pengertian lansia

19
2.2.1. Pengertian Lansia Proses menua adalah proses yang terus-menerus (berlanjut) secara alamiah, dim lahir dan umum dialami pada semua makhluk hidup. Lansia bukanlah suatu penyakit, me suatu masa atau tahap hidup manusia (bayi, kanak-kanak, dewasa, tua, lanjut usia). 21 atasan-batasan lansia menurut !"#, meliputi$ 1% a. &sia pertengahan (middle age), antara ' sampai tahun b. Lanjut usia (elderly), antara %* sampai +' tahun c. Lanjut usia tua ( old ), antara + dan * tahun d. &sia sangat tua (very old ), di atas * tahun. 2.2.2. Kesehatan Lansia Pada umumnya usia tua penuh dengan berbagai gangguan kesehatan. "al itu terja bukan hanya karena keteledoran orang untuk menjaga kesehatan sejak masa muda tetap tua memang ditandai dengan berbagai kemunduran ungsi tubuh. emunduran i isiologis dan berjalan secara alamiah. "ingga saat ini belum ada obat atau cara p penurunan isiologis pada lansia. api tetap saja mungkin untuk sehat pada lansia bisa dilakukan dan harus senantiasa dilakukan untuk tetap sehat pada lan kesehatan dengan baik, mengonsumsi makanan yang bergi/i, berolahraga teratur sesuai menjauhkan pikiran dari pengaruh lingkungan yang negati , dan secara periodik berk pada dokter minimal 0 bulan sekali. 22 2.2.3. Posyandu Lansia Posyandu adalahsalahsatu bentuk &paya esehatanersumberdaya asyarakat (& ) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan me kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar. Posyandu direncanakan dan dikembangkan oleh kader bersama epala esa dan Lembaga asyarakat esa (L ). ader adalah anggota masyarakat yang dipilih dari masyarakat setempat yang disetujui oleh L dengan syarat mau dan mampu bekerja s sukarela, dapat membaca dan menulis huru latin, dan mempunyai cukup waktu untuk bekerja bagi masyarakat. 20

Upload: ayniz-nie

Post on 05-Nov-2015

18 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

pengertian lansia

TRANSCRIPT

2.2.1. Pengertian Lansia Proses menua adalah proses yang terus-menerus (berlanjut) secara alamiah, dimulai sejak lahir dan umum dialami pada semua makhluk hidup. Lansia bukanlah suatu penyakit, melainkan suatu masa atau tahap hidup manusia (bayi, kanak-kanak, dewasa, tua, lanjut usia). 21 Batasan-batasan lansia menurut WHO, meliputi: 16 a. Usia pertengahan (middle age), antara 45 sampai 59 tahun b. Lanjut usia (elderly), antara 60 sampai 74 tahun c. Lanjut usia tua (old), antara 75 dan 90 tahun d. Usia sangat tua (very old), di atas 90 tahun. 2.2.2. Kesehatan Lansia Pada umumnya usia tua penuh dengan berbagai gangguan kesehatan. Hal itu terjadi bukan hanya karena keteledoran orang untuk menjaga kesehatan sejak masa muda tetapi masa tua memang ditandai dengan berbagai kemunduran fungsi tubuh. Kemunduran itu bersifat fisiologis dan berjalan secara alamiah. Hingga saat ini belum ada obat atau cara pencegahan penurunan fisiologis pada lansia. Tapi tetap saja mungkin untuk sehat pada lansia. Hal-hal yang bisa dilakukan dan harus senantiasa dilakukan untuk tetap sehat pada lansia adalah menjaga kesehatan dengan baik, mengonsumsi makanan yang bergizi, berolahraga teratur sesuai usia, menjauhkan pikiran dari pengaruh lingkungan yang negatif, dan secara periodik berkonsultasi pada dokter minimal 3 bulan sekali.222.2.3. Posyandu Lansia Posyandu adalah salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar. Posyandu direncanakan dan dikembangkan oleh kader bersama Kepala Desa dan Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD). Kader adalah anggota masyarakat yang dipilih dari dan oleh masyarakat setempat yang disetujui oleh LKMD dengan syarat mau dan mampu bekerja secara sukarela, dapat membaca dan menulis huruf latin, dan mempunyai cukup waktu untuk bekerja bagi masyarakat. 