pengenalan jenis ikan dan identifikasi
DESCRIPTION
Pengenalan jenis ikan dan identifikasiTRANSCRIPT
Laporan Praktikum Biologi Perikanan
PENGENALAN JENIS IKAN DAN IDENTIFIKASI
Dosen Penanggung Jawab
Indra Lesmana, S.Pi, M.SiAni Suryanti, S.Pi, M.Si
Oleh
Tiur Natalia Manalu120302028
VI / B
LABORATORIUM BIOLOGI PERIKANANPROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA
PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARAMEDAN
2014
2
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ikan adalah hewan berdarah dingin, ciri khasnya adalah mempunyai tulang
belakang, insang dan sirip, dan terutama ikan sangat bergantung atas air sebagai
medium dimana tempat mereka tinggal. Ikan memiliki kemampuan di dalam air
untuk bergerak dengan menggunakan sirip untuk menjaga keseimbangan
tubuhnya sehingga tidak tergantung pada arus atau gerakan air yang disebabkan
oleh arah angin. Dalam keluarga hewan bertulang belakang/vertebrata, ikan
menempati jumlah terbesar, sampai sekarang terdapat sekitar 25.000 species yang
tercatat, walaupun perkiraannya ada pada kisaran 40.000 spesies, yang terdiri dari
483 famili dan 57 ordo. Jenis-jenis ikan ini sebagian besar tersebar di perairan laut
yaitu sekitar 58% (13,630 jenis) dan 42% (9870 jenis) dari keseluruhan jenis ikan.
Jumlah jenis ikan yang lebih besar di perairan laut, dapat dimengerti karena
hampir 70% permukaan bumi ini terdiri dari air laut dan hanya sekitar 1%
merupakan perairan tawar. Informasi yang digunakan dalam mempelajari
hubungan evolusioner ikan berawal dari pengetahuan taksonomi terutama
deskripsi ikan (Burhanuddin, 2008).
Ikan merupakan hewan vertebrata yang tergolong ke dalam Filum
Chordata, Kelas Pisces, yang terdiri dari 4 sub kelas, yaitu : Elasmobranchii,
Chondrostei, Dipnoi dan Teleostei, masing – masing dengan beberapa Ordo,
Famili dan Genus. Tubuh ikan terdiri atas caput, truncus dan caudal. Batas yang
nyata antara caput dan truncus disebut tepi caudal operculum dan sebagai batas
antara truncus dan ekor disebut anus. Kulit terdiri atas Dermis dan Epidermis.
Dermis terdiri dari jaringan pengikat yang dilapisi dari sebelah luar oleh
Nepitelium. Diantara sel – sel epitelium terdapat kelenjar uniselluler yang
mengeluarkan lendir yang manyebabkan kulit ikan menjadi licin. Ikan termasuk
vertebrata aquatis dan bernafas dengan insang (beberapa jenis bernafas melalui
alat tambahan berupa modifikasi gelembung renang/gelembung udara).
Mempunyai otak yang terbagi menjadi region - region. Otak dibungkus dalam
tulang kranium (tulang kepala) yang berupa kartilago (tulang rawan) atau tulang
3
sejati. Memiliki sepasang mata. Kecuali ikan - ikan siklostomata, mulut ikan
disokong oleh rahang. Telinga hanya terdiri dari telinga dalam, berupa saluran -
saluran sirkular, sebagai organ keseimbangan (equilibrium). Sirkulasi mengangkut
aliran seluruh darah dan jantung melalui insang lalu keseluruh bagian lain. Tipe
ginjal adalah pronefros dan mesonefros (Ummi, 2011).
Indonesia merupakan salah satu negara dengan keanekaragaman jenis ikan
yang tinggi. Letak perairan yang berada di daerah khatulistiwa dan beriklim tropis
membuat Indonesia memiliki kekayaan jenis biota air yang lebih banyak
dibandingkan dengan daerah dingin maupun subtropis. Tidak kurang dari 7.000
spesies ikan terdapat di perairan Indonesia dan sekitar 2.000 spesies di antaranya
merupakan jenis ikan air tawar dan sekitar 27 spesies yang sudah dibudidayakan.
Ikan nila (Oreochromis niloticusL.) merupakan salah satu ikan air tawar yang
banyak di budidayakan di Indonesia sejak di datangkan dari Taiwan tahun 1969.
Ikan nila merupakan ikan asli dari Afrika. Pembudidayaan ikan nila mempunyai
prospek yang cerah. Hal tersebut disebabkan ikan nila mudah berkembangbiak,
pertumbuhannya cepat, menghasilkan telur dalam jumlah yang banyak, ukuran
badan relatif besar dibandingkan ikan air tawar lain, tahan terhadap penyakit dan
memiliki rasa yang enak (Tinova, 2011).
