutu yang melanggar kewenangannya bertanggung jawab secara pribadi kepada pihak ketiga terhadap semua perikatan yang telah dibuatnya.

72. PERTANGGUNGJAWABAN SEKUTU Pertanggungjawaban sekutu terhadap pihak ketiga sebagai ditentukan dalam Pasal 18 KUHD, adalah "pribadi untuk keseluruhan", artinya tiap-tiap sekutu bertanggung jawab secara pribadi pada semua perikatan persekutuan, meskipun yang dibuat oleh sekutu lain, terma-suk perikatan-perikatan yang timbul karena perbuatan melawan hu-kum.

Kepada sekutu yang melakukan perbuatan melawan hukum dapat dituntut mengganti kerugian oleh persekutuan berdasar Pasal 1365 KUHPER. Sekutu yang bersangkutan dapat juga dituntut melawan Pasal 1367 KUHPER, bila kerugian itu ditimbulkan baik karena per-buatan melawan hukum dari orang-orang yang ada di bawah kekuasa-an sekutu yang bersangkutan, misalnya sopir, maupun disebabkan karena benda-benda yang ada di bawah penguasaan sekutu yang ber-sangkutan, misalnya sebuah dinamo pada instalasi listrik swasta.

Mengenai pertanggungjawaban anggota/sekutu/pemegang saham terhadap pihak ketiga dapat diurutkan sebagai berikut: a. bagi sekutu persekutuan perdata bertanggung jawab secara pribadi,

terbatas pada perikatan-perikatan yang telah dibuatnya sendiri, kecuali bila sekutu yang bersangkutan telah mendapat kuasa dari

62

Page 77: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

sekutu-sekutu lain atau keuntungan dari adanya perikatan itu telah dinikmati oleh persekutuan (Pasal 1642 bsd 1644 KUHPER);

b. bagi sekutu persekutuan firma bertanggung jawab secara pribadi untuk keseluruhan, artinya untuk seluruh perikatan yang telah dibuat oleh dia sendiri dan para sekutu lainnya bagi kepentingan persekutuan (Pasal 18 KUHD);

c. bagi seorang pesero atau pemegang saham pada perseroan ter-batas, tanggung jawabnya terbatas pada jumlah penuh dan saham-sahamnya (Pasal 10 ayat (2) KUHD).

73. BAGAIMANA KALAU PIHAK KETIGA MEMUNGKIRI ADANYA PER-SEKUTUAN FIRMA

Telah dikatakan di muka bahwa bila seorang sekutu menolak pena-gihan dengan alasan persekutuan firma tidak ada, karena akta pendi-riannya tidak ada, maka pihak ketiga itu dapat membuktikan adanya persekutuan firma dengan segala macam alat pembuktian. Jadi, kalau sekutu memungkiri, maka pihak ketiga itu dapat membuktikan adanya persekutuan firma itu dengan alat-alat bukti selain akta pendirian. Sekarang, bagaimana kalau pihak ketiga yang memungkiri adanya persekutuan firma itu, misalnya: persekutuan firma "Ali Bersaudara" tidak mempunyai akta pendirian sebagai yang ditentukan dalam Pasal 22 KUHD. Pada waktu persekutuan menagih kepada pihak ketiga (B), dia menolak dengan alasan bahwa persekutuan firma itu tidak ada, karena tidak mempunyai akta pendirian. Terhadap persoalan ini rumusan Pasal 22 KUHD tidak dapat menolong, tetapi di kalangan ilmiah ada beberapa pendapat: a. Molengraaff dan Polak 271 berpendapat bahwa para sekutu tidak

dapat membuktikan adanya persekutuan firma selain dari adanya akta pendiriannya;

b. Polak tersebut di atas berpendapat bahwa pengingkaran pihak ke-tiga dapat ditiadakan, bila pihak ketiga ini dulu pernah mengakui secara tertulis tentang adanya persekutuan firma itu;

c. Dorhout Mees28 berpendapat bahwa pengingkaran pihak ketiga ini dapat ditiadakan dengan membuktikan "schriftelijke acte" atau ka-

26) Molengraaff, Leidraad, I, druk 9, bl. 218. 27) Polak, Handboek, I druk 5, bl. 258 281 Dorhout Mees, Kort Begrip, 1953, bl. 39, no. 92. 29) Soekardono, Hukum Dagang Indonesia, I, Bagian II, cet. 3, hlm. 67.

63

Page 78: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

lau sudah ada permulaan pembuktian dengan tulisan (begin van schriftelijk bewijs) — Pasal 1902 ayat (1) KUHPER), dapat di-tambah dengan alat bukti saksi atau lainnya;

d. Prof. Soelcardono29) menganggap bahwa pendapat Molengraaff, Polak dan Dorhout Mees tidak memuaskan, karena persoalannya terletak pada pengingkaran pihak ketiga karena tidak adanya akta pendirian persekutuan, jadi, "tidak adanya akta pendirian perse-kutuan" menjadi faktor mutlak. Semua keruwetan ini timbul, karena adanya anggapan (dulu) bahwa pembuktian dengan saksi-saksi harus dibatasi, karena kebanyakan keterangan-keterangan saksi tidak dapat dipercaya. Jadi, pembuktian dengan akta pendirian di-pegang teguh. Tetapi dengan adanya: 1) Perluasan pemakaian alat bukti saksi sebagai upaya pembuktian

mulai tahun 1925 (S. 1925-525) dibenarkan; 2) Pembatasan penggunaan saksi-saksi dalam hukum acara

perdata di muka Pengadilan Negeri tidak pernah diadakan seperti halnya pada waktu semasa "Raad van Justitie" dulu;

Dengan ini, maka kiranya tidak ada keberatan prinsipil untuk mem-perkenankan para sekutu untuk mempergunakan segala upaya pem-buktian, bila akta pendirian itu ternyata tidak ada.

74. PERSEKUTUAN FIRMA MEMPUNYAI KEKAYAAN SENI)IRI Dalam praktik, pertanggungjawaban tiap-tiap sekutu tidak dilaksanakan secara langsung, artinya semua penagihan bagi persekutuan tidak dita-gihkan langsung kepada tiap-tiap sekutu, tetapi penagihan itu lebih dulu hams dipenuhi dari kas persekutuan. Kalau kas persekutuan itu tidak mencukupi, barulah kekayaan pribadi para sekutu itu disentuh untuk memenuhi penagihan itu. Mengenai hal ini ada beberapa pen-dapat: a. Van Ophuij see) Notaris di Jakarta tahun 1936, mengadakan penye-

lidikan pada 200 (dua ratus) akta pendirian persekutuan-persekutuan firma yang dibuat dalam masa 5 (lima) tahun terns-menems di Jakarta. Beliau berpendapat bahwa dalam persekutuan firma itu dibentuklah kekayaan sendiri yang terpisah dari kekayaan pribadi dari masing-masing sekutu. Segala utang persekutuan harus dipe-nuhi lebih dulu dan kas persekutuan. Barn, kalau kas persekutuan tidak mencukupi, Pasal 18 KUHD mulai berlaku, artinya kekayaan

3°) Ophuijsen, T. 144, 145 dan lampiran.

64

Page 79: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

pribadi masing-masing sekutu mulai dipertanggungjawabkan sampai utang terpenuhi semua.

b. Potale' ) berpendapat bahwa para sekutu sangat berkepentingan agar utang-utang persekutuan dapat dipenuhi dan kas persekutuan (gemeenschappelijke kas). Kalau tidak demikian, tiap-tiap sekutu dapat ditagih untuk pembayaran seluruh utang persekutuan. Jika seorang sekutu membayar seluruh utang persekutuan tersebut, maka dia dapat minta ganti kepada sekutu-sekutu lainnya.

c. Kist") yang disetujui oleh Polak berpendapat: "Selama dana perse-kutuan mencukupi untuk membayar utang-utang persekutuan, per-tanggungjawaban masing-masing para sekutu untuk seluruhya tidak perlu diberlakukan."

d. Molengraaff" ) mengemukakan bahwa pengertian tentang kekaya- . an terpisah bagi persekutuan firma dalam hukum di Nederland harus diterima, walaupun persekutuan itu bukan badan hukum. Dari uraian-uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa per-

sekutuan firma itu mempunyai kekayaan sendiri. Pendapat ini tidak bertentangan dengan hukum dan kehendak masyarakat sekarang.

75. APAKAH PERSEKUTUAN FIRMA ITU BADAN HUKUM? Persoalan apakah persekutuan firma itu badan hukum, merupakan suatu persoalan yang hams lekas mendapat jawaban, karena KURD barn sudah direncanakan oleh Pemerintah. Baiklah kita menginven-terisasi pendapat-pendapat yang ada hubungannya dengan persoalan tersebut, yaitu: a. Eggens, 34) Guru Besar pada Rechtshogeschool (R.H.S.) di Jakarta,

menganggap persekutuan firma itu badan hukum, karena adanya; 1) kekayaan yang terpisah, yang berupa seluruh hak dan kewajiban

persekutuan yang merupakan satu kesatuan; 2) para sekutu bersama sebagai satu kesatuan, yang merupakan se-

bagai yang berhak dan yang berkewajiban terhadap pihak ketiga; b. Zeylemaker,35) juga Gum besar di R.H.S. di Jakarta, menentang

pendapat Eggens tersebut. Eggens dianggap menggunakan istilah

31) Polak, Handboek, I, druk 5, bl. 269. 32) Kist, Beginselen, III, druk 2, bI. 280. 33) Molengraaff, Leidraad, I, druk 9, bl. 229. 34) Eggens, Lampiran T. 144, bl. 24.

Zeylemaker, Jzn, Lampiran, T. 145, bI. 446.

65

Page 80: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

"badan hukum" yang menyimpang dari yang lazim, yaitu sebagai sebuah kesatuan yang dapat dikenal, karena kekayaannya yang terpisah dan pertanggungjawabannya yang terpisah pula.

c. Konggres para Sarjana Hukum tahun 1936 di Jakarta dengan suara terbanyak membenarkan pendapat Eggens. 36)

d. Di Belgi,") dalam undang-undang tanggal 18 Mei 1873, Pasal 2 menentukan bahwa persekutuan firma, persekutuan komanditer dan koperasi adalan badan hukum;

e. Di Prancis menurut Polak 381 dan Molengraaff" ) para penulis dan yurisprudensi beranggapan bahwa persekutuan firma itu adalah badan hukum Ciri khas daripada badan hukum ialah bahwa dia dapat bertindak

sebagai satu kesatuan subyek hukum dalam lalu lintas hukum. Pen-dapat umum di Indonesia persekutuan firma itu belum merupakan badan hukum. Adapun syarat-syarat agar suatu badan dapat dinama-kan badan hukum ialah: (1) adanya harta kekayaan (hak-hak) dengan tujuan tertentu, terpisah

dari kekayaan pribadi para sekutu badan itu; (2) kepentingan yang menjadi tujuan adalah kepentingan bersama

yang bersifat stabil; (3) adanya beberapa orang sebagai pengurus dari badan itu.

Saya mengakui bahwa unsur-unsur materiil yang ada dalam perse-kutuan firma sudah mencukupi untuk menjadi badan hukum, tinggal unsur formil yang belum, yaitu "pengesahan dari Pemerintah." Kalau unsur terakhir ini sudah terpenuhi, maka persekutuan firma adalah ba-dan hukum. Kalau persekutuan firma sudah menjadi badan hukum, maka persekutuan komanditer pun menjadi badan hukum, karena perseku-man komanditer itu adalah persekutuan firma yang salah satu atau lebih sekutunya adalah sekutu komanditer. Dengan begitu dari jenis perse-kutuan tinggal persekutuan perdata saja yang bukan badan hukum.

76. PESEKUTUAN FIRMA DALAM KODIFIKASI HUKUM DAGANG NA-SIGNAL YANG AKAN DATANG

Prof. Soekardone) berpendapat bahwa tidak pada tempatnya kita

") Kongres Sarjana Hukum di Jakarta, 1936, Lampiran, T. 145,b1. 446. ") Molengraaff, Leidraad, I, druk 9, bl. 231. ") Polak, Handboek, 1, druk 5, bl. 262. ") Molengraaff, Leidraad, I, druk 9, bl. 231. ") Soekardono, Hukum Dagang Indonesia, I, Bagian II, cet. 3, hlm. 82-83.

• 66

Page 81: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

dalam hal ini meniru-niru saja, tanpa mengingat akan keperluan-ke-perluan dalam praktik perusahaan di negeri kita sendiri. Kalau praktik perusahaan di Indonesia memang membutuhkan akan adanya per-sekutuan firma sebagai badan hukum, maka Prof. Soekardono menya-takan tidak keberatan untuk memberikan status badan hukum kepada persekutuan firma. Untuk menentukan sikap yang tegas, kita perlu menyelidiki dulu dalam masyarakat perusahaan di Indonesia, apakah untuk kepentingan mereka dianggap perlu adanya persekutuan firma yang berbentuk badan hukum.

Bagi saya, mengenai persoalan tersebut di atas, yang penting adalah penelitian, apakah masyarakat usaha di Indonesia benar-benar meng-inginkan adanya persekutuan firma yang berbentuk badan hukum.

D. BERAKHIRNYA PERSEKUTUAN FIRMA

77. BUBARNYA PERSEKUTUAN FIRMA Karena persekutuan firma itu adalah sebenarnya persekutuan perdata (Pasal 16 KUHD), maka mengenai bubarnya persekutuan firma ber-laku peraturan yang sama dengan persekutuan perdata, yakni Bagian Kedelapan, Bab VIII, Buku III, KUHPER, mulai Pasal 1646 s/d 1652, ditambah dengan Pasal 31 s/d 35 KUHD.

Pasal 31 KUHD ini khusus untuk kepentingan pihak ketiga, yang berbunyi sebagai berikut: "Membubarkan persekutuan firma sebelum waktu yang ditentukan dalam perjanjian pendirian atau sebagai akibat pengunduran diri atau pemberhentian, begitu juga memperpanjang waktu sehabis waktu yang telah ditentukan, dan mengadakan peru-bahan-perubahan dalam perjanjian semula yang penting bagi pihak ketiga, semua itu hams dilakukan dengan akta otentik, didaftarkan seperti tersebut di atas dan diumumkan dalam Tambahan BeritaNegara RI."

Ayat (2) Pasal 31 KUHD menetapkan bahwa kelalaian dalam pendaftaran dan pengumuman tersebut, berakibat tidak berlakunya pembubaran, pengunduran diri, pemberhentian atau perubahan tadi terhadap pihak ketiga. Ayat (3) pasal yang sama menetapkan bahwa bila kelalaian itu mengenai "perpanjangan waktu," maka berlakulah ketentuan-ketentuan Pasal 29 KUHD, yakni pihak ketiga dapat meng-anggap bahwa persekutuan itu: a. berlaku untuk jangka waktu yang tidak ditentukan; b. mengenai semua jenis usaha perniagaan;

67

Page 82: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

c. tidak ada sekutu yang dikeluarkan dari kewenangan untuk bertindak keluar. Dalam Pasal 31 KUHD tidak disebutkan adanya persekutuan firma

yang bubar karena lampaunya waktu sebagai yang ditetapkan dalam perjanjian pendirian persekutuan. Tetapi ini tidak berarti bahwa bubar-nya persekutuan semacam itu tidak perlu diadakan usaha-usaha pembe-resan. Bila sebuah persekutuan firma bubar, karena lampaunya waktu sebagai yang ditetapkan dalam perjanjian pendirian persekutuan, maka hal itu harus memenuhi kewajiban-kewajiban sebagai yang ditetapkan dalam Pasal 31 ayat (1) KUHD.

78. PEMBERESAN Sesudah persekutuan firma bubar, perlu adanya pemberesan, baik ditin-jau dari sudut kepentingan para sekutu, maupun dari sudut kepenting-an pihak ketiga. Hal ini erat hubungannya dengan kas persekutuan, yang disediakan untuk pelunasan penagihan-penagihan dari pihak ketiga.

Selama persekutuan berjalan, para sekutu berhak minta bagian ke-untungan, tetapi sesudah persekutuan bubar mereka hanya berhak minta bagian saldo, sesudah semua utang-utang persekutuan dilunasi dari kas persekutuan. Pada umumnya pembesaran sesudah bubarnya perseku-tuan adalah perlu benar-benar mengakhiri kehidupan persekutuan yang bubar itu, walaupun ada kemungkinan di mana pemberesan tidak di-perlukan lagi, misalnya bila sebelum bubarnya persektuan, seperti yang telah ditetapkan dalam perjanjian, para sekutu sudah melunasi semua utang persekutuan dan membagi keuntungan kepada para sekutu.

Molengraaff"> mengatakan bahwa pemberesan tidak perlu diada-kan, apabila dalam perjanjian ditetapkan lain atau para sekutu menye-tujui tindakan lain.

Po1alc42) mengenai hal ini memberikan misal, yaitu bila ada seorang sekutu yang keluar, atas persetujuan sekutu-sekutu lainnya kepada sekutu yang keluar itu diberikan sejumlah uang, sesudah mana per-sekutuan dilanjutkan oleh sekutu-sekutu yang masih tinggal.

79. PERSEKUTUAN, SETELAH BUBAR TETAP ADA, SEKEDAR PERLU UNTUK PEMBERESAN

Persekutuan, setelah bubar, masih tetap ada sekedar perlu untuk pem-

4" Molengraaff, Leidraad, I, druk 9, bl. 228. 42) Polak, Handboek, I, druk 5, bl. 290.

68

Page 83: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

beresan. Hal ini bisa dibuktikan dengan Pasal-pasal 32, 33 dan 34 KUHD. a. Menurut Pasal 32 KUHD, pemberesan itu dilaksanakan atas nama

persekutuan (yang sudah bubar); b. Menurut Pasal 33 dan 34 KUHD, sesudah persekutuan itu bubar,

kas persekutuan masih tetap ada; c. Persekutuan dalam masa pemberesan dapat dinyatakan pailit Pe-

raturan Kepailitan Pasal 1; d. Dalam masa pemberesan ini persekutuan masih dapat menggugat

dan digugat (Pasal 32 ayat (2) KUHD).

80. SIAPA YANG HARUS MENJALANKAN PEMBERESAN Mengeni persoalan siapa yang hams menjalankan pemberesan pada persekutuan firma yang bubar diatur dalam Pasal 32 KUHD, yang menetapkan: a. pertama-tama orang hams melihat pada ketentuan-ketentuan da-

lam perjanjian pendirian persekutuan. Kalau di sini tidak ada ke-tentuan-ketentuan apa-apa, maka

b. sekutu-sekutu penguruslah yang berkewajiban melakukan pem-beresan;

c. dalam perjanjian pendirian persekutuan dapat ditentukan satu atau beberapa orang yang bukan sekutu untuk bertindak sebagai pem-beres;

d. para sekutu bersama, dengan suara terbanyak, dapat menunjuk se-kutu yang bukan sekutu pengurus untuk mengadakan pemberesan;

e. kalau suara terbanyak tidak berhasil, maka sekutu-sekutu dapat minta bantuan kepada Hakim untuk menetapkan siapa-siapa pem-beres itu. Segala sesuatu itu untuk kepentingan persekutuan.

81. TUGAS PARA PEMBERES Tugas para pemberes ini tidak diatur dalam KUHD, jadi diserahican seluruhnya kepada para sekutu bagaimana mengatumya. Prof. Soe-kardono43 berpendapat bahwa demikianlah yang sebaiknya, agar tiap-tiap penyelesaian persoalan konkrit dapat disesuaikan dengan kehen-dak bebas dan para sekutu.

Karena Hakim ada kemungkinan ditunjuk untuk menetapkan para pemberes, maka sudah sepatutnya bila Hakim memberi pedoman se-

43) Soekardono, Hukum Dagang Indonesia, I, Bagian II, cet. 3, hlm. 96.

69

Page 84: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

kedarnya. Bagaimanapun likuidasi itu harus diarahkan pada persiapan kemungkinan yang riil akan adanya pembagian saldo sesudah utang persekutuan dilunasi semuanya.

82. PEMBAGIAN SALDO ANTARA PARA SEKUTU Pembagian saldo kepada para sekutu tidak hanya berujud uang, ba-rangpun dapat juga terjadi. Pendapat ini oleh Polak" didasarkan atas Pasal 1652 KUHPER, yang menetapkan bahwa peraturan tentang cara pembagian warisan dan kewajiban-kewajiban yang timbul antara para ahli waris, berlaku juga bagi para sekutu. Meskipun Pasal 1652 KUHPER tidak berlaku bagi golongan Bumiputera, tetapi karena para sekutu atas dasar Pasal 29, S. 1917-12 menundukkan diri dengan sukarela pada perbuatan hukum yang dalam hukum adat tidak ada, maka Pasal 1652 KUHPER berlaku juga bagi sekutu golongan Bumi-putera.

Ada kemungkinan para sekutu tidak menerima keuntungan, melain-kan malahan dituntut untuk membayar utang persekutuan atas dasar imbangan jumlah pemasukan (inbreg), bila kas persekutuan tidak mencukupi untuk pelunasan utang persekutuan (Pasal 33 KUHD). Tetapi sebaliknya bila dalam masa pemberesan ada uang yang dapat dibebaskan dari kas persekutuan, maka untuk sementara uang itu dapat dibagi-bagi kepada para sekutu (Pasal 34 KUHD).

83. KEDUDUKAN PEMBERES YANG LEBIH DART SEORANG Apabila dalam perjanjian pendirian persekutuan ada ketentuan-keten-tuan mengenai jumlah pemberes, dan apakah mereka dapat bertindak sendiri-sendiri atau harus bersama-sama, maka ketentuan-ketentuan itulah yang harus diturut. Bila dalam perjanjian pendirian persekutuan tidak ada ketentuan apa-apa, maka berlakulah bagi mereka asas yang tercantum dalam Pasal 1637 KUHPER, yaitu tiap-tiap pemberes dapat bertindak sendiri-sendiri, asal saja, menurut Prof. Soekardono 45), ma-sing-masing pemberes harus bertanggung jawab penuh atas segala tindakannya dan tindakan itu dimaksud untuk melancarkan pelaksanaan pemberesan persekutuan.

Prof. Soekardono setuju bila diadakan sekedar ketentuan agar bagi pemberes yang lebih dari satu orang itu hams selalu bertindak bersama-

44) Polak, Handboek, I, druk 5, bl. 299. 4$) Soekardono, Hukum Dagang Indonesia, I, Bagian II, cat. 3, hlm. 97.

70

Page 85: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

sama. Apalagi kalau pemberes-pemberes itu ditetapkan oleh Hakim berdasarkan Pasal 32 ayat (2) KUHD. Dengan bertindak bersama-sama itu koordinasi akan lebih terjamin dalam pelaksanaan likuidasi. hal ini adalah penting bagi para sekutu sendiri.

Molengraafro dengan menunjuk beberapa penulis dan yurispru-densi yang menganjurkan tindakan bersama itu bagi para pemberes, rupa-rupanya dapat menyetujui prinsip tindakan bersama itu. Salah satu yurisprudensi yang ditunjuk Molengraaff adalah putusan Rechts-bank Amsterdam tanggal 26 November 1915 47) yang memutuskan bahwa para pemberes yang hams bertindak di muka Hakim hams bersama-sama agar effisien, tidak memboroskan tenaga, waktu dan biaya. Para pemberes yang menghadap Hakim dan bertindak atas nama persekutuan dapat mengatakan dan menulis: "Pemberes A dan B bagi persekutuan firma "Murni" dalam likuidasi, — melawan C."

84. PERTANGGUNGJAWABAN PEMBERES Hubungan hukum antara para pemberes dan para sekutu adalah hubung-an pemberian kuasa, para sekutu sebagai pemberi kuasa dan pemberes sebagai pemegang kuasa. Menurut Pasal 1802 KUHPER, pemberes sebagai pemegang kuasa, bertanggung jawab atas segala perbuatannya kepada para sekutu dan berkewajiban untuk membayar ganti kerugian bila persekutuan menderita rugi karena kelalaian atau kesalahannya.

Karena masing-masing sekutu, juga dalam masa pemberesan atau likuidasi persekutuan, tetap bertanggung jawab secara pribadi untuk keseluruhan, maka masing-masing pemberes hanya bertanggung ja-wab seluas seperti yang ditetapkan dalam perjanjian pengangkatannya (Pasal 1804 KUHPER).

Segala perikatan yang dibuat oleh pemberes, merupakan perikatan-perkatan atas beban persekutuan, asal saja pemberes tidak melampaui batas kekuasaannya. Dengan begitu para sekutu dapat digugat untuk memenuhi perikatan-perikatan tersebut.

85. PEMBAGIAN KEUNTUNGAN DAN PEMBEBANAN KERUGIAN SESU-DAH PEMBERESAN

Pemberesan baru selesai bila penagihan dan pihak ketiga sudah dilunasi semuanya. Sesudah itu honorarium dan penagihan-penagihan lainnya clAci

46) Molengraaff, Leidraad, I, druk 9, bI. 227. 47) Rechtsbank Amsterdam, 26 November 1915, W. 9941.

71

Page 86: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

para pemberes juga hams dilunasi (Pasal 1794 dan 1808 KUHPER). Kemudian bila masih ada sisanya, maka dapat diadakan pembagian antara para sekutu. Pembagian keuntungan dan pembebanan kerugian dijalankan menurut peraturan-peraturan yang telah ditetapkan dalam per-janjian pendirian persekutuan (Pasal 1634, 1633 dan 1635 KUHPER).

Bila sesudah itu masih ada sisa, maka diusahakan pengembalian uang dan/atau barang pemasukan, tetapi bila hanya kerugian, maka pembagiannya sesuai dengan imbangan nilai pemasukan.

86. BAGIAN SEKUTU YANG HANYA MEMASUKKAN TENAGA DAN PI-KIRANNYA SAJA

Mengenai bagian dari sekutu yang hanya memasukkan tenaga dan/atau pikirannya saja, sudah ada pedoman yang tercantum dalam Pasal 633 ayat (2) KUHPER, yang menentukan bahwa bagian keuntungan dan pembebanan kerugian sekutu tersebut sama dengan bagian sekutu yang nilai pemasukannya terkecil. Dalam hal ini Prof. Soekardono" )

menganjurkan agar pembagian sekutu yang hanya memasukkan tenaga dan pikirannya saja dilebihkan daripada bagian yang ditentukan oleh Pasal 1633 ayat (2) KUHPER tersebut. Pembagian keuntungan atau pembebanan kerugian sebaiknya dilakukan oleh para sekutu-sekutu sendiri dan jangan oleh pemberes, yang mungkin orang luar, yang kurang pandai menilai jasa sekutu yang hanya memasukkan tenaga dan pikirannya saja.

Pada hemat saya, tenaga dan pikiran yang dimasukkan dalam perse-kutuan perlu mendapat penilaian yang layak. Penilaian tenaga dan pi-kiran yang dimasukkan oleh seorang sekutu dalam persekutuan se-bagai yang ditentukan dalam Pasal 1633 ayat (2) KUHPER adalah tidak adil, misalnya: pada persekutuan firma X, sekutu A memasukkan uang yang bemilai 15 juta rupiah, B memasukkan barang bemilai 13 juta rupiah, sedang C memasukkan tenaga dan pikirannya saja. Dalam persekutuan firma X ini tenaga dan pikiran C dinilai sama dengan uang 13 juta rupiah. Pada kesempatan lain, C ini masuk menjadi sekutu persekutuan firma Y dalam mana sekutu D memasukkan uang se-banyak 10 juta rupiah, sedangkan E memasukkan barang yang bemilai Rp 100.000,. Di sini, dalam persekutuan firma Y, tenaga dan pikiran C hanya dihargai Rp 100.000,-. Jelas, bahwa tenaga dan pikiran orang yang sama dihargai tidak sama, yang satu menghargainya 13 juta ru-

4g) Soekardono, Hukum Dagang Indonesia, I, Bagian II, cet. 3, hlm. 99.

72

Page 87: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

piah, sedangkan di persekutuan firma Y, tenaga dan pikiran C dihargai hanya Rp 100.000,. Jadi, Pasal 1622 ayat (2) KUHPER tidak mem-bawa keadilan.

Pada hemat saya adalah tepat bila tenaga dan pikiran seorang se-kutu yang dimasukkan dalam persekutuan firma dinilai menurut hasil karyanya yang menjelma dalam kemajuan dan perkembangan atau dalam istilah teknisnya "goodwill" persekutuan firma yang bersang-kutan. Yang dapat menilai "goodwill" persekutuan hanyalah para pengurusnya saja. Dari itu saya setuju dengan pendapat Prof. Soe-kardono tersebut di atas bahwa sebaiknyalah nilai tenaga dan pikiran sekutu C itu dimusyawarahkan antara sekutu-sekutu yang lain.

87. PENYIMPANAN ARSIP PERSEKUTUAN Tentang penyimpanan arsip persekutuan sudah ada pedomannya yaitu dalam Pasal 35 KUHD. Pertama kali hams dilihat dalam perjanjian pendirian persekutuan, bagaimana hal ini diatur. Kalau dalam perjanjian pendirian persekutuan itu tidak ada, maka penyimpanan arsip per-sekutuan ditunjuk oleh para sekutu atas dasar suara terbanyak. Bila cara ini tidak berhasil, maka para sekutu dapat minta bantuan kepada Hakim Pengadilan Negeri untuk menetapkan siapa-siapa yang menjadi penyimpan arsip persekutuan tersebut. Mungkin juga ditunjuk orang luar sebagai penyimpan arsip persekutuan. Rumusan Pasal 32 dan 35 KUHD tidak menutup pintu untuk adanya kemungkinan itu.

73

Page 88: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

BAB V PERSEKUTUAN KOMANDITER

A. HAL-HAL UMUM

88. PENGERTIAN PERSEKUTUAN KOMANDITER Persekutuan komanditer itu ialah persekutuan firma yang mempunyai satu atau beberapa orang sekutu komanditer. Sekutu komanditer adalah sekutu yang hanya menyerahkan uang, barang atau tenaga sebagai pe-masukan pada persekutuan, sedangkan dia tidak turut campur dalam pengurusan atau penguasaan dalam persekutuan. Status seorang seku-tu komanditer itu dapat disamakan dengan seorang yang menitipkan modal pada suatu perusahaan, yang hanya menantikan hasil keun-tungan dari uang, benda atau tenaga pemasukannya itu saj a, sedang-kan dia sama sekali lepas tangan dari pengurusan perusahaan. Dalam undang-undang sekutu komanditer itu disebut geldschieter (pelepas uang). Saya tidak setuju dengan penggunaan istilah geldschieter ini, sebab sekutu komanditer itu tidak sama dengan seorang pelepas uang. Pada pelepas uang (geldeschieter) uang atau benda yang telah diserahkan kepada orang lain (debitur) masih dapat dituntut kembali bila si debitur jatuh pailit, tetapi pada uang atau benda yang telah diserahkan oleh sekutu komanditer kepada persekutuan, bila persekutuan itu pailit, tidak dapat dituntut kembalinya.

Jadi, persekutuan komanditer itu mempunyai dua macam sekutu, yaitu sekutu kerja dan sekutu tidak kerja (sidle vennoot). Sekutu kerja atau sekutu komplementer adalah sekutu yang menjadi pengurus persekutuan, sedangkan sekutu tidak kerja atau sekutu komanditer tidak mengurus persekutuan. Baik sekutu kerja maupun sekutu tidak kerja masing•masing memberikan pemasukannya, yang berwujud uang, barang atau tenaga (fisik atau pikiran) atas dasar pembiayaan bersama, artinya untung rugi dipikul bersama antara sekutu kerja dan sekutu komanditer, meskipun tanggung jawab sekutu komanditer terbatas pada modal yang disanggupkan untuk dimasukkan. Prof. Soekardono

Soekardono, Hukum Dagang Indonesia, I, Bagian II, cet. 3, hlm. 101.

74

Page 89: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

menamakan sekutu kerja itu sekutu komplementer, sedangkan sekutu yang tidak kerja disebut sekutu komanditer.

89. PENGATURAN PERSEKUTUAN KOMANDITER Telah kita ketahui bahwa persekutuan firma diatur dalam Pasal 16 s/d 35 KUHD. Tiga di antara pasal-pasal itu, yakni Pasal 19, 20 dan 21 adalah aturan untuk persekutuan komanditer. Pasal 19 ayat (1) KUHD berbunyi: "De vennootschap bij wijze van geldschieting, anders en commandite genaamd, wordt aangegaan tussen eene persoon, of tussen meerdere hoofdelijk voor het geheel aansprakelijke vennoten, en eene of meer andere personen als geldschieters." (Persekutuan secara melepas uang, yang juga disebut persekutuan komanditer, di-dirikan atas satu atau beberapa orang yang bertanggung jawab secara pribadi untuk keseluruhan dengan satu atau beberapa orang pelepas uang). Mengenai istilahgeldschiter yang dipergunakan dalam undang-undang (Pasal 19 ayat (1) KUHD), sudah kita bicarakan dalam pela-jaran no. 28 bahwa saya kurang setuju dengan istilah tersebut. Lebih baik istilah "pelepas uang" (geldschieter) tersebut diganti dengan "sekutu komanditer".

Hal lain yang ingin saya bicarakan di sini ialah letak aturan per-sekutuan komanditer yang ada di tengah-tengah aturan mengenai per-sekutuan firma, yaitu Pasal 19, 20 dan 21 KUHD. Letak aturan perse-kutuan komanditer di tengah-tengah pasal-pasal yang mengatur perse-kutuan firma itu sudah sepatutnya, karena persekutuan komanditer itu juga persekutuan firma dengan bentuk khusus. Kekhususannya itu terletak pada adanya sekutu komanditer, yang pada persekutuan firma tidak ada. Pada persekutuan firma hanya ada sekutu kerja atau "firmant", sedangkan dalam persektuan komanditer, kecuali sekutu kerja, juga ada sekutu komanditer, yakni sekutu yang tidak kerja, sekutu yang hanya memberikan pemasukannya saja, tidak turut mengurus perusahaan.

90. DUA MACAM SEKUTU Telah dikatakan bahwa persekutuan komanditer itu mempunyai dua macam sekutu, yaitu sekutu kerja (sekutu komplementer) dan sekutu komanditer. Adapun perbedaan kedua sekutu itu adalah sebagai berikut: a. Sekutu komanditer wajib menyerahkan uang, benda atau tenaga

kepada persekutuan sebagai yang telah disanggupkan dan berhak menerima keuntungan dari persekutuan. Tanggung jawab sekutu

75

Page 90: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

komanditer terbatas pada jumlah pemasukan yang telah disanggup-kan untuk disetor. Sekutu komanditer tidak boleh mencampuri tugas sekutu kerja (komplementer), yaitu pengurusan persekutuan (Pasal 20 KUHD). Bila larangan ini dilanggar, maka Pasal 21 KUHD memperluas tangung jawabnya sekutu komanditer sama dengan tanggung jawab sekutu kerja (komplementer), yaitu tangung jawab secara pribadi untuk keseluruhan (Pasal 18 KUHD).

b. Sekutu kerja berhak memasukkan modal ke dalam persekutuan, bertugas mengurus persekutuan dan bertanggung jawab secara pribadi untuk keseluruhan. Bila sekutu kerja lebih dan seorang, hams ditegaskan apakah di antara mereka ada yang dilarang bertin-dak keluar (Pasal 17 KUHD). Meskipun sekutu tersebut tidak berhak bertindak keluar, tetapi tanggung jawabnya tetap sebagai yang ditetapkan dalam Pasal 18 KUHD.

91. TIGA MACAM PERSEKUTUAN KOMANDITER Persekutuan komanditer itu ada tiga macam, yaitu: a. Persekutuan komanditer diam-diam, yaitu persekutuan komandi-

ter yang belum menyatakan dirinya dengan terang-terangan kepa-da pihak ketiga sebagai persekutuan komanditer. Keluar, perseku-tuan itu masih menyatakan dirinya sebagai persekutuan firma, tetapi ke dalam persekutuan itu sudah menjadi persekutuan komanditer, karena salah seorang atau beberapa orang sekutu sudah menjadi sekutu komanditer. Mengenai persekutuan komanditer diam-diam ini ada persoalan, yaitu, apakah persekutuan macam ini dikehendaki oleh undang-undang? Tentang hal ini ada beberapa pendapat: 1) Polak' ) mengemukakan bahwa pembentuk undang-undang

mungkin pula memikirkan akan adanya bentuk "persekutuan komanditer diam-diam" ini. Hal ini ternyata pada Pasal 20 ayat (2), Pasal 21 dan 32 KURD. Dalam Pasal 20 ayat (2) KUHD ada perkataan .zaken van vennootschap (urusan persekutuan) dan dalam Pasal 21 KUHD ada kata-kata schulden en verbintenissen van vennootschap (utang-utang dan perikatan-perikatan persekutuan).

2) Eggens3) dalam karangannya "Het rechtskarakter der openbare commanditaire vennootschap", mengemukakan bahwa pem-

2) Polak, Handboek, I, druk 5, bl. 315. 3) Eggens, T. 146-653.

76

Page 91: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

bentuk undang-undang tidak dengan tegas membedakan anta-ra persekutuan komanditer diam-diam dengan persekutuan ko-manditer terang-terangan;

3) Soekardono4 belum yakin bahwa pembentuk undang-undang di Nederland dulu benar-benar memperhatikan bentuk perse-kutuan komanditer terang-terangan itu. Pasal 19 ayat (2) KUHD berbunyi: "Ene vennootschap kan

alzo to gelijker tijd zijn ene vennootschap onder ene firma, ten aanzien van de vennoten onder de firma, en ene vennootschap bij wijze van geldschieting, ten aanzien van den geldschieter" (suatu persekutuan pada saat yang sama dapat merupakan persekutuan firma bagi para sekutu kerja dengan sekutu komanditer). Pada hemat saya ketentuan yang begini dapat juga diterapkan pada persekutuan komanditer terang-terangan dan juga dapat diterapkan pada perse-kutuan komanditer diam-diam. Ketentuan-ketentuan ini tidak mengandung pengertian adanya persekutuan komanditer diam-diam. Ketentuan di atas hanya meninjau suatu persekutuan tertentu (komanditer terang-terangan atau komanditer diam-diam) dari sudut hubungan (ten aanzien van) antarsekutu, baik hubungan antara sekutu kerja yang satu terhadap sekutu kerja yang lainnya, maupun hubungan antara sekutu kerja pada pihak yang satu dengan sekutu komanditer pada pihak yang lain. Persoalan persekutuan komanditer diam-diam tidak disinggung dalam Pasal 19 ayat (2) KUHD, juga tidak dalam Pasal 20 dan 21 KUHD.

Perbedaan antara persekutuan komanditer diam-diam dengan persekutuan komanditer terang-terangan berdasar: pandangan dari pihak ketiga terhadap persekutuan yang bersangkutan. Ka-lau sebuah persekutuan tampak dari pihak ketiga sebagai perse-kutuan firma, baik dilihat dari papan nama yang terpampang di muka kantornya, maupun pada kepala surat-surat yang keluar, menun-jukkan bahwa persekutuan itu adalah persekutuan firma, tetapi ke-nyataannya persekutuan itu sudah menjadi persekutuan koman-diter, karena salah seorang atau beberapa orang sekutunya telah menjadi sekutu komanditer, maka persekutuan yang demikian itu disebut "persekutuan komanditer diam-diam." Diam-diam, karena bentuk komanditer itu tidak diberitahukan kepada pihak ketiga. Sebaliknya bila sebuah persekutuan, yang salah seorang atau bebe-

4) Soekardono, Hukum Dagang Indonesia, I, Bagian II, cet.n 3, hlm. 102.

77

Page 92: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

rapa orang sekutunya menjadi sekutu komanditer, serta tampak oleh pihak ketiga, baik dari papan nama di muka kantomya, maupun dari kepala surat-surat yang keluar, sebagai persekutuan komanditer, maka persekutuan itu disebut "persekutuan komanditer terang-terangan". Sebagai kesimpulan, saya berpandapat bahwa persoal-an: apakah persekutuan komanditer diam-diam itu dikehendaki oleh undang-undang, tidak dapat dijawab secara tegas, sebab pembentuk undang-undang tidak menyinggung sedikitpun dalam Pasal-pasal 19, 20 dan 21 KUHD. Tetapi jelas, pembentuk undang-undang tidak melarang adanya persekutuan komanditer diam-diam itu.

b. Persekutuan komanditer terang-terangan, yaitu persekutuan ko-manditer yang dengan terang-terangan menyatakan dirinya seba-gai persekutuan komanditer kepada pihak ketiga. Hal ini temyata misalnya pada papan nama di muka kantomya, yang berbunyi: "Persekutuan Komanditer ...", juga pada kepala surat-surat yang keluar selalu menggunakan nama "Persekutuan Komanditer ...", juga dalam reklame-reklame yang diumumkan, dalam segala tin-dakan-tindakan hukum bagi kepentingan persekutuan, baik ke da-lam maupun ke luar, para pengurus selalu menyatakan atas nama "Persekutuan Komanditer." Jadi, istilah "terang-terangan" itu ter-tuju pada pemyataan diri sebagai "persekutuan komanditer" kepada pihak ketiga.

c. Persekutuan komanditer dengan saham, adalah persekutuan ko-manditer terang-terangan, yang modalnya terdiri dari saham-saham. Persekutuan bentuk ini sama sekali tidak diatur dalam KUHD. Pada hakekatnya persekutuan bentuk ini adalah sama saja dengan per-sekutuan komanditer biasa (terang-terangan), perbedaan dengan persekutuan komanditer biasa terletak pada pembentukan modal, yaitu dengan cara mengeluarkan saham-saham. Hal pembentukan dan cara mendapatkan modal semacam ini dimungkinkan oleh Pasal 1338 ayat (1), Pasal 1337 KUHF'ER bsd Pasal 1 KUHD. Dan ka-rena itu persekutuan ini adalah juga semacam persekutuan koman-diter biasa, maka ketentuan-ketentuan dalam KUHD berlaku juga ada persekutuan jenis ini.

Pada waktu pembentukannya, kedudukan sekutu komanditer dapat ditentukan bisa diperalihkan atau diwaris, sedang modal dapat ditentukan dibagi dalam beberapa saham, pada masa tiap sekutu dapat memilikinya satu atau beberapa buah. Saham ini dikeluarkan atas nama (op naam). Peralihan saham jenis ini terjadi dengan sesi

78

Page 93: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

(cessie) menurut Pasal 613 ayat (1) dan (2) KUHPER, dan hams diberitahukan secara resmi oleh seorang Juru Sita tentang peralihan saham tersebut kepada debiturnya, yaitu persekutuan komanditer yang bersangkutan. Setidak-tidaknya sekutu komanditer hams mem-benarkan atau menyetujui secara tertulis atas peralihan saham ter-sebut. Biasanya tentang peralihan saham ini diperjanjikan saham perjanjian pendirian persekutuan, yang pada pokoknya hams ada per-setujuan dari penguins. Mengenai peralihan saham ini ada pedoman yang dapat dipakai, ialah Pasal 42 KUHD. Meskipun pasal ini untuk sebuah perseroan terbatas, tetapi dapat pula dipergunakan untuk persekutuan komanditer dengan saham, dengan sekedar perubahan kalau perlu.

92. SIFAT KEPRIBADIAN PERSEKUTUAN KOMANDITER DENGAN SAHAM

Telah diketahui bahwa dalam akta pendirian persekutuan komanditer dengan saham dapat ditentukan mengenai kedudukan sekutu koman-diterdapat diperalihkan kepada orang lain atau diwaris. Hal ini dapat diperkirakan bahwa sifat kepribadian pada persekutuan komanditer dengan saham sudah agak mengendor, tetapi belum hilang sama sekali. Meskipun modalnya terdiri dari saham-saham, tetapi pada waktu men-j ualnya, penguins masih melihat kepribadian dari si pembeli, yakni ke-sempatan membeli saham itu ditawarkan pertama kali kepada sanak sau-dara terdekat, lalu sobat karib, selanjutnya kenalan baik dan kalau masih ada sisanya baru diberikan kesempatan membeli saham itu kepada orang luar. Jadi, sifat kepribadian pada persekutuan komanditer dengan saham sudah menipis. Dan sebab itu Pasal 1646 KUHPER, tentang bubarnya persekutuan (dhi. persekutuan komanditer), tidak begitu saja berlaku bagi persekutuan komanditer dengan saham. Bagi sekutu kerja Pasal 1646 KUHPER itu masih berlaku, tetapi bagi sekutu komanditer pemegang saham tidak mutlak, sebab kedudukan sekutu komanditer ini dapat diperalihkan kepada orang lain. Berlakunya Pasal 1646 KUHPER bagi sekutu komanditer ini dapat diperjanjikan dalam akta pendirian persekutuan, sebab Pasal 15 KUHD memberi kemungkinan penyimpangan dari Pasal 1646 KUHPER yang bersifat perlengkapan itu.

Prof. Soekardonos ) mengatakan bahwa bentuk persekutuan ko-manditer dengan saham ini merupakan bentuk peralihan daripada ben-

5) Soekardono, Hulcum Dagang Indonesia, I, Bagian II, cetakan 3, Win. 115.

79

Page 94: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

tuk perseroan terbatas. Bentuk semacam ini di Jerman dan di Swiss disebut "Kommandit Gesellschaft auf Aktien atau Kommanditak-tiengesellschaft". Terhadap bentuk ini di Jerman dan Swis berlaku peraturan-peraturan perseroan terbatas.

93. PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ANTARA PERSEKUTUAN KOMAN-DITER DENGAN SAHAM DAN PERSEROAN TERBATAS

Antara persekutuan komanditer dengan saham dan perseroan terbatas ada persamaan dan perbedaannya sebagai yang tersebut di bawah ini. a. Persamaannya ialah:

1) modalnya sama-sama terdiri dari saham-saham, meskipun bagi persekutuan komanditer dengan saham berbentuk saham atas nama; sedangkan pada perseroan terbatas dapat berbentuk atas nama atau atas pembawa;

2) pengawasan. Pada persekutuan komanditer dengan saham da-pat ditetapkan salah seorang dari sekutu komanditer sebagai komisaris, yang bertugas untuk mengawasi pekerjaan sekutu kerja atau sekutu komplementer. Meskipun dia pengawas (komisaris), tetapi sebagai sekutu komanditer tetap tidak di-perbolehkan mencampuri urusan pengurusan, meskipun dalam perjanjian pendirian persekutuan ditetapkan bahwa mengenai perbuatan-perbuatan tertentu, sekutu kerja hams minta perse-tujuan lebih dulu kepada sekutu komanditer/pengawas tersebut.

b. Perbedaannya ialah: 1) dalam perseroan terbatas tidak ada sekutu kerja, yang bertang-

gung jawab penuh secara pribadi untuk keseluruhan. Pertang-gungjawaban semacam itu dalam perseroan terbatas ada bagi direksi (pengurus), yang telah melakukan perbuatan hukum se-belum pendaftaran dan pengumuman PT yang bersangkutan (Pasal 39), melanggar Pasal 47 ayat (2) dan melanggar Pasal 51 KUHD.

2) direksi pada perseroan terbatas tidak boleh diangkat untuk sela-manya, yakni selama PT berjalan, sedang sekutu kerja/pengurus pada persekutuan komanditer dengan saham dapat diangkat untuk selamanya.

94. TENTANG PENDIRIAN, PENDAFTARAN DAN PENGUMUMAN Mengenai persekutuan komanditer dalam KUHD tidak ada aturan tentang pendirian, pendaftaran dan pengumumannya. Jadi persekutuan

80

Page 95: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

komanditer, sebagai juga persekutuan firma, dapat didirikan atas per-janj ian dengan lisan (konsensuil — Pasal 22 KUHD). Tetapi meskipun demikian, praktik di Indonesia menunjukkan suatu kebiasaan bahwa orang mendirikan persekutuan komanditer berdasar akta notaris, didaf-tarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri yang berwenang dan di-umumkan dalam Tambahan Berita Negara RI.

B. PERIKATAN ANTARSEKUTU

95. HUBUNGAN HUKUM ANTARSEKUTU Hubungan intern antarsekutu ialah hubungan hukum antara sekutu kerja dengan sekutu komanditer. Hubungan ini tidak bisa dilihat dari Pasal 19, 20 dan 21 KUHD. Dengan melalui Pasal 16 KUHD, di mana persekutuan firma, dalam hal ini sebagai persekutuan komanditer dinyatakan persekutuan perdata yang didirikan untuk menjalankan perusahaan dengan nama bersama (firma), maka hubungan intern antarsekutu kita bisa melihat bagian kedua, bab VIII, Buku II, KUHPER, mulai Pasal 1624 s/d 1641. Hubungan ini mengenai: a. Pemasukan modal diatur dalam Pasal 1625 dsl. Benda pemasukan

dapat berupa benda fisik, uang dan tenaga manusia (fisik dan/atau pikiran);

b. Pembagian untung rugi. Hal ini diatur dalam Pasal 1633 dan 1634 KUHPER. Biasanya mengenai dua hal ini diatur dalam perjanjian pendirian persekutuan. Kalau dalam perjanjian pendirian perse- kutuan tidak diatur, barulah aturan tersebut di atas berlaku. Bila ada untung, maka sekutu komanditer mendapat bagian sebesar

sebagai yang diatur dalam perjanjian pendirian. Tetapi kalau dalam perjanjian tidak ada aturannya, maka Pasal 1633 KUHPER memberi pedoman. Begitu pula kalau persekutuan menderita rugi, sekutu koman-diter dibebani juga membayar kerugian itu, tetapi beban itu tidak boleh melebihi jumlah pemasukannya. Bagi sekutu kerja, beban kerugian itu tidak terbatas, sehingga bila perlu, harta kekayaan sendiri disentuh sebagai jaminan bagi seluruh kerugian persekutuan (Pasal 18 KUHD bsd. Pasal 1131 dan 1132 KUHPER).

Jadi, kedudukan sekutu komanditer mengenai untung rugi perse-kutuan, sama dengan kedudukan pesero atau pemegang saham pada sebuah PT (Pasal 40 ayat (2) KUHD), yang tidak boleh dibebani lebih dari jumlah nominal sahamnya. Dan dia pun tidak boleh dituntut untuk menambah pemasukannya dan tidak dapat diminta untuk

81

Page 96: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

mengembalikan keuntungan yang telah pernah diterimanya (Pasal 1625 KUHPER bsd Pasal 20 ayat (3) KUHD).

96. PENGURUSAN Menurut Pasal 20 ayat (2) KUHD sekutu komanditer dilarang melaku-kan pengurusan (beheren), meskipun dengan kekuatan surat kuasa. Tetapi dia boleh mengawasi pengurusan itu, bila ditetapkan demikian dalam perjanjian pendirian. Meskipun begitu pengawasan ini harus bersifat intern, yang tidak boleh berarti bahwa tindakan pengawasan sekutu komanditer itu dapat menimbulkan kesan seolah-olah dia juga pengurus persekutuan. Dalam perjanjian pendirian juga dapat ditentukan bahwa mengenai beberapa tindakan pengurusan tertentu sekutu kerja harus minta izin terlebih dulu kepada sekutu komanditer/pengawas per-sekutuan, bila akan melakukannya. Jadi, kecuali tindakan pengawasan dan pemberian izin pada perbuatan pengurusan tertentu, yang diper-kenankan oleh perjanjian pendirian, sekutu komanditer dilarang men-campuri persoalan pengurusan. Bila larangan ini dilanggar, maka sekutu komanditer yang bersangkutan kena sanksi sebagai tersebut dalam Pasal 21 KUHD, yaitu tanggung jawabnya diperluas sama dengan tanggung jawab sekutu kerja, yaitu pribadi untuk keseluruhan.

97. PEMAKAIAN NAMA SEKUTU KOMANDITER BAGI FIRMA Pasal 20 ayat (1) KUHD melarang nama sekutu komanditer untuk dipa-kai sebagai firma, kecuali kalau sekutu komanditer itu dulu adalah sekutu kerja yang kemudian mengundurkan diri menjadi sekutu komanditer (Pasal 30 ayat (2) KUHD). Larangan pemakaian nama sekutu koman-diter tersebut ada sanksinya, yaitu Pasal 21 KUHD yang menyatakan bahwa sekutu komanditer yang melanggar Pasal 20 ayat (1) KUHD ter-sebut di atas mendapat tanggung jawab secara pribadi untuk keselu-ruhan, yakni tanggung jawab sekutu kerja (Pasal 18 KUHD). Judul ini juga sudah saya bicarakan dalam pelajaran nomor 49 dan sudut lain.

98. APAKAH DALAM PERSEKUTUAN KOMANDITER ADA KEKAYAAN TERPISAH

Pasal 33 KUHD memberi kesan adanya kekayaan terpisah pada per-sekutuan firma. Kekayaan terpisah dapat diperjanjilcan sebelumnya dalam perjanjian pendirian. Tetapi bila mengenai persekutuan komanditer diam-diam, dengan hanya mempunyai satu orang sekutu kerja, maka adanya kekayaan terpisah itu tidak ada artinya, karena sekutu kerja

82

Page 97: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

yang hanya seorang itu melakukan harta kekayaan persekutuan sebagai harta kekayaannya sendiri. Jadi, pemisahan secara mutlak dengan harta kekayaannya sendiri tidak perlu, asal dia dapat membedakan mana harta kekayaan sendiri, mana harta kekayaan persekutuan. Deegan harta kekayaan persekutuan ini sekutu kerja berhak bertindak atas namanya sendiri terhadap pihak ketiga, walaupun kesemuanya itu sesungguhnya berdasarkan atas pembiayaan bersama.

Bagi persekutuan komanditer diam-diam yang sekutu kerjanya lebih dari seorang, harta terpisah ini biasanya sudah diperjanjikan dalam perjanj ian pendirian persekutuan. Bila kemudian salah seorang dari sekutu kerja ini mengubah diri menjadi sekutu komanditer, maka harta kekayaan sekutu komanditer ini memperkuat harta kekayan perseku-tuan (yang terpisah) dan yang telah ada.

Bagi persekutuan komanditer terang-terangan pernah ada keputus-an H.GH. tanggal 4 November 1937 6), yang menetapkan bahwa perse-kutuan komanditer terang-terangan itu mempunyai kekayaan sendiri, terpisah dari harta kekayaan pribadi sekutu kerja, karena persekutuan semcam ini dikenal oleh pihak ketiga. Jadi, H.GH. berkesimpulan bahwa karena persekutuan komanditer terang-terangan itu bertindak terang-terangan terhadap pihak ketiga, maka dia mempunyai harta kekayaan sendiri. Menurut Prof. Soekardone kesimpulan H.GH. itu tidak seluruh-nya benar, sebab mengenai harta terpisah ini biasanya bare ada setelah diperjanjikan, jadi tidak secara otomatis. Kesimpulan H.GH tersebut mendapat puj ian dari Prof. Eggene, karena dengan adanya persekutu-an yang bertindak terang-terangan itu dengan sendirinya berakibat ada-nya kekayan persekutuan yang bersifat umum. Keputusan H.GH itu juga sesuai dengan pendapat Polak' ) terutama mengenai kemungkinan menjatuhkan pailit kepada persekutuan komanditer terang-terangan.

C. PERIKATAN ANTARA SEKUTU DENGAN PIHAK KETIGA

99. DAPATKAH PIHAK KETIGA LANGSUNG MENAGIH KEPADA SEKUTU KOMANDITER

Pada persekutuan komanditer terang-terangan mempunyai dua macam

6) H.G.H. 4 November 1937, T. 146-659 dan seterusnya. 7) Soekardono, Hukum Dagang Indonesia. I. Bagian II, cet. 3, hlm. 108. 9) Eggens, T. 146-617. 9) Polak, Handbook, I, druk 5, bl. 320.

83

Page 98: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

sekutu, yaitu sekutu kerj a dan sekutu komanditer. Sekutu kerja bertang-gung jawab secara pribadi untuk keseluruhan, sedangkan sekutu ko-manditer bertanggung jawab terbatas pada pemasukannya saja. Per-soalan, apakah pihak ketiga dapat langsung menagih kepada sekutu komanditer ini? Mengenai soal ini ada beberapa jawaban: a. Polak 101 menolak penagihan tersebut di atas, sebab sekutu kerjalah

yang bertanggung jawab sepenuhnya terhadap pihak ketiga; b. Prof. Soekardono" ) berpendapat bahwa penagihan langsung ke-

pada sekutu komanditer itu sebaiknya diselesaikan sesuai dengan sistem yang dipakai di Swis, di mana penagihan langsung itu hanya diperkenankan sesudah pembubaran perselcutuan, jadi, dalam fase-fase pembesaran dan hanya terbatas pada sisa jumlah pemasukan-nya yang belum disetor.

100. APAKAH SEKUTU KOMANDITER YANG TERKENA SANKSI PASAL 21 KUHD, JUGA BERTANGGUNG JAWA13- PADA UTANG-UTANG YANG BELUM DILUNASI?

Sekutu komanditer yang terkena sanksi sebagai ditetapkan dalam Pasal 21 KUHD, tanggung jawabnya menjadi lebih luas, yaitu secara pribadi untuk keseluruhan. Apakah sekutu komanditer yang demikian ini bertanggung jawab terhadap utang-utang yang belum dilunasi pada saat sekutu komanditer itu kena sanksi, ataukah dia bertanggung jawab juga terhadap utang-utang yang akan timbuf dikemudian hari? Per-soalan ini diutarakan oleh Molengraaff 12) dalam bukunya berdasar atas adanya kata alle (semua) dalam Pasal 21 KUHD. Mengenai hal ini ada beberapa pendapat: a. Yurisprudensi di Nederland, memberikan kesan condong ke arah

membebankan tanggung jawab kepada sekutu komanditer yang bersangkutan terhadap semua utang, atas dasar pertimbangan akan adanya pelanggaran Pasal 20 ayat (1) dan ayat (2) KUHD, dengan tidak menghiraukan apakah pihak ketiga mengerti atau tidak ter-hadap pelanggaran itu;

b. Polak dan Prof. Soelcardono u), merasa pelaksanaan Pasal 21 KUHD seperti tersebut di atas adalah terlalu keras. Prof. Soekardono ber-pendapat, adalah sudah adil bila sekutu komanditer yang melanggar

to Polak, Handbook, I, druk 5, bl. 316. Soekardono, Hukum Dagang Indonesia, I, Bagian 11, cet. 3, hlm. 109, 110.

' 2) Molengraaff, Leidraad, I, druk 9, bI. 208. ") Soekardono, Hukum Dagang Indonesia, I, Bagian 11, cet. 3, hlm. 10.

84

Page 99: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

Pasal 20 ayat (1) dan (2) KUHD itu dibebani tanggung jawab buat utang-utang yang berjalan dan yang akan timbul selama keadaan pelanggaran itu masih berlangsung. Bila keadaan pelanggaran itu sudah berhenti, tidak ada alasan lagi untuk mempertanggungjawab-kan dia pada utang-utang baru yang timbul sesudah saat berhentinya keadaan pelanggaran itu. Saya setuju dengan pendapat Prof. Soe-kardono tersebut.

101. HUBUNGAN PERSEKUTUAN KOMANDITER DENGAN DAFTAR PERUSAHAAN

Hal ini diatur dalam PP No. 11 tahun 1956, tentang Dewan dan Majelis Perniagaan dan Perusahaan bsd. Peraturan Bersama Menteri Perin-dustrian dan Menteri Perdagangan tanggal 5 Juni 1958, No. 4293/M. Perind. dan No. 3547 b/M. Perd., tentang Peraturan Pendaftaran Perusahaan-perusahaan, yang mulai berlaku pada tanggal 5 Juni 1958, maka perseroan terbatas, persekutuan firma dan persekutuan koman-diter harus mendaftarkan perusahaannya kepada Majelis Perniagaan dan Perusahaan di daerah masing-masing dengan cara mengisi for-mulir-formulir yang sudah tersedia.

Prof. Soekardono 14> menyarankan agar dalam KUHD Indonesia yang barn, mengenai pendaftaran persekutuan komanditer, untuk ke-pentingan pengawasan Pemerintah, kiranya lebih baik kalau nama-nama, kebangsaan dan tempat kediaman, pula pemasukannya masing-masing sekutu komanditer didaflarkan pada Majelis Perniagaan dan Perusahaan di daerah masiang-masing.

102. TINDAKAN DI MUKA HAKIM PERSEKUTUAN KOMANDITER Baik bagi persekutuan komanditer terang-terangan maupun diam-diam sekutu kerjalah yang dapat bertindak di muka Hakim, sebab kedudukan sekutu kerja pada persekutuan komanditer terang-terangan maupun diam-diam adalah sama saja, yakni berhak sepenuhnya untuk bertindak ke dalam maupun ke luar, baik terhadap Hakim maupun terhadap badan atau instansi lain. Adapun sekutu komanditer hanya ada bagi sekutu-sekutu lainnya, tetapi tidak ada bagi pihak ketiga (Pasal 20 KUHD).

103. SIAPA YANG BERTANGGUNG JAWAB KE LUAR Sebagai yang ditentukan dalam Pasal 19 KUHD, maka sekutu yang

14) Soekardono, Hukum Dagang Indonesia, I, Bagian II, cet. 3, hlm. 112.

85

Page 100: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

bertanggung jawab ke luar adalah sekutu kerja atau sekutu komple-menter. Sekutu komanditer baru bertanggung jawab ke luar, bila dia melanggar Pasal 20 KUHD.

Tanggung jawab sekutu komanditer hanya ke dalam, yakni terhadap sekutu kerja, kepada siapa dia harus menyerahkan pemasukannya (Pasal 19 ayat (1) KUHD). Wewenang sekutu komanditer dibatasi dengan Pasal 20 KUHD, yang membatasi kegiatannya hanya terhadap teman sekutu kerja saja.

104. APAKAH PERSEKUTUAN KOMANDITER BADAN HUKUM? Dalam pelajaran nomor 75 telah kita bahas bersama mengenai per-soalan apakah persekutuan firma itu badan hukum. Eggens cs ber-pendapat bahwa persekutuan firma adalah badan hukum, sedangkan Zeylemaker cs berpendapat bahwa persekutuan firma itu bukan badan hukum. Saya berpendapat bahwa persekutuan firma belum menjadi badan hukum, meskipun unsur-unsur untuk menjadi badan hukum itu sudah cukup, pula unsur Pemerintah belum masuk, yakni "izin atau persetujuan" dan Pemerintah. Kalau unsur terakhir ini sudah ada, maka persekutuan firma itu menjadi badan hukum. Saya tidak ke-beratan bila persekutuan firma dijadikan badan hukum. Alasan-alasan sudah cukup dibicarakan di muka.

Karena persekutuan komanditer itu pada hakekatnya adalah juga persekutuan firma dalam bentuk khusus, maka persoalan apakah persekutuan komanditer itu badan hukum adalah sama dengan per-soalan apakah persekutuan firma badan hukum. Dengan begitu ja-waban atas persoalan ini adalah sama saja dengan persoalan perse-kutuan firma tersebut. Pada umumnya di Indonesia orang berpendapat bahwa persekutuan komanditer bukan badan hukum.

D. BERAKHIRNYA PERSEKUTUAN KOMANDITER

105. BUBARNYA PERSEKUTUAN KOMANDITER Dalam pelajaran nomor 77 kita sudah membicarakan tentang "bubar-nya persekutuan firma." Karena persekutuan komanditer itu pada hakekatnya adalah persekutuan firma, (Pasal 19 KUHD), dan perse-kutuan firma adalah persekutuan perdata (Pasal 16 KUHD), yang didirikan untuk melakukan perusahaan dengan nama bersama (firma), maka aturan tentang beralchimya persekutuan juga dikuasai oleh Pasal 1646 s/d 1652 KUHPER ditambah dengan Pasal 21 s/d 35 KUHD.

86

Page 101: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

Dengan sendirinya apa yang telah kita bicarakan tentang berakhirnya persekutuan firma berlaku juga bagi persekutuan komanditer, dengan catatan bahwa dalam persekutuan komanditer ada dua macam sekutu, yaitu sekutu kerja dan sekutu komanditer. Mengenai pembagian ke-untungan dan pembebanan kerugian berlaku aturan yang sudah dite-tapkan dalam perjanjian pendirian persekutuan. Kalau aturan ini tidak ada, maka berlaku aturan dalam Pasal 1633, 1634 dan 1635 KUHPER. Perlu diingat bahwa saya tidak setuju dengan apa yang ditentukan dalam Pasal 1633 ayat (2), khusus mengenai bagian sekutu yang hanya memasukkan tenaga (fisik atau pikiran) saja. Kalau dalam pemberesan, sesudah diambil upah pemberes dan lain-lain, masih ada sisanya, maka bisa dimulai mengembalikan pemasukan dengan cara yang sama dengan pembagian keuntungan dan kerugian.

87

Page 102: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

BAB'VI PERSEROAN TERBATAS

A. PENGANTAR

106. PENGERTIAN Perseroan terbatas adalah persekutuan yang berbentuk badan hukum. Badan hukum ini tidak disebut "persekutuan", tetapi "perseroan", se-bab modal badan hukum itu terdiri dari sero-sero atau saham-saham. Istilah "terbatas" tertuju pada tanggung jawab pesero atau pemegang saham, yang luasnya terbatas pada nilai nominal semua saham yang dimilikinya. Adapun pengertian perseroan terbatas ini dapat disimpulkan dan ketentuan dari pasal-pasal yang mengaturnya, yaitu Pasal-pasal: 36, 40, 42 dan 45 KUHD, yang dapat diuraikan sebagai berikut: a. Pasal 36 ayat (1) KUHD menyatakan bahwa perseroan terbatas

tidak mempunyai firma, yaitu nama orang (sekutu) yang diper-gunakan sebagai nama perusahaan. Adapun nama perseroan terba-tas itu diambil dari tujuan perusahaannya (voorwerp van haar bedrif)9, misalnya PT Percetakan Al Qur'an Ciawi Jaya, PT Ekspor-Impor Hasil Bumi, PT Pengangkutan Laut Samudra dan lain-lain.

b. Pasal 36 ayat (2) KUHD menghendaki agar naskah akta pendirian-nya dimintakan pengesahan kepada Menteri Kehakiman dalam hal ini, Kepala Direktorat Perdata pada Departemen Kehakiman. Pengesahan semacam tersebut di atas harus juga dilakukan pada tiap-tiap ada perubahan syarat-syarat pendiriannya dan juga pada tiap memperpajang waktu bagi perseroan terbatas itu.

c. Pasal 40 ayat (1) KUHD menentukan bahwa modal perseroan terdiri dari saham-saham atas nama atau blangko (atas pembawa), sedangkan ayat (2)-nya menentukan bahwa tanggung jawab tiap pemegang saham terbatas pada jumlah nominal dari saham-saham yang dimilikinya. Dari ketentuan pasal ini dapat diambil kesimpulan bahwa pada perseroan terbatas ada harta kekayaan tersendiri, yang terpisah dari harta kekayaan tiap pemegang saham.

d. Pasal 42 KUHD menentukan bahwa saham, baik yang atas nama maupun yang atas pembawa, dapat diperalihkan kepada orang lain.

88

Page 103: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

Pengalihan saham atas nama harus diatur dalam anggaran dasar. Dari ketentuan mengenai jenis saham ini dapat timbul dua macam perseroan terbatas, yaitu perseroan terbatas tertutup dan perseroan terbatas terbuka. Pada perseroan terbatas tertutup, sahamnya bersifat atas nama, tidak banyak jumlahnya dan pemegangnya pun orang-orang yang masih sating mengenal (sifat kepribadian masih tebal), sedangkan pada perseroan terbatas terbuka, modalnya terdiri dari saham-saham atas pembawa, berjumlah besar, dan pada masing-masing pemegang saham tidak diharuskan adanya hubung-an pribadi, dengan kata lain sifat kepribadian di antara para peme-gang saham sudah lenyap. Perseroan jenis ini hanya bertujuan mengumpulkan modal sebesar-besarnya untuk melaksanakan tu-juannya, dengan cara melenyapkan sifat kepribadian antar para pesero, siapa saja boleh membeli saham sebanyak-banyaknya.

Dengan adanya jenis PT (perseroan terbatas) tertutup dan PT terbuka tersebut, di luar negeri pengaturan kedua PT tersebut ber-lainan, misalnya: di Jerman ada Gesellschaft mit beschrankter Haftung (di s ingkat: G.m.b.H.) adalah PT tertutup, di samping Aktiengesellschaft (disingkat: A.G.) adalah PT terbuka di Prancis ada Societe a responsabilite limitee (PT tertutup) di samping societe anonyme (PT terbuka). Di Nederland ada Besloten Ven-nootschap (disingkat: B.V. adalah PT tertutup) di samping Naam-loze Vennootschap (disingkat: N.V. adalah PT terbuka). Di Inggris ada "private companies" (PT tertutup) di samping public companies (PT terbuka).

e. Pasal 45 KUHD menentukan bahwa pengurus (direksi) hanya bertanggung jawab terhadap tugas yang telah dibebankan kepa-danya oleh ketentuan dalam anggaran dasar. Bila mereka melang-garnya sehingga mengakibatkan kerugian bagi pihak ketiga, maka mereka masing-masing bertanggung jawab secara pribadi untuk keseluruhan (Pasal 45 ayat (2) KUHD). Pasal ini menyatakan adanya pengurus yang merupakan kesatuan dan berwenang ber-tindak ke dalam dan ke luar dan tanggung jawabnya terbatas pada pelaksanaan tugasnya.

Unsur-unsur yang terdapat dalam Pasal-pasal 36, 40, 42 dan 45 KUHD inilah unsur-unsur yang membentuk badan usaha tersebut menjadi perseroan terbatas. Unsur-unsur ini merupakan satu kesatuan dan merupakan pengertian yang lengkap bagi per-seroan terbatas, yaitu:

89

Page 104: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

1) adanya kekayaan yang terpisah dari kekayaan pribadi masing-masing pesero (pemegang saham), dengan tujuan untuk mem-bentuk sejumlah dana sebagai jaminan bagi semua perikatan perseroan; (ingat Pasal 1131 dan 1132 KUHPER).

2) adanya pesero atau pemegang saham yang tanggung jawabnya terbatas pada jumlah nominal saham yang dimilikinya. Sedangkan mereka semua dalam rapat umum pemegang saham merupakan kekuasaan tertinggi dalam organisasi perseroan, yang berwe-nang mengangkat dan memberhentikan direksi dan komisaris; berhak menetapkan garis-garis besar kebijaksanaan menjalan-kan perusahaan, menetapkan hal-hal yang belum ditetapkan dalam anggaran dasar dan lain-lain.

3) adanya pengurus (direksi) dan komisaris yang merupakan satu kesatuan pengurusan dan pengawasan terhadap perseroan dan tanggung jawabnya terbatas pada tugasnya, yang hams sesuai dengan anggaran dasar clan/atau keputusan rapat umum pemegang saham. Unsur-unsur tersebut adalah sudah memenuhi syarat bagi suatu

subyek hukum, yang dapat memiliki hak dan kewajiban sendiri. Dan itu dapat disimpulkan bahwa perseroan terbatas itu dikehen-daki oleh pembentuk undang-undang untuk bertindak sebagai subyek hukum, dan karena itu perseroan terbatas itu adalah badan hukum, sebab yang dapat bertindak sebagai subyek hukum itu hanya dua benda, yaitu manusia dan badan hukum. Sebagai badan hukum, perseroan itu dibebani kewajiban untuk: (a) minta pengesahan akta pendiriannya kepada Pemerintah dalam

hal ini (Menteri Kehakiman — Direktorat Perdata); (b) mendaftarkan naskah akta pendirian tersebut beserta penge-

sahannya kepada Kepaniteraan Pengadilan Negeri, yang daerah hukumnya meliputi tempat perseroan yang bersangkutan;

(c) mengumumkan naskah akta pendirian pengesahan serta pen-daftarannya di dalam Berita Negara RI; Pengumuman ini untuk kepentingan pihak ketiga dan tanggal Berita Negara RI yang mengumumkan akta pendirian perseroan itu merupakan tanggal berlakunya perseroan terbatas tersebut sebagai badan hukum.

107. ISTILAH "PERSEROAN TERBATAS" Perseroan terbatas ini adalah jenis persekutuan yang berbentuk badan hukum. Pada zaman "Hindia Belanda" bentuk semacam ini disebut

90

Page 105: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

"Naamloze Vennootschap" disingkat: NV (persekutuan tanpa nama). Arti istilah "Naamloze Vennootschap" tidak sama dengan arti istilah "Perseroan Terbatas", yang dapat dijelaskan sebagai berikut: a. "Naamzole Vennootschap" (persekutuan tanpa nama). "Tanpa nama"

di sini dimaksudkan "tidak mempergunakan nama orang sebagai nama persekutuan (firma)" sebagai halnya pada persekutuan firma. Menurut Pasal 38 KUHD, nama persekutuan macam ini bukanlah suatu firma, yaitu nama orang (sekutu) yang disetujui bersama oleh para sekutu untuk dipakai sebagai nama perusahaannya, melainkan nama usaha yang menjadi tujuan dari perusahaan yang bersang-kutan, misalnya: NV Penerbit Djambatan, PT Percetakan Al Qur'an, NV Ekspor Impor Hasil Hutan, PT Toko Serba Ada (Toserba) Sari-nah — dan lain-lain. Istilah yang dipergunakan dalam Pasal 36 KUHD, ialah voorwerp van haar bedrijf (tujuan dari perusahaannya).

b. "Perseroan Terbatas" disingkat PT, terjadi dan dua kata, yaitu: perseroan dan terbatas. Perseroan ialah persekutuan yang modalnya terdiri dari sero-sero atau saham-saham (aandeel, Aktien), se-dangkan kata "terbatas" itu tertuju pada tanggung jawab pemegang saham atau pesero yang bersifat "terbatas" pada jumlah nominal daripada saham-saham yang dimilikinya.

Pada hemat saya, istilah "perseroan terbatas" lebih tepat dari-pada istilah Naamloze Vennootschap, sebab arti istilah "persero-an terbatas" lebih jelas dan tepat menggambarkan tentang keadaan senyatanya, sedangkan arti istilah Naamloze Vennootschap ku-rang dapat menggambarkan tentang isi dan sifat perseroan secara tepat. Ada istilah Inggris yang isinya hampir mendekati istilah "perseroan terbatas", yaitu: "Company Limited by Shares", misal-nya: "Jones & Co. Ltd".

Perseroan terbatas ini di Jerman, Austria dan Swis disebut Aktiegesellschaft disingkat menjadi: A.G. dan di Prancis disebut: Societe anonyme.

108. PERSEROAN TERBATAS ADALAH BADAN HUKUM Perseroan terbatas adalah badan hukum. Hal ini tidak dinyatakan secara tegas-tegas dalam KUHD, hanya dapat disimpulkan dari Pasal-pasal 36, 40, 42 dan 45 KURD, sebagai yang telah saya bicarakan dalam pelajar-an 107. Kecuali itu masih ada pasal-pasal lain yang memberi petunjuk ke arah bahwa perseoan tebatas itu adalah badan hukum, yaitu Pasal 2 ayat (7) dan Pasal 102 Peraturan Kepailitan (S. 05-217 jo. 06-348).

91

Page 106: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

Pasal 2 ayat (7) Peraturan Kepailitan (PK) berbunyi: "Terhadap perseroan-perseoan terbatas, perkumpulan sating menanggung per-kumpulan koperasi atau perkumpulan lainnya yang berbadan hukum, pula yayasan-yayasan, dalam melakukan pasal ini berlakulah sebagai tempat kediaman, tempat di mana perseroan-perseroan atau perkum-pulan-perkumpulan itu berkedudukan." Pasal 102 PK berbunyi: "Da-lam kepaititan suatu perseroan terbatas, perkumpulan saling menang-gung, perkumpulan koperasi atau perkumpulan lain yang berbadan hukum ataupun suatu yayasan, maka ketentuan-ketentuan Pasal 84 s/d 88 berlaku terhadap para pengurus, sedangkan ketentuan Pasal 101 ,iyat (1), berlaku terhadap pengurus dan komisaris."

Dalam dua pasal tersebut di atas, perseroan terbatas dimasukkan dalam kelompok perkumpulan yang berbadan hukum. Jadi, perseroan terbatas adalah badan hukum.

109. KEBANGSAAN (NASIONALITAS) PERSEROAN TERBATAS Untuk melindungi badan-badan pemiagaan nasional yang masih belum kuat kedudukan ekonominya, maka perlu sekali adanya perbedaan perla-kuan antara badan pemiagaan nasional dan badan pemiagaan acing. Dad itu timbul persoalan kebangsaan (nasionalitas) daripada sebuah badan pemiagaan dalam hal ini perseroan terbatas. Persoalannya lalu menjadi, bagaimana kita menetapkan kebangsaan sebuah perseroan terbatas? a. Polak, Van der Heyden dan Van der Grinteno mendasarkan atas

asas wilayah (territorialitensprincipe), yakni bahwa kebangsaan sebuah PT ditentukan atas dasar: 1) menurut undang-undang mana PT itu didirikan, dan 2) di wilayah negara mana PT itu berdomisili secara tetap. Dengan demikian, sebuah PT berkebangsaan Indonesia, bila: a) didirikan berdasarkan KUHD dan berdomisili secara tetap di

Indonesia; b) didirikan di kota-kota lain di luar negeri, di muka Duta Besar RI

berdasarkan ketentuan-ketentuan dalam KUHD, mendapat pengesahan dan Menteri Kehakiman RI, didaftarkan dan di-umumkan di Indonesia sesuai dengan KUHD.

b. Molengraaff2) , berpendapat bahwa PT itu tidak mempunyai ke-

Polak. Handboek, I, druk 5, bl. 352. Van der Heijden - van Grinten, Handboek, druk 5,61.88. Molengraaff, Leidraad, I, druk 9, bl. 258-260.

92

Page 107: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

bangsaan tersendiri. Bila terpaksa harus menentukan kebangsaan-nya, misalnya dalam melaksanakan Pasal 128 dan 872 dan 872 ayat (2) Rv., maka yang menentukan kebangsaan sebuah PT ialah siapa yang berkuasa dalam PT itu, yakni siapa yang menjadi peme-gang saham dan direksi PT itu.

Dalam proefschrift J.A.A. Blote (Leiden — 1921)P yang ber-judul: "De Nationaliteit van de vereniging, in het bijzonder van de naamloze vennootschap", yang dipuji oleh Molengraaff, mengatakan bahwa badan hukum tidak mempunyai kebangsaan. Di mana saja, perbedaan kebangsaan itu diikatkan dengan akibat hukum, sedang-kan kebangsaan badan hukum itu harus dipandang sebagai kebang-saan dari para anggota badan hukum itu.

Kesulitan pendapat Molengraaff ini ialah bila nasionalitas para anggota PT itu bermacam-macam. Karena badan hukum ini meru-pakan subyek hukum, maka masyarakat membutuhkan agar sub-yek hukum ini juga mempunyai kebangsaan.

c. Soekardone, mengajukan pendapat tengah-tengah, yaitu: norma-liter kita berpedoman pada pendapat Polak/Van der Heyden, tetapi bila sudah sampai pada perselisihan konkrit di muka Hakim, dalam mana kebangsaan pribadi para pemegang saham dan para anggota direksi/komisaris perlu ditinjau, maka baik bila kita bepedoman pada pendapat Molengraaff. Peraturan mengenai kebangsaan sebuah PT baik di Nederland maupun di Indonesia belum ada.

Kesukaran mengenai soal kebangsaan sebuah PT ini juga ter-dapat dalam hal menetapkan pajak. Untuk menetapkan pajak perusahaan misalnya, akan sukar sekali, bila diharuskan lebih dulu menyelidiki kebangsaan pribadi para pemegang saham PT yang bersangkutan. Bagi PT Indonesia yang berdomisili di Indonesia, pajak tersebut ditetapkan berdasarkan atas sebuah neraca yang dibuat oleh pengurus (direksi) — (UU Darurat No. 11 Tahun 1952, Pasal 2 ayat (3) bsd. Ordonnantie op de Vennootschapsbelasting 1925, LN 1952-83).

110. TEMPAT KEDIAMAN PERSEROAN TERBATAS ' Polak') berpendapat bahwa pada umumnya tempat kediaman PT itu

3) J.A.A. Blote, Proefschrift, Rechtgeleerd Magazijn 1922, bl. 164 dsl. Soekardono, Hukum Dagang Indonesia, I, Bagian 2, cet. 3, hlm. 178.

3) Polak, op. cit., bl, 353.

93

Page 108: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

ditentukan oleh tempat, di mana perbuatan-perbuatan pengurusan dilakukan atau di mana direksi melakukan tugas-tugasnya, wa-laupun dalam akta pendirian disebutkan lain. Pendapat ini berdasar atas kenyataan-kenyataan yang riil.

Di Belgiao ada peraturan yang menetapkan tempat kediaman PT, yaitu di tempat kantor pusat PT yang bersangkutan. Bila kantor pusat sebuah PT di daerah Belgia, maka PT itu harus tunduk pada undang-undang Belgia, walaupun akta pendiriannya dibuat di negara asing. Hal tersebut tanpa menghiraukan kebangsaan PT yang bersangkutan. Sistem ini menguntungkan negara yang ketempatan kantor pusat PT.

111. PROSPEKTUS Biasanya kalau orang akan mendirikan sebuah perseroan terbatas dengan tujuan melakukan perusahaan tertentu, maka orang mulai dengan mempropagandakan perseroannya dengan menerbitkan sebuah buku kecil yang disebut "prospektus". Dari sudut bahasa perkataan "prospektus" berarti: suatu pandangan, dalam hal ini adalah suatu pandangan mengenai perseroan terbatas yang akan didirikan. Juga perseroan terbatas yang telah berdiri sering juga menerbitkan prospek-tus, sekedar untuk lebih mempopulerkan perseroannya, agar banyak orang yang membeli saham atau obligasinya.

