pengertian dan jenis investasi

24
MANAJEMEN KEUANGAN “Penganggaran Modal” OLEH : Nama : I.A.A.Wahyuning Candra Dewi Nim : 1306305056 No Absen : 12 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana

Upload: dcwahyuning

Post on 12-Jul-2016

43 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Manajemen Keuangan

TRANSCRIPT

Page 1: Pengertian Dan Jenis Investasi

MANAJEMEN KEUANGAN

“Penganggaran Modal”

OLEH :

Nama : I.A.A.Wahyuning Candra Dewi

Nim : 1306305056

No Absen : 12

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Udayana

2016

Page 2: Pengertian Dan Jenis Investasi

1. PENGERTIAN DAN JENIS INVESTASI

Investasi berarti pengeluaran dana saat ini dengan harapan memperoleh hasil atau

keuntungan di masa datang. Dilihat dari dimensi waktu, investasi dapat dikelompokkan

menjadi 2, yaitu :

a. Investasi jangka pendek (satu tahun atau kurang), yaitu investasi pada aktiva lancar

(modal kerja), seperti kas, piutang inventori, surat-surat berharga.

b. Investasi jangka panjang (lebih dari satu tahun), yaitu investasi pada aseet riil, seperti

tanah, bangunan, peralatan kantor, kendaraan, asset riil lainnya, dan investasi pada

asset finansial seperti investasi pada saham dan obligasi.

Dalam manajemen keuangan, inestasi jangka panjang dikaitkan dengan penganggaran

modal atau capital budgeting. Pengertian modal atau capital mengacu pada aktiva tetap yang

dipergunakan dalam proses produksi atau aktivitas pokok perusahaan. Perusahaan

memutuskan untuk melakukan investasi saat ini dengan harapan mendapat keuntungan di

masa yang akan datang. Seperti misalnya investasi pada perlengkapan system distribusi,

bangunan, sarana produksi yang lebih baik, penelitian dan pengembangan produk baru dan

aktiva tetap lainnya.

Berdasarkan tujuan utama perusahaan, yaitu memaksimumkan kemakmuran

pemegang saham (pemilik), maka dalam menilai keputusan investasi jangka panjang juga

harus mengacu pada tujuan tersebut. Dengan kata lain, keputusan investasi harus dinilai

dalam hubungannya dengan kemampuan untuk menghasilkan keuntungan yang sama atau

lebih besar dari yang disyaratkan oleh pemilik modal.

Secara umum investasi jangka panjang menyangkut salah satu dari klasifikasi berikut.

a. Investasi penggantian aktiva tetap, seperti gedung, mesin-mesin, kendaraan, dan

sebagainya.

b. Investasi perluasan (ekspansi)

c. Investasi penambahan produk baru, dapat berupa perluasan atau diversifikasi produk

yang sudah ada.

d. Investasi jangka panjang lainnya yang tidak termasuk dalam salah satu dari klasifikasi

di atas. Misalnya, investasi pada peralatan pengendalian polusi, investasi untuk

keamanan, eksplorasi sumber alam dan sebagainya.

2. MENAKSIR ALIRAN KAS

Tugas yang paling penting dalam penganggaran modal adalah estimasi aliran kas.

Estimasi atau proyeksi aliran kas melibatkan berbagai variable, individu, dan berbagai bagian

atau departemen dalam perusahaan. Misalnya, proyeksi penjualan dan harga diperoleh dari

Page 3: Pengertian Dan Jenis Investasi

bagian pemasaran, proyeksi aliran kas keluar yang berkaitan dengan produk baru disediakan

oleh bagian produksi, dan proyeksi biaya operasi diperoleh dari bagian akuntansi biaya,

produksi, pembelian, dan bagian lain yang terkait. Peran manajer keuangan adalah

mengkordinasikan informasi berbagai departemen dan mengendalikan proses estimasi untuk

meyakinkan bahwa bagian atau individu menggunakan metode secara konsisten dan asumsi

yang rasional.

Aliran kas sangat penting dalam analisis investasi, bukan laba yang dilaporkan

menurut catatan akuntansi, hal ini disebabkan karena :

a. Laba alam pengertian akuntansi tidak sama dengan kas masuk bersih.

b. Para investor dan manajemen lebih tertarik mengetahui aliran kas bersih yang benar-

benar akan diterima.