Kehadiran suatu populasi ikan di suatu tempat dan penyebaran (distribusi)
spesies ikan di muka bumi ini selalu berkaitan dengan masalah habitat dan
sumberdayanya. Keberhasilan populasi tersebut untuk dapat hidup dan bertahan
pada habitat tertentu, tidak terlepas dari penyesuaian atau adaptasi yang dimiliki
anggota populasi tersebut. Perairan merupakan habitat bagi ikan dalam proses
pembentukan struktur tubuh ikan, proses pernafasan, cara pergerakan, cara
memperoleh makanan, reproduksi dan lain-lain. Kaji banding karakter morfologi
baik secara internal maupun eksternal dapat menjadi acuan dalam bidang
ichtiology dan rekayasa genetika. Pengenalan struktur ikan tidak terlepas dari
morfologi ikan yaitu bentuk luar ikan yang merupakan ciri-ciri yang mudah
dilihat dan diingat dalam mempelajari jenis-jenis ikan. Morfologi ikan sangat
berhubungan dengan habitat ikan tersebut di perairan. Sebelum kita mengenal
bentuk-bentuk tubuh ikan yang bisa menunjukkan dimana habitat ikan tersebut,
4
ada baiknya kita mengenal bagian-bagian tubuh ikan secara keseluruhan beserta
ukuran-ukuran yang digunakan dalam identifikasi (Rohansyah, dkk., 2010).
Identifikasi adalah tugas untuk mencari dan mengenal ciri-ciri taksonomi
individu yang beraneka ragam dan memasukkannya ke dalam suatu takson.
Prosedur identifikasi berdasarkan pemikiran yang bersifat deduktif. Jadi dalam
melakukan identifikasi kita harus selalu berhubungan dengan kunci identifikasi.
Pengertian identifikasi berbeda sekali dengan klasifikasi. Seringkali kedua
pengertian ini dicampur adukkan padahal prosedur klasifikasi bersifat induktif.
Identifikasi berhubungan dengan ciri taksonomi dalam jumlah sedikit akan
membawa specimen ke dalam suatu urutan kunci identifikasi, sedangkan
klasifikasi berhubungan dengan upaya mengevaluasi sejumlah besar ciri-ciri.
Klasifikasi adalah penataan hewan-hewan ke dalam kelompok yang didasarkan
atas kesamaan dan hubungan mereka. Identifikasi penting artinya bila ditinjau
dari segi ilmiahnya, sebab seluruh urutan pekerjaan berikutnya sangat tergantung
kepada hasil identifikasi yang benar dari suatu spesies (Ridho, dkk., 2012).
1.2 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah :
1. Untuk mengenal dan mengetahui secara langsung jenis-jenis ikan yang hidup
secara alami di perairan umum.
2. Untuk mengetahui cara pengidentifikasian ikan berdasarkan pengamatan
meristik dan morphometrik ikan.
3. Untuk mengetahui penggolongan dari spesies ikan yang diamati berdasarkan
klasifikasinya.
4. Mengetahui hubungan antara data meristik dan morphometrik ikan serta
kaitannya dengan lingkungan dimana ikan tersebut berada.
1.3 Manfaat Praktikum
Adapun manfaat dari praktikum ini adalah sebagai salah satu syarat untuk
mengikuti praktikum Biologi Perikanan dan sebagai sumber informasi bagi pihak
yang membutuhkan.
5
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Menurut Muhotimah (2013), ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan
genus ikan yang dapat hidup dalam kondisi lingkungan yang memiliki toleransi
tinggi terhadap kualitas air yang rendah, sering kali ditemukan hidup normal pada
habitat-habitat yang ikan dari jenis lain tidak dapat hidup. Bentuk dari ikan nila
panjang dan ramping berwarna kemerahan atau kuning keputih-putihan.
Perbandingan antara panjang total dan tinggi badan 3 : 1. Ikan nila memiliki rupa
yang mirip dengan ikan mujair, tetapi ikan ini berpunggung lebih tinggi dan lebih
tebal, ciri khas lain adalah garis-garis kearah vertikal disepanjang tubuh yang
lebih jelas dibanding badan sirip ekor dan sirip punggung. Mata kelihatan
menonjol dan relatif besar dengan tepi bagian mata berwarna putih. Adapun
klasifikasi dari ikan nila adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Osteichtyes
Ordo : Percomorphii
Famil : Chiclidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis niloticus
Ikan nila merupakan spesies ikan tropis yang lebih suka hidup di air
dangkal. Toleransi ikan ini terhadap perbedaan lingkungan sangat tinggi, dapat
hidup pada salinitas 0-29 permil, pada suhu 14-38o C, dan pH 5-11, merupakan
omnivora yang sangat menyenangi pakan alami berupa rotifera, Daphnia sp.,
benthos, perifiton dan fitoplankton, disamping itu bisa juga diberi pakan seperti
pellet dan dedak. Ikan ini dapat melakukan pemijahan sepanjang tahun dan mulai
memijah pada umur 6-8 bulan. Seekor induk betina ukuran 200-400 gram dapat
menghasilkan larva 500-1000 ekor. Keuntungan dari budidaya ikan nila adalah
kemampuan untuk bereproduksi cukup tinggi. Antara 2-3 bulan dari bibit, ikan
nila sudah dewasa dan dapat menghasilkan telur setiap bulan satu kali. Sifat ikan
6
nila yang cepat menghasilkan anak ikan menyebabkan kelebihan populasi ikan
nila dalam kolam, yang berdampak pada pertumbuhan ikan yang lambat. Hal ini
dapat dilihat pada saat panen ikan nila terdapat berbagai ukuran dari kecil, sedang
dan besar. Selain itu sifat penting lain yang dimiliki ikan nila adalah tahan
terhadap penyakit dan kepadatan tinggi serta lingkungan dengan kualitas air yang
kurang baik (Sinjali, 2012).
