pengembangan pembelajaran pai berwawasan …dampak dari berbagai kasus tersebut sangat dirasakan...

22
89 Vol. 18, No. 1, pp 89-110, 2019 Media Informasi Pendidikan Islam e-ISSN: 2621-1955 | p-ISSN: 1693-2161 http://ejournal.iainbengkulu.ac.id/index.php/attalim/ PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN PAI BERWAWASAN ISLAM WASATIYAH : UPAYA MEMBANGUN SIKAP MODERASI BERAGAMA PESERTA DIDIK Kasinyo Harto 1 Tastin 2 1 [email protected] 2 [email protected] 1,2 Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Fatah Palembang Sumatera Selatan, Indonesia. Received : November 2 nd 2018 Accepted : May 30 th 2019 Published : June 25 th 2019 Abstract: - PAI Learning Development Islamic Wasatiyah Insight: Efforts to Build the Attitude of Religious Moderation of Students. The human dignity of the Indonesian people has fallen to the deepest abyss, the violence and crime that occurred is an indication that our society has shifted into a society that has lost national identity. The motive for terror is carried out over and over again about jihad fisabilillah in order to achieve a degree of martyrdom, which is a noble degree in upholding the religion of Allah. The meaning of jihad is understood literally-textualist, that is only limited to war (qital) in the physical sense by taking up arms aimed at people both individually and institutionally. Such a textual-literary understanding implies rigid, exclusive and intolerant social-religious attitudes and behaviors to people who are different from them, so that there is some kind of belief that people who are outside their group are not right (kafir) and are required fought. Our religious education seems to still be trapped in the teaching of the cognitive dogmatic realm which is teaching knowledge of rules and religious law with fiqh oriented (fiqh orientid), so the fiqh is considered as religion itself. Departing from these problems, it is necessary to reconstruct a scientific-doctrinaire-based modern learning approach. The students are allowed to inner and intellectual encroachment, so they will find maturity in religion, both in terms of their religious affections and intellectual dimensions. This research includes library research, therefore the steps to be taken are exploration of a number of data from various literatures, both primary data and secondary data. The method of data collection is done by collecting books, articles, journals, scientific opinions in which it reveals and examines the wasatiyah. The data analysis techniques using descriptive-analytic methods. The data that has been analyzed presented with the deductive method which departs from general theory to lead to conclusions to answers to the research problem. The results of the study show that applying a contextual scientific approach is a must, because the approach touches three domains: attitudes, knowledge, and skills. The result is an increase and balance between the ability to be a good human being and have the skills and knowledge to live properly. Learning about Islamic wasatiyah insight is expected to be: first, students become more aware of their own religious teachings and aware of the

Upload: others

Post on 28-Oct-2020

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN PAI BERWAWASAN …Dampak dari berbagai kasus tersebut sangat dirasakan oleh berbagai pihak, karena itu, untuk mengatasi persoalan ini, atau paling ... Ketidakberdayaan

89

Vol. 18, No. 1, pp 89-110, 2019

Media Informasi Pendidikan Islam

e-ISSN: 2621-1955 | p-ISSN: 1693-2161

http://ejournal.iainbengkulu.ac.id/index.php/attalim/

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN PAI BERWAWASAN ISLAM

WASATIYAH : UPAYA MEMBANGUN SIKAP MODERASI

BERAGAMA PESERTA DIDIK

Kasinyo Harto1 Tastin2

1 [email protected]

2 [email protected]

1,2Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Fatah Palembang Sumatera Selatan, Indonesia.

Received : November 2nd 2018 Accepted : May 30th 2019 Published : June 25th 2019

Abstract: - PAI Learning Development Islamic Wasatiyah Insight: Efforts to Build the Attitude of Religious Moderation of Students. The human dignity of the Indonesian people has fallen to the deepest abyss, the violence and crime that occurred is an indication that our society has shifted into a society that has lost national identity. The motive for terror is carried out over and over again about jihad fisabilillah in order to achieve a degree of martyrdom, which is a noble degree in upholding the religion of Allah. The meaning of jihad is understood literally-textualist, that is only limited to war (qital) in the physical sense by taking up arms aimed at people both individually and institutionally. Such a textual-literary understanding implies rigid, exclusive and intolerant social-religious attitudes and behaviors to people who are different from them, so that there is some kind of belief that people who are outside their group are not right (kafir) and are required fought. Our religious education seems to still be trapped in the teaching of the cognitive dogmatic realm which is teaching knowledge of rules and religious law with fiqh oriented (fiqh orientid), so the fiqh is considered as religion itself. Departing from these problems, it is necessary to reconstruct a scientific-doctrinaire-based modern learning approach. The students are allowed to inner and intellectual encroachment, so they will find maturity in religion, both in terms of their religious affections and intellectual dimensions. This research includes library research, therefore the steps to be taken are exploration of a number of data from various literatures, both primary data and secondary data. The method of data collection is done by collecting books, articles, journals, scientific opinions in which it reveals and examines the wasatiyah. The data analysis techniques using descriptive-analytic methods. The data that has been analyzed presented with the deductive method which departs from general theory to lead to conclusions to answers to the research problem. The results of the study show that applying a contextual scientific approach is a must, because the approach touches three domains: attitudes, knowledge, and skills. The result is an increase and balance between the ability to be a good human being and have the skills and knowledge to live properly. Learning about Islamic wasatiyah insight is expected to be: first, students become more aware of their own religious teachings and aware of the

Page 2: PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN PAI BERWAWASAN …Dampak dari berbagai kasus tersebut sangat dirasakan oleh berbagai pihak, karena itu, untuk mengatasi persoalan ini, atau paling ... Ketidakberdayaan

90

At-Ta’lim, Vol. 18, No. 1, Juni 2019. page 89-110

reality of the teachings of other religions. Second, students are able to develop an understanding and presentation of other people's religions. Third, encourage students to participate in social activities which involve various adherents of different religions. Fourth, students can develop all of their own potential including their diversity potential, so they can control their own lives and more empowered. Keywords: PAI Learning, Wasatiyah, Religious Moderation

