pengembangan infrastruktur kota banda aceh antara problem dan solusi

11
ISBN No. 978-979-18342-0-9 17 PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR KOTA SURABAYA, ANTARA PROBLEM DAN SOLUSI Ir. Tri Rismaharini, MT. Kepala Badan Perencanan Pembangunan Kota Surabaya ABSTRAK Pada makalah ini akan dipaparkan mengenai pengembangan infrastruktur Kota Surabaya. Rencana pengembangan ini meliputi : sistem transportasi, kawasan perumahan dan permukiman, kawasan industri, kawasan perdagangan dan jasa, kawasan wisata, kawasan lindung dan sistem pematusan. Setiap rencana pengembangan infrastruktur tersebut dideskripsikan anatomi permasalahannya dan dirumuskan solusi pemecahannya. Kata kunci : Infrastruktur, Sistem Transportasi, perumahan dan permukiman, kawasan industri, perdagangan dan jasa, wisata, lindung, sistem Pematusan 1. PENDAHULUAN Kota Surabaya berada di wilayah Propinsi Jawa Timur dengan luas wilayah 33.048 Ha dan luas wilayah laut yang dikelola oleh Pemerintah Kota sebesar 19.039 Ha. Jumlah penduduk Kota Surabaya pada tahun 2007 adalah sebesar 2.861.928 Jiwa. Sampai dengan tahun 2015, pertumbuhan penduduk di kendalikan sekitar 1 % per tahun dengan penekanan pada upaya pengendalian jumlah kelahiran dan arus urbanisasi. Pengendalian penduduk juga dilakukan dengan pemerataan penyebaran penduduk dan aktifitasnya sehingga konsentrasi dan tingkat kepadatan penduduk dapat lebih merata pada setiap wilayah. Surabaya adalah pusat pertumbuhan utama di Indonesia Timur, karena basis manfaktur dan agrikultur yang kuat yang memproduksi berbagai produk untuk ekspor. Pelabuhan Surabaya adalah tempat masuk penghubung antara Indonesia Timur dan Barat, demikian juga bagi mitra dagang Indonesia Timur dan Internasional. Surabaya sebagai pusat pedagangan dan jasa, berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2006 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah 2006 – 2010 memiliki visi Surabaya Cerdas dan Peduli, yaitu cerdas dalam merespon semua peluang dan tuntutan global, didukung oleh kepedulian tinggi dalam mewujudkan struktur pemerientahan dan kemasyarakatan yang demokratis, bermartabat dalam tatanan lingkungan yang sehat dan manusiawi. Guna mewujudkan visi tersebut, maka telah ditetapkan 8 misi yang harus ditempuh sebagai berikut: a. Mewujudkan pemerintahan yang demokratis, berkeadilan, transparan dan akuntabel b. Meningkatkan akselerasi pertumbuhan arus perdagangan barang dan jasa dalam skala regional maupun internasional serta memadukan wilayah Greater Surabaya dalam suatu sistem tata ruang yang terintegrasi didukung infrastruktur, sistem transportasi dan sistem IT yang memadai c. Meningkatkan iklim yang kondusif bagi pengembangan koperasi, usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) investasi serta menciptakan keterpaduan antara pengusaha kecil, menengah dengan pengusaha besar d. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pembangunan sosial Masyarakat e. Mewujudkan penataan lingkungan kota yang bersih sehat, hijau dan Nyaman f. Meningkatkan kualitas pendidikan yang berwawasan global dan terjangkau bagi warga kota serta menyiapkan generasi muda yang siap menghadapi tantangan kemajuan zaman g. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang terjangkau bagi masyarakat kota serta meningkatkan pemahaman masyarakat tentang lingkungan sehat dan perilaku sehat h. Menggali dan meningkatkan khasanah budaya lokal serta mengembangkan

Upload: piat

Post on 26-Dec-2015

39 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

pengembangan infrastruktur di kota banda aceh

TRANSCRIPT

Page 1: Pengembangan Infrastruktur Kota Banda Aceh Antara Problem Dan Solusi

ISBN No. 978-979-18342-0-9 17

PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR KOTA SURABAYA, ANTARA PROBLEM DAN SOLUSI

Ir. Tri Rismaharini, MT.

Kepala Badan Perencanan Pembangunan Kota Surabaya

ABSTRAK Pada makalah ini akan dipaparkan mengenai pengembangan infrastruktur Kota Surabaya. Rencana pengembangan ini meliputi : sistem transportasi, kawasan perumahan dan permukiman, kawasan industri, kawasan perdagangan dan jasa, kawasan wisata, kawasan lindung dan sistem pematusan. Setiap rencana pengembangan infrastruktur tersebut dideskripsikan anatomi permasalahannya dan dirumuskan solusi pemecahannya.

Kata kunci : Infrastruktur, Sistem Transportasi, perumahan dan permukiman, kawasan

industri, perdagangan dan jasa, wisata, lindung, sistem Pematusan

1. PENDAHULUAN

Kota Surabaya berada di wilayah Propinsi Jawa Timur dengan luas wilayah 33.048 Ha dan luas wilayah laut yang dikelola oleh Pemerintah Kota sebesar 19.039 Ha. Jumlah penduduk Kota Surabaya pada tahun 2007 adalah sebesar 2.861.928 Jiwa. Sampai dengan tahun 2015, pertumbuhan penduduk di kendalikan sekitar 1 % per tahun dengan penekanan pada upaya pengendalian jumlah kelahiran dan arus urbanisasi. Pengendalian penduduk juga dilakukan dengan pemerataan penyebaran penduduk dan aktifitasnya sehingga konsentrasi dan tingkat kepadatan penduduk dapat lebih merata pada setiap wilayah.

