pengembangan materi ajar

17
PENGEMBANGAN MATERI AJAR Oleh:Marlina

Upload: marliena-an

Post on 30-Nov-2014

10.213 views

Category:

Education


2 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Page 1: Pengembangan Materi Ajar

PENGEMBANGAN MATERI AJAR

Oleh:Marlina

BAB I

PENDAHULUAN

Page 2: Pengembangan Materi Ajar

Pentingnya materi ajar dalam proses belajar mengajar tak dapat lagi dipungkiri.

Dengan materi ajar yang disajikan, maka siswa akan dapat mencapai tujuan

pembelajaran. Selain itu, materi ajar juga berfungsi sebagai alat untuk pencapaian tingkat

pemahaman yang tinggi bagi siswa.

Untuk menjadi pengajar yang baik, maka sudah menjadi sebuah kewajiban

seorang pengajar untuk dapat memahami apa itu materi ajar dan seberapa penting

peranannya dalam proses belajar mengajar. Pemahaman semacam itu mutlak harus

dimiliki oleh seorang pengajar yang berkompeten. Mengingat bahwa fungsi guru sebagai

fasilitator dalam kegiatan pembelajaran adalah untuk menyampaikan materi kepada siswa.

Namun, pada kenyataannya, meskipun kemutlakan itu diberlakukan, masih saja penyajian

materi ini belum maksimal. Ini dapat terlihat dari masih sederhananya penyajian materi

atau bahkan dapat dikatakan belum mencapai target seharusnya.

Mata kuliah pengembangan materi ajar kebahasaan merupakan satu mata kuliah

yang diberikan pada mahasiswa kependidikan dengan tujuan untuk membangun

pemahaman dan kemampuan untuk mengembangkan materi ajar dkhususnya dalam

bidang kebahasaan. Tujuan ini pada akhirnya akan dijadikan sebuah bekal bagi para calon

guru agar ia memiliki kemampuan dalam mengembangkan materi ajar bagi pembelajaran

di kelas. Dengan demikian, para guru tersebut akan mampu mencapai keterampilan dalam

mengembangkan materi atau bahan ajar sesuai dengan tujuan pembelajaran kebahasaan

bagi siswanya.

Di dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang diberlakkan di Indonesia

pada saat ini, aspek kebahasaan yang menjadi fokus dalam pengajaran bahasa dan sastra

Indonesia antara lain: pelafalan, pemilihan kata, penulisan judul, pengembangan paragraf,

kelogisan kalimat, penulisan kalimat, penggunaan ejaan dan tanda baca, kebenaran isi

kalimat, penggunaan kata hubung antarkalimat, dan penggunaan kata hubung

antarparagraf. Poin-poin tersebut merupakan aspek-aspek yang menjadi fokus dalam

pembelajaran bahasa di sekolah. Aspek itu pula yang seharusnya dapat melekat dalam

pembelajaran bahasa Indonesia.

Secara umum, aspek-aspek tersebut tidaklah tercantum dalam indikator

pembelajaran. Namun pada dasarnya, aspek-aspek itulah yang harus mampu tercapai

dalam pembelajaran. Walaupun penyajiannya tidak secara tersurat digambarkan dalam

kurikulum, aspek kebahasaan tersebut mutlak harus dijadikan sebagai fokus kegiatan yang

secara berkesinambungan terus diajarkan kepada siswa. Ini dapat dilakukan dengan

Page 3: Pengembangan Materi Ajar

menerapkannya menjadi bagian penting dalam proses belajar bahasa dalam bidang

kemahiran apa pun.

Dengan penjelasan tersebut tentu dapat dipahami bahwa dalam mengajar bahasa,

seorang guru harus mampu menyisipkan aspek kebahasaan dalam pembelajaran. Pada

akhirnya, untuk dapat melakukan hal tersebut, pengajar harus kembali pada

kemampuannya mengembangkan materi ajar untuk kegiatan belajar mengajar. Demikan

juga akan dapat dipahami bahwa untuk dapat mengembangkan materi ajar diperlukan

pemahaman khusus tentang cara bagaimana mengembangkan materi ajar yang tepat bagi

siswa.

