pengendalian kualitas
DESCRIPTION
Pengendalian KualitasTRANSCRIPT
LAPORAN PENGAMATAN
PROSES PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK KRIPIK TEMPE
MENGGUNAKAN METODE PETA KONTROL ATRIBUT P DAN NP
(Studi Kasus di Toko Amel UMKM Sanan Malang)
Laporan Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengendalian Kualitas
Disusun oleh:
Realyandieto 115060707111056
Adinda Hapsa Nugraheni 115060700111032
Dinda Arlini Cahya 115060701111051
Herna Kartika Ambarwati 115060700111014
Novianto Candra W. 115060701111034
Briliantara Raga R. 11506070
Febrianto Danu 125060700111026
10506070
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring dengan pesatnya persaingan dalam dunia industri baik industri besar, menengah
maupun kecil, setiap pelaku industri dituntut untuk selalu melakukan perbaikan dan
peningkatan agar mampu bertahan dan memenangkan persaingan. Salah satu upaya untuk
meningkatkan kualitas produk adalah dengan melakukan pengendalian kualitas sebagai
bentuk evaluasi proses. Dengan melakukan pengendalian kualitas maka suatu pelaku industri
akan mudah dalam melakukan perbaikan ketika terjadi penurunan kualitas. Pengendalian
kualitas dapat dilakukan dengan cara melakukan menerapkan 7 tools, salah satu 7 tools yang
mudah digunakan adalah control chart untuk mengetahui kondisi proses.
Toko Amel merupakan salah satu UMKM kripik tempe di wilayah Sanan, Malang yang
telah memproduksi kripik tempe dalam jumlah besar setiap harinya. UMKM ini belum
pernah memperhatikan waste yang terjadi selama proses, yang menimbulkan rework ataupun
kerugian bagi produksinya. Pada tahapan pemotongan terdapat 2 operator yang masing-
masing mengerjakan 18 lonjor tempe yang akan dipotong secara bersamaan. Dalam observasi
ini, pengamatan dilakukan pada 2 operator sehingga ukuran sampel sekali observasi adalah
38 potong. Pada penggorengan observasi dilakukan pada 1 operator yang tiap observasi
melakukan penggorengan dengan jumlah yang berbeda-beda.
Data yang digunakan dalam pengendalian kualitas adalah data variable (data yang bisa
diukur) dan data atribut (data yang tidak bisa diukur). Dalam observasi ini data yang
digunakan adalah dalam bentuk kecacatan yang berupa terpotong setengah atau terpotong
seperempat pada tahapan pemotongan, dan cacat berupa patah pada tahapan penggorengan.
Hal ini menunjukkan bahwa data yang digunakan dalam pengamatan ini adalah data atribut.
Control chart yang dapat digunakan pada data atribut antara lain peta kontrol p, np, c,
dan u. Dalam pengamatan ini digunakan peta control np pada tahapan pemotongan karena
jumlah sampel setiap observasi adalah sama, sedangkan pada tahapan penggorengan
digunakan peta kontrol p karena jumlah sampel dalam setiap observasi adalah berbeda.
1.2 Lingkup Observasi
Pengamatan yang dilakukan pada kegiatan pengamatan demi memenuhi tugas mata
kuliah Pengendalian Kualitas ini dilakukan di Toko Amel UMKM – Sanan mengenai:
1. Pengamatan dilakukan pada tahapan proses pemotongan tempe dan penggorengan
kripik tempe.
2. Pengambilan data berupa data atribut yaitu jumlah cacat setiap observasi berupa
terpotong setengah atau seperempat pada tahapan pemotongan dan patahan pada
tahapan penggorengan.