Proyeksi atau menaksir aliran kas, di samping akurasi, juga penting diperhatikan

masalah relevansi. untuk estimasi aliran kas yang relevan, diperlukan perhatian atas hal-hal

penting berikut ini :

a. Estimasi aliran kas harus atas dasar setelah pajak, karena yang menjadi hak dan dapat

dinikmati oleh pemilik perusahaan adalah aliran kas bersih setelah pajak.

b. Taksirlah aliran kas atas dasar incremental atau selisih. misalnya, untuk rencana

peluncuran produk baru mngkin akan mengakibatkan pengurangan penjualan produk

lama. Dengan demikian perlu diperhatikan penurunan penjualan produk lama karena

peluncuran produk baru dalam menaksir aliran kas.

c. Pemisahan aliran kas karena keputusan investasi dan keputusan pendanaan

(pembelanjaan). Aliran kas karena keputusan pembelanjaan seperti pembayaran

bunga, angsuran pokok pinjaman, dan pembayaran dividen tidak perlu diperhatikan.

Yang dianalisis dalam penilaian investasi adalah profitabilitas investasi.

Aliran kas dapat dikelompokkan menjadi tiga bgain yaitu :

a. Aliran kas permulaan (initial cash flow) : merupakan aliran kas keluar perusahaan

pada awal suatu proyek, yang pada umumnya nilainya sebesar nilai proyek yang akan

dibiayai. untuk menentukan aliran kas permulaan perlu diidentifikasi aliran kas yang

berhubungan dengan pengeluaran investasi. ini berarti harus diketahui berapa besar

pengeluaran untuk tanah, pembuatan bangunan dengan perlengkapannya dan

sebagainya. ditambah juga dengan pengeluaran-pengeluaran untuk biaya-biaya

pendahuluan dan sebelum operasi, termasuk penyediaan modal kerja.

b. Aliran Kas Operasional : juga diistilahkan dengan aliran kas masuk bersih atau

proceeds. estimasi tentang besarnya aliran kas operasional tahunan merupakan titik

Page 4: Pengertian Dan Jenis Investasi

permulaan untuk penilaian profitabilitas usulan investasi. kebanyakan cara yang

dipergunakan untuk menaksir aliran kas operasional tahunan adalah menyesuaikan

taksiran rugi laba yang disusun berdasarkan prinsip-prinsip akuntansi dan

menambahkannya dengan biaya-biaya yang sifatnya bukan tunai (penyusutan).

Aliran kas masuk bersih = laba setelah pajak + penyusutan

Meskipun cara tersebut sering tepat, tetapi ada persyaratan yang harus

dipenuhi. Penggunaan cara tersebut cukup tepat apabila pengakuan terhadap

penghasilan dan biaya menurut akuntansi tidak banyak berbeda dengan terjadinya

penerimaan dan pengeluaran kas. Kalau antara pengakuan penghasilan dan biaya

cukup berbeda, maka penggunaan cara itu akan memberikan hasil yang tidak tepat.

Kalaupun bias menyesuaikan laporan akuntansi menjadi pola aliran kas karena

persyaratannya memenuhi, maka yang sering juga menjadi persoalan adalah kalau

proyek tersebut dibelanjai dengan modal sendiri, penaksiran aliran kas operasionalnya

tidak menjadi masalah. Masalah sebenarnya timbul karena dicampurkannya

keputusan pembelanjaan dengan hasil investasi proyek tersebut.

Contoh :

Misalkan ada suatu investasi yang dibelanjai dengan 100% modal sendiri, senilai Rp

100 juta. Umur ekonomisnya 2 tahun, tidak mempunyai nilai sisa. kalau penyusutan

dilakukan dengan metode garis lurus, maka penyusutan per tahunnya adalah Rp 50

juta. Taksiran laba rugi per tahun adalah sebagai berikut.

Penghasilan Rp 150 jutaBiaya-biaya : Tunai Rp 70 jutaPenyusutan Rp 50 jutaTotal biaya Rp 120 jutaLaba sebelum pajak Rp 30 jutaPajak (50%) Rp 15 jutaLaba setelah pajak Rp 15 jutaAliran kas bersih /proceeds = (Rp 15 juta +Rp 50 juta) Rp 65 juta

Pengukuran di atas adalah benar apabila pengakuan terhadap biaya dan penghasilan

menurut akuntansi tidak banyak berbeda dengan terjadinya pengeluaran dan

penerimaan kas.

