pengembangan instrumen tes diagnostik pilihan …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/skripsi dian...

135
PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN GANDA DUA TINGKAT UNTUK MENGIDENTIFIKASI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA WAJIB SISWA MAN 1 MAKASSAR Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Jurusan Pendidikan Matematika Pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar Oleh : DIAN MUTMAINNA NIM: 20700113071 FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN ALAUDDIN MAKASSAR 2017

Upload: vuongkhanh

Post on 04-Mar-2019

341 views

Category:

Documents


18 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN GANDA

DUA TINGKAT UNTUK MENGIDENTIFIKASI PEMAHAMAN KONSEP

MATEMATIKA WAJIB SISWA MAN 1 MAKASSAR

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana

Pendidikan (S.Pd) Jurusan Pendidikan Matematika

Pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

UIN Alauddin Makassar

Oleh :

DIAN MUTMAINNA

NIM: 20700113071

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN ALAUDDIN MAKASSAR

2017

Page 2: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah
Page 3: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah
Page 4: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah
Page 5: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt. yang telah memberikan nikmat, hidayah dan

taufik-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Salawat serta salam

semoga tetap tercurahkan kepada baginda Rasulullah Muhammad saw. beserta para

sahabat dan keluarganya.

Karya ilmiah ini membahas tentang pengembangan instrumen tes diagnostik

pilihan ganda dua tingkat untuk mengidentifikasi pemahaman konsep matematika

wajib siswa MAN 1 makassar. Sepenuhnya penulis menyadari bahwa pada proses

penulisan karya ilmiah ini dari awal sampai akhir tidak luput dari segala kekurangan

dan kelemahan penulis sendiri maupun berbagai hambatan dan kendala yang sifatnya

datang dari ekseternal selalu mengiri proses penulisan. Namun hal itu dapatlah teratasi

lewat bantuan dari semua pihak yang dengan senang hati membantu penulis dalam

proses penulisan ini. Oleh sebab itu penulis menyampaikan ucapan terimah kasih

kepada seluruh pihak yang telah turut membantu penulis dalam menyelesaikan karya

ilmiah ini.

Dengan penuh kesadaran dan dari dalam dasar hati nurani penulis

menyampaikan permohonan maaf dan ucapan terimah kasih yang sebesar-besarnya

kepada kedua orang tua penulis yaitu ayahanda Drs. Mutakallim Sijal, M.Pd dan ibunda

Dra. Haminah, tercinta yang telah membesarkan, mendidik dan membina penulis

dengan penuh kasih serta senantiasa memanjatkan doa-doanya untuk penulis. Kepada

saudara-saudara, sanak keluarga dan teman-teman pun penulis mengucapkan terima

Page 6: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

vi

kasih memotivasi dan menyemangati penulis selama ini. Begitu pula penulis

sampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. Musafir, M.Si., selaku Rektor UIN Alauddin Makassar. Prof. Dr.

Mardan, M.Ag selaku Wakil Rektor I, Prof. Dr. H. Lomba Sultan, M.A. selaku

Wakil Rektor II, Prof. Dr. Sitti Aisyah, M.A., Ph.D. selaku Wakil Rektor III, Prof.

Hamdan Juhanis, Ph.D. selaku Wakil Rektor IV UIN Alauddin Makassar.

2. Dr. H. Muhammad Amri, Lc.,M.Ag. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN

Alauddin Makassar. Dr. Muljono Damopoli, M.Ag., selaku Wakil Dekan Bidang

Akademik, Dr.Misykat Malik Ibrahim., M.Si., selaku Wakil Dekan Bidang

Administrasi Umum, Dr.H. Syahruddin, M.Pd., selaku Wakil Dekan Bidang

Kemahasiswaan.

3. Dr. Andi Halimah, M.Pd., dan Sri Sulasteri, S.Si.,M.Si., selaku Ketua dan

Sekertaris Jurusan Pendidikan Matematika UIN Alauddin Makassar.

4. Dr. Sitti Mania, M.Ag dan Andi Sriyanti S.Pd., M.Pd selaku Pembimbing I dan

Pembimbing II yang telah memberikan arahan, dan pengetahuan baru dalam

penyusunan skripsi ini, serta membimbing penulis sampai tahap penyelesaian.

5. Para dosen karyawan dan karyawati Fakultas Tarbiyah dan Keguruan yang secara

riil memberikan sumbangsinya baik langsung maupun tak langsung.

6. Kepala dan Wakil Kepala MAN 1 Makassar, para guru serta karyawan dan

karyawati MAN 1 Makassar yang telah memberi izin dan bersedia membantu serta

melayani penulis dalam proses penelitian.

Page 7: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

vii

7. Adik-adik siswa kelas XII MIA 1, MAN 1 Makassar yang telah bersedia menjadi

responden sekaligus membantu penulis dalam pengumpulan data penelitian.

8. Teman-teman kelompok skripsi pengembangan instrumen tes diagnostik, Ismail,

Nurul Hairani A, Junari, Nurfadilah dan Kusnul Chotimah yang telah memberikan

motivasi, materi dan dukungan penuh kepada penulis.

9. Rekan-rekan seperjuangan mahasiswa Pendidikan Matematika angkatan 2013 yang

telah saling memotivasi dalam proses perkuliahan dan penyelesaian ini.

10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebuutkan satu per satu yang telah banyak

memberikan uluran bantuan baik bersifat moril dan materi kepada penulis selama

kuliah hingga menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Akhirnya kepada Allah swt. jualah penulis sandarkaan semuanya, semoga

skripsi ini bermanfaat untuk semua pihak yang membutuhkan.

Samata-Gowa, November 2017

Penulis

Dian Mutmainna

NIM: 20700113071

Page 8: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL. ............................................................................................. i

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .............................................................. ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................................... iii

PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ............................................................................................ v

DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. x

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xii

ABSTRAK .......................................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1-13

A. Latar Belakang Masalah ..................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 10

C. Tujuan Penelitian ............................................................................................. 10

D. Spesifikasi Prodak Yang Dikembangkan ......................................................... 10

E. Manfaat Penelitian ........................................................................................... 11

F. Asumsi Dan Keterbatasan Pengembangan....................................................... 12

BAB II TINJAUAN TEORITIK .................................................................. 14-55

A. Tes Diagnostik ................................................................................................. 14

1. Pengertian Tes Diagnostik ........................................................................ 14

2. Penaksiran Diagnosis ................................................................................ 16

3. Fungsi Tes Diagnostik .............................................................................. 20

4. Karakteristik Tes Diagnostik .................................................................... 21

5. Langkah-langkah Pengembangan Tes Diagnostik .................................... 22

6. Penskoran dan Penafsiran Tes Diagnostik ................................................ 26

7. Menindaklanjuti Hasil Tes Diagnostik .................................................... 28

B. Pilihan Ganda Dua Tingkat (Two-Tier Multiple Choice) ................................ 29

C. Karakteristik Butir Soal.................................................................................... 33

1. Tingkat Kesukaran .................................................................................... 33

Page 9: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

ix

2. Daya Pembeda .......................................................................................... 33

3. Eektifitas Opsi ........................................................................................... 34

D. Penilaian Kualitas Instrumen Tes .................................................................... 34

1. Validitas ..................................................................................................... 34

2. Reliabilitas ................................................................................................. 37

3. Objektivitas ................................................................................................ 37

4. Praktikabilitas ............................................................................................. 39

E. Pemahaman Konsep dan Miskonsepsi ............................................................. 39

F. Kajian Penelitian Yang Relevan ...................................................................... 52

G. Kerangka Pikir ................................................................................................. 54

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 56-80

A. Jenis Penelitian ................................................................................................. 56

B. Prosedur Pengembangan .................................................................................. 56

C. Desain dan Uji Coba Produk ............................................................................ 61

D. Teknik Analisis Data ........................................................................................ 64

E. Kriteria Kualitas Paket Tes .............................................................................. 79

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................ 81-114

A. Deskripsi Hasil Penelitian (Proses Pengembangan) ....................................... 81

1. Deskripsi Tahap Pleminary ....................................................................... 81

2. Deskripsi Tahap Self Evaluation ............................................................... 82

3. Deskripsi Tahap Prototyping (Validasi, Evaluasi dan Revisi) .................. 85

4. Deskripsi Tahap Field Test (Uji Coba Lapangan) .................................... 89

B. Hasil Pengembangan Instrumen Tes Diagnostik Pilihan Ganda Dua Tingkat untuk

Mengidentifikasi Pemahaman Konsep Matematika Siswa ............................. 90

C. Pembahasan Hasil Penelitian (Kualitas Pengembangan) .............................. 110

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 115-117

A. Kesimpulan .................................................................................................... 115

B. Saran ............................................................................................................. 117

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 118-121

LAMPIRAN – LAMPIRAN .............................................................................. 122

RIWAYAT HIDUP

Page 10: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Lembar Jawaban Siswa pada Tes Standar PPPG Matematik

Yogyakarta Tahun 2003 Materi Aritmatika. ...................................... 46

Gambar 2.2 Lembar Jawaban Siswa pada Tes Standar PPPG Matematik

Yogyakarta Tahun 2003 Materi Geometri ......................................... 48

Gambar 3.1 Skema Alur Pengembangan Tessmer ................................................ 56

Gambar 3.2 Diagram Alur Pengembangan Tessmer............................................. 61

Gambar 4.1 Grafik Perbandingan Persentase Paham Konsep, Miskonsepsi dan

Tidak Paham Konsep…......................................................................105

Page 11: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Karakterisitik yang menjadi fokus prototype ......................................... 58

Tabel 3.2 Kriteria penilaian tanggapan validator ................................................... 65

Tabel 3.3 Kategori hasil perhitungan CVI ............................................................. 66

Tabel 3.4 Kriteria penafsiran persentase angket respon siswa ............................... 68

Tabel 3.5 Kriteria reliabilitas soal .......................................................................... 69

Tabel 3.6 Klasifikasi interpretasi tingkat kesukaran .............................................. 73

Tabel 3.7 Klasifikasi Interpretasi Daya Pembeda .................................................. 75

Tabel 3.8 Klasifikasi Interpretasi Indeks Pengecoh ............................................... 77

Tabel 3.9 Keterkaitan Kriteria Paham Konsep, Miskonsepsi dan Tidak Paham

Konsep Dengan Kriteria Jawaban Siswa ............................................... 78

Tabel 4.1 Penilaian Validator ................................................................................. 86

Tabel 4.2 Saran Revisi Validator ........................................................................... 86

Tabel 4.3 Revisi prototype berdasarakan saran dan masukan dari validator ......... 88

Tabel 4.4 Validasi Isi I CVR dan CVI ................................................................... 90

Tabel 4.5 Hasil Validasi Isi II (Setelah Revisi) CVR dan CVI .............................. 92

Tabel 4.6 Hasil Analisis Reliabilitas Instrumen Tes Diagnostik Pilihan Ganda Dua

Tingkat ................................................................................................... 96

Tabel 4.7 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Instrumen Tes Diagnostik Pilihan Ganda

Dua Tingkat ............................................................................................ 97

Tabel 4.8 Hasil Analisis Daya Pembeda Instrumen Tes Diagnostik Pilihan Ganda

Dua Tingkat ............................................................................................ 98

Tabel 4.9 Hasil Analisis Efektivitas Opsi Instrumen Tes Diagnostik Pilihan Ganda

Dua Tingkat .......................................................................................... 100

Tabel 4.10 Data Jumlah Jawaban Benar yang Diperoleh Siswa .......................... 101

Tabel 4.11 Persentase Paham Konsep, Miskonsepsi dan Tidak Paham Konsep

Berdasarkan Nomor Soal ................................................................... 103

Tabel 4.12 Perhitungan Persentase Miskonsepsi Berdasarkan Sub Pokok

Page 12: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

xii

Bahasan .............................................................................................. 105

DAFTAR LAMPIRAN

A. LAMPIRAN A (PRODUK PENGEMBANGAN) .................................... 123

1. Kisi-kisi Tes Diagnostik Pilihan Ganda Dua Tingkat ............................. 125

2. Kartu Soal Tes Diagnostik Pilihan Ganda Dua Tingkat ......................... 133

3. Pedoman Penskoran Tes Diagnostik Pilihan Ganda Dua Tingkat .......... 182

4. Jawaban Soal Tes Diagnostik Pilihan Ganda Dua Tingkat..................... 183

5. Efektivitas Opsi Tes Diagnostik Pilihan Ganda Dua Tingkat................. 196

6. Lembar Validasi ...................................................................................... 245

7. Produk Soal Tes Diagnostik Pilihan Ganda Dua Tingkat ....................... 251

8. Angket Respon Siswa ............................................................................. 266

B. LAMPIRAN B (HASIL ANALISIS) ......................................................... 269

1. Hasil Analisis Reliabilitas ........................................................................ 270

2. Hasil Analisis Angket siswa .................................................................... 275

3. Hasil Analisis Tingkat Kesukaran dan Daya Pembeda ............................ 279

4. Hasil Analisis Efektivitas Opsi ................................................................ 285

5. Hasil Analisis Tingkat Pemahaman Konsep Siswa ................................. 288

C. LAMPIRAN C (PERSURATAN)….......................................................... 295

D. LAMPIRAN D (DOKUMENTASI)...........................................................296

Page 13: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

xiii

ABSTRAK

Nama : Dian Mutmainna

Nim : 20700113071

Jurusan : PendidikanMatematika

Fakultas : Tarbiyah dan Keguruan

Judul : Pengembangan Instrumen Tes Diagnostik Pilihan Ganda Dua

Tingkat untuk Mengidentifikasi Pemahaman Konsep Matematika

Wajib Siswa MAN 1 Makassar

Penelitian ini bertujuan menghasilkan sebuah instrumen tes diagnostik untuk

mengidentifikasi tingkat pemahaman konsep matematika siswa yang berbentuk pilihan

ganda dua tingkat. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian research and

development (R&D). Model pengembangan yang digunakan adalah model Tessmer

tipe formatif evaluation. Tahapnya terdiri dari: (1) tahap preliminary, (2) tahap self

evaluation, (3) tahap prototyping (expert review, one to one, small group), dan (4)

tahap field test. Subjek uji coba dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII MAN 1

Makassar yang berjumlah 30 orang siswa.

Berdasarkan hasil uji coba yang dilakukan, diperoleh bahwa instrumen tes

diagnostik berbentuk pilihan ganda dua tingkat sudah dikatakan valid karena hasil CVR

yang diperoleh adalah 1 dan memenuhi kriteria yaitu ≥0,99 dan hasil CVI yang

diperoleh adalah 1 dengan kategori sangat sesuai. Hasil uji reliabilitas yang diperoleh

adalah 0,841 dengan kategori sangat tinggi. Instrumen tes diagnostik berbentuk pilihan

ganda dua tingkat memiliki tingkat kesukaran dengan hasil rata-rata 0,58 dengan

kategori sedang yaitu berada pada kisaran 0,31-0,70. Instrumen tes diagnostik pilihan

ganda dua tingkat memiliki daya pembeda dengan rata-rata 0,55 dengan kategori baik

dan berada pada kisaran Dp>0,2. Angket respon siswa pada instrumen tes diagnostik

pilihan ganda dua tingkat memenuhi kriteria “tercapai” dan tidak ada perbaikan/revisi

terhadap instrumen tes yang akan dikembangkan karena lebih dari 50% siswa yang

memberikan respon positif. Dari hasil angket respon siswa dapat diketahui bahwa

produk instrumen tes diagnostik ini dapat dikatakan praktis untuk digunakan. Hasil

data tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat untuk mengidentifikasi pemahaman

konsep siswa, dapat diketahui bahwa jumlah siswa yang termasuk dalam kategori

paham konsep 58,95%, persentase siswa yang mengalami miskonsepsi sebesar 12,63%

dan persentase siswa yang tidak paham konsep sebesar 28,25%. Berdasarkan hasil

pekerjaan siswa dalam menjawab tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat dapat

dikatakan bahwa produk instrumen tes ini cukup efektif dalam mengidentifikasi tingkat

pemahaman konsep matematika siswa.

Page 14: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia sebagai negara berkembang dimana pendidikan dirasakan sebagai

suatu persoalan yang sangat penting. Bukan hanya di negara berkembang saja, bahkan

di negara-negara maju sekalipun persoalan mengenai pendidikan menjadi hal yang

pelik.

Kontribusi pendidikan bagi negara sangat berperan dalam meningkatkan

kualitas sumber daya manusia di masa mendatang. Proses pendidikan yang berkualitas

akan menghasilkan pendidikan yang sesuai dengan fungsi dan tujuannya. Proses

pendidikan merupakan kegiatan sosial atau pergaulan antara pendidik dan peserta

didik dengan menggunakan isi atau materi pendidikan, metode, dan alat pendidikan

tertentu yang berlangsung dalam suatu lingkungan untuk mencapai tujuan pendidikan

yang telah ditetapkan.

Pendidikan sebagai sebuah aktivitas tidak lepas dari fungsi dan tujuan. Fungsi

utama pendidikan mengembangkan kemampuan dan membentuk watak, kepribadian

serta peradaban yang bermartabat dalam hidup dan kehidupan atau dengan kata lain

pendidikan berfungsi memanusiakan manusia agar menjadi manusia yang benar sesuai

dengan norma yang dijadikan landasannya.1

1Abdul Kadir, Dkk, Dasar-dasar Pendidikan, (Cet ke- 1; Jakarta: Kencana Prenada Media

Group, 2012), h. 81

Page 15: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

2

Pendidikan sebagai usaha manusia untuk menambahkan dan mengembangkan

potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai

yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan. Pada umumnya, pendidikan

merupakan salah satu kebutuhan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia secara

utuh dan menyeluruh. Di samping itu pendidikan bertujuan mewujudkan manusia

Indonesia yang beriman dan bertaqwa, berkualitas dan mandiri sehingga mampu

membangun dirinya dan bertanggung jawab pada pembangunan bangsa.

Namun isu aktual yang kini muncul ditengah masyarakat adalah rendahnya

pendidikan di Indonesia yang dapat diketahui dari hasil penelitian Trends in

International Mathematics and Since Study (TIMMS) tahun 2015, untuk tingkat SMP

dan SMA bahwa siswa Indonesia hanya berada pada rangking ke-36 dari 49 negara

dalam hal melakukan prosedur ilmiah. Rendahnya mutu pendidikan di Indonesia yang

dapat dilihat dari berbagai sisi menunjukkan bahwa belum berhasilnya proses

pembelajaran yang dilakukan selama ini.2

Pendidikan bagi bangsa yang sedang membangun seperti bangsa Indonesia saat

ini merupakan kebutuhan mutlak yang harus dikembangkan sejalan dengan tuntutan

pembangunan secara tahap demi tahap. Pendidikan yang dikelola dengan tertib,

teratur, efektif dan efisien (berdaya guna dan berhasil guna) akan mampu mempercepat

jalannya proses pembudayaan bangsa yang berdasarkan pokok pada penciptaan

2 Sarnapi, “Hasil PISA dan TIMSS 2015, Peringkat Pendidikan Indonesia Masih Rendah”,

(Artikel: Pikiran Rakyat 18 Juni 2016). http://www.pikiran-

rakyat.com/pendidikan/2016/06/18/peringkat-pendidikan-indonesia-masih-rendah-372187 (Diakses

4 Januari 2017).

Page 16: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

3

kesejahteraan umum dan pencerdasan kehidupan bangsa kita, sesuai dengan tujuan

nasional seperti yang tercantum dalam alenia IV, pembukaan UUD 1945.3

Pendidikan bukan hanya menyiapkan masa depan, tetapi juga bagaimana

menciptakan masa depan. Pendidikan harus membantu perkembangan terciptanya

individu yang kritis dengan tingkat kreativitas yang sangat tinggi dan tingkat

keterampilan berfikir yang lebih tinggi pula.

Pentingnya pendidikan atau menuntut ilmu juga telah dijelaskan dalam Q.S

Al-Mujadilah /58:11.

لسفت ف سحوا ل كمقيل إذ اء ام نوا ٱلذين أ ي ه اي ج ف ٱنشزوا ٱنشزوا قيل و إذ ال كمٱللحي فس ف ٱفس حوا ٱمل

تٱلعلم أوتوا و ٱلذين منكمء ام نوا ٱلذين ٱللي رف ع م ب ات عو ٱللد ر ج بريلو .خ

Terjemahannya:

“Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah

dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan

untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya

Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang

yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa

yang kamu kerjakan”4

Dalam ayat di atas dengan jelas Allah swt menjanjikan derajat yang lebih

tinggi bagi orang-orang yang beriman dan berilmu. Hal ini berarti bahwa orang yang

menuntut ilmu tentu akan mendapatkan manfaat yang jauh lebih baik dari pada orang

yang tidak menuntut ilmu.

3 Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 3 4 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya Special for

Woman,, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2007), h. 543.

Page 17: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

4

Melihat begitu pentingnya pendidikan dan berpijak dari kebutuhan di masa

mendatang, maka diperlukan perhatian yang khusus dalam penyelenggaraan

pendidikan yang lebih baik. Untuk memperoleh pendidikan yang maju, tinggi dan

berkembang perlunya suatu perencanaan yang berhubungan dengan tujuan nasional

pendidikan bagi bangsa itu.

Indonesia dalam Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003

menyatakan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah untuk mencetak generasi bangsa

yang beriman dan bertakwa, berbudi luhur, cerdas dan kreatif. Dalam mencapai tujuan

pendidikan nasional itu diperlukan seperangkat kurikulum yang menunjang untuk

diberikan kepada anak didik dalam tingkatan satuan pendidikan masing-masing seperti

satuan pendidikan sekolah dasar, satuan pendidikan sekolah menengah pertama dan

sekolah menengah atas.5

Kurikulum menjadi jembatan untuk menuju tujuan pada setiap satuan

pendidikan diuraikan atas beberapa mata pelajaran di sekolah. Satu di antara mata

pelajaran yang ada dalam silabus baik tingkat dasar sampai dengan tingkat perguruan

tinggi adalah matematika.

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang terdapat pada semua

jenjang pendidikan. Matematika sangat memegang peranan penting karena dapat

meningkatkan pengetahuan siswa dalam berpikir secara logis, rasional, kritis, dan

5Ali Hamzah dan Muhlisrarini, Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Matematika,

(Jakarta: Rajawali Pers, 2014), h. 1-2

Page 18: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

5

efisien. Matematika merupakan ilmu yang terstruktur dan sistematis. Artinya konsep

dan prinsip dalam matematika memiliki kaitan satu sama lain.

Namun kebanyakan siswa masih menganggap pelajaran matematika sulit,

penuh perhitungan yang memusingkan, banyak rumus, simbol, angka serta pelajaran

yang membosankan sehingga menimbulkan sikap malas belajar yang ditunjukkan

siswa dalam belajar.6

Keadaan ini sangat memprihatinkan, dikarenakan pelajaran matematika

merupakan salah satu mata pelajaran yang diujikan untuk menentukan lulus atau

tidaknya peserta didik dalam setiap jenjang pendidikan dan juga dijadikan untuk

penentu seleksi masuk pendidikan tinggi.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 Tahun 2013

dinyatakan bahwa Standar Kompetensi Lulusan adalah kriteria mengenai kualifikasi

kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan. Untuk

dapat memenuhi kriteria tersebut, siswa diharuskan mengetahui konsep serta mampu

mengintegrasikan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari.7

Salah satu kecenderungan yang menyebabkan siswa gagal dalam mengerjakan

soal-soal dalam matematika dengan baik yaitu karena siswa kesulitan dalam

memahami konsep dan kurang menggunakan nalar yang baik dalam menyelesaikan

6Supardi, “Peran Kedisiplinan Belajar dan Kecerdasan Matematis Logis dalam Pembelajaran

Matematika”, Jurnal, Formatif Ilmiah Pendidikan MIPA, Vol. 4 No. 2 (Agustus 2014), h. 80.

journal.lppmunindra.ac.id/index.php/Formatif/article/view/142 (Diakses 5 Januari 2017) 7Supardi, “Peran Kedisiplinan Belajar dan Kecerdasan Matematis Logis dalam Pembelajaran

Matematika”, h. 81. journal.lppmunindra.ac.id/index.php/Formatif/article/view/142 (Diakses 5

Januari 2017)

Page 19: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

6

soal atau tes yang diberikan. Atas kenyataan itu, semestinya sekolah harus berperan

turut membantu memecahkan masalah yang dihadapi siswa.

NCTM (National Council Of Teachers Of Mathematics) menyebutkan bahwa

pemahaman konsep merupakan aspek yang sangat penting dalam prinsip pembelajaran

matematika. Pemahaman konsep matematik lebih bermakna jika dibangun oleh siswa

sendiri. Oleh karena itu kemampuan pemahaman tidak dapat diberikan dengan

paksaan, artinya konsep-konsep dan logika-logika matematika diberikan oleh guru,

dan ketika siswa lupa dengan algoritma atau rumus yang diberikan, maka siswa tidak

dapat menyelesaikan persoalan-persoalan matematika.

Peserta didik mempelajari konsep baru setiap harinya di sekolah. Peserta didik

mendapatkan beberapa konsep tertentu dengan cepat dan mudah. Konsep-konsep

lainnya mereka dapatkan secara perlahan-lahan dan terus dimodifikasi seiring waktu.

Sementara itu, mereka sudah memiliki sedikit pemahaman mengenai konsep-konsep

tersebut meskipun belum sepenuhnya. Di kelas, peserta didik mengkonstruksi makna

dan tafsiran mereka di setiap konsep atau materi pelajaran yang sedang mereka

pelajari.

Siswa menghubungkan pengetahuan sebelumnya dengan gagasan-gagasan

baru yang mereka dapatkan kemudian menarik kesimpulan. Ketika peserta didik

mengolah pemahamannya tersebut, tentu tidak ada jaminan bahwa mereka akan

mengolah pemahaman dengan benar serta tidak menutup kemungkinan bila terjadinya

kesalahan pemahaman konsep atau miskonsepsi.

