pengelolaan homestay di desa wisata …...peningkatan kesejahteraan masyarakat, melalui kontribusi...

28
1 PENGELOLAAN HOMESTAY DI DESA WISATA NGLANGGERAN KABUPATEN GUNUNG KIDUL Linda Ester Langi 732015601 Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia Email: [email protected]

Upload: others

Post on 29-Oct-2020

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGELOLAAN HOMESTAY DI DESA WISATA …...peningkatan kesejahteraan masyarakat, melalui kontribusi dalam menyumbangkan devisa, kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), penciptaan

1

PENGELOLAAN HOMESTAY DI DESA WISATA NGLANGGERAN KABUPATEN

GUNUNG KIDUL

Linda Ester Langi

732015601

Fakultas Teknologi Informasi

Universitas Kristen Satya Wacana

Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia

Email: [email protected]

Page 2: PENGELOLAAN HOMESTAY DI DESA WISATA …...peningkatan kesejahteraan masyarakat, melalui kontribusi dalam menyumbangkan devisa, kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), penciptaan

2

Page 3: PENGELOLAAN HOMESTAY DI DESA WISATA …...peningkatan kesejahteraan masyarakat, melalui kontribusi dalam menyumbangkan devisa, kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), penciptaan

3

Page 4: PENGELOLAAN HOMESTAY DI DESA WISATA …...peningkatan kesejahteraan masyarakat, melalui kontribusi dalam menyumbangkan devisa, kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), penciptaan

4

Page 5: PENGELOLAAN HOMESTAY DI DESA WISATA …...peningkatan kesejahteraan masyarakat, melalui kontribusi dalam menyumbangkan devisa, kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), penciptaan

5

Page 6: PENGELOLAAN HOMESTAY DI DESA WISATA …...peningkatan kesejahteraan masyarakat, melalui kontribusi dalam menyumbangkan devisa, kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), penciptaan

6

1. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Sebagai industri jasa, sektor pariwisata telah memberikan kontribusi dan berperan

penting dalam pembangunan perekonomian nasional, pengembangan wilayah maupun

peningkatan kesejahteraan masyarakat, melalui kontribusi dalam menyumbangkan devisa,

kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), penciptaan lapangan kerja, disamping

peran sosial, budaya dan lingkungan dalam kerangka pelestarian sumber daya alam dan

budaya.

Amanat Presiden Republik Indonesia, bahwa Pariwisata Indonesia diharapkan dapat

terus diperkuat dan dikembangkan menjadi sektor strategis dan pilar pembangunan

perekonomian nasional serta akan dapat mencapai target kunjungan wisatawan mancanegara

sebesar 20 juta dan pergerakan wisatawan nusantara sebesar 275 juta perjalanan pada tahun

2019 mendatang (Rakornas Ke-IV). Untuk itu diperlukan strategi pengembangan yang

disusun menjadi 3A yaitu Atraksi, Aksesibilitas, dan Amenitas. Homestay merupakan konsep

yang sangat sesuai untuk mendukung pengembangan amenitas pariwisata nasional,

mengingat, potensi terbesar pariwisata Indonesia ialah budaya dan alam.

Seiring berkembangnya waktu dengan meluasnya definisi pariwisata, daerah tujuan

wisata juga semakin berkembang. Salah satu daerah tujuan wisata yang menjadi alternatif

bagi wisatawan adalah pariwisata pedesaan atau yang biasa disebut desa wisata. Desa wisata

dibentuk dengan mengedepankan gaya hidup dan kualitas hidup masyarakatnya serta

pelibatan masyarakat setempat dan pengembangan mutu produk desa wisata tersebut. Desa

wisata dibangun dengan konsep kembali ke alam serta menawarkan kehidupan masyarakat

yang lebih alami serta menampilkan kekayaan kebudayaan daerah setempat. Dalam

pengembangan program desa wisata, homestay merupakan bagian dari daya tarik wisata yang

didapatkan oleh wisatawan dalam kunjungannya ke desa wisata.

Homestay merupakan salah satu usaha pariwisata yang dikelola oleh masyarakat di

destinasi pariwisata khususnya di desa wisata. Berbentuk rumah tinggal warga desa setempat

yang sebagian kamarnya disewakan kepada wisatawan serta adanya interaksi antara

wisatawan dan pemilik rumah. Homestay memberikan manfaat bagi masyarakat yaitu sebagai

wadah untuk berpartisipasi dalam mengembangkan pariwisata di desanya, memberikan

kesempatan lapangan kerja dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Oleh

karena itu, berbagai daerah mulai mengembangkan desa wisata sebagai alternatif tujuan

Page 7: PENGELOLAAN HOMESTAY DI DESA WISATA …...peningkatan kesejahteraan masyarakat, melalui kontribusi dalam menyumbangkan devisa, kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), penciptaan

7

wisata yang ditawarkan pada wisatawan, termasuk desa wisata Nglanggeran. Jurnal ini akan

difokuskan pada Desa Wisata Nglanggeran yang telah memiliki beberapa penghargaan.

Desa wisata Nglanggeran, Patuk, Gunungkidul memperoleh penghargaan sebagai Desa

Wisata Terbaik I Indonesia dan menerima penghargaan ASEAN Community Based Tourism

(CBT) Award 2017, yang di serahkan di Singapura, Jumat 20 Januari 2017. Capaian yang

diperoleh Desa Wisata Nglanggeran ini antara lain karena mampu memberikan kontribusi

kesejahteraan sosial, melibatkan kepengurusan dari masyarakat, menjaga dan meningkatkan

kualitas lingkungan, mendorong terjadinya partisipasi interaktif antara masyarakat lokal

dengan pengunjung (wisatawan), menyediakan jasa perjalanan wisata dan pramuwisata yang

berkualitas. Termasuk mengenai kualitas makanan, minuman, akomodasi dan kinerja

Friendly Tour Operator (FTO).1

Desa Wisata Nglanggeran terdapat beberapa tempat wisata spesial. Diantaranya;

Puncak Gunung Api Purba, Embung Nglanggeran, Air Terjun Kedung Kandang, dan masih

banyak lagi hal menarik lainnya yang disajikan di desa ini. Gunung api purba merupakan

gunung batu dari karst atau kapur. Mengingat banyaknya potensi budaya dan ekowisata di

situs gunung api tersebut, tahun 2008 Badan Pengelola Desa Wisata Nglanggeran mengambil

alih pengelolaannya dan menambah berbagai fasilitas disana. Adapun embung adalah

bangunan berupa kolam seperti telaga di ketinggian sekitar 500 meter dari permukaan laut.

Embung dengan luas sekitar 5.000 meter persegi itu berfungsi menampung air hujan untuk

mengairi kebun buah kelengkeng, durian, dan rambutan di sekeliling embung (Kompas,

2013). Pada musim kemarau, para petani bisa memanfaatkan airnya untuk mengairi sawah.

Selain itu homestay juga sedang di kembangkan di Desa Wisata Nglanggeran guna

meningkatan jumlah kunjungan, bahkan saat ini sudah memiliki 80 rumah yang pernah

digunakan untuk homestay live in siswa dari berbagai daerah, bahkan wisatawan asing dari

berbagai negara.