Sekarang kalau misalkan proyek tersebut dibelanjai dengan 100% pinjaman,

bunga pinjaman adalah 20% per tahun. Taksiran laba rugi menjadi sebagai berikut.

Penghasilan Rp 150 jutaBiaya-biaya : Tunai Rp 70 jutaPenyusutan Rp 50 juta

Page 5: Pengertian Dan Jenis Investasi

Total biaya Rp 120 jutaLaba sebelum bunga dan pajak Rp 30 jutaBunga Rp 20 jutaLaba sebelum pajak Rp 10 jutaPajak (50%) Rp 5 jutaLaba setelah pajak Rp 5 juta

Proceeds = laba sebelum pajak + penyusutan

= Rp 5 juta + Rp 50 juta

= Rp 55 juta

Untuk keperluan penaksiran operational cash flow atau proceeds, cara

semacam ini membuat kesalahan dalam hal mencampuradukan cash flow karena

keputusan investasi. Untuk itu cara menaksir aliran kas operasional yang benar adalah

:

Aliran kas operasional (proceeds) = laba setelah pajak + penyusutan + bunga (1-

pajak)

Dengan memperhatikan rumus tersebut, maka :

Proceeds = Rp 5 juta + Rp 50 juta + Rp 20 juta (1 – 0.50)

= Rp 65 juta

Berikut disajikan beberapa cara yang dapat digunakan untuk menaksir aliran kas

operasional. Misalkan sebuah perusahaan memiliki laporan perhitungan laba rugi

performa sebagai berikut.

Pendapatan penjualan Rp 145 jutaBiaya tunai :Biaya variabel Rp 90 jutaBiaya tunai tetap Rp 10 jutaPenyusutan Rp 15 jutaLaba sebelum bunga dan pajak Rp 30 jutaBunga Rp 5 jutaLaba sebelum pajak Rp 25 jutaPajak (40%) Rp 10 jutaLaba setelah pajak Rp 15 juta

Berdasarkan data tersebut, taksiran aliran kas operasonal, yaitu :

Aliran kas operasional = (1-T) (EBIT) – (T x Dep)

= (1-0.4) (45 juta) + (0.4 x 15 juta)

= 33 juta

Page 6: Pengertian Dan Jenis Investasi

Aliran kas operasional= (1 – T) (EBIT) + Dep

= (1 – 0.4) (30 juta) + 15 juta

= 33 juta

Aliran kas operasional= (1 – T) (EBIT) + (1 – T) (bunga) + Dep

= (1 – 0.4) (25 juta) + (1 – 0.4) (5 juta)

= 33 juta

Aliran kas operasional= EAT + Dep + (1 – T) (bunga)

= (15 juta + 15 juta + (1 – 0.4)

= 33 juta

c. Aliran Kas pada Akhir Umur Investasi : umumnya terdiri dari cash flow nilai sisa

(residu) investasi tersebut, dan pengembalian modal kerja. Beberapa proyek mungkin

masih mempunyai nilai meskipun aktiva-aktiva tetapnya sudah tidak mempunyai nilai

ekonomis lagi. Aliran kas dari nilai saat ini juga perlu dihubungkan dengan pajak

yang mungkin dikenakan. Sebagai missal, nilai buku dari auatu aktiva tetap adalah Rp

10 juta. Tetapi saat dijual, laku seharga Rp 12 juta. Berarti perusahaan memperoleh

laba sebesar Rp 2 juta (laba ini sebenarnya merupakan capital gain). Kalau misalkan

perusahaan dikenakan pajak 20% atas capital gain tersebut, maka aliran kas dari nilai

sisa ini adalah Rp 12 juta – (Rp 2 juta x 0.2) = Rp 11.60 juta.

Berbagai contoh menaksir aliran kas

Misalkan, suatu perusahaan mobil merencanakan untuk membuat mobil yang kecil,

kompak dan hemat energy. Tetapi sebagai akibatnya produk yang lain (mobil yang

besar dan comfort) akan tersaingi. Akibatnya mungkin penjualan produk lama

menjadi turun karena disaingi oleh produk yang baru. Dengan demikian maka dalam

menaksir aliran kas operasional dari proyek baru tersebut harus memperhatikan

pengurangan aliran kas akibat penurunan penjualan produk lama. Taksiran yang

digunakan adalah taksiran bersih, setelah dikurangi berkurangnya kas masuk dari

produk lama.

