pengembang ekonomi lokal
TRANSCRIPT
Tema : Kegiatan Para Pengembang Ekonomi Lokal Kaitannya Dalam Lokasi Pengembangan Ekonomi
[ disadur dari presentasi Margaretha Sermumes ]
A. Ulasan Teori
Kegiatan para pengembang ekonomi lokal di bagi menjadi dua, yakni kegiatan model
rasional dan kegiatan pemasaran, menurut Banfield dalam kegiatan model rasional setiap
permasalahan di definisikan kemudian fakta – fakta di kumpulkan dan di analisis kemudian
sasaran atau tujuan di pilih, urutan kegiatan di seleksi, program – program di implementasikan
lalu hasil – hasil akhirnya di analisa sebagai bahan masukan untuk kegiatan yang akan datang.
Adapun mengenai konsep marketing atau penjualan dikatakan sebagai konsep yang lebih nyata
karena memiliki relevansi yang cukup erat dengan kehidupan dan aktivitas sesungguhnya, dalam
hal ini aktivitas penjualan atau marketing dikatakan sebagai aktivitas yang tidak menghambat dari
sisi fisik, financial, maupun dari sisi kondisi realita demografi, namun lebih kepada capital owner
atau pemilik modal.
Terlepas dari teori diatas perlu kiranya bagi para pengembang ekonomi lokal untuk
membentuk grand design yang nantinya menjadi tujuan utama dari di rancangnya kegiatan
pengembangan ekonomi lokal, sebuah desain besar yang akan mengarahkan penyusunan langkah
– langkah kegiatan pengembangan secara sistematis dan terarah, untuk iu sebelum lebih jauh
berbicara mengenai model kegiatan pengembangan ekonomi lokal, kami mencoba untuk
menyusun kerangka pembangunan ekonomi lokal dengan memberikan definisi awal dari
pengembangan ekonomi lokal, kemudian merangkai faktor – faktor pendukung keberhasilan
ekonomi lokal.
Definisi Pengembangan Ekonomi Lokal
Hasrul 08/287254/PTK/5880 Teori Perencanaan Dosen : DR. Sudaryono, M.Eng Magister Perencanaan Kota Daerah 35
Process Stakeholder Local ResourceEconomic Growth
Jobs Availibility
Local Development
1. Government2. Mass Organization3. Enterpreneur4. Society5. Private Company6. NGO
Berdasarkan diagram diatas, dalam kita simpulkan bahwa kegiatan pengembangan
ekonomi lokal merupakan suatu proses yang melibatkan berbagai stakeholder yang terdapat di
daerah, mulai dari pemerintah daerah hingga kepada elemen – elemen lainnya yang menjadi
bagian dari daerah, dalam memanfaatkan sumberdaya yang dimiliki oleh daerah, dimana
diharapkan dari proses itu akan memberikan pengaruh tumbuhnya ekonomi daerah hingga
mampu menciptakan peluang kerja yang luas, dan pada akhirnya memacu perkembangan di
daerah.