2.2 Morfometrik dan Meristik Ikan
Morfometrik adalah ukuran bagian-bagian tertentu dari struktur tubuh ikan
(measuring methods). Ukuran ikan adalah jarak antara satu bagian tubuh ke
bagian tubuh yang lain. Karakter morfometrik yang sering digunakan untuk
diukur antara lain panjang total, panjang baku, panjang cagak, tinggi dan lebar
badan, tinggi dan panjang sirip, dan diameter mata. Satuan ukuran yang
digunakan di dalam morfometrik sangat bervariasi. Di Indonesia, satuan ukuran
yang umum digunakan adalah sentimeter (cm) atau milimeter (mm), tergantung
kepada keinginan peneliti. Ukuran-ukuran ini disebut ukuran mutlak. Untuk
memperoleh pengukuran yang lebih teliti, sebaiknya menggunakan jangka sorong
(calipper). Adalah suatu hal yang tidak mungkin untuk memberikan ukuran
bagian-bagian ikan dalam ukuran mutlak (misalnya cm) pada saat melakukan
identifikasi. Ukuran yang digunakan untuk identifikasi hanyalah merupakan
ukuran perbandingan. Seekor ikan yang memiliki panjang total 25 cm dan panjang
kepala 5 cm, maka perbandingan yang dinyatakan di dalam buku-buku
identifikasi adalah panjang kepala sama dengan seperlima panjang totalnya
(Omar, 2011).
Setiap spesies ikan memiliki ukuran mutlak yang berbeda-beda. Hal ini
dipengaruhi oleh faktor umur, jenis kelamin, dan lingkungan hidupnya. Faktor
lingkungan yang dimaksud adalah makanan, suhu, pH dan salinitas. Perbedaan
ciri-ciri yang berkaitan dengan jumlah bagian tertentu pada tubuh ikan dapat
disebabkan oleh faktor lingkungan seperti suhu perairan dan salinitas atau karena
faktor genetik yang tidak seimbang. Faktor lingkungan mempunyai pengaruh
yang besar terhadap pertumbuhan ikan. Pengukuran ciri morfometrik dapat
dilakukan dengan menggunakan dua metoda yaitu metoda pengukuran baku dan
7
metoda truss morfometri. Namun metoda baku mengandung kelemahan misalnya
pengukuran lebar badan tidak mengikuti anatomi ikan sehingga tidak konsisten
dari suatu bentuk ke bentuk yang lainnya dan pengukuran panjang tubuh masih
terlalu umum dalam menggambarkan bentuk ikan. Sedangkan metoda truss
morfometrik digunakan untuk menggambarkan secara lebih tepat bentuk ikan
dengan memilih titik-titik homologus tertentu disepanjang tubuh dan mengukur
jarak antara titik-titik tersebut (Widiyanto, 2008).
Berbeda dengan karakter morfometrik yang menekankan pada pengukuran
bagian-bagian tertentu tubuh ikan, karakter meristik berkaitan dengan
penghitungan jumlah bagian-bagian tubuh ikan (counting methods). Variabel yang
termasuk dalam karakter meristik antara lain jumlah jari-jari sirip, jumlah sisik,
jumlah gigi, jumlah tapis insang, jumlah kelenjar buntu (pyloric caeca), jumlah
vertebra, dan jumlah gelembung renang. Sirip punggung disingkat dengan D, sirip
ekor dengan C, sirip dubur dengan A, sirip perut dengan V dan sirip dada dengan
P. Jari-jari sirip dapat dibedakan atas dua macam, yaitu jari-jari keras dan jari-jari
lemah. Jari-jari keras tidak berbuku-buku, pejal (tidak berlubang), keras dan tidak
dapat dibengkokkan. Jari-jari keras ini biasanya berupa duri, cucuk atau patil dan
berfungsi sebagai alat untuk mempertahankan diri. Jari-jari lemah bersifat agak
cerah, seperti tulang rawan, mudah dibengkokkan dan berbuku-buku atau beruas-
ruas. Bentuknya berbeda-beda tergantung pada jenis ikannya. Jari-jari lemah ini
mungkin sebagian keras atau mengeras, pada salah satu sisinya bergigi-gigi,
bercabang atau satu sama lain saling berlekatan (Omar, 2011).
Garis rusuk dibentuk oleh sisik-sisik yang berlubang atau berpori. Di
bawah sisik ini terletak seutas urat syaraf yang disebut neuromast. Jika garis rusuk
tidak ada maka dihitung jumlah sisik pada garis dimana biasa garis rusuk berada.
Penghitungan berakhir pada permulaan pangkal ekor, atau pada ruas tulang
belakang bagian ekor yang terakhir. Sisik garis rusuk yang paling depan ialah
sisik di belakang lengkung bahu yang sama sekali tidak menyentuh lagi lengkung
bahu ini. Ada tiga cara yang dapat digunakan untuk menghitung sisik-sisik di atas
dan di bawah garis rusuk, yaitu: 1) dengan cara menjatuhkan garis tegak dari
permulaan sirip punggung pertama (D1) sampai ke pertengahan dasar sirip perut,
kemudian menghitung jumlah sisik-sisik yang dilalui oleh garis tersebut, 2) jika
8
cara di atas tidak mungkin dilakukan karena garis tersebut melalui dasar sirip
perut, maka harus diambil garis tegak dari ujung dasar sirip perut sampai ke
punggung dan kemudian menghitung jumlah sisik-sisik yang dilalui oleh garis ini,
3) cara yang lain yaitu jumlah sisik di atas garis rusuk dihitung mulai dari
permulaan sirip punggung pertama terus ke bawah dan ke belakang, sedangkan
untuk jumlah sisik di bawah garis rusuk dimulai pada permulaan sirip dubur dan
dihitung miring naik ke atas dan ke muka (Agus, 2010).