Contoh 1

Suatu proyek memerlukan investasi sebesar Rp 1.000 juta, dan ditaksir memberikan

kas masuk bersih sebesar Rp 200 juta setiap tahun. Investasi sebesar Rp 1.000 juta

tersebut terdiri dari aktiva tetap yang ditaksir berusia ekonomis 8 tahun sebesar Rp

800 juta, dan modal kerja sebesar Rp 200 juta. Misalkan aktiva-aktiva tetap tersebut

ditaksir mempunyai nilai sisa Rp 500 juta pada akhir tahun ke 8. Akan tetapi, dengan

adanya proyek tersebut mengakibatkan berkurangnya penjualan dari produk lama

Page 7: Pengertian Dan Jenis Investasi

sehingga menyebabkan penurunan aliran kas produk lama sebesar Rp 50 juta per

tahun. Dengan demikian taksiran aliran kas adalah sebagai berikut.

Initial cash flow Rp 1.000 jutaOperational cash flow (tahun ke-1 s/d ke-8) per tahun (Rp 200 juta- Rp 50 juta Rp 150 jutaTerminal cash flow :Modal kerja Rp 200 jutaNilai Sisa Rp 50 juta

Rp 250 jutaDimana initial cash flow merupakan aliran kas keluar, sedangkan operational cash

flow dan terminal cash flow merupakan aliran kas masuk.

Contoh 2

Misalkan suatu perusahaan sedang mempertimbangkan untuk mengganti mesin lama

dengan mesin baru yang lebih efisien. Nilai buku mesin lama R 80 juta dan masih bias

dipergunakan dalam 4 tahun lagi, tanpa nilai sisa. Mesin baru harganya Rp 120 juta

dengan umur ekonomis 4 tahun tanpa nilai sisa. Anggap perusahaan memakai

penyusutan dengan metode garis lurus. Kalai mesin baru dipakai perusahaan bias

menghemat biaya operasi tunai per tahun sebesar Rp 25 juta. Misalkan mesin lama

kalau dijual saat ini masih laku Rp 80 juta, tariff pajak yang dikenakan, baik untuk

laba operasional maupun capital gains, sebesar 30%. Bagaimana penaksiran aliran

kasnya ?

Penaksiran kas yang digunakan adalah dengan menggunakan taksiran selisish. Kalau

perusahaan mengganti mesin lama dengan mesin baru, maka perlu tambahan investasi

sebesar Rp 120 juta- Rp 80 juta = Rp 40 juta. Taksiran operational cash flow per

tahun adalah :

Tambahan keuntungan karena pengehmatan biaya operasional Rp 25 jutaTambahan penyusutan :Mesin baru Rp 30 jutaMesin lama Rp 20 juta Rp 10 jutaTambahan laba sebelum pajak Rp 15 jutaTambahan pajak Rp 4.5 jutaTambahan laba setelah pajak Rp 10.5 jutaTambahan kas masuk bersih Rp 20.5 juta(Rp 10,5 juta+ Rp 10 juta)

Dengan demikian, maka rencana penggantian mesin tersebut akan mengakibatkan

penambahan investasi (yang merupakan kas keluar) Rp 40 juta dan memberikan

Page 8: Pengertian Dan Jenis Investasi

tambahan kas masuk operasional setiap tahun Rp 20.5 juta selama 4 tahun. Karena

dalam hal ini tidak ada nilai sisa, maka tidak ada terminal cash flow.

Contoh 3

Misalkan dari contoh 2 di atas, mesin baru mempunyai usia ekonomis 6 tahun, bukan

4 tahun (asumsi ini lebih logis, karena mesin baru akan mempunyai umur ekonomis

lebih lama). Dengan demikian aliran kasnya menjadi sebagai berikut :

Tambahan aliran kas keluar/ initial cash flow (untuk tambahan investasi) Rp

40 juta.

Untuk menaksir tambahan aliran kas masuk setiap tahun, perlu ditentukan terlebih

dahulu periode waktu yang sama. Dimana umur ekonomis mesin lama tinggal 4 tahun

dan mesin baru masih 6 tahun. Kalau langsung ditempuh cara seperti pada contoh

nomor 2, maka akan dijumpai kesulitan karena periode yang tidak sama ini. Untuk itu

ditentukan terlebih dahulu waktu yang sama yaitu 4 tahun. Setelah 4 tahun, maka

msein baru akan tinggal mempunyai nilai sisa sebesar (2 x Rp 20 juta) = Rp 40 juta.

