pengembangan industri padat energi di das mamberamo

10
ISBN 979-9344-01-8 2-89 PENGEMBANGAN INDUSTRI PADAT ENERGI DI DAS MAMBERAMO SEBAGAI PUSAT PERTUMBUHAN EKONOMI DI KAWASAN TIMUR INDONESIA Oleh : Agus Sugiyono *) ABSTRAK Sejak awal tahun 1990 perhatian pemerintah Indonesia untuk membangun wilayah KTI semakin besar. Saat ini beberapa potensi di wilayah KTI terus diteliti prospek pengembangannya. BPPT turut serta berpartisipasi dalam penelitian untuk pengembangan industri padat energi di Daerah Aliran Sungai (DAS) Mamberamo yang menggunakan PLTA sebagai sumber energi. Ada 2 lokasi yang berpotensi untuk dibangun PLTA, yaitu Mamberamo 1 (kapasitas 5.694,9 MW) dan Mamberamo 2 (kapasitas 933,0 MW). Dengan konsep pengembangan yang terpadu dan dengan motor penggerak industri padat energi diharapkan kawasan Mamberamo akan menjadi pusat pertumbuhan ekonomi di wilayah KTI. 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebelum terjadi krisis ekonomi pada tahun 1997, pertumbuhan ekonomi Indonesia rata- rata mencapai 6.8 % per tahun selama 25 tahun terakhir ini. Seiring dengan itu jumlah penduduk miskin terus menurun. Namun disadari masih banyak tantangan dan kendala yang dihadapi untuk mencapai pemerataan pembangunan di seluruh wilayah Indonesia. Salah satu kendala tersebut adalah ketidakseimbangan pertumbuhan wilayah antara Kawasan Timur Indonesia (KTI) dengan Kawasan Barat Indonesia (KBI). Wilayah KTI masih tertinggal dalam berbagai bidang bila dibandingkan dengan wilayah KBI. Sejak awal tahun 1990 perhatian pemerintah Indonesia untuk membangun wilayah KTI semakin besar. Keseriusan ini tercermin dengan dikeluarkan Kepress No. 120 tahun 1993 untuk membentuk Dewan Pembina Kawasan Timur Indonesia (DP-KTI) yang bertugas untuk mempercepat terwujudkan pengembangan di wilayah KTI. Dengan diperluasnya otonomi daerah nantinya, pengembangan wilayah KTI diharapkan juga akan tumbuh semakin cepat di masa mendatang. B. Tujuan Penelitian Saat ini beberapa potensi di wilayah KTI terus diteliti prospek pengembangannya. BPPT sebagai salah satu lembaga pengkajian juga turut serta berpartisipasi dalam penelitian untuk pengembangan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mamberamo, yang merupakan salah satu wilayah KTI. Tujuan penelitian adalah untuk : - mengidentifikasi potensi sumber daya alam di DAS Mamberamo - membuat strategi pengembangan industri padat energi yang terpadu dengan memanfaatkan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di DAS Mamberamo - memberi masukan kepada pemerintah untuk mempersiapan rencana induk untuk membuat kawasan pertumbuhan ekonomi di DAS Mamberamo. C. Metodologi Penelitian ini merupakan studi pustaka yang dilakukan dengan dana dari Pemerintah Indonesia dan dilaksanakan mulai tahun 1997 sampai tahun 1999. Untuk keperluan penelitian diperlukan data sekunder dari Departemen Pekerjaan Umum, PT PLN Persero, BPS, dan institusi lain yang telah melaksanakan studi sebelumnya. Disamping itu juga dilakukan survei ke pusat industri yang sudah ada di Indonesia saat ini dan diperkirakan dapat dibangun sebagai penyerap beban PLTA yang akan dikembangkan. *) Peneliti pada Direktorat Teknologi Konversi dan Konservasi Energi, BPPT **) Prosiding Teknologi, Ekonomi, dan Otonomi Daerah, Deputi Bidang Pengkajian Teknologi, BPPT

Upload: agus-sugiyono

Post on 12-Jun-2015

604 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Sejak awal tahun 1990 perhatian pemerintah Indonesia untuk membangun wilayah KTIsemakin besar. Saat ini beberapa potensi di wilayah KTI terus diteliti prospek pengembangannya.BPPT turut serta berpartisipasi dalam penelitian untuk pengembangan industri padat energi diDaerah Aliran Sungai (DAS) Mamberamo yang menggunakan PLTA sebagai sumber energi.

TRANSCRIPT

Page 1: PENGEMBANGAN INDUSTRI PADAT ENERGI DI DAS MAMBERAMO

ISBN 979-9344-01-8 2-89

PENGEMBANGAN INDUSTRI PADAT ENERGI DI DAS MAMBERAMO SEBAGAI PUSATPERTUMBUHAN EKONOMI DI KAWASAN TIMUR INDONESIA

Oleh : Agus Sugiyono*)

ABSTRAKSejak awal tahun 1990 perhatian pemerintah Indonesia untuk membangun wilayah KTI

semakin besar. Saat ini beberapa potensi di wilayah KTI terus diteliti prospek pengembangannya.BPPT turut serta berpartisipasi dalam penelitian untuk pengembangan industri padat energi diDaerah Aliran Sungai (DAS) Mamberamo yang menggunakan PLTA sebagai sumber energi. Ada 2lokasi yang berpotensi untuk dibangun PLTA, yaitu Mamberamo 1 (kapasitas 5.694,9 MW) danMamberamo 2 (kapasitas 933,0 MW). Dengan konsep pengembangan yang terpadu dan denganmotor penggerak industri padat energi diharapkan kawasan Mamberamo akan menjadi pusatpertumbuhan ekonomi di wilayah KTI.

