pengendalian gulma di perkebunan kelapa sawit, pt meridan sejati surya plantation, siak, riau

65
PENGENDALIAN GULMA PADA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN SEI PINGAI, PT MERIDAN SEJATI SURYA PLANTATION, KABUPATEN SIAK, PROVINSI RIAU MUHAMMAD ADI NUGRAHA PROGRAM KEAHLIAN TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PRODUKSI PERKEBUNAN PROGRAM DIPLOMA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

Upload: adi-nugraha

Post on 21-Nov-2015

505 views

Category:

Documents


32 download

DESCRIPTION

Ini adalah Tugas Akhir sebagai salah satu syarat kelulusan program Diploma IPB

TRANSCRIPT

  • i

    PENGENDALIAN GULMA PADA PERKEBUNAN KELAPA

    SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN SEI PINGAI, PT

    MERIDAN SEJATI SURYA PLANTATION, KABUPATEN

    SIAK, PROVINSI RIAU

    MUHAMMAD ADI NUGRAHA

    PROGRAM KEAHLIAN TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN

    PRODUKSI PERKEBUNAN

    PROGRAM DIPLOMA

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    BOGOR

    2013

  • ii

  • iii

    PERNYATAAN MENGENAI LAPORAN TUGAS AKHIR DAN

    SUMBER INFORMASI

    Dengan ini saya menyatakan laporan tugas akhir Pengendalian Gulma Pada

    Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Sei Pingai, PT

    Meridan Sejati Surya Plantation, Kabupaten Siak, Provinsi Riau adalah karya saya

    dengan arahan pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada

    instasi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang

    diterbitkan dari penulis lain telah tercantum dalam Daftar Pustaka pada bagian

    akhir laporan ini.

    Bogor, Juni 2013

    Muhammad Adi Nugraha

    NIM J3T110020

  • i

    ABSTRAK

    MUHAMMAD ADI NUGRAHA. Pengendalian Gulma Pada Perkebunan Kelapa

    Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Sei Pingai, PT Meridan Sejati Surya

    Plantation, Kabupaten Siak, Provinsi Riau. Dibimbing oleh HARIYADI.

    Pengendalian gulma adalah kegiatan mendorong pertumbuhan kelapa sawit

    secara optimal melalui pengurangan pengaruh kompetisi gulma dalam hal

    pemakaian unsur hara, air dan cahaya matahari. Cara pengendalian gulma

    dilakukan secara manual dan kimiawi. Secara manual pengendalian dilakukan

    dengan babat dan dongkel anak kayu (DAK). Pengendalian secara kimiawi

    dengan herbisida yang disemprot menggunakan knapsack sprayer. Bahan yang

    digunakan berupa herbisida sistemik dan kontak. Ada beberapa faktor yang

    mempengaruhi keberhasilan dalam pengendalian gulma, seperti faktor iklim,

    kondisi lapangan, alat dan bahan, juga sumber daya manusia. Pengendalian gulma

    harus memperhatikan teknik pelaksanaan dilapangan (faktor teknis), biaya yang

    diperlukan (faktor ekonomis) dan kemungkinan dampak negatif yang

    ditimbulkannya.

    Kata Kunci : cara pengendalian, faktor keberhasilan, pengendalian gulma

    ABSTRACT

    MUHAMMAD ADI NUGRAHA. Weed Control In Oil Palm Plantation (Elaeis

    guineensis Jacq.) In Sei Pingai Estate, PT Meridan Sejati Surya Plantation,

    Kabupaten Siak, Riau Province. Supervised by HARIYADI.

    Weed control encouranging the growth of oil palm activities optimally by

    reducing the influence of weed competition in the use of nutrients, water and

    sunlight. Weed control is done manually and chemical. Manually control by

    slashing and Dongkel Anak Kayu (DAK). Chemically control with herbicides

    using knapsack sprayer. Materials used is systemic and contact herbicides. There

    are several factors that influence success in weed control, factors such as climate,

    field conditions, tools and materials, also human resources. Weed control must

    consider implementation techniques in the field (technical factors), necessary

    expenses (economis factors) and possible negative impacts.

    Keywords : control measures, success factors, weed control

  • ii

  • iii

    RINGKASAN

    MUHAMMAD ADI NUGRAHA. Pengendalian Gulma Pada Perkebunan Kelapa

    Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Sei Pingai, PT Meridan Sejati Surya

    Palntation, Kabupaten Siak, Provinsi Riau. Dibimbing oleh HARIYADI.

    Praktik Kerja Lapangan (PKL) secara umum memiliki tujuan untuk

    meningkatkan kemampuan teknis lapangan dengan mengikuti kegiatan yang ada

    di lokasi magang serta meningkatkan kepribadian mahasiswa menjadi personil

    yang disiplin, pekerja keras, berdedikasi tinggi, bertanggung jawab, bersosialisasi

    dan berusaha dibawah tekanan. Tujuan khusus dari kegiatan magang ini adalah

    untuk meningkatkan pengetahuan dan pengalaman mahasiswa dalam hal budidaya

    kelapa sawit khususnya dalam pegendalian gulma di perkebunan kelapa sawit,

    mempelajari permasalahan dalam upaya pengendalian gulma di perkebunan

    kelapa sawit dan menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan

    dalam pengendalian gulma di perkebunan kelapa sawit.

    Praktik Kerja Lapangan (PKL) yang dilakukan di Kebun Sei Pingai, PT

    Meridan Sejati Surya Plantation, Kabupaten Siak, Provinsi Riau selama 14

    minggu. PT Meridan Sejati Surya Plantation dibagi menjadi 4 Rayon, yaitu Rayon

    A, Rayon B, Rayon C dan Rayon D. Setiap Rayon terdiri dari 3 4 Afdeling yang dipimpin oleh seorang Field Manager (Asisten Kepala) dan setiap Afdelingnya

    dipimpin oleh seorang Fielad Assistant (Asisten Afdeling). Selama kegiatan PKL

    ini, penulis mengikuti kegiatan di kebun mulai dari karyawan harian lepas (KHL),

    mandor dan asisten afdeling.

    Berdasarkan aspek teknis dan manajerial di Kebun Sei Pingai sudah cukup

    baik. Dalam pengendalian gulma di lapangan sudah berjalan dengan baik

    walaupun ada beberapa faktor yang tidak sesuai standar sehingga dalam kegiatan

    pengendalian gulma persentase kematian gulma berkurang/kurang maksimal.

    Sehingga manajemen perlu melakukan evaluasi dalam kegiatan pengendalian

    gulma untuk meningkatkan persentase keberhasilan.

    Pengendalian gulma harus mendapat pengawasan yang ketat, karena

    kegiatan ini sangat mempengaruhi kegiatan operasional lainnya. Untuk

    pengendalian gulma secara chemis harus mempertimbangkan faktor teknis, faktor

    ekonomis dan dampak negatif yang ditimbulkan. Selain itu, peningkatan

    kesadaran karyawan akan kesehatan dan keselamatan kerja pun perlu ditingkatkan

    oleh perusahaan. Dengan cara membiasakan karyawan dalam menggunakan alat

    pelindung diri (APD).

    Kata kunci : tujuan, kegiatan PKL, pengendalian gulma

  • iv

  • v

    PENGENDALIAN GULMA PADA PERKEBUNAN

    KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN SEI

    PINGAI, PT MERIDAN SEJATI SURYA PLANTATION,

    KABUPATEN SIAK, PROVINSI RIAU

    MUHAMMAD ADI NUGRAHA

    Laporan Tugas Akhir

    sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

    gelar Ahli Madya pada

    Program Diploma Keahlian Teknologi dan Manajemen Produksi Perkebunan

    PROGRAM KEAHLIAN TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN

    PRODUKSI PERKEBUNAN

    PROGRAM DIPLOMA

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    BOGOR

    2013

  • vi

  • vii

    Judul : Pengendalian Gulma Pada Perkebunan Kelapa

    Sawit (Elaies Guineensis Jacq.) di Kebun Sei

    Pingai, PT Meridan Sejati Surya Plantation,

    Kabupaten Siak, Provinsi Riau

    Nama : Muhammad Adi Nugraha

    NIM : J3T110020

    Disetujui oleh

    Dr Ir Hariyadi, MS

    Pembimbing

    Diketahui oleh

    Prof Dr Ir M. Zairin Junior, MSc

    Direktur

    Dr Ir Suwarto, MSi

    Koordinator Program Keahlian

    Tanggal Lulus :

  • viii

  • ix

    PRAKATA

    Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat,

    nikmat, dan hidayah-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema

    yang dipilih dalam kegiatan praktik kerja lapangan yang dilaksanakan sejak bulan

    Februari 2013 sampai Mei 2013 ini adalah pengendalian gulma, dengan judul

    Pengendalian Gulma Pada Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di

    Kebun Sei Pingai, PT Meridan Sejati Surya Plantation, Kabupaten Siak, Provinsi

    Riau.

    Terima kasih penulis ucapkan kepada ayah, ibu, serta keluarga, atas segala

    yang diberikan sehingga penulis dapat membuat karya ilmiah ini, Bapak Dr Ir

    Hariyadi MS selaku dosen pembimbing, Bapak Deddy Miswanda SP dari PT

    Meridan Sejati Surya Plantation sebagai yang telah memberikan kesempatan

    kepada penulis untuk melaksanakan kegiatan PKL, Bapak Wahyudin selaku

    pembimbing lapangan yang telah membantu penulis selama melaksanakan

    kegiatan PKL, seluruh rekan dari TMP 47 yang telah membantu dalam pengerjaan karya ilmiah ini, serta seluruh staf pengajar Diploma yang telah

    membimbing penulis selama berada di institusi. Disamping itu, penghargaan

    penulis sampaikan kepada seluruh staf PT Meridan Sejati Surya Plantation yang

    telah membantu segala keperluan penulis selama kegiatan praktik kerja lapangan

    (PKL).

    Semoga dengan penulisan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi semua

    pihak yang membaca dan dapat dijadikan referensi dalam penulisan laporan Tugas

    Akhir selanjutnya.

    Bogor, Juni 2013

    Muhammad Adi Nugraha

  • x

  • xi

    DAFTAR ISI

    DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii

    DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii

    DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiii

    PENDAHULUAN ................................................................................................... 1 Latar Belakang .................................................................................................... 1 Tujuan .................................................................................................................. 1

    TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................................... 3

    Klasifikasi Kelapa Sawit ..................................................................................... 3 Syarat Tumbuh .................................................................................................... 3 Gulma di Perkebunan Kelapa Sawit .................................................................... 3 Pengendalian Gulma............................................................................................ 4

    METODE KAJIAN ................................................................................................. 6 Tempat dan Waktu .............................................................................................. 6 Metode Pelaksanaan ............................................................................................ 6

    Pengamatan dan Pengumpulan Data ................................................................... 6 Analisis Data dan Informasi ................................................................................ 7

    KEADAAN UMUM ................................................................................................ 8

    Letak Wilayah Administratif ............................................................................... 8 Keadaan Iklim dan Tanah.................................................................................... 8

    Luas Areal dan Tata Guna Lahan ........................................................................ 8 Keadaan Tanaman dan Produksi ......................................................................... 9

    Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan ......................................................... 10 KEGIATAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN .................................................... 12

    Aspek Teknis ..................................................................................................... 12 Aspek Manajerial .............................................................................................. 27

    PEMBAHASAN .................................................................................................... 31 Aplikasi Herbisida ............................................................................................. 31

    Teknik Pengendalian Gulma ............................................................................. 32 Faktor Keberhasilan Pengendalian Gulma ........................................................ 33 Evaluasi Pelaksanaan Pengendalian Gulma ...................................................... 35

    SIMPULAN DAN SARAN ................................................................................... 36 Simpulan ............................................................................................................ 36

    Saran .................................................................................................................. 36 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 37

    LAMPIRAN ........................................................................................................... 39 RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... 47

  • xii

  • xiii

    DAFTAR TABEL

    1 Luas Areal dan Tata Guna Lahan 8

    2 Jenis Bibit dan Tahun Tanam 9 3 Jenis Gulma 13 4 Jenis dan Dosis Pupuk Anorganik 21 5 Kategori Buah Matang 24

    DAFTAR GAMBAR

    1 Kondisi Saat Apel Pagi 12 2 Contoh Gulma di Blok M11-M12 14 3 Kondisi Gulma di Gawangan 15

    4 (A) Babat Tanaman Pengganggu (B) Dongkel Anak Kayu 16

    5 Kegiatan Semprot di P3TPH 17 6 (A) Saat Deteksi/Sensus/Sensus Ulang (B) Ulat Api (Setora nitens) 18 7 Light trap 19

    8 (A) Turnera subulata (B) Eucanthecona furcellata 19 9 (A) Untilan (B) Pengangkutan Untilan 20

    10 Cara Pemupukan 22

    11 Penunasan 22

    12 (A) Kegiatan angkut buah (B) Kegiatan grading buah 25 13 (A) Pengangkutan Janjang Kosong (B) Titik Antar Pokok 27

    14 (A) Areal Bukit (B) Areal Rendahan 34 15 Standar APD Penyemprot 35

    DAFTAR LAMPIRAN

    1 Peta Areal PT Meridan Sejati Surya Plantation 40

    2 Data Curah Hujan di KSP (2007 2011) 41 3 Produksi PT Meridan Sejati Surya Plantation (2003 2012) 42 4 Struktur Organisasi 43 5 Peta Cara Sensus 44 6 Ancak Giring Tetap per Mandoran 45

    7 Bon Permintaan Barang 46

  • 1

    PENDAHULUAN

    Latar Belakang

    Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah tanaman penghasil

    minyak nabati yang dapat menjadi andalan di masa depan karena berbagai

    kegunaannya bagi kebutuhan manusia. Kelapa sawit memiliki arti penting bagi

    pembangunan nasional Indonesia. Selain menciptakan kesempatan kerja yang

    mengarah pada kesejahteraan masyarakat, juga sebagai sumber devisa negara.

