pengembangan kebijakan environmental …konteks.id/p/04-024.pdf · tornado, banjir air laut ......

8
Konferensi Nasional Teknik Sipil 4 (KoNTekS 4) Sanur-Bali, 2-3 Juni 2010 Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta I - 225 PENGEMBANGAN KEBIJAKAN ENVIRONMENTAL SUSTAINBALE TRANSPORTATION DI INDONESIA Dimas B.E Dharmowijoyo 1 , Ofyar Z. Tamin 2 1 Mahasiswa S3, Program Studi Teknik Sipil Pengutamaan Rekayasa Transportasi, Institut Teknologi Bandung, Jalan Ganesha 10, Bandung40132 Email: [email protected] 2 KK Rekayasa Transportasi, Institut Teknologi Bandung, Jalan Ganesha 10 Bandung 40132 Email: [email protected] ABSTRAK Dampak transportasi ternyata sudah mempengaruhi berbagai aspek. Apabila selama ini dampak transportasi selalu dikuantifikasi dari aspek atau dampak ekonomi dan energi, makasudah merambah ke aspek lingkungan. Isu lingkungan ini sebenarnya sudah lama, dan sangat berhubungan dengan isu kesehatan. Inefisiensi pembakaran BBM dari kendaraan berdampak adanya emisi-emisi yang mengganggu kesehatan manusi. Terdapat empat emisi hasil inefisiensi pembakaran tersebut yaitu CO, NOx, SOx dan Partikel PM. Salah satu upaya untuk menanggulanginya adalah dengan menggunakan katalitik converter dimana mengubah emisi-emisi tersebut menjadi CO2 dimana CO2 adalah emisi yang memang berada di atmosfir. Tetapi ternyata isu lingkungan tidak berhenti disitu saja. Pada tahun 1995, IPCC telah mendengungkan isu perubahan iklim dengan memperhatikan peningkatan emisi CO2 sebesar 70.73% selama 34 tahun terakhir ini. Ternyata emisi CO2 telah mengakibatkan Efek Rumah Kaca (ERK) dimana dampaknya adalah adanya perubahan iklim, peningkatan suhu bumi, peredupan matahari, peningkatan muka air laut dan sebagainya. Transportasi ternyata termasuk dalam sektor yang berkontribusi terhadap peningkatan emisi CO2 ini. Sekitar 22.4% emisi CO2 di dunia disumbangkan oleh sektor ini. Angka ini tentunya akan lebih tinggi bila diperkecil untuk skala perkotaan terutama kota metropolitan. Transportasi juga merupakan sektor yang berkembang terus dibandingkan dengan prediksi perlambatan di sektor energy. Potter, 2003 menyebutkan bahwa 40 tahun lalu produksi CO2 untuk sektor transportasi hanya 15-20% dari total pembakaran energi tetapi sekarang telah meningkat hingga produksi 35%. Perlu ada strategi dalam menanggulangi isu perubahan iklim ini terutama di sektor transportasi. Beberapa Best Practice sudah membuktikan dampak pengurangan emisi ini. Untuk di Indonesia terutama di kota-kota besar sangat perlu untuk segera mengimplementasikan strategi Environmental Sustainable Transportation tersebut agar dampak pengurangan CO2 dapat segera diatasi. Kata kunci: Transportasi, Environmental Sustainable Transportation, CO2, Perubahan Iklim, Efek Rumah Kaca, 1. PENDAHULUAN Perkembangan lingkungan strategis hal-hal yang mempengaruhi sistem transportasi nasional terus bertambah. Kalo pada awal dekade 2000 terdapat isu otonomi daerah, akuntabilitas, transparansi dan good corporate governance saat ini terdapat isu lingkungan. Isu-isu yang berkembang sebelumnya sebenarnya juga belum dengan baik diselesikan. Indonesia juga masih belum dapat mengatasi kemaceta di wilayah perkotaan, ekonomi biaya tinggi di pergerakan antar kota terutama di angkutan barang dan isu multimoda. Permasalahan-permasalahan yang disebutkan tersebut sangat terkait dengan efisiensi transportasi baik di pergerakan perkotaan dan antar kota baik itu penumpang maupun barang. Hal ini tentunya juga sangat mempengaruhi tingkat kecelakaan dan keselamatan transportasi serta dampak lingkungannya. Isu lingkungan ini sebenarnya sudah banyak dipertimbangkan oleh para perencana transportasi. Tetapi karena masih belum adanya dampak yang cukup signifikan dan usaha bersama atau konsensus dunia maka isu ini seperti tenggelam bersama dibandingkan isu-isu efisiensi transportasi. Dampak lingkungan dari transportasi ini dapat berupa berasal dari pengaruh lalu lintas maupun fisik jalannya. Jenis-jenis gangguan lingkungang tersebut dapat berupa polusi udara, suara, vibrasi, perubahan-perubahan lahan, ekosistem sampai dengan gangguan estetika. Isu lingkungan ini semakin merebak ketika dunia sudah mengalami peningkatan suhu global yang cukup signifikan. Beberapa wilayah bahkan mencapai 3.5 derajat Celcius dan sangat mempengaruhi lingkungan. Perubahan yang terjadi tidak hanya lokal tetapi sudah iklim global. Terdapat penaikan muka air laut yang akan menenggelamkan pulau-pulau kecil di Samudera Pasifik, Hindia dan Atlantik. Bahkan apabila Perubahan Iklim ini tidak diatasi maka

