pengembangan model sistem pembelajaran dan dampaknya

17
PENGEMBANGAN MODEL SISTEM PEMBELAJARAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP KUALITAS DAN HASIL BELAJAR A. Pendahuluan Berbagai upaya telah dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas dan hasil belajar siswa. Peningkatan kualitas belajar diyakini akan meningkatkan hasil belajar, Sedangkan hasil belajar merupakan salah satu indikator utama mutu pendidikan yang akhir-akhir ini banyak mendapat perhatian. Kualitas belajar yang pada gilirannya akan bermuara pada kualitas hasil belajar, sudah lama menjadi perhatian dari para ahli pendidikan. Kualitas belajar pada hakekatnya ditentukan oleh proses pembelajaran, yaitu prosedur dan langkah-langkah serta cara yang dilakukan peserta didik dalam mempelajari sesuatu. Para ahli sepakat untuk mengatakan bahwa belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku seseorang sebagai akibat pengalaman belajar. Selanjutnya para ahlipun mempelajari pengalaman belajar yang efektif yang akan membuahkan hasil belajar yang optimum. Model pembelajaran adalah salah satu hasil rancangan para ahli yang telah teruji efektifitasnya sehingga tepat sekali digunakan oleh para guru dan dosen dalam mengajarkan sesuatu kepada peserta didik. Makalah ini akan menyajikan secara ringkas pengembangan model pembelajaran dan inovasi di bidang pembelajaran yang dihasilkannya. B. Pengembangan Model Sistem Pembelajaran

Upload: zikriguci

Post on 04-Dec-2015

227 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Pengembangan Model Sistem Pembelajaran Dan Dampaknya

TRANSCRIPT

Page 1: Pengembangan Model Sistem Pembelajaran Dan Dampaknya

PENGEMBANGAN MODEL SISTEM PEMBELAJARAN DAN DAMPAKNYA

TERHADAP KUALITAS DAN HASIL BELAJAR

A. Pendahuluan

Berbagai upaya telah dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas dan hasil belajar

siswa. Peningkatan kualitas belajar diyakini akan meningkatkan hasil belajar, Sedangkan

hasil belajar merupakan salah satu indikator utama mutu pendidikan yang akhir-akhir ini

banyak mendapat perhatian.

Kualitas belajar yang pada gilirannya akan bermuara pada kualitas hasil belajar, sudah

lama menjadi perhatian dari para ahli pendidikan. Kualitas belajar pada hakekatnya

ditentukan oleh proses pembelajaran, yaitu prosedur dan langkah-langkah serta cara yang

dilakukan peserta didik dalam mempelajari sesuatu. Para ahli sepakat untuk mengatakan

bahwa belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku seseorang sebagai

akibat pengalaman belajar. Selanjutnya para ahlipun mempelajari pengalaman belajar yang

efektif yang akan membuahkan hasil belajar yang optimum. Model pembelajaran adalah

salah satu hasil rancangan para ahli yang telah teruji efektifitasnya sehingga tepat sekali

digunakan oleh para guru dan dosen dalam mengajarkan sesuatu kepada peserta didik.

Makalah ini akan menyajikan secara ringkas pengembangan model pembelajaran dan inovasi

di bidang pembelajaran yang dihasilkannya.

B. Pengembangan Model Sistem Pembelajaran

Pembelajaran adalah serangkaian aktivitas yang sengaja diciptakan dengan maksud untuk

memudahkan terjadinya proses belajar (Gagne, 2005). Pembelajaran disebut juga

instruksional. Istilah pembelajaran menekankan proses belajar yang terfokus pada siswa

(student centered instruction).Berbeda dengan istilah pengajaran yang asal katanya

“mengajar”, yaitu kegiatan belajar mengajar yang terpusat pada guru (teacher centered

instruction). Penggunaan istilah pembelajaran (instruksional) sekaligus memberikan konotasi

penerapan paradigma baru dalam pembelajaran, yaitu mengedepankan aktivitas siswa dalam

proses pembelajaran

Selanjutnya perlu dikemukakan konsep Model Sistem Pembelajaran. Sebuah model, bila

dikatikan dengan sistem pembelajaran, adalah suatu abstraksi yang menggambarkan realitas

