pengelolaan pesisir dan daerah aliran...

16
BADAN PENERBIT FAKULTAS GEOGRAFI Universitas Gadjah Mada Editor Djati Mardiatno Dyah R. Hizbaron Estuning T.W. Mei Fiyya K. Shafarani Faizal Rachman Yanuar Sulistiyaningrum Widiyana Riasasi Seminar Nasional ke-2 Pengelolaan Pesisir dan Daerah Aliran Sungai PROSIDING Ikatan Geograf Indonesia MPPDAS Fakultas Geografi UGM Badan Informasi Geospasial Diselenggarakan oleh PROSIDING SEMINAR NASIONAL KE-2 Pengelolaan Pesisir dan Daerah Aliran Sungai ISBN 978-979-8786-61-7

Upload: vankiet

Post on 02-Mar-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BADAN PENERBIT FAKULTAS GEOGRAFIUniversitas Gadjah Mada

EditorDjati Mardiatno

Dyah R. HizbaronEstuning T.W. Mei

Fiyya K. ShafaraniFaizal Rachman

Yanuar SulistiyaningrumWidiyana Riasasi

Seminar Nasional ke-2Pengelolaan Pesisir

dan Daerah Aliran Sungai

PROSIDING

Ikatan Geograf Indonesia

MPPDASFakultas Geografi

UGM

Badan InformasiGeospasial

Diselenggarakan oleh

PROSID

ING SEM

INA

R N

ASION

AL K

E-2Pengelolaan Pesisir dan D

aerah Aliran Sungai

ISBN 978-979-8786-61-7

i

PROSIDING

SEMINAR NASIONAL PENGELOLAAN PESISIR

DAN DAERAH ALIRAN SUNGAI KE-2

Editor:

Djati Mardiatno

Dyah R. Hizbaron

Estuning T. W. Mei

Fiyya K. Shafarani

Faizal Rachman

Yanuar Sulistiyaningrum

Widiyana Riasasi

BADAN PENERBIT FAKULTAS GEOGRAFI

UNIVERSITAS GADJAH MADA, YOGYAKARTA

ii

PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENGELOLAAN PESISIR DAN

DAERAH ALIRAN SUNGAI KE-2

ISBN: 978-979-8786-61-7

© 2016 Badan Penerbit Fakultas Geografi

Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak atau memindahkan

sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apapun, secara elektronis maupun

mekanis tanpa izin tertulis dari editor. Permohonan perbanyakan dan pencetakan

ulang dapat menghubungi Dyah R. Hizbaron, Fakultas Geografi, Universitas Gadjah

Mada, Bulaksumur, Yogyakarta 55281 atau melalui email ke semnas-

[email protected]

Hak kekayaan intelektual tiap makalah dalam prosiding ini merupakan milik para

penulis yang tercantum pada tiap makalahnya.

Tanggal terbit:

20 Juli 2016

Dipublikasikan oleh:

Badan Penerbit Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Sekip Utara, Jalan Kaliurang, Bulaksumur, Yogyakarta 55281

Telp:+62 274 649 2340, +62 274 589 595

Email: [email protected]

Website: www.geo.ugm.ac.id

Desain sampul:

Widiyana Riasasi

iii

KATA PENGANTAR

Seminar Nasional Pengelolaan Pesisir dan Daerah Aliran Sungai ke-2 dilaksanakan di Auditorium Merapi, Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta pada tanggal 12 Mei 2016. Seminar ini diselenggarakan oleh Program Magister Perencanaan Pengelolaan Pesisir dan Daerah Aliran Sungai (MPPDAS) yang merupakan minat dari Program Studi S2 Geografi. Salah satu tujuan utama seminar ini adalah untuk mendiskusikan perkembangan dan tren penelitian pengelolaan di wilayah pesisir dan daerah aliran sungai. Sebanyak 70 makalah yang telah direview dari tim editor ditampilkan dalam prosiding ini. Tema dari prosiding ini dibagi menjadi tiga, antara lain 1. Ekosistem, tata ruang, dan manajemen bencana di kawasan pesisir dan daerah aliran

sungai 2. Teknologi geospasial dalam pengelolaan pesisir dan daerah aliran sungai 3. Sosial, politik, ekonomi, budaya, kependudukan, pendidikan dan kebijakan dalam

pengelolaan pesisir dan daerah aliran sungai

Hasil dari seminar ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan mengenai kepadu-padanan pengelolaan pesisir dan DAS yang meliputi aspek fisik, lingkungan, regulasi, tata ruang, pemanfaatan ruang dan sumber daya. Semoga prosiding ini dapat bermanfaat untuk acuan peneliti maupun praktisi pada bidang yang terkait. Terima Kasih Ketua Panitia Kegiatan Prof. Dr. rer.nat. Muh Aris Marfai, M.Sc.

iv

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ............................................................................................................................. iii

DAFTAR ISI ........................................................................................................................................... iv

Pembicara Utama

PERAN DATA DAN INFORMASI GEOSPASIAL DALAM PENGELOLAAN PESISIR DAN

DAERAH ALIRAN SUNGAI ................................................................................................................. 1