Prospektus itu menggambarkan tentang kebaikan-kebaikan dan keuntungan-keuntungan perusahaan yang dijalankan oleh perseroan yang bersangkutan. Dengan membaca prospektus itu orang dapat tertarik untuk turut serta dalam perusahaan itu dengan cara membeli saham atau obligasi yang dikeluarkannya. Kalau apa yang dilukiskan dalam prospektus itu benar, sehingga orang yang membeli saham-saham perseroan itu mendapat keuntungan, itu adalah yang diharapkan. Sebaliknya, kalau apa yang digambarkan dalam prospektus itu tidak benar, atau malah sebaliknya, maka pembeli saham atau obligasi itu merasa tertipu dengan isi prospektus. Sekarang timbul soal, terhadap siapa pembeli saham itu akan menggugat dan atas dasar apa? a. Pertanyaan pertama ialah: gugatan itu ditujukan kepada siapa?

Karena yang menimbulkan kerugian itu adalah prospektus, maka gugatan ditujukan kepada pembuat prospektus. Jadi, kalau per- seroan itu belum menjadi badan hukum, maka yang digugat ialah pembuat prospektus atau pendiri perseroan. Tetapi kalau si pembuat

Soekardono, op. cit., hlm. 181.

94

Page 109: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

prospektus itu adalah perseroan yang sudah menjadi badan hukum, maka gugatan ditujukan kepada perseroan terbatas yang bersang-kutan.

b. Pertanyaan kedua ialah: apa dasar hukum gugatan itu? Mengenai persoalan ini ada dua pasal yang bisa dipergunakan yaitu: Pasal 135 KUHPER dan Pasal 391 KUHP. Sebelum arrest H.R. tanggal 31 Januari 1919, penggunaan Pasal 391 KUHP dan 1365 KUHPER untuk gugatan terhadap prospektus yang mengandung hal-hal yang tidak benar, kurang memenuhi sasaran, tetapi sejak penafsiran "perbuatan melawan hukum" (onrechtmatige daad) diperluas dengan arrest H.R. tersebut, maka penggunaan Pasal 1365 KUHPER dapat lebih mengenai sasaran. Mesldpun begitu pem-bentuk undang-undang negeri Belanda menganggap bahwa sebaik-nya pasal-pasal dalam B.W. ditambah yang mengatur tentang "per-tanggungj awaban tehadap prospektus", yang terjelma dalam Pasal 1416-a sampai dengan 1416-d, B.W..Dengan pasal-pasal barn ini maka penyalah gunaan prospektus dapat dikekang. Pasal-pasal 1416-a-1416-d, B.W. ini di Indonesia (dalam KUHPER) tidak ada.

B. PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS

112. PROSEDUR MENDIRIKAN PERSEROAN TERBATAS Bilamana seseorang akan mendirikan sebuah perseroan terbatas, maka para pendiri, yang biasanya terdiri dari 2 orang atau lebih, melakukan perbuatan hukum sebagai yang tersebut di bawah ini: a. Pertama, para pendiri datang di kantor Notaris untuk minta di-

buatkan akta pendirian PT. Yang disebut akta pendirian itu terma-suk di dalamnya anggaran dasar dari PT yang bersangkutan. Ang-garan dasar ini dibuat sendiri oleh para pendiri, sebagai hasil mu-syawarah antara mereka. Kalau para pendiri merasa tidak sanggup untuk membuat anggaran dasar tersebut, maka hal itu dapat diserahkan pelaksanaannya kepada Notaris yang bersangkutan.

b. Kedua. Setelah pembuatan akta pendirian itu selesai, maka notaris mengirimkan akta tersebut kepada Kepala Direktorat Perdata, De-partemen Kehakiman. Akta pendirian tersebut juga dapat dibawa sendiri oleh para pendiri untuk minta pengesahan dari Menteii Kehakiman, dalam hal ini Kepala Direktorat Perdata tersebut, tetapi hams ada surat pengantar dari notaris yang bersangkutan. Kalau penelitian akta pendirian perseroan terbatas itu tidak mengalami

95

Page 110: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

kesulitan, maka Kepala Direktorat Perdata atas nama Menteri Keha-kiman mengeluarkan surat keputusan pengesahan akta pendirian PT yang bersangkutan. Kalau ada hal-hal yang harus diubah, maka perubahan itu harus ditetapkan lagi dengan akta notaris sebagai tambahan akta notaris yang dahulu. Tambahan akta notaris ini hams mendapat pengesahan dari Departemen Kehakiman. Begitulah sampai ada surat keputusan terakhir dari Departemen Kehakiman tentang akta pendirian PT yang bersangkutan.

c. Ketiga. Para pendiri atau salah seorang atau kuasanya, membawa akta pendirian yang sudah mendapat pengesahan dari Departemen Kehakiman beserta surat keputusan pengesahan dari Departemen Kehakiman tersebut ke kantor Kepaniteraan Pengadilan Negeri yang mewilayahi domisili PT tersebut untuk didaftarlcan. Panitera yang berwenang mengenai hal ini mengeluarkan surat pemberita-huan kepada notaris yang bersangkutan bahwa akta pendirian PT sudah didaftar pada buku register PT.

d. Keempat. Para pendiri membawa akta pendirian PT beserta surat keputusan tentang pengesahan dan Departemen Kehakiman, serta pula surat dan Panitera Pengadilan Negeri tentang telah didatiamya akta pendirian PT tersebut ke kantor Percetakan Negara, yang menerbitkan Tambahan Berita Negara RI. Sesudah akta pendirian PT tersebut diumumkan dalam Tambahan Berita Negara RI, maka PT yang bersangkutan sudah sah menjadi badan hukum.

113. HAL-HAL PENTING DALAM PEMBENTUKAN PERSEROAN TERBATAS

Hal-hal penting yang perlu diketahui bagi pembentukan perseroan terbatas adalah sebagai berikut: a. Menurut Polak' ) jumlah pendiri perseroan terbatas di Jerman dite-

tapkan dalam undang-undang paling sedikit 5 orang, di Prancis dan Belgia 7 orang dan di Swis 3 orang. Sedangkan di Nederland dan di Indonesia paling sedikit 2 orang (Pasal 1618 KUHPER). Mengenai jumlah pendiri Prof. Soekardono berpendapat bahwa jumlah itu sebaiknya ganjil, untuk memudahkan pengambilan keputusan dalam musyawarah atau rapat-rapat.

b. Akta pendirian hams otentik (dalam hal ini notariil) — (Pasal 38

7) Polak, op. cit., bI. 337. ej Soekardono, op. cit., hlm. 120.

96

Page 111: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

ayat (1) KUHAD). Tetapi dalam nasal itu tidak dijelaskan apakah di dalamnya termasuk anggaran dasar. Anggaran dasar ini penting sekali adanya dalam kehidupan sebuah PT, dari itu harus disertakan dalam akta pendirian. Pasal-pasal yang dapat diperkirakan dapat menjadi sumber, dari mana dapat disimpulkan adanya anggaran dasar ialah: 45 ayat (2), 48, 49, 52, 53, 54, dan 56 KUHD. Pe-nyebutan dan pemisahan akta pendirian dengan anggaran dasar secara tegas hanya ada dalam undang-undang koperasi, yakni Undang-Undang No. 12 Tahun 1967 (LN 1967-23 dan TLN no. 2832). Pasal 43 ayat (1) dari undang-undang tersebut berbunyi: "Bahan hukum Koperasi termasuk dalam Pasal 41 dinyatakan dalam akta pendirian yang memuat anggaran dasar yang tidak boleh bertentangan dengan undang-undang ini."

c. Akta pendirian yang notariil itu merupakan satu-satunya alat pem-buktian yang sempuma bagi adanya perseroan terbatas, (Pasal 38 KUHD). Tanpa adanya akta pendirian yang notariil itu berarti per-seroan terbatas tidak ada. Berbeda dengan akta pendirian bagi persekutuan firma yang juga notariil, akta pendirian perseroan ter-batas yang notariil itu merupakan syarat mutlak bagi adanya per-seroan terbatas. Akta pendirian persekutuan firma itu berada di luar perjanjian pendirian persekutuan dan tidak merupakan syarat mutlak bagi adanya persekutuan firma (Pasal 22 KUHD).

d. Pengesahan dan Menteri Kehakiman. Pasal 36 ayat (2) KUHD memerintahkan agar akta pendirian beserta anggaran dasamya di-kirimkan kepada Menteri Kehakiman untuk mendapat pengesahan

Maksud dari adanya lembaga pengesahan ini ialah untuk mengadakan pengawasan "preventif' oleh Pemerintah ter-hadap semua PT yang dibentuk dalam wilayah negara RI. Dalam pengertian istilah pengesahan ini terkandung maksud adanya usaha untuk mengadakan pemeriksaan yang seksama terhadap badan hukum tersebut. Dalam ini Pemerintah bertindak alctifdengan mak-sud untuk mengadakan pengawasan preventif secara intensif.

Pengesahan ini tidak hanya disyaratkan bagi pendirian PT baru saja, tetapi juga disyaratkan bila ada perubahan-perubahan dalam akta pendirian atau anggaran dasar atau bila ingin memperpajang masa hidup PT.

114. SYARAT-SYARAT PENGESAHAN

Telah kita ketahui dari pelajaran di muka bahwa akta pendirian dan

97

Page 112: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

anggaran dasar PT hams dimintakan pengesahan kepada Menteri Keha-kiman dalam hal ini Direktorat Perdata (Pasal 36 ayat (2) KUHD). Selanjutnya Menteri Kehakiman meneliti akta pendirian dan anggaran dasar PT yang bersangkutan dengan dasar-dasar sebagai yang telah ditetapkan dalam Pasal 37 s/d 50, yang singkatannya dapat disebutkan di bawah ini: a. tidak bertentangan dengan norma kesusilaan dan ketertiban umum; b. akta pendirian, termasuk anggaran dasarnya, tidak boleh melanggar

ketentuan-ketentuan Pasal 38 s/d 55 KUHD; c. dan akta pendirian hams temyata bahwa para pengurus telah me-

nempatkan kekayaannya sedikit-dikitnya 1/5 (seperlima) dari modal perseroan (Pasal 50 KUHD);

d. PT yang bersangkutan hams berdomisili di Indonesia; e. tidak ada keberatan-keberatan penting terhadap PT yang bersang-

kutan, misalnya, bila PT itu didirikan sebagai kedok belaka bagi maksud-maksud jahat terhadap negara, bangsa dan masyarakat Indonesia. Bila pendirian PT itu ditolak, maka alasan-alasannya hams diberita-

hukan secara tertulis kepada pemohon, kecuali bila pemberitahuan itu dipandang kurang layak, misalnya, bila sebuah PT didirikan berkedok nasional, tetapi temyata para pendiri itu adalah pelayan-pelayan modal asing, yang mengandung maksud untuk merusak perekonomian Indonesia Pasal 37 ayat (2) KUHD).

Keharusan minta pengesahan kepada Menteri Kehakiman itu ada-lah suatu sistem pengawasan preventif, yang pada waktu ini masih perlu dipertahankan. Jadi, mengenai permohonan pengesahan itu Men-teri Kehakiman dapat: 1) memberi pengesahan; 2) menolak pengesahan dengan memberikan alasan-alasan penolakan

secara tetulis; 3) memberi pengesahan bersyarat, yakni bila dipandang perlu dan

ada alasannya, PT itu dapat dibubarkan oleh Menteri Kehakiman untuk kepentingan umum. Tetapi bila pemberian pengesahan itu tidak bersyarat, maka sebelum membubarkan PT Menteri Keha-kiman harus lebih dulu mendengar pendapat Mahkamah Agung RI (Pasal 37 ayat (4) KUHD).

115. PENDAFTARAN DAN PENGUMUMAN Mengenai pendaftaran dan pengumuman akta pendirian PT diatur

98

Page 113: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

dalam Pasal 38 ayat (2) dan (3) KUHD. Ayat (3) tersebut mengatur secara khusus tentang pendaftaran dan pengumuman terhadap peru- bahan-perubahan akta pendirian dan perpanjangan waktu perseroan.

Kalau akta pendirian perseroan sudah mendapat pengesahan dan Menteri Kehakiman, maka akta pendirian itu seluruhnya hams didaftar-kan pada Kepaniteraan Pengadilan Negeri, yang mewilayahi tempat kediaman perseroan terbatas yang bersangkutan. Adapun yang didaf-tarkan ialah: a. akta pendirian PT termasuk anggaran dasamya; b. surat keputusan Menteri Kehakiman tentang pengesahan akta

pendirian PT tersebut. Akta pendirian PT dan surat keputusan Menteri Kehakiman tersebut

didaftar di "Daftar Umum" yang disediakan khusus untuk itu. Daftar tersebut bersifat "umum", artinya setiap orang dapat melihatnya dengan izin dan pengawasan panitera serta atas biaya sendiri orang dapat mem-peroleh salinannya (Pasal 38 ayat (4) KUHD, bsd. Pasal 25 KUHD).

116. ANGGARAN DASAR PERSEROAN TERBATAS Sebagai yang telah kita ketahui, bahwa yang dimaksud dengan "akta pendirian perseroan terbatas" dalam Pasal 36 ayat (2) KUHD, terma-suk di dalamnya, "anggaran dasar". Dari itu perlu kiranya kita menge-tahui apa isi anggaran dasar perseroan terbatas, yang pada umumnya berisi hal-hal sebagai berikut: a. nama dan tempat kedudukan; b. maksud dan tujuan; c. waktu perseroan; d. modal; e. saham-saham; f bukti sebagai pendiri; g. pengurusan dan pengawasan; h. neraca dan perhitungan laba rugi; i. pembagian keuntungan; j. dana cadangan; k. rapat umum para pemegang saham; 1. perubahan anggaran dasar dan pembubaran; m. hal-hal yang belum diatur; n. penutup (lihat lampiran I).

Isi anggaran dasar perseroan terbatas dapat dijelaskan secara pen-dek seperti tersebut di bawah ini:

99

Page 114: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

1) Nama dan tempat kedudukan Menurut Pasal 36 ayat (1) KUHD perseroan terbatas tidak boleh mempergunakan firma, yaitu nama seorang sekutu yang dipakai nama perusahaan. Tetapi larangan ini tidak ada sanksinya, sehing-ga pelanggaran pada larangan ini tidak akan menimbulkan akibat hukum, misalnya: PT Toserba Sarinah. Nama perseroan terbatas itu harus merupakan obyek perusahaan (voorwerp ban haar bedrijP.

Tempat kedudukan perseroan terbatas ialah tempat di mana pengurus pusat menjalankan pimpinannya. Dalam pasal ini juga sering ditentukan cabang-cabang atau perwakilan-perwakilan PT.

2) Maksud dan tujuan Maksud dan tujuan perseroan terbatas itu didirikan, diuraikan dalam pasal ini. Untuk kepentingan PT di belakang hari, sebaik-nyalah maksud dan tujuan ini dirumuskan secara luas, sehingga bilamana di belakang hari PT mau mengubah atau menambah obyek perusahaan, tidak perlu mengubah akta pendirian.

3) Waktu perseroan Yang dimaksud dengan waktu perseroan ialah suatu tenggang waktu, yakni mulai pada tanggal diumumkannya akta pendirian PT itu dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia sampai pada tanggal PT itu dibubarkan. Waktu perseroan ini misalnya ditetapkan untuk 75 tahun lamanya. Waktu perseroan ini juga dapat disebut: umur perseroan terbatas. Pada saat umur PT sudah mendekati akhirnya, maka perseroan dapat diperpanjang lagi dengan cara dan prosedur yang sama pada waktu mendirikan-nya.

4) Modal Dalam pasal ini, ditetapkan berapa jumlah modal perseroan dan dibagi menjadi berapa saham dengan nilai nominal berapa. Juga di sini ditetapkan suatu jumlah modal yang harus disetor oleh para pendiri pada saat akta pendirian PT disahkan oleh yang berwajib, sebagai pelaksanaan Pasal 51 KUHD, di mana para pendiri diha-ruskan menyetor seperlima dari modal yang disanggupinya.

5) Saham-saham Dalam pasal-pasal mengenai hal ini ditetapkan saham-saham jenis apa saja yang akan diterbitkan oleh PT yakni saham atas nama atau saham atas pembawa atau dua-duanya. Juga dalam pasal-pasal ini ditetapkan aturan tentang peralihan saham-saham ter-sebut, dan lain-lain.

100

Page 115: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

6) Bukti sebagai pendiri Sebagai pendiri PT seseorang telah mengambil risiko yang besar dengan mendirikan PT tersebut, dari itu sudah sepatutnya bila para pendiri itu diberi kedudukan khusus di samping sebagai pe-megang saham biasa. Oleh karenanya sudah sewajarnya bila per-seroan mengeluarkan surat bukti pendirian, yang memberi hak kepada pemiliknya atas bagian keuntungan tertentu.

7) Pengurusan dan pengawasan Dalam pasal-pasal yang mengenai hal ini ditentukan aturan-aturan mengenai direksi (pengurus) dan komisaris. Ditetapkan hak dan kewajibannya masing-masing dan hubungan hukum antara me-reka. Hal ini diatur dalam KUHD, Pasal 44, 45, 46 dan 47.

8) Neraca dan daftar perhitungan laba rugi PT sebagai badan hukum yang melakukan perusahaan tunduk pada Pasal 6 KUHD, yang memerintahkan setahun sekali untuk membuat neraca dan daftar perhitungan laba rugi.

9) Pembagian keuntungan Mengenai hal pembagian keuntungan harus diatur secara teliti di sini, sebab justru mengenai soal inilah yang sexing ada perselisihan. Berapa hak para pendiri dan hak-hak para pemegang saham lainnya.

10) Dana cadangan Hal ini perlu sekali diatur dalam anggaran dasar untuk menjaga kemungkinan kerugian yang akan datang. Hal ini juga diperintah-kan dalam Pasal 48 KUHD.

11) Rapat umum para pemegang saham Inilah alat perlengkapan PT yang tertinggi, yang berkuasa untuk mengangkat atau memberhentikan direksi dan komisaris, menetap-kan kebijaksanaan mengenai jalannya perusahaan dan lain-lain. Dari itu mengenai lembaga ini harus diatur secara teliti sebab mati atau hidupnya perseroan ada di tangannya.

12) Perubahan anggaran dasar dan pembubaran Hal ini perlu sekali diatur dalam anggaran dasar, sebab perubahan anggaran dasar artinya menetapkan garis kebijaksanaan barn bagi perseroan, dan hal ini hams ditetapkan oleh rapat umum para pemegang saham dengan ketentuan-ketentuan khusus. Apalagi kalau sudah sampai pada keputusan bahwa perseroan harus dibu-barkan, maka hal ini hams ditangani secara hati-hati.

13) Hal-hal yang belum diatur Segala sesuatu di dunia ini tidak ada yang sempurna, begitu juga

101

Page 116: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

anggaran dasar. Bila ternyata ada hal penting yang belum diatur dalam anggaran dasar, maka keputusan rapat umum para peme-gang sahamlah yang akan menetapkan.

14) Penutup Di sini diatur pembentukan pengurus pertama (direksi) dan komi-saris, yang ditugaskan mengurus dan mengawasi jalannya per-seroan pada tahap permulaan. Di sini juga diatur yang biasanya berlaku bagi seluruh PT yang akan memulai tugasnya serta per-siapan-persiapan yang perlu untuk itu.

117. PERTANGGUNGJAWABAN SEBELUM PT DIDAFTARKAN DAN DIUMUMKAN

PT yang telah mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman itu juridis telah ada. Jadi PT dapat mengadakan perbuatan hukum. Mes-kipun PT ini juridis telah ada, tetapi kalau belum didaftarkan dan di-umumkan, belum berlaku bagi pihak ketiga. Jadi, kalau belum didaf-tarkan dan diumumkan PT sebagai badan hukum baru belum ber-fungsi penuh. Karena hal ini merupakan suatu kekurangan bagi ke-sempurnaan fungsi badan hukum barn itu, maka pembentuk undang-undang memberiaanlcsi sebagai tersebut dalam Pasal 39 KUHD, yang berbunyi: "Selama pendaftaran dan pengumuman tersebut dalam pasal yang lalu belum diselenggarakan, maka semua pengurusnya adalah orang demi orang dan masing-masing bertanggung jawab untuk se-luruhnya atas tindakan mereka terhadap pihak ketiga." Pendeknya, bila sebuah PT itu belum didaftarkan dan diumumkan, maka masing-masing pengurusnya bertanggung jawab secara pribadi untuk keselu-ruhan. Tanggung jawab ini sama dengan tanggung jawab seorang sekutu kerja pada persekutuan firma (Pasal 18 KUHD).

118. SYARAT PENYETORAN 10% DART MODAL PERSEROAN Sesudah pendaftaran dan pengumuman, masih ada satu syarat lagi yang harus dipenuhi, agar sebuah PT dapat menjadi badan hukum yang sempurna, artinya tanggung jawab sepenuhnya dibebankan pada perseroan sebagai badan hukum, yaitu penyetoran 10% dan modal perseroan kepada kas PT (Pasal 51 KUHD). Ini adalah jaminan bagi para kreditur terhadap semua perikatan yang dibuat oleh PT. Bila syarat ini tidak dipenuhi, sehingga pihak ketiga menderita rugi, maka ini adalah kesalahan pengurus (direksi). Dan itu adalah sudah wajar, bila kerugian ini dibebankan kepada para pengurus, yang bertanggung

102

Page 117: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

jawab secara pribadi untuk keseluruhan (lihat Pasal 39 dan 18 KUHD). Sudah tentu kesalahan ini mulai menjadi beban pengurus, bila kas PT sudah terkuras habis, sedangkan utang masih belum lunas. Mengenai Pasal 51 KUHD ini ada putusan H.G.H. tanggal 11 September 1913 91, yang menyatakan bahwa 10% tesebut dalam Pasal 51 KUHD itu adalah 10% dari modal perseroan. Syarat ini adalah sejajar dengan syarat pendaftaran dan pengumuman tersebut dalam Pasal 39 KUHD, yakni syarat bagi kepentingan pihak ketiga. Kata-kata yang diperguna-kan dalam Pasal 51 KUHD ialah: "... zal geen aanvang kunnen nemen" (tidak akan dapat mulai berjalan), menunjukkan bahwa kekurangan seperti dimaksud dalam Pasal 51 KUHD adalah merupakan syarat bagi kepentingan pihak ketiga, dari itu harus diberi sanksi. Karena tidak terlunasinya utang disebabkan kesalahan pengurus, maka sudah sepatutnya bila pengurus bertanggung jawab. Dan karena syarat ini adalah sederajat/setingkat dengan syarat tersebut dalam Pasal 39, maka sanksinya juga sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 39, yaitu tanggung jawab secara pribadi untuk keseluruhan.

Mengenai hubungan antara Pasal 50 dan 51 KUHD, saya mem-punyai pengalaman yang saya dapat dari beberapa akta notaris tentang pendirian PT. Misalnya, modal perseroan berjumlah 100 juta rupiah, maka modal yang hams ditempatkan bagi para pendiri, menurut Pasal 50 KUHD, ada seperlimanya 100 juta rupiah, yakni 20 juta rupiah. Untuk memenuhi Pasal 51 KUHD, akta notaris itu menyatakan: Atas tiap-tiap saham mana disetor dengan uang tunai 10% (sepuluh persen) selambat-lambatnya satu hari sebelum akta pendirian perseroan ter-batas ini diberikan pengesahan oleh yang berwenang, berarti yang disetor ada Rp 2.000.000,- (dua juta rupiah)." Jadi, di sini sebagai pelaksanaan Pasal 51 KUHD, tidak menyetor 10% dari modal perse-roan, tetapi 10% dari modal yang disanggupi oleh para pendiri. Sebab kalau 10% dari modal perseroan adalah 10 juta rupiah dan bukan 2 juta rupiah. Saya berpendapat bahwa 10% dari modal yang disanggupi para pendiri itulah yang wajar, sebab kalau para pendiri sudah menyanggupi akan membayar 20 juta rupiah kepada perseroan kiranya adalah sudah selayaknya bila mereka harus menyetor 10%- nya untuk modal kerja permulaan. Dengan ketentuan ini, maka bagi PT yang permodalannya masih lemah, diberi kemungkinan untuk sambil berjalan memperkuat pennodalan dengan bekerja keras. Ke-

H.G.H. 11 September 1913, T. 101-199.

103

Page 118: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

cuali hal tersebut di atas, modal perseroan yang 80% lagi, yakni yang belum disanggupi oleh siapa pun, adalah kurang layak bila penyetoran 10%-nya dibebankan kepada pendiri. Sedangkan perlu diperhatikan bahwa pemenuhan modal perseroan yang 80% itu ditentukan dalam waktu 10 tahun atau lebih. Masa tenggang ini biasanya ditentukan dalam anggaran dasar PT yang bersangkutan.

C. MODAL DAN SAHAM

119. KEKAYAAN PERSEROAN TERBATAS Telah dijelaskan di muka bahwa perseroan terbatas adalah badan hu-kum. Karenanya perseroan mempunyai kekayaan sendiri terpisah dari kekayaan masing-masing pemegang saham perseroan. Termasuk da-lam harta kekayaan perseroan terbatas adalah modal, yang terdiri dari: a. modal perseroan atau modal dasar, yaitu jumlah maksimum modal

yang disebut dalam akta pendirian (Maatschappelijk Kapitaal of Statutair Kapitaal);

b. modal yang disanggupkan atau ditempatkan (geplaatst kapitaal); c. modal yang disetor, yakni modal yang benar-benar telah disetor

oleh para pemegang saham pada kas perseroan (gestort kapitaal). Kekayaan sebuah perseroan itu terdiri dari aktiva dan passiva.

Adapun yang disebut aktiva ialah: 1) modal yang disetor; 2) tagihan perseroan terhadap pemegang saham yang belum penuh

melunasi sahamnya; 3) tagihan-tagihan terhadap pihak ketiga; 4) benda bergerak dan tetap milik perseroan.

Adapun yang disebut "passiva" ialah utang-utang dan kewaj iban-kewajiban lainnya atas perseroan, yang setiap hari selalu berubah, bertambah atau mengurang. Begitupun aktiva, setiap hari selalu beru-bah, bertambah atau mengurang. Jadi, kekayaan perseroan itu selalu berubah, karena terjadi dari aktiva diambil passiva yang masing-masing setiap hari berubah. Segala perubahan ini setiap hari harus dicatat dalam buku-buku yang disediakan untuk itu (pembukuan Pasal 6 KUHD).

Kekayaan sebuah perseroan terbatas yang sifatnya selalu berubah adalah berbeda dengan modal perseroan atau modal dasar, yang sifat-nya relatif tetap, sebab jumlah maksimal sudah ditetapkan dalam akta pendirian.

104

Page 119: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

Perubahan atas besamya jumlah modal perseroan hams mendapat pengesahan dan menteri Kehakiman, sesudah mana hams didaftarkan dan diumumkan seperti biasa.

Tujuan pembentuk undang-undang mengenai kekayaan perseroan itu ialah untuk mengamankan kekayaan perseroan itu dari segala ke-rugian bagi kepentingan para pemegang saham dan para kreditur. Karena itu para pemegang saham dan para kreditur berhak mengetahui keadaan sebenamya dari kekayaan perseroan itu. Hal ini bagi peme-gang saham telah dijamin oleh Pasal 12, 52 dan 55 KUHD, sedangkan bagi kreditur dijamin oleh Pasal 6 ayat (1) KUHD. Pasal 55 KUHD mewajibkan para pengurus membuat pemberitaan tentang laba mgi perseroan dengan cara (Pasal 55 ayat (2) KUHD): a. diumumkan dalam rapat umum para pemegang saham. Cara inilah

yang lazim dilakukan; b. mengirimkan daftar laba rugi kepada tiap-tiap pemegang saham.

Cara ini suka dijalankan, karena bagi saham atas pembawa atau atas pengganti akan sukar mencari alamat tiap-tiap pemegang saham.

c. meletakkan daftar laba mgi itu dikantor pusat perseroan yang ber-sangkutan, agar dapat dilihat oleh setiap pemegang saham dalam jangka waktu yang sudah ditentukan dalam akta pendirian.

120. KAPAN SEBUAH PERSEROAN UNTUNG DAN KAPAN RUGI Sebuah perseroan terbatas dapat dikatakan untung, bila sisa aktiva dikurangi passiva, lebih banyak daripada modal yang ditempatkan. Bila jumlah sisa tersebut kurang daripada modal yang ditempatkan, maka perseroan terbatas itu disebut rugi. Apa sebab modal yang ditem-patkan dijadikan ukuran? Karena perseroan masih dapat menuntut kekurangan dari jumlah nominal saham yang belum disetor.

121. BILA SEBUAH PERSEROAN RUGI 50% ATAU 75% Pasal 47 ayat (1) KUHD menetapkan, bila sebuah perseroan terbatas menderita rugi 50% dari modal yang ditempatkan, maka pengurus (direksi) berkewajiban untuk mendaftarkan dalam daftar umum di Kepaniteraan Pengadilan Negeri yang berwenang dan mengumum-kannya dalam Tambahan Berita Negara RI.

Pasal 47 ayat (2) KUHD menentukan, bila kerugian itu sampai beijumlah 75% atau lebih, maka perseroan itu bubar demi hukum dan sejak itu pengurus (direksi) bertanggung jawab secara pribadi untuk keseluruhan.

105

Page 120: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

Kesukaran pelaksanaan Pasal 47 ayat (2) KUHD itu ialah untuk menentukan saat, pada mana ternyata perseroan terbatas telah men-derita rugi sebanyak 75%, karena untuk menentukan apakah perseroan yang bersangkutan telah merugi 75% itu tidak boleh hanya berdasar atas catatan-catatan dalam pembukuan saja, tetapi juga dengan mem-perhatikan perubahan-perubahan nilai kurs pada seluruh benda dan hak dan kekayaan perseroan.

Menurut Prof. Soekardono,'° ) penentuan saat, pada mana perseroan sudah merugi sebanyak 75% itu harus ditentukan dalam rapat umum para pemegang saham. Dan di sana pulalah harus dibahas, apakah perseroan masih dapat ditolong, dan kalau dapat, bagaimana caranya, atau perseroan harus dibubarkan. Jadi pembubaran perseroan itu tidak dengan sendirinya seperti disebut dalam Pasal 47 ayat (2) KUHD, tetapi pembubaran itu ditetapkan oleh rapat umum para pemegang saham, yang mempunyai kekuasaan tertinggi dalam perseroan. Jadi, kesulitan pelaksanaan Pasal 47 ayat (2) KUHD ini adalah pada waktu menentukan "kapan saat itu ada". Di sini dapat terjadi dua macam saat, yaitu: a. saat, pada mana kerugian itu menurut ilmu pembukuan atau menurut

ilmu hitung benar-benar secara obyektif terjadi; b. saat, pada mana para direksi mulai mengetahui kerugian itu, jadi,

subyektif. Kedua saat itu menurut Polak sama-sama tidak tentunya, karena

itu Prof. Soekardono" ) berpendapat, bahwa pada saat mulai diketahui adanya kerugian sebesar 75% itu direksi hams segera mengadakan rapat umum para pemegang saham untuk membicarakan kerugian itu beserta usul-usul konkrit untuk diputuskan dalam rapat umum tersebut.

Dalam Pasal 47 ayat (1) KUHD ditentukan, bila ada kerugian 50% pada perseroan, maka pengurus berkewaj iban untuk mendaftarkan-nya di Kepaniteraan Pengadilan Negeri, di mana dulu perseroan itu didaftarkannya dan lalu diumumkan dalam Tambahan Berita Negara RI. Ketentuan semacam ini tidak ada dalam Pasal 47 ayat (2) KUHD. Hal ini dianggap oleh Prof. Soekardono 12), sebagai suatu kelalaian dan pembentuk undang-undang, sebab justru peristiwa, di mana per-seroan menderita kerugian sebanyak 75% itu perlu sekali segera didaf-

Soekardono, op. cit., hlm. 157-158. ") Ibid. ' 2) Ibid.

106

Page 121: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

tarkan dan diumumkan sebagaimana biasa bila perseroan itu menderita kerugian 50%.

Dan itu Prof. Soekardono menyarankan agar Pasal 47 ayat (2) KUHD itu diubah, di mana ditentukan bahwa pembubaran sebuah perseroan terbatas yang menderita kerugian sebanyak 75% hams dipu-tuskan dalam rapat umum pemegang saham yang diadakan untuk itu.

Pasal 47 ayat (2) KUHD itu juga menentukan sikap terhadap pengurus (direksi) yang masih saja mengadakan perjanjian perdagangan bagi perseroannya, meskipun dia sudah tahu bahwa perseroannya menderita rugi 75%. Perjanjian semacam itu tidak batal, tetapi tidak menjadi tanggung jawab perseroan, melainkan menjadi tanggung jawab para pengurus, yang mulai saat perseroan merugi 75% itu bertanggung jawab secara pribadi untuk keseluruhan. Rasio dari ketentuan ini ialah untuk memberi jaminan kepada pihak ketiga, agar supaya mereka di luar dugaannya tidak menghadapi debitur yang insolvable. Menurut Prof. Soekardonou ) pertanggungjawaban pengurus dalam Pasal 47 ayat (2) KUHD itu dapat ditiadakan, bila diadakan kewajiban kepada para pengurus untuk mendaftarkan dan mengumumkan kerugian itu seperti halnya dalam Pasal 47 ayat (1) KUHD. Untuk menjaga ke-amanan kekayaan perseroan, Prof. Soekardono menasihatkan agar dalam akta pendirian diatur tentang: a. penempatan modal itu jangan terlalu banyak terjadi dari benda-

benda, karena kalau penaksiran nilai benda-benda itu terlalu tinggi, maka perseroan akan rugi;

b. peralihat saham, terutama saham-saham yang belum seluruhnya disetor (Pasal 42 KUHD), dijaga jangan sampai jatuh pada peme-gang saham yang tidak dapat melunasi dengan sempurna.

122. KAS CADANGAN Pasal 48 KUHD berbunyi: "Untuk menghindarkan bubamya perseroan disebabkan karena hal-hal seperti tersebut di atas (Pasal 47 KUHD), maka dalam akta pendirian perseroan bisa juga dimuatkan beberapa ketentuan tentang pembentukan sebuah kas cadangan, dengan mana kekurangan-kekurangan dalam keuangan, baik seluruhnya maupun untuk sebagian dapat diatasinya." Sebagai yang telab kita ketahui, Pasal 47 KUHD menyebut kemungkinan adanya sebuah perseroan yang merugi 50% sampai 75%. Untuk menghindari hal sebagai ter-

' 3 ) Soekardono, op. cit., hlm. 159.

107

Page 122: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

sebut dalam Pasal 47 KUHD, dipandang perlu untuk mengadakan suatu kas cadangan, sebagai yang ditentukan dalam Pasal 48 KUHD. Dalam akta pendirian itu bunga-bunga tetap tidak boleh diperjanjikan (Pasal 49 ayat (1) KUHD). Tiap pembagian keuntungan harus dila-kukan atas segala pendapatan setelah dikurangi dengan segala penge-luaran. Namun dapatlah diperjanjikan bahwa pembagian keuntungan tidak boleh melebihi suatu jumlah tertentu (Pasal 49 ayat (2) KUHD). Kalau hal ini belum ditetapkan dalam akta pendirian, maka dapatlah hal yang demikian itu diputuskan dalam rapat umum para pemegang saham. Dalam rangka menjaga keamanan kekayaan perseroan, maka perlu, adanya larangan pembayaran bunga tetap pada modal yang disetor atau saham, sebab kalau hal ini diperbolehkan, meskipun perseroan dalam keadaan merugi, haruslah bunga itu dibayarkan, yang berarti melekaskan proses jatuhnya perseroan.

123. PENGURANGAN MODAL YANG DITEMPATKAN DAN PEMBELIAN SAHAM-SAHAM SENDIRI OLEH PERSEROAN

Bila sebuah perseroan berjalan lancar dan kekayaannya bertambah besar, maka untuk lebih meningkatkan keuntungan perseroan, ada dua macam tindakan yang dapat dilakukan, yaitu: a. Pengurangan modal yang ditempatkan, yakni modal yang disang-

gupi oleh para pendiri dan pemegang saham. Cara mengurangi modal tesebut misalnya, kepada para pemegang saham yang belum penuh menyetor, diminta untuk tidak menyetor lagi, sehingga modal yang ditempakan menjadi berkurang. Sudah tentu hal ini baru dapat dila-kukan bila keadaan perusahaan sudah kuat, sehingga pengurangan modal yang ditempatkan tidak mengurangi jaminan bagi para kre-ditur perseroan. Dengan tindakan ini kekayaan perseroan akan bertambah, sebab jumlah modal yang ditempatkan makin berkurang.

b. Pembelian saham-saham sendiri (amortisasi saham). Dengan tin-dakan ini jumlah dividen yang harus dibagikan menjadi kurang, yang berakibat bertambahnya jumlah laba. Tindakan ini dapat di-lakukan, bila jaminan untuk pihak ketiga tidak dikurangi karenanya, karena tujuan utama pembentuk undang-undang dalam Pasal-pasal: 41, 43, 48 dan 49 KUHD ialah melindungi kepentingan para kreditur perseroan. Pembelian saham-saham sendiri ini bisa dilakukan dengan cara: 1) membeli saham sendiri yang ditawarkan di bursa dengan uang

laba yang khusus disisihkan untuk pembelian saham sendiri ter-

108

Page 123: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

sebut. Dengan adanya laba yang khusus telah disisihkan itu ber-arti bahwa laba yang harus dibagikan kepada para pemegang sa-ham telah disediakan pula, sehingga dengan adanya usaha mem-beli saham sendiri itu tidak merugikan para kreditur perseroan.

2) membeli saham sendiri secara undian. Hal ini bare mungkin kalau dalam anggaran dasar ada ketentuan-ketentuan yang memperbolehkan tindakan tersebut. Sebagai sekedar ganti rugi, bekas pemegang saham, yang sahamnya dibeli kembali oleh perseroan itu dibeli "bukti keuntungan" (winstbewijs, actions de jouissance), yang memberi hak menagih atas sebagian dari keuntungan perusahaan.

124. SAHAM ATAS-NAMA DAN KEPADA-PEMBAWA Dalam tiap-tiap akta pendirian suatu perseroan terbatas tentu disebut-kan jumlah modal perseroan, yang terbagi dalam jumlah saham-saham. Saham-saham ini dapat dikeluarkan atas-nama (op naam) dan kepada-pembawa (aan wonder). Saham kepada-pengganti (aan order) tidak ada (Pasal 40 ayat (1) KUHD, lihat contoh terlampir).

Saham itu tidak harus dikeluarkan, artinya dapat dikeluarkan atau tidak. Kalau saham itu dikeluarkan, maka saham itulah satu-satunya alat pembuktian bagi pesero atau pemegang saham. Kalau tidak, maka daftar pesero (aandeelhouders-register) yang biasanya ada di kantor perseroan dapat dipakai alat pembuktian bagi pesero. Kutipan dari daftar pesero yang ditanda tangani oleh direksi dapat pula dipakai sebagai bukti turut sertanya seseorang dalam sebuah perseroan.

Dalam daftar pesero ini dicatat, nama, pekerjaan dan tempat tinggal pesero, banyaknya saham yang diambil dan jumlah yang sudah disetor, serta pula peristiwa peralihan saham.

Kalau saham itu dikeluarkan atas nama, maka nama pembeli ditulis dalam surat saham, yang merupakan bukti bagi pemegangnya. Dalam saham yang dikeluarkan kepada-pembawa, maka nama pemiliknya tidak ditulis dalam saham dan saham kepada-pembawa ini hanya me-ngesahkan (meng-legitimasi) pemegangnya sebagai pemilik, kecuali bila ada pembulctian sebaliknya (Pasal 534 KUHPER). Pasal 534 KUHPER menentukan bahwa seseorang dianggap menguasai sesuatu bagi dirinya selama belum terbukti bahwa dia hanya memegang bagi kepen-tingan orang lain.

Peralihan hak saham kepada-pembawa tidak perlu diatur dalam anggaran clasar perseroan, sebab sudah ada aturan umumnya, dalam

109

Page 124: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

Diditikao down Akto Nolan Sardinian Tjokroionniiso S.H. di Rory testoopp1 26 Moot 1975 No. 20, Akio Notaria pap mu torlanapa1 30 Mid 1975 No. 14. dioakkan daps Sant Kopotonin Nankai Kolookinsia 21 tool 1975 No. Y.A. 5/219/10, didatIonoin dl rnpaititoroaa Paapdilan Noted 5caot trod 30 loaf 1975 No. 75 A.NP. dm No. 53/1975 A.N.P. dm dionnunkas dolma Taxabokan Baits Napa RI. bona 6 AA 9 . 1975 • /No. 3136.

NODAL PERSLROAN Bp. 100.000.000,— (llamas jaM dopRde

Testes' atm :1.000 Raba, opium. ardaionadis &spa /0 •000,— (Swains elbo mobil)

SA If AN No. : .....,./

1

Page 125: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

•.* <1•7. 1.0•.,••

••• IOW •• I••• DOWN. •••• •Wir• ••••• powwow.

IMO ••••

AWN.= 111■■•• ONInm ONO aw•■••

••• •W• •46. I/W Wow Wm WW1 •••••• raww

•••11 N• •••• •••••••••• alrlo ••■••• NINO •••■••

?4, kV. CI••I /•//• 111•••••••• • 12•11.••••

11•••• Pia Mho. a 1•W•ma FY. •■•••• 1.1•• wows..

FY IIMINO le&

wren. W. Wino r•••

Page 126: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

Pasal 613 ayat (3) KUHPER, yaitu penyerahan dari tangan ke tangan. Sedangkan peralihan hak saham atas-nama hams diatur dalam ang-garan dasar (Pasal 42 KUHD). Dalam Pasal 42 KUHD itu diberikan dua contoh cara melakukan peralihan hak bagi saham atas-nama. Tetapi di samping dua cara tersebut dalam anggaran dasar dapat saja diatur dengan cara lain.

Pelunasan harga saham itu bagi saham kepada-pembawa dan saham atas-nama ada perbedaan. Saham kepada-pembawa tidak boleh dikeluarkan, kalau belum dilunasi harga sepenuhnya (Pasal 41 KUHD). Aturan ini adalah logis, karena kalau saham kepada-pembawa ini sudah dikeluarkan, pemiliknya dapat menjual saham kepada-pembawa ini tanpa pemberitahuan kepada direksi, akibatnya direksi tidak tahu di mana saham itu sekarang berada, dan tidak dapat menuntut pelunasan harga saham, bila saham kepada-pembawa itu belum lunas. Bagi sa-ham atas-nama boleh saja diserahkan kepada pemegangnya, meskipun harganya belum dilunasi, sebab kemana saja saham atas-nama itu akan diserahkan, pengurus hams diberi tahu atau diminta persetujuan-nya. Jadi, pengurus selalu masih bisa menuntut kekurangan harga saham yang belum dilunasi.

Persoalan, siapa yang hams melunasi saham atas-nama yang telah diserahkan kepada pemiliknya yang baru, apakah penjualnya (pemilik lama) atau pembelinya (pemilik barn)? Hal ini undang-undang mem-berikan dua altematif, yaitu penjualnya (pemilik lama) atau pembelinya (pemilik barn). Lebih dulu Pasal 43 KUHD menunjuk penjual (pemilik lama) atau para ahli warisnya atau sekalian pengganti haknya, yang hams melunasi harga saham yang masih terutang. Altematif kedua ialah — pembelinya (pemilik barn) — dengan syarat bahwa direksi dan komisaris telah menyatakan dengan tegas kesediaan mereka untuk menerima baik pesero yang baru itu, dan dengan ini pesero lama dibe-baskan dari segala tanggung jawab.

125. HARGA SAHAM Pasal 40 KUHD menentukan bahwa modal perusahaan harus dibagi dalam beberapa saham , baik atas-nama, maupun dalam blangko (ke-pada-pembawa). Karena saham-saham itu merupakan modal, maka tiap-tiap saham merupakan bagian dari modal, yang menjelma dalam harga saham. Dalam tiap-tiap saham harga saham ini dinyatakan dalam tulisan yang jelas, misalnya: "Rp 10.000,- (sepuluh ribu rupiah)." Harga Rp 10.000,- ini merupakan harga nominal atau harga a pari.

112

Page 127: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

Dalam anggaran dasar sering ada ketentuan bahwa saham tidak boleh dijual dengan harga di bawah pari, artinya di bawah harga nominal, dalam hal contoh di atas, tidak boleh dijual di bawah Rp 10.000,-

Kalau perusahaan yang mempunyai saham tersebut berkembang secara pesat, maka harga saham di bursa akan naik, sesuai dengan tingkat perkembangan perusahaan dan titik bertemunya penawaran dan permintaan. Harga di bursa ini selalu bergerak sesuai dengan perkembangan perusahaan. Harga yang terjadi di bursa ini disebut: "kurs" (koers). Kenaikan harga kurs ini merupakantambahan keuntung-an bagi pemegang saham, di samping deviden yang dapat diterima dari perusahaan yang bersangkutan pada tiap-tiap tahun. Kalau pe-rusahaan ini barn berdiri atau dalam keadaan merugi, maka harga kurs tidak akan dapat naik atau malahan mungkin turun.

126. SAHAM BAGIAN Dalam anggaran dasar suatu perseroan sering ada ketentuan bahwa saham tidak bisa dibagi, tetapi ada juga anggaran dasar yang membo-lehkan pembagian atas saham. Hal yang terakhir ini menimbulkan adanya saham induk dan saham bagian. Misalnya, suatu perseroan mengeluarkan saham dengan harga nominal Rp 100.000,-, Rp 50.000,-, dan Rp 25.000,-. Saham yang pertama disebut saham induk, sedangkan saham kedua dan ketiga disebut saham bagian (onderaandeel). Sa-ham induk tidak mesti merupakan kelipatan dari harga saham, bagian, misalnya pada saham yang harga nominalnya Rp 75.000,-, Rp 35.000,-dan Rp 10.000,-.

Pembagian saham dalam saham-saham bagian ini ada manfaatnya, teutama bila ada peralihan hak milik atas beberapa saham induk kepa-da beberapa orang, dengan mana masing-masing orang tidak dapat menerima satu saham induk. Dalam hal ini saham induk bisa ditukarkan dengan saham-saham bagian, sedemikian rupa, sehingga saham dapat terbagi habis. Dalam undang-undang tidak ditentukan jumlah minimal harga saham, maupun jumlah minimal modal, tetapi ditentukan bahwa jumlah harga saham-saham seluruhnya adalah sama dengan jumlah modal perseroan.

Menurut Dorhout Mees," ) saham bagian ini sekarang sudah tidak lazim, karena perkembangan pengeluaran saham sekarang pada per-seroan-perseroan besar berbalik, misalnya: sebuah perseroan menge-

14) Dorhout Mees, Ned. Handels-, bI. 137, no. 4.155.

113

Page 128: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

luarkan saham induk dengan harga nominal Rp 10.000,-, selanjutnya juga mengeluarkan saham yang beharga nominal Rp 10.000,- dan Rp 100.000,-sebagai kelipatan dari harga saham induk.

127. PERALIHAN SAHAM KEPADA-PEMBAWA Menurut Pasal 613 ayat (3) KUHPER, penyerahan saham kepada-pembawa ini cukup dilakukan dari tangan ke tangan atau secara fisik saja. Itu sebabnya Pasal 41 KUHD melarang pengeluaran saham kepada-pembawa sebelum seluruh jumlah nilainya disetor di kas per-seroan. Rasio Pasal 41 KUHD ini ialah untuk melindungi para kreditur perseroan. Bilamana penyetoran penuh tidak menjadi syarat mutlak, maka perseroan dapat mengeluarkan saham kepada-pembawa yang jumlah nilai saham belum disetor seluruhnya. Kalau saham ini dijual kepada orang lain, maka pembeli barn ini tidak mengerti kalau jumlah nilai saham belum seluruhnya disetor di kas perseroan dan pula perseroan tidak mengerti kalau saham sudah dijual. Dengan begini, maka kas perseroan menderita rugi dan kepentingan kreditur terkena.

128. PERALIHAN SAHAM ATAS-NAMA Pasal 42 KUHD merupakan peraturan mengenai peralihan saham atas-nama, sebagai kekhususan dari Pasal 613 KUHPER. Pasal 42 KUHD itu memerintahkan pengaturan peralihan saham atas-nama, yaitu: a. Pemilik saham dan calon pemilik (pembeli) saham memberitahukan

secara resmi kepada direksi perseroan tentang perjanjian mereka untuk memperalihkan sahamnya, dengan perantaraan juru sita dalam fungsinya sebagai juru pemberitahu resmi;

b. Pendaftaran perjanjian antara pemilik saham dan calon pemilik saham dalam buku saham perseroan tentang maksud mereka untuk memperalihkan sahamnya. Kecuali cara-cara tersebut di atas, dalam akta pendirian perseroan,

tentang peralihan saham itu dapat diatur secara lain. Mengenai hal ini ada pendapat bahwa dalam akta pendirian hanya dibolehkan mengambil salah satu contoh peraturan sebagai yang telah ditetapkan dalam Pasal 42 KUHD. Kalau pendapat ini benar, maka rumusan Pasal 42 KUHD itu akan berbunyi lain, yakni: "... op eneder navolgende wijzen bepaald". Karena Pasal 42 KUHD tidak berbunyi demikian, maka pendapat tersebut tidak benar. Jadi, dua misal itu hanya sebagai contoh.

Semua saham yang dikeluarkan oleh perseroan, balk yang kepada-

114

Page 129: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

pembawa, maupun yang atas-nama harus dicatat dalam "Daftar Peme-gang Saham" atau "Buku Saham", yang dipelihara oleh pengurus seca-ra cermat. Pada saham kepada-pembawa hanya dicatat pemilik perta-ma, sedangkan pada saham atas-nama harus dicatat pemilik pertama dan seterusnya sampai pada pemilik terakhir. Peralihan hak saham atas-nama harus dicatat secara teliti sesuai dengan ketentuan-keten-tuan yang tercantum dalam anggaran dasar.

129. HAK DAN KEWAJIBAN PEMEGANG SAHAM Tentang kewajiban pemegang saham diatur dalam Pasal 40, 42 dan 43 KUHD, sedangkan mengenai hak pemegang saham baru diatur dalam Pasal 49 KUHD. Dan ini dapat disimpulkan bahwa asas kepen-tingan umum, yakni kewajiban pemegang saham tehadap pihak ketiga, lebih didahulukan daripada kepentingan pribadi para pemegang saham (hak-hak pemegang saham atas dividen). Sebagai akibat dari asas tersebut, maka dalam hal pembagian keuntungan perseroan, hal-hal yang bersifat umum hams didahulukan, misalnya: mengenai biaya-biaya pemeliharaan perseroan, usaha memperkembangkan perseroan, dana cadangan dan lain-lain. Baru jika masih ada sisa, dibagi untuk kepentingan semua pemegang saham, yang disebut "dividen".

Dalam sistem hak suara bagi para pemegang saham diatur dalam anggaran dasar berdasar Pasal 5 KUHD yang barn, yakni sesudah diubah dan ditambah dengan UU No. 4 Tahun 1971 (L.N. 1971-20), sedangkan pengaruh direksi dan komisaris dalam rapat umum peme-gang saham dibatasi oleh Pasal 54 ayat (5) -barn- KUHD yang berbu-nyi: "Tidak seorang pengurus atau komisaris dibolehkan bertindak sebagai kuasa dalam pemungutan suara."

Pemegang saham berhak menuntut dan menggugat pembatalan keputusan rapat umum pemegang saham, yang bertentangan dengan undang-undang, hukum atau anggaran dasar.

Pemegang saham juga berhak menerima bagian yang seimbang dengan saldo untuk pada saat selesainya pemberesan sesudah bubarnya perseroan.

Dan apa yang tersebut di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa ke-wajiban pemegang saham adalah sama, yaitu: menyetor jumlah nominal sahamnya, sedangkan hak atas keuntungan dan saldo untung tidak selalu sama, tergantung dari ketentuan dalam anggaran dasar dan kenyataan.

Adapun kewajiban dan hak para pemegang saham dapat diperinci sebagai berikut:

115

Page 130: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

a. Kewajiban mama pemegang saham adalah menyetorkan penuh uang saham pada kas perseroan. Kewajiban lainnya, kalau ada, hams ditetapkan dalam anggaran dasar atau berdasar perjanjian khusus. Kewajiban lain itu tidak boleh diletakkan dengan paksa, walaupun dengan cara mengubah anggaran dasar;

b. Hak-hak pemegang saham ialah: 1) Hak atas sebagian dan keuntungan perseroan sesuai dengan

jumlah nilai sahamnya (Pasal 49 KUHD); 2) Berwenang untuk menghadiri rapat umum pemegang saham,

berbicara dan melaksanakan hak pemungutan suara (Pasal 55 ayat (2) KUHD);

3) Hak untuk menerima sebagian dari saldo pada pembubaran perseroan, sesudah kreditur semuanya dilunasi;

4) Kewenangan untuk menuntut kepada Pengadilan tentang keba-talan dan keputusan rapat umum pemegang saham yang berten-tangan dengan undang-undang, hukum atau anggaran dasar;

5) Hak-hak lain yang ditetapkan dalam anggaran dasar.

130. KEWAJIBAN PESERO BARU Pasal 43 KUHD membebankan penyetoran penuh atas saham-saham-nya kepada pemilik saham pertama, ahli warisnya atau pengganti hak-nya, meskipun saham itu sudah diperalihkan, kecuali bila para pengurus dan komisaris sudah setuju dan telah menerima pemilik (pemegang) saham yang baru.

Menurut Prof. Soekardono,'' ) lebih baik kalau tanggung jawab penyetoran penuh jumlah saham tetap dibebankan kepada pemilik saham pertama, meskipun saham itu telah diperalihkan dan sudah disetujui pula diterima oleh para direksi dan komisaris. Ini menjaga kemungkinan, bila penerimaan direksi dan komisaris itu kurang sak-sama dan pemegang saham baru itu tidak dapat menyetor penuh jumlah nilai saham. Saya setuju dengan pendapat ini.

Menurut putusan H.GH. tanggal 7 Mei 1936, 16) dalam hal mene-rima sekutu baru, maka pengertian komisaris berarti "semua komisaris" yang ada menurut anggaran dasar. Begitu juga dalam hal pengertian direksi berarti "semua direksi" yang ada menurut anggaran dasar. Pun ditetapkan bahwa pasal 43 KUHD itu bersifat "memaksa".

15) Soekardono, op. cit., hlm. 163. H.G.H. 7 Mei 1936, T. 143-736.

116

Page 131: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

131. HAK DIDAHULUKAN Pada beberapa anggaran dasar ada ketentuan, dengan mana pemegang saham asli mendapat hak didahulukan dalam hal membeli saham dari pemegang saham lainnya. Misalnya: A mau menjual 20 lembar saham-nya a'nominal Rp 100.000,- maka A hams lebih dulu memberi tahu kepada direksi tentang maksudnya itu. Direksi memberi tahu kepada para pemegang saham lainnya yang berhasrat untuk membeli saham tersebut. Baru, kalau orang dalam tidak ada yang ingin membeli saham termaksud atau saham tersebut hanya sebagian yang dibeli oleh orang dalam, maka diperbolehkan orang luar membelinya. Di sini pemegang saham asli mendapat hak didahulukan daripada orang luar.

Peristiwa lain yang dapat menimbulkan hak didahulukan ialah, bila perseroan akan menambah jumlah saham yang dikeluarkan, maka bagi saham tambahan itu lebih dulu ditawarkan kepada para pemegang saham asli. Bam, sesudah dibeli oleh orang dalam, maka sisa saham dapat ditawarkan kepada orang luar. Kemungkinan adanya hak dida-hulukan ini hams ditentukan lebih dulu dalam anggaran dasar.

132. BUKTI DIVIDEN DAN TALON Pada tiap-tiap surat saham disertai satu setel bukti dividen sebanyak 12 lembar atau lebih beserta sebuah talon. Talon itu surat bukti untuk minta satu setel bukti dividen bam, yang berarti bahwa bukti dividen yang lama sudah habis. Adapun bukti dividen adalah surat bukti hak untuk mendapat sebagian dari keuntungan perusahaan pada tiap-tiap tahun. Bukti dividen ham berlaku sesudah tanggal pengumuman dalam surat-surat kabar oleh direksi tentang berlakunya bukti dividen yang bersangkutan (lihat lampiran I).

133. MENJUAL, MENGHIBAHKAN, MENGGADAIKAN, MEMUNGUT HASIL DAN MENGALIHKAN HAK YANG LAIN ATAS SAHAM

Dengan Pasal 41 dan 43 KUHD telah diatur tentang peralihan hak saham atas nama, yang cara penyerahannya diatur dalam anggaran dasar. Pasal 42 KUHD meberi dua contoh cara penyerahan saham atas nama kepada orang lain. Di luar dua contoh itu masih ada kemung-kinan cara lain yang ditetapkan dalam anggaran dasar. Sedangkan penyerahan saham atas pembawa, kita dapat berpedoman pada Pasal 613 ayat (3) KUHPER bsd. Pasal 41 KUHD. Lain daripada penyerah-an saham atas nama yang hams melalui suatu prosedur yang agak berbelit-belit, maka cara penyerahan saham atas pembawa cukup

117

Page 132: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

diserahkan secara fisik, yaitu penyerahan dari tangan ke tangan. Mengenai persoalan penyerahan saham atas-nama dan atas-pembawa telah saya bicarakan dalam pelajaran yang terdahulu (127 dan 128). Dari adanya ketentuan-ketentuan dalam Pasal 41, 42 dan 43 KUHD, kita dapat menarik suatu kesimpulan bahwa saham boleh dijual belikan, dihibahkan, digadaikan dan peralihan hak yang lain-lain. a. Menjual belikan saham. Mengenai jual beli ini diatur dalam Pasal

1457 dsl. KUHPER dan penyerahannya diatur dalam Pasal 613 KUHPER. Khusus mengenai penyerahan saham atas-nama hams dipedomani Pasal 613 ayat (1) dan (2) KUHPER, sedangkan penyerahan saham atas pembawa telah ditentukan dalam Pasal 613 ayat (3) KUHPER, yakni dengan penyerahan fisik atau dan tangan ke tangan.

b. Menghibahkan saham. Mengenai hibah ini diatur dalam Pasal 1666 dsl. KUHPER, sedangkan penyerahannya sama dengan yang dilakukan pada jual beli saham, yakni pada saham atas-nama dengan sesi (cessie), sedangkan pada saham atas-pembawa dengan penye-rahan fisik.

c. Menggadaikan saham. Tentang penggadaian saham itu diatur dalam Pasal 1152 (saham atas-pembawa) dan Pasal 1153 KUHPER (saham atas-nama). Penyerahan saham atas-pembawa dengan secara fisik, sedangkan penyerahan saham atas-nama hams diikuti peraturan yang tercantum dalam anggaran dasar mengenai peralihan saham atas-nama, yakni hams ada pengetahuan atau persetujuan pengurus perseroan. Pengurus dapat minta tanda bukti tertulis mengenai pemberitahuan itu, yang hams ada persetujuan dari pemberi gadai. Dalam teori, si penerima gadai tidak mempunyai hak suara dalam rapat umum pemegang saham, sebab hak suara hanya ada pada pemilik saham, tetapi praktis seorang pemilik saham yang sahamnya digadaikan, tidak dapat menggunakan hak suaranya, karena untuk itu si pemilik saham hams memperlihatkan surat sa-hamnya kepada rapat, sedangkan sahamnya ada pada si penerima gadai (kreditur) — (Pasal 1152 ayat (1) KUHPER).

d. Memungut hasil saham (vruchtgebruik). Memungut hasil adalah perbuatan untuk melakukan hakpunguthasil, sedangkan hak pungut hasil adalah hak untuk menikmati hasil barang orang lain, sebagai miliknya sendiri, asal si pemungut hasil memelihara barang itu dengan sebaik-baiknya (Pasal 756 KUHPER). Hak pungut hasil pada saham terjadi atas kehendak pemiliknya, yang dinyatakan

118

Page 133: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

melalui sebuah wasiat atau perjanjian, diikuti dengan penyerahan saham yang bersangkutan (Pasal 759 dan 760 KUHPER). Penye-rahan saham atas-nama hams berpedoman pada ketentuan-keten-tuan sebagai yang ditetapkan dalam anggaran dasar sesuai dengan Pasal 42 KUHD, sedangkan penyerahan saham atas-pembawa cukup dengan penyerahan fisik (Pasal 613 ayat (3) KUHPER). Selanjutnya peraturan mengenai hak pungut hasil seperti yang diatur dalam Bab X, Buku Kedua, KUHPER berlaku sepenuhnya bagi hak pungut hasil atas saham tersebut.

e. Pengalihan hak lainnya atas saham. Pengalihan hak lainnya atas saham di luar yang telah ditetapkan dalam anggaran dasar, kecuali peralihan hak atas dasar hukum waris, hanya diperbolehkan dengan persetujuan rapat umum pemegang saham.

134. JENIS-JENIS SAHAM Pasal 40, 41, 42, dan 43 KUHD mengatur tentang saham. Yang di-maksud dengan saham di sini ialah bagian dan modal perseroan seba-gai yang dimaksud dalam Pasal 40 ayat (1) KUHD. Ini adalah saham biasa. Kecuali saham jenis ini, masih ada beberapa jenis saham lagi, yaitu: saham utama, saham utama kumulatif, saham prioritas, saham pendiri dan saham bonus, yang dapat diuraikan sebagai berikut: a. Saham biasa (gewone aandeel). Saham ini diberikan kepada

setiap orang yang memberikan pemasukan sejumlah uang kepada perseroan. Kepada orang tersebut diberi beberapa lembar saham sesuai dengan uang pemasukannya itu. Tiap-tiap saham disertai seperangkat surat dividen beserta talonnya. Pemegang saham biasa mempunyai beberapa hak terhadap perseroan sebagai yang diten-tukan dalam anggaran dasar.

b. Saham utama (preferente aandelen). Saham ini mempunyai hak lebih dan saham biasa dalam hal keuntungan dan/atau saldo, pada waktu perseroan itu dibubarkan. Misalnya: kalau saham biasa me-nerima keuntungan 20%, maka saham utama menerima 20% ditambah 5% menjadi 25%. Kalau saham biasa menerima saldo pada waktu pembubaran perseroan sejumlah 5%, maka saham utama akan menerima 5% ditambah 2% menjadi 7%.")

c. Saham utama kumulatif (Cumulatief Preferent Aandeel). Saham ini mempunyai hak lebih daripada saham utama, di samping mem-

' 7) V.d. Heijden — V.d. Grinten, Handboek, druk 8, no. 187.

119

Page 134: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

punyai hak atas keuntungan dan saldo seperti halnya pada saham utama, juga mempunyai hak atas dividen tunggakan. Misal dan hal yang terakhir ini ialah: kalau pada suatu tahun, pemegang saham utama kumulatif, karena suatu keadaan tertentu hanya menerima dividen (n-x)%, maka pada tahun berikutnya, bila keadaan sudah mengizinkan, dia dapat menerima (n+x)%. Yang disebut "saham utama" itu pada umumnya merupakan saham utama kumulatif.

d. Saham prioritas (prioriteitsaandelen). Saham prioritas ini adalah saham yang pemiliknya mempunyai hak berbicara khusus (bijzon-dere zeggenschapsrechten). Ini adalah kewenangan yang tidak diberikan oleh undang-undang kepada rapat umum pemegang sa-ham, inilah hak yang termasuk dalam klausul "oligarchie". Kepada para pemegang saham prioritas ini diberikan kekuasaan bebicara yang sangat penting. Titik berat daripada kekuasaan ini terletak pada keputusan rapat para pemegang saham prioritas ini, yang mempunyai kekuatan mutlak.

e. Saham pendiri (oprichtersaandeel, actions industrielles). Ini ada-lah saham yang diberikan sebagai balas jasa terhadap jasa-jasa para pendiri dalam usahanya mendirikan dan dalam memperkem-bangkan perseroan. Penyetoran saham ini tidak berwujud uang atau benda, tetapi berwujud "tenaga fisik dan pikiran" yang diberikan oleh para pendiri pada waktu mendirikan dan memperkembangkan perseroan. Sebagai kita telah tahu penyetoran pemasukan yang berwujud tenaga pikiran dan fisik diperkenankan oleh undang-undang (Pasal 1627 dan 1633 KUHPER). Saham ini tidak ada be-danya dengan saham biasa, terutama mengenai bagian keuntungan dan kewenangan-kewenangan dalam rapat umum pemegang saham.

Saham pendiri ini berbeda dengan "bukti pendiri". Kalau saham pendiri ada penyetoran, meskipun tidak berwujud uang atau benda, tetapi pada bukti pendiri tidak ada penyetoran, sebab bukti pendiri itu merupakan upah jasa pendiri. Bukti pendiri ini akan saya bicarakan lebih lanjut pada pelajaran lain.

f Saham bonus (bonusaandeel). Saham bonus itu seperti saham biasa dan mengandung hak-hak seperti halnya saham biasa. Saham bonus itu diberikan kepada mereka yang sudah menjadi pemegang saham, tanpa adanya setoran uang tunai atau benda-benda lain kepada perseroan. Pemberian saham bonus itu sebagai ganti hak menagih kepada peseroan atas dana cadangan atau dana kelebihan (surplus) daripada modal yang ditempatkan. Hak menagih itu timbul

120

Page 135: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

misalnya, karena adanya keuntungan atau hasil luar biasa darioperasi perseroan, penilaian kembali aktiva tetap, dan lain-lain. Jadi, sebagai ganti setoran atas saham bonus itu, orang melepaskan hak menagih tesebut. Pengeluaran saham bonus ini dimaksudkan untuk menahan uang yang sedianya dikeluarkan bagi pars pemegang saham. Dengan demikian, uang surplus itu tetap di kas perseroan, yang berarti me-nambah modal yang ditempatkan.

135. DAFTAR PEMEGANG SAHAM Di kantor perseroan selalu hams dipelihara sebuah daftar pemegang saham, daftar saham atau buku saham. Di dalamnya didaftar nama-nama semua pemegang saham, terutama yang belum penuh menyetor, alamat, saham yang ditempatkan, saham yang sudah disetor beserta jumlahnya. Juga harus dicatat tentang pembebasan tanggung jawab mengenai jumlah yang belum disetor, juga dicatat mengenai hal-hal lain yang perlu diketahui, yang menyangkut saham serta pemegangnya. Daftar pemegang saham itu hams dipelihara dengan saksama, dile-takkan di kantor perseroan, di mana setiap orang dapat melihat dan dapat minta salinan dengan biaya pokok.

136. SURAT BERHARGA LAINNYA YANG DIKELUARKAN OLEH PER-

SEROAN Kecuali jenis saham, perseroan masih dapat menerbitkan surat-surat berharga jenis lainnya, seperti: resepis saham, bukti pendiri, bukti ke- untungan dan obligasi. Sertifikat saham adalah surat berharga yang tidak diterbitkan oleh perseroan, tetapi oleh kantor administrasi ber- dasarkan saham-saham perseroan yang telah dikuasai dan dimiliki.

Surat-surat berharga tersebut di atas dapat diuraikan sebagai berikut: a. Resepis saham (resepissen van aandelen) adalah bukti saham

sementara. Resepis ini diberikan untuk pada suatu waktu tertentu diganti dengan surat saham yang biasa.'s ) Jadi, pemegang resepis adalah pemegang saham. Kalau resepis ini diterbitkan atas pemba-wa, sedangkan saham yang menjadi dasamya adalah saham atas nama, maka resepis itu tidak boleh dipandang sebagai surat berharga atas pembawa, sebab dalam hal ini resepis hanya berfurigsi sebagai bukti diri (legitimerende functie). Resepis pada pokoknya hanyalah surat keterangan tentang adanya saham dan penyerahan resepis

IS) Van der Heijden — V.d. Grinten, Hanboek, druk 8, bI. 275. no. 189.

121

Page 136: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

ini adalah sama dengan penyerahan saham. Perseroan dapat minta agar pemegang resepis menyerahkan resepis untuk diganti dengan surat saham. Tidak menuruti permintaan ini tidak menjadikan dia berhenti sebagai pemegang saham. Akan tetapi dengan adanya ketentuan bahwa bukti dividen hanya ada pada surat saham dan tidak ada pada resepis, maka pemegang resepis teipalcsa menyerah-kan resepisnya untuk diganti dengan surat saham. Juga ditentukan dalam anggaran dasar bahwa hak-hak pemegang saham hanya ada pada pemegang saham dan tidak pada pemegang resepis.

b. Bukti kepatutan (bewijzen van deelgerechtigheid) atau actions de jouissance. Dalam rangka perseroan mengadakan reorganisasi, perseroan dapat mengadakan amortisasi saham, artinya beberapa surat saham secara undian dibeli kembali oleh perseroan. Dalam hal yang demikian , adalah pantas/patut atau adil, bila perseroan memberi kepada bekas pemegang saham tersebut sekedar ganti rugi yang berwujud surat bukti kepatutan atau actions de jouissance. Dengan surat bukti kepatutan itu pemegangnya mendapat sebagian dari keuntungan perseroan setiap tahun dan bagian saldo pada waktu pemberesan perseroan. Bukti kepatutan atau actions de jouissance itu bukan surat saham, dari itu pemegangnya tidak mempunyai hak-hak seperti halnya pemegang saham biasa.

c. Bukti pendiri dan bukti keuntungan (oprichters- en winstbewijzen). Balas jasa kepada orang-orang yang telah berjasa dalam mendirikan dan memperkembangkan perseroan dapat berwujud surat saham pendiri, yang sudah saya bicarakan pada pelajaran yang lalu. Pener-bitan saham pendiri itu tidak tanpa keberatan, sebab saham itu akan menambah jumlah modal tanpa uang. Pula tampak tidak me-ngenai sasaran, orang yang hanya berhak terhadap balas jasa yang berwujud uang, sekarang mendapat saham pendiri, yang meng-andung beberapa hak tambahan, yakni hak-hak sebagai pemegang saham biasa. Dan sebab itu banyak perseroan yang berpendapat bahwa kepada orang-orang yang telah berjasa mendirikan atau memperlancar jalannya perseroan diberi surat bukti pendiri atau bukti keuntungan. Pemegang surat-surat ini hanya mempunyai hak atas bagian keuntungan perseroan dan tidak mempunyai hak-hak lain seperti halnya seorang pemegang saham biasa. Kecuali hak atas bagian keuntungan perseroan, pemegang surat bukti pendiri juga berhak atas bagian dari saldo perseroan dalam pemberesan.

Juga bukti keuntungan selanjutnya tidak merupakan suatu lem-

122

Page 137: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

baga tanpa keberatan dalam dunia perseroan.I 9) Adanya hak-hak para pemegang bukti keuntungan sering-sering menimbulkan ke-sulitan bagi perseroan yang bersangkutan, lama-lama dapat tam-pak bahwa pemberian bagian keuntungan yang terns menerus kepa-da para pendiri tidak seimbang dengan jasa yang telah diberikan. Dan itu banyak perseroan yang berpendapat bahwa kepada para pendiri itu lebih baik diberi sejumlah uang kontan sekaligus, atau kalau tindakan ini akan menyulitkan perseroan, baik bila pelunasan balas jasa itu berganti-ganti berdasar undian.

d. Obligasi. Bila sebuah perseroan akan menambah modalnya, ada beberapa jalan yang dapat ditempuh, misalnya: mencari kredit bank, meminjam uang kepada seorang tertentu atau menerbitkan surat-surat beharga tambahan, misalnya: 1) mengeluarkan saham tambahan. Cara ini tidak tanpa keberat-

an, yakni menambah beban yang telah berat. Dan itu kalau cara ini dianggap kurang menguntungkan bagi perseoan, maka perseroan dapat menerbitkan surat berharga jenis lain, yaitu:

2) obligasi, yakni surat utang umum kepada masyarakat yang mempergunakan surat berharga jenis obligasi, yang akan saya bicarakan selanjutnya dalam pelajaran berikut.

e. Sertifikat saham (certificaten van aandelen). Surat beharga jenis ini tidak diterbitkan oleh perseroan, tetapi oleh sebuah kantor admi-nistrasi. Kantor administrasi ini membeli seluruh atau sebagian saham dari perseroan tertentu. Atas dasar saham-saham yang telah dimiliki itu kantor administrasi yang besangkutan lalu menerbitkan sertipikat-sertipikat saham dengan harga yang berbeda daripada harga nominal saham aslinya, misalnya: sebuah surat saham ash seharga nominal US$ 10,-, sedangkan sebuah sertifikat yang diterbitkan berdasarkan saham tersebut berharga nominal Rp 10.000,. Surat berharga jenis ini akan saya bicarakan lebih lanjut pada pelajaran berikut.

137. OBLIGASI Yang dimaksud dengan pinjaman obligasi ialah jenis pinjaman uang dart masyarakat dengan jalan mengeluarkan surat-surat obligasi dalam bentuk apapun juga yang berjangka waktu sekurang-kurangnya satu tahun (Pasal 1, huruf a, PP No. 6 Tahun 1963, L.N. 1963-7, lihat contoh terlampir). Surat obligasi adalah surat tanda bukti adanya pin-

' 9) Van der Heijden — Vd. Grinten, Handboek, druk 8, bl. 280. no. 194.

123

Page 138: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

'--t•

f'. ; • 4.1‘ • •••• •

b. .r., -- v---

IL -1

BB 843492 J ,

/:.% 843482

4 1 f

41friAN REPUBU K ROOKS*

BESAR R. 1.500.000.000 SURAT =BARAN FINDJADIAN DARI SERATUS

RUPIAH 3 PER SERATVS

Mooed Leeeepoe Republik bedeilsia memeopliell balm rm I plooljaero atm MGM po•Nosof W., WWII,

Dikelseeboo benbeedule promo Blemerl iserpa

lepoblik Iodated. Nu P.D./S.14mA Dpkoreb 19 Mani 1950 Jo Yams.= jay kepideeje d.M erdeogussobris demon teacup pholpreal drum.

Dow' 111 Keno 1%019. LS

00

menus ■1•11•■11 •ILL•In. t AIM IS

MY OtAINT Swam nsocom•

MOM"

-

*MINT* • 11•3P

19 * • '17% V 4/i) 1 , ,

C • • • • P.11,110.11111117.

124

Page 139: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

jaman obligasi yang merupakan akta di bawah tangan, yang ditanda-tangani oleh direktur utama dan komisaris utama. Karena jumlah surat obligasi itu banyak, maka tanda tanganfaksimile (tanda tangan cetakan) diperkenankan. Sifat surat obligasi itu adalah surat pengakuan utang sepihak, termasuk jenis surat kesanggupan membayar, seperti yang dimaksud dalam Pasal 1878 ayat (1) KUHPER dan berdasar ayat (3) pasal tersebut surat utang obligasi itu tidak diperlukan pengesahan.

Surat obligasi itu dapat diterbitkan atas nama (op naam) atau atas pembawa (aan toonder), tetapi biasanya diterbitkan atas pembawa. 209

Surat obligasi itu memberi hak kepada pemegangnya untuk menagih bunga kepada perseroan, meskipun perseroan dalam keadaan merugi. Bagaimanapun jugs penerbitan obligasi itu perlu dihindarkan, karena hal ini adalah suatu pertanda bahwa modal perseroan sudah menipis. Penerbitan surat obligasi ini mendesak kedudukan para pemegang saham, karena pembayaran bunga kepada pemegang surat obligasi hams didahulukan daripada pembayaran dividen bagi para pemegang saham. Adalah bijaksana bila direksi perseroan memelihara kas ca-dangan sebagai yang dimaksud dalam Pasal 48 KUHD, sebab kebi-jaksanaan ini akan menghindarkan penerbitan obligasi. Pengeluaran obligasi hanya dapat dipertanggungjawabkan, bila keadaan perseroan dalam keadaan mendesak.

Sudah saya katakan di muka bahwa biasanya orang menerbitkan surat obligasi atas-pembawa, karena itu maka pemegang obligasi satu sama lain tidak mengenal, akibatnya mereka tidak dapat merupakan satu kesatuan, yang dapat memberi bantuan kepada perseroan. Dan itu biasanya perseroanlah yang memprakasai membentuk suatu badan yang disebut "Kantor Kepercayaan" (Trustee Kantoor), yang bertugas untuk mewakili para pemegang surat obligasi dan membela kepentingan-kepentingannya. Dengan melalui kantor inilah para pemegang surat obli-gasi dapat mengadakan rapat umum pemegang obligasi untuk memberi-kan saran-saran yang menguntungkan bagi perseroan. Biasanya yang ditunjuk sebagai "trustee" adalah seorang "bankir" atau "maskapai kepercayaan" (trustmaatschappn), yang didirikan khusus untuk itu. 21

20) Dorhout Mees, Ned. Handels- en Faill, 1, druk 7, 1976, 61. 133, no. 4.136; Van der Heijden, Handboek, druk 8, 1968, bl. 283, no. 196; Polak, Handboek, I, druk 5, 1935, bl. 377; Molengraaff, Leidraad, II, druk 9, 154, bl. 519. Prodjodikoro, Hukum, 1969, hlm. 78; Soekardono, Hukum Dagang Indonesia, op. cit., hlm. 169; Polak, op. cit., bl. 379.

125

Page 140: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

Pinjaman obligasi itu diatur dalam PP No. 6 Tahun 1963 (L.N. 1963-7), yang dicabut dengan PP No. 20 Tahun 1973 (L.N. 1973-26), tetapi tidak ada penggantinya. PP No. 20/1973, pasal 2 berbunyi: "Izin mengeluarkan pinjaman obligasi yang telah diberikan kepada bank/perusahaan/badan pemerintah maupun swasta berdasarkan PP No. 6 Tahun 1963 tersebut pasal 1 PP ini tetap berlaku sampai ada ketentuan lebih lanjut sebagaimana tersebut pada pasal 3 PP ini." Sedangkan pasal 3 PP ini berbunyi: "Menteri Keuangan mengatur lebih lanjut ketentuan-ketentuan yang diperlukan guna menampung dan menyelesaikan hal-hal yang timbul sebagai akibat dari pencabutan PP No. 6 Tahun 1963 tersebut pada pasal 1 PP ini."

Tiap-tiap obligasi itu selalu disertai seperangkat kupon dan talon-nya. Kupon itu dipakai untuk minta bunga kepada perseroan pada tiap-tiap tahun sesudah adanya pengumuman dari direksi perseroan. Hak dan kewajiban pemegang obligasi ditentukan oleh isi dari obliga-si itu sendiri. Meskipun begitu, bila orang menuntut berlakunya syarat-sayat penerbitan atau ketentuan-ketentuan dalam anggaran dasar yang tidak diambil dalam obligasi, tidak selalu ditolak oleh Hakim.")

Hubungan hukum antara penerbit dan pemegang obligasi adalah hubungan pinjam-mengganti (verbruiklening) sebagai yang diatur dalam Bab XIII, Buku III, KUHPER. Kalau ada wanprestasi dari pihak perseroan, pemegang obligasi tidak dapat minta pembubaran perjanjian, tetapi penuntutan ganti kerugian, sebab peminjaman uang dengan bunga tidak termasuk perjanjian timbal balik." )

Adapun jenis-jenis obligasi dapat diuraikan sebagai berikut: a. Obligasi biasa.

Pemegang obligasi adalah berbeda dengan pemegang saham. Pemegang obligasi selalu mendapat bunga, meskipun perseroan dalam keadaan merugi, tetapi sebaliknya, pemegang saham tidak menerima dividen kalau perseroan dalam keadaan merugi, dan akan menerima dividen banyak bila perseroan dalam keadaan untung besar. Bunga yang diterima oleh pemegang obligasi selalu tetap jumlahnya, sebaliknya dividen yang diterima oleh peme-gang saham selalu berubah-ubah sesuai dengan untung ruginya perseroan. Inilah obligasi biasa.

") Molengraaff, op. cit., bl. 522. 23) Molengraaff, op. cit., bl. 521.

126

Page 141: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

b. Obligasi pendapatan dan keuntungan Menurut Polak dan Van der Heijden, 241 sering-sering kepada pemegang obligasi di samping bunga tetap, dijanjikan akan di-beri sebagaimana dari keuntungan perseroan. Obligasi jenis ini disebut obligasi pendapatan (inkomstobligatie). Apabila kepada pemegang obligasi dibayar bunganya hanya dari keun-tungan yang didapat saja, maka ini disebut obligasi keuntungan (winstdelende obligatie). Obligasi keuntungan ini, meskipun secara juridis berbeda dengan saham, tetapi ekonomis keduanya adalah berdekatan. Bukankah dapat ditetapkan bahwa bunga obligasi jumlahnya sama dengan dividen pada saham dan obligasi baru dapat dituntut dan dibayar kembali pada waktu pembubaran perse-roan. 25)

c. Obligasi tukar Ada sejenis obligasi, yang tidak atau dengan syarat-syarat tertentu atau dalam jangka waktu tertentu dapat ditukar dengan saham. Obligasi jenis ini disebut "obligasi tukar" (converteerbare obli-gatie). Penerbitan obligasi jenis ini hams mengingat ketentuan-ketentuan dalam akta pendirian. Dengan mengganti obligasi jenis ini, sudah tentu menambah jumlah saham-saham yang telah ada. Dan itu jumlah modal perseroan hams sedemikian besar, sehingga cukup untuk menampung banyaknya obligasi tukar. 26)

138. SERTIFIKAT SAHAM Sertifikat saham (certificaat van aandelen)27) atau akta pemberian bagian keuntungan adalah bukti hak atas bagian keuntungan, yang dikeluarkan oleh dan atas nama kantor administrasi berdasarkan sa-ham-saham yang dimilikinya. Kantor Administrasi dimaksud adalah suatu perusahaan yang begerak di bidang efek-efek. Perusahan itu membeli saham-saham yang aman dan menguntungkan dengan nilai uang asing atau uang nasional, sesudah mana perusahaan itu mener-bitkan sertifikat-sertifikat atas namanya sendiri berdasarkan saham-saham yang telah dibeli dan dikuasainya. Sertifikat itu dijual dengan

241 Polak, op. cit., bl. 379, 380; Van der Heijden, op. cit., no. 195; Molengaaff, op. cit., bl. 523; Vollmar, op. cit., no. 144.

