pengembangan

5
LUKA AKIBAT SUHU/TEMPERATUR Suhu tinggi dapat mengakibatkan terjadinya heat exhaustion primer. Temperatur kulit yang tinggi dan rendahnya penglepasan panas dapat menimbulkan kolaps pada seseorang karena ketidak-seimbangan antara darah sirkulasi dengan lumen pembuluh darah. Hal ini sering terjadi pada pemaparan terhadap panas, kerja jasmani berlebihan dan pakkaian yang terlalu tebal Dapat pula terjadi heat exhaustion sekunder akibat kehilangan cairan tubuh yang berlebihan (dehidrasi). Heat stroke adalah kegagalan kerja pusat pengatur suhu akibat terlalu tingginya temperature pusat tubuh. Suhu lethal eksogen adalag 43 derajat Celcius. Penglepasan panas tubuh secara konsuksi dan radiasi sudah mulai berlangsung saat tubuh secara eksogen mencapai 30 derajat Celcius, sedangkan di atas 35 derajat Celcius panas tubuh harus dilepas melalui penguapan keringat. Sun stroke dapat terjadi akibat panas matahari yang menyebabkan hipertermia sedangkan Heart crams terjadi akibat menghilangnya NaCl darah dengan cepat akibat suhu tinggi. Luka bakar terjadi akibat kontak kulit dengan benda bersuhu tinggi. Kerusakan kulit yag terjadi bergantung pada tinggi suhu dan lama kontak Kontak kulit dengan uap air panas selama detik mengakibatkan suhu kulit pada kedalaman 1 mm dapat mencapai 66 derajat Celcius, sedangkan pada ledakan bensin dalam waktu singkat mencapai suhu 47 derajjat Celcius. Luka bakar sudah dapat terjadi pada suhu 43-44 deraat Celcius bila kontak cukup lama. Pelebaran kapiler di bawah kulit mulai terjadi pada saat suhu mencapai 35 derajat Celcius selama 120 detik, vesikel terjadi pada suhu 53-57 derajat Celcius selama kontak 30-120 detik. Luka bakar yang terjjadi dapat dikategorikan ke dalam 4 derajar luka bakar I. Eritema II. Vesikel dan bullae III. Nekrosis kooagulatif

Upload: maliftha-dwi-aini

Post on 02-Feb-2016

220 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

mjnb kjbjbjl

TRANSCRIPT

Page 1: Pengembangan

LUKA AKIBAT SUHU/TEMPERATUR

Suhu tinggi dapat mengakibatkan terjadinya heat exhaustion primer. Temperatur kulit yang tinggi dan rendahnya penglepasan panas dapat menimbulkan kolaps pada seseorang karena ketidak-seimbangan antara darah sirkulasi dengan lumen pembuluh darah. Hal ini sering terjadi pada pemaparan terhadap panas, kerja jasmani berlebihan dan pakkaian yang terlalu tebal Dapat pula terjadi heat exhaustion sekunder akibat kehilangan cairan tubuh yang berlebihan (dehidrasi). Heat stroke adalah kegagalan kerja pusat pengatur suhu akibat terlalu tingginya temperature pusat tubuh. Suhu lethal eksogen adalag 43 derajat Celcius. Penglepasan panas tubuh secara konsuksi dan radiasi sudah mulai berlangsung saat tubuh secara eksogen mencapai 30 derajat Celcius, sedangkan di atas 35 derajat Celcius panas tubuh harus dilepas melalui penguapan keringat. Sun stroke dapat terjadi akibat panas matahari yang menyebabkan hipertermia sedangkan Heart crams terjadi akibat menghilangnya NaCl darah dengan cepat akibat suhu tinggi.

Luka bakar terjadi akibat kontak kulit dengan benda bersuhu tinggi. Kerusakan kulit yag terjadi bergantung pada tinggi suhu dan lama kontak Kontak kulit dengan uap air panas selama detik mengakibatkan suhu kulit pada kedalaman 1 mm dapat mencapai 66 derajat Celcius, sedangkan pada ledakan bensin dalam waktu singkat mencapai suhu 47 derajjat Celcius. Luka bakar sudah dapat terjadi pada suhu 43-44 deraat Celcius bila kontak cukup lama.