Sebagai bentuk evaluasi mata kuliah, maka penulis akan berusaha

mengembangkan materi ajar kebahasaan pada pembelajaran menulis. Dengan indikator

yang tercantum dalam kurikulum, penulis mencoba mengidentifikasi aspek kebahasaan

yang akan menjadi fokus dalam pembelajaran tersebut. Penulis mengembangkan sebuah

materi ajar dalam pembelajaran menulis sebagai fokus belajar bahasa dan mamaparkan

bagaimana penyajian pengajaran aspek kebahasaan yang tercantum dalam kurikulum

berkaitan dengan fokus kebahasaan tersebut.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Materi atau Bahan Ajar

Sebelum penulis memaparkan sebuah contoh pengembangan materi ajar, ada

baiknya kita kembali menelaah apa itu materi atau bahan ajar.

Page 4: Pengembangan Materi Ajar

Menurut W. Gulo, bahan ajar disebut sebagai materi pelajaran. Materi pelajaran

dapat dibedakan antara materi formal dan materi informal. Materi formal adalah isi

pelajaran yang terdapat dalam teks resmi (buku paket di sekolah). Sedangkan materi

informal ialah bahan-bahan pelajaran yang bersumber dari lingkungan yang berangkutan.

(W. Gulo, 2002: 9)

Bila kita menilik pernyataan tersebut maka dapat kita ambil kesimpulan bahwa materi ajar

khususnya yang formal mengacu pada buku paket. Namun, apakah hanya sebatas buku

paket? Tentu tidak dapat kita mbil kesimpulan begitu saja.

Berdasarkan penjelasan R. ibrahim dan Nana Syaodih, materi pelajaran

merupakan suatu yang disajikan oleh guru untuk diolah kemudian dipahami oleh siswa,

dalam rangka pencapaian tujuan-tujuan intruksional yang telah ditetapkan. Dengan kata

lain, materi pelajaran merupakan salah satu unsur atau komponen yang penting artinya

untuk mencapai tujuan-tujuan pengajaran. Materi-materi pelajaran terdiri dari fakta-fakta,

generalisasi, konsep, hukum atau aturan, dan sebagainya yang terkandung dalam mata

pelajaran. (R. Ibrahim dan Nana Syaodih S, 2002: 100)

Di sini, R. Ibrahim dan Nana Syaodih menjelaskan secara lebih luas apa yang

dimaksud dengan materi pelajaran. Bahwasanya jika W. Gulo mengatakan bahwa materi

pelajaran terbagi menjadi materi formal dan informal, maka mereka merincinya secara

lebih luas sebagai segala hal yang dapat dijadikan sarana untuk pencapaian tujuan

pembelajaran. Ini menggambarkan bahwa ketika W. Gulo menyatakan materi informal

berhubungan dengan lingkungan sekitarnya yang berhubungan, R. Ibrahim dan Nana S.

secara lebih khusus menjabarkan lingkungan tersebut adalah yang berupa fakta-fakta,

generalisasi, konsep, hukum atau aturan, dan sebagainya yang terkandung dalam mata

pelajaran. Jadi, menurut dua pernyataan di atas dapat dikatakan bahwa materi pelajaran

itu dapat diambil dari segala sesuatu yang ada di sekitar siswa. Dengan syarat sesuatu

tersebut berhubungan dengan pelajaran tersebut.

Selanjutnya, Dakir menjelaskan kriteria dalam meilih bahan pengajaran.

Menurutnya, bahan ajar itu hendaknya :

A. Bersifat pedagogis, artinya bahan hendaknya berisikan hal-hal yang normatif.

B. Bahan hendaknya bersifat psikologis, artinya, bahan ajar harus memperhatikan

kejiwaan peserta didik dalam hal ini siswa yang mempergunakannya. Bahan ini

harus disesuaikan dengan perhatian, minat, kebutuhan, dan perkembangan jiwa

anak yang belajar.

C. Bahan hendaknya disusun secara didatis, artinya, bahan yang tertulis tersebut

dapat diorganisir sedemikian rupa sehingga mudah untuk diajarkan.

Page 5: Pengembangan Materi Ajar

D. Bahan hendaknya bersifat sosiologis, artinya, bahan jangan ampai bersifat

kontroversial dengan keadaan masyarakat sekitarnya.

E. Bahan hendaknya bersifat yuridis, artinya bahan yang disusun jangan

bertentangan dengan Undang-Undang dasar 1945, GBHN, Undang-undang

Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah No. 27,28, 29, dan 30. Begitu

juga bahan sebaiknya tidak bertentangan dengan berbagaian peraturan lainnya.

