pengembangan media kartu kata penyusunan pola …

133
i PENGEMBANGAN MEDIA KARTU KATA PENYUSUNAN POLA KALIMAT (SPOK) UNTUK SISWA TUNARUNGU KELAS II SLB-B SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Oleh: Sisca Danasari NIM: 161134019 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2020 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Upload: others

Post on 13-Nov-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

i

PENGEMBANGAN MEDIA KARTU KATA PENYUSUNAN POLA

KALIMAT (SPOK) UNTUK SISWA TUNARUNGU KELAS II SLB-B

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Sisca Danasari

NIM: 161134019

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2020

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

v

PERSEMBAHAN

Karya ini peneliti persembahkan untuk:

1. Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang memberi kelancaran dan kekuatan dalam

menyelesaikan skripsi ini.

2. Ayah tercinta, Matius Surono yang selalu memberikan keyakinan dan

dukungan kepada peneliti bahwa peneliti bisa menyelesaikan kewajiban

penelitian ini.

3. Ibu tercinta, Agnes Parni yang selalu memberikan semangat dan doa kepada

peneliti, sehingga peneliti mampu menyelesaikan kewajiban dengan penuh

cinta kasih dan juga sayang yang tiada henti-hentinya.

4. Kakak-kakak tercinta, yang selalu memberikan dukungan untuk terus maju

menjalani proses hingga sampai pada puncak penyelesaian ini.

5. Pacar tercinta, Sidorus Trio Anggi Pratama yang selalu memberikan motivasi

dan juga doa kepada peneliti, sehingga peneliti mampu menyelesaikan

kewajiban ini.

6. Sahabat-sahabat peneliti, Dominika Rika Suharyani, Mugiyono, Hendrikus

Handoko, dan teman-teman yang lain yang tidak bisa peneliti sebutkan satu

persatu.

7. Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, yaitu selaku almamater peneliti.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

vi

MOTTO

“Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan

jangan bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia

dalam segala lakumu, Maka Ia akan meluruskan jalanmu”

(Amsal 3:5)

“Lakukan apa yang ada di hari ini, karena apa yang ada hari

ini belum tentu ada di hari esok”

(Sisca Danasari)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ix

ABSTRAK

PENGEMBANGAN MEDIA KARTU KATA PENYUSUNAN POLA

KALIMAT (SPOK) UNTUK SISWA TUNARUNGU KELAS II SLB-B

Sisca Danasari

Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

2020

Rendahnya kemampuan menyusun pola kalimat adalah salah satu

permasalahan yang dialami oleh siswa tunarungu. Peneliti mengambil beberapa

siswa tunarungu kelas II. Siswa tunarungu kelas II memiliki hambatan dalam

pernyusunan pola kalimat, terutama pola SPOK. Media pembelajaran MEKARTA

PEPOKA digunakan untuk melatih kemampuan siswa tunarungu dalam menyusun

pola kalimat SPOK.

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan media kartu kata

penyusunan pola kalimat. Media ini berfungsi untuk membantu kemampuan

menyusun pola kalimat siswa tunarungu kelas II. Penelitian ini menggunakan

Research and Development (R&D). Peneliti menggunakan desain milik Borg dan

Gall. Peneliti melakukan penelitian menggunakan enam langkah. Teknik

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi,

wawancara, dan kuesioner. Media pembelajaran divalidasi oleh guru kelas II dan

dosen PGSD.

Hasil rerata validasi media dari ahli media adalah 4,3 dengan kategori

“sangat baik” dan media layak digunakan dengan revisi sesuai saran perbaikan.

Hasil rerata validasi dari ahli materi adalah 4,7 dengan kategori “sangat baik” dan

media layak sesuai saran perbaikan. Hasil rerata validasi media dari kedua ahli

adalah 4,5. Hasil ini termasuk dalam interval skor 4,2-5,0 sehingga memperoleh

kriteria “sangat baik”. Hasil rerata validasi video tutorial penggunaan media dari

ahli media adalah 4,4 dengan kriteria “sangat baik”. Hasil rerata validasi video

tutorial penggunaan media dari ahli materi adalah 4,4. Hasil tersebut masuk dalam

interval skor 4,2-5,0 sehingga memperoleh kriteria “sangat baik”. Dari hasil

tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa MEKARTA PEPOKA dapat membantu

siswa dalam penyusunan pola kalimat SPOK untuk siswa tunarungu kelas II.

Kata kunci: penyusunan pola kalimat, media kartu kata, siswa tunarungu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

x

ABSTRACT

DEVELOPMENT OF WORD CARD MEDIA FOR SENTENCE PATTERN

(SPOK) CONSTRUCTION AMONG DEAF STUDENTS IN SLB-B GRADE II

Sisca Danasari

University Sanata Dharma

Yogyakarta

2020

Low sentence pattern construction skills were one of the problems faced

by deaf students. The researcher studied Grade II deaf students. They experienced

difficulty constructing sentence patterns, especially the SPOK (Subject, Predicate,

Object, Adverb) pattern. MEKARTA PEPOKA learning media was used to

exercise deaf students’ SPOK sentence pattern construction skills.

This study aimed to develop word card media for sentence pattern

construction to aid Grade II deaf students’ sentence pattern construction skills. It

used the Research and Development (R&D) method. The researcher used Borg

and Gall’s design and conducted the study in six steps. Data collection techniques

used were observation, interview, and questionnaire. The media was validated by

a Grade II teacher and a PGSD lecturer.

Average media validation result by media expert was 4.3 or “very good”

and was suitable for usage with revisions according to improvement suggestions.

Average validation result by material expert was 4.7 or “very good” and was

suitable according to suggestions. Average media validation result by both

experts was 4.5. This was within the score interval of 4.2-5.0 and was considered

“very good”. Average validation result for the media usage tutorial video by

media expert was 4.4 or “very good”. Average validation result for the tutorial

video by material expert was 4.4. This was within the score interval of 4.2-5.0 and

was considered “very good”. From the results, the researcher concluded that

MEKARTA PEPOKA could aid Grade II deaf students in constructing SPOK

sentence patterns.

Keywords: sentence pattern construction, word card media, deaf students,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xiii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii

HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... iv

HALAMAN MOTTO .................................................................................... vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................ vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ...................................................... viii

ABSTRAK ..................................................................................................... viii

ABSTRACT ..................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ................................................................................... x

DAFTAR ISI .................................................................................................. xii

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xv

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xvi

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xvii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xix

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

A. Latar Belakang ............................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................... 5

C. Tujuan Pengembangan ................................................................ 5

D. Manfaat Penelitian....................................................................... 5

E. Definisi Operasional .................................................................... 6

F. Spesifikasi produk ....................................................................... 6

BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................ 9

A. Kajian Pustaka ............................................................................. 9

1. Pengertian Tunarungu ............................................................. 9

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xiv

2. Karakteristik Tunarungu ......................................................... 10

3. Klasifikasikan Ketunarunguan ................................................ 14

B. Media Pembelajaran .................................................................... 14

1. Pengertian Media Pembelajaran .............................................. 14

2. Jenis-jenis Media Pembelajaran .............................................. 15

3. Manfaat Media Pembelajaran.................................................. 16

C. Media Kartu Kata ........................................................................ 18

1. Pengertian Media Kartu Kata .................................................. 18

2. Karakteristik Media Kartu Kata .............................................. 18

D. Materi Pola Kalimat .................................................................... 19

1. Kalimat .................................................................................... 19

2. Struktur Kalimat ...................................................................... 20

3. Pola Kalimat ............................................................................ 21

4. Unsur-unsur Kalimat ............................................................... 21

E. Penelitian yang Relevan .............................................................. 23

F. Kerangka Berpikir ....................................................................... 25

BAB III METODE PENELITIAN................................................................. 27

A. Jenis Penelitian ............................................................................ 27

B. Prosedur Pengembangan ............................................................. 27

C. Setting Penelitian......................................................................... 31

D. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 32

E. Instrumen Penelitian .................................................................... 35

F. Teknik Analisis Data ................................................................... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................... 42

A. Hasil Penelitian ........................................................................... 42

1. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ............................................ 42

2. Potensi dan Masalah ................................................................ 43

3. Pengumpulan Data .................................................................. 47

4. Desain Produk ......................................................................... 49

5. Validasi Desain Produk ........................................................... 51

6. Revisi Desain Produk .............................................................. 57

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xv

7. Revisi Produk .......................................................................... 57

8. Uji Coba Produk ...................................................................... 60

B.Pembahasan .................................................................................. 61

1. Langkah-langkah Pengembangan Media ................................ 61

2. Kualitas Produk Media Kartu Kata ......................................... 63

BAB V KESIMPULAN ................................................................................. 65

A.Kesimpulan .................................................................................. 66

B.Keterbatasan Penelitian ................................................................ 66

C. Saran ............................................................................................ 67

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 68

LAMPIRAN ................................................................................................... 71

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... 121

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xvi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian................................................................................... 28

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Observasi Analisis Kebutuhan .............................. 31

Tabel 3.3 Pedoman Observasi Analisis Kebutuhan .............................................. 31

Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen Wawancara dengan Guru Kelas ............................ 32

Tabel 3.5 Pedoman Wawancara dengan Guru Kelas ............................................ 32

Tabel 3.6 Kisi-kisi Instrumen Validasi Produk ..................................................... 33

Tabel 3.7 Kuesioner Validasi Produk ................................................................... 33

Tabel 3.8 Kisi-kisi Kuesioner Uji Coba Terbatas Produk ..................................... 34

Tabel 3.9 Kuesioner Uji Coba Terbatas Produk ................................................... 34

Tabel 3.10Konverensi Nilai Skala Lima ............................................................... 35

Tabel 3.11Kriteria Skor Skala Lima ..................................................................... 37

Tabel 4.1 Kisi-kisi Instrumen Observasi Analisis Kebutuhan .............................. 38

Tabel 4.2 Kisi-Kisi Instrumen Wawancara dengan Guru Kelas ........................... 39

Tabel 4.3 Hasil Observasi Analisis Kebutuhan..................................................... 40

Tabel 4.4 Hasil Wawancara dengan Guru Kelas .................................................. 41

Tabel 4.5 Hasil Validasi Ahli Media..................................................................... 47

Tabel 4.6 Saran Perbaikan Produk Ahli Media ..................................................... 47

Tabel 4.7 Hasil Validasi Ahli Materi .................................................................... 48

Tabel 4.8 Saran Perbaikan Produk Ahli Materi .................................................... 48

Tabel 4.9 Rangkuman Setiap Aspek Validasi Media dan Modul ......................... 49

Tabel 4.10 Rangkuman Setiap Aspek Validasi Video Tutorial Penggunaan

Media .................................................................................................. 51

Tabel 4.11 Revisi Desain Produk .......................................................................... 52

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xvii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 Kotak Kartu Kata .............................................................................. 5

Gambar 1.2 Tempat Penyusunan Kartu ................................................................ 5

Gambar 1.3 Papan Tulis ........................................................................................ 5

Gambar 1.4 Tempat Penyusunan Kartu ................................................................ 6

Gambar 1.5 Kartu Kata ......................................................................................... 6

Gambar 1.6 Kartu Gambar .................................................................................... 6

Gambar 4.1 Revisi Kata Kartu Kata ..................................................................... 52

Gambar 4.2 Revisi Gambar pada Kartu Kata........................................................ 53

Gambar 4.3 Revisi Tempat Kartu Kata ................................................................. 53

Gambar 4.4 Revisi Warna Background Papan Penyusunan Pola Kalimat ........... 54

Gambar 4.5 Revisi Langkah-langkah Penggunaan pada Modul ........................... 55

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xviii

DAFTAR BAGAN

Halaman

Bagan 3.1 Prosedur Penelitian Pengembangan menurut Sugiyono ...................... 24

Bagan 4.1 Hasil Observasi dan Wawancara ......................................................... 44

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Surat-surat Permohonan Izin Validasi .............................................. 71

Lampiran 2 Term Of Reference ........................................................................... 72

Lampiran 3 ........................................................................................................... 74

Lampiran 3.1 Instrumen Validasi Pengembangan Media oleh Ahli Media

Pembelajaran ................................................................................. 74

Lampiran 3.2 Instrumen Validasi Pengembangan Media oleh Ahli Materi

Pembelajaran ................................................................................ 78

Lampiran 4 ............................................................................................................ 82

Lampiran 4.1 Lembar Validasi Tutorial Penggunaan Media Kartu oleh Ahli

Media Pembelajaran ...................................................................... 82

Lampiran 4.2 Lembar Validasi Tutorial Penggunaan Media Kartu oleh Ahli

Materi Pembelajaran ...................................................................... 85

Lampiran 5 Surat Permohonan Validasi ............................................................... 88

Lampiran 6 ............................................................................................................ 89

Lampiran 6.1 Hasil Instrumen Validasi Pengembangan Media oleh Ahli Media

Pembelajaran .................................................................................. 89

Lampiran 6.2 Hasil Instrumen Validasi Pengembangan Media oleh Ahli Materi

Pembelajaran .................................................................................. 92

Lampiran 7 ............................................................................................................ 95

Lampiran 7.1 Hasil Validasi Tutorial Penggunaan Media Kartu Kata oleh Ahli

Media Pembelajaran ....................................................................... 95

Lampiran 7.2 Hasil Validasi Tutorial Penggunaan Media Kartu Kata oleh Ahli

Materi pembelajaran ...................................................................... 98

Lampiran 8 Modul Media Pembelajaran Kartu Kata Penyusun Kalimat Siswa

Tunarungu .......................................................................................... 101

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan bangsa yang digunakan

dalam berkomunikasi. Bahasa adalah sistem lambang bunyi digunakan untuk

mengidentifikasi, berkomunikasi, dan berinteraksi. Adanya bahasa mempermudah

untuk melakukan kerja sama (Kridalaksana, 2001). Setiap bahasa mempunyai

aturan atau kaidah-kaidah tertentu, baik mengenai tata bunyi, tata bentuk maupun

tata kalimat. Tata bunyi, tata bentuk, maupun tata kalimat itu penting dipelajari

agar terdapat kesepakatan antara sesama pemakai bahasa, dengan demikian dapat

dihindari kesalahan dalam penggunaanya. Kaidah-kaidah dalam bahasa

dinamakan tata bahasa dan salah satunya sub bahasan tata bahasa Indonesia

adalah bidang sintaksis atau tata kalimat. “Sintaksis adalah bagian dari tata bahasa

yang mempelajari dasar-dasar dan proses pembentukan kalimat dalam suatu

bahasa, (Keraf, 1983: 137). Sintaksis mempunyai beberapa aspek pembahasan,

salah satunya adalah struktur kalimat.

Sintaksis pada hakikatnya adalah “tempat” atau “laci” yang dapat diisi oleh

bentuk bahasa tertentu (Manaf, 2009:34). Salah satu struktur kalimat yang peneliti

ambil yaitu hanya pada batasan pola kalimat S-P-O-K. Beberapa siswa masih

mengalami hambatan dalam penyusunan pola S-P-O-K. Siswa yang mengalami

hambatan dalam penyusunan kalimat tersebut sering tidak dapat mengikuti teman

lain pada saat pembelajaran. Siswa yang mengalami hambatan tersebut memiliki

kemampuan dengar intensitas bunyi antara 40-65 dB. Maka, pola S-P-O-K adalah

unsur-unsur yang terdapat pada kalimat yang dasar dan sering digunakan pada

penyusunan kalimat. Sehingga peneliti memilih untuk berfokus pada pembahasan

pola S-P-O-K saja. Pengertiannya adalah unsur S berarti subjek, unsur P adalah

predikat, unsur O adalah objek, dan unsur K adalah keterangan. Selain empat

unsur tersebut, terdapat pula unsur Pel atau pelengkap.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2

Winarsih (2007: 36) menyatakan bahwa orang tunarungu biasanya

mengalami hambatan atau gangguan dalam berkomunikasi dikarenakan adanya

kesulitan dalam menyampaikan pesan melalui Bahasa. Dengan pendapat tersebut,

siswa tunarungu mendapatkan pelayanan atau pendidikan dalam hal berbahasa

lebih intensif. Siswa tunarungu mengalami hambatan dalam penyampaian dan

pemerolehan informasi karena kurangnya informasi yang disebabkan oleh

hilangnya indera pendengarannya. Beberapa contoh yang peneliti dapatkan

melalui observasi di kelas, siswa tunarungu mengalami kekeliruan dalam

menyampaikan informasi yang sesuai dengan kalimat yang mudah dipahami siswa

lain, contohnya adalah saat siswa diminta mengerjakan tugas membuat kalimat di

depan teman-teman baik secara tulis ataupun secara lisan. Siswa tunarungu masih

mengalami kesulitan menyusun pola S-P-O-K dalam sebuah kalimat, seringkali

kosa-kata yang dipilih siswa tunarungu salah dimasukkan pada unsur pola

kalimat. Karena tidak ada alat yang dapat membantunya dalam menyelesaikan

tugas dari guru dan juga kurangnya pengetahuan mengenai kesepakatan bahasa,

seperti contohnya kesepakatan pada kata “Melempar”. Oleh karena itu, diperlukan

alat bantu belajar seperti media pembelajaran agar guru mampu membantu

kesulitan siswa dan membantu menjelaskan mengenai kesepakatan bahasa yang

dipakai pada orang mendengar lainnya, khususnya membantu dalam

menyelesaikan tugas membuat kalimat yang sesuai pola S-P-O-K.

Hasil observasi dan wawancara yang peneliti lakukan pada 25 November

2019 di SLB-B Karnnamanohara, menunjukkan bahwa beberapa siswa kelas II

mengalami kesulitan dalam menyusun atau menuliskan pola kalimat. Siswa masih

sering melakukan kesalahan pada saat menulis pola kalimat dengan struktur yang

belum tepat dan susunan kata dalam kalimat masih terbolak-balik. Contohnya

“Saya makan sudah”, Pada contoh yang didapat saat penelitian, kalimat tersebut

menunjukkan bahwa penempatan dan pilihan kata tidak tepat, jika mengikuti pola

dasar. Jika kalimat tersebut ditulis seperti “saya sudah makan”, maka kalimat

mudah dipahami. Berbeda apabila siswa berasal dari daerah yang berada di Timur

wilayah Indonesia, kalimat itu akan mudah diterima dan dipahami. Kaitannya

dengan penelitian ini, peneliti hanya berfokus pada siswa tunarungu yang berada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3

di pendidikan SLB-B Karnnamanohara dengan kebutuhan bahasa yang digunakan

di daerah mereka, dan bukan siswa yang berada di Timur wilayah Indonesia.

Peneliti merasa siswa tunarungu belum tepat dalam menyusun kosa kata menjadi

kalimat yang sesuai dengan pola kalimat dasar. Kalimat tersebut juga tidak sesuai

dengan pola atau struktur kalimat S-P-O-K, akibatnya alur kalimat menjadi sulit

dimengerti. Oleh karena itu, diperlukan alat bantu belajar seperti media

pembelajaran agar guru mampu membantu kesulitan siswa dalam menyelesaikan

tugas membuat kalimat yang sesuai pola S-P-O-K”.

Pada bahasan paragraf kedua dan ketiga, peneliti menemukan suatu

hambatan yang dialami siswa. Kaitannya dengan pola kalimat S-P-O-K, peneliti

menggunakan batasan tersebut untuk mengembangkan media kartu kata guna

membantu kesulitan dalam penyusunan pola kalimat. Subjek yang diambil peneliti

adalah siswa tunarungu yang masuk dalam golongan siswa tunarungu dengan

kemampuan dengar bunyi dengan intensitas 40- 65 dB. Peneliti memilih siswa

tunarungu dengan kemampuan dengar tersebut, karena peneliti merasa siswa

tunarungu masih membutuhkan pendidikan yang sama dengan siswa mendengar

lainnya. Tidak bisa dipungkiri, banyak juga siswa mendengar pada umumnya juga

masih memiliki kemampuan bahasa yang belum tepat. Tetapi peneliti hanya

berfokus pada siswa tunarungu agar mereka juga dapat mengikuti Pendidikan

yang sama dengan siswa mendengar pada umumnya. Hal ini jauh berbeda jika

dibandingkan dengan anak mendengar pada jenjang usia yang sama, beberapa

siswa tunarungu yang menjadi subjek penelitian ini sudah berusia 9-11 tahun,

dimana pada siswa mendengar dengan usia 9-11 tahun sudah mampu menyusun

pola kalimat berdasarkan pola S-P-O-K dengan baik.

Hamalik (dalam Arshad, 2009: 15) mengemukakan bahwa pemakaian

media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan

keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan

kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh psikologis terhadap sisa. Dalam

proses belajar mengajar media merupakan salah satu komponen penunjang yang

penting diaplikasikan untuk memudahkan guru dalam menyampaikan materi

pembelajaran. Media yang sering digunakan guru untuk belajar siswa tunarungu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4

biasanya media yang berbasis kartu kata, media gambar, media konkrit (benda

asli), media stimulasi auditoris dan pias kata atau kolom kata. Media juga dapat

membantu membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar.

Penggunaan media pembelajaran bukan saja dapat mempermudah dan

mengefektifkan proses pembelajaran, akan tetapi juga bisa membuat proses

pembelajaran lebih menarik (Sanjaya, 2009:162).