Karena penyusutan mesin baru sekarang adalah Rp 20 juta per tahun.

Tambahan keuntungan karena pengehmatan biaya operasional Rp 25 jutaTambahan penyusutan :Mesin baru Rp 20 jutaMesin lama Rp 20 juta Rp 0 jutaTambahan laba sebelum pajak Rp 25 jutaTambahan pajak Rp 7.5 jutaTambahan laba setelah pajak Rp 17.5 jutaTambahan kas masuk bersih Rp 17.5 juta(Rp 17,5 juta+ Rp 0 juta)

3. METODE PENILAIAN PROFITABILITAS INVESTASI

Dalam keputusan investasi hanya ada dua alternative, menolak atau menerima usulan

investasi. Ada beberapa metode dapat digunakan untuk mengevaluasi keputusan investasi,

yaitu :

a. Metode Payback Period

Metode ini mencoba mengukur seberapa cepat suatu investasi bias kembali. Karena

itu satuan hasilnya adalah waktu (tahunan atau bulanan). Kalau perioe payback suatu

usulan investasi lebih pendek dari yang disyaratkan, maka usulan investasi dinyatakan

diterima, bila sebaliknya proyek ditolak. Problem utama yaitu sulitnya menentukan

perioe payback maksimum yang disyaratkan sebagai pembanding. Periode payback

Page 9: Pengertian Dan Jenis Investasi

dapat dihitung dengan menjumlahkan aliran kas tahunan hingga mencapai jumlah

sama dengan nilai investasi awal.

b. Metode Net Present Value (NPV)

Metode ini menghitung selisih present value investasi dengan present value kas

masuk bersih. Untuk menghitung present value tersebut perlu ditentukan terlebih

dahulu tingkat bunga yang relevan. NPV yang positif menunjukkan bahwa PV

proceeds lebih besar dari PV investasi. Dengan demikian decision rule nya adalah :

terima suatu usulan investasi yang diharapkan memberikan NPV positif, dan tolak

kalau memberikan NPV negative. Rumusnya, yaitu :

NVP = [A 1

(1+r ) + A 2

(1+r )2 + ….

An(1+r )n

] – I0 atau NPV = ∑t=1

n

At (1

(1+r )t) – I0

Dimana :

A = kas masuk bersih (procced)

r = suku bunga

t = waktu (tahun) 1 sampai n

n = umur investasi

I0 = Investasi awal

c. Metode Profitability Index (PI)

Menunjukkan perbandingan antara PV proceed dengan PV investasi. Kriteria yang

digunakan : terima investasi yang dijarapkan memberikan PI >1

Rumus : PI = PV proceedsPV investasi

d. Internal Rate of Return (IRR)

Menunjukkan tingkat bunga yang menyamakan PV proceeds dan PV investasi.

Decision rule : terima investasi yang diharapkan memberikan IRR> tingkat bunga

yang dipandang layak. IRR = r1 + NPV 1

PV 1−PV 2 (r2 – r1)

Dimana :

r1 = suku bunga yang menghasilkan PV positif

r2 = suku bunga yang menghasilkan PV negative

PV1 = PV pada suku bunga r1

PV2 = PV pada suku bunga r2

NPV1 = net present value pada bunga r1

Contoh :

Page 10: Pengertian Dan Jenis Investasi

Suatu perusahaan transportasi akan membuka divisi baru, yaitu divisi taksi. Divisi

akan dimulai dengan 50 buah taksi. Divisi akan dimulai dengan 50 buah tksi, dank

arena akan dipergunakan untuk usaha taksi, mobil-mobil tersebut dapat dibeli dengan

harga Rp 30 juta per unit. Ditaksir usia ekonomis selama 4 tahun dengan nilai sisa

sebesar Rp 4 juta per unit. Untuk mempermudah analisis dipergunakan metode

penyusutan garis lurus.

Taksi tersebut akan dioperasikan selama 300 hari dalam setahun, setiap hari

pengemudi dikenakan setoran Rp 50.000 . Berbagai biaya tunai seperti penggantian

ban, kopling, rem, penggantian oli, biaya perpanjangan STNK, dan sebagainya

ditaksir sebesar Rp 3.000.000 per unit taksi. Perusahaan dikenakan pajak 35%.

Tingkat keuntungan yang disyaratkan 16%. Berdasarkan informasi tersebut apakah

pembukaan divisi taksi ini layak ?