Rangkaian Faktor Pengembangan Ekonomi Lokal
Konsep hexagonal ini berupaya merangkai faktor pengembangan ekonomi lokal, dengan
satu tujuan utama mewujudkan pembangunan ekonomi lokal yang berkelanjutan, berikut
penjelasan tiap faktor hexagonal :
Faktor Lokasi : faktor ini lebih mengarah pada kebutuhan akses, ketersediaan sarana dan
prasarana, ketersediaan energy, tenaga kerja dan analisa tresshold dari lokasi
Fokus Kebijakan : faktor ini enjadi bagian dari pemerintah dalam menerapkan kebijakan bagi
para pengembang ekonomi lokal terkait dengan kebijakan dalam investasi, promosi, persaingan
Hasrul 08/287254/PTK/5880 Teori Perencanaan Dosen : DR. Sudaryono, M.Eng Magister Perencanaan Kota Daerah 35
Sustainibility Local Economic
Development
Location FactorManagement
Process
Sustainibilty Development
Group Target
Policy Focus
Government System
usaha serta tanggung jawab sosial perusahaan, juga terkait kebijakan pemberdayaan masyarakat
serta penggunaan lahan
Sistem Pemerintahan : sinergi antar pemerintah dan dunia usaha dan perbaikan system layanan
Pembangunan Berkelanjutan : faktor ini terkait dengan pembangunan yang berwawasan
lingkungan, memberikan kontribusi terhadap daerah dan pembangunan industry pendukung
Proses Manajemen : peran proses ini adalah menganalisa dan melakukan pemetaan terhadap
potensi dan masalah yang terdapat di daerah, kemudian melakukan perencanaan
Target Kelompok : faktor ini menyasar kepada pelaku usaha baik lokal, pelaku usaha baru dan
investor luar, kemudian menentukan kebijakan masing masing bagi tiap
Konsep diatas perlu direalisasikan dengan melakukan tindakan riil, mengacu pada grand
design yang telah di tetapkan dan faktor – faktor yang telah di formulasikan, kegiatan ini kiranya
terwakili dengan diagram policy analysist berikut :
Diagram Policy Analysist
Diagram diatas menunjukkan secara garis besar alur kegiatan yang di jalankan
oleh para pengembang ekonomi lokal dalam pencapaian tujuan,, diagram ini sesuai dengan apa
yang telah di kemukakan leh bandfield di awal, walaupun lebih dominan mewakili model
rasional namun secara tidak langsung diagram diatas juga menjadi bagian tak terpisahkan dari
kegiatan model penjualan atau marketing.
Hasrul 08/287254/PTK/5880 Teori Perencanaan Dosen : DR. Sudaryono, M.Eng Magister Perencanaan Kota Daerah 35
Rumusan Masalah Pencarian Data Alternatif
Interprestasi Analisa
Action
Memuaskan ? -- Tidak --
Mungkin ? -- Ya --
B. Studi Kasus
Pada model pengembangan ekonomi lokal ini kami mencoba mengetengahkan satu kasus
yang terjadi di Kalimantan Timur berikut :
Nama Perusahaan : Sinar Fajar Kaltim
Pendiri : Dahlan Iskan
Proyek : Pembangkit Listrik Tenaga Uap “ EMBALUT”
Lokasi : Tanjung Batu - Kutai Kertanegara – Kalimantan Timur
Studi kasus ini kami golongkan sebagai usaha untuk membangun ekonomi lokal,
dimana PT. Sinar Fajar Kaltim sebagai pihak swasta mengambil peran utama dalam usaha
pengembangan ekonomi lokal, bermula dari ketimpangan kondisi yang di alami oleh Kutai
Kertanegara yang merupakan kabupaten dengan luas wilayah dan sumberdaya alam yang
besar di Kalimantan Timur namun tidak menampakkan tanda – tanda pertumbuhan ekonomi
Hasrul 08/287254/PTK/5880 Teori Perencanaan Dosen : DR. Sudaryono, M.Eng Magister Perencanaan Kota Daerah 35
Private Problem
Keterbelakangan
Analisa Masalah
1. Pasokan Listrik
2. Perilaku Pejabat Daerah
3. Sistem Pemerintahan
4. Masalah Politis
5. Ketidakjelasan Program
6. SDM
Proses Interpretasi
Faktor Utama Keterbelakangan
Listrik
Action
Pemerintah Daerah
Pemerintah Pusat
yang signifikan, melihat realita tersebut Dahlan Iskan mencoba menganalisa penyebab –
penyebab keterbelakangan yang terjadi di Kutai Kertanegara, awalnya banyak faktor yang
menyebabkan keterbelakangan, namun Dahlan Iskan mencoba mencari satu masalah dimana
swasta dapat berperan didalamya, akhirnya di putuskanlah bahwa penyediaan pasokan listrik
yang cukup merupakan hal yang perlu segera di atasi di Kalimantan Timur.