PERAN DAN FUNGSI EKOSISTEM BENTANGLAHAN KEPESISIRAN DALAM

PENGELOLAAN PESISIR DAN DAERAH ALIRAN SUNGAI ........................................................ 11

TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH UNTUK PENGELOLAAN PESISIR DAN DAERAH

ALIRAN SUNGAI ................................................................................................................................. 18

HOLOCENE SEA-LEVEL VARIABILITY IN INDONESIA .............................................................. 51

Tema 1: Ekosistem, tata ruang, dan manajemen bencana di kawasan pesisir dan daerah aliran

sungai

PEMANFAATAN METODE GALDIT DALAM PENENTUAN KERENTANAN AIRTANAH

TERHADAP INTRUSI AIR LAUT DI PESISIR KOTA CILACAP .................................................... 58

IDENTIFIKASI KUALITAS AIR SUNGAI DENGAN PURWARUPA ARDUINO UNTUK

MONITORING SAMPEL AIR OTOMATIS ........................................................................................ 68

PENDUGAAN KEBERADAAN AIRTANAH ASIN DI SEBAGIAN KABUPATEN

BANJARNEGARA, JAWA TENGAH .................................................................................................. 79

ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR DOMESTIK DENGAN AIRTANAH DI DAERAH

ALIRAN SUNGAI KAYANGAN KABUPATEN KULONPROGO .................................................... 86

UJI AKURASI APLIKASI ELECTROMAGNETIC VERY LOW FREQUENCY (EM VLF) UNTUK

ANALISIS POTENSI AIRTANAH DI PULAU SANGAT KECIL ...................................................... 96

KAJIAN KARAKTERISTIK HIDROLOGI BEBERAPA SUB DAS DENGAN FORMASI GEOLOGI

PEGUNUNGAN SELATAN(Studi di Sub DAS Keduang, Temon, Wuryantoro, dan Alang) ............ 106

RESPON HIDROLOGI SEBAGAI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DI KAWASAN DANAU

KASKADE MAHAKAM..................................................................................................................... 117

EMBUNG SEBAGAI SARANA PENYEDIAAN AIR BAKU DI PESISIR TARAKAN TIMUR .... 129

ANALISIS SPASIAL DAN TEMPORAL B-VALUE SEBAGAI IDENTIFIKASI POTENSI

GEMPABUMI TSUNAMI DI PULAU JAWA ................................................................................... 140

ANCAMAN BAHAYA PENGUATAN REFRAKSI GELOMBANG TSUNAMI AKIBAT JEBAKAN

STRUKTUR GEOMETRI TELUK SUNGAI SERUT UNTUK MITIGASI PENDUDUK DESA

RAWA MAKMUR KOTA BENGKULU ............................................................................................ 148

BAHAYA PENGUATAN GELOMBANG TSUNAMI AKIBAT CEKUNGAN TELUK SUNGAI

SERUT UNTUK MITIGASI PENDUDUK KELURAHAN PASAR BENGKULU DAN PONDOK

BESI, KOTA BENGKULU ................................................................................................................. 159

FENOMENA BANJIR BANDANG DAN PERENCANAAN TATA RUANG WILAYAH ............. 167

KONSEP TATA RUANG UNTUK MENDUKUNG PENGELOLAAN PARIWISATA TERPADU DI

WILAYAH PESISIR PULAU BANGGAI, PROVINSI SULAWESI TENGAH ............................... 177

ANALISIS MULTI KRITERIA UNTUK ARAHAN FUNGSI KAWASAN DI KABUPATEN

MALANG BAGIAN SELATAN ......................................................................................................... 187

ZONASI EKOSISTEM ZONA NERITIK UNTUK MENDUKUNG PENGELOLAAN

BERKELANJUTAN DI PULAU KECIL STUDI KASUS PULAU PARI, KEPULAUAN SERIBU 199

v

EFEKTIVITAS CEMARA LAUT DALAM RANGKA PENCEGAHAN EROSI ANGIN DI PANTAI

KEBUMEN .......................................................................................................................................... 204

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP KEANEKARAGAMAN HAYATI DI RESERVAT

BATU BUMBUN DAS MAHAKAM ................................................................................................. 212

INDIKATOR KEANEKARAGAMAN HAYATI DALAM MENDUKUNG PENGELOLAAN DAS

BERKELANJUTAN (Studi Kasus Daya Dukung Lingkungan Pemanfaatan Alur Sungai Kedang

Kepala untuk Transportasi Tongkang Batubara) .................................................................................. 223

ANALISIS KETERKAITAN EKOSISTEM DI SUNGAI CODE PENGGAL JETISHARJO,

YOGYAKARTA .................................................................................................................................. 233

PERAMALAN LUAS HUTAN PENUTUP LAHAN PADA KAWASAN HUTAN KONSERVASI DI

INDONESIA TAHUN 2015 ................................................................................................................ 242

INVESTASI DAERAH DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA TSUNAMI UNTUK

KETANGGUHAN (Tingkat Kesiapan Pembangunan Sosial di Wilayah Pesisir Kulonprogo) ........... 251

PEMETAAN GEOMORFOLOGI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BLUKAR, JAWA TENGAH

.............................................................................................................................................................. 263