Jawab :

Taksiran rugi laba per tahun

Penghasilan : 300 x 50 x Rp 50.000 Rp 750,00 juta

Biaya-biaya :

Tunai (50 x Rp 3 juta) Rp 150,00 juta

Penyusutan (50 x Rp 6.5 juta) Rp 325,00 juta

Total biaya Rp 475,00 juta

Laba operasi Rp 275,00 juta

Pajak (35%) Rp 92,25 juta

Laba setelah pajak Rp 178,75 juta

Operational cash flow per tahun = Rp 178,75 + Rp 325 juta = Rp 503,75 juta. Pada

tahun ke 4 aliran kas masuk karena nilai sisa sebesar 50 x Rp 4 juta = Rp 200 juta.

Dengan demikian aliran kas dari investasi tersebut diperkirakan sebagai

berikut.

Tahun Kas keluar Kas masuk

0Rp 1.500 juta -

1 - Rp 503,75 juta2 - Rp 503,75 juta3 - Rp 503,75 juta4 - Rp 503,75 juta

Rp 200 jutaPayback period

Investasi awal Rp 1.500,00 juta

Page 11: Pengertian Dan Jenis Investasi

Proceed tahun 1 Rp 503,75 jutaSisa investasi tahun 2 Rp 996,25 jutaProceed tahun 2 Rp 503,75 jutaSisa investasi tahun 3 Rp 492,50 juta

Karena pada tahun ke 3 kas masuk bersih Rp 503,75 juta, maka sisa sebesar Rp

492,50 diharapkan akan kembali dalam waltu : (492,50/503,750) x 12 bulan = 11.73

bulan. Dengan demikian periode payback investasi ini adalah 2 tahun 11,73 bulan.

Net Present Value (NPV)

NPV = 503,75

(1+ .0,16 )n +

200(1+0,16 )5

– 1.500

= 503,75(2,798) + 200 (0,552) – 1.500

= 19,89 NPV positif, maka investasi ini menguntungkan atau dapat

dilaksanakan.

Prifitabilitas Index (PI)

PI = 1519,89

1500 = 1,0113 Karena PI >1 investasi dapat diterima.

Internal Rate of Return (IRR)

Pada tingkat bunga 16%

PV penerimaan positif sebesar Rp 1.519,89

PV penerimaan pada tingkat bunga 17% :

PV = 503,75

(1+0,17 )n +

200(1+0,17 )5

= 503,75 (2,743) + 200 (0,534)

= 1.381,79 + 106,80 = 1488,59

IRR = 16 + 19,89

1.519,89−1.488,59 x 17-16

= 16 + 0,51

= 16,51 Karena IRR > dari tingkat keuntungan yang disyaratkan (16%), maka

investasi diterima.

4. PERBANDINGAN METODE-METODE PENILAIAN PROFITABILITAS

INVESTASI

Dari metode-metode yang sudah dijelaskan di atas, metode payback memiliki

kelemahan yaitu diabaikannya nilai waktu uang. Kelemahan lainnya adalah diabaikannya

aliran kas bersih (proceeds) setelah periode payback. Di samping itu tidak ada dasar konsepsi

untuk menentukan payback maksimum yang diperkenankan sebagai pembanding untuk

memutuskan apakah suatu usulan diterima atau ditolak.

Page 12: Pengertian Dan Jenis Investasi

4.1 Perbandingan NPV dengan PI

Bila menilai suatu usulan investasi menggunakan metode NPV dan PI hasilnya akan

selalu konsisten. Artinya kalau NPV menyimpulkan suatu usulan investasi diterima

(menguntungkan), maka PI juga menyimpulkan diterima, demikian sebaliknya. Jadi

bila menilai suatu usulan, NPV dan PI memberikan keputusan yang sama.

Contoh

Misalkan ada dua usulan yaitu proyek A dan proyek B dengan karakteristik sebagai

berikut.

Usulan Nilai investasi PI NPVA Rp 800 juta 1,08 64 jutaB Rp 300 juta 1,15 45 juta

Sebagaimana asumsi dari persoalan ini adalah anda memiliki dana Rp 800 juta dan

hanya ada dua kesempatan investasi tersebut. Berarti anda akan lebih diuntungkan

bila memilih usulan A, karena kekayaan riil anda akan bertambah Rp 64 juta. Bila

memilih usulan B, kekayaan riil anda hanya akan meningkat Rp 45 juta karena sisa

dana Rp 500 juta tidak dapat dimanfaatkan.