Page 20: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

7

Para pendidik tidak hanya bertugas mengajar, tetapi harus dapat menciptakan

situasi dan kondisi proses pembelajaran yang efektif, efisien, relevan, supaya anak

didiknya dapat belajar dengan baik, dapat mengembangkan bakat dan kepandaiannya

seoptimal mungkin, dan menunjukkan pola-pola yang sesuai dengan tujuan yang telah

diterapkan. Untuk mencapai tujuan ini, para pendidik selain harus dapat menjadi

panutan, inovator, inspirator, koordinator, fasilitator, motivator, juga harus dapat

memahami kekurangan, kelebihan, keistimewaan, ciri-ciri khusus yang terdapat pada

siswanya, dan meremedinya.8 Oleh sebab itu dibutuhkan sebuah tes diagnostik untuk

mengetahui sampai sejauh mana konsep matematika yang dipahami siswa, agar dapat

memudahkan guru atau pendidik untuk mengetahui kesulitan siswa dalam memahami

konsep matematika sehingga nantinya guru atau pendidik bisa menjelaskan kembali

konsep-konsep matematika yang kurang dipahami siswa tersebut.

Tes diagnostik merupakan tes yang dirancang khusus untuk mengetahui

kelemahan-kelemahan konsep atau miskonsepsi yang berada dalam diri siswa.

Kelemahan-kelemahan itu harus segera diatasi agar siswa yang mengalaminya dapat

diberi terapi yang tepat sehingga ia tidak mengalami kesulitan yang lebih besar kelak.

Tes diagnostik menjadi salah satu alat pengukuran yang baik untuk menilai

pemahaman konsep matematika peserta didik, dimana kebanyakan peserta didik

kurang begitu memahami konsep ketika diberikan sebuah tes. Terdapat beberapa alat

diagnostik yang dapat digunakan, yaitu wawancara, pertanyaan terbuka, peta konsep,

8Suwarto, Pengembangan Tes Diagnostik dalam Pembelajaran, (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2013), h. 113

Page 21: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

8

dan instrumen tes yaitu berbentuk tes uraian atau pilihan ganda dua tingkat, Dari

keempat alat diagnostik tersebut tes pilihan ganda dua tingkat sangat cocok untuk

mengukur tingkat pemahan konsep siswa. 9

Tes pilihan ganda dua tingkat memiliki keunggulan karena dalam tes ini selain

siswa mengerjakan butir tes yang mengungkapkan konsep tertentu siswa juga harus

mengungkapkan alasan kenapa memilih jawaban tersebut. Dengan mengungkapkan

alasan mereka dalam menjawab setiap pertanyaan, maka akan diketahui letak

miskonsepsi yang terjadi. Selain itu, tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat mudah

dilaksanakan dan mudah pula bagi guru dalam memberikan penilaian serta dapat

membantu siswa mendeteksi kemampuannya dalam memahami konsep. Berdasarkan

hasil pengamatan selama PPL dan wawancara pada guru mata pelajaran matematika

yaitu Ibu Hasmi Hasyim di MAN 1 Makassar, diperoleh keterangan bahwa guru-guru

di sekolah tersebut membuat tes hanya untuk melihat hasil belajar siswa, belum pernah

melakukan pengukuran miskonsepsi siswa dan tidak mengetahui cara membuat serta

mengembangkan tes diagnostik dalam pembelajaran matematika. Akibatnya, masih

banyak siswa yang hanya menghafal rumus tanpa mengetahui konsep-konsep yang

saling terkait. Sehingga siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi.

Hal ini menunjukkan bahwa tidak adanya tes diagnostik yang tersedia untuk

mengungkap miskonsepsi yang dialami oleh siswa, untuk mengetahui ada tidaknya

kesalahan konsep yang dialami siswa, maka guru perlu mengembangkan tes

diagnostik. Khususnya pada materi matematika wajib pokok bahasan Program Linear,

9Suwarto, Pengembangan Tes Diagnostik dalam Pembelajaran, h. 113

Page 22: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

9

Matriks dan Tranformasi Geometri kurikulum 2013, karena kebanyakan siswa di

sekolah tersebut dalam mengerjakan soal materi ini masih kesusahan, terlihat dari nilai

rata-rata hasil belajar siswa yang masih di bawah standar kelulusan minimum yaitu 75

terlebih pada jenis soal-soal penerapan yang berbentuk soal cerita. Namun guru-guru

tidak mengetahui letak kesusahan yang dialami siswa sebab soal yang diberikan

tersebut adalah soal pilihan ganda biasa yang hanya dibuat untuk melihat hasil belajar

bukan mendiagnosa tingkat kesulitan siswa dalam memahami konsep.

Berdasarkan penjabaran di atas maka sangat penting bagi guru untuk

mengidentifikasi tingkat pemahaman konsep siswa, selain itu penting juga untuk

mengetahui siapa saja siswa di dalam kelas yang memiliki miskonsepsi atau memiliki

pemahaman konsep yang masih kurang agar siswa yang mengalaminya dapat diberi

tindakan yang tepat sehingga ia tidak mengalami kesulitan yang lebih besar kelak.

Karena itu perlu dilakukan sebuah diagnosis terhadap pemahaman siswa, dalam

melakukan diagnosa akan sangat diperlukan adanya suatu instrumen tes yaitu tes

diagnostik pilihan ganda dua tingkat yang dapat mengungkap pemahaman konsep

siswa. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dan pengembangan

instrumen tes, yang memungkinkan guru untuk mengidentifikasi tingkat pemahaman

konsep siswa dengan judul penelitian :“Pengembangan Instrumen Tes Diagnostik

Pilihan Ganda Dua Tingkat untuk Mengidentifikasi Pemahaman Konsep

Matematika Wajib Siswa MAN 1 Makassar”.

Page 23: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

10

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada uraian di atas, dapat dirumuskan beberapa pokok

permasalahan, yaitu:

1. Bagaimana tes diagnostik yang digunakan untuk mengidentifikasi pemahaman

konsep matematika wajib siswa?

2. Apakah tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat yang dikembangkan memenuhi

kriteria dilihat dari validitas, praktis dan efektif?

C. Tujuan Pengembangan

Mengenai tujuan yang ingin diperoleh dari hasil penelitian adalah untuk:

1. Mengetahui tes diagnostik yang digunakan untuk mengidentifikasi pemahaman

konsep matematika wajib siswa.

2. Mengetahui tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat yang dikembangkan

memenuhi kriteria dilihat dari validitas, praktis dan efektif.

D. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan

Produk yang dihasilkan dalam pengembangan ini adalah instrumen tes berupa

tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat untuk materi matematika wajib siswa

kurikulum 2013 dengan spesifikasi produk yang dikembangkan adalah sebagai

berikut :

1) Kisi-kisi tes memuat informasi mengenai indikator dan tingkat kemampuan

pemahaman konsep dari masing-masing soal tes.

Page 24: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

11

2) Soal tes berupa tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat. Permasalahan yang

dimunculkan merupakan permasalahan yang berkaitan dengan materi

matematika wajib siswa Kurikulum 2013 SMA/MA

3) Kriteria jawaban termuat dalam pilihan beberapa opsi jawaban yang diantara

pilihan opsi tesebut tedapat kunci jawaban yang sebenarnya dari setiap soal

atau kemungkinan lain dari respon siswa (seperti alasan memilih opsi tersebut

atau opsi lainnya) dan terbagi dalam beberapa langkah penyelesaian

berdasarkan indikator pemahaman konsep siswa dari masing-masing soal.

Selain itu juga memuat skor maksimal yang dapat diperoleh siswa dari tiap soal

tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat tersebut.

4) Pedoman penilain memuat keterangan-keterangan perincian tentang skor yang

diperoleh siswa bagi soal-soal yang telah dikerjakan. Pedoman penialain ini

berguna sebagai pedoman bagi peneliti atau guru untuk melakukan penilaian

hasil pekerjaan siswa dalam menjawab soal tes sekaligus melihat tingkat

pemahaman konsep siswa.

E. Manfaat Pengembangan

Adapun manfaat hasil penelitian yang diharapkan dari penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Bagi Siswa

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu siswa untuk

mengidentifikasi tingkat kemampuan mereka khususnya tingkat kemampuan

pemahaman konsep dalam pelajaran matematika.

Page 25: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

12

2. Bagi Guru

Dari hasil penelitian ini diharapkan guru akan memperoleh instrumen tes yang

dapat memberikan kemudahan dalam mengidentifikasi pemahaman konsep

siswa pada materi tertentu sehingga dapat menentukan tindak lanjut yang

dianggap tepat untuk mengatasi kesalahpahaman terhadap konsep tersebut.

3. Bagi Sekolah

Dapat digunakan sebagai referensi tambahan di sekolah sehingga hasil belajar

matematika dapat sesuai dengan yang diharapkan.

4. Bagi Peneliti

Dapat menambah wawasan dan pengalaman peneliti tentang bagaimana

mengembangkan instrumen tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat materi

matematika wajib.

F. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan

Asumsi dalam pengembangan instrumen tes diagnostik untuk mengidentifikasi

pemahaman konsep matematika siswa adalah sebagai berikut:

1. Belum pernah dilakukan tes diagnostik untuk mengidentifikasi pemahaman

konsep sebelumnya yang memungkinkan siswa memahami konsep dalam

matematika.

2. Siswa telah terbiasa mengerjakan soal dengan rumus secara prosedural tanpa

memahami konsep-konsep matematika.

Keterbatasan dalam pengembangan instrumen tes diagnostik untuk

mengidentifikasi pemahaman konsep matematika siswa adalah sebagai berikut:

Page 26: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

13

1. Instrumen tes yang dikembangkan hanya untuk mengidentifikasi pemahaman

konsep siswa.

2. Instrumen tes diagnostik dibatasi pada materi matematika wajib siswa

semester ganjil kelas XI yaitu materi program linear, matriks dan transformasi

geometri.

3. Bentuk tes diagnostik yang digunakan adalah Pilihan Ganda Dua Tingkat.

4. Subjek uji coba instrumen tes terbatas pada siswa kelas XII MIA 1, MAN 1

Makassar

Page 27: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

14

BAB II

TINJAUAN TEORITIK

A. Tes Diagnostik

1. Pengertian Tes Diagnostik

Diagnosis adalah proses kompleks dalam suatu usaha untuk menarik

kesimpulan dari hasil pemeriksaan gejala-gejala, perkiraan penyebab, pengamatan dan

penyesuaian dengan kategori secara baik.1 Dalam bidang pendidikan diagnosis

merupakan keputusan yang diambil setelah dilakukan analisis dari suatu pengolahan

data. Diagnosis dapat berupa keputusan mengenai kesulitan belajar yang dialami

siswa, keputusan mengenai faktor-faktor yang menjadi sumber penyebab kesulitan

belajar siswa, dan keputusan mengenai faktor utama penyebab kesulitan belajar siswa.

Sedangkan tes diagnostik itu sendiri adalah tes yang digunakan untuk menilai

pemahaman konsep yang dimiliki siswa, terutama kelemahan yang dialami siswa

terhadap suatu konsep tertentu dan mendapatkan masukan tentang respon siswa untuk

memperbaiki kelemahannya tersebut. Tes diagnosis berguna untuk mengetahui

kesulitan belajar yang dihadapi siswa, termasuk kesalahan pemahaman konsep.2

Tes diagnostik merupakan tes yang didesain untuk mendapatkan informasi

yang spesifik dari jawaban siswa, sehingga dapat diidentifikasi kelemahan pola

pikirnya. Oleh karena itu, hasil tes dapat digunakan sebagai dasar memberikan tindak

lanjut berupa perlakuan yang tepat dan sesuai dengan kelemahan yang dimiliki siswa.

1Suwarto, Pengembangan Tes Diagnostik dalam Pembelajaran, (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2013), h .90 2 Suwarto, Pengembangan Tes Diagnostik dalam Pembelajaran, h. 94

Page 28: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

15

Mehrens & Lehmann berpendapat bahwa tes diagnostik harus dapat memberikan

gambaran akurat tentang kesulitan yang dimiliki siswa berdasarkan informasi

kesalahan yang dibuatnya. Tes diagnostik digunakan untuk menilai pemahaman

konsep siswa terhadap konsep-konsep kunci (key concepts) pada topik tertentu, dan

secara khusus untuk konsep-konsep yang cenderung dipahami secara salah.3

Berdasarkan pendapat di atas, maka tes diagnostik berfokus pada topik terbatas

dan spesifik, ditujukan untuk mengidentifikasi kelemahan pola pikir siswa serta dapat

digunakan untuk mengungkap kesalahan konsep atau miskonsepsi yang terjadi.

Tujuan tes diagnostik adalah untuk mengidentifikasi siswa yang mengalami

masalah dalam belajar. Tes diagnostik dapat dilakukan terhadap calon siswa baru

sebagai input, terhadap siswa baru yang sudah mulai mengikuti program belajar,

terhadap siswa yang sedang mengikuti program belajar dan pada waktu siswa akan

mengakhiri program belajar. Kekhususan tes diagnostik dibanding tes lain adalah tes

diagnostik dapat digunakan untuk mengatasi kesulitan belajar.4

Penilaian diagnostik dimaksudkan untuk mengetahui kesulitan belajar peserta

didik berdasarkan hasil penilaian formatif sebelumnya. Penilaian diagnostik

memerlukan sejumlah soal untuk satu bidang yang diperkirakan merupakan kesulitan

bagi peserta didik. Soal-soal tersebut bervariasi dan difokuskan pada kesulitan.

3 Sunismi, Mustangin, dan Kusaeri, “Membangun Item Tes Diagnostik untuk Mengungkap

Miskonsepsi Siswa pada Materi Bentuk Aljabar”, Jurnal Sarjana, FKIP Universitas Islam Malang,

(2012), h. 2. http://docplayer.info/41692467-Membangun-item-tes-diagnostik-untuk-mengungkap-

miskonsepsi-siswa-pada-materi-bentuk-aljabar-1.html (Diakses 23 Oktober 2017) 4 Mujiman Hendri Wijaya, “Pengembangan Tes Diagnostik Mata Pelajaran IPA SMP”,

Jurnal Pascasarjana, Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, Universitas Lambung Mangkurat

Banjarmasin, (2013), h. 22. https://journal.uny.ac.id/index.php/jpep/article/view/1359 (Diakses 21

Oktober 2017)

Page 29: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

16

Penilaian diagnostik biasanya dilaksanakan sebelum suatu pelajaran dimulai.

Tujuannya adalah untuk menjaga pengetahuan dan keterampilan yang telah dikuasai

oleh peserta didik.5

Sesungguhnya tes diagnostik merupakan media untuk mengetahui sebab-sebab

kegagalan peserta didik dalam kegiatan belajar. Oleh sebab itu dalam menyusun item-

item tes atau butir-butir soal harus menggunakan item yang memiliki tingkat

kesukaran (TK) yang rendah.

2. Penaksiran Diagnosis

Menurut Nitko & Brookhart ada enam pendekatan penaksiran diagnostik

terkait dengan masalah pembelajaran, yaitu:

a. Pendekatan profil kekuatan dan kelemahan kemampuan pada suatu bidang.

Pada pendekatan ini, suatu mata pelajaran sekolah dibagi ke dalam bagian-bagian,

di mana masing-masing bagian dianggap sebagai ciri atau kemampuan yang

terpisah. Hasil diagnosis dilaporkan sebagai suatu profil kekuatan dan kelemahan

siswa. Langkah-langkah melakukan penaksiran diagnostik jenis ini, yatu: (a) kenali

dua atau lebih bidang kemampuan yang diinginkan untuk membuat profil setiap

siswa, (b) buatlah butir-butir untuk mengukur konsep-konsep dasar pada masing-

masing bidang, (c) himpunlah soal-soal ke dalam sub-sub tes yang terpisah, dan (d)

kelola masing-masing sub tes secara terpisah, dan gunakan petunjuk dan pemilihan

waktu secara terpisah.

5 Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013), h. 37

Page 30: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

17

b. Pendekatan mengidentifikasi kekurangan pengetahuan prasyarat

Pendekatan ini mengeksplorasi apakah siswa-siswi tertinggal dikarenakan mereka

tidak memiliki pengetahuan atau keahlian khusus yang dibutuhkan untuk

memahami pelajaran yang akan datang. Langkah-langkah penaksiran diagnostik

jenis ini, yaitu: membuat suatu hierarki dari suatu target pembelajaran yang harus

dicapai oleh siswa, melakukan analisis untuk mengidentifikasi prasyarat-prasyarat

yang harus dipahami oleh siswa untuk mencapai target pembelajaran tersebut.

Untuk masing-masing prasyarat yang diidentifikasi, kemudian dianalisis lagi

sehingga diperoleh suatu hierarki prasyarat.

c. Pendekatan mengidentifikasi target-target pembelajaran yang tidak dikuasai

Pendekatan ini memusatkan penaksiran pada target-target yang penting dan

spesifik dari tujuan pembelajaran yang diharapkan. Tes-tes pendek dibuat untuk

mengukur keberhasilan dari masing-masing target pembelajaran. Informasi

diagnostik yang ingin diperoleh dari pendekatan ini adalah suatu daftar target

pembelajaran yang sudah dikuasai atau tidak dikuasai oleh siswa.

Langkah-langkah pendekatan jenis ini meliputi: (a) Mengenal dan menulis

pernyataan-pernyataan target pembelajaran yang merupakan hasil pembelajaran.

(b) Untuk setiap target pembelajaran, buatlah empat sampai delapan butir soal. (c)

Jika memungkinkan, mintalah guru lain untuk mengulas setiap butir soal dan

menaksir kecocokan butir soal dengan target pembelajaran. (d) Kelompokkan

butir-butir soal ke dalam suatu tes tunggal jika target pembelajaran relatif pendek

(kurang dari enam). (e) Berikan label lulus untuk setiap target pembelajaran jika

Page 31: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

18

nilai siswa telah melebihi dari passing grade yang telah ditentukan. (f) Lakukan

penaksiran pada setiap siswa. setelah melakukan penaksiran, nilailah target-target

pembelajaran secara terpisah.

d. Pendekatan pengidentifikasian kesalahan siswa

Tujuan pendekatan ini adalah untuk mengidentifikasi kekeliruan-kekeliruan siswa.

Ketika guru mengidentifikasi dan mengklasifikasi kekeliruan siswa, selanjutnya

guru dapat memberikan pelajaran remedi. Mewawancarai siswa adalah cara terbaik

untuk menemukan banyak kekeliruan pada siswa. Guru dapat meminta siswa untuk

menjelaskan bagaimana mereka menyelesaikan sebuah soal, menjelaskan mengapa

mereka menjawab seperti itu, memberitahukan aturan untuk menyelesaikan suatu

soal.

e. Pendekatan mengidentifikasi struktur pengetahuan siswa

Mengidentifikasi struktur pengetahuan siswa dapat dilakukan dengan

menggunakan peta konsep. Peta konsep ini menunjukkan bahwa siswa tersebut

memiliki pengetahuan yang benar-benar terorganisir dengan baik mengenai

konsep-konsep pada unit pelajaran. Bagaimana seorang siswa berpikir mengenai

konsep-konsep dan keterkaitan hubungan konsep-konsep tersebut. Bagaimana

siswa melihat konsep tersebut diatur, dan bagaimana kemungkinan konsep-konsep

tersebut dihubungkan dengan konsep-konsep lain yang telah dipelajari siswa. Hal

ini bisa membantu guru menjelaskan mengapa siswa membuat kekeliruan, atau

mengapa mereka memiliki kesulitan dalam menyelesaikan soal.

Page 32: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

19

f. Pendekatan mengidentifikasi kompetensi untuk menyelesaikan soal cerita

Pendekatan ini berpusat pada pendiagnosisan apakah siswa memahami komponen-

komponen soal cerita. Diagnosis di dalam pendekatan ini adalah untuk

mengidentifikasi siswa yang tidak dapat menyelesaikan soal cerita dan apakah

kekurangan mereka terletak pada pengetahuan linguistik dan faktual, pengetahuan

skematis, pengetahuan strategis, atau pengetahuan alogaritmis. 6

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa, dalam membuat sebuah tes

diagnostik ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan salah satunya adalah penaksiran

diagnostik, sebab dalam membuat tes diagnostik perlu diketahui latar belakang

kesulitan belajar yang dialami siswa. Dengan adanya penaksiran diagnostik ini akan

mempermudah dalam menyusun tes diagnostik sebab enam pendekatan penaksiran

diagnostik di atas mencakup pendekatan profil siswa dimana lewat pendekatan ini

akan diketahui kekuatan dan kelemahan kemampuan peserta didik, pendekatan

mengidentifikasi kekurangan pengetahuan prasyarat dimana lewat pendekatan ini

dapat diketahui peserta didik memiliki kekurangan pengetahuan atau tertinggal

dikarenakan mereka tidak memiliki pengetahuan atau keahlian khusus yang

dibutuhkan untuk memahami pelajaran, kemudian setelah kekurangan prasyarat

peserta didik teridentifikasi selanjutnya dilakukan pendekatan mengidentifikasi

target-target pembelajaran yang tidak dikuasai informasi diagnostik yang ingin

diperoleh dari pendekatan ini adalah suatu daftar target pembelajaran yang sudah

dikuasai atau tidak dikuasai oleh siswa, setelah diketahui daftar target

6 Suwarto, Pengembangan Tes Diagnostik dalam Pembelajaran, h. 116-123

Page 33: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

20

pembelajarannya maka selanjutnya dilakukan pendekatan mengidentifikasi struktur

pengetahuan siswa, lalu terakhir dilakukan pendekatan mengidentifikasi kompetensi

untuk menyelesaikan soal cerita. Dari enam pendekatan tersebut akan terbentuk tes

diagnostik yang benar-benar bisa mendiagnosis kemampuan peserta didik.

3. Fungsi Tes Diagnostik

Tes diagnostik memiliki dua fungsi utama, yaitu mengidentifikasi masalah

atau kesulitan yang dialami siswa dan merencanakan tindak lanjut berupa upaya-

upaya pemecahan sesuai masalah atau kesulitan yang telah teridentifikasi. 7

Tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-

kelemahan siswa sehingga hasil tersebut dapat digunakan sebagai dasar untuk

memberikan tindak lanjut berupa perlakuan yang tepat dan sesuai dengan kelemahan

yang dimiliki siswa. Tes diagnostik dapat berupa, tes multiple choice dengan

reasoning terbuka, tes multiple choice dengan alasan yang sudah ditentukan dan tes

esai tertulis.8

Selain kegunaan diatas, tes diagnostik juga dapat digunakan untuk kepentingan

lain sesuai dengan jenis kebutuhan atau bantuan yang diperlukan oleh peserta didik

antara lain sebagai berikut:

7 Sri Rahayu, “Pengembangan Tes Diagnostik Pilihan Ganda Dua Tingkat untuk

Mengidentifikasi Miskonsepsi pada Konsep Gerak Dua Dimensi”, Skripsi (Jakarta: Fak. Tarbiyah dan

Keguruan UIN Syarif Hidayatullah, 2015), h. 24 8 Dwi Susanti, “Penyusunan Instrumen Tes Diagnostik Miskonsepsi Fisika Sma Kelas XI

pada Materi Usaha dan Energi”, Jurnal Sarjana Program Pendidikan Fisika FMIPA Universitas

Sebelas Maret, Vol. 2 No.2 (2014), h. 16-17. jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/pfisika/article/view/4671

(Diakses 18 Oktober 2017)

Page 34: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

21

a. Diagnostik untuk kepentingan seleksi

b. Diagnostik untuk pemilihan lapangan studi tertentu

c. Diagnostik untuk kepentingan pemilihan jabatan

d. Diagnostik untuk kepentingan pelaksanaan psikoterapi

e. Diagnostik untuk kepentingan bimbingan dan penyuluhan dalam belajar.9

Menurut Arikunto, tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui

kelemahan-kelemahan siswa sehingga berdasarkan kelemahan-kelemahan tersebut

dapat dilakukan pemberian remedial yang tepat.10

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa, bagi guru tes diagnostik ini

berfungsi untuk mengidentifikasi miskonsepsi yang terjadi pada siswa. Sedangkan

bagi siswa berfungsi untuk memotivasi siswa untuk memperoleh jawaban yang benar

setelah melakukan tes diagnostik tersebut.

4. Karakteristik Tes Diagnostik

Tes diagnostik memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut:

a. Dirancang untuk mendeteksi kesulitan belajar siswa, karena itu format dan respons

yang dijaring harus didesain memiliki fungsi diagnostik

b. Dikembangkan berdasar analisis terhadap sumber-sumber kesalahan atau kesulitan

yang mungkin menjadi penyebab munculnya masalah (penyakit) siswa

9 Baego Ishak dan Syamsuduha, Evaluasi Pendidikan, (Makassar: Alauddin Press, 2010), h.

60 10 Karunia Prihantini Putri dan Rinaningsih, “Pengembangan Tes Diagnostik Materi Teori

Mekanika Kuantum dan Ikatan Kimia”, Jurnal Pendidikan Kimia Universitas Negeri Surabaya, Vol.

2 No. 2 (2013), h. 160. ejournal.unesa.ac.id/article/4806/36/article.pdf (Diakses 18 Oktober 2017)

Page 35: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

22

c. Menggunakan soal-soal bentuk supply response (bentuk uraian atau jawaban

singkat), sehingga mampu menangkap informasi secara lengkap. Bila ada alasan

tertentu sehingga mengunakan bentuk selected response (misalnya bentuk pilihan

ganda), harus disertakan penjelasan mengapa memilih jawaban tertentu sehingga

dapat meminimalisir jawaban tebakan, dan dapat ditentukan tipe kesalahan atau

masalahnya

d. Disertai rancangan tindak lanjut (pengobatan) sesuai dengan kesulitan (penyakit)

yang teridentifikasi. 11

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa sebuah tes diagnostik

memiliki beberapa karakteristik dimana karakteristik ini membantu dalam merancang

sebuah tes diagnostik yang baik dilihat dari karakteristik format susunanya, sumber-

sumber kesalahan peserta didik, bentuk tes, dan rancangan tindak lanjutnya.

5. Langkah-langkah Pengembangan Tes Diagnostik

Di bawah ini diuraikan secara garis besar langkah-langkah pengembangan tes

diagnostik berangkat dari kompetensi dasar yang bermasalah:

a. Mengidentifikasi kompetensi dasar yang belum tercapai ketuntasannya.

