pengelolaan kawasan konservasi berbasis resort · web viewdalam iucn (1994), kawasan konservasi...

43
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kawasan konservasi berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Keanekaragaman Hayati dan Ekosistemnya adalah kawasan yang ditetapkan oleh pemerintah sebagai kawasan suaka alam yaitu cagar alam dan suaka margasatwa, kawasan pelestarian alam yaitu taman nasional, taman wisata alam dan taman hutan raya, dan taman buru. Berdasarkan Permenhut P.13/Menhut-II/2005 tanggal 6 Mei 2005, Direktorat Jenderal PHKA mengembang tugas untuk melakukan pengelolaan kawasan konservasi seluas 27.190.993 hektar. Direktorat Jenderal PHKA memberikan tugas pengelolaan kepada unit-unit pelaksana teknis untuk melakukan pengelolaan kawasan konservasi guna menjamin kelestarian keanekaragaman hayati dan ekosistemnya di wilayah kerjanya masing-masing.

Upload: others

Post on 15-Sep-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pengelolaan Kawasan Konservasi Berbasis Resort · Web viewDalam IUCN (1994), kawasan konservasi didefinisikan sebagai wilayah daratan dan atau laut yang secara khusus diperuntukkan

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kawasan konservasi berdasarkan Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1990 tentang Konservasi Keanekaragaman Hayati dan

Ekosistemnya adalah kawasan yang ditetapkan oleh pemerintah

sebagai kawasan suaka alam yaitu cagar alam dan suaka

margasatwa, kawasan pelestarian alam yaitu taman nasional, taman

wisata alam dan taman hutan raya, dan taman buru.

Berdasarkan Permenhut P.13/Menhut-II/2005 tanggal 6 Mei

2005, Direktorat Jenderal PHKA mengembang tugas untuk

melakukan pengelolaan kawasan konservasi seluas 27.190.993

hektar. Direktorat Jenderal PHKA memberikan tugas pengelolaan

kepada unit-unit pelaksana teknis untuk melakukan pengelolaan

kawasan konservasi guna menjamin kelestarian keanekaragaman

hayati dan ekosistemnya di wilayah kerjanya masing-masing.

Secara absolut, Unit Pelaksana Teknis dalam melakukan

pengelolaan kawasan konservasi akan menjaga dan melestarikan

keanekaragaman hayati dan ekosistemnya. Secara ilmiah, menjaga

dan melestarikan keanekaragamann hayati dan ekosistemnya

dilakukan dengan menciptakan kondisi sedemikan rupa sehingga key

features kawasan dapat berproses secara alami serta dapat

dimonitor dinamikanya, termasuk dengan melakukan tindakan

konservasi yang dilakukan.

Page 2: Pengelolaan Kawasan Konservasi Berbasis Resort · Web viewDalam IUCN (1994), kawasan konservasi didefinisikan sebagai wilayah daratan dan atau laut yang secara khusus diperuntukkan

Dalam pengelolaan kawasan konservasi muncul berbagai

permasalahan seperti dihapusnya eselon V setingkat kepala resort,

belum lengkapnya sistem kerja di tingkat resort dan tidak tersedianya

anggaran kegiatan di resort mendorong ketidakjelasan pelaksanaan

kegiatan minimal yang harus dilaksanakan di tingkat resot/lapangan.

Hal ini lebih lanjut mengakibatkan meningkatnya ketidakhadiran staf

di lapangan. Ketika lapangan ditinggalkan, maka kawasan seolah-

olah menjadi tidak bertuan dan cenderung mengarah ke dalam

situasi yang disebut sebagai “open acces” .

Pada situasi seperti inilah maka intensitas berbagai bentuk

gangguan terhadap kawasan semakin meningkat. Gangguan

tersebut terwujud dalam berbagai kegiatan illegal antara lain

perambahan, penyerobotan, konflik batas, illegal logging, perburuan

satwa dan pendudukan kawasan oleh berbagai pihak yang tidak

bertanggungjawab. Gangguan ini akan semakin meningkat sebagai

akibat rendahnya kehadiran staf di lapangan.

Hal inilah yang mendasari perlunya pengelolaan kawasan

konservasi berbasis resort sehingga kehadiran staf di lapangan

meningkat dan kegiatan-kegiatan minimal yang harus dilaksanakan di

tingkat lapangan terlaksana dengan baik dan fungsi pencegahan

terhadap meluasnya gangguan hutan tercapai.

Page 3: Pengelolaan Kawasan Konservasi Berbasis Resort · Web viewDalam IUCN (1994), kawasan konservasi didefinisikan sebagai wilayah daratan dan atau laut yang secara khusus diperuntukkan

B. Maksud dan Tujuan

Maksud dari tulisan ini adalah sebagai bahan informasi yang

terstruktur terhadap sistem pengelolaan kawasan konservasi

berbasis resort yang berorientasi terhadap efektifitas pengelolaan

melalui pemberdayaan Resort sebagai unit pengelolaan terkecil.

Tulisan ini bertujuan untuk mewujudkan suatu kerangka

program kegiatan pengelolaan kawasan konservasi berbasis Resort

sebagai titik awal dari tercapainya visi, misi, tujuan dan sasaran

pengelolaan kawasan konservasi secara optimal.

C. Ruang Lingkup

Peningkatan kelembagaan Resort pengelolaan melalui

peningkatan peranan petugas lapangan dalam melakukan berbagai

kegiatan pengelolaan berdasarkan 3 (tiga) pilar konservasi yaitu :

Perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan

keanekaragaman hayati dan pemanfaatan secara lestari.

Page 4: Pengelolaan Kawasan Konservasi Berbasis Resort · Web viewDalam IUCN (1994), kawasan konservasi didefinisikan sebagai wilayah daratan dan atau laut yang secara khusus diperuntukkan

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Pengelolaan Kawasan Konservasi

Penetapan suatu kawasan konservasi merupakan salah satu

strategi konservasi dengan tujuan untuk melindungi keanekaragaman

jenis dan ekosistemnya dari kepunahan. Dalam IUCN (1994),

kawasan konservasi didefinisikan sebagai wilayah daratan dan atau

laut yang secara khusus diperuntukkan bagi perlindungan dan

pemeliharaan keanekaragaman hayati, sumberdaya alam serta

sumberdaya budaya, dikelola melalui cara-cara legal atau cara-cara

efektif lainnya.