Page 2: Pengembangan Model Sistem Pembelajaran Dan Dampaknya

tertentu. Suparman, Atwi (2012) menyatakan bahwa “Model adalah suatu representasi

realitas yang menggambarkan struktur dan tatanan dari suatu konsep”. Sedangkan istilah

“sistem” diartikan sebagai suatu totalitas (wholeness) yang terdiri dari komponen-komponen

(subsistem) yang saling terkait satu sama lain dan fungsional dalam rangka mencapai tujuan

tertentu yang telah ditentukan. Setiap sistem pembelajaran berisi komponen-komponen yang

menunjukkan prosedur serta urutan kegiatan pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan

pembelajaran.

Istilah “pengembangan” bila dikaitkan dengan Model Sistem Pembelajaran, adalah

kegiatan mulai dari analisis kebutuhan (need analysis), merancang model, mendiskusikan

serta memvalidasi model, mengujicobakan model untuk mendapatkan efektifitas serta

kepraktisannya. Kegiatan pengembangan model sistem pembelajaran yang telah melalui

langkah-langkah yang benar dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh akan menghasilkan

sebuah model sistem pembelajaran yang dapat diimlementasikan oleh para guru dan dosen

untuk mengajarkan mata pelajarannya masing-masing.

Upaya-upaya pengembangan model sistem pembelajaran sudah banyak dilakukan oleh

para ahli dan telah menghasilkan berbagai model sistem pembelajaran yang diakui dan

digunakan di dunia pendidikan di berbagai Negara. Di antara model sistem pembelajaran

yang telah dihasilkan itu adalah sebagai berikut (Pribadi, Benny A, 2009):

1. Model Desain Sistematik oleh Walter Dick dan Lou Carey,

Model yang mereka kembangkan didasarkan pada penggunaan pendekatan sistem

(system approach) terhadap komponen-komponen dasar dari desain sistem

pembelajaran yang meliputi analisis, desain, pengembangan, implementasi, dan

evaluasi.

2. Model ASSURE oleh Robert Heinich, dkk,

Model ini dikembangkan untuk menciptakan aktivitas pembelajaran yang efektif dan

efisien.langkah-langkah desain system pembelajaran ini meliputi: analisis,

menetapkan tujuan, menyeleksi media, metode dan bahan, memanfaatkan bahan ajar,

melibatkan siswa dlm belajar,evaluasi dan revisi.

3. Model Cycle oleh Jerold E. Kemp, dkk,

Model berbentuk lingkaran menunjukkan adanya proses berulang-ulang dalam

menerapkan desain sistem pembelajaran. Meliputi: identifikasi masalah dan

menetapkan tujuan, analisis karakter, identifikasi materi, menetapkan tujuan

Page 3: Pengembangan Model Sistem Pembelajaran Dan Dampaknya

pembelajaran, membuat sistematika materi pelajaran, merancang strategi

pembelajaran, menetapkan metode, mengembangkan instrument evaluasi,

menentukan sumber belajar

4. Model Desain Sistem Pembelajaran oleh Smith dan Ragan,

Model ini mengemukakan sebuah desain system pembelajaran yang memiliki

kecenderungan terhadap implementasi teori belajar kognitif. Beberapa langkahnya

sbb: analisa lingk belajar, analisa karakteristik siswa, analisa tugas pembelajaran,

menulis butir tes, menentukan strategi pembelajaran, mmeproduksi program

pembelajaran, evaluasi formatif, merevisi program pembelajaran.

5. Model ADDIE,

Model desain sistem pembelajaran yang memperlihatkan tahapan-tahapan dasar yang

sederhana dan mudah dipelajari. Terdiri dari lima fase,yaitu: analysis (menganalisa),

desain, development (pengembangan), implementation (implementasi), dan

evaluation (evaluasi).