ARAHAN PEMANFAATAN RUANG BERBASIS UPAYA PENCEGAHAN BENCANA

KEKERINGAN DI KAWASAN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BINANGA LUMBUA

KABUPATEN JENEPONTO PROVINSI SULAWESI SELATAN ................................................... 270

ARAHAN PEMANFAATAN RUANG KEPULAUAN TANAH KEKE KECAMATAN

MAPAKASUNGGU KABUPATEN TAKALAR PROVINSI SULAWESI SELATAN .................... 280

PEMETAAN DAERAH RAWAN BENCANA BANJIR UNTUK PENENTUAN LOKASI

PERMUKIMAN DI KECAMATAN PANDAWAN KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH

KALIMANTAN SELATAN ................................................................................................................ 290

EVALUASI PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP RENCANA TATA RUANG WILAYAH

SEBAGAI UPAYA PENGENDALIAN LIMPASAN DI SUB DAS NGALE .................................... 299

ANALISIS POLA PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DAN NILAI KOEFISIEN LIMPASAN

DENGAN MENGGUNAKAN DATA PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDUKUNG

PROGRAM PEMULIHAN DAS MENTAYA, PROVINSI KALIMANTAN TENGAH ................... 309

MONITORING PERUBAHAN MORFOLOGI HULU SUNGAI SENOWO TAHUN 2012-2014

DENGAN PEMANFAATAN DATA LiDAR DAN UAV .................................................................. 323

KAJIAN PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH TANGGA PINGGIR SUNGAI/PARIT DI

KECAMATAN TEMBILAHAN KABUPATEN INDRAGIRI HILIR ............................................... 330

Tema 2: Teknologi geospasial dalam pengelolaan pesisir dan daerah aliran sungai

VARIASI BULANAN DAERAH PREDIKSI PENANGKAPAN IKAN DI WILAYAH

PENGELOLAAN PERIKANAN RI 711 ............................................................................................. 338

STRATEGI PEMETAAN DAERAH PASANG SURUT DENGAN CITRA SATELIT YANG

DIREKAM PADA PASUT EKSTRIM ................................................................................................ 347

ANALISIS LINGKUNGAN GIANT SEA WALL DI TELUK JAKARTA BERDASARKAN

PENDEKATAN SPASIAL .................................................................................................................. 355

KAJIAN ANALISA PENGARUH PERUBAHAN LAHAN TERHADAP LUAS DAN

KEDALAMAN GENANGAN DI SUB DAS BANG MALANG DENGAN PEMODELAN HEC

GEORAS .............................................................................................................................................. 367

PEMANFAATAN TEKNOLOGI SINGLEBEAM ECHOSOUNDER (SBES) DAN SIDE SCAN

SONAR (SSS) UNTUK PEMETAAN KEDALAMAN PERAIRAN ................................................. 380

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN WILAYAH KAWASAN SAGARA

ANAKAN, KABUPATEN CILACAP BERDASARKAN PENDEKATAN ANALISIS LANDSKAP

.............................................................................................................................................................. 386

vi

PENGELOLAAN KAWASAN KARST MELALUI PENDEKATAN KARAKTER BIOFISIK (Studi

di Sub DAS Alang Kabupaten Wonogiri) ............................................................................................ 397

ANALISIS KEMAMPUANLAHAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI PENTUNG,

KECAMATANPATUK, GUNUNGKIDUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ................... 408

MITIGASI BENCANA GERAKAN TANAH PADA DAS SERAYU HULU, BANJARNEGARA . 421

PENYUSUNAN BASIS DATA PETA DESA UNTUK OPTIMALISASI PERKEMBANGAN

WILAYAH KEPESISIRAN: STUDI KASUS DESA PARANGTRITIS KECAMATAN KRETEK

KABUPATEN BANTUL ..................................................................................................................... 433

ATURAN TOPOLOGI UNTUK UNSUR PERAIRAN DALAM SKEMA BASIS DATA SPASIAL

RUPABUMI INDONESIA .................................................................................................................. 444

DAMPAK PEMANASAN GLOBAL TERHADAP LINGKUNGAN ATMOSFER DAN PANTAI DI

WILAYAH PESISIR PAMEUNGPEUK GARUT .............................................................................. 454

Tema 3: Sosial, politik, ekonomi, budaya, kependudukan, pendidikan dan kebijakan dalam

pengelolaan pesisir dan daerah aliran sungai

KAJIAN KESESUAIAN KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH DI KOTA YOGYAKARTA

TERHADAP RENCANA DETAIL TATA RUANG KOTA (Kasus di Bantaran Sungai Code) 464

URGENSI KONSERVASI PASIR VULKAN DI PESISIR SELATAN DAERAH ISTIMEWA

YOGYAKARTA .................................................................................................................................. 476

LUBUK LARANGAN UJUNG TANJUNG DESA GUGUK: UPAYA PELESTARIAN

LINGKUNGAN DAN SUMBERDAYA PERIKANAN PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI TIPE

TRANSPORTING SYSTEM .................................................................................................................. 487