1.3 Tujuan
Tujuan dilakukan penelitian ini yaitu agar mahasiswa dapat menerapkan disiplin ilmu
pengendalian kualitas pada studi kasus real dilapangan yaitu di Toko Amel UMKM Sanan
Malang, yaitu:
1. Agar mahasiswa mampu mendefinisikan cacat yang terjadi selama proses produksi
2. Agar mahasiswa mampu membuat peta kontrol atribut sesuai dengan jenis cacat dan
jumlah sampel
3. Agar mahasiswa mampu mengambil kesimpulan terkait peta kontrol atribut yang
terbentuk
1.4 Manfaat
Manfaat dilakukan penelitian ini yaitu mahasiswa dapat menerapkan disiplin ilmu
pengendalian kualitas pada studi kasus real dilapangan yaitu di Toko Amel UMKM Sanan
Malang, yaitu:
1. Mahasiswa mampu mendefinisikan cacat yang terjadi selama proses produksi
2. Mahasiswa mampu membuat peta kontrol atribut sesuai dengan jenis cacat dan jumlah
sampel
3. Mahasiswa mampu mengambil kesimpulan terkait peta kontrol atribut yang terbentuk
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1 Peta Kendali
Peta kendali atau Control Chart merupakan suatu teknik yang dikenal sebagai metode
grafik yang di gunakan untuk mengevaluasi apakah suatu proses berada dalam pengendalian
kualitas secara statistik atau tidak sehingga dapat memecahkan masalah dan menghasilkan
perbaikan kualitas . Metode ini dapat membantu perusahaan dalam mengontrol proses
produksinya dengan memberikan informasi dalam bentuk grafik. Tujuan dari perancangan
program aplikasi Control Chart ini adalah untuk melihat sejauh mana tingkat keberhasilan
suatu proses produksi sehingga bisa dijadikan pedoman dalam mengarahkan perusahaan
kearah pemenuhan spesifikasi konsumen.
Peta kendali (Control Chart) merupakan alat SPC yang paling penting yang digunakan
untuk mendeteksi ketika proses dalam keadaan tidak terkendali (out of control). Peta kendali
pertama kali diperkenalkan oleh DR. Walter Andrew Shewart dari Bell Telephone
Laboratories , Amerika Serikat, tahun 1924 dengan maksud untuk menghilangkan variasi
tidak normal melalui pemisahan variasi yang disebabkan oleh penyebab khusus (special-
causes variation) dari variasi yang disebabkan oleh sebab umum ( common-causes
variation ). Pada dasarnya, semua proses menampilkan variasi, namun proses produksi harus
dikendalikan dengan cara menghilangkan variasi penyebab khusus dari proses
tersebut,sehingga variasi yang ada pada proses hanya disebab kan oleh variasi penyebab
umum. Peta kendali adalah gambar sederhana dengan tiga garis, yaitu garis tengah (center
line ), garis batas atas/UCL ( Upper Control Limit ) dan garis batas bawah/LCL (Lower
Control Limit ). Peta kendali merupakan suatu alat dalam mengendalikan proses, yang
bertujuan untuk menentuk an suatu proses berada dalam pengendalian statistik, memantau
proses terus -menerus sepanjang waktu agar proses tetap stabil secara statistik dan hanya
mengandung variasi penyebab umum, serta menentukan kemampuan proses (proses
capability ).
2.2 Peta Kendali Data Atribut
Data Atribut (Attributes Data ) merupakan data kualitatif yang dapat dihitung untuk
pencatatan dan analisis. Contoh dari data atribut adalah ketiadaan label pada kemasan produk,
kesalahan proses adminis trasi buku tabungan nasabah, banyaknya jenis cacat pada produk
dan lain -lain. Data atribut diperoleh dalam bentuk unit-unit ketidaksesuaian dengan
spesifikasi atribut yang ditetapkan.
Atribut dalam pengendalian kualitas menunjukan karakteristik kualitas yang sesuai
dengan spesifikasi. Atribut digunakan apabila ada pengukuran yang tidak memungkinkan
untuk dilakukan, missal goresan, kesal ahan, warna, atau ada bagian yang hilang (Ariani,
2003:130). Selain itu, atribut digunakan apabila pengukuran dapat dibuat tetapi tidak dibuat
karena alasan waktu, biaya, atau kebutuhan. Pengendalian kualitas proses statistik untuk data
atribut ini digunakan sebagai pengganti pengendali kualitas proses statis tik untuk data
variabel.