6. Model Ront-end Systematic Design oleh A.W. Bates.

Model ini erat kaitannya dengan pengembangan bahan ajar yang dapat digunakan

untuk penyelenggaraan Sistem Pendidikan Jarak Jauh (SPJJ). Konsep tersebut dikenal

dengan nama “ACTIONS” Access (akses), Cost (Biaya), Teaching functions (jenis

media dan bahan ajar), Interaction/user friendliness, Organizational issues, Novelty

and Speed

Selanjutnya, Suparman, M. Atwi (2014) mengemukakan lima model sistem pembelajaran

yang lebih dulu diciptakan oleh para ahli pendidikan, yaitu:

1. SAFE Model,

2. The Michigan State Model,

3. Project MINERVA Model,

4. Teaching Research System, dan

5. The Banathy Model.

Berdasarkan model pembelajaran yang ada, Suparman, M. Atwi (2005) mengembangkan

satu model sistem pembelajaran yang dinamakan Model Pengembangan Instruksional (MPI).

Setiap model sistem instruksional bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan hasil belajar.

Masing-masing model sistem pembelajaran terdiri dari sejumlah komponen yang saling

terkait dan fungsional dalam mencapai tujuan pembelajaran. Sebagai MPI terdiri dari delapan

komponen, yaitu:

1. Mengidentifikasi kebutuhan instruksional dan merumuskan Tujuan Instruksional Umum,

Page 4: Pengembangan Model Sistem Pembelajaran Dan Dampaknya

2. Melakukan analisis instruksional,

3. Mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal peserta didik,

4. Menulis Tujuan Instruksional Khusus,

5. Menyusun alat penilaian hasil belajar,

6. Mernyusun strategi instruksional,

7. Mengembangkan bahan instruksional, dan

8. Menyusun desain dan melaksanakan evaluasi formatif.

MPI M. Atwi Suparman jika digambarkan dalam bentuk diagram adalah seperti berikut

ini.

C. Strategi Pembelajaran

Salah satu komponen model pembelajaran adalah strategi pembelajaran. Strategi

instruksional dilihat dari segi fungsinya sebagai alat atau teknik yang tersedia bagi pendidik

untuk memfasilitasi kegiatan belajar (Gagne, et al, dlm Suparman). Menurut Dick dan Carey

(2009), seperti dikutip oleh Suparman, A. menjelaskan bahwa strategi instruksional adalah

Sistem Instruk-sional

Mende-sain &

melaksanakan evaluasi

formatif

Mengembang-kan Bahan

Instruk-sional

Menyusun Strategi

Instruk-sional

Menulis Tes Acuan

Patokan

MenulisKompetensiPendukung

(KP)

Mengidentifi-kasi perilakuawal &

karakteristik awal siswa

Melakukan Analisis

Instruksional

Identifikasi kebutuhan

instruk-sional & menulis

KU

Page 5: Pengembangan Model Sistem Pembelajaran Dan Dampaknya

metodologi umum meliputi berbagai aspek dalam memilih suatu sistem peluncuran,

mengurutkan dan memiliih dan mengelompokkan sistem instruksional.

Salah satu strategi instruksional yang didasarkan pada derajat keterlibatan siswa dalam

proses pembelajaran adalah dilihat dari aktif tidaknya siswa selama kegiatan pembelajaran.

Strategi pembelajaran ini berada sepanjang garis mulai dari kutub paling kiri yang disebut

expository sampai kutub paling kanan yaitu inquiry. Pada kutub expository siswa paling pasif

diamana proses pembelajaran terpusat pada guru (teacher centered instruction); sedangkan

pada kutub inquiry siswa sangat aktif melakukan berbagai kegiatan seperti menjawab

pertanyaan, memecahkan masalah, dan melakukan berbagai kegiatan dalam rsngks mencapai

tujuan pembelajaran (student centered instruction).

Suparman, M. Atwi (2014) menjelaskan bahwa strategi insruksional terdiri dari tata urutan

instruksional, metode instruksional, media instruksional, dan waktu instruksional. Masing-

masingnya dapat diuraikan dengan jelas.

