pengembangan prototipe buku pendidikan budi pekerti...

134
PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DALAM MEMAINKAN INSTRUMEN GAMELAN SARON BARUNG (UNTUK SD) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Progam Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Oleh: Rosa Dania Astari NIM: 141134070 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2018 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Upload: others

Post on 06-Nov-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI

PEKERTI DALAM MEMAINKAN INSTRUMEN GAMELAN

SARON BARUNG (UNTUK SD)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Progam Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Rosa Dania Astari

NIM: 141134070

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2018

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini peneliti persembahkan untuk:

1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang selalu memberikan kekuatan yang

luar biasa dalam segala hal.

2. Kedua orang tua tercinta, Bapak Fransiskus Xaverius Sugitar dan Ibu Maria

Suharni yang selalu memberikan doa, perhatian,dukungan dan semangat untuk

segera menyelesaikan tugas akhir.

3. Kedua kakakku, Fransisca Febriyantari Eka Maharani dan Laurantius Anggita

Yudha Harnoko yang senantiasa turut memberikan dukungan dan semangat.

4. Teman-teman PGSD angkatan 2014 yang selalu memberikan dukungan dan

semangat.

5. Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

v

Motto

“If you want to live a happy life, tie it to a goal, not to people or objects.”

(Albert Einstein)

“You don’t have to be great to start, but you have to start to be great.”

(Zig Zagler)

“I can do all things through Christ which strengtheneth me.”

(Philippians 4:13)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 18 April 2018

Peneliti

Rosa Dania Astari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Rosa Dania Astari

Nomor Mahasiswa : 141134070

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

“PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI

DALAM MEMAINKAN INSTRUMEN GAMELAN SARON BARUNG

(UNTUK SD)”.

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas

Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,

mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan

mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis

tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya

selama tetap mencatumkan nama saya sebagai peneliti.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 18 April 2018

Yang menyatakan

Rosa Dania Astari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

viii

ABSTRAK

PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI

DALAM MEMAINKAN INSTRUMEN GAMELAN SARON BARUNG

(UNTUK SD)

Rosa Dania Astari

Universitas Sanata Dharma

2018

Nilai-nilai pendidikan budi pekerti dalam memainkan gamelan menjadi

potensi pada penelitian ini. Analisis kebutuhan dilakukan dengan cara melakukan

wawancara pada dua praktisi gamelan dan pembagian angket pada 20 siswa kelas

V yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler karawitan. Hasil analisis kebutuhan

siswa menunjukkan bahwa siswa mengetahui nilai-nilai budi pekerti dalam

memainkan gamelan namun siswa belum pernah membaca buku berisi informasi

tentang nilai-nilai budi pekerti dalam memainkan gamelan. Penelitian ini

mengembangkan prototipe berupa buku pendidikan budi pekerti dalam

memainkan instrumen saron barung (untuk SD). Tujuannya untuk membantu

siswa dalam memahami nilai-nilai budi pekerti dalam memainkan gamelan dan

sebagai sarana literasi.

Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (R&D) dengan

menggunakan enam langkah menurut Sugiyono yang meliputi: 1) potensi dan

masalah, 2) pengumpulan data, 3) desain produk, 4) validasi desain, 5) revisi

desain, 6) uji coba produk. Prototipe divalidasi oleh praktisi gamelan dan ahli

bahasa dengan nilai 3,75 (sangat baik) sehingga layak untuk diujicobakan.

Uji coba produk dilakukan satu kali di SD Kanisius Klepu yang diikuti

oleh 25 siswa. Dari hasil refleksi setelah uji coba, peneliti mendapatkan data

bahwa 14 siswa menjawab memainkan gamelan melatih penabuh memiliki sikap

sopan santun, religius, kerjasama, tenggang rasa, konsentrasi, ketekunan, dan

tanggung jawab. 15 siswa menjawab arti dari tenggang rasa dalam memainkan

instrumen saron barung yaitu menghargai penabuh lain. Hasil uji coba produk

mendapatkan skor rata-rata 3,48 (sangat baik) sehingga layak digunakan. Semua

siswa juga tertarik dan antusias untuk mewarnai gambar setelah membaca cergam.

Jadi prototipe dapat memfasilitasi siswa untuk mendapatkan informasi tentang

nilai-nilai budi pekerti dalam memainkan gamelan.

Kata kunci: pengembangan, prototipe buku, cerita bergambar, pendidikan

budi pekerti, memainkan gamelan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

ix

ABSTRACT

DEVELOPING PROTOTYPE CHARACTER VALUE BOOK IN PLAYING

SARON BARUNG (FOR ELEMENTARY SCHOOL)

Rosa Dania Astari

Sanata Dharma University

2018

The character values in playing gamelan became the potential of this

research. The needs analysis was done by doing interview with two gamelan’s

practitioners and giving the questionnaire to 20 students of grade V which joined

karawitan. The result of the needs’ analysis showed that the students have known

the character values in playing gamelan but the students have not read any books

about character values in playing gamelan. This research was developing

prototype in a form of character values in playing saron barung book (for

elementary school). The aim was to help the students in understanding the

character values in playing gamelan and as the reference of literacy.

This research used Research and Development as the methodology. It used

six steps as explained by Sugiyono, they are: 1) potential and problem, 2) data

gathering, 3) designing the product, 4) design validation, 5) revising the design,

and 6) product trials. The prototype was validated by the practitioner of gamelan

and linguist with 3,75 as the score (very good) so it was worthy to be tested.

The trial was conducted in Kanisius Klepu Elementary School and

participated by 25 students. From the reflection after the trial, the researcher

found that 14 students answered that playing gamelan can help the players to be

polite, religious, tolerance, diligent, responsible, and to be able to cooperate and

concentrate. 15 students answered that the meaning of tolerance in playing saron

barung was respecting other players. The result of the trial got 3,48 (very good)

as the average of the score so it was proper to be used. All of the students were

also interested and enthusiastic to color the picture after reading picture story.

Thus, prototype could facilitate the students to get more information about

character values in playing gamelan.

Keyword: development, prototype book, picture story, character value, playing

gamelan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas

berkat rahmat dan limpahan kasih karunia-Nya, peneliti dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Pengembangan Prototipe Buku Pendidikan Budi Pekerti

dalam Memainkan Instrumen Gamelan Saron Barung (Untuk SD)”. Skripsi ini

disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata

Dharma, Yogyakarta.

Peneliti menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini, peneliti

mendapatkan banyak bimbingan, bantuan, dukungan dan semangat dari berbagai

pihak sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu,

peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Pd., sebagai Dekan Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd., sebagai Ketua Prodi PGSD.

3. Kintan Limiansih, S.Pd., M.Pd., sebagai Wakaprodi PGSD.

4. Dra. Ignatia Esti Sumarah, M.Hum. selaku dosen pembimbing I yang telah

memberikan kritik, saran, dorongan, waktu dan semangat untuk

membimbing peneliti hingga peneliti mampu menyelesaikan skripsi ini.

5. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. selaku dosen pembimbing II

yang telah memberikan kritik dan saran untuk membimbing peneliti

hingga peneliti mampu menyelesaikan skripsi ini.

6. Validator ahli bahasa dan praktisi gamelan yang telah memvalidasi

prototipe yang peneliti kembangkan.

7. Florentinus Nico Dampitara selaku illustrator cergam.

8. N.B. Dewi Rosariana, S.Pd. selaku Kepala Sekolah SD Kanisius Klepu

Yogyakarta yang telah memberikan ijin melakukan penelitian.

9. Cornelius Wahyu Handaka, S.Pd. selaku guru kelas V SD Kanisius Klepu

Yogyakarta yang telah membantu peneliti dalam melaksanakan uji coba

produk.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

xi

10. Siswa kelas V SD Kanisius Klepu Yogyakarta yang telah berkenan

menjadi subyek dalam penelitian.

11. Kedua orang tercinta, Bapak Fransiskus Xaverius Sugitar dan Ibu Maria

Suharni yang selalu memberikan dukungan, semangat, doa, perhatian dan

kasih sayang.

12. Kedua kakakku tersayang, Fransisca Febriyantari Eka Maharani dan

Laurantius Anggita Yudha Harnoko yang memberikan dukungan dan

semangat.

13. Sahabat-sahabat terbaikku, Lintang, Oda, Inggit, Agnes, Dhenis, Safira,

Maya, dan Siska yang selalu memberikan semangat, penghiburan dan

dukungan di masa-masa tersulit peneliti.

14. Teman-teman penelitian kolaboratif “GAMELAN”, Inggit, Dhenis, Palupi,

Jugun, Anisa Fatma, Lisa, Aji, Thomas Yuli, Willy, Thomas Wahyu,

Enggar dan Sanggar yang telah memberikan semangat dan bantuan dalam

menyelesaikan penelitian.

15. Almamater Universitas Sanata Dharma

16. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi yang tidak

dapat peneliti sebutkan satu per satu yang telah memberika dukungan dan

semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak

kekurangan dan keterbatasan. Peneliti berharap semoga skripsi ini bermanfaat

bagi para pembaca.

Yogyakarta, 18 April 2018

Peneliti

Rosa Dania Astari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................ iv

HALAMAN MOTTO .............................................................................................. v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................ vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ............................................................. vii

ABSTRAK ........................................................................................................... viii

ABSTRACT ............................................................................................................. ix

KATA PENGANTAR ............................................................................................. x

DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiv

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xv

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xvi

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 5

1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 5

1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 5

1.5 Definisi Operasional ...................................................................................... 6

1.6 Spesifikasi Produk ......................................................................................... 7

BAB II LANDASAN TEORI .................................................................................. 8

2.1 Kajian Pustaka ............................................................................................... 8

2.1.1 Budi Pekerti ........................................................................................... 8

2.1.1.1 Pengertian Budi Pekerti .................................................................... 8

2.1.1.2 Pendidikan Budi Pekerti ................................................................. 10

2.1.2 Gamelan ............................................................................................... 12

2.1.2.1 Etika Karawitan .............................................................................. 17

2.1.2.2 Cara Menabuh Gamelan ................................................................. 17

2.1.3 Nilai-nilai Budi Pekerti dalam Instrumen Gamelan ............................ 18

2.1.3.1 Rebab .............................................................................................. 19

2.1.3.2 Saron .............................................................................................. 19

2.1.3.3 Seruling .......................................................................................... 20

2.1.3.4 Siter ................................................................................................ 21

2.1.3.5 Bonang ........................................................................................... 21

2.1.3.6 Gender ............................................................................................ 22

2.1.3.7 Gong ............................................................................................... 22

2.1.4 Nilai-Nilai Budi Pekerti dalam Memainkan Gamelan......................... 23

2.1.5 Instrumen Gamelan: Saron Barung ..................................................... 27

2.1.6 Cergam ................................................................................................. 29

2.1.7 Literasi ................................................................................................. 33

2.2 Penelitian yang Relevan .............................................................................. 36

2.3 Kerangka Berpikir ....................................................................................... 39

2.4 Pertanyaan Penelitian .................................................................................. 39

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

xiii

BAB III METODE PENELITIAN......................................................................... 41

3.1 Jenis Penelitian ............................................................................................ 41

3.2 Setting Penelitian ......................................................................................... 41

3.2.1 Tempat Penelitian ................................................................................ 41

3.2.2 Subjek Penelitian ................................................................................. 41

3.2.3 Objek Penelitian................................................................................... 42

3.2.4 Waktu Penelitian .................................................................................. 42

3.3. Prosedur Pengembangan ............................................................................ 42

3.3.1 Potensi dan Masalah ............................................................................ 45

3.3.2 Pengumpulan Data ............................................................................... 45

3.3.3 Desain Produk ...................................................................................... 45

3.3.4 Validasi Desain .................................................................................... 46

3.3.5 Revisi Desain ....................................................................................... 46

3.3.6 Uji Coba Produk .................................................................................. 46

3.4 Uji Coba Produk .......................................................................................... 47

3.5 Instrumen Penelitian………………………………………………………47

3.5.1 Pedoman Wawancara………………………………………………..47

3.5.2 Angket……………………………………………………………….48

3.5.3 Validator Angket Pra Penelitian .......................................................... 49

3.5.4 Angket Analisis Kebutuhan Siswa Pra Penelitian ............................... 51

3.6 Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 52

3.6.1 Wawancara .......................................................................................... 52

3.6.2 Angket.................................................................................................. 52

3.7 Teknik Analisis Data ................................................................................... 53

3.7.1 Data Kualitatif ..................................................................................... 53

3.7.2 Data Kuantitatif ................................................................................... 54

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ....................................... 56

4.1 Hasil Penelitian ............................................................................................ 56

4.1.1 Prosedur Pengembangan ...................................................................... 56

4.1.1.1 Potensi dan Masalah ....................................................................... 56

4.1.1.2 Pengumpulan Data ......................................................................... 57

4.1.1.3 Desain Produk ................................................................................ 61

4.1.1.4 Validasi Desain .............................................................................. 63

4.1.1.5 Revisi Desain .................................................................................. 65

4.1.1.6 Uji Coba Produk ............................................................................. 69

4.1.2 Kualitas Produk ................................................................................... 71

4.2 Pembahasan ................................................................................................. 73

4.3 Kelebihan dan Kekurangan Prototipe .......................................................... 76

4.3.1 Kelebihan Prototipe ............................................................................. 76

4.3.2 Kekurangan Prototipe .......................................................................... 78

BAB V PENUTUP ................................................................................................. 78

5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 78

5.2 Keterbatasan Penelitian ............................................................................... 78

5.3 Saran ............................................................................................................ 78

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 79

LAMPIRAN ........................................................................................................... 83

Biografi Penulis .................................................................................................... 119

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Nilai-nilai Budi Pekerti dan Nilai-Nilai Karakter .................................. 11

Tabel 2.2 Nilai Budi Pekerti dalam Instrumen Gamelan ....................................... 23

Tabel 2.3 Nilai-Nilai budi pekerti, nilai-nilai karakter, dan nilai-nilai memainkan

saron barung ........................................................................................... 29

Tabel 3.1 Kisi-kisi wawancara ............................................................................... 48

Tabel 3.2 Kisi-kisi instrumen angket ..................................................................... 48

Tabel 3.3 Hasil Validasi Angket Pra Penelitian oleh Ahli ..................................... 49

Tabel 3.4 Angket Analisis Kebutuhan Siswa Pra Penelitian ................................. 51

Tabel 3.5 Klasifikasi Kelayakan Skala Empat ....................................................... 54

Tabel 4.1 Hasil Rekapitulasi Data Angket Analisis Kebutuhan ............................ 58

Tabel 4.2 Hasil Rekapitulasi Validasi Uji Coba Produk Prototipe Buku .............. 64

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Literatur Map Penelitian yang Relevan .............................................. 38

Gambar 3.1 Prosedur Pengembangan Prototipe Buku Pendidikan Budi Pekerti

dalam Memainkan Instrumen Gamelan Saron Barung (untuk SD) .... 44

Gambar 4.1 Sketsa Awal ........................................................................................ 62

Gambar 4.2 Perbaikan Gambar Prototipe oleh Ilustrator ....................................... 63

Gambar 4.3 Prototipe Sebelum Direvisi ................................................................ 66

Gambar 4.4 Prototipe Sesudah Direvisi ................................................................. 66

Gambar 4.5 Prototipe Sebelum Direvisi ................................................................ 67

Gambar 4.6 Prototipe Sesudah Direvisi ................................................................. 67

Gambar 4.7 Prototipe Sebelum Direvisi ................................................................ 68

Gambar 4.8 Prototipe Sesudah Direvisi ................................................................. 68

Gambar 4.9 Peneliti memberikan pengarahan kegiatan uji coba produk............... 69

Gambar 4.10 Siswa kelas V membaca produk prototipe buku .............................. 70

Gambar 4.11 Siswa kelas V menulis refleksi ........................................................ 70

Gambar 4.12 Siswa kelas V mewarnai gambar ..................................................... 71

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian ............................................................................ 83

Lampiran 2 Surat Ijin Uji Coba Produk ................................................................ 84

Lampiran 3 Surat Keterangan telah Melaksanakan Penelitian dari Sekolah ......... 85

Lampiran 4 Hasil Wawancara ................................................................................ 86

Lampiran 5a Instrumen Validasi Angket ............................................................... 88

Lampiran 5b Hasil Validasi Angket Siswa (Validator I) ....................................... 89

Lampiran 5c Hasil Validasi Angket Siswa (Validator II) ...................................... 91

Lampiran 6 Hasil Angket Analisis Kebutuhan Siswa ............................................ 93

Lampiran 7 Kisi-kisi Pembuatan Cergam .............................................................. 96

Lampiran 8a Validasi Uji Coba Produk Buku (Validator Praktisi Gamelan) ...... 100

Lampiran 8b Validasi Uji Coba Produk Buku (Validator Ahli Bahasa) .............. 102

Lampiran 9 Hasil Uji Coba Produk Buku ............................................................ 104

Lampiran 10a Pedoman Penilaian Produk ........................................................... 107

Lampiran 10b Rekap Uji Coba Produk Buku ...................................................... 110

Lampiran 11 Hasil mewarnai siswa kelas V ........................................................ 115

Lampiran 12 Foto Kegiatan selama uji coba produk ........................................... 116

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

1

BAB I

PENDAHULUAN

Pada bab ini peneliti membahas mengenai latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, spesifikasi produk, dan

definisi operasional.

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan suatu bangsa yang memiliki keanekaragaman

kesenian. Kesenian sebagai salah satu unsur kebudayaan merupakan ungkapan

kreatifitas manusia yang memiliki nilai keluhuran dan keindahan pada suatu seni

dengan menggunakan iringan atau nada tertentu. Gamelan adalah salah sebuah

pernyataan musikal berupa kumpulan alat-alat musik tradisional dalam jumlah

besar yang terdapat di Indonesia (Yudoyono, 1984:15). Gamelan berasal dari kata

gembel. Gembel adalah alat untuk memukul, karena instrumen dibunyikan dengan

cara dipukul maka namanya menjadi gembelan (Endraswara, 2008:40). Pendapat

lain diungkapkan oleh Yudoyono (1984:31) gamelan juga dikenal dengan nama

gangsa yang berarti pegangan utama hidup manusia yaitu rasa. Yudoyono

(1984:15) mengatakan seperangkat gamelan yang lengkap mempunyai 75 alat dan

dapat dimainkan oleh 30 penabuh atau yang sering disebut penabuh disertai

dengan 10 sampai 15 pesinden dan atau gerong. Walaupun terdiri atas beberapa

macam alat, namun instrumen yang pokok digunakan biasanya antara lain Rebab,

Gender, Bonang, Gambang, Saron, Gong, Ketuk, Kenong, Kempul, Siter,

Kendang, Seruling, Demung, dan Peking. Seperangkat instrumen gamelan

tersebut jika dibunyikan akan menghasilkan sebuah seni musik yang biasa disebut

karawitan. Karawitan berasal dari kata rawit yang berarti kecil, halus, atau rumit

(Ferdiansyah, 2010:10). Karawitan dapat diartikan sebagai kehalusan rasa

diwujudkan dalam seni gamelan.

Kegiatan ekstrakurikuler sangatlah beragam, salah satunya adalah seni

(Soedarso, 1988:16). Salah satu seni asli budaya jawa adalah karawitan. Di

beberapa sekolah dasar diadakan kegiatan ekstrakurikuler karawitan dengan

tujuan untuk mengenalkan dan mengajak siswa untuk memainkan gamelan

sebagai usaha untuk melestarikan kesenian yang menjadi bagian dari kebudayaan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

2

yang terdapat di Indonesia. Melalui kegiatan ekstrakurikuler karawitan siswa juga

diajak untuk dapat menanamkan nilai-nilai budi pekerti dalam gamelan yang

terwujud dalam beberapa sikap sopan santun, religius, konsentrasi, tenggang rasa,

ketekunan, dan kerjasama.

Secara umum gamelan mempunyai muatan nilai-nilai budi pekerti dan

berpengaruh pada perilaku penabuh gamelan. Budi pekerti adalah nilai moralitas

manusia yang disadari dan dilakukan dalam tindakan nyata (Suparno, dkk,

2002:29). Nilai-nilai budi pekerti yang terdapat dalam memainkan gamelan

diwujudkan dalam berbagai perilaku, diantaranya saat memasuki arena gamelan

hendaknya berjalan jengkeng/laku dhodhok, sebelum dan sesudah memainkan

gamelan sebaiknya berdoa. Karena menurut kepercayaan, gamelan merupakan

tempat para arwah, sehingga dilarang keras untuk bertindak tidak sopan

(Ferdiansyah, 2010:11-12). Sejalan dengan Ferdiansyah, menurut Walton (2001)

pemain gamelan mengambil posisi duduk bersila yang mengandung makna harus

rendah hati dan tenang dalam bersikap, bertutur kata sopan dan tidak boleh

melangkahi alat musik gamelan.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada praktisi gamelan

peneliti mendapatkan informasi bahwa memainkan gamelan itu berarti

mengembangkan seni kebudayaan Jawa. Di samping itu terdapat peraturan tidak

boleh melangkahi gamelan karena itu merupakan peraturan yang adiluhung yang

dapat diwujudkan pada saat penabuh akan memainkan gamelan dengan berjalan

jongkok karena hal itu memiliki hubungan dengan budi pekerti yang berhubungan

dengan etika kesopanan saat bermain gamelan. Ketertiban dalam memainkan alat

musik gamelan juga terdapat pada ketepatan dan kerjasama penabuh menabuh

instrumen gamelan. Oleh karena itu, hubungan gamelan dengan budi pekerti

terletak pada kelakuan penabuh yang memainkan gamelan yang akan terasah

sehingga mempunyai budi pekerti dan etika yang baik. Anak-anak perlu

diperkenalkan sejak dini terhadap alat musik gamelan karena setiap anak yang

memainkan gamelan akan menimbulkan suasana keheningan dan rasa nyaman.

Tetapi seiring dengan berkembangnya jaman dan teknologi yang sudah semakin

canggih di era globalisasi ini, anak-anak pada masa sekarang kurang tertarik

bahkan tidak mengenal alat musik tradisional gamelan. Hal itu membuat anak-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

3

anak pada masa sekarang itu tidak mengenal arti sebuah rasa, budi pekerti, dan

pola pikir. Praktisi juga mengatakan masih kurangnya buku tentang pendidikan

budi pekerti dalam memainkan gamelan.

Peneliti melakukan penyebaran angket pada tanggal 15 Juni 2017 kepada

20 siswa kelas V di SD Kanisius Klepu. Angket tersebut dibagikan untuk

mengetahui analisis kebutuhan siswa mengenai tingkat pemahaman siswa tentang

nilai budi pekerti dalam memainkan gamelan dan mengetahui perlu atau tidaknya

buku yang berisi informasi tentang nilai-nilai budi pekerti dalam memainkan

gamelan. Peneliti mendapatkan data bahwa: 65% siswa menjawab sebelum

memainkan gamelan harus berdoa, 65% siswa menjawab saat memainkan

gamelan harus fokus, 5% siswa menjawab saat bermain gamelan harus kompak,

25% siswa menjawab setelah memainkan gamelan harus hormat, 15% siswa

menjawab setelah memainkan gamelan harus berdoa, 15% siswa menjawab

setelah memainkan gamelan harus mengembalikan alat ke tempatnya, 85% siswa

pernah membaca buku notasi gamelan, 25% siswa pernah membaca buku pepak

basa jawa.

Berdasarkan hasil angket tersebut peneliti mendapatkan data bahwa

memainkan gamelan dapat membantu siswa memiliki kebiasaan berdoa (80%),

fokus (65%), kerjasama (5%), menghormati (25%), tanggung jawab (15%), dan

100% siswa belum pernah membaca buku tentang nilai-nilai dalam gamelan.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa belum tersedianya buku tentang nilai-nilai

pendidikan budi pekerti dalam memainkan gamelan. Pada penelitian ini peneliti

hanya fokus pada instrumen saron barung karena instrumen tersebut memiliki

kekhasan yaitu mempunyai nilai tenggang rasa. Oleh karena itu peneliti terdorong

untuk mengembangkan prototipe buku pendidikan budi pekerti dalam memainkan

instrumen gamelan saron barung (untuk SD).