Dalam paradigm lama, kawasan konservasi dianggap

sebagai sebuah kawasan yang cenderung eksklusif dengan

penekanan pada perlindungan sistem penyangga kehidupan serta

pengawetan jenis tumbuhan dan satwa, sehingga salah satu tujuan

pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati dan

ekosistemnya belum tersentuh. Pemikiran ini menyebabkan rencana

pengelolaan tersebut tidak mengakomodasi berbagai kepentingan

yang terkait dengan keberadaan kawasan tersebut. Akibatnya adalah

masyarakat di sekitar kawasan merasa tidak dilibatkan dalam

pengelolaan kawasan konservasi.

Kemudian muncul paradigm baru yang menyatakan bahwa

pengelolaan kawasan konservasi adalah rencana dengan prinsip

pengelolaan yang terintegrasi dan mengakomodir berbagai

Page 5: Pengelolaan Kawasan Konservasi Berbasis Resort · Web viewDalam IUCN (1994), kawasan konservasi didefinisikan sebagai wilayah daratan dan atau laut yang secara khusus diperuntukkan

kepentingan yang terkait, khususnya menyangkut kesejahteraan

masyarakat di sekitar kawasan (IUCN, 2003).

Konsep pelestarian modern adalah pemeliharaan dan

pemanfaatan sumberdaya bumi secara bijaksana. Penetapan dan

pengelolaan kawasan yang dilindungi adalah salah satu cara

terpenting untuk mendapatkan jaminan agar sumberdaya alam dapat

dilestarikan, sehingga sumberdaya tersebut dapat lebih memenuhi

kebutuhan umat manusia sekarang dan di masa akan datang.

Kawasan yang dilindungi apabila dirancang dan dikelola secara tepat

dapat memberikan keuntungan yang lestari bagi masyarakat.

Pelestarian memegang peranan penting dalam pembangunan sosial

ekonomi di lingkungan pedesaan dan turut mengembangkan

peningkatan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat penghuni

pedesaan tersebut (MacKinnon et al. 1993).

Pembangunan kawasan konservasi di Indonesia masih

dihadapkan pada berbagai gangguan dan ancaman yang

menyebabkan kerusakan dan kawasan konservasi belum dapat

berfungsi secara optimal. Berbagai bentuk gangguan dan ancaman

terhadap kawasan konservasi adalah: pencurian dan penebangan

liar, perambahan, peredaran dan perdagangan flora dan fauna

secara illegal, perburuan liar, penangkapan melebihi quota, dan

penyelundupan flora dan fauna langka dan dilindungi.

Keberhasilan pengelolaan kawasan banyak bergantung

pada kadar dukungan dan penghargaan yang diberikan kepada

kawasan yang dilindungi oleh masyarakat sekitarnya. Di tempat

Page 6: Pengelolaan Kawasan Konservasi Berbasis Resort · Web viewDalam IUCN (1994), kawasan konservasi didefinisikan sebagai wilayah daratan dan atau laut yang secara khusus diperuntukkan

dimana kawasan yang dilindungi dipandang sebagai penghalang,

masyarakat setempat dapat mengagalkan pelestariannya, tetapi bila

dianggap sebagai sesuatu yang positif manfaatnya, masyarakat

sendiri yang akan bekerjasama dengan pengelola dalam melindungi

kawasan tersebut dari pengembangan yang membahayakan

(MacKinnon et al. 1993)

Di dalam IUCN (2000) dalam Asrianny (2006) dikatakan

bahwa untuk mendukung konsep pembangunan berkelanjutan dalam

pengelolaan kawasan konservasi, IUCN/WCPA dan WWF telah

merekomendasikan:

• Kawasan konservasi akan bertahan hanya dengan melihat nilai,

dalam pengertian yang lebih luas, untuk kepentingan bangsa secara

keseluruhan dan kepada masyarakat lokal pada khususnya.

• Keberadaan masyarakat adat dan lokal dalam kawasan konservasi

harus didukung penuh dengan bentuk partisipasi dalam bentuk co-

management

• pengelolaan sumberdaya dan cara ini tidak akan mengikis sasaran

hasil pengelolaan kawasan konservasi

• Pengetahuan, inovasi dan praktek yang diterapkan oleh masyarakat

lokal harus menjadi sebuah kontribusi bagi pengelolaan kawasan

konservasi

• Pemerintah dan pengelola kawasan konservasi harus bisa

bekerjasama dan penguasaan lahan masyakarat lokal dan

penggunaan sumberdaya serta sistem kontrol merupakan sebuah

pendekatan konservasi keanekaragaman hayati

Page 7: Pengelolaan Kawasan Konservasi Berbasis Resort · Web viewDalam IUCN (1994), kawasan konservasi didefinisikan sebagai wilayah daratan dan atau laut yang secara khusus diperuntukkan

Hal mendasar yang harus difahami oleh para pengelola

kawasan konservasi adalah :

1. Pengelola harus memahami dan mengetahui “isi” kawasan,

kondisi kawasan, dinamika perubahan “isi” dan kawasan serta

mendapatkan jawaban mengapa terjadi perubahan-perubahan,

termasuk pola-pola interaksi lingkungan eksternal-dinamika

perubahan penduduk, perkembangan social, ekonomi, budaya,

infrastruktur, kebijakan-kebijakan local, kelembagaan masyarakat,

dan lain sebagainya. Untuk mengetahui dann memahami hal-hal

tersebut di atas, tidak lain jawabannya adalah bahwa pengelola

harus terjun ke lapangan. Pengelolaan kawasan konservasi tidak

dapat dilakukan dengan menggunakan remote control.