Tes diagnostik dilakukan untuk mendiagnosis kesulitan atau masalah belajar

yang dialami oleh siswa. Kesulitan belajar tersebut mengacu pada kesulitan untuk

mencapai kompetensi dasar, karena itu sebelum menyusun tes diagnostik harus

diidentifikasi terlebih dahulu kompetensi dasar-kompetensi dasar manakah yang tidak

11 Sri Rahayu, “Pengembangan Tes Diagnostik Pilihan Ganda Dua Tingkat untuk

Mengidentifikasi Miskonsepsi pada Konsep Gerak Dua Dimensi”, h. 25-26

Page 36: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

23

tercapai tersebut. Untuk mengetahui tercapainya suatu kompetensi dasar dapat dilihat

dari munculnya sejumlah indikator, karena itu bila suatu kompetensi dasar tidak

tercapai, perlu didiagnosis indikator-indikator mana saja yang tidak mampu

dimunculkan. Mungkin saja masalah hanya terjadi pada indikator-indikator tertentu,

maka cukup pada indikator-indikator itu saja disusun tes diagnostik yang sesuai.

b. Menentukan kemungkinan sumber masalah

Setelah kompetensi dasar atau indikator yang bermasalah teridentifikasi, mulai

ditemukan (dilokalisasi) kemungkinan sumber masalahnya. Dalam pembelajaran

sains, terdapat tiga sumber utama yang sering menimbulkan masalah, yaitu: a) tidak

terpenuhinya kemampuan prasyarat; b) terjadinya miskonsepsi; dan c) rendahnya

kemampuan memecahkan masalah (problem solving). Di samping itu juga harus

diperhatikan hakikat sains yang memiliki dimensi sikap, proses, dan produk. Sumber

masalah bisa terjadi pada masing-masing dimensi tersebut.

c. Menentukan bentuk dan jumlah soal yang sesuai

Perlu dipilih alat diagnosis yang tepat berupa butir-butir tes diagnostik yang

sesuai. Butir tes tersebut dapat berupa tes pilihan, esai (uraian), maupun kinerja

(performa) sesuai dengan sumber masalah yang diduga dan pada dimensi mana

masalah tersebut terjadi.

d. Menyusun kisi-kisi soal

Sebelum menulis butir soal dalam tes diagnostik harus disusun terlebih dahulu

kisi-kisinya. Kisi-kisi tersebut setidaknya memuat: a) kompetensi dasar beserta

Page 37: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

24

indikator yang diduga bermasalah; b) materi pokok yang terkait; c) dugaan sumber

masalah; d) bentuk dan jumlah soal; dan e) indikator soal.

e. Menulis soal

Sesuai kisi-kisi soal yang telah disusun kemudian ditulis butir-butir soal. Soal

tes diagnostik tentu memiliki karakteristik yang berbeda dengan butir soal tes yang

lain. Jawaban atau respons yang diberikan oleh siswa harus memberikan informasi

yang cukup untuk menduga masalah atau kesulitan yang dialaminya (memiliki fungsi

diagnosis). Pada soal uraian, logika berpikir siswa dapat diketahui guru dari jawaban

yang ia tulis, tetapi pada soal pilihan siswa perlu menyertakan alasan atau penjelasan

ketika memilih option (alternatif jawaban) tertentu.

f. Mengulas soal

Butir soal yang baik tentu memenuhi validitas isi, untuk itu soal yang telah

ditulis harus divalidasi oleh seorang pakar di bidang tersebut. Bila soal yang telah

ditulis oleh guru tidak memungkinkan untuk divalidasi oleh seorang pakar, soal

tersebut dapat direview oleh guru-guru sejenis dalam MGMPS atau setidaknya oleh

guru-guru mata pelajaran serumpun dalam satu sekolah.

g. Menyusun kriteria penilaian

Kriteria penilaian memuat rentang skor yang menggambarkan pada rentang

berapa saja siswa didiagnosis sebagai mastery (tuntas) yaitu sudah menguasai

kompetensi dasar atau belum mastery yaitu belum menguasai kompetensi dasar

tertentu, atau berupa rambu-rambu bahwa dengan jumlah type error (jenis kesalahan)

Page 38: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

25

tertentu siswa yang bersangkutan dinyatakan ber”penyakit” sehingga harus diberikan

perlakuan yang sesuai. 12

Rajeswari menyatakan ada lima tahap dalam menyiapkan tes diagnostik.

Langkah tersebut adalah merencanakan, menulis butir soal, merakit soal, membuat

petunjuk dan rencana penilaian, dan mereview soal. Jika disimak, tahap penyiapan tes

diagnostik yang dikemukakan oleh Rajeswari tersebut tidak berbeda dengan tahap

penyiapan tes biasa. Perbedaan tes diagnostik atau bukan tes diagnostik terutama

dibedakan pada tujuan pelaksanaan tes.13

Menurut Nichols terdapat lima langkah pengembangan tes diagnostik yang

bertujuan untuk penilaian kognitif, yaitu: (1) Berdasarkan konstruksi teori yang

subtansif. Teori yang subtansif merupakan dasar dalam pengembangan tes

berdasarkan penilaian atau ulasan penelitian; (2) seleksi desain. Desain pengukuran

digunakan untuk membuat konstruk butir yang dapat direspons dengan baik oleh

peserta tes berdasarkan pengetahuan, keterampilan yang spesifik atau karakteristik lain

sesuai teori; (3) administrasi tes. Administrasi tes meliputi beberapa aspek yaitu format

butir, teknologi yang digunakan untuk membuat alat tes, situasi lingkungan pada

waktu pengetesan dan sebagainya; (4) skoring hasil tes yaitu penentuan nilai tes yang

12 Depdiknas, “Tes Diagnostik”, Jurnal, Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan

Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama (2007), h. 9.

https://www.scribd.com/doc/133752097/4d-Panduan-Tes-Diagnostik (Diakses 15 Juli 2017) 13 Samsul Hadi, “Pengembangan Sistem Tes Diagnostik Kesulitan Belajar Kompetensi

Dasar Kejuruan Siswa SMK”, Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Universitas Negeri

Yogyakarta, Vol. 19 No. 2 (2015), h. 169. https://journal.uny.ac.id/index.php/jpep/article/view/5577

(Diakses 18 Oktober 2017)

Page 39: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

26

telah dilakukan; (5) revisi, proses penyesuaian antara teori dan model, apakah tes yang

dikembangkan mendukung teori atau tidak jika tidak maka harus direvisi.14

Dari penjelasan di atas mengenai langkah-langkah pengembangan tes

diagnostik, dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa langkah dalam pengembangan

tes diagnostik yaitu, merencanakan, menulis butir soal, merakit soal, membuat

petunjuk dan rencana penilaian, dan mereview soal.

6. Penskoran dan Penafsiran Tes Diagnostik

Di bawah ini diuraikan beberapa hal yang harus diperhatikan ketika melakukan

penskoran dan penafsiran hasil tes diagnostik.

a. Selain memberikan hasil kuantitatif berupa skor tertinggi bila responsnya lengkap

dan skor terendah bila responsnya paling minim, kegiatan penskoran juga harus

mampu merekam jenis kesalahan (type error) yang ada dalam respons siswa. Siswa

dengan skor sama, misalnya sama-sama 0 (berarti responsnya salah) belum tentu

memiliki type error yang sama juga, karena itu mengidentifikasi penyebab

terjadinya kesalahan jauh lebih bermakna dibandingkan dengan menentukan

berapa jumlah kesalahannya atau berapa skor total yang dicapainya. Hasil

identifikasi type error menjadi dasar interpretasi yang akurat.

b. Untuk memudahkan identifikasi dan analisis terhadap berbagai type error yang

terjadi, setiap type error dapat diberi kode yang spesifik, sesuai selera guru asalkan

konsisten, misalnya:

14 Suwarto, Pengembangan Tes Diagnostik dalam Pembelajaran, h. 126

Page 40: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

27

A = terjadi miskonsepsi

B = kesalahan mengubah satuan

C = kesalahan menggunakan formula

D = kesalahan perhitungan, dan seterusnya.

c. Bila tes diagnostik terhadap suatu indikator dibangun oleh sejumlah butir soal

perlu ditentukan batas pencapaian untuk menentukan bahwa seorang siswa itu

dinyatakan bermasalah. Juga perlu ditentukan batas toleransi untuk jumlah dan

jenis type error yang boleh terjadi. Batas pencapaian ini dapat ditentukan sendiri

oleh guru berdasar pengalamannya atau berdiskusi dengan guru-guru serumpun.

d. Tes diagnostik menggunakan acuan kriteria (criterion- referenced), karena hasil

tes diagnostik yang dicapai oleh seorang siswa tidak digunakan untuk

membandingkan siswa tersebut dengan kelompoknya melainkan terhadap kriteria

tertentu sehingga ia dapat diklasifikasikan “sakit dan membutuhkan terapi”

ataukah “sehat” sehingga dapat mengikuti kegiatan pembelajaran berikutnya. 15

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam membuat penskoran

tes diagnostik yang perlu diperhatikan adalah pemberian skor harus dapat

menunjukkan tipe kesalahan siswa. Sebab fungsi dilaksanakanya tes diagnostik ini

adalah untuk melihat sampai sejauh mana pengetahuan siswa dan bila peserta didik

mengalami kesalahan, diharapkan lewat penskoran tes diagnostik ini akan dapat

terlihat tipe kesalahan yang dialami peserta didik.

15 Sri Rahayu, “Pengembangan Tes Diagnostik Pilihan Ganda Dua Tingkat untuk

Mengidentifikasi Miskonsepsi pada Konsep Gerak Dua Dimensi”, h. 27-28

Page 41: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

28

7. Menindaklanjuti Hasil Tes Diagnostik

Kegiatan guru menindaklanjuti hasil tes diagnostik siswanya, tindak lanjut

tersebut berupa perlakuan-perlakuan yang sesuai dengan permasalahan atau kesulitan

yang dihadapi siswa. Kegiatan tindak lanjut untuk menyelesaikan permasalahan siswa,

tidak hanya tertuju kepada siswa itu sendiri, melainkan juga kepada semua pihak yang

terkait dengan kegiatan pembelajaran dan berkontribusi menimbulkan permasalahan

siswa. Di bawah ini diuraikan beberapa hal yang perlu diperhatikan agar dapat

menindaklanjuti hasil tes diagnostik dengan baik.16

a. Kegiatan tindak lanjut dilakukan betul-betul berdasarkan hasil analisis tes

diagnostik secara cermat. Tindak lanjut tidak selalu berupa kegiatan remedial di

kelas, tetapi dapat juga berupa tugas rumah, observasi lingkungan, kegiatan tutor

sebaya, dan lain-lain sesuai masalah atau kesulitan yang dihadapi siswa. Kegiatan

tidak lanjut juga tidak selalu dilakukan secara individu, tetapi dapat juga dilakukan

secara kelompok bergantung pada karakteristik masalah yang dihadapi siswa.

b. Mengatasi permasalahan yang disebabkan oleh miskonsepsi membutuhkan

kesabaran, keuletan, dan kecerdasan guru. Penelitian Berg menunjukkan bahwa

miskonsepsi sulit bila hanya diatasi melalui informasi atau penjelasan, oleh karena

itu perlu dirancang aktivitas atau pengamatan secara langsung untuk

memperbaikinya.

16 Sri Rahayu, “Pengembangan Tes Diagnostik Pilihan Ganda Dua Tingkat untuk

Mengidentifikasi Miskonsepsi pada Konsep Gerak Dua Dimensi”, h. 28-29

Page 42: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

29

c. Kegiatan tindak lanjut diberikan secara bertahap dan berkelanjutan. Tes diagnostik

pada hakikatnya merupakan bagian dari ulangan harian, maka pelaksanaannya juga

perlu diatur sehingga tidak tumpang-tindih (overlapping) dan tidak memberatkan

siswa maupun guru.

d. Perlu dirancang program sekolah yang mendukung dan memberikan kemudahan

bagi guru untuk mengadministrasi, melaporkan, dan menindaklanjuti hasil tes

diagnostik, misalnya penyediaan sarana dan tenaga teknis, pemberian insentif atau

penghargaan, dan program-program lain yang mendukung profesionalitas guru,

misalnya lokakarya, workshop, dan penelitian yang mengangkat hasil-hasil tes

diagnostik. Selain untuk evaluasi di sekolah, bila memungkinkan hasil analisis tes

diagnostik juga dikirimkan atau dilaporkan kepada orang tua siswa, sehingga

secara bersama-sama dapat membantu siswa dalam memecahkan masalahnya.

B. Pilihan Ganda Dua Tingkat (Two Tier Multiple Choice)

Tamir menemukan bahwa metode soal pilihan ganda merupakan alat yang

efektif dan sensitif dalam penugasan pembelajaran, dengan mengubah beberapa hal

yang menjadi keterbatasan tes pilihan ganda biasa. Hasilnya adalah Tamir

menyarankan agar disusun tes pilihan ganda yang meminta penjelasan siswa dalam

menjawab. Hasil yang muncul dalam modifikasi tes pilihan ganda adalah tes

diagnostik pilihan ganda dua tingkat (two tier multiple choice), yang secara khusus

dikembangkan untuk mengidentifikasi konsepsi alternatif dalam area terbatas dan

Page 43: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

30

telah ditentukan. Instrumen ini disusun untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa

terhadap konsep-konsep sebagai diagnosa penyebab lemahnya hasil belajar siswa.17

Salah satu cara yang baik untuk mengidentifikasi kesulitan belajar siswa adalah

melakukan wawancara dengan siswa. Namun cara ini memerlukan waktu panjang,

apalagi jika siswanya cukup banyak. Treagust mengembangkan “Two Tier Multiple

Choice Items”, soal pilihan ganda beralasan untuk diagnosis.18

The rules of development of two-tier multiple-choice diagnostic instrument

used in this study which described by Treagust. In this instrument, the first tier

of each item consist of a content question of five choices; the second part of

each item contain a set of five justifications for the answers to the first part.

Included in these justifications are the correct answer and two to five

distracters. Distracters are derived from students’ alternative explanations

gathered from the literature, interviews and free responses. 19

Maksudnya, tes pilihan ganda dua tingkat yang dikembangkan adalah tes

diagnostik yang berbentuk pilihan ganda yang terdiri dari dua tingkat, tingkat pertama

adalah butir tes yang mengungkapkan suatu konsep tertentu dan tingkat kedua adalah

butir tes yang mengungkap alasan responden tentang jawaban yang diberikan pada

butir tes yang pertama. Alat tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat ini mulanya

dikembangkan oleh Treagust, tes pilihan ganda dua tingkat ini memiliki dua tingkatan.

17 Septian Jauhariansyah, “Pengembangan dan Penggunaan Tes Diagnostik Pilihan Ganda

Dua Tingkat (Two Tier Multiple Choice) untuk Mengungkap Pemahaman Siswa Kelas X pada

Materi Konsep Redoks dan Larutan Elektrolit”, Skripsi (Bengkulu: Program Studi Pendidikan Kimia

UN, 2014), h. 13 18 Rachmadi Widdiharto, “Diagnosis Kesulitan Belajar Matematika dan Alternatif Proses

Remedinya”, Jurnal Depdiknas, Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga

Kependidikan Matematika (2008), h. 37. https://vi.scribd.com/document/46549783/Diagnosis-

Kesulitan-Belajar-Matematika (Diakses 23 Oktober 2017) 19 Cengiz Tüysüz, “Development of TwoTier Diagnostic Instrument and Assess Student’s

Understanding in Chemistry”, Jurnal, Scientific Research and Essay Vol. 4 No.6 (2009), h. 627.

http://www.academicjournals.org/article/article1380558833_Tuysuz.pdf (Diakses 21 Oktober 2017)

Page 44: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

31

Tingkatan pertama terdiri dari pertanyaan pilihan ganda dengan lima pilihan jawaban,

dan tingkat kedua merupakan alasan jawaban tingkat pertama.

Prosedur penyusunan two-tier multiple choice item sebagai berikut:

a. Mengidentifikasi isi.

1) Mengidentifikasi pernyataan proposisi yang terkait dengan materi (dapat

berupa definisi, aturan, rumus).

2) Mengembangkan peta konsep, yaitu diagram yang terdiri dari beberapa

konsep beserta hubungannya di antara konsep-konsep tersebut. Hubungan ini

juga mencakup rumus atau aturan butir a.

3) Menghubungkan pernyataan proposisi yang terkait pada peta konsep, agar

diperoleh kandungan isi yang valid.

4) Validasi isi, untuk memeriksa apakah seluruh isi materi yang akan diselidiki

sudah seluruhnya tercakup.

b. Mendapatkan informasi tentang miskonsepsi

1) Melakukan studi pustaka, utamanya yang terkait dengan konsep yang

diselidiki baik dalam buku sumber maupun terutama dalam penelitian-

penelitian terdahulu.

2) Melaksanakan wawancara dengan siswa, yang dilakukan baik scara formal

maupun informal untuk memperoleh informasi tentang miskonsepsi siswa.

Pertanyaan terbuka lebih memungkinkan digunakan untuk menggali sebanyak

mungkin informasi.

Page 45: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

32

3) Mengembangkan soal pilihan ganda dengan disertai alasan dari jawaban. Tiap

butir soal terdiri dari (1) pokok soal, (2) pilihan jawaban, dan (3) alasan

(terbuka)

Contoh: Bentuk Sederhana dari 20𝑎2𝑏3−10𝑏

10𝑏 adalah . . . .

A. 20𝑎2𝑏3

B. 20𝑎2𝑏3 –1

C. 2𝑎2𝑏2– 1

D. 2𝑎2𝑏2 – 10b

Alasan: …………………………………………….

Distraktor hendaknya dipilih yang memang mungkin menjadi kesalahan

siswa (misal A: “menghilangkan/mencoret yang sama pada pembilang dan

penyebut”, B/D membagi dengan bilangan sama hanya pada salah satu suku

pembilang)

4) Mengembangkan Two Tier Multiple Choice Items, seperti pada butir c di atas,

dengan pilihan jawaban berdasar hasil pada c, dan ditambah pilihan bebas,

misal E ............. (diisi oleh testee). 20

Contoh:

Model seperti di atas, ditambah dengan: menuliskan setiap kemungkinan

alasan kebenaran atau kesalahannya. Di samping itu dapat pula ditambah

dengan kemungkinan jawaban siswa sendiri yang berbeda dari yang telah

20 Rachmadi Widdiharto, “Diagnosis Kesulitan Belajar Matematika dan Alternatif Proses

Remedinya”, h. 37-38

Page 46: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

33

disediakan, misalnya: E. Berdasar hasil-hasil diagnostik tersebut, disusun

strategi remediasinya.

C. Karakteristik Butir Soal

Dalam menganalisis butir soal ada karakteristik butir soal yang perlu kita

perhatikan yaitu:

1. Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran butir soal merupakan salah satu indikator yang dapat

menunjukkan kualitas butir soal tersebut apakah termasuk sukar, sedang atau mudah.

Suatu soal dikatakan mudah bila sebagian besar siswa dapat menjawabnya dengan

benar dan suatu soal dikatakan sukar bila sebagian besar siswa tidak dapat menjawab

dengan benar.

2. Daya Pembeda

Daya beda butir soal yaitu, butir soal tersebut dapat membedakan kemampuan

individu peserta didik. Karena butir soal yang didukung oleh potensi daya beda yang

baik akan mampu membedakan peserta didik yang memiliki kemampuan tinggi atau

pandai dengan peserta didik yang memiliki kemampuan rendah atau kurang pandai.

Dalam penyusunan butir soal seperti tes sebaiknya ada sifat yang menunjukkan

kualitasnya sehingga:

a. Tidak dapat dijawab benar baik oleh siswa kelompok atas maupun siswa kelompok

bawah.

b. Dapat dijawab benar oleh siswa kelompok atas tetapi tidak dapat dijawab oleh

siswa kelompok bawah.

Page 47: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

34

c. Dapat dijawab benar oleh siswa kelompok atas maupun siswa kelompok bawah.

Apabila nomor 1 dan 2 terjadi dikatakan soal mempunyai daya pembeda

artinya, butir soal tersebut dapat membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa

yang kurang pandai.

3. Efektivitas Opsi (Pengecoh/Distraktor)

Opsi berarti pilihan-pilihan yang diajukan dimana ada pilihan yang menjadi

kunci jawaban dan pilihan pengecoh atau distraktor. Pilihan ditentukan pembuat soal

dengan adanya jalan penyelesaian soal bukan sembarang, walaupun jawaban itu salah.

Opsi yang menjadi distraktor atau pengecoh dicantumkan dalam pembuatan soal harus

dikarenakan (1) salah konsep, (2) salah hitung, atau (3) salah prosedur. 21

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa untuk menganalisis butir soal

ada karakteristik butir soal yang perlu kita perhatikan utamanya soal pilihan ganda

yaitu tingkat kesukarannya, daya pembeda serta efektivitas opsi. Jika tes yang

dikembangkan memenuhi semua karakteristik tersebut maka tes yang dikembangkan

dapat dikatakan baik.

D. Penilaian Kualitas Instrumen Tes

Sebuah tes yang dapat dikatakan baik (berkualitas) sebagai alat pengukur

(instrumen tes) harus memenuhi persyaratan tes, yaitu memiliki:

1. Validitas

Validitas merupakan pertimbangan yang paling pokok di dalam

mengembangkan dan mengevaluasi tes. Proses pengvalidasian melibatkan

21 Ali Hamzah, Evaluasi Pembelajaran Matematika, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), h. 240

Page 48: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

35

pengumpulan bukti untuk menyediakan penjelasan ilmiah penafsiran skor yang

diusulkan. Jika skor tes digunakan atau ditafsirkan lebih dari satu, maka masing-

masing penafsiran harus divalidasikan.22

Istilah validitas merupakan sebuah kata benda, sedangkan valid merupakan

kata sifat. Jika data yang dihasilkan oleh instrumen benar dan valid sesuai kenyataan,

maka instrumen yang digunakan tersebut juga valid. Sebuah tes disebut valid apabila

tes ini dapat tepat mengukur apa yang hendak diukur.23

Ada tiga tipe utama validitas yaitu validitas isi, validitas relasi-kriteria, dan

validitas konstruk. 24

a. Validitas Isi

Valditas isi berkenaan dengan ketepatan alat evaluasi ditinjau dari segi materi

yang dievaluasi. Suatu alat evaluasi dikatakan memiliki validitas isi jika mengukur

tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang dievaluasi.

Validitas isi (content validity) menunjuk kepada sejauh mana tes yang merupakan

perangkat soal-soal sebagai stimuli, dilihat dari isinya mengukur atribut yang

dimaksudkan untuk diukur. Validitas isi ditentukan melalui pendapat professional

(professional judgenment) dalam proses telaah soal.

22 Suwarto, Pengembangan Tes Diagnostik dalam Pembelajaran, h. 94 23 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Cet Ke-11; Jakarta: PT. Bumi

Aksara, 2010), h. 59. 24 Nursalam, Pengukuran dalam Pendidikan, (Makassar: Alauddin University Press, 2012),

h. 88.

Page 49: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

36

b. Validitas kriteria

Validitas kriteria menghendaki tersedianya kriteria eksternal yang dapat

dijadikan dasar pengujian skor tes. Suatu kriteria adalah variabel perilaku yang akan

diprediksi oleh skor tes atau berupa suatu ukuran lain yang relevan.

c. Validitas konstruk

Kata konstruk secara etimologi berarti susunan, kerangka atau rekaan.

Konstruk adalah sesuatu yang berkaitan dengan fenomena obyek yang abstrak, tetapi

gejalanya dapat diamati dan diukur. Validitas konstruk mengandung arti bahwa suatu

alat ukur dikatakan valid apabila cocok dengan konstruksi teoritik di mana tes itu

dibuat. Pernyataan ini mengandung arti bahwa suatu alat ukur dikatakan memiliki

validitas konstruk jika soal-soalnya mengukur setiap aspek berpikir seperti yang

diuraikan dalam kompetensi inti, kompetensi dasar maupun indikator yang terdapat

dalam kurikulum. Dengan kata lain, validitas konstruk adalah pengujian validitas yang

dilakukan dengan melihat kesesuaian konstruk butir yang dibuat dengan kisi-kisinya.25

Dari penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa suatu tes yang akan

dipergunakan untuk mengumpulkan data terlebih dahulu harus diyakini bahwa telah

memiliki validitas yang baik. Hal tersebut diperlukan untuk memastikan adanya

kesesuaian antara tes dengan hasil yang ingin diukur, adapun tipe utama validitas yaitu

validitas isi, validitas kriteria dan validitas konstruk.

25 Sitti Mania, Evaluasi Pengajaran, (Makassar: Alauddin University Press, 2012), h. 166.

Page 50: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

37

2. Reliabilitas

Dalam buku Purwanto menurut Thorndike dan Hagen, reliabiltas

berhubungan dengan akurasi instrumen dalam mengukur apa yang hendak diukur,

kecermatan hasil ukur dan seberapa akurat seandainya dilakukan pengukuran ulang.

Menurut Hopkins dan Antes, menyatakan bahwa reliabilitas sebagai konsistensi

pengamatan yang diperoleh dari pencatatan berulang baik pada satu subjek maupun

sejumlah subjek. Kelinger memberikan beberapa alasan tentang reliabilitas:

a. Reliabilitas dicapai apabila kita mengukur himpunan objek yang sama berulang

kali denga instrumen yang sama atau serupa akan memberikan hasil yang sama

atau serupa,

b. Reliabilitas dicapai apabila ukuran yang diperoleh dari suatu instrumen pengukur

adalah ukuran “yang sebenarnya” untuk sifat yang diukur, dan keandalan dicapai

dengan meminimalkan galat pengukuran yang terdapat dalam suatu instrumen

pengukur.26

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa reliabilitas dicapai apabila

kita mengukur himpunan objek yang sama berulang kali denga instrumen yang sama

serta reliabilitas dicapai apabila ukuran yang diperoleh dari suatu instrumen pengukur

adalah ukuran yang sebenarnya untuk sifat yang diukur.

3. Objektivitas

Dalam pengertian sehari-hari telah dengan cepat diketahui bahwa objektif

berarti tidak adanya unsur pribadi yang mempengaruhi. Lawan dari objektif adalah

26 Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Cet.ke-4; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014), h. 154.

Page 51: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

38

subjektif, artinya terdapat unsur pribadi yang masuk mempengaruhi. Sebuah tes

dikatakan memiliki objektivitas apabila dalam melaksanakan tes itu tidak ada faktor

subjektif yang mempengaruhi. Hal ini terutama terjadi pada sistem skoringnya.