Ikan Nila memiliki lima sirip, yaitu sirip punggung (dorsal fin), sirip dada
(pectoral fin), sirip perut (venteral fin), sirip anus (anal fin), dan sirip ekor (caudal
fin). Sirip punggung memanjang, dari bagian atas tutup insang hingga bagian atas
sirip ekor. Ada sepasang sirip dada dan sirip perut yang berukuran kecil. Sirip
anus hanya satu buah dan berbentuk agak panjang. Sementara itu, sirip ekornya
berbentuk berbentuk bulat dan hanya berjumlah satu buah. Ikan Nila memiliki
sirip punggung dengan rumus D XV, 10, sirip ekor C II, 15, dan sirip perut C I, 6.
rumus tersebut menunjukkan perincian sebagai berikut : D XV, 10 artinya D =
Dorsalis (sirip punggung), XV = 15 duri, dan 10 = 10 jari-jari lemah. Adapaun C
II, 15 artinya C = Caudalis (sirip ekor) terdiri dari 2 duri, dan 15 jari-jari lemah..
V I, 6 artinya V = Ventralis (sirip perut) terdiri dari 1 duri, dan 6 jari-jari lemah
(Sinjali, 2012).
Determinasi ikan di lakukan untuk menentukan sistematik ikan ke dalam
hirarki taksis yang meliputi spesies, genus, famili, ordo, kelas dan filum. Tubuh
ikan dibagi menjadi tiga bagian yaitu : 1. Kepala, batas kepala mulai dari mulut
sampai tutup insang, 2. Badan, batas badan yaitu mulai dari bagian belakang tutup
insang sampai dengan anus, 3. Ekor, batas ekor yaitu mulai dari anus sampai
ujung sirip ekor. Variasi bentuk dari bagian tersebut terkadang sangat menonjol,
sehingga dapat dijadikan pegangan pengenalan atau identifikasi ikan. Sifat, bentuk
dan bagian ikan yang penting untuk identifikasi adalah : a) Rumus sirip yaitu:
suatu rumus yang menggambarkan bentuk dan jumlah jari-jari sirip dan bentuk
sirip, 2) Perbandingan antara panjang, lebar dan tinggi badan tertentu atau antara
bagian-bagian itu sendiri, 3) Bentuk garis rusuk dan jumlah sisik yang membentuk
garis rusuk itu, 4) Jumlah sisik pada garis pertengahan sisi atau garis sisi, 5)
9
Bentuk sisik dan gigi beserta susunan dan tempatnya, 6) Tulang-tulang insang
(Wahyudi, 2011).
Sudah banyak ditunjukkan dari hasil-hasil percobaan bahwa faktor
lingkungan seperti suhu, salinitas, pH dan kadar oksigen dapat merubah ekspresi
gen-gen yang bertanggung jawab terhadap karakter-karakter meristik. Dengan
demikian untuk ketinggian lintang tertentu jumlah elemen-elemen dari karakter
meristik pada individu-individu suatu stok dapat berubah sesuai dengan
perubahan lingkungan hidupnya. Jadi ekspresi sifat-sifat fenotip dari karakter
meristik mempunyai hubungan timbal balik yang erat dengan epigenetika, faktor
fisiologi dan lingkungan. Masalah yang muncul dalam mempelajari stok ikan
dengan metode merfometrik dan meristik dan dapat membuat hasil-hasil
analisanya tidak bermanfaat adalah terjadinya percampuran antaratara stok ikan-
ikan sejenis yang mempunyai perbedaan umur. Namun menurut pendapat para
ahli biologi bahwa pengukuran rutin beberapa aspek morfologi akan menjadi
sangat berharga untuk memantau perubahan-perubahan yang terjadi pada jenis
ikan itu sendiri (Syahailatua, 1993).
Studi morfometrik secara kuantitatif memiliki tiga manfaat yaitu,
membedakan jenis kelamin dan spesies, mendeskripsikan pola-pola keragaman
morfologis antar populasi atau spesies, serta mengklasifikasikan dan menduga
hubungan filogenik. Karakter morfometrik juga dapat digunakan untuk
membedakan antara satu jenis ikan dengan jenis ikan lainnya antara jenis ikan
yang sama dari geografis atau tempat yang berbeda dan antar varietas ikan.
Perbedaan morfologis antar populasi atau spesies biasanya digambarkan sebagai
kontras dalam bentuk tubuh secara keseluruhan atau ciri-ciri anatomis tertentu.