1 ' 1 Van der Heijden, op. cit., no. 195. 26)Mid, no. 196. 27) Molengraaff, op. cit., bl. 249; V.d. Heijden, no. 197; Polak, bl. 384.

127

Page 142: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

harga yang dapat dicapai oleh daya beli rakyat banyak. Menurut MolengraafP ) di Nederland perusahaan semacam itu disebut "Ad-ministratie Kantoor" atau "Beschermingscomite". Di Indonesia Peru-sahaan semacam itu juga ada, yaitu:

PT Danareksa. PT Danareksa tersebut adalah perusahaan perse-roan, dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden RI No. 52 Tahun 1976 dengan akta Notaris J.N. Siregar di Jakarta, tanggal 28 Desember 1976, No. 74, yang telah disahkan dengan Keputusan Menteri Kehakim-an RI tanggal 12 Juli 1977 No. YA 5/353/21, beralamat di Jalan Merdeka Selatan No. 13 Jakarta. PT Danareksa membeli saham dan PT Semen Cibinong, Bogor, Jakarta, sebanyak 150.000 lembar saham biasa a US$ 10,- nominal. Jadi, semua bernilai US$ 15.000.000,-. Saham asli disimpan di Kantor Pusat Bank Negara Indonesia 1946 di Jakarta. Berdasarkan atas saham PT Semen Cibinong yang telah dibeli dan dikuasai, PT Danareksa menerbitkan sertifikat atas pembawa untuk saham biasa PT Semen Cibinong sebanyak 148.200 lembar masing-tnasing dengan harga nominal Rp 10.000,-. Sertifikat saham ini mulai dijual umum pada tanggal 10 Agustus 1977 (contoh terlampir).

Persoalan, siapakah yang menjadi pemilik saham PT Semen Ci-binong, apakah pemegang sertifikat ataukah PT Danareksa? Mo-lengraaff29) mengatakan: "Eigenaar van het aandeel is de certificaat-houder en niet het administratiekantoor" (pemilik saham adalah peme-gang sertifikat dan bukan kantor administrasi). Jadi, dalam hal sertifikat PT Danareksa, maka pemilik saham PT Semen Cibinong adalah pe-megang Sertifikat dan bukan PT Danareksa.

Dalam hal ini PT Danareksa merupakan pemegang kuasa darn para pemegang sertifikat untuk melakukan hak-hak pemegang saham ter-hadap PT Semen Cibinong, sedang pemegang sertifikat tidak ada hu-bungan langsung dengan PT Semen Cibinong. Hak-hak pemegang saham dilakukan sepenuhnya oleh penerbit sertifikat (PT Danareksa) dan tidak ada sisanya bagi pemegang sertifikat.

D. ALAT PERLENGKAPAN PERSEROAN TERBATAS

139. RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM Sebagai badan hukum perseroan terbatas hanya dapat mengambil kepu-

Molengraaff, op. cit., bI. 527. "' Molengraaff, op. cit., bl. 527.

128

Page 143: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

SIRYIfIVAT

P.T. DANAREKSA 1.13/33661me Marla

01.101o. loolsorim Ism MOM I. I Ms. 1n Oo. *Ms. P.A. j.o. Moe.. Nem% A Mom MMus! 21 Om* 11* ids. Al &Mho mop. km... mom UM* I I isamoull ON new A. MAIL

AboyA 7.1.. WM. MosiM IMO* IS. Mom Ma loom Mogi WPM

Moom WM, NOM SUM.

WHIM "AIWA MASA I

P. T. B A T INDONESIA beelmialwire w Miris

171• s Ouso. M. AN Mom. NOM* Oeso...• HMO r13= mu, 7 Asom 1MI Mom me M.V. NCO WOTAN COMM bobsOM•es r CUM. MO 'Mk Mambo. ONIM

Ossm. MOM * OSIOrfr I.Crst.rlon 110•••• Mow M. Mfrs.. Dom Om ors sm.. MA M.O.. bolos•l. boltr**** 0•0

=MIT 4hiasstruls=sor*".AltMAM 1 11.

ok•Our lime. WM* no doom Ma

* °Yaw MVP Near steno P.T.- IA T " A Mom

momeut on MIWASIU S AMA, SALAAM MAY PT. SA t MOM*

MooMeemsMs NOMINAL Ip.

NOMINAL Rp. (LIMA RIBU RUPIAH)

1.001.1.1.‘Mopyifta OM Msom•sa P. t SAT 11001111A Mow swami M mama.— UOM M LOOM Mbar Mao lasso • Is. ssobol. AMA Ms* dieMMOMM. Gish P.1.

*mu Mb Sostamme PloosAs • 1MM Mot OdoNsAu Mom. a MM. Nam MI ...M+ N mu omsmo. proems Mosots. or Moe MS. SO. LW- ser Moo. WM IsMod MoSsm Sow 1.01110 ~AIM

dsOmMoso. N. OsO Moo MOM • M. 1M. MoodA

Moos. IS

P. T. OAM SA.

W MUM MIRE. M. tie. OM Alma 10M No N. AYR V. Y. MI.

••■•••■■■•• mme•■•••

129

Page 144: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

tusan atau berbuat dengan perantaraan alat perlengkapannya, yaitu orang atau orang-orang dalam hubungan tertentu dangan PT, yang meng-ambil keputusan atau berbuat tidak untuk din sendiri, tetapi atas nama perseroan. Keputusan atau perbuatan yang demikian asal dilakukan dalam batas kewenangan yang telah ditentukan dalam hukum atau akta pendirian, mengikat perseroan dan tidak mengikat orang-orang yang menjalankan secara pribadi. Adapun alat perlengkapan tesebut ialah: a. Rapat umum pemegang saham; b. Pengurus; c. Komisaris.

Rapat umum pemegang saham adalah alat perlengkapan perseroan, yang merupakan kekuasaan yang tertinggi dalam perseroan, yang me-laksanakan pimpinan tertinggi atas perusahaan. Meskipun kedudukan rapat umum ini sangat penting dalam perseroan, tetapi KUHD tidak banyak mengatur, malahan mengadakan rapat umum saja tidak diha-ruskan, misalnya: a. Pasal 55 ayat (2) KUHD menentukan bahwa pemberitahuan ten-

tang untung rugi perseroan kepada para pemegang saham dapat dilakukan dengan cara: 1) dalam rapat umum pemegang saham, atau 2) mengirimkan daftar untung rugi tersebut kepada tiap-tiap peme-

gang saham, atau 3) menyediakan daftar untung rugi tesebut di kantor perseroan

untuk dapat dilihat oleh tiap-tiap pemegang saham. b. Pasal 52 ayat (1) dan (2) KUHD menentukan bahwa mengenai

verifikasi pertanggungjawaban direksi tidak hams dilakukan oleh rapat umum pemegang saham, melainkan dianggap cukup dilakukan oleh komisaris atas nama pemegang saham. Di Nederland, keharusan adanya rapat umum pemegang saham

tiap-tiap tahun itu ditetapkan dalam Pasal 43a ayat (1) W.v.K. Neder-land, yang berbunyi: "Jaarlijks wordt ten minste een algemene ver-gadering gehouden" (Tiap-tiap tahun diadakan paling sedikit satu kali rapat umum pemegang saham). Sedangkan di Indonesia ketentuan yang demikian tidak ada di KUHD. Dan sebab itu mengenai peraturan tentang luas kewenangan dan lain-lain hal mengenai rapat umum hams dicari dalam akta pendirian atau dalam anggaran dasar perseroan. Biasanya yang mengundang dan mengetuai rapat umum itu adalah direktur utama perseroan (contoh terlampir).

130

Page 145: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

PANGGILAN RAPAT UMUM TAHUNAN

PEMEGANG SAHAM PT

Memenuhi ketentuan Anggaran Dasar Perseroan Pasal 14 dan Pasal 15 dengan ini Direksi PT mengundang para Pemegang Saham untuk menghadiri Rapat Umum Tahunan Pemegang Saham PT pada:

Hari : Sabtu Tanggal : 30 Juni 1979 Waktu : 13.00 Bertempat di : Kantor PT

JI. Abdul Muis Jakarta Pusat

Dengan acara: 1. Laporan Direksi 2. Pengesahan Neraca & Perhitungan Rugi/Laba

Tahun 1978 3. Pemilihan Presiden Komisaris dan Presiden Direktur 4. Lain-lain

Diharapkan kehadiran para Pemegang Saham tepat pada waktunya.

Laporan Direksi serta Perhitungan Rugi/Laba dan Neraca Tahun 1978 dapat dilihat di Kantor PT mulai tanggal 20 Juni 1979.

Jakarta, 15 Juni 1979 DIREKSI PT

140. HAK BERSUARA PEMEGANG SAHAM Hak bersuara pemegang saham diatur dalam Pasal 54 (lama) KUHD yang menentukan bahwa: a. Hak suara para pesero hams diatur dalam akta pendirian perseroan

dengan pedoman:

131

Page 146: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

1) Bila modal perseroan itu terdiri dari 100 buah saham atau lebih, maka tiap-tiap pemegang saham paling banyak mengeluarkan 6 suara bagi dirinya;

2) Bila modal perseroan itu terdiri kurang dari 100 buah saham, maka tiap-tiap pemegang saham hanya boleh mengeluarkan paling banyak 3 suara;

b. Direksi dan komisaris dalam pemungutan suara tidak boleh ber-tindak sebagai pemegang kuasa. Rasio dari Pasal 54 ayat (1) KUHD itu ialah untuk mencegah

terkumpulnya banyak suara dalam satu Tangan. Tetapi dalam praktik, rasio ini dapat diterobos dengan adanya "stroman" (pesero kedok), bila saham itu diterbitkan atas pembawa (aan toonder). Keputusan rapat umum pemegang saham, dalam mana terdapat "stroman" ter-sebut, dapat digugat, kalau dapat dibuktikan bahwa pemegang saham "stroman" itu bukanlah pemilik saham, tetapi kedok belaka. Pembuktian mengenai ini sukar dilakukan, lebih-lebih dengan adanya Pasal 534 KUHPER bsd. Pasal 1 KUHD, yang menganggap bahwa setiap pe-megang saham itu adalah pemiliknya, kecuali bila dapat dibuktikan bahwa dia adalah pemegang milik orang lain.

Dalam rapat umum pemegang saham, pemegang saham dapat mengirimkan wakilnya untuk mengeluarkan suaranya. Wakil itu boleh setiap orang yang cakap berbuat, kecuali direksi dan komisaris (Pasal 54 ayat (2) KUHD). Rasio dari larangan itu ialah karena rapat umum pemegang saham itu diadakan justru untuk mengontrol pekerjaan mereka. Bila direksi dan komisaris itu dapat duduk sebagai wakil para pemegang saham, maka keputusan rapat umum pemegang saham itu dapat dipengaruhi.

Pasal 54 KUHD ini sekarang dianggap kurang memuaskan, karena alasan-alasan tersebut dan lain-lain, dan karena itu pasal ini diubah dengan UU No. 4 Tahun 1971 (LN 1971-20, m.b. 29 Maret 1971), yang berbunyi sebagai berikut: a. Hanya para pemegang saham yang berhak mengeluarkan suara.

Setiap pemegang saham sekurang-kurangnya berhak mengeluar-kan satu suara;

b. Dalam hal modal perseroan terbagi dalam saham-saham dengan harga nominal yang sama, maka setiap pemegang saham berhak mengeluarkan suara sebanyak jumlah saham yang dimilikinya;

c. Dalam hal modal perseroan terbagi dalam saham-saham dengan harga nominal yang berbeda, maka setiap pemegang saham berhak

132

Page 147: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

mengeluarkan suara sebanyak kelipatan dari harga nominal saham yang terkecil dari perseroan terhadap keseluruhan jumlah harga nominal dari saham yang dimiliki pemegangnya. Sisa suara yang belum mencapai satu suara tidak diperhitungkan;

d. Pembatasan mengenai banyaknya suara yang berhak dikeluarkan oleh pemegang saham dapat diatur dalam akta pendirian dengan ketentuan bahwa seorang pemegang saham tidak dapat mengeluar-kan lebih dari enam suara, apabila modal perseroan terbagi dalam seratus saham atau lebih, dan tidak dapat mengeluarkan lebih dari tiga suara, apabila modal perseroan terbagi dalam kurang dari seratus saham;

e. Tidak seorang pengurus atau komisaris dibolehkan bertindak seba- gai kuasa dalam pemungutan suara (lihat lampiran III). Perubahan Pasal 54 KUHD ini dianggap lebih jelas dan dapat

menghindarkan usaha-usaha semacam "stroman" tersebut di atas.

141. PERUBAHAN PASAL 54 KUHD Sebagai telah kita ketahui bahwa Pasal 54 KUHD telah diubah dan ditambah dengan UU No. 4 Tahun 1971 (LN 1971-20), m.b. 29 Ma-ret 1971. Pasal 54 (lama) KUHD itu mengenai sistem hak suara terbatas, yang singkatnya adalah sebagai berikut: a. Bila modal sebuah PT terbagi dalam 100 buah saham atau lebih,

maka seorang pemegang saham paling banyak hanya dapat menge-luarkan 6 suara, meskipun dia mempunyai lebih dari 6 buah saham;

b. Bila modal perseroan terbagi dalam kurang dari 100 saham, maka seorang pemegang saham paling banyak hanya dapat mengeluar- kan 3 suara, meskipun dia mempunyai lebih dari 3 buah saham. Adapun perubahan dan tambahan sebagai yang disebut dalam UU

No. 4 Tahun 1971 mengandung 2 sistem hak suara, yaitu: hak suara tebatas dan hak suara tak terbatas. Dengan adanya UU No. 4 Tahun 1971 itu sistem hak suara terbatas tidak dihapus, tetap diper-tahankan dan ditambah dengan sistem hak suara tak terbatas. Dalam UU No. 4 Tahun 1971, sistem hak suara terbatas diatur dalam ayat (4), sedangkan sistem hak suara tak terbatas diatur dalam ayat (1), (2), dan (3), yang berbunyi sebagai berikut: (1) Hanya para pemegang saham yang berhak mengeluarkan suara.

Setiap pemegang saham sekurang-kurangnya berhak menge-luarkan satu suara.

(2) Dalam hal modal perseroan terbagi dalam saham-saham dengan

133

Page 148: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

harga nominal yang sama, maka setiap pemegang saham berhak mengeluarkan suara sebanyak jumlah saham yang dimilikinya.

(3) Dalam hal modal perseroan terbagi dalam saham-saham dengan harga nominal yang berbeda, maka setiap pemegang saham ber- hak mengeluarkan suara sebanyak kelipatan dan harga nominal saham yang terkecil dan perseroan terhadap keseluruhan jumlah harga nominal dari saham yang dimiliki pemegangnya

Sisa suara yang belum mencapai satu suara tidak diperhitungkan. Jadi, sistem hak suara tak terbatas ialah suatu sistem yang menetapkan bahwa setiap pemegang saham sekurang-kurangnya berhak mengeluar-kan satu suara (Pasal 1, ayat (1), kalimat kedua, UU No. 4 Tahun 1971), misalnya: seorang pemegang saham memiliki 63 buah saham, maka dia berhak mengeluarkan 63 suara dalam rapat umum pemegang saham, tidak peduli apakah modal perseroan itu terbagi dalam 100 buah sa-ham atau lebih, maupun terbagi dalam kurang dari 100 buah saham.

Dengan adanya undang-undang ini, maka sebuah perseroan yang telah berdiri dengan sistem hak suara terbatas, tidak perlu mengubah anggaran dasarnya, kecuali kalau PT itu justru akan mengubah sistem hak suaranya menjadi sistem hak suara tak terbatas. Bagi perseroan terbatas yang akan didirikan dapat memilih salah satu dan sistem-sistem tersebut, apakah ingin sistem hak suara terbatas, apakah ingin sistem hak suara tak terbatas.

Perubahan dan penambahan Pasal 54 KUHD itu erat hubungannya dengan: a) UU No. 9 Tahun 1969 (LN 1969-16), tentang "Bentuk-bentuk

Usaha Negara"; b) UU No. 6 Tahun 1968 (LN 1968-33), tentang "Penanaman Modal

Dalam Negeri". c) UU No. 1 Tahun 1967 (LN 1967-1), tentang "Penanaman Modal

Asing". Untuk menghindari adanya "pemegang saham kedok" (stromans-

aandeelhouder), maka Pasal 1 ayat (1) UU No. 4 Tahun 1971 itu menentukan: "Hanya pemegang saham yang berhak mengeluarkan suara." Jadi, yang dapat datang dalam rapat umum para pemegang saham atau rapat-rapat lainnya hanyalah pemegang saham sendiri atau kuasanya yang sah. Usaha lainnya untuk menghindari adanya "pemegang saham kedok" ialah bila surat saham itu diterbitkan atas nama (op naam).

Alasan apakah yang menjadi sebabnya, Pasal 54 KUHD itu diubah

134

Page 149: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

dan ditambah dengan UU No. 4 Tahun 1971, kita dapat membaca salah satu alinea (alinea 6) dari Keterangan Pemerintah tentang RUU tentang Perubahan dan Penambahan atas ketentuan Pasal 54 ayat (1) KUHD (S. 1847-23), pada tanggal 6 Mei 1970 di hadapan sidang pleno DPR-GR yang berbunyi sebagai berikut: "Pada waktu ini dalam bidang pemasaran uang dan modal (bursa) serta bidang baik penanam-an modal dalam negeri maupun penanaman modal asing yang dalam pelaksanaannya menggunakan antara lain bentuk perseoan terbatas sebagai alat guna mewujudkan hasil usahanya, Pasal 54 ayat (1) KUHD, yang mengatur hak suara seorang pemegang saham secara sistem terbatas, merupakan hambatan dalam melancarkan pengerah-an dana yang ada dalam masyarakat Indonesia. Sambil menunggu suatu peninjauan kembali secara keseluruhan mengenai bentuk-bentuk usaha komersiil sebagai termaksud di atas, maka suatu perubahan "partieel" atas Pasal 54 ayat (1) KUHD dapat memenuhi kebutuhan pengaturan hukum dalam pengerahan dana, guna memperbaiki dan membangun ekonomi nasional dalam waktu yang lebih singkat."

Perseroan terbatas dengan sistem hak suara terbatas dalam kenya-taannya sukar menarik modal dari masyarakat guna memperluas usa-hanya, karena menambah modal berarti bertambah banyaknya "kon-trol" dai pemegang saham yang memiliki presentase modal yang besar. Demikianlah sistem hak suara terbatas ini sukar dapat menghasilkan perseroan terbatas, di mana masyarakat dapat ikut serta untuk usaha-usaha yang besar seperti pertambangan dan lain-lain. Dengan sistem hak suara tak terbatas, dalam pengertian setiap pemegang saham dapat mengeluarkan suara sebanyak jumlah saham yang dimiliki, dapat dihimpun dana-dana yang ada dalam masyarakat, dengan perkataan lain, masyarakat dapat ikut serta dalam pembangunan ekonomi. Dalam usaha menghidupkan kembali pasar uang dan modal, maka adanya sistem hak suara tak terbatas ini dapat menstimulir dan melancarkan usaha tersebut, sehingga menambah aktivitas dunia perdagangan pada khususnya dan ekonomi nasional pada umumnya. Di sinilah letak urgensi diadakannya perubahan dan penambahan pada Pasal 54 ayat (1) KUHD tersebut."

142. PERSOALAN "PEMEGANG SAHAM KEDOK" Sebagai telah diketahui bahwa Pasal 54 KUHD telah diubah dan ditambah dengan UU No. 4 Tahun 1971 (LN 1971-20, m.b. 29 Maret 1971). .tadi, sebelum tanggal 29 Maret 1971, berlakulah Pasal 54 KURD,

135

Page 150: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

yang isi pokoknya ialah: seorang pemegang saham paling banyak hanya dapat mengeluarkan 6 suara, bila modal perseroan terbagi dalam 100 lembar saham atau lebih, dan paling banyak 3 suara, bila modal perseroan terbagi dalam kurang dari 100 lembar saham, meskipun saham yang dimilikinya lebih dari 6 lembar.

Menurut Pasal 54 (lama) KUHD, seorang pemegang saham dari perseroan terbatas, yang modalnya terbagi dalam 1000 lembar saham, memiliki 750 lembar saham dalam rapat umum pemegang saham hanya diperbolehkan mengeluarkan 6 (enam) suara. Sebagai seorang pemegang saham yang memiliki 3/4 seluruh saham perseroan, sudah tentu merasa tidak senang bila suaranya dikalahkan oleh beberapa orang pemegang saham yang masing-masing hanya memiliki selembar saham. Dalam praktik ada jalan bagi pemegang saham 750 lembar itu untuk memaksakan kehendaknya kepada perseroan, yakni: dia mem-bagi sahamnya menjadi 125 tumpuk masing-masing 6 lembar saham. Tiap tumpuk diserahkan kepada seorang kepercayaannya, dengan perintah agar dalam rapat mengajukan pendapat yang sesuai dengan pendapatnya. Dengan cara ini maka pemegang saham ash bisa men-desakkan kehendaknya pada rapat. Pelaksanaan cara tersebut diper-mudah bila sahamnya atas pembawa. Orang-orang kepercayaan pe-megang saham ash itu bukan pemilik saham yang berhak, melainkan orang yang berbuat untuk kepentingan orang lain. Orang-orang ini disebut "pemegang saham kedok" atau "stromannen". Hal ini dapat berlangsung terus sampai ada putusan dari Hoge Raad tanggal 4 Juni 192030 yang berpendapat bahwa "de aan het aandeel verbonden bevoegdheid tot de uitoefening van de rechten, waarop het aanspraak geeft, (slechts) toekomt aan hem die daarvan eignaar is, of aan wien deze zulks binnen de grenzen van wet en statuten heefi opgedragen" (Kewenangan yang timbul dari saham untuk melaksanakan hak, yang memberikan tuntutan-tuntutan, hanya diberikan kepada pemilik saham atau kepada orang yang dikuasakan dalam batas-batas undang-undang dan anggaran dasar). Menurut ajaran ini, tiap-tiap keputusan rapat dapat dituntut kebatalannya dengan cara mendalilkan dan kalau perlu membuktikan bahwa dalam pemungutan suara temasuk pesero kedok (stromannen), yakni orang-orang yang bukan pemilik saham, tetapi menampilkan dirinya seolah-olah dia adalah pemilik saham ash.

Ajaran H.R. tersebut di atas menimbulkan banyak kritik. Pertama,

") H.R. 4 Juni 1920, W. 10603 MFF., N.J. 1920, bl. 712, Hoetink no. 20.

136

Page 151: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

ajaran itu tidak mengakui adanya kekuatan surat berharga atas pem-bawa sebagai alat bukti-diri (legitimatiemiddel) dan kedua meremeh-kan iktikad baik perseroan terhadap pemegang saham atas pembawa. Pemegang saham atas pembawa dapat dan hams dipandang sebagai yang berhak, yakni sebagai pemilik dari surat saham atas pembawa itu, selama perseroan tidak ada alasan untuk meragukan, sama halnya seperti persoalan pembayaran dengan iktikad baik kepada seseorang yang menguasai sebuah piutang atas pembawa, dapat membebaskan debitur dari perikatannya (Pasal 1386 KUHPER). Akhirnya timbul pendapat yang lebih memuaskan, yaitu: keputusan rapat hanya dapat digugat, bila dapat dibuktikan bahwa perseroan dalam pemungutan suara memasuldcan pemegang-pemegang saham, yang telah dike-tahuinya bahwa mereka bukanlah orang-orang yang berhak.

Dengan pendapat terakhir ini, yang baik juridis maupun praktis lebih memuaskan hasilnya, persoalan "pesero kedok" (stromannen) belumlah lenyap dengan perubahan dan tambahan Pasal 54 (lama) KUHD, sebab dalam UU No. 4 Tahun 1971 masih dibolehkan mem-pergunakan sistem hak suara terbatas. Persoalan "pesero kedok" agak kurang menonjol, karena UU No. 4 Tahun 1971 itu mengizinkan juga penggunaan sistem hak suara terbatas, yang bisa melenyapkan "pesero kedok" tersebut. Persoalan "pesero kedok" juga tidak begitu merangsang, bila surat saham diterbitkan atas nama.

143. PRINSIP SUARA TERBANYAK DAN PRINSIP DIWAKILINYA BAGIAN TERTENTU DARI MODAL YANG DITEMPATKAN

Penggunaan hak suara oleh para pemegang saham diatur dalam ang-garan dasar, misalnya ada aturan dalam anggaran dasar suatu perse-roan yang berbunyi: "Kecuali bila dalam anggaran dasar ini ditentukan lain, maka segala keputusan diambil dengan suara terbanyak." Keten-tuan ini mengandung prinsip "suara terbanyak." Prinsip suara ter-banyak ini juga diatur dalam Pasal 1659 KUHPER yang berbunyi: "Jika dalam akta pendirian, perjanjian-perjanjian dan reglemen-regle-mennya tidak diatur tentang ketentuan-ketentuan mengenai hak suara, maka masing-masing anggota suatu perkumpulan mempunyai hak yang sama untuk mengeluarkan suaranya, sedangkan segala keputusan diambil dengan suara terbanyak."

Mengenai hal-hal yang penting, misalnya mengenai perubahan anggaran dasar, pengangkatan dan pemberhentian direksi dan/atau komisaris, pernanjangan waktu perseroan dan lain-lain, dalam anggaran

137

Page 152: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

dasar dapat ditetapkan adanya suara terbanyak khusus yang hams dicapai atau dapat ditetapkan harus diwakilinya bagian tertentu dari modal yang ditempatkan, dapat pula kedua prinsip terakhir ini dipersatukan. Hal ini perlu ditetapkan demikian, agar hal yan begitu penting ini tidak hanya diputuskan oleh rapat umum para pemegang saham yang dihadiri oleh beberapa orang pemegang saham saja, se-hingga sebagian besar pemegang saham tidak menghadirinya, akibat-nya tidak mengetahuinya. Atau ada kemungkinan hal yang penting itu hanya diputuskan dengan suara terbanyak, yang berarti bahwa hal yang penting itu disamakan dengan hal biasa. Misal ketentuan menge-nai prinsip suara terbanyak khusus yang dihubungkan dengan prinsip diwakilinya bagian tertentu dan modal yang ditempatkan ialah: "Peru-bahan atas ketentuan-ketentuan dalam anggaran dasar ini termasuk pula perubahan nama, tempat kedudukan dan tujuan perseroan, pem-bubaran perseroan sebelum waktu yang ditentukan atau di kemudian hari diperpanjang lagi, memperbesar atau memperkecil modal persero-an, hanya dapat terjadi dengan keputusan suatu rapat umum luar biasa para pemegang saham yang khusus dipanggil untuk keperluan itu, dalam rapat mana hams diwakili sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga) dari modal yang telah ditempatkan, dan usul hams disetujui oleh sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga) dart jumlah suara yang dikeluarkan dengan sah."

144. KEPUTUSAN RAPAT YANG SAH Cara untuk mendapatkan keputusan rapat yang sah ialah bila hal-hal tersebut di bawah ini dilaksanakan secara seksama: a. Cara dan tenggang-tenggang pemanggilan para pemegang saham; b. Cara-cara menetapkan keputusan (suara terbanyak, suara ter-

banyak khusus dan/atau perwakilan bagian tertentu dari modal yang ditempatkan);

c. Tidak melanggar undang-undang, anggaran dasar dan hukum, termasuk hukum yang tidak tertulis. Keputusan rapat yang telah memenuhi syarat-syarat tersebut di

atas adalah sah. Tetapi kalau kemudian temyata bahwa cars pemang-gilan para pemegang saham untuk rapat umum formil ada cacat-nya, maka keputusan rapat yang demikian itu dapat digugat di muka pengadilan. H.G.H., dalam keputusannya tanggal 3 Februari 1916 3 ' )

31) H.G.H. 3 Februari 1916, T. 108-422.

138

Page 153: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

menetapkan bahwa keputusan rapat yang cata pemanggilannya tidak sah, adalah batal, karena rapat itu tidak sah. Pembatalan itu terjadi demi hukum, dan karenanya tidak perlu dituntut di muka Hakim.

Bagaimana kalau cara penetapan keputusan rapat melanggar Pa-sal 54 KUHD atau anggaran dasar yang mengatur pelaksanaan Pasal 5 KUHD itu. Prof. Soekardono" ) berpendapat bahwa keputusan yang demikian itu tidak mempunyai kekuatan hukum, sebab Pasal 54 KUHD itu sebelumnya bersifat materiil dan pelanggaran atasnya ber-akibat batalnya keputusan-keputusan yang diambil dalam rapat itu.

Mengenai keputusan-keputusan yang melanggar aturan-aturan selain dari anggaran dasar, perlu ditinjau satu demi satu. Bila kepu-tusan itu murugikan banyak pemegang saham, maka keputusan itu dapat dimintakan kebatalannya. Tetapi bila hanya beberapaorang pesero saja yang dirugikan, maka hanya merekalah yang berhak mengajukan keberatan.

Bila keputusan itu melanggar undang-undang yang bersifat memaksa, maka keputusan rapat yang bersangkutan menjadi batal. Misalnya keputusan yang menghapuskan kewajiban tiap-tiap pemegang saham untuk menyetor penuh jumlah saham yang dimilikinya (Pasal 40 ayat (2) bsd. Pasal 41 KUHD).

Keputusan yang melanggar hukum tidak tertulis, akan tampak tidak layak dan tidak pantas (onredelijk en onbilhjk). Dasar hukum mengenai ini dapat dicari dalam Pasal 23 A.B., Pasal 1338, 1339, dan 1365 KUHPER. Untuk menetapkan apakah suatu keputusan rapat tidak pantas atau tidak layak, hams ditinjau keputusan demi keputusan, hal-hal yang mendahului keputusan itu, pula hal-hal yang mempengaruhi terjadinya keputusan dan akibat-akibat yang mungkin ditimbulkan oleh keputusan itu. Contoh keputusan yang tidak layak atau tidak pantas ialah keputusan tentang pengangkatan seorang komisaris yang temyata mejadi advokatnya salah seorang pemegang saham. Menaikkan gaji direksi di luar kesanggupan perseroan.

145. PEMBATALAN KEPUTUSAN RAPAT YANG MELANGGAR UNDANG-UNDANG, ANGGARAN DASAR DAN HUKUM

Mengenai siapa yang berhak minta pembatalan keputusan rapat yang melanggar undang-undang, anggaran dasar atau hukum dapat diuraikan sebagai berikut:

32) Soekardono, Hukum Dagang I, Bagian 2, cet. 3, hlm. 147.

139

Page 154: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

a. Bila keputusan rapat yang melanggar undang-undang, anggaran dasar atau hukum itu menimbulkan kerugian bagi perseroan, maka tiap-tiap pemegang saham dapat menuntutnya, meskipun dia pada waktu rapat menyetujuinya;

b. Bila keputusan itu hanya merugikan beberapa pemegang saham saja, maka hanya mereka inilah yang berhak menyatakan bahwa keputusan itu tidak berlaku bagi mereka;

c. Bila keputusan itu juga merugikan pihak ketiga, maka pihak ketiga inipun dapat menuntut pembatalan keputusan itu. Misalnya, pada suatu keputusan yang memerintahkan dilanjutkannya usaha per-seroan yang sudah menderita rugi 75% dari modal yang ditempat-kan, jadi melanggar Pasal 47 ayat (2) KUHD. Untuk kepentingan pembentukan KUHD nasional Indonesia, sehu-

bungan dengan soal-soal tersebut di atas, Prof. Soekardono meng-usulkan:") 1) agar dalam KUHD nasional Indonesia diadakan peraturan-

peraturan dasar mengenai rapat umum pemegang saham; 2) agar ditentukan tenggang tertentu untuk menuntut pembatalan

keputusan rapat umum para pemegang saham kepada Hakim.

146. IKHTISAR RAPAT Segala sesuatu yang dibicarakan dalam rapat hams dicatat dalam buku catatan yang disebut: ikhtisar rapat (notulen rapat). Dalam akta pendirian dapat ditetapkan siapa yang menyusun dan siapa yang me-nanda tangani ikhtisar rapat tersebut. Kekuatan pembuktian ikhtisar rapat ini tidak bisa ditentukan lebih dulu, tergantung dari penilaian Hakim yang memeriksanya. Kalau orang ingin mendapat jaminan yang lebih kuat mengenai kekuatan pembuktian ikhtisar rapat itu, maka ikhtisar rapat itu hams dibuat oleh notaris dalam suatu proses verbal yang mempunyai kekuatan pembuktian yang sempuma di muka Hakim (Pasal 1870 KUHPER).

E. PENGURUS

147. KEDUDUKAN HUKUM PENGURUS

Telah saya katakan di muka bahwa alat perlengkapan perseroan ialah: rapat umum pemegang saham, pengurus dan komisaris. Mengenai

") Soekardono, op. cit., hlm. 149.

140

Page 155: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

alat perlengkapan yang pertama telah saya bicarakan dalam bagian "D", sekarang tiba saatnya saya membicarakan tentang "pengurus". Sebagaimana telah kita ketahui, bahwa rapat umum pemegang saham adalah kekuasaan tertinggi organisasi perseroan. Dalam rapat umum pemegang saham ditetapkan siapa-siapa yang menjadi pengurus, kecuali pengurus yang pertama, yang telah ditetapkan dalam akta pendirian. Pengurus ini biasanya disebut direksi, dan menurut Pasal 44 ayat (2) KUHD tidak boleh bila sewaktu-waktu pengurus yang telah ditetapkan itu temyata kurang cakap, sehingga merugikan per-seroan, maka rapat umum pemegang saham dapat menggantinya dengan pengurus lain. Penetapan direksi itu biasanya disertai dengan penetapan gaji atau honorarium, tantieme dan fasilitas-fasilitas lainnya. Jadi, hubungan hukum antara pengurus dengan rapat pemegang saham adalah hubungan perburuhan dan pemberian kuasa.

Kalau peraturan pengangkatan pengurus yang diatur dalam ang-garan dasar itu ada syarat-syaratnya, maka klausul yang demikian itu disebut "otokratis atau oligarkhis", misalnya adanya sebuah klausul yang berbunyi: pengurus hams dipilih dan diangkat dari orang-orang yang diusulkan oleh komisaris. Ini biasanya hanya untuk menolong sahabat-sahabat atau kenalannya sendiri saja. Karena klausul sema-cam ini dapat mengakibatkan kemunduran perseroan, maka sebaiknya adanya klausul semacam ini dihindari.

Rapat umum pemegang saham, meskipun mempunyai kekuasaan tertinggi, tetapi tidak dapat melaksanakan sendiri kekuasaannya itu tiap-tiap hari, malahan kadang-kadang mencampuri saja tidak dapat. Rapat umum tersebut paling banter hanya dapat memberi pedoman atau garis-garis besar tindakan-tindakan yang harus dilakukan. Pengu-rus dan penguasaan perseroan tiap-tiap harinya diserahkan kepada pengurus, yang hams menjalankan perusahaan sesuai dengan pedoman yang telah diberikan oleh rapat umum pemegang saham.

148. PENGANGKATAN PENGURUS, GAJI, TANTIEME DAN FASILITAS LAINNYA

Pengangkatan pengurus yang pertama hams ditetapkan dalam akta pendirian, kalau tidak, pengesahan akta pendirian dari Menteri Ke-hakiman tidak akan diberikan. Pengangkatan pengurus untuk yang kedua dan selanjutnya dilakukan oleh rapat umum pemegang saham sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam anggaran dasar. Peng-angkatan pengurus yang kedua dan seterusnya ini belum tenth bersifat

141

Page 156: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

bebas, apalagi kalau ada klausul "oligarkhi atau otokrasi." Rasio dari ketentuan bahwa pengurus pertama hams ditetapkan dalam

akta pendirian, karena yang melakukan perbuatan mengajukan permo-honan pengesahan, mendaftarkan dan mengumumkan akta pendirian itu adalah pengurus pertama. Dan pula kalau pengesahan itu diberikan, maka perseroan pada saat itu juga sudah hams dapat melakukan kegiatan. Sedangkan bila pengurus yang pertama belum dibentuk, dan menurut anggaran dasar pengurus hams diangkat oleh rapat umum pemegang saham, maka rapat umum pemegang saham hares diadakan. Hal ini semua menurut akta pendirian hams dilakukan oleh pengurus, sedangkan kalau pengurus belum ada, maka timbul kesukaran. Inilah rasionya kenapa pengurus pertama hams sudah ditetapkan dalam akta pendirian, supaya segala sesuatu tersebut dapat dilakukan dengan lancar.

Pengangkatan pengurus itu biasanya disertai dengan penetapan gaji, tantieme dan fasilitas-fasilitas lainnya. Gaji atau upah itu dibayar-kan tiap bulan sekali, sedangkan tantieme itu setahun sekali, sebab tantieme itu bagian dari keuntungan bersih setahun, yang baru dapat diketahui sesudah pembuatan neraca dan daftar perhitungan laba rugi selesai, yakni sesudah tahun buku yang lama lampau. Kecuali tantieme, pengurus juga sering diberi fasilitas lainnya, misalnya: rumah tempat tinggal, mobil, tilpun, pemeliharaan kesehatan dan lain-lain. Ketetapan tentang gaji (upah) pengurus, tantieme dan fasilitas lainnya dapat diadakan dalam akta pendirian dan jumlahnya ditetapkan dalam rapat umum pemegang saham. Biasanya mengenai soal gaji pengurus dan komisaris, tantieme dan fasilitas lainnya itu dibicarakan dalam rapat umum pemegang saham.

149. KLAUSUL OLIGARKHI/OTOKRASI Pengangkatan pengurus itu biasanya ditetapkan oleh rapat umum pe-megang saham. Tetapi kalau pengangkatan pengurus itu sedikit banyak dipengaruhi oleh alat perlengkapan perseroan yang lain, misalnya: de-wan komisaris, rapat pemegang saham prioritas atau badan lain, maka ketentuan-ketentuan yang demikian ini disebut "klausul oligarkhi atau otokrasi". Klausul semacam ini ada pada sementara akta pendirian.

Kenyataan dalam praktik bahwa klausul yang demikian ini masih ada, tentunya mempunyai tujuan-tujuan yang bisa dibenarkan bila ditinjau dari sudut para pendiri, misalnya: a. Klausul oligarkhi/otokrasi itu merupakan suatu usaha jangan sampai

perseroan yang didirikan itu dikuasai oleh konkurennya dengan

142

Page 157: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

cara membeli sebagian besar saham-saham yang ada; b. untuk memberi jaminan terhadap suara lebih dan rapat umum peme-

gang saham, yang bisa menjatuhkan perseroan; c. untuk melindungi perseroan dari pengaruh pemegang saham asing,

yang mempunyai maksud a nasional atau tidak sehat. Bukanlah maksud pendirian perseroan itu untuk dapat memberi tambahan keuntungan kepada pemegang saham nasional;

d. dan lain-lain usaha untuk kepentingan nasional atau kepentingan sekelompok masyarakat. Klausul yang demikian itu di negeri Belanda masih diperkenankan,

meskipun ada pembatasannya. Pasal 48-a W.v.K. Belanda berbunyi sebagai berikut: 1) "Bij de akte van oprichting kan worden bepaald, dat de benoeming

door de algemene vergadering zal geshieden uit ene voordracht, welke ten minste twee personen voor iedere to vervullen plaats bevat (Dengan akta pendirian dapat ditentukan bahwa pengangkatan dilakukan oleh rapat umum atas suatu usul, yang memberikan calon paling sedikit dua orang pada tiap-tiap kedudukan);

2) De algemene vergadering kan echter aan zodanige voordracht steeds het bindend karakter ontnemen bij een besluit genomen met twee derden der uitgebrachte sternmen, vertegenwoordigende meer dan de helfl van het geplaatste kapitaal (Rapat umum dapat meniadakan sifat mengikatnya usul yang demikian itu dengan keputusan yang diambil dari dua pertiga dari suara yang masuk, yang mewakili lebih dari separo jumlah modal yang ditempatkan);

3) De vorige leden zijn niet van toepassing, indien de benoeming geschiedt door de raad van commissarissen (Ayat-ayat tersebut di atas tidak berlaku, bila pengangkatan itu dilakukan oleh dewan komisaris)." Saya sendiri berpendapat bahwa klausul oligarkhi/otokrasi itu di Indonesia belum bisa dihapuskan, karena masih banyak hal-hal yang harus dilindungi dari pengaruh negatif dari luar untuk ke-pentingan nasional maupun kelompok masyarakat.

150. TUGAS PENGURUS Dalam Pasal 44 KUHD tidak dijelaskan sampai di mana luas kewe-nangan pengurus dalam melaksanakan tugasnya. Karena itu untuk mengetahui perincian tugas pengurus, kita hams melihat dalam akta pen-dirian atau anggaran dasar. Tugas ini pada umumnya berkisar pada:

143

Page 158: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

a. mengurus segala urusan; b. menguasai kekayaan perseroan, termasuk di dalamnya; c. melakukan perbuatan-perbuatan seperti dimaksud dalam Pasal

1796 KUHPER, yakni: 1) memindahtangankan barang-barang; 2) membdbankan hipotek pada barang-barang tetap; 3) melaksanakan dading; 4) melakukan perbuatan lain mengenai hak milik, dan akhimya; 5) melakukan perwakilan di muka dan di luar pengadilan; Dan sudut KUHD, maka tugas pengurus dapat diperinci sebagai

berikut: a) Ke luar (Pasal 39 KUHD). Dalam hubungannya dengan pihak ketiga

penguins masing-masing atau mereka bersama-sama mempunyai hak mewakili perseroan mengenai hal-hal dalam bidang usaha yang menjadi tujuan perseroan. Dalam hal ini pengurus tidak boleh me-lampaui batas tugasnya sebagai yang ditentukan dalam anggaran dasar.

b) Ke dalam (Pasal 6, 55, 56 dan lain-lain KUHD). Dalam hubungan-nya dengan harta kekayaan perseroan, pengurus hams mengurus dan menguasainya dengan baik, meng-inventarisasi secara teliti dan saksama. Segala perbuatan yang mengenai hak dan kewajiban per-seroan hams dicatat dalam pembukaan yang rapi (Pasal 6 KUHD). Juga pembuatan neraca dan daftar perhitungan laba rugi diwajibkan kepada pengurus pada tiap-tiap tahun (Pasal 6 ayat (2) KUHD). Pengurus bertanggung jawab kepada rapat umum pemegang saham atas semua perbuatan yang telah dilakukan. Verifikasi (pemeriksa-an) pertanggungjawaban ini dilakukan oleh rapat umum pemegang saham atau dewan komisaris, bila dalam anggaran dasar ditentukan demikian.

c) Pendafiaran dan pengumuman (Pasal 38 ayat (2), (3) dan Pasal 47 ayat (1) KUHD). Kewajiban pengurus untuk mendaftarkan dan mengumumkan perseroan dapat diperinci sebagai berikut: (1) Bila akta pendirian perseroan sudah mendapat pengesahan dari

Menteri Kehakiman, maka pendiri diwajibkan mendaftarkan akta pendirian serta surat keputusan pengesahan tersebut ke-pada Kepaniteraan Pengadilan Negeri yang daerah hukumnya mewilayahi tempat kedudukan perseroan serta mengumum-kannya dalam Tambahan Berita Negara RI (Pasal 38 ayat (2) KUHL));

144

Page 159: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

(2) Kewajiban mendaftarkan dan mengumumkan tersebut juga dibebankan, bila ada perubahan dalam syarat-syarat pendirian-nya atau perpanjangan umur perseroan (Pasal 38 ayat (3) KUHD);

(3) Kewajiban mendaftarkan dan mengumumkan juga dibebankan, bila perseroan menderita rugi 50% dan modalnya (Pasal 47 ayat (1) KUHD). Dengan pengumuman ini pembentuk udang- undang kiranya menginginkan agar para pemegang saham mengetahuinya dan mengambil tindakan seperlunya.

Dalam anggaran dasar dapat diadakan pembatasan-pembatasan terhadap pelaksanaan tugas tersebut. Dengan demikian, dapatlah dalam anggaran dasar ditentukan bahwa bila pengurus mengadakan transaksi-transaksi tertentu, mengajukan suatu perkara di muka pengadilan dan lain-lain, hams minta persetujuan dulu kepada dewan komisaris atau rapat umum pemegang saham. Pengurus hanya mempunyai kewe-nangan terbatas pada hal-hal yang ditentukan dalam anggaran dasar, dan kalau melampaui, perseroan tidak bertanggung jawab terhadap pihak ketiga. 34)

Pembatasan lairmya, yang sesuai dengan undang-undang atau paham hukum umum, ialah yang sesuai dengan tujuan perseroan. Tugas direksi hanyalah untuk mencapai tujuan perseroan dan perbuatan-perbuatan yang ada di luar tujuan itu direksi tidak berwenang. Tetapi orang jangan tergesa-gesa menentukan bahwa tindakan direksi keluar dari tujuan perseroan, sebab kalau begitu, perbuatan menutup suatu perjanjian dengan perseroan bagi pihak ketiga merupakan perbuatan yang mengandung risiko besar. Mengenai persoalan ini Hoge Raad telah memperkembangkan suatu sistem, di mana persoalannya bukan, apa-kah suatu perbuatan tertentu itu akibat daripada tujuan perseroan dan dengan begitu ada hubungan dengan tujuan itu, tetapi yang menentukan adalah, apakah perbuatan itu dalam kenyataannya termasuk dalam tujuan perseroan. Jadi, tujuan ini adalah tujuan dalam kenyataan, in concreto dan bukan in abstracto." ) Tetapi mengenai ini toh ada pengecualian, yakni bagi pihak ketiga yang beriktikad baik, yang se-layaknya sesuai dengan syarat-syarat lalu-lintas masyarakat, ber-anggapan bahwa berdasarkan tindak-tanduk alat perlengkapan pe-

"' H.R. 7 Maart 1930, W. 12131, S.B., N.J. 1930, bl. 1049 E.M.M. dan H.R. 23 Januari 1935, W. 12872, B.B. 5788.

"' H.R. 23 Maart 1928, W. 11837 T., N.J. 1928 Bl. 730 E.M.M.

145

Page 160: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

seroan terhadap pihak ketiga, percaya bahwa direksi tidak melampaui batas kekuasaannya.

151. TUGAS PENGURUS MENURUT ANGGARAN DASAR Tugas pengurus, kecuali yang sudah saya utarakan di muka, masih ada lagi yang bersumber pada anggaran dasar perseroan. Pada umum-nya anggaran dasar perseroan menetapkan beberapa kewajiban seba-gai yang tersebut di bawah ini: a. Menyusun anggaran perseroan untuk tahun yang akan

datang. Selambat-lambatnya 3 bulan sebelum tahun buku barn mulai berlaku, anggaran perseroan sudah harus direncanakan dan diajukan dalam rapat umum para pemegang saham perseroan;

b. Menyusun laporan berkala. Laporan ini mengenai pelaksanaan nips direksi perseroan dalam hal mengurus dan menguasai perusahaan (bedriffvoering) atau mengenai perhitungan hasil usaha berkala dan kegiatan perusahaan. Laporan ini dikirim kepada dewan komisaris.

c. Membuat neraca dan perhitungan laba rugi. Neraca dan perhitungan laba rugi harus dibuat dalam jangka waktu 6 bulan sesudah tutup tahun buku yang lalu (Pasal 6 ayat (2) KUHD). Laporan ini dikirim kepada dewan komisaris dan untuk dilaporkan kepada rapat umum para pemegang saham perseroan.

d. Membuat inventarisasi atas nama harta kekayaan perseroan serta pelaksanaan pengawasannya.

e. Mengadakan rapat umum para pemegang saham sekali setahun atau pada saat-saat yang sangat mendesak.

152. KEWENANGAN PENGURUS MEWAKILI PERSEROAN DI MUKA PENGADILAN

Kewenangan pengurus untuk mewakili perseroan di muka pengadilan dapat menimbulkan beberapa persoalan dalam bidang pengacaraan, misalnya: a. Apakah pengurus dalam suatu proses pengadilan, dalam mana per-

seroan menjadi pihak, dapat didengar sebagai saksi? b. Apakah pengurus dapat dibebani sumpah pemutus (beslissende

eed) atau sumpah pelengkap? (aanvullende eed)? c. Apakah pengurus dapat diperiksa tentang kenyataan-kenyataan

atau kepadanya diajukan pertanyaan-pertanjian untuk dijawab?

146

Page 161: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

d. Apakah pengurus dapat dikenakan paksaan badan? Berdasarkan pendapat bahwa suatu badan hukum sebagai pihak

dalam perkara hanya dapat berbuat dan berbicara melalui pengurusnya, dan pengurus sebagai pihak dalam proses perkara (geding), menjadi satu dengan badan hukum, maka Hoge Raad berpendapat bahwa: 1) kepada pengurus dapat dibebani sumpah;" ) 2) pengurus tidak dapat didengar sebagai saksi;" ) 3) keluarga pengurus juga tidak dapat didengar sebagai saksi (Pasal

1910 ayat (1) KUHPER);" ) 4) tetapi bekas pengurus dapat didengar sebagai saksi;" ) 5) kepada bad an hukum dapat diajukan pertanyaan-pertanyaan dan

pengurus menunjuk salah seorang anggotanya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu;40) Tetapi kepada bekas direktur tidak dapat diajukan pertanyaan-pertanyaan tersebut; 4"

6) paksaan badan tidak dapat dikenakan kepada pengurus, sebab ke-satuan antara pribadi pengurus dengan perseroan yang diwakili tidak meluas sampai di luar proses perkara: 42) Menurut Vollmar,43) yang dapat menjadi pengurus tidak hanya ma-

nusia, tetapi juga badan hukum. Ya, malahan orang menerima, bahwa sebuah firma dapat menjadi direksi dari sebuah perseroan. Tetapi timbul soal, apakah direksi semacam itu bukankah terjadi dari sekutu-sekutu kerja, artinya orang/manusia dan bukan badan hukum. Bahwa direksi suatu perseroan terdiri dari perseroan lain, dalam praktik sering terjadi. Ada perseroan yang beberapa bagian dari perusahaannya ber-bentuk perseroan, seolah-olah ada satu perseroan induk dengan bebe-rapa anak perseroan yang merupakan bentuk tersusun (stapelvorming).

153. KEWENANGAN PENGURUS MEWAKILI PERSEROAN DI LUAR PENGADILAN

Dalam anggaran dasar sering ada ketentuan tentang kewenangan

36) H.R. 5 Januari 1922, W. 10851, N.J. 1922, bl. 264. 37) H.R. 19 Januari 1922, W. 10863, N.J. 1922, bl. 319; dan H.R. 19 Mei 1922, W.

10904, N.J. 1922, bI. 863. ") H.R. 9 Januari 1942, N.J. 1942, no. 302. 39) H.R. 2 Februari 1922, W. 10898, N.J. 1922, bl. 417. 40) Rb. Amsterdam 12 October 1923, N.J. 1924, bl. 220. 41) H.R. 24 Desember 1914, W. 9800, N.J. 1915, bl. 277; Hoetink no. 44. 42) H.R. 8 Juni 1923, W. 11097, N.J. 1923, bI. 946. 43) Willmar, Het Ned. Handelsrecht, I, druk 8, bI. 131.

147

Page 162: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

pengurus mewakili perseroan di muka dan/atau di luar pengadilan tentang segala hal dan dalam segala kej adian, berhak mengikat per-seroan kepada pihak lain atau pihak lain kepada perseroan, serta berhak menjalankan segala tindakan, baik yang mengenai pengurusan maupun yang mengenai penguasaan. Mengenai kewenangan pengurus mewa-kili perseroan di muka pengadilan sudah saya bicarakan di muka, seka-rang saya akan membicarakan kewenangan pengurus mewakili perse-roan di luar pengadilan. Terhadap kewenangan ini anggaran dasar sering mengadakan pembatasan sebagai tesebut di bawah ini: a. Pengurus hams lebih dulu mendapat persetujuan tertulis dari Dewan

Komisaris, bilamana mengadakan tindakan: 1) meminjam uang atas nama perseroan atau meminjamkan uang

kepada pihak lain; 2) mengikat perseroan sebagai penjamin; 3) membeli, menjual atau dengan cara lain memperoleh atau meng-

alihkan, demikian pula membebani barang-barang tetap milik perseroan;

4) menggadaikan barang-barang bergerak milik perseroan; b. Mengangkat seorang kuasa atau lebih untuk mewakili perseroan,

pula memberhentikan kuasa itu, haruslah dilakukan oleh dua orang anggota pengurus bersama-sama, apabila pengurus itu terdiri dari dua orang atau lebih, tetapi bila pengurus terdiri hanya seorang, maka tindakan itu hares dilakukan oleh direktur tunggal dengan seorang komisaris;

c. Pengurus harts bekerja menurut rencana berkala yang disetujui oleh dewan komisaris;

d. Tiap-tiap anggota direksi diwajibkan minta pertimbangan lebih dulu kepada anggota pengurus lainnya untuk tiap hal yang menurut lazim-nya dalam dunia usaha dianggap sebagai hal yang penting bagi perseroan;

e. Pembagian pekerjaan dalam lingkungan perseroan antara para ang-gota direksi diatur dan ditentukan sendiri oleh para anggota direksi itu.

154. PENGURUS DAPAT DIWAJIBKAN MEMILIKI SAHAM PERSEROAN Menurut Pasal 45 KURD tanggung jawab pengurus terbatas pada penunaian tugas yang diberikan kepadanya dengan sebaik-baiknya. Sanksi bila pengurus tidak menjalankan kewajibannya dengan baik hanyalah pemecatan atau kalau pengurus melanggar ketentuan dalam

148

Page 163: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

akta pendirian, sehingga menimbulkan kerugian pada pihak ketiga, maka masing-masing anggota pengurus bertanggung jawab secara pribadi untuk keseluruhan, ingat Pasal 45 ayat (2) bsd. Pasal 18 KUHD. Untuk lebih menekankan lagi pada pengurus agar menjalankan tugas-nya dengan sebaik-baiknya, anggaran dasar dapat menentukan bahwa tiap anggota pengurus harus memiliki sejumlah minimum saham•er-seroan. Hal ini akan menambah tekanan pada pengurus untuk beker-ja sebaik mungkin, sebab bila perseroan menderita rugi, maka pengurus sendiri turut terkena. Dengan adanya ketentuan dalam anggaran dasar bahwa pengurus harus memiliki saham perseroan, maka dorongan kepada pengurus akan lebih meningkat lagi untuk bekerja lebih giat dan hati-hati bagi keuntungan perseroan.

Pasal 45 KUHD itu ketentuan undang-undang dalam anggapan bahwa pengurus itu orang luar yang tidak memiliki saham perseroan. Jadi, tanggung jawabnya terbatas pada penunaian tugas. Tetapi Pasal 45 KUHD tidak menutup pintu bagi pengurus yang memiliki saham perseroan. Hal ini hams ditegaskan dalam anggaran dasar perseroan.

155. PENGURUS DAPAT DIWARBKAN MEMBERIKAN HAK GADAI ATAS SAHAMNYA

Yang mendapat kesempatan untuk diangkat sebagai pengurus perse-roan tidak hanya para pemegang saham, tetapi juga orang bukan peme-gang saham, demikian itu bila anggaran dasar tidak menentukan sesuatu tentang hal tersebut. Hal yang terakhir ini dapat terjadi bila dalam lingkungan para pemegang saham sendiri tidak ada yang cakap dan bersedia untuk diangkat menjadi pengurus.

Bila yang diangkat sebagai pengurus itu orang-orang pemegang saham, maka anggaran dasar dapat menentukan bahwa pengurus hams memiliki saham sejumlah minimum tertentu, dan pula anggaran dasar dapat memberi ketentuan tambahan bahwa pengurus hams memberi-kan hak gadai atas sahamnya kepada perseroan. Mengenai hal terakhir ini akan menemui kesulitan dengan ketentuan Pasal 1152 KUHPER, yang menentukan bahwa benda gadaian hams diserahkan kepada kreditur, dalam hal ini, perseroan, yang satu-satunya wakilnya adalah pengurus sendiri. Dengan begitu benda gadaian kembali kepada pem-beri gadai sendiri, yakni pemilik benda gadaian. Untuk mengatasi kesulitan ini sebaiknya benda gadaian itu diserahkan kepada pihak ketiga sesuai dengan ketentuan Pasal 1152 ayat (1) KUHPER.

Rasio adanya lembaga pemberian hak gadai ini ialah agar penunaian

149

Page 164: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

tugas perseroan oleh pengurus secara baik dapat terjatnin. Sudah tentu lembaga ini tidak akan dapat dijalankan tanpa balas jasa dan rapat umum pemegang saham kepada pengurus, yakni mengenai upah dan fasilitas-fasilitas lainnya.

156. STATUS HUKUM PENGURUS Pengurus itu menurut akta pendirian diangkat oleh rapat umum para pemegang saham. Pengurus mewakili perseroan di muka dan di luar pengadilan, jadi, pengurus adalah pemegang kuasa. Dan dengan begitu Pasal-pasal 1792 sampai dengan 1819 KUHPER berlaku pada pengu-rus. Di sini yang menjadi pemberi kuasa adalah rapat para pemegang saham. Menurut Pasal 1794 KUHPER pemberian kuasa dapat dengan cuma-cuma atau dengan upah, yang hams diperjanjikan dengan tegas. Kalau pengurus itu diperjanjikan dengan upah, maka hubungan pengu-rus dengan rapat para pemegang saham adalah hubungan perburuh-an. Dengan begitu Pasal 1601-d sampai dengan 1603-w KUHPER berlaku pada pengurus itu, meskipun mereka adalah pemegang saham perseroan. Kedudukan pengurus pemegang saham tidak mengubah kedudukannya sebagai buruh terhadap rapat umum para pemegang saham. Dalam rapat umum para pemegang saham pengurus pemegang saham dapat menunjuk orang lain untuk mewakilinya dalam rapat umum tersebut. Jadi, status hukum pengurus perseroan dapat disimpul-kan sebagai beikut: a. Pengurus yang tidak diberi upah dan bukan pemegang saham mem-

punyai hubungan sebagai pemegang kuasa terhadap rapat umum para pemegang saham;

b. Pengurus yang diberi upah, bukan pemegang saham, mempunyai dua macam hubungan hukum dengan rapat umum para pemegang saham, yaitu hubungan perburuhan dan pemberian kuasa;

c. Pengurus yang diberi upah dan pemegang saham mempunyai tiga macam hubungan hukum dengan rapat umum para pemegang sa-ham, yaitu: hubungan perburuhan, pemberian kuasa dan sebagai anggota rapat umum para pemegang saham.

157. TANGGUNG JAWAB PENGURUS Sebagai petugas, pengurus mempunyai tanggung jawab, yang dapat diperinci sebagai berikut: a. Sebagai pengurus yang bukan pemegang saham, Pasal 45 ayat (1)

KUHD menentukan bahwa tanggung jawab para pengurus tidak

150

Page 165: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

lebih daripada untuk menunaikan tugas yang diberikan kepada me-reka dengan sebaik-baiknya. Mereka pun karena segala perikatan dengan perseroan, dirinya sendiri tidak terikat kepada pihak ketiga. Pengurus yang demikian ini bukan pemegang saham, pengurus dari luar, yang diangkat oleh rapat umum pemegang saham, karena para pemegang saham sendiri tidak ada yang cakap atau tidak bersedia.

b. Pengurus yang merangkap sebagai pemegang saham, mempunyai dua macam tanggung jawab, yakni sebagai yang ditetapkan dalam Pasal 4 ayat (1) KUHD dan yang ditetapkan dalam Pasal 40 ayat (2) KUHD, yang menetapkan bahwa pemegang saham tidak ber-tanggung jawab lebih dari jumlah penuh saham-sahamnya.

c. Pengurus yang perbuatannya melanggar ketentuan akta pendirian atau perubahannya, atas kerugian yang karenanya telah diderita oleh pihak ketiga menjadi tanggung jawab masing-masing secara pribadi untuk keseluruhan (Pasal 45 ayat (2) KUHD).

d. Pengurus yang berbuat atau mengadakan perikatan sesudah per-seroan rugi 75%, maka perikatan itu menjadi tanggung jawab pengu-rus secara pribadi untuk keseluruhan (Pasal 47 ayat (2) KUHD). Ketentuan dalam pasal ini menurut saya merupakan suatu sanksi bagi pengurus yang lalai melakukan Pasal 47 ayat (1) KUHD.

e. Pengurus yang mengadakan tindakan sebelum adanya pendaftaran dan pengumuman akta pendirian perseroan, menjadi tanggung jawab pengurus secara pribadi untuk keseluruhan (Pasal 39 KUHD).

f Pengurus yang mengadakan tindakan atau perikatan sebelum sedikitnya 10% modal perseroan disetor, juga menjadi tanggung jawab pengurus masing-masing secara pribadi untuk keseluruhan (Pasal 51 KUHD). Rasio dari ketentuan ini ialah agar ada jaminan cukup bagi pihak ketiga.

g. Menurut Pasal 47 ayat (1) KUHD, kalau temyata bahwa perseroan sudah menderita rugi sebanyak 50% dan modalnya, maka pengurus berkewajiban untuk mendaftarkan dan mengumumkannya seperti pada waktu perseroan itu dibentuk. Ketentuan ini tidak ada sanksi-nya yang menyangkut din pribadi pengurus sebagai halnya ke-tentuan dalam Pasal 39, 45 ayat (2), 47 ayat (2) dan 51 KUHD. Saya berpendapat bahwa kerugian 50% itu menjadikan perseroan dalam keadaan bahaya, yang perlu sekali selekasnya diketahui oleh para pemegang saham sebelum didaftarkan dan diumumkan. Dan sebab itu saya berpendapat, sebaiknya setelah diketahui bahwa perseroan menderita rugi sebanyak 50%, maka pengurus berkewajiban untuk

151

Page 166: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

mengundang para pemegang saham untuk mengadakan rapat umum membicarakan tentang kerugian perseroan dan usaha-usaha untuk menolongnya. Kalau hal ini tidak terjadi, sehingga kerugian menjadi 75%, maka semua perikatan sejak waktu itu menjadi tanggung jawab masing-masing pengurus secara pribadi untuk keseluruhan.

h. Berhubung dengan persoalan tanggung jawab pengurus ini, maka dapat timbul pertanyaan, apakah pemegang saham dan pihak ketiga yang berkepentingan dapat menuntut kebatalan perbuatan pengurus? Pertanyaan ini juga dapat diajukan terhadap alat perlengkapan perseroan lainnya seperti: komisaris. Dalam undang-undang, ter-utama dalam KUHD, tidak ada ketentuan yang tegas-tegas men-jawab pertanyaan tersebut. Mungkin hal yang demikian dapat ditun-tut kebatalannya berdasar pelanggaran pada iktikad baik (Pasal 1338 KUHPER). Berdasar alasan ini Hoge Raad" ) berpendapat bahwa tuntutan kebatalan atas perbuatan alat-alat perlengkapan perseroan dapat dilaksanakan.

i. Hal-hal tersebut di atas adalah mengenai tanggung jawab pengurus, baik terhadap perseroan maupun terhadap pihak ketiga. Sekarang timbul pertanyaan, kapan perseroan bertanggung jawab atas per-buatan pengurus? Perbuatan pengurus untuk menjalankan perse-roan itu dapat berupa perbuatan hukum atau perbuatan melawan hukum: 1) Perbuatan hukum. Pengurus sebagai pemegang kuasa dari perse-

roan berhak dan berkewaj iban untuk melakukan perbuatan-perbuatan hukum, yang mengikat perseroan, tetapi tidak meng-ikat pengurus sebagai pribadi. Semua perikatan yang telah di-lakukan oleh pengurus menjadi tanggung jawab perseroan (Pa-sal 1807 KUHPER). Jadi, mengenai perbuatan hukum yang dilakukan oleh pengurus, perseroan terikat;

2) Perbuatan melawan hukum. Karena pengurus itu adalah peme-gang kuasa perseroan, maka perbuatan melanggar hukum yang dilakukan oleh pengurus, juga menjadi tanggung jawab perse-roan. Perseroanlah yang harus membayar ganti rugi, bila pihak ketiga menderita rugi karena perbuatan melanggar hukum pengu-rus tersebut. Dalam hal ini ada dua buah ajaran, yaitu: ajaran organik dari Gierke dan ajaran fiksi dari von Savigny." ) Menurut

") H.R. 1 April 1949, N.J. 1949, no. 465 Ph. A.N.H. 4 $ ) Asser, Handleiding, 1, 2e stuk, bl. 114.

152

Page 167: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

ajaran organik, pertanggungjawaban perseroan ini dapat dida-sarkan langsung atas Pasal 1365 KUHPER, karena pengurus dianggap alat atau organ dari perseroan, jadi, perseroanlah yang dianggap berbuat dengan mempergunakan alat atau organ yang disebut "pengurus" itu. Sebagai kesimpulan dapat dikatakan bahwa perbuatan pengurus adalah perbuatan perseroan, sehing-ga perseroanlah yang bertanggung jawab atas perbuatan mela-wan hukum yang dilakukan oleh pengurus itu. Sedangkan me-nurut ajaran fiksi dar von Savigny, pertanggungjawaban perseroan itu harus didasarkan atas Pasal 1367 ayat (1) atau ayat (3) KUHPER, yang menentukan bahwa perseroan dari orang-orang yang diangkat sebagai kuasanya. Perbuatan pengurus, secara tidak langsung merupakan perbuatan perseroan. Pasal 1367 ayat (1) KUHPER berbunyi sebagai berikut: "Setiap orang tidak saja bertanggung jawab untuk kerugian yang disebabkan karena perbuatannya send iri, tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan karena per-buatan orang-orang yang menjadi tanggungannya atau disebabkan oleh barang-barang yang berada di bawah kelcuasaannya." Se-dangkan Pasal 1367 ayat (3) KUHPER berbunyi: "Majikan-majikan dan mereka yang mengangkat orang-orang lain untuk mewakili urusan-urusan mereka, adalah bertanggung jawab ten-tang kerugian yang ditertibkan oleh pelayan-pelayan atau bawah-an-bawahan mereka dalam melakukan pekerjaan untuk mana orang-orang itu ditugaskannya."

158. PENGURUS BERHALANGAN, PEMBERHENTIAN SEMENTARA DAN PEMECATAN

Sebagai telah diketahui bahwa pengurus dapat diangkat, diberhentikan untuk sementara (schorsing) dan dipecat. Kalau pengangkatan pengu-rus dilaksanakan oleh rapat umum pemegang saham, maka pemberhen-tian sementara dan pemecatan harus dilaksanakan oleh rapat umum pemegang saham. a. Kalau pengurus berhalangan

Bila salah seorang dan pengurus menderita sakit berat atau berha-langan, sehingga tidak dapat menjalankan tugasnya dalam waktu yang lama, maka rapat umum pemegang saham harus memutuskan dan menetapkan siapa penggantinya;

b. Pemberhentian sementara kepada pengurus Dewan komisaris berwenang untuk memberhentikan sementara

153

Page 168: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

pengurus yang melanggar ketetapan/ketentuan dalam anggaran dasar atau keputusan rapat umum pemegang saham, kecuali kalau akta pendirian menetapkan lain. Pemberhentian sementara yang dilakukan oleh dewan komisaris itu dapat sewaktu-waktu dibatalkan oleh rapat umum pemegang saham.

c. Pemecatan pengurus Pemecatan pengurus itu adalah wewenang rapat umum pemegang saham. Rapat umum pemegang saham dapat sewaktu-waktu me-mecat pengurus, kalau ada alasan untuk itu. Keputusan rapat umum tentang pemecatan pengurus itu hams dilaksanakan langsung oleh rapat umum, tidak perlu dilaksanakan lagi oleh alat perlengkapan perseroan yang lain. 461 Sudah tentu atas pemecatan ini pengurus berhak membela diri dalam rapat umum pemegang saham. Kalau ada pemecatan yang melanggar hukum, maka hal itu dapat diajukan kepada pengadilan negeri, misalnya bila ada pelanggaran terhadap Pasal 1603-n kiTHPER dan lain-lain. Juga mengenai ganti rugi yang dibebankan kepada pengurus atau kepada perseroan, dikuasai oleh ketentuan-ketentuan dalam hubungan perburuhan tersebut (Pasal 1603-q KUHPER).

159. PEMBEBASAN TANGGUNG JAWAB PENGURUS Adanya tanggung jawab pengurus terhadap semua tindakannya untuk mengurus dan menguasai perseroan, yang terjelma dalam pembuatan neraca dan daftar perhitungan laba rugi serta laporan tahunan kepada rapat umum para pemegang saham yang hams diadakan paling sedikit setahun sekali, maka perlu adanya pembebasan tanggung jawab ter-sebut yang diberikan oleh rapat umum para pemegang saham. Pem-bebasan tanggung jawab ini disebut dalam istilah asing "decharge". Kalau pengurus sudah mendapat "decharge" dari rapat umum para pemegang saham, maka terbebaslah pengurus dan semua tanggung jawab terhadap semua tindakannya mengenai pengurusan dan pengua-saan pada perseroan. Tetapi "pembebasan tanggung jawab" itu tidak berlaku bagi hal-hal yang tidak dijelaskan kepada rapat umum para pemegang saham." )

Kecuali itu, walaupun telah ada "pembebasan tanggung jawab" pengurus masih bisa dituntut, bila perseroan sesudah itu jatuh dalam

40 H.R. 20 Maart 1941, N.J. 1941, no. 542, F.M.M. 4.4 H.R. 20 Juni 1924, W 11259, N.J. 1924, bl. 1107, Hoetink no. 27.

154

Page 169: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

keadaan pailit. Balai Harta Peninggalan (curator) dapat menuntut ganti rugi kepada pengurus, kalau temyata kepailitan perseroan se-dikit banyak disebabkan kealpaan dan kelalaian si pengurus. Ganti rugi ini bagi keuntungan pihak ketiga dan tidak bagi keuntungan para pemegang saham.

F. KOMISARIS

160. KEDUDUKAN DAN TOGAS KOMISARIS Pasal 44 KUHD menyinggung alat perlengkapan perseroan yang di-sebut "komisaris". Penyinggungan itu sama sekali tidak mendalam, karena ekor kalimat Pasal 44 ayat (1) KUHD itu hanya menyatakan "..., dan dengan atau tidak dengan diawasi oleh beberapa komisaris." Dari bunyi ekor kalimat ini dapat disimpulkan bahwa pada sebuah perseroan mungkin ada komisaris dan mungkin tidak ada. Kalau "pengurus" pada perseroan dijamin adanya oleh Pasal 44 ayat (1) KUHD yang berbunyi: "Tiap-tiap perseroan terbatas hams diurus oleh beberapa orangpengurus ...", maka adanya komisaris tidak ada jaminan, karena itu mungkin saja komisaris itu tidak ada. Di sini jumlah pengurus dan komisaris itu jelas, yakni hares lebih dari satu orang, sebab pada umumnya perseroan terbatas itu suatu usaha bermodal besar, tanggung jawab besar dan risiko besar. Dari itu kalau diurus oleh seorang pengu-rus dan seorang komisaris saja, tidak akan memadai.

Tentang tugas komisaris itu dalam Pasal 44 KUHD hanya dicukup-kan dengan kata "mengawasi" saja. Karena tugas "mengawasi" itu hanya salah satu tugas saja dari seorang komisaris, maka sebaiknya tugas komisaris di dalam anggaran dasar diperinci lagi. Kecuali meng-awasi, komisaris dapat juga diberi tugas untuk memberi nasihat kepada pengurus atau sekedar ikut dalam pengurusan, misalnya: setiap pinjaman yang dibuat oleh direksi hams lebih dulu mendapat persetujuan dan komisaris secara tetulis.

Dalam akta pendirian perseroan, dapat ditentukan bahwa direksi diharuskan memberi kesempatan kepada komisaris, baik sendiri-sen-diri, maupun bersama-sama untuk memeriksa buku perseroan. Pe-kerjaan ini biasanya dilakukan oleh ahlinya, yaitu: akuntan. Komisais dapat memberikan teguran-teguran, nasihat-nasihat atau petunjuk-pe-tunjuk, tetapi tidak dapat minta tanggung jawab direksi, sebab direksi hanya bertanggung jawab langsung kepada rapat umum pemegang saham. Tetapi bila ada keteledoran-keteledoran pengurus, sehingga

155

Page 170: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

membahayakan perseroan, maka komisaris dapat memberhentikan untuk sementara direksi yang bersalah itu sambil menanti keputusan rapat umum pemegang saham yang harus segera diadakan paling lambat satu bulan sesudah penghentian itu.

Kalau ada beberapa orang komisaris, tugasnya dapat ditetapkan dalam suatu peraturan tersendiri (reglement) terpisah dan akta pendiri-an. Dalam peraturan itu ditetapkan tugas masing-masing komisaris sesuai dengan bidangnya, ketentuan-ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan yang demikian, kalau bertentangan dengan undang-undang a tau ketentuan-ketantuan dalam akta pendirian adalah batal. Peraturan ini baru berlaku bagi pihak ketiga, bila telah diletakkan di kantor per-seroan dan dapat diketahui oleh siapa saja dengan cuma-cuma.

161. PENGANGKATAN KOMISARIS, GAJI, TANTIEMES DAN FASILITAS LAINNYA

Sebagai juga pengurus, komisaris diangkat oleh rapat umum pemegang saham, tetapi lain daripada yang ditentukan bagi pengurus, komisaris pertama pengangkatannya dapat diserahkan kepada rapat umum pe-megang saham. Jadi, akta pendirian dapat tidak mengangkat komisaris yang pertama dan menyerahkan pengangkatan itu kepada rapat umum pemegang saham. Ketentuan-ketentuan mengenai klausul oligarkhi juga berlaku pada pengangkatan komisaris.

Adalah baik, bila orang-orang yang bukan pemegang saham diang-kat sebagai komisaris, yakni orang-orang yang mempunyai hubungan tetap dan langsung dengan perseroan, misalnya: pemegang surat obli-gasi, tertanggung tetap (langganan) daripada perusahaan pertang-gungan dan lain-lain yang mempunyai kepentingan untuk turut meng-awasi jalannya perseroan. Orang-orang inilah perlu diangkat di cam-ping pemegang saham yang cakap. Selanjutnya pemberhentian semen-tara (schorsing) dan pemecatan adalah wewenang badan yang meng-angkat.

Siapa saja, juga yang bukan pemegang saham, dapat diangkat men-jadi komisaris, kecuali kalau akta pendirian memberikan syarat bahwa setiap komisaris harus memiliki sejumlah minimum saham perseroan. Sebagai juga pengurus, akta pendirian dapat menetapkan bahwa untuk membeii jaminan bagi terlaksananya pemenuhan kewajiban tiap ko-misaris hams memberikan hak gadai pada saham-sahamnya kepada perseroan. Ketentuan mengenai pemberian hak gadai atas saham-saham milik komisaris ini sesuai dengan ketentuan bagi pengurus.

156

Page 171: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

Hal ini semua buat di Indonesia dapat ditetapkan dalam akta pendirian, sebab dalam undang-undang (KUHD) hal ini semua belum diatur.

Pengangkatan komisaris itu dapat disertai dengan penetapan gaji (upah), tantiemes dan fasilitas-fasilitas lainnya. Gaji atau upah itu di-berikan tiap-tiap bulan, sedangkan tantiemes diberikan setahun sekali, sebab tantiemes itu adalah keuntungan bercih setahun, yang barn dapat diketahui sesudah tahun buku lampau. Komisaris juga dapat diberi fasilitas-fasilitas lainnya, misalnya: rumah tinggal, mobil, telepon dan lain-lain. Penetapan gaji (upah), tantiemes dan fasilitas lainnya bagi komisaris dan juga bagi pengurus harus ditetapkan dalam akta pendirian atau sebagai keputusan rapat umum para pemegang saham. Kalau dalam akta pendirian dan keputusan rapat umum pemegang saham itu tidak menetapkan sesuatu mengenai hal-hal tersebut, maka komisaris tidak berhak menerima apa-apa.

162. KOMISARIS LIMPAHAN Pasal 44 KUHD tidak mengatur tentang komisaris limpahan (gedele-geerd commissaris). Bentuk ini timbul dalam praktik karena adanya suatu keadaan, di mana komisaris yang telah ditetapkan dalam akta pendirian atau rapat umum pemegang saham, karena kesibukan menge-nai tugasnya sendiri, tidak ada waktu untuk melakukan tugasnya se-bagai komisaris. Tugas komisaris, yaitu pengawasan dan penasihat, dengan begitu hams dilimpahkan kepada orang lain yang ahli, yang mempunyai waktu cukup untuk menjalankan tugas komisaris setiap hari. Orang ahli inilah yang disebut "komisaris limpahan" (gedelegeerd commissaris), yang sebagai kuasa dari komisaris ash. Komisaris lim-pahan ini merupakan "sparring partner" (teman kerja yang mengawasi) daripada direksi. Keduanya hams bekerja sama dalam koordinasi yang baik untuk kepentingan perusahaannya.

163. STATUS HUKUM KOMISARIS Seperti juga pengurus, komisaris menduduki status hukum yang ber-macam-macam, yaitu: a. Komisaris yang diangkat tanpa upah dan bukan pemegang saham,

status hukumnya adalah pemegang kuasa perseroan atau rapat umum pemegang saham: (Bab XVI, Buku III, KUHPER);

b. Komisaris bukan pemegang saham yang diangkat dengan upah, maka status hukumnya adalah — buruh pemegang kuasa (Bab VII-A, Bab XVI, Buku III, KUHPER);

157

Page 172: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

c. Komisaris pemegang saham yang diangkat dengan diberi up* maka status hukumnya — buruh pemegang kuasa dan anggota rapat umum pemegang saham (Bab VII-A, Bab XVI, Pasal 40 ayat (2) KUHPER).

164. PEMBERHENTIAN SEMENTARA DAN PEMECATAN KOMISARIS Sebagai juga pengurus, komisaris diangkat oleh rapat umum peme-gang saham dengan cara-cara seperti ditetapkan dalam akta pendirian perseroan. Akta pendirian menetapkan dengan alasan apa saja seorang komisaris dapat diberhentikan sementara (geschorst) atau dipecat. Karena yang mengangkat komisaris adalah rapat umum pemegang saham, maka yang berwenang memberhentikan untuk sementara dan memecat adalah juga rapat umum pemegang saham. Tentang adanya tuntutan ganti rugi dan hak Hakim untuk menguranginya, ditetapkan seperti terhadap pengurus.

165. TANGGUNG JAWAB KOMISARIS Tanggung jawab komisaris dapat dibagi menjadi dua, yakni tanggung jawab terhadap pihak ketiga dan terhadap perseroan. Tanggung jawab terhadap perseroan adalah sesuai dengan pengurus, sedangkan tanggung jawab terhadap pihak ketiga tidak begitu banyak, sebab komisaris hanya dalam keadaan khusus saja mewakili perseroan. Kalau keadaan khusus seperti dimaksud teralchir ini timbul, maka komisaris mewakili perse-roan, yang dalam hal ini tanggung jawabnya adalah sama dengan pengurus.

Kecuali hal tersebut di atas, maka mengenai ketentuan termaksud dalam Pasal 1365 KUHPER, misalnya, seorang komisaris memberi keterangan yang melawan hukum dengan maksud agar pihak ketiga mau membeli saham perseroan, yang menimbulkan kerugian pada pihak ketiga, maka komisaris tersebut dip ersalahkan melanggar Pasal 1365 KUHPER.") Tindakan pengadilan ini tidak hanya bermaksud melindungi pihak ketiga yang mendapat kerugian, tetapi juga melindungi khalayak ramai, yakni lingkungan yang lebih luas.

Komisaris berbuat untuk kepentingan perseroan, dari itu dia ber-tanggung jawab kepada perseroan. Pertanggungjawaban ini secara pribadi untuk keseluruhan. Bila ada dua orang komisaris atau lebih, maka pertanggungjawaban bisa bersifat kolektif atau majelis. Bersifat

48) H.R. 11 Maart 1937, N.J. 1937, no. 899, E.M.M.

158

Page 173: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

kolektif, bilamana perbuatan itu hams dikerjakan bersama-sama oleh semua komisaris. Bila seorang komisaris saja tidak tuna, maka per-buatan itu tidak sah. Bersifat majelis, kalau perbuatan itu sudah diang-gap sah bila dilakukan oleh sebagian besar komisaris bersama-sama.

Meskipun perbuatan komisaris itu hams bersifat kolektif atau bersifat majelis, pertanggungjawaban komisaris terhadap perseroan tetap bersifat pribadi untuk keseluruhan. Dalam hal ini komisaris ber-tanggung jawab kepada rapat umum pemegang saham.