1. PENDAHULUAN

A. Latar BelakangSebelum terjadi krisis ekonomi pada tahun 1997, pertumbuhan ekonomi Indonesia rata-

rata mencapai 6.8 % per tahun selama 25 tahun terakhir ini. Seiring dengan itu jumlahpenduduk miskin terus menurun. Namun disadari masih banyak tantangan dan kendala yangdihadapi untuk mencapai pemerataan pembangunan di seluruh wilayah Indonesia. Salahsatu kendala tersebut adalah ketidakseimbangan pertumbuhan wilayah antara KawasanTimur Indonesia (KTI) dengan Kawasan Barat Indonesia (KBI). Wilayah KTI masih tertinggaldalam berbagai bidang bila dibandingkan dengan wilayah KBI.

Sejak awal tahun 1990 perhatian pemerintah Indonesia untuk membangun wilayah KTIsemakin besar. Keseriusan ini tercermin dengan dikeluarkan Kepress No. 120 tahun 1993untuk membentuk Dewan Pembina Kawasan Timur Indonesia (DP-KTI) yang bertugas untukmempercepat terwujudkan pengembangan di wilayah KTI. Dengan diperluasnya otonomidaerah nantinya, pengembangan wilayah KTI diharapkan juga akan tumbuh semakin cepatdi masa mendatang.

B. Tujuan PenelitianSaat ini beberapa potensi di wilayah KTI terus diteliti prospek pengembangannya.

BPPT sebagai salah satu lembaga pengkajian juga turut serta berpartisipasi dalam penelitianuntuk pengembangan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mamberamo, yang merupakan salah satuwilayah KTI. Tujuan penelitian adalah untuk :- mengidentifikasi potensi sumber daya alam di DAS Mamberamo- membuat strategi pengembangan industri padat energi yang terpadu dengan

memanfaatkan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di DAS Mamberamo- memberi masukan kepada pemerintah untuk mempersiapan rencana induk untuk

membuat kawasan pertumbuhan ekonomi di DAS Mamberamo.

C. MetodologiPenelitian ini merupakan studi pustaka yang dilakukan dengan dana dari Pemerintah

Indonesia dan dilaksanakan mulai tahun 1997 sampai tahun 1999. Untuk keperluanpenelitian diperlukan data sekunder dari Departemen Pekerjaan Umum, PT PLN Persero,BPS, dan institusi lain yang telah melaksanakan studi sebelumnya. Disamping itu jugadilakukan survei ke pusat industri yang sudah ada di Indonesia saat ini dan diperkirakandapat dibangun sebagai penyerap beban PLTA yang akan dikembangkan. *) Peneliti pada Direktorat Teknologi Konversi dan Konservasi Energi, BPPT**) Prosiding Teknologi, Ekonomi, dan Otonomi Daerah, Deputi Bidang Pengkajian Teknologi, BPPT

Page 2: PENGEMBANGAN INDUSTRI PADAT ENERGI DI DAS MAMBERAMO

ISBN 979-9344-01-8 2-90

2. KAWASAN TIMUR INDONESIAWilayah Indonesia dibagi menjadi 27 propinsi. 14 propinsi berada di wilayah KBI dan 13

propinsi di wilayah KTI. Pengelompokan KTI dan KBI secara lengkap ditunjukkan pada Tabel1 dan dari lokasinya ditunjukkan pada Gambar 1.

Tabel 1. Pembagian Wilayah KTI dan KBI

Wilayah KBI Wilayah KTI1 Aceh 1 Nusa Tenggara Barat2 Sumatera Utara 2 Nusa Tenggara Timur3 Sumatera Barat 3 Timor Timur4 Riau 4 Kalimantan Barat5 Jambi 5 Kalimantan Tengah6 Sumatera Selatan 6 Kalimantan Selatan7 Bengkulu 7 Kalimantan Timur8 Lampung 8 Sulawesi Utara9 Jakarta 9 Sulawesi Tengah10 Jawa Barat 10 Sulawesi Selatan11 Jawa Tengah 11 Sulawesi Tenggara12 Yogyakarta 12 Maluku13 Jawa Timur 13 Irian Jaya14 Bali -

Jakarta

Singapore

Kuala Lumpur

Bandar Seri

MALAYSIA

PHILIPPINES

AUSTRALIA

MALAYSIA Begawan

Sumatera

Jawa

Kalimantan

Sulawesi

Irian Jaya

Jayapura

Mamberamo

Kawasan Barat IndonesiaKawasan Timur Indonesia

(KBI)(KTI)

