pengertian ilmu ekonomi wilayah, ruang dan wilayah dan teori lokasi

43
PERKEMBANGAN DAN PENGERTIAN EKONOMI WILAYAH, RUANG DAN WILAYAH DAN TEORI LOKASI SUGENG BUDIHARSONO Materi dipresentasikan pada kuliah Ekonomi Regional, Program Magister Ilmu Administrasi, Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi, Lembaga Administrasi Negara (STIA-LAN), 2013

Upload: sugeng-budiharsono

Post on 26-Jul-2015

334 views

Category:

Economy & Finance


8 download

TRANSCRIPT

PERKEMBANGAN DAN PENGERTIAN EKONOMI WILAYAH,

RUANG DAN WILAYAH DAN TEORI LOKASI

SUGENG BUDIHARSONO

Materi dipresentasikan pada kuliah Ekonomi Regional, Program Magister Ilmu Administrasi, Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi,

Lembaga Administrasi Negara (STIA-LAN), 2013

BIODATA

Nama : Dr. Ir. Sugeng Budiharsono

Pendidikan : 1) Sarjana (Ir) Pertanian, IPB. 1983

2) Doktor Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan, IPB, 1995

3) Local Economic Development, ITC ILO, Italy, 2009

4) Local Governance, Wageningen UR, The Netherlands, 2010

5) Market Access for Sustainable Development, Wageningen UR, The

Netherlands, 2013

Pekerjaan : 1) Chief Technical Advisor for Local Economic Development,

BAPPENAS

2) Dosen pascasarjana di Magister Ilmu Kelautan, Universitas Indonesia

3) Dosen pascasarjana di Institut Pertanian Bogor

DEFINISI EKONOMI WILAYAH • Secara sederhana Ilmu Ekonomi Wilayah merupakan

cabang ilmu ekonomi yang analisisnya menekankan aspek ruang ke dalam analisis ekonomi. Ilmu Ekonomi Wilayah merupakan gabungan antara ilmu ekonomi tradisional dengan teori lokasi.

• Secara lebih luas, ilmu ekonomi wilayah sebagai disiplin ilmu terpisah, yang menggabungkan antara geografi, ilmu ekonomi, ilmu lingkungan, sosial dan lain sebagainya yang disebut sebagai Ilmu Wilayah dengan pendirinya adalah Walter Isard.

• Suatu ilmu yang membahas semua persoalan yang dihadapi oleh suatu wilayah tertentu dari sudut pandang Ilmu Ekonomi.

• Suatu cabang Ilmu Ekonomi yang menakankan analisisnya pada aspek wilayah.

PERKEMBANGAN ILMU WILAYAH • Ilmu Wilayah lahir ketika beberapa ekonom mulai menjadi

tidak puas terhadap ilmu ekonomi Neoklasik yang mengabaikan dimensi ruang dalam analisisnya.

• Pada kurun waktu 1950-1960 (bahkan tahun 1970-an) merupakan masa keemasan ilmu wilayah. Banyak negara-negara industri, kecuali Amerika Serikat, membentuk Departemen yang mandatnya adalah pembangunan wilayah. Pada kurun waktu ini beberapa pakar ilmu wilayah bermunculan seperti Perroux dengan teori Kurub Pertumbuhannya. Pakar lainnya adalah Walter Isard, yang merupakan Bapak Ilmu Wilayah, Hirschman, Boudeville dan Friedmann.

• Pada tahun 1980-an, berfikir regional digantikan dengan berfikir global. Pada kurun waktu ini terjadi penutupan Jurusan Ilmu Wilayah di Univ. Pennsylvaniya dan Ilmu Ekonomi Spasial di Univ. Rotterdam.