Peneliti terdorong pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh

Alexander (2016) tentang peran kegiatan ekstrakurikuler karawitan Jawa untuk

menanamkan nilai cinta budaya pada siswa di SD Antonius 01 Semarang. Cinta

budaya merupakan bagian dari salah satu karakter anak bangsa yaitu cinta tanah

air dan bertanggungjawab pada kelestarian budayanya sendiri. Nilai cinta budaya

hendaknya ditanamkan pada dalam diri anak-anak melalui kegiatan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

4

ekstrakurikuler karawitan. Simpulan hasil penelitian tersebut adalah kegiatan

ekstrakurikuler karawitan jawa sangat berperan dalam menanamkan nilai cinta

budaya pada anak. Oleh karena itu, diharapkan kegiatan ekstrakurikuler karawitan

dapat terus dipertahankan untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam

memainkan gamelan dan menanamkan nilai cinta budaya.

Berdasarkan data dan informasi yang diperoleh peneliti terdorong untuk

menyusun sebuah prototipe tentang nilai-nilai budi pekerti dalam memainkan

gamelan. Prototipe buku yang dikembangkan berjudul “Nilai-nilai Budi Pekerti

dalam Memainkan Gamelan”. Prototipe tersebut terdiri dari dua bagian yaitu

bagian pertama berisi artikel “Nilai-nilai Budi Pekerti dalam Memainkan

Gamelan”. Artikel tersebut berisi tentang pengertian gamelan, nilai-nilai budi

pekerti dalam beberapa instrumen gamelan, dan nilai-nilai budi pekerti dalam

memainkan gamelan. Bagian kedua memuat tentang sebuah cergam berjudul

“Bermain Saron Barung Menumbuhkan Sikap Tenggang Rasa”. Isinya tentang

seorang siswa kelas V bernama Reni yang menyukai gamelan sejak kecil dan

membagikan pengalamannya saat terpilih menjadi penabuh saron barung. Ia

dilatih untuk dapat berkonsentrasi pada saat menabuh saron sesuai dengan notasi

gamelan dan menghargai penabuh lainnya sehingga tercipta sikap tenggang rasa

dengan antar penabuh gamelan. Cerita tersebut diperkuat dengan 10 gambar

memainkan gamelan. Prototipe ini juga berisi daftar kepustakaan yang berkaitan

dengan gamelan dan pendidikan budi pekerti serta biografi penulis. Peneliti

memilih buku cerita bergambar sesuai dengan upaya Gerakan Literasi Sekolah

untuk melakukan pembiasaan kegiatan membaca 15 menit sebelum pembelajaran

dimulai di SD.

Literasi adalah kemampuan mengakses, memahami, dan menggunakan

sesuatu secara cerdas melalui berbagai aktivitas, antara lain membaca, menyimak,

menulis, dan/atau berbicara (Faizah, dkk, 2016:2). Konten bacaan yang sesuai

dengan siswa salah satunya adalah cerita bergambar atau cergam. Cergam adalah

buku yang menyampaikan pesan lewat dua cara, yaitu ilustrasi dan tulisan.

Ilustrasi (gambar) merupakan yang ingin disampaikan dalam buku secara lebih

baik dan jelas. Ilustrasi dan tulisan saling berkaitan dalam menyampaikan sebuah

pesan (Nurgiyantoro, 2005:153). Tujuan literasi adalah untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

5

menumbuhkembangkan budi pekerti peserta didik melalui pembudayaan

ekosistem literasi sekolah yang diwujudkan dalam Gerakan Literasi. Melalui

prototipe buku tentang pendidikan budi pekerti dalam memainkan gamelan

peneliti berharap dapat menumbuhkan rasa ingin tahu dan cinta terhadap

pengetahuan tentang kesenian gamelan yang merupakan salah satu bagian dari

kebudayaan di Indonesia. Oleh karena itu, peneliti berharap prototipe buku

pendidikan budi pekerti dalam memainkan gamelan dapat menjadi sarana literasi

untuk siswa SD.

1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang masalah tersebut, peneliti fokus terhadap

rumusan masalah sebagai berikut:

1.2.1 Bagaimana mengembangkan “Prototipe Buku Pendidikan Budi Pekerti

dalam Memainkan Instrumen Gamelan Saron Barung (untuk SD)” ?

1.2.2 Bagaimana kualitas “Prototipe Buku Pendidikan Budi Pekerti dalam

Memainkan Instrumen Gamelan Saron Barung (untuk SD)” ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah:

1.3.1 Untuk mengembangkan “Prototipe Buku Pendidikan Budi Pekerti dalam

Memainkan Instrumen Gamelan Saron Barung (untuk SD).

1.3.2 Untuk mendeskripsikan kualitas “Prototipe Buku Pendidikan Budi Pekerti

dalam Memainkan Instrumen Gamelan Saron Barung (untuk SD)”.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.4.1 Bagi Siswa

Prototipe buku pendidikan budi pekerti dapat memberikan informasi

kepada siswa tentang makna nilai-nilai budi pekerti yang terdapat dalam

memainkan gamelan. Setelah siswa memahami isi dari prototipe buku,

siswa juga dapat mengembangkan karakter kepribadian dalam

kehidupannya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

6

1.4.2 Bagi Guru

Guru dapat menggunakan prototipe buku budi pekerti dalam memainkan

gamelan sebagai sarana untuk memberikan literasi dalam bentuk cerita

bergambar berkaitan dengan gamelan sekaligus membina siswa dalam

membangun karakter yang dimiliki oleh setiap siswa.

1.4.3 Bagi Peneliti

Memberikan pengalaman dan melatih peneliti melakukan pengembangan

prototipe buku pendidikan budi pekerti dalam memainkan gamelan.

1.5 Definisi Operasional

Beberapa definisi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1.5.1 Prototipe

Prototipe adalah produk sederhana berupa buku yang belum dicetak dan

dipublikasikan secara luas atau belum resmi memiliki hak cipta atas

produk tersebut.

1.5.2 Pendidikan Budi Pekerti

Pendidikan Budi pekerti merupakan pengetahuan tentang sikap atau

perilaku seseorang yang berkaitan dengan norma dan etika.

1.5.3 Gamelan

Gamelan merupakan seperangkat alat musik yang berasal dari daerah Jawa

yang jika dimainkan menimbulkan suatu bunyi atau irama tertentu dan

mempunyai nilai tertentu di dalam memainkannya.

1.5.4 Instrumen Saron Barung

Saron Barung merupakan salah satu macam instrumen gamelan Jawa

untuk tetabuhan keras yang dimainkan dengan cara dipukul berdasarkan

notasi atau dimainkan dengan cara teknik imbal yang dapat menumbuhkan

sikap tenggang rasa pada pemainnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

7

1.5.5 Nilai-nilai dalam Memainkan Gamelan

Nilai-nilai budi pekerti dalam memainkan gamelan diwujudkan dalam

berbagai aturan dan tata cara yang menjadi kebiasaan para penabuh

gamelan antara lain sopan santun, religius, kerjasama, tenggang rasa,

konsentrasi, ketekunan, dan tanggung jawab.

1.6 Spesifikasi Produk

Spesifikasi produk yang dilakukan oleh peneliti sebagai berikut:

1.6.1 Produk prototipe berjudul “Nilai-nilai Budi Pekerti dalam memainkan

Gamelan”.

1.6.2 Isi prototipe antara lain cover, kata pengantar, daftar isi, bagian I artikel

berjudul “Nilai-nilai Budi Pekerti dalam Memainkan Gamelan”, bagian II

cergam berjudul “Bermain Saron Menumbuhkan Sikap Tenggang Rasa”,

refleksi, daftar pustaka, dan biodata.

1.6.3 Cergam memuat gambar: gambar 1 (cover); gambar 2 (sosok Reni),

gambar 3 (Reni dan teman-temannya sedang berlatih karawitan bersama

pelatih), gambar 4 (Reni menabuh saron barung), gambar 5 (Reni dan

teman-temannya berjalan jongkok), gambar 6 ( Reni dan teman-teman

berdoa), gambar 7 (Reni menabuh saron bersama kedua temannya

menabuh kendang dan gender), gambar 8 (Reni dan teman-temannya

menabuh gamelan), gambar 9 (Reni dan teman-temannya pentas), gambar

10 (Reni dan teman-temannya memberi hormat seusai pementasan),

gambar 11 (Reni dan teman-temannya berdoa)

1.6.4 Prototipe buku dicetak dengan ukuran kertas A5.

1.6.5 Cover prototipe dicetak menggunakan jenis kertas ivory.

1.6.6 Isi prototipe berupa kata pengantar, daftar isi, pendahuluan, artikel,

cergam, daftar pustaka dan biodata menggunakan jenis kertas

menggunakan jenis kertas art paper.

1.6.7 Prototipe buku pada bagian cergam diisi dengan frame gambar hitam putih

dan menggunakan font Arial.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

8

BAB II

LANDASAN TEORI

Pada bab ini peneliti akan membahas mengenai Kajian Pustaka, Penelitian

yang Relevan dan Kerangka Berpikir. Ketiga hal tersebut akan diuraikan sebagai

berikut.

2.1 Kajian Pustaka

Kajian pustaka merupakan sebuah acuan yang digunakan peneliti dalam

membuat Prototipe Buku Pendidikan Budi Pekerti dalam Memainkan Gamelan

(untuk SD). Teori-teori yang digunakan merupakan definisi dan hasil analisa

pakar yang telah ahli di bidang pendidikan dan kebudayaan. Hal tersebut akan

diuraikan sebagai berikut.

2.1.1 Budi Pekerti

2.1.1.1 Pengertian Budi Pekerti

Kebudayaan merupakan suatu hal dalam adat istiadat yang menjadi

kebiasaan turun temurun yang erat hubungannya dengan masyarakat. Menurut

Koentjaraningrat (2000:9) kebudayaan dengan kata dasar budaya berasal dari

bahasa sansakerta “buddayah” yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti “budi”

atau “akal” yang didefenisikan sebagai “daya budi” yang berupa cipta, karsa dan

rasa, sedangkan kebudayaan adalah hasil hasil dari cipta, karsa, dan rasa itu.

Sedyawati (1999:5) mengatakan budi pekerti diartikan sebagai moralitas

yang mengandung pengertian antara lain adat istiadat, sopan santun, dan perilaku.

Moralitas mengandung beberapa pengertian antara lain pemikiran, sikap, dan

perilaku (Zuriah, 2011:17). Sedangkan menurut Suparno, Koesomo, Titisari,

Kartono (2002:29) budi pekerti lebih diartikan sebagai nilai moralitas manusia

yang disadari dan dilakukan dalam tindakan nyata. Budi sering diartikan sebagai

nalar, pikiran, dan akal. Secara operasional, budi pekerti dapat dimaknai sebagai

perilaku yang tercermin dalam kata, perbuatan, pikiran, sikap dan perasaan,

keinginan dan hasil karya. Maka budi pekerti dapat disimpulkan sebagai pelajaran

etika hidup bersama dengan bertindak baik yang berdasarkan nalar.

Budi pekerti meliputi pula sikap yang dicerminkan oleh perilaku yang

mempunyai suatu nilai etika. Menurut Bertens (dalam Sjarkawi, 2006:24) etika

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

9

mempunyai tiga arti. Pertama, etika dalam arti nilai-nilai atau norma-norma yang

menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok orang dalam mengatur

tingkah lakunya. Kedua, etika dalam arti kumpulan asas atau nilai moral. Ketiga,

etika dalam arti ilmu tentang yang baik atau buruk. Istilah etika kadang

dipergunakan sama dengan kata moral (Sjarkawi, 2006:27). Moral berasal dari

bahasa Latin yaitu kata more yang berarti adat istiadat, kelakuan, tabiat, watak,

cara hidup (Bagus, 1996:672). Maka dapat disimpulkan bahwa moral artinya sama

dengan etika, yaitu nilai dan norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau

suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.

Menurut Steeman (dalam Sjarkawi 2006:29) nilai adalah yang memberi

makna pada hidup. Nilai seseorang akan diukur melalui tindakan yang dilakukan.

Oleh karena itu, etika menyangkut dengan nilai. Sesuatu dikatakan mempunyai

nilai, apabila sesuatu itu berguna, benar, indah, dan religius. Nilai kebenaran

adalah bersumber dari unsur akal manusia (rasio, budi, dan cipta atau kognitif,

afektif, dan psikomotorik). Nilai kebaikan atau nilai moral adalah nilai yang

bersumber pada unsur kehendak atau kemauan manusia (will, karsa, dan etik).

Nilai religius adalah nilai yang bersumber dari keyakinan ketuhanan yang ada

pada diri seseorang. Nilai keindahan adalah nilai yang bersumber pada unsur rasa

manusia (gevoel, perasaan, aestetis).

Estetika (aesthetic) adalah suatu hal yang mengutamakan tentang

keindahan. Keindahan itu dapat diwujudkan dalam niat, keindahan dalam proses,

dan keindahan dalam hasil. Apabila dikaitkan dengan indra manusia maka

keindahan sesuatu yang dilihat disebut sedap dipandang, keindahan sesuatu yang

didengar disebut merdu, keindahan sesuatu yang dikecap disebut enak. Daya

keindahan ini merupakan hal yang juga menjadi bagian dari nilai yang perlu

dimiliki oleh para siswa. Oleh karena itu, dalam pendidikan budi pekerti pun

semestinya memasukkan nilai-nilai estetika sebagai bagian darinya (Sjarkawi,

2006:33). Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa budi pekerti disebut juga

dengan moralitas atau sikap yang dicerminkan oleh perilaku yang mempunyai

suatu nilai etika sehingga akan terwujud suatu keindahan. Budi pekerti dapat

diwujudkan melalui pendidikan budi pekerti yang akan dibahas pada bagian

selanjutnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

10

2.1.1.1 Pendidikan Budi Pekerti

Pendidikan budi pekerti secara operasional adalah upaya untuk membekali

peserta didik melalui bimbingan, pengajaran, dan latihan selama pertumbuhan dan

perkembangan dirinya sebagai bekal masa depannya agar memiliki hati nurani

yang bersih, berperangai baik, serta menjaga kesusilaan dalam melaksanakan

kewajiban terhadap Tuhan dan sesama makhluk. Dengan demikian, terbentuklah

pribadi seutuhnya yang tercermin pada perilaku berupa ucapan, perbuatan, sikap,

pikiran, perasaan, dan hasil karya berdasarkan nilai-nilai agama serta norma dan

moral luhur bangsa (Zuriah, 2011:17-20).

Pendidikan budi pekerti adalah proses pendidikan yang ditujukan untuk

mengembangkan nilai, sikap\, dan perilaku yang memancarkan budi pekerti luhur.

Nilai-nilai positif yang seharusnya dimiliki seseorang menurut ajaran budi pekerti

luhur antara lain bekerja keras, beradab, berdisiplin, berhati lembut, beriman dan

bertakwa, berkepribadian, bersemangat, bertanggung jawab, bertenggang rasa,

cerdas, cermat, kesatria, kooperatif, mandiri, rasa indah, rasa percaya diri, rendah

hati, sabar, semangat kebersamaan, sikap hormat, sikap nalar, sikap tertib, sopan

santun, takut bersalah, ulet dan sejenisnya (Sjarkawi, 2006:34).

Seseorang yang berkepribadian baik, berarti orang itu dapat

mengapresiasi nilai-nilai yang terkandung pada budi pekerti dalam kehidupannya

sehari-hari. Dengan menanamkan nilai-nilai pendidikan budi pekerti yang baik

sejak dini, akan membantu pembentukan kepribadian yang berbudi pekerti luhur.

Kepribadian seseorang merupakan cerminan watak dan tingkah laku yang dapat

berpengaruh pada etika orang tersebut di masyarakat. Selain etika, kepribadian

yang dimiliki seseorang akan memengaruhi cara pandang orang tersebut terhadap

estetika di lingkungannya. Kepribadian yang peka pada kebaikan, pada umumnya

juga akan lebih peka atau peduli terhadap estetika dalam kehidupannya (Sjarkawi,

2006:35).

Makna pendidikan budi pekerti dan pendidikan karakter memang tidak

dapat dipisahkan karena semuanya bertujuan untuk membentuk suatu karakter.

Karakter dalam istilah sederhananya adalah pendidikan budi pekerti, kata karakter

berasal dari bahasa inggris character, artinya watak (Dewantara, 1977:24).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:623) yang dimaksud karakter

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

11

adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang

dari yang lain, tabiat, watak. Budi merupakan alat batin yang merupakan panduan

akal dan perasaan menimbang baik buruk tabiat, akhlak, watak, perbuatan baik,

daya upaya dan akal. Perilaku diartikan sebagai tanggapan atau reaksi individu

yang berwujud dalam sikap.

Pendidikan karakter merupakan upaya untuk mengembangkan ranah

kognitif, afektif, dan psikomotorik. Muara ranah kognitif adalah tumbuh dan

berkembangnya kecerdasan dan kemampuan intelektual akademik, ranah afektif

bermuara pada terbentuknya karakter kepribadian, dan ranah psikomotorik akan

bermuara pada keterampilan dan perilaku. Hal ini sesuai dengan yang

disampaikan oleh Ki Hajar Dewantara bahwa terdapat tiga aspek dalam

pembelajaran yaitu, pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Pengetahuan adalah

bentuk dari prinsip dan fakta, keterampilan adalah pemerolehan kemampuan

melalui pelatihan atau pengalaman. Sikap didefinisikan sebagai suatu pendapat,

perasaan atau mental seseorang yang ditunjukkan oleh tindakan. Pendidikan

sebagai upaya untuk memajukan budi pekerti baik itu kekuatan batin dan karakter

agar anak didik dapat menemukan kesempurnaan hidup. Ki Hajar Dewantara

memandang pentingnya pendidikan karakter sebagai bekal untuk meraih cita-cita,

karena karakter manusia menjadi modal utama dalam menjalani kehidupan

(Dewantara, 1967:15).

Persamaan aspek pendidikan budi pekerti dan pendidikan karakter dapat

dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2.1 Nilai-nilai Budi Pekerti dan Nilai-Nilai Karakter

Nilai-nilai Budi Pekerti Nilai-Nilai Karakter

Pikiran Kognitif

Perilaku Psikomotor

Sikap Afektif

Karakter peserta didik merupakan suatu kualitas atau sifat baik menurut

norma agama, Pancasila, budaya dan tujuan pendidikan nasional yang terus

menerus dan kekal yang dapat dijadikan identitas individu, sebagai hasil dari

pengalaman belajar peserta didik (Fatthurrohman, 2013:18). Ada enam pilar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

12

penting karakter manusia yang dapat digunakan untuk mengukur dan menilai

watak/perilakunya, yaitu respect (penghormatan), responsibility (tanggung

jawab), citizenship-civic duty (kesadaran berwarganegara), fairness (keadilan),

caring (kepedulian dan kemauan berbagi) dan trustworthiness (kepercayaan).

Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan budi

pekerti adalah suatu pengetahuan tentang sikap atau perilaku seseorang yang

berkaitan dengan norma dan etika. Pendidikan budi pekerti untuk membentuk

suatu karakter anak dapat diwujudkan melalui budaya. Indonesia merupakan

negara yang memiliki keanekaragaman kebudayaan salah satunya dalam bidang

kesenian. Kesenian menurut Dewantara (1977:330) adalah segala perbuatan

manusia yang timbul dari hidup perasaannya dan bersifat indah, sehingga dapat

menggerakkan jiwa perasaan manusia. Tindakan atau perbuatan manusia yang

mereka ungkapkan dari dalam diri dan memiliki nilai estetika dapat menarik minat

para penikmat seni. Karena melalui kesenian manusia mampu menyeimbangkan

antara kebutuhan jasmani dan rohani dengan melakukan kegiatan atau aktivitas

sesuai dengan kebutuhan hidupnya. Kesenian sebagai bagian dari kebudayaan

yang keberadaannya sangat dibutuhkan manusia untuk kelangsungan hidupnya.

Salah satu kesenian alat musik yang ada di Indonesia adalah Gamelan. Oleh

karena itu, peneliti akan mengembangkan sebuah produk berupa prototipe buku

pendidikan budi pekerti dalam memainkan gamelan untuk siswa usia sekolah

dasar.

2.1.2 GAMELAN

Gamelan adalah alat musik yang terbuat dari bahan logam. Gamelan

berasal dari daerah Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta, Jawa Timur juga di Jawa Barat

yang biasa disebut dengan Degung dan di Bali (Gamelan Bali). Satu perangkat

gamelan terdiri dari instrument saron, demung, gong, kenong, bonang dan

beberapa intrumen lainnya. Kata Gamelan sendiri berasal dari bahasa Jawa gamel

yang berarti memukul/menabuh, diikuti akhiran -an yang menjadikannya kata

benda. Di dalam penelitian ini, peneliti hanya akan membahas salah satu alat

musik gamelan yang berasal dari daerah Jawa yaitu Gamelan Jawa.

Gamelan adalah salah sebuah pernyataan musikal berupa kumpulan alat-

alat musik tradisional dalam jumlah besar yang salah satunya terdapat di Pulau

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

13

Jawa (Yudoyono, 1984:15). Ditinjau dari istilah kata, gamelan terjadi dari

pergeseran atau perkembangan dari kata gembel. Gembel adalah alat untuk

memukul, karena cara membunyikan instrument itu dengan dipukul-pukul.

Barang yang sering dipukul namanya pukulan, barang yang sering diketok

namanya ketokan atau kentongan, barang yang sering digembel namanya

gembelan. Kata gembelan ini bergeser atau berkembang menjadi gamelan.

Gamelan berasal dari kata “gamel” dengan alat musik perkusi yakni alat musik

yang dipukul (Zoetmulder dalam Ferdiansyah, 2010:26). Pendapat lain

diungkapkan oleh Yudoyono (1984:31) kata lain dari gamelan Jawa adalah

gangsa. Gangsa mempunyai arti yang menunjukkan latar belakang filsafat

diciptakannya alat tetabuhan ini. Bahwa menurut masyarakat Jawa, gangsa

mengandung arti: gang= gegandulaning urip (pegangan utama hidup) dan sa =

rasa. Jadi gangsa adalah pegangan utama hidup yaitu rasa.

Gamelan Jawa merupakan seperangkat instrumen sebagai pernyataan

musikal yang sering disebut dengan istilah karawitan (Trimanto dalam Purwadi

dan Widayat, 2006:1). Karawitan adalah seni memainkan alat musik bernama

gamelan. Dengan kata lain, karawitan adalah seni musiknya dan gamelan adalah

alat yang dipergunakan dalam karawitan untuk mengiringi tarian, upacara adat,

dan nyanyian, umumnya dimainkan untuk mengiringi pagelaran seni panggung.

Ferdiansyah (2010:10) mengatakan karawitan berasal dari kata dasar “rawit” yang

berasal kecil, halus, atau rmumit. Sedangkan menurut Endraswara (2008:23-24)

karawitan berasal dari kata rawit, yang mendapat awalan ka dan akhir an. Rawit

berarti halus, lembut, lungit. Secara etimologis, istilah “karawitan” juga ada yang

berpendapat berasal dari kata rawita yang mendapat awalan, ka dan akhir an.

Rawita adalah sesuatu yang mengandung rawit berarti halus, remit. Kata rawit

merupakan kata sifat yang mempunyai arti bagian kecil, potongan kecil, renik,

rinci, halus, atau indah. Jadi dapat disimpulkan karawitan merupakan seni musik

dari perpaduan seperangkat instrumen gamelan yang rumit tetapi indah untuk

didengarkan.

Yudoyono (1984:15) mengatakan seperangkat gamelan yang lengkap

mempunyai 75 alat dan dapat dimainkan oleh 30 penabuh atau yang sering disebut

niyaga disertai dengan 10 sampai 15 pesinden dan atau gerong. Alat-alat bunyi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

14

gamelan itu disebut ricikan. Bahkan ada pula ricikan yang digesek, dipetik, dan

disebul. Pada dasarnya ricikan gamelan dibagi menjadi tiga macam, menurut

bentuk dan wujudnya (Widodo, 1996:1), yaitu: (a) Bilah, wujud dan bentuknya

seperti bilah, antara lain Demung, Slenthem, Saron Barung, Saron Penerus,

Gender Barung, Gender Penerus, Gambang (bilah kayu); (b) Pencon atau pencu,

wujud dan bentuknya seperti pencon atau pencu (ricikan yang mempunyai pencon

atau pencu), antara lain: Kenong, Kempul, Gong Besar, Gong Suwukan, Bonang

Barung, Bonang Penerus, Kethuk, Kempyang, Engkuk-Kemong; (c) bentuk lain-

lain, wujud dan bentuknya tidak sama dengan yang lainnya, yaitu Siter, Rebab,

Kendang, Suling, dan Kemanak. Walaupun terdiri atas beberapa macam

alat/instrumen, namun pada pokoknya alat-alat tersebut antara lain adalah Rebab,

Gender, Bonang, Gambang, Saron, Gong, Ketuk, Kenong, Kempul, Siter,

Kendang, Seruling, Demung, Peking (Yudoyono, 1984:87).