Pelebaran kapiler di bawah kulit mulai terjadi pada saat suhu mencapai 35 derajat Celcius selama 120 detik, vesikel terjadi pada suhu 53-57 derajat Celcius selama kontak 30-120 detik. Luka bakar yang terjjadi dapat dikategorikan ke dalam 4 derajar luka bakar

I. EritemaII. Vesikel dan bullaeIII. Nekrosis kooagulatifIV. Karbonisasi

Kematian pada luka bakar dapat terjadi melalui berbagai mekanisme1. Syok neurogen, commotion neuro-vascularis2. Gangguan permeabilitas akibat pelepasan histamine dan kehilangan NaCl kulit

yang cepat(dehidrasi)Pemaparan terhadap suhu rendah misalnya di puncak gunung yang tinggi, dapat

menyebabkan kematian mendadak. Mekanisme kematian dapat diakibatkan oleh kegagalan pusat pengatur suhu maupun akibat rendahnya disosiasi Oxy-Hb. Pada kulit terdapat luka yang terbagi menjadi beberapa derajat kelainan :

I. HiperemiaII. Edema dan vesikelIII. NekrosisIV. Pembekuan disertai kerusakan jaringan

Page 2: Pengembangan

LUKA AKIBAT TRAUMA LISTRIKFaktor yang berperan pada cedera listrik ialah tegangan (volt), kuat arus(ampere),

tahanan kulit (ohm) luas, dan kontak. Tegangan rendah (<65 V) biasanya tidak berbahaya bagi manusia , tetapi tegangan sedang (65-1000 V) dapat mematikan . Banyaknya arus listrik yang mengalir menu tubuh manusia menentukan juga fatalitas seseorang. Makin besar arus listrik, makin besar bahaya kelangsungan hidup.

Selain faktor-faktor kuat arus, tahanan dan lama kontak hal yang penting diperhatikan adalah luas permukaan kontak. Suatu permukaan kontak seluas 50 cm persegi (kurang lebih selebar telapak tangan) dapat mematikan tanpa menimbulkan jejas listrik, Karena pada kuat arus letal (100mA), kepadatan arus pada daerah selebar telapak tangan tersebut hanya 2 mA/cm persegi, yang tidak cukup besar untuk menimbulkan jejas listrik.

Gambaran makroskopis jejas pada daerah kontak berupa kerupakan lapisan tanduk kulit sebagai luka bakar dengan tepi yang menonjol, disekitarnya terdapat daerah yang pucat dikelilingi oleh kulit yang hiperemi. Bentuknya sering sesuai dengan benda penyebabnya. Metalisasi dapat juga ditemukan pada jejas listrik.

LUKA AKIBAT PETIRPetir adalah loncatan arus listrik tegangan tinggi antar awan dengan tanah. Tegangan

dapat mencapai 10 mega volt, dengan kuat arus mencapai 10 mega volt, dengan kuat arus mencapai 100.000 A. Kematian dapat terjadi karena efek arus listrik (kelumpuhan susunan saraf pusat, fibrilasi ventrikel), panas dan ledakan gas panas yang timbul.

Pada korban akan ditemukan aboresent mark (kemerahan kulit seperti percabangan pohon), metalisasi (pemindahan partikel metal dari benda yang dipakai ke dalam kulit), (kemerahan kulit seperti percabangan pohon, metalisasi (pemindahan partikel metal dari benda yang dipakai ke dalam kulit), magnetisasi (benda metal yang dipakai berubah menjadi magnet). Pakaian sering terbakar dan robek-robek akibat ledakan/panas

LUKA AKIBAT PERUBAHAN TEKANAN UDARAPeningkatan tekanan udara yang diikuti oleh perubahan volume gas di dalam tubuh dapat

mengakibatkan trauma fisik, berupa barotraumas aural, barotrauma pulmoner, penyakit dekompresi (disbarisme) dan emboli udara.

Barotrauma aural adalah rasa nyeri ringan dan berdengungan pada telinga yang sering dijumpai pada saat pesawat lepas landas atau pada saat akan mendarat, atau waktu menyelam. Gejala yang lebih berat adalah retraksi gendang telinga, hiperemi, kongesti telinga tengah dan pecahnya gendang telinga. Barotrauma pulmoner dapat berkembang menjadi emfisema, pneumotoraks, kerusakan jaringan paru, dan emboli udara .

