pengembangan metode ekstraksi dan penyimpanan biji
TRANSCRIPT
PENGEMBANGAN METODE EKSTRAKSI DAN PENYIMPANAN BIJI
BEBERAPA JENIS FLORA TROPIKA DI BANK BIJI KEBUN RAYA BOGOR
Mimin, D. Latifah, A.H. Widjaya, A.R. Gumilang1, Harto, Supandi dan Atma
Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(LIPI)
Jl.Ir.H.Juanda no.13, Bogor, Jawa Barat 16122
1UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas LIPI
Jl. Kebun Raya Cibodas, Cipanas – Cianjur, Jawa Barat 43253
Corresponding email: [email protected]
IN PRESS Prosiding Ekspose dan Seminar Pembangunan Kebun Raya Daerah 2014
Abstract
Seed banking is one of global ex situ plant conservation strategies implemented in
many botanic gardens worldwide. Seed banking procedures cover: seed collection, seed
extraction, seed desiccation for seed moisture-content examination, germination tests,
packaging for storage, storage method, periodical-viability tests for maintaining viable-
stored seeds (variable:germinability/percentage of germination), database and customer
services. This study focused on: (1) seed-extraction development, and (2) seed
longevity of selected tropical flora. Seed Bank of Bogor Botanic Gardens has
developed seed extraction method for wild plants/non crop that have been cultivated in
the Garden. The extraction methods are: (1) room temperature-drying before extraction
for seeds of dehiscent dry fruit, (2) combination between room-temperature and sun
drying, (3) fermentation before extraction i.e. seeds of drupes or fibrous fruit,
(4) extraction by sand or rice husk-charcoal ash application
for mucous drupes, (5) extraction using rice pounder or a nut cracker to open the hard
indehiscent dry pods i.e. Enterolobium cyclocarpum (Leguminosae). The results
recommend at least one extraction method above for 18 study. A study on the seed
longevity of Adansonia digitata (Malvaceae), Ceiba pentandra (Malvaceae), Jatropha
curcas (Euphorbiaceae) and Eucalyptus sp (Myrtaceae) were also conducted and it
showed that the seeds can maintain their viablity for 3 years indicating their storage
behaviour as ‘orthodox’.
Key words: Seed extraction, germination, longevity, seed bank
Abstrak
Bank biji merupakan salah satu strategi konservasi ex situ yang diaplikasikan di
banyak kebun raya di seluruh dunia. Kegiatan bank biji mencakup: koleksi biji, ekstraksi
biji, desikasi/pengeringan untuk mengukur kadar air biji, uji perkecambahan, pengemasan
biji untuk penyimpanan, metode penyimpanan, pengujian ulang perkeca mbahan biji
secara regular selama periode penyimpanan untuk memonitor kualitas biji simpan
(parameter: daya kecambah), pangkalan data dan pelayanan jasa. Aspek studi ini hanya
mencakup dua aspek kegiatan bank biji: pengembangan metode ekstraksi biji dan daya
simpan beberapa spesies flora tropika terpilih. Bank Biji Kebun Raya Bogor telah
mengembangkan metode ekstraksi biji khususnya untuk tumbuhan liar/non-komoditas
pertanian. Bank Biji telah mengembangkan empat metode ekstraksi biji: (1) dikering-
anginkan pada suhu ruang untuk tipe buah kering-pecah (dehiscence) kemudian biji
diekstraksi dari buahnya, (2) kombinasi dikering-anginkan pada suhu ruang dan
penjemuran di bawah sinar matahari, (3) pemeraman kemudian ekstraksi umumnya pada
buah-buah berdaging berair atau buah berserat, (4) ekstraksi menggunakan pasir/abu
gosok untuk buah berdaging yang berlendir licin, (5) ekstraksi menggunakan alat
penumbuk (misalnya palu atau alu) biasanya untuk biji-biji dari jenis tumbuhan
mempunyai karakter endokarpa yang keras dan liat contoh polong-polongan (contoh
Enterolobium cyclocarpum). Hasil penelitian ini memberikan rekomendasi sedikitnya 1
metode ekstraksi dari kelima metode di atas untuk 18 suku yang dikaji. Studi daya
simpan biji-biji Adansonia digitata (Malvaceae), Ceiba pentandra (Malvaceae), Jatropha
curcas (Euphorbiaceae) dan Eucalyptus sp (Myrtaceae) menunjukkan biji-biji tersebut
mampu mempertahankan viabilitasnya selama tiga tahun sehingga dapat pula
mengindikasikan karakter simpan ortodoks pada biji-biji jenis-jenis tersebut.