Grafik pengendali kualitas proses statistik data atribut dapat digunakan pada semua
tingkatan dalam organisasi, perusahaan, dan mesin-mesin. Grafik pengendali kualitas proses
statistik data atribut juga dapat membantu mengidentifikasi akar permasalahan baik pada
tingkat umum maupun pada tingkat yang lebih mendetail.
2.2.1 Macam-macam Peta Kendali Atribut
Ada dua kelompok grafik pengendali proses statistik data atribut, yakni yang
berdasarkan distribusi binomial dan distribusi poisson. Kelompok pengendali untuk unit-unit
ketidaksesuaian, didasarkan pada distribusi binomial seperti p-chart yang menunjukan
proporsi ketidaksesuaian dalam sampel atau sub kelompok. Yang ditunjukan dengan bagian
atau persen . Sedangkan yang berdasarkan distribusi poisson, terdapat c-chart, dan u-chart.
2.1.1.1 Peta Kendali p dan np
Peta kendali proporsi kesalahan dan banyaknya kesalahan digunakan untuk mengetahui
apakah cacat produk yang dihasilkan masih dalam batas yang disyaratkan.
Peta kendali p dapat dibuat menggunakan rumus sebagai berikut:
p= xn
p=∑i=1
g
pi
g=∑i=1
g
xi
n .g
BPAp=p+3√ p (1−p )n
BPBp=p−3√ p (1−p )n
Dimana:
p = garis pusat peta kendali proporsi
pi = proporsi kesalahan tiap sampel atau sub group dalam tiap observasi
n = banyaknya sampel yang diambil tiap observasi
g = banyaknya observasi yang dilakukan
BPAp =batas pengendali atas peta kontrol p
BPBp =batas pengendali bawah peta kontrol p
Bila sampel yang diambil tiap observasi sama. Peta kendali np dapat dibuat
menggunakan rumus berikut:
np=n p=∑ Produk Cacat
g
BPAn p=n p+3√n p (1−p )
BPAn p=n p−3√n p (1−p )
Dimana :
np = garis pusat peta kendali np
BPAnp = batas pengendali atas peta kendali np
BPBnp = batas pengendali bawah peta kendali np
g = banyaknya observasi yang dilakukan
2.1.1.2 Peta Kendali c dan u
Peta kendali ini dugunkan untuk mengadakan pengujian terhadap kualitas proses
produksi dengan mengetahui banyaknya kesalahan pada satu unit produk sebagai sampelnya.
Peta kendali c digunakan jika jumlah sampel konstan.Peta c dapat dibuat menggunkan
rumus berikut:
c=c=∑i=1
g
ci
g
BPAc=c+3√c
BPBc=c−3 √c
Dimana:
c = garis pusat
ci = banyaknya kesalahan setiap unit sebagai sampel tiap observasi
g = banyaknya observasi yang dilakukan
BPAc = batas pengendali atas peta kontrol c
BPBc = batas pengendali bawah peta kontrol c
Untuk menggunakan peta kontrol u terlebih dahulu diketahui banyaknya kesalahan
untuk satu unit produk. Untuk mengukur ketidaksesuaian (titik spesifik) per unti laporan
inspeksi dalam kelompok (periode) pengamatan, yang mungkin memiliki ukuran contoh. Peta
kontrol u dapat dibuat menggunakan rumus berikut:
ui= cin
u=u=∑i=1
g
ci
n . g
BPAu=u+3√ uN
BPBu=u−3√ uN
Dimana:
n = banyaknya sampel untuk tiap kali observasi
g = banyaknya observasi
N = ukuran sampel
u = garis tengah
BPAu = batas pengendali atas peta kendali u
BPBu = batas [engendali bawah peta kendali u
2.3 Variasi
Peta kendali adalah metode statistik untuk membedakan adanya variasi yang
disebabkan oleh sebab umum dan sebab khusus. Menurut Gaspersz (1998 : 28), variasi
adalah ketidakseragaman dalam sistem produksi atau operasional sehingga menimbulkan
perbedaan dalam kualitas pada barang atau jasa yang dihasilkan.