Upload: nguyennhi

Post on 21-Jul-2018

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Konferensi Nasional Teknik Sipil 4 (KoNTekS 4)

Sanur-Bali, 2-3 Juni 2010

Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta I - 225

PENGEMBANGAN KEBIJAKAN

ENVIRONMENTAL SUSTAINBALE TRANSPORTATION DI INDONESIA

Dimas B.E Dharmowijoyo

1, Ofyar Z. Tamin

2

1Mahasiswa S3, Program Studi Teknik Sipil Pengutamaan Rekayasa Transportasi, Institut Teknologi Bandung,

Jalan Ganesha 10, Bandung40132

Email: [email protected] 2 KK Rekayasa Transportasi, Institut Teknologi Bandung, Jalan Ganesha 10 Bandung 40132

Email: [email protected]

ABSTRAK

Dampak transportasi ternyata sudah mempengaruhi berbagai aspek. Apabila selama ini dampak

transportasi selalu dikuantifikasi dari aspek atau dampak ekonomi dan energi, makasudah merambah

ke aspek lingkungan. Isu lingkungan ini sebenarnya sudah lama, dan sangat berhubungan dengan isu

kesehatan. Inefisiensi pembakaran BBM dari kendaraan berdampak adanya emisi-emisi yang

mengganggu kesehatan manusi. Terdapat empat emisi hasil inefisiensi pembakaran tersebut yaitu

CO, NOx, SOx dan Partikel PM. Salah satu upaya untuk menanggulanginya adalah dengan

menggunakan katalitik converter dimana mengubah emisi-emisi tersebut menjadi CO2 dimana CO2

adalah emisi yang memang berada di atmosfir. Tetapi ternyata isu lingkungan tidak berhenti disitu

saja. Pada tahun 1995, IPCC telah mendengungkan isu perubahan iklim dengan memperhatikan

peningkatan emisi CO2 sebesar 70.73% selama 34 tahun terakhir ini. Ternyata emisi CO2 telah

mengakibatkan Efek Rumah Kaca (ERK) dimana dampaknya adalah adanya perubahan iklim,

peningkatan suhu bumi, peredupan matahari, peningkatan muka air laut dan sebagainya.

Transportasi ternyata termasuk dalam sektor yang berkontribusi terhadap peningkatan emisi CO2

ini. Sekitar 22.4% emisi CO2 di dunia disumbangkan oleh sektor ini. Angka ini tentunya akan lebih

tinggi bila diperkecil untuk skala perkotaan terutama kota metropolitan. Transportasi juga

merupakan sektor yang berkembang terus dibandingkan dengan prediksi perlambatan di sektor

energy. Potter, 2003 menyebutkan bahwa 40 tahun lalu produksi CO2 untuk sektor transportasi

hanya 15-20% dari total pembakaran energi tetapi sekarang telah meningkat hingga produksi 35%.