Kelainan lain yang dapat timbul adalah nyeri pada gigi berkavitas, vertigo, gangguan penglihatan,, gangguan pendengaran serta gangguan keseimbangan. Perubahan volume gas dalam susunan saraf pusat dapat menyebabkan tremor, konvulsi, somnolen, pusing dan mual. Sedangkan perubahan volume gas pada persendian mengakibatkan atralgia hiperbarik.

Page 3: Pengembangan

Penyakit dekompresi merupakan reaksi fidiologis terhadap tekanan tinggi. Pada saat tekanan tinggi, kelarutan gas-gas tububh terutama nitrogen akan meningkat. Apabila kemudian terhajadi penurunan secara tiba-tiba, maka kelarutan gas juga akan turun sehingga terjadi pembesaran gas-gas tersebut dalam bentuk gelembung-gelembung mikro dalam pembuluh darah (emboli udara dan jaringan). Gejala utama adalah nyeri, pusing, paralisis, napas pendek, kelelahan eksremitas dan kolaps..

LUKA AKIBAT TRAUMA BAHAN KIMIA Trauma kimia sebenarnya hanya merupakan efek korosi dari asam kuat dan basa kuat. Asam kuat sifatnya mengkoagulasikan protein sehingga menimbulkan luka korosi yang kering, keras seperti kertas perkamen, sedangkan basa kuat bersifat membentuk reaksi penyabunan intra sel sehingga menimbulkan luka yang basah,, licin, dan kerusakan akan terus berlanjut sampai dalam. Karena biasanya bahan kimia asam atau basa terdapat dalam bentuk cair (larutan pekat), maka bentu luka biasanya sesuai dengan mengalirnya air bahan cair tersebut.

LUKA AKIBAT RADIASI DAN TRAUMA AKUSTIKLuka akibat radiasi dan trauma akustik sangat jarang terjadi dan umunya tidak berkaitan

dengan Ilmu Kedokteran Forensic.

INTRAVITALIS ATAU REAKSI VITAL TERHADAP LUKAPada tubuh manusia yang hidup, adanya trauma akan menyebabkan timbulnya reaksi

tubuh terhadap trauma tersebut. Dengan menemukan reaksi tubuh terhadap trauma, maka dapat dipastikan bahwa saat terjadi trauma, yang bersangkutan masih hidup, atau dengan perkataan lain, luka terjadi intravital.

Reaksi vital yang umum adalah perdarahan berupa ekimosis, petechiae dan terjadinya emboli. Pada penilaian terhadap perdarahan, harus dilakukan dengan teliti terutama bila luka terletak di daerah hipostasis. Luka-luka pada korban harus diperhatikan dengan seksama termasuk saluran luka/ kerusakan jaringan bahawah kulit

Emboli lemak dapat terjadi pada kasus patah tulang dan trauma tumpul jaringan lemak sedangkan emboli udara terjadi bila ada vema superficial yang terbuka dan emboli jaringan dapat terjadi bila alat dalam, misalnya hati mengalami kerusakan.

Kadar laktat darah dapat digunakan sebagai cerminan reaksi adrenergic adalah parameter terjadinya suatu situasi stress premortal, misalnya pada kecelakaan pesawat terbang. Reaksi radamg, sepsis dan terjadinya ulcus duodeni/ventrikulus (curling’s ulcer) dapat pula sebagai indicator intravitalis.

Luka bakar intravital dapat ditentukan dengan melihat adanya eritema disekeliling vesikel/bullae dan pemeriksaan mikroskopik menunjukkan pelebaran kapiler, sebukan lekosit PMN, perdarahan dan edema.Adanya jelaga pada saluran napas dan lambung serta CO-Hb darah (10%), serta cyanide (kadang-kadang) menunjukkan bahwa orang tersebut masih hidup sewaktu terbakar.

Page 4: Pengembangan

Reaksi intravital terhadap trauma dapat pula tampak sebagai peningkatan kadar histamine bebas serta serotonin pada jaringan yang mengalami trauma.