    Penyebaran perkebunan kelapa sawit di Indonesia saat ini sudah berkembang di

    22 daerah propinsi. Luas perkebunan kelapa sawit pada tahun 1968 seluas 105

    808 ha dengan produksi 167 669 ton, pada tahun 2007 telah meningkat menjadi

    6.6 juta ha dengan produksi sekitar 17.3 juta ton CPO (Dirjetbun 2008).

    Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Nigeria, Afrika

    Barat. Namun, ada juga yang berpendapat bahwa tanaman ini berasal dari Brasil

    karena lebih banyak ditemukan spesiesnya di daerah tersebut dari pada di daerah

    lain. Zeven menyatakan bahwa tanaman kelapa sawit berasal dari dataran tersier,

    yang merupakan daratan penghubung yang terletak di antara Afrika dan Amerika.

    Kedua daratan ini kemudian terpisah oleh lautan menjadi benua Afrika dan

    Amerika sehingga tempat asal komoditas kelapa sawit ini tidak lagi

    dipermasalahkan (Risza 1995).

    Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) saat ini telah berkembang pesat di

    Asia Tenggara, khususnya di Indonesia dan Malaysia, dan justru bukan di Afrika

    Barat atau Amerika yang dianggap sebagai daerah asalnya. Masuknya bibit kelapa

    sawit ke Indonesia pada tahun 1948 hanya sebanyak empat batang yang berasal

    dari Bourbon (Mauritius) dan Amsterdam. Ke-empat batang bibit kelapa sawit

    tersebut ditanam di Kebun Raya Bogor dan selanjutnya disebarkan ke Deli,

    Sumatera Utara (Risza 1995).

    Pengendalian gulma pada prinsipnya merupakan usaha untuk meningkatkan

    daya saing tanaman pokok dan melemahkan daya saing gulma. Keunggulan

    tanaman pokok harus ditingkatkan sedemikian rupa sehingga gulma tidak mampu

    mengembangkan pertumbuhannya secara berdampingan atau pada waktu

    bersamaan dengan tanaman pokok. Dalam pengertian ini, semua praktik budi daya

    di pertanaman (sejak penyiangan lahan) dapat dibedakan anatara yang lebih

    meningkatkan daya saing tanaman pokok atau yang meningkatkan daya saing

    gulma. Praktik budi daya yang keliru akan berakibat pada meningkatkan daya

    saing gulma (Sunarko 2007).

    Tujuan

    Tujuan umum dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kemampuan

    teknis lapangan dengan mengikuti kegiatan yang ada di lokasi magang serta

    meningkatkan kepribadian mahasiswa menjadi personil yang disiplin, pekerja

    keras, berdedikasi tinggi, bertanggung jawab, bersosialisasi dan berusaha dibawah

    tekanan.

    Tujuan khusus dari kegiatan magang ini adalah untuk meningkatkan

    pengetahuan dan pengalaman mahasiswa dalam hal budidaya kelapa sawit

  • 2

    khususnya dalam pegendalian gulma di perkebunan kelapa sawit, mempelajari

    permasalahan dalam upaya pengendalian gulma di perkebunan kelapa sawit dan

    menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam pengendalian

    gulma di perkebunan kelapa sawit.

  • 3

    TINJAUAN PUSTAKA

    Klasifikasi Kelapa Sawit

    Klasifikasi tanaman yang dikutip dari buku Panduan Lengkap Kelapa Sawit

    (Pahan 2010) adalah sebagai berikut:

    Divisi : Embryophyta Siphonagama

    Subdivisi : Angiospermae

    Ordo : Monocotyledonae

    Famili : Arecaceae (dahulu disebut Palmae)

    Subfamili : Cocoiedae

    Genus : Elaeis

    Spesies : 1. Elaeis guineensis Jacq.

    2. E. oleifera (H.B.K.) Cortes

    3. E. odora

    Tanaman kelapa sawit mempunyai akar serabut, tidak berbuku, ujungnya

    runcing dan berwarna putih atau kekuningan. Akarnya dapat menopang hingga 25

    tahun. Sementara itu, batangnya tidak berkambium dan umumnya tidak

    bercabang. Batang tanaman yang masih muda tidak terlihat karena tertutup

    pelepah daun. Pertambahan tinggi terlihat jelas ketika tanaman berusia 4 tahun.

    Daun kelapa sawit membentuk susunan majemuk, bersirip genap dan bertulang

    sejajar. Daun-daun ini membentuk suatu pelepah yang panjangnya mencapai

    lebih dari 7,5-9 m (Sukamto 2008).

    Syarat Tumbuh

    Kelapa sawit dapat tumbuh baik pada daerah iklim tropis basah dengan

    ketinggian 0-500 m dpl. Curah hujan yang diperlukan agar dapat tumbuh optimal

    adalah rata-rata 2 000-2 500 mm/tahun dengan distribusi merata sepanjang tahun

    tanpa bulan kering yang berkepanjangan (Setyamidjaja 2006).

    Lama penyinaran optimum yang diperlukan antara 5-7 jam/hari. Suhu ideal

    agar tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik sekitar 24-28 C. Meskipun

    demikian, tanaman kelapa sawit masih dapat tumbuh pada suhu terendah 18 C

    dan tertinggi 32 C (Setyamidjaja 2006). Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, seperti

    podsolik, latosol, hidromorfik kelabu, alluvial atau regosol. Akan tetapi,

    kemampuan produksi tanaman untuk setiap tanah berbeda-beda, tergantung sifat

    fisik dan kimia tanah (Setyamidjaja 2006).

    Gulma di Perkebunan Kelapa Sawit

    Gulma adalah tumbuhan yang tidak dikehendaki, bersifat agresif dalam

    bersaing dengan tanaman utama, liar, sulit diberantas, mudah tumbuh menjadi

    populasi besar dan kurang berguna (Rochecouste 1971).

    Menurut Tjitrosoedirdjo et al. (1984), pada dasarnya jenis gulma di suatu

    daerah berbeda dengan di daerah lain, walaupun pada tanaman budidaya budidaya

    yang sama. Perbedaan ini disebabkan oleh iklim, rotasi tanaman dan tindakan

  • 4

    agronomis yang tidak sama. Jenis gulma yang tumbuh biasanya sesuai dengan

    kondisi perkebunan.

    Berdasarkan fungsinya, vegetasi di alam dapat dibedakan menjadi tanaman

    (crop), gulma (weed), tumbuhan fuderal dan tumbuhan liar. Tanaman merupakan

    tumbuhan yang dibudidayakan karena hasilnya diinginkan oleh manusia.

    Sementara itu, gulma merupakan tumbuhan yang tumbuh pada waktu, tempat dan

    kondisi yang tidak diinginkan manusia (Lubis dan Widanarko 2011). Ada tiga

    jenis gulma yang perlu dikendalikan, yaitu (1) ilalang di piringan dan gawangan,

    (2) rumput-rumputan di piringan dan (3) tumbuhan pengganggu/anak kayu di

    gawangan (Pahan 2010).

    Pengendalian Gulma

    Rankine dan Fairhurst (1998) menyatakan, pengendalian gulma memiliki

    tujuan mendorong pertumbuhan kelapa sawit secara optimal melalui pengurangan

    pengaruh kompetisi gulma dalam hal pemakaian unsur hara, air dan cahaya

    matahari.

    Menurut Drajat et al. (2005), pengendalian gulma dapat berupa pencegahan

    atau pemberantasan. Pencegahan biasanya lebih murah, tetapi tidak selalu lebih

    mudah. Pengendalian gulma dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti berikut:

    1. Preventif (Pencegahan) Cara ini ditujukan untuk jenis gulma yang sangat merugikan dan belum

    tumbuh. Berikut beberapa cara pencegahan gulma baru, yaitu bibit dibersihkan

    dari kontaminasi biji gulma, pupuk kandang yang belum matang dicegah untuk

    digunakan, jarak jauh jerami dan rumput makanan ternak dicegah untuk diangkut,

    gulma di pinggir sungai dan saluran pengairan diberantas, ternak yang akan

    diangkut dibersihkan terlebih dahulu dan tanaman serta tanahnya dicegah untuk

    diangkut (Lubis dan Widanarko 2011).

    2. Pengendalian Gulma secara Fisik Pengengendalian gulma dengan cara ini bisa dilakukan dengan pengolahan

    tanah menggunakan cangkul, garu, bajak atau traktor, pembabatan atau

    pemangkasan yang efektif untuk pengendalian gulma setahun, penggenangan

    dengan cara menggenangi gulma sedalam 1525 cm selama 38 minggu,

    pembakaran dengan suhu kritis untuk mematikan sel yaitu 4555C dan mulsa untuk mencegah cahaya matahari tidak sampai ke gulma (Lubis dan Widanarko

    2011).

    3. Pengendalian Gulma secara Biologis Pengendalian gulma secara biologis dengan menggunakan tumbuhan atau

    organisme tertentu yang bertujuan mengurangi populasi gulma. Pengendalian

    gulma secara biologis secara intensif menggunakan insekta atau fungi biasanya

    ditujukan terhadap suatu spesies gulma asing yang telah menyebar secara luas

    (Lubis dan Widanarko 2011).

    4. Pengendalian Gulma secara Sistem Budidaya Pengendalian gulma secara budidaya juga biasa disebut pengendalian gulma

    secara ekologis karena menggunakan prinsip ekologi, yaitu mengelola lingkungan

    sedemikian rupa sehingga mendukung dan menguntungkan tanaman, tetapi

    merugikan bagi gulma. Ada dua cara pengendalian secara budidaya, yaitu dengan

  • 5

    teknis pengendalian (menggunakan varietas tanaman yang cocok) dan penanam

    Legum Cover Crop atau LCC (Lubis dan Widanarko 2011).

    5. Pengendalian Gulma secara Kimiawi Pengendalian gulma yang dilakukan menggunakan herbisida. Beberapa

    herbisida dapat digunakan untuk pengendalian gulma adalah herbisida berbahan

    aktif glifosat (konsentrasi 2 l/500 l air), diuron, aminotriazol, florosipil dan

    parakuat diklorida (Lubis dan Widanarko 2011).

    6. Pengendalian Gulma Terpadu Pengendalian yang merupakan beberapa cara pengendalian gulma yang

    dilakukan secara bersamaan untuk mendapatkan hasil yang optimal (Lubis dan

    Widanarko 2011).

  • 6

    METODE KAJIAN

    Tempat dan Waktu

    Praktik Kerja Lapangan (PKL) yang dilakukan di Kebun Sei Pingai, PT

    Meridan Sejati Surya Plantation, Kabupaten Siak, Provinsi Riau. PT Meridan

    Sejati Surya Plantation berada di bawah naungan First Resources Group yang

    merupakan salah satu produsen minyak kelapa sawit di Indonesia. Kegiatan PKL

    berlangsung selama 14 minggu mulai dari tanggal 4 Februari sampai dengan 11

    Mei 2013.