Kata Kunci: Ekstraksi biji, perkecambahan, daya simpan, bank biji
PENDAHULUAN
Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor LIPI merupakan kebun raya
tertua di Indonesia dan hingga saat ini mengkoleksi tumbuhan dalam bentuk koleksi
hidup berupa koleksi tanaman di kebun dan koleksi biji di Unit Bank Biji, Subbidang
Registrasi dan Pembibitan. Salah satu penunjang kegiatan konservasi dan dalam upaya
pelestarian tumbuhan, terutama tumbuhan koleksi kebun raya di Indonesia, dalam bentuk
biji-bijian maka Kebun Raya Bogor merintis kegiatan konservasi biji melalui sub unit
koleksi biji sejak tahun 1974 yang kemudian berkembang menjadi Unit Bank Biji. Bank
biji dapat dipandang sebagai wahana konservasi yang strategis mengingat: (1) ukuran biji
yang umumnya relatif kecil, maka hanya diperlukan ruangan simpan yang tidak terlalu
besar untuk dapat menghimpun keanekaragaman jenis tumbuhan yang seluas-luasnya,
serta (2) teknologi penyimpanan biji dewasa ini telah berkembang sedemikian pesat
sehingga memungkinkan untuk dilakukannya penyimpanan biji selama bertahun-tahun
tanpa kehilangan viabilitas yang berarti (Schmidt, 2000).
Bank biji (Seed bank) merupakan salah satu bentuk konservasi yang efektif dan
penyedia sumber daya genetik jangka panjang dalam kondisi yang spesifik, mengingat
fungsi bank biji selain untuk preservasi juga untuk meminimalisir erosi genetik dengan
cara memberikan kondisi lingkungan yang optimum dan mengurangi kebutuhan untuk
regenerasi (Given, 1987 dalam Laliberte, 1997). Teknologi yang digunakan pada bank
biji (pengeringan dan pendinginan) dapat digunakan pada berbagai macam spesies
dengan cara yang sederhana dan beberapa penyesuaian (Pritchard et al., 2004).
Bank biji juga merupakan teknologi paling efisien untuk menyimpan biji-biji
ortodoks atau toleran terhadap kekeringan (penurunan kadar air). Biji-biji tersebut dapat
disimpan dalam jangka panjang tanpa kehilangan banyak daya hidup dan tanpa banyak
perubahan genetik (BGCI, 2013; Laliberte, 1997; Krishnamurthy, 2003). Serangkaian
prosedur (Gambar 1) dijalankan dalam kegiatan penyimpanan biji untuk konservasi (Seed
banking). Namun demikian aspek studi ini hanya mencakup dua aspek kegiatan bank
biji: pengembangan metode ekstraksi biji dan daya simpan beberapa spesies flora tropika
terpilih.
BAHAN DAN METODE
Metode ekstraksi biji
Material biji yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 2. Ekstraksi biji (Langkah
2) merupakan bagian dari tahapan pengelolaan bank biji (Gambar 1; diadopsi dari
Irawanto, 2011; Yuzammi et al., 2013; Dokumen ISO 9001:2008 PKT Kebun Raya
Bogor, 2011). Makalah ini merupakan hasil kegiatan ekstraksi biji sejak tahun 2001-
2013 sehingga jumlah sampelnya mencapai 121 jenis yang tergolong ke dalam 18 suku.
Metode ekstraksi biji yang digunakan mempertimbangkan efektivitas dan kecepatan
ekstraksi untuk kebutuhan ekstarksi biji dalam jumlah banyak yaitu: (1) dikering-
anginkan pada suhu ruang untuk tipe buah kering-pecah (dehiscence) kemudian biji
diekstraksi dari buahnya, (2) kombinasi dikering-anginkan pada suhu ruang dan
penjemuran di bawah sinar matahari, (3) pemeraman kemudian ekstraksi umumnya pada
buah-buah berdaging berair atau buah berserat, (4) ekstraksi menggunakan pasir/abu
gosok untuk buah berdaging yang berlendir licin, (5) ekstraksi menggunakan alat
penumbuk (misalnya palu atau alu). Analisis data untuk menentukan signifikansi suku-
suku yang digunakan terhadap metode ekstraksinya menggunakan One-Way Non
Parametric Procedure dengan Uji Wilcoxon Scores dan Kruskal-Wallis. Galat error
untuk model suku versus metode ekstraksi sebesar 24,92 (dengan Nilai Model Sum of
Squares = 212,78) diuji dengan GLM (General Linear Model) Procedure.
Gambar 1. Bagan alur pengelolaan bank biji
3.b. Pengeringan
(Pengukuran Kadar Air)
3.a. Uji Viabilitas/
Perkecambahan
1.a. Koleksi Biji
2. Ekstraksi Biji
4. Penyimpanan
5. Uji Viabilitas Berkala
1.b.
Database
A
B
Gambar 2. Ekstraksi biji Cereus peruvianus menggunakan abu gosok.