Pembangunan wilayah

pasca Perang Dunia ke II

Globalisasi Keberlanjutan Sosial

dan Lingkungan

1950 1980 2010

• Berfikir wilayah

• Masalah lokasi

• Program Perang Dingin

• Berfikir global

• Ruang fleksibel

• Neoliberalisme

• Berfikir keberlanjutan

• Kerjasama antar benua

• Kekuatan keuangan

Pendanaan

pemerintah

Pendanaan

pemerintah

berkurang

Pendanaan dari

pemerintah dan dunia

usaha yang lebih

banyak

(+)

(-)

PERKEMBANGAN ILMU PEMBANGUNAN WILAYAH

RUANG DAN WILAYAH • Ruang merupakan salah satu komponen penting dalam

kehidupan manusia.

• Ruang sangat terkait erat dengan waktu. Karena sangat pentingnya ruang dan waktu bagi kehidupan manusia, maka filsafat ruang dan waktu telah menjadi perdebatan sejak ribuan tahun yang lalu. Keterkaitan yang sangat erat antara ruang dan waktu, dalam ilmu Fisika, keduanya kemudian digabung menjadi ruangwaktu atau ruang-waktu dalam suatu kontinum.

• Ruang-waktu biasanya ditafsirkan dengan ruang yang tiga-dimensi dan waktu memainkan peran sebagai dimensi keempat. Pada ilmu pengembangan ekonomi lokal, seperti ilmu ekonomi berbasis wilayah lainnya, ruang mempunyai posisi yang sangat sentral, dan ruang inilah yang merupakan pembeda utama dengan ekonomi konvensional.

RUANG • Teori ekonomi telah berhasil menjelaskan pertanyaan "apa",

"berapa", "bagaimana", "untuk siapa", dan "bilamana" dalam konteks produksi. Namun belum menjelaskan "dimana" aktivitas produksi tersebut dilaksanakan, dengan perkataan lain bahwa analisis ilmu ekonomi berada pada alam tanpa ruang (spaceless world). Padahal sudah jelas bahwa analisis ekonomi apapun yang diletakan pada alam tanpa ruang, amat jauh dari kenyataan hidup.

• Sumbangan terbesar tentang filsafat ruang dan waktu berasal dari filsuf Islam, seperti: Al-Kindi (801–873 M), Al Ghazali 1058–19 December 1111 M), dan Ibnu Haitham atau Alhazen (965 – 1040 H). Karya-karya mereka merupakan inspirasi bagi filsuf-filsuf Barat seperti Immanuel Kant.

• Isaac Newton, ruang adalah absolut dalam arti bahwa ia ada secara permanen dan independen.

Perkembangan Filsafat Ruang Abad 19-20

• Pada abad ke 19 dan 20, matematikawan mulai mengkaji Geometri Non-Euclidean, dimana ruang dapat dikatakan melengkung, bukan datar. Menurut teori Eistein tentang Relativitas Umum, bahwa ruang di sekitar medan gravitasi menyimpang dari ruang Euclidean.

• Michael Foucault yang menyatakan bahwa abad 19 adalah abad waktu, ruang tak bergerak, ajeg dan mati. Zaman ruang akan terjadi pada abad 20, dimana ruang akan aktif, bergerak, dan subur. Kalau mengikuti pola piker Foucault tersebut, maka abad ke-21 ini, merupakan abad ruang-waktu, menjalin ruang dan waktu.

• Perkembangan pemikiran tentang ruang pada era abad banyak dipengaruhi oleh pemikiran Karl Marx. Henri Lefebvre merupakan filsuf dari Perancis yang memulai kerja tentang ruang berdasarkan pemikiran Karl Marx. Karya-karya Lefebvre kemudian menjadi inspirasi bagi penerusnya seperti Edward W. Soja, David Harvey dan Rob Shield.

Konsep Ruang Menurut Lefebvre

• Menurut Lefebvre, ruang diproduksi dalam masyarakat melalui proses triadic terdiri dari "Ruang Praktik", "Representasi Ruang," dan "Representasional Ruang atau Ruang Representasi.

• Ruang Praktik (perçu Espace atau ruang yang dapat dirasakan) yaitu ruang yang dihasilkan oleh produksi dan reproduksi kapitalis, yang merupakan hasil dari kegiatan dan perilaku dan pengalaman manusia atau merupakan bentuk ruang secara fisik, ruang nyata, ruang yang dihasilkan dan digunakan.

