pengembangan sda papua

Upload: heri-apriyanto

Post on 10-Oct-2015

178 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • STRATEGI PENGEMBANGAN SUMBER DAYA ALAM

    DI KAWASAN SELATAN PAPUA (KSP)

    I. PENDAHULUAN

    Provinsi Papua merupakan wilayah provinsi yang terletak paling timur di Indonesia. Secara

    gografis wilayah ini termasuk ke Kawasan Timur Indonesia (KTI). Provinsi ini berbatasan

    langsung dengan Negara Papua New Guinea (PNG). Di samping itu, posisi geografis provinsi

    ini juga sangat menguntungkan bagi arus perdagangan dan investasi karena terletak tidak

    terlalu jauh dengan negara tetangga lainnya seperti Australia dan Selandia Baru.

    Keunggulan utama yang dimiliki Provinsi Papua terletak pada faktor endowment, khususnya

    potensi kekayaan alam yang melimpah. Kekayaan alam, baik berupa kekayaan alam yang

    tidak bisa diperbarui (unrenewable resources) seperti minyak, gas, emas, dan tembaga,

    maupun potensi kekayaan alam yang bisa diperbarui (unrenewable resources) seperti hutan,

    perkebunan, kekayaan laut dan sebagainya. Provinsi Papua yang sangat kaya akan

    sumberdaya alam seperti kehutanan, kelautan, pertambangan dan perkebunan serta pertanian

    ini dapat dimanfaatkan untuk memacu pembangunan di wilayahnya.

    Kawasan-kawasan yang memiliki potensi besar dibidang ekonomi dikelompokkan sebagai

    Kawasan Andalan dan Pusat Pertumbuhan Ekonomi. Kawasan Andalan memiliki potensi

    tumbuh cepat sehingga dapat menjadi pusat pertumbuhan yang akan mempengaruhi wilayah

    sekitarnya. Berdasarkan arahan tata ruang wilayah Provinsi Papua, terdapat 9 (sembilan)

    Kawasan Andalan, yaitu:

    Kawasan Andalan Jayapura dengan sektor unggulan perkebunan, kehutanan dan

    tanaman pangan;

    Kawasan Andalan Merauke dengan sektor unggulan tanaman pangan, perikanan dan

    perkebunan;

    Kawasan Andalan Biak dengan sektor unggulan pariwisata, industri dan perikanan;

    Kawasan Andalan Jayawijaya dengan sektor unggulan tanaman pangan, pariwisata

    dan perkebunan;

    Kawasan Andalan Nabire dengan sektor unggulan perkebunan, tanaman pangan,

    pertambangan, perikanan dan pariwisata;

    Kawasan Andalan Manokwari dengan sektor unggulan pertambangan, pertanian dan

    tanaman pangan;

    Kawasan Andalan Fakfak, Bomberi dengan sektor unggulan tanaman pangan,

    perkebunan, peternakan dan perikanan;

    Kawasan Andalan Sorong (Arar dan Moswaren) dengan sektor unggulan industri,

    perikanan, kehutanan, dan pertambangan;

  • 2

    Kawasan Andalan Mimika dengan sektor unggulan tanaman pangan, kehutanan dan

    pertambangan.

    Kawasan Selatan Papua yang selanjutnya dalam makalah ini disingkat menjadi KSP,

    merupakan salah satu kawasan yang relatif masih tertinggal jika dibandingkan dengan

    Kawasan Utara Papua. Kawasan-kawasan andalan tersebut merupakan pusat-pusat

    pertumbuhan baru untuk pengembangan wilayah di masa mendatang. KSP secara

    administratif mencakup 6 wilayah Pemerintah Kabupaten dan 1 Pemerintah Kota, yakni:

    Kabupaten Sorong, Kabupaten Manokwari, Kabupaten Fakfak, Kabupaten Mimika, Kabupaten

    Paniai, Kabupaten Merauke dan Kota Sorong.

    Adapun batas wilayah perencanaan adalah sebagai berikut :

    Utara : Kab. Manokwari

    Selatan : Laut Arafuru

    Barat : Provinsi Maluku

    Timur : Papua New Guenea

    Namun, KSP ini diperkirakan akan

    cepat tumbuh karena memiliki potensi

    sumberdaya alam yang sangat

    berlimpah, seperti: potensi migas,

    pertambangan, kehutanan, pertanian

    dan perikanan laut serta memiliki posisi

    geografis yang sangat strategis.

    Apabila diberikan intervensi

    (perlakuan) secara sistematik, maka Kawasan Selatan Papua tersebut dapat berkembang

    lebih cepat lagi (percepatan pertumbuhan).

    Dari sembilan Kawasan Andalan yang telah disebutkan di atas, lima diantaranya termasuk

    dalam pengembangan KSP, yakni: Kawasan Andalan Sorong (Arar Moswaren) dsk.,

    Kawasan Andalan Manokwari dsk., Kawasan Andalan Fakfak, Bomberai dsk., Kawasan Andalan

    Mimika dsk. Dan Kawasan Andalan Merauke dsk.

