pengelolaan perpustakaan komunitas studi...
TRANSCRIPT
PENGELOLAAN PERPUSTAKAAN KOMUNITAS
Studi Kasus Perpustakaan Buku Berkaki
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan
CESILIA TIFASILVIANA
NIM: 1112025100013
PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1440H / 2019M
ii
iii
iv
ABSTRAK
Cesilia Tifasilviana (1112025100013). Pengelolaan Perpustakaan
Komunitas: Studi Kasus Perpustakaan Buku Berkaki. Di bawah
bimbingan Dr. Ida Farida, M.LIS. Program Studi Ilmu Perpustakaan
Fakultas Adab dan Humaniora, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2019.
Penelitian ini membahas tentang Pengelolaan Perpustakaan Komunitas
Buku Berkaki. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengelolaan perpustakaan komunitas Buku Berkaki. Jenis penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan
pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode penelitian studi
kasus. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah
observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil dari penelitian yang telah
dilaksanakan menunjukkan bahwa perpustakaan komunitas Buku
Berkaki dikelola secara mandiri atau swadaya. Pengolahan bahan
pustaka melalui proses penyortiran, pendataan dan penempelan label.
Layanan yang di selenggarakan perpustakaan buku berkaki adalah
layanan membaca di perpustakaan yang dapat di manfaatkan oleh siapa
saja dan layanan sirkulasi yang hanya diperuntukan volunteer Buku
Berkaki serta melalui kegiatan peminjaman berkala kepada rumah
belajar binaan Buku Berkaki. Perpustakaan Buku Berkaki juga
menyelenggarakan berbagai kegiatan seperti Drop BuKi, Jemput BuKi,
Sangkar Buku, Rabu baca buku, Sinema BuKi dan Buku untuk
Indonesia. Selain kegiatan-kegiatan tersebut, komunitas Buku Berkaki
juga bekerjasama dengan komunitas-komunitas lainnya dalam kegiatan-
kegiatan yang masih berkaitan dengan anak-anak dan dunia buku.
Kata Kunci: Pengelolaan Perpustakaan, Perpustakaan Komunitas
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil „alamin, segala puji serta syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan ridho-Nya yang begitu
luar biasa hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Pengelolaan Perpustakaan Komunitas: Studi Kasus Perpustakaan Buku
Berkaki” yang diajukan untuk melengkapi persyaratan memperoleh gelar Sarjana
Ilmu Perpustakaan pada Jurusan Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan
Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis sangat menyadari bahwa tidak sedikit rintangan maupun hambatan
yang telah dihadapi selama proses pencapaian skripsi ini. Namun berkat doa,
dukungan serta bantuan dari berbagai pihak yang terus mengalir, memicu penulis
untuk semangat dalam menyelesaikan sikrpsi. Dengan segala kerendahan hati dan
rasa syukur yang terdalam, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Dr. Saiful Umam, MA selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Siti Maryam, S.Ag., S.S., M.Hum selaku Ketua Jurusan Ilmu
Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Amir Fadhilah, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Ilmu
Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dan dosen penguji 2. Terima kasih atas bantuan
terkait perkuliahan dan penyusunan skripsi ini.
4. Ibu Dr. Ida Farida, MLIS, selaku dosen pembimbing. Terima kasih
banyak telah meluangkan waktu, tenaga, pikiran, memberikan
arahan ilmu dan bimbingan, saran, serta semangat yang diberikan
selama masa penyusunan skripsi ini.
5. Bapak Nuryudi, MLIS, selaku dosen pembimbing akademik yang
telah memberikan dukungan dan saran selama masa pendidikan
penulis.
vi
6. Bapak Mukmin Suprayogi, M.Si, selaku dosen penguji 1 yang telah
menguji dan memberikan saran perbaikan untuk skripsi ini. Terima
kasih pula atas ilmu yang telah di berikan selama masa perkuliahan.
7. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Ilmu Perpustakaan, yang telah banyak
membagi ilmu yang berharga kepada penulis selama masa
perkuliahan. Semoga ilmu yang telah di berikan selama ini dapat
bermanfaat.
8. Para narasumber penelitian yang telah bersedia penulis wawancarai
dan memberikan data yang penulis butuhkan.
9. Kak Ali Zaenal dan Kak Annisa Paramita yang telah bersedia
memberikan ijin dan meluangkan waktu untuk penelitian di
Perpustakaan Komunitas Buku Berkaki.
10. Seluruh pengurus Perpustakaan Buku Berkaki dan volunteer
komunitas Buku Berkaki yang telah memberikan data serta
dukungan moril dalam penulisan skripsi ini.
11. Ayah dan Bunda, yang tidak ada habisnya memberikan doa,
dorongan semangat dan motivasi sehingga skripsi ini dapat selesai.
12. Untuk dua adik perempuan saya, Chintya Dwi Agustin dan
Chanadyan Triaswening Kautsar. Terima kasih selalu ada
memberikan tawa dan energi di kala waktu sulit dalam
menyelesaikan skripsi ini.
13. Sahabat terkasih yang senantiasa hadir, Berliani Ardi, Alifa
Nursyamsina Widiastuti, Kiki Lindayani, Ratu Fauziah, Salma dan
Fiki Taufik Hidayatullah. Terima kasih untuk masukan, doa, serta
suntikan semangat yang terus diberikan untuk penulis.
14. Teman seperjuangan tersayang Putri Alvianty, Siti Maemunah
Indriati, Lu‟luil Aula, Mardiah, Dewi Nuraini, Luthfia Zahra, Almas
Amalia dan Stephanie Bamayi. Terima kasih karena sudah menjadi
tempat untuk berkeluh kesah selama ini, terima kasih atas doa,
semangat, dukungan, serta nasihat, yang telah diberikan.
vii
15. Teman-teman seperjuangan menempuh masa perkuliahan, keluarga
besar kelas A Jipers 2012, yang tidak bisa penulis sebutkan satu
persatu . Terima kasih atas doa dan semangat dalam menyelesaikan
skripsi ini, juga untuk kebersamaan yang terjalin.
16. Dan semua pihak yang ikut andil yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu, terima kasih atas segala bantuan, doa dan semangat
yang kalian berikan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini
tentu masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu penulis menerima
segala kritik dan saran yang bersifat membangun, untuk pengembangan
diri penulis selanjjutnya.
Penulis berharap, semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan
menambah wawasan bagi setiap pembacanya, terkhusus bagi dunia
perpustakaan di masa sekarang maupun masa yang akan datang. Aamiin.
Jakarta, 7 Mei 2019
Penulis
viii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................................................................ iv
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................................. x
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah ........................................................................ 3
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................................... 3
D. Definisi Istilah ......................................................................................................... 4
E. Sistematika Penulisan ............................................................................................. 5
BAB II ................................................................................................................................ 6
TINJAUAN LITERATUR ............................................................................................... 6
A. Perpustakaan Komunitas ......................................................................................... 6
B. Pengelolaan Perpustakaan ....................................................................................... 7
C. Penelitian Terdahulu ............................................................................................. 15
BAB III ............................................................................................................................. 18
METODE PENELITIAN ............................................................................................... 18
A. Lokasi Penelitian ................................................................................................... 18
B. Jenis dan Pendekatan Penelitian ........................................................................... 18
C. Sumber Data .......................................................................................................... 19
D. Teknik Pemilihan Informan .................................................................................. 20
E. Teknik Pengumpulan Data .................................................................................... 21
F. Teknik Analisis Data ............................................................................................. 22
G. Waktu Penelitian ................................................................................................... 24
BAB IV ............................................................................................................................. 25
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................................................. 25
A. Setting Lokasi Penelitian ...................................................................................... 25
1. Lokasi Penelitian ............................................................................................... 25
2. Selayang Pandang Komunitas Buku Berkaki ................................................... 25
3. Profil Informan Penelitian ................................................................................. 28
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan ......................................................................... 30
ix
1. Pengadaan dan Pengolahan Bahan Pustaka Perpustakaan Komunitas Buku
Berkaki ...................................................................................................................... 30
2. Layanan dan Kegiatan Perpustakaan Komunitas Buku Berkaki ....................... 42
BAB V .............................................................................................................................. 54
PENUTUP ........................................................................................................................ 54
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 54
B. Saran ..................................................................................................................... 55
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 56
LAMPIRAN
BIODATA PENULIS
x
DAFTAR TABEL
Tabel 3. 1 Jadwal Penelitian ..................................................................................24
Tabel 4. 1 Susunan Pengurus Buku Berkaki ......................................................... 27
Tabel 4. 2 Informan Penelitian ...............................................................................29
Tabel 4. 3 Kategori Bahan Pustaka ........................................................................40
Tabel 4. 4 Daftar Rumah Belajar Binaan Buku Berkaki ........................................50
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebutuhan masyarakat akan informasi terus berkembang sesuai
dengan perubahan yang terjadi. Perpustakaan adalah sarana untuk
mendapatkan informasi dengan mudah dan murah. Dalam perpustakaan,
informasi dikumpulkan dan diorganisasikan untuk memenuhi kebutuhan
pemustaka. Banyak perpustakaan didirikan, baik oleh pemerintah, pihak
swasta, maupun masyarakat sendiri. Perbedaan jenis perpustakaan ini
diakibatkan karena adanya berbagai jenis bentuk kemasan informasi serta
kebutuhan pemustaka yang beragam.1 Salah satu jenis perpustakaan yang
banyak ditemui di masyarakat adalah perpustakaan komunitas. Perpustakaan
komunitas merupakan perpustakaan yang didirikan oleh komunitas atau
lembaga swadaya masyarakat untuk melayani komunitas tertentu dengan
menyediakan materi perpustakaan umum.2
Keberadaan perpustakaan komunitas bukan merupakan hal baru di
Indonesia. Lebih terkenal dengan nama Taman Bacaan Masyarakat (TBM),
sejak tahun 2001, perpustakaan komunitas telah banyak berkembang di
berbagai penjuru Indonesia3. Berdasarkan data yang diperoleh melalui situs
Direktorat Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan
(http://bindikmas.kemdikbud.go.id/program-dan-layanan/data-taman-
bacaan-masyarakat) yang mengarahkan ke situs donasi buku kementrian
pendidikan dan kebudayaan (http://donasibuku.kemdikbud.go.id/tbm),
setidaknya terdapat 4.065 TBM yang berdiri di berbagai Provinsi. 4
1 Sulistyo Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan Perpustakaan, (Jakarta: Universitas Terbuka,
2009), h. 4.3 2 Sulistyo-Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan Perpustakaan, (Jakarta: Universitas Terbuka,
2010), h. 2.11 3 Stian Haklev, “Factor that Contributed to the Community Library Movement in Indonesia”,
(Berlin, New York: Libri, Vol. 60, pp.15-26, March 2010) 4 Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. “Daftar TBM”.
http://donasibuku.kemdikbud.go.id/tbm diakses pada 3 Agustus 2019 pukul 21:41
2
Keberadaan perpustakaan dinilai dari pengelolaan serta kegiatan-
kegiatan menyelenggarakan perpustakaan. Pengelolaan perpustakaan
bertujuan untuk memudahkan temu kembali informasi sehingga bahan
pustaka yang ada dapat dimanfaatkan oleh pemustaka. Perpustakaan perlu
menghadirkan suasana yang nyaman dan kondusif bagi pemustaka agar
mereka betah di perpustakaan. Pengelolaan perpustakaan yang baik dapat
mewujudkannya dengan menyediakan bahan pustaka yang sesuai dengan
kebutuhan pemustaka dan dapat dengan mudah ditemukan, layanan yang
ramah, cepat dan tepat, serta kondidi bahan pustaka yang terawat dan siap
pakai.
Perpustakaan Komunitas Buku Berkaki adalah perpustakaan yang
dibentuk dan dikelola oleh Komunitas Buku Berkaki. Sejak terbentuk di
tahun 2011, komunitas Buku Berkaki aktif melakukan kegiatan yang erat
kaitannya dengan buku, salah satunya adalah meminjamkan buku ke panti
asuhan yang mana tidak memiliki akses bacaaan untuk anak-anak. Bahan
pustaka yang dimiliki komunitas buku berkaki dikumpulkan disalah satu
rumah volunteer buku berkaki. Kemudian pada tahun 2015, buku berkaki
memiliki ruang perpustakaan sendiri yang bertempat di komplek Museum
Kebangkitan Nasional, Jakarta Pusat. Dengan perubahan ini, tentu lebih
memudahkan pula dalam mengelola bahan pustaka dan melakukan kegiatan
sebagai sebuah perpustakaan komunitas.
Berdasarkan hal-hal yang tersebut diatas, peneliti tertarik untuk
mengetahui lebih dalam lagi mengenai pengelolaan perpustakaan oleh
komunitas ini. Hasil penelitian ini akan dituangkan dalam skripsi berjudul:
“Pengelolaan Perpustakaan Komunitas: Studi Kasus Perpustakaan Buku
Berkaki”
3
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah
Agar penelitian ini memperoleh hasil sesuai dengan tujuan
penelitian, peneliti membatasi penelitian hanya mengenai pengelolaan
perpustakaan komunitas yang dilakukan di Perpustakaan Buku Berkaki.
Adapun rumusan masalah penelitian ini ialah:
a. Bagaimana pengadaan dan pengolahan bahan pustaka
perpustakaan komunitas Buku Berkaki?
b. Layanan dan kegiatan apasaja yang diselenggarakan
perpustakaan perpustakaan Buku Berkaki?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan untuk mencapai tujuan:
a. Untuk mengetahui dan memahami pengadaan dan
pengolahan bahan pustaka perpustakaan komunitas Buku
Berkaki.
b. Untuk mengetahui dan memahami layanan dan kegiatan
apasaja yang diselenggarakan perpustakaan perpustakaan
Buku Berkaki.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari dilakukannya penelitian
ini adalah:
a. Bagi Perpustakaan
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat membantu pihak
perpustakaan dalam pengelolaan perpustakaan sehingga dapat
meningkatkan mutu layanan di perpustakaan Komunitas Buku
Berkaki.
4
b. Bagi Pembaca
Sebagai bahan referensi untuk membahas masalah penelitian yang
sama dan menambah pengetahuan pembaca mengenai pengelolaan
perpustakaan komunitas.
c. Bagi Peneliti
Penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman peneliti dibidang ilmu perpustakaan dan informasi.
D. Definisi Istilah
Untuk memudahkan dalam memahami penelitian ini, penulis
menyampaikan definisi istilah yang penulis bahas seperti dibawah ini:
1. Pengelolaan Perpustakaan
Pengelolaan perpustakaan merupakan serangkaian cara atau upaya
yang dilakukan untuk menjalankan suatu perpustakaan. Hal tersebut
dilakukan agar bahan pustaka yang ada di perpustakaan dapat
dimanfaatkan dengan baik. Adapun pengelolaan perpustakaan meliputi
pengadaan dan pengolahan bahan pustaka serta layanan perpustakaan.
2. Komunitas
Komunitas adalah suatu kelompok atau perkumpulan yang dibentuk
oleh masyarakat oleh suatu kesamaan tertentu. Anggota komunitas ada
kalanya disebut volunteer atau relawan. Hal ini dikarenakan kegiatan
komunitas tersebut berorientasi sosial dimana para anggotanya
bersedia meluangkan waktu dan tenaga untuk ikut andil dalam
kegiatan tanpa mendapatkan keuntungan secara finansial.
3. Perpustakaan Komunitas
Perpustakaan komunitas adalah perpustakaan yang didirikan oleh suatu
komunitas untuk melayani kebutuhan informasi serta membantu dalam
mencapai tujuan komunitas yang bersangkutan.
5
E. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan hasil penelitian ini, peneliti membagi pembahasan
dalam V (lima) bab. Adapun sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan
Bab ini menguraikan dasar penelitian, meliputi latar
belakang penelitian, pembatasan dan perumusan masalah yang
diteliti, tujuan dan manfaat penelitian, definisi istilah dan
sistematika penulisan.
BAB II : Tinjauan Literatur
Bab ini membahas tentang landasan-landasan teori
mengenai pengelolaan perpustakaan komunitas. Selain itu, pada
bab ini berisi penelitian-penelitian terdahulu terkait dengan subjek
penelitian yang peneliti lakukan sebagai referensi.
BAB III : Metode Penelitian
Bab ini membahas metode yang digunakan dalam
penelitian yaitu: jenis dan pendekatan penelitian, sumber data,
teknik pengumpulan data, teknik analisa data dan jadwal
penelitian.
BAB IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bab ini membahas mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
profil Perpustakaan Buku Berkaki, hasil penelitian dan
pembahassan mengenai pengelolaan perpustakaan komunitas serta
membahas hasil penelitian tersebut guna menjawab masalah
penelitian.
BAB V : Penutup
Bab ini merupakan bab akhir dari penelitian, menjabarkan
kesimpulan dari keseluruhan pembahasan yang telah dibahas pada
bab-bab sebelumnya dan berisi saran terkait dengan hasil-hasil
penelitian yang telah dilakukan.
6
BAB II
TINJAUAN LITERATUR
A. Perpustakaan Komunitas
Perpustakaan merupakan tempat dimana informasi disimpan, diolah
dan diperoleh atau ditelusuri. Dengan perkembangan teknologi, media
informasi yang ada di perpustakaan dapat berbentuk bahan pustaka tercetak
maupun bahan pustaka dalam bentuk elektronik.5 Perpustakaan dibedakan
menurut tujuan, kebutuhan pemustaka dan kegiatan yang diselenggarakan.
Salah satu jenis perpustakaan yang ada adalah perpustakaan komunitas.
Perpustakaan komunitas adalah perpustakaan yang didirikan dan
dikelola oleh suatu komunitas untuk menunjang komunitas yang
bersangkutan untuk mencapai tujuannya. Pengelolaan perpustakaan
komunitas lebih bersifat mandiri atau swadaya.6 Pengertian komunitas itu
sendiri mengacu pada sekumpulan orang yang saling berbagi perhatian,
masalah, atau kegemaran terhadap suatu topik dan memperdalam
pengetahuan serta keahlian mereka dengan saling berinteraksi secara terus
menerus.7 Keberadaan komunitas di Indonesia didorong oleh beberapa
faktor, yaitu; 8
a. Kegemaran berkumpul dan melakukan kegiatan bersama-sama
masih banyak ditemui di Indonesia.
b. Adanya kesamaan minat yang mengikat antar anggota.
c. Munculnya keresahan terkait kondisi sosial yang memicu
keinginan untuk melakukan tindakan melalui upaya kolektif.
d. Berkembangnya sosial media mempengaruhi interaksi
masyarakat. Memudahkan masyarakat beropini, bertukaran
5 Abdul Rahman Saleh dan Rita Komalasari. Manajemen Perpustakaan, (Tangerang Selatan:
Universitas Terbuka: 2014), h. 1.4 6 Andika Hendra Mustaqim, “Memberdayakan Perpustakaan Komunitas sebagai Ujung Tombak
Peningkatan Budaya Membaca”, (Visi Pustaka, Desember 2010) 7 Etienne Wenger (et.al.), Cultivating Communities of Practice: a Guide to Managing Knowledge,
(Boston: Harvard Business School Press, 2002), h. 4 8 Susi Sukaesih, Ikut Komunitas & Jadi Volunteer itu Asik!, (Surabaya: CV. Garuda Mas
Sejahtera, 2013),h.10-12
7
informasi, membuat jaringan pertemanan tanpa batasan ruang
dan waktu.
Dengan demikian, komunitas menjadi suatu wadah bagi sekumpulan
orang yang memiliki kesamaan ketertarikan atau minat yang kemudian
menggerakan mereka untuk membuat kegiatan. Dalam hal ini, komunitas
mendirikan perpustakaan dan mengelolanya untuk dapat melayani
kebutuhan masyarakat.
Di Indonesia, perpustakaan komunitas berdiri dengan swadana,
dengan kata lain biaya berasal dari masyarakat tanpa bantuan dari
pemerintah.9 Umumnya, perpustakaan komunitas berdiri dengan tujuan
untuk meningkatkan minat membaca di kalangan masyarakat.10
Keberadaan perpustakaan komunitas didasari hal-hal berikut: 11
a. Timbulnya keinginan dan kesadaran atas kebutuhan informasi
pada kalangan masyarakat sehingga mendorong keinginan untuk
menyelenggarakan perpustakaan,
b. Adanya keinginan dan inisiatif dari suatu organisasi, lembaga,
atau penanggung jawab kelompok-kelompok tersebut untuk
membangun perpustakaan,
c. Munculnya kesadaran akan keperluan atas wadah atau lembaga
yang dapat menyimpan, mengelola, memelihara dan
memberdayakan hasil karya masyarakat.
B. Pengelolaan Perpustakaan
Pengelolaan perpustakaan adalah upaya-upaya yang dilakukan dalam
rangka menyelenggarakan perpustakaan. Pengelola perpustakaan sendiri
merupakan unit kerja yang membawahi perpustakaan atau yang
menyelenggarakan langsung sebuah perpustakaan.12
Tugas pengelolaan
berkaitan dengan hal-hal teknis operasional sebuah perpustakaan, yang 9 Stian Haklev, “Factor that Contributed to the Community Library Movement in Indonesia”,
(Berlin, New York: Libri, Vol. 60, pp.15-26, March 2010) 10
Tatang Somantri dan Endin Suhanda. Taman Bacaan Masyarakat (TBM) dan Usaha Bersama.
(Bandung: Mitra Sarana, 2012), h. 2 11
Sutarno NS, Perpustakaan dan Masyarakat, (Jakarta: CV. Sagung Seto, 2006), h. 67 12
Sutarno NS, Perpustakaan dan Masyarakat, (Jakarta: CV. Sagung Seto, 2006), h. 155
8
dimulai dari proses perencanaan atas seluruh kegiatan, termasuk peralatan,
waktu, sumber daya manusia, biaya dan sebagainya. Kemudian, pelaksanaan
kegiatan harus yang harus dikendalikan, diarahkan, dan diorganisasikan
serta diberdayakan oleh pemimpin organisasi dengan mengerahkan seluruh
kekuatan dan potensi yang tersedia13
.
Menurut Warren B. Hicks, dalam bukunya “Managing Multimedia
Libraries”, sebagaimana dikutip oleh Francisca S. Patmadiwiria berpendapat
bahwa pengelolaan suatu perpustakaan harus didasarkan pada suatu sistem
agar jasa informasi dapat dimanfaatkan dengan baik oleh pemustaka.
Selanjutnya, dinyatakan pula bahwa perpustakaan itu sendiri adalah suatu
sistem yang mengelola pengetahuan secara khusus yang menyangkut
sumber materi, sumber daya manusia dan peralatan yang dibutuhkan14
.
Dengan demikian, yang dimaksud dengan pengelolaan perpustakaan
adalah kegiatan yang berhubungan dengan pengurusan atau
penyelenggaraan perpustakaan berdasarkan suatu aturan atau sistem agar
informasi yang ada diperpustakaan dapat dengan mudah dimanfaatkan oleh
pemustaka. Kegiatan tersebut meliputi pengadaan bahan pustaka,
pengolahan bahan pustaka, layanan pemustaka.