• Representasi ruang (conçu Espace, ruang dipahami) adalah representasi hegemonik ideologis terkait dengan ruang atau dapat juga dikatakan sebagai ruang savoir (pengetahuan) dan logika atau ruang sebagai konstruksi mental atau ruang dalam alam pikiran (dibayangkan) yang merupakan representasi kekuasaan, ideologi, kontrol, dan pengawasan.

• Representasional ruang atau ruang representasi (vécu Espace, ruang hidup) terkait dengan gerakan perlawanan melakukan hal itu atau melihat ruang sebagai sesuatu yang diproduksi dan dimodifikasi sepanjang waktu dan melalui penggunaannya, ruang diinvestasikan dengan simbolisme dan makna, ruang dari connaissance (kurang lebih formal atau bentuk-bentuk pengetahuan lokal), ruang sebagai sesuatu nyata-dan-dibayangkan.

Arti Ruang Menurut Lefebvre

No Ruang Arti

1. l'Espace perçu

ruang praktik

dirasakan fisik materialisme

2. l'Espace conçu

representasi ruang

dipahami mental idealisme

3. vécu l'Espace

ruang representasi

hidup sosial materialisme dan

idealisme

Mata Kekuasaan

Konsep Ruang Edward Soja

• mengembangkan tiga konsep yang penting untuk dapat

memahami idenya tentang Ruang Ketiga (Thirdspace). Konsep

yang pertama adalah Thirding-as-Othering, yang kedua dan

ketiga adalah dua trialektika, yaitu Ontologis dan

Epistomologis.

• Ontologis – yaitu trialectics of being: kesejarahan (historicality),

kesosialan (sociality) dan keruangan (spatiality).

• Epistomologis – trialectics of spatiality: ruang dirasakan

(perceived space), ruang dipahami (conceived space), dan ruang

hidup (lived space).

• Konsep Ruang Ketiga dari Soja ini melampaui Konsep

Marxismenya Lefebvre dalam upaya untuk merangkul

kelompok atau individu yang terpinggirkan dan kehilangan

haknya, yang terus-menerus termarjinalkan karena keruangan

mereka diabaikan.

Trialetics of Spatiality and Being

Hubungan antara Konsep Ruang

Lefebvre dan Soja

Ruang

ke

Istilah

Levebre

Istilah

Soja

Arti

1 o Ruang dirasakan

o Ruang praktik

Firstspace Ruang fisik,

material

2 o Ruang dipahami

o Representasi ruang

Secondspace konsep/ gagasan

tentang ruang

3 o Ruang hidup

o Ruang representasi

Thirdspace ruang seperti yang

dialami (fisik,

emosional,

intelektual,

ideologis, dll)

WILAYAH

• Secara tradisional terdapat dua pengertian wilayah, yaitu wilayah sebagai suatu konsep yang muncul dari benak geograf dan wilayah sebagai instrumen untuk mengklasikfikasikan fenomena nyata dari alam, budaya dan masyarakat.

• Secara ontologis ini berarti bahwa wilayah dikategorikan muncul dari salah satu sisi nyata dari disiplin ilmu geografi dan di sisi lain sebagai agregat dari kegiatan perilaku individu.

• Pandangan yang pertama memisahkan ruang dari proses sosial, sedangkan pandangan yang terakhir mengurangi proses sosial dan budaya terhadap kesadaran individual.

PENGERTIAN WILAYAH

• Definisi wilayah secara klasik atau tradisional adalah area

yang berbeda antara yang satu dengan yang lain yang

disebabkan karena beberapa hal antara lain alam, ekonomi,

budaya, politik dan lain sebagainya atau area yang dibatasi

oleh criteria tertentu.

• Pendefinisian wilayah menggunakan empat kriteria (alam,

ekonomi, budaya dan politik) memang sangat sederhana

dan menyederhanakan untuk memahami kerumitan

konsep wilayah.