Abstrak: Pengembangan Pembelajaran PAI Berwawasan Islam Wasatiyah : Upaya Membangun Sikap Moderasi Beragama Peserta Didik. Martabat kemanusiaan bangsa Indonesia sudah terpuruk ke jurang paling dalam, kekerasan-kekerasan dan tindak kriminal yang terjadi merupakan sebuah indikasi bahwa masyarakat kita telah bergeser normanya menjadi masyarakat yang kehilangan jatidiri kebangsaan yang ramah. Motif teror yang dilakukan lagi-lagi soal jihad fisabilillah dalam rangka mencapai derajat syahid, yang dalam agama merupakan derajat yang mulia dalam menegakkan agama Allah. Makna jihad dipahami secara literalis-tekstualis, yakni hanya sebatas perang (qital) dalam arti fisik dengan mengangkat senjata yang ditujukan kepada orang baik secara perorangan maupun kelembagaan. Pemahaman yang tekstual-literal semacam itu, berimplikasi kepada sikap dan perilaku sosial keagamaan yang rigid, eksklusif dan intoleran kepada orang yang berbeda paham dengan mereka, sehingga ada semacam keyakinan, bahwa orang yang diluar dari kelompok mereka adalah tidak benar (kafir) dan wajib untuk diperangi. Pendidikan agama kita nampaknya masih terjebak dalam pengajaran ranah kognitif dogmatis yang sibuk mengajarkan pengetahuan peraturan dan hukum agama dengan disiplin ilmu fiqh yang menjadi orientasinya (fiqh orientid) sehingga fiqh dianggap sebagai agama itu sendiri. Berangkat dari problematika tersebut, Maka perlu melakukan rekonstruksi pendekatan pembelajaran modern berbasis scientific-doktriner dengan demikian, peserta didik dibiarkan melakukan perambahan batin dan intelektual, sehingga kelak menemukan dalam dirinya kedewasaan dalam beragama, baik dalam hal afeksi religiusnya maupun dimensi intelektualnya. Penelitian ini termasuk library research, karena itu langkah-langkah yang akan dilakukan adalah eksplorasi terhadap sejumlah data dari berbagai literatur, baik data primer, maupun data sekunder. Metode pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan buku-buku, artikel, jurnal, opini ilmiah yang didalamnya mengungkap dan mengkaji wasatiyah. Adapun teknik analisa data dengan menggunakan metode deskriptif-analytic. Data yang telah dianalisis kemudian dipaparkan dengan metode deduktif yang berangkat dari teori umum untuk menuju pada kesimpulan yang merupakan jawaban dari rumusan masalah penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa menerapkan pendekatan saintifik kontekstual merupakan suatu keharusan, karena dengan pendekatan tersebut menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Hasilnya adalah peningkatan dan keseimbangan anatara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik dan memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak. Pembelajaran PAI berwawasan Islam wasatiyah diharapkan dapat: pertama, peserta didik menjadi lebih sadar terhadap ajaran agama mereka sendiri dan sadar terhadap adanya realitas ajaran agama lain. Kedua, peserta didik mampu mengembangkan pemahaman dan paresiasi terhadap agama orang lain. Ketiga, mendorong peserta didik untuk berpartipasi dalam kegiatan sosaial yang di dalamnya terlibat berbagai penganut agama yang berbeda. Keempat, peserta didik dapat mengembang seluruh potensi mereka sendiri termasuk potensi keberagaman mereka

Page 3: PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN PAI BERWAWASAN …Dampak dari berbagai kasus tersebut sangat dirasakan oleh berbagai pihak, karena itu, untuk mengatasi persoalan ini, atau paling ... Ketidakberdayaan

91

Harto, K. & Tastin, Pengembangan Pembelajaran PAI Berwawasan...

sehingga mereka dapat mengontrol kehidupan mereka sendiri, dan dengan cara demikian mereka lebih berdaya. Kata Kunci: Pembelajaran PAI, Wasatiyah, Moderasi Beragama

To cite this article: Harto, K & Tastin (2019). Pengembangan Pembelajaran PAI Berwawasan Islam Wasatiyah : Upaya Membangun Sikap Moderasi Beragama Peserta Didik. At-Ta’lim: Media Informasi Pendidikan Islam, 18(1), 89-110. A. Pendahuluan

Sikap dan prilaku bernuansa kekerasan oleh sekelompok umat

Islam di Indonesia yang dilakukan atas nama agama beberapa tahun

terakhir menjadi sorotan tajam masyarakat. Sorotan muncul terutama

setelah munculnya pemberitaan tentang rangkaian bom bunuh diri yang

waktunya tanpa berselang hari yakni minggu 13/05/18 dan senin

14/05/18. Peristiwa ini seolah menegaskan bahwa kejadian serupa bisa

dan dapat terulang kapan saja seperti fenomena gunung es. Kejadian ini

sedikit banyak kembali telah menciptkan citra buram wajah Islam yang

selama ini dikenal dengan agama yang rahmatan lil alamin, yang

mengajarkan kasih sayang dengan sesama umat manusia, apapun agama

dan keyakinannya. Peristiwa ini juga menghenyak banyak komunitas

negara-negara didunia terutama negara-negara yang tergabung dalam

organisasi OKI karena disaat yang bersamaan kita sedang berinisiasi

mengambil peran dalam menciptakan perdamaian dunia.1

Yang sulit difahami ialah motif teror yang dilakukan lagi-lagi soal

jihad fisabilillah dalam rangka mencapai derajat syahid, yang dalam agama

merupakan derajat yang mulia dalam menegakkan agama Allah.

Terhadap pengakuan tersebut, dapat dipahami bahwa telah terjadi

distorsi dan reduksi dalam menafsirkan ayat-ayat yang terkait dengan

jihad yang tersurat dalam al-Qur’an dan al-Hadits. Makna jihad dipahami

secara literalis-tekstualis, yakni hanya sebatas perang (qital) dalam arti

fisik dengan mengangkat senjata yang ditujukan kepada orang baik secara

Page 4: PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN PAI BERWAWASAN …Dampak dari berbagai kasus tersebut sangat dirasakan oleh berbagai pihak, karena itu, untuk mengatasi persoalan ini, atau paling ... Ketidakberdayaan

92

At-Ta’lim, Vol. 18, No. 1, Juni 2019. page 89-110

perorangan maupun kelembagaan. Pemahaman yang tekstual-literal

semacam itu, berimplikasi kepada sikap dan perilaku sosial keagamaan

yang rigid, eksklusif dan intoleran kepada orang yang berbeda paham

dengan mereka, sehingga ada semacam keyakinan, bahwa mereka,

sehingga ada semacam keyakinan, bahwa orang yang diluar dari

kelompok mereka adalah tidak benar (kafir) dan wajib untuk diperangi.

Kejadian ini tidak bisa hanya dilihat dari hilirnya saja tetapi juga

dari hulunya, hal ini terkait dengan sikap keberagamaan dan keyakinan

yang tumbuh, yang bisa saja seperti kasus bom Surabaya tersebut adalah

benih-benih ekstrimisme dan radikalisme yang telah ditanam sejak 30

tahun lalu di dalam lingkungan sekolah-sekolah kita. Sejalan dengan ini

sepertinya telah membawa banyak orang untuk kemudian

mempersoalkan peran pendidikan, sebagai salah satu wahana pembentuk

sikap keberagamaan, pendidikan sudah seharusnya menjadi basis

perhatian seluruh steakholder bangsa ini, terlabih khusus pendidikan

agama Islam. Sebagaimana kutipan dari seorang remaja Islam peraih

nobel perdamaian Malala Yousafzai, “peluru hanya bisa menewaskan

teroris, tapi hanya pendidikan-lah yang bisa melenyapkan faham

terorisme sampai ke akar-akarnya (radikalisme-ekstrimisme)”.