A
B
Gambar 3. Pemeraman sebelum ekstraksi biji pada A. Mezzetia parviflora di dalam
kantung plastik hitam, dan B. Buah setelah diperam.
Metode penyimpanan biji
Material biji yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini. Untuk
memahami sifat simpan biji (ortodoks/daya simpan dapat mencapai puluhan tahun atau
rekalsitran/daya simpan kurang dari satu tahun, Hong et al. 1998), pada studi ini
dilakukan uji viabilitas berkala (Langkah 5, Gambar 1) untuk mengetahui pengaruh
pengurangan kadar air biji dan penyimpanan biji pada suhu yang rendah (Langkah 4,
Gambar 1) terhadap viabilitas biji. Kadar air biji simpan ditentukan dengan menggunakan
alat pengukur kadar air portable Grain Moisture Tester PM-410 yang merupakan
perangkat pengujian kadar air rutin di Unit Bank Biji Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun
Raya Bogor-LIPI. Kemasan biji untuk penyimpanan menggunakan kantung plastik
hampa udara (vacuum-sealed plastic bag) dan vacuum sealer merk FoodSaver.
Selanjutnya, mengingat keterbatasan sampel untuk studi, biji-biji disimpan secara acak 4
(empat) jenis di freezer -21 ºC karena diduga ortodoks berdasarkan Hong et al. (1998)
dan 3 (tiga) jenis di Ruang Pendingin (AC) 18±2 ºC (kelembaban udara 64-71%) sebagai
kontrol/pembanding.
Tabel 1. Daftar jenis untuk studi daya simpan biji
No. Jenis1 Suku
1. Adansonia digitata L. Malvaceae
2. Ceiba pentandra (L.) Gaertn. Malvaceae
3. Jatropha curcas L. Euphorbiaceae
4. Enterolobium cyclocarpum (Jacq.) Griseb. Leguminosae
5. Cassia javanica L. Leguminosae
6. Cassia javanica L. var. Javanica L. Leguminosae
7. Caesalpinia bonduc (L.) Roxb. Leguminosae
catatan: 1 Author berdasarkan The Plant List (2013) dan IPNI (2014)
Metode perkecambahan
Biji-biji yang terkumpul diproses secara baik, kemudian untuk setiap jenis studi
(Tabel 2) dilakukan percobaan perkecambahan biji sebagai bagian dari uji daya
kecambah berkala (Gambar 1, Langkah 5) setelah periode simpan 2-5 tahun dan 25 tahun
(Tabel 3) dengan perlakuan:
A. Tanpa perlakuan, kemudian biji direndam dalam air selama 18 jam untuk imbibisi,
disemai menggunakan media pasir di rumah kaca pada A. digitata, C. pentandra,
E. cyclocarpum, C. javanica, C. javanica var. nodosa dan C. bonduc.
B. Dilakukan tiga perlakuan: (1) Biji dilukai/skarifikasi, (2) Perendaman air hangat
30 ºC selama 20 menit, (3) tanpa perlakuan; kemudian semua direndam dalam air
selama 18 jam untuk imbibisi; biji-biji disemai menggunakan media pasir di rumah
kaca.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Ekstraksi Biji
Bank Biji pada periode tahun 2001-2013 telah mengembangkan empat metode
ekstraksi biji (Tabel 2): (1) dikering-anginkan pada suhu ruang untuk tipe buah kering-
pecah (dehiscence) kemudian biji diekstraksi dari buahnya, (2) kombinasi dikering-
anginkan pada suhu ruang dan penjemuran di bawah sinar matahari agar buah cepat
kering dan biji mudah diekstraksi, (3) pemeraman kemudian ekstraksi umumnya pada
buah-buah berdaging berair atau berserat, (4) ekstraksi menggunakan pasir halus/abu
gosok untuk buah berdaging yang berlendir licin, (5) ekstraksi menggunakan alat
penumbuk (misalnya palu atau alu) biasanya untuk biji-biji dari jenis tumbuhan yang
mempunyai karakter endokarpa keras dan liat (endokarpa= bagian buah terdalam yang
biasanya menyelubungi biji).
Tabel 2. Daftar jenis yang digunakan pada berbagai metode ekstraksi biji. M1= kering angin pada suhu ruang; M2= kombinasi kering
angin suhu ruang dan jemur matahari; M3= pemeraman sebelum ekstraksi; M4= ekstraksi menggunakan pasir halus/abu
gosok; M5= ekstraksi dengan penumbukan. s.d.a.= sama dengan di atas.
No.