166. BEBERAPA HAK DAN KEWAJIBAN KHUSUS KOMISARIS Akta pendirian dapat menetapkan gaji komisaris atau hal itu diserahkan kepada rapat umum pemegang saham. Kalau akta pendirian tidak menetapkan sendiri atau tidak menyerahkan kepada rapat umum peme-gang saham, maka komisaris tidak dapat menilcmati gaji. Kewenangan dan kewajiban komisaris, kecuali yang timbul dari tugas umum, yakni — pengawasan, dapat diuraikan sebagai tersebut di bawah ini: a. Komisaris mewakili perseroan dalam semua hal, di mana ada kepen-

tingan yang bertentangan dengan seorang atau beberapa orang pengurus. Akta pendirian dapat menetapkan bahwa perwakilan dalam hal yang demikian dilakukan oleh orang lain, dan rapat umum juga berwenang menunjuk sebagai ganti komisaris, seorang atau beberapa orang lain.

b. Termasuk dalam lingkungan kerja komsaris, berdasar akta pendirian, juga memberi persetujuan atau kekuasaan kepada pengurus untuk melakukan transaksi penting, misalnya: memindahtangankan dan membebani benda tetap, memberikan jaminan dengan jumlah ter-batas atau tak terbatas dan lain-lain. W.v.K. Belanda menetapkan bahwa perbuatan menyetujui dan memberi kekuasaan bukanlah perbuatan pengurusan (pasal 52-b, W.v.K. belanda).

c. Akta pendirian juga dapat menetapkan, bila pengurus berhalangan atau pengurus tidak ada, maka komisaris dapat melakukan peker-jaan pengurus. Dalam hal yang demikian, hak dan kewajiban komi-saris terhadap perseroan dan pihak ketiga adalah sama dengan pengurus. Kesamaan ini berlaku juga, bila berdasar akta pendirian atau keputusan rapat umum, penggantian pengurus ini dilakukan oleh orang selain komisaris.

d. Komisaris dapat, kecuali kalau akta pendirian menetapkan lain, memberhentikan untuk sementara pengurus perseroan. Pemberhenti-an sementara ini setiap waktu dapat dibatalkan oleh rapat umum.

159

Page 174: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

e. Komisaris dapat mengawasi pembuatan neraca dan daftar perhi-tungan laba rugi. Untuk ini, komisaris dapat mengangkat seorang ahli pembukuan untuk melakukan pengawasan terhadap pembuatan neraca dan daftar perhitungan laba rugi tersebut. Hak mengangkat seorang ahli oleh komisaris ini tidak berlaku, bila rapat umum hen-dak melakukan hak itu sendiri, sedangkan biaya untuk ini dibeban-kan kepada perseroan.

U NERACA DAN PERHITUNGAN LABA RUGI

167. PEMBUKUAN Pasal 6 ayat (1) KUHD mewajibkan kepada setiap orang yang men-jalankan perusahaan, untuk mencatat semua harta kekayaan pribadi dan perusahaannya dalam buku, sehingga sewaktu-waktu dapat diketahui segala hak dan kewajibannya. Pekerjaan ini disebut pembukuan dan biasanya dikerjakan oleh ahlinya yang disebut "ahli pembukuan" (boekhouder, bookkeeper). Sanksi terhadap pasal ini, yakni bila pengurus tidak menyelenggarakan pembukuan, hanya bersi fat administratif, misalnya dicabut izin usahanya, pajaknya dinaikkan sampai batas maksimum dan lain-lain. Sanksi keperdataan tidak ada, begitu juga sanksi kepi danaan, kecuali kalau dengan pembukuannya si pengusaha sengaja berbuat curang untuk mengurangi hak kreditur, misalnya membuat pengeluaran yang tidak ada. Ingat pada Pasal: 92-bis, 396, dan 397 KUHP.

Bila yang menjalankan perusahaan itu suatu badan hukum, dalam hal ini perseroan terbatas, maka kekayaan yang dicatat dalam pembu-kuan itu hanya kekayaan perseroan saja, tidak termasuk kekayaan pribadi para pemegang saham, pengurus dan komisarisnya, karena perseroan terbatas itu adalah badan hukum, yang merupakan subyek hukum tersendiri, di luar para pemegang sahamnya. Pencatatan harta kekayaan pribadi itu hams dilakukan, di samping pencatatan harta kekayaan perusahaannya, kalau perusahaan itu berbentuk perseorang-an, persekutuan perdata (maatschap), persekutuan firma dan perseku-tuan komanditer, sebab dalam keadaan pailit, jika harta kekayaan perse-kutuan/perusahaan tidak cukup untuk membayar utang-utangnya, maka harta kekayaan pribadi pengusaha hams dijual untuk melunasi utang-utang tersebut. Ingat bahwa perusahaan perseorangan, perse-kutuan perdata, persekutuan firma dan persekutuan komanditer bukan badan hukum. Jadi, tidak bisa memiliki hak dan kewajiban. Sebaliknya,

160

Page 175: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

kalau perusahaan itu berbentuk perseroan terbatas atau badan hukum lainnya, pencatatan kekayaan pribadi milik pengusahanya (pemegang sahamnya) tidakperlu dilakukan, sebab badan hukum itu adalah subyek hukum, yang bisa memiliki hak dan kewajiban sendiri.

168. NERACA DAN PERHITUNGAN LABA RUGI Pasal 6 ayat (2) KUHD mewajibkan pengurus perseroan untuk tiap tahun, mengenai tahun yang sudah silam membuat neraca, yang hams selesai dalam jangka waktu enam bulan tahun berikutnya. Neraca itu hams ditanda tangani oleh pengusaha sendiri, yang pada perseroan diwakili oleh pengurus dan komisaris. Dalam praktik, kecuali neraca, pengurus diwajibkan juga membuat daftar perhitungan laba rugi. Pembuatan neraca dan daftar perhitungan laba rugi itu hams disertai dengan keterangan-keterangan selengkapnya (contoh terlampir).

Persoalan neraca dan daftar perhitungan laba rugi perseroan terba-tas diatur dalam Pasal 55 KUHD, yang mewajibkan para pengurus tiap-tiap tahun sekali memberitahukan segala keuntungan yang diperoleh dan segala kerugian yang diderita dalam tahun yang silam (Pasal 55 ayat (1) KURD). Pemberitahuan itu dapat dilakukan dengan cara: a. mengadakan rapat umum pemegang saham; b. mengirimkan neraca dan daftar pehitungan laba rugi itu kepada

tiap-tiap pemegang saham. Hal ini tidak mungkin dilakukan bila saham-sahamnya berbentuk atas pembawa;

c. neraca dan daftar perhitungan laba rugi diletakkan di kantor perse- roan, sementara itu diadakan pengumuman bahwa setiap pemegang saham perseroan dapat datang di kantor perseroan untuk melihat dan kalau perlu minta salinannya untuk dipelajari lebih lanjut. Neraca dan daftar perhitungan laba rugi itu dibuat oleh pengurus

dan diawasi oleh komisaris, selanjutnya ditandatangani oleh semua anggota pengurus dan komisaris. Keterangan dan penjelasan yang disertakan pada neraca hams berisi ukuran, dengan mana benda tetap milik perseroan itu dapat diukur, misalnya: harga pembelian, harga yang terjadi di pasar atau bursa, penetapan harga dari panitia penilai dan lain-lain.

Karena yang menetapkan sahnya neraca dan daftar perhitungan laba rugi itu rapat umum pemegang saham, maka sebelum rapat umum itu diselenggarakan, neraca dan daftar perhitungan laba rugi itu hams sudah dapat dibaca dan diketahui oleh para pemegang saham. Dari itu neraca dan daftar perhitungan laba rugi itu hams diletakkan di

161

Page 176: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

NERACA BANK PER 31 MEMBER 1976

(DALAM 144121AN RUPIAH)

kKTIVA PASSIVA 31 0511616 31 DE M- 31 0881M- 31 0E6816

11101 1977 UR 1376 DER 1977 BM 13711

1. K a a 1941908 10.856.186 1. 00010 Koran 103.58t.512 225.220.873 2. RekenIng Koran

pad. B.I. 99.496.313 83,422244 2. Kesralibsn yang saga-

ra dapat dlbsyar 3. Rekenino Koran pada 5.696.662 2.111.006 . lalnnya 11.70.114 19.875.770

Bank Lein 3. Tabungan 34.508.275 49.225.615 4. Wesel2 den tagIlian

lakinya 28.894.692 16.027811 4. Dwelt* bedangka

5. Piniamen yang 91.640.196 116.3711.1133

5. Elsk-elsk 642 642 dilarlma 04197.369 289.356.943 6. DeposKo bedatkika 13.900.000 23.800800 6. ENtoran jamlnan 15.540.609 0.947.340 7. PInJaman yang dlberikan 469.212.620 536.924.968 7. POSSINIII deism Valuta B. Aktiva dalam Valuta Awing *

Ming 4) a Seger1 & dapat dibayar 2.669.809 4.824.775

a. Likwid 10.739060 16312969 b. Milne 10.870.213 5.232.849 b. Pinleman yang 1052.009 2.010.412 8. Ftupa-Rupa •• 17.232.556 21.421.117

dIberikan c. Lalnnya 6.604.02 14847014

9. Modal 415.10, 10. Cadangan Umuni

300.000 300.000

300.000 300.000

9. P10100110 1.109096 1.257459 11. Cingen kinnya 56.096.935 64.75701 0. Bends tetsp den 8224.393 9.073.000 12. Ohs labs Ishun2

Invented* yang lalu - - 1. Repa-repa 25.973.00 5202.904 13. Labe taken berialan 762.419 1223.61 3

39103102 782300.928 691 .393.19 732.8ee829

Sell111“1 Labs (brute) team balm 1977 sabeaer RD 762.419 rIbu

PERINCIAN PERH1TeNGAt4 eAsivauoi BANK TANGGAL 1 JANLIARI 5/0 31 DESEMBER 1970

(DALAM RIBUAN RUPIAH)

PENDAPATAN 1. PeaMplasn Useka Bang

(Operaslosil) 1.1. Haan bung.

52.051E806 1.2. ProvIsi dan koneal

3.444.563

PandaPatan Karma tre. Owls*

2.037.907 IA, Pendapatan

rupa-rups

11.376.197 2. Pendapatse bukan

Maths Bank lien Oparasiong)

99.664

66.017.117

II. II I A V A 1. Blom Ilasha Mink

10permkell) 11. Blaya bunga din

moils!

30.693.776 1.2. Eilaya Deena

0 Devise

83109 1,2 Slays tenaga liege

17.919.40

1.4. Penyueutan

623120 1.5. Blaya rupaqupa

9.643031 2. Eliaya token 11sala

Bank (non OpiraslonI0

72029

44.793.374

U.S.S. 1,- in Rp. 625,- •a) Termasuk saldo rekinIng antar Kantor sebeser Rp. 5.332033 dbu

sebagel kaaH kompensasi antic* saldo debit den Aldo kredit.

1.60. Jskarti, 19 Morel 1971

WENN SANK

III. Labs sobelum Mink F 1.223813 IV. Sim Labs tallen2 yang tale

1.223.613

Page 177: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

kantor perseroan, di mana setiap pemegang saham setiap hari dapat melihatnya dan kalau perlu minta salinannya untuk dipelajari lebih dulu sebelum rapat umum itu dimulai. Kalau neraca dan daftar perhitungan laba rugi ini hams selesai dibuat selambat-lambatnya enam bulan se-sudah tutupan tahun buku yang lampau, maka rapat umum dapat dise-lenggarakan sesudah neraca dan daftar perhitungan laba mgi itu selesai dibuat. Tentang kapan persisnya rapat umum ini diselenggarakan, undang-undang tidak menetapkan sesuatu, tetapi yang jelas ialah se-belum tutup tahun buku yang berjalan, kira-kira pada bulan Agustus —September.

169. PENELITIAN KEAHLIAN Undang-undang (KUHD) tidak mengatur banyak mengenai hak pe-megang saham untuk melihat dan meneliti buku-buku dan surat-surat perseroan. Pasal 55 ayat (2) KUHD menyinggung tentang hak peme-gang saham untuk memeriksa neraca dan daftar perhitungan laba mgi dengan kata-kata: "... dan sementara itu mengumumkan kapada se-kalian pesero, bahwa mereka dapat memeriksanya selama tenggang waktu yang ditentukan dalam akta pendirian." Hak pemegang saham untuk memeriksa neraca dan daftar perhitungan laba rugi ini tidak dijelas-kan lebih lanjut tentang cara bagaimana melakukan pemeriksaan tersebut.

Mengingat bahwa para pemegang saham itu belum tentu orang yang mengerti tentang neraca dan daftar perhitungan laba mgi, yang akibatnya mereka mudah mengira atau memperkirakan adanya per-mainan angka oleh penguins yang dapat merugikan para pemegang saham, maka dalam praktik tentang pemeriksaan neraca dan daftar perhitungan laba mgi itu diserahkan kepada ahlinya, yaitu "akuntan". Dari hasil pemeriksaan dan kesimpulan-kesimpulan akuntan ini para pemegang saham dapat mengetahui tentang situasi yang sebenamya dari perseroan, di mana mereka adalah .pemegang sahamnya. Kalau pemegang saham, merasa tidak puns dengan hasil pemeriksaan sebuah perusahaan akuntan, maka mereka bisa menyerahkan pemeriksaan ulang terhadap neraca dan daftar perhitungan laba rugi kepada peru-sahaan akuntan lain. Biaya untuk ini semua dibebankan kepada per-seroan. Mengenai kemungkinan adanya pemeriksaan keahlian ini, walaupun undang-undang tidak mengatumya, tetapi dalam praktik hal itu sudah menjadi kebiasaan, terutama bagi perusahaan yang besar-besar. Kalau anggaran dasar mengharuskan adanya pemeriksaan ke-

163

Page 178: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

ahlian ini, maka hal itu menjadi keharusan, tetapi bila anggaran dasar tidak mengaturnya, maka pemeriksaan keahlian ini bisa ditetapkan dengan keputusan rapat umum pemegang saham. Sudah tentu hal pe-meriksaan keahlian ini bukan suatu tindakan yang mutlak harus dila-kukan, terutama mengenai perusahaan yang kecil-kecil atau bila di antara para pemegang saham ada yang ahli dalam pembukuan atau akuntansi.

Orang ahli (akuntan), yang diangkat untuk memeriksa neraca dan daftar perhitungan laba rugi berhak untuk melihat semua buku-buku dan surat-surat milik perseroan, yang diperlukan untuk memenuhi pelaksanaan kewajibannya. Hal-hal penting yang bemilai dan bersifat rahasia pun hams diberitahukan kepada pemeriksa ahli itu, agar dia dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Sebaliknya, pemeriksa ahli itu hams menyimpan rahasia perseroan sebaik-baiknya dan kalau dia membocorkan rahasia itu dia dapat dituntut melalui Pasal 322 KUHP mengenai pembocoran rahasia, yang diancam dengan pidana penjara paling larna 9 bulan.

170. PEMBAGIAN KEUNTUNGAN Mengenai apa yang disebut keuntungan, Pasal 49 ayat (1) KUHD hanya mengatakan "... Tiap-tiap pembagian hams dilakukan atas segala pendapatan, setelah dikurangi dengan segala pengeluaran." Ketentuan ini tidak memperhatikan kemungkinan adanya kenaikan nilai aktiva yang menimbulkan keuntungan dan penyusutan nilai yang mengakibatkan kerugian. Dan itu sebaiknya pembentukan undang-undang tidak usah memberi definisi pengertian keuntungan, biar di-selesaikan oleh ilmiah dan yurisprudensi, sesuai dengan perkembangan keilmuan tentang perusahaan

Tentang pengaturan cara bagaimana membagi keuntungan itu dise-rahkan sepenuhnya kepada akta pendirian. Dari keuntungan ini orang dapat mengambilnya untuk dana cadangan, jasa produksi, tantiemes dan lain-lain. Kalau akta pendirian tidak menetapkan hal lain, sisa ke-untungan itu untuk para pemegang saham, yakni sebagai dividen. Me-ngenai soal ini Pasal 49 ayat (2) KUHD membolehkan adanya suatu janji, bahwa pembagian tidak boleh melebihi suatu jumlah tertentu. Uang yang tersisa biasanya dimasukkan dalam dana cadangan persero-an. Sudah tentu, bila perseroan dalam keadaan merugi, kecuali pemba-yaran bunga obligasi dan utang-utang lainnya, pembagiankeuntungan tidal( diadakan, dengan kata lain, pemegang saham tidak menerima dividen.

164

Page 179: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

Mengenai ketetapan adanya keuntungan jugs hams memperhatikan unsur iktikad baik (goede trouw). Perbuatan-perbuatan yang pada hakekatnya dengan maksud mengurangi banyaknya keuntungan, mi-salnya, jumlah penyusutan yang terlalu tinggi, dapat dibatalkan. Kalau ternyata bahwa ketetapan jumlah keuntungan melanggar unsur iktikad baik, maka orang-orang yang berhak atas keuntungan dapat menuntut di muka pengadilan. Jika kebatalan tersebut dapat diterima oleh Hakim, maka Hakim menentukan berapa jumlah keuntungan yang sebanamya. 49)

171. PENYUSUTAN, CADANGAN, TANTIEMES DAN DIVIDEN Dalam praktik adalah lazim dari keuntungan perseroan diambil jumlah-jumlah yang dalam urutan sebagai berikut: a. Penyusutan. Benda-benda yang dipergunakan dalam produksi ma-

kin lama makin menyusut. Penyusutan ini biasanya diperhitungkan dengan prosentase dan dilakukan tiap-tiap tahun. Misalnya, sebuah mesin cetak yang harganya 10 juta rupiah, dianggap dapat dipakai dalam waktu 10 tahun. Jadi, penyusutan mesin itu setahun 10%, yaitu satu juta rupiah. Tidak semua benda-benda itu menyusutnya tiap tahun 10%, mungkin hanya 5% dan mungkin lebih dari 10%.

b. Dana cadangan. Mengenai dana cadangan ini diatur dalam Pasal 48 KUHD, yang menganjurkan adanya kas cadangan untuk meng-hindari hal-hal yang disebut dalam pasal 47 KURD, yaitu kerugian perseroan yang sampai 50% dan 75%. Pada umumnya orang ber-anggapan bahwa kas cadangan itu waj ib dibentuk untuk kepenting-an kelangsungan hidup perseroan sendiri. Hampir setiap akta pen-dirian perseroan terbatas yang telah saya baca, pembentukan dana cadangan ini biasanya ada.

c. Tantiemes. Sesudah keuntungan diambil penyusutan, dana cadang-an, selanjutnya diambil lagi bagian yang diberikan kepada pengurus, komisaris dan pegawai atau karyawan. Hal ini ditentukan dalam akta pendirian dan bagian ini disebut "tanciem" (tantiemes).

d. Dividen. Sisa keuntungan sesudah diambil untuk penyusutan, cadangan dan tanciem, menjadi bagian para pemegang saham yang disebut "dividen". Pembayaran dividen itu terlaksana dengan me-nyerahkan "bukti dividen" yang selalu disertakan pada tiap-tiap saham pada tiap-tiap tahun sekali. "Bukti dividen" itu tersedia pa-ling sedikit untuk lima tahun, kurang dan 5 tahun tidak lazim. Kalau

49) H.R. 21 Mei 1943, N.J. 1943, no. 484.

165

Page 180: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

bukti dividen sudah habis, pemegang dapat minta seperangkat bukti dividen barn dengan menukarkan "talon" yang selalu dikerjakan juga pada tiap-tiap saham.

172. PEMBERITAHUAN NERACA DAN DAFTAR LABA RUGI Pengumuman neraca, daftar perhitungan laba rugi beserta penjelasan-nya dengan cara meletakkannya di Kantor Pendaftaran Perusahaan sebagai yang diperintahkan dalam Pasal 42-c W.v.K. Belanda, di Indonesia belum berlaku. Pasal 55 KUHD mewajibkan pengurus tiap-tiap tahun sekali memberitahukan neraca, perhitungan laba rugi beser-ta penjelasannya itu kepada semua para pesero (pemegang saham). Kantor Pendaftaran Perusahaan seperti di negeri Belanda, di Indonesia belum ada, sebab "Handelsregisterwet" belum ada. Sayaberpendapat bahwa sekarang sudah sampai saatnya Kantor Pendaftaran Perusaha-an perlu dibentuk di Indonesia, mengingat makin banyaknya perusaha-an dan macam-macamnya jenis perusahaan yang ada di Indonesia, ditambah lagi dengan banyaknya perusahaan asing dan perusahaan patungan (joint-venture).

Adapun cara memberitahukan neraca, perhitungan laba rugi be-serta penjelasan-penjelasannya kepada para pesero, Pasal 55 KUHD memberikan 3 alternatif, yaitu: a. dengan cara mengadakan rapat umum para pemegang saham; b. dengan cara mengirimkan neraca dan lain-lain itu kepada semua

pesero. Hal ini tidak mungkin dilakukan bila sero-sero itu atas-pembawa;

c. dengan cara meletakkan neraca dan lain-lain di kantor perseroan dan sementara itu diumumkan kepada semua pesero bahwa mereka dapat datang di kantor perseroan untuk memeriksanya dalam jangka waktu yang ditentukan dalam akta pendirian. Pada lazimnya banyak perseroan yang memilih cara yang ketiga

digabung dengan cara pertama. Dalam jangka waktu seperti yang ditentukan dalam akta pendirian para pesero dipersilakan memeriksa neraca, perhitungan laba rugi beserta penjelasan-penjelasannya di kantor perseroan atau minta salinannya untuk dipelajari di rumah, se-sudah jangka waktu habis, rapat umum diadakan.

173. TANGGUNG JAWAB PENGURUS DAN KOMISARIS TERHADAP 1SI NERACA DAN PERHITUNGAN LABA RUGI

Telah saya katakan bahwa neraca dan perhitungan laba rugi dikerjakan

166

Page 181: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

oleh pengurus dengan pengawasan komisaris, dari itu neraca dan per-hitungan laba rugi ditanda tangani oleh semua pengurus dan komisaris. Kalau ada seorang saja yang tidak memberikan tanda tangan, harus dinyatakan secara tertulis apa sebab dia tidak memberikan tanda tangannya. Dalam rapat umum pemegang saham neraca dan perhi-tungan laba rugi itu masih menjadi tanggung jawab pengurus dan komisaris. Baru sesudah ada pengesahan dari rapat umum, pengurus dan komisaris mendapat pembebasan tanggung jawab (decharge).

Tetapi pembebasan tanggung jawab itu tidak berlaku mengenai hal-hal yang kurang cukup dijelaskan dalam rapat umum para peme-gang saham, sehingga akhirnya menimbulkan kerugian bagi perseroan atau pihak ketiga. Dalam hal ini pengurus dan komisaris masih ber-tanggung jawab, meskipun mereka dapat diperkenankan mengajukan bukti penyangkal (tegenbewijs), sehingga pada mereka tidak ada kesalahan atau kealpaan. 50)

H. PERUBAHAN AKTA PENDIRIAN

174. KEMLTNGKINAN ADANYA PERUBAHAN AKTA PENDIRIAN Kemungkinan adanya perubahan akta pendirian sejak dulu telah diper-kirakan oleh pembentuk undang-undang, yaitu dalam Pasal 36 ayat (3) dan Pasal 38 ayat (3) KUHD. Pasal 36 ayat (3) KUHD berbunyi: "Untuk tiap-tiap perubahan pada syarat-syarat pendiriannya dan dalam hal perpanjangan waktu, harus diperoleh pengesahan yang sama." Sedangkan Pasal 38 ayat (3) KUHD berbunyi: "Segala sesuatu yang tersebut di atas berlaku juga terhadap segala perubahan pada syarat-syarat pendiriannya, atau dalam hal waktu perseroan diper-panj ang."

Di sini oleh pembentuk undang-undang KUHD tahun 1848 telah digambarkan kemungkinan adanya perubahan akta pendirian perseroan, tetapi pembentukan undang-undang tidak mengaturnya secara terpe-rind, bagaimana cara perubahan akta pendirian itu dilakukan. Dikata-kan dalam ketentuan-ketentuan tersebut "perubahan pada syarat-syarat pendirian." Dari sini dapat timbul beberapa pertanyaan, yaitu: a. Apa yang dimaksud dengan "perubahan pada syarat-syarat pendiri-

an," dengan mana pengurus diwajibkan minta pengesahan dari Menteri Kehakiman;

50) H.R. 11 Maart 1937, N.J. 1937, no. 899, E.M.M.

167

Page 182: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

b. Bagaimana cara mengadakan perubahan dan apa syarat-syaratnya; c. Siapa yang berhak mengusulkannya dan siapa yang berwenang

mengesahkannya; KUHD yang sekarang masih berlaku di Indonesia tidak dapat

menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, dari itu kita harus meneliti dalam akta-akta pendirian perseroan yang ada sekarang, yang dapat ditemukan dalam Tambahan Berita Negara RI. Kecuali dalam akta-akta pendirian perseroan, jawaban pertanyaan tersebut juga mungkin dapat ditemukan dalam W.v.K. Ned. yang sekarang berlaku, sebab W.v.K. Ned. adalah sama dengan KUHD Indonesia ditambah dengan perubahan-perubahan baru untuk mengikuti kemajuan dalam bidang perusahaan, khususnya dalam bidang perseroan.

Pada umumnya akta-akta itu menunjuk beberapa hal penting yang termasuk dalam "syarat-syarat pendirian perseroan," yang dapat diu-bah, yaitu: 1) nama perseroan; 2) tempat kedudukan; 3) maksud dan tujuan; 4) pembubaran perseroan sebelum waktunya; 5) memperpanjang waktu perseroan; 6) memperbesar atau memperkecil modal perseroan;

Biasanya perubahan-perubahan tersebut diberi syarat-syarat terten-tu, misalnya, perubahan akta pendirian itu sah, bila diputuskan oleh rapat umum pemegang saham luar biasa, yang khusus dipanggil untuk keperluan itu, dalam rapat mana harus diwakili sekurang-kurangnya 2/3 modal yang ditempatkan, serta usul itu hams disetujui oleh sekurang-kurangnya 2/3 jumlah suara yang dikeluarkan dengan sah.

Di antara 6 buah hal penting tersebut di atas, hanya "maksud dan tujuan perseroan"-lah yang dapat diantisipasi jangan sampai mudah diubah, yakni dengan cara merumuskan maksud dan tujuan perseroan itu secara luas, misalnya, "maksud dan tujuan perseroan ini ialah: a) mengusahakan berbagai industri; b) menerbitkan surat-surat kabar, majalah, bulletin, peta, buku-buku

pelajaran dan lain sebagainya; c) menjalankan perusahaan penjilidan dan kartonase; d) mengusahakan biro iklan; e) menjalankan perdagangan pada umumnya, termasuk perdagangan

antar pulau, ekspor-impor dan perdagangan komisi; D usaha-usaha sebagai agen, perwakilan, leveransir, distributor, gros-

168

Page 183: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

sier dari bermacam-macam mesin dan alat perlengkapan serta barang-barang keperluan percetakan.

segala sesuatu dalam anti seluas-luasnya Perseroan hendak mencapai maksud dan tujuan tersebut, baik

dengan usaha sendiri, maupun dengan kerja sama dengan atau turut serta dalam perusahaan-perusahaan/perseroan-perseroan lain dan selanjutnya menjalankan usaha-usaha tersebut, dengan mengindahkan undang-undang dan/atau peraturan-peraturan yang berlaku."

Demikianlah sebuah contoh "maksud dan tujuan perseroan", yang dirumuskan secara luas.

175. APAKAH AKTA PENDIRIAN PERSEROAN DAPAT DIUBAH? Di muka telah saya katakan bahwa menurut undang-undang (KUHD) perubahan akta pendirian itu dimungkinkan, meskipun dengan syarat-syarat tertentu. Sekarang bagaimana pendapat para ilmuwan. a. Sebagai yang telah kita ketahui bersama, Molengraaff" ) berpenda-

pat, bahwa perbuatan mendirikan perseroan itu termasuk perbuatan hukum jenis perjanjian, sebagai yang diatur dalam Pasal 1313 KUHPER. Kata Molengraaffdalam bukunya tersebut: "Vereniging (association) is contractuele samenwerking" (Perkumpulan itu adalah kerja sama kontraktuil). Sebagai suatu perjanjian, bisa saja diubah, asal semua pihak yang mengadakan perjanjian itu setuju tentang perubahan itu. Jadi, karena para pemegang saham itu dipan-dang sebagai pihak yang mengadakan perjanjian, maka perubahan akta pendirian hams disetujui secara bulat oleh semua para peme-gang saham.

b. Polak"' berpendapat bahwa perbuatan mendirikan perseroan itu bukan jenis perjanjian yang diatur dalam Pasal 1313 KUHPER, tetapi perbuatan hukum yang di Jerman dikenal dengan nama "Gesammakt", yaitu perbuatan sepihak, yang menyatakan sama bunyi bahwa mereka berkehendak mendirikan perseroan dan ter-hadap ini mereka membebankan din suatu kewajiban melakukan suatu pemasukan (inbreng). Polak berpendapat bahwa perubahan akta pendirian untuk kelangsungan hidup perseroan adalah sudah sepantasnya, bila musyawarah semua pihak memutuskan perubah-an itu. Lain halnya, bila dalam akta pendirian itu sejak semula sudah

5)) Molengraaff, op. cit., bl. 194. 52) Polak, op. cit., bI. 338.

169

Page 184: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

ada ketentuan bahwa perubahan akta pendirian itu dilarang, maka di sini jelas, perubahan akta pendirian itu tidak mungkin lagi. Dalam akta pendirian ada hal-hal yang tidak boleh diubah, mi-

salnya: tanggal mendirikan perseroan, penyebutan nama notaris dan saksi-saksinya, nama-nama para pendiri dan jumlah saham yang telah diambil oleh para pendirinya. Sebaliknya, ada hal-hal yang dapat diubah, tetapi dengan syarat-syarat khusus, misalnya: tempat kedu-dukan, nama perseroan, maksud dan tujuan, memperpanjang umur perseroan dan lain-lain, hanya dapat diputuskan dalam rapat umum yang khusus diadakan untuk itu dan dengan syarat-syarat khusus pula.

176. DASAR HUKUM PERUBAHAN AKTA PENDIRIAN Peraturan mengenai perubahan akta pendirian ini tidak bisa ditemukan dalam KUHD. Meskipun begitu dalam akta pendirian, khususnya da-lam anggaran dasar perseroan, peraturan tersebut sedikit banyak dapat ditemukan. Kecuali itu untuk melengkapinya sebagai bahan bandingan dapatlah dipergunakan ketentuan-ketentuan dalam W.v.K. Nederland, yang dalam hal ini pengaturannya sudah lebih maju dad pada KUHD (Indonesia). Perlu kiranya diingat bahwa W.v.K. Hindia Belanda (se-karang: Indonesia) adalah sama dengan W.v.K. Belanda, tetapi sejak tahun 1874 W.v.K. Belanda banyak mengalami perubahan, sampai 3 Juli 1974 ini sudah ada 74 buah undang-undang yang mengubah W.v.K., sehingga W.v.K. Hinda Belanda, yang sekarang menjadi KUHD (In-donesia) sudah jauh ketinggalan daripada W.v.K. Nederland. Dalam bidang perseroan, lcetinggalan ini dapat diperbaiki dengan akta pendiri-an, yang berisi anggaran dasar, yang sedikit banyak sudah memuat ke-tentuan-ketentuan yang bersifat maju. Saya berpendapat bahwa akta pendirian perseroan adalah bukti adanya petjanjian untuk mendirikan perseroan. Karena perjanjian itu menurut Pasal 1338 ayat (1) KUHPER mengikat para pihak sebagai undang-undang, maka ketentuan-keten-tuan dalam akta pendirian itu berlaku dan mengikat para pihak, yakni para pemegang saham atau para pesero. Dengan begitu maka keku-rangan dalam KUHD sudah dapat dipenuhi dengan kelebihan dalam akta pendirian. Dari itu saya memperlengkap kekurangan dalam KUHD dengan ketentuan-ketentuan yang biasanya dimuat dalam akta pendirian dan ketentuan-ketentuan dalam W.v.K. Nederland, sekedar yang mengenai perseroan. Meskipun ada ketentuan yang berasal atau sama dengan ketentuan dalam W.v.K. Nederland, tetapi kalau sudah dimuat dalam akta pendirian, maka ketentuan-ketentuan tersebut

170

Page 185: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

mengikat bagi para pihak, yakni para pesero (Pasal 1338 ayat (1) KUHPER).

177. SIAPA YANG BERWENANG MENGADAKAN PERUBAHAN AKTA

PENDIRIAN Persoalan siapa yang berwenang untuk mengadakan perubahan akta pendirian tidak bisa dijawab melalui undang-undang, terutama KUHD, dan itu kita harus melihat pada akta pendirian. Dalam tiap akta pendiri-an disebut bahwa yang berwenang untuk mengadakan perubahan akta pendirian ialah rapat umum pemegang saham dengan suara terbanyak mutlak, kecuali kalau akta pendirian menentukan lain. Di negeri Be-landa persoalan ini telah diatur secara baik, yaitu dalam Pasal 45 ayat (1 ) W.v.K. Nederland yang berbunyi: "De algemeene vergadering is bevoegd de akte van oprichting to wijzigen; voor zoover de bevoegdheid tot wijziging bij de akte van oprichting mocht zijn buitengesloten, is wijziging niettemin mogelijk met algemeene stemmen in eene vergadering, waarin het geheele geplaatste kapitaal is vertegenwoor-digd" (Rapat umum pemegang saham berwenang untuk mengubah akta pendirian, meskipun kewenangan untuk mengubah akta pendirian itu ditutup oleh akta pendirian, perubahan itu dapat juga dilakukan oleh rapat umum, di mana seluruh modal yang ditempatkan diwakili). Meskipun dalam KUHD ketentuan semacam ini tidak ada, tetapi dalam akta pendirian ketentuan yang sejenis biasanya ada. Ini berarti meskipun KUHD (Indonesia) belum banyak yang diubah seperti halnya di Nederland, tetapi dalam kehidupan perseroan, ketentuan-ketentuan yang telah maju sudah menjadi kebiasaan di Indonesia untuk dican-tumkan dalam akta pendirian, dalam hal ini, anggaran dasar: Karena akta pendirian itu statusnya adalah suatu perjanjian, yang menurut Pasal 1338 ayat (1) KUHPER, berlaku bagi para pihak sebagai undang-undang, maka kekurangan dalam KUHD dapat ditutup dengan kelebihan yang ada pada akta pendirian. Tetapi walaupun begitu, saya tidak bosan-bosan menghimbau Pemerintah agar pembaharuan KUHD lekas ditangani.

178. DIPERLUKAN PERSETUJUAN PIHAK KETIGA Ada kemungkinan dalam akta pendirian ditentukan bahwa ada bebe-rapa orang, di luar para pemegang saham, yang diberi hak, misalnya para pemegang bukti pendirian dan lain-lain, tidak dapat mempengaruhi rapat umum pemegang saham dan hak mereka dijamin dengan suatu

171

Page 186: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

ketentuan bahwa perubahan akta pendirian itu tidak akan merugikan mereka, kalau mereka tidak dapat menyetujui perubahan itu, kecuali bila pada waktu memberikan hak-hak itu, kewenangan untuk mengubah akta pendirian itu tidak disyaratkan.

179. PEMBATASAN KEWENANGAN MENGUBAH AKTA PENDIRIAN Selanjutnya dalam akta pendirian sering ada ketentuan-ketentuan yang membatasi kewenangan mengubah akta pendirian. Perubahan akta pendirian itu dalam hal yang demikian, harus memperhatikan pem-batasan itu. Dan bila dalam akta pendirian ada ketentuan yang mela-rang beberapa hal untuk diubah, maka perubahan yang demikian hanya dapat dilaksanakan atas keputusan rapat umum, di mana diwakili seluruh modal yang ditempatkan.

Kalau perseroan dalam keadaan pailit, maka perubahan akta pen-dirian itu hanya mungkin diadakan dengan persetujuan !curator (Balai Harts Peninggalan). Peraturan yang demikian ini dalam KURD tidak ada. Hal ini dapat dicari dalam akta pendirian yang mengaturnya secara lengkap.

180. FORMALITAS MENGENAI PERUBAHAN AKTA PENDIRIAN Mengenai formalitas perubahan akta pendirian tidak diatur dalam KUHD. Meskipun begitu, untuk mengetahui persoalan tersebut kita dapat melihat pada akta pendirian. Untuk memperlengkap pembicaraan mengenai formalitas perubahan akta pendirian tersebut saya akan melihat ketentuan-ketentuan yang ada dalam W.v.K. Nederland. Saya akan memerinci perbuatan-perbuatan hukum yang termasuk dalam formalitas perubahan aktd pendirian, sebagai berikut: a. Usul perubahan akta pendirian harus disebutkan dalam acara rapat

pada undangan rapat umum pemegang saham. Pemberitahuan usul perubahan yang dilakukan kemudian, meskipun dengan mengingat tenggang waktu yang tersedia, dianggap tidak cukup, kecuali kalau keputusan itu diambil dengan suara bulat dalam rapat umum, di mana diwakilinya seluruh modal yang ditempatkan (Pasal 43-g, W.v.K. Ned.);

b. Salinan surat usul beserta undangan yang bersangkutan hams di-taruh di kantor perseroan, agar dapat dilihat oleh setiap pemegang saham, sampai pada akhir rapat. Kalau hal ini tidak terjadi, usul itu dapat juga diputuskan secara sah, kecuali kalau beberapa orang pemegang saham yang mewakili paling sedikit sepersepuluh modal

172

Page 187: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

yang ada dalam rapat, menentang pembicaraan usul perubahan itu (Pasal 45-b, ayat (2), W.v.K. Ned.);

c. Perubahan itu hams dinyatakan dalam akta notariil, atas ancaman kebatalannya. Hal ini dapat dilakukan dengan dua macam cara. Pertama, dengan cara membuat proses verbal ikhtisar rapat secara notariil, dan kedua, setelah usul perubahan aktapendirian itu disetujui rapat, keputusan rapat itu lalu dibuat tersendiri secara notariil (Pasal 45-c, W.v.K. Ned.);

d. Setelah perubahan itu disetujui rapat dan dibuat secara notariil, maka perubahan itu diminta pengesahannya kepada Menteri Ke-hakiman, seperti pada waktu mendirikan perseroan (Pasal 36 ayat (3) KUHD), sesudah mana pengurus berkewajiban untuk men-daftarkan pada Kepaniteraan Pengadilan Negeri yang berwenang serta mengumumkannya dalam Tambahan Lembaran Negara RI (Pasal 38 ayat (3) KUHD).

I. PEMBUBARAN DAN PEMBERESAN PERSEROAN

181. SWAT PEMBUBARAN Pembubaran perseroan adalah penghentian sebagai alat persekutuan. Mekanik perseroan sementara masih tetap betjalan, tetapi motor peng-geraknya sudah tidak ada lagi. Hubungan-hubungan hukum berubah si-fatnya, kehilangan kesatuannya yang diarahkan oleh tujuannya. Karena kesatuan sudah tidak ada lagi, maka masing-masing bagian itu diken-dalikan oleh kemanfaatan bekas perseroan, sebab sekarang sudah tidak ada perseroan terbatas lagi, tetapi perseroan dalam pemberesan. Perseroan terbatas tidak dapat hidup lagi. Sekarang kita meneliti kenyataan-kenyataan apa saja yang ditimbulkan oleh pembubaran perseroan ini.

182. ALASAN-ALASAN BUBARNYA PERSEROAN Adapun alasan-alasan kenapa sebuah perseroan itu bubar, adalah se-bagai berikut: a. Masa hidupnya telah berakhir (Pasal 46 KUHD), kecuali kalau

masa hidup itu diperpanjang lagi secara sah menurut Pasal 38 ayat (3) KUHD;

b. Keputusan rapat umum pernegang saham, yang menghendaki bubar-nya perseroan. Syarat-syarat yang dapat dipergunakan untuk mem-bubarkan perseroan itu hams diatur dalam akta pendirian dengan syarat-syarat khusus, misalnya: pembubaran perseroan sebelum wak-

173

Page 188: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

to yang ditentukan hanya dapat terjadi dengan keputusan suatu rapat umum luar biasa para pemegang saham yang khusus dipanggil untuk keperluan itu, dalam rapat mana harus diwakili sekurang-kurangnya 2/3 dari modal yang ditempatkan dan usul disetujui oleh sekurang-kurangnya 2/3 jumlah suara yang dikeluarkan dengan sah;

c. Bila kerugian perseroan sudah mencapai 75% jumlah modal yang ditempatkan (Pasal 47 ayat (2) KUHD);

d. Telah adanya keadaan "insolvensi" sebagai yang dimaksud dalam Pasal 168 ayat (1) Peraturan Kepailitan, yakni, bila dalam rapat verifikasi tidak ada akkoord dan kalau ada akkoord, tetapi ditolak, maka demi hukum harta pailit itu berada dalam keadaan "tidak mampu membayar" (insolvensi);

e. Adanya keputusan Menteri Kehakiman berdasarkan kepentingan umum tentang pembubaran perseroan terbatas (Pasal 37 ayat (3) KUHD);

f Adanya keputusan Menteri Kehakiman dengan mendengar pendapat Mahkamah Agung sebagai yang diatur dalam Pasal 37 ayat (4) KURD; Kecuali alasan-alasan tersebut di atas, masih ada hal yang mungkin

bisa menjadi alasan pembubaran perseroan, yaitu Pasal 1646 KUHPER yang berbunyi:

"Perseroan bubar karena: 1 e. dengan lampaunya waktu, untuk mana perseroan didirikan; 2e. dengan musnahnya barang atau diselesaikannya usaha yang men-

jadi pokok perseroan; 3e. atas kehendak semata-mata dari beberapa atau seorang pesero; 4e. jika salah seorang pesero meninggal atau ditaruh di bawah peng-

ampuan atau dinyatakan pailit." Alasan pertama sejalan dengan ketentuan dalam Pasal 46 KUHD,

yang sudah saya bicarakan di atas. Alasan ketiga tidak bisa diperguna-kan bagi perseroan terbatas, sebab perseroan terbatas itu hanya bisa dibubarkan atas dasar kehendak dari semua pesero, yang dinyatakan dalam rapat umum para pesero, yang biasanya disertai dengan syarat-syarat khusus. Alasan keempat juga tidak bisa diterapkan pada per-seroan terbatas, sebab misalnya semua saham jatuh menjadi milik satu orang, maka dengan matinya pemilik saham tersebut tidak perlu perseroan bubar, sebab perseroan itu dapat dilanjutkan oleh ahli waris-nya. Begitu pula bila satu-satunya pemilik saham perseroan itu ditaruh di bawah pengampuan atau jatuh pailit.

Sekarang sampailah saya membicarakan alasan kedua, yang ter-

174

Page 189: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

dapat beberapa pendapat. Yang biasa diajukan sebagai contoh ialah suatu perseroan yang melakukan perusahaan pelayaran taut, tetapi hanya mempunyai sebuah kapal, sedang satu-satunya kapal itu teng-gelam, terbakar atau dijual. Apakah perseroan dalam keadaan demi-kian itu harus bubar? Saya kira perseroan tidak perlu bubar, sebab rapat umum pemegang saham mungkin masih dapat menemukan satu jalan lain, agar perseroan masih dapat diteruskan, misalnya dengan mengalihkan tujuan perseroan.

Di negeri Belanda hal yang demikian tidak perlu diributkan, sebab alasan tersebut tidak berlaku bagi perseroan, karena di negeri Belanda sejak tahun 1929 ada satu Pasal dalam W.v.K. Belanda, yang menye-butkan satu per satu alasan pembubaran perseroan terbatas.

Pasal 55 W.v. K. Nederland berbunyi: "De naamloze vennootschap wordt, onverminderd het bepaalde bij de artikelen 36j, 37b en 54a, ontbonden: I e. door het verstrijken van den bepaalden tijd; 2e. door een daartoe strekkend besluit van de algemene vergadering

van aandeelhouders; 3e. door insolventic, nadat zij in staat van faillissement is verklaard

of door opheffing van het faillissement wegens de toestand van de boedel." (Perseroan terbatas, kecuali yang tersebut dalam Pasal 36j, 37b dan 54a, bubar karena: a. lampaunya waktu tertentu; b. keputusan rapat umum para pemegang saham; c. insolvensi, sesudah perseroan itu dinyatakan pailit atau diakhiri-

nya keadaan pailit karena harta pailit." Karena pasal ini adalah pasal W.v.K. Nederland, yang merupakan

"lex special is" terhadap B.W. Ned., maka Pasal 1683 B.W. Ned. (Pasal 1646 KUHPER) tidak berlaku bagi perseroan terbatas.

Perseroan seperti yang dilukiskan dalam alasan kedua Pasal 1646 KUHPER tersebut adalah "perseroan kosong" (lege vennootschap), artinya: untuk sementara perseroan itu tidak mempunyai usaha, tetapi kalau kemudian hari perseroan itu mendapat kapal lagi, maka perseroan itu dapat melakukan perusahaannya lagi. Dalam keadaan kosong itu perseroan tidak perlu bubar, sebab kalau dibubarkan dan kemudian ternyata masih membutuhkan perseroan itu, maka perseroan itu hams didirikan lagi. Sebagai kesimpulan dapat dikatakan bahwa musnahnya barang atau diselesaikannya usaha yang menjadi pokok tujuan perse-roan, tidak merupakan alasan untuk bubarnya perseroan.

175

Page 190: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

183. PEMBUBARAN PERSEROAN OLEH SEORANG PEMEGANG SAHAM ATAU LEBIH

Pasal 1647 KUHPER menetapkan bahwa seorang sekutu atau lebih tidak boleh menuntut bubarnya persekutuan di muka Hakim, kecuali bila ada alasan-alasan yang sah, misalnya, jika sekutu lain tidak meme-nuhi kewajibannya atau bila dia sakit terus-menerus, sehingga dia tidak bisa melakukan tugasnya dalam persekutuan. Mengenai soal ini ada beberapa pendapat dalam hal penggunaannya bagi perseroan terbatas. a. Molengraaff53) berpendapat bahwa penuntutan sekutu (dalam hal

ini pemegang saham) sebagai yang disebut dalam Pasal 1647 KUHD itu mungkin;

b. Van der Heijden dan Van der Dinten" ) berpendapat bahwa peno-lakan penggunaan Pasal 1647 KUHD tidak 100% tepat, sebab kemungkinan itu masih ada, yakni dalam hal persekutuan/perseroan terbatas itu hanya tinggal mempunyai dua orang pemegang saham saja, yang masing-masing memiliki separuh dari modal perseroan, sadangkan mereka tidak sepakat mengenai pembubaran persero-an;

c. Prof. Soekardono" ) dapat menyetujui kemungkinan penggunaan Pasal 1647 KUHPER, mengingat keadaan konkrit. Perlu dicatat bahwa perseroan tidak bubar, meskipun semua saham jatuh di satu tangan. Lagi pula yang diutamakan dalam perseroan adalah saham dan jumlahnya, bukan pemegang sahamnya atau jumlah mereka.

184. PEMBUBARAN PERSEROAN DENGAN PUTUSAN HAKIM Dalam KUHD tidak ada ketentuan yang memberi wewenang kepada Jaksa untuk menuntut pembubaran perseroan, karena berbuat berten-tangan dengan kesusilaan (goede zeden) dan ketertiban umum (open-bare orde). Hal ini menurut pendapat saya perlu sekali diadakan keten-tuan yang khan mengenai perseroan yang berbuat bertentangan dengan kesusilaan dan ketertiban umum tersebut, karena Pasal 37 ayat (1) KUHD menetapkan: "Jika perseroan itu tidak bertentangan dengan kesusilaan atau dengan ketertiban umum ...." Ketetapan tersebut di-laksanakan oleh Menteri Kehakiman pada waktu menilai akta pendi-rian perseroan yang diajukan kepadanya untuk mendapat pengesahan.

53) Molengraaf, op. cit., bl. 313. 54) Van der Heijden — Van der Grinten, Handboek, op. cit., bl. 578. 53 > Soekardono, op. cit., hlm. 171.

176

Page 191: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

Sesudah perseroan itu disahkan dan menjadi badan hukum, tentu ada kemungkinan bahwa perseroan itu dalam perbuatannya untuk menca-pai tujuannya melanggar ketentuan kesusilaan dan/atau ketertiban umum. Hal yang demikian itu tidak dikawekani oleh KUHD. Meskipun dalam KUHD belum/tidak ada ketentuan yang memberi kewenangan kepada Jaksa untuk bertindak terhadap perseroan yang berbuat mela-wan kesusilaan dan ketertiban umum, tetapi pada hemat saya Jaksa dapat bertindak berdasar atas berlakunya KUHP. Bahwa perseroan yang berbuat melanggar kesusilaan dan/atau ketertiban umum itu me-nurut hemat saya perlu ditindak itu sudah bukan suatu problim lagi, sebab perbuatan itu merupakan perbuatan a-susila dan melanggar ketertiban umum, sedangkan kesusilaan dan ketertiban umum itu adalah asas-asas yang hams dipertahankan oleh negara kita, terutama karena RI menganut asas "Pancasila". Di Negeri Belanda hal yang demikian itu telah ada ketentuannya, yaitu dalam Pasal 37-b ayat (1) W.v.K. Ned. yang berbunyi: "(1). Het openbaar ministerie is bevoegd de ontbinding to vorderen van de naamloze vennootschap, wanneer haar doel of werkzaamheid in strijd is met de goede zeden of de openbare orde (Kejaksaan berwenang untuk menuntut pembubaran perseroan, bila tujuan atau perbuatannya bertentangan dengan kesu-silaan dan ketertiban umum). Sudah tentu tuntutan kejaksaan tersebut diajukan kepada pengadilan negeri dan selanjutnya pengadilan negeri memberi putusan membubarkan perseroan yang bersangkutan, bila ternyata tuntutan itu mempunyai dasar hukum.

185. PEMBUBARAN PERSEROAN KARENA LAMPAUNYA JANGKA WAKTU TERTENTU

Kalau dalam akta pendirian tidak ditetapkan waktu tertentu bagi umum-nya perseroan, maka umur perseroan dianggap dalam jangka waktu yang tidak tertentu. Bila umur perseroan ditetapkan dalam jangka waktu tertentu, maka sesudah jangka waktu tersebut lampau, perseroan harus diperpanjang lagi dengan jangka waktu yang sama dengan se-mula. Memperpanjang umur perseroan ini dengan cam mengubah akta pendirian, yang cam melakukannya sudah saya bicarakan di muka. Jika jangka waktu sebagai umur perseroan sudah lampau tanpa ada usaha perpanjangan, maka perseroan bubar. Tetapi hal semacam ini di negeri Belanda diatur lain, yakni: bila batas waktu umur perseroan sudah dilampaui, tetapi belum ada pengesahan tentang perpanjangan yang telah dimintakan oleh rapat umum para pemegang saham, maka

177

Page 192: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

umur perseroan ditambah demi hukum setahun lagi, sambil menanti pengesahan dari Menteri Kehakiman (Pasal 55-a, W.v.K. Ned.).

186. PEMBUBARAN DENGAN KEPUTUSAN RAPAT UMUM Pada umumnya dalam akta pendirian ada ketentuan yang mengatur ten-tang pembubaran perseroan dengan keputusan rapat umum, misalnya, dalam akta pendirian diatur bahwa pembubaran perseroan sebelum waktu yang ditentukan hams diputuskan oleh rapat umum yang khusus dipanggil untuk itu, dalam rapat mana diwakili paling sedikit 2/3 modal yang ditempatkan dan disetujui oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah suara yang dikeluarkan dengan sah. Kalau ketentuan yang demikian ini tidak ada, maka keputusan dapat dilakukan dengan suara terbanyak mutlak, malahan pembubaran secara diam-diam juga dimungkinkan. 56) Keputusan pembubaran perseroan ini sebetulnya hares didaftarkan dan diumumkan seperti pada waktu mendirikan. Di Negeri Belanda pendaftaran itu di kantor Pendaftaran Perusahaan (Kantoor van het Handelsregister), sedangkan pengumumannya di Nederlandse Staatscourant (Pasal 55-b, W.v.K. Ned.). Di Indonesia ketentuan pendaftaran dan pengumuman semacam ini tidak ada. Demi untuk ketertiban dan pengawasan semua perusahaan yang ada di Indonesia, saya menganggap pengaturan tentang pendaftaran dan pengumuman semacam di atas, perlu sekali.

187. PEMBUBARAN PERSEROAN KARENA PELEBURAN ATAU PENGGA-

BUNGAN Kalau ada dua perseroan, misalnya, perseroan A dan perseroan B, ingin mengadakan peleburan (semensmelting, fusie atau merger), maka per-seroan A membeli semua saham perseroan B, yang akibatnya persero-an B membubarkan diri. Sekarang yang ada hanya perseroan A, yang telah membeli semua saham perseroan B dan perseroan B bubar. Ke-nyataan ini saya sebut "peleburan" atau dalam istilah Belanda "samens-melting" atau "fusie", sedangkan dalam istilah Inggris disebut "merger".

Suatu kenyataan lain dalam dunia perusahaan ialah, perseroan A dan B tersebut, sama-sama membubarkan diri dan bersama-sama pula membentuk perseroan baru, misalnya perseroan C. Kenyataan tersebut saya sebut "penggabungan", yang dengan istilah Belanda disebut "omzetting", dan dalam istilah Inggris disebut "consolidation".

"1 H.R. 9 April 1941, B.B. 7321.

178

Page 193: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

Peraturan mengenai lembaga peleburan dan penggabungan ini baik di Negeri Belanda," ) maupun di Indonesia tidak ada. Tetapi dalam praktik lembaga ini banyak dilakukan oleh perusahaan bermodal lemah dalam usahanya untuk mempertahankan diri terhadap saingan peru-sahaan raksasa yang bersifat multinasional, yang sekarang banyak beroperasi di Indonesia. Hal ini banyak terjadi pada perusahaan kecil dan menengah, misalnya di lingkungan perbankan.

188. PEMBUBARAN PERSEROAN KARENA JATUH PAILIT Kepailitan adalah kenyataan hukum, di mana suatu perusahaan dalam keadaan berhenti membayar (Pasal 1 ayat (1) Peraturan Kepailitan). Perusahaan yang dalam keadaan berhenti membayar utang-utangnya, dapat dijatuhkan pailit. Pernyataan sebuah perusahaan dalam keadaan pailit hams berdasarkan putusan Hakim. Tetapi perusahaan yang jatuh pailit, tidak tentu berakibat bubarnya perusahaan yang bersangkutan, sebab kalau dalam kepailitan itu terjadi akur (akkoord), maka ber-akhirl ah kepailitan (Pasal 156 PK). Dengan keadaan ini, maka pe-rusahaan tidak bubar, melainkan masih bisa hidup lanjut. Hanya kalau dalam rapat verifikasi tidak terjadi akur atau kalau ada akur, ditolak, baik oleh rapat verifikasi, oleh Hakim pemberi homologasi, maupun oleh Hakim banding, maka perseroan demi hukum berada dalam ke-adaan "insolvensi" (tidak mampu membayar) — (Pasal 168 PK). Dengan adanya keadaan "insolvensi" ini maka perseroan bubar.

189. KEADAAN PERSEROAN SETELAH BUBAR Sesudah bubar, perusahaan/perseroan tidak segera hilang, hak dan kewajibannya masih ada, hanya urusan bare tidak boleh dilakukan dan adanya perseroan sekedar diperlukan untuk merampungkan pem-beresan. Malahan sesudah pemberesan rampung masih mungkin per-seroan dituntut." ) Dalam keadaan bubar, bilamana nama perseroan perlu disebut, maka nama perseroan itu biasa ditambah dengan kata-kata "dalam pemberesan" (in liquidatie), misalnya: "PT Bank Nusan-tara dalam pemberesan".

Bahwa setelah perseroan bubar, perseroan masih tetap ada sampai pemberesan selesai, mempunyai dasar hukumnya pada Pasal 56 KUHD dan Pasal 1665 KUHPER.

Van der Heijden, Handboek, 8e druk, 1968, bI. 580-582, no. 378 dan 378.1. 5 ' ) H.R. 6 Maart 1942, N.J. 1942, no. 386.

179

Page 194: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

Pasal 1665 ayat (1) KUHPER berbunyi: "Pada waktu membubar-kan persekutuan semacam itu sekutu-sekutu yang masih ada atau sekutu yang paling akhir ada, diwajibkan melunasi utang-utang perse-kutuan, sejumlah adanya kekayaan, dan mereka hanya diperkenankan membagi-bagi atau mengambil sisanya dan dengan demikian juga memindahkannya kepada ahli waris-ahli waris mereka." Pasal 56 KUHD berbunyi: "Tiap-tiap perseroan yang dibubarkan harus dibe-reskan oleh para pengurusnya, kecuali kalau dalam akta pendirian menetapkan suatu cara pemberesan yang lain."

190. PARA PEMBERES Telah saya katakan bahwa pembubaran bukanlah berarti perseroan itu berakhir. Pada saat sebuah perseroan bubar, perseroan itu masih ada, yang masih dapat berbuat sesuatu untuk pemberesan, dapat digu-gat dan menggugat. Hanyamengenai urusan barn perseroan itu dilarang melakukan. Selama perseroan itu dalam keadaan berjalan, maka penguruslah yang melakukan segala perbuatan bagi perseroan, tetapi kalau perseroan sudah dalam keadaan bubar, maka menjadi pertanya-an, siapakah yang harus melakukan pemberesan? Soal ini dijawab oleh Pasal 56 ayat (1) KUHD yang berbunyi: "Tiap-tiap perseroan yang dibubarkan hams dibereskan oleh pengurusnya, kecuali kalau dalam akta pendirian diatur dengan cara lain." Ayat (2) berbunyi: "Buku-buku perseroan hams disimpan oleh seorang pemegang saham, yang dipilih oleh rapat umum pemegang saham dengan suara terba-nyak. Kalau suara sama banyak, ditetapkan oleh Pengadilan Negeri yang mewilayahi tempat perseroan itu (Pasal 56 ayat (2) bsd. Pasal 35 KUHD).

Mungkin akta pendirian menunjuk sebagai likuidatur para pengurus yang diawasi oleh komisaris, kecuali kalau rapat umum pemegang saham menentukan lain. Rapat umum dapat menunjuk beberapa orang pemegang saham, yang bukan pengurus dan bukan komisaris, tetapi mungkin pula rapat umum menunjuk orang luar, yakni bukan pemegang saham, pengurus atau komisaris. Meskipun pemberesnya orang lain, pengurus perseroan hams membantu dan komisaris harus mengawasi perbuatan pemberes. Dengan begini, maka seolah-olah pemberes itu adalah pengurus butt yang pekerjaannya harus diawasi oleh komisaris.

191. PEMBERESAN Adalah menjadi tugas para pemberes untuk menguangkan seluruh

180

Page 195: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

aktiva perseroan, dengan hasil mana melunasi semua tagihan peseroan yang sah. Cara menguangkan aktiva tersebut dapat dilakukan dengan pelelangan umum atau dengan penjualan di bawah tangan. Keuntungan cara dengan pelelangan umum ialah membebaskan para pemberes dari keharusan membulctikan bahwa mereka telah menguangkan selu-ruh aktiva peseroan secara baik dan jujur.

Dalam melunasi semua tagihan para kreditur harus diingat adanya tagihan yang bersi fat istimewa (bevoorrechte schulden), sesudah mana barn dilunasi tagihan biasa. Termasuk dalam kolompok tagihan ialah honorarium atau upah para pemberes, yang jumlahnya telah ditetapkan dalam rapat umum para pemegang saham pada waktu mengangkat para pemberes. Kalau harta kekayaan perseroan tidak mencukupi untuk membayar semua tagihan secara lunas, maka pem-bayaran dilakukan seimbang dengan jumlah tagihan (pondsponds-gewijze).

Jika harta kekayaan perseroan sesudah diambil untuk melunasi se-mua utang, masih ada sisanya, maka sisa itu dibayarkan kepada para pemegang saham. Juga dalam kelompok para pemegang saham ini harus diingat adanya pemegang saham preferen, yang hams didahu-lukan daripada lainnya. Termasuk dalam kelompok ini terdapat orang-orang yang memiliki hak atas perseroan, misalnya: pemegang bukti keuntungan, pemegang bukti pendirian dan lain-lain. Kalau sisa harta kekayaan perseroan tidak mencukupi untuk membayar kembali semua saham dan hak-hak yang ada, maka pemberes harus merencanakan pembagian seadil mungkin dengan mengingat asas "keseimbangan" (pons-ponsgewijs). Kalau dalam pembagian ini masih ada sisanya, maka hal itu harus dilaporkan kepada rapat umum para pemegang saham yang mengangkatnya sebagai pemberes.

192. AKHIR PEMBERESAN Sesudah pemberes selesai melakukan tugas pemberesan, maka me-reka hams melaporkan kepada rapat umum para pemegang saham mengenai semua perbuatan yang telah dilakukan untuk menunaikan tugasnya. Laporan itu hams dibuat tertulis, supaya bisa diteliti dengan sebaik-baiknya. Bersama laporan itu dilampirkan semua buku dan surat-surat perseroan untuk disimpan. Rapat umum sebelum memberi pembebasan tanggung jawab kepada para pemberes (decharge) ha-ms meneliti dulu apakah semua utang sudah dilunasi, sebab dalam praktik pernah terjadi para pemegang saham hams mengembalikan

181

Page 196: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

sebagian dari uang yang telah diterimanya, karena masih ada utang yang belum dibayar lunas. 59)

Mengenai buku-buku dan surat-surat perseroan diatur dalam Pasal 56 ayat (2) KUHD, yang menunjuk berlakunya Pasal 35 KUHD bagi perseroan terbatas. Pasal 35 KUHD itu berbunyi: "Setelah pemberes-an dan pemisahan tadi selesai, maka jika tentang hal itu tidak ada suatu perjanjian apa pun juga, segala buku-buku yang dulu menjadi milik perseroan yang telah dibubarkan, harus tetap ada pada salah seorang pesero, yang mana dengan suara terbanyak atau, dalam hal suara sama banyak, telah dipilih oleh pengadilan negeri; dengan tidak mengurangi kebebasan para pesero atau sekalian para pengganti hak mereka untuk memeriksa buku-buku dan surat-surat itu." Biasanya pesero yang menyimpan buku-buku dan surat-surat itu ditunjuk oleh rapat umum para pemegang saham. Penyimpanan itu untuk selama 30 tahun (Pasal 1967 KUHPER).

Sesudah pemberesan selesai dan buku-buku serta surat-surat disim-pan, mendadak ada seorang atau beberapa orang kreditur yang mena-gih perseroan yang telah bubar itu, maka penagih yang kepentingan dapat menggugat kepada Hakim, dan Hakim bisa membuka kembali pemberesan dan kalau perlu mengangkat pemberes baru. Pemberes ini berwenang untuk minta kembali kelebihan uang yang telah diterima oleh para pemegang saham dan para pemilik hak pada perseroan. Ketentuan ini secara tegas tidak ada dalam KUHD. Dalam bidang ini dan lainnya KUHD Indonesia masih perlu sekali disempurnakan.

193. PENDAFTARAN DAN PENGUMUMAN PERSEROAN YANG BUBAR Menurut Pasal 38 ayat (2) dan (3) KUHD, perseroan yang telah mendapat pengesahan dan Menteri Kehakiman, hams didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri yang berwenang dan diumumkan dalam Tambahan Berita Negara RI. Begitu pun sebaiknya bila sebuah perseroan bubar dan lalu berakhir, didaftarkan di Kepaniteraan dan diumumkan dalam Tambahan Berita Negara RI seperti pada waktu terbentuknya. Hal terakhir ini perlu sekali dilakukan demi untuk peng-awasan Pemerintah terhadap adanya semua perseroan yang ada dalam wilayahnya. Ketentuan bahwa perseroan yang bubar hams didaftar-kan dan diumumkan ini tidak ada dalam KUHD. Akibat dan tidak ada-nya ketentuan ini, maka keadaan perseroan di Indonesia tidak bisa di-

") Hof Amsterdam, 17 Maart 1911, W. 9242.

182

Page 197: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

awasi. Orang tidak dapat mengetahui apakah sebuah perseroan terbatas tertentu sekarang ini masih ada, apakah sudah bubar, dan mana alamat yang terakhir. Hal ini penting sekali bagi seseorang yang ada hubungan dengan perseroan tennaksud, karena tidak bisa menemukan alamat ter-akhir dari perseroan tersebut. Pada waktu sekarang ini keadaan per-seroan terbatas tersebut yang ada di Indonesia bisa diketahui alamat per-tamanya, tetapi apakah perseroan itu sekarang masih ada, apakah sudah bubar dan di mana alamatnya yang terakhir, tidak dapat diketahui secara pasti, sebab tidak ada kewajiban bagi sebuah perseroan yang bubar untuk mendaftarkan dan mengumumkan seperti halnya pada waktu terben-tuknya. Saya berpendapat alangkah baiknya bila undang-undang tentang perseroan terbatas yang akan diterbitkan itu mengandung ketentuan yang mengharuskan pengurus perseroan yang bubar itu mendaftarkan dan mengumumkan pembubaran tersebut di Kepaniteraan Pengadilan Negeri dan mengumumkannya dalam Tambahan Berita Negara RI.

183

Page 198: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

BAB VII PERKOPERASIAN

A. HAL-HAL UMUM

194. PENGANTAR Kata "koperasi" (cooperation-cooperatie) berarti: kerja sama. Dengan adanya kerja sama antara beberapa orang, suatu tujuan yang sukar dicapai oleh orang perseorangan, dapat dicapai dengan mudah, misal-nya: a. Para penghuni suatu kompleks perumahan dapat membeli barang-

barang konsumsi (beras, gula, minyak, sabun, sayur-sayur,buah-buahan dan lain-lain) secara bersama-sama dengan harga lebih murah daripada kalau masing-masing orang membeli barang ter-sebut sendiri-sendiri;

b. Di bidang produksi, secara koperatif dapat di selenggaralcan suatu perindustrian secara lebih luas dan lebih mendalam daripada kalau dilakukan oleh masing-masing orang;

c. Di bidangperkreditan, secara koperatif dapat dikumpulkan sejum-lah uang tunai, yang dapat dipinjamkan kepada para anggota koperasi dengan bunga yang lebih ringan daripada kalau orang meminjam pada bank atau seorang pelepas uang (geldschieter); Dan apa yang tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimak-

sud dengan koperasi adalah suatu "kerja sama" antara orang-orang yang tidak bermodal untuk mencapai tujuan kemakmuran bersama. Kalau kerja sama itu dilakukan oleh orang-orang yang bermodal dengan tujuan untuk mencari keuntungan, bukan koperasi wadahnya, tetapi persekutuan firma atau persekutuan komanditer. Meskipun kedua bentuk kerja sama, yang ada pada koperasi dan persekutuan firma/ komanditer itu hampir sama, tetapi unsur-unsur (isi)nya tidak sama, yakni mengenai: 1) Para pihak. Pada koperasi, para pihak adalah orang-orang yang

tidak bermodal. Jadi, untuk mendapat satu jumlah modal yang me-madai, haruslah para pihak itu banyak jumlahnya, sedangkan pada persekutuan firma atau komanditer, para pihak itu tidak banyak

184

Page 199: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

jumlahnya, mungkin dua atau tiga orang, yang masing-masing me-mang sudah memiliki modal yang cukup;

2) Tujuan. Pada koperasi, tujuan itu adalah kemakmuran bersama, yakni kebutuhan kebendaan bagi masing-masing anggota, sedang-kan pada persekutuan firma atau persekutuan komanditer, tujuan itu adalah keuntungan bagi sekutu-sekutunya;

3) Permodalan. Pada koperasi modal dipupuk dari simpanan-simpanan, pinjaman-pinjaman, penyisihan-penyisihan dari hasil usahanya, ter-masuk cadangan serta sumber-sumber lain (Pasal 32 ayat (1) UKO-67), sedangkan modal pada persekutuan firma atau komanditer terdiri atas pemasukan-pemasukan dan pars sekutu, yang dilaku-kan sekali saja dengan jumlah besar Pasal 16 KUHD, bsd. 1618, 1625, 1626 dan 1627 KUHPER);

4). Pembagian sisa hash usaha. Pada koperasi, pembagian sisa hasil usaha koperasi kepada pars anggota didasarkan atas jasa yang di-berikan pada koperasi (Pasal 34 ayat (3) huruf (b), UKO-67), sedangkan pada persekutuan firma atau komanditer, bagian tiap-tiap sekutu adalah sebanding dengan jumlah pemasukannya (inbreng) (Pasal, 633 KUHPER); Sifat perkumpulan koperasi tersebut di atas dapat diperluas lagi dengan

melihat sejarah perkembangan koperasi di negara-negara lain, misalnya: (a) Gerakan Koperasi di Inggris timbul pada tahun 1844 di Rochdale

oleh pars buruh pabrik tenun, yang sedang mogok. Mereka men-dirikan koperasi konsumsi untuk meringankan beban hidup. Ge-rakan mendirikan koperasi ini dicontoh oleh negara-negara lain;

(b) Di Jerman, koperasi berkembang di bidang perkreditan, selanjut-nya sampai di bidang perbankan. Di sini Schulze-Delitzsch men-dirikan perkumpulan perkreditan (voorschotten-credietverenigi-ngen), sedangkan Raiffeisen mempergunakan koperasi pada kre-dit pertanian;

(c) Di Denmark, koperasi berkembang di bidang produksi pertanian. Perkembangan perkoperasian di Denmark ini sangat populer di Indonesia, sehingga Pemerintah Indonesia mengirimkan bebe-rapa orang untuk mempelajari perkoperasian yang berkembang di Denmark itu.

Karena perkembangan koperasi di negara-negara Barat tidak se-arah, akibatnya ialah bahwa pengertian tentang koperasi juga tidak

Molengraaff, Leidraad, Deel 1, Druk 9, hlm. 319-320.

185

Page 200: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

searah atau tidak sama. Pengertian tentang koperasi yang simpang-siur ini juga terjadi di Negeri Belanda, yang peristiwanya menurut Polak2) adalah sebagai berikut: (1) Di Nederland telah ada beberapa perkumpulan yang berdasar

koperasi, terutama perkumpulan perkreditan, yang sudah diakui sebagai badan hukum berdasarkan UU Tahun 1855;

(2) Pada tahun 1874 ada pekumpulan perkreditan di Amerongen, yang mohon pengesahan anggaran dasarnya, mendapat kesulitan. Men-teri Kehakiman Belanda pada waktu itu Mr. G de Vries Azn, berpendapat, karena perkumpulan tersebut menetapkan bahwa ang-gotanya masing-masing bertanggung jawab secara pribadi terha-dap utang perkumpulan (hoofdelijk aansprakelijk), dan anggota yang keluar berhak atas pengembalian pemasukan, maka perkum-pulan yang demikian bukanlahperlcumpulan yang dimaksud dalam undang-undang tahun 1855, sehingga pengesahan tidak bisa di-berikan dan perkumpulan tersebut tidak menjadi badan hukum;

(3) Berhubungan dengan hal tersebut di atas, maka Pemerintah Belanda mengajukan RUU yang berjudul "Vennootschappen met Veranderlijk Kapitaal". RUU ini mengikuti undang-undang Prancis tanggal 24 Juli 1867, tentang "Persekutuan dengan Modal yang berubah-ubah", yang tidak memuat peraturan tentang perkum-pulan koperasi. Menurut penjelasan RUU tersebut, Pemerintah Belanda berpendapat bahwa dari sudut hukum, perkumpulan koperasi adalah suatu persekutuan perdata (maatschap) dan bu-kan perkumpulan orang-orang dalam arti undang-undang tanggal 22 April 1855. RUU ini ditentang oleh "Tweede Kamer", yang se-lanjutnya menerima amandemen dari tuan Bredius, yang mengubah judul RUU tersebut menjadi "Regeling der Cooperatieve Vere-nigingen". RUU menjadi undang-undang pada tanggal 17 No-vember 1876 (S. 227).

(4) Sesudah itu lalu diadakan penelitian tentang definisi "perkumpulan koperasi", yang berhasil tidak berubah daripada definisi yang diru-muskan dalam Pasal 1 ayat (1) UU tahun 1855. Di sini orang tidak menemui definisi dalam arti sebenarnya atau perumusan tentang sifat perkumpulan itu berbeda dengan perseroan terbatas, perse-kutuan firma atau persekutuan perdata (burgerlijke maatschap);

(5) RUU tahun 1890 dan Komisi Negara (Staatscommissie-1879)

2) Polak, Handboek, I, Druk 5, hlm. 444-445

186

Page 201: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

menamakan perkumpulan koperasi itu kembali sebagai persekutu-an (vennootschap) — (Pasal 35 dan penjelasan halaman 127) dan menyatakan beberapa ketentuan mengenai perseroan terbatas berlaku bagi perkumpulan koperasi. Demikianlah ringkasan kutipan dari bukunya Polak tersebut.

Menurut Molengraaff, 31 perkumpulan koperasi di negeri Belanda didirikan dalam bentuk perseroan terbatas atau persekutuan firma, sedangkan lainnya ada juga yang mohon pengesahan kepada Raja berdasar undang-undang tahun 1855. Definisi perkumpulan koperasi menurut Pasal 1 ayat (1) UU tahun 1876 berbunyi sebagai berikut: "Perkumpulan koperasi adalah perkumpulan orang-orang, di mana orang diperbolehkan keluar masuk sebagai anggota, yang bertujuan untuk meningkatkan kemakmuran para anggotanya, seperti dengan cara bersama-sama menyelenggarakan suatu sistem penghidupan atau pekerjaan (koperasi produksi), atau secara besama-sama me-nyediakan alat perlengkapan atau bahan-bahan untuk keperluan me-reka (koperasi konsumsi), atau secara memberikan uang muka atau kredit (koperasi perkreditan)." Definisi aslinya dalam bahasa Belanda berbunyi sebagai berikut: "Cooperatieve verenigingen zijn verenigingen van personen, waarbij de in — en uittreding van leden is toegelaten, en die bevordering van de stoffelijke belangen der leden ten doel hebben, als door middel van gemeenschappelijke uitoefening van hun nering of hun ambacht, door aanschaffing van hun benodigheden of het hun verstrekken van voorschotten of credit." Definisi semacam ini juga terdapat dalam undang-undang Jerman pada waktu itu (1868).

Karena simpang-siur pengertian "perkumpulan koperasi" di negeri Belanda, maka Molengraaff dalam tulisannya di "Rechtsgeleerd Magazijn') mengatakan: "De cooperatieve vereniging maakt geen afgerond rechtsbegrip uit, duidt geen associatievorm aan met algemeen erkende eigenschappen" (Perkumpulan koperasi tidak merupakan pengertian hukum yang tuntas, dan tidak merupakan suatu bentuk perkumpulan yang mempunyai ciri-ciri yang diakui oleh umum). Pen-dapat yang sama juga diakui oleh penulis lainnya.” Karena pengertian perkumpulan koperasi sangat kabur, maka diusahakan mengganti UU tahun 1876 dengan UU tahun 1925 (28 Mei 1925, S. 204 Ned. Wet op

3) Molengraaff, Leidraad, I, Druk 9, hlm. 320-321. 4) Molengraaff, Rechtsgeleerd Magazijn, 1903, hlm. 220 dsl. 5) Polak, Handboek, I, Druk 5, hlm. 446.

187

Page 202: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

de Cooperatieve Verenigingen 1925 jo. Wet 2 Juli 1934, S. 347). Tetapi anehnya UU tahun 1925 ini juga memberikan defmisi atas perkumpulan koperasi yang sama dengan UU tahun 1876.

Berdasarkan asas konkordansi pada Pasal 131 I.S. maka dibuatlah di Hindia Belanda (Indonesia pada waktu itu) pada tahun 1915 suatu peraturan koperasi yang berjudul "Verordening op de Cooperatieve Verenigingen" (7 April 1915, S. 431), yang konkordans dengan UU tahun 1876 di Negeri Belanda. Setelah UU tahun 1876 tersebut di-ubah dengan UU tahun 1925 (28 Mei 1925, S. 204), maka peraturan I - operasi di Hindia Belanda pun disesuaikan dengan undang-undang ersebut. Peraturan koperasi yang tersebut terakhir ini disebut "Alge-

mene Regeling op de Cooperatieve Verenigingen" (S. 1933-108, m.b. 1-4-1933).

195. PENGERTIAN KOPERASI INDONESIA Telah saya katakan bahwa pengertian koperasi di Eropa Barat, khusus-nya di negara Belanda tidak mempunyai kesatuan pengertian. Penger-tian koperasi pada zaman Hindia Belanda tergambar dalam Pasal 1 ayat (1), S. 1933-108, tentang "Algemene Regeling op de Coopera-tieve Verenigingen", yang berbunyi sebagai berikut: "Onder coopera-tieve vereningingen verstaat deze ordonnantie verenigingen van per-sonen, waarbij de in- en uittreding van leden is toegelaten, en die bevordering van de stoffelijke belangen der leden ten doel hebben, als door middel van gemeenschappelijke uitoefening van hunne nering of hun ambacht, door aanschaffing van hunne benodigheden of het hun verstrekken van voorschotten of credit" (Ordonansi ini memberi arti pada perkumpulan koperasi sebagai perkumpulan orang-orang, dalam mana diperbolehkan orang keluar masuk sebagai anggota, yang ber-tujuan untuk meningkatkan kemakmuran (kepentingan kebendaan) Pa-ra anggotanya, dengan cara bersama-sama menyelenggarakan suatu sistem penghidupan atau pekerjaan mereka (koperasi produksi), atau secara bersama-sama menyediakan alat perlengkapan atau bahan-bahan untuk keperluan mereka (koperasi konsumsi), atau dengan cara memberikan uang muka atau kredit (koperasi perkreditan)). In ilah pengertian koperasi pada zaman Hinda Belanda menurut ordo-nansi 1933.

Sesudah kemerdekaan Indonesia, ordonansi 1933 itu dicabut dengan UU No. 79 Tahun 1958 (L.N. 1958-139), tentang "Perkum-pulan Koperasi." Pasal 2 ayat (1) undang-undang tersebut berbunyi:

188

Page 203: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

"Koperasi ialah suatu perkumpulan yang beranggotakan orang-orang atau badan-badan hukum, yang tidak merupakan konsentrasi modal, dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut: a. berasas kekeluargaan (gotong-royong); b. bertujuan memperkembangkan kesejahteraan anggotanya pada

khususnya dan kesejahteraan masyarakat dan daerah bekerja pada umumnya;

c. dengan berusaha: 1) mewajibkan dan menggiatkan anggota-angota untuk menyimpan

secara teratur; 2) mendidik anggota-anggotanya ke arah kesadaran berkoperasi; 3) menyelenggarakan salah satu atau beberapa usaha dalam la-

pangan perekonomian; d. keanggotaan berdasar sukarela, mempunyai kepentingan, hak ke-

wajiban yang sama, dapat diperoleh dan diakhiri setiap waktu me-nurut kehendak yang berkepentingan, setelah syarat-syarat dalam anggaran dasar dipenuhi;

e. akta pendirian menurut ketentuan-ketentuan dan telah didaftarkan sebagaimana ditetapkan dalam undang-undang. Yang dimaksud dengan badan-badan hukum tersebut dalam ayat

(1) di atas ialah badan-badan koperasi yang telah memperoleh sifat koperasi menurut undang-undang ini."

Pada tahun 1965, UU No. 79 Tahun 1958 (L.N. 1958-139), tentang "Perkumpulan Koperasi" dicabut dengan UU No. 14 Tahun 1965 (L.N. 1965-75), tentang "Perkoperasian", m.b. 2 Agustus 1965. Dalam Pasal 3 UU No. 14 Tahun 1965 tersebut berbunyi: "Koperasi adalah organisasi ekonomi dan alat revolusi yang berfungsi sebagai tempat persemaian insan masyarakat serta wahana menuju sosialisme Indonesia berdasarkan Pancasila." Dari definisi ini jelas bahwa koperasi dipandang sebagai alat revolusi, termasuk lembaga politik. Hal ini sudah menyimpang dan fungsi koperasi semula, yakni sebagai lembaga hukum dan lembaga ekonomi.

Akhirnya pada tahun 1967, UU No. 14 Tahun 1965 dicabut oleh UU No. 12 Tahun 1967 (L.N. 1967-23, m.b. 18 Desember 1967. Pasal 3 UU No. 12 Tahun 1967 ini berbunyi: "Koperasi Indonesia adalah organisasi ekonomi rakyat yang berwatak sosial beranggotakan orang-orang atau badan-badan hukum koperasi yang merupakan tata susunan ekonomi sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluar-gaan." Dengan definisi ini maka koperasi sekarang sudah menempati

189

Page 204: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

fungsinya yang ash sebagai lembaga hukum/ekonomi berdasarkan atas asas kekeluargaan/gotong-royong sebagai dimaksud dalam Pasal 33 UUD'45. Definisi ini ditetapkan oleh UU No. 12 Tahun 1967, yang berjudul "Pokok-pokok Perkoperasian".