KONDISI KUALITAS AIR SUNGAI, AKTIVITAS PENANGKAPAN, DAN PEMANGKU

KEPENTINGAN (STAKEHOLDERS) PADA PERIKANAN SIDAT DI DAS CIMANDIRI, JAWA

BARAT ................................................................................................................................................ 497

PENDEKATAN SOSIO-KULTURAL DALAM PEMASANGAN TETENGER ZONA INTI

SEBAGAI UPAYA RESTORASI GUMUK PASIR BARKHAN ....................................................... 507

KLASIFIKASI LIMBAH HASIL BUDIDAYA PEMANFAATAN LAHAN PESISIR DI DESA

PATUTREJO PURWOREJO ............................................................................................................... 519

KAJIAN PEMANFAATAN LAHAN BEKAS TAMBANG PASIR BESI SEBAGAI UPAYA

OPTIMALISASI SUMBER DAYA ALAM TERBARUKAN DALAM KAITANNYA DENGAN

PENGELOLAAN PESISIR KABUPATEN PURWOREJO ................................................................ 528

WTP UNTUK KONSERVASI AIR DI KAWASAN RESAPAN SLEMAN, YOGYAKARTA ........ 534

PEMANFAATAN DELTA BARITO SEBAGAI LAHAN PERTANIAN RAWA POTENSIAL

DENGAN SISTEM BANJAR .............................................................................................................. 547

ANALISIS POTENSI SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR PULAU GILI KETAPANG DENGAN

MENGGUNAKAN ANALISA SWOT ............................................................................................... 557

PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL BERBASIS

MASYARAKAT DI KABUPATEN MALUKU TENGGARA, MALUKU ....................................... 564

OPTIMALISASI PELESTARIAN EKOWISATA MANGROVE BERBASIS LOCAL WISDOM DI

BEDUL BANYUWANGI .................................................................................................................... 582

PROSPEK DAN TANTANGAN PENGEMBANGAN PANTAI DITINJAU DARI PENDEKATAN

KELINGKUNGAN DI KABUPATEN BLITAR, JAWA TIMUR ...................................................... 592

STRATEGI PENGHIDUPAN NELAYAN DALAM PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT

DI PANTAI DEPOK ............................................................................................................................ 603

PERAN PARIWISATA UNTUK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT WILAYAH KEPESISIRAN

TANJUNGSARI DAN TEPUS, KABUPATEN GUNUNGKIDUL ................................................... 610

vii

DAS SEBAGAI BASIS PENILAIAN MANFAAT LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG

SUMBERDAYA HUTAN ................................................................................................................... 618

ASPEK MORFOMETRI SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI STUDI

KASUS DAS CITANDUY .................................................................................................................. 629

PELUANG DAN TANTANGAN REVITALISASI DAS LIMBOTO, SEBUAH PENDEKATAN

HASIL PROSES ................................................................................................................................... 638

KONFLIK SPASIAL PEMANFAATAN LAHAN

DALAM MANAGEMENT DAERAH ALIRAN SUNGAI CIDANAU PROVINSI BANTEN ....... 652

KONDISI PEMBANGUNAN DESA-DESA PESISIR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA .... 661

KONFLIK KEPENTINGAN DALAM PEMANFAATAN RUANG DI KAWASAN PESISIR

CANGGU, BALI .................................................................................................................................. 672

PENINGKATAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN KAWASAN PESISIR

UTARA JAWA (Studi Kasus: Kota Semarang dan Kota Tegal) ......................................................... 689

EFEKTIFITAS TRANSPORTASI AIR ANTAR PULAU DI KABUPATEN KEPULAUAN

MERANTI ............................................................................................................................................ 703

KEHARMONISAN PEMANFAATAN RUANG PESISIR BERDASARKAN SUDUT PANDANG

LINGKUNGAN DAN KEBIJAKAN PEMERINTAH DI DESA PUTUTREJO, KECAMATAN

GRABAG, KABUPATEN PURWOREJO .......................................................................................... 716

PENGELOLAAN PESISIR SELATAN SEBAGIAN KULON PROGO DAN PURWOREJO

BERDASARKAN KONDISI BANGUNAN FISIK ............................................................................ 725

STRATEGI PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR BERKELANJUTAN BERBASIS ANALISIS

SWOT PASKA KEGIATAN TAMBANG PASIR BESI KABUPATEN PURWOREJO, JAWA

TENGAH.............................................................................................................................................. 735

PELAJARAN BERHARGA DARI KEGIATAN TAMBANG PASIR PANTAI DI DESA SELOK

AWAR-AWAR KECAMATAN PASIRIAN - LUMAJANG.............................................................. 746

KAJIAN KOMPARATIF FAKTOR PENYEBAB PERKAWINAN ANAK DI PERKOTAAN DAN

PERDESAAN DI KABUPATEN GROBOGAN (Analisis Survei Pernikahan Dini Tahun 2011) ...... 756

KECENDERUNGAN AKSEPTOR MEMAKAI NON METODE KONTRASEPSI JANGKA

PANJANG DI KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

.............................................................................................................................................................. 765

159

BAHAYA PENGUATAN GELOMBANG TSUNAMI AKIBAT

CEKUNGAN TELUK SUNGAI SERUT UNTUK MITIGASI

PENDUDUK KELURAHAN PASAR BENGKULU DAN PONDOK

BESI, KOTA BENGKULU

Budi Harlianto1, Suwarsono1, Supiyati1

1Jurusan Fisika FMIPA Universitas Bengkulu, [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bahaya penguatan gelombang tsunami akibat teluk

Sungai Serut yang dapat mengancam sekitar 3.000 jiwa penduduk Desa Pasar Bengkulu dan Pondok

Besi yang berada di ujung teluk dengan ketinggian rata-rata 1,5 sampai 6 meter di atas permukaan laut.

