pengembangan media pembelajaran flash...
TRANSCRIPT
PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN FLASH BERORIENTASI
PENDEKATAN KONTEKSTUAL KOMPONEN LEARNING
COMMUNITY PADA MATERI KOLOID
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
OLEH:
TIWI DESRINA
NIM. 1110016200001
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2016
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi berjudul Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Flash Berorientasi
pada Pendekatan Kontekstual Komponen Learning Community pada Materi Koloid
disusun oleh Tiwi Desrina, NIM 1110016200001, Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan
telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada tanggal 01 Desember 2016
dihadapan dew an penguji~ Karena itu, oenulis berhak memperoleh gelar Sarjana S 1
(S.Pd) dalam bidang Pendidikan Kimia.
Jakarta,"~;.,~ .. ~ ,f.~~r.ll~n' .. -:-2016
Panitia Ujian Munaqasah
Ketua Panitia (Ketua Jurusan!Program Studi)
Burhanudin Milama, M.Pd
NIP.19770201 200801 1 011
Penguji I
Dedi Irwandi, M.Si
NIP .1971 0528 200003 1 002
Penguji II
Buchori Muslim, M.Pd
NIP. '3~ J-0 \.\ .l:l. gg
Tf/ggal 4-l: ?-!?.l.?
~~ ~
l~l~J.Ct ~~ ... ~
,-----
KEMENTERIAN AGAMA No. Dokumen FITK-FR-AKD-089 r. ""· '
>jib ) UINJAKARTA FORM(FR) Tgl. Terbit I Maret 2010
; . ··nJ FITK - No. Revisi : Ql !UIII '--·--- Jl. /r_ H. Jwmda No 95 Ciputat/5~/2/ndon.sia Hal 1/1
SURATPERNYATAANKARYASENDIID
Saya yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama . \lVJ\ 0~5tl-\f'Jf\ ........................................................ Tempatffgl.Lahir · t~rv~~Pr-t-1~. 0 fo DfSff\.1~f;9- lg~l-.................................................. NIM · \\toot~"l-OOOM
. ············································· J urns an I Prodi : .. Y~~?~?~~~~--~?.~ ... r. -~~-~~~-~-~-~rv ~t.\MH.\ Judul Skripsi . VG~i~MGftt--~iA~ M~tHe ~fM~tl..f\'~ ~~}J Q,fP..\7A!l~ .............................................................................
f\.Pt~H ';t \'LOf.-1 ~ fVT 1\)\ ffiVt>f'tATAI" ~ol"te~SiUA L
it.t>M~ot-J~fJ l-fA\l-N\f'l0 COMMUIVIT1 PMJI't M~\ffl-\ kot..ol-D.
Dosen Pembimbing : 1 .. l~~!~~j ___ .f.~_~qp_, __ -~- J~ .................... . f-...1~~£)~ >AP.IP(W \ , M- S i 2 ............................................................................ .
dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri
dan saya bertanggungjawab secara akademis atas apa yang saya tulis.
Pemyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.
Jakarta, .... bl~~iOO~ tott.. Mahasiswa Ybs.
T\Wl OE~P.\PA NIM. \1\ 00\ j, l OOtx> 1
----
i
ABSTRAK
Tiwi Desrina, “Pengembangkan media pembelajaran berbasis flash berorientasi pada pendekatan kontekstual komponen learning community pada materi koloid”. Skripsi, Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan proses pengembangan mengacu kepada model pengembangan. Subjek penelitian ini adalah media pembelajaran. Instrument yang digunakan untuk memperoleh data yaitu: (1) lembar validasi ahli media, (2) lembar validasi ahli materi, (3) respon siswa, dan (4) respon guru. Hasil dari penelitian ini ditemukan bahwa media pembelajaran berbasis flash dapat dikembangkan menggunakan metode Pengembangan dengan tahapan-tahapan penelitian yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan tahapan yang dikemukakan oleh Bambang Warsita yang terdiri dari tiga tahap besar, yaitu: (1) tahap perancangan, dilakukan dengan analisis kebutuhan yang dilaksanakan di dua sekolah dan pembuatan story board; 2) tahap produksi, dilakukan pembuatan media pembelajran dan dilakukan validasi dengan ahli media dan ahli materi sampai media dinyatakan valid; dan 3) tahap evaluasi, dilakukan uji coba terhadap guru dan siswa dengan rata-rata dari respon guru didapatkan persentase sebesar 82,16% dengan kategori sangat baik dan dari respon murid didapatkan persentase sebesar 79,39% dengan kategori baik. Maka dari penelitian ini dihasilkan media pembelajaran berbasis flash yang berkualitas dan dapat digunakan oleh siswa dengan baik.
Kata kunci: Model Pengembangan, Pendekatan Kontekstual Komponen Learning Community, Pengembangan Media Pembelajaran berbasis Flash
ABSTRACT
Tiwi Desrina, “Developing instructional media using flash based on contextual approach in learning community component on subjects of colloid”. Essay, Chemistry Education Programme, Science Majors, Faculty of Tarbiyah Knowledge and Teachery, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. This research was descriptive research with development. Subjects of this research was instructional media. The instruments used to obtain data for instance: (1) media experts validation, (2) material experts validation, (3) students response and (4) teachers response. The results of this research was said that the instructional media which was created using flash software can be developed with each steps were submitted by Bambang Warsita, consists of three main aspects: (1) planning, potrayed by necessity analysis conducted in two different school and story-board creation; (2) production, showed by creation of instructional media until it was validated by media and material experts; (3) evaluation, illustrated by trials to teachers and students with the results of teachers response average at 82.16% with good category and 79.39% for students response, got a good category, either. As a conclusion, this research has presented a good instructional media using flash that have a good quality and could be used for students aids as well.
Keyword: Bambang Warsita’s method, contextual approach, Developing instructional media using flash, , learning community component
ii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini sesuai harapan dengan judul “Pengembangan Media
Pembelajaran Flash Berorientasi pada Pendekatan Kontekstual
Komponen Learning Community pada Materi Koloid”. Shalawat serta
salam juga tak lupa tercurah kepada baginda Nabi besar kita, Nabi
Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya yang membawa kita
semua dari zaman Jahiliyah menuju zaman yang terang-benderang. Semoga
kita selalu berada dalam syafa’at-Nya.Aamiin. Pada dasarnya, banyak
kesulitan yang penulis alami selama penyusunan skripsi ini. Tetapi, atas
bantuan dan banyak partisipasi dari berbagai pihak, skripsi ini pun dapat
selesai. Oleh karena itu, penulis sampaikan terima kasihkepada:
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.A., selaku Dekan FITK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Baiq Hana Susanti, M. Sc., selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPA FITK
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Burhanudin Milama, M. Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Kimia FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Tonih Feronika, M.Pd., selaku pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan dan perhatiannya kepada penulis selama penyusunan skripsi
ini
5. Nanda Saridewi , M.Si., sebagai pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan dan perhatiannya kepada penulis serta membimbing teknis
penulisan selama penyusunan skripsi ini.
6. Salamah Agung, S.Si, A, Pt, M.A, Dindin Sobirudin, M.Kom, Luki
Yunita, M.Pd, Siti Ummie M, M.Sc. dan Buchori Muslim, M.Pd, sebagai
Validator Materi dan Validator Media yang sudah bersedia membantu
iii
memberikan kritik dan saran terhadap madia pembelajaran sehingga
media pembelajaran dapat terselesaikan.
7. Doden-dosen Program Studi Kimia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta atas
semua ilmu yang telah diberikan.
8. Keluarga, ibu tercinta, wanita terhebat yang tiada lelah memberi doa
restu, perhatian, cinta, kasih dan sayang yang tiada putus dan selalu
mengajarkan untuk terus berjuang untuk meraih apa yang di inginkan dan
cita-citakan. Bapak, yang selalu memberi dukungan doa dan semangat
tiada henti dan putus asa, dan juga kakakku tercinta dan satu-satunya
yang tidak pernah lelah menyemangati dan memberi dukungan sehingga
penulis mampu mencapai pendidikan di jenjang Universitas.
9. Teman-teman Pendidikan Kimia angkatan 2010 khususnya Ade Irma
Nur, Farhana Iqbalia P, Fauzia Amina, dan Tianur Secha yang saling
memberikan motivasi.
10. Moehammad Ramadhoni dan keluarga yang telah senantiasa memberikan
dukungan, semangat dan motivasi sehingga penulis mampu berjuang
kembali untuk menyelesaikan skripsi ini
11. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah
membantu hingga tersusunnya karya ini.
Akhirnya, hanya kepada Allah penulis persembahkan semuanya.
Ditengah-tengah khasanah ilmu pengetahuan yang sangat luas, penyusun tetap
berharap semoga karya ini dapat menjadi sumbangsih dan bermanfaat bagi
adik-adik jurusan pendidikan IPA khususnya Program Studi Pendidikan
Kimia. Semoga Allah SWT. Membalas semuanya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun senantiasa penulis harapkan
agar dapat menjadi masukkan di waktu mendatang. Semoga karya ini dapat
memberikan kontribusi dan motivasi bagi pengembangan IPTEK dan
peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia. Amin.
iv
Jakarta,
November 2016
Penulis
iv
v
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ............................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ................................. ............................... 1
B. Identifikasi Masalah ....................................................................... 3
C. Pembatasan Masalah ...................................................................... 4
D. Perumusan Masalah ....................................................................... 4
E. Tujuan Penelitian ........................................................................... 4
F. Manfaat Penelitian ......................................................................... 5
BAB II DESKRIPSI TEORITIS, PENELITIAN RELEVAN
DAN KERANGKA BERPIKIR......................................................... 6
A. Deskripsi Teoritis................... ........................................................ 6
1. Definisi Pembelajaran ........................................................... 6
2. Media Pembelajaran ............................................................. 6
a. Media Flash .................................................................... 9
b. Komponen-komponen Flash ........................................... 10
3. Pembelajaran Sistem Koloid ................................................. 11
a. Kompetensi ..................................................................... 11
b. Sistem Koloid .................................................................. 11
c. Peranan Koloid dalam kehidupan sehari-hari ................. 17
4. Pendekatan Kontekstual Komponen Learning Community .. 17
a. Pendekatan Kontekstual .................................................. 18
b. Komponen-Komponen Pendekatan Kontekstual ............ 18
vi
c. Karakteristik Pendekatan Kontekstual ............................ 20
d. Pendekatan Kontekstual Komponen
Learning Community ....................................................... 21
5. Teknologi dan Guru .............................................................. 24
6. Multimedia untuk pelatihan dan pembelajaran ..................... 25
B. Kerangka Berpikir .......................................................................... 25
C. Peneltian Relevan .......................................................................... 26
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 27
A. Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................ 27
B. Metode Penelitian .......................................................................... 27
C. Desain Penelitian ........................................................................... 27
E. Instrumen Penelitian ....................................................................... 30
F. Teknik AnalisisData ....................................................................... 33
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 35
A. Hasil Penelitian ................................................................................ 35
1. Tahap Perancangan…………………………………………… 35
2. Tahap Produksi ..........................................…………………… 37
3. Evaluasi ...........……………………………………………….. 41
B. Pembahasan ...................................................................................... 49
1. Hasil Uji Validasi Produk .......................................................... 49
2. Uji Coba Lapangan .................................................................... 50
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 55
A. Kesimpulan ...................................................................................... 55
B. Saran ................................................................................................ 55
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 56
LAMPIRAN ........ ............................................................................................. 59
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbedaan larutan sejati, koloid, dan suspensi……………………..12
Tabel 3.1 Kisi-kisi lembar observasi penilaian media pembelajaran………...27
Tabel 3.1 Kisi-kisi angket penilaian media pembelajaran untuk ahli
media………………………………………………………………..30
Tabel 3.3 Kisi-kisi angket penilaian media pembelajaran untuk ahli
materi………………………………………………………………..31
Tabel 3.4 Kisi-kisi angket penilaian media pembelajaran untuk siswa dan
guru……………………………………………………………...…..31
Tabel 3.5 Kriteria Interpretasi Skor………………………………………...…33
Tabel 4.1 Observasi penilaian media pembelajaran……………….................34
Tabel 4.2 Storyboard media flash pada materi koloid……………………...…35
Tabel 4.3 Hasil validasi media oleh ahli media……………………………….41
Tabel 4.4 Hasil validasi materi oleh ahli materi………………………………43
Tabel 4.5 Hasil angket respon siswa…………………………………………..44
Tabel 4.6 Hasil angket Respon Guru……………………………………….....44
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Tingkat media sebagai alat pengajar………………………8
Gambar 2.2 Komponen-komponen flash………………………………….10
Gambar 3.1 Desain penelitian…………………………………………29
Gambar 4.2 Media Sebelum di Validasi………………………………40
Gambar 4.3 Media Sesudah di Validasi……………………………….41
Daftar Lampiran
Lampiran 1. Kisi-kisi instrumen evaluasi media
Lampiran 2. Lembar validasi media
Lampiran 3. Kisi-kisi instrumen media oleh ahli materi
Lampiran 4. Validasi evaluasi materi
Lampiran 5. Angket tanggapan guru
Lampiran 6. Angket tanggapan siswa
Lampiran 7. Rekap hasil validasi media
Lampiran 8. Rekap hasil validasi materi
Lampiran 9. Analisis indikator
Lampiran 10. Story board
Lampiran 11. Pengelolaan data respon guru
Lampiran 12. Pengelolaan data respon siswa
Lampiran 13. Observasi media pembelajaran
Lampiran 14. Hasil persentase analisis kebutuhan SMAN 5 Kota Tangerang
Lampiran 15. Hasil persentase analisis kebutuhan SMA Nusantara 1 Tangerang
Lampiran 16. Lembar diskusi 1
Lampiran 17. Lembar diskusi 2
Lampiran 18. Lembar diskusi 3
Lampiran 19. Lembar diskusi 4
Lampiran 20. Lembar diskusi 5
Lampiran 21. Surat keterangan riset
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu media yang tepat bagi manusia untuk
memiliki pola-pola pikir yang aktif, kreatif, dinamis dan inovatif, karena
pendidikan merupakan suatu kebutuhan dan hak asasi manusia dalam rangka
mempersiapkan hidup dan kehidupan yang berkualitas dimasa yang akan datang.1
Oleh karena itu pendidikan merupakan salah satu bentuk usaha sadar pada
masyarakat dalam mengembangkan potensi sumber daya manusia dan bagian dari
upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan dapat meningkatkan kualitas manusia
Indonesia.
Sejalan dengan Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Pada Bab II
Pasal 3 tentang fungsi dari pendidikan nasional, yakni :
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga yang demokratis serta bertanggung jawab.2
Berdasarkan pasal di atas menjelaskan bahwa pemerintah Indonesia memiliki
tanggung jawab untuk mewujudkan masyarakat Indonesia menjadi masyarakat
yang beriman, bertakwa, cakap dan kreatif dalam berilmu pengetahuan, serta
mandiri dan bertanggung jawab dalam kehidupannya. Sebagai bagian dari upaya
mewujudkan tujuan dari pendidikan nasional tersebut, maka pemerintah Indonesia
menyelenggarakan pendidikan di sekolah. Kegiatan pengajaran tersebut dilakukan
pada semua satuan dan tingkat pendidikan. Mulai dari pendidikan tingkat dasar
(SD) hingga tingkat pendidikan yang lebih tinggi yakni PT (Perguruan Tinggi).
Pendidikan juga dapat menjadi tolak ukur kualitas dari suatu bangsa,
semakin baik pendidikan suatu bangsa maka akan semakin baik pula kualitas
bangsa tersebut. Pendidikan telah mengalami perkembangan yang sangat pesat,
informasi dan komunikasi berkembang setiap saat. Hal ini mengakibatkan
adanya persaingan yang sangat ketat di dunia pendidikan.
1Zulfiani, Tonih Feronika dan Kinkin, Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga
Penelitian UIN Jakarta, 2009), cet.ke-1, h. 3. 2Republik Indonesia, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3,2014, h. 3,(www.dikti.go.id)
2
Dunia pendidikan media pembelajaran merupakan salah satu yang
dibutuhkan sebagai salah satu adanya perkembangan teknologi di dalam
kehidupan. Sangatlah penting untuk memudahkan peserta didik dalam melakukan
proses pembelajaran dan membantu siswa untuk tidak pasif. karena media
pembelajaran selain berfungsi menyampaikan suatu materi juga berfungsi untuk
mempermudah peserta didik dalam memahami materi. Menurut Munadi, media
pembelajaran merupakan “penyalur atau penghubung pesan ajar yang diadakan
dan/atau diciptakan secara terencana oleh para guru atau pendidik”.3
Kimia merupakan salah satu mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA). Pada umumnya, kimia memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang
segala sesuatu yang berkaitan tentang materi serta penerapannya dalam kehidupan
sehari-hari. Metode pembelajaran seperti salah satunya adalah ceramah juga
kurang memenuhi prinsip-prinsip yang efektif, memberikan unsur monoton dan
kurang memberdayakan potensi siswa. Kegiatan belajar mengajar seharusnya
mengoptimalkan secara keseluruhan potensi siswa untuk menguasai kompetensi
yang diharapkan. Proses pembelajaran mengajar sebaiknya dilandasi dengan
prinsip-prinsip: (1) berpusat pada siswa (2) mengembangkan kreativitas siswa (3)
menciptakan kondisi menyenangkan dan menantang (4) mengembangkan beragam
kemampuan yang bermuatan nilai (5) menyediakan pengalaman belajar yang
beragam (6) belajar melalui berbuat, dan (7) konsep dibangun melalui
pembelajaran.
Sistem koloid merupakan salah satu bagian dari sub materi kimia yang
dipelajari siswa di tingkat SMA umumnya kelas XI (tingkat 2 SMA). Sistem
koloid perlu dipelajari karena berkaitan erat dengan hidup dan kehidupan sehari-
hari. Cairan tubuh seperti darah merupakan salah satu contoh sistem koloid. Bahan
makanan seperti keju ialah termasuk sistem koloid. Contoh lainnya seperti jeli
(agar-agar), susu, cat, busa, minyak rambut bentuk gel, dan parfum semprot.4
Berdasarkan penjelasan ini harusnya kimia menjadi mata pelajaran yang disenangi
karena sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari. Namun pada kenyataannya
masih banyak siswa yang menganggap bahwa pelajaran kimia sulit dipahami dan
sulit diaplikasikan dalam kehidupan. Hal tersebut dipengaruhi oleh berbagai
faktor, salah satunya adalah karena penggunaan metode atau model pembelajaran
di sekolah kurang sesuai dengan pokok bahasan yang akan disampaikan dan
3 Yudhi Munadi, Media Pembelajaran, (Jakarta: Gunung Persada Press, 2010), h. 5. 4Sentot Budi Rahardjo, Kimia Berbasis Eksperimen 2, (Jakarta: PT. Tiga Serangkai
Pustaka Mandiri, 2008), h. 251.
3
kurangnya penggunaan media pembelajaran yang digunakan dalam proses
pembelajaran.
Dunia pendidikan kegiatan pembelajaran dapat disajikan dengan
menggunakan alat peraga pembelajaran atau sering dikenal dengan media
pembelajaran. Salah satu metode pembelajaran yang saat ini dapat dikembangkan
adalah dengan memanfaatkan teknologi komputer sebagai media pembelajaran.
Dalam bidang perangkat lunak komputer yang makin pesat ini sangat mendukung
dalam penerapannya sebagai media pembelajaran.
Penggunaan media pembelajaran dapat menjadi salah satu upaya yang
dilakukan guru untuk mengatasi masalah keterbatasan alat bantu mengajar.
Banyak metode dalam pembelajaran kimia, salah satunya adalah penggunaan
media flash. Media flash merupakan media pembelajaran yang dapat digunakan
untuk membuat gambar seperti hidup yaitu dengan memvisualisasikan simulasi
dan animasi. Selain itu, media flash , juga memungkinkan untuk membuat video
interaktif dimana user dalam pembelajarannya dapat menggunakan keyboard atau
mouse untuk melakukan interaksi. Pembelajaran dengan flash ini diharapkan dapat
memotivasi siswa untuk belajar, karena menampilkan penyajian materi secara
menarik dan inofatif.
Proses pembelajaran kurang memberikan partisipasi siswa terhadap
pembelajaran sehingga tidak optimal. Pembelajaran menggunakan media flash
memberikan karakteristik yang bisa mengoptimalkan proses belajar dan mengajar.
Dalam kegiatan belajar mengajar tidak mengoptimalkan siswa untuk mencapai
kompetensi yang diharapkan. Penggunaan pendekatan dalam media sangatlah
penting. Pendekatan kontekstual yang bisa memberikan suatu pengetahuan yang
diperoleh oleh siswa yang kemudian akan dihubungkan dalam kehidupan sehari-
hari. Dalam suatu pembelajaran, banyak tanggapan yang berbeda dalam
pelaksanaan proses belajar dan mengajar, untuk itu diperlukan komponen dari
pendektan kontekstual yang dapat menciptakan masyarakat belajar dengan tujuan
membenarkan tanggapan satu sama lain, Learning Community merupakan salah
satu komponen pendekatan kontekstual yang dapat membantu pembelajaran
dikelas dengan diciptakannya masyarakat belajar.
Peneliti memfokuskan penelitian pada pengembangan dan pembuatan
media pembelajaran berbasis flash sebagai alat bantu mengajar pembelajaran lebih
efektif. Sehingga diharapkan dapat membantu siswa dalam memahami materi
sistem koloid.