Seperti yang dijelaskan dalam jurnal Barajas (dalam Levin, 2016:10)

“Menulis adalah menggabungkan banyak keterampilan keaksaraan awal yang

penting untuk perkembangan anak-anak yang merupakan salah satu alasan

mengapa para ahli menyarankan agar itu dimasukkan ke dalam kegiatan kelas

prasekolah. Ulasan jurnal tersebut menyatakan bahwa adanya perbandingan antara

anak mendengar dengan usia yang sama dengan anak tunarungu memiliki

kemampuan yang berbeda, perbedaan yang signifikan antara anak tunarungu dan

anak mendengar usia 9-11. Perbedaan yang signifikan itu bisa terjadi dari

pendidikan prasekolah. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk mengembangkan

kemampuan pada anak tunarungu, khususnya pada kemampuan menyusun pola

kalimat. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan sarana

belajar seperti media pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Maka

peneliti kemudian memilih mengembangkan media pembelajaran kartu kata untuk

membantu kesulitan siswa dalam penyusunan pola kalimat. Media kartu kata ini

dirasa mampu untuk membantu kebutuhan siswa tunarungu.

Media pembelajaran yang dikembangkan dan dirasa dapat membantu anak

tunarungu dalam mengembangkan kemampuan penyusunan pola kalimat adalah

MEKARTA PEPOKA (Media Kartu Kata Penyusunan Pola Kalimat). Media ini

berisi kartu-kartu kata dan kartu gambar yang berfungsi sebagai media belajar

siswa tunarungu dalam penyusunan kalimat. Berdasarkan kebutuhan pada anak

tunarungu, peneliti menyusun judul “Pengembangan Media Kartu Kata

Penyusunan Pola Kalimat Untuk Siswa Tunarungu Kelas II SLB-B.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai

berikut.

A. Bagaimana pengembangan kartu kata untuk membantu kesulitan siswa

tunarungu dalam penyusunan pola kalimat?

B. Bagaimana kualitas media pengembangan kartu kata dalam penyusunan

pola kalimat?

C. Tujuan Pengembangan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, penelitian ini memiliki tujuan yaitu

sebagai berikut.

A. Untuk mengetahui pengembangan kartu kata untuk membantu kesulitan

siswa tunarungu dalam penyusunan pola kalimat.

B. Untuk mengetahui kualitas media pengembangan kartu kata dalam

penyusunan pola kalimat.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Bagi Siswa Tunarungu

Penelitian ini bermanfaat untuk mempelajari penyusunan pola kalimat.

b. Bagi Guru

Produk hasil penelitian ini dapat digunakan ketika mengajarkan dan

mengenalkan penyusunan pola kalimat

c. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat membantu membuka wawasan terkait media

yang dibutuhan untuk siswa berkebutuhan khusus tunarungu serta

mengetahui cara membuat media yang inovatif.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

6

E. Definisi Operasional

1. Siswa Tunarungu

Siswa tunarungu dalam penelitian ini adalah siswa yang mengalami

hambatan fungsi pendengaran dengan kemampuan dengar bunyi dalam

intensitas antara 40-65 dB dan masuk dalam kategori siswa yang

mengalami keterlambatan dalam perkembangan bahasa karena

keterbatasan dalam pemerolehan informasi dan penyampaian pesan.

2. Pola Penyusunan Kalimat

Pola penyusunan kalimat dalam penelitian ini adalah sebuah konsep

menyusun sebuah kalimat sesuai dengan struktur pola yang digunakan

dalam penelitian ini, dikhususkan pada struktur kalimat yaitu S-P-O-K.

3. Media Kartu Kata

Media kartu kata adalah kartu kecil yang berisi kata, gambar, teks, atau

simbol yang mengingatkan atau menuntut siswa kepada sesuatu yang

berhubungan dengan gambar itu.

F. Spesifikasi produk

Spesifikasi produk yang dikembangkan dalam penelitian pengembangan

media kartu kata adalah sebagai berikut:

a. Poduk terdiri dari tiga bagian yaitu berupa kotak penyusunan pola kalimat,

kartu kata dan kartu gambar, serta modul penggunaan media. Media dibuat

berbentuk bangun persegi panjang karena merupakan satu bangun yang

sudah sering digunakan guru dalam pembelajaran dan sangat dikenali

siswa di kelas.

b. Besar kotak keseluruhan berbentuk bangun ruang persegi panjang dengan

ukuran 50 x 30 x 5 cm.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

7

Gambar 1.1 Kotak Kartu Kata

c. Kotak penyusunan kalimat dibagi menjadi dua tempat yaitu tempat papan

tulis dan tempat penyusunan kartu.

Gambar 1.2 Tempat Penyusunan Kartu Gambar 1.3 Papan Tulis

d. Produk dilengkapi dengan tempat kartu kata dan kartu gambar dengan

ukuran 50 x 30 cm.

Gambar 1.4 Tempat Kartu

e. Kartu kata berisikan kumpulan kata Subjek, kata Predikat, kata Objek, dan

kata Keterangan. Media kartu kata ini terdapat pula kartu gambar sebagai

kartu bantuan dalam penyusunan pola kalimat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

8

Gambar 1.5 Kartu Kata Gambar 1.6 Kartu Gambar

f. Kartu kata dan kartu gambar berbentuk persegi panjang dengan ukuran 9 x

7 cm.

g. Desain kartu kata menggunakan software Microsoft word dengan kertas

jenis A4 dan dicetak menggunakan kertas jenis ivory 400gsm.

h. Desain kartu gambar menggunakan Pict Art dicetak menggunakan kertas

jenis ivory 400gsm.

i. Jenis tulisan pada kartu kata menggunakan font tegak bersambung. Jenis

tulisan menggunakan font ini karena sesuai dengan saran yang diberikan

guru kelas, agar siswa lebih paham. Font ini sudah sering digunakan

dalam penulisan saat pembelajaran menggunakan media cetak.

j. Modul penggunaan kartu kata, yang berfungsi sebagai petunjuk

penggunaan media.

k. Modul penggunaan media dicetak menggunakan kertas jenis ivory

350gsm. Modul menggunakan kertas jenis ini agar tidak mudah sobek

karena memiliki ukuran yang cukup tebal dan modul tidak mudah rusak.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

9

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

1. Pengertian Tunarungu

Tunarungu dapat diartikan sebagai suatu keadaan kehilangan pendengaran

yang mengakibatkan seseorang tidak dapat menangkap berbagai rangsangan,

terutama melalui indera pendengarannya. Batasan pengertian anak tunarungu

telah banyak dikemukakan oleh para ahli yang semuanya itu pada dasarnya

mengandung pengertian yang sama. Di bawah ini dikemukakan beberapa definisi

tunarungu menurut para ahli.

Winarsih, (2007: 23) mengemukakan bahwa tunarungu merupakan orang

yang mengalami kehilangan atau kekurangan kemampuan mendengar, baik

sebagian atau seluruhnya, yang diakibatkan tidak berfungsinya sebagian atau

seluruh alat pendengaran, sehingga anak tersebut tidak dapat menggunakan alat

pendengarannya dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut berdampak pada

kehidupannya secara kompleks utamanya kemampuan berbahasa sebagai alat

komunikasi yang sangat penting. Selain pendapat ini terdapat beberapa ahli yang

juga memiliki keterkaitan mengenai tunarungu. Dikemukakan bahwa tunarungu

adalah individu yang mengalami kerusakan indera pendengaran seperti di bawah

ini.

Suharmini, (2009: 35) mengemukakan bahwa tunarungu adalah keadaan

dimana seorang individu yang mengalami kerusakan pada indera pendengaran

sehingga berdampak tidak bisa menangkap berbagai rangsang suara, atau

rangsang lain melalui indera pendengaran.

Sutjihati (2006), mengemukakan bahwa tunarungu adalah suatu keadaan

kehilangan pendengaran yang mengakibatkan seseorang tidak dapat menangkap

berbagai rangsangan, terutama melalui indera pendengarannya.

Gunawan. D (2012) Tunarungu merupakan istilah umum untuk

menunjukkan kepada seorang yang mengalami tuli (deaf) dan kekurangan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

10

pendengaran (hard of hearing,) yang disebabkan oleh adanya kerusakan atau tidak

berfungsinya alat pendengaran, sehingga mengakibatkan perkembangan bahasa

terhambat dan memerlukan suatu pelayanan khusus dalam mengembangkan

potensinya. Beberapa pengertian dan definisi tunarungu di atas merupakan

definisi yang termasuk kompleks sehingga dapat disimpulkan bahwa anak

tunarungu adalah anak yang memiliki gangguan dalam pendengaran, yang terjadi

akibat kerusakan pada indera pendengaran yang mengakibatkan seseorang tidak

dapat menangkap berbagai rangsangan, terutama melalui indera pendengarannya

baik kehilangan pendengaran secara keseluruhan ataupun masih memiliki sisa

pendengaran. Meskipun anak tunarungu sudah diberikan alat bantu dengar, tetap

saja anak tunarungu masih memerlukan pelayanan pendidikan khusus. Apabila

dilihat secara fisik, anak tunarungu tidak berbeda dengan anak dengar pada

umumnya. Pada saat berkomunikasi barulah diketahui bahwa anak tersebut

mengalami gangguan pendengaran atau sering disebut tunarungu.

2. Karakteristik Tunarungu

a. Fisik

Beberapa anak tunarungu memiliki ciri fisik cara berjalannya kaku dan

sedikit bungkuk, Gerakan matanya cepat, agak beringas, Gerakan tangan

dan kakinya cepat atau lincah, pernafasannya pendek dan agak terganggu

(Somantri, 2006: 45).

b. Intelegensi

Secara potensial, anak tunarungu tidak berbeda dengan intelegensi anak

mendengar pada umumnya. Namun demikian secara fungsional,

intelegensi anak tunarungu berada di bawah anak yang mampu mendengar

dengan baik. (Somantri, 2006: 45). Hal ini disebabkan oleh kesulitan anak

tunarungu dalam memahami bahasa karena terbatasnya kemampuan

pendengaran. Anak-anak tunarungu sulit dapat menangkap pengertian

yang abstrak, karena untuk dapat menangkap pengertian yang abstrak,

anak-anak memerlukan pemahaman yang baik mengenai bahasa lisan dan

tulis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

11

c. Emosi

Emosi anak tunarungu selalu bergolak, disatu pihak karena kemiskinan

bahasanya dan di lain pihak karena pengaruh-pengaruh dari luar yang

diterimanya. Keterbatasan yang terjadi dalam komunikasi pada anak

tunarungu mengakibatkan perasaan terasing dari lingkungannya. Anak

tunarungu mampu melihat semua kejadian, akan tetapi tidak mampu

memahami dan mengikutinya secara menyeluruh sehingga menimbulkan

emosi yang tidak stabil, mudah curiga, dan kurang percaya diri.

d. Sosial

Dalam pergaulan, anak tunarungu cenderung memisahkan diri terutama

dengan anak pada umumnya, hal ini disebabkan oleh keterbatasan

kemampuan untuk melakukan komunikasi secara lisan.

e. Bahasa

Anak tunarungu miskin dalam kosa kata, sulit dalam mengartikan

ungkapan-ungkapan Bahasa yang mengandung arti kiasan, sulit

mengartikan kata-kata abstrak, kurang menguasai irama dan gaya bahasa.

Hal ini disebabkan adanya hubungan yang erat antara bahasa dan bicara

dengan ketajaman pendengaran, mengingat bahasa dan bicara merupakan

hasil proses peniruan sehingga anak tunarungu sangat terbatas dalam segi

bahasa.

3. Klasifikasikan Ketunarunguan

Easterbrooks (dalam Mahmud 2003:3) mengemukakan tunarungu dapat

diklasifikasikan berdasarkan tiga hal. Klasifikasi tunarungu yaitu:

berdasarkan tingkat kehilangan pendengaran, letak gangguan pendengaran

secara anatomis serta saat terjadinya ketunarunguan. Peneliti memilih siswa

tunarungu dengan kategori tersebut karena, beberapa siswa kelas II yang

menjadi subjek penelitian ini memiliki tingkat dengar dengan intensitas 55-

63 dB berdasarkan informasi yang diperoleh peneliti dari data sekolah.

Siswa tunarungu tersebut masuk dalam kategori siswa yang mengalami

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

12

ketulian sedang atau masuk pada siswa yang memiliki daya dengar dengan

intensitas 40-64 dB.

a. Berdasarkan tingkat kehilangan pendengaran

1) Tunarungu ringan (Mild Hearing Impairment), yaitu Kelainan pendengaran

yang masih mampu mendengar bunyi dengan intensitas antara 20-40 dB.

Biasanya kelompok ini mengalami kesulitan dalam percakapan dan sering

tidak menyadari bahwa dia sedang diajak bicara

2) Tunarungu sedang (Moderate Hearing Impairment), yaitu kelainan

pendengaran yang masih mendengar bunyi dengan intensitas 40- 65 dB.

Kelompok ini biasanya mengalami kesulitan dalam kecakapan tanpa

memperhatikan wajah pembicara, sulit mendengar dari kejauhan atau dalam

suasana gaduh, tetapi dapat dibantu dengan alat Bantu dengar (hearing aid).

3) Tunarungu agak berat (Severe Hearing Impairment), yaitu Kelainan

pendengaran hanya mampu mendengar bunyi yang memiliki intensitas 56-

95 dB. Kelompok ini hanya memahami sedikit percakapan pembicara

apabila melihat wajah pembicara dan dengan suara keras, tetapai untuk

percakapan normal, praktis mereka tidak dapat mengikuti, hanya mereka

masih dapat dibantu dengan alat bantu dengar (hearing aid).

4) Ketunarunguan berat (Profound Hearing Impairment), yaitu Kelainan

pendengaran hanya dapat mendengar bunyi dengan intensitas di atas 95 dB

ke atas. Percakapan normal tidaklah mungkin bagi mereka, alat bantu juga

kecil kemungkinan dapat membantu mereka, mereka sangat tergantung

dengan komunikasi verbal atau isyarat

b. Berdasarkan letak gangguan pendengaran secara anatomis, terdapat tiga

jenis ketunarunguan atas factor penyebabnya

1) Conductive loss, yaitu ketunarunguan tipe konduktif yaitu ketunarunguan

yang disebabkan oleh terjadinya kerusakan pada telinga bagian luar dan

tengah yang berfungsi sebagai alat konduksi /menghantar getaran suara

menuju telinga bagian dalam.

2) Sensorineural loss, yaitu ketunarunguan yang disebabkan oleh terjadinya

kerusakan pada telinga bagian dalam serta syaraf pendengaran (Nerveus

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

13

Chochlearis) yang dapat mengakibatkan terhambatnya pengiriman pesan

bunyi ke otak.

3) Central auditory processing disorder yaitu gangguan pada ocial syaraf pusat

proses pendengaran yang mengakibatkan individu mengalami kesulitan

memahami apa yang didengarnya meskipun tidak ada gangguan yang

spesifik pada telinga itu sendiri. Anak yang mengalami gangguan pusat

pemprosesan pendengaran ini mungkin memiliki pendengaran yang normal

bila diukur dengan audiometer, tetapi mereka sering mengalami kesulitan

memahami apa yang didengarnya.

c. Berdasarkan saat terjadinya ketunarunguan

1) Pra-Natal

a) Genetik, yaitu anak mengalami gangguan pendengaran (tunarungu)

karena faktor keturunan.

b) Anak yang mengalami gangguan pendengaran (tunarungu) sejak dalam

kandungan karena infeksi/penyakit.

2) Natal, yaitu anak yang mengalami gangguan pendengaran (tunarungu)

akibat proses kelahiran dengan resiko tingi.

3) Post-natal, yaitu anak yang mengalami gangguan pendengaran (tunarungu)

setelah dilahirkan.

Klasifikasi tunarungu dilihat dari pandangan umum terbagi menjadi dua

bagian yaitu: (1) Orang tuli adalah seorang yang mengalami kehilangan

kemampuan mendengar sehingga mengalami hambatan dalam bahasa dan

komunikasi, baik memakai atau tidak memakai alat bantu dengar. (2) Orang

kurang dengar adalah seorang yang mengalami kehilangan sebagian

kemampuan mendengar, akan tetapi masih memiliki sisa pendengaran baik

memakai atau tidak memakai alat bantu dengar. Mengenai dua bagian tersebut,

peneliti mengambil klasifikasi yang kedua, yaitu klasifikasi orang kurang

dengar sebagai subjek penelitian dalam skripsi ini karena siswa yang menjadi

subjek pada penelitian ini masuk memiliki kemampuan dengar bunyi 55-63 dB

dan masuk pada kategori kurang dengar atau memiliki intensitas 40-65 dB.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

14

Siswa tunarungu yang nantinya akan dijadikan subjek pada pengembangan

media penyusunan pola kalimat (SPOK) adalah siswa tunarungu dengan

kategori sedang atau siswa tunarungu yang memiliki daya dengar dengan

intensitas 40-64 dB.

B. Media Pembelajaran

1. Pengertian Media Pembelajaran

Kata media berasal dari Bahasa Latin, yakni “medius” yang secara harfiah

berarti „tengah‟,‟ perantara‟ atau „pengantar‟. Di bahasa Arab media disebut

„wasail‟ bentuk jama‟ dari „wasilah‟, yakni sinonim “alwast” yang artinya juga

„tengah‟. Kata „tengah‟ itu sendiri berarti berada di antara dua sisi, maka disebut

juga sebagai „perantara‟ (wasilah) atau yang mengantarai kedua sisi tersebut

(Munadi, Y. 2013: 6).

Media dapat dipahami secara garis besar meliputi manusia, materi, atau

kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh

pengetahuan, keterampilan atau sikap (Arsyad, 2011: 3). Pendapat ini memiliki

keterkaitan dengan pendapat ahli di bawah yaitu tentang pengertian media.

Sadiman (2006: 7) menjelaskan bahwa media adalah segala sesuatu yang

dapat dipergunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga

dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa sedemikian rupa

sehingga proses belajar terjadi.

Sementara itu Rossi, Bridle (dalam Sanjaya 2008: 204) mengemukakan

bahwa media adalah alat dan bahan yang dapat dipakai untuk tujuan pendidikan,

seperti radio, televisi, buku, Koran, majalah, dan sebagainya.

Dari berbagai pendapat mengenai pengertian media, kesimpulan dari media

adalah salah satu alat alternatif yang digunakan oleh seorang guru dalam

menyampaikan sebuah materi di depan kelas. Media salah satu alat bantu yang

dapat merangsang anak untuk lebih giat. Dengan menggunakan media seorang

guru diharapakan bisa lebih mudah dalam menyampaikan materi dan siswa juga

dapat menerima pelajaran dengan baik dan menyenangkan sehingga menimbulkan

motivasi siswa untuk belajar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

15

2. Jenis-Jenis Media Pembelajaran

Media pembelajaran memiliki beragam jenis. Setiap jenis media

pembelajaran memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Wibawa dan Mukti

(1991:25-56) mengklasifikasikan media menurut kesamaan karakteristik dan

kekhususannya sebagai berikut.

a. Media Audio, media audio berkaitan dengan indera pendengaran dan pesan

yang akan disampaikan dituangkan dalam lambing-lambang auditif verbal,

nonverbal maupun kombinasi. Yang termasuk media audio antara lain telepon,

radio, pita audio dll.

b. Media Visual, media visual dibedakan menjadi dua yaitu (1) media visual diam

dan (2) media visual gerak. Jenis media yang dapat diklasifikasikan dalam

media visual diam antara lain foto, ilustrasi, kartu kata bergambar, peta dll.

Sedangkan media visual gerak meliputi gambar-gambar proyeksi bergerak

seperti film bisu dan sebagainya.

c. Media Audio Visual, media audio visual menggabungkan antara media audio

dan visual sehingga bisa mengatasi kekurangan kedua media tersebut. Media

audio visual dibedakan menjadi dua, yaitu (1) media audio visual diam seperti

TV diam, film rangkai suara, halaman bersuara, buku bersuara dan lain

sebagainya. (2) media audio visual gerak seperti film bersuara, pita, video, film

TV dan lain sebagainya.

Berdasarkan klasifikasi media di atas, media memiliki beragam jenis.

Penggunaan media hendaknya disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang akan

dicapai, strategi pembelajaran, dan situasi di sekolah.

Pada penelitian ini, media yang dikembangkan merupakan media visual.

Fathuttohman (2007: 76) mengungkapkan bahwa media visual adalah media yang

hanya mengandalkan indera penglihatan. Media visual ini ada yang menampilkan

gambar diam seperti film strip, slide foto, gambar atau lukisan dan cetakan. Media

visual yang diperlukan lebih menekankan pada perolehan informasi melalui

indera lain yang masih berfungsi yaitu penglihatan, perabaan, pengecapan, dan

penciuman.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

16

Pada penelitian ini, penulis membuat media pengembangan kartu kata.

Media kartu kata yang juga berisi kartu gambar dan kartu kosa kata ini

menekankan pada indera penglihatan. Tidak hanya menekan pada indera

penglihatan, penggunaaan media ini dapat dikerjakan menggunakan tangan yaitu

siswa mengambil, menjajarkan, mengantungkan, meletakkan kartu pada tempat

yang tersedia, sehingga dapat dikatakan media ini juga menekankan pada fungsi

perabaan/motorik.

Alasan penulis memilih media kartu kata sebagai alat bantu belajar

penyusunan pola kalimat pada pembelajaran Bahasa Indonesia adalah dengan

pertimbangan yaitu:

(a) Siswa tunarungu mengalami ketidakberfungsian organ pendengaran

mengakibatkan anak tunarungu sulit menangkap pengertian yang abstrak, untuk

dapat menangkap pengertian yang abstrak diperluka pemahaman yang baik akan

bahasa lisan maupun tulis (Somantri, 2006). Siswa sulit memahami kata-kata jika

tidak melihat bentuk konkrit. Oleh karenanya, siswa membutuhkan media yang

bersifat konkret yang dapat dilihat dan diraba. Media dilengkapi dengan penulisan

kata dan gambar. Gambar berfungsi untuk memberikan gambaran pada siswa

terkait makna kata.