Jenis1
Suku Tipe
Buah2
Metode
1
Metode
2
Metode
3
Metode
4
Metode
5 χ
2(17, N=120) = 108,34**, p < 0,0001
3
1. Mangifera altissima Blanco Anacardiaceae Batu/drupe
(berdaging,
berair,
berserat)
v
2. Mangifera foetida Lour. Anacardiaceae s.d.a. v
3. Mangifera similis Blume Anacardiaceae s.d.a. v
4. Mangifera gedebe Miq. Anacardiaceae s.d.a. v
5. Spondias malayana Kosterm. Anacardiaceae s.d.a. v
6. Spondias mombin L. Anacardiaceae s.d.a. v
7. Bouea oppositifolia (Roxb.)
Meiss.
Anacardiaceae s.d.a. v
8. Dracontomelon Dao (Blanco)
Merrill & Rolf
Anacardiaceae Batu/drupe
Endokarpa
liat
v
9. Pleiogynium timorense (DC.)
Leenh.
Anacardiaceae s.d.a. v
10. Mezetia parviflora Becc. Annonaceae Batu/drupe
(berdaging,
berair)
v
11. Alphonsea javanica Scheff. Annonaceae s.d.a. v
12. Alphonsea teijsmannii Boer. Annonaceae s.d.a. v
13. Annona muricata L. Annonaceae s.d.a. v
14. Annona glabra L. Annonaceae s.d.a. v
15. Annona squamosa L. Annonaceae s.d.a. v
No. Jenis1 Suku Tipe
Buah2
Metode
1
Metode
2
Metode
3
Metode
4
Metode
5
16. Polyalthia glauca (Hassk.) Boer. Annonaceae Batu/drupe
(berdaging)
v
17. Polyalthia littoralis (Blume)
Boer.
Annonaceae s.d.a. v
18. Polyalthia rumphii Blume ex
Hensch. Merr.
Annonaceae s.d.a. v
19. Polyalthia suberosa Roxb.
Thwaites
Annonaceae s.d.a. v
20. Plumeria rubra L. Apocynaceae Kering
pecah
v
21. Plumeria cericifolia Wright ex
Griseb.
Apocynaceae s.d.a. v
22. Stropanthus hirsutus H.E. Hess. Apocynaceae s.d.a. v
23. Strophanthus divergens (Lour.)
R. Grah.
Apocynaceae s.d.a. v
24. Tabernaemontana pandacaqui
Poir.
Apocynaceae s.d.a. v
25. Tabernaemontana macrocarpa
Jack.
Apocynaceae s.d.a. v
26. Wrightia pubescens Blume Apocynaceae s.d.a. v
27. Wrightia religiosa (Teijsm. &
Binn.) Benth. ex & Kurz.
Apocynaceae s.d.a. v
28. Wrightia tomentosa Roem. &
Schult.
Apocynaceae s.d.a. v
29. Alstonia scholaris (L.) R. Br. A.
Boonei De Wild.
Apocynaceae s.d.a. v
30. Alstonia angustiloba Miq. Apocynaceae Kering v
pecah
No. Jenis1 Suku Tipe
Buah2
Metode
1
Metode
2
Metode
3
Metode
4
Metode
5
31. Alstonia macrophylla Walt ex G.
Don
Apocynaceae Kering
pecah
v
32. Alstonia pneumatophora Back.
ex L. G. Den Berger
Apocynaceae s.d.a. v
33. Livistona rotundifolia (Lam.)
Martelli
Arecaceae Batu/Drupe
(berdaging)
v
34. Livistona robinsoniana Becc. Arecaceae s.d.a. v
35. Livistona inermis R. Br. Arecaceae s.d.a. v
36. Livistona hasseltii Hassk. ex H.
A. Wendell.
Arecaceae s.d.a. v
37. Areca catechu L. Arecaceae Batu/Drupe
(berdaging,
berserat)
v
38. Areca hutchinsoniana Becc. Arecaceae s.d.a. v
39. Areca triandra Roxb. ex Buch.
Ham.
Arecaceae s.d.a. v
40. Areca vestiaria Giseke Arecaceae s.d.a. v
41. Licuala grandis H. Wendell. Arecaceae Batu/Drupe
(berdaging)
v
42. Licuala paludosa Griff. ex
Martelli
Arecaceae s.d.a. v
43. Licuala spinosa Wurmb. Arecaceae s.d.a. v
44. Latania verschaffeltii Lam. Arecaceae s.d.a. v
45. Latania loddigesii Martelli Arecaceae s.d.a. v
46. Attalea macrocarpa (H. Karst.)
Linden.
Arecaceae Batu/Drupe
(berdaging,
berserat)
v
47. Attalea speciosa Mart. Arecaceae s.d.a. v
No. Jenis1 Suku Tipe
Buah2
Metode
1
Metode
2
Metode
3
Metode
4
Metode
5
48. Elaeis guinensis Jacq. Arecaceae Batu/Drupe
(berdaging,
berserat)
v
49. Averrhoa bilimbi L. Averrhoaceae Batu/Drupe
(berdaging,
berair,
berlendir)
v
50. Averrhoa carambola L. Averrhoaceae s.d.a. v
51. Averrhoa dolicocarpa Rugayah
& Sunarti
Averrhoaceae s.d.a. v
52. Spathodea campanulata Beauv. Bignoniaceae Kering
pecah
v
53. Tecoma stans (L.) Juss. ex H.B.
& K.
