pengembangan cerita daerah guangxi “liu san jie dari...
TRANSCRIPT
PENGEMBANGAN CERITA DAERAH GUANGXI “LIU SAN JIE” DARI
BAHASA MANDARIN KE DALAM BAHASA INDONESIA
SKRIPSI
untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Nama : Yulius Daniel Mulyadi
NIM : 2404415019
Program Studi : Pendidikan Bahasa Mandarin
Jurusan : Bahasa dan Sastra Asing
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2019
ii
iii
iv
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto :
“Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan
kepadaku.”
Filipi 4 : 13
“Hati manusia memikir-mikirkan jalannya, tetapi TUHANlah yang menentukan
arah langkahnya.”
Amsal 16 : 9
Ku persembahkan untuk :
1. Tuhan Yesus Kristus dengan segala penyertaanNya yang sempurna.
2. Keluarga besar almarhum Arjuna Muljadi dan almarhum Iksan.
3. Keluarga inti : almarhum papah, mamah, dan kedua kakak.
4. Keluarga rohani dan pemimpin fellas.
5. Para teman yang mendukung dalam kesukaran.
6. Dosen pembimbing, para dosen, kakak tingkat, adik tingkat dan teman-
teman angkatan 2015 prodi Pendidikan Bahasa Mandarin UNNES.
7. Almamater UNNES.
.
vi
PRAKATA
Segala puji syukur kunaikkan pada Tuhan Yesus Kristus atas penyertaanNya
yang selalu baru setiap hari. RancanganMu sungguh tak terduga dan hikmatMu
jauh berharga melebihi emas dan perak. Engkau selalu besertaku, Allah Imanuel.
Penyusunan skrispi yang berjudul “Pengembangan Cerita Daerah Guangxi
“Liu San Jie” dari Bahasa Mandarin ke Dalam Bahasa Indonesia” tidak lepas dari
bimbingan, saran dan nasihat oleh para dosen, teman-teman, kakak tingkat dan
keluarga. Oleh karena itu, peneliti banyak mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Muhammad Jazuli, M.Hum, Dekan FBS Unnes yang telah
memberikan izin kepada peneliti untuk menyusun skripsi ini.
2. Dra. Rina Supriatnaningsih, M.Pd, Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Asing,
Unnes yang telah bersedia menandatangani syarat cetak SK Skripsi.
3. Dyah Prasetiani, S.S., M.Pd dan Titin Komala Sari, S.Pd., M.TCSOL
selaku dosen penguji skripsi.
4. Anggraeni, S.T., MTCSOL, yang telah membimbing saya dalam
menyusun skripsi ini, sehingga skripsi ini terselesaikan dengan baik.
5. Keluarga besar yang selalu memberikan nasihat dan dukungan doa.
6. Keluarga rohani yang selalu memberikan semangat dan saran yang baik.
7. Kepala SD Nusaputera, Antonius Suraji, S.Pd yang telah mengizinkan
saya melakukan penelitian di instansi tersebut.
8. Guru Mandarin SD Nusaputera, DonaBella Azalea.P, B.Ed dan Jessica
Delavena, B.Ed yang telah bersedia menjadi narasumber sekaligus
menjadi salah satu pakar dalam validasi hasil desain produk kisah Liu San
Jie.
9. Murid-murid kelas 5 SD Nusaputera yang telah bersedia menjadi
koresponden dalam penelitian ini.
10. Saudari Kelita Puspadini selaku ilustrator visualisasi dan layout kisah Liu
San Jie.
vii
ABSTRAK
Mulyadi, Yulius Daniel. Pengembangan Cerita Daerah Guangxi “Liu San Jie”
dari Bahasa Mandarin ke Dalam Bahasa Indonesia. Skripsi,
Jurusan Bahasa dan Sastra Asing, Fakultas Bahasa dan Seni,
Universitas Negeri Semarang, Pembimbing I. Anggraeni, S.T.,
MTCSOL.
Kata kunci : pengembangan cerita, Guangxi, Liu San Jie, bahasa Mandarin,
bahasa Indonesia.
Penelitian ini dikembangkan berdasarkan kebutuhan pengembangan cerita
Tiongkok terjemahan bahasa Indonesia. Saat ini, cerita-cerita Tiongkok
terjemahan bahasa Indoenesia yang populer masih sedikit. Adapun cerita-cerita
tersebut adalah cerita Kera Sakti dan cerita Siluman Ular Putih. Oleh sebab itu,
cerita Tiongkok terjemahan bahasa Indonesia perlu pengembangan lebih lanjut,
agar jenis ceritanya bervariasi. Dalam penelitian ini, peneliti mengembangkan
kisah Liu San Jie, dengan beberapa faktor, yaitu : 1) pengembangan dan
pengemasan cerita terjemahan untuk anak-anak, 2) bahasa terjemahan kisah Liu
San Jie, 3) validasi ahli mengenai bahasa terjemahan kisah Liu San Jie.
Tujuan dari penelitian ini yaitu : 1) mengembangkan cerita terjemahan
Mandarin-Indonesia, 2) menerjemahkan sesuai bahasa untuk cerita anak, 3)
mengetahui validasi ahli mengenai terjemahan kisah “Liu San Jie”.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode Research
and Development (R&D) dengan lima tahapan, yaitu : 1) identifikasi masalah,
2)mengumpulkan informasi, 3)desain produk, 4)validasi ahli, 5)perbaikan desain.
Hasil dari penelitian ini adalah cerita terjemahan yang dikemas dengan
visualisasi dan layout cerita full warna. Dari hasil analisis kebutuhan koresponden
dan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa anak-anak memerlukan cerita
Tiongkok terjemahan bahasa Indonesia dengan kalimat terjemahan yang fleksibel
mudah dipahami. Selain itu dalam cerita tersebut megandung nilai moral, serta
dibuat dengan desain visualisasi yang menarik. Nilai rata-rata validasi dari pakar I
dan II adalah 49,5. Pakar I tidak memberikan saran perbaikan tata bahasa maupun
desain visualisasi. Namun pakar II memberikan beberapa saran, saran perbaikan
dari pakar II adalah perbaiki tata bahasa pada kalimat-kalimat tertentu, agar hasil
terjemahannya lebih fleksibel dan mudah dipahami oleh anak-anak dan berikan
keterangan nama-nama tempat pada alur cerita. Pada aspek desain visualisasi dan
layout sudah baik, tidak perlu perbaikan.
viii
摘要
谢奉金, 广西民间故事“刘三姐”汉印翻译的研发。论文,三宝
垄国立大学,语言艺术学院,外国语言文学系,第一
导师唐金妮,S.T., MTCSOL.
关键词 :故事发展, 广西, 刘三姐, 中文, 印尼文。
本研究是根据印尼语翻译中发展汉语故事的需要而发展起来
的。目前,印尼流行翻译的中文故事很少。故事是关于西游记和
白蛇传说的故事。因此,印尼语翻译中的汉语故事需要进一步的
发展,所以故事的类型也各不相同。在本研究中,研究者开发了
刘三姐的故事,有几个因素:1)儿童翻译故事的开发和包装;2)
刘三姐故事的语言翻译;3)刘三杰故事翻译语言的专家验证。
本研究的目的是:1)发展汉语-印尼语翻译的故事,2)根据
儿童故事的语言进行翻译,3)了解有关“刘三姐”故事翻译的专
家验证。
本研究是一项定性研究,采用研发方法,分五个阶段进行,
即:1)问题识别,2)信息收集,3)产品设计,4)专家验证,
5)设计改进。
这项研究的结果是翻译故事,其中充满了全彩色可视化和故
事布局。通过对记者需求和访谈结果的分析,可以得出结论:儿
童在印尼语翻译中需要汉语故事,翻译句子灵活易懂。此外,这
个故事包含了道德价值观,并且是用吸引人的可视化设计制作的。
第一和第二专家的平均验证值为 49.5 分。第一位专家没有提出改
进语法或可视化设计的建议。但第二位专家给出了一些建议,第
二位专家提出的改进建议是改进某些句子的语法,使翻译结果更
灵活,更容易被儿童理解,并对故事情节中的地名进行描述。在
可视化设计和布局方面很好,不需要维修。
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................... Error! Bookmark not defined.