Selain homestay pengelola memiliki alternatif lain untuk ditawarkan kepada wisatawan

yang datang, pengelola Desa Wisata Nglanggeran membuat paket Tahun Baru Exclusive

Gunung Api Purba dengan cukup membayar 185.000/orang sudah bisa mendapatkan

homestay dan mengikuti rangkaian kegiatan tahun baru. Dengan fasilitas pendukung seperti :

homestay dalam satu kamar digunakan 2-4 orang, makan 2 kali di homestay dengan menu ala

1https://travel.tempo.co/read/838401/desa-wisata-nglanggeran-terbaik-asean-2017)

Page 8: PENGELOLAAN HOMESTAY DI DESA WISATA …...peningkatan kesejahteraan masyarakat, melalui kontribusi dalam menyumbangkan devisa, kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), penciptaan

8

desa, sunset gunung Api Purba Gardu pandang I, api unggun di kawasan Embung kebun buah

Nglanggeran, pesta kembang api, sunrise puncak timur gunung Api Purba di kampung 7

kepala keluarga, Pemandu, dan Asuransi.

Sebagai salah satu desa wisata terbaik di Indonesia, menarik untuk mempelajari

bagaimana usaha homestay di desa ini dimulai. Lebih jauh lagi, walaupun telah

memenangkan sebagai desa wisata terbaik di Indonesia, diperlukan studi lebih mendalam

tentang bagaimana usaha homestay dikelola di desa Nglanggeran, dan juga perlu diteliti

sejauh mana pengelolaan homestay di desa ini telah memenuhi standar pengelolaan yang

baik.

1.2 Rumusan Masalah

a. Bagaimana proses terbentuknya usaha homestay di Desa Nglanggeran?

b. Bagaimana usaha homestay di Desa Wisata Nglanggeran dikelola?

2. Tinjauan Pustaka

2.1. Desa Wisata

Salah satu yang menjadi suatu bentuk kegiatan ekowisata pada kawasan tertentu

yang melibatkan masyarakat lokal setempat adalah desa wisata. Menurut Priasukmana &

Mulyadin (2001), Desa Wisata merupakan suatu kawasan pedesaan yang menawarkan

keseluruhan suasana yang mencerminkan keaslian pedesaaan baik dari kehidupan sosial

ekonomi, sosial budaya, adat istiadat, keseharian, memiliki arsitektur bangunan dan

struktur tata ruang desa yang khas, atau kegiatan perekonomian yang unik dan menarik

serta mempunyai potensi untuk dikembangkanya berbagai komponen kepariwisataan,

misalnya atraksi, akomodasi, makanan-minuman, cindera-mata, dan kebutuhan wisata

lainnya.

Lebih jauh penulis tersebut menyatakan bahwa desa wisata biasanya berupa kawasan

pedesaan yang memiliki beberapa karakteristik khusus yang layak untuk menjadi daerah

tujuan wisata. Di kawasan ini, penduduknya masih memiliki tradisi dan budaya yang

relatif masih asli. Selain itu, beberapa faktor pendukung seperti makanan khas, sistem

pertanian dan sistem sosial turut mewarnai sebuah kawasan desa wisata. Diluar faktor-

faktor tersebut, sumber daya alam dan lingkungan alam yang masih terjaga merupakan

salah satu faktor penting dari sebuah kawasan desa wisata.

Page 9: PENGELOLAAN HOMESTAY DI DESA WISATA …...peningkatan kesejahteraan masyarakat, melalui kontribusi dalam menyumbangkan devisa, kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), penciptaan

9

Selain berbagai keunikan tersebut, kawasan desa wisata juga dipersyaratkan

memiliki berbagai fasilitas untuk menunjangnya sebagai kawasan tujuan wisata. Berbagai

fasilitas ini akan memudahkan para pengunjung desa wisata dalam melakukan kegiatan

wisata. Fasilitas-fasilitas yang seyogyanya ada disuatu kawasan desa wisata antara lain :

sarana transportasi, telekomunikasi, kesehatan, dan akomodasi. Khusus untuk sarana

akomodasi, desa wisata dapat menyediakan sarana penginapan berupa pondok-pondok

wisata (Homestay) sehingga para pengunjung dapat merasakan suasana pedesaan yang

masih asli.

2.2. Akomodasi (Homestay)

Usaha Penyediaan Akomodasi adalah usaha penyediaan pelayanan penginapan

untuk wisatawan yang dapat dilengkapi dengan pelayanan pariwisata lainnya (Permen

Pasal 1 Ayat 27 Tahun 2016). Ada beberapa jenis penginapan yang ada di Indonesia

seperti : Hotel, Resort, Cottage, Villa, Losmen, Motel, Guest House, Apartemen dan

Homestay. Usaha Pondok Wisata atau sering disebut juga dengan istilah homestay adalah

salah satu jenis akomodasi yang sering dijumpai di Indonesia. Homestay berupa bangunan

rumah tinggal yang dihuni oleh pemiliknya dan dimanfaatkan sebagian untuk disewakan

dengan memberikan kesempatan kepada wisatawan untuk berinteraksi dalam kehidupan

sehari-hari pemiliknya.

Homestay merupakan salah satu sarana pendukung penting dalam pengelolaan desa

wisata. Sebagai usaha, homestay mampu memberikan dampak positif bagi peningkatan

ekonomi masyarakat desa wisata. Pemilik homestay diwajibkan mempunyai sertifikasi

usaha, guna mendukung peningkatan mutu pelayanan dan pengelolaan melalui pemenuhan

standar usaha. Standar usaha homestay mencakup aspek produk, pelayanan dan

pengelolaan usaha. Sertifikasi pondok wisata dikeluarkan oleh lembaga sertifikasi usaha

bidang pariwisata untuk homestay yang telah memenuhi standar usaha.

Homestay sebagai usaha masyarakat lokal merupakan salah satu bentuk usaha

masyarakat lokal yang pada umumnya terbentuk dari hasil pemberdayaan masyarakat

dalam sebuah pengembangan pariwisata berbasis komunitas (Suharto, 2017: Susanto, P.

C., Ray, E. M., Indahningtyas, D. R., Setiawan, V., Khayat, A., & Pura, U. D.).

Pada umumnya pengembangan pariwisata berbasis komunitas memerlukan peran

aktif dan dukungan dari stakeholder diluar komunitas lokal, seperti pemerintah, LSM, atau

perorangan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal. Oleh

Page 10: PENGELOLAAN HOMESTAY DI DESA WISATA …...peningkatan kesejahteraan masyarakat, melalui kontribusi dalam menyumbangkan devisa, kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), penciptaan

10

karena itu, idealnya usaha homestay dimiliki dan dikelola oleh masyarakat setempat

(ASEAN, 2016).

2.3. Standarisasi Homestay ASEAN

Keberhasilan program homestay di kawasan ASEAN sangat bergantung pada

pemahaman yang kuat akan kebutuhan dasar dari pengalaman pengunjung yang

berkualitas dari perspektif homestay. Oleh karena itu, penetapan standar Homestay

ASEAN diperlukan untuk mengembangkan homestay di sebuah destinasi, standar ini

memberikan kesempatan untuk menstandardisasi pemahaman tingkat dasar tentang apa itu

homestay dan menetapkan standar homestay ASEAN, standar minimum di semua negara

anggota ASEAN. Standar ini juga memfasilitasi pendekatan yang terkoordinasi,

mendorong kemitraan dengan pemangku kepentingan terkait, menciptakan lingkungan

yang positif sambil merevitalisasi ekonomi pedesaan dan juga pengurangan kemiskinan.