Dengan demikian, penggunaan metode NPV memberikan hasil keputusan

yang lebih baik daripada metode PI. Hal ini disebabkan karena dengan menggunakan

metode NPV yang dilihat adalah nilai absolut, bukan pebandingan (relative) seperti

dalam metode PI. Karena itu, bila dibandingkan kedua metode tersebut maka metode

NPV lebih baik.

4.2 Perbandingan NPV dengan IRR

Kalau metode NPV dan IRR digunakan untuk menilai suatu usulan investasi yang

sama, maka hasilnya umumnya akan sama. Terkecuali, bila suatu usulan memiliki

pola aliran kas yang tidak normal, kedua meted tersebut bias menghasilkan keputusan

yang tidak sama.

Contoh

Misalkan suatu usulan investasi mempunyai pola aliran kas seprti berikut.

Tahun Aliran Kas0 -Rp 1.6 juta1 +Rp 10 juta2 -Rp 10 juta

Pola aliran kas semacam ini dikatakan tidak norml karena operational cash flow

ternyata tidak selalu positif setiap tahunnya. Bila dihitung IRR dari usulan tersebut

akan menjadi seperti berikut.

Page 13: Pengertian Dan Jenis Investasi

1,6 = 10

(1+r ) + 10

(1+r )2

Bila kedua sisi persamaan tersebut dikalikan dengan (1 + r)2 maka hasilnya menjadi :

1,6 (1 + r)2 = 10(1 + r) -10

1,6r2 – 6,8r +1,6 = 0

Dengan menggunakan rumus abc, maka nilai-nilai r (IRR) diperoleh :

r1 = 4 atau 400% r2 = 0,25 atau 25%

Dengan adanya dua IRR, timbul masalah tingkat bunga mana yang seharusnya

digunakan. Kalau misalkan tingkat bunga yang disyaratkan adalah 30%, maka dengan

menggunakan r1 = 400% dapat disimpulkan investasi ini diterima. Bila digunakan r2 =

25% maka investasi ini ditolak. Persoalan seperti itu tidak akan dijumpai kalau

digunakan metode NPV. Kalau tingkat bunga 30%, NPV usulan tersebut adalah :

1,6 = 10

(1+0.30) - 10

(1+30 )2

= -1,6 + 10 (0,769) – 10 (0,592) = Rp 0,170 juta

Karena NPV positif maka usulan tersebut diterima. Bila dihadapkan pada pemilihan

usulan investasi, metode NPV dan IRR bias memberikan keputusan yang tidak

konsisten.

5. Ilustrasi Terjadinya Penghitungan Ganda

Perhitungan ganda dapat terjadi kalau suatu investasi didanai dengan modal pinjaman

sementara cara menaksir aliran kas bersih hanya dihitung dengan formula : laba setelah pajak

+ penyusutan.

Contoh 1

Investasi berumur 1 tahun tanpa dikenakan pajak

Misalkan suatu usulan investasi bernilai Rp 10 juta dan didanai seluruhnya dengan

modal pinjaman (hutang). Bunga yang harus ditanggung 20% dan perusahaan tidak dibebani

pajak. Karena proyek berusia 1 thun maka penyusutan adalah Rp 10 juta. Taksiran laba/rugi

proyek ini sebagai berikut.

Penghasilan Rp 20 jutaBiaya-biaya :Tunai Rp 7 jutaPenyusutan Rp 10 juta

Rp 17 jutaLaba sebelum bunga dan pajak Rp 3 jutaBunga Rp 2 juta

Page 14: Pengertian Dan Jenis Investasi

Laba sebelum pajak Rp 1 jutaPajak Rp 0Laba setelah pajak Rp 1 juta

Bila menggunakan metode NPV untuk menilai profitabilitas proyek maka harus

ditentukan terlebih dahulu : tingkat bunga yang relevan dan aliran kas bersih proyek. Karena

proyek ini dibelanjai dengan hutang maka tingkat bunga yang relevan adalah biaya modal

pinjaman. Karena tingkat bunga hutang 20%, perusahaan tidak kena pajak, maka biaya modal

setelah pajak adalah : 20% (1-0) = 20%.

Kalau proceed dihitung dengan cara : laba setelah pajak + penyusutan, maka proceed

= Rp 1 juta+ Rp 10 juta = Rp 11 juta. Dengan demikian NPV proyek ini :

NPV = 10

(1+0.2 0) – 10 = -0,883 Karena NPV negative maka proyek dinyatakan ditolak.