Surabaya adalah pusat pertumbuhan utama di Indonesia Timur, karena basis manfaktur dan agrikultur yang kuat yang memproduksi berbagai produk untuk ekspor. Pelabuhan Surabaya adalah tempat masuk penghubung antara Indonesia Timur dan Barat, demikian juga bagi mitra dagang Indonesia Timur dan Internasional. Surabaya sebagai pusat pedagangan dan jasa, berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2006 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah 2006 – 2010 memiliki visi Surabaya Cerdas dan Peduli, yaitu cerdas dalam merespon semua peluang dan tuntutan global, didukung oleh kepedulian tinggi dalam mewujudkan struktur pemerientahan dan kemasyarakatan yang demokratis, bermartabat dalam tatanan lingkungan yang sehat dan manusiawi.

Guna mewujudkan visi tersebut, maka telah ditetapkan 8 misi yang harus ditempuh sebagai berikut: a. Mewujudkan pemerintahan yang

demokratis, berkeadilan, transparan dan akuntabel

b. Meningkatkan akselerasi pertumbuhan arus perdagangan barang dan jasa dalam skala regional maupun internasional serta memadukan wilayah Greater Surabaya dalam suatu sistem tata ruang yang terintegrasi didukung infrastruktur, sistem transportasi dan sistem IT yang memadai

c. Meningkatkan iklim yang kondusif bagi pengembangan koperasi, usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) investasi serta menciptakan keterpaduan antara pengusaha kecil, menengah dengan pengusaha besar

d. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pembangunan sosial Masyarakat

e. Mewujudkan penataan lingkungan kota yang bersih sehat, hijau dan Nyaman

f. Meningkatkan kualitas pendidikan yang berwawasan global dan terjangkau bagi warga kota serta menyiapkan generasi muda yang siap menghadapi tantangan kemajuan zaman

g. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang terjangkau bagi masyarakat kota serta meningkatkan pemahaman masyarakat tentang lingkungan sehat dan perilaku sehat

h. Menggali dan meningkatkan khasanah budaya lokal serta mengembangkan

Page 2: Pengembangan Infrastruktur Kota Banda Aceh Antara Problem Dan Solusi

Ir. Tri Rismaharini, MT

ISBN No. 978-979-18342-0-9

18

kehidupan kemasyarakatan yang harmonis dan bertoleransi

Perkembangan pembangunan Kota Surabaya yang sangat cepat, baik secara sosial ekonomi maupun perwujudannya dalam bentuk fisik menuntut adanya aturan tata ruang yang merupakan pedoman dalam mengawasi dan mengendalikan pertumbuhan kota. Pengelolaan lingkungan hidup merupakan upaya terpadu didalam pe-manfaatan, penataan, pemeliharaan, pengawasan, pengedalian, pemulihan serta pengembangan lingkungan hidup kota guna terwujudnya suatu kehidupan dan penghidupan kota yang aman, tertib, lancar dan sehat.

Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Surabaya merupakan suatu pedoman dalam perencanaan dan pengendalian perkembangan Kota Surabaya. Rencana Struktur Ruang Wilayah Darat dibagi dalam 12 Unit Pengembangan dan untuk Wilayah Laut dibagi dalam 4 zona pengembangan yang didasarkan pada kondisi, karakteristik dan potensi yang dimiliki pada masing-masing wilayah. Rencana struktur dan pemanfaatan ruang pada wilayah darat dan laut tersusun wilayah pengembangan dan pusat-pusat pertumbuhan di wilayah darat, zona pengembangan di wilayah laut, sistem transportasi, sistem pematusan dan sistem utilitas kota.

2. RENCANA SISTEM TRANSPORTASI

Pengujian terhadap tanah dasar ini adalah usaha untuk perbaikan tanah dasar dengan bahan additive kimia. Dimana berfungsi untuk meningkatkan ketahanan soil cement terhadap retak serta menambah sifat kedap air.Pengujian ini terdiri dari penyediaan tanah yang distabilisasi dengan semen dan menggunakan bahan additif Renolit.

Untuk mengetahui perubahan sifat fisik tanah setelah distabilisasi dengan semen dan renolit, perlu diketahui sifat – sifat fisik tanah asli sebelum distabilisasi.

2.1. Kondisi dan Permasalahan Transportasi saat ini

Sebagai ibu kota Propinsi Jawa Timur dan sebagai pusat kegiatan ekonomi di Indonesia Timur, kota Surabaya mempunyai peran yang strategis di tingkat regional maupun nasional. Peran strategis tersebut berdampak kepada tingginya intensitas kegiatan perekonomian yang dari aspek transportasi akan menimbulkan bangkitan perjalanan antar wilayah di dalam kota maupun dari dan keluar kota Surabaya. Indikasi dari tingginya intensitas perjalanan itu adalah tingginya volume lalu lintas di ruas ruas yang ada.

Sistem transportasi kota Surabaya meliputi transportasi jalan raya, transportasi kereta api, transportasi udara, transportasi laut, juga transportasi sungai dan penyeberangan dengan peran utama pada transportasi jalan raya. Secara umum sistem transportasi tersebut belum mampu memberikan kontribusi yang optimal terhadap intensitas kegiatan perkotaan yang terus berkembang dengan pesat. Hal tersebut antara lain disebabkan oleh belum tertatanya sistem transportasi perkotaan menjadi suatu system transportasi yang terintegrasi.

2.1.1. Transportasi Jalan Raya

Pada sistem transportasi berbasis jalan raya ini meliputi :

A. Prasarana Jalan dan Jumlah Kendaraan

Pola jaringan jalan utama di Surabaya pada dasarnya adalah berbentuk linier yang menghubungkan kawasan utara dan selatan (Tanjung Perak-Waru). Pola jaringan jalan tersebut terbentuk sesuai dengan catatan sejarah perkembangan Kota Surabaya. Sebagai sistem jaringan jalan peninggalan masa lalu, jaringan jalan di Kota Surabaya lebih dominan menghubungkan koridor Utara-Selatan Kota dan kurang mengantisipasi perkembangan yang terjadi pada koridor Barat-Timur Kota Surabaya.