Kegiatan-kegiatan pengelolaan perpustakaan:
1. Pengadaan Bahan Pustaka
Pengadaan bahan pustaka adalah upaya menghimpun
sumber informasi perpustakaan. Upaya penghimpunan ini
dimaksudkan untuk menyiapkan sumber informasi yang tepat
sasaran.15
Dalam pengadaaan bahan pustaka, pengelola
perpustakaan harus mempertimbangkan pemustaka yang akan
memanfaatkan bahan pustaka. Sehingga bahan pustaka yang
tersedia dapat memenuhi dan sesuai dengan kebutuhan
13
Sutarno NS, Perpustakaan dan Masyarakat, (Jakarta: CV. Sagung Seto, 2006), h. 89-90 14
Francisca S. Patmadiwiria, “Pengelolaan Perpustakaan”, Pembimbing Pembaca, Vol. 9, No.4,
April 1990, h. 153 15
Sutarno NS, Tanggung Jawab Perpustakaan: dalam Mengembangkan Masyarakat Informasi,
(Jakarta: Panta Rei, 2005), h. 100
9
pemustaka yang dilayani. Proses pengadaan bahan pustaka dapat
dilakukan dengan berbagai cara. Antara lain:16
a. Pengelola perpustakaan dapat melakukan pembelian bahan
pustaka dengan mempertimbangkan kebutuhan pemustaka
pada perpustakaan yang dikelola. Pembelian akan lebih
efektif jika pihak pengelola menyusun daftar bahan pustaka
terlebih dahulu. Hal ini untuk memastikan bahan pustaka
yang dibeli sesuai dengan kebutuhan dan anggaran yang
tersedia.
b. Bahan pustaka yang tidak sesuai dengan kebutuhan
pemustaka yang dilayani namun tersedia di perpustakaan
kurang dapat dimanfaatkan dengan baik. Pengelola
perpustakaan dapat mempertimbangkan tukar-menukar
bahan pustaka ini dengan perpustakaan lain.
c. Bahan pustaka dapat diperoleh melalui hadiah, bantuan atau
donasi. Baik dengan cara mengajukan permintaan ataupun
secara langsung menerima donasi.
d. Pengadaan bahan pustaka dapat dilakukan dengan cara
menggandakan atau membuat salinan, juga dengan
mengalih bentukan bahan pustaka dari bentuk tercentak ke
bentuk digital.
e. Pengelola perpustakaan dapat pula menerbitkan sendiri
bahan pustaka. Misalnya menerbitkan laporan kegiatan
perpustakaan dan membuat kliping koran.
2. Pengolahan Bahan Pustaka
Pengolahan bahan pustaka adalah proses yang dilakukan
terhadap bahan pustaka sejak bahan pustaka di terima di
perpustakaan hingga siap digunakan oleh pemustaka.17
16
Sutarno NS, Tanggung Jawab Perpustakaan: dalam Mengembangkan Masyarakat Informasi,
(Jakarta: Panta Rei, 2005), h.103. 17
Sutarno NS, Tanggung Jawab Perpustakaan: dalam Mengembangkan Masyarakat Informasi,
(Jakarta: Panta Rei, 2005), h.103.
10
Pengolahan bahan pustaka bertujuan untuk memudahkan temu
kembali informasi, serta untuk mengatur penempatan dan
penjajaran bahan pustaka di rak. Proses pengolahan diawali sejak
bahan pustaka diterima perpustakaan sampai dengan penempatan
bahan pustaka di rak untuk kemudian dapat dimanfaatkan oleh
pemustaka. Setiap bahan pustaka memiliki data yang berkaitan
dengan „identitasnya‟. Data identitas ini antara lain judul,
penanggung jawab, edisi, nama penerbit, tempat dan tahun terbit,
jumlah halaman, tinggi buku serta keterangan-keterangan
lainnya. Dengan data-data ini, bahan pustaka dikelola sehingga
dapat dengan mudah ditemukan ketika diperlukan.
dalam mengolah bahan pustaka perpustakaan, terdapat
beberapa prinsip yang harus diperhatikan. Prinsip-prinsip
pengolahan adalah:18
a. Memudahkan dalam hal pengaturan, penataan, dan
penempatan bahan pustaka.
b. Membantu mempermudah penelusuran atau temu
kembali bahan pustaka oleh pemustaka.
c. Tersedianya sarana penelusuran atau temu kembali
bahan pustaka.
d. Seluruh bahan pustaka teridentifikasi dengan rapi dan
baik.
e. Tersedianya informasi kelengkapan bahan pustaka
seperti label, nomor panggil, katalog dengan sistem
tertentu.
f. Penggunaan aturan atau standar yang konsisten
sehingga mudah dijadikan pedoman lebih lanjut.
Sebagai suatu proses, pengolahan meliputi beberapa
kegiatan. Adapun kegiatan-kegiatan tersebut meliputi:19
18
Sutarno NS, Tanggung Jawab Perpustakaan: dalam Mengembangkan Masyarakat Informasi,
(Jakarta: Panta Rei, 2005), h.104.
11
a. Membuat identifikasi bahan pustaka.
Kegiatan ini meliputi pencatatan identitas bahan
pustaka dan pemberian identitas pada bahan pustaka.
Pencatatan identitas bahan pustaka adalah merekam
atau mencatat informasi terkait suatu bahan pustaka ke
dalam buku induk. Adapun informasi yang adalah
keterangan fisik bahan pustaka seperti pengarang, judul,
jumlah eksplempar dan informasi lain yang dianggap
penting. Hal ini dibutuhkan agar seluruh bahan koleksi
perpustakaan diketahui jumlahnya, tercatat, dan
teridentifikasi dengan baik.
Sedangkan pemberian identitas dimaksudkan agar
seluruh koleksi bahan pustaka memiliki suatu tanda
pengenal sebagi bukti kepemilikan perpustakaan.
Pemberian identitas ini dapat dilakukan dengan cara
membubuhkan stempel perpustakaan pada halaman
tertentu pada bahan pustaka. Upaya ini dimaksudkan
untuk mengurangi kemungkinan hilangnya bahan
pustaka.
b. Katalogisasi
Katalog merupakan wakil dari bahan pustaka yang
memuat informasi fisik bahan pustaka secara lengkap.
Informasi yang ada pada katalog di upayakan selengkap
mungkin sehingga memudahkan pemustaka
memperoleh informasi yang di butuhkan. Informasi
tersebut antara lain judul, nama pengarang, penerbit,
tahun terbit, deskripsi fisik seperti jumlah halaman dan
ukuran bahan pustaka serta kelengkapan informasi
bahan pustaka lainnya.
19
Sutarno NS, Tanggung Jawab Perpustakaan: dalam Mengembangkan Masyarakat Informasi,
(Jakarta: Panta Rei, 2005), h.104-107.
12
Katalogisasi atau pembuatan katalog harus
mengikuti pedoman atau aturan baku agar tercipta
keseragaman sehingga memudahkan pemustaka untuk
memahami katalog ini. Pedoman yang banyak di
gunakan antara lain Pedoman Tajuk Subjek, Thesaurus
dan Anglo American Cataloging Rules (AACR). Hasil
dari katalogisasi ini berupa kartu katalog dan atau entri
katalog yang dapat di telusur melalui komputer.
c. Klasifikasi
Klasifikasi adalah pengelompokan bahan pustaka
menurut aturan tertentu. Biasanya, pengelompokan
berdasarkan subjek atau isi buku. Tujuannya adalah
agar bahan pustaka dengan subjek yang sama
dikelompokan atau diletakan berdekatan sehingga
memudahkan saat dibutuhkan oleh pemustaka.
Klasifikasi dilakukan dengan berpedoman pada suatu
standar. Pedoman yang banyak digunakan seperti
Dewey Decimal Clasification (DDC) dan universal
decimal classification (UDC).
d. Pembuatan kelengkapan bahan pustaka
Bahan pustaka yang telah melalui proses identifikasi
bahan pustaka, katalogisasi dan klasifikasi kemudian
dilengkapi dengan label, kantong buku, slip buku dan
atau kartu katalog. Kelengkapan bahan pustaka ini
dapat menyesuaikan kebutuhan dan kebijakan
perpustakaan.
e. Penyususnan bahan pustaka
Bahan pustaka disusun pada rak buku atau tempat
tertentu agar pemustaka mudah mengakses dan
memanfaatkan bahan pustaka. Penyusunan dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu penempatan tetap dan
penempatan tidak tetap.
13
Pada penempatan tetap, bahan pustaka yang sudah
diletakan pada suatu tempat akan tetap diletakan
ditempat tersebut, tidak beruba. Jika ada penambahan,
maka bahan pustaka yang baru ditempatkan di tempat
baru. Sedangkan penempatan bahan pustaka tidak tetap
memungkinkan bahan pustaka bergeser ketika ada
penambahan atau pengurangan bahan pustaka. Dengan
demikian bahan pustaka dengan subjek yang sama
dapat tetap berurutan.
f. Pengolahan dengan komputer.
Meskipun menggunakan komputer dalam proses
pengolahan bahan pustaka, terdapat sejumlah kegiatan
yang harus dilakukan. Antara lain pemasukan data,
pembuatan lembar kerja, dan pembuatan barcode.
Kegiatan identifikasi bahan pustaka, katalogisasi dan
klasifikasi pun tetap dilakukan. Hanya saja proses
ketiganya menggunakan komputer sebagai alat bantu.
Proses pengolahan dengan menggunakan komputer ini
akan menghasilkan sistem penelusuran atau pencarian
bahan pustaka melalui komputer pula. Cara ini dapat
lebih memberikan kemudahan, kenyamanan dan
menghemat waktu.
3. Layanan Perpustakaan
Layanan perpustakaan adalah penyediaan bahan pustaka
dengan tepat dan akurat sesuai dengan kebutuhan pemustaka
serta menyediakan sarana penelusur informasi. Layanan
perpustakaan bertujuan agar bahan pustaka dapat dimanfaatkan
secara maksimal oleh pemustaka.20
20
Lisda Rahayu, Materi Pokok Bahan Pustaka, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2011), h.1.3-1.4
14
Dalam menyelenggarakan layanan perpustakaan
perpustakaan, terdapat prinsip-prinsip yang seyogiyanya
diperhatikan. Prinsip-prinsip layanan:21
a. Sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang dilayani,
b. Diusahakan berlangsung cepat, tepat, mudah dan
sederhana,
c. Diciptakan untuk memberikan kesan yang menbaik dan
menyenangkan atau memuaskan pemustaka.
Dalam melakukan pelayanan di perpustakaan, beberapa hal
perlu diperhatikan; siapa yang melayani, apa yang dilayankan,
siapa yang dilayani, kapan layanan dilaksanakan, mengapa perlu
diadakan pelayanan dan bagaimana melaksanakan pelayanan
pemustaka.22
Dengan memperhatikan hal-hal tersebut,
diharapkan proses layanan pemustaka dapat terlaksana dengan
tepat guna (efektif).
Sistem layanan perpustakaan komunitas adalah sistem
layanan terbuka, pemustaka dapat memanfaatkan bahan pustaka
dengan cara menelusurinya langsungt ke rak maupun meminta
bantuan kepada petugas perpustakaan. Pemustaka dapat pula
menggunakan sarana perpustakaan, seperti ruang baca, dengan
bebas.
Jenis layanan yang ditawarkan oleh perpustakaan
komunitas adalah:23
a. Layanan membaca, yaitu memanfaatkan bahan pustaka
seperti buku, majalah, koran dan lain-lain untuk dibaca
diruang baca.
21
Sutarno NS, Manajemen Perpustakaan: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Sagung Seto,
2006),h. 190 22
Sutarno NS, Manajemen Perpustakaan: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Sagung Seto,
2006),h. 190 23
Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. Mengelola Taman Bacaan Masyarakat
(TBM), (Jakarta: Direktorat Pendidikan Masyarakat Direktorat Jendral Pendidikan Luar Sekolah,
2006), h.17-18
15
b. Layanan sirkulasi, yaitu layanan peminjaman bahan
pustaka. Layanan ini memungkinkan pemustaka
membawa pulang bahan pustaka dengan lama waktu
peminjaman yang telah ditentukan.
C. Penelitian Terdahulu
Penelitian bertemakan perpustakaan komunitas bukan hal yang baru.
Dalam penulisan laporan penelitian ini, penulis menjadikan beberapa
penelitian terdahulu yang relevan sebagai bahan bacaan atau referensi.
Berikut adalah laporan-laporan penelitian tersebut:
1. Peran Perpustakaan Komunitas dalam Pemberdayaan
Masyarakat: Studi Kasus Sanggar Baca Jendela Dunia
Laporan penelitian ini merupakan skripsi yang ditulis oleh
Nia Eka Sari Juliana, mahasiswa jurusan Ilmu Perpustakaan,
Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
pada tahun 2013. Tujuan penulisan skripsi tersebut adalah untuk
mengetahui peran Sanggar Baca Jendela Dunia dalam
pemberdayaan masyarakat melalui program-program pendidikan
dan keagamaan bagi anak-anak dan keterlibatan masyarakat
dalam program-program pemberdayaan masyarakat tersebut serta
solusi dari kendala-kendala yang dihadapi oleh Sanggar Baca
Jendela Dunia. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
dengan pendekatan kualitatif dan dilakukan melalui metode studi
kasus. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Sanggar Baca
Jendela Dunia telah melakukan program pemberdayaan
masyarakat di bidang keagamaan dengan menyelenggarakan
Kelas Baca Qur‟an (KBQ) dan dibidang pendidikan dengan
menyelenggarakan Kelas Pustaka Sanggar. Keterlibatan
masyarakat dalam program-program pemberdayaan Sanggar
Baca Jendela Dunia dapat dilihat dari partisipasi anak-anak
dalam program pemberdayaan tersebut dan juga partisipasi orang
tua dengan membuat perkumpulan yang disebut Ibu Komite
16
Sanggar Baca Jendela Dunia. Kendala-kendala yang dihadapi
oleh Sanggar Baca Jendela Dunia yaitu mencakup pendanaan,
fasilitas dan sumber daya manusia. Salah satu upaya yang
dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut adalah dengan
bekerjasama dengan berbagai pihak yang disebut Mitra Sanggar
Baca Jendela Dunia.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian penulis adalah
pada metode dan pendekatan yang digunakan dalam penelitian,
yaitu penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan
dilakukan melalui metode studi kasus. Persamaan lainnya adalah
kesamaan objek penelitian yaitu perpustakaan komunitas.
Namun, dalam penelitian yang ditulis oleh penulis, fokus
penelitian adalah pengelolaan perpustakaan komunitas dengan
mengambil kasus yang terjadi di Perpustakaan Komunitas Buku
Berkaki.
2. Perkembangan Perpustakaan Berbasis Komunitas: Studi Kasus
pada Rumah Cahaya, Melati Taman Baca dan Kedai Baca
Sanggar Barudak
Hasil penelitian berbentuk skripsi ini ditulis oleh Ratri
Indah Septiana, mahasiswa program studi Ilmu Perpustakaan dan
Informasi, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas
Indonesia tahun 2007. Permassalahan yang diangkat dalam
penelitian ini adalah maraknya perpustakaan komunitas di
Indonesia dalam kurun waktu 5 tahun terakhir sedangkan
pemerintah sudah menyediakan perpustakaan umum yang
diperuntukan bagi masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah
menggambarkan tujuan dan alasan pendirian perpustakaan
berbasis komunitas, termasuk didalamnya latrar belakang
pendirian, fungsi, nilai dan norma yang ditanamkan kepada
masyarakat serta hambatan yang dialami. Jenis penelitian yang
digunakan adalah penelitian deskriptif berbentuk studi kasus
dengan pendekatan kualitatif dan pengambilan data dilakukan
17
dengan cara wawancara dan observasi. Hasil penelitian
menunjukan bahwa kehadiran perpustakaan berbasis komunitas
disebabkan oleh berbagai macam faktor. Diantaranya,
kekecewaan terhadap perpustakaan umum secara kuantitas dan
kualitas. Jumlah perpustakaan umum tidak sebanding dengan
jumlah penduduk dan informasi masyarakat dan kualitas jasa dan
layanan perpustakaan jauh dari memuaskan. Selain faktor
tersebut, faktor lainnya yang turut berpengaruh terhdapat
perkembangan perpustakaan berbasis komunitas adalah
perpustakaan dijadikan sebagai wadah untuk menjalankan visi
dan misi sebuah komunitas tertentu sehingga ada penanaman
nilai dan norma dalam perpustakaan yang disesuaikan dengan
visi dan misi komunitas tersebut.
Baik jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian
deskriptif berbentuk studi kasus dengan pendekatan kualitatif
maupun pengambilan data yang dilakukan dengan cara
wawancara dan observasi, sama dengan jenis, metode, dan
pendekatan penelitan yang digunakan oleh penulis. Namun,
berbeda dengan penelitian ini, penulis bertujuan untuk
menggambarkan pengelolaan perpustakaan komunitas yang
terjadi pada Perpustakaan Komunitas Buku Berkaki
18
BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam rangka mengkaji masalah penelitian mengenai pengelolaan
perpustakaan komunitas, bab ini akan menjelaskan mengenai cara-cara
pengumpulan dan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini. Pembahasan
meliputi jenis dan pendekatan penelitian, sumber data, pemilihan informan, teknik
pengumpulan data, teknik analis data dan jadwal penelitian.
A. Lokasi Penelitian
Penelitian mengenai Pengelolaan Perpustakaan Buku Berkaki ini
penelitian di lakukan di Perpustakaan Komunitas Buku Berkaki yang
berlokasi di Museum Kebangkitan Nasional, Jl. Abdul Rachman Saleh No.
26, Senen, Jakarta Pusat. Adapun untuk memperoleh data penelitian, peneliti
melakuakan beberapa kali penelitian lapangan. Penelitian lapangan dilakukan
pada 27 agustus 2016 bertempat di Perpustakaan Buku Berkaki; 28 agustus
2016 bertempat bersamaan dengan kegiatan rolling buku ke salah satu rumah
belajar binaan Buku Berkaki Missil 3 yang berlokasi di kolong jembatan 3 di
daerah pluit, Jakarta utara; dan 7 April 2019 bersamaan dengan kegiatan
rolling buku ke salah satu rumah belajar binaan Buku Berkaki yaitu Yanatel
yang berlokasi di Kelurahan Kebon Melati, Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Selain itu, penulis juga mengumpulkan data melalui wawancara pada dua
kesempatan. Pada 28 agustus 2016 dan 7 april 2019.
B. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Pada penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian
deskriptif, bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai pengelolaan
Perpustakaan Komunitas Buku Berkaki. Penelitian deskriptif merupakan
penelitian yang mendeskripsikan dan memberikan penjelasan mengenai
19
keadaan yang terjadi di lapangan seperti apa adanya.24
Penelitian
deskriptif memusatkan perhatian kepada pemecahan masalah-masalah
sebagaimana adanya pada saat penelitian dilakukan, dalam penelitian ini
yaitu pengelolaan Perpustakaan Komunitas Buku Berkaki.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode
penelitian studi kasus. Pendeketan kualitatif digunakan untuk
mendeskripsikan suatu fenomena atau peristiwa interaksi sosial dalam
masyarakat. Dengan menggunakan metode penelitian studi kasus,
penelitian difokuskan untuk menjawab pertanyaan penelitian terbatas
objek yang diteliti pada lingkungan yang sebenarnya25
.
C. Sumber Data
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari lokasi
penelitian. Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung
dari sumbernya dan tanpa melalui perantara.26
Data primer adalah data
yang dikumpulkan langsung dari lokasi penelitian dan diolah sendiri oleh
penulis . Dalam penelitian ini, data primer berasal dari pelaku pengelola
perpustakaan komunitas Buku Berkaki serta observasi yang dilakukan
penulis. Dalam mengumpulkan data primer, penulis melakukan
pengamatan di lapangan dan melakukan wawancara kepada para pengurus
Komunitas Buku Berkaki di tahun 2016 dan tahun 2019, yaitu KA, KK,
KM, KI dan KH.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diambil secara tidak langsung dari
sumbernya. Data sekunder biasanya diambil dari dokumen-dokumen
seperti laporan, karya tulis orang lain, koran, dan majalah.27
Dalam
24
Prasetya Irawan, Logika dan Prosedur Penelitian, (Jakarta: STIA_LAN, 1999), h. 60. 25
A. Muri Yusuf. Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian Gabungan, (Jakarta:
Kencana, 2017), h. 339. 26
Prasetya Irawan, Logika dan Prosedur Penelitian, (Jakarta: STIA_LAN, 1999), h. 86. 27
Prasetya Irawan, Logika dan Prosedur Penelitian, (Jakarta: STIA_LAN, 1999), h. 87.
20
penulisan laporan penelitian ini, data sekunder digunakan untuk
mendukung data-data primer yang telah dikumpulkan oleh penulis.
D. Teknik Pemilihan Informan
Pemilihan informan yang digunakan menggunakan teknik snowball.
Teknik pemilihan informan ini merupakan teknik pemilihan sampel
dimana sumber data pertama dirasa belum memberikan data yang lengkap
sehingga peneliti mencari informan lain yang dapat memberikan
kelengkapan data.28
Dalam penentuan sampel penelitian ini, peneliti
memilih informan dengan mempertimbangkan kriteria informan yang
dapat memberikan data-data sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan
penelitian ini. Wawancara pertama dilakukan pada tanggal 28 agustus
2016 untuk memperoleh data terkait pengelolaan perpustakaan komunitas.
Adapun wawancara kedua pada tanggal 7 april 2019 dimaksudkan untuk
memperoleh data terbaru yang lebih sesuai dengan perubahan kondisi dan
situasi terkait pengelolaan Perpustaakaan Buku Berkaki.
Adapun kriteria informan dalam penelitian ini sebagai berikut:
a. Komunitas Buku Berkaki tahun 2016, KA. Sebagai ketua
Komunitas Buku berkaki, KA menjadi tulang punggung
Buku Berkaki. Ia berwenang dalam pengambilan keputusan
serta menjadi kontrol dalam kegiatan-kegiatan Komunitas
Buku Berkaki. Termasuk di dalamnya terkait pengelolaan
Perpustakaan Komunitas Buku Berkaki yang merupakan
objek penelitian dalam laporan penelitian ini.
b. Sekretaris Komunitas Buku Berkaki tahun 2016, KI.
Sekertaris Komunitas Buku Berkaki menjalankan tugas
sebagai pengelola data adminstratif Perpustakaan Komunitas
Buku Berkaki.
c. Koordinator Divisi Program Perpustakaan Komunitas Buku
Berkaki tahun 2016, KK. Koordinator divisi program
28
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2008),
h.300.
21
bertugas merencanakan dan melaksanakan program kegiatan
di Perpustakaan Komunitas Buku Berkaki. Pengelolaan
Perpustakaan Komunitas Buku Berkaki tidak terlepas pula
dari kegiatan-kegiatan di dalamnya.
d. Penasihat komunitas buku berkaki tahun 2019, yaitu KM.
KM sudah mulai bergabung dengan komunitas buku berkaki
sejak tahun 2013. Sebagai salah satu volunteer terlama buku
berkaki, KM dapat memberikan informasi mengenai
pengelolaan perpustakaan buku berkaki sejak komunitas
terbentuk sampai saat ini.
e. Ketua Komunitas Buku Berkaki tahun 2019, yaitu KI. KI
adalah salah satu informan pada wawancara di tahun 2016
dengan jabatan sebagai sekertaris Buku Berkaki. Namun
pada periode 2019, KI adalah ketua Buku Berkaki. Dengan
perubahan peran dan perkembangan Komunitas Buku
Berkaki, KI dapat memberikan informasi terbaru mengenai
pengelolaan Perpustakaan Buku Berkaki.
f. Koordinator pendataan dan perpustakaan buku berkaki, yaitu
KH. Koordinator pendataan dan perpustakaan bertugas
merencanakan dan melaksanakan pendataan dan pengelolaan
Perpustakaan Komunitas Buku Berkaki tidak terlepas pula
dari kegiatan-kegiatan di dalamnya.