(b) Siswa tunarungu memiliki kekurangan dalam menerima informasi dari indera

pendengaran. Secara alamiah, siswa tunarungu mengompensasi kekurangannya

tersebut dengan mengoptimalkan indera lain yang tidak mengalami gangguan.

Pada umumnya siswa tunarungu mengoptimalkan indera penglihatan guna

memperoleh informasi.

3. Manfaat Media Pembelajaran

Hamalik (dalam Arshad, 2009: 15) mengemukakan bahwa pemakaian

media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan

keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan

kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh psikologis terhadap sisa. Oleh

karena itu, media penyusunan pola kalimat (SPOK) dikembangkan sebagai media

yang dapat membantu siswa tunarungu dalam menyelesaikan kesulitan dalam

penyusunan pola kalimat terutama pola S-P-O-K. Selain pendapat Hamalik,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

17

terdapat pula pendapat menurut Sudjana yang mengemukakan bahwa media

pembelajaran memiliki manfaat dalam proses belajar mengajar.

Sudjana (1992: 2) mengemukakan ada beberapa manfaat media dalam

proses belajar mengajar, yaitu:

a. Dengan adanya media pembelajaran, maka proses pembelajaran akan lebih

menarik perhatian peserta didik, sehingga dapat menumbuhkan motivasi

belajar bagi peserta didik. Motivasi yang tinggi pada peserta didik akan

membuat peserta didik lebih semangat dalam belajar, sehingga diharapkan

hasil belajar peserta didik juga akan meningkat.

b. Bahan materi pembelajaran yang banayak dengan adanaya media

pembelajaran maka akan lebih jelas maknanya, sehingga peserta didik dapat

lebih dipahami dan menguasaan materi secara maksimal dengan demikian

mencapaian tujuan pembelajaran lebih mudah. Materi pelajaran yang banyak

dan sulit dijelaskan oleh guru akan membuat sisiwa tidak memahami materi,

peran media pembelajaran misalnya video dalam materi pembelajaran akan

membuat peserta didik lebih memahami materi.

c. Metode mengajar akan lebih bervariasi dengan menggunakan model-model

pembelajaran, mengajar tidak hanya dengan metode ceramah yaitu dengan

komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, dengan adanaya

media pembelajaran akan membuat peserta didik tidak bosan dan guru tidak

kehabisan tenaga karena terus menerus menjelaskan, apalagi bila guru dalam

sehari mengajar lebih dari lima jam pelajaran. Jadi dapat

disimpulkan manfaat media pembelajaran sebagai alat bantu guru dalam

menyampikan materi, dan sebagai variasi guru dalam menyampaikan materi.

d. Manfaat berikutnya dengan adanya media pembelajaran peserta didik dapat

lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan

penjelasan guru secara konvensional, tetapi peserta didik juga dituntut untuk

ada aktivitas lain seperti mengamati, mensimulasikan, memerankan, dan lain-

lain. Berdasarkan ulasan di atas, terdapat beberapa manfaat yang dapat

dirasakan dengan menggunakan media pembelajaran.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

18

C. Media Kartu Kata

1. Pengertian Media Kartu Kata

Media kartu kata merupakan jenis media visual yang terdiri dari gambar

dan juga kata-kata dalam setiap kartu. Arsyad (2009: 119) menjelaskan bahwa

media kartu kata adalah kartu kecil yang berisi kata, gambar, teks, atau simbol

yang mengingatkan atau menuntut siswa kepada sesuatu yang berhubungan

dengan gambar itu.

Kartu kata adalah kartu yang berisi satu kata yang telah memiliki arti.

Kartu kata yang dimaksud adalah kertas tebal yang dipotong dengan ukuran

tertentu berbentuk persegi dengan berisikan tulisan huruf-huruf abjad yang

tersusun membentuk kata yang mempunyai makna atau maksud. Kata dalam kartu

kata bisa berarti kata benda, kata sifat, dan kata kerja (Rahadi, 2003: 14).

Media kartu kata berasal dari dua kata yaitu kartu dan kata. Menurut

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2002), kartu adalah kertas tebal yang

berbentuk persegi panjang (yang dapat digunakan sebagai berbagai keperluan).

Sedangkan kata diartikan unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang

merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan

dalam berbahasa.

Jadi, media kartu kata adalah suatu media berbentuk persegi, terdapat kata,

dan memiliki ukuran yang tebal, dirancang dengan mempertimbangkan manfaat

dari penggunaan media dan digunakan untuk mencapai tujuan tertentu seperti

contohnya pada penelitian ini agar dapat mempermudah pemahaman siswa,

terutama pada penelitian mengenai penyusunan pola kalimat.

2. Karakteristik Media Kartu Kata

Rahadi, A (2003: 18) mengemukakan bahwa kartu kata adalah kartu yang

berisi satu kata yang telah memiliki arti. Kartu kata yang dimaksud adalah kertas

tebal yang dipotong dengan ukuran tertentu berbentuk persegi dengan berisikan

tulisan huruf-huruf abjad yang tersusun membentuk kata yang mempunyai makna

atau maksud. Kata dalam kartu kata bisa berarti kata benda, kata sifat, dan kata

kerja.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

19

Ada beberapa karakteristik media kartu kata yaitu sebagai berikut (Rahadi,

2003: 18).

a) Harus Autentik, artinya dapat menggambarkan objek atau peristiwa seperti jika

siswa melihat langsung Misalnya, siswa akan mempelajari gunung meletus,

setelah diberi gambaran bagaimana gunung meletus, maka akan tahu bahwa

pada saat gunung meletus mengeluarkan larva dan debu panas dari kawahnya,

dan hal tersebut bisa berbahaya

b) Sederhana, komposisinya cukup jelas menunjukkan bagian-bagian pokok

dalam gambar tersebut.

c) Ukuran gambar proposional, sehingga siswa mudah membayangkan ukuran

yang sesungguhnya benda atau objek yang digambar.

d) Memadukan antara keindahan dengan kesesuaiannya untuk mencapai tujuan

pembelajaran.

e) Gambar harus message. Tidak setiap gambar yang bagus merupakan media

yang bagus. Sebagai media yang baik, gambar hendaklah bagus dari sudut seni

dan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

D. Materi Pola Kalimat

1. Kalimat

Definisi kalimat sebagai satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan maupun

tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Pada kalimat, terdapat

beberapa kata dan atau frasa menduduki fungsi tertentu. Jika kata-kata

tersebut digabungkan dengan benar, akan muncul pemikiran dan pesan

yang ingin disampaikan oleh penutur (Alwi, Hasan, & Munaf, H. 2003:

311) mendefinisikan. Kalimat dalam wujud lisan diucapkan dengan

menggunakan intonasi, dalam wujud tulisan, kalimat dimulai dengan huruf

kapital dan diakhiri dengan titik (.). kelompok struktural memberikan

definisi bahwa kalimat adalah satuan gramatikal yang tidak berkonstruksi

lagi dengan bentuk lain.

Ramlan (2001: 21) menjelaskan bahwa penentuan dalam sebuah kalimat

bukan karena banyaknya kata yang menjadi unsurnya melainkan

intonasinya. Ramlan menyatakan bahwa kalimat bisa saja terdiri atas satu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

20

kata. Yang menjadi penanda kalimat adalah hurud kapital di awal kalimat

dan adanya intonasi akhir. Intonasi akhir dalam tuturan tertulis adalah

tanda baca. Elson dan Pickett ( Via Poerwadi, dkk, 2002: 121)

menekankan bahwa secara semantik kalimat merupakan proposisi dan

bersifat predikatif. Sebagai satuan fonologis, kalimat diawali dengan

intonasi awal dan diakhiri dengan intonasi final. Sebagai satuan

gramatikal, secara tradisional, kalimat sebagai satuan yang terdiri atas

subjek dan predikat.

Jadi, berdasarkan beberapa pendapat di atas, kalimat didefinisikan sebagai

satuan gramatikal yang memiliki intonasi awal yang ditandai dengan huruf kapital

dan diakhiri dengan intonasi final yang ditandai dengan titik dan terdiri dari

unsur-unsur pembentuk kalimat. Unsur-unsur kalimat tersebut adalah subjek (S),

predikat (P), objek (O), Pelengkap (Pel), dam keterangan (K). Subjek adalah

pelaku kegiatan. Predikat adalah kata kerja atau penanda aktivitasnya. Objek

adalah sesuatu yang dikenai tindakan dari pelaku. Pelengkap adalah pemberian

informasi tambahan. Perbedaan objek dan pelengkap terletak pada bentuknya.

Objek dapat menggantikan subjek dalam kalimat pasif, sedangkan pelengkap

tidak dapat menggantikan subjek pada kalimat pasif. Keterangan adalah unsur

yang menunjukkan tempat, cara, waktu, dan lain-lain.

2. Struktur Kalimat

Telah dijelaskan pada teori sebelumnya mengenai struktur dalam KBBI

Pusat Bahasa (2008: 1341) bahwa struktur merupakan pengaturan pola dalam

bahasa secara sintagmatis. Selanjutnya, pengertian kalimat juga telah disinggung

pada poin sebelumnya bahwa kalimat merupakan satuan bahasa terkecil (Kamus

Besar Bahasa Indonesia edisi Ketiga 2003: 311). Definisi lain juga menjelaskan

bahwa kalimat adalah satuan bahasa yang dimulai dari huruf kapital dan diakhiri

dengan titik serta memiliki subjek dan predikat. Jadi, jika dua pengertian di atas

digabungkan, pengertian struktur kalimat adalah satuan gramatikal yang memiliki

Intonasi awal yang ditandai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan intonasi

final yang ditandai dengan titik dan terdiri dari unsurunsur pembentuk kalimat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

21

3. Pola Kalimat

Pola dalam KBBI pada definisi keempat adalah suatu sistem atau cara kerja.

Pola kalimat merupakan pola kalimat dasar. Kalimat dasar adalah kalimat yang

berisi informasi pokok dalam struktur inti, belum mangalami perubahan.

Perubahan yang dimaksud dapat berupa penambahan unsur seperti penambahan

keterangan, subjek, predikat maupun objek. Namun perubahan yang terjadi juga

dapat berupa perubahan urutan unsur atau berupa perubahan bentuk. (Sugono,

2009: 110). Pengertian lain juga dijelaskan bahwa kalimat dasar adalah kalimat

yang memenuhi syarat gramatikal, yaitu kalimat yang mempunyai unsur subjek,

predikat, objek, serta pelengkap dan kalimat itu belum mengalami perubahan.

(Sugono, 2009: 112). Berikut merupakan beberapa contoh pola kalimat.

(1) Aldi [S] duduk [P] di teras depan [Ket].

(2) Ani dan teman-temannya [S] sedang belajar [P] sekarang [Ket].

(3) Para guru [S] mengadakan [P] pelatihan [O] di sekolah [Ket].

(4) Kue itu [S] terletak [P] di meja [Ket] kemarin [Ket].

(5) Ibu [S] membeli [P] sepatu [O] tadi siang [Ket].

(6) Ibu [S] membelikan sepatu [P] adik [O] tadi siang [Ket].

(7) Dia [S] meletakkan [P] uang [O] di atas meja itu [Ket] kemarin [Ket].

Pada contoh-contoh di atas, kata-kata yang dicetak miring dapat dihilangkan

tanpa mengakibatkan kejanggalan kalimat (ambigu). Berdasarkan contoh-contoh

di atas, kalimat (6) yang memiliki bagian terpenting pengisi kelima fungsi

sintaktis yang telah disebutkan pada penjelasan sebelumnya. Beberapa kalimat di

atas, dimulai dengan subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan di akhir

kalimat jika ketiga unsur itu hadir. Dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia

edisi Ketiga (2003: 322) menambahkan bahwa banyak kalimat yang predikatnya

mendahului subjek kalimat. Kalimat-kalimat demikian pada umumnya dapat

diubah susunannya sehingga berpola S-P. Alwi, dkk (2003: 322) menyatakan pola

umum kalimat dasar dalam Bahasa Indonesia sebagai berikut: S + P + (O) + (Ket).

4. Unsur-Unsur Kalimat

Kalimat terdiri atas beberapa unsur yang membentuknya. Berikut unsur-

unsur kalimat menurut Widjono (2011: 148).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

22

a. Subjek

Subjek atau pokok kalimat merupakan unsur utama kalimat. Subjek

menentukan kejelasan makna kalimat. Keberadaan subjek dalam kalimat

berfungsi sebagai pembentuk kalimat dasar, kalimat luas, kalimat tunggal,

kalimat majemuk, tidak hanya itu memperjelas makna dan menjadi pokok

pikiran, menegaskan/memfokuskan makna serta membentuk kesatuan pikiran

(Widjono, 2011: 148). Subjek adalah pelaku kegiatan dalam kalimat. Biasanya

subjek diisi dengan kata nomina (benda). Contohnya adik, kelinci, Joko, kepala

sekolah, dan lain-lain (Alwi, dkk., 2010:334).

b. Predikat

Seperti halnya dengan subjek, predikat kalimat kebanyakan muncul secara

eksplisit. Keberadaan predikat dalam kalimat berfungsi sebagai pembentuk

kalimat dasar, kalimat tunggal, kalimat luas, kalimat majemuk, mejadi unsur

penjelas, yaitu memperjelas pikiran atau gagasan yang diungkapkan dan

menentukan kejelasan makna kalimat, serta membentuk kesatuan pikiran dan

sebagai sebutan (Widjono, 2011: 148). Predikat biasanya diisi dengan kata

kerja, seperti membaca, berlari, menari, dan lain-lain. Predikat tersebut

menandakan aktivitas yang dilakukan oleh pelaku kegiatan (Alwi, dkk.,

2010:333).

c. Objek

Kehadiran objek dalam kalimat bergantung pada jenis predikat kalimat serta

ciri khas objek itu sendiri. Predikat kalimat yang berstatus transitif mempunyai

objek. Biasanya, predikat ini berupa kata kerja berkonfiks me-kan, atau me-i,

misalnya mengambilkan, mengumpulkan, melempari, mendekati. Dalam

kalimat, objek berfungsi sebagai pembentuk kalimat dasar pada kalimat

berpredikat transfitif, memperjelas makna kalimat, membentuk kesatuan atau

kelengkapan pikiran (Widjono, 2011: 149). Secara umum, objek adalah

sesuatu yang dikenai tindakan oleh pelaku kegiatan. Objek biasanya juga diisi

dengan kelas kata nomina (benda) (Alwi, dkk., 2010:335).

d. Pelengkap

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

23

Pelengkap adalah unsur kalimat yang berfungsi melengkapi informasi,

mengkhususkan objek, dan melengkapi struktur kalimat (Widjono, 2011: 150).

e. Keterangan

Keterangan kalimat berfungsi menjelaskan atau melengkapi informasi pesan-

pesan kalimat. Tanpa keterangan, informasi menjadi tidak jelas. Hal ini dapat

dirasakan kehadirannya terutama dalam surat undangan, laporan penelitian, dan

informasi yang terkait dengan tempat, waktu, sebab, dan lain-lain (Widjono,

2011: 150)

Berdasarkan uraian di atas, kalimat disusun dengan berdasarkan unsur-unsur

pola kalimat dan dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan intonasi akhir

kalimat merupakan satuan bahasa terkecil yang mengungkapkan pikiran yang

utuh, baik dengan cara lisan maupun tulisan. Dalam wujud lisan, kalimat

diucapkan dengan suara naik turun, dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri

dengan intonasi akhir (Widjono, 2011: 150).

E. Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti ini tentunya sudah melihat

penelitian-penelitian yang relevan sebelumnya. Peneliti menemukan jenis

penelitian yang sama, yakni terkait dengan pengembangan media kartu kata untuk

penyusunan pola kalimat. Berikut beberapa penelitian yang relevan, yang peneliti

temukan.

Penelitian pertama yaitu penelitian yang dilakukan oleh Nur Kholifatul

Mujibiyah (2018) dari Universitas Negeri Sunan Kalijaga dengan judul penelitian

“Peningkatan Pemahaman Kata Benda Melalui Penggunaan Media Kartu Kata

Pada Siswa Kelompok A di Raudatul Athfal Jannatul Abror Plandirejo Tuban”.

Penelitian tersebut ditulis oleh Lalu Nur Kholifatul Mujibiyah pada 2018.

Penelitian tersebut menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK). Garis

besar dari penelitian ini, berisi tentang penggunaan media kartu kata dapat

meningkatkan pemahaman kata benda pada siswa kelompok RA Jannatul Abror

Plandirejo Plumpang Tuban. Berdasarkan hasil penelitian, terdapat peningkatan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

24

persentase dari siklus I 67% dan II yaitu 58% menjadi 78% pada uji coba produk

yang dilakukan peneliti.

Penelitian kedua yang juga relevan penelitian ini dilakukan oleh Rasyid

Fadlan (2017) dari Universitas Sanata Dharma dengan judul “Pengembangan

Media Pembelajaran Konvensional Kartu Kata Pada Rangka Manusia Subtema 1

Tubuh Manusia Pada Materi Pokok Kerangka Manusia Untuk Kelas V Sekolah

Dasar”. Penelitian tersebut ditulis oleh Rasyid Fadlan pada 2017. Penelitian

tersebut menggunakan metode penelitian Research And Development (R&D).

Berdasarkan hasil penelitian, garis besar dari penelitian ini yaitu berisi tentang

pengembangan media pembelajaran konvensional kartu kata pada rangka

manusia. Hal ini dapat dilihat dari nilai hasil uji coba validitas pertama sebesar

4,71, validitas kedua 4,71, validitas ketiga 3,78, dan validitas keempat 4,21 dan

memperoleh skor rata-rata akhir mencapai 4,35 dengan hasil penelitian masuk

dalam kategori sangat baik sehingga produk layak digunakan dan dikembangkan.

Penelitian ketiga adalah penelitian yang berjudul Penggunaan Media Kartu

Kata untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan dalam Mata

Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas II SDN Kilang Kecamatan Montong

Gading Kabupaten Lombok Timur Tahun Pelajaran 2016/2017. Penelitian

tersebut ditulis oleh Lalu Budi Yushalihin pada 2017. Penelitian tersebut

menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK). Berdasarkan hasil

penelitian, terdapat peningkatan skor aktivitas siswa. Pada siklus I, skor hanya

memperoleh 13 dengan predikat aktif untuk aktivitas siswa dan ketuntasan

klasikal mencapai 73,9%. Pada siklus II, terdapat peningkatan ada aktivitas siswa

dan ketuntasan klasikal. Aktivitas siswa mencapai 17 dengan predikat aktif dan

ketuntasan klasikal mencapai 91,30%.

Penelitian-penelitian di atas memiliki persamaan dan perbedaan dengan

penelitian ini. Persamaan yang dapat ditemukan dari ketiganya adalah media yang

digunakan dalam membantu kebutuhan siswa. Penelitian pertama sama-sama

mengkaji tentang media kartu kata sebagai alat uji Pemahaman Kata Benda. Pada

penelitian kedua mengkaji tentang pengembangan media kartu kata untuk materi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

25

pokok Kerangka Manusia. Penelitian ketiga mengkaji tentang Penggunaan Media

Kartu Kata untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan.

Perbedaan dari ketiganya terletak pada lokasi penelitian, objek yang dikaji,

dan sasaran yang ingin ditingkatkan ataupun yang dikembangkan. Selain itu,

penelitian ketiga memiliki perbedaan pada metode penelitiannya. Penelitian kedua

menggunakan metode penelitian Research and Development (R&D). Berdasarkan

ketiga penelitian relevan di atas, peneliti menggunakan media penelitian yang

sama yaitu media kartu kata. Kartu kata yang dikembangkan digunakan untuk

membantu subjek penelitian. Untuk lokasi dan subjek penelitian, peneliti memilih

melakukan penelitian di SLB-B Karnnamanohara. Subjek penelitiannya yaitu

siswa tunarungu. Peneliti memilih lokasi tersebut karena media pembelajaran

yang digunakan dalam pembelajaran secara langsung belum memadai sehingga

peneliti dapat mengembangkan media kartu kata untuk membantu siswa

tunarungu dalam mempelajari penyusunan pola kalimat (SPOK).

F. Kerangka Berpikir

Peserta didik hambatan pendengaran atau sering disebut tunarungu adalah

peserta didik yang memiliki masalah dalam pemerolehan bahasanya. Hal ini

disebabkan oleh ketidakberfungsian pada sebagian atau keseluruhan indera

pendengaran dan kemudian memberikan dampak yang sangat nyata yaitu miskin

bahasa sehingga menghambat keterampilan dalam berbahasa dan berkomunikasi.

Kartu kata adalah media yang dapat menjembatani peserta didik hambatan

pendengaran dalam kemampuan penyusunan pola kalimat.

Pembelajaran tentang konsep pola struktur kalimat pada pola S – P – O –

K disajikan dalam rangkaian media kartu kata. Kartu kata dirancang dengan

semenarik mungkin dengan mempertimbangakan warna, desain dan juga tingkat

kemudahan serta keamanan penggunaannya, sehingga peserta didik hambatan

pendengaran yang menggunakan media ini dalam pembelajaran di kelas menjadi

lebih tertarik dan mampu memahami dalam menyusun pola kalimat (SPOK).

Kekhasan pada pengembangan ini, media kartu kata yang dikembangkan

dengan metode penelitian Research and Development (R&D), dilengkapi dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

26

modul penggunaan media untuk membantu memudahkan guru dalam memberikan

panduan kepada peserta didik hambatan pendengaran. Peserta didik dengan begitu

mudah menerima arahan dari guru untuk menggunakan media kartu kata ini.

