pengembangan dunia usaha · web viewpengembangan industri kecil sebagai suatu sistem pembinaan yang...

64
PENGEMBANGAN DUNIA USAHA

Upload: others

Post on 26-Nov-2020

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGEMBANGAN DUNIA USAHA · Web viewPengembangan industri kecil sebagai suatu sistem pembinaan yang ditempuh sejak akhir Repelita III telah memberikan dampak positif bagi perkembangan

PENGEMBANGAN DUNIA USAHA

Page 2: PENGEMBANGAN DUNIA USAHA · Web viewPengembangan industri kecil sebagai suatu sistem pembinaan yang ditempuh sejak akhir Repelita III telah memberikan dampak positif bagi perkembangan
Page 3: PENGEMBANGAN DUNIA USAHA · Web viewPengembangan industri kecil sebagai suatu sistem pembinaan yang ditempuh sejak akhir Repelita III telah memberikan dampak positif bagi perkembangan

BAB III

PENGEMBANGAN DUNIA USAHA

A. PENDAHULUAN

Dalam rangka memelihara laju pembangunan sebagaimana diamanatkan oleh Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) tahun 1988, diperlukan peningkatan peranan dunia usaha nasional. Sehubungan dengan itu terus diupayakan terciptanya iklim usaha yang sehat, terutama iklim yang mendorong agar usaha negara, koperasi dan usaha swasta makin mampu berperan dalam menciptakan struktur ekonomi yang kokoh dan saling menunjang, mendorong pertumbuhan ekonomi dan memperluas pemerataan pembangunan serta hasil-hasilnya, termasuk memperluas kesempatan dan lapangan kerja.

Untuk mendukung upaya tersebut maka langkah-langkah pembinaan dunia usaha termasuk kebijaksanaan deregulasi dan debirokratisasi terus dilanjutkan. Selama ini secara berlanjut telah dikembangkan iklim investasi yang menggairahkan, antara lain

III/4

Page 4: PENGEMBANGAN DUNIA USAHA · Web viewPengembangan industri kecil sebagai suatu sistem pembinaan yang ditempuh sejak akhir Repelita III telah memberikan dampak positif bagi perkembangan

melalui penyederhanaan prosedur, peningkatan kepastian berusaha, kelancaran pelayanan baik di tingkat pusat maupun daerah, serta penyediaan sarana dan prasarana yang memadai. Penanaman modal asing dimungkinkan di sektor-sektor yang menghasilkan barang dan jasa yang sangat diperlukan, memperluas ekspor, memerlukan modal investasi yang besar dan teknologi yang cukup tinggi, serta tidak akan membahayakan kepentingan ekonomi dan keamanan nasional.

BUMN sebagai salah satu pelaku ekonomi nasional, dalam empat tahun pertama Repelita V juga terus ditingkatkan efisiensi dan produktivitasnya, sehingga peranannya dapat meningkat dalam pem-bangunan. Langkah-langkah yang telah ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut adalah dengan melaksanakan restrukturisasi dalam BUMN, antara la in berupa pemantapan s ta tus hukum, penyelenggaraan kerja sama operasi/kontrak manajemen dengan pihak ketiga, konsolidasi/penggabungan BUMN, dan pemantapan struktur permodalan BUMN dengan cara penjualan saham kepada fihak ketiga/masyarakat baik secara langsung maupun melalui pasar modal.

Keikutsertaan sektor swasta dalam upaya pembangunan telah makin meluas, dan mendorong berkembangnya ekonomi nasional serta tumbuhnya sektor-sektor non migas. Partisipasi masyarakat dalam kegiatan pembangunan seperti antara lain tercermin dalam peningkatan usaha swasta ini terus didorong dan dipacu dalam Repelita V.

Sampai dengan tahun keempat Repelita V, dilanjutkan dan ditingkatkan dukungan dan pembinaan bagi pengusaha golongan ekonomi lemah, termasuk pengusaha informal dan tradisional. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kemampuan produksi dan pemasaran dalam rangka pengembangan kewiraswastaan. Pembinaan tersebut mengikutsertakan pula pengusaha besar dan menengah dalam upaya peningkatan kemitraan usaha yang sejajar. Sedangkan dukungan yang berupa kemudahan bagi pengusaha golongan ekonomi lemah diberikan dalam bentuk penyediaan kredit dan tempat berusaha, pemberian bimbingan teknologi dan informasi pasar.

Page 5: PENGEMBANGAN DUNIA USAHA · Web viewPengembangan industri kecil sebagai suatu sistem pembinaan yang ditempuh sejak akhir Repelita III telah memberikan dampak positif bagi perkembangan

III/4

Page 6: PENGEMBANGAN DUNIA USAHA · Web viewPengembangan industri kecil sebagai suatu sistem pembinaan yang ditempuh sejak akhir Repelita III telah memberikan dampak positif bagi perkembangan

B. KEBIJAKSANAAN PENGEMBANGAN DUNIA USAHA

1. Penciptaan Iklim Ekonomi yang Menunjang

Sampai dengan tahun keempat Repelita V, langkah-langkah kebijaksanaan yang dilaksanakan pada tahun-tahun sebelumnya untuk menciptakan dan mengembangkan iklim usaha yang sehat terus dilan-jutkan dan ditingkatkan. Langkah-langkah tersebut dilaksanakan antara lain dalam wujud kebijaksanaan deregulasi dan debirokratisasi di berbagai bidang yang langsung menyangkut kegiatan usaha.

Kebijaksanaan deregulasi dan debirokratisasi yang telah ditempuh dalam empat tahun pertama Repelita V antara lain berupa Keppres No. 53 Tahun 1989 tentang pembangunan kawasan industri yang berwawasan lingkungan sehingga sasaran pembangunan industri dapat tercapai dengan cepat, tepat, tertib dan teratur, namun masih tetap memperhatikan kelestarian lingkungan.

Pada Januari 1990, telah dilaksanakan kebijaksanaan perbank-an, yang bertujuan menyempurnakan sistem perkreditan untuk mendorong agar bank dan lembaga keuangan dapat lebih mandiri dan mampu melaksanakan pengerahan dana masyarakat serta menyalurkannya ke sektor-sektor yang produktif. Kebijaksanaan tersebut lebih disederhanakan lagi dengan ditetapkannya deregulasi perbankan pada bulan Mei 1993, yang membuat bank lebih leluasa dalam menyalurkan kredit.

Melalui paket 6 Juli 1992, ditetapkan kebijaksanaan yang memberikan peluang yang lebih besar untuk pengembangan bidang investasi, perdagangan, keuangan, tenaga kerja, pertanahan, IMB dan UUG/HO.

Kebijaksanaan deregulasi dan debirokratisasi yang dikeluarkan dalam tahun keempat Repelita V tersebut dimaksudkan untuk lebih meningkatkan minat investasi yang pada tahun ketiga Repelita V mengalami penurunan sebagai akibat dari kebijaksanaan pe-

III/5

Page 7: PENGEMBANGAN DUNIA USAHA · Web viewPengembangan industri kecil sebagai suatu sistem pembinaan yang ditempuh sejak akhir Repelita III telah memberikan dampak positif bagi perkembangan

ngendalian moneter. Selain kebijaksanaan tersebut, guna menarik lebih banyak investor asing menanamkan modalnya di Indonesia diberikan pula beberapa kelonggaran-kelonggaran khusus bagi mereka.