Akibat dari hal tersebut sudah mulai terasa saat ini dimana kurang memadainya jaringan jalan yang menyediakan akses Barat-Timur Kota Surabaya mengakibatkan lintasan rute

Page 3: Pengembangan Infrastruktur Kota Banda Aceh Antara Problem Dan Solusi

Pengembangan Infrastruktur Kota Surabaya, Antara Problem Dan Solus

ISBN No. 978-979-18342-0-9 19

perjalanan yang jauh untuk perjalanan dari Barat-Timur dan sebaliknya. Namun upaya untuk lebih mengembangkan akses Barat-Timur saat ini sudah mulai dikembangkan meskipun pengembangan tersebut masih sepotong-sepotong (tidak menerus).

Kondisi lain yang terjadi saat ini adalah tidak adanya pertambahan yang signifikan terhadap panjang jalan di kota Surabaya. Panjang jalan yang ada sesuai data Dinas Bina Marga dan Pematusan adalah sepanjang 1.363.709,95 meter dengan kondisi perkerasan pada tahun 2007 sebagian besar dalam kondisi baik. Sedangkan untuk kondisi sarana transportasi berdasarkan data jumlah kendaraan yang terdaftar di kota Surabaya sebagaimana ditunjukkan dalam Tabel 1. rata-rata pertumbuhan kendaraan untuk lima tahun terakhir (tahun 2001 s/d 2006) adalah sebagai berikut : • Untuk Kendaraan ringan (sedan,

jeep, station wagon) : 4,5 % / tahun • Untuk Kendaraan berat (bis, truck) :

5,3 % / tahun • Untuk Sepeda Motor : 10,3 % / tahun

Tabel 1. Data Jumlah Kendaraan

Terdaftar di Kota Surabaya

UPTD Jumlah Kendaraan

Sedan Jeep Station Wagon

Bus Truck Sepeda Motor

2001 52.284 25.280 104.794 1.683 64.946 568.542

2002 52.747 25.557 112.218 1.740 69.245 630.933

2003 54.370 26.581 119.614 1.755 73.726 708.343

2004 56.377 27.393 132.534 1.831 79.625 800.008

2005 56.633 27.567 147.106 1.883 84.157 863.838

2006 45.709 27.157 153.396 1.887 84.371 928.686

Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Propinsi Jatim

Dari data tersebut diatas maka dapat dilihat bahwa pertumbuhan lalu lintas tidak seimbang dengan perkembangan panjang jalan sehingga dapat dilihat saat ini sering kali terjadi (tidak hanya pada jam sibuk) kemacetan pada hampr di setiap ruas jalan utama di kota Surabaya. Beberapa ruas jalan utama di kota Surabaya yang sering mengalami kemacetan dengan kondisi berat (V/C ≥0,8) dapat dilihat pada Table 1.2. berikut:

Tabel 2. Nilai V/C Pada Ruas Jalan Utama di Kota Surabaya.

No Nama Ruas Jalan V/C Fungsi Jalan

1. Darmo 0,85 Arteri Sekunder

2. Diponegoro 0,86 Arteri Primer

3. Margomulyo 0,87 Arteri Sekunder

4. Jemur Handayani 0,95 Kolektor Sekunder

5. Wonokromo 1,02 Arteri Primer

6. Ahmad Yani 1.53 Arteri Primer

7. Mastrip 1,56 Kolektor primer

8. Banyu Urip 1,32 Arteri Sekunder

B. Layanan Angkutan Umum Perkotaan

Angkutan umum perkotaan yang melayani penumpang di Kota Surabaya adalah Angkot (mikrolet), Bus Kota, Taksi dan Angguna. Salah satu penyebab kecenderungan penggunaan angkutan pribadi yang masih sangat tinggi adalah akibat dari pelayanan angkutan umum yang kurang memadai.

Kenyamanan dan keamanan yang kurang baik menjadikan trauma tersendiri bagi penumpang yang akan naik angkutan umum. Oleh karena itu solusi yang tepat adalah mengadakan angkutan umum massal yang dapat melayani penumpang dengan aman dan nyaman.

C. Terminal Angkutan Umum

Di wilayah Kota Surabaya terdapat 2 terminal klas A, yaitu Terminal Purabaya yang berlokasi di daerah Bungurasih dan Terminal Tambak Oso Wilangun di daerah Tambak Oso Wilangun, 1 terminal kelas B yaitu Terminal Joyoboyo yang berlokasi di daerah Wonokromo, terminal kelas C yaitu Terminal Bratang serta sub-sub terminal lainnya yaitu : Sub Terminal Menanggal, Benowo, Petekan, Manukan Kulon, dan Darmo Permai.

Selain Terminal dan Sub Terminal yang dikelola oleh Pemerintah Daerah, terdapat juga pangkalan angkutan kota yang dikelola oleh operator angkutan umum, diantaranya pangkalan angkot Kenjeran, Dukuh Kupang, Sidodadi, Keputih, Wisma Permai, Jembatan Merah, Petojo, Ujung Baru. Peta Lokasi Terminal, Sub Terminal dan pangkalan angkutan Kota.

Page 4: Pengembangan Infrastruktur Kota Banda Aceh Antara Problem Dan Solusi

Ir. Tri Rismaharini, MT

ISBN No. 978-979-18342-0-9

20

D. Trayek Angkutan Umum

Data dari Dinas Perhubungan (Agustus Th 2006) menyebutkan bahwa terdapat 22 trayek Bus Kota yang ada di Kota Surabaya, terdiri dari : 426 armada Bus Kota (termasuk cadangan) dengan kapasitas muatan 50 orang yang beroperasi pada 11 trayek Non-Patas, 6 trayek Patas non AC dan 5 trayek Patas AC.

Sedangkan jaringan angkutan umum perkotaan di kota Surabaya dilayani oleh 5.253 armada Mikrolet (kapasitas muatan 12 orang) yang beroperasi pada 58 trayek.