Penelitian ini menggunakan metode pengukuran langsung di lapangan berbagai faktor yang

mempengaruhi penguatan gelombang tsunami, yang meliputi: sudut cekungan, panjang teluk, topografi,

kedalam laut, ketinggian pemukiman, dan faktor peredaman.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penguatan gelombang tsunami di ujung teluk dan

sekitarnya mencapai 1,5 sampai 2 kali lipat dari ketinggian tsunami di mulut teluk atau mengalami

penguatan antara 150% sampai 200%. Berdasarkan peta ketinggian run up gelombang tsunami yang

dihasilkan, maka ada tiga lokasi yang dapat dijadikan sebagai tempat berkumpul (dengan ketinggian 18-

23 meter dari permukaan laut), seperti; Benteng Malborough, lapangan di jalan M. Kasim, dan sekitar

kampus Universitas Prof. Hazairin Bengkulu.

Kata kunci: Teluk; Tsunami; Sungai Serut; Pasar Bengkulu.

PENDAHULUAN Tsunami merupakan salah satu bencana alam yang dapat menimbulkan dampak

kerugian bagi manusia, baik kerugian materil bahkan kerugian jiwa terutama daerah yang

berasosiasi dengan morfologi pantai yang berupa teluk. Misalnya beberapa daerah disekitar

pantai Aceh, Pangandaran, Maumere dan sekitarnya didukung dengan keadaan morfologi

yang berupa teluk pernah mengalami kerusakan cukup parah akibat bencana tsunami [4].

Oleh karena itu, wilayah permukiman penduduk yang berada disekitar pantai yang memiliki

morfologi berupa teluk, seperti di Kelurahan Pasar Bengkuku dan Pondok Besi Kota

Bengkulu perlu diberikan penjelasan mengenai besarnya ancaman bencana tsunami dan

sekaligus arahan jalur evakuasi karena daerah pesisir pantai barat Bengkulu termasuk dalam

salah satu wilayah yang berada pada zona rawan tsunami di Indonesia [1].

Bencana tsunami pada umumnya dilatar belakangi oleh kejadian gempa bumi

terutama gempa bumi yang terjadi di laut atau zona subduksi dan memiliki magnetudo gempa

yang cukup besar. Provinsi Bengkulu yang termasuk didalamnya Kota Bengkulu merupakan

salah satu wilayah yang berada di sekitar zona subduksi atau biasanya juga disebut Segmen

Mentawai yang dapat menyebabkan gempa bumi dengan periode waktu perulangan sekitar

175 tahun yang juga diperkirakan berpotensi disertai tsunami. Berdasarkan sejarah

kegempaan disekitar pantai Provinsi Bengkulu pernah terjadi tsunami pada tahun 1833 yang

didahului dengan terjadinya gempa besar di segmen Mentawai tersebut. Setelah peristiwa

160

tersebut terjadi, maka aktivitas gempa dengan pusat gempa di samudera Hindia (zona

subduksi) meningkat tajam sehingga dapat memicu terjadinya tsunami.

Selain magnitudo dan lokasi gempa bumi, tsunami juga dipengaruhi oleh kedalaman

hiposenter dan jarak episenter dengan permukian penduduk atau garis pantai. Gempa bumi

dengan hiposenter yang dangkal dan jarak episenter yang pendek terhadap permukian tentu

lebih berbahaya dibandingkan dengan hiposenter yang dalam dan jarak episenter yang jauh.

Berdasarkan sejarah kegempaan tersebut di atas juga diketahui bahwa jarak episenter gempa

yang pernah disekitar Provinsi Bengkulu tergolong sangat dekat dengan garis pantai, sehingga

jika terjadi tsunami maka diperkirakan waktu yang dibutuhkan gelombang tsunami untuk

menjangkau garis pantai sekitar 15 sampai 30 menit. Tetapi hingga saat ini belum ada alat dan

metode untuk memperkirakan lokasi dan waktu terjadinya gempa bumi secara tepat, sehingga

ada kemungkinan terjadinya sumber tsunami yang lebih dekat dengan garis pantai dan waktu

yang dibutuhkan gelombang maka tsunami untuk menjangkau daratan akan lebih cepat.

Waktu penjalaran gelombang tsunami yang tergolong singkat (15-30 menit) tersebut

diperkirakan tidak mungkin cukup untuk mengevakuasi masyarakat menuju tempat-tempat

yang aman jika tempat-tempat yang memiliki ketinggian >10 meter cukup jauh dari tempat

tinggal mereka. Oleh karena itu perlu diberikan penjelasan mengenai tempat evakuasi yang

realistis dan mudah dijangkau, seperti bukit kecil, tanggul, pohon besar, rumah bertingkat,

hutan yang lebat dan potensi lokal lain yang memungkinkan. Hingga saat ini penjelasan atau

informasi tentang tempat evakuasi yang realistis dan mudah dijangkau tersebut belum banyak

dilakukan, sehingga upaya untuk mewujudkan desa siaga bencana tsunami yang mandiri

masih mengalami stagnasi [5].