2. Untuk dapat memahami dinamika interaksi kawasan dan daerah

penyangga di sekitarnya, pengelola harus memiliki sikap mental

seorang leader yang memiliki prinsip-prinsip kerja dengan

dukungan keilmuan multidisiplin dan mentalitas kerja berjaringan

dan kolaborasi. Scientific-based decision making merupakan

prasyarat mutlak bagi pengelola kawasan konservasi dalam

memilih opsi-opsi pengelolaan. Tidak ada ruang pengambilan

keputuan berdasarkan “feeling” atau “by accident”. Ini hal yang

sangat memalukan bagi pengelola kawasan dan melanggar kode

etik pengelola kawasan konservasi (catatan: kode etik ini belum

ada, dan masih menjadi pemikiran penulis). Silakan bertanya

pada diri sendiri, bagaimana pengambilan keputusan-keputusan

selama ini kita lakukan? Bagaimana usulan kegiatan tahun yang

Page 8: Pengelolaan Kawasan Konservasi Berbasis Resort · Web viewDalam IUCN (1994), kawasan konservasi didefinisikan sebagai wilayah daratan dan atau laut yang secara khusus diperuntukkan

akan dating kita susun? Dan lain sebagainya. Scientific judgment

tidak selalu berasal dari pakar dan perguruan tinggi, tetapi juga

harus dilandasi dengan sikap mental ilmiah, didasarkan pada

fakta-fakta lapangan, dengan analisis yang secara ilmiah relatif

dapat dipertanggungjawabkan. Tidak berarti pula pengelola hanya

mengontrakkan berbagai pekerjaan pada konsultan (siapapun

mereka). Seluruh staf kunci harus terlibat dalam proses kreatif

dan proses kajian ilmiah tersebut, sehingga merasakan proses

pembelajaran bersama. Sesekali meminta bantuan pakar untuk

memberikan masukan apakah suatu metodologi atau teknik

pengambilan data yang digunakan secara ilmiah benar dan dapat

dipertanggungjawabkan. Kepala Balai TN/KSDA harus figure

yang memiliki sikap mental selalu ingin tahu, selalu ingin

menambah ilmu, selalu gelisah bila suatu masalah belum dapat

dipecahkan, termasuk pertanyaan : “kok saya belum tahu persis

ya apa tujuan awal penetapan suatu kawasan? Apa isi

sebenarnya di dalamnya, apakah ada hal-hal yang bermanfaat

bagi keilmuan dan kemanusiaan? Siapa tahu ekstrak kimiawinya

mengandung unsur-unsur sebagai materi pengobatan penyakit

modern yang belum ada obatnya. Mohon maaf, pertanyaan-

pertanyaan seperti itu sekarang ada di kepala para peneliti asing.

Seorang peniliti orangutan di Stasiun Riset Ketambe-TN Gunung

Leuser, mengatakan setelah hampir 40 tahun seri penelitian

orangutan di Ketambe, itu hanya 30% dari kemungkinan-

kemungkinan ditemukannya fenomena ilmiah orangutan bagi

Page 9: Pengelolaan Kawasan Konservasi Berbasis Resort · Web viewDalam IUCN (1994), kawasan konservasi didefinisikan sebagai wilayah daratan dan atau laut yang secara khusus diperuntukkan

kemanusiaan! Sementara Kepala Balainya hampir tidak pernah

mengunjungi stasiun riset tertua dan terpenting di dunia itu. Tim

Peneliti yang melibatkan Conservation International berkantor di

Washington DC bekerjasama dengan LIPI menemukan banyak

spesies baru di CA Foja-Mamberamo, dan diduga masih akan

ditemukan spesies-spesies baru di belantara Papua tersebut

(penulis bertanya-tanya, apakah staf Balai Besar KSDA Papua

juga terlibat dalam penelitian tsb?). Celakanya, Pusat juga tidak

emngetahui bahwa Kepala Balainya tidak pernah mengunjungi

lapangan. Kondisi ini sangat membahayakan untuk hanya kita

biarkan.

3. Perubahan struktural dan “revolusi” pengelolaan kawasan

konservasi harus segera dilakukan, agar pengelola tidak sekedar

menjadi administrator ijin bagi peneliti asing, atau sekedar

menjadi “penjaga kawasan” (kerjaan ini pun juga tidak dilakukan,

kecuali patroli), tetapi menjadi garda depan penelitian “isi”

kawasan konservasi, menjaga dan memanfaatkan kawasan,

untuk kepentingan-kepentingan jangka panjang sesuai tujuan

yang telah ditetapkan.

B. Resort Sebagai Unit Pengelolaan Terkecil

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan sebagai upaya konservasi

sumber daya alam hayati dan ekosistemnya pada kawasan

konservasi mengacu pada 3 pilar konservasi yaitu :

a. perlindungan sistem penyangga kehidupan;

Page 10: Pengelolaan Kawasan Konservasi Berbasis Resort · Web viewDalam IUCN (1994), kawasan konservasi didefinisikan sebagai wilayah daratan dan atau laut yang secara khusus diperuntukkan

b. pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta

ekosistemnya;

c. pemanfatan secara lestari sumber daya alam hayati dan

ekosistemnya.

Kegiatan tersebut akan efektif dalam pencapaian tujuan

pengelolaan apabila dikelola pada suatu unit manajemen terkecil.

Dalam pengelolaan hutan, selama ini kita mengenal adanya resort,

dimana resort ini adalah satuan unit manajemen terkecil dalam

pengelolaan hutan. Sebagai unit terkecil, resort yang langsung

berhadapan dan berinteraksi dengan masyarakat dan permasalahan-

permasalahan di lapangan. Sehingga dapat dikatakan bahwa resort

merupakan kunci penentu keberhasilan kinerja pengelolaan kawasan

konservasi.

Pembagian kawasan konservasi kedalam unit-unit

pengelolaan terkecil perlu dilakukan berdasarkan potensi dan

permasalahan, ketersediaan sumberdaya manusia, sarana dan

prasarana, aksesibilitas, serta prioritas pengembangan. Pembagian

wilayah kerja pengelolaan perlu diikuti dengan penataan

kelembagaan secara menyeluruh mulai dari tingkat Balai sampai

dengan tingkat Resort.