Bignoniaceae s.d.a. v
54. Oroxylum indicum (L.) Vent. Bignoniaceae s.d.a. v
55. Dolichandrone spathacea (L.f.)
K. Schum.
Bignoniaceae s.d.a. v
56. Fernandoa adenophylla G. Don
Steenis
Bignoniaceae s.d.a. v
57. Radermachera elegans Steenis Bignoniaceae s.d.a. v
58. Radermachera gigantea
(Blume) Miq.
Bignoniaceae s.d.a. v
59. Kigelia africana (Lam.) Benth. Bignoniaceae Pepo
(mentimun)
v
60. Cereus peruvianus (L.) Mill. Cactaceae Batu/Drupe
(Berdaging,
berair,
v
berlendir)
No. Jenis1 Suku Tipe
Buah2
Metode
1
Metode
2
Metode
3
Metode
4
Metode
5
61. Terminalia catappa L. Combretaceae Batu/Drupe
(berdaging,
berserat)
v
62. Alsomitra macrocarpa (Blume)
Roem.
Cucurbitaceae Kering
pecah
v
63. Dillenia indica L. Dilleniaceae Batu/Drupe
(Berdaging,
berair,
berlendir)
v
64. Dillenia reticulata King Dilleniaceae s.d.a. v
65. Dillenia obovata Blume) Hoogl. Dilleniaceae s.d.a. v
66. Dillenia ovata Wall. Ex Hook.f
& Thompson
Dilleniaceae s.d.a. v
67. Elaeocarpus sphaericus
(Gaertn.) K. Schum.
Elaeocarpaceae Batu/Drupe
(endokarpa
keras)
v
68. Elaeocarpus stipularis Blume Elaeocarpaceae s.d.a. v
69. Eaeocarpus pierrei Hoord.&
Valeton
Elaeocarpaceae s.d.a. v
70. Elaeocarpus angustifolius Blume Elaeocarpaceae s.d.a. v
71. Baccaurea dulcis Mull. Arg. Euphorbiaceae Batu/Drupe
(Berdaging,
berair,
berlendir)
v
72. Baccaurea racemosa (Reinw.)
ex Blume Mull. Arg.
Euphorbiaceae s.d.a. v
73. Baccaurea motleyana Mull. Arg. Euphorbiaceae s.d.a. v
No. Jenis1 Suku Tipe
Buah2
Metode
1
Metode
2
Metode
3
Metode
4
Metode
5
74. Antidesma bunius (L.) Spreng. Euphorbiaceae Batu/Drupe
(Berdaging,
berair,
berlendir)
v
75. Ricinodendron heudelotii Pierre Euphorbiaceae Batu/Drupe
(berdaging,
endokarpa
keras)
v
76. Parkia timoriana DC. Leguminosae Kering
tidak pecah
v v
77. Adenanthera pavonina L. Leguminosae Kering
pecah
v
78. Enterolobium cyclocarpum
(Jacq.) Griseb.
Leguminosae Kering
tidak pecah
v
79. Cassia fistula L. Leguminosae s.d.a. v
80. Cassia grandis L. Leguminosae s.d.a. v
81. Pongamia pinnata (L.) Pers. Leguminosae s.d.a. v
82. Albizia procera (Roxb.) Benth Leguminosae s.d.a. v
83. Albizia saman (Jack.) Merr. Leguminosae s.d.a. v
84. Albizia saponaria (Laur.) Blume
ex Miq.
Leguminosae s.d.a. v
85. Albizia lebbeck (L.) Benth Leguminosae s.d.a. v
86. Albizia richardiana (Voight.)
King & Prain
Leguminosae Kering
pecah
v
87. Lagestroemia loudonii Teys. &
Binn.
Lythraceae Kering
pecah
v
88. Lagestroemia speciosa (L.) Pers. Lythraceae s.d.a. v
89. Lagestroemia indica L. Lythraceae s.d.a. v
No. Jenis1 Suku Tipe
Buah2
Metode
1
Metode
2
Metode
3
Metode
4
Metode
5
90. Lagestroemia duperreana Pierre
ex Gagnep.
Lythraceae s.d.a. v
91. Lafoensia punicaefolia DC. Lythraceae s.d.a. v
92. Lafoensia microphylla Pohl. Lythraceae Kering
pecah
v
93. Lagerstroemia duperreana Pierre
ex Gagnep.