Istilah "perkoperasian" artinya segala sesuatu yang menyangkut kehidupan koperasi, yang meliputi bidang-bidang idiil, organisasi dan kehidupan koperasi, yang meliputi bidang-bidang idiil, organisasi dan usaha (Pasal 1 UU No. 12 Tahun 1967, disingkat: UKO-67), yang dapat dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut: a. Yang dimaksud dengan bidang idiiI, sebagai landasan koperasi

Indonesia adalah "Pancasila" (Pasal 2 ayat (1) UKO-67); b. Yang dimaksud dengan "organisasi" ialah apa yang diatur dalam

UKO-67 Pasal 14 s/d 16; c. Yang dimaksud dengan "usaha" ialah yang diatur dalam Pasal 31

UKO-67, yang berbunyi: "Lapangan usaha koperasi ialah di bidang produksi dan di bidang ekonomi lainnya berdasar Pasal 33 UUD'45 dengan penjelasan." Peranan Pemerintah dalam perkoperasian sangat besar, yang dila-

kukan oleh "Menteri", yaitu Menteri yang diserahi urusan perkope-rasian, sedangkan yang langsung berhubungan dengan organisasi ko-perasi disebut "Pejabat", yaitu seorang pegawai negeri yang diangkat oleh dan mendapat kuasa khusus dan Pemerintah atau Menteri untuk melaksanakan kebijaksanaannya terhadap perkoperasian. Menurut Pasal 48 UKO-67, nama/istilah "koperasi" tidak boleh dipakai bagi suatu badan usaha atau perkumpulan yang didirikan tidak menurut UU No. 12 Tahun 1967 (L.N. 1967-23), kecuali dengan izin Menteri. Ketentuan tersebut tidak berlaku bagi badan-badan Pemerintah atau badan-badan ilmiah. Menurut penjelasan UKO-67, ketentuan tersebut diadakan, agar nama koperasi tidak dipergunakan untuk maksud me-nyalahi asas dan sendi-sendi dasar koperasi dan nama baik koperasi terpelihara oleh karenanya. Selanjutnya agar setiap orang dapat dengan segera mengenal jenisnya, maka koperasi yang bersangkutan diha-ruskan memakai nama yang menunjukkan golongan atau usaha ko-perasi, misalnya: Perkumpulan Koperasi Perikanan Semarang, Ga-bungan Koperasi Batik Indonesia, Pusat Koperasi Pegawai Negeri dan lain-lain.

Kalau "koperasi" di Indonesia merupakan nama isi dan bentuk organisasi ekonomi rakyat yang berwatak sosial dan selanjutnya (Pasal 3 UKO-67), maka koperasi di Negeri Belanda dulu tidak meru-

190

Page 205: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

pakan bentuk organisasi, tetapi lebih-lebih mengenai "isi", sedang ben-tuknya dapat berwujud "perseroan terbatas, persekutuan firma atau badan hukum lainnya." Dalam hal ini Molengraaffo mengatakan: "Te onzent werden cooperatieve verenigingen opgericht in den vorm yam naamloze vennootschappen en vennootschappen onder firma; andere verzochten en verkregen koninklijke goedkeuring ingevolge de wet van 1855." (Di tempat kami — di negeri Belanda — dulu koperasi di-dirikan dalam bentuk perseroan terbatas dan persekutuan firma; lainnya minta dan mendapat pengesahan dari Raja berdasar undang-undang tahun 1855).

196. SEJARAH PERATURAN-PERATURAN TENTANG KOPERASI DI INDONESIA

Koperasi adalah suatu lembaga hukum/ekonomi, yang peraturannya banyak mengalami perubahan. Sejarah lahirnya peraturan-peraturan form il mengenai koperasi di Indonesia dimulai pada tahun 1915, yang perinciannya adalah sebagai berikut: a. Pada tahun 1915 lahirlah peraturan koperasi yang pertama di

Indonesia, yakni: "Verordening op de Cooperatieve Verenigingen" (Koninklijk Besluit 7 April 1915, S. 431); Peraturan koperasi ini konkordans dengan UU Koperasi Belanda tahun 1867, dan berlaku bagi semua golongan rakyat pada waktu itu;

b. Pada tahun 1927 keluarlah "Regeling Inlandsche Cooperatieve Verenigingen" (S. 1927-91). Peraturan koperasi ini berlaku khusus bagi golongan Bumiputera. Koperasi berdasar peraturan ini dapat memiliki hak atas tanah menurut hukum adat, dan karenanya ber-faedah bagi koperasi pertanian;

c. Pada tahun 1933 diundangkan "Algemene Regeling op de Coope-ratieve Verenigingen" (S. 1933-108). Peraturan ini adalah pengganti peraturan koperasi tahun 1915, yang konkordans dengan peraturan koperasi di negeri Belanda tahun 1925. Pada hakekatnya peraturan koperasi tahun 1933 ini adalah sama saja dengan peraturan koperasi tahun 1915, yang kurang bermanfaat bagi golongan Bumiputera;

d. Pada tahun 1949, peraturan koperasi 1927 "Regeling Inlandsche Cooperatieve Verenigingen" (S. 1927-91) diubah dengan S. 1949— 179, yang berjudul "Regeling Cooperatieve Verenigingen 1949".

Dengan berlakunya "Regeling Cooperatieve Verenigingen 1949"

6) Molengraaff, Leidraad, I, Druk 9, hlm. 320-321.

191

Page 206: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

ini, maka di Indonesia pada waktu itu berlaku dua macam peraturan tentang koperasi, yakni: 1) "Regeling Cooperatieve Verenigingen 1949" (S. 1949-179),

yang hanya berlaku bagi golongan Bumiputera; 2) "Alegemene Regeling op de Cooperatieve Verenigingen"- 1933

(S. 1933-108) yang berlaku bagi semua golongan rakyat; Di antara dua macam peraturan ini ada perbedaan yang menyo-

lok, yaitu: a) Koperasi menurut S. 1949-179, dapat memiliki hak-hak Bumi-

putera, misalnya dapat membeli dan memiliki tanah, dapat di-dirikan dengan akta di bawah tangan dan harus tunduk di bawah pengawasan Pemerintah.

b) Koperasi berdasar S. 1933-108, tidak boleh memiliki hak-hak Bumiputera, harus didirikan dengan akta notaris dan tidak harus tunduk di bawah pengawasan Pemerintah.

e. Pada tahun 1958 diundangkan UU No. 79 Tahun 1958 (L.N. 1958-139), tentang "Perkumpulan Koperasi". Undang-undang dibuat berdasarkan Pasal 38 DUDS-1950 (yang sama dengan Pasal 33 UUD'45), dengan diundangkannya UU No. 79 Tahun 1958, maka peraturan koperasi tahun 1933 dan 1949 dicabut.

f. Pada tahun 1965, terbentuk UU No. 14 Tahun 1965 (L.N. 1965-75), tentang "Perkoperasian", dengan mencabut UU No. 79 Tahun 1958. UU No. 14 Tahun 1965 membuat koperasi menjadi alat ke-kuatan politik, sesuai dengan suasana politik pada waktu itu, se-hingga secara lcuantitatifkoperasi mengalami perkembangan yang sangat pesat.

g. Pada tahun 1967, Pemerintah "Orde Baru" berusaha menduduk-kan koperasi pada proporsi yang sebenarnya. Untuk itu Pemerintah kemudian menetapkan UU No. 12 Tahun 1967 (L.N. 1967-23), tentang "Pokok-Pokok Perkoperasian," dengan mencabut UU No. 14 Tahun 1965. Dengan demikian sejak Republik Indonesia berdiri sampai sekarang,

telah berlaku 3 buah undang-undang tentang koperasi, yaitu: (1) Undang-Undang No. 79 Tahun 1958 (L.N. 1958-139), tentang

"Perkumpulan Koperasi"; (2) Undang-Undang No. 14 tahun 1965 (L.N. 1965-75), tentang "Per-

koperasian". Undang-undang ini mencabut UU No. 79 Tahun 1958; (3) Undang-Undang No. 12 Tahun 1967 (L.N. 1967-23), tentang

"Pokok-Pokok Perkoperasian". Undang-undang ini mencabut UU

192

Page 207: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

No. 14 Tahun 1965 dan mulai berlaku pada tanggal 18 Desember 1967 (lihat lampiran II).

Karena sebelum berlakunya UU No. 12 Tahun 1967, di Indonesia telah banyak perkumpulan koperasi yang berdiri, maka menurut ke-tentuan peralihan (Pasal 57 ayat (1) UKO-67) dalam jangka waktu satu tahun koperasi-koperasi tersebut hams sudah menyesuaikan diri dengan UU No. 12 Tahun 1967 tersebut.

Dari silih bergantinya peraturan-peraturan yang mengatur bidang koperasi, seperti ternyata tersebut di atas, maka dapat diambil kesim-pulan bahwa pengaturan di bidang koperasi belum mantap, seperti yang dimaksud dalam Pasal 33 UUD'45.

197. PASAL 33 UUD'45, TAP NO. XXIII/MPRS/1966 DAN NO. IV/MPR/1978 Penjelasan Umum UU No. 12 Tahun 1967, alinea 2 berbunyi sebagai berikut: "Dalam rangka kembali kepada kemurnian UUD'45, sesuai pula dengan Ketetapan MPRS No. XXIII/MPRS/1966, tentang "Pem-baharuan Kebijaksanaan Landasan Ekonomi, Keuangan dan Pembangun-an," maka peninjauan serta perombakan UU No. 14 Tahun 1965, ten-tang "Perkoperasian" merupakan suatu keharusan, karena baik isi mau-pun jiwanya undang-undang tersebut mengandung hal-hal yang bertentangan dengan asas-asas pokok, landasan kerja serta landasan idiil koperasi, sehingga akan menghambat kehidupan dan perkembang-an serta mengaburkan hakekat koperasi sebagai organisasi ekonomi rakyat yang demokratis dan berwatak sosial."

Untuk mengetahui landasan hukum, atas dasar mana perubahan dan perombakan UU No. 14 Tahun 1965 itu merupakan suatu keharus-an, maka kita perlu meneliti isi dan maim Pasal 33 UUD'45 dan Tap MPRS No. XXIII/MPRS/1966, yang dapat diuraikan sebagai berikut:

A. Pasal 33 UUD'45 Telah saya katakan di muka bahwa peraturan koperasi yang sekarang berlaku ialah: UU No. 12 Tahun 1967 (L.N. 1967-23), tentang "Po-kok-Pokok Perkoperasian", yang mulai berlaku pada tanggal 18 De-sember 1967. Adapun landasan hukum pengundangan undang-undang tersebut yang pokok ialah Pasal 33 UUD'45 dan Tap MPRS No. XXIII/MPRS/I966, yang dapat dibaca dalam "Penjelasan Umum" UU No. 12 Tahun 1967, yang termuat dalam Tambahan Lembaran Negara No. 2832. Dan itu kita perlu membaca isi Pasal 33 UUD'45, yang berbunyi sebagai berikut:

193

Page 208: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

BAB XIV Kesejahteraan Sosial

Pasal 33 (1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas

kekeluargaan; (2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang

menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara; (3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya

dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar ke-makmuran rakyat.

Penjelasan Pasal 33 UUD'45 tesebut berbunyi demikian: "Dalam Pasal 33 tercantum dasar demokrasi ekonomi. Produksi dikerjakan oleh semua untuk semua di bawah pimpinan atau penilikan anggota-anggota masyarakat. Kemakmuran masyarakatlah yang diutamakan, bukan kemakmuran orang seorang. Sebab itu perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. Bangun perusahaan yang sesuai dengan itu ialah koperasi. Perekonomian ber-dasar atas demokrasi ekonomi, kemakmuran bagi segala orang. Sebab itu cabang-cabang produksi yag penting bagi negara dan menguasai hidup orang banyak harus dikuasai oleh negara. Kalau tidak, tampuk produksi jatuh ke tangan orang seorang yang berkuasa dan rakyat yang banyak ditindasnya. Hanya perusahaan yang tidak menguasai hajat hidup orang banyak boleh di tangan orang seorang.

Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung dalam bumi adalah pokok-pokok kemakmuran rakyat. Sebab itu harus dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat."

Dengan ini timbul persoalan, apakah UU No. 12 Tahun 1967, yang mulai berlaku pada tanggal 18 Desember 1967, dapat mengantarkan bangsa Indonesia sampai pada keadaan sebagai yang dicita-citakan oleh Pasal 33 UUD'45 tersebut di atas? Hal ini perlu kiranya mendapat penelitian secara mendalam, bentuk dan isi perkumpulan koperasi yang bagaimana yang dapat mengantarkan bangsa Indonesia sampai pada keadaan sebagai yang dicita-citakan oleh Pasal 33 UUD'45. Apakah bentuk dan isi perkumpulan koperasi sebagai yang diatur dalam UU No. 12 Tahun 1967 sudah cukup dan memenuhi syarat untuk sampai pada tujuan yang dicita-citakan? Kalau UU No. 12 Tahun 1967 tersebut belum memadai, maka perlu undang-undang tersebut disempurnakan.

194

Page 209: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

B. Tap MPRS No. XXIIUMPRS/1966 Sekarang kita akan meninjau isi Ketetapan MPRS No. XXIII/MPRS/ 1966, tentang "Pembaharuan Kebijaksanaan Landasan Ekonomi, Ke-uangan dan Pembangunan," yang berbunyi sebagai berikut:

BAB V Peranan Koperasi

Pasal 42 Unsur koperasi merupakan aparatur yang penting dan wajar dalam struktur organisasi Indonesia berlandaskan asas kekeluargaan, dan adalah wadah untuk memperjuangkan serta melindungi terutama ke-pentingan rakyat kecil.

Pasal 43 Tugas koperasi adalah memberikan jasa, bergerak di bidang produksi dan bidang ekonomi lain serta harus dimampukan untuk menjurus ke arah pelaksanaan Pasal 33 UUD'45 dengan penjelasannya. Pemerin-tah berkewajiban untuk memberikan bimbingan, pengawasan, fasilitas dan perlindungan terhadap koperasi. Untuk itu perlu diadakan ketentu-an-ketentuan yang ditetapkan dengan undang-undang yaitu undang-undang koperasi, swasta nasional dan perusahaan negara."

Dari dua bush landasan hukum tersebut di atas, kita dapat menemu-kan sifat-sifat yang hams ada pada koperasi. Sifat-sifat ini pada hemat saya sudah ada dalam UU No. 12 Tahun 1967. Jadi, sekarang tinggal pelaksanaannya saja.

Perintah terakhir dari Tap MPRS tersebut telah dilaksanakan oleh Pemerintah, yaitu: 1) UU No. 12 Tahun 1967, tentang "Pokok-Pokok Perkoperasian",

yang mulai berlaku pada tanggal 18 Desember 1967; 2) UU No. 9 Tahun 1969 (L.N. 1969-40), tentang "Bentuk-Bentuk

Usaha Negara," yang mulai berlaku pada tanggal 1 Agustus 1969;

3) Undang-undang Swasta Nasional, pada hemat saya belum ada. Adapun UU No. 6 Tahun 1968 (L.N. 1968-33), tentang "Pena-naman Modal Dalam Negeri," yang mulai berlaku pada tanggal 3 Juli 1968 itu adalah pelaksanaan Tap MPRS No. XXIII/MPRS/ 1966, Pasal 63 dan bukan Pasal 43 tersebut di atas. Hasil pelaksana-an Pasal 43 tersebut seharusnya berwujud undang-undang tentang

195

Page 210: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

"Swasta Nasional". Adapun Pasal 63 Tap MPRS tersebut berbunyi sebagai berikut: "Peraturan Pemerintah No. 10 tahun 1959 hendak-nya diperbaharui dan ditingkatkan menjadi undang-undang."

C. Tap MPR-RI No. IV/MPR/1978, tentang "Garis-garis Besar Haluan Negara"

Koperasi selalu mendapat perhatian dan Pemerintah dan MPR, terbukti dalam GBHN Tahun 1978 (Tap MPR No. IV/MPR/1978, bab IV, Huruf D, No. 25) ada ketetapan berbunyi: "Dalam pelaksanaan pem-bangunan ekonomi di pelbagai sektor, maka koperasi diberi peranan dan ruang gerak yang luas. Dalam hubungan ini diutamakan untuk lebih memantapkan kemampuan BUUD/KUD dan koperasi primer lainnya, sehingga peranan koperasi dalam meningkatkan kehidupan sosial ekonomi masyarakat akan semakin besar."

Dalam GBHN tersebut, Bab IV, Huruf D-1 "Ekonomi", no. 8, berbunyi sebagai berikut: a) Koperasi adalah lembaga ekonomi yang berwatak sosial, yaitu se-

bagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan. Dalam usaha untuk meningkatkan peranan dan kemampuan koperasi perlu disempurnakan dan dilaksanakan konsep-konsep operasionil yang menitikberatkan pada pembinaan prakarsa dan swakarsa, mening-katkan ketrampilan manajemen, pemupukan modal dan anggota koperasi, agar koperasi sungguh-sungguh menjadi wahana untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat banyak.

b) Koperasi harus digunakan pula sebagai salah satu wadah utama untuk membina kemampuan usaha golongan ekonomi lemah.

c) Dalam melaksanakan pembinaan koperasi yang diutamakan pada ko-perasi primer perlu diperhatikan usaha-usaha pembinaan secara hori-zontal dan vertikal pada tingkat nasional dan daerah. Sepadan dengan kemajuan-kemajuan yang telah dicapai, maka peranan dan kemam-puan BUUD/KUD dan koperasi lainnya hams disempumakan dan ditingkatkan, sehingga tumbuh menjadi koperasi primer desa yang tangguh dan mampu menjadi kekuatan ekonomi desa, serta meng-antarkan masyarakat desa menuju kemajuan dan kesejahteraan."

198. ALASAN DAN TUJUAN PERUBAHAN UU NO. 14 TAHUN 1965 Untuk mengerti alasan-alasan dan tujuan apa yang mendorong adanya perubahan UU No. 14 Tahun 1965, tentang "Perkoperasian," menjadi UU No. 12 Tahun 1967, tentang "Pokok-pokok Perkoperasian," perlu

196

Page 211: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

kita membaca pertimbangan-pertimbangan yang disebut dalam UU No. 12 Tahun 1967, yang isi singkatnya adalah sebagai berikut:

A. Alas an UU No. 14 Tahun 1965, tentang "Perkoperasian" mengandung pikiran-pikiran yang nyata-nyata hendak: 1) menempatkan fungsi dan peranan koperasi sebagai alat politik,

sehingga mengabaikan fungsi koperasi sebagai wadah organisasi perjuangan ekonomi rakyat;

2) menyelewengkan landasan-landasan, asas-asas dan sendi-sendi koperasi dari kemurniannya.

B. Tujuan a. Untuk membentuk undang-undang baru tentang koperasi yang

sesuai dengan semangat dan jiwa Orde Baru selaras dengan tujuan yang dikandung dalam Pasal 33 UUD'45 dan Tap MPRS No. XXIII/MPRS/1966, yang memberi kemungkinan bagi koperasi untuk mendapatkan kedudukan hukum dan tempat yang wajar se-bagai wadah organisasi perjuangan ekonomi rakyat yang berwatak sosial sebagai alat pendemokrasian ekonomi nasional;

b. Koperasi diharapkan bersama-sama dengan sektor ekonomi negara dan swasta bergerak di segala bidang kegiatan dan kehidupan ekono-mi bangsa dalam rangka memampukan dirinya untuk usaha-usaha yang dapat mewujudkan masyarakat sosialis Indonesia berdasarkan Pancasila yang adil makmur, diridhoi oleh Tuhan Yang Maha Esa.

199. LANDASAN-LANDASAN KOPERASI Ada empat landasan bagi tegaknya koperasi, (Pasal 2, UKO-67), yakni: a. Landasan idiil koperasi Indonesia, yaitu: Pancasila;

Pancasila adalah falsafah negara dan bangsa Indonesia dan akibat-nya Pancasila menjiwai semua gerak-gerik dan perbuatan orang-orang Indonesia, juga orang-orang Indonesia yang menjadi anggota koperasi. Pancasila tidak hanya hams dihayati, tetapi juga hams diamalkan, akibatnya semua perbuatan orang-orang Indonesia hams dijiwai oleh Pancasila. Oleh karena itu sudah sepantasnya kalau Pancasila merupakan landasan idiil bagi koperasi Indonesia;

b. Landasan strukturil koperasi Indonesia adalah Undang-Undang Dasar 1945; UUD'45 adalah dasar tata negara dan hukum Indo-nesia. Koperasi sebagai lembaga sosiallekonomi dan hukum Indo-

197

Page 212: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

nesia adalah salah satu lembaga termasuk dalam struktur dalam lingkungan UUD'45.

c. Landasan gerak koperasi Indonesia adalah Pasal 33 UUD'45; Pasal 33 UUD'45 berbunyi sebagai berikut: "Perekonomian disusun sebagai usaha bersama, berdasar atas asas kekeluargaan." Sedang dalam penjelasannya dikatakan: "Dalam Pasal 33 UUD'45 tercan-turn dasar demokrasi ekonomi, produksi dikerjakan oleh semua untuk semua di bawah pimpinan atau penilikan anggota-anggota masyarakat. Kemakmuran masyarakatlah yang diutamakan, bukan kemakmuran orang seorang. Sebab itu perekonomian disusun seba-gai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan.

d. Landasan mental koperasi Indonesia ialah setia kawan dan kesa-daran pribadi. Koperasi adalah unsur pendidikan yang baik untuk memperkuat ekonomi dan moral, karena koperasi berdasarkan dua landasan mental, yaitu setia kawan dan kesadaran pribadi yang sama lain memperkuat. Unsur setia kawan telah ada dalam masya-rakat Indonesia yang ash dan tampak keluar sebagai unsur gotong royong. Akan tetapi landasan setia kawan saja hanya dapat me-melihara persekutuan dalam masyarakat yang statis dan karenanya tidak dapat mendorong kemajuan. Kesadaran pribadi, yakni kein-syafan akan harga diri sendiri adalah mutlak perlu untuk menaikkan derajat penghidupan dan kemakmuran. Dalam koperasi, dua ma-cam landasan mental tersebut hams digabung menjadi satu, se-hingga merupalcan dua unsur yang dorong-mendorong, hidup meng-hidupi dan awas-mengawasi.

200. FUNGSI KOPERASI INDONESIA Fungsi koperasi Indonesia ialah: a. sebagai alat perjuangan ekonomi untuk mempertinggi kesejahteraan

rakyat; b. sebagai alat pendemokrasian ekonomi nasional; c. sebagai salah satu urat nadi perekonomian Indonesia; d. sebagai alat pembina insan masyarakat untuk memperkokoh kedu-

dukan ekonomi bangsa Indonesia serta bersatu dalam mengatur tata laksana perekonomian rakyat (Pasal 4 UKO-67). Agar koperasi bisa menjadi alat perjuangan yang baik, haruslah

anggota-anggotanya menjadi pejuang dan mempunyai alat-alat per-juangan yang diperlukan, yang berarti: 1) orang yang tidak mempunyai hasrat atau kehendak untuk per-

198

Page 213: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

juangan tidak bisa menjadi anggota koperasi yang baik; 2) orang yang tidak mempunyai alat perjuangan (ekonomi) juga

tidak bisa menjadi anggota koperasi yang baik; Orang mempunyai hasrat atau kehendak untuk berjuang, bila hal itu

merupakan mata pencariannya, dari mana bergantunglah hidup sehari-harinya. Jadi, koperasi hams merupakan perkumpulan orang-orang yang sejenis mata pencariannya dan cukup mempunyai alat-alat (mo-dal primer) untuk melakukan pekerjaan yang menjadi mata penca-riannya itu, misalnya: para petani produsen mempersatukan diri dalam koperasi pertanian, para pengusaha batik mempersatukan diri dalam koperasi batik, para nelayan mempersatukan diri dalam koperasi per-ikanan dan selanjutnya. Di sini baik petani, pengusaha batik maupun nelayan hams telah mempunyai alat-alat untuk berjuang dalam pekerja-annya itu. Orang-orang ini pada dasarnya adalah pejuang dalam bidang pekerjaan yang sudah dipilihnya sebagai mata pencariannya untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Perjuangan dalam bidang mata pencariannya merupakan kewajiban yang sudah mendarah daging dan merupakan keharusan untuk selanjutnya selama hayat dikandung badan. Koperasi yang anggotanya terjadi dari orang-orang yang mata pencariannya sejenis, merupakan tempat mempersatukan tenaga dan alat-alat untuk melanjutkan perjuangan hidupnya demi kesejahteraan besama. Jadi, dalam koperasi primer, para anggota perseorangan me-lanjutkan perjuangan pribadi mereka dalam kelompok pertama. Sete-rusnya perjuangan kelompok pertama ini dilanjutkan dalam koperasi tingkat pusat, selanjutnya perjuangan kelompok pusat ini dilanjutkan dalam koperasi tingkat gabungan, dan seterusnya perjuangan dilanjut-kan di tingkat yang tertinggi, yakni dalam koperasi induk. Sebaliknya, seorang petani yang menjadi anggota koperasi batik, hasrat perjuangan dari si petani tidak dapat dilanjutkan dalam koperasi batik, sebab tidak ada kaitan yang langsung antara pertanian dan perusahaan batik. Aki-batnya ialah bahwa si petani anggota koperasi batik itu tidak dapat menyumbangkan jasanya kepada koperasi, sehingga dia tidak dapat menjadi anggota koperasi batik yang baik. Adanya anggota koperasi yang demikian itu hams dihindari, sebab sifat khas dari koperasi adalah adanya sifat gotong royong dan kekeluargaan. Hubungan antara si petani anggota koperasi batik dengan koperasinya tidak mungkin ber-sifat gotong royong, sebab antara keduanya tidak ada kaitan sedikitpun. Karena si petani itu tidak bisa menyumbangkan jasanya kepada ko-perasi, maka dia hanya mengharapkan keuntungan yang didapatnya

199

Page 214: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

dengan perantaraan orang lain. Orang macam ini sebaiknya menjadi pemegang saham sebuah perseroan terbatas atau persekutuan lainnya dan tidak baik untuk menjadi anggota koperasi Indonesia.

Perlu kiranya diingat bahwa koperasi itu adalah suatu alat untuk me-lanjutkan perjuangan orang-orang pribadi dengan cara mempersatu-kan tenaga, alat dan modal, agar dapat mencapai tujuan yang lebih tinggi lagi. Jadi, antara anggota perseorangan dan koperasinya harus ada kaitan yang erat, sehingga perjuangan anggota dapat diteruskan oleh koperasinya dengan cara bersama-sama dengan anggota lainnya berjuang untuk mencapai hasil yang lebih baik. Saya berpendapat bahwa unsur "kaftan?" antara pekerjaan anggota dengan tujuan usaha koperasi meru-pakan unsur mutlak. Dari itu saya berpendapat bahwa sebaiknyalah unsur "kaftan" itu dijadikan syarat masuk sebagai anggota koperasi.

201. ASAS KOPERASI INDONESIA Asas koperasi Indonesia adalah kekeluargaan dan kegotong-royongan. Dengan ini timbul soal, apakah koperasi dengan asasnya kekeluargaan dan kegotong-royongan itu tidak berarti bahwa koperasi harm mening-galkan sifat dan syarat-syarat sebagai badan ekonomi, sehingga kehi-langan efisiensinya.

Koperasi Indonesia hams menyadari bahwa dalam dirinya terdapat kepribadian Indonesia, yakni sifat-sifat kemanusiaan yang dipengaruhi oleh keadaan, tempat, lingkungan, suasana waktu sepanjang masa, dengan ciri-ciri khas adanya unsur Ketuhanan Yang Maha Esa, kego-tong-royongan, kekeluargaan yang bineka tunggal ika.

Asas gotong-royong berarti bahwa pada koperasi terdapat kein-syafan dan kesadaran adanya semangat bekerja sama dan tanggung jawab bersama terhadap akibat dari usahanya tanpa mengingat akan kepentingan din sendiri, melainkan selalu untuk kebahagiaan bersama. Dalam membagi hasil usahanya, masing-masing anggota menerima bagiannya sesuai dengan sumbangan karyanya.

Asas kekeluargaan mencerminkan adanya kesadaran akan budi luhur dan keikhlasan untuk mengerjakan segala sesuatu dalam koperasi oleh semua untuk semua, di bawah pimpinan pengurus serta penilikan dari para anggota atas dasar keadilan dan kebenaran serta keberanian berkorban untuk kepentingan bersama (Pasal 5 UKO-67).

202. SENDI DASAR KOPERASI INDONESIA Sendi dasar koperasi Indonesia merupakan dasar-dasar bekerja ko-

200

Page 215: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

perasi, sebagai organisasi ekonomi yang berwatak sosial. Sendi-sendi dasar tersebut merupakan ciri khas dari koperasi Indonesia, yang mem-bedakan diri dengan badan-badan ekonomi lainnya. Adapun sendi-sendi dasar koperasi Indonesia tersebut adalah sebagai berikut (Pasal 6 UKO-67): 1) Sifat sukarela

Sifat sukarela pada keanggotaan koperasi Indonesia mengandung pengertian bahwa setiap orang yang masuk menjadi anggota kope-rasi haruslah berdasarkan kesadaran ingin secara aktif bekerja dan bertekad untuk memperbaiki kehidupannya dan kehidupan ma-syarakat sekelilingnya.

2) Rapat anggota Rapat anggota adalah alat perlengkapan koperasi yang mempunyai kekuasaan tertinggi, yang terdiri dari orang-orang tanpa mewakili aliran, golongan atau paham politik, masing-masing mempunyai hak suara (satu) pada koperasi primer. Rapat anggota ini merupakan sendi dasar kehidupan koperasi.

3) Sifat non-kapitalis Koperasi Indonesia mempunyai sifat non-kapitalis, karena koperasi Indonesia itu tidak merupakanperkiunpulan modal. Sisa hasil usaha, bila dibagikan kepada para anggota, dilakukan tidak berdasarkan imbangan jumlah modal yang dimilikinya, tetapi berdasarkan im-bangan karya atau usaha dan kegiatannya dalam koperasi itu. Dari itu sisa hasil usaha yang bukan milik anggota, tidak dibagi-bagikan kepada para anggota (Pasal 34 ayat (4) UKO-67).

4) Modal koperasi Walaupun modal koperasi merupakan suatu hal yang tidak boleh diabaikan sebagai faktor produksi, karena dipergunakan untuk ke-bahagiaan para anggota koperasi, tetapi tidak boleh dipergunakan hanya untuk mencari keuntungan, dan oleh karena itu koperasi tidak menentukan dividen dalam pembagian sisa hasil usaha seba-gaimana lazimnya pada badan usaha yang lain.

S Sifat sosial Adanya sifat sosial pada koperasi terbukti dalam hal, meskipun ,

pokok usahanya bersasaran tujuan ekonomi, yang harus dibina oleh dan untuk para anggotanya, tetapi koperasi juga harus tunit mem-bangun masyarakat di sekelilingnya, sehingga pengabdian koperasi itu tidak terbatas untuk kebahagian para anggotanya saja, tetapi meluas sampai pada masyarakat di sekelilingnya.

201

Page 216: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

6) Sifat terbuka Sifat terbuka pada koperasi itu membawa serta bahwa pengurus dalam melaksanakan tugasnya mengurus dan menguasai perusaha-an bersifat terbuka, terutama bagi para anggotanya dan ketatalak-sanaannya dapat diawasi oleh para anggota secara terbuka. Hal ini tidak berarti bahwa masyarakat tidak boleh menilai hasil-hasil koperasi.

7) Sifat Swadaya Swadaya artinya: kekuatan sendiri. Sifat swadaya ini harus ada pada koperasi, yang berarti bahwa semua kegiatannya harus ber-dasarkan atas kekuatan sendiri.

8) Sifat Swakerta Swakerta artinya: buatan sendiri. Sifat swakerta ini hams ada pada koperasi, yang menghendaki agar segala macam kegiatannya harus dilaksanakan sendiri dengan alat-alat buatan sendiri, atau sifat yang mendahulukan memakai barang-barang buatan bangsa sendiri.

9) Sifat Swasembada Swasembada artinya: kemampuan sendiri. Sifat ini hams ada pada tiap-tiap koperasi, yang berarti bahwa koperasi hams dapat mencukupi kebutuhan sendiri.

203. PERANAN DAN TUGAS KOPERASI INDONESIA Koperasi Indonesia, dalam rangka pembangunan ekonomi dan usaha meningkatkan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, berperanan dan bertugas untuk: a. mempersatukan, mengerahkan, membina dan mengembangkan

potensi, daya kreasi, daya usaha rakyat untuk meningkatkan pro-duksi dan mewujudkan tercapainya pendapat yang adil dan kemak-muran, yang merata;

b. mempertinggi taraf hidup dan tingkat kecerdasan rakyat; c. membina kelangsungan dan perkembangan demokrasi ekonomi

(Pasal 7 UKO-67). Dalam melakukan peranan dan tugas tersebut, koperasi Indonesia

dapat melakukan kerja sama dengan perusahaan negara dan perusaha-an swasta nasional. Kerja sama itu hams diatur sedemikian rupa, sehingga koperasi Indonesia tidak perlu mengorbankan asas dan sendi-sendi dasarnya (Pasal 8 UKO-67). Pengaturan mengenai soal ini harus dilaksanakan dengan Peraturan Pemerintah, tetapi PP ini sampai ka-

202

Page 217: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

rangan ini ditulis belum diundangkan. Kerja sama ini baik sekali dan bermanfaat bagi kedua belah pihak, baik pihak koperasi maupun pihak perusahaan negara atau perusahaan swasta nasional, tetapi syarat bahwa koperasi tidak boleh mengorbankan asas dan sendi-sendi dasar-nya merupakan persoalan apakah tidak merupakan halangan bagi lancarnya kerja sama itu. Jadi, menurut pendapat saya kerja sama itu tidak boleh menyangkut unsur-unsur dalam koperasi, terutama yang mengenai asas dan sendi-sendi dasar koperasi, misalnya mengenai: penyediaan bahan-bahan baku, prasarana-prasarana, pemasaran, mo-dal, teknologi, manajemen dan lain-lain.

Meskipun mengenai sistem kerja sama antara koperasi, perusahaan negara dan perusahaan swasta nasional telah diadakan seminar-seminar, tetapi hasilnya tidak memuaskan, yakni tidak menuju kepada sasaran, yakni tidak sampai pada suatu kesimpulan apakah mungkin adanya kerja sama tersebut dan kalau mungkin bagaimana caranya? Seminar pada tanggal 3-5 April 1979 yang diadakan oleh Dekopin (Dewan Koperasi Indonesia) di Jakarta tidak sampai pada kesimpulan seperti dikehendaki oleh Pasal 8 UKO-67. Menurut saya sistem apa yang dipergunakan oleh Pemerintah RI sekarang mengenai bidang ekonomi tidak merupakan suatu rintangan yang mutlak untuk adanya kerja sama itu. Kalau kerja sama itu tidak bisa seluruhnya, dapat dilak-sanakan secara partiil, hanya yang sangat dibutuhkan oleh koperasi Baja. Mungkin letak kelambanan pelaksanaan kerja sama itu juga bisa terletak dalam sistem dalam tubuh koperasi sendiri. Kiranya hal itu perlu diadakan penelitian yang saksama.

204. PERANAN PEMERINTAH Salah satu dari perbedaan antara koperasi dan perseroan terbatas adalah peranan Pemerintah. Hal ini diatur dalam Pasal 37 sampai dengan 40 UKO-67. Pasal 37 UKO-67 berbunyi: "Pemerintah berke-wajiban untuk memberikan bimbingan, pengawasan, perlindungan dan fasilitas terhadap koperasi serta memampukannya untuk melaksanakan Pasal 33 UUD'45 beserta penjelasannya." Kalau diperinci, maka pe-ranan Pemerintah sebagai yang ditentukan dalam Pasal 37 tersebut adalah sebagai berikut: a. memberi bimbingan; b. mengawasi; c. memberi perlindungan; d. memberi fasilitas-fasilitas tertentu;

203

Page 218: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

e. membuat koperasi mampu untuk melaksanakan ketentuan Pasal 33 UUD'45; Dari ketentuan tersebut di atas, tugas koperasi yang masih tinggal

hanyalah "pengurusan" dalam arti luas, termasuk di dalamnya: pengua-saan dan pengawasan dari dalam. Tugas inilah yang diserahkan kepada koperasi. Peranan Pemerintah begitu mendalam, sehingga: 1) Pemerintah berhak menunjuk pejabat, yang diserahi tugas di bidang

pembinaan, bimbingan dan pengawasan (Pasal 38 ayat (2) UKO-67);

2) Pejabat koperasi dapat menghindari, menentukan acaranya dan berbicara dalam rapat pengurus dan rapat anggota (Pasal 38 ayat (3) UKO-67);

3) Pejabat dapat melakukan pemeriksaan pada koperasi yang dapat dilakukan sendiri atau menyuruh orang atau badan lain (akuntan) — (Pasal 39 UKO-67);

4) Pemerintah dapat memberi kredit yang cukup; 5) Tentang kewajiban membayar pajak bagi koperasi diatur dengan

peraturan perundangan tersendiri, mengingat fungsi dan ciri-ciri khusus koperasi (Pasal 40, UKO-67). Melihat peranan Pemerintah yang begitu besar bagi koperasi, bila

para pengurus memiliki kemampuan mengurus (manajemen) yan baik, kejujuran dan ketekunan berusaha, saya berpendapat bahwa tiap ko-perasi akan berhasil dengan baik. Tetapi kenyataannya koperasi banyak disalahgunakan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab, sehingga Pemerintah terpaksa bertindak dengan cara membubarkan koperasi-koperasi tersebut. Hal ini rupanya dapat menjadi obyek penelitian yang mendalam dengan tujuan merencanakan suatu bentuk koperasi, yang mengandung unsur-unsur perseroan yang berfaedah bagi koperasi, tetapi tidak bertentangan dengan Pasal 33 UUD'45 dan Tap MPRS No. XXIII/MPRS/1966.

B. KEANGGOTAAN, KEWAJIBAN, HAK, DAN TANGGUNG JAWAB ANGGOTA

205. KEANGGOTAAN Mengenai keanggotaan, kewajiban dan haknya diatur dalam Pasal 9 s/d 13 UKO-67. Anggota koperasi dapat terdiri dari orang-orang dan juga dapat terdiri dari badan-badan hukum koperasi. Anggota yang terdiri dari orang-orang hanya berlaku bagi koperasi tingkat primer,

204

Page 219: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

sedangkan bagi koperasi tingkat yang lebih tinggi, anggotanya terdiri dari badan-badan hukum koperasi.

Untuk mencatat masuk dan keluarnya anggota koperasi, di kantor koperasi tersedia Buku Daftar Anggota, yang diselenggarakan dan dipelihara dengan baik oleh pengurus. Jadi, keanggotaan koperasi dapat dibuktikan dengan catatan yang ada dalam Buku Daflar Anggota di kantor pengurus koperasi.

Walaupun pada dasarnya keanggotaan koperasi terbuka bagi semua orang, namun untuk mempertahankan kelangsungan hidup koperasi perlu adanya persyaratan bagi penerimaan anggota. Menurut undang-undang, yang dapat menjadi anggota koperasi Indonesia ialah setiap warga negara Indonesia yang: a. mampu untuk melakukan perbuatan hukum; b. menerima landasan idiil, asas dan sendi-sendi dasar koperasi; c. sanggup dan bersedia melakukan kewajiban-kewajiban sebagai

anggota koperasi, yang ditetapkan dalam UKO-67, anggaran dasar, anggaran rumah tangga, dan peraturan koperasi lainnya. Keanggotaan koperasi didasarkan pada kesamaan kepentingan

dalam usaha koperasi, misalnya: para nelayan pada suatu desa tertentu bersama-sama mendirikan koperasi nelayan, yang usahanya ditujukan bagi kemakmuran hidup para nelayan yang bersangkutan. Para peng-rajin rotan mendirikan koperasi pengrajin rotan, yang usaha koperasinya ditujukan bagi kemakmuran para pengrajin rotan yang bersangkutan. Begitu seterusnya.

Sebagai dikatakan di atas, unsur kesamaan kepentingan merupa-kan unsur penyambung antara anggota dengan koperasi. Kalau unsur kesamaan kepentingan itu tidak ada, maka tidak ada kaitan antara anggota dengan koperasi, akibatnya hasrat-juang untuk meningkatkan taraf hidup tidak mendapat kelanjutannya dalam koperasi. Misalnya seorang nelayan ingin menjadi anggota perkumpulan koperasi batik. Pekerjaan nelayan tidak ada hubungannya dengan usaha batik, jadi tidak ada kaitan pekerjaan nelayan dengan usaha batik, sehingga hasrat-juang yang ada pekerjaan nelayan tidak dapat diteruskan di lapangan koperasi. Si nelayan tidak mengerti persoalan usaha batik, sehingga dia tidak bisa menyumbangkan jasanya kepada koperasi, yang akibatnya dia hanya menantikan keuntungan dan simpanannya di koperasi, yang dihasilkan oleh orang lain. Berbeda sekali kalau se-orang nelayan menjadi anggota perkumpulan koperasi nelayan Indo-nesia, maka perjuangan pribadi si nelayan itu dilanjutkan dalam per-

205

Page 220: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

kumpulan koperasinya. Karena si nelayan mengerti benar tentang pa-hit getirnya perjuangan sebagai nelayan, maka si nelayan anggota koperasi itu dapat menyumbangkan jasa yang tidak sedikit kepada koperasi. Jadi, keuntungan si nelayan sebagai anggota koperasi adalah benar-benar timbul karena jasa si nelayan anggota koperasi yang bersangkutan.

Karena kaitan kepentingan antara anggota dan perkumpulan ko-perasi ini menurut saya merupakan hal yang mutlak, maka saya ber-pendapat lebih baik kalau unsur kaitan ini dijadikan syarat mutlak bagi diterimanya seseorang sebagai anggota koperasi.

Keanggotaan koperasi tidak dapat dipindahtangankan, berarti bahwa anggota tidak diperbolehkan mewakilkan kepada orang lain. Dalam hal seorang anggota meninggal dunia, keanggotaannya tidak dengan sendirinya pindah tangan, tetapi atas permintaan ahli waris, keanggotaan tersebut dapat pindah tangan kepada salah seorang dari ahliwarisnya.

206. KEWAJIBAN DAN HAK ANGGOTA KOPERASI Kewajiban tiap-tiap anggota koperasi . dalah sama (Pasal 12, UKO-67), yaitu: a. mengamalkan:

1) landasan-landasan, asas dan sendi dasar koperasi; 2) undang-undang koperasi, peraturan pelaksanaannya, anggaran

dasar, anggaran rumah tangga koperasi; 3) keputusan-keputusan rapat anggota koperasi.

b. Hadir dan secara aktif mengambil bagian dalam rapat-rapat ang-gota. Hak setiap anggota koperasi (Pasal 13 UKO-67) ialah: a) menghadiri, menyatakan pendapat dan memberikan suara dalam

rapat anggota; b) memilih dan/atau dipilih menjadi anggota pengurus satu badan

pemeriksa; c) minta diadakannya rapat anggota menurut ketentuan-ketentuan

dalam anggaran dasar; d) mengemukakan pendapat atau saran-saran kepada pengurus

di luar rapat, baik diminta maupun tidak; e) mendapat pelayanan yang sama antara sesama angota; f) melakukan pengawasan atas jalannya koperasi dan usaha-usaha

koperasi menurut ketentuan-ketentuan dalam anggaran dasar.

206

Page 221: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

207. TANGGUNG JAWAB ANGGOTA KOPERASI INDONESIA Bila sebuah koperasi menderita kerugian, maka ada 4 buah badan yang dapat dibebani ganti kerugian itu, yakni: a. Koperasi sebagai badan hukum. Hal ini terjadi, bila pengurus atau

anggota pengurus tidak ada yang dapat dipersalahkan melakukan perbuatan lalai atau dengan sengaja, sehingga menimbulkan keru-gian bagi koperasi (Pasal 45 UKO-67);

b. Pengurus sebagai kesatuan. Hal ini terjadi; bila pengurus sebagai kesatuan telah melakukan perbuatan lalai atau dengan sengaja yang menimbulkan kerugian pada koperasi (Pasal 25 UKO-67);

c. Anggota pengurus sebagai demikian. Hal ini terjadi, bila karena kelalaian atau kesenjangan seorang anggota pengurus atau lebih telah menimbulkan kerugian bagi koperasi (Pasal 25 UKO-67);

d. Anggota koperasi biasa. Hal ini terjadi, bila harta kekayaan koperasi tidak cukup untuk menutup kerugian itu, dan bilamana anggaran dasar menetapkan adanya tanggung jawab tak terbatas bagi setiap anggota (Pasal 36 UKO-67); Sebelum saya membicarakan hal-hal yang tersebut dalam huruf

a, b, dan c di atas, dalam rangka pembicaraan bidang keanggotaan koperasi, saya akan mendahulukan pembahasan mengenai tanggung jawab anggota koperasi. Hal ini diatur dalam Pasal 36 UKO-67, yang ringkasnya adalah sebagai berikut: 1) Yang dimaksud dengan tanggung jawab anggota ialah kewajiban

anggota untuk menanggung bersama kerugian yang diderita kope-rasi, baik yang timbul pada penutupan tahun buku, maupun pada pembubaran koperasi;

2) Tanggung jawab anggota dapat bersifat terbatas atau tidak terba-tas. Setiap anggaran dasar koperasi memuat salah satu jenis tang-gung jawab tersebut;

3) Dalam hal tanggung jawab anggota bersifat terbatas, maka kern-gian yang timbul hanya dapat dibebankan kepada kekayaan kope-rasi, sedangkan jumlah tanggung jawab anggota ditetapkan dalam anggaran dasar;

4) Pada waktu pembubaran koperasi, anggota yang telah keluar tidak bebas dari kewajiban menanggung kerugian koperasi, sepanjang kerugian ini timbul sebagai akibat dari salah satu kejadian, di mana yang bersangkutan masih menjadi anggota, dengan ketentuan bahwa saat keluarnya anggota tersebut belum lewat jangka waktu 12 bulan;

5) Dalam hal anggota atau anggota-anggota yang bertanggung jawab

207

Page 222: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

seperti tersebut di atas ternyata tidak mampu untuk membayar penuh jumlah tanggungannya, maka anggota-anggota lain diwajib-kan menanggung kewajiban mereka yang tidak mampu itu, masing-masing sama besarnya. Dari ketentuan-ketentuan mengenai tanggung jawab anggota yang

tidak terbatas, maka perbedaan antara koperasi dengan perseroan terbatas adalah jauh, sebab pada perseroan terbatas tanggung jawab pesero terbatas pada jumlah saham yang telah dimilikinya (Pasal 40 ayat (2) KURD), termasuk saham yang disanggupinya (modal yang ditempatkan).

C. ORGANISASI, JENLS, DAN ALAT PERLENGKAPAN KOPERASI

208. ORGANISASI KOPERASI INDONESIA Sekurang-kurangnya 20 orang yang telah memenuhi syarat termaksud dalam Pasal 10 UKO-67 dapat membentuk sebuah koperasi (Pasal 14 ayat (1) UKO-67). Adapun syarat-syarat termaksud dalam Pasal 10 tersebut adalah sebagai berikut: "Yang dapat menjadi anggota koperasi ialah setiap warga negara Indonesia yang: a. mampu melakukan suatu perbuatan hukum; b. menerima landasan idiil, asas dan sendi dasar koperasi; c. sanggup dan bersedia melakukan kewajiban-kewajiban dan hak

sebagai anggota, sebagaimana tercantum dalam UKO-67, anggaran dasar, anggaran rumah tangga, dan peraturan koperasi lainnya. Ada kemungkinan suatu daerah kerja (dalam lingkungan desa

tertentu) tidak memiliki orang-orang yang memenuhi syarat-syarat untuk mendirikan sebuah koperasi jenis tertentu, misalnya: dalam suatu desa hanya ada 10 orang pengrajin perak. Mereka itu tidak bisa mendirikan sebuah koperasi pengrajin perak, karena anggotanya ku-rang dan 20 orang. Dalam hal yang demikian ini bedasarkan pertim-bangan kemanfaatan koperasi, Menteri dapat mengizinkan berdirinya sebuah koperasi yang bersangkutan, meskipun anggotanya kurang dari 20 orang (Pasal 14 ayat (2) UKO-67). Koperasi pertama semacam ini disebut tingkat koperasi primer.

Sesuai dengan kebutuhan dan efisiensi, koperasi dapat menjadi anggota koperasi tingkat atas. Koperasi tersebut terakhir ini juga dapat menjadi anggota koperasi tingkat lebih atas lagi. Hubungan antara koperasi tingkat bawah sampai dengan tingkat teratas merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan.

208

Page 223: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

Koperasi tingkat lebih atas berkewajiban dan berwenang untuk menjalankan bimbingan dan pemeriksaan terhadap koperasi tingkat bawah. Hubungan antartingkat koperasi sejenis diatur dalam anggar-an dasar masing-masing koperasi sejenis itu. Daerah kerja koperasi Indonesia didasarkan pada kesatuan wilayah administrasi Pemerintah-an dengan memperhatikan kepentingan ekonomi.

209. TINGKAT KOPERASI Koperasi terbawah yang anggotanya terdiri dan orang-orang yang jumlahnya paling sedikit 20 orang, sebagai dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) UKO-67, disebut koperasi primer. Koperasi tingkat kedua disebut "Pusat Koperasi", tingkat ketiga disebut "Gabungan Koperasi", dan tingkat keempat atau yang terakhir disebut "Induk Koperasi". Syarat jumlah yang dipakai ukuran untuk dapat membentuk koperasi tingkat yang lebih atas, biasanya dipergunakan ketentuan sebagai ber-ikut di bawah ini: a. Sekurang-kurangnya 5 buah koperasi primer yang sudah menjadi

badan hukum dapat membentuk "Pusat Koperasi". b. Sekurang-kurangnya 3 buah "Pusat Koperasi" yang telah berbadan

hukum dapat membentuk "Gabungan Koperasi". c. Sekurang-kurangnya 3 buah gabungan koperasi yang telah menjadi

badan hukum dapat membentuk "Induk Koperasi" (Penjelasan Pasal 15 UKO-67). Jumlah koperasi yang berhak membentuk koperasi tingkat lebih

tinggi tidak mengikat, artinya, meskipun jumlah koperasi yang akan membentuk koperasi tingkat lebih atas itu kurang dari jumlah yang disebut di atas, dapat juga diperkenankan.

Hubungan antara koperasi tingkat bawah dan tingkat atasnya hams diatur dalam anggaran dasar masing-masing koperasi, di mana koperasi tingkat atas berkewajiban membimbing dan berwenang memeriksa koperasi tingkat bawah, sedang koperasi tingkat bawah berhak meng-awasi koperasi tingkat atasnya. Tetapi tanggung jawab mengenai jalannya koperasi tingkat bawahan, tetap menjadi tanggung jawab koperasi tingkat bawahan yang bersangkutan.

210. DAERAH KERJA KOPERASI Daerah kerja koperasi pada dasarnya hams cukup memiliki potensi ekonomi bagi perkembangan koperasi yang bersangkutan. Guna ke- lancaran tugas pengawasan dan pembinaan, daerah kerja koperasi

209

Page 224: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

didasarkan pada wilayah administrasi pemerintahan. Koperasi primer, yang beranggotakan orang-orang pada umumnya hams berada di wila-yah administrasi pemerintahan yang terendah, yaitu desa. Ada kemung-kinan bahwa ketentuan itu tidak mungkin dipenuhi, misalnya bagi kope-rasi pegawai negeri dan koperasi angkatan bersenjata, yang mendasar-kan daerah kerjanya pada lingkungan pekeijaan para anggotanya. Keten-tuan mengenai hal ini lebih lanjut diatur oleh Menteri (Pasal 16 UKO-67).

Kalau daerah kerja bagi koperasi primer pada umumnya ditunjuk "Daerah pedesaan," maka daerah kerja koperasi setingkat lebih tinggi, yaitu "pusat koperasi" Daerah Tingkat II (Kabupaten), dan daerah kerja koperasi setingkat lebih tinggi lagi, yaitu "gabungan koperasi", wilayah Daerah Tingkat I (Propinsi), selanjutnya daerah kerja bagi "induk koperasi" adalah di wilayah Ibukota Republik Indonesia. Hal-hal yang menyimpang dan pedoman tersebut, diatur lebih lanjut oleh Menteri.

211. JENIS KOPERASI Dasar penjenisan koperasi adalah kebutuhan dan efisiensi, berdasar- kan kesamaan kepentingan ekonominya (Pasal 17 UKO-67), misalnya: a. Koperasi kopra bagi daerah yang mata pencarian penduduknya

tergantung pada pembuatan kopra; b. Koperasi golongan fungsionil Angkatan Bersenjata. (ABRI); c. Koperasi golongan fungsionil Pegawai Negeri, dan lain-lain.

Khusus bagi koperasi golongan fungsionil Angkatan Bersenjata, sepanjang tidak menyimpang dari sendi-sendi dasar koperasi. Menteri dapat mengadakan penentuan-penentuan sendiri. Ketentuan-ketentuan ini diberikan berdasar atas pertimbangan bahwa koperasi Angkatan Bersenjata, yang merupakan salah satu wadah penampungan kegiatan-kegiatan kekaryaan anggota angkatan, tidak dapat dilepaskan dart kebijaksanaan anggota-anggota beserta keluarganya, dan agar supaya unsur-unsur rantai komando dan disiplin sebagai anggota Angkatan dapat tetap terpelihara.

Koperasi mendasarkan perkembangannya pada potensi ekonomi daerah kerjanya. Dart itu pendirian lebih dart satu koperasi yang seting-kat dan sejenis dalam satu daerah kerja akan mengurangi efisiensi ekonomi dart koperasi-koperasi yang bersangkutan. Oleh karenanya demi ketertiban, hares diusahakan adanya hanya satu koperasi yang setingkat dan sejenis untuk satu daerah kerja. Dari itu tidak dapat dipastikan secara umum dan seragam jenis koperasi yang sama yang diperlukan bagi setiap bidang (Penjelasan Pasal 17 UKO-67).

210

Page 225: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

Telah disebutkan di muka bahwa penjenisan koperasi harus dida-sarkan atas kebutuhan dan efisiensi. Meskipun koperasi dapat dikelom-pokkan dalam golongan koperasi, konsumsi, kredit dan jasa, tetapi keluwesan harus tetap diadakan untuk mengadakan pemilihan jenis koperasi yang lebih khusus, misalnya: koperasi karet, koperasi batik, Bank koperasi, koperasi pengangkutan, koperasi kopra, koperasi kopi, koperasi pengrajin perak dan sebagainya.

Sebuah koperasi jenis tertentu, untuk perkembangan tujuan ekono-minya dapat mendirikan koperasi jenis lain, misalnya: Bank koperasi, koperasi asuransi dan sebagainya.

212. ALAT PERLENGKAPAN KOPERASI Menurut Pasal 19 UKO-67 alat perlengkapan ada 3, yaitu: a. rapat anggota; b. pengurus; c. badan pemeriksa;

Di samping 3 macam alat perlengkapan koperasi tersebut, kalau perlu koperasi dapat membentuk badan lain, misalnya: "dewan pena-sihat", tetapi badan ini tidak boleh mengurangi hak dan wewenang ketiga alat perlengkapan koperasi tersebut. Meskipun dewan koperasi ini terdiri dan para ahli, tetapi badan ini bukan merupakan alat perleng-kapan koperasi. Tugas dan dewan penasihat ini adalah mendampingi pengurus dan badan pemeriksa dalam melakukan tugasnya sehari-hari. Badan ini harus memberi nasihat, baik diminta maupun tidak.

213. RAPAT ANGGOTA

Dalam organisasi koperasi kekuasaan tertinggi dipegang oleh rapat anggota. Keputusan rapat anggota sejauh mungkin diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat. Kalau mufakat tidak dapat tercapai, maka keputusan diambil atas dasar suara terbanyak. Dalam hal diadakan pemungutan suara, maka tiap-tiap anggota mempunyai hak suara sama, yaitu satu. Pengambilan suara ini hanya dilakukan bila ternyata sudah tidak mungkin lagi untuk mencapai mufakat, Kuorum rapat anggota dan suara terbanyak ditentukan dalam anggaran dasar. Untuk menghargai rapat anggota, anggota tidak boleh mewakilkan orang lain (Pasal 20 UKO-67).

Bagi koperasi tingkat pusat, gabungan dan induk, yakni yang ber-anggotakan badan-badan hukum koperasi, maka keputusan didasarkan atas perimbangan suara tersebut dilakukan menurut jumlah anggota

211

Page 226: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

manusia yang terhimpun dalam koperasi masing-masing menurut ke-tentuan-ketentuan dalam anggaran dasar.

Rapat anggota koperasi Indonesia berwenang menetapkan: a. anggaran dasar; b. kebijaksanaan umum serta pelaksanaan keputusan-keputusan kope-

rasi tingkat lebih atas; c. pemilihan, pengangkatan, pemberhentian pengurus, badan peme-

riksa, dan dewan penasihat; d. rencana kerja, anggaran belanja, pengesahan neraca, perhitungan

laba rugi, dan kebijaksanaan pengurus dalam bidang organisasi dan perusahaan.

214. PENGURUS KOPERASI Pengurus adalah alat perlengkapan koperasi yang berkewajiban untuk mengurus dan menguasai koperasi. Pengurus ini dipilih dari dan oleh para anggota dalam rapat anggota koperasi. Walaupun pengurus dipilih oleh dan dari kalangan anggota sendiri sebagai pelaksanaan asas de-mokrasi dalam koperasi, tetapi ada kemungkinan bahwa anggota ko-perasi yang berhak dipilih tidak memiliki kesanggupan atau keahlian untuk memimpin koperasi, maka undang-undang memberi kesempatan untuk memilih orang di luar anggota untuk menjabat sebagai pengurus, kecuali jabatan ketua koperasi, yang sedapat mungkin hams dipegang oleh anggota sendiri (Pasal 22 UKO-67).

Penunjukan pengurus di luar anggota ini adalah bersifat sementara, yang berarti bahwa koperasi harus mendidik anggotanya agar dalam waktu yang sesingkat-singkatnya dapat mengambil alih kepengurusan dari tangan pengurus yang bukan anggota. Sebelum pengurus mulai melakukan tugasnya, dia harus mengangkat sumpah dulu di muka rapat anggota atau badan lain, sesuai dengan ketentuan dalam anggaran dasar atau keputusan rapat anggota. Pengangkatan sumpah ini penting sekali bagi pengurus yang bersangkutan untuk menyadarkan dan meya-kinkan bahwa pengurus ini penuh dengan tanggung jawab. Lembaga penunjukan pengurus di luar para anggota koperasi ini penting sekali, agar koperasi itu dipimpin oleh orang-orang yang benar-benar ahli dalam bidang perusahaan yang harus dilakukan oleh koperasi. Sebuah koperasi yang dipimpin oleh seorang manajer yang ahli dan dibantu oleh beberapa orang pegawai administrasi yang cakap akan dapat memperkembangkan koperasi secara baik. Sebaliknya bila sebuah koperasi dipimpin oleh seorang anggota yang tidak ahli, yang dibantu

212

Page 227: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

dengan para anggota lainnya yang kurang trampil maka orang dapat menanti jatuhnya koperasi itu.

Syarat-syarat untuk dapat dipilih menjadi pengurus koperasi ialah: a. mempunyai sifat kejujuran dan ketrampilan kerja; b. syarat-syarat lain yang ditentukan dalam anggaran dasar (Pasal

22 ayat (2) UKO-67). Dengan adanya kesempatan untuk memilih pengurus di luar anggota

koperasi, karena para anggota sendiri tidak ada yang memililci syarat-syarat sebagai berikut dalam Pasal 22 ayat (2) tersebut di atas, maka undang-undang membatasi jumlah orang-orang pengurus bukan anggota koperasi, yang paling banyak sepertiga dari jumlah peng-urus. Sedangkan masa jabatan pengurus ditentukan tidak botch lebih dari 5 tahun (Pasal 22 ayat (4) UKO-67).

215. TUGAS KEWAJIBAN DAN WEWENANG PENGURUS KOPERASI A. Tugas kewajiban pengurus koperasi Indonesia ialah (Pasal 23

UKO-67): 1) memimpin organisasi dan usaha koperasi; 2) mewakili koperasi di muka dan di luar pengadilan; 3) membuat laporan tentang semua hal penting yang telah diked akan

kepada rapat anggota, termasuk laporan pemeriksaan atas tata kehi-dupan koperasi; Ketentuan ini diadakan untuk menjamin agar setiap anggota dapat mengetahui keadaan sebenarnya dari koperasinya, baik dari laporan pengurus, maupun dari laporan badan pemeriksa;

4) khusus mengenai laporan tertulis dari badan pemeriksa, pengurus menyampaikan salinannya kepada pejabat di Jawatan Koperasi setempat;

5) Tiap-tiap anggota pengurus harus memberi bantuan kepada peja-bat yang sedang melakukan tugasnya. Untuk keperluan itu pengurus diwajibkan memberi keterangan yang diminta oleh pejabat dan memperlihatkan catatan-catatan (pembukuan) serta semua urusan perusahaan yang menjadi kekayaan koperasi;

6) menyelenggarakan rapat anggota tahunan menurut ketentuan-ketentuan dalam anggaran dasar;

7) wajib mengadakan buku daf tar anggota pengurus, yang cara penyusunannya dilakukan menurut ketentuan-ketentuan yang dite-tapkan oleh pejabat;

8) hams menjaga kerukunan anggota dan melayaninya secara baik, bilamana ada anggota yang:

213

Page 228: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

a) mengemukakan pendapat atau saran-saran kepada pengurus di luar rapat, baik diminta maupun tidak;

b) melakukan pengawasan atas jalannya organisasi dan usaha-usaha koperasi menurut ketentuan-ketentuan dalam anggaran dasar.

B. Adapun wewenang pengurus koperasi ialah untuk melakukan tindakan-tindakan dan upaya-upaya bagi kepentingan dan kemanfaatan koperasi sesuai dengan tanggung jawabnya dan harus sesuai dengan keputusan-keputusan rapat anggota (Pasal 24 UKO-67).

216. TANGGUNG JAWAB PENGURUS KEPADA KOPERASI Setiap usaha dalam lapangan perekonomian senantiasa menghadapi kemungkinan mengalami kerugian, inilah yang disebut "risiko". Jika hal ini terjadi pada suatu koperasi, maka ada dua kemungkinan untuk membebankan kerugian itu, pertama kepada koperasi sebagai badan hukum dan kedua kepada pengurus sebagai kesatuan atau anggota pengurus koperasi, karena kelalaian atau kesengajaan yang dilakukan, sehingga menimbulkan kerugian. Kalau harta kekayaan koperasi tidak mencukupi untuk menutup kerugian, maka anggota koperasi dapat dibebani tanggung jawab, sebagai yang diatur lebih lanjut dalam Pasal 36 UKO-67 (Penjelasan Pasal 25 UKO-67). Jadi, di sini ada empat badan yang dapat dipertanggungjawabkan jika koperasi menderita kerugian: a. Koperasi, sebagai badan hukum bertanggung jawab terhadap pihak

ketiga; b. Pengurus sebagai kesatuan bertanggung jawab, karena kelalaian

atau perbuatan kesengajaannya menimbulkan kerugian kepada koperasi;

c. Anggota pengurus, yang lalai atau sengaja melakukan perbuatan, sehingga menimbulkan kerugian bagi koperasi, dapat dipertanggung-jawabkan;

d. Anggota biasa, bukan pengurus, dapat dipertanggungjawabkan bila harta kekayaan koperasi tidak mencukupi untuk menutup kerugian dan hal itu dimungkinkan oleh anggaran dasar. Persoalan tanggung jawab pengurus koperasi diatur dalam Pasal

25 dan 26 UKO-67, tetapi Pasal 23 ayat (3) UKO-67 menetapkan bahwa pengurus bertanggung jawab kepada rapat anggota tentang: 1) segala sesuatu yang menyangkut tata kehidupan koperasi;

214

Page 229: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

2) segala laporan pemeriksaan atas tata kehidupan koperasi. Khusus mengenai laporan tertulis dari badan pemeriksa, pengurus menyam-paikan salinannya kepada Pejabat. Di samping tanggung jawab tersebut di atas, pengurus koperasi

yang karena kelalaian atau kesengajaannya menimbulkan kerugian bagi koperasi, hams menanggung kerugian itu. Hal ini dapat diperinci sebagai berikut (Pasal 25 UKO-67): a) Jika kelalaian itu mengenai sesuatu yang termasuk pekerjaan bebe-

rapa orang anggota pengurus, maka mereka bersama menanggung kerugian (Pasal 25 ayat (2) UKO-67);

b) Seorang anggota pengurus bebas dari tanggung jawabnya, jika dia dapat membuktikan bahwa kerugian itu bukan akibat dari kelalaian atau kesengajaannya. Juga harus dapat membuktikan bahwa dia telah berusaha dengan secepatnya untuk mencegah timbulnya kerugian itu;

c) Penggantian kerugian oleh anggota/anggota-anggota pengurus yang melakukan kelalaian atau kesengajaan, tidak menutup kemungkinan bagi Penuntut Umum untuk menuntut anggota pengurus yang ber-sangkutan dari sudut hukum pidana;

d) Dengan berlakunya Pasal 25 ayat (1) UKO-67, undang-undang menganggap bahwa masing-masing anggota pengurus telah mengetahui segala sesuatu yang semestinya patut diketahuinya;

e) Seorang anggota pengurus dapat membuktikan bahwa kerugian yang diderita oleh koperasi, hanya sebagian kecil saja yang disebab-kan oleh kelalaiannya, maka dengan mempertimbangkan faktor-faktor tersebut Hakim Pengadilan Negeri dapat menyimpang dari ketentuan Pasal 25 ayat (2) UKO-67 tersebut di atas.

217. BADAN PEMERIKSA Mengenai badan pemeriksa ini diatur dalam Pasal 27 s/d 30 UKO-67. Anggota badan pemeriksa ini dipilih dari dan oleh anggota dalam rapat anggota. Kedudukan sebagai badan pemeriksa tidak boleh dirangkap dengan kedudukan pengurus (Pasal 27 ayat (2) UKO-67). Ketentuan ini bermalcsud untuk memisahkan antara tugas pelaksanaan dan tugas pengawasan. Mengenai ketentuan-ketentuan syarat-syarat untuk dapat dipilih, masa jabatan dan pengangkatan sumpah bagi badan pemeriksa adalah sama dengan pengurus. Mengenai masa jabatan, Pasal 22 ayat (4) UKO-67 menentukan tidak boleh lebih dari 5 tahun, balk bagi pengurus maupun bagi badan pemeriksa. Selanjutnya dalam "Penje-lasan Pasal 27 UKO-67" dikatakan bahwa sebaiknya, agar masa jabat-

215

Page 230: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

an badan pemeriksa lebih pendek dari masa jabatan pengurus, untuk kepentingan pendidikan para anggota dan menjaga kesegaran tugas pengawasan. Menurut saya, menjaga agar jangan terjadi kekompakan dalam waktu yang lama untuk perbuatan yang merugikan koperasi antara pengurus dan badan pemeriksa, maka perlu sekali pengangkatan pengurus dan pengangkatan badan pemeriksa tidak dilakukan pada saat yang sama (bersama-sama), tetapi misalnya: pada saat pengurus telah melakukan setengah dan masa jabatannya, yakni duasetengah tahun, maka diangkatlah badan pemeriksa baru. Sedangkan masa ja-batannya tetap sama-sama lima tahun, baik bagi pengurus maupun bagi badan pemeriksa. Akibatnya, pada saat badan pemeriksa baru diangkat, koperasi masih mempunyai pengurus lama, sedang pada saat pengurus baru dilantik, koperasi masih mempunyai badan pemeriksa lama.

218. TUGAS, WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB BADAN PEMERIKSA

A. Tugas Badan Pemeriksa Tugas badan pemeriksa ialah: a. melakukan pemeriksaan terhadap tata kehidupan koperasi, termasuk

organisasi, usaha-usaha dan pelaksanaan kebijaksanaan pengurus; b. membuat laporan tertulis tentang hasil pemeriksaan itu (Pasal 28

UKO-67).

B. Wewenang Badan Pemeriksa 1) meneliti segala catatan tentang harta kekayaan koperasi dan me-

meriksa pembukuan; 2) mengumpulkan segala keterangan dari siapa pun bagi kepentingan

koperasi (Pasal 29 UKO-67).

C. Tanggung Jawab Badan Pemeriksa a) merahasiakan hasil pemeriksaannya terhadap pihak ketiga; b) bertanggung jawab tentang pelaksanaan tugasnya kepada rapat

anggota (Pasal 30 UKO-67).

D. LAPANGAN USAHA, PERMODALAN, DAN SISA HASIL USAHA KOPERASI

219. LAPANGAN USAHA Pasal 31 UKO-67 menetapkan bahwa lapangan usaha koperasi ada

216

Page 231: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

di bidang produksi dan di bidang ekonomi lainnya berdasar Pasal 33 UUD'45 beserta penjelasannya. Hal ini perlu diterangkan lebih lanjut sebagai berikut:

Perekonomian Indonesia dibagi dalam sektor Pemerintah, sektor koperasi dan sektor swasta. Dalam sektor koperasi, koperasi dapat bergerak untuk melakukan segala kegiatan ekonomi, tetapi hal ini tidak berarti bahwa koperasi dapat melakukan kegiatan-kegiatan ekonomi sedemikian rupa, sehingga terlepas sama sekali dari kepentingan-kepentingan anggotanya, asas dan sendi-sendi dasarnya, sehingga anggota koperasi dapat memperoleh kemanfaatan dari usaha-usaha yang mereka sendiri tidak menyumbangkan karya dan jasanya untuk memperoleh kemanfaatan tersebut.

Penjenisan koperasi pada dasarnya mempunyai peranan yang menentukan dalam pengaturan usaha pokoknya, sehingga dapat diper-oleh kemanfaatan bersama, yang benar-benar dicapai berdasarkan sumbangan karya atau jasa para anggota semuanya.

Lapangan usaha koperasi pada dasarnya dapat meliputi seluruh bidang ekonomi, termasuk usaha perbankan dan perasuransian. Dalam menjalankan peranan dan tugas koperasi seperti dimaksud dalam Pasal 7 UKO-67, koperasi sebagai badan ekonomi dapat mendirikan dan memiliki perusahaan atau unit produksi yang langsung berada di bawah tanggung jawab dan pengawasan pengurus koperasi yang bersang-kutan. Perusahaan dan unit produksi itu merupakan satu kesatuan dengan koperasi induknya, oleh karenanya tidak boleh dipisahkan dan ketatalaksanaan (manajemen) seluruh usaha koperasi induk itu. Pe-rusahaan atau unit produksi itu tidak memerlukan pengesahan tersen-diri sebagai badan hukum. Perusahaan atau unit produksi tersebut tidak boleh melakukan usaha-usaha yang bertentangan dengan UKO-67.

220. PERMODALAN KOPERASI Mengenai permodalan ini ada perbedaaan besar antara perseroan terbatas dan koperasi. Perseroan terbatas adalah tempat kumpulan modal, yakni persekutuan yang menitik beratkan terkumpulnya modal besar, sedangkan koperasi adalah kumpulan orang, yang berusaha mengumpulkan modal secara teratur dalam organisasi koperasi, se-hingga merupakan modal nasional yang kuat, dengan tidak perlu meng-ubah asas dan sendi-sendi dasar koperasi yang berpandangan pada ketentuan Pasal 33 UUD'45 beserta penjelasannya.

217

Page 232: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

Pasal 32 ayat (1) UKO-67 menentukan bahwa modal koperasi terdiri dari simpanan-simpanan, pinjaman-pinjaman, penyisihan-penyisihan dari hasil usahanya, termasuk cadangan serta sumber-sumber lain.

Simpanan anggota koperasi terdiri dari: a. Simpanan pokok, yakni sejumlah uang tertentu, yang sama banyak-

nya, diwajibkan kepada para anggota untuk menyerahkannya kepada koperasi, pada waktu masuk menjadi anggota. Simpanan pokok ini tidak boleh diambil kembali selama anggota yang ber-sangkutan masih tetap menjadi anggota.

b. Simpanan wajib, ialah jumlah simpanan tertentu yang diwajibkan kepada anggota untuk membayar dalam waktu dan kesempatan tertentu, simpanan mana hanya boleh diminta kembali dengan cara dan waktu yang ditentukan dalam anggaran dasar, anggaran rumah tangga atau keputusan rapat anggota dengan mengutamakan ke-pentingan koperasi.

c. Simpanan sukarela, ialah sejumlah uang tertentu yang diserahkan oleh anggota kepada koperasi atas kehendak sendiri sebagai sim-panan. Simpanan sukarela ini dapat dilakukan oleh anggota atau bukan anggota. Ketentuan lebih lanjut tentang uang simpanan ini diatur dalam

anggaran dasar, anggaran rumah tangga atau keputusan-keputusan rapat anggota koperasi.

221. SISA HASIL USAHA KOPERASI Menurut Pasal 34 ayat (1) UKO-67, sisa hasil usaha koperasi adalah pendapatan koperasi yang diperoleh dalam satu tahun buku setelah dilcurangi dengan penyusun-penyusun dan biaya-biaya dari tahun buku yang bersangkutan. Sisa hasil koperasi itu mungkin didapat dari hasil pelayanan terhadap anggota dan pelayanan terhadap pihak ketiga, termasuk yang bukan anggota. Oleh karena itu pada dasarnya harus diadakan pemisahan antara penggunaan pendapatan yang diperoleh dari pelayanan terhadap anggota dengan pelayanan terhadap pihak ketiga dan yang bukan anggota. Bagian sisa hasil usaha yang diperoleh dari pelayanan terhadap pihak ketiga atau bukan anggota tidak boleh dibagikan kepada anggota, karena bagian pendapatan ini bukan diper-oleh dari karya atau jasa anggota.

Sisa hasil usaha koperasi yang berasal dari pelayanan terhadap para anggota dibagi untuk: a. cadangan koperasi;

218

Page 233: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

b. anggota, masing-masing sebanding dengan jasa yang telah diberi-kannya;

c. dana pengurus; d. dana pegawai/karyawan; e. dana pendidikan koperasi; f dana sosial g. dana pembangunan daerah kerja;

Sedangkan sisa hasil usaha koperasi yang berasal dari pelayanan terhadap pihak ketiga, termasuk yang bukan anggota, dibagi untuk: 1) cadangan koperasi; 2) dana pengurus; 3) dana pegawai/karyawan; 4) dana pendidikan koperasi; 5) dana sosial; 6) dana pembangunan daerah kerja.

Cara dan besarnya pembagian tersebut diatur dalam anggaran dasar, sedangkan penggunaan sisa hasil usaha tersebut, kecuali ca-dangan koperasi, diatur dalam anggaran dasar dengan mengutamakan kepentingan koperasi.

Penggunaan dana sosial diatur oleh rapat anggota dan dapat diberikan antara lain kepada fakir miskin, yatim piatu atau usaha-usaha sosial lainnya.

Penggunaan dana sosial bagi zakat, diatur secara khusus dalam anggaran dasar, anggaran rumah tangga atau keputusan koperasi lain-nya. Mengenai persoalan zakat ini akan saya perdalam sedikit pada pelajaran berikut, mengingat persoalan ini jarang disinggung dalam buku-buku pelajaran umum;

Penggunaan dana pembangunan daerah kerja, seyogyanya dilakukan setelah mengadakan konsultasi dengan Pemerintah Daerah.

Atas modal yang dititipkan dalam koperasi, juga hams diberi bunga, yang jumlahnya ditetapkan dalam rapat anggota.

Cadangan koperasi, dimaksudkan untuk memupuk modal kope-rasi sendiri dan untuk menutup kerugian koperasi bila diperlukan. Oleh karenanya cadangan koperasi ini tidak boleh dibagikan kepada anggota, walaupun di waktu pembubaran. Mengenai penggunaan cadangan dan pemupukan modal dalam koperasi hams diatur dalam anggaran dasar.

Pada pembubaran koperasi, sisa kekayaan koperasi, setelah diper-gunakan untuk menutup kerugian koperasi dan biaya penyelesaian, dibe-

219

Page 234: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

rikan kepada perkumpulan koperasi atau kepada badan hukum lain, yang asas dan tujuannya sesuai dengan koperasi yang bersangkutan.

222. ZAKAT DALAM KOPERASI Mengenai zakat dalam koperasi tidak diatur dalam dikttun Undang-Undang No. 12 Tahun 1967, tetapi dalam "Penjelasannya" (T.L.N. No. 2832). Penjelasan pasal demi pasal mengenai Pasal 34, alinea 4, yang berbunyi sebagai berikut: "Penggunaan dana sosial diatur oleh rapat anggota dan dapat diberikan antara lain kepada fakir miskin,

itim piatu atau usaha-usaha sosial lainnya. Perihal zakat dapat diatur 'Leh koperasi yang bersangkutan dalam anggaran dasar maupun

ketentuan-ketentuan lain dari koperasi." Sistem pengaturan soal zakat dalam anggaran dasar ini sangat saya setujui, mengingat bahwa tidak semua koperasi, seluruh anggotanya beragama Islam.

Mengenai soal zakat ini tidak hanya diatur dalam koperasi saja, juga dalam undang-undang lain, yaitu: UU No. 5 Tahun 1962 (L.N. 1962-10), tentang "Perusahaan Daerah". Pengaturan zakat dalam undang-undang ini malahan dalam "diktum" undang-undang yaitu dalam Pasal 25 ayat (2)m huruf "B", yang berbunyi sebagai berikut: "B. Bagi Perusahaan Daerah modalnya untuk sebagian terdiri dari kekayaan Daerah yang dipisahkan setelah dikeluarkan zakat yang dipandang perlu; dan selanjutnya."

Bagi koperasi yang anggota-anggotanya orang Islam, pengaturan zakat ini hukumnya wajib, sebab zakat merupakan salah satu dari rukun Islam, yang wajib dijalankan oleh setiap umat Islam. Sedikit pedoman yang saya bicarakan dalam pelajaran berikut ini kiranya cukup untuk dipergunakan seperlunya. Bagi orang yang menginginkan pelajaran zakat yang lebih mendalam lagi, saya anjurkan untuk menelaah kitab Figh yang lebih besar lagi, misalnya: "Kitab Mutiara Hadist 2002", karangan Prof. M. Hasbi Ash Shiddiegy. Jilid III, Buku Ke-XII, Soal-soal Zakat, halaman 409-565.

223. DASAR HUKUM KEWAJIBAN MEMBAYAR ZAKAT Dalam beberapa undang-undang ada ketentuan yang mewajibkan perusahaan yang bersangkutan membayar zakat. Ketentuan undang-undang ini merupakan dasar hukum bagi perusahaan yang bersangkut-an untuk membayar zakat. Misal undang-undang tersebut ialah: a. UU No. 5 Tahun 1962 (L.N. 1962-10), tentang "Perusahaan Dae-

rah", Pasal 25, ayat (2), huruf "B" (bunyinya lihat pelajaran 222);

220

Page 235: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

b. Dalam "Penjelasan UU No. 5 Tahun 1962 tersebut (T.L.N. No. 2387), Penjelasan pasal demi pasal, Pasal 25 alinea 10, berbunyi: "Dalam pasal ini dimaksudkan zakat bagi perusahaan yang modalnya untuk sebagian terdiri dari kekayaan Daerah yang dipisahkan. Pemerintah Daerah mengatur supaya dalam hal ini diikuti petunjuk dari Menteri Agama."

c. UU No. 12 Tahun 1967 (L.N. 1967-23), tentang "Pokok-pokok Per- koperasian," Pasal 34 tidak ada ketentuan mengenai zakat, tetapi dalam "Penjelasannya (T.L.N. No. 2832), Penjelasan pasal demi pasal, mengenai Pasal 34, alinea 3 (bunyinya lihat pelajaran 222). Dari apa yang tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa

ada dua sistem untuk mengatur zakat, yaitu dalam diktum undang-undangnya sendiri, dan yang lain dalam "Penjelasannya". Kesemuanya itu hanya merupakan dasar hukum, dan penjabaran selanjutnya menge-nai zakat itu harus dilakukan dalam anggaran dasar. Pada hemat saya masih ada sistem ketiga yang bisa menjadi dasar hukum pengeluaran zakat, yaitu keputusan rapat anggota. Meskipun dalam diktum mau-pun dalam penjelasannya tidak ada ketentuan tentang zakat, persoalan zakat itu dapat dilaksanakan melalui keputusan rapat anggota, meng-ingat bahwa rapat anggota koperasi adalah alat perlengkapan koperasi yang paling berkuasa.

224. PERATURAN ZAKAT

Zakat ialah rukun Islam yang keempat, yang mewajibkan setiap Mus-lim, apabila mempunyai harta kekayaan sampai pada nisab tertentu dan telah diusahakan/disimpan selama satu tahun, wajib membayar sejumlah uang atau mengeluarkan barang/binatang tertentu. Untuk jelasnya, saya memandang perlu untuk menerangkan lebih lanjut lagi sebagai berikut di bawah ini: a. Rukum Islam, yaitu kewajiban yang harus dijalankan oleh setiap

muslim (orang yang beragama Islam) ada lima, yaitu: mengucapkan shahadat dua, salat, puasa, zakat dan menunaikan ibadah Haji, kalau mampu, sehat serta tidak ada halangan. Zakat ini hukumnya wajib bagi setiap muslim, juga bagi perusahaannya;

b. Seorang muslim dan perusahaannya, yang harta kekayaannya sudah sampai pada nisabnya, yalari sampai pada batas, di mana si pernilik di-wajibkan membayar zakat, harus mengeluarkan zakatnya; misalnya: 1) Nisab binatang unta adalah 5 ekor, artinya: seseorang yang memi-

lilci unta sebanyak 5 ekor atau lebih, diwajibkan membayar zakat;

221

Page 236: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

a. fakir, yaitu orang yang hanya mempunyai harta kurang dari nisab; b. miskin, yaitu orang yang tidak mempunyai apa-apa; c. Amil, yaitu orang yang diberi tugas (diangkat) untuk mengambil

dan pengurus zakat; d. mualaf, yaitu orang yang baru saja memeluk agama Islam; e. hamba, yaitu budak belian yang mendapat hak dan tuannya

untuk menebus dirinya dengan uang; f. orang yang mempunyai utang, yang hartanya kurang dari nisab; g. sabilillah, yaitu tentara yang berperang di jalan Allah; h. musafir, yaitu orang dalam perjalanan yang kekurangan biaya/

bekal.