2.1.2. Transportasi Kereta Api

Jaringan jalan kereta api di wilayah Surabaya merupakan pusat dari jaringan jalan kereta api wilayah timur P. Jawa. Perkereta apian di Indonesia di selengarakan oleh pemeintah di bawah Departemen Perhubungan. melalui salah satu Badan Usaha Milik Negara : PT. KAI (Kereta Api Indonesia) (Persero). Kantor Pusat berada di kota Bandung. dan untuk daerah Jawa Timur dikelola oleh Daerah Operasi VIII Jawa Timur yang berpusat di kota Surabaya.

Secara geografis, posisi kota Surabaya mempunyai posisi yang unik, yaitu terletak di sudut suatu daratan berbentuk persegi, seolah suatu titik sudut yang terhubung dengan 3 (tiga) garis utama sebagai garis arah utama rute kereta api dari dan ke kota Surabaya, yaitu : a. Garis horisontal, yaitu jaringan Surabaya

– Jakarta lewat Pantai Utara (Pantura) b. Garis Diagonal, yaitu jaringan Surabaya –

Jakarta / Bandung lewat Selatan c. Garis Vertikal, yaitu ke selatan – selatan

(ke Malang, Blitar) dan ke selatan – timur (ke Pasuruan, Probolinggo, Jember dan Banyuwangi)

Sedangkan di dalam kota, titik sudut tersebut membias menjadi seluas kota Surabaya, sehingga garis arah utama berhenti pada stasiun tertentu, dan sebagian diteruskan dengan ruas-ruas jalur kereta api tertentu dalam kota.

Jaringan kereta api didalam kota Surabaya, sesuai uraian di atas dibagi menjadi 2 (dua )

bagian utama yaitu :

a. Sebagai garis arah utama rute kereta api dari dan ke kota Surabaya, yaitu : 1. Jaringan jalur KA Jakarta (Lintas

Jawa Utara) - Benowo – Pasar Turi (jalur tunggal)

2. Jaringan jalur KA Jakarta / Bandung (Lintas Jawa Selatan) – Pagesangan - Wonokromo (jalur tunggal).

3. Jaringan jalur KA Malang (Selatan-Selatan) dan Banyuwangi (Selatan-Timur) -Kertomenanggal - Wonokromo (jalur tunggal).

b. Ruas – ruas jalur kereta api dalam kota, yaitu : 1. Jaringan jalur KA Wonokromo –

Gubeng (jalur ganda). 2. Jaringan jalur KA Gubeng – Kota /

Semut (Jalur tunggal). 3. Jaringan jalur KA Gubeng – Sidotopo

- Benteng (jalur tunggal). 4. Jaringan jalur KA Sidotopo – Prapat

Kurung (jalur tunggal), elevated didaerah simpang jalur KA Kota-Gubeng, Jl. Kapasari, Jl. Pengampon – Pecindilan,Jl. Pahlawan, Jl. Bubutan dan Jl. Pasar Turi (pada awal rute bergabung dengan Jar. Jalur KA Sidotopo – Pasar Turi)

5. Jaringan jalur KA Pasar Turi – Prapat Kurung (jalur tunggal), sebagian menyatu dengan jaringan jalur KA Sidotopo – Prapat Kurung.

6. Jaringan jalur KA Sidotopo – Kota/Semut (jalur tunggal)

7. Jaringan jalur KA Sidotopo – Pasar Turi (jalur tunggal), elevated, sebagian menyatu dengan jaringan jalur KA Sidotopo – Prapat Kurung.

2.1.3. Transportasi Sungai

Transportasi sungai di Surabaya belum berkembang karena kondisinya belum memungkinkan untuk itu. Sungai Kalimas kondisinya dangkal dan kumuh serta ruang bebas di bawah banyak jembatan yang ada di sepanjang Sungai Kalimas tersebut yaitu jembatan Wonokromo, Jembatan Ngagel, Jembatan Sonokembang, Jembatan Pemuda, Jembatan Yos Sudarso dan Jembatan Peneleh, tidak mencukupi untuk keperluan lalu-lintas sungai.

Page 5: Pengembangan Infrastruktur Kota Banda Aceh Antara Problem Dan Solusi

Pengembangan Infrastruktur Kota Surabaya, Antara Problem Dan Solus

ISBN No. 978-979-18342-0-9 21

Belum lagi keberadaan beberapa dam, seperti dam Gunungsari, dam Jagir, dan dam Kayoon yang berfungsi sebagai pengatur debit air tidak mungkin untuk dihilangkan. Jarak tempuh yang dimungkinkan dengan kondisi yang ada tersebut menjadi sangat pendek. Karena peran transportasi sungai ini sangat kecil dalam sistem transportasi di kota Surabaya maka untuk materi selanjutnya tidak dibahas

2.1.4. Transportasi Laut

Indonesia sebagai negara kepulauan/maritime, peranan pelayaran adalah sangat penting bagi kehidupan sosial, ekonomi, pemerintah, pertahanan/keamanan dan sebagainya. Bidang kegiatan pelayaran sangat luas yang meliputi angkutan penumpang dan barang, penjagaan pantai, hidrografi, dan masih banyak jenis pelayaran lainnya.

Bidang kegiatan pelayaran dapat dibedakan menjadi dua yaitu pelayaran niaga dan non niaga. Pelayaran niaga adalah usaha pengangkutan penumpang dan barang terutama barang dagangan melalui laut antar pulau/pelabuhan. Pelayaran bukan

niaga meliputi pelayaran kapal patroli, survai kelautan, dan sebagainya. Karena Peran Transportasi laut belum berpengaruh signifikan terhadap sistem transportasi di kota Surabaya, maka materi selanjutnya tidak dibahas.