Tampaknya dalam praktek keseharian dapat disaksikan dalam

keberagamaan, bahwa antara dua dimensi (amal dan iman) sering tampak

tidak berimbang. Dengan kata lain, penghayatan nilai-nilai keimanan

sering terpisahkan dengan peran sosial agama. Ini disebabkan disatu

pihak dalam merumuskan pengertian iman dalam agama tidak

mempertautkannya dengan kondisi sosial sebagai gambaran implikasinya

secara praktis. Sementara dipihak lain antara nilai iman (ortodoksi) dan

nilai amal (ortopraksis) dalam agama terlalu banyak mengalami

kontradiksi. Akibatnya, dari ketidakseimbangan antara dua hal di atas,

memunculkan kritik terhadap agama dan pemeluknya, yang dilukiskan

sebagai “agama yang hanya sarat dengan doktrin-doktrin sakral, praktek

Page 5: PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN PAI BERWAWASAN …Dampak dari berbagai kasus tersebut sangat dirasakan oleh berbagai pihak, karena itu, untuk mengatasi persoalan ini, atau paling ... Ketidakberdayaan

93

Harto, K. & Tastin, Pengembangan Pembelajaran PAI Berwawasan...

ritual, himbauan moralitas, tidak memihak kaum lemah, tidak menyentuh

persoalan-persoalan konkrit dalam masyarakat, egois, individualis, dan

seterusnya. Padahal kita tahu, Islam dikenal sebagai agama rahmat untuk

seluruh alam semesta (rahmatan lil alamin).

Secara normatif, pada prinsipnya tidak ada satu pun ajaran agama

yang mendorong dan menganjurkan pemeluknya untuk melakukan

tindak kekerasan dan kerusuhan terhadap pemeluk agama lain di luar

kelompoknya. Sejumlah diskursus menunjukkan bahwa beberapa

persoalan kebangsaan tersebut, lahir karena lemahnya kesadaran dan

penghargaan atas perbedaan yang ada dan sikap keberagamaan yang

menyimpang.

Dampak dari berbagai kasus tersebut sangat dirasakan oleh

berbagai pihak, karena itu, untuk mengatasi persoalan ini, atau paling

tidak untuk mengantisipasi terjadinya kasus serupa, maka diperlukan

usaha yang sungguh-sungguh dan sadar dari berbagai pihak untuk

mencermati, mengevaluasi dan merekonstruksi setiap upaya yang telah

dilakukan di masa lalu dalam hal pola pengkajian agama Islam, baik yang

berlangsung di lembaga pendidikan formal (sekolah) maupun

masyarakat, mengingat selama ini Islam justru menjadi elemen ke-

Indonesiaan, yang kuat.

Tidak dapat dipungkiri, bahwa munculnya sikap keberagamaan

yang menyimpang semacam ini kemudian melahirkan sikap teror, untuk

sebagaian adalah cermin ketidakberdayaan sistim pendidikan di negeri

ini, khususnya pendidikan agama. Ketidakberdayaan sistim pendidikan

agama di Indonseia sebagai bagian dari sistim pendidikan nasional kita

secara keseluruhan, tampaknya disebabkan oleh pendidikan agama

selama ini lebih menekankan pada proses transformasi ilmu agama

kepada anak didik, bukan pada proses transformasi nilai-nilai luhur

keagamaan kepada anak didik untuk membimbingnya agar menjadi

Page 6: PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN PAI BERWAWASAN …Dampak dari berbagai kasus tersebut sangat dirasakan oleh berbagai pihak, karena itu, untuk mengatasi persoalan ini, atau paling ... Ketidakberdayaan

94

At-Ta’lim, Vol. 18, No. 1, Juni 2019. page 89-110

manusia yang berkepribadian kuat dan beakhlak mulia sehingga tidak

ada yang salah pada pola dan keyakinan keberagamaan.

Pendidikan agama nampaknya masih mementingkan huruf dari

pada roh, lebih mendahulukan tafsiran harfiah di atas cinta kasih, lebih

fokus pada persoalan-persoalan teoritis keagamaan yang besifat kognitif

semata. Dari sini terlihat bahwa dapat dimengerti bahwa hampir semua

proses pendidikan agama Islam yang berlangsung hingga sekarang,

tampaknya masih terjebak dalam pengajaran ranah kognitif dogmatis

yang sibuk mengajarkan pengetahuan peraturan dan hukum agama.

Selain itu pembelajaran pendidikan agama Islam masih banyak

memfokuskan pada isi atau muatan materi yang harus ditransfer kepada

peserta didik dengan dalil-dalil dan dogma-dogma yang tidak menyentuh

realitas kehidupan dan bukanya pada proses metodologi.

Hal ini mendesak untuk dilakukan karena melalui proses

pendidikan terjadi sosialisasi dan internalisasi nilai dari satu generasi ke

generasi berikutnya. Ketika sebuah generasi mentransmisikan nilai

dengan cara yang keliru akan mempunyai dampak panjang (repurcussion)

terhadap pola perilaku generasi berikutnya.

Dengan merujuk pada kasus di atas, maka salah satu solusi yang

dapat ditawarkan adalah memunculkan nilai-nilai Wasatiyah (tengahan)

dengan karakter utama tasamuh atau tolerasi juga nilai-nilai al-khairiyah

(kebaikan), al-‘adl (adil), al-yusr wa raf’ul haraj (memberikan kemudahan dan

menjauhkan kesulitan), al-hikmah (bijak), al-istiqamah (keihlasan hati dalam

melaksanakan kewajiban), dan al-bayniyah ; bayna ifrath wa tafrith (tidak terlalu

berlebihan dan tidak terlalu menyepelekan). Nilai Wasatiyah sangat kuat dasar

pijaknya dalam Islam, yang salah satunya termaktub pada Q.S. Al-

Baqarah (2): 143, bertujuan untuk menyemai rahmat bagi sekalian alam

dan sesuai Q.S. Al-Anbiya” (21): 107, sesuai konteks manusia sebagai

abdullah dan khalifatullah melalui implementasi kesalehan individual dan

kesalehan sosial secara seimbang. Semakin matang seseorang dalam

Page 7: PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN PAI BERWAWASAN …Dampak dari berbagai kasus tersebut sangat dirasakan oleh berbagai pihak, karena itu, untuk mengatasi persoalan ini, atau paling ... Ketidakberdayaan

95

Harto, K. & Tastin, Pengembangan Pembelajaran PAI Berwawasan...

beragama, maka akan semakin kompeten dalam menerapkan nilai-nilai

Wasatiyah dalam kehidupan sehari-hari, terhindar dari sikap radikal yang

bertentangan dengan ajaran Islam. Pengembangan metodologi

pembelajaran dalam pemahaman ini dimaksudkan untuk memberikan

alternatif pengembangan proses pembelajaran serta membongkar cara

pandang konvensional pembelajaran kearah modern. Oleh sebab itu

penelitian yang berkaitan dengan model pegembangan pembelajaran

berwawasan Islam wasatiyah ini sangat penting untuk dilakukan.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan

masalah penelitian ini adalah:

1. Bagaimana Problematika Pembelajaran PAI ?

2. Bagaimana Model Pembelajaran PAI Perspektif Islam Wasatiyah ?

3. Bagaimana Strategi Pengembangan Sikap Moderasi Beragama

Peserta didik ?