    Metode Pelaksanaan

    Metode praktik kerja lapangan yang akan diambil adalah partisipasi aktif.

    Maksudnya adalah penulis ikut dalam setiap pekerjaan yang akan dilakukan di

    tempat magang. Pekerjaannya meliputi seluruh pekerjaan yang ada di perkebunan

    khususnya bagian pengendalian gulma. Pekerjaan dilakukan langsung sesuai

    dengan tingkat jabatan, yaitu sebagai karyawan harian lepas (KHL), pendamping

    mandor sampai menjadi pendamping asisten Afdeling. Pada saat melakukan

    kegiatan magang bertanggung jawab sebagai KHL selama satu bulan pertama,

    pendamping mandor pada bulan berikutnya dan pendamping asisten Afdeling

    selama bulan terakhir. Secara khusus kegiatan magang akan lebih diarahkan pada

    aspek pengendalian gulma kelapa sawit.

    Pengamatan dan Pengumpulan Data

    Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan sekunder. Data primer

    adalah data yang didapat dengan cara bekerja langsung di lapangan juga dengan

    quisioner atau pertanyaan-pertanyaan yang sudah disiapkan. Terkadang juga

    penulis harus melakukan observasi sendiri untuk melengkapi data primer tersebut.

    Data sekunder dilakukan dengan cara dengan mencari literatur atau data

    (bulanan/tahunan) yang ada di kebun. Pengumpulan data sekunder juga dapat

    dilakukan dengan cara mengumpulkan data atau studi pustaka.

    Data primer yang dikumpulkan tentang pengendalian gulma di perkebunan

    kelapa sawit. Mulai dari metode pengendalian, jenis pestisida, konsentrasi, dosis,

    volume semprot, frekuensi, sifat-sifat pestisida yang digunakan dan jenis gulma.

    Penutupan gulma yang terjadi dalam areal perkebunan kelapa sawit pun dapat

    diambil dengan cara mengambil sampel.

    Data sekunder berupa kondisi umum dan data manajerial perusahaan. Data

    sekunder kondisi umum yang dikumpulkan dari perusahaan adalah letak

    geografis, topografi dan tanah, iklim dan curah hujan, luas areal dan tata guna

    lahan, dan produktivitas tanaman. Data sekunder manajerial yang dikumpulkan

    dari perusahaan adalah struktur organisasi dan ketenagakerjaan.

  • 7

    Analisis Data dan Informasi

    Analisis yang akan dilakukan untuk mengolah data yang terdapat pada

    perkebunan kelapa sawit tersebut adalah dengan cara analisis kualitatif dan

    kuantitatif, nilai rata-rata, persentase dan perhitungan matematis sederhana

    lainnya. Seluruh data yang ada di lapangan dibandingkan dengan standar yang

    telah ditentukan. Informasi baru yang didapat di kebun pun dicatat untuk

    menambah wawasan.

  • 8

    KEADAAN UMUM

    Letak Wilayah Administratif

    Lokasi Kebun Sei Pingai, PT Meridan Sejati Surya Plantation (First

    Resources Ltd.) berada di desa Kerinci Kanan, Kecamatan Kerinci Kanan,

    Kabupaten Siak, Riau. Letak geografis PT Meridan Sejati Surya Plantation adalah

    029' LU - 034' LU dan 10137' BT - 10147' BT dengan batas-batas wilayah

    administratif dari PT Meridan Sejati Surya Plantation ini pada sebelah utara

    berbatasan dengan PTP Nusantara V Lubuk Dalam, sebelah selatan berbatasan

    dengan BPP Sungai Putih, sebelah timur berbatasan dengan Desa Meridan dan

    sebelah barat berbatasan dengan barat Kampung Baru. Untuk melihat keadaan

    Kebun Sei Pingai, dapat dilihat pada Lampiran 1.

    Keadaan Iklim dan Tanah

    Iklim di lokasi KSP (Kebun Sei Pingai) berdasarkan klasifikasi Schmidt-

    Ferguson tergolong dalam tipe A atau tropis basah. Rata-rata curah hujan di KSP

    pada tahun 20072012 adalah sebesar 2 889.94 mm per tahun. Rata-rata curah hujan minimum terjadi pada bulan Juni sebesar 130.97 mm dan curah hujan

    bulanan maksimum terjadi pada bulan November sebesar 395.33 mm. Data curah

    dan hari hujan KSP periode 20072012 disajikan dalam Lampiran 2. Kebun Sei Pingai tergolong dalam areal yang memiliki topografi berbukit-

    bergunung. Kemiringan di KSP dapat mencapai >27. Jenis tanah yang terdapat di

    KSP berupa tanah mineral dengan tekstur lempung berpasir dan gambut ringan.

    Luas Areal dan Tata Guna Lahan

    Kebun Sei Pingai, PT Meridan Sejati Surya Plantation mengelola areal

    seluas 10 826.05 ha. Penggunaan areal dapat dilihat pada Tabel 1.

    Tabel 1 Luas Areal dan Tata Guna Lahan Kategori Penggunaan Areal Luas (ha)

    Areal Ditanam

    Land Clearing (Pembukaan Lahan) -

    Pembibitan -

    Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) -

    Tanaman Menghasilkan (TM) 9 654.32

    Total Areal yang Ditanam 9 654.32

    Areal Tidak

    Ditanam

    Buffer Jalan, Parit dan Sungai 207.23

    Bangunan/Emplasemen 44.99

    Areal Pabrik 52.60

    Inclave -

    Lain-lain -

    Total Areal yang Tidak Ditanam 304.82

    Areal Cadangan 866.91

    Total Areal 10 826.05

    Sumber: PT Meridan Sejati Surya Plantation (2013)

  • 9

    Luas areal tanaman menghasilkan masing-masing afdeling, yaitu Afdeling 1

    seluas 664.68 ha, Afdeling 2 seluas 646.00 ha, Afdeling 3 seluas 700.60 ha,

    Afdeling 4 seluas 718.95 ha, Afdeling 5 seluas 761.50 ha, Afdeling 6 seluas

    696.99 ha, Afdeling 7 seluas 720.98 ha, Afdeling 8 seluas 724.00 ha, Afdeling 9

    seluas 728.32 ha, Afdeling 10 seluas 689.55 ha, Afdeling 11 seluas 748.80 ha,

    Afdeling 12 seluas 723.88 ha, Afdeling 13 seluas 742.77 ha dan Afdeling 14

    seluas 387.30 ha. Setiap afdeling dipimpin oleh seorang Field Assistant (FA).

    Karena cukup luasnya, kebun dibagi menjadi 4 rayon. Masing-masing rayon

    dipimpin oleh seorang Field Manager (FM). Luas masing-masing rayon, yaitu

    Rayon A seluas 2011.28 ha, Rayon B seluas 2 177.44 ha, Rayon C seluas 2

    862.85 ha dan Rayon D seluas 2 602.75 ha.

    Keadaan Tanaman dan Produksi

    Tanaman kelapa sawit yang ditanam di KSP adalah varietas Tenera dengan

    jenis bibit Marihat dan PNG. Data 10 tahun terakhir (20032012), menunjukan produksi total TBS di PT Meridan Sejati Surya Plantation mencapai 1 296 403.42

    ton dengan rata-rata produksi per tahun adalah 108 033.618 ton. Produksi TBS

    pada dua semester tahun 2012 mencapai 227 468.87 ton dengan rata-rata produksi

    per bulannya adalah 18 955.739 ton. Data produksi di KSP dapat dilihat pada

    Lampiran 3.

    Jarak tanam segitiga sama sisi 9.2 m x 9.2 m x 9.2 m dengan populasi

    kurang lebih 132 tanaman per hektar. Melesetnya perhitungan dengan jarak tanam

    9.2 m x 9.2 m x 9.2 m yang seharusnya sekitar 136 tanaman per hektar menjadi

    sekitar 132 tanaman per hektar dikarenakan kondisi lahan yang berbukit.

    Sehingga adanya pengurangan atau kelebihan tanaman dalam satuan hektar.

    Tanaman ditanam dalam blok-blok seluas sekitar 30 ha dengan Main Road (MR)

    sepanjang 300 m dan Collection Road (CR) sepanjang 1 000 m. Data jenis bibit

    dan tahun tanam per kompleks disajikan pada Tabel 2.

    Tabel 2 Jenis Bibit dan Tahun Tanam

    Tahun

    Tanam Luas (ha)

    Pokok yang

    Hidup Pokok/ha Bibit

    1994 327.00 42 035 128.55 Marihat

    1995 1 889.38 243 279 128.76 Marihat

    1996 2 305.72 294 482 127.72 Marihat

    1997 1 839.92 232 460 126.34 Marihat

    1998 2 060.93 270 777 131.39 Marihat

    2003 150.00 19 719 131.46 PNG

    2004 710.28 92 506 130.24 PNG

    2005 371.09 50 963 137.33 PNG

    Total 9654.32 1 246 221 129.08 -

    Sumber: PT Meridan Sejati Surya Plantation (2013)

  • 10

    Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

    Kebun Sei Pingai, PT Meridan Sejati Surya Plantation dipimpin oleh

    seorang General Manager (GM) sebagai pemimpin tertinggi di kebun dan pabrik

    untuk merencanakan, mengkoordinir, mengawasi dan mengendalikan kegiatan

    operasioonal dalam mencapai target produksi TBS dan CPO sesuai yang

    ditetapkan oleh manajemen. GM dibantu oleh seorang Deputy General Manager

    (DGM) untuk membantu tugas-tugas GM dalam melaksanakan kegiatan

    operasional di lapangan, seorang Mill Manager (MM) membantu tugas GM dalam

    melaksanakan kegiatan operasional di pabrik dan seorang Kepala Tata Usaha

    (KTU) yang membantu tugas GM dalam melaksanakan kegiatan administrasi.

    DGM memiliki bawahan langsung dilapangan, yaitu 4 orang Field Manager (FM)

    yang memimpin segala kegiatan operasional bidang tanaman dan non tanaman di

    rayon melalui penggunaan faktor-faktor produksi, sehingga potensi tanaman dapat

    dimanfaatkan untuk mencapai kualitas dan kuantitas serta mengendalikan biaya

    yang berpedoman kepada anggaran yang telah ditetapkan manajemen. Seorang

    FM dibantu oleh seorang Kerani Field Manager (Kerani Rayon) dalam

    penyusunan dan pelaporan setiap hasil pekerjaan dari rayon serta administrasi

    lapangan. Bawahan langsung dari FM adalah Field Assistant (FA) sebagai

    pemimpin di afdeling untuk merencanakan, mengorganisir, serta mengendalikan

    sumber daya yang ada untuk mengelola pemeliharaan tanaman guna mencapai

    target produksi. Seorang FA memiliki bawahan langsung yaitu Mandor

    Pemeliharaan, Mandor Panen, Kerani Panen dan Kerani Afdeling. Struktur

    organisasi dari Kebun Sei Pingai dapat dilihat pada Lampiran 4.

    Dalam sebuah afdeling FA memiliki beberapa bawahan langsung, yaitu dua

    orang mandor panen yang bertanggung jawab atas semua kegiatan panen, dua

    orang mandor perawatan yang bertanggung jawab atas semua kegiatan perawatan

    tanaman kelapa sawit di afdeling tersebut, dua orang kerani panen yang memiliki

    tugas mengawasi pengangkutan TBS dari TPH ke pabrik dan melakukan Grading

    Buah (penilaian kriteria matang TBS) dan seorang kerani afdeling yang bertugas

    membantu FA dalam penyusunan, pelaporan serta kegiatan administrasi di

    afdeling.

    Karyawan Kebun Sei Pingai terdiri dari karyawan tetap dan karyawan tidak

    tetap. Karyawan tetap adalah karyawan yang diangkat oleh perusahaan dalam

    hubungan kerja yang tetap (SKU/Syarat Kerja Umum), sedangkan karyawan tidak

    tetap adalah buruh harian lepas (BHL) dan buruh harian borongan (BHB). Sistem

    pengupahan karyawan harian tetap (KHT) diatur sesuai dengan upah minimum

    regional (UMR) yang berlaku. Sedangkan untuk buruh harian borongan (BHB)

    diatur sesuai pekerjaan yang dilakukan dalam satu hari dan diakumulasikan

    selama sebulan dan untuk buruh harian lepas (BHL) dibayar sesuai pekerjaan

    yang dilakukan dihari itu juga. Menurut Pahan (2010), standar kebutuhan tenaga

    kerja di perkebunan kelapa sawit adalah 0.2 orang/ha. Untuk mengetahui

    kebutuhan tenaga tersebut dapat dihitung dengan menggunakan perhitungan

    Indeks Tenaga Kerja (ITK) yang membagikan antara jumlah tenaga kerja dengan

    luasan yang dikelola.