2. Peningkatan Penanaman Modal

Kebijaksanaan penanaman modal selama Repelita V diarahkan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam kegiatan usaha. Kebijaksanaan yang ditetapkan pada tahun keempat Repe-lita V yang merupakan kelanjutan dari kebijaksanaan sebelumnya meliputi penyempurnaan tata cara penanaman modal, penye-derhanaan prosedur perizinan, kelonggaran-kelonggaran dalam per-syaratan pemilikan saham bagi perusahaan PMA dan penetapan Daftar Negatif Investasi Tahun 1992.

Penyempurnaan atas ketentuan mengenai tata cara penanaman modal yang tertuang dalam Keputusan Presiden No. 33 Tahun 1992 dimaksudkan untuk memperlancar pelaksanaan penanaman modal.

Penyederhanaan prosedur perizinan penanaman modal antara lain berupa pelimpahan wewenang pemberian persetujuan/pengenda-lian penanaman modal kepada pengusaha yang berada di dalam kawasan berikat, pemberian izin kerja bagi tenaga kerja warga negara asing pendatang yang bekerja dalam rangka penanaman modal kepada ketua BKPMD dan penetapan kembali prosedur penyelesaian perizinan di bidang pertanahan. Di samping itu bagi pengusaha kecil diberikan kemudahan/kelonggaran klasifikasi yang menyangkut nilai kekayaan di luar tanah dan rumah yang ditempati yang semula Rp 70 juta menjadi Rp 600 juta.

Untuk menarik minat investor diri luar negeri, dari waktu kewaktu terus diupayakan kelonggaran-kelonggaran dalam pemilikan saham peserta asing dan batas minimum investasi dalam perusahaan sebagaimana tertuang dalam Peraturan Pemerintah No.17 Tahun 1992 dan No. 7 Tahun 1993. Berdasarkan peraturan tersebut

III/6

Page 8: PENGEMBANGAN DUNIA USAHA · Web viewPengembangan industri kecil sebagai suatu sistem pembinaan yang ditempuh sejak akhir Repelita III telah memberikan dampak positif bagi perkembangan

dimungkinkan pemilikan saham peserta asing sebesar 100% jika nilai modal yang disetor sekurang-kurangnya US$ 50 juta. atau berlokasi di salah satu propinsi yaitu Irian Jaya, Maluku, Timor Timur, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan , Sulawesi Tenggara, Kalimantan Barat, Bengkulu, Jambi dan di Pulau Bintan Propinsi Riau; dengan ketentuan bahwa dalam waktu 5 tahun setelah mulai produksi komersial paling sedikit 5 % sahamnya dijual kepada mitra usaha Indonesia dan ditingkatkan menjadi 20% dalam jangka waktu 20 tahun. Selanjutnya ditetapkan bahwa pemilikan saham asing sebesar 100% dapat juga dilakukan dilokasi Kawasan Berikat dengan seluruh hasil produksinya untuk ekspor dan dalam waktu 5 tahun sejak produksi komersial, sekurang-kurangnya 5% sahamnya wajib dijual kepada mitra usaha Indonesia.

Secara selektif. PMA dapat pula didirikan dengan modal sebesar US$ 250.000 yaitu bagi perusahaan yang menggunakan tenaga kerja langsung sekurang-kurangnya 50 orang (padat karya) dan mengekspor 65 % hasil produksinya atau padat karya dan menghasilkan bahan baku/penolong atau barang setengah jadi atau komponen industri lain.

Dalam rangka memberikan peluang yang lebih besar kepada para pengusaha dalam menanamkan modalnya, maka Keputusan Presiden No. 23 Tahun 1991 tentang Daftar Bidang-bidang Usaha yang tertutup bagi Penanam Modal atau yang lebih dikegnal sebagai Daftar Negatif Investasi (DNI) diperbaharui dan disederhanakan dengan Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1992. Dalam DNI Tahun 1991 terdapat 60 bidang usaha yang tertutup bagi penanam modal, sedangkan dalam DNI Tahun 1992 bidang usaha yang tertutup tersebut berkurang menjadi hanya 51 bidang usaha. Di samping itu terdapat 37 bidang usaha yang dicadangkan untuk pengusaha kecil, sedang untuk meningkatkan kemampuan pengusaha kecil tersebut dimungkinkan untuk bekerja sama dengan pengusaha menengah/ besar.

III/7

III/7

Page 9: PENGEMBANGAN DUNIA USAHA · Web viewPengembangan industri kecil sebagai suatu sistem pembinaan yang ditempuh sejak akhir Repelita III telah memberikan dampak positif bagi perkembangan

Kelonggaran lain yang diberikan kepada PMA berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1993 adalah jangka waktu izin Perusahaan PMA yaitu 30 tahun sejak permohonan mulai memasuki tahap produksi komersial yang dapat diperpanjang 30 tahun lagi apabila dilakukan perluasan produksi tambahan yang dihitung sejak dikeluarkannya izin perluasan.

Di samping itu untuk memacu investasi asing disektor pertanian/perkebunan Hak Guna Usaha dapat diberikan kepada Perusahaan PMA untuk jangka waktu 35 tahun dan dapat diperpanjang paling lama 25 tahun sepanjang perusahaan tersebut masih menjalankan usahanya dengan baik dan dapat diperbaharui lagi, serta dapat digunakan sebagai jaminan hutang (collateral).

3. Peningkatan Daya Guna Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

Kebijaksanaan pembinaan, pengawasan dan pengelolaan BUMN sampai dengan tahun keempat Repelita V dilaksanakan melalui restrukturisasi BUMN dengan tujuan untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas BUMN, yang pada akhirnya dapat meningkatkan peran BUMN dalam turut mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Kebijaksanaan tersebut tertuang dalam Keputusan Menteri Keuangan No. 740/KMK.00/1989 yang antara lain mengatur tentang pemantapan status hukum, kerja sama operasi atau kontrak manajemen, konsolidasi/penggabungan dan pemantapan struktur permodalan melalui penjualan saham kepada masyarakat.

Dalam keputusan tersebut diatur pula perihal penilaian efisiensi dan produktivitas perusahaan secara berkala melalui penilaian atas kinerja BUMN. Untuk menyederhanakan proses pengambilan keputusan telah pula dilakukan pelimpahan wewenang pengambilan keputusan dalam hal-hal tertentu kepada Rapat Umum Pemegang Saham/Rapat tahunan dan Dewan Komisaris/Dewan Pengawas.

Page 10: PENGEMBANGAN DUNIA USAHA · Web viewPengembangan industri kecil sebagai suatu sistem pembinaan yang ditempuh sejak akhir Repelita III telah memberikan dampak positif bagi perkembangan

III/8

III/7

Page 11: PENGEMBANGAN DUNIA USAHA · Web viewPengembangan industri kecil sebagai suatu sistem pembinaan yang ditempuh sejak akhir Repelita III telah memberikan dampak positif bagi perkembangan

BUMN sebagai salah satu pelaku ekonomi juga mengemban misi untuk turut mendukung peningkatan kemampuan pelaku ekonomi lainnya, terutama dukungan terhadap pengusaha golongan ekonomi lemah dan koperasi. Hal tersebut telah dirintis dengan ditetapkannya Keputusan Menteri Keuangan No. 1232/KMK.013 tentang penyisihan dana BUMN, yaitu sebesar 1 % sampai dengan 5% dari laba setelah pajak. Penyisihan dana tersebut terutama digunakan untuk meningkatkan kemampuan manajemen, mengatasi kekurangan modal kerja, meningkatkan keterampilan berproduksi dan pemasarannya, serta memberikan jaminan untuk memperoleh kredit bank.