2.3.1 Jenis-jenis Variasi
Ada tiga macam variasi :
1. Variasi dalam objek
Misalnya : Kehalusan dari salah satu sisi dari suatu produk tidak sama dengan sisi
lain, lebar bagian atas suatu produk tidak sama dengan lebar bagian bawah.
2. Variasi antara objek
Misalnya : Suatu produk yang diproduksi pada saat yang hampir sama mempunyai
kualitas yang berbeda atau bervariasi.
3. Variasi yang ditimbulkan oleh perbedaan waktu produksi.
Misalnya : Produksi pagi hari berbeda dengan hasil produksi siang hari.
2.3.2 Penyebab Variasi
Variasi diklasifikasikan berdasarkan sumber atau penyebab timbulnya variasi, antara
lain :
1. Variasi dari sebab khusus yaitu variasi yang disebabkan oleh kejadian-kejadian di luar
sistem. Biasanya bersumber dari faktor-faktor manusia, peralatan, material, lingkungan,
metode kerja, dan lain-lain. Penyebab khusus ini dapat diidentifikasikan atau
ditemukan, sebab penyebab ini tidak selalu ada dalam proses tetapi memiliki pengaruh
yang kuat terhadap proses sehingga menimbulkan variasi. Variasi yang disebabkan oleh
penyebab khusus menyebabkan proses berada pada keadaan tidak terkendali secara
statistik atau berada di luar batas pengendali atas maupun bawah.
2. Variasi dari sebab umum yaitu variasi yang disebabkan oleh faktor-faktor di dalam
sistem dan selalu melekat pada proses yang menyebabkan timbulnya variasi dalam
sistem serta hasil-hasilnya. Variasi yang disebabkan oleh penyebab umum tidak begitu
mempengaruhi proses selanjutnya karena proses masih berada pada keadaan terkendali
secara statistik atau berada di dalam batas pengendali atas dan bawah.
BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Waktu dan tempat pelaksanaan pengamatan yang telah dilaksanakan adalah sebagai
berikut:
Waktu : Jumat, 10 Oktober 2014
Tempat : Toko Amel UMKM – Sanan, Malang
3.2 Metode Pengambilan Data
Metode pengambilan data diambil secara langsung dengan cara selang seling yaitu
pengambilan data dilakukan pada percobaan pertama lalu percobaan ke tiga, percobaan ke lid
an seterusnya sampai diperoleh 25 sampel.
3.3 Diagram Alir Penelitian
Diagram alir penelitian dapat dilihat pada gambar 3.1
Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian
BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Perusahaan
Toko amel merupakan salah satu pengusaha yang tergabung dalam klaster industri IKM
sanan. Toko amel memulai usaha sejak tahun 2008, selain menjual produk dengan brand nya
sendiri toko amel juga merupakan supplier keripik tempe pada toko yang lebih besar seperti
lancer jaya dan swari yang terletak di muka gang sanan.
4.2 Data Pengamatan
Data pengamatan diambil melalui proses pemotongan tempe dan penggorengan keripik
tempe dimana selama proses tersebut menghasilkan produk cacat.