Apabila dikaitkan dengan reliabilitas maka objektivitas menekankan ketetapan

(consistency) pada sistem skoring. Sedangkan reliabilitas menekankan ketetapan

dalam hasil tes. Ada 2 faktor yang mempengaruhi subjektivitas dari suatu tes yaitu

bentuk tes dan penilain. 27

a. Bentuk Tes

Tes yang berbentuk uraian, akan memberi banyak kemungkinan kepada si penilai

untuk memberikan penilain menurut caranya sendiri. Dengan demikian maka hasil

dari seorang siswa yang mengejakan soal-soal dari sebuah tes, akan dapat berbeda

apabila dinilai oleh dua orang penilai. Itulah sebabnya pada waktu ini ada

kecenderungan penggunaan tes objektif diberbagai bidang. Untuk menghindari

masuknya unsur subjektivitas dari penilai, maka sistem skoringnya dapat

dilakukan dengan cara sebaik-baiknya, antara lain dengan membuat pedoman

skoring terlebih dahulu.

b. Penilai

Subjektivitas dari penilai akan dapat masuk secara agak leluasa terutama dalam tes

bentuk uraian. Faktor-faktor yang mempengaruhi subjektivitas antara lain : kesan

penilai terhadap siswa, tulisan, bahasa, waktu mengadakan penilaian, kelelahan,

dan sebagainya. Untuk menghindari atau mengurangi masuknya unsur

27 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, h. 60

Page 52: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

39

subjektivitas dalam pekerjaan penilain, maka penilaian atau evaluasi ini harus

dilaksanakan dengan mengikuti pedoman, yaitu evaluasi harus dilakukan secara

kontinu (terus-menerus) dan evaluasi harus dilakukan secara komprehensif

(menyeluruh).

4. Praktikabilitas

Sebuah tes dikatakan memiliki praktikabilitas yang tinggi apabila tes tersebut

bersifat praktis, mudah pengadministrasiannya. Tes yang praktis adalah tes yang :

a. Mudah dilaksanakan, misalnya tidak menuntut peralatan yang banyak dan

memberi kebebasan kepada siswa untuk mengerjakan terlebih dahulu bagian yang

dianggap mudah oleh siswa.

b. Mudah pemeriksaanya, artinya bahwa tes itu dilengkapi dengan kunci jawaban

maupun pedoman skoringnya. Untuk soal bentuk objektif, pemeriksaan akan lebih

mudah dilakukan jika dikerjakan oleh siswa dalam lembar jawaban.

c. Dilengkapi dengan petunjuk-petunjuk yang jelas sehingga dapat diberikan/diawali

oleh orang lain. 28

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa suatu tes dapat dikatakan

praktis apabila mudah dilaksanakan, mudah pemeriksaanya dan dilengkapi dengan

petunjuk-petunjuk yang jelas.

E. Pemahaman Konsep

Matematika memiliki peran penting dalam mengembangkan pola pikir dan

pemahaman siswa terhadap suatu permasalahan. Peran ini mewajibkan seorang guru

28 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, h. 62

Page 53: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

40

matematika memahami bahwa matematika bukan ilmu hafalan, melainkan ilmu yang

membutuhkan penguasaan dan pemahaman terhadap konsep dalam tiap jenjang

pendidikan. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi kesalahan pemahaman konsep

awal, karena akan berpengaruh dalam memahami konsep selanjutnya pada jenjang

yang lebih tinggi. Dengan demikian untuk meningkatkan keberhasilan belajar

matematika penguasaan konsep harus diperhatikan29

Seseorang dikatakan paham apabila ia dapat menjelaskan kembali apa yang

dipahaminya dengan menggunakan bahasanya sendiri. Pemahaman dalam

matematika erat kaitannya dengan konsep. Konsep merupakan dasar dari pembelajaran

matematika. Jika seorang siswa memahami konsep yang diajarkan kepadanya maka ia

akan mampu menjelaskan kembali konsep tersebut dengan bahasanya sendiri dan

mampu menyelesaikan permasalahan atau soal-soal yang berhubungan dengan konsep

tersebut. Bloom menyatakan bahwa pemahaman tidak hanya terbatas pada

kemampuan dalam mengingat sebuah fakta akan tetapi pemahaman memiliki makna

yang lebih luas yaitu kemampuan dalam menjelaskan, menerangkan, menafsirkan atau

kemampuan dalam menangkap sebuah makna atau arti dari suatu konsep yang

disajikan. Selain itu, konsep merupakan dasar bagi proses mental yang lebih tinggi

untuk merumuskan prinsip dan generalisasi. Untuk memecahkan masalah, seorang

siswa harus mengetahui aturan-aturan yang relevan dan aturan-aturan ini didasarkan

pada konsep-konsep yang diperolehnya. Carol berpendapat konsep merupakan suatu

29 Restu Fristady, “Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS terhadap

Pemahaman Konsep Matematis Siswa”, Jurnal Sarjana Pendidikan Matematika, Vol. 1 No. 1 (2016),

h. 2. http://jurnal.uinbanten.ac.id/index.php/article/download/4508.pdf (Diakses 28 Oktober 2017)

Page 54: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

41

abstraksi dari serangkaian pengalaman yang didefinisikan sebagai suatu kelompok

objek atau kejadian. Dengan demikian konsep-konsep itu sangat penting bagi manusia

dalam berpikir dan dalam belajar.30

Secara umum konsep dapat diartikan sebagai sifat atau hubungan yang umum

untuk sekelompok benda atau gagasan tertentu, sedangkan untuk konsep matematika

berkaitan dengan sekelompok gagasan yang digunakan untuk menjelaskan istilah

matematika. Konsep matematika adalah ide abstrak yang memungkinkan kita

mengklasifikasikan objek-objek dan peristiwa serta mengklasifikasikannya apakah

objek dan peristiwa itu termasuk atau tidak termasuk dalam ide abstrak tersebut. 31

Salah satu aspek yang terkandung dalam pembelajaran matematika adalah

konsep. Dahar menyebutkan, “Jika diibaratkan, konsep-konsep merupakan batu-batu

pembangunan dalam berpikir”. Akan sangat sulit bagi siswa untuk menuju ke proses

pembelajaran yang lebih tinggi jika belum memahami konsep. Oleh karena itu,

kemampuan pemahaman konsep matematis adalah salah satu tujuan penting dalam

pembelajaran matematika. Sebagai fasilitator di dalam pembelajaran, guru semestinya

memiliki pandangan bahwa materi-materi yang diajarkan kepada siswa bukan hanya

sebagai hafalan, namun lebih dari itu, yaitu memahami konsep yang diberikan. Dengan

30 Maifalinda Fatra, “Implementasi Pendekatan Matematika Realistik Menggunakan Bahan

Ajar Geometri Berbentuk Cerita terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep dan Pemecahan

Masalah Siswa”, Jurnal Penelitian Manajemen Pendidikan, Vol. 10 No.1 (2016), h. 113.

http://jurnal.uinbanten.ac.id/index.php/tanzhim/article/download/37/37/pdf (Diakses 23 Oktober

2017) 31 Kiswanto, Ulfiani Rahman dan Sri Sulasteri, “Deskripsi Pemahaman Konsep Materi

Geometri Ditinjau dari Kepribadian Sensing dan Intuition pada Siswa Kelas IX SMPN 33 Makassar”,

Jurnal MaPan: Matematika dan Pembelajaran, Vol. 3 No. 1 (2015), h. 45. http://journal.uin-

alauddin.ac.id/index.php/Mapan (Diakses 4 November 2017)

Page 55: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

42

memahami, siswa dapat lebih mengerti akan konsep materi pelajaran itu sendiri, bukan

hanya sekedar di hafal. 32

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa konsep merupakan

hasil atau kesimpulan yang dapat diambil dari serangkaian kejadian atau objek sebagai

sebuah generalisasi untuk kemudian dapat digunakan dalam masalah yang berbeda.

Pada pembelajaran matematika, pemahaman ditujukan terhadap konsep-

konsep matematika, sehingga lebih dikenal istilah pemahaman konsep matematika.

Pemahaman konsep matematika mempunyai beberapa tingkat kedalaman arti yang

berbeda-beda. Skemp membedakan dua jenis pemahaman konsep yaitu; pemahaman

instruksional (instructional understanding), yaitu pemahaman konsep atas konsep

yang saling terpisah dan hanya lafal rumus dalam perhitungan sederhana; pemahaman

relasional (relasional understanding), yaitu pemahaman yang termuat dalam suatu

skema atau struktur yang dapat digunakan pada penyelesaian masalah yang lebih luas.

Bloom membedakan bahwa ada tiga kategori pemahaman, yakni penerjemah

(translation), penafsiran (interpretation) dan ekstrapolasi (extrapolation).

Pemahaman konsep sangat penting, karena dengan penguasaan konsep akan

memudahkan siswa dalam mempelajari matematika. Pada setiap pembelajaran

diusahakan lebih ditekankan pada penguasaan konsep agar siswa memiliki bekal dasar

yang baik untuk mencapai kemampuan dasar yang lain seperti penalaran, komunikasi,

32 Angga Murizal, “Pemahaman Konsep Matematis dan Model Pembelajaran Quantum

Teaching”, Jurnal Program Pendidikan Matematika FMIPA UNP, Vol. 1 No.1 (2012), h. 19.

http://docplayer.info/38460320-Efektifitas-penggunaan-metode-pembelajaran-quantum-learning-

terhadap-kemampuan-pemahaman-konsep-matematis-mahasiswa.html (Diakses 22 Oktober 2017)

Page 56: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

43

koneksi dan pemecahan masalah. Penguasan konsep merupakan tingkatan hasil belajar

siswa sehingga dapat mendefinisikan atau menjelaskan sebagian atau mendefinisikan

bahan pelajaran dengan menggunakan kalimat sendiri. Dengan kemampuan siswa

menjelaskan atau mendefinisikan, maka siswa tersebut telah memahami konsep atau

prinsip dari suatu pelajaran meskipun penjelasan yang diberikan mempunyai susunan

kalimat yang tidak sama dengan konsep yang diberikan tetapi maksudnya sama.33

Pemahaman konsep matematis juga merupakan salah satu tujuan dari setiap

materi yang disampaikan oleh guru, sebab guru merupakan pembimbing siswa untuk

mencapai konsep yang diharapkan. Hal ini sesuai dengan Hudoyo yang menyatakan:

“Tujuan mengajar adalah agar pengetahuan yang disampaikan dapat dipahami peserta

didik“. Pendidikan yang baik adalah usaha yang berhasil membawa siswa kepada

tujuan yang ingin dicapai yaitu agar bahan yang disampaikan dipahami sepenuhnya

oleh siswa. Pemahaman merupakan terjemahan dari istilah understanding yang

diartikan sebagai penyerapan arti suatu materi yang dipelajari. Menurut Purwanto,

“pemahaman adalah tingkat kemampuan yang mengharapkan siswa mampu

memahami arti atau konsep, situasi serta fakta yang diketahuinya”. Untuk memahami

suatu objek secara mendalam, seseorang harus mengetahui: 1) objek itu sendiri; 2)

relasinya dengan objek lain yang sejenis; 3) relasinya dengan objek lain yang tidak

sejenis; 4) relasidual dengan objek lainnya yang sejenis; 5) relasi dengan objek dalam

33 Nuhyal Ulia, “Peningkatan Pemahaman Konsep Matematika Materi Bangun Datar

dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation dengan Pendekatan Saintifik di SD”,

Jurnal Program Pendidikan Matematika FKIP Universitas Islam Sultan Agung, Vol. 2 No. 1 (2016),

h. 57. http://jurnal.uinbanten.ac.id/index.php/tanzhim/article/download/371/pdf (Diakses 22 Oktober

2017)

Page 57: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

44

teori lainnya. Pemahaman konsep matematis penting untuk belajar matematika secara

bermakna, tentunya para guru mengharapkan pemahaman yang dicapai siswa tidak

terbatas pada pemahaman yang bersifat dapat menghubungkan. 34

Hal ini merupakan bagian yang paling penting dalam pembelajaran matematika

seperti yang dinyatakan Zulkardi bahwa ”mata pelajaran matematika menekankan

pada konsep”. Artinya dalam mempelajari matematika peserta didik harus memahami

konsep matematika terlebih dahulu agar dapat menyelesaikan soal-soal dan mampu

mengaplikasikan pembelajaran tersebut di dunia nyata dan mampu mengembangkan

kemampuan lain yang menjadi tujuan dari pembelajaran matematika.35

Pemahaman terhadap konsep-konsep matematika merupakan dasar untuk

belajar matematika secara bermakna. Namun pada kenyataannya banyak siswa yang

kesulitan dalam memahami konsep matematika. Pentingnya kemampuan pemahaman

konsep matematika juga dijelaskan dalam prinsip pembelajaran matematika yang

dinyatakan oleh National Counsil of Teaching Mathematics (NCTM) yaitu: “para

peserta didik harus belajar matematika dengan pemahaman, secara aktif membangun

pengetahuan baru dari pengalaman dan pengetahuan sebelumnya.” Prinsip ini

didasarkan pada ide bahwa belajar matematika dengan pemahaman adalah penting.

Belajar matematika tidak hanya memerlukan keterampilan menghitung tetapi juga

memerlukan kecakapan untuk berpikir dan beralasan secara matematis untuk

34 Angga Murizal, “Pemahaman Konsep Matematis dan Model Pembelajaran Quantum

Teaching”, h. 19 35 Angga Murizal, “Pemahaman Konsep Matematis dan Model Pembelajaran Quantum

Teaching”, h. 19

Page 58: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

45

menyelesaikan soal-soal baru dan mempelajari ide-ide baru yang akan dihadapi oleh

peserta didik di masa yang akan datang.36

Apalagi memaknai matematika dalam bentuk nyata. Untuk mengetahui

pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap konsep matematika menurut NCTM

(National Council of Teachers of Mathematics) dapat dilihat dari indikator

kemampuan siswa dalam:

1. Mendefinisikan konsep secara verbal dan tulisan

2. Mengidentifikasi dan membuat contoh dan bukan contoh

3. Menggunakan model, diagram dan simbol-simbol untuk merepresentasikan suatu

konsep

4. Mengubah suatu bentuk representasi ke bentuk lainnya

5. Mengenal berbagai makna dan interpretasi konsep

6. Mengidentifikasi sifat-sifat suatu konsep dan mengenal syarat yang menentukan

suatu konsep

7. Membandingkan dan membedakan konsep-konsep. 37

Sementara itu, beberapa ahli menggolongkan jenis-jenis kesalahan yang sering

dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal matematika diantaranya; salah dalam

menggunakan kaidah komputasi atau salah pemahaman konsep, kesalahan

penggunaan operasi hitung, algoritma yang tidak sempurna, serta mengerjakan dengan

36 Yunika Lestaria Ningsih, “Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Mahasiswa

Melalui Penerapan Lembar Aktivitas Mahasiswa (LAM) Berbasis Teori Apos Pada Materi Turunan”,

Jurnal Program Pendidikan Matematika Universitas PGRI Palembang, Vol. 6 No.1 (2016), h. 2.

https://online-journal.unja.ac.id/index.php/edumatica/article/view/2994 (Diakses 22 Oktober 2017) 37 Angga Murizal, “Pemahaman Konsep Matematis dan Model Pembelajaran Quantum

Teaching”, h. 20

Page 59: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

46

serampangan.38 Tinjauan tentang kesalahan-kesalahan siswa dalam menyelesaikan

beberapa soal matematika berkaitan dengan ketrampilan komputasi dan kesalahan

konsep matematika dapat dicermati pada beberapa contoh soal Tes Standar Tahun

2003 yang dilaksanakan di 10 propinsi yaitu Riau (Pekanbaru), Bali (Denpasar),

Bengkulu (Bengkulu), Jawa Barat (Bandung), Jawa Tengah (Semarang), Kalimantan

Barat (Pontianak), NTB (Matarasm), NTT (Kupang), Sulawesi Utara (Manado),

Sulawesi Tengah (Palu), Sulawesi Selatan (Makssar) oleh PPPG Matematika seperti

berikut ini:

a. Kesalahan Pemahaman Konsep dalam Aritmetika

Contoh : Soal No. 5 Tes Standar PPPG Matematika Yogyakarta tahun 2003

Gambar 2.1 Lembar Jawaban Siswa pada Tes Standar PPPG Matematika

Yogyakarta Tahun 200339

38 Rachmadi Widdiharto, “Diagnosis Kesulitan Belajar Matematika dan Alternatif Proses

Remedinya”, h. 41 39 Rachmadi Widdiharto, “Diagnosis Kesulitan Belajar Matematika dan Alternatif Proses

Remedinya”, h. 42

Page 60: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

47

Di antara 512 siswa SMP atau responden yang menjawab benar option B

hanyalah 7,33%, sebagian besar menjawab C ( 42,33%) sedangkan sisanya 21,33%

menjawab A; 3,33% menjawab D, dan 22,00% tidak menjawab atau dikosongkan.

Apabila kita cermati kesalahan yang paling banyak dilakukan oleh siswa adalah

kesalahan dalam hal kekurang pahaman kaidah komputasi aljabar. Siswa tidak

mengetahui syarat dan tidak mengetahui bahwa langkah pertama operasi penjumlahan

pecahan adalah menyamakan dahulu penyebutnya, kemudian baru menjumlahkan

komponen-komponen seletak yakni pembilang dengan pembilang. Langkah remidi

yang bisa dilakukan terhadap kesalahan sebagaimana yang dilakukan siswa di atas

adalah sebagai berikut :

1) Mengulang atau menjelaskan kembali syarat operasi penjumlahan/ pengurangan

pecahan yakni menyamakan dulu penyebutnya. Pengulangan bisa dilakukan

dimulai dengan penjumlahan/pengurangan pecahan dalam bentuk yang sederhana

misalnya : 2

3+

1

4 ,

4

5−

1

3 dan seterusnya

2) Untuk dapat menyamakan penyebut, diingatkan atau dijelaskan kembali dalam

menentukan KPK dari kedua penyebutnya. Misalnya pada penjumlahan KPK dari

3 dan 4 adalah 12. Setelah itu mulai dibuat variasi penyebut yang memuat variabel

misalnya

1

𝑥+

2

3𝑥 ,

3

𝑥2 +2

𝑥 dan seterusnya

3) Apabila bentuk penyebutnya memuat variabel seperti pada butir 4 di atas, siswa

diarahkan untuk mengulang kembali perkalian antara suku satu, suku dua, juga

pemfaktorannya. Untuk menyamakan penyebut x dan 3x digunakan penyebut 3x

Page 61: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

48

dalam operasi penjumlahannya, demikian juga untuk menyamakan penyebut x2

dengan 2x digunakan penyebut 2x2 dalam operasi penjumlahannya. Setelah

penyebutnya sama, siswa diingatkan tentang pecahan yang senilai atau sebanding.

Apabila penyebutnya telah sama dan pembilangnya sudah diubah menjadi pecahan

yang sebanding dengan nilai pecahan sebelumnya, maka penjumlahan dari dua

pecahan tersebut dapat dilakukan dengan menjumlahkan seperti pada operasi

bilangan bulat dengan elemenelemen yang seletak. Pembilang dijumlah dengan

pembilang, sementara penyebutnya telah sama yakni KPK dari penyebut

sebelumnya.

b. Kesalahan Pemahaman dalam Konsep Geometri

Contoh 1: Tes Standar No. 13 PPPG Matematika Yogyakarta tahun 2003

Gambar 2.2 Lembar Jawaban Siswa pada Tes Standar PPPG Matematika

Yogyakarta Tahun 200340

40 Rachmadi Widdiharto, “Diagnosis Kesulitan Belajar Matematika dan Alternatif Proses

Remedinya”, h. 43

Page 62: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

49

Sebagian besar responden sudah benar dalam menjawab (54%), tetapi ada

sekitar 23,4% siswa yang tidak mengisi, dan sisanya salah menjawab. Jika kita

perhatikan pekerjaan siswa di atas, maka siswa tersebut kurang paham dalam hal

kesebangunan bangun geometri, juga pemahaman tentang perbandingan. Kesalahan

ini tidak akan terjadi apabila siswa telah memahami bahwa apabila AB sejajar CD ,

dan TA = AC maka ΔTAB ∞ ΔTCD , sehingga diperoleh hubungan TA : TC = AB :

CD maka AB : CD = 1 : 2. Langkah remidi yang bisa dilakukan adalah sebagai berikut.

1) Diawali dengan mengulang kembali konsep kesebangunan yang sederhana dari

dua buah persegi panjang dengan melihat aspek sisinya maupun besar sudutnya,

2) Selanjutnya konsep tentang dua garis sejajar yang dipotong oleh sebuah garis lurus,

sudut sehadap, dan seterusnya,

3) Apabila dua hal pemahaman di atas sudah jelas maka diarahkan pada sebuah

segitiga seperti pada soal di atas yakni segitiga TCD dimana di tengah sisi TC ada

garis AB sejajar dengan sisi CD,

4) Kemudian siswa diminta untuk mengamati adanya dua buah segitiga yang

kongruen dengan memilih kaidah kekongruenan yang mana : ss, ss, ss ; ss, sd, ss;

atau sd, ss, sd.

5) Setelah itu guru membimbing untuk membandingkan sisi yang ditanyakan pada

soal yang dimaksud. 41

41 Rachmadi Widdiharto, “Diagnosis Kesulitan Belajar Matematika dan Alternatif Proses

Remedinya”, h. 44

Page 63: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

50

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemahaman

konsep matematis merupakan salah satu indikator pencapaian siswa memahami

konsep-konsep matematika yang telah dipelajari selama proses pembelajaran. Namun

sebagian besar siswa masih mengalami kesulitan dalam bermatematika, dan dari

contoh kasus (tes diagnostik) diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat berbagai tipe

kesalahan pemahaman konsep yang sering terjadi pada siswa seperti kesalahan

mengubah satuan, kesalahan menggunakan formula, kesalahan perhitungan ataupun

siswa tersebut memiliki konsep yang salah dari awal atau bisa dikatakan bahwa siswa

tersebut mengalami miskonsepsi.

Penting bagi guru untuk memiliki pengetahuan tentang kesalahan dan

miskonsepsi siswa, sehingga guru lebih fokus dalam proses pembelajaran dengan

menggunakan model, metode, strategi, atau pendekatan yang tepat. Hal tersebut

senada dengan Zevenbergen, Dole, Wright yang menjelaskan bahwa mengajar yang

baik melibatkan pengetahuan guru tentang pemikiran siswa terkait konsep matematika

dan mengetahui cara mengarahkan siswa ke arah konstruksi yang lebih kompleks,

lengkap, dan kuat dengan menggunakan kegiatan, kebiasaan, dan lingkungan belajar

yang terorganisir. Leinhardt, Zaslavsky, Stein mendefinisikan miskonsepsi sebagai

pemahaman yang salah dalam pengetahuan siswa yang terjadi secara berulang dan

eksplisit. Miskonsepsi siswa dalam pembelajaran matematika karena kurangnya

pemahaman konsep matematika.42

42 Rezky Agung Herutomo, “Analisis Kesalahan dan Miskonsepsi Siswa Kelas VIII pada

Materi Aljabar”, Jurnal Ilmu Pendidikan dan Pengajaran, Vol. 1 No.2 (2014), h. 135.

http://ejournal.sps.upi.edu/index.php/edusentris/article/viewFile/140/110 (Diakses 22 Oktober 2017)

Page 64: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

51

Miskonsepsi tersebut menimbulkan keprihatinan karena mengarah pada

pembentukan konsep dan generalisasi yang salah sehingga menghambat pembelajaran

matematika. Miskonsepsi berbeda dari kesalahan. Olivier menyatakan bahwa

kesalahan adalah jawaban yang salah karena perencanaan yang tidak tepat dan tidak

sistematis yang diterapkan dalam menyelesaikan permasalahan matematika,

sedangkan miskonsepsi adalah gejala struktur kognitif yang menyebabkan kesalahan.

Gagasan miskonsepsi merujuk pada garis pemikiran yang menyebabkan serangkaian

kesalahan yang dihasilkan dari kesalahan premis yang mendasari suatu konsep atau

proses tertentu, bukan kesalahan sporadis yang tidak sistematis. Oleh karena itu,

sumber kesalahan dalam matematika adalah miskonsepsi, meskipun ada sumber lain

yang menyebabkan terjadinya kesalahan seperti kecerobohan atau penggunaan bahasa

yang menyesatkan.43

Suparno menyatakan bahwa miskonsepsi sebagai pengertian yang tidak akurat

akan konsep, penggunaan konsep yang salah, klasifikasi contoh-contoh yang salah,

kekacauan konsep-konsep yang tidak benar. Miskonsepsi muncul jika hasil konstruksi

pengetahuan siswa tidak cocok dengan hasil konstruksi pengetahuan siswa tidak cocok

dengan hasil konstruksi pengetahuan para ilmuan. Menis & Frase menyatakan

miskonsepsi siswa dapat diartikan sebagai refleksi pemikiran siswa atau kegagalan

dalam menerapkan kurikulum. Modell, Michael, & Wenderoth menyatakan bahwa

43 Rezky Agung Herutomo, “Analisis Kesalahan dan Miskonsepsi Siswa Kelas VIII pada

Materi Aljabar”, h. 136

Page 65: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

52

miskonsepsi merupakan pemahaman suatu konsep atau prinsip yang tidak konsisten

dengan penafsiran atau pandangan yang berlaku umum tentang konsep tersebut.44

Pendapat Suparno dengan pendapat Modell, Michael, & Wenderoth sejalan

bahwa miskonsepsi ditinjau dari pemahaman konsep yang tidak konsisten dengan

pemahaman konsep yang berlaku umum (para ilmuan). Menis & Frase memandang

miskonsepsi yang ada pada siswa merupakan kegagalan siswa dalam menerapkan

konsep dari kurikulum.45

Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa miskonsepsi adalah

konsepsi siswa yang tidak cocok dengan konsepsi para ilmuan. Konsepsi tersebut pada

umunya dibangun berdasarkan akal sehat (common sense) atau dibangun secara intiutif

dalam upaya memberi makna terhadap dunia pengalaman mereka sehari-hari dan

hanya merupakan eksplanasi pragmatis terhadap dunia realita.