4
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, dapat diidentifikasikan
beberapa masalah sebagai berikut:
1. Siswa cendurung pasif dalam pembelajaran IPA khususnya pada
pelajaran IPA
2. Metode pembelajaran yang digunakan cenderung monoton seperti
metode ceramah
3. Kurangnya penggunaan media pembelajaran digunakan dalam proses
pembelajaran
4. Partisipasi siswa terhadap pembelajaran tidak optimal
5. Kegiatan belajar mengajar tidak mengoptimalkan siswa untuk mencapai
kompetensi yang diharapkan
C. Pembatasan Masalah
Penelitian yang berjudul pengembangan media pembelajaran berbasis
flash di SMAN Kota Tangerang dibatasi pada:
1. Materi yang diberikan adalah koloid
2. Media pembelajaran flash yang digunakan adalah adobe flash CS 8
3. Penelitian dilakukan pada terhadap siswa siswi kelas XII SMA Kota
Tangerang.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan diatas, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana mengembangkan media pembelajaran berbasis flash berorientasi
pada pendekatan kontekstual komponen learning community pada materi
koloid
2. Bagaimana respon Guru dan Siswa yang dikembangkan berdasarkan
penilaian ahli media, guru SMA dan siswa SMA
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan, maka tujuan
penelitian ini adalah sebagai berikut:
5
1. Mengembangkan media pembelajaran bebasis flash berorientasi pada
pendekatan kontekstual komponen learning community pada materi koloid
2. Mengetahui respon Guru dan Siswa untuk media pembelajaran berbasis flash
berorientasi pada pendeketan kontekstual komponen learning community pada
materi koloid yang dikembangkan
F. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini diantaranya adalah menghasilkan media
pembelajaran pada materi koloid di SMAN tangerang selatan. Selain itu, manfaat
dari penilitian juga bisa dirasakan bagi guru dan siswa.
1. Bagi siswa, memberikan pembelajaran dan pengalaman belajar yang baru
yaitu menggunakan media pembelajaran berbasis flash.
2. Bagi guru, memberikan informasi mengenai pengembangan media
pembelajaran berbasis flash sehingga kualitas media pembelajaran kimia
dapat terus ditingkatkan
3. Bagi sekolah, mendapatkan media pembelajaran yang dapat digunakan
untuk mendukung proses pembelajaran di sekolah.
4. Bagi peneliti, mendapatkan banyak pengalaman dan pengetahuan
mengenai pengembangan media pembelajaran dan keterampilan dalam
mendesain media pembelajaran interaktif dalam pembelajaran kimia.
6
BAB II
DESKRIPSI TEORITIS, PENELITIAN RELEVAN
DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Deskripsi Teoritis
1. Definisi Pembelajaran
Kata dasar “pembelajaran” adalah belajar. Dalam arti sempit
pembelajaran yang dapat diartikan sebagai suatu proses atau cara yang
dilakukan agar seseorang dapat melakukan suatu kegiatan belajar. Sedangkan
menurut Asep, Pembelajaran adalah kegiatan belajar siswa melalui usaha yang
terencana dalam meliputi sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar,
yang terpenting adanya komunikasi timbal balik diantara keduanya, baik secara
langsung maupun tidak langsung atau melalui media.5 Sementara itu, menurut
Suryono definisi umum tentang pembelajaran adalah pengalaman yang terjadi
berulang kali untuk melahirkan pengetahuan, (knowledge), atau a body of
knowledge.6
Dari berbagai definisi pembelajaran di atas, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa pembelajaran merupakan interaksi antara guru dan siswa
dalam memanfaatkan segala potensi yang ada yang dilakukan secara intens dan
terarah sehingga terjadi perubahan perilaku yang diharapkan sesuai dengan
tujuan belajar.
2. Media Pembelajaran
Kata Media yang berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak
dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media
merupakan perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan.7
Media merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan
pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan,
perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses
belajar terjadi.8
5Asep Heri Hermawan, dkk, Belajar dan Pembelajaran SD, (Bandung: UPI Press,
2007), Cet. I, h. 1 6Prof. Dr. Suryono, M. Pd. Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2012), Cet. III, h. 9 7Dr. Arief S. Sadiman, dkk, M. Sc, dkk, Media Pendidikan, (Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada, 2010), Cet. I, h. 6 8Ibid, h. 7
7
Media pembelajaran dapat dipahami sebagai “segala sesuatu yang
dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana
sehingga tercipta lingkupan belajar yang kondusif di mana penerimanya dapat
melakukan proses belajar yang kondusif di mana penerimanya dapat
melakukan proses belajar secara efisien dan efektif.”9
Media pengajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam
pengajaran yang pada gilirannya diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar
yang dicapainya ada beberapa alasan, mengapa media pengajaran dapat
mempertinggi proses belajar siswa antara lain (1) pengajaran akan lebih
menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar (2)
bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami
oleh para siswa, dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran lebih
baik (3) metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi
verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan
guru tidak kehabisan tenaga, apalagi bila guru mengajar untuk setiap jam
pelajaran, dan (4) siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak
hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati,
melakukan, medemonstrasikan dan lain-lain.10
Definisi ini sejalan dengan definisi yang di antaranya disampaikan oleh
Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan (Association of Education and
Communication Technology/AECT) di Amerika, yakni sebagai segala bentuk
dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan/informasi.11
Berdasarkan definisi-definisi tersebutkan, tampak bahwa studi tentang
media dalam konteks pembelajaran ini, bukanlah studi tentang hal-hal yang
menyangkut teknis dan mekanis. Karena pembelajaran bagian dari ilmu
pendidikan dan ilmu pengetahuan social, maka dengan sendirinya studi tentang
media hanyalah terbatas pada segi social, psikologis, dan pedagogiknya saja,
yaitu kaitannya dengan unsur-unsur lainnya dalam keseluruhan unsure
pembelajaran. Dengan demikian, tujuan pemanfaatannya media dalam proses
pembelajaran adalah mengefektifkan dan mengefesiensikan proses
pembelajaran itu sendiri.12
9Yudhi munadi, Media pembelajaran. (Cipayung: Gaung Persada (GP) Press, 2008), h. 7 10Dr. nana sudjana, dkk, Media pengajaran. (Bandung: sinar baru algensindo offset,
2010), h. 2 11Yudhi munadi. 2008. Media pembelajaran. Cipayung: Gaung Persada (GP) Press .hlm8 12 Ibid, hlm 8
8
Pada dasarnya fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai
sumber belajar. Fungsi-fungsi yang lain merupakan hasil pertimbangan dari
kajian ciri-ciri umum yang dimilikinya, bahasa yang dipakai menyampaikan
pesan dan dampak atau efek yang ditimbulkannya.13
Ciri-ciri (karakteristik) umum media yang dimaksud adalah
kemampuannya merekam, menyimpan, melestarikan, merekonstruksi, dan
mentransportasikan suatu peristiwa atau obyek. Kemudian yang dimaksud
bahasa yang dipakai menyampaikan pesan adalah bahasa yang verbal dan
nonverbal.Terakhir adalah tentang efek yang ditimbulkannya, bentuk konkrit
dari efek ini adalah terjadinya perubahan tingkah laku dan sikap siswa sebagai
akibat interakhir antara dia dengan pesan yaitu baik perubahan itu secara
individu maupun secara kelompok.14
Dalam usaha untuk memanfaatkan media sebagai alat bantu mengajar
Edgar Dale(1969) dalam bukunya “Audio visual methods in teaching” Edgar
Dale membuatklasifikasi menurut tingkat dari yang paling konkret ke yang
paling abstrak.15
Gambar 2.1. Tingkat Media Sebagai Alat Pengajar
Klasifikasi tersebut kemudian dikenal dengan nama “kerucut pengalaman”
dari Edgar Dale dan pada saat itu dianut secara luas dalam menentukan alat
bantu yangpaling sesuai untuk pengalaman belajar.
13 Ibid, hlm 36 14Yudhi munadi. 2008. Media pembelajaran. Cipayung: Gaung Persada (GP) Press hlm36 15 Edgar Dale, (1969) Audio Visual Methods in Teaching, New Yorg: Holt, Rinehart and
Winston Inc. The Dryden Press. Hlm 38
9
a. Media Flash
1) Pengenalan Flash
Beberapa software yang dapat dimanfaatkan untuk
membangun sebuah pembelajaran multimedia, terutama dengan
memanfaatkan kualitas software serta dukungan spesifikasi komputer
yang dimiliki. Di antara software yang sudah familier sejak tahun
1994 di Indonesia, yang sering digunakan dalam membangun
animasi adalah Macromedia Flash.16
Macromedia flash merupakan salah satu program aplikasi
yang digunakan untuk mendesain/merancang animasi yang banyak
digunakan saat ini. Saat membuka situs atau halaman internet
tertentu, biasanya terdapat animasi objek grafis yang bergerak dari
besar menjadi kecil, dari terang menjadi redup, dari bentuk satu
menjadi bentuk lain, dan mash banyak lagi yang lain. Adapun
animasi-animasi objek grafis tersebut dapat dikerjakan dengan
macromedia flash.17
Macromedia flash juga mengenalkan bagaimana cara
membuat movie clip, animasi frame, animasi tween motion, serta
perintah action script-nya. Adapun beberapa kemampuan
Macromedia flash lainnya adalah sebagai berikut:
a) Dapat membuat animasi bergerak (motion tween), perubahan
bentuk (shape tween) dan perubahan dan transparansi warna
(color effecttween).
b) Dapat membuat animasi masking (efek menutupi sebagian objek
yang terlihat) dan animasi motion guide (animasi mengikuti
jalur).
c) Dapat membuat tombol interaktif dengan sebuah movie atau
objek yang lain.
d) Dapat membuat animasi logo, animasi form, presentasi
multimedia, game, kuis interaktif, simulasi/visualisasi.
16 Deni Darmawan, Inovasi Pendidikan: Pendekatan Praktik Teknologi Media dan
Pembelajaran Online, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), h. 231. 17 Rayandra Asyhar, Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran, (Jakarta:
Referensi Jakarta, 2012), h. 187.
10
e) Dapat dikonversi dan di-publish ke dalam beberapa tipe seperti
*.swf, *.html, *.gif, *.jpg, *.png, *.exe dan *.mov.18
b. Komponen-komponen Flash
Gambar 2.2. Komponen-komponen Flash
a) Timeline
Jika anda membayangkan Movie Flash sebagai sebuah buku,
Timeline merupakan table interaktif dari isinya. Setiap adegan
seperti sebuah bab, setiap frame seperti halaman, dan layer seperti
tumpukan buku.
b) Stage (Area Kerja)
Stage merupakan tempat bekerja dalam membuat animasi.
c) Toolbar
Berisi kumpulan tool yang digunakan untuk membuat dan memilih
isi di dalam Timeline dan Stage.
d) Color Window
Flash yang digunakan untuk mengatur warna pada objek yang
dibuat.
e) Action Frame
Window yang digunakan untuk menuliskan ActionScript untuk
Flash. Biasanya ActionScript digunakan untuk mengendalikan
objek yang dibuat sesuai dengan keinginan si pembuat.
f) Properties
18Ibid., h. 187.
11
Bagian yang digunakan untuk mengatur property dari objek yang
dibuat.
g) Components
Digunakan untuk menambahkan objek-objek yang diperlukan
untuk kebutuhan web application maupun media interaktif.19
3. Pembelajaran Sistem Koloid
a. Kompetensi
Kompetensi yang ingin dicapai pada materi Sistem Koloid sesuai
dengan KI-KD Kurikulum 2013 adalah sebagai berikut:20
3.15 Mengelompokkan sifat-sifat koloid dan penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari.
4.14 Membuat berbagai sistem koloid dengan bahan-bahan yang ada
disekitarnya serta menganalisis sifat-sifat dari sistem koloid yang
dibuat.
b. Sistem Koloid
Paradigma masyarakat masih minim akan pengetahuannya
mengenai ilmu kimia, sehingga ilmu kimia dirasa sangat linear atau
berbanding lurus dengan kegiatan-kegiatan yang negatif. Contohnya
ialah menggunakan unsur-unsur kimia untuk gencatan senjata dan
peperangan di berbagai negara. Bahan-bahan kimia juga banyak di
salahgunakan pada produk-produk kosmetik dan makanan secara
berlebihan atau melewati batas yang telah ditentukan penggunaannya.
Padahal secara faktual, ilmu kimia tidak hanya digunakan untuk hal-hal
sesempit itu. Banyak sekali aplikasi ilmu kimia yang dapat kita temukan
dalam kehidupan sehari-hari.
Seringkali kita melihat air susu, jelly, pelembab kulit, minyak
wangi, minyak rambut, cat, buih sabun, asap, kabut, karet busa, mutiara,
kaca mata gelap, sebagian getah (karet, nangka) dan sebagainya dalam
kehidupan sehari-hari. Di antara benda atau cairan tersebut mungkin anda
pernah membuat atau menggunakannya. Benda-benda tersebut mungkin
agak sukar untuk dikelompokkan ke dalam campuran homogen (larutan)
19 Darmawan, Deni, Inovasi Pendidikan: Pendekatan Praktik Teknologi Multimedia
dan Pembelajaran Online, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), h. 232-237. 20Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Kurikulum Kompetensi Dasar Sekolah
Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA), 2014, h. 128-129
12
atau campuran heterogen. Untuk membedakan dengan larutan atau
campuran heterogen, kelompok benda-benda tersebut memiliki
penamaan khusus yang disebut koloid.
1) Pengertian Sistem Koloid
Campuran dua zat disebut larutan sejati jika ukuran
partikel yang terdispersi dalam medium pendispersinya lebih
kecil dari 1 nm (10-9). Campuran dua zat disebut suspensi jika
ukuran partikel yang terdispersi dalam medium pendispersinya
lebih besar dari 100 nm dan disebut koloid jika partikel
terdispersinya diantara 1-100 nm (10-9m ≤ koloid ≤ 10-7m).21
Berikut adalah tabel perbedaan antara larutan sejati, koloid dan
suspensi.
Tabel 2.1 Perbedaan Larutan Sejati, Koloid dan Suspensi
Larutan Koloid Suspensi Satu fase Dua fase Dua fase
Homogen, tak dapat dibedakan, walaupun
menggunakan mikros-kop ultra.
Secara makroskopis bersifat homogen, te-tapi
heterogen jika diamati dengan mi-kroskop ultra.
Heterogen.
Semua partikel ber-dimensi (panjang, le-bar,
atau tebal) <1 nm
Partikel berdimensi antara 1 nm-100 nm.
Salah satu atau semua dimensi
partikel > 100 nm.
Stabil. Pada umumnya stabil.
Tidak stabil.
Tidak dapat disaring. Tidak dapat disaring, kecuali dengan penya-ring
ultra.
Tidak dapat disaring.
Contoh: larutan gula dalam air.
Contoh: campuran su-su dengan air
Contoh: campuran te-pung terigu dengan air.
2) Pembuatan Koloid22
a) Pembuatan Koloid dengan Cara Dispersi
Pembuatan koloid dengan cara dispersi dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu secara mekanik dan melalui reaksi
kimia. Cara mekanik dilakukan dengan menghaluskan partikel
21E. Kusnawan,Panduan Pembelajaran Kimia Untuk SMA/MA Kelas XI, (Bogor: CV
Dian, 2007), h.267-268. 22Ibid., h. 274.
13
ukuran besar menjadi ukuran koloid melalui penumbukan,
penggerusan dan penggilingan zat padat, setelah menjadi partikel
koloid, kemudian didispersikan ke dalam medium pendispersi.
Sedangkan untuk zat cair dilakukan dengan cara pengocokan.
Pembuatan koloid melalui reaksi kimia dilakukan dengan cara
mendispersikan suatu suspensi atau gumpalan dan endapan ke
dalam suatu larutan elektrolit yang disebut peptisasi. (Peptisasi
adalah pendispersian suatu zat dengan membentuk suatu koloid
melalui penambahan suatu zat kimia yang dapat menstabilkan
sol).
Pembuatan dispersi koloid dari logam biasanya
dilakukan dengan cara Busur Bredig, misalnya antara logam Pt
dengan Au, cara ini dilakukan dengan mencelupkan dua buah
elektroda ke dalam air, kemudian dialirkan arus listrik yang kuat.
Pada saat terjadi loncatan listrik diantar kedua ujung elektroda,
sebagian logam akan berubah menjadi partikel koloid kemudian
terdispersi di dalam air.
b) Pembuatan Koloid dengan Cara Kondensasi
Pembuatan koloid dengan cara kondensasi merupakan
kebalikan dari cara dispersi, yaitu mengubah suatu larutan sejati
menjadi partikel berukuran koloid. Pembuatan Koloid dengan
cara kondensasi pun dapat dilakukan melalui dua cara yaitu
menurunkan kelarutan suatu larutan sejati dan melalui reaksi
kimia. Menurunkan kelarutan suatu larutan sejati menjadi suatu
koloid dilakukan dengan mengganti zat pendispersinya
(pelarutnya) atau pendinginan (menurunkan suhu), misalnya
suatu zat tidak larut dalam air tetapi dapat larut dalam alkohol.
Untuk menurunkan kelarutan zat ini dilakukan dengan
mencampurkan larutan zat dalam alkohol tersebut ke dalam air
sambil dikocok sehingga dihasilkan suatu koloid.
Pembuatan koloid dengan cara kondensasi umumnya
dilakukan melalui reaksi kimia yang meliputi reaksi pertukaran
ion, reaksi hidrolisis dan reaksi redoks. Reaksi-reaksi ini
dilakukan dengan cara mendipersikan suatu larutan ke dalam zat
14
tertentu yang dapat mengubah partikel larutan menjadi partikel
berukuran koloid.
3) Sifat-Sifat Koloid
a) Efek Tyndall
Efek Tyndall adalah peristiwa penghamburan cahaya
oleh partikel koloid.23 Efek ini dikemukakan oleh John Tyndall,
ahli fisika berkebangsaan Inggris. Partikel dalam sistem koloid
dapat berupa molekul atau ion yang berukuran cukup besar akan
menghamburkan cahaya ke segala arah. Larutan sejati/larutan
tidak menunjukkan efek Tyndall, karena ukuran partikelnya
terlalu kecil untuk menghamburkan cahaya.
Dalam kehidupan sehari-hari, efek Tyndall dijumpai
pada peristiwa berikut:
1. Terjadinya warna biru di langit pada siang hari dan
warna merah atau jingga di langit pada saat matahari
terbenam di ufuk barat.
2. Sorot lampu proyektor di gedung bioskop akan tampak
jelas ketika ada asap rokok.
3. Sorot lampu mobil pada malam yang berkabut.
4. Berkas sinar matahari yang melalui celah daun
pepohonan pada pagi hari yang berkabut.
b) Gerak Brown
Gerak brown adalah gerakan partikel koloid terus-
menerus dengan membentuk garis-garis lurus yang pendek dan
mengubah arahnya secara mendadak (zig-zag), yang diakibatkan
oleh adanya tumbukan antara partikel-partikel koloid dengan
medium pendispersinya.24 Gerak brown adalah gerak acak (zig-
zag)partikel koloid dalam medium pendispersinya. Gerak ini
ditemukan oleh Robert Brown. Gerak brown terjadi karena
adanya tumbukan yang tidak seimbang antara molekul-molekul
medium terhadap partikel koloid. Semakin tinggi suhu semakin
cepat gerak brown berlangsung karena energi kinetik molekul
23Ibid., h. 276. 24Sentot Budi Rahardjo, Kimia Berbasis Eksperimen 2, (Jakarta: PT. Tiga Serangkai
Pustaka Mandiri, 2008), h. 270.
15
medium meningkat sehingga menghasilkan tumbukan yang
lebih kuat. Gerak brown dalam sistem koloid menyebabkan
partikel koloid tersebar merata dalam medium pendispersinya
dan tidak memisah meskipun didiamkan (stabil).
c) Elektroforesis
Elektroforesis adalah pergerakan partikel koloid di
bawah pengaruh medan listrik atau potensial listrik.25 Partikel-
partikel koloid dapat bermuatan listrik karena terjadi penyerapan
ion pada permukaan koloid. Kestabilan sistem koloid disebabkan
adanya muatan listrik pada permukaan partikel koloid, selain
karena adanya gerak brown. Pada peristiwa elektroforesis,
partikel koloid akan dinetralkan muatannya dan digumpalkan
pada elektroda. Kegunaan dari sifat ini adalah untuk menentukan
muatan yang dimiliki oleh suatu partikel koloid.
Pada elektroforesis ini, ke dalam elektrolit dimasukkan
dua batang elektroda kemudian dihubungkan dengan sumber arus
searah, maka partikel-partikel koloid akan bergerak ke salah satu
elektroda tergantung pada jenis muatannya. Koloid yang
bermuatan negatif akan bergerak ke anoda (elektroda positif)
sedangkan koloid yang bermuatan positif bergerak ke katoda
(elektroda negatif).
d) Adsorpsi (Kemampuan partikel koloid mengikat materi di
permukaan)
Adsorpsi adalah proses penyerapan suatu zat di
permukaan zat lain. Zat yang diserap disebut fase terserap dan
zat yang menyerap disebut adsorpen. Peristiwa adsorpsi
disebabkan gaya tarik molekul-molekul pada permukaan
adsorpen.