Energi gelombang tsunami dan jangkauan run-up genangan air ke daratan tidak hanya

ditentukan oleh magnitudo, kedalaman hiposenter, dan jarak episenter gempa bumi dengan

garis pantai tetapi juga dipengaruhi oleh bentuk morfologi pantai yang berupa teluk. Hal

tersebut ditunjukan oleh beberapa fakta bahwa walaupun lokasi sumber tsunaminya sama

tetapi menyebabkan tingkat kerusakan dan jangkauan run-up gelombang tsunami yang

berbeda-beda, dimana wilayah yang mengalami tingkat kerusakan yang parah terjadi pada

wilayah yang berada disekitar teluk dan yang mengalami tingkat kerusakan paling parah

terjadi pada wilayan yang berada disekitar teluk yang juga terdapat muara sungai.

Morfologi pantai disekitar Kelurahan Pasar Bengkulu dan Pondok Besi berupa teluk

yang juga terdapat muara Sungai Serut. Sehingga ke dua keluraha tersebut memiliki

kerentanan yang tinggi terhadap bencana tsunami karena bentuk morfologi pantainya dapat

menyebabkan penguatan gelombang tsunami akibat jebakan cekungan berupa teluk dan uara

Sungai Serut. Ke dua kelurahan tersebut merupakan permukiman padat penduduk, dan

terdapat beberapa fasilitas sosial seperti pasar Barokuto dan tempat wisata Pantai Tapak

Paderi, serta beberapa bangunan pemerintas seperti Mess Pemda Provinsi Bengkulu. Hal ini

sangat penting untuk dilakukan upaya mitigasi bencana tsunami terhadap penduduk di kedua

kelurahan tersebut yang mencapai 1.850 jiwa [2]. Oleh karena itu kewaspadaan penduduk di

desa-desa yang terletak di teluk seharusnya lebih tinggi dan melakukan mitigasi yang intensif,

pemerintah juga seharusnya memberikan perhatian khusus terhadap wilayah-wilyah tersebut.

Salah satu indikator kesiapsiagaan suatu daerah terhadap bencana tsunami adalah tersedianya

peta jalur evakuasi yang dilengkapi dengan rambu-rambu petunjuk arah menuju tempat yang

aman atau tempat berkumpul sementara. Syarat jalur evakuasi dan rambu-rambu tersebut

harus mudah dikenali dan jelas terlihat.

Gelombang tsunami yang masuk ke teluk yang menyempit akan mengalami:

perubahan panjang dan tinggi gelombang, refraksi, difraksi dan refleksi [6]. Amplifikasi

energi dan ketinggian tsunami di teluk ini telah terbukti di beberapa tempat seperti, tsunami di

Aceh tahun 2004, tsunami di teluk Thailand tahun 2004, tsunami di Flores tahun 1992, pantai

Pangandaran di pantai selatan Jawa tahun 2010, dan tsunami di Jepang tahun 2011. Pantai

Pulau Flores di sebelah selatan pulau Babi berbentuk cekungan bagaikan parabola yang

memperbesar efek refleksi, sehingga member efek kerusakan lebih besar dibanding di daerah

utara yang langsung berhadapan dengan tsunami [7].

161

Gambar 1. Kondisi Teluk Sungai Serut Rawa Makmur Kota Bengkulu 2015

Berdasarkan gambar (1) terlihat bahwa bentuk teluk Sungai Serut di sekitar Kelurahan

Pasar Bengkulu dan Pondok Besi memiliki pola parabola, sehingga untuk menghitung

ketinggian gelombang tsunami akibat teluk akan digunakan persamaan persamaan

menurut [3], yang dituliskan:

dengan : h(x) = tinggi tsunami di suatu titik/titik pengamatan (m)

ho = tinggi tsunami mula-mula (m)

x = jarak/spasi pengamatan yang diinginkan (m)

L = panjang teluk (m)

Gambar 2. Model penguatan gelombang tsunami di teluk

METODE

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Pasar Bengkulu dan Pondok dengan

menggunakan metode observasi dan survei langsung ke lapangan dengan langkah-langkah

sebagai berikut:

1. Menyiapkan data kependudukan atau data statistik dan kondisi geografis wilayah yang

akan diteliti.

2. Mengumpulkan hasil-hasil penelitian dan teori yang berkaitan dengan judul penelitian

yang akan dilaksanakan sebagai referensi.

162

3. Menyiapkan peta topografi, geologi dan tutupan lahan Kelurahan Pasar Bengkulu dan

Pondok Besi dan sekitarnya.

4. Membuat (mendigitasi) peta lokasi penelitian dengan menggunakan ArcGis versi 9.3.

5. Membuat grid pada peta lokasi penelitian untuk menentukan titik pengukuran ketinggian

tempat dari permukaan laut.