Dalam penerapan standarisasi homestay bertaraf ASEAN, ada beberapa kriteria yang

harus diperhatikan. Adapun kriteria homestay (ASEAN, 2016), sebagai berikut; Dari

aspek produk, dalam standar ASEAN, sebuah desa wisata minimal memiliki 5 homestay

yang terdaftar di dalam desa untuk mencerminkan keterlibatan dan kohesi masyarakat,

serta letak homestay harus berada dekat dengan atraksi wisata yang berbasis alam dan

budaya di daerah sekitarnya. Selain itu, dalam standarisasi ASEAN rumah/bangunan harus

dalam kondisi baik, stabil dan aman dan bangunan homestay harus mencerminkan

indentitas lokal atau ciri khas daerah iu sendiri. Lebih jauh lagi, pengelola homestay harus

menyediakan kamar homestay yang terpisah dan memiliki minimal satu kamar mandi

untuk tamu tersebut yang tentunya dalam keadaan yang baik dan bersih. Dan memastikan

sistem keamanan dan kebersihan akomodasi yang ditawarkan serta ketercukupan fasilitas

yang dibutuhkan.

Dalam aspek organisasi, homestay disebuah desa wisata harus dipimpin oleh juara

lokal dengan kuat kualitas kepemimpinan dan dihormati oleh mastyarakat setempat,

contohnya kepala desa. Selain itu organisasi homestay harus memiliki struktur yang

sistematis dengan jelas peran, tanggung jawab dan jalur komunikasi yang jelas dan dapat

memfasilitasi perempuan setempat dan pemuda.

Selain kelengkapan fasilitas yang disediakan oleh pengelola, dibutuhkan juga

kolaborasi dengan pihak swasta lainnya terutama operator tur dan pelaku bisnis perhotelan

untuk mengembangkan paket dan meningkatkan promosi kegiatan, pihak non-pemerintah

(LSM) untuk mengembangkan pelestarian lingkungan dan budaya, pihak universitas dan

Page 11: PENGELOLAAN HOMESTAY DI DESA WISATA …...peningkatan kesejahteraan masyarakat, melalui kontribusi dalam menyumbangkan devisa, kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), penciptaan

11

institusi pendidikan tinggi untuk mencari bantuan dalam pelatihan dan saran teknis, juga

lembaga seperti pariwisata internasional, nasional dan negara bagian organisasi untuk

mencari bantuan dalam hal pelatihan, pendanaan, pemasaran dan promosi serta saran

teknis lainnya.

2.4. Pengertian, Fungsi dan kriteria Homestay menurut Peraturan Kementrian

Pariwisata No. 9 Tahun 2014

Usaha Pondok Wisata atau usaha Homestay adalah penyediaan sebuah akomodasi

berupa bangunan rumah tinggal yang dihuni oleh pemiliknya dan dimanfaatkan sebagian

untuk disewakan dengan memberikan kesempatan kepada wisatawan untuk berinteraksi

dalam kehidupan sehari-hari pemiliknya (Permen Parekraf No.9 Tahun 2014)

Berikut fungsi dan kriteria homestay :

Fungsi Homestay

Homestay sebagai sarana akomodasi di desa wisata.

Homestay sebagai bagian atraksi (daya tarik) dari desa wisata.

Sebagai sarana interaksi antara wisatawan dengan tuan rumah.

Sebagai sarana edukasi bagi wisatawan untuk belajar tentang kearifan lokal.

Sebagai sarana pengenalan budaya lokal.

Kriteria Homestay

Usaha perorangan yang tidak berbadan hukum (tidak diberlakukan TDUP).

Fisik, berupa bangunan rumah tinggal yang dihuni oleh pemiliknya.

Pemilik homestay adalah warga setempat.

Kamar yang disewakan maksimal 5 (lima) unit.

Pelaksanaan usaha meliputi; aspek produk, pelayanan, dan pengelolaan.

Adanya keterkaitan langsung dengan desa wisata.

Dalam kriteria di atas, terdapat tiga aspek penting dalam pelaksanaan usaha

homestay. Aspek pertama adalah aspek produk yang meliputi:

4. Bagunan rumah tinggal yang memenuhi kriteria:

a. Terdapat minimal 1 kamar dan maksimal 5 kamar khusus untuk disewakan.

b. Tersedia sirkulasi udara dan pencahayaan yang memadai.

Page 12: PENGELOLAAN HOMESTAY DI DESA WISATA …...peningkatan kesejahteraan masyarakat, melalui kontribusi dalam menyumbangkan devisa, kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), penciptaan

12

5. Kamar tidur

a. Kondisi yang bersih dan terawat serta dilengkapi dengan kunci kamar, kaca

rias, lemari atau tempat meletakan pakaian, lampu penerangan dan tempat

sampah.

b. Tempat tidur tertata dengan rapi dan tersedia bantal dengan sarungnya dan

sprei.

6. Fasilitas Penunjang

a. Tersedia papan nama dengan tulisan yang terbaca dan dipasang pada tempat

yang terlihat dengan jelas.

b. Tersedia pelengkap di kamar mandi seperti gantungan handuk, tempat

sampah, kloset duduk atau jongkok, tempat penampungan air, saluran

pembuangan air yang lancar dan, air bersih yang mencukupi sesuai dengan

jumlah kamar atau tamu yang menginap.

c. Peralatan makan dan minum selalu dalam kondisi bersih dan aman bagi tamu.

d. Tersedia air minum.

7. Dapur

Kondisi dapur menjadi satu aspek yang termasuk dalam kriteria produk. Kondisi

dapur harus dalam keadaan bersih dan terawatt serta ilengkapi peralatan dapur yang

bersih, terawat dan berfungsi dengan baik. Dapur juga harus dilengkapi bak tempat

cuci yang bersih dan terawat serta tersedia saluran pembuangan limbah yang

berfungsi dengan baik. Di dalam dapur terdapat tempat sampah tertutup dan tersedia

air bersih yang diperlukan untuk membersihkan peralatan dapur serta peralatan

makan dan minum.

Sedangkan aspek kedua, pelayanan, meliputi pemesanan kamar, pencatatan identitas

tamu, pembayaran, pembersihan lingkungan dan kamar tamu, keamanan dan kenyamanan

tamu, penanganan keluhan, dan pemberian informasi tertulis mengenai harga sewa, lokasi

terdekat dari pelayanan kesehatan, fasilitas umum, daya tarik wisata setemat dan budaya

lokal.

Page 13: PENGELOLAAN HOMESTAY DI DESA WISATA …...peningkatan kesejahteraan masyarakat, melalui kontribusi dalam menyumbangkan devisa, kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), penciptaan

13

Aspek penting ketiga, pengelolaan, meliputi tiga unsur. Yang pertama adalah

pengelolaan tata usaha dengan menyediakan area khusus dalam rumah tinggal untuk

keperluan administrasi, dilengkapi fasilitas penunjang yang sederhana. Selain itu juga

terlaksananya pengadministrasian pencatatan data identitas tamu. Unsur kedua penjaminan

keamanan dan keselamatan, dilakukan dengan cara menyediakan petunjuk tertulis untuk

menghindari terjadinya kebakaran atau keadaan darurat lainnya serta memiliki peralatan

Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K). Unsur terakhir, pengelolaan sumber daya

manusia, dilaksanakan dengan menerapkan unsur Sapta Pesona, meliputi; aman, tertib,

bersih, sejuk, indah, ramah, dan kenangan. Ditambah dengan mengikuti kegiatan

peningkatan kemampuan pengelolaan yang diselenggarakan oleh unsur pemerintah.