  • 11

    Contoh perhitungan :

  • 12

    KEGIATAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

    Pelaksanaan kegiatan yang dilakukan terdiri dari dua aspek, yaitu aspek

    teknis dan aspek manajerial. Aspek teknis adalah kegiatan penulis bekerja aktif

    sebagai karyawan harian yang melakukan kegiatan teknis di lapangan. Aspek

    manajerial adalah kegiatan sebagai pedamping mandor dan asisten.

    Aspek Teknis

    Pada aspek teknis, penulis bekerja aktif sebagai karyawan harian. Karyawan

    mulai menuju lapangan untuk apel pagi pada pukul 05.30 WIB untuk menerima

    arahan kerja dari mandor berdasarkan jenis pekerjaan karyawan harian

    bersangkutan. Sebelum mandor memberikan arahan kepada karyawan, Asisten

    Afdeling memberikan arahan kepada Mandor dan Krani Produksi dan evaluasi

    pekerjaan dan solusinya di hari sebelumnya. Sekitar pukul 05.4506.00 WIB karyawan dibubarkan dan mempersiapkan diri sebelum berangkat. Kemudian

    sekitar pukul 07.00 WIB dilakukan mobilisasi karyawan ke blok-blok yang sudah

    ditentukan atau akan dikerjakan.

    Gambar 1 Kondisi Saat Apel Pagi

    Pengendalian Gulma

    Pengendalian gulma yang dilakukan di KSP ini mayoritas dan diutamakan

    pada pengendalian gulma secara chemis (kimia) dan manual. Ini dikarenakan

    semua tanaman budidaya kelapa sawit di KSP adalah tanaman menghasilkan

    (TM). Sehingga pengendalian gulma di piringan, pasar pikul serta TPH (P3TPH)

    bebas dari gulma (W0), untuk memudahkan pekerjaan pemupukan maupun

    panen/potong buah dan pekerjaan lainnya.

    Kondisi dan Jenis Gulma. Jenis gulma yang tumbuh di suatu tempat dapat

    berbeda-beda dapat dikarenakan struktur tanah, iklim, rotasi tanaman dan

    tindakan agronomis. Jenis gulma yang dominan dalam sebuah blok dapat berbeda

    antara lahan rendahan dengan lahan berbukit. Berikut ini beberapa gulma yang

    dominan tumbuh di KSP dapat dilihat pada Tabel 3.

  • 13

    Tabel 3 Jenis Gulma

    Nama Botani Nama Umum Golongan

    atau Kelas Jenis Gulma

    Jenis Gulma di Gawangan

    Gleichenia linearis Pakis kawat A Pakis-pakisan

    Imperata cylindrical Lalang, Alang-alang A Rumput-

    rumputan

    Clidemia hirta Harendong A Daun lebar

    Elaeis guineensis Tukulan/Anakan sawit

    liar A Daun lebar

    Melastoma

    malabathricum Senggani A Daun lebar

    Tetracera scandens Mempelas A Daun lebar

    Cyperus rotundus Teki B Teki-tekian

    Eleusine indica Rumput belulang B Rumput-

    rumputan

    Borreria latifolia Gendong anak C Daun lebar

    Setaria palmivora Rumput bamboo C Rumput-

    rumputan

    Nephrolepis biserrata Pakis larat-sawit C Pakis-pakisan

    Axonopus compresus Rumput permadani C Rumput-

    rumputan

    Ageratum conyzoides Babadotan D Daun lebar

    Jenis Gulma di P3TPH

    Clidemia hirta Harendong A Daun lebar

    Elaeis guineensis Tukulan/Anakan sawit

    liar A Daun lebar

    Asystasia intrusa Pengorak B Daun lebar

    Eleusine indica Rumput belulang B Rumput-

    rumputan

    Borreria latifolia Gendong anak C Daun lebar

    Nephrolepis biserrata Pakis larat-sawit C Pakis-pakisan

    Axonopus compresus Rumput permadani C Rumput-

    rumputan

    Euphorbia hirta Ara tanah D Daun lebar

    Ageratum conyzoides Babadotan D Daun lebar Sumber: Pengamatan Penulis

    Keterangan :

    Kelas A= Gulma sangat berbahaya karena sifatnya yang sangat kompetitif,

    mengeluarkan zat racun yang menghambat pertumbuhan tanaman

    utama, menjadi inang hama dan penyakit dan berbahaya bagi pekerja.

    Kelas B= Gulma kelas ini berbahaya, kompetitif yang harus dikendalikan secara

    terus menerus dan apabila biaya tidak mahal harus diberantas.

    Kelas C= Gulma yang kurang kompetitif dan dapat ditolerir akan tetapi

    pengendaliannya teratur.

    Kelas D= Gulma yang dapat ditolerir, bermanfaat, menghasilkan bunga-bunga

    yang disukai parasit/predator dan keberadaannya perlu dipertahankan.

  • 14

    Tukulan/Anakan Sawit Liar

    Clidemia hirta

    Nephrolepis biserrata

    Eleusine indica

    Asystasia intrusa

    Ageratum conyzoides

    Euphorbia hirta

    Cyperus rotundus

    Gambar 2 Contoh Gulma di Blok M11-M12

  • 15

    Dari Tabel 3 dapat dilihat gulma menurut tingkat bahayanya melalui

    pemberian kelas di KSP, tepatnya di Afdeling 11 Blok M11M12. Sampel di ambil secara acak di P3TPH dan gawangan mati pada lahan berbukit dan

    rendahan untuk mendapatkan hasil yang akurat. Dengan ini kondisi gulma di KSP

    termasuk terkendali ataupun dalam kategori gulma ringan hingga sedang. Yang

    menjadi permasalahan adalah dominannya gulma berkayu di KSP.

    Pemeliharaan Gawangan. Gawangan adalah daerah di antara barisan

    pokok kelapa sawit. Gawangan terdiri dari gawangan hidup dipakai sebagai piringan, pasar pikul dan TPH (P3TPH) dan gawangan mati dipakai sebagai tempat penyusunan pelepah atau aktivitas lainnya. Tujuan pengendalian gulma di

    gawangan untuk mengurangi kompetensi unsur hara dan air, memudahkan kontrol

    pekerjaan dari satu gawangan dalam ke gawangan lainnya dan menekan tanaman

    inang hama. Pemeliharaan gawangan di KSP dilakukan secara manual dan kimia.

    Rotasi pemeliharaan gawangan dalam satu tahun pada TM adalah empat kali

    (4R/tahun) secara chemis. Pengendalian manual dilakukan ketika gulma memang

    tidak memungkinkan dikendalikan secara chemis.

    Gambar 3 Kondisi Gulma di Gawangan

    Pengendalian secara chemis merupakan penyemprotan dengan bahan kimia

    (herbisida) terhadap gulma yang berada di gawangan. Tidak semua gulma harus

    diberantas seperti pakis larat-sawit (Nephrolepis biserrata) dan bunga pukul 8

    (Turnera subulata) masih dapat ditolerir keberadaannya, karena gulma tersebut

    dapat menjadi inang bagi predator hama. Pengendalian gulma secara berlebihan

    pun (gulma di gawangan diberantas sampai W0) dapat menyebabkan kerugian

    seperti tak adanya inang bagi predator sehingga hama dapat menyerang tanaman

    utama dan mendorong terjadinya erosi pada daerah berbukit. Alat semprot yang

    digunakan adalah knapsack sprayer dengan merk Solo bernozel VLV (Very Low Volume) 200. Herbisida yang digunakan adalah Zenus 276 SL (bahan aktif

    Paraquat diklorida 276 g/l) dicampur dengan Metafuron 20 WP (bahan aktif

    Metil metsulfuron 20.05%) dengan dosis 0.45 l/ha (0.045 l/kap)+16 g/ha (1.6

    g/kap) yang dicampurkan menjadi satu dengan air pada satu knapsack.

    Teknis pelaksanaan di lapangan, diterapkan pembuatan larutan induk

    dengan tujuan mempercepat pencampuran, mudah dibawa dan tepat dosis.

    Pencampuran bahan dilakukan oleh Mandor dan disaksikan oleh Asisten

    Afdeling/Asisten Kepala. Pencampuran bahan disini dilakukan dengan dosis 1:1

    atau 1 liter bahan dicampur dengan 1 liter air. Hal ini dilakukan karena tidak

  • 16

    diperbolehkannya membawa bahan murni ke lapangan untuk menghindari

    kecurangan. Standar kerja untuk semprot gawangan adalah 0.75 HK/ha.

    Pengendalian secara manual adalah kegiatan pemeliharaan gawangan

    terhadap gulma berkayu. Pengendalian gulma manual di KSP meliputi DAK

    (Dongkel Anak Kayu) dan BTP (Babat Tanaman Pengganggu). Teknis

    pelaksanaan gawangan manual BTP hanya memerlukan parang dan batu asahan,

    sedangkan untuk DAK hanya menggunakan cados (dodos yang dibengkokan

    menyerupai cangkul). Sasaran gulma pengendalian secara manual adalah

    Clidemia hirta (Harendong), Anakan sawit liar (tukulan) dan Melastoma

    malabathricum (senggani). Standar kerja pengendalian manual di KSP adalah

    1.75 HK/ha.

    (A)

    (B)

    Gambar 4 (A) Babat Tanaman Pengganggu (B) Dongkel Anak Kayu

    Pemeliharaan P3TPH (Piringan, Pasar Pikul dan TPH). Piringan, pasar

    pikul dan TPH merupakan sarana penting untuk budidaya kelapa sawit. Karena

    pada P3TPH semua kegiatan budidaya kelapa sawit mulai dari perawatan,

    pemupukan, potong buah hingga pengangkutan dilakukan di P3TPH. Piringan

    sebagai tempat jatuhnya brondolan sehingga memudahkan pemanen melihat

    kematangan buah dari brondolan yang sudah jatuh dan pengutipan brondolan.

    Pasar pikul merupakan jalan yang dilalui dalam kegiatan budidaya kelapa sawit.

    Pasar pikul yang tak terawat akan menyebabkan terhambatnya pekerjaan.TPH

    adalah tempat dikumpulkannya TBS yang dipanen untuk diangkut ke PKS. Bila

    TPH semak akan menghambat pekerjaan pemindahan TBS dan brondolan ke

    dalam truk. Bila kondisi P3TPH semak akan menyebabkan permasalahan seperti

    kehilangan hasil (losses) yang tinggi.

    Pengendalian gulma di P3TPH dilakukan secara chemis. Hal ini

    dikarenakan pengendalian secara chemis pengerjaannya lebih luas, untuk berbagai

    jenis gulma, dapat diaplikasikan pada setiap keadaan, penggunaan tenaga kerja

    lebih sedikit dan efek pengendalian lebih lama. Pengendalian gulma secara

    chemis di piringan, pasar pikul dan TPH menggunakan alat semprot knapsack

    sprayer dengan merk Solo bernozel VLV 200. Semprot piringan dalam setahun pada TM kelapa sawit dilakukan sebanyak empat bulan sekali (3R/tahun).

    Penyemprotan menggunakan bahan Konup 480 SL (Isopropilamina glifosat 480

    g/l) dicampur dengan Metafuron 20 WP (bahan aktif Metil metsulfuron 20.05%)

    dengan dosis 0.2 l/ha (0.1 l/kap)+ 8 g/ha (4 g/kap) yang dicampurkan dengan air

    pada knapsack. Sedangkan semprot pasar pikul dilakukan tiga kali dalam setahun

  • 17

    (3R/tahun) pada TM kelapa sawit. Penyemprotan menggunakan bahan Konup 480

    SL (Isopropilamina glifosat 480 g/l) dicampur dengan Metafuron 20 WP (bahan

    aktif Metil metsulfuron 20.05%) dengan dosis 0.15 l/ha (0.15 l/kap)+ 6 g/ha (6

    g/kap) yang dicampurkan dengan air pada knapsack. Semprot TPH dilakukan

    enam kali dalam setahun (6R/tahun) pada TM kelapa sawit. Penyemprotan

    menggunakan bahan Konup 480 SL (Isopropilamina glifosat 480 g/l) dicampur

    dengan Metafuron 20 WP (bahan aktif Metil metsulfuron 20.05%) dengan dosis

    0.04 l/ha (0.04 l/kap)+ 1.25 g/ha (1.25 g/kap) yang dicampurkan dengan air pada

    knapsack.