2.2. Pemecahan Permasalahan

Sesuai arahan RPJMD Kota Surabaya bahwa kebijakan Pembangunan Infrastruktur di kota Surabaya adalah dengan meningkatkan Akselerasi Pertumbuhan Arus Perdagangan Barang Dan Jasa Dalam Skala Regional Maupun Internasional Serta Memadukan Wilayah Greater Surabaya Dalam Suatu Sistem Tata Ruang Yang Terintegrasi Didukung Oleh Infrastruktur, Sistem Transportasi Dan Sistem Teknologi Informasi Yang Memadai, Kebijakan untuk permasalahan transportasi dilaksanakan dengan Program Pengembangan Sistim Transportasi dan Program Pengelolaan dan Pembangunan Jalan Dan Jembatan sedangkan strategi yang dilakukan untuk Pembangunan Transportasi tersebut dapat dilihat pada Gambar.1. berikut.

Gambar 1. Diagram Alir Strategi Pembangunan Transportasi di Kota Surabaya

Page 6: Pengembangan Infrastruktur Kota Banda Aceh Antara Problem Dan Solusi

Ir. Tri Rismaharini, MT

ISBN No. 978-979-18342-0-9

22

2.2.1. Pengembangan Angkutan Massal Perkotaan

Untuk strategi penerapan angkutan massal dikota Surabaya, Pemerintah Kota Surabaya mempunyai konsep untuk menerapkan angkutan massal berbasis jalan dan angkutan massal berbasil rel. Kedua konsep tersebut dalam Studi Surabaya Intregated Transportation Network Planning yang dilaksanakan oleh Departmen Perhubungan tahun 1997 diterapkan bersamaan, yaitu untuk sistim BRT (Bus Rapid Transit) diterapkan di koridor Utara Selatan dan Timur Barat.

Sedangkan untuk LRT (Light Rail Transit) diterapkan pada Koridor Utara Selatan. Khusus untuk pengoperasian BRT, Pemerintah Kota Surabaya seharusnya telah

melaksanakan pada tahun 2008 ini. Namun dikarenakan belum adanya kesiapan infrastruktur (kapasitas jalan) serta belum adanya ijin dari Pemerintah Pusat terhadap jalan nasional yang akan dilewati maka Pemerintah Kota Surabaya menunda pelaksanaan Pengoperasian BRT tersebut.

2.2.2. Pembatasan Lalu Lintas

Kegiatan untuk strategi pembatasan lalu lintas ini merupakan bagian dari kebijakan traffic demand management dan mulai tahun 2006 Pemerintah Kota Surabaya telah melaksanakannya melalui kegiatan perbedaan waktu masuk sekolah dan waktu masuk kantor. Konsep kegiatan ini dapat dilihat pada Gambar. 2. Berikut.

Gambar 2. Konsep Kegiatan Perbedaan Waktu Masuk Sekolah dan kantor

Dari hasil evaluasi pelaksanaan, kegiatan ini berhasil mengurangi kemacetan lalu lintas pada saat pagi hari namun kelemahan dari kegiatan ini adalah belum didukung oleh Instansi pemerintah dilingkungan Pemerintah Propinsi dan instansi swasta. Untuk kegiatan di tahun mendatang Pemerintah kota tetap akan melaksanakan Kebijakan traffic demand management untuk pembatasan lalu lintas dengan kegiatan kegiatan yang akan dikaji lebih lanjut sehingga dapat diterapkan di kota Surabaya.

Disamping kegiatan tersebut diatas untuk penerapan traffic demand management

Pemerintah Kota Surabaya juga membangun pedestrian – pedestrian yang akan terkoneksi dengan fasilitas umum (stasiun, Halte, Terminal, sekolah dsb). Saat ini telah terbangun pedestrian di pusat kota yang nantinya akan di seluh penjuru kota Surabaya.

2.2.3. Peningkatan Kapasitas Jaringan Jalan

Peningkatan kapasitas jaringan jalan saat ini di kota Surabaya sangat sulit dilaksanakan. Hal tersebut disebabkan sulitnya pembebasan lahan untuk keperluan pembangunan serta peningkatan jalan.

Page 7: Pengembangan Infrastruktur Kota Banda Aceh Antara Problem Dan Solusi

Pengembangan Infrastruktur Kota Surabaya, Antara Problem Dan Solus

ISBN No. 978-979-18342-0-9 23

Menyikapi masalah tersebut mendatang Pemerintah Kota Surabaya akan melakukan kegiatan peningkatan serta pembangunan jalan dengan seminim pembebasan lahan. Salah satu upaya tersebut adalah dengan memfungsikan saluran–saluran primer/ sekunder yang berada ditepi jalan sebagai badan jalan dengan memasang box culvert di saluran tersebut.

Kegiatan pembangunan dan peningkatan jalan dengan pemasangan box culvert tersebut akan dimulai pada jalan Banyu Urip pada tahun 2008 sepanjang 850 m dan akan dilanjut pada jalan Semolowaru dan jalan Menur pada tahun 2009. Khusus untuk pembangunan box culvert di Jl Banyu Urip, Pemerintah Kota Surabaya akan mendapat dua manfaat sekaligus dari pembangunan tersebut yaitu selain menambah kapasitas jaringan jalan juga akan terkonversinya saluran banyu urip yang semula merupakan saluran dengan fungsi irigasi menjadi saluran pematusan kota.

Selain itu, Pemerintah Kota Surabaya juga membangun frontage Road pada sisi Timur Rel KA pada jalan Ahmad Yani Surabaya. Untuk meningkatkan aksesibilitas serta meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi seluruh wilayah kota Surabaya, Pemerintah Kota melaksanakan pembangunan jalan-jalan Tembus (jalan tembus Wiyung Balasklumprik tembus jalan Mastrip) serta meningkatkan jalan-jalan yang mempunyai nilai strategis yang cukup tinggi di bidang ekonomi (Mastrip, Wiyung, Jl Arif Rahman Hakim (depan Liponsos s/d Merr IIc)).

Disamping Pembangunan jaringan jalan serta peningkatan jalan dilakukan pula peningkatan kualitas manajemen lalu lintas dengan peningkatan operasional ATCS (automatic traffic control system) dengan penambahan ATCS yang langsung terkoneksi dengan control room.

