pengelolaan obat yang keliru dalam perawatan

Upload: dea-handayani

Post on 10-Mar-2016

218 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

obat

TRANSCRIPT

Tugas Translate NOVEMBER 2015

PENGELOLAAN OBAT YANG KELIRU DALAM PERAWATAN

Disusun Oleh:NI PUTU DEA PAWITRI HANDAYANIN 111 14 010

PEMBIMBING KLINIK:dr. SOFYAN BULANGO, Sp. An

KEPANITERAAN KLINIK ANESTESIOLOGI DAN REANIMASIFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUNIVERSITAS TADULAKOPALU2015

PENGELOLAAN OBAT YANG KELIRU DALAM PERAWATAN

PendahuluanSuatu survei yang diadakan pada tahun 2001 menyatakan bahwa setiap 133 prosedur anestesi, dilaporkan terdapat 1 pemberian obat yang keliru. Dua kategori utama dari kekeliruan termasuk pemberian obat bolus intravena dengan dosis yang tidak sesuai (20%) dan substitusi obat (20%).Di ruang operasi, anestesiologis menulis pesanan obat, menyetujuinya, mempersiapkan obat dan memberikan kepada pasien. Kebiasaan ini kurang penjagaan yang terjadi di bangsal dimana klinisi meresepkan obat, pihak farmasi memverifikasinya dan perawat memberikannya setelah memverifikasi lima ketepatan. Kekeliruan di ruang operasi menyebabkan ketidakseimbangan yang lebih berbahaya dibandingkan kekeliruan di bangsal karena obat-obatan beresiko tinggi lebih sering digunakan di ruang operasi.Anestesiologis terlibat sekitar 25% dalam persalinan sesar dan hampir 25% untuk persalinan normal. Suatu variasi obat digunakan dan perawatan dilakukan terhadap 2 makhluk hidup. Bagian ini akan berfokus pada faktor yang meningkatkan resiko kekeliruan dan rekomendasi pada praktik untuk meningkatkan keamanan di ruang operasi.

Kekeliruan Medikasi Dewan Koordinasi Nasional untuk Pelaporan dan Pencegahan Kesalahan Obat mendefinisikan suatu kekeliruan obat sebagai berikut:Suatu kekeliruan medikasi merupakan suatu kejadian yang dapat dicegah yang dapat menyebabkan atau mengarah pada ketidaksesuaian penggunaan medikasi atau membahayakan pasien meskipun medikasi dalam kontrol perawatan kesehatan profesional, pasien atau konsumen. Beberapa kejadian dapat berkaitan dengan praktik professional, produk perawatan kesehatan, prosedur dan sistem, termasuk peresepan; komunikasi; pelabelan produk, pengepakan, dan tata nama; penggabungan obat; pembuangan obat; distribusi obat; pemberian obat; edukasi; memonitor dan penggunaan.

Budaya yang Tepat Ini sangat direkomendasikan untuk mengadopsi model akuntabilitas Budaya yang Tepat Ini merupakan budaya yang memberi nilai pelajaran mengenai lingkungan untuk meningkatkan sistem ketika mengenali peran kekeliruan manusia dan kebutuhan untuk mendukung dayaguna staf dan akuntabilitas untuk pilihan yang aman.

Melaporkan Kekeliruan dan Mempelajari Pelajaran Penulis menyarankan bahwa kekeliruan harus dilaporkan dengan menyesuaikan pada indeks NCC MERP dulu untuk mengkategorikan kekeliruan medikasi seperti yang tampak dalam gambar 1.

Gambar 1. Indeks untuk Mengkategorikan Kekeliruan Medikasi

DefinisiKerugianGangguan fungsi fisik, emosional atau fisiologis atau struktur tubuh dan/atau sakit yang ditimbulkannya

MemonitorMengobservasi atau mencatat tanda fisiologi atau psikologi yang relevan.

IntervensiDapat termasuk perubahan terapi atau pengobatan medis aktif /pembedahan.

Intervensi yang Diperlukan Untuk Mempertahankan HidupTermasuk dukungan kardiovaskular dan respiratori (misalnya RJP, defibrilasi dan intubasi).