Meskipun deskripsi secara kualitatif ini mungkin dianggap cukup memadai, tetapi
seringkali diperlukan untuk mengekspresikan perbedaan tersebut secara kuantitatif
dengan mengambil berbagai ukuran dari individu-individu dan menyatakan
statistik (misalnya rata-rata, kisaran, ragam, dan korelasi dari ukuraukuran
tersebut). Hal yang sama dapat dilakukan pada ciri-ciri meristik (ciri-ciri yang
dihitung) misalnya jari-jari sirip. Tetapi terdapat perbedaan mendasar antara ciri
morfometrik dan meristik, yaitu ciri meristik lebih stabil jumlahnya selama masa
10
pertumbuhan setelah ukuran tubuh yang mantap tercapai, sedangkan karakter
morfometrik berubah secara kontinu sejalan ukuran dan umur (Widiyanto, 2008).
BAB IIIMETODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Biologi Perikanan dilaksanakan pada hari Senin, 05 Mei 2014,
pukul 15.00 WIB sampai dengan selesai di Laboratorium Biologi Perikanan
Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan Terpadu Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara Medan.
3.2 Alat dan Bahan Praktikum
Adapun alat yang digunakan pada saat praktikum adalah nampan sebagai
wadah ikan mas yang akan diamati, pinset untuk menyentuh bagian-bagian
tertentu dari tubuh ikan mas, penggaris untuk menghitung morfometrik ikan,
kamera digital sebagai dokumentasi foto hasil pengamatan, alat tulis untuk
mencatat data yang diperoleh, buku identifikasi sebagai petunjuk dalam
pengidentifikasian ikan, kertas A4 sebagai tempat penulisan data sementara dan
kain lap/tissue untuk mengeringkan peralatan yang dipakai.
Bahan yang digunakan adalah ikan yang hidup secara alami diperairan
umum yang berbeda pada masing-masing kelempok yang akan diidentifikasi dan
air untuk membersihkan peralatan yang telah selesai digunakan.
3.3 Prosedur Praktikum
1. Diambil ikan perairan umum yang akan diamati, diidentifikasi data
morfometriknya ikan yang meliputi : panjang total (TL), panjang baku (SL),
panjang fork (FK), tinggi kepala (Hdl) dan lebar badan tertinggi (Bdh).
2. Diidentifikasi lagi data meristik ikan yaitu jumlah jari-jari sirip punggung
(D), sirip dada (P), sirip perut (V), sirip anus (A) dan sirip ekor (C), yang
dihitung meliputi jari-jari keras, lemah mengeras dan jari-jari lemah.
11
3. Digambar objek ikan yang digunakan pada kertas A4 dan dicari klasifikasi
beserta data identifikasi yang diperoleh.
4. Diambil foto dari setiap perlakuan pengamatan sebagai tujuan dokumentasi
dan ditabulasi semua data kelompok yang diperoleh.
BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Gambar ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Gambar ikan Gabus (Channa striata)
Gambar ikan Mujair (Oreochromis mossambicus)
12
Gambar ikan Mujair (Oreochromis mossambicus)
Gambar Ikan Mas (Cyprinus carpio)
Data pengamatan identifikasi kan
No Jenis Ikan Nama Pengamatan Jumlah/Ukuran
1 Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
I. Data MeristikA. Perhitungan jumlah sirip 1) Jumlah sirip punggung (D) 30
a. Jumlah sirip keras 17b. Jumlah sirip lemah mengeras 10c. Jumlah sirip lemah
2) Jumlah sirip dada (P) 12a. Jumlah sirip keras -
13
b. Jumlah sirip lemah mengeras 9c. Jumlah sirip lemah 3
3) Jumlah sirip perut (V) 12a. Jumlah sirip keras 12b. Jumlah sirip lemah mengeras -c. Jumlah sirip lemah
4) Jumlah sirip anus (A)-
12a. Jumlah sirip keras 2b. Jumlah sirip lemah mengeras 10c. Jumlah sirip lemah -
5) Jumlah sirip ekor (C) 16
a. Jumlah sirip keras -b. Jumlah sirip lemah mengeras 16c. Jumlah sirip lemah -
B. Perhitungan jumlah sisik1) Pada linea lateralis 222) Pada bagian tubuh terlebar 153) Pada batang ekor 7
II. Data Morfometrik
1) Panjang Total (TL) 23 cm2) Panjang Baku (SL) 18,7 cm3) Panjang Fork (FK) 20.5 cm4) Panjang Kepala (Hdl) 6.5 cm5) Lebar Badan Tertinggi (Bdh) 8.5 cm
2 Ikan Gabus(Channa striata)
I. Data MeristikA. Perhitungan jumlah sirip 1) Jumlah sirip punggung (D) 17