E. Teknik Pengumpulan Data
Dalam proses pengumpulan data-data penelitian, penulis menggunakan
alat perekam suara dan kamera handphone, yaitu Windows phone seri Lumia
545. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah:
22
a. Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data yang tidak terbatas pada
orang, namun juga meliputi objek-objek alam yang lain.29
Observasi
dilakukan dengan mengamati kondisi ruang Perpustakaan Komunitas
Buku Berkaki yang bertempat di komplek Museum Kebangkitan
Nasional. Selain itu, observasi juga dilakukan terhadap kegiatan-kegiatan
Perpustakaan Komunitas Buku Berkaki yang tidak hanya berlangsung di
ruang perpustakaaan tapi juga diluar perpustakaan. Kegiatan yang
diobservasi adalah Visit Buki.
b. Wawancara
Wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data yang
dilakukan untuk menemukan permasalahan penelitian dan mengetahui
hal-hal dari responden secara lebih mendalam.30
Dalam penelitian ini,
penulis mewawancarai Ketua Komunitas Buku Berkaki, Sekretaris
Komunitas Buku Berkaki, dan koordinator divisi program komunitas
Buku Berkaki.
c. Dokumentasi
Dalam penelitian ini, penulis mengumpulkan data-data dari
dokumen yang terdapat di Perpustakaan Komunitas Buku Berkaki, situs
buku berkaki yang dapat diakses melalui http://bukuberkaki.org, dan
media sosial buku berkaki yaitu instagram
(https://www.instagram.com/bukuberkaki). Selain itu, data-data juga di
ambil dari tulisan mengenai buku berkaki baik di media online maupun
tulisan blog pribadi mengenai buku berkaki, dan foto-foto dokumentasi
Komunitas Buku.
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data pada data-data kualitatif yaitu menguraikan serta
menginterpretasikan data-data yang diperoleh di lokasi penelitian/lapangan
29
Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis (Bandung:Alfabeta, 2009), h. 202. 30
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 72.
23
dari para informan penelitian.31
Dalam penelitian ini, penulis akan melakukan
analisis langsung terhadap data-data yang penulis peroleh dari observasi dan
wawancara. Data-data yang telah dianalisis dan diteliti kemudian akan diolah
dan disajikan dalam bentuk deskriptif yang bertujuan untuk mengemukakan
permasalahan dan menemukan solusi disertai alasan-alasan yang mendukung.
Hasil dari analisis data merupakan fakta-fakta terkait dengan objek penelitian.
Adapun analisis data yang penulis lakukan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Reduksi data
Reduksi data adalah merangkum kemudian memilih hal-hal pokok
dengan memfokuskan pada hal-hal penting dari data yang telah
dikumpulkan.32
Data yang penulis peroleh dari observasi, wawancara,
dan dokumentasi dicatat dan memfokuskan dengan memilih hal-hal yang
penting dari data. Sehingga data-data yang penulis peroleh dapat
memberikan gambaran yang jelas mengenai topik yang sedang diteliti
hingga sesuai dengan kebutuhan untuk menjawab pertanyaan penelitian..
b. Penyajian data
Dalam penelitian kualitatif, data dapat disajikan dalam uraian
singkat.33
Setelah melakuka reduksi data, penulis akan menyajikan data
ke dalam bentuk teks yang bersifat naratif.
c. Penarikan kesimpulan
Penarikan kesimpulan adalah pernyataan logis yang di dapatkan
setelah teruji kebenaran ataupun ketidakbenarannya.34
Setelah tahap
penyajian data, penulis melakukan penarikan kesimpulan dari hasil data
yang telah didapatkan. Penarikan kesimpulan dilakukan untuk menjawab
rumusan masalah penelitian.
31
Prasetya Irawan, Logika dan Prosedur Penelitian, (Jakarta: STIA_LAN, 1999), h. 99. 32
Prasetya Irawan, Logika dan Prosedur Penelitian, (Jakarta: STIA_LAN, 1999), h. 99. 33
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2016),
h.341. 34
Prasetya Irawan, Logika dan Prosedur Penelitian (Jakarta: STIA-LAN,1999), h. 106.
24
G. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Perpustakaan Komunitas Buku Berkaki
yang berlokasi di Museum Kebangkitan Nasional, Jl. Abdul Rachman Saleh
No. 26, Senen, Jakarta Pusat. Adapun perincian jadwal penelitian yang
penulis lakukan adalah sebagai berikut:
Tabel 3. 1 Jadwal Penelitian
No. Kegiatan Bulan
1. Pengajuan Proposal Skripsi Febuari 2016
2. Mendapatkan Dosen Pembimbing
Skripsi April 2016
3 Bimbingan Awal Skripsi April 2016
4
Penelitian
Tahap awal
Pembaharuan data
Juli – Agustus
2016
Februari 2019
5. Penyusunan Laporan Skripsi Maret – Mei
2019
Sumber: rencana dan pelaksanaan penelitian, Mei 2019
25
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini, penulis akan membahas hasil penelitian yang telah
dilakukan. Untuk lebih memperjelas pembahasan, di sertakan pula profil singkat
Komunitas Buku Berkaki dan hasil dari penelitian terhadap pengelolaan
Perpustakaan Komunitas Buku Berkaki.
A. Setting Lokasi Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini, untuk memperoleh data penelitian, peneliti
melakuakan beberapa kali penelitian lapangan. Penelitian lapangan
dilakukan pada 27 agustus 2016 bertempat di Perpustakaan Buku Berkaki;
28 agustus 2016 bertempat bersamaan dengan kegiatan rolling buku ke
salah satu rumah belajar binaan Buku Berkaki Missil 3 yang berlokasi di
kolong jembatan 3 di daerah pluit, Jakarta utara; dan 7 April 2019
bersamaan dengan kegiatan rolling buku ke salah satu rumah belajar
binaan Buku Berkaki yaitu Yanatel yang berlokasi di Kelurahan Kebon
Melati, Tanah Abang, Jakarta Pusat. Selain itu, penulis juga
mengumpulkan data melalui wawancara pada dua kesempatan. Pada 28
agustus 2016 dan 7 april 2019.
2. Selayang Pandang Komunitas Buku Berkaki
Buku berkaki bermula dari kegelisahan satu orang akan minimnya
minat baca dan kurangnya akses bacaan untuk anak-anak yang kurang
beruntung. Kegelisahan ini kemudian dituangkan pada cuitan di akun
sosial media twitter yang ia miliki. Cuitan tersebut mendapat respon
pengguna twitter lain dalam bentuk donasi bacaan untuk anak. Hasil dari
donasi ini kemudian digelar di lapangan dekat rumah. Anak-anak sekitar
yang bermain di lapangan tersebut lambat laun tertarik dan mulai
26
membaca35
. Dimulai dari satu orang ini beberapa teman yang memiliki
ketertarikan yang sama kemudian berkumpul dan mulai meminjamkan
buku ke panti asuhan. Buku-buku ini dipinjamkan ke satu panti asuhan
selama beberapa hari kemudian ditukar dengan buku lain. Buku-buku yang
sebelumnya di tukar ini akan di pinjamkan ke panti asuhan lainnya. Buku-
buku yang berjalan dari satu tempat ketempat lainnya untuk dapat
dimanfaatkan oleh banyak orang inilah yang menjadi dasar nama Buku
Berkaki.36
Buku berkaki memiliki visi membantu membukakan jendela dunia
melalui buku untuk anak yang kurang mendapatkan akses bacaan.
Sedangkan misi Buku Berkaki adalah memperluas dan memperkaya
bacaan serta memudahkan akses untuk mendapatkannya bagi anak-anak
yang kurang beruntung.37
Visi dan misi tersebut masih diusung Komunitas
Buku Berkaki sejak berdiri tahun 2011 hingga tahun 2019 ini.
Sejak 1 Agustus 2015, komunitas Buku Berkaki menggunakan
salah satu ruangan di Museum Kebangkitan Nasional yang digunakan
bersama dengan Yayasan Belantara Budaya Indonesia (YBBI). Ruangan
ini kemudian dimanfaatkan oleh komunitas Buku Berkaki sebagai
Perpustakaan komunitas. Ruang tersebut beralamat di Museum
Kebangkitan Nasional. Jl. Dr. Abdul Rahman Saleh No.26, RT04/RW.05,
Senen, Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10410. Alamat
ini juga digunakan sebagai alamat penerima donasi bahan pustaka.
Perpustakaan komunitas Buku Berkaki sendiri dapat dikunjungi setiap hari
Sabtu pukul 09.00 – 15.00 WIB. Namun dikarenakan Museum
Kebangkitan Nasional sedang melakukan renovasi dimana ruang
perpustakaan buku berkaki merupakan salah satu tempat yang di renovasi,
35
Ririn Sjafriani. “Menelusuri Jejak Buku Berkaki.”
http://bukuberkaki.wordpress.com/2011/09/30/khayalan-ngamenbuatbangsa-dan-ruangbaca/
diakses pada 20 April 2019 36
Buku Berkaki. “Khayalan Ngamen buat Bangsa dan Ruang Baca”.
http://fromblazertodaster.blogspot.com/2013/2012/menelusuri-jejak-buku-berkaki.html?m=1
diakses pada 20 April 2019 37
Buku Berkaki. “Tentang Buku Berkaki”. http://slideshare.net/mobile/BukuBerkaki/tentang-
buku-berkaki diakses pada 19 April 2019
27
sejak Agustus 2018 perpustakaan buku berkaki di tutup sementara. Bahan
pustaka milik perpustakaan Buku Berkaki di simpan di gudang Museum
kebangkitan Nasional. Meskipun tanpa ruang perpustakaan, kegiatan Buku
Berkaki tidak berhenti. Mereka masih melakukan rolling atau pertukaran
buku ke rumah belajar-rumah belajar binaan mereka.
Pengelolaan dan kegiatan perpustakaan Buku Berkaki dijalankan
oleh pengurus Buku Berkaki. Para pengurus ini memiliki keragaman latar
pendidikan, profesi dan kesibukan. Meskipun demikian, para pengurus
inilah yang menggagas, menjalankan dan memastikan keberlangsungan
kegiatan-kegiatan yang telah di agendakan sebelumnya. Berikut adalah
susunan kepengurusan Buku Berkaki.
Tabel 4. 1 Susunan Pengurus Buku Berkaki
Jabatan Nama Pengurus
Penasihat Alfa Kurnia
Ali Zaenal
Meyer Makawekes
Ketua Annisa Paramita
Bendahara Yulaika Widhiastuti
Sekertaris Siti Qomariyah
Divisi Pengembangan Program:
Koordinator
Anggota
Presty Pramasiwi
Rosalia Riski Ananda
Muhammad Fadhlie
Imam Abdul Mahmudi
Divisi Inventarisasi Buku dan
Perpustakaan:
Koordinator
Pendataan & Perpustakaan
Buku Untuk Indonesia
Husna Alliyus Dwi K
Onig Ligenti
Deni Priya Sadji
Okti Qadriani
28
Divisi Publikasi dan Dokumentasi:
Koordinator
Instagram dan Blog
Twitter dan YouTube
Muslikhah Sari Damayanti
Kadek Dwika Yundarani
Viona Febronia
Sumber: https://bukuberkaki.org/susunan-pengurus/amp/ diakses pada 21 April 2019
3. Profil Informan Penelitian
Dalam penelitian ini, salah satu teknik pengumpulan data adalah
melalui wawancara. Adapun informan yang diwawancarai adalah
sebanyak 5 orang yaitu KL, KI, KA, KM dan KH. Wawancara dengan KI
dilakukan dua kali yaitu pada tahun 2016 dan 2019, wawancara kedua
dilakukan karena perubahan jabatan KI yang sebelumnya merupakan
sekertaris Buku Berkaki di tahun 2016, menjadi ketua Buku Berkaki di
tahun 2019. Infroman-informan tersebut dipilih karena jabatan dan peran
mereka dalam kepengurusan Perpustakaan Komunitas Buku berkaki.
Informan-informan tersebut ialah:
a. Komunitas Buku Berkaki tahun 2016, KL. Sebagai ketua
Komunitas Buku berkaki, KL menjadi tulang punggung
Buku Berkaki. Ia berwenang dalam pengambilan keputusan
serta menjadi kontrol dalam kegiatan-kegiatan Komunitas
Buku Berkaki. Termasuk di dalamnya terkait pengelolaan
Perpustakaan Komunitas Buku Berkaki yang merupakan
objek penelitian dalam laporan penelitian ini.
b. Sekretaris Komunitas Buku Berkaki tahun 2016, KI.
Sekertaris Komunitas Buku Berkaki menjalankan tugas
sebagai pengelola data adminstratif Perpustakaan Komunitas
Buku Berkaki.
c. Koordinator Divisi Program Perpustakaan Komunitas Buku
Berkaki tahun 2016, KK. Koordinator divisi program
bertugas merencanakan dan melaksanakan program kegiatan
di Perpustakaan Komunitas Buku Berkaki. Pengelolaan
Perpustakaan Komunitas Buku Berkaki tidak terlepas pula
dari kegiatan-kegiatan di dalamnya.
29
d. Penasihat komunitas buku berkaki tahun 2019, yaitu KM.
KM sudah mulai bergabung dengan komunitas buku berkaki
sejak tahun 2013. Sebagai salah satu volunteer terlama buku
berkaki, KM dapat memberikan informasi mengenai
pengelolaan perpustakaan buku berkaki sejak komunitas
terbentuk sampai saat ini.
e. Ketua Komunitas Buku Berkaki tahun 2019, yaitu KI. KI
adalah salah satu informan pada wawancara di tahun 2016
dengan jabatan sebagai sekertaris Buku Berkaki. Namun
pada periode 2019, KI adalah ketua Buku Berkaki. Dengan
perubahan peran dan perkembangan Komunitas Buku
Berkaki, KI dapat memberikan informasi terbaru mengenai
pengelolaan Perpustakaan Buku Berkaki.
f. Koordinator pendataan dan perpustakaan buku berkaki, yaitu
KH. Koordinator pendataan dan perpustakaan bertugas
merencanakan dan melaksanakan pendataan dan pengelolaan
Perpustakaan Komunitas Buku Berkaki tidak terlepas pula
dari kegiatan-kegiatan di dalamnya.
Berdasarkan pemaparan diatas, secara ringkas informan penelitian
diringkas dalam tabel berikut. Adapun informan dalam penelitian ini
sebagai berikut:
Tabel 4. 2 Informan Penelitian
Waktu wawancara Informan Peran Informan
28 agustus 2016 KL Pada tahun 2016, KL merupakan
Ketua Komunitas Buku Berkaki
28 agustus 2016 KI Pada tahun 2016, KI merupakan
Sekertaris Komunitas Buku Berkaki
28 agustus 2016 KA Pada tahun 2016, KA merupakan
Koordinator Divisi Program
Komunitas Buku Berkaki
7 april 2019 KM Pada tahun 2019, KM merupakan
30
salah satu penasihat Komunitas Buku
Berkaki
7 april 2019 KI Pada tahun 2019, KI yang sebelumnya
merupakan sekertaris, memangku
jabatan baru sebagai Ketua Komunitas
Buku Berkaki
7 april 2019 KH Pada tahun 2019, KH merupakan
Koordinator divisi Inventarisasi Buku
dan Perpustakaan Buku Berkaki
Sumber: Data Sekunder yang diolah dari penelitian lapangan Februari 2019
Waktu pengumpulan informasi melalui wawancara
dilaksanakan pada 28 agustus 2016 dan 7 april 2019.
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Pada bagian ini, penulis akan memaparkan hasil penelitian serta
pembahasan berdasarkan hasil penelitian tersebut.
1. Pengadaan dan Pengolahan Bahan Pustaka Perpustakaan
Komunitas Buku Berkaki
a. Pengadaan Bahan Pustaka
Pengadaan bahan pustaka adalah upaya menghimpun sumber
informasi perpustakaan. Upaya penghimpunan ini dimaksudkan
untuk menyiapkan sumber informasi yang sesuai dengan
kebutuhan pemustaka.38
Adapun bahan pustaka perpustakaan
komunitas di Indonesia umumnya merupakan hasil swadana.39
Teori tersebut sesuai dengan kondisi perpustakaan Buku Berkaki,
yang mana sumber bahan pustaka berasal dari donasi.
38
Sutarno NS, Tanggung Jawab Perpustakaan: dalam Mengembangkan Masyarakat Informasi,
(Jakarta: Panta Rei, 2005), h. 100 39
Stian Haklev, “Factor that Contributed to the Community Library Movement in Indonesia”,
(Berlin, New York: Libri, Vol. 60, pp.15-26, March 2010)
31
Bahan pustaka yang dimiliki perpustakaan Buku Berkaki
bersumber dari donasi. Donasi yang diterima berupa dana dan
bahan pustaka. Hal ini diungkapkan oleh KI: “.... Ada yang uang,
ada yang buku. Kebanyakan buku sih.”40
Donasi dana yang terkumpul tidak hanya digunakan untuk
pengadaan bahan pustaka. Dana digunakan untuk keperluan
operasional dan kegiatan komunitas dan perpustakaan Buku
berkaki. Komunitas Buku Berkaki masih menggunakan rekening
atas nama pengurus. Hal ini dikarenakan untuk pembukaan
rekening atas nama komunitas di perlukan akta pendirian atau
anggaran dasar rumah tangga yang belum dapat dipenuhi oleh
Komunitas Buku Berkaki. Donasi berupa dana diterima melalui
rekening BCA Cabang Gatot Subroto, Jakarta dengan nomor
rekening 145-003-1808 atas nama Yulaika Widhiastuti yang
merupakan bendahara Buku Berkaki tahun 2019. Sebagai bentuk
pertanggung jawaban dan apresiasi kepada donatur, setiap
bulannya, laporan keuangan di unggah dan dapat diunduh pada
website buku berkaki.41
Sedangkan untuk donasi bahan pustaka,
donatur dapat menghantarkan langsung ke alamat: Perpustakaan
Buku Berkaki, Museum Kebangkitan Nasional. Jl. Dr. Abdul
Rahman Saleh No.26, RT04/RW.05, Senen, Kota Jakarta Pusat,
Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10410.
Upaya penghimpunan donasi ini disebarluaskan melalui
website komunitas Buku Berkaki. Adapun donasi ini bersumber
dari berbagai kalangan. Hal ini diungkapkan oleh KA: “Kalo
perpustakaan Buki bukunya itu dari berbagai macam sumber,
ada yang donasi perseorangan, ada yang donasi perusahaan,
company, gitu-gitu. ada yang milik pribadi volunteer terus
didonasikan gitu-gitu sama temen-temen yang lain sih, temen-
40
Wawancara pribadi dengan KI. Jakarta, 7 April 2019 41
https://bukuberkaki.org/laporan-keuangan/ diakses pada 22 April 2019
32
temennya volunteer gitu yang mau mendonasikan pribadi, kita
persilahkan.”42
Senada dengan pernyataan KA, KI menjelaskan: “Dari
donasi perorangan, komunitas, kemarin juga sempet ada
perusahaan, macem-macem. Tapi nggak ada donasi pasti, donasi
lepasan kalo kita.” 43
Penyerahan donasi sendiri dapat dilakukan dengan cara
diantar langsung ke perpustakaan, dijemput ataupun dikirimkan
melalui jasa antar barang mobil ataupun ojek daring. KA
meyebutkan: “Tinggal ngubungin Volunteer atau mention di
sosial media. bukunya seberapa banyak, apa aja bukunya gitu-
gitu. Ntar kita yang jemput kerumahnya kalo masih di wilayah
JaBodeTabek. kayak gitu. Kalo misalnya diluar ya mereka yang
ngirim gitu.”44
Pada kesempatan lain, KK lebih detail menceritakan donasi
bahan pustaka ini: “metode pengumpulannya sendiri ada dua
sistem perta sistem jemput, yang kedua diantar langsung sama
donaturnya. Kalau sistem jemput itu menyesuaikan sama daerah
terdekat donatur sama member buki, volunteer dalam hal ini.
Jadi misalnya ada donatur yang mau menyumbangkan donasi di
daerah pondok indah, kita akan kontak ke salah satu member
kita; ada yang bisa jemput, nggak? atau… ya, seperti itu sih.
Tinggal mereka nanti janjian gimana, ya nanti bukunya disimpen
dulu di rumah volunteer, kalau menyempatkan nanti baru dibawa
ke perpustakaan. Yang kedua adalah diantar langsung ke
perpustakaan di Museum Kebangkitan Nasional, yang buka
setiap hari sabtu, mulai dari jam sembilan pagi sampai jam tiga
sore, itu setiap sabtu, selalu buka, pasti buka, karena, kita ada
42
Wawancara pribadi dengan KA. Jakarta, 27 Agustus 2016 43
Wawancara pribadi dengan KI. Jakarta, 7 April 2019 44
Wawancara pribadi dengan KA. Jakarta, 27 Agustus 2016
33
jadwal piket dari beberapa teman pengurus dan volunteer
buki.”45
Lebih lanjut, KM menyatakan: “Jadi beberapa volunteer
yang punya motor atau mobil dulu itu bener-bener jemput ke
bogor, atau kemana itu. Karena dulu untuk go-send itu belum
ada. Tapi semakin kesini pengiriman semakin lancar, jadi ya
udah. Kalo nggak go-send di kirim by ekspedisi.”46
Meskipun diperoleh melalui donasi, Perpustakaan Buku
Berkaki tidak sembarangan menerima donasi bahan pustaka.
Perpustakaan buku berkaki memiliki kriteria sendiri dalam hal
penerimaan bahan pustaka. Hal ini dilakukan agar bahan pustaka
yang datang sesuai dengan kebutuhan target pemustaka
perpustakaan Buku Berkaki. KL menyebutkan kriteria donasi:
“...kalau buku kategorinya ya buku untuk anak-anak usia sekolah
ya, buku cerita anak, dongeng, fabel, buku tokoh biografi yang
menginspiurasi atau buat adik-adik yang SMP-SMA bisa novel,
atau buku-bu yang motivasi, ensiklopesia juga bisa. Yang jelas
buku-buku tersebut tidak berbau partai politik sama SARA yah,
karena itu. Buat usia anak sekolah agaknya masih kurang
mendidik. Buku-buku yang kurang mendidik tidak kita terima,
jadi sebelum misalnya ada jemput buku didaerah pondok indah,
volunteer yang akan jemput harus memastikan buku itu apa, oya
buku-buku pelajaran juga yang kurikulum lama atau kurikulum
terbaru juga… kita masih pertimbangkan, tidak diterima. Karena
klita agak susah menyalurkannya. Kecuali kita ke sekolah-
sekolah. Tapi kan tujuan kunjungan kita kan nggak ke sekolah.
Kalo materi pelajaran masih bisa, kayak kamus, atlas, buku-buku
bahasa, masih bisa kita terima. Yang jelas buku-buku pelajaran,
buku seks, pornografi, atau yang berbau unsur politik, tidak kita
terima. Oh iya, kita juga menerima donasi alat-alat peraga
permainan, karena untuk merangsang minat baca ke adik-adik
45
Wawancara pribadi dengan KL. 28 Agustus 2016 46
Wawancara pribadi dengan KH. Jakarta, 8 April 2019
34
kita nggak bisa langsung cekoki mereka suruh mereka baca buku
langsung. kita harus merangsang mereka dengan games, atau
untuk dongeng. Itu biasanya kita setiap kunjunganselalu
mengajak mereka bermain. Misalnya bermain tentang
menentukan peta provinsi, kita butuh peta kan, atau globe
menentukan keadaan atau posisi suatu daerah misalnya. Seperti
itu aja sih.”47
Upaya pengumpulan donasi dilakukan dengan memanfaatkan
media informasi, seperti liputan acara televisi, melalui situs Buku
Berkaki (http://bukuberkaki.org), memanfaatkan akun media
sosial seperti youtube, instagram dan twittwer. Selain itu, media-
media tersebut digunakan sebagai sarana komunikasi antar pihak
pengelola perpustakaan komunitas Buku Berkaki dengan
masyarakat luas. Hal ini dapat meningkatkan ketertarikan dan
keingin tahuan masyarakat. Dampaknya terlihat dari animo
pengiriman donasi, sehingga perpustakaan Buku Berkaki masih
beroperasi hingga saat ini.
b. Pengolahan bahan pustaka
Pengolahan bahan pustaka adalah proses yang dilakukan
terhadap bahan pustaka sejak bahan pustaka di terima di
perpustakaan hingga siap digunakan oleh pemustaka.48
Tujuan
dari pengolahan bahan pustaka adalah efektifitas dan efesiensi
temu kembali informasi. Menurut Sutarno NS dalam buku
Tanggung Jawab Perpustakaan: dalam Mengembangkan
Masyarakat Informasi, menyebutkan bahwa pengolahan bahan
pustaka meliputi: Membuat identifikasi bahan pustaka,
Katalogisasi, Klasifikasi, pembuatan kelengkapan bahan pustaka,
47
Wawancara pribadi dengan KL. Jakarta, 28 Agustus 2016 48
Sutarno NS, Tanggung Jawab Perpustakaan: dalam Mengembangkan Masyarakat Informasi,
(Jakarta: Panta Rei, 2005), h.103.