Gamelan dapat berdiri sendiri dalam uyon-uyon. Perpaduan bunyi yang

selaras antara tempo dan irama dari berbagai instrument mampu menghasilkan

suara teratur yang disebut gending. Apabila dibunyikan tidak untuk mengiringi

suatu tembang atau nyanyian manusia, maka gendingnya disebut soran

(Yudoyono, 1984:15). Gamelan terdiri atas alat-alat tetabuhan keras (dari logam)

dan alat-alat tetabuhan halus (bukan dari logam). Menurut nada atau larasnya,

gamelan Jawa dapat dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu pelog dan slendro.

Pelog mempunyai sifat semu sedih, halus dan menyayat dalam irama gending-

gendingnya. Sedangkan slendro mempunyai sifat yang terasa gagah, segar dan

menggembirakan (Yudoyono, 1984:26).

Gamelan berfungsi untuk mengiringi sebuah pertunjukkan tari atau drama

dan merupakan merupakan ciri kesenian Jawa (Surjodiningrat dalam Yudoyono,

1984:15). Oleh sebab itu, tak heran bila gamelan digunakan untuk mengiringi

beberapa kesenian Jawa seperti, tari, wayang, kesusastraan, adat istiadat.

Kepercayaan dan naluri orang Jawa sangat erat hubungannya dengan gamelan. hal

itulah yang membentuk watak masyarakat Jawa. Bagi masyarakat Jawa gamelan

mempunyai fungsi estetika yang berkaitan dengan nilai-nilai sosial, moral dan

spriritual (Trimanto dalam Purwadi dan Widayat, 2006:10). Gamelan adalah alat

kesenian yang serba luwes. Gamelan dapat digunakan untuk mendidik rasa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

15

keindahan seseorang. Orang yang biasa berkecimpung dalam dunia karawitan,

rasa kesetiakawanan akan tumbuh, tegur sapa halus, dan bertingkah laku sopan.

Semua itu karena jiwa seseorang menjadi sehalus gendhing-gendhing

(Endraswara, 2008:44). Meskipun gendhing berlagu keras, nada cepat, kehalusan

rasa tetap ada. Belajar karawitan berarti belajar hidup bersama, belajar menjadi

manusia utuh. Gendhing yang paling sederhana pun tetap memuat daya estetika

tinggi. Jadi karawitan akan memperhalus estetika dan sekaligus etika. Aspek-

aspek kemanusiaan akan muncul dalam karawitan. Satu penabuh dengan yang

lain, tidak mungkin berdiri sendiri, melainkan secara ritmis saling mewujudkan

kepaduan yang mapan (Endraswara, 2008:6).

Nilai-nilai etika dan estetika pada mulanya timbul dari perasaan, tetapi

tidak luput dari pengaruh gerak pikiran yang semuanya itu dipengaruhi dari panca

indera. Panca indera manusia adalah alat penyambung dunia dengan jiwa

manusia. Penglihatan digunakan untuk melatih kecerdasan pikiran. Sedangkan

pendengaran mempunyai daya pengruh lebih dalam lagi terhadap perasaan. Oleh

karena itu, untuk melatih perasaan perlu sekali adanya latihan halusnya

pendengaran dengan olah suara. Latihan gending dapat digunakan untuk melatih

kehalusan pendengaran yang akan membawa halusnya rasa dan budi. Gending

adalah pengatur gerak irama (Dewantara, 1967:215).

Gending adalah wirama dalam bentuk suara atau wirama yang dapat

didengar. Wirama adalah segala getaran dan gerak yang teratur serta harmonis dan

cepat lambatnya laku sehingga menimbulkan suasana yang mengesan (Dewantara,

1967:216). Sifat tertib yang bersifat indah dan karena keindahannya lalu dapat

memberi rasa senang atau bahagia. Wirama dapat memcerdaskan budi pekerti atau

bisa dikatakan dapat membentuk watak seseorang. Hal ini terbukti dari hidup

orang-orang yang biasa hidup dengan wirama, pada umumnya mereka itu

bertabiat, tetap hati, teguh dan tahan, tertib dan sejuk jiwanya, berani, tenteram

dan sabar, bersenang hati, dan sebagainya. Misalnya pelajaran gerak wirama yang

bersifat beksa (wiraga) yaitu aturan gerak badan yang terpakai sehari-hari selaku

tata karma (laku-dodok, munduk-munduk, ngapurancang, sila, jengkeng, dsb).

Pelajaran itu merupakan pendidikan yang boleh disebut pembiasaan pada wirama.

Walaupun sekarang bukan jamannya berjongkok dan menyembah, akan tetapi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

16

baik jika cara-cara yang bersifat wirama dapat diajarkan untuk pendidikan budi

pekerti (Dewantara, 1962:311).

Suara gending ada dua macamnya, yaitu diwujudkan dengan suara

manusia yang disebut sekar (tembang, lagu) dan dapat juga disuarakan dengan

alat yang dinamakan gamelan yang biasanya lalu disebut dengan gending.

Gendhing dalam arti umum adalah lagu. Lagu suara (gending vokal) dalam

kesenian Jawa selalu mempergunakan irama bebas, akan tetapi gending gamelan

(gending instrumental) hampir semuanya memakai irama tetap. Tidak setiap

gending melibatkan semua instrument. Ada kalanya suatu gending hanya

membutuhkan beberapa instrument untuk mengiringi. Sedangkan gendhing dalam

arti khusus adalah nama dari suatu lagu tertentu, misalnya tembang lagu dolanan

anak Gugur Gunung dan Sluku-sluku Bathok. Untuk memainkan tembang lagu

dolanan tersebut, gamelan yang digunakan adalah gamelan slendro sesuai dengan

sifat dan irama yang akan dibawakan yaitu semangat dan menggembirakan.

Pakaian dalam pentas kesenian karawitan adalah pakaian adat masing-

masing daerah. Misalnya karawitan Jawa, otomatis pakaian yang digunakan

adalah pakaian adat Jawa. Begitu juga di daerah lain, menggunakan pakaian

adatnya masing-masing, ataupun pakaian daerah yang dicampurkan dengan unsur-

unsur lain. Seorang pemain harus bersikap sopan dan luhur. Gamelan Jawa

mempunyai hubungan yang erat dengan tingkat relig atau kepercayaan yang

dianut oleh masyarakat. bahkan dapat dikatakan tidak dapat dipisahkan, karena

gamelan Jawa merupakan perwujudan hasil manunggalnya cipta, rasa dan karsa

manusia.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa gamelan adalah

seperangkat alat musik gamelan yang terdapat di Pulau Jawa yang memiliki

sejarah dan nilai seni. Seni yang dihasilkan dari gamelan adalah karawitan.

Karawitan merupakan seni musik tradisional yang dibawakan secara

berkelompok, dengan alat musik gamelan sebagai isntrumennya, yang memiliki

sistem nada/tangga nada (laras), yaitu laras pelog dan laras slendro. Dengan kata

lain karawitan adalah seni musiknya dan gamelan adalah alat musiknya yang

digunakan dalam karawitan. Selain itu, gamelan tidak boleh dimainkan secara

sembarangan dan harus sopan. Oleh karena itu, terdapat nilai-nilai budi pekerti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

17

dalam setiap instrument gamelan dan memainkan gamelan. Nilai-nilai tersebut

yang nantinya akan membentuk suatu karakter atau watak seseorang yang

memainkan gamelan. Beberapa uraian di atas mengenai arti gamelan, karawitan,

gendhing, dan jenis instrumen gamelan akan dimuat oleh peneliti pada prototipe

buku bagian I yang berisi artikel tentang nilai-nilai budi pekerti dalam memainkan

gamelan.

2.1.2.1 Etika Karawitan

Menurut Endraswara (2008:69) terdapat beberapa nilai etika dalam bermain

karawitan, antara lain:

1. Menata dan menyiapkan pukul (tabuh) di atas gamelan dengan pegangan

di sebelah kanan. Pukul tidak diletakkan di bawah, diselipkan dalam

gamelan. Kecuali tabuh gong, bisa diletakkan di depan penabuh. Tabuh

gender juga diletakkan ke kanan kiri agar memudahkan memegang jika

hendak mulai.

2. Tidak diperkenankan untuk melangkahi gamelan.

3. Cara duduk wanita adalah bersimpuh, namun jika memakai celana panjang

diperkenankan untuk bersila. Sedangkan laki-laki bersila dengan posisi di

tengah gamelan.

4. Tidak diperkenankan menabuh sambil bicara, senda gurau, makan, dan

merokok karena merupakan hal yang kurang bagus.

5. Boleh memejamkan mata apabila sudah mampu menabuh dengan tepat.

6. Pada waktu jeda tidak tidur di atas gamelan dan tidak saling berbicara

dengan penabuh lain, kecuali dalam konteks gendhing.

2.1.2.2 Cara Menabuh Gamelan

1. Pakaian yang digunakan dalam menyajikan karawitan disebut dengan

pakaian kejawen yang terdiri dari blangkon, jas bukak, keris, sabuk,

timang dan nyamping (kain jarik).

2. Posisi badan tegak menghadap ke depan dengan posisi duduk yang sudah

disesuaikan.

3. Cara memegang pukul wilahan harus miring (condong ke kanan) kira-kira

60 derajat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

18

4. Menabuh dengan semangat dan irama yang laras namun tetap

memperhatikan tempo gendhing. Misalnya lagu-lagu soran (tanpa iringan

vokal) ditabuh keras terlebih wilahan, namun juga tetap memperhatikan

kenyamanan.

5. Mengikuti aba-aba pangrengga suwara/irama (gender, rebab, sindhen),

pamurba suwara (kendhang), pangarsa suwara (bonang, demung) serta

permintaan yang diiringi.

6. Dalam karawitan tidak dibenarkan asal menabuh sendiri, meskipun urutan

titilaras betul.

7. Apabila menabuh tertinggal atau terlalu cepat, diperkenankan berhenti

sejenak kemudian melirik instrumen saron demung atau slenthem agar

dapat mengikuti lagi.

8. Penabuh gong harus sigap, akan ditagih oleh seluruh penabuh, jika suwuk

tidak menabuh, karawitan terasa gagal.

Pada bagian sebelumnya telah diuraikan beberapa hal mengenai arti

gamelan, karawitan, etika dalam karawitan dan cara menabuh gamelan.

Penjelasan tersebut dimuat dalam prototipe buku pendidikan budi pekerti yang

peneliti kembangkan. Karena bahasa dan penjelasan yang dirasa masih sulit

dipahami oleh siswa, maka peneliti membuat isi prototipe menggunakan

bahasa yang lebih sederhana dan sesuai dengan pemahaman siswa sekolah

dasar.

2.1.3 Nilai-nilai Budi Pekerti dalam Instrumen Gamelan

Gamelan merupakan kumpulan dari bermacam-macam alat musik yang

masing-masing mempunyai cara memainkan tersendiri dan di dalam setiap

instrumen gamelan terdapat makna atau arti serta nilai yang akan berpengaruh

terhadap penabuh gamelan. Menurut Yudoyono (1984:87-130) gamelan pada

pokoknya terdiri atas 14 macam jenis instrumen, namun di sini peneliti hanya

akan membahas 7 macam instrumen karena instrumen yang dipaparkan oleh

peneliti mengembangkan nilai religius, konsentrasi, tenggang rasa, tanggung

jawab, sopan santun, pemimpin, kepekaan, dan kesabaran. Berikut karakteristik

dan nilai dari masing-masing instrumen:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

19

2.1.3.1 Rebab

Rebab adalah suatu instrument gamelan berdawai yang

membunyikannya secara digesek. Instrumen ini dalam komposisi gamelan

Jawa termasuk tetabuhan halus. Bentuk dari alat musik ini dikembangkan

dari bangun manusia sedang duduk bersila menurut konsepsi orang Jawa.

Sesuai dengan dasar konsep ini, maka cara membunyikannya dengan sikap

duduk bersila. Rebab dipegang dalam posisi tegak dan penggeseknya

digerakkan kea rah kiri dan kanan secara horizontal. Ini mempunyai arti

harus ada keseimbangan antara hubungan vertikal dan horizontal pada

setiap diri manusia. Ujung rebab bagian atas (tegak) menunjuk kea rah

manusia menyembah Tuhannya. Sedangkan cara menggeseknya menunjuk

arah bagaimana seseorang itu bersikap dan bertindak atas sesamanya

dalam kehidupan sehari-hari. Pembunyian rebab merupakan proses

hubungan antar manusia dengan apa yang ada disekelilingnya untuk

menemukan kesatuan hati seperti yang diinginkan. Hal ini mengingatkan

bahwa manusia akan bicara, bersikap atau pun bertindak apabila ada

masalah baik yang datang dari luar maupun dari dalam (gesekan). Rebab

berasal dari kata Re dan bab. Re artinya kembali/mengulang/pergantian.

Sedangkan bab artinya masalah/problema/bagian ataupun keadaan. Jadi

rebab diartikan sebagai pergantian masalah, pergantian bagian, atau

pergantian keadaan. Rebab berfungsi sebagai pengarah irama dalam suatu

gending. Oleh karenanya sering dikatakan bahwa rebab merupakan

pemimpin kelompok gamelan.

2.1.3.2 Saron

Saron merupakan salah satu macam alat gamelan Jawa untuk

tetabuhan keras berupa wilahan-wilahan berbentuk agak cembung dari

perunggu yang disusun berderet diatas kotak kayu sebagai wadah gema.

Makin kecil wilahannya, maki tinggi suaranya. makin besar wilahannya,

makin rendah suaranya. cara membunyikannya dengan menggunakan

sebuah alat pemukul yang terbuat dari kayu atau tanduk kerbau. Saron

berasal dari kata ‘seron’ yang berarti sero atau keras. Suatu makna yang

tersirat dibalik alat gamelan yang disebut saron ini antara lain:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

20

a) Saron demung berasal dari kata gandem + unggul, sebagai pembawa

lagu pokok hendaknya dapat membawakannya secara betul sehingga

nikmat didengar dan tidak tenggelam ditelan suara alat-alat lainnya.

b) Saron barung berasal dari kata bareng + nyurung, bersama-sama

mendorong sebagai perwujudan dari usaha gotong royong menuju

pada yang dicita-citakan yaitu keluhuran.

Saron barung dapat dimainkan sesuai notasi atau bergantian

dengan penabuh saron barung yang lain. Teknik memainkan seperti itu

biasa disebut imbal. Oleh karena itu, penabuh saron harus bisa konsentrasi

pada saat memukul setiap wilahan dengan tetap memperhatikan irama dari

penabuh yang lain. Memainkan instrumen ini menumbuhkan sikap

tenggang rasa terhadap penabuh lain yang timbul dari perasaan saat

menabuh, artinya penabuh saron harus menghargai penabuh yang lain

dengan mendengarkan keras lembutnya suara yang dihasilkan dan tidak

seenaknya sendiri dalam memukul. Instrumen ini melatih konsentrasi dan

menumbuhkan tenggang rasa.

2.1.3.3 Seruling

Cara memainkan alat musik satu ini adalah dengan ditiup. Kata

seruling dalam bahasa jawanya adalah suling, yaitu kependekan dari kata

su=nafsu dan ling=eling yang berarti ingat. Artinya menahan nafsu dan

ingat. Seruling berfungsi sebagai penghias lagu yang mengisi sela-sela

gending, dalam kerjasama yang harmonis dengan gambang, gender, rebab

dan alat tetabuhan lainnya. Alat-alat lainnya dibunyikan secara biasa

menurut tempo dan irama. Seringkali orang tenggelam dalam rasa nikmat

ketika mendengarkannya. Hal ini mengandung makna bahwa setiap usaha

akan menjadi keruh selama diserti hawa nafsu. Sebaliknya akan baik bila

diserti menahan nafsu dan selalu ingat pada Yang Maha Kuasa yang akan

meningkatkan daya cipta, karena pikiran tidak keruh. Daya ingat pun lebih

telatih ke arah yang baik. Nilai budi pekerti yang ada di dalam instrument

seruling ini adalah religiusitas.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

21

2.1.3.4 Siter

Siter merupakan satu-satunya alat petik pada instrument gamelan

Jawa yang juga disebut celempung. Artinya cepet+lempeng+rampung.

Bahwa apabila suatu usaha dilaksanakan dengan cepat, lurus dan jujur,

maka akan cepat selesai sehingga tercapai segala tujuan. Siter juga bisa

berarti kesit+muter yang artinya gesit dalam mengolah lagu pokok dan

selalu berputar variasinya. Keistimewaan ini membuat siter dapat

memainkan musiknya secara solo ditengah-tengah gending atau pagelaran

gamelan. Menurut konsepsi Jawa bentuk serta kelengkapan siter dengan

struktur manusia antara lain, dawai dengan tinggi rendahnya nada

menggambarkan suara hati nurani manusia, paku penyetel dawai

menggambarkan manusia yang dapat mengendalikan sikap dan tingkah

lakunya, bantalan/ganjal mengambarkan katalisator, wadah gema serta

lubang suara menggambarkan tubuh manusia lengkap dengan indera yang

dimiliknya, kaki siter menggambarkan pandangan atau pegangan hidup

setiap manusia, dan penabuh adalah permasalahan yang selalu mengiringi

kehidupan manusia. Sedangkan dengan cara duduk bersila

menggambarkan sopan santun agar bunyi yang dihasilkan enak walaupun

berat permasalahannya. Nilai budi pekerti yang terdapat pada instrumen

ini adalah tanggung jawab dan sopan santun.

2.1.3.5 Bonang

Alat ini termasuk dalam kelompok tetabuhan keras yang terbuat

dari logam. Untuk seperangkat gamelan, jumlahnya ada dua pasang atau 4

(empat) buah. Terdiri atas sepasang Bonang Panembung dan sepasang

Bonang Penerus. Sesuai denga nasal katanya yaitu ‘Nong-Nang’, bonang

berfungsi sebagai penunjuk arah dari suatu gending dilihat dari cara

memegang alat pemukulnya seperti orang menuding atau menunjukkan

arah dan sebagai penghias lagu pokok. Bonang pelog memuat dari baris

masing-masing terdiri atas tujuh pencu. Sedangkan untuk laras slendro

memuat dua baris dengan masing-masing terdiri lima pencu. Baris atas

mempunyai nada lebih tinggi dibanding dengan baris yang bawah.

Memainkannya harus dengan kedua tangan, masing-masing memegang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

22

satu alat pemukul dari kayu yang bagian ujungnya dibalut karet atau pun

benang tebal dan posisi duduk bersila. Menabuh bonang melatih

penabuhnya untuk menjadi seorang pemimpin karena bertugas sebagai

penunjuk dalam jalannya gendhing sehingga memiliki tanggung jawab.

2.1.3.6 Gender

Gender ialah sebuah nama untuk salah satu alat pukul pada

gamelan Jawa yang terdiri atas empat belas sampai lima belas wilahan-

wilahan dari perunggu. Alat ini termasuk dalam tetabuhan halus, walaupun

terbuat dari logam. Memainkannya dengan kedua tangan kanan dan kiri

yang menggunakan alat pemukul mirip seperti alat pemukul gambang.

Sewaktu membunyikan gender, posisi duduk bersila dan alat pemukul

dijapit oleh sela-sela jari tangan kanan dan kiri, serta siku turun ke bawah.

Hal ini merupakan sifat dan kejiwaan dari gender yang halus dan sopan

sesuai misi yang dibawakan. Dalam memukulkan alat pemukulnya cukup

dengan menggerakan pergelangan tangan (ugel-ugel) sehingga roda

pemukulnya seolah-olah menggelinding dengan sedikit lompatan di atas

permukaan wilahan-wilahannya. Makin kecil wilahan, makin tinggi suara

yang dihasilkan. Sebaliknya makin besar wilahannya, makin rendah nada

suaranya. Nama gender berasal dari kata ‘geder’ atau getaran. Maksudnya

menggambarkan terjadinya suatu getaran diantara manusia dengan

manusia, manusia dengan sekelilingnya dan sebagainya yang sangat terasa

dalam hati kita masing-masing. Instrumen ini mengajarkan penabuhnya

untuk peka.

2.1.3.7 Gong

Gong ialah alat musik pukul pada gamelan Jawa yang terbuat dari

perunggu dan mempunyai ukuran terbesar di antara alat-alat lainnya. Alat

pemukulnya bertangkai kayu dan dibagian ujung yang dipukulkan

berbentuk bulat seperti bola berisi sabut kelapa atau lilitan tali tebal

berlapis-lapis lembaran kain sehingga menjadi empuk. Gong mempunyai

hubungan dengan waktu pembuatan atau serta prosesnya yang sering

dikatakan misterius. Pembuat gong harus berpuasa terlebih dahulu selama

berhari-hari agar dapat berkonsentrasi secara maksimal. Oleh karena itu,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

23

diantara berbagai macam alat gamelan hanya gong yang diberi sesaji

ketika dipergelarkan. Gong dapat berarti besar seperti bentuk dan

bunyinya. Tapi dapat berarti ‘gegandulaning urip’ = tempat

bergantungnya hidup. Hal ini menunjukkan cara memasangnya (digandul)

juga menunjukkan fungsinya yaitu sebagai penentu batas-batas gending

serta penentu irama dasar atau mati hidupnya suatu gending. Penabuh

gong dilatih supaya dapat berkonsentrasi dalam menghitung notasi dan

sabar dalam menanti waktu pembunyian gong.

Tabel 2.2 Nilai Budi Pekerti dalam Instrumen Gamelan

No Instrumen Gamelan Nilai Budi Pekerti

1. Rebab Religius

2. Saron Konsentrasi, Tenggang Rasa

3. Seruling Religiusitas

4. Siter Tanggung Jawab, Sopan Santun

5. Bonang Pemimpin, Tanggung Jawab

6. Gender Kepekaan

7. Gong Konsentrasi dan Kesabaran

Dari informasi tentang beberapa instrumen gamelan, peneliti hanya

mengambil 4 jenis instrumen gamelan yang memiliki kekhasan berdasarkan cara

memainkannya yaitu Saron yang dibunyikan dengan cara dipukul, Siter yang

dibunyikan dengan cara dipetik, Seruling yang dimainkan dengan cara ditiup, dan

Rebab yang dibunyikan dengan cara digesek. Penjelasan tentang keempat jenis

intrumen beserta nilai-nilai budi pekerti yang terkandung pada setiap instrumen

tersebut termuat dalam prototipe buku yang disusun oleh peneliti.

2.1.4 Nilai-Nilai Budi Pekerti dalam Memainkan Gamelan

Gamelan merupakan alat musik tradisional budaya Indonesia yang

mempunyai muatan nilai-nilai kearifan dan berpengaruh pada perilaku pemain

gamelan. Terdapat dua nilai dalam memainkan gamelan yaitu nilai etika dan nilai

estetika. Nilai estetika adalah nilai yang memberikan suatu keindahan yaitu

gabungan antara nuansa religius, budaya, dan keluwesan pemain gamelan. Nilai

sosial terbentuk dari pemain gamelan dilatih untuk memiliki nilai-nilai

kebersamaan, kerjasama, gotong royong, kedisiplinan dan komunikasi yang baik.

Sedangkan nilai etika terbentuk dari sikap sopan santun dalam memainkan

gamelan. (Arifin, Huda dan Tarmiyati, 2009).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

24

Berdasarkan hasil wawancara dengan praktisi gamelan Bapak Waris

Haryono peneliti mendapatkan informasi bahwa terdapat nilai-nilai budi pekerti

dalam memainkan gamelan yang diwujudkan dalam berbagai aturan dan tata cata

memainkan gamelan yang menjadi kebiasaan para penabuh gamelan. Informasi

tersebut juga didukung dari hasil penyebaran angket pada 20 siswa sekolah dasar

yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler karawitan di sekolah. Hasil angket

menunjukkan bahwa sebelum memainkan gamelan para siswa dibiasakan untuk

berdoa. Saat memainkan gamelan para siswa dibiasakan untuk konsentrasi,

kerjasama, sungguh-sungguh dan percaya diri. Setelah memainkan gamelan pada

pementasan para siswa dibiasakan untuk hormat, berdoa, dan mengembalikan alat

(tanggung jawab). Di bawah ini akan dijelaskan beberapa nilai budi pekerti dalam

memainkan gamelan.

1. Sopan Santun

Sopan santun merupakan kemampuan untuk mengikuti norma yang

ada di masyarakat (Fatthurrohman dkk, 2013:121). Penabuh gamelan

berjalan jengkeng/ laku dhodhok sebelum memasuki arena gamelan,

mengambil posisi duduk bersila untuk laki-laki dan timpuh untuk

perempuan yang mengandung makna harus rendah hati dan tenang dalam

bersikap, bertutur kata sopan dan tidak boleh melangkahi alat musik

gamelan ((Ferdiansyah, 2010:11-12).