    Gambar 5 Kegiatan Semprot di P3TPH

    Sama seperti sebelumnya, dalam pengambilan bahan herbisida di Gudang

    Central harus dicampur air terlebih dahulu 1:1 untuk menghindari kecurangan di

    lapangan. Selain itu, dalam pengendalian gulma secara chemis penggunaan bahan

    herbisida sistemik atau kontak dapat di ubah tergantung pada dominasi gulma

    dalam sebuah areal. Standar kerja untuk kegiatan semprot P3TPH adalah 0.36

    HK/ha.

    Pengendalian Hama

    Deteksi hama. Deteksi hama dilakukan untuk melihat apakah pada suatu

    areal perlu dilakukan sensus ulat api/ulat kantong. Di Kebun Sei Pingai deteksi

    dilakukan setiap tiga bulan sekali (4R/tahun). Deteksi dilakukan untuk

    menentukan apakah perlu dilakukan Sensus Hama. Deteksi dilakukan dengan cara

    mengambil pelepah muda pada suatu pokok. Bila serangan rata-rata >3, barulah

    sensus dilakukan.

    Sistem pelaksanaan deteksi dilakukan secara sistematis dimulai dari baris ke

    3, 13, 23, 33, 43, 53, 63, 73, 83, 93, 103 dan 113 (selang setiap 10 baris), barisan

    tersebut disebut barisan deteksi (BD). Untuk jalur pokok dalam barisan dimulai

    dari pokok ke 3, 13, 23 dan 33 (selang 10 pokok). Setiap titik sampel diambil 1

    pelepah muda untuk diamati. Semua pelepah yang diambil diamati dan dihitung

    jumlah hamanya. Apabila tidak terdapat serangan maka dicatat pada formulir

    deteksi pohon ke berapa saja yang terserang.

  • 18

    (A)

    (B)

    Gambar 6 (A) Saat Deteksi/Sensus/Sensus Ulang (B) Ulat Api (Setora nitens)

    Sensus hama. Sensus dilakukan untuk menentukan apakah pada suatu

    areal/blok perlu diadakan pengendalian ulat api/ulat kantong. Pada dasarnya

    sensus hama memiliki prinsip yang sama dengan deteksi hama, yaitu menghitung

    jumlah rata-rata hama dalam suatu areal. Yang membedakan, pada Sensus hama

    pengambilan sampel pelepah jauh lebih banyak agar hasil penghitungan populasi

    hama lebih akurat. Ketentuan dalam pengambilan sampel sensus sama dengan

    deteksi, yaitu dimulai dari baris ke 3, 13, 23, 33, 43, 53, 63, 73, 83, 93, 103 dan

    113 (selang setiap 10 baris), barisan tersebut disebut barisan deteksi (BD). Untuk

    jalur pokok dalam barisan dimulai dari pokok ke 3, 13, 23 dan 33 (selang 10

    pokok). Dalam pengambilan pelepah dilakukan dengan cara mengambil tiga

    pelepah pada sebuah pokok tanaman kelapa sawit, yaitu pelepah atas, tengah dan

    bawah. Akan tetapi, pengambilan pelepah dalam satu pokok akan membuat

    tanaman over pruning atau terbuangnya pelepah produktif secara berlebihan.

    Untuk itu perusahaan mengambil kebijakan yaitu dengan mengambil tiga pelepah

    pada tiga pokok. Pokok yang diambil pelepahnya adalah satu pokok sebelum titik

    sensus, pokok titik sensus dan pokok setelah titik sensus. Pelepah yang diambil

    tetap pada pelepah bagian atas, tengah dan bawah. Pengendalian hama dilakukan

    bila rata-rata hama yang terdapat >3 ulat/pokok. Untuk lebih jelasnya cara sensus,

    deteksi dan sensus ulang dapat dilihat pada Lampiran 5.

    Pengendalian hama. Pengendalian hama ulat api di kebun KSP dengan

    menggunakan cara pengendalian kimia berupa fogging (pengabutan), light trap

    (perangkat untuk imago ulat api) dan pengendalian secara biologis dengan

    penanaman Turnera subulata (bunga pukul 8) sebagai inang bagi predator. Untuk

    pengendalian secara kimia (fogging) menggunakan alat pulsfog machine dengan

    tipe K-22/BIO. Untuk bahan yang digunakan adalah Polydor dan Decis dengan

    dosis Polydor 0.25 l/ha dan Decis 0.2 l/ha. Dalam satu hektar, pengaplikasian

    mesin pulsfog menggunakan 250 ml/ha dosis Polydor dicampurkan dengan 2 liter

    solar untuk campuran racun dan 0,4 liter bensin untuk bahan bakar, sedangkan

    apabila menggunakan larutan insektisida Decis, dalam 1satu hektar

    pengaplikasian mesin pulsfog menggunakan 200 ml/ha dosis Decis dicampurkan

    dengan 2 liter solar untuk campuran racun dan menggunakan 0,4 liter bensin

    untuk bahan bakar. Pekerjaan fogging dilakukan pada malam hari karena angin

    yang sedikit dan kelembaban yang tinggi sehingga bahan yang telah menjadi

    kabut menempel pada pelepah. Dampak yang timbul setelah pengambutan yaitu

    tiga hari. Setelah tiga hari perlu dilakukan lagi sensus untuk memastikan bahwa

  • 19

    pengendalian telah berhasil. Sensus ulang memiliki metode yang sama dengan

    deteksi, bila hasil sensus hasilnya rata-rata >3 ulat/pelepah maka pengendalian

    dilakukan lagi sampai hasil rata-rata

  • 20

    Pemupukan

    Pemupukan merupakan kegiatan yang mendapat perhatian khusus dalam

    pemeliharaan tanaman kelapa sawit. Pupuk akan sangat mempengaruhi buah

    tanaman kelapa sawit. Hal yang perlu diperhatikan dalam pemupukan yaitu harus

    tepat jenis, tepat waktu, tepat waktu, tepat cara dan tepat tempat. Dilihat dari segi

    biaya, pemupukan memakai biaya terbesar dari kegiatan pemeliharaan yaitu

    hingga 70% biaya pemeliharaan. Rekomendasi dosis pemupukan diformulasikan

    berdasarkan beberapa faktor seperti produksi TBS aktual, proyeksi produksi TBS,

    umur tanaman, status nutrisi tanaman, analisa daun, observasi lapangan, sejarah

    pemupukan, kesuburan tanah, data curah hujan, hasil percobaan pupuk dan lain-

    lain.

    Pemupukan di KSP dimulai dari kegiatan apel pagi, pengangkutan untilan

    pupuk dan karyawan ke blok target, pembagian untilan pada suplai kecil, sebar

    pupuk oleh regu pemupuk, aplikasi pemupukan dan pengumpulan karung (jumlah

    karung harus sama dengan jumlah karung yang keluar dari gudang). Sebelum

    kegiatan tersebut, pada hari sebelumnya mandor mengajukan pengambilan pupuk

    ke Gudang Central, pupuk di angkut dari Gudang Central menggunakan dump

    truk ke gudang yang ada di afdeling, pupuk di until di gudang afdeling dengan

    ketentuan setiap untilan memiliki volume 14 kg dan disimpan di gudang pupuk

    sampai saat aplikasi pupuk dilakukan.

    (A)

    (B)

    Gambar 9 (A) Untilan (B) Pengangkutan Untilan

    Tujuan penguntilan yaitu menjamin setiap pokok mendapat dosis yang

    tepat, mengurangi dan mencegah adanya penggumpalan pupuk, tonase pupuk

    yang dibawa ke lapangan lebih tepat, lebih mudah dalam pengangkutan

    (memasukan ke kendaraan dan membawa dari gudang ke lapangan serta

    menurunkan dari kendaraan), pembukaan benang karung goni lebih baik

    dibanding di lapangan dan memudahkan dalam membawa ke lapangan, sehingga

    tenaga laki-laki tidak terlalu diperlukan dalam pengeceran juga pelangsiran. Bobot

    untilan tergantung pada jenis pupuk dan dosis yang digunakan. Sebagai contoh,

    bila penggunaan pupuk RPH dengan dosis 1.75 kg/pokok, tiap satu untilan seberat

    14 kg digunakan untuk 8 tanaman. Tenaga yang digunakan dalam kegiatan

    penguntilan hanya 4 orang untuk 58 ton pupuk, sedangkan untuk tenaga pelangsir dan pengecer sekitar 1214 orang tergantung kebutuhan.

  • 21

    Jenis dan dosis pupuk. Jenis pupuk yang digunakan di KSP terdiri dari

    pupuk organik dan anorganik. Pupuk organik yang digunakan adalah janjang

    kosong hasil dari limbah padat PKS. Aplikasi janjang kosong yaitu dengan cara

    membentuk persegi menggunakan janjang kosong dengan lebar 2 m 2 m dengan

    dosis 225-227 kg diantara pokok. Karena jarak yang cukup jauh dari PKS ke

    lapangan juga penyediaan pupuk organic yang terbatas, pemupukan di KSP

    diutamakan pada pemupukan anorganik. Untuk pupuk anorganik yang digunakan

    cukup bervariasi, jenis pupuk dan dosis yang digunakan di KSP dapat dilihat pada

    Tabel 4.

    Tabel 4 Jenis dan Dosis Pupuk Anorganik

    Jenis Pupuk Unsur Hara

    Kadar

    Hara

    Utama

    Bentuk Warna Kelarutan

    Dalam Air

    Dosis

    (kg/tan

    /thn)

    Urea Nitrogen

    (N) 46% N

    Kristal

    dan butir Putih Mudah larut 3

    RPH (Rock

    Phosphate)

    Phosphate

    (P)

    25-38%

    P2O5

    Tepung

    (serbuk) Abu-abu

    Kelarutan

    sangat

    rendah

    1.75

    MOP

    (Muriate Of

    Porthas)

    Kalium (K)

    60%

    K2O,

    45% Cl

    Kristal

    Merah,

    putih

    kotor

    Dapat larut 3

    Kieserite Magnesium

    (Mg)

    27%

    MgO,

    22% S

    Kristal/

    tepung

    Putih

    keabu-

    abuan

    Agak larut

    sampai

    dapat larut

    1

    Sumber: PT Meridan Sejati Surya Plantation (2013)

    Jenis dan dosis pupuk yang ada semua direkomendasikan oleh Departemen

    Riset dan Learning Center First Resources Group di Riau berdasarkan hasil

    analisis daun, status hara, kondisi tanah, tingkat produksi yang dicapai, umur

    tanaman dan analisis tanah. Untuk pemudahan dalam pemupukan, pupuk Urea

    dan MOP dibagi menjadi dua kali aplikasi/pengerjaan. Sehingga dalam aplikasi

    pertama dosisnya setengah dari dosis rekomendasi, yaitu 1.5 kg/tanaman.

    Waktu dan cara pemupukan. Pemilihan waktu yang tepat dalam

    pemupukan sangat mempengaruhi keberhasilan pemupukan. Dalam kegiatan

    pemupukan perlu diperhatikan cuaca dan jenis pupuk yang digunakan. Yang

    dimaksud cuaca disini adalah penggunaan pupuk yang tepat ketika musim hujan,

    seperti menggunakan jenis pupuk yang tidak mudah larut. Sedangkan jenis pupuk

    harus diperhatikan agar tidak adanya reaksi yang merugikan. Reaksi yang

    merugikan dapat disebabkan dengan penggunaan pupuk yang antagonis dalam

    rentang waktu yang dekat. Seperti penggunaan pupuk Kieserite harus menunggu

    minimal dua bulan setelah pemupukan menggunakan Urea pada blok yang sama.

  • 22

    Gambar 10 Cara Pemupukan

    Cara pemupukan yang tepat juga dapat mempengaruhi keberhasilan

    pemupukan. Pupuk yang tidak menyebar rata dan tipis akan sulit unsur haranya

    diambil oleh akar. Kebun Sei Pingai menetapkan cara pemupukan yang benar,

    dengan menggunakan mangkuk bervolume sekitar 500 g yang diputar (seperti

    melakukan tari piring) sehingga pupuk bertebaran dengan merata dan tipis pada

    sekitar piringan. Sebaran pupuk pun harus merata dan melingkar pada piringan.