35
penyusunan koleksi dan pengolahan dengan komputer.49
Namun,
pada perpustakaan buku berkaki, proses pengolahan bahan
pustaka melalui empat proses, yaitu penyortiran, pendataan
dengan menggunakan komputer, penempelan label dan
penempatan pada rak.
“.... kita pilah itu tuh masuk ke untuk di donasikan, atau
untuk dijadikan tambahan koleksi di perpustakaan buku berkaki.
Biasanya kita sekitar enam bulan sekali, kemarin sih baru sekali
sih kita ada pengkategorian buku-buku yang ada di buku berkaki.
Kalo misalnya ditarokan di pengkatagorian buku berkaki,
biasanya kita sampul kemudian kita kategorisasi terus ditaronya
baru di rak buku berkaki. Tapi kalo di masukan di donasasi,
biasanya kita taro di box-box yang emang kita akan salurkan ke
misal buku untuk indonesia, inisiasi taman baca. Seperti itu.”50
Sebagai koordinator bagian pendataan dan perpustaakaan,
KH memberikan keterangan lebih lanjut mengenai proses
pengolahan bahan pustaka: “Buat koleksi Buki setelah di sortir di
data dulu di sistem nah abis didata baru dikasih label sesuai
kategori buku tersebut baru bisa ditata di rak.”51
Dari pernyataan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa
perpustakaan Buku Berkaki menerapkan empat proses
pengolahan bahan pustaka, yakni penyortiran, pendataan,
penempelan label dan penempatan di rak.
1) Penyortiran
Penyortiran adalah proses memilah, memisahkan
yang diperlukan dengan yang tidak diperlukan. Dalam
hal ini, yang di sortir adalah bahan pustaka yang
merupakan hasil donasi. Meskipun orientasi kegiatan
Buku Berkaki berkisar pada akses bacaan anak dan
49
Sutarno NS, Tanggung Jawab Perpustakaan: dalam Mengembangkan Masyarakat Informasi,
(Jakarta: Panta Rei, 2005), h.104. 50
Wawancara pribadi dengan KI. 28 Agustus 2016 51
Wawancara pribadi dengan KM. Jakarta, 7 April 2019
36
remaja, tidak jarang buku yang datang kurang sesuai
dengan tujuan Komunitas Buku Berkaki. Karena itu,
bahan pustaka dari donatur di sortir. KH
mengungkapkan:“Buku dari donatur biasanya
disortir dulu, mana yang akan digunakan buat koleksi
buki mana yang akan dibuat program buku untuk
indonesia.”52
Lebih lanjut, KI menjelaskan: “Masih kita
tampung aja di perpus. Nanti kalau misalnya ada
permintaan penyaluran buku di daerah, baru kita
paketkan buku itu ke daerah. Jadi buku itu beberapa
juga kita sortitr buat di daerah. Beberapa juga
disortir buat peminjaman berkala ke binaan-bianaan
perpus Buki.”53
Adapun kriteria proses penyortiran di jawab oleh
KH: “Kriterianya biasanya donatur memberikan
buku yang bermacam-macam namun scope Buki atau
scope koleksi buki hanya buku anak-anak saja. Nah
sortir yang sisanya misal ada buku dewasa atau yang
lain-lain masuk ke buku untuk Indonesia. Tapi tetap
ada beberapa buku anak yang masuk ke Buku untuk
Indonesia.”54
Lebih lanjut, KM menjelaskan: “Selama buku-
bukunya tidak mengandung SARA, sama politik
praktis...”55
Bahan pustaka yang dimiliki Perpustakaan Buku
Berkaki di perkirakan mencapai 1500 eksemplar.
Jumlah ini masih merupakan perkiraan karena donasi
bahan pustaka masih terus di terima pihak
52
Wawancara pribadi dengan KH. Jakarta, 8 April 2019 53
Wawancara pribadi dengan KI. Jakarta, 7 April 2019 54
Wawancara pribadi dengan KH. Jakarta, 8 April 2019 55
Wawancara pribadi dengan KM. Jakarta, 7 April 2019
37
perpustakaan dan masih terkendalanya pendataan
bahan pustaka.
Kendala yang dimaksud adalah belum adanya
suatu sistem pendataan yang terorganisir untuk dapat
memberikan jumlah pasti bahan pustaka perpustakaan
buku berkaki.
2) Pendataan
Pendataan yang dimaksud oleh pihak
Perpustakaan Komunitas Buku Berkaki adalah proses
pencatatan informasi bahan pustaka. Informasi yang
dicatat seperti judul, nama pengarang, nama penerbit,
tahun terbit, serta kategori bahan pustaka.
KI memberikan keterangan singkat mengenai
cara pendataan yang dulu diterapkan Perpustakaan
Buku Berkaki: “ ... excel biasa. 001, 002 gitu.”56
Pernyataan tersebut, dimaksudkan bahwa dulu
proses pendataan ini menggunakan aplikasi microsoft
excel, bahan pustaka yang telah di data ini kemudian
diberikan nomor urut. Nomor urut ini berfungsi
sebagai nomor registasi atau nomor identifiasi
buku.dengan berkembangnya pengetahuan dan
pengalaman para pengurus Perpustakaan Buku
Berkaki, saat ini, pendataan dilakukan dengan
menggunakan aplikasi SLiMS (Senayan Library
Management System) dapat diakses melalui
http://www.database.bukuberkaki.org. KH
menjelaskan: “Kemarin coba bikin aplikasi sendiri
dan setengah jalan ta’ pikir pakai yg udah jadi aja.
Googling-googling ketemunya SliMS.”57
56
Wawancara pribadi dengan KI. Jakarta, 7 April 2019 57
Wawancara pribadi dengan KH. Jakarta, 8 April 2019
38
Lebih lanjut, KH menuturkan tujuan hasil
pendataan yang dapat diakses secara daring: “...
Niatnya dulu pake web itu biar bisa diakes semua
orang termasuk donatur.”58
Sebagai perpustakaan komunitas yang bergerak
secara mandiri, Perpustakaan Buku Berkaki tidak
terikat lembaga apapun sehingga memudahkan dalam
melakukan perubahan-perubahan. Pengurus
Komunitas dan Perpustakaan Buku Berkaki yang
merupakan kaum muda tidak berhenti untuk mencoba
metode dan sistem baru yang dirasa akan sesuai
dengan perpustakaan komunitas mereka. Meskipun
demikian, perubahan-perubahan ini tidak disertai
dengan kecepatan dana ketepatan. Sehingga proses
pendataan ini tidak berjalan dengan baik.
Kendala ini disadari pihak pengurus. kendala
dirasakan dalam hal pendataan dan pelabelan bahan
pustaka. Perpustakaan Buku Berkaki berupaya
melakukan perubahan sistem pendataan dan pelabelan
bahan pustaka. KI menyatakan: “...Tapi ya itu, agak
susah. Karena itu kan bener-bener mulai dari
penamaan yang baru lagi.” 59
Lebih lanjut KI mengungkapkan: “... sebenernya
sih sekarang, jujur aja bukunya akhirnya nggak
kedata.”60
Hal ini mengakibatkan data-data buku tidak
terorganisir dengan baik. Terlebih dengan kondisi
pendataan atau pencatatan identitas buku yang belum
sempurna kegiatan perpustakaan yang berkaitan
langsung dengan bahan pustaka tetap
58
Wawancara pribadi dengan KH. Jakarta, 8 April 2019 59
Wawancara pribadi dengan KI. Jakarta, 8 April 2019 60
Wawancara pribadi dengan KI. Jakarta, 8 April 2019
39
diselenggarakan. Seperti pelayanan membaca di
perpustakaan dan peminjaman bahan pustaka untuk
rumah belajar binaan Buku berkaki. Akibatnya,
keberadaan bahan pustaka tidak dapat ditmukan
dengan cepat dan tepat ketika diperlukan.
3) Penempelan label
Bahan pustaka yang telah disortir dan didata
kemudian di bubuhi label. Label adalah informasi
yang ditempelkan pada bahan pustaka untuk
memudahkan pemustaka untuk menemukan informasi
yang dibutuhkan. Sebelum menggunakan slims, label
bahan pustaka memuat informasi warna dan kategori
bahan pustaka tersebut, serta nomor urut bahan
pustaka.
Setelah menggunakan SLiMS, informasi yang
dicantumkan pada label pun berubah. KH
memberikan keterangan: “Label buku ditempelin
warna sesuai kategori sama barcode hasil dari sistem
tadi.... cuma ya belom di aplikasiin aja. Tinggal
diprint-print belum ditempel. rencana sih beres didata
dlu baru ditempelin karena butuh print buat cetak.”61
Sesuai pernyataan KH tersebut, meskipun telah
menggunakan sistem pendataan baru, proses
penempelan label belum dapat terlaksana. Adapun
cakupan penggunaan kategori warna yang digunakan
pada bahan pustaka perpustakaan Buku Berkaki
adalah sebagai berikut:
61
Wawancara pribadi dengan KH. Jakarta, 8 April 2019
40
Tabel 4. 3 Kategori Bahan Pustaka Perpustakaan
Buku Berkaki
No. Klasifikasi Tipe Koleksi Kode Warna
1. Referensi Ensiklopedi
2. Referensi Hobi &
Keterampilan,
Majalah
3. Referensi Motivasi &
Agama
4. Referensi Komputer &
Teknologi
5. Referensi Atlas &
Peta/Kamus &
Bahasa
6. Referensi Sejarah dan
Biografi
7. Referensi Pertanian,
Peternakan,
Perikanan
8. Umum Kesehatan,
Psikologi,
Pengembangan
diri, Materi
Pengajaran
9. Umum Sosial, Budaya,
Hukum
10. Cerita Anak Dongeng,
Legenda, Cerita
Rakyat, Komik
11. Novel dan
Karya Sastra
Cerita Remaja,
Cerita Dewasa,
Karya Sastra
12. Umum Materi
Pelajaran
Usia Prasekolah
13. Umum Materi
Pelajaran
SD, SMP, SMA
Sumber: dokumen Perpustakaan Buku Berkaki diperoleh pada 7 April 2019
Mengenai pemilihan warna untuk mewakili suatu
kategiri KH menjelaskan: “Aku kurang tau dasar
warnya apa. Cuma itu modifikasi sama yang dulu sih.
41
cuma ditambah warna untuk kategori yang belum
terakomodasi.”62
Penggunaan label warna dalam mengelompokan
bahan pustaka ini memudahkan pemustaka dalam
memilah kategori bahan pustaka yang ingin dibaca.
Terlebih dengan pengunjung perpustakaan yang
kebanyakan dari kalangan anak-anak dan remaja.
Pemustaka biassanya langsung menuju ke rak untuk
memilih bahan pustaka yang mereka inginkan.
Sayangnya, jika pemustaka ingin mengakses bahan
pustaka tertentu, mereka tidak dapat menelusur melalui
katalog baik berupa katalog kartu ataupun katalog
daring (online).
4) Penempatan di rak.
Setelah proses penyortiran, pendataan dan
penempelan label, proses berikutnya adalah penempatan
di rak. Bahan pustaka disusun pada rak buku atau
tempat tertentu agar pemustaka mudah mengakses dan
memanfaatkan bahan pustaka. Penyusunan dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu penempatan tetap dan
penempatan tidak tetap.63
Di Perpustakaan Buku Berkaki, bahan pustaka
ditempatkan di rak sesuai dengan kategori warna yang
telah diberikan. Dengan demikian, buku-buku dengan
kategori yang sama diletakan berdekatan. Agar
memudahkan pemustaka, Perpustakaan Buku Berkaki
menempatkan informasi kategori di bagian atas rak
dengan tulisan yang cukup besar dan warna yang sesuai
dengan kategori yang diwakilinya sehingga
memudahkan pemustaka memahami informasi tersebut.
62
Wawancara pribadi dengan KH. Jakarta, 8 April 2019 63
Sutarno NS, Tanggung Jawab Perpustakaan: dalam Mengembangkan Masyarakat Informasi,
(Jakarta: Panta Rei, 2005), h.104.
42
Namun, bahan pustaka yang tersimpan di rak tidak
memiliki nomor panggil. Selain klasifikasi berdasarkan
warna, bahan pustaka hanya dilengkapi dengan nomor
urut. Sayangnya, bahan pustaka tidak ditata sesuai
nomor urut yang ada. Hal ini menyulitkan pemustaka
menemukan bahan pustaka yang diinginkan dengan
cepat dan tepat. Selain itu, peralihan sistem pendataan
yang lambat tidak mengakomodasi katalog bahan
pustaka yang mana merupakan alat temu kembali
informasi.
2. Layanan dan Kegiatan Perpustakaan Komunitas Buku Berkaki
a. Layanan Perpustakaan Komunitas Buku Berkaki
Layanan perpustakaan adalah penyediaan bahan pustaka
dengan tepat dan akurat sesuai dengan kebutuhan pemustaka serta
menyediakan sarana penelusur informasi. Layanan perpustakaan
bertujuan agar bahanpustaka dapat dimanfaatkan secara maksimal
oleh pemustaka.64
Jenis layanan yang dapat ditawarkan
perpustakaan komunitas adalah layanan membaca dan layanan
sirkulasi.65
Pada perpustakaan Buku Berkaki, kedua layanan ini
bersifat terbatas.
Layanan membaca menyesuaikan jam buka perpustakaan
yaitu setiap hari sabtu sejak pukul 09.00 WIB hingga pukul 14.00
WIB. Sebagaimana tercantum pada situs web Buku Berkaki,
perpustakaan Buku Berkaki terletak di dalam museum
kebangkitan nasional. Meskipun demikian, perpustakaan Buku
Berkaki dikelola oleh komunitas Buku Berkaki yang berdiri
secara mandiri, tidak terikat dengan lembaga manapun. Karena
itu, walaupun Museum kebangkitan nasional dapat dikunjungi
64
Lisda Rahayu, Materi Pokok Bahan Pustaka, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2011), h.1.3-1.4 65
Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. Mengelola Taman Bacaan Masyarakat
(TBM), (Jakarta: Direktorat Pendidikan Masyarakat Direktorat Jendral Pendidikan Luar Sekolah,
2006), h. 17-18
43
setiap hari selasa hingga hari minggu sejak pukul 08.00 WIB
hingga pukul 16.00 WIB, perpustakaan Buku Berkaki hanya
beroperasi setiap hari Sabtu sejak pukul 09.00 WIB hingga pukul
14.00 WIB. Perpustakaan Buku Berkaki terbuka untuk
masyarakat umum. Siapa saja dapat membaca di perpustakaan
buku berkaki. Sayangnya, perpustakaan belum dilengkapi dengan
buku tamu sehingga volume pemustaka tidak dapat dihitung.
Mengenai keterbukaan akses ini ditegaskan oleh KH: “...terbuka
buat umum.”66
Untuk layanan sirkulasi hanya dapat dimanfaatkan oleh
volunteer Buku Berkaki dan anak-anak yang tergabung di rumah
belajar binaan Buku Berkaki. Sedangkan untuk pemustaka dari
kalangan umum, mereka hanya mendapatkan layanan membaca.
pada tahun 2016, Ki mengatakan “Kalo diperpustakaan sih kita
nggak membuka layanan untuk peminjaman. Tapi kita buka
perminjamannya itu di visit buki. Di visit buki kita akan reguler,
eee… merefresh buku lama dengan buku baru. Itu dibeberapa
panti asuhan, tempat singgah. tapi kalo diperpustakaan kita
hanya baca ditempat.”67
Setelah dua tahun lebih dari pernyataan
KI, tidak ada perubahan dalam hal layanan. Hal ini dinyatakan
oleh KH: “Kalo (bahan pustaka) dipinjemin sih engga. Cuma
baca ditempat.”68
Fokus utama layanan sirkulasi memang terletak pada
peminjaman bahan pustaka untuk rumah belajar binaan buki. Hal
ini sejalan dengan visi komunitas Buku Berkaki itu sendiri, yakni
membantu membukakan jendela dunia untuk anak yang kurang
mendapatkan akses bacaan.
Sedangkan untuk volunteer Buku Berkaki, KH
mengungkapkan: “Boleh (bahan pustaka dipinjam) asal
66
Wawancara pribadi dengan KH. Jakarta, 8 April 2019 67
Wawancara pribadi dengan KH. Jakarta, 28 Agustus 2016 68
Wawancara pribadi dengan KH. Jakarta, 8 April 2019
44
dibalikin. Monitoring-nya ngga ada sih, paling di catet
mandiri.”69
b. Kegiatan Perpustakaan Komunitas Buku Berkaki
Kegiatan perpustakaan merupakan upaya menghidupkan
perpustakaan. Adapun kegiatan-kegiatan tersebut berkaitan
dengan buku dan perpustakaan itu sendiri baik secara langsung
maupun tidak langsung. Kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan
perpustakaan Buku Berkaki berorientasi pada buku dengan anak-
anak dan remaja sebagai sasarannya.
Saat diwawancarai, narasumber menjabarkan kegiatan-
kegiatan perpustakaan Buku Berkaki, baik yang diselenggarakan
di dalam ruangan perpustakaan Buku Berkaki maupun yang
dilakukan diluar ruangan. Terlepas dari lokasi kegiatan-kegiatan
tersebut, kegiatan-kegiatan ini merupakan bagian dari
perpustakaan Buku Berkaki. Adapun kegiatan-kegiatan tersebut
antara lain:
1). Drop buki
Pada kegiatan Drop Buki, pengurus dan
Volunteeer buku berkaki membagikan informasi mengenai
keberadaan buku berkaki. Kegiatan ini bertujuan untuk
memperkenalkan Buku Berkaki di kawasan publik.
Disamping itu, lewat kegiatan ini Buku Berkaki menarik
minat kaum muda untuk ikut serta menjadi volunteer Buku
Berkaki.
Dalam kegiatan ini, pengurus dan volunteer buku
berkaki menyiapkan banner dan selebaran berisi info
mengenai komunitas buku berkaki. Para pengurus dan
volunteer ini akan menghampiri orang-orang yang ada di
sekitar tempat kegiatan ini berlangsung. Mereka akan
mempromosikan program kegiatan Komunitas Buku
69
Wawancara pribadi dengan KH. Jakarta, 8 April 2019
45
Berkaki. Saat wawancara kedua dilakukan, kegiatan Drop
buki ini sudah tidak dilaksanakan lagi. Berikut penjelasan
dari KI: “...sebernernya kan drop buki ini untuk
meningkatkan awareness orang-orang sama Buku
Berkaki. Alhamdulillahnya kita sekarang... ya lumayan lah
relawan tuh dari temen, temennya temen, temennya
temen.... alhamdulillah sekarang udah mulai banyak yang
aware. Dulu itu buat open donasi di car free day, hei,
siapa yang mau donasi buku nanti bawa di drop buki.
Ternyata kan dengan kemajuan teknologi udah gampang.
Jadi kita nggak usah drop buki lagi.”70
2). Jemput Buki
Jemput Buki merupakan kegiatan dimana
volunteer Buku Berkaki melakukan penjemputan donasi
bahan pustaka. Kegiatan ini dilakukan jika Pengurus Buku
Berkaki di hubungi oleh donatur di sekitar area Jakarta-
Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi. Pada website buku
berkaki, nomor salah seorang pengurus digunakan sebagai
contact person untuk kegiatan ini. Donatur yang ingin
mendonasikan bukunya dapat menghubungi nomor
tersebut. dari donatur, pengurus akan mendapatkan alamat
pengambilan donasi. Pengurus ini kemudian akan bertanya
kepada pengurus dan volunteer Buku Berkaki lainnya
melalui pesan grup Line atau WhatsApp adakah yang bisa
menjemput buku di wilayah yang di sebutkan donatur.
Setelah ada yang bisa melakukan penjemputan, pengurus
akan mengatur waktu yang luang sesuai dengan kesibukan
donatur dan pengurus atau volunteer yang menjemput. Hal
ini sejalan dengan pernyataan KI: “Jemput buki itu
biasanya dari perseorangan, dia akan kontak ke nomor-
70
Wawancara pribadi dengan KI. Jakarta, 7 April 2019
46
nomor yang disediakan di web buki, nanti kita akan
jemput bukunya.”71
Semakin berkembangnya jasa pengiriman barang
mempengaruhi kegiatan ini. Jika sebelumnya pengurus
dan volunteer menjemput sendiri donasi. Dengan
keberadaan pengiriman oleh ojek dan mobil online, donasi
bisa di jemput tidak harus oleh pihak Buku Berkaki
langsung. Donasi bisa di antarkan dengan cepat dan dapat
di monitor pengirimannya melalui aplikasi. KM
menjelaskan: “Jadi beberapa volunteer yang punya motor
atau mobil dulu itu bener-bener jemput ke Bogor, atau
kemana itu. Karena dulu untuk go-send itu belum ada.
Tapi semakin kesini pengiriman semakin lancar, jadi ya
udah. Kalo nggak go-send di kirim by ekspedisi.”72
Perpustakaan Buku Berkaki menunjukan bahwa
inovasi dan perubahan di masyarakat dapat mempengaruhi
dan memudahkan kegiatan perpustakaan.
3). Sangkar Buku
Sangkar buku merupakan wadah berbentuk
sangkar berisi buku-buku yang di tempatkan di ruang
terbuka. Sangkar Buku dibuat untuk memperkenalkan
budaya baca baru selain di perpustakaan yaitu di ruang
terbuka. Kegiatan ini dilaksanakan di Taman Kota Klaten,
Jawa Tengah. Mengenai kegiatan ini, KI mengungkapkan:
“... Di luar negeri namanya little freee library. Jadi kayak
perpustakaan mini, ada kotak, nanti mereka bisa baca
disitu. Atau bisa ambil buku satu tukar dengan buku yang
lain. Atau bisa nambahin juga.”73
71
Wawancara pribadi dengan KI. Jakarta, 7 April 2016 72
Wawancara pribadi dengan KM. Jakarta, 7 April 2019 73
Wawancara pribadi dengan KI. Jakarta, 7 April 2019
47
Lebih lanjut, KM menceritakan: “ ... Kita bikin
versi indonesia, namanya sangkar buku. Karena dia
bentuknya kayak sangkar burung gitu. Percobaan itu di
ulang tahun kelima Buku Berkaki di kota Klaten, jawa
tengah. Tapi gagal. Seminggu pertama buku berkurang,
minggu kedua semakin banyak, minggu selanjutnya
semakin banyak, sebulan kemudian sesangkar-sangkarnya
hilang. Tadinya itu adalah percontohan. Kalo itu berhasil,
kita akan coba di beberapa kota. Ternyata gagal.”74
4). Rabu baca buku
Rabu baca buku merupakan kegiatan perpustakaan
Buku Berkaki dengan memanfaatkan media sosial
instagram Buku Berkaki
(https://www.instagram.com/bukuberkaki/). KM
menyebutkan sasaran kegiatan ini: “...bukan buat anak-
anak. Ya buat millineal sepantaran kita gitu.” 75
Dengan menggunakan tagar #RabuBacaBuku,
masyarakat dapat membagikan informasi buku, ulasan
buku dan saling merekomendasikan bacaan. Hingga saat
ini, terdapat 128 postingan yang menggunakan tagar.76
Dari 128 postingan tersebut, 9 diantaranya merupakan
postingan Buku Berkaki sedangkan 119 adalah postingan
pengguna instagram lainnya. Dengan cara ini, bukan
hanya menularkan kegiatan membaca buku di hari rabu.
Tapi juga sebagai cara promosi komunitas Buku Berkaki.