    Dalam upaya pengembangan pemanfaatan sumberdaya alam yang lebih terarah dan teratur

    di Kawasan Selatan Papua perlu dilakukan suatu kajian tentang bagaimana strategi yang

    dapat dipergunakan untuk pengembangan dan pemanfaatan sumberdaya alam yang dimiliki di

    wilayah tersebut. Diharapkan dengan adanya strategi ini, maka pemanfaatan dan

    pengembangan sumberdaya alam yang ada dapat dilakukan dengan konsep pembangunan

    berkesinambungan, untuk menjamin pemeliharaan sumberdaya alam demi keuntungan

    generasi kini dan mendatang.

    II. TUJUAN

    Tujuan dari kajian ini adalah mengidentifikasi dan menganalisis potensi sumberdaya alam

    untuk menyusun strategi pengembangannya sehingga dapat dijadikan sebagai masukan

    dalam penyusunan Rencana Pengembangan (Development Plan) Kawasan Selatan Papua.

  • 3

    III. METODOLOGI

    Kajian ini mempergunakan metode penelitian eksploratif dan survai, yaitu melakukan kajian-

    kajian referensi yang relevan dengan objek penelitian serta mengadakan survai data primer

    dan survai instansional guna melengkapi data yang diperlukan dalam analisis masalah.

    - Pengumpulan Data

    Pengumpulan data dilakukan terhadap tiga jenis data yaitu data regulasi/peraturan atau

    dokumen rencana, data tabular/statistik dan data spasial/peta serta data lapangan.

    - Analisis Data

    Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

    Analisis deskriptif; analisis ini terutama digunakan untuk melakukan analisis kondisi

    wilayah dan kebijakan pengembangan Kota Pagar Alam,

    Analisis kesesuaian lahan; analisis ini digunakan untuk menganalisis kesesuaian lahan

    untuk pengembangan komoditas unggulan

    IV. ANALISIS POTENSI SUMBERDAYA ALAM

    Analisis potensi sumberdaya alam di KSP dibedakan berdasarkan sektor-sektor yang ada.

    Berikut adalah bahasan dari masing-masing sektor.

    A. Analisis Potensi dan Peluang Pengembangan Sektor Pertanian

    - Tanaman Tanaman Pangan dan Hortikultura

    Pengembangan komoditas tanaman pangan pada umumnya merupakan usaha pertanian

    rakyat, berskala kecil dan sebagian besar dilakukan secara tradisional. Beberapa

    komoditas yang diusahakan antara lain adalah (1) padi baik padi sawah maupun ladang,

    (2) palawija seperti jagung, kedelai, kacang tanah dan kacang hijau, (3) sayur-sayuran,

    dan (4) umbi-umbian seperti ubi kayu, ubi jalar dan keladi. Perincian luasan panen,

    produksi, dan rata-rata produksi disajikan dalam Tabel 1.

    Berdasarkan tabel di atas dapat dikatahui juga bahwa komoditas pertanian yang memiliki

    rata-rata produksi terbesar adalah jagung. Rata-rata produksi jagung per hektar per

    tahun mencapai 38,98 ton. Sementara jenis umbi-umbian seperti ketela pohon dan ketela

    rambat, dan palawija seperti kedelai dan kacang tanah hanya memiliki rata-rata produksi

    1 ton per hektar per tahun. Bahkan kacang tanah hanya mempunyai rata-rata produksi

    per hektar per tahun sebesar 0,07 ton.

    Tabel 1 Luas Panen Komoditas Tanaman Pangan, Produksi, Rata-Rata Produksi

    dan Penyebarannya, KSP Tahun 1999

    Komoditas Luas Panen

    (Hektar) Persentase

    Produksi

    (Ton) Rata-Rata Produksi

    Penyebaran (Kec.)*)

  • 4

    Padi 4,546.29 15.33% 19,468.19 4.28 16

    Jagung 997.85 3.36% 38,892.82 38.98 32

    Ketela Pohon 1,086.00 3.66% 1,086.00 1.00 34

    Ketala Rambat 975.55 3.29% 975.55 1.00 38

    Kacang Hijau 418.40 1.41% 418.40 1.00 21

    Kedelai 2,263.00 7.63% 2,263.00 1.00 11

    Kacang Tanah 17,327.97 58.42% 1,169.41 0.07 26

    Sayuran 2,047.46 6.90% 7,455.90 3.64 34

    Total 29,662.52 100.00% 71,729.27

    Sumber : Kabupaten Dalam Angka, 1999 *) Kabupaten Mimika dan Kabupaten Manokwari tidak terdapat data per kecamatan.

    - Perkebunan

    Potensi lahan untuk pengembangan perkebunan kurang lebih hanya 2% dari luas lahan

    potensial untuk komoditas perkebunan. Komoditas perkebunan yang diusahakan adalah

    kelapa kelapa, cengkeh, kopi, coklat dan Karet. Sementara komoditas pala belum

    diupayakan secara intensif, namun hanya tumbuh begitu saja di hutan-hutan sehingga

    masyarakat hanya memanen saja.

    Tabel 2 Luas Panen Komoditas Perkebunan, Produksi, Rata-Rata Produksi

    dan Penyebarannya, KSP Tahun 1999 Komoditas

    Luas Panen

    (Hektar) Persentase

    Produksi

    (Ton) Rata-rata Produksi

    Penyebaran (Kec)*)

    Pala 5,101 17.29% 1,290,782 253.04 20

    Cengkeh 1,244 4.22% 7,634 6.14 27

    Kopi 522 1.77% 87 0.17 28

    Kelapa 15,444 52.35% 215,854 13.98 46

    Coklat 3,476 11.78% 546 0.16 34

    Karet 3,713 12.59% - 0.00 12

    Total 29,499

    Sumber : Kabupaten Dalam Angka, 1999 *) Kabupaten Mimika dan Kabupaten Manokwari tidak terdapat data per kecamatan

    Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa komoditas yang memiliki luas panen terbesar

    adalah kelapa (sebesar 52,35 %) dari seluruh luas panen komoditas perkebunan.