Ada 4 metode dalam mempelajari kekeliruan Ruang operasi seharusnya mencatat kekeliruan medikasi aktual yang telah terjadi dan menginvestigasi penyebab awal kekeliruan tersebut. Hal ini dilakukan dengan tujuan mengidentifikasi cara meningkatkan sistem dan mencegah kekeliruan di masa yang akan datang. Ruang operasi seharusnya menganalisa data yang berkaitan dengan kekeliruan medikasi. Hal ini dilakukan dengan tujuan menentukan kecenderungan kekeliruan medikasi (misalnya oleh obat) maupun pengaruh intervensi (misalnya penggunaan kode batang) Ruang operasi seharusnya juga melaporkan dan menganalisa suatu keadaan hampir keliru Hal ini harus dianjurkan sebagai suatu keadaan hampir keliru yang dapat berakibat kejadian tragis dan harus ditanggapi secara serius. Sayangnya, hal ini harus dikenal sebagai overdosis yang serius sebelum pemberian telah sering dilakukan dan tidak diberikan dalam tingkat prioritas yang sama dan melalui analisis perbandingan dengan kejadian overdosis yang sama yang mengenai pasien dan menyebabkan kerugian. Akhirnya, ruang operasi harus belajar dari kekeliruan eksternal dan mengidentifikasi kemungkinan insiden yang sama terjadi di tempat mereka dan mengimplementasikan strategi proaktif untuk mengurangi kekeliruan. Setiap ruang operasi harus mengidentifikasi staf medis atau perawat yang harus dilatih dalam mengevaluasi laporan kekeliruan dan near misses. Mereka harus dilatih dalam masalah keamanan pasien dan terbiasa dengan masalah seperti Analisis Sumber Penyebab Analisis Mode Efek Kekeliruan, dan Model Percepatan untuk Perbaikan

Frekuensi dan Sifat dari Kekeliruan Pemberian Obat dalam Ruang Operasi Frekuensi dan sifat kekeliruan pemberian obat anestesi di 2 rumah sakit di Selandia Baru tampak pada tabel 1. Tipe kekeliruan, termasuk: Ketidaktepatan dosis Substitusi Kelalaian/tidak mencantumkan label obat Tiruan/insersi, dan Ketidaktepatan rute Hal yang perlu diperhatikan serius bahwa sebagian besar obat yang terlibat dalam kekeliruan medikasi merupakan medikasi yang beresiko tinggi seperti Relaksan otot Epinefrin Heparin Morfin Insulin Fentanil Midazolam, dan Ketamin Dalam 69% substitusi bolus IV, kekeliruan terjadi antara medikasi yang berasal dari kelas farmakologi berbeda.

Tabel 1. Frekuensi dan sifat kekeliruan pemberian obat dalam anestesi di 2 rumah sakit di Selandia BaruTipe kekeliruan (total tipe)

Bolus (frekuensi)

n

Infus (frekuensi)

n

Agen inhalasi (frekuensi)

n

Ketidaktepatan dosis (26)

Relaksan otot (4), heparin (3), efedrin (2), morfin, insulin, fentanil, midazolam, droperidol, ketamin, cephazolin.

16

Sodium nitropruside (2), dopamin, nitrogliserin, vecuronium, remifentanil, propofol, tidak teridentifikasi..

8

Nitrous oksida, isoflurane.

2

Substitusi (22)

Flumazenil untuk midazolam, Lidokain untuk midazolam, Morfin untuk metaraminol, Morfin untuk fentanil, Fentanil untuk etomidat, Suxamethonium untuk fentanil, Nalokson untuk efedrin, Nitrogliserin untuk efedrin, Flucloxacillin untuk amoksisilin, Augmentin untuk cefuroxime, Thiopentone untuk cefuroxime, Ketamin untuk remifentanil, Atracurium untuk saline, Relaksan otot untuk obat kebalikan relaksan, Mivacurium untuk agen yang tidak teridentifikasi.16

Propofol untuk dopamin, Epinefrin untuk dopamin, Kalsium untuk nitrogliserin, Insulin untuk nitrogliserin.

4

Isofluran untuk sevofluran, Nitrous oksida untuk oksigen.

2

Kelalaian/tidak mencantumkan label obat (15)

Relaksan otot (3), antiemetik (2).

5

Remifentanil (2), dopamin, propofol.

4

Isofluran (2), pemberian oksigen, pre-oksigenasi, sevofluran, nitrous oksida.

6

Tiruan/ insersi (9)

Tenoksikam (2), nitrogliserin, deksametason, vecuronium, epinefrin, tidak teridentifikasi.

7

Isofluran, sevofluran.

2

Ketidaktepatan rute (2)

Tidak teridentifikasi (1), lidokain dengan epinefrin (1) keduanya IV, bukannya secara epidural.

2

Lain-lain (5)

Tenoksikam untuk pasien inhibitor ACE, Diklofenak untuk pasien dengan riwayat ulkus, Vankomisin terlalu cepat (2), Cephazolin untuk pasien endokarditis sebelum melakukan kultur mikrobiologi.