B. METODE PENELITIAN

Penelitian ini termasuk library research, karena itu langkah-langkah

yang akan dilakukan adalah eksplorasi terhadap sejumlah data dari

berbagai literatur, baik data primer, maupun data sekunder. Metode

pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan buku-buku, artikel,

jurnal, opini ilmiah yang didalamnya mengungkap dan mengkaji

wasatiyah. Adapun teknik analisa data dengan menggunakan metode

deskriptif-analytic. Data yang telah dianalisis kemudian dipaparkan dengan

metode deduktif yang berangkat dari teori umum untuk menuju pada

kesimpulan yang merupakan jawaban dari rumusan masalah penelitian.

C. PEMBAHASAN

1. Problematika Pembelajaran PAI

Dalam proses pembelajaran, masih terpaku pada model

konvensional yang lebih menekankan penggunaan metode ceramah,

Page 8: PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN PAI BERWAWASAN …Dampak dari berbagai kasus tersebut sangat dirasakan oleh berbagai pihak, karena itu, untuk mengatasi persoalan ini, atau paling ... Ketidakberdayaan

96

At-Ta’lim, Vol. 18, No. 1, Juni 2019. page 89-110

cenderung monolog dan doktrinatif. Paradigma normatif yang selama

ini lebih mendominasi dalam sistem pendidikan agama Islam,

mengakibatkan muatan materi tersebut kurang membumi dan

mengawang-awang sehingga kurang teraktualisasi dalam kehidupan

praktis. Begitu juga pendekatan dan metode yang diterapkan dalam

sistem pendidikan agama Islam mengalami kejumudan, hilangnya

kreativitas berpikir di kalangan para pendidik untuk

mengembangkan bermacam-macam pendekatan dan metode dalam

proses pembelajarannya, karena telah dibelenggu oleh suatu idiologi

yang berpandangan bahwa apa yang telah dilakukan oleh para

pendahulunya itulah yang terbaik tanpa melihat konteksnya.

Ditinjau dari aspek metodologis, proses pendidikan agama

Islam yang berlangsung masih lebih banyak top-down atau deduktif

yang membawakan kebenaran agama dari atas sehingga kurang

menghiraukan kenyataan-kenyataan yang unik yang melibatkan

keseharian. Pada aspek materi tampak masih lebih dominan aspek

ritualnya dengan disiplin ilmu fiqh sebagai pilihan. Pendakatan yang

digunakan sangat normatif dan dogmatif, sehingga kehadiran

pelajaran pendidikan agama islam terasa mebosanklan dan kurang

menantang. Dengan bahasa lain pelaksanaan pendikan agama islam

lebih cendrung merupakan proses teaching, proses pengajaran,

ketimbang proses learning, proses pendidikan. Aspek lain dari

persoalan metodologis adalah proses pendidikan agama Islam yang

berlangsung adalah banking concep of education, ketimbang problem

posing of education yaitu menawarkan persoalan-persialan yang

problematis dan menuntut anak didik untuk berfikir kreatif dalam

memecahkanya. Selama yang terjadi ialah proses pasif, dimana anak

didik hanya mendengar dan menerima dari guru tanpa ada unsur

kreatifitas. Kecendrungan ini berkaitan juga dengan implikasi lebih

lajut dari bancing concept of education guru lebih menekankan pada

Page 9: PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN PAI BERWAWASAN …Dampak dari berbagai kasus tersebut sangat dirasakan oleh berbagai pihak, karena itu, untuk mengatasi persoalan ini, atau paling ... Ketidakberdayaan

97

Harto, K. & Tastin, Pengembangan Pembelajaran PAI Berwawasan...

memorasisasi, menekankan hafalan ketimbang pemikiran kritis,

sehingga peserta didik yang baik menurut sistem pembelajaran

seperti ini adalah anak yang penurut, tidak krtitis serta mematuhi

peraturan yang ada.

Paradigma pendidikan agama Islam yang eksklusif-doktrinal

yang selama ini diterapkan telah menciptakan kesadaran peserta

didik untuk memandang agama lain secara berbeda, bahkan

bermusuhan. Penyampaian pendidikan agama Islam kebanyakan juga

terlalu menekankan doktrin “keselamatan” yang didasarkan pada

kebaikan hubungan antara diri dengan Tuhan, dan kurang begitu

memberikan tekanan antar sesama individu. Padahal di era

multikulturalisme ini, pendidikan agama Islam mestinya melakukan

reorientasi filosofis-paradigmatik tentang bagaimana memunculkan

kesadaran peserta didik agar berwajah inklusif dan toleran

2. Model Pembelajaran PAI Perspektif Islam Wasatiyah

Dalam konteks ini pengembangan pembelajaran PAI

perspektif Islam wasatiyah dalam pemahaman ini dimaksudkan

untuk memberikan alternatif pengembangan proses pembelajaran

serta membongkar cara pandang konvensional pembelajaran kearah

modern konstruktif dengan menggabungkan pendekatan PAI yang

bersifat dogmatis-normatif-doktriner, dengan pendekatan saintifik-

kontekstual.

Tujuan pembelajaran PAI berwawasan Islam wasatiyah

diharapkan dapat: pertama, peserta didik menjadi lebih sadar terhadap

ajaran agama mereka sendiri dan sadar terhadap adanya realitas

ajaran agama lain. Kedua, peserta didik mampu mengembangkan

pemahaman dan paresiasi terhadap agama orang lain. Ketiga,

mendorong peserta didik untuk berpartipasi dalam kegiatan sosaial

yang di dalamnya terlibat berbagai penganut agama yang berbeda.

Keempat, peserta didik dapat mengembang seluruh potensi mereka

Page 10: PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN PAI BERWAWASAN …Dampak dari berbagai kasus tersebut sangat dirasakan oleh berbagai pihak, karena itu, untuk mengatasi persoalan ini, atau paling ... Ketidakberdayaan

98

At-Ta’lim, Vol. 18, No. 1, Juni 2019. page 89-110

sendiri termasuk potensi keberagaman mereka sehingga mereka

dapat mengontrol kehidupan mereka sendiri, dan dengan cara

demikian mereka lebih berdaya.

Selanjutnya pembelajaran PAI berwawasan Islam wasatiyah

bisa dikembangan dengan mengacu pada beberapa prinsip pertama

prinsip universal, kedua prinsip keseimbangan, ketiga prinsip integrasi,

dan keempat prinsip keberagamaan. Adapun materi yang dapat

dikembangkan adalah: 1) Kedamaian, 2) Penghargaan, 3) Cinta, 4)

Toleransi, 5) Kejujuran, 6) Kerendahan Hati, 7) Kerjasama, 8)

Kebahagiaan, 9) Tanggungjawab, 10) Kesederhanaan, 11) Kebebasan,

dan 12) Persatuan.