(Dakir, 2004: 14)

Bila setiap pengajar memperhatikan ketentuan-ketentuan tersebut, tentu dapat kita

jamin bahwa materi atau bahan ajar yang kelak disajikan kepada siswa adalah bahan ajar

yang telah memenuhi aturan. Oleh karenanya tak perlu lagi ada kekhawatiran akan

bentuk-bentuk materi ajar dan efeknya bagi siswa.

Demikian kiranya, sedikit mengulas tentang apa itu materi atau bahan ajar. Dengan

sedikit pemahaman tersebut tentu kini persepsi dan pemehaman tentang apa itu materi

atau bahan ajar akan lebih memudahkan kita dalam mengembangkan bahan ajar bagi

siswa di kelas.

2.2 Tata Bahasa Pendidikan

Terdapat perbedaan antara tata bahasa pendidikan dan bahasa ilmiah. Oleh

karenanya, alangkah lebih baik jika pengajar dapat mengetahui batasan-batasan dari tata

bahasa pendidikan yang layak atau tak layak disajikan bagi siswa.

Menurut Nurhadi yang dikutipnya dari pernyataan Samsuri bahwa latar belakang

lahirnya tata bahasa pendidikan atau dengan nama lain tata bahasa pedagogik adalah

atas adanya perbedaan mendasar antara tata bahasa ilmiah dengan tata bahasa

pendidikan. Menurut Samsuri, bahasa linguistik yang baik, belum tentu juga termasuk

kriteria yang baik bagi bahasa belajar anak-anak. Tata bahasa linguistik cenderung tidak

memiliki norma penentu baik dan buruknya berbahasa. Pernyataan lain yang dikutip

Nurhadi adalah pernyataan fries dan Lado yang menyatakan bahwa tata bahasa

pedagogik adalah latihan-latihan untuk mendapatkan kebiasaan pemakaian bahasa yang

dipelajari dan bukan pembicaraan tentang bahasa yang bersangkutan. Pandangan ini

melahirkan satu prinsip yang cukup terkenal yang menyatakan bahwa ‘ajarkan bahasa,

dan bukan tentang bahasa’. (Nurhadi, 1995: 105)

Secara lebih lugas Nurhadi menjelaskan bahwa pada prinsipnya yang dimaksud

tat bahasa pendidikan adalah sebuah model tata bahasa yang dirancang untuk

kepentingan pengajaran bahasa. Tata bahasa pendidikan disusun untuk membantu

memperlancar kemahiran berbahasa siswa pada bahasa yang dipelajari dan menjadi

Page 6: Pengembangan Materi Ajar

pegangan guru dalam menyajikan bahan pelajarannya. Tata bahasa ini sudah melalui

tahap seleksi dari tata bahasa ilmiah. Selain itu, tata bahasa ini juga telah disusun dengan

mempertimbangkan kondisi psikologi dan sosiologi bahasa dan belajar bahasa Indonesia.

Jadi, adanya tata bahasa pendidikan adalah dengan melalui proses penyederhanaan tata

bahasa ilmiah. Di dalam tata bahasa pendidikan tidak melulu diajarkan struktur bahasa,

tetapi juga mencakup kaidah berbahasa yang sudah dimasukkan ke dalam sebuah sistem

materi pelajaran bahasa, dan diintegrasikan dengan materi keterampilan berbahasa, yaitu

mendengarkan, membaca, berbicara, dan menulis. Pembelajaran bahasa yang disajikan

dalam tata bahasa pendidikan lebih bersifat komunikatif. Maksudnya adalah pengajaran

lebih mengarah kepada penguasaan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi, bukan

hanya sekadar pengetahuan kebahasaan saja.

Menurut Kurikulum 1994, pendekatan komunikatif dalam pembelajaran bahasa

disusun atas dasr fungsi bahasa dan kebutuhan siswa. Dengan demikian diharapkan

akhirnya siswa akan menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan situasi yang

sebenarnya dan yang bertujuan, bukan situasi yang dibuat-buat. Materi juga tidak disusun

secara teratur. Hanya dibedakan dari segi penekanannya saja.

2.3 Contoh Pengembangan Materi Ajar Kebahasaan dalam Pembelajaran

Menyunting Karangan

Setelah kita memahami tentang materi atau bahan ajar dan bagaimana

penyajiannya sesuai dengan tata bahasa pendidikan, maka selanjutnya penulis akan

mencoba membuat satu contoh pengembangan materi ajar kebahasaan yang berkenaan

dengan pembelajaran menyunting karangan.