E. KEDUDUKAN HUKUM KOPERASI INDONESIA

226. KOPERASI ADALAH BADAN HUKUM Bahwa perkumpulan koperasi adalah badan hukum, dapat dibuktikan: a. Pasal 41 UKO-67, yang berbunyi: "Koperasi yang akta pendirian-

nya disahkan menurut ketentuan undang-undang ini adalah badan hulcum."

b. Pasal 45 UKO-67 berbunyi: "Sejak tanggal pendaftaran sebagai dimaksud dalam Pasal 44 ayat (3) UKO-67, koperasi yang ber- sangkutan adalah badan hukum, sehingga hak dan kewajiban yang timbul serta ikatan yang diadakan atas namanya sebelum tanggal pendaftaran tersebut, seketika itu beralih kepadanya." Dan pasal-pasal tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa

perkumpulan koperasi adalah badan hukum. Karena badan hukum adalah subyek hukum, maka dia dapat memiliki hak dan kewajiban. Begitupun koperasi, karena menurut undang-undang koperasi adalah badan hukum, maka koperasi adalan subyek hukum, yang bisa memiliki hak dan kewajiban, karenanya semua perikatan hukum yang dibuat atas namanya, menjadi tanggung jawab koperasi sebagai badan hukum. Terhadap pihak ketiga, semua perikatan yang dibuat atas namanya menjadi tanggung jawab koperasi. Tanggung jawab koperasi terhadap pihak ketiga, yang merupakan suatu kerugian bagi koperasi, adalah sama sekali terpisah dengan tanggung jawab pengurus atau anggota pengurus yang berbuat lalai atau dengan sengaja, sehingga menimbul-kan kerugian bagi koperasi. Tanggung jawab pengurus tersebut adalah tanggung jawab terhadap koperasi dan bukan terhadap pihak ketiga.

Sebagai badan hukum, koperasi adalah subyek hukum, yang bisa

224

Page 237: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

memiliki hak dan kewajiban sendiri, terlepas dari tanggung jawab pengu-rus dan anggota koperasi. Pada perseroan terbatas, semua perikatan, yang dilakukan atas namanya menjadi tanggung jawab perseroan yang bersangkutan, sedangkan tanggung jawab para pesero, terbatas pada jumlah saham yang dimilikinya (Pasal 40 ayat (2) KUHD), tidak lebih luas dari itu. Tetapi pada badan hukum koperasi agak lain keadaannya. Kelalaian itu terletak pada keadaan bahwa para anggota koperasi bisa bertanggung jawab secara tidak terbatas. Pasal 36 ayat (2) berbunyi: "Tanggungan anggota dapat bersifat tanggungan terbatas atau tanggungan tidak terbatas; setiap anggaran dasar koperasi me-muat salah satu sifat tanggungan tersebut di atas." Dan ketentuan ini dapat diambil kesimpulan, bahwa koperasi itu ada dua macam, yakni: 1) Koperasi yang anggotanya bertanggung jawab terbatas (Pasal 36

ayat (3) UKO-67). Jadi, seperti perseroan terbatas atau badan hu-kum lainnya (Pasal 40 ayat (2) KUHD, bsd. Pasal 1, S. 1870-64);

2) Koperasi yang anggotanya bertanggung jawab tidak terbatas. seperti persekutuan firma atau komandeter (Pasal 18 KUHD); Keanehan sifat badan hukum koperasi ini meluas pada: a) Para anggota koperasi yang sudah keluar, tidak bebas dari kewa-

jiban untuk menanggung kerugian, sepanjang kerugian itu timbul sebagai salah satu kejadian, di mana yang bersangkutan masih menjadi anggota, dengan ketentuan bahwa saat keluarnya ang-gota tersebut belum lewat 12 bulan (Pasal 36 ayat (4) UKO-67);

b) Pada waktu pembubaran koperasi, bila ada anggota-anggota se-bagai penanggung kerugian koperasi seperti tersebut di atas, temyata tidak mampu untuk membayar penuh jumlah tanggung-jawab, maka anggota lain diharuskan menanggung kewajiban mereka yang tidak mampu itu, masing-masing sama besarnya (Pasal 36 ayat (5) UKO-67).

Dari kenyataan tersebut di atas, saya berpendapat bahwa sifat badan hukum yang ada pada perkumpulan koperasi tidak penuh, tidak seperti yang ada pada perseroan terbatas. Hal ini disebabkan karena adanya asas kekeluargaan dan kegotong-royongan pada kumpulan koperasi (Pasal 5 UKO-67).

227. PENDIRIAN, PENDAFTARAN, DAN PENGUMUMAN KOPERASI Mengenai pendirian, pendaftaran dan pengumuman perkumpulan koperasi diatur dalam pasal 44 sampai dengan 46 UKO-67, yang sing-katnya sebagai berikut:

225

Page 238: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

a. Beberapa orang pendiri mengadakan rapat pembentukan koperasi, sesudah mana dibuat berita acara, yang memuat catatan tentang jumlah anggota dan nama mereka yang diberi kuasa untuk menan-datangani akta pendirian;

b. Para pendiri mengajukan akta pendirian, dengan dilampiri berita acara seperti tersebut di atas kepada Pejabat Koperasi (disinglcat: Pejabat), yakni Pejabat yang diangkat oleh dan mendapat kuasa khusus dari Menteri, yang diserahi urusan perkoperasian. Akta pendirian itu dibuat rangkap dua, satu di antaranya bermeterai;

c. Jika Pejabat berpendapat bahwa akta pendirian itu tidak berten-tangan dengan undang-undang koperasi, maka akta pendirian itu didaftar dalam Buku Daftar Umum yang disediakan untuk ke-perluan itu di kantor Pejabat;

d. Tanggal pendaftaran akta pendirian berlaku sebagai tanggal resmi berdirinya koperasi;

e. Kedua buah akta pendirian tersebut dibubuhi tanggal, nomor pen-daftaran serta tanda pengesahan oleh Pejabat atas kuasa Menteri. Akta pendirian yang bermeterai dikirim kepada pendiri koperasi yang bersangkutan, sedangkan yang tidak bermeterai disimpan di kantor Pejabat;

f Jika ada perbedaan antara kedua buah akta pendirian tersebut, maka akta pendirian yang disimpan di kantor Pejabat dianggap yang benar;

g. Pejabat mengumumkan setiap pengesahan akta pendirian koperasi dalam Berita Negara RI;

h. Buku Daftar Umum beserta akta-akta pendirian koperasi yang disimpan di kantor Pejabat dapat dilihat oleh siapa saja dengan cuma-cuma. Salinan atau petikan akta-akta pendirian tersebut dapat diperoleh dengan mengganti biaya;

i. Dalam jangka waktu selambat-lambatnya 6 bulan sejak surat per-mohonan diterima, Pejabat hams memberi pengesahannya;

j. Kalau Pejabat tidak setuju dengan akta pendirian itu, tiga bulan sebelum berakhirnya jangka waktu 6 bulan tersebut di atas, Pejabat hams sudah memberikan penolakannya secara tertulis, yang me-muat alasan-alasan, dikirim dengan pos tercatat kepada pendiri, sedang tembusannya dikirim kepada Pejabat yang lebih tinggi dan kepada Menteri;

k. Dalam waktu selambat-lambatnya 3 bulan sejak penolakan itu di-terima, para pendiri dapat mengajukan banding kepada Menteri, yang keputusannya merupakan keputusan terakhir.

226

Page 239: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

228. IS! AKTA PENDIRIAN Pasal 43 UKO-67 berbunyi sebagai berikut: "(1) Badan hukum koperasi termaksud dalam Pasal 41 dinyatakan dalam akta pendirian yang memuat anggaran dasar yang tidak boleh bertentangan dengan undang-undang ini; (2) Menteri menentukan pedoman tentang isi dan cara-cara penyusunan anggaran dasar koperasi."

Oleh karena ketentuan tersebut dinyatakan bahwa akta pendirian itu memuat anggaran dasar. Jadi, istilah "akta pendirian koperasi" itu sudah termaksud di dalamnya "anggaran dasar". Mengenai anggaran dasar ini Menteri diwajibkan memberi pedoman tentang isi dan cara-cara penyusunannya.

Pada dasarnya tiap-tiap koperasi harus menyusun anggaran dasar-nya sendiri. Untuk menghindari kekeliruan, maka Menteri memberi-kan pedoman tentang isinya, sebagai berikut:

1) Nama, peketjaan serta tempat tinggal pars pendiri koperasi; 2) Nama lengkap dan nama singkatan koperasi; 3) Tempat kedudukan koperasi dan daerah kerjanya; 4) Maksud dan tujuan; 5) Ketegasan usaha; 6) Syarat-syarat keanggotaan; 7) Ketetapan tentang permodalan; 8) Peraturan tentang tanggung jawab anggota; 9) Peraturan tentang pimpinan koperasi dan kekuasaan anggota;

10) Ketentuan tentang quorum rapat anggota; 11) Penetapan tahun buku; 12) Ketentuan tentang sisa hasil usaha pada akhir tahun buku; 13) Ketentuan mengenai sisa kekayaan bila koperasi dibubarkan.

229. PERBEDAAN DAN PERSAMAAN ANTARA KOPERASI DAN PERSE-ROAN TERBATAS

A. Perbedaan 1. Undang-undang menentukan bahwa perkumpulan koperasi adalah

perkumpulan orang-orang atau badan-badan hukum koperasi (Pasal 9 ayat (1) UKO-67). Sedangkan perseroan terbatas bukan-lah perkumpulan orang-orang, tetapi perkumpulan modal. Anggo-ta perkumpulan koperasi disebut "anggota", sedangkan anggota perseroan terbatas disebut "pesero" atau pemegang saham.

2. Keanggotaan koperasi dibuktikan dengan pencatatan dalam Bu-

227

Page 240: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

ku Daftar Anggota yang diselenggarakan oleh pengurus koperasi di Kantor Koperasi (Pasal 9 ayat (2) UKO-67), sedangkan kedu-dukan sebagai pesero dapat dibuktikan dengan dimilikinya sejum-lah sero-sero dari perseroan yang bersangkutan.

3. Pada perseroan terbatas, saham adalah dasar dari penyertaan dalam modal, sedangkan pada perkumpulan koperasi, penyertaan dalam modal adalah akibat dari keanggotaan.

4. Saham pada prinsipnya dapat dialihkan kepada orang lain, tetapi keanggotaan perkumpulan koperasi tidak dapat dialihkan kepada orang lain (Pasal 11 ayat (3) UKO-67).

5. Tentang keluar-masuknya anggota koperasi, meskipun dengan syarat-syarat tertentu, diatur dengan baik, tetapi tentang keluar-masuknya para pesero pada perseroan terbatas tidak diatur.

6. Modal perseroan dalam koperasi tidak ada, tetapi modal perse-roan dalam perseroan terbatas merupakan unsur penting. Modal koperasi terdiri dari kumpulan uang simpanan para anggota, pin-jaman, penyisihan hasil usaha koperasi, termasuk modal cadangan serta sumber-sumber lain (Pasal 32 UKO-67).

7. Tanggung jawab para pesero, terbatas pada saham yang dimi-likinya (Pasal 40 ayat (2) KUHD), sedangkan anggota koperasi, meskipun koperasi adalah badan hukum, ada yang mempunyai tanggung jawab terbatas dan ada yang tanggungannya tidak terbatas (Pasal 36 ayat (2) UKO-67).

8. Peranan Pemerintah pada perkumpulan koperasi sangat besar dan diatur dalam undang-undang secara terperinci (Pasal 37 s/d 40 UKO-67), sedangkan perananan Pemerintah dalam perseroan terbatas tidak ada, kecuali pada waktu mengesahkan akta pen-dirian yang pertama, perubahan serta perpanjangan waktu perse-roan (Pasal 36 ayat (2) KUHD).

9. Kriterium pembagian sisa hasil usaha bagi para pesero, se-imbang dengan jumlah saham yang dimilikinya, tetapi kriterium pembagian sisa hasil usaha bagi anggota koperasi sebanding dengan jasa yang diberikan (Pasal 34 ayat (3) huruf b UKO-67, Penjelasan Pasal 5 alinea (3).

10. Instansi yang berwenang mengesahkan akta pendirian kope-rasi adalah Pejabat yang diberi kuasa khusus oleh Menteri yang diserahi urusan perkoperasian, sedangkan instansi yang berwe-nang mengesahkan akta pendirian perseroan terbatas adalah Men-teri Kehakiman (Pasal 42 UKO-67 dan Pasal 36 ayat (2) KUHD).

228

Page 241: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

B. Persamaan a. Baik koperasi maupun perseroan terbatas adalah badan hukum; b. Baik koperasi maupun perseroan terbatas memiliki harta kekayaan

sendiri, terpisah dari harta kekayaan anggota atau peseronya; c. Organisasi koperasi dan perseroan terbatas hampir sama; d. Lingkungan kerja koperasi pada umumnya hanya terbatas pada

para anggotanya, tetapi bila sebuah koperasi meluaskan lingkungan kerjanya sampai pada pihak ketiga, tidak kehilangan sifatnya sebagai koperasi. Sedangkan lingkungan kerja perseroan terbatas memang sampai pada pihak ketiga.

F. PERUBAHAN ANGGARAN DASAR, PEMBUBARAN, PE-NYELESAIAN, DAN HAPUSNYA BADAN HUKUM KOPE-RASI

230. PERUBAHAN ANGGARAN DASAR Dalam hal terjadi perubahan anggaran dasar, maka berlakulah tata cara sebagai diharuskan pada waktu pendaftaran koperasi yang pertama, (Pasal 44 UKO-67). Beberapa akta tersebut ini dikirim kepada pejabat, yaitu: a. akta perubahan; b. petikan berita acara tentang rapat anggota perubahan anggaran

dasar, yang antara lain memuat: 1) jumlah anggota dan yang hadir pada rapat anggota tersebut; 2) nama mereka yang diberi kuasa untuk menanda tangani akta

perubahan. Pejabat yang telah menerima permohonan pengesahan perubahan

anggaran dasar tersebut, selambat-lambatnya 6 bulan sejak diterimanya permohonan tersebut hams sudah memberi pengesahan (Pasal 47 ayat (2) bsd. 46 UKO-67). Kalau pejabat keberatan atas permohonan tersebut, dalam waktu 3 bulan sejak permohonan itu diterima, hams memberikan penolakan tertulis dan dalam jangka waktu 3 bulan sejak jawaban itu diterima, para pemohon dapat mengajukan banding kepada Menteri, yang akan memberi keputusan terakhir.

Mendahului pengesahan formil, secara de fakto pejabat dapat menyatakan pengesahannya atas keputusan rapat anggota tentang perubahan anggaran dasar, sehingga perubahan anggaran dasar ter-sebut dapat langsung berlaku dan dipergunakannya. Hal ini hanya dapat dilakukan bila pejabat sendiri turut menghadiri rapat tersebut (penjelasan Pasal 47 UKO-67).

229

Page 242: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

23L PEMBUBARAN KOPERASI Persoalan pembubaran koperasi ini diatur dalam Pasal 49, 50, dan 51 UKO-67. Menurut Pasal 49 UKO-67 ada dua kemunglcinan koperasi dibubarkan, yaitu oleh rapat anggota dan Pejabat. Pembubaran koperasi dilakukan oleh Pejabat, bila ada alasan-alasan tersebut di bawah ini: a. Terdapat bukti-bukti bahwa koperasi yang bersangkutan sudah tidak

lagi memenuhi ketentuan-ketentuan undang-undang koperasi; b. Kegiatan-kegiatan koperasi bertentangan dengan ketertiban umum

atau kesusilaan; c. Koperasi yang bersangkutan dalam keadaan sedemikian rupa,

sehingga tidak dapat diharapkan lagi kelangsungan hidupnya. Pembubaran koperasi dinyatakan dalam surat keputusan Pejabat, di-

catat dalam Buku Daftar Umum Koperasi dan diumumkan dalam Berita Negara RI. Pembubaran koperasi atas kehendak rapat anggota dila-kukan oleh Pejabat setelah is menerima permintaan resmi dari pengurus koperasi yang bersangkutan atau dari mereka yang telah dikuasakan khusus untuk itu. Dalam surat permintaan itu dilampirkan petikan berita acara rapat anggota pembubaran koperasi itu. Dalam surat permintaan tersebut diusulkan orang-orang yang ditunjuk sebagai penyelesai.

Pembubaran koperasi oleh Pejabat berdasarkan alasan-alasan se-bagai tersebut di atas, dilakukan menurut prosedur sebagai berikut: a. Pejabat memberitahukan maksudnya untuk membubarkan koperasi

yang bersangkutan atas dasar salah satu atau lebih alasan tersebut di atas, yang dikirimkan kepada pengurus dengan surat tercatat atau secara lain yang dapat dipertanggungjawabkan;

b. Dalam jangka waktu 3 bulan sejak tanggal diterimanya surat pem-beritahuan dari Pejabat tersebut, pengurus atau paling sedikit se-persepuluh dari jumlah anggota koperasi yang bersangkutan dapat mengajukan keberatannya kepada Menteri, yang tindasarmya diki-rim kepada Pejabat;

c. Menteri harus menyatakan pendapatnya secepat mungkin kepada Pejabat dan Pejabat selanjutnya mengambil keputusan sesuai dengan pendapat Menteri tersebut. Koperasi bubar sejak tanggal yang ditetapkan dalam surat keputus-

an Pejabat tentang pembubaran koperasi yang bersangkutan. Tanggal pembubaran itu juga dicatat dalam Buku Daftar Umum di Kantor Pejabat.

232. PENYELESAIAN KOPERASI YANG BUBAR Koperasi yang bubar berdasar surat keputusan Pejabat, tidak berarti

230

Page 243: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

bahwa koperasi itu tidak perlu lagi menyelesaikan hak dan kewajiban-nya yang masih ada. Koperasi yang bubar itu masih tetap berstatus badan hukum, sampai seluruh hak dan kewajibannya diselesaikan. Koperasi yang dinyatakan bubar oleh Pejabat itu masih mempunyai hak dan kewajiban, yang harus diselesaikan oleh orang-orang yang ditunjuk untuk tugas itu, yaitu "penyelesai." Di tempat lain saya dalam hal ini mempergunakan istilah "pemberesan", dan orang yang melakukan tugas itu disebut "pemberes." Kedua istilah itu pada hemat saya adalah sama, terserah kepada pemakai.

Tentang soal penyelesaian ini diatur dalam Pasal 52 dan 53 UKO-67. Menurut Pasal 52 UKO-67, surat keputusan Pejabat tentang pem-bubaran koperasi itu memuat juga penunjukan satu atau beberapa orang penyelesai, yang diberi tugas melaksanakan penyelesaian, yang hak dan kewajibannya sudah tersusun dalam Pasal 52 dan 53 UKO-67, yang singkatnya adalah sebagai berikut: a. Sejak tanggal dikeluarkannya surat keputusan Pejabat tentang

pembubaran koperasi, penyelesai secara sah sudah dapat melaku-kan tugasnya;

b. Penyelesai bertanggung jawab kepada Pejabat; c. Penyelesai dapat melakukan segala perbuatan hukum untuk dan

atas nama koperasi, mewakilinya di dalam dan di luar pengadilan; d. menetapkan jumlah bagian tanggungan yang hams dibayar oleh

masing-masing anggota dan bekas anggota; e. menetapkan oleh siapa dan menurut perbandingan bagaimana biaya

penyelesaian hams dibayar; f. mempergunakan sisa kekayaan koperasi sesuai dengan anggaran

dasar atau keputusan koperasi yang terakhir; g. menetapkan siapa yang berkewajiban menyimpan arsip koperasi; h. menetapkan pembayaran biaya penyelesaian dan pembayaran

utang lainnya; i. penyelesai membuat berita acara tentang penyelesaian koperasi

kepada Pejabat. Pada hemat saya tugas penyelesaian tersebut di atas dapat disisti-

matisir sebagai berikut: 1. menginventarisasi semua harta kekayaan koperasi; 2. melakukan penagihan kepada para debitur koperasi; 3. menetapkan sejtunlah uang sebagai tanggungan masing-masing

anggota serta bekas anggota; 4. membayar utang koperasi, termasuk biaya penyelesaian;

231

Page 244: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

5. mempergunakan sisa kekayaan koperasi sesuai dengan ketentuan yang ada;

6. menetapkan siapa yang berkewajiban untuk menyimpan arsip ko-perasi;

7. membuat laporan lengkap kepada pejabat.

233. HAPUSNYA BADAN HUKUM KOPERASI Dengan adanya laporan penyelesaian tentang pelaksanaan pemberesan koperasi, maka Pejabat mengumumkan selesainya penyelesaian ko-perasi yang bersangkutan dalam Berita Negara RI. Sejak tanggal pengumuman tersebut dalam Berita Negara RI, maka hapuslah status badan huh= koperasi yang dibubarkan itu.

232

Page 245: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

BAB VIII PERKUMPULAN SALING MENANGGUNG

234. SIFAT DAN PENGERTIAN Pasal 286 KUHD berbunyi: "De wederkerige verzekerings — of waarborgmaatschapp j en worden door hare overeenkomsten en reglementen geregeerd, en bij onvolledigheid naar de beginselen van het recht dan seterusnya." (Perkumpulan sating menanggung/ menjamin diatur oleh perjanjian atau reglemennya dan, kalau ini tidak lengkap, menurut asas-asas hukum umum dan seterusnya). Se-lanjutnya Pasal 308 KUHD berbunyi: "Onder deze afdeling zijn niet begrepen weduwenfondsen, tontines, maatschappijen van onder-linge levensverzekering, en andere dergelijke overeenkomsten op levens — en sterfekansen gegrond, waartoe ene inlage of enen bepa-alde bijdrage, of beide, gevorderd wordt" (Dalam bagian ini tidak termasuk dana janda, tontines, perkumpulan asuransi jiwa timbal balik dan perkumpulan semacam itu yang didasarkan atas mati-hidupnya seseorang, untuk mana diharuskan adanya iuran atau bantuan tertentu atau kedua-duanya).

Sebelum melanjutkan pelajaran ini, lebih dulu saya akan menerang-kan beberapa istilah hukum yang terdapat dalam Pasal 286 dan 308 KUHD tersebut: 1. Tontines. Istilah ini diambil dari nama seorang Italia (Tonti), penemu

lembaga hukum tersebut, yang bekerja di Prancis pada abad ke-17. Lembaga ini adalah semacam "onderlinge levensverzekering" (pertanggungan jiwa timbal balik) atau "overlevingskas" (dana bagi yang tinggal hidup). Polak' ) mengatakan: "Tontines, die vroeger in Frankrijk veel voorkwamen, zijn vereniging waarbij een aantal menschen, die ieder recht hebben op een zekere kapitaal of een zekere rente, overeenkomen dat deze na hun dood zullen toekomen aan de nog levende deelgenoten, zodat de laatst overlevende alles, zullen krijgen (overlevingskassen) — (Tontines, dulu banyak di Prancis, adalah perkumpulan terdiri dari sejumlah orang, yang

Polak, Handboek, I, druk 5, hlm. 440.

233

Page 246: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

masing-masing mempunyai hak atas sejumlah modal atau rente tertentu, yang saling berjanji bahwa modal atau rente itu sesudah mereka meninggal dunia, jatuh pada anggota yang masih hidup, sehingga anggota yang hidup paling akhir akan mendapat seluruh dana itu).

2. Wederkerige of onderlinge verzekerings of warbor gmaatschappijen (Perkumpulan saling menanggung/menjamin). Molengraaff mengatakan: "Wederkerige of onderlinge verzekerings — of waar-borgmaatschappijen zijn verenigingen van verzekeringnemers: vereniging tot uitoefening van een verzekeringbedrijf ten behoeve van leden, met Bien verstande, dat het lidmaatschap een overeen-komst van verzekering mer de vereniging in zich sluit" (Perkum-pulan saling menanggung atau menjamin adalah perkumpulan dari pengambil asuransi, perkumpulan yang melaksanakan perusahaan asuransi untuk para anggotanya, dengan pengertian, bahwa keang-gotaan dengan perjanjian pertanggungan menjadi satu dalam per-kumpulan).

3. Maatschappijen van onderlinge levensverzekering (Perkumpul-an asuransi jiwa timbal balik). Yang dimaksud dengan "Maatschap-pij van onderlinge levensverzekering" ialah "wederkereige verze-kerings — of waarborgmaatschappij di Indonesia, yang bertujuan untuk menyelenggarakan perusahaan asuransi jiwa" (Ordonansi Perusahaan Asuransi Jiwa, S. 1941-101, tanggal 15 April 1941, Pasal 1, ayat (1) huruf e).

4. Onderlinge waarborgmaatschappij (Perkumpulan saling menja-min). Dalam hal ini Polak mengatakan:' ) De onderlinge waar-borgmaatschappij is zodanige, waarvan de leden zich verbinden tot het betalen van een inleg of van doorlopende bijdrage, en welke ten doel heeft aan de leden of aan derden onder omstandigheden waarvan het ontstaan, of het tijdstip waarop zij zullen voorkomen, onzeker is, een uitkering in geld te doen of iets anders te verstrek-ken" (Perkumpulan saling mengikatkan diri untuk membayar iuran atau bantuan yang terus-menerus, yang bertujuan untuk kepada anggota-anggotanya atau pihak ketiga dalam keadaan yang timbul atau saat yang akan datang, yang tidak pasti, membayar sejumlah uang atau memberikan sesuatu yang lain).

2) Molengraaff, Leidraad, I, Druk 9, hlm. 337. " Polak, Hanboek, I, Druk 5, hlm. 436.

234

Page 247: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

5. Weduwenfonds (dana janda), suatu dana yang mempunyai tujuan tertentu, tetapi bukan badan hukum, jadi, bukan yayasan (stichting). Fockema Andreae ) mengatakan: "Weduwenfonds of — beurs, is onderlinge verzekering tot uitkering van zekere bedragen op levens — of sterftekansen gegrond en waartoe een inlage of een bepaalde bijdrage, of beide, gevorderd wordt (Dana atau tunjangan janda adalah perkumpulan asuransi jiwa timbal balik dengan tujuan untuk membayar sejumlah uang tertentu berdasarkan atas kemungkinan hidup atau matinya seseorang dan untuk itu diwajibkan membayar iuran atau bantuan tertentu atau kedua-duanya).

Untuk pelaksanaan perusahaan asuransi, KUHD mengenal dua macam "onderlinge maatschappijen", dengan nama "wederkerige verzekerings — of waarborgmaatschappijen" (Pasal 286 KUHD) dan "maatschappijen van onderlinge levensverzekering" (Pasal 308 KUHD). Perkumpulan macam ini membedakan diri dengan perkum-pulan macam lain dengan adanya kata "wederkerig" atau "onderling".

Mengenai perkataan "wederkerig" (timbal balik) tidak mem-berikan ciri khas pada perkumpulan khusus jenis di atas, sebab setiap asuransi dapat dikatakan "wederkerig" (timbal balik), yakni: tertanggung membayar premi dan penanggung membayar ganti rugi, kalau evenemen (peristiwa tak pasti — bahaya) itu datang dan merugikan tertanggung. Meskipun begitu, perusahaan asuransi yang berbentuk perseroan terbatas tidak dinamakan perkumpulan asuransi yang "wederkerig" atau "onderling" dalam pengertian undang-undang. Pertama kali orang mencari kriterium "onderlinge verzekering" dalam keadaan, pada perusahaan asuransi biasa, tertanggung berkewajiban membayar premi dengan jumlah uang tertentu, sedang pada "onderlinge verzekering" tertanggung mem-bayar premi tidak dengan jumlah uang tertentu, tetapi tergan-tung pada seluruh jumlah kerugian yang diderita. Kemudian kriterium ini tidak bisa dipakai pada waktu sekarang, sebab sekarang banyak "onderlinge verzekering" yang menetapkan premi dengan jumlah tetap. Juga mengenai modal perseroan tidak menjadi ciri khas, sebab "onderlinge verzekering" dapat membentuk modal perseroan dan uang iuran yang diberikan oleh para anggota. Juga ciri bahwa "onderlinge verzekering" membagi keuntungan kepada para peserta (pengambil asuransi) tidak merupakan ciri yang me-

Fockema Andreae, Rechtsgeleerd Handwoordenboek, Druk 2, hlm. 117.

235

Page 248: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

nentukan, sebab perusahaan asuransi biasa juga ada yang mem-bagikan keuntungan kepada para tertanggung. 5) Akhirnya orang mencari kriterium "onderlinge verzekering" pada suatu kenyataan bahwa pada perusahaan asuransi yang berbentuk perseroan ter-batas kekuasaan yang tertinggi terletak pada keseluruhan pe-megang saham, sedang pada "onderlinge verzekering" pada kese-luruhan anggota yang juga merupakan tertanggung. Di sini ada kedudukan rangkap yakni sebagai anggota yang merangkap sebagai tertanggung. Bila di antara para anggota tidak ada hubungan perkumpulan, sebagai yang ada pada "dana sakit atau dana kema-tian" (zieken — en begrafenisfondsen), maka lembaga itu bukan "onderlinge verzekering", tetapi perusahaan perseorangan atau sua-tu badan hukum yang menutup perjanjian asuransi, tidak mengikat suatu "dana", tetapi diri sendiri.

Dan keterangan-keterangan tersebut di atas, maka dapat disim-pulkan bahwa pengertian "perkumpulan saling menanggung" dalam KUHD mempunyai 2 bentuk, yaitu sebagai "wederkerige verze-kerings — of waarborgmaatschappij" dan "onderlinge levens-verzekering maatschappij" (Pasal 286 dan 308 KUHD). Ciri khas dari perkumpulan jenis ini ialah bahwa alat perlengkapan yang memi-liki kekuasaan tertinggi adalah para anggota yang merangkap men-jadi tertanggung. Kedua macam perkumpulan tersebut termasuk dalam bidang hukum asuransi atau hukum pertanggungan.

235. SEJARAH Kenyataan menunjukkan bahwa perkumpulan saling menanggung/ menjamin itu hanya diatur secara selayang pandang dalam Pasal 286 KUHD dan perkumpulan asuransi timbal balik hanya disinggung saja dalam Pasal 308 KUHD, adalah tidak sesuai dengan sejarahnya. Ber-beda dengan perkumpulan koperasi, yang timbul baru-baru saja, maka perkumpulan saling menanggung/menjamin dan perkumpulan asuransi timbal balik timbul sejak abad yang lalu; dan hidup di lingkungan tertutup dari orang-orang yang alat-alatnya serba terbatas. Sekarang pun per-kumpulan semacam itu masih ada. 6) Meskipun perkumpulan koperasi baru-baru saja timbulnya, tetapi undang-undang yang mengatur ko-perasi sudah banyak dan silih berganti.

6) Vollmar, Het Ned. Handelsrecht, I, Druk 8, No. 227. 6) Willmar, Het Ned. Handelsrecht, 1, Druk 8, No. 228.

236

Page 249: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

236. STATUS HUKUM DAN BENTUK Persoalan apakah perkumpulan saling menanggung/menjamin (weder-kerige verzekerings — of waarborgmaatschappijen) itu badan hukum atau bukan, merupakan suatu perselisihan yang berlaku lama sejak dulu, sampai timbulnya arrest H.R. tanggal 20 October 1865, 7) yang menetapkan bahwa perkumpulan saling menanggung/menjamin itu adalah "zedelijk lichaam" dalam anti Bab IX, Buku III, KUHPER. Dengan arrest H.R. tersebut status hukum perkumpulan sating me-nanggung/menjamin sudah tetap, yaitu sebagai "zedelijk lichaam" (per-kumpulan yang khusus diatur dalam Bab IX, Buku III, KUHPER, yaitu Pasal 1633 s/d 1665). Menurut pasal 1654 KUHPER, perkum-pulan saling menanggung/menjamin itu berwenang untuk melakukan perbuatan hukum (burgerlijke handeling), yang berarti bahwa perkum-pulan saling menanggung/menjamin itu adalah badan hukum.

Persoalan apakah perkumpulan saling menanggung/menjamin sebagai badan hukum perlu minta pengesahan akta pendirian serta anggaran dasarnya kepada Pemerintah sesuai dengan K.B. 28 Maret 1870, S. 1870-64, tentang "Rechtspersoonlijkheid van Verenigingen"? Pasal 10 dari S. 1870-64 tersebut berbunyi: "De bepalingen der voorafgaande artikelen zijn niet van toepassing op maatschappen of vennootschappen, wederkerige verzekering — of waarborgmaat-s chapp j en en scheepsrederijen. De bepalingen v.h. B.W. en W.v.K. blijven op deze onderwerpen van toepassing ..." (Ketentuan-keten-tuan dalam pasal-pasal yang dahulu, tidak berlaku pada persekutuan perdata (maatschap) dan persekutuan-persekutuan lainnya, perkum-pulan saling menanggung/menjamin dan rederij kapal. Ketentuan-ketentuan dalam KUHPER dan KUHD tetap berlaku pada hal-hal tersebut...). Jadi, sebagai kesimpulan dapat dikatakan bahwa per-kumpulan saling menanggung/menjamin untuk bertindak sebagai badan hukum tidak perlu minta pengesahan anggaran dasarnya kepada Pemerintah, dan berdasar Pasal 1654 KUHPER saja, perkumpulan saling menanggung/menjamin berwenang melakukan perbuatan hu-kum, yang berarti bahwa perkumpulan itu adalah badan hukum.

Di atas saya telah membicarakan perkumpulan saling menanggung/ menjamin (wederkerige — onderlinge — verzekerings — of waarborg-maatschappijen), yang berstatus hukum dan berbentuk "zedelijk lichaam" seperti yang dimaksud dalam KUHPER, Buku III, Bab IX,

') Arrest H.R. 20 Ocktober 1865, W. 2736.

237

Page 250: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

mulai Pasal 1653 s/d 1665. Sekarang saya akan beralih membicarakan tentang "onderlingen levensverzekeringmaatschappijen" sebagai di-maksud dalam Pasal 308 KUHD. Lembaga tersebut saya terjemahkan dengan "perkumpulan asuransi jiwa timbal balik." Pebedaan dengan perusahaan asuransi jiwa biasa terletak pada para peserta atau ang-gotanya, yang bagi pekumpulan asuransi jiwa timbal batik ialah para anggota itu merangkap tertanggung, sedangkan pada perusahaan asu-ransi jiwa yang biasa, para anggota ialah para pemegang saham, se-dang tertanggung adalah pihak dalam perjanjian asuransi jiwa dan tidak perlu menjadi pemegang saham.

Pada perkumpulan asuransi timbal balik berlalcu ordonansi tentang "Perusahaan Asuransi Jiwa" (Ordonnantie op het Levensverze-

keringbedrijf), S. 1941-101, m.b. 1 Mei 1941. Dalam ordonansi ini ada beberapa ketentuan yang perlu diketahui, yaitu: a. Pasal 1 ayat (1) huruf e berbunyi: "Yang dimaksud dengan "onder-

tinge Levensverzekering maatschappijen" ialah perkumpulan sating menanggung/menjamin, yang bekerja di Indonesia, bertujuan untuk menyelenggarakan perusahaan asuransi jiwa."

b. Pasal 14 berbunyi: "Dilarang untuk menyelenggarakan perusahaan asuransi jiwa tanpa memiliki surat keterangan, yang berisi pengakuan sebagai penanggung (verzekeraar)."

c. Pasal 20 berbunyi: "Perusahaan asuransi jiwa hanya bisa dijalankan dengan bentuk perseroan terbatas, atau perkumpulan asuransi jiwa timbal balik dalam pengertian KUHD atau maskapai Indonesia dengan saham (IMA), kecuali kalau perusahaan itu bertempat di luar Indonesia, yang dalam hal ini harus berbentuk badan hukum menurut hukum setempat." Dari kutipan pasal-pasal ordonansi perusahaan asuransi jiwa

tersebut di atas jelas, bahwa perkumpulan asuransi jiwa timbal balik mempunyai status hukum sebagai badan hukum dan hams berbentuk perseroan terbatas, perkumpulan asuransi timbal batik atau maskapai Indonesia dengan saham. Perlcumpulan asuransi timbal batik tersebut sebelum menjalankan perusahaannya harus lebih dulu mendapat surat keterangan dari "Verzekeringskamer", yang berisi pengakuan sebagai penanggung (Pasal . 14 ayat (2), S. 1941-101).

Salah satu contoh di Indonesia yang sekarang masih ada tentang bentuk perkumpulan sating menanggung ialah "Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912" (lihat Anggaran Dasamya, lampiran IV).

238

Page 251: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

DAFTAR KEPUSTAKAAN

1. Asser, Mr. C- Handleiding tot de Beoefening van het Nederlands Burgerlijk Recht, le Deel — Personenrecht, 2e stuk — Rechtspersoon, 1945;

2. Asser, Mr. C.- Handleiding tot de Beoefening van het Nederlands Burgerlijk Recht, 2e Deel- Zakenrecht, Bijzondere Deel, 2e Stuk, Bewerkt door Mr. A. van Oven, 1967;

3. Asser, Mr. C.- Handleiding tot de Beoefening van het Nederlands Burgerlijk Recht, 3e Deel, 2e Stuk. De Overeenkomst en de Verbintenis uit de Wet, 3e Druk, Bewerkt door Mr. L.E.H. Rutten, 1968;

4. Asser, Mr. C.- Handleiding tot de Beoefening van het Nederlands Burgerlijk Recht, 3e Deel, Verbintenissenrecht, 3e Stuk, Bijzondere Overeenkomsten, 3e Druk. Bewerkt door Mr. P.W. Kamphuisen, met medewerking van Mr. J. van Andel, 1960;

5. Asser, Mr. C.-

Handleiding tot de Beoefening van het Nederlands Burgerlijk Recht, Verbintenissenrecht, De Verbintenis in het Algemeen, 4e Druk, Bewerkt door Mr. L.E.H. Rutten, 1973;

6. Abdurachman, Drs. ek. A.— Ensiklopedia Ekonomi, Keuangan, Perdagangan, 1976;

7. Brakel, Mr. Dr. S. van.— Leerboek van het Nederlands Verbintenissenrecht, le Deel, 3e Druk, 1948, en 2e Deel, 2e Druk;

8. Chairul Anwar, Mr.—

Pedoman perizinan Perusahaan-perusahaan Industri dan Perdagangan, 1961; 9. Cremers, Mr. W.A.M.—

Voortgezet door Mr. J.J. van Benthem en Mr. J.C.J.v. Vucht. Wetboek van Koophandel en Faillissementsrecht;

10. Direktorat Jenderal Pembinaan Hukum, Departemen Kehakiman RI. Hak suara dalam Perseroan Terbatas, UU No. 4 Tahun 1971, — 1971;

11. Dorhout Mees, Mr. T.J.—

Ned. Handels — en Faillissementsrecht, le Deel, 7e Druk, 1976;

239

Page 252: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

12. Fockema Andreae, Mr. T.J.— Rechtsgeleerd Handwoordenboek, 2e Druk, 1951;

13. Grinten, Prof Mr. W.C.L. van der.- Handboek voor de Naamloze en Besloten Vennootschap, 8e Druk, 1971;

14. Hasbi Ash Shiddiegy, Prof. M- Kitab Mutiara Hadis 2002, Jilid III, Buku ke-XII; 1962;

15. Hofmann, Dr. L.C.- Het Ned. Verbintenissenrecht, Deel I, 6e Druk, 1941 en Deel II, 2e Druk 1942;

16. Heijden, Mr, E.J.J. van der.— Handboek voor de Naamloze Vennootschap naar Ned. Recht, bewerkt door Mr. W.C.L. van der Grinten, 8 ste Druk, 1968;

17. Hoetink, Prof. Mr. H.R.— Arresten over Handelsrecht en Burg. Procesrecht, 5e Druk, 1949;

18. Kist, Mr. JG- Beginselen van Handelsrecht volgens de Ned. Wet, Deel I, II, III, 2e Druk, 1874, 1875;

19. Komisi Istilah Bahasa Indonesia, Seksi Ilmu Hukum, Departemen P clan K; Istilah-istilah Hukum, cetakan ke-2, 1955;

20. Mahkamah Agung Indonesia Yurisprudensi Indonesia, 1964 s/d 1976;

21. Molengraaff Mr. W.L.P.A.— Leidraad bij de Beoefening v.h. Ned. Handelsrecht, Deel I, Druk 9, herzien door Mr. C.W. Star Busmann en Mr. Chr. Zevenbergen, met medewerking van Mr. G.H.C. Bodenhausen, 1953;

22. Nitisemito, Drs. ec. A.S.— Kalau Anda ingin Mendirikan Perusahaan, 1975;

23. Noyon, Mr. Ti.—, en Mr. GE. Langemeyer Het Wetboek van Straftrecht II, Druk 6, 1954;

24. Pido, Prof Mr. A.— Het Verbintenissenrecht naar het Ned. Burg. Wetboek, Druk 6, 1964;

25. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, 1976;

26. Polak, Mr. M- Handboek voor Het Ned. Handels — en Faillissementsrecht, Deel I, Druk 5, 1935;

27. Prodjodikoro, S.H., Dr. Wirjono- Asas-asas Hukum Perjanjian, cetakan ke-3;

28. Prodjodikoro, S.H., Dr. Wirjono- Hukum Perdata tentang Persetujuan-persetujuan Tertentu, cetakan ke-2;

240

Page 253: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

29. Prodjodikoro, S.H., Dr Wirjono-Hukum Perkumpulan, Perseroan dan Koperasi di Indonesia, 1969;

30. Prodjodikoro, S.H., Dr. Wirjono-Perbuatan Melanggar Hukum, cetakan ke-3;

31. Prodjodikoro, S.H., Dr. Wirjono-Sekitar Kodifikasi Hukum Perjanjian di Indonesia, 1958;

32. Rachmat Soemitro, S.H., Prof. Dr.— Penuntun Perseroan Terbatas dengan Undang-undang Pajak Perseroan, cetakan

ke-5, 1976;

33. Soekardono, S.H., Prof R.-Hukum Dagang Indonesia, jilid I, Bagian Kedua, catakan ke-3, 1964;

34. Soekardono, S.H. Prof. R.-Hukum Dagang Indonesia, Supplement Jilid I, Bagian Kedua, cetakan ke -3, UU Perkoperasian, 1965;

35. Soekardono, S.H., Prof. R.—

Prasaran mengenai RUU KUHD Nasional Indonesia, 1968; 36. Subekti, S.H., Prof R.—

Aneka Perjanjian, 1975; 37. Subekti, S.H., Prof. R.-

Hukum Pembuktian, 1964; 38. Subekti, S.H., Prof R.-

Hukum Perjanjian, cetakan Pertama, 1963; 39. Subekti, S.H., Prof. R.—dan Tjitrosoedibio,

Kamus Hukum, 1969; 40. Slaver, Prof Mr. W.J.—

Compodium v.h. Vennootschapsrecht; 41. Sulaiman Rasjid, H.—

Kitab "Fiqh Islam" cetakan ke-9, 1954; 42. Tirlaamidjaja, Mr. MH.—

Pokok-pokok Hukum Pemiagaan, 1962; 43. Vollmar. Mr. Dr. H.F.A.—

Het Ned. Handelsrecht, Deel I, Druk 9, 1953; 44. Vollmar, Mr. Dr. H.F.A.—

Vennootschappen, Verenigingen en Stichtingen, Band A en Band C; 45. Zeben, Prof. Mr. C.J. van — en Mr. T.A.W. Sterk

Arresten Handelsrecht en Burg. Procesrecht, 1974;

241

Page 254: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

DAFTAR PERSOALAN MENURUT ABJAD

Angka di belakang titik dua menunjukkan nomor pelajaran

A Alasan perubahan UU No. 14 Tabun 1965 : 198 alat perlengkapan koperasi : 212 akta pendirian. Isi- : 228 akta pendirian. Pembatasan wewenang merubah- : 179 anggaran dasar perseroan terbatas : 116 arsip persekutuan : 87 asas koperasi Indonesia : 201 asas kepentingan bersama : 21

B Badan pemeriksa : 217 bentuk perkumpulan sating menanggung : 236 bertindak di muka Hakim : 64 bukti dividen clan talon : 132

C Cadangan 171

D Dasar hukum kewajiban membayar zakat : 223 daerah kerja koperasi : 210 &liar pemegang saham : 135 dividen : 171

F Firma, Pengertian- : 84 fungsi koperasi Indonesia

200

242

Page 255: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

H Hak bersuara pemegang saham 140 hak didahulukan 131 hapusnya badan hukum koperasi : 230, 233 harga saham 125 hubungan hukum pembantu dengan pengusaha 4 hubungan hukum pengusaha dengan pihak ketiga 4, 5 hubungan persekutuan komanditer dengan daftar perusahaan 101 hukum dagang 1 hukum perikatan 1 hukum perdata 1

lkhtisar rapat

146

J Jenis koperasi

211

K Kas cadangan 122 keadaan perseroan setelah bubar 189 keanggotaan : 205 kebangsaan perseroan terbatas : 109 kekayaan perseroan terbatas 199 keputusan rapat yang sah 144 kerugian. Pembebanan- 85 kerugian. Pembagian- 30 keuntungan. Pembagian- 30, 85 kewajiban membayar zakat. Beberapa hal penting tentang- : 225 kewajiban dan hak koperasi : 206 kewenangan sekutu untuk mewakili dan bertindak ke luar : 71 komisaris. Kedudukan dan tugas- : 160 komisaris. Pemberhentian sementara- :164 komisaris. Pemecatan- : 164 komisaris limpahan : 162 komisaris. Pengangkatan- : 161 komisaris. Gaji, tantiemes dan fasilitas lainnya bagi- : 161 komisaris. Status hukum- : 163 komisaris. Hak dan kewajiban khusus- : 166

243

Page 256: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

koperasi adalah badan hukum : 226

L Landasan koperasi

19, 9 lapangan usaha koperasi

: 219

M Modal yang ditempatkan. Pengurangan- : 123 modal perseroan. Syarat penyetoran 10% dari- : 118

N nama bersama. Pengertian- 48 nama sekutu komanditer •

97 nama persekutuan. Perlindungan- • 60 neraca dan perhitungan laba rugi- 168 neraca dan daftar laba rugi. Pemberitahuan- 172

0 Obligasi 137 oligarkhi. Klausul- 149 organisasi koperasi Indonesia : 208 otokrasi. Klausul- : 149

P Pasal 33 UUD '45 pasal 22 KUHD perlu diubah pemasukan pemasukan. Kewajiban membayar- pemasukan tenaga. Bagian- pemasukan. Jenis- pembagian keuntungan pembagian saldo pembantu perusahaan pembantu pengusaha. Perbuatan hukum- pembantu pengusaha. Perbuatan melawan hukum-pembatalan keputusan rapat pembentukan perseroan terbatas. Hal-hal penting dalam-pemberian kuasa pemberesan

197 55 17 20 86 20

170 82

4 5 5

145 113

: 35 46,78,191

244

Page 257: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

pemberesan. Siapa yang menjalankan- • 80 pemberes. Tugas pars- • 81 pemberes yang lebih dari seorang 83 pemberes perseroan 190 pemberesan. Akhir- 192 pembubaran perseroan oleh seorang pesero 183 pembubaran perseroan. Alasan- 182 pembubaran koperasi : 230, 231 pembubaran perseroan. Sifat- 181 pembubaran karena peleburan atau penggabungan 187 pembubaran perseroan dengan putusan Hakim 184 pembubaran karena jatuh pailit 188 pembubaran perseroan karena lampaunya waktu 185 pembubaran perseroan dengan keputusan rapat umum 186 pembukaan 167 pembukaan. Kewajiban membuat- 65 pemegang saham. Hak dan kewajiban- 129 pemegang saham kedok 142 pemeliharaan 22 Pemerintah. Peranan- : 204 pendaftaran 56, 94 pendaftaran dan pengumuman koperasi : 227 pendaftaran. Tiada- 58 pendaftaran dan pengumuman. Perbedaan antara- 59 pendaftaran dan pengumuman perseroan yang bubar 193 pendirian, pendaftaran dan pengumuman 94 pendirian koperasi : 227 penelitian keahlian 169 pengesahan. Syarat-syarat- 114 penguasaan. Perbuatan- 26, 27 pengurusan 22, 96 pengurusan. Peraturan- 29 pengurusan. Perbuatan- 26, 27 pengurusan dan penguasaan. Siapa yang menjalankan- 63 pengurus. Tugas- 150 pengurus bukan sekutu 24 pengurus. Pengangkatan- 148 pengurus. Pembagian togas antar- 28 pengurus koperasi 24

245

Page 258: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

pengurus dapat memiliki saham 154 pengurus memberi hak gadai atas sahamnya 155 pengurus menurut anggaran dasar. Tugas- 150 pengurus. Kedudukan hukum- 147 pengurus. Gaji, tantiemes dan fasilitas- • 148 pengurus mewakili perseroan di muka pengadilan • 152 pengurus mewakili perseroan di luar pengadilan 153 pengurus berhalangan 158 pengurus. Pemberhentian sementara- 158 pengurus. Pemecatan- 158 pengumuman 56, 94 pengumuman. Tiada- 58 penyelesaian koperasi : 230, 232, penyusutan 171 peralihan saham atas nama 128 peranan dan tugas koperasi : 203 perbedaan antara koperasi dengan perseroan 229 perikatan 1 perikatan antara sekutu dengan pihak ketiga 99 perikatan antar sekutu 61 perjanjian. Istlah- 8 perkoperasian. Pengantar- 194 perkoperasian. Pengertian- 195 perkumpulan 6 perkumpulan berbadan hukum 9 perkumpulan. Unsur pokok- : 10 perkumpulan dalam arti luas 6—B perkumpulan dalam arti sempit 6—C perkumpulan. Perjanjian untuk mendirikan- 7 perkumpulan sating menanggung. Pengertian- : 234 perkumpulan saling menanggung. Sifat- : 234 permodalan koperasi : 219, 220 persetujuan. Istilah- 8 persetujuan pihak ketiga : 178 persekutuan firma. Pengertian : 47 persekutuan firma. Prosedur mendirikan- 52 persekutuan firma. Sifat kepribadian- : 51 persekutuan firma. Kedudukan akta pendirian- 53 persekutuan firma. Ketiadaan akta pendirian- : 54

246

Page 259: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

persekutuan firma menjalankan perusahaan 50

persekutuan firma mempunyai kekayaan sendiri : 74

persekutuan firma apakah badan hukum 75

persekutuan firma. Kekuasaan tertinggi dalam- 62

persekutuan firma bubar 77

persekutuan firma dalam kodifikasi KUHD nasional : 76

persekutuan komanditer. Pengertian- 88

persekutuan komanditer. Pengaturan- 89

persekutuan komanditer dengan saham. Sifat kepribadian- : 92

persekutuan komanditer apakah badan hukum : 104

persekutuan komanditer. Hubungan hukum antar sekutu- : 95

persekutuan komanditer. Adakah kekayaan terpisah pada- : 98

persekutuan komanditer. Tiga macam- : 91

persekutuan komanditer diam-diam 91—a

persekutuan komanditer terang-terangan : 91—b

persekutuan komanditer dengan saham 91—c

persekutuan komanditer dengan PT. Perbedaan antara- 93

persekutuan komanditer dengan PT. Kesamaan antara- : 93

persekutuan komanditer bubar : 105

persekutuan perdata. Pengertian- : 11 persekutuan perdata. Sifat kepribadian- 12

persekutuan perdata. jenis- 18

persekutuan perdata umum 18

persekutuan perdata khusus 18 persekutuan perdata. Cara mendirikan- 15 persekutuan perdata. syarat mendirikan- 16

persekutuan perdata. Perikatan antar sekutu- 19

persekutuan perdata. Unsur terang-terangan pada- 13

persekutuan perdata. Unsur perusahaan pada- 14 persekutuan perdata. Unsur terus-menerus pada- 13 persekutuan perdata memiliki kekayaan tersendiri 37

persekutuan perdata bukan badan hukum 36

persekutuan perdata. Hubungan ke dalam pada- 19

persekutuan perdata. Hubungan ke luar pada- 32

persekutuan perdata. Pertanggungjawaban sekutu pada- 33

persekutuan perdata. Tanggung jawab debitur sekutu- 34 persekutuan perdata. Mutasi sekutu- 31

persekutuan perdata bubar 38 persekutuan perdata. Sebab-sebab bubarnya- 39

247

Page 260: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

persekutuan perdata bubar karena lampau waktu 40 persekutuan perdata bubar berdasar Pasal 1266 KUHPER 41 persekutuan perdata bubar karena benda musnah 42 persekutuan perdata karena sasaran tercapai 43 persekutuan perdata bubar karena kehendak sekutu 44 persekutuan perdata bubar karena sekutu mati : 45 persamaan antara koperasi dengan perseroan : 229 perseroan terbatas. Istilah- : 107 perseroan terbatas. Pengertian- : 106 perseroan terbatas. Prosedur mendirikan- : 112 perseroan terbatas adalah badan hukum : 108 perseroan untung dan kapan rugi. Kapan- : 120 pesero bare. Kewajiban- : 130 perseroan rugi 50% atau 75% : 121 pertanggungjawaban sekutu : 72 pertanggungjawaban ke luar : 103 pertanggungjawaban sebelum didaftar dan diumumkan : 117 pertanggungjawaban pemberes : 84 perubahan anggaran dasar koperasi : 230 perubahan akta pendirian perseroan : 174, 175 perubahan akta pendirian. Siapa yang berwenang atas- : 177 perubahan akta pendirian. Formalitas- : 180 perubahan pasal 54 KURD : 141 perubahan akta pendirian. Dasar hukum : 176 perusahaan. Pengertian- 1 perusahaan perseorangan 1 perusahaan dagang. Pengertian- 1, 2 perusahaan dagang. Prosedur mendirikan- 2 pihak ketiga memungkiri adanya persekutuan firma : 73 prinsip suara terbanyak : 143 prinsip diwakilinya bagian tertentu modal yang ditempatkan : 143 prospektus 111

R Rapat anggota

213 rapat umum pemegang saham

139

S Saham bagian 126

248

Page 261: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

saham. Jenis- : 134

saham. Menjual- : 133 saham. Memungut hasil- : 133 saham. Mengalihkan hak yang lain atas- : 133 saham sendiri. Pembelian- : 123 saham atas nama : 124

T Tanggung jawab pengurus kepada koperasi : 216 tanggung jawab anggota koperasi : 207

tanggung jawab badan pemeriksa : 218 tanggung jawab pengurus dan komisaris : 173 tanggung jawab komisaris : 165 tanggung jawab pengurus : 157 tanggung jawab pengurus. Pembebasan- : 159 tantiemes : 171 Tap MPRS No. XXIII/MPRS/1966 : 197 Tap MPR No. 1V/MPR/1978 : 197 tempat kediaman perseroan terbatas : 110 tindakan di muka Halim bagi persekutuan komanditer : 102 tingkat koperasi : 209 tugas badan pemeriksa : 218 tugas kewajiban pengurus koperasi : 215 tujuan perubahan UU No. 14 Tahun 1965 : 198

Wewenang pengurus koperasi : 215 wewenang badan pemeriksa : 218

V Verzekeringskamer

9

z Zakat. Peraturan- 224 zakat dalam koperasi

222

249

Page 262: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

DAFTAR PASAL-PASAL KUHD YANG DIBICARAKAN

Angka di belakang titik dua menunjukkan nomor pelajaran

1 : 2 (lama) : 3 (lama) : 4 (lama) : 5 (lama) : 6 :

12 : 15 : 16 : 17 : 18 : 19 : 20 : 21 : 22 : 23 :

24 : 25 : 26 : 27 : 28 :

29 :

30 :

31 :

32 : 33 :

34 : 35 : 36 : 37 :

91, 140

3 3 3 3 50, 119, 150, 151, 167, 168 65, 119 92 6, 7, 10, 11, 14, 47, 50, 51, 61, 77, 95, 105, 194 63, 71, 90 10, 47, 53, 57, 63, 69, 74, 90, 95, 97, 117, 118, 6, 89, 91, 95, 103, 105 49, 90, 91, 95, 96, 97, 102, 103 90, 91, 95, 96, 97 52, 53, 55, 56, 73, 94, 113 10, 15, 52, 56, 58 56 115 57 57 10, 52, 56, 58 52, 58, 59, 77 49, 97 66, 68, 77, 105 62, 79, 80, 87, 91 70, 79, 82, 98 70, 79, 82 62, 87, 190, 192 6, 10, 106, 107, 108, 113, 114, 116, 180, 229

114, 182, 184

154, 228

250

Page 263: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

38 39 40 41 42 43 44

45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56

286 308 316-a 323

: : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : :

10, 53, 107, 113, 114, 150, 174, 180, 182, 193 93, 117, 118, 150, 157 10, 72, 95, 106, 108, 124, 125, 129,134, 144, 157, 123, 124, 127, 133, 134, 144 91, 106, 108, 121, 124, 128, 129, 133, 134 123, 124, 129, 130, 133, 134 116, 147, 150, 160, 162 106, 108, 113, 116, 154, 157 116, 182 93, 116, 121, 122, 145, 150, 157, 171, 182 113, 116, 122, 123, 137, 171 113, 122, 123, 129, 170 114, 118 93, 118, 157 113, 119, 139 113 113, 129, 140, 141, 142, 144 119, 129, 139, 150, 168, 172 113, 150, 189, 190, 192 9 234, 235, 236 33 7

163, 226, 229

W.v.K. Nederland

37-b : 184 42-c : 172 43-a : 139 43-g : 180 45 : 177 45-b : 180 45-c : 180 48-a : 149 52-b : 166 55 : 182 55-a : 185 55 -b : 186

251 •

Page 264: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

DAFTAR PASAL-PASAL KUHPER YANG DIBICARAKAN

Angka di belakang titik dua menunjukkan nomor pelajaran

534 : 124,140 612 : 17 613 : 17,91,124,127,128,133 756 : 133 759 : 133 760 : 133

1066 : 46 1131 : 33,34,37,95,106 1132 : 33,34,95,106 1134 : 33 1139 : 33 1149 : 33 1152 : 133,155 1153 : 133 1235 : 65 1238 : 20 1250 : 20 1265 : 41 1266 : 41 1300 : 45 1313 : 17,41,175 1318 : 45 1320 : 7,8,16 1321 : 7 1337 : 7 1338 : 91,144,157,176,177 1339 : 62,144 1365 : 5,60,72,111,144,157,165 1367 : 5,72,91,157 1386 142

252

Page 265: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

1457 : 133 1491 : 20 1601 -d : 156 1603 -n : 158 1603 -q : 158 1618 : 7,10,11,13,15,16,30,37,47,52,61,113,194 1619 : 13,16,17,37 1621 18 1622 . 18 1623 : 14,18 1624 : 15,19,61 1625 : 16,20,21,93,95,194 1626 : 16,20,21,37,194 1627 : 16,20,61,134,194 1628 : 21 1629 : 21 1630 : 21,25,27,29,37,54,61,65 1631 : 20 1632 : 21,23,25,70,83 1633 : 18,30,61,85,86,95,105,134,194 1634 : 30,61,85,95,105 1635 : 16,30,61,85,105 1636 : 22,23,26 1637 : 28,83 1638 : 28 1639 : 27,29 1640 : 37 1641 : 31,37,66 1642 : 13,32,34,35,72 1643 : 34 1644 : 13,34,35,36,72 1645 : 34,36,37 1646 : 38,39,40,42,43,45,92,105,182 1647 : 40,41,183 1648 : 42,43 1649 : 44 1650 : 44 1651 : 45 1652 : 46,82

253

Page 266: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

1653 : 6,236 1654 : 9,236 1656 : 6 1659 : 143 1665 189 1666 133 1792 156 1794 : 85,156 1796 150 1802 : 84 1804 : 84 1807 157 1808 ; 85 1814 : 23 1819 156 1870 146 1878 137 1902 : 54 1910 152 1930 : 54 1967 : 192

B.W. Nederland

1683 : 182

254

Page 267: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

DAFTAR PASAL-PASAL UNDANG-UNDANG PERKOPERASIAN TAHUN 1967

Angka di belakang titik dua menunjukkan nomor pelajaran

2 3

• . :

195, 197, 6, 195

199 29 : 30 :

218 218

4 : 200 31 : 195,219 5 : 201, 226 32 : 194, 220, 229 6 : 202 34 : 194, 202, 221, 229 7 : 203, 219 36 : 207, 216, 226, 229 8 : 203 37 : 204, 229 9 : 205, 229 38 : 204

10 : 208 39 : 204 11 : 229 40 : 204, 207 12 : 206 41 : 9,226 13 : 206 42 : 9, 226, 229 14 . 195, 208, 209 43 : 113, 228 15 : 209 44 : 226, 227, 230 16 : 210 45 : 207, 226 17 : 211 47 : 230 19 : 212 48 : 195 20 : 213 49 : 231 22 : 214, 217 50 : 231 23 : 215,216 51 : 231 24 : 215 52 : 232 25 : 207,216 53 : 232 26 : 216 57 : 196 27 : 217 TLN No. 2387: 223 28 : 218 TLN No. 2832: 222, 223

255

Page 268: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

DAFTAR SINGKATAN

SINGKATAN ARTI LENGKAPNYA

bsd. bersambung dengan bl. bladzijde (halaman) B.W. Burgerlijk Wetboek dsl. dan selanjutnya H.R Hooge Raad H.G.H Hooggerechtshof H.I.R. Het herziene Indonesisch Reglement

I0. junto KUHD Kitab Undang-undang HukumDagang KUHPER Kitab Undang-undang Hukum Perdata KUHP Kitab Undang-undang Hukum Pidana Keppres. Keputusan Presiden RI L.N. Lembaran Negara M.A.I. Mahkamah Agung Indonesia m.b. mulai berlaku N.J. Nederlands Jurisprudentie PP Peraturan Pemerintah Perpu (prp) Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Perpres Peraturan Presiden RI P.K. Peraturan Kepailitan pel. pelajaran RI Republik Indonesia R.O. Rechtelijke Organisatie Rv. Reglement op de Rechtsvordering R.v.J. Raad van Justine S. Staatsblad S. Ned. Staatsblad Nederland T.B.N. RI Tambahan Berita Negara RI T.L.N. Tambahan Lembaran Negara UKO-67 Undang-undang Pokok-pokok Perkoperasian Tahun 1967

256

Page 269: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

Lampiran I

PERSEROAN-PERSEROAN TERBATAS, PERSEROAN-PERSEROAN FIRMA ATAU KOMANDITER

DAN PERKUMPULAN-PERKUMPULAN KOPERASI

Tambahan Berita-Negara RI tanggal 6/8-1975 No. 62.

Pengumuman dalam Berita-Negara RI menurut Pasal 38 dan Buku Undang-undang Pemiagaan:

PERSEROANTERBATAS "PT CIAWI JAYA"

Nomor 20

Pada hari ini, hari Rabu, tanggal dua puluh enam Maret seribu sembilan ratus tujuh puluh lima.

Berhadapan dengan saya, Suyatiman Tjolcrosuwamo, Sarjana Hukum, atas kekuatan Surat-surat Keputusan Menteri Kehakiman tertanggal tiga puluh sate Agustus seribu sembilan ratus enam puluh delapan nomor: J.A. 7/7/20 dan terakhir tertanggal dua puluh empat Agustus seribu sembilan ratus tujuh puluh empat nomor: J.A. 7/13/22 wakil notaris di Bogor, dengan dihadiri oleh saksi-saksi yang saya, notaris, kenal dan akan disebut dalam bagian akhir akte ini: 1. Tuan Suganda, pengusaha, bertempat tinggal di Jakarta, Jalan Cipanas

nomor 7, Kebayoran. 2. Tuan Haji Jakin Ibrahim, pengusaha, bertempat tinggal di Jakarta, Jalan

Marabahan nomor 1. 3. Tuan Kyai Haji Muhammad Sjukri Gozali, Ketua Yayasan Pembangunan

Islam Jakarta, bertempat tinggal di Jakarta, Tebet Barat Dalam I nomor 9. menurut keterangannya dalam hal ini bertindak: a. untuk din send iri; dan b. menjalani jabatannya selaku Ketua dan dan oleh karena itu untuk dan

atas nama Yayasan "Pembangunan Islam" berkedudukan di Jakarta, yang anggaran dasarnya telah dimuat dalam Tambahan Berita-Ne-gara Republik Indonesia tanggal dua puluh sembilan Maret seribu sembilan ratus enam puluh enam nomor 25.

257

Page 270: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

4. Tuan Haji Darwis Aminy, Ketua II Yayasan Pembangunan Islam Jakarta, bertempat tinggal di Jakarta, Jalan Ciujung nomor 36.

5. Tuan Haji Muhamad Noor Purwosutjipto, Sarjana Hukum, Ketua III Yayasan Pembangunan Islam Jakarta, bertempat tinggal di Jakarta, Jalan Danau Towuti nomor 48 Pejompongan; kesemua para penghadap untuk sementara berada di Bogor. Para penghadap masing-masing dikenalkan kepada saya, notaris yang

satu oleh dua orang penghadap lainnya. Para penghadap menerangkan dengan ini, dengan tidak mengurangi izin

dari pihak yang berwajib berdasarkan pasal 36 dari Kitab Undang-undang Hukum Dagang, berSama-sama mendirikan suatu perseroan terbatas dengan memakai anggaran dasar berikut:

Nama dan tempat kedudukan Pasal I

Perseroan ini bernama : "PT Ciawi Jaya," berkedudukan dan berkantor pusat di Bogor, Ciawi.

Oleh direksi dengan persetujuan dewan komisaris dapat didirikan cabang-cabang dan/atau perwakilan-perwakilan di tempat-tempat lain

Maksud dan tujuan Pasal 2

Maksud dan tujuan perseroan ini ialah: a. mengusahakan berbagai industri, terutama percetakan; b. menerbitkan surat-surat kabar, majalah, bulletin, peta, buku-buku pelajaran

dan lain sebagainya; c. menjalankan perusahaan penjilidan dan cartonage; d. mengusahakan biro iklan; e. menjalankan perdagangan pada umumnya, termasuk perdagangan antar-

pulau, ekspor-impor dan perdagangan komisi; f Usaha-usaha sebagai agen, wakil, leveransir, distributor, grossir dari

bermacam mesin-mesin dan alat-alat perlengkapan serta barang-barang keperluan percetakan. segala sesuatu dalam anti seluas-luasnya. Perseroan hendak mencapai maksud tersebut, baik dengan usaha sendiri

maupun dengan kerja-sama dengan atau turut serta dalam perusahaan-perusahaan/perseroan-perseroan lain dan selanjutnya menjalankan usaha-usaha tersebut, dengan mengindahkan undang-undang dan/atau peraturan-peraturan yang berlaku.

258

Page 271: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

Waktu Pasal 3

Perseroan ini dimulai pada hari anggaran dasar ini disahkan oleh yang ber-wajib, dengan mengindahkan ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam pasal 51 Kitab Undang-undang Hukum Dagang dan didirikan untuk waktu tujuh puluh lima tahun lamanya.

Modal Pasal 4

1. Modal dasar perseroan, ini berjumlah Rp 100.000.000,- (seratusjuta rupiah), terbagi atas 1.000 (seribu) saham, masing-masing seharga Rp 100.000,- (seratus ribu rupiah) nominal.

2. Dari modal tersebut telah ditempatkan 20% (dua puluh persen) atau 200 (dua ratus) saham seharga Rp. 20.000.000,- (dua puluh juta rupiah), atas tiap-tiap saham mana akan disetor 10% (sepuluh persen) dengan uang tunai, selambat-lambatnya satu hari sebelum akta pendirian perseroan terbatas ini disahkan oleh yang berwajib sebagaimana akan diperinci dalam "Penutup" di bawah nanti.

3. Penyetoran lebih lanjut atas saham-saham yang telah dikeluarkan dan belum penuh serta besarnya tiap-tiap penyetoran, begitu pula penge-luaran saham-saham yang masih dalam simpanan, tergantung pada keputusan rapat umum pemegang saham, akan tetapi tidak boleh dijual di bawah pari.

4. Sisa saham seluruhnya hams sudah terjual habis dalam tempo 10 (sepu-luh) tahun terhitung mulai tanggal pemberian pengesahan atas akta pendirian perseroan terbatas ini, kecuali jika tempo itu atas permintaan direksi diperpanjang oleh yang berwajib, apabila masih diperlukan.

5. Jika saham-saham yang masih dalam simpanan hendak dikeluarlcan, maka para pemegang saham diberi kesempatan untuk membeli terlebih dahulu saham-saham yang akan dikeluarkan dalam tempo tiga puluh hari setelah direksi menyiarkan keputusan tentang pengeluaran itu, sedapat mungkin menurut perbandingan saham-saham yang telah dimilikinya.

6. Segera setelah diputuskan mengenai penyetoran lebih lanjut atas saham-saham yang belum disetor penuh, direksi hams memberitahukan dengan surat tercatat kepada para pemegang saham yang bersangkutan di tempat tinggal mereka masing-masing tentang kewajiban untuk menytor, se-lambat-lambatnya tiga puluh hari sebelurn jatuhnya hari pembayaran, yaitu hari pada mana pembayaran selambat-lambatnya hams dilakukan.

7. Saham-saham yang telah disetor penuh dapat dibeli atau secara lain

259

Page 272: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

diperoleh dengan penggantian (order bezwarende titel) oleh perseroan sendiri sampai suatu jumlah yang akan ditetapkan oleh undang-undang atau peraturan perundangan lainnya.

8. Untuk saham-saham yang dibeli atau diperoleh dengan penggantian, oleh perseroan sendiri, tidak dapat dikeluarkan suara, tidak dikeluarkan dividen dan dalam hal likuidasi tidak termasuk hitungan; selanjutnya saham-saham itu tidak masuk hitungan dalam quorum yang ditetapkan dalam anggaran dasar ini.

Sahara-saham Pasal 5

1. Semua saham dikeluarkan atas nama pemiliknya, nama pemiliknya dicatat pada surat-surat saham oleh direksi.

2. Untuk tiap-tiap saham dilampiri seperangkat bukti dividen berikut satu talon untuk memperoleh seperangkat bukti dividen baru.

3. Surat-surat saham diberi nomor urut dan ditanda-tangani oleh seorang anggota direksi bersama dengan seorang anggota dewan komisaris; bukti-bukti dividen dan talon hams mempunyai nomor saham yang dilampirinya.

4. Saham-saham tidak dapat dibagi. Perseroan hanya mengakui seorang sebagai pemilik dan satu saham. Jikalau suatu saham pindah-tangan karena warisan atau karena sebab-sebab lain menjadi kepunyaan beberapa orang, maka pemilik bersama itu diwajibkan menunjuk seorang di antara mereka atau seorang lain sebagai wakil mereka bersama dan hanya wakil itu sajalah yang berhak mem-pergunakan hak-hak yang diberikan oleh undang-undang kepada saham tersebut.

5. Seorang pemegang saham hams tunduk pada anggaran dasar ini dan pada semua keputusan yang diambil dengan sah dalam rapat umum para pemegang saham.

Pasal 6 1. Jika surat saham, bukti dividen atau talon rusak dan tidak dapat dipakai

lagi, maka atas permintaan yang berkepentingan oleh direksi dapat di-berikan duplikatnya.

2. Surat saham aslinya kemudian dihapuskan dan tentang peristiwa tersebut oleh direksi hams dibuat risalah dan dilaporkan dalam rapat umum para pemegang saham berikutnya.

3. Jika surat saham, bukti dividen atau talon hilang, maka atas permintaan yang berkepentingan direksi dapat memberikan duplikatnya, setelah me-

260

Page 273: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

nurut pertimbangan direksi kehilangan itu cukup dibuktikan dengan ketentuan bahwa yang berkepentingan wajib memberi kepada perseroan jaminan-jaminan yang dianggap perlu oleh direksi terhadap kemungkin-an tuntutan oleh pihak lain kepada perseroan berkenaan dengan penge-luaran duplikat itu.

4. Setelah duplikat dikeluarkan, maka surat aslinya tidak berlaku lagi terha-dap perseroan.

5. Tentang pengeluaran duplikat karena aslinya hilang, harus diumumkan dalam sebuah surat kabar harian atau lebih di tempat kedudukan perseroan.

6. Semua ongkos yang bersangkut-paut dengan pengeluaran duplikat itu hams dipikul oleh yang berkepentingan.

Pasal 7 1. Untuk saham-saham, direksi memelihara "buku saham" di kantor per-

seroan, dalam mana dicatat nama, tempat tinggal para pemegang saham masing-masing dan nomor saham-saham itu, begitu pula besarnya penyetoran alas tiap-tiap saham dan lain keterangan yang dianggap perlu.

Demikian pula dicatat peralihan hak milik (eigendomsovergang) atas saham-saham, dan lain keterangan yang dianggap perlu.

2. Tiap-tiap pindah tempat tinggal dari seorang pemegang saham harus diberitahukan kepada direksi.

Selama pemberitahuan ini belum dilakukan, maka semua panggilan dan pemberitahuan dapat dilakukan dengan sah di tempat tinggal terakhir yang tercatat dalam "Bulai Saham."

3. Pemindahan nama (batik nama) saham-saham dilakukan dengan suatu catatan dari peralihan nama tersebut, yang harus ditulis dalam buku saham dan di atas surat saham yang dialihkan diberi tanggal dan ditanda-tangani oleh yang berhak menandatangani surat-surat saham menurut Pasal 5 ayat 3 di atas.

4. Pemindahan nama (batik nama) saham-saham hams berdasarkan surat keterangan yang ditanda-tangani oleh yang mengalihkan dan yang me-nerima peralihan atau wakil-wakilnya yang sah atau berdasarkan surat-surat lain yang menurut pertimbangan direksi dengan pertimbangan de-wan komisaris dapat dipandang sebagai alasan sah untuk pemindahan nama itu.

5. Pemindahan nama suatu saham hanya diperbolehkan jikalau syarat-syarat untuk itu, yang disebut dalam anggaran dasar ini telah dipenuhi.

6. Mulai hari panggilan rapat umum para pemegang saham sampai dengan

261

Page 274: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

hari rapat itu diselenggarakan, pengalihan saham-saham dan pemindah-an nama saham-saham tidak diperbolehkan.

7. Direksi diwajibkan menyelenggarakan buku saham dengan sebaik-baiknya.

8. Tiap-tiap pemegang saham berhak untuk melihat buku saham pada waktu kerja.

Pasal 8 1. Yang boleh memiliki dan mempergunakan hak-hak atas saham hanyalah :

a. seorang warga negara Indonesia, atau b. suatu badan hukum yang berkedudukan di Indonesia, didirikan me-

nurut undang-undang yang berlalni di Indonesia dan para anggota atau para pemegang sahamnya serta para anggota pengurusnya adalah warga negara Indonesia.

2. Pada tiap-tiap surat saham dimuat kutipan dari ketentuan dalam ayat 1 pasal ini

3. Jika suatu saham oleh karena warisan, pernikahan atau sebab-sebab lain, pindah haknya dan tidak lagi menjadi milik seorang atau suatu badan hukum yang dimaksud dalam ayat 1 pasal ini, maka orang atau badan hukum ini diwajibkan dalam waktu satu tahun mengalihkan saham-saham itu kepada orang atau badan hukum seperti dimaksud dalam ayat 1 pasal ini dengan mengindahkan ketentuan Pasal 9.

4. Selama ketentuan-ketentuan tersebut di atas itu belum terlaksana maka suara yang dikeluarkan dalam rapat untuk saham itu adalah tidak sah, sedangkan pembayaran dividen untuk saham itu ditunda.

Pasal 9 1. Jika seorang pemegang saham hendak menjual sahamnya, maka dia

diharuskan memberitahukan dengan surat tercatat kepada direksi dengan mencantumkan nama dan alamat calon pembelinya serta syarat-syaratnya.

2. Mengenai penerimaan surat itu direksi diwajibkan memberitahukan ke-pada pemegang saham yang bersangkutan dan di samping itu menawar-kannya kepada para pemegang saham menurut alamat yang terakhir ter-catat dalam buku saham, disertai permintaan untuk dalam waktu yang ditentukan mernberitahukan kepada direksi, apakah mereka mempunyai minat terhadap saham-saham tersebut, dan bila demikian, berapa jumlah saham yang dikehendakinya.

3. Jika permintaan dari para pemegang saham melebihi jumlah saham yang

262

Page 275: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

ditawarkan, maka penjualannya dilakukan menurut imbangan saham-saham yang telah dimiliki oleh mereka.

Apabila dengan cara demikian suatu saham akan menjadi milik be-berapa orang, maka penjualannya dilakukan secara undian.

4. Direksi diwajibkan dalam tiga puluh hari setelah surat pemberitahuan yang dimaksud dalam ayat 1 di atas diterima olehnya, memberitahukan kepada pemegang saham yang bersangkutan tentang adanya para pemegang saham yang hendak membeli saham-saham tersebut dan banyaknya saham-saham yang akan dibeli oleh mereka.

5. Jika tidak semua saham yang ditawarkan dibeli oleh para pemegang sa-ham, atau jika dalam tiga puluh hari setelah surat pemberitahuan itu telah diterima oleh direksi, oleh pemiliknya tidak diperoleh ketentuan mengenai saham-saham yang ditawarkan. Maka saham-saham atau sisa saham-saham itu dapat dijual kepada calon yang diajukan dalam suratnya ter-sebut, asal raja tidak dengan syarat-syarat yang Iebih rendah daripada yang telah diberitahukan kepada direksi.

6. Pengalihan saham-saham dengan cara lain daripada yang disebutkan di atas, kecuali peralihan yang disebabkan karena warisan, hanya diper-bolehkan dengan persetujuan rapat umum para pemegang saham.

7. Penggadaian saham-saham hanya diperbolehkan dengan persetujuan direksi dan dewan komisaris.

8. Tindakan-tindakan yang bertentangan dengan pasal ini tidak sah terha-dap perseroan.

Bukti sebagai pendiri Pasal 10

1. Oleh perseroan dikeluarkan 20 (dua puluh) helai bukti pendiri. 2. Bukti pendiri hanya memberi hak kepada pemiliknya atas bagian

keuntungan yang disebut dalam Pasal 15 ayat 1. 3. Peraturan-peraturan mengenai surat saham yang disebut dalam Pasal

5 (kecuali ayat 5), Pasal 6 dan 7 berlaku pula untuk bukti pendiri, demikian pula Pasal 15 ayat 5 berlaku pula bagi pemegang bukti pendiri.

4. Perubahan mengenai hak dan kedudukan para pemegang bukti pendiri berdasarkan anggaran dasar perseroan ini hanya dapat dilakukan dengan persetujuan terlebih dahulu dari para pemegang bukti pendiri menurut suara terbanyak, dengan ketentuan bahwa satu bukti pendiri memberi hak untuk mengeluarkan satu suara dan jika suara yang setuju dan tidak setuju sama banyaknya, maka usul perubahan itu dianggap sebagai ditolak.

263

Page 276: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

5. Bukti pendiri dikeluarkan untuk orang-orang yang telah berjasa dalam persiapan dan/atau pendirian perseroan ini.

Untuk pertama kali dikeluarkan bukti-bukti pendiri untuk orang-orang yang namanya akan disebut dalam penutup akta ini ayat 3.

6. Bukti-bukti pendiri tidak dapat dialihkan itu disetujui terlebih dahulu oleh para pemegang bukti pendiri menurut suara terbanyak sesuai ayat 4 pasal ini.

Pengurusan dan pengawasan Pasal 11

1. Perseroan ini diurus oleh suatu direksi yang terdiri dan seorang direktur atau lebih, bila rapat umum pemegang saham menganggap perlu, seorang di antara para anggota direksi itu ditetapkan sebagai direktur utama.

2. Direksi bekerja di bawah pengawasan suatu dewan komisaris yang terdiri dari dua orang komisaris atau lebih, bila rapat umum para pemegang saham menganggap perlu, seorang di antara para anggota dewan ko-misaris itu ditetapkan sebagai komisaris utama.

3. Yang boleh diangkat sebagai anggota direksi dan/atau anggota dewan komisaris hanyalah warganegara Indonesia, dalam hal kehilangan ke-warga-negaraan Indonesianya, maka yang bersangkutan dianggap dengan sendirinya telah meletakkan jabatannya.

Sebagai anggota direksi atau anggota dewan komisaris dapat juga diangkat badan-badan hukum yang dimaksud dalam Pasal 8 ayat 1.

4. Para anggota direksi dan para anggota dewan komisaris diangkat oleh rapat umum para pemegang saham untuk waktu 5 (lima) tahun dan sesu-dah jangka waktu tersebut lampau, dapat diangkat kembali.

5. Para anggota direksi dapat diberhentikan oleh rapat umum pemegang saham tanpa terlebih dahulu dibebaskan tugasnya oleh dewan komisa-ris.

6. Kepada para anggota direksi dan para anggota dewan komisaris dapat diberikan gaji dan/atau tunjangan-tunjangan yang besamya ditetapkan oleh rapat umum para pemegang saham.

7. Jikalau oleh suatu sebab terjadi lowongan anggota direksi dan/atau anggota dewan komisaris, maka dalam waktu tiga puluh hari setelah ter-jadinya lowongan harus diselenggarakan rapat umum para pemegang saham untuk mengisi lowongan itu, apabila pengisian lowongan itu perlu, mengingat ketentuan dalam ayat 1 pasal ini.