Selanjutnya di dalam unit pengelolaan terkecil tersebut perlu

dilakukan pembagian ke dalam blok-blok kawasan yang nantinya

merupakan sasaran dari tindakan pengelolaan. Dengan tujuan

pengelolaan yang demikian kompleks, maka solusi manajemen yang

Page 11: Pengelolaan Kawasan Konservasi Berbasis Resort · Web viewDalam IUCN (1994), kawasan konservasi didefinisikan sebagai wilayah daratan dan atau laut yang secara khusus diperuntukkan

perlu diimplementasikan adalah pengelolaan kawasan konservasi

berbasis resort.

C. Kondisi Pengelolaan Saat Ini

Pengelolaan kawasan konservasi saat ini dinilai belum efektif

dan optimal. Hal ini dapat dilihat dari berbagai indikator pengelolaan,

antara lain keutuhan kawasan, tingkat gangguan kawasan ( illegal

logging, illegal mining, perburuan satwa dan flora langka, tumpang

tindih kepentingan dengan sektor lain), ketersediaan sarana dan

prasarana, sumber daya manusia dan penataan kawasan.

Berdasarkan data dari UPT, total kerusakan hutan di kawasan

konservasi sampai dengan 15 Juni 2009 seluas 460.407 hektar, yang

terdiri dari taman nasional 315.424 hektar (1,9 % dari luas taman

nasional) dan non taman nasional seluas 144.983 hektar (11,7 % dari

luas kawasan non taman nasional) (Wiratno, 2010).

Tingginya tingkat kerusakan kawasan konservasi non taman

nasional tersebut diatas antara lain disebabkan oleh beberapa hal,

yaitu :

a. Ukuran kawasan konservasi non taman nasional (cagar alam dan

suaka margasatwa) relatif kecil dan terpencar. Rata-rata luas

cagar alam adalah 18.000 hektar, dengan variasi luas cagar alam

terkecil 0,03 hektar (Beringin Sakti di Sumatera Barat) dan cagar

alam terluas 300.000 hektar (Enarotali di Papua). Sedangkan

rata-rata luas suaka margasatwa adalah 70.000 hektar, dengan

variasi luas suaka margasatwa terkecil 25,02 hektar (Muara

Page 12: Pengelolaan Kawasan Konservasi Berbasis Resort · Web viewDalam IUCN (1994), kawasan konservasi didefinisikan sebagai wilayah daratan dan atau laut yang secara khusus diperuntukkan

Angke) dan cagar alam terluas 2.018.000 hektar (Membramo-Foja

di Papua.

b. Lokasi kawasan konservasi suaka alam yang tersebar dan

terpencil, sehingga upaya pengamanan kawasan memerlukan

biaya yang lebih besar dan kesiapan sumberdaya manusia yang

lebih handal, termasuk bagaimana membangun strategi

melibatkan masyarakat sekitar untuk ikut serta mengamankan

kawasan.

c. Perubahan tata guna lahan untuk kepentingan pembangunan di

sekitar kawasan suaka alam berdampak langsung pada

terbukanya akses kedalam kawasan tersebut, sehingga dapat

meningkatkan tekanan dan kerusakan pada kawasan.

d. Unit Pelaksana Teknis (UPT) KSDA, disamping mengelola

kawasan (in-situ) juga mendapat mandat untuk memberikan

pelayanan umum konservasi di luar habitatnya (ex-situ) yaitu

membina, mengawasi dan melakukan penegakan hukum

terhadap peredaran tumbuhan dan satwa liar di tingkat provinsi.

e. Masih rendahnya dukungan mitra untuk membantu UPT KSDA.

Sebagian mitra lebih mendukung pengelolaan kawasan taman

nasional. Sementara itu, dukungan pemerintah daerah dirasakan

juga kurang memadai, misalnya dalam hal pengembangan daerah

penyangga atau sinergi program pembangunan daerah dengan

kegiatan pengelolaan suaka alam.

Persoalan-persoalan kawasan yang dihadapi oleh pengelola

kawasan yang mengakibatkan tingginya tingkat kerusakan hutan

Page 13: Pengelolaan Kawasan Konservasi Berbasis Resort · Web viewDalam IUCN (1994), kawasan konservasi didefinisikan sebagai wilayah daratan dan atau laut yang secara khusus diperuntukkan

seperti tersebut di atas pada umumnya telah berlangsung dalam

waktu yang cukup lama. Kompleksitas persoalan ini telah

menyangkut kepentingan sektor lain (pertambangan, pembangunan

jalan, waduk, jaringan transmisi listrik, energi listrik, tower

telekomunikasi, areal (pencadangan) transmigrasi, pemukiman

masyarakat), illegal logging, illegal fishing, perambahan, pendudukan

kawasan, jual beli lahan, sertifikasi lahan kawasan, tumpang tindih

atau konflik batas kawasan, tumpang tindih wilayah kabupaten baru

dengan kawasan, dan sebagainya.

Demikian pula besaran persoalannya sudah sampai pada

pendudukan kawasan oleh ribuan kepala keluarga, pembentukan

desa-desa baru defenitif di dalam kawasan, penerbitan sertifikat

tanah, hak guna usaha dalam waktu yang relatif lama. Persoalan

baru seiring dengan otonomi daerah adalah munculnya puluhan

kabupaten pemekaran dan bahkan provinsi baru yang sebagian atau

seluruh wilayahnya berada di dalam kawasan konservasi.

Penyelesaian persoalan tersebut tidak dapat hanya

dilakukan melalui proses penegakan hukum tanpa didukung oleh

perubahan kebijakan pengelolaan dan dukungan kebijakan di tingkat

nasional. Persoalan kawasan konservasi telah menjadi persoalan

strategi nasional, yang sudah waktunya diselesaikan secara terpadu,

sinergis dan dengan dukungan kebijakan nasional yang konsisten.

D. Kondisi yang Diinginkan

Mensikapi perkembangan pembangunan di berbagai bidang

selama 30 tahun terakhir yang telah berdampak pada perubahan-

Page 14: Pengelolaan Kawasan Konservasi Berbasis Resort · Web viewDalam IUCN (1994), kawasan konservasi didefinisikan sebagai wilayah daratan dan atau laut yang secara khusus diperuntukkan

perubahan besar pada pola penggunaan lahan, antara lain untuk

perkebunan skala besar terutama sawit, pembangunan jaringan

jalan, pertambangan, pertumbuhan kota-kota baru, lahirnya banyak

kabupaten dan provinsi baru, maka harus disusun strategi

pengelolaan kawasan konservasi yang berbasiskan pada kawasan,

pada teritorial. Strategi tersebut antara lain :

1. Konsep pemangkuan dan pengelolaan kawasan konservasi ini

harus diterjemahkan ke dalam bahasa teknis dan didukung

dengan kajian ilmiah yang memadai, dalam rangka mencapai

tujuan pengelolaan yang lebih fokus, efektif, sesuai skala prioritas,

dan bermanfaat.