5). Sinema Buki
Sinema buki adalah pemutaran film dengan
beragam tema terkait dunia anak dan literasi. Kegiatan ini
74
Wawancara pribadi dengan KM. Jakarta, 7 April 2019 75
Wawancara pribadi dengan KM. Jakarta, 7 April 2019 76
https://www.instagram.com/explore/tags/rabubacabuku/ diakses pada 5 Mei 2019
48
diselenggarakan secara rutin setiap sekali dalam dua
bulan. Kegiatan ini bertempat di ruangan perpustakaan
Buku Berkaki.
Informasi mengenai Sinema Buku Berkaki beserta
judul film yang akan di putar ini disebarkan melalui akun
media sosial buku berkaki dan akun-akaun pribadi
pengurus dan Volunteer Buku Berkaki. Pada hari yang
tertera, film akan di putar menggunakan laptop, proyektor
dan layar.
Namun, KM mengungkapkan:“Sejak
perpustakaan kita hilang... biasa itu buat anak-anak.
Setiap hari sabtu, dua bulan sekali.”77
Sejak Agustus
2018 lalu, ruangan perpustaakaan Buku Berkaki di
renovasi oleh pihak Museum Kebangkitan Nasional.
Dengan renovasi ini, kegiatan perpustaakaan yang
bertempat di ruangan perpustakaan tidak dapat dilakukan.
Meskipun demikian, kegiatan perpustakaan yang tidak
dilakukan di dalam ruang perpustakaan masih tetap
berjalan.
6).Buku untuk Indonesia
Buku untuk indonesia atau BUI merupakan
kegiatan yang bertujuan untuk memfasilitasi kebutuhan
bahan pustaka untuk daerah-daerah terpencil di Indonesia.
Siapapun bisa merekomendasikan perpustakaan sekolah
atau taman bacaan masyarakat yang membutuhkan bahan
pustaka. Pendaftaran dapat dilakukan secara daring pada
http://buindo.bukuberkaki.org.
Perpustakaan sekolah atau taman bacaan
masayarakat yang sudah mendaftar akan diseleksi
77
Wawancara pribadi dengan KM. Jakarta, 7 April 2019
49
kelayakannya untuk menerima paket bahan pustaka.
Kriteria seleksi ini antara lain:
- Perpustakaan/Taman bacaan setidaknya sudah
beroperasi selama 6 bulan. Hal ini untuk menjamin
keberlanjutan perpustakaan/taman bacaan tersebut.
- Taman bacaan yang diperuntukan untuk anak
dibawah usia 6 tahun.
- Taman bacaan dengan anggota mayoritas 18 tahun
keatas. Hal ini dikarenakan sasaran kegiatan
komunitas Buku Berkaki sendiri adalah anak usia
sekolah, SD hingga SMA.
- Taman bacaan yang tidak bisa menunjukan aktifitas
melalui foto-foto.
- Taman bacaan komersil, kecuali jika uang iuran
yang dibebankan kepada anggota untuk biaya
pemeliharaan dan nilainya tidak signifikan.
- Taman bacaan pemerintah.
Setelah menerima paket, pihak penerima paket
bantuan bahan pustaka wajib memberikan konfirmasi.
Konfirmasi ini akan menjadi bahan pertimbangan untuk
pengiriman bantuan selanjutnya.
Mengenai kegiatan ini KM menuturkan: “Itu
langsung putus. Nggak kontinyu. Jika mereka sudah
memenuhi kriteria, kita serahkan.” 78
7). Peminjaman untuk binaan komunitas Buku Berkaki
Untuk menjalankan visi dan misinya, komunitas
Buku Berkaki memiliki sepuluh rumah belajar binaan.
Buku berkaki meminjamkan sejumlah bahan bacaan ke
rumah belajar, rumah singgah ataupun panti asuhan.
Setiap dua minggu, pihak Buku Berkaki akan datang
78
Wawancara pribadi dengan KM. Jakarta, 7 April 2019
50
untuk menukar buku yang lama dengan sejumlah buku
yang baru. Tujuan dari kegiatan ini adalah agar anak-anak
yang berada di lokasi peminjaman tersebut mendapatkan
bacaan baru setiap dua minggu. KM menceritakan:
“Awalnya siapa aja yang mau ngundang buki, kita
datang. Cuman kita keteteran, dan nggak ada hasil yang
maksimal. Karena tidak ada controling. Jadi per-2017,
kita pilih 10 di Jakarta dan Bogor. Tadinya Bogor mau
kita take out. Cuman ini panti asuhan paling awal kita
yang temenin, akhirnya Bogor masuk satu. Kita lihat
urgensinya, yang paling membutuhkan yang mana, itu
yang jadi binaan.”79
Adapun kesepuluh rumah belajar binaan tersebut ialah:
Tabel 4. 4 Daftar Rumah Belajar Binaan Buku Berkaki
Rumah Belajar Lokasi Volume
Layanan
Rumbelraw
(Rumah Belajar
Rawamangun)
Jl. Pemuda 2
RT.008/RW.02
Lapangan Bakso Pakde,
Rawamangun
Dua minggu
sekali
KBSI
(Komunitas
Belajar
Sejahterakan
Indonesia)
Jl. Tanah Tinggi Baru
No. 80, RT 12/RW 6
Kel. Tanah Tinggi, Kec.
Johar Baru – Jakarta
Pusat
Dua minggu
sekali
SAAJA (TK
SAAJA
Pusdiklat DKI No.7, Jl.
HR Rasuna Said,
Dua minggu
sekali
79
Wawancara pribadi dengan KM. Jakarta, 7 April 2019
51
PARAM,
Sekolah
Alternatif untuk
Anak Jalanan)
Setiabudi Jakarta Selatan
HORE
Indonesia
Jl. Patra Raya, Kampung
Guji Baru, Kel. Duri
Kepa, Kebon Jeruk
Dua minggu
sekali
Al-Qi (PSSA
Pondok Yatim
Al-Qi)
Jl. Cendawan B No.12
RT.001/RW.08 Kel.
Ciparigi, Kec. Bogor
Utara, Kota Bogor (Di
Depan Polsek Sukaraja)
Dua minggu
sekali
ICHI Jl. Bina Marga, Kalibata Dua minggu
sekali
Yanatel
(Yayasan Anak
Teladan)
Jl. Jatibunder
RT.17/RW.14 Kel.
Kebon Melati, Tanah
Abang, Jakarta Pusat
Dua minggu
sekali
Missil3 Bawah Kolong Tol
Jembatan 3 (Samping
Pos Polisi Subsektor
Penjaringan), Jakarta
Utara
Dua minggu
sekali
Penjaringan/Dao
/Tangsel
Kampung Dao Dua minggu
sekali
La Tansa Salaf Kampung Melayu,
Jakarta Timur
Dua minggu
sekali
Sumber: Data Lapangan Yang Diolah, Maret 2019
52
Komunitas Buku Berkaki bekerjasama dengan
pihak pengelola rumah belajar. Setiap rumah belajar ini
dipinjami sekitar 50 judul buku yang menyesuaikan
kebutuhan anak-anak di rumah belajar tersebut. sebagai
alat conrtroling, Buku Berkaki meggunakan semacam
kartu yang diisi oleh pemustaka, dalam hal ini anak-anak
rumah belajar. KI Menjelaskan: “Anak-anak bacanya
sejauh mana, terus mereka kan ada catatan pengen baca
buku apa. Jadi kita memenuhi kebutuhan mereka supaya
apa yang mereka butuhkan gitu.”80
KM menambahkan: “Rotasi bukunya dua minggu
sekali.”81
Hal ini memungkinkan anak-anak di rumah
belajar mendapatkan bahan bacaan baru setiap dua
minggu.
Buku Berkaki berkembang mengikuti trend
perubahan yang terjadi di masyarakat. Seperti kegiatan
Drop Buki yang dihentikan karena tidak lagi sesuai
kebutuhan. Begitu pula kegiatan Jemput buki yang
mengalami perubahan dengan memanfaatkan
perkembangan jasa antar. Selain kedua kegiatan tersebut,
buku untuk Indonesia adalah kegiatan yang baru muncul
karena permintaan masyarakat. KI memberikan
keterangan: “...Awal berdirinya tuh minjemin buku. Kayak
BUI tuh baru muncul karena permintaan buku kita tuh
udah banyak banget.”82
8). Kegiatan Kolaborasi
Selain menggagas dan menyelenggarakan kegiatan
secara mandiri, komunitas Buku Berkaki juga
mengadakan kegiatan bersama dengan komunitas lain.
80
Wawancara pribadi dengan KI. Jakarta, 7 April 2019 81
Wawancara pribadi dengan KM. Jakarta, 7 April 2019 82
Wawancara pribadi dengan KI. Jakarta, 7 April 2019
53
Kegiatan kolaborasi tersebut tidak jauh dari isu buku dan
perpustakaan. Walaupun kegiatan kolaborasi ini tidak
bersifat kontinyu, namun jaringan kerjasama yang telah
terbangun akan berlanjut seterusnya. KM menyebutkan
beberapa nama komunitas yang pernah berkolaborasi
dengan Buku Berkaki: “... namanya sejuta buku untuk
Indonesia, terus, backpacker Indonesia, komunitas
berbagi nasi, komunitas komunitas ramashinta, ayo
dongeng, belantara budaya indonesia, hibah buku.”83
Namun, kegiatan kolaborasi ini tidak berlangsung
lama. KM memberikan penjelasan: “Ya paling
perkegiatan. Misalnya kegiatan apa, kita diundang untuk
share ke anak-anak, terus bikin rumah baca bareng-
bareng, bikin semacam pojok baca gitu. Ini untuk sekali
waktu doang dong ya. Kalo untuk yang kontinyu nggak
ada.”84
Meskipun memiliki keterbatasan, komunitas Buku
Berkaki tidak berhenti melakukan kegiatan dan
memberikan layanan kepada pemustaka. Pihak pengurus
perpustakaan komunitas buku berkaki mencoba kegiatan-
kegiatan interaktif agar pemustaka merasa betah dan dekat
dengan perpustakaan. Kegiatan perpustakaan buku berkaki
tidak terikat pada ruangan perpustakaan. Seyogiayanya,
layanan dan kegiatan perpustakaan memang tidak hanya
tereikat pada ruangan perpustakaan itu sendiri. Karena
kehadiran perpustakaan adalah tersedianya akses terhadap
sumber informasi agar dapat dimanfaatkan oleh
masyarakat .
83
Wawancara pribadi dengan KM. Jakarta, 7 April 2019 84
Wawancara pribadi dengan KM. Jakarta, 7 April 2019
54
BAB V
PENUTUP
Penelitian terhadap pengelolaan perpustakaan komunitas Buku Berkaki
telah diuraikan pada bab I sampai dengan bab IV. Pada bab penutup ini, penulis
akan menarik kesimpulan dari bab-bab sebelumnya yang merupakan jawaban dari
rumusan masalah pada bab pertama. Selain itu, dalam bab ini, penulis akan
memberikan saran untuk pihak pengelola Perpustakaan komunitas Buku Berkaki
agar semakin lebih baik di masa yang akan datang.
A. Kesimpulan
Dari penelitian terhadap pengelolaan Perpustakaan komunitas Buku
Berkaki, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Sumber bahan pustaka Perpustakaan komunitas Buku Berkaki
sepenuhnya merupakan swadana yang bersumber dari donasi
masyarakat, baik perorangan, kelompok, maupun melalui perusahaan.
Pengelolaan bahan pustaka Perpustakaan komunitas Buku Berkaki
melalui tiga tahapan, yaitu penyortiran, pendataan dan pelabelan.
2. Layanan Perpustakaan komunitas Buku Berkaki berupa layanan
membaca dan layanan sirkulasi. Namun layanan sirkulasi hanya
ditujukan untuk volunteer Buku Berkaki dan melalui kegiatan
peminjaman berkala kepada rumah belajar binaan Buku Berkaki.
Kegiatan yang diselenggarakan Perpustakaan komunitas Buku Berkaki
antara lain: Drop BuKi, Jemput BuKi, Sangkar Buku, Rabu baca buku,
Sinema BuKi dan Buku untuk Indonesia. Selain kegiatan-kegiatan
tersebut, komunitas Buku Berkaki juga bekerjasama dengan
komunitas-komunitas lainnya dalam kegiatan-kegiatan yang masih
berkaitan dengan anak-anak dan dunia buku. Kerjasama ini tidak
berkesinambungan.
55
B. Saran
1. Dalam hal pengadaan bahan pustaka, Perpustakaan komunitas Buku
Berkaki dapat melakukan tukar bahan pustaka dengan perpustakaan
komunitas lain.
2. Untuk mempermudah proses pengolahan bahan pustaka, ada baiknya
terlebih dahulu menentukan pedoman yanga akan di gunakan. Baik
dengan cara menggunakan pedoman yang sudah ada, maupun dengan
membuat pedoman sendiri sesuai dengan kebutuhan dan kondisi
perpustakaan.
3. Jalinan hubungan baik yang telah terbentuk dari kersama antar
komunitas dapat dimanfaatkan dalam proses pendataan bahan pustaka.
56
DAFTAR PUSTAKA
A. Muri Yusuf. Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian
Gabungan. Jakarta: Kencana, 2017.
Abdul Rahman Saleh dan Rita Komalasari. Manajemen Perpustakaan. Tangerang
Selatan: Universitas Terbuka: 2014.
Andika Hendra Mustaqim, “Memberdayakan Perpustakaan Komunitas sebagai
Ujung Tombak Peningkatan Budaya Membaca”, Visi Pustaka, Desember
2010. Diakses pada 13 April 2019.
https://www.academia.edu/4705368/Memberdayakan_Perpustakaan_Kom
unitas_Sebagai_Ujung_Tombak_Peningkatan_Budaya_Membaca
Buku Berkaki. “Khayalan Ngamen buat Bangsa dan Ruang Baca”.
http://bukuberkaki.wordpress.com/2011/09/30/khayalan-
ngamenbuatbangsa-dan-ruangbaca/ diakses pada 20 April 2019
Buku Berkaki. “Tentang Buku Berkaki”.
http://slideshare.net/mobile/BukuBerkaki/tentang-buku-berkaki diakses
pada 19 April 2019
Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. Mengelola Taman Bacaan
Masyarakat (TBM). Jakarta: Direktorat Pendidikan Masyarakat Direktorat
Jendral Pendidikan Luar Sekolah, 2006.
Etienne Wenger (et.al.), Cultivating Communities of Practice: a Guide to
Managing Knowledge, Boston: Harvard Business School Press, 2002.
Francisca S. Patmadiwiria, “Pengelolaan Perpustakaan”, Pembimbing Pembaca,
Vol. 9, No.4, April 1990.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. “Daftar TBM”.
http://donasibuku.kemdikbud.go.id/tbm diakses pada 3 Agustus 2019
Lisda Rahayu, Materi Pokok Bahan Pustaka. Jakarta: Universitas Terbuka, 2011.
Prasetya Irawan. Logika dan Prosedur Penelitian. Jakarta: STIA_LAN, 1999.
Ririn Sjafriani. “Menelusuri Jejak Buku Berkaki.”
http://fromblazertodaster.blogspot.com/2013/2012/menelusuri-jejak-buku-
berkaki.html?m=1 diakses pada 20 April 2019
Stian Haklev, “Factor that Contributed to the Community Library Movement in
Indonesia”, (Berlin, New York: Libri, Vol. 60, pp.15-26, March 2010)..
57
https://www.academia.edu/327699/Factor_that_Contributed_to_the_Com
munity_Library_Movement_in_Indonesia Diakses Pada 20 Mei 2016
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2010.
_______, Metode Penelitian Bisnis. Bandung:Alfabeta, 2009.
_______. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta,
2008.
_______. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta,
2016.
Sulistyo Basuki. Pengantar Ilmu Perpustakaan Perpustakaan. Jakarta:
Universitas Terbuka, 2009.
__________. Pengantar Ilmu Perpustakaan Perpustakaan. Jakarta: Universitas
Terbuka, 2010.
Susi Sukaesih. Ikut Komunitas & Jadi Volunteer itu Asik!. Surabaya: CV. Garuda
Mas Sejahtera, 2013.
Sutarno NS, Manajemen Perpustakaan: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Sagung Seto, 2006.
__________. Perpustakaan dan Masyarakat. Jakarta: CV. Sagung Seto, 2006
__________. Tanggung Jawab Perpustakaan: dalam Mengembangkan
Masyarakat Informasi. Jakarta: Panta Rei, 2005.
Tatang Somantri dan Endin Suhanda. Taman Bacaan Masyarakat (TBM) dan
Usaha Bersama. Bandung: Mitra Sarana, 2012.
LAMPIRAN
Dokumentasi Penelitian
Pengurus Perpustakaan Buku Berkaki Berfoto Bersama di Ruangan Perpustakaan
Buku Berkaki (sumber: Dokumentasi Komunitas Buku Berkaki).
Kegiatan membaca di perpustakaan Buku Berkaki (sumber: Dokumentasi
Komunitas Buku Berkaki).
Kegiatan Jemput BuKi (Sumber: dokumentasi komunitas Buku Berkaki)
Kegiatan Drop BuKi (Sumber: dokumentasi komunitas Buku Berkaki)
Penulis saat membacakan salah satu bahan pustaka kepada anak-anak Rumah
Belajar Yanatel pada kegiatan rolling buku (sumber: dokumentasi pribadi diambil
pada 7 April 2019)
Penulis, Kiri Bawah bersama dengan Pengurus dan volunteer Buku Berkaki dalam
kegiatan Pengepakan bahan pustaka untuk kegiatan Buku Untuk Indonesia
(Sumber: Instagram Buku Berkaki diunggah pada 27 Agustus 2016, diunduh pada
8 Mei 2019)
Pendataan Buku (Sumber: Instagram Buku Berkaki diunggah pada 25 April 2015,
diunduh pada 8 Mei 2019)
Buku Berkaki pada Festival Dongeng Internasional Indonesia bersama komunitas
Ayo Dongeng Indonesia (Sumber: Instagram Buku Berkaki diunggah pada 7
November 2016, diunduh pada 8 Mei 2019)
Catatan Buku Buki (Sumber: Instagram Buku Berkaki diunggah pada 28
November 2016, diunduh pada 8 Mei 2019)
Penerimaan Donasi Buku dari Gunung Agung (Sumber: Instagram Buku Berkaki,
diunggah pada 7 September 2017, diunduh pada 8 Mei 2019)
TRANSKIP WAWANCARA
Transkip wawancara penulis dengan KL
Minggu, 28 Agustus 2016
Peneliti : Bagaimana proses pengadaan buku di perpustakaan buku berkaki?
KL : Pengadaan buku diperpustakaan sebetulnya itu hasil dari para
donatur yang metode pengumpulannya sendiri ada dua sistem perta
sistem jemput, yang kedua diantar langsung sama donaturnya. Kalau
sistem jemput itu menyesuaikan sama daerah terdekat donatur sama
member buki, volunteer, krucil dalam hal ini. Jadi misalnya ada
donatur yang mau menyumbangkan donasi di daerah pondok indah,
kita akan kontak ke salah satu member krucil kita; ada yang bisa
jemput, nggak? atau… ya, seperti itu sih. Tinggal mereka nanti janjian
gimana, ya nanti bukunya disimpen dulu di rumah krucil, kalau
menyempatkan nanti baru dibawa ke perpustakaan. Yang kedua
adalah diantar langsung ke perpustakaan di Museum Kebangkitan
Nasional, yang buka setiap hari sabtu, mulai dari jam sembilan pagi
sampai jam tiga sore, itu setiap sabtu, selalu buka, pasti buka, karena,
kita ada jadwal piket dari beberapa teman pengurus dan krucil buki.
Peneliti : Ada kriteria untuk donasi nggak sih, Kak?
KL : Donasi… donasi, donasi, kita bisa berupa buku, dan materi. Nanti
tentu saja materi dalam bentuk uang misalnya ada pelaporan bulanan
yang kita publish setiap bulan di website, kalau buku kategorinya ya
buku untuk anak-anak usia sekolah ya, buku cerita anak, dongeng,
fabel, buku tokoh biografi yang menginspiurasi atau buat adik-adik
yang SMP-SMA bisa novel, atau buku-bu yang motivasi, ensiklopesia
juga bisa. Yang jelas buku-buku tersebut tidak berbau partai politik
sama SARA yah, karena itu. Buat usia anak sekolah agaknya masih
kurang mendidik. Buku-buku yang kurang mendidik tidak kita terima,
jadi sebelum misalnya ada jemput buku didaerah pondok indah, krucil
yang akan jemput harus memastikan buku itu apa, oya buku-buku
pelajaran juga yang kurikulum lama atau kurikulum terbaru juga…
kita masih pertimbangkan, tidak diterima. Karena klita agak susah
menyalurkannya. Kecuali kita ke sekolah-sekolah. Tapi kan tujuan
kunjungan kita kan nggak ke sekolah. Kalo materi pelajaran masih
bisa, kayak kamus, atlas buku-buku bahasa, masih bisa kita terima.
Yang jelas buku-buku pelajaran, buku berbau seks, pornografi, atau
yang berbau unsur politik, tidak kita terima. Oh iya, kita juga
menerima donasi alat-alat peraga permainan, karena untuk
merangsang minat baca ke adik-adik kita nggak bisa langsung cekoki
mereka suruh mereka baca buku langsung. kita harus merangsang
mereka dengan games, atau untuk dongeng. Itu biasanya kita setiap
kunjungan, selalu mengajak mereka bermain. Misalnya bermain
tentang menentukan peta provinsi, kita butuh peta kan, atau globe
menentukan keadaan atau posisi suatu daerah misalnya. Seperti itu aja
sih.
Peneliti : Bagaimana proses pengelolaan buku dari mulai bukunya nyampe di
perpus, sampe dengan bukunya nangkring di rak?
KL : Nah seperti itu tadi, nanti dari dua metode pengadaan buku tersebut
nanti kita pilih, begitu nyampe di perpus terus kita pisahkan, yang
belum di data, ada yang sudah di data, nanti disesuaikan dengan
kondisi pendataan, yang dijadwalkan biasanya sih perenam bulan
sekali, jadi setaun itu ada dua kali pendataan. Nah, pengelolaannya
sendiri, database biasanya kita ada kayak terakhir itu sekarang sudah
empat kali pendataan buku jadi selama pendataan buku itu seharian
penuh, kadang pernah sampai dua hari. Kita melebel, mencatat, ya.
Kita semua sosialisasikan, mengajak, temen-temen volunteer lainnya
untuk berpartisipasi.
Peneliti : Bentuk peminjaman di perpus buki kayak gimana sih kak?
KL : Karena perpustakaan kita ini, menyesuaikan juga sama kegiatan rutin
buki yaitu meminjamkan buku bacaan. Jadi, buku diperpus itu masih
sitemnya baca ditempat. Untuk umum ya. Tapi untuk volunteer sih
yang sudah sering ikutan, nanti dicatet yang mau dibawa pulang,
dicatet secara manual, nanti catatannya diserahkan ketemen pengurus
tinggal lapor, aja sih. fleksibel dan nggak terlalu ketat juga sih kalau
untuk volunteer. Tapi untuk umum kita belum mengizinkan untuk
dibawa pulang.