    Sementara komoditas kopi dan cengkeh yang merupakan komoditas ekspor luas panen

    untuk kedua komoditas tersebut hanya 5,99 %.

    Komoditas pala yang tidak diusahakan ternyata justru memiliki rata-rata produksi per

    hektar yang paling tinggi. Hal ini terlihat dari rata-rata produksi pala per hektar per tahun

    sebesar 253,04 ton. Sementara produksi rata-rata kopi dan coklat hanya sebesar 0,17

    ton dan 0,16 ton per hektar per tahun. Penjelasan dari data ini adalah bahwa pala tidak

    membutuhkan persyaratan untuk tumbuh dan tidak terlalu mmemerlukan perawatan

    yang tinggi. Sementara untuk komoditas kopi dan coklat membutuhkan perawatan dan

  • 5

    persyaratan yang cukup tinggi. Konsekuensi dari kondisi ini adalah perlunya bimbingan

    dan penyuluhan serta proyek percontohan untuk pengembangan komoditas-komoditas

    berorientasi ekspor.

    B. Analisis Potensi dan Peluang Pengembangan Sektor Kehutanan

    Potensi hutan di KSP sangat besar. Lebih dari 50 % dari keseluruhan luas KSP atau seluas

    22.656.545 hektar adalah hutan dengan berbagai jenis. Dari luasan tersebut 31,75 % adalah

    hutan yang tidak dapat dimanfaatkan yang terdiri dari hutan lindung dan hutan PPA.

    Sementara sisanya adalah hutan produksi (baik hutan produksi tetap, hutan produksi terbatas

    dan hutan konversi) sebesar 65,60 % dan hutan lain-lain sebesar 2,65 %.

    Dengan asumsi seluruh hutan seragam kerapatan dan jenis kayunya maka dihitung potensi

    produksi hutan di KSP. Perhitungan potensi tersebut didasarkan juga pada asumsi-asumsi

    sebagai berikut :

    Perhitungan hanya dilakukan pada hutan produksi dan hutan lain-lain,

    Luas hutan produksi efektif sebesar 70% dari seluruh luas hutan produksi. Angka 70%

    tersebut diperoleh dari rata-rata luas produksi efektif dari tiga HPH yang berada di

    Kabupaten Mimika.

    Cadangan 15% dari luas hutan untuk pelestarian keanekaragaman hayati. Nilai 15%

    tersebut diambil dari kenentuan Menteri Kehutanan untuk mencadangkan 10-15% dari

    luas HPH untuk kepentiungan peleestarian keanekaragaman hayati,

    Volume produksi kayu per hektar sebesar 22,91 m3. Angka tersebut juga merupakan

    angka rata-rata produksi kayu per hektar di tiga HPH yang berada di Kabupaten Mimika.

    Tabel 3

    Luas Hutan Produksi dan Perkiraan Potensi Kayu di KSP, 1999

    Kabupaten

    Luas Hutan Produksi (ha)

    Luas Efektif (hektar)

    Produksi Kayu (m3)

    Sorong 152,467 83,856.85 1,921,160.43

    Manokwari 77,374 42,555.70 974,951.09

    Fakfak 1,718,663 945,264.65 21,656,013.13

    Mimika 2,066,687 1,136,677.85 26,041,289.54

    Paniai 1,100,381 605,209.55 13,865,350.79

    Merauke 9,747,183 5,360,950.65 122,819,379.39

    KSP 14,862,755 8,174,515.25 187,278,144.38

    Sumber : BPS Papua Jaya, 1999 dan hasil analisis

    Berdasarkan perhitungan kasar potensi kayu pada hutan produksi di KSP, dapat terlihat bahwa

    potensi kayu di kawasan ini sangat besar. Berdasarkan perhitungan tersebut diperkirakan

  • 6

    potensi kayu sebesar 187.278.144,38 meter kubik. Kabupaten Fakfak dan Kabupaten Mimika

    merupakan dua kabupaten di KSP yang berpotensi sebagai penghasil kayu terbesar di KSP.

    Peredaran perdagangan kayu bulat dari KSP pada umumnya untuk mensuplai kebutuhan

    industri kayu di luar Papua seperti Riau, Lampung, Kalimantan Timur dan Kalimantan Barat

    serta daerah-daerah di Jawa. Peredaran kayu bulat antar pulau tersebut diperkirakan

    mencapai 971.588 m3.

    Pengusahaan hutan selama diserahkan pada pengusaha dengan Hak Pengelolaan Hutan

    (HPH). Pengusahan yang diberi HPH tersebut mempunyai hak untuk melakukan ekploitasi

    terhadap hasil-hasil hutan. Disamping hak tersebut pengusaha HPH harus menyetor dana

    reboisasi hutan per meter kubik kayu yang diekploitasi.