F. Kajian Penelitian yang Relevan

Ada beberapa penelitian terdahulu yang dilakukan beberapa peneliti antara lain :

1. Dwi Susanti dkk (2014), dalam jurnal penelitian yang berjudul “Penyusunan

Instrumen Tes Diagnostik Miskonsepsi Fisika SMA Kelas XI pada Materi Usaha

dan Energi” Dalam Penelitian ini bertujuan untuk menyusun instrumen tes

diagnostik yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi miskonsepsi dalam

pembelajaran Fisika siswa kelas XI SMA pada materi Usaha dan Energi. Hasil

dari penelitiannya menunjukkan bahwa instrumen tes diagnostik yang telah

44 Suwarto, Pengembangan Tes Diagnostik dalam Pembelajaran, h. 76 45 Suwarto, “Pengembangan Tes Diagnostik dalam Pembelajaran”, h. 76-77

Page 66: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

53

disusun sesuai dengan kompetensi dasar yang telah ditentukan mampu

mengklasifikasikan tingkat pemahaman siswa, serta dapat dikatakan bahwa

instrumen soal telah memenuhi kriteria tes yang baik yaitu valid, relevan, spesifik,

representatif, seimbang, sensitif, fair, dan efisien..

2. Wiwi Siswaningsih, Dkk. (2015) dalam jurnal berjudul “Pengembangan Tes

Diagnostik Two-Tier berbasis Piktorial untuk mengidentifikasi Miskonsepsi

Siswa pada Materi Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit”. Penelitian ini bertujuan

untuk mengembangkan tes diagnostik two-tier berbasis piktorial yang dapat

mengidentifikasi miskonsepsi siswa pada materi larutan elektrolit dan

nonelektrolit, atau disebut Tes Diagnostik Miskonsepsi Larutan Elektrolit dan

Nonelektrolit (TDM-LENON).

3. Resti Nirmala Asih (2011), dalam skripsi berjudul “Pengembangan Instrumen Tes

Diagnostik Matematika Materi Pokok Segiempat untuk Siswa Kelas VII Semester

2 SMP Negeri di Ungaran” Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah melalui

proses analisis pakar dan analisis hasil uji coba, diperoleh 27 butir soal pilihan

ganda dan 4 butir soal uraian yang dirakit menjadi sebuah instrumen tes diagnostik

yang baik. Analisis kesulitan belajar siswa berdasarkan pendekatan pencapaian

pengajaran menghasilkan presentase skor siswa sebesar 31.10% siswa masih

mengalami kesulitan belajar. Dapat disimpulkan bahwa secara umum siswa masih

mengalami kesulitan belajar pada materi pokok segiempat hampir di setiap

pendekatan yang digunakan.

Page 67: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

54

4. Irzani (2011), dalam jurnal penelitian yang berjudul “Pengembangan Tes

Diagnostik Kesulitan Belajar Matematika di SMA” penelitian ini bertujuan untuk

menemukan model tes diagnostik kesulitan belajar matematika siswa SMA

meliputi kesulitan konsep bilangan, aljabar dan geometri dari hasil penelitiannya

menunjukkan bahwa kesulitan belajar matematika siswa di SMA dapat

disebabkan oleh kesulitan belajar yang dialami pada jenjang SD dan SMP.

5. Cengiz Tusyuz (2009) dalam jurnal yang berjudul “Development of two-tier

diagnostic instrumen and assess students’ understanding in chemistry”, Hasil

Penelitian menunjukkan bahwa uji dua tingkat efektif dalam menentukan

kesalahpahaman siswa dan juga dapat digunakan sebagai alternatif untuk tes

pilihan ganda tradisional untuk penilaian dan evaluasi alternatif prestasi siswa.

G. Kerangka Pikir

Pembelajaran matematika di Madrasah Aliyah Negeri 1 Makassar

Masalah yang ditemukan

Siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi matematik wajib utamanya

pada pokok bahasan program linear, matriks dan transformasi geometri yang

diaplikasikan kedalam soal cerita dan ketika diberikan soal untuk soal yang

sama persis dengan contoh yang telah dijelaskan guru, beberapa siswa mampu

mengerjakannya. Namun ketika soalnya dikembangkan, rata-rata siswa tidak ada

yang mampu mengerjakannya karena mereka kesulitan dalam memahami

konsep matriks dan seringkali terdapat kesalahan pemahaman konsep pada siswa

yang mengakibatkan ketika mengerjakan soal, siswa tersebut tidak menemukan

hasil sebab konsep dari awalnya yang sudah salah.

Page 68: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

55

Solusi

Mengembangkan instrument tes yang dapat mengidentifikasi kemungkinan

miskonsepsi yang dialami siswa yang gagal tersebut untuk kemudian

ditindaklanjuti sebagai upaya untuk memperbaiki proses pembelajaran ke

depannya, yaitu melalui tes diagnostik. Tes diagnostik yang dapat digunakan salah

satunya adalah tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat

Dengan harapan

Agar tidak banyak lagi siswa yang gagal dalam mempelajari matematika dan

tentunya agar matematika tidak lagi menjadi momok bagi mereka, serta dapat

memperbaiki kesalahan pemahaman konsep (miskonsepsi) pada diri siswa agar

tidak hanya memiliki hasil belajar yang baik akan tetapi betul-betul memahami

konsepnya dan menerapkannya.

Namun, selama ini tes yang dilaksanakan atau soal yang diberikan oleh sebagian

guru hanya terpaku pada hasil belajar siswa, tanpa mencari tahu kesulitan belajar

yang dialami siswa-nya.

akibatnya

Jika siswa secara terus-menerus memiliki konsep-konsep yang tidak tepat, maka

akan menimbulkan masalah belajar di masa yang akan datang. Salah satu masalah

yang akan timbul adalah terjadinya kesalahan pemahaman konsep (miskonsepsi)

pada diri siswa

Page 69: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

56

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

Pengembangan (Research and Development). Model pengembangan yang digunakan

adalah model pengembangan tipe formative research Tessmer (1993). Penelitian ini

terdiri dari 2 tahapan yaitu self evaluation dan tahap formative evalution

(prototyping) yang meliputi expert reviews dan one-to-one (low resistance to

revision) dan small group serta field test (high resistance in revision).

B. Prosedur Pengembangan

Model pengembangan yang digunakan pada penelitian ini adalah model

yang dikemukakan oleh Tessmer yang terdiri dari beberapa tahap. Secara ringkas

prosedur penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1 di bawah ini:

Gambar 3.1 Alur Pengembangan Tessmer (1993) 1

1 Faridah Nursyahidah, “Research and Development”, (Artikel, 2015), h. 26.

https://faridanursyahidah.files.wordpress.com/2012/06/research-and-development-vs-development-

research.pdf (Diakses 15 Januari 2017)

High resistance to

revision

Self

Evaluation

Expert

Reviews

revise

One-to-one

Small

Group

Field

Test

reviserevise

Low resistance to

revision

Page 70: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

57

1. Tahap Preliminary

Pada tahap Preliminary akan dilakukan pengkajian terhadap beberapa sumber

referensi yang berkaitan dengan penelitian ini. Setelah beberapa teori dan informasi

sudah terkumpul, akan dilakukan kegiatan penentuan tempat dan subjek uji coba

dengan cara menghubungi kepala sekolah dan guru mata pelajaran matematika di

sekolah yang akan dijadikan lokasi uji coba serta melakukan wawancara terhadap

guru matematika mengenai kegiatan pembelajaran matematika dengan Kurikulum

2013, penggunaan soal-soal tes diagnostik serta wawancara tentang mengidentifikasi

tingkat pemahaman konsep siswa di sekolah tersebut.2

2. Tahap Self Evaluation

Pada tahap self evaluation dilakukan penilaian oleh diri sendiri terhadap

desain instrumen tes diagnostik yang akan dibuat oleh peneliti. Tahap ini meliputi:

a) Analisis Kurikulum

Pada langkah ini dilakukan telaah terhadap kurikulum matematika, literatur, dan

tantangan serta tuntutan masa depan, sehingga diperoleh instrumen tes yang dapat

mengidentifikasi pemahaman konsep siswa.

b) Analisis Siswa

Kegiatan yang dilakukan pada langkah ini adalah menggali informasi tentang

jumlah siswa dan karakteristik siswa yang sesuai dengan rancangan dan

2 Jurnaidi dan Zulkardi, “Pengembangan Soal Model PISA pada Konten Change and

Relationship untuk Mengetahui Kemampuan Penalaran Matematis Siswa Sekolah Menengah

Pertama”, Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 7 No. 2, (Juli 2013), h. 43.

ejournal.unsri.ac.id/index.php/jpm/article/view/pdf (Diakses 23 Oktober 2017)

Page 71: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

58

pengembangan instrumen tes. Karakteristik ini meliputi latar belakang pengetahuan,

dan perkembangan kognitif siswa yang akan di uji coba.

c) Analisis Materi

Kegiatan analisis materi ditujukan untuk mengidentifikasi, merinci, dan

menyusun secara sistematis materi-materi utama yang akan dipelajari siswa

berdasarkan analisis kurikulum. Analisis ini membantu dalam mengidentifikasi

materi-materi utama yang digunakan sebagai rambu-rambu pengembangan instrumen

tes.

d) Desain

Kegiatan yang dilakukan pada tahap desain ini, peneliti mendesain kisi-kisi soal

pada instrumen tes, soal-soal instrumen tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat dan

kunci jawaban instrumen tes. Desain produk ini sebagai prototype. Masing-masing

prototype fokus pada tiga karakteristik yaitu: konten, konstruksi dan bahasa. Uraian

ketiga karakteristik tersebut dapat dilihat pada tabel 3.1.

Tabel 3.1 Karakterisitik yang Menjadi Fokus Prototype

Konten

Kesesuaian dengan materi matematika wajib yaitu program

linear, matriks dan transformasi geometri

Kejelasan maksud soal

Soal sesuai dengan indikator pengetahuan dan pemahaman

konsep siswa (menurut tes tertulis bentuk pilihan ganda

Page 72: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

59

dua tingkat)

Materi yang ditanyakan sesuai dengan kompetensi

Konstruk

Soal Sesuai dengan teori yang mendukung dari kriteria :

Ada petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan soal

Mengembangkan kemampuan memahami konsep

Sesuai dengan level siswa kelas XII.

Terdapat pedoman penskoran

Bahasa

Sesuai dengan EYD

Soal tidak mengandung penafsiran ganda

Kalimat soal komutatif, menggunakan bahasa yang

sederhana, dan mudah dipahami siswa.

3. Tahap Prototyping (Validasi, Evaluasi, dan Revisi)

Pada tahap ini produk yang telah dibuat atau didesain akan dievaluasi. Tahap

evaluasi ini produk akan diuji cobakan dalam 3 kelompok, yaitu Expert Review,

One-to-one dan small group. Hasil desain pada prototype pertama yang

dikembangkan atas dasar self evaluation diberikan pada pakar (Expert Review) dan

siswa (One-to-one) serta small group secara parallel. Dari hasil ketiganya dijadikan

bahan revisi.

Page 73: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

60

a) Pakar (Expert Review)

Expert Review adalah teknik untuk memperoleh masukan atau saran dari

para ahli untuk penyempurnaan instrumen tes. Pada tahap uji coba pakar (expert

review) disini atau biasanya disebut uji validitas, produk yang telah didesain akan

dicermati, dinilai dan dievaluasi oleh pakar atau ahli. Para pakar atau validator akan

menelaah konten, konstruks dan bahasa dari masing-masing prototype. Validator

pada penelitian ini terdiri dari tiga orang yaitu dua dosen pendidikan matematika dan

satu guru bidang studi matematika di tempat uji coba yang kemudian memberikan

penilaian berdasarkan instrumen yang diberikan oleh peneliti.

Pada tahap ini, tanggapan dan saran dari para validator tentang desain yang

telah dibuat ditulis pada lembar validasi sebagai bahan merevisi dan menyatakan

bahwa instrumen tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat tersebut telah valid.

b) One-to-one

Pada tahap ini, peneliti meminta 3 orang siswa sebagai tester untuk

menjawab tes yang telah didesain. Tiga orang siswa ini terdiri dari siswa yang

memiliki kemapuan tinggi, kemampuan sedang dan siswa dengan kemampuan

rendah. Ketiga siswa tersebut diminta komentar tentang soal yang telah dikerjakan.

Komentar yang diperoleh digunakan untuk merevisi desain instrumen tes yang telah

dibuat. Hasil dari one-to-one ini adalah prototype II.

c) Kelompok kecil (Small Group)

Hasil revisi dari expert review dan one-to-one dijadikan dasar untuk

merevisi prototype I menjadi desain prototype II. Kemudian hasilnya diuji cobakan

Page 74: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

61

pada small group (6 orang siswa sebaya non subjek penelitian). Karakteristik siswa

terdiri dari dua siswa dengan kemampuan tinggi, dua siswa dengan kemampuan

sedang dan dua siswa dengan kemampuan rendah. Berdasarkan hasil tes dan

komentar siswa inilah produk direvisi dan diperbaiki. Hasil dari tahap ini diharapkan

menghasilkan instrumen tes yang mampu mengidentifikasi pemahaman konsep

siswa. Desain instrumen tes yang direvisi setelah tahap ini disebut prototype III.

4. Tahap Field Test (Uji Coba Lapangan)

Pada tahap ini komentar atau saran-saran serta hasil uji coba pada Small Group

dijadikan dasar untuk merevisi desain prototype III. Hasil revisi diuji cobakan ke

subjek penelitian dalam hal ini sebagai field test. Uji coba pada tahap ini produk yang

telah direvisi tadi diuji cobakan kepada siswa kelas XII MIA 1 MAN 1 Makassar

yang menjadi subjek uji coba penelitian.

C. Desain dan Uji Coba Produk

1. Desain Uji Coba

Desain uji coba Instrumen tes diagnostik untuk mengidentifikasi tingkat

pemahaman konsep siswa pada materi matematika wajib siswa.

Gambar 3.2 : Diagram Alur Pengembangan Instrumen Tes Model Tessmer

Self

Evaluation

Expert

Review

Prototype I

One-

to-one

Prototype II Small

Group Prototype III Field test

Tes baik

dan

reliabel

Prototype

Final

Tidak

Ya

revisi

revisi revisi

Low resistance to revision High resistance to revision

Page 75: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

62

2 Subjek Uji Coba

Subjek uji coba yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII

MIA 1 MAN 1 Makassar pada semester ganjil tahun ajaran 2017/2018.

3. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

a. Teknik Pengumpulan Data

Pada bagian ini akan dijelaskan teknik atau cara memperoleh data dari

setiap instrumen yang telah diuraikan diatas. Teknik pengumpulan data adalah cara-

cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Cara

memperoleh data penelitian ini adalah menggunakan tes dan angket.

1) Tes

Tes yang akan diberikan merupakan soal-soal tes diagnostik pada pokok bahasan

program linear, matriks dan transformasi geometri. Tes diberikan kepada siswa

MAN 1 Makassar. Instrumen tes digunakan untuk memperoleh data tentang

pemahaman konsep matematika siswa. Instrumen tes terdiri dari soal-soal

matematika wajib berbentuk pilihan ganda dua tingkat yang mengacu pada indikator

kemampuan memahami konsep matematika.

2) Angket

Angket atau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk

memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal

yang ia ketahui. Angket yang digunakan pada penelitian ini adalah lembar validasi

tes dan angket respon siswa mengenai tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat untuk

mengidentifikasi tingkat pemahaman konsep.

Page 76: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

63

Validasi dilakukan berdasarkan validasi konten dan konstruksi serta bahasa,

dengan meminta pertimbangan dan penilaian dari tiga validator yaitu ahli

matematika dan guru. Penilaian tersebut diberikan pada instrumen lembar validasi

instrumen tes diagnostik untuk mengidentifikasi pemahaman konsep matematika

siswa.

Pada angket respon siswa tentang instrumen tes diagnostik, siswa menuliskan

komentar-komentarnya terhadap instrumen tes yang dikerjakannya. Komentar dari

siswa digunakan sebagai saran untuk revisi atau perbaikan desain instrumen tes.

b. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1) Instrumen Tes

Instrumen tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat dalam penelitian ini

menggunakan soal-soal matematika matematika wajib. Tes yang diujikan dalam

bentuk pilihan ganda dua tingkat yang disesuaikan dengan indikator kemampuan

memahami konsep matematika.

2) Lembar Validasi

Lembar validasi instrumen tes juga merupakan instrumen penelitian. Lembar

validasi instrumen tes diarahkan pada validasi konten, validasi konstruk, kesesuaian

bahasa yang digunakan, alokasi waktu yang diberikan dan petunjuk pada soal.

Page 77: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

64

3) Angket

Angket digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang respon siswa terhadap

instrumen tes untuk mengidentifikasi pemahaman konsep siswa. Siswa diminta

mengisi angket sesuai pendapat atau komentar mereka mengenai soal-soal yang telah

mereka kerjakan.

D. Teknik Analisis Data

Teknik analisis yang digunakan dibagi menjadi tiga tahapan yaitu : analisa

pemilihan kelas pengembangan soal, analisa instrumen pengembangan soal dan

analisa produk akhir dalam bentuk penghitungan validitas, reliabilitas, daya

pembeda, tingkat kesukaran, efektivitas opsi pengecoh dan tingkat pemahaman

siswa.

1. Analisis Validitas Isi Instrumen Tes Diagnostik Pilihan Ganda Dua

Tingkat

a) content Validaty Ratio (CVR)

Menurut lawshe, CVR merupakan sebuah pendekatan validitas isi untuk

mengetahui kesesuaian item degan domain yang diukur berdasarkan judgment para

ahli. Validasi melibatkan dua orang dosen pendidikan matematika dan satu guru

mata pelajaran. Untuk mengukur content Validaty Ratio (CVR), validator diminta

untuk memeriksa setiap komponen pada instrumen tes. Masukan para ahli ini

kemudian digunakan untuk menghitung content Validaty Ratio (CVR) Untuk setiap

komponen. Hasil validasi dari seluruh validator dianalisa dengan cara:

Page 78: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

65

1. Kriteria Penilaian Tanggapan

Pemberian skor pada tanggapan validator memiliki kriteria sebagi berikut:

Tabel 3.2 Kriteria Penilaian Tanggapan Validator

Kriteria Skor

Ya (√) 1

Tidak (X) 0

2. Menghitung nilai content Validaty Ratio (CVR)

Menghitung CVR digunakan persamaan sebagai berikut :

2

2N

Nn

CVRe

Keterangan :

CVR : nilai validitas isi soal

ne : jumlah responden yang menyatakan Ya

N : total responden

Ketentuan:

1. Saat kurang ½ total respon yang menyatakan Ya maka nilai CVR = -

2. Saat kurang ½ dari total responden menyatakan Ya maka nilai CVR = 0

3. Saat seluruh responden menyatakan Ya maka nilai CVR =1 (hal ini diatur

atau disesuaikan dengan jumlah responden)

Page 79: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

66

4. Saat jumlah responden yang menyatakan Ya lebih dari ½ total responden

maka nilai CVR = 0- 0.99

Dari hasil CVR dapat ditentukan bahwa butir soal direvisi atau tidak. Dimana

instrumen tes valid jika tiap soal mempunyai CVR ≥0,99, hal ini sesuai dengan tabel

CVR kritis Lawshe, jika menggunakan panelis/validator yang lebih sedikit dari 7

maka nilai minum CVR adalah 0,99.3

b) content Validaty Index (CVI)

setelah mengidentifikasi setiap sub pertanyaan pada instrumen tes dengan

menggunakan CVR, CVI digunakan untuk menghitung keseluruhan jumlah sub

pertanyaan. Secara sederhana CVI merupakan rata-rata dari nilai CVR untuk tiap

komponen soal yang dijawab Ya. CVI didapat dengan persmaan: 4

𝐶𝑉𝐼 =∑ 𝐶𝑉𝑅

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑜𝑎𝑙

Hasil perhitungan CVI adalah berupa rasio 0-1. Angka tersebut data dikategorikan

sebagai berikut:

Tabel 3.3 Kategori Hasil Perhitungan CVI5

Rentang Kategori

0-0,33 Tidak sesuai

3 S Lawshe, C. H. A “Quantitative Approach To Content Validity”, Jurnal Personnel

psychology, Vol 28, no.4, (1975), h. 568. 4 Septian Jauhariansyah, “Pengembangan Dan Penggunaan Tes Diagnostik Pilihan Ganda

Dua Tingkat (Two Tier Multiple Choice) Untuk Mengungkap Pemahaman Siswa Kelas X Pada

Materi Konsep Redoks Dan Larutan Elektrolit”, h. 28. 5 Widya Nurfebriani, “Kontruksi Buku Ajar Interaksi Antar Molekul Menggunakan Konteks

Inkjet Printer Untuk Mencapai Literasi Sain Siswa SMA”, Skripsi (Bandung: Fak. Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, 2013), h. 43.

Page 80: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

67

0,34 – 0.,67 Sesuai

0,68 – 1 Sangat sesuai

2. Analisis Angket Respon Siswa

Dalam Abdul Majid data respon siswa diperoleh melalui instrumen angkat

respon siswa, dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1) Menghitung banyak siswa yang memberi respon positif terhadap pernyataan dari

setiap aspek, dengan kategori “negatif” yaitu kriteria 1 dan 2 dan kategori

“positif” yaitu kriteria 3 dan 4.

2) Menentukan kategori untuk respon positif dengan ccara mencocokkan hasil

persentase dengan kriteria yang ditetapkan. Jika hasil analisis menunjukkan

bahwa respon siswa belum positif, maka dilakukan revisi terhadap proses terkait

dengan aspek-aspek yang nilainya kurang.

3) Jika hasil analisis menunjukkan bahwa respon siswa belum positif, maka

dilakukan revisi terhadap instrumen tes yang dikembangkan. 6

Penentuan presentase jawaban siswa untuk masing-masing item pertanyaan

dalam angket digunakan rumus sebagai berikut:7

𝑃 =𝑓

𝑛× 100

6 Abdul Majid, “Pengembangan Modul Matematika pada Materi Garis dan Sudut Setting

Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) untuk Siswa Kelas VII SMP”, Jurnal

Pendidikan Matematika UNM, ( 2014), h.81. 7 Karunia Eka Lestari dan Mohammad Ridwan Yudhanegara, Penelitian Pendidikan

Matematika (Cet. I Bandung: PT Refika Aditama, 2015) h. 324-325.

Page 81: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

68

Keterangan:

P = presentase jawaban

f = frekuensi jawaban

n = banyak responden

Tabel 3.4 Kriteria Penafsiran Persentase Angket Respon Siswa

No. Kriteria Penafsiran

1 P = 0% Tak seorangpun

2 0% < P < 25% Sebagian kecil

3 25% ≤ P < 50% Hampir setengahnya

4 P = 50% Setengahnya

5 50% < P < 75% Sebagian besar

Kriteria yang di tetapkan untuk menyatakan bahwa para siswa memiliki

respon positif adalah P > 50% berdasarkan hasil dari item pertanyaan atau

pernyataan yang ada pada setiap aspek.

3. Analisis Reliabilitas Instrumen Tes Diagnostik Pilihan Ganda Dua

Tingkat

Reliabeilitas artinya tes tersebut dapat dipercaya. Suatu tes dikatakan dapat

dipercaya jika memberikan hasil yang tetap apabila diteskan berkali-kali, sebuah tes

dapat dikatakan reliabel apabila hasil-hasil tes tersebut menunjukkan ketetapan.8

Menurut Sudjana dalam Tukiran, reliabilitas alat penilaian adalah ketetapan alat

8 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Cet Ke-11; Jakarta: PT. Bumi

Aksara, 2010), h. 74

Page 82: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

69

tersebut dalam menilai apa yang dinilainya. Artinya kapanpun penilaian tersebut

akan digunakan akan memberikan hasil yang relatif sama. Adapun untuk menghitung

reliabilitas dari instrumen tes pemecahan masalah yaitu dapat dihitung dengan

menggunakan aplikasi SPSS atau dengan melihat rumus sebagai berikut 9

𝜎𝑡2 =

(∑ 𝑋2 ) − (∑ 𝑋)2

𝑁

𝑁

Keterangan:

𝜎𝑡2 = varians total

𝑁 = jumlah peserta tes

𝑋 = skor total

𝑟11=(

𝑛

(𝑛−1))(1−

∑ 𝜎𝑖2

(𝜎𝑡2)

)

Keterangan:

𝑟11 = reliabilitas yang dicari

∑ 𝜎𝑖2 = jumlah varians skor tiap-tiap item

𝜎𝑡2 = varians totat

Tabel 3.5 Kriteria Reliabilitas Soal10

Koefisien Korelasi Kriteria

0,81 – 1,00 Sangat tinggi

0,61 – 0,80 Tinggi

9 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. h. 122. 10 Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2013), h. 259

Page 83: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

70

0,41 – 0,60 Cukup

0,21 – 0,40 Rendah

0,00 – 0,20 Sangat rendah

4. Analisis Tingkat Kesukaran Instrumen Tes Diagnostik Pilihan Ganda

Dua Tingkat

Tingkat kesukaran soal merupakan salah satu indikator yang dapat

menunjukkan kualitas butir soal tersebut apakah termasuk sukar, sedang atau mudah.

Suatu soal dikatakan mudah bila sesbagian besar siswa dapat menjawabnya dengan

benar dan suatu soal dikatakan sukar bila sebagaian besar siswa tidak dapat

menjawabnya dengan benar.11

Tingat kesukaran diperoleh dari menghitung persentase siswa yang dapat

menjawab benar soal tersebut. Semakin banyak siswa yang dapat menjawab benar

suatu soal semakin mudah soal itu. Sebaliknya semakin banyak siswa yang tidak

dapat menjawab soal maka semakin sukar soal itu. Tingkat kesukaran dihitung

melalui indeks kesukaran difficculty index yaitu angka yang menunjukkan proporsi

siswa yang menjawab benar soal tersebut. Semakin tinggi angka indeks kesukaran

semakin mudah soal tersebut. Sebaliknya semakin kecil angka indeks kesukaran

semakin sukar soal tersebut. Indeks kesukaran disingkat D.12 Menurut Ali Hamzah

11 Ali Hamzah, Evaluasi Pembelajaran Matematika, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), h.

244. 12 Ali Hamzah, Evaluasi Pembelajaran Matematika, h. 244.