Selain itu, Buku berkaki itu kan sebenernya konsepnya kayak
perpustakaan keliling. Cuma kalo perpustakaan keliling, mereka ada
mobil, terus buku-buku yang dibawa pun random. Dalam artian ketika
misalnya dikerebutin anak-anak, belum tentu buku yang dibawa sama
pepustakaan itu sesuai sama bacaan mereka. Nah kalau buku berkaki,
sebaliknya. Kita yang mengunjungi adik-adik, tentunya dengan cara
survei. Survei dalam artian misalnya rumah singgah atau panti asuhan,
kita nanya dulu nih ke pengasuhnya ada berapa buku, yang disana
atau malah nggak ada buku, terus tanya juga minat bacanya gimana,
rentang usia adik-adik di rumah singgah atau panti asuhan itu ada
berapa anak, usianya berapa, nah itu disesuaikan itu jadi patokan kita
kira-kira buku apa yang pantas dibawa ke anak-anak usia lima tahun,
usia enam tahun, usia dua belas tahun, kita menentukannya dari hasil
survei itu. Nah selain itu, kita juga menyesuaikan sama tema yang
dibawa. Misalnya ketika kita akan datang pas bersamaan dengan hari
laut. Maka buku-buku yang akan dibawa temanya sesuai dengan laut,
tapi sebagian besar buku-buku yang kita bawa sih cerita anak sama
dongeng, atau ensiklopedia seperti itu sih. Nah, Buku yang
dipinjamkan ke rumah singgah atau panti asuhan biasanya maksimal
sih durasi satu bulan ya, harusnya. Itu juga masih jadi PR buat kita.
Karena secara ini belum konsisten. Karena menyesuaikan juga dengan
kondisi temen-temen volunteer. Jadi jadwal-nya bisa misalnya di panti
A, satu bulan setengah, baru satu bulan setengah kemudian kita
menukar dengan bacaan yang lebih baru. Terakhir kita disahabat
missil yang dikolong jembatan itu malah tiga atau empat bulan sih.
Memang tahun ini emang banyak banget acara yang diluar, diluar apa
ya, rutinitas reguler buki sih, peminjaman buku, kita akan terus
evaluasi setiap kegiatan, makanya setiap selesai kegiatan beberapa
temen pengurus selalu mengadakan evaluasi kecil-kecilan. Pengennya
sih setiap misalnya di panti A, dua minggu, tiga minggu, nanti
berikutnya datang lagi dengan bacaan yang lebih baru biar adik-adik
variasi bacaannya lebih kaya. Kenapa konsep dari buku berkai inikita
pinjamkan karena kalo kita ada buku tentang pantai atau laut kalau
kita kasih kesatu anak maka yang tahu tentang laut atau pantai ya satu
anak itu doang. Tapi kalau kita puter, buku tersebut anak yang satu ke
anak yang lain juga jadi tahu.
Peneliti : Bagaimana proses perawatan buku di perpus buki?
KL : Untuk perawatan itu kita serahkan kepada e… jadwal piket yang
rutin tiap sabtu jadi, yang jaga misalnya hari sabtu sesil, nanti sesil
diberi wewenang untuk merapihkan buku yang ada disana,
mengurutkan, sesuai lebel yang ada perkategori e… dan, ya…
merapihkan kembali beberapa buku yang ada di… berantakan karena
tiap sabtu itu sabtu pagi kan, perpus kita itu ada kegiatan e… latihan
anak-anak dari yayasan belantara budaya, jadi kadang-kadang, e…
buku, e… berserakan dimana-mana ya itu nanti tanggung jawab krucil
yang piket pada hari sabtu.
Peneliti : Kendala apa yang dialami dalam menjalankan perpus buki?
KL : Selama ini karena kita sifatnya masih nebeng, jadi terutama yang
latihan dari temen-temen yayasan belantara budaya itu sih karena
latihan dari jam sembilan pagi sampai jam dua belas siang, atau
kadang lebih, sampai jam satu setengah dua pernah, itu adalah ya,
ketika misalnya hari minggu kita selalu mengusahakan hari minggu
itu visit buki ya, kunjungan buku berkaki, rutin, jadi, ketika kita mau
memilah beberpa buku yang disesuaikan dengan anak-anak panti
asuhan atau rumah singgah yang akan kita kunjungi, kita kesulitan
karena terkendala dengan apa ya, proses dari temen-temen yayasan
belantara budaya itu yang sedang latihan angklung. Kita mau ngambil
buku di kategori anak sementara ditempat tersebut area tersebut
sedang ada yang latihan angklung atau latihan musik. Sejauh ini
kendalanya itu. Yang kedua dalam hal pendataan mungkin ya. Tapi
belakangan coba kita rapihkan, jadi setiap buku yang keluar ke panti
mana atau di rumah singgah kita selalu catet. Karena dulu tanggung
jawabnya adalah buku dari para donatur itu kan memang
diamanahkan untuk diajak keliling, diputer, jadi buku dipanti A, nanti
suatu saat dikeliling ke panti B, ke panti C, berikutnya, seperti itu.
Kendala kita tanggung jawabnya adalah dari rumah singgah atau panti
sendiri yang kadang pernah ada yang sampai hilang, dan kita tidak
bisa memberikan dalam tanda kutip sangsi apapun, karena kita sendiri
yang memang ingin meminjamkan buat mereka.
Peneliti : Upaya apa yang telah dan atau akan dilakukan dalam mengatasi
kendala tersebut?
KL : Nah, upaya kita kan diperpus ini kan udah berjalan satu tahun per-
Agustus ini, kita belum duduk bersama lagi sih sama temen-temen
belantara budaya, enaknya gimana, karena kita sebagian besar
volunteer, krucil buku berkai itu kan, pekerja dan mahasiswa jadi
setiap kegiatan otomatis pasti dihari sabtu atau minggu atau hari libur,
jadi pengennya full perpustakaan itu sehari penuh, umum bisa
berkunjung. Malah mungkin bukan mustahil kita bisa meminjamkan
kepada umum secara, ya secara umumlah, gitulah. Artinya bisa
dipinjam, dicatat dengan memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu
kayak misalnya fotocopy KTP, bayar buat iuran donasi dan
sebagainya. Kita belum sampai ke sana. Nah, terus kendala kedua
adalah seperti buku-buku yang hilang dirumah singgah, panti asuhan
seperti itu ya. Sejauh ini nih, memang tidak ada solusi sih, tidak ada
solusi dalam artian ketika buku ilang dipanti A. ya… bukan dalam
artian pasrah sih kita tetap mengganti dengan buku yang lebih baik
lagi. Makanya donasi tidak terbatas, akan kita buka kecuali buku
pelajaran yah, karena menyalurkannya agak susah buku pelajaran.
Transkip wawancara penulis dengan KI
Minggu, 28 Agustus 2016
Peneliti : Kak kalo pengadaan bahan pustaka, pengadaan koleksi di
perpustakaan buku berkaki itu gimana sih kak prosesnya?
KI : Yang pertama itu jemput buki. Jemput buki itu biasanya dari
perseorangan, dia akan kontak ke nomor-nomor yang disediakan di
web buki, nanti kita akan jemput bukunya. Ada juga beberapa dari
donasi perusahaan. Selama ini yang bekerja baru satu, bekerja sama
baru satu kali sih mandiri CTO. Sama kemarin sempet Karena kita
menang program donasi bekas jadi berkah. Jadi kita dapet seratus juta
rupiah. Dimana tujuh puluh lima jutanya itu dibelikan buku, jadi
kebanyakan buku kita berasal dari sana
Peneliti : Untuk pengola- pengelolaan bahan koleksi sendiri kak, begitu buku
masuk nih ke buki prosesnya dikayak gimanain kak nyampe bisa ada
di rak?
KI : Biasanya sih setelah kita jemput kemudian kita pilah itu tuh masuk
ke untuk di donasikan, atau untuk dijadikan tambahan koleksi di
perpustakaan buku berkaki. Biasanya kita sekitar enam bulan sekali,
kemarin sih baru sekali sih kita ada pengkategorian buku-buku yang
ada di buku berkaki. Kalo misalnya ditarokan di pengkatagorian buku
berkaki, biasanya kita sampul kemudian kita kategorisasi terus
ditaronya baru di rak buku berkaki. Tapi kalo di masukan di donasasi,
biasanya kita taro di box-box yang emang kita akan salurkan ke misal
buku untuk indonesia, inisiasi taman baca. Seperti itu.
Peneliti : Untuk buku-buku sendiri nih kak, itu dilayankan nggak sih kak di
perpustakaan buku berkaki?
KI : Kalo diperpustakaan sih kita nggak membuka layanan untuk
peminjaman. Tapi kita buka perminjamannya untuk adik-adik yang
kita datangi. Di kita akan reguler, merefresh buku lama dengan buku
baru. Itu dibeberapa panti asuhan, tempat singgah. Tapi kalo
diperpustakaan kita hanya baca ditempat. Terus buku-buku yang
masuk dari donasi kemarin itu biasanya kita akan donasikan ke buku
untuk indonesia atau inisiasi taman baca. Kalau itu, buku untuk
indonesia atau taman baca, Itu pengelolaannya tergantung
pengurusnya masing-masing.
Peneliti : untuk menjaga kondisi koleksi di perpustakaan buku berkaki kak,
ada nggak sih perawatan-perawatan yang dilakukan oleh pihak
pengelola buku berkaki?
KI : sebenarnya kita lebih ke penyampulan, penyampulan dengan plastik
mika, terus kemudian pengkategorian dengan warna, kemudian
nomor, itu aja sih sebenernya. Tapi untuk misalnya buku, buku rusak
karena kita emang, biasanya di perpus adek-adek bacanya suka
sembarangan kan, itu biassanya kita benerin kayak pake lem atau apa.
Peneliti : sejauh ini kak, sebagai sebuah perpustakaan, ada nggak sih kak,
kendala-kendalanya?
KI : kendalanya sebenarnya di pengkategorian karena kan emang banyak
beberapa buku sama, terus kadang-kadang kita mengklasifikasinya tuh
beda-beda. Jadi ada satu satu buku yang setelah kami lihat datanya,
ada yang masuk ke cluster kategori kayak ensiklopedi. Terus Ada juga
yang masuk ke cluster kategori. Novel gitu. Karena emang beda
mindset ya, kadang-kadang orang mengkategorikannya salah. Kayak
gitu. Itu sih masalahnya. Terus habis itu, kemudian karena kita kan
emang pendistribusiannya kita banyak tempat pendistribusiannya
terus orang-orang yang mencatat beda-beda. Kadang-kadang ada
beberapa yang alpa menulis gitu, jadi, kita kadang-kadang nggak tahu
nih sebenernya buku A ini sekarang ada dimana tempatnya terus habis
itu buku B ini tempatnya yang dimana, dan gitu. Sama, satu lagi sama
teknik penyampulan. Jadi kadang-kadang satu orang biasanya
menyampul dengan cara „A‟, satunya lagi menyampul dengan cara
„B‟, ternyata yang benar tuh dengan cara „A‟. Mungkin sih yang lebih
tepat pas lagi diawal tuh kurang brieffing kan, harusnya disampul cara
penyampulannya kayak gini nih biar lebih awet, kayak gitu.
Peneliti : Nah mengatasi kendala-kendala itu, udah ada upaya-upaya apa aja
nih kak?
KI : Sekarang Sebenarnya kita udah buka divisi untuk kategorisasi buku
sementara kita buat sistemnya dulu sih biar terintegrasi jadi kita bisa
tahu atau donatur juga bisa tahu buku mereka tuh sebenernya ditaro
dimana. Jadi beberapa buku yang kita donasikan tidak kita catat, nanti
kita akan mencatatnya jadi donatur tahu nih buku yang mereka tuh
misalnya oh, udah di papua atau misalnya oh buku mereka dibuat jadi
koleksi buku berkaki. Gitu. Gitu aja sih.
Transkip wawancara penulis dengan KA
Minggu, 28 Agustus 2016
Peneliti : Untuk pengadaan buku buku di sini, di perpus itu kayak gimana kak?
KA : Kalo perpustakaan Buki bukunya itu dari berbagai macam sumber,
ada yang donasi perseorangan, ada yang donasi perusahaan, company,
gitu-gitu. ada yang milik pribadi volunteer terus didonasikan gitu-gitu
sama temen-temen yang lain sih, temen-temennya volunteer gitu yang
mau mendonasikan pribadi, kita persilahkan. Terus... jadi kalo
misalnya yang pertama kan tadi kan yang dari perseorangan itu kita
ngambil dari program jemput buku namanya. Jemput buku itu, jadi
kalo misalnya nih Sesil, ada temennya yang pengen donasi nih gitu.
Tinggal ngubungin Volunteer atau mention di sosial media. bukunya
seberapa banyak, apa aja bukunya gitu-gitu. Ntar kita yang jemput
kerumahnya kalo masih di wilayah JaBodeTabek. kayak gitu. Ya
biasa sih kalo volunteer kan udah tahu lah ya, kalo misalnya mau ada
buku yang mau di donasikan tinggal bawa aja ke perpus toh juga
mereka tiap weekend bisa main kesini gitu-gitu. Itu sih ya kayak gitu
Peneliti : jadi sistemnya kakak yang nyari donasi gitu ya kak?
KA : tapi ada juga kalo misalnya, kalo jemput buku kan kita sebar aja dulu
sih awalnya dari sosial media juga kan. siapa yang punya buku nggak
dipake mau disumbangin, sok calling kita nanti kita ambil gitu-gitu.
Peneliti : berarti aktif si sosial media ya kak?
KA : iya. sosial media itu salah satu kayaknya... apa ya... Batrai utamanya
buki sih. Buki bisa gede dari sosial media. Buki bisa dikenal orang
dari sosial media. Gitu-gitu kan. Awalnya. Sampe ke TV juga
awalnya kayaknya juga dari sosial media dulu deh, gitu gitu sih.
Peneliti : yang paling banyak dipake sosial medianya apa kak?
KA : Yang paling hits itu twitter. Twitter sama facebook sih. Dua itu yang
paling kuat. Karena kalo misalnya twiteer tuh followers-nya paling
banyak di twitter. Lupa sih berapa. Pokoknya itu udah banyak. Terus
ee… Itu Sosial media yang paling sering buat berinteraksi antar
komunitas, bisa dapet link ini-itu. Mereka biasanya Mention di twitter.
Tapi ada juga Perusahaaan mana gitu tuh dia malah tahunya malah
dari kalo nggak facebook, website gitu malahan. Jadi macem-macem
sih. Tergantung ranah itunya siapa gitu.
Peneliti : kalo pengolahan bahan pustaka, maksudnya kayak koleksinya begitu
nyampe di buki, itu digimanain kak?
KA : Kalo buku kita. Biasanya kalo kita ada sistem pendataan buku.
Sebenaernya harusnya reguler. Tapi belum bisa dilakukan secara
reguler. karena volunteer buku berkaki kan, Kesibukannya masing-
masing ya. Rada susah nih dikondisikan. Cuma... kita udah niat dari
awal sih. Dan sudah sempet dilakukan itu pendataannya. misalnya
buku dateng nih di perpus, kita kumpulkan dulu sampai kelihatannya
banyak. Nanti kita melakukan pendataan ones off gitu. Pendataannya
kita pake ini kode warna, Koding warna. Jadi misalkan cerita anak
kuning sejarah merah, gitu-gitu, terus novel biru Gitu-gitulah. Ada
kayak gitu. Soalnya kita masih emang masih banyak harus belajar
sih. Soalnya Volunteer Buki nggak ada yang backgroundnya
pustakawan. Jadi, ya udah, kita mengelolaanya sebisanya kita. Kayak
gitu-gitu aja sih. Dateng buku didata, disampul, dikoding warna.
Terus baru ditaruh di rak-rak bukunya. Itu masih ada sih tumpukan
buku yang belum didata. Ini Buanyak banget, dan ini PR kita
sebenarnya. Gitu. Terus Mengenai itu, pendataan juga, itu Salah satu
volunteer-nya buki lagi bikin semacam, apa ya, software online gitu.
Buat bisa masukin semua data buku. jadi… Nanti semua buku yang
masuk dan keluar terdata. Tapi itu masih dalam pengembangan
sistemnya.
Peneliti : Buat pelayanan bahan pustaka sendiri, maksudnya koleksinya,
gimana kak kalo diperpustakaan buki?
KA : Kalo diperpus buki bahan pustakanya tidak untuk dipinjamkan hanya
untuk baca ditempat. Cuma untuk buku-buku yang dipinjamkan itu
kita melalui program yang lain. Nah kan buku berkaki Kayak
namanya kan punya kaki.dia jalan-jalan kan. Emang kegiatan kita
ngajak bukunya kalan-jalan. Jadi buku yang dipinjamkan itu buku
yang dibawa ke adik-adik yang di panti asuhan, terus laapak
pemulung misalnya, atau rumah belajar. Gitu-gitu. Kita rolling, aja.
Nanti kita drop di bulan januari misalnya, terus habis itu febuari kita
balik lagi tuh kesitu buat ngerefresh bukunya. Kayak-kayak gitu.
Terus buku yang lama kita puter lagi ke tempat-tempat lainnya. gitu-
gitu. ke panti asuhan lain. Terus, lainnya itu pengelolaannya selain
yang di pinjemin tadi juga ada program BUI, buku untuk indonesia.
Jadi kalo itu kalo misalnya ada dari daerah, biasanya dari daerah
terpencil. Dari timur indonesia misalnya. Membutuhkan bahan
bacaan. Kita biasanya kita kirimkan bahan bacaan itu sih. sesuai sama
Mereka butuhnyaa seperti apa.
Peneliti : Kalo di perpustakaan sendiri kenapa nggak dipinjamin?
KA : Kenapa nggak dipinjamkanpertama kita nggak punya pustakawaan.
Yang mengelola in sama out-nya buku yang stand by ada disini.
Karena kita kan Cuma bisa standbye seminggu sekali which is hari
sabtu ada yang piket. tapi piketnya hanya semacam beberes, terus
rapi-rapi terus Ngecekin buku yang selama ini ada. Gitu. Kita cuma
takutka karena kita belum punya program yang bagus buat buat proses
peminjaman bukunya kita malah takutnya Koleksi kita banyak yang
ilang.
Peneliti : Untuk pemeliharaan bahan pustaka, koleksi sendiri di buki gimana
kak?
KA : Kita masih belajar sih, masih minim banget. Karena kalo kita kan
piketnya itu kan Cuma seminggu sekali nih petugas piketnya.
Biasanya kalo kita menemukan buku yang rusak sobek atau apa-apa.
Ya, Dikumpulkan dulu sih, kumpulkan dulu terus kalo masih ada
waktu, nanti si petugas piket itu yang benerin. Kayak Gitu-gitu. Terus
kalo berantakan segala macem mereka yang beresin. Sesuai sama
petugas piket aja sih. soalnya kita belum bener-bener punya apa ya,
hmmm… kayak itu tadi Metode yang tepat sebenernya harusnya
seperti apa sih peliharaan yang tepat. Kita masih banyak butuh ilmu
soalnya mengenai mengurus perpustakaan yang baik dan benar.
Peneliti : Sebagai sebuah perpustakaaan komunitas nih kak, tentunya kan
banyak kendalanya. Nah untuk kendala yang sejauh ini dihadapin
sama buku berkaki itu kayak gimana aja?
KA : Yang sempet diobrolin sih sebelumnya tadi sih tadi itu kitaa belum
punya metode yang tepat untuk pemeliharaan buku dari proses in
sama out, terus dari pendataan, dari proses pemeliharaan gitu-gitu kita
tuh sama sekali blank gitu lho gimana men treat si buku-buku ini. agar
sesuai sama seharusnya sebuah buku diperpustakaan tuh seperti apa.
gitu-gitu. sebenernya alhamdulillah sih udh punya ruangan disini di
museum kebangkitan nasional yang bisa digunakan secara free. Cuma
kan karena ini bukan gedung sendiri kaan terkadang itu banyak
baanget hambatan-hambatan disitu. Kayak Misalnya akita mau bikin
kegiatan di hari apa, kita harus ijin dulu. Kadang-kadang tidak
diperbolehkan. Terus Batasannya hanya sampai jam empat padahal
kita perlu melakukan kegiatan itu sampai malem Kalo misalnya kita
punya, bener-bener gedung sendiri, It will be better menurutku. Terus
juga ruangan nggak cuma dipake komunitas buku berkaki. Jadi
kadang-kadang ada... ya satu dua masalah-masaalah tapi sampai saat
ini Fine-fine aja sih alhamdulillah. Harapannya kayak gitu sih, Siapa
tau suatu saat bisa punya rumah sendiri. Begitu.
Peneliti : Dari segala kendala yang tadi sudah dipaparkan kak, ada upaya apa
aja nih yang udah dilakuin sama pihak pengurus buku berkaki dalam
mengataasi kendala-kendala tersebut.
KA : Kalo kita lagi fokus ke ini sih. Karena kan masalah utama kaan
mengeni pengelolaan buku, pendataaaan buku, proses in samaa out
buku. Seperti itu. Kita lagi fokusnya kemasalah utama itu. Jadi seperti
apa yang sudah diceritakan sebelumnya. Kita lagi menyusun semacam
pendataan online yang bisa kita gunakan untuk men-track, si buku kita
tuh berjalan sejauh mana, seberapa banyak sampai kemana aja.
Kayak gitu sih. Dan itu sistemnya sedang dibangun. Jadi nanti
Sekaligus sebagai bank daatanya buku berkaki. Kalau misalnya ada
info apapun yang di butuhkan. Eh, buku kita tuh udaah berapa banyak
sih? Berapa ratus eksplempar ada disitu. Sekian buku dengan varian
ini itu-ini itu ternyata dipinjam ke Taman bacaan X gitu-gitu.
semuanya udah tercatat.
Peneliti : Untuk ruangan sendiri kak?
KA : Kalau ruangan, kita Alhamdulillah dengan ini. Kita belum punya
rencana-rencana tertentu. Kayaknya masih jauh sih. Kita mensyukuri
apa yaang udah ada didepan aja. Oke. Begitu deh.
Transkip wawancara penulis dengan KI dan KM
Minggu, 7 April 2019
Penulis : Sumber koleksinya buku berkaki itu dari mana aja ya kak?
KI : Dari donasi ee... perorangan, komunitas, kemarin juga sempet ada
perusahaan, macem-macem. Tapi nggak ada donasi pasti, donasi lepasan
kalo kita.
Penulis : Bentuknya itu uang ataukah langsung bukunya?
KI : Macem-macem. Ada yang uang, ada yang buku. Kebanyakan buku sih.
Penulis : Kalo donasi ini, ngajuin kah atau gimana kak?
KI : Awal-awal kita sempet mengajukan, permintaan buku. Tapi sekarang sih
kebanyakan mereka sudah tahu buku berkaki gitu. Tiba-tiba ada paket
buku yang masuk ke perpus gitu.
Penulis : Kalo dari proses buku yang dateng ke perpus nih, nantinya prosesnya
apa aja nih kak nyampe masuk ke rak.
KI : Masih kita tampung aja di perpus. Nanti kalau misalnya ada permintaan
penyaluran buku di daerah, baru kita paketkan buku itu ke daerah. Jadi
buku itu beberapa juga kita sortitr buat di daerah. Beberapa juga disortir
buat peminjaman berkala ke binaan-bianaan perpus Buki.
Penulis : Kalo untuk yang punya... apa koleksi... binaan berkala itu, nah itu ada
kriteria khuhus nggak sih kak dari buku-buku yang dateng?
KI : Sebenernya sih nggak ada kriteria khusus sih. Anak-anak dan remaja
masih bisa... biasa kita tampung... apa namanya untuk yang pinjaman
berkala itu... tapi ya...
KM : Selama buku-bukunya tidak mengandung sara, terus, politik praktis. Jadi
kalo buku masuk, ada tim sortir, namanya husna... dia yang lebih tahu.
KI : Sebenernya kita bareng-bareng juga sih, ada tim pendataan... sebenernya
nggak ada kriteria khusus sih mana yang untuk berkala mana yang untuk
daerah.
Penulis : Kalo jumlah koleksi saat ini berapa kak?
KM : Ah... koleksi itu kurang lebih 1500 kali ya?
KI : Ngawur ya...
KM : Terakhir aja kita 1200 sekian
KI : Ya mungkin sih, tapi...
KM : 1500an
Penulis : 1500an itu yang udah didata rapih?
KM : eh 1200 kalo yang udah didata
Penulis : Yang udah di data 1200?
KM : Ya, yang belum didata 300.