PENGESAHAN .................................................... Error! Bookmark not defined.
PERNYATAAN .................................................... Error! Bookmark not defined.
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................................ v
PRAKATA ............................................................................................................ vi
ABSTRAK ........................................................................................................... vii
摘要 ...................................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii
DAFTAR BAGAN .............................................................................................. xiii
DAFTAR DIAGRAM ........................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 3
1.4.1 Manfaat Praktis ................................................................................. 3
1.4.2 Manfaat Teoretis ............................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA & LANDASAN TEORETIS .......................... 4
2.1 Penelitian Terdahulu ................................................................................. 4
2.2 Deskripsi Teori ......................................................................................... 7
2.2.1 Cerita Rakyat ..................................................................................... 7
2.2.2 Menerjemahkan ................................................................................. 8
2.2.3 Definisi Terjemahan Menurut Para Ahli ........................................... 8
2.2.4 Teori Tentang Penerjemahan ............................................................ 9
a. Peran Kamus ......................................................................................... 9
x
b. Prinsip-prinsip Menerjemahkan .......................................................... 10
c. Metode Menerjemahkan ..................................................................... 11
d. Langkah-langkah Menerjemahkan ..................................................... 11
2.3 Komponen-komponen Cerita ................................................................. 12
1. Tema ................................................................................................... 12
2. Latar .................................................................................................... 13
3. Tokoh .................................................................................................. 13
4. Alur cerita ........................................................................................... 14
2.4 Tinjauan Tentang Dearah Guangxi, Tiongkok ....................................... 16
2.5 Kisah Liu San Jie .................................................................................... 17
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 18
3.1 Jenis dan Desain Penelitian .................................................................... 18
3.2 Tahapan Penelitian ................................................................................. 18
3.3 Subyek Penelitian ................................................................................... 22
3.3.1 Lokasi Penelitian ............................................................................. 22
3.3.2 Fokus Penelitian .............................................................................. 22
3.3.3 Sumber Penelitian ........................................................................... 23
3.3.4 Jenis Data ........................................................................................ 23
3.3.4.1 Data Primer .................................................................................. 23
3.3.4.2 Data Sekunder ............................................................................. 23
3.4 Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 24
3.4.1 Wawancara ...................................................................................... 24
3.4.2 Dokumentasi ................................................................................... 24
3.4.3 Kuisioner ......................................................................................... 24
3.4.4 Obeservasi ....................................................................................... 25
3.5 Instrumen Penelitian ............................................................................... 26
3.5.1 Kuisioner ......................................................................................... 26
3.5.2 Wawancara ...................................................................................... 28
3.5.3 Observasi ......................................................................................... 30
3.6 Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data .................................................... 31
3.7 Teknik Analisis Data .............................................................................. 32
3.7.1 Pengumpulan ................................................................................... 32
xi
3.7.2 Reduksi ............................................................................................ 32
3.7.3 Penyajian ......................................................................................... 33
3.7.4 Kesimpulan ..................................................................................... 33
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 34
4.1 Pengembangan Kisah “Liu San Jie” ...................................................... 34
4.1.1 Hasil Kuisioner ............................................................................... 34
4.1.1.1 Penjabaran ................................................................................... 35
4.1.1.2 Kesimpulan Hasil Kuisioner ....................................................... 48
4.1.2 Hasil Wawancara ............................................................................ 49
4.1.2.1 Penjabaran ................................................................................... 49
4.1.2.2 Kesimpulan Hasil Wawancara .................................................... 54
4.1.3 Hasil Observasi ............................................................................... 54
4.1.3.1 Kesimpulan Hasil Observasi ....................................................... 56
4.2 Hasil Analisis Pengembangan Kisah “Liu San Jie” ............................... 57
4.2.1 Informasi Tentang Cerita Tiongkok Terjemahan Indonesia ........... 57
4.2.2 Bahasa Terjemahan ......................................................................... 58
4.2.3 Nilai Moral Cerita Terjemahan ....................................................... 60
4.2.4 Desain Cerita Terjemahan ............................................................... 61
4.3 Hasil Validasi Pakar ............................................................................... 65
4.3.1 Hasil Validasi Pakar I...................................................................... 67
4.3.2 Hasil Validasi Pakar II .................................................................... 69
4.4 Revisi Hasil Produk ................................................................................ 72
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 74
5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 74
5.2 Saran ....................................................................................................... 75
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 76
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Persamaan dan Perbedaan Dengan Penelitian Sebelumnya ....................... 6
Tabel 2 Indikator Kuisioner .................................................................................. 27
Tabel 3 Indikator Wawancara ............................................................................... 28
Tabel 4 Jumlah Cerita Terjemahan Legenda Tiongkok Yang Diketahui
Koresponden ............................................................................................ 49
Tabel 5 Judul Cerita Tiongkok .............................................................................. 49
Tabel 6 Media Sumber Cerita Tiongkok ............................................................... 50
Tabel 7 Pengalaman Membaca Cerita Tiongkok .................................................. 50
Tabel 8 Bahasa Terjemahan Pada Buku Cerita Tiongkok Terjemahan ................ 50
Tabel 9 Jenis Bahasa Terjemahan ......................................................................... 51
Tabel 10 Pengalaman Membaca Cerita Tiongkok ................................................ 51
Tabel 11 Daya Tarik Cerita Liu San Jie ................................................................ 51
Tabel 12 Desain Visualisasi dan Layout ............................................................... 52