• Namun satu masalah muncul karena biasanya keempat

definisi wilayah tersebut tidak tumpang tindih secara

sempurna. Sebagai contoh, wilayah pembangunan

ekonomi, tidak mengikuti batas-batas politik, kelembagaan

maupun sosial budaya.

Wilayah secara fisik-alamiah • Wilayah secara fisik-alamiah yang merupakan hasil proses

geologi dan geomorfologi dalam jangka panjang. Proses ini, misalnya, menghasilkan daerah datar dan berbukit, yang merupakan wilayah yang dibatasi secara alamiah. Pembatas alamiah lainnya seperti sungai, laut dan gunung masih digunakan untuk mendefinisikan wilayah.

• Pada beberapa kasus, misalnya batas-batas alam yang digunakan seringkali membuat suatu wilayah menjadi homogen, sehingga disebut juga wilayah homogen.

• Selain itu batas-batas alam juga seringkali membuat suatu wilayah dalam kondisi yang dapat direncanakan sebagai suatu kesatuan, misalnya daerah aliran sungai. Wilayah dengan karakteristik yang mempunyai kesamaan yang dapat direncanakan secara terpadu disebut dengan wilayah perencanaan atau wilayah pemrograman.

WILAYAH HOMOGEN DAN PERENCANAAN

• Wilayah homogen adalah wilayah yang dipandang dari satu aspek/kriteria mempunyai sifat-sifat atau ciri-ciri yang relatif sama. Sifat-sifat dan ciri-ciri kehomogenan itu misalnya dalam hal ekonomi (seperti daerah dengan struktur produksi dan konsumsi yang homogen, daerah dengan tingkat pendapatan rendah/miskin, dll), geografi (seperti wilayah yang mempunyai topografi atau iklim yang sama), agama, suku dan sebagainya.

• Wilayah perencanaan (planning region atau programming region) sebagai wilayah yang memperlihatkan koherensi atau kesatuan keputusan-keputusan ekonomi.

• Wilayah perencanaan harus mempunyai ciri-ciri: (a) cukup besar untuk mengambil keputusan-keputusan investasi yang berskala ekonomi; (b) mampu merubah industrinya sendiri dengan tenaga kerja yang ada; (c) mempunyai struktur ekonomi yang homogen; (d) mempunyai sekurang-kurangnya satu titik pertumbuhan (growth point); (e) menggunakan suatu cara pendekatan perencanaan pembangunan; (f) masyarakat dalam wilayah itu mempunyai kesadaran bersama terhadap persoalan-persoalannya.

Wilayah ekonomi-fungsional

• Wilayah ekonomi-fungsional, merupakan wilayah yang

menunjukkan koherensi secara fungsional, yang bagian-

bagiannya tergantung satu sama lain dalam suatu batas

dengan menggunakan kriteria tertentu.

• Dickinson (1972) menggambarkan fenomena ini sebagai

"hubungan ekonomi", sementara Friedmann (1966)

menyebutnya daerah saling ketergantungan. Fisher (1967)

menyebutnya sebagai wilayah fungsional

• Wilayah nodal (nodal region) adalah wilayah yang secara

fungsional mempunyai ketergantungan antara pusat (inti) dan

daerah belakangnya (hinterland). Tingkat ketergantungan ini

dapat dilihat dari arus penduduk, faktor produksi, barang dan

jasa, ataupun komunikasi dan transportasi.

Wilayah administratif-politis • Wilayah administratif-politis, adalah wilayah yang batas-batasnya

ditentukan berdasarkan kepentingan adminsitrasi pemerintahan atau

politik, seperti: propinsi, kabupaten, kecamatan, desa/kelurahan,

dan RT/RW.

• Dalam praktik, apabila membahas mengenai pembangunan wilayah,

maka pengertian wilayah administrasi merupakan pengertian yang

paling banyak digunakan. Lebih populernya penggunaan pengertian

tersebut disebabkan dua faktor, yakni: (a) dalam melaksanakan

kebijaksanaan dan rencana pembangunan wilayah diperlukan

tindakan-tindakan dari berbagai badan pemerintah, sehingga lebih

praktis apabila pembangunan wilayah didasarkan pada satuan

wilayah administrasi yang telah ada; dan (b) wilayah yang batasnya

ditentukan berdasarkan atas satuan adminsitrasi pemerintahan lebih

mudah dianalisis, karena sejak lama pengumpulan data di berbagai

bagian wilayah berdasarkan pada satuan wilayah adminsitrasi

tersebut.