Contoh pemanfaatan adsorpsi :
1. Penyembuhan sakit perut yang disebabkan bakteri
patogen dengan serbuk karbon atau norit. Di dalam usus,
norit akan menjadi koloid yang dapat mengadsorpsi zat
racun(bakteri patogen)
25Ibid., h. 256.
16
2. Penjernihan air keruh dengan tawas Al2(SO4)3. Dalam air
tawas terhidrolisis menjadi Al(OH)3 yang berbentuk
koloid dan mampu mengadsorpsi kotoran dalam air
khususnya zat warna.
3. Penjernihan air tebu pada pembuatan gula pasir dengan
tanah diatome dan arang tulang (pemutihan gula).Zat
warna dalam gula akan diadsorpsi sehingga diperoleh
gula yang putih.
4. Adsorpsi gas oleh zat padat, misalnya pada masker gas.
5. Adsorpsi keringat oleh alumium stearat yang terdapat
dalam rol on deodorant.
6. Partikel koloid mampu mengadsorpsi ion positif dan ion
negatif sehingga koloid menjadi bermuatan listrik.
Koloid yang bermuatan positif contohnya Fe(OH)3 dan
yang bermuatan negatif contohnya As2S3.
e) Koagulasi
Koagulasi atau penggumpalan adalah peristiwa
pengendapan partikel-partikel koloid sehingga fase terdispersi
terpisah dari medium pendispersinya. Koagulasi disebabkan
hilangnya kestabilan untuk mempertahankan partikel-partikel
agar tetap tersebar di dalam medium pendispersinya. Koagulasi
dapat dilakukan secara mekanis, fisis dan kimia.
1. Mekanik, menggumpalkan koloid dengan pemanasan,
penga-dukan, dan pendinginan. Proses ini akan
mengurangi air atau ion di sekeliling koloid sehingga
koloid akan mengendap.
Contohnya: protein, agar-agar dalam air akan
menggumpal bila didinginkan.
2. Fisis, Contoh: penggunakan alat cottrel. Alat Cottrel
biasanya dipakai pada cerobong asap di industri-industri
besar, untuk menggumpalkan asap dan debu. Hal ini
bertujuan untuk me-ngurangi pencemaran asap dan debu
yang berbahaya. Caranya dengan melewatkan asap atau
debu pada Cottrel sebelum keluar dari cerobong pabrik.
17
Alat ini terdiri dari dua pelat elektrode listrik
bertegangan tinggi. Bila sudah jenuh elektrode tersebut
dibersihkan.
3. Kimia, cara ini dilakukan dengan penambahan zat
elektrolit ke dalam koloid.
Contoh:Proses pengolahan karet dari bahan mentah
(lateks) dengan menambahkan asam formiat atau cuka,
pembentukan delta di muara sungai dan proses
penjernihan air dengan menam-bahkan tawas. Tawas
digunakan untuk menggumpalkan partikel koloid dalam
air.
c. Peranan Koloid dalam Kehidupan Sehari-hari
Sadar maupun tidak disadari, sebenarnya koloid sangat erat
kaitannya dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan hal kecil yang terkadang
dianggap sepele pun merupakan salah satu bagian dari aplikasi koloid
dalam kehidupan sehari-hari. Berikut adalah beberapa contoh dari
peranan koloid dalam kehidupan sehari-hari.
a) Mengurangi Polusi Udara
b) Penggunaan Lateks
c) Membantu Pasien Gagal Ginjal
d) Penjernihan Air
e) Sebagai Deodoran
f) Sebagai Bahan Makanan dan Obat
g) Sebagai Bahan Kosmetik
h) Sebagai Bahan Pencuci
i) Penggunaan Arang Aktif
j) Pembuatan Yogurt, dll.
4. Pendekatan kontekstual komponen Learning Community
Dalam membahas pendekatan kontekstual, ada beberapa teori yang
penulis paparkan, yaitu (1) pendekatan kontekstual, (2) karakteristik
pendekatan kontekstual, (3) pendekatan kontekstual komponen Learning
Community.
18
a. Pendekatan Kontekstual
Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and
Learning/CTL) adalah konsep belajar dengan cara guru menghadirkan
dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan
antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan
mereka sehari-hari. Sementara siswa memperoleh pengetahuan dan
keterampilan dari konteks yang terbatas, sedikit demi sedikit, dan dari
proses mengkrontruksi sendiri, sebagai bekal untuk memecahkan
masalah dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat.26
Pendekatan kontekstual bisa membantu guru dalam
menghubungkan apa yang telah diajarkan kepada siswa dengan
kehidupan di sekitar siswa. Hal ini bertujuan untuk membantu siswa
mengaitkan pengetahuan yang dimilikinya dalam kehidupan sehari-hari
sebagai anggota masyarakat. Dengan demikian, hasil pembelajaran
diharapkan berlangsung alamiah.
Dalam kaitannya dengan penelitian ini, pendekatan kontekstual
digunakan agar siswa mampu memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai
media untuk belajar.
b. Komponen-komponen Pendekatan Kontekstual
Pendekatan pembelajaran kontekstual melibatkan tujuh
komponen utama:27
1) Konstruktivisme (Constructivism)
Konstruktivisme merupakan landasan filosofis pendekatan
pembelajaran kontekstual, bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia
sedikit demi sedikit melalui sebuah proses. Pengetahuan bukanlah
seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil
dan diingat. Manusi harus mengonstruksi pengetahuan itu dan
memberi makna melalui pengalaman nyata. Menurut pandangan
konstruktivisme, tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut
dengan cara: (a) menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi
siswa; (b) memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan
26 Senduk dan Nurhadi, Pembelajaran Kontekstual (CTL) dan Penerapannya dalam
KBK, (Malang: UM Press, 2003), h. 13 27 Muslich Masnur, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual,
Jakarta: Penerbit Bumi Aksara, (Jakarta: Penerbit Bumi Aksara, 2010), h. 4-6
19
idenya sendiri; dan (c) menyadarkan siswa agar menerapkan strategi
mereka sendiri dalam belajar.
2) Inkuiri (Inquiry)
Inkuiri merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran
berbasis kontekstual kontekstual inkuiri artinya proses pembelajaran
didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir
secara sistematis. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa
diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil
dari menemukan sendiri
3) Bertanya (Questioning)
Bertanya adalah cerminan dalam kondisi berpikir. Bertanya
dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk
mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa.
Bagi siswa, kegiatan bertanya dimaksudkan untuk menggali
informasi, mengkomunikasikan apa yang sudah diketahui, dan
mengarah perhatian pada aspek yang belum diketahuinya. Bertanya
adalah proses dinamis, aktif, dan produktif serta merupakan fondasi
dari interaksi belajar mengajar.
4) Masyarakat Belajar (Learning Community)
Konsep masyarakat belajar menyarankan agar hasil pembelajaran
diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Ketika menggunakan
pendekatan pembelajaran kontekstual di dalam kelas, guru disarankan
selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok
belajar. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok yang anggotanya
heterogen, yang pandai mengajari yang lemah, yang tahu memberi
tahu yang belum tahu, yang cepat mendorong temannya yang lambat,
yang mempunyai gagasan segera memberi usul, dan seterusnya.
5) Pemodelan (Modeling)
Pemodelan adalah proses pembelajaran dengan memperagakan
sesuatu contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa. Dalam
pembelajaran kontekstual, guru bukanlah satu-satunya model.
Pemodelan dapat dirancang dengan melibatkan siswa. Seseorang bisa
ditunjuk dengan memodelkan sesuatu berdasarkan pengelaman yang
diketahui.
6) Refleksi (Reflection)
20
Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari
atau berpikir kebelakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan ketika
pembelajaran. Refleksi merupakan respons terhadap kejadian,
aktivitas, atau pengetahuan yang baru dipelajari. Nilai hakiki dari
komponen ini adalah semangat instropeksi untuk perbaikan pada
kegiatan pembelajaran berikutnya.
7) Penilaian Autentik (Authentic assessment)
Penilaian autentik adalah upaya pengumpulan berbagai data yang
dapat membrikan gambaran perkembangan belajar siswa. Data
dikumpulkan dari kegiatan nyata yang dikerjakan siswa pada satt
melakukan pembelajaran.
c. Karakteristik pendekatan kontekstual
Menurut Johnson dalam Nurhadi dan Senduk, Ada delapan
karakteristik dalam sistem pembelajaran kontekstual, yaitu:28
1) Melakukan hubungan yang bermakna (making meaningful
connections). Siswa dapat mengembangkan potensinya untuk bekerja
sendiri, berkelompok, dan belajar sambil berbuat.
2) Melakukan kegiatan-kegiatan yang signifikan (doing significant
work). Siswa menghubungkan pengetahuan yang dimilikinya dengan
kehidupan nyata sebagai anggota masyarakat.
3) Biaya yang diatur sendiri (sell-regulated learning). Siswa melakukan
pekerjaan yang ada, hasilnya dan sifatnya nyata.
4) Bekerja sama (collaborating). Siswa dapat bekerja sama dengan orang
lain dan saling berkomunikasi.
5) Berpikir kritis dan kreatif (critical and creative thinking). Siswa dapat
berpikir secara kreatif untuk menganalisis dan memecahkan masalah
dengan logika.
6) Mengasuh memelihara pribadi siswa (nurturing the individual).
Memberi perhatian dan motivasi kepada siswa agar percaya dengan
kemampuan diri sendiri tetapi juga menghormati orang lain.
7) Mencapai standar yang tinggi (reaching high standards). Siswa
berusaha untuk mencapai hasil yang maksimal.
28 Senduk dan Nurhadi, Pembelajaran Kontekstual (CTL) dan Penerapannya dalam KBK, (Malang: UM Press, 2003), h. 13-14
21
8) Menggunakan penilaian autentik (using authentic assessment). Siswa
menggunakan pengetahuan yang dimilikinya dalam dunia nyata untuk
suatu tujuan.
The Northwest Regional Education Laboratory USA dalam Nurhadi
dan Senduk. Mengidentifikasikan adanya enam kunci dasar dari
pembelajaran kontekstual sebagai berikut.29
1) Pembelajaran bermakna
Pembelajaran bermakna dapat dirasakan apabila siswa dapat mengerti
manfaat dari apa yang telah dipelajari.
2) Penerapan pengetahuan
Penerapan pengetahuan adalah kemampuan siswa untuk menerapkan
pengetahauan yang dimiliki dengan kehidupan siswa
3) Berpikir tingkat tinggi
Siswa harus berpikir kritis, kreatif, dan peka terhadap masalah-
masalah yang ada di lingkungan sekitar siswa
4) Kurikulum yang dikembangkan berdasarkan standar
Isi pembelajaran harus disesuaikan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi
5) Responsive terhadap budaya
Guru harus menghargai kepercayaan dan kebudayaan siswa dan
masyarakat sekitar tempat ia mengajar.
6) Penilaian autentik
Penggunaan berbagai strategi penilaian dapat menjadi pedoman untuk
mengetahui hasil pembelajaran
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
karakteristik pendekatan kontekstual adalah melakukan hubungan yang
bermakna, penerapan pengetahuan, belajar yang diatur sendiri, bekerja
sama, berpikir kritis dan kreatif, memelihara pribadi siswa, mencapai
standar yang tinggi, responsive terhadap budaya, dan penilaian autentik.
d. Pendekatan kontekstual komponen Learning Comminity
Tujuh komponen utama pembelajaran kontekstual di kelas, yaitu
(a) konstruktivisme (contructivism), (b) menemukan (inquiry), (c)
29 Senduk dan Nurhadi, Pembelajaran Kontekstual (CTL) dan Penerapannya dalam KBK, (Malang: UM Press, 2003), h. 14-15
22
bertanya (questioning), (d) masyarakat belajar (learning community), (e)
pemodelan (modeling), (f) refleksi (reflection), dan (g) penilaian yang
sebenarnya (authentic assessment).30 Dalam penelitian ini, hanya akan
membahas pendekatan kontekstual komponen learning community.
Dalam masyarakat belajar, hasil pembelajaran dapat diperoleh
dari kerja sama dengan orang lain. Konsep masyarakat belajar
menyarankan hasil pembelajaran diperoleh dari hasil kerjasama dari
orang lain. Hasil belajar diperoleh dari kerja sama antarteman,
antarkelompok, dan antara yang sudah tahu dan yang belum tahu.31
Masyarakat belajar terjadi apabila ada komunikasi dua arah
dari pihak-pihak yang terlibat dalam pembelajaran tersebut. Kegiatan
saling belajar ini bisa terjadi apabila tidak ada pihak yang dominan dalam
pembelajaran, tidak ada pihak yang merasa segan untuk bertanya, tidak
ada pihak yang menganggap paling tahu, semua pihak saling
mendengarkan dan bekerja sama untuk memecahkan suatu masalah.
Dalam Nurhadi dan Senduk, learning community atau
masyarakat belajar itu mengandung arti sebagai berikut:32
1) Adanya kelompok belajar yang berkomunikasi untuk berbagai
gagasan dan pengalaman;
2) Ada kerja sama untuk memecahkan masalah;
3) Hasil kerja kelompok lebih baik daripada kerja secara individual;
4) Ada rasa tanggung jawab kelompok, semua anggota dalam
kelompok mempunyai tanggung jawab yang sama;
5) Membangun motivasi belajar bagi anak yang belum mampu;
6) Menciptakan situasi dan kondisi yang memungkinkan seorang
anak belajar dengan anak lainnya;
7) Ada rasa tanggung jawab dan kerja sama antara anggota
kelompok untuk saling memberi dan menerima;
30 Senduk dan Nurhadi, Pembelajaran Kontekstual (CTL) dan Penerapannya dalam
KBK, (Malang: UM Press, 2003), h. 31
31 Senduk dan Nurhadi, Pembelajaran Kontekstual (CTL) dan Penerapannya dalam KBK, (Malang: UM Press, 2003), h. 47
32 Senduk dan Nurhadi, Pembelajaran Kontekstual (CTL) dan Penerapannya dalam KBK, (Malang: UM Press, 2003), h. 47-48
23
8) Ada fasilitator/guru yang memandu proses belajar dalam
kelompok;
9) Ada komunikasi dua arah atau multi arah;
10) Ada kemauan untuk menerima pendapat yang lebih baik;
11) Ada kesediaan untuk menghargai pendapat orang lain;
12) Tidak ada kebenaran yang hanya satu saja;
13) Tidak ada dominasi siswa-siswa pintar;
14) Siswa bertanya kepada teman-temannya itu sudah mengandung
arti learning community.
Dalam masyarakat belajar, guru harus memantau kerja siswa
dalam kelompok. Jangan sampai ada siswa yang dominan dalam
kelompok tersebut. Masyarakat belajar bisa terjadi apabila ada
komunikasi dua arah dan tidak ada pihak yang dominan. Jika setiap
orang mau belajar dan berbagi pengetahuan dengan orang lain, maka
setiap orang akan kaya dengan pengetahuan dan pengalaman. Metode
pembelajaran dengan teknik learning community ini sangat membantu
proses pembelajaran di kelas, termasuk pembelajaran sistem koloid
melalui media pembelajaran flash.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa, learning
community adalah salah satu komponen pendekatan kontekstual yang
menyarankan hasil pembelajaran diperoleh dari hasil kerja sama dari
orang lain. Hasil belajar diperoleh dari kerja sama antarteman,
antarkelompok, dan antara yang sudah tahu dan yang belum tahu.
Masyarakat belajar terjadi apabila ada komunikasi pembelajaran saling
belajar.
Ada beberapa langkah dalam pembelajaran kontekstual
komponen learning community,yaitu penyampaian tujuan dan
memotivasi siswa, penjelasan mengenai langkah-langkah pembentukan
kelompok, persentasi, dan refleksi.
Langkah pertama adalah penyampaian tujuan dan memotivasi
siswa. Pada tahap ini guru menyampaikan tujuan pembelajaran, apa yang
hendak dicapai pada pembelajaran, dan guru juga memotivasi siswa
supaya semangat dalam mengikuti pembelajaran.
Langkah kedua adalah pembentukan kelompok.pembentukan
kelompok merupakan langkah awal dari konsep learning community.
24
Dalam masyarakat belajar, hasil pembelajaran dapat diperoleh dari kerja
sama dengan orang lain. Konsep masyarakat belajar menyarankan hasil
pembelajaran diperoleh dari hasil kerja sama dari orang lain. Hasil
belajar diperoleh dari kerjasama antarteman, antarkelompok, dan antara
yang sudah tahu. Pendekatan ini bertujuan supaya siswa lebih semangat
karena bisa saling bertukar pendapat dengan temannya. Masyarakat
belajar bisa membantu siswa yang kurang paham terhadap materi
pelajaran karena mereka bisa bekerja sama dengan teman mereka yang
lebih tahu.
Langkah ketiga adalah persentasi kelas. Salah satu siswa maju
membacakan hasil pekerjaaannya untuk mengetahui apakah mereka
benar-benar melaksanakan masyarakat belajar (learning community).
Langkah terakhir adalah refleksi. Pada tahap terakhir ini guru
bersama siswa mengadakan refleksi terhadap pembelajaran yang telah
berlangsung kemudian simpulan atas pembelajaran yang diperoleh pada
hari itu.
5. Teknologi pendidikan dan guru
Teknologi pengajaran merupakan pemanfaatan dan pengetahuan
spesifik dari perkakas dan keterampilan dalam dunia pendidikan. Teknologi
pengajaran biasanya dari pandangan perspektif guru. Ketika guru menggunakan
komputer, pengganti keras pendidikan jarak jauh, atau internet untuk
pengajaran, perkakas-perkakas tersebut dianggap sebagai teknologi
pengajaran.33 Alat-alat teknologi pendidikan dapat mengubah adanya peranan
guru. Disamping guru adanya sumber-sumber pelajaran lainnya. Tetapi peranan
guru akan dapat ditiadakan dan akan selalu diperlukan. Menyatukan
“teknologi” dengan “pendidikan” dapat mengejutkan profesi guru, karena
teknologi diasosiasikan dengan “mesin” yang bisa menimbulkan bahaya
“dehumanisasi” pendidikan, yaitu pendidikan yang “mechanical”, yang serba
mesin, yang menghilangkan adanya unsur manusiawi yang selalu terdapat
dalam interaksi social antara guru dan murid dan antara murid dengan murid
dalam pelajaran biasa. Pengalaman dengan alat teknologi pendidian
33 Sharon E. Smaldino, dkk. Instructional Technology & Media For Learning.
(Jakarta: Kencana, 2012), Cet, II, h. 4
25
memberikan bukti bahwa dalam proses mengajar-belajar guru tetap memegang
peranan yang penting.34
Banyaknya alat instruksional di Negara-negara yang maju dapat juga
membingungkan guru. Sulit bagi guru untuk memilih media yang paling baik
dianatara begitu banyak alat yang tersedia. Walaupun banyak penelitian tentang
efektifitas berbagai media, tidak ada penelitian yang menjelaskan apabila suatu
media dapat atau tidak dapat digunakan dalam situasi belajar tertentu. 35
6. Multimedia untuk pelatihan dan pembelajaran
Persentasi multimedia dapat menggunakan beberapa macam teks, chat,
audio, video, animasi, simulasi, atau foto. Jika macam-macam komponen
tersebut digabungkan dengan baik, maka menghasilkan suatu pembelajaran
yang efektif. Siswa dapat memilih materi pembelajaran yang diinginkan, dan
komputer dapat memantau kemajuan proses belajar siswa. 36
Di dalam multimedia dalam berbagai bentuk baik dalam bentuk teks,
video, animasi, audio, simulasi atau foto. penggabungan dari berbagai bentuk
multimedia yang baik dapat menghasilkan pembelajaran yang efektif, sehingga
siswa dapat memilih sendiri materi pembelajaran.
B. Kerangka Berfikir
Penelitian Pengembangan merupakan suatu penelitian yang bertujuan
untuk menghasilkan produk sekaligus mengembangkannya melalui metode
penelitian dan pengembangan yang bisa menghasilkan produk dan mengevaluasi
produk tersebut.
Media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang bisa menjadi
perantara atau bisa menyampaikan informasi dari pengirim informasi ke penerima
informasi sedangkian media pembelajaran kimia berbasis flash merupakan
pembelajaran yang disajikan melaui media flash yang media flash itu sendiri bisa
memvisualisasikan materi kimia yang bersikap abstrak terutama sistem koloid
sehingga pembelajaran sistem koloid lebih menarik dan bisa menarik perhatian
34 Prof. Dr. Nasution, M.A., Teknologi Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011),
h. 100 35 Ibid, hlm 100 36 Ariesto Hadi Sutopo, Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pendidikan,
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), h. 120-121
26
siswa dan siswi dalam pembelajrannya. Berikut merupakan gambar 2.3 tentang
kerangka dari kerangka berfikir.
Gambar 2.3 Kerangka Berfikir
Sistem koloid
Pembelajaran
Pasif/Monoton
Media
Pembelajaran
Optimalisasi proses
Belajar/Mengajar
Karakteristik Media
Pembelajaran
Pendekatan
Kontekstual
Komponen Learning
Community
Media pembelajaran flash
berorientasi pendekatan kontesktual
komponen Learning Community
27
Materi sistem koloid merupakan materi yang berkaitan dengan partikel
dan merupakan materi yang erat dalam kehidupan sehari-hari. Dalam
pembelajaran di kelas tidak sedikit siswa merasa tidak terlalu mengerti dari
materi koloid dan menyadari bahwa materi koloid merupakan materi yang
berkaitan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini disebabkan pembelajaran pada
materi koloid disampaikan secara monoton sehingga siswa pasif dalam proses
belajar dan mengajar. Oleh sebab itu, dibutuhkan suatu media pembelajaran yang
berfungsi untuk memvisualisasikan materi sistem koloid agar siswa lebih mudah
memahami dan lebih menarik untuk mempelajari materi sistem koloid.