4. Kebijaksanaan Pengembangan Golongan Ekonomi Lemah

Pengembangan usaha golongan ekonomi lemah sampai dengan tahun keempat Repelita V terus ditingkatkan efektifitasnya dan makin mendapatkan perhatian yang lebih besar, antara lain dengan diberikannya kesempatan dalam memperoleh kredit usaha. Melalui Kebijaksanaan Januari atau Pakjan 1990, pengusaha golongan ekono-mi lemah berkesempatan mendapatkan Kredit Usaha Kecil (KUK). Pengusaha yang dapat menjadi nasabah KUK adalah pengusaha yang memiliki total aset maksimum sebesar Rp 600 juta, tidak termasuk rumah dan tanah yang ditempati. Besarnya KUK yang dapat diberikan kepada masing-masing nasabah adalah maksimum sebesar Rp 200 juta. Penyediaan kredit kepada pengusaha kecil tersebut adalah sebesar 20% dari jumlah kredit yang disalurkan oleh setiap bank kecuali bank asing/campuran. Selain itu, jumlah 20% tersebut dihitung atas dasar kredit yang dibiayai dengan dananya sendiri. Dalam deregulasi perbankan Mei 1993, pagu KUK per nasabah dinaikkan menjadi maksimum Rp 250 juta. Sedangkan kredit sampai dengan Rp 25 juta diperhitungkan sebagai KUK dengan memperingan kriteria penggunaannya.

Selain KUK, Program Kredit Umum Pedesaan (Kupedes) yang dilaksanakan oleh Bank Rakyat Indonesia juga terus dikembangkan

III/9

Page 12: PENGEMBANGAN DUNIA USAHA · Web viewPengembangan industri kecil sebagai suatu sistem pembinaan yang ditempuh sejak akhir Repelita III telah memberikan dampak positif bagi perkembangan

dan disediakan baik untuk tujuan investasi maupun modal kerja. Mulai tanggal 1 Mei 1990 batas maksimum Kupedes dinaikkan dari Rp 10 juta menjadi Rp 25 juta per nasabah, dengan tingkat bunga mulai tanggal 1 Maret 1991 ditentukan sebesar 1,5% per bulan baik untuk investasi maupun modal kerja.

Untuk memperluas jangkauan dalam penyediaan permodalan bagi anggota masyarakat pedesaan yang mempunyai usaha tetapi belum terjangkau oleh lembaga keuangan formal, sejak Mei 1991 telah ditempuh langkah-langkah untuk mengaktifkan kembali Badan Kredit Desa (BKD). Nasabah BKD adalah masyarakat desa setempat yang mempunyai usaha produktif skala kecil dengan jenis kegiatan yang tidak terbatas, seperti industri kecil dan rumah tangga, pedagang keliling, dan lain-lain kegiatan berskala kecil. Besarnya pinjaman per nasabah tergantung pada permintaan dan kemampuan nasabah, yang nilainya berkisar antara Rp 4.000,- sampai dengan Rp 400 ribu.

Upaya peningkatan produktivitas dan keterampilan dalam industri kecil sampai dengan tahun keempat Repelita V ditempuh melalui jalur pembinaan sentra industri kecil yang mempunyai misi utama pemerataan dalam bentuk pemerataan kesempatan kerja, kesempatan berusaha, peningkatan pendapatan dan pemerataan lokasi pembangunan. Pembinaan tersebut dilaksanakan melalui pemberian bimbingan teknis dan penyuluhan yang mencakup aspek teknologi produksi, pemasaran, manajemen dan permodalan di sentra-sentra industri yang tersebar di seluruh daerah.

Selain itu, dalam rangka meningkatkan usaha industri kecil, peran serta BUMN dan swasta semakin ditingkatkan melalui gerakan bapak angkat. Peran serta tersebut diwujudkan melalui kerja sama, pembinaan dan bimbingan oleh para pengusaha besar kepada pengusaha kecil. Dalam empat tahun pertama Repelita V, bantuan kepada pengusaha kecil melalui gerakan tersebut antara lain berupa peningkatan kemampuan dan keterampilan manajerial, pemberian ban tuan da l am pengadaan bahan baku dan pe rm oda lan

I I I / 10

Page 13: PENGEMBANGAN DUNIA USAHA · Web viewPengembangan industri kecil sebagai suatu sistem pembinaan yang ditempuh sejak akhir Repelita III telah memberikan dampak positif bagi perkembangan

atau rekomendasi untuk mendapatkan kredit perbankan dan pemberian bantuan pemasaran melalui penyediaan informasi pasar, promosi dan distribusi hasil produksi anak angkat.

C. PERKEMBANGAN PENANAMAN MODAL

Sebagai hasil serangkaian deregulasi dan debirokratisasi yang telah dilaksanakan selama empat tahun Repelita V, penciptaan iklim usaha yang semakin sehat telah mampu mendorong laju perkembangan dunia usaha nasional. Perkembangan penanaman modal sampai tahun keempat, terutama pada dua tahun pertama Repelita V, baik yang berupa proyek Penanaman Modal Dalam Negeri maupun proyek Penanaman Modal Asing mengalami peningkatan yang cukup besar jika dibandingkan dengan Repelita IV. Hal ini merupakan faktor penting yang mendorong peningkatan suhu perekonomian. Dalam tahun ketiga dan keempat Repelita V, sebagai akibat kebijaksanaan pengendalian moneter dan kelesuan ekonomi dunia pada umumnya kegiatan penanaman modal melambat. Namun demikian, apabila dibandingkan dengan keadaan pada tahun terakhir Repelita IV, maka nilai PMDN dan PMA yang disetujui pada tahun ketiga dan keempat Repelita V tersebut masih jauh lebih baik.

Upaya pemerataan dalam bidang penanaman modal di luar Jawa terus dilakukan melalui serangkaian kebijaksanaan antara lain, kelonggaran persyaratan perpajakan, pemberian insentif yang mena-rik dalam penggunaan tanah, promosi potensi daerah, penyuluhan aparat Pemerintah yang melayani penanaman modal serta pelatihan calon-calon wirausahawan yang diharapkan dapat memanfaatkan peluang-peluang usaha yang ada.

1. Penanaman Modal Dalam Negeri

Nilai investasi PMDN yang disetujui dalam tahun ketiga dan keempat Repelita V menurun apabila dibandingkan dengan nilai investasi pada tahun sebelumnya. Namun demikian, persetujuan

III/11

Page 14: PENGEMBANGAN DUNIA USAHA · Web viewPengembangan industri kecil sebagai suatu sistem pembinaan yang ditempuh sejak akhir Repelita III telah memberikan dampak positif bagi perkembangan

investasi dalam empat tahun pertama Repelita V jauh lebih baik keadaannya jika dibandingkan dengan persetujuan investasi pada tahun terakhir Repelita IV.