Wilayah sosial-budaya • Wilayah sosial-budaya sulit untuk

mendefinisikannya dalam masyarakat modern saat ini. Secara tradisional, wilayah didefinisikan menurut lokasi masyarakat yang mempunyai identitas bahasa-budaya dan praktik sosial budaya yanag sama dan khas yang berkaitan dengan wilayah spesifik. Hal ini berarti berbicara tentang masyarakat madani secara lokal, wilayah dengan etnik tertentu atau wilayah dengan budaya yang homogen dimana masyarakat saling berbagi visi bersama pada wilayah tersebut.

PERKEMBANGAN PENDEFINISIAN WILAYAH

• Secara tradisional, definisi wilayah tersebut di atas, dapat dikatakan bahwa

wilayah hanya dilihat sebagai entitas nyata yang tidak bergantung dengan

interaksi manusia. Namun pada dekade delapan puluhan telah berkembang

definisi wilayah yang memperhatikan aspek sosial, budaya dan sejarah.

• Gilbert dalam Paasi (2000) menyatakan bahwa ada tiga pendekatan dalam

memahami atau mendefinisikan wilayah, yaitu: Pertama, wilayah sebagai

sebuah materialis, dihubungkan dengan organisasi spasial dari proses sosial

yang terkait dengan modus produksi tertentu dan yang berkonsentrasi pada

basis ekonomi-politik wilayah dan menekankan kepada peran sirkulasi modal

dalam proses ini. Pemahaman ini terutama dipengaruhi oleh sudut pandang

Marxis.

• Kedua, wilayah sebagai tempat untuk interaksi sosial yang memainkan

peranan penting dalam produksi dan reproduksi dari hubungan sosial.

Pemahaman ini biasanya terinspirasi oleh 'teori strukturasi' dari Anthony

Giddens pada tahun 1980-an. Pendekatan ketiga untuk wilayah menekankan

budaya sebagai titik keberangkatan utama berkonsentrasi pada masalah

seperti identifikasi wilayah dan identitas wilayah. Oleh karena itu wilayah

dipahami terutama sebagai seperangkat hubungan budaya antara kelompok

tertentu dan tempat tertentu.

DEFINISI WILAYAH MENURUT PAASI

1. Konsep Pra-keilmuan tentang Wilayah, wilayah dipahami terutama sebagai sesuatu yang practical, tidak mencerminkan pilihan peneliti, apakah itu sebuah desa, komunitas, propinsi atau apapun.

2. Interpretasi yang berpusat kepada Disiplin Keilmuan

• Wilayah sebagai obyek telah menjadi ciri khas dalam Lansekap atau geografi Landscaft. wilayah telah dianggap sebagai organisme 'hidup'. It can be argued that so-called territorial,

• Wilayah sebagai gambar lansekap (Landschaftsbild) yang telah menjadi ciri khas dalam studi lansekap.

• Wilayah sebagai instrumen klasifikasi formal, yang berarti bahwa wilayah digunakan sebagai alat untuk mengklasifikasikan fenomena alam dan budaya. Prosedur ini biasanya menghasilkan pembagian wilayah yang didasarkan pada satu atau lebih 'sifat' alam atau budaya.

• Wilayah sebagai instrumen klasifikasi fungsional berarti bahwa peneliti menggunakan 'wilayah' dalam deskripsi struktur spasial fungsional masyarakat, terutama ketika membentuk struktur wilayah yang menjelaskan hubungan pusat-wilayah.

• Wilayah sebagai titik komunitas untuk unit spasial vernacular.

• Wilayah sebagai titik unit persepsi untuk unit spasial.