Keterangan : Batas Negara

Batas KTI dan KBI

DAS

Gambar 1. Lokasi Wilayah KTI dan KBI

Secara umum, tingkat kesejahteraan sosial wilayah KTI lebih rendah jika dibandingkandengan wilayah KBI maupun rata-rata nasional. Kondisi tahun 1995 dapat dirinci bahwadengan luas areal yang mencapai 68 % dari total wilayah Indonesia, hanya mempunyaipendapatan regional sebesar 17 % dari total pendapatan Indonesia. Dengan mengambil datanilai tukar 1 US$ sama dengan Rp 2300 maka pada tahun 1995 wilayah KTI mempunyaipendapatan/kapita sebesar 898 US$/kapita. Indikator yang lain di wilayah KTI jugamenunjukkan masih jauh tertinggal bila dibandingkan dengan wilayah KBI. Kapasitasterpasang pembangkit listrik dari PLN hanya sebesar 9 %, jumlah rumah sakit sebesar 26 %dan jumlah universitas sebesar 21 % dari total Indonesia (Lihat Tabel 2). Meskipun demikian,dari cakupan wilayah, KTI memiliki potensi sumber daya yang besar. Menurut perkiraan,paling tidak separoh kandungan sumber daya alam ada di wilayah KTI. Oleh karena itu perludiupayakan untuk mempercepat pembangunan dengan memanfaatkan potensi yang ada.

Page 3: PENGEMBANGAN INDUSTRI PADAT ENERGI DI DAS MAMBERAMO

ISBN 979-9344-01-8 2-91

Tabel 2. Indikator Sosial Ekonomi Wilayah KTI dan KBI Tahun 1995[1]

Satuan KBI KTI IndonesiaLuas Wilayah 1000 km2 615 1322 1937Jumlah Penduduk 106 159 36 195Kapasitas Terpasang PT PLN GW 13.6 1.4 15.0Produk Domestik Regional Bruto 1012 Rupiah (current price) 363 75 438Jumlah Rumah Sakit Unit 785 277 1062Jumlah Perguruan Tinggi Unit 1024 281 1305

3. POTENSI SUMBER DAYA ALAM DI DAS MAMBERAMOPotensi tenaga air di Indonesia diperkirakan sebesar 74,9 GW yang tersebar di seluruh

wilayah Indonesia. Energi yang dapat dibangkitkan adalah sekitar 401.646 GWh per tahunyang setara dengan 2,5 juta barel Bahan Bakar Minyak (BBM) per hari yang dibangkitkandengan pembangkit tenaga termal. Hampir sepertiga dari potensi tenaga air tersebut (22,3GW) terdapat di Irian Jaya. Dari jumlah tersebut, potensi di DAS Mamberamo mencapai12.284 MW yang tersebat di 34 lokasi. Beberapa potensi di lokasi yang dipilih ditunjukkanpada Tabel 3. Sedangkan peta dari 34 lokasi ditampilkan pada Gambar 2.

Tabel 3. Potensi PLTA DAS Mamberamo di Lokasi yang Dipilih [5]

Lokasi KapasitasTerpasang

MW

Produksi EnergiGWh/tahun

Ranffaer 1 300 2.370Ranffaer 2 103 905Ranffaer 3 264 2.086Vanderwal 8 205 1.118Sobger 3 86 679Sobger 6 269 1.465Idenberg 1.119 5.506Mamberamo 1 5.695 27.021Mamberamo 2 933 5.102

Aliran Sungai Mamberamo mencakup empat kabupaten yaitu Kabupaten Jayapura,Jayawijaya, Yapen Waropen, dan Paniai. Sungai Mamberamo merupakan gabungan duasungai besar yaitu Sungai Taritatu yang mengalir dari arah Timur dan Sungai Tariku yangmengalir dari arah Barat. Kedua aliran sungai ini bertemu di Papasena dekat Dabra danmenjadi Sungai Mamberamo dengan panjang mencapai 650 km yang mengalir dari arahBarat Laut melalui Pegunungan Foja dan akhirnya bermuara di Samudera Pasifik. Sepanjangaliran sungai terdapat dua danau yaitu Danau Rombebai dan Danau Bira. Daerah huluadalah daerah pegunungan yang terjal. Daerah hilir merupakan dataran yang yang berawa-rawa. Di bagian tengah merupakan cekungan dataran tinggi yang luas.

Luas total DAS Mamberamo adalah 79.440 km2 yang hampir seluas pulau Jawa.Sebagian besar DAS Mamberamo berupa pegunungan dan perbukitan sehingga banyaksekali ditemukan jeram. DAS Mamberamo terletak di sebelah utara Pegunungan Jaya Wijayadengan curah hujan yang hampir merata sepanjang tahun. DAS Mamberamo mempunyaicurah hujan yang cukup tinggi yang mencapai sekitar 1.800 - 5.600 mm/tahun. Debit sungaidiperkirakan sebesar 4.500 m3/detik. Kedalaman sungai berkisar antara 8 sampai 33 meter.

Page 4: PENGEMBANGAN INDUSTRI PADAT ENERGI DI DAS MAMBERAMO

ISBN 979-9344-01-8 2-92

Gambar 2. DAS Mamberamo dan Potensi PLTA

Ada 2 lokasi PLTA yang berpotensi untuk dikembangkan lebih dahulu, yaituMamberamo 1 (5.694,9 MW) dan Mamberamo 2 (933,0 MW). Mamberamo 1 dapat dibangunbendungan untuk pembangkit listrik. Sedangkan Mamberamo 2 dapat dibangun sebagaibendungan serbaguna, yaitu :- untuk irigasi, industri dan keperluan rumah tangga dengan kapasitas sekitar 3.179

m3/detik sampai 6.358 m3/detik.- untuk pembangkit listrik.Berdasarkan perkiraan yang dilakukan PLN pada tahun 1983 dengan discount rate 10 % danusia proyek selama 50 tahun, biaya pembangkitan dari kedua bendungan tersebut adalahsebesar 1,91 sen US$/kWh untuk Mamberamo 1 dan 3,94 sen US$/kWh untuk Mamberamo2. Dengan adanya sumber energi yang melimpah dan murah ini memungkinkan Irian Jaya,khususnya DAS Mamberamo, untuk menjadi pusat pertumbuhan ekonomi di wilayah KTIdengan mengembangkan industri padat energi.