Jumlah proyek baru PMDN yang disetujui pada tahun 1989/90, 1990/91, 1991/92 dan 1992/93 masing-masing sebanyak 975 proyek, 1.283 proyek, 652 proyek dan 406 proyek dengan nilai investasi sebesar Rp 21.215,4 miliar, Rp 48.596,1 miliar, Rp 23.233,4 miliar dan sebesar Rp 16.666,4 miliar. Apabila diban-dingkan dengan nilai investasi pada tahun terakhir Repelita IV yang bernilai Rp 10.321,0 miliar, maka nilai investasi selama empat tahun Repelita V tersebut mengalami kenaikan masing-masing sebesar 105,6%, 370,8%, 125,1% dan 61,5%.

Pada tahun 1992/93 bidang usaha yang mendapatkan minat pa-ling besar para investor dalam menginvestasikan modalnya adalah bidang Perhotelan/Perumahan, yaitu sebanyak 50 proyek dengan nilai investasi Rp 3.627,0 miliar, kemudian dalam sektor Industri Mineral bukan Logam yaitu sebanyak 14 proyek dengan nilai inves-tasi Rp 3.422,3 miliar dan Industri Kimia sebanyak 38 proyek dengan nilai investasi sebesar Rp 2.298,9 miliar, atau masing-masing sebesar 21,8%, 20,5% dan 13,8% dari total nilai investasi pada tahun yang bersangkutan. Gambaran selengkapnya dapat dilihat pada Tabel III - 1.

Persetujuan perluasan proyek PMDN pada tahun keempat Repelita V menunjukkan perkembangan yang serupa dengan proyek baru. Dalam empat tahun pertama Repelita V, jumlah proyek yang disetujui masing-masing sebanyak 319 proyek, 428 proyek, 232 proyek dan 202 proyek dengan nilai investasi masing-inasing sebesar Rp 8.352,0 miliar, Rp 15.518,9 miliar, Rp 9.177,7 miliar dan Rp 8.132,8 miliar atau masing-masing mengalami peningkatan nilai investasi sebesar 104,7 % , 280,3 % , 124,9 % dan 99,3 % jika diban-dingkan dengan nilai investasi pada akhir Repelita IV, yang bernilai Rp 4.080,6 miliar.

III/12

Page 15: PENGEMBANGAN DUNIA USAHA · Web viewPengembangan industri kecil sebagai suatu sistem pembinaan yang ditempuh sejak akhir Repelita III telah memberikan dampak positif bagi perkembangan

TABEL III - 11)

PROYEK-PROYEK BARU PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI YANGTELAH DISETUJUI OLEH PEMERINTAH MENURUT BIDANG USAHA,

1988/89 - 1992/93

Page 16: PENGEMBANGAN DUNIA USAHA · Web viewPengembangan industri kecil sebagai suatu sistem pembinaan yang ditempuh sejak akhir Repelita III telah memberikan dampak positif bagi perkembangan

III/14

Page 17: PENGEMBANGAN DUNIA USAHA · Web viewPengembangan industri kecil sebagai suatu sistem pembinaan yang ditempuh sejak akhir Repelita III telah memberikan dampak positif bagi perkembangan

Menurut bidang usahanya, persetujuan perluasan PMDN yang terbesar pada tahun 1992/93 tertuju pada bidang Industri Kertas, yaitu sebanyak 5 proyek dengan nilai investasi sebesar Rp 1.567,0 miliar, kemudian dalam bidang Industri Logam Dasar sebanyak 11 proyek dengan nilai investasi Rp 1.007,2 miliar dan pada Industri Kimia sebanyak 22 proyek dengan nilai investasi sebesar Rp 960,6 miliar, atau masing-masing sebesar 19,3 % , 12,4 % dan 11,8 % dari nilai total nilai investasi pada . tahun tersebut. Gambaran seleng-kapnya dapat dilihat pada Tabel III - 2.

Apabila ditinjau dari lokasi proyek baru PMDN pada tahun keempat Repelita V, maka investasi terbesar berada di Propinsi Jawa Barat, yaitu sebanyak 128 proyek dengan nilai investasi sebesar Rp, 5.337,7 miliar, kemudian di Propinsi Jawa Tengah sebanyak 17 proyek dengan nilai investasi Rp 1.832,3 miliar dan di DKI Jakarta sebanyak 87 proyek dengan nilai investasi Rp 1.339,0 miliar atau masing-masing sebesar 32 % , 11,0 % dan 8,0 % dari total persetujuan PMDN baru pada tahun yang bersangkutan. Gambaran tersebut dapat dilihat pada Tabel III - 3.

Pada tahun yang sama, persetujuan perluasan proyek PMDN berlokasi di Propinsi Jawa Barat, yang tercatat sebanyak 67 proyek dengan nilai investasi sebesar Rp 2.282,7 miliar, kemudian di DKI Jakarta sebanyak 41 proyek dengan nilai investasi sebesar Rp 1.770,3 miliar dan di Propinsi Sumatera Utara sebanyak 8 proyek dengan nilai investasi Rp 1.400,3 miliar atau masing-masing sebesar 28,1 % , 21, 8 % dan 17,2 % dari total nilai perluasan pada tahun 1992/93. Gambaran selengkapnya dapat dilihat pada Tabel III - 4.

2. Penanaman Modal Asing

Persetujuan proyek baru PMA pada tahun 1992/93 menunjukkan perkembangan yang lebih baik apabila dibandingkan dengan nilai investasi PMA pada tahun sebelumnya, terlebih-lebih apabila dibandingkan dengan nilai investasi pada akhir Repelita IV.

III/15

Page 18: PENGEMBANGAN DUNIA USAHA · Web viewPengembangan industri kecil sebagai suatu sistem pembinaan yang ditempuh sejak akhir Repelita III telah memberikan dampak positif bagi perkembangan

TABEL III - 21)

PERLUASAN PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI YANGTELAH DISETUJUI OLEH PEMERINTAH MENURUT BIDANG USAHA,

1988/89 - 1992/93

III/15

Page 19: PENGEMBANGAN DUNIA USAHA · Web viewPengembangan industri kecil sebagai suatu sistem pembinaan yang ditempuh sejak akhir Repelita III telah memberikan dampak positif bagi perkembangan

TABEL III – 31)

PROYEK-PROYEK BARU PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI YANG TELAH DISETUJUI OLEH PEMERINTAH MENURUT DAERAH TINGKAT I/PROPINSI,

1988/99 - 1992/93

1) Angka tahunan2) Angkasementara sampai tanggal 31 Maret 19933) Jumlah proyek tidak sama dengan Tabel III -1 karena ada suatu proyek di suatu propinsi yang terdiri dari beberapa bidang usaha.

III/16

Page 20: PENGEMBANGAN DUNIA USAHA · Web viewPengembangan industri kecil sebagai suatu sistem pembinaan yang ditempuh sejak akhir Repelita III telah memberikan dampak positif bagi perkembangan

TABEL III - 41)

PERLUASAN PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI YANG TELAH DISETUJUI OLEH PEMERINTAH MENURUT DAERAH TINGKAT I/PROPINSI,

1988/89 - 1992/93

1) Angka tahunan 2) Angka sementara, sampai 31 Maret 19933) Angka tersebut tidak sama dengan tabel III – 2

karena bidang usaha yang sama terdapat di beberapa propinsi.