4.2.1 Cacat Produk
Berikut cacat produk berdasarkan tahapan prosesnya:
1. Pengirisan tempe
Pengirisan tempe dilakukan sekali potong terdapat 18 lonjoran seperti pada
gambar 4.1 dan 4.2. Cacat yang terjadi selama proses pemotongan yaitu tidak
sempurnanya produk usai pemotongan seperti pada gambar 4.3 Dibandingkan dengan
produk yang tidak cacat pada gambar 4.4
Gambar 4.1 Proses Pengirisan Tempe 1
Gambar 4.2 Proses Pengirisan Tempe 1
Gambar 4.3 Produk Cacat Pengirisan
Gambar 4.4 Produk Tidak Cacat Pengirisan
2. Penggorengan Keripik Tempe
Penggorengan keripik tempe sekali goreng tidak selalu dengan jumlah yang sama
dengan rang 30 sampai 36 lembar keripik seperti pada gambar 4.5. Cacat yang terjadi
selama proses penggorengan yaitu tidak sempurnanya produk usai penggorengan seperti
pada gambar 4.6 dikarenakan patah saat memisahkan produk yang saling menempel
selama penggorengan seperti pada gambar 4.7
Gambar 4.5 Proses Penggorengan Keripik Tempe
Gambar 4.6 Produk Cacat Penggorengan
Gambar 4.7 Aktivitas Penyebab Cacat Pada Proses Penggorengan
4.2.2 Data Sampling Produk Cacat
Berikut data yang diperoleh selama 25 observasi :
1. Proses Pengirisan Tempe
Proses pengambilan data pada pengirisan tempe dilakukan pada dua operator
dengan masing-masing operator sekali iris melakukan 16 irisan. Data proses pengirisan
tempe dapat dilihat pada tabel 4.1
Tabel 4.1 Data Sampling Produk Cacat Proses Pengirisan Tempe
ObservasiUkuran Sample
Banyak Cacat
1 36 42 36 63 36 44 36 85 36 86 36 127 36 128 36 189 36 1210 36 1211 36 1012 36 613 36 614 36 615 36 1816 36 417 36 1218 36 1219 36 1020 36 621 36 622 36 623 36 424 36 425 36 4
Jumlah 900 210
2. Proses Penggorengan Keripik Tempe
Proses pengambilan data pada penggorengan keripik tempe dilakukan pada satu
operator dengan sekali goreng jumlahnya tidak selalu sama. Data proses penggorengan
keripik tempe dapat dilihat pada tabel 4.2
Tabel 4.2 Data Sampling Produk Cacat Proses Penggorengan Keripik Tempe
ObservasiUkuran Sample
Banyak Cacat
1 31 12 33 33 32 44 34 45 30 56 33 67 31 28 32 19 35 710 33 911 34 812 32 413 31 314 33 215 32 316 31 517 30 618 31 1219 35 920 32 521 36 422 31 723 32 1024 33 625 30 3
Jumlah 807 129
4.3 Pengolahan
Pengolahan data dilakukan menggunkan peta kontrol p dan np, berikut pembuatan peta
kontrol p dan np pada masing-masing proses:
1. Proses pengirisan tempe
Dikarenakan jumlah sampel tiap observasi sama maka digunakan peta kontrol np,
dimana komponen-komponen penyusunnya yaitu sebagai berikut:
p=∑i=1
g
pi
g=∑i=1
g
xi
n .g=210
900=0,23
np=n p=∑ Produk Cacat
g=
21025
=8,4
BPAn p=n p+3√n p (1−p )=16,01
BPAn p=n p−3√n p (1−p )=0,79
Sehingga dihasilkan peta kontrol np yang dapat dilihat pada gambar 4.8
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112131415161718192021222324250
2
4
6
8
10
12
14
16
18
Upper Control Limit (UCL)Center Line (CL)Lower Control Limit (LCL)Banyak Cacat
Gambar 4.8 Peta Kontrol np Proses Pengirisan Tempe
Dilakukan revisi pada data 8 dan 15 sehingga dilakukan perhitungan kembali
komponen-komponen penyusunnya sebagai berikut:
p=∑i=1
g
pi
g=∑i=1
g
xi
n . g=210−18−18
900−36−36=0,21
np=n p=∑ Produk Cacat
g=
210−18−1825−1−1
=7,57
BPAn p=n p+3√n p (1−p )=14,9
BPAn p=n p−3√n p (1−p )=0,23
Sehingga peta kontrol setelah revisi dapat dilihat pada gambar 4.9