C. Analisa Keterkaitan Teori dan Kasus
Teori yang di kemukakan diawal tulisan ini memiliki keterkaitan erat dengan
kasus yang terjadi di Kutai Kertanegara, tahapan – tahapan yang menjadi bagian dari teori ini
juga di lalui dalam kegiatan pengembangan ekonomi di Kutai Kertanegara, bedanya yang
memiliki inisiatif dalam pengembangan ekonomi lokal adalah pihak swasta.
Bagan diatas menggambarkan kepada kita proses keterkaitan antara teori yang
awalnya di jelaskan kemudian di representasikan dalam kasus yang terjadi di Kalimantan Timur,
dalam hal ini ada beberapa hal yang harus kita ketahui bahwa proses pengembangan ekonomi
lokal bukanlah selalu aktivitas pengembangan pada satu sektor usaha unggulan dengan
melakukan intensifikasi atau perluasan spektrum dari hasil suatu sektor usaha menjadi sektor
Hasrul 08/287254/PTK/5880 Teori Perencanaan Dosen : DR. Sudaryono, M.Eng Magister Perencanaan Kota Daerah 35
Ide
Swasta
Proses
Analisa Masalah
Analisa Potensi
Pelibatan Stakeholder
Pemerintah
Masyarakat
Pemilik Modal
Pengelola Sb. Daya
Aksi
Pembangunan PLTU
Output
Pasokan Listrik
Outcome
Industri Tumbuh
Terbuka Peluang Kerja
yang mampu mengembangkan sektor lainnya, kondisi yang terjadi di Kutai Kertanegara
merupakan pemanfaatan sumberdaya batu bara yang termasuk hasil daerah namun pemanfaatan
sumberdaya tersebut tidak dalam rangka mengembangkan usaha penambangan batu bara guna
meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat namun, memanfaatkan sumberdaya batu bara
untuk membangun pasokan energi vital yang dibutuhkan di daerah, dimana keberhasilan
mengembangkan proyek pembangkit listrik tenaga uap tersebut kemudian mendorong perbaikan
di sektor ekonomi yang lain, tidak hanya itu stabilnya pasokan listrik kemudian mendorong
masuknya investasi lain.
Keterlibatan segenap stakeholder dalam usaha ini akhirnya membawa kelancaran
pada proses pengerjaannya, pemerintah pusat dan daerah dengan kuasa kebijakan yang dimiliki
akhirnya mewajibkan pihak pengelola batu bara agar mengalokasikan batu bara untuk keperluan
pengoperasian PLTU Embalut, selain itu harga jual yang diberikan oleh pihak perusahaan harus
dibawah dari harga jual normal, bagi pihak perusahaan penambang batu bara keberadaan PLTU
Embalut di jadikan sebagai sarana kerjasama untuk guna memenuhi kewajiban Corporate Social
Responsibility terhadap masyarakat setempat. Berikut kami uraikan tahapan keterkaitan teori dan
studi kasus :
Proses ide muncul setelah melihat kontrakdiksi antara ketersediaan sumberdaya yang cukup
dengan kondisi riil daerah, kondisi ini menjelaskan bahwa gambaran awal untuk mengetahui
ketimpangan dapat kita peroleh dengan melihat kondisi lapangan, walaupun tidak cukup
valid karena tanpa melalui proses analisa dan pengkajian yang didasarkan pada data – data
yang akurat. Kemudian prose side juga tidak harus selalu berasal dari pemerintah namun juga
dapat berasal dari pihak lain, dalam hal ini adalah pihak swasta
Proses analisa masalah dan potensi daerah dilakukan setelah melihat kondisi awal, proses ini
perlu melibatkan stakeholder yang ada, masyarakat sebagai pihak yang merupakan secara
langsung merasakan imbas dari pembagunan yang ada merupakan pihak yang netral yang
dapat di mintai tanggapan terhadap problematika yang selama ini ada, kemudian pemerintah
sebagai pemegang kebijakan merupakan pihak kedua sebagai tempat untuk membahas
problemtika, stakeholder lainnya seperti pemilik modal dan pengelola sumberdaya
Hasrul 08/287254/PTK/5880 Teori Perencanaan Dosen : DR. Sudaryono, M.Eng Magister Perencanaan Kota Daerah 35
merupakan pihak ketiga yang lebih berperan dari sisi materi sehingga potensi dapat di
ketahui dari interaksi dengan dua pihak ini.