4. SKENARIO PENGEMBANGAN DAS MAMBERAMOHambatan utama yang dihadapi untuk memanfaatkan tenaga air di Irian Jaya adalah

kebutuhan tenaga listrik yang masih sangat kecil dan pusat bebannya terpisah-pisah. Bilamengikuti skenario pertumbuhan busines-as-usual maka dalam waktu dekat potensi PLTAyang besar di DAS Mamberamo tidak akan termanfaatkan. Sehingga untuk jangka panjangkesenjangan antara wilayah KTI dan KBI akan tetap besar. Oleh karena itu perlu skenariobaru untuk mengembangkan industri padat energi di daerah ini.

A. Studi Tahap PertamaStudi tahap pertama yang dimulai tahun 1997 memfokuskan 12 kegiatan yang

diidentifikasi dapat sebagai sarana untuk mengembangkan DAS Mamberamo sebagai pusatpertumbuhan ekonomi (Gambar 3). Dalam mengembangkan DAS Mamberamo perlu dibuatkonsep yang terpadu dengan memperhatikan berbagai aspek, diantaranya adalah :- Memanfaatkan sumber daya alam dengan menjaga kelestariannya.- Memanfaatkan sumber daya air semaksimal mungkin untuk mendukung pengembangan

industri padat energi.

Page 5: PENGEMBANGAN INDUSTRI PADAT ENERGI DI DAS MAMBERAMO

ISBN 979-9344-01-8 2-93

- Menciptakan pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan value added dari produk industridi kawasan tersebut.

- Meningkatkan kualitas sumber daya manusia antara lain melalui pendidikan/pelatihanketrampilan teknologi yang inovatif.

RelatedMinistries

ENERGY INTENSIVE

INDUSTRIES

Gov. R&DInstitution

Non Gov. R&DInstitution

Universities

HumanResources

Technology

Private SectorInvestors

Foreign

Investors

Public

Fund

State-own

Companies

LocalGovernment

NGO

DAMConstruction

12

3

4

5

6

78

9

10

11

12

Harnessingon Hydroelectric

Electrolysis

Fuel Cell forTransportation

Electric Trans-portation System

H2 ReductionSteel IndustryUtilization of

Natuna CO2

Transportationof Natuna CO2

NickelIndustry

Cooper Concen-trate Industry

Agro-Industry

EnvironmentalImpact

Gambar 3. Kegiatan dan Institusi untuk Mendukung Pengembangan Industri

Setelah dilakukan analisis secara rinci, dari 12 kegiatan tersebut ada beberapa kegiatanyang tidak layak untuk dikembangkan, seperti transportasi CO2 dari Natuna. Analisis tentangtransportasi CO2 dari Natuna ini BPPT mendapat bantuan teknis dari NEDO-IAE Jepang.Kegiatan elektrolisis juga merupakan kegiatan yang masih terlalu dini untuk dikembangkankarena di negara yang sudah maju, elektrolisis untuk menghasilkan H2 sebagai bahan bakarjuga sedang dikembangkan. Disamping itu untuk menjalankan 12 kegiatan tersebut secarabersamaan perlu dana yang sangat besar dan saat ini tidak mungkin terealisasi. Untukmenjembatani keterbatasan ini perlu adanya skenario baru untuk menggerakkan kegiatan diDAS Mamberamo.

B. Studi Tahap KeduaDalam studi tahap kedua yang dimulai pada akhir tahun 1997, dibuat skenario untuk

pengembangan industri padat energi sebagai penggerak mula kegiatan di DAS Mamberamo.Industri pemula yang dapat dikembangkan sebagai pemacu pertumbuhan di DASMamberamo adalah beberapa jenis industri mineral seperti industri aluminium, besi/baja,tembaga dan nikel. Industri aluminium meliputi pemrosesan bouxite menjadi alumina danpemrosesan alumina menjadi aluminium. Proses reduksi alumina menjadi aluminiummemerlukan energi yang besar yaitu sekitar 80 % dari total kebutuhan energi di industrialuminium.

Pada industri besi/baja, proses reduksi besi, peleburan dan pencetakan besi/bajamemerlukan energi yang besar. Biasanya listrik digunakan di tungku listrik yangmemungkinkan dibuat alloy yang memerlukan suhu yang tinggi. Sedangkan di industripengolahan tembaga, energi digunakan untuk pembuatan konsentrat tembaga danpengambilan logam tembaga dari konsentrat. Pada industri nikel, proses pengolahan nikeldapat dibagai menjadi dua proses. Proses hidrometalurgi untuk pengambilan logam denganproses pelarutan dengan penambahan bahan kimia. Sedangkan proses pirometalurgi untukpengambilan logam dengan cara pemanasan.