Proses belajar dan mengajar menggunakan media pembelajaran membuat
siswa mendapatkan informasi dari materi sistem koloid yang berbeda antara
siswa satu dan siswa lainnya, untuk memberikan suatu informasi tentang materi
koloid yang benar, dibutuhkan pendekatan kontekstual komponen Learning
Community yang bertujuan untuk menluruskan informasi yang benar antara
murid dengan murid dan murid dengan guru. Oleh karena itu, dalam penelitian
ini akan dikembangkan media pembelajaran flash berorientasi pendekatan
kontekstual komponen Learning Community.
C. Penelitian Relevan
Hasil penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh
peneliti adalah sebagai berikut:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Regina Tutik Padmaningrum, Endang
Widjayanti LFX, dan I Made Sukarna dengan judul “Pengembangan Media
Pembelajaran Kimia Berbasis Teori Belajar Kontruktivisme”, hasilnya
menunjukan bahwa melalui pembelajaran kimia berbasis Instructional
Graphics berdasarkan teori belajar Kontruktivisme dalam bentuk CD, dengan
menggunakan model procedural yang bersifat deskriptif melalui tahap
perancanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan penilaian produk
menunjukan hasil yang sangat baik.37
2. Penelitian yang dilakukan oleh Ira Novita Sari, Sulistyo Saputro, dan Ashadi
dengan judul “Pengembangan Multimedia Pembelajaran Berbasis
Macromedia Flash Sebagai Sumber Belajar Mandiri pada Materi Koloid Kelas
XI IPA SMA dan MA”, hasilnya menunjukan bahwa melalui metode
37Regina Tutik Padmaningrum, Endang Widjayanti LFX, dkk, Pengembangan Media
Pembelajaran Kimia Berbasis Teori Belajar Konstruktivisme, vol. 1, 2010, h. 1. (tersedia online: staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Regina Tutik Padmaningrum, Dra., M.Si./Pengembangan_media_pembelajaran_Regina_Tutik_P.pdf)
28
penelitian dan pengembangan (Reasearch and Development) dengan teknik
purposive sampling dan teknik pengujian kualitas multimedia menggunakan
metode angket dan metode tes, menunjukan hasil yang baik.38
3. Penelitian yang dilakukan oleh Luluk Nur Annisa dengan judul
“pengembangan media pembelajaran keterampilan computer dan pengelolaan
informasi (KKPI) berbasis multimedia interaktif menggunakan Adobe Flash
CS3 dan XML sebagai sumber belajar bagi siswa kelas X SMK Negeri 5
Yogyakarta”, hasil penelitian dan pengembangan dengan menggunakan empat
tahapan analisis kebutuhan dan pengujian Black Box adalah baik dan benar
dengan skor keseluruhan dari uji coba sebesar 3.09.39
38 Ira Novita Sari, Sulistyo Saputro, dkk, Pengembangan Multimedia Pembelajaran
Berbasis Macromedia Flash Sebagai Sumber Belajar Mandiri Pada Materi Koloid Kelas XI IPA SMA dan MA, Vol. 2, No. 3, 2013, h. 152, (tersedia online: download.portalgaruda.org/article.php?article=107523&val=4061)
39 Luluk Nur Annisa. pengembangan media pembelajaran keterampilan computer dan pengelolaan informasi (KKPI) berbasis multimedia interaktif menggunakan Adobe Flash CS3 dan XML sebagai sumber belajar bagi siswa kelas X SMK Negeri 5 Yogyakarta, 2012, h. vii
29
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Hasil pengembangan diujicobakan di SMA Nusantara 1 Tangerang. Uji
coba ini dilakukan untuk mengetahui respon terhadap media pembelajaran yang
dibuat. Adapun waktu pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada tanggal 25
Februari semester genap tahun pelajaran 2015/2016
B. Metode penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode
Pengembangan. Adapun tahapan-tahapan penelitian yang dilakukan pada
penelitian ini menggunakan tahapan yang dikemukakan oleh Bambang Warsita
yang terdiri dari tiga tahap besar, yaitu: 1) tahap perancangan; 2) tahap produksi;
dan 3) tahap evaluasi.40
Tahap perancangan adalah tahap awal dalam pengembangan media
pembelajaran dengan dilakukannya analisis kebutuhan dan pembuatan story
board, tahap produksi adalah tahapan dengan melakukan tiga tahapan yaitu
persiapan, pelaksanaan dan penyelesaian, dan tahap evaluasi adalah tahap
terakhir dalam pengembangan media pembelajaran yang memiliki dua tahapan
yaitu uji validasi dan uji coba lapangan.
C. Desain penelitian
1. Tahap perancangan
Tahap pertama pada penelitian ini adalah tahap perancangan, tahap
perancangan sendiri terdiri dari analisis kebutuhan dan penulisan naskah.
a. Analisis kebutuhan
Analisis kebutuhan pada penelitian ini digunakan untuk
mengentahui keadaan yang sebenarnya terjadi dengan keadaan yang
seharusnya. Analisis kebutuhan pada penelitian adalah analisis motivasi
belajar siswa.
40 Ibid, h. 220
30
Dalam analisis ketersediaan sarana dan prasarana dalam proses
belajar siswa dilakukan dengan cara observasi. Hasil dari observasi ini
akan digunakan sebagai acuan dalam proses pengembangan media
pembelajaran. Hasil Observasi dapat dilihat pada Lampiran 14 dan
Lampiran 15
Tabel 3.1 kisi-kisi Lembar Observasi Penilaian Media Pembelajaran
No Aspek Indikator Item Jumlah 1 Technical
Quality a. Probabilitas 1 4 b. instalasi 2 c. kelancaran
pengoperasian 3
d. dokumentasi 4 2 Usability a. konsistensi 5 1 3 Elemen
Media Visual
a. teks 6 3 b. keselarasan
warna teks dan background
7
c. ilustrasi (gambar, video animasi)
8
4 Elemen Media Audio
a. narasi 9 3 b. sound effect 10
c. backsound 11 5 pembelajar
an a. keselarasan
ilustrasi visual dan deskripsi
12 1
b. Pembuatan Storyboard
Storyboard adalah visualisasi ide dari media yang akan
dibangun, sehingga dapat memberikan gambaran dari aplikasi yang akan
dihasilkam dan dijadikan sebagai acuan dalam pembuatan media
pembelajaran ini. Storyboard dapat dilihat di Lampiran 10.
2. Tahap produksi
Dalam tahap produksi ini, peneliti melakukan tiga tahapan yaitu
persiapan, pelaksanaan dan penyelesaian.
a. Persiapan
Persiapan yang dilakukan penelitian adalah sebagai berikut:
1) Penentuan Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar dan indikator
2) Penentuan alat dan bahan pembuatan media pembelajaran
31
b. Pelaksanaan
1) Pembuatan struktur navigasi
Setelah persiapan selesai maka dilanjutkan pembuatan navigasi
yang akan digunakan sebagai penuntun alur dalam pembuatan media
pembelajaran ini.
2) Pembuatan desain layout flow screen
Pembuatan desain lyout flow screen berguna untuk
menentukan urutan tampilan yang akan ditampilkan dan apa saja yang
akan ditampilkan dalam setiap menu dari media pembelajaran yang
dibuat berdasarkan storyboard.
c. Penyelesaian
Setelah tahap persiapan dan pelaksanaan telah dilakukan maka
akan dilanjutkan ke tahap penyelesaian yang akan menghasilkan produk
awal media. Produk awal ini akan diujikan kelayakannya kepada para ahli
media dan materi pada tahap evaluasi
3. Tahap Evaluasi
Tahap evaluasi merupakan tahap yang dilakukan untuk memastikan
bahwa kualitas media pembelajaran yang sedang dikembangkan mutunya
terjamin dengan baik. Pada tahap ini terdiri dari beberapa tahap sebagai
berikut:
a. Uji validasi
Validasi adalah sesuatu yang menunjukan tingkat kevalidan atau
kestabilan sesuatu instrument dimana tes itu dapat mengukur apa yang
sebenarnya akan diukur. Uji validitas yang dilakukan terhadap media
pembelajaran adalah uji validitas isi (content validity), yaitu validitas
suatu alat ukur dipandang dari segi “isi” (content) bahan pelajaran yang
dicakup oleh alat ukur tersebut dengan pertimbangan para ahli. Sebanyak
5 para ahli yang memvalidasi isi dengan nilai rata-rata CVI (Content
Validity Index) sebesar 1.41
Setelah produk awal media pembelajaran selesai maka akan
dilanjutkan ke tahap uji validasi. Tahap ini dilakukan untuk mengetahui
kelayakan media pembelajaran yang telah dibuat melalui penilaian para
ahli sebagai validator baik ahli media maupun ahli materi yang nantinya
hasil dari penilaian para ahli tersebut digunakan untuk mengembangkan
41 C. H. Lawshe. A Quantitative Approach To Content Validity. Pardue University. H. 267-268
32
media pembelajaran yang dibuat sampai media pembelajaran tersebut
dinilai layak oleh validator.
b. Uji coba lapangan
Setelah media pembelajaran yang dibuat divalidasi dan direvisi
maka selanjutnya peneliti akan melakukan uji coba lapangan berupa uji
coba terbatas guna untuk mengetahui respon siswa dan respon guru
terhadap media pembelajaran yang telah dibuat sebagai data pendukung
pembuatan media pembelajaran ini.
33
MATERI KOLOID
ANALISIS KEBUTUHAN
ANALISIS BELAJAR
PEMBUATAN STORYBOARD
VALIDASI STORYBOARD YA PEMBUATAN MEDIA
PEMBELAJARAN
VALIDASI MEDIA
YA
UJI COBA
TIDAK
TIDAK
PENGAMBILAN DATA
PENGOLAHAN DATALAPORAN
Gambar 3.1 Desain Penelitian
D. Instrument penelitian
Instrument merupakan alat bantu bagi peneliti dalam menggunakan
metode pengumpulan data. Pada penelitian ini terdapat beberapa instrument
penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian yaitu:
34
1. Lembar observasi berbentuk checklist yang digunakan untuk mengumpulkan
data dengan teknik observasi
2. Instrument angket untuk penelitian media pembelajaran media pembelajaran
yang dikembangkan dinilai oleh ahli media pembelajaran dan ahli materi
kimia berdasarkan kriteria multimedia interaktif yang digunakan oleh
Thorn.42 Selain itu, media pembelajaran juga akan diujicobakan untuk
mendapatkan respon pengguna media pembelajaran tersebut yaitu siswa dan
guru. Lembar instrument ahli Media dapat dilihat pada Lampiran 2, lembar
instrument Materi dapat dilihat pada Lampiran 4, lembar Respon Guru dapat
dilihat pada Lampiran 5 dan lembar Respon Siswa dapat dilihat pada
Lampiran 6. Berikut merupakan kisi-kisi instrument penilaian media
pembelajaran untuk ahli media dan ahli materi serta untuk siswa dan guru.
Tabel 3.2 kisi-kisi angket penilaian media pembelajaran untuk ahli media
No Indikator Jumlah 1 Kesesuaian
media dengan tujuan yang akan dicapai
19
2 Kesesuaian visual dengan materi
7
3 Kesesuaian visual dengan kelompok sasaran
8
4 Kesesuaian caption dengan materi sajian
7
Kisi-kisi angket penilaian media pembelajaran untuk ahli media dengan masing-
masing kriteria yang disesuaikan dengan indikator sebanyak 41 kriteria. Angket ini
selanjutnya akan digunakan untuk ahli media dalam tahap validasi terhadap ahli media
42 Warwick J. Thorn, “Points to Consider when Evaluation Interactive Multimedia”, The
Internet TESL Journal, Vol. 2, No. 4, 1995, h.1
35
Tabel 3.3 kisi-kisi angket penilaian media pembelajaran untuk ahli materi
Kisi-kisi angket penilaian media pembelajaran untuk ahli materi dengan masing-
masing kriteria yang disesuaikan dengan indikator sebanyak 44 kriteria. Angket ini
selanjutnya akan digunakan untuk ahli materi dalam tahap validasi terhadap ahli materi.
Tabel 3.4 kisi-kisi angket penilaian media pembelajaran untuk siswa dan guru
Aspek Indikator Nomor Butir Pertanyaan
Siswa Guru Kemudahan
Navigasi Kemudahan pengoprasian 1,2 1,2 Petunjuk penggunaan 3 3 Kemampuan mengakses kekonsistenan tombol
4 4
Kemudahan pengoperasian tombol navigasi
5 5
Fungsi timer 6 6 Kandungan
Kognisi Kesesuaian materi dengan SK - 7 Kesesuaian materi dengan KI - 8 Kesesuaian materi dengan indikator - 9 Kesesuaian materi dengan tujuan pembelajaran
- 10
No Indikator Jumlah 1 Ketepatan/keakuratan
materi 3
2 Kedalaman dan keluasan materi 5
3 Kesesuaian materi dengan indikator 4
4 Kesesuaian visual dengan materi 17
5 Kecukupan (sufficiency) materi 5
6 Kemutakhiran 2
7 Pendekatan Learning Community 8
36
Kemudahan memahami materi 7 11,12 Kesesuaian pertanyaan dengan SK - 13 Kesesuaian pertanyaan dengan KI - 14 Kesesuaian pertanyaan dengan indikator - 15
Persentasi informasi
Kemampuan meningkatkan motivasi belajar
8 -
Kemampuan membantu dalam memahami materi
9 16
Integrasi Kemampuan meningkatkan kemahiran penggunaan media flash
10 -
Kemampuan membantu dalam pemanfaatan media flash
11,12 17
Artistik dan estetika
Kejelasan teks 13 18 Kesesuaian gambar 14 - Kesesuaian background dengan teks 15 19 Kesesuaian bahasa yang digunakan dengan EYD
16 20
Fungsi secara keseluruhan
Kemampuan membantu siswa belajar mandiri
17 21
Kemampuan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan
18 22
Kemampuan memenuhi kebutuhan belajar 19,20,21 23
Kisi-kisi angket penilaian media pembelajaran untuk siswa dan guru dengan
masing-masing indikator pada aspek tertentu memiliki total indikator sebanyak 21
indikator. Selanjutnya, angket ini akan digunakan untuk siswa dan guru untuk mengetahui
bagaimana pengembangan media pembelajaran flash
E. Teknik Analisis Data
Data yang telah diperoleh dari angket respon siswa dan guru
ditabulasikan dan kemudia dicari persentasenya serta dianalisis. Perhitungan
persentase menggunakan rumus berikut:
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙× 100%
Data yang telah dipersentasikan akan diubah dalam bentuk predikat agar
mudah dibaca dan dipahami sehingga memudahkan dalam menyimpulkan
penilaian media pembelajaran termasuk dalam kategori sangat baik, baik, cukup,
37
kurang atau sangat kurang sesuai dengan pedoman penilaian yang digunakan oleh
Ridwa Susanto.43
Tabel 3.5 kriteria Interprestasi Skor
No. Interval Skor Kategori 1 81-100% Sangat baik 2 61-80% Baik 3 41-60% Cukup 4 21-40% Kurang 5 1-20% Sangat Kurang
43 Ridwan dan Sunarto. Pengantar Statistika untuk Penelitian: Pendidikan, Sosial, Komunikasi,
Ekonomi dan Bisnis, (Bandung: Alfabet. 2012), Cet. VII, h.30.
38
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkam dan mengembangkan media
pembelajaran kimia berbasis flash pada materi sistem koloid. Tahap
pengembangan yang dilakukan pada penelitian ini mengacu pada model yang
digunakan oleh Bambang Warsita yang terdiri dari tiga tahap yaitu tahap
perancangan, tahap produksi dan tahap evaluasi.44
1. Tahap perancangan
a. Analisis kebutuhan
Tahap analisis kebutuhan yang dilakukan berupa identifikasi awal
di SMAN 5 Kota Tangerang dan SMA Nusantara 1 Kota Tangerang
terkait keadaan media dan sarana pada proses pembelajaran yang
dilakukan. Analisis kebutuhan yang dilakukan pada penelitian ini
menggunakan aspek penilaian berbentuk checklist yang diberikan kepada
salah satu guru. Dimana data hasil analisis kebutuhan tersebut dapat
dilihat pada Lampiran 2. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari analisis
kebutuhan siswa, didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 4.1 Observasi Penilaian Media Pembelajaran
No. Pernyataan SMAN 5 Tangerang
(%)
SMA Nusantara 1 Tangerang
(%) 1 Technical Quality 81,25 37,5
2 Usability 75 25 3
Elemen Media Visual 91,67 41,67
4
Elemen Media Audio 75 33,33
5 Pembelajaran 100 25 Rata-rata (%) 83.33 41,67
44 Bambang Warsita, Teknologi Pembelajaran Landasan & Aplikasinya, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2008), h. 227.
39
Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa persentase rata-rata
yang di dapatkan ditiap sekolah memiliki persentase yang berbeda, rata-
rata persentase yang diperoleh di SMAN 5 Kota Tangerang adalah
83,33% yang termasuk kedalam kategori sangat baik sedangkan rata-rata
persentase yang diperoleh di SMA Nusantara 1 Kota Tangerang adalah
35,4% yang termasuk kedalam kategori sangat kurang. Hal ini dapat
terjadi karena keterbatasan multimedia yang tersedia di SMAN 5 Kota
Tangerang berbeda dengan multimedia yang tersedia di SMA Nusantara
1 Kota Tangerang, dilihat dari persentase yang diperoleh dari hasil
observasi terlihat bahwa SMA Nusantara 1 Kota Tangerang memerlukan
pengembangan multimedia agar multimedia di SMA Nusantara 1 Kota
Tangerang dapat termasuk kedalam katergori baik.
b. Pembuatan story board
Story board merupakan penjabaran dari alur pembelajaran yang
sudah di desain yang berisi informasi pembelajaran dan prosedur serta
petunjuk pembelajaran.45 Berikut merupakan story board yang digunakan
pada penelitian ini:
Tabel 4.2 Storyboard Media flash pada Materi Koloid
No. Keterangan Visual Audio 1 Opening Animasi kimia, identitas pembuat, dan
identitas instansi Back Sound
2 Main Menu Menu Program (on link) 1. Larutan, Koloid & Suspensi 2. Koloid 3. Aplikasi Koloid
Back Sound
3 Main Menu-Larutan, Koloid,
dan Suspensi
SubMain Menu: 1. Pembuatan 2. Sifat
Back Sound
4 Sub Main Menu-Pembuatan
Materi mengenai pembuatan larutan, koloid, dan suspense
Back Sound
5 Sub Main Menu-Sifat
Materi mengenai sifat dari larutan, koloid, dan suspensi berdasarkan
penyaringan, didiamkan, dan disaring
Back Sound
6 Main Menu-Koloid Sub Main Menu: 1. Pembuatan Koloid 2. Sifat-sifat Koloid 3. Jenis-jenis Koloid
Back Sound
7 Sub Main Menu-Pembuatan Koloid
Materi mengenai pembuatan koloid dengan menggunakan cara kondensasi dan
dispersi
Back Sound
8 Sub Main Menu- Materi mengenai sifat-sifat koloid Back Sound
45 Deni Darmawan, Teknologi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosadakarya, 2011), h. 75.
40
Sifat-sifat Koloid berdasarkan efek tyndall, gerak brown, dialysis, dan koagulasi
9 Sub Main Menu-Jenis-jenis koloid
Materi mengenai jenis-jenis koloid seperti aerosol, emulsi, busa, dan sol
Back Sound
10 Main Menu-Aplikasi Koloid
Sub Main Menu: 1. Aplikasi 2. Evaluasi 3. Credits
Back Sound
11 Sub Main Menu-Aplikasi
Video tentang aplikasi koloid diantaranya video tentang pencucian ginjal, cola cola+milk experiment,
flocculation process, globecore colloid mill, dan water treatment process
Back Sound
12 Sub Main Menu-Evaluasi
Soal soal tentang materi koloid berbentuk pilihan ganda yang terdiri dari
20 soal
Back Sound
13 Sub Main Menu-Credits
Identitas pembuatdan instansi
Back Sound
Tabel 4.2 dibuat berdasarkan bagian-bagian yang telah dibuat
dari media pembelajaran, dari awal sampai akhir. Pada bagian awal
terdapat bagian opening atau pembuka kemudian dilanjutkan dengan
menu yang didalamnya terdiri dari beberapa menu lagi atau disebut
sebagai submenu dan diakhiri dengan penutup.