Maka dari kerangka berpikir di atas, penggunaan media kartu kata pada saat

pembelajaran penyusunan pola kalimat (SPOK) dan pemberian intervensi pada

peserta didik hambatan pendengaran kelas II di SLB-B Karnnamanohara

Yogyakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

27

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian dan pengembangan Research and

Development (R&D). Penelitian Research and Development (R&D) adalah

rangkaian proses atau langkah-langkah dalam rangka membangun suatu produk

baru atau menyempurnakan produk yang telah ada agar dapat

dipertanggungjawabkan (Sugiyono, 2013: 48).

Sugiyono (2012: 407) menjelaskan bahwa penelitian Research and

Development (R&D) adalah metode penelitian yang digunakan untuk

menghasilkan sebuah produk tertentu dan menguji keefektifan produk yang

dianggap handal telah melalui tahap-tahap pengujian dan revisi, produk yang

dihasilkan sesuai dengan kebutuhan lapangan dan sesuai dengan hasil analisis

kebutuhan. Sanjaya (2013:130) mengatakan bahwa proses pengembangan produk

dilakukan secara ilmiah dengan menganilisis data secara empiris.

Penelitian ini menggunakan prosedur pengembangan Borg and Gall.

Sementara itu, Sukmadinata (2007:164) mengemukakan bahwa penelitian dan

pengembangan atau Research and Development adalah suatu proses atau langkah-

langkah untuk mengembangkan sebuah produk baru atau menyempurnakan

produk yang telah ada, yang dapat dipertanggungjawabkan.

B. Prosedur Pengembangan

Penelitian ini menggunakan sepuluh tahap dalam penelitian. Sepuluh tahap

terdiri dari 1) Potensi dan masalah, 2) Pengumpulan data, 3) Desain produk, 4)

Validasi desain, 5) Revisi Desain, 6) Uji coba produk, 7) Revisi produk, 8) Uji

coba pemakaian, 9) Revisi produk, 10) Produksi massal.

Prosedur pengembangan dalam penelitian ini menghasilkan sebuah produk/

media akhir berupa media kartu kata tentang penyusunan pola kalimat (SPOK)

bagi siswa yang mengalami kebutuhan khusus tunarungu kelas bawah SLB/B.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

28

Langkah-langkah pengembangan produk ini menggunakan model penelitian dari

Sugiyono (dalam Borg and Gall). Prosedur penelitian dan pengembangan ini,

peneliti hanya menggunakan 6 tahap saja. Langkah-langkah tersebut terdiri dari 1)

potensi dan masalah, 2) pengumpulan data, 3) desain produk, 4) validasi produk,

5) revisi desain, 6) uji coba produk.

Bagan 3.1 Prosedur Penelitian Pengembangan menurut Sugiyono

Setiap langkah penelitian Research and Development (R&D) dari langkah-

langkah penelitian menurut Sugiyono dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Tahap Potensi dan Masalah

Penelitian diawali dengan melakukan analisis kebutuhan, penelitian pustaka,

penelitian literatur, penelitian skala kecil, dan standar laporan yang diperlukan

(Borg and Gall, 1989). Pelaksanaan analisis kebutuhan terdapat beberapa kriteria

yang berhubungan dengan pentingnya pengembangan produk, ketersediaan

sumber daya yang kompeten dan ketersediaan waktu. Studi literatur diperlukan

untuk pengenalan sementara terhadap produk yang hendak dikembangkan serta

mengumpulkan informasi lain yang berkaitan dengan pengembangan produk yang

telah direncanakan. Riset skala kecil adalah untuk mengetahui beberapa hal

tentang produk yang hendak dikembangkan.

Analisis kebutuhan dilakukan dengan melakukan pengamatan, serta wawancara

dengan guru kelas bawah SLB/B Karnamanohara Yogyakarta. Pengamatan dan

wawancara ditujukan untuk mengidentifikasi adanya fakta dan masalah yang

terjadi dilapangan. Selain itu, peneliti juga melakukan kajian pustaka sebagai

bekal dasar penelitian untuk melakukan pengembangan.

Pengumpulan

Data

Revisi

Desain

Validasi

Produk

Desain

Produk

Potensi dan

Masalah

Uji coba

Produk

Produk

Massal

Revisi

Produk

Uji coba

Pemakaian

Revisi

Produk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

29

2. Tahap Pengumpulan Data

Dalam tahap pengumpulan data ini, peneliti merumuskan untuk memberikan

rancangan yang tepat yang berkaitan dengan permasalahan, menentukan tujuan

yang dicapai pada setiap tahapan. Peneliti merencanakan untuk membuat sebuah

produk yang berupa media pembelajaran Kartu Kata bagi siswa yang memiliki

kebutuhan tunarungu untuk penyusunan pola kalimat (SPOK) pada kelas bawah

terutama kelas II SLB-B Karnnamanohara. Peneliti juga melakukan studi pustaka,

untuk mencari bahan melalui sumber buku atau internet, dan mengumpulkan

bahan dari berbagai sumber untuk menambah referensi guna melengkapi

perencanaan pembuatan produk.

3. Tahap Desain Produk

Pengembangan produk awal dalam penelitian ini berupa bahan cetak visual

dalam bentuk kartu kata seperti media visual lainnya, namun dalam kartu kata ini

hanya berisi kata yang mengandung S-P-O-K. Peneliti mulai mengembangkan

produk awal dengan menentukan desain awal kartu kata agar menarik bagi siswa.

Desain awal pada kartu kata dilakukan dengan mengumpulkan berbagai kosakata

yang mudah dimengerti untuk siswa tunarungu yang dapat disusun menjadi suatu

kalimat baik aktif maupun pasif. Isi dari media kartu kata yaitu ada 4 kartu warna

yang masing-masing warna memiliki kriteria masing-masing seperti warna merah

merupakan kosakata subjek (S), kartu warna hijau kosakata predikat (P) dan

warna kuning kumpulan kosakata objek (O) dan kartu warna biru merupakan

kartu keterangan (K). Kemudian Produk ini juga dilengkapi kotak tempat dan juga

papan susun untuk membantu siswa dengan kebutuhan khusus tunarungu

menyusun pola kalimat (SPOK) yang mereka temukan.

4. Tahap Validasi Desain

Uji coba lapangan awal melakukan uji terhadap desain produk yang sudah

dikembangkan oleh peneliti, apakah sesuai dengan tujuan. Uji coba lapangan awal

yang dilakukan di SLB/B Karnamanohara Yogyakarta di kelas II. Produk Kartu

Kata divalidasi oleh ahli media (Validator), ahli materi (Validator), dan pengguna

(siswa). Selama uji coba awal, validator memvalidasi produk dengan mengisi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

30

sebuah intrumen yang sudah disediakan oleh peneliti. Validitas produk bertujuan

untuk memperoleh kritik dan saran, serta penilaian kualitas produk yang kita

kembangkan dapat kemudian diujikan.

a. Validasi Ahli Media

Sebelum media diujicobakan, suatu produk pengembangan perlu divalidasi

oleh ahli media. Ahli media merupakan dosen pakar yang berkompeten

dalam media pembelajaran. Kegiatan validasi dilakukan dengan cara

menilai instrumen tentang desain dan komponen-komponen media yang

dikembangkan. Dalam kegiatan validasi yang dilakukan peneliti, didapat

data kelayakan, penilaian, komentar dan saran. Media kartu kata

penyusunan pola kalimat yang dikembangkan. Data hasil validasi kemudian

digunakan sebagai bahan perbaikan dan penyempurnaan produk kartu kata

penyusunan kalimat.

b. Validasi Ahli Materi

Selain divalidasi oleh ahli media, produk juga divalidasi oleh ahli materi

merupakan guru kelas yang berkompeten dalam pembelajaran, yaitu guru

kelas II. Validasi ahli materi dilakukan dengan cara menilai instrumen

tentang materi yang disajikan dalam media kartu kata penyusunan pola

kalimat (SPOK). Data penilaian instrumen, komentar dan saran dari ahli

materi digunakan sebagai bahan perbaikan dan penyempurnaan materi yang

disajikan dalam produk kartu kata penyusunan pola kalimat S-P-O-K.

c. Validasi Pengguna (Siswa)

Validasi pengguna dilakukan dengan mengujicobakan media yang sudah

direvisi dalam praktik pembelajaran di kelas. Validasi pengguna fokus pada

keterterapan media kartu kata penyusunan pola kalimat, yaitu dapat

tidaknya media itu digunakan dalam uji coba.

5. Tahap Revisi Produk

Revisi produk dilakukan setelah uji coba produk lapangan awal selesai

dilakukan. Pada tahap penyempurnaan produk awal, dilakukan pendekatan

kualitatif tentang produk kartu kata. Revisi produk dilakukan oleh peneliti

setelah memperoleh kritik dan saran dari hasil validasi validator. Revisi produk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

31

dilakukan untuk memperbaiki kekurangan dari produk yang telah divalidasi

oleh para validator.

6. Tahap Uji Coba Lapangan

Setelah melakukan revisi produk, kemudian melakukan uji lapangan produk

utama. Uji produk utama melibatkan lima siswa kelas II SLB/B Karnnamanohara

Yogyakarta. Setelah selesai melakukan uji coba hasil-hasil pengumpulan data

dievaluasi dan jika memungkin dibandingkan dengan uji coba awal.

Peneliti melakukan penelitian hanya menggunakan enam langkah

pengembangan tersebut karena pengembangan produk kartu kata tentang

penyusunan pola kalimat S-P-O-K yang tepat dan pengembangan ini merupakan

pengembangan terbatas.

C. Setting Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini siswa berkebutuhan tunarungu kelas II SLB/B (siswa

yang berada di kelas II SLB tetapi tidak memiliki ketentuan usia, melainkan

menggunakan tingkat kemampuan dengar sedang) Karnnamanohara Yogyakarta

tahun ajaran 2019/2020 dengan tingkat ketunarunguan yaitu masih mendengar

bunyi dengan intensitas 40- 65 dB. Pertimbangan dalam pemilihan siswa

tunarungu sebagai subjek penelitian berdasarkan wawancara bersama guru kelas

II di sekolah SLB/B Karnnamanohara. Siswa tunarungu kelas II masih memiliki

kemampuan menyusun kalimat yang rendah.

2. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah berupa media pembelajaran yaitu kartu

kata. Kartu kata tersebut dilengkapi dengan unsur-unsur kalimat. Selain itu, media

ini dilengkapi dengan kartu gambar agar siswa dapat memperoleh informasi.

3. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SLB/B Karnnamanohara Yogyakarta. Tempat

yang terletak sangat strategis berada dalam situasi perkampungan, jauh dari

keramaian dan juga jalan utama

.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

32

4. Waktu Penelitian

Penelitian ini dimulai pada November 2019 sampai Juni 2020. Berikut

jadwal penelitian dalam tabel 3.1.

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian

No Kegiatan

Bulan

November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni

1. Observasi

dan

Penyusunan

metode

penelitian

yang ada

pada BAB

III.

2. Pembuatan

produk

(media

Kartu Kata).

3. Pelaksanaan

Penelitian

dan revisi

produk.

4. Penyusunan

laporan hasil

penelitian

D. Teknik Pengumpulan Data

Sugiyono (2013:2), menjelaskan bahwa metode penelitian merupakan cara

ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Teknik

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi,

wawancara, dan kuesioner. Observasi dan wawancara dilakukan dengan tujuan

untuk mengumpulkan informasi terkait media pembelajaran dan siswa tunarungu,

serta melihat fakta atau masalah yang terjadi di lapangan. Observasi dan

wawancara dilakukan pada tahap Tahap Potensi dan Masalah. Peneliti melakukan

observasi di SLB/B Karnnamanohara Yogyakarta kelas I, II, dan III serta

melakukan wawancara dengan guru kelas masing-masing. Data yang sudah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

33

diperoleh kemudian dianalisis peneliti untuk mendapatkan informasi mengenai

kebutuhan siswa dalam mengembangkan kalimat yang sesuai, serta akan

kebutuhan siswa dalam penggunaan media ketika pembelajaran di kelas.

1. Teknik Pengamatan/Observasi

Cristensen, L. (2011) menyatakan bahwa “In research, observation is define

as watching of behavioral pattern of people in certain situasion to obtain

information about phenomenan of interest. Observation is an important way of

collecting information about people because people do not always do what they

say do”. Dalam penelitian, observasi diartikan sebagai pengamatan terhadap pola

prilaku manusia dalam situasi tertentu untuk mendapatkan informasi tentang

fenomena yang diinginkan. Observasi merupakan cara yang penting untuk

mendapatkan informasi yang pasti tentang orang, karena apa yang dilakukan

orang belum tentu sama apa yang kita kerjakan.

Dalam penelitian ini, pengamatan atau observasi diartikan sebagai

aktivitas terhadap suatu proses atau objek dengan maksud memahami

pengetahuan dari sebuah fenomena berdasarkan pengetahuan dan gagasan yang

sudah diketahui sebelumnya. Observasi merupakan suatu proses yang kompleks,

suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis, dua di

antara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan (Hadi dalam

Sugiyono, 2013:145). Pengataman atau observasi dilakukan di kelas I, II, dan III

SLB/B Karnamanohara Yogyakarta. Aspek yang diamati oleh peneliti yaitu

tentang kurangnya kemampuan siswa yang memiliki kebutuhan dalam

penyusunan pola kalimat (SPOK). Tujuan observasi adalah memperoleh data

analisis kebutuhan siswa dari pengembangan media kartu kata. Observasi

berpedoman pada kisi-kisi yang telah dibuat oleh peneliti. Kisi-kisi observasi

memiliki empat aspek yang diukur dan dijabarkan dengan sepuluh butir poin

pernyataan pada bab III. Aspek pertama terdiri atas tiga butir pernyataan tentang

ketersediaan media kartu kata untuk siswa kelas II. Aspek kedua terdiri atas dua

pernyataan tentang penggunaan media pembelajaran. Aspek ketiga terdiri atas tiga

pernyataan tentang analisis kebutuhan siswa. Aspek keempat terdiri atas dua

penyataan tentang keaktifan siswa pada saat pembelajaran. Aspek-aspek tersebut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

34

yang menjadi pedoman peneliti pada saat melakukan observasi hingga

mendapatkan hasil pada analisis kebutuhan.

2. Wawancara

Esterbeg (dalam Sugiyono, 2013:231) mengatakan bahwa wawancara

merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya

jawab sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Peneliti

menggunakan pedoman wawancara untuk memahami informasi-informasi yang

lebih dalam dan informasi pokok. Pedoman wawancara menjadi acuan bagi

peneliti agar informasi yang diperoleh lebih jelas. Wawancara ini dilakukan untuk

membantu memperoleh data hasil analisis kebutuhan pada siswa tunarungu.

3. Kuesioner

Angket atau kuesioner merupakan suatu teknik pengumpulan data secara tidak

langsung (peneliti tidak bertanya jawab secara langsung dengan responden).

Angket atau kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara memberi seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden untuk

dijawab (Sugiono, 2008:199). Teknik ini bertujuan untuk mengetahui kualitas

produk yang sudah dibuat atau dikembangkan oleh peneliti. Produk yang telah

dibuat atau dikembangkan layak dan sesuai digunakan sebagai media

pembelajaran siswa di kelas yang dinilai atau di ujicobakan pada validator.

Peneliti menggunakan bentuk kuesioner yang berstruktur dengan bentuk jawaban

tertutup. Hal tersebut dikarenakan agar dalam kuesioner, validator dapat

memberikan komentar, tanggapan, atau saran yang digunakan peneliti untuk

merevisi produk yang divalidasi.

Lembar kuesioner validasi diisi oleh validator dosen ahli dalam bidangnya

dan guru kelas II SLB/B Karnamanohara. Validasi kuesioner dibedakan menjadi

validasi dosen ahli dan validasi guru kelas II SLB/B. Hasil validasi kemudian

diolah dengan teknik analisis data sehingga peneliti mendapat skor validasi. Hasil

validasi melalui kuesioner dapat digunakan sebagai masukan kepada peneliti

untuk memperbaiki media kartu kata.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

35

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini menggunakan teknik nontes. Peneliti menggunakan

pedoman observasi, pedoman wawancara, dan kuesioner. Untuk melakukan

teknik non-tes tersebut, peneliti menggunakan beberapa instrumen.

1. Pedoman Observasi

Observasi dilaksanakan pada saat guru kelas dan siswa sedang melakukan

pembelajaran di kelas. Di sekolah SLB/B Karnamanohara Yogayakarta tersebut

guru tidak memiliki RPP atau Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran yang sudah

dirancang. Peneliti mencatat hal-hal penting yang berkaitan dengan aspek yang

digunakan untuk pedoman penelitian. Berikut ini adalah kisi-kisi observasi

analisis kebutuhan dapat dilihat pada tabel 3.2.

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Observasi Analisis Kebutuhan

Variabel Aspek Yang Diukur No. Item

Media Kartu Kata Ketersediaan media kartu kata untuk siswa kelas II 1,2,3

Penggunaan media kartu kata untuk siswa kelas II 4,5

Pembelajaran

Bahasa Indonesia

Kebutuhan siswa yang ditemukan dalam pembelajaran

Bahasa Indonesia pada materi membaca.

6,7,8

Keaktifan/ partisipasi siswa dalam mengikuti

pembelajaraan materi membaca.

9, 10

Berikut adalah daftar pernyataan pengembangan instrument observasi analisis

kebutuhan untuk siswa kelas II SLB/B Karnnamanohara Yogyakarta dapat dilihat

pada tabel 3.3.

Tabel 3.3 Pedoman Observasi Analisis Kebutuhan

Variabel Aspek Yang Diukur Pernyataan

Media kartu

kata

Ketersediaan media kartu

kata untuk siswa kelas II

1. Media kartu kata tersedia di sekolah.

2. Media kartu kata memuat materi

pembelajaran kelas II mengenai

pengembangan kalimat.

3. Media kartu kata untuk siswa kelas II

apakah dibuat semenarik mungkin.

Penggunaan media kartu

kata untuk siswa kelas II

4. Siswa menggunakan media kartu kata

pada saat pembelajaran di kelas

5. Siswa memahami penggunaan dari media

kartu kata sehingga dapat menyusun

kalimat dengan tepat.

Pembelajaran

Kosakata

Kesulitan yang dialami

siswa dalam pembelajaran

Bahasa Indonesia materi

terkait pembentukan kalimat

6. Siswa kurang mampu menyusun kalimat

dengan tepat.

7. Siswa kurang mampu meletakan S-P-O-K

dengan benar/masih suka keliru.

8. Siswa kurang mampu mengerti mengenai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

36

kosa kata baru.

Keaktifan/ partisipasi siswa

dalam mengikuti

pembelajaraan materi

kosakata

9. Siswa aktif mengikuti pembelajaran

bahasa di kelas

10. Siswa aktif dalam mengerjakan tugas

terkait materi bahasa.

2. Pedoman Wawancara

Wawancara ini ditujukan oleh narasumber yaitu guru kelas II SLB/B

Karnamanohara Yogyakarta. Wawancara ini bertujuan untuk menganalisis

kebutuhan pembuatan media kartu kata dari narasumber tersebut.

Wawancara guru kelas II SLB/B Karnamanohara Yogyakarta dilakukan

untuk memperoleh informasi yang lebih jelas. Berikut adalah kisi-kisi wawancara

wali kelas 1 SLB/B Karnamanohara Yogyakarta dapat dilihat pada tabel 3.4.

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Instrumen Wawancara dengan Guru Kelas

Variabel Aspek Yang Diukur No. Item

Media Kartu

Kata

Ketersediaan media kartu kata atau media lain untuk siswa kelas II

SLB/B Karnnamanohara

1, 2, 3

Penggunaan Media kartu kata untuk siswa kelas II 4, 5

Pembelajaran

Bahasa

Indonesia

Kesulitan dan masalah yang dialami guru dalam pembelajaran materi

bahasa terhadap siswa di kelas.

6

Partsipasi siswa dalam mengikuti pembelajaran materi bahasa

terkhusus pada pengembangan kalimat.

7, 8

Usaha yang dilakukan guru untuk mengatasi kesulitan siswa dalam

pembelajaran materi bahasa terkhusus pada pengembangan kalimat.

bahasa terkhusus pada pengembangan kalimat.

9, 10

Berikut daftar pertanyaan pengembangan instrument wawancara guru

kelas II SLB/B Karnnamanohara Yogyakarta dapat dilihat pada tabel 3.5.

Tabel 3.5 Pedoman Wawancara dengan Guru Kelas

Variabel Aspek Yang Diukur Pertanyaan

Media Kartu

Kata

Ketersediaan media kartu

kata atau media lain

untuk siswa kelas II

SLB/B Karanmanohara

1. Apakah sekolah memiliki media pembelajaran

kartu kata?

2. Apa saja materi yang pelajaran yang masuk dalam

media kartu kata?

3. Bagaimana kondisi dari media kartu kata untuk

siswa kelas II yang tersedia?

Penggunaan Media kartu

kata untuk siswa kelas II

4. Bagaimana cara memanfaatkan media kartu kata

dalam pelakasanaan pembelajaran di kelas?

5. Bagaimana cara guru untuk mempermudah siswa

dalam menguasai penggunaan dari media kartu

kata tersebut ?

Pembelajaran

Bahasa

Indonesia

Kesulitan dan masalah

yang dialami guru dalam

pembelajaran materi

6. Apa saja kesulitan guru yang dialami dalam

melaksanakan pembelajaran materi bahasa

terkhusus pada pengembangan kalimat?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

37

kosakata

Partsipasi siswa dalam

mengikuti pembelajaran

materi kosakata

7. Bagaimana keaktifan siswa pada saat mengikuti

pembelajaran materi bahasa terkhusus pada

pengembangan kalimat?

8. Apakah ada yang mencoba untuk bertanya

meskipun bahasamya kurang jelas jika belum

memahami?