6. Menyiapkan tim untuk melakukan survei ke lokasi penelitian.

7. Mengamati dan mencatat potensi lokal yang ada di Kelurahan Pasar Bengkulu dan

Pondok Besi untuk keperluan jalur evakuasi dan mitigasi. Beberapa hal yang diamati dan

dicatat untuk evakuasi antara lain:

a. Mengukur ketinggian setiap titik yang sudah ditentukan sebelumnya dengan

menggunakan Global Position System (GPS).

b. Tempat-tempat yang memiliki ketinggian >10 meter di atas permukaan air laut di

sekitar pemukiman penduduk.

c. Kondisi jaringan jalan, sungai dan jembatan serta kepadatan bangunan di pemukiman

penduduk.

d. Memetakan jalur jalan evakuasi menuju tempat tinggi, jauh dari pantai dan aman baik

evakuasi secara horisontal maupun evakuasi secara vertikal.

e. Gedung/bangunan yang layak untuk penampungan sementara (sekolah, masjid/gereja

atau tempat ibadah lainnya, balai desa, dan lain-lain).

f. Penghitungan perkiraan ketinggian run-up landaan tsunami dengan menggunakan

persamaan 1.

g. Hasil perhitungan ketinggian run-up landaan tsunami dianalisis dengan

mempertimbangkan kondisi hutan (vegetasi), geometri sungai, morfologi garis pantai

dan muara sungai, dan geologi permukaan di sekitar lokasi penelitian.

h. Membuat peta kontur ketinggian run-up landaan tsunami dengan menggunakan surfer

versi 12.

i. Membuat peta jalur evakuasi desa (digitasi, editing, ploting), berdasarkan informasi

semua pengamatan penting di lapangan secara proporsional kemudian digambarkan

pada peta. Peta tetap harus ditampilkan sederhana, menarik dan informatif.

j. Mengoverlay peta dasar lokasi penelitian dengan peta kontur ketinggian run-up

landaan tsunami dengan menggunakan ArcGis versi 9.3.

8. Membuat rekomendasi segala sesuatu yang harus dilakukan untuk mewujudkan desa

siaga bencana mandiri yang dituangkan dalam buku ”pedoman/panduan mitigasi bencana

tsunami berbasis keunggulan potensi lokal desa menuju desa siaga bencana mandiri”.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan persamaan 1 serta model penguatan tsunami di teluk seperti ditunjukkan Gambar

2. Penguatan gelombang tsunami akibat jebakan teluk Sungai Serut diperkirakan mencapai 30

meter yang diperlihatkan dengan warna merah, sebagai acuan awal ketinggian tsunami di

tengah laut sebelum masuk area teluk di asumsikan 10 meter. Hasil pengolahan data landaan

tsunami di daratan (run up) menunjukan bahwa, secara umum beberapa tempat di bagian

Barat Kelurahan Pasar Bengkulu dan Pondok Besi mengalami landaan tsunami yang sangat

parah yang ditunjukan dengan warna merah pada Gambar 4. Tempat-tempat tersebut meliputi:

Jl. Dr Panjaitan, Jl. Pasar Barukoto, Jl. Berlian, Jl. Ayani, Jl. Indra Cahaya, dan sebagian di Jl.

Abu Hanifah, sehingga perlu dirancang jalur evakuasi untuk menuju tempat yang aman,

tempat-tempat yang aman tersebut ditunjukkan dengan warna biru pada Gambar 4.

163

Gambar 4. Peta ketinggian run-up/landaan tsunami di Kelurahan Pasar Bengkulu dan Pondok Besi

Berikut ini uraian jalur evakuasi dari tempat-tempat yang mengalami landaan tsunami yang parah

menuju tempat aman yang direkomendasikan yang didukung dari hasil kajian kearifan lokal yang ada

di sekitar permukiman penduduk dalam Kelurahan Pasar Bengkulu dan Pondok Besi.

Gambar 5. Jalur evakuasi dari Jl. Dr. Panjaitan menuju Jl. Arrau

Gambar 5 menunjukan jalur evakuasi dari Jl. Dr. Panjaitan dan Jl. Berlian menuju

tempat yang aman yakni sekitar Jl. Arrau dan Jl. Pari. Tempat aman yang

direkomendasikan tersebut memiliki ketinggian 18 meter dari permukaan laut dan

berjarak 737 meter.

164

Gambar 6. Jalur evakuasi dari Jl. Dr. Panjaitan menuju Jl. Rejamat

Gambar 6 menunjukan jalur evakuasi dari Jl. Dr. Panjaitan, Jl. Pasar Barukoto, Jl. A. Yani,

dan Jl. Indra Cahaya menuju tempat yang aman yakni sekitar Jl. Rejamat dan Jl. M. Hasan.

Tempat aman yang direkomendasikan tersebut memiliki ketinggian 18 meter dari permukaan

laut dan berjarak 800 meter.

Gambar 7. Jalur evakuasi dari Jl. Dr. Panjaitan dan Pasar Barukoto menuju Jl. Iskandar Baksir

Gambar 7 menunjukan jalur evakuasi dari Jl. Dr. Panjaitan, Jl. Pasar Barukoto, Jl. A. Yani, Jl.