1. Kedamaian

a. Memulai dengan sebuah lagu tentang kedamaian.

b. Membayangkan sebuah dunia yang damai, setelah itu

refleksikan dalam bentuk tulisan kemudian tempelkan di sudut

dinding sekolah.

c. Mendiskusikan Islam mengajarkan kedamaian dan bukan

kekerasan.

d. Menuliskan cerita tentang kedamaian, baik berdasarkan

pengalaman pribadimu atau pengalaman orang lain, kemudian

dishare kepada teman-temannya di depan kelas.

e. Di akhir sesi mengajak murid-murid melakukan refleksi dengan

mengatakan: damai itu indah. (The Asia Foundation, 2017: 5-14).

2. Penghargaan

a. Memulai dengan sebuah lagu tentang penghargaan.

b. Membayangkan sebuah dunia yang penuh dengan penghargaan.

Selanjutnya menanyakan kepada para siswa apa yang akan

terjadi jika setiap manusia saling menghargai satu sama lainnya.

Menanyakan pula, apa yang akan terjadi jika hal-hal tersebut

jarang ditunjukkan atau lakukan.

Page 11: PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN PAI BERWAWASAN …Dampak dari berbagai kasus tersebut sangat dirasakan oleh berbagai pihak, karena itu, untuk mengatasi persoalan ini, atau paling ... Ketidakberdayaan

99

Harto, K. & Tastin, Pengembangan Pembelajaran PAI Berwawasan...

c. Mendiskusikan tentang penghargaan memang hanya layak

diberikan kepada mereka yang menang dalam melawan

ketidakadilan dan segala bentuk pelanggaran.

d. Menuliskan pengalaman pribadi tentang perlakuan orang lain

yang berkaitan dengan sikap menghargai atau sebaliknya, tidak

menghargai terhadap apa yang telah dilakukan kepada pada

siswa yang lain. (The Asia Foundation, 2017: 53-57).

3. Cinta

a. Memulai dengan sebuah lagu tentang kasih sayang

b. Menanyakan kepada siswa:

1) Apa makna cinta bagi Anda?

2) Pernahkah Anda dicintai?

3) Mengapa seseorang mencintai Anda?

4) Kualitas apa yang ada dalam diri Anda sehingga Anda

dicintai oleh seseorang?

5) Pernahkah Anda mencintai seseorang? Mengapa Anda

mencintai seseorang? Kualitas apa yang menyebabkan Anda

mencintai seseorang?

6) Bagaimana jika semua orang saling mencintai?

c. Mendiskusikan tentang cinta memang terletak di hati yang

terdalam, menyangkut soal emosi dan perasaan. (The Asia

Foundation, 2017: 110).

4. Toleransi

a. Menyanyikan lagu tentang toleransi.

b. Menanyakan tentang:

1) Apa makna toleransi bagi Anda?

2) Mengapa toleransi itu penting?

3) Apa jadinya dunia ini jika tidak ada saling menghargai

perbedaan?

4) Apa akibat dari konflik?

Page 12: PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN PAI BERWAWASAN …Dampak dari berbagai kasus tersebut sangat dirasakan oleh berbagai pihak, karena itu, untuk mengatasi persoalan ini, atau paling ... Ketidakberdayaan

100

At-Ta’lim, Vol. 18, No. 1, Juni 2019. page 89-110

5) Apa kerugiannya pada kemanusiaan?

c. Mendiskusikan tentang toleran adalah bagian dari iman. (The

Asia Foundation, 2017: 145).

5. Kejujuran

a. Menyanyikan lagu tentang kejujuran

b. Membayangkan sebuah dunia yang penuh kejujuran, dituliskan

dalam bentuk cerita, kemudian dishare kepada teman-temannya

di depan kelas.

c. Mendiskusikan kalimat “Jujur dalam keadaan adalah keterkaitan

seluruh perbuatan jiwa dan raga pada keikhlasan, serta

pengerahan segala tenaga dan pencurahan seluruh

kemampuan”.

d. Terakhir meminta para siswa untuk melakukan sosio-drama

tentang akibat dari sikap jujur dan tidak jujur. Setelah itu, siswa

diminta untuk merespon tentang sosio-drama yang baru saja

ditampilkan di depan kelas. (The Asia Foundation, 2017: 213-

216).

6. Rendah hati

a. Menyanyikan lagu tentang sikap rendah hati

b. Membayangkan sebuah dunia yang penuh kerendahan hati

c. Menuliskan dalam bentuk cerita, kemudian dishare kepada

teman-temannya di depan kelas.

d. Mendiskusikan kalimat tentang “sikap dan sifat rendah hati

akan mencegah pemutlakan paham dan pikiran serta perilaku

yang angkuh. (The Asia Foundation, 2017: 213-216).

7. Kerja sama

a. Menyanyikan lagu tentang kerja sama

b. membayangkan sebuah dunia yang penuh dengan warna kerja

sama antara satu sama lainnya

Page 13: PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN PAI BERWAWASAN …Dampak dari berbagai kasus tersebut sangat dirasakan oleh berbagai pihak, karena itu, untuk mengatasi persoalan ini, atau paling ... Ketidakberdayaan

101

Harto, K. & Tastin, Pengembangan Pembelajaran PAI Berwawasan...

c. Menuliskan pengalaman siswa tentang nilai kerja sama,

kemudian dishare kepada teman-temannya di depan kelas.

d. Siswa dibagi menjadi 2 kelompok, kelompok pertama

menggambarkan kekacauan di suatu masyarakat karena

tiadanya kerja sama. Kelompok kedua menggambarkan suasana

lingkungan yang harmonis karena adanya kerja sama.

e. Mendiskusikan kalimat tentang “kerja sama tidak boleh

dilakukan bila dengan bingkai al-itsm dan ‘udwān. (The Asia

Foundation, 2017: 249-254).

8. Kebahagiaan

a. Menyanyikan lagu tentang kebahagiaan

b. Menanyakan tentang:

Apa yang ingin didengar? Mengapa?

Apa yang tidak ingin didengar? Mengapa?

Apa yang membuatmu bahagia? Mengapa?

c. Mendiskusikan kalimat “orang-orang bahagia bisa melihat

bayangan abu-abu dan mereka tahu bagaimana

memprioritaskan berbagai masalah yang dihadapi serta

mengubahnya menjadi sejumlah kemungkinan”.

d. Melakukan refleksi dengan mengatakan:

Kebahagiaan tidak dapat dibeli.

Kebahagiaan tumbuh secara otomatis.

Terima dirimu dan terima orang lain.

e. Membuat daftar yang akan membuat bahagia. (The Asia

Foundation, 2017: 294-300).