Berdasarkan indikator yang didapatkan dalam kurikulum yang berkenaan dengan

pembelajaran menyunting karangan, pebulis menemukan beberapa aspek kebahasaan

yang secara bersamaan dapat diajarkan dalam kegiatan pembelajaran ini. Tujuan akhir

dari pembelajaran ini adalah siswa dapat menyunting karangan sendiri atau teman.

Namun, pada kenyataannya, tujuan ayang lebih nyata adalah bahwa setelah pembelajaran

ini diharapkan siswa dapat memiliki keterampilan khususnya menulis dengan baik sesuai

dengan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Dengan alasan itlah penulis memaparkan secara lebih rinci perihal penggunaan

ejaan dan tanda baca. Kemampuan menggunakan ejaan dan tanda baca yang sesuai EYD

sudah barang tentu menjadi hal yang paling mendasar bagi seseorang dalam menulis. Bila

seseorang telah dapat menguasai atau dapat menerapkan aturan-aturan penggunaan

ejaan dan tanda baca, maka ia tak akan lagi kesulitan untuk dapat membuat tulisan yang

Page 7: Pengembangan Materi Ajar

benar. Penyajian materi dalam penggunaan ejaan dan tanda baca ini mencakup

kemampuan penggunaan huruf kapital, huruf cetak miring, penulisan kata, penulisan

serapan, dan pemakaian tanda baca. Secara lebih terperincinya penulis memaparkan juga

segala hal yang berkaitan dengan penulisan kata (terdiri dari kata dasar, kata turunan,

bentuk ulang, gabungan kata, kata depan di, ke, dan dari, kata si dan sang, partikel,

singkatan, akronim, serta angka dan bilangan). Bagian pemakaian tanda baca penulis

memaparkan pemakaian tanda titik, tanda koma, tanda petik, tanda petik tunggal, titik

koma, apostrof, garis miring, tanda kurung siku, tada seru, tanda hubung, elipsis, kurung

buka dan tutup, tanda titik dua, dan tanda tanya.

Penulis menjabarkan semuanya dalam penyajian materi yang diikuti oleh contoh.

Hal ini dengan alasan bahwa siswa harus dapat belajar secara nyata, bukan sekadar teori,

sehingga pembelajaran akan membekas dalam diri dan ingatan siswa. Untuk

penjabarannya yang panjang, penulis berusaha menggunakan kata pengantar yang

diharapkan cukup komunikatif dan sederhana, sehingga siswa tidak merasa bosan

membacanya. Selain itu, pengantar ini digunakan dengan maksud siswa lebih mampu

berinteraksi dengan materi.

Selain penggunaan ejaan dan tanda baca, pembelajaran menyunting karangan

juga mencakup pembelajaran pilihan kata. Terdapat beberapa identifikasi dalam

pembelajaran pilihan kata ini, antara lain bagaimana menggunakan kata sehingga

mudahdipahami, kata yang tidak menimbulkan ambiguitas, kata yang sesuai konteks, kata

ragam baku, dan sebagainya yang dapat dilihat pada bagian selanjutnya. Dalam

penyajiannya, penulis berusaha menggunakan pengantar yang sifatnya komunikaif.

Bahasa yang digunakan adalah bahasa yang sederhana. Mengingat bahwa siswa,

khususnya siswa SMP, memerlukan bahasa yang mudah dipahaminya dan tercapaimoleh

kemampuan daya nalarnya.

Selanjutnya, bagian lainnya dalam pengembangan materi ajar kebahasaan ini,

penulis mengembangkan pembelajaran yang berhubungan dengan efektivitas kalimat dan

kepaduan paragraf. Penyajian materi ini berhubungan dengan penggunaan kalimat, mulai

dari kalimat aktif dan pasif, kalimat logis, serta kalimat efektif yang menggunakan ragam

baku, serta dalam penyusunan kalimat. Untuk Materi kepaduan paragraf, penulis

menghubungkannya dengan materi penggunaan tanda hubung inter dan antarkalimat.

Penyajian materi ini tentu lebih ditekankan pada contoh. Serupa dengan alasan

sebelumnya, ini dilakukan agar siswa secara langsung dapat belajar bernbahasa. Bukan

sekadar teori saja. Selain itu, terdapat juga bagian lainnya, yakni adanya latihan pada

setiap bagian pengembangan. Latihan ini didasarkan pada aspek yang diajarkan. Jadi,

Page 8: Pengembangan Materi Ajar

ketika bagian itu membahas secara langsung tentang penggunaan ejaan dan tanda baca,

maka latihan yang disajikan pun adalah yang berkenaan dengan pembelajaran tersebut.