DEFINISI WILAYAH MENURUT PAASI

3. Konsep Kritis wilayah

• Wilayah sebagai titik bagian utama dari dunia kehidupan ke interpretasi humanistik yang dimulai dari pengalaman manusia dan memberi tekanan pada 'orang dalam sudut pandangnya.

• Wilayah sebagai manifestasi akumulasi modal adalah sebuah interpretasi Marxis.

• Wilayah sebagai titik pengaturan untuk jalur praktek sosial ke wilayah-wilayah sebagai media interaksi sosial (Thrift 1983).

• Sebuah ide yang sangat penting pada pertengahan 1980-adalah untuk memahami wilayah sebagai proses historis yang tidak terduga yang berarti bahwa wilayah dilihat sebagai kategori dinamis.

• Taylor (1991) membahas historis wilayah, yang berarti bahwa wilayah dianggap sebagai unit spasial yang telah diproduksi secara sosial dan budaya untuk menjadi bagian dari sistem.

Proses Pelembagaan Wilayah (1) Pembentukan teritorial; merujuk kepada lokalisasi dari praktik sosial dan mengarah kepada pencapaian dari batas-batas wilayah dan identifikasi dari sebuah unit yang berbeda dalam struktur keruangan.

(2) Pembentukan simbolik; Membentuk simbolik tidak hanya mencakup nama, tetapi juga banyak unsur lainnya, seperti lambang, bendera, ritual seperti parade, dan sebagainya. Demikian pula lagu, puisi, novel dan film membawa simbolisme keruangan sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari, mentransformasikan simbolisme ini sebagai bagian penting dari nasionalisme.

(3) Bentuk kelembagaan wilayah; dan Batas dan simbol penting dalam membuat wilayah tapi juga yang dibutuhkan adalah kelembagaan (politik, ekonomi, budaya) dan bahkan organisasi formal (seperti badan-badan administratif) yang mampu mempertahankan dan mereproduksi teritorialitas dan simbolisme yang melekat.

(4) pembentukan wilayah sebagai sebuah entitas dalam sistem wilayah dan kesadaran sosial masyarakat bersangkutan. merupakan bagian dari system wilayah dan kesadaran wilayah. Hal ini merujuk kepada kelanjutan dari proses pelembagaan, setelah wilayah mencapai status sebuah wilayah, dalam bentuk misalnya sebuah wilayah administrativ-politis.

Teori Lokasi dan Relokasi Industri

Teori lokasi industri menurut perkembangannya

terdiri dari empat jenis pendekatan, yaitu:

1) Pendekatan Neoklasik atau dapat juga disebut

dengan Klasik (Pellenbarg, 1985 dam Meester,

2004) atau Marjinalis (Barnes, 1988 dalam

Meester, 2004);

2) Pendekatan Perilaku atau Teori Managerial;

3) Pendekatan Kelembagaan,

4) Pendekatan Evolusi (Meester, 2004, Pellenbarg,

Wissen dan Dijk, 2002, Brouwer, 2005, dan

Marrioti, 2005).

PENDEKATAN NEOKLASIK

• Teori lokasi neoklasik berfokus pada penyajian model normatif umum untuk menemukan lokasi yang optimal untuk satu atau lebih industri berdasarkan pertimbangan ekonomi.

• Hal ini didasarkan pada konsep pengusaha sebagai homo economicus yang mempunyai informasi yang lengkap, dapat memanfaatkan informasi yang optimal, dan mampu memaksimalkan keuntungan sendiri.

• Manusia dan bahkan karakteristik pribadi pengambil keputusan ekonomi tidak punya tempat dalam pendekatan yang didasarkan pada model penjelas dimana faktor pengurang biaya (biaya transportasi, biaya tenaga kerja dan ukuran pasar) merupakan kekuatan utama yang mendorong terjadinya relokasi.

• Von Thunen (1826), Launhardt (1882), Weber (1909, 1929) and Palander (1935)Von Thunen (1826), Launhardt (1882), Weber (1909, 1929) dan Palander (1935) may be considered as the founding fathers of this fielddapat dianggap sebagai pendiri bidang ini.