III/17

Page 21: PENGEMBANGAN DUNIA USAHA · Web viewPengembangan industri kecil sebagai suatu sistem pembinaan yang ditempuh sejak akhir Repelita III telah memberikan dampak positif bagi perkembangan

Dalam empat tahun pertama Repelita V, proyek PMA baru yang telah disetujui masing-masing berjumlah 338 proyek, 449 proyek, 345 proyek dan 237 proyek dengan nilai investasi masing-masing sebesar US$ 4.373,7 juta, US$ 6.160,9 juta, US$ 4.021,4 juta dan US$ 6.377,3 juta. Nilai tersebut mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan nilai investasi pada akhir Repelita IV yang bernilai US$ 1.849,1 juta, yaitu masing-masing meningkat sebesar 136,6 %, 233,2 %, 117,5 % dan 244,9 %.

Dari persetujuan proyek baru PMA pada tahun 1992/93, maka minat investasi terbesar tertuju pada bidang usaha Jasa sebanyak 58 proyek dengan investasi US$ 2.444,3 juta, kemudian bidang pertambangan walaupun hanya sebuah proyek namun nilai investasi-nya sebesar US$ 1.500 juta dan bidang hotel/perumahan yaitu sebanyak 19 proyek dengan nilai investasi US$ 644,2 juta, atau masing-masing merupakan 38,3 %, 23,5 % dan 10, 1 % dari nilai inves-tasi pada tahun yang bersangkutan. Gambaran tersebut dapat dilihat pada Tabel III - 5.

Proyek PMA perluasan dalam empat tahun pertama Repelita V juga menunjukkan peningkatan apabila dibandingkan dengan tahun terakhir Repelita IV. Dalam tahun 1989/90, 1990/91, 1991/92, dan 1992/93 telah disetujui sebanyak 113 proyek, 159 proyek, 131 proyek dan 121 proyek dengan nilai investasi masing-masing sebesar US$ 1.354,9 juta, US$ 3.568,7 juta, US$ 4.553,2 juta dan sebesar US$ 2.251,5 juta atau mengalami peningkatan nilai investasi masing-masing sebesar 7,4 % , 182,9 % , 260,8 % dan 78,4 % apabila dibandingkan dengan nilai investasi pada akhir Repelita IV yang bernilai US$ 1.261,6 juta.

Dalam tahun 1992/93, bidang usaha yang mendapat persetujuan perluasan PMA terbesar adalah bidang usaha Pertambangan dengan nilai investasi US$ 812 juta, kemudian Industri Tekstil sebanyak 34 proyek dengan nilai investasi sebesar US$ 465,6 juta dan pada Industri Barang Logam sebanyak 30 proyek dengan nilai investasi sebesar US$ 312,7 juta, atau masing-masing

III/18

Page 22: PENGEMBANGAN DUNIA USAHA · Web viewPengembangan industri kecil sebagai suatu sistem pembinaan yang ditempuh sejak akhir Repelita III telah memberikan dampak positif bagi perkembangan

TABEL III - 51)

PROYEK-PROYEK BARU PENANAMAN MODAL ASING YANG TELAH DISETUJUI OLEH PEMERINTAH MENURUT BIDANG USAHA,

1988/89 - 1992/93

1) angka tahunan 2) angka sementara, sampai 31 Maret 1993

Page 23: PENGEMBANGAN DUNIA USAHA · Web viewPengembangan industri kecil sebagai suatu sistem pembinaan yang ditempuh sejak akhir Repelita III telah memberikan dampak positif bagi perkembangan

III/19

Page 24: PENGEMBANGAN DUNIA USAHA · Web viewPengembangan industri kecil sebagai suatu sistem pembinaan yang ditempuh sejak akhir Repelita III telah memberikan dampak positif bagi perkembangan

sebesar 36,1%, 20,7% dan 13,9% dari total nilai perluasan PMA yang disetujui pada tahun yang bersangkutan. Penjelasan yang lebih rinci dapat dilihat pada Tabel III - 6.

Persetujuan proyek baru PMA sebagian besar berada di Propinsi Jawa Timur yaitu sebanyak 16 proyek dengan nilai investasi sebesar US$ 2.087,8 juta, kemudian di Propinsi Riau sebanyak 23 proyek dengan nilai investasi sebesar US$ 1.711,9 juta dan di Propinsi Jawa Barat sebanyak 85 proyek dengan nilai investasi sebesar 1.194,2 juta, atau masing-masing sebesar 32,7 %, 26,8 % dan 18,7 % dari total nilai investasi baru PMA yang disetujui pada tahun 1992/93. Gambaran penyebaran persetujuan PMA baru tersebut dapat dilihat pada Tabel III - 7.

Pada tahun yang sama, penyebaran perluasan proyek PMA dilihat dari nilai investasinya berada di Propinsi Irian Jaya dengan nilai investasi US$ 814,4 juta meskipun hanya sebanyak 2 proyek, menyusul Propinsi Jawa Barat sebanyak 60 proyek dengan nilai investasi US$ 789,5 juta dan di DKI Jakarta scbanyak 29 proyek dengan nilai investasi US$ 320,8 juta atau masing-masing sebesar 36,2 % , 35,1 % dan 14,2 % dari total perluasan nilai investasi PMA pada tahun 1992/93. Gambaran selengkapnya dapat dilihat pada Tabel III - 8.

Dilihat dari negara asal, investasi baru PMA yang terbesar dalam tahun 1992/93 berasal dari Jepang, yaitu sebanyak 50 proyek dengan nilai investasi US$ 725,1 juta, kemudian dari Korea Selatan sebanyak 20 proyek dengan nilai investasi sebesar US$ 486,1 juta dan dari Inggris sebanyak 16 proyek dengan nilai investasi US$ 385,6 juta, atau masing-masing sebesar 11,4%, 7,6% dan 6,0% dari total nilai investasi baru PMA pada tahun yang bersangkutan. Gambaran tersebut dapat dilihat pada Tabel III - 9.

Perluasan proyek PMA terbesar dalam tahun 1992/93 jika dilihat dari nilainya berasal dari Amerika Serikat yaitu sebanyak 8 proyek dengan nilai US$ 857,7 juta, dari Jepang sebanyak

III/20

Page 25: PENGEMBANGAN DUNIA USAHA · Web viewPengembangan industri kecil sebagai suatu sistem pembinaan yang ditempuh sejak akhir Repelita III telah memberikan dampak positif bagi perkembangan

TABEL III - 61)

PERLUASAN PENANAMAN MODAL ASING YANG TELAH DISETUJUI OLEH PEMERINTAH MENURUT BIDANG USAHA,

1988/89 - 1992/93

1) angka tahunan 2) angka sementara, sampai 31 Maret 1993

Page 26: PENGEMBANGAN DUNIA USAHA · Web viewPengembangan industri kecil sebagai suatu sistem pembinaan yang ditempuh sejak akhir Repelita III telah memberikan dampak positif bagi perkembangan

III/21

Page 27: PENGEMBANGAN DUNIA USAHA · Web viewPengembangan industri kecil sebagai suatu sistem pembinaan yang ditempuh sejak akhir Repelita III telah memberikan dampak positif bagi perkembangan

TABEL III - 71)

PROYEK-PROYEK BARU PENANAMAN MODAL ASING YANG TELAH DISETUJUI OLEH PEMERINTAH MENURUT DAERAH TINGKAT I/PROPINSI,

1988/89 - 1992/93

l) Angka tahuanan2) Angka sementara, sampai 31 Maret 1993

III/22

Page 28: PENGEMBANGAN DUNIA USAHA · Web viewPengembangan industri kecil sebagai suatu sistem pembinaan yang ditempuh sejak akhir Repelita III telah memberikan dampak positif bagi perkembangan