Page 6: PENGEMBANGAN INDUSTRI PADAT ENERGI DI DAS MAMBERAMO

ISBN 979-9344-01-8 2-94

Sebagain besar dari energi untuk keperluan operasional industri tersebut dapatmenggunakan tenaga listrik. Dengan tersedianya tenaga listrik yang murah denganmenggunakan PLTA maka produk yang dihasilkan mempunyai daya saing yang tinggi. Halini dapat dipahami karena dengan adanya listrik akan dapat menghemat biaya modalmaupun biaya operasional.

- Pengembangan Industri AluminiumPermintaan aluminium diperkirakan akan terus meningkat sejalan dengan permintaan

komponen automobile dan kaleng soft drink. Berdasarkan studi AME Mineral Economics,permintaan aluminium akan meningkat sebesar 4,0 % per tahun. Dengan tingkat produksisebesar 2,16 juta ton per tahun, diperkirakan pada tahun 2003 dibutuhkan sekitar 2,85 jutaton per tahun. Australia yang merupakan produsen bouxite dan alumina dan Jepang sebagaikonsumer dari produk aluminum, dapat memanfaatkan wilayah Mamberamo sebagai tempatuntuk mengolah bouxite menjadi alumina maupun alumina menjadi aluminium.

- Pengembangan Industri Besi/BajaPermintaan baja di Indonesia diperkiraan mencapai lebih dari 11 juta ton pada tahun

2010. Kebutuhan sebesar ini tidak mungkin dicukupi oleh produsen terbesar baja diIndonesia yaitu PT Krakatau Steel yang hanya mempunyai kapasitas produksi sebesar 2,5juta ton per tahun. Dengan demikian di DAS Mamberamo ada potensi untukmengembangkan industri baja dengan menggunakan iron ore, ingot atau pellet dari Australia.

- Pengembangan Industri TembagaPT Freeport Indonesia yang saat ini memproduksi konsentrat tembaga sebesar 600 ribu

ton per tahun akan meningkatkan produksinya menjadi 2,6 juta ton per tahun pada tahun2000. Sementara itu, pengembangan smelter di Gresik hanya mempunyai kapasitas 700 ributon. Sehingga masih ada potensi untuk membuat smelter di wilayah Mamberamo.

- Pengembangan Industri NikelDi Irian Jaya terdapat potensi bijih nikel. Indonesia sudah mempunyai pengalaman di

bidang pertambangan dan pemrosesan nikel yaitu PT Aneka Tambang dan PT Inco yangberoperasi di Sulawesi. Dengan adanya PLTA yang murah dan bijih nikel di dekatMamberamo merupakan keuntungan untuk membuat smelter, yang dapat memproses bijihnikel menjadi nickel-matte maupun ferro-nickel.

C. Peluang dan KendalaIndustri yang akan dikembangkan tersebut dapat berupa pabrik baru maupun relokasi

dari pabrik yang sudah ada. Dalam era globalisasi saat ini, pola relokasi pabrik adalah suatuhal yang umum dilakukan dalam upaya meminimumkan biaya produksi. Industri yang akandikembangkan ini pada prinsipnya untuk meningkatkan value added dan mengurangi biayapengangkutan dari produsen ke konsumen. Dengan adanya industri tersebut diharapkanakan berkembang juga berbagai industri turunannya sehingga terjadi multiplier effect dalamperekonomian dan pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.

Berdasarkan kemampuan sumber daya alam dan kondisi pasar, kapasitas dari industriyang akan dikembangkan dapat diambil sebagai berikut :- Industri aluminium sebesar kapasitas PT Asahan yaitu 225 ribu ton per tahun.- Industri baja sebesar setengah dari permintaan baja di Indonesia pada tahun 2010, yaitu

sebesar 5,5 juta ton per tahun.- Industri tembaga sebesar kapasitas produksi PT Freeport Indonesia pada tahun 2000,

yaitu sebesar 2,6 juta ton per tahun.- Industri nikel sebesar kapasitas PT Inco saat ini, yaitu sebesar 45 ribu ton per tahun.

Page 7: PENGEMBANGAN INDUSTRI PADAT ENERGI DI DAS MAMBERAMO

ISBN 979-9344-01-8 2-95

Dengan membuat asumsi teknologi yang digunakan untuk penambangan dan pemrosesanserta kualitas produk sama seperti saat ini maka keuntungan tahunan dapat diperkirakansebesar 5.682 juta US $ (Lihat Tabel 4)

Tabel 4. Estimasi Pendapatan Tahunan [4]

No. Industri Juta US $1 Aluminium 3382 Baja 1.8703 Tembaga : - Tembaga 2.271

- Emas 653 - Perak 28

4 Nikel 4505 Total 5.610

Untuk pendanaan, selain sarana dan prasarana yang dibangun pemerintah, PLTAdapat dibangun oleh pihak penanaman modal dan pemerintah melalui suatu kemitraanmodal. Sedangkan industri padat energi dibangun oleh penanam modal (investor). Denganmenggunakan cara ini diharapkan pendanaan tidak memberatkan anggaran pemerintah.Adapun dana yang ditanam pada sarana dan prasarana dapat kembali melalui sistemperpajakan atau penyewaan. Perkiraan jumlah investasi ditunjukkan pada Tabel 5.