23 Posyandu lansia adalah suatu bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan terhadap lansia di tingkat desa/ kelurahan di masing-masing wilayah kerja puskesmas. Keterpaduan dalam posyandu lansia berupa keterpaduan pada pelayanan yang dilatar belakangi oleh kriteria lansia yang memiliki berbagai macam penyakit. Dasar pembentukan posyandu adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama lansia. Adapun tujuan umum posyandu lansia adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan lansia untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat. 25 Untuk memberikan pelayanan kesehatan yang prima terhadap lansia, mekanisme pelaksanaan kegiatan yang sebaiknya digunakan adalah sistem 5 tahapan (5 meja) sebagai berikut: 25 1. Tahap pertama: pendaftaran anggota posyandu lansia sebelum pelaksanaan pelayanan. 2. Tahap kedua: pencatatan kegiatan sehari-hari yang dilakukan lansia serta penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan. 3. Tahap ketiga: pengukuran tekanan darah, pemeriksaan kesehatan, dan pemeriksaan status mental. 4. Tahap keempat: pemeriksaan air seni dan kadar darah (laboratorium sederhana). 5. Tahap kelima: pemberian penyuluhan dan konseling. 2.4. Patofisiologi Hipertensi Pada Lansia Dimulai dengan atherosklerosis, gangguan struktur anatomi pembuluh darah perifer yang berlanjut dengan kekakuan pembuluh darah. Kekakuan pembuluh darah disertai dengan penyempitan dan kemungkinan pembesaran plague yang menghambat gangguan peredaran darah perifer. Kekakuan dan kelambanan aliran darah menyebabkan beban jantung bertambah berat yang akhirnya dekompensasi dengan peningkatan upaya pemompaan jantung yang memberikan gambaran peningkatan tekanan darah dalam sistem sirkulasi. Tekanan darah tinggi biasa ditemui pada pasien yang sudah berusia lanjut (lansia). Hal ini erat hubungannya dengan proses menua pada seseorang. Di sini terjadi perubahan berupa berkurangnya elastisitas pembuluh darah, sehingga terjadi kekakuan pembuluh darah. Keadaan ini diperberat dengan terjadinya penimbunan lemak di lapisan dalam pembuluh darah. Tekanan darah tinggi pada orang lansia yang sering tampak adalah bagian sistol, atau yang terekam paling atas dari alat pengukur tekanan darah. 22 Hipertensi pada lanjut usia sebagian besar merupakan hipertensi sistolik terisolasi (HST), dan pada umumnya merupakan hipertensi primer. Adanya hipertensi, baik HST maupun kombinasi sistolik dan diastolik merupakan faktor risiko morbiditas dan mortalitas untuk orang lanjut usia. 26 2.5. Klasifikasi Hipertensi Dikenal berbagai pengelompokan hipertensi: 1. Menurut kausanya a. Hipertensi esensial (hipertensi primer), adalah hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui. Terjadi pada sekitar 90% penderita hipertensi. Hipertensi esensial kemungkinan disebabkan oleh beberapa perubahan pada jantung dan pembuluh darah yang kemungkinan bersama-sama menyebabkan meningkatnya tekanan darah.27 Hipertensi esensial merupakan penyakit. 17 multifaktor yang dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Pengaruh faktor gentik ini sangat bervariasi, dilaporkan sekitar 15% pada populasi tertentu sampai dengan 60% pada populasi lainnya. Faktor lingkungan yang mempengaruhi tekanan darah antara lain obesitas, stres, peningkatan asupan natrium, konsumsi alkohol yang berlebihan, dan lain-lain.b. Hipertensi sekunder, adalah jika penyebabnya diketahui. Pada sekitar 5- 10% penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1- 2%, penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB). 27 Hipertensi sekunder juga bisa disebabkan oleh penyakit/ keadaan seperti feokromositoma, hiperaldosteronisme primer (sindroma Conn), dan sindroma Cushing. 28 2. Menurut gangguan tekanan darah a. Hipertensi sistolik; peninggian tekanan darah sistolik saja b. Hipertensi diastolik; peninggian tekanan diastolik. 17 3. Menurut beratnya atau tingginya peningkatan tekanan darah a. Hipertensi ringan b. Hipertensi sedang c. Hipertensi berat.17 Pada hipertensi esensial, diastolik meninggi saat berdiri, penurunan menunjukkan hipertensi sekunder. 2.6. Gejala Hipertensi Hipertensi adalah penyakit yang biasanya tanpa gejala.30 Namun demikian, secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi. Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan, dan kelelahan, yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal. 27 merupakan bagian tubuh yang secara langsung bisa menunjukkan adanya efek dari hipertensi terhadap arteriola (pembuluh darah kecil). Dengan anggapan bahwa perubahan yang terjadi di dalam retina mirip dengan perubahan yang terjadi di dalam pembuluh darah lainnya di dalam tubuh, seperti ginjal. Untuk memeriksa retina, digunakan suatu oftalmoskop. Dengan menentukan derajat kerusakan retina (retinopati), maka bisa ditentukan beratnya hipertensi.27 Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, maka dapat menunjukkan gejala sakit kepala, kelelahan, mual, muntah, sesak nafas, gelisah, dan pandangan menjadi kabur.27 2.7. Komplikasi Hipertensi Tekanan darah tinggi apabila tidak diobati dan ditanggulangi, maka dalam jangka panjang akan terjadi komplikasi serius pada organ-organ sebagai berikut, yaitu: a.. Jantung Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan terjadinya gagal jantung dan penyakit jantung koroner. Pada penderita hipertensi, beban kerja jantung akan meningkat, otot jantung akan menyesuaikan sehingga terjadi pembesaran jantung dan semakin lama otot jantung akan mengendor dan berkurang elastisitasnya, yang disebut dekompensasi. Akibatnya, jantung tidak mampu lagi memompa dan menampung darah dari paru sehingga banyak cairan tertahan di paru maupun jaringan tubuh lain yang dapat menyebabkan sesak nafas atau oedema. Kondisi ini disebut gagal jantung. b. Otak Komplikasi hipertensi pada otak, menimbulkan risiko stroke.5 Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan dua jenis stroke, yaitu stroke iskemik dan stroke hemoragik. Jenis stroke yang paling sering (sekitar 80% kasus) adalah stroke iskemik. Stroke ini terjadi karena aliran darah di arteri otak terganggu. Otak menjadi kekurangan oksigen dan nutrisi. Stroke hemoragik (sekitar 20% kasus) timbul saat pembuluh darah di otak atau di dekat otak pecah. Penyebab utamanya adalah tekanan darah tinggi yang persisten. Hal ini menyebabkan darah meresap ke ruang di antara sel-sel otak. Walaupun stroke hemoragik tidak sesering stroke iskemik, namun komplikasinya dapat menjadi lebih serius. 31 c. Ginjal Tekanan darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kerusakan sistem penyaringan di dalam ginjal, akibatnya lambat laun ginjal tidak mampu membuang zat-zat yang tidak dibutuhkan tubuh yang masuk melalui aliran darah dan terjadi penumpukan di dalam tubuh.5 5 Universitas Sumatera Utara d. Mata Tekanan darah tinggi dapat mempersempit atau menyumbat arteri di mata, sehingga menyebabkan kerusakan pada retina (area pada mata yang sensitif terhadap cahaya). Keadaan ini disebut penyakit vaskular retina. Penyakit ini dapat menyebabkan kebutaan dan merupakan indikator awal penyakit jantung.31 2.8. Epidemiologi Hipertensi 2.8.1. Distribusi Penderita Hipertensi a. Distribusi Penderita Hipertensi Berdasarkan Orang Tekanan darah tinggi lumrah bagi pasien yang sudah berusia lanjut (lansia). Ini karena terjadinya pengapuran pada dinding pembuluh darah bagian dalam. Hal ini karena sebelumnya terjadi pengendapan lemak di dinding pembuluh darah.22 Berdasarkan hasil Riskesdas Balitbangkes tahun 2007, hipertensi tampak meningkat sesuai peningkatan umur responden. Prevalensi hipertensi pada responden yang berumur 45-54 tahun (42,40%), 55-64 tahun (53,70%), 65-74 tahun (63,50%), dan >75 tahun (67,30%).32 Pada populasi umum kejadian tekanan darah tinggi tidak terdistribusi secara merata. Hingga usia 55 tahun lebih banyak ditemukan pada pria. Namun setelah terjadi menopause (biasanya setelah usia 50 tahun), tekanan darah pada wanita meningkat terus, hingga usia 75 tahun tekanan darah tinggi lebih banyak ditemukan pada wanita daripada pria.17 Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Balitbangkes tahun 2007, prevalensi hipertensi (pada kelompok umur >18 tahun) pada pria (31,30%) dan pada wanita (31,90%).32 Tekanan darah tinggi sangat sering terjadi pada orang berkulit hitam, yaitu 3 kali lebih sering dibandingkan orang berkulit putih. Perbedaan ini timbul akibat perbedaan genetik kedua populasi tersebut. Hipertensi pada orang keturunan Afrika lebih sensitif terhadap garam dalam pola makan, yang diperkirakan berkaitan dengan sistem renin-angiotensin. Orang berkulit hitam memiliki kadar renin yang lebih rendah.31 Berdasarkan hasil penelitian Yulia (2010) yang dilakukan di Posyandu Lansia wilayah kerja Puskesmas Sering Medan Tembung, diketahui bahwa prevalensi hipertensi pada kelompok lansia yang bekerja (31,58%) dan pada kelompok yang tidak bekerja (37,88%). Berdasarkan hasil penelitian yang sama, diketahui bahwa prevalensi hipertensi pada kelompok lansia yang memiliki kebiasaan merokok (70,97%) dan pada kelompok yang tidak memiliki kebiasaan merokok (20,55%).10 b. Distribusi Penderita Hipertensi Berdasarkan Tempat Saat ini terdapat kecenderungan pada masyarakat perkotaan lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan masyarakat pedesaan. Hal ini antara lain dihubungkan dengan adanya gaya hidup masyarakat kota yang berhubungan dengan risiko hipertensi seperti stres, obesitas (kegemukan), kurangnya olah raga, merokok, alkohol, dan makan makanan yang tinggi kadar lemaknya. Perubahan gaya hidup seperti perubahan pola makan menjurus ke sajian siap santap yang mengandung banyak lemak, protein, dan garam tinggi tetapi rendah serat pangan, membawa konsekuensi sebagai salah satu faktor berkembangnya penyakit degeneratif seperti hipertensi.9 Tetapi hal ini sedikit berbeda dengan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Balitbangkes tahun 2007, yang menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi di perkotaan (30,80%) dan di pedesaan (32,20%).32 2.8.2. Determinan Penderita Hipertensi Faktor-faktor yang dapat dimasukkan sebagai faktor risiko hipertensi adalah: 1. Umur Hipertensi erat kaitannya dengan umur, semakin tua seseorang semakin besar risiko terserang hipertensi. Arteri kehilangan elastisitasnya atau kelenturannya seiring bertambahnya umur. Dengan bertambahnya umur, risiko terjadinya hipertensi meningkat. Meskipun hipertensi bisa terjadi pada segala umur, namun paling sering dijumpai pada orang berumur 35 tahun atau lebih. Sebenarnya wajar bila tekanan darah sedikit meningkat dengan bertambahnya umur. Hal ini disebabkan oleh perubahan alami pada jantung, pembuluh darah, dan hormon. Tetapi bila perubahan tersebut disertai faktor-faktor lain maka bisa memicu terjadinya hipertensi. 10 2. Jenis Kelamin Bila ditinjau perbandingan antara wanita dan pria, ternyata terdapat angka yang cukup bervariasi.9 Hingga usia 55 tahun lebih banyak ditemukan pada pria. Namun setelah terjadi menopause (biasanya setelah usia 50 tahun), tekanan darah pada wanita meningkat terus, hingga usia 75 tahun tekanan darah tinggi lebih banyak ditemukan pada wanita daripada pria.16 Hal ini disebabkan karena terdapatnya hormon estrogen pada wanita.35 Berdasarkan hasil penelitian Sugiharto (2007), menunjukkan bahwa OR hipertensi pada wanita jika dibandingkan dengan pria adalah 0,79. 9 3. Etnis Penelitian klinis yang melibatkan sejumlah besar orang menunjukkan bahwa orang keturunan Afrika atau Afro-Karibia memiliki tekanan darah yang lebih tinggi dibandingkan orang Kaukasia (berkulit putih). Hipertensi pada orang keturunan Afrika lebih sensitif terhadap garam dalam pola makan, yang diperkirakan berkaitan dengan sistem renin-angiotensin. Orang berkulit hitam memiliki kadar renin yang lebih rendah. 