Dalam persoalan tersebut terjadi perhitungan ganda dalam menilai proyek, yaitu

mengurangkan bunga dalam menaksir aliran kas dan menggunakan tingkat bunga tersebyt

untuk menghitung present value aliran kas.

Cara yang seharusnya digunakan, yaitu laba setelah pajak+ penyusutan + bunga (1 –

tingkat pajak). Dengan demikian :

Aliran kas bersih = Rp 1 juta + Rp 10 juta + Rp 2 (1-0)

= Rp 13 juta

NPV = 30

(1+0.2 0) – 10 = +0,883 Karena NPV positif berarti usulan investasi diterima.

Nilai Rp 0,883 tidak lain adalah present value dari Rp 1 juta yang merupakan tambahan

kekayaan (yaitu laba bersih setelah pajak) satu tahun yang akan datang dengan tingkat bunga

20%.

Contoh 2

Proyek berusia lebih dari 1 tahun ada pajak

Misalkan suatu investasi bernilai Rp 10 juta, dengan umur ekonomis 2 tahun tanpa

ada nilai sisa, didanai dengan hutang seluruhnya dikenakan bunga 20%. Karena usia

ekonomis 2 tahun maka dengan metode penyusutan garis lurus, penyusutan tiap bulan

menjadi Rp5 juta. Taksiran penghasilan dan biaya per tahun sebagai berikut.

Penghasilan Rp 20 jutaBiaya-biaya :Tunai Rp 12 jutaPenyusutan Rp 5 juta

Rp 17 jutaLaba sebelum bunga dan pajak Rp 3 juta

Page 15: Pengertian Dan Jenis Investasi

Bunga Rp 2 jutaLaba sebelum pajak Rp 1 jutaPajak Rp 0,2 jutaLaba setelah pajak Rp 0,8 juta

Karena perusahaan menggunakan hutang dan kena pajak, maka tingkat bunga yang

relevan untuk investasi ini adalah tingkat bunga setelah pajak, yaitu :: 20% (1 -0,20) = 16%

Bila proceeds per tahun dihitung dengan formula : Laba setelah pajak + penyusutan,

maka, proceed = Rp 0,8 juta + Rp 5 juta = Rp 5,8 juta

NVP = 5,8

(1+0.16) - 5,8

(1+0.16 )2 – 10 = -0,69 karena NPV negatif maka usulan investasi

ditolak.

Bila tidak digabungkannya keputusan pendanaan dan keputusan investasi, maka

perhitungan aliran kas adalah : laba setelah pajak + penyusutan + bunga (1 – tingkat pajak).

Dengan demikian :

Aliran kas bersih = Rp 0,8 juta + Rp 5 juta + Rp 2 juta (1 – 0,20)

= Rp 7,4 juta

NPV = 7,4

(1+0.16) - 7,4

(1+0.16 )2 – 10 = 1.879 Ternyata NPV positif yang berarti usulan

investasi seharusnya diterima. Untuk meyakinkan apakah cara menaksir aliran kas tersebut

sudah benar, maka harus mengecek kembali apakah benar kekayaan riil perusahaan

bertambah Rp 1,879 juta selama dua tahun.

Pada tahun ke-1 kekayaan riil akan bertambah Rp 0,8 juta. Pada tahun ke-2 pinjaman

sudah bias diangsur Rp 5 juta yang diambilkan dari dana penyusutan tahun ke-1, sehingga

bunga yang ditangguhkan Rp 1 juta. Dengan demikian maka laba setelah pajak meliputi :

Laba sebelum bunga dan pajak Rp 3,0 jutaBunga (20% x Rp 5 juta) Rp 1,0 jutaLaba sebelum pajak Rp 2,0 jutaPajak (20%) Rp 0,4 jutaLaba setelah pajak Rp 1,6 juta

Present value dari tambahan kekayaan selama dua tahun, yaitu :

PV = 0,8

(1+0.16) - 1,6

(1+0.16 )2 = 1.879 PV tersebut sama dengan NPV yang dihitung di atas.

Page 16: Pengertian Dan Jenis Investasi

DAFTAR PUSTAKA

Wiagustini, Ni Luh Putu. 2014. Manajemen Keuangan. Cetakan Pertama. Denpasar: Udayana

University Press.