Perlu ada strategi dalam menanggulangi isu perubahan iklim ini terutama di sektor transportasi.

Beberapa Best Practice sudah membuktikan dampak pengurangan emisi ini. Untuk di Indonesia

terutama di kota-kota besar sangat perlu untuk segera mengimplementasikan strategi Environmental

Sustainable Transportation tersebut agar dampak pengurangan CO2 dapat segera diatasi.

Kata kunci: Transportasi, Environmental Sustainable Transportation, CO2, Perubahan Iklim, Efek

Rumah Kaca,

1. PENDAHULUAN

Perkembangan lingkungan strategis hal-hal yang mempengaruhi sistem transportasi nasional terus bertambah. Kalo

pada awal dekade 2000 terdapat isu otonomi daerah, akuntabilitas, transparansi dan good corporate governance saat

ini terdapat isu lingkungan. Isu-isu yang berkembang sebelumnya sebenarnya juga belum dengan baik diselesikan.

Indonesia juga masih belum dapat mengatasi kemaceta di wilayah perkotaan, ekonomi biaya tinggi di pergerakan

antar kota terutama di angkutan barang dan isu multimoda. Permasalahan-permasalahan yang disebutkan tersebut

sangat terkait dengan efisiensi transportasi baik di pergerakan perkotaan dan antar kota baik itu penumpang maupun

barang. Hal ini tentunya juga sangat mempengaruhi tingkat kecelakaan dan keselamatan transportasi serta dampak

lingkungannya.

Isu lingkungan ini sebenarnya sudah banyak dipertimbangkan oleh para perencana transportasi. Tetapi karena masih

belum adanya dampak yang cukup signifikan dan usaha bersama atau konsensus dunia maka isu ini seperti

tenggelam bersama dibandingkan isu-isu efisiensi transportasi. Dampak lingkungan dari transportasi ini dapat

berupa berasal dari pengaruh lalu lintas maupun fisik jalannya. Jenis-jenis gangguan lingkungang tersebut dapat

berupa polusi udara, suara, vibrasi, perubahan-perubahan lahan, ekosistem sampai dengan gangguan estetika.

Isu lingkungan ini semakin merebak ketika dunia sudah mengalami peningkatan suhu global yang cukup signifikan.

Beberapa wilayah bahkan mencapai 3.5 derajat Celcius dan sangat mempengaruhi lingkungan. Perubahan yang

terjadi tidak hanya lokal tetapi sudah iklim global. Terdapat penaikan muka air laut yang akan menenggelamkan

pulau-pulau kecil di Samudera Pasifik, Hindia dan Atlantik. Bahkan apabila Perubahan Iklim ini tidak diatasi maka

Dimas B.E Dharmowijoyo dan Ofyar Z. Tamin

Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta I - 226

Kepulauan Maldives akan tenggelam. Selain itu terdapat bencana-bencana alam yang cukup besar seperti topan,

tornado, banjir air laut, peningkatan curah hujan yang tinggi sehingga mengakibatkan banjir di daratan, kekeringan

yang lama dan sebagainya. Dari sisi ekosistem, kondisi ini akan memunahkan beberapa spesies hewan dan/atau

tumbuhan sehingga terjadi ketidakseimbangan ekosistem. Pemangsa atau hewan yang dimangsa akan mempunyai

jumlah tidak seimbang demikian juga pasokan makanan bagi hewan herbivora dan manusia karena beberapa spesies

akan punah. Kondisi iklim yang tidak bersahabat juga mempengaruhi pasokan makanan. Makanan yang sekarang ini

sudah tinggi harganya karena lahan pertanian, perkebunan dan sebagainya didesak oleh pembangunan yang kurang

memperhatikan aspek keberlanjutan juga akan dipengaruhi oleh iklim. Banjir, kekeringan dan bencana alam lainnya