    Saat ini, di Provinsi Papua pada umumnya, sebagian besar kawasan hutan di KSP atau Provinsi

    telah dikuasai oleh pemegang HPH. Hanya sebagian kecil hutan yang masih dikuasai oleh

    pemerintah maupun masyarakat. Oleh karena itu tantangan pengelolaan hutan di KSP adalah

    bagaimana mengelola hutan tersebut agar tetap lestari dan mampu memberikan manfaat

    sebesar-besarnya pada masyarakat lokal dan perekonomian lokal.

    C. Analisis Potensi dan Peluang Pengembangan Sektor Perikanan Laut

    Berdasarkan data dari Balai Penelitian Perikanan Laut (1997), potensi perikanan laut di

    perairan Arafura sebesar 821.564 ton, sementara produksi atau pemanfaatannya baru sekitar

    294,734 ton. Berdasarkan data tersebut maka tingkat pemanfaatan perikanan di Laut Arafura

    masih sebesar 35.87 %. Potensi perikanan di perairan tersebut didominasi oleh ikan pelagis

    kecil dengan potensi sebesar sebesar 57,09 % dari seluruh potensi perikanan dan ikan

    demersal sebesar 30,06 %.

    Dari segi komposisi produksi perikanan, maka ikan demersal memberikan peran yang paling

    besar (77,70 %). Sementara ikan tuna dan ikan tongkol yang secara nasional memberikan

    kontribusi ekspor yang cukup besar, produksinya tidak mencapai 1 %. Hal ini dapat dikatakan

    bahwa produksi perikanan di Laut Arafura ini lebih berorientasi untuk perdagangan domestik.

    Secara keseluruhan tingkat pemanfaatan komoditas perikanan di perairan selatan Papua masih

    rendah, walaupun untuk beberapa jenis tingkat pemanfaatannya sudah diatas 90 %. Beberapa

    jenis komoditas perikanan yang tingkat pemanfaatannya tinggi adalah udang peneid, ikan

    demertsal dan cumi-cumi. Beberapa jenis ikan yang merupakan komoditas ekspor tetapi

    tingkat pemanfaatannya rendah adalah ikan tongkol dan ikan tuna.

    Tabel 4

    Potensi, Produksi dan Tingkat Pemanfaatan Komdoitas Perikanan Di KSP 1997

  • 7

    Jenis Ikan

    Potensi (ton)

    Persen

    Produksi (ton)

    Persen

    Tingkat Pemanfaatan

    Udang Peneid 22,000 2.68% 21,000 7.13% 95.45%

    Lobster 100 0.01% 56 0.02% 56.00%

    Ikan karang 700 0.09% 164 0.06% 23.43%

    Ikan Setuhuk 1,570 0.19% 560 0.19% 35.67%

    Ikan Layaran 160 0.02% 60 0.02% 37.50%

    Ikan Pedang 270 0.03% 10 0.00% 3.70%

    Ikan Hiu 1,370 0.17% 490 0.17% 35.77%

    Ikan Pelagis Kecil 469,000 57.09% 18,000 6.11% 3.84%

    Ikan demersal 247,000 30.06% 229,000 77.70% 92.71%

    Cumi-Cumi 3,394 0.41% 3,394 1.15% 100.00%

    Ikan Mandidihiang 6,000 0.73% 2,000 0.68% 33.33%

    Ikan Tuna Mata Besar 3,000 0.37% 1,000 0.34% 33.33%

    Ikan Albakor 46,000 5.60% 17,000 5.77% 36.96%

    Ikan Tongkol 15,000 1.83% 1,000 0.34% 6.67%

    Ikan Tenggiri 6,000 0.73% 1,000 0.34% 16.67%

    Total 821,564 294,734 35.87%

    Sumber : Balitkanlut. 1998

    D. Analisis Potensi dan Peluang Pengembangan Sumberdaya Mineral dan Bahan

    Galian

    Sesuai dengan kondisi geologi dan geografi purba wilayah yang cukup kompleks, Papua

    bagian selatan mengandung potensi sumberdaya mineral dan bahan galian yang sangat

    melimpah dan bervariasi. Produk fosil plankton yang terakumulasi pada masa lampau dan

    telah mengalami pematangan termal dan penambahan tekanan (heat) yang sangat tinggi

    telah menghasilkan batuan sumber (source rock) minyak dan gas bumi. Minyak dan gas bumi

    tersebut selanjutmya terperangkap dalam struktur geologi yang terbentuk akibat proses

    tektonik penunjaman lempeng benua Australia dan samudera Pasifik. Akibat proses tektonik

    itu juga terjadi mineralisasi batuan yang membentuk beberapa mineral dan bahan galian.

    Sedangkan rombakan tumbuhan purna yang terpadatkan dan mengalami pengayaan Karbon

    membentuk lapisan-lapisan batubara pada beberapa lokasi. Berikut adalah beberapa

    sumberdaya mineral dan bahan galian yang telah teridentifikasi, tereksplorasi, tereka, terukur,

    tereksploitasi, dan bahkan sudah diproduksi di KSP.

    a). Bahan Galian Golongan Strategis (Golongan A)

    - Minyak dan gas Bumi

    Lokasi yang telah diketahui potensial antara lain adalah di Tanah Merah Kabupaten

    Merauke dengan cadangan minyak bumi sebesar 69.668 m3 dan gas 351,020 MMSCF.