Usaha yang dilakukan

guru untuk mengatasi

kesulitan siswa dalam

pembelajaran materi

kosakata

9. Bagaimana menurut bapak/ibu jika media kartu

kata ini mengandung pembelajaran mengenai

materi bahasa terkhusus pada pengembangan

kalimat?

10. Apa saja upaya bapak/ibu lakukan dalam mengatasi

kesulitan yang dialami siswa dalam melaksanakan

materi bahasa terkhusus pada pengembangan

kalimat?

3. Kuesioner

Kuesioner digunakan oleh peneliti sebagai acuan peneliti untuk merevisi

produk produk agar menjadi lebih baik dan dapat digunakan sebagai media

pembelajaran di kelas. Peneliti menggunakan kuesioner dalam validasi produk,

baik oleh pakar maupun guru kelas II SLB/B Karnnamanohara. Kuesioner ini

berisi penelitian terhadap produk yang telah dibuat oleh peneliti. Kuesioner ini

terdapat pernyataan-pernyataan yang disesuaikan dengan spesifikasi produk yang

dikembangkan oleh peneliti serta terdapat kolom-kolom untuk mengisi komentar

dan saran untuk kekurangan produk dan nantinya akan digunakan untuk

memperbaiki produk tersebut agar lebih baik.

a. Kusioner Validasi Produk

Kuesioner validasi produk dibuat berdasarkan pada aspek yang ingin dikaji

karakteristik produk yang digunakan untuk mengembangkan produk tersebut.

Pengisian kuesioner validitas produk oleh ahli dilakukan sesudah peneliti

mempresentasikan media kartu kata yang dikembangkan. Selain kuisioner

validitas produk oleh ahli, terdapat pula kuesioner tanggapan mengenai produk

oleh siswa setelah uji coba terbatas. Kisi-kisi kuesioner validitas produk oleh ahli

dan tanggapan oleh siswa dijadikan tabel 3.6.

Tabel 3.6 Kisi-kisi Instrumen Validasi Produk

Variabel Aspek Yang Diukur No. Item

Kartu Kata Desain Produk 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10

Keefektifan Kartu Kata 11,12,13,14,15

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

38

Berikut adalah pengembangan instrumen kuesioner validitas produk dan

dapat dilihat pada tabel 3.7.

Tabel 3.7 Kuisioner Validasi Produk

Aspek Yang Diukur Pernyataan

Desain Produk

1. Kartu kata menggunakan kosa kata yang tepat sesuai dengan

bahasa anak umur 7-11 tahun atau kelas II SD.

2. Kartu kata menggunakan kosa kata yang jelas dan mudah

dipahami oleh siswa.

3. Kosa kata yang digunakan sesuai pedoman ejaannya Kamus

Besar Bahasa Indonesia yang terbaru.

4. Kartu kata memiliki desain yang menarik.

5. Penggunaan jenis tulisan disesuaikan dengan kebutuhan siswa.

6. Penggunaan jenis tulisan dan ukuran yang mudah dibaca.

7. Kartu kata menggunakan warna yang terang untuk menarik

perhatian siswa.

8. Terdapat tempat penyusunan dan juga box tempat masing-

masing warna kartu.

9. Kartu kata berbentuk persegi panjang.

10. Terdapat buku panduan cara penggunaan media kartu kata.

Keefektifan Kartu Kata

11. Siswa dapat menyusun kalimat dengan benar.

12. Buku panduan dapat membantu guru dalam menggunakan

media.

13. Media dapat digunakan pada beberapa materi, tidak hanya pada

pengembangan kalimat.

14. Media dapat dipakai secara mandiri maupun kelompok.

15. Bahan produk mendukung pada saat penggunaannya di kelas.

b. Kuesioner Uji Terbatas Produk

Kuesioner uji coba terbatas produk disusun berdasarkan indikator mengenai

keefektifan media kartu kata yang telah dikembangkan peneliti. Pengisian

kuesioner uji coba terbatas media kartu kata dilakukan pada saat peneliti

melakukan uji coba terbatas pada 3 siswa tunarungu kelas II di SLB/B

Karnamanohara. Kisi-kisi kuesioner uji coba terbatas produk dan tanggapan

dalam tabel 3.8.

Tabel 3.8 Kisi-kisi Kuisioner Uji Coba Terbatas Produk

Variabel Aspek Yang Ingin Dikaji No. Item

Kartu Kata Warna Keefektifan Kartu Kata 1,2,3,4,5

Berikut adalah pertanyaan pengembangan instrumen kuesioner uji coba

terbatas produk dapat dilihat pada tabel 3.9.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

39

Tabel 3.9 Kuisioner Uji Coba Terbatas Produk

Variabel Aspek Yang Ingin Dikaji Pertanyaan

Kartu Kata

Warna

Keefektifan Produk

1. Produk dapat menumbuhkan rasa ingin tahu

siswa.

2. Produk membuat siswa mau belajar

mengembangkan kalimat.

3. Produk dapat membantu siswa belajar lebih

giat dalam menyusun kalimat yang baru

diketahui.

4. Produk mendukung untuk dikembangkan

lagi sebagai fasilitas belajar siswa.

5. Produk menjadi alat bantu kesulitan siswa

dalam belajar

F. Teknik Analisis Data

1. Data Kualitatif

Sugiyono (2015: 23) data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka, atau

data kuantitatif yang diangkakan (scoring). Jadi data kuantitatif merupakan data

yang memiliki kecenderungan dapat dianalisis dengan cara atau teknik statistik.

Data tersebut dapat berupa angka atau skor dan biasanya diperoleh dengan

menggunakan alat pengumpul data yang jawabannya berupa rentang skor atau

pertanyaan yang diberi bobot. Dalam penelitian ini, data kuantitatif berupa skor

dari pakar media pembelajaran dan guru. Data dianalisis sebagai dasar untuk

memperbaiki dan mengetahui kelayakan produk yang dihasilkan.

2. Data Kuantitatif

Sugiyono (2015: 23) data kualitatif adalah data yang berbentuk kalimat, kata

atau gambar. Data kualitatif merupakan deskripsi komentar observer terhadap

kegiatan guru dan siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung dan komentar

pengamat terhadap rencana pelaksanaan pembelajaran yang dilihat oleh guru atau

peneliti. Data berupa skor penelitian oleh pakar media pembelajaran, dan guru

kelas II sekolah dasar. Data yang dianalisis sebagai dasr dari hasil penelitian

kuesioner diubah menjadi data interval. Skala penilaian terhadap perangkat

pembelajaran yang dikembangkan yaitu 5 (sangat baik), 4 (baik), 3 (cukup baik),

2 (kurang baik), 1 (sangat kurang baik). Skor yang sudah didapat kemudian

dikonverensikan menjadi data kualitatif skala lima dengan acuan Sukardjo (2008

:101) seperti tabel 3.10 berikut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

40

Tabel 3.10 Konverensi Nilai Skala Lima

Interval Skor Kategori

X > Xi + 1,80 Sbi Sangat baik

Xi + 0,60 Sbi < X ≤ Xi + 1,80 Sbi Baik

Xi - 0,60 Sbi < X ≤ Xi + 0,60 Sbi Cukup baik

Xi – 1,80,60 Sbi < X ≤ Xi - 0,60 Sbi Kurang baik

X ≤ Xi - 1,80 Sbi Sangat kurang baik

Keterangan :

Rerata ideal (Xi) : (skor maksimal ideal + skor minimal ideal)

Simpangan baku ideal (Sbi) : (skor maksimal ideal - skor minimal ideal)

X : Skor aktual

Berdasarkan rumus konversi di atas perhitungan data-data kuantitatif

dilakukan untuk memperoleh data kualitatif dengan menerapkan rumus konversi

tersebut. Penentuan rumus kualitatif pengembangan ini diterapkan dengan

konversi sebagai berikut.

Skor maksimal ideal : 50

Skor minimal ideal : 30

Rata-rata ideal (Xi) : (50+10) = 30

Simpangan baku ideal (Sbi) : (50-10) = 6,67

Ditanyakan:

Interval skor kategori sangat baik, baik, cukup baik, kurang baik, dan sangat

kurang baik.

Jawaban:

Kategori sangat baik = X > Xi + 1,80 Sbi

= X > 30 + (1,80 . 6,67)

= X > 30 + 1,21

= X > 4,21

Kategori baik = Xi + 0,60 Sbi < X ≤ Xi + 1,80 Sbi

= 3 + (0,60 . 0,67) < X ≤ 3 + (1,21)

= 3 – (0,40) < X ≤ 3 + (1,21)

= 3,40 < X ≤ 4,21

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

41

Kategori cukup baik = Xi - 0,60 Sbi < X ≤ Xi + 0,60 Sbi

= 3 - (0,60 . 0,67) < X ≤ 3 + (0,60 . 0,67)

= 3 – (0,40) < X ≤ 3 + (0,40)

= 2,60 < X ≤ 3,40

Kategori kurang baik = Xi – 1,80,60 Sbi < X ≤ Xi - 0,60 Sbi

= 3 - (1,80 . 6,67) < X ≤ 3 - (0,60 . 6,67)

= 3 – (1,21) < X ≤ 3 - (0,40)

= 1,79 < X ≤ 2,60

Kategori sangat kurang baik = X ≤ Xi - 1,80 Sbi

= X ≤ 3 – (1,80 . 0,67)

= X ≤ 3 – 1,21

= X ≤ 1,79

Pedoman penskoran =

Berdasarkan perhitungan tersebut, konversi data kuantitatif menjadi data

kualitatif skala lima sebagai berikut :

Tabel 3.11 Kriteria Skor Skala Lima

Interval Skor Kategori

4,22 – 5 Sangat baik

3,41 – 4,21 Baik

2,61 – 3,40 Cukup baik

1,80 – 2.60 Kurang baik

1 – 1,79 Sangat kurang baik

Hasil dari perhitungan skor masing-masing validasi yang dilakukan akan

dicari rata-rata skor perolehannya kemudian dapat dikonverensikan dari data

kuantitatif ke data kualitatif dalam kategori tertentu seperti yang tertera pada tabel

kriteria skor skala lima.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

42

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian

Penelitian pengembangan yang berjudul “Pengembangan Media Kartu Kata

Penyusunan Pola Kalimat (SPOK) Untuk Siswa Tunarungu” dilaksanakan

observasi pada 21 Januari 2020. Langkah dalam proses penelitian pengembangan

media kartu kata tentang penyusunan pola kalimat adalah melakukan observasi

sebagai analisis kebutuhan. Untuk meminta izin, peneliti datang ke sekolah SLB

Karnnamaohara Yogyakarta. Peneliti menemui kepala sekolah dan menjelaskan

maksud dan tujuan kedatangan peneliti di sekolah. Setelah pihak sekolah

mengizinkan, peneliti melakukan analisis kebutuhan berdasarkan langkah-langkah

pengembangan media kartu kata yang telah dijelaskan di bab III. Peneliti

melakukan analisis kebutuhan dengan menggunakan observasi dan wawancara.

Sebelum melakukan penelitian, peneliti meminta surat keterangan di sekretariat

prodi untuk melakukan penelitian di SLB Karnnamanohara Yogyakarta. Peneliti

melakukan observasi analisis kebutuhan dan wawancara sesuai pedoman yang

telah dibuat. Kisi-kisi instrumen observasi analisis kebutuhan dibuat seperti pada

tabel 4.1. Kisi-kisi instrumen wawancara pada tabel 4.2 sebagai berikut.

Tabel 4.1 Kisi-kisi Instrumen Observasi Analisis Kebutuhan

Variabel Aspek Yang Diukur No. Item

Media Kartu Kata Ketersediaan media kartu kata untuk siswa kelas II 1,2,3

Penggunaan media kartu kata untuk siswa kelas II 4,5

Pembelajaran

Bahasa Indonesia

Kebutuhan siswa yang ditemukan dalam pembelajaran

Bahasa Indonesia pada materi membaca.

6,7,8

Keaktifan/ partisipasi siswa dalam mengikuti pembelajaraan

materi membaca.

9, 10

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

43

Tabel 4.2 Kisi-Kisi Instrumen Wawancara dengan Guru Kelas

Variabel Aspek Yang Diukur No. Item

Media Kartu

Kata

Ketersediaan media kartu kata atau media lain untuk siswa kelas II

SLB/B Karanmanohara

1, 2, 3

Penggunaan Media kartu kata untuk siswa kelas II 4, 5

Pembelajaran

Bahasa

Indonesia

Kesulitan dan masalah yang dialami guru dalam pembelajaran materi

bahasa terhadap siswa di kelas.

6

Partisipasi siswa dalam mengikuti pembelajaran materi bahasa

terkhusus pada penyusunan pola kalimat.

7, 8

Usaha yang dilakukan guru untuk mengatasi kesulitan siswa dalam

pembelajaran materi bahasa terkhusus pada pengembangan kalimat.

bahasa terkhusus pada penyusunan pola kalimat.

9, 10

Peneliti melakukan wawancara langsung kepada guru kelas terkait kebutuhan

belajar dan kemampuan siswa. Peneliti tidak hanya berhenti pada wawancara

terkait kebutuhan dan kemampuan siswa, tetapi peneliti juga menggali kebutuhan

yang selama ini dibutuhkan siswa dan sekolah melalui observasi langsung.

Peneliti melakukan observasi langsung agar pengembangan media penyusunan

pola kalimat dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan siswa dan sekolah.

Walaupun uji coba produk ke siswa tunarungu terhambat karena pandemi

virus corona, peneliti melakukan pada uji coba validitas produk ke validator.

Produk ini divalidasi oleh dua orang validator yaitu ahli media (dosen PGSD) dan

validasi ahli materi (guru kelas II) SLB-B Karnnamanohara. Uji validitas produk

tersebut dilakukan untuk mengetahui kualitas dan tingkat kelayakan produk dan

juga kosa-kata dalam pilihan kata yang dikembangkan peneliti jika digunakan

sebagai media pembelajaran penyusunan pola kalimat di kelas II SLB-B.

2. Potensi dan masalah

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh potensi dan masalah yang ditemukan

pada analisis kebutuhan siswa tunarungu di SLB Karnnamanohara. Peneliti

melakukan observasi di kelas II SLB Karnnamanohara pada tanggal 21 Januari

2020. Observasi dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung. Observasi ini

digunakan untuk memastikan kebutuhan pada siswa secara langsung terkait

ketersediaan dan penggunaan media kartu kata yang peneliti kembangkan

sehingga penelitian dapat menghasilkan produk sesuai dengan kebutuhan

siswanya. Observasi yang dilakukan peneliti diperoleh hasil yaitu ada beberapa

siswa yang masih mengalami kesulitan dalam penyusunan pola kalimat pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

44

materi pembelajaran bahasa Indonesia. Siswa mengalami kekeliruan dalam

menyusun pola kalimat sehingga dalam penyusunan pola kalimat tidak sesuai

dengan pola kalimat yang baik dan benar.

Peneliti juga melakukan wawancara kepada wali kelas dan dua siswa kelas

II SLB Karnnamanohara pada 21 Januari 2020. Wawancara digunakan untuk

mengetahui perkembangan pelaksanaan pembelajaran mengenai penyusunan pola

kalimat di kelas II. Hal tersebut bertujuan agar pengembangan media kartu kata

dapat tepat sasaran, membantu siswa dalam mengerti dan memahami tentang

materi penyusunan pola kalimat, serta membiasakan siswa untuk dapat menyusun

kalimat sesuai dengan pola kalimat dengan baik. Hasil observasi diuraikan pada

tabel 4.3 sebagai berikut.

Tabel 4.3 Hasil Observasi Analisis Kebutuhan

Aspek Yang Diukur Pernyataan Hasil Pengamatan

Ketersediaan media

kartu kata untuk

siswa kelas II

1. Media kartu kata tersedia

di sekolah.

Peneliti mengamati ketersediaan

media kartu kata di sekolah sebagai

sarana belajar siswa, tidak

ditemukan media pembelajaran kartu

kata yang digunakan sebagai sarana

belajar siswa.

2. Media kartu kata memuat

materi pembelajaran kelas

II mengenai penyusunan

pola kalimat.

Media kartu kata yang akan

dikembangkan yaitu media kartu

kata yang memuat materi

pembelajaran Bahasa Indonesia

mengenai penyusunan pola kalimat,

disesuaikan dengan kebutuhan siswa

yang masih mengalami kesulitan

dalam pengembangan kalimat dan

penyusunan pola kalimat yang sesuai

dengan pola kalimat yang baik dan

benar.

3. Media kartu kata untuk

siswa kelas II apakah

dibuat semenarik mungkin.

Media kartu kata yang akan dibuat,

disesuaikan dengan minat siswa

untuk pembelajaran sehingga,

peneliti mengembangkan media

kartu kata semenarik mungkin, dari

segi pemberian warna kartu dan juga

pembentukan desain media.

Penggunaan media

kartu kata untuk

siswa kelas II

4. Siswa menggunakan media

kartu kata pada saat

pembelajaran di kelas

Media kartu kata yang

dikembangkan sesuai dengan

analisis kebutuhan, digunakan pada

saat pembelajaran berlangsung di

kelas oleh siswa yang mengalami

kesulitan dalam penyusunan pola

kalimat.

5. Siswa memahami

penggunaan dari media

Media kartu kata dilengkapi dengan

modul penggunaan, sehingga siswa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

45

kartu kata sehingga dapat

menyusun kalimat dengan

tepat.

yang menggunakan media lebih

mudah menyusun kalimat yang

sesuai dengan pola kalimat.

Kesulitan yang

dialami siswa dalam

pembelajaran Bahasa

Indonesia materi

terkait pembentukan

kalimat

6. Siswa kurang mampu

menyusun kalimat dengan

tepat

Analisis kebutuhan di peroleh

beberapa siswa masih mengalami

kesulitan dalam penyusunan pola

kalimat sesuai dengan pola kalimat

yang benar .

7. Siswa kurang mampu

meletakan S-P-O-K

dengan benar/masih suka

keliru.

Analisi kebutuhan diperoleh

beberapa siswa masih sering keliru

meletakan pola kalimat saat

penyusunan pola kalimat yang benar.

8. Siswa kurang mampu

mengerti mengenai kosa

kata baru.

Siswa mengalami kekeliruan pada

penyusunan pola kalimat di sebabkan

oleh adanya kosa kata baru yang

belum mereka pahami.

Keaktifan/partisipasi

siswa dalam

mengikuti

pembelajaraan materi

kosakata

9. Siswa aktif mengikuti

pembelajaran bahasa di

kelas

Siswa dengan aktif mengikuti

pembelajaran di kelas pada saat

pembelajaran mengenai Bahasa

Indonesia.

10. Siswa aktif dalam

mengerjakan tugas terkait

materi bahasa.

Siswa sangat aktif dan tertib

mengerjakan tugas dari guru kelas

terkait pembelajaran materi Bahasa

Indonesia.

Setelah melakukan observasi, peneliti melakukan wawancara dengan guru

kelas II. Pada saat melakukan wawancara, peneliti langsung memberikan

pertanyaan kepada guru kelas, dan berikut hasil wawancara dengan guru kelas

dirangkum dalam tabel 4.4 sebagai berikut.

Tabel 4.4 Hasil Wawancara dengan Guru Kelas

Aspek Yang

Diukur

Pertanyaan Rangkuman Hasil Wawancara

Ketersediaan media

kartu kata atau

media lain untuk

siswa kelas II

SLB/B

Karanmanohara

1. Apakah sekolah memiliki

media pembelajaran kartu

kata?

Sekolah sudah memiliki media kartu

kata, tetapi belum dapat menunjang

pembelajaran sehari-hari di kelas,

karena jumlah media yang sangat minim

sehingga guru sering membuatkan

media kartu kata seadanya

menggunakan kertas-kertas bekas yang

ada di kelas.

2. Apa saja materi pelajaran

yang masuk dalam media

kartu kata?

Materi yang dapat dimasukkan dalam

media kartu kata yaitu materi bahasa

Indonesia, IPA, IPS dan Agama.

3. Bagaimana kondisi dari

media kartu kata untuk

siswa kelas II yang tersedia?

Konsisi media kartu kata yang ada di

kelas II sudah tidak layak digunakan,

karena guru hanya membuatkan dari

kertas bekas, sehingga saat selesai

digunakan kartu kata tidak lagi terurus

dan hanya disimpan di lemari.

Penggunaan Media 4. Bagaimana cara Guru memanfaatan media kartu kata

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

46

kartu kata untuk

siswa kelas II

memanfaatkan media kartu

kata dalam pelakasanaan

pembelajaran di kelas ?

pada saat memberikan materi baru ke

siswa. Saat siswa mengalami kesulitan

pada penjelasan guru, media kartu kata

dijadikan sebagai salah satu media yang

dapat membantu guru menjelaskan

materi kepada siswa.

5. Bagaimana cara guru untuk

mempermudah siswa dalam

menguasai penggunaan dari

media kartu kata tersebut ?

Guru memberikan contoh atau arahan

terlebih dahulu ke siswa bagaimana cara

menggunakan media, kemudian guru

menuntun siswa untuk mempraktikkan

dengan bimbingan secara langsung atau

mengacu pada buku panduan (apabila

ada buku panduan)

Kesulitan dan

masalah yang

dialami guru dalam

pembelajaran materi

kosakata

6. Apa saja kesulitan guru

yang dialami dalam

melaksanakan pembelajaran

materi bahasa terkhusus

pada penyusunan pola

kalimat ?

Kesulitan yang dialami guru yaitu pada

saat membimbing siswa dalam

menyusun kalimat yang susuai dan

memberikan pengertian mengenai

membedakan kosa kata objek dan

predikat.

Partsipasi siswa

dalam mengikuti

pembelajaran materi

kosakata

7. Bagaimana keaktifan siswa

pada saat mengikuti

pembelajaran materi bahasa

terkhusus pada penyusunan

pola kalimat?