akan menjadi permasalahan bagi kehidupan makhluk hidup secara keseluruhan.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut perlu diidentifikasi beberapa indikator yang mempengaruhinya. Kalau

selama ini dampak lingkungan hanya memperhitungkan emisi yang berpengaruh terhadap kualitas kesehatan maka

saat ini emisi yang berpengaruh terhadap Perubahan Iklim juga perlu diidentifikasi. Kalau sebelumnya emisi-emisi

pencemar udara ini hanya CO, HC, SO2, NO2, HC, PM dan emisi yang mengganggu kesehatan lainnya saat ini

emisi Green House Gases (GHG) atau Gas-gas Efek Rumah Kaca seperti CO2, CHx, NxO juga mempengaruhi.

Gas-gas yang selama ini dianggap sebagai gas-gas yang ada di atmosfer, ternyata keberadaannya yang berlebihan

telah berpengaruh terhadap gas Ozon (O3) yang melindungi Bumi dari sinar Ultraviolet Matahari. Berkurangnya

atau pecahnya senyawa Ozon (O3) ini akan mengakibatkan dampak terhadap peningkatan rata-rata suhu permukaan

di Bumi dan sinar Ultraviolet yang berlebihan di permukaan Bumi. Hasil turunan atau dampak nyatanya telah

disebutkan di atas dan disertai juga dengan bertambahnya kanker kulit akibat pengaruh intesitas sinar Ultraviolet

yang meningkat pesat.

Mitigasi dan langkah-langkah konkrit harus terus dilakukan untuk mengurangi dan menekan dampak ini.

Pengurangan dan penekanan emisi GHG harus terus dilakukan dengan berbagai macam cara. Ternyata

implementasinya membutuhkan kerjasama dari seluruh pihak terkait tidak hanya Lingkungan Hidup tetapi juga

sektor-sektor yang mempengaruhi bertambahnya emisi GHG ini seperti Industri, Perdagangan, Otomotif, Badan-

badan atau Pusat-pusat Penelitian, Energi dan sebagainya.

Makalah atau Paper ini mencoba untuk mengidentifikasi permasalahan Perubahan Iklim ini dan dampaknya dari

transportasi serta identifikasi pengaruhnya dibandingkan dengan sektor lain. Untuk mengatasinya diperlukan

langkah-langkah komprehensif yang merupakan koordinasi dari seluruh pihak baik dalam menurunkan dampak ini

terutama dari sektor transportasi.

2. PEMAHAMAN “ENVIRONMENTAL SUSTAINABLE TRANSPORTATION”

Dalam pengertiannya “Environmental Sustainable Transportation” atau EST ini menjadi bagian dalam Sustainable

Transportation atau Transportasi yang Berkelanjutan. Beberapa penelitian dan peneliti mendefinsikan Sustainable

Transportation atau Development sebagai berikut:

Sustainable development “meets the needs of the present without compromising the ability of future

generations to meet their own needs.” Brundtland Commission, 1987)

“Sustainable development is the achievement of continued economic development without detriment

to the environmental and natural resources.” (Themes Sustainable Development, 2004)

“The goal of sustainable transportation is to ensure that environment, social and economic

considerations are factored into decisions affecting transportation activity.” (MOST, 1999)

“… sustainability is not about threat analysis; sustainability is about systems analysis. Specifically,

it is about how environmental, economic, and social systems interact to their mutual advantage or

disadvantage at various space-based scales of operation.” (Transportation Research Board, 1997)

Sustainability is “the capacity for continuance into the long term future”. Anything that can go on

being done on an indefinite basis is sustainable. Anything that cannot go on being done indefinitely

is unsustainable (Center for Sustainability, 2004)

Litmen dan Burwell, 2006 akhirnya mendefinisikan Transportasi yang berkelanjutan (sustainable transport) sebagai

salah satu aspek dari keberlanjutan menyeluruh (global sustainability) yang memiliki tiga komponen yang saling

berhubungan, yakni: lingkungan, masyarakat, dan ekonomi. Dalam interaksi tersebut, transportasi memegang peran

penting di mana perencanaan dan penyediaan sistem transportasi harus memperhatikan segi ekonomi, lingkungan,

dan masyarakat.