8. Apabila dianggap perlu oleh direksi dan dewan komisaris maka oleh me-reka ini dapat diangkat beberapa orang penasihat untuk urusan hukum,

264

Page 277: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

ekonomi atau lain-lain, dan hak-hak serta kewajiban-kewajiban penasi-hat itu ditetapkan oleh direksi bersama dewan komisaris.

Pasal 12 1. Para anggota direksi bersama-sama atau masing-masing diri berwenang

mewakili perseroan di muka dan/atau di luar pengadilan tentang segala hal dan dalam segala kejadian dan berhak mengikat perseroan pada pihak lain atau pihak lain pada perseroan serta menjalankan segala tindakan, baik yang mengenai pengurusan maupun yang mengenai penguasaan, akan tetapi dengan pembatasan bahwa untuk: a. meminjam uang atas nama perseroan (dalam pengertian meminjam

uang tidak termasuk pengambi Ian uang dari kredit yang telah dibuka), atau meminjamkan uang;

b. mengikat perseroan sebagai penanggung/penjamin; c. membeli, menjual atau dengan cam lain memperoleh atau mengalihkan

demikian pula membebani barang-barang tidak bergerak dan/atau perusahaan-perusahaan;

d. menggadaikan barang-barang bergerak kepunyaan perseroan se-muanya ini haruslah mendapat persetujuan tertulis terlebih dahulu dari dewan komisaris;

e. mengangkat seorang kuasa atau lebih untuk mewakili perseroan dan memberhentikan kuasa itu, haruslah dilakukan oleh dua orang anggota direksi bersama-sama, apabila diangkat dua orang anggota direksi atau lebih, atau oleh direktur tunggal bersama komisaris lainnya, apabila diangkat hanya seorang anggota direksi.

2. Direksi hams bekerja menurut rencana berkala yang disetujui oleh dewan komisaris.

3. Tiap-tiap anggota direksi diwajibkan minta pertimbangan terlebih dahulu dari para anggota direksi lainnya untuk tiap hal yang menurut lazimnya dalam dunia usaha dianggap sebagai hal yang penting bagi perseroan akan tetapi tentang telah dimintanya pertimbangan itu tidak pertu dibuk-tikan terhadap pihak lain.

4. Pembagian pekerjaan di dalam perseroan antara para anggota direksi diatur dan ditentukan oleh para anggota direksi sendiri.

Pasal 13 1. Dewan komisaris mempunyai kewajiban mengawasi pekerjaan direksi. 2. Para anggota dewan komisaris bersama atau masing-masing sendiri se-

tiap waktu kerja berhak memasuki bangunan-bangunan, halaman-halaman

265

Page 278: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

dan tempat-tempat lain yang digunakan dan/atau dikuasai oleh perseroan, memeriksa buku-buku, bukti-bukti, surat-surat, memeriksa dan menco-cokkan keadaan uang kas dan lain sebagainya, serta berhak mengetahui segala tindakan yang telah dijalankan oleh direksi.

3. Dewan komisaris dalam menjalankan tugas pemeriksaan berhak meminta bantuan ahli tata buku atas ongkos perseroan.

4. Direksi diwajibkan memberikan penjelasan tentang hal-hal yang ditanya-kan, yang perlu untuk pengawasan dan pemeriksaan.

5. Para anggota dewan komisaris, dengan suara terbanyak setiap waktu berhak membebaskan untuk sementara dan tugasnya seorang anggota direksi atau lebih, jikalau dia/mereka ini, bertindak bertentangan dengan anggaran dasar ini atau melalaikan kewajibannya atau karena hal-hal lain yang penting.

Pembebasan tugas ini harus diberitahukan dengan surat kepada yang bersangkutan disertai alasan-alasan yang menyebabkan tindakan itu.

6. Dalam waktu tiga puluh hari setelah dilakukan pembebasan tugas itu de-wan komisaris diwajibkan menyelenggarakan rapat umum para pemegang saham, rapat mana yang akan menentukan apakah anggota direksi yang bersangkutan akan diberhentikan ataukah tugas itu dibatalkan, sedangkan yang bersangkutan diberi kesempatan untuk hadir dan membela diri.

Rapat itu diketuai oleh komisaris utama, jika komisaris utama tidak hadir oleh seorang komisaris lainnya, dan jikalau komisaris seorangpun tidak ada yang hadir, oleh seorang yang dipilih oleh dan dari antara mereka yang hadir.

7. Jika rapat umum para pemegang saham itu tidak diadakan dalam waktu tiga puluh hari setelah pembebasan tugas itu, maka pembebasan tugas itu demi hukum menjadi batal.

8. Jika para anggota direksi dibebaskan dan tugas mereka atau karena sebab lain tidak mungkin dapat menjalankan tugas mereka atau karena suatu sebab perseroan tidak mempunyai direksi, maka dewan komisaris untuk sementara diwajibkan mengurus perseroan, akan tetapi hanya dengan wewenang untuk mengerjakan tindakan-tindakan pengurusan mengenai hal-hal atau pekerjaan-pekerjaan yang sedang berjalan serta dengan ke-wajiban untuk dalam waktu tiga puluh hari setelah perseroan tidak mem-punyai direksi mengadakan rapat umum para pemegang saham untuk mengangkat direksi baru.

Dalam hal itu dewan komisaris berhak memberi kekuasaan sementara kepada seorang atau lebih di antara mereka atau orang lain atas tang-gungan si pemberi kuasa.

266

Page 279: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

9. Para anggota direksi dan para anggota dewan komisaris diwajibkan memiliki saham perseroan.

Neraca dan perhitungan laba-rugi Pasal 14

1.Tahun buku perseroan berjalan dari satu Januari sampai dengan tiga puluh satu Desember.

Pada akhir bulan Desember tiap-tiap tahun, untuk pertama kali pada akhir bulan Desember seribu sembilan ratus tujuh puluh lima, maka buku-buku perseroan ditutup.

2. Dari penutupan buku-buku tersebut oleh direksi dibuat neraca dan per-hitungan laba-rugi yang setelah diperiksa oleh dewan komisaris, berikut surat-surat pertanggungjawaban tahunan lainnya harus disediakan di kantor perseroan sekurang-kurangnya empat belas hari sebelum rapat umum tahunan para pemegang saham sebagai yang dimaksud dalam pasal 17 dimulai, untuk dapat diperiksa oleh para pemegang saham.

3. Pengesahan neraca dan perhitungan laba-rugi itu berarti memberikan pelunasan dan pembebasan sepenuhnya kepada direksi atau segala tin-dakannya dalam tahun buku yang bersangkutan yang mengenai peker-jaan-pekerjaan yang disebut dalam laporan tahunan itu, dan memberikan pembebasan kepada dewan komisaris atas pengawasannya.

Pembagian keuntungan Pasal 15

1. Keuntungan bersih, yaitu keuntungan bruto setelah dipotong ongkos-ongkos, penyusutan-penyusutan dan lain-lain menurut kebiasaan dunia usaha, seperti yang disebut dalam neraca dan perhitungan laba rugi yang telah disahkan, setelah dikurangi dengan 3% (tiga persen) dari besarnya keuntungan itu untuk para pemegang bukti pendiri, maka selebihnya dibagi sebagal berikut: a. 15% (lima belas persen) untuk dana cadangan; b. 9% (sembilan persen) untuk para anggota direksi, yang pembagiannya

ditetapkan oleh para anggota direksi bersama; c. 9% (sembilan persen) untuk para anggota dewan komisaris, yang pem-

bagiannya ditetapkan oleh para anggota dewan komisaris bersama; d. 7% (tujuh persen) untuk dana kesejahteraan pegawai, yang pemba-

yarannya diatur oleh direksi; e. sisanya dibagi dan/atau digunakan menurut keputusan rapat umum

tahunan para pemegang saham tiap-tiap tahun.

267

Page 280: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

2. Jika menurut pertimbangan direksi dengan persetujuan dewan komisaris jumlahnya dana cadangan telah cukup besamya, maka atas usulnya, rapat umum para pemegang saham dapat menentukan agar bagian dari keuntungan yang dipisahkan untuk dana cadangan itu dipergunakan untuk keperluan lain.

3. Jika perhitungan laba-rugi pada suatu tahun menunjukkan kerugian yang tidak dapat ditutup dengan dana cadangan, maka kerugian itu akan ting-gal dicatat dan dimasukkan dalam perhitungan laba-rugi, dan dalam tahun (-tahun) yang akan datang perseroan dianggap tidak mendapat keun-tungan selama kerugian yang tercatat dan dimasukkan dalam perhitungan laba-rugi itu belum seluruhnya ditutup.

4. Dalam waktu empat belas hari setelah penetapan pembagian sisa, diumum-kan kepada para pemegang saham, waktu dan tempat, di mana dividen itu akan dibayarkan.

5. Dividen-dividen yang tidak diambil dalam jangka waktu lima tahun setelah disediakan untuk dibayar, demikian pula dividen yang ditunda pemba-yarannya menurut Pasal 8 ayat 4 selama lima tahun atau lebih, tidak akan dibayar menjadi hak milik perseroan.

Dana cadangan Pasal 16

1. Dana cadangan digunakan untuk menutup kerugian yang diderita, akan tetapi rapat umum para pemegang saham dapat menentukan supaya dana cadangan itu seluruhnya atau sebagian digunakan untuk modal kerja atau keperluan lain.

2. Direksi mengurus dan menyimpan serta membungakan dana cadangan menurut cara yang dipandang baik olehnya dengan persetujuan dewan komisaris.

3. Bunga uang atau laba yang diperoleh dari dana cadangan dimasukkan dalam perhitungan laba-rugi.

Rapat umum para pemegang saham Pasal 17

1. Tiap-tiap tahun, selambat-lambatnya dalam bulan Juni, untuk pertama kalinya dalam bulan Juni seribu sembilan ratus tujuh puluh enam, direksi harus mengadakan rapat umum tahunan para pemegang saham.

2. Dalam rapat umum tahunan itu, direksi memberikan laporan tentang keadaan perseroan dan basil-hasil yang telah dicapai dalam tahun buku yang lalu, terutama mengenai pengurusannya, serta diajukan pula pan-

268

Page 281: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

,NN • ._,

3. Dalam rapat umum tahunan itu diajukan neraca dan perhitungan laba-rugi yang disebut dalam Pasal 14 untuk dipertimbangkan dan disahkan serta ditetapkan pembagian dan/atau penggunaan sisa keuntungan dan besarnya dividen.

Pasal 18 I. Rapat umum luar biasa para pemegang saham diadakan tiap-tiap kali jika

dianggap perlu oleh direksi. 2. Direksi diwajibkan memanggil dan menyelenggarakan rapat umum luar

biasa atas permintaan dengan surat dari seorang anggota dewan komisaris, atau dari seorang pemegang saham atau lebih yang mewakili sedikit-dikitnya 1/4 (satu perempat) dari modal yang telah dikeluarkan oleh perseroan dan disetor, dalam surat permintaan mana hams disebutkan dengan jelas hal-hal yang hendak dibicarakan.

3. Jika direksi lalai untuk menyelenggarakan rapat itu dalam waktu tiga pu-luh hari setelah surat permintaannya diterima, maka yang menanda-tangani surat itu sendiri berhak untuk memanggil rapat atas perongkosan perseroan dengan mengindahkan peraturan-peraturan yang disebut dalam anggaran dasar ini, dalam rapat mana ketua rapat dipilih oleh dan dari antara mereka yang hadir, dan semua keputusan yang diambil dalam rapat itu mengikat perseroan asal saja tidak bertentangan dengan anggaran dasar ini.

Pasal 19 1. Rapat umum para pemegang saham diadakan di tempat kedudukan per-

seroan. 2. Panggilan rapat umum para pemegang saham dilakukan dengan surat

undangan yang dikirimkan kepada para pemegang saham menurut alamat yang terakhir tercatat dalam buku saham dan jika yang memanggil rapat menganggap perlu, undangan itu ditambah dengan iklan dalam sebuah surat kabar harian atau lebih yang terbit di tempat kedudukan perseroan, sekurang-kurangnya empat betas hari sebelum rapat diadakan, sedang-kan apabila menurut pendapat direksi ada hal-hal yang mendesak untuk segera diputuskan oleh rapat umum para pemegang saham, panggilan itu dapat diadakan sekurang-kurangnya tujuh hari sebelum rapat diada-kan.

269

Page 282: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

3. Dalam panggilan itu hams diberitahukan hari, tanggal, jam dan tempat rapat dan dengan singkat hal-hal yang akan dibicarakan.

4. Jika semua pemegang saham hadir atau diwakili, maka panggilan terlebih dahulu seperti tersebut di atas ini tidak menjadi syarat dan di dalam rapat itu dapat diambil keputusan yang sah mengenai semua hal yang dibica-rakan, sedangkan rapat, dapat diadakan di tempat manapun juga.

Pasal 20 1. Jika dalam anggaran dasar ini tidak ditentukan lain, maka semua rapat

diketuai oleh direksi utama, jika direktur utama tidak hadir, oleh seorang direktur, jika para anggota direksi tidak ada yang hadir, oleh komisaris utama, jika komisaris utama tidak hadir, oleh seorang anggota dewan komisaris lainnya, dan jika ini pun tidak ada yang hadir oleh seorang yang dipilih oleh dan dan antara mereka yang hadir.

2. Mengenai apa yang dibicarakan dan diputuskan dalam rapat itu dibuat notulen atas usaha ketua rapat, yang sebagai penetapan, ditanda-tangani olehnya dan sedapat mungkin dengan seorang pemegang saham yang ditunjuk oleh rapat dan antara mereka yang hadir, dan isinya menjadi bukti yang nyata terhadap semua pemegang saham.

3. Penanda-tanganan itu tidak perlu, jika notulen itu dibuat dengan akta notaris.

Pasal 21 1. Kecuali jika dalam anggaran dasar ini ditentukan lain, maka segala

keputusan diambil dengan suara terbanyak. Apabila suara yang setuju dan tidak setuju sama banyaknya, maka

undianlah yang menentukan jikalau mengenai diri seorang, dan dianggap sebagai ditolak jika mengenai hal-hal lain.

2. Dalam rapat umum pemegang saham setiap pemegang saham berhak mengeluarkan suara sebanyak saham yang dimilikinya.

3. Seorang pemegang saham hanya boleh diwakili oleh seorang pemegang saham lainnya atau seorang lainnya dengan surat kuasa atau surat lain yang memuat pemberian kekuasaan untuk itu.

4. Para anggota direksi dan para anggota dewan komisaris serta pada umumnya para pegawai dari perseroan ini tidak boleh bertindak selaku kuasa dalam rapat umum para pemegang saham, khususnya dalam pe-mungutan suara.

Suara-suara yang dikeluarkan oleh mereka sebagai kuasa adalah ti-dak sah.

270

Page 283: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

5. Ketua rapat berhak meminta supaya surat-surat kuasa atau surat lain yang memuat pemberian kekuasaan itu ditunjukkan kepadanya waktu rapat.

6. Kecuali jika rapat memutuskan cara lain, maka pemungutan suara tentang diri orang dilakukan dengan surat tertutup yang tidak ditanda-tangani dan tentang hal-hal lain dengan lisan.

7. Suara blanco atau suara yang tidak berharga dianggap sebagai suara yang tidak dikeluarkan.

Perubahan anggaran dasar dan pembubaran Pasal 22

I. Perubahan atas ketentuan-ketentuan dalam anggaran datar ini termasuk pula perubahan nama, tempat kedudukan dan tujuan perseroan, pem-bubaran perseroan sebelum waktu yang ditentukan atau dikemudian hari diperpanjang lagi, memperbesar atau memperkecil modal perseroan, ha-nya dapat terjadi dengan keputusan dari suatu rapat umum luar biasa para pemegang saham yang khusus dipanggil antuk keperluan itu, dalam rapat mana harus diwakili sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga) dari mo-dal yang telah dikeluarkan oleh perseroan dan disetor, serta usul hams disetujui oleh sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga) dari jumlah suara yang dikeluarkan dengan sah.

2. Usul mengenai memperkecil modal yang dikeluarkan, wajib diumumkan oleh direksi dalam sebuah surat kabar harian atau lebih yang terbit di tempat kedudukan perseroan untuk kepentingan para kreditur.

3. Jika dalam rapat yang disebut dalam ayat 1 pasal ini banyak modal yang diwakili tidak cukup seperti yang ditentukan, maka secepat-cepatnya tujuh hari setelah itu, dapat diadakan rapat kedua, di dalam rapat mana dapat diambil keputusan mengenai usul-usul dalam rapat pertama dan keputusan ini sah, asal saja disetujui oleh sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga) dari jumlah suara yang dikeluarkan dengan sah dan rapat kedua ini dilangsungkan dengan ketentuan-ketentuan yang sama dengan ketentuan-ketentuan untuk rapat pertama.

4. Satu dan lain tidak mengurangi izin dari yang berwenang, apabila izin itu diperlukan.

Pasal 23 1. Jika perseroan ini dibubarkan, maka hams diadakan likuidasi oleh direksi

di bawah pengawasan dewan komisaris, kecuali jika rapat umum para pemegang saham menentukan lain.

2. Dalam rapat umum itu ditentukan pula upah para likuidatur.

271

Page 284: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

3. Keputusan tentang pembubaran hams didaftarkan pada Kantor Penga-dilan Negeri di mana perseroan itu berkedudukan dan diumumkan dalam Berita-Negara RI disertai panggilan untuk para kreditur.

4. Sisa lebih dari perhitungan likuidasi sedapat mungkin dibagikan terlebih dahulu kepada para pemegang saham, jumlah pokok dari besarnya saham masing-masing dan sisanya dibagi menurut cara yang ditentukan oleh-rapat umum para pemegang saham.

5. Anggaran dasar ini sebagaimana disebut dalam akta ini, dengan peru-bahan-perubahan yang mungkin diadakan, tetap berlaku sampai dengan hari disahkannya perhitungan likuidasi oleh rapat umum para pemegang saham dan diberikannya pelunasan dan pembebasan sepenuhnya kepada para likuidatur.

Ha-hal yang tidak diatur Pasal 24

Segala hal yang ti4ak diatur atau tidak cukup diaturnya dalam anggaran dasar ini, akan diputus oleh rapat umum para pemegang saham.

Penutup 1. Menyimpang dari ketentuan dalam Pasal 11 tentang cara pengangkatan

para anggota direksi dan para anggota komisaris, maka untuk pertama kali diangkat sebagai: Direktur operasionil : pendiri tuan Suganda. Direktur keuangan : pendiri tuan Haji Jakin Ibrahim. Komisaris utama : pendiri Wan Kyai Haji Muhammad Sjukri Gozali. Komsaris : pendiri wan Darwis Aminy. Komisaris : pendiri tuan Haji Muhamad Noor Purwosutjipto

Sarjana Hukum; dengan ketentuan bahwa pengangkatan-pengangkatan ini setelah dite-rima oleh, yang bersangkutan, hams dikukuhkan dalam rapat umum para pemegang saham yang pertama kali diadakan.

2. Dari saham-saham yang telah dikeluarkan, telah ditempatkan oleh para pendiri:

Yayasan Pembangunan Islam Jakarta tersebut, 100 (seratus) helai saham, atau seharga Rp 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah).

Tuan Suganda, 20 (dua puluh) helai saham atau seharga Rp 2.000.000,-(dua juta rupiah).

Tuan Haji Jakin Ibrahim, 20 (dua puluh) helai saham, atau seharga Rp 2.000.000,- (dua juta rupiah).

272

Page 285: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

Tuan Kyai Haji Muhammad Sjukri Gozali, 20 (dua puluh) helai saham, atau seharga Rp 2.000.000,- (dua juta rupiah).

Tuan Haji Darwis Aminy, 20 (dua puluh) helai saham, atau seharga Rp 2.000.000,- (duajuta rupiah).

Tuan Haji Muhamad Noor Purwosutjipto, Sarjana Hukum, 20 (dua puluh) helai saham atau seharga Rp 2.000.000,- (duajuta rupiah)

atau sama sekali seluruhnya sejumlah 200 (dua ratus) helai saham atau seharga Rp 20.000.000,- (dua puluh juta rupiah).

Atas tiap-tiap saham mana disetor dengan uang tunai 10% (sepuluh persen) selambat-lambatnya satu hari sebelum akta pendirian perseroan terbatas ini diberikan, pengesahan oleh yang berwenang, berarti yang disetor ada Rp 2.000.000, - (dua juta rupiah).

3. Dan bukti-bukti pendirian yang telah dikeluarkan oleh perseroan ini untuk pertama kalinya telah diberikan kepada: a. tuan Suganda; b. tuan Haji Jakin Ibrahim; c. tuan Kyai Haji Muhammad Sjukri Gozali; d. than Haji Darwis Aminy; dan e. tuan Haji Muhamad Noor Purwosutjipto, Sarjana Hukum; f Yayasan "Pembangunan Islam" berkedudukan di Jakarta tersebut.

4. Dengan ini memberi kuasa kepada para anggota direksi perseroan ini dengan hak untuk memindahkan kekuasaan ini kepada pihak lain, untuk memohon persetujuan atas anggaran dasar ini kepada yang berwenang, serta menyatakan dan menyusun perubahan-perubahan dan/atau pe-nambahan-penambahan dengan akta resmi jikalau pemberian persetujuan itu tergantung kepada perubahan-perubahan dan/atau penambahan-penambahan itu dan untuk keperluan itu menghadap di mana perlu, mem-berikan keterangan-keterangan, membuat, suruh membuat dan menanda-tangani akta-akta/surat-surat yang diperlukan dan selanjutnya menger-jakan segala sesuatu yang perlu dan berguna untuk menyelesaikan hal tersebut, tidak ada yang dikecualikan.

Dan segala sesuatu yang tersebut di atas ini, maka dibuatlah

Akta ini Dibuat sebagai minit dan dibacakan serta ditanda-tangani di Bogor, pada hari dan tanggal tersebut dalam kepala akta ini, dengan dihadiri oleh tuan-tuan: Haji Subandi Al Marsudi Baccaloreat Hukum dan Haji Fri Suhara Baccaloreat Hukum, kedua-duanya pegawai kantor notaris dan bertempat tinggal di Bogor, sebagai saksi-saksi.

273

Page 286: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

Segera setelah akta ini dibacakan oleh saya, notaris, kepada para peng-hadap dan saksi-saksi, maka akta ini ditanda-tangani oleh para penghadap, saksi-saksi dan saya, notaris.

Dilangsungkan dengan memakai dua puluh lima perubahan, yaitu enam belas tambahan; lima coretan tanpa gantian dan empat coretan dengan gantian.

Asli akta ini telah ditanda-tangani secukupnya.

Diberikan sebagai salinan Wakil Notaris Bogor,

SUYATIMAN TJOKROSUWARNO, S.H.

Akta ini termasuk pada Keputusan Menteri Kehakiman Repubilk Indonesia tertanggal 21 Juni 1975 No. Y.A. 5/219/10.

Diketahui: Direktur Jendral Hukum dan

Perundang-undangan; u.b.

Direktur Direktorat Perdata; u.b.

Kepala Sub Direktorat Badan Hukum,

Ny. SUBANDIJAH SUBANDI

Pada hari ini, Senin tanggal 30 Juni 1975, akta ini telah didaftarkan di dalam buku register untuk maksud itu, yang berada di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Bogor, di bawah No. 52/1975 A.N.P.

Panitera Pengadilan Negeri Bogor,

Ny. R.A. SJAFAAT Ongkosnya: B.P.A. Rp 50,- Upah tulis Rp 220,- Jumlah Rp 270,-

274

Page 287: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

PERUBAHAN Nomor 14

Pada hari ini, hari Jumat, tanggal tiga puluh Mei seribu sembilan ratus tujuh puluh lima.

Berhadapan dengan saya, Suyatiman Tjokrosuwamo, Sarjana Hukum, atas kekuatan Surat-surat Keputusan Menteri Kehakiman tertanggal tiga puluh satu Agustus seribu sembilan ratus enam puluh delapan nomor J.A. 7/ 7/20 dan terakhir tertanggal dua puluh empat Agustus seribu sembilan ratus tujuh puluh empat nomor: Y.A. 7/13/22 wakil notaris di Bogor, dengan diha-diri oleh saksi-saksi yang saya, notaris, kenal dan akan disebut dalam bagian akhir akta ini:

Tuan Suganda, direktur utama dari perseroan yang akan disebut, ber-tempat tinggal di Jakarta, Jalan Cipanas nomor 7, Kebayoran untuk semen-tara berada di Bogor;

Menurut keterangannya dalam hal ini bertindak atas kekuatan kuasa yang tercantum dalam anggaran dasar perseroan terbatas "PT Ciawi Jaya", ber-kedudukan di Bogor, yang dibuat di hadapan saya, notaris, tertanggal dua puluh enam Maret seribu sembilan ratus tujuh puluh lima, dengan akta no-mor 20.

Penghadap saya, notaris, kenal. Penghadap bertindak sebagaimana tersebut di atas menerangkan, bahwa

untuk memenuhi syarat-syarat dan petunjuk-petunjuk dari yang berwajib, dengan ini mengadakan beberapa perubahan dalam anggaran dasar perseroan tersebut, yaitu mengenai: 1. Halaman komparisi; 2. Pasal 11 ayat 4; 3 . Pasal 12 ayat 1; 4. Pasal 22 ayat 1; 5. Pasal 24 bagian "Penutup" ayat 1; 6. Pasal 24 bagian "Penutup" ayat 2; 7. Pasal 24 bagian "Penutup" ayat 3.

Berhubung dengan hal-hal tersebut di atas, penghadap bertindak sebagai-mana tersebut menerangkan, selanjutnya dengan ini mengubah hal-hal dimaksud di atas, sehingga untuk selanjutnya bagian dalam halaman kom-parisi dan pasal-pasal yang bersangkutan hams dibaca dan tertulis sebagai berilcut: 1. Halaman komparisi:

3. Tuan Kyai Haji Muhammad Sjukri Gozali, Pensiunan Pegawai Negeri/

275

Page 288: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

Departemen Agama, bertempat tinggal di Jakarta, Tebet Barat Dalam I nomor 9.

4. Tuan Haji Darwis Aminy, Pensiunan Pegawai Negeri/Departernen Agama, bertempat tinggal di Jakarta, Jalan Ciujung nomor 36.

5. Tuan Haji Mohammad Noor Purwosutjipto, Sarajana Hukum, Pen-siunan Pegawai Negeri/Departemen Agama, bertempat tinggal di Jakarta, Jalan Danau Towuti nomor 48, Pejompongan.

2. Pasal I I ayat 4: 4. Para anggota direksi dan para anggota dewan komisaris diangkat dan

diberhentikan oleh rapat umum para pemegang saham, pengangkatan mana untuk waktu 5 (lima) tahun dan sesudah jangka waktu tersebut lampau, dapat diangkat kembali.

3. Pasal 12 ayat I: 1. Para anggota direksi bersama-sama atau masing-masing sendiri

berwenang mewakili perseroan di muka dan/atau di luar pengadilan tentang segala hal dan dalam segala kejadian dan berhak mengikat perseroan pada pihak lain atau pihak lain pada perseroan serta men-jalankan segala tindakan, baik yang mengenai pengurusan maupun yang mengenai pemilikan, akan tetapi dengan pembatasan bahwa untuk:

4. Pasal 22 ayat 1: 1. Perubahan atas ketentuan-ketentuan dalam anggaran dasar ini ter-

masuk pula perubahan nama, tempat kedudukan dan tujuan perse-roan, pembubaran perseroan sebelum waktu yang ditentukan atau di kemudian hari diperpanjang lagi, memperbesar atau memperkecil mo-dal perseroan, hanya dapat terjadi dengan keputusan dari suatu rapat umum luar biasa para pemegang saham yang khusus dipanggil untuk keperluan itu, dalam rapat mana hams diwakili sekurang-kurangnya 2/3 (dua-pertiga) dari modal yang telah dikeluarkan oleh perseroan, serta usul hams disetujui oleh sekurang-kurangnya 2/3 (dua-pertiga) dari jumlah yang dikeluarkan dengan sah.

5. Pasal 24 Bagian "Penutup" ayat 1: I. Menyimpang dan ketentuan Pasal I 1 tentang cara pengangkatan para

anggota direksi dan para anggota komisaris, maka untuk pertama kali diangkat sebagai: Direktur Utama : pendiri tuan Suganda. Direktur : pendiri tuan Haji Jakin Ibrahim. Komisaris Utama: pendiri man Kyai Haji Muhammad Sjukri Gozali. Komisaris : pendiri man Haji Darwis Aminy.

276

Page 289: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

Komisaris : pendiri man Haji Mohammad Noor Purwosutjipto Sarjana Hukum.

6. Pasal 24 Bagian "Penutup" ayat 2: 2. Dari saham-saham yang telah dikeluarkan telah ditempatkan oleh pars

pendiri: Than Suganda, 20 (dua puluh) helai saham atau seharga Rp 2.000.000,-(dua juta rupiah); Tuan Haji Jakin Ibrahim, 45 (empat puluh lima) helai saham atau se-harga Rp 4.500.000,- (empat juta lima ratus ribu rupiah); Tuan Kyai Haji Muhammad Sjukri Gozali, 45 (empat puluh lima) helai saham atau seharga Rp 4.500.000,- (empat juta lima rams ribu rupiah); Tuan Haji Darwis Aminy, 45 (empat puluh lima) helai saham atau seharga Rp 4.500.000,- (empat juta lima ratus ribu rupiah); Tuan Haji Mohammad Noor Purwosutjipto, Sarjana Hukum, 45 (empat puluh lima) helai saham atau seharga Rp 4.500.000,.(empat juta lima ratus ribu rupiah): atau sama sekali seluruhnya 200 (dua rams) helai saham atau seharga Rp 20.000.000,- (dua puluh juta rupiah); atas tiap-tiap saham mana disetor dengan uang tunai 10% (sepuluh persen) selambat-lambatnya satu hari sebelum akta pendirian perseroan terbatas ini diberikan pengesahan oleh yang berwenang, berarti yang disetor ada Rp 2.000.000,- (dua juta rupiah).

7. Pasal 24 Bagian "Penutup" ayat 3: 3. Dari bukti-bukti pendirian yang telah dikeluarkan oleh perseroan ini untuk pertama kalinya telah diberikan kepada: a. tuan Suganda; b. man Haji Jakin Ibrahim; c. man Kyai Haji Muhammad Sjukri Gozali; d tuan Haji Darwis Aminy; dan e. tuan Haji Mohammad Noor Purwosutjipto, Sarjana Hukum. Dari segala sesuatu yang tersebut di atas ini, maka dibuatlah

Akta ini Dibuat sebagai minit dan dibacakan serta ditanda-tangani di Bogor, pada hari dan tanggal tersebut dalam kepala akta ini, dengan dihadiri oleh: Nyo-nya Rahayu Benny Sofian, Sarjana Hukum dan man Haji Subandi Al Marsudi Baccaloreat Hukum, kedua-duanya pegawai kantor notaris dan bertempat tinggal di Bogor, sebagai saksi-saksi.

Segera setelah akta ini dibacakan oleh saya, notaris, kepada penghadap

277

Page 290: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

dan saksi-saksi, maka akta ini ditanda-tangani oleh penghadap, saksi-saksi dan saya, notaris.

Dilangsungkan dengan memakai dua belas perubahan, yaitu enam tam-bahan; dan enam coretan dengan gantian, coretan tanpa gantian tidak ada.

Ash akta ini telah ditanda-tangani secukupnya.

Diberikan sebagai salinan. Wakil Notaris Bogor,

SUYATIMAN TJOKROSUWARNO, S.H.

Akta ini termasuk pada Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia tertanggal 21 Juni 1975 No. Y.A. 5/219/10.

Diketahui: Direktur Jendral Hukum dan

Perundang-undangan; u.b.

Direktur Direktorat Perdata; ub.

Kepala Sub Direktorat Badan Hukum, Ny. SUBANDIJAH SUBANDI

Pada hari ini, Senin, tanggal 30 Juni 1975, akta ini telah didaftarkan di dalam buku register untuk maksud itu, yang berada di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Bogor, di bawah No. 53/1975 A.N.P.

Panitera Pengadilan Negeri Bogor, Ny. R.A. SJAFAAT

Ongkosnya: B.P.A. Rp 50,- Upah tulis Rp 70,- Jumlah Rp 120,-

278

Page 291: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

KUTIPAN dari Daftar Keputusan Menteri Kehakiman tanggal 21 Juni 1975 nomor Y.A. 5/219/10.

MENT'EFII KEHAICIMAN:

Membaca surat permohonan tertanggal 23 April 1975 No. 022/1975 dari Sdr. Suyatiman Tjokrosuwarno wakil notaris, dalam hal ini selaku kuasa dari Perseroan Terbatas tersebut di bawah ini;

Menimbang bahwa dalam akta pendirian tidak terdapat hal-hal yang bertentangan dengan syarat-syarat yang biasa diperlukan untuk persetujuan pendirian perseroan terbatas, sehingga tidak ada keberatan untuk memberikan persetujuan atas akta pendirian perseroan terbatas yang dimaksud.

Memutuskan: Menetapkan berdasarkan hukum yang berlaku untuk perseroan terbatas mem-berikan persetujuan akta pendirian perseroan terbatas: "PT Ciawi Jaya", berkedudukan di Bogor yang dibuat pada tanggal 26 Maret 1975 nomor 20 di hadapan wakil notaris Suyatiman Tjokrosuwarno, S.H. yang berkedudukan di Bogor dan diperbaiki dengan akta tertanggal 30 Mei 1975 nomor 14 yang dibuat di hadapan wakil notaris itu jugs.

Kutipan dari Daftar Keputusan ini dikirim kepada pemohon untuk dike-tahui dan dijalankan sebagaimana mestinya.

Sesuai dengan Daftar tersebut: DirekturJendralHukum dan

Perundang-undangan; u.b.

Direktur Direktorat Perdata; u.b.

Kepala Sub Direktorat Badan Hukum, Ny. SUBANDIJAH SUBANDI

Bea meterai berjumlah Rp 11.000,- (sebelas ribu rupiah) telah dilunaskan sebagaimana mestinya.

Kepada Yth. Wakil Notaris Suyatiman Tjokrosuwarno, S.H.

Kuasa dari "PT Ciawi Jaya" J1n. Ir. H. Juanda No. 26A

di BOGOR

279

Page 292: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

Pada hari iM, Senin, tanggal 30 Juni 1975, akta ini telah didaftarkan di dalam buku register untuk maksud itu, yang berada di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Bogor, di bawah No. 54/1975 A.N.P.

Panitera Pengadilan Negeri Bogor, Ny. R.A. SJAFAAT

Ongkosnya: B.P.A. Rp 50,- Upah tulis Rp 10,- Jumlah Rp 60,-

280

Page 293: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

Lampiran

UNDANG-UNDANG No.12 TAHUN 1967 tentang

POKOK-POKOK PERKOPERASIAN

DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA;

PJ. PRESIDEN REPUBLIK IDONESIA,

Menimbang: 1. bahwa Undang-Undang No. 14 tahun 1965 tentang Perkoperasian me-

ngandung fikiran-fikiran yang nyata-nyata hendak: a. menempatkan fungsi dan peranan koperasi sebagai abdi langsung

daripada politik, sehingga mengabaikan Koperasi sebagai wadah per-juangan ekonomi rakyat;

b. menyelewengkan landasan-landasan, asas-asas dan sendi-sendi Ko-perasi dari kemurniannya.

2. a. bahwa berhubung dengan itu perlu dibentuk undang-undang ba' yang sesuai dengan semangat dan jiwa Orde Baru sebagaimana di-tuangkan dalam Ketetapan-ketetapan MPRS Sidang ke-IV dan Sidang Istimewa untuk memungkinkan bagi Koperasi mendapatkan keduduk-an hokum dan tempat yang semestinya sebagai wadah organisasi perjuangan ekonomi rakyat yang berwatak sosial sebagai alat pen-demokrasian ekonomi nasional;

b. bahwa Koperasi bersama-sama dengan sektor ekonomi Negara dan Swasta bergerak di segala sektor kegiatan dan kehidupan ekonomi bangsa dalam rangka memampukan dirinya bagi usaha-usaha mewu-judkan masyarakat Sosi al isme Indonesia berdasarkan Panca Si la yang add dan makmur diridhoi Tuhan Yang Maha Esa.

3. bahwa berhubung dengan itu, maka Undang-Undang No. 14 tahun 1965 perlu dicabut dan perlu disusun suatu undang-undang ban' yang men-cerminkan jiwa, serta cita-cita yang terkandung dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 ayat (1) berikut penjelasannya.

Mengingat: 1. Pasal 5 ayat 1 jo, Pasal 20 dan Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945. 2. Ketetapan MPRS No. XIX/MPRS/1966; 3. Ketetapan MPRS No. XXII1/MPRS/1966;

281

Page 294: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

4 Ketetapan MPRS. No. XXXIII/MPRS/1967; Dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Gotong-Royong.

Memutuskan: Mencabut: Undang-Undang No. 14 tahun 1965 tentang Perkoperasian.

Menetapkan: Undang-Undang tentang Pokok-pokok Perkoperasian.

BAB I KETENTUAN-KETENTUAN UMUM

Pasal I Yang dimaksud di dalam undang-undang ini dengan:

Koperasi: adalah organisasi ekonomi rakyat, termaksud dalam BAB III pasal 3 yang didirikan menurut ketentuan di dalam Bab XII Pasal 44 undang-undang ini.

Perkoperasian: adalah segala sesuatu yang menyangkut kehidupan Koperasi yang meliputi bidang-bidang idiil organisasi dan usaha.

Menteri: adalah Menteri yang diserahi urusan Perkoperasian. Pejabat: adalah Pejabat yang diangkat oleh dan mendapat kuasa khusus

dari Pemerintah atau Menteri untuk beberapa soal Perkoperasian.

BAB II LANDASAN-LANDASAN KOPERASI

Pasal 2

(1) Landasan idiil Koperasi Indonesia adalah Panca Sila; (2) Landasan Strulcturil Koperasi Indonesia adalah Undang-Undang Dasar

1945, dan landasan geraknya adalah Pasal 33 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 beserta penjelasannya;

(3) Landasan mental Koperasi Indonesia adalah setia kawan dan kesadaran berpribadi.

BAB III PENGERTIAN DAN FUNGSIKOPERASI

Bagian 1 Pengertian Koperasi

282

Page 295: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

Pasal 3 Koperasi Indonesia adalah organisasi ekonomi rakyat yang berwatak sosial beranggotakan orang-orang atau badan-badan hukum Koperasi yang merupakan tata susunan ekonomi sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.

Bagian 2 Fungsi Koperasi

Pasal 4 Fungsi Koperasi Indonesia adalah: I. alat perjuangan ekonomi untuk mempertinggi kesejahteraan rakyat, 2. alat pendemokrasian ekonomi nasional, 3. sebagai salah satu urat nadi perekonomian Indonesia, 4. alat pembina insan masyarakat untuk memperkokoh kedudukan ekonomi

bangsa Indonesia serta bersatu dalam mengatur tata laksana perekono-mian rakyat.

BAB IV ASAS DAN SENDI DASARKOPEIRASI

Bagian 3 Asas Koperasi

Pasal 5 Asas Koperasi Indonesia adalah kekeluargaan dan kegotong -royongan.

Bagian 4 Sendi-sendi Dasar Koperasi

Pasal 6 Sendi-sendi dasar Koperasi Indonesia adalah: 1. sifat keanggotaannya sukarela dan terbuka untuk setiap warga negara

Indonesia, 2. rapat anggota merupakan kekuasaan tertinggi sebagai pencerminan

demokrasi dalam Koperasi, 3. pembagian sisa hasil usaha diatur menurut jasa masing-masing anggota, 4. adanya pembatasan bunga atas modal, 5. mengembangkan kesejahteraan anggota khususnya dan masyarakat pada

umumnya,

283

Page 296: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

6. usaha dan ketata-laksanaannya bersifat terbuka, 7. swadaya, swakerta dan swasembada sebagai pencerminan daripada

prinsip dasar: percaya pada diri sendiri.

BAB V PERANAN DAN TUGAS

Pasal 7 Koperasi Indonesia, dalam rangka pembangunan ekonomi dan perkembangan esejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya,

berperanan serta bertugas untuk: 1. mempersatukan, mengerahkan, membina dan mengembangkan potensi,

daya kreasi, daya usaha rakyat untuk meningkatkan produksi dan me-wujudkan tercapainya pendapatan yang adil dan kemakmuran yang merata,

2. mempertinggi taraf hidup dan tingkat kecerdasan rakyat, 3. membina kelangsungan dan perkembangan demokrasi ekonomi.

Pasal 8 Di dalam melakukan peranan dan tugas dimaksud di atas, Koperasi Indonesia dapat bekerjasama dengan sektor-sektor Perusahaan-perusahaan Negara dan Swasta.

Kerjasama tersebut diatur sedemikian rupa sehingga tidak mengorban-kan asas dan sendi-sendi dasar Koperasi Indonesia sendiri.

Pengaturan selanjutnya dilakukan dengan peraturan Pemerintah.

BAB VI KEANGGOTAAN, KEWAJIBAN DAN HAK ANGGOTA

Pasal 9 (1) Keanggotaan Koperasi terdiri dari orang-orang atau badan-badan hu-

kum Koperasi-koperasi; (2) Keanggotaan Koperasi dibuktikan dengan pencatatan dalam Buku Daf-

tar Anggota yang diselenggarakan oleh Pengurus menurut ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh Pejabat.

Pasal 10 Yang dapat menjadi anggota Koperasi ialah setiap warga negara Indonesia yang:

284

Page 297: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

1. mampu untuk melakukan tindakan hukum, 2. menerima landasan idiil, asas dan sendi dasar koperasi, 3. sanggup dan bersedia melakukan kewajiban-kewajiban dan hak seba-

gai anggota, sebagaimana tercantum dalam Undang-undang ini, Ang-garan Dasar dan Anggaran Rumah Tangga serta Peraturan Koperasi lain-nya.

Pasal 11 (1) Keanggotaan Koperasi didasarkan pada kesamaan kepentingan dalam

usaha Koperasi, (2) Keanggotaan Koperasi dapat diperoleh atau diakhiri setelah syarat-

syarat di dalam Anggaran Dasar dipenuhi; (3) Keanggotaan Koperasi tidak dapat dipindahtangankan dengan dalih

atau jalan apa pun.

Pasal 12 Setiap anggota Koperasi mempunyai kewajiban dan tanggung jawab yang sama: 1. dalam mengamalkan:

a. Landasan-landasan, asas dan sendi dasar Koperasi, b. Undang-undang, peraturan pelaksanaannya, Anggaran Dasar dan

Anggaran Rumah Tangga Koperasi, c. Keputusan-keputusan Rapat Anggota,

2. untuk hadir dan secara aktif mengambi 1 bagian dalam Rapat-rapat Anggota.

Pasal 13 Setiap anggota Koperasi mempunyai hak yang sama untuk: 1. menghadiri, menyatakan pendapat dan memberikan suara dalam rapat

anggota, 2. memilih dan/atau dipilih menjadi anggota Pengurus/Badan Pemeriksa, 3. meminta diadakannya Rapat Anggota menurut ketentuan-ketentuan da-

lam Anggaran Dasar, 4. mengemukakan pendapat atau saran-saran kepada Pengurus di luar rapat

baik diminta atau tidak diminta, 5. mendapat pelayanan yang sama antara sesama anggota, 6. melakukan pengawasan atas jalannya organisasi dan usaha-usaha Ko-

perasi menurut ketentuan-ketentuan dalam Anggaran Dasar.

285

Page 298: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

BAB VII ORGANISASI DAN JENIS KOPERASI

Bagian 5 Organisasi Koperasi

Pasal 14 (1) Sekurang-kurangnya 20 (dua puluh) orang yang telah memenuhi syarat-

syarat termaksud di dalam Pasal 10 dapat membentuk sebuah Koperasi; (2) Di dalam hal di mana syarat yang dimaksud di dalam ayat (1) pasal ini

tidak dapat dipenuhi, Menteri dapat menentukan lain.

Pasal 15 (I) Sesuai dengan kebutuhan dan untuk maksud-maksud effisiensi, Ko-

perasi-koperasi dapat memusatkan diri dalam Koperasi tingkat lebih atas;

(2) Koperasi tingkat terbawah sampai dengan tingkat teratas dalam hu-bungan pemusatan sebagai tersebut dalam ayat (1) pasal ini merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan;

(3) Koperasi tingkat lebih atas berkewajiban dan berwenang menjalankan bimbingan dan pemeriksaan terhadap koperasi tingkat bawah;

(4) Hubungan antar tingkat Koperasi sejenis diatur dalam Anggaran Dasar masing-masing Koperasi sejenis.

(5) Menteri mengatur lebih lanjut pelaksanaan dari ayat (1) pasal ini.

Pasal 16 (1) Daerah kerja Koperasi Indonesia pada dasarnya didasarkan pada kesa-

tuan wilayah administrasi Pemerintahan dengan memperhatikan kepen-tingan ekonomi;

(2) Di dalam hal di mana ketentuan ayat (1) pasal ini tidak dapat dipenuhi, Menteri menentukan lain.

Bagian 6 Jenis Koperasi

Pasal 17 ( 1 ) Penjenisan Koperasi didasarkan pada kebutuhan dari dan untuk effisiensi

suatu golongan dalam masyarakat yang homogeen karena kesamaan aktivitas/kepentingan ekonominya guna mencapai tujuan bersama anggota-anggotanya;

286

Page 299: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

(2) Untuk maksud effisiensi dan ketertiban, guna kepentingan dan per-kembangan Koperasi Indonesia, di tiap daerah kerja hanya terdapat satu Koperasi yang sejenis dan setingkat;

(3) Dalam hal ketentuan ayat (2) pasal ini tidak dapat dilaksanakan, Menteri dapat menentukan lain.

Pasal 18 (I) Koperasi-koperasi dari berbagai jenis dapat mendirikan organisasi

Koperasi jenis lain untuk tujuan ekonomi; (2) Untuk memperjuangkan tercapainya cita-vita, tujuan dan kepentingan

bersama Koperasi Indonesia, didirikan satu badan oleh gerakan Ko-perasi, yang bentuk organisasinya tunggal.

(3) Menteri memberikan pengesahan sebagai Badan Hukum bagi Badan yang dimaksud dalam ayat (2) di atas;

(4) Badan tersebut pada ayat (3) tidak melakukan kegiatan ekonomi secara langsung.

BAB VIII ALAT PERLENGKAPAN ORGANISASI KOPERASI

Pasal 19 (1) Alat perlengkapan organisasi Koperasi terdiri dari:

1. Rapat Anggota, 2. Pengurus, 3. Badan Pemeriksa.

(2) Bagi kepentingan Koperasi dapat diadakan Dewan Penasihat.

Bagian 7 Rapat Anggota

Pasal 20 Rapat Anggota merupakan kekuasaan tertinggi dalam tata kehidupan Koperasi; Keputusan Rapat Anggota sejauh mungkin diambil berdasarkan hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan. Dalam hal tidak tercapai kata mufakat, keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak; Dalam hal diadakan pemungutan suara Rapat Anggota, maka tiap-tiap Anggota mempunyai hak suara sama/satu; Bagi Koperasi yang anggotanya Badan-badan Hukum Koperasi dan

287

Page 300: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

Koperasi-koperasi tingkat atasnya, ketentuan dalam ayat (3) pasal ini dilakukan menurut suara berimbang yang pengaturannya lebih lanjut ditetapkan di dalam Anggaran Dasar;

(5) Untuk menghadiri Rapat Anggota seseorang anggota tidak dapat me-wakilkan kepada orang lain.

Pasal 21 Rapat Anggota Koperasi Indonesia menetapkan: 1. Anggaran Dasar, 2. Kebijaksanaan umum serta pelaksanaan keputusan-keputusan Koperasi

yang lebih atas, 3. Pemilihan/penganglcatan/pemberhentian Pengurus dan Badan Pemeriksa/

Penasihat, 4. Rencana kerja, Anggaran Belanja, pengesahan Neraca dan kebijaksanaan

Pengurus dalam bidang organisasi dan perusahaan.

Bagian 8 Pengurus Koperasi

Pasal 22 (1) Pengurus Koperasi dipilih dari dan oleh anggota dalam suatu Rapat

Anggota, sedang bagi Koperasi yang beranggotakan Badan-badan Hukum Koperasi, Pengurusnya dipilih dari anggota-anggota Koperasi.

(2) Syarat-syarat untuk dapat dipilih atau diangkat sebagai anggota Pengurus ialah: a. mempunyai sifat kejujuran dan keterampilan kerja, b. syarat-syarat lain yang ditentukan dalam Anggaran Dasar.

(3) Di dalam hal Rapat Anggota tidak berhasil memilih seluruh Anggota Pengurus dari kalangan anggota menurut ketentuan ayat (1), maka Rapat Anggota dapat memilih untuk diangkat orang bukan anggota dengan memperhatikan syarat-syarat di dalam ayat (2) dengan jumlah maksimum sepertiga dari jumlah Pengurus;

(4) Masa jabatan pengurus ditentukan dalam Anggaran Dasar dengan ketentuan tidak boleh lebih dari 5 (lima) tahun;

(5) Sebelum mulai memangku jabatannya, anggota Pengurus mengangkat sumpah atau janji.

Pasal 23 (I) Tugas kewajiban Pengurus Koperasi adalah memimpin organisasi dan

288

Page 301: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

usaha Koperasi serta mewakilinya di muka dan di luar Pengadilan sesuai dengan keputusan-keputusan Rapat Anggota;

(2) Pengurus dapat mempekerjakan seorang atau beberapa orang untuk melakukan pekerjaan sehari-hari;

(3) Pengurus bertanggung jawab dan wajib melaporkan kepada Rapat Anggota: a. Segala sesuatu yang menyangkut tata-kehidupan Koperasi; b. Segala laporan pemeriksaan atas tata-kehidupan Koperasi; khusus

mengenai laporan tertulis dari pada Badan Pemeriksa, Pengurus menyampaikan pula salinannya kepada Pejabat.

(4) Tiap-tiap Anggota Pengurus hams memberi bantuan kepada Pejabat yang sedang melakukan tugasnya; untuk keperluan itu ia diwajibkan memberi keterangan yang diminta oleh Pejabat dan memperlihatkan segala pembukuan, perbendaharaan, serta persediaan dan alat-alat inventaris yang menjadi dan merupakan kekayaan Koperasi;

(5) Pengurus wajib menyelenggarakan Rapat Anggota Tahunan menurut ketentuan-ketentuan yang tercantum di dalam Anggaran Dasar;

(6) Pengurus wajib mengadakan buku daft& Anggota Pengurus yang eara penyusunannya dilakukan menurut ketentuan-ketentuan yang ditetap-kan oleh Pejabat;

(7) Pengurus hams menjaga kerukunan Anggota dan melayaninya sesuai dengan Pasal 13 ayat (4) dan ayat (6).

Pasal 24 Pengurus berwenang melakukan tindakan-tindakan dan upaya-upaya bagi kepentingan dan kemanfaatan Koperasi sesuai dengan tanggung jawabnya dan Keputusan-keputusan Rapat Anggota.

Pasal 25 (1) Pengurus baik bersama-sama maupun sendiri-sendiri menanggung

kerugian yang diderita oleh Koperasi karena kelalaian atau kesengajaan yang dilakukan oleh anggota-anggota Pengurus;

(2) Jika kelalaian itu mengenai sesuatu yang termasuk pekerjaan beberapa orang anggota Pengurus, maka mereka bersama menanggung kerugian itu;

(3) Seseorang anggota Pengurus bebas dari tanggungannya, jika ia dapat membuktikan bahwa kerugian tadi bukan oleh karena kelalaiannya, serta ia telah berusaha dengan segera dan secukupnya untuk mencegah akibat dari kelalaian tadi;

289

Page 302: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

(4) Terhadap penggantian kerugian oleh Anggota/Anggota-anggota Peng-urus yang dilakukan karena kesengajaan, tidak menutup kemungkinan bagi penuntut umum untuk melakukan tuntutan.

(5) Mengenai berlakunya ketetapan didalam ayat (1) pasal ini, masing-masing anggota Pengurus dianggap telah mengetahui segala sesuatu yang semestinya patut diketahuinya.

Pasal 26 Jika seseorang anggota Pengurus yang dituntut untuk memenuhi tang-gungannya dapat membuktikan bahwa kerugian yang diderita oleh Koperasi hanya untuk sebagian kecil disebabkan kelalaiannya, maka dengan mem-pertimbangkan faktor-faktor tersebut Hakim Pengadilan Negeri dengan me-nyimpang dari ketentuan Pasal 25 ayat (2), dapat menentukan lain.

Bagian 9 Badan Pemeriksa

Pasal 27 Anggota Badan Pemeriksa dipilih dari dan oleh anggota di dalam suatu Rapat Anggota; Jabatan sebagai anggota Badan Pemeriksa tidak dapat dirangkap dengan jabatan Pengurus; Ketentuan-ketentuan mengenai Pengurus termaksud dalam Pasal 22 kecuali yang tersebut dalam ayat (3) berlaku pula bagi Badan Pemeriksa.

Pasal 28 Badan Pemeriksa bertugas untuk: 1. melakukan pemeriksaan terhadap tata-kehidupan Koperasi, termasuk

organisasi, usaha-usaha dan pelaksanaan kebijaksanaan Pengurus. 2. membuat laporan tertulis tentang hasil pemeriksaan.

Pasal 29 Badan Pemeriksa berwenang sewaktu-waktu untuk: 1. meneliti segala catatan tentang, serta seluruh harta kekayaan Koperasi

dan kebenaran pembukuan. 2. mengumpulkan segala keterangan yang diperlukan dari siapa pun.

Pasal 30 (1) Badan Pemeriksa harus merahasiakan hasil-hasil pemeriksaannya

terhadap fihak ketiga;

290

Page 303: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

(2) Badan Pemeriksa bertanggung-jawab terhadap Rapat Anggota.

BAB IX LAPANGAN USAHA, PERMODALAN DAN SISA HASIL USAHA

Bagian 10 Lapangan Usaha

Pasal 31 Lapangan usaha Koperasi adalah di bidang produk dan di bidang ekonomi lainnya berdasarkan Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945 dengan penje-lasannya.

Bagian 11 Permodalan Koperasi

Pasal 32 (1) Modal Koperasi terdiri dan dipupuk dari simpanan-simpanan, pinjaman-

pinjaman, penyisihan-penyisihan dari hasil usahanya termasuk ca-dangan serta sumber-sumber lain;

(2) Simpanan anggota di dalam Koperasi terdiri atas: a. simpanan pokok; b. simpanan wajib; c. simpanan sukarela.

(3) Simpanan sukarela dapat diterima oleh Koperasi dari bukan anggota.

Pasal 33

(1) Simpanan pokok tidak dapat diambil kembali selama anggota yang bersangkutan masih menjadi anggota Koperasi;

(2) Simpanan wajib dapat diambil kembali dengan cara-cara yang diatur lebih lanjut di dalam Anggaran Dasar. Anggaran Rumah Tangga dan Keputusan-keputusan Rapat Anggota dengan mengutamakan kepen-tingan Koperasi.

Bagian 12 Sisa basil usaha Koperasi

Pasal 34

(1) Sisa hasil usaha Koperasi adalah pendapatan Koperasi yang diperoleh di dalam satu tahun buku setelah dikurangi dengan penyusutan-

291

Page 304: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

penyusutan dan biaya-biaya dari tahun buku yang bersangkutan; (2) Sisa hasil usaha bersama dari usaha yang diselenggarakan untuk

anggota dan juga bukan anggota; (3) Sisa hasil usaha yang berasal dari usaha yang diselenggarakan untuk

anggota dibagi untuk: a. Cadangan Koperasi; b. Anggota sebanding dengan jasa yang diberikannya. c. Dana Pengurus, d. Dana Pegawai/Karyawan, e. Dana Pendidikan Koperasi, f Dana Sosial, g. Dana Pembangunan Daerah Kerja.

(4) Sisa hasil usaha yang berasal dari usaha yang diselenggarakan untuk bukan anggota dibagi untuk: a. Cadangan koperasi, b. Dana Pengurus, c. Dana Pegawai/Karyawan, d. Dana Pendidikan Koperasi, e. Dana Sosial, f Dana Pembangunan Daerah Kerja.

(5) Cara dan besarnya pembagian tersebut di dalam ayat (3) dan ayat (4) pasal ini diatur di dalam Anggaran Dasar;

(6) Cara penggunaan sisa hasil usaha tersebut di dalam ayat (3) dan ayat (4) kecuali Cadangan Koperasi diatur di dalam Anggaran Dasar dengan mengutamakan kepentingan Koperasi.

Pasal 35 (1) Koperasi mengatur pemupukan dan penggunaan cadangan yang cara-

caranya, ditetapkan di dalam Anggaran Dasar. (2) Pada pembubaran Koperasi sisa kekayaan Koperasi setelah diper-

gunakan untuk menutup kerugian-kerugian Koperasi dan biaya-biaya penyelesaian, diberikan kepada perkumpulan Koperasi atau kepada Badan lain yang asas dan tujuannya sesuai dengan Koperasi.

BAB X TANGGUNGAN ANGGOTA

Pasal 36 (1) Tanggungan anggota adalah kewajiban untuk menanggung bersama

292

Page 305: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

atas kerugian yang diderita, balk yang timbul pada penutupan tahun buku maupun pada pembubaran Koperasi.

(2) Tanggungan anggota dapat bersifat tanggungan terbatas atau tang-gungan tidak terbatas; setiap Anggaran Dasar Koperasi memuat salah satu sifat tanggungan tersebut di atas;

(3) Dalam hal tanggungan anggota ditetapkan terbatas, maka kerugian yang timbul hanya dapat dibebankan kepada kekayaan Koperasi dan jumlah tanggungan anggota seperti yang ditetapkan di dalam Anggaran Dasar;

(4) Pada waktu pembubaran Koperasi, anggota yang telah keluar tidak bebas dari kewajiban menanggung kerugian termaksud di dalam ayat (2) pasal ini, sepanjang kerugian ini timbul sebagai akibat dari salah satu kejadian di mana yang bersangkutan masih menjadi anggota dengan ketentuan bahwa saat keluarnya anggota tersebut belum lewat jangka waktu 12 bulan;

(5) Dalam hal terdapat anggota/anggota-anggota sebagai penanggung kerugian Koperasi termaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) pasal ini, ter-nyata tidak mampu untuk membayar penuh jumlah tanggungannya, maka anggota-anggota yang lain diwajibkan menanggung kewajiban mereka yang tidak mampu itu, masing-masing sama besarnya.

BAB XI PERANAN PEMERINTAH

Pasal 37 Pemerintah berkewajiban untuk memberik an bimbingan, pengawasan, perlindungan dan fasilitas terhadap Koperasi serta memampukannya untuk melaksanakan Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945 beserta penjelasannya.

Pasal 38 (1) Guna melaksanakan kewajiban tersebut pada Pasal 37, dengan tidak

mengurangi hak dan kewajiban Koperasi untuk mengatur diri sendiri, Pemerintah dengan Peraturan Pemerintah menetapkan kebijaksanaan, mengatur pembinaan, bimbingan, pemberian fasilitas, perlindungan dan pengawasan terhadap seluruh kegiatan Koperasi;

(2) Menteri menunjuk Pejabat dan menetapkan batas-batas wewenang Pe-jabat yang diserahi tugas di bidang pembinaan, bimbingan dan peng-awasan;

(3) Pejabat senantiasa dapat menghadiri dan turut berbicara dalam Rapat Pengurus dan Rapat Anggota. Dalam keadaan luar biasa, Pejabat ber-

293

Page 306: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

wenang mengadakan Rapat Anggota, menentukan acaranya dan mela-kukan pembicaraan.

Pasal 39 Pemeriksaan terhadap Koperasi oleh Pejabat dapat dilakukan sendiri, atau oleh orang lain atau oleh Badan yang ditunjuknya. Pejabat dan atau Pemeriksa wajib merahasiakan segala hasil pemeriksaannya.

Pasal 40 Kredit dan Pemerintah dan kewajiban pajak bagi Koperasi ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan tersendiri, dengan mengingat fungsi Ko-perasi dan ciri-ciri khusus yang dimilikinya.

BAB XII KEDUDUKAN HUKUM KOPERASI

Bagian 13 Kedudukan Hukum Koperasi

Pasal 41 Koperasi yang akta pendiriannya disahkan menurut ketentuan Undang-undang ini adalah Badan Hukum.

Pasal 42

(I) Wewenang untuk memberikan Badan Hukum Koperasi ada pada Menteri; (2) Menteri dapat memberikan kepada Pejabat wewenang untuk memberi-

kan Badan Hulcurn Koperasi dimaksud dalam ayat (1) di atas.

Pasal 43 (1) Badan Hukum Koperasi termaksud dalam Pasal 41 dinyatakan dalam

akta pendirian yang memuat Anggaran Dasar yang tidak boleh berten-tangan dengan Undang-undang ini;

(2) Menteri menentukan pedoman tentang isi dan cara-cara penyusunan Anggaran Dasar Koperasi.

Raglan 14 Cara-cara mendapatkan Badan Hukum Koperasi

Pasal 44 (1) Untuk mendapat hak Badan Hukum, pendiri-pendiri Koperasi meng-

294

Page 307: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

ajukan akta-pendirian kepada Pejabat. Akta-pendirian yang dibuat da-lam rangkap 2 (dua), di mana satu di antaranya bermeterai, bersama-sama petikan Berita Acara tentang Rapat Pembentukan yang memuat catatan tentang jumlah anggota dan nama mereka yang diberikan kuasa untuk menanda-tangani akta-pendirian, dikirim kepada Pejabat;

(2) Pada waktu menerima akta-pendirian, Pejabat mengirim/menyerahkan sehelai tanda terima yang bertanggal kepada pendiri-pendiri Koperasi;

(3) Jika Pejabat berpendapat bahwa isi akta-pendirian itu tidak bertentang-an dengan Undang-undang ini maka akta-pendirian didaftar dengan memakai nomor unit dalam buku Daftar Umum yang disediakan untuk keperluan itu pada kantor Pejabat;

(4) Tanggal pendaftaran akta-pendirian berlaku sebagai tanggal resmi berdirinya Koperasi;

(5) Kedua buah akta-pendirian tersebut dalam ayat (1) pasal ini dibubuhi tanggal, nomor pendaftaran serta tanda pengesahan oleh Pejabat atas kuasa Menteri. Sebuah akta-pendirian yang tidak bermeterai disimpan di kantor Pejabat, sedang sebuah Iainnya yang bermeterai dikirimkan kepada pendiri-pendiri Koperasi;

(6) Jika terdapat perbedaan antara kedua akta-pendirian yang telah disahkan tersebut maka akta-pendirian yang disimpan di kantor Pejabatlah yang dianggap benar;

(7) Pejabat mengumumkan setiap pengesahan Koperasi di dalam Berita-Negara;

(8) Buku Daftar Umum beserta akta-akta yang disimpan pada kantor Peja-bat, dapat dilihat dengan cuma-cuma oleh umum; salinan ataupun pe-tikan akta-akta dapat diperoleh dengan mengganti biaya;

(9) Menteri dapat mengadakan pengecualian mengenai pembayaran bea meterai atas akta-pendirian dimaksud dalam ayat (1) pasal ini.

Pasal 45

Sejak tanggal pendaftaran sebagai dimaksud dalam Pasal 44 ayat (3), Koperasi yang bersangkutan adalah Badan Hukum, sehingga segala hak dan kewajiban yang timbul serta ikatan yang diadakan atas namanya sebelum tanggal pen-daftaran tersebut, seketika itu beralih kepadanya.

Pasal 46

(1) Pejabat dalam waktu selambat-lambatnya 6 (enam) bulan terhitung sejak Pejabat menerima permintaan pengesahan seperti tersebut dalam Pasal 44 harus telah memberikan pengesahannya;

295

Page 308: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

(2) Dalam hal Pejabat berkeberatan atas isi akta-pendirian yang diajukan oleh pendiri-pendiri, karena dianggapnya tidak sesuai dengan Undang-undang ini beserta ketentuan-ketentuan pelaksanaannya, maka 3 (tiga) bulan sebelum berakhimya jangka waktu sebagai dimaksud dalam ayat (1) pasal ini, Pejabat harus telah memberikan penolakan tertulis yang memuat alasan-alasan, dikirim dengan pos tercatat atau dengan cam lain yang dapat dipertanggung-jawabkan kepada pendiri-pendiri, yang tern-busannya dikirim kepada Pejabat yang lebih tinggi dan kepada Menteri;

(3) Terhadap penolakan tersebut dalam ayat (2) pasal ini, dalam waktu selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan terhitung mulai hari berikutnya dite-rimanya surat penolakan oleh pendiri-pendiri, pendiri-pendiri dapat memajukan banding kepada Menteri;

(4) Keputusan Menteri merupakan keputusan terakhir.

Pasal 47 (1) Dalam hal terjadi perubahan Anggaran Dasar, maka berlaku tata-cara

dan kewajiban sebagaimana tersebut dalam Pasal 44 dengan pengertian bahwa akta-perubahan bersama-sama petikan Berita Acara tentang Rapat Anggota Perubahan Anggaran Dasar yang antara lain memuat jumlah Anggota dan yang hadir pada Rapat Perubahan tersebut dan nama mereka yang diberi kuasa untuk menanda-tangani akta-perubahan dikirim kepada Pejabat;

(2) Ketentuan-ketentuan di dalam Pasal 46 berlaku pula terhadap akta-pe-rubahan yang dimaksud di dalam ayat (1) pasal ini.

Pasal 48 (1) Perkumpulan atau badan perekonomian apa pun yang didirikan tidak

menurut ketentuan Undang-undang ini dilarang memakai nama/istilah Koperasi kecuali dengan izin Menteri;

(2) Ketentuan ayat (1) pasal ini tidak berlaku bagi Badan-badan Pemerintah dan Badan-badan Keilmiahan.

BAB }III PEMBUBARAN KOPERASI

Bagian 15 Cara Pembubaran Koperasi

Pasal 49 (I) Pembubaran Koperasi dilakukan bila dikehendaki oleh Rapat Anggota;

296

Page 309: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

(2) Pembubaran Koperasi dapat juga dilakukan oleh Pejabat bila: a. Terdapat bukti-bukti bahwa Koperasi yang bersangkutan tidak lagi

memenuhi ketentuan-ketentuan dalam Undang-undang ini. b. Kegiatan-kegiatan Koperasi yang bersangkutan bertentangan

dengan ketertiban umum dan/atau kesusilaan; c. Koperasi yang bersangkutan dalam keadaan sedemikian rupa se-

hingga tidak dapat diharapkan lagi kelangsungan hidupnya; (3) Keberatan terhadap alasan yang dipergunakan Pejabat untuk mem-

bubarkan Koperasi karena hal-hal yang tercantum dal am ayat (2) pasal ini, dapat diajukan kepada Menteri; .

(4) Pembubaran Koperasi dinyatakan dalam surat keputusan Pejabat, di-umumkan dalam Berita Negara dan dicatat dalam Buku Daflar Umum dari Kantor Pejabat di mana akta-pendirian terdaftar.

Pasal 50 (1) Pembubaran Koperasi atas kehendak Rapat Anggota seperti dimaksud-

kan dalam ayat (1) Pasal 49 dilakukan oleh Pejabat setelah ia menerima permintaan resmi dari Pengurus Koperasi yang bersangkutan atau me-reka yang dikuasakan khusus untuk itu;

(2) Di dalam surat permintaan itu hams disertakan petikan BeritaAcara Rapat Anggota Pembubaran Koperasi yang bersangkutan; yang memuat ten-tang keputusan Rapat Anggota untuk membubarkan Koperasi tersebut.

Pasal 51 (1) Pembubaran Koperasi yang didasarkan atas salah satu alasan yang

termuat dalam ayat (2) Pasal 49 dilaksanakan oleh Pejabat setelah waktu 3 (tiga) bulan sejak ia memberitahukan maksudnya secara tertulis, diki-rim dengan pos tercatat atau dengan cara lain yang dipertanggung jawabkan kepada Koperasi yang bersangkutan disertai alasan-alasan-nya, apabila Koperasi yang bersangkutan tidak menyatakan kebe-ratannya. Tindasan dari surat tersebut hams dikirim kepada Menteri dan Pejabat yang lebih tinggi;

(2) Dalam waktu 3 (tiga) bulan terhitung sejak tanggal diterimanya surat dari Pejabat termaksud dalam ayat (1) pasal ini, Pengurus atau sekurang-kurangnya sepersepuluh dari jumlah anggota Koperasi yang bersang-kutan, berhak untuk menyatakan secara tertulis tentang keberatannya, dikirim dengan pos tercatat atau dengan cara lain yang dapat diper-tanggung-jawabkan kepada Menteri, yang tindasannya hams dikirim kepada Pejabat yang bersangkutan;

297

Page 310: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

(3) Menteri harus menyatakan pendapatnya secepat-cepatnya terhadap keberatan tersebut dan mengirimkan segera pendapatnya itu kepada Pejabat yang bersangkutan, yang selanjutnya hams mengambil kepu-tusan yang sesuai dengan pendapat Menteri.

Bagian 16 Penyelesaian

Pasal 52 (1) Dalam surat keputusan Pejabat tentang pembubaran Koperasi sekaligus

dicantumkan nama (nama-nama) orang (orang-orang) atau Badan yang diberi tugas melaksanakan penyelesaian, selanjutnya disebut Penyele-sai, yang hak, wewenang dan kewajibannya diatur dalam Pasal 53 Undang-undang ini;

(2) Sejak tanggal dikeluarkannya surat keputusan oleh Pejabat, tentang pembubaran Koperasi sebagai tersebut dalam ayat (1) pasal ini, Pe-nyelesai secara sah dapat melakukan tugasnya;

(3) Penyelesai bertanggung-jawab kepada Pejabat; (4) Selama dalam proses penyelesaian, Koperasi yang bersangkutan masih

tetap berstatus sebagai Badan Hukum.

Pasal 53 Penyelesai mempunyai hak, wewenang dan kewajiban sebagai berikut: 1. Melakukan segala perbuatan hukum untuk dan atas nama Koperasi serta

mewakilinya di depan dan di luar Pengadilan, 2. Mengumpulkan segala keterangan-keterangan yang diperlukan, 3. Memanggil anggota dan bekas anggota termaksud di dalam Pasal 36,

baik satu-persatu atau bersama-sama, 4. Menetapkan jumlah bagian tanggungan yang harus dibayar oleh masing-

masing anggota dan bekas anggota termaksud dalam Pasal 36, 5. Menetapkan oleh siapa dan menurut perbandingan bagaimana biaya

penyelesaian hams dibayar, 6. Mempergunakan sisa kekayaan Koperasi sesuai dengan asas tujuan Ko-

perasi atau keputusan Rapat Anggota terakhir atau sebagai tercantum di dalam Anggaran Dasar.

7. Menentukan penyimpanan dan penggunaan segala arsip Koperasi, 8. Menetapkan pembayaran biaya penyelesaian yang dilakukan dan pem-

bayaran utang lainnya, 9. Setelah berakhir penyelesaian menurut jangka waktu yang ditetapkan

298

Page 311: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

oleh Pejabat, maka Penyelesai membuat Berita Acara tentang penyele-saian itu.

Bagian 17 Hapusnya Badan Hukum Koperasi

Pasal 54 (1) Pejabat mengumumkan selesainya penyelesaian dalam Berita-Negara; (2) Sejak tanggal pengumuman dalam Berita-Negara tersebut dalam ayat

(1) pasal ini hapuslah Status Badan Hukum Koperasi.

BAB XIV KETENTUAN PIDANA

Pasal 55 (1) Dihukum dengan hukuman denda setinggi-tingginya seratus rupiah

anggota Pengurus yang dengan sengaja melanggar ketentuan Pasal 9 ayat (2), atau Pasal 23 ayat (6);

(2) Dihukum dengan hukuman denda setinggi-tingginya lima ratus rupiah atau hukuman kurungan selama-lamanya empat belas hari barangsiapa yang dengan sengaja melanggar ketentuan Pasal 23 ayat (4) atau ayat (5);

(3) Dihukum dengan hukuman denda setinggi-tingginya seribu rupiah atau hukuman kurungan selama-lamanya satu bulan barangsiapa yang dengan sengaja atau karena lalai melanggar ketentuan Pasal 30 ayat (1) atau Pasal 39;

(4) Dihukum dengan hukuman denda setinggi-tingginya dua ribu rupiah atau hukuman kurungan selama-lamanya dua bulan barangsiapa yang dengan sengaja melanggar ketentuan di dalam Pasal 48;

(5) Perbuatan-perbuatan yang diancam dengan hukuman tersebut dalam ayat-ayat (1), (2), (3) dan (4) pasal ini dianggap sebagai pelanggaran;

(6) Sanksi-sanksi lain di luar ketentuan-ketentuan tersebut di dalam pasal ini berupa sanksi-sanksi administratif diatur oleh Menteri.

Pasal 56 Di samping mereka yang berdasarkan hukum acara pidana mempunyai wewenang penyidikan umum, Pejabat yang diangkat atas dasar Pasal 1 Undang-undang ini juga berwenang melakukan penyidikan dan menentukan pelanggaran serta membuat Berita Acara dengan mengingat sumpah jabatan

299

Page 312: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

atas pelanggaran-pelanggaran seperti tersebut dalam ayat (1) sampai dengan ayat (4) Pasal 55 Undang-undang ini.

BAB XV KETENTUAN-KETENTUAN PERALTHAN

Pasal 57 (1) Semua Koperasi yang telah berdiri sebelum berlakunya Undang-undang

ini, harus sudah menyesuaikannya dengan Undang-undang ini selambat-lambatnya dalam waktu satu tahun sejak dikeluarkannya Undang-undang ini;

(2) Menteri mengatur segala ketentuan mengenai pelaksanaan penyesuaian dimaksud dalam ayat (1) pasal ini;

(3) Segala ketentuan yang bertentangan dengan Undang-undang ini di-nyatakan tidak berlaku lagi;

(4) Menteri segera mengeluarkan ketentuan-ketentuan pelaksanaan dari Undang-undang ini.

BAB XVI KETENTUAN-KETENTUAN PENUTUP

Pasal 58 Undang-undang ini disebut "Undang-undang tentang Pokok-pokok Perko-perasian" dan mulai berlaku pada hari diundangkan.

Agar supaya setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran-Negara Re-publik Indonesia.

Disahkan di Jakarta pada tanggal 18 Desember 1967 Pd. Presiden Repubilk Indonesia

ttd. SOEHARTO Jenderal TNI

Diundangkan di Jakarta pada tanggal 18 Desember 1967

Sekretaris Kabinet Ampera, ttd.

SUDHARMONO, S.H. Brigjen TNI

Lembaran-Negara Republik Indonesia Tahun 1967 No. 23.

300

Page 313: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

PENJELASAN atas

UNDANG-UNDANG No. 12 TAHUN 1967 tentang

POKOK-POKOK PERKOPERASIAN

Dengan memanjatkan syukur setinggi-tingginya kepada Tuhan Yang Maha Esa, bahwa rakyat Indonesia telah diberi kumia dan rahmat suatu Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berbentuk Nusantara yang terletak di jalan silang antara dua benua dan dua samudera dengan kekayaan alamnya yang melimpah ruah.

Bumi, air Indonesia dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya itu adalah lcumia Tuhan kepada rakyat Indonesia, yang menurut ketentuan Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 33 hams dipergunakan untuk sebesar-besamya kemakmuran rakyat, baik spirituil maupun materiil.

Pemerintah dan rakyat Indonesia mempunyai kewajiban untuk menggali, mengolah dan membina kekayaan alam tersebut guna mencapai masyarakat adil dan makmur yang diridhoi Tuhan sesuai dengan yang telah diperintahkan oleh Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33. Pemanfaatan kekayaan alam ter-sebut oleh rakyat Indonesia diselenggarakan dengan susunan ekonomi seba-gai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan dan kegotong-ro-yongan.

1. UM UM Sesungguhnya Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 ayat (1) beserta pen-jelasannya telah dengan jelas menyatakan, bahwa perekonomian Indonesia disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan dan Koperasi adalah satu bangun usaha yang sesuai dengan susunan pereko-nomian yang dimaksud itu. Berdasarkan pada ketentuan itu dan untuk men-capai cita-cita tersebut Pemerintah mempunyai kewajiban membimbing dan membina perkoperasian Indonesia dengan sikap "ing ngarsa sung tulada, ing madya bangun karsa, tut wuri handayani."

Dalam rangka kembali kepada kemumian pelaksanaan Undang-Undang Dasar 1945, sesuai pula dengan Ketetapan MPRS No. XXIII/MPRS/1966, tentang Pembaharuan Kebijaksanaan Landasan Ekonomi, Keuangan dan Pembangunan, maka peninjauan serta perombakan Undang-Undang No. 14 Tahun 1965 tentang Perkoperasian merupakan suatu keharusan, karena baik isi maupun jiwanya Undang-undang tersebut mengandung hal-hal yang ber-tentangan dengan asas-asas pokok, landasan ketja serta landasan idiil Ko-

301

Page 314: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

perasi, sehingga akan menghambat kehidupan dan perkembangan serta mengaburkan hakekat Koperasi sebagai organisasi ekonomi rakyat yang demokratis dan berwatak sosial.

Peranan Pemerintah yang terlalu jauh dalam mengatur masalah per-koperasian Indonesia sebagaimana telah tercermin di masa yang Iampau pada hakekatnya tidak bersifat melindungi, bahkan sangat membatasi gerak serta pelaksanaan strategi dasar perekonomian yang tidak sesuai dengan jiwa dan makna Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33. Hal yang demikian itu akan menghambat langkah serta membatasi sifat-sifat keswadayaan, keswa-sembadaan serta keswakertaan yang sesungguhnya merupakan unsur pokok dari asas-asas percayaan pada din sendiri, yang pada gilirannya akan dapat merugikan masyarakat sendiri.

Oleh karenanya sesuai dengan Ketetapan MPRS No. XIX/MPRS/1966 dianggap perlu untuk mencabut dan mengganti Undang-Undang No. 14 tahun 1965 tentang Perkoperasian tersebut dengan undang-undang yang barn yang benar-benar dapat menempatkan Koperasi pada fungsi yang semestinya yakni sebagai alat pelaksanaan dari Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 ayat (1).

Di bidang idiil, Koperasi Indonesia merupakan satu-satunya wadah untuk menyusun perekonomian rakyat berasaskan kekeluargaan dan kegotong-royongan yang merupakan ciri khan dari tata-kehidupan bangsa Indonesia dengan tidak memandang golongan, aliran maupun kepercayaan yang dianut seseorang. Koperasi sebagai alat pendemokrasian ekonomi nasional dilak-sanakan dalam rangka politik umum perjuangan Bangsa Indonesia.

Di bidang organisasi Koperasi Indonesia menjamin adanya hak-hak in-dividu serta memegang teguh aces-asas demokrasi. Rapat Anggota meru-pakan kekuasaan tertinggi di dalam tata-kehidupan Koperasi. Koperasi men-dasarkan geraknya pada aktivitas ekonomi dengan tidak meninggalkan asasnya yakni kekeluargaan dan gotong-royong.

Dengan berpedoman kepada Ketetapan MPRS XXIII/MPRS/1966 Pemerintah memberikan bimbingan kepada Koperasi dengan sikap seperti tersebut di atas serta memberikan perlindungan agar Koperasi tidak mengalami kekangan dari pihak manapun, sehingga Koperasi benar-benar mampu melaksanakan Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945 beserta pen-jelasannya.

Undang-undang ini dinamakan Undang-Undang tentang Pokok-pokok Perkoperasian.

302

Page 315: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

II. PASAL DEMI PASAL BAB I

KETENTUAN-KETENTUAN UM1UM

Pasal 1 Yang dimaksud dengan kuasa khusus adalah sebagian dari wewenang Menteri yang dilimpahkan kepada Pejabat untuk beberapa soal perkoperasian.

BAB II LANDASAN-LANDASAN KOPERASI

Pasal 2 1. Panca Sila. Kelima Sila: Ketuhanan Yang Maha Esa, Perikemanusiaan, Kebangsaan, Kedaulatan Rakyat dan Keadilan Sosial hams dijadikan dasar serta dilak-sanakan dalam kehidupan Koperasi, karena sila-sila tersebut memang men-jadi sifat dan tujuan Koperasi dan selamanya merupakan aspirasi anggota-anggota Koperasi.

Dasar idiil ini hams diamalkan oleh Koperasi disebabkan karena Panca Sila memang menjadi falsafah Negara dan bangsa Indonesia.

2. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 ayat (1). Pasal 33 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 berbunyi:

"Perekonomian disusun sebagai usaha bersama, berdasar atas asas kekeluargaan." Penjelasannya berbunyi sebagai berikut:

Dalam Pasal 33 tercantum dasar demokrasi ekonomi, produksi dikerjakan oleh semua untuk semua di bawah pimpinan atau penilikan anggota-anggota masyarakat. Kemakmuran masyarakatlah yang diutamakan bukan kemak-muran orang seorang. Sebab itu perekonomian disusun sebagai usaha ber-sama berdasarkan atas usaha kekeluargaan.

Bangun perusahaan yang sesuai dengan itu ialah Koperasi.

3. Setia kawan dan Kesadaran berpribadi. Koperasi adalah unsur pendidikan yang baik untuk memperkuat ekonomi dan moral, karena Koperasi berdasarkan dua landasan mental, yaitu setia kawan dan kesadaran berpribadi yang satu sama lain memperkuat.

Setia kawan telah ada dalam masyarakat Indonesia yang asli dan tampak keluar sebagai gotong royong. Akan tetapi landasan setia kawan saja hanya dapat memelihara persekutuan dalam masyarakat yang statis, dan karenanya tidak dapat mendorong kemajuan.