2.5 Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan penelitian terdahulu sebagai tolak ukur

dan acuan untuk menyelesaikannya, penelitian terdahulu memudahkan penulis dalam

menentukan langkah-langkah yang sistematis untuk penyusunan penelitian dari segi teori

maupun konsep.

a. Penelitian pertama oleh Fithria Khairina Damanik dari Fakultas Teknik,

Universitas Diponegoro Semarang. Penelitian tersebut berjudul Homestay Sebagai

Usaha Pengembangan Desa Wisata Kandri. Hasil analisis yang sudah dilakukan,

menunjukan bahwa, Desa wisata Kandri merupakan desa wisata yang ada di Kota

Semarang dengan keunggulan berada dekat dengan objek wisata Goa Kreo dan

Waduk Jatibarang serta memiliki potensi lokal yang dapat menjadi daya tarik bagi

wisatawan. Dengan adanya desa wisata ini menjadi peluang bagi warga setempat

untuk menyediakan homestay bagi wisatawan. Selain menjadi akomodasi yang

ditawarkan, homestay juga menjadi peluang usaha baru bagi warga. Di dalam

pengembangan homestay, terdapat 3 (tiga) komponen utama yang harus dimiliki,

yaitu kelembagaan, pelaku, dan produk. Kelembagaan dan pelaku program homestay

inilah yang akan menghasilkan produk yang ditawarkan sebagai atraksi. Ketiga

komponen ini harus berjalan bersama agar program homestay dapat berkembang dan

menjadi salah satu alasan wisatawan datang berkunjung ke Desa Wisata Kandri.

Kelembagaan disini diartikan sebagai organisasi lokal yang membawahi kegiatan

wisata di Desa Wisata Kandri.

Page 14: PENGELOLAAN HOMESTAY DI DESA WISATA …...peningkatan kesejahteraan masyarakat, melalui kontribusi dalam menyumbangkan devisa, kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), penciptaan

14

b. Penelitian kedua oleh Yahaya Ibrahim dan Abdul Rasid Abdul Razzaq dari

Universitas Malaysia Terengganu dengan judul Homestay Program and Rural

Community Development in Malaysia, hasil dari penelitian menunjukkan bahwa;

untuk merancang program homestay yang sukses perlu adanya campur tangan dari

pihak luar terutama dalam hal promosi. Pertumbuhan program homestay di Malaysia

telah memberikan peluang besar bagi masyarakat pedesaan. Program ini merupakan

dukungan tambahan untuk pembangunan sosial ekonomi pedesaan, pengembangan

modal sosial, serta kontribusi terhadap konservasi dan peningkatan wilayah

pedesaan dengan mengembangkan pemahaman publik mengenai kehidupan di

daerah pedesaan dan isu-isu lingkungan pada umumnya. Program homestay bukan

hanya program pariwisata pedesaan, tapi juga strategi pembangunan pedesaan.

Program homestay di Malaysia memiliki potensi besar untuk menjadi produk wisata

alternatif untuk menarik wisatawan internasional dan domestik. Namun, agar

program ini bisa sukses, komitmen penuh dari operator serta dukungan kuat dari

instansi pemerintah dan instansi swasta terkait lainnya seperti operator wisata sangat

dibutuhkan. Meski awalnya operator homestay hanya tahu sedikit tentang industri

pariwisata, antusiasme mereka bersama dengan bantuan dari Pemerintah dan sektor

swasta, telah berkontribusi pada pertumbuhan sektor pariwisata baru ini.

Penelitian di atas membahas beberapa hal yang berkaitan dengan program homestay.

Dalam pengelolaan usaha homestay, kedua tulisan tersebut menyatakan bahwa diperlukan

tiga komponen utama yang harus dimiliki untuk mendukung kesuksesan usaha homestay

yang dijalankan, yaitu kelembagaan, pelaku, dan produk. Selain itu, dalam pengelolaan

usaha homestay juga dibutuhkan keterlibatan dan dukungan stakeholder seperti : pihak

swasta, dinas setempat dan masyarakat di desa Nglanggeran. Dengan kata lain, terdapat

standarisasi yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan pengelolaan usaha homestay

di sebuah desa wisata. Kedua penelitian di atas belum secara jelas membahas proses

dimulainya suatu usaha homestay di sebuah desa dan bagaimana pengelolaan usaha

tersebut dilakukan dengan merujuk kepada standarisasi pengelolaan homestay tertentu.

Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh mengenai proses

dimulainya usaha homestay dan pengelolaan homestay di sebuah desa wisata, Desa

Nganggleran.

Page 15: PENGELOLAAN HOMESTAY DI DESA WISATA …...peningkatan kesejahteraan masyarakat, melalui kontribusi dalam menyumbangkan devisa, kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), penciptaan

15

3. Metodologi dan Pendekatan

3.1 Desain Penelitian

Untuk menunjang hasil temuan, peneliti dalam penelitian ini menggunakan

pendekatan kualitatif.

Menurut Irawan ( 2006 ) peneliti kualitatif berfikir secara induktif (grounded).

Penelitian kualitatif tidak dimulai dengan mengajukan hipotesis dan kemudian menguji

kebenarannya (berfikir deduktif), melainkan bergerak dari bawah dengan

mengumpulkan data sebanyak mungkin tentang sesuatu, dan dari data itu dicari pola

pola, hukum, prinsip-prinsip, dan akhirnya menarik kesimpulan dari analisis yang telah

dilakukan. Dengan kata lain, pendekatan kualitatif data yang didapat dari hasil

pandangan/pengamatan peneliti, sehingga sering disebut dengan penelitian subjektif.

Peneliti melakukan pemahaman dan mengalami sendiri (terlibat langsung) dalam

fenomena sosial yang ditelitinya. (Mason, 1996).

Penelitian kualitatif menurut Guba dan Lincoln (1985),”Qualitative Methods are

stressed within the naturalistic paradigm is antiquantitative but because qualitative

methods come more easily to the human as instrument.”. Dalam penelitian kualitatif

yang ditekankan adalah pola atau pemahaman yang asli, pengalaman nyata untuk

selanjutnya dirumuskan menjadi model, konsep, teori, prinsip atau definisi yang

bersifat umum. Pengambilan data untuk penelitian kualitatif harus dilakukan secara

berulang kali sampai mendapatkan data yang valid.

Data ini merupakan data yang berhubungan secara langsung dengan penelitian

yang dilaksanakan dan bersumber dari desa wisata Nglanggeran, media elektronik

berupa jurnal dan web resmi yang berkaitan dengan desa wisata Nglanggeran kabupaten

Gunung Kidul.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian berada di salah satu desa wisata di Kabupaten Gunung Kidul yaitu

Desa Wisata Nglanggeran, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunung Kidul. Waktu yang

diperlukan dalam penelitian ini berawal dari bulan Oktober 2017 sampai dengan bulan

Januari 2018.