Pengembangan Kebijakan Environmental Sustainbale Transportation Di Indonesia

Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta I - 227

Dalam hubungannya dengan EST atau Transportasi Ramah Lingkungan hanyalah salah satu bagian dari Sustainable

Transportation atau Transportasi Berkelanjutan tersebut. Definisi baku dari Transportasi Ramah Lingkungan atau

EST adalah suatu perencanaan, langkah dan kegiatan keberlanjutan menyeluruh yang berwawasan lingkungan

dimana digunakan untuk mengurangi dampak perubahan iklim atau penurunan Gas Rumah Kaca (Green House

Gas/GHG) dan emisi pencemaran lingkungan.

Transportasi memberikan dampak terbesar bagi polusi baik itu polusi udara maupun suara (kebisingan) terutama di

wilayah perkotaan. Dari beberapa penelitian rata-rata kontribusi transportasi terhadap polusi udara mencapai sekitar

87%. Dampak polusi udara ini sangat terasa pada kualitas kesehatan masyarakat yang terus menurun dan

meningkatnya penderita ISPA.

Dalam memperhatikan perbaikan kondisi transportasi dalam mengurangi polusi udara terdapat beberapa faktor yang

mempengaruhi. Dalam transportasi terdapat 3 komponen utama yang mempengaruhi sistem transportasi. Ketiga

sistem tersebut adalah prasarana, sarana dan pengaturan. Ketiga sistem ini membentuk sistem transportasi dan

mempengaruhi indikator kinerja transportasi dalam melayani pergerakan. Gambar 1 memperlihatkan keterkaitan

ketiga sistem tersebut dalam membentuk sistem transportasi.

Gambar 1 Tiga Komponen Pembentuk Sistem Transportasi

Pemilihan ketiga komponen pembentuk sistem transportasi ini menentukan kinerja transportasi dalam

menghubungkan atau menjawab kebutuhan ruang dan melayani pergerakan. Oleh karena itu untuk memperbaiki

indikator kinerja transportasi maka ketiga sistem ini perlu diintervensi.

Dari ketiga komponen tersebut, prasarana transportasi dan pengaturan merupakan domain dari Pemerintah.

Sedangkan sarana banyak dipengaruhi oleh faktor lain selain pengaturan pemerintah seperti market driven,

kemampuan finansial/ekonomi masyarakat dan sebagainya. Prasarana menjadi peran pemerintah dalam penyediaan

infrastruktur/prasarana dasar dimana transportasi termasuk di dalamnya. Pengaturan merupakan instrumen yang

mengatur prasarana, sarana dan perilaku pengguna transportasi dalam ”bertransportasi”. Pengaturan mempengaruhi

tendensi politik, keberpihakan pemerintah dalam memperbaiki kinerja transportasi.

Prasarana Sarana

Pengaturan

Dimas B.E Dharmowijoyo dan Ofyar Z. Tamin

Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta I - 228

Gambar 2 Pengaruh Sistem Transportasi terhadap Perbaikan Lingkungan

3. ISU PERUBAHAN IKLIM ATAU CLIMATE CHANGE

Isu yang paling besar dalam menghadapi lingkungan adalah Perubahan Iklim atau Climate Change.

Intergovernmental Panel on Climate Change atau IPCC menjadi organisasi dunia dalam mengatasi isu perubahan

iklim. IPCC telah melakukan konvensi sebanyak 4 kali dari tahun 1990 sampai dengan 2007 dan telah menghasilkan

laporan dan arahan dalam mengatasi masalah global ini.

Masalah utama dari perubahan iklim ini adalah adanya penaikan rata-rata temperatur di seluruh dunia baik karena

kondisi alam maupun aktivitas manusia. Aktivitas manusia ini ternyata telah memberikan dampak yang besar

terhadap perubahan iklim ini. Green House Gases atau Gas Rumah Kaca (GHG) yang dihasilkan industri,

transportasi dan rumah tangga ini telah meningkatkan panas dan temperatur dunia dan mengurangi lapisan ozon.