303

Page 316: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

Kesadaran berpribadi, keinsyafan akan harga did sendiri, dan percaya pada diri sendiri, adalah mutlak untuk menaikkan derajat penghidupan dan kemakmuran.

Dalam Koperasi hams tergabung kedua-dua landasan mental tadi yakni setia kawan dan kesadaran berpribadi sebagai dua unsur yang dorong-mendorong, hidup-menghidupi dan awas-mengawasi.

BAB III PENGERTIAN DAN FUNGSI KOPERASI

Bagian 1 Pengertian Koperasi

Pasal 3 Koperasi Indonesia adalah kumpulan dan orang-orang yang sebagai manusia secara bersama-sama bergotong-royong berdasarkan persamaan, bekerja untuk memajukan kepentingan-kepentingan ekonomi mereka dan kepentingan masyarakat.

Dari pengertian umum di atas, maka ciri-ciri seperti di bawah ini seharusnya selalu nampak: a. bahwa Koperasi Indonesia adalah kumpulan orang-orang dan bukan kum-

pulan modal. Pengaruh dan penggunaan modal dalam Koperasi Indonesia tidak boleh mengurangi makna dan tidak boleh mengaburkan pengertian Koperasi Indonesia sebagai perkumpulan orang-orang dan bukan sebagai perkumpulan modal. Ini berarti bahwa Koperasi Indonesia hams benar-benar mengabdikan kepada perikemanusiaan dan bukan kepada keben-daan;

b. bahwa Koperasi Indonesia bekerja sama, bergotong-royong berdasarkan persamaan derajat, hak dan kewajiban yang berarti Koperasi adalah dan seharusnya merupakan wadah demokrasi ekonomi dan sosial.

Karena dasar demokrasi ini maka hams dijamin benar-benar bahwa Koperasi adalah milik para anggota sendiri dan pada dasarnya hams diatur serta diurus sesuai dengan keinginan para anggota yang berarti bahwa hak tertinggi dalam Koperasi terletak pada Rapat Anggota;

c. bahwa segala kegiatan Koperasi Indonesia hams didasarkan atas ke-sadaran para anggota. Dalam Koperasi tidak boleh dilakukan paksaan, ancaman, intimidasi dan campur tangan dari fihak-fihak lain yang tidak ada sangkut pautnya dengan soal-soal intern Koperasi;

d. bahwa tujuan Koperasi Indonesia hams benar-benar merupakan kepen-tingan bersama dari para anggotanya dan tujuan itu dicapai berdasarkan

304

Page 317: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

karya dan jasa yang disumbangkan para anggota masing-masing. Ikut sertanya anggota sesuai dengan besar kecilnya karya dan jasanya hams dicerminkan pula dalam hal pembagian pendapatan dalam Koperasi.

Bagian 2 Fungsi Koperasi

Pasal 4 Bahwa Koperasi itu berfungsi sebagai alat perjuangan ekonomi untuk mem-pertinggi kesejahteraan rakyat dan sebagai alat pendemokrasian ekonomi nasional, dengan jelas dapat dilihat dari asas dan sendi-sendi dasamya.

Selanjutnya perlu ditegaskan bahwa di samping Koperasi ada Perusahaan Negara atau Daerah dan Swasta. Ketiga sektor ekonomi tersebut hams bekerja sama secara teratur, karena satu sama lain sating kait-mengait, sehingga perlu adanya synchronisasi.

Kedudukan ekonomi bangsa Indonesia hams diperkokoh, tatalaksana perekonomian rakyat dipersatukan dan diatur, segala itu untuk menghapuskan sisa-sisa penindasan dalam sektor perekonomian guna mempertinggi kese-jahteraan rakyat.

Fungsi-fungsi tersebut hanya akan tercapai bilamana Koperasi sendiri benar-benar melaksanakan pekerjaannya berdasarkan asas dan sendi-sendi dasamya.

Kelangsungan dan perkembangan demokrasi ekonomi perlu dibina, guna menjamin tidak adanya penghisapan di antara sesama manusia. Sisa-sisa penindasan dalam sektor perekonomian rakyat hams dihapuskan.

Koperasi Indonesia yang berdasarkan kekeluargaan dan kegotong-royongan hams dapat mempertinggi taraf hidup anggotanya dan rakyat umumnya.

Untuk mencapai tujuan ini kecerdasan rakyat hams ditingkatkan sehing-ga rakyat mengerti dan sadar akan perlunya berkoperasi.

BAB IV ASAS DAN SENDI DASAR KOPERASI

Bagian 3 Asas Koperasi

Pasal 5 Dengan berpegang teguh pada asas kekeluargaan dan kegotong-royongan

305

Page 318: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

sesuai dengan kepribadian bahkan karena Pancasila memang menjadi falsafah Indonesia, ini tidak berarti, bahwa Koperasi meninggalkan sifat dan syarat-syarat ekonominya, sehingga kehilangan effisiensinya.

Koperasi Indonesia hendaknya menyadari bahwa di dalam dirinya terdapat suatu kepribadian Indonesia, sebagai pencerminan daripada garis pertum-buhan bangsa Indonesia yang ditentukan oleh kehidupan dan bangsa Indonesia dan dipengaruhi oleh keadaan tempat lingkungan Indonesia serta suasana waktu sepanjang masa, dengan ciri-ciri Ketuhanan Yang Maha Esa, kegotong-royongan dan kekeluargaan serta Bhinneka Tunggal Ika.

Bagi Koperasi asas gotong-royong berarti bahwa pada Koperasi terdapat keinsyafan dan kesadaran semangat bekerja sama dan tanggung jawab bersa-ma terhadap akibat dari karya tanpa memikirkan kepentingan diri sendiri, melainkan selalu untuk kebahagiaan bersama. Dalam membagi hasil karya-nya, masing-masing anggota menerima bagiannya sesuai dengan sumbangan keija/jasanya.

Asas kekeluargaan mencerminkan adanya kesadaran dari budi hati nurani manusia untuk mengerjalcan segala sesuatu dalam Koperasi oleh semua untuk semua, di bawah pimpinan pengurus serta penilikan dari para anggota atas dasar keadilan dan kebenaran serta keberanian berkorban bagi kepentingan bersama.

Dengan demikian asas gotong-royong dan kekeluargaan dalam Koperasi hams merupakan faham dinamis yang menggambarkan suatu karya amaliyah bersama yang bersifat bantu membantu, berdasarkan rasa keadilan dan cinta kasih yang di dalam pelaksanaannya, menempuh segala daya serta karya budi dan hati nurani manusia untuk mempertumbuhkannya, dan di mana perlu memberanikan diri guna mengurangi hak-haknya sendiri, dalam batas-batas rasa keadilan dan cinta kasih tersebut.

Bagian 4 Sendi-sendi Dasar Koperasi

Pasal 6 Sendi-sendi dasar Koperasi Indonesia merupakan essensi dari dasar-dasar bekerja Koperasi sebagai organisasi ekonomi yang berwatak sosial.

Dasar-dasar bekerja tersebut merupakan ciri khas dari Koperasi dan justru oleh karena itu membedakan Koperasi itu dari badan-badan ekonomi lainnya. (1) Sifat sukarela pada keanggotaan Koperasi mengandung pengertian

bahwa setiap orang yang masuk menjadi anggota Koperasi haruslah berdasarkan kesadaran dan keyakinan untuk secara aktif turut di dalam

306

Page 319: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

dan dengan Koperasi bertekad untuk memperbaiki kehidupannya dan kehidupan masyarakat;

(2) Rapat Anggota sebagai kekuasaan tertinggi dalam organisasi koperasi yang beranggotakan orang-orang tanpa mewakili aliran, golongan dan paham politik perorangan-perorangan dan hak suara yang sama/satu pada Koperasi Primer merupakan asas pokok dari penghidupan Kope-rasi tersebut;

(3) Dasar ini berwatak non-kapitalis, dan oleh karena Koperasi bukan merupakan perkumpulan modal, maka sisa dari hasil usaha bila dibagikan kepada anggota, dilakukan tidak berdasarkan modal yang dimiliki seseorang dalam Koperasi tetapi berdasarkan perimbangan jasalusaha dan kegiatannya dalam penghidupannya Koperasi itu. Jelaslah kiranya bahwa sisa hash usaha yang berasal dari bukan anggota tidak dibagi-bagikan kepada anggota (Pasal 34 ayat 4);

(4) Modal dalam Koperasi, yang walaupun merupakan unsur yang tidak dapat diabaikan sebagai faktor produksi, dipergunakan untuk keba-hagiaan anggota-anggotanya dan bukan untuk sekedar mencari keun-tungan uang (profit-motive), dan oleh karenanya tidak menentukan dalam pembagian sisa usaha sebagaimana lazimnya dalam bentuk dividen.

(5) Watak sosial dari Koperasi itu di antaranya terbukti dari dasar ini, sehingga Koperasi walaupun pada pokok usahanya berupa organisasi ekonomi yang dibina oleh dan untuk anggota-anggotanya juga hams turut membangun masyarakat pada umumnya, sehingga pengabdian Koperasi itu semakin nyata adanya.

(6) Koperasi sebagai perkumpulan orang-orang yang bergerak dalam la-pangan ekonomi hares terbuka terutama untuk anggota-anggotanya, dan oleh karena itu usaha-usaha Koperasi dibina oleh anggota-anggo-tanya serta ketata-laksanaannya diawasi pula oleh anggota-anggotanya secara terbuka. Ini tidak berarti bahwa masyarakat tidak dapat menilai hasil-hasil Koperasi.

(7) Sendi itu merupakan faktor pendorong bagi setiap cipta, katya dan karsa Koperasi.

Tanpa modal kepercayaan/keyakinan atas kemampuan dan kekuatan dirt sendiri maka tidaklah mungkin timbul suatu kegiatan dalam Koperasi. Setiap kegiatannya mendasarkan kepada prinsip swadaya, swakerta dan swa-sembada yang artinya: Swadaya : kekuatan atau usaha sendiri, dari kata swa = milik sendiri.

daya = sesuatu yang hams dikerjakan. Swakerta : buatan sendiri.

307

Page 320: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

kerta = sesuatu yang telah dikerjakan. kr. (sanskerta) = bekerj a atau membuat.

Swasembada : kemampuan sendiri sembada = teman yang seikatan.

BAB V PERANAN DAN TUGAS

Pasal 7 Peranan dan tugas Koperasi untuk membina kelangsungan dan perkembangan demokrasi ekonomi adalah bertujuan menciptakan masyarakat adil makmur yang diridhoi oleh Tuhan Yang Maha Esa.

Untuk itu perlu ditanamkan dan ditingkatkan kesadaran berkoperasi.

Pasal 8 Kerjasama dengan Perusahaan-perusahaan Negara dan Swasta termasuk modal asing, jika diperlukan oleh Koperasi dilakukan dengan tidak mengor-bankan asas dan sendi dasar Koperasi sendiri, sesuai dengan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara No. XIII/1966, maka bentuk, luas serta cara-cara kerja sama itu hams segera diatur dalam Peraturan Per-undang-undangan.

BAB VI KEANGGOTAAN, KEWAJIBAN DAN HAK ANGGOTA

Pasal 9 (1) Perorangan sebagai anggota Koperasi berlaku untuk Koperasi Primer,

sedangkan Koperasi-koperasi yang dimaksud dalam pasal ini ialah Ba-dan Koperasi yang memperoleh hak Badan Hukumnya sesuai dengan ketentuan Undang-undang ini.

(2) Untuk mencatat masuk atau berhentinya anggota, Koperasi mengadakan di kantomya Buku Daftar Anggota yang bentuk serta cara pengisiannya ditentukan oleh Pejabat.

Penyelenggaraan dan pemeliharaan Buku yang dimaksud menjadi salah satu tugas Pengurus.

Pasal 10 Walaupun keanggotaan Koperasi terbuka bagi setiap orang, namun untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya Koperasi perlu mengadakan per-syaratan bagi penerimaan anggota.

308

Page 321: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

Pasal 11 Keanggotaan Koperasi tidak dapat dipindah-tangankan artinya Anggota tidak dapat mewakilkan kepada siapa pun. Dalam hal anggota meninggal dunia, keanggotaannya tidak dengan sendirinya berpindah tangan, tetapi atas permintaan ahli waris dapat berpindah tangan kepada ahli waris.

Cukup jelas.

Cukup jelas.

Pasal 12

Pasal 13

BAB VII ORGANISASI DAN JENIS KOPERASI

Bagian 5 Organisasi Koperasi

Pasal 14 Ada kemungkinan bahwa dalam suatu daerah kerja jumlah orang untuk men-dirikan Koperasi tidak dapat terpenuhi, karena di dalam daerah kerja tersebut memang tidak terdapat calon anggota lainnya. Di dalam hal yang sedemikian berdasarkan pertimbangan kemanfaatan Koperasi, Menteri dapat mengizinkan berdirinya Koperasi yang bersangkutan kurang dari jumlah 20 orang.

Pasal 15 Yang dimaksudkan di sini ialah Koperasi-koperasi Primer memusatkan dirinya dalam Koperasi Pusat. Adanya empat tingkat organisasi yang lazim dikenal, seperti Primer, Pusat, Gabungan dan Induk tidak perlu selalu digunakan dalam mengatur tingkat-tingkat organisasi: a. Sekurang-kurangnya 5 (lima) Koperasi Primer yang telah berbadan hukum

dapat membentuk pusat Koperasi, b. Sekurang-kurangnya 3 (tiga) pusat Koperasi yang telah berbadan hukum

dapat membentuk gabungan koperasi, c. Sekurang-kurangnya 3 (tiga) gabungan Koperasi yang telah berbadan

hukum dapat membentuk induk Koperasi. Pi lihan jumlah tingkat kurang dan empat hams pula terbuka. Sesuai

dengan asas demokrasi, tata-kehidupan Koperasi ditentukan oleh anggota-anggotanya; dilihat dari sudut tata-laksana, Koperasi hams memiliki kebi-

309

Page 322: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

jaksanaan yang mengikat antara Koperasi bawahan dengan Koperasi atasan dan sebaliknya.

Dengan tidak mengurangi hak Koperasi tingkat bawahan untuk meng-awasi Koperasi tingkat atasan, Koperasi tingkat atasan berkewajiban dan berwenang menjalankan bimbingan dan pemeriksaan terhadap Koperasi tingkat bawahannya; ketentuan ini diadakan untuk menjaga tetap sehatnya pertumbuhan Koperasi dengan jalan pemberian bimbingan oleh tingkat atasannya.

Kewajiban dan wewenang tersebut dicantumkan dalam Anggaran Dasar dari Koperasi tingkat atasan tadi.

Tanggung-jawab mengenai jalannya Koperasi bawahan tetap pada Ko-perasi bawahan yang bersangkutan.

Pasal 16 Daerah kerja Koperasi pada dasarnya hams cukup memiliki potensi ekonomi bagi perkembangan Koperasi yang bersangkutan. Guna kelancaran tugas pengawasan dan pembinaan, daerah kerja Koperasi didasarkan pada wilayah administrasi Pemerintahan. Koperasi-koperasi yang beranggotakan orang-orang pada umumnya harus berada di wilayah administrasi Pemerintahan yang terendah, umpamanya Desa-desa.

Ada kemungkinan bahwa hal tersebut tidak mungkin dapat dipenuhi, misalnya bagi Koperasi Pegawai Negeri dan Koperasi di lingkungan Angkatan Bersenjata yang mendasarkan daerah kerjanya pada lingkungan pekerjaan para anggotanya. Ketentuan mengenai ini diatur lebih lanjut oleh Menteri.

Bagian 6 Jenis Koperasi

Pasal 17 ( 1 ) Dasar penjenisan adalah kebutuhan dan dan untuk maksud efisiensi

karena kesamaan aktivitas kepentingan ekonominya, misalnya Koperasi-koperasi Kopra di daerah yang mata pencaharian penduduknya tergan-tung pada pembuatan Kopra, Koperasi-koperasi golongan fungsionil Angkatan Bersenjata dan Koperasi bagi Pegawai Negeri bagi lingkung-annya masing-masing golongan tersebut, dan begitu selanjutnya.

Khusus bagi Koperasi di lingkungan Angkatan Bersenjata sepan-jang tidak menyimpang dan sendi-sendi dasar Koperasi, Menteri dapat mengadakan penentuan-penentuan tersendiri.

Ketentuan-ketentuan yang dimaksudkan perlu diberikan gas per-

310

Page 323: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

timbangan bahwa Koperasi Angkatan Bersenjata yang merupakan salah satu wadah penampungan kegiatan-kegiatan kekaryaan anggota Ang-katan, tidak dapat dilepaskan dari kebijaksanaan Pimpinan Angkatan/ Komandan dalam usaha meningkatkan kesejahteraan anggota-anggota beserta keluarganya dan agar supaya unsur-unsur rantai komando dan disiplin sebagai anggota Angkatan dapat tetap terpelihara.

(2) Koperasi mendasarkan perkembangan pada potensi ekonomi daerah kerjanya.

Pendirian lebih dari satu Koperasi yang setingkat dan sejenis di dalam satu daerah kerja akan mengurangi efisien ekonomi dari Kope-rasi-koperasi yang bersangkutan. Oleh karenanya dan demi ketertiban harus diusahakan adanya hanya satu Koperasi yang setingkat dan sejenis untuk satu daerah kerja.

(3) Tidak dapat dipastikan secara umum dan seragam jenis Koperasi yang mana yang diperlukan bagi setiap bidang.

Penjenisan Koperasi seharusnya diadakan berdasarkan kebutuhan dan mengingat akan tujuan efisiensi. Meskipun Koperasi dapat digo-longkan dalam Koperasi Produksi, Koperasi Konsumsi, Koperasi Kredit, Koperasi Jasa akan tetapi keluwesan hams tetap diadakan dalam usaha mengadakan pemilihan jenis Koperasi yang lebih mengkhususkan se-perti Koperasi Karet, Koperasi Batik, Bank Koperasi, Koperasi Peng-angkutan (air/darat) Koperasi Desa dan sebagainya.

Pasal 18 Yang dimaksud di sini dengan organisasi Koperasi jenis lain ialah Koperasi yang dibutuhkan oleh Koperasi-koperasi yang mendirikannya untuk me-menuhi kebutuhan ekonominya termasuk kesejahteraan misalnya mendiri-kan Bank Koperasi, atau Koperasi asuransi dan lain sebagainya.

Untuk mempeduangkan cita-cita-idiilnya gerakan Koperasi membentuk suatu Badan yang berbentuk organisasi tunggal. Badan ini tidak bersifat perusahaan.

BAB VIII ALAT PERLENGKAPAN ORGANISM! KOPERASI

Pasal 19 Selain daripada alat-alat perlengkapan organisasi Koperasi sebagai tersebut dalam pasal ini (Rapat Anggota, Pengurus dan Badan Pemeriksa) dapat di- bentuk badan lain seperti Dewan Penasihat yang anggota-anggotanya terdiri

311

Page 324: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

dari ahli-ahli yang diperlukan dan bukan merupakan alat perlengkapan orga-nisasi.

Badan-badan ini tidak dapat mengurangi hak dan wewenang dari ketiga alat-alat perlengkapan tersebut terdahulu.

Bagian 7 RapatAnggota

Pasal 20 Pasal ini mengatur tentang kekuasaan tertinggi dalam tata-kehidupan Kope-rasi, sesuai dengan ayat (2) Pasal 6, Undang-undang ini yang berada dalam tangan Rapat Anggota. Cara hikmah kebijaksanaan musyawarah untuk mufakat senantiasa diusahakan, akan tetapi dasar ini tidak menutup kemung-kinan bagi Koperasi untuk mengambil keputusan dengan pemungutan suara.

Pemungutan suara hanya dilakukan dalam hal-hal yang tidak dapat dihin-darkan.

Quorum rapat anggota dan suara terbanyak ditentukan dalam Anggaran Dasar.

Ayat (4) dari pasal ini mengatur tentang perimbangan suara dalam Rapat Anggota dari Koperasi tingkat lebih atas yang secara formal beranggotakan Badan Hukum Koperasi. Dalam hal serupa ini, maka perimbangan suara terse-but dilakukan menurut jumlah anggota manusia yang terhimpun oleh Kope-rasi masing-masing, menurut ketentuan di dalam Anggaran Dasar.

Pasal 21 Cukup jelas.

Bagian 8 Pengurus Koperasi

Pasal 22 Walaupun pengurus dipilih oleh dan dari kalangan anggota sendiri sebagai asas demokrasi dalam Koperasi, akan tetapi ada kemungkinan bahwa anggota Koperasi yang berhak dipilih tidak senantiasa memiliki kesanggupan atau keahlian yang diperlukan untuk memimpin Koperasi; untuk maksud inilah dibuka kemungkinan untuk mengangkat seseorang menjadi Pengurus yang bukan berasal dari kalangan anggota sendiri, dengan ketentuan bahwa jabatan Ketua sedapat mungkin dipegang oleh anggota sendiri.

Jelas kiranya bahwa keadaan serupa itu bersifat sementara. Dan adalah

312

Page 325: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

kewajiban dari Koperasi untuk mendidik pars anggotanya supaya dalam waktu yang sesingkat-singkatnya kepengurusan Koperasi dapat berada di dalam tangan anggota sendiri. Pengangkatan sumpah atau janji dari anggota Pengurus sebagai diatur dalam ayat (5) ini diperlukan demi meyakinkan ke-pada yang bersangkutan bahwa tugas Pengurus adalah murni dan penuh tang-gung jawab. Pengangkatan sumpah atau janji tersebutdapat dilalcukan di hadap-an Rapat Anggota atau menurut ketentuan atas keputusan Rapat Anggota.

Pasal 23 Pengurus berkewajiban menyampaikan segala laporan pemeriksaan atas tata-kehidupan Koperasi kepada Rapat Anggota. Khusus mengenai laporan ter-tul is dari Badan Pemeriksa, Pengurus menyampaikan pula salinannya kepada Pejabat. Ketentuan ini diadakan untuk menjamin agar setiap anggota menge-tahui keadaan Koperasinya, baik laporan Pengurus maupun laporan Badan Pemeriksa. Pengurus bertanggung jawab secara bersama-sama kepada Rapat Anggota.

Pasal 24 Cukup jelas.

Pasal 25 Setiap usaha dalam lapangan perekonomian senantiasa menghadapi kemung-kinan mengalami kerugian. Jika hal ini terjadi maka ada dua kemungkinan untuk membebankan pertanggungan kerugian, yaitu kepada pengurus (ter-masuk juga anggota-anggota secara tersendiri), ataupun kepada Koperasi sebagai Badan Hukum. Jika koperasi sendiri sebagai suatu Badan Hukum temyata tidak dapat menutupi kerugian, maka anggota dapat dibebani tang-gungan sebagai lebih lanjut diatur dalam Pasal 36 Undang-undang ini.

Pasal 26 Cukup jelas.

Bagian 9 Badan Pemeriksa

Pasal 27 Jabatan anggota Badan Pemeriksa tidak dapat dirangkap dengan jabatan anggota Pengurus. Ketentuan ini diadakan untuk mengadakan pemisahan yang tegas antara tugas pengawasan dan tugas pelaksanaan.

313

Page 326: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

Untuk kepentingan pendidikan para anggota dan menjaga kesegaran tugas pengawasan maka masa jabatan Badan Pemeriksa sebaiknya diatur lebih pendek dan pada masa jabatan Pengurus.

Cukup jelas.

Cukup jelas.

Cukup jelas.

Pasal 28

Pasal 29

Pasal 30

BAB IX LAPANGAN USAHA, PERMODALAN DAN SISA HASH, USAHA

Bagian 10 Lapangan Usaha

Pasal 31 Perekonomian Indonesia dibagi dalam sektor Pemerintah, sektor Koperasi dan sektor Swasta. Dalam sektor Koperasi, Koperasi dapat bergerak ke dalam segala kegiatan ekonomi tetapi hal ini tidak berarti, bahwa sesuatu Koperasi dapat bergerak dalam kegiatan-kegiatan ekonomi yang terlepas sama sekali dari kepentingan-kepentingan anggota-anggotanya dan asas serta sendi dasar Koperasi, hingga anggota-anggota Koperasi yang bersangkutan akan dapat memperoleh kemanfaatan dan usaha-usaha yang mereka sendiri tidak sumbangkan karya/jasanya untuk memperoleh kemanfaatan tersebut. Penje-nisan Koperasi pada dasamya mempunyai peranan yang menentukan dalam pengaturan usaha pokoknya, hingga dapat diperoleh kemanfaatan bersama yang benar-benar dicapai berdasarkan sumbangan karya/jasanya para anggota-anggota.

Lapangan Usaha Koperasi pada dasamya dapat meliputi seluruh bidang ekonomi, termasuk usaha perbankan dan perasuransian. Dalam menjalankan peranan dan tugas sebagai yang dimaksud dalam Pasal 7 Undang-undang ini, Koperasi sebagai badan ekonomi dapat mendirikan dan memiliki peru-sahaan atau unit produksi yang langsung berada di bawah tanggung jawab dan pengawasan Pengurus Koperasi yang bersangkutan.

Perusahaan dan unit produksi dimaksud di atas ini yang merupakan satu

314

Page 327: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

kesatuan dengan dan yang oleh karenanya tidak dapat dipisahkan dari ke-tata-laksanaan (management) seluruh kegiatan Usaha Koperasi yang ber-sangkutan, tidak memerlukan pengesahan tersendiri sebagai badan hukum (atau tidak merupakan badan hukum tersendiri).

Semua perusahaan yang merupakan bahagian dari Koperasi yang ber-sangkutan tidak dapat menjalankan usaha yang bertentangan dengan Undang-undang ini.

Bagian 11 Permodalan Koperasi

Pasal 32 (1) Mengenai permodalan ditegaskan agar rakyat suka mengumpulkan

modal dengan teratur dalam organisasi Koperasi sehingga merupakan modal nasional yang kuat, dengan tidak mengubah inti asas Koperasi bahwa Koperasi adalah kumpulan orang, bukan kumpulan modal;

(2) Simpanan pokok adalah jumlah nilai uang tertentu yang sama banyak-nya yang diwajibkan kepada anggota untuk menyerahkan kepada Kope-rasi pada waktu masuk menjadi anggota;

(3) Simpanan wajib adalah jumlah simpanan tertentu yang diwajibkan kepada anggota membayar dalam waktu dan kesempatan yang tertentu, sim-panan mana hanya boleh diminta kembali dengan cara dan waktu yang telah ditentukan oleh Koperasi;

(4) Simpanan sukarela ialah suatu jumlah tertentu dalam nilai uang yang diserahkan oleh anggota/bukan anggota terhadap Koperasi atas kehen-dak sendiri sebagai simpanan;

(5) Ketentuan-ketentuan lebih lanjut tentang simpanan ini dan simpanan lainnya diatur di dalam Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga serta ketentuan-ketentuan lain dari Koperasi.

Demikian pula tentang pemupukan modal dalam Koperasi.

Pasal 33 Cukup jelas.

Bagian 12 Sisa hasil usaha Koperasi

Pasal 34 Pada dasarnya harus diadakan pemisahan antara penggunaan pendapatan

315

Page 328: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

yang diperoleh dari pelayanan terhadap anggota sendiri dan terhadap fihak ketiga termasuk bukan anggota.

Bagian sisa hasil usaha yang diperoleh dari pelayanan terhadap fihak ketiga, termasuk bukan anggota, tidak boleh dibagikan kepada anggota, karena bagian pendapatan ini bukan diperoleh dari jasa anggota.

Penggunaan dana sosial diatur oleh rapat anggota dan dapat diberikan antara lain kepada fakir miskin, yatim-piatu atau usaha-usaha sosial lainnya. Perihal zakat dapat diatur oleh Koperasi yang bersangkutan, dalam Anggaran Dasar maupun ketentuan-ketentuan lain dari Koperasi.

Penggunaan dana pembangunan Daerah seyogyanya dilakukan setelah inengadakan konsultasi dengan Pemerintah Daerah.

Atas modal yang disimpan dalam koperasi diberi juga modal yang jum-lahnya terbatas pada tingkat bunga yang ditetapkan oleh Rapat Anggota.

Pasal 35 Cadangan di dalam Koperasi dimaksudkan untuk memupuk modal Koperasi sendiri dan untuk menutup kerugian Koperasi bila diperlukan. Oleh karena-nya cadangan tidak boleh dibagikan kepada anggota walaupun diwaktu pem-bubaran.

BAB X TANGGUNGAN ANGGOTA

Pasal 36 Koperasi pada dasarnya diberi kebebasan memilih ketentuan di antara tang-gungan terbatas dan tanggungan tidak terbatas di dalam menentukan tang-gungan anggota. Tanggungan terbatas pada umumnya dinyatakan dengan menetapkan sesuatu jumlah uang beberapa kali jumlah simpanan pokok anggota dan menyatakannya dalam Anggaran Dasamya.

Tanggungan tidak terbatas mengandung tanggungan yang dapat meliputi harta benda milik pribadi anggota jika temyata kekayaan Koperasi sendiri tidak mampu menutupi kerugian pada waktu koperasi terpaksa dibubarkan.

Ketentuan pada ayat (4) tentang jangka waktu 12 (duabelas) bulan di-maksud memupuk rasa solidaritas di kalangan anggota, sehingga dengan tidak membatasi hak asasi anggota untuk mengundurkan diri dari Koperasi, keberhentiannya itu jangan sampai menimbulkan kerugian pada kelanjutan usaha Koperasi. Masih turutnya seseorang anggota tersebut menanggung selama 12 (duabelas) bulan sesudah dia berhenti hams ditinjau dari sudut itu, dengan jangka waktu 12 (duabelas) bulan tersebut, dimaksud 12 (duabelas)

316

Page 329: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

bulan sesudah tahun buku yang menyusul setelah tanggal pemberhentiannya tersebut. Kerugian-kerugian yang timbul sebagai akibat sesuatu kejadian sesudah tanggal pemberhentiannya tidak dapat dibebaskan pada anggota yang bersangkutan walaupun kejadian tadi berlangsung dalam waktu 12 (duabelas) bulan dimaksud tadi.

Jika Koperasi dibubarkan, dan ternyata masih ada sisa kekayaan yang dibagikan di kalangan anggota, kekayaan yang tertulis atas nama seseorang anggota yang telah meninggal dunia diserahkan kepada ahli warisnya.

BAB XI PERANAN PEMERINTAH

Pasal 37 Dalam menunaikan kewajiban seperti tersebut pada Pasal 37 ini, Pemerintah selalu bersikap aktif sebagai tersimpul dalam kata-kata sangsekerta sebagai berikut:

"ing ngarsa sung tulada ing madya mbangun karsa

tut wuri handayani" Yang artinya ialah:

1. ing ngarsa sung tulada (= di depan memberi contoh), maksudnya: sebagai pemimpin atau pemuka hendaklah kita selalu memberi contoh yang baik,

2. ing madya mbangun karsa (= di tengah-tengah membangunkan kemauan), maksudnya: Bila kita berada di tengah-tengah rakyat, hendaklah kita jangan tinggal diam saja, melainkan harus membangunkan semangat rakyat dan memberikan inisiatif-inisiatif yang baik,

3. tut wuri handayani (= di belakang memberi kekuatan), maksudnya: Meskipun kits berada di belakang, kita hams memberikan kekuatan/daya serta memberikan petunjuk mana yang salah dan mana yang benar. Ini berarti bahwa Pemerintah pada hakikatnya memberikan kebebasan

yang wajar bagi Koperasi untuk mengatur kehidupannya sendiri dalam rangka mewujudkan landasan idiil, pelaksanaan asas serta sendi dasamya. Akan tetapi bilamana perlu, setiap saat Pemerintah akan turun tangan guna mem-berikan pengamanan terhadap asas dan sendi dasar Koperasi serta kebijak-sanaan Pemerintah, baik guna kepentingan gerakan Koperasi sendiri maupun bagi keperluan masyarakat. Berdasarkan pertimbangan itu dan dengan tidak mengurangi wewenang Menteri untuk merumuskan pokok-kebijaksanaannya di bidang perkoperasian lebih lanjut, maka pasal ini mewajibkan Pemerintah untuk memberikan kepada gerakan Koperasi;

317

Page 330: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

a. Bimbingan: dengan maksud untuk menciptakan iklim dan kondisi seumumnya yang memungkinkan Gerakan Koperasi akan tumbuh dan berkembang antara lain dengan jalan pendidikan dan penyuluhan,

b. Pengawasan yang bennaksud untuk mengamankan dan menyelamatkan kepentingan, baik bagi perkumpulan Koperasi itu sendiri maupun guna kepentingan fihak lain.

c. Fasilitas yang dapat dituangkan dalam bentuk: 1. pemberian sesuatu, baik yang berupa uang (subsidi), barang atau

jasa, 2. keistimewaan, baik yang berupa keringanan ataupun kekuatan dalam

lalu-lintas hukum, misalnya: — meterai, keringanan bea meterai bagi Koperasi tertentu seperti

Koperasi-koperasi pertanian, — persamaan nilai pembukaan perkumpulan Koperasi-koperasi

dengan buku-buku Dagang yang ditentukan dalam Kitab Hukum Dagang,

— hak didahulukan (preferent) terhadap panenan yang dijaminkan bagi pinjaman yang diperoleh dan Koperasi Pertanian, dan seba-gainya,

3. kebijalcsanaan yang tersendiri tentang perkreditan termasuk syarat-syarat kredit yang mudah dan ringan untuk memajukan usaha-usaha koperasi, fasilitas-fasilitas dalam bidang produksi dan distribusi dan sebagainya.

Pada umumnya bantuan-bantuan ini dimaksudkan untuk membang-kitkan tenaga dan kemampuan sendiri agar perkumpulan Koperasi untuk selanjutnya menolong dirinya sendiri. Oleh sebab itu bila perlu, bantuan semacam ini hanya boleh diberikan dengan persyaratan ter-tentu, misalnya: untuk sekali saja, untuk sementara yang berangsur-angsur dikurangi sesuai dengan pertumbuhan kemampuan sendiri, jumlahnya hanya sampai yang benar-benar diperlukan saja, sedangkan penangguhan bantuan itu patut diawasi agar supaya sungguh-sung-guh membawa akibat pertumbuhan "selthelp and mutual aid." Sudah tentu jenis-jenis bantuan ini tidak mungkin ditentukan dalam Undang-undang ini melainkan haws ditentukan dalam perundangan terpisah apabila dan sampai batas yang sudah dirasakan perlunya.

d. Perlindungan yang ditujukan untuk mengamankan dan menyelamatkan kepentingan Koperasi, misalnya perlindungan pada Koperasi yang telah ditentukan dalam Pasal 48 Undang-undang ini untuk menghindarkan penyalah-gunaan, ketentuan-ketentuan tersendiri dalam bidang tatania-

318

Page 331: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

ga dan distribusi dengan tujuan untuk memungkinkan berkembang Ko-perasi.

Pasal 38

Pejabat dapat menghadiri dan turut berbicara dalam Rapat Anggota dan Rapat Pengurus. Dalam keadaan luar biasa dapat pula mengadakan Rapat Anggota, menetapkan acara dan melakukan pembicaraan.

Yang dimaksud dengan keadaan luar biasa antara lain misalnya: 1. Keadaan di mana Pengurus tidak mampu atau tidak bersedia mengadakan

rapat Anggota. 2. Pengurus tidak ada lagi. 3. Keadaan darurat.

Pasal 39 Pemeriksaan secara periodik ataupun sewaktu-waktu diatur oleh Menteri. Pemeriksaan yang dilakukan atas permintaan Pemerintah biayanya ditang-gung oleh Pemerintah. Pemeriksaan atas permintaan Koperasi biayanya di-tanggung oleh Koperasi sendiri.

Pasal 40 Mengingat bahwa Koperasi Indonesia pada umumnya beranggotakan orang-orang yang ekonominya lemah, maka perlu adanya Peraturan Perundang-undangan tersendiri yang mengatur perkreditan dan perpajakan bagi Kope-rasi. Dimaksud untuk mempermudah mendapatkan kredit yang diperlukan dan mendapatkan keringanan pajak.

BAB XII KEDUDUKAN HUKUM KOPERASI

Raglan 13 Kedudukan Hukum Koperasi

Pasal 41 Pasal ini menegaskan bahwa Koperasi memperoleh hak sebagai Badan Hu-kum karena ketentuan Undang-undang ini, yang lebih lanjut diatur dalam Pasal 42 dan berikutnya.

Badan Hukum dimaksudkan di atas memungkinkan Koperasi untuk me-laksanakan segala tindakan hukum Indonesia termasuk hak pemilikan atas tanah dan bangunan-bangunan sebagai diatur dalam peraturan perundang-

319

Page 332: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

undangan tentang agraria, serta melakukan usaha-usaha dalam bidang per-ekonomian tanpa memperoleh izin khusus untuk itu terlebih dahulu.

Pasal 42 Cukup jelas.

Pasal 43 Pada dasarnya Koperasi hams menyusun Anggaran Dasamya. Untuk meng-hindari kekeliruan di dalam penyusunannya Menteri mengatur cara penyu-sunannya yang memuat ketentuan-ketentuan antara lain sebagai berikut:

1. Nama, pekerjaan serta tempat tinggal para pendiri Koperasi; 2. Nama lengkap dan nama singkatan dari Koperasi; 3. Tempat kedudukan Koperasi dan daerah kerjanya; 4. Maksud dan tujuan; 5. Ketegasan usaha; 6. Syarat-syarat keanggotaan; 7. Ketetapan tentang permodalan; 8. Peraturan tentang tanggungan anggota; 9. Peraturan tentang Pimpinan Koperasi dan kekuasaan Anggota;

10. Ketentuan tentang quorum Rapat Anggota; 11. Penetapan tahun buku; 12. Ketentuan tentang sisa hasil usaha pada akhir tahun buku; 13. Ketentuan mengenai sisa kekayaan bila Koperasi dibubarkan.

Bagian 14 Cara-cara mendapatkan Badan Hukum Koperasi

Pasal 44 Pembebasan biaya meterai pada dasamya hanya berlaku bagi Koperasi Primer. Tanggal pendaftaran akte pendirian berlaku sebagai tanggal resmi berdirinya Koperasi. Sejak saat itu Koperasi adalah Badan Hukum. Pengumuman dalam Berita Negara adalah pengumuman resmi.

Pasal 45 Cukup jelas.

Pasal 46 Pejabat berhak menolak permintaan Badan Hukum dari Koperasi bila is ber- pendapat bahwa isi Anggaran Dasar dari Koperasi yang bersangkutan tidak

320

Page 333: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

mencerminkan asas dan sendi dasar Koperasi atau menurut penilaian yang obyektif pendirian Koperasi yang bersangkutan tidak akan mendatangkan manfaat bagi anggota-anggota.

Terhadap penolakan tersebut pendiri berhak naik banding pada Menteri. Apabila selambat-lambatnya 6 (enam) bulan tidak ada kabar dari Pejabat

maka pendiri-pendiri dapat memajukan persoalan kepada Pejabat lebih atas atau kepada Menteri.

Sambil tikenunggu pengesahan sebagai Badan Hukum, pars pendiri dapat menjalankan usaha atas nama Koperasi.

Pasal 47 Mendahului pengesahan formil menurut Undang-undang ini Pejabat dapat secara de facto menyatakan pengesahannya atas keputusan Rapat Anggota yang bersangkutan sehingga perubahan Anggaran Dasar tersebut dapat langsung dipergunakan. Hal yang demikian hanya dapat dilakukan apabila Pejabat sendiri turut menghadiri rapat.

Pasal 48 Agar nama Koperasi tidak dipergunakan untuk maksud menyalahi asas dan sendi dasar Koperasi dan nama baik dari Koperasi maka pemakaian nama/ istilah Koperasi perlu mendapat perlindungan; sebalilcnya agar setiap orang dengan segera mengetahui sifatnya maka Koperasi yang bersangkutan perlu memakai nama yang menunjukkan golongan atau usaha Koperasi.

BAB XIII PEMBUBARAN KOPERASI

Bagian 15 Cara Pembubaran Koperasi

Pasal 49 Koperasi bubar sejak tanggal tercantum dalam surat Keputusan Pejabat dan tercatat dalam Buku Daftar Umum. Ini tidak berarti bahwa Koperasi telah kehilangan hak Badan Hukumnya. Dalam hal Pejabat lalai membubarkan sesuatu Koperasi yang menurut ketentuan Undang-undang ini seyogyanya sudah dibubarkan, maka Menteri mengambil tindakan seperlunya.

Pasal 50 Cukup jelas.

321

Page 334: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

Pasal 51 Maksud dan alasan pembubaran oleh Pejabat disampaikan kepada Anggota melalui Pengurus. Apabila Pengurusnya tidak berfungsi lagi maka Pejabat mengadakan pengumuman setempat.

Bagian 16 Penyelesaian

Pasal 52 dan 53 Sesuai dengan namanya, Penyelesai mengurus seluruh penyelesaian atas nama Koperasi yang bersangkutan hingga tidak terdapat lagi urusan yang masih menjadi tanggungan Koperasi. Sejak tanggal dikeluarkan surat ke-putusan Pembubaran maka Pengurus Koperasi tidak berfungsi lagi, oleh karena pada saat bersamaan wewenang dan kewajiban Pengurus beralih kepada Penyelesai.

Penyelesai menyerahkan segala pertanggungjawaban dari pelaksanaan tugasnya kepada Pejabat.

Dalam hal pembubaran Koperasi itu terjadi menurut ayat (1) Pasal 49 penunjukan Penyelesai oleh Pejabat dilakukan berdasarkan Rapat Anggota pembubaran Koperasi yang bersangkutan.

Bagian 17 Hapusnya Badan Hukum Koperasi

Pasal 59 Cukup jelas.

BAB XIV KETENTUAN PIDANA

Pasal 55 Dalam pasal ini ditentukan pasal-pasal mana yang dianggap perlu dinyatakan sebagai ketentuan.

Selain ketentuan tersebut, Menteri juga dapat mengadakan sanksi-sanksi administratif, umpamanya pencabutan pengesahan Koperasi sebagai Badan Hukum (lihat Pasal 49), pembekuan kegiatan Pengurus seluruh atau sebagian, dan tindakan terhadap Pejabat.

Pasal 56 Karena pada umumnya Pejabat tidak mempunyai keahlian dalam pengajuan

322

Page 335: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

perkara, maka dalam melaksanakan ketentuan dalam Pasal 56, Pejabat perlu berhubungan dengan instansi yang lebih ahli (Kepolisian dan/atau Kejak-saan).

BAB XV KETENTUAN-ICETENTUAN PERALIHAN

Pasal 57 (1) Dengan adanya ketentuan pada ayat (1) pasal ini, maka Koperasi yang

belum menyesuaikan dirt dengan Undang-undang ini termasuk juga Koperasi yang belum sempat menyesuaikan dirt dengan Undang-undang Perkoperasian No. 14 Tahun 1965 langsung menyesuaikan dirt dengan ketentuan Undang-undang ini, tanpa lebih dahulu memenuhi keten-tuan-ketentuan tentang Pasal 58 Undang-undang Perkoperasian No. 14 Tahun 1965 tersebut.

(2) Segala peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh Menteri sebelum berlakunya Undang-undang ini, yang masih dapat dipergunakan dalam waktu peralihan dan yang tidak bertentangan dengan Undang-undang ini dengan sendirinya tetap dapat dipergunakan.

BAB XVI KETENTUAN-KETENTUAN PENUTUP

Pasal 58 Cukup jelas.

Tambahan Lembaran Negara No. 2832

323

Page 336: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

Lampiran

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 1971 TENTANG

PERUBAHAN DAN PENAMBAHAN ATAS KETENTUAN PASAL 54 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM DAGANG

(S. 1847: 23)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang: a. bahwa dalam rangka penyelenggaraan pembangunan ekonomi pada

umumnya perlu meningkatkan usaha pengerahan dana-dana dari masya-rakat;

b. bahwa guna memperlancar usaha pengerahan dana-dana dipandang per-lu untuk mengadakan penyesuaian antara ketentuan-ketentuan perun-dangan yang berlaku dengan kebutuhan perkembangan penghidupan ekonomi dewasa ini;

c. bahwa karenanya perlu segera mengadakan perubahan dan penambahan atas ketentuan Pasal 54 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (S. 1847: 23).

Mengingat: 1. Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 20 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945; 2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara Nomor XXIII/

MPRS/1966 tentang Pembaharuan Kebijaksanaan Landasan Ekonomi, Keuangan dan Pembangunan;

3. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (S. 1847: 23) sebagaimana acap kali telah diubah dan ditambah.

Memperhatikan: 1. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1969 tentang Penetapan Peraturan Pe-

merintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1969 (Lembaran Negara Tahun 1969 Nomor 16, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2890) tentang Bentuk-bentuk Usaha Negara menjadi Undang-Undang;

324

Page 337: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri sebagaimana yang telah diubah dan ditambah.

3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing sebagaimana yang telah diubah dan ditambah kemudian. Dengan per-setujuan Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong.

MEMUTUSKAN:

Menetapkan: Undang-Undang tentang Perubahan dan Penambahan atas Ketentuan Pasal 54 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (S. 1847: 23).

Pasal I Pasal 54 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (S. 1847: 23) diubah dan ditambah sehingga berbunyi sebagai berikut: (1) Hanya para pemegang saham yang berhak mengeluarkan suara. Se-

tiap pemegang saham sekurang-kurangnya berhak mengeluarkan satu suara.

(2) Dalam hal modal perseroan terbagi dalam saham-saham dengan harga nominal yang sama, maka setiap pemegang saham berhak mengeluarkan suara sebanyak jumlah saham yang dimilikinya.

(3) Dalam hal modal perseroan terbagi dalam saham-saham dengan harga nominal yang berbeda, maka setiap pemegang saham berhak menge-luarkan suara sebanyak kelipatan dari harga nominal saham yang terkecil dari perseroan terhadap keseluruhan jumlah harga nominal dari saham yang dimiliki pemegangnya. Sisa suara yang belum mencapai satu suara tidak diperhitungkan.

(4) Pembatasan mengenai banyaknya suara yang berhak dikeluarkan oleh pemegang saham dapat diatur dalam akta pendirian, dengan ketentuan bahwa seorang pemegang saham tidak dapat mengeluarkan lebih dari enam suara apabila modal perseroan terbagi dalam seratus saham atau lebih, dan tidak dapat mengeluarkan lebih dari tiga suara apabila modal perseroan terbagi dalam kurang dari seratus saham.

(5) Tidak seorang pengurus atau komisaris dibolehkan bertindak sebagai kuasa dalam pemungutan suara.

Pasal 2 Undang-undang ini mulai berlaku pada hari diundangkannya.

Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan peng-

325

Page 338: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

undangan Undang-undang ini dengan penempatan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Disahkan di Jakarta Pada tanggal 29-Maret 1971

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, ttd.

Soeharto

Jenderal TNI

Diundangkan di Jakarta Pada tanggal 29 Maret 1971

SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA, ttd

Alamsjah Letnan Jenderal TNI

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1971 NOMOR 20.

326

Page 339: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

PENJELASAN ATAS

UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 1971 TENTANG

PERUBAHAN DAN PENAMBAHAN ATAS KETENTUAN PASAL 54 KETAB UNDANG-UNDANG HUKUM DAGANG

(S. 1847: 23)

A. PENJELASAN UMUM Sambil menunggu sesuatu peninjauan kembali mengenai bentuk-bentuk usaha perseroan dan persekutuan dalam rangka peninjauan Kitab Undang-Undang Hukum Dagang secara keseluruhan sesuai dengan bunyinya Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1969, maka urgensi yang dirasakan perlu adalah perubahan dan penambahan sistem hak suara dalam bentuk usaha perseroan terbatas yang dimuat dalam Pasal 54 Kitab Undang-Undang Hu-kum Dagang (S. 1847 : 23). Pada dasarnya ketentuan yang berlaku dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang adalah sistem hak suara yang terba-tas, dan dengan berlakunya undang-undang ini sistem tersebut tidak diha-puskan, tetapi bagi seorang pemegang saham terbuka kesempatan untuk mengadakan pilihan antara sistem hak suara yang terbatas dengan sistem hak suara yang tak terbatas. Sistem hak suara yang tak terbatas ini berarti bahwa seorang pemegang saham berhak mengeluarkan suara, sebanyak jumlah saham yang dimilikinya.

Langkah demikian ini diambil dalam rangka perbaikan dan pembangunan ekonomi nasional, yang dirasakan perlu oleh masyarakat yang secara aktif dan pasif ikut membantu dalam pelaksanaan pengerahan dana-dana dalam bidang-bidang dan sektor-sektor usaha komersiil. Untuk kepentingan tersebut diperlukan peninjauan kembali ketentuan-ketentuan dasar utama dalam struktur bentuk-bentuk usaha perseroan dan persekutuan yang berhubungan erat dan masih dianggap dapat menghambat kelancaran pengerahan dana-dana baik dalam penanaman modal dalam negeri, maupun penanaman modal asing, yang secara parsiil telah diwujudkan dalam undang-undang ini.

Adalah suatu kenyataan bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang ini erat sekali hubungannya dengan Undang-Undang Nomor 9 Ta-hun 1969 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1969 (Lembaran Negara Tahun 1969 Nomor 16). Tambahan Lembaran Negara Nomor 2890 tentang Bentuk-bentuk Usaha Negara menjadi Undang-Undang dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri sebagaimana diubah dan ditambah

327

Page 340: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

kemudian maupun Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanam-an Modal Asing, sebagaimana juga telah diubah dan ditambah kemudian dengan maksud agar supaya dengan dinamikanya masyarakat dan daya Krea-tif ralcyat dapat menimbulkan akumulasi modal yang dapat digunakan untuk kegiatan-kegiatan produlctif

Dalam rangka pengamanan pelaksanaan Ketetapan Majelis Permu-syawaratan Rakyat Sementara Nomor XXIII/MPRS/1966 tentang Pem-baharuan Kebijaksanaan Landasan Ekonomi, Keuangan dan Pembangunan serta pula dalam rangka kebiasaan yang berlaku di Indonesia terhadap Kitab Undang-Undang Hukum Dagang antara lain yang bersangkutan dengan Pasal 40 dan 52, maka di dalam praktik telah berlaku ketentuan-ketentuan yang diikuti oleh para pendiri pada penyusunan anggaran dasar suatu perseroan terbatas, yaitu bahwa saham-saham prioritas dan/atau saham-saham pendiri dikeluarkan atas nama.

Selain daripada itu dalam hal penjualan saham oleh para pemegang saham-saham, maka klausula yang disebut "pre-emptive rights" sering pula dimuat dalam anggaran dasar Perseroan terbatas, yang pada pokoknya menentukan bahwa bila seorang pemegang saham akan menjual sahamnya, saham itu harus ditawarkan terlebih dahulu kepada para pemegang saham yang telah ada atau dalam hal pengeluaran saham baru, para pemegang saham yang telah ada diberi hak terlebih dahulu untuk membelinya.

Adapun yang mengenai penjualan saham dari Persero Pemerintah yang berasal dari kekayaan Negara yang dipisahkan, di mana masalah penanaman kekayaan Negara ini sangatlah erat hubungannya dengan kebijaksanaan keuangan Negara, maka mengenai penjualan saham tersebut akan diatur tersendiri dalam suatu Peraturan Pemerintah, sejalan dengan ketentuan ter-sebut dalam penjelasan Pasal 3 ayat (3) Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1969.

Suatu ketentuan lain yang juga dapat dimuat dalam anggaran dasar per-seroan terbatas, adalah apa yang dinamakan "klausula oligarki", yang ber-tujuan untuk memberikan beberapa wewenang khusus dalam perseroan ke-pada pihak lain daripada para pemegang saham mayoritas, antara lain untuk menempatkan wakil-wakilnya dalam dewan direksi dan/atau dewan komisaris.

B. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL

Pasal 1 (1) Orang yang bukan pemegang saham tidak dapat mengeluarkan suara

dalam rapat umum pemegang saham.

328

Page 341: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

Setiap pemegang saham sekurang-kurangnya berhak mengeluarkan satu suara, sehingga apabila ada pecahan saham, maka pecahan saham yang bersama-sama mempunyai harga nominal sama dengan satu saham, di-samakan dengan satu saham.

(2) Cukup jelas. (3) Yang menjadi dasar perhitungan hak suara, adalah kelipatan dari jumlah

harga saham yang dimiliki seorang pemegang saham terhadap harga saham yang terkecil dari perseroan.

(4) Dalam hal pemegang saham masih ingin menggunakan sistem hak suara yang terbatas, maka ayat ini membuka kesempatan dan hal ini juga berarti bahwa perseroan terbatas yang telah mempunyai sistem hak suara yang terbatas dapat tetap menggunakan anggaran dasarnya. Ke-tentuan tersebut memungkinkan pula dilakukannya perubahan anggar-an dasar untuk memiliki sistem yang tak terbatas sebagaimana diatur dalam ayat (2) dan (3).

(5) Cukup jelas.

Pasal 2 Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2959.

Catatan: Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1971, telah diubah sesuai dengan ralat.

329

Page 342: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

Lampiran IV

ANGGARAN DASAR YAYASAN-YAYASAN Tambahan Berita-Negara RI tangga112112 1967 No. 99

ANGGARAN DASAR ASURANSI JIWA BERSAMA BUMIPUTERA 1912

BAB I PERATURAN UMUM

Pasal 1 Nama:

1. Usaha ini adalah suatu usaha Asuransi Jiwa Bersama berstatus badan hukum, yang diselenggarakan dengan nama AJB Bumiputera 1912 disalin dalam bahasa Inggris Bumiputera 1912 Mutual Life Insurance Company dengan disingkat Bumiputera.

2. Bumiputera adalah lanjutan dari Onderlinge Levensverzekering Maatschapij "Bumiputera" (0.L. Mij) yang didirikan sejak tahun 1912.

Pasal 2 Tempat Kedudukan:

1. Bumiputera berkedudukan di Jakarta, dan jika dianggap perlu dapat dipin-dahkan ke tempat lain.

2. Bumiputera dapat membuka Cabang-cabang maupun Perwakilan-per-wakilan di tempat yang dipandang perlu.

Pasal 3 Asas, Tujuan, Usaha:

1. Bumiputera berasaskan Pancasila. 2. Bumiputera bertujuan mencapai masyarakat Indonesia yang adil dan

malcmur. 3. Bumiputera berusaha menyelenggarakan asuransi jiwa dalam arti kata

yang seluas-luasnya. Dalam perjanji an asuransi jiwa dapat juga diterima kewajiban-kewajiban yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa yang mengenai diri seseorang yang terjadinya tidak tentu dan tidak pula ber-hubungan dengan meninggalnya yang tertanggung, atau tercapainya usia yang tertentu.

330

Page 343: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

BAB Il POLLS DAN PEMEGANG POLIS

Pasal 4 Polls:

1. Kepada setiap orang yang mengadakan kontrak asuransi jiwa dengan Bumiputera diberikan satu polls.

2. Jika polls hilang atau rusak, maka atas permintaan pemegang polis dapat dikeluarkan polis pengganti yang sesuai dengan aslinya, dengan penge-luaran mana polls aslinya tidak berlaku lagi dan segala urusan selanjutnya akan diselenggarakan, berdasarkan polis pengganti.

3. Biaya polis pengganti seluruhnya menjadi tanggungan pemegang polis.

Pasal 5 Polls Dengan Pembagian Surplus:

Bumiputera sebagai usaha asuransi jiwa bersama, hanya mengeluarkan tarif asuransi dengan hak pembagian atas surplus tiap-tiap tahunnya, yang po-lisnya dalam bahasa Inggris disebut participating policies.

Pasal 6 Pemegang Polls:

Pemegang polis adalah mereka yang mengadakan kontrak asuransi jiwa dengan Bumiputera.

Pasal 7 Perubahan Kontrak:

1 . Pemegang polis, dengan permintaan tertulis kepada Bumiputera, setiap waktu dapat menunjuk pihak lain untuk menerima uang pertanggungan, kecuali jika terdapat ketentuan yang lain.

2. Segala macam perubahan atas permintaan pemegang polis yang ber-hubungan dengan kontraknya dengan Bumiputera, bare berlaku sesudah persetujuan Bumiputera dinyatakan dalam polisnya.

Pasal 8 Tempat Tinggal:

1. Pemegang polis dianggap mempunyai tempat tinggal di alamat yang ter-akhir yang disampaikan olehnya kepada Bumiputera dengan jalan ter-tulis.

2. Akibat-akibat dari perubahan tempat tinggal yang tidak disampaikan ke-

331

Page 344: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

pada Bumiputera menjadi tanggungan pemegang polis sepenuhnya. 3. Jika timbul persengketaan antara Pemegang polis dan Bumiputera maka

pemegang polis dianggap memilih tempat yang tidak berubah (domicili) di Kantor Pusat Bumiputera.

Pasal 9 Hak Atas Pembagian Surplus:

Pemegang polls Bumiputera berhak atas pembagian surplus tiap-tiap tahun, surplus mana untuk pertama kalinya akan diperhitungkan pada akhir tahun polls kedua.

Pasal 10 Bebas Dari Tanggung jawab:

Pemegang polis bebas dari tanggung jawab pribadi atas utang-utang Bumi-putera.

Pasal 11 Pemegang Polls Meninggal Dunia:

1. Jika pemegang polls meninggal dunia, maim orang yang ditunjuk sebagai yang berhak menerima uang pertanggungan (selanjutnya disebut yang ditunjuk) menggantikan kedudukannya sebagai pemegang polis.

2. Jika terdapat lebih dari satu nama yang ditunjuk, maka salah satu di antara mereka akan bertindak atas nama lainnya sebagai pemegang polis.

3. Jika setelah meninggalnya pemegang polis temyata tidak ada yang di-tunjuk, atau yang ditunjuk meninggal juga, dan tidak terdapat nama lain-nya sebagai yang ditunjuk, make si tertanggung dianggap sebagai peme-gang polis.

Pasal 12 Berakhirnya Kedudukan Sebagai Pemegang Polls:

Kedudukan sebagai pemegang polls berakhir, bilamana Bumiputera telah meme- nuhi kewajibannya menurut hukum dan perjanjian terhadap pemegang polis.

BAB III KEANGGOTAAN BUMH'UTERA

Pasal 13 Keanggotaan Bumiputera:

Anggota Bumiputera adalah hanya pemegang polis warganegara Indonesia

332

Page 345: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

yang mempunyai kontrak asuransi jiwa mengenai jiwanya sendiri dengan Bumiputera.

Pasal 14 Keanggotaan Bumiputera dinyatakan dalam polis. Polis yang memuat per-nyataan itu merupakan tanda anggota.

BAB IV BADAN PERWAKILAN ANGGOTA

Pasal 15 Badan Perwakilan Anggota:

Bumiputera mempunyai Badan Perwakilan Anggota disingkat BPA yang merupakan badan musyawarah tertinggi dan menentukan garis-garis besar haluan Bumiputera.

Pasal 16 Susunan Badan Perwakilan Anggota:

1. BPA terdiri dari anggota-anggota Bumiputera yang dipilih dari dan me-wakil i masing-masing unsur pemegang polis, unsur buruh, katyawan dan unsur Pengurus.

2. Cara pemilihan anggota BPA diatur tersendiri di dalam peraturan pemilih-an anggota untuk BPA yang ditetapkan oleh pengurus dan disahkan oleh BPA.

Pasal 17 Hak Anggota Bumiputera:

1. Tiap anggota Bumiputera yang polisnya aktif berlaku mempunyai hak memilih anggota BPA dalam tiap pemilihan BPA.

2. Hanya anggota Bumiputera yang polisnya berjalan sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun dan mengingat tenggang waktu, calon anggota BPA yang kontrak asuransinya belum akan berakhir dalam 4 (empat) tahun yang akan datang, dapat dipilih menjadi anggota BPA.

3. Anggota BPA yang oleh karena sesuatu sebab tidak lagi menjadi anggota Bumiputera dengan sendirinya keanggotaannya dalam BPAmenjadi gugur.

Pasal 18 Masa Keanggotaan Badan Perwakilan Anggota:

1 . Jabatan anggota BPA merupakan jabatan kehormatan dengan tidak men-

333

Page 346: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

dapat honorarium, sedang masa keanggotaannya lamanya 4 (empat) tahun. 2. Setiap 2 (dua) tahun sekali diadakan pemilihan anggota barn untuk

menggantikan separuh dari jumlah anggota BPA lama. 3. Anggota BPA yang telah habis masa keanggotaannya dalam pemilihan

yang barn dapat dipilih kembali.

Pasal 19 Anggota PenggantilTambahan:

1 Jika seorang anggota BPA meninggal dunia atau mengundurkan diri, sebelum selesai masa keanggotaannya, maka untuk mengganti anggota tersebut akan ditetapkan penggantinya yang diambilkan dari calon-calon yang belum terpilih dalam pemilihan terakhir menurut suara terbanyak yang diperoleh mereka masing-masing.

2. Jika tidak terdapat calon sebagaimana dimaksud pada ayat 1, maka bila dianggap perlu oleh pengurus akan diadakan pemilihan tambahan.

3. Anggota BPA barn itu meneruskan masa keanggotaan dari anggota lama yang digantinya.

Pasal 20 Sidang Tahunan:

1. Sam kali setahun diadakan sidang BPA, dinamakan Sidang Tahunan yang antara lain akan membicarakan: a. Laporan Pengurus mengenai jalannya perusahaan dalam tahun yang

barn lalu; b. Penetapan dan pengesahan neraca dan perhitungan rugi/laba tahun

yang bare lalu (aquite & decharge). c. Rencana kerja dan anggaran belanja perusahaan untuk tahun yang

akan datang; d. Lain-lain hal yang dipandang perlu oleh pengurus.

2 . Surat undangan kepada para anggota BPA untuk menghadiri Sidang ha-rus dikirimkan tertulis sekurang-kurangnya 30 (tigapuluh) hari sebelum tanggalnya sidang, dengan jalan surat tercatat atau jika keadaan sangat mendesak dengan kawat 14 (empat betas) hari sebelum sidang, atau dengan cara lain yang tercepat bisa mencapai para anggota.

3. Bahan-bahan yang akan dibahas dalam Sidang Tahunan hams sudah ter-kirim kepada anggota BPA sekurang-kurangnya sebulan sebelum tanggal sidang.

4. Sidang Tahunan adalah sah, jika yang hadir lebih dari separuh jumlah anggota BPA.

334

Page 347: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

Pasal 21 Sidang Luar Biasa:

1. Setiap kali dipandang perlu oleh pengurus dapat diadakan sidang BPA Luar Biasa dinamakan Sidang Luar Biasa.

2. Sidang Luar Biasa dapat juga diadakan atas permintaan sepertiga dari jumlah anggota BPA.

3 . Mereka yang minta diadakannya Sidang Luar Biasa hams menyampai-kan kepada pengurus dengan tertulis soal-soal yang akan diajukan da-lam Sidang Luar Biasa yang mereka usulkan.

4. Jika satu bulan sesudah diajukannya permintaan, Pengurus tidak menye-lenggarakan sidang yang diminta, maka mereka yang minta diadakannya sidang, dapat menyelenggarakannya sendiri Sidang Luar Biasa.

5. Undangan kepada para anggota BPA untuk menghadiri Sidang Luar Bia-sa dapat dijalankan dengan jalan surat tercatat sekurang-kurangnya 30 (tigapuluh) hari sebelum tanggalnya sidang, atau jika keadaan sangat mendesak dengan kawat 14 (empat betas) hari sebelum sidang atau dengan cara lain yang dianggap jalan yang tercepat.

6. Sidang Luar Biasa adalah sah, jika dihadiri oleh lebih dari separuh jumlah anggota BPA.

Pasal 22 Pimpinan Sidang:

1. Sidang Tahunan dan Sidang Luar Biasa dipimpin oleh Ketua Pengurus. 2. Jika is berhalangan, maka pimpinan Sidang akan dipegang oleh Direk-

tur Utama, dan kalaupun Direktur Utama juga berhalangan oleh salah seorang anggota Pengurus lainnya.

3. Apabilla Penguins karena sesuatu hal tidak dapat memimpin sidang, maka sidang akan diketuai oleh seorang di antara hadirin yang ditunjuk oleh Sidang.

Pasal 23 HakAnggoa BPA:

1. Setiap anggota BPA mempunyai hak untuk bersuara, seorang anggota BPA dapat memberi kuasa kepada orang lain sesama anggota BPA untuk mengeluarkan suara/pendapatnya atas namanya.

2. Pemberian kuasa tersebut dilalcukan secara tertulis. 3. Seorang anggota hanya dapat mewakili satu orang anggota lainnya.

335

Page 348: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

Pasal 24 Keputusan-keputusan:

1. Segala keputusan baik dalam Sidang Tahunan maupun dalam Sidang Luar Biasa diambil berdasarkan hikmah kebijaksanaan permusyawaratan untuk mufakat.

2. a. Hanya mengenai diri orang di lakukan pemungutan suara secara tertulis.

b. Jika dalam suatu pemungutan suara diperoleh suara yang sama, maka diadakan ulangan pemungutan suara.

c. Jika di dalam pemungutan ulangan ini terdapat suara yang sama, maka undian yang menentukan.

Pasal 25 Uang Jalan Anggota BPA:

Para anggota BPA yang menghadiri sidang-sidang BPA mendapat uang jalan sidang, dan uang saku selama diadakannya sidang menurut peraturan-peraturan yang berlaku bagi Pengurus.

BAB V PENGURUS, DIREKSI PELAKSANA DAN DIREKSI PEMBINA

Pasal 26 Pengurus:

1. Bumiputera diurus oleh sebuah pengurus yang terdiri atas Direksi Pe-laksana yang dalam bahasa Inggris disebut Managing Directors dan Direksi Pembina yang dalam bahasa Inggris disebut Outstanding Directors yang mewakili Bumiputera di dalam dan di luar pengadilan.

2. Dalam pengertian mengurus termasuk pengelolaan kekayaan Bumiputera dan hal melakukan perbuatan pemilik.

3. Rapat Pengurus terdiri atas anggota Direksi Pelaksana dan anggota Direksi Pembina dipimpin oleh Ketua Pengurus yang juga menjabat Ketua dari Direksi Pembina.

4. Rapat Pengurus menentukan kebijaksanaan dan garis besar haluan Bumi-putera sebagaimana ditetapkan oleh Sidang BPA.

Pasal 27 Direksi Pelaksana:

1. Direksi Pelaksana terdiri atas sedikit-dikitnya 3 (tiga) dan sebanyak-banyaknya 5 (lima) orang anggota, di antara mana seorang menjabat

336

Page 349: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

Direktur Utama, yang diangkat dan diberhentikan oleh BPA untuk masa kerja yang tidak ditentukan lamanya.

2. Syarat untuk jabatan anggota Direksi Pelaksana adalah sebagai berikut: a. warganegara Indonesia dan diutamakan karyawan Bumiputera; b. berpengalaman dan berpengetahuan luas terutama dalam lapangan

asuransi jiwa; c. sanggup menjalankan pimpinan dan memperhatikan kepentingan

Bumiputera sepenuhnya; satu dan lain dengan memperhatikan se-penuhnya peraturan-peraturan Pemerintah dalam bidang asuransi.

3. Apabila ada anggota Direksi Pelaksana oleh karena sesuatu sebab me-letakkan jabatan atau berhalangan menjalankan tugasnya, Pengurus da-pat memutuskan diadakannya pengisian/penggantian sementara hingga sidang BPA yang akan datang.

4. Kepada anggota Direksi Pelaksana diberikan gaji tiap bulan, lain emo-lumenten dan jaminan-jaminan hari tua yang besarnya ditetapkan oleh Pengurus dalam suatu peraturan yang disahkan oleh BPA.

Pasal 28 Tugas Dan Kewajiban Direksi Pelaksana:

1. Direksi Pelaksana menjalankan pimpinan harian Bumiputera di bawah pimpinan Direktur Utama.

2. Pembagian tugas dan tanggung jawab masing-masing anggota Direksi Pelaksana diatur dalam suatu peraturan tata-tertib yang disahkan oleh Pengurus, hal mana tak perlu dinyatakan kepada pihak luar.

3. Direksi Pelaksana berhak mengikat Bumiputera dengan orang lain atau orang lain kepada Bumiputera, akan tetapi diwajibkan memperoleh persetujuan dan Direksi Pembina dalam hal-hal: a. meminjam atau meminjamkan uang; b. mengikat Bumiputera sebagai penanggung; c. mendirikan bangunan, membeli, menjual, menyewakan, menyewa

memberatkan atau dengan cara lain melepaskan hak atas benda-benda tetap;

d. memperbungakan uang-uang Bumiputera; yang cara pelaksanaannya diatur dalam suatu peraturan yang ditetapkan oleh Pengurus.

Pasal 29 Direksi Pembina:

1. Direksi Pembina terdiri atas 3 (tiga) atau 5 (lima) anggota, seorang di antaranya menjabat Ketua.

337

Page 350: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

2. Anggota Direksi Pembina dicalonkan, diangkat dan diberhentikan oleh BPA.

3. Pengangkatan itu berlaku untuk 5 (lima) tahun lamanya dan sesudah masa kerja habis, anggota Direksi Pembina meletakkan jabatannya dengan ketentuan dapat dipilih kembali.

4. Apabila anggota Direksi Pembina karena sesuatu sebab berhalangan atau meletakkan jabatannya sebelum berakhirnya masa jabatan, maka rapat Pengurus dapat menentukan penggantinya.

5. Sebagai anggota Direksi Pembina is tidak boleh merangkap jabatan yang berada di bawah kekuasaan Direksi Pelaksana.

6. Kepada anggota Direksi Pembina diberi gaji tiap bulan dan emolumenten lain yang besamya ditentukan oleh BPA setelah mendapat bahan-bahan dari Direksi Pelaksana.

Pasal 30 Tugas Dan Kewajiban Direksi Pembina:

1. Direksi Pembina adalah pengawas, pemberi advis, pembimbing Direksi Pelaksana dalam menjalankan tugas kewajibannya sehari-hari, untuk mana anggota-anggotanya bersama-sama atau masing-masing pada setiap waktu berhak memasuki kantor-kantor Bumiputera guna meneliti buku-buku, surat-surat, barang-barang milik Bumiputera termasuk uang.

2. Jika dipandang perlu Direksi Pembina dapat menunjuk ahli-ahli guna melaksanakan tugas khusus atas beban Bumiputera.

3 . Pembagian kerj a Direksi Pembina diatur dalam peraturan tatatertib yang ditetapkan oleh Pengurus.

Pasal 31 Hak Direksi Pembina:

1. Direksi Pembina dapat memberhentikan anggota Direksi Pelaksana untuk sementara waktu, karena alasan-alasan yang penting. Jika hal itu me-nimbulkan vacuum dalam pengurusan, maka Direksi Pelaksana dipegang oleh seorang atau lebih anggota Direksi Pembina yang ditunjuk oleh Direksi Pembina.

2. Selambat-lambatnya satu bulan sesudah peristiwa itu, Direksi Pembina hams menyelenggarakan Sidang Luar Biasa untuk memutuskan tentang pemberhentian sementara itu.

3. Sidang Luar Biasa ini diselenggarakan atas undangan Direksi Pembina, dalam sidang mana anggota Direksi Pelaksana yang tersangkut diberi kesempatan untuk membela diri, dan akhirnya akan diputuskan apakah

338

Page 351: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

anggota Direksi Pelaksana yang tersangkut terus diberhentikan atau direhabilitir kembali.

4. Jika tindakan Direksi Pembina dibenarkan oleh Sidang Luar Biasa dan anggota Direksi Pelaksana yang tersangkut dipecat; maka Sidang Luar Biasa itu mengangkat penggantinya.

5. Jika Sidang Luar Biasa yang dimaksud tidak diselenggarakan oleh Di-reksi Pembina dalam jangka waktu yang telah ditentukan, maka keputu s-an Direksi Pembina mengenai schorsing anggota Direksi Pelaksana yang bersangkutan otomatis menjadi batal dan anggota Direksi Pelaksana yang dischors kembali memegang jabatan semula.

BAB VI LAPOFtAN TAHUNAN

Pasal 32 Neraca Dan Perhitungan Rugi/Laba:

Masa pembukuan Bumiputera berjalan mulai 1 Januari dan berakhir 31 Desember tiap-tiap tahun.

Pada akhir setiap tahun dibikin Neraca yang memuat penjelasan kekaya-an Bumiputera, dan Perhitungan Rugi/Laba, yang memberi gambaran jelas mengenai hasil-hasil selama masa kerja yang baru lalu.

Pasal 33 Penetapan Sementara Oleh Pengurus:

Neraca dan perhitungan rugi/laba ditandatangani oleh Direksi Pelaksana dan sebelum 1 Juni tahun berikutnya diajukan kepada Direksi Pembina untuk dimintakan penetapan sementara dari Direksi Pembina.

Pasal 34 Penetapan Oleh Sidang Tahunan:

Sekurang-kurangnya tiga puluh hari sebelum Sidang Tahunan menurut pa-sal 20, neraca dan perhitungan rugi/laba harus disampaikan kepada para anggota dari BPA untuk memberi kesempatan kepada anggota BPA guns memeriksa dan mempelajari bahan-bahan tersebut.

Penetapan oleh Sidang Tahunan atas neraca dan perhitungan rugi/laba memberi pembebasan sepenuhnya kepada Pengurus atas tindakannya dalam tahun yang lalu (aquit & decharge).

339

Page 352: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

BAB VII PE1V1BAG1ANRUGULABA

Pasal 35 Surplus/Laba:

Surplus seperti tersebut dalam neraca dan perhitungan rugi/laba yang telah disahkan dalam Sidang Tahunan, dibagi sebagai berikut:

80% untuk para pemegang polis. 20% untuk dana-dana cadangan.

Pasal 36 Dana Jaminan:

Di samping dana tersebut pada Pasal 35, Bumiputera mempunyai suatu "da-na jaminan" sebagai penambahan jaminan terhadap kewajiban Bumiputera kepada para pemegang polis.

Dana jaminan ini didapat dari keuntungan-keuntungan yang khusus di-sediakan oleh Bumiputera untuk itu.

Pasal 37 Rugi:

Jika Bumiputera menderita kerugian, maka kerugian tadi akan ditutup berturut-turut dengan cadangan-cadangan yang ada, jika masih belum dapat tertutup akhirnya akan ditutup dengan dana jaminan.

Jika temyata bahwa dana jaminan tidak juga dapat menutup kerugian, maka diadakan Sidang Luar Biasa yang akan memutuskan apakah Bumipu-tera akan dilangsungkan berdirinya atau tidak dalam hal yang terakhir tidak berlaku ketentuan tersebut dalam Pasal 41. Jika Bumiputera akan dilang-sungkan berdirinya, maka sisa kerugian akan dibagi (omgeslagen) di antara para anggota dengan mengurangi reserve premi dari pertanggungannya, oleh sebab mana sesuai dengan itu uang pertanggungannya akan dikurangi.

BAB VIII SURPLUS UNTUK PEMEGANG P OLIS

Pasal 38 Pembagian Surplus:

Surplus, yang dasar perhitungannya untuk tiap polis ditetapkan oleh Peng-ums dengan mengingat Pasal 9 tiap-tiap tahun akan ditambahkan pada uang pertanggungan dari masing-masing polls.

340

Page 353: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

Pasal 39 Waktu pembayaran Surplus:

Jika polls dijual, habis kontraknya atau si tertanggung meninggal dunia se-hingga harga tunainya atau uang pertanggungannya hams dibayarkan, maka surplus menurut Pasal 38 hams dibayarkan kepada yang berkepentingan.

BAB IX PERUBAHAN ANGGARAN DASAR

Pasal 40 Syarat-syarat:

Segala perubahan dari Anggaran Dasar hanya dapat dilakukan berdasarkan keputusan Sidang Luar Biasa yang sengaja diadakan untuk keperluan itu.

Sidang ini sekurang-kurangnya hams dihadiri oleh anggota-anggota BPA yang mewakili 1/4 suara anggota BPA.

BAB X PEMBUBARAN

Pasal 41 Cara Pembubaran:

Pembubaran Bumiputera hanya dapat terjadi atas permintaan sekurang-kurangnya separo dari jumlah anggota Bumiputera, yang mewakili sekurang-kurangnya 1/2 (separo) dari uang pertanggungan Bumiputera dan disetujui oleh sedikit-dikitnya 3/4 dari jumlah anggota BPA.

Pasal 42 Jalannya Pembubaran:

Jika Bumiputera dibubarkan, likuidasi akan diselenggarakan oleh Direksi Pelaksana, sedangkan Sidang Luar Biasa yang memutuskan pembubaran tersebut, harus juga memutuskan bagaimana dan untuk apa sisa lebih dan perhitungan likuidasi itu akan dipergunakan.

Pasal 43 Pengesahan Likuidasi:

Sesudah perhitungan likuidasi ditetapkan oleh Pengurus pengesahan mana berarti pembebasan penuh kepada likuidateur, maka selesailah pembubaran Bumiputera ini.

341

Page 354: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

BAB XI

PERATURAN KEADAAN LUAR BIASA

Pasal 44 1. Dalam keadaan luar biasa atau mendesak Pengurus dapat mengambil

tindakan-tindakan atau keputusan-keputusan yang dalam keadaan biasa seharusnya mendapat persetujuan dari BPA terlebih dahulu.

2. Tindakan atau keputusan yang diambil menurut ayat 1 tersebut harus segera diberitahukan kepada anggota BPA.

3. Jika tindakan atau keputusan yang dimaksud dalam ayat 1 ditolak oleh sidang BPA, maka tindakan atau keputusan itu tidak berlaku lagi.

4. Dalam hal penolakan sebagai dimaksud oleh ayat 3, maka penyelesaian persoalan diserahkan kepada BPA.

5. Persetujuan-persetujuan/Pengesahan-pengesahan dari tindakan-tindak-an Pengurus yang diperlukan dari BPA menurut ayat 1 tersebut, dan/atau keputusan Sidang BPA menurut Pasal 24, tidak dapat dilakukan dise-babkan keadaan Bumiputera dan/atau keadaan, yang menurut Pertim-bangan Pengurus, tak memungkinkan diadakannya Sidang BPA Biasa/ Luar Biasa, maka segala persetujuan-persetujuan/pengesahan-penge-sahan dan keputusan-keputusan dimaksud di atas, dapat dilakukan dengan Referendum.

BAB XII PERATURAN PERALIHAN

Pasal 45 1. Segala peraturan-peraturan pelaksanaan yang lama masih tetap berlaku

selama dan sepanjang peraturan-peraturan tersebut belum dicabut, di-ubah, disesuaikan dan diganti dengan peraturan-peraturan pelaksanaan barn sesuai dengan AD ini.

2. Sebelum diadakannya pemilihan BPA menurut AD ini maka anggota-anggota MPA sekarang dinyatakan sebagai anggota BPA Sementara.

3. Sebelum diadakannya pemilihan Pengurus Sementara AD ini, maka De-wan Komisaris dan Direksi menurut AD lama dinyatakan sebagai Pengu-rus Sementara yang masing-masing bertindak sebagai Direksi Pembina dan Direksi Pelaksana.

342

Page 355: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

BAB XIII PERATURAN PENUTUP

Pasal 46 1. Hal-hal yang tidak atau belum diatur oleh AD ini dapat diatur sementara

oleh Pengurus sambil menunggu pengesahan Sidang BPA yang akan datang.

2. AD ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkannya oleh Sidang MPA.

Jakarta, 29 Oktober 1966. Pengurus AJB Bumiputera 1912

Direksi Pelaksana,

I.K. SUPRAKTO Direktur Utama

343

Page 356: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

H. MOHAMMAD NOOR PURWOSUTJIPTO, dilahirkan di Kendal 18 Juni 1912. Lulus Seko-

lah Normaalschool Salatiga 1930, mendapat diploma MULO 1939, lulus ujian bahasa Jepang sampai ting-kat Nikyu (kedua) 1944, lulus ujian SMANegeri 1952, lulus Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada 1960, Sertifikat Postgraduate Course Hukum Perdata dan Hukum Dagang Universitas Gajah Mada 1973.

Mulai bekerj a sebagai guru SDN (HIS) 1930-1945, Tsuyaku (Juru Bahasa Jepang) 1944, Wakil Kepala Staf I, Divisi IV TNI Salatiga dengan pangkat Kapten 1945-1950, Pegawai Negeri Sipil Depar-temen Agama dengan jabatan terakhir Pembantu Menteri Agama Bidang Perencanaan dan Pengawasan 1963-966 dan 1971 pensiun. Mulai 1 April 1969 diangkat sebagai Asi sten Dosen IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta merangkap sebagai Asisten Ahli Menteri Agama, diangkat sebagai Dosen Hukum Dagang di Fakultas Hukum Univer-sitas Indonesia 1963-1977, mantan Dosen Hukum Dagang Fakultas Hukum Universitas Tarumanagara, Dosen Hukum Dagang Fakultas Hukum Unika Atma Jaya, Dosen Hukum Dagang Perguruan Tinggi/ Akademi Hukum Militer Jakarta.

344

Page 357: Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2

sw"

:+1 • 1 • •' .• " 1"c' 1'

_Pengapgautut sidok4)eagaiaciaiiiictiOrtitiotriya:peogangZtan tParatia IMO .41:4 • .1 4:410441.5ft,higAidLowym. •••■•

ang ra orang, um • tamasurans aut. pe aut,pediriggiaigir4ectlidaii1;aiiiiii dean ., pengtnautalicli darat ctan do perakan _demi ; dalipcsit. .

-clanimenslcr turetLtan ladozinpad9 tzerrenlaut eukumzeteyeran-perairan daret -

Jy -

on. •-••