2. Tahap Produksi
Tahap kedua merupakan tahap produksi, yaitu pembuatan draft
produk media pembelajaran kimia interaktif berbasis flash. Tahap ini
dilakukan setelah mealkukan analisis kebutuhan tersebut dilakukan sebagai
acuan pembuatan media pembelajaran berbasis flash ini. Tahap produksi ini
terdiri dari persiapan pembuatan media pembelajaran, pelaksanaan
pembuatan media pembelajaran dan penyelesaian pembuatan media
pembelajaran.
a. Persiapan Pembuatan Media Pembelajaran
Langkah yang dilakukan pada persiapan pembuatan media
pembelajaran adalah pemilihan materi dan pembuatan soal yang akan
dimasukkan kedalam media. Materi dan soal dipilih berdasarkan Standar
Kompetensi, Kompetensi Inti dan indicator sesuai silabus mata pelajaran
SMA kelas XI. Kemudian dilanjutkan penentuan komponen media
beserta alat dan bahan yang digunakan untuk pembuatan media.
41
1) Penentuan Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, Indikator,
pembuatan materi dan pembuatan soal.
KI, KD dan indikator yang digunakan pada penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a) Kompetensi Inti
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli,
santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta
damai, responsif dan proaktif) dan menunjukkan sikap sebagai
bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam
serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia
3. Memahami, menerapkan dan menjelaskan pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural dan metakognitif dalam ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban
terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan diri yang dipelajari di
sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta
mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan
b) Kompetensi dasar
KD 3.15 Mengelompokkan sifat-sifat koloid dan penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari
KD 4.14 Membuat berbagai sistem koloid dengan bahan-bahan yang
ada disekitarnya serta menganalisis sifat-sifat dari sistem
koloid yang dibuat
c) Indikator
1. Membuat larutan, suspensi, dan koloid
2. Mengidentifikasi sifat-sifat larutan, suspensi, dan koloid
3. Membuat sistem koloid dengan berbagai bahan disekitar
4. Menganalisis sifat-sifat koloid dari animasi flash yang dibuat
42
5. Mengelompokan jenis-jenis koloid berdasarkan animasi flash
6. Menjelaskan penerapan sifat-sifat koloid dalam kehidupan sehari-
hari
d) Pembuatan soal
Soal yang dibuat akan digunakan pada bagian akhir disetiap
materi dan evaluasi di media pembelajaran berbasis flash ini melalui
tahap validasi dosen pendidikan kimia.
2) Penentuan Alat dan Bahan Pembuatan Media Pembelajaran
Alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan media pembelajaran
kimia berbasis flash ini adalah sebagai berikut:
a) Personal Computer(PC) atau laptop
b) Software Photoshop untuk mengelola gambar dan desain layout aplikasi
c) Corel Video Studio: untuk memotong dan memformat konten video
d) Adobe Flash untuk membuat konten animasi dan tombol
e) Adobe Director 11 untuk menggabungkan semua konten dan member
program interaksi antar menu
f) Buku-buku pelajaran kimia sebagai literature dalam pembuatan materi
dan soal
b. Pelaksanaan Pembuatan Media Pembelajaran
Pada tahap pelaksanaan pembuatan media pembelajaran, media
storyboard yang berguna dalam pembuatan media.
1) Struktur Navigasi
Struktur Navigasi ini akan dignakan sebagai acuan dalam pembutan
sebuah aplikasi multimedia atau dapat dianalogikan sebagai diagram alur
dalam perancangan bahasa pemrograman. Memiliki fungsi untuk
menggambarkan dengan jelas hubungan dan rantai kerja seluruh elemen
yang akan digunakan dalam aplikasi. Dengan penggambaran struktur
navigasi, pembuat aplikasi dapat sistematis dan mudah.
2) Desain Tampilan Flow Screen
Desain Tampilan flow screen ini menampilkan alur tampilan media
pembelajaran yang dibuat berdasarkan storyboarddari halaman awal sampai
tampilan yang lainnya. Sedangkan untuk urutan materi dibuat berdasarkan
indikator yang disajikan pada analisis indikator. Desain Tampilan flow
screen dapat dilihat pada gambar 4.1
43
Gambar. 4.1 Tampilan Flow Screen
Pada bagian awal software terdapat tampilan profile, setelah itu masuk
ke tampilan main menu yang terdiri dari larutan, koloid dan suspensi, koloid dan
aplikasi koloid. Dalam setiap menu terdapat submenu, yang menjelaskan koloid
secara keseluruhan. Pada bagian akhir terdapat tampilan credit terdapat identitas
peneliti, pembuat software dan instansi.
c. Penyelesaian Pembuatan Media Pembelajaran
Penyelesaian pembuatan media pembelajaran yang hasilnya adalah
produk awal media. Produk awal ini memiliki Tampilan sebagai berikut
Profile; Main Menu; Pembuatan larutan ; Pembuatan Koloid; Pembuatan
suspense; Pertanyaan; Larutan dengan cara didiamkan ; Koloid dengan cara
didiamkan; Suspensi dengan cara didiamkan; Larutan dengan cara didiamkan;
Koloid dengan cara penyaringan; Suspensi dengan cara penyaringan; pertanyaan;
kondensasi; Dispersi; Pertanyaan; Dialysis; Efek Tyndall; Gerak Brown;
Dispersi; Pertanyaan; jenis-jenis koloid; pencucian Ginjal; cola-cola and milk;
Flocculation process; Globecore Colloid M; Water Treatment Process dan
Evaluasi.
Profile
Main menu
Larutan, koloid, dan suspensi Koloid Aplikasi koloid
Pembuatan Sifat
Pembuatan
koloid
Sifat-sifat
koloid
Jenis-
jenis
koloid
Aplikasi Evaluasi Credit
44
3. Evaluasi
Setelah pembuatan produk awal media telah selesai, maka tahap
selanjutnya adalah tahap evaluasi. Tahap evaluasi ini digunakan untuk mengetahui
kelayakan media pembelajaran yang telah dibuat. Kelayakan media yang telah
dibuat dapat diketahui dari uji validasi oleh para ahli, yang terdiri dari ahli media
dan ahli materi kemudia berikutnya dilanjutkan ke tahap uji coba lapangan dengan
tujuan untuk mengetahui respon guru dan siswa.
a. Uji Validasi
1) Validasi ahli media I
a) Validasi awal
Data hasil Validasi awal oleh ahli media pada pengembangan
media pembelajaran flash ini dapat dilihat pada lampiran 7 berdasarkan
hasil validasi media tersebut diketahui bahwa masih ada kriteria yang
belum dinilai layak oleh ahli media yaitu pada aspek kesesuaian visual
terhadap kelompok sasaran, sehingga diperlukan uji validasi media
kepada ahli media kembali. Berikut gambar media sebelum divalidasi:
Gambar 4.2 Media Sebelum di Validasi I
Pada bagian awal menu pembukaan terlihat huruf yang
digunakan secara keseluruhan merupakan huruf Kapital, pada bagian
45
dialisis terdapat gambar nanas yang dianggap tidak perlu dan
mengganggu, pada bagian akhir tidak ada identitas pembuat media dan
pada saat penyaringan koloid sebelum penyaringan dan hasil penyaringan
sama.
b) Validasi akhir
Karena pada hasil validasi awal yang dilakukan oleh ahli media
terdapat beberapa kriteria yang tidak layak, maka dilanjutkan validasi
selanjutnya dengan data hasil validasi:
Gambar 4.3 Media sesudah di Validasi I
Pada bagian awal menu pembukaan sudah diubah sehingga secara
keseluruhan tidak menggunakan huruf Kapital, pada bagian dialisis
gambar nanas yang dianggap tidak memberikan makna sudah
dihilangkan, pada bagian penutup sudah diberikan identintas pembuat
media atau credit, dan pada bagian penyaringan koloid sudah dibedakan
sebelum penyaringan dan sesudah penyaringan.
Setelah media pembelajaran berbasis flash ini dibuat, dilakukan
pengecakan dan penyempurnaan media melalui validasi ahli media dan
ahli materi. Validasi materi dilakukan oleh dosen kimia UIN Syarif
46
Hidayatullah Jakarta yang berjumlah 2 orang. Hasil validasi dapat dilihat
pada Tabel 4.3
Tabel. 4.3 Hasil Validasi ke-1 Media oleh Ahli Media
No Aspek Persentase validasi ke-
I (%) Kategori
Persentase validasi ke-
II (%) Kategori
1 Kesesuaian media dengan tujuan yang akan dicapai
84,21 Sangat baik 100 Sangat
baik
2 Kesesuaian visual dengan materi
85,71 Sangat baik 100 Sangat
baik
3 Kesesuaian visual dengan kelompok sasaran
62,50 Baik 100 Sangat baik
4 Kesesuaian caption dengan materi sajian
71,43 Baik 100 Sangat baik
Berdasarkan Tabel 4.3 yang menunjukan hasil validasi media oleh ahli
media menunjukan bahwa persentase terbesar pada validasi pertama
ditunjukan pada aspek kesesuaian visual dengan materi yaitu sebesar 85,71%
yang termasuk kedalam kategori sangat baik dan persentase terkecil
ditunjukan pada aspek kesesuaian visual dengan kelompok sasaran yaitu
sebesar 62,50% yang termasuk kedalam kategori baik. Selanjutnya persentase
pada validasi kedua semua aspek sudah 100% yaitu dalam kategori sangat
baik, yang menunjukan bahwa media yang dibuat sudah dinyatakan valid oleh
ahli media.
2) Validasi ahli media II
a) Validasi awal
Berdasarkan validasi yang dilakukan oleh validator media
terdapat beberapa aspek yang dianggap tidak layak, diantaranya adalah
kesesuaian efek suara pada setiap interaksi media, kesesuaian pemilihan
musik pada aplikasi, paduan warna pada aplikasi serasi, kemenarikan
objek animasi dan gambar yang disajikan untuk menentukan jenis-jenis
koloid dan layout pada media pembelajaran flash tepat. Secara
keseluruhan dari hasil validasi, kekurangan media terletak ditampilan
menu utama yang kurang sesuai dengan kaidah interface, dimana
47
baground warna pada bagian slide kurang serasi dan animasi pada bagian
sendok harus lebih jelas. Berikut merupakan gambar media sebelum
divalidasi:
Gambar 4.4 Media sebelum di Validasi II
Pada bagian pembuatan larutan, koloid dan suspensi warna
baground pada masing-masing pembuatan larutan, koloid dan
suspensi sama
b) Validasi akhir
Karena pada hasil validasi awal yang dilakukan oleh ahli media
terdapat beberapa kriteria yang tidak layak, maka dilanjutkan validasi
selanjutnya, dimana kekurangan dari tampilan baground yang warnanya
kurang serasi diperbaiki hingga warna dan animasi sesuai dengan desain
interface. Berikut merupakan hasil media sesudah di validasi:
48
Gambar 4.5 Media sesudah di Validasi II
Pada bagian pembuatan larutan, koloid dan suspensi baground
pada masing-masing pembuatan larutan, koloid dan suspensi sudah
menunjukan warna baground yang berbeda-beda
Setelah media pembelajaran berbasis flash ini dibuat, dilakukan
pengecakan dan penyempurnaan media melalui validasi ahli media dan
ahli materi. Berikut merupakan tabel 4.4 dari hasil validasi ke-2 oleh ahli
media.
Tabel. 4.4 Hasil Validasi ke-2 Media oleh Ahli Media
No Aspek Persentase validasi ke-
I (%) Kategori
Persentase validasi ke-
II (%) Kategori
1 Kesesuaian media dengan tujuan yang akan dicapai
84,21 Sangat baik 100 Sangat
baik
2 Kesesuaian visual dengan materi
100 Sangat baik 100 Sangat
baik
3 Kesesuaian visual dengan kelompok sasaran
75,00 Baik 100 Sangat baik
4 Kesesuaian 100 Sangat 100 Sangat
49
caption dengan materi sajian
baik baik
Berdasarkan Tabel 4.4 yang menunjukan hasil validasi media oleh ahli
media menunjukan bahwa persentase terbesar pada validasi pertama
ditunjukan pada dua aspek yaitu pada aspek kesesuaian visual dengan materi
dan aspek kesesuaian caption dengan materi sajian yaitu sebesar 100% yang
termasuk kedalam kategori sangat baik dan persentase terkecil ditunjukan pada
aspek kesesuaian visual dengan kelompok sasaran yaitu sebesar 75,00% yang
termasuk kedalam kategori baik. Selanjutnya persentase pada validasi kedua
semua aspek sudah 100% yaitu dalam kategori sangat baik, yang menunjukan
bahwa media yang dibuat sudah dinyatakan valid oleh ahli media.
3) Validasi ahli materi I
a) Validasi awal
Data hasil validasi awal oleh ahli materi pada pengembangan
media pembelajaran flash ini dapat dilihat pada lampiran 8 berdasarkan
hasil validasi materi tersebut diketahui bahwa masih ada kriteri yang
belum dinilai layak oleh ahli materi yaitu pada aspek kesesuaian materi
dengan indikator, sehingga diperlukan uji validasi materi kepada ahli
materi kembali.
b) Validasi akhir
Karena pada hasil validasi awal yang dilakukan oleh ahli materi
terdapat eberapa kriteria yang tidak layak, maka dilanjutkan validasi
selanjutnya dengan data validasi tersebut selengkapnya dapat dilihat pada
lampiran
Setelah media pembelajaran berbasis flash ini dibuat, dilakukan
pengecakan dan penyempurnaan materi melalui validasi oleh 2 orang ahli
media dan 2 orang ahli materi. Validasi materi dilakukan oleh dosen
kimia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang berjumlah 2 orang. Hasil
validasi dapat dilihat pada Tabel 4.4
Tabel. 4.4 Hasil validasi Materi oleh Ahli Materi
No Aspek Persentasi validasi ke-
I (%) Kategori
Persentasi validasi ke-
II (%) Kategori
1 Ketepatan/keakurata 100 Sangat 100 Sangat
50
n materi baik baik 2 Kedalaman dan
keluasan materi 100 Sangat
baik 100 Sangat
baik 3 Kesesuaian materi
dengan indicator 0 Sangat
kurang 100 Sangat
baik 4 Kesesuaian visual
dengan materi 100 Sangat
baik 100 Sangat
baik 5 Kecukupan
(sufficiency) 100 Sangat
baik 100 Sangat
baik 6 Kemukhtahiran 100 Sangat
baik 100 Sangat
baik 7 Pendekatan learning
community 100 Sangat
baik 100 Sangat
baik
Berdasarkan Tabel 4.3 yang menunjukan hasil validasi materi oleh ahli
materi yang menunjukan bahwa semua aspek pada validasi pertama memiliki
persentase sebesar 100% yang termasuk kedalam kategori sangat baik kecuali
pada aspek kesesuaian materi dengan indikator yang memiliki persentase 0%
yang termasuk kedalam kategori sangat kurang. Sedangkan, pada validasi kedua
semua aspek memiliki persentase sebesar 100% yang termasuk kedalam kategori
sangat baik.
4) Validasi ahli materi II
a) Validasi awal
Data hasil validasi awal oleh ahli materi pada pengembangan
media pembelajaran flash diketahui bahwa masih ada kriteri yang belum
dinilai layak oleh ahli materi yaitu pada aspek ketepatan dan keakuratan
materi, karena pada analisis indikator belum terdapat kompetensi dasar
dan tujuan dari pembelajaran disetiap indikator pembelajaran sehingga
diperlukan uji validasi materi kepada ahli materi kembali.
b) Validasi akhir
Karena pada hasil validasi awal yang dilakukan oleh ahli materi
terdapat beberapa kriteria yang tidak layak, maka dilanjutkan validasi
selanjutnya.
Validasi selanjutnya dilakukan untuk menyempurnakan materi dari
media pembelajaran flash yaitu dengan menambahkan kompetensi dasar
dan tujuan pembelajaran pada setiap indikator pembelajaran.
Setelah media pembelajaran berbasis flash ini dibuat, dilakukan
pengecakan dan penyempurnaan materi melalui validasi oleh 2 ahli
51
media dan ahli materi. Validasi materi dilakukan oleh dosen kimia UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Hasil validasi dapat dilihat pada Tabel 4.4
Tabel. 4.4 Hasil validasi Materi oleh Ahli Materi
No Aspek Persentasi validasi ke-
I (%) Kategori
Persentasi validasi ke-
II (%) Kategori
1 Ketepatan/keakuratan materi
66,67 Baik 100 Sangat baik
2 Kedalaman dan keluasan materi
100 Sangat baik
100 Sangat baik
3 Kesesuaian materi dengan indicator
75 Baik 100 Sangat baik
4 Kesesuaian visual dengan materi
94,12 Sangat baik
100 Sangat baik
5 Kecukupan (sufficiency)
100 Sangat baik
100 Sangat baik
6 Kemukhtahiran 100 Sangat baik
100 Sangat baik
7 Pendekatan learning community
100 Sangat baik
100 Sangat baik
Berdasarkan Tabel 4.3 yang menunjukan hasil validasi materi oleh ahli
materi yang menunjukan bahwa aspek tertinggi yaitu pada aspek kedalaman dan
keluasan materi, kecukupan, kemukhtahiran dan pendekatan Learning
Community yang memiliki persentase sebesar 100% yang termasuk kedalam
kategori sangat baik kecuali pada aspek ketepatan/keakuratan materi yang
memiliki persentase 66,67% yang termasuk kedalam kategori baik. Sedangkan,
pada validasi kedua semua aspek memiliki persentase sebesar 100% yang
termasuk kedalam kategori sangat baik.
b. Uji Coba Lapangan
Karena uji validasi yang sudah dilakukan didapatkan hasil yang layak di
setiap aspek dan kriteria maka penelitian ini dapat dilanjutkan ke tahap
selanjutnya yaitu tahap implementasi. Pada tahap ini media pembelajaran kimia
berbasis flash diimpelmentasikan pada siswa kelas XII SMA Nusantara
Tangerang. Uji coba lapangan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
penilaian siswa dan guru terhadap media pembelajaran yang telah dibuat.
1) Analisis Respon Siswa
Penilaian media pembelajaran oleh siswa dilakukan dengan meminta
siswa mengisi angket respon siswa yang telah diberikan kepada siswa kelas
52
XII IPA SMA Nusantara 1, dimana data dari hasil analisis respon siswa
tersebut dapat dilihat pada lampiran. Berdasarkan angket respon siswa
didapatkan hasil peniliaian yang dapat dilihat pada Tabel 4.5 dibawah ini
Tabel. 4.5 Hasil Angket Respon Siswa
No Aspek yang dinilai Persentase (%) Kategori 1 Kemudahan navigasi 83,33 Sangat baik 2 Kandungan kognisi 86,67 Sangat baik 3 Persentasi informasi 74,58 Baik 4 Integrasi media 76,39 Baik 5 Artistic dan estetika 73,54 Baik 6 Fungsi secara keseluruhan 81,83 Sangat baik
Rata-rata 79,39 Baik
Kategori yang digunakan pada angket respon siswa ini menggunakan
pedoman penilaian yang digunakan oleh Ridwan Sunarto.46 Berdasarkan hasil
angket respon siswa terhadap media pembelajaran flash diketahui bahwa
aspek kandungan kognisi mendapatkan persentase tertinggi yaitu sebesar
86,67% dengan kategori sangat baik dan aspek artistic dan estetika
mendapatkan persentase terendah yaitu sebesar 73,54% dengan kategori baik.
Dan dari persentase rata-rata dapat disimpulkam bahwa penilaian media
pembelajaran berbasis flash ini termasuk dalam kategori baik karena memiliki
total persentase rata-rata sebesar 79,39%
2) Analisis Respon Guru
Penilaian media pembelajaran oleh guru juga dilakukan dengan angket
yaitu dengan meminta guru mata pelajaran kimia mengisi angket respon guru
yang telah diberikan kepada guru kimi SMA Nusantara 1 Tangerang, dimana
data dari hasil analisis respon guru tersebut dapat dilihat pada lampiran.
Berdasarkan angket respon guru didapatkan hasil penilaian yang dapat dilihat
pada Tabel 4.6
Tabel. 4.6 Hasil Angket Respon Guru
No Aspek yang Dinilai Persentase (%) Kategori 1 Kemudahan navigasi 87,50 Sangat baik 2 Kandungan kognisi 88,80 Sangat baik 3 Persentasi informasi 75,00 Baik 4 Integrasi media 75,00 Baik
46Ridwan dan Sunarto. Pengantar Statistika untuk Penelitian : Pendidikan, Sosial,
Komunikasi, Ekonomi dan Bisnis, (Bandung : Alfabet. 2012), Cet. V, h. 23.
53
5 Artistic dan estetika 75,00 Baik 6 Fungsi secara keseluruhan 91,67 Sangat baik
Rata-rata 82,16 Sangat baik
Berdasarkan hasil angket respon guru terhadap media pembelajaran
berbasis flash diketahui bahwa aspek fungsi secara keseluruhan mendapatkan
persentase tertinggi yaitu sebesar 91,67% dan aspek integrasi media dan
artistic dan estetika mendapatkan persentase terendah yaitu sebesar 75%. Dan
dari hasil persentase rata-rata angket respon guru dapat disimpulkam bahwa
penilaian media pembelajaran berbasis flash ini termasuk dalam kategori
sangat baik karena memiliki total persentase rata-rata sebesar 82,16%.
B. Pembahasan
1. Hasil Uji Validasi Produk
a. Uji Validasi Ahli Media
Berdasarkan hasil uji validasi awal ahli media, telah didapatkan aspek
yang dinilai tidak layak yaitu kesesuaian visual dengan kelompok sasaran.
yaitu pada kriteria kemenarikan tampilan penutup aplikasi pada media
pembelajaran flash, layout pada media pembelajaran flash tepat, dan ukuran
tulisan pada media pembelajaran flash tepat.