Demikian seterusnya.

Namun, tidak hanya itu saja. Setelah siswa benar-benar memahami perihal

penggunaan ejaan dan tanda baca, pemilihan kata, keefektifan kalimat, dan kepaduan

paragraf, penulis juga menyajikan latihan umum yan mencakup sekalian pembahasan.

Latihan ini diberikan dengan tjuan agar siswa benar-benar dapat secara utuh menerapkan

apa yang telah dipelajarinya. Ada pun untuk tujuan tersebut juga disajikan latihan untuk

siswa membuat karangan. Selain itu, dalam latihan tersebut siswa juga diajarkan untuk

dapat berdiskusi. Pada bagian ini penulis mencoba mengintegrasikan pengajaran tidak

hanya pada kemampuan menulis, melainkan juga menggabungkannya dengan

kemampuan lainnya, seprti salah satnya adalah berbicara.

Untuk benar-benar mengevalasi hasil pembelajara, penulis mencoba melakukan

penajaman kepada siswa dengan memberikan tugas mengisi LKS. LKS ini dibuat sebagai

bahan penajaman materi siswa. Diharapkan dengan LKS ini siswa dapat lebih menguasai

materi yang telah diajarkan. Bagian yang terpenting dalam LKS ini adalah siswa diminta

untuk menulis karangan. Maksud dari penulis meminta siswa membuat karangan adalah

agar dapat terlihat secara lebih nyata apakah siswa sudah mencapai kemampuan menulis

karangan dengan menerapkan materi yang telah didapatkannya.

Seperti dikatakan oleh Uzer, ruang lingkup materi bagi siswa adalah materi yang

tercantum dalam GBPP. Namun, bila memungkinkan siswa dapat diberi program

pengayaan, baik secara vertikal maupun horizontal tentang materi pelajaran yang

dipelajarinya. (Moh. Uzer Usman, 2001: 50-51)

Demikianlah pemaparan penulis perihal pengembangan materi ajar kebahasaan

dalam pembelajaran menyunting karangan. Untuk lebih jelasnya, penulis menyajikan

semua yang disebutkan di atas dalam sebuah contoh pengembangan materi ajar yang

terdiri dari pengidentifikasian aspek kebahasaan berdasarkan indikator. Untuk contoh

pengembangannya disajikan dalam bagian uraian, contoh, dan latihan. Selanjutnya untuk

penajaman disajikan LKS sepereti telah disebutkan sebelumnya.

Page 9: Pengembangan Materi Ajar

BAB III

PENUTUP

Berdasarkan contoh pengembangan materi ajar di atas, dapat dikemukakan

bahwa dalam mengembangkan materi ajar kebahasaan dalam pembelajaran menyunting

karangan dapat diajarkan aspek kebahasaan yang meliputi penggunaan ejaan dan tanda

baca, pemilihan kata, keefektifan kalimat, dan kepaduan paragraf. Diharapkan setelah

pembelajaran ini dilakukan siswa akan mampu menyunting karangan sendiri atau

karangan teman. Namun pada akhirnya, siswa dapat membuat tulisan dengan

penggunaan kaidah tata bahasa indonesia yang baik dan benar. Pembelajaran aspek

kebahasaan ini dapat diintegrasikan ke dalam pengajaran kemahiran, baik menulis,

membaca, menyimak, atau berbicara.

Dalam penyajiannya, materi ini disajikan dengan bahasa yang sederhana dan

komunikatif, menggunakan tata bahasa pendidikan. Hal ini agar siswa dapat dengan

mudah memahami maksud dari isi materi. Selain itu, pembelajaran dapat dirasakan lebih

menyenangkan dan tidak membosankan bagi siswa. Untuk lebih memancing kemampuan

siswa disajikan latihan-latihan yang bertujuan untuk mengevaluasi hasil dari

pembelajaran. Selain itu dilanjutkan dengan adanya penajaman materi yang disajikan

melalui LKS.

Page 10: Pengembangan Materi Ajar

DAFTAR PUSTAKA

Dakir. 2004. Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum. Jakarta: Rineka Cipta.

Gulo, W.2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Gramedia Widiasarana.

Ibrahim, R dan Nana Syaodih. 2002. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Nurhadi. 1995. Tata Bahasa Pendidikan landasan Penyusunan Buku Pelajaran Bahasa.

Semarang: IKIP Semarang Press.

Uzer usman, Moh. 2001. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Rosdakarya.