Tabel 13 Pengembangan Cerita Terjemahan Tiongkok ........................................ 52
Tabel 14 Cerita Terjemahan ................................................................................. 52
Tabel 15 Jenis Cerita Terjemahan ......................................................................... 53
Tabel 16 Desain Visualisasi dan Layout Yang Diminati ...................................... 53
Tabel 17 Data Koleksi Buku di Perpustakaan Kota Semarang ............................. 55
Tabel 18 Data Koleksi Buku di Toko Buku Gramedia ......................................... 55
Tabel 19 Data Koleksi Buku di Perpustakaan Jurusan BSA, FBS – UNNES ...... 56
Tabel 20 Kalimat Hasil Terjemahan Harafiah ...................................................... 59
Tabel 21 Nilai Moral dalam Kisah Liu San Jie ..................................................... 60
Tabel 22 Hasil Validasi Oleh Pakar I .................................................................... 67
Tabel 23 Hasil Validasi Oleh Pakar II .................................................................. 69
Tabel 24 Perbaikan Kalimat Oleh Pakar II ........................................................... 70
xiii
DAFTAR BAGAN
Bagan 1 Tahapan Penelitian RnD Menurut Sugiyono .......................................... 21
Bagan 2 Tahapan Penelitian Oleh Peneliti ............................................................ 21
Bagan 3 Triangulasi Metode ................................................................................. 31
Bagan 4 Model Analisis Interaktif Miles & Huberman ........................................ 32
xiv
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 1 Jumlah Cerita Terjemahan Legenda Tiongkok Yang Diketahui
Koresponden ....................................................................................... 35
Diagram 2 Judul Cerita Tiongkok ......................................................................... 36
Diagram 3 Media Sumber Cerita Tiongkok .......................................................... 37
Diagram 4 Pengalaman Membaca Cerita Tiongkok ............................................. 38
Diagram 5 Bahasa Terjemahan Pada Buku Cerita Tiongkok Terjemahan ........... 39
Diagram 6 Jenis Bahasa Terjemahan .................................................................... 40
Diagram 7 Pengalaman Membaca Cerita Tiongkok ............................................. 41
Diagram 8 Daya Tarik Cerita Liu San Jie ............................................................. 42
Diagram 9 Desain Visualisasi dan Layout ............................................................ 43
Diagram 10 Pengembangan Cerita Terjemahan Tiongkok ................................... 44
Diagram 11 Cerita Terjemahan ............................................................................. 45
Diagram 12 Jenis Cerita Terjemahan .................................................................... 46
Diagram 13 Desain Visualisasi dan Layout Yang Diminati ................................. 47
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Visualisasi Sampul Depan Kisah Liu San Jie ...................................... 62
Gambar 2 Visualisasi Halaman 1 Kisah Liu San Jie............................................ 62
Gambar 3 Visualisasi Halaman 3 Kisah Liu San Jie............................................. 62
Gambar 4 Visualisasi Halaman 2 Kisah Liu San Jie............................................. 62
Gambar 5 Visualisasi Halaman 4 Kisah Liu San Jie............................................. 63
Gambar 6 Visualisasi Halaman 5 Kisah Liu San Jie............................................. 63
Gambar 7 Visualisasi Halaman 6 Kisah Liu San Jie............................................. 63
Gambar 8 Visualisasi Halaman 7 Kisah Liu San Jie............................................. 63
Gambar 9 Visualisasi Halaman 8 Kisah Liu San Jie............................................. 64
Gambar 10 Visualisasi Halaman 9 Kisah Liu San Jie........................................... 64
Gambar 11 Visualisasi Halaman 10 Kisah Liu San Jie......................................... 64
Gambar 12 Visualisasi Sampul Belakang Kisah Liu San Jie ................................ 64
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Instrumen Kuisioner .......................................................................... 79
Lampiran 2 Instrumen Wawancara ....................................................................... 81
Lampiran 3 Instrumen Validasi Ahli..................................................................... 82
Lampiran 4 Surat Keterangan Penelitian .............................................................. 84
Lampiran 5 Sertifikat TOEFL ............................................................................... 85
Lampiran 6 Sertifikat HSK 4 ................................................................................ 86
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Di benua Asia, Tiongkok merupakan salah satu negara yang memiliki
pengaruh terhadap perkembangan perekonomian Asia. Tiongkok mengem-
bangkan berbagai macam teknologi, seperti : ponsel genggam, berbagai jenis
barang elektronik, mesin-mesin industri dan lain sebagainya. Perkembangan
teknologi Tiongkok turut mempengaruhi perkembangan budaya Tiongkok, salah
satunya yaitu bahasa Mandarin. Di Indonesia khususnya daerah ibu kota, terdapat
banyak tenaga asing dan investor asal Tiongkok, maka dari itu penggunaan bahasa
Mandarin sebagai alat komunikasi kian meningkat.
Setelah ditetapkannya Keputusan Presiden Nomor 6 Tahun 2000 tentang
PENCABUTAN INSTRUKSI PRESIDEN NOMOR 14 TAHUN 1967
TENTANG AGAMA, KEPERCAYAAN DAN ADAT ISTIADAT CINA,
perkembangan budaya dan adat istiadat Tionghoa sudah tidak lagi kaku dan lebih
terbuka. Sejak itulah, bahasa Mandarin semakin berkembang dan sekarang
dimasukkan dalam kurikulum pendidikan sebagai salah satu pelajaran bahasa
asing yang dapat dipelajari. Dalam pembelajaran bahasa Mandarin, terdapat
beberapa media pembelajaran yang dapat menunjang proses belajar bahasa
Mandarin. Misalnya : media flashcard, media film, media internet, media power
point, dan berbagai jenis cerita Mandarin terjemahan Indonesia.
Salah satu dari media pembelajaran bahasa Mandarin yaitu cerita
terjemahan. Cerita Tiongkok terjemahan Indonesia memiliki jenis yang beragam,
seperti : mitologi, biografi tokoh, seni berperang, cerita fabel dan cerita legenda
dari suatu daerah. Setiap cerita memiliki nilai yang berbeda menurut sudut
pandang dan pemikiran para pembaca cerita. Namun, tidak semua cerita
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Berdasarkan pengamatan penulis di
toko-toko buku dan berbagai situs internet, di Indonesia selama ini orang awam
hanya mengetahui cerita-cerita asal Tiongkok yang sudah diterjemahkan dalam
bentuk buku atau yang diperankan oleh aktor-aktris dalam serial televisi, seperti :
2
Legenda Siluman Ular Putih, Legenda Kera Sakti dan Legenda Pendekar Golok
Naga. Beberapa serial televisi tersebut, pernah ditayangkan di salah satu stasiun
televisi. Karena itu, cerita legenda berpotensi untuk dikembangkan.
Salah satunya, sebuah cerita legenda yang belum berkembang di Indonesia
adalah cerita yang berjudul “刘三姐” (pinyin Liú Sān Jiě). Cerita ini berasal dari
daerah Guǎngxī , yang terjadi di masa dinasti Tang. Bersumber dari salah satu
situs web Tiongkok (https://baike.baidu.com/item/%E5%88%98%E4%B8%89%
E5%A7%90/1834?fr=aladdin , diakses tanggal 13 April 2018), pada tahun 1958
cerita ini telah diangkat ke layar lebar sebagai film opera. Tokoh utama Liú Sān
Jiě diperankan oleh Huáng Wǎn Qiū(黄婉秋). Liú Sān Jiě adalah seorang
tokoh wanita suku Zhuāng (suku minoritas di daerah Guǎngxī) yang piawai dalam
bernyanyi. Cerita ini sudah berkembang secara turun-temurun dari masa Dinasti
Tang. Hingga saat ini orang-orang di Tiongkok menjuluki tokoh Liú Sān Jiě
sebagai Dewi Lagu. Beberapa lagu dari kisah Liú Sān Jiě yang menjadi lagu
daerah Guǎngxī adalah 山顶有花山脚香 shāndǐng yǒu huāshān jiǎo xiāng dan 山
歌好比春江水 shāngē hǎo bǐ chūn jiāngshuǐ. Ada beberapa hal yang penulis
pertimbangkan sehingga memilih kisah ini untuk diterjemahkan. Yang pertama,
cerita ini belum dikembangkan dalam terjemahan bahasa Indonesia. Kedua, cerita
ini singkat dan alurnya mudah untuk dipahami oleh anak-anak. Ketiga, cerita ini
dapat divisualisasikan untuk menarik minat baca anak-anak. Keempat, cerita ini
dapat dikemas dalam bentuk buku cerpen atau cerita bergambar.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
terhadap judul legenda rakyat Tiongkok dengan judul penelitian “Pengembangan
Cerita Daerah Guangxi ‘Liu San Jie’ dari Bahasa Mandarin ke Dalam Bahasa
Indonesia”. Penelitian ini mengembangkan legenda Tiongkok yang belum
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
3
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengembangan dan pengemasan cerita terjemahan untuk anak-
anak?