Kriteria kemenarikan tampilan penutup aplikasi pada media
pembelajaran flash dinilai tidak layak pada validator, karena pada media
pembelajaran flash seharusnya penutupnya adalah identitas penulis dan
pembuat media. Kriteria layout pada media pembelajaran flash tepat dinilai
tidak layak oleh validator, karena layout pada tampilan beberapa slide
belum sesuai penempatannya, semua layout pada tampilan setiap slide
digeser disebelah kiri sehingga tidak mengganggu tampilan animasi atau
video pada setiap slidenya. Kriteria selanjutnya yaitu ukuran tulisan pada
media pembelajaran flash tepat dinilai tidak layak karena ukuran tulisan pada
media terlalu besar atau kurang proposional sehingga perbaikan pada tulisan
diubah menjadi lebih proposional.
Berdasarkan lembar validasi instrument evaluasi media pada
indikator kesesuaian media dengan materi oleh ahli media membuat media
pembelajaran berbasis flash ini memiliki kontras warna pada aplikasi tepat
dan panduan warna gambar pada aplikasi serasi. jika dibandingkan dengan
media pembelajaran berbasis flash lainnya yang sudah ada seperti yang telah
54
dibuat oleh Siti Juriah, dimana komposisi warna kurang menarik, layar
terlalu gelap dan kursor yang diikuti animasi mengganggu konsentrasi.
Sedangkan pada media pembelajaran berbasis flash yang dibuat oleh peneliti
memiliki kontras warna pada aplikasi tepat dan panduan warna gambar pada
aplikasi serasi.
Validasi yang dilakukan kepada ahli teknologi pembelajaran adalah
hal yang penting dilakukan dalam proses pengembangan media
pembelajaran berbasis flash, untuk meninjau berbagai aktivitas, bahan,
metode, media dan teknologi, serta instrument-instrumen penilaian termasuk
dalam menilai kesesuaian antara semua komponen yang terbangun dalam
rancangan tersebut dengan tinjauan pembelajaran. Adapun berbagai
kekeliruan yang berkaitan dengan bahan, konten, dan berbagai aktivitas
pembelajaran yang mengiringinya kemudian direvisi dan disempurnakan.47
b. Uji Validasi Ahli Materi
Berdasarkan hasil uji validasi ahli materi, aspek yang dinilai tidak
layak yaitu aspek kesesuaian materi dengan indikator yaitu pada kriteria
materi perbedaan larutan, koloid, dan suspensi sudah sesuai dengan
indikatornya, materi jenis-jenis koloid sudah sesuai dengan indikatornya,
materi pembuatan koloid sudah sesuai dengan indikatornya, dan materi sifat-
sifat dan penerapan koloid sudah sesuai dengan indikatornya. Seharusnya
pada indikator membuat larutan, koloid, dan suspensi materinya adalah
perbedaan koloid, larutan, dan suspense bukan sistem koloid.
Validasi oleh ahli materi dilakukan berdasarkan perhitungan yang
dilakukan oleh Lawshe, dimana dari hasil validasi menunjukan bahwa semua
aspek pada uji validasi materi media pembelajaran flash sudah valid dengan
kategori nilai 1. Nilai tersebut menunjukan bahwa media pembelajaran flash
sudah valid.
Aspek lain pada validasi ahli materi untuk validasi pertama sudah
tergolong dalam kategori sangat baik persentase sebesar 100% aspek
tersebut diantaranya adalah ketepatan/keakuratan materi, kedalaman dan
keluasan materi, kesesuaian visual dengan materi, kecukupan,
kemukhtahiran, dan pendekatan learning community
47 Dr. Muhammad Yaumi, M.Hum., M.A, Prinsip-prinsip Desain Pembelajaran.
(Jakarta:Kencana, 2013), h. 275
55
Berdasarkan lembar validasi instrumen evaluasi materi oleh ahli
materi membuat media pembelajaran berbasis flash ini dilihat dari
indikatornya, memiliki materi penerapan sifat-sifat koloid dalam
pembelajaran flash yang sudah sesuai dan sudah bisa dipahami. jika
dibandingkan dengan media pembelajaran berbasis Instructional Graphics
dengan program Macromedia Flash MX 2004 lainnya yang sudah ada seperti
yang telah dibuat oleh Siti Juriah, sub-materi pengayaan belum memberikan
tambahan pengetahuan terhadap pemanfaatan kimia dalam kehidupan sehari-
hari dan teknologi modern.
2. Uji Coba Lapangan
a. Berdasarkan angket respon siswa
Berdasarkan hasil uji coba produk, didapatkan data mengenai
persentase penilaian dari angket yang telah diberikan pada siswa.
Berdasarkan hasil persentase setiap aspek dapat disimpulkan bahwa media
pembelajaran kimia berbasis flash yang telah dibuat ini termasuk kedalam
kategori baik.
Beberapa aspek yang memiliki persentase tertinggi berdasarkan hasil
tersebut adalah aspek kandungan kognisi yang memiliki persentase sebesar
86,67% yang termasuk kedalam kategori sangat baik menurut Ridwan dan
Sunarto. Sedangkan media pembelajaran berbasis flash yang dibuat oleh ,
Luluk Nur Annisa pada aspek kandungan kognisi masih tergolong dalam
kategori baik.48 Hal ini karena pada materi, ketika air dan pasir dicampurkan
seharusnya memisah, pada materi pengertian koloid ketika air dan pasir
disaring filtrate seharusnya bewarna bening. Sedangkan pada materi berbasis
flash peneliti memberikan animasi yang menunjukan ketika air dan pasir
dicampurkan pada bagian sifat larutan, koloid, dan suspense air dan pasir
terpisah dan ketika air dan pasir disaring fitratnya bewarna bening. Kriteria
pada aspek kandungan kognisi ini dapat membantu meningkatkan kemahiran
dalam menggunakan media flash dan memanfaatkan media adobe flash
untuk belajar, terlihat dari hasil angket respon siswa dimana kandungan
kognisi memiliki persentase tertinggi dibandingkan persentase aspek yang
48Luluk Nur Annisa. pengembangan media pembelajaran keterampilan computer
dan pengelolaan informasi (KKPI) berbasis multimedia interaktif menggunakan Adobe Flash CS3 dan XML sebagai sumber belajar bagi siswa kelas X SMK Negeri 5 Yogyakarta, 2012, h. 82
56
lain. Hal ini sesuai dengan salah satu fungsi media pembelajaran yang
dikemukakan oleh Dale dalam Arsyad yaitu menambah wawasan serta
pengalaman siswa dalam proses pembelajaran49.
Persentase terendah terdapat pada aspek artistik dan estetika yang
memiliki persentase sebesar 73,54% menurut Ridwan dan Sunarto. Kriteria
aspek ini terdiri dari tampilan animasi proses system koloid pada media
pembelajaran flash jelas, bahasa yang digunakan dalam media pembelajaran
flash sudah sesuai dengan EYD, jenis huruf pada media pembelajaran flash
tepat, dan tulisan pada media pembelajaran flash dapat dibaca dengan jelas.
Hal yang sama juga diperoleh dari penelitian yang dilakukan oleh Luluk
Nuarannisa dimana aspek artistic dan estetika memiliki kategori baik dengan
persentase sebesar 75,75%.50
Rendahnya aspek ini dibandingkan aspek lain dapat disebabkan
karena rendahnya persentase pada kriteria jenis huruf pada media
pembelajaran flash tepat. Hal ini meunjukan bahwa sebagian siswa masih
menganggap jenis huruf pada media pembelajaran flash kurang tepat.
Menurut Winkel dalam Munadi, perbedaan anggapan tersebut terjadi karena
perbedaan karakteristik siswa yang berkenaan dengan perbedaan-perbedaan
kepribadian, yakni dalam taraf kemampuan berbahasa51.
b. Berdasarkan angket respon guru
Berdasarkan pengolahan angket respon guru terhadap media
pembelajan flash, dapat disimpulkam bahwa penilaian media pembelajaran
kimia berbasis flash yang telah dibuat ini juga termasuk dalam kategori baik.
Beberapa aspek yang memiliki persentase tertinggi berdasarkan hasil
tersebut adalah aspek fungsi secara keseluruhan yang memiliki persentase
sebesar 91,67% yang termasuk kedalam kategori sangat baik. Kriteria pada
aspek fungsi secara keseluruhan ini terdiri dari animasi koloid pada media
pembelajaran flash mempermudah dalam memahami proses sistem koloid,
ilustrasi pada media pembelajaran flash berhubungan dengan kehidupan
sehari-hari, dan ilustrasi pada media pembelajaran flash memudahkan dalam
49Azhar Arsyad. Media Pembelajaran, (Jakarta : PT. Rajawali Pers, 2010), h. 24 50 Luluk Nur Annisa. pengembangan media pembelajaran keterampilan computer
dan pengelolaan informasi (KKPI) berbasis multimedia interaktif menggunakan Adobe Flash CS3 dan XML sebagai sumber belajar bagi siswa kelas X SMK Negeri 5 Yogyakarta, 2012, h. 82
51Yudhi Munadi, Media Pembelajaran, (Jakarta : Gaung Persada Press, 2008), h.188
57
memahami materi sistem koloid. Dari data yang diperoleh menunjukan
bahwa media pembelajaran flash yang telah dibuat secara keseluruhan
memiliki fungsi yang baik sehingga dapat digunakan dengan baik dan tidak
memerlukan keahlian khusus untuk menggunakan media pembelajaran flash
ini. Hal ini jauh lebih baik dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Ira Novita Sari, dkk., dimana dari angket guru, persentase secara
keseluruhan sebesar 70% yang termasuk kedalam kategori baik.52 Tingginya
aspek fungsi secara keseluruhan yang diperoleh peneliti dibandingkan
penelitian yang dilakukan oleh Ira Novita Sari, dkk, disebabkan karena
media pembelajaran yang dibuat peneliti sudah terdapat navigasi bantuan
untuk mempermudah penggunaan. Sedangkan, pada media pembelajaran
yang dibuat oleh Ira Novita Sari, dkk, penggunaan multimedia berbasis flash
belum familiar sehingga perlu ditambahkan navigasi bantuan untuk
mempermudah penggunaan.
Aspek persentasi informasi, integrasi media, dan artistik dan estetika
yang memiliki persentase sebesar 75%. Sama seperti pada angket respon
siswa salah satu aspek yang terendah dari angket guru yaitu pada bagian
aspek artistik dan estetika, pada aspek persentasi informasi kriteria yang
paling rendah yaitu kalimat yang digunakan pada pertanyaan di media
pembelajaran flash ini mudah dipahami, masih ada beberapa pertanyaan
yang kurang dipahami. Pada aspek integrasi media kriteria yang paling
rendah yaitu tampilan animasi proses sistem koloid pada media
pembelajaran flash jelas, masih ada animasi sistem koloid pada media
pembelajaran flash yang masih kurang jelas. Sedangkan pada aspek artistik
dan estetika kriteria yang rendah yaitu bahasa yang digunakan dalam media
pembelajaran flash sudah sesuai dengan EYD, masih ada bahasa yang
digunakan dalam media pembelajaran flash yang kurang sesuai dengan
EYD, kemudia kriteria selanjutnya adalah jenis dan huruf pada media
pembelajaran flash tepat, terdapat beberapa jenis dan huruf pada media
pembelajaran flash yang kurang tepat, dan kriteria tulisan pada media
pembelajaran flash dapat dibaca dengan jelas, masih ada beberapa tulisan
pada media pembelajaran flash yang kurang dibaca dengan jelas.
52Ira Novita Sari, Sulistyo Saputro, dan Ashadi, Pengembangan Multimedia
Pembelajaran Berbasis Macromedia Flash Sebagai Sumber Belajar Mandiri Pada Materi Koloid Kelas XI IPA SMA dan MA, Vol. 2, No. 3, 2013, h. 155, (tersedia online: download.portalgaruda.org/article.php?article=107523&val=4061)
58
Aspek yang digunakan pada penilaian media pembelajaran flash ini
mengacu pada kriteria multimedia interaktif yang digunakan oleh Thorn53.
Berdasarkan penilaian yang didapatkan dari angket respon siswa dan guru,
media pembelajaran kimia berbasis flash ini memiliki penilaian dengan
kategori sangat baik.
Aspek pendekatan Learning Community pada media yang dibuat oleh
peneliti mencapai angka maksimal yaitu sebesar 100% hal ini berbeda
dengan penelitian yang dilakukan oleh Siti Juriah, yang diketahui bahwa
pendekatan dengan adanya learning community dalam media belum
terpenuhi.54 Tingginya aspek ini disebabkan adanya forum diskusi antara
murid dengan murid dan murid dengan siswa sedangkan media yang dibuat
oleh Siti Juriah belum adanya forum diskusi antara murid dengan murid dan
murid dengan guru.
Media pembelajaran flash ini memiliki materi yang telah menciptakan
learning community sehingga dapat membantu peserta didik untuk
meningkatkan kemampuan belajar melalui pembelajaran kelompok, dengan
memecahkan masalah secara berkelompok. Selain itu juga media
pembelajaran flash ini dapat digunakan secara individu untuk proses belajar
dan membantu meningkatkan kemampuan dalam menggunakan media flash
sehingga membuat siswa lebih fokus dalam belajar serta dapat
memanfaatkan media PC/laptop untuk proses pembelajaran. Hal tersebut
membuat media pembelajaran kimia interaktif berbasis flash yang dibuat
oleh peniliti ini sebagai sumber belajar yang sifatnya konstruktivisme
berorientasi pada pendekatan learning community.
53Warwick J. Thorn, “Points to Consider when Evaluating Interactive Media”, The
Internet TEST Journal, Vol. 2, No. 4, 1995, h.1 54Regina Tutik Padmaningrum, Endang Widjayanti LFX, dan I Made Sukarna,
Pengembangan Media Pembelajaran Kimia Berbasis Teori Belajar Konstruktivisme, vol. 1, 2010, h. 7. (tersedia online: staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Regina Tutik Padmaningrum, Dra., M.Si./Pengembangan_media_pembelajaran_Regina_Tutik_P.pdf)
59
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka didapatkan
kesimpulan sebagai berikut:
1. Media pembelajaran berbasis flash pada materi sistem koloid dapat
dikembangkan melalui tahap perancangan, produksi, dan evaluasi.
2. Berdasarkan hasil angket respon siswa dan guru, kualitas media
pembelajaran kimia berbasis flash pada materi sistem koloid yang telah
dikembangakan ini termasuk kedalam kategori baik dengan persentase
sebesar 80,77%.
B. Saran
Sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian ini, maka dapat dikemukakan
beberapa saran berikut:
1. Guru hendaknya dalam menyajikan materi pembelajaran menggunakan
media pembelajaran yang menarik, sehingga dapat meningkatkan minat
belajar siswa. Media pembelajaran berbasis flash ini dapat digunakan
sebagai media pembelajaran yang menarik.
2. Siswa hendaknya dapat memaksimalkan perangkat seperti computer/PC
untuk mendukung kegiatan pembelajaran mereka. Dengan adanya
pemngembangan media pembelajaran berbasis flash diharapkan siswa
mampu memanfaatkannya untuk kegiatan pembelajaran.
3. Media pembelajaran berbasis flash ini dapat dikembangkan lebih lanjut
menjadi e-learning sehingga materi dan soal yang ada dapat ditambah
ataupun diperbarui dengan lebih mudah dimanapun dan kapanpun.
Lampiran 9
Analisis Indikator dan KD
Materi Pelajaran : Kimia
Kelas/ Semester : XI IPA/ 2
Tahun Pelajaran : 2014/2015
Kompetensi Inti : 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong,
kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan
diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia
3. Memahami, menerapkan dan menjelaskan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dan metakognitif dalam ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian
yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan diri yang
dipelajari di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda sesuai
kaidah keilmuan
Kompetensi Dasar :1.1 Menyadari keteraturan dan kompleksitas kofigurasi electron dalam atom sebagai wujud kebesaran Tuhan YME
1.2 Mensyukuri kekayaan alam Indonesia berupa minyak bumi, batubara dan gas alam serta bahan tambang lainnya
sebagai anugrah Tuhan YME yang dapat digunakan untuk kemakmuran rakyat Indonesia
2.1 Memiliki motivasi internal dan menunjukkan rasa ingin tahu dalam bekerja sama menemukan dan memahami
keteraturan atom, unsur dan molekul
2.2 Berperilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, kerjasama dan proaktif dalam melakukan percobaan dan
berdiskusi
2.3 Menunjukkan sikap kritis, teliti dan konsisten dalam menyajikan dan menafsirkan data
2.4 Berperilaku menjaga lingkungan dan hemat dalam memanfaatkan sumber daya alam
3.15 Mengelompokkan sifat-sifat koloid dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
4.14 Membuat berbagai sistem koloid dengan bahan-bahan yang ada disekitarnya serta menganalisis sifat-sifat dari
sistem koloid yang dibuat
Indikator Tujuan pembelajaran Materi Deskripsi media Komponen Learning
Community
Alat dan Bahan
4.14.1.Membuat larutan,
suspensi, dan koloid
1. Untuk meengetahui pembuatan larutan, suspense dan koloid
Perbedaan larutan, koloid, dan suspense
1. Pembuatan larutan, suspensi, dan kolooid, disajikan 3 gelas kimia dalam bentuk animasi. pertama adalah
2. inquiry
LCD, proyektor, alat tulis, buku paket kimia, internet
pembuatan larutan dalam gelas kimia, animasi kedua adalah animasi pembuatan koloid dalam gelas kimia, dan animasi ketiga adalah animasi pembuatan suspensi dalam gelas kimia.
2. Untuk memberikan komponen learning community terdapat kolom diskusi untuk di diskusikan bersama antara murid-guru, guru-murid,dan murid-murid, terkait tentang pembuatan larutan, koloid, dan suspensi
1. bertanya murid-
murid guru-
murid murid-
guru
1. inquiry
4.14.2 Mengidentifikasi
sifat-sifat larutan, koloid, dan
suspensi
2. Untuk mengetahui sifat-sifat larutan, koloid dan suspensi
Perbedaan larutan, koloid, dan suspense
1. Pada tahap identifikasi sifat-sifat larutan, koloid, dan suspense dibedakan melalui dua mekanisme yaitu didiamkan dan penyaringan: a. Pada tahap
didiamkan untuk larutan tidak terjadi perubahan, pada koloid, terjadi perubahan partikel koloid yang tersebar merata, dan untuk suspense terdapat perubahan partikel yang menumpuk dibagian
2. bertanya murid-
murid guru-
murid murid-
guru
bawah b. Pada tahap
penyaringan untuk larutan tidak ada partikel pada kertas saring, pada koloid terdapat partikel koloid, dan pada suspense terdapat partikel yang lebih banyak pada kertas saring yang lebih banyak dibandingkan koloid
2. Untuk memberikan komponen learning community terdapat kolom diskusi untuk di diskusikan bersama antara
1. inquiry
2. bertanya murid-murid guru-murid murid-guru
1. inquiry
LCD, proyektor, Laptop
4.14.3Membuat sistem
koloid dengan
berbagai bahan
disekitar
3. Untuk membuat sistem koloid dengan berbagai bahan disekitar
Pembuatan koloid
murid-guru, guru-murid,dan murid-murid, terkait tentang identifikasi larutan, koloid, dan suspense berdasarkan penyaringan dan didiamkan.
1. Pada tahap pembuatan dengan menggunakan dua metode yaitu kondensasi dan koagulasi yang divisualisasikan dalam bentuk animasi.
2. Untuk memberikan komponen learning community terdapat kolom diskusi untuk di diskusikan bersama antara
2. bertanya murid-murid guru-murid murid-guru
1. inquiry
4.14.4 Menganalisis sifat-
sifat koloid dari
animasi flash yang
dibuat
4. Untuk mengetahui sifat-sifat koloid
Sifat-sifat koloid
murid-guru, guru-murid,dan murid-murid, terkait tentang pembuatan koloid berdasarkan kondensasi dan koagulasi.
1. Sifat-sifat koloid dengan menggunakan mekanisme dialisis, gerak brown, dan efek tyndal yang divisualisasikan dengan menggunakan animasi flash
2. Untuk memberikan komponen learning community terdapat kolom diskusi untuk di diskusikan bersama antara murid-guru,
1. inquiry
3.15.1Mengelompokan
jenis-jenis koloid
berdasarkan animasi flash
5. Untuk mengelompokan jenis-jenis koloid
Jenis-jenis koloid
guru-murid,dan murid-murid, terkait tentang sifat-sifat koloid
1. Terdapat table
dengan 4 kolom, kolom pertama untuk fase pendispersi, kolom kedua fase terdispersi, kolom ketiga, jenis koloid, dan kolom keempat contoh dari masing-masing jenis koloid, pada bagian kolom jenis koloid dan contohnya sudah terisi semua, kemudian ketika tulisan pada kolom contoh koloid di klik maka akan keluar gambar atau animasi
3.15.2Menjelaskan
penerapan sifat-sifat
koloid dalam
kehidupan sehari-hari
6. Untuk mengetahui penerapan sifat-sifat koloid dalam kehidupan sehari-hari
Aplikasi koloid
1. Diberikan video pencucian ginjal dari penerapan sifat-sifat koloid dalam kehidupan sehari-hari
Lampiran 13
OBSERVASI MEDIA PEMBELAJARAN
Nama Produk : Media Pembelajaran flash pada materi sistem koloid
Peneliti : Tiwi Desrina
Instansi : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Nama Responden :…………………………..