TABEL III - 81)

PROYEK-PROYEK BARU PENANAMAN MODAL ASING YANG TELAH DISETUJUI OLEH PEMERINTAH MENURUT DAERAH TINGKAT I/PROPINSI,

1988/89 - 1992/93

l) Angka tahuanan2) Angka sementara, sampai 31 Maret 1993

III/23

Page 29: PENGEMBANGAN DUNIA USAHA · Web viewPengembangan industri kecil sebagai suatu sistem pembinaan yang ditempuh sejak akhir Repelita III telah memberikan dampak positif bagi perkembangan

TABEL III - 91)

PERSETUJUAN PROYEK-PROYEK BARU PENANAMAN MODAL ASING MENURUT NEGARA ASAL,

1988/89 - 1992/93

l) Angka tahuanan2) Angka sementara, sampai 31 Maret 1993

Jumlah proyek tidak sama dengan Tabel III – 5Karena ada negara investor yang bekerja sama pada proyek yang sama

3). Jumlah proyek tidak sama dengan Tabel III – 5Karena ada suatu proyek dari negara investor yang mencakup berbagai bidang usaha

III/24

Page 30: PENGEMBANGAN DUNIA USAHA · Web viewPengembangan industri kecil sebagai suatu sistem pembinaan yang ditempuh sejak akhir Repelita III telah memberikan dampak positif bagi perkembangan

39 proyek dengan nilai US$ 686,7 juta dan dari Korea Selatan seba -nyak 18 proyek dengan nilai US$ 109,9 juta atau masing-masing sebesar 38,1 % , 30,5 % dan 4,9 % dari total perluasan PMA dalam tahun tersebut. Rincian selengkapnya mengenai investasi PMA menurut negara asal dapat dilihat pada Tabel III - 10.

D. PERKEMBANGAN BADAN USAHA MILIK NEGARA

BUMN merupakan salah satu unsur penting dari sektor dunia usaha. Dalam empat tahun pertama Repelita V, upaya pembinaan, pengawasan dan pengelolaan BUMN terus ditingkatkan dengan sasaran meningkatkan efisiensi dan produktivitas BUMN. Langkah-langkah yang diambil antara lain meliputi pemantapan status hukum, kerja sama operasi/kontrak manajemen, konsolidasi/ penggabungan dan pemantapan struktur permodalan.

Pada tahun keempat Repelita V terdapat 184 BUMN, dimana 161 buah berstatus persero (143 buah persero tunggal dan 18 buah persero patungan). BUMN yang berstatus persero tersebut meningkat bila dibandingkan dengan tahun terakhir Repelita IV, dimana dari 189 BUMN terdapat 137 buah yang bersatus persero. Peningkatan tersebut menunjukkan bahwa produktivitas dan efisiensi BUMN dapat ditingkatkan dan kemandiriannya dapat lebih dimantapkan.

Dalam tahun yang sama, BUMN yang berstatus Perum sebanyak 20 buah, dan yang berstatus PN, PT Lama dan yang berstatus khusus masing-masing hanya tinggal sebuah. Perubahan jumlah BUMN tersebut disebabkan oleh diadakannya konsolidasi atau penggabungan beberapa BUMN dan likuidasi atau penjualan BUMN yang keberadaannya dianggap tidak perlu dipertahankan. Gambaran selengkapnya dapat dilihat pada Tabel III - 11.

Kegiatan BUMN selama empat tahun pertama Repelita V mengalami perkembangan yang cukup stabil. Total Aktiva BUMN pada tahun 1989, 1990, 1991 dan 1992 masing-masing sebesar

III/25

Page 31: PENGEMBANGAN DUNIA USAHA · Web viewPengembangan industri kecil sebagai suatu sistem pembinaan yang ditempuh sejak akhir Repelita III telah memberikan dampak positif bagi perkembangan

TABEL III - 101)

PERSETUJUAN PERLUASAN PENANAMAN MODAL ASING MENURUT NEGARA ASAL,

1988/89 - 1992/93

1) angka tahunan 2) angka sementara, sampai 31 Maret 1993

III/26

Page 32: PENGEMBANGAN DUNIA USAHA · Web viewPengembangan industri kecil sebagai suatu sistem pembinaan yang ditempuh sejak akhir Repelita III telah memberikan dampak positif bagi perkembangan

TABEL III - 111)

PERKEMBANGAN STATUS BADAN USAHA MII.IK NEGARA,1988 – 1992(Perusahaan)

2) Repelita V

AkhirNo. Status Repelita IV 3)

(1988) 1989 1990 1991 1992

1. PERSERO

a. TUNGGAL 120 115 119 134 143

b. PATUNGAN 17 19 19 18 18

2. PERUM 32 32 34 24 20

3. PERJAN 2 2 0 0 0

4 . PN 7 6 4 1 1

5. PT LAMA 3 2 2 1 1

6. STATUS KHUSUS 8 8 8 8 1

Jumlah 189 184 186 186 184

1) Angka kumulatif2) Sesuai dengan INPRES No. 5/1988 yang termasuk dalam pengertian BUMN adalah:

- Badan Usaha diluar Bank Indonesia yang seluruh sahamnya dimiliki oleh Pemerintah RI - Badan Usaha yang 51 % atau lebih sahamnya dimiliki oleh Pemerintah RI- Badan Usaha Patungan yang seluruh sahamnya merupakan patungan antara Pemerintah RI

dengan Pemerintah Daerah atau BUMN/Lembaga Pemerintah lainnya tanpa memperhatikan komposisi pemilikan sahamnya.

3) Angka diperbaiki

III/27

Page 33: PENGEMBANGAN DUNIA USAHA · Web viewPengembangan industri kecil sebagai suatu sistem pembinaan yang ditempuh sejak akhir Repelita III telah memberikan dampak positif bagi perkembangan

Rp 144.455 miliar, Rp 179.153 miliar, Rp 201.068 miliar dan Rp 231.232 miliar atau masing-masing meningkat sebesar 16,5% , 44,5%, 62,1% dan 86,5% bila dibandingkan dengan total aktiva pada akhir Repelita IV yang berjumlah Rp 124.013 miliar. Nilai total penjualan juga meningkat, dalam empat tahun pertama Repelita V masing-masing berjumlah Rp 47.687 miliar, Rp 60.990 miliar, Rp 62.113 miliar dan Rp.68.446 miliar. Apabila nilai total penjualan tersebut dibandingkan dengan total penjualan pada akhir Repelita IV yang bernilai Rp 40.065 miliar berarti masing-masing meningkat sebesar 19,0 % , 52,2 % , 55,0 % dan 70,8 % . Sementara itu selama empat tahun pertama Repelita V, perolehan laba sebelum pajak berturut-turut sebesar Rp 6.613 miliar, Rp 8.300 miliar, Rp 6.844 miliar dan Rp 6.290 miliar atau masing-masing mengalami peningkatan sebesar 27,9%, 60,5%, 32,4% dan 21,7% apabila dibandingkan dengan total laba sebelum pajak pada akhir Repelita IV yang bernilai Rp 5.170 miliar. Rinciannya dapat dilihat pada Tabel III - 12.