2. Pemantauan dan evaluasi pengelolaan kawasan konservasi harus

dilakukan secara efektif dengan memanfaatkan teknologi

GIS/Remote Sensing, yang didukung oleh Team Reaksi Cepat,

dan Team Kerja di Tingkat Resort, untuk melakukan crosscheck,

pemetaan persoalan dan pemetaan potensi kawasan,

mengembangkan tipologi persoalan dan tipologi potensi, dan opsi

solusi persoalan dan pengembangan potensi di tingkat lapangan.

3. Membangun sistem kerja kolaboratif dan perencanaan bottom-up

berbasis resort dalam mendukung tujuan pengelolaan, yang

ditetapkan dalam Visi dan Misi pengelolaan kawasan konservasi.

4. Membangun berbagai inisiatif kolaborasi multipihak di berbagai

level dalam rangka meningkatkan komunikasi dan pembelajaran

dan ”platform” atau Agenda Bersama terhadap peneyesaian

masalah dan pengembangan potensi.

Page 15: Pengelolaan Kawasan Konservasi Berbasis Resort · Web viewDalam IUCN (1994), kawasan konservasi didefinisikan sebagai wilayah daratan dan atau laut yang secara khusus diperuntukkan

5. Membangun kapasitas dan kapabilitas ”leadership” di seluruh

tingkatan jabatan struktural maupun fungsional, melalui proses

pembelajaran multipihak.

6. Membangun dukungan kebijakan di tingkat nasional dari jajaran

Departemen Kehutanan (lintas Eselon I), Departemen terkait

lainnya, maupun mitra kerja Ditjen PHKA dan mitra kerja

Departemen Kehutanan.

E. Strategi

Mensikapi kondisi saat ini dan kondisi yang diinginkan,

minimal dalam periode 5 tahun ke depan (2009-20014), Strategi

Kementerian Kehutanan sebagai berikut :

1. Tingkat Nasional

a. Pada tatasan nasional, kawasan-kawasan konservasi telah

dimasukkan ke dalam Tata Ruang Nasional. Peta Dasar

Tematik Kehutanan (peta penunjukan yang diperbaharui) yang

segera dideklarasi oleh Menteri Kehutanan, akan dijadikan

dasar atau acuan bagi sektor lain untuk menetapkan Tata

Ruang Pulau.

b. Penataan kawasan konservasi telah diamanatkan di dalam

(revisi) PP 68. Proses penataan ini ditujukan untuk menata

kawasan konservasi menjadi unit-unit pengelolaan sampai

dengan tingkat lapangan atau unir pengelolaan terkecil di

tingkat resort.

c. Kementerian Kehutanan mendorong dan memfasilitasi

diterbitkannya INPRES Penanggulangan Perambahan di

Page 16: Pengelolaan Kawasan Konservasi Berbasis Resort · Web viewDalam IUCN (1994), kawasan konservasi didefinisikan sebagai wilayah daratan dan atau laut yang secara khusus diperuntukkan

Kawasan Konservasi. Instruksi Presiden ini akan melibatkan

lintas departemen/lembaga untuk penyelesaian perambahan

di Kawasan Konservasi. INPRES ini akan dijadikan dasar bagi

Pemprov dan atau Pemkab dalam menyiapkan Tim Terpadu

Penanggulangan Perambahan di Kawasan Konservasi.

2. Tingkat Kementerian Kehutanan

Penataan kawasan konservasi perlu didukung dengan data dan

informasi spasial dan non spasial yang akurat dan up to date.

Data dan informasi ini bukan hanya di masing-masing kawasan

konservasi tetapi juga kondisi penggunaan lahan dan penutupan

lahan kawasan penyngga di sekitarnya.

Direktorat Konservsi Kawasan, khususnya Subdit Pemolaan dan

Pengembangan dan Subdit PIKA akan menjadi Lead Agency

dalam mengembangkan Lab. GIS/Remote Sensing untuk

membangun Sistem Monitoring dan Evaluasi Kawasan

Konservasi. Subdit Pemolaan dan Pengembangan, Subdit PIKA

akan bekerja intensif dan terpadu dengan Bagian Program

Anggaran, dan Bagian Evaluasi-Sekditjen PHKA, dan Dir.PPH.

Tim yang bekerja pada Lab GIS/RS Ditjen PHKA akan membantu

dan fasilitasi UPT untuk melakukan penataan kawasan, termasuk

dalam rangka membangun Sistem Pemantauan Perambahan

Kawasan Konservasi dan membangun Database Kawasan.

3. Tingkat UPT

UPT membangun Lab GIS/RS untuk mendukung penataan

kawasan berbasis resort. Lab GIS/RS ini akan menghasilkan

Page 17: Pengelolaan Kawasan Konservasi Berbasis Resort · Web viewDalam IUCN (1994), kawasan konservasi didefinisikan sebagai wilayah daratan dan atau laut yang secara khusus diperuntukkan

data/informasi dasar yang akan dijadikan bahan bagi ”Team

Reaksi Cepat” dan ”Team Kerja Resort”, untuk melakukan cek

lapangan, verifikasi, pengumpulan data dan informasi tambahan,

pemetaan sejarah persoalan-persoalan kawasan.

Beberapa UPT, yaitu TN.Gunung Halimun Salak, TN Gunung

Gede Pangrango, TN Alas Purwo, TN Kerinci Seblat, dan TN

Gunung Leuser telah mengembangkan berbagai inisiatif

pengelolaan, sampai dengan tingkat Resort. Artinya, pengelolaan

dilakukan di lapangan dengan resort sebagai Unit Manajemen

terkecil suatu kawasan konservasi.