Dampak paling parah dari perubahan iklim ini adalah mencairnya es-es di kutub utara dan selatan sehingga

meningkatkan permukaan air laut, terendamnya pulau-pulau kecil, pengurangan daratan tempat manusia hidup,

bencana alam berupa angin topan dan sebagainya. Selain itu perubahan iklim juga mempengaruhi ekosistem

sehingga terputusnya rantai makanan, dominannya spesies tertentu sehingga merubah ekosistem, berkurangnya

pangan, bertambahnya hama dan sebagainya. Ternyata aktivitas manusia yang tidak memperhatikan lingkungan

memberikan dampak yang luar biasa terhadap lingkungan sekitarnya.

Pada Gambar 2.6 disampaikan beberapa wilayah yang telah meningkat temperaturnya. Peningkatan temperatur

terbesar antara 2 – 3.5 derajat Celcius berada di wilayah kutub. Peningkatan drastis antara 1-2 derajat Celcius juga

terjadi hampir di seluruh belahan bumi utara terutama Eropa, Amerika Serikat dan Rusia.

Pada Gambar 2.7 disampaikan bahwa selama 30 tahun terakhir ini ternyata telah terjadi peningkatan emisi GHG

sebesar 70.73% per tahun. Peningkatan emisi ini didominasi oleh CO2 dimana dihasilkan dari pembakaran bahan

bakar fosil. Terlihat juga bahwa negara-negara industri besar seperti Amerika Serikat, negara-negara Eropa dan

sebagainya menghasilkan CO2 yang paling besar.

Prasarana

Transportasi

Sarana

Transportasi

Perbaikan teknologi prasarana jalan

yang mengurangi pencemaran

lingkungan:

• Permukaan jalan yang halus

akan mengurangi emisi

pencemaran debu akibat gesekan

ban dengan jalan

• Tabir akustik atau tunggul tanah

dan jalur hijau akan mengurangi

tingkat kebisingan terutama

diprioritaskan di jaringan jalan

perumahan

• Penggunaan teknologi di Pengendalian sumber mesin

kendaraan:

• Pengaturan sumber energi

penggerak mesin kendaraan

• Penggunaan bahan bakar

• Penggunaan teknologi

perbaikan perlakuan udara

• Perbaikan proses pembakaran

Pengaturan Penerapan TDM:

• Pergeseran waktu

• Pergeseran rute/lokasi

• Pergeseran moda

• Pergeseran lokasi tujuan

PERBAIKAN

LINGKUNGANAN

AKIBAT PENGARUH

TRANSPORTASI

Pengembangan Kebijakan Environmental Sustainbale Transportation Di Indonesia

Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta I - 229

Gambar 3 Hubungan antara Kegiatan Manusia dan Perubahan Iklim serta Dampaknya

Gambar 4 Peningkatan Temperatur di Seluruh Dunia

Dimas B.E Dharmowijoyo dan Ofyar Z. Tamin

Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta I - 230

Gambar 5 Peran Masing-masing Negara dalam Peningkatan Emisi GHG

4. KEBIJAKAN “ENVIRONMENTAL SUSTAINABLE TRANSPORTATION” DI INDONESIA

4.1. VISI DAN MISI

Visi dan misi dari Transportasi Ramah Lingkungan adalah:

“Tercapainya suatu sistem transportasi yang berwawasan lingkungan yang bertujuan untuk mengurangi Efek Gas

Rumah Kaca (Green House Gas/GHG) dan emisi pencemar udara dimana didalamnya sangat berhubungan dengan

pengaturan tata ruang untuk mengurangi pergerakan, pergerakan kendaraan bermotor, pengembangan transportasi

massal, bahan bakar alternatif, teknologi kendaraan dan pemeriksaan dan perawatan emisi kendaraan”.

Visi dan Misi ini terbentuk dari beberapa Best Practice yang telah diterapkan di berbagai negara. Selain itu

rangkuman dari EST juga menjadi masukan dalam pengembangan visi dan misi ini. Tujuan dari Transportasi Ramah

Lingkungan ini adalah mengurangi GHG dan emisi pencemar udara dengan bertumpu pada 5 elemen penting EST.