31 4. Hereditas Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi (faktor keturunan) mempertinggi risiko terkena hipertensi terutama pada hipertensi primer. Keluarga yang memiliki hipertensi dan penyakit jantung meningkatkan risiko hipertensi 2-5 kali lipat.5. Stres PsikologisHubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis, yang dapat meningkatkan tekanan darah secara bertahap. Stres atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung, bingung, cemas, berdebar-debar, rasa marah, dendam, rasa takut, rasa bersalah) dapat merangsang kelenjar anak ginjal melepaskan hormon adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat, sehingga tekanan darah akan meningkat. Jika stres berlangsung cukup lama, tubuh berusaha mengadakan penyesuaian sehingga timbul kelainan organis atau perubahan patologis. Gejala yang muncul dapat berupa hipertensi atau penyakit maag. Berdasarkan hasil penelitian Hasurungan di Kota Depok (2002) dengan menggunakan desain penelitian case control, menunjukkan bahwa OR hipertensi pada responden yang mengalami stres psikologis jika dibandingkan dengan yang tidak stres psikologis adalah 2,99.36 9 Penelitian menunjukkan bahwa tekanan darah seorang anak akan lebih mendekati tekanan darah orangtuanya bila mereka memiliki hubungan darah dibandingkan dengan anak adopsi. Hal ini menunjukkan bahwa gen yang diturunkan, dan bukan hanya faktor lingkungan (seperti makanan atau status sosial), berperan besar dalam menentukan tekanan darah.31 Berdasarkan hasil penelitian Sugiharto (2007), menunjukkan bahwa OR hipertensi pada responden yang memiliki riwayat keluarga hipertensi jika dibandingkan dengan yang tidak memiliki riwayat keluarga hipertensi adalah 6,29. 9 Universitas Sumatera Utara 6. Pola Makan a. Mengonsumsi garam dan lemak tinggi Pengaruh asupan garam terhadap timbulnya hipertensi terjadi melalui peningkatan volume plasma, curah jantung, dan tekanan darah. Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh karena menarik cairan di luar sel agar tidak keluar, sehingga akan meningkatkan volume dan tekanan darah. Berdasarkan hasil penelitian Sugiharto (2007), menunjukkan bahwa OR hipertensi pada responden yang memiliki kebiasaan mengonsumsi makanan asin jika dibandingkan dengan yang tidak adalah 4,57.9 Lemak trans (ditemukan pada makanan yang diproses, misalnya biskuit dan margarin) dan lemak jenuh (ditemukan pada mentega, cake, pastry, biskuit, produk daging, dan krim) telah terbukti dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam darah. Kolesterol yang terlalu tinggi dalam darah dapat mempersempit arteri, bahkan dapat menyumbat peredaran darah.31 Berdasarkan hasil penelitian Sugiharto (2007), menunjukkan bahwa OR hipertensi pada responden yang memiliki kebiasaan mengonsumsi lemak jenuh jika dibandingkan dengan yang jarang mengonsumsi lemak jenuh adalah 2,01. 9 b. Jarang mengonsumsi sayur dan buah Vegetarian mempunyai tekanan darah lebih rendah dibandingkan pemakan daging dan diet vegetarian pada penderita hipertensi dapat menurunkan tekanan darah.17 7. Gaya Hidup a. Olahraga tidak terarur Kurangnya aktivitas fisik meningkatkan risiko menderita hipertensi karena meningkatkan risiko kelebihan berat badan. Orang yang tidak aktif juga cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi sehingga otot jantungnya harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi. Makin keras dan sering otot jantung harus memompa, makin besar tekanan yang dibebankan pada arteri. Berdasarkan hasil penelitian Sugiharto (2007), menunjukkan bahwa OR hipertensi pada responden yang tidak memiliki kebiasaan berolah raga jika dibandingkan dengan yang memiliki kebiasaan berolah raga adalah 2,35. 9 b. Kebiasaan merokok Selain dari lamanya kebiasaan merokok, risiko merokok terbesar tergantung pada jumlah rokok yang diisap perhari. Seseorang lebih dari satu pak rokok sehari menjadi 2 kali lebih rentan hipertensi dari pada mereka yang tidak merokok. Zat-zat kimia beracun, seperti nikotin dan karbon monoksida yang diisap melalui rokok, yang masuk ke dalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri dan mengakibatkan proses atherosklerosis dan hipertensi. Nikotin dalam tembakau merupakan penyebab meningkatnya tekanan darah segera setelah isapan pertama. Seperti zat-zat kimia lain dalam asap rokok, nikotin