Dengan dukungan dari pusat, apabila diperlukan, UPT

mendorong dan atau memfasilitasi dibentuknya Tim Koordinasi

Penyelesaian Perambahan di Kawasan Konservasi, baik di tingkat

kabupaten atau provinsi.

Page 18: Pengelolaan Kawasan Konservasi Berbasis Resort · Web viewDalam IUCN (1994), kawasan konservasi didefinisikan sebagai wilayah daratan dan atau laut yang secara khusus diperuntukkan

BAB IIIRUMUSAN DAN ANALISA MASALAH

A. Rumusan Masalah

Secara ilimiah, menjaga dan melestarikan sumberdaya alam

hayati dan ekosistemnya pada kawasan konservasi dilakukan

dengan menciptakan kondisi sedemikian rupa sehingga key features

kawasan dapat berproses secara alami, dapat dimonitor dinamikanya

dan melakukantindakan konservasi yang diperlukan. Mencermati

kondisi pengelolaan kawasan konservasi saat ini, muncul berbagai

permasalahan yang mendasari pentingnya pengelolaan kawasan

konservasi berbasis resort. Beberapa rumusan masalah tersebut

adalah :

1. Perkembangan kompleksitas permasalahan yang sangat

berpengaruh terhadap pengelolaan kawasan konservasi.

2. Belum adanya Assesment Biodiversity and ecosytem secara

sistematis yang menghasilkan gambaran penting suatu jenis

spesies dan ekosistemnya (key features biodiversity) yang

menjadi tolok ukur terhadap sistem pengelolaan kawasan

konservasi.

3. Pengelolaan kawasan konservasi belum dilakukan secara

proporsional pada 3 pilar konservasi. Kegiatan perlindungan dan

pemanfaatan lebih dominan sehingga aspek pengawetan relatif

belum banyak disentuh.

Page 19: Pengelolaan Kawasan Konservasi Berbasis Resort · Web viewDalam IUCN (1994), kawasan konservasi didefinisikan sebagai wilayah daratan dan atau laut yang secara khusus diperuntukkan

B. Analisa Masalah

Sebagai upaya mencermati perkembangan kompleksitas

permasalahan di kawasan konservasi yang sangat berpengaruh

terhadap kelestarian keanekaragaman hayati dan ekosistemnya,

maka langkah awal dalam pengelolaan kawasan konservasi adalah

dengan memberdayakan resort sebagai unit pengelolaan terkecil,

sehingga tidak cukup hanya di tingkat Seksi Pengelolaan. SDM di

tingkat Resort akan bekerja pada dua fokus secara paralel dan

sinergis. Ke dalam kawasan, melakukan pengamanan, patroli,

inventarisasi, monitoring, pengendalian pemantauan dan evaluasi.

Ke luar kawasan, harus mampu membangun komunikasi dan

kemitraan dengan berbagai komponen di desa-desa yang berbatasan

dengan kawasan konservasi.

1. Pentingnya Assesment Biodiversity dan ekosistem

Kegiatan assesment biodiversity dan ekosistem merupakan

kegiatan yang melibatkan berbagai disiplin ilmu yang akan

menyimpulkan berbagai interaksi antara faktor-faktor biotis dan

abiotis serta keberadaannya saat ini di tengah-tengah kehidupan

sosial ekonomi yang terjadi pada masyarakat sekitar yang

berpotensi sebagai ancaman terhadap keanekaragaman hayati

dan ekosistemnya. Mindset ini harus dipahami oleh pengelola di

tingkat resort dan seksi pengelolaan dan pada tingkat analisis

dilakukan di balai sebagai induk pengelolaan kawasan

konservasi.

Page 20: Pengelolaan Kawasan Konservasi Berbasis Resort · Web viewDalam IUCN (1994), kawasan konservasi didefinisikan sebagai wilayah daratan dan atau laut yang secara khusus diperuntukkan

Assesment biodiversity dan ekosistem akan menghasilkan

gambaran penting suatu jenis spesies dan ekosistemnya (Key

Features Biodiversity dan Ekosistemnya) yang menjadi tolok ukur

pengelolaan kawasan konservasi. Key Features Biodiversity

merupakan gambaran dari keanekaragaman hayati dari suatu

kawasan konservasi yang diperoleh melalui assesmen interaksi

manusia (terutama yang bersifat ancaman) terhadap kawasan

hutan. Dengan demikian, dalam melakukan assesmen sosial

ekonomi dan kultural masyarakat di dalam dan di sekitar kawasan

hutan, perlu dilakukan analisa yang cukup mendalam.

Oleh karena itu, selain pemahaman dalam proses assesmen

biodiversity dan ekosistemnya, diperlukan pula pemahaman yang

sama terhadap Key Features Biodiversity pada setiap level

pengelolaan sehingga interpretasi terhadap gambaran penting

suatu jenis spesies dan ekosistemnya sesuai antara output dan

outcame. Level Resort sebagai ujung tombak pengelolaan

mempunyai peranan yang sangat penting dalam pelaksanaan

asessmen biodiversity dan ekosistemnya serta penentuan Key

Features Biodiversity untuk menghasilkan output yang diinginkan

oleh Balai Pengelolaan sebagai penentu kebijakan.

2. Tahapan Pengelolaan Berbasis Resort

Beberapa tahapan dalam implementasi pengelolaan

berbasis resort adalah sebagai berikut :

1). Penataan Wilayah Kerja Resort

Page 21: Pengelolaan Kawasan Konservasi Berbasis Resort · Web viewDalam IUCN (1994), kawasan konservasi didefinisikan sebagai wilayah daratan dan atau laut yang secara khusus diperuntukkan

Sebagai langkah awal untuk terwujudnya optimalisasi

pengelolaan kawasan konservasi berbasis resort adalah

penataan wilayah kerja resort. Penataan wilayah kerja resort

meliputi peningkatan kelembagaan resort melalui peningkatan

peranan petugas lapangan dalam melakukan berbagai

kegiatan pengelolaan baik pada bidang perlindungan dan

pengamanan hutan, monitoring dan pengendalian

keanekaragaman hayati dan ekosistemnya serta kegiatan lain

yang bersifat pendekatan kepada masyarakat.