9. Tanggung jawab

a. Menyanyikan lagu tentang tanggung jawab

b. Membayangkan apa yang terjadi jika semua manusia di muka

bumi ini melakukan segala sesuatu dengan penuh tanggung

jawab

Page 14: PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN PAI BERWAWASAN …Dampak dari berbagai kasus tersebut sangat dirasakan oleh berbagai pihak, karena itu, untuk mengatasi persoalan ini, atau paling ... Ketidakberdayaan

102

At-Ta’lim, Vol. 18, No. 1, Juni 2019. page 89-110

c. Menuliskan dalam bentuk cerita kemudian dishare kepada

teman-temannya di depan kelas

d. Mendiskusikan kalimat tentang “siapa yang tidak amānah, maka

ia tidaklah beriman”. (The Asia Foundation, 2017: 333-335).

10. Kesederhanaan

a. Menyanyikan lagu tentang kesederhanaan

b. Menanyakan:

Apa makna kesederhanaan bagi Anda?

Ambillah beberapa contoh dari Rasulullah saw atau dari

para sahabat beliau tentang kesederhanaan, kemudian

share dengan teman-temannya

c. Mendiskusikan kalimat tentang “orang yang menghidupkan

nilai kesederhanaan adalah mereka yang moderat dalam

perilaku dan memperlakukan orang lain”. (The Asia

Foundation, 2017: 371-378).

11. Kebebasan

a. Menyanyikan lagu tentang kebebasan

b. Siswa diajak untuk mengamati masalah-masalah yang terjadi

di sekitar lingkungannya. Mereka pasti punya masalah yang

ingin disampaikan. Misalnya, pemaksaan, tertekan oleh

lingkungan, terbelenggu, dan sebagainya. Meminta mereka

untuk menuliskannya di papan tulis. Setelah daftar masalah

tersusun, mereka menilai sendiri dalam bentuk tertulis, atau

dalam diskusi kelompok tentang faktor apa yang

menyebabkan masalah tersebut, dan nilai apa yang membantu

untuk memecahkan masalah.

c. Mendiskusikan kalimat tentang “seseorang disebut bebas atau

memiliki kebebasan bila ia dapat melakukan sesuatu seperti

dikehendakinya sendiri atas pilihan serta pertimbangannya

sendiri dan tindakannya itu merupakan kelanjutan dan

Page 15: PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN PAI BERWAWASAN …Dampak dari berbagai kasus tersebut sangat dirasakan oleh berbagai pihak, karena itu, untuk mengatasi persoalan ini, atau paling ... Ketidakberdayaan

103

Harto, K. & Tastin, Pengembangan Pembelajaran PAI Berwawasan...

konsistensi dari kepribadiannya”. (The Asia Foundation, 2017:

411-417).

12. Persatuan

a. Menyanyikan lagu tentang persatuan

b. Membayangkan apa yang terjadi jika dulu manusia Indonesia

tidak bersatu melawan penjajah

c. Menuliskan dalam bentuk cerita, kemudian share kepada

teman-temanmu di depan kelas.

d. Mendiskusikan kalimat tentang “persatuan adalah perasaan

dan sikap menjadi bagian tak terpisahkan dari yang lain. (The

Asia Foundation, 2017: 445-448).

Adapun untuk kompetensi Guru PAI harus memiliki

pengetahuan agama yang luas dan dapat mengajarkan pengetahuan

agama tersebut secara dinamis. Selain itu guru PAI harus mengatur

dan mengorganisir isi, proses, situasi dan kegiatan PAI secara

wasatiyah, dimana setiap siswa dari berbagai suku, gender, ras,

kesempatan untuk mengembangkan dirinya dan saling menghargai

perbedaan.

3. Strategi Pengembangan Sikap Moderasi Beragama Peserta didik

Profile karakter muslim moderat yaitu berperilaku normal

(tawassuṭ) di dalam mengimplementasikan ajaran agama, toleran

terhadap perbedaan pendapat, menghindari kekerasan,

memprioritaskan dialog, mengakomodir konsep-konsep modern yang

secara substansial mengandung maslahat, berpikir rasional

berdasarkan wahyu, menafsirkan teks secara kontekstual, dan

menggunakan ijtihad di dalam menafsirkan apa yang tidak termaktub

di dalam al-Qur’an atau Sunnah. Dengan karakter ini, Islam moderat

adalah mereka yang memiliki sikap toleran, rukun dan kooperatif

dengan kelompok-kelompok agama yang berbeda. Inilah watak

raḥmah bagi Islam moderat Indonesia.

Page 16: PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN PAI BERWAWASAN …Dampak dari berbagai kasus tersebut sangat dirasakan oleh berbagai pihak, karena itu, untuk mengatasi persoalan ini, atau paling ... Ketidakberdayaan

104

At-Ta’lim, Vol. 18, No. 1, Juni 2019. page 89-110

Wasathiyah (sikap moderat) dalam Islam, tidak hanya terbatas

pada suatu aspek kehidupan tertentu saja, melainkan mencakup

seluruh aspek kehidupan. Adapun aspek-aspek sikap moderat yaitu:

Pertama, moderat dalam pembelajaran dengan menerapkan saintifik-

doktriner yang perlu dilakukan: 1) Materi pembelajarannya berbasis

pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan penalaran

tertentu. 2) Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis,

analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan

masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran PAI. 3)

Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam

melihat perbedaan dan kesamaan. 4) Mendorong dan menginspirasi

siswa mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola

berpikir yang rasional dan objektif. 5) Berbasis pada konsep, teori, dan

fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan. 6) Tujuan

pembelajarannya dirumuskan secara sederhana dan jelas.

Kedua, Moderat dalam pemikiran dan perilaku. Hal ini

tercermin dalam konsep ukhuwah Islamiyah, seseorang merasa saling

bersaudara satu sama lain karena sama-sama memeluk agama Islam.

Umat Islam yang dimaksudkan bisa berada di belahan dunia mana

pun. Dalam konsep ukhuwah wathaniyah, seseorang merasa saling

bersaudara satu sama lain karena merupakan bagian dari bangsa yang

satu, misalnya bangsa Indonesia. Ukhuwah model ini tidak dibatasi

oleh sekat-sekat primordial seperti agama, suku, jenis kelamin, dan

sebagainya. Adapun, dalam konsep ukhuwah basyariyah, seseorang

merasa saling bersaudara satu sama lain karena merupakan bagian

dari umat manusia yang satu yang menyebar di berbagai penjuru

dunia. Dalam konteks ini, semua umat manusia sama-sama

merupakan makhluk ciptaan Tuhan. Adapun sikap yang

dikembangkan dengan cara: 1) Menjalankan salat berjamaah, 2)

Membantu orang lain, 3) memaafkan kesalahan orang lain 4) bertegur

Page 17: PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN PAI BERWAWASAN …Dampak dari berbagai kasus tersebut sangat dirasakan oleh berbagai pihak, karena itu, untuk mengatasi persoalan ini, atau paling ... Ketidakberdayaan

105

Harto, K. & Tastin, Pengembangan Pembelajaran PAI Berwawasan...

sapa 5) melupakan perbedaan merajut kebersamaan 6) Memperkuat

dan meningkatkan silaturahim, 7) mejauhi perbuatan maksiat 8)

medoakan orang lain 9) berlomba-lomba dalam kebaikan 10) ikhlas

menerima kritikan 11) tidak merasa diri selalu benar.