Lythraceae s.d.a. v
94. Swietenia mahagoni (L.) Jacq. Meliaceae s.d.a. v
95. Swietenia macrophylla King Meliaceae s.d.a. v
96. Swietenia candollei Pittier Meliaceae s.d.a. v
97. Dysoxylum cauliflorum Hiern. Meliaceae s.d.a. v
98. Dysoxylum parasiticum
(Osbeck) Kosterm.
Meliaceae s.d.a. v
99. Dysoxylum aliaceum (Blume)
Blume
Meliaceae s.d.a. v
100. Toona sureni Merr. Meliaceae s.d.a. v
101. Cedrela fissilis Vell. Meliaceae s.d.a. v
102. Khaya anthotheca (Welw.) C.
DC.
Meliaceae s.d.a. v
103. Khaya ivorensis A. Chev. Meliaceae s.d.a. v
104. Guioa diplopetala (Hassk.)
Radlk.
Sapindaceae s.d.a. v
105. Harpulia arborea (Blanco)
Radlk.
Sapindaceae s.d.a. v
106. Harpulia cupanioides Roxb. Sapindaceae s.d.a. v
107. Harpulia pendula Planch. ex F. Sapindaceae s.d.a. v
Muell.
No. Jenis1 Suku Tipe
Buah2
Metode
1
Metode
2
Metode
3
Metode
4
Metode
5
108. Diospyros blancoi A.DC. Sapotaceae Batu/Drupe
(Berdaging,
berair,
berlendir)
v
109. Diospyros cauliflora Blume Sapotaceae s.d.a. v
110. Diospyros celebica Bach. Sapotaceae s.d.a. v
111. Diospyros macrophylla Blume Sapotaceae s.d.a. v
112. Manilkara zapota (L.) P. Van
Royen
Sapotaceae Batu/Drupe
(Berdaging,
berair)
v
113. Mimusops elengi L. Sapotaceae s.d.a. v
114. Lucuma cainito Roem. Sapotaceae s.d.a. v
115. Lucuma grandiflora A. DC. Sapotaceae s.d.a. v
116. Lucuma petaloides H.J. Lam. Sapotaceae s.d.a. v
117. Sterculia coccinea Jack Sterculiaceae Kering
pecah
v
118. Sterculia foetida L. Sterculiaceae s.d.a. v
119. Sterculia subpeltata Blume Sterculiaceae s.d.a. v
120. Firmiana vulgens K. Schum. Sterculiaceae s.d.a. v
121. Firmiana malayana Kosterm. Sterculiaceae s.d.a. v
catatan: 1 Author berdasarkan The Plant List (2013) dan IPNI (2014);
2 Penentuan tipe-tipe buah berdasarkan pengamatan langsung
mengacu pada Tjitrosoepomo (1996); 3 seluruh suku yang digunakan memberikan perbedaan kategori metode ekstraksi yang
signifikan pada α < 0.05.
Dari jenis-jenis yang diamati umumnya metode ekstraksi yg digunakan adalah
metode 1 sebesar 37% dan 39% untuk metode 3 (Gambar 4). Hal ini disebabkan
karena buah-buah tersebut merupakan anggota suku Apocynaceae, Bignoniaceae,
Lythraceae, Meliaceae dan Sapindaceae yang memiliki karakter kering pecah (Metode 1)
dan tipe buah batu/drupe berdaging, berair atau berserat dimiliki oleh buah-buah dari
suku Anacardiaceae, Annonaceae, Arecaceae dan Sapotaceae (Metode 3). Hasil kajian
ekstraksi biji ini menunjukkan bahwa teknik ekstraksi (Metode 1) sesuai untuk buah
kering pecah saat masak (teknik ini memungkinkan buah dipanen petik untuk kemudian
dikeringanginkan agar pecah di ruangan dan sudah diwadahi) seperti pada Alstonia
scholaris (L.) R. Br. (Apocynaceae) dan Khaya anthotheca (Welw.) C.DC. dari suku
Meliaceae (Nurhasybi et al., 2010). Metode 3 sesuai untuk buah-buah yang biasanya
selain berdaging juga berair dan atau berserat sehingga mengharuskan diperam sebelum
diekstraksi 5-10 hari (tergantung jenis). Metode 3 ini juga diterapkan pada buah
Dracontomelon dao (Blanco) Merr. & Rolfe suku Anacardiaceae (Buharman et al.,
2011) dan Mimusops elengi L. dari suku Sapotaceae (Buharman et al., 2011a).