Penataan wilayah kerja resort dituangkan dalam peta

kerja resort dalam bentuk :

a. Peta tematik pembagian wilayah kerja

(Bidang/Wilayah/Seksi/ Resort), yang menunjukkan lokasi

kantor Bidang/Wilayah/Seksi/ Resort).

b. Peta tutupan lahan kawasan hutan.

c. Peta tipologi daerah penyangga

d. Peta indikatif Zonasi Kawasan.

e. Peta batas kawasan, batas administratif

Kabupaten/Propinsi

f. Peta jaringan jalan

g. Peta DAS, Sub DAS, Sungai

h. Peta potensi kawasan-ekowisata, air, hasil hutan non kayu.

2). Penataan Sumber Daya Manusia

Sumber Daya Manuasia (SDM) merupakan modal pokok

bagi satu unit pengelola dalam menjalankan berbagai kegiatan

Page 22: Pengelolaan Kawasan Konservasi Berbasis Resort · Web viewDalam IUCN (1994), kawasan konservasi didefinisikan sebagai wilayah daratan dan atau laut yang secara khusus diperuntukkan

pengelolaan terutama kegiatan Assesment biodiversity and

ecosistym serta penentuan Key features biodiversity sebagai

pedoman awal bagi keberlanjutan pengelolaan disamping

upaya perlindungan dan pengamanan hutan.

Penataan SDM pada setiap Resort diupayakan terdiri dari

beberapa personil yang meliputi Polisi Kehutanan sebagai

tenaga pengamanan hutan, Pengendali Ekosistem Hutan

sebagai penghimpun data potensi sumberdaya alam yang ada

di wilayah Resort dan Penyuluh Kehutanan sebagai tenaga

penyuluhan. Pada masing-masing Resort dibentuk Struktur

organisasi Resort yang terdiri dari Kepala Resort dan Anggota

Resort, dengan uraian tugas sebagai berikut :

a. Kepala Resort, dengan uraian tugas :

1. Menyusun rencana kerja tahunan pengelolaan resort

2. Sebagai koordinator dalam pelaksanaan kegiatan

resort.

3. Mengatur jadwal kegiatan sesuai rencana kerja resort.

4. Bertanggung jawab kepada atasan langsung dalam

operasional kegiatan resort.

5. Melakukan koordinasi sesuai dengan kewenangannya

(internal-eksternal)/pihak terkait dengan diketahui oleh

atasan langsung.

6. Mengkoordinir kegiatan fungsional di tingkat resort.

7. Bertanggung jawab terhadap keberadaan dan

pemeliharaan sarana prasarana resort.

Page 23: Pengelolaan Kawasan Konservasi Berbasis Resort · Web viewDalam IUCN (1994), kawasan konservasi didefinisikan sebagai wilayah daratan dan atau laut yang secara khusus diperuntukkan

b. Anggota Resort (Pengumpul data konservasi dan

perlindungan) :

1. Membantu kepala resort dalam penyusunan rencana

kerja resort (bersama seluruh anggota).

2. Bertanggungjawab terhadap kegiatan pengumpulan

data serta membantu Kepala Resort dalam

penyusunan laporan kegiatan secara periodik.

3. Bertanggungjawab kepada Kepala Resort dalam

pelaksanaan tugas.

4. Memberikan masukan teknis kepada Kepala Resort.

Struktur ini didukung oleh :

a. Tata hubungan kerja internal

b. Sistem kerja di setiap Seksi Wilayah ke Resort.

c. Pola hubungan kerja internal-eksternal (kemitraan,

kolaborasi, kerjasama, kontrak kerja

d. Perencanaan berbasis resort, yang disebut sebagai

perencanaan bottom-up, berbasis kondisi dan ragam

sumberdaya, profil/tipologi resort dan aspirasi lokal atau

setempat.

e. Sistem monitoring dan evaluasi internal dan multipihak.

3). Perencanaan Kegiatan

Page 24: Pengelolaan Kawasan Konservasi Berbasis Resort · Web viewDalam IUCN (1994), kawasan konservasi didefinisikan sebagai wilayah daratan dan atau laut yang secara khusus diperuntukkan

Pengelolaan berbasis Resort bukan hanya sekedar

meningkatkan kapasitas pengelolaan pada level Resort yang

didukung dengan sarana dan prasarana serta kepercayaan

terhadap pengelolaan anggaran operasional Resort, akan

tetapi pengelolaan berbasis Resort merupakan suatu alur

mekanisme pengelolaan yang saling berkesinambungan baik

secara hirarkis maupun secara teknis terhadap berbagai

kegiatan yang memberikan keluaran hasil sebagaimana yang

telah ditetapkan dalam suatu perencanaan Balai.

Perencanaan kegiatan dilaksanakan melalui beberapa

diskusi dan penyusunan rencana kegiatan serta inventarisasi

kebutuhan penunjang kegiatan Resort. Kegiatan yang

merupakan operasional Resort nantinya diharapkan

memadukan antara kegiatan pengamanan hutan, inventarisasi

potensi, monitoring dan kegiatan yang berhubungan dengan

pendekatan kemasyarakatan yang dilakukan di masing-

masing Resort.

Perencanaan kegiatan minimal operasional Resort

harus mencakup Tiga Pilar Konservasi yaitu Perlindungan

sistem penyangga kehidupan, Pengawetan keanekaragaman

hayati dan ekosistemnya, dan Pemanfaatan secara lestari.

Kegiatan minimal operasional Resort ini merupakan tugas

minimal yang harus dikerjakan oleh Resort yang diselaraskan

dengan tupoksi jabatan fungsional personil Resort yaitu

Polhut, PEH dan Penyuluh.

Page 25: Pengelolaan Kawasan Konservasi Berbasis Resort · Web viewDalam IUCN (1994), kawasan konservasi didefinisikan sebagai wilayah daratan dan atau laut yang secara khusus diperuntukkan

BAB IVKESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari pembahasan

mengenai pengelolaan kawasan konservasi berbasis resort adalah :

1. Langkah awal dalam pengelolaan kawasan konservasi berbasis

Resort adalah memberdayakan Resort sebagai unit pengelolaan

terkecil.