Kelima elemen mitigasi permasalahan Transportasi Ramah Lingkungan ini sebenarnya tidak semuanya merupakan

domain dari Departemen Perhubungan, Direktorat Jenderal Perhubungan Darat dan Direktorat BSTP tetapi

merupakan urusan dari stakholder lain seperti Menneg Kementian Lingkungan Hidup (KLH), Depertement ESDM

terutama Ditjen Migas, Departemen Perindustrian, BPPT dan sebagainya. Oleh karena itu pada Road Map yang

akan dikembangkan ini akan disampaikan juga lembaga-lembaga negara yang berperan menanganinya.

Selain Best Practice juga ada penyesuaian-penyesuaian rencana pengembangan dari masing-masing stakeholder

terkait seperti Departemen Perhubungan, KLH, Departemen ESDM terutama Ditjen Migas, Departemen

Perindustrian dan BPPT. Mungkin Road Map yang dikembangkan tidak sama atau berseberangan dengan rencana

stakeholder terkait. Tetapi Road Map ini dicoba untuk disusun berdasarkan kebutuhan transportasi sebagai

penyumbang utama pencemaran udara dan GHG di wilayah perkotaan untuk menurunkan kedua jenis polutan

tersebut.

4.2. KEBIJAKAN

Dari lingkup mitigasi dan visi-misi transportasi ramah lingkungan yang sudah disampaikan dapat disampaikan

kebijakan umum mitigasi transportasi ramah lingkungan untuk menghadap Perubahan Iklim. Lima elemen mitigasi

ini menjadi dasar kebijakan arahan transportasi ramah lingkungan. Kebijakan Arahan Transportasi Ramah

Lingkungan tersebut adalah :

1. Pengembangan Transportasi Massal dan fasilitas pendukungnya

Pengembangan Kebijakan Environmental Sustainbale Transportation Di Indonesia

Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta I - 231

a. Integrasi kelembagaan dan jaringan Transportasi Massal: MRT, Monorel, KA Konvensional, BRT dsb

disesuaikan dengan kapasitas

b. Mengembangkan kebijakan pendukung dimana bertumpu pada perkuatan konsep TOD, ERP,

pengembangan NMT, kebijakan parkir

c. Sosialisasi dan Dasar Hukum yang kuat untuk penerapan di daerah lebih optimal

2. Pengaturan tata ruang untuk mengakomodasi pengurangan pergerakan, pengurangan pergerakan kendaraan

bermotor dan mengakomodasi Non Motorised Transport (NMT)

a. Restrukturisasi Tata Ruang dan Perkuatan konsep TOD serta Compact Cities

b. Sosialisasi

c. Pengembangan produk hukum yang dapat diacu pengembangan tata ruang di daerah

3. Bahan bakar alternatif pengganti bahan bakar fosil

a. Penerapan Biomass dan Gas (CNG dan LPG) pada jangka pendek dan menengah

b. Pengenalan dan pengembangan energi ultimate (solar, ocean dan thermal energy) untuk jangka panjang

4. Pengembangan Teknologi kendaraan yang lebih ramah lingkungan

a. Penyediaan mesin kendaraan yang sesuai untuk Biomass dan Gas (CNG dan LPG)

b. Pengembangan kendaraan listrik, hybrid dan sel bahan bakar

5. Pemeriksaan dan Perawatan Kendaraan sebagai tahap pengendalian emisi kendaraan bermotor

5. KESIMPULAN

Kesimpulan dari makalah ini adalah suatu penerapan Grand Strategy dari implementasi EST di Indonesia. Grand

Strategy ini merupakan tahapan dari pengembangan ESTdimana kelima elemen penting pengurai pengurangan GHG

dan emisi pencemar udara itu menjadi komponen utama dan saling mendukung. Pada Gambar 6 disampaikan

Grand Strategy dari EST dan peran kelima elemen atau strategi utama dalam berkontribusi di tiap tahap.