a. Jumlah sirip keras -b. Jumlah sirip lemah mengeras 17c. Jumlah sirip keras -
2) Jumlah sirip dada (P) 31a. Jumlah sirip keras -b. Jumlah sirip lemah mengeras 31
3) Jumlah sirip perut (V) 11a. Jumlah sirip keras -b. Jumlah sirip lemah mengeras 11
4) Jumlah sirip anus (A) 26a. Jumlah sirip keras -
b. Jumlah sirip lemah mengeras 26c. Jumlah sirip lemah -
5) Jumlah sirip ekor (C) 13a. Jumlah sirip keras -
14
b. Jumlah sirip lemah mengeras 13c. Jumlah sirip keras
B. Perhitungan jumlah sisik
-
1) Pada linea lateralis 542) Pada bagian tubuh terlebar 193) Pada batang ekor 8
II. Data Morfometrik1) Panjang Total (TL) 25 cm2) Panjang Baku (SL) 21 cm3) Panjang Fork (FK) 25 cm4) Panjang Kepala (Hdl) 7 cm5) Lebar Badan Tertinggi (Bdh) 35 cm
3 Ikan Mujair(Oreochromis mossambicus)
I. Data MeristikA. Perhitungan jumlah sirip 1) Jumlah sirip punggung (D) 27
a. Jumlah sirip keras 14b. Jumlah sirip lemah mengeras 3c. Jumlah sirip keras 10
2) Jumlah sirip dada (P) 2a. Jumlah sirip keras 6b. Jumlah sirip lemah mengeras 3c. Jumlah jari sirip lemah 3
3) Jumlah sirip perut (V) 2a. Jumlah sirip keras 2b. Jumlah sirip lemah mengeras 2c. jumlah jari sirip lemah 2
4) Jumlah sirip anus (A) 1a. Jumlah sirip keras 3b. Jumlah sirip lemah mengeras 5c. Jumlah sirip lemah 3
4) Jumlah sirip ekor (C) 1a. Jumlah sirip keras 9b. Jumlah sirip lemah mengeras 4c. Jumlah sirip lemah
B. Perhitungan jumlah sisik
3
1) Pada linea lateralis 602) Pada bagian tubuh terlebar 403) Pada batang ekor 20
II. Data Morfometrik1) Panjang Total (TL)2) Panjang Baku (SL)3) Panjang Fork (FK)
15
4) Panjang Kepala (Hdl)5) Lebar Badan Tertinggi (Bdh)
4 Ikan Mujair (Oreochromis mossambicus)
I. Data MeristikA. Perhitungan jumlah sirip 1) Jumlah sirip punggung (D) 1
a. Jumlah sirip keras 16b. Jumlah sirip lemah mengeras 7c. Jumlah sirip lemah 12
2) Jumlah sirip dada (P) 2a. Jumlah sirip keras -b. Jumlah sirip lemah mengeras 56c. Jumlah sirip lemah 24
3) Jumlah sirip perut (V) 2a. Jumlah sirip keras 10b. Jumlah sirip lemah mengeras 2c. Jumlah sirip lemah 30
4) Jumlah sirip anus (A)a. Jumlah sirip keras 8b. Jumlah sirip lemah mengeras 3c. Jumlah sirip lemah 22
5) Jumlah sirip ekor (C)a. Jumlah sirip keras -b. Jumlah sirip lemah mengeras 54c. Jumlah sirip lemah
B. Perhitungan jumlah sisik
15
1) Pada linea lateralis 562) Pada bagian tubuh terlebar 373) Pada batang ekor 22
II. Data Morfometrik1) Panjang Total (TL) 24.2 cm2) Panjang Baku (SL) 20.5 cm3) Panjang Fork (FK) 22.9 cm4) Panjang Kepala (Hdl) 5.9 cm5) Lebar Badan Tertinggi (Bdh) 8.1 cm
4 Ikan Mas(Cyprinus carpio)
I. Data MeristikA. Perhitungan jumlah sirip 1) Jumlah sirip punggung (D)
a. Jumlah sirip keras 8b. Jumlah sirip lemah mengeras -c. Jumlah sirip lemah -
2) Jumlah sirip dada (P)a. Jumlah sirip keras 8b. Jumlah sirip lemah mengeras 3c. Jumlah sirip lemah 2
16
3) Jumlah sirip perut (V)a. Jumlah sirip keras 5b. Jumlah sirip lemah mengeras 3
4) Jumlah sirip anus (A)
a. Jumlah sirip kerasb. Jumlah sirip lemah mengeras
43
c. Jumlah sirip lemah -
5) Jumlah sirip ekor (C)a. Jumlah sirip keras 12b. Jumlah sirip lemah mengeras 3c. Jumlah sirip lemah
B. Perhitungan jumlah sisik
-
1) Pada linea lateralis 362) Pada bagian tubuh terlebar 133) Pada batang ekor 11
II. Data Morfometrik1) Panjang Total (TL) 26.5 cm2) Panjang Baku (SL) 22 cm3) Panjang Fork (FK) 24 cm4) Panjang Kepala (Hdl) 6 cm5) Lebar Badan Tertinggi (Bdh) 8.5 cm
4.2 Pembahasan
Pada saat praktikum, identifikasi ikan nila yang dilakukan meliputi
pengukuran panjang total tubuh 23 cm, panjang baku 18.7 cm, panjang fork 20.5
cm, panjang kepala 6.5 cm dan tinggi badan ikan nila 8.5 cm. Identifikasi ini
dinamakan morfometrik dimana dilakukan pengkuran bagian terluar umum ikan
nila. Menurut literatur omar (2011), yang menjelaskan bahwa morfometrik adalah
ukuran bagian-bagian tertentu dari struktur tubuh ikan (measuring methods).
Ukuran ikan adalah jarak antara satu bagian tubuh ke bagian tubuh yang lain.