Page 84: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

71

dalam buku Evaluasi pembelajaran matematika langkah-langkah mencari besarnya

tingkat kesukaran tiap soal adalah sebagai berikut:

a. Susunlah lembar jawaban berurutan mulai yang mendapat skor paling tinggi

sampai dengan yang paling rendah

b. Membuat dua kelompok dari lembar jawaban itu yakni satu kelompok mulai dari

skor tertinggi dan satu kelompok mulai dari skor ter-rendah. Ini dilakukan bila

jumlah soal ≤ 100 buah. Kalau jumlah soal > dari 100 maka diambil 27%

kelompok atas dan 27% kelompok bawah.

c. Untuk setiap soal hitunglah jumlah siswa yang memilih tiap alternatif jawaban

yang ada. Dengan demikian, untuk soal bentuk benar salah atau bentuk soal

melengkapi/isian (jawaban singkat, seperti soal pilihan ganda) cukuplah

menghitung jumlah siswa yang menjawab benar soal tersebut.

d. Untuk setiap soal hitungah jumlah siswa dalam tiap kelompok yang menjawab

betul soal tersebut. Caranya ialah menjumlahkan kedua angka di bawah kunci

jawaban yaitu kemungkinan jawaban yang diberi tanda bintang. 13

Rumus untuk menghitung indeks kesukaran yaitu:

𝐷 =𝐵

𝐽𝑠

Keterangan:

D = indeks kesukaran soal yang dicari

B = jumlah jawaban betul

13 Ali Hamzah, Evaluasi Pembelajaran Matematika, h. 244.

Page 85: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

72

Js = jumlah semua lembar jawab

Dari indeks kesukaran tiap soal itu dapat dihitung indeks kesukaran seluruh

tes. Caranya ialah dengan menjumlahkan semua indeks dari soal-soal yang dipakai

untuk analisis soal dibagi jumlah semua lembar jawaban (jumlah lembar jawaban

kelompok atas ditambah jumlah lembar jawaban kelompok bawah).14

Ada juga yang mengistilahkan indeks kesukaran dengan istilah taraf

kesukaran. Taraf kesukaran tes adalah kemampuan tes tersebut dalam menjaring

banyaknya subjek peserta tes yang dapat mengerjakan dengan betul. Rumus yang

dikembangkan Suharsimi Arikunto tentang taraf kesukaran suatu soal hanya berbeda

dalam istilahnya saja.15

𝑃 =𝐵

𝐽

Di mana:

P = taraf kesukaran

B = banyak subjek yang menjawab betul

J = banyak subjek yang mengikuti tes

Tolak ukur yang menginterpretasikan taraf kesukaran tiap butir soal

digunakan kriteria sebagai berikut:

14 Ali Hamzah, Evaluasi Pembelajaran Matematika, h. 246. 15 Ali Hamzah, Evaluasi Pembelajaran Matematika, h. 246.

Page 86: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

73

Tabel 3.6 Klasifikasi Interpretasi Tingkat Kesukaran16

Nilai P Interpretasi

P = 0,00

0,00 < P < 0,30

0,30 < P < 0,70

0,70 < P < 1,00

P = 1,00

Sangat sukar

Sukar

Sedang

Mudah

Sangat mudah

5. Analisis Daya Pembeda Instrumen Tes Diagnostik Pilihan Ganda Dua

Tingkat

Daya beda butir soal yaitu butir soal tersebut dapat membedakan kemampuan

individu peserta didik. Karena butir soal yang di dukung oleh potensi daya beda yang

baik akan mampu membedakan peserta didik yang memiliki kemampuan tinggi atau

pandai dengan peserta didik yang memiliki kemampuan rendah atau kurang pandai.17

Dalam penyusunan butir soal seperti tes sebaiknya ada sifat yang

menunjukkan kualitasnya sehingga:

a. Tidak dapat dijawab benar baik oleh siswa kelompok atas maupun siswa

kelompok bawah

b. Dapat dijawab benar oleh siswa kelomok atas tetapi tidak bisa dijawab oleh siswa

kelompok bawah

16 Ali Hamzah, Evaluasi Pembelajaran Matematika, h. 246. 17 Ali Hamzah, Evaluasi Pembelajaran Matematika, h. 240.

Page 87: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

74

c. Dapat dijawab benar oleh siswa kelompok maupun siswa kelompok bawah. 18

Apabila nomor 1 dan 2 terjadi maka dikatakan soal mempunyai daya

pembeda artinya, butir soal itu dapat membedakan antara siswa yang pandai dengan

siswa yang kurang pandai. Penggunaan indeks daya pembeda untuk menyeleksi soal

pun tidak dapat diterima sepenuhnya.

Konsep daya pembeda mengharuskan ada siswa yang menjawab salah soal

tersebut. Konsekuensinya soal-soal yang mudah dinilai sebagai soal-soal yang tidak

baik. Kita ketahui soal yang dijawab benar oleh siswa belum tentu soal yang tidak

baik malah justru sebaliknya yang sering terjadi. Karena materi untuk soal-soal

seperti itu dinilai esensial guru mengajarkannya sedemikian sampai semua siswa

mengerti. Penguasaan materi membuat semua siswa dapat mejawab soal tersebut,

sehingga menjadi dasar penilaian soal itu memunyai tingkat kesukaran yang sangat

rendah dan tidak memiliki daya pembeda. Namun demikian, butir soal semacam ini

tidak boleh dibuang. Membuat soal yang baik dengan alasan tingkat kesukaran dan

daya pembeda yang rendah dinilai akan berakibat fatal seperti yang telah diuraikan

dalam bagian tentang kesukaran. Apabila ada butir soal yang dijawab tidak benar

oleh siswa maka dibuat analisis butir soal untuk menetapkan daya pembedanya.19

Kita juga harus memengukur daya pembeda dari suatu alat ukur atau

instrumen. Daya pembeda instrumen seperti tes adalah kemampuan dari tes tersebut

dalam memisahkan antara subjek yang pandai dengan subjek yang kurang pandai.

Dalam mencari daya beda subjek peserta tes dipisahkan menjadi dua sama besar

18 Ali Hamzah, Evaluasi Pembelajaran Matematika, h. 240.

19 Ali Hamzah, Evaluasi Pembelajaran Matematika, h. 241.

Page 88: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

75

berdasarkan skor yang mereka peroleh. Rumus yang digunakan untuk mengetahui

daya pembeda setiap butir tes yang diungkapkan oleh Crocker & Algina adalah:20

D = Pu - Pl

Catatan:

D = indeks daya pembeda butir

Pu = proporsi jawaban benar kelompok atas

Pl = proporsi jawaban benar kelompok bawah

Tabel 3.7 Klasifikasi Interpretasi Daya Pembeda21

Nilai Dp Interpretasi

Dp ≤ 0,00

0,00 < Dp < 0,20

0,20 < Dp < 0,40

0,40 < Dp < 0,70

0,70 < Dp < 1,00

Sangat Jelek

Jelek

Cukup

Baik

Sangat Baik

6. Analisis Keefektifan Pengecoh Instrumen Tes Diagnostik Pilihan Ganda

Dua Tingkat

Pengecoh (distraktor) adalah pilihan yang bukan merupakan kunci jawaban.

Misalnya, pada soal objektif jenis benar-salah, bila kunci jawabannya adalah salah

20 Suwarto, Pengembangan Tes Diagnostik dalam Pembelajaran, (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2013), h .109 21 Ali Hamzah, Evaluasi Pembelajaran Matematika, h. 241.

Page 89: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

76

maka benar merupakan pengecoh. Pada soal objektif pilihan ganda empat pilihan a,

b, c, d dan kunci jawabanya adalah c maka a, b, d merupakan pengecoh.22

Butir soal yang baik, pengecohnya akan dipilih secara merata oleh peserta

didik yang menjawab salah. Sebaliknya, butir soal yang kurang baik, pengecohnya

akan dipilih secara tidak merata. Indeks pengecoh soal dapat dihitung dengan

rumus:23

IP = 𝑃

(𝑁−𝐵)/(𝑛−1) x 100 %

Keterangan :

IP = indeks pengecoh

P = jumlah peserta didik yang memilih pengecoh

N = jumlah peserta didik yang ikut tes

B = jumlah peserta didik yang menjawab benar pada setiap soal

n = jumlah alternatif jawaban (opsi)

1 = bilangan tetap

22 Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Cet.ke-4; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014), h. 75 23 Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, h. 279

Page 90: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

77

Tabel 3.8 Klasifikasi Interpretasi Indeks Pengecoh24

Nilai IP Interpretasi

Lebih dari 200%

0%-25% atau 176% - 200%

26% - 50% atau 151% - 175%

51% - 75% atau 126% - 150%

76% - 125%

Sangat Jelek

Jelek

Cukup

Baik

Sangat Baik

Jika semua peserta didik menjawab benar pada butir soal tertentu, maka IP = 0 yang

berarti soal tersebut jelek atau pengecoh tidak berfungsi.

Pengecoh (distractor) dikatakan berfungs baik jika dipilih oleh minimal 5%

dari seluruh peserta. Apabila pengecoh dipilih secara merata, maka termasuk

pengecoh yang baik. Apabila pengecoh lebih banyak dipilih oleh peserta tes dari

kelompok atas dibanding dengan kelompok bawah, maka termasuk pengecoh yang

menyesatkan. Pengecoh yang tidak memenuhi kriteria baik, sebaiknya diganti

dengan distraktor lain yang mungkin lebih menarik minat peserta tes untuk

memilihnya.25 Jadi jika ketika ada butir soal dengan efektivitas opsi yang jelek atau

dengan kata lain tidak berfungsi maka soal tersebut sebaiknya diganti.

7. Analisis Tingkat Pemahaman Konsep Siswa

Untuk menganalisis tingkat pemahaman siswa, yang harus dilakukan pertama

kali adalah memberikan skor pada jawaban siswa. Kriteria penilaian untuk tes

24 Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, h. 280 25 Sumarna Surapranata, Analisis, Validitas, Reliabilitas dan Interpretasi Hasil Tes,

(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), h. 23

Page 91: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

78

diagnostik pilihan ganda dua tingkat (two tier multiple choice) adalah sebagai

berikut:

a. Jika siswa memilih jawaban dan alasan benar maka skor = 1

b. Jika siswa memilih jawaban salah dan alasan benar skor = 0

c. Jika siswa memilih jawaban benar dan alasan salah skor = 0

d. Jika siswa memilih jawaban dan alasan salah skor = 0.26

Tabel 3.9 Keterkaitan Kriteria Paham Konsep, Miskonsepsi dan Tidak Paham

Konsep Dengan Kriteria Jawaban Siswa

No. Kriteria Kriteria Jawaban Siswa

1. Paham Konsep Pilihan benar – alasan benar

2. Miskonsepsi Pilihan benar – alasan salah

Pilihan salah – alasan benar

3. Tidak Paham Konsep Pilihan salah – alasan salah

Setelah dilakukan penskoran kemudian dilakukan pengkatagorian terhadap

pemahaman siswa dengan katagori berikut:

a. Jika siswa memilih jawaban benar dan alasan benar maka siswa dinyatakan

paham

b. Jika siswa memilih jawaban benar, namun alasan salah maka siswa dinyatakan

mengalami kurang paham

26 Septian Jauhariansyah, “Pengembangan dan Penggunaan Tes Diagnostik Pilihan

Ganda Dua Tingkat (Two Tier Multiple Choice) untuk Mengungkap Pemahaman Siswa Kelas X

pada Materi Konsep Redoks dan Larutan Elektrolit”, h. 30

Page 92: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

79

c. Jika siswa memilih jawaban salah dan alasan salah, namun alasan masih

berhubungan dengan jawaban yang dipilih maka siswa dinyatakan kurang

paham

d. Jika siswa memilih jawaban salah dan alasan salah, tanpa ada hubungan antara

alasan dan pilihan jawaban maka siswa dinyatakan tidak paham.27 Kemudian

peresentase miskonsepsi pada satu topik dihitung dengan menggunakan

persamaan :

%𝑷𝒆𝒎𝒂𝒉𝒂𝒎𝒂𝒏 = ∑ 𝒔𝒊𝒔𝒘𝒂 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒎𝒆𝒏𝒋𝒂𝒘𝒂𝒃

∑ 𝒔𝒊𝒔𝒘𝒂 𝒙 𝟏𝟎𝟎%

E. Kriteria Kualitas Paket Tes

Pada pengembangan instrumen tes ini diperlukan suatu kriteria untuk

menentukan kualitas instrumen tes yang telah dikembangkan itu baik atau tidak.

Kriteria tersebut diperlukan sebagai patokan untuk menentukan sejauh mana proses

pengembangan dilakukan. Pada penelitian ini untuk mengukur kevalidan,

kereliabelan, tingkat kesukaran, dan daya pembeda instrumen tes maka disusun dan

dikembangkan kriteria instrumen tes yang telah dikembangkan diantara lain :

1. Kriteria validatas dikatakan baik apabila instrumen tes memilki CVR ≥ 0,99

dan CVI ≥ 0,34.

2. Kriteria persentase angket respon siswa memiliki P > 50 %.

27 Septian Jauhariansyah, “Pengembangan dan Penggunaan Tes Diagnostik Pilihan Ganda

Dua Tingkat (Two Tier Multiple Choice) untuk Mengungkap Pemahaman Siswa Kelas X Pada Materi

Konsep Redoks Dan Larutan Elektrolit”, h. 30

Page 93: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

80

3. Kriteria reliabelitas dikatakan baik apabila instrumen tes memiliki derajat

reliabilitas tinggi (lebih dari 0,40)

4. Kriteria tingkat kesukaran katakan baik apabila instrumen tes memiliki tingkat

kesukaran 0,31 – 0,70.

5. Kriteria daya pembeda dikatan baik apabila instrumen tes memiliki daya

pembeda minimal cukup atau (DP > 0,2).

6. Pengecoh (distractor) dikatakan berfungs baik jika dipilih oleh minimal 5%

dari seluruh peserta.

Page 94: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

81

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian (Proses Pengembangan)

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di MAN 1 Makassar kelas XII MIA 1

pada hari rabu, 20 September 2017. Dengan soal terdiri dari 19 soal tes diagnostik

pilihan ganda dua tingkat pada pokok bahasan program linear, matriks dan

tranformasi geometri. Penelitian ini melalui tahapan-tahapan pada prosedur

pengembangan hingga sampai pada hasil penelitian.

1. Tahap Preliminary

Tahapan ini dimulai dengan pengumpulan beberapa referensi yang

berhubungan dengan penelitian ini, yakni tentang pengembangan instrumen tes

diagnostik pilihan ganda dua tingkat untuk mengidentifikasi pemahaman konsep

matematika. Dari referensi referensi tersebut diperoleh bahwa untuk mengetahui

pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap konsep matematika menurut NCTM

(National Council of Teachers of Mathematics) dapat dilihat dari indikator

kemampuan siswa dalam mendefinisikan konsep secara verbal dan tulisan,

mengidentifikasi dan membuat contoh dan bukan contoh, menggunakan model,

diagram dan simbol-simbol untuk merepresentasikan suatu konsep, mengubah suatu

bentuk representasi ke bentuk lainnya, mengenal berbagai makna dan interpretasi

konsep, mengidentifikasi sifat-sifat suatu konsep dan mengenal syarat yang

menentukan suatu konsep dan membandingkan dan membedakan konsep-konsep.

Page 95: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

82

Berdasarkan teori-teori yang sudah ada, selanjutnya dilakukan kegiatan

penentuan tempat dan subjek uji coba penelitian. Tempat uji coba pada penelitian ini

adalah MAN 1 Makassar. Sedangkan subjek uji coba pada penelitian ini adalah XII

MIA 1.

2. Tahap Self Evaluation

a. Analisis

1) Analisis Kurikulum

Berdasarkan wawancara dengan guru matematika MAN 1 Makassar

diketahui bahwa kurikulum 2013 sudah diterapkan pada saat mulai dicanangkannya

kurikulum 2013. Oleh karena itu materi yang sesuai dengan pengembangan

instrumen tes disesuaikan dengan materi terdapat pada kurikulum 2013 yaitu

program linear, matriks dan tranformasi geometri.

2) Analisis Siswa

Kegiatan analisis siswa difokuskan pada siswa kelas XII sebagai subjek uji

coba karena siswa kelas XII telah menerima materi. Berdasarkan wawancara guru

matematika dapat diketahui bahwa pengetahuan siswa kelas XII MAN 1 Makassar

ada yang berkemampuan kurang, sedang, dan tinggi. Hal ini memungkinkan adanya

faktor dari minat yang dimiliki setiap siswa berbeda-beda terhadap pelajaran

matematika.

3) Analisis Materi

Analisis materi merupakan kegiatan mengidentiifikasi konsep-konsep utama

yang akan digunakan dalam membuat soal. Berdasarkan kegiatan analisis kurikulum,

Page 96: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

83

didapatkan bahwa materi yang akan digunakan dalam pengembangan instrumen tes

adalah materi yang sesuai dengan materi kurikulum 2013 untuk mata pelajaran

matematika kelas XI. Materi tersebut adalah Program Linear, Matriks dan

Tranformasi Geometri.

Selanjutnya dari materi tersebut dipilih beberapa subpokok bahasan dari tiap

materi. Berdasarkan hal itu dapat dikembangkan indikator untuk setiap soal yaitu:

a) Menentukan penyelesaian sistem persamaan dan pertidaksamaan linear

dua variabel

b) Merumuskan model matematika dari masalah program linear

c) Menentukan fungsi objektif dan kendala dari program linier

d) Menentukan nilai optimum dari fungsi objektif menafsirkan solusi dari

masalah program linear

e) Menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan kesamaan matriks

f) Menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan transpose matriks

g) Menyelesaikan permasalahan yang berhubungan dengan operasi matriks

h) Menyelesaikan determinan matriks ordo 2x2

i) Menyelesaikan invers matriks ordo 2x2

j) Menyelesaikan determinan matriks ordo 3x3

k) Menyajikan model matematika sistem persamaan linear dengan

menggunakan metode matriks.

l) Menyelesaikan sistem persamaan linear menggunakan metode matriks.

Page 97: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

84

m) Memodelkan dan menyelesaikan masalah sehari-hari yang berkaitan

dengan Sistem persamaan linear menggunakan konsep matriks

n) Menyelesaikan transformasi geometri menggunakan matriks

o) Menyelesaikan masalah sehari-hari yang berkaitan dengan transformasi

geometri : translasi

p) Menyelesaikan masalah sehari-hari yang berkaitan dengan transformasi

geometri : refleksi

q) Menyelesaikan masalah sehari-hari yang berkaitan dengan transformasi

geometri : rotasi

b. Desain

Setelah kegiatan analisis materi dilakukan tahapan selanjutnya adalah

merancang atau mendesain instrumen tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat untuk

mengidentifikasi pemahaman konsep matematika siswa, meliputi: kisi-kisi tes, soal

tes, kunci jawaban tes, dan pedoman penskoran.

Tahapan awal yang dilakukan peneliti adalah merancang soal tes diagnostik

pilihan ganda dua tingkat untuk mengidentifikasi pemahaman konsep matematika

siswa. Soal-soal tes dirancang berdasarkan materi yang telah dianalisis dan juga

berdasarkan indikator pemahaman konsep. Peneliti merancang beberap butir soal tes

yang dapat mewakili masing masing materi. Peneliti merancang 19 butir soal. Soal-

soal yang dirancang merupakan soal pilihan ganda dua tingkat yang memiliki kriteria

sebagai soal tes diagnostik untuk mengidentifikasi pemahaman konsep matematika

siswa.

Page 98: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

85

Peneliti juga membuat kisi-kisi tes, dan kunci jawaban sebagai bahan

pertimbangan bagi validator untuk memeriksa validitas dari soal-soal tes diagnostik

pilihan ganda dua tingkat. Kisi-kisi tes dirancang berdasarkan atau mengacu pada

indikator pencapaian dan ranah kognitif masing-masing soal. Selain itu peneliti juga

merancang pedoman penskoran yang digunakan untuk mempermudah peneliti, guru

atau peneliti lain dalam memberikan penilaian terhadap hasil tes diagnostik pilihan

ganda dua tingkat untuk mengidentifikasi pemahaman konsep matematika siswa.

3) Tahap Prototyping (Validasi, Evaluasi dan Revisi)

Tujuan dari tahap prototyping ini adalah untuk menghasilkan prototype II

dari instrumen tes yang telah direvisi berdasarkan masukan dari para ahli (expert

review) dan data yang diperoleh dari uji coba one-to-one. Kegiatan pada tahap ini

adalah expert review, one-to-one dan small Group. Kegiatan pada tahap ini meliputi

validasi perangkat oleh validator diikuti dengan revisi dan uji coba terbtas tapi

nonsubjek. Hasil kegiatan tahap Prototyping ini dijelaskan sebagai berikut.

1) Expert Review

Expert review ( penilaian para ahli) digunakan sebagai dasar melakukan revisi

dan penyempurnaan prototipe. Validasi instrumen dilakukan dengan cara

memberikan lembar validasi instrumen kisi-kisi tes, soal tes, kriteria jawaban tes, dan

kriteria jawaban kepada validator. Yang terdiri atas dua dosen matematika Fakultas

Tarbiyah dan Keguruan yaitu Nursalam (Validator 1) serta Andi Kusumayanti

(Validator 2) dan satu guru matematika MAN 1 Makassar yaitu Hj. Hasmi Hasyim

(Validator 3). (Lihat lampiran C)

Page 99: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

86

Dalam tahap validasi ini, validator menilai 18 aspek yang berkaitan dengan

instrumen yang telah dirancang (Prototype 1). Validator memberikan pendapat:

prototipe dapat digunakan tanpa revisi, ada sebagian komponen soal yang perlu

direvisi, atau semua komponen harus direvisi.

Berdasarkan penilaian validator di dapat penilaian secara umum dapat dilihat

pada tabel berikut:

Tabel 4.1 Penilaian Validator

Validator Penilaian validator

Validator 1 Instrumen tes tergolong baik dan dapat digunakan dengan

sedikit revisi

Validator 2 Instrumen tes tergolong baik dan dapat digunakan dengan

sedikit revisi

Validator 3 Instrumen tes tergolong baik dan dapat digunakan dengan

sedikit revisi

Saran revisi validator terhadap instrumen yang meliputi kisi-kisi tes, soal tes,

lembar jawaban tes, dan kunci jawaban atau respon jawaban siswa dapat dilihat pada

tabel 4.2 berikut.

Tabel 4.2 Saran Revisi Validator

No. Validator Instrumen Saran Revisi

1.

Validator 1

Kisi-kisi tes a. Penulisan indikator soal diperbaiki

Soal tes

a. Kesalahan penulisan diperhatikan

b. Perbaiki kalimat dalam soal

c. Perbaiki gambar grafik pada soal

Page 100: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

87

persamaan dan pertidaksamaan

liner

Kunci Jawaban a. Perhatikan konsepnya

2.

Validator 2

Kisi-kisi a. Perbaiki kesalahan penulisan

Soal tes

a. Penggunaan tanda baca titik dan

koma diperhatikan

b. Kesalahan penulisan diperhatikan

c. Perbaiki penulisan variabel x dan y

d. Perbaiki kalimat soalnya

3.

Validator 3

Kisi-kisi tes perbaiki penulisan diperhatikan

Soal tes

a. Perbaiki gambar

b. Kesalahan penulisan diperhatikan

c. Perbaiki kalimat soal

Kunci Jawaban a. Perbaikan kesalahan penulisan

b. Gunakan konsep berdasarkan

materi

Berdasarkan tabel 4.2 komentar dan saran dari validator tersebut digunakan

sebagai bahan pertimbangan untuk revisi prototipe instrumen tes diagnostik pilihan

ganda dua tingkat. Setelah melakukan revisi, instrumen tes diagnostik pilihan ganda

dua tingkat. Berikut merupakan beberapa revisi berdasarkan saran dan masukan dari

dari expert (validator):

Page 101: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

88

Tabel 4.3 Revisi Prototype Berdasarakan Saran dan Masukan dari Validator

No. Prototype

yang

direvisi

Sebelum Revisi Sesudah Revisi

1 Kisi-kisi

tes

Indikator soal:

Menentukan penyelesaian

sistem persamaan dan

pertidaksamaan linear dua

variabel

Disajikan sebuah grafik.

Peserta didik menentukan

persamaan dan pertidaksamaan

linear dua variabel yang

memenuhi grafik yang

disajikan

2 Soal Tes

gambar grafik pada soal

persamaan dan

pertidaksamaan liner:

Menggunakan aplikasi

Geogebra

2) One to one

Selain soal instrumen tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat divalidasi

oleh expert, soal tes tersebut juga diuji cobakan one to one yang dilaksanakan hari

Senin 18 September 2017 pada beberapa siswa kelas XII MIA 2, siswa tersebut

merupakan 3 siswa nonsubjek uji coba penelitian yang terdiri dari siswa yang

berkemampuan rendah, sedang dan tinggi. Kategori ketiga siswa ini diperoleh

Page 102: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

89

berdasarkan guru yang mengajar pada kelas tersebut. Soal-soal tersebut

diujicobakan pada ketiga siswa yang menjadi tester. Berdasarkan kritik dan saran

pada angket respon yang dibagikan, maka instrumen tes dapat dilanjutkan ke

tahap selanjutnya dengan menghasilkan prototype 2.

3) Small Groups

Hasil revisi dan komentar dari expert review dan one to one dijadikan

dasar untuk mendesain soal pada tahap selanjutnya yang menghasilkan prototype

2 dan diujicobakan pada small group yang dilaksanakan hari Selasa 19 September

2017 pada beberapa siswa kelas XII MIA 2 nonsubjek penelitian yang terdiri dari

6 orang siswa yang terdiri dari 2 siswa yang berkemampuan rendah, 2 siswa yang

berkemampuan sedang dan 2 siswa yang berkemampuan tinggi. Siswa diminta

untuk mengerjakan soal tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat dan setelah itu

diminta untuk mengisi angket respon yang telah disediakan. Berdasarkan angket

respon siswa tersebut soal tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat dapat

dilanjutkan ke uji coba lapangan (fild test).

4) Fild test (Uji Coba Lapangan)

Prototipe yang telah divalidasi dan direvisi, diujicobakan pada subjek uji coba

penelitian yaitu siswa kelas XII MIA 1, MAN 1 Makassar yang dilaksanakan pada

hari Rabu 20 September 2017. Kelas tersebut terdiri dari 30 orang siswa.

Kegiatan tes dilakukan selama 90 menit. Siswa diminta untuk mengerjakan

tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat yang berisi 19 butir soal pilihan ganda dua

tingkat. Pada awal kegiatan tes peneliti membagikan lembar soal. Sebelum memulai

Page 103: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

90

mengerjakan tes, siswa diberikan arahan atau petunjuk pengerjaan soal terlebih

dahulu. Setiap siwa menjawab pertanyaan dengan memilih salah satu opsi yang

dianggap benar disertai alasan memilih opsi tersebut.