2. Bagaimana bahasa terjemahan kisah “Liu San Jie” untuk anak-anak?
3. Bagaimana validasi ahli mengenai terjemahan kisah “Liu San Jie” ?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Mengembangkan cerita terjemahan Mandarin-Indonesia.
2. Menerjemahkan sesuai bahasa untuk cerita anak.
3. Mengetahui validasi ahli mengenai terjemahan kisah “Liu San Jie”.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Praktis
Memperluas cerita terjemahan Mandarin-Indonesia, sehingga menarik
minat pembaca dengan cerita yang belum pernah diketahui.
Menambah kepustakaan cerita terjemahan Mandarin-Indonesia. Dapat
menarik minat anak-anak untuk membaca cerita-cerita Tiongkok yang
beragam dan memiliki pesan moral.
1.4.2 Manfaat Teoretis
Mengambil nilai-nilai moral dalam cerita, yang dapat diterapkan dalam
kehidupan bermasyarakat sehari-hari. Penelitian ini juga dapat
digunakan sebagai referensi dalam penelitan berikutnya, mengenai
cerita terjemahan bahasa Mandarin, baik cerita terjemahan untuk
khalayak umum atau khalayak khusus.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA & LANDASAN TEORETIS
2.1 Penelitian Terdahulu
Sebagai tinjauan pustaka dan referensi dalam penulisan skripsi ini, penulis
mencari melalui berbagai sumber dan telah menemukan beberapa penelitian
terdahulu yang dapat digunakan untuk dianalisis perbedaan-persamaannya dengan
fokus pada skripsi yang penulis buat. Berikut ini adalah penjelasan dari masing-
masing penelitian terdahulu.
Penelitian yang dilakukan oleh Siti Hariti Sastriani (2007) dengan judul
Transformasi Gaya Bahasa dalam Karya Sastra Terjemahan, menghasilkan
sebuah kesimpulan yaitu “Gaya bahasa dalam penerjemahan dapat mengalami
perubahan dan beradaptasi dengan kebutuhan bahasa tujuan. Sehingga hasil
terjemahan tidak kaku dan mudah dipahami para pembaca.” Dengan demikian,
karya sastra dari bahasa sumber (BSu) dapat diterjemahkan ke bahasa sasaran
(Bsa) dengan saduran secara fleksibel agar hasil terjemahannya lebih mudah
dimengerti.
Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Irta Fitriana (2010) dengan
judul Penerjemahan Karya Sastra Anak , menghasilkan sebuah kesimpulan yaitu
“Menerjemahkan cerita anak dengan menggunakan kecenderungan domestikasi
dengan beberapa adaptasi terutama yang berkaitan dengan unsur-unsur budaya
agar cerita terjemahan dapat dimengerti oleh anak-anak dan unsur budaya yang
terdapat dalam BSu pun tidak hilang.” Dari kesimpulan penelitian tersebut,
penulis menyimpulkan bahwa menerjemahkan cerita anak perlu penyesuaian
berkaitan unsur-unsur budaya di dalam cerita, agar cerita tersebut dapat dipahami
anak-anak.
Kemudian, penelitian yang dilakukan oleh Titien D. Soelistyarini dan
Retno W. Setyaningsih (2012) dengan judul Bercerita Tanpa Menggurui: Gaya
Bahasa Dalam Buku Cerita Anak Untuk Membangun Karakter , menghasilkan
sebuah kesimpulan bahwa cerita anak seharusnya dikemas dengan memperhatikan
5
segi psikologis anak, menggunakan bahasa yang sederhana tanpa adanya gaya
bahasa menggurui. Pesan moral yang disampaikan pun tidak harus secara tersurat
di bagian akhir cerita, namun dapat disampaikan di dalam alur cerita dan
visualisasi ilustrasinya. Dari hasil penelitian tersebut, penulis menemukan fakta
baru, yaitu pesan moral dalam cerita anak sangat penting. Tetapi yang lebih
penting adalah bagaimana cara mengemas pesan moral tersebut di dalam sebuah
cerita, yang sesuai dengan bahasa anak-anak serta perkembangan psikologis anak-
anak serta dikemas dengan gaya bahasa yang tidak menggurui.
Penelitian yang dilakukan oleh Agung Munandar1, Akhmad
Mulyadiprana2, Seni Apriliya3 (2018) dengan judul Penggunaan Buku Cerita
Anak Berbasis Kearifan Lokal Mendong Tasikmalaya di Sekolah Dasar
menghasilkan produk akhir berupa buku cerita fiksi dengan judul “Tiga Sekawan
dan Pahlawan Mendong”. Jenis penelitian ini adalah kualitatif research and
development, sampai dengan tahap ke-9, yaitu revisi produk desain.
Penelitian berikutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh 厦门大学人
类与民族学系 Jurusan Antropologi dan Etnologi Universitas Xiamen (2009)
dengan judul 刘三姐形象的历史嬗变与现代建构 Transmutasi Sejarah
Visualisasi Liu San Jie dengan Struktur Modern, menghasilkan sebuah
kesimpulan yaitu “Realita pada zaman dahulu secara sederhana juga ada di masa
sekarang. Suksesnya kisah Liu San Jie dalam opera, adalah karena mengangkat
hal-hal sederhana yang sesuai dengan perkembangan zaman modern.”
6
Tabel 1 Persamaan dan Perbedaan Dengan Penelitian Sebelumnya
No Nama Peneliti Persamaan Perbedaan
1 Siti Hariti Sastriani
Karya sastra dari
bahasa sumber
(BSu) dapat
diterjemahkan ke
bahasa sasaran
(Bsa) dengan
saduran secara
fleksibel agar hasil
terjemahannya.lebih
mudah dimengerti.
Peneliti fokus pada
karya sastra yang
sesuai untuk usia
anak-anak.
2 Irta Fitriana
Subyek dalam
penelitian tersebut
adalah anak-anak,
dimana yang
menjadi obyeknya
adalah karya sastra
asing untuk anak-
anak.
Peneliti
menekankan pada
kesesuaian jenis
cerita yang akan
diterjemahkan dan
kesesuaian
terjemahan dalam
bahasa Indonesia.
3 Titien D. Soelistyarini dan
Retno W. Setyaningsih
Bahasa tertulis yang
terdapat dalam
cerita anak.
Peneliti fokus pada
keluwesan hasil
terjemahan yang
sesuai untuk anak-
anak.
4 Agung Munandar, dkk.
Pengembangan
cerita untuk anak-
anak.
Peneliti hanya
meneliti sampai
dengan tahap
kelima, yaitu
perbaikan desain.
5
厦门大学人类与民族学系
Jurusan Antropologi dan
Etnologi Universitas Xiamen
(2009)
Kisah yang diteliti
dalam penelitian ini
adalah kisah “Liu
San Jie”
Peneliti fokus pada
penerjemahan
kisah “Liu San
Jie” ke dalam
bahasa Indonesia.
7
Dari tabel tersebut, kita dapat melihat perbedaan dan persamaan
penelitian-penelitian terdahulu dengan penelitian ini. Beberapa persamaannya
adalah penerjemahan karya sastra asing, karya sastra asing anak, bahasa tertulis
pada cerita anak dan kisah tentang Liu San Jie. Sedangkan perbedaanya adalah
peneliti memfokuskan penelitian ini pada bahasa terjemahan yang disesuaikan
untuk anak-anak. Penelitian ini merupakan murni karya penulis dengan analisis
kebutuhan, obyek dalam penelitian ini adalah anak-anak. Sebagai sampel
penelitian, peneliti menyebarkan kuisioner ke siswa-siswi kelas lima SD
Nusaputera Semarang.