Para ahli teknologi pendidikan telah merancang, mengembangkan, dan menghasilkan

sejumlah bentuk pendekatan pembelajaran yang sekaligus menjadi bagian dari strategi

instruksional. Diantara pendekatan pembelajaran tersebut secara ringkas dikemukakan disini.

1. Contextual teaching and learning (CTL): proses belajar mengajar yang menunjukkan

contoh serta penerapan di dunia nyata dari apa yang dipelajari siswa di bangku sekolah.

Apa yang dipelajari dikaitkan dengan alam nyata/kehidupan sehari-hari.

2. Problem based learning (PBL): proses belajar melalui pemecahan masalah, misalnya

mempelajari matematika melalui pemecahan soal-soal tentang materi matematika tersebut.

Siswa belajar melalui masalah-masalah

3. Student active learning/Cara belajar siswa aktif (CBSA): proses belajar dengan melibatkan

siswa seaktif mungkin. Siswa harus dibuat aktif belajar, bertanya, dll

4. Cooperative learning: proses belajar melalui kelompok-kelompok belajar; siswa belajar

bersama dalam kelompok belajar yang dibentuk. Siswa belajar secara kerjasama antar

siswa

5. Kolaborative learning: proses belajar dalam kelompok dimana diantara anggota kelompok

ada siswa yang pandai dan ada siswa yang kurang pandai, siswa yang pandai membantu

siswa yang kurang pandai, dan biasanya ditentukan oleh guru. Ada beberapa model

kolaborative learning ditinjau dari anggota kelompoknya.

6. Computer Based Learning (CBL)/Computer Assisted Instruction (CAI): proses belajar

menggunakan komputer (e-learning, computer assisted instruction, video learning, CD

Page 6: Pengembangan Model Sistem Pembelajaran Dan Dampaknya

interaktif). Atau bisa juga disebut sebagai suatu aktivitas belajar yang menggunakan

komputer

7. Work based learning (WBL): belajar sambil bekerja atau belajar di tempat kerja.

PRAKERIN, PSG, Magang.

8. Student Centered Learning (SCL): pembelajaran yang difokuskan pada siswa. SCL ini

merupakan paradigma baru dalam pembelajaran dimana guru hanya sebagai fasilitator.

(merancang apa yang dilakukan siswa, mengontrol siswa), motivator (mendorong siswa

untuk berani, bersemangat belajar dan mendapat feedback yang baik) dalam pembelajaran

Model dan Pendekatan pembelajaran yang dikemukakan di atas apabila diterapkan dengan

sungguh-sungguh akan meningkatkan kualitas dan hasil belajar siswa. Berbagai model dan

pendekatan pembelajaran ini sudah lama dikenal dan dipelajari oleh para pendidik namun

sebagai suatu inovasi belum diadopsi dengan baik di dunia pendidikan kita. Apabila kita

perhatikan penerapan model-model dan pendekatan pembelajaran tersebut masih sangat

terbatas.

D. Inovasi Pembelajaran

Inovasi adalah perubahan dari apa yang ada atau dilaksanakan pada suatu waktu dengan

sesuatu yang baru. Di bidang pembelajaran, sudah banyak dilakukan inovasi. Pada

hakekatnya, model pembelajaran dan bentuk atau pendekatan baru pembelajaran adalah

sebuah inovasi, yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan hasil belajar. Akan tetapi,

sebagai sebuah inovasi tidak cepat diadopsi dan berkembang sebagaimana yang diharapkan.

Para guru dan dosen sudah merasa mapan dan nyaman dengan apa yang mereka lakukan

selama ini sehingga mereka tidak mau merubahnya. Walaupun mereka sudah mempelajari

dan memahami model pembelajaran dan pendekatan baru dalam pembelajaran, mereka tidak

mau menerapkannya karena mereka sudah terbiasa dengan yang lama. Inovasi memang

memerlukan waktu yang lama untuk diadopsi dengan baik. Harus ditempuh berbagai cara

agar sebuah inovasi benar-benar terlaksana dengan baik di dunia pendidikan.