Page 16: PENGELOLAAN HOMESTAY DI DESA WISATA …...peningkatan kesejahteraan masyarakat, melalui kontribusi dalam menyumbangkan devisa, kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), penciptaan

16

3.3 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara

melakukan observasi, wawancara dan dokumentasi.

a. Observasi : yaitu melakukan pengamatan langsung terhadap kondisi yang ada di

desa wisata Ngglanggeran. Penulis mengamati tentang keadaan homestay di desa

Nglanggeran dalam rangka penerapan standarisasi pada usaha homestay.

b. Wawancara : yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara tanya jawab

dengan Pokdarwis di desa wisata Ngglanggeran. Melakukan wawancara dengan

pengelola atau ketua pengelola desa wisata Nglanggeran serta 5 anggota masyarakat

yang ada di sekitar desa wisata yang ikut mengelola homestay untuk mengetahui

kelebihan dan kekurangan/kesulitan dalam menerapkan standarisasi homestay. Dalam

pembahasan ini, penulis memberikan pertanyaan tentang proses terbentuknya usaha

homestay dan bagaimana pengelolaan homestay dari aspek produk, pengelolaan dan

pelayanan di desa Nglanggeran.

c. Dokumentasi : Menurut Arikunto (2006: 206) “Dokumentasi adalah mencari dan

mengumpulkan data mengenai hal-hal yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar,

majalah, notulen, rapot, agenda dan sebagainya.”

Dokumentasi dalam penelitian ini diambil dari berbagai publikasi, laporan buku

literatur, jurnal dan makalah yang mendukung penelitian ini. Dokumentasi yang terkait

dengan penelitian antara lain proposal pengembangan desa wisata Nglanggeran.

Page 17: PENGELOLAAN HOMESTAY DI DESA WISATA …...peningkatan kesejahteraan masyarakat, melalui kontribusi dalam menyumbangkan devisa, kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), penciptaan

17

4. Hasil dan Pembahasan

4.1. Gambaran Umum Desa wisata Nglanggeran, Gunung Kidul

Desa Nglanggeran merupakan desa wisata yang terletak di kecamatan Patuk

kabupaten Gunungkidul. Pada saat ini Nglanggeran memiliki empat destinasi wisata yaitu

wisata Gunung Api Purba yang menjadi obyek wisata utama, wisata embung, kebun buah,

dan air terjun Kedung Kandang sebagai obyek wisata baru di Nglanggeran. Sebelum tahun

2008, desa Nglanggeran kecamatan Patuk merupakan salah satu kantung kemiskinan di

kabupaten Gunungkidul. Menurut penuturan kepala desa Nglanggeran dengan mengacu

pada data monografi desa tahun 2009, disebutkan bahwa dari penduduk Desa Nglanggeran

yang berjumlah 700 kepala keluarga, 345 kepala keluarga termasuk dalam penduduk

miskin yang sebagian besar berprofesi sebagai petani, sebagian lain berprofresi sebagai

tukang bangunan, buruh, dan pengusaha kayu. Menurut data hasil Survei desa Inkubator

Ekonomi Rakyat di desa Nglanggeran yang diliris tahun 2009, menunjukkan bahwa

mayoritas dari penduduk miskin di Nglaggeran adalah mereka yang berada pada usia

produktif antara 20-30 tahun. Keadaan tersebut menunjukan bahwa sektor pertanian yang

mayoritas ditekuni oleh sebagian besar penduduk di desa Nglanggeran telah mengalami

proses perubahan sehingga tidak mampu lagi menyerap tenaga kerja muda, akibatnya

tingkat pengangguran di Nglageran cukup tinggi.2

Kemiskinan kultural di Nglanggeran disebabkan oleh rendahnya jiwa kewirausahaan

sosial masyarakat. Walaupun masyarakat desa Nglanggeran memiliki modal sosial berupa

unsur jaringan, kepercayaan dan solidaritas yang tinggi, namun modal sosial tersebut

belum dapat termanfaatkan secara optimal oleh warga. Kemiskinan ini disebabkan oleh

minimnya sumber daya alam yang bisa dimanfaatkan untuk menunjang kehidupan.

Bentang alam yang terdiri dari bukit kars kapur dan tanah litosol kurang begitu optimal

jika dimanfaatkan untuk lahan pertanian. Pada saat musim kemarau, ketersediaan air

sangat terbatas, warga setempat hanya bisa memanfaatkan pengairan dari mata air yang

mengalir di lereng gunung purba, itupun dengan kapasitas debit air yang tidak begitu

besar, akibatnya produksi pertanian yang dihasilkan mayoritas petani desa Nglanggeran

kurang optimal. Hal ini menyebabkan rendahnya tingkat kesejahteraan masyarakat Desa

Nglanggeran.

2 Survei Pusat Studi Ekonomi Rakyat Ekora UGM. 2008. Gambaran kemiskinan Nglanggeran. Diakses pada 6

Desember 2017

Page 18: PENGELOLAAN HOMESTAY DI DESA WISATA …...peningkatan kesejahteraan masyarakat, melalui kontribusi dalam menyumbangkan devisa, kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), penciptaan

18

Dengan berbagai latar belakang persoalan di atas, secara perlahan masyarakat mulai

melihat potensi sektor pariwisata sebagai salah-satu strategi pembangunan desa.

Memasuki tahun 1999 masyarakat Desa Nglaggeran mulai mengembangkan ekowisata

Gunung Api Purba.

4.2. Proses Terbentuknya Usaha Homestay di Desa Wisata Nglanggeran

Pada awalnya pengembangan ekowisata berbasiskan masyarakat di Desa

Nglanggeran dimulai oleh Sugeng Handoko dan para pemuda setempat. Sugeng Handoko

adalah pemuda lokal yang menjadi pelopor pariwisata dari desa Nglanggeran bersama

seniornya dan para pemuda di beberapa dusun di desa Nglanggeran. Mereka mulai

membentuk komunitas untuk mengembangkan kewirausahaan sosial di sektor ekowisata.

Komunitas tersebut bernama Karang Taruna Bukit Putra Mandiri atau Lembaga Sentra

Pemuda Taruna Purba Mandiri.

Melalui komunitas yang didirikan, Sugeng Handoko dan para pemuda mulai

melakukan pengembangan konsep ekowisata berbasis masyarakat lokal. Implementasi

konsep tersebut pada awalnya dilakukan dengan mengkonservasi kawasan Gunung Api

Purba yang dilakukan dengan program penanaman pohon di beberapa kawasan di Gunung

Api Purba, tidak sampai disitu, Sugeng Handoko dan para pemuda setempat juga

melakukan upaya edukasi, penyadaran kepada masyarakat tentang cara menjaga

kelestarian lingkungan Gunung Nglanggeran yang saat itu digunakan sebagai tempat

mencari kayu bakar dan batu untuk bahan bangunan oleh penduduk lokal setempat.

Berdasarkan uraian di atas, proses awal terbentuknya homestay sudah sejalan dengan

standarisasi yang ditetapkan di ASEAN bahwa kepemimpinan dalam pengelolaan

memakai dan melibatkan warga lokal dan pemuda setempat (ASEAN, 2016).