Sumbangan BUMN kepada penerimaan negara juga menunjukkan peningkatan. Dalam empat tahun pertama Repelita V, sumbangan BUMN berupa pajak penghasilan berturut-turut sebesar Rp 1.092,7 miliar, Rp 1.438,3 miliar, Rp 1.450,0 miliar dan Rp 1.600,0 miliar atau mengalami peningkatan masing-masing sebesar 27,3%, 67,5%, 68,9% dan 86,3% bila dibandingkan dengan pajak penghasilan BUMN pada akhir Repelita IV yang berjumlah Rp 858,6 miliar. Sedangkan penerimaan dari Dividen/DPS/BLP selama empat tahun Repelita V masing-masing sebesar Rp 958,0 miliar, Rp 1.096,0 miliar, Rp 1.311,2 miliar dan Rp 1.053,2 miliar atau masing-masing mengalami peningkatan sebesar 50,5%, 72,2%, 106,0% dan 65,5% apabila dibandingkan dengan Dividen/DPS/BLP pada akhir Repelita IV yang berjumlah Rp 636,4 miliar. Gambaran selengkapnya dapat dilihat pada Tabel III - 13.

Kenaikan penerimaan negara dalam tahun 1992/93 yang berasal dari laba BUMN berupa Dividen/DPS/BLP tersebut sebagian besar berasal dari peningkatan laba pemerintah yang diperoleh dari

III/28

Page 34: PENGEMBANGAN DUNIA USAHA · Web viewPengembangan industri kecil sebagai suatu sistem pembinaan yang ditempuh sejak akhir Repelita III telah memberikan dampak positif bagi perkembangan

TABEL III – 12

PERKEMBANGAN KEGIATAN BADAN USAHA MILIK NEGARA, 1988 - 1992

(miliar rupiah)

Akhir Repelita V

No. Uraian Repelita IV 1)(1988) 1989 1990 1991 1992

2)1. Total Aktiva 124.013 144.455 179.153 201.068 231.232

3)2. Total Penjualan 40.065 47.687 60.990 62.113 68.446

3. Total Laba 3) 1)Sebelum Pajak 5.170 6.613 8.300 6.844 6.290

1) Angka diperbaiki2) Angka kumulatif per akhir tahun buku yang bersangkutan3) Angka satu periode tahun buku yang bersangkutan

III/29

Page 35: PENGEMBANGAN DUNIA USAHA · Web viewPengembangan industri kecil sebagai suatu sistem pembinaan yang ditempuh sejak akhir Repelita III telah memberikan dampak positif bagi perkembangan

TABEL III – 131)

KONTRIBUSI BADAN USAHA MILIK NEGARA, 1988/89 – 1992/93

(miliar rupiah)

1) Angka tahunan2) Angka sementara, sampai akhir Desember 1992

III/30

Page 36: PENGEMBANGAN DUNIA USAHA · Web viewPengembangan industri kecil sebagai suatu sistem pembinaan yang ditempuh sejak akhir Repelita III telah memberikan dampak positif bagi perkembangan

BUMN di sektor jasa umum, industri dan pertambangan. Gambaran selengkapnya dapat dilihat pada Tabel III - 14.

Penyertaan Modal Pemerintah (PMP) dalam BUMN ditujukan untuk meningkatkan hasil guna dan daya guna badan usaha tersebut dan diusahakan agar dapat dimanfaatkan secara cermat, khususnya untuk membiayai program-program yang mempunyai prioritas tinggi. Pada tahun keempat Repelita V, PMP yang disediakan adalah sebesar Rp 47,7 miliar atau terjadi penurunan sebesar 61,8% apabila dibandingkan dengan PMP yang disediakan pada akhir Repelita IV, yang dalam tahun tersebut mencapai Rp 125 miliar. Gambaran selengkapnya dapat dilihat pada Tabel III - 15.

E. PERKEMBANGAN GOLONGAN EKONOMI LEMAH

Dukungan yang besar dalam usaha mendorong penkembangan golongan ekonomi lemah selama empat tahun Repelita V ditunjukkan antara lain dari peningkatan kredit yang diberikan. Hal ini sejalan dengan usaha pemerintah untuk pengembangan usaha golongan ekonomi lemah, yang terutama diarahkan untuk memperkuat permodalan, peningkatan keterampilan dan kemampuannya di dalam memperluas pemasaran serta kesempatan berusaha. Perkembangan dari hasil-hasil kebijaksanaan dalam mengembangkan usaha golongan ekonomi lemah tersebut disajikan di bawah ini.

1. Memperkuat Permodalan

Berbagai kemudahan dalam bidang perkreditan telah diberikan kepada pengusaha kecil, antara lain Kredit Investasi Kecil (KIK) dan Kredit Modal Kerja Permanen (KMKP) yang melalui Pakjan 1990 diganti dengan Kredit Usaha Kecil. Selain itu, masih terdapat kredit yang sudah dilaksanakan sejak tahun 1984, namun masih dikembangkan hingga Repelita V ini, yaitu Kredit Umum Pedesaan (Kupedes) yang diberikan untuk kegiatan investasi dan modal kerja di pedesaan.

III/31

Page 37: PENGEMBANGAN DUNIA USAHA · Web viewPengembangan industri kecil sebagai suatu sistem pembinaan yang ditempuh sejak akhir Repelita III telah memberikan dampak positif bagi perkembangan

TABEL III - 141)

REALISASI PERUSAHAAN NEGARA YANG BERASALDARI LABA BUMN BERUPA DIVIDEN/DPS/BLP,

1988189 -1992/93(miliar rupiah)

1) Angka tahunan2) Anka sementara, sampai akhir Desember 1992

Page 38: PENGEMBANGAN DUNIA USAHA · Web viewPengembangan industri kecil sebagai suatu sistem pembinaan yang ditempuh sejak akhir Repelita III telah memberikan dampak positif bagi perkembangan

TABEL III - 151)

PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH PADA BADAN USAHA MILIK NEGARA,

1980/89 - 1992/93(miliar rupiah)

No. SektorAkhir

Repelita IV

Repelita V

2)(1988/89) 1989/90 1990/91 1991/92 1992/93

1. Pertanian dan Kehutanan - - - - -

2. Industri 83,6 107,3 257,8 36,9 4,8

3. Jasa Umum 27,8 7,1 10,0 25,2 5,8

4. Jasa Keuangan Non Bank

2,5 20,0 22,5 4,2 -

5. Pertambangan - - - - -

6. Perdagangan - - - - -

7. Perbankan - - 20,0 700,0 -

3)8. Lainnya 11,1 6,4 12,4 105,3 37,1

Jumlah 125,0 140,8 322,7 871,6 47,7

1) Angka tahunan2) Angka sementara, sampai akhir Desember 19923) Iuran Pemerintah RI kepada Organisasi Internasional

III/33

Page 39: PENGEMBANGAN DUNIA USAHA · Web viewPengembangan industri kecil sebagai suatu sistem pembinaan yang ditempuh sejak akhir Repelita III telah memberikan dampak positif bagi perkembangan

Kupedes yang telah disalurkan pada tahun 1989/90, 1990/91, 1991/92 dan 1992/93, masing-masing adalah sebesar Rp 992,5 miliar, Rp 1.452,0 miliar, Rp 1.534,8 miliar dan Rp 1.724,2 miliar. Apabila dibandingkan dengan total kredit yang disalurkan pada akhir Repelita IV, maka masing-masing mengalami peningkatan sebesar 63,6%, 139,4%, 153,1%, dan 184,3%. Pada akhir Repelita IV tersebut total Kupedes yang diberikan adalah sebesar Rp 606,5 miliar.