    Kawasan Teluk Bintuni juga diketahui potensial terhadap cebakan minyak bumi dan gas

  • 8

    alam. Potensi ini tersebar di Kecamatan Bintuni, Merdey, Aranday, dan Babo dengan

    cadangan minyak bumi sebesar 20 trilyun kaki kubik dan gas bumi 13 trilyun kaki kubik.

    - Batubara

    Potensi batubara yang sangat banyak ditemukan di beberapa lokasi di wilayah Selatan

    Papua mempunyai sifat fisik dan kimia bervariasi. Potensi yang cukup besar terdapat di

    Klasaman dengan cadangan 34.580.000 ton pada lapisan setebal 0,15-0,60 meter, kadar

    5140 kal/gr, air 12,1%-15%, abu 2,18%, belerang 0,53%-1,70%.(data SDB Bandung

    1990). Sedangkan cadangan yang relatif kecil dengan kualitas baik terdapat di Horna (4,5

    juta ton) dengan kadar 7550 kal/gr, air 2,4%, abu 4,7%, tebal lapisan 0,05-1,5 meter.

    Potensi terukur lain terdapat di Bintuni (20.202.000 ton), Tembuni (20.532.850 ton),

    Salawati (12.189.700 ton), dan Aifat (29.000.000 ton). Sedangkan di Seget sedang

    dilakukan eksplorasi.

    b). Bahan Galian Golongan Vital (Golongan B)

    - Emas, Tembaga, dan Perak

    Emas dan Tembaga merupakan bahan galian yang sudah banyak mengalami penyusutan.

    Hal tersebut diakibatkan oleh kegiatan eksploitasi yang dilakukan secara besar-besaran

    selama ini. Cadangan yang sudah dieksploitasi oleh PT. Freeport Indonesia dari tahun

    1995-1998 tercatat sebesar 156.060.000 ton bijih dengan kandungan rata-rata tembaga

    3,40% dan emas 1,37 gram/ton. Total cadangan yang diketahui antara tahun 1993-1998

    adalah sebesar 1.899.244.000 ton. Hasil eksplorasi menemukan adanya indikasi emas di

    wilayah Kabupaten Merauke yaitu di Jair, Kouh, dan Obaa. Sedangkan eksplorasi

    tembaga menunjukkan kandungan Cu 50,90 ppm di Mindiptana Kabupaten Sorong dan

    indikasi tembaga di Pulau Waigeo, Pulau Batanta, dan Pulau Gag. Indikasi adanya potensi

    perak juga terdapat di sekitar Jair dan Obaa di Kabupaten Merauke.

    - Timah dan Seng

    Cadangan timah di KSP diperkirakan hanya sedikit. Namun demikian secara geologis,

    bagian utara kawasan ini (kepulauan di Kabupaten Sorong) diperkirakan banyak

    mengandung potensi timah. Mineral Pb (timah) biasanya berassosiasi dengan Zn (seng),

    Di sekitar Mindiptana Kabupaten Merauke telah ditemukan indikasi adanya bahan galian

    timah dengan kadar Pb 50,80 ppm dan seng dengan kadar Zn 7,87 ppm. Indikasi

    keterdapatan timah dan seng juga tampak di Aifat (Kabupaten Sorong) dengan besar

    cadangan yang belum diketahui.

    - Mangan

    Bahan galian mangan ditemukan di Pulau Batanta (Kabupaten Sorong) dengan besar

    cadangan maupun kandungan Mn yang belum terukur.

    c). Bahan Galian Lainnya (Golongan C)

    Potensi bahan galian golongan C cukup besar dan tersebar di seluruh KSP. Bahan galian ini

    belum banyak dimanfaatkan, baik oleh masyarakat maupun untuk kepentingan industri. Di

  • 9

    wilayah Kabupaten Mimika, khususnya pada kawasan penambangan PT. Freeport Indonesia,

    bahan galian ini banyak digunakan sebagai bahan bangunan dan bahan pengeras jalan.

    Batugamping dan dolomit banyak terdapat di wilayah Kabupaten Fakfak dan Kabupaten

    Sorong. Potensi batugamping yang sudah diketahui besarannya adalah batugamping di

    Kabupaten Sorong yaitu sebesar 45.000.000 ton dengan kadar CaO>50%. Batugamping

    dengan kadar yang sama ditemukan di Kabupaten Fakfak yaitu di daerah Kaimana, Fakfak,

    dan Teluk Patipi. Disamping itu wilayah Waigama di Pulau Misool juga mempunyai litologi

    berupa batugamping (lihat peta Geologi).

    Potensi lain yang sudah terukur antara lain adalah pasir kuarsa yang banyak terdapat di

    Kabupaten Sorong dengan total cadangan sebesar 71.000.000 m3. Potensi bahan galian granit

    juga terdapat di wilayah Kabupaten Sorong dengan besar cadangan terukur sebesar

    45.000.000 ton. Potensi ini juga belum dimanfaatkan.

    Bahan galian golongan C lain yang banyak terdapat di KSP adalah berasal dari endapan-

    endapan aluvial yang berupa koral, sirtu, dan batupasir. Penambangan bahan galian ini

    dilakukan sebatas pada daerah perbukitan maupun pada alur sungai.

    E. Analisis Potensi dan Peluang Pengembangan Sumberdaya Air

    Sumberdaya air merupakan kebutuhan yang vital bagi manusia. Dalam kehidupan sehari-hari

    air biasa dimanfaatkan untuk keperluan transportasi, air minum, pertanian, tambak,

    perkebunan, kehutanan, dan sebagainya.