Pada tahun 2008, konsep social entrepreneurship mulai diterapkan dalam

pengembangan ekowisata di Nglanggeran. Konsep social entrepreneurship yang diusung

oleh masyarakat desa Nglanggeran memiliki hal yang unik yang begitu menarik. Keunikan

dari penerapan konsep social entrepreneurship di Nglanggeran terdapat adanya inovasi

yang dilakukan oleh pemuda (youth innovation) dalam pengembangan ekowisata

berbasiskan masyarakat, karena adanya inovasi pengembangan ekowisata tersebut

pendapatan masyarakat desa Nglanggeran meningkat. Implementasi konsep social

entrepreneurship pada awalnya dilakukan dengan mengadakan pelatihan tentang teknik

pemasaran, pengembangan organisasi dan pelatihan skill menjadi pemandu wisata atau

Page 19: PENGELOLAAN HOMESTAY DI DESA WISATA …...peningkatan kesejahteraan masyarakat, melalui kontribusi dalam menyumbangkan devisa, kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), penciptaan

19

tour guide. Seiring berjalannya waktu, selanjutnya masyarakat didorong untuk melakukan

diversifikasi jenis wisata dengan menciptakan paket wisata baru, seperti outbond,

perkemahan, fasilitasi kegiatan makrab mahasiswa, wisata pertanian dan tempat

penginapan (homestay) bagi para pengunjung. Tidak hanya sampai di situ, masyarakat

juga didorong untuk membuat pemasaran secara digital melalui website yang mampu

dijangkau oleh semua kalangan di berbagai tempat. Komunitas pemuda sebagai operator

kegiatan wisata yang ada di Nglanggeran juga dipacu untuk mampu berkerjasama dengan

semua stakeholder, baik pemerintah maupun pihak swasta terutama para agent travel

untuk meningkatkan jumlah pengunjung.

Dalam perjuangannya, karang taruna ini juga dilengkapi dengan pelatihan-pelatihan

yang dilakukan oleh dinas pariwisata dan beberapa universitas. Hal ini menunjukan

bahwa, hal ini sesuai dengan standar kriteria yang telah ditetapkan dalam standar ASEAN

pada bagian kolaborasi yang menyatakan bahwa pengurus dan masyarakat lokal

melibatkan stakeholder lainnya seperti LSM atau institusi-institusi lainnya untuk

mengadakan pelatihan (ASEAN, 2016).

Perlu diketahui bahwa Nglanggeran dulunya adalah salah satu desa pemasok TKI

(Tenaga Kerja Indonesia) yang bekerja di luar negeri. Namun sejak dikelolanya Geosite

Nglanggeran sebagai destinasi wisata, kini mereka lebih memilih tinggal dan merawat

desanya. Menurut Ir. Budi Martono, General Manager Geopark Gunungsewu, Geosite

adalah sebuah wisata yang terbentuk dari susunan geologi, biologi dan kebudaayan, atau

singkatnya adalah wisata alam. Geosite Nglanggeran hanyalah salah satu Geosite dari 33

Geosite yang berada di Gunung Sewu yang membentang dari 3 provinsi dan 3 kabuapten,

yaitu Gunung Kidul (DI. Yogyakarta), Wonogiri (Jawa Tengah) dan Pacitan (Gunung

Kidul). Gunung Sewu dinobatkan menjadi Geosite Dunia kedua yang berada di Indonesia

setelah Gunung Batur yang berada di Pulau Bali dan menjadi salah satu dari 120 lebih

Geosite dunia yang berada di 32 Negara (Laman resmi gunung api Purba).

Sugeng Handoko, salah satu perwakilan kelompok sadar wisata Nglanggeran

menuturkan kini ada 154 pemuda yang ikut tergerak untuk mengelola Geosite

Nglanggeran. Rumah-rumah penduduk pun dimaksimalkan sebagai homestay yang bisa

digunakan untuk live in wisatawan. Ada sekitar 80 homestay yang telah siap untuk

digunakan oleh wisatawan dengan rate per malam Rp 150.000 - Rp 250.000 per orang,

sudah termasuk makan dua kali.

Page 20: PENGELOLAAN HOMESTAY DI DESA WISATA …...peningkatan kesejahteraan masyarakat, melalui kontribusi dalam menyumbangkan devisa, kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), penciptaan

20

4.3. Pengelolaan Homestay di Desa Wisata Nglanggeran

Desa wisata Nglanggeran saat ini memiliki 80 rumah warga yang dijadikan sebagai

homestay untuk wisatawan yang sudah diseleksi oleh pengurus desa Nglanggeran.

Pengurus juga menyediakan atraksi wisata yang berbasis alam dan budaya di daerah

sekitarnya homestay sebagai pelengkap untuk ditawarkan kepada wisatawan yang datang

berkunjung. Berikut hasil analisa penerapan standarisasi homestay yang dilakukan di desa

wisata Nglanggeran berdasarkan aspek yang terdapat dalam kriteria pelaksanaan homestay

menurut Permen No 10 tahun 2014.

4.3.1. Aspek Produk

Usaha homestay di Desa Nglanggeran merupakan rumah tinggal penduduk yang

dihuni oleh pemiliknya dan sebagian kamarnya, rata-rata 3-5 kamar disewakan sebagai

kamar tamu untuk wisatawan. Fisik dan bangunan homestay layak untuk dihuni, bangunan

kokoh dan tidak rusak. Sebagian homestay belum mencerminkan bangunan dengan ciri

khas daerah. Dalam setiap rumah homestay, keadaan setiap ruangan menjadi faktor yang

berpengaruh bagi kenyamanan tamu dan kondisi kamar tidur merupakan salah satu hal

yang penting.

Kebersihan kamar tidur selalu terjaga karena sebelum dan sesudah ditempati selalu

dibersihkan sehingga kamar selalu dalam keadaan bersih dan bebas dari bau tak sedap.

Setiap kamar juga memiliki jendela sehingga memiliki sirkulasi udara yang baik agar

terjadi sirkulasi udara yang baik dan disetiap kamar dilengkapi dengan kunci kamar.

Tempat tidur juga dilengkapi dengan bantal, sarung bantal, sprei dan selimut. Di kamar

tidur tersedia meja, kaca rias, lemari/tempat menyimpan pakaian, dan tempat sampah.

Dari sisi kelengkapan fasilitas penunjang, semua homestay dilengkapi dengan papan

nama yang terlihat jelas, dan jalan menuju lokasi mudah dicapai. Ini sesuai dengan

kriteria yang ditetapkan dalam peraturan menteri. Di dalam kamar mandi dilengkapi

perlengkapan mandi seperti gantungan handuk, tempat sampah, kloset duduk/jongkok,

shower dan/atau bak mandi, saluran pembuangan yang lancar, dan air bersih. Setiap

homestay di Desa Nglanggeran diperlengkapi dengan satu sampai dua toilet dengan

keadaan bersih dan rapi serta mempunyai sirkulasi udara dan pencahayaan yang cukup.

Hal ini dibuktikan bahwa pada tahun 2012 toilet yang ada di desa Nglanggeran sudah

terstandarisasi oleh dinas pariwisata DIY. Sedangkan untuk peralatan makan dan minum,

Page 21: PENGELOLAAN HOMESTAY DI DESA WISATA …...peningkatan kesejahteraan masyarakat, melalui kontribusi dalam menyumbangkan devisa, kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), penciptaan

21

tersedia peralatan makan dan minum yang bersih dan hyginies tanpa debu, noda, jamur

dan tidak retak.

Beberapa homestay sudah memiliki dapur yang baik dan dilengkapi dengan

perlengkapan dapur yang bersih dan aman, termasuk bak tempat pencucian peralatan dan

bahan makanan, namun sebagian masih ada yang belum bersih dari noda dan jamur serta

belum terdapat saluran pembuangan limbah yang berfungsi dengan baik. Lantai masih

tanah sehingga ketika basah akan licin dan membahayakan tamu homestay. Di beberapa

homestay juga belum tersedia perlengkapan Alat Pemadam Api Ringan (APAR). Dengan

demikian, aspek kelengkapan fasilitas penunjang secara umum telah terpenuhi, namun

masih terdapat kekurangan di beberapa bagian, seperti keamanan tamu.