KI : Nggak sih, sebenernya banyak, lagian beberapa juga... ya kita memang
keteteran sih untuk mendatanya. Satu, karena kita nggak tahu apa aja yang
terjadi di tempat yang kita pinjemin. Kayak yang kemarin di tanah rendah,
mereka takut kena banjir, terus bukunya di kembalikan lagi bukunya.
Terus kemaren di Al-Qi misal 50 ternyata bukunya kena banjir, di
rumbelraw juga kan... hilang bukunya... sisa satu... kayak gitu-gitu sih...
sebenernya, kita lebih banyak... agak susah sih untuk ngatur bener-bener
buku yang udah di data itu balik ke kita atau nggak.
KM : Karena habis di data, yang ini ilang, kita nggak tahu harus mulai
pendataannya dari mana. Bingung juga.
KI : Sekarang mulai agak susah mau memulainya dari mana. Kemarin kita
udah mulai mencoba pakai yang SLiMS itu loh. Tapi ya itu, agak susah.
Karena itu kan bener-bener mulai dari penamaan yang baru lagi. Yang
kemarin kan kita Cuma kayak agama 001, agama 010, gitu-gitu, sempat
mau juga pake katalog warna. Kalo yang SLiMS itu pake katalog warna,
ininya, di penamaan bukunya, terus yang belakang bukunya itu maunya di
print, rapih, terus ada nomornya berapa kayak yang ada di SLiMS itu kan.
Tapi untuk sekarang kayaknya belum kejadian sih... karena kita bolak-
balik kan, sebenernya kemarin ada perpustakaan di museum kebangkitan,
terus ada renovasi, terus akhirnya kita pindah ke gudang. Jadi sekarang
kayaknya nggak memungkinkan lagi kita untuk melakukan pendataan
yang benar-benar rapi dan terorganisir. Yang susah disitu. Tapi sih
sebenernya ya, hampir mirip kayak gitu. Jadi sebelumnya kita yang data
pake excel biasa sekarang udah mau nyoba SLiMS. Tapi nggak semulus
yang kita bayangkan sih ternyata.
Penulis : Oh, sebelumnya, pake excel biasa gitu?
KI : iya, excel biasa. 001, 002 gitu. Jadi beberapa buku ya... sebenernya sih
sekarang, jujur aja bukunya akhirnya nggak kedata. Beberapa yang aku
kasih ke Yanatel itu beberapa bukunya ada yang baru dapet, terus aku...
ya udah aku pake cap aja, terus aku data pake manual.
KM : Soalnya yang kedata aja kan nggak balik ke kita kebanyakan.
KI : hahaha... iya...
Penulis : Emang kendalanya apa sih kan? Sampai belum sempet...
KI : Kendala yang mana nih? Pake slims? Satu, waktu... dan tenaga sih,
biasanya kalo kita dateng, nggak semua pada minat sih kalo disuruh
ngedata buku. Terus, scope juga. Jadi kalo misalnya, ya udah yok kita
data bareng-bareng, gitu tuh, kadang-kadang, mislanya nih, di aku itu
namanya ensiklopedi di dia namanya jadi cerita anak gitu. Penyamaan
kategorinya juga susah kan.
Penulis : Nggak ketemu gitu ya kak.
KI : He‟eh. Kadang-kadang waktu aku lihat di exel kayak gitu sih.
Ngeliatnya. Jadi di aku nih masuknya ensiklopedi di dia eh kok masuknya
ke cerita anak, kan nggak nyambung ya, padahal kan bukunya sebenarnya
sama. Gitu...
Penulis : Kalo untuk pendataan sendiri, ada waktu-waktu tertentu nggak sih, kak?
KM : Sekarang... kita keteteran dari tahun lalu. Sebenernya udah ada jadwal,
cuman ya itu, volunteer buki belakangan nikah semua, ini... bener... ini
masalah utama buki sekarang.
KI : volunteer untuk aktifnya.
KM : Iya. Jadi yang aktif ya lo lagi, lo lagi. Sementara kita juga punya
tanggung jawab yang lain. Disisi lain masalah utama kita ya itu...
homebase kita sekarang dipindahin ketempat lain.
KI : Sejak agustus tahun lalu.
KM : Itu yang bikin keteteran.
Penulis : Sekarang pindah kemana kak?
KI : Masih di museum itu tapi di gudangnya.
Penulis : Letaknya dimana kak?
KI : Di belakang museum kebangkitan Nasional.
Penulis : Terus rencana kedepannya mau gimana kak?
KI : kalo sekarang sih ya... tetap memperbanyak buku seperti biasa.
Regenerasi sih yang paling pasti. Untuk relawan-relawan yang baru.
Soalanya kita kan keterbatasannya jumlah relawan, nanti kalo misalnya
relawannya udah banyak, terus mereka lihat bukunya ada yang perlu
dibenahin atau nggak, baru kita lakukan untuk pendataan dan sebagainya.
Penulis : Soal relawan kak, sebenernya yang terdata di Buki sendiri itu
relawannya berapa banyak?
KI : Kita kemarin itu 200 ya. Tapi yang aktif sekarang... sebentar kita lihat
grup dulu ya.
KM : Sebenernya banyak... cuman kita nggak ada data yang detail... iya...
cuman yang benar-benar aktif itu 50 orang.
Penulis : 50 orang ini udah termasuk pengurus?
KM : Ya... setengahnya adalah pengurus.
KI : Sebenernya kitra paksa jadi pengurus. Biar aktif. Soalnya kalo relawan
hanya di taruh di relawan adi mereka nggak merasa nggak ada beban.
Inikan perpustakaan komunitas gitu. Ya, mereka ikutan jadi pengurus.
Sharing sih. Kita sharing tugas sebenernya.
Penulis : Awalnya kenapa KM bikin komunitas kayak gini?
KM : Apa ya... dulu tertarik aja... dulu seneng banget baca. Sekarang sih...
sebulan satu buku kayaknya udahg amazing gitu. Terus di ajak ali. Terus
ali mengajak icha dan membuat buku berkai tambah anggota.
KI : Awalnya sebenernya anak multiply kan ya. Awalnya multyply.
Kepikiranlah, ini mau di apain koleksi mereka, terus meminjamkan ke
panti.
KM : Ya itu dulu gitu. Mulai dari panti tapi itu mulai berjalan satu panti
kemudian mati suri. Terus Penulis berfikir ini suatu gerakan yang bagus,
maka Penulis sama Ali membangkitkan dia dari mati.
KI : Soalnya kebanyakan udah berkeluarga.
KM : Iya. Ada juga salah satu penggagasnya pindah ke Malaysia. Jadi yang
tersisa dari penggagas-penggagas itu cuma Ali doang, Ali ketemu gua,
mulai bangkit dari awal lagi, ketemu Icha. Nah, titik balik volunteer
terbanyak itu gara-gara Icha.
Penulis : Itu sekitar tahun berapa ya?
KM : Tahun 2013. Kita ambil alih itu 2013. Dari situ sampai sekarang.
Penulis : Terus dari 2013 sampai 2019 ini kan masih ada, masih hidup, masih
jalan. Giman caranya bisa survive sampai sejauh ini?
KM : Yang bikin bertahan adalah... gue rasa kerjasama kali ya. Gue seneng
ketemu Icha, ketemu Siti, seneng ketemu Bule, cuma gara-gara... artinya
kita bangun hubungan yang baik, terus kita percaya orang-orang yang kita
kasih kepercayaan itu orang-orang yang ... apa namanya... porsinya
emang harus dia.
KI : Ya, sampai sekarang, walaupun jumlah relawan naik tutun, kita tetep...
ya udahlah adainlah kegiatan. Mau satu dua orang, karena kita ... toh
mulai dengan satu dua orang... kenapa kita nggak bisa dari satu dua orang.
Ya udah tetep bertahan tuh tetep... ya udah. Kalaupun kita dulu sempet
ramai banget, sekarang kita turun, semoga nanti naik lagi. Gitu-gitu aja
sih sebenernya. Dengan scope yang sama. Jadi kita minjemin buku ke
tempat binaan itu. Juga program buku untuk indonesia tetep jalan.
KI : Yang kita datengin aja nggak semulus itu kan. Yanatel aja dulu... ipul
masih kecil, sampai sekarang udah gede terus kemaren kita yang dimana,
bogor ya... dari adek-adeknya kecil, sekarang udah gede-gede. Mungkin
buku yang mereka konsumsi juga udah beda kan. Dulu kita sempet
bawanya buku anak-anak misalnya ke bogor, sekarang adek-adeknya
udah remaja, jadi kalau misalnya kita ke bogor, beda nih bacaannya
novel, gitu-gitu, macem-macem sih.
KM : Tapi ya itu, yang membuat bertahan itu... kerjasama itu tetap ada.
Misalnya icha nggak bisa, ada yang handle, jadi itu sih...
KI : Kegiatannya tetap ada.
Penulis : Yang paling berat selama buki berjalan itu apa kak?
KM : Yang paling berat adalah... ya itu.. kita kekurangan, iya, waktu, terus,
volunteernya makin turun. Dan itu tidak terjadi di buku berkaki saja. Di
semua komunitas itu turun. Dan mungkin ya... keterbatasan tempat aja.
KI : Waktu emang mempengaruhi banget.
KM : Karena pekerja semua kan.
Penulis : Programnya buki kan ada visit sama BUI. Ada program apalagi kak
selain itu?
KI : Dulu ada drop buki,
KM : Ada sangkar Buki,
KM : Ada sinema buki, rabu baca buku, inisiasi rumah baca. Bikin rumah baca
di pelosok-pelosok. Sejauh ini baru dua sih. Rumah baca Ayek lematang,
di desa merapi kabupaten lahat, sumatera selatan, rumah baca sangkabira
di desa sembalun kaki gunug rinjani nusa tenggara barat. Udah empat
tahun loh. Dan dia tetap ada.
KI : Nah kita Cuma bantuin data perpustakaanya aja.
KM : Pas mau bikin rumah baca, mereka ajak kita kerjasama.
KI : Tapi kalo disana paling kita pakenya katalog warna itu. Nggak yang
ribet-ribet.
KM : Karena biar lebih simpel.
Penulis : Tapi nyampe sekarang kerjasama itu masih terbangun?
KI : Masih sih, kemarin karena ada gempa di Lombok, mereka minta bantuan
kita untuk dateng kesana.
KM : Sama yang lahat juga masih sampe sekarang. Bahkan mereka yang
paling sering kontak kita, perkembangannya sejauh mana, terakhir mereka
ikut lomba perpustakaan, juara dua tingkat provinsi.
KM : Jadi kita amazing aja... maksudnya dengan gerakan sekecil ini membawa
dampak yang luar biasa. Harapannya sih pemerintah bisa memperhatikan
kami-kami ini.
PENULIS : Dirangkul gitu ya.
KM : Iya. Karena kalo berjalan sendiri-sendiri kayaknya agak susah.
Penulis : Tapi buku berkaki ini konsennya tuh emang ke anak dan remaja?
KM : Anak-anak. Soalnya kita takut kalo misalnya udah pemuda, kita yang
terkonsentrasi. Nggak, karena emang dari awal, rata-rata tuh suka sama
anak-anak, terus memang kayaknya anak-anak kita lebih... gampang kali
ya masuk ke dunia mereka
KI : Lebih gampang berinteraksi, dan untuk menumbuhkan minat bacanya itu
masih ada gitu. Kalo misalnya ke orang dewasa...
KM : Fokus kita kenapa anak-anak, karena kita emang dari awal... biar mereka
tuh dari anak-anak sudah ditanamkan untuk baca. Kalo untuk remaja
pemuda,
KI : Kayak Goodreads kali ya. Kayak komunitas sama-sama suka baca. Jadi
nggak perlu “ayo dong suka baca‟ gitu. Treatment nya beda juga gitu.
Makanya kita fokus ke anak-anak aja. .
KM : Untuk mempersiapkan kedepannya untuk mereka seperti apa.
KI : Intinya sih sebenernya kita minjemin buku ya. Awal berdirinya tuh
minjemin buku. Kayak BUI tuh baru muncul karena permintaan buku kita
tuh udah banyak banget.
KM : Kenapa meminjamkan, biar bukunya bisa dirotrasi ke lokasi-lokasi yang
lain.
KI : Karena kita kan sebelumnya bukunya terbatas.
KM : Dulu karena buku terbatas, jadi di pinjamkan. Tapi ternyata lebih positif
seperti itu.
KI : Makanya kita kemarin bikin catatan buku buki itu yang tadi di share itu
kan sama mereka. Lumayan sih mereka pada ngisi dan yang aku lihat
buku-buku yang mereka baca itu buku-buku yang kita pinjamkan juga.
Kalo misalnya itu sukses... indikator itu sukses sebenarnya bagus banget.
Idealnya sukses. Idealnya ya. Cuman kayaknya ini nggak ideal sih
ternyata. Nyampe kesana ternyata kakak-kakak ini lupa baca buku, terus
adek-adeknya baca tapi nggak di tulis,
Penulis : Berarti tujuan si kartu itu lebih buat monitoring ya?
KM : Controling. Anak-anak bacanya sejauh mana, terus mereka kan ada
catatan pengen baca buku apa. Jadi kita memenuhi kebutuhan mereka
supaya apa yang mereka butuhkan gitu.
KI : Sebenernya kita ada kayak pembatas buku, bookmark, terus mereka
kayak kasih cap gitu kan. Terus kayaknya nggak berhasil. Malah
bookmarknya itu hilang begitu kan. Kemarin itu kan di data di google doc
kan si imam udah buatin, tepi ternyata kakak-kakaknya yang malas
masukin. Gitulah...
Penulis : Balik lagi kemasalah waktu ya...
KI : Iya... balik lagi ke masalah waktu dan niat relawan untuk melakukan itu.
Penulis : Yang program drop buki ini masih jalan sampai sekarang?
KM : Nggak.
KI : Karena sebernernya kan drop buki ini untuk meningkatkan awareness
orang-orang sama buku berkaki. Alhamdulillahnya kita sekarang... ya
lumayan lah relawan tuh dari temen, temennya temen, temennya temen....
alhamdulillah sekarang udah mulai banyak yang aware. Dulu itu buat
open donasi di car free day, hei, siapa yang mau donasi buku nanti bawa
di drop buki. Ternyata kan dengan kemajuan teknologi udah gampang.
Jadi kita nggak usah drop buki lagi. Dulu juga ada jemput Buki.
KM : Sekarang go-send buki. Sekarang udah pake go-send semua.
Penulis : Tapi kalo dulu di jemputin satu-satu?
KM : Iya di jemput. Bener-bener ngejemput. Jadi beberapa krucil yang punya
motor atau mobil dulu itu bener-bener jemput ke bogor, atau kemana itu.
Karena dulu untuk go-send itu belum ada. Tapi semakin kesini
pengiriman semakin lancar, jadi ya udah. Kalo nggak go-send di kirim by
ekspedisi.
Penulis : Kalo untuk yang sangkar buku itu juga masih jalan?
KI : Nggak.
Penulis : Emang itu kayak gimana sih kak?
KI : Tahu ini nggak, little free library nggak? Di luar negeri namanya little
freee library. Jadi kayak perpustakaan mini, ada kotak, nanti mereka bisa
baca disitu. Atau bisa ambil buku satu tukar dengan buku yang lain. Atau
bisa nambahin juga.
KM : Kita bikin versi indonesia, namanya sangkar buku. Karena dia
bentuknya kayak sangkar burung gitu. Percobaan itu di ulang tahun
kelima buku berkaki di kota Klaten, jawa tengah. Tapi gagal. Seminggu
pertama buku berkurang, minggu kedua semakin banyak, minggu
selanjutnya semakin banyak, sebulan kemudian sesangkar-sangkarnya
hilang. Tadinya itu adalah percontohan. Kalo itu berhasil, kita akan coba
di beberapa kota. Ternyata gagal.
KI : Awalnya kita bingung mau bikin didesa atau dimana. Kalo di kota itu
kan, kita bener-bener nggak tahu siapa warganya, siapa yang baca disitu,
kan itu di taman kan.
KM : Tapi kita pengen, sebenernya kalo itu berhasil kan artinya membangun
bahwa orang suka baca, kedua orang nggak suka nyuri. Ternyata, suka
baca di curi sesangkar-sangkarnya. Mungkin belum siap aja.
Penulis : Disatu titik itu?
KM : Iya, disatu titik itu, di taman kota klaten.
Penulis : Kalo yang untuk rabu baca buku itu?
KM : Masih.
Penulis : Kalo yang ini sasarannya siapa aja?
KM : Follower Buku berkaki di instagram.
Penulis : Berarti pakai tagar?
KM : Iya. Karena itu bukan buat anak-anak. Ya buat millineal sepantaran kita
gitu.
Penulis : Berarti sekalian biar orang-orang aware sama keberadaan buku berkaki
itu?
KM : iya.
Penulis : Kalo yang sinema itu?
KM : Oh, sinema Buki? Sejak perpustakaan kita hilang... biasa itu buat anak-
anak. Setiap hari sabtu, dua bulan sekali.
Penulis : Kalo untuk BUI, kak. Itu kan Buki yang ngasih ke tempat-tempat lain,
itu ada kriteria-kriteria tertentu nggak sih kak?
KM : Ada. Itu bisa di cek di website. Ada persyaratan lengkap disana. Apa
yang harus dilengkapi. Bisa di cek di buindo.bukuberkaki.org
Penulis : Terus kak, untuk yang BUI ini nantinya, begitu dikirm ke tempat orang,
ntar Buki bakal monitoring juga nggak?
KM : Nggak. Mereka wajib menulis laporan mereka ke kita sebagai bukti.
Kalo di kontrol, kerjaan kita nggak kelar-kelar.
Penulis : Berarti cuma sekali laporan doang?
KM : Iya. Itu langsung putus. Nggak kontinyu. Jika mereka sudah memenuhi
kriteria, kita serahkan.
Penulis : Untuk binaan Buki, kak, kan tadi sempet di singgung buki punya 10
binaan. Awal pemilihannya kayak gimana sih kak?
KM : Awalnya sih banyak banget. Awalnya siapa aja yang mau ngundang
buki, kita datang. Cuman kita keteteran, dan nggak ada hasil yang
maksimal. Karena tidak ada kontroling. Jadi per-2017, kita pilih 10 di
Jakarta dan Bogor. Tadinya Bogor mau kita take out. Cuman ini panti
asuhan paling awal kita yang temenin, akhirnya Bogor masuk satu. Kita
lihat urgensinya, yang paling membutuhkan yang mana, itu yang jadi
binaan.
Penulis : Sepuluh ini tapi rutin di puter bukunya?
KM : Rotasi bukunya dua minggu sekali.
Penulis : Tiap kali rotasi buku ini ada acara kayak visit?
KM : Rotasi bukunya nggak selalu harus pas visit. Tapi kalo bertepatan sama
visit ya nggak apa-apa.
Penulis : Kalo visit itu yang sepuluh ini diputer terus selama setahun?
KM : Iya, selama setahun.
Penulis : Itu kenanya berapa kali pertempat binaan?
KM : Nggak pasti sih. Karena kan kepotong beberapa event. Mislanya ada
event ulang tahun, ada event dongeng internasional, jadi ada yang sekali
ada yang dua kali. Cuma controling bukunya dua minggu sekali, untuk
rotasi bukunya tetap.
Penulis : Sebelum 2017 kan binaan buki banyak banget gitu. Itu bukunya balik
semua?
KI : Nggak. Hahaha...
KM : Hahaha... Karena ada anak-anak yang mungkin pengen baca, kita juga
mimkir, ya udah lah. Jadi nggak semua. Misalnya sekali minjemin 50,
nggak semua 50-nya balik. Ada yang ilang limalah.
Penulis : Begitu fokus ke sepuluh ini, kehilangannya lebih sedikit apa gimana?
KM : Lebih sedikit, terus, kita bisa kontrol. Karena lebih sedikit kali ya yang
kita kontrol. Kalo dulu kan kemana-mana.
Penulis : Kalo dulu itu Jabodetabek cakupannya?
KM : oh, seindonesia. Ada panggilan ke Lampung, Icha pernah ke Lampung,
dalam arti yang bisa kita jabanin. Tapi, Jabodetabek juga nggak semuanya
kita kasih. Kita kayaknya capek juga, makanya kita batasi.
Penulis : Buat kontroling di tempat binaan itu pake catatan itu?
KM : iya. Tabungan buki namnaya. Habis mereka isi kertas yang kita kasih,
mereka masukin ke satu tempat yang berupa tabungan yang akan di kasih
ke kita yang akan kita baca.
Penulis : Yang dinamain sistem itunya ya, bukan si kertas itunya.
KM : Jadi semakin dia banyak nulis review bukunya, semakin banyak
tabungan dia kan.
Penulis : Berarti di akhir nantti ada reward?
KM : Ada reward. Biasanya kita ajak jalan-jalan. Maksudnya biar mereka juga
ada dorongan untuk effort lebih.
Penulis : Buki pernah kerjasama sama komunitas mana aja ya?
KM : Oh ada, namanya sejuta buku untuk Indonesia, terus, backpacker
Indonesia, komunitas berbagi nasi, komunitas komunitas ramashinta, ayo
dongeng, belantara budaya indonesia, hibah buku.
Penulis : Bentuk kerjasamanya kayak gimana, kak?
KM : Ya paling perkegiatan. Misalnya kegiatan apa, kita diundang untuk
share ke anak-anak, terus bikin rumah baca bareng-bareng, bikin
semacam pojok baca gitu. Ini untuk sekali waktu doang dong ya. Kalo
untuk yang kontinyu nggak ada.
KI : Bisa dilihat di instagram, sih. Semua kegiatan Buki kita share disana.
Penulis : Untuk pengelolaan perpustakaan sendiri kak, ada kerjasama sama pihak
mana gitu?
KM : Nggak, kita mandiri.
Transkip wawancara penulis dengan KH
Minggu, 7 April 2019
Penulis : Kalo buku dateng dari para donatur itu langsung di proses nggak sih
kak?
KH : Buku dari donatur biasanya di sortir dulu, mana yang akan digunakan
buat koleksi Buki mana yang akan dibuat program buku untuk Indonesia.
Nah, yang buat koleksi Buki nantinya akan di data di
database.bukuberkaki.org. Kalau yang BUI nantinya akan dikirim ke
orang yang minta di portal buindo.bukuberkaki.org
Penulis : Kalo di sortir, berarti ada kriteria tertentu dong, kak?
KH : Kriterianya biasanya donatur memberikan buku yang bermacam-macam
namun scope Buki atau scope koleksi buki hanya buku anak-anak saja.
Nah sortir yang sisanya misal ada buku dewasa atau yang lain-lain masuk
ke buku untuk Indonesia. Tapi tetap ada beberapa buku anak yang masuk
ke Buku untuk Indonesia.
Penulis : Buat koleksi Buki sendiri, kak, habis di sortir apa lagi tahapannya?
KH : Buat koleksi Buki setelah di sortir di data dulu di sistem nah abis didata
baru dikasih label sesuai kategori buku tersebut baru bisa ditata di rak.
Penulis : Kalo buat di sistem, data apa aja kak yang di rekam?
KH : Seperti pendataan konvensional, dia input judul, kategori, tipe buku,
terbitan mana, terbit tahun berapa dimana, bahasanya apa, jumlah
bukunya.
Penulis : Bentaran kak, tipe buku itu maksudnya gimana kak?
KH : Tipe buku itu buku biasa, ada yg berupa digital dimasukin cd. Secara
sistem ada, cuma jarang didata. Wong yang buku biasa aja lama datanya.
Nggak ada orang.
Penulis : yang data buku cuma kakak doang ya?
KH : Ya pas ada acara ngedata buku. Cuma yang dateng dikit.
Penulis : Woro-woro di grup internal Buki doang apa sampai ke medsos Buki,
kak, kalo acara pendataan gitu?
KH : Di internal sama ke medsos sih singetku, hehehe... Udah lama karena ya
ini lagi sepi-sepinya sih komunitas
Penulis : sejauh ini koleksi buki yang di rak berarti udah masuk sistem semua
kak?