    Data konsumsi air menunjukkan bahwa sebagian besar pemanfaatan sumberdaya air di KSP

    digunakan untuk keperluan pertanian khususnya irigasi. Pemanfaatan air untuk industri hanya

    terjadi di Kabupaten Fakfak sebesar 0,05 juta m3. Secara terinci pemanfaatan air di KSP dapat

    dilihat pada Tabel 5.

    Tabel 5

    Data Pemanfaatan Air di KSP Tahun 1996 (juta m3)

    Kabupaten Pertanian Industri RT Lain Jumlah

    Sorong 41,00 0,00 0,05 0,00 41,05

    Fakfak 82,00 0,05 3,79 0,87 86,71

    Manokwari 259,00 0,00 0,59 0,09 259,68

    Mimika 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

    Merauke 0,00 0,00 0,37 0,17 0,64

    Sumber : Dinas Pengairan Provinsi Papua

    Sungai-sungai di KSP mempunyai peran dan fungsi penting, antara lain:

    Menampung dan mengalirkan debit air,

    Menyediakan air baku untuk irigasi, domestik, industri, pertanian, dsb.

    Sebagai pembangkit tenaga listrik. Beberapa sungai yang potensial untuk dimanfaatkan

    sebagai pembangkit listrik diantaranya Sungai Yawee, Aiduna (hulu), Mapia, dan Kapare.

  • 10

    Sebagai prasarana transportasi,

    Pengaliran limbah/air buangan.

    F. Analisis Potensi dan Peluang Pengembangan Sektor Pariwisata

    Secara umum kegiatan kepariwisataan alam di KSP pada saat sekarang ini dapat dikatakan

    belum dikembangkan secara optimal. Hal ini ditandai dengan masih rendahnya wisatawan

    yang berkunjung untuk menikmati panorama keindahan alam di kawasan ini. Masih rendahnya

    kunjungan wisatawan ke berbagai obyek wisata alam terutama karena masalah-masalah

    sebagai berikut :

    Akses dan pencapaian ke obyek wisata masih sulit karena kondisi geografisnya,

    Masih rendahnya tingkat pelayanan kepariwisataan, mulai dari pelayanan jasa

    angkutan, jasa pelayanan akomodasi,

    Masih rendahnya pengelolaan obyek wisata,

    Minimnya promosi dan investasi,

    Sarana dan prasarana pendukung masih kurang,

    Terdapatnya benturan kepentingan dan kurangnya koordinasi antar sektor, seperti

    sektor pariwisata dengan sektor lainnya seperti perikanan, pertambangan, konstruksi

    dan sebagainya.

    Ditinjau dari keindahan panorama alam di kawasan ini, obyek-obyek wisata yang ada

    sebenarnya sangat menarik dan mempunyai nilai jual yang tinggi jika dikembangkan. Obyek-

    obyek wisata alam yang banyak terdapat di kawasan selatan ini antara lain : panorama pantai,

    karang laut, terumbu karang, gunung, gua alam, gua buatan, suaka alam, kolam pemandian,

    danau, hutan/taman nasional, air terjun, sungai, air jeram, pulau rekreasi/wisata bahari, biota

    laut dan lain-lain. Obyek-obyek wisata alam yang berpotensi di KSP antara lain :

    Kabupaten/Kota Sorong

    CPA Waigeo, Suaka Margasatwa Pulau Sayang, Cagar Alam (CA) Pantai Peneluran Penyu, CA

    Tamrau Utara, CA Mar Koor, CA Batanta Barat, CA Salawati Utara, CA Misool Selatan, CA

    Kofiau, CA Jamursba Mandi, CA Wowo Koor, Taman Wisata (TW) Bariat, TW Klasaman, TW

    Sorong, TW Klamono, Danau Ayamaru, Perburuan Buaya, Pulau Shop, Pulau Buaya, Kep. Raja

    Ampat, Pulau Matan, Sumber Air Panas Klayu, Tanjung Kasuari, dan Hutan lindung

    Kabupaten Manokwari

    Taman Laut Nasional Teluk Cendrawasih, Kepulauan Auri, Gunung Meja, Taman Laut

    Mansinam

    Kabupaten Fakfak

  • 11

    Pemandangan Alam, Monumen/Makam Tentara Perang Dunia II, Pasir Putih, Bomberay-

    Hurumber, Air Terjun Maredred, Penangkaran ikan duyung Mayangsari, Terumbu Karang, Ikan

    Langka Komandir di kolam Iskomporis Weri, Gua Weri, Air Terjun Tetar, Air Terjun Tagor, Gua

    Nembuktep, Gua Jepang, Gua Ugar, Gua Andamata, Pulau Kucing, Lukisan Telapak Tangan,

    Teluk Mairasi, Teluk Triton, Danau Kamaka, Namatota, Pulau Adi, Gua Sisir, Putaran Air

    Wanoma dan Inary, Danau Swiki, Danau Yamor, Sungai Omba dan Teluk Kayu Merah.

    Kabupaten Mimika

    Taman Nasional Lorentz (salah satu wisata alam yang paling luas) dan Pegunungan Grasberg

    (adanya salju abadi).