diserap oleh pembuluh-pembuluh darah amat kecil di dalam paru-paru dan diedarkan ke aliran darah. Hanya dalam beberapa detik nikotin sudah mencapai otak. Otak bereaksi terhadap nikotin dengan memberi sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas epinefrin (adrenalin). Hormon yang kuat ini akan menyempitkan pembuluh darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih berat karena tekanan yang lebih tinggi. Setelah merokok dua batang saja maka baik tekanan sistolik maupun diastolik akan meningkat 10 mmHg. Tekanan darah akan tetap pada ketinggian ini sampai 30 menit setelah berhenti mengisap rokok. Sementara efek nikotin perlahan-lahan menghilang, tekanan darah juga akan menurun dengan perlahan. Namun pada perokok berat tekanan darah akan berada pada level tinggi sepanjang hari. Berdasarkan hasil penelitian Sugiharto (2007), menunjukkan bahwa OR hipertensi pada responden perokok berat (>20 batang/ hari) jika dibandingkan dengan yang bukan perokok adalah 2,47. c. Mengonsumsi alkohol Mengonsumsi tiga gelas atau lebih minuman berakohol perhari meningkatkan risiko mendapat hipertensi sebesar dua kali. Bagaimana dan mengapa alkohol meningkatkan tekanan darah belum diketahui dengan jelas. Namun sudah menjadi kenyataan bahwa dalam jangka panjang, minum minuman beralkohol berlebihan akan merusak jantung dan organ-organ lain. Berdasarkan hasil penelitian Sugiharto (2007), menunjukkan bahwa OR hipertensi pada responden yang sering mengonsumsi alkohol (3 kali/ minggu) jika dibandingkan dengan yang jarang mengonsumsi alkohol adalah 4,86. 9 8. Obesitas Obesitas erat kaitannya dengan kegemaran mengonsumsi makanan yang mengandung tinggi lemak. Obesitas meningkatkan risiko terjadinya hipertensi karena beberapa sebab. Makin besar massa tubuh, makin banyak darah yang dibutuhkan untuk memasok oksigen dan makanan ke jaringan tubuh. Ini berarti volume darah yang beredar melalui pembuluh darah menjadi meningkat sehingga memberi tekanan 9 lebih besar pada dinding arteri. Kelebihan berat badan juga meningkatkan frekuensi denyut jantung dan kadar insulin dalam darah. Peningkatan insulin menyebabkan tubuh menahan natrium dan air. Berat badan dan Indeks Massa Tubuh (IMT) berkorelasi langsung dengan tekanan darah, terutama tekanan darah sistolik. Risiko relatif untuk menderita hipertensi pada orang obes 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan seorang yang berat badannya normal. Pada penderita hipertensi ditemukan sekitar 20-30% memiliki berat badan lebih. Berdasarkan hasil penelitian Sugiharto (2007), menunjukkan bahwa OR hipertensi pada responden yang obesitas jika dibandingkan dengan yang tidak adalah 2,04.2.9. Pencegahan Hipertensi 2.9.1. Pencegahan Primordial Pencegahan primordial yaitu usaha pencegahan predisposisi terhadap hipertensi, belum terlihat adanya faktor yang menjadi risiko hipertensi, contoh adanya peraturan pemerintah membuat peringatan pada rokok, dengan melakukan senam kesegaran jasmani untuk menghindari terjadinya hipertensi. 37 2.9.2. Pencegahan Primer Pencegahan primer yaitu upaya awal pencegahan sebelum seseorang menderita hipertensi, dimana dilakukan penyuluhan faktor-faktor risiko hipertensi terutama pada kelompok risiko tinggi. Tujuan pencegahan primer adalah untuk mengurangi insidensi penyakit dengan cara mengendalikan penyebab-penyebab penyakit dan faktor-faktor risikonya.38 9 Upaya-upaya yang dilakukan dalam pencegahan primer terhadap hipertensi antara lain: 1. Pola Makan yang Baik a. Mengurangi asupan garam dan lemak tinggi Terlalu banyak mengonsumsi garam dapat meningkatkan tekanan darah hingga ke tingkat yang membahayakan. Panduan terkini dari British Hypertension Society menganjurkan asupan natrium dibatasi sampai kurang dari 2,4 gram sehari. Jumlah tersebut setara dengan 6 gram garam, yaitu sekitar 1 sendok teh per hari. Penting untuk diingat bahwa banyak natrium (sodium) tersembunyi dalam makanan, terutama makanan yang diproses.31 Mengurangi asupan garam