Karakter morfometrik yang sering digunakan untuk diukur antara lain panjang
total, panjang baku, panjang cagak, tinggi dan lebar badan, tinggi dan panjang
sirip, dan diameter mata. Satuan ukuran yang digunakan di dalam morfometrik
sangat bervariasi. Ikan Nila memiliki sirip punggung dengan rumus D XV, 10,
sirip ekor C II, 15, dan sirip perut C I, 6. rumus tersebut menunjukkan perincian
sebagai berikut : D XV, 10 artinya D = Dorsalis (sirip punggung), XV = 15 duri,
dan 10 = 10 jari-jari lemah. Adapaun C II, 15 artinya C = Caudalis (sirip ekor)
17
terdiri dari 2 duri, dan 15 jari-jari lemah.. V I, 6 artinya V = Ventralis (sirip perut)
terdiri dari 1 duri, dan 6 jari-jari lemah.
Pada saat pengamatan praktikum juga dijumpai adanya variasi antara
ukuran morfometrik tubuh ikan yang diidentifikasi baik satu spesies maupun
antarspeies. Ikan nila yang diamati memiliki ukuran morfometrik tubuh yang
berbeda dari jenis ikan yang diidentifikasi lainnya. Menurut literatur Widiyanto
(2008), yang menjelaskan bahwa setiap spesies ikan memiliki ukuran mutlak yang
berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi oleh faktor umur, jenis kelamin, dan
lingkungan hidupnya. Faktor lingkungan yang dimaksud adalah makanan, suhu,
pH dan salinitas. Perbedaan ciri-ciri yang berkaitan dengan jumlah bagian tertentu
pada tubuh ikan dapat disebabkan oleh faktor lingkungan seperti suhu perairan
dan salinitas atau karena faktor genetik yang tidak seimbang. Faktor lingkungan
mempunyai pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan ikan. Pengukuran ciri
morfometrik dapat dilakukan dengan menggunakan dua metoda yaitu metoda
pengukuran baku dan metoda truss morfometri.
Adapun pengukuran merismetik ikan nila yang diukur pada saat praktikum
meliputi : a) jumlah sirip punggung (D), jumlah sirip keras 17, sirip lemah 3 dan
sirip lemah mengeras 10, b) jumlah sirip dada (P), jumlah sirip lemah 3, dan
jumlah sirip lemah mengeras 9, c) jumlah sirip perut (V), jumlah sirip keras 12, d)
jumlah sirip anus (A), jumlah sirip lemah mengeras 10 dan jumlah sirip keras 2
dan 5) jumlah sirip ekor (C), jumlah sirip lemah mengeras 16. Pengukuran data
merismetik ikan nila ini sangat berbeda dengan pengukuran data morfometriknya.
Menurut literatur Omar (2011), yang menjelaskan bahwa karakter meristik
berkaitan dengan penghitungan jumlah bagian-bagian tubuh ikan (counting
methods). Variabel yang termasuk dalam karakter meristik antara lain jumlah jari-
jari sirip, jumlah sisik, jumlah gigi, jumlah tapis insang, jumlah kelenjar buntu
(pyloric caeca), jumlah vertebra dan jumlah gelembung renang. Jari-jari sirip
dapat dibedakan atas dua macam, yaitu jari-jari keras dan jari-jari lemah. Jari-jari
keras tidak berbuku-buku, pejal (tidak berlubang), keras dan tidak dapat
dibengkokkan. Jari-jari keras ini biasanya berupa duri, cucuk atau patil dan
berfungsi sebagai alat untuk mempertahankan diri. Jari-jari lemah bersifat agak
18
cerah, seperti tulang rawan, mudah dibengkokkan dan berbuku-buku atau beruas-
ruas.
Pada saat praktikum diperoleh data perhitungan jumlah sisik ikan nila,
yaitu sisik pada linea lateralis sebanyak 22 keping, sisik pada panjang badan
terlebar 15 keping dan sisik pada batang ekor 7 keping. Ikan nila tergolong ikan
yang memiliki bagian-bagian tubuh seperti yang dimiliki oleh ikan pada
umumnya. Menurut literatur Agus (2010), yang menjelaskan bahwa sisik adalah
garis yang dibentuk oleh pori ikan. Ada tiga cara yang dapat digunakan untuk
menghitung sisik-sisik di atas dan di bawah garis rusuk, yaitu: 1) dengan cara
menjatuhkan garis tegak dari permulaan sirip punggung pertama (D1) sampai ke
pertengahan dasar sirip perut, kemudian menghitung jumlah sisik-sisik yang
dilalui oleh garis tersebut, 2) jika cara di atas tidak mungkin dilakukan karena
garis tersebut melalui dasar sirip perut, maka harus diambil garis tegak dari ujung
dasar sirip perut sampai ke punggung dan kemudian menghitung jumlah sisik-
sisik yang dilalui oleh garis ini, 3) cara yang lain yaitu jumlah sisik di atas garis
rusuk dihitung mulai dari permulaan sirip punggung pertama terus ke bawah dan
ke belakang, sedangkan untuk jumlah sisik di bawah garis rusuk dimulai pada
permulaan sirip dubur dan dihitung miring naik ke atas dan ke muka.