    Kabupaten Paniai

    Taman Nasional Hutan Lorentz, Cagar Alam Pegunungan Weyland, Danau Paniai dan Tigi

    Kabupaten Merauke

    Taman Nasional Wasur, Cagar Alam Rawa Biru, Cagar Alam Merauke-Kumbe, Pantai Lampu

    Satu, Pantai Ndalir, Peternakan Buaya, Sumber Air Panas, Suaka Margasatwa Pulau Dompo

    dan Pulau Dolok, Pulau Moi dan Pulau Komolom (habitat berbagai jenis burung, buaya, kura-

    kura dan kepiting), dan Kawasan Tanah Tinggi Mandopo.

    V. PELUANG DAN KENDALA PENGEMBANGAN KAWASAN SELATAN PAPUA

    Peluang pengembangan Kawasan Selatan Papua, khususnya di bidang SDA adalah sebagai

    berikut :

    - Letak geografis KSP yang cukup strategis di kawasan Samudra Pasifik karena terletak

    dalam lintasan aliran perdagangan regional dan internasional yang sangat aksesible

    terhadap pasar regional dan internasional;

    - KSP merupakan kawasan yang mempunyai potensi sumberdaya alam yang sangat

    potensial untuk dikembangkan seperti: lahan pertanian, lahan perkebunan, kawasan

    hutan, perairan laut/perikanan, deposit bahan tambang, industri dan kawasan pariwisata.

    Sedangkan kendala pengembangan Kawasan Selatan Papua, khususnya di bidang SDA adalah

    sebagai berikut :

    - Kondisi topografi yang bervariasi, mulai dari dataran rendah yang berawa, perbukitan,

    dataran tinggi sampai pegunungan terjal, secar fisik upaya pembangunan prasarana

    perhubungan darat menjadi relatif sulit dan membutuhkan biaya yang tinggi,

    - Potensi sumberdaya alam yang berlimpah, namun belum dikembangkan dan

    dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat lokal,

    - Akses pemasaran produk-produk unggulan yang dihasilkan dari KSP belum dikembangkan

    secara optimal,

    - Rendahnya produktifitas dan kemampuan daya saing masyarakat,

  • 12

    - Masih kurangnya minat investor untuk menanamkan investasinya di KSP, disebabkan

    masih terbatasnya infrastruktur penunjang, stabilitas politik, keamanan serta iklim

    investasi yang belum kondusif,

    - Belum muncul peran kelembagaan pemerintah maupun swasta dalam penataan

    organisasi atau sistemnya dalam rangka pengembangan KSP,

    - Penurunan kualitas lingkungan hidup karena eksploitasi sumber daya alam dan aktivitas

    pembangunan yang kurang memperhatikan fungsi lingkungan,

    - Belum adanya kerjasama regional antar kabupaten/kota di KSP.

    VI. STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTORAL

    A. Strategi Pengembangan Pertanian Tanaman Pangan

    Berdasarkan permasalahan, potensi dan peluang pengembangan pertanian tanaman pangan

    maka dirumuskan strategi sebagai berikut :

    - Identifikasi dan pemetaan komoditas unggulan daerah serta perencanaan kawasan sentra

    produksi pertanian,

    - Pengembangan kawasan sentra-sentra produksi pertanian tanaman pangan,

    - Melakukan pembinaan dan pembimbingan masyarakat untuk peningkatan produksi

    pertanian tanaman pangan,

    - Peningkatan produktifitas komoditas perkebunan khususnya komoditas yang mempunyai

    pangsa pasar tinggi seperti coklat, karet dan kopi,

    - Penyediaan sarana dan prasarana produksi perkebunan

    B. Strategi Pengembangan Kehutanan

    - Peningkatan program community development untuk masyarakat yang tinggal di sekitar

    hak penguasaan hutan,

    - Peningkatan kegiatan reboisasi dan rehabilitasi hutan-hutan yang rusak,

    - Pemantapan kegiatan padu serasi kehutanan dengan peninjauan secara berkala Tata

    Guna Hutan Kesepakatan (TGHK),

    - Pemantapan arahaan fungsi hutan baik hutan lindung dan hutan produksi,

    - Peningkatan pengawasan terhadap pengelolaan hutan untuk memperkecil pencurian dan

    penebangan kayu illegal.

    C. Strategi Pengembangan Pesisir dan Perikanan Laut

    - Penyelesaran tata ruang daratan dengan tata ruang pesisir,

    - Pemantapan fungsi kawasan budidaya dan kawasan lindung di wilayah pesisir,

    - Peningkatan produksi perikanan tangkap untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat

    khususnya masyarakat nelayan,

    - Pemulihan dan perlindungan potensi sumberdaya perikanan laut,

  • 13

    - Peningkatan penyediaan prasarana dan sarana dalam pembangunan perikanan serta

    pengembangan teknologi spesifikasi lokasi dan komoditas.