Hasil yang diperoleh dari jawaban siswa dianalisis untuk mengukur atau

mengetahui tingkat kemampuan pemahaman konsep siswa. Selain itu berdasarkan

hasil pekerjaan siswa tersebut akan dianalisis nilai reliabilitas, tingkat kesukaran,

serta daya pembeda dari instrumen tes yang dikembangkan.

B. Hasil Pengembangan Instrumen Tes Diagnostik untuk Mengidentifikasi

Tingkat Pemahaman Konsep Siswa

1. Validasi Instrumen Tes Diagnostik Pilihan Ganda Dua Tingkat

Validator atau ahli diminta untuk memberikan penilaian terhadap semua

instrumen tes yang dikembangkan pada prototipe 1 yang memuat konten

konstruksi, bahasa soal, serta alokasi waktu pengerjaan dan petunjuk yang ada

dalam instrumen. Metode analisis validasi yang digunakan yaitu metode content

Validaty Ratio (CVR) dan Content Validaty Index (CVI). Hasil dari analisis

validasi yaitu sebagai berikut.

Tabel 4.4 Validasi Isi I CVR dan CVI

Butir

Soal

Expert

1

Expert

2

Expert

3

CVR Keterangan

1 Tidak Ya Tidak -0,33 Butir tes tidak mendukung validitas isi tes

2 Ya Ya Ya 1 Butir mendukung validitas isi tes

3 Ya Ya Ya 1 Butir mendukung validitas isi tes

4 Ya Ya Ya 1 Butir mendukung validitas isi tes

Page 104: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

91

5 Ya Ya Ya 1 Butir mendukung validitas isi tes

6 Ya Ya Ya 1 Butir mendukung validitas isi tes

7 Ya Ya Ya 1 Butir mendukung validitas isi tes

8 Tidak Ya Ya 0,33 Butir tes tidak mendukung validitas isi tes

9 Ya Ya Ya 1 Butir mendukung validitas isi tes

10 Ya Ya Ya 1 Butir mendukung validitas isi tes

11 Ya Ya Ya 1 Butir mendukung validitas isi tes

12 Ya Ya Ya 1 Butir mendukung validitas isi tes

13 Ya Ya Ya 1 Butir mendukung validitas isi tes

14 Ya Ya Ya 1 Butir mendukung validitas isi tes

15 Ya Ya Ya 1 Butir mendukung validitas isi tes

16 Ya Ya Ya 1 Butir mendukung validitas isi tes

17 Ya Ya Ya 1 Butir mendukung validitas isi tes

18 Ya Ya Ya 1 Butir mendukung validitas isi tes

19 Tidak Ya Tidak -0,33 Butir tes tidak mendukung validitas isi tes

Jumlah CVR 15,67

CVI 0,97

Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa terdapat 3 butir soal yang harus

direvisi dikarenakan nilai CVR yang dihasilkan < 0,99. Butir soal tersebut adalah

butir soal nomor 1, 8 dan 19. Setelah butir-butir soal yang kurang baik direvisi sesuai

masukan tim ahli dan disusun kembali susunan butir soalnya maka kembali

dilakukan validasi isi kepada ahli-ahli yang sebelumnya memberikan penilaian.

Berikut merupakan hasil validitas isi instrumen tes setelah melalui proses revisi:

Page 105: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

92

Tabel 4.5 Hasil Validasi Isi II (Setelah Revisi) CVR dan CVI

Butir

Soal

Expert

1

Expert

2

Expert

3

CVR Keterangan

1 Ya Ya Ya 1 Butir mendukung validitas isi tes

2 Ya Ya Ya 1 Butir mendukung validitas isi tes

3 Ya Ya Ya 1 Butir mendukung validitas isi tes

4 Ya Ya Ya 1 Butir mendukung validitas isi tes

5 Ya Ya Ya 1 Butir mendukung validitas isi tes

6 Ya Ya Ya 1 Butir mendukung validitas isi tes

7 Ya Ya Ya 1 Butir mendukung validitas isi tes

8 Ya Ya Ya 1 Butir mendukung validitas isi tes

9 Ya Ya Ya 1 Butir mendukung validitas isi tes

10 Ya Ya Ya 1 Butir mendukung validitas isi tes

11 Ya Ya Ya 1 Butir mendukung validitas isi tes

12 Ya Ya Ya 1 Butir mendukung validitas isi tes

13 Ya Ya Ya 1 Butir mendukung validitas isi tes

14 Ya Ya Ya 1 Butir mendukung validitas isi tes

15 Ya Ya Ya 1 Butir mendukung validitas isi tes

16 Ya Ya Ya 1 Butir mendukung validitas isi tes

17 Ya Ya Ya 1 Butir mendukung validitas isi tes

18 Ya Ya Ya 1 Butir mendukung validitas isi tes

19 Ya Ya Ya 1 Butir mendukung validitas isi tes

Jumlah CVR 19

CVI 1

Page 106: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

93

Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan bahwa dari 19 butir soal yang telaah

dinilai oleh expert (validator) telah menunjukkan bahwa butir-butir tersebut

mendukung validitas isi tes. Kemudian dari hasil CVR tersebut maka dihasilkan nilai

CVI yang merupakan rata – rata dari CVR semua item sebesar 1. Sehingga

berdasarkan tabel 4.5 CVI dari 19 butir soal tersebut termasuk kedalam kategori

sangat sesuai.

2. Analisis Angket siswa

Angket respon siswa digunakan untuk mengetahui keterbacaan soal yang akan

digunakan pada instrumen tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat. Angket respon

ini diberikan kepada 3 orang siswa ujicoba one to one dan 6 orang siswa setelah

melakukan ujicoba small group. Angket diberikan setelah siswa menjawab soal

instrumen tes diberikan.

a. Hasil analisis respon siswa terhadap instrumen tes diagnostik pilihan ganda

dua tingkat pada ujicoba one-to-one diuraikan sebagai berikut:

1) Item ke-1, 3 dari 3 siswa atau 100% yang merespon positif dan tidak ada

siswa yang merespon negatif.

2) Item ke-2, 3 dari 3 siswa atau 100% yang merespon positif dan tidak ada

siswa yang merespon negatif.

3) Item ke-3, 3 dari 3 siswa atau 100% yang merespon positif dan tidak ada

siswa yang merespon negatif.

4) Item ke-4, 3 dari 3 siswa atau 100% yang merespon positif dan tidak ada

siswa yang merespon negatif.

Page 107: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

94

5) Item ke-5, 1 dari 3 siswa atau 33,3% yang merespon positif dan 66,7%

ada siswa yang merespon negatif.

6) Item ke-6, 1 dari 3 siswa atau 33,3% siswa yang merespon positif dan

66,7% siswa yang merespon negatif.

7) Item ke-7, 3 dari 3 siswa tidak ada siswa yang merespon positif dan

100% siswa yang merespon negatif.

8) Item ke-8, 3 dari 3 siswa atau 100% yang merespon positif dan tidak ada

siswa yang merespon negatif.

b. Hasil analisis respon siswa terhadap instrumen tes diagnostik pilihan ganda

dua tingkat pada ujicoba small group diuraikan sebagai berikut:

1) Item ke-1, 6 dari 6 siswa atau 100% yang merespon positif dan tidak ada

siswa yang merespon negatif.

2) Item ke-2, 6 dari 6 siswa atau 100% yang merespon positif dan tidak ada

siswa yang merespon negatif.

3) Item ke-3, 6 dari 6 siswa atau 100% yang merespon positif dan tidak ada

siswa yang merespon negatif.

4) Item ke-4, 6 dari 6 siswa atau 100% yang merespon positif dan tidak ada

siswa yang merespon negatif.

5) Item ke-5, 4 dari 6 siswa atau 66,7% siswa yang merespon positif dan

33,3% siswa yang merespon negatif.

6) Item ke-6, 4 dari 6 siswa atau 66,7% siswa yang merespon positif dan

33,3% siswa yang merespon negatif.

Page 108: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

95

7) Item ke-7, 6 dari 6 siswa tidak ada siswa yang merespon positif dan

100% siswa yang merespon negatif.

8) Item ke-8, 6 dari 6 siswa atau 100% yang merespon positif dan tidak ada

siswa yang merespon negatif.

Sesuai hasil persentase dari 8 item pernyataan diatas dengan kriteria yang

telah ditetapkan dan berdasarkan hasil analisis pada angket respon siswa pada

instrumen tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat pada ujicoba one-to-one diperoleh

rata-rata respon positif siswa adalah 79,17% dan rata-rata respon negatif siswa

adalah 20,83%. Sedangkan pada ujicoba small group rata-rata respon positif siswa

adalah 75% dan rata-rata respon negatif siswa adalah 25%. Dapat disimpulkan

bahwa lebih dari 50% siswa yang memberikan respon positif. Dengan demikian

menurut kriteria yang ada maka angket respon siswa memenuhi kriteria “tercapai”

dan tidak ada perbaikan/revisi terhadap instrumen tes yang akan dikembangkan.

(Lihat lampiran B.2)

3. Uji Reliabilitas Instrumen Tes Diagnostik Pilihan Ganda Dua Tingkat

Uji reliabilitas berdasarkan hasil uji coba lapangan (fild test) yang melibatkan

siswa kelas XII MIA 1 MAN 1 Makassar. Jumlah siswa dikelas tersebut adalah 30

orang siswa. Berdasarkan hasil pekerjaan siswa maka dapat dihitung tingkat

reliabilitas tes.

Page 109: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

96

Tabel 4.6 Hasil Analisis Reliabilitas Instrumen Tes Diagnostik Pilihan Ganda

Dua Tingkat

Berdasarkan analisis data pada program SPSS Statistic Ver.20 realibilitas tes

yang diperoleh adalah 0,841 dengan interpretasi reliablitas tinggi. Sehingga

berdasarkan analisis tersebut, maka tidak ada revisi instrumen tes menurut uji

reliabilitas serta instrumen tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat dapat reliabel

atau dapat dipercaya untuk digunakan dalam mengidentifikasi tingkat pemahaman

konsep matematika siswa artinya bila tes ini diujikan berulang kali akan memberikan

hasil yang sama atau serupa. .(Lihat lampiran B.1)

4. Tingkat kesukaran Instrumen Tes Diagnostik Pilihan Ganda Dua Tingkat

Butir-butir soal tes dapat dikatakan baik apabila butir-butir tes tersebut

memiliki tingkat kesukaran pada interval 0,31-0,70, hal ini menunjukkan bahwa

butir-butir soal tidak terlalu sulit dan tidak terlalu mudah. Tingkat kesukaran tes yang

dikembangkan juga diperoleh dari data hasil pekerjaan siswa pada uji coba lapangan

(field test). Berikut hasil analisis tingkat kesukaran pada tes diagnostik pilihan ganda

dua tingkat untuk mengidentifikasi pemahaman konsep matematika siswa.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

,841 19

Page 110: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

97

Tabel 4.7 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Instrumen Tes Diagnostik

Pilihan Ganda Dua Tingkat

No.

Kategori

Butir Soal

Jumlah

Persentase

1. Sangat Sukar 0 0 0

2. Sukar 5,18 2 10 %

3. Sedang 2, 3, 4, 8, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 19 12 63 %

4. Mudah 1, 6, 7, 9, 10 5 26 %

5. Sangat Mudah 0 0 0

Tabel 4.7 menunjukkan bahwa dari 19 butir soal, sebagian besar berada pada

kategori sedang karena dapat dilihat bahwa sebanyak 12 butir atau 63% soal berada

pada kategori ini. Soal yang termasuk kategori sukar sebanyak 2 butir atau 10%. Soal

yang termasuk kategori mudah sebanyak 5 butir atau 26%. Dan tidak terdapat butir

soal yang berkategori sangat sukar maupun sangat mudah.

Berdasarkan penjelasan di atas maka tingkat kesukaran itu dapat dilihat dari

jumlah peserta tes yang menjawab benar butir soal berbanding jumlah siswa yang

mengikuti tes. Semakin banyak yang menjawab suatu soal, maka soal tersebut

semakin dikategorikan mudah, sebaliknya semakin sedikit suatu soal di jawab maka

soal tersebut semakin dikategorikan sukar. (Lihat lampiran B.3)

Page 111: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

98

5. Daya Pembeda Instrumen Tes Diagnostik Pilihan Ganda Dua Tingkat

Butir-butir soal pada instrumen tes dapat dikatakan baik apabila butir-butir

tes tersebut memiliki daya pembeda paling kecil adalah 0,20. Hal ini, menunjukkan

bahwa butir-butir soal memiliki daya pembeda minimal cukup. Daya pembeda item

tes yang dikembangkan diperoleh dari data hasil pekerjaan siswa pada uji coba

lapangan (field test). Berikut adalah hasil analisis daya pembeda instrumen tes

diagnostik pilihan ganda dua tingkat untuk mengidentifikasi pemahaman konsep

matematika siswa.

Tabel 4.8 Hasil Analisis Daya Pembeda Instrumen Tes Diagnostik

Pilihan Ganda Dua Tingkat

No.

Kategori

Butir Soal

Jumlah

Persentase

1. Sangat Jelek 8 1 4 %

2. Jelek 0 0 0

3. Cukup 1, 7, 9, 10, 11, 14 6 32 %

4. Baik 5, 6, 13, 16, 18, 19 6 32 %

5. Sangat Baik 2, 3, 4, 12, 15, 17 6 32 %

Tabel 4.8 menunjukkan bahwa daya pembeda butir soal tes diagnostik pilihan

ganda dua tingkat yakni sebanyak 1 butir atau 4% soal memiliki daya pembeda

sangat jelek, 6 butir atau 32 % soal memiliki daya pembeda cukup, 6 butir atau 32 %

soal memiliki daya pembeda baik dan 6 butir atau 32 % soal memiliki daya pembeda

sangat baik. Dengan kata lain soal tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat cukup

Page 112: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

99

dapat membedakan peserta didik yang berkemampuan tinggi dengan peserta didik

berkemampuan rendah.(Lihat lampiran B.3)

6. Analisis Efektivitas Opsi

Efektivitas opsi merupakan salah satu karakteristik untuk menentukan kualitas

sebuah soal. Efektivitas opsi yang dimaksud disini adalah untuk mengetahui

pengecoh pada sebuah soal berfungsi atau tidak. Jumlah opsi pada tes diagnostik

pilihan ganda dua tingkat yang dikembangkan adalah sebanyak 95 opsi dari 19 soal.

Adapun 19 opsi merupakan kunci jawaban sehingga diketahui terdapat 76 opsi

pengecoh.

Berdasarkan hasil analisis menggunakan program Microsotf Excel diketahui

bahwa dari 19 soal sebanyak 2 soal (10%) memiliki indeks pengecoh berkategori

sangat baik, sebanyak 3 soal (15%) memiliki indeks pengecoh berkategori baik,

sebanyak 7 soal (37%) memiliki indeks pengecoh berkategori cukup baik, sebanyak

6 soal (32%) memiliki indeks pengecoh berkategori jelek, dan tidak ada soal dengan

indeks pengecoh yang berkategori sangat jelek.

Deskripsi hasil analisis efektivitas opsi soal tes dianostik pilihan ganda dua

tingkat digambarkan pada tabel 4.9 berikut :

Page 113: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

100

Tabel 4.9 Hasil Analisis Efektivitas Opsi Instrumen Tes Diagnostik

Pilihan Ganda Dua Tingkat

No.

Kategori

Butir Soal

Jumlah

Persentase

1. Sangat Jelek 0 0 0

2. Jelek 3, 7, 9, 11, 17, 18

6 32%

3. Cukup Baik 4, 5, 10, 13, 14, 15, 19

7 37%

4. Baik 1, 8, 16

3 15%

5. Sangat Baik 2,6 2 10%

Tabel 4.9 menunjukkan bahwa 37% atau 7 butir soal memiliki opsi yang cukup

baik dan tidak ada butir (0%) soal yang memiliki kualitas opsi yang sangat jelek,

meskipun terdapat 6 butir (32%) soal yang kualitas opsinya jelek. Akan tetapi, tabel

4.9 juga menunjukkan bahwa terdapat 3 butir (15%) soal yang memiliki kualitas opsi

yang baik dan bahkan ada 2 butir (10%) soal yang memiliki kualitas opsi yang sangat

baik yakni pada butir soal nomor 2 dan 6. Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa

distraktor (pengecoh) cukup berfungsi mengecoh jawaban peserta tes, karena peserta

tes pada kelompok siswa yang berkemampuan rendah memilih jawaban yang salah

sehingga terkecoh dengan jawaban yang benar.(Lihat lampiran B.4)

7. Analisis Data Tingkat Pemahaman Siswa

Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes diagnostik pilihan ganda

dua tingkat. Pada tahap pertama siswa mengerjakan tes pilihan ganda dengan 5

pilihan opsi, dalam tes ini selain siswa memilih jawaban yang dianggap benar,

Page 114: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

101

mereka pun diharuskan menulis alasan mengapa memilih jawaban tersebut. Jumlah

butir soal yang digunakan pada tahap uji terbatas ini sebanyak 19 soal. Skor yang

didapatkan dilihat dari jumlah soal yang dijawab benar oleh siswa, dan persentase

jumlah jawaban benar diperoleh dari jumlah jawaban benar dibagi banyak soal

dikalikan seratus persen. Dari hasil penelitian yang dilakukan pada uji terbatas ini ,

yaitu tes pilihan ganda dua tingkat dihasilkan data jumlah jawaban benar siswa yang

dapat dilihat pada tabel 4.10 di bawah ini :

Tabel 4.10 Data Jumlah Jawaban Benar yang Diperoleh Siswa

Nama Siswa Jumlah Benar Persentase Skor (%)

Achmad Alfian 15 79

Andi Arief Tabauf 14 74

Andi Arifai 17 89

Fiqqy Nurrahman 12 63

Hasburahman Winachir 3 16

I k r a m 11 58

Muh. Danyai Darmawan 11 58

Muh. Nur Ihsan 14 74

Muhammad Rais Rasyid 4 21

Muhammad Fatwa F. Jaya 15 79

Muhammad Rafliansyah Al-Gizar 15 79

Yusril Najamuddin 8 42

Adellina Sahnaz Susanto Putri 5 26

Ainun Fitriski Utami 14 74

Dewi Shafira Anindhita 5 26

Dian Deliansari 16 84

Fadhlyna Mikhrum Thahirah 4 21

Page 115: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

102

Fadya Aulia 15 79

Fatika Saktiana Mutia 11 58

Kautsar Tri Ningsih Z. 6 32

Nadia Kurnia Insyra 15 79

Neilist Failasufa 6 32

Nismayanti 13 68

Nurul Romadhani 14 74

Qarina Ummy Kalsum Saleng 16 84

Rafii'ah Addurrahim 5 26

Revika Rizky Amelia Awaluddin 12 63

Siti Syamsu Munafilah 13 68

St. Khairunnisa Syarif 17 89

St. Maisyah Raniah 11 58

Rata-rata 11,233 59,123

Berdasarkan tabel 4.10 terlihat bahwa kemampuan siswa dalam menjawab

soal berbeda-beda. Hal ini dapat dilihat dari jumlah jawaban benar yang diperoleh

masing-masing siswa. Jumlah soal yang dijawab benar oleh siswa paling rendah

sebanyak 3 soal dengan persentase mencapai 16%. Siswa yang mendapatkan jumlah

jawaban benar terendah sebanyak 1 orang. Sedangkan jumlah soal yang dijawab

benar oleh siswa paling tinggi sebanyak 17 soal dengan persentase mencapai 89%.

Siswa yang mendapatkan jumlah jawaban benar tertinggi sebanyak 2 orang.

Siswa yang mendapatkan jumlah jawaban benar terendah belum dapat

dikatakan bahwa mereka tidak memahami konsep materi matematika wajib yang

diujikan, begitu juga siswa yang mendapat jumlah jawaban benar tertinggi belum

Page 116: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

103

dapat dikatakan memahami konsep, karenanya perlu dilihat apakah alasan/cara kerja

yang mereka tulis pada setiap jawaban benar atau salah. Dengan begitu akan terlihat

apakah siswa memahami konsep, miskonsepsi atau bahkan tidak paham konsep.

Untuk mengetahui apakah siswa memahami konsep, miskonsepsi atau tidak paham

konsep dapat dilihat dari jawaban dan alasan yang mereka pilih. Setiap jawaban

benar baik untuk pilihan jawaban maupun pilihan alasan diberi skor 1. Dan setiap

jawaban yang salah diberi skor 0.(Lihat lampiran B.5)

Persentase siswa yang paham konsep diambil dari jawaban siswa dengan

kriteria jawaban benar-benar (BB), persentase miskonsepsi diambil dari jawaban

siswa dengan kriteria jawaban benar-salah (BS) dan kriteria jawaban salah-benar

(SB), sedangkan untuk persentase tidak paham konsep diambil dari jawaban siswa

dengan kriteria jawaban salah-salah (SS). Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.11

di bawah ini, yaitu tabel keterkaitan antara kriteria paham konsep, miskonsepsi dan

tidak paham konsep dengan jawaban siswa.

Tabel 4.11 Persentase Paham Konsep, Miskonsepsi dan Tidak Paham Konsep

Berdasarkan Nomor Soal

Nomor Soal

Kriteria

Paham Konsep Miskonsepsi Tidak Paham

F % F % F %

1 27 90 0 0 3 10

2 15 50 4 13 11 37

3 17 57 1 3 12 40

4 14 47 4 13 12 40

5 9 30 3 10 17 57

Page 117: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

104

6 22 73 6 20 2 7

7 26 87 2 7 2 7

8 16 53 12 40 2 7

9 27 90 2 7 1 3

10 26 87 2 7 2 7

11 20 67 6 20 4 13

12 20 67 1 3 9 30

13 12 40 6 20 12 40

14 16 53 2 7 12 40

15 18 60 2 7 10 33

16 11 37 5 17 14 47

17 19 63 3 10 8 27

18 8 27 5 17 17 57

19 13 43 6 20 11 37

Jumlah 336 1120 72 240 161 537

Rata-rata 17,68 58,95 3,79 12,63 8,47 28,25

Berdasarkan tabel 4.11 persentase siswa yang paham konsep dari hasil

penelitian ini sebesar 58,95%, persentase siswa yang mengalami miskonsepsi sebesar

12,63% dan persentase siswa yang tidak paham konsep sebesar 28,25%. Dari tabel di

atas dapat dilihat bahwa persentase siswa yang paham konsep, miskonsepsi dan tidak

paham konsep pada setiap nomor soal sangat beragam, maka dari itu untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada grafik perbandingan paham konsep, miskonsepsi dan

tidak paham konsep berikut ini :

Page 118: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

105

Gambar 4.1 Grafik Perbandingan Persentase Paham Konsep, Miskonsepsi dan

Tidak Paham Konsep

Dari gambar grafik di atas dapat dilihat bahwa persentase miskonsepsi pada setiap

nomor soal berbeda-beda. Untuk lebih jelas dalam melihat persentase miskonsepsi

yang terjadi, maka dapat dilihat melalui perhitungan persentase miskonsepsi

berdasarkan indikator soal, aspek pemahaman konsep dan sub pokok bahasan tiap

nomor soal pada tabel 4.12 di bawah ini.

Tabel 4.12

Perhitungan Persentase Miskonsepsi Berdasarkan Sub Pokok Bahasan

No.

Materi

Indikator

Pembelajaran

Aspek Pemahaman

Konsep

Ranah

Kognitif

Tingkat

Miskonsepsi

(%)

C3

C4

1. Program

Linear

Menentukan

penyelesaian

sistem

persamaan dan

pertidaksamaan

Menggunakan

model, diagram dan

simbol-simbol

untuk

mempresentasikan

√ 0 %

0

20

40

60

80

100

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

Grafik Perbandingan Persentase Paham Konsep, Miskonsepsi dan Tidak Paham Konsep Tiap Butir Soal

Paham Konsep Miskonsepsi Tidak Paham

Page 119: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

106

linear dua

variabel

suatu konsep

2. Menentukan

penyelesaian

sistem

persamaan dan

pertidaksamaan

linear dua

variabel

Menggunakan

model, diagram dan

simbol-simbol

untuk

mempresentasikan

suatu konsep

13 %

3. Merumuskan

model

matematika dari

masalah

program linear

Mengubah suatu

bentuk representasi

ke bentuk lainnya

3 %

4. Menentukan

fungsi objektif

dan kendala dari

program linier

Mengenal berbagai

makna dan

intrepretasi konsep

13 %

5 Menentukan

nilai optimum

dari fungsi

objektif

menafsirkan

solusi dari

masalah

program linear

Menggunakan

model, diagram dan

simbol-simbol

untuk

mempresentasikan

suatu konsep

10 %

rata-rata persentase 7,8 %

6.

Matriks

Menyelesaikan

permasalahan

yang berkaitan

dengan

kesamaan

matriks

Mendefinisikan

konsep secara

verbal dan tulisan

20 %

Page 120: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

107

7.

Menyelesaikan

permasalahan

yang berkaitan

dengan

transpose

matriks

Mendefinisikan

konsep secara

verbal dan tulisan

7 %

8. Menyelesaikan

permasalahan

yang

berhubungan

dengan operasi

matriks

Mendefinisikan

konsep secara

verbal dan tulisan

40 %

9. Menyelesaikan

determinan

matriks ordo

2x2

Mendefinisikan

konsep secara

verbal dan tulisan

7 %

10. Menyelesaikan

invers matriks

ordo 2x2

Mendefinisikan

konsep secara

verbal dan tulisan

7 %

11. Menyelesaikan

determinan

matriks ordo

3x3

Mendefinisikan

konsep secara

verbal dan tulisan

20 %

12. Menyajikan

Model

Matematika

Sistem

Persamaan

linear dengan

menggunakan

metode Matrik.

Menggunakan

model, diagram dan

simbol-simbol

untuk

mempresentasikan

suatu konsep

3 %

13. Menyajikan

Model

Matematika

Menggunakan

model, diagram dan

simbol-simbol

√ 20 %

Page 121: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

108

Sistem

Persamaan

linear dengan

menggunakan

metode Matrik.

untuk

mempresentasikan

suatu konsep

14. Menyelesaikan

sistem

persamaan

linear

menggunakan

metode matriks.