Gambar 6 Grand Strategy Transportasi Ramah Lingkungan

Pada Tabel 1 disampaikan deskripsi dari masing-masing Strategi di tahap jangka pendek, menengah dan panjang.

Setiap tahap terdapat kebijakan utama dan strategi utama yang terhimpun secara komprehensif dalam menuju

Transportasi yang Ramah Lingkungan (TRL).

STRATEGI PENGURANGAN KENDARAAN DAN PERGERAKAN

STRATEGI IMPLEMENTASI BAHAN BAKAR ALTERNATIF DAN PERKUATAN PENGURANGAN

PERGERAKAN DAN KENDARAAN

STRATEGI PENGEMBANGAN BAHAN BAKAR DAN TEKNOLOGI KENDARAAN ULTIMATE

Jangka Pendek 2010-2015

Jangka Menengah 2015-2020

Jangka Panjang 2020-2035

Dimas B.E Dharmowijoyo dan Ofyar Z. Tamin

Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta I - 232

Tabel 1 Deskripsi dari Grand Strategy Road Map Transportasi Ramah Lingkungan

STRATEGI UTAMA Jangka Pendek Jangka Menengah Jangka Panjang

Pengaturan Tata Ruang

(LU)

Pengembangan

Transportasi Massal

(PT)

Pengembangan Bahan

Bakar Alternatif (BBA)

Pengembangan

Teknologi Kendaraan

(TK)

Pemeriksaan dan

Perawatan Emisi

Kendaraan (P&P)

GRAND STRATEGY

Memulai program

pengurangan kendaraan

bermotor dan pergerakan

untuk mengatasi

kemacetan dan

pengurangan GHG serta

emisi pencemar udara.

Memperkuat program

pengurangan kendaraan

bermotor dan pergerakan serta

berusaha untuk memperkuat

pasar Bahan Bakar Alternatif

dan Penggunaan Teknologi

Kendaraan yang Ramah

Lingkungan

Memantapkan program

pengurangan kendaraan

bermotor dan pergerakan

serta penggunaan Bahan

Bakar Alternatif Ultimate

(Ocean Fuel) dan Teknologi

Kendaraan Ultimate (Sel

Bahan Bakar/Hidrogen).

DESKRIPSI Pada Tahap ini Strategi

LU dan PT menjadi

program utama. Target

LU dan PT ini adalah

peningkatan pangsa pasar

PT sebesar 15-20% dan

pengurangan pergerakan

sebesar 2-5%. Sedangkan

BBA dan TK mulai

diperkenalkan dan

dimulai. Tahap P&P

menjadi tahap sosialisasi

Pada tahap ini Strategi PT dan

LU sudah diimplementasikan

sehingga pangsa pasar PT naik

hingga 40% dan dampak

pengurangan pergerakan

mencapai 10-20%. Sedangkan

strategi BA dan TK sudah

diperkuat pasarnya,

distribusinya terutama di kota-

kota besar. Kontribusi BBA

sudah mengurangi BBM

sehingga hanya 30% saja

penggunaannya. Strategi P&P

sudah mulai diterapkan untuk

mandatory di beberapa kota

sebagai percontohan

Pada Tahap ini Strategi PT

dan LU mencoba untuk

meningkatkan pangsa pasar

PT mencapai 60-65% dan

mengurangi pergerakan

hingga 30%. Strategi BBA

dan TK sudah

diimplementasi jenis

teknologi ultimate

sedangkan P&P sudah

diterapkan di seluruh kota

besar dan menengah di

Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

Asian Institute of Technology, The Energy Research Institute of China and The UNEP Collaborating Centre on

Energy and Environment (UCCEE), 2004, Strategic Options Policy Implementation for Bangkok, Beijing and

Taiyuan, Final Report

Departemen Perhubungan., 2009, Masterplan Transportasi Ramah Lingkungan, Laporan Akhir

IPCC., 2006, Guidelines for National Greenhouse Gas Inventories Volume 2 Energy, IPCC National Greenhouse

Gas Inventories Programme, IGES

Litman and Burwell., 2006, Issues in Sustainable Transportation, Int. J. Global Environment Issues, Vol 6, No 4