    D. Strategi Pengembangan Pertambangan

    Secara garis besar strategi pengelolaan sumberdaya pertambangan di KSP, meliputi:

    - Penganekaragaman (diversifikasi) hasil tambang dan pengelolaan usaha pertambangan

    secara efisien dan terpadu,

    - Inventarisasi, pemetaan, eksplorasi dan eksploitasi kekayaan tambang dengan

    memanfaatkan teknologi yang tepat secara terstruktur,

    - Mendorong dan meningkatkan penanaman modal swasta di bidang pertambangan, baik

    yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri,

    - Melakukan pendampingan untuk usaha pertambangan rakyat,

    - Pemanfaatan limbah padat hasil pertambangan (tailing) sebagai bahan-bahan industri

    dan bangunan,

    - Pengawasan dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh usaha pertambangan,

    - Mengurangi dampak sosial yang ditimbulkan oleh usaha penambangan melalui pelibatan

    masyarakat lokal,

    - Insentif bagi pengusaha pertambangan yang menjalankan usaha sesuai peraturan secara

    lestari dan berkelanjutan, dan dis-insentif bagi pengusaha pertambangan yang melanggar

    peraturan pertambangan,

    - Pelibatan pemerintah kabupaten/kota dalam bentuk modal usaha.

    E. Strategi Pengembangan Pariwisata

    Untuk mengembangkan kepariwisataan KSP maka diperlukan berbagai langkah perencanaan

    sebagai berikut :

    - Penyiapan dan pengadaan sarana dan prasarana transportasi ke obyek wisata,

    - Penyiapan sumber daya manusia untuk mendukung pelaksanaan kepariwisataan,

    misalnya pelatihan bahasa asing dan manajemen kepariwisataan,

    - Mempertahankan keunikan dan cirikhas dari masing-masing obyek wisata,

    - Penyiapan paket kepariwisataan yang menarik, yaitu paket perjalanan dari beberapa

    obyek wisata. Hal ini harus diikuti dengan penyiapan akomodasi, seperti alat transportasi,

    hotel dan lain-lain. Untuk perlu dilakukan kerjasama diantara dinas pariwisata dengan

    pendukung wisata (misalnya : biro travel dan hotel/penginapan),

    - Penyiapan promosi dan pemasaran wisata secara menyeluruh dan rutin.

    - Mendatangkan investor yang berminat di bidang kepariwisataan,

    - Pengkajian terhadap obyek wisata yang benar-benar dapat dijadikan sebagai andalan

    bagi Kawasan Papua Selatan.

    F. Strategi Pengembangan Sumber Daya Alam dan Lingkungan

    Dalam rangka pemanfaatan dan pengembangan sumber daya alam sekaligus pelestariannya,

    maka perlu adanya perencanaan sebagai berikut :

  • 14

    - Inventarisasi dan pembuatan sistem informasi SDA dan lingkungan,

    - Perlu adanya penegakan hukum di bidang pelaksanaan AMDAL. Penyidik lingkungan

    harus lebih dibekali kemampuan dan keberanian serta dukungan moral,

    - Pengawasan dan pengendalian terhadap proses pelaksanaan eksploitasi, baik selam pra

    eksploitasi, selama eksploitasi dan pasca eksploitasi,

    - Evaluasi secara menyeluruh terhadap kontrak kerja yang telah habis berlakunya,

    - Pemanfaatan sumber daya air permukaan tidak sebatas untuk sarana transportasi tetapi

    harus diupayakan untuk dapat memenuhi kebutuhan yang lain, seperti pertanian,

    domestik dan jika perlu untuk tenaga pembangkit listrik,

    - Pada kawasan lindung harus segera dibuat peraturan/regulasi untuk mempertahankan

    keberadaannya.

    - Penyuluhan terhadap aparatur pemerintahan dan penduduk, bahwa lingkungan hidup ini

    harus dijaga kelestariannya. Diharapkan dapat meningkatkan rasa tanggung jawab ikut

    memiliki dan melestarikan lingkungan hidup.

    VII. PENUTUP

    Potensi dan peluang pengembangan sumberdaya alam, baik yang bersifat dapat diperbaharui

    maupun tidak dapat diperbaharui di Kawasan Selatan Papua (Kabupaten Sorong, Kabupaten

    Manokwari, Kabupaten Fakfak, Kabupaten Mimika, Kabupaten Paniai, Kabupaten Merauke dan

    Kota Sorong) sangat besar untuk memacu pertumbuhan pembangunan. Namun di sisi lain

    masih adanya berbagai kendala dalam pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya alam yang

    ada, sehingga belum dapat sepenuhnya menjadi andalan bagi modal pembangunan yang akan

    dilaksanakan. Selain itu belum adanya kerjasama regional antar kabupaten/kota di KSP

    menjadikan pemanfaatan sumberdaya alam belum optimal dan sinergis. Berdasarkan hal di

    atas maka perlu disusun suatu strategi pengembangan khususnya di bidang sumberdaya alam

    yang terpadu untuk keperluan bersama antar wilayah yang berada di Kawasan Selatan Papua.

    Dengan demikian arah pembangunan di KSP dapat berjalan efektif dan bersinergis sehingga

    dapat memacu pertumbuhan perekonomian di wilayah tersebut.

    VIII. REFERENSI

    - PROPEDA Provinsi Papua

    - RENCANA STRATEGIS Provinsi Papua

    - RENCANA STRATEGIS Kabupaten/kota di berada di KSP ((Kabupaten Sorong, Kabupaten

    Manokwari, Kabupaten Fakfak, Kabupaten Mimika, Kabupaten Paniai, Kabupaten Merauke

    dan Kota Sorong)

    - RTRW Provinsi Papua

    - RTRW Kabupaten/kota di berada di KSP ((Kabupaten Sorong, Kabupaten Manokwari,

    Kabupaten Fakfak, Kabupaten Mimika, Kabupaten Paniai, Kabupaten Merauke dan Kota

    Sorong)