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 230
2
4
6
8
10
12
14
16
Upper Control Limit (UCL)Center Line (CL)Lower Control Limit (LCL)Banyak Cacat
Gambar 4.9 Peta Kontrol np Proses Pengirisan Tempe Setelah Revisi
2. Proses penggorengan keripik tempe
Dikarenakan jumlah sampel tiap observasi berbeda maka digunakan peta kontrol
p, dimana komponen-komponen penyusunnya yaitu sebagai berikut:
p=∑i=1
g
pi
g=∑i=1
g
xi
n . g=807
129=0,16
BPAp=p+3√ p (1−p )n
=0,36
BPBp=p−3√ p (1−p )n
=−0,04 ≈ 0
Sehingga dihasilkan peta kontrol np yang dapat dilihat pada gambar 4.10
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 250.000.030.050.080.100.130.150.180.200.230.250.280.300.330.350.380.40
Upper Control Limit (UCL)Center Line (CL)Lower Control Limit (LCL)Proporsi Cacat
Gambar 4.10 Peta Kontrol p Proses Penggorengan Keripik TempeDilakukan revisi pada data 18 sehingga dilakukan perhitungan kembali komponen-
komponen penyusunnya sebagai berikut:
p=∑i=1
g
pi
g=∑i=1
g
xi
n .g=807−12
129−31=0,15
BPAp=p+3√ p (1−p )n
=0,34
BPBp=p−3√ p (1−p )n
=−0,04 ≈ 0
Sehingga peta kontrol setelah revisi dapat dilihat pada gambar 4.11
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121314151617181920212223240.000.030.050.080.100.130.150.180.200.230.250.280.300.330.350.380.40
Upper Control Limit (UCL)Center Line (CL)Lower Control Limit (LCL)Proporsi Cacat
Gambar 4.11 Peta Kontrol p Proses Penggorengan Keripik Tempe
4.4 Analisis
Analisis dulakukan secara terpisah yaitu:
1. Proses Pengirisan Tempe
Pada proses pengirisan keripik tempe terdapat dua data observasi yang out of control
yaitu pada observasi 8 dan 15sehingga harus dilakukan revisi agar data dapat
digunakan untuk proses lebih lanjut jika ingin melakukan analisa kapabilitas proses.
Data out of control disebabkan oleh ebab khusus dikarenan performa pekerja sudah
menurun karena kelelahan.
2. Proses Penggorengan Keripik Tempe
Pada proses pengirisan keripik tempe terdapat satu data observasi yang out of control
yaitu pada obsevasi 18 sehingga harus dilakukan revisi agar data dapat digunakan
untuk proses lebih lanjut jika ingin melakukan analisa kapabilitas proses. Data out of
control disebabkan oleh ebab khusus dikarenan performa pekerja sudah menurun
karena kelelahan.
BAB V KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan penelitian kali ini yaitu:
1. Cacat yang terjadi selama proses pembuatan keripik tempe ditinjau dari proses
pengirisan tempe dan penggorengan keripik tempe adalah bentuk tempe yang patah dan
tidak bulat sempurna.
2. Berdasarkan data atribut kondisi proses pengirisan tempe dapat dikontrol menggunakan
peta kontrol np dikarenakan kondisi sampelnya yang selalu sama setiap satu kali proses
pengirisan dan proses penggorengan tempe dapat dikontrol menggunkan peta kontrol p
karena setiap sekali penggorengan jumlahnya tidak selalu sama.
3. Penyebab variasi utama pada proses pengirisan tempe dan penggorengan keripik tempe
adalah kondisi pekerja yang kelelahan.
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan setelah penelitian ini yaitu:
1. Untuk meminimalisir produk cacat dikarenakan kelelahan pekerja maka sebaiknya
lingkungan kerja pekerja nyaman dan diberikan waktu istirahat bagi pekerja agar tidak
bekerja terus menerus