3. RENCANA KAWASAN PERUMAHAN

Kawasan perumahan terdiri dari kawasan perumahan yang dibangun oleh penduduk sendiri, dibangun oleh perusahaan pembangunan perumahan dan dibangun oleh pemerintah. Pada pembangunan perumahan real estate, pelaksana pembangunan perumahan/pengembang wajib menyediakan

prasarana lingkungan, utilitas umum dan fasilitas sosial dengan proporsi 40% dari keseluruhan luas lahan perumahan, dan selanjutnya diserahkan kepada Pemerintah Kota.

Pembangunan perumahan real estate baru disebar secara merata dibagian timur dan barat kota, yaitu pada Unit Pengembangan (UP) I Rungkut, UP II Kertajaya, UP III Tambak Wedi, UP VIII Satelit, UP IX Ayani, UP X Wiyung, UP XI Tambak Oso Wilangon dan UP XII Sambikerep.

Pengembangan lokasi perumahan lama dan perkampungan kota ditekankan pada peningkatan kualitas lingkungan dan pembenahan prasarana dan sarana perumahan. Pembangunan perumahan lama/perkampungan dilakukan secara terpadu baik fisik maupun sosial ekonomi masyarakat melalui program pembenahan lingkungan, peremajaan kawasan maupun perbaikan kampung.

4. RENCANA KAWASAN INDUSTRI

Kawasan industri diarahkan pada unit pengembangan yang terdapat pada lokasi pengembangan yang terdapat lokasi pengembangan industri yaitu di UP I Rungkut di sekitar SIER, Kalirungkut, Kedung Baruk, di UP X Wiyung di kawasan Karangpilang dan di eilayah UP XI Tambak Oso Wilangon di sekitar Margomulyo dan Tambak Oso Wilangon.

Pengembangan Kawasan industri ditetapkan sebagai berikut :

− Pembangunan kawasan industri dilakukan secara terpadu dengan lingkungan sekitarnya dengan memperhatikan radius dan tingkat pencemaran yang dapat ditimbulkan serta upaya-upaya pencegahan pencemaran terhadap kawasan di sekitarnya;

− Pada pembangunan industri berupa industri/pergudangan estate, perusahaan pembangunan industri wajib menyiapkan prasarana lingkugan, utilitas umum, bangunan perumahan untuk pekerja dan dasilitas sosial dengan propporsi 40 % dari keseluruhan luas

Page 8: Pengembangan Infrastruktur Kota Banda Aceh Antara Problem Dan Solusi

Ir. Tri Rismaharini, MT

ISBN No. 978-979-18342-0-9

24

lahan dan selanjutnya diserahkan kepada Pemerintah Kota;

− Pembangunan industri harus memenuhi kebutuhan luas lahan, jenis-jenis ruang dan faislitas lpelayanan publik yang harus tersedia (parkir, ruang terbuka hijau, ruang pedagang kaki lima, pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran), kemudahan pencapaian dan kelancaran sirkulasi lalu lintas dari dan menuju lokasi;

− Pembangunan dan pelaksanaan kegiatan industri harus disertai dengan upaya-upaya terpadu dalam mencegah dan mengatasi terjadinya pencemaran lingkungan mulai dari penyusunan AMDAL, RKL RPL, penyediaan IPAL dan disertai dengan pengawasan oleh Pemerintah Kota secara intensif terhadap kegiatan industri yang dilaksanakan.

5. RENCANA KAWASAN PERDAGANGAN DAN JASA

Pembangunan di kawasan perdagangan dan jasa diarahkan sebagai berikut:

− Pusat kawasan komersial dan jasa dengan lingkup pelayanan skala nasional, regional dan kota berada di UP VI Tunjungan, dan UP V Tanjung Perak;

− Kawasan perdagangan dan jasa direncanakan secara terpadu dengan kawasan sekitarnya dan harus memperhatikan kepentingan semua pelaku sektor perdagangan dan jasa termasuk pedagang informal atau pedagang sejenis lainnya ;

− Pada pembangunan fasilitas perdagangan berupa kawasan perdagangan terpadu, pelaksana pembangunan / pengembang wajib menyediakan prasarana lingkungan, utilitas umum, area untuk pedagang informal dan fasilitas sosial dengan dengan proporsi 40% dari keseluruhan luas lahan dan selanjutnya diserahkan kepada Pemerintah Daerah

6. RENCANA KAWASAN WISATA

Kebijakan pengembangan kawasan wisata di Kota Surabaya adalah sebagai berikut :

− Wisata bahari / pantai ditetapkan pada Unit Pengembangan (UP) III Tambak Wedi yaitu di kawasan Kenjeran dan sekitar Jembatan Suramadu.

− Wisata satwa berada pada Unit Pengembangan VII Wonokromo, yaitu di Kawasan Kebun Binatang Surabaya yang ditekankan pada upaya pelestarian satwa dan lingkungan alam di dalamnya;

− Wisata pertanian (agrowisata) berada pada Unit Pengembangan (UP) IX Ahmad Yani dan UP. X Wiyung yang juga berfungsi sebagai pusat penelitian dan pengembangan pertanian perkotaan dan budidaya pertanian;

− Wisata Budaya dan Religi berada pada Unit Pengembangan (UP) V Tanjung Perak di Kawasan Masjid Ampel dan sekitarnya, pada wilayah UP. VI Tunjungan di Kawasan Taman Hiburan Rakyat (THR) Surabaya, dan Monumen Kapal Selam, pada wilayah UP. VII Wonokromo di Museum Mpu Tantular, serta pada wilayah UP. IX Ahmad Yani di sekitar Kawasan Masjid Al Akbar Surabaya (MAS).