Hasil studi ini juga menunjukkan Metode 4 (ekstraksi menggunakan pasir
halus/abu gosok) sebesar 8% sesuai untuk buah-buah dari suku Averrhoaceae,
Cactaceae, Dilleniaceae dan Euphorbiaceae; seperti halnya pada Sandoricum koetjape
(Burm.f.) Merr. (Meliaceae) dan Dillenia excelsa (Jack) Martelli ex Gilg. dari suku
Dilleniaceae (Buharman et al., 2011a). Sedangkan Metode 5 (ekstraksi dengan
penumbukan/pemukulan dengan tingkat kekerasan pemukulan tergantung
kekerasan/ketebalan endokarpanya) sesuai untuk buah-buah dari suku Elaeocarpaceae
dan Leguminosae; demikian halnya pada Hymenaea courbaril L. suku Leguminosae
(Buharman et al., 2011a) dan Enterolobium cyclocarpum (Jacq.) Griseb. dari suku yang
sama (Nurhasybi et al., 2010). Buah polong-polongan Leguminosae umumnya bertipe
buah kering tidak pecah, namun demikian sebagian kecil seperti Adenanthera pavonina
dan Albizia richardiana bertipe buah kering pecah sehingga diekstraksi dengan
mengaplikasikan Metode 2 (kombinasi kering angin suhu ruang dan jemur matahari);
sesuai dengan metode ekstraksi yang dilakukan pada Paraserianthes falcataria (L.)
I.C.Nielsen (Nurhasybi et al., 2010) dan Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit.
(Buharman et al., 2011a). Sedangkan ekstraksi biji pada Parkia timoriana merupakan
kombinasi Metode 2 dan 5 karena jenis Legum ini bertipe buah kering tidak pecah
dengan mesokarpa yang liat dan lengket serta biji melekat pada endokarpa pada buah
segar; berbeda ketika buah kering, mesokarpa tersebut menjadi serbuk dan biji terlepas
dari endokarpa sehingga lebih mudah di-ekstraksi.
Gambar 4. Hasil pengembangan metode ekstraksi untuk berbagai karakter buah
(pengecualian pada Parkia timoriana dengan kombinasi metode
2 dan 5). M1= kering angin pada suhu ruang; M2= kombinasi kering
angin suhu ruang dan jemur matahari; M3= pemeraman sebelum ekstraksi;
M4= ekstraksi menggunakan pasir halus/abu gosok; M5= ekstraksi dengan
penumbukan.
Daya Simpan
Beberapa jenis biji yang diuji viabilitas-nya menunjukan bahwa spesies tersebut
mampu untuk berkecambah setelah beberapa tahun disimpan (Tabel 3). Jenis-jenis
tersebut adalah: Adansonia digitata (Malvaceae), Ceiba pentandra (Malvaceae),
Jatropha curcas (Euphorbiaceae) dan Eucalyptus sp. (Myrtaceae). Dari studi dapat
memberikan koreksi pada: (1) karakter simpan Ceiba pentandra (Hong et al., 1998)
bahwa karakter simpan jenis ini pada kadar air simpan 10% dapat dipastikan ortodoks;
dan (2) Jatropha carcas yang disimpan pada kadar air simpan 9% kemungkinan besar
χ2(17, N=120) = 108,34**
p < 0,0001
M1 = 47 jenis (7 suku)
M2 = 2 jenis (1 suku)
M3 = 44 jenis (6 suku)
M4 = 12 jenis (4 suku)
M5 = 15 jenis ( 3 suku)
memiliki karakter simpan ortodoks namun perlu dilakukan penelitian lanjutan berupa
studi desikasi bijinya (Gambar 5). Studi ini juga dapat merekomendasikan pada suhu
simpan 18 ºC dapat cukup mempertahankan biji-biji yang disimpan selama 2-5 tahun
hingga 25 tahun tetap hidup. Biji-biji yang tahan terhadap pengurangan kadar air dan
penyimpanan di suhu rendah merupakan biji ortodoks memang metode penyimpanannya
mengacu pada standar penyimpanan yang dikembangkan International Board for Plant
Genetic Resources (IBPGR, sekarang IPGRI), yaitu pada kadar air 5 % dan suhu -21 ºC
atau dapat disimpan pada suhu ≥4 ºC jika kadar air simpan lebih dari 5% (FAO/IPGRI,
1994).
Tabel 3. Daya simpan biji beberapa jenis tanaman koleksi Bank Biji Kebun Raya Bogor
Jenis1 Jumlah
biji per unit
percobaan
Kadar Air Simpan Biji
(%)
Metode penyimpanan
(Ruang/Fasilitas Penyimpanan)
Lama Simpan (tahun)
Daya Kecambah Setelah Masa Simpan pada
kolom ke-6 (%)
Karakter Simpan
(Hong et al., 1998)
1 3 4 5 6 7 8
Adansonia digitata L. 20 14,5 Freezer -21ºC 4 (2006-2009)
80 Ortodoks
Ceiba pentandra (L.) Gaertn.