Akhir-akhir ini banyak inovasi pembelajaran yang dikemukakan oleh para ahli, khususnya

para ahli di bidang teknologi pendidikan. Misalnya, Ida Malati Sadjati (1926) yang

mengemukakan bahwa sudah terjadi pergeseran paradigma pembelajaran dari mengajar ke

belajar. Inovasi ini mengetengahkan bahwa yang terpenting adalah belajarnya siswa, bukan

mengajarnya guru. Maksudnya harus dicari berbagai cara dan upaya agar siswa dapat

mencapai tujuan pembelajaran melalui beraneka ragam aktivitas dimana siswa harus aktif.

Page 7: Pengembangan Model Sistem Pembelajaran Dan Dampaknya

Waktu belajar harus disediakan bagi siswa untuk melakukan berbagai kegiatan belajar. Hal

ini sesungguhnya adalah penerapan CBSA dan pembelajaran yang terpusat pada siswa

(student centered instruction). Sudah banyak hasil penelitian yang menunjukkan bahwa

penerapan pembelajaran dimana siswa aktif dalam proses pembelajaran signifikan

meningkatkan kualitas dan hasil belajar.

E. Inovasi Pendidikan Kejuruan

Pendidikan dan pelatihan kejuruan di Indonesia sudah ada sejak zaman penjajahan

Belanda. Sebagai contoh, pada tahun 1907 pemerintah Hindia Belanda mendirikan tiga buah

sekolah pertukangan, yaitu di Surabaya, Betawi, dan Semarang (Soenaryo, et al, 2002).

Setelah itu di beberapa daerah berdiri pula sekolah keterampilan seperti di Sekolah

Keterampilan di Kayu Tanam Sumatera Barat.

Walaupun sekolah kejuruan sudah ada di Indonesia mulai zaman sebelum kemerdekaan

namun perkembangannya sangat lambat. Dan belum menampakkan hasil yang signifikan

dalam pembangunan ekonomi di tengah masyarakat. Pemerintah sudah melakukan

pembaharuan sekolah kejuruan berkali-kali. Misalnya pada waktu yang silam Sekolah Teknik

Menengah (STM) sangat kurang pelajaran praktek karena tidak mempunyai bengkel praktek.

Untuk mengatasi hal itu pemerintah mendirikan delapan buah Balai Latihan Pendidikan

Teknik (BLPT), dan merubah kurikulum dengan memperbanyak pelajaran praktek.

Pengembangan pendidikan dan pelatihan atau inovasi pendidikan kejuruan di Indonesia

banyak dilakukan pada zaman menteri Pendidikan dan Kebudayaan Wardiman Djojonegoro

(1997) dan direktur Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan Jorlin Pakpahan (1992-1998).

Pada waktu itu dibentuk satu Satuan Tugas Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan

Kejuruan di Indonesia yang terdiri dari para ahli di bidang pendidikan teknologi dan

kejuruan. Satuan tugas ini menghasilkan Pokok-Pokok Perubahan Kebijakan dalam

Pendidikan dan Pelatihan Kejuruan seperti terlihat pada tabel 1 berikut ini.