Pengukuran morfometrik dan meristik ikan nila pada saat pengamatan
laboratorium memiliki sejumlah manfaat yang dijadikan sebagai pengetahuan
awal tentang pengenalan suatu spesies ikan diperairan. Selain itu ada kaitan antara
morfometrik dan merismetik ikan nila. Menurut literatur Widiyanto (2008), yang
menjelaskan bahwa studi morfometrik secara kuantitatif memiliki tiga manfaat
yaitu, membedakan jenis kelamin dan spesies, mendeskripsikan pola-pola
keragaman morfologis antar populasi atau spesies, serta mengklasifikasikan dan
menduga hubungan filogenik. Karakter morfometrik juga dapat digunakan untuk
membedakan antara satu jenis ikan dengan jenis ikan lainnya antara jenis ikan
yang sama dari geografis atau tempat yang berbeda dan antar varietas ikan. Hal
yang sama dapat dilakukan pada ciri-ciri meristik (ciri-ciri yang dihitung)
misalnya jari-jari sirip. Tetapi terdapat perbedaan mendasar antara ciri
morfometrik dan meristik, yaitu ciri meristik lebih stabil jumlahnya selama masa
19
pertumbuhan setelah ukuran tubuh yang mantap tercapai, sedangkan karakter
morfometrik berubah secara kontinu sejalan ukuran dan umur.
BAB VKESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Identifikasi morfometrik ikan nila pada saat praktikum meliputi pengukuran
panjang total tubuh yaitu 23 cm, panjang baku 18.7 cm, panjang fork 20.5 cm,
panjang kepala 6.5 cm dan tinggi badan ikan nila 8.5 cm.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi ukuran suatu spesies ikan di perairan adalah
umur, jenis kelamin, dan lingkungan hidupnya, faktor lingkungan yang
dimaksud adalah makanan, suhu, pH dan salinitas.
3. Adapun pengukuran merismetik ikan nila yang diukur pada saat praktikum
meliputi : a) jumlah sirip punggung (D), jumlah sirip keras 17, sirip lemah 3
dan sirip lemah mengeras 10, b) jumlah sirip dada (P), jumlah sirip lemah 3,
dan jumlah sirip lemah mengeras 9, c) jumlah sirip perut (V), jumlah sirip
keras 12, d) jumlah sirip anus (A), jumlah sirip lemah mengeras 10 dan jumlah
sirip keras 2 dan 5) jumlah sirip ekor (C), jumlah sirip lemah mengeras 16.
4. Pada saat praktikum diperoleh data perhitungan jumlah sisik ikan nila, yaitu
sisik pada linea lateralis sebanyak 22 keping, sisik pada panjang badan
terlebar 15 keping dan sisik pada batang ekor 7 keping.
5. Studi morfometrik secara kuantitatif memiliki tiga manfaat yaitu, membedakan
jenis kelamin dan spesies, mendeskripsikan pola-pola keragaman morfologis
antar populasi atau spesies, serta mengklasifikasikan dan menduga hubungan
filogenik.
5.2 Saran
Sebelum memulai pelaksanaan praktikum sebaiknya praktikan sudah
terlebih dahulu mempelajari dan memahami materi yang akan disampaikan agar
proses praktikum dapat berjalan dengan lancar.
20
DAFTAR PUSTAKA
Agus, E. 2010. Ciri-ciri Morfologi Ikan di Lingkungan Perairan. Universitas Borneo, Tarakan.
Burhanuddin, A. I. Peningkatan Pengetahuan Konsepsi Sistematika dan Pemahaman System Organ Ikan yang Berbasis Scl pada Matakuliah Ikhtiologi. Jurusan Ilmu Kelautan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin, Makassar.
Muhotimah. Analisis Morfometrik dan Meristik Nila (Oreochromis Sp.) Strain Larasati F5 dan Tetuanya. [SKRIPSI]. Fakultas Pertanian. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Ridho, M, R., Effendi, P. S, Nurliana, Rida, Y., Rita, H. Penuntun Praktikum Laboratorium Zoologi. Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Sriwijaya, Palembang.
Rohansyah, Elrifadah dan Rini, M. 2010. Kaji Banding Karakter Morfologi Dua Varian Ikan Papuyu (Anabas Testudineus Bloch). Media Sains. Volume II Nomor. Fakultas Pertanian. Universitas Achmad Yani, Banjarmasin.
Sharifuddin Bin Andy Omar. 2011. Iktiologi. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin, Makassar.
Sinjali, Y. 2012. Kebiasaan Makanan Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) di Danau Bekas Galian Pasir Gekbrong Cianjur – Jawa Barat. [SKRIPSI] Universitas Muhammadiyah, Sukabumi.
Tinova, R. 2011. Studi Morfometri dan Jumlah Kromosom Ikan Nila (Oreochromis Niloticus L.) Strain Gift dan Jica Di Sentra Produksi Perikanan Padang Belimbing Kabupaten Solok. [SKRIPSI]. Jurusan Biologi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Andalas, Padang.
Ummi, H. 2011. Hubungan Tampilan Pertumbuhan Dengan Karakteris Habitat Ikan Bilih (Mystacoleucus padangensis Blekeer). [DISERTASI] Universitas Bung Hatta, Padang.
21
Wahyudi, M. Y. 2011. Studi Kebiasaan Makanan Ikan Endemik (Melanotaenia Arfakensis) dan Ikan Introduksi (Gambusia Affinis) di Sungai Nimbai Manokwari. [SKRIPSI] Universitas Negeri Papua, Manokwari.
Widiyanto, I. N. Kajian Pola Pertumbuhan Dan Ciri Morfometrik-Meristik Beberapa Spesies Ikan Layur (Superfamili Trichiuroidea) di Perairan Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.