pengelohan limbah cair non medis rumah sakit
DESCRIPTION
xTRANSCRIPT
Tugas KelompokMata Kuliah : Kesehatan Lingkungan & Kesehatan Kerja LanjutanDosen : Dr.Hasanuddin Ishak,M.Sc,Ph.D
MANAJEMEN PENGELOLAAN LIMBAH CAIR NON MEDIS DI RUMAH SAKIT
OLEH
KELOMPOK VI
NASRUDDIN (P1806215013)
PUTRA IMANULLAH (P1806215006)
ANDI CENRARA (P1806215020)
ANDI LUSJMAHRIA (P1806215021)
NURPADLIANI MUHIDDIN (P1806215027)
ALVIRA RAMDHANI (P1806215034)
KONSENTRASI MANAJEMEN ADMINISTRASI RUMAH SAKIT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN
2015
Manajemen Pengelolaan Limbah Cair Non Medis di Rumah Sakit Kelompok 6 Page 1
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karuniaNya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah/kajian
jurnal dengan Topik “ MANAJEMEN PENGOLAHAN LIMBAH CAIR NON MEDIS
DI RUMAH SAKIT”
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya disampaikan kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, khususnya kepada dosen
pengasuh mata kuliah Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan Kerja Dr.Hasanuddin
Ishak, M.Sc,Ph.D. Semoga segala kebaikan dan pertolongan mendapatkan berkah dari
Allah SWT.
Akhir kata kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini. Oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat
diharapkan
Makassar, September 2015-09-14
Tim Penyusun
Kelompok VI
Manajemen Pengelolaan Limbah Cair Non Medis di Rumah Sakit Kelompok 6 Page 2
TABEL REKAPAN JURNAL KELOMPOK 6
NO NAMA ASPEK KESLING ASPEK KEBIJAKAN
ASPEK PENANGANAN
1 Nasruddin Pengelolaan limbah cair belum sesuai dengan Kepmenkes RI No.1024 tahun 2004.Hasil pemeriksaan pada outlet IPAL menunjukkan kandungan residu tersuspensi,amonia,fosfat yang belum memenuhi syarat baku mutu .
Melakukan pemantauan dengan melakukan uji laboratorium untuk mengetahui apakah limbah cair Rumah Sakit memenuhi syarat
Mengoptimalkan penetrasi oksigen dengan menambahkan oksigen ke dalam IPAL, Residu tersuspensi dapat dikurangi dengan pembubuhan tawas padaair limbah.
2 Putra Imanullah
Pembuangan limbah cair rumah sakit merupakan salah satu sumber pencemaran yang sangat potensial bisa menyebabkan penyakit terhadap masyarakat serta menyebabkan kecelakaan kerja serta penularan penyakit jika tidak dikelola dengan baik.
Sistem pengawasan dilakukan oleh pemerintah daerah khususnya badan Lingkungan Hidup agar dapat meminimalisir terjadinya pencemaran lingkungan
Pengelolaan limbah cair dilakukan dengan dua cara yaitu sistem pengolahan terpisah dan pengolahan terpusat
3 Andi Cenrara
Limbah Rumah Sakit akan mengandung bahan-bahan organik dan anorganik,bahan berbahaya, radioaktif bahkan bakteri atau mikroba patogenik. Parameter BOD,COD,pH,suhu dan MPN coliform tidak sesuai syarat baku mutu
Dilakukan pemantauan minimal sekali dalam sebulan untuk mencegah dan meminimalkan dampak negatif di lingkungan
Melakukan pengelolaan limbah cair sebelum masuk ke IPAL utama agar limbah cair untuk parameter BOD,COD,pH,suhu dan MPN coliform bisamemenuhi syarat
Manajemen Pengelolaan Limbah Cair Non Medis di Rumah Sakit Kelompok 6 Page 3
4 Andi Lusjmahria
Alur proses, waktu proses pengolahan, bahan pengolah air limbah, dan biaya pengolahan limbah cair mempengaruhi hasil keluaran limbah cair.
Melakukan uji laboratorium dan simulasi menggunakan redesain IPAL yang sesuai
Menggunakan zat kimia yang relatif murah, memperpendek jalur pada instalasi pengolahan air limbah, dan menurunkan kadar ammoniak dan phospat yang masih tinggi dengan menggunakan value engineering :primary tank, equalisasi tank, biodetox, chlorination tank, tabung filter, storage tank, laundry dan buang ke saluran umum. Bahan pengolah yang sebaiknya digunakan adalah lumpur aktif, kaporit, tawas, zeolit dan karbon aktif.
5 Nurpadliani Muhiddin
Limbah cair Rumah sakit tidak memenuhi syarat baku mutu limbah cair dengan menggunakan parameter TSS,BOD5,COD,PO$
Dilakukan pemantauan oleh pemerintah (Badan Lingkungan Hidup) mengenai limbah cair yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit
Menghilangkan atau mengurangi kontaminan dalam limbah cair dengan menggunakan teknologi biofilter
6 Alvira Ramdhani
Hasil olahan dariinstalasi pengolahan air limbah rumah sakit melebihi ambang batas baku mutu limbahrumah sakit berdasarkan KepMen LH No. Kep-58/MENLH/12/1995.
Melakukan evaluasi terhadap Instalasi Pengolahan Air Limbah sehingga dapat memberikan
Rekomendasi perbaikan pada unit instalasi pengolahan air limbah Rumah Sakit dengan melakukan perancangan ulang
Manajemen Pengelolaan Limbah Cair Non Medis di Rumah Sakit Kelompok 6 Page 4
gambaran terhadap kondisi-kondisi yang ada padabangunan pengolahan limbah dan dapat memberikan masukan yang dianggap perlu dalammengatasi permasalahan yang ada di unit pengolahan air limbah Rumah Sakit
pada unit yang tidak memenuhikriteria disain.
Manajemen Pengelolaan Limbah Cair Non Medis di Rumah Sakit Kelompok 6 Page 5
BAB I
PENDAHULUAN
A. FAKTA MASALAH
Rumah sakit merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan dengan
bidang preventif (pencegahan), kuratif (pengobatan), rehabilitatif maupun
promotif sebagai upaya untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan
masyarakat (Djaja, 2006). Produk samping yang dihasilkan dari semua kegiatan
yang ada di rumah sakit adalah limbah. Salah satu limbah yang dihasilkan oleh
sebuah rumah sakit adalah limbah cair.Berdasarkan kandungan polutan, limbah
cair rumah sakit dapat digolongkan dalam air limbah klinis dan air limbah non
klinis (Arifin, 2008). Jika tidak diolah dengan baik maka limbah tersebut dapat
menimbulkan pencemaran lingkungan perairan maupun air tanah yang
selanjutnya berdampak pada kesehatan masyarakat.
Pengelolaan dan penanganan limbah rumah sakit sudah sangat mendesak
dan menjadi perhatian internasional. Isu ini telah menjadi agenda pertemuan
internasioanal yang penting. Tanggal 18 Oktober 2013 telah dilakukan
pertemuan High Level Meeting on Environmental and Health South-East and
East Asean Contries di Bangkok. Salah satu pertemuan awal oleh Solid
Hazardous Waste yang akan menindaklanjuti tentang penanganan limbah yang
berkaitan dengan limbah domestik dan limbah medis.
Kementerian Kesehatan RI pernah melakukan survei pengelolaan limbah
di 88 rumah sakit di luar Kota Jakarta. Menurut kriteria Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO), pengelolaan limbah rumah sakit yang baik bila persentase limbah
medis 15 persen. Namun, di Indonesia mencapai 23,3%, melakukan pewadahan
20,5%, pengangkutan 72,7% limbah rumah sakit.
Diperkirakan secara nasional produksi limbah padat rumah sakit sebesar
376.089 ton/hari dan produksi limbah cair 48.985,70 ton/hari (Dhani, 2011).
Dengan besarnya angka limbah padat maupun cair yang dihasilkan oleh rumah
sakit, dapat dibayangkan betapa besarnya kemungkinan potensi limbah rumah
sakit mencemari lingkungan serta dalam menyebabkan kecelakaan kerja serta
penularan penyakit jika tidak dikelola dengan baik.
Manajemen Pengelolaan Limbah Cair Non Medis di Rumah Sakit Kelompok 6 Page 6
Limbah cair dapat menyebabkan gangguan pada lingkungan (biota air)
dan kesehatan manusia. Kondisi limbah cair yang belum memenuhi baku mutu
lingkungan, terlebih lagi jika dilakukan dengan tidak mengikuti prosedur
pengolahan air limbah yang seharusnya dijalankan. Seperti yang terjadi di
Rumah Sakit Umum Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), dari hasil observasi
ditemukan pengelolaan limbah yang tidak sesuai dengan persyaratan yang telah
ditetapkan oleh pemerintah.
Selama ini hasil pengolahan limbah cair Rumah Sakit RK Charitas untuk
kadar BOD5, COD kadang-kadang melebihi ambang batas BMCL (Baku Mutu
Limbah Cair) terutama kadar NH3 dan PO4 yang tidak memenuhi BMCL
sebagai data adalah sampel dari Rumah Sakit RK Charitas tanggal 28 September
2013 kadar PO4 sebesar 2,134 mg/l yang melebihi BMCL sebesar 2 mg/l dan
kadar NH3 sebesar 0,174 yang melebihi BMCL sebesar 0,1 mg/l.
Parameter yang melebihi baku mutu limbah di IPAL Rumah Sakit
Umum Daerah dr.Rubini Mempawah pada tahun 2010 menurut KepMen LH
No. Kep-58/MENLH/12/1995 tentang kegiatan rumah sakit yaitu, COD 2085
mg/l dari standar baku mutu untuk COD adalah 80 mg/l, dan TSS 188 mg/l dari
standar baku mutu 30 mg/l, Fosfat (PO4) 4,28 mg/l dengan nilai standar baku
mutu 2 mg/l.
Maka diperlukan suatu evaluasi terhadap kualitas limbah cair ditinjau
dari parameter BOD, COD, pH, PO4, MPN Coliform dan suhu. Selain itu
diperlukan evaluasi instalasi pengolahan air limbah, sehingga dapat memberikan
gambaran terhadap kondisi-kondisi yang ada pada bangunan pengolahan limbah
dan dapat memberikan masukan yang dianggap perlu dalam mengatasi
permasalahan yang ada di unit pengolahan air limbah.
B. PERTANYAAN MASALAH
1. Apakah limbah cair Rumah sakit memenuhi persyaratan ditinjau dari
parameter BOD, COD, pH,suhu dan MPN Coliform?
2. Bagaimana kondisi pengelolaan limbah cair yang ada di Rumah Sakit?
3. Bagaimana desain Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di Rumah
Sakit yang lebih sederhana dengan hasil kualitas keluaran yang
memenuhi Baku Mutu Lingkungan?
Manajemen Pengelolaan Limbah Cair Non Medis di Rumah Sakit Kelompok 6 Page 7
4. Bagaimana efesiensi penurunan kandungan TSS, BOD5, COD4, PO4
pada limbah cair dengan menggunakan reaktor biofilter dan value
enginering?
C. TUJUAN
1. Mengetahui kualitas alir limbah ditinjau dari parameter BOD, COD, pH,
suhu, dan MPN Coliform
2. Mengetahui kondisi pengelolaan limbah yang ada di Rumah Sakit
3. Mengetahui desain Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di Rumah
Sakit yang lebih sederhana dengan hasil kualitas keluaran yang
memenuhi Baku Mutu Lingkungan?
4. Mengetahui efesiensi penurunan kandungan TSS, BOD5, COD, PO4
pada limbah cair dengan menggunakan reaktor biofilter dan teknik value
engineering
Manajemen Pengelolaan Limbah Cair Non Medis di Rumah Sakit Kelompok 6 Page 8
BAB II
PEMBAHASAN
1. Tabel Rekap Hasil Penelitian dan Kesimpulan Tabel
Hasil penelitian untuk uji parameter BOD5 limbah cair RSUD Tulehu untuk
inlet kadar rata-rata sebesar 28,042 mg/l. Outlet kadar rata-rata sebesar 21,708 mg/l
(Tabel 1).
Hasil penelitian untuk uji parameter COD limbah cair RSUD Tulehu untuk inlet
kadar rata-rata sebesar 56,428 mg/l. Outlet kadar rata-rata sebesar 43,842 mg/l (Tabel
2).
Hasil penelitian untuk uji parameter pH limbah cair RSUD Tulehu untuk inlet
kadar rata-rata sebesar 8,10. Outlet kadar rata-rata sebesar 7,61 (Tabel 3).
Hasil penelitian untuk uji parameter suhu limbah cair RSUD Tulehu untuk inlet
kadar rata-rata sebesar 25,920C. Outlet kadar rata-rata sebesar 12,240C (Tabel 4).
Hasil penelitian Untuk uji parameter MPN Coliform limbah cair RSUD Tulehu
untuk inlet kadar rata-rata sebesar 4,186,028 koloni/100 ml. Outlet kadar rata-rata
sebesar 507,60 koloni/100ml (Tabel 5).
Tabel.1 Hasil Uji Kadar BOD5 Limbah Cair RSUD Tulehu
Pengambilan
SampelStandar Baku
Kadar BOD5 (mg/I)Ket
Inlet Outlet
NO
Tanggal 10 58/MENLH/12/1995 28,41 20,16 MS
Tanggal 11 (30 mg/I) 27,93 21,74 MS
Tanggal 12 27,77 21,91 MS
Tanggal 13 27,81 22,31 MS
Tanggal 14 28,29 22,42 MS
Manajemen Pengelolaan Limbah Cair Non Medis di Rumah Sakit Kelompok 6 Page 9
Rata-rata 28,024 21,708
Sumber : Data Primer 2014
Tabel.2 Hasil Uji Kadar COD Limbah Cair RSUD Tulehu
Pengambilan
SampelStandar Baku
Kadar COD (mg/I)Ket
Inlet Outlet
NO
Tanggal 10 58/MENLH/12/1995 57,28 41,29 MS
Tanggal 11 (80 mg/I) 54,88 44,84 MS
Tanggal 12 56,44 44,28 MS
Tanggal 13 56,36 44,91 MS
Tanggal 14 57,18 43,89 MS
Rata-rata 56,428 43,842
Sumber : Data Primer 2014
Tabel.3 Hasil Uji Kadar pH Limbah Cair RSUD Tulehu
Pengambilan
SampelStandar Baku
Kadar pHKet
Inlet Outlet
NO
Tanggal 10 58/MENLH/12/1995 8,34 7,567 MS
Tanggal 11 (6-9) 8,196 7,653 MS
Tanggal 12 8,001 7,586 MS
Tanggal 13 8,196 7,644 MS
Tanggal 14 8,219 7,600 MS
Manajemen Pengelolaan Limbah Cair Non Medis di Rumah Sakit Kelompok 6 Page 10
Rata-rata 8,1 7,61
Sumber : Data Primer 2014
Tabel.4 Hasil Uji Kadar Suhu Limbah Cair RSUD Tulehu
Pengambilan
SampelStandar Baku
Kadar Suhu (°C)Ket
Inlet Outlet
NO
Tanggal 10 58/MENLH/12/1995 27,6 27,1 MS
Tanggal 11 (30 °C mg/I) 28,2 27,2 MS
Tanggal 12 24,8 21,1 MS
Tanggal 13 25,3 23,7 MS
Tanggal 14 23,7 21,5 MS
Rata-rata 25,92 24,12
Sumber : Data Primer 2014
Tabel.5 Hasil Uji Kadar MPN Limbah Cair RSUD Tulehu
Pengambilan
SampelStandar Baku
Kadar Suhu (°C)Ket
Inlet Outlet
NO
Tanggal 10 58/MENLH/12/1995 5,400,000 1,600,000 TMS
Tanggal 11 (10.000) 930 921,000 TMS
Tanggal 12 9,200,000 17,000 MS
Tanggal 13 140,1 4,500 MS
Manajemen Pengelolaan Limbah Cair Non Medis di Rumah Sakit Kelompok 6 Page 11
Tanggal 14 5,400,000 1,800 MS
Rata-rata 4,186,028 507,601
Sumber : Data Primer 2014
Tabel 6. Kualitas Air Limbah Rumah Sakit Dr.Rubini Mempawah Tahun 2014
No. Parameter Alat/Metode Satuan
Hasil
Analisis Baku Mutu
Kep.58/MENLH/12/1995In Out
1 BOD5 Winkler
Azide
mg/I 135,59 8,3 30
2 COD Close
Reflux
mg/I 1980 270 80
3 TSS Gravimetrik mg/I 13 119 30
4 NH3 Spectofotometer mg/I 731 0,48 0,1
5 PO4 Spectofotometer mg/I 0,24 0,12 2
Tabel 7.Hasil Pemeriksaan Terakhir Air Limbah RSU.Provinsi NTB
Parameter pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Kadar Maksimum
Fisika Suhu
26,5 < 30 °C
Kimia
pH 6 6 - 9
BOD5 9 mg/I 30 mg/I
COD 29 mg/I 80 mg/I
TSS 58 mg/I 30 mg/I
NH3, Bebas 20,0 mg/I 0,1 mg/I
PO4 5,40 mg/I 2 mg/I
Manajemen Pengelolaan Limbah Cair Non Medis di Rumah Sakit Kelompok 6 Page 12
Tabel diatas merupakan hasil pemeriksaan terakhir dari outlet IPAL yang ada
dirumah sakit, pengambilan sampel air limbah dilakukan pada tanggal 16 April 2013,
dari hasil pemeriksaan ada beberapa parameter pemeriksaan yang tidak memenuhi baku
mutu sesuai dengan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup RI No. Kep-58/Men
LH/12/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah sakit, parameter
tersebut seperti residu tersuspensi, amonia dan fosfat.
Tabel 8. Penggunaan rata-rata air di Rumah sakit Dirgahayu Samarinda
NO. Jenis Kegiatan Volume (m³ /hari)
1 Rawat jalan, Laborat, UGD,Apotik, Perkantoran 5
2 Rawat Inap 34
3 Kamar Bedah 3
4 Dapur 10
5 Laundry 20
6 IPAL, Insenarator 2
7 Kamar Jenazah 1
8 Asrama Karyawan 15
Jumlah rata-rata 90
Tabel tersebut merupakan uraian dari setiap keperluan air setiap bagian Rumah
Sakit Dirgahayu yang diukur dari persentase hari dan kubikasi.
Manajemen Pengelolaan Limbah Cair Non Medis di Rumah Sakit Kelompok 6 Page 13
Tabel 9. Sumber dan Volume Limbah Cair
No Sumber Limbah Cair Kegiatan Volume
(m³ /hari)
1 UGD (Unit Gawat Darurat) Pencucian tangan dan luka,
urinoir
2 Poli Umum,Poli Anak,
BKIA,Poli Gigi, Poli
Bedah,Fisioterapi, Laboratorium
Pencucian tangan, pencucian
instrumen laboratorium, sisa
reagent, pencucian luka,urinoir
3 Ruang Santo Yakobus Pencucian Tangan, urinoir
4 Ruang Santao Mikael,
Radiologi, Hemodialisa
Pencucin tangan, pencucian
instrumen
5 Ruang Santo Gabriel Pencucian Tangan, urinoir
6 Ruang Santo Theresia Pencucian Tangan, urinoir
7 R.Operasi dan ICU Pencucian Tangan,Instrument
bedah, strelisasi, urinoir
8 Dapur Pencucian bahan makanan dan
alat memasak
9 Kamar Jenazah Pemandian Jenazah, urinoir
10 Laundry Pencucian linen /kain tenun,
urinoir
Tabel di atas merupakan uraian setiap kegiatan pelayanan pasien di Rumah Sakit
Dirgahayu yang menghasilkan limbah cair yang diukur dari presentase dan kubikasi.
Manajemen Pengelolaan Limbah Cair Non Medis di Rumah Sakit Kelompok 6 Page 14
Tabel 10. Laporan Swapantau Rumah Sakit Dirgahayu
No. Parameter Satuan IPAL
Kadar
Maksimum
Perda Kaltim
No.2
Tahun 2011
Metode Uji
1 pH - 6.60 6-9 SNI 06-6989.11.2004
2 BOD mg/L 9.98 30 SNI 6989.72.2009
3 COD mg/L 13.25 80 SNI 06.6989 2.2004
4 Zat Padat
tersuspensi
(TSS)
mg/L 30 30 SNI 06.6989 3.2004
5 Amoniak Bebas
(NH3-N)
mg/L 1.006 0,1 SNI 06.6989 30.2004
6 Total Phospat mg/L 0.252 2 SNI 06.6989 31.2004
7 Bakteri Bentuk
Coli
MPN/10
0 mL
1500 10000 SNI 19 2897-1992.2.2
Sumber : Laporan Swapantau Rumah Sakit Dirgahayu September 2013
Air dari hasil olahan sendiri tersebut merupakan hasil yang diperoleh dari hasil
pengelolaan limbah cair yang sangat baik dengan menggunakan IPAL yang dimana
memperoleh hasil olahan yang memiliki pH 6,60 sesuai dengan isi swapantau pada
bulan September 2013.
2. Faktor Penyebab dan Aspek Manajemen
Kandungan BOD dan COD yang tinggi dapat menyebabkan penurunan
kandungan oksigen terlarut di perairan, yang dapat mengakibatkan kematian organisme
akuatik. Kandungan fosfat yang tinggi dapat mempercepat pertumbuhan mikroalgae
pada perairan bebas. Beberapa jenis mikroalgae ada kelompok yang menghasilkan
Manajemen Pengelolaan Limbah Cair Non Medis di Rumah Sakit Kelompok 6 Page 15
toksin bagi ikan dan biota air yang menutup permukaan air sehingga pancaran sinar
matahari dan oksigen terlarut dalam perairan akan berkurang.
Perbedaan hari pengambilan sampel menjadi salah satu penyebab variasi kadar
BOD5 tiap harinya, tentunya juga dipengaruhi oleh banyak sedikitnya aktifitas kegiatan
di rumah sakit.
Kandungan fosfat yang tidak sesuai standar dapat menyebabkan masalah jika
tidak diolah dengan baik. Menurut Masduqi (2004) keberadaan fosfat yang berlebihan
dibadan air menyebabkan suatu fenomena yang disebut eutrofikasi (pengkayaan
nutrien) yang dapat menyebabkan tumbuhnya alga (ganggang) dan tumbuhan air.
Kandungan amonia yang tinggi dapat mengganggu kehidupan hewan dan manusia yang
berada di sekitar aliran sungai. Senyawa ini juga mampu merusak sel hewan terutama
dari klasis mamalia termasuk manusia (Limbong, 2005). Umumnya tingkat kekeruhan
atau kecerahan suatu perairan sangat dipengaruhi oleh kandungan zat padat suspensi.
Kandungan zat padat tersuspensi yang tinggi banyak mengurangi penetrasi cahaya
matahari ke dalam air (Tarigan dan Edward, 2003). .
Permasalahan yang terdapat pada IPAL adalah dimensi bangunan IPAL yang
tidak sesuai dengan kriteria sehingga menurunkan kualitas pengolahan. Rekomendasi
perbaikan pada unit instalasi pengolahan air limbah Rumah Sakit dr. Rubini
Mempawah adalah dengan melakukan perancangan ulang pada unit yang tidak
memenuhi kriteria disain. Berikut merupakan hasil dari perhitungan kembali dimensi
untuk unit pengendap I, pengurai anaerob dan up flow filter:
Disain untuk unit anaerob dengan dimensi P = 3,5 m, L = 3,5 m, T = 3 m,
dengan menggunakan biofilter sarang tawon.
Dimensi untuk unit up flow filter dengan dimensi P = 21, 16 m, L = 4 m, T = 2
m, dengan menggunakan media pelekat sarang tawon.
Pada kasus limbah rumah sakit ini kandungan fosfat yang tidak sesuai standar
dapat menyebabkan masalah jika tidak diolah dengan baik. Menurut Masduqi (2004)
keberadaan fosfat yang berlebihan dibadan air menyebabkan suatu fenomena yang
disebut eutrofikasi (pengkayaan nutrien) yang dapat menyebabkan tumbuhnya alga
(ganggang) dan tumbuhan air. Kandungan amonia yang tinggi dapat mengganggu
kehidupan hewan dan manusia yang berada di sekitar aliran sungai. Senyawa ini juga
mampu merusak sel hewan terutama dari klasis mamalia termasuk manusia (Limbong,
2005). Umumnya tingkat kekeruhan atau kecerahan suatu perairan sangat dipengaruhi
Manajemen Pengelolaan Limbah Cair Non Medis di Rumah Sakit Kelompok 6 Page 16
oleh kandungan zat padat suspensi. Kandungan zat padat tersuspensi yang tinggi banyak
mengurangi penetrasi cahaya matahari ke dalam air (Tarigan dan Edward, 2003).
Penurunan kandungan amonia dan fosfat pada limbah cair yang sudah terolah
dapat dilakukan dengan mengoptimalkan penetrasi oksigen, karena kandungan amonia
bebas dan fosfat dapat dikurangi dengan menambahkan oksigen ke dalam IPAL,
(Dwipayanti dkk, 2011). Residu tersuspensi dapat dikurangi dengan pembubuhan tawas
pada air limbah (Ningsih,2011)
3. Solusi
Pengolahan limbah cair dapat dilakukan dengan 2 tahap yakni pengolahan
terpusat dan pengolahan terpisah. Pengolahan terpisah meliputi pengolahan awal yang
dilakukan untuk mengurangi beban olah limbah di unit pengolahan terpusat. Pengolahan
ini masing-masing dilakukan di sumber limbah, yakni :
a. Limbah cair dari ruang perawatan
Proses yang dilakukan yakni sedimen gravitasi Sedimentasi dengan gravitasi
berguna untuk menahan ikutan padatan-padatan terhanyut yang ada pada air
limbah dalam suatu bak kontrol yang ditempatkan pada aliran air buangan
menuju IPAL.
b. Limbah cair dari dapur/instalasi gizi
Proses yang dilakukan dengan yakni sedimen gravitasi. Sedimentasi dengan
gravitasi berguna untuk menahan ikutan padatan-padatan terhanyut yang ada
pada air limbah dalam suatu primary treatment dengan cara screening dan oil
catcher. Screening berfungsi untuk menyaring padatan yang terikut aliran limbah
cair dari dapur untuk diangkat dan dibuang ke kontainer limbah domestik.
Sedangkan oil catcher berfungsi sebagai penangkap minyak dan lemak,
selanjutnya minyak dan lemak dibuang ke kontainer sampah. Primary treatment
limbah cair dari dapur ditempatkan pada aliran air buangan IPAL.
c. Limbah cair dari Laundry
Proses yang dilakukan yakni sedimentasi gravitasi. Sedimentasi dengan gravitasi
berguna untuk menahan padatan-padatan ikutan yang ada pada air limbah dalam
suatu primary treatment dengan cara screening.
Pengolahan terpusat diartikan sebagai pengolahan limbah di suatu tempat, yakni
limbah yang dihasilkan dari masing-masing sumber limbah dialirkan ke suatu tempat
tertentu dan dilakukan pengolahan secara bersamaan.
Manajemen Pengelolaan Limbah Cair Non Medis di Rumah Sakit Kelompok 6 Page 17
Penurunan kandungan amonia dan fosfat pada limbah cair yang sudah terolah
dapt dilakukan dengan mengoptimalkan penetrasi oksigen, karena kandungan amonia
bebas dan fosfat dapat dikurangi dengan menambahkan oksigen ke dalam IPAL,
(Dwipayanti dkk, 2011). Residu tersuspensi dapat dikurangi dengan pembubuhan tawas
pada air limbah (Ningsih, 2011).
Reaktor biofilter dengan media pasir silica-kerikill mampu menurunkan
kandungan TSS rata-rata 57 %, menurunkan kandungan BOD5 rata – rata 71%,
menurunkan kandungan COD rata – rata 67% dan menurunkan kandungan Phospat
(PO4) rata – rata 12 %.
Reaktor biofilter dengan media bioball mampu menurunkan kandungan TSS
rata-rata 46%, menurunkan kandungan BOD5 rata – rata 62%, menurunkan kandungan
COD rata – rata 55% dan menurunkan kandungan Phospat (PO4) rata – rata 12%.
Reaktor biofilter dengan media gabungan yaitu media pasir silica-kerikil dengan media
bioball mampu menurunkan kandungan TSS rata-rata 73,46, menurunkan kandungan
BOD5 rata – rata 73,40 % dan menurunkan kandungan COD rata – rata 69
Rekomendasi perbaikan pada unit instalasi pengolahan air limbah adalah dengan
melakukan perancangan ulang pada unit yang tidak memenuhi kriteria disain. Berikut
merupakan hasil dari perhitungan kembali dimensi untuk unit pengendap I, pengurai
anaerob dan up flow filter:
Disain untuk unit anaerob dengan dimensi P = 3,5 m, L = 3,5 m, T = 3 m,
dengan menggunakan biofilter sarang tawon.
Dimensi untuk unit up flow filter dengan dimensi P = 21, 16 m, L = 4 m, T = 2
m, dengan menggunakan media pelekat sarang tawon.
Dengan menggunakan zat kimia yang relatif murah, memperpendek jalur pada
instalasi pengolahan air limbah, dan menurunkan kadar ammoniak dan phospat yang
masih tinggi di Rumah Sakit RK Charitas dengan menggunakan value
engineering.Bahan pengolah air limbah adalah primary tank, equalisasi tank, biodetox,
chlorination tank, tabung filter, storage tank, laundry dan buang ke saluran umum.
Bahan pengolah yang sebaiknya digunakan adalah lumpur aktif, kaporit, tawas, zeolit
dan karbon aktif.
Manajemen Pengelolaan Limbah Cair Non Medis di Rumah Sakit Kelompok 6 Page 18
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Kualitas dan karakteristik fisik limbah cair setelah dilakukan pengolahan
menjadi sangat baik karena tidak berwarna, tidak berbau dan temperaturnya
baik. Kandungan BOD5, COD dan pH memenuhi syarat.
2. Pengelolaan limbah cair harus dilaksanakan dengan cara yang baik dan
dengan menggunakan teknologi yang modern sehingga menghasilkan
kualitas hasil air olahan yang baik dan sesuai dengan baku mutu limbah cair
melalui pengolahan terpusat dan pengolahan terpisah.
3. Permasalahan yang terdapat pada IPAL adalah dimensi bangunan IPAL yang
tidak sesuai dengan kriteria sehingga menurunkan kualitas pengolahan.
Kualitas air limbah yang tidak memenuhi standar baku mutu buangan air
limbah rumah.
4. Reaktor biofilter dengan media pasir silica-kerikil mampu menurunkan
kandungan TSS rata-rata 57 %, menurunkan kandungan BOD5 rata – rata
71%, menurunkan kandungan COD rata – rata 67% dan menurunkan
kandungan Phospat (PO4) rata – rata 12 %. Reaktor biofilter dengan media
bioball mampu menurunkan kandungan TSS rata-rata 46%, menurunkan
kandungan BOD5 rata – rata 62%, menurunkan kandungan COD rata – rata
55% dan menurunkan kandungan Phospat (PO4) rata – rata 12%. Reaktor
biofilter dengan media gabungan yaitu media pasir silica-kerikil dengan
media bioball mampu menurunkan kandungan TSS rata-rata 73,46,
menurunkan kandungan BOD5 rata – rata 73,40 % dan menurunkan
kandungan COD rata – rata 69 %.
B. SARAN
Manajemen Pengelolaan Limbah Cair Non Medis di Rumah Sakit Kelompok 6 Page 19
1. Disarankan untuk melakukan pengolahan sebelum masuk IPAL utama agar
hasil limbah cair untuk kadar BOD5, MPN coliform, COD,dan pH
memenuhi syarat.
2. Pihak Rumah Sakit harus lebih memperhatikan kondisi Instalasi Pengolahan
Air Limbah (IPAL) sebagai wadah pengelolaan limbah cair dan
megembangkan upaya terhadap pengolahan limbah cair sehingga akan
menghasilkan hasil olahan yang baik dan sesuai baku mutu yang telah diatur
dalam peraturan perundang-undangan.
3. Rekomendasi perbaikan pada unit instalasi pengolahan air limbah adalah
dengan melakukan perancangan ulang pada unit yang tidak memenuhi
kriteria disain.
4. Untuk memperoleh hasil pengolahan limbah cair yang lebih baik pada
reaktor biofilter yang menggunakan media pasir silika-kerikill, maka perlu
dilakukan penelitian terkait dengan ukuran dan ketebalan media yang efektif
seperti untuk mengolah limbah cair rumah sakit media bioball yang efektif
digunakan untuk mengolah limbah cair rumah sakit dengan menggunakan
reactor biofilter
Manajemen Pengelolaan Limbah Cair Non Medis di Rumah Sakit Kelompok 6 Page 20
DAFTAR PUSTAKA
1. Nasaruddin : Agustina Astuti,S.G.Purnama.Kajian Pengelolaan Limbah di Rumah
Sakit Umum Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). 2014.Community Health
Volume II No.1.Januari 2014 : 12-20 Tersedia dalam : http://www.e-jurnal.com.
(diakses tanggal 8 September 2015).
2. Putra Imanullah : Frederickus Yuga,P ,Lasina,Rika,E.2014.Pengelolaan Limbah
Cair di Rumah Sakit Dirgahayu Kota Samarinda .Jurnal Beraja Niti Volume 3
No.4. Tersedia dalam :http://e-journal.fhunmul.ac.id/index.php/beraja (diakses
tanggal 10 September 2015).
3. Andi Cenrara : Ali Arsad Kerubun,Makmur Selomo,Ruslan.2014.Studi Kualitas
Limbah Cair di Rumah Sakit Umum daerah Tulehu Provinsi Maluku.Balai Teknik
Kesehatan Lingkungan Ambon, Bagian Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Hasanuddin. 2014 : 1-9 Tersedia dalam :
https://www.repository.unhas.ac.id (diakses tanggal 7 September2015).
4. Nurpadlaini Muhiddin : Meylinda Mulyati, JM Sri Narhadi.Evaluasi Instalasi
Pengolahan Air Limbah Rumah Sakit RK Charitas Palembang dengan Value
Engineering. Jurnal Ilmiah TEKNO Vol.12 No.1.April 2015 : 35-44 Tersedia
dalam : http://eprints.binadarma.ac.id. (diakses tanggal 7 September 2015).
5. Andi Lusjmahria : Suhariono,Pungut AS.2014.Penggunaan Reaktor Biofilter
Untuk Meningkatkan Kualitas Limbah Cair di RSUD Dr.Soetomo
Surabaya.Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan
Perencanaan Universitas PGRI Adi Buana Surabaya. Tersedia dalam :
http://digilib.unipasby.ac.id (diakses tanggal 5 September 2015).
6. Alvira Ramdhani : Maryam,Isna Apriani,Winardi Yusuf.2014.Evaluasi Dimensi
Instalasi Pengolahan Air Limbah Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Rubini
Mempawah.Program Studi Teknik Lingkungan Jurusan Teknik Sipil Fakultas
Manajemen Pengelolaan Limbah Cair Non Medis di Rumah Sakit Kelompok 6 Page 21
Teknik Universitas Tanjungpura,Pontianak. Tersedia dalam :
http://jurnal.untan.ac.id (diakses tanggal 7 September 2015)
Manajemen Pengelolaan Limbah Cair Non Medis di Rumah Sakit Kelompok 6 Page 22