    Penunasan

    Penunasan adalah kegiatan pemotongan pelepah untuk mendapatkan jumlah

    pelepah yang optimum di setiap pokok kelapa sawit berdasarkan

    umur/pertumbuhan tanaman. Inti pekerjaan penunasan adalah memelihara pelepah

    produktif dengan cara mengurangi pelepah produktif dengan cara mengurangi

    jumlah pelepah sampai pada batas waktu tertentu yang tidak menyebabkan

    terganggunya kemampuan daun melakukan fotosintesis secara optimal untuk

    pertumbuhan vegetatif dan generatif. Tujuan dari penunasan untuk mempermudah

    pekerjaan potong buah, menghindari tersangkutnya brondolan pada ketiak

    pelepah, memperlancar proses penyerbukan alami, melakukan sanitasi

    (kebersihan) tanaman sehingga menciptakan lingkungan yang tidak sesuai bagi

    perkembangan hama dan penyakit dan menghindari penguapan yang berlebihan

    pada musim kemarau.

    Gambar 11 Penunasan

    Penunasan dibagi menjadi dua jenis, yaitu penunasan periodik dan

    penunasan progresif. Penunasan periodik adalah penunasan yang dilakukan

  • 23

    secara berkala dan dilakukan dengan rotasi 9 bulan sekali. Penunasan periodik

    dikerjakan oleh tenaga khusus bukan oleh pemanen. Penunasan progresif adalah

    penunasan yang dilakukan oleh pemanen saat melakukan kegiatan potong buah

    dengan mengacu pada prinsip dasar jumlah pelepah produktif yang masih ada

    harus dipertahankan sesuai ketentuan. Kebun Sei Pingai menggunakan sistem

    penunasan secara progresif dengan aturan untuk umur tanaman 814 tahun memakai songgo 2, sedangkan untuk umur tanaman diatas 15 tahun memakai songgo 1. Yang dimaksud songgo 2 adalah kondisi optimal dicapai jika dibatasi sampai dua lingkar di bawah tandan matang. Kelebihan dari penunasan

    progresif adalah penghematan biaya dalam perawatan. Karena penunasan

    progresif dilakukan bersamaan dengan kegiatan potong buah. Penunasan progresif

    juga bertujuan juga untuk menghindari over pruning dan under pruning.

    Over pruning adalah terbuangnya sejumlah pelepah produktif secara

    berlebihan yang akan mengakibatkan penurunan produksi. Penurunan produksi ini

    terjadi karena berkurangnya areal fotosintesis dan pokok mengalami stress yang

    terlihat melalui peningkatan gugurnya bunga betina, penurunan seks rasio

    (peningkatan bunga jantan) dan penurunan berat janjang rata-rata (BJR). Under

    pruning adalah pemeliharaan sejumlah pelepah yang sudah tidak produktif

    sehingga menyebabkan pokok gondrong. Ini dapat mengakibatkan terganggunya pelaksanaan potong buah sehingga output panen tidak maksimal

    dan losses produksi meningkat. Untuk menghindari over pruning dan under

    pruning perlu diadakan pelatihan dan stimulasi pekerjaan, pengawasan yang ketat

    dan penggunaan alat yang tepat.

    Potong buah (panen)

    Potong buah adalah kegiatan mengambil seluruh buah yang layak potong,

    mengumpulkannya ke TPH dan mengirimkan seluruhnya ke PKS pada hari yang

    sama dalam kondisi sesegar-segarnya dan sebersih-bersihnya secarar efektif dan

    efisien. Panen adalah kegiatan yang meliputi persiapan panen, rotasi panen,

    kriteria matang panen dan kualitas buah, sistem basis (siap borong) dan premi

    juga sanksi dan denda. Pusingan/rotasi buah merupakan aspek atau faktor yang

    paling menetukan di lapangan untuk mendapatkan produksi per hektar yang tinggi

    dan biaya per kilogram yang rendah serta ALB rendah. Pusingan atau rotasi buah

    harus dijaga/dipertahankan 7 hari.

    Persiapan panen. Persiapan panen meliputi persiapan kondisi areal,

    penyediaan tenaga potong buah, pembagian seksi panen dan persiapan alat panen.

    Persiapan panen di KSP meliputi perawatan jalan dan jembatan di main road dan

    collection road, pembersihan kondisi piringan dan pasar pikul hingga W0 agar

    mudah dalam pengawasan dan pengutipan brondolan, pemasangan titi panen yang

    terbuat dari kayu atau beton untuk pengangkutan TBS dan brondolan menuju

    TPH di daerah rawa/aliran sungai/drainase dan pembersihan TPH.

    Rotasi Panen. Rotasi panen adalah jumlah frekuensi masuk dalam

    kegiatan potong buah tuntas pada areal/blok/seksi yang sama. Sistem rotasi panen di KSP adalah 6/7, yaitu terdapat 6 seksi panen dengan interval waktu

    panen dalam satu seksi 7 hari. Namun pada pelaksanaan di lapangan sering

    terkendala kondisi blok yang sulit khususnya di daerah rendahan dan ketersediaan

    tenaga potong buah. Jumlah seksi buah disusun menjadi 6 seksi (I, II, III, IV, V,

  • 24

    VI), seksi panen sedemikian rupa sehingga satu seksi selesai dalam satu hari,

    mempermudah perpindahan ancak dari satu blok ke blok lainnya, mempermudah

    kontrol Asisten Afdeling, Mandor Panen, Krani Panen, serta meningkatkan output

    pemanen.

    Organisasi panen. Dalam kegiatan potong buah, hal paling pertama yang

    dilakukan adalah apel pagi. Apel pagi adalah kegiatan berkumpulnya semua

    karyawan untuk dibberikan arahan pekerjaan. Apel pagi dimulai pukul 05.30 WIB

    dan pimpin oleh mandor. Pada saat apel pagi karyawan sudah siap dengan alat

    mereka masing-masing dan berbaris dengan rapi di depan Kantor Afdeling, pada

    saat yang sama mandor juga melakukan absensi terhadap karyawan. Di dalam

    apel pagi pembagian ancak terhadap karyawan dilakukan. Setelah apel selesai

    karyawan dapat pergi ke ancak mereka masing-masing untuk melakukan kegiatan

    potong buah.

    Kriteria dan kualitas buah. Kriteria matang panen adalah indikator yang

    dibuat untuk menetapkan apakah suatu buah dari pohon tersebut sudah dapat

    dipanen atau belum. Kematangan buah dapat dilihat dari warna buah dan buah

    yang membrondol (2 brondolan per kg berat TBS). Tandan buah segar (TBS)

    termasuk dalam kategori matang apabila berada dalam kategori matang (2

    brondolan hingga 75% brondolan permukaan telah lepas). Kategori buah matang

    kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel 5.

    Tabel 5 Kategori Buah Matang

    Kriteria TPH dan Loading Ramp PKS

    Mentah (Unripe) 75% - 90% brondolan telah lepas

    Busuk/Janjangan Kosong (Empty Bunch) >90% brondolan telah lepas Sumber: SOP First Resources Group

    Peralatan panen. Peralatan panen yang akan digunakan berbeda menurut

    tinggi tanaman (umur tanaman). Penggolongan alat panen berdasarkan

    penggunaanya terbagi menjadi tiga bagian, yaitu memotong buah, membawa buah

    dan brondolan ke TPH dan bongkar muat buah dan brondolan. KSP merupakan

    kebun yang cukup lama berdiri, sehingga tanaman termuda masih berumur 6

    tahun. Alat yang digunakan dalam potong buah di KSP adalah dodos besar (untuk

    tanaman umur 58 tahun) dan pisau egrek (untuk tanaman umur >8 tahun). Pengangkutan buah dan brondolan ke TPH menggunakan angkong, sebelumnya

    brondolan dimasukan ke dalam karung dan menggunakan kapak untuk memotong

    tangkai buah yang panjang. Sedangkan untuk memuat buah ke angkong

    menggunakan gancu (sejenis pengait) dan tojok (sejenis tombak) untuk memuat

    buah dari TPH ke dump truk.

    Sistem basis dan premi panen. Sistem basis adalah jumlah kilogram yang

    ditetapkan bagi seorang tenaga potong buah dalam menyelesaikan ancak. Oleh

    karena itu, kilogram basis tugas harus langsung berhubungan dengan BJR kebun

    dan BJR kebun langsung berhubungan dengan umur tanaman. Basis tugas juga

    berdasarkan jumlah luasan yang dipanen. Lebih basis adalah jumlah kilogram

    yang dicapai melebihi dari basis tugas. Lebih basis diberlakukan dengan sistem

  • 25

    perjenjang yaitu lebih basis 1, 2 dan 3. Premi basis tugas harus berpedoman

    kepada anggaran (Rp/ton TBS) yang sedang berjalan dan juga tarif yang berlaku

    sebelumnya. Premi basis tugas harus sama untuk semua umur tanaman, yang

    berbeda adalah kilogram basis tugasnya. Premi lebih basis ditentukan dari kelas-

    kelas BJR, kemudian tetapkan harga per kg lebih basis menurut kelas-kelas

    tersebut. Sebagai contoh, bila output yang dihasilkan seorang pemanen adalah

    2200 kg TBS, penghasilan yang didapatkannya adalah :

    Produksi Basis Tugas Brondolan = 2 200 900 220 = 1 080 kg

    Premi Basis Tugas = Rp 3 000,-

    Premi Brondolan (220 Rp 130,-) = Rp 28 600,-

    Premi Basis Prestasi (1 080 kg)

    LB 1 (500 kgRp 30,-)

    LB 2 (500 kg Rp 35,-)

    LB 3 (80 kg Rp 40,-)

    = Rp 15 000,-

    = Rp 17 500,-

    = Rp 14 000,-

    Total premi = Rp 82 000,-

    Transportasi TBS

    Transportasi TBS adalah kegiatan melakukan pengiriman seluruh buah dari

    lapangan ke PKS pada hari sama dalam kondisi sesegar-segarnya dan sebersih-

    bersihnya secara efektif dan efesien. Transportasi TBS bertujuan untuk menjaga

    agar kualitas CPO baik dengan ALB < 3%, meminimalkan losses, kapasitas,

    kelancaran dan keteraturan pengiriman TBS untuk pengelolaan pabrik, keamanan

    TBS di lapangan dan cost (Rp/kg TBS) transport yang minimal. Tenaga kerja

    yang diperlukan dalam transportasi buah hanya dua orang pemuat, seorang supir

    dan seorang krani. Pemuat bertugas memindahkan TBS dari TPH ke dump truk

    menggunakan tojok (sejenis tombak) dan penggaruk untuk mengumpulkan

    brondolan yang tercecer dan dimasukan ke dump truk. Supir bertugas untuk

    mengendarai dump truk dari satu TPH ke TPH lainnya. Setelah kapasitas dump

    truk tercukupi, supir langsung mengirim TBS tersebut ke PKS. Sedangkan krani

    bertugas mencatat dan melakukan grading buah yang diangkut ke PKS.

    (A)

    (B)

    Gambar 12 (A) Kegiatan angkut buah (B) Kegiatan grading buah

    KSP merupakan lahan yang berbukit, sehingga terkadang ada beberapa

    collection road yang tidak dapat dimasuki oleh dump truk karena jalannya yang

    licin sehingga dapat menyebabkan dump truk terpuruk bahkan terguling apalagi

  • 26

    saat musim hujan. Untuk mengatasi hal tersebut, perusahaan memberikan solusi

    dengan menggunakan mobil angkut berupa heline. Heline adalah sejenis mobil off

    road dengan bak di belakang yang memiliki kapasitas 1.5 ton. Dengan

    menggunakan heline memang menambah pekerjaan menjadi dua kali, ditambah

    penggunaan heline menambah biaya operasional untuk supir dan pemuat. Tetapi

    untuk menjaga kesegaran buah, heline diperlukan. Heline bertugas membawa

    TBS ke main road ataupun jalan yang dapat dilewati dump truk. Sehingga

    pengiriman ke PKS tetap dilakukan dump truk yang memiliki kapasitas angkut

    sebesar 46 ton. Pemanenan di KSP menggunakan pusingan 6/7. Yang dimaksud pusingan

    6/7 adalah enam kali kegiatan panen pada tujuh hari kerja. Sebelum melakukan

    kegiatan potong buah, setiap paginya diadakan apel pagi pada pukul 05.30 WIB.