2.2 Deskripsi Teori
2.2.1 Cerita Rakyat
Dalam KBBI hal 283 definisi cerita rakyat adalah cerita di zaman dahulu
yang hidup di tengah dan diwariskan secara lisan.
Tadkiroatun (2010:55) dalam Cerita Untuk Perkembangan Anak
menyebutkan bahwa cerita rakyat meliputi dongeng, legenda, mite (Abrams
1961:67), dan sage. Keempat cerita rakyat tersebut memiliki beberapa
perbedaan menyangkut permasalahan cerita, tokoh cerita, serta anggapan
pemiliknya terhadap keberadaan cerita rakyat tersebut.
a. Dongeng meliputi fabel dan lelucon. Fabel, yaitu dongeng yang
menggambarkan watak dan budi pekerti manusia yang pelakunya
diperankan binatang, misalnya dongen Kancil dengan Siput, dongeng
Bangau dengan Kura-kura, dongeng Kancil Mencuri Ketimun, dan lain-
lain. Dongeng lelucon, yaitu dongeng yang mengisahkan kebodohan
seseorang yang disampaikan dengan penuh kelucuan, misalnya Joko
Bodo, Si Kabayan, Pak Dogot, dan lain-lain.
b. Legenda, yaitu cerita yang dianggap benar-benar terjadi tetapi tidak
diangap sakral oleh pemilik cerita. Menurut Hooykas (via Musfiroh,
1993), legenda sebenarnya didasarkan pada sejarah, misalkan cerita
tentang seseorang yang mengembangkan agama. Biasanya cerita ini
menceritakan suatu hal yang ajaib, yakni kejadian yang menandakan
8
kesaktian. Legenda juga berhubungan dengan sejarah kejadian atau
keanehan alam, seperti : kisah suatu negeri, munculnya suatu pulau,
lenyapnya sebuah kota, dan sebagainya. Barangkali, kejadian yang
sebenarnya tidak demikian, tetapi oleh sang pengarang dibuatlah sebaik-
baiknya. Isi ceritanya tentang asal-usul nama suatu tempat, nama gunung,
nama sungai, nama danau, dan lain-lain, misalnya Asal Mula Candi
Prambanan, Asal Mulanya Kota Surabaya, Asal Mulanya Gunung
Tangkuban Perahu, dan lain-lain.
2.2.2 Menerjemahkan
Dalam KBBI hal 1509 definisi menerjemahkan adalah menyalin
(memindahkan) suatu bahasa ke bahasa lain; mengalihbahasakan.
2.2.3 Definisi Terjemahan Menurut Para Ahli
Bersumber dari laman internet berjudul English Langkan (2016) tentang
terjemahan, (http://englishlangkan.com/2016/10/25/defenisi-dan-pengertian-
terjemahan-menurut-para-ahli/ , diakses tanggal 23 Mei 2018) berikut ini
adalah definisi-definisi terjemahan menurut para ahli.
Catford (1965:20) dalam bukunya A Linguistic Theory of Translation:
Terjemahan sebagai pengalihan wacana dalam bahasa sumber (BSu) dengan
wacana padanannya dalam bahasa sasaran (BSa).
Levy dalam bukunya Translation as Decision Process (dikutip dalam
Holidaja, 1993: 49): Terjemahan adalah suatu proses kreatif yang selalu
memberi kebebasan atau pilihan kepada penterjemahan bertali beberapa
kemungkinan kesepadanan terdekat dalam membuahkan makna situasional.
Larson (1984:3) dalam bukunya Meaning Based Translation: A Guide to
Cross-Language Equivalence: Terjemahan sebagai suatu perubahan bentuk
dari BSu kedalam bahasa penerima (BPa) dimana makna harus dijaga untuk
tetap sama.
9
Newmark (1988:5) dalam bukunya A Textbook of Translation: Terjemahan
adalah menggungkapkan makna suatu wacana ke dalam bahasa lain seperti
wacana yang dimaksudkan oleh penulisnya.
Nida dan Taber (1969: 12): Terjemahan terdiri atas upaya menghasilkan
dalam BPa padanan alamiah terdekat dari pesan BSu, pertama-tama dalam hal
makna, dan kedua dalam hal gaya.
Brislin (1976) dikutip Suryawinata (1989): Terjemahan adalah pengalihan
pikiran san ide dari BSa ke dalam BSu, baik itu bahasa lisan maupun tulisan,
baik bahasa itu sudah memiliki ortografi (sistem tulis ataupun belum, baik itu
bahasa isyarat untuk orang-orang tuli ataupun bukan.
House dalam disertasinya “A Model for Translation Quaity Assessment” :
Terjemahan sebagai pengalihan suatu teks dalam BSu lewat kesepadanan
semantik dan pragmatik ke dalam BSa (House dalam Hilidaja, 1993:51)
Forster dalam bukunya Translation An Introduction dikutip oleh Hanafi
(1986): Terjemahan sebagai pengalihan isi wacana BSu ke dalam BSa, dengan
tidak harus selalu mengasosiasikan isi dengan bentuk.
2.2.4 Teori Tentang Penerjemahan
a. Peran Kamus
Soegeng (1990:11) dalam bukunya “Pedoman Penerjemahan”
menyatakan “Betapa pun pentingnya kamus dalam karya
penerjemahan, hal ini bukan merupakan jaminan mutlak bahwa tugas
terjemahan itu akan terselesaikan dengan baik. Di samping
penguasaan perbendaharaan kita, tatabahasa, ungkapan idiomatik,
istilah-istilah khusus, asal-usul kata, seorang penerjemah masih
dituntut pula penguasaan bidang ilmu yang sedang diterjemahkan.”
Hingga sekarang, walaupun ada berbagai situs dan aplikasi untuk
menerjemahkan secara cepat, namun kamus tidak bisa dilepaskan
sebagai salah satu alat yang digunakan dalam menterjemahkan karya
sastra asing. Peran kamus masih sangat penting sebagai acuan
penerjemahan kata yang tepat menurut EYD.
10
Kamus merupakan acuan standar kosakata baku yang digunakan
sebagai referensi untuk menerjemahkan kosakata dari bahasa asal ke
bahasa tujuan. Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan jika kosakata
yang akan diterjemahkan tidak memiliki arti baku dalam kamus, atau
memiliki pengertian berbeda dari bahasa asalnya, yang jika
diterjemahkan secara harafiah dapat menimbulkan makna ganda,
maka tentu teks terjemahannya menjadi tidak fleksibel dan sulit
dipahami pembaca. Maka dari itu solusi nya adalah dalam
menerjemahkan teks bahasa asing, diperlukan keluwesan bahasa agar
teks dapat diterjemahkan ke bahasa tujuan secara luwes, sehingga
mudah dipahami oleh pembaca.
b. Prinsip-prinsip Menerjemahkan
Muhammad (2015:39) mengemukakan beberapa prinsip
menerjemahkan :
1. Penerjemah sebaiknya memiliki banyak pengalaman dan
pengetahuan tentang karya-karya sastra, khususnya dari bahasa
sumber (BSu).
2. Penerjemah memiliki pengetahuan tematis (sosial budaya) yang
melatarbelakangi aspek penceritaan karya sastra.