2. Religius

Religiusitas merupakan sikap dan perilaku yang patuh dalam

melaksanakan ajaran agama yang dianutnya dan hidup rukun dengan

pemeluk agama lain (Fatthurrohman dkk, 2013:106). Religiusitas juga

mengajarkan tentang toleran terhadap sesama lain. Walton (2001)

menyatakan bahwa alat musik gamelan dipercayai bukan merupakan alat

musik biasa namun banyak makna yang tersirat di dalam alat musik

gamelan maupun gendhing yang dimainkan, sehingga wajib seorang

pemain gamelan untuk bersikap sopan ketika memainkan alat musik

gamelan antara lain adalah pemain gamelan harus berdoa kepada Yang

Maha Kuasa baik sebelum dan sesudah bermain gamelan. Gamelan Jawa

mempunyai hubungan yang erat dengan tingkat relig atau kepercayaan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

25

yang dianut oleh masyarakat. bahkan dapat dikatakan tidak dapat

dipisahkan, karena gamelan Jawa merupakan perwujudan hasil

manunggalnya cipta, rasa dan karsa manusia.

3. Kerjasama

Kerjasama adalah kemampuan seseorang untuk bekerjasama

dengan orang lain dalam menyelesaikan tugas atau tujuan (Gauzali

Daydono, 1977:149). Nilai ini dapat melatih siswa untuk biasa bergaul

dan memperlakukan orang lain secara baik, tidak egois dan selalu siap

membantu (Fatthurrohman, 2013:134). Gamelan selain memiliki makna

mendalam seperti saling menghormati, menghargai dan menjunjung tinggi

nilai kesopanan namun juga dimainkan secara berkelompok yang artinya

membutuhkan usaha bersama untuk menciptakan nada yang harmonis

melalui penyelarasan nada antara alat musik satu dengan yang lain.

Keistimewaan gamelan memiliki nilai ganda, selain bisa menjadi sarana

pengembangan kepribadian yang santun dan melatih kepekaan terhadap

sekitar, juga berakar dari bangsa sendiri. Hal ini menjadi pendorong bagi

para pendidik untuk terus menggali kekayaan budaya bangsa sendiri dalam

mengembangkan tunas muda ke depan (Saptomo, 2009:11).

4. Tenggang Rasa

Tenggang rasa (toleransi) adalah sikap untuk menghargai dan

menghormati perbedaan dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya

(Faitturohman, 2013:121). Sikap ini dapat terwujud dalam memainkan

gamelan pada saat memukul instrument maka volumenya harus

disesuaikan dengan volume temannya dan tidak boleh lebih keras dari

pukulan lainnya (Saptomo, 2009:11). Setiap penabuh harus bisa

menghargai penabuh lain dan tidak mementingkan diri sendiri dalam

menabuh agar menghasilkan gendhing yang selaras dan harmonis.

5. Konsentrasi

Konsentrasi adalah memusatkan segenap kekuatan perhatian pada

situasi belajar (Sardiman, 2007:40). Pada saat menabuh gamelan penabuh

harus bisa memusatkan perhatiaannya pada instrumen masing-masing.

Penabuh harus fokus baik dalam memukul maupun mendengarkan irama

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

26

instrumen penabuh lain sehingga akan menghasilkan gendhing yang indah

dan selaras.

6. Ketekunan

Memainkan gamelan mengajarkan penabuh untuk tekun yang

berarti tidak mudah bosan dalam belajar (Fatthurrohman dkk, 2013:143).

Patokan atau aturan dalam karawitan dapat dilihat bahwa pada karawitan

terdapat kaidah pokok seperti laras, pathet, teknik dan irama. Nilai-nilai

tersebut jika ditanamkan dan diterapkan pada anak sejak awal, maka

penabuh akan belajar banyak etika yang harus ditaati lewat bermain

gamelan. Dengan demikian pembentukan pribadi dan karakter penabuh

akan terbangun sejak dini. Penabuh akan dapat dengan mudah

mengungkapkan ekspresi yang sedang dihadapinya melalui karawitan atau

bermain gamelan. Penabuh merasa senang ketika dapat mengeskpresikan

dirinya ketika bermain gamelan, nembang sambil menari, maupun bentuk

seni yang dapat diselarasakan dengan gamelan. Melalui ketekunan yang

dilakukan oleh penabuh dalam mempelajari karawitan baik dari notasi,

teknik dan irama maka penabuh dapat memainkan gamelan dengan baik

(Saptomo, 2009:11).

7. Tanggung Jawab

Tanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk

melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagaimana yang seharusnya

dilakukan (Fattthurrohman, 2013:125). Pada saat memainkan gamelan

setiap penabuh gamelan bertanggungjawab menabuh instrumen masing-

masing dengan benar sehingga menghasilkan lagu yang harmonis. Ketika

seorang anak memukul gong, tidak sembarangan ketukan harus dipukul

namun harus pada ketukan yang tepat dan tidak boleh lupa (Saptomo,

2009:11).

Pada saat memainkan alat musik gamelan pemain alat musik mempunyai

ruang luas dalam berinteraksi dengan simbol-simbol yang menjadi komponen alat

musik gamelan, salah satunya adalah berinteraksi dengan masing-masing alat

musik yang memiliki arti yang luhur. Simbol-simol tersebut dimaknai bersama-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

27

sama oleh pemain sehingga berpengaruh pada perilaku pemain yang saling

menghormati dan menjaga tata krama.

Dari uraian nilai-nilai budi pekerti yang terkandung dalam memainkan

gamelan, peneliti mengambil salah satu nilai untuk menerangkan salah satu

instrumen gamelan. Peneliti menerangkan nilai budi pekerti dalam instrumen

gamelan Saron Barung yang akan dikemas menjadi sebuah cerita bergambar.

2.1.5 Instrumen Gamelan: Saron Barung

Saron merupakan salah satu macam alat gamelan Jawa untuk tetabuhan

keras berupa wilahan-wilahan dari perunggu yang disusun berderet di atas kotak

kayu sebagai wadah gema. Bentuk wilahannya seperti wilahan gender. Hanya saja

ukuran tebal serta beratnya yang berbeda. Juga bentuknya kadangkala berbeda.

Kalau wilahan gender agak cekung, sedangkan wilahan saron agak cembung.

Besar masing-masing wilahan pada saron tidak sama, melainkan berurutan dari

yang paling kecil sampai yang paling besar. Susunannya seperti alat gamelan

lainnya, yaitu paling kecil berada di ujung kanan dan yang paling besar berada di

ujung sebelah kiri. Makin kecil wilahannya, makin tinggi suaranya dan makin

besar wilahannya, makin rendah suaranya (Yudoyono, 1984:111).

Jumlah saron untuk seperangkat gamelan ada 8 (delapan) buah terdiri atas

saron demung, saron barung dan saron peking. Masing-masing dua pasang (laras

pelog dan slendro). Cara membunyikannya dengan menggunakan sebuah alat

pemukul yang terbuat dari kayu atau tanduk kerbau. Sementara tangan kanan

memainkan alat pemukulnya, tangan kiri metet (menghentikan gema) wilahan

yang baru saja ditabuhnya. Hal ini dapatlah dimengerti, betapa keras suara yang

ditimbulkan oleh beradunya dua benda keras. Oleh karenanya agar gemanya tidak

mengganggu bunyi gending secara keseluruhan maka perlu dipetet sehingga yang

ada hanyalah bunyi nyaring dan utuh dari wilahan-wilahan saron sesuai dengan

notasi gending (Yudoyono, 1984:111).

Saron berasal dari kata ‘seron’ yang berarti sero atau keras. Hal ini

sekaligus menunjukkan cara memukulnya serta suara yang dihasilkan. Sebagai

alat yang mempunyai fungsi pembawa lagu pokok, saron harus ditabuh atau

dipukul kuat-kuat untuk menghasilkan bunyi yang keras agar tidak tenggelam

oleh bunyi alat-alat lainnya. Walaupun demikian, tidak setiap gending harus

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

28

diiringi dengan bunyi saron yang keras. Adakalanya alat ini dibunyikan pelan,

atau bahkan tidak dibunyikan sama sekali. Terutama apabila sedang mengiringi

suara gerong atau pun pesinden. Fungsi dan peranan saron sebaliknya akan

tampak secara jelas dalam gending-gending jenis sampak, srepeg, ayak-ayak,

gangsaran, dsb. Pada penelitian ini peneliti memilih untuk mengembangkan

sebuah buku cerita bergambar yang difokuskan pada salah satu jenis alat musik

yaitu saron barung (Yudoyono, 1984:113).

Suatu makna yang tersirat dibalik alat gamelan yang disebut saron barung

berasal dari kata bareng + nyurung (jawa) = bersama-sama mendorong sebagai

perwujudan dari usaha gotong royong menuju pada yang dicita-citakan, yaitu

keluhuran. Menurut Endraswara (2008:48) ricikan saron barung termasuk ricikan

balungan atau ricikan pokok. Nada-nada pada ricikan saron barung dibuat hanya

dalam satu gembyang (satu oktaf) saja. Bilah nada disusun dari nada rendah ke

nada yang lebih tinggi secara berurutan. Fungsi saron barung dalam sajian

karawitan adalah sebagai pemangku lagu yang berarti sebagai penegas atau

menunjukkan lagu pokok. Tidak terdapat kesulitan bagi penabuh saron barung

karena memukulnya sama dengan notasi gendingnya. Namun, saron barung juga

dapat dimainkan dengan cara bergantian dengan penabuh saron barung lainnya,

teknik ini biasa disebut dengan teknik imbal. Penabuh saron barung harus bisa

konsentrasi pada saat memukul setiap wilahan dengan tetap memperhatikan irama

dari penabuh yang lain. Memainkan instrumen ini menumbuhkan sikap tenggang

rasa terhadap penabuh lain yang timbul dari perasaan saat menabuh, artinya

penabuh saron barung harus menghargai penabuh yang lain dengan

mendengarkan keras lembutnya suara yang dihasilkan dan tidak seenaknya sendiri

dalam memukul. Instrumen ini melatih konsentrasi dan menumbuhkan sikap

tenggang rasa. Sikap tersebut yang akan membentuk karakter penabuh instrumen

saron barung.

Peranan adanya kesenian dalam pendidikan budi pekerti yaitu bagaimana

dampak positif dari aktivitas manusia dalam kehidupan kesenian itu dan

bagaimana pengaruh positifnya terhadap kehidupan manusia baik secara individu

maupun kelompok. Dengan nilai yang terkandung di dalam memainkan instrumen

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

29

saron barung mampu membantu pengembangan diri manusia menjadi pribadi

yang semakin baik.

Tabel 2.4 Nilai-nilai budi pekerti, nilai-nilai karakter, dan nilai-nilai dalam

memainkan saron barung

Nilai-nilai

Budi Pekerti

Nilai-nilai

Karakter

Nilai-nilai Memainkan Saron Barung:

Tenggang Rasa

Pikiran Kognitif Kemampuan untuk memusatkan pikiran

dalam menabuh sesuai dengan notasi

Sikap Afektif Penabuh bisa menahan rasa egois dalam

menabuh dengan memperhatikan irama

keras lembutnya pukulan

Perilaku Psikomotor Penabuh saron barung menghargai

penabuh lain dengan menabuh instrumen

sesuai irama.

Berdasarkan tabel di atas peneliti menghubungkan 3 aspek dari nilai-nilai

budi pekerti, pendidikan karakter dan memainkan saron barung: tenggang rasa.

Oleh karena itu, pada penelitian ini peneliti memilih untuk mengembangkan

sebuah buku cerita bergambar yang difokuskan pada salah satu jenis alat musik

yaitu saron barung. Peneliti memilih saron barung karena di dalam instrumen itu

sendiri terdapat nilai budi pekerti yang baik untuk dikembangkan yaitu nilai

tenggang rasa. Diharapkan dengan adanya pengembangan buku cerita bergambar

ini, peneliti dapat membantu untuk menambah literasi terutama untuk anak SD.

2.1.6 Cergam

1. Hakikat Buku Cerita Bergambar

Buku bergambar menurut Huck (dalam Nurgiyantoro, 2005:153)

adalah buku yang menyampaikan pesan lewat dua cara, yaitu ilustrasi dan

tulisan. Ilustrasi (gambar) merupakan pendukung yang menguatkan dan

mengungkapkan pesan yang ingin disampaikan dalam buku secara lebih

baik dan jelas. Ilustrasi dan tulisan saling berkaitan dalam menyampaikan

sebuah pesan.

Nurgiyantoro (2005:153) sebagian literatur menyebut bacaan anak

buku bergambar itu dengan istilah picture books (buku bergambar),

picture storybooks (buku cerita bergambar), atau keduanya sekaligus

secara bergantian. Sebagian penulis membedakan keduanya, namun

sebagian yang lain menyamakannya, dan dalam buku ini kedua istilah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

30

tersebut tidak dibedakan. Buku bergambar (picture books) menunjuk pada

pengertian buku yang menyampaikan pesan lewat dua acara, yaitu lewat

ilustrasi dan tulisan. Ilustrasi (gambar) dan tulisan yang sama-sama

dimaksudkan untuk menyampaikan pesan tersebut tidak berdiri sendiri,

melainkan secara bersama dan saling mendukung untuk mengungkapkan

pesan. Jadi keduanya diikat oleh tuntutan untuk menyampaikan pesan

secara lebih baik dan kuat lewat dua cara yang berbeda, tetapi bersifat

saling menguatkan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Barbara Barder,

kedua cara dalam buku tersebut tampil dalam kondisi saling

menggantungkan dan terus menerus muncul dalam dua halaman dari

halaman ke halaman berikutnya. jadi dilihat dari segi pentingnya, kedua

hal tersebut sama urgensinya dan sama-sama untuk menyampaikan cerita

dan pesan tertentu.

Bacaan cerita anak adalah bacaan sastra yang notabene bagian dari

karya seni, maka bahasa yang dipergunakan dalam teks buku cerita

bergambar juga mempertimbangkan aspek keindahan. Anak memiliki

bakat untuk menyenangi keindahan, maka hal itu perlu dipupuk lewat

penampilan keindahan bahasa dan gambar-gambar ilustrasi. Kehadiran

ilustrasi akan menentukan daya tarik buku-buku bacaan yang bersangkutan

bagi anak-anak, misalnya usia TK atau SD. Buku-buku yang ilustrasinya

menarik akan merangsang rasa ingin tahu anak sehingga mampu

membangkitkan mtivasi untuk membacanya (Nurgiyantoro, 2005:91).

Tema buku cerita bergambar dapat berupa tema kehidupan

keluarga, hubungan antara anak, ibu, bapak, kakak, adik, tetangga;

hubungan anak dengan kawan sebaya sepermainan baik di sekolah

maupun di luar sekolah; tema olahraga dan seni budaya, dan lain-lain.

Berbagai genre dan subgenre sastra anak yang dikelompokkan ke dalam

fiksi, seperti fantasi dan realism, dan berbagai cerita tradisional seperti

mitos, legenda, fable, dongeng, termasuk dongeng modern dan fable

modern, banyak dihadirkan ke dalam buku cerita bergambar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

31

2. Fungsi buku cerita bergambar

Mitchell (dalam Nurgiyantoro, 2005:159) menunjukkan beberapa

hal tentang fungsi dan pentingnya buku cerita bergambar bagi anak

sebagai berikut:

a. Buku cerita bergambar dapat membantu anak terhadap pengembangan

dan perkembangan emosi.

b. Buku cerita bergambar dapat membantu anak untuk belajar tentang

dunia, menyadarkan anak tentang keberadaan dunia di tengah

masyarakat dan alam.

c. Buku cerita bergambar dapat membantu anak belajar tentang orang lain,

hubungan yang ada terjadi, dan pengembangan perasaan.

d. Buku cerita bergambar dapat membantu anak untuk memperoleh

kesenangan.

e. Buku cerita bergambar dapat membantu anak untuk mengapresiasi

keindahan.

f. Buku cerita bergambar dapat membantu anak untuk menstimulasi

imajinasi.

3. Karakteristik pembuatan buku bergambar

Huck dan Mitchell (dalam Nurgiyantioro, 2005:147)

mengemukakan beberapa karakteristik buku alphabet, buku berhitung dan

buku konsep diantaranya:

a. Tujuan pengarang dan illustrator menulis buku itu harus jelas, misalnya

ingin mengajarkan apa (huruf, angka, konsep) dan anak usia berapa

yang ingin dituju sebagai calon pembacanya. Tingkat kompleksitas

gambar objek dan binatang, baik untuk buku alphabet, bergitung dan

konsep serta kata-kata yang menyertainya haruslah sesuai dengan

tingkat usia anak.

b. Gambar objek dan binatang yang ditampilkan harus jelas menunjukkan

identitasnya, dan gambar yang ditunjukkan kepada anak usia awal pada

tiap halamannya hanya berisi satu atau dua gambar.

c. Gambar objek dan binatang yang ditampilkan haruslah familiar

sehingga mudah diidentifikasi oleh anak, dan diusahakan untuk tidak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

32

memiliki beberapa nama atau bersifat ambigu. Selain itu, secara visual

gambar-gambar itu sendiri harus menarik, mampu menstimulasi anak

untuk berbicara, memberi komentar, atau mengundang pertanyaan

untuk ingin tahu.

d. Gambar-gambar yang ditampilkan dipergunakan untuk ilustrasi huruf,

angka atau konsep dan kata-kata yang menyertai gambar haruslah

mempunyai asosiasi yang jelas; gambar objek atau binatang harus

sesuai dengan huruf, angka, atau konsep yang ingin diperkenalkan.

e. Jika mempergunakan huruf alphabet dan angka untuk

merepresentasikan sebuah topik, informasi yang ingin disampaikan

harus akurat dan dapat dijangkau oleh anak; jika menampilkan gambar

cerita, harus sesuai dengan huruf (kata), angka atau konsep yang ingin

diperkenalkan.

f. Format harus dapat diprediksikan dan konsisten; pola dan tata letak

penulisan huruf angka dan kata-kata yang menyertainya harus

diusahakan sedemikian rupa sehingga mudah dikenali oleh pembaca

anak.

Menurut Mansoor (dalam Santosa, 2008:8) buku yang memenuhi

persyaratan sebagai berikut, (1) isinya mudah dipahami pembaca, (2) mengajak

pembaca yang masih mudah itu mengenal kehidupan nyata, (3) pilihan kata yang

tepat, (4) untuk buku fiksi, buku dikatakan menarik bila pengarang berhasil

memikat pembaca untuk terus mengikuti jalan pikirannya, puncak atau klimaks

cerita harus di akhir cerita, sementara berbagai konflik harus terjalin di sepanjang

buku, (5) pengarang menguasai teknik bercerita sehingga tulisannya tidak

terkesan bertele-tele dan membosankan, (6) rancangan halamannya tertata baik,

artinya pemilihan jenis huruf, jarak antar baris, tata letak halaman, luas cetak, luas

margin, dan sebagainya sangat menentukan kenyamanan pembaca, (7) sampul

buku yang artistic dan representative, dimana judul, gambar, dan warna

memegang peranan penting.

Untuk membangkitkan kecintaan anak-anak terhadap buku cerita

bergambar diperlukan visualisasi sebanyak mungkin dan tentunya menarik bagi

anak-anak. Menurut Borkar (2013) ada berbagai jenis buku diantaranya adalah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

33

colouring books, pop up book, hidden objects, touch and feel books, lift the flap,

pull the tap, dan play a sound books. Colouring books adalah salah satu aktivitas

favorit anak-anak dan bersamaan dengan membaca cerita, kegiatan mewarnai

membuat buku menjadi lebih menarik dan anak-anak tidak akan mudah merasa

bosan.

Pada penelitian ini peneliti membuat produk berupa prototipe buku yang

juga berisi cergam dengan menggunakan ilustrasi tidak berwarna yang bertujuan

untuk mengajak anak dapat berkreasi dengan mewarnai gambar dan membuat

siswa dapat berinteraksi dengan karakter dalam cerita yang membuat mereka

memiliki pengalaman yang lebih nyata dan menyenangkan.

2.1.7 Literasi

1. Pengertian Literasi

Pengertian Literasi Sekolah dalam konteks GLS adalah

kemampuan mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu secara

cerdas melalui berbagai aktivitas, anatara lain membaca, melihat,

menyimak, menulis, dan/ atau berbicara. Kegiatan literasi selama ini

identik dengan aktivitas membaca dan menulis. Literasi juga bermakna

praktik dan hubungan sosial yang terkait dengan pengetahuan, bahasa, dan

budaya (UNESCO dalam Kemendikbud, 2016:7). Gerakan Literasi

Sekolah (GLS) merupakan sebuah upaya yang dilakukan secara

menyeluruh untuk menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajaran

yang warganya literat sepanjang hayat melalui pelibatan publik. GLS

bertujuan untuk menumbuhkembangkan budi pekerti peserta didik melalui

pembudayaan ekosistem literasi sekolah yang diwujudkan dalam Gerakan

Literasi Sekolah agar mereka menjadi pembelajaran sepanjang hayat.

Selain itu, GLS akan menjadikan sekolah sebagai taman belajar yang

menyenangkan dan ramah anak agar warga sekolah mampu mengelola

pengetahuan.

Gerakan Literasi Sekolah adalah sebuah kegiatan pembiasaan 15

menit membaca sebelum pembelajaran dimulai. GLS ini bertujuan untuk

menumbuhkembangkan budi pekerti peserta didik melalui kegiatan

membaca buku bacaan non akademik. Oleh karena itu, peneliti terdorong

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

34

untuk membuat buku tentang nilai-nilai pendidikan budi pekerti yang

terdapat dalam memainkan gamelan yang dikemas dalam sebuah buku

cerita bergambar.

2. Tujuan GLS

Kemendikbud (2016:5) menjelaskan bahwa Gerakan Literasi

Sekolah (GLS) memiliki tujuan secara umum dan tujuan secara khusus

yaitu:

a. Tujuan Umum

Menumbuhkembangkan budi pekerti peserta didik melalui

pembudayaan ekosistem literasi sekolah yang diwujudkan dalam

Gerakan Literasi Sekolah agar mereka menjadi pembelajar sepanjang

hayat.

b. Tujuan Khusus

Menumbuhkembangkan budaya literasi sekolah, meningkatkan

kapasitas warga dan lingkungan sekolah agar literat, menjadikan

sekolah sebagai taman belajar yang menyenangkan dan ramah anak

agar warga sekolah mampu mengelola pengetahuan, dan menjaga

keberlanjutan pembelajaran dengan menghadirkan beragam buku

bacaan dan mewadahi berbagai strategi membaca.

3. Tahapan GLS

Program GLS dilaksanakan secara bertahap dengan

mempertimbangkan kesiapan sekolah di seluruh Indonesia. Oleh karena itu

Kemendikbud (2016:26) menjelaskan tahapan dalam program GLS yaitu

pembiasaan, pengembangan, pembelajaran. Ketiga tahapan tersebut akan

dijelaskan sebagai berikut.

a. Tahap ke-1: Pembiasaan kegiatan membaca yang menyenangkan di

ekosistem sekolah

Pembiasaan ini bertujuan untuk menumbuhkan minat terhadap

bacaan dan terhadap kegiatan membaca dalam diri warga sekolah.

penumbuhan minat baca merupakan hal fundamental bagi

pengembangan kemampuan literasi peserta didik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

35

b. Tahap ke-2: Pengembangan minat baca untuk meningkatkan

kemampuan literasi

Kegiatan literasi pada tahap ini bertujuan mengembangkan

kemampuan memahami bacaan dan mengaitkannya dengan

pengalaman pribadi, berpikir kritis, dan mengelola kemampuan

komnikasi secara kreatif melalui kegiatan menanggapi bacaan

pengayaan.

c. Tahap ke-3: Pelaksanaan pembelajaran berbasis literasi

Kegiatan literasi pada tahap pembalajaran bertujuan

mengembangkan kemampuan memahami teks dan mengaitkannya

dengan pengalaman pribadi, berpikir kritis, dan mengolah kemampuan

komunikasi secara kreatif melalui kegiatan menanggapi teks buku

bacaan pengayaan dan buku pelajaran.