    Pada apel pagi Mandor/Asisten memberikan pengarahan kerja kepada karyawan

    untuk tugas mereka. Setelah apel pagi karyawan berangkat dengan membawa

    perlengkapan panen dan menggunakan APD. Perlengkapan panen yang

    digunakan, seperti dodos (untuk tanaman umur 10 tahun), ganjuk (untuk menaikan buah ke angkong), angkong (untuk

    memudahkan membawa tandan ke TPH) dan karung untuk menyimpan

    brondolan.

    Standar panen yang ditetapkan di KSP, yaitu semua buah layak potong

    harus terpanen, gagang buah terpotong rapat (minimal 2 cm) di piringan tanpa

    terikut bagian tandan yang berisi buah, semua buah yang dipanen harus diangkut

    ke TPH dan tidak boleh ada buah yang tertinggal di piringan juga pasar pikul,

    buah mentah yang terlanjur dipanen tidak dibenarkan untuk ditinggal dalam blok

    apalagi diperam, semua brondolan harus dikumpulkan dan dibawa ke TPH dan

    semua buah juga brondolan harus terangkut ke PKS pada hari itu juga. Bila ada

    karyawan yang melakukan pelanggaran tersebut, perusahaan sudah menetapkan

    hukuman berupa denda.

    Aplikasi Janjang Kosong

    Janjang kosong merupakan produk dari pabrik kelapa sawit setelah TBS

    diproses di sterilizer (proses perebusan) dan stripper (proses bantingan). Aplikasi

    janjang kosong mengandung materi organik dan nutrisi tanaman, sehingga

    aplikasi janjang kosong dapat menjadi pupuk organik sekaligus mengurangi

    limbah dari hasil pengolahan TBS. Aplikasi janjang kosong sangat efektif sebagai

    mulsa. Cara ini dapat menurunkan temperatur tanah, mempertahankan

    kelembaban tanah dan membantu mengurangi dampak yang kurang baik terhadap

    pertumbuhan tanaman dan produksi saat kemarau. Sebagai pupuk janjang kosong

    sangat memenuhi kebutuhan hara dari tanaman. Aplikasi janjang kosong sangat

    sesuai dalam memenuhi atau menggantikan sebagian pupuk anorganik karena

    janjang kosong mengandung unsur N, P, K dan Mg, asalkan jumlah suplai

    haranya sebanding dengan pupuk anorganik tersebut.

    Kegiatan aplikasi janjang kosong dimulai dari pengangkutan janjang kosong

    dari pabrik hingga aplikasi di lapangan. Jumlah janjang kosong didapat dari 20%

    jumlah TBS yang diproses. Penguraian janjang kosong terbilang lambat, karena

    itu aplikasi janjang kosong dilakukan satu tahun sekali (1R/tahun). Janjang

    kosong diangkut dari PKS menuju blok afdeling menggunakan dump truk

  • 27

    berkapasitas 5 ton. Janjang kosong diturunkan dump truk di samping blok yang

    akan di aplikasikan. Kegiatan aplikasi janjang kosong dikerjakan oleh karyawan

    borongan dengan menggunakan gancu yang dimodifikasi dengan 23 mata gancu dan angkong yang dimodifikasi dengan menambahkan besi tambahan sehingga

    kapasitas angkong menjadi lebih banyak (75 kg/angkong). Dosis aplikasi janjang

    kosong, yaitu 225227 kg/titik, setiap titiknya berada pada gawangan antar pokok kelapa sawit dengan ukuran 2 m 2 m. Dalam kegiatan ini karyawan borongan

    dibayar dengan prestasi kerja 30 titik/HK.

    (A)

    (B)

    Gambar 13 (A) Pengangkutan Janjang Kosong (B) Titik Antar Pokok

    Aspek Manajerial

    Kegiatan manajerial yang dilakukan dimulai dari pendamping mandor

    hingga menjadi pendamping asisten. Kegiatan yang dilakukan di lapangan berupa

    mengatur, mengawasi dan memonitoring kegiatan afdeling, serta mengerjakan

    kegiatan administrasi baik di kantor afdeling maupun di kantor kebun.

    Pendamping Mandor

    Mandor adalah orang yang bertugas untuk mengawasi karyawan harian

    dalam melaksanakan pekerjaan di lapangan. Selain itu, mandor juga membimbing,

    memotivasi, mengatur serta bertanggung jawab langsung terhadap jenis pekerjaan

    yang dimandorinya. Mandor biasanya diangkat dari karyawan harian yang

    memenuhi kriteria sebagai mandor berdasarkan penilaian Asisten Kepala dan

    Asisten Afdeling. KSP membagi mandor menjadi tiga, yaitu Mandor Perawatan,

    Mandor Panen dan Krani Produksi.

    Mandor Panen dibagi menjadi dua orang dalam satu afdeling, untuk

    memudahkan pekerjan monitoring. Mandor Perawatan dibagi menjadi dua, yaitu

    Mandor Chemis dan Mandor Pupuk. Pembagian tersebut untuk memudahkan

    pengontrolan mandor terhadap kegiatan perawatan. Selain pada kegiatan

    pengendalian gulma dan pemupukan, mandor perawatan bertanggung jawab juga

    atas kegiatan seperti perawatan jalan dan jembatan, pengendalian hama, serta

    pengawasan alat berat pada sebuah afdeling. Sehingga mandor perawatan harus

    melakukan beberapa kegiatan pengawasan, evaluasi dan identifikasi dalam satu

    hari. Sedangkan Produksi Panen juga ada dua orang, mereka dibagi untuk

    pengawasan saat pengankutan dan menghitung kuantitas dan kualitas buah.

  • 28

    Mandor juga melakukan kegiatan manajerial dan administrasi dalam membuat

    rencana kerja dan dilaporkan dalam Buku Mandor.

    Mandor Chemis. Mandor pekerjaan ini melaksanakan perorganisasian dan

    persiapan alat dan bahan. Pengorganisasian mandor melakukan pemetaan

    terhadap kondisi gulma dan dilaporkan pada Asisten Afdeling untuk dirundingkan

    cara pengendalian apa yang tepat. Bila keputusan sudah diambil, mandor

    mengajukan permintaan bahan untuk melakukan penyemprotan kepada Gudang

    Central. Keesokan harinya mandor melakukan pembagian bahan kepada

    karyawan agar lebih mudah dibawa juga mengurangi kemungkinan karyawan

    menggunakan bahan secara lebih atau kurang dari dosis anjuran. Setelah

    pekerjaan selesai, mandor melakukan evaluasi pekerjaan dengan melihat gejala

    yang timbul pada gulma. Untuk kegiatan semprot yang menggunakan bahan aktif

    kontak, mandor melakukan evaluasi di sore hari karena gejala yang ditimbulkan

    cepat. Sedangkan untuk penyemprotan menggunakan bahan aktif sistemik,

    mandor melakukan evaluasi sekitar 24 MSA. Bila cuaca kurang memungkinkan, mandor dapat mengalihkan pekerja pada

    kegiatan babat atau dongkel yang kegiatannya tidak dipengaruhi oleh iklim.

    Sehingga ketika dalam perencanaan kegiatan, mandor harus memiliki rencana

    kegiatan pengalihan bila sesuatu yang tidak dapat diprediksi terjadi. Sedangkan

    bila tidak adanya kegiatan dalam pengendalian gulma/rotasi yang sudah

    ditentukan terpenuhi sebelum tenggang waktu habis, mandor dapat mengalihkan

    pekerjaan pada kegiatan perawatan lainnya, seperti perawatan jalan dan jembatan,

    pengendalian hama, maupun pengawasan alat berat.

    Mandor Pupuk. Mandor pupuk bertanggung jawab atas alokasi tenaga

    kerja pupuk dan tenaga until. Mandor pupuk juga bertugas menghitung kebutuhan

    pupuk pada blok tertentu, menentukan kebutuhan until sesuai rekomendasi, serta

    mengurus administrasi dan pengambilan pupuk di Gudang Central. Dalam

    pekerjaannya mandor pupuk memiliki seorang kontraktor yang mengatur tenaga

    kerja pemupukan, seperti tenaga penguntil, pengecer maupun pelangsir. Secara

    umum, pemupukan di KSP dibagi menjadi dua, yaitu pemupukan organik dan

    anorganik. Karena ketidak lancaran dan kurangnya ketersediaan pupuk organik,

    pemupukan organik berjalan kurang baik. Sehingga penggunaan pupuk anorganik

    lebih diutamakan.

    Mandor Panen. Mandor panen adalah orang yang bertanggung jawab atas

    semua kegiatan potong buah (panen). Di KSP setiap afdeling memiliki dua

    mandor panen untuk afdeling dengan luasan di atas 500 ha. Setiap mandor

    membawahi sekitar 1724 tenaga kerja (tergantung luasan afdeling). Kualitas dan kuantitas TBS menjadi tanggung jawab mandor panen, sehingga sebelum TBS

    diangkut mandor panen harus memastikan tidak ada buah yang tidak layak

    dikirim ke PKS. Sehingga pengawasan yang ketat sesuai pusingan panen dan

    peraturan disiplin potong buah menjadi tugas utama mandor.

    Selain kegiatan pengawasan di lapangan, mandor pun memiliki tugas lain

    seperti menghitung AKP (Angka Kerapatan Panen) untuk membuat taksasi

    potong buah esok harinya, menentukan ancak untuk setiap anggota, mengisi tabel

    produksi harian di kantor, mengisi buku mandor, memimpin apel pagi,

    membagikan note (catatan untuk potong buah karyawan) dan efisiensi panen

    untuk memastikan tidak ada buah layak potong dan brondolan yang

    tertinggal/sengaja ditinggal. Mandor panen pun harus melaporkan semua kegiatan

  • 29

    panen yang dilakukan kepada Krani Afdeling untuk direkap. Selain itu, mandor

    juga membahas permasalahan di kebun mengenai kegiatan potong buah dengan

    Asisten Afdeling.

    Sistem potong buah yang dilakukan dalam KSP adalah ancak giring tetap

    per mandoran. Yang dimaksud ancak giring tetap per mandoran adalah dimana

    mandor panen yang satu dengan yang lain telah memiliki ancak yang tetap.

    Sementara tenaga potong buah pada dasarnya telah memiliki ancak yang tetap,

    namun ancaknya dapat dirubah sesuai kebutuhan/kondisi kerapatan buah

    (digiring). Penentuan luas ancak awal agar memperhatikan kekuatan masing-

    masing tenaga potong buah. Ilustrasi ancak giring tetap per mandoran dapat

    dilihat pada Lampiran 6.

    Krani Produksi. Krani produksi bertugas mencatat semua TBS dan

    brondolan yang siap diangkut ke PKS. Selain bertugas mencatat semua TBS dan

    brondolan, krani produksi pun bertugas mengisi form grading buah di TPH untuk

    memastikan semua buah layak dikirim ke PKS, mengisi buku penerimaan TBS

    dalam buku penerimaan, mengisi laporan premi potong buah, melakukan

    koordinasi dengan mandor panen bila ada buah mentah di lapangan, membuat

    laporan realisasi panen, membuat laporan potong buah (LPB), membuat premi

    brondolan dan melaporkan laporan/administrasi panen setiap hari. Krani produksi

    bertanggung jawab atas kegiatan pengangkutan buah ke TPH. Sehingga bila ada

    buah restan di lapangan, itu semua adalah tanggung jawab Krani produksi. Buah

    restan adalah buah yang tidak sempat terangkut ke PKS dikarenakan hal-hal

    tertentu, seperti pada saat hujan beberapa jalan koleksi tak dapat dimasuki oleh

    dump truk atau bila buah terlalu banyak untuk diangkut sehingga pengangkutan

    harus dicicil keesokan harinya. Krani produksi mengawasi seorang supir dan dua

    orang tenaga kerja (pemuat).

    Krani Afdeling. Krani afdeling bertugas merekap seluruh data dari seluruh

    kegiatan yang ada di afdeling. Krani afdeling mengambil data tersebut dari buku

    mandor. Krani afdeling melaporkan semua kegiatan manajerial yang ada di

    afdeling ke Kantor Rayon sebelum dilaporkan ke Kantor Kebun. Pembukuan yang

    dilakukan oleh krani afdeling harus disusun secara sistematis agar kelak di

    kemudian hari data diperlukan atau ada permasalahan dalam data dapat diperiksa

    kembali. Krani afdeling pun bertugas membantu pekerjaan manajerial Asisten

    Afdeling, mulai dari pembuatan Rencana Kerja Anggaran dan Biaya (RKAB),

    Rencana Kerja Bulanan (RKB), Daily input, Daily cost dan masih banyak lagi.