Siswa sangat menyukai materi Bahasa,

jadi pada saat pembelajaran mereka

sangat aktif dan selalu mengerjakan

tugas-tugas yang guru berikan,

meskipun masih ada beberapa siswa

yang mengalami kesulitan dan

ketinggalan materi tetapi mereka juga

tetap aktif mengikuti pembelajaran.

8. Apakah ada yang mencoba

untuk bertanya meskipun

bahasamya kurang jelas jika

belum memahami ?

Guru selalu memberikan kesempatan

siswa untuk bertanya ketika mengalami

kesulitan dalam menangkap penjelasan

dari guru, dan banyak sekali siswa yang

aktif bertanya pada saat kesempatan

bertanya itu diberikan.

Usaha yang

dilakukan guru

untuk mengatasi

kesulitan siswa

dalam pembelajaran

materi kosakata

9. Bagaimana menurut

bapak/ibu jika media kartu

kata ini mengandung

pembelajaran mengenai

materi bahasa terkhusus

pada penyusunan pola

kalimat?

Guru sangat mendukung pengembangan

media kartu kata yang dapat membantu

dalam pembelajaran Bahasa, karena

dianggap selama ini materi Bahasa

adalah materi pokok yang harus siswa

pahami dan guru masih sulit mencari

media pembelajaran yang tepat dalam

penerapan pembelajaran di kelas.

10. Apa saja upaya bapak/ibu

lakukan dalam mengatasi

kesulitan yang dialami siswa

dalam melaksanakan materi

bahasa terkhusus pada

penyusunan pola kalimat. ?

Guru melakukan pengulangan materi-

materi yang masih dianggap sulit bagi

siswa, sampai guru merasa siswa sudah

mampu mengikuti materi selanjutnya.

Tidak hanya itu guru memberikan

tambahan jam belajar khusus untuk

siswa-siswa yang mengalami kesulitan.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan beberapa sumber,

dapat disimpulkan bahwa beberapa siswa kelas II SLB Karnnamanohara masih

mengalami kesulitan dalam penyusunan pola kalimat dengan benar. Hal ini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

47

diketahui pada saat pelaksanaan pembelajaran di kelas, kemampuan beberapa

siswa tersebut masih jauh tertinggal dengan siswa lain. Dari hasil observasi, guru

juga tidak menggunakan media sebagai alat bantu pembelajaran.

3. Pengumpulan Data

Pada tahap pengumpulan data, peneliti melakukan desain media dari hasil

analisis yang sudah diperoleh saat observasi dan wawancara dengan guru kelas II.

Pengumpulan data ini dilakukan dengan membuat desain awal media dari sebuah

kertas karton. Peneliti membuat bentuk media awal sebagai perencanaan produk

yang akan dikembangkan. Media yang dibuat peneliti yaitu pengembangan kartu

kata untuk siswa tunarungu kelas II. Produk yang dihasilkan dipertimbangkan

dengan tujuan yang ingin peneliti capai yaitu membantu kesulitan siswa atau

kebutuhan siswa yang peneliti peroleh pada saat peneliti melakukan analisis

kebutuhan. Cara peneliti menentukan media kartu kata yaitu dari hasil observasi

dan wawancara dengan guru kelas II. Oleh karena itu, peneliti memilih media

kartu kata sebagai media yang dikembangkan. Berikut rincian kisi-kisi yang telah

dibuat peneliti sebagai alat untuk menentukan pengembangan media kartu kata.

a. Observasi

Ketika memulai pembelajaran, seorang guru mencari tahu permasalahan

atau peristiwa yang terjadi pada saat itu atau yang bersumber dari siswa. Dengan

demikian, guru menjadikan permasalahan tersebuat sebagai bahan pengajaran hari

itu. Setelah diajarkan, barulah seorang guru membuatkan RPP. Jadi, saat

melakukan observasi siswa di kelas II SLB/B Karnamanohara, siswa sudah bisa

membaca, tetapi masih belum tepat dalam penyusunan pola kalimatnya. Saat

melakukan observasi di kelas II SLB/B Karnamanohara, siswa masih memerlukan

pendampingan agar lebih mudah dipahami kalimatnya. Maka, peneliti mengambil

kesimpulan untuk mengembangkan media kartu kata sebagai alat bentu belajar

siswa tunarungu dalam penyusunan pola kalimat khususnya pola dasar S-P-O-K.

b. Wawancara

Wawancara berpedoman pada kisi-kisi yang telah dibuat oleh peneliti. Kisi-

kisi wawancara dengan guru kelas II memiliki lima aspek yang diukur dan

dijabarkan dengan sepuluh butir poin pertanyaan pada bab III. Aspek pertama

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

48

terdiri atas tiga butir pertanyaan tentang ketersediaan media kartu kata untuk

siswa kelas II. Aspek kedua terdiri atas dua butir pertanyaan dua tentang

penggunaan media pembelajaran. Aspek ketiga terdiri atas satu pertanyaan

tentang kesulitan dan juga kendala yang dialami guru dalam pembelajaran di

kelas. Aspek keempat terdiri atas dua pertanyaan tentang partisipasi siswa tentang

dalam pembelajaran di kelas. Aspek kelima terdiri atas dua butir pertanyaan

tentang upaya guru dalam membantu kesulitan yang siswa alami pada penyusunan

pola kalimat. Wali kelas II di SLB/B Karnnamanohara Yogyakarta pada tanggal

25 November 2019. Hasil dari wawancara wali kelas, kemudian akan diolah dan

digunakan untuk menganalisis masalah dan potensi yang ditemukan saat

observasi. Dari hasil wawancara tersebut, kemudian peneliti mengambil

kesimpulan analisis kebutuhan pada siswa sebagai acuan dalam pengembangan

media yang sesuai dengan kebutuhannya.

Aspek-aspek tersebut yang menjadi pedoman peneliti pada saat melakukan

wawancara hingga mendapatkan hasil pada analisis kebutuhan sehingga dapat

disimpulkan melalui bagan 4.1 hasil observasi dan wawancara adalah sebagai

berikut.

Bagan 4.1. Hasil Observasi dan Wawancara

4. Desain Produk

a. Media Kartu Kata

Peneliti menyusun desain media kartu kata dari kertas karton untuk

menentukan bentuk dan ukuran sebagai papan dasar media. Kemudian kartu kata

Siswa mengalami

kesulitan dalam

penyusunan pola

kalimat yang

benar dan pada

saat pembelajaran

berlangsung guru

tidak

menggunakan

media

pembelajaran

Bahasa.

Observasi: Beberapa siswa mengalami kesulitan dalam

penyusunan pola kalimat, dan pada saat melaksanakan

pembelajaran, dan guru tidak menggunakan media sebagai

alat bantu siswa dalam pembelajaran Bahasa.

Wawancara: Kemampuan beberapa siswa dalam

menyusun kalimat dapat dikatakan masih tertinggal dari

dari siswa lainnya, siswa sudah mampu menyusun kalimat

tetapi masih secara acak tidak sesuai pola kalimat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

49

dibuat menggunakan kertas HVS ukuran A4 yang ditulis tangan dengan jenis

tulisan tegak bersambung dan kartu gambar dibentuk menggunakan gambaran

tangan asli.

Desain awal kartu kata dibuat dengan mengumpulkan kosakata subjek,

predikat, objek, kosakata keterangan, dan kartu gambar yang diambil dari sumber

kegiatan sehari-hari yang kemudian digambar manual oleh peneliti. Media kartu

kata dibentuk seperti bangun ruang persegi panjang. Peneliti memilih bentuk

tersebut karena saran dari guru kelas pada saat observasi di kelas II, siswa

tunarungu kelas II dianggap paling mudah mengingat bangun ruang berbentuk

persegi panjang.

Pada rincian desain dalam, terdapat dua bagian. Bagian pertama yaitu

papan penyusunan pola kalimat dan bagian kedua yaitu papan tulis yang berfungsi

sebagai pengulangan kalimat yang sudah disusun oleh siswa. Bagian papan

penyusunan pola kalimat dibuat dua sekat dan dua kolom. Kolom sebelah kiri

digunakan untuk menggantungkan kartu gambar dan kolom sebelah kanan

digunakan untuk penyusunan kartu kata subjek, predikat, objek, dan keterangan.

Desain dilengkapi dengan tempat kartu kata dan bagian kedua yaitu papan tulis.

Bagian ini dibuat dengan desain bagian bawah papan yang diberi engsel agar

memudahkan siswa ketika menulis sehingga bagian siku siswa tidak terasa

terganggu.

Desain keseluruhan dari mulai warna, peneliti memilih warna dasar merah.

Pada bagian penyusunan pola kalimat, peneliti memberi warna hitam sesuai saran

validator. Warna kartu kata juga dipilih sesuai warna yang sering dikenali siswa di

kelas II, kartu kata subjek yaitu merah, warna kartu predikat hijau, warna kartu

kata objek kuning, dan warna kartu kata keterangan biru.

b. Desain Modul

Desain modul dibuat menggunakan kertas ivory berukuran A4. Di dalamnya

terdapat gambar-gambar produk dan juga penjelasan cara penggunaan media.

Modul yang dibuat oleh peneliti didesain sebagai berikut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

50

1). Cover Modul

Bagian cover modul dilengkapi dengan judul yaitu “Modul Pengembangan

Kartu Kata Penyusunan Pola Kalimat (SPOK) Bagi Siswa Tunarungu Kelas II

SLB-B”. Gambar media kartu kata dijadikan sebagai cover modul. Modul

dilengkapi dengan background yang menarik dan sesuai dengan kebutuhan

siswa. Selain itu, modul juga mencantumkan nama penyusun modul.

2). Kata Pengantar

Kata pengantar ini berisikan ucapan syukur peneliti tentang pembuatan modul.

Terdapat deskripsi harapan peneliti terhadap modul yang dibuat sebagai salah

satu sarana belajar siswa. Selain itu dalam kata pengantar, penulis juga menulis

inti dari pembuatan modul, isi modul, dan hasil analisis kebutuhan yang

dilakukan peneliti. Peneliti mengharapkan modul yang dibuat dapat membantu

guru dalam pembelajaran.

3). Daftar Isi

Daftar isi berisi mengenai urutan penomoran halaman pada modul. Pembuatan

modul ditunjukan sebagai pedoman guru dalam penggunaan media sehingga

modul diberikan daftar isi agar lebih mudah mencari topik yang ingin

dipelajari.

4). Pendahuluan

Pendahuluan ini berisi tentang gagasan utama pembuatan modul dan

mengambil intisari dari isi modul. Pendahuluan juga dicantumkan manfaat dan

tujuan modul penggunaan media pembelajaran.

5). Isi Modul

Bagian isi modul berisi mengenai langkah-langkah penggunaan media kartu

kata, tujuan pengembangan media kartu kata, dan manfaat dari pengembangan

media kartu kata. Terdapat pula sasaran yang ingin dibantu oleh peneliti. Isi

modul memuat gambar-gambar yang diambil dari sumber kegiatan sehari-hari

agar membantu siswa lebih mudah memahami dan menyusun kalimat. Isi

modul menjelaskan keterangan warna-warna yang digunakan dalam kartu kata

sebagai media penyusunan pola kalimat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

51

6). Daftar Pustaka

Daftar Pustaka ini berisi sumber-sumber untuk melengkapi pembuatan modul

seperti sumber dari pengambilan gambar-gambar untuk kartu gambar.

7). Biodata Penulis

Biodata penulis berisi mengenai riwayat hidup penulis. Pada bagian biodata

ini, penulis menjabarkan beberapa pengalaman hidupnya. Dalam biodata,

penulis terdapat nama lengkap, nomor induk mahasiswa (NIM), tempat/tanggal

lahir, motto hidup dan juga program studi penulis.

5. Validasi Desain Produk

Produk yang telah dibuat oleh peneliti selanjutnya divalidasi oleh validator.

Validator yang membantu dalam validasi yaitu ahli media (dosen PGSD) dan ahli

materi (guru kelas). Validasi produk dilakukan guna mengetahui kualitas

kelayakan produk kartu kata sebagai alat bantu belajar kesulitan siswa tunarungu

dan mengetahui saran dan masukan dari validator terhadap produk yang sudah

dibuat oleh peneliti. Saran dan masukan dari validator selanjutnya digunakan

peneliti sebagai bahan perbaikan produk. Setelah produk divalidasi oleh validator,

peneliti menghitung kualitas kelayakan produk menggunakan penskoran skala

lima menurut Widoyoko (2012:106). Validasi desain produk dilakukan oleh ahli

media yakni dosen PGSD. Peneliti memberikan seperangkat validasi di antaranya

media pembelajaran, video tutorial penggunaan media, surat izin, Term of

Reference (TOR), dan lembar validasi yang dibuat peneliti. Selanjutnya, peneliti

melakukan validasi bersama ahli materi yaitu guru kelas II SLB Karnnamanohara.

Peneliti juga memberikan perangkat validasi seperti media pembelajaran, video

tutorial penggunaan media, surat izin, Term of Reference (TOR), dan juga lembar

validasi. Hasil validasi dari kedua validator memiliki halaman saran dan masukan

sebagai catatan bagi peneliti yang kemudian menjadi perbaikan media.

a. Data Hasil Validasi Ahli Media dan Revisi Produk

Ahli media yang memvalidasi dalam penelitian ini adalah dosen PGSD.

Validasi dilakukan pada 24 Juli 2020. Validasi produk yang dinilai dalam

penelitian ini yaitu desain produk, isi produk, serta video tutorial penggunaan

media.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

52

Hasil validasi oleh ahli media menunjukkan produk memperoleh skor rata-rata

sebesar 4,3. Skor rata-rata hasil validasi video tutorial penggunaan media sebesar

4,4. Skor tersebut kemudian dibandingkan dengan skala lima yang telah

ditentukan oleh peneliti. Hasil perhitungan rata-rata menunjukkan produk dalam

penelitian ini memiliki kriteria kelayakan “Sangat Baik”. Hasil perhitungan rata-

rata video tutorial penggunaan media menunjukkan kriteria kelayakan “Sangat

Baik”. Ahli media menyatakan bahwa produk layak digunakan dengan revisi

sesuai saran perbaikan untuk digunakan atau diujicobakan.

Tabel 4.5 Hasil Validasi Ahli Media

Aspek Pengukuran Skor Kategori

Validasi Produk dan Modul 3,3 Sangat Baik

Video Tutorial Penggunaan Media Kartu Kata 4,4 Sangat Baik

Berdasarkan validasi yang telah dilakukan, ahli media memberikan saran

untuk perbaikan produk yang diuraikan dalam tabel 4.6

Tabel 4.6 Saran Perbaikan Produk Ahli Media

No Saran perbaikan

1. Perlu ada revisi dalam hal gambar dan kata-kata yang dibuat kartu, agar lebih sesuai dengan

pemahaman anak kelas II

2. Sebaiknya dibuat level-level misalkan level 1, level 2 dan level 3 pada kartu

b. Data Hasil Validasi Ahli Materi dan Revisi Produk

Ahli materi yang memvalidasi dalam penelitian ini adalah guru kelas II

SLB-B. Validasi dilakukan pada 28 Juli 2020. Validasi produk yang dinilai dalam

penelitian ini yaitu desain produk, isi produk, dan video tutorial penggunaan

media.

Hasil validasi oleh ahli materi menunjukkan produk memperoleh skor rata-rata

sebesar 4,7. Skor rata-rata hasil validasi video tutorial penggunaan media sebesar

4,4. Skor tersebut kemudian dibandingkan dengan skala lima yang telah

ditentukan oleh peneliti. Hasil perhitungan rata-rata menunjukkan produk dalam

penelitian ini memiliki kriteria kelayakan “Sangat Baik”. Hasil perhitungan rata-

rata video tutorial penggunaan media menunjukkan kriteria kelayakan “Sangat

Baik”. Ahli materi menyatakan bahwa produk layak digunakan dengan revisi

sesuai saran perbaikan untuk digunakan atau diujicobakan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

53

Tabel 4.7 Hasil Validasi Ahli Materi

Aspek Pengukuran Skor Kategori

Validasi Produk dan Modul 3,7 Sangat Baik

Video Tutorial Penggunaan Media Kartu

Kata

4,4 Sangat Baik

Berdasarkan validasi yang telah dilakukan, ahli materi tidak memberikan

saran perbaikan secara umum melainkan revisi pada bagian produk.

1). Hasil Rangkuman Validator

Setelah peneliti melakukan perhitungan rata-rata skor yang diperoleh dari

validasi produk dan video tutorial penggunaan media, peneliti merangkum hasil

dari kedua validasi yang dilakukan. Berikut hasilnya akan dirangkum pada tabel

4.8.

Tabel 4.8 Hasil Rangkuman Validasi

No Validator Total Rerata Kriteria

Validasi Produk dan Modul

1. Ahli Media 87 4,3 Sangat Baik

2. Ahli Materi 94 4,7 Sangat Baik

Validasi Video Tutorial Penggunaan Media

1. Ahli Media 44 4,4 Sangat Baik

2. Ahli Materi 44 4,4 Sangat Baik

Rerata validasi media 4,5 Sangat Baik

Rerata validasi video tutorial penggunaan media 4,4 Sangat Baik

Hasil rerata validasi media dari ahli media adalah 4,3. Hasil tersebut

termasuk dalam interval skor 4,2-5,0 yang berarti masuk pada kriteria “Sangat

Baik” dan media layak digunakan dengan revisi sesuai dengan saran perbaikan.

Hasil rerata validasi dari ahli materi adalah 4,7. Hasil tersebut termasuk dalam

interval skoe 4,2-5,0 yang berarti masuk pada kriteria “Sangat Baik” dan media

layak digunakan dengan revisi sesuai perbaikan. Hasil rerata validasi media dari

kedua ahli adalah 4,5 sehingga masuk dalam interval skor 4,2-5,0 dengan kriteria

“Sangat Baik”.

Hasil dari rerata validasi video tutorial penggunaan media dari ahli media

adalah 4,4. Hasil tersebut masuk dalam interval skor 4,2-5,0 yang berarti masuk

pada kriteria “sangat baik” dan video layak digunakan dengan revisi sesuai

dengan saran perbaikan. Hasil dari rerata validasi video tutorial penggunaan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

54

media dari ahli materi adalah 4,4. Hasil tersebut masuk dalam interval skor 4,2-

5,0 yang berarti masuk pada kriteria “Sangat Baik” dan video layak digunakan

dengan revisi sesuai dengan saran perbaikan.

2). Rangkuman Penilaian Setiap Aspek dari Validator

Peneliti merangkum penilaian setiap aspek validasi media dari kedua

validator. Rangkuman dari kedua validator tersebut dijabarkan pada sebuah tabel

4.9.

Tabel 4.9 Rangkuman Setiap Aspek Validasi Media dan Modul

No Pernyataan

Validator

Rerata Kriteria Dosen

Guru kelas

II

Desain media

1. Kartu kata

menggunakan kosa kata

yang sesuai dengan

bahasa anak kelas II SD.

4 4 4 Baik

2. Kartu kata

menggunakan gambar

yang colorfull.

4 5 4,5 Sangat baik

3. Kosa kata yang

digunakan sesuai

pedoman ejaan Kamus

Besar Bahasa Indonesia.

5 5 5 Sangat baik

4. Kartu kata memiliki

desain yang menarik 4 5 4,5 Sangat baik

5. Kombinasi warna

menarik 5 5 5 Sangat baik

6. Penggunaan jenis tulisan

dan ukuran yang mudah

dibaca.

4 4 4 Baik

7. Kartu kata bergambar

disesuaikan dengan

kegiatan sehari-hari

sehingga siswa lebih

mudah memahami.

4 4 4 Baik

8. Kartu kata didesain

menggunakan empat

warna kartu dan satu

kartu kata bergambar.

5 5 5 Sangat baik

9. Kesesuaian warna

tampilan

dan background

4 5 4,5 Sangat baik

10. Desain gambar

memberikan

kesan positif sehingga

mampu menarik minat

belajar

4 5 4,5 Sangat baik

Kualitas modul

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

55

11. Kesesuaian penyajian

gambar dan materi yang

dibahas.

5 5 5

Sangat baik

12. Modul dapat membantu

guru dalam

menggunakan media.

5 5 5

Sangat baik

13. Modul dapat digunakan

pada beberapa materi. 4 4 4

Baik

14. Modul dapat dipakai

secara mandiri maupun

kelompok.

4 5 4,5

Sangat baik

15. Isi modul menjadi salah

satu sumber factual bagi

guru.

4 5 4,5

Sangat baik

16. Isi modul dapat

menumbuhkan rasa

ingin tahu siswa.

5 5 5

Sangat baik

17. Modul memberikan

pesan atau motivasi

siswa dalam belajar.

5 4 4,5

Sangat baik

18. Modul membantu

kesulitan siswa dalam

menyusun kalimat.

4 4 4

Baik

19. Petunjuk penggunaan

media disampaikan

dengan jelas.

4 5 4

Baik

20. Keruntutan penyajian

modul penggunaan

media.

4 5 4,5

Sangat baik

Total 87 94 4,5 Sangat baik

Rerata 4,3 4,7

Setelah peneliti merangkum penilaian setiap aspek validasi media, peneliti

juga merangkum penilaian setiap aspek pada video tutorial penggunaan media.

Rangkuman yang dibuat oleh peneliti dijabarkan pada tabel 4.10 sebagai berikut.

Tabel 4.10 Rangkuman Setiap Aspek Validasi Video Tutorial Penggunaan

Media

No Pernyataan Validator

Rerata Kriteria Dosen Guru kelas II

1.

Video tutorial memiliki

susunan cara

menggunakan media

secara urut.