3. Penterjemah harus mengusai satu bahasa sumber (bahasa asing)
dan mampu mengalihkan pesan dalam bahasa sasaran. Dengan
demikian, dia pun harus menguasai bahasa sasaran, khususnya
dalam mampu menulis ulang atau menjelaskan ulang secara lisan
pesan yang dimaksud dalam bahasa sumber.
4. Penerjemah harus memahami isi teks atau maksud si pengarang.
5. Yang dialihkan atau diterjemahkan oleh penterjemah bukan makna
(konteks) tetapi juga bentuk, misalnya bentuk rima dalam puisi.
6. Penterjemah harus mengalihkan pesan sehingga membuat
penerima menjadi paham pesan yang telah dialihkan ke dalam
bahasa sasaran.
11
7. Penterjemah hendaknya memperhatikan secara psikologis bahasa
penerima, dengan hendakah menggunakan bentuk-bentuk bahasa
penerima memahami pesan yang dialihkan.
8. Peneterjemah sebaiknya memperhatikan aspek wacana termasuk
gaya penulisan pengarang dalam mengalihkan pesan.
9. Mengusai dan mampu memakai bahasa sasaran dengan baik, benar
dan efektif.
10. Mengetahui dan memahami sastra, apresiasi sastra dan teori
penerjemahan.
11. Mempunyai kepekaan yang tinggi terhadap karya sastra.
12. Memiliki keluwesan kognitif dan keluwesan sosiokultural.
c. Metode Menerjemahkan
Dalam bukunya “Pedoman Penerjemahan” Soegeng (1990:12)
menyatakan beberapa cara menerjemahkan sebagai berikut :
1. Terjemahan kata demi kata
Terjemahan kata demi kata dapat juga disebut terjemahan
harafiah. Metode penerjemahan ini seringkali digunakan oleh
penerjemah pemula. Hasil terjemahan ini seringkali sulit dipahami,
salah menempatkan kata-kata, serta kesalahan dalam hukum D-M
dalam bahasa Indonesia.
2. Terjemahan struktural
Terjemahan struktural menekankan pada keluwesan hasil
terjemahan dan kesesuaian dengan bahasa sasaran terjemahan.
Terjemahan struktural menyesuaikan dengan kebiasaan-kebiasaan
sistem susunan bahasa sasarannya.
d. Langkah-langkah Menerjemahkan
Soegeng (1990:15-17) menjelaskan langkah-langkah
menerjemahkan sebagai berikut :
12
1. Terlebih dahulu membaca seluruh teks sebelum mulai menulis
terjemahannya.
2. Mengumpulkan informasi yang lengkap tentang bahan yang
akan diterjemahkan.
3. Membuat suatu rencana awal dari kesatuan-kesatuan yang
merupakan keseluruhan isi yang bulat.
4. Meninjau kembali rancangan awal setelah diendapkan dalam
waktu satu atau dua hari. Kekurangan-kekurangan yang
mungkin terjadi perlu diperhatikan obyektivitasnya untuk yang
selanjutnya diadakan perbaikan.
5. Rancangan hasil terjemahan dibaca dengan bersuara dalam satu
gaya dan irama yang sesuai dengan tanda baca yang ada.
6. Memperhatikan reaksi orang lain. Meminta saran dari para ahli
tujuan dan bahasa terjemahan.
7. Setelah menerima kritik dan saran dari ahli, teks terjemahan
diperbaiki dan disempurnakan.
2.3 Komponen-komponen Cerita
1. Tema
Tema dalam cerita menjadi dasar bagi berkembangnya cerita. Dengan
asumsi ini, maka peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalam cerita bukan
peristiwa yang lepas dan dapat berdiri sendiri tanpa hubungan yang jelas.
Semua peristiwa tersebut mengacu pada tema yang diangkat atau dipilih. Tema
merupakan ide utama (control idea) dan tujuan utama (central purpose). Oleh
karena itu, tema menjadi patokan untuk membangun dan mengembangkan serta
mengarahkan suatu cerita. Cerita tidak boleh menyimpang dari tema tersebut.
Tema dapat diangkat dari berbagai masalah yang berkembang dalam
kehidupan sehari-hari. Dalam cerita anak, tema yang diangkat tidak boleh lepas
dari dunia anak, sebagaimana ditulis di depan. Oleh karena itu, seorang
pencerita atau seorang penulis cerita harus dekat dengan anak-anak.
13
Tema yang bisa diangkat dalam cerita perlu menyesuaikan dengan pesan moral
yang ingin disampaikan oleh pencerita , misalnya kewajiban untuk saling
menolong, menghargai teman, tidak menghina teman, tidak mencuri tidak
sombong, dan sebagainya. Lebih lanjut, tema cerita anak dapat dikemas dalam
tema yang lebih luas, misalnya persahabatan, ketuhanan atau keberagamaan,
teknologi, dan sebagainya.
2. Latar
Latar merupakan landas tumpu yang menunjuk pada pengertian tempat,
hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa
yang diceritakan (Abrams, 1981:175). Seperti definisi yang disampaikan
Abrams, Panuti-Sudjiman (1991) menyatakan latar sebagai segala keterangan,
petunjuk, pengacauan yang berkaitan dengan waktu, ruang dan suasana
terjadinya peristiwa dalam suatu karya sastra.
3. Tokoh
Suatu cerita dijalankan oleh tokoh cerita. Panuti-Sudjiman (1991:20)
mendefinisikan tokoh cerita sebagai individu rekaan yang mengalami berbagai
peristiwa. Tokoh itu hadir di dalam cerita sebagai pembawa pesan yang ingin
disampaikan kepada pembaca. Abrams (1981:20) menyebut tokoh cerita
dengan karakter (character) dan mendefinisikan sebagai orang-orang yang
ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama yang oleh pembaca
ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang
diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Kualitas
moral itu mengacu pada perwatakan tokoh cerita. Ada tokoh yang mempunyai
watak baik, tetapi ada juga tokoh cerita yang mempunyai watak yang tidak baik.
Dalam cerita anak, biasanya watak-watak tokoh cerita digambarkan
dengan sangat jelas. Dengan kata lain, tokoh protagonis (tokoh baik) dan tokoh
antagonis (tokoh jahat) diperbandingkan secara hitam-putih. Tokoh protagonis
digambarkan baik sekali. Sebaliknya, tokoh antagonis (tokoh jahat)
digambarkan jahat sekali. Pesan moral pun dengan sangat tegas dibawa oleh
14
tokoh protagonis. Dalam hal ini kita bisa melihat cerita Cinderella atau cerita
Bawang Merah dan Bawang Putih. Cinderella digambarkan sebagai anak yang
sangat baik dan cantik sekaligus menderita, sedangkan dua saudara tiri dan ibu
tirinya digambarkan sangat jahat dan berwajah tidak cantik. Begitu juga dalam
cerita Bawang Merah dan Bawang Putih. Bawang Merah digambarkan anak
yang jahat, sedangkan Bawang Putih digambarkan sebagai anak yang sangat
baik.
Dalam cerita anak yang berbentuk fabel, perwatakan seringkali
disesuaikan dengan karakter binatang yang sesungguhnya, misalnya harimau
dan singa yang buas menggambarkan watak jahat. Menggambarkan
perwatakan pada binatang lebih mudah daripada menggambarkan perwatakan
pada manusia,
4. Alur cerita
Alur merupakan cerita yang berisi urutan kejadian yang dihubungkan
secara sebab akibat. Hubungan cerita dalam karya sastra mengandung unsur
kausalitas sehingga peristiwa yang satu menyebabkan munculnya peristiwa
yang lain. Hubungan kausalitas dalam suatu alur tidak hanya menunjukkan
urutan waktu secara lurus saja, tetapi urutan waktu itu dapat juga berjalan ke
belakang (flashback).