    Dalam melaksanakan tugasnya mandor berpedoman kepada rencana yang

    telah ditetapkan oleh Asisten Afdeling. Rencana tersebut meliputi semua kegiatan

    yang akan dilakukan pada hari kerja tersebut. Sebelum kegiatan kebun

    dilaksanakan, terlebih dahulu mandor mengabsen tenaga kerja yang datang pada

    hari tersebut dan membagi tenaga kerja sesuai dengan jenis pekerjaan yang akan

    dilakukan di kebun. Setiap Afdeling biasanya memiliki 4 Mandor dan 2 Krani

    Produksi. Keempat mandor tersebut masih dibagi menjadi dua mandor panen dan

    dua mandor perawatan. Setiap mandor panen mengawasi sekitar 1721 tenaga kerja. Sedangkan mandor perawatan mengawasi 812 tenaga kerja. Krani produksi hanya mengawasi tiga tenaga kerja, yaitu satu supir dan dua pemuat.

    Hasil pekerjaan yang dilakukan oleh buruh akan dihitung oleh mandor untuk

    dilaporkan ke asisten dalam bentuk laporan harian. Mandor bertanggung jawab

    untuk mengawasi seluruh pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga kerjanya dan

  • 30

    bertanggung jawab juga atas tercapainya target kerja yang telah ditetapkan oleh

    Asisten Afdeling. Keberhasilan mandor dalam melaksanakan tugasnya akan

    mempengaruhi prestasi kerjanya. Sedangkan Krani Produksi melakukan

    pengawasan dalam kegiatan pengangkutan TBS ke PKS pada hari yang sama

    ketika buah dipanen. Selain pengawasan Krani Produksi pun bertugas memastikan

    kualitas TBS layakdan baik.

    Krani Afdeling mengelola administrasi dan pembukuan yang ada di kebun.

    Semua kegiatan administrasi yang dilakukan oleh Mandor dan Krani Produksi

    harus dilaporkan kepada Krani Afdeling Setiap hari Krani Afdeling mencatat

    berbagai jenis pekerjaan yang dilakukan di kebun dan kemudian melaporkannya

    kepada Krani Rayon.

    Pendamping Asisten Afdeling

    Asisten Afdeling adalah orang yang bertanggung jawab atas semua kegiatan

    sekaligus pemimpin di sebuah afdeling. Sebagai pendamping Asisten Afdeling,

    semua kegiatan seorang asisten harus diikuti seperti melakukan apel pagi. Apel

    pagi adalah kegiatan penerangan yang jelas mengenai pekerjaan dan standar yang

    harus dicapai pada hari itu. Lalu pembuatan rencana kerja harian (RKH), rencana

    kerja bulanan (RKB), memeriksa dan menandatangi buku mandor, buku potong

    buah, bon permintaan barang dan masih banyak kegiatan administrasi harian yang

    dikerjakan. Setelah menyelesaikan kegiatan administrasi harian di afdeling,

    kemudian melakukan pengawasan serta monitoring seluruh kegiatan di lapangan.

    Asisten pun harus memastikan seluruh karyawan bekerja sesuai ketentuan yang

    berlaku dalam perusahaan. Pengawasan yang dilakukan akan dibantu oleh mandor

    kegiatan tersebut.

    Selain kegiatan harian yang rutin dilakukan oleh asisten, Asisten Afdeling

    juga memiliki kegiatan yang lain seperti pembuatan rencana kerja bulanan (RKB),

    rencana kerja anggaran biaya (RKAB), laporan anggaran biaya bulanan (LABB),

    mengikuti rapat staf mingguan dan masih banyak lagi. Kegiatan non lisan seperti

    kegiatan sosial di afdeling pun adalah tanggung jawab dari Asisten Afdeling,

    seperti masalah perkelahian, kerusakan, kebersihan dan lain-lain.

    Pada pengendalian gulma, asisten memiliki tugas untuk membuat

    perencanaan semprot dimulai dari pembuatan Rincian Usulan Pekerjaan (RUP)

    yang berpedoman pada buku perawatan dan buku rekoomendasi perawatan. RUP

    dibuat sebulan sekali, pembuatan RUP dilakukan oleh asisten sebelum memasuki

    bulan yang dituju.Sebagai contoh pembuatan RUP untuk bulan Mei harus telah

    selesai pada pertengahan bulan April bersamaan dengan Surat Perintah Kerja

    Lokal (SPKL), yaitu tenaga borongan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

  • 31

    PEMBAHASAN

    Pengendalian gulma yang dilakukan di Kebun Sei Pingai, PT Meridan Sejati

    Surya Plantation ini merupakan salah satu kegiatan pemeliharaan utama karena

    keberhasilan pengendalian dapat mempengaruhi kegiatan operasional dan

    pekerjaan lainnya, misalnya pemupukan, pemanenan serta pengawasan dalam

    budidaya tanaman kelapa sawit.

    Aplikasi Herbisida

    Herbisisda. Wudianto (2006) menyatakan bahwa herbisisda adalah bahan

    senyawa beracun yang dimanfaatkan untuk membunuh atau mengendalikan

    gulma. Ditinjau dari cara kerjanya, herbisisda dibedakan menjadi dua, yaitu

    herbisida kontak dan herbisisda sistemik. Herbisida kontak akan mematikan

    jaringan gulma yang terkena herbisida. Herbisida kontak diaplikasikan dengan

    penyemprotan sesuai untuk mengendalikan gulma setahun/semusim, seperti

    celukan (Physalis angulata), babadotan (Ageratum conyzoides) dan bayam

    berduri (Amanranthus spinosus). Namun, bila diaplikasikan pada gulma tahunan,

    maka hanya bagian atas yang mati dan akrnya tetap hidup. Herbisida sistemik

    diabsorbsi oleh akar atau daun masuk ke dalam jaringan pembuluh kemudian

    diedarkan ke bagian lain sehingga gulma mengalami kematian. Aplikasinya

    dengan cara penyemprotan daun atau penyiraman ke akar tanaman. Gulma

    saarannya adalah gulma tahunan, seperti alang-alang (Imperata cylindrica).

    Dosis, konsentrasi, bahan aktif, formulasi dan larutan herbisida. Dosis

    adalah jumlah herbisida yang diperlukan untuk luasan areal tertentu.Dosis

    herbisida/ha yang digunakan untuk pengendalian gulma sangat tergantung dari

    jenis gulma sasaran. Konsentrasi adalah jumlah herbisisda yang dapat

    mempengaruhi pertumbuhan suatu tumbuhan yang terkena dan dinyatakan dengan

    persen. Bahan aktif adalah kandungan bahan kimiawi herbisida yang bekerja

    sesuai dengan tujuan sasaran herbisida digunakan dalam bentuk w/w, v/v, w/v atau

    v/w. Formulasi dibentuk dalam larutan, emulsi, suspense dan butiran, agar

    mempermudah aplikasi di lapangan, mempertinggi daya bunuh herbisida,

    memudahkan bagi konsumen (aman, mudah dan ekonomis dalam pengangkutan).

    Larutan adalah campuran yang merata (homogen) yang terdiri dari satu atau lebih

    bahan yang dilarutkan (padat, cair atau gas) dalam suatu pelarut (Moenandir

    1988).

    Sebelum melakukan pekerjaan penyemprotan, kita harus mengetahui dosis.

    Dosis tersebut harus dikonversi menjadi konsentrasi dan volume larutan semprot.

    Untuk menentukan konsentrasi larutan semprot, terlebih dahulu harus melakukan

    kalibrasi alat semprot, nozel dan kecepatan jalan. Selanjutnya konsentrasi larutan

    semprot dapat dihitung dengan memakai data dosis/ha dan kebutuhan volume

    larutan semprot/ha.

    Kalibrasi volume semprot. Kalibrasi merupakan kunci untuk

    menyeragamkan setiap perlakuan herbisida. Jika dosis rekomendasi tidak

    diaplikasikan secara merata karena cara aplikasi yang tidak benar, maka akan

    terjadi dua hal yang tidak diinginkan, yaitu gulma tidak mampu dikendalikan di

  • 32

    areal yang teraplikasi herbisida dengan dosis yang lebih sedikit dari dosis

    rekomendasi dan gulma dan tanaman budidaya akan mati di areal yang teraplikasi

    herbisida yang lebih tinggi dari dosis rekomendasi. Untuk menghindari hal

    tersebut diperlukan kalibrasi yang tepat (Perdana 2009).

    Kalibrasi dilakukan pada alat semprot dengan knapsack sprayer bermerk

    Solo dengan nozel VLV 200. Kalibrasi dilakukan agar penggunaan herbisida

    menjadi efisien dan efektif. Manfaat kalibrasi adalah untuk memastikan

    penggunaan alat semprot dan nozel sesuai standar. Selain itu, dengan kalibrasi

    tingkat akurasi penyemprotan akan menjadi tinggi, pengendalian akan lebih

    efektif dan mencegah kontaminasi lingkungan.

    Prosedur kalibrasi:

    Ukur lebar semprot rata-rata (m)

    Ukur kecepatan jalan rata-rata (m/menit)

    Ukur flow rate atau output semprot rata-rata (l/menit)

    Kebutuhan volume semprot (l/ha blanket)

    Contoh perhitungan:

    Lebar semprot = 1.76 m

    Kecepatan jalan = 26.02 m/menit

    Flow rate atau ouput = 0.90 l/menit

    Untuk kebutuhan herbisida dalam satu tangki alat semprot SOLO dengan kapasitas 15 L dapat dihitung bila dosis herbisida telah ditentukan.

    Contoh perhitungan :

    Pemakaian Konup 480 SL untuk semprot blanket dengan dosis 1.5 l/ha,

    sedangkan volume semprot 196.5 l/ha blanket. Berapakah Konup 480 SL yang

    dibutuhkan dalam satu kap (kapasitas 15 liter) untuk semprot piringan?

    Teknik Pengendalian Gulma

    Pengendalian gulma pada prinsipnya merupakan usaha untuk meningkatkan

    daya saing tanaman pokok dan melemahkan daya saing gulma. Keunggulan

    tanaman pokok harus ditingkatkan sedemikian rupa sehingga gulma tidak mampu

    mengembangkan pertumbuhannya secara berdampingan atau pada waktu

  • 33

    bersamaan dengan tanaman pokok. Dalam pengertian ini, semua praktik budidaya

    di pertanaman (sejak penyiapan lahan) dapat dibedakan antara yang lebih

    meningkatkan daya saing tanaman pokok atau yang meningkatkan daya saing

    gulma. Praktik budidaya yang keliru akan berakibat pada meningkatkan daya

    saing gulma (Pahan 2008).

    Teknik pengendalian gulma di KSP dengan cara kombinasi pengendalian

    secara kimia dan manual. Hal tersebut disesuaikan dengan kondisi gulma di

    lapangan.Pengendalian gulma secara chemis di KSP dikonsentrasikan di P3TPH.

    Sedangkan untuk di gawangan pengendalian gulma dikonsentrasikan kepada

    pengendalian secara manual. Pengendalian secara chemis di gawangan harus

    mempertimbangkan beberapa faktor, seperti sudah tidak terkendalinya lagi gulma

    di gawangan dan pengendalian gulma secara manual akan sulit untuk dilakukan.

    Pengendalian gulma secara manual di gawangan yang dilakukan di KSP ada

    dua, yaitu Dongkel Anak Kayu (DAK) dan Babat Tanaman Pengganggu (BTP).

    Pengendalian secara manual biasanya dikonsentrasikan pada areal yang memiliki

    kemiringan cukup tinggi dan daerah sekitar karena dengan bersihnya gawangan

    dari gulma dapat menyebabkan erosi di lahan yang berbukit seperti di KSP. Selain

    itu tanah akan kering dan hama cenderung menyerang tanaman pokok. Untuk itu,

    pengendalian manual DAK hanya berkonsentrasi pada anak kayu juga tukulan

    (anakan sawit liar) dan BTP untuk gulma-gulma dengan kelas A dan B.

    Pengendalian secara chemis di konsentrasikan di P3TPH, hal ini dikarenakan di

    P3TPH harus b