4 4 4 Baik

2.

Video tutorial dapat

membantu guru dalam

menerapkan cara

penggunaan media.

4 5 4,5 Sangat baik

3.

Video tutorial berdurasi

pendek dan memuat isi

yang mudah dipahami.

5 5 5 Sangat baik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

56

4.

Video tutorial memuat

gambar-gambar yang

menarik untuk

mendukung isi video.

4 5 4,5 Sangat baik

5.

Video tutorial

menggunakan Bahasa

Indonesia yang mudah

dipahami dan sesuai

kaidah Bahasa

Indonesia yang baik.

5 5 5 Sangat baik

6.

Video tutorial memiliki

kualitas suara yang

jelas.

4 4 4 Baik

7.

Video tutorial memiliki

tata letak pengambilan

efek video yang baik.

4 4 4 Baik

8. Video tutorial berisi

gambar dan suara. 5 4 4,5 Sangat baik

9.

Video tutorial memiliki

tampilan penyajian yang

menarik.

4 4 4 Baik

10.

Video tutorial memiliki

kualitas pesan yang

baik.

5 4 4,5 Sangat baik

Total 40 40 4,5 Sangat baik

Rerata 4,4 4,4

6. Revisi Desain Produk

Ahli media dan ahli materi menyampaikan beberapa komentar untuk merevisi

desain produk dan juga video tutorial penggunaan media. Revisi diberikan agar

produk layak digunakan sebagai media pembelajaran untuk siswa tunarungu.

Komentar tersebut menjadi landasan peneliti untuk merevisi produk. Beberapa

komentar yang diberikan oleh ahli terlihat pada tabel 4.11.

Tabel 4.11 Revisi Desain Produk

Revisi Validator

Dosen Guru Kelas II

Saran Perbaikan Desain Media dan Modul

Perlu lebih dibuat sederhana Ada beberapa kalimat yang terlalu panjang

Gambar dilengkapi supaya sesuai dengan keterangannya Perlu sedikit pembenahan dipemakaian

tanda baca dan huruf kapital

Perlu penulisan huruf yang jelas Ada beberapa kalimat yang perlu

disederhanakan

Background supaya diberi warna yang berbeda dengan

warna dasar

Prosedur modul perlu ditata ulang

Saran Perbaikan Vidio Tutorial Penggunaan Media

Backgroung pada pembuatan video lebih baik berwarna

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

57

7. Revisi Produk

Revisi produk dilakukan berdasarkan saran masukkan dari validator sebagai

perbaikan produk agar dapat digunakan. Saran perbaikan kedua validator sebagai

berikut.

Sebelum Revisi Komentar/Saran

Gambar 4.1 Revisi Kata Kartu Kata

Peneliti melakukan revisi dari media dan ahli materi yaitu mengubah kartu

kata yang awalnya menggunakan tulisan tangan menjadi huruf tegak bersambung

pada MS-Word yang lebih jelas. Kemudian, peneliti mengubah huruf kapital pada

kata yang berada di tengah kalimat. Tidak hanya kedua aspek tersebut, peneliti

juga mengganti warna yang lebih terang guna menarik perhatian siswa agar lebih

senang bermain. Seperti pada gambar 4.1, terlihat bahwa peneliti merevisi tulisan,

warna, dan huruf kapital pada kosa kata. Siswa tunarungu tentunya menyesuaikan

dengan gambar yang dipikih Ketika akan membedakan kata menjemur atau

dijemur. Misalnya gambar tersebut adalah seorang wanita yang mengangkat

pakaian dan meletakkan pada tempat jemuran, maka siswa akan bisa membedakan

bahwa kosa kata itu adalah menjemur bukan dijemur. Siswa akan menjadi keliru

dan tidak logis, apabila menuliskan kalimat seperti contoh “Siti dijemur pakaian

pada siang hari”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

58

Sebelum Revisi Komentar/Saran

Gambar 4.2 Revisi Gambar Pada Kartu Gambar

Peneliti melakukan revisi dari ahli media yaitu mengubah gambar menjadi

lebih jelas. Gambar yang direvisi peneliti dari gambaran manual menjadi gambar

cetak yang lebih terlihat lengkap dan bagus. Pada gambar sebelah kiri, belum

terlihat secara jelas dan lengkap gambar yang dimaksudkan sebagai petunjuk

penyusunan pola kalimat sehingga siswa akan sulit menyusun kalimat karena

gambar tidak lengkap dan jelas. Revisi ini membantu siswa lebih mudah

memahami dari bagian-bagian gambar yang nantinya dicari kosakatanya.

Sebelum Revisi Sesudah Revisi

Gambar 4.3 Revisi Tempat Kartu Kata

Peneliti melakukan revisi dari ahli materi mengenai tempat kartu kata.

Peneliti melakukan revisi dari saran ahli materi, supaya tempat kartu kata dibuat

menjadi satu kemudian diberi batas. Tampak pada gambar sebelah kiri tempat

kartu masih terpisah-pisah, kemudian gambar sebelah kanan yang telah direvisi

peneliti menjadi satu hanya diberi batas saja.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

59

Sebelum Revisi Sesudah Revisi

Gambar 4.4 Revisi Warna Background Papan Penyusunan Pola Kalimat

Peneliti melakukan revisi dari ahli media yaitu mengubah warna

background papan penyusunan pola kalimat dari warna dasar merah menjadi

warna hitam sesuai saran ahli media. Peneliti merevisi warna background agar

terlihar berbeda dengan warna dasar yang ada pada papan media. Revisi ini

dilakukan agar siswa lebih tertarik dengan beberapa warna yang ada pada bagian-

bagian papan dan menjadi lebih bagus dilihat ketika papan penyusunan pola

kalimat berbeda warna background dengan warna dasar.

Sebelum Revisi Sesudah Revisi

Gambar 4.5 Revisi Langkah-langkah Penggunaan Pada Modul

Peneliti melakukan revisi dari ahli media yaitu mengubah langkah-langkah

penggunaan media pada modul agar lebih mudah dipahami pembaca. Pada

gambar sebelah kiri, langkah-langkah penggunaan masih terlihat terbalik dan sulit

dipahami. Peneliti merevisi langkah-langkah penggunaan media menjadi lebih

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

60

runtut dan mudah dipahami pembaca serta memberikan keterangan menggunakan

gambar agar lebih jelas.

8. Uji Coba Produk

Uji coba produk dilakukan setelah media kartu kata telah direvisi dan siap

diujicobakan. Akan tetapi, karena kondisi pandemic virus corona (Covid-19),

peneliti tidak bisa melakukan ujicoba produk kepada siswa secara langsung.

Situasi tersebut terjadi saat peneliti melakukan validasi dan revisi produk sehingga

tidak memungkinkan peneliti melakukan tatap muka secara langsung dengan

siswa tunarungu.

Peneliti tidak dapat melakukan uji coba produk dengan siswa kelas II SLB

Karnnamanohara dikarenakan semua aktivitas di sekolah sementara diberhentikan

sampai waktu yang belum ditentukan. Peneliti membuat video tutorial

penggunaan media yang sudah divalidasi kedua ahli. Video tutorial penggunaan

media membantu calon pengguna memahami cara menggunakan media.

B. Pembahasan

1. Langkah-Langkah Pengembangan Media

Penelitian pengembangan dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah

Borg dan Gall (dalam Sukmadinata, 2007:167-170), serta pengembangan

Sugiyono (2011:298). Langkah-langkah tersebut telah dimodifikasi peneliti

menjadi enam langkah untuk mengembangkan produk kartu kata penyusunan pola

kalimat. Enam langkah tersebut terdiri atas:

Tahap potensi dan masalah yang terdiri atas analisis kebutuhan pada siswa

tunarungu. Peneliti melakukan observasi keadaan sekolah, kelas, dan kondisi

kebutuhan siswa saat pembelajaran. Selain melakukan observasi, peneliti juga

melakukan wawancara secara langsung kepada guru kelas II SLB-B

Karnnamanohara. Dari analisis kebutuhan ini, peneliti menggunakan data hasil

analisis kebutuhan sebagai landasan pengembangan penelitian media kartu kata.

Pada tahap pengumpulan data, hasil observasi dan wawancara

menunjukkan bahwa guru dan siswa membutuhkan media pembelajaran

khususnya pada pembelajaran Bahasa siswa tunarungu. Peneliti kemudian ingin

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

61

mengembangan media kartu kata dan guru menyetujui jika media yang

dikembangkan berisi materi yang dapat membantu kesulitan siswa. Oleh karena

itu, peneliti terdorong untuk melakukan penelitian mengenai media pembelajaran

kartu kata tentang penyusunan pola kalimat bagi siswa kelas II SLB

Karnnamanohara.

Tahap perencanaan atau tahap desain produk, peneliti mengembangkan

media kartu kata berlandaskan dari hasil analisis kebutuhan yang didapat pada

saat observasi dan wawancara. Berdasarkan hasil analisis kebutuhan, peneliti

kemudian mendesain produk awal menggunakan kertas karton untuk membuat

papan penyusunan pola kalimat. Hal tersebut dapat menjadikan media kartu kata

cocok untuk digunakan sebagai desain produk awal untuk digunakan sebagai

validasi produk yang nantinya direvisi oleh validator.

Tahap validasi produk, peneliti melakukan validasi produk kepada ahli

media dan ahli materi. Validasi ini bertujuan untuk mengetahui seberapa baik

kualitas produk yang dikembangkan oleh peneliti. Validasi produk tidak hanya

berhenti pada mengetahui kualitas produk saja melainkan, kritik dan masukkan

yang diberikan validator sebagai saran perbaikkan media. Pada validitas produk

validator juga memberikan penilaian terhadap produk yang dikembangkan oleh

peneliti, guna sebagai uji kelayakan produk.

Validasi yang sudah dilakukan peneliti kepada kedua ahli yaitu ahli media

dan ahli materi untuk mendapatkan penilaian akhir media. Media kartu kata

divalidasi oleh seorang ahli media yaitu dosen PGSD. Hasil validasi oleh ahli

media menunjukkan produk memperoleh skor rata-rata sebesar 4,3. Skor tersebut

kemudian dibandingkan dengan skala lima yang telah ditentukan oleh peneliti.

Perbandingan menunjukkan produk dalam penelitian ini termasuk dalam kategori

“Sangat Baik”. Ahli media menyatakan bahwa produk layak digunakan sesuai

dengan saran perbaikan.

Validasi kedua dilakukan oleh seorang ahli materi yaitu guru kelas II SLB

Karnnamanohara. Hasil validasi oleh ahli materi menunjukkan produk

memperoleh skor rata-rata sebesar 4,7. Skor tersebut kemudian dibandingkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

62

dengan skala lima dan masuk dalam kategori “Sangat Baik”. Ahli materi

menyatakan bahwa produk layak digunakan sesuai dengan saran perbaikan.

Pada tahap revisi produk, peneliti merevisi media kartu kata sesuai dengan

komentar dan saran perbaikan dari validator setelah melakukan validasi produk

oleh ahli media dan ahli materi. Selanjutnya, peneliti seharusnya melakukan uji

coba produk. Akan tetapi, karena situasi pandemi virus corona (Covid-19),

peneliti tidak dapat melakukan uji coba produk secara langsung ke siswa. Peneliti

mengganti ujicoba produk dengan membuat video tutorial penggunaan media,

kemudian divalidasi juga oleh kedua ahli. Hasil validasi video tutorial

penggunaan media memperoleh skor rata-rata sama dari kedua ahli yaitu 4,4. Skor

tersebut kemudian dibandingkan dengan skala lima yang kemudian masuk dalam

kategori “Sangat Baik”. Tahap uji coba ini digantikan dengan hasil validasi video

tutorial yang dibuat oleh peneliti karena aktivitas di sekolah untuk sementara

waktu diberhentikan.

Berdasarkan keenam langkah penelitian pengembangan ini, peneliti dapat

menghasilkan produk akhir berupa media kartu kata penyusunan pola kalimat atau

peneliti mengemas dalam sebuah judul “Pengembangan Media Kartu Kata untuk

Penyusunan Pola Kalimat (SPOK) Untuk Siswa Tunarungu Kelas II SLB-B”,

video tutorial penggunaan media dan juga modul pengembangan. Guru dan siswa

dapat menggunakan produk akhir sebagai media pembelajaran di kelas dan

sebagai sarana belajar siswa secara mandiri maupun berkelompok.

2. Kualitas Produk Media Kartu Kata

Kualitas produk media kartu kata dapat dilihat dari hasil validasi kedua ahli.

Media kartu kata, video tutorial, dan buku modul cara penggunaan media kartu

kata yang divalidasi oleh ahli materi dan ahli media. Media tersebut telah

dilaksanakan sesuai dengan model pengembangan dari Borg and Gall (dalam

Sugiyono, 2012: 407) yaitu metode penelitian yang digunakan untuk

menghasilkan sebuah produk tertentu dan menguji keefektifan produk yang

dianggap handal. Produk telah melalui tahap-tahap pengujian dan revisi. Produk

yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan lapangan dan sesuai dengan hasil

analisis kebutuhan. Proses pengembangan produk dilakukan secara ilmiah dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

63

menganilisis data. Para ahli memberikan saran untuk penilaian produk, serta

memberikan komentar mengenai kelebihan dan kekurangan produk yang akan

dikembangkan. Hasil dari analisis kebutuhan, peneliti kemudian memiliki

keinginan untuk pengembangan media kartu kata.

Tahap pembuatan desain media kartu kata serta validasi yang telah

dilakukan peneliti. Kemudian desain media kartu kata direvisi sesuai saran

perbaikan. Selanjutnya, karena peneliti tidak dapat melakukan uji coba akibat

adanya pandemi virus corona (covid-19), peneliti hanya berhenti pada tahap

pengembangan yaitu revisi produk. Tahap validasi menunjukkan bahwa skor rata-

rata media kartu kata, modul, dan video tutorial penggunaan media kartu kata

masuk dalam kategori “Sangat baik”. Desain media kartu kata sudah sesuai

dengan karakteristik kebutuhan siswa tunarungu.

Hasil rekapitulasi dari kedua ahli dirangkum pada tabel 4.8 Hasil

Rangkuman Validasi Ahli. Validasi produk oleh ahli media (Dosen) menunjukkan

skor rata-rata 4,3 dengan kategori “Sangat baik”, validasi video tutorial

penggunaan media kartu kata menunjukkan skor rata-rata 4,4 dengan katogori

“Sangat baik”. Validasi produk dari ahli materi (Guru kelas II) menunjukkan skor

rata-rata 4,7 dengan kategori “Sangat baik”, validasi video tutorial penggunaan

kartu kata menunjukkan skor rata-rata 4,4 dengan kategori “Sangat baik”.

Produk akhir memiliki desain sesuai dengan kebutuhan siswa tunarungu

kelas II SLB-B Karnnamanohara. Sampul produk dibuat dengan tulisan yang

menggunakan tinta cat. Kartu kata yang dicetak menggunakan kertas Ivory

400gsm. Sampul produk media kartu kata tersebut menggunakan judul

“MEKARTA PEPOKA” yang berarti Media Kartu Kata Penyusunan Pola

Kalimat (SPOK) yang diletakkan di tengah. Peneliti menggunakan huruf tegak

bersambung untuk membuat kartu kata dengan ukuran 48pt. Selain itu, ukuran

kartu kata dibuat sesuai kebutuhan box permainan yaitu P = 9cm dan L = 7cm.

Warna pada produk dibuat dengan warna dasar merah dan warna hitam pada

bagian untuk menyusun kalimat.

Produk akhir dalam penelitian ini berupa pengembangan media kartu kata

tentang penyusunan pola kalimat siswa tunarungu untuk siswa kelas II SLB-B

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

64

Karnnamanohara. Media kartu kata ini sudah dibuat sesuai karakteristik

kebutuhan siswa dan sudah layak dijadikan sebagai media pembelajaran guna

mendukung aktivitas belajar di sekolah dasar. Selain itu, media kartu kata ini

sudah layak digunakan sebagai media pembelajaran pola kalimat (SPOK) untuk

siswa kelas II SLB-B.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

65

BAB V

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan proses pengembangan media dan uji coba terhadap media

pengembangan kartu kata pada materi bahasa Indonesia, kesimpulan penelitian ini

sebagai berikut.

1. Pengembangan media kartu kata yang didesain dengan menggunakan kertas

karton dengan ukuran 500 gsm. Kartu kata dan kartu gambar didesain

menggunakan kertas HVS ukuran P=9cm dan L=7cm. Langkah-langkah

pengembangan produk ini menggunakan model penelitian dari Sugiyono dalam

Borg and Gall. Prosedur penelitian dan pengembangan Sugiyono menggunakan

sepuluh tahap dalam penelitian, tetapi penulis hanya menggunakan 6 tahap

saja. Langkah-langkah tersebut terdiri dari 1) potensi dan masalah, 2)

pengumpulan data, 3) desain produk, 4) validasi produk, 5) revisi desain, dan

6) uji coba produk. Rangkaian validasi produk juga dilakukan oleh peneliti

dengan langkah pengembangan tersebut di antaranya:

a. Tahap potensi dan masalah dilakukan dengan analisis kebutuhan,

observasi, dan wawancara.

b. Tahap pengumpulan data dilakukan dengan merancang produk kartu kata.

c. Tahap desain produk dilakukan dengan membuat desain produk awal

menggunakan karton dan juga kertas HVS.

d. Tahap validasi produk dilakukan oleh dua validator yaitu ahli media dan

ahli materi. Ahli media (dosen) dan ahli materi (guru kelas) dengan menilai

produk yang telah didesain oleh peneliti.

e. Tahap revisi produk. Peneliti melakukan revisi produk sesuai saran dan

komentar kedua validator sehingga produk dapat digunakan sesuai dengan

saran perbaikan.

2) Tahap uji coba. Peneliti mengalami keterbatas dalam tahap uji coba akibat

adanya pandemi virus corona (covid-19). Tetapi pada tahap keenam ini,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

66

peneliti mengganti dengan membuat video tutorial cara penggunaan media

sebagai tahap uji coba yang juga divalidasi oleh kedua ahli.

3) Hasil pengembangan media kartu kata ini kemudian divalidasi oleh dua

validator yaitu validator ahli media oleh dosen PGSD dan validator ahli materi

oleh guru kelas II SLB-B Karnnamanohara. Hasil validasi produk yaitu sebagai

berikut:

a. Hasil rerata validasi media dari ahli media adalah 4,3. Hasil tersebut

termasuk dalam interval skor 4,2-5,0 yang berarti masuk pada kategori

“sangat baik” dan media layak digunakan dengan revisi sesuai dengan saran

perbaikan. Hasil rerata validasi dari ahli materi adalah 4,7. Hasil tersebut

termasuk dalam interval skor 4,2-5,0 yang berarti masuk pada kriteria

“sangat baik” dan media layak digunakan dengan revisi sesuai perbaikan.

Hasil rerata validasi media dari kedua ahli adalah 4,5 sehingga masuk dalam

interval skor 4,2-5,0 dengan kriteria “sangat baik”.

b. Hasil dari rerata validasi video tutorial penggunaan media dari ahli media

adalah 4,4. Hasil tersebut masuk dalam interval skor 4,2-5,0 yang berarti

masuk pada kriteria “sangat baik” dan video layak digunakan dengan revisi

sesuai dengan saran perbaikan. Hasil dari rerata validasi video tutorial

penggunaan media dari ahli materi adalah 4,4. Hasil tersebut masuk dalam

interval skor 4,2-5,0 yang berarti masuk pada kriteria “sangat baik” dan

video layak digunakan dengan revisi sesuai dengan saran perbaikan.

B. Keterbatasan Penelitian

Penelitian pengembangan ini memiliki beberapa keterbatasan yang

dijelaskan sebagai berikut.

1. Peneliti tidak dapat melakukan tahap uji coba produk, dikarenakan adanya

pandemi virus corona (Covid-19).

2. Kurangnya data yang didapat oleh peneliti dari hasil wawancara dengan guru

kelas pada saat melakukan analisis kebutuhan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

67

C. Saran

Berdasarkan pada keterbatasan dalam penelitian ini, saran untuk peneliti

selanjutnya sebagai berikut.

1. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat melakukan ujicoba produk dengan

subjek tanpa kendala yang tidak diinginkan.

2. Lebih banyak menganalisis kebutuhan secara luas, seperti melakukan

wawancara secara rinci terkait sasaran pengembangan produk.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

68

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan, Dardjowidjojo, Soejono, Lapoliwa, Hans, Moeliono, Anton M.

(2010). Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (edisi ketiga). Jakarta: Balai

Pustaka

Arsyad, A. (2009). Media Pengajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Arsyad, A. (2011). Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada

B. Christensen, Larry, et.all. (2011) Research Methods, Design, and Analysis.

Boston: Pearson Education.

Barajas, Carmen et al. (2016). “Comprehension of Texts by Deaf Elementari

School Students: The Role of Grammatical Understandin”. Journal

Research in Developmental Disabilities. Universidad de Málaga,

Department of Developmental and Educational Psychology, Faculty of

Psychology. Spain: Campus de Teatinos, 29071, Málaga.

Fadlan, R. (2017). Pengembangan Media Pembelajaran Konvensional Kartu Kata

Pada Rangka Manusia Subtema 1 Tubuh Manusia Pada Materi Pokok

Kerangka Manusia Untuk Kelas V Sekolah Dasar”. Yogyakarta:

Universitas Sanata Dharma.

Fathurrohman, P. (2007). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: PT Refika

Aditama.

Gunawan, D. (2016). Modul Guru Pembelajar SLB Tunarungu Kelompok

Kompetensi A.