Ketiga, Moderat dalam metode. Hal ini tercermin dalam: 1)

sudut pandang yang universal. Islam ikut andil dan berkontribusi

melalui risalah agama untuk memperbaiki kehidupan masyarakat

tatanan politik negara, pembentukan umat, kebangkitan bangsa, dan

reformasi kehidupan. Islam adalah agama yang sangat sempurna,

karena Islam adalah akidah dan syariat; dakwah dan negara;

perdamaian dan jihad; kebenaran dan kekuatan; ibadah dan muamalah.

2) Perioritas dalam pemahaman. Sudut pandang yang moderat,

menuntut kita untuk mendahulukan perkara yang wajib atas perkara

yang sunnah; perkara yang bermanfaat luas atas perkara yang

manfaatnya terbatas; dan perkara yang universal atas perkara yang

parsial. Mengetahui perkara yang utama, melaksanakannya dan

mendahulukannya atas perkara yang memiliki tingkat urgensi lebih

rendah, termasuk perkara yang sangat penting.

D. KESIMPULAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa menerapkan pendekatan

saintifik kontekstual merupakan suatu keharusan, karena dengan

pendekatan tersebut menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan

keterampilan. Hasilnya adalah peningkatan dan keseimbangan anatara

kemampuan untuk menjadi manusia yang baik dan memiliki kecakapan

dan pengetahuan untuk hidup secara layak. Pembelajaran PAI

berwawasan Islam wasatiyah diharapkan dapat: pertama, peserta didik

menjadi lebih sadar terhadap ajaran agama mereka sendiri dan sadar

terhadap adanya realitas ajaran agama lain. Kedua, peserta didik mampu

Page 18: PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN PAI BERWAWASAN …Dampak dari berbagai kasus tersebut sangat dirasakan oleh berbagai pihak, karena itu, untuk mengatasi persoalan ini, atau paling ... Ketidakberdayaan

106

At-Ta’lim, Vol. 18, No. 1, Juni 2019. page 89-110

mengembangkan pemahaman dan paresiasi terhadap agama orang lain.

Ketiga, mendorong peserta didik untuk berpartipasi dalam kegiatan

sosaial yang di dalamnya terlibat berbagai penganut agama yang berbeda.

Keempat, peserta didik dapat mengembang seluruh potensi mereka sendiri

termasuk potensi keberagaman mereka sehingga mereka dapat

mengontrol kehidupan mereka sendiri, dan dengan cara demikian mereka

lebih berdaya.

E. Daftar Pustaka

Abd al-Baqi, Fuad Muhammad (1992). Al-Mu’jam al-Mufahras li Alfaz al-

Qur’an al-Karim. Beirut: Dar al-Fikr. Abou El-Fadl, Khaled M (2006). Selamatkan Islam dari Muslim Puritan, terj.

Helmi Mustofa. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta. Abdullah, Amin (2008). “Desain Pengembangan Akademik IAIN menuju

UIN Sunan Kalijaga: dari penekatan Dikotomis-Atomistis ke arah integratif-interdisiplinary” dalam Zainal Abidin Bagir, Integrasi Ilmu dan Agama, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Agustriana, N. (2019). PENGARUH METODE EDUTAINMENT DAN

IDENTITAS DIRI TERHADAP KETERAMPILAN SOSIAL ANAK. Al-Fitrah, 1(2), 216–228. Retrieved from http://ejournal.iainbengkulu.ac.id/index.php/alfitrah/article/view/1517

Ali, Muhammad, (2007). “Moderate Islam Movement in Contemporary

Indonesia,” in Islamic Thoughts and Movements in Contemporary Indonesia, ed. oleh Rijal Sukma dan Clara Joewono Jakarta: Center for Strategic and International Studies.

Amal, Adnan Taufik, (1994). Islam dan Tantangan Modernitas (Studi atas

Pemikiran Hukum Fazlur Rahman). Bandung: Mizan. Al Asfahani Ragib. Mufradat Alfaz al Qur’an. Damaskus: Dar al Qalam,

jilid. II Al Barry dan Partonto, (2001). Kamus Ilmiah Populer. Surabaya, Arkola.

Page 19: PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN PAI BERWAWASAN …Dampak dari berbagai kasus tersebut sangat dirasakan oleh berbagai pihak, karena itu, untuk mengatasi persoalan ini, atau paling ... Ketidakberdayaan

107

Harto, K. & Tastin, Pengembangan Pembelajaran PAI Berwawasan...

Purwadarminto, W.J.S., (1976). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta:

Balai Pustaka. Al-Maragi, Mustafa Ahmad. Tafsir al-Maraghi Jilid V, (t.t.: Dar al-Fikr,

1974/1394 Al Qaradawi, Yusuf, (1983). al Khasa’is al ‘Ammah li al Islam. Bairut:

Mu’assasah al-Risalah. Al Tabari, Ibnu Jarii, (1389). Jami’ al-Bayan ‘an Ta’wibal-Qur’an Tafsir al-

Tabari, Jilid, II. Azra, Azyumardi, (2003). “Bali and Southeast Asian Islam: Debunking the

Myths,” in After Bali: The Threat of Terrorism in Southeast Asia, ed. oleh Kumar Ramakrishna dan See Seng Tan (Singapore: World Scientific Publishing Co. Pte. Ltd.

Badruzaman, Ahmad (2006). Strategi dan Pendekatan dalam Pembelajaran.

Yogyakarta, ar-Ruzz. Burhani, Najib Ahmad. “Al-Tawassuṭ wa-l I‘tidāl: The NU and Moderatism in

Indonesian Islam,” Asian Journal of Social Science 40, no. 5–6 (2012): 564–581.

Burhani, Najib Ahmad (2007). “Pluralism, Liberalism and Islamism: Religious

Outlook of the Muhammadiyah Islamic Movement in Indonesia” Tesis, Faculty of Humanities, University of Manchester.

Daradjat, Zakiah (1996). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta,Bumi Aksara. Depdiknas. (2002). Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran. Jakarta:

Depdiknas. Dimyati dan Mudjiono (1994). Belajar dan Mengajar. Jakarta; Rineka Cipta Esposito, L. John and Voll O. John. (2001). Tokoh-tokoh Gerakan Islam

Kontemporer. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada Harto, Kasinyo, (2004). Model Pengembangan Pendidikan Agama Islam

Berbasis Multikultural. Palembang: Excellent.