7. RENCANA KAWASAN LINDUNG

Pada kawasan lindung wilayah laut dilarang melaksanakan kegiatan pembangunan dan pemanfaatan lahan yang dapat mengakibatkan kerusakan kawasan lindung (darat dan laut). Pemerintah Kota Surabaya juga berupaya untuk melakukan pengelolaan dan rehabilitasi terumbu karang, mangrove, padang lamun, estuari dan teluk

Strategi pengembangan kawasan lindung wilayah darat dan laut ditujukan untuk menjamin keseimbangan dan keserasian lingkungan hidup, serta kelestarian pemanfaatan potensi sumber daya alam sesuai prinsip pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan

Page 9: Pengembangan Infrastruktur Kota Banda Aceh Antara Problem Dan Solusi

Pengembangan Infrastruktur Kota Surabaya, Antara Problem Dan Solus

ISBN No. 978-979-18342-0-9 25

Beberapa rencana pengembangan fasilitas infrastruktur antara lain:

1. Rencana Fasilitas Pendidikan. Pembangunan fasilitas pendidikan ditekankan pada upaya peningkatan kualitas pendidikan melalui pembenahan prasarana dan sarana yang telah ada maupun pembangunan fasilitas baru mulai dari pendidikan dasar sampai perguruan tinggi.

2. Rencana Fasiltas Kesehatan Peningkatan kualitas prasarana dan sarana kesehatan yang telah ada dilakukan pada rumah sakit yang dikelola oleh Pemerintah dan/atau militer yang terdapat pada UP II Kertajaya, UP IV Dharmahusada, UP VI Tunjungan, UP VII Wonokromo, UP IX Ayani, rumah sakit/klinik swasta dan pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) yang tersebar di setiap wilayah Kecamatan dan pada lokasi-lokasi fasilitas umum.

Pembangunan fasilitas kesehatan baru dilakukan secara tersebar pada lokasi-lokasi fasilitas umum disekitar kawasan perumahan sesuai dengan daya dukung dan daya tampung serta ruang lingkup pelayanan kesehatan, juga akan dilakukan pembangunan fasilitas kesehatan baru yaitu di UP XII Sambikerep.

Pembangunan Rumah Sakit di Surabaya Barat dalam waktu dekat, dimaksudkan untuk memenuhi standard pelayanan kesehatan dari pemerintah untuk masyarakat, khususnya masyarakat menengah ke bawah. Lingkup pelayanannya, diutamakan kawasan Surabaya Barat, serta kawasan Gresik Selatan sebagai pengembangan lingkup pelayanan. Walaupun begitu, tetap diperhitungkan untuk melayani konsumen kelas menengah, yang nantinya diharapkan dapat memberi masukan keuangan sebagai subsidi silang bagi pelayanan golongan menengah ke bawah. Sedangkan dari jenis layanan kesehatan, diutamakan keberpihakan pada jenis layanan kesehatan bagi masyarakat menengah ke bawah (Askes, dll) hingga masyarakat miskin kota (Kartu Gakin).

Fasilitas kesehatan yang akan dibangun adalah Rumah Sakit Umum kelas C +. Rumah Sakit Umum Kelas C adalah Rumah Sakit Umum yang harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medis spesialistik dasar.

Beberapa dampak positif berkaitan dengan kegiatan pembangunan Rumah Sakit Surabaya Barat ini antara lain adalah terbukanya kesempatan kerja dan peluang berusaha yang lebih besar dan peningkatan kesehatan masyarakat terutama di wilayah Surabaya Barat. Juga peluang berusaha seperti membuka apotek, wartel, toko/warung serta jenis perdagangan/jasa lainya untuk memenuhi kebutuhan para pengunjung dan karyawan rumah sakit di sekitar lokasi rumah sakit.

Namun demikian, dampak positif tersebut perlu dikelola secara intensif melalui promosi jaminan layanan medis dan non medis yang bermutu dari Rencana Rumah Sakit Surabaya Barat terutama untuk masyarakat yang tinggal di wilayah Surabaya Barat. Bentuk promosi yang dapat dilakukan antara lain berupa open house rumah sakit, layanan pemeriksaan kesehatan gratis secara berkala, pemasangan poster atau gambar atau spanduk, penyebaran leaflet dan sebagainya.

3. Rencana Fasilitas Persampahan Pembangunan prasarana dan sarana kebersihan persampahan skala kota dilakukan dengan penyediaan prasarana dan sarana penanganan sampah terpadu pada TPA Benowo yang termasuk dalam UP XI Tambak Oso Wilangon serta diupayakan mencari lokasi baru pada UP I Rungkut dan/atau pada UP II Kertajaya.

Kebutuhan fasilitas dan kebutuhan ruang pada TPA baru adalah dibatasi oleh luas lahan yang tersedia dan teknologi pengelolaan sampah yang dipergunakan. Berdasarkan ketentuan yang ada, luas TPA dibatasi hingga 50 Ha, sehingga teknologi yang dipakai akan disesuaikan dengan luas yang tersedia. Pemilihan teknologi berpengaruh terhadap jumlah dan jenis fasilitas yang dibutuhkan.

Page 10: Pengembangan Infrastruktur Kota Banda Aceh Antara Problem Dan Solusi

Ir. Tri Rismaharini, MT

ISBN No. 978-979-18342-0-9

26

TPA bisa dijadikan Pusat Studi sehingga tiap saat bisa menerima kemajuan teknologi yang siap diaplikasikan sekaligus sebagai kontrol teknologi yang diterapkan. Dan tidak menutup kemungkinan bisa menjadi Pusat Penelitian bagi para ilmuwan Indonesia yang peduli dengan masalah sampah, sehingga bisa ditemukan metode – metode baru yang sesuai dengan kondisi dan karakteristik sampah di Indonesia umumnya maupun di Surabaya khususnya.

Dengan diadakan Buffer Zone berupa penanaman tumbuhan bakau maka penghijauan akan menjadi lebih baik dan menghilangkan kesan bahwa TPA bukan merupakan daerah kumuh yang bau tetapi bisa menjadi indah dan tidak bau.

4. Rencana Fasilitas Seni dan Budaya Pembangunan fasilitas umum berupa ruang serbaguna, gedung pertemuan serta fasilitas kesenian dan budaya dilakukan untuk penyediaan fasilitas yang dapat mewadahi aktifitas sosial kemasyarakatan serta mendukung terwujudnya aktualiasai budaya lokal.