Nasabah penerima Kupedes dalam empat tahun pertama Repelita V menunjukkan peningkatan jika dibandingkan dengan akhir Repelita IV. Jumlah penerima kredit dalam empat tahun tersebut masing-masing sebanyak 1.688,8 ribu orang, 1.914,7 ribu orang, 1.937,1 ribu orang dan 1.667,3 ribu orang, atau masing-masing mengalami peningkatan sebesar 19,4%, 35,3%, 36,9% dan 17,8% apabila dibandingkan dengan jumlah nasabah Kupedes pada akhir Repelita IV sebanyak 1.414,9 ribu orang. Gambaran selengkapnya dapat dilihat pada Tabel III - 16.

Penyediaan dana melalui pola KUK sejak diberlakukannya Pakjan 1990 menunjukkan perkembangan yang cukup menggembi-rakan. KUK yang telah disalurkan oleh perbankan meningkat dari Rp 14,1 triliun pada akhir Desember 1989 menjadi Rp 22,8 triliun pada tahun 1991/92. Sebagian kredit tersebut disalurkan kepada pengusaha kecil di sektor perdagangan, restoran dan hotel, dan sektor perindustrian.

Seperti yang telah disebutkan di atas, untuk turut membantu usaha di pedesaan yang belum terjangkau sektor keuangan formal, pada tahun 1991 telah diaktifkan kembali 1.346 BKD. Pada tahun 1989 jumlah pinjaman yang diberikan adalah sebesar Rp 37,8 miliar dengan jumlah nasabah penerima kredit sebanyak 969.398 orang. Sampai dengan Maret 1993, jumlah kredit yang disalurkan meningkat menjadi Rp 68,2 miliar dengan jumlah nasabah sebanyak 989.860 orang.

III/34

Page 40: PENGEMBANGAN DUNIA USAHA · Web viewPengembangan industri kecil sebagai suatu sistem pembinaan yang ditempuh sejak akhir Repelita III telah memberikan dampak positif bagi perkembangan

TABEL III - 161)

KREDIT UMUM PEDESAAN (KUPEDES),1988/89 - 1992193(miliar rupiah)

No. TahunAkhir

Repelita IVRepelita V

2)

(1988/89) 1989/90 1990/91 1991/92 1992/93

1. Investasi 28,3 95,6 147,2 175,8 196,6

2. Eksploitasi 578,2 896,9 1.304,8 1.359,0 1.527,6

3. Jumlah 606,5 992,5 1.452,0 1.534,8 1.724,2

4. Nasabah (ribu orang) 1.414,9 1.688,8 1.914,7 1.937,1 1.667,3

1) Angka tahunan2) Angka sementara, sampai bulan Oktober 1992

III/35

Page 41: PENGEMBANGAN DUNIA USAHA · Web viewPengembangan industri kecil sebagai suatu sistem pembinaan yang ditempuh sejak akhir Repelita III telah memberikan dampak positif bagi perkembangan

2. Meningkatkan Keahlian dan Kemampuan

Dalam rangka meningkatkan keahlian dan kemampuan industri kecil, dalam tahun 1989/90 secara kumulatif telah dibina sebanyak 6.092 sentra industri kecil di 27 propinsi. Bimbingan dan pelayanan teknis tersebut meningkat, hingga pada tahun 1991/92 menjadi 7.522 sentra industri. Upaya tersebut dilakukan dengan memanfaatkan semaksimal mungkin berbagai fasilitas yang dimiliki oleh industri besar dan menengah, baik milik swasta maupun BUMN, Balai-balai Latihan Kerja dan Balai-balai Penelitian yang ada. Pengembangan industri kecil sebagai suatu sistem pembinaan yang ditempuh sejak akhir Repelita III telah memberikan dampak positif bagi perkembangan industri kecil, seperti tercermin di dalam peningkatan unit usaha, tenaga kerja dan nilai produksi.

Sementara itu, dalam rangka meningkatkan kemampuan kewiraswastaan dan pengelolaan usaha, pada tahun 1992/93 telah dilakukan penataran bagi 1.530 orang pedagang ekonomi lemah yang diselenggarakan di 26 propinsi. Apabila dibandingkan dengan jumlah yang ditatar pada akhir Repelita IV sebanyak 1-.109 orang, maka pada tahun keempat Repelita V terjadi peningkatan jumlah yang ditatar 38,0%. Gambaran selengkapnya dapat dilihat pada Tabel III - 17.

3. Memperluas Pemasaran

Dalam usaha meningkatkan dan memperluas barang-barang dan bahan yang dihasilkan oleh pengusaha golongan ekonomi lemah, terus diusahakan penyediaan informasi pasar dan kegiatan promosi untuk barang dan bahan yang dihasilkan tersebut. Program yang telah dimanfaatkan untuk perluasan pemasaran bagi barang dan bahan yang dihasilkan oleh para pengusaha golongan ekonomi lemah tersebut adalah program keterkaitan pola bapak dan anak angkat. Selain untuk tujuan di atas, program tersebut ditujukan pula untuk meningkatkan jumlah dan kualitas produksi, peningkatan kemampuan manajerial, pemberian bantuan dalam pengadaan bahan baku dan permodalan atau rekomendasi untuk mendapatkan kredit perbankan.

III/36

Page 42: PENGEMBANGAN DUNIA USAHA · Web viewPengembangan industri kecil sebagai suatu sistem pembinaan yang ditempuh sejak akhir Repelita III telah memberikan dampak positif bagi perkembangan

TABEL III - 171)

PENATARAN DAN KONSULTASI PEDAGANG EKONOMI LEMAH,1988/89- 1992/93

(orang)

1) Program pembinaan pedagang golongan ekonomi lemah dimulai sejak 1975/76 (angka tahunan)2) Angka sementara, sampai bulan Desember 1992

III/37

Page 43: PENGEMBANGAN DUNIA USAHA · Web viewPengembangan industri kecil sebagai suatu sistem pembinaan yang ditempuh sejak akhir Repelita III telah memberikan dampak positif bagi perkembangan

Sejak dicanangkannya gerakan Bapak Angkat, program tersebut telah mendapat sambutan yang positif dari kedua belah pihak. Sampai dengan bulan Maret 1993 telah tercatat secara kumulatif sebanyak 14.653 perusahaan besar baik swasta maupun BUMN selaku bapak angkat yang telah melibatkan 90.863 mitra usaha industri kecil.

4. Memperluas Kesempatan Berusaha

Perluasan kesempatan berusaha tercermin dari keadaan iklim usaha serta laju dan pola pertumbuhan ekonomi pada umumnya. Iklim usaha dan iklim persaingan yang sehat akan mendorong tumbuh dan berkembangnya wirausaha-wirausaha baru. Sedangkan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi selama ini telah mampu menciptakan kesempatan berusaha yang semakin besar. Kebijak-sanaan pemberian kesempatan berusaha kepada pengusaha golongan ekonomi lemah tertuang dalam Keppres No. 29/1984, dimana para pengusaha lemah tersebut diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam penanganan proyek-proyek pembangunan.

III/38