TEORI LOKASI PERTANIAN

Pendekatan Biaya Terkecil

Asumsi:

1) Bahwa daerah yang menjadi obyek studi adalah suatu daerah yang terisolasi, homogen dalam iklim, dengan konsumen yang terkonsentrasi pada pusat-pusat tertentu

2) Beberapa sumber daya alam seperti air, tanah bersifat dapat diperoleh dimana saja (ubikuitas)

3) Barang-barang lainnya seperti minyak bumi dan mineral lainnya hanya dapat diperoleh pada tempat-tempat tertentu (sporadik)

4) Tenaga kerja tidak bersifat ubikuitas.

TEORI LOKASI WEBER • Weber mengemukakan ada tiga faktor utama yang mempengaruhi

lokasi industri, yaitu : (1) biaya transportasi; (2) biaya tenaga kerja; dan (3) kekuatan aglomerasi atau deaglomerasi.

• Weber menggambarkan teorinya dengan segitiga lokasi

• dimana titik lokasi optimum (T) adalah titik keseimbangan antara gaya-gaya sumber bahan-bahan mentah (M1 dan M2) dengan pasar (C atau Mk). Untuk menunjukkan bahwa lokasi tersebut optimum terhadap sumber-sumber bahan mentah dengan pasar, Weber mengemukakan suatu indeks yang disebut indeks bahan (material index) yang dirumuskan sebagai berikut:

• Bila indeks bahan > 1 artinya bahwa perusahaan tersebut lebih berorientasi ke bahan mentah (material oriented). Sedangkan bila indeks bahan < 1 berarti perusahaan tersebut lebih berorientasi kepada pasar (marked oriented).

Pendekatan

Daerah

Pemasaran

Pendekatan Keuntungan Maksimum

PENDEKATAN PERILAKU

Pendekatan Kelembagaan • Pendekatan Kelembagaan berbeda dengan pendekatan Neoklasik

dan Perilaku, yaitu lebih menekankan kepada peran lembaga budaya

masyarakat yang didominiasi oleh sistem tata nilai.

• Dalam teori kelembagaan, faktor 'eksternal' atau faktor

'kelembagaan' (yaitu penyesuaian seperti ekspansi, merger, akuisisi

dan pengambilalihan, kepercayaan, resiprositas, kerjasama dan

konvensi) memainkan peran kunci pada semua tingkatan dalam

perekonomian, mulai dari struktur dan fungsi perusahaan, operasi

pasar, sampai dalam bentuk intervensi negara.

• Pendekatan Kelembagaan memfokuskan pada interaksi antar

perusahaan, bukan pada perilaku perusahaan secara individual.

Perilaku lokasi perusahaan adalah hasil dari investasi strategis

perusahaan dan merupakan hasil negosiasi dengan pemasok,

pemerintah, serikat pekerja dan lembaga lain tentang harga, upah,

pajak, subsidi, infrastruktur, dan faktor-faktor penting lainnya dalam

proses produksi perusahaan.

Pendekatan Evolusioner

• Pendekatan evolusioner untuk konsep lokasi dan

relokasi menerapkan konsep biologinya Darwin

seperti keberagaman, seleksi dan ketergantungan, di

ekonomi pembangunan keruangan.

• Kunci konsep evolusi ini dijabarkan dalam geografi

ekonomi sebagai inovasi, kompetisi dan bersifat

rutintinitas.

• Ketergantungan dan rutinitas mengacu pada

keengganan pengusaha untuk memasuki bidang baru

kegiatan (produk baru, teknik baru, pasar baru) di

mana mereka kekurangan pengalaman (Brons dan

Pellenbarg, 2003) atau untuk mengubah lokasi.

KARAKTERISTIK TEORI LOKASI DAN RELOKASI

KARAKTERISTIK TEORI LOKASI DAN RELOKASI

Perbedaan Pilihan Lokasi oleh UKM dan Usaha Besar

Pilihan untuk Proses Produksi

Berkelanjutan

Pilihan untuk Pengaturan Lokasi

Berkelanjutan

TERIMA KASIH