50 10,6 Ruang pendingin18 ºC
25 (1989-2013)
40 Ortodoks?
Jatropha curcas L. 20 8.9 Ruang pendingin18 ºC 5 (2009-2013)
(1) 80
(2) 65
(3) 65
Umumnya Euphorbiaceae
ortodoks
Enterolobium cyclocarpum (Jacq.) Griseb.
100 10,9 Ruang pendingin18ºC 3 (2008-2010)
20 Ortodoks
Cassia javanica L.
20 12,9 Freezer -21ºC 3 (2010-2012)
80 Ortodoks
Cassia javanica var. nodosa (Roxb.) K. Larsen & S.S. Larsen
20 12,4 Freezer -21ºC 3 (2010-2012)
80 Ortodoks
Caesalpinia bonduc (L.) Roxb.
20 9,3 Freezer -21ºC 2 (2010-2012)
60 Ortodoks
catatan: 1 Author berdasarkan The Plant List (2013) dan IPNI (2014)
Gambar 5. Biji-biji Jatropha carcas masih mampu berkecambah setelah 4 tahun
disimpan
Kesimpulan
Beberapa jenis biji yang diuji viabilitasnya menunjukan bahwa jenis tersebut
mampu untuk berkecambah setelah beberapa tahun disimpan. Jenis-jenis tersebut adalah:
Adansonia digitata (Malvaceae), Ceiba pentandra (Malvaceae), Jatropha curcas
(Euphorbiaceae) dan Eucalyptus sp. (Myrtaceae). Studi ini juga dapat menemukan
metode ekstraksi yang tepat untuk buah-buah dengan berbagai karakter buah (pecah atau
tidak pecah saat masak) dan karakter daging buah (berdaging tebal, berlendir, licin atau
berserat) sehingga biji yang diekstraksi dapat dibersihkan dari bagian-bagian buah yang
mungkin akan menghambat perkecambahannya.
Ucapan Terimakasih
Kegiatan penelitian di Unit Bank Biji didanai DIPA.
Daftar Pustaka
BGCI. 2013. Seedbanks. http://www.bgci.org/resources/seedbanks. Diunduh pada
tanggal: 18 November 2013.
Buharman, Djam’an, D.F., Widyani, N., & Sudradjat, S. 2011. Atlas Benih Tanaman
Hutan Indonesia. Jilid II. Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Bogor – Badan
Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Bogor.
Buharman, Djam’an, D.F., & Widyani, N. 2011a. Atlas Benih Tanaman Hutan
Indonesia. Jilid III. Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Bogor – Badan
Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Bogor.
FAO/IPGRI. 1994. Genebank standards. Food and Agriculture Organisation of the
United Nation/International Plant Genetic Resources, Rome, Italy.
Krishnamurti, KV. 2003. Textbook of biodiversity. Science Publisher, Inc. New
Hemphsire.
Hong, T.D., S. Linington & R.H. Ellis. 1998. Compendium of Information on Seed
Storage Behaviour, vol. 1. The Royal Botanic Gardens, Kew.
IPNI. 2014. Plant Name Query. http://www.ipni.org/ipni/plantnamesearchpage.do.
diakses pada tanggal 16 September 2014.
Irawanto, R. 2011. Pengujian biji koleksi Kebun Raya Purwodadi. Berk, Penel. Hayati
(17): 81-85.
Laliberté, B. 1997. Botanic garden seed banks/genebanks worldwide, their facilities,
collections and network. Botanic Gardens Conservation International Magazine.
Nurhasybi, Kartiko, H.D.P., Zanzibar, M., Sudrajat, D.J., Pramono, A.A., Buharman,
Sudrajat, & Suhariyanto. 2010. Atlas Benih Tanaman Hutan Indonesia. Jilid I.
Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Bogor – Badan Penelitian dan
Pengembangan Kehutanan, Bogor.
PKT Kebun Raya Bogor. 2011. Dokumen ISO 9001:2008 Prosedur dan Instruksi Kerja
Subbidang Seleksi dan Pembibitan. Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya
Bogor LIPI. Bogor.
Pritchard, H.W., Wood, C.B., Hodges, S., & Vautier, H.J. 2004. 100-seed test for
desiccation tolerance and germination: A case study on eight tropical palm
species. Seed Science and Technology (32): 393-403.
Schmidt, L. 2000. Guide to handling of tropical and subtropical forest seed. Danida
Forest Seed Centre, Hamlebaek, Denmark.
The Plant List. 2013. The Plant List Version 1.1. http://www.theplantlist.org/. Diakses
pada tanggal 16 September 2014.
Tjitrosoepomo, G. 1996. Morfologi tumbuhan. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Yuzammi, T. Handayani dan Y. Isnaini. 2013. Modul Pendidikan dan Pelatihan
Perkebunrayaan untuk Kelas Teknis – Tingkat III: Seleksi dan Pembibitan. Pusat
Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor – Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI), Bogor.