Proses aksi merupakan implementasi dari analisa masalah dan potensi setelah dilakukan
interprestasi, aksi dapat dilakukan bila kajian dan interaksi yang dilakukan bersama
stakeholder memiliki peluang yang besar, karena akan sangat sulit menerapkan rencana bila
tidak ada dukungan dari pihak lain.
Proses output adalah pencapaian dari berbagai kegiatan perencanaan dan aksi yang
dilakukan, proses ini merupakan proses pertama untuk menilai keberhasilan suatu
perencanaan. Sebenarnya proses ini merupakan proses terakhir, namun bila ingin lebih jauh
melihat multiplayer effect yang ditimbulkan dari adanya output, hal itu akan lebih baik.
D. Kesimpulan
Pada bagian kesimpulan ini kami berusaha melihat beberapa kekurangan yang ada
pada proses perencanan pengembangan ekonomi lokal, untuk kami tambahkan sebagai
masukan terhadap kegiatan pengembangan ekonomi lokal selanjutnya, kesimpulan ini kami
sesuaikan dengan kondisi yang terjadi di Kalimantan Timur, dimana dalam hal ini yang
berperan lebih besar adalah swasta.
Hasrul 08/287254/PTK/5880 Teori Perencanaan Dosen : DR. Sudaryono, M.Eng Magister Perencanaan Kota Daerah 35
SWASTA
IDE ANALISA
REALISASI OPERASI
PEMERINTAH
ARAHAN
PENGAWASAN ANTISIPASI
KEBIJAKAN
MASYARAKAT DAN STAKEHOLDER LAINPARTISIPASI DUKUNGAN
Dalam hal ini kami menempatkan perencanaan berdasarkan peran masing masing
pihak, hal ini berguna agar masing – masing stakeholder mengetahui dan faham akan fungsi dan
perannya dalam kegiatan pembangunan ekonomi lokal, bagan diatas menunjukkan bahwa swasta
dan pemerintah memiliki tugas yang sama banyak walaupun terdapat perbedaan dari segi fungsi
peran yang dimiliki, sedangkan pihak yang lain lebih berperan pada sisi lain, bila di gambarkan
secara makro maka swasta berperan dari sisi tekhnis, pemerintah berperan dari sisi kebijakan dan
stakeholder lain berperan dari sisi sosial, di bagian ini kami mencoba mengangkat satu isu
pengawasan dan antisipasi yang di perankan oleh pemerintah, hal ini menjadi penting bagi kami
ketika suatu pekerjaan yang terkait dengan kebutuhan masyarakat secara umum di kelola oleh
pemerintah, peran pengawasan perlu dilakukan bukan pada sisi tekhnis pengerjaan proyek
namun lebih kepada pegawasan terkait dengan kebijakan yang dikeluarkan oleh pengembang
yang bersentuhan dengan masyarakat dan lingkungan, kemudian antisipasi adalah bagian dari
sikap kehati – hatian atau kesiapan yang di aktualisasikan dalam bentuk perjanjian atau undang –
undang hal ini diperlukan jika sewaktu – waktu pengembang bersikap anomali seperti
ketidakinginan untuk meneruskan pengelolaan kegiatan, maka pemerinth harus segera bersikap
responsive tentunya dengan mempersiapkan solusi terhadap segala kemungkinan yang akan
sewaktu waktu dapat terjadi.
Hasrul 08/287254/PTK/5880 Teori Perencanaan Dosen : DR. Sudaryono, M.Eng Magister Perencanaan Kota Daerah 35