Pada cerita anak, alur cerita maju yang menunjukkan urutan waktu secara lurus
lebih banyak digunakan dibanding alur mundur (flashback). Hal ini terkait
dengan kapasitas konsentrasi dan kapasitas penalaran anak yang masih terbatas.
Alur maju dalam cerita lebih mudah dipahami anak. Namun, seiring perjalanan
usia, alur flashback pun mulai dipakai secara sederhana dan tidak rumit.
Alur cerita berkembang melalui tahapan-tahapan. Tasrif (dalam Lubis,
1978:10) membagi tahapan alur dalam lima bagian, yaitu tahap situation (tahap
penyituasian), tahap generating circumstances (tahap pemunculan konflik),
tahap rising action (tahap peningkatan konflik), tahap climax (tahap puncak),
dan tahap denoument (tahap penyelesaian). Tahap situation merupakan tahap
pelukisan keadaan cerita. Tahap generating circumstances merupakan tahap
15
konflik-konflik yang berhubungan sebab akibat mulai bergerak. Tahap rising
action merupakan tahap cerita yang memperlihatkan konflik-konflik mulai
memuncak. Tahap climax merupakan tahap konflik mencapai puncaknya.
Tahap denoument merupakan pemecahan masalah dari semua konflik yang
terjadi.
Suatu cerita dibangun oleh konflik-konflik. Wellek dan Warren (1989:285)
mendefinisikan konflik sebagai sesuatu yang dramatik dan mengacu pada
pertarungan antara dua kekuatan yang seimbang, dan menyiratkan adanya aksi
dan aksi balasan. Pertarungan antara dua kekuatan itu menyebabkan hadirnya
masalah yang tidak dikehendaki kehadirannya oleh tokoh cerita. Dalam cerita
anak, konflik dibangun secara sederhana dalam peristiwa yang sederhana juga.
Konflik-konflik yang dibangundalam cerita anak juga harus relevan dengan
konflik yang terjadi dalam dunia anak.
Tahap klimaks merupakan tahap yang menentukan dalam sebuah cerita.
Stanston (dalam Nurgiyantoro, 1998:127) mengatakan bahwa tahap klimaks
terjadi pada saat konflik telah mencapai tingkat intensitas tinggi. Pada tahap ini
konflik mencapai puncaknya sehingga klimaks sangat menentukan
perkembangan alur sebelum cerita itu sampai pada penyelesaian.
Tahapan alur ini pun harus diperhatikan dalam cerita anak. Dengan
tahapan alur yang tepat, anak dapat berkespresi dalam penghayatan cerita.
Tanpa tahapan ini, cerita akan monoton dan membosankan.
Dalam aktivitas bercerita, tahapan-tahapan alur ini juga menentukan
penekanan dan penghayatan. Dalam tahap situation, seorang pencerita bisa
bercerita secara datar. Hal ini tidak mungkin dilakukan pada tahap klimaks
(puncak). Pada tahap klimaks ini, seorang pencerita harus mampu lebih
ekspresif dalam menjiwakan karakter-karakter tokoh yang dibawakannya. Jika
seorang pencerita masih datar saja seperti pada tahap situationi, maka cerita
yang dibawakannya pasti tidak akan menarik.
16
2.4 Tinjauan Tentang Dearah Guangxi, Tiongkok
Daerah Otonomi Suku Zhuang Guangxi, disebut Guangxi, disingkat Gui
(桂), beribu kota Nanning (南宁),menghadap selat utara di selatan, adalah
satu-satunya daerah otonomi di Tiongkok yang mengiringi laut. Pada tahun
akhir tahun 2016, penduduk tetap di seluruh wilayah mencapai 48.380.000
orang, di bawah 14 kota administrasi. Asal nama Guangxi bersal dari lingshan
xidao 岭南西道 、guangnan xilu 广南西路, adalah salah satu daerah utama
budaya Lingshan turun-temurun, juga karena daerah internal milik Dinasti Qin
yang menyatukan Lingshan membangun daerah Guilin sehingga juga disebut
Gui “桂”.
Guangxi berlokasi di wilayah Tiongkok bagian Selatan, diantara 20°54′-
26°24′ LU - 104°26′-112°04 BT, berbatasan dengan Guangdong, Hunan,
Guizhou dan Yunan, juga terpisah oleh laut dan berhadapan dengan Hainan, di
selatan dekat dengan selat utara, menghadap Asia Tenggara, barat daya, dan
berdekatan dengan Vietnam, panjang garis pantai kira-kira 1.595.000 meter,
adalah jalur menuju laut yang paling cocok di daerah barat daya, menempati
lokasi penting jalur ekonomi di Tiongkok dan Asia Tenggara. Guangxi adalah
tempat diadakannya pameran internasional Tiongkok-ASEAN.
Sebelum era Dinasti Qin, Guangxi salah satu bagian dari daerah suku
selatan, suku Zhuang dan suku Dong adalah suku paling kuno yang dulunya
mendiami daerah Lingshan Guangxi, mereka terbagi dan berasal dari sub-
keluarga yang berbeda sebelum suku selatan era Dinasti Qin. Penelitian
arkeologi membuahkan hasil yang jelas, Lingshan saat sebelum era Dinasti Qin
sudah terdapat peradaban maju neolitikum dan perunggu, adalah salah satu
tempat sumber peradaban Tiongkok. Setelah era Dinasti Qin-Han, secara
bertahap tiap suku utara berimigrasi, pada waktu sekarang Guangxi sudah
menjadi sebuah provinsi yang ditinggali oleh banyak suku.
Di seluruh wilayah Guangxi terdapat suku : Zhuang, Yao, Miao, Dong,
Mulao, Maonan, Hui, Jing dan suku minoritas lainnya, jumlah suku minoritas
menempati urutan pertama di dalam negeri. Bahasa dialek Mandarin ada :
dialek Yue, Xinanguan, Kejia, Ping, Xiang, Min, enam jenis ; dialek Zhuang
17
memiliki dialek bagian utara dan dialek bagian selatan, diantaranya bahasa
Zhuang di Wuming oleh pemerintah umum dijadikan standar bahasa Zhuang.
Bahasa suku minoritas lainnya adalah bahasa Miao, Yao dan lain-lain.
2.5 Kisah Liu San Jie
Liu San Jie adalah sebuah legenda daerah Guangxi, menceritakan seorang
wanita suku Zhuang yang piawai dalam menyanyi, lalu kemudian dia terbang
ke langit dan berubah menjadi dewi lagu.
Bersumber dari (https://www.ruiwen.com/wenxue/gushihui/313667.html,
diakses tanggal 16 Mei 2018), berikut ini adalah naskah asli kisah Liu San Jie.