KH : Belum, baru sebagian kecil. Mungkin 300 buku.
Penulis : Perkiraan yang belum di masuk sistem berapa banyak kak?
KH : Kurang tau pasti, mungkin 1200-an. Belun termasuk buku yang baru-
baru.
Penulis : Wih.... Banyak banget itu ya...
KH : Yaa banyak memang. Harus rajin juga. Cuma ya kondisnya... aku kira
aku cuma bikin sistemnya aja, eh, aku jadi PIC buat data. Jujur ngga
sanggup hehehe
Penulis : Kalo di lihat dari database yang udah ada ini kak, sistem yang di pakai
Buki pake SLiMS ya?
KH : Iya pake SLiMS.
Penulis : Kenapa pilih pake SLiMS Kak?
KH : Kemarin coba bikin aplikasi sendiri dan setengah jalan ta‟ pikir pakai yg
udah jadi aja. Googling-googling ketemunya SliMS.
Penulis : Hoooo... Buki pake SLiMS udah berapa lama kak?
KH : 1-2 tahun kalau nggak salah. Aku kurang ingat tahunnya. Tapi bisa dicek
sih
Penulis : Sebelumnya pake apa kak pendataanya?
KH : Manual pake excel. Niatnya dulu pake web itu biar bisa diakes semua
orang termasuk donatur. Cuma agak susah jalanya.
Penulis : Kendalanya apa kak?
KH : Ngga ada orang.
Penulis : Faktor itu sih ya. Label Buki itu kayak gimana kak? Maksudku di label
itu yang tercantum apa aja, kak?
KH : Label buku ditempelin warna sesuai kategori sama barcode hasil dari
sistem tadi.
Penulis : Wih, udah pake barcode kak?
KH : Kan bawaan sistem, cuma ya belom di aplikasiin aja. Tinggal diprint-
print belum ditempel. Rencana sih beres didata dlu baru ditempelin karena
butuh print buat cetak.
Penulis : Berarti masih pake label lama ya?
KH : Iya masih. Warna aja, labelnya nanti kalo udah beres baru ditempel.
Penulis : Pemilihan warnanya didasarkan apa kak?
KH : Aku kurang tau dasar warnya apa. Cuma itu modifikasi sama yang dulu
sih. cuma ditambah warna untuk kategori yang belum terakomodasi.
Penulis : Perpustakaan Buki kan buka dari jam 9 sampai 3, terbuka buat umum
kak?
KH : Iya, terbuka buat umum.
Penulis : Di pinjamkan buat umum juga kak?
KH : Kalo dipinjemin sih engga. Cuma baca ditempat.
Penulis : Kalo anak Buki boleh pinjem nggak kak?
KH : Boleh asal dibalikin. Monitoringya ngga ada sih, paling di catet mandiri.
Penulis : Berarti layanan Buki sebenernya di minjemin buku ke tempat binaan itu
ya kak?
KH : Yaa itu kalau itu lebih dimonitoring. Tiap roling dicatet sih.
Penulis : Penanggung jawabnya beda lagi ya?
KH : Penangung jawab dibagi-bagi tiap binaan.
Penulis : Selama ngurus perpus Buki kak, kendalanya apa?
KH : Aku cuma handle si BUI sama pendataan buku. Kalau dari scope itu ya
kita butuh orang sih yang bantuin data buku.
HASIL WAWANCARA
Topik Pembatasan Pernyataan wawancara
Pengadaan dan
pengolahan koleksi Pengadaan Koleksi:
Sumber koleksi
Metode pengadaan
(pengumpulan donasi)
“Pengadaan buku diperpustakaan sebetulnya itu hasil dari para donatur...”
(KL, 2016)
“Kalo perpustakaan Buki bukunya itu dari berbagai macam sumber, ada
yang donasi perseorangan, ada yang donasi perusahaan, company, gitu-
gitu. ada yang milik pribadi volunteer terus didonasikan gitu-gitu sama
temen-temen yang lain sih, temen-temennya volunteer gitu yang mau
mendonasikan pribadi, kita persilahkan.” (KA, 2016)
“Dari donasi perorangan, komunitas, kemarin juga sempet ada
perusahaan, macem-macem. Tapi nggak ada donasi pasti, donasi lepasan
kalo kita.” (KI, 2019)
“...metode pengumpulannya sendiri ada dua sistem perta sistem jemput,
yang kedua diantar langsung sama donaturnya. Kalau sistem jemput itu
menyesuaikan sama daerah terdekat donatur sama member buki,
Kriteria Pengadaan
(kriteria donasi)
volunteer, krucil dalam hal ini. Jadi misalnya ada donatur yang mau
menyumbangkan donasi di daerah pondok indah, kita akan kontak ke
salah satu member krucil kita; ada yang bisa jemput, nggak? atau… ya,
seperti itu sih. Tinggal mereka nanti janjian gimana, ya nanti bukunya
disimpen dulu di rumah krucil, kalau menyempatkan nanti baru dibawa
ke perpustakaan. Yang kedua adalah diantar langsung ke perpustakaan di
Museum Kebangkitan Nasional, yang buka setiap hari sabtu, mulai dari
jam sembilan pagi sampai jam tiga sore, itu setiap sabtu, selalu buka,
pasti buka, karena, kita ada jadwal piket dari beberapa teman pengurus
dan krucil buki.” (KL, 2016)
“Tinggal ngubungin Volunteer atau mention di sosial media. bukunya
seberapa banyak, apa aja bukunya gitu-gitu. Ntar kita yang jemput
kerumahnya kalo masih di wilayah JaBodeTabek. kayak gitu. Kalo
misalnya diluar ya mereka yang ngirim gitu.” (KA, 2016)
“Yang pertama itu jemput buki. Jemput buki itu biasanya dari
perseorangan, dia akan kontak ke nomor-nomor yang disediakan di web
buki, nanti kita akan jemput bukunya. Ada juga beberapa dari donasi
perusahaan.” (KI, 2016)
“...donasi, kita bisa berupa buku, dan materi. Nanti tentu saja materi
dalam bentuk uang misalnya ada pelaporan bulanan yang kita publish
setiap bulan di website, kalau buku kategorinya ya buku untuk anak-anak
usia sekolah ya, buku cerita anak, dongeng, fabel, buku tokoh biografi
yang menginspiurasi atau buat adik-adik yang SMP-SMA bisa novel, atau
buku-bu yang motivasi, ensiklopesia juga bisa. Yang jelas buku-buku
tersebut tidak berbau partai politik sama SARA yah, karena itu. Buat usia
anak sekolah agaknya masih kurang mendidik. Buku-buku yang kurang
mendidik tidak kita terima, jadi sebelum misalnya ada jemput buku
didaerah pondok indah, volunteer yang akan jemput harus memastikan
buku itu apa, oya buku-buku pelajaran juga yang kurikulum lama atau
kurikulum terbaru juga… kita masih pertimbangkan, tidak diterima.
Karena klita agak susah menyalurkannya. Kecuali kita ke sekolah-
sekolah. Tapi kan tujuan kunjungan kita kan nggak ke sekolah. Kalo
materi pelajaran masih bisa, kayak kamus, atlas buku-buku bahasa, masih
bisa kita terima. Yang jelas buku-buku pelajaran, buku berbau seks,
pornografi, atau yang berbau unsur politik, tidak kita terima. Oh iya, kita
juga menerima donasi alat-alat peraga permainan, karena untuk
merangsang minat baca ke adik-adik kita nggak bisa langsung cekoki
mereka suruh mereka baca buku langsung. kita harus merangsang mereka
dengan games, atau untuk dongeng. Itu biasanya kita setiap kunjungan,
selalu mengajak mereka bermain. Misalnya bermain tentang menentukan
peta provinsi, kita butuh peta kan, atau globe menentukan keadaan atau
posisi suatu daerah misalnya.” (KL, 2016)
Pengolahan koleksi:
Tahapan pengolahan koleksi
Tahapan pengolahan
koleksi: Penyortiran
“Buat koleksi Buki setelah di sortir di data dulu di sistem nah abis didata
baru dikasih label sesuai kategori buku tersebut baru bisa ditata di rak.”
(KH, 2019)
“... begitu nyampe di perpus terus kita pisahkan, yang belum di data, ada
yang sudah di data, nanti disesuaikan dengan kondisi pendataan, yang
Tahapan pengolahan
koleksi: Penyortiran -
dijadwalkan biasanya sih perenam bulan sekali, jadi setaun itu ada dua
kali pendataan. Nah, pengelolaannya sendiri, database biasanya kita ada
kayak teraKM, 2019ir itu sekarang sudah empat kali pendataan buku jadi
selama pendataan buku itu seharian penuh, kadang pernah sampai dua
hari. Kita melebel, mencatat, ya. Kita semua sosialisasikan, mengajak,
temen-temen volunteer lainnya untuk berpartisipasi.” (KL, 2016)
“Biasanya sih setelah kita jemput kemudian kita pilah itu tuh masuk ke
untuk di donasikan, atau untuk dijadikan tambahan koleksi di
perpustakaan buku berkaki.” (KI, 2016)
“Masih kita tampung aja di perpus. Nanti kalau misalnya ada permintaan
penyaluran buku di daerah, baru kita paketkan buku itu ke daerah. Jadi
buku itu beberapa juga kita sortitr buat di daerah. Beberapa juga disortir
buat peminjaman berkala ke binaan-bianaan perpus Buki.” (KI, 2019)
“Buku dari donatur biasanya disortir dulu, mana yang akan digunakan
buat koleksi buki mana yang akan dibuat program buku untuk indonesia.
Nah yang buat koleksi buki nantinya akan di data di
database.bukuberkaki.org. Kalau yang bui nantinya akan dikirim ke orang
yang minta di portal buindo.bukuberkaki.org” (KH, 2019)
“... Sebenernya nggak ada kriteria khusus sih mana yang untuk berkala
mana yang untuk daerah.” (KI, 2019)
Kriteria penyortiran
Tahapan pengolahan
koleksi: Pendataan
Tahapan pengolahan
koleksi: Pendataan -
Microsoft exel
“Selama buku-bukunya tidak mengandung SARA, sama politik praktis.
Jadi kalo buku masuk, ada tim sortir.” (KM, 2019)
“Kriterianya biasanya donatur memberikan buku yang bermacam-macam
namun scope Buki atau scope koleksi buki hanya buku anak-anak saja.
Nah sortir yang sisanya misal ada buku dewasa atau yang lain-lain masuk
ke buku untuk Indonesia. Tapi tetap ada beberapa buku anak yang masuk
ke Buku untuk Indonesia.” (KH, 2019)
“... Dan sudah sempet dilakukan itu pendataannya. misalnya buku dateng
nih di perpus, kita kumpulkan dulu sampai kelihatannya banyak. Nanti
kita melakukan pendataan ones off gitu. Pendataannya kita pake ini kode
warna, Koding warna. Jadi misalkan cerita anak kuning sejarah merah,
gitu-gitu, terus novel biru. Gitu-gitulah.” (KA, 2016)
“Biasanya kita sekitar enam bulan sekali, kemarin sih baru sekali sih kita
ada pengkategorian buku-buku yang ada di buku berkaki. Kalo misalnya
ditarokan di pengkatagorian buku berkaki, biasanya kita sampul
kemudian kita kategorisasi terus ditaronya baru di rak buku berkaki. (KI,
2016)
“ ... excel biasa. 001, 002 gitu.” (KI, 2019)
Tahapan pengolahan
koleksi: Pendataan –
SLiMS
Tahapan pengolahan
koleksi: Pemberian label
“Manual pake excel...” (KH, 2019)
“Terus Mengenai itu, pendataan juga, itu Salah satu volunteer-nya buki
lagi bikin semacam, apa ya, software online gitu. Buat bisa masukin
semua data buku. jadi… Nanti semua buku yang masuk dan keluar
terdata. Tapi itu masih dalam pengembangan sistemnya. Terus Mengenai
itu, pendataan juga, itu Salah satu volunteer-nya buki lagi bikin
semacam, apa ya, software online gitu. Buat bisa masukin semua data
buku. jadi… Nanti semua buku yang masuk dan keluar terdata. Tapi itu
masih dalam pengembangan sistemnya.” (KA, 2016)
“... Niatnya dulu pake web itu biar bisa diakes semua orang termasuk
donatur. Cuma agak susah jalanya.” (KH, 2019)
“Kemarin coba bikin aplikasi sendiri dan setengah jalan ta‟ pikir pakai yg
udah jadi aja. Googling-googling ketemunya SliMS.” (KH, 2019)
“Label buku ditempelin warna sesuai kategori sama barcode hasil dari
sistem tadi.... cuma ya belom di aplikasiin aja. Tinggal diprint-print
belum ditempel. rencana sih beres didata dlu baru ditempelin karena
butuh print buat cetak.” (KH, 2019)
“Aku kurang tau dasar warnya apa. Cuma itu modifikasi sama yang dulu
sih. cuma ditambah warna untuk kategori yang belum terakomodasi.”
(KH, 2019)
Layanan dan aktifitas Layanan perpustakaan:
Layanan Sirkulasi: untuk
masyarakat umum
“Kalo dipinjemin sih engga. Cuma baca ditempat.” (KH, 2019)
“Karena perpustakaan kita ini, menyesuaikan juga sama kegiatan rutin
buki yaitu meminjamkan buku bacaan. Jadi, buku diperpus itu masih
sitemnya baca ditempat. Untuk umum ya” (KL, 2016)
“Kalo diperpustakaan sih kita nggak membuka layanan untuk
peminjaman. Tapi kita buka perminjamannya untuk adik-adik yang kita
datangi.” (KI, 2016)
“Kenapa nggak dipinjamkanpertama kita nggak punya pustakawaan.
Yang mengelola in sama out-nya buku yang stand by ada disini. Karena
kita kan Cuma bisa standbye seminggu sekali which is hari sabtu ada
yang piket. tapi piketnya hanya semacam beberes, terus rapi-rapi terus
Ngecekin buku yang selama ini ada. Gitu. Kita cuma takutka karena kita
belum punya program yang bagus buat buat proses peminjaman bukunya
kita malah takutnya Koleksi kita banyak yang ilang.” (KA, 2016)
Layanan Sirkulasi: untuk
volunteer Buki
Layanan Sirkulasi: untuk
rumah belajar binaan
Buku berkaki
“Tapi untuk volunteer sih yang sudah sering ikutan, nanti dicatet yang
mau dibawa pulang, dicatet secara manual, nanti catatannya diserahkan
ketemen pengurus tinggal lapor, aja sih. fleksibel dan nggak terlalu ketat
juga sih kalau untuk volunteer. Tapi untuk umum kita belum mengizinkan
untuk dibawa pulang.” (KL, 2016)
“Boleh asal dibalikin. Monitoringya ngga ada sih, paling di catet
mandiri.” (KH, 2019)
“Yaa itu kalau itu lebih di monitoring. Tiap rolling dicatet sih.” (KH,
2019)
Kegiatan Perpustakaan Buku
Berkaki
Kegiatan Perpustakaan
Buku Berkaki: Drop
Buki
“...sebernernya kan drop buki ini untuk meningkatkan awareness orang-
orang sama buku berkaki. Alhamdulillahnya kita sekarang... ya lumayan
lah relawan tuh dari temen, temennya temen, temennya temen....
alhamdulillah sekarang udah mulai banyak yang aware. Dulu itu buat
open donasi di car free day, hei, siapa yang mau donasi buku nanti bawa
di drop buki. Ternyata kan dengan kemajuan teknologi udah gampang.
Jadi kita nggak usah drop buki lagi.” (KI, 2019)
Kegiatan Perpustakaan
Buku Berkaki: Jemput
Buki
Kegiatan Perpustakaan
Buku Berkaki: sangkar
buku
Kegiatan Perpustakaan
“jadi kalo misalnya yang pertama kan tadi kan yang dari perseorangan itu
kita ngambil dari program jemput buku namanya. Jemput buku itu, jadi
kalo misalnya nih Sesil, ada temennya yang pengen donasi nih gitu.
Tinggal ngubungin Volunteer atau mention di sosial media. bukunya
seberapa banyak, apa aja bukunya gitu-gitu. Ntar kita yang jemput
kerumahnya kalo masih di wilayah JaBodeTabek. kayak gitu. “ (KA,
2016)
“Jadi beberapa krucil yang punya motor atau mobil dulu itu bener-bener
jemput ke bogor, atau kemana itu. Karena dulu untuk go-send itu belum
ada. Tapi semakin kesini pengiriman semakin lancar, jadi ya udah. Kalo
nggak go-send di kirim by ekspedisi.” (KM, 2019)
“... Di luar negeri namanya little freee library. Jadi kayak perpustakaan
mini, ada kotak, nanti mereka bisa baca disitu. Atau bisa ambil buku satu
tukar dengan buku yang lain. Atau bisa nambahin juga.” (KI, 2019)
“ ... Kita bikin versi indonesia, namanya sangkar buku. Karena dia
bentuknya kayak sangkar burung gitu. Percobaan itu di ulang tahun
kelima buku berkaki di kota Klaten, jawa tengah. Tapi gagal. Seminggu
pertama buku berkurang, minggu kedua semakin banyak, minggu
selanjutnya semakin banyak, sebulan kemudian sesangkar-sangkarnya
hilang. Tadinya itu adalah percontohan. Kalo itu berhasil, kita akan coba
di beberapa kota. Ternyata gagal.” (KM, 2019)
Buku Berkaki: Rabu
baca buku
Kegiatan Perpustakaan
Buku Berkaki: Sinema
Buki
Kegiatan Perpustakaan
Buku Berkaki: Buku
untuk Indonesia
Kegiatan Perpustakaan
Buku Berkaki:
Peminjaman untuk
“...bukan buat anak-anak. Ya buat millineal sepantaran kita gitu.” (KM,
2019)
“...Sejak perpustakaan kita hilang... biasa itu buat anak-anak. Setiap hari
sabtu, dua bulan sekali.” (KM, 2019)
“ada program BUI, buku untuk indonesia. Jadi kalo itu kalo misalnya ada
dari daerah, biasanya dari daerah terpencil. Dari timur indonesia
misalnya. Membutuhkan bahan bacaan. Kita biasanya kita kirimkan
bahan bacaan itu sih. sesuai sama Mereka butuhnyaa seperti apa.” (KA,
2016)
“Terus buku-buku yang masuk dari donasi kemarin itu biasanya kita akan
donasikan ke buku untuk indonesia atau inisiasi taman baca. Kalau itu,
buku untuk indonesia atau taman baca, Itu pengelolaannya tergantung
pengurusnya masing-masinng” (KI, 2016)
“Itu langsung putus. Nggak kontinyu. Jika mereka sudah memenuhi
kriteria, kita serahkan.” (KM, 2019)
binaan Buki
“Kita yang mengunjungi adik-adik, tentunya dengan cara survei. Survei
dalam artian misalnya rumah singgah atau panti asuhan, kita nanya dulu
nih ke pengasuhnya ada berapa buku, yang disana atau malah nggak ada
buku, terus tanya juga minat bacanya gimana, rentang usia adik-adik di
rumah singgah atau panti asuhan itu ada berapa anak, usianya berapa, nah
itu disesuaikan itu jadi patokan kita kira-kira buku apa yang pantas
dibawa ke anak-anak usia lima tahun, usia enam tahun, usia dua belas
tahun, kita menentukannya dari hasil survei itu. Nah selain itu, kita juga
menyesuaikan sama tema yang dibawa. Misalnya ketika kita akan datang
pas bersamaan dengan hari laut. Maka buku-buku yang akan dibawa
temanya sesuai dengan laut, tapi sebagian besar buku-buku yang kita
bawa sih cerita anak sama dongeng, atau ensiklopedia seperti itu sih. Nah,
Buku yang dipinjamkan ke rumah singgah atau panti asuhan biasanya
maksimal sih durasi satu bulan ya, harusnya. Itu juga masih jadi PR buat
kita. Karena secara ini belum konsisten. Karena menyesuaikan juga
dengan kondisi temen-temen volunteer. Jadi jadwal-nya bisa misalnya di
panti A, satu bulan setengah, baru satu bulan setengah kemudian kita
menukar dengan bacaan yang lebih baru. Terakhir kita disahabat missil
yang dikolong jembatan itu malah tiga atau empat bulan sih.” (KL, 2016)
“Nah kan buku berkaki Kayak namanya kan punya kaki.dia jalan-jalan
kan. Emang kegiatan kita ngajak bukunya kalan-jalan. Jadi buku yang
dipinjamkan itu buku yang dibawa ke adik-adik yang di panti asuhan,
terus laapak pemulung misalnya, atau rumah belajar. Gitu-gitu. Kita
rolling, aja. Nanti kita drop di bulan januari misalnya, terus habis itu
febuari kita balik lagi tuh kesitu buat ngerefresh bukunya. Kayak-kayak
gitu. Terus buku yang lama kita puter lagi ke tempat-tempat lainnya. gitu-
Kegiatan Perpustakaan
Buku Berkaki: Kegiatan
Kolaborasi
Kegiatan Perpustakaan
Buku Berkaki: Kegiatan
Kolaborasi – bentuk
kegiatan
gitu. ke panti asuhan lain.” (KA, 2016)
“Awalnya siapa aja yang mau ngundang buki, kita datang. Cuman kita
keteteran, dan nggak ada hasil yang maksimal. Karena tidak ada
kontroling. Jadi per-2017, kita pilih 10 di Jakarta dan Bogor. Tadinya
Bogor mau kita take out. Cuman ini panti asuhan paling awal kita yang
temenin, akhirnya Bogor masuk satu. Kita lihat urgensinya, yang paling
membutuhkan yang mana, itu yang jadi binaan.” (KM, 2019)
“Rotasi bukunya dua minggu sekali.” (KM, 2019)
“Kenapa konsep dari buku berkaki ini kita pinjamkan karena kalo kita ada
buku tentang pantai atau laut kalau kita kasih kesatu anak maka yang tahu
tentang laut atau pantai ya satu anak itu doang. Tapi kalau kita puter,
buku tersebut anak yang satu ke anak yang lain juga jadi tahu.” (KL,
2016)
“Oh ada, namanya sejuta buku untuk Indonesia, terus, backpacker
Indonesia, komunitas berbagi nasi, komunitas komunitas ramashinta, ayo
dongeng, belantara budaya indonesia, hibah buku.” (KM, 2019)
“Ya paling perkegiatan. Misalnya kegiatan apa, kita diundang untuk share
ke anak-anak, terus bikin rumah baca bareng-bareng, bikin semacam
pojok baca gitu. Ini untuk sekali waktu doang dong ya. Kalo untuk yang
kontinyu nggak ada.” (KM, 2019)
BIODATA PENULIS
CESILIA TIFASILVIANA. Lahir di Klaten, 16 Maret
1995. Putri pertama dari tiga bersaudara, Ayahanda
Dulhalim dan Ibunda Ernawati. Penulis bertempat tinggal
di Kuningan, Jawa Barat. Menyelesaikan pendidikan di
SDN 2 Hantara (2006), MTsN Model Cigugur (2009) dan
SMAN 1 Kuningan (2012). Penulis kemudian melanjutkan
pendidikan Strata 1 (S1) di UIN Syarif Hidatullah Jakarta
pada jurusan Ilmu Perpustakaan, Fakultas Adab dan Humaniora. Menyelesaikan
kuliah dengan skripsi berjudul “Pengelolaan Perpustakaan Komunitas: Studi
Kasus Perpustakaan Komunitas Buku Berkaki”. Selama menjadi Mahasiswi Ilmu
Perpustakaan, penulis ikut serta dalam berbagai kegiatan, diantaranya PKL di
Perpustakaan DPR-RI (2015) dan KKN di Desa Jayanti, Tangerang Selatan
(2015). Selain itu, penulis merupakan volunteer acara Festival Dongeng
Internasional Indonesia (FDII) pada tahun 2015 dan 2016.