Tabel 5. Estimasi Investasi [4]

Keterangan Dibiayai oleh Estimasi Biaya(juta US $)

I. DAM & PLTAPLTA, 5 GW BOT*) 5.000 – 7.500

II. Industri PemulaIndustri Aluminum Investor 1.000 – 1.500Industri Baja Investor 2.500 – 5.000Peleburan Tembaga Investor 2.500 – 5.000Industri Petrokimia Investor 1.000 – 2.000Industri Pulp & Kertas Investor 1.000 – 2.000Pelabuhan Investor 1.000 – 2.000

III. Sarana dan Prasarana Pemerintah 400 – 600

IV. Kawasan Industri Developer 200 – 300*) BOT = Build Operate Transfer Total 14.600 – 25.900

Beberapa kendala dalam mempercepat pembangunan di wilayah KTI adalah masihterbatasnya jumlah populasi, tingkat pendidikan rata-rata yang masih rendah dan prasaranakegiatan ekonomi yang masih kurang. Dua hal yang pertama dapat diatasi dengan polatransmigrasi dan pendidikan yang lebih baik bagi masyarakat. Sedangkan yang terakhirharus ada inisiatif dari pemerintah untuk meningkatkan pembangunan di wilayah KTI denganjalan memberi insentif bagi investor yang akan menamamkan modalnya. Untuk keperluantersebut telah dilakukan pendekatan dengan calon investor dari Jepang dan Jerman. Selamapenelitian juga telah dihimpun institusi swasta maupun pemerintah baik dari dalam maupunluar negeri yang mempunyai minat terhadap pengembangan DAS Mamberamo.

Karena krisis ekonomi yang dimulai pada pertengahan tahun 1997 yang berdampakpada ketidakstabilan sosial dan keamanan di Indonesia, maka untuk sementarapengembangan DAS Mamberamo seperti skenario di atas masih belum dapat terealisasi.Diharapkan segera setelah krisis ekonomi teratasi maka konsep pengembangan tersebutdapat dilaksanakan dan ada investor yang tertarik untuk melakukan investasi.

Page 8: PENGEMBANGAN INDUSTRI PADAT ENERGI DI DAS MAMBERAMO

ISBN 979-9344-01-8 2-96

5. PEMBAHASANDalam perencanaan pembangunan PLTA salah satu faktor utama adalah adanya

kebutuhan energi listrik. Dengan menerapkan skenario baru yaitu mengembangkan industripadat energi maka dapat diciptakan kebutuhan energi listrik sehingga memungkinkandilakukan pembangunan PLTA di DAS Mamberamo. Pembangunan PLTA dan industri padatenergi tersebut mempunyai skala yang besar sehingga harus dilakukan secara terpadu.

Keterpaduan pembangunan dapat dipersiapkan dalam format rencana indukpengembangan DAS Mamberamo yang harus dipersiapkan oleh pemerintah. Rencana indukini masih dalam proses pembuatan dan diharapkan memuat beberapa item pentingdiantaranya adalah :- Jadual rencana pembangunan secara terinci mulai dari studi kelayakan, detail design, dan

kontruksi.- Tata ruang yang membuat zoning penggunaan tanah baik untuk industri, perumahan,

pelabuhan, jalan raya, pertanian, dan lain-lainnya.- Struktur proyek yang mengatur hubungan antara pemerintah, pemilik tanah, pengelola,

investor, kontraktor, dan pembeli.Disamping rencana induk, diharapkan ada keputusan presiden yang merupakan komitmenpemerintah untuk mengembangkan DAS Mamberamo. Keputusan presiden ini dapat berupapembentukan Otorita Mamberamo dengan konsep seperti yang sudah ada yaitu OtoritaBatam. Keputusan presiden dapat merupakan jaminan bagi investor untuk melakukaninvestasi dengan aman.

6. KESIMPULANPemerintah Indonesia menyadari adanya ketidakseimbangan antara wilayah KTI dan

KBI. Untuk itu pemerintah terus melakukan terobosan untuk dapat mengembangan potensi diwilayah KTI. Salah satu wilayah yang dikembangkan adalah DAS Mamberamo yangmempunyai potensi PLTA yang sangat besar dan murah. Dengan adanya potensi PLTA inimemungkinkan dikembangkannya kawasan industri padat energi di DAS Mamberamo.Dengan konsep pengembangan yang terpadu dan dengan motor penggerak industri padatenergi diharapkan kawasan Mamberamo akan menjadi pusat pertumbuhan ekonomi diwilayah KTI.

DAFTAR PUSTAKA1. BPS, 1998, Statistik Indonesia 1997.2. Departemen Pekerjaan Umum, 1997, Vol. 1 : Laporan Utama Studi Potensi dan

Pengembangan Sumber Daya Air Sungai Mamberamo Tahap II.3. Departemen Pertambangan dan Energi, Penjabaran Rencana Umum Ketenagalistrikan

Nasional (RUKN), 1996.4. Moechtar, M., 1997, The Search of the Betting Horse, Mamberamo Now, Vol. 1, No. 3,

MIC, October 1997.5. Sihombing, P., 1997, Pengembangan Potensi Hydro Skala Besar di Irian Jaya,

Dipresentasikan pada Seminar and Workshop on Mamberamo River Catchment AreaDevelopment : As a Growth Area in Eastern Part of Indonesia, Balai Sidang Jakarta,Jakarta 7-8 April.