刘三姐
相传在唐代,广西的一个山村里有一位美丽的壮族姑娘,名叫刘三姐。
她幼年时就失去了父母,和哥哥刘二相依为命。刘三姐有一副好嗓子,她唱
起山歌来,谁都比不过她。
当地财主莫怀仁见刘三姐不仅歌唱得好听,而直人也长得漂亮,就想娶
她做妾,结果被刘三姐狠狠地拒绝了。莫怀仁为此对刘三姐怀恨征心,就花
重金请了三个秀才与刘三姐对歌。没想到,三个秀才被刘三姐戏弄得丑态百
出,大败而回。这下,莫怀仁更生气了。他发誓要把刘三姐置于死地。为了
免遭莫怀仁的毒手,刘三姐和哥哥刘二逃到了柳州,在小龙洋村边住了下来。
刘二怕妹妹唱歌再惹来麻烦,就想万设法阻止她唱歌。有一天,他从河
边捡回一块石头,递给刘三姐说:“如果你能用手帕从石头中间穿过去,你
就可以继续唱歌。否则,你就再也不要唱歌了。”刘三姐看着那块又圆又厚
的石头,不知道该怎么办。
正在这时,天上的七仙女施展法术,帮刘三姐把石头穿了一个洞,刘三
姐用手帕去穿石头,一下子就穿过去了!从此,刘三姐的歌声又开始在山间
飘荡了。
后来,莫怀仁知道了刘三姐的下落,便带了官府的官兵来抓刘三姐。
为了救刘三姐,村民们都拿着锄头、棍棒与官兵搏斗。刘三姐不想连累乡亲
们,就纵身跳进了小龙潭中。这时,突然狂风大作,一条大鲤鱼从小龙潭里
跃出,背着刘三姐飞上了天。刘三姐被带到了天宫,变成了歌仙。
74
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis kebutuhan, observasi dan pembahasan data,
peneliti memperoleh kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian
mengenai Pengembangan Cerita Daerah Guangxi “Liu San Jie” dari Bahasa
Mandarin ke Dalam Bahasa Indonesia sebagai berikut :
1. Karya-karya sastra Tionghoa populer yang telah diterjemahkan ke dalam
bahasa Indonesia adalah kisah Kera Sakti dan kisah Ular Putih.
2. Beberapa cerita Tiongkok terjemahan bahasa Indonesia yang sudah ada,
tidak semuanya tepat untuk dibaca oleh pembaca usia anak-anak. Karena
hal itulah, maka perlu dikembangkan cerita Tiongkok terjemahan untuk
usia anak-anak sebagai media pelengkap pembelajaran bahasa Mandarin.
3. Terjemahan bahasa Indonesia pada cerita Tiongkok terjemahan masih
cenderung kaku dan sulit dipahami anak-anak. Mereka menghendaki agar
bahasa sumber diterjemahkan secara harafiah ke bahasa sasaran, sehingga
lebih mudah dipahami. Maka, diperlukan terjemahan harafiah yang
dikemas sesuai tata bahasa Indonesia sehingga mudah dipahami anak-
anak.
4. Hasil validasi ahli bernilai rata-rata 49,5 , nilai ini sudah baik. Namun,
kalimat-kalimat dalam cerita perlu perbaikan, agar hasil terjemahannya
lebih luwes dan mudah dipahami oleh anak-anak. Dalam segi desain
visualisasi dan layout tdak perlu perbaikan.
5. Di era modern ini, anak-anak sudah tidak lagi tertarik dengan desain
visualisasi dan layout cerita yang berwarna hitam putih saja. Mereka
tertarik dengan desain yang full warna. Selain desain yang full warna,
ditinjau dari aspek pesan moral dalam cerita, mereka membutuhkan cerita
yang mengandung nilai-nilai moral yang baik.
75
5.2 Saran
Dari kesimpulan di atas, adapun manfaat dan saran dari penelitian
mengenai Pengembangan Cerita Daerah Guangxi “Liu San Jie” dari Bahasa
Mandarin ke Dalam Bahasa Indonesia adalah sebagai berikut :
1. Bagi peneliti selanjutnya, cerita Tiongkok terjemahan bahasa Indonesia
perlu dikembangkan lebih lagi agar menambah koleksi cerita-cerita
terjemahan. Secara spesifik perlu dikembangkan cerita Tiongkok terjemahan
untuk anak-anak, agar dapat menarik minat mereka terhadap pembelajaran
bahasa Mandarin. Selain itu, diperlukan juga pembelajaran nilai-nilai moral
melalui suatu cerita.
2. Bagi penerjemah, dalam menerjemahkan dari bahasa Mandarin (bahasa
sumber) ke bahasa Indonesia (bahasa sasaran), sebaiknya menyesuaikan
dengan tata bahasa Indonesia, agar hasil terjemahan tidak kaku dan
pemahaman kalimatnya tidak rancu.
3. Bagi ilustrator cerita anak, desain warna hitam putih kurang menarik minat
anak-anak, maka pada segi desain visualisasi dan layout sebaiknya dibuat
full warna.
76
DAFTAR PUSTAKA
Christine, dkk. 2015. Ensiklopedia Tionghoa 1. Yogyakarta : St. Dominic
Publishing. Hal: 32-33
Drs.A.J. Soegeng. Jsh, dan Drs. Madyo Ekosusilo. 1990. Pedoman Penerjemah.
Semarang : Dahara Prize.. Hal: 11-17
English Langkan. 2016. Defenisi dan Pengertian Terjemahan Menurut Para Ahli.
(Online)
http://englishlangkan.com/2016/10/25/defenisi-dan-pengertian-
terjemahan-menurut-para-ahli/ (Diakses tanggal 23 Mei 2018)
Fitriana, Irta. 2010. Penerjemahan Karya Sastra Anak. Skripsi. Universitas
Pesantren Tinggi Darul Ulum Jombang.
Hariyanto. 2012. Metode Penelitian Kualitatif. (Online)
http://belajarpsikologi.com/metode-penelitian-kualitatif/
(Diakses tanggal 1 Juni 2018)
Muhammad, Hasyim. 2015. Buku Ajar Mata Kuliah Teori Terjemahan. (Online)
https://www.researchgate.net/publication/321654210_Teori_Terjemahan
(Diakses tanggal 23 Mei 2018)
Munandar, Agung, dkk. 2018. Penggunaan Buku Cerita Anak Berbasis Kearifan
Lokal Mendong Tasikmalaya di Sekolah Dasar. PADADIDAKTIKA
JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GURU SD. 5:152-162.
Prof.Dr.Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Penerbit
Alfabeta.
Sastriani, Siti Hariti. 2007. Transformasi Gaya Bahasa Dalam Karya Sastra
Terjemahan. Humaniora. 9:73-80.
Soelistyorini, Titien D, dan Retno W Setyaningsih. 2012. Bercerita Tanpa
Menggurui : Gaya Bahasa Dalam Buku Cerita Anak Untuk Membangun
Karakter. Skripsi. Universitas Airlangga.
Tadkiroatun Musfiroh. 2010. Cerita untuk Perkembangan Anak. Yogyakarta :
Navila. Hal: 54,55,57
77
UNSRAT. 2013. Keppres No.6 Tahun 2000. (Online)
http://hukum.unsrat.ac.id/pres/keppres_6_2000.pdf
(Diakses tanggal 1 Juni 2018)
Wikipedia. 2018. Pengamatan. (Online)
https://id.wikipedia.org/wiki/Pengamatan (Diakses tanggal 1 Juni 2018)
百度百科. 2018. 刘三姐. (Online)
https://baike.baidu.com/item/%E5%88%98%E4%B8%89%E5%A7%90/1
834?fr=aladdin (Diakses tanggal 16 Mei 2018)
百度百科. 2018. 广西. (Online)
https://baike.baidu.com/item/%E5%B9%BF%E8%A5%BF/162679?fr=ala
ddin
(Diakses tanggal 16 Mei 2018)
瑞文. 2018. 刘三姐. (Online)
https://www.ruiwen.com/wenxue/gushihui/313667.html
(Diakses tanggal 16 Mei 2018)
厦门大学人类学与民族学系.2009.刘三姐形象的历史现代建构.戏剧研究.4:9-
11.