Tabel 1: Pokok-Pokok Perubahan Kebijakan dalam Pendidikan dan Pelatihan Kejuruan

No. L A M A Inovasi B A R U

1. Sistem “supply-driven” atas

kebutuhan sosial masyarakat luas

Sistem “demand-driven” yang

dipandu kebutuhan pasar kerja

2. Sistem berbasis sekolah dengan

pemberian ijazah bagi yang lulus

Sistem pendidikan dan pelatihan

yang memberikan kompetensi sesuai

Page 8: Pengembangan Model Sistem Pembelajaran Dan Dampaknya

ujian akhir dengan standar nasional yang baku

3. Sistem berbasis sekolah melalui

alur dan proses yang kaku

Sistem pendidikan dan pelatihan

yang fleksibel dengan prinsip multi

entry dan multi exit

4. Tidak mengakui kemampuan yang

telah dimiliki sebelumnya

Sistem yang secara tegas mengakui

kompetensi di manapun dan

bagaimanapun caranya diperoleh

5. Sistem berbasis sekolah dengan

orientasi program studi

Sistem pendidikan dan pelatihan

yang mengacu pada profesi dan

keterampilan kejuruan yang baku

6. Pendidikan dan pelatihan yang

berfokus pada sektor formal

Pendidikan dan pelatihan untuk

sector formal maupun informal

7. Pemisahan antara pendidikan dan

pelatihan

Mengintegrasikan secara terpadu

antara pendidikan dan pelatihan yang

bersifat kognitif dan berlandaskan

ilmu pengetahuan

8. Sistem pengelolaan yang terpusat Sistem pengelolaan yang

terdesentralisasi

9. Lembaga/organisasi yang

sepenuhnya dibiayai dan

dioperasikan oleh pemerintah

pusat

Lembaga/organisasi yang mampu

melakukan swakelola dan swadana

dengan subsidi pemerintah pusat

Selain beberapa perubahan (inovasi) seperti yang dikemukakan itu, pembaharuan lainnya

adalah dibentuknya suatu lembaga penghubung antara pendidikan kejuruan dengan dunia

usaha dan dunia industri. Lembaga ini adalah Majelis Pendidikan Kejuruan Nasional

(MPKN) pada tingkat nasional dan Majelis Pendidikan Kejuruan Propinsi (MPKP) pada

tingkat propinsi. Pada awalnya lembaga ini sangat efektif dalam menjembatani antara

Sekolah Menengah Kejuruan dengan dunia usaha/industri. Hasil kerja lembaga ini antara lain

adalah merumuskan standar kompetensi dalam berbagai bidang teknik dan kejuruan sesuai

Page 9: Pengembangan Model Sistem Pembelajaran Dan Dampaknya

kebutuhan industri. Sayangnya, lembaga ini tidak berumur panjang dan belum sempat

menghasilkan banyak rumusan yang sangat penting dalam pengembangan pendidikan

kejuruan di Indonesia.

Inovasi pendidikan kejuruan lainnya adalah penetapan dan pelaksanaan Pendidikan Sistem

Ganda (PSG). PSG sangat penting bagi siswa SMK, yaitu melatih siswa secara langsung di

industri sehingga mereka bisa mempelajari, mengalami, serta menghayati berbagai

keterampilan dan kehidupan di dunia industri. Namun PSG pun tidak bisa bertahan lama,

yang akhirnya diganti dengan Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) yang secara konseptual

jauh berbeda dengan PSG.

Satu lagi inovasi pendidikkan kejuruan yang sangat penting pada zaman Wardiman

Djojonegoro sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia adalah

kebijakan LINK & MATCH. Kebijakan link & match adalah kebijakan yang

menghubungkan serta mensepadankan pendidikan kejuruan dengan kebutuhan dunia industri

dan dunia usaha. Kebijakan ini dijabarkan dalam berbagai bentuk kebijakan dan program

yang intinya adalah menyesuaikan program dan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan

kejuruan dengan kebutuhan dan perkembangan dunia industri dan dunia usaha. Pada awalnya

kebijakan ini menelorkan banyak kebijakan serta program lainnya dalam pengelolaan

pendidikan kejuruan di Indonesia, namun kebijakan link & match tidak bertahan lama dan

akhirnya tenggelam ditelan waktu.

Berbagai inovasi pendidikan kejuruan sudah dikembangkan dan dilaksanakan, akan tetapi

inovasi-inovasi tersebut tidak diadopsi dengan baik. Akibatnya banyak perubahan dan

pembaharuan pendidikan kejuruan yang gagal dilaksanakan. Layu sebelum berkembang.

Dalam hubungan ini, Nizwardi Jalinus (1997) dalam disertasinya yang berjudul “A Study of

Vocational Teachers in Impelementing an Innovation (Curriculum SMK 1994) in Techincal

High Schools in Padang and Bukittinggi West Sumatera. Sebagai hasil penelitian disertasinya

dia menyimpulkan bahwa sampai bulan maret 1977, guru-guru SMK Negeri Padang dan

Bukittinggi belum melaksanakan inovasi dalam mengimplementasikan kurikulum 1994,

khususnya dalam hal pendidikan berbasis kompetensi dan belajar tuntas (mastery learning).