6. Suharyono, H., 1999, Strategi Pemanfaatan Potensi Listrik Tenaga Air di Daerah AliranSungai (DAS) Mamberamo, Irian Jaya, Proseding Seminar Energi Nasional V - 1997,KNI-WEC, Jakarta.

Page 9: PENGEMBANGAN INDUSTRI PADAT ENERGI DI DAS MAMBERAMO

Paper/Publication Available at www.geocities.com/Athens/Academy/1943/paper.htm Published Paper 1. Agus Sugiyono, Renewable Energy Development Strategy in Indonesia: CDM Funding

Alternative, Proceeding of the 5th Inaga Annual Scientific Conference and Exibition, p. 64-69, ISBN 979-8918-28-2, Yogyakarta, 7-10 March 2001.

2. Agus Sugiyono, Indikator Pembangunan Sektor Tenaga Listrik yang Berkelanjutan, dalam Aryono, N.A. dkk., Editor, Pengelolaan dan Pemanfaatan Energi dalam Mendukung Pembangunan Nasional Berkelanjutan, hal. 150-155, ISBN 979-95499-1-1, BPPT, Jakarta, 2000.

3. M. Sidik Boedoyo dan Agus Sugiyono, Optimasi Suplai Energi dalam Memenuhi Kebutuhan Tenaga Listrik Jangka Panjang di Indonesia, dalam Wahid, L.O.M.A. dan E. Siregar, Editor, Pengaruh Krisis Ekonomi terhadap Strategi Penyediaan Energi Nasional Jangka Panjang, hal. 19-23, ISBN 979-95999-0-3, BPPT, Jakarta, 2000.

4. Agus Sugiyono, Prospek Penggunaan Teknologi Bersih untuk Pembangkit Listrik dengan Bahan Bakar Batubara di Indonesia, Jurnal Teknologi Lingkungan, Vol.1, No.1, hal. 90-95, ISSN 141-318X, BPPT, Jakarta, Januari 2000

5. Agus Sugiyono, Pengembangan Industri Padat Energi di DAS Mamberamo sebagai Pusat Pertumbuhan Ekonomi di Kawasan Timur Indonesia, Prosiding Teknologi, Ekonomi dan Otonomi Daerah, hal. 2-89 - 2-96, ISBN 979-9344-01-8, BPPT, Jakarta, 1999.

6. Agus Sugiyono, Energy Supply Optimization with Considering the Economic Crisis in Indonesia, Proceeding of the 8th Scientific Meeting, p. 65-68, ISSN 0918-7685, Indonesia Student Association in Japan, Osaka, September 1999.

7. Agus Sugiyono, Permintaan dan Penyediaan Energi Berdasarkan Kondisi Perekonomian di Indonesia dengan Menggunakan Model Nonlinear Programming, Majalah Ilmiah Analisis Sistem, No. 12, Tahun VI, ISSN 0854-9117, BPPT, Jakarta, 1999.

8. Agus Sugiyono, Kendali Sistem Energi untuk Pertanian Rumah Kaca, Prosiding Seminar Nasional Penerapan Teknologi Kendali dan Instrumentasi pada Pertanian, hal. S5-5.1 - S5-5.4, ISBN 979-8263-19-7, MASDALI - BPPT, Oktober 1998.

9. Agus Sugiyono, Social, Economic, and Culture Aspects for Mamberamo RCA Development, Mamberamo Now Quarterly Newsletter, Vol.2, No.3, ISSN 1410-5578, October 1998, MIC.

10. Agus Sugiyono, Assessment of Environmental Impact in Upstream Mamberamo, Mamberamo Now Quarterly Newsletter, Vol.2, No.2, ISSN 1410-5578, July 1998, MIC.

11. Agus Sugiyono, Strategi Penggunaan Energi di Sektor Transportasi, Majalah BPP Teknologi, No. LXXXV, hal 34-40, ISSN 0216-6569, Mei 1998, Penerbit BPPT.

12. Agus Sugiyono, Overview of Nickel Industry in Indonesia, Mamberamo Now Quarterly Newsletter, Vol.2, No.1, ISSN 1410-5578, April 1998, MIC.

13. Agus Sugiyono, Teknologi Turbin Gas/Gasifier Biomasa Terintegrasi untuk Industri Gula, Prosiding Energi Terbarukan dan Efisiensi Energi, DJLPE dan BPPT, hal. 28 - 41, ISBN 979-95441-0-6, Januari 1998.

14. Agus Sugiyono, Hydroelectric Potentials in Mamberamo 1, Mamberamo 2, and Edi Valen, Mamberamo Now Quarterly Newsletter, Vol.1, No.3, October 1997, MIC.

15. Agus Sugiyono, Mamberamo Related Information on the WEB, Mamberamo Now Quarterly Newsletter, Vol.1, No.2, July 1997, MIC.

16. Agus Sugiyono, Teknologi Daur Kombinasi Gasifikasi Batubara Terpadu, Prosiding Hasil-hasil Lokakarya Energi 1996, KNI WEC, Oktober 1996.

17. Agus Sugiyono, Proses Hydrocarb untuk Biomas dan Bahan Bakar Fosil, INNERTAP- Indonesia, DJLPE, September 1995.

18. Agus Sugiyono and Shunsuke Mori, Energy-Economy Model to Evaluate the Future Energy Demand-Supply in Indonesia, The Institute of Energy and Resource, Japan, Januari 1995. (+GAMS Source Program)

19. Agus Sugiyono and Shunsuke Mori, Integrated Energy System to Improve Environmental Quality in Indonesia, The Institute of Instrumentation and Control System, Japan, Oktober 1994.

20. Agus Sugiyono, Prospek Pembangkit Listrik Daur Kombinasi Gas untuk Mendukung Diversifikasi Energi, Komite Nasional Indonesia, World Energy Council, Juli 1991.

Page 10: PENGEMBANGAN INDUSTRI PADAT ENERGI DI DAS MAMBERAMO

21. Setiadi Indra D.N. dan Agus Sugiyono, Pola Pemakaian dan Distribusi Gas Bumi di Indonesia pada Perioda Pembangunan Tahap Kedua, Komite Nasional Indonesia, World Energy Council, Juni 1990.

22. Agus Sugiyono, Proyeksi Pemanfaatan Gas Alam untuk Pembangkit Tenaga Listrik, BPP Teknologi, Januari 1990.

23. Agus Sugiyono, Model Komputer Pertumbuhan Ekonomi Makro dengan Menggunakan Bahasa Pascal, Biro Hukum dan Humas, Deputi Bidang Administrasi, BPP Teknologi, Januari 1990.

Technical Note 1. Agus Sugiyono, Pembuatan, Pemasangan dan Pengoperasian Tungku Perlakuan Panas

untuk Pande Besi, Laporan Teknis, Maret 2000. 2. Agus Sugiyono, Studi Pendahuluan untuk Analisis Energi-Exergi Kota Jakarta,

Laporan Teknis, Maret 2000. 3. Agus Sugiyono, Sistem Informasi Pengembangan PLTA Mamberamo di Internet,

Laporan Teknis, Desember 1999. 4. M Sidik Boedoyo, Endang Suarna, and Agus Sugiyono, Case Studies on Comparing

Sustainable Energy Mixes for Electricity Generation in Indonesia, Presented at Co-ordination Research Project Meeting on Case Study to Assess and Compare Different Sources in Sustainable Energy and Electricity Supply Strategies, Zurich, Switzerland, 14-16 December 1999.

5. Agus Sugiyono dan M. Sidik Boedoyo, Perubahan Pola Penggunaan Energi dan Perencanaan Penyediaan Energi, submitted, KNI-WEC, 1999.

6. Agus Sugiyono, Aspek-Aspek dalam Desain PLTA Mamberamo, Laporan Teknik, Pebruari 1999.

7. Agus Sugiyono, Prospek Pemanfaatan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Skala Besar Mamberamo I, Mamberamo II, dan Edi Vallen di Irian Jaya, Laporan Teknik, Pebruari 1999.

8. Agus Sugiyono, La Ode M.A. Wahid, Irawan Rahardjo, and Farid S. Kresna, Electricity Planning in Indonesia using DECADES Tools, Presented at IAEA Regional Training Course on Comparative Assessment of Nuclear Power & Other Energy Sources in Support of Sustainable Energy Developments, 8 June - 3 July 1998, Taejon, Korea.

9. Agus Sugiyono and Dadang Hilman, Mitigation of GHGs from Energy and Forestry Sector in Indonesia, Presented at Climate Change Mitigation in Asia and Financing Mechanism Conference, UNEP-GEF-World Bank, Goa, India, 4-6 May 1998.

10. Agus Sugiyono, Perencanaan Energi Nasional dengan Model MARKAL, Laporan Teknis, Desember 1997.

11. Abubakar Lubis and Agus Sugiyono, DECADES Tool to Make Comparative Assessment of Electricity Generation in Indonesia, Presented at Review of Experience in Using the Agency's Databases and Software Packages for Assessment of Nuclear and Other Energy Systems, Argonne National Laboratory, USA, 2-13 December 1996.

12. Abubakar Lubis and Agus Sugiyono, Overview of Energy Planning in Indonesia, Presented at Technical Committe Meeting to Assess and Compare the Potential Rule of Nuclear Power and Other Options in Allevating Health and Environmental Impacts from Electricity Generation, IAEA, Vienna 14 - 16 October 1996.

13. Agus Sugiyono, Buku Panduan Jaringan Komputer di Direktorat Teknologi Energi, BPP Teknologi, Laporan Teknis, DTE BPPT, April 1996.

14. Agus Sugiyono and Agus Cahyono Adi, Comparative Assessment of Electricity Supply Strategies in Indonesia, Presented at Coordination Meeting on Case Studies to Assess and Compare the Potential Role of Nuclear Power and other Options in Reducing the Emissions and Residuals from Electricity Generation, 27 to 29 March 1996, Bucharest, Rumania.

15. Agus Sugiyono, Model Energi Global, Laporan Teknis, Direktorat Teknologi Energi, BPPT, Desember 1995.

16. Agus Sugiyono, Strategi Penyediaan Energi yang Berkesinambungan, Laporan Teknis, Direktorat Teknologi Energi, BPPT, Desember 1995.

17. Agus Sugiyono, Metodologi Studi Markal, Disampaikan pada Workshop on Environmental Analysis Using Energy and Power Evaluation Programme (ENPEP), BATAN, September 1995.