Hermansyah, A. K., Tembang, Y., & Purwanty, R. (2019). Penggunaan Media

Kartu Warna Kata untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca

Permulaan Siswa Kelas I SD Inpres Gudang Arang Merauke. Musamus

Journal of Primary Education, (December), 104–115.

https://doi.org/10.35724/musjpe.v1i2.1468

Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2002. Jakarta: Balai Pustaka.

Keraf, G. 1993. Tata Bahasa Indonesia. Flores: Nusa Indah.

Kridalaksana, H. (2001). Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Kridalaksana, H. (2011). Kamus Linguistik. Edisi Keempat. Jakarta: Gramedia.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

69

Linawati, R. (2012). Penerapan Metode Mathernal Reflektif Dalam Pembelajaran

Berbahasa pada Anak Tunarungu Di Kelas Persiapan Slb Negeri

Semarang. Indonesian Journal of Early Childhood Education Studies,

1(2), 1–7. https://doi.org/10.15294/ijeces.v1i2.9210

Mahmud, M. (2003). Definisi dan Klasifikasi Tunarungu. PLB UPI.

Manaf, Abdul, N. (2009). Sintaksis: Teori dan Terapannya dalam Bahasa

Indonesia. Padang: Sukabina Press.

Mujibiyah, N. U. R. K. (2018). Peningkatan Pemahaman Kata Benda Melalui

Penggunaan Media Kartu Kata pada Siswa Kelompok A di Raudatul

Athfal Jannatul Abror Plandirejo Tuban. Surabaya: Universitas Islam

Negeri Sunan Ampel.

Munadi, Y. (2013). Media Pembelajaran. Jakarta Selatan: REFERENSI

Putrayasa, I. B. (2009). Jenis Kalimat dalam Bahasa Indonesia. Bandung: PT.

Refika Aditama

Rahadi, A. (2003). Media Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas.

Rahayu, M. (2007). Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi. Jakarta: PT Grasindo

Rahmah, F. N. (2018). Problematika Anak Tunarungu dan Cara Mengatasinya.

Quality, 6(1), 1. https://doi.org/10.21043/quality.v6i1.5744

Rahmalya, K. (2019). Penerapan Media Kartu Kata Bergambar untuk

Mengembangkan Kemampuan Berbahasa Anak di Taman Kanak-Kanak

Al-Kautsar Bandar Lampung. Universitas Islam Negeri Raden Intan

Lampung.

Rumidjan, Sumanto, & Badawi, A. (2017). Pengembangan Media Kartu Kata

Untuk Melatih Keterampilan Membaca Permulaan pada Siswa Kelas 1

SD. Sekolah Dasar: Kajian Teori Dan Praktik Pendidikan, 26(1), 62–68.

https://doi.org/10.17977/um009v26i12017p062

Sadiman, Arief S. (2002). Media Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo.

Sanjaya, W. (2008). Media Pembelajaran Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada

Media Group.

Sanjaya, W. (2009). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sanjaya, Wina. (2013). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

70

Solikhatun, Y. U. (2013). Penyesuaian Sosial pada Penyandang Tunarungu Di

SLB Negeri Semarang. Educational Psychology Journal, 2(1), 65–72.

Somantri, Sutjihati (2006). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung. PT Refika

Aditama.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kunatitatif Kualitatif dan R&D. Bandung

Alfabeta

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung:

Alfabeta.

Sugiyono. (2015). Teknik Pengamatan/Observasi.

Sugiyono. (2015). Teknik Wawancara.

Suharmini, Tin. (2009). Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta:

Kanwa Publisisher

Sukmadinata, Nana Syaodih. (2007). Metode Penelitian dan Pendidikan.

Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Wibawa, Basuki & Mukti, Farida. (1991). Media Pengajaran. Jakarta:

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktor Jenderal Pendidikan

Tinggi.

Widjono. (2011). Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Grasindo.

Winarsih, Murni. (2007). Intervensi Dini Bagi Anak Tunarungu dalam

Pemerolehan Bahasa. Jakarta: Depdiknas.

Winarsih, Murni. (2007). Intervensi Dini Bagi Anak Tunarungu Dalam

Pemerolehan Bahasa. Jakarta: Depdikbud.

Yishalihin, L. B. (2017). Penggunaan Media Kartu Kata untuk Meningkatkan

Kemampuan Membaca Permulaan dalam Mata Pelajaran Bahasa

Indonesia Siswa Kelas II SDN 6 Kilang Kecamatan Montong Gading

Kabupaten Lombok Timur Tahun Pelajaran 2016/2017 (Universitas Islan

Negeri Mataram). Retrieved from

https://doaj.org/article/f820bd6e28cf44988e96d72e946a06ff

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

71

LAMPIRAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

72

Lampiran 1

SURAT PERMOHONAN IJIN VALIDASI

Yogyakarta, ….. …………………… 2020

Hal : Permohonan Validasi

Lampiran : -

Kepada Yth :

Di Tempat :

Dengan hormat,

Yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Sisca Danasari

NIM : 161134019

Program Studi : Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Dosen Pembimbing : 1. Brigitta Erlita Tri Anggadewi, S.Psi., M.Psi.

2. Laurensia Aptik Evanjeli, S.Psi., M.,A.

Judul Skripsi :“Pengembangan Kartu Kata Penyusunan Pola Kalimat

(SPOK) Untuk Siswa Tunarungu Kelas II SLB-B”

Dengan ini saya mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk memberikan validasi,

saran dan masukan mengenai kelayakan terhadap produk media pengembangan

kartu kata ini dan untuk kepentingan penelitian Research and Development (RnD)

yang berjudul “Pengembangan Kartu Kata Penyusunan Pola Kalimat Untuk Siswa

Tunarungu Kelas II SLB-B”

Demikian permohonan saya, atas bantuan Bapak/Ibu saya mengucapkan

terima kasih.

Dosen Pembimbing I Peneliti

Brigitta Erlita Tri Anggadewi, S.Psi., M.Psi. Sisca Danasari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

73

Lampiran 2

Term Of Reference

(TOR)

Media Kartu Kata Penyusunan Pola Kalimat (SPOK) atau “MEKARTA

PEPOKA” dibuat untuk memenuhi kebutuhan peserta didik dengan kebutuhan

khusus tunarungu di SLB-B Karnnamanohara. Kebutuhan khusus tunarungu

secara umum, dari segi fisik anak tunarungu tidak berbeda dengan anak normal

lainnya. Hasaenudin (2009: 66-67) mengungkapkan beberapa karakteristik anak

tunarungu, yaitu dapat dilihat dari: a) segi intelegensi; b) bahasa dan bicara; serta

c) emosi dan sosial.

Peneliti melakukan observasi dan wawancara, sehingga mendapatkan hasil

bahwa melalui pembelajaran di kelas menulis dan berbicara, beberapa siswa

masih mengalami kesulitan dalam menyusun kata menjadi sebuah kalimat. Oleh

karena itu, peneliti mengembangkan media pembelajaran kartu kata sebagai

penunjang pembelajaran. Pengembangan media kartu kata bertujuan untuk,

membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam penyusunan kata menjadi

sebuah kalimat agar mampu menyusun kalimat dengan baik pada saat

pembelajaran.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, peneliti melakukan penelitian

pengembangan media kartu kata sebagai media pembelajaran penyusunan kata di

kelas untuk peserta didik dengan kebutuhan tunarungu. Peserta didik juga

mengalami kesulitan menyusun kata dan membedakan kata Subjek, Predikat,

Objek dan Keterangan sehingga menjadi kendala dalam belajar menyusun kata

menjadi kalimat yang baik dan benar. Pengembangan media ini, digunakan agar

peserta didik mengenal kata dan juga dapat menyusun dengan susunan yang

benar sesuai pola kalimat. Peneliti hanya berfokus pada penyusunan kata untuk

pembentukan kalimat. Kalimat menurut Kridalaksana (2001: 92) yaitu rangkaian

kata yang dapat mengungkapkan gagasan, pikiran, atau perasaan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

74

Oleh karena itu, saya memohon kesediaan Bapak/Ibu untuk memvalidasi

media pembelajaran pengembangan kosa kata yang saya buat. Atas bantuan dan

kerjasamanya saya mengucapkan terima kasih.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

75

Lampiran 3

Lampiran 3.1

INSTRUMEN VALIDASI PENGEMBANGAN MEDIA KARTU KATA

TENTANG PENYUSUNAN POLA KALIMAT BAGI SISWA

TUNARUNGU KELAS II SLB-B

OLEH AHLI MEDIA PEMBELAJARAN

Petunjuk:

Saya saat ini sedang melakukan penelitian pengembangan media pembelajaran

bagi anak tunarungu. Saya mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk menilai kualitas

media kartu kata dengan cara memberikan tanda centang (√) pada kolom angka

sesuai dengan kriteria yang tersedia, serta dapat memberikan komentar sesuai

dengan saran perbaikan yang Bapak/Ibu perlukan pada produk media ini. Berikut

ini pedoman penskoran dan penilaian terhadap instrument validasi media. Atas

kesediaan Bapak/Ibu dalam mengisi lembar validasi saya ucapkan terimakasih.

Keterangan :

1 = Sangat Tidak baik ; 2 = Tidak baik ; 3 = Kurang baik; 4 = Baik; 5 = Sangat

baik

No Pernyataan Kriteria Penilaian

Komentar 1 2 3 4 5

Desain media

1

Kartu kata

menggunakan kosa

kata yang sesuai

dengan bahasa anak

kelas II SD.

2

Kartu kata

menggunakan

gambar yang

colorfull.

3

Kosa kata yang

digunakan sesuai

pedoman ejaan

Kamus Besar Bahasa

Indonesia.

4 Kartu kata memiliki

desain yang menarik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

76

5 Kombinasi warna

menarik

6

Penggunaan jenis

tulisan dan ukuran

yang mudah dibaca.

7

Kartu kata bergambar

disesuaikan dengan

kegiatan sehari-hari

sehingga siswa lebih

mudah memahami.

8

Kartu kata didesain

menggunakan empat

warna kartu dan satu

kartu kata

bergambar.

9

Kesesuaian warna

tampilan

dan background

10

Desain gambar

memberikan

kesan positif

sehingga

mampu menarik

minat belajar

Kualitas modul

11

Kesesuaian

penyajian gambar

dan materi yang

dibahas.

12

Modul dapat

membantu guru

dalam menggunakan

media.

13

Modul dapat

digunakan pada

beberapa materi.

14

Modul dapat dipakai

secara mandiri

maupun kelompok.

15

Isi modul menjadi

salah satu sumber

factual bagi guru.

16

Isi modul dapat

menumbuhkan rasa

ingin tahu siswa.

17 Modul memberikan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

77

pesan atau motivasi

siswa dalam belajar.

18

Modul membantu

kesulitan siswa

dalam menyusun

kalimat.

19

Petunjuk penggunaan

media disampaikan

dengan jelas.

20

Keruntutan penyajian

modul penggunaan

media.

Total

Rerata

Komentar umum dan saran perbaikan produk :

Pedoman Penskoran=

kelayakan produk:

Interval Skor Kategori

4,2 - 5 Sangat baik

3,4 – 4,1 Baik

2,6 – 3,3 Cukup baik

1,8 - 2,5 Kurang baik

1 - 1,7 Sangat kurang baik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

78

Kesimpulan (mohon lingkari salah satu) :

1. Media layak digunakan tanpa revisi

2. Media digunakan dengan revisi sesuai saran perbaikan.

3. Media tidak layak digunakan.

Yogyakarta, …. ……………… 2020

Validator

Drs. Y.B Adimassana, M.A.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

79

Lampiran 3.2

INSTRUMEN VALIDASI PENGEMBANGAN MEDIA KARTU KATA

TENTANG PENYUSUNAN POLA KALIMAT BAGI SISWA

TUNARUNGU KELAS II SLB-B

OLEH AHLI MATERI PEMBELAJARAN

Petunjuk:

Saya saat ini sedang melakukan penelitian pengembangan media pembelajaran

bagi anak tunarungu. Saya mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk menilai kualitas

media kartu kata dengan cara memberikan tanda centang (√) pada kolom angka

sesuai dengan kriteria yang tersedia, serta dapat memberikan komentar sesuai

dengan saran perbaikan yang Bapak/Ibu perlukan pada produk media ini. Berikut

ini pedoman penskoran dan penilaian terhadap instrument validasi media. Atas

kesediaan Bapak/Ibu dalam mengisi lembar validasi saya ucapkan terimakasih.

Keterangan :

1 = Sangat Tidak baik ; 2 = Tidak baik ; 3 = Kurang baik; 4 = Baik; 5 = Sangat

baik

No Pernyataan Kriteria Penilaian

Komentar 1 2 3 4 5

Desain media

1

Kartu kata

menggunakan kosa

kata yang sesuai

dengan bahasa anak

kelas II SD.

2

Kartu kata

menggunakan

gambar yang

colorfull.

3

Kosa kata yang

digunakan sesuai

pedoman ejaan

Kamus Besar Bahasa

Indonesia.

4 Kartu kata memiliki

desain yang menarik

5 Kombinasi warna

menarik

6 Penggunaan jenis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

80

tulisan dan ukuran

yang mudah dibaca.

7

Kartu kata bergambar

disesuaikan dengan

kegiatan sehari-hari

sehingga siswa lebih

mudah memahami.

8

Kartu kata didesain

menggunakan empat

warna kartu dan satu

kartu kata

bergambar.

9

Kesesuaian warna

tampilan

dan background

10

Desain gambar

memberikan

kesan positif

sehingga

mampu menarik

minat belajar

Kualitas modul

11

Kesesuaian

penyajian gambar

dan materi yang

dibahas.

12

Modul dapat

membantu guru

dalam menggunakan

media.

13

Modul dapat

digunakan pada

beberapa materi.

14

Modul dapat dipakai

secara mandiri

maupun kelompok.

15

Isi modul menjadi

salah satu sumber

factual bagi guru.

16

Isi modul dapat

menumbuhkan rasa

ingin tahu siswa.

17

Modul memberikan

pesan atau motivasi

siswa dalam belajar.

18 Modul membantu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

81

kesulitan siswa

dalam menyusun

kalimat.

19

Petunjuk penggunaan

media disampaikan

dengan jelas.

20

Keruntutan penyajian

modul penggunaan

media.

Total

Rerata

Komentar umum dan saran perbaikan produk :

Pedoman Penskoran=

Kriteria kelayakan produk:

Interval Skor Kategori

4,2 - 5 Sangat baik

3,4 – 4,1 Baik

2,6 – 3,3 Cukup baik

1,8 - 2,5 Kurang baik

1 - 1,7 Sangat kurang baik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

82

Kesimpulan (mohon lingkari salah satu) :

1. Media layak digunakan tanpa revisi

2. Media digunakan dengan revisi sesuai saran perbaikan.

3. Media tidak layak digunakan.

Yogyakarta, …. ......... 2020

Validator

Ambariyanti, S.Pd

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

83

Lampiran 4

Lampiran 4.1

LEMBAR VALIDASI TUTORIAL PENGGUNAAN MEDIA KARTU

KATA

Yth. Bapa/Ibu Validator

Saya sedang melakukan penelitian pengembangan media pembelajaran Kartu

Kata untuk anak tunarungu. Saya mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk menilai

kualitas video tutorial cara penggunaan media pembelajaran bagi anak tunarungu

kelas II SD dengan cara memberi tanda centang (√) pada kolom angka sesuai

dengan kriteria yang tersedia, serta dapat memberikan komentar sesuai dengan

saran perbaikan yang Bapak/Ibu perlukan pada produk media pembelajaran ini.

Berikut ini merupakan pedoman penskoran dan penilaian terhadap instrument

validasi tutorial penggunaan media. Atas kesediaan Bapak/Ibu dalam mengisi

lembar validasi saya ucapkan terimakasih.

Keterangan :

1 = Sangat Tidak baik ; 2 = Tidak baik ; 3 = Kurang baik; 4 = Baik; 5 = Sangat

baik

No Pernyataan Kriteria Penilaian

Komentar 1 2 3 4 5

Isi Video

1

Video tutorial

memiliki susunan

cara menggunakan

media secara urut.

2

Video tutorial dapat

membantu guru

dalam menerapkan

cara penggunaan

media.

3

Video tutorial

berdurasi pendek dan

memuat isi yang

mudah dipahami.

4 Video tutorial

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

84

memuat gambar-

gambar yang menarik

untuk mendukung isi

video.

5

Video tutorial

menggunakan

Bahasa Indonesia

yang mudah

dipahami dan sesuai

kaidah Bahasa

Indonesia yang baik.

Kualitas Video

6

Video tutorial

memiliki kualitas

suara yang jelas.

7

Video tutorial

memiliki tata letak

pengambilan efek

video yang baik.

8 Video tutorial berisi

gambar dan suara.

9

Video tutorial

memiliki tampilan

penyajian yang

menarik.

10

Video tutorial

memiliki kualitas

pesan yang baik.

Total

Rerata

Komentar umum dan saran perbaikan produk :

Pedoman Penskoran=

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

85

Kriteria kelayakan produk:

Interval Skor Kategori

4,2 - 5 Sangat baik

3,4 – 4,1 Baik

2,6 – 3,3 Cukup baik

1,8 - 2,5 Kurang baik

1 - 1,7 Sangat kurang baik

Kesimpulan (mohon lingkari salah satu) :

1. Media layak digunakan tanpa revisi.

2. Media digunakan dengan revisi sesuai saran perbaikan.

3. Media tidak layak digunakan.

Yogyakarta, …. 2020

Validator

Drs. Y.B Adimassana, M.A.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

86

Lampiran 4.2

LEMBAR VALIDASI TUTORIAL PENGGUNAAN MEDIA KARTU

KATA

Yth. Bapak/Ibu Validator

Saya sedang melakukan penelitian pengembangan media pembelajaran Kartu

Kata untuk anak tunarungu. Saya mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk menilai

kualitas video tutorial cara penggunaan media pembelajaran bagi anak tunarungu

kelas II SD dengan cara memberi tanda centang (√) pada kolom angka sesuai

dengan kriteria yang tersedia, serta dapat memberikan komentar sesuai dengan

saran perbaikan yang Bapak/Ibu perlukan pada produk media pembelajaran ini.

Berikut ini merupakan pedoman penskoran dan penilaian terhadap instrument

validasi tutorial penggunaan media. Atas kesediaan Bapak/Ibu dalam mengisi

lembar validasi saya ucapkan terimakasih.

Keterangan :

1 = Sangat Tidak baik ; 2 = Tidak baik ; 3 = Kurang baik; 4 = Baik; 5 = Sangat

baik

No Pernyataan Kriteria Penilaian

Komentar 1 2 3 4 5

Isi Video

1

Video tutorial

memiliki susunan

cara menggunakan

media secara urut.

2

Video tutorial dapat

membantu guru

dalam menerapkan

cara penggunaan

media.

3

Video tutorial

berdurasi pendek dan

memuat isi yang

mudah dipahami.

4 Video tutorial

memuat gambar-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

87

gambar yang menarik

untuk mendukung isi

video.

5

Video tutorial

menggunakan

Bahasa Indonesia

yang mudah

dipahami dan sesuai

kaidah Bahasa

Indonesia yang baik.

Kualitas Video

6

Video tutorial

memiliki kualitas

suara yang jelas.

7

Video tutorial

memiliki tata letak

pengambilan efek

video yang baik.

8 Video tutorial berisi

gambar dan suara.

9

Video tutorial

memiliki tampilan

penyajian yang

menarik.

10

Video tutorial

memiliki kualitas

pesan yang baik.

Total

Rerata

Komentar umum dan saran perbaikan produk :

Pedoman Penskoran=

Kriteria kelayakan produk:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

88

Interval Skor Kategori

4,2 - 5 Sangat baik

3,4 – 4,1 Baik

2,6 – 3,3 Cukup baik

1,8 - 2,5 Kurang baik

1 - 1,7 Sangat kurang baik

Kesimpulan (mohon lingkari salah satu) :

1.Media layak digunakan tanpa revisi

2.Media digunakan dengan revisi sesuai saran perbaikan.

3.Media tidak layak digunakan.

Yogyakarta, ……… 2020

Validator

Ambariyanti, S.Pd.

\

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

89

Lampiran 5

SURAT PERMOHONAN VALIDASI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

90

Lampiran 6

Lampiran 6.1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

91

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

92

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

93

Lampiran 6.2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

94

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

95

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

96

Lampiran 7

Lampiran 7.1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

97

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

98

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

99

Lampiran 7.2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

100

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

101

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

102

Lampiran 8

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

103

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

104

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

105

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

106

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

107

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

108

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

109

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

110

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

111

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

112

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

113

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

114

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

115

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

116

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

117

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

118

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

119

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

120

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

121

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Sisca Danasari lahir di Braja Gemilang, 31 Maret 1997.

Peneliti telah menempuh jenjang Pendidikan di TK Pertiwi,

SD Negeri 1 Braja Gemilang, SMP Ibnu Sina Braja Harjosari,

dan SMA Pangudi Luhur Sedayu. Penulis saat ini sedang

melanjutkan Pendidikan S1-nya di Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta, tepatnya di Fakultas Ilmu Pendidikan, Program

Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

Peneliti memilih penelitian Research and Develompent (R&D) untuk membuat

skripsi sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana. Skripsi yang dibuat

peneliti berjudul “Pengembangan Media Kartu Kata Penyusunan Pola Kalimat

(SPOK) Untuk Siswa Tunarungu Kelas II SLB-B”.

Setelah menempuh Pendidikan di PGSD Universitas Sanata Dharma, Peneliti

telah mengikuti berbagai kegiatan yang ada seperti Badan Eksekutif Mahasiswa

Universitas Sanata Dharma, Panitia kegiatan PGSD Celebration, dan beberapa

kegiatan wajib prodi lainnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI