pengelolaan das cisadane bagian hulu

11
PENGELOLAAN DAS CISADANE BAGIAN HULU SECARA TERPADU*) Oleh: Vicki Lusiagustin , 1406581345 **) ABSTRAK Pengelolaan DAS secara terpadu yang bertujuan untuk mendapatkan manfaat lengkap yang sebaik-baiknya dari DAS sesuai dengan kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang beraneka ragam dan yang berkembang menurut waktu. Dimana pengelolaan DAS terpadu di bagian hulu sungai Cisadane dengan cara memperbanyak wilayah konservasi di wilayah hulu sungai DAS Cisadane selain itu, upaya pengelolaan sumber daya air di Cisadane untuk mengatasi krisis air Jakarta adalah melalui penataan situ, waduk, dan sungai sebagai sarana dan prasarana konservasi, penyedia air baku, dan pengendali banjir, serta melalui konservasi lahan yang diprioritaskan pada kawasan lindung baik di dalam kawasan hutan maupun di luar kawasan hutan melalui rehabilitasi lahan kritis, pengendalian pemanfaatan lahan dan pengendalian kualitas air hal ini sesuai dengan RTRWP Jawa Barat 2010. Kata Kunci : Pengelolaan DAS, Sumber Daya Air, Konservasi, Sungai Cisadane LATAR BELAKANG Konservasi sumber daya air memiliki posisi strategis untuk mempertahankan dan meningkatkan ketersediaan air. Secara teknis, upaya konservasi sumber daya air dilakukan dengan mengendalikan aliran permukaan, limpasan air hujan sebanyak mungkin untuk meresap ke dalam tanah. Terdapat beberapa faktor utama yang menyebabkan terjadinya perubahan keberadaaan sumber daya air. Salah satu diantaranya adalah perubahan yang terjadi secara terus menerus dalam penggunaan dan pengelolaan lahan yang membuat permukaan lahan menjadi kedap atau memadat. Kondisi tersebut mengakibatkan *) Tugas Matakuliah Pengelolaan Daerah Aliran Sungai **) Mahasiswa Magister Geografi, Departement Geografi, FMIPA UI Page 1

Upload: vickilusiagustin

Post on 12-Dec-2015

110 views

Category:

Documents


22 download

DESCRIPTION

Jurnal pengelolaanDAS Cisadane secara terpadu bagian hulu

TRANSCRIPT

Page 1: pengelolaan DAS Cisadane bagian hulu

PENGELOLAAN DAS CISADANE BAGIAN HULU SECARA TERPADU*)

Oleh: Vicki Lusiagustin , 1406581345 **)

ABSTRAKPengelolaan DAS secara terpadu yang bertujuan untuk mendapatkan manfaat lengkap yang sebaik-baiknya dari DAS sesuai dengan kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang beraneka ragam dan yang berkembang menurut waktu. Dimana pengelolaan DAS terpadu di bagian hulu sungai Cisadane dengan cara memperbanyak wilayah konservasi di wilayah hulu sungai DAS Cisadane selain itu, upaya pengelolaan sumber daya air di Cisadane untuk mengatasi krisis air Jakarta adalah melalui penataan situ, waduk, dan sungai sebagai sarana dan prasarana konservasi, penyedia air baku, dan pengendali banjir, serta melalui konservasi lahan yang diprioritaskan pada kawasan lindung baik di dalam kawasan hutan maupun di luar kawasan hutan melalui rehabilitasi lahan kritis, pengendalian pemanfaatan lahan dan pengendalian kualitas air hal ini sesuai dengan RTRWP Jawa Barat 2010.

Kata Kunci : Pengelolaan DAS, Sumber Daya Air, Konservasi, Sungai Cisadane

LATAR BELAKANGKonservasi sumber daya air memiliki posisi strategis untuk mempertahankan dan

meningkatkan ketersediaan air. Secara teknis, upaya konservasi sumber daya air dilakukan dengan mengendalikan aliran permukaan, limpasan air hujan sebanyak mungkin untuk meresap ke dalam tanah. Terdapat beberapa faktor utama yang menyebabkan terjadinya perubahan keberadaaan sumber daya air. Salah satu diantaranya adalah perubahan yang terjadi secara terus menerus dalam penggunaan dan pengelolaan lahan yang membuat permukaan lahan menjadi kedap atau memadat. Kondisi tersebut mengakibatkan menurunnya infiltrasi air ke dalam tanah dan lebih jauh akan menurunkan ketersediaan air tanah.

Perubahan pola penggunaan lahan untuk kegiatan lain tentu memberikan manfaat sosial dan ekonomi. Namun, kondisi tersebut juga seringkali berdampak sebaliknya terhadap lingkungan. Berkurangnya luas hutan, menurunnya keanekaragaman hayati, meningkatnya luas lahan kritis, erosi dan longsor menjadi kondisi umum yang dapat ditemui karena adanya perubahan penggunaan lahan. Salah satu dampak utama yang berpengaruh langsung terhadap lingkungan adalah degradasi sumber daya air dan kualitas air (USEPA, 2001).

DAS Cisadane yang berhulu di kawasan Taman Nasional Gede Pangrango dan Taman Nasional Halimun Salak, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan nomor SK.328/Menhut-II/2009 tanggal 12 Juni 2009, termasuk yang ditetapkan sebagai salah satu DAS Prioritas dari 108 DAS prioritas yang ada di Indonesia. Kondisi ini menyatakan bahwa DAS Cisadane telah mengalami kerusakan yang tinggi, dan memerlukan penanganan cepat yang terencana.

Berbagai dampak perubahan alam yang terjadi di DAS Cisadane merupakan salah satu indikator terjadinya degradasi sumberdaya alam. Antara lain semakin menurunnya luas kawasan hutan pada DAS Cisadane yang saat ini hanya 18,34 %. Luasan ini jauh dari kondisi ideal yaitu sekitar 30% dari luas DAS. Keadaan tersebut diperparah dengan adanya perambahan pada kawasan hutan serta alih

*) Tugas Matakuliah Pengelolaan Daerah Aliran Sungai**) Mahasiswa Magister Geografi, Departement Geografi, FMIPA UI Page 1

Page 2: pengelolaan DAS Cisadane bagian hulu

fungsi hutan di luar kawasan di daerah hulu. Menurut Prasetyo dan Setiawan (2006) diperkirakan terjadi deforestasi kawasan Taman Nasional Gunung Halimun-Salak yang sebagian berada dalam wilayah DAS Cisadane seluas 21.586,1 Ha (25,68 %). Beberapa kegiatan penyebab pengurangan luas hutan adalah pembukaan kawasan hutan karena pencurian kayu atau penebangan liar (illegal logging); perambahan dan okupasi lahan serta kebakaran hutan. Kegiatan-kegiatan tersebut pada umumnya terkait dengan masyarakat, baik masyarakat sekitar kawasan, masyarakat yang berada di dalam kawasan hutan, bahkan masyarakat perkotaan yang tinggal jauh dari hulu DAS Cisadane yang memiliki akses untuk memanfaatkan lahan di lokasi tersebut. Berikut ini data perubahan penggunaan lahan di DAS Cisadane bagian hulu.Tabel 1. Luasan Perubahan Penggunaan Lahan di DAS Cisadane Bagian Hulu

Guna mengetahui dan mendiskripsikan penyebab degradasi sumberdaya alam ini diperlukan pendekatan-pendekatan yang bersifat komprehensif, baik dari faktor biofisik, sosial ekonomi dan budaya masyarakat. Kajian tentang hubungan perubahan lahan terhadap kondisi hidrologi menjadi salah satu cara untuk mendapatkan arah rehabilitasi DAS yang tepat, sehingga upaya-upaya yang dilakukan lebih terencana dan dapat diperkirakan hasilnya.

KARAKTERISTIK DASLetak, Batas dan Luas DAS

Secara umum daerah aliran sungai Cisadane terdapat pada 2 wilayah administrasi, yaitu Kabupaten Bogor dan Kota Bogor (Provinsi Jawa Barat) serta Kabupaten Tangerang dan Kota Tangerang (Provinsi Banten). Melihat kawasan yang dilalui oleh sungai Cisadane dan beberapa anak sungai yang bermuara pada sungai ini, maka pengelolaan dan pemanfaatan sungai tersebut menjadi sangat penting dan strategis terutama dalam pemanfaatan sumberdaya air serta lahan sekitarnya.

*) Tugas Matakuliah Pengelolaan Daerah Aliran Sungai**) Mahasiswa Magister Geografi, Departement Geografi, FMIPA UI Page 2

Page 3: pengelolaan DAS Cisadane bagian hulu

Gambar 1. Peta Administrasi DAS Cisadane (Sumber: Jurnal Penelitian Analisis Perubahan Lahan di DAS Cisadane, Nilda, Univ. Udayana)

Secara geografis DAS Cisadane terletak diantara 6º02’ sampai 6º54’ LS dan 106º 17’ sampai Bujur Timur. DAS Cisadane dibatasi oleh sub DAS Cimanceuri di sebelah barat dan DAS Ciliwung di sebelah timur. Sungai Cisadane berhulu di Gunung Salak dan Gunung Pangrango, Kabupaten Bogor (PropinsiJawa Barat) dan mengalir ke arah Utara melalui Kotamadya dan Kabupaten Tangerang (Propinsi Banten) dan bermuara di Laut Jawa. Sungai Cisadane mempunyai anak-anak sungai antara lain Cikaniki, Cianten, Cibeber, Ciampea,dan sebagainya. Luas DAS Cisadane dari hulu sampai Teluk Naga adalah sekitar 148682,68 Ha. DAS ini melingkupi Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Kota Tangerang dan Kabupaten Tangerang

TopografiDAS Cisadane mempunyai topografi yang bervariasi dari datar hingga sangat curam dengan

ketinggian antara 0 – 2800 mdpl. Sebagian besar topografi relatif datar ( < 15 %). merupakan daerah datar dengan kemiringan antara 0 – 8%. Daerah bertopografi datar hinga landai terdapat pada bagian utara (hilir) hingga tengah. DAS Cisadane wilayah hulu mempunyai ciri sungai pegunungan yang berarus deras, banyak tebing curam dengan dasar batuan pasir, berkerikil dan alur sungai yang berkelok-kelok, mempunyai hidrograf aliran dengan puncak-puncak yang tajam waktu menaik (rising stage) dan menurun (falling stage). Di DAS Cisadane wilayah tengah banyak dijumpai galian pasir dan kerikil, arus air yang deras menggerus tepi sungai di berbagai kelokan sehingga memperlebar badan sungai. DAS Cisadane wilayah hilir yang mempunyai topografi datar (0-3%), aliran sungainya semakin lambat.

Berdasarkan BPDAS Citarum Ciliwung (2011), luas kemiringan lereng sub DAS Cisadane Hulu didominasi oleh kemiringan lereng Kelas III (15-25%) seluas 51,73%, yang kemudian diikuti oleh Kelas IV (> 40%) seluas 31,33%. Menurut Asdak (2007), kemiringan lereng DAS berpengaruh terhadap kecepatan aliran air permukaan serta berpengaruh terhadap besarnya erosi yang terjadi di suatu wilayah. Semakin curam kemiringan lahannya semakin cepat aliran air permukaan serta semakin besar potensi terjadinya erosi. DAS yang mempunyai kemiringan lahan dominan curam ( kemiringan lahan > 15 % ), potensial terjadi erosi yang lebih besar dibanding dengan DAS yang mempunyai kemiringan lahan dominan

*) Tugas Matakuliah Pengelolaan Daerah Aliran Sungai**) Mahasiswa Magister Geografi, Departement Geografi, FMIPA UI Page 3

Page 4: pengelolaan DAS Cisadane bagian hulu

ASPEK PENGOLAHAN DAS TERPADUPengelolaan DAS Cisadane Bagian Hulu Pada Saat Ini

Dalam Undang-Undang No.7 Tahun 2004 ayat 2 tentang Sumber Daya Air, bahwa Dalam menghadapi ketidakseimbangan antara ketersediaan air yang cenderung menurun, dan kebutuhan air yang cenderung meningkat sejalan dengan perkembangan jumlah penduduk dan peningkatan aktivitas ekonomi masyarakat, sumberdaya air harus dikelola, dipelihara, dimanfaatkan, dilindungi dan dijaga kelestariannya dengan memberikan peran kepada masyarakat dalam setiap tahapan pengelolaan sumberdaya air.

Pernyataan pasal-pasal kedua undang-undang di atas mengingatkan kepada pengelola sumberdaya air tentang pentingnya peran air bagi kehidupan manusia dan lingkungannya. Hal tersebut jelas terlihat dalam permasalahan krisis air Jakarta, di mana permasalahan pengelolaan sumber daya air di Wilayah Sungai Cisadane sebagai pemasok air baku bagi Jakarta sangat berkorelasi dengan permasalahan ekosistem di wilayah sekitarnya, yaitu Kawasan Jabodetabek-Punjur. Sehubungan dengan itu, Propinsi Jawa Barat telah mencoba menggunakan pendekatan perencanaan yang integratif sinergik dalam Penyusunan RTRW Propinsi Jawa Barat yang telah ditetapkan dalam Perda Propinsi Jawa Barat No. 2 Tahun 2003 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Jawa Barat 2010, yang termasuk di dalamnya adalah penataan ruang Kawasan Bodebek dan Bopunjur yang dikaitkan dengan kemampuan daya dukung dan daya tampung Daerah Aliran Sungai (DAS) yang ada di Kawasan tersebut.

Secara umum, sesuai Perda No. 2 Tahun 2003 tentang RTRW Propinsi Jawa Barat 2010, telah ditetapkan kebijakan untuk meningkatkan fungsi dan kualitas kawasan lindung di Jawa Barat, termasuk kawasan lindung di Kawasan Bodebek dan Bopunjur. Kebijakan dijabarkan dalam beberapa program, yaitu (1) Pengukuhan kawasan lindung agar tercapai target luasan kawasan lindung hutan dan non hutan untuk seluruh Jawa Barat sebesar 45%; (2) Rehabilitasi lahan konservasi termasuk rehabilitasi lahan-lahan kritis; (3) Pengawasan, pengamanan, dan pengaturan pemanfaatan sumber daya; serta (4) Pengembangan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan Kawasan Lindung.

Kemudian, dalam rangka mendukung Visi Pemerintah Propinsi Jawa Barat sesuai Perda No. 1 Tahun 2004 tentang Rencana Strategis Propinsi Jawa Barat, terdapat Misi mengenai pembangunan berkelanjutan, yaitu Misi Mewujudkan Pembangunan Berkelanjutan melalui Keseimbangan Penduduk dan Lingkungan dalam Kesatuan Ruang, yang dijabarkan dalam beberapa program, yaitu (1) Pengendalian pertumbuhan penduduk; (2) Penataan Ruang; (3) Pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan; (4) Peningkatan efektivitas pengelolaan dan konservasi sumber daya alam dan lingkungan hidup; serta (5) Pemantapan kawasan lindung.

Berdasarkan kebijakan tersebut di atas, upaya pengelolaan sumber daya air di Cisadane untuk mengatasi krisis air Jakarta adalah melalui penataan situ, waduk, dan sungai sebagai sarana dan prasarana konservasi, penyedia air baku, dan pengendali banjir, serta melalui konservasi lahan yang diprioritaskan pada kawasan lindung baik di dalam kawasan hutan maupun di luar kawasan hutan melalui rehabilitasi lahan kritis, pengendalian pemanfaatan lahan dan pengendalian kualitas air.

ANALISIS DAN PEMBAHASANPerencanaan

Dalam rangka penanganan situ, pada tanggal 12 Mei 2004 telah terwujud penandatanganan kesepakatan bersama antara Pemerintah Pusat bersama-sama dengan Pemerintah Propinsi dan Kabupaten Kota di Wilayah Jabodetabek untuk melaksanakan Kerjasama dalam rangka Perlindungan dan Pelestarian Situ Terpadu Di Wilayah Jabodetabek. Sebagai tindak lanjut kesepakatan tersebut, Pemerintah Propinsi Jawa Barat dan telah melakukan berbagai upaya, antara lain:

1. Menyusun pembagian peran dalam pengelolaan situ antara Kabupaten/Kota, Propinsi dan Pusat yang meliputi beberapa kegiatan, yaitu survai/identifikasi, perencanaan, pembangunan, Operasinal dan Pemeliharaan, rehabilitasi, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan aparat, perijinan, pengamanan serta monitoring dan evaluasi.

2. Menginventarisir data situ di Wilayah Kabupaten/Kota Bogor, Kabupaten/Kota 3. Menginventarisir penanganan situ yang telah pernah dilakukan, yaitu berupa kegiatan

survai/identifikasi, perencanaan, pembangunan, rehabilitasi, Operasional dan Pemeliharaan,

*) Tugas Matakuliah Pengelolaan Daerah Aliran Sungai**) Mahasiswa Magister Geografi, Departement Geografi, FMIPA UI Page 4

Page 5: pengelolaan DAS Cisadane bagian hulu

serta kerjasama baik yang didanai melalui APBN, APBD Propinsi maupun APBD Kabupaten/Kota.

4. Menyusun rencana penanganan situ di Wilayah Bogor pada tahun 2005- 2010, jenis penanganan yang dibutuhkan serta usulan sumber dananya.Dari kesepakatan pembagian peran dalam pengelolaan situ, Pemerintah Propinsi Jawa Barat

telah sepakat bahwa kegiatan survey/identifikasi, pembangunan, operasi dan pemeliharaan, rehabilitasi, pengamanan dan monitoring akan dilakukan bersama-sama oleh Pemerintah Pusat, Propinsi dan Kabupaten/Kota, kegiatan perencanaan/desain akan dilakukan Pemerintah Pusat dan Propinsi sedangkan kegiatan perijinan dan pemberdayaan masyarakat akan dilakukan oleh Pemerintah Propinsi dan Kabupaten/Kota.

Pemerintah setempat membuat rencana Jangka Pendek (tahunan) dibuat sangat rinci dan dilengkapi dengan deskripsi jenis, lokasi, volume, waktu dan biaya kegiatan secara rinci. Jenis rencana jangka pendek untuk DAS Cisadane bagian hulu yakni Rencana Teknik Reboisasi, Rencana Teknik Penghijauan yang biasanya ditindaklanjuti dengan rancangan kegiatan pembuatan tanaman, dan pembuatan bangunan-bangunan fisik (check dam, drop structure, terrace).

Berikut ini beberapa rekomendasi yang mungkin untuk dikembangkan terkait dengan Pengelolaan atau Rehabilitasi Bagian Hulu DAS Cisadane:

1. Dengan menambah tutupan lahan di wilayah hulu sungai DAS Cisadane2. Memperbanyak wilayah konservasi di wilayah hulu sungai DAS Cisadane dan di dalam

penetapannya pemerintah pusat memiliki wewenang khususnya terkait dengan kawasan hutan lindung dan konservasi

3. penetapan kawasan lindung di wilayah hulu sungai DAS Cisadane sesuai dengan peraturan, memasukkannya ke dalam perencanaan tata ruang wilayah, memberlakukan pemberian izin lokasi pemanfaatan ruang sesuai dengan peruntukkannya serta secara konsisten menerapkan upaya pengendalian pemanfaatan ruang dan rehabilitasinya.

4. Di daerah pedesaan, pemanfaatan ruang kawasan lindung juga tidak boleh sembarangan. Khususnya di daerah yang berbukit dan bergunung, jenis tanaman semusim biasanya tidak cukup kuat untuk menahan tanah dari bahaya longsor. Vegetasi alami dengan suksesi primer biasanya memiliki sistem perakaran yang sesuai dengan kondisi setempat. Karenanya pola pemanfaatan ruang perlu memperhatikan kondisi tapak, agar menyerupai kondisi alami sebelumnya.

5. Rendahnya pemahaman masyarakat juga perlu diperbaiki melalui program sosialisasi dan penegakkan hukum secara terus menerus. Penegakkan hukum harus dimulai sejak awal, bukan hanya dilakukan jika sudah terjadi penyimpangan. Penertiban pemukiman di sempadan sungai juga dapat menimbulkan permasalahan sosial. Karena itu, sosialisasi, penegakkan hukum dan pemantaun harus dilakukan secara sistematik, terus menerus dan menyeluruh.Selain itu harus membuat

Konsep Penebangan hutan secara sembarangan di bagian hulu DAS Cisadane dapat mengganggu

distribusi aliran sungai di bagian hilir. Pada musim hujan air sungai akan terlalu banyak bahkan sering menimbulkan banjir tetapi pada musim kemarau jumlah air sungai akan sangat sedikit atau bahkan kering. Disamping itu kualitas air sungai pun menurun, karena sedimen yang terangkut akibat meningkatnya erosi cukup banyak. Perubahan penggunaan lahan atau penerapan agroteknologi  yang tidak cocok pun dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas air yang mengalir ke bagian hilir.

Sasaran wilayah pengelolaan DAS adalah wilayah DAS yang utuh sebagai satu kesatuan ekosistem yang membentang dari hulu hingga hilir. Penentuan sasaran wilayah DAS secara utuh ini dimaksudkan agar upaya pengelolaan sumberdaya alam dapat dilakukan secara menyeluruh dan terpadu berdasarkan satu kesatuan perencanaan yang telah mempertimbangkan keterkaitan antar komponen-komponen penyusun ekosistem DAS (biogeofisik dan sosekbud) termasuk pengaturan kelembagaan dan kegiatan monitoring dan evaluasi. Kegiatan yang disebutkan terakhir berfungsi sebagai instrumen pengelolaan yang akan menentukan apakah kegiatan yang dilakukan telah/tidak mencapai sasaran.

*) Tugas Matakuliah Pengelolaan Daerah Aliran Sungai**) Mahasiswa Magister Geografi, Departement Geografi, FMIPA UI Page 5

Page 6: pengelolaan DAS Cisadane bagian hulu

Adapun konsep yang digunakan dalam pengelolaan DAS Cisadae bagian hulu secara umum meliputi perencanaan, pengorganisasian, implementasi/pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi terhadap upaya – upaya pokok berikut:

1. Pengelolaan ruang melalui usaha pengaturan penggunaan lahan (landuse) dan konservasi tanah dalam arti yang luas

2. Pengelolaan sumberdaya air melalui konservasi, pengembangan, penggunaan dan pengendalian daya rusak air.

3. Pengelolaan vegetasi yang meliputi pengelolaan hutan dan jenis vegetasi terestria l lainnya yang memiliki fungsi produksi dan perlindungan terhadap tanah dan air.

4. Pembinaan kesadaran dan kemampuan manusia termasuk pengembangan kapasitas kelembagaan dalam pemanfaatan sumberdaya alam secara bijaksana, sehingga ikut berperan dalam upaya pengelolaan DAS.

Implementasi ProgramSesuai dengan rencana makro, rencana kerja jangka menengah dan tahunan konservasi Daerah

Tangkapan Air (DTA/catchment area), Dinas/instansi terkait dan masyarakat, sebagai pelaksana pengelolaan sumberdaya alam di DAS melaksanakan kegiatan pemanfaatan dan konservasi DTA. Bentuk kegiatan pemanfaatan dan konservasi sumberdaya alam di DTA diutamakan untuk meningkatkan produktivitas lahan dalam memenuhi kebutuhan barang dan jasa bagi masyarakat dan sekaligus memelihara kelestarian ekosistem DAS. Kegiatan tersebut dilakukan melalui tataguna lahan (pengaturan tataruang), penggunaan lahansesui dengan peruntukannya (kesesuaian lahan, rehabilitasi hutan dan lahan yang telah rusak, penerapan teknik-teknik konservasi tanah, pembangunan struktur untuk pengendalian daya rusak air, erosi dan longsor. Dilakukan pula kegiatan monitoring kondisi daerah tangkapan air dan evaluasi terhadap pelaksanaan rencana pengelolaan DAS.

Untuk mereabilitasi kerusakan lahan di bagian hulu sungai DAS Cisadane akibat dari perubahan penggunaan lahan, maka harus memperbanyak wilayah konservasi di wilayah hulu sungai DAS Cisadane hal ini sesuai dengan RTRWP Jawa Barat 2010, Program Pengembangan Kawasan Lindung dilaksanakan melalui pengukuhan kawasan lindung, rehabilitasi dan konservasi lahan di kawasan guna mengembalikan dan meningkatkan fungsi lindung, pengendalian kawasan lindung, pengembangan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan kawasan lindung serta pengembangan pola insentif dan disinsentif pengelolaan kawasan lindung. Pengembangan kawasan lindung di wilayah Bodebek dilaksanakan di beberapa lokasi, di antaranya :

Kawasan Gunung Salak Kawasan Gunung Gede Pangrango Kawasan Gunung Halimun Lahan kritis daerah hulu DAS Cisadane

Kawasan lindung selain kawasan hutan sebagian besar merupakan wewenang pihak pemerintah daerah baik dalam hal penetapan, perencanaan pemanfaatan ruang serta pengendaliannya. Pemerintah daerah memiliki peran strategis di dalam pengelolaan kawasan lindung, sehingga komitmen yang konsisten sangat mempengaruhi. Komitmen yang dimaksud dimulai dari upaya penetapan kawasan lindung sesuai dengan peraturan, memasukkannya ke dalam perencanaan tata ruang wilayah, memberlakukan pemberian izin lokasi pemanfaatan ruang sesuai dengan peruntukkannya serta secara konsisten menerapkan upaya pengendalian pemanfaatan ruang dan rehabilitasinya.

Rendahnya pemahaman masyarakat juga perlu diperbaiki melalui program sosialisasi dan penegakkan hukum secara terus menerus. Penegakkan hukum harus dimulai sejak awal, bukan hanya dilakukan jika sudah terjadi penyimpangan. Penertiban pemukiman di sempadan sungai juga dapat menimbulkan permasalahan sosial. Karena itu, sosialisasi, penegakkan hukum dan pemantaun harus dilakukan secara sistematik, terus menerus dan menyeluruh. Karenanya pola pemanfaatan ruang perlu memperhatikan kondisi tapak, agar menyerupai kondisi alami sebelumnya.Misalnya untuk daerah yang sudah terlanjur diperuntukkan untuk dibangun, maka diwajibkan untuk membuat sumur resapan ataupun biopori dengan kapasitas yang disesuaikan dengan luas lahan yang dibangun. Metode-metode eco-engineer lainnya perlu dikembangkan, didokumentasikan serta disosialisasikan ke masyarakat luas, sehingga dapat diterapkan secara luas. Namun bukan berarti,