5. Rencana Fasilitas Olah Raga Pengembangan dan peningkatan fasilitas olah raga yang telah ada dilakukan dengan mempertahankan fungsi dan meningkatkan kualitasnya baik pada fasilitas olah raga berupa ruang terbuka / lapangan olah raga maupun gedung tertutup yaitu pada UP II Kertajaya, UP IV Dharmahusada, UP VII Wonokromo dan UP VIII Satelit. Pembangunan fasilitas olah raga baru dilakukan dalam skala kota dan regional berupa ruang terbuka/lapangan olah raga dan/atau tertutup yaitu pada UP XIII Sambikerep.

Pengembangan kawasan stadion di kawasan Surabaya Barat sebagai pusat orientasi akan berdampak pada pola pengembangan penggunaan lahan di sepanjang koridor yang menjadi akses utama tersebut. Kondisi ini telah diantisipasi dengan memberikan arahan peruntukan lahan sebagaimana tertuang dalam RDTRK Tambak Oso Wilangon. Adanya rencana

pembangunan Stadion Surabaya Barat di Kecamatan Pakal akan memberikan efek positif dalam perkembangan kawasan. Akan terdapat beberapa kegiatan ikutan sehingga kawasan tidak secara sporadis akan berubah. Selain pembangunan Stadion Surabaya Barat juga akan dilengkapi dengan kawasan rekreasi dan konservasi. Selain itu juga terdapat kawasan permukiman baru untuk mendukung rencana ini. Salah satu kendala dalam rencana pembangunan ini adalah keberadaan TPA Benowo dimana akan mengganggu kualitas lingkungan yang ada di sekitar kawasan. Dengan demikian diperlukan pengelolaan sampah di TPA dengan menggunakan sistem sanitary landfill serta perlu adanya sabuk hijau (greenbelt) yang mengelilingi kawasan TPA untuk mereduksi bau yang berasal dari kawasan TPA ini.

Berkaitan dengan pengendalian lingkungan di wilayah perencanaan pembangunan, maka aspek-aspek yang perlu dipertimbangkan didalam perencanaan pengendalian lingkungan meliputi: a. Optimalisasi penggunaan ruang adalah

merupakan salah satu cara didalam meningkatkan nilai ekonomi dan sosial lahan wilayah perencanaan. Pertimbangan pengarahan pemanfaatan lahan dititikberatkan kepada pertimbangan ekonomi, sosial, strategis dan politis dari suatu kawasan di samping pertimbangan teknis dan biaya.

b. Pengendalian dan pemeliharaan terhadap kondisi air tanah, dilakukan dengan memperluas bidang resapan melalui pemeliharaan dan pengendalian ketat pada kawasan yang direncanakan sebagai Ruang Terbuka Hijau dan rekreasi air serta penanaman pohon.

c. Pengendalian terhadap penggunaan lahan dan pengendalian garis sempadan jalan/bangunan khususnya disepanjang jalan utama kota serta jalan-jalan lainnya yang dianggap strategis terhadap sistim transportasi kawasan.

d. Pengendalian terhadap kebersihan dan kesehatan lingkungan khususnya yang berkaitan dengan sanitasi permukiman, persampahan, dan air bersih.

Page 11: Pengembangan Infrastruktur Kota Banda Aceh Antara Problem Dan Solusi

Pengembangan Infrastruktur Kota Surabaya, Antara Problem Dan Solus

ISBN No. 978-979-18342-0-9 27

e. Peningkatan kesadaran lingkungan bagi seluruh penduduk yang akan menempati wilayah perencanaan, khususnya terhadap kesehatan, keamanan dan kenyamanan lingkungan pemukiman.

Pengendalian tersebut dilakukan untuk mewujudkan pelaksanaan pembangunan dan pemanfaatan ruang yang sesuai dengan struktur dan pola pemanfaatan ruang dalam Rencana Tata Ruang Wilayah. Pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan secara terpadu melalui upaya-upaya pencegahan dan penanganan masalah antara lain melalui proses perizinan pemanfaatan ruang, pengawasan dan penertiban.

8. RENCANA SISTEM PEMATUSAN

8.1. Permasalahan Drainase Kota Surabaya

Kota Surabaya merupakan kota yang terletak di kawasan pesisir pantai sehingga permasalahan yang drainase perkotaan tidak terlepas dari pasang surut air laut. Selain itu permasalahan lain terletak pada saluran-saluran yang ada saat ini masih berfungsi sebagai saluran irigasi. Dari sisi pembangunan kawasan, saat ini para pengembang perumahan masih mengabaikan luasan yang difungsikan sebagai badan air untuk resapan air.

8.2. Pemecahan Permasalahan

Dalam mengatasi permasalahan drainase perkotaan Pemerintah Kota Surabaya akan melakukan Manajemen Air. Manajemen Air dilakukan untuk tetap dapat memanfaatkan

air permukaan (surface drain) yang pada konsep drainase perkotaan adalah secepatnya membuang air tersebut ke badan air.

Untuk maksud tersebut selain memperbanyak pintu-pintu air di hilir sungai serta pengerukan sedimen di boezem maupun saluran, pemerintah kota juga berusaha menahan air permukaan tersebut untuk dapat dapat dimanfaatkan sebagai air resapan dengan membangun mini boezem. Kegiatan lain untuk memecahkan permasalahan drainase tersebut yaitu antara lain rehabilitasi/ peningkatan saluran drainase /gorong-gorong, serta pembangunan saluran-saluran tepi jalan.

9. UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada panitia Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Perkotaan 2008 yang telah mengundang kami sebagai keynote speaker dan memberikan kesempatan untuk berpartisipasi aktif dalam seminar tersebut.

10. DAFTAR ACUAN

Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2006 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah 2006 – 2010

Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Surabaya

Dephub. (1997), Studi Surabaya Intregated Transportation Network Planning, yang dilaksanakan oleh Departmen Perhubungan Jakarta