Indra Cahaya, dan Jl. Kerapu menuju tempat yang aman yakni sekitar Jl. Jend. Sudirman, Jl.

Iskandar Baksir dan Jl. Letkol Santosa. Tempat aman yang direkomendasikan tersebut

165

memiliki ketinggian 18 meter dari permukaan laut dan berjarak 995 meter serta di sekitar Jl.

Jend. Sudirman terdapat kampus Universitas Hazairin.

Gambar 8. Jalur evakuasi dari Jl. Abu Hanifah menuju Jl. Berniat atau Jl. Benteng Malborough

Gambar 8 menunjukan jalur evakuasi dari Jl. Abu Hanifah menuju tempat yang aman yakni

sekitar Jl. Berniat dan Jl. Benteng Malbrough. Tempat aman yang direkomendasikan tersebut

memiliki ketinggian 23 meter dari permukaan laut dan berjarak 737 meter.

Gambar 9. Jalur evakuasi dari jalan Abu Hanifah menuju jalan Kasim Nasir

166

Gambar 9 menunjukan jalur evakuasi dari Jl. Dr. Panjaitan dan Jl. Abu Hanifah menuju

tempat yang aman yakni sekitar Jl. Kasim Nasir. Tempat aman yang direkomendasikan

tersebut memiliki ketinggian 18 meter dari permukaan laut dan berjarak 1,05 meter.

Kondisi jalan yang digunakan untuk jalur evakuasi tersebut pada umumnya tergolong

jalan lokal sehingga akan lebih baik jika jalan evakuasi tersebut dapat di lebarkan menjadi 6

sampai 8 meter. Jalan yang lebar akan sangat ideal untuk meningkatkan aksessibilitas

masyarakat untuk mencapai tempat yang aman. Untuk masa yang akan datang perlu

direncanakan upaya pelebaran jalan terutama Jl. Dr. Panjaitan, Jl. Abu Hanifah, dan Jl. Kasim

Nasir karena saat ini lebar jalan tersebut masih 4 meter. Serta perlu dibuat jalan pintas dari Jl.

Abu Hanifah menuju Jl. Benteng Malborough yang memiliki ketinggian 23 meter dari

permukaan laut.

Sebagian jalan sudah lurus sehingga lebih mudah untuk diakses, seperti dari Jl. Dr.

Panjaitan menuju Jl. Arrau dan Jl. Pari. Kemudian Jl. Rejamat dan Jl. M. Husin. Namun

sebagian jalan masih membelok dan banyak gang buntu, sehingga perlu dilakukan pelurusan

dan penyambungan jalan. Selain itu perlu juga dibuat jalur akses menuju tempat-tempat

sosial, seperti sekolah, masjid, gereja atau sarana yang lainnya.

KESIMPULAN

Hasil penelitian memperkirakan penguatan ketinggian ujung teluk dan sekitarnya

mencapai 1,5 – 2 kali lipat dari ketinggian tsunami sebelum masuk cekungan atau mengalami

penguatan antara 50 % sampai 200%. Ditemukan ada 5 (lima) jalur evakuasi tsunami

mengarah ke timur dan selatan. Tempat-tempat evakuasi yang aman, meliputi: Jl. Arrau, Jl.

Pari, Jl. Rejamat, Jl. M. Hasan, Jl. Iskandar Baksir, Jl. Letkol Santoso, dan Jl. Kasim Nasir.

UCAPAN TERIMAKASIH (Acknowledgement)

Tulisan ini merupakan hasil penelitian yang didanai oleh Sumber APBN Kemenrstek

Dikti melalui skema Hibah Bersaing tahun anggaran 2016. Oleh karena itu, penulis

mengucapkan terima kasih atas dukungan Kemenristek Dikti dan Lembaga Penelitian dan

Pengabdian Masyarakat Universitas Bengkulu, serta semua pihak yang telah membantu

sehingga penelitian datap terlaksana dengan baik.

REFERENSI

[1] Badan Geologi, 2007: Tanggapan Bencana, (www.pdat.co.id)., Jakarta.

[2] Badan Pusat Statistik, 2013: Pertumbuhan ekonomi Provinsi Bengkulu Tahun 2013, BPS Kota

Bengkulu, Bengkulu.

[3] Dean R.G. dan Dalrymple R, 2000. Water Wave Mechanics For Engineers and Scientist.

Advanced Series On Ocean Eingineering – Volume 2.World Scientific. Singapore.

[4] Permana H., 2007: Pedoman pembuatan Peta Jalur Evakuasi Bencana Tsunami, Kementerian

RISTEK.

[5] Purwanto H. S. dkk. 2008: Mewaspadai morfologi teluk sebagai zona bahaya tsunami, Jurnal

Ilmiah MTG, Vol. 1, No. 1, Januari 2008.

[6] Triatmadja R., 2010: Tsunami Kejadian, Penjalaran, Daya Rusak dan Mitigasinya, Gadjah

Mada University Press

[7] USC, 2010: Flores Indonesia Tsunami Picture,

http://www.usc.edu/dept/tsunamis/indonesia/flores.