4.3.2. Aspek Pelayanan

Dalam aspek pelayanan, dalam proses pemesanan kamar, sarana administrasi dan

buku tamu telah tersedia, namun dalam penerapannya belum semua tamu yang menginap

mengisi buku tamu. Pendataan tamu, pelayanan informasi wisata, pelayanan pemesanan

kamar dan pelayanan pembayaran semua tamu yang menginap di homestay sudah di data

oleh staf kantor pengelola homestay desa Nglanggeran. Disetiap homestay ditempelkan

peraturan yang harus ditaati bagi tamu yang menginap. Namun kebanyakan homestay

belum memiliki sarana komunikasi berupa fax/ jaringan internet yang berfungsi dengan

baik.

Pemilik dan tenaga kerja homestay mampu menerapkan tata krama dan adat istiadat

setempat, berinteraksi dengan tamu, mampu memberikan informasi, mampu melayani

dengan jujur dan bertanggung jawab. Pemilik homestay baik dan ramah dalam

menyajikan/melayani saat menyajikan makanan untuk tamu yang menginap.

Kebersihanpun dijaga dengan mengganti seprei, sarung bantal, dan selimut yang dilakukan

setiap pergantian tamu yang menginap. Pemilik atau pengelola homestay juga

menyediakan makanan dan minuman dalam keadaan bersih dan halal. Makanan yang

disajikan bervariasi, yang mengutamakan makanan khas desa Nglanggeran, namun masih

ada beberapa homestay yang menyediakan makanan yang bukan makanan khas daerah

sana karena permintaan dari tamu.

Page 22: PENGELOLAAN HOMESTAY DI DESA WISATA …...peningkatan kesejahteraan masyarakat, melalui kontribusi dalam menyumbangkan devisa, kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), penciptaan

22

4.3.3. Aspek Pengelolaan

Homestay yang ada di kawasan desa wisata ini merupakan binaan Kelompok Sadar

Wisata desa Nglanggeran bersama dengan masyarakat sekitar. Dalam proses

pengembangan homestay, para pengurus menilai setiap rumah warga untuk dipilih mana

rumah yang layak untuk dijadikan homestay dan tidak layak, namun penilaian atau kriteria

yang menjadi bahan/alat pertimbangan hanya sesuai dengan kelayaknya yang dibuat oleh

pengurus desa dan belum berdasarkan standar homestay yang berlaku (standar nasional

maupun ASEAN).

Sistem yang digunakan oleh pengelola desa Nglanggeran mengunakan sistem satu

pintu yaitu kantor pusat yang bertempat di dekat pintu masuk wisata yang akan memulai

trekking Gunung Api Purba. Struktur organisasi yang cukup lengkap dan program yang

dirancang dengan jelas menjadikan tatanan yang baik dan memudahkan untuk mengelola

desa wisata Nglanggeran, terbukti dengan prestasi yang sudah diraih oleh desa wisata

Nglanggeran sendiri dengan penghargaan dari tingkat nasional hingga tingkat ASEAN.

Page 23: PENGELOLAAN HOMESTAY DI DESA WISATA …...peningkatan kesejahteraan masyarakat, melalui kontribusi dalam menyumbangkan devisa, kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), penciptaan

23

Berikut Struktur organisasi yang ada di desa wisata Nglanggeran3 :

3 Struktur Organisasi Desa Nglanggeran di ambil dari kantor administrasi desa wisata.

PENASEHAT

1. Kepala Desa Nglanggeran 2. Ketua BPD 3. Budi Utomo

2

KETUA Mursidi

WAKIL KETUA Basuki

SEKRETARIS 1. Sugeng Handoko 2. Agus

BENDAHARA 1. Triyanto 2. Pardiyo 3. Lilik Suharyanto

SEKSI KETERTIBAN

& KEAMANAN 1. Budi Subaryadi 2. Rudi Maryanto 3. Suroto 4. Suwarto

SEKSI KEBRSIHAN & KEINDAHAN

1. Triyana 2. Sutoyo 3. Surisman 4. Subardiman

SEKSI PENGEMBANGAN

USAHA 1. Sumadiyono 2. Sudiyono 3. Warsono 4. Marsudi

ATRAKSI KESENIAN

1. Subali 2. Teguh Minardi 3. Wasidi 4.Sujiyanto

SEKSI HUMAS & PENGEMBANGAN

SDM 1. Suranto 2. Tumiran .K 3. Subarno 4. Juari Anggoro

KULINER

1. Surini 2. Sumiyem 3. Surgiyanti 4. Warsini 5. Srisuryani

KEROHANIAN 1. Eko Nugroho 2. Wagiman 3. Sudadi .A 4. Linda Gunawan

SEKSI DAYA TARIK WISATA & KENANGAN

1. Sudadi .B 2. Tumiran .G 3. Jarwanto

SEKSI PEMBANGUNAN

1. Slamet 2. Panijem 3. Sukiran 4. Suparno 5. Wakidi 6. Sukirman

SEKSI PEMANDU

1. Sumbodo 2. Hadi Purwanto 3. Subarjo 4. Paeron 5. Leo Susilo 6. Colijan 7. Suhardi 8. Wagiron 9. Jangkung 10. Samidi

SEKSI PEMUKIMAN (HOMESTAY)

1. Suratijo 2. Teguh .M 3. Sugiyanto .B 4. Paniman .G

SEKSI PEMASARAN &

PROMOSI 1. Aris budiyono 2. Heru Purwanto

ANGGOTA

Dinas Pariwisata DIY Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kab. Gunung kidul

2

PEMBINA

Page 24: PENGELOLAAN HOMESTAY DI DESA WISATA …...peningkatan kesejahteraan masyarakat, melalui kontribusi dalam menyumbangkan devisa, kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), penciptaan

24

Dengan adanya struktur organisasi yang jelas, usaha homestay di desa ini telah memenuhi

standarisasi ASEAN khususnya pada bagian pengelolaan, poin pertama yang menyatakan

bahwa organisasi homestay harus memiliki struktur organisasi yang sistematis (ASEAN,

2016).

Untuk mempertemukan semua anggota pengelola sesuai dengan struktur organisasi

diatas, Bapak Mursidi selaku ketua organisasi menyelenggarakan rapat setiap 35 hari

sekali yang disesuaikan dengan penanggalan jawa. Rapat diadakan untuk mengevaluasi

dan mencari solusi bersama dari seluruh kegiatan yang ada didesa Nglanggeran oleh setiap

ketua dari bidang masing-masing. Pertemuan rutin ini menunjukkan bahwa organisasi

home stay di desa ini juga memenuhi standar yang di tetapkan ASEAN bahwa organisasi

home stay memiliki peran, tanggung jawab dan jalur komunikasi yang baik.

Semua pengelola dan pengurus (termasuk pemilik homestay) berasal dari pemuda dan

warga yang berdomisili di desa Nglanggeran. Ada sekitar 154 Pemuda di desa

Nglanggeran yang ikut berpartisipasi menjadi pengelola Geosite Nglanggeran. Menurut

data diatas, dengan adanya 80 rumah yang dijadikan sebagai homestay di desa

Nglanggeran maka, desa Nglanggeran telah memenuhi standar yang ada di dalam standar

ASEAN. Dan lebih jauh lagi desa Nglanggeran letaknya berdekatan dengan wisata gunung

api Purba dan Embung Nglanggeran sehingga memenuhi kriteria homestay menurut

standar ASEAN yang mengatakan bahwa homestay harus terletak di dekat atraksi wisata.