Sekolah : ………...............................
Petunjuk Pengisian
1. Berilah tanda checklist (√) pada kolom yang sesuai dengan pendapatmu untuk
setiap pernyataan yang diberikan.
2. KriteriaPenilaian:
SS: sangat sesuai / setuju
S: sesuai / setuju
N: netral
TS: tidak sesuai /setuju
STS : sangat tidak sesuai /setuju
No. Pernyataan
Kriteria
STS TS N S SS
1. Multimedia interaktif yang digunakan di sekolah dapat dioperasikan pada lingkungan perangkat keras dan atau perangkat lunak
2. Multimedia interaktif disekolah dapat disinkronkan dengan perangkat keras tanpa penginstalan aplikasi lain
3. Multimedia interaktif dapat berjalan tanpa ada hang, crash atau lag
4. Dalam multimedia interaktif di sekolah terdapat petunjuk penggunaan yang lengkap dan jelas
5. Posisi, bentuk, navigasi dan tombol konsisten serta memiliki warna dan fungsi yang sama pada setiap screen
6. Komposisi teks (ukuran, warna, dan jenis) jelas sehingga mudah dibaca
7. Keterpaduan antara warna teks dan background selaras
8. Kualitas ilustrasi (gambar, video, animasi) baik dalam segi peletakan ukuran dan warna
9. Penyampaian informasi dalam multimedia interaktif di sekolah berupa audio dengan informasi yang jelas dan tempo yang tidak terlalu cepat dan lambat
10. Efek audio dalam multimedia interaktif dapat menarik perhatian dan tidak mengganggu konsentrasi pengguna
11. Efek audio yang muncul pada multimedia interaktif di sekolah dioperasikan tidak mengganggu konsentrasi pengguna dan tidak menutupi narasi
12. Ilustrasi visual (gambar, animasi, video) disertai dengan penjelasan sehingga informasi yang disampaikan dapat dipahami
Tangerang , ................................ 2015
Responden,
(_____________________________)
KISI-KISI INSTRUMEN EVALUASI MEDIA OLEH AHLI MATERI
No. Indikator No. Soal Jumlah Butir
1. Ketepatan/keakuratan materi 1, 2, 3, 4 4 Butir
2. Kedalaman dan keluasan materi 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12 8 Butir
3. Kesesuaian materi dengan indikator 13, 14, 15, 16, 17 5 Butir
4. Kesesuaian visual dengan materi 18, 19, 20, 21, 22 5 Butir
5. Kecukupan (sufficiency) materi 23, 24, 25, 26, 27, 28 6 Butir
6. Kemutakhiran 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35 7 Butir
7 Pendekatan learning community 36, 37, 38, 39, 40 5 butir
Total 40 Butir
(Diadopsi dari Bambang Warsita, Pengembangan Media Pembelajaran, 2008)
Lampiran 4
LEMBAR VALIDASI INSTRUMEN EVALUASI MATERI
Indikator Kriteria Validasi materi perbaikan 1 2
Ketepatan/keakuratan materi
Kompetensi dasar sudah sesuai dengan tujuan pembelajaran
Isi media pembelajaran flash sudah sesuai dengan tujuan
pembelajaran
Isi materi koloid memiliki sumber yang jelas
Kedalaman dan keluasan materi
Materi koloid yang disampaikan dalam media pembelajaran flash
sudah tuntas
Materi perbedaan larutan, koloid, dan suspensi yang disampaikan
sudan jelas dan lengkap
Materi jenis-jenis koloid yang disampaikan sudah jelas dan
lengkap
Materi pembuatan system koloid yang disampaikan sudah jeelas
dan lengkao
Materi sifat-sifat penerapan koloid yang disampaikan sudah jelas
dan lengkap
Kesesuaian materi dengan indikator
Materi perbedaan larutan, koloid, dan suspense sudah sesuai
dengan indikatornya
Materi jenis-jenis koloid sudah sesuai dengan indikatornya
Indikator Kriteria Validasi materi perbaikan 1 2
Materi pembuatan system koloid sudah sesuai dengan
indikatornya
Materi sifat-sifat dan penerapan koloid sudah sesuai dengan
indikatornya
Kesesuaian visual dengan materi
Animasi perbedaan larutan, kolid, dan suspense sudah sesuai
dengan partikel yang dihasilkan dari proses penyaringan
Animasi perbedaan larutan, koloid, dan suspense sudah sesuai
dengan hasil endapan yang dihasilkan setelah didiamkan
Animasi contoh jenis koloid sudah sesuai dengan jenis-jenis
koloid
Animasi proses pembuatan koloid sudah sesuai dengan macam-
macam pembuatan system koloid
Animasi sifat-sifat koloid sudah sesuai dengan macam-macam
sifat-sifat koloid
Animasi penerapan sifat-sifat koloid sudah sesuai dengan sifat-
sifat koloid
Contoh larutan, koloid, dan suspemsi yang diberikan sudah sesuai
Contoh jenis-jenis koloid yang diberikan sudah sesuai
Contoh pembuatan system koloid yang diberikan sudah sesuai
Contoh sifat-sifat koloid yang diberikan sudah sesuai
Contoh penerapan sifat-sifat koloid yang diberikan sudah sesuai
Indikator Kriteria Validasi materi perbaikan 1 2
Gambar perbedaan larutan, koloid, dan suspensi sudah sesuai
Gambar contoh jenis-jenis koloid sudah sesuai
Gambar pembuatan system koloid sudah sesuai
Gambar sifat-sifat koloid sudah sesuai
Gambar penerapan sifat-sifat koloid sudah sesuai
Video penerapan sifat-sifat koloid sudah sesuai
Kecukupan (sufficiency) materi
Materi perbedaan larutan, koloid, dan suspense dalam media
pembelajaran flash sudah bisa dipahami
Materi jenis-jenis koloid dalam media pembelajaran flash sudah
bisa dipahami
Materi pembuatan system koloid dalam media pembelajaran flash sudah bisa dipahami
Materi sifat-sifat koloid dalam media pembelajaran flash sudah bisa diphami
Materi penerapan sifat-sifat koloid dalam pembelajaran flash sudah bisa dipahami
Kemutakhiran
Media pembelajaran flash untuk mempresentasikan materi koloid
sudah lebih baik dibandingkan media sebelumnya
Penggunaan referensi pada media merupakan yang terbaru
Pendekatan learning community
Materi bersifat konstruktivisme
Materi bersifat inquiry
Indikator Kriteria Validasi materi perbaikan 1 2
Materi bersifat mengembangkan rasa ingijn tahu
Materi telah menciptakan masyarakat belajar (learning
community)
Media sudah sesuai dengan model pembelajaran
Media mampu memberikan refleksi diakhir kegiatan
Media mampu melakukan penilaian yang sebenarnya
Seluruh instruksi yang terdapat di dalam media sudah sesuai
dengan aspek learning community
(Diadopsi dari Bambang Warsita, Pengembangan Media Pembelajaran, 2008)
Saran
______________________________________________________________________________________________________________________
______________________________________________________________________________________________________________________
______________________________________________________________________________________________________________________
______________________________________________________________________________________________________________________
______________________________________________________________________________________________________________________
______________________________________________________________________________________________________________________
______________________________________________________________________________________________________________________
Tangerang Selatan, ..........................2016
Validator,
_________________________ NIP.
LEMBAR EVALUASI MATERI
Mata Pelajaran : Ikatan Kimia
Sasaran Program : Siswa SMA Kelas XI di SMAN Tangerang Selatan
Judul Penelitian : Pengembangan Media Pembelajaranberbasis flash berorientasi pada pendekatan kontekstual komponen learning community
pada materi koloid
Peneliti : Tiwi Desrina
Lembar evaluasi ini dimaksudkan untuk mendapatkan informasi dari Bapak/Ibu sebagai Ahli materi tentang kualitas materi
pada media pembelajaran yang sedang dikembangan. Oleh karena itu, pendapat, saran, penilaian dan kritik yang membangun dari
Bapak/Ibu sebagai Ahli Materi akan sangat bermanfaat untuk perbaikan dan peningkatan kualitas media pembelajaran yang
dikembangkan.
Sehubungan dengan hal tersebut, mohon kiranya Bapak/Ibu dapat memberikan tanda “√” untuk setiap pendapat Bapak/Ibu pada
kolom Ya/Tidak.
KriteriaPenilaian:
Ya : setuju/sesuai
Tidak : tidak setuju/ tidak sesuai
No Pernyataan Ya Tidak Keterangan
1. Kompetensi dasar sudah sesuai dengan tujuan pembelajaran
2. Isi media pembelajaran flash sudah sesuai dengan tujuan pembelajaran
3. Isi materi koloid memiliki sumber yang jelas
4. Materi koloid yang disampaikan dalam media pembelajaran flash sudah tuntas
5. Materi perbedaan larutan, koloid, dan suspensi yang disampaikan terlalu
mendalam
6. Materi jenis-jenis koloid yang disampaikan terlalu mendalam
7. Materi pembuatan koloid yang disampaikan terlalu mendalam
8. Materi sifat-sifat dan penerapan koloid yang disampaikan terlalu mendalam
9. Materi perbedaan larutan, koloid, dan suspensi yang disampaikan tidak melebar
10. Materi jenis-jenis koloid yang disampaikan tidak melebar
11. Materi pembuatan system koloid yang disampaikan tidak melebar
12. Materi sifat-sifat dan penerapan koloid yang disampaikan tidak melebar
13. Materi perbedaan larutan, koloid, dan suspensi sudah sesuai dengan indikatornya
14. Materi jenis-jenis koloid sudah sesuai dengan indikatornya
15. Materi pembuatan system koloid sudah sesuai dengan indikatornya
16. Materi sifat-sifat koloid sudah sesuai dengan indikatornya
17. Materi penerapan sifat-sifat koloid sudah sesuai dengan indikatornya
18. Animasi perbedaan larutan, kolid, dan suspense sudah sesuai dengan partikel yang
dihasilkan dari proses penyaringan
19. Animasi perbedaan larutan, koloid, dan suspense sudah sesuai dengan hasil
endapan yang dihasilkan setelah didiamkan
No Pernyataan Ya Tidak Keterangan
20. Animasi contoh jenis koloid sudah sesuai dengan jenis-jenis koloid
21. Animasi proses pembuatan koloid sudah sesuai dengan macam-macam pembuatan
system koloid
22. Animasi sifat-sifat koloid sudah sesuai dengan macam-macam sifat-sifat koloid
23. Animasi penerapan sifat-sifat koloid sudah sesuai dengan sifat-sifat koloid
24 animasi perbedaan larutan, koloid, dan suspensi sudah sesuai dengan materinya
25 animasi jenis-jenis koloid sudah sesuai dengan materinya
26 animasi proses pembuatan koloid sudah sesuai dengan macam-macam pembuatan
system koloid sudah sesuai dengan materinya
27 animasi sifat-sifat koloid sudah sesuai dengan materinya
28 animasi penerapan sifat-sifat koloid sudah sesuai dengan materinya
29 Materi perbedaan larutan, koloid, dan suspensi disampaikan dalam media
pembelajaran flash sudah cukup
30 Materi jenis-jenis koloid yang disampaikan dalam media pembelajaran flash sudah
cukup
31 Materi proses pembuatan koloid yang disampaikan dalam media pembelajaran flash sudah cukup
32 Materi sifat-sifat koloid yang disampaikan dalam media pembelajaran flash sudah cukup
33 Materi penerapan sifat-sifat koloid yang disampaikan dalam media pembelajaran flash sudah cukup
34 Media pembelajaran flash untuk mempresentasikan materi koloid sudah inovasi
No Pernyataan Ya Tidak Keterangan
35 Penggunaan referensi pada aplikasi merupakan yang terbaru
36 Materi perbedaan larutan, koloid, dan suspense sudah menunjukan aspek learning
community
37 Materi jenis-jenis koloid sudah menunjukan aspek learning community
38 Materi proses pembuatan koloid sudah menunjukan aspek learning community
39 Materi sifat-sifat koloid sudah menunjukan aspek learning community
40 Materi peberapan sifat-sifat koloid sudah menunjukan spek learning community
(Diadopsi dari Bambang Warsita, Pengembangan Media Pembelajaran, 2008)
Saran
______________________________________________________________________________________________________________________
______________________________________________________________________________________________________________________
______________________________________________________________________________________________________________________
______________________________________________________________________________________________________________________
______________________________________________________________________________________________________________________
__________________________________________________
Tangerang Selatan, ..........................2015
Validator,
_________________________ NIP.
Lampiran 10
Storyboard Media flash pada Materi Koloid
NO Nama Frame
Visual Audio
1 Halaman awal
1. Halam pembuka pada media diawali dengan adanya penjelasan mengenai, instansi, nama peneliti, berikut animasi yang menunjukan pembelajaran kimia Terdapat perintah “mulai” untuk memulai aplikasi atau memasuki materi system koloid
2. Pada halaman awal terdapat tampilan seperti dibawah ini, jika kursor diarahkan
pada bagian tiap menu dibawah ini kemudian di klik makan akan timbul tampilan pada masing-masing menu yang disediakan.
• Adanya
instrumen musik yang digunakan sebagai backsound media
2 Pembuatan
Larutan, koloid, dan suspensi
1. Terdapat tampilan menu yang berisi o Larutan, koloid, dan suspensi
Pada bagian Larutan, suspensi, dan koloid terdapat bagian menu pembuatan dan sifat jika kursor digerakan pada menu maka menu akan bergerak dan masuk kedalam materi “pembuatan” dan “sifat” ● Pembuatan Pada bagian pembuatan muncul pembuatan larutan, koloid, dan
suspense
Jika di klik maka akan muncul pembuatan dari masing-masing larutan, koloid, dan suspensi
• Adanya instrumen musik yang digunakan sebagai backsound media
• Terdapat
suara efek-efek dari animasi yang
Untuk kembali ke menu selanjutnya terdapat menu
dijalankan
• Adanya instrumen musik yang digunakan sebagai backsound media
● learning community
Untuk memberikan komponen learning community terdapat kolom diskusi untuk di diskusikan bersama antara murid-guru, guru-murid,dan murid-murid, terkait tentang pembuatan larutan, koloid, dan suspensi
Terdapat kolom jika kolom tersebut di klik akan timbul tampilan seperti:
• Terdapat
suara efek-efek dari animasi yang dijalankan
• Adanya instrumen musik yang digunakan sebagai backsound media
Terdapat tombol untuk kembali ke menu awal. ● Sifat (didiamkan dan penyaringan)
Pada bagian sifat terdapat menu maka akan muncul reaksi didamkan pada larutan, koloid, dan suspensi.
• Terdapat
suara efek-efek dari animasi yang dijalankan
• Adanya instrumen musik yang digunakan sebagai backsound media
3 Perbedaan larutan, koloid, dan suspensi
• Terdapat suara efek-efek dari animasi yang dijalankan
• Adanya instrumen musik yang digunakan sebagai backsound media
Kemudian terdapat menu maka akan muncul reaksi penyaringan pada larutan, koloid, dan suspense.
• Terdapat
suara efek-efek dari animasi yang dijalankan
● learning community
Untuk memberikan komponen learning community terdapat kolom diskusi untuk di diskusikan bersama antara murid-guru, guru-murid,dan murid-murid, terkait tentang identifikasi larutan, koloid, dan suspense berdasarkan penyaringan dan didiamkan.
Terdapat kolom jika kolom tersebut di klik akan timbul tampilan seperti:
Terdapat tombol untuk kembali ke menu awal.
o Koloid Pada bagian Koloid terdapat bagian menu pembuatan koloid, sifa-sifat kolid, dan jenis-jenis koloid, jika kursor digerakan pada menu maka menu akan bergerak dan masuk kedalam materi “pembuatan kolid” dan “sifat-sifat koloid” dan “jenis-jenis koloid” ● pembuatan koloid
Pada bagian pembuatan koloid terdapat menu pada
4 Pembuatan koloid
bagian kondensasi terdapat gambar jika di klik akan muncul reaksi
kondensasi. Kemudian terdapat menu pada bagian dispersi
terdapat gambar jika di klik akan muncul reaksi koagulasi.
● learning community
Untuk memberikan komponen learning community terdapat kolom diskusi untuk di diskusikan bersama antara murid-guru, guru-murid,dan murid-murid, terkait tentang pembuatan koloid berdasarkan kondensasi dan koagulasi.
Terdapat kolom jika kolom tersebut di klik akan timbul tampilan seperti:
Terdapat tombol untuk kembali ke menu awal.
● sifat-sifat koloid
Pada bagian sifat-sifat koloid terdapat menu pada
bagian dialisis terdapat gambar jika di klik akan muncul reaksi
dialisis. Kemudian terdapat menu pada bagian efek
tyndall terdapat gambar jika di klik akan muncul reaksi efek tyndall.
terdapat menu pada bagian gerak brown terdapat
5 Sifat-sifat Koloid
gambar jika di klik akan muncul reaksi gerak brown, dan terdapat
menu pada bagian koagulasi terdapat gambar
jika di klik akan muncul reaksi koagulasi.
● learning community
Untuk memberikan komponen learning community terdapat kolom diskusi untuk di diskusikan bersama antara murid-guru, guru-murid,dan
murid-murid, terkait tentang sifat-sifat koloid
Terdapat kolom jika kolom tersebut di klik akan timbul tampilan seperti:
Terdapat tombol untuk kembali ke menu awal.
● jenis-jenis koloid Pada bagian jenis-jenis koloid terdapat kolom yang terdiri dari fase terdispersi, medium pendispersi, nama koloid, dan contoh, kolom tersebut terletak dibagian bawah sedangkan dibagian atas terdapat tulisan “klik pada kolom contoh untuk melihat animasi jenis koloid” dengan tujuan untuk melihat contoh koloid dan menganalisis bagian terdispersi dan pendispersi
6 Jenis-jenis koloid
Dan seterusnya akan timbul contoh dari jenis-jenis koloid dalam bentuk video. Untuk kembali ke menu selanjutnya terdapat menu
o Aplikasi koloid Pada bagian aplikasi koloid terdapat video tentang aplikasi koloid dimana
menu untuk memulai video tentang aplikasi koloid.
7 Aplikasi Koloid
Pada bagian evaluasi berisikan soal-soal tentang koloid, soal-soal terdiri dari 20 soal, user memilih jawaban dengan mengklik bagian jawaban yang dipilih user.
8 Evaluasi
Lampiran 6
ANGKET TANGGAPAN SISWA
MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS FLASH PADA MATERI SISTEM
KOLOID
Nama Produk : Media Pembelajaran flash pada materi sistem koloid
Peneliti : Tiwi Desrina
Instansi : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Nama Responden :…………………………..
Kelas : ………...............................
Petunjuk Pengisian
1. Pertimbangkanlah baik-baik setiap pernyataan dalam kaitannya dengan aplikasi
media pembelajaran flash yang baru saja kamu pelajari. Berilah tanda checklist
(√) pada kolom yang sesuai dengan pendapatmu untuk setiap pernyataan yang
diberikan.
2. KriteriaPenilaian:
SS: sangat sesuai / setuju
S: sesuai / setuju
N: netral
TS: tidak sesuai /setuju
STS : sangat tidak sesuai /setuju
No. Pernyataan
Kriteria
STS TS N S SS
1. Media pembelajaran flash ini dapat dimulai dengan mudah
2. Media pembelajaran flash ini dapat diakhiri dengan mudah
3. Petunjuk penggunaan pada media pembelajaran flash ini jelas
4. Media pembelajaran flash ini dapat mengulang materi system koloid pada bagian yang anda inginkan (flexibel)
5. Media pembelajaran flash dapat digunakan untuk belajar mandiri
6. Penggunaan media pembelajaran flash dari alokasi waktu pelajaran dikelas
7. Media pembelajaran flash ini membuat materi system koloid cepat tuntas
8. Materi yang disajikan pada media pembelajaran flash ini sesuai dengan Standar Kompetensi
9. Materi yang disajikan pada media pembelajaran flash sesuai dengan kompetensi dasar
10. Materi yang disajikan pada media pembelajaran flash ini sesuai dengan indikator
11. Materi yang disajikan pada media pembelajaran flash ini sesuai dengan tujuan pembelajaran
12. Materi yang disajikan pada media pembelajaran flash ini sesuai perkembangan ilmu pengetahuan kimia (actual)
13. Pertanyaan yang disajikan pada media pembelajaran flash ini sudah sesuai dengan
14. Media pembelajran flash ini membuat anda berinterksi dengan aktif
15. Tampilan animasi proses system koloid pada media pembelajaran flash jelas
16. Animasi koloid pada media pembelajaran flash mempermudah anda memahami proses system koloid
Tangerang , ................................ 2016
Responden,
(_____________________________)
17. Ilustrasi pada media pembelajatran flash berhubungan dengan kehidupan sehari-hari
18. Ilustrasi pada media pembelajatran flash memudahkan dalam memahami materi system koloid
19. Bahasa yang digunakan dalam media pembelajaran flash sudah sesuai dengan EYD
20. Jenis huruf pada media pembelajaran flash tepat
21. Tulisan pada media pembelajaran flash dapat dibaca dengan jelas
Lampiran 5
ANGKET TANGGAPAN GURU
MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS FLASH PADA MATERI SISTEM
KOLOID
Nama Produk : Media Pembelajaran flash pada materi sistem koloid
Peneliti : Tiwi Desrina
Instansi : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Nama Responden :…………………………..