*) Tugas Matakuliah Pengelolaan Daerah Aliran Sungai**) Mahasiswa Magister Geografi, Departement Geografi, FMIPA UI Page 6

Page 7: pengelolaan DAS Cisadane bagian hulu

pemanfaatan kawasan lindung dapat dilakukan selalu dengan pendekatan kompromis. Ketegasan diperlukan untuk mengarahkan pola pemanfaatan sesuai dengan yang telah direncanakan.

KESIMPULANPerubahan penggunaan lahan di bagian hulu DAS Cisadane akibat penebangan hutan secara

sembarangan dapat mengganggu distribusi aliran sungai di bagian hilir. Pada musim hujan air sungai akan terlalu banyak bahkan sering menimbulkan banjir tetapi pada musim kemarau jumlah air sungai akan sangat sedikit atau bahkan kering. Disamping itu kualitas air sungai pun menurun, karena sedimen yang terangkut akibat meningkatnya erosi cukup banyak. Perubahan penggunaan lahan atau penerapan agroteknologi  yang tidak cocok pun dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas air yang mengalir ke bagian hilir.

Sehingga di perlukan pengelolaan DAS secara terpadu yang bertujuan untuk mendapatkan manfaat lengkap yang sebaik-baiknya dari DAS sesuai dengan kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang beraneka ragam dan yang berkembang menurut waktu. Dimana pengelolaan DAS terpadu di bagian hulu sungai Cisadane dengan cara memperbanyak wilayah konservasi di wilayah hulu sungai DAS Cisadane hal ini sesuai dengan RTRWP Jawa Barat 2010. Program Pengembangan Kawasan Lindung dilaksanakan melalui pengukuhan kawasan lindung, rehabilitasi dan konservasi lahan di kawasan guna mengembalikan dan meningkatkan fungsi lindung, pengendalian kawasan lindung, pengembangan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan kawasan lindung serta pengembangan pola insentif dan disinsentif pengelolaan kawasan lindung.

Mengingat bahwa DAS merupakan suatu system yang terbentuk dari gabungan sumberdaya yang saling berkaitan dan berinteraksi, maka dalam pengelolaannya harus memperhatikan semua anasir-anasir penyusunnya. Karena DAS merupakan sumberdaya darat yang sangat komplek maka pemanfaatan DAS harus bersifat komprehensif yang lebih mementingkan pengoptimuman kombinasi keluaran daripada pemaksimuman salah satu keluaran saja. Oleh karena itu, pengelolaan DAS harus dilaksanakan secara terpadu, terencana, dan berkesinambungan guna mendapatkan manfaat sebaik-baiknya. Dengan memahami DAS sebagai suatu system ekologi, diharapkan pengelolaan DAS akan dapat lebih terarah, bermanfaat, dan berkelanjutan.

DAFTAR PUSTAKA

Nilda. 2014. Jurnal: Analisis Perubahan Penggunaan Lahan dan Dampaknya Terhadap Hasil Air di DAS Cisadane Hulu. Universitas Udayana. Denpasar

Sinukaban, Naik. 2007. Jurnal: Peranan Konservasi Tanah dan Air Dalam Pengelolaan DAS. Institut Pertanian Bogor.

------.2007. Laporan Akhir: Analsisi Kawasan Lindung DAS Cisadane. Asisten Deputi Urusan Data dan Informasi. Kementrian Negara Lingkungan Hidup. Jakarta

------.2010. Jurnal: Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Air di SWS Cisadane. Bappeda Proinsi Jawa Barat.

*) Tugas Matakuliah Pengelolaan Daerah Aliran Sungai**) Mahasiswa Magister Geografi, Departement Geografi, FMIPA UI Page 7