Dari beberapa hal yang disampaikan di atas, peneliti dapat mengambil

kesimpulan bahwa kegiatan literasi merupakan kegiatan yang digerakkan di

sekolah untuk menarik minat siswa dalam membaca. Oleh karena itu, peneliti

membuat produk berupa prototipe pendidikan budi pekerti dalam memainkan

gamelan yang terbagi menjadi dua bagian, yaitu bagian I artikel tentang nilai-nilai

dalam gamelan dan bagian II memuat cergam berjudul “Bermain Saron Barung

Menumbuhkan Sikap Tenggang Rasa”. Prototipe tersebut dapat membantu guru

dalam memfasilitasi siswa pada kegiatan literasi yang dilakukan 15 menit sebelum

pembelajaran dimulai. Peneliti memilih buku cerita bergambar sebagai bahan

bacaan karena siswa usia SD senang membaca buku cerita yang dilengkapi

dengan gambar yang memberikan informasi tentang nilai-nilai budi pekerti dalam

gamelan. Tahapan pelaksanaan GLS yang dilakukan peneliti melalui dua tahap

yaitu pembiasaan penumbuhan minat baca melalui kegiatan 15 menit membaca

(Permendikbud No.23 Tahun 2015) dan pengembangan meningkatkan

kemampuan literasi melalui kegiatan menanggapi buku pengayaan (kemendikbud,

2016:10).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

36

2.2 Penelitian yang relevan

Berikut ini merupakan beberapa penelitian relevan yang mendorong

peneliti untuk melakukan penelitian pengembangan Prototipe Pendidikan Budi

Pekerti dalam Memainkan Instrumen Saron Barung (untuk SD).

2.2.1 Penelitian yang Berhubungan dengan Gamelan

Penelitian ini didukung oleh beberapa hasil penelitian yang relevan.

Berikut ini adalah penelitian yang relevan yang dilakukan oleh peneliti

sebelumnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Alexander (2016) tentang

peranan kegiatan ekstrakurikuler karawitan dalam penanaman sikap cinta budaya

lokal. Judul penelitian tersebut adalah Peran Kegiatan Eskrakurikuler Karawitan

Jawa untuk Menanamkan Nilai Cinta Budaya pada Anak di SD Antonius 01

Semarang. Penelitian tersebut menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode

deskriptif. Penelitian dilakukan dengan 21 sampel siswa yang diambil dengan

menggunakan teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data

menggunakan teknik observasi, teknik wawancara, catatan lapangan, angket, dan

dokumentasi. Penganalisan data melalui reduksi data, penyajian data, dan

penarikan kesimpulan. Pengujian keabsahan data menggunakan uji triangulasi

data. Simpulan hasil penelitian adalah kegiatan ekstrakurikuler karawitan jawa

sangat berperan dalam menanamkan nilai cinta budaya pada anak di SD Antonius

01.

Penelitian ini relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti

karena penelitian yang dilakukan oleh Alexander merupakan penelitian tentang

karawitan. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan

peneliti yaitu peneliti melakukan penelitian pengembangan prototipe nilai-nilai

budi pekerti dalam gamelan sedangkan penelitian tersebut merupakan penelitian

kualitatif yang meneliti tentang kegiatan ekstrakurikuler karawitan dan hanya

membahas pada satu nilai saja.

2.2.2 Penelitian yang Berhubungan dengan Budi Pekerti

Penelitian yang relevan yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya

mengenai budi pekerti adalah penelitian yang dilakukan oleh Lestari (2014)

dengan judul Nilai-Nilai Pendidikan Budi Pekerti Dalam Kesenian Kuntulan

Bakti Rosul di Desa Brajan Sendangagung Minggir Sleman. Penelitian tersebut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

37

menggunakan pendekatan kualitatif. Subjek penelitian adalah seniman kesenian

Kutulan Bakti Rosul, perangkat desa, dan masyarakat Plono Barat. Pengumpulan

data dilakukan dengan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknis

analisis data yaitu menggunakan analisis deskriptif, tahapannya adalah: a) reduksi

data, b) displai data, dan c) pengambilan kesimpulan. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa, kesenian Kuntulan Bakti Rosul di dusun Brajan berfungsi

sebagai tempat kegiatan positif dan berkumpulnya masyarakat, memupuk rasa

kebersamaan dan kekeluargaan, melestarikan kesenian Kuntulan yang diwariskan

leluhur. Nilai-nilai budi pekerti yang terdapat pada kesenian tersebut, antara lain:

keimanan, kedisiplinan, sopan santun, ketekunan dan estetika.

Penelitian tersebut relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti

yaitu tentang nilai-nilai budi pekerti dalam suatu kesenian. Perbedaan yang

terletak pada penelitian yang dilakukan oleh peneliti dan penelitian tersebut

adalah penelitian tersebut meneliti tentang nilai-nilai budi pekerti dalam kesenian

kuntulan sedangkan peneliti melakukan penelitian pengembangan tentang nilai-

nilai budi pekerti dalam gamelan.

2.2.3 Penelitian yang Berhubungan dengan Cerita Bergambar

Penelitian yang relevan yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya

mengenai hasil penelitian dan pengembangan prototipe buku cerita anak dari

tradisi nyadran yang dilakukan oleh Saputri (2016). Judul penelitian tersebut

adalah Pengembangan Prototipe Buku Cerita Bergambar Tentang Tradisi

Nglarung Dalam Konteks Pendidikan Karakter Kebangsaan. Potensi yang terdapat

pada tradisi nglarung, yaitu adanya aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat yang

mengandung nilai-nilai bersyukur, kerjasama/persaudaraan/persatuan, dan

kegigihan. Masalah yang didapatkan dari hasil kuesioner yang diberikan kepda 17

anak usia 9-11 tahun, yaitu 71% anak tidak mengerti tata cara persiapan tradisi

nglarung yang bertujuan mempererat persaudaraan/persatuan, 76% anak juga

tidak mengerti aktivitas yang dilakukan nelayan pada saat sesaji dilarung yang

bermakna mengungkapkan rasa syukur, serta 76% anak memerlukan buku tentang

penjelasan tradisi nglarung dan 65% anak mengharapkan adanya buku cerita. Uji

coba terbatas dilakukan dua kali di SD Kanisius Gowongan Yogyakarta yang

diikuti oleh 18 anak. Hasil refleksi setelah uji coba mendapatkan data bahwa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

38

100% anak memahami upacara tradisi nglarung yang dilakukan oleh nelayan yang

mengandung nilai-nilai.

Penelitian tersebut relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti

yaitu tentang penelitian pengembangan yang mengembangkan sebuah buku cerita

bergambar kebudayaan yang memuat nilai-nilai untuk usia anak SD. Perbedaan

yang terletak pada penelitian yang dilakukan oleh peneliti dan penelitian tersebut

adalah penelitian tersebut melakukan penelitian pengembangan prototipe buku

cerita bergambar tentang tradisi dalam konteks pendidikan karakter sedangkan

penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu pengembangan prototipe buku

pendidikan budi pekerti dalam memainkan gamelan.

Berdasarkan penelitian yang terdahulu, peneliti menemukan penelitian

yang relevan mengenai gamelan, budi pekerti dan buku cerita bergambar. Peneliti

membuat prototipe ini karena peneliti belum menemukan penelitian mengenai

pengembangan prototipe buku cerita bergambar Pendidikan budi pekerti dalam

memainkan gamelan dan agar anak-anak dapat memahami serta menerapkan nilai-

nilai budi pekerti yang ada dalam memainkan gamelan.

Bagan 2. 1 Literatur map penelitian yang relevan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

39

2.3 KERANGKA BERPIKIR

Budi pekerti lebih diartikan sebagai nilai moralitas manusia yang disadari

dan dilakukan dalam tindakan nyata. Di sini ada unsur proses pembentukan nilai

tersebut dan sikap yang didasari pada pengetahuan mengapa nilai itu dilakukan.

Dengan demikian menjadi jelas bahwa budi pekerti diperlukan bahkan diharuskan

dalam kerangka tujuan hidup manusia. Pendidikan budi pekerti berisi nilai-nilai

perilaku manusia yang akan diukur menurut kebaikan dan keburukannya melalui

sikap religiusitas, sopan santun, kerjasama, dan kedisiplinan. Nilai-nilai tersebut

perlu ditanamkan kepada manusia terutama sejak usia dini. Pada saat anak

mengalami masa sekolah sangat efisien untuk dapat ditanamkan pendidikan budi

pekerti, sehingga karakter dan kepribadian anak dapat terbentuk. Salah satu buku

yang dapat menanamkan pendidikan budi pekerti pada anak adalah dengan

menggunakan prototipe buku pendidikan budi pekerti dalam memainkan gamelan.

Melalui pengenalan alat musik gamelan diharapkan anak-anak dapat memahami

nilai yang dapat dibentuk dari memainkan gamelan. Karena pada alat musik

gamelan terdapat nilai estetika dan etika yang dapat membentuk suatu karakter

seseorang yang memainkannya seperti nilai sopan santun dan tata krama yang

harus dilakukan pada sebelum, saat dan sesudah memainkan gamelan. Namun

pada masa sekarang masyarakat kurang tertarik dengan alat musik gamelan

terutama generasi penerus yaitu anak-anak. Akibat dari lunturnya sikap peduli

terhadap warisan leluhur ini akan berdampak buruk pada generasi berikutnya. Di

Indonesia, gamelan semakin hari justru makin dijauhi anak-anak, karena dianggap

rumit, tua, dan kurang gaul. Melihat keprihatinan yang dirasakan oleh bangsa

Indonesia terutama pada masyarakat Jawa, peneliti mengembangkan prototipe

buku pendidikan budi pekerti dalam memainkan gamelan untuk anak SD. Peneliti

berharap dengan adanya buku tersebut mampu membentuk karakter dan

kepribadian yang baik untuk anak-anak melalui nilai-nilai budi pekerti dalam

gamelan.

2.4 PERTANYAAN PENELITIAN

2.4.5 Bagaimana pengembangan prototipe buku pendidikan budi pekerti dalam

memainkan instrumen gamelan saron barung untuk SD?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

40

2.4.6 Bagaimana kualitas prototipe buku pendidikan budi pekerti dalam

memainkan instrumen gamelan saron barung untuk SD menurut praktisi

gamelan ?

2.4.7 Bagaimana kualitas prototipe buku pendidikan budi pekerti dalam

memainkan instrumen gamelan saron barung untuk SD menurut ahli

bahasa ?

2.4.8 Bagaimana kualitas prototipe buku pendidikan budi pekerti dalam

memainkan instrumen gamelan saron barung untuk SD menurut siswa?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

41

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini peneliti akan membahas mengenai jenis penelitian, setting

penelitian, prosedur penelitian, uji validitas produk, instrumen penelitian, teknik

pengumpulan data, dan teknik analisis data.

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan yang

biasa dikenal dengan R&D (Research and Development). Research and

Development adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan

prototipe tertentu dan menguji keefektifan prototipe tertentu (Sugiyono,

2012:297). Menurut Borg and Gall dalam (Setyosari, 2013:222) penelitian

pengembangan adalah suatu proses yang dipakai untuk mengembangkan dan

memvalidasi produk pendidikan. Berdasarkan dua pendapat diatas dapat

disimpulkan bahwa Research and Development adalah jenis penelitian yang

mengembangkan atau menghasilkan suatu produk menggunakan langkah-

langkah tertentu. Pada penelitian pengembangan ini peneliti mengembangkan

produk berupa pengembangan prototipe buku pendidikan budi pekerti dalam

memainkan gamelan untuk siswa sekolah dasar.

3.2 Setting Penelitian

3.2.1 Tempat Penelitian

Peneliti melakukan wawancara untuk memperoleh data awal dengan

praktisi gamelan. Peneliti melakukan analisis kebutuhan siswa dan uji coba

produk di SD Kanisius Klepu tepatnya di Klepu, Sendangmulyo, Minggir,

Sleman, Yogyakarta.

3.2.2 Subjek Penelitian

Subjek peneliti pada saat wawancara adalah guru gamelan di SMP

Pangudi Luhur Moyudan dan praktisi gamelan di Mergan, Sumberagung,

Moyudan, Sleman, Yogyakarta. Subjek uji penelitian yang diteliti adalah siswa

SD berjumlah 20 siswa untuk penelitian analisis kebutuhan siswa dan 25 siswa

untuk uji coba produk yang semuanya mengikuti kegiatan ekstrakurikuler

karawitan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

42

3.2.3 Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah pengembangan prototipe buku pendidikan budi

pekerti dalam memainkan gamelan (untuk SD).

3.2.4 Waktu Penelitian

Penelitian ini membutuhkan waktu selama sepuluh bulan. Terhitung mulai

dari bulan Juni 2017 sampai bulan Maret 2018.

3.3 Prosedur Pengembangan

Prosedur penelitian pengembangan prototipe buku pendidikan budi pekerti

ini menggunakan tahapan penelitian Research and Development (R&D) menurut

pengembangan Sugiyono (2012:298) yang menjelaskan sepuluh langkah

pengembangan pada penelitian Research and Development, yaitu tahap (1)

potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi desain,

(5) revisi desain, (6) uji coba produk, (7) revisi produk, (8) ujicoba pemakaian, (9)

revisi produk, dan (10) produksi masal. Langkah-langkah penelitian dan

pengembangan adalah sebagai berikut (Sugiyono, 2012:298).

1. Potensi dan Masalah

Penelitian dapat berangkat dari adanya potensi dan masalah.

Potensi adalah segala sesuatu yang bila didayagunakan akan memiliki nilai

tambah. Masalah adalah penyimpangan antara yang diharapkan dengan

yang terjadi. Potensi dan masalah yang dikemukakan dalam penelitian

harus ditunjukkan dengan data empirik.

2. Pengumpulan Data

Setelah potensi dan masalah dapat ditunjukkan secara faktual,

maka selanjutnya perlu dikumpulkan data dari berbagai informasi yang

dapat digunakan sebagai bahan perencanaan produk tertentu yang

diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut.

3. Desain Produk

Produk yang dihasilkan dalam penelitian Research and

Development berupa desain produk baru yang lengkap dengan

spesifikasinya. Desain produk harus diwujudkan dalam gambar atau

bagan, sehingga dapat digunakan sebagai pegangan untuk menilai dan

membuatnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

43

4. Validasi Desain

Validasi desain merupakan proses kegiatan untuk menilai apakah

rancangan produk, dalam hal ini sistem kerja baru secara rasional akan

lebih efektif dari yang lama atau tidak. Validasi produk dapat dilakukan

dengan cara menghadirkan beberapa pakar atau tenaga ahli yang sudah

berpengalaman untuk menilai desan tersebut, sehingga selanjutnya dapat

diketahui kelemahan dan kekuatannya.

5. Revisi Desain

Setelah desain produk divalidasi dengan pakar atau ahli, maka akan

diketahui kelemahannya. Kelemahan tersebut selanjutnya dicoba untuk

dikurangi dengan cara memperbaiki desain.

6. Uji Coba Produk

Produk yang sudah direvisi kemudian dilakukan uji coba produk.

Pengujian dapat dilakukan dengan ekperimen, yaitu membandingkan

efektivitas dan efisiensi sistem kerja lama dengan yang baru.

7. Revisi Produk

Revisi produk kembali dilakukan setelah melakukan uji coba

produk untuk mengetahui kekurangan produk yang dikembangkan.

8. Uji Coba Pemakaian

Setelah uji coba produk berhasil dan melakukan revisi, maka

selanjutnya produk tersebut diterapkan dalam kondisi nyata untuk lingkup

yang luas dan tetap harus dinilai kelebihan dan kekurangan produk sebagai

acuan perbaikan lebih lanjut.

9. Revisi Produk

Revisi produk dilakukan setelah mengetahui kelebihan dan

kekurangan produk saat diuji coba pada lingkup yang lebih luas.

10. Produksi Massal

Pembuatan produk massal ini dilakukan apabila produk yang telah

diujicobakan dinyatakan efektif dan layak untuk diproduksi massal.

Berdasarkan langkah pengembangan Sugiyono, peneliti hanya

menggunakan enam langkah pada tahapan pengembangan Sugiyono dikarenakan

keterbatasan waktu dan tenaga. Langkah-langkah prosedur pengembangan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

44

prototipe buku pendidikan budi pekerti dalam memainkan gamelan yang peneliti

gunakan adalah (1)potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk,

(4) validasi desain, (5) revisi desain, dan (6) uji coba produk. Prosedur penelitian

dan pengembangan akan dijelaskan dalam bagan di bawah ini.

Bagan 3.1 Prosedur Pengembangan Prototipe Buku Pendidikan Budi Pekerti

dalam Memainkan Instrumen Gamelan Saron Barung (untuk SD)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

45

3.3.1 Potensi dan Masalah

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya potensi dan masalah yang

ditemukan oleh peneliti melalui wawancara dan analisis kebutuhan siswa.

Masalah yang peneliti peroleh melalui wawancara pada guru gamelan dan praktisi

gamelan. Selanjutnya peneliti membagikan angket untuk analisis kebutuhan

siswa kelas V di SD Kanisius Klepu, Yogyakarta. Pengambilan data analisis

kebutuhan siswa bertujuan untuk mengetahui apakah siswa usia sekolah dasar

membutuhkan sebuah buku tentang pendidikan budi pekerti dalam memainkan

gamelan. Hal ini mendorong peneliti sebagai calon guru SD untuk membuat

produk prototipe buku yang di dalamnya juga terdapat cerita bergambar tentang

gamelan dengan tujuan menanamkan pendidikan budi pekerti sejak dini dan anak-

anak dapat memahami nilai yang ada di dalam alat musik gamelan.

3.3.2 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan mewawancarai satu praktisi di

bidang gamelan dan satu guru karawitan. Selain itu juga dengan membagikan

lembar angket kepada siswa kelas V di SD Kanisius Klepu. Lembar angket

analisis kebutuhan berisi 8 pertanyaan yang berkaitan dengan gamelan dan nilai-

nilai budi pekerti dalam memainkan gamelan. Pengumpulan data ini dilakukan

untuk mengetahui perencanaan buku cerita bergambar yang akan dibuat sehingga

sesuai dengan kebutuhan siswa dan dapat membantu meningkatkan pemahaman

tentang budi pekerti dalam memainkan gamelan.

3.3.3 Desain Produk

Desain produk diawali dengan membuat cerita sederhana dengan

menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh anak-anak. Cerita tersebut berisi

tentang nilai-nilai pendidikan budi pekerti dalam memainkan gamelan. Setelah

membuat cerita peneliti menentukan gambar-gambar yang akan digunakan dalam

buku cerita bergambar seperti, berjalan jongkok, berdoa, dan memainkan

gamelan. Selanjutnya peneliti dibantu oleh seorang illustrator untuk membuat

gambar yang telah ditentukan oleh peneliti. Kemudian peneliti menggabungkan

gambar dengan cerita.

Peneliti kemudian membuat artikel tentang nilai-nilai budi pekerti dalam

memainkan gamelan yang berisi pengertian gamelan, nilai-nilai yang ada pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

46

instrument gamelan dan nilai-nilai budi pekerti dalam memainkan gamelan pada

sebelum, saat dan sesudah. Di dalam membuat artikel peneliti menggunakan

bahasa yang sederhana dan mudah dipahami oleh anak-anak. Peneliti mendesain

prototipe buku pendidikan budi pekerti dalam memainkan gamelan untuk anak

SD. Prototipe tersebut terdapat dua bagian, bagian pertama memuat artikel “Nilai-

nilai Budi Pekerti dalam Memainkan Gamelan”. isisnya tentang pengertian

gamelan, nilai-nilai dalam beberapa instrumen, dan nilai-nilai dalam memainkan

gamelan. Bagian kedua berisi cergam berjudul Bermain Saron Barung

Menumbuhkan Sikap Tenggang Rasa”, isinya menceritakan seorang siswa

bernama Reni yang merasa senang terpilih menjadi penabuh saron barung di

sekolahnya. Ia dilatih untuk selalu berkonsentrasi setiap menabuh saron barung

dan dilatih untuk bertenggang rasa dengan penabuh gamelan yang lainnya

sehingga menghasilkan suara yang indah. Desain prototipe terdiri dari cover, kata

pengantar, daftar isi, artikel, cergam, refleksi, daftar pustaka dan biodata.

3.3.4 Validasi Desain

Prototipe buku pendidikan budi pekerti dalam memainkan gamelan

divalidasi oleh seorang ahli praktisi gamelan dan seorang ahli bahasa dan sastra

Indonesia. Validasi dilakukan untuk mendapatkan kritik dan saran serta penilaian

produk yang dikembangkan. Melalui kritik dan saran yang diberikan para ahli,

maka peneliti dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan pada prototipe tersebut

sehingga peneliti dapat memperbaiki produk.

3.3.5 Revisi Desain

Revisi desain dilakukan berdasarkan kritik dan saran dari para ahli. Hasil

kritik dan saran yang telah peneliti peroleh menjadi landasan peneliti untuk

memperbaiki kekurangan dari produk sehingga menjadi lebih baik dan mudah

dipahami oleh siswa SD.

3.3.6 Uji Coba Produk

Desain atau produk yang sudah direvisi kemudian di uji cobakan pada

siswa kelas V SD. Uji coba produk dilaksanakan di SD Kanisius Klepu yahun

ajaran 2017/2018. Uji coba produk dilakukan untuk mengetahui kualitas dan

kelayakan produk sesuai dengan tingkat pemahaman siswa melalui hasil pengisian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

47

refleksi anak-anak setelah membaca prototipe buku pendidikan budi pekerti dalam

memainkan gamelan.

3.4 Uji Coba Produk

Kegiatan uji coba produk ini dimaksudkan untuk mengumpulkan data

guna mengetahui kualitas dan kelayakan prototipe buku pendidikan budi pekerti

dalam memainkan gamelan. Data yang diperoleh digunakan sebagai acuan untuk

memperbaiki prototipe dalam penelitian ini. Uji coba dilakukan setelah prototipe

sudah divalidasi oleh satu praktisi gamelan dan satu ahli bahasa. Uji coba

dilakukan di SD Kanisius Klepu yang beralamatkan di Klepu, Sendangmulyo,

Minggir, Sleman, Yogyakarta

3.5 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat ukur seperti tes, angket, pedoman

wawancara dan pedoman observasi yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan

data dalam suatu penelitian (Sugiyono, 2015:156). Pada penelitian ini peneliti

menggunakan instrumen penelitian wawancara dan angket. Wawancara dilakukan

pada praktisi gamelan untuk mendapatkan informasi sebagai data awal seperti

sejauh mana ketersediaan buku tentang pendidikan budi pekerti dalam memainkan

gamelan untuk siswa SD. Angket digunakan untuk mengetahui sejauh mana

pemahaman siswa mengenai pendidikan budi pekerti dalam gamelan,

menganalisis kebutuhan siswa dan untuk mengetahui seberapa perlunya buku

pendidikan budi pekerti dalam memainkan gamelan untuk siswa SD. Lembar

angket pra penelitian diberikan kepada 20 anak di SD Kanisius Klepu. Lembar

ngket tersebut telah divalidasi oleh ahli. Peneliti juga menggunakan angket untuk

uji coba produk pada siswa berupa beberapa pertanyaan refleksi. Berikut ini

adalah pedoman wawancara dan angket yang digunakan untuk penelitian:

3.5.1 Pedoman Wawancara

Pada penelitian ini, peneliti mengunakan wawancara terstruktur pada satu

praktisi gamelan dan satu guru gamelan. Peneliti telah menyiapkan instrumen

penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis sebagai pedoman wawancara.

Daftar pertanyan mengacu pada analisis kebutuhan prototipe buku pendidikan

budi pekerti dalam memainkan gamelan untuk SD. Berikut adalah pedoman

wawancara berbentuk kisi-kisi wawancara yang digunakan peneliti.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

48

Tabel 3.1 Kisi-kisi Wawancara

No. Pertanyaan

1. Mengapa anda tertarik pada gamelan?

2. Apakah yang anda rasakan setiap kali mendengarkan musik gamelan?

3. Apakah menurut anda terdapat nilai budi pekerti saat memainkan gamelan?

4. Apakah menurut anda anak-anak perlu diperkenalkan sejak dini untuk

menyukai gamelan? Mengapa?

5. Apakah menurut anda perlu ada buku sederhana untuk siswa SD yang

memuat informasi tentang gamelan yang memiliki nilai-nilai budi pekerti?

Mengapa perlu?

3.5.2 Angket

Lembar angket ini digunakan untuk pra penelitian dan uji coba produk.

Lembar angket ditujukan untuk siswa kelas V SD. Jenis angket yang digunakan

dalam penelitian ini adalah angket terbuka. Berikut kisi-kisi lembar angket yang

akan digunakan peneliti:

Tabel 3.2 Kisi-kisi instrumen angket

No Aspek Indikator Pertanyaan

1. Gamelan

sebagai salah

satu kesenian

Jawa

Gamelan

Gamelan merupakan salah satu

alat musik dari kebudayaan Jawa

1. Kamu sudah

memainkan

gamelan sejak

kelas……..