Pengelola homestay mempromosikan homestaynya bersama dengan desa wisata yang

menaunginya melalui brosure, internet, media elektronik dan lainnya. Seperti,

Traveloka.com dan Pegipegi.com. Pihak pengelola desa wisata Nglanggeran juga

mengadakan kerjasama dengan beberapa universitas untuk mengadakan pelatihan, seperti

contohnya Universitas Sanata Darma yang melakukan pelatihan/kursus kepada

masyarakat sekitar, dengan harapan bisa berkomunikasi dengan para wisatawan asing

tersebut.

Page 25: PENGELOLAAN HOMESTAY DI DESA WISATA …...peningkatan kesejahteraan masyarakat, melalui kontribusi dalam menyumbangkan devisa, kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), penciptaan

25

5. Kesimpulan

Dalam penerapan standarisasi homestay, dilihat dari awal terbentuknya homestay di

desa wisata Nglanggeran sudah sesuai dengan diprakarsainya program homestay oleh

masyarakat lokal. Pemimpin dan para pengurus desa wisata Nglanggeran khususnya

pengurus homestay adalah masyarakat lokal. Pemimpin lokal mengadakan pelatihan dan

mengedukasi masyarakat lokal lainnya sehingga terbentuk social enterpreneurship. Dalam

perjalannya para pengurus diperkuat dengan diadakannya training-training dari pihak luar,

sehingga sampai saat ini sudah memiliki 80 homestay dan 154 pengurus di desa wisata

Nglanggeran. Dengan demikian sudah sesuai dengan standar homestay dan CBT yang

ditetapkan oleh ASEAN, desa Nglanggeran telah menerapkan poin-poin penting dari

standar yaitu, peran aktif dari masyarakat lokal.

Dalam pengelolaannya, sekalipun belum memakai standarisasi homestay untuk

mengelola homestay di desa Nglanggeran, namun ada beberapa elemen yang sudah sesuai

dengan kriteria standarisasi homestay ASEAN dan kriteria homestay menurut Permen No.

10 Tahun 2014. Kelengkapan untuk sebuah homestay sudah layak untuk di gunakan oleh

wisatawan yang menginap dan juga beberapa fasilitas seperti, tersedianya air bersih,

kamar tidur yang bersih dan nyaman, ruang tamu dan ruang makan yang tertata dengan

rapi, toilet yang sudah terstandarisasi dan beberapa aspek yang lain. Namun masih ada

beberapa rumah dan kelengkapan yang belum tersedia sesuai dengan standarisasi seperti,

masih ada beberapa homestay yang tempat tidurnya tidak memakai kaki, tempat saluran

pembuangan air, dapur yang licin, beberapa pintu kamar yang tidak bisa dikunci, dan

beberapa fasilitas yang harus dibenahi. Oleh karena itu diharapkan bagi para pengelola

desa Nglanggeran untuk dapat menerapkan standarisasi pada homestay dan beberapa

fasilitas yang disediakan agar wisatawan merasa aman dan nyaman saat datang berkunjung

dan menginap serta meningkatkan kualitas pelayanan yang ada di homestay desa

Nglanggeran.

Oleh karena itu diharapkan bagi para pengelola desa wisata Nglanggeran untuk

dapat menerapkan standarisasi pada homestay dan beberapa fasilitas yang disediakan agar

wisatawan merasa aman dan nyaman saat datang berkunjung dan menginap, serta

meningkatkan kualitas pelayanan yang ada di homestay desa Nglanggeran.

Page 26: PENGELOLAAN HOMESTAY DI DESA WISATA …...peningkatan kesejahteraan masyarakat, melalui kontribusi dalam menyumbangkan devisa, kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), penciptaan

26

LAMPIRAN

Dapur Homestay di Desa Nglanggeran

Dapur Homestay di Desa Nglanggeran

Homestay di Desa Nglanggeran

Ruang Tidur Homestay di Desa

Nglanggeran

Ruang TV Homestay di Desa

Nglanggeran

Toilet Homestay di Desa Nglanggeran

Ruang Tamu Homestay di Desa

Nglanggeran

Ruang Makan Homestay di Desa

Nglanggeran

Page 27: PENGELOLAAN HOMESTAY DI DESA WISATA …...peningkatan kesejahteraan masyarakat, melalui kontribusi dalam menyumbangkan devisa, kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), penciptaan

27

REFERENSI

A. BUKU

Kusmayadi dan Endar Sugiarto. 2000. Metodologi Penelitian Dalam Bidang Kepariwisataan.

Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Suharto, S. (2017). Empowerment Strategy Masyarakat Desa Wisata Kebonagung

Kecamatan Imogiri Kabupaten Bantul Yogyakarta. Wahana Informasi Pariwisata:

Media Wisata, 15(1).

B. PERATURAN MENTERI

Asisten Deputi Tata Kelola Destinasi dan Pemberdayaan Masyarakat, 2016. “Buku Panduan

Homestay”. Jakarta : Kemenpar

Menteri Pariwisata, 2016. “ Pedoman Destinasi Pariwisata Berkelanjutan”. Peraturan

Menteri Pariwisata Pasal 1 Ayat 27. Direktur Jenderal Peraturan Perundang-undangan

Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia. Jakarta

Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif N0. 9 Tahun 2014 Tentang

Standar Usaha Pondok Wisata. Jakarta : Kemenpar.

C. JURNAL PARIWISATA

ASEAN CBT Satandart, Jakarta : ASEAN Secretariat, January 2016

ASEAN Homestay Standart. Jakarta : ASEAN Secretariat, January 2016

D. SKRIPSI

Damanik Fithria Khairina, 2014. “Homestay Sebagai Usaha Pengembangan Desa Wisata

Kandri”. Semarang : Universitas Diponegoro

Razzaq Abdul Rasid Abdul, 2010. “Homestay Program and Rural Community Development

in Malaysia”. Malaysia : Universiti Tun Hussein Onn

E. INTERNET

Gunung Api Purba, 2018. “Informasi Geografis”,

https://gunungapipurba.com/pages/detail/informasi-geografis, diakses pada 15 Januari

2018 pukul 15.42.

Page 28: PENGELOLAAN HOMESTAY DI DESA WISATA …...peningkatan kesejahteraan masyarakat, melalui kontribusi dalam menyumbangkan devisa, kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), penciptaan

28

Humas, 2017. “Tahun 2017 Kita Genjot Sektor Pariwisata”,

http://setkab.go.id/tahun-2017-kita-genjot-sektor-pariwisata/, diakses pada 8 Agustus

2017 pukul 17.23.

Kompas, 2013. “Berwisata ke desa Nglanggeran”,

http://travel.kompas.com/read/2013/10/18/2021458/Berwisata.ke.Desa.Nglanggeran,

diakses pada 8 Agustus 2017 pukul 09.30.

Priasukmana dan Mulyadin, 2001. “Teori Desa Wisata”

http://desawisatakotagede.blogspot.com/2016/01/teori-desa-wisata.html. Diakses pada

19 Desember 2017 pukul 20.06.

TEMPO.CO. 2017. “Desa wisata Nglanggeran terbaik ASEAN 2017”,

https://travel.tempo.co/read/838401/desa-wisata-nglanggeran-terbaik-asean-2017,

diakses pada Desember 2017 pukul 21.18