Page 20: PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN PAI BERWAWASAN …Dampak dari berbagai kasus tersebut sangat dirasakan oleh berbagai pihak, karena itu, untuk mengatasi persoalan ini, atau paling ... Ketidakberdayaan

108

At-Ta’lim, Vol. 18, No. 1, Juni 2019. page 89-110

____________, Rekonstruksi Metodologi Pendidikan Agama Islam ; Upaya Membangun Karakter Keberagamaan Peserta Didik Yang Wasathiyah., Orasi Ilmiah Dalam Rangka Pengukuhan Guru Besar Dalam Bidang Metodologi Pendidikan FITK UIN Raden Fatah Palembang. 10 Mei 2017.

Hanafi, M. Muchlis (2013). Moderasi Islam: Menangkal Radikalisasi Berbasis

Agama. Jakarta: Ikatan Alumni al-Azhar dan Pusat Studi al-Qur‘an. Hamalik, Oemar (2004). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara Hilmy, Masdar “Whither Indonesia’s Islamic Moderatism? A Reexamination on

the Moderate Vision of Muhammadiyah and NU,” Journal of Indonesian Islam 7, no. 1 Juni 2013: 25.

Jokowi, “Indonesia Sumber Pemikiran Islam Dunia,” diakses 9 September

2016, https://www.kemenag.go.id/berita/387579/presiden-jokowi-indonesia-sumber-pemikiran-islam-dunia.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2005). Jakarta: Balai Pustaka, Edisi

Ketiga. Kementrian Agama RI, (2010). Syaamil al-Qur’an: Miracle The Reference, 22

Keunggulan Yang Memudahkan dalam 1 al-Qur’an Dengan Referensi yang Sahih, Lengkap, dan Komprehensif. Bandung: Sygma Publishing.

Kuntowijoyo, (2004). Islam sebagai Ilmu: Epistemologi, Metodologi dan Etika.

Yogyakarta: Teraju Kusumah, R. G. T. (2019). Peningkatan Kemampuan Berfikir Kritis

Mahasiswa Tadris IPA Melalui Pendekatan Saintifik Pada Mata kuliah IPA Terpadu. IJIS Edu : Indonesian Journal of Integrated Science Education, 1(1), 71–84. Retrieved from http://ejournal.iainbengkulu.ac.id/index.php/ijisedu/article/view/1762

Kusumah, R. G. T., & Munandar, A. (2017). Analysis Of The Relationship

Between Self Efficacy And Healthy Living Conciousness Toward Science Learning Outcome. EDUSAINS, 9(2), 132–138. https://doi.org/10.15408/ES.V9I2.2183

Madjid, Nurcholis (2008). Islam Doktrin dan Peradaban, cet. Ke-6 Jakarta:

Paramadina Bekerjasama dengan Dian Rakyat.

Page 21: PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN PAI BERWAWASAN …Dampak dari berbagai kasus tersebut sangat dirasakan oleh berbagai pihak, karena itu, untuk mengatasi persoalan ini, atau paling ... Ketidakberdayaan

109

Harto, K. & Tastin, Pengembangan Pembelajaran PAI Berwawasan...

Madjid, Abdul dan Andayani, Dian (2005). Pendidikan Agama Islam Berbasis

Kompetensi. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. Mashadi, Imron (2009). Pendidikan Agama Islam dalam Perspektif

Multikulturalisme, “Reformasi PAI di Era Multikultural”. Jakarta: Balai Litbang Agama.

Mujiburrahman, (2008). Mengindonesiakan Islam: Representasi dan Ideologi, I.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Mulyasa, E (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja

Rosdakarya. Muhith, Faizin Nur. Menguak Rahasia Cinta Dalam Al-Qur’an. Surakarta:

Indiving Publishing. Nata, Abuddin (2016). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana. Nashir, Haedar. Gerakan Islam Syari’at (Reproduksi Salafiyah di Indonesia).

Qardhawi, Yusuf 1993. Islam Ekstrem (Analisis dan Pemecahannya). Bandung: Mizan.

Nasution, Harun (1995). Islam Rasionalis (Gagasan dan Pemikiran). Bandung:

Mizan. Nurdin, Ali (2006). Qur’anic Society; Menelusuri Konsep Masyarakat Ideal

dalam Al-Qur’an. Jakarta: Erlangga. Nuh, bin Abdullah, (1993). Kamus Baru Jakarta: Pustaka Islam. Pidato SBY di depan peserta APEC CEO Summit 2011 di Honolulu

Maktab I’lamiy Hizbut Tahrir Indonesia NO: 214/11/11 18 November 2011/22 Dzulhijjah 1432 H

Qardhawi, Yusuf. (1994). Memahami Karakteristik Islam: Kajian Analitik,

Surabaya: Risalah Gusti. Qasim, Syarif Aun, (1980). Fi al-Tariq ila al-Islam. Beirut: Dar al-Qalam Qutb, Sayyid, Fi Zilal al-Qur’an, Jilid V, Bairut: Dar al-Ihya al-Turas\al-

‘Arabi.

Page 22: PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN PAI BERWAWASAN …Dampak dari berbagai kasus tersebut sangat dirasakan oleh berbagai pihak, karena itu, untuk mengatasi persoalan ini, atau paling ... Ketidakberdayaan

110

At-Ta’lim, Vol. 18, No. 1, Juni 2019. page 89-110

Sabiq, Sayyid, (2000). al-Fiqh al-Sunnah. Jilid II, Qahirah:, Dar al-Fath Lil I’lam al-‘Arabiy.

Sagala, Syaiful (2003). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta. Salim, Abd. Muin, (1994). Fiqhi Siyasah Konsep Kekuasaan Politik Dalam Al-

Qur’an. Jakarta: Lembaga Studi Islam dan Kemasyarakatan. Suprayogo, Imam Paradigma Pengembangan Keilmuan pada Perguruan

Tinggi: Konsep Pendidikan Tinggi yang Dikembangkan UIN Malang. Malang: UIN Malang Press.

Shihab, Quraish, (2006). Wawasan Al-Quran Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai

Persoalan Umat. Sirry A. Mu’nim, (2003). Membendung Militansi Agama (Iman dan Politik

dalam Masyarakat Modern). Jakarta: Erlangga. Syu‘aibi, Ali (2010). Meluruskan Radikalisme Islam Terj. Muhtarom tp: Duta

Aksara Mulia. Taher, S. Lukman. Damai untuk Kemanusiaan, Strategi dan Model Komunikasi

Antara Umat Beragama di Sulawesi Tengah. Palu: USAID-FKUB Sulteng.

Tillman, Diane. (2010). Living Values Activities for young adults Pendidikan

Nilai Untuk Kaum Dewasa Muda. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

1Kompas, “Inilahlm Deretan Aksi Bom Bunuhlm Diri di Indonesia HLMalaman all,”

KOMPAS.com,May14,2018,hlmttps://nasional.kompas.com/read/2018/05/14/13533731/inilahlmd

eretan-aksi-bom-bunuhlm-diri-di-indonesia.