5

Rute total

51

16

12

* sebagai tambahan terhadap 79 laporan kekeliruan yang ditabulasikan, iodin digunakan untuk persiapan kulit yang disubstitusi untuk pre-operatif lainnya. Frekuensi kejadiannya yaitu satu jika tidak dinyatakan dalam pasien yang diketahui alergi terhadap iodin dan satu agen hipertensi oral di rak.

Kekeliruan Berkaitan dengan Kelelahan Jam kerja iregular yang biasa dilakukan dalam praktik anestetik dapat meningkatkan kemungkinan kekeliruan. Spesialis yang melampaui batasan keamanan diri untuk pemberian anestesia berkelanjutan ditemukan lebih kemungkinan untuk laporan kekeliruan berkaitan dengan kelelahan dibanding spesialis yang tetap dalam batasan keamanan mereka. Mereka harus mengenal efek yang mengganggu dari tidur dan fisiologi sirkadian pada regu kerja dan terutama keamanan pasien dan menentukan batasan keamanan durasi kerja di anestesia.

Rekomendasi untuk Meningkatkan Keamanan Medikasi di Ruang Operasi Dukungan utama menangani kekeliruan obat di ruang operasi adalah mencegah kekeliruan ini dengan mengadopsi ceklis praktik terbaik berbasis bukti Ceklis praktik dapat diikuti pengaturan perioperatif sebagai berikut.

Informasi Pasien dan Riwayat Medikasi Menjamin paling tidak ada 2 pengidentifikasi pasien dalam catatan pasien. Memperoleh riwayat medikasi preoperatif secara rinci - ini harus mencakup Peresepan obat Produk bebas Medikasi alternatif, dan Suplemen nutrisiDaftar lengkap obat dijaga dalam suatu format standar di rekam medis pasien. Dokumentasi waktu pemberian obat preoperasi terakhir. Menentukan jika ada kebutuhan untuk melanjutkan atau tidak melanjutkan berbagai medikasi perioperatif. Menentukan jika pasien memiliki riwayat alergi obat dan mendokumentasikannya di rekam medis pasien, grafik anestetik dan formulir pemesanan. Penentuan alergi pasien merupakan salah satu hal di Ceklis Keamanan Bedah WHO selama batas waktu sebelum induksi anestesia. Selalu memeriksa status alergi pasien dan pencocokan obat sebelum memesan atau memberi medikasi baru. Selalu melakukan serah terima obat secara rinci dan mencocokan obat ketika mengembalikan pasien ke bangsal atau ICU untuk perawatan pascaoperasi.

Permintaan Verbal Permintaan verbal di ruang operasi biasanya diberikan oleh ahli bedah dan anestesiologis. Bagaimanapun, ada resiko kekeliruan interpretasi, terutama ketika pemberi info menggunakan masker. Rekomendasi untuk mencegah kekeliruan medikasi karena kekeliruan verbal di ruang operasi Membentuk suatu sistem baca kembali yang mencakup langkah berikut: Ketika permintaan verbal diterima, tulis di papantulis dan ini harus disetujui dan didengar oleh dokter yang meminta. Permintaan verbal yang melibatkan angka harus diulang angka per angka (misalnya "satu-lima" dibanding "lima belas"). Tanya permintaan yang tidak berkaitan dengan prosedur pasien, kondisi dan indikasi. Minimalisir tiap gangguan dan interupsi selama proses.

Label Menyediakan semua area persiapan obat dengan label pra-cetak. Ini biasanya tersedia secara komersial dan dapat dengan mudah digunakan pada suntikan dan menyediakan dokumentasi yang tepat dari obat dan isi yang diharapkan. Untuk memenuhi Komisi Gabungan Persyaratan Internasional pada label, hal-hal berikut harus diimplementasikan Label medikasi dan cairan yang on dan off di area steril Label medikasi dan cairan dimana pun mereka dipindahkan dari tempat asalnya ke kemasan berbeda Label harus termasuk Nama obat, kekuatan dan jumlah (jika tidak tertera jelas dikemasan), Tanggal kadaluarsa obat jika dimaksudkan untuk digunakan setelah 24 jam, dan Waktu kadaluarsa obat jika terjadi dalam 24 jam. Menjamin bahwa 2 individu berkualitas untuk memverifikasi label secara verbal dan secara visual ketika orang berbeda yang mempersiapkan dan memberikan medikasi. Setiap saat, beri label hanya satu medikasi atau cairan. Segera buang semua medikasi atau cairan tidak berlabel. Menyimpan dan menyediakan petunjuk semua kemasan awal medikasi atau cairan di area prosedural sampai semua prosedur selesai. Buang semua kemasan berlabel di area steril setelah prosedur selesai. Selama pergantian regu atau istirahat, semua personel yang masuk atau keluar ruang operasi harus memeriksa kembali medikasi dan cairan on dan off di area steril dan juga label mereka.

Rekomendasi Konsensus untuk Meningkatkan Keamanan Medikasi di Ruang Operasi Elemen ceklis berikut merupakan rangkuman konsensus yang dikembangkan di pertemuan Yayasan Keamanan Anestesia Pasien (APSF) pada Januari 2010.

Standarisasi Menyediakan obat beresiko tinggi (misalnya epinefrin) dalam konsentrasi standar; dalam bentuk siap untuk digunakan (bolus atau infus) harus sudah disiapkan oleh pihak farmasi. Pemberian obat melalui pompa pintar menggunakan infus terstandardisasi dan protokol selama di institusi; ini akan membuat pasien lebih mudah untuk berpindah dari bangsal/ICU ke ruang operasi dan sebaliknya. Menyediakan suntikan dan infus yang siap digunakan dengan label terstandardisasi yang dapat dibaca oleh mesin. Hindari menyimpan elektrolit konsentrat atau tiap agen yang berpotensi letal di ruang operasi. Menstandardisasi penempatan obat dalam area kerja anestesia dan wadahnya. Institusi harus berinvestasi dalam konektor rute spesifik terstandardisasi untuk semua tabung/pipa (misalnya IV, spinal, epidural, arterial dan enteral)

Teknologi Mempertimbangkan penggunaan pembaca kode batang yang dapat membantu identifikasi medikasi sebelum dipersiapkan atau diberikan ke pasien. Semua pengguna harus menerima pelatihan dalam menggunakan alat teknologi seperti pembaca kode batang dan alat pendukung keputusan komputerisasi.

Dukungan Farmasi Bertujuan untuk membuat ahli farmasi klinis sebagai bagian dari tim ruang operasi Jika memungkinkan, mencoba dan menghentikan penyedia medikasi rutin dan bekerja terhadap perlengkapan medikasi terstandardisasi yang disiapkan sebelumnya berdasarkan jenis kasus.

Rangkuman Pengaturan ruang operasi merupakan hal yang unik tidak seperti pengaturan di bangsal, anestesiologi sering berfungsi tunggal dalam pemberian medikasi. Situasi unik ini ditambah dengan fakta bahwa banyak penggunaan obat di pengaturan ruang operasi merupakan medikasi dengan waspada tinggi.Institusi harus mempromosikan budaya keamanan pasien dan mendukung pelaporan semua kekeliruan medikasi dan keadaan hampir keliru. Kekeliruan harus dianalisa dan aksi perbaikan dilakukan untuk menghasilkan perbaikan sistem.Akhirnya, institusi harus mengembangkan ceklis mereka sendiri berdasarkan bukti praktik terbaik yang tergabung dalam kumpulan obat, mengkoreksi praktik pelabelan, standardisasi konsentrasi obat, menggunakan pompa pintar dan pembaca kode batang dan memasukan ahli farmasi klinis sebagai bagian dari tim ruang operasi.

Rujukan1. Eichhorn JH. APST host medication safety conference: consensus group defines challenges and opportunities for improved practice. APSF Newsletter. 2010; 25:1-20.2. Gander PH, Merry AF, Millar MM, Weller JM. Hours of work and fatigue-related error: A survey of New Zealand anaesthetists. Anaeth Intensive Care. 2000 Apr; 28 (2): 178-183.3. Hanna GM, Levine WC. Medication safety in the perioperative setting. Anesthesiol Clin. 2011 Mar; 29(1): 135-44.4. Hendrickson T. Verbal medication orders in the OR. AORN J. 2007 Oct; 86 (4): 626-9.5. Institute for Safe Medication Practices. ISMP Medication Safety Alert: Four-pronged error analysis is best practice. 1999 Sep 22.6. National Coordinating Council for Medication Error Reporting and Prevention (NCC MERP). About medication error [Internet]. 2012. Available from: http://www.nccmerp.org/aboutMedError.html7. Stabile M, Webster CS, Merry AF. Medication administration in anesthesia: time for a paradigm shift. APSF Newsletter. 2007 Fall;22(3):44-7.8. The Joint Commission: Meeting the Joint Commissions 2008 national patient safety goals. Oakbrook Terrace, IL: Joint Commission Resource, 2007.9. Webster CS, Merry AF, Larsson L, McGrath KA, Weller J. The frequency and nature of drug administration error during anaethesia. Anaesth Intensive Care. 2001 Oct, 29(5): 494-500

15