Sekolah : ………...............................
Petunjuk Pengisian
1. Pertimbangkanlah baik-baik setiap pernyataan dalam kaitannya dengan aplikasi
media pembelajaran flash yang baru saja kamu pelajari. Berilah tanda checklist
(√) pada kolom yang sesuai dengan pendapatmu untuk setiap pernyataan yang
diberikan.
2. KriteriaPenilaian:
SS: sangat sesuai / setuju
S: sesuai / setuju
N: netral
TS: tidak sesuai /setuju
STS : sangat tidak sesuai /setuju
No. Pernyataan
Kriteria
STS TS N S SS
1. Media pembelajaran flash ini dapat dimulai dengan mudah
2. Media pembelajaran flash ini dapat diakhiri dengan mudah
3. Petunjuk penggunaan pada media pembelajaran flash ini jelas
4. Media pembelajaran flash ini dapat mengulang materi system koloid pada bagian yang diinginkan (flexibel)
5. Media pembelajaran flash dapat digunakan untuk belajar mandiri
6. Penggunaan media pembelajaran flash dari alokasi waktu pelajaran dikelas
7. Media pembelajaran flash ini membuat materi system koloid cepat tuntas
8. Materi yang disajikan pada media pembelajaran flash ini sesuai dengan Standar Kompetensi
9. Materi yang disajikan pada media pembelajaran flash sesuai dengan kompetensi dasar
10. Materi yang disajikan pada media pembelajaran flash ini sesuai dengan indikator
11. Materi yang disajikan pada media pembelajaran flash ini sesuai dengan tujuan pembelajaran
12. Materi yang disajikan pada media pembelajaran flash ini sesuai perkembangan ilmu pengetahuan kimia (actual)
13. Pertanyaan yang disajikan pada media pembelajaran flash ini sudah sesuai dengan Standar Kompetensi
14. Pertanyaan yang disajikan pada media pembelajaran flash ini sesuai dengan kompetensi dasar
15. Pertanyaan yang disajikan pada media pembelajaran flash ini sesuai dengan indikator
16. Kalimat yang digunakan pada pertanyaan di media pembelajaran flash ini mudah dipahami
Tangerang , ................................ 2016
Responden,
(_____________________________)
17. Tampilan animasi proses system koloid pada media pembelajaran flash jelas
18. Animasi koloid pada media pembelajaran flash mempermudah dalam memahami proses system koloid
19. Ilustrasi pada media pembelajatran flash berhubungan dengan kehidupan sehari-hari
20. Ilustrasi pada media pembelajatran flash memudahkan dalam memahami materi system koloid
21. Bahasa yang digunakan dalam media pembelajaran flash sudah sesuai dengan EYD
22. Jenis huruf pada media pembelajaran flash tepat
23. Tulisan pada media pembelajaran flash dapat dibaca dengan jelas
OBSERVASI MEDIA PEMBELAJARAN
Nama Produk : Media Pembelajaran flash pada materi sistem koloid
Peneliti : Tiwi Desrina
Instansi : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Nama Responden :…………………………..
Sekolah : ………...............................
Petunjuk Pengisian
1. Berilah tanda checklist (√) pada kolom yang sesuai dengan pendapatmu untuk
setiap pernyataan yang diberikan.
2. KriteriaPenilaian:
SS: sangat sesuai / setuju
S: sesuai / setuju
N: netral
TS: tidak sesuai /setuju
STS : sangat tidak sesuai /setuju
No. Pernyataan
Kriteria
STS TS N S SS
1. Multimedia interaktif yang digunakan di sekolah dapat dioperasikan pada lingkungan perangkat keras dan atau perangkat lunak
√
2. Multimedia interaktif disekolah dapat disinkronkan dengan perangkat keras tanpa penginstalan aplikasi lain
√
3. Multimedia interaktif dapat berjalan tanpa ada hang, crash atau lag
√
4. Dalam multimedia interaktif di sekolah terdapat petunjuk penggunaan yang lengkap dan jelas
√
5. Posisi, bentuk, navigasi dan tombol konsisten serta memiliki warna dan fungsi yang sama pada setiap screen
√
6. Komposisi teks (ukuran, warna, dan jenis) jelas sehingga mudah dibaca
√
7. Keterpaduan antara warna teks dan background selaras
√
8. Kualitas ilustrasi (gambar, video, animasi) baik dalam segi peletakan ukuran dan warna
√
9. Penyampaian informasi dalam multimedia interaktif di sekolah berupa audio dengan informasi yang jelas dan tempo yang tidak terlalu cepat dan lambat
√
10. Efek audio dalam multimedia interaktif dapat menarik perhatian dan tidak mengganggu konsentrasi pengguna
√
11. Efek audio yang muncul pada multimedia interaktif di sekolah dioperasikan tidak mengganggu konsentrasi pengguna dan tidak menutupi narasi
√
12. Ilustrasi visual (gambar, animasi, video) disertai dengan penjelasan sehingga informasi yang disampaikan dapat dipahami
√
Tangerang , ................................ 2015
Responden,
(_____________________________)
OBSERVASI MEDIA PEMBELAJARAN
Nama Produk : Media Pembelajaran flash pada materi sistem koloid
Peneliti : Tiwi Desrina
Instansi : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Nama Responden :…………………………..
Sekolah : ………...............................
Petunjuk Pengisian
1. Berilah tanda checklist (√) pada kolom yang sesuai dengan pendapatmu untuk
setiap pernyataan yang diberikan.
2. KriteriaPenilaian:
SS: sangat sesuai / setuju
S: sesuai / setuju
N: netral
TS: tidak sesuai /setuju
STS : sangat tidak sesuai /setuju
No. Pernyataan
Kriteria
STS TS N S SS
1. Multimedia interaktif yang digunakan di sekolah dapat dioperasikan pada lingkungan perangkat keras dan atau perangkat lunak
√
2. Multimedia interaktif disekolah dapat disinkronkan dengan perangkat keras tanpa penginstalan aplikasi lain
√
3. Multimedia interaktif dapat berjalan tanpa ada hang, crash atau lag
√
4. Dalam multimedia interaktif di sekolah terdapat petunjuk penggunaan yang lengkap dan jelas
√
5. Posisi, bentuk, navigasi dan tombol konsisten serta memiliki warna dan fungsi yang sama pada setiap screen
√
6. Komposisi teks (ukuran, warna, dan jenis) jelas sehingga mudah dibaca
√
7. Keterpaduan antara warna teks dan background selaras
√
8. Kualitas ilustrasi (gambar, video, animasi) baik dalam segi peletakan ukuran dan warna
√
9. Penyampaian informasi dalam multimedia interaktif di sekolah berupa audio dengan informasi yang jelas dan tempo yang tidak terlalu cepat dan lambat
√
10. Efek audio dalam multimedia interaktif dapat menarik perhatian dan tidak mengganggu konsentrasi pengguna
√
11. Efek audio yang muncul pada multimedia interaktif di sekolah dioperasikan tidak mengganggu konsentrasi pengguna dan tidak menutupi narasi
√
12. Ilustrasi visual (gambar, animasi, video) disertai dengan penjelasan sehingga informasi yang disampaikan dapat dipahami
√
Tangerang , ................................ 2015
Responden,
(_____________________________)
1 2Kompetensi dasar sudah
sesuai dengan tujuan pembelajaran
Sudah sesuai Sudah sesuai
Isi media pembelajaran flash sudah sesuai dengan
tujuan pembelajaranSudah sesuai Sudah sesuai
Iisi materi koloid memiliki sumber yang jelas
Sudah sesuai Sudah sesuai
Materi koloid yang disampaikan dalam media pembelajaran flash sudah
tuntas
Sudah sesuai Sudah sesuai
Materi perbedaan larutan, koloid, dan suspensi yang disampaikan sudah jelas
dan lengkap
Sudah sesuai Sudah sesuai
Materi jenis-jenis koloid yang disampaikan sudah
jelas dan lengkapSudah sesuai Sudah sesuai
Materi pembuatan sistem koloid yang disampaikan sudah jelas dan lengkap
Sudah sesuai Sudah sesuai
REKAP HASIL VALIDASI MATERI
Validasi Materi Indikator Kriteria
Ketepatan/Keakuratan Materi
Kedalaman dan Keluasan Materi
Materi sifat-sifat pernerapan koloid yang disampaikan sudah jelas
dan lengkap
Sudah sesuai Sudah sesuai
Materi perbedaan larutan, koloid, dan suspensi sudah sesuai dengan indikatornya
Materi yang disajikan pada analisis kebutuhan belum
sesuai terhadap perbedaan larutan, kolid, dan suspensi
Sudah sesuai
Materi jenis-jenis koloid sudah sesuai dengan
indikatornya
Materi yang disajikan pada analisis indikator belum
sesuai terhadap jenis-jenis koloid
Sudah sesuai
Materi pembuatan sistem koloid sudah sesuai dengan
indikatornya
Materi yang disajikan pada analisis indikator belum
sesuai terhadap pembuatan sistem koloid
Sudah sesuai
Materi sifat-sifat dan penerapan koloid sudah
sesuai dengan indikatorny
Materi yang disajikan pada analisis indikator belum sesuai dengan sifat-sifat
koloid dan penerapannya
Sudah sesuai
animasi perbedaan larutan, koloid, dan suspensi sudah sesuai dengan partikel yang
dihasilkan dari proses penyaringan
Sudah sesuai Sudah sesuai
Kesesuaian Materi dengan Indikator
Animasi perbedaan larutan, koloid, dan suspensi sudah
sesuai dengan hasil endapan yang dihasilkan
setelah didiamkan
Sudah sesuai
Pada saat penyaringan, seharusnya hasilnya
penyaringan tidak sama dengan sebelum
penyaringan
Animasi contoh jenis koloid sudah sesuai dengan jenis-
jenis koloidSudah sesuai Sudah sesuai
Animasi proses pembuatan koloid sudah sesuai dengan macam-macam pembuatan
sistem koloid
Sudah sesuai Sudah sesuai
Animasi sifat-sifat koloid sudah sesuai dengan sifat-
sifat koloidSudah sesuai Sudah sesuai
Contoh larutan, koloid, dan suspensi yang diberikan
sudah sesuaiSudah sesuai Sudah sesuai
Contoh jenis-jenis koloid yang diberikan sudah sesuai
Sudah sesuai Sudah sesuai
Contoh pembuatan sistem koloid yang diberikan sudah
sesuaiSudah sesuai Sudah sesuai
Contoh sifat-sifat koloid yang diberikan sudah sesuai
Sudah sesuai Sudah sesuai
Contoh penerapan sifat-sifat koloid yang diberikan
sudah sesuaiSudah sesuai Sudah sesuai
Kesesuaian Visual dengan Materi
Gambar perbedaan larutan, koloid, dan suspensi sudah
sesuaiSudah sesuai Sudah sesuai
Gambar contoh jenis-jenis koloid sudah sesuai
Sudah sesuai Sudah sesuai
Gambar pembuatan sistem koloid sudah sesuai
Sudah sesuai Sudah sesuai
Gambar sifat-sifat koloid sudah sesuai
Sudah sesuai Sudah sesuai
Gambar penerapn sifat-sifat koloid sudah sesuai
Sudah sesuai Sudah sesuai
Video penerapan sifat-sifat koloid sudah sesuai
Sudah sesuai Sudah sesuai
Materi perbedaan larutan, koloid, dan suspensi dalam media pembelajaran flash
sudah bisa dipahami
Sudah sesuai Sudah sesuai
Materi jenis-jenis koloid dalam media pembelajaran flash sudah bisa dipahami
Sudah sesuai Sudah sesuai
Materi pembuatan sistem koloid dalam media
pembelajaran flash sudah bisa dipahami
sudah sesuai Sudah sesuai
Materi sifat-sifat koloid dalam media pembelajaran flash sudah bisa dipahami
Sudah sesuai Sudah sesuai
Kecukupan (Sufficiency )
Materi penerapan sifat-sifat koloid dalam pembelajaran flash sudah bisa dipahami
Sudah sesuai Sudah sesuai
Media pembelajaran flash untuk mempersentasikan materi koloid sudah lebih baik dibandingkan media
sebelumnya
Sudah sesuai Sudah sesuai
Penggunaan refrensi pada media merupakan yang
terbaru
Tidak ada refrensi pada media
Sudah sesuai
Materi bersifat kontruksivisme
Sudah sesuai Sudah sesuai
Materi bersifat inquiry Sudah sesuai Sudah sesuaiMateri bersifat
mengembangakan rasa ingin tahu
Sudah sesuai Sudah sesuai
Materi telah menciptakan masyarakat belajar
(learning community )Sudah sesuai Sudah sesuai
Media sudah sesuai dengan model pembelajaran
Sudah sesuai Sudah sesuai
Media sudah mampu memberikan refleksi diakhir
kegiatanSudah sesuai Sudah sesuai
Media mampu melakukan penilaian yang sebenarnya
Sudah sesuai Sudah sesuai
Kemukhtahiran
Pendekatan Learning Community
Seluruh intruksi yang terdapat di dalam media
sudah sesuai dengan aspek learning community
Sudah sesuai Sudah sesuai
Tidak ada perbaikan
Tidak ada perbaikan
Tidak ada perbaikan
Tidak ada perbaikan
Tidak ada perbaikan
Tidak ada perbaikan
Tidak ada perbaikan
Perbaikan
Tidak ada perbaikan
Materi telah diubah sesuai dengan indikatornya (perbedaan larutan, kolid,
dan suspensi)
Materi telah diubah sesuai dengan indikatornya (jenis-jenis koloid)
Materi telah diubah sesuai dengan indikaornya (pembuatan sistem koloid)
Materi telah diubah sesuai dengan indikatornya (sifat-sifat dan penerapan
koloid)
Tidak ada perbaikan
sebelum penyaringan dan sesudah penyaringan dibedakan hasilnya
Tidak ada perbaikan
Tidak ada perbaikan
Tidak ada perbaikan
Tidak ada perbaikan
Tidak ada perbaikan
Tidak ada perbaikan
Tidak ada perbaikan
Tidak ada perbaikan
Tidak ada perbaikan
Tidak ada perbaikan
Tidak ada perbaikan
Tidak ada perbaikan
Tidak ada perbaikan
Tidak ada perbaikan
Tidak ada perbaikan
Tidak ada perbaikan
Tidak ada perbaikan
Tidak ada perbaikan
Tidak ada perbaikan
Tidak ada perbaikan
Sumber telah dicantumkan dalam media
Tidak ada perbaikan
Tidak ada perbaikan
Tidak ada perbaikan
Tidak ada perbaikan
Tidak ada perbaikan
Tidak ada perbaikan
Tidak ada perbaikan
Tidak ada perbaikan
Lampiran 12
A B C D E F
Revi Anastasia 83.33% 100.00% 75.00% 83.33% 75.00% 90.00%Gita Zakiyah Imanda 75.00% 75.00% 50.00% 41.67% 37.50% 50.00%Resa Febriana 91.67% 100.00% 87.50% 83.33% 37.50% 100.00%Adelin S. Goltum 95.83% 50.00% 50.00% 66.67% 43.75% 60.00%Desy Dwi R 70.83% 100.00% 62.50% 58.33% 56.25% 75.00%Adi Hidayat 83.33% 75.00% 75.00% 91.67% 81.25% 85.00%Zu Iqbal A 95.83% 100.00% 100.00% 100.00% 87.50% 95.00%Burhanudin JR 100.00% 100.00% 100.00% 91.67% 100.00% 95.00%Firza Riza 83.33% 100.00% 62.50% 75.00% 75.00% 70.00%Dee Sinta 87.50% 75.00% 75.00% 75.00% 75.00% 75.00%Silvia Harya 66.67% 75.00% 50.00% 83.33% 75.00% 90.00%Denis Wira Adelia 79.17% 100.00% 62.50% 83.33% 56.25% 90.00%M. Arman 66.67% 75.00% 62.50% 75.00% 56.25% 65.00%Sarah Veronica 100.00% 100.00% 62.50% 58.33% 100.00% 90.00%Radika Prilly Yuniar 75.00% 75.00% 75.00% 83.33% 75.00% 75.00%Deni Arbanto 83.33% 100.00% 75.00% 66.67% 75.00% 80.00%Rachman Reynaldi. H.S 75.00% 75.00% 75.00% 66.67% 75.00% 75.00%Venny Emia Natasha 100.00% 100.00% 100.00% 91.67% 75.00% 95.00%Destry Arista 62.50% 75.00% 62.50% 66.67% 87.50% 70.00%Agung Setiawan 70.83% 75.00% 50.00% 50.00% 68.75% 75.00%Nurputri A.F.K 91.67% 50.00% 62.50% 66.67% 62.50% 75.00%Tiara w 95.83% 100.00% 87.50% 91.67% 68.75% 90.00%Felia Usfatun Hasanah 75.00% 75.00% 75.00% 91.67% 62.50% 75.00%Marliza Intan F 83.33% 100.00% 100.00% 100.00% 87.50% 100.00%Ullysia Pesria Banu 87.50% 100.00% 87.50% 83.33% 93.75% 85.00%Faridah Izdihar 79.17% 100.00% 87.50% 66.67% 81.25% 85.00%Dinda Anggi Septianti 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00%Meutia Rifqi Larasati 66.67% 75.00% 87.50% 75.00% 93.75% 75.00%Yulia Darmawan 75.00% 100.00% 75.00% 66.67% 87.50% 95.00%Prasetyo Herlambang 100.00% 75.00% 62.50% 58.33% 56.25% 75.00%
TOTAL 83.33% 86.67% 74.58% 76.39% 73.54% 81.83%
AspekNama
84.44%54.86% Kemudahan Navigasi Fungsi Secara Keseluruhan83.33% Kandungan Kognisi61.04% Persentasi Informasi70.49% Integrasi Media81.88% Artistic dan Estetika96.39%97.78%77.64%77.08%73.33%78.54%66.74%85.14%76.39%80.00%73.61%93.61%70.69%64.93%68.06%88.96%75.69%95.14%89.51%83.26%
100.00%78.82%83.19%71.18%
79.39%
Rata-Rata
83.33% 86.67%
74.58% 76.39% 73.54%
81.83%
60.00%
70.00%
80.00%
90.00%
Grafik Data Angket Siswa
Kemudahan Navigasi Kandungan Kognisi
Persentasi Informasi Integrasi Media
Artistic dan Estetika Fungsi Secara Keseluruhan
%
Lampiran 11
No Aspek yang Dinilai Persentase (%)
kategori
1 Kemudahan navigasi 87.50% Sangat baik
2 Kandungan kognisi 88.80% Sangat baik
3 Persentasi informasi 75.00% Baik4 Integrasi media 75.00% Baik5 Artistic dan estetika 75.00% Baik6 Fungsi secara keseluruhan 91.67% Sangat
baik82.16% Sangat
baikRata-rata
87.50%
0.00%
50.00%
100.00%
Kem
Per
Art
% 88.80% 75.00% 75.00% 75.00%
91.67%
Grafik Data Angket Guru
mudahan navigasi Kandungan kognisi
rsentasi informasi Integrasi media
tistic dan estetika Fungsi secara keseluruhan
Lampiran 16
AYO DISKUSIKAN…
Apa perbedaan antara larutan, koloid, dan suspense berdasarkan
pembuatannya?
Lampiran 17
AYO DISKUSIKAN…
Perbedaan apa yang terlihat ketika larutan, koloid, dan suspense sesudah
disaring?
Lampiran 18
AYO DISKUSIKAN…
Jelaskan perbedaan koloid menggunakan cara kondensasi dan dispersi?
Lampiran 19
AYO DISKUSIKAN…
Jelaskan perbedaan sifat-sifat koloid berdasarkan dialisi, efek tyndall,
gerak brown, dan koagulasi?
Lampiran 20
AYO DISKUSIKAN…
Ketika didiamkan, apa yang membedakan antara larutan, koloid, dan
suspensi?
117
Nomor Butir Soal
Jumlah Panel Pakar (N)
Jumlah Panel Pakar yang Menyatakan Sesuai (n)
Content Validity Ratio Indeks (CVR)
Catatan
1 5 5 1 OK2 5 5 1 OK3 5 5 1 OK4 5 5 1 OK5 5 5 1 OK6 5 5 1 OK7 5 5 1 OK8 5 5 1 OK9 5 5 1 OK
10 5 5 1 OK11 5 5 1 OK12 5 5 1 OK13 5 5 1 OK14 5 5 1 OK15 5 5 1 OK16 5 5 1 OK17 5 5 1 OK18 5 5 1 OK19 5 5 1 OK20 5 5 1 OK21 5 5 1 OK22 5 5 1 OK23 5 5 1 OK24 5 5 1 OK25 5 5 1 OK26 5 5 1 OK27 5 5 1 OK28 5 5 1 OK29 5 5 1 OK30 5 5 1 OK31 5 5 1 OK32 5 5 1 OK33 5 5 1 OK34 5 5 1 OK35 5 5 1 OK36 5 5 1 OK37 5 5 1 OK38 5 5 1 OK39 5 5 1 OK40 5 5 1 OK41 5 5 1 OK42 5 5 1 OK43 5 5 1 OK44 5 5 1 OK
Lampiran 21Nilai CVR Media Pembelajaran Flash