Bahkan sebagian besar guru masih berada pada tahap kesadaran akan adanya perubahan

(inovasi) yaitu tahap awareness, tahap paling rendah dalam proses mengadopsi suatu inovasi.

F. Kesimpulan

Pengembangan model sistem pembelajaran sudah banyak dilakukan dan sudah

menghasilkan model-model sistem pembelajaran yang terkenal di dunia. Di samping itu ada

Page 10: Pengembangan Model Sistem Pembelajaran Dan Dampaknya

bentuk-bentuk atau pendekatan pembelajaran seperti CTL, PBL, CBSA, cooperative learning,

kolaborative learning, CBI, SCL, dst yang sudah dikenal dan dipelajari di dunia pendidikan di

Indonesia. Semua model sistem pembelajaran dan berbagai pendekatan pembelajaran tersebut

bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan hasil belajar. Hal ini sudah dikembangkan oleh

para ahli dan dibuktikan melalui penelitian-penelitian. Akan tetapi, apabila kita perhatikan di

sekolah-sekolah di Indonesia, model sistem pembelajaran dan pendeketan-pendekatan

pembelajaran tersebut belum diimplementasikan dengan baik.

Pendidikan dan pelatihan kejuruan sudah didirikan di Indonesia sejak zaman penjajahan

Belanda. Pembangunan pendidikan kejuruan di Indonesia sudah melewati beberapa periode.

Inovasi di bidang pendidikan kejuruan di Indonesia dalam banyak hal sudah dilaksanakan,

yaitu khususnya dalam rangka menghasilkan lulusan sekolah kejuruan dengan kebutuhan

pembangunan dunia usaha dan dunia industri. Namun pada umumnya inovasi dibidang

pendidikan kejuruan baru sebagian kecil yang sudah diadopsi di indonesia. Banyak inovasi

pendidikan kejuruan yang gagal dilaksanakan. Pendidikan kejuruan di Indonesia masih

banyak ketinggalan dibandingkan dengan pendidikan kejuruan di banyak Negara.

G. Saran

Inovasi Pendidikan adalah suatu bentuk perubahan yang perlu diperhatikan dan

dilaksanakan oleh seorang pendidik. Untuk itu kita perlu melakukan inovasi agar terjadi

perubahan ke arah yang lebih baik dari yang sebelumnya. Lalu kemudian kita terapkan

dilapangan terkait dengan inovasi yang akan dilakukan. Pelaksanaan inovasi juga hendaknya

dibuat secara merata dan diupayakan sesimple mungkin sehingga menarik perhatian para

pendidik untuk dilaksanakan.

Daftar Pustaka

A. Pribadi, Benny (20090). Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Dian Rakyat.

Hadiwaratama, et al. (1995). Keterampilan Menjelang 2020 untuk Era Global.

Jalinus, Nizwardi (1997). A Study of Vocational Teachers in Implementing an Innovation (Curriculum SMK 1994) in Technical High Schools in Padang and Bukittinggi West Sumatera. Disertasi. Tasmania, Australia: University of Tasmania.

Page 11: Pengembangan Model Sistem Pembelajaran Dan Dampaknya

Padmo, Dewi, dkk (2004). Teknologi Pembelajaran. Peningkatan Kualitas Belajar melalui Teknologi Pembelajaran. Jakarta: Pusat Teknologi Komunikasi dan Informasi Pendidikan.

Rogers, E.M. (1983). Diffusion of Innovations.Third Edition. New York: The Free Press.

Soenaryo, et al. (2002). Sejarah Pendidikan Teknik dan Kejuruan di Indonesia. Membangun Manusia Produktif. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan.

Suparman, M. Atwi (22014). Desain Instruksional Modern. Panduan Para Pengajar dan Inovator Pendidikan.Edisi Keempat. Jakarta: Jakarta: Erlangga.