2. Gamelan

merupakan salah

satu alat musik dari

………

Pakaian yang digunakan saat

pementasan

3. Pakaian yang harus

dikenakan saat

pementasan

gamelan adalah …..

2. Budi pekerti

dalam

memainkan

gamelan

Sebelum

Mengehingkan cipta

(menyiapkan hati dan pikiran)

4. Sebelum

memainkan

gamelan, kamu

harus …… Berdoa (Religius)

Berjalan jongkok (Rendah hati)

Tidak melangkahi perangkat

gamelan (Sopan santun)

Menyembah dengan tangan

dikatupkan (Menghormati)

Pada Saat

Tabuh gamelan harus sesuai

jenisnya (Merawat gamelan, agar

tidak rusak)

5. Pada saat

memainkan

gamelan, kamu

harus ….. Posisi duduk (Adat istiadat)

Menjaga perkataan dan

perbuatan (Sopan santun)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

49

Membunyikan instrument secara

bersama-sama (Kerjasama)

Memukul instrument secara

lembut (Sopan santun)

Tidak makan dan minum

(Kebersihan)

Tidak bergurau (Konsentrasi)

Keras lembutnya tabuhan

(Mengolah emosi)

Tidak menggendong tas

(Estetika)

Alat tabuh diletakkan di atas

perangkat (Kerapian)

Merapikan sesuai posisi semula

(Kerapian)

Sesudah

Menyembah tangan dikatupkan

(Menghormati)

6. Sesudah

memainkan

gamelan, kamu

harus ….. Berdoa (Religius)

Berjalan jongkok (Rendah hati)

Gamelan harus ditutup dengan

kain (Kebersihan)

3. Literasi Refleksi pengalaman memainkan

gamelan

7. Pengalaman yang

mengesankanmu

saat memainkan

gamelan adalah …..

4. Perlu/Tidak

prototipe buku

tentang

memainkan

gamelan

Buku tentang memainkan

gamelan

8. Buku untuk

memainkan

gamelan yang

pernah kamu baca

adalah …..

3.5.3 Validator Angket Pra Penelitian

Angket pra penelitian divalidasi oleh satu praktisi gamelan dan guru

gamelan di Yogyakarta. Berikut ini merupakan tabel hasil validasi dari ahli.

Tabel 3.3 Hasil Validasi Angket Pra Penelitian oleh Ahli

No Aspek Validator 1 Validator 2

Skor Saran Skor Saran

1. Bahasa

a. Bahasa sesuai

dengan kaidah

penulisan yang

benar.

2 Belum menggunakan

bahasa yang sesuai.

Sebaiknya dibuat

lebih spesifik lagi.

3

b. Susunan kalimat

dapat dipahami

2 Masih kesulitan

dalam memahami

3

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

50

oleh siswa. kalimat.

c. Susunan kalimat

tidak mengarah

kepada jawaban

tertentu.

2 Pertanyaan yang

dibuat belum

mengarahkan siswa

kepada pertanyaan

yang jelas.

4

2. Keterkaitan Pertanyaan

a. Pertanyaan yang

4diajukan sesuai

dengan tujuan

penelitian.

3 Hampir sesuai

dengan tujuan

penelitian.

4

b. Pertanyaan yang

diajukan berkaitan

dengan gamelan

sebagai salah satu

kesenian Jawa.

4 Mendekati 4

c. Pertanyaan yang

diajukan berkaitan

dengan sebelum/pada

saat/sesudah

memainkan gamelan

yang memuat nilai-

nilai budi pekerti.

3 Pertanyaan belum

mengena dengan

kaitan yang

ditujukan. Sebaiknya

diberi tambahan

kalimat .

Contoh: pada saat

pementasan gamelan

4

d. Pertanyaan yang

diajukan menggali

kesan siswa dalam

memainkan gamelan

3 Pertanyaan masih

terlalu luas.

Sebaiknya soal dibuat

lebih spesifik.

4

e. Pertanyaan yang

diajukan menggali

kebutuhan siswa

tentang buku

mengenai gamelan.

2 Pertanyaan sudah

mendekati tetapi

kurang.

3

3. Kelayakan instrument

untuk dibagikan kepada

siswa kelas V-VI SD.

2 Siswa masih

kesulitan untuk

memahami angket.

Sebaiknya diperbaiki

lagi dan dibuat lebih

sederhana tetapi

semakin jelas.

3

TOTAL SKOR 23 32

RATA-RATA SKOR Total Skor Validator 1 + 2 = n

2

23+32 = 27,5

2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

51

NILAI RATA-RATA Rata-rata skor = n

Jumlah soal

27,5 =3,05

9

3.5.4 Angket Analisis Kebutuhan Siswa Pra Penelitian

Angket ini terdiri dari 8 pertanyan yang disebarkan pada siswa kelas V di

SD Kanisius Klepu. Kisi-kisi digunakan oleh peneliti untuk mengetahui sejauh

mana siswa memahami nilai-nilai pendidikan budi pekerti dalam memainkan

gamelan dan seberapa perlunya siswa terhadap buku pendidikan budi pekerti

dalam memainkan gamelan. Pertanyaan mencakup pemahaman siswa mengenai

gamelan sebagai salah satu kesenian jawa, budi pekerti dalam memainkan

gamelan, literasi, dan perlu atu tidaknya siswa terhadap prototipe buku tentang

memainkan gamelan. Kisi-kisi tersebut sudah divalidasi oleh praktisi gamelan dan

mendapat kritik saran serta penilaian uji kelayakan untuk dibagikan kepada

siswa. Setelah mengetahui hasil penilaian dari para ahli, peneliti memperbaiki

instrument kuesioner berdasarkan kritik dan saran yang diberikan oleh validator.

Bentuk instrumen prapenelitian untuk siswa sebagai berikut.

Tabel 3.4 Angket Analisis Kebutuhan Siswa Pra Penelitian

Bacalah baik-baik pernyataan berikut dan isilah titik-titik yang terdapat di

dalamnya.

1. Kamu sudah memainkan gamelan Jawa sejak kelas ............................

2. Gamelan merupakan salah satu alat musik dari daerah

.........................................................

3. Pakaian yang harus dikenakan saat pementasan gamelan adalah.....

4. Sebelum memainkan gamelan pada saat pementasan, kita harus

..................................................................

5. Saat memainkan gamelan, kita harus

....................................................................

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

52

6. Sesudah memainkan gamelan pada saat pementasan, kita harus

..............................................................................

7. Tuliskan pengalaman yang mengesankanmu saat memainkan

gamelan...................................................................................................................

.................................................................................................................................

.................................................................................................................................

.................................................................................................................................

8. Buku untuk memainkan gamelan yang pernah kamu baca

adalah......................................................................................................................

.................................................................................................................................

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini berupa data kualitatif dan data

kuantitatif. Peneliti menggunakan teknik wawancara dan angket. Berikut ini

adalah penjelasan dari masing-masing tenik pengumpulan data tersebut:

3.6.1 Wawancara

Wawancara merupakan suatu proses tanya jawab atau dialog secara lisan

antara pewawancara dengan responden dengan tujuan untuk memperoleh

informasi yang dibutuhkan oleh peneliti (Widoyoko, 2014:40). Wawancara

digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan

studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti dan juga

apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden (Sugiyono, 2012:137).

Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur dan dapat

dilakukan melalui tatap muka maupun dengan menggunakan telepon (Sugiyono,

2012:138).

Menurut Widoyoko (2014:43) wawancara dapat dibedakan menjadi dua,

yaitu wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur. Wawancara

terstruktur adalah wawancara yang dilakukan dengan menggunakan pedoman

wawancara yang telah disusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan

data. Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara bebas, di mana pewawancara

tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis

dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Penelitian ini menggunakan wawancara

terstruktur pada satu ahli gamelan dan satu guru gamelan. Melalui wawancara

terstruktur ini setiap responden diberi pertanyaan yang sama dan peneliti

mencatatnya sebagai pengumpul data (Sugiyono, 2012:138).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

53

3.6.2 Angket

Angket atau kuesioner merupakan metode pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis

kepada responden untuk diberikan respon sesuai dengan permintaan pengguna

(Widoyoko, 2014:33). Selanjutnya, menurut Sugiyono (2012: 142) angket

merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi

seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk

dijawabnya.

Jenis angket menurut Widoyoko (2014:36) dibedakan menjadi dua, yaitu:

1) angket dibedakan menjadi angket terbuka dan tertutup dipandang dari cara

menjawab. Angket terbuka merupakan angket yang bisa dijawab direspon secara

bebas oleh responden. Peneliti tidak menyediakan alternatif jawaban/responden

bagi responden. Angket tertutup merupakan angket yang jumlah item dan

alternatif jawaban maupun responnya sudah ditentukan responden tinggal

memilihnya sesuai dengan keadan yang sebelumnya. 2) angket dibedakan menjadi

angket langsung dan tidak langsung dipandang dari jawaban yang diberikan.

Angket langsung yaitu angket di mana responden menjawab respon tentang

keadaan dirinya sendiri. Angket tidak langsung yaitu jika responden menjawan

respon tentang keadaan orang lain. Penelitian ini menggunakan angket jenis

angket terbuka berupa angket pra penelitian yang digunakan untuk menganalisis

kebutuhan siswa dan angket langsung berupa refleksi yang diisi oleh siswa setelah

membaca buku prototipe pendidikan budi pekerti dalam memainkan gamelan.

3.7 Teknik Analisis Data

Teknis analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis

data dilakukan untuk mengetahui kualitas produk yang dihasilkan. Berikut

penjelasan dari analisis yang peneliti lakukan sebagai berikut.

3.7.1 Data Kualitatif

Data kualitatif merupakan data yang menunjukkan kualitas atau mutu

sesuatu yang dinyatakan dalam bentuk pernyataan atau berupa kata-kata

(Widoyoko, 2015:18). Data kualitatif didapatkan dari hasil wawancara berupa

kritik atau saran yang dipaparkan oleh para ahli. Jumlah item pada lembar validasi

prototipe adalah delapan item. Hasil yang diperoleh dari data kualitatif dianalisis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

54

sebagai landasan untuk mengetahui kelayakan prototipe dan memperbaiki

kekurangan prototipe yang diujicobakan.

3.6.2 Data Kuantitatif

Data kuantitatif merupakan data yang berwujud angka-angka sebagai hasil

observasi atau pengukuran yang diperoleh dengan mengubah data kualitatif

menjadi data kuantitatif (Widoyoko, 2015:21). Data kuantitatif pada penelitian ini

berupa skor penilaian dari hasil validasi instrumen pra penelitian oleh dua praktisi

gamelan, hasil validasi prototipe oleh satu praktisi gamelan dan satu ahli bahasa

dan hasil penyebaran angket yang dilakukan oleh siswa. Skala penilaian yang

digunakan pada produk yang akan dikembangkan adalah (4) sangat baik, (3) baik,

(2) tidak baik, dan (1) sangat tidak baik. Skor yang sudah didapat kemudian

dikonversikan menjadi data kualitatif menggunakan tabel konversi nilai skala

empat berdasarkan skala likert (Widoyoko, 2012:112). Peneliti menyusun tabel

klasifikasi menggunakan aturan yaitu dicari skor tertinggi (nilai skor paling

tinggi), skor terendah (nilai skor paling rendah), jumlah kelas (jumlah skor), dan

jarak interval (selisih rentang skor).

Skor tertinggi =4

Skor terendah =1

Jumlah kelas =4

Jarak interval = (4-1)/4=0,75

Tabel 3.5 Klasifikasi Kelayakan Skala Empat

Rentang Skor Jawaban Klasifikasi Kelayakan

3.25 s/d 4 Sangat Baik

2.5 s/d 3.25 Baik

1.75 s/d 2.5 Cukup

1.0 s/d 1.75 Kurang

Peneliti menemukan hasil dari penghitungan skor masing-masing validasi

dengan mencari rata-rata skor. Setelah itu, hasil yang diperoleh dikonversikan dari

data kuanitatif menjadi data kualitatif dalam kategori tertentu seperti yang tertera

pada tabel kriteria skor skala empat.

Kriteria kelayakan produk prototipe dapat dilihat dari jumlah skor

penilaian validator. Jika penilaian produk mendapat skor yang berada pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

55

rentang 3.25 s/d 4 maka prototipe dapat dinyatakan layak untuk diuji coba karena

memenuhi klasifikasi kelayakan sangat baik. Jika penilaian prototipe mendapat

skor yang berada pada rentang 2.5 s/d 3.25 maka prototipe dinyatakan layak untuk

diuji coba karena memenuhi klasifikasi kelayakan baik. Jika penilaian prototipe

prototipe mendapat skor yang berada pada rentang 1.75 s/d 2.5 maka prototipe

dinyatakan layak untuk diuji coba setelah revisi. Jika penilaian prototipe mendapat

skor yang berada pada rentang 1.0 s/d 1.75 maka prototipe dinyatakan tidak layak

untuk diuji coba dan harus diperbaiki berdasarkan kekurangan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

56

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab IV ini berisi uraian tentang penjelasan dari hasil penelitian dan

pembahasan yang mencakup 2 hal, yaitu (1)mendeskripsikan proses prosedur

pengembangan prototipe buku pendidikan budi pekerti dalam memainkan

gamelan, serta (2) menjelaskan manfaat prototipe buku pendidikan budi pekerti

dalam memainkan gamelan bagi siswa. Hasil penelitian dan pembahasan akan

diuraikan sebagai berikut.

4.1 Hasil Penelitian

Hasil penelitian pengembangan ini peneliti lakukan dengan menggunakan

prosedur penelitian dan pengembangan (R&D) menurut Sugiyono. Enam tahap

yang digunakan peneliti yaitu (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3)

desain produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain, dan (6) uji coba produk.

Berikut penjabaran dari tahap-tahap tersebut.

4.1.1 Prosedur Pengembangan

4.1.1.1 Potensi dan Masalah

Potensi yang peneliti soroti adalah kesenian gamelan yang dijadikan

sebagai salah satu kegiatan ekstrakurikuler di beberapa sekolah dasar di

Yogyakarta. Kegiatan ekstrakurikuler tersebut adalah karawitan. Ekstrakurikuler

karawitan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan di luar jam sekolah untuk

mengembangkan kebersamaan, melestarikan budaya Jawa dan menambah

kreativitas siswa (Mudji Sulistyowati, 2013:4).

Masalah yang peneliti dapatkan dari hasil wawancara kepada satu praktisi

gamelan dan satu guru gamelan , peneliti mendapatkan data bahwa gamelan

memiliki nilai-nilai budi pekerti sehingga sangat penting untuk diperkenalkan

pada anak usia dini. Namun, masalah yang ditemukan adalah berkurangnya

ketertarikan siswa usia sekolah dasar untuk memainkan gamelan karena dianggap

kuno dan kurangnya ketersediaan buku yang berisi informasi tentang gamelan dan

nilai-nilai yang terkandung di dalam gamelan maupun pada saat memainkannya.

Selanjutnya, peneliti mendapatkan data dari analisis kebutuhan siswa di SD

Kanisius Klepu pada 20 siswa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

57

Analisis kebutuhan siswa dilakukan dengan membagikan lembar angket.

Penyebaran angket dilaksanakan pada siswa kelas V yang berjumlah 20 siswa.

Peneliti mendapatkan data dari hasil angket yang menunjukkan 85% siswa pernah

membaca buku notasi gamelan dan 25% siswa pernah membaca buku pepak basa

jawa. Hasil angket menunjukkan bahwa 20 siswa (100%) belum pernah membaca

buku yang berisi tentang nilai-nilai budi pekerti dalam memainkan gamelan.

berdasarkan hasil wawancara dan angket, sebagai calon guru SD peneliti

terdorong untuk membuat prototipe buku pendidikan budi pekerti dalam

memainkan gamelan (untuk SD) dengan tujuan menanamkan pendidikan budi

pekerti dan siswa memahami cara memainkan gamelan yang benar beserta nilai-

nilai yang terkandung di dalamnya.

4.1.1.2 Pengumpulan Data

Peneliti melakukan pengumpulan data dengan melakukan wawancara pada

satu praktisi gamelan dan satu guru gamelan. Peneliti melakukan wawancara

pada kedua narasumber dengan memberikan beberapa pertanyaan diantaranya

adalah (1) mengapa anda tertarik dengan gamelan? (2) apakah yang anda rasakan

setiap kali mendengarkan musik gamelan? (3) apakah ada nilai-nilai budi pekerti

dalam memainkan gamelan? (4) apakah menurut anak usia dini perlu

diperkenalkan gamelan sejak dini? Mengapa perlu? (5) apakah menurut anda

perlu ada buku sederhana untuk siswa SD yang memuat informasi tentang

gamelan yang memiliki nilai-nilai budi pekerti? Mengapa perlu? Dari kelima

pertanyaan yang peneliti ajukan, kedua narasumber menyatakan bahwa terdapat

nilai-nilai budi pekerti dalam memainkan gamelan seperti berjalan jongkok untuk

menjaga sikap sopan santun dan bekerjasama selama memainkan gamelan

sehingga menghasilkan suatu irama yang indah. Oleh karena itu, baik jika sejak

dari usia dini siswa dipekerkenalkan pada gamelan dan nilai-nilai yang ada di

dalamnya. Namun, ketersedian buku tentang gamelan yang memuat nilai-nilai

budi pekerti sangat kurang terlebih untuk siswa SD.

Selain itu, penelti juga mengumpulkan data dari penyebaran angket yang

dilakukan pada tanggal 15 Juni 2017. Penyebaran angket dilaksanakan pada siswa

kelas V di SD Kanisius Klepu. berikut hasil data angket analisis kebutuhan siswa

yang disajikan sebagai berikut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

58

Tabel 4.1 Hasil Rekapitulasi Data Angket Analisis Kebutuhan

No Pertanyaan Jawaban

1. Kamu sudah memainkan

gamelan Jawa sejak kelas

20 siswa (100%) menjawab sudah memainkan

anak sejak kelas III

2. Gamelan merupakan

salah satu alat musik dari

daerah…

16 siswa (80%) menjawab gamelan merupakan

salah satu alat musik dari daerah Jawa

4 siswa (20%) menjawab dari daerah Jawa

Tengah

3. Pakaian yang harus

dikenakan saat

pementasan gamelan

adalah…

10 siswa (50%) menjawab memakai pakaian

sorjan (laki-laki-laki) dan kebaya (perempuan)

5 siswa (25%) menjawab pakaian yang

dikenakan saat pementasan gamelan adalah

pakaian adat Jawa, 4 siswa (20%) menjawab

pakaian adat

1 siswa (5%) menjawab pakaian adat Jawa

Tengah

4. Sebelum memainkan

gamelan pada saat

pementasan, kita harus …

13 siswa (65%) menjawab harus berdoa

3 siswa (15%) menjawab harus siap-siap

2 siswa (10%) menjawab harus tenang

1 siswa (5%) menjawab harus memberi salam

dan hormat

1 siswa (5%) menjawab harus mengerti dengan

pelajaran karawitan

5. Saat memainkan

gamelan, kita harus …

13 siswa (65%) menjawab harus fokus

3 siswa (15%) menjawab harus melihat notasi

2 siswa (10%) menjawab harus sungguh-

sungguh

1 siswa (5%) menjawab harus kompak

1 siswa (5%) menjawab harus memahami

gending

1 siswa (5%) menjawab harus percaya diri

6. Sesudah memainkan

gamelan pada saat

pementasan, kita harus …

5 siswa (25%) menjawab harus berterimakasih

atau hormat

4 siswa (20%) menjawab pergi dari panggung

4 siswa (20%) menjawab istirahat

3 siswa (15%) menjawab harus berdoa

3 siswa (15%) menjawab harus

mengembalikan alat

1 siswa (5%) menjawab harus bergantian

dengan gamelan yang berbeda.

7. Tuliskan pengalaman

yang mengesankanmu

saat memainkan

gamelan…

Siswa 1

Merasa senang saat memainkan gamelan yang

sangat merdu suaranya.

Siswa 2

Dapat fokus saat memainkan gamelan saat

ketukan yang cepat dan tepat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

59

Siswa 3

Dapat belajar bersama teman-teman

memainkan gamelan.

Siswa 4

Sangat senang bermain gamelan serta dari

permainan gamelan bisa mengetahui tradisi-

tradisi Jawa dan gending-gending Jawa.

Siswa 5

Bermain gamelan membuat senang, gembira

dan tidak bosan.

Siswa 6

Senang memukul gamelan karena suara yang

dihasilkan merdu.

Siswa 7

Bermain gamelan bisa mengetahui adat jaman

dahulu yang dimainkan oleh kakek dan nenek

kita dahulu dan bisa memainkannya.

Siswa 8

Sangat senang bisa memainkan gamelan

dengan gembira.

Siswa 9

Kesal karena saat bermain gamelan ada teman

yang membuat ramai sehingga sulit untuk

berkonsentrasi.

Siswa 10

Senang bermain gamelan dengan teman-teman.

Siswa 11

Pengalaman yang mengesankan saat memaikan

gamelan adalah saya senang bisa memainkan

alat musik bernama demung, awalnya saya

tidak bisa, tetapi setelah latihan berulang-ulang

saya menjadi bisa.

Siswa 12

Pengalaman yang mengesankan saat memaikan

gamelan adalah saya senang saat saya

memaikan alat musik Gamelan yaitu saron,

awalnya saya ragu pada alat musik Gamelan

dan akhirnya dengan bekerja keras dan latihan

saya bisa memaikan alat musik Gamelan

khusunya Saron.

Siswa 13

Pengalaman yang mengesankan saat memaikan

gamelan adalah saya sangat senang sekali bisa

memainkan gamelan dan senang memegang

alat musik peking.

Siswa 14

Pengalaman yang mengesankan saat

memaikan Gamelan adalah saya sangat suka

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

60

memaikan Gamelan saron dan demung dan

saya juga suka pentas di Sanata Dharma karena

disana saya dan teman-teman bisa pentas dan

juga bermain egrang dan dakon.

Siswa 15

Pengalaman yang mengesankan saat memaikan

gamelan adalah saya dapat mengiringi anak

yang menari dengan nada yang benar

Siswa 16

Selama memainkan gamelan merasa senang,

karena bisa memainkan perangkat gamelan

yang melatihnya untuk selalu fokus.

Siswa 17

Selama memainkan gamelan merasa senang,

karena bisa menabuh dua perangkat gamelan

yaitu gong dan bonang dan juga belajar tentang

nilai- nilai yang terkandung di dalam

permainan gamelan yaitu nilai religius.

Siswa 18

Pengalaman yang mengesankan adalah saat

menyiapkan alat-alat tabuh yang akan

digunakan dalam permainan gamelan dan

kebersamaan saat memainkan gamelan.

Siswa 19

Pengalaman yang mengesankan adalah saat

menyiapkan dan membereskan alat-alat

gamelan, sehingga dapat mengenal macam-

macam alat tabuh.

Siswa 20

Pengalaman yang mengesankan adalah saat

mengetahui cara menabuh perangkat gamelan

dan menyanyikan lagu jawa.

8. Buku untuk memainkan

gamelan yang pernah

kamu baca adalah…

17 siswa (85%) pernah membaca buku notasi

gamelan

3 siswa (15%) pernah membaca buku pepak

basa jawa

Dari hasil penyebaran angket yang dilakukan kepada 20 siswa kelas V di

SD Kanisius Klepu, peneliti memilih aitem nomor. 4,5,6, dan 8 untuk

menunjukkan bahwa penelitian ini relevan untuk diteliti. Peneliti mendapatkan

data 65% siswa menjawab sebelum memainkan gamelan harus berdoa, 65%

siswa menjawab saat memainkan gamelan harus fokus, 5% siswa menjawab saat

bermain gamelan harus kompak, 25% siswa menjawab setelah memainkan

gamelan harus hormat, 15% siswa menjawab setelah memainkan gamelan harus

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

61

berdoa, 15% siswa menjawab setelah memainkan gamelan harus mengembalikan

alat ke tempatnya, 85% siswa pernah membaca buku notasi gamelan, 25% siswa

pernah membaca buku pepak basa jawa.