Mengubah suatu

bentuk representasi

ke bentuk lainnya

7 %

15. Memodelkan

dan

menyelesaikan

masalah sehari-

hari yang

berkaitan

dengan Sistem

persamaan

linear

menggunakan

konsep matriks.

Membandingkan

dan membedakan

konsep-konsep

7 %

rata-rata persentase 13,8 %

16.

Transformasi

Geometri

Menyelesaikan

transformasi

geometri

menggunakan

matriks

Mengubah suatu

bentuk representasi

ke bentuk lainnya

17 %

17. Menyelesaikan

masalah sehari-

hari yang

berkaitan

dengan

transformasi

geometri :

Mengubah suatu

bentuk representasi

ke bentuk lainnya

10 %

Page 122: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

109

translasi

18. Menyelesaikan

masalah sehari-

hari yang

berkaitan

dengan

transformasi

geometri :

refleksi

Mengubah suatu

bentuk representasi

ke bentuk lainnya

17 %

19. Menyelesaikan

masalah sehari-

hari yang

berkaitan

dengan

transformasi

geometri : rotasi

Mengubah suatu

bentuk representasi

ke bentuk lainnya

20 %

rata-rata persentase 16 %

rata-rata persentase miskonsepsi keseluruhan 12,63 %

Pada tabel 4.12 dapat dilihat masing-masing persentase miskonsepsi pada

setiap materi yang diujikan. Rata-rata persentase miskonsepsi yang terjadi paling

tinggi adalah pada sub pokok materi transformasi geometri dengan indikator

pemahaman konsep (4) yaitu kemampuan mengubah suatu bentuk representasi ke

bentuk lainnya dan persentase miskonsepsi yang terkecil adalah pada sub pokok

materi program linear. Hal ini dikarenakan banyaknya siswa belum memahami

konsep transformasi geometri utamanya pada merepresentasikan sebuah koordinat

bayangan. Sedangkan untuk materi program linear sebagian besar peserta tes

menjawab benar pada setiap soal yang ada sebab untuk materi ini konsep yang harus

Page 123: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

110

diterapkan tidak banyak seperti konsep subtitusi-eliminasi dimana konsep ini

memang sangat sering digunakan dalam pembelajaran matematika dimana siswa

sudah terbiasa mengerjakan soal dengan tipe seperti ini. Dari tabel di atas juga dapat

diketahui bahwa butir soal yang memiliki nilai persentase miskonsepsi paling tinggi

yaitu sebesar 40% adalah butir soal nomor 8 dengan indikator pemahaman konsep

(1) yaitu kemampuan mendefinisikan konsep secara verbal dan tulisan , butir soal ini

memiliki persentase miskonsepsi paling tinggi sebab dilihat dari jawaban peserta tes,

kebanyakan peserta tes salah dalam mengaplikasikan konsep transpose matriks dan

operasi perkalian matriks, sehingga hasil yang mereka dapat tidak sesuai dengan

pilihan jawaban yang tepat. (Lihat lampiran 1.7 dan lampiran 2.1)

C. Pembahasan

Pengembangan instrumen tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat untuk

mengidentifikasi pemahaman konsep siswa telah melalui serangkaian fase

pengembangan model Tessmer mulai dari tahap Preliminary, self evaluation, tahap

prototyping (expert review, one-to-one, small goup) dan field test sehingga

menghasilkan sebuah produk. Produk yang dimaksud adalah instrumen tes

diagnostik pilihan ganda dua tingkat berjumlah 19 soal. Sebelum proses

pengembangan dilakukan, telah ditetapkan suatu kriteria kualitas instrumen tes untuk

melihat sejauh mana keberhasilan produk yang dihasilkan.

Berdasarkan hasil yang diperoleh pada tahap prototyping dan field tes, yaitu

penilaian ahli dan validasi serta uji coba lapangan, instrumen tes yang dihasilkan

mencapai kriteria yang telah ditetapkan, yatu valid dan reliabel. Sedangkan tingkat

Page 124: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

111

kesukaran instrumen tes dan daya pembeda instrumen tes secara keseluruhan sudah

baik. Instrumen tes secara umum dinyatakan valid dengan dengan interpretasi tinggi

dengan melihat nilai CVI yang dihasilkan adalah 1 dengan kategori sangat sesuai.

Reliabilitas instrumen tes secara umum dinyatakan reliabel karena berdasarkan

analisis instrumen tes reliabilitas yang dilakukan dengan bantuan SPSS Statistic

Ver.20 diperoleh nilai reliabilitas sebesar 0,841 dengan interpretasi yang tinggi.

Artinya instrumen tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat dapat reliabel atau dapat

dipercaya untuk digunakan dalam mengidentifikasi tingkat pemahaman konsep

matematika siswa.

Angket respon siswa pada instrumen tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat

pada uji one to one diperoleh rata-rata respon positif siswa adalah 70,8% dan rata-

rata respon negatif siswa adalah 20,9%. Sedangkan pada ujicoba small group rata-

rata respon positif siswa adalah 70,8% dan rata-rata respon negatif siswa adalah

29,2%. Sehingga angket respon siswa memenuhi kriteria “tercapai” dan tidak ada

perbaikan/revisi terhadap instrumen tes yang akan dikembangkan karena lebih dari

50% siswa yang memberikan respon positif.

Tingkat kesukaran instrumen tes dilihat dari indeks masing-masing item soal.

Berdasarkan analisis di atas rata-rata tingkat kesukaran soal yaitu 0,59 dengan

kategori sedang. Sehingga secara keseluruhan tingkat kesukaran instrumen tes

diagnostik pilihan ganda dua tingkat sudah baik.

Daya pembeda instrumen tes berdasarkan kriteria soal yang baik terdapat

pada rentang 0,20 < Dp < 1,0. Berdasarkan hasil daya pembeda di atas maka, 32%

Page 125: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

112

soal memiliki daya pembeda dengan kategori sangat baik. 32% soal memiliki daya

pembeda dengan kategori baik. 32% soal memiliki daya pembeda dengan kategori

cukup dan 4% soal memiliki daya pembeda dengan kategori jelek. Daya pembeda

yang sesuai kriteria yaitu daya pembeda dengan kategori cukup dan baik, hasil

analisis tersebut menunjukkan 96% dari soal sesuai dengan kriteria daya pembeda.

Berdasarkan hasil tersebut artinya instrumen tes yang dikembangkan cukup mampu

membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dan siswa yang berkemampuan

rendah.

Berdasarkan hasil analisis efektivitas opsi di atas maka, dapat disimpulkan

bahwa distraktor (pengecoh) cukup berfungsi mengecoh jawaban peserta tes, karena

peserta tes pada kelompok siswa yang berkemampuan rendah memilih jawaban yang

salah sehingga terkecoh dengan jawaban yang benar.

Berdasarkan hasil data tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat untuk

mengidentifikasi pemahaman konsep siswa, dapat diketahui bahwa jumlah siswa

yang termasuk dalam kategori paham konsep 58,95%, persentase siswa yang

mengalami miskonsepsi sebesar 12,63% dan persentase siswa yang tidak paham

konsep sebesar 28,25%. Dari hasil tes dapat diketahui bahwa kemampuan siswa

dalam memahami konsep cukup baik terbukti dari banyaknya persentase peserta tes

yang paham konsep dibandingkan dengan yang miskonsepsi dan tidak paham

konsep, namun ada beberapa siswa yang mengalami miskonsepsi dan tidak paham

konsep terhadap butir soal atau materi tertentu. Hasil tes tersebut menunjukkan

bahwa tes diagnostik yang dikembangkan mampu mengidentifikasi tingkat

Page 126: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

113

pemahaman konsep siswa, dapat dilihat dari berapa siswa yang teridentiikasi

miskonsepsi, tidak paham konsep ataupun paham konsep. Hal ini sejalan dengan

pendapat Mehrens & Lehmann yang mengemukakan bahwa tes diagnostik harus

dapat memberikan gambaran akurat tentang kesulitan yang dimiliki siswa

berdasarkan informasi kesalahan yang dibuatnya. Tes diagnostik digunakan untuk

menilai pemahaman konsep siswa terhadap konsep-konsep kunci (key concepts) pada

topik tertentu, dan secara khusus untuk konsep-konsep yang cenderung dipahami

secara salah.1 Sehingga dari hasil tes diagnostik ini terlihat dimateri mana siswa

mengalami miskonsepsi yang paling banyak lewat analisis tingkat pemahaman

konsep.

Hasil analisis pemahaman konsep siswa menunjukkan bahwa butir soal yang

paling banyak persentase miskonsepsinya adalah soal nomor 8 dengan persentase

miskonsepsi sebesar 40% atau sebanyak 12 dari 30 peserta tes yang mengalami

miskonsepsi pada soal ini, sebab dari analisis jawaban siswa sulit dalam

membedakan cara operasi penjumlahan dan perkalian matriks. Sedangkan materi

yang paling tinggi persentase miskonsepsinya adalah pada materi transformasi

geometri dari butir soal nomor 16 sampai dengan 19 yaitu sebesar 16%. Materi ini

memang terbilang cukup sulit pada pengaplikasian konsepnya, siswa seringkali

belum paham dalam menafsirkan konsep rotasi, translasi dan refleksi. Banyaknya

miskonsepsi pada materi ini membuktikan bahwa siswa tidak memahami konsep

1 Sunismi, Mustangin, dan Kusaeri, “Membangun Item Tes Diagnostik untuk Mengungkap

Miskonsepsi Siswa pada Materi Bentuk Aljabar”, Jurnal Sarjana, FKIP Universitas Islam Malang,

(2012), h. 2. http://docplayer.info/41692467-Membangun-item-tes-diagnostik-untuk-mengungkap-

miskonsepsi-siswa-pada-materi-bentuk-aljabar-1.html (Diakses 23 Oktober 2017)

Page 127: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

114

yang diajarkan. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara didapat bahwa

miskonsepsi pada konsep ini berasal dari metode pembelajaran yang diterapkan oleh

guru dan buku referensi luar sekolah.

Kecepatan siswa dalam memahami konsep juga bergantung kepada metode

dan cara penyampaian guru saat mengajar di kelas. Metode yang tepat serta cara

penyampaian yang menarik membuat siswa lebih cepat paham terhadap konsep yang

diajarkan, begitupula sebaliknya. Selain itu kemampuan siswa yang rendah juga

merupakan faktor dari terjadinya miskonsepsi pada siswa. Oleh karena kemampuan

yang terbatas maka siswa menjadi kurang cepat dalam memahami konsep sehingga

menimbulkan miskonsepsi atau benar-benar tidak memahami konsep. Menurut

Zulkardi ”mata pelajaran matematika menekankan pada konsep”. Artinya dalam

mempelajari matematika peserta didik harus memahami konsep matematika terlebih

dahulu agar dapat menyelesaikan soal-soal dan mampu mengaplikasikan

pembelajaran tersebut di dunia nyata dan mampu mengembangkan kemampuan lain

yang menjadi tujuan dari pembelajaran matematika.2 Namun dari hasil penelitian ini

secara garis besar dapat dikatakan bahwa rata-rata siswa memahami konsep materi

yang diujikan walaupun ada beberapa siswa yang mengalami miskonsepsi ataupun

benar-benar tidak memahami konsep.

2 Angga Murizal, “Pemahaman Konsep Matematis dan Model Pembelajaran Quantum

Teaching”, Jurnal Program Pendidikan Matematika FMIPA UNP, Vol. 1 No.1 (2012), h.

19.http://docplayer.info/38460320-Efektifitas-penggunaan-metode-pembelajaran-quantum-learning-

terhadap-kemampuan-pemahaman-konsep-matematis-mahasiswa.html (Diakses 22 Oktober 2017)

Page 128: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

115

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Penelitian pengembangan instrumen tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat

untuk mengidentifikasi pemahaman konsep siswa pada materi program linear,

matriks dan transformasi geometri telah dilaksanakan. Berdasarkan hasil dan

pembahasan mengenai tahap-tahap pengembangan yang telah dilakukan, maka dapat

disimpulkan sebagai berikut.

1. Tes diagnostik yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi pemahaman

konsep matematika wajib khususnya materi program linear, matriks dan

transformasi geometri adalah model pilihan ganda dua tingkat yang

berjumlah 19 soal. Tes pilihan ganda dua tingkat ini memiliki dua tingkatan.

Tingkatan pertama terdiri dari pertanyaan pilihan ganda dengan lima pilihan

jawaban, dan tingkat kedua merupakan alasan jawaban tingkat pertama.

Berdasarkan hasil data tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat untuk

mengidentifikasi pemahaman konsep siswa, dapat diketahui bahwa jumlah

siswa yang termasuk dalam kategori paham konsep 58,95%, persentase siswa

yang mengalami miskonsepsi sebesar 12,63% dan persentase siswa yang

tidak paham konsep sebesar 28,25%. Dari hasil tes dapat diketahui bahwa

kemampuan siswa dalam memahami konsep cukup baik terbukti dari

banyaknya persentase peserta tes yang paham konsep dibandingkan dengan

yang miskonsepsi dan tidak paham konsep, namun ada beberapa siswa yang

Page 129: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

116

mengalami miskonsepsi dan tidak paham konsep terhadap butir soal atau

materi tertentu. Hasil analisis pemahaman konsep siswa menunjukkan bahwa

butir soal yang paling banyak persentase miskonsepsinya adalah soal nomor 8

dengan persentase miskonsepsi sebesar 40% atau sebanyak 12 peserta tes

yang mengalami miskonsepsi pada soal ini. Sedangkan butir soal dengan

persentase tidak paham konsep tertinggi ada soal nomor 5 dan 18 sebab pada

soal ini sebesar 57% atau sebanyak 17 peserta tes tidak menjawabnya.

Berdasarkan hasil analisis miskonsepsi dinyatakan bahwa materi yang paling

tinggi persentase miskonsepsinya adalah pada materi transformasi geometri

yaitu sebesar 16%. Materi ini memang terbilang cukup sulit pada

pengaplikasian konsepnya, siswa seringkali salah dalam menafsirkan konsep

rotasi, translasi dan refleksi. Namun dapat disimpulkan bahwa secara rata-rata

peserta tes sudah paham konsep pada materi-materi yang diujikan.

2. Instrumen tes yang dikembangkan secara keseluruhan termasuk dalam

kualitas yang baik dilihat dari validitas, reliabilitas, daya pembeda serta

tingkat kesukarannya. Tes yang dikembangkan memiliki indeks validitas isi

(CVI) sebesar 1,00 dan reliabilitas sebesar 0,84 dengan kategori sangat tinggi.

Angket respon siswa pada instrumen tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat

pada uji one to one diperoleh rata-rata respon positif siswa adalah 70,8% dan

rata-rata respon negatif siswa adalah 20,9%. Sedangkan pada ujicoba small

group rata-rata respon positif siswa adalah 70,8% dan rata-rata respon negatif

siswa adalah 29,2%. Sehingga angket respon siswa memenuhi kriteria

Page 130: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

117

“tercapai” dan tidak ada perbaikan/revisi terhadap instrumen tes yang akan

dikembangkan karena lebih dari 50% siswa yang memberikan respon positif.

Dari hasil angket respon siswa dapat diketahui bahwa produk instrumen tes

diagnostik ini dapat dikatakan praktis untuk digunakan, serta berdasarkan

hasil pekerjaan siswa dalam menjawab tes diagnostik pilihan ganda dua

tingkat dapat dikatakan bahwa produk instrumen tes ini cukup efektif dalam

mengidentifikasi tingkat pemahaman siswa.

B. Saran

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian ini, dapat dikemukakan

bahwa beberapa saran berikut.

1. Untuk mengembangkan tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat disarankan

agar guru lebih sering mengadakan tes seperti ini agar siswa tidak hanya tahu

tapi juga paham akan konsep-konsep yang ada dalam matematika.

2. Untuk mengetahui lebih lanjut baik atau tidaknya instrumen tes yang telah

dikembangkan, maka disarankan pada peneliti selanjutnya agar dapat menguji

cobakan pada subjek uji coba yang lebih luas serta soal yang dibuat harus

disesuaikan dengan waktu yang tersedia.

Page 131: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

118

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Kadir, Dkk. 2012. Dasar-Dasar Pendidikan. Cet. ke-1. Jakarta : Kencana

Prenada Media Group

Arikunto, Suharsimi. 2010. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Cet. ke-11. Jakarta:

PT. Bumi Aksara.

Arifin, Zainal. 2013. Evaluasi Pembelajaran Cet 5. Bandung : PT Remaja

Rosdakarya.

Depdiknas. 2007. “Tes Diagnostik Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan

Menengah-Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama”. Jakarta:

Dirjen Dikdasmen Depdiknas. Jurnal yang dipublikasikan: Oleh

Depatemen Pendidikan Nasional.

Fatra, Maifalinda. 2016. “Implementasi Pendekatan Matematika Realistik

Menggunakan Bahan Ajar Geometri Berbentuk Cerita terhadap

Kemampuan Pemahaman Konsep dan Pemecahan Masalah Siswa”,

Jurnal Penelitian Manajemen Pendidikan, Vol. 10 No.1

http://jurnal.uinbanten.ac.id/index.php/tanzhim/article/download/37/37/pdf

(Diakses 23 Oktober 2017)

Fristady, Restu. 2016. “Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS

terhadap Pemahaman Konsep Matematis Siswa”, Jurnal Sarjana

Pendidikan Matematika, Vol. 1 No. 1

http://jurnal.uinbanten.ac.id/index.php/article/download/4508.pdf (Diakses

28 Oktober 2017)

Hadi, Samsul. 2015. “Pengembangan Sistem Tes Diagnostik Kesulitan Belajar

Kompetensi Dasar Kejuruan Siswa SMK”, Jurnal Penelitian dan Evaluasi

Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, Vol. 19 No. 2

https://journal.uny.ac.id/index.php/jpep/article/view/5577 (Diakses 18

Oktober 2017)

Hamzah, Ali. 2014. Evaluasi Pembelajaran Matematika. Jakarta : Rajawali Pers.

Hamzah, Ali dan Muhlisrarini. 2014. Perencanaan dan Stategi Pembelajaran

Matematika. Jakarta : Rajawali Pers.

Hendri Wijaya, Mujiman. 2013. “Pengembangan Tes Diagnostik Mata Pelajaran

IPA SMP”, Jurnal Pascasarjana, Penelitian dan Evaluasi Pendidikan,

Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin,

https://journal.uny.ac.id/index.php/jpep/article/view/1359 (Diakses 21

Oktober 2017)

Page 132: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

119

Herutomo, Rezky Agung. 2014. “Analisis Kesalahan dan Miskonsepsi Siswa

Kelas VIII pada Materi Aljabar”, Jurnal Ilmu Pendidikan dan

Pengajaran, Vol. 1 No.2

http://ejournal.sps.upi.edu/index.php/edusentris/article/viewFile/140/110

(Diakses 22 Oktober 2017)

Ihsan, Fuad. 2008. Dasar-dasar Kependidikan. Jakarta : Rineka Cipta.

Ishak, Baego dan Syamsuduha. 2010. Evaluasi Pendidikan. Makassar : Alauddin

Press.

Jauhariansyah, Septian. 2014. “Pengembangan dan Penggunaan Tes Diagnostik

Pilihan Ganda Dua Tingkat (Two Tier Multiple Choice) untuk

Mengungkap Pemahaman Pemahaman Siswa Kelas X Pada Materi Konsep

Redoks Dan Larutan Elektrolit”. Skripsi yang di publikasikan : Oleh

Skripsi Penelitian dan Pengembangan FKIP Universitas Bengkulu

Jurnaidi dan Zulkardi. 2013. “Pengembangan Soal Model PISA pada Konten

Change and Relationship untuk Mengetahui Kemampuan Penalaran

Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama”,Jurnal Pendidikan

Matematika, Vol. 7 No. 2

ejournal.unsri.ac.id/index.php/jpm/article/view/pdf (Diakses 23 Oktober

2017)

Kiswanto., Rahman, U., & Sulasteri, S. 2015. “Deskripsi Pemahaman Konsep

Materi Geometri Ditinjau dari Kepribadian Sensing dan Intuition pada

Siswa Kelas IX SMPN 33 Makassar”, MaPan: Jurnal Matematika Dan

Pembelajaran, 3(1), 44-45

Lawshe, C. H. A., S. 1975. “Quantitative Approach To Content Validity”, Jurnal

Personnel psychology, Vol 28, no.4.

Lestari, Karunia Eka, dkk. 2015. Penelitian Pendidikan Matematika Cet. I .

Bandung: PT Refika Aditama

Nursalam. 2012. Pengukuran dalam Pendidikan. Makassar: Alauddin University

Press

Nursyahidah, Faridah. 2015. “Research and Development”, Artikel,

https://faridanursyahidah.files.wordpress.com/2012/06/research-and-

development-vs-development-research.pdf (Diakses 15 Januari 2017)

Majid, Abdul. 2014. “Pengembangan Modul Matematika pada Materi Garis dan Sudut

Setting Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) untuk Siswa Kelas

VII SMP”, Jurnal Pendidikan Matematika UNM (Diakses 23 Oktober 2017)

Mania, Sitti. 2012. Evaluasi Pengajaran. Makassar: Alauddin University Press

Page 133: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

120

Mardapi, Djemari. 2008. Teknik Penyusunan Instrumen Tes dan Non-Tes.

Jogjakarta : Mitra Cendikia Press.

Murizal, Angga. 2012. Pemahaman Konsep Matematis dan Model Pembelajaran

Quantum Teaching. Jurnal yang di publikasikan : Oleh Jurnal Pendidikan

Matematika FMIPA UNP.

Ningsih, Yunika Lestaria. 2016. “Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika

Mahasiswa Melalui Penerapan Lembar Aktivitas Mahasiswa (LAM)

Berbasis Teori Apos Pada Materi Turunan”, Jurnal Program Pendidikan

Matematika Universitas PGRI Palembang, Vol. 6 No.1 https://online-

journal.unja.ac.id/index.php/edumatica/article/view/2994 (Diakses 22

Oktober 2017)

Nurfebriani, Widya. 2013. “Kontruksi Buku Ajar Interaksi Antar Molekul

Menggunakan Konteks Inkjet Printer Untuk Mencapai Literasi Sain Siswa

SMA”, Skripsi yang di publikasikan : Oleh Skripsi Fak. Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia Bandung

Purwanto. 2014. Evaluasi Hasil Belaja. Cet. ke-4. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Putri, Karunia Prihantini dan Rinaningsih. 2013. “Pengembangan Tes Diagnostik

Materi Teori Mekanika Kuantum dan Ikatan Kimia”, Jurnal Pendidikan

Kimia Universitas Negeri Surabaya, Vol. 2 No. 2.

ejournal.unesa.ac.id/article/4806/36/article.pdf (Diakses 18 Oktober 2017)

Rahayu, Sri. 2015. “Pengembangan Tes Diagnostik Pilihan Ganda Dua Tingkat

untuk Mengidentifikasi Miskonsepsi pada Konsep Gerak Dua Dimensi”,

Skripsi, Jakarta: Fak. Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah

Rochmad. 2012. Desain Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran

Matematika.Jurnal yang di publikasikan : Oleh Jurnal Kreano MIPA

Jurusan Matematika FMIPA UNNES.

Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar Cet XIII.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian kualitatif kuantitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Supardi. 2014. “Kedisiplinan Belajar dan Kecerdasan Matematis Logis dalam

Pembelajaran Matematika”. Jurnal Formatif Ilmiah Pendidikan MIPA

Universitas Indraprasta.

Sunismi, dkk. 2012. “Membangun Item Tes Diagnostik untuk Mengungkap

Miskonsepsi Siswa pada Materi Bentuk Aljabar”, Jurnal Sarjana, FKIP

Universitas Islam Malang, (Diakses 23 Oktober 2017)

Page 134: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

121

Surapranata, Sumarna. 2004. Analisis, Validitas, Reliabilitas dan Interpretasi

Hasil Tes. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Susanti, Dwi. 2014. “Penyusunan Instrumen Tes Diagnostik Miskonsepsi Fisika

SMA Kelas XI pada Materi Usaha dan Energi”, Jurnal Sarjana Program

Pendidikan Fisika FMIPA Universitas Sebelas Maret, Vol. 2 No.2

jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/pfisika/article/view/4671 (Diakses 18

Oktober 2017)

Suwarto. 2013. Pengembangan Tes Diagnostik dalam Pembelajaran. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Suwarto dan Afghohani, Afif. 2013.Model-model Instrumen Diagnostik. Jurnal

yang di publikasikan : Oleh Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan

FKIP Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo.

Tüysüz,Cengiz. 2009.Development of two-tier diagnostic instrument and assess

students’ understanding in chemistry. Jurnal yang di publikasikan : Oleh

Scientific Research and Essay

Ulia, Nuhyal. 2016. “Peningkatan Pemahaman Konsep Matematika Materi

Bangun Datar dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation

dengan Pendekatan Saintifik di SD”, Jurnal Program Pendidikan

Matematika FKIP Universitas Islam Sultan Agung, Vol. 2 No. 1

http://jurnal.uinbanten.ac.id/index.php/tanzhim/article/download/371/pdf

(Diakses 22 Oktober 2017)

Widdiharto, Rachmadi. 2008. “Diagnosis Kesulitan Belajar Matematika dan

Alternatif Proses Remedinya”, Jurnal Depdiknas, Pusat Pengembangan

dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Matematika.

https://vi.scribd.com/document/46549783/Diagnosis-Kesulitan-Belajar

Matematika (Diakses 23 Oktober 2017)

Page 135: PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/7818/1/SKRIPSI DIAN MUTMAINNA... · vii 7. Adik -adik siswa kelas XII MIA 1, MA N 1 Makassar yang telah

RIWAYAT HIDUP

Dian Mutmainna sering dipanggil Dian

merupakan anak pertama dari empat

bersaudara. Dian terlahir dari pasangan Drs.

Mutakallim Sijal,M.Pd dan Dra. Haminah

pada tanggal 13 November 1995 di Ujung

Pandang. Jenjang penddidikan yang telah

ditempuh yaitu SDN 5 Parepare, kemudian

dilanjutkan ke SMP Negeri 3 Makassar dan

kemudian melanjutkan ke SMA Negeri 2 Makassar. Sekarang menempuh pendidikan

di Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar Fakultas Tarbiyah dan Keguruan,

Jurusan Pendidikan Matematika. Pengalaman organisasi Dian yaitu pernah aktif

dalam organisasi jurusan Matematika yaitu Mathematic education club (MEC)

RAKUS Makassar.