2. Level Resort berperan penting dalam pelaksanaan Assesment

Biodiversity dan ekosistemnya serta penentuan Key Features

Biodiversity untuk memunculkan suatu output yang diinginkan

Balai Pengelola Kawasan Konservasi sebagai penentu kebijakan.

3. Implementasi pengelolaan kawasan konservasi berbasis Resort

diselaraskan dengan 3 (tiga) pilar konservasi, yaitu : Perlindungan

sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman

hayati dan pemanfaatan secara lestari.

D. SaranUntuk mewujudkan pengelolaan kawasan konservasi

berbasis resort dibutuhkan komitmen dari setiap UPT dalam

merencanakan sistem pengelolaan kawasan konservasi berbasis

resort. Komitmen ini harus didukung dalam implementasi perumusan

Page 26: Pengelolaan Kawasan Konservasi Berbasis Resort · Web viewDalam IUCN (1994), kawasan konservasi didefinisikan sebagai wilayah daratan dan atau laut yang secara khusus diperuntukkan

sistem kerja pengelolaan dan penganggaran yang berpihak ke

Resort dan mendukung kerja Resort (patroli, penjagaan, pemantauan

habitat, anjangsana ke desa-desa/kampung terdekat dan

sebagainya).

DAFTAR PUSTAKA

Anonim., 2010. Pengelolaan Taman Nasional Berbasis Resort, Pengalaman 4 Tahun Implementasi di TN. Alas Purwo. Bahan Presentasi Pertemuan Koordinasi Pengelolaan Kawasan Konservasi Berbasis Resort pada Tanggal 24 Juni 2004 di Makassar. Balai Taman Nasional Alas Purwo.

_______, 2010a. Pengelolaan Kawasan Konservasi Berbasis Resort Sebagai Salah Satu Opsi Dalam Efesiensi dan Efektifitas Pengelolaan yang Berkelanjutan. Bahan Presentasi Pertemuan Koordinasi Pengelolaan Kawasan Konservasi Berbasis Resort pada Tanggal 24 Juni 2004 di Makassar. Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Sulawesi Selatan.

Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, 2004, Kumpulan Peraturan Perundangan Terkait Dengan Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Buku I), Jakarta, Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam

IUCN. 1994. Guidelines for Protected Area Management Categories. CNPPA wiyh the assistance of WCMC. UK : IUCN, Gland, Switzerland and Cambridge.

IUCN. 2003. Guidelines for Management Planning of Protected Areas. UK: International Union for Conservation of Nature and Natural Resources, World Commision on Protected Areas, and Cadriff University.

MacKinnon J, Mackinnon K, Child G, Thorsell J. 1993. Pengelolaan Kawasan yang Dilindungi di Daerah Tropika. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Primarck RB. Supriatna J, Indrawan M, Kramadibrata P. 1998. Biologi Konservasi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Wiratno, Ir., M.Sc., 2010. Arah Pengelolaan Kawasan Konservasi Ke Depan. Makalah Pertemuan Koordinasi Pengelolaan Kawasan Konservasi Berbasis Resort pada Tanggal 24 Juni 2004 di

Page 27: Pengelolaan Kawasan Konservasi Berbasis Resort · Web viewDalam IUCN (1994), kawasan konservasi didefinisikan sebagai wilayah daratan dan atau laut yang secara khusus diperuntukkan

Makassar. Kementerian Kehutanan, Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam.

_______________, 2010a Penataan Kawasan Konservasi Makalah Pertemuan Koordinasi Pengelolaan Kawasan Konservasi Berbasis Resort pada Tanggal 24 Juni 2004 di Makassar. Kementerian Kehutanan, Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam.

RUMUSAN HASIL LOKAKARYA

Pokok-pokok rumusan yang disepakati dalam Lokakarya Pengelolaan

Kawasan Konservasi Berbasis Resort Tahun 2010 di Balai Diklat

Kehutanan Makassar dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Bagi UPT yang telah memiliki resort-resort agar memberdayakan

resort dengan merencanakan sistem pengelolaan berbasis resort.

2. Perlu Komitmen yang jelas dalam implementasi perumusan sistem

kerja pengelolaan berbasis resort dan penganggaran yang berpihak

ke Resort.

3. Pengelolaan kawasan konservasi berbasis resort tersebut akan

terlaksana apabila didukung oleh leadership di tingkat Seksi Wilayah

dan Balai sebagai pengambil Keputusan.

4. Konsep pengelolaan berbasis resort sebaiknya diterapkan diterapkan

pada semua wilayah pengelolaan kawasan hutan, tidak terbatas

hanya pada kawasan konservasi saja.

Page 28: Pengelolaan Kawasan Konservasi Berbasis Resort · Web viewDalam IUCN (1994), kawasan konservasi didefinisikan sebagai wilayah daratan dan atau laut yang secara khusus diperuntukkan

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................... i

KATA PENGANTAR KEPALA BALAI ...................................... Ii

DAFTAR ISI ............................................................................. iii

I. PENDAHULUAN ................................................................ 1

A. Latar Belakang............................................................... 1

B. Maksud dan Tujuan....................................................... 3

C. Ruang Lingkup............................................................... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................... 4

A. Konsep Pengelolaan Kawasan Konservasi................... 4

B. Resort Sebagai Unit Pengelolaan Terkecil................... 9

C. Kondisi Pengelolaan Saat Ini................... ..................... 11

D. Kondisi Yang Diinginkan................................................ 13

E. Strategi .......................................................................... 15

III. RUMUSAN DAN ANALISA MASALAH................................ 18

A. Rumusan Masalah.......................................................... 18

B. Analisa Masalah............................................................. 19

1. Pentingnya Assesment Biodiversity dan Ekosistem. 19

2. Tahapan Pengelolaan Berbasis Resort ................... 20

IV. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................... 25

A. Kesimpulan .................................................................. 25

B. Saran ........................................................................... 25

DAFTAR PUSTAKA ................................................................ 26

RUMUSAN HASIL LOKAKARYA ............................................ 27

Page 29: Pengelolaan Kawasan Konservasi Berbasis Resort · Web viewDalam IUCN (1994), kawasan konservasi didefinisikan sebagai wilayah daratan dan atau laut yang secara khusus diperuntukkan