Berdasarkan hasil angket tersebut peneliti mendapatkan data bahwa

memainkan gamelan dapat membantu siswa memiliki kebiasaan berdoa (80%),

fokus (65%), kerjasama (5%), menghormati (25%), tanggung jawab (15%), dan

100% siswa belum pernah membaca buku tentang nilai-nilai dalam gamelan. dari

hasil angket analisis kebutuhan siswa dapat ditarik kesimpulan bahwa siswa

membutuhkan buku yang berisi informasi tentang nilai-nilai pendidikan budi

pekerti dalam memainkan gamelan. Oleh karena itu peneliti terdorong untuk

mengembangkan prototipe buku pendidikan budi pekerti dalam memainkan

gamelan (untuk SD).

Data tersebut menjadi acuan bagi peneliti untuk melakukan penelitian dan

pengembangan dalam menyusun prototipe buku pendidikan budi pekerti dalam

memainkan gamelan (untuk SD). Buku tersebut diharapkan dapat membantu

siswa dalam memahami dan menerapkan nilai-nilai budi pekerti yang terkandung

di dalam gamelan.

4.1.1. 3 Desain Produk

Peneliti mendesain sebuah produk berupa prototipe buku pendidikan budi

pekerti dalam memainkan gamelan. Peneliti menyusun prototipe buku yang

berisi cover, kata pengantar, isi yang terdiri menjadi dua bagian, bagian pertama

artikel berjudul “Nilai-nilai Budi Pekerti dalam Memainkan Gamelan” memuat

pengertian gamelan, nilai-nilai yang terdapat pada beberapa instrumen dan nilai-

nilai dalam memainkan gamelan, Bagian kedua cergam berjudul “Bermain Saron

Barung Menumbuhkan Sikap Tenggang Rasa”, cergam tersebut dilengkapi

dengan 11 gambar yang berhubungan dengan cerita, refleksi, daftar pustaka, dan

biodata. Kisi-kisi pembuatan prototipe buku dapat dilihat pada lampiran 7

halaman 101.

Peneliti memulai desain produk dengan membuat artikel yang termuat

pada bagian I prototipe buku. Artikel tersebut berisi penjelasan mengenai

pengertian gamelan, nilai-nilai dalam beberapa instrumen gamelan, dan nilai-nilai

budi pekerti dalam memainkan gamelan. Setelah menyusun artikel, kemudian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

62

peneliti membuat sebuah cerita bergambar dimulai dengan menyusun sebuah

cerita sederhana. Peneliti membuat cerita tentang seorang siswa kelas V bernama

Reni yang memiliki pengalaman bermain saron barung. Di sekolahnya Reni

mengikuti kegiatan ekstrakurikuler karawitan. Pada suatu hari dia diminta oleh

pelatihnya untuk mengikuti sebuah festival gamelan dan bertugas untuk menabuh

saron barung. Bermain gamelan membuat Reni terbiasa untuk bersikap sopan,

berdoa, bekerjasama, tenggang rasa, konsentrasi, ketekunan, dan tanggung jawab.

Selain itu menabuh instrumen saron barung dapat menumbuhkan sikap tenggang

rasa bagi penabuhnya. Untuk membuat cerita menjadi lebih menarik, peneliti

menambahkan ilustrasi sebagai pendukung bagi siswa dalam memahami cerita.

Cerita yang sudah dibuat kemudian peneliti tuangkan ke dalam sebuah sketsa

gambar yang dibuat oleh illustrator.

Gambar 4.1 Sketsa Awal

1)

2)

3)

Sosok Reni Reni dinasehati oleh

pelatih

Reni menabuh saron

Peneliti melakukan perbaikan terhadap sketsa awal dengan gambar-

gambar yang lebih sesuai dengan cerita karena dirasa kurang menarik dan terlalu

sedikit. Peneliti bekerjasama dengan seorang illustrator dalam membuat gambar

yang akan digunakan untuk melengkapi buku cerita. Berikut merupakan gambar

yang telah diperbaiki oleh illustrator:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

63

Gambar 4.2 Perbaikan Gambar Prototipe oleh Ilustrator

1)

Reni dan teman-temannya

berjalan jongkok menuju arena

gamelan

2)

Reni dan teman-temannya berdoa

3)

Reni berlatih karawitan bersama

teman-temannya dengan seorang

pelatih

4)

Reni menabuh saron barung

bersama kedua temannya

penabuh gender dan kendang

5)

Reni dan teman-temannya hormat

6)

Reni dan teman-temannya

pementasan

4.1.1.4 Validasi Desain

Validasi desain dilakukan satu kali oleh dua validator yaitu satu pelatih

gamelan di SMP Pangudi Luhur Moyudan dan guru bahasa di SD Kanisius

Minggir. Validasi dilakukan dengan memberikan desain produk dan lembar

angket validasi kepada ahli. Terdapat beberapa aspek prototipe buku yang dinilai,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

64

yaitu 1) bahasa, 2) format penulisan buku, dan 3) isi. Berikut hasil dari

perhitungan validasi:

Tabel 4.2 Hasil Rekapitulasi Validasi Uji Coba Produk Prototipe Buku

No Aspek Validator I Validator II

Skor Saran Skor Saran

1. Bahasa

Sesuai dengan EYD 3 Penulisan

belum betul

4 Sudah sesuai

dengan EYD

Mudah dipahami oleh

anak SD

4 Sebagian istilah

belum benar

4 Bahasa mudah

dipahami

2. Format Penulisan Buku

Prototipe sesuai

dengan kaidah

penulisan buku

3 Ya 3 Sudah sesuai

kaidah

Menggunakan

kepustakaan yang

sesuai dengan teori

pendidikan budi

pekerti dan gamelan.

4 Ya 4 Sudah sesuai

3. Isi

Artikel berisi

informasi sederhana

tentang gamelan.

4 Ya 4 Informasi

sederhana

Artikel menjelaskan

nilai-nilai budi

pekerti yang

terkandung dalam

beberapa alat musik

gamelan.

4 Ya 3 Sudah ada nilai

budi pekerti

Cergam memuat

informasi tentang

kekhasan memainkan

saron barung sebagai

salah satu alat musik

gamelan.

4 Ya 4 Sudah memuat

informasi khas

saron

Cergam berisi alur

cerita yang mudah

dipahami atau

ditangkap oleh anak.

4 Ya 4 Alur mudah

dipahami

Total skor 30 30

Skor rata-rata 30

Nilai rata-rata 3,75

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

65

Dari hasil validasi yang dilakukan oleh kedua validator tersebut jika dilihat

dari klasifikasi kelayakan pada tabel 3.5, menunjukkan bahwa prototipe yang

dikembangkan mendapatkan nilai rata-rata 3,75 dan termasuk dalam klasifikasi

skala empat kriteria sangat baik sehingga prototipe yang dikembangkan peneliti

layak untuk diujicobakan untuk siswa SD. Terdapat beberapa kritik dan saran

yang diberikan oleh kedua validator yang peneliti gunakan sebagai revisi atau

perbaikan prototipe cergam.

4.1.1.5 Revisi Desain

Peneliti melakukan revisi dan perbaikan desain produk berupa prototipe

buku cergam berdasarkan kritik dan saran yang diberikan oleh validator.

Perbaikan yang dilakukan peneliti adalah penulisan yang masih belum sesuai

dengan EYD dan penggunaan istilah yang belum benar. Peneliti melakukan

perbaikan pada bagian artikel yang masih menggunakan istilah yang kurang tepat

dan dirasa sulit untuk diterima oleh siswa. Selain itu, peneliti memperbaiki

kalimat yang kurang sesuai pada cergam menjadi kalimat yang sesuai dan

memberi kata penghubung agar kalimat yang ada pada cergam lebih sesuai dan

mudah dipahami oleh siswa. Validator memberi kritik bahwa buku tidak

berwarna, namun peneliti sengaja membuat prototipe cergam dengan gambar

hitam putih agar siswa juga dapat mengembangkan kreatifitas yang dimiliki

dengan mewarnai gambar pada prototipe tersebut. Peneliti berharap bahwa setelah

melakukan perbaikan desain, produk buku berjudul “Prototipe Nilai-Nilai Budi

Pekerti Dalam Memainkan Gamelan” dapat mudah dipahami oleh siswa SD.

Berikut ini adalah perbaikan prototipe buku yang dilakukan oleh peneliti:

Pada bagian I halaman 3 terdapat istilah kata yang kurang tepat yaitu pada

bagian pengertian saron.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

66

Gambar 4.3 Prototipe Sebelum Direvisi

Validator memberikan kritik saran bahwa dalam istilah gamelan kotak

kayu pada instrumen saron sering disebut dengan rancakan. Peneliti melakukan

revisi pada bagian pengertian saron dengan menambahkan istilah lain dari kotak

kayu yaitu rancakan.

Gambar 4.4 Prototipe Sesudah Direvisi

Pada bagian I memuat artikel tentang Nilai-Nilai Budi Pekerti pada

halaman 4 penggunaan istilah gema yang dirasa kurang tepat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

67

Gambar 4.5 Prototipe Sebelum Direvisi

Validator memberikan kritik dan saran tentang penggunaan istilah gema

yang tepat pada instrumen saron yaitu ditambahkan dengan istilah lain dari gema

yaitu resonansi. Peneliti melakukan revisi pada halaman 4 bagian I dengan

menambahkan istilah lain dari gema yaitu resonansi.

Gambar 4.6 Prototipe Sesudah Direvisi

Pada bagian I penulis kurang menambahkan kata sehingga kalimat tidak

menjadi sebuah kalimat yang baku.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

68

Gambar 4.7 Prototipe Sebelum Direvisi

Validator memberikan kritik terhadap kurangnya kata pada halaman 8

sehingga tidak menjadi kalimat utuh. Oleh karena itu peneliti melakukan

perbaikan dengan menambahkan kata penabuh agar menjadi kalimat yang benar.

Gambar 4.8 Prototipe Sesudah Direvisi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

69

4.1.1.6 Uji Coba Produk

Uji coba produk dilakukan setelah peneliti melakukan revisi dan perbaikan

prototipe sehingga layak untuk diujicobakan. Peneliti melakukan uji coba satu kali

pada tanggal 7 Maret 2018 di SD Kanisius Klepu. Uji coba prototipe dilakukan

pada 25 siswa kelas V SD. Tujuan uji coba produk tersebut adalah agar siswa

mengetahui dan memahami nilai-nilai yang ada dalam gamelan. Selain itu,

melalui uji coba produk ini peneliti dapat mengetahui kualitas dan keefektifan

prototipe yang peneliti kembangkan untuk siswa SD.

Sebelum melakukan uji coba produk, peneliti memulainya dengan

menyapa siswa dan menjelaskan maksud dan tujuan peneliti datang ke kelas

mereka. Peneliti juga melakukan tanya jawab pada siswa tentang pemahaman

mereka terhadap alat musik gamelan.

Gambar 4.9 Peneliti memberikan pengarahan kegiatan uji coba

produk

Selanjutnya, peneliti membagikan prototipe pada 25 siswa secara individu

untuk dibaca oleh para siswa. Selama kegiatan membaca prototipe, hampir

seluruh siswa sangat antusias dan serius dalam membaca.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

70

Gambar 4.10 Siswa kelas V membaca produk prototipe buku

Selesai membaca prototipe siswa mengisi lembar refleksi yang sudah

peneliti bagikan untuk mengetahui sejauh mana mereka memahami isi dari

prototipe yang baru saja mereka baca. Hasil refleksi siswa dapat dilihat pada

lampiran 9 halaman 108.

Gambar 4.11 Siswa kelas V menulis refleksi sebagai penilaian

kualitas produk

Kemudian siswa melakukan kegiatan mewarnai gambar pada cerita

bergambar, namun peneliti sudah menyediakan kertas tersendiri yang berisi

gambar yang sama seperti pada cerita untuk diwarnai oleh siswa dengan tujuan

agar prototipe dapat digunakan lagi dan siswa dapat mewarnai lagi di rumah.

Hasil mewarnai gambar prototipe cergam yang dilakukan oleh siswa dapat dilihat

pada lampiran 11 halaman 119.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

71

Gambar 4.12 Siswa kelas V mewarnai gambar

4.1.2 Kualitas Produk

Peneliti melakukan uji coba produk dengan membagikan produk berupa

prototipe buku pendidikan budi pekerti dalam memainkan gamelan (untuk SD).

Prototipe tersebut berjudul “Nilai-Nilai Budi Pekerti dalam Memainkan

Gamelan”. Kualitas prototipe didapatkan dari hasil siswa menuliskan refleksi

yang berisi beberapa pertanyaan dari peneliti dan mewarnai gambar pada

prototipe cergam. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui sejauh mana

pemahaman siswa tentang prototipe yang sudah dibaca. Lembar refleksi terdiri

dari 4 pertanyaan yang berhubungan pada isi prototipe buku. Pertanyaan pada

lembar refleksi diantaranya 1) informasi yang didapatkan siswa setelah membaca

produk, 2) nilai/sikap yang diperoleh saat memainkan gamelan, 3) cara

memainkan instrumen saron barung, dan 4) pengertian tenggang rasa. Jawaban

siswa pada lembar refleksi kemudia dikonversikan menjadi skor menggunakan

skala empat yang terdiri dari skor 1-4 berdasarkan pedoman penilaian yang

disusun oleh peneliti lampiran 10a halaman 112. Nilai yang diperoleh dari siswa

pada setiap nomor soal akan dihitung rata-rata dan hasil nilai akan dijadikan

sebagai landasan untuk menentukan kualitas produk.

Dari hasil angket uji coba produk peneliti mendapatkan data bahwa

informasi yang didapatkan para siswa setelah membaca prototipe adalah 23 siswa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

72

mendapatkan informasi tentang cara dan nilai dalam memainkan gamelan, 1 siswa

mendapatkan informasi bahwa tentang menghargai budaya Jawa dan 1 siswa

mendapatkan informasi bahwa bermain gamelan itu menyenangkan. Berdasarkan

jawaban para siswa, diperoleh hasil rata-rata skor 3,8 untuk jawaban soal nomor 1

tentang informasi yang didapatkan para siswa setelah membaca prototipe buku.

Dari hasil angket uji coba produk peneliti mendapatkan data bahwa pada

pertanyaan mengenai sikap yang dilatihkan pada penabuh saat memainkan

gamelan adalah 14 siswa menjawab memainkan gamelan melatih penabuh

memiliki sikap sopan santun, religius, kerjasama, tenggang rasa, konsentrasi,

ketekunan, dan tanggung jawab, 10 siswa dapat menjawab keseluruhan nilai

namun jawaban yang dituliskan kurang lengkap, dan 1 siswa menjawab

memainkan gamelan melatih siswa untuk memiliki nilai budi pekerti. Berdasarkan

jawaban para siswa, diperoleh hasil rata-rata skor 3,4 untuk jawaban soal nomor 2

tentang nilai yang didapatkan penabuh dalam memainkan gamelan.

Dari hasil angket uji coba produk peneliti mendapatkan data bahwa pada

pertanyaan mengenai cara memainkan instrumen saron barung, 21 siswa

menjawab memainkan saron barung dengan dipukul sesuai notasi menggunakan

alat pemukul dari kayu, 4 siswa lainnya dapat menjawab cara memainkan namun

kurang sesuai dengan jawaban. Berdasarkan jawaban para siswa, diperoleh hasil

rata-rata skor 3,68 untuk jawaban soal nomor 3 tentang cara memainkan

instrumen saron barung.

Dari hasil angket uji coba produk peneliti mendapatkan data bahwa pada

pertanyaan mengenai pengertian tenggang rasa, sebanyak 15 siswa menjawab arti

dari tenggang rasa yaitu menghargai penabuh lain, 3 siswa lainnya menjawab

kurang jelas, dan siswa lainnya menuliskan jawaban yang sangat kurang sesuai

dengan pertanyaan yang diberikan. Berdasarkan jawaban para siswa, diperoleh

hasil rata-rata skor 2,92 untuk jawaban soal nomor 4 tentang pengertian tenggang

rasa.

Berdasarkan hasil angket yang diperoleh, rata-rata skor yang didapatkan

dari setiap nomor pada soal refleksi kemudian dijumlahkan secara keseluruhan

kemudian dibagi dengan jumlah soal yang diberikan sehingga dapat ditemukan

nilai rata-rata skor keseluruhan yang digunakan sebagai nilai untuk menentukan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

73

kualitas kelayakan produk. Rata-rata yang diperoleh adalah 3,48. Berdasarkan

tabel klasifikasi kualitas produk yang digunakan peneliti dapat menyimpulkan

bahwa prototipe yang dibuat mempunyai kualitas yang baik dan layak untuk

digunakan karena nilai rata-rata dari hasil refleksi siswa termasuk dalam kategori

“sangat baik”. Hasil rekapitulasi hasil angket dapat dilihat pada lampiran 10b

halaman 115. Produk yang dikembangkan oleh peneliti, selain membantu siswa

dalam memahami nilai-nilai pendidikan budi pekerti dalam memainkan gamelan

juga dapat menerapkan nilai-nilai pendidikan budi pekerti dalam kehidupan

sehari-hari mereka seperti menanamkan sikap sopan santun, tenggang

rasa/toleransi, religius, tanggung jawab, ketekunan, konsentrasi, dan kerjasama.

Selain itu juga melalui prototipe cergam, siswa dapat meningkatkan kreativitas

dalam mewarnai gambar pada cergam.

4.2 Pembahasan

Peneliti melakukan penelitian pengembangan ini berdasarkan identifikasi

masalah. Data diperoleh dari hasil wawancara dengan praktisi gamelan yang

menunjukkan bahwa perlu adanya pengenalan alat musik tradisional gamelan

pada anak usia dini seusia siswa SD, meskipun di beberapa sekolah sudah

diadakan pengenalan gamelan melalui kegiatan ekstrakurikuler karawitan namun

masih banyak siswa belum mengetahui nilai-nilai yang ada dalam memainkan

gamelan. Hal itu juga didukung dari kurangnya ketersediaan buku yang berisi

informasi tentang nilai-nilai dalam gamelan.

Selanjutnya, dari hasil wawancara yang diperoleh peneliti membuat angket

untuk melakukan analisis kebutuhan siswa. Penyebaran angket dilakukan pada

siswa kelas V di SD Kanisius Klepu yang hasilnya menunujukkan bahwa 100%

siswa belum pernah membaca buku yang berisi informasi nilai-nilai dalam

memainkan gamelan. Oleh karena itu, peneliti terdorong untuk membuat prototipe

buku pendidikan budi pekerti dalam memainkan gamelan (untuk SD). Prototipe

tersebut divalidasi oleh praktisi gamelan dan ahli bahasa dan mendapatkan skor 30

dengan rata-rata 3,75 yang berarti sangat baik sehingga layak untuk diujicobakan.

Uji coba produk dilakukan pada tanggal 7 Maret 2018 di SD Kanisius

Klepu dengan siswa kelas V yang berjumlah 25 siswa. Berdasarkan hasil uji coba

tersebut peneliti mendapatkan data bahwa prototipe buku pendidikan budi pekerti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

74

dalam memainkan gamelan dapat membantu siswa dalam memahami nilai-nilai

dalam memainkan gamelan dan meningkatkan kreativitas yang ditunjukkan pada

hasil siswa mewarnai gambar. Hal itu didapatkan dari nilai kualitas produk

dengan skor 3,48 yang termasuk pada kategori “sangat baik”. Prototipe tersebut

dinilai sangat baik dan dapat membantu siswa dalam memahami nilai-nilai dalam

memainkan gamelan karena:

a. Prototipe disusun untuk memfasilitasi siswa memperoleh informasi

tentang gamelan

Gamelan merupakan seperangkat alat musik tradisional yang

menjadi salah satu kebudayaan di Indonesia dalam bidang kesenian musik.

Gamelan berasal dari daerah Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogykarta,

Jawa Timur, Jawa Barat, dan Bali. Meskipun berasal dari beberapa daerah,

peneliti hanya membahasa gamelan Jawa yang terdapat di daerah Jawa

Tengah dan Yogyakarta. Gamelan juga dikenal dengan istilah karawitan.

Karawitan adalah seni memainkan alat musik gamelan. Di beberapa

sekolah dasar, karawitan dijadikan kegiatan ekstrakurikuler.

Pada prototipe buku ini, peneliti memberikan penjelasan mengenai

beberapa hal yang berkaitan dengan gamelan diantaranya pengertian

gamelan, jenis gamelan dan cara memainkan instrumen gamelan.

Penjelasan tersebut disusun pada bagian artikel berdasarkan teori yang

peneliti kumpulkan dan ditulis menggunakan bahasa yang mudah

dipahami oleh siswa seusia anak SD. Prototipe ini hanya berisi informasi

sederhana mengenai gamelan, karena untuk anak sesuai SD pada

umumnya belum diberikan materi gamelan secara mendalam. Disusunnya

prototipe ini bertujuan agar siswa tidak hanya sekedar memainkan

gamelan saja tetapi juga dapat mengerti tentang informasi gamelan.

b. Prototipe berisi nilai budi pekerti dalam gamelan

Budi pekerti merupakan pelajaran tentang etika hidup bersama

dengan bertindak baik yang berdasarkan nalar. Orang yang mempunyai

budi pekerti baik memiliki sikap atau tingkah laku yang baik sehingga

akan mewujudkan kepribadian dan karakter yang baik. Budi pekerti

seseorang akan tampak pada pikiran, sikap dan keterampilan yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

75

dimiliki. Karakter seseorang dapat mengembangkan pengetahuan, sikap,

dan keterampilan. Pendidikan sebagai upaya untuk memajukan budi

pekerti baik itu kekuatan batin dan karakter agar siswa dapat menemukan

kesempurnaan hidup. Pendidikan budi pekerti dapat membentuk karakter

siswa melalui budaya, salah satunya adalah kesenian gamelan.

Prototipe buku mengandung nilai-nilai budi pekerti dalam setiap

instrumen gamelan dan nilai-nilai budi pekerti dalam memainkan gamelan.

Nilai-nilai tersebut didapatkan dari berbagai sumber baik itu dari buku

maupun hasil wawancara dengan para praktisi gamelan. Nilai-nilai yang

terdapat dalam memainkan gamelan antara lain sopan santun, religius,

kerjasama, tenggang rasa, konsentrasi, ketekunan, tanggung jawab dan

sebagainya.

c. Prototipe berisi nilai dan kekhasan instrumen saron barung

Gamelan terdiri dari seperangkat instrumen gamelan, namun pada

prototipe buku peneliti menonjolkan kekhasan salah satu instrumen

gamelan yaitu saron barung. Saron barung merupakan salah satu jenis

instrumen dari instrumen saron yang merupakan tetabuhan keras berupa

wilahan-wilaan berbentuk agak cembung yang disusun berderet di atas

kotak kayu dan dibunyikan dengan cara dipukul menggunakan alat

pemukul dari kayu. Pada prototipe bagian I berisi tentang kekhasan dan

nilai-nilai budi pekerti dalam instrumen saron barung. Bagian II memuat

cergam berjudul “Bermain Saron Barung Menumbuhkan Sikap Tenggang

Rasa” yang mengisahkan pengalaman seorang anak memainkan saron

barung. Dari hasil uji coba produk didapatkan data bahwa sebanyak 21

siswa mengetahui cara memainkan instrumen saron barung adalah dengan

cara dipukul dengan alat pemukul dari kayu sesuai dengan notasi atau

teknik imbal. Selain itu, 15 siswa mengetahui bahwa memainkan

instrumen saron barung membantu penabuh memiliki sikap tenggang rasa

yang mempunyai arti menghargai penabuh lain.

d. Prototipe sebagai sarana literasi literasi

Literasi adalah kegiatan membaca dan menulis. Sesuai dengan

Permendikbud No.23 Tahun 2015 tentang pembiasaan penumbuhan minat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

76

baca melalui kegiatan 15 menit membaca, maka prototipe ini dapat

digunakan untuk memfasilitasi siswa dalm kegiatan literasi yang sedang

digalakkan di sekolah. literasi bertujuan untuk menumbuhkan budi pekerti

siswa melalui kegiatan Gerakan Literasi Sekolah. Oleh karena itu,

prototipe buku pendidikan budi pekerti dalam memainkan gamelan untuk

SD sangat cocok jika digunakan untuk kegiatan literasi. Selain itu,

prototipe buku ini juga terdapat cergam dapat menarik minat baca siswa

SD yang pada umumnya senang membaca cerita yang disertai dengan

gambar.

e. Prototipe memuat cergam yang memfasilitasi siswa dalam

mengembangkan kreativitas mewarnai gambar

Cerita bergambar yang disusun oleh peneliti disertai alur cerita

yang menarik dan terdapat ilustrasi sketsa gambar hitam putih yang

menggambarkan setiap bagian alur cerita. Ilustrasi gambar sketsa

bertujuan agar siswa dapat mengembangkan kreativitas dan imajinasi yang

dia miliki setelah membaca cerita dengan mewarnai ilustrasi tersebut. Saat

kegiataan uji coba produk dilakukan, semua siswa sangat senang karena

diberikan kesempatan untuk dapat membaca prototipe buku dan mewarnai

gambar. Hasil dari gambar yang sudah diwarnai oleh siswa pun sangat

bagus dan menunjukkan kreativitas yang dimiliki siswa.

4.3 Kelebihan dan Kekurangan Prototipe

Berdasarkan hasil validasi dan uji coba prototipe, peneliti mendapatkan

kritik dan saran tentang prototipe buku yang dikembangkan. Data tersebut

membantu peneliti untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan prototipe yang

dikembangkan. Berikut ini akan dijelaskan kelebihan dan kekurangan prototipe

buku yang berjudul “Nilai-Nilai Budi Pekerti dalam Memainkan Gamelan”.

4.3.1 Kelebihan Prototipe

Prototipe buku pendidikan budi pekerti dalam memainkan gamelan

memiliki kelebihan, yaitu 1) Prototipe berisi informasi tentang arti gamelan dan

cara memainkan beberapa instrumen gamelan khususnya instrumen saron barung,

2) Prototipe berisi informasi tentang nilai-nilai budi pekerti dalam memainkan

masing-masing instrumen gamelan dan nilai-nilai budi pekerti dalam memainkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

77

gamelan, 3) Prototipe buku berisi cergam yang berjudul “Bermain Saron Barung

Menumbuhkan Sikap Tenggang Rasa”, 4) Cergam berisi nilai-nilai memainkan

saron barung yaitu tenggang rasa yang diwujudkan dengan menghargai penabuh

yang lain, 5) Terdapat gambar-gambar yang berkaitan dengan cerita di dalam

cergam, 6) Terdapat beberapa istilah khas tentang gamelan sehingga membuat

siswa dapat mengimajinasikan sehingga mudah dipahami oleh siswa.

4.3.2 Kekurangan Prototipe

Prototipe buku pendidikan budi pekerti dalam memainkan gamelan

memiliki kekurangan, yaitu 1) Prototipe terlalu banyak tulisan dibandingkan

dengan gambar, 2) Terdapat dua gambar yang belum mewakili cerita yang

disampaikan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

78

BAB V

PENUTUP

Pada bab ini peneliti akan membahas tentang simpulan dari keseluruhan

penelitian, keterbatasan penelitian dan saran. Berikut ini adalah penjelasan dari

masing-masing sub bab:

5.1 Kesimpulan

5.1.1 Prosedur pengembangan produk berupa “Prototipe Buku Pendidikan Budi

Pekerti dalam Memainkan Gamelan (untuk SD)” dilakukan melalui enam

langkah menurut Sugiyono yang meliputi 1) potensi dan masalah, 2)

pengumpulan data, 3) desain produk, 4) validasi desain, 5) revisi desain dan

6) uji coba produk.

5.1.2 Kualitas prototipe buku pendidikan budi pekerti dalam memainkan gamelan

untuk SD dari hasil validasi dengan praktisi gamelan dan ahli bahasa

mendapatkan skor 30 dengan rata-rata 3,75 (sangat baik) sehingga layak

diujicobakan. Kualitas prototipe buku pendidikan budi pekerti dalam

memainkan gamelan untuk SD dari hasil refleksi siswa mendapatkan 3,48

(sangat baik) sehingga layak untuk digunakan.

5.2 Keterbatasan Penelitian

Penelitian pengembangan ini memiliki beberapa keterbatasan, antara lain:

5.2.1 Dalam prototipe ini masih terdapat banyak tulisan dibandingkan gambar.

5.2.2 Dalam prototipe ini terdapat 1 gambar yang belum mewakili cerita yang

ingin disampaikan.

5.3 Saran

Berikut ini merupakan beberapa saran yang peneliti berikan sebagai perbaikan dan

pengembangan untuk penelitian selanjutnya.

5.3.1 Peneliti lain sebaiknya memperbanyak ilustrasi tentang gamelan dan lebih

membuat cerita yang sederhana.

5.3.2 Peneliti lain sebaiknya membuat ilustrasi yang sesuai dengan cerita yang

akan disampaikan menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah

dipahami oleh siswa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

79

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, M., Huda, M., & Tarmiyanti. 2009. Pemanfaatan seni karawitan untuk

menumbuhkan dan meningkatkan nilai kedisiplinan dan kebersamaan anak.

PKMI Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta, 3, 1-19.

Bagus, L. (1996). Kamus filsafat. Jakarta: Gramedia.

Borkar, R. “Interactive children’s books.” Diakses 17 Februari 2018 dari

http://www.buzzle.com/articles/interactive-childrens.books.html.

Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Kamus besar bahasai indonesia pusat

bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Dewantara. (1962). Kebudajaan. Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Taman

Siswa.

.. (1967). Pendidikan. Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Taman

Siswa.

. (1977). Karya ki hajar dewantara. Yogyakarta: Majelis Persatuan

Taman Siswa.

Alexander. (2016). Peran kegiatan esktrakurikuler karawitan jawa untuk

menanamkan nilai cinta budaya pada anak di SD Antonius 01 Semarang.

Diperoleh 8 November 2017, dari

http://lib.unnes.ac.id/24471/1/1401412411.pdf.

Endraswara, S. (2008). Laras manis tuntunan praktis karawitan jawa.

Yogyakarta: Kuntul Press.

Ferdiansyah, F. (2010). Mengenal secara mudah dan lengkap kesenian karawitan

(gamelan jawa). Yogyakarta: Garailmu.

Fatthurohman. (2013). Pengembangan pendidikan karakter. Bandung: PT Refika

Aditama.

Kemendikbud. (2016). Buku saku gerakan literasi sekolah. Jakarta: Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan.

. (2016). Desain induk gerakan literasi sekolah. Jakarta:

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

. (2016). Panduan gerakan literasi sekolah di sekolah dasar.

Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Koentjaraningrat. (2009). Buku pengantar ilmu antropologi. Jakarta: Rineka

Cipta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

80

Lestari, Y. (2014). Nilai-nilai pendidikan budi pekerti dalam kesenian kuntulan

bakti rosul di desa brajan sendangagung minggir sleman. Diperoleh 13

November 2017, dari

http://eprints.uny.ac.id/20149/1/Yuli%2010209241004.pdf.

Nurgiyantoro, B. (2005). Sastra anak pengantar pemahaman dunia anak.

Yogyakarta: Gadjah Mada University.

Purwadi dan Hidayat. (2006). Seni karawitan jawa: ungkapan keindahan dalam

musik gamelan. Yogyakarta: Hanan Pustaka.

Saptomo. (2009). Seni budaya sebagai pendidikan karakter sekolah dasar.

Surakarta.

Saputri, M. (2016). Pengembangan prototipe buku cerita bergambar tentang

tradisi nglarung dalam konteks pendidikan karakter kebangsaan. Diperoleh 9

September 2017, dari http://repository.usd.ac.id/5709/2/121134033_full.pdf.

Suparno, Koesomo, Titisari, Kartono. (2002). Pendidikan budi pekerti di sekolah.

Yogyakarta: Kanisius.

Sardiman. (2007). Interaksi dan motivasi belajar mengajar. Jakarta: Raja

Grafindo Persada.

Saydono, G. (1997). Kamus istilah kepegawaian. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Sedyawati, E., dkk. (1999). Pedoman penanaman budi pekerti. Jakarta: Balai

Pustaka.

Setyosari, Punaji. (2013). Metode penelitian pendidikan dan pengembangan.

Jakarta: Rajawali Press.

Sjarkawi. (2006). Pembentukan kepribadian anak pesan moral. Jakarta: Bumi

Aksara.

Sugiyono. (2012). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Sugiyono. (2015). Metode penelitian dan pengembangan (research and

development/R&D). Bandung: Alfabeta.

Sulistyowati, M dan Jatiningsih, O. (2013). “Peran kegiatan ekstrakurikuler

karawitan untuk mengembangkan sikap kebersamaan siswa di SMPN 1 tarik

sidoarjo”. kajian moral dan kewarganegaraan. Vol. 2 No.1. http://dx.doi.org.

Diakses 13/01/2018 pukul 22:31.

Walton, P. (2001). Aesthetic and spiritual correlations in javanesse gamelan

music. Michigan: University of Michigan Perss.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

81

Widodo, S. (1996). Keterampilan karawitan. Sukoharjo: Cenderawasih.

Widoyoko. (2014). Teknik penyusunan instrumen penelitian. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Yudoyono, Bambang. (1984). Gamelan jawa. Jakarta: PT. Karya Unipress.

Zuriah, Nurul. (2011). Pendidikan moral & budi pekerti dalam perspektif

perubahan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

82

LAMPIRAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

83

Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

84

Lampiran 2 Surat Ijin Uji Coba Produk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

85

Lampiran 3 Surat Keterangan telah Melaksanakan Penelitian dari Sekolah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

86

Lampiran 4 Hasil Wawancara

Saya melakukan wawancara dengan Bapak Antonius Waris Haryana.

Beliau adalah seorang seniman gamelan serta mengajar di sekolah baik dari

jenjang SD sampai SMA dan di beberapa Universitas yang ada di Yogyakarta.

Beliau lahir di Sleman, 15 Oktober 1965 dan beralamatkan di Sembuhan,

Sendangmulyo, Minggir, Sleman, Yogyakarta. Menurut beliau dengan bermain

gamelan itu berarti mengembangkan seni kebudayaan jawa, melestarikan tradisi

yang ada di Jawa dan beliau sangat menyukai gamelan sejak kelas 2 SD. Terdapat

nilai-nilai budi pekerti dalam gamelan seperti berjalan, jongkok, atau tidak boleh

melangkahi gamelan untuk menjaga etika dan menghormati gamelan. Sikap budi

pekerti yang terbangun dalam memainkan alat music gamelan yaitu ketertiban,

kedisiplinan, kerjasama, dan kekompakan. Saat mendengarkan gamelan beliau

merasa senang dan dapat menyatu dengan jiwa. Beliau mengungkapkan anak-

anak perlu diperkenalkan sejak dini terhadap gamelan karena setiap anak bermain

gamelan akan menciptakan keheningan dan nyaman. Anak-anak pada masa

sekarang itu tidak mengenal rasa, budi pekerti, dan pola pikir. Kalua tidak

mempunyai rasa anak hanya akan menonjolkan otak dan tidak mempunyai seni.

Hal yang merusak budaya adalah televise dengan cara mempromosikan sesuatu

yang mempengaruhi anak. Selain itu handphone dan internet mempengaruhi anak

dalam berkembang. Bermain gamelan itu rumit, orang-orang jaman sekarang tidak

mau mencoba sesuatu yang runit dan hanya mencari jalan pintas secara instan

seperti mendengarkan musik dangdut. Jika ingin bermain gamelan harus mengerti

kerumitannya baru akan menjadi indah. Untuk bermain gamelan anak dilihat dari

karakter pribadinya melalui keterampilan tangan antara otak dan penyampalan

kerja tangan dengan menyatu jiwa itu akan menjadi satu. Misalkan seorang anak

mempunyaikarakter penakut bisa memainkan alat musik yagn halus seperti

slenthem sedangkan anak yang pemberani bisa memainkan alat musik saron atau

yang bersuara keras. Anak bisa mencintai gamelan bisa dimulai dari usia TK

(Taman Kanak-kanak) karena sebenarnya anak itu membentuk karakter di bawah

umur 5 tahun. Jika dari kecil anak sudah diperdengarkan musik dangdut saat besar

nanti anak itu akan menjadi pemusik dangdut. Jadi apa yang anak dapatkan sejak

kecil akan membentuk karakter sesuai dengan lingkungannya. Untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

87

menempatkan anak pada alat musik apa yang akan dimainkan itu sesuai dengan

karakter yang dimiliki anak.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

88

Lampiran 5a Instrumen Validasi Angket

NO KOMPONEN YANG DINILAI SKOR

SARAN 1 2 3 4

1. Bahasa

a. Bahasa sesuai dengan kaidah penulisan

yang baik dan benar..

b. Susunan kalimat dapat dipahami oleh

siswa.

c. Susunan kalimat tidak mengarah kepada

jawaban tertentu.

2. Keterkaitan Pertanyaan

a. Pertanyaan yang diajukan sesuai dengan

tujuan penelitian.

b. Pertanyaan yang diajukan berkaitan

dengan gamelan sebagai salah satu

kesenian Jawa.

c. Pertanyaan yang diajukan berkaitan

dengan sebelum/pada saat/sesudah

memainkan gamelan yang memuat nilai-

nilai budi pekerti.

d. Pertanyaan yang diajukan menggali kesan

siswa dalam memainkan gamelan.

e. Pertanyaan yang diajukan menggali

kebutuhan siswa tentang buku mengenai

gamelan.

3. Kelayakan instrumen untuk dibagikan kepada

siswa kelas V-VI SD.

TOTAL SKOR

Yogyakarta, ………………..

(………………………………..)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

89

Lampiran 5b Hasil Validasi Angket Siswa (Validator I)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

90

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

91

Lampiran 5c Hasil Validasi Angket Siswa (Validator II)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 108: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

92

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 109: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

93

Lampiran 6 Hasil Angket Analisis Kebutuhan Siswa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 110: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

94

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 111: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

95

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 112: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

96

Lampiran 7 Kisi-kisi Pembuatan Cergam

Hlm Teks dalam

buku

Deskripsi Sumber Ilustrasi

gambar

I Cover Judul buku “Prototipe

Nilai-Nilai Budi

Pekerti dalam

Memainkan Gamelan”

- Memainkan

seperangkat

gamelan

Ii Kata

pengantar

Informasi mengenai

isi buku yang terdiri

dari artikel dan

cergam, bertujuan

untuk memfasilitasi

dalam kegiatan literasi

serta ucapan terima

kasih.

1.1 -

Iii Daftar isi - - -

1 Bagian I Nilai-Nilai Budi

Pekerti dalam

Memainkan Gamelan

a. Gamelan

b. Nilai-nilai

Budi Pekerti

dalam

Instrumen

Gamelan

c. Nilai-nilai

Budi Pekerti

dalam

Memainkan

2.1.3

2.1.4

2.1.5

Gambar siswa

memainkan

gamelan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 113: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

97

Gamelan

9 Bagian II Cergam “Bermain

Saron Barung

Menumbuhkan Sikap

Tenggang Rasa”

2.1.6 Gambar siswa

duduk

memainkan

saron barung.

10 Gambar 1 Pengenalan tokoh

bernama Reni siswa

kelas V SD yang

mengikuti kegiatan

ekstrakurikuler

karawitan di sekolah.

2.1.2 Gambar sosok

Reni

11 Gambar 2 Reni mengikuti

kegiatan

ekstrakurikuler

karawitan.

2.1.3 Gambar siswa

berlatih

karawitan.

13 Gambar 3 Reni sedang menabuh

saron barung.

2.1.5 Gambar siswa

duduk

memainkan

saron barung.

15 Gambar 4 Reni dan teman-

temannya berjalan

jongkok sebelum

memasuki arena

gamelan.

2.1.4 Gambar siswa

sedang

berjalan

jongkok.

16 Gambar 5 Reni dan teman-

temannya berdoa

sebelum memainkan

gamelan.

2.1.4 Gambar siswa

sedang berdoa

bersama.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 114: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

98

17 Gambar 6 Reni menceritakan

cara memainkan saron

barung.

2.1.5 Gambar siswa

menabuh

instrumen

saron barung,

gender dan

kendang.

18 Gambar 7 Reni menceritakan

nilai tenggang rasa

dalam bermain

gamelan.

2.1.4 Gambar siswa

bermain

gamelan.

20 Gambar 8 Reni dan teman-

temannya mengikuti

pementasan gamelan

menggunakan pakaian

adat jawa.

2.1.2 Gambar siswa

sedang pentas

di panggung.

21 Gambar 9 Reni dan teman-

temannya memberi

hormat kepada

penonton seusai

melakukan

pementasan.

2.1.4 Gambar siswa

melakukan

penghormatan.

22 Gambar 10 Reni dan teman-

temannya mengucap

syukur selesai

pementasan dengan

berdoa.

2.1.4 Gambar siswa

berdoa

bersama.

23 Refleksi Terdapat 4 pertanyaan

kepada pembaca

setelah membaca

Cergam -

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 115: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

99

Cergam “Bermain

Saron Barung

Menumbuhkan Sikap

Tenggang Rasa”.

24 Daftar

Pustaka

Daftar Referensi Daftar

Pustaka

-

25 Biodata Biodata penulis - -

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 116: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

100

Lampiran 8a Validasi Uji Coba Produk Buku (Validator Praktisi Gamelan)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 117: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

101

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 118: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

102

Lampiran 8b Validasi Uji Coba Produk Buku (Validator Ahli Bahasa)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 119: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

103

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 120: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

104

Lampiran 9 Hasil Uji coba Produk Buku

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 121: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

105

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 122: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

106

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 123: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

107

Lampiran 10a Pedoman Penilaian Produk

No Pertanyaan dan Jawaban Kriteria Penilaian Skor

1. Pertanyaan:

Informasi yang saya dapatkan

tentang gamelan setelah membaca

buku ini adalah ….

Jawaban berkaitan

dengan isi prototipe

buku dan diuraikan

dengan jelas

4

Jawaban berkaitan

dengan isi prototipe

buku dan diuraikan

dengan cukup jelas

3

Jawaban:

(subjektif pada masing-masing

siswa)

Jawaban kurang

berkaitan dengan isi

prototipe buku dan

diuraikan dengan

kurang jelas

2

Jawaban tidak

berkaitan dengan isi

prototipe buku dan

diuraikan dengan

tidak jelas

1

2. Pertanyaan:

Memainkan gamelan melatih

penabuh untuk memiliki nilai/sikap

….

Menyebutkan 7 nilai

yang didapatkan

penabuh saat

memainkan gamelan

4

Menyebutkan 4 nilai

atau lebih yang

didapatkan penabuh

saat memainkan

3

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 124: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

108

gamelan tetapi belum

keseluruhan

Jawaban:

Sopan santun, Religius, Kerjasama,

Tenggang Rasa, Konsentrasi,

Ketekunan, Tanggung Jawab

Menyebutkan 1 nilai

yang didapatkan

penabuh saat

memainkan gamelan

2

Tidak menyebutkan

nilai yang didapatkan

penabuh saat

memainkan gamelan

1

3. Pertanyaan:

Cara memainkan instrumen saron

barung adalah dengan cara ….

Jawaban ditulis

dengan lengkap dan

jelas

4

Jawaban dituliskan

dengan lengkap

namun kurang jelas

3

Jawaban:

Dipukul menggunakan alat pukul

yang terbuat dari kayu sesuai dengan

notasi atau teknik imbal.

Jawaban dituliskan

dengan kurang

lengkap tetapi jelas

2

Jawaban tidak sesuai

konteks pertanyaan 1

4. Pertanyaan:

Memainkan instrumen saron barung

membantu penabuhnya memiliki

sikap tenggang rasa artinya ….

Jawaban dituliskan

dengan lengkap dan

jelas

4

Jawaban dituliskan

dengan lengkap

namun kurang jelas

3

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 125: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

109

Jawaban:

Menghargai penabuh lain saat

memainkan gamelan.

Jawaban dituliskan

kurang jelas namun

jelas

2

Jawaban tidak sesuai

dengan konteks

pertanyaan

1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 126: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

110

Lampiran 10b Rekap Uji Coba Produk Buku

No Soal Refleksi Jawaban Banyak

siswa

dengan

jawaban

sejenis

Skor Rerata

skor tiap

nomor

1. Informasi

yang saya

dapatkan

tentang

gamelan

setelah

membaca

buku ini

adalah ….

13 siswa menjawab

bahwa setelah

membaca buku

mendapatkan

informasi tentang

nilai-nilai dalam

memainkan gamelan

7 siswa menjawab

setelah membaca

buku mendapatkan

informasi tentang

cara memainkan

gamelan

3 siswa menjawab

setelah membaca

buku mendapatkan

informasi tentang

macam-macam jenis

gamelan

23 4

3,8

1 siswa menjawab

setelah membaca

buku mendapatkan

informasi tentang

1 2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 127: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

111

menghargai budaya

Jawa

1 siswa menjawab

setelah membaca

buku mendapatkan

informasi tentang

perasaan

menyenangkan saat

bermain gamelan

1 1

2. Memainkan

gamelan

melatih

penabuh

untuk

memiliki

nilai/sikap ….

14 siswa menjawab

bahwa memainkan

gamelan melatih

penabuh untuk

memiliki nilai/sikap

sopan santun,

religius, kerjasama,

tenggang rasa,

konsentrasi,

ketekunan, tanggung

jawab

14

4

3,4

8 siswa menjawab

bahwa memainkan

gamelan melatih

penabuh untuk

memiliki 3 nilai dari

keseluruhan nilai

8

3

2 siswa menjawab

bahwa memainkan

gamelan melatih

penabuh untuk

2

2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 128: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

112

memiliki nilai

kerjasama

1 siswa menjawab

bahwa memainkan

gamelan melatih

penabuh untuk

memiliki nilai budi

pekerti

1 1

3. Cara

memainkan

instrumen

saron barung

adalah

dengan cara

….

14 siswa menjawab

bahwa cara

memainkan

instrumen saron

barung adalah

dengan dengan cara

dipukul sesuai notasi

atau dengan teknik

imbal

5 siswa menjawab

bahwa cara

memainkan

instrumen saron

barung adalah

dengan cara dipukul

menggunakan alat

pemukul yang

terbuat dari kayu

21

4

3,68

3 siswa menjawab

bahwa cara

memainkan

instrumen saron

4 2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 129: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

113

barung adalah

dengan cara tangan

kanan memegang

alat pemukul dan

tangan kiri mathet

1 siswa menjawab

bahwa memainkan

saron barung adalah

dengan cara

memperhatikan

irama penabuh lain

4. Memainkan

instrumen

saron barung

membantu

penabuhnya

memiliki

sikap

tenggang rasa

artinya ….

15 siswa menjawab

tenggang rasa

artinya menghargai

penabuh lain

15 4

2,92

3 siswa menjawab

tenggang rasa

artinya menabuh

dengan irama

harmonis

3 2

3 siswa menjawab

tenggang rasa

artinya tenang

1 siswa menjawab

tenggang rasa

artinya percaya diri

1 siswa menjawab

tenggang rasa

artinya gotong

7 1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 130: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

114

royong

1 siswa menjawab

tenggang rasa

artinya tanggung

jawab

1 siswa menjawab

tenggang rasa

artinya baik

Rerata skor keseluruhan 3,48

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 131: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

115

Lampiran 11 Hasil mewarnai siswa kelas V

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 132: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

116

Lampiran 12 Foto kegiatan selama uji coba produk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 133: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

117

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 134: PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU PENDIDIKAN BUDI PEKERTI …repository.usd.ac.id/26500/2/141134070_full.pdf · program studi pendidikan guru sekolah dasar jurusan ilmu pendidikan fakultas

118

BIOGRAFI PENELITI

Rosa Dania Astari, lahir di Sleman pada tanggal

19 September 1996. Penulis menempuh pendidikan

formal di SD Kanisius Klepu pada tahun 2009, SMP

Pangudi Luhur Moyudan pada tahun 2012, dan SMA

Pangudi Luhur Sedayu pada tahun 2014. Pada tahun

2014 penulis melanjutkan studi S1 di Program Studi

Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta. Selama menjadi

mahasiswa PGSD 2014, penulis aktif mengikuti

kegiatan di beberapa bidang, seperti: (1) Kegiatan wajib INSADHA, INFISA,

INSIPRO, dan KMD. (2) Mengikuti Unit Kegiatan Prodi PGSD paduan suara

“PGSD Choir” sebagai bendahara. (3) Mengikuti kegiatan kepanitiaan “Parade

Gamelan Anak ke-7” pada tahun 2014. (4) Mengikuti kegiatan kepanitiaan Inisiasi

Fakultas “INFISA” sebagai dampok pada tahun 2015. (5) Week-End Moral

sebagai peserta pada tahun 2015. (6) Peserta Seminar Kurikulum untuk

Terstrandarisasi (Cambridge) tahun 2015. (7) Peserta Kuliah Umum PGSD “Masa

Depan Toleransi di Tangan Guru” pada tahun 2015. (8) Peserta Kuliah Umum

Implementasi Kurikulum Tiga Belas di Sekolah Dasar pada tahun 2015. (9)

Kursus Mahir Dasar Pramuka pada tahun 2015. (9) Peserta English Club Program

pada Agustus 2014-Mei 2016.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI