pengawasan aktivitas kapal penangkap ikan …repository.fisip-untirta.ac.id/1017/1/pengawasan...
TRANSCRIPT
PENGAWASAN AKTIVITAS KAPAL PENANGKAP IKAN
KARANGANTU DI SATUAN PENGAWASAN SUMBER DAYA
KELAUTAN DAN PERIKANAN SERANG
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsenterasi Manajemen Publik
Program Studi Ilmu Administrasi Publik
Oleh
Lastri Kurniawati
6661140491
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTANG AGENG TIRTAYASA
SERANG, JUNI 2018
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb
Dengan mengucapkan alhamdulillahirabil’alamin, peneliti mengucapkan syukur kepada
ALLAH SWT, serta shalawat dan salam yang senantiasa tercurah limpahkan kepada nabi
Muhammad SAW, sahabat beserta seluruh keluarganya, karena berkat ridho, rahmat, karunia dan
kasih sayang-Nya, peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pengawasan
Aktivitas Kapal Penangkap Ikan Karangantu Di Satuan Pengawasan Sumber Daya
Kelautan dan Perikanan Serang”.
Maksud dari skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
sarjana pada program Ilmu Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Serang Banten. Dengan selesai nya penyusunan skripsi ini
tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak yang selalu mendukung peneliti.
Peneliti mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada yang terhormat:
1. Prof. Dr. H. Soleh Hidayat, Drs., M.Pd, Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
2. Dr. Agus Sjafari, S.Sos., M.Si, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa
3. Rahmawati, S.Sos., M.Si, Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
4. Iman Mukhrohman, S.Sos., M.Si, Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
iii
5. Kandung Sapto. N, S.Sos., M.Si, Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
6. Listyaningsih, M.Si, Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
7. Dr. Arenawati, M.Si, Sekretaris Program Studi Ilmu Administrasi Publik Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
8. Riny Handayani, M.Si, Pembimbing I yang telah memberikan arahan selama penyusunan
proposal penelitian ini.
9. Drs. H. Oman Supriyadi, M.Si, Pembimbing II yang telah memberikan arahan selama
penyusunan proposal penelitian ini.
10. Seluruh dosen Program Studi Ilmu Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
11. Seluruh Staff Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Program Studi Ilmu Administrasi
Publik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
12. Seluruh Pihak Satwas Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Serang yang telah
mengizinkan dan membantu selama penelitian berlangsung.
13. Seluruh Pihak Pelabuhan Perikanan Nusantara Karangantu yang telah mengizinkan dan
membantu dalam penelitian ini.
14. Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Banten yang telah mengizinkan dan membantu
penulis dalam mengumpulkan data untuk penulisan penelitian ini.
15. Aparat Kepolisian Air Karangantu Polres Serang yang telah membantu peneliti dalam
pengumpulan data selama penelitian berlangsung.
iv
16. Ayahanda H. Wardi dan Almarhumah Ibunda Hj. Roemi, atas cinta kasih yang tulus tak
terhingga dan merupakan motivator terbesar dalam penyusunan Skripsi ini.
17. Seluruh anggota keluargaku dari kakak nomor satu sampai tujuh yaitu Kang Mpi, Kang
Oman, Kang Dedi, Kang Eli, Teteh Mul, Kang Ujang dan Teh Inah, yang telah
memberikan dukungan moril dan materil selama penyusunan skripsi ini.
18. Sahabat-sahabatku Aan Sumarni, Siti Ida Aida dan Rizki Amilia berkat kebersamaan
yang telah kita lewati bersama yang berkesan dan juga telah memberikan motivasi
kepada saya dalam penyusunan skripsi ini.
19. Teman terdekatku, Tio Matoviami yang telah senantiasa membantu dan mendukung
selama penelitian ini.
20. Teman-temanku Annisa Rizqiyah, Peri Supriatna, Teh Santi Nurmayanti, Kak Galih
Ramadhan, dan Anggita Adeliani yang telah berjuang bersama selama bimbingan skripsi
ini hingga selesai.
21. Seluruh teman-teman Administrasi Publik 2014, atas kebersamaan yang begitu besar
selama empat tahun ini.
Akhirnya penulis mengucapkan rasa syukur yang tak terhingga dengan terselesaikannya
penyusunan skripsi ini. Penulis meyadari masih banyak kekurangan. Penulis berharap kritik dan
saran dari semua pihak. Semoga Skripsi ini bermafaat bagi semua pihak.
Serang, Mei 2018
Lastri Kurniawati
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto:
“Cara Mudah Merubah Dunia Adalah Dengan Merubah Diri Sendiri
Menjadi Lebih Baik”
Persembahan:
“Skripsi ini aku persembahkan untuk
Kedua Orang tuaku
Bapak Wardi dan Almh. Ibu Roemi,
Berserta semua kakak-kakakku”
vi
ABSTRAK
Lastri Kurniawati. 6661140491. Pengawasan Aktivitas Kapal Penangkap Ikan Karangantu
Di Satuan Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Serang. Program Studi
Ilmu Administrasi Publik. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Dosen Pembimbing I:
Riny Handayani, M.Si. Dosen Pembimbing II: Drs. Oman Supriyadi, M.Si.
Karangantu merupakan wilayah potensi perikanan yang berada di Kota Serang sehingga banyak
kapal perikanan nelayan yang melakukan kegiatan penangkapan ikan, akan tetapi banyak
persoalan pengawasan pada aktivitas kapal penangkap ikan di karangantu. Persoalan yang ada
yaitu masih adanya kapal perikanan tidak memiliki dokumen kapal lengkap, terdapat kapal
perikanan menggunakan alat tangkap tidak ramah lingkungan, serta kurangnya personil
pengawas perikanan yang bertugas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengawasan
perikanan yang dilakukan oleh Satwas SDKP Serang. Penelitian ini menggunakan teori Tahapan
Proses Pengawasan dalam Usman Effendi (2014:212-213). Metode yang digunakan adalah
kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi dan
dokumentasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa pengawasan yang dilakukan Satwas SDKP
Serang terkait aktivitas kapal perikanan di Karangantu masih kurang karena belum maksimalnya
pelaksanaan program, SDM terbatas serta anggaran yang sedikit menimbulkan kurangnya
pengamatan langsung sehingga masih banyak nelayan yang menggunakan alat tangkap ikan yang
tidak ramah lingkungan dan kapal perikanan yang tidak memiliki dokumen kapal yang lengkap.
Saran yang diberikan oleh peneliti adalah mengusulkan penambahan personil pengawas
perikanan, melakukan koordinasi yang baik dengan instansi pemerintah terkait masalah yang ada
pada nelayan, selalu melakukan pemeriksaan teknis kapal perikanan, serta memberikan sanksi
secara tegas kepada nelayan yang melakukan pelanggaran berdasarkan aturan undang-undang
yang berlaku.
Kata Kunci : Pengawasan, SLO, Kapal Perikanan Karangantu
vii
ABSTRACT
Lastri Kurniawati. 6661140491. Supervision of Fishing Activity of Karangantu Fishing Vessel
At Marine Resources and Fishery Rescue Unit Serang. Public Administration Science
Program. Faculty of Social Science and Political Science. Supervisor I: Riny Handayani,
M.Si. Supervisor II: Drs. Oman Supriyadi, M.Si.
Karangantu is a potential fishery area located in Serang city so many fishing vessels fishermen
who do fishing activities, but many issues of supervision on the activity of fishing vessels in reefs.
The existing problem that is still the existence of fishery vessel do not have complete ship
document, there are fishing boats using environmentally friendly fishing gear, and lack of fishery
supervisory personnel on duty. The purpose of this study is to determine the supervision of
fisheries conducted by Satwas SDKP Serang. This research uses the Stage Process Monitoring
theory in Usman Effendi (2014: 212-213). The method used is qualitative descriptive.
Techniques of collecting data using interviews, observation and documentation. The result of the
research shows that the supervision done by Satwas SDKP Serang related to fishery vessel
activity in Karangantu is still lacking because the program implementation is not maximal,
limited human resources and budget causing the lack of direct observation so that there are
many fishermen who use fishing gear which is not environmentally friendly and fishing boat
which does not have complete ship documents. The suggestion given by the researcher is to
propose the addition of fishery supervisory personnel, do good coordination with government
institution related to fisherman problem, always conduct technical inspection of fishing vessel,
and give strict sanction to fisherman who commits violation based on rule of law applicable .
Keywords: Supervision, SLO, Karangantu Fishing vessel
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN
COVER …………………………………………………………………………..... i
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………. ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAAN …………………………………………........ iii
ABSTRAK …………………………………………………………………………. iv
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………….. v
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah……………………………………………………. 1
1.2 Identifikasi Masalah ………………………………………………….…... 20
1.3 Batasan Masalah ……………………………………………….……….…. 20
1.4 Rumusan Masalah …………………………………………….…………... 20
1.5 Tujuan Penelitian ……………………………………………….…………. 21
1.6 Manfaat Penelitian ……………………………….………………………... 21
1.7 Sistematika Penulisan …………………………….……………………….. 22
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN
ASUMSI DASAR PENELITIAN
2.1 Tinjauan Pustaka …………………………………..……………………… 28
2.1.1 Definisi Manajemen ………………………..……………….……….. 28
2.1.2 Pentingnya Manajemen ………………………..……….……………. 30
2.1.3 Fungsi-fungsi Manajemen ………………………...…………………. 31
2.1.4 Definisi Pengawasan ……………………………...………………….. 32
2.1.4.1 Hakikat Pengawasan …………………………...…………………. 34
2.1.4.2 Jenis/Tipe Pengawasan ………………………...…………………. 35
2.1.4.3 Pentingnya Pengawasan ……………………….…………………. 36
2.1.4.4 Ciri-ciri Pengawasan yang Efektif …………….…………………. 38
2.1.4.5 Tahap-tahap dalam proses Pengawasan …….……………………. 39
2.1.4.6 Cara-cara Mengawasi …………………….……………………… 39
2.1.4.7 Tugas (Fungsi) Pengawasan ……………….…………………….. 40
2.1.5 Direktorat Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan
Perikanan ………………………………….…………………………..40
2.1.5.1 Pelaksanaan Tugas Pengawas Perikanan …………… ……………40
2.1.5.1.1 Tata Cara Pelaksanaan tugas Pengawas Perikanan …………..41
2.1.5.1.2 Pelaksanaan Tugas Pengawas Perikanan di Kapal
Perikanan. …………..………………………..…………..…...41
2.1.5.1.3 Pelaksanaan Tugas Pengawas Perikanan di Kapal
Penangkap Ikan…….…………………………………..……..42
2.1.5.2 Teknis Pengawasan Kapal Perikanan………………………..……..43
2.1.5.2.1 Surat Laik Operasi (SLO) Kapal Perikanan……………..……44
2.1.5.2.2 Syarat dan Ketentuan Penerbitan SLO ………………….…...44
2.1.6 Pengertian Pelabuhan………………………………………………….45
2.1.6.1 Pelabuhan Perikanan Nusantara ………………………….……….47
2.2 Penelitian Terdahulu ……………………………………………………….48
2.3 Kerangka Pemikiran ……………………………………………………….49
2.4 Asumsi Dasar ………………….…………………………………………...51
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode dan Pendekatan Penelitian ……………………………….….……52
3.2 Fokus Penelitian ………………………………………………………….. 53
3.3 Lokasi Penelitian …………………………………………………………. 54
3.4 Variabel Penelitian ……………………………………………………….. 54
3.4.1 Definisi Konseptual …………………………………………………. 54
3.4.2 Definisi Operasional ………………………………………………… 56
3.5 Instrumen Penelitian ……………………………………………………… 57
3.6 Informan Penelitian ………………………………………………………. 59
3.7 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data …………………………………. 61
3.7.1 Teknik Pengumpulan Data …………………………………………….. 61
3.7.2 Teknik Analisis Data ………………………………………………... 64
3.7.3 Uji Keabsahan Data ……………………….………………………… 67
3.7.3.1 Triangulasi ………..…………………….……………………… 67
3.7.3.2 Membercheck ……………………………………………………69
3.8 Jadwal Penelitian …………………………………………………………..69
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ……………………………………………… 71
4.1.1 Gambaran Umum Kota Serang ……………………………………... 71
4.1.2 Gambaran Umum Satwas Sumber Daya Kelautan dan Perikanan
Serang…………………………….…………………………………. 78
4.1.2.1 Wilayah Kerja Satwas SDKP Serang…………………...…… 80
4.1.2.2 Struktur Organisasi Satwas SDKP Serang…………………… 81
4.1.2.3 Visi, Misi Satwas SDKP Serang………………………………84
4.1.2.4 Landasan Hukum pelaksanaan Kegiatan Pengawasan
SDKP Serang…………………………………………………. 85
4.1.2.5 Tugas Pokok dan Fungsi Pengawas Perikanan ……..……….. 86
4.2 Informan Penelitian ……………………………………..……………….. 90
4.3 Deskripsi Data ……………………………………..…………………….. 92
4.4 Analisis Data…………………………………..…………………………. 93
4.5 Reduksi Data ……………………………..……………………………… 94
4.6 Pengawasan Aktivitas Kapal Penangkap Ikan Karangantu Di Satuan
Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Serang………………… 96
4.7 Penyajian Data ……………………………………………………..……. 140
4.8 Pembahasan Hasil Penelitian ……………………………………………. 140
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ……………………………………………………………… 168
5.2 Saran …………………………………………………………………….. 170
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………. 172
LAMPIRAN …………………………………………………………………… 174
DAFTAR ISTILAH KAPAL PERIKANAN ………………………………… 180
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Luas Wilayah Menurut Kabupaten/ Kota di Provinsi Banten…….….….. 2
Tabel 1.2 WPP-NRI ………………………………………………………….…..…. 4
Tabel 1.3 Jenis-jenis Pelabuhan di Provinsi Banten ………………………….…..… 5
Tabel 1.4 Jumlah kapal perikanan yang wajib memiliki SLO di PPN Karangantu.. 12
Tabel 1.5 Rekapitulasi penerapan HPK dan SLO Satwas SDKP Serang ………….. 13
Tabel 1.6 Jumlah SDM Satwas SDKP Serang ……………………………………. .17
Tabel 1.7 Jumlah HPK keberangkatan kapal berdasarkan jenis alat tangkap …… 19
Tabel 2.1 Fungsi-fungsi Manajemen ………………………………………………. 32
Tabel 3.1 Daftar Informan Penelitian ……………………………………………. 60
Tabel 3.2 Pedoman Wawancara …………………………………………………. 63
Tabel 3.3 Jadwal Penelitian ……………………………………………………… 70
Tabel 4.1 Jumlah Desa/kelurahan menurut kecamatan di Kota Serang …..…….. 73
Tabel 4.2 Produk unggulan di setiap kecamatan di Kota Serang …………………74
Tabel 4.3 Luas wilayah kelurahan di kecamatan kasemen ………………………. 75
Tabel 4.4 Letak Geografis kelurahan di kecamatan kasemen …………..……….. 76
Tabel 4.5 Jumlah nelayan dan kategorisasi nelayan di kecamatan kasemen ……. 77
Tabel 4.6 Informan Penelitian ……………………………………………………. 91
Tabel 4.7 Jumlah SDM Satwas SDKP Serang ………………………………….. 146
Tabel 4.8 Wilayah Operasional Kerja Satwas SDKP Serang …………………... 147
Tabel 4.9 Rekapitulasi penerbitan HPK dan SLO ……………………………... 150
Tabel 4.10 Laporan hasil kegiatan Operasi Mandiri PSDKP …………………... 151
Tabel 4.11 Jumlah HPK keberangkatan berdasarkan alat tangkap ikan 2016….. 154
Tabel 4.12 Jumlah HPK keberangkatan berdasarkan alat tangkap ikan 2017…… 155
Tabel 4.13 Hasil Penelitian …………………………………………...................... 162
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran …………………………………………………50
Gambar 3.1 Analisis Data Menurut Miles & Huberman …………………………67
Gambar 4.1 Luas Wilayah menurut Kecamatan d Kota Serang ………………….72
Gambar 4.2 Wilayah Operasional Kerja Satwas SDKP Serang ………………….80
Gambar 4.3 Struktur Organiasasi Satwas SDKP Serang ………………………....82
Gambar 4.4 SOP Pelayanan Penerbitan HPK & SLO …………………………....100
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Teluk Banten adalah teluk yang berada di Provinsi Banten, teluk ini berada
di dekat ujung laut pulau jawa negara Indonesia. Jalur perairan Banten
merupakan jalur penghubung antara Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Provinsi
Banten secara topografi dibatasi oleh laut jawa disebelah utara, selat sunda
disebelah barat, samudera indonesisa disebelah selatan, dan di sebelah timur
dibatasi oleh daratan, laut provinsi DKI Jakarta dan Provinsi Jawa Barat.
Ibukota Provinsi Banten ialah Serang. Dahulu Banten merupakan salah satu
tempat bersejarah yang terkenal, tempat bersejarah yang terkenal yaitu hanya
10 km dari Kota Serang. Wilayah di Banten yang dijadikan sebagai wilayah
bersejarah banyak ditemui warisan dari kerajaannya yang didirikan abad 16
dan 18.
Potensi daerah yang dimiliki oleh Banten yaitu salah satu nya pada sumber
daya kelautan yang sangat melimpah diantaranya terumbu karang dan ikan
laut nya. Adapun luas lautan yang ada di Provinsi Banten yaitu 11.486 km²,
provinsi banten sendiri wilayahnya terbagi dalam 8 Kota/Kabupaten, yaitu
Kota Tangerang Selatan, Kota Tangerang, Kabupaten Tangerang, Kabupaten
Serang, Kota Serang, Kota Cilegon, Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten
Lebak.
2
Tabel 1.1
Luas Wilayah Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Banten
No. Kabupaten/Kota Luas (Km²) Presentase
1. Kabupaten Pandeglang 2.746,89 28,43 %
2. Kabupaten Lebak 3.426,56 35,46 %
3. Kabupaten Tangerang 1.011,86 10,47 %
4. Kabupaten Serang 1.734,28 17,95 %
5. Kota Tangerang 153,93 1,59 %
6. Kota Cilegon 175,50 1.82 %
7. Kota Serang 266,71 2,76 %
8. Kota Tangerang Selatan 147,19 1,52 %
Banten 9.662,92 100,00
(Sumber: http://dkp.bantenprov.go.id/upload/DKP/Statistik/2017)
Melihat luas wilayah yang sangat besar maka pentingnya untuk mengelola
seluruh hasil laut yang nanti nya akan menjadi sumber pendapatan daerah,
juga sebagai sumber penghidupan bagi masyarakat. Jika masyarakat dan
pemerintah setempat dapat mengelola dengan baik maka akan menjadi sumber
perekonomian bagi masyarakat sekitar. Potensi yang dimiliki oleh Provinsi
Banten di bidang kelautan dan perikanan yaitu hasil laut nya yang melimpah
diantaranya terumbu karang dan ikan laut. Potensi pertama yang dapat dilihat
yaitu terumbu karang banyak memberikan manfaat yang besar bagi kehidupan
dan lingkungan biota yang hidup disekitarnya dan juga bagi kehidupan
3
manusia. Secara garis besar, fungsi dan manfaat terumbu karang bagi
lingkungan dan manusia dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok, yakni
manfaat secara ekologi, ekonomi, dan sosial. Manfaat secara ekologi
mengandung arti sebagai peran terumbu karang dalam hubungan timbal balik
antara makhluk hidup dan lingkungannya.
Potensi selanjutnya yang dimiliki di Provinsi Banten adalah di bidang
perikanan. Potensi yang sangat besar ini mendukung kemajuan perikanan dan
hasil pengolahan produk perikanan khususnya untuk pemasaran karena posisi
Banten berbatasan langsung dengan daerah khusus Ibu Kota Jakarta dan
wilayah lain di Sumatera sebagai pasar potensial produk perikanan Banten.
Jika dimanfaatkan dengan benar maka bisa menambah nilai ekonomi untuk
masyarakat, seperti bertambah nya pendapatan. Memproduksi hasil ikan
tangkapan di wilayah Indonesia salah satunya di Banten dapat mengurangi
nilai impor ikan dari negara lain. Agar menjadi salah satu wilayah yang
mandiri pada bidang kelautan. Jika pengelolaan di bidang kelautan dan
perikanan tidak dikelola dengan baik maka akan menimbulkan masalah baru
selain menciptakan masyarakat yang tidak mandiri juga bisa mematikan
nelayan-nelayan lokal yang hanya bisa mengandalkan hasil tangkapan laut
dengan seadanya. Adapun Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik
Indonesia terbagi kedalam Sembilan bagian yaitu sebagai berikut:
4
Tabel 1.2
Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPP-NRI)
No. Perairan Indonesia Wilayah Perairan Provinsi di Indonesia
1. Selat Malaka Provinsi Aceh, Sumatra Utara, dan Riau.
2. Laut Cina Provinsi Kepulauan Riau, Jambi,
Sumatera Selatan, Kepulauan Bangka
Belitung, Kalimantan Barat.
3. Laut Jawa Provinsi Lampung, Banten, Jakarta,
Jawa Barat dan Jawa Tengah.
4. Laut Flores Provinsi Bali, Nusa Tenggara Timur,
Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Barat,
Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara.
5. Laut Banda Provinsi Maluku
6. Laut Arafura Laut Aru, dan Laut Timur-timor
meliputi Provinsi Papua.
7. Laut Sulawesi dan Samudera
Pasifik
Provinsi Gorontalo, Sulawesi Utara,
Papua dan Kalimantan Timur
8. Laut Seram dan Teluk Tomini Teluk Tomini dan Laut Seram meliputi
Provinsi Sulawesi Tengah, Maluku
Utara dan Maluku Barat.
9. Samudra Hindia Provinsi Aceh, Sumatra Utara, Sumatra
Barat, Bengkulu, Lampung, Banten,
Jawa Tengah, Jawa Timur, Jogjakarta,
Bali, NTT dan NTB.
(Sumber: www.kkp.go.id)
Berdasarkan tabel 1.2 di atas Provinsi Banten termasuk kedalam Wilayah
Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPP-NRI) ketiga yaitu
wilayah Laut Jawa. WPP-NRI bagian laut jawa meliputi Provinsi Lampung,
Banten, Jakarta, Jawa Barat dan Jawa Tengah. Wilayah perairan yang memiliki
potensi di bidang perikanan ini memberikan dampak positif bagi para nelayan
yang ada di wilayah tersebut. Sumber daya perikanan yang dimiliki Indonesia
merupakan salah satu sumber daya perikanan terbesar dunia.
5
Di Provinsi Banten sendiri pada abad ke-17 terkenal memiliki pelabuhan
terbesar yaitu pelabuhan Karangantu. Pelabuhan ini merupakan pelabuhan
terbesar kedua setelah pelabuhan sunda kelapa pada masanya. Pelabuhan
Karangantu merupakan tempat persinggahan para pedagang sebelum
melanjutkan perjalanan ke benua Australia. Saat pertama kali Belanda singgah
di Indonesia pun melalui pelabuhan ini. Provinsi Banten sendiri memiliki
beberapa jenis pelabuhan yang terkenal yaitu sebagai berikut:
Tabel 1.3
Jenis – jenis Pelabuhan di Provinsi Banten
JENIS PELABUHAN KETERANGAN
A. Pelabuhan Umum
1. Pelabuhan Nasional Merak 4 Dermaga Ro-ro
1 Dermaga Kapal Cepat
1 Dermaga Ro-ro, dijadwalkan beroperasi awal sptember 2009.
2. Pelabuhan Ciwandan (dikelola oleh PT.
Pelindo II) Cabang Banten. Generl Cargo, Bulk Cargo
3. Pelabuhan Regional Anyer General Cargo
4. Pelabuhan Internasional Bojonegara Satu sistem dengan Tanjung Priok (DKI Jakarta)
5. Pelabuhan Regional Labuan General Cargo
B. Pelabuhan Khusus
40 Pelabuhan Dermaga untuk kepentingan sendiri
4 tidak beroperasi
C. Pelabuhan Perikanan
1. Pelabuhan Perikanan Pantai
Karangantu Dijadwalkan oktober 2009 ditingkan menjadi
pelabuhan perikanan nusantara
2. Pelabuhan Perikanan Pantai Labuan Proses pembentukan UPTD
3. Pangkalan Pendaratan Ikan
a. Citulis Persiapan menjadi pelabuhan perikanan pantai
b. Kronjo Persiapan menjadi pelabuhan perikanan pantai
c. Binuangeun Persiapan menjadi pelabuhan perikanan samudera
d. Bayah Persiapan menjadi pelabuhan perikanan pantai
(Sumber: RTRW Banten Tahun 2010-2030)
6
Menurut Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia
No. Per.16/Men/2006 Tentang Pelabuhan Perikanan adalah sebagai berikut:
Pelabuhan perikanan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan perairan di
sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan
kegiatan sistem bisnis perikanan yang digunakan sebagai tempat kapal perikanan
bersandar, berlabuh, dan atau bongkar muat ikan yang dilengkapi dengan fasilitas
keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang perikanan. Pelabuhan perikanan
mempunyai fungsi pemerintahan dan pengusahaan guna mendukung kegiatan
yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dan
lingkungannya mulai dari pra produksi, produksi, pengolahan sampai dengan
pemasaran. Adapun klasifikasi Pelabuhan Perikanan Berdasarkan Peraturan
Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor: PER.16/MEN/2006
tentang Pelabuhan Perikanan, Pelabuhan Perikanan dibagi menjadi 4 kategori
utama yaitu : PPS (Pelabuhan Perikanan Samudera), PPN (Pelabuhan Perikanan
Nusantara), PPP (Pelabuhan Perikanan Pantai), dan PPI (Pangkalan Pendaratan
Ikan).
Pelabuhan Perikanan Nusantara atau dikenal juga sebagai pelabuhan
perikanan tipe B, atau kelas II. Pelabuhan ini dirancang terutama untuk kapal
perikanan berukuran 15-16 GT sekaligus. Terdapat beberapa fasilitas-fasilitas
dalam pelabuhan perikanan nusantara, yaitu : 1. Pelindung, meliputi: Breakwater
panjang, Revetment panjang, dan Groin panjang, 2.Tambat / labuh, meliputi:
Dermaga panjang dan Jetty panjang, 3. Perairan, meliputi: Alur pelayaran panjang
dan Kolam pelabuhan luas, 4. Penghubung, meliputi: Jalan panjang, Jembatan
7
panjang, Drainase terbuka panjang dan Drainase tertutup panjang, 5. Pembatas
lahan, meliputi: Pagar keliling panjang.
Kota Serang dipilih sebagai lokasi penelitian karena dilihat dari segi potensi
kelautannya yang melimpah dan kecamatan kasemen merupakan salah satu
kecamatan di Kota Serang yang memiliki potensi kelautan yang beragam. Kota
Serang juga sebagai Ibukota dari Provinsi Banten yang menjadi central segala
aktivitas baik perniagaan maupun pertaniannya. Di Kota Serang memiliki satu
Pelabuhan perikanan yaitu Pelabuhan Perikanan Nusantara Karangantu Kota
Serang yang mempunyai tugas pokok yaitu memfasilitasi produksi dan pemasaran
hasil perikanan di wilayahnya, dan kelancaran kegiatan kapal perikanan, serta
pelayanan kesyahbandaran di pelabuhan perikanan.
Pelabuhan Perikanan Nusantara Karangantu mempunyai beberapa fungsi
yang harus dilaksanakan yaitu sebagai berikut: 1. Penyusunan rencana program
dan anggaran, pemantauan dan evaluasi pelabuhan perikanan, 2. Pelaksanaan
pengaturan keberangkatan, kedatangan dan keberadaan kapal perikanan di
pelabuhan perikanan, 3. Pelaksanaan pelayanan penerbitan Surat Tanda Bukti
Lapor Kedatangan dan Keberangakatan Kapal Perikanan, 4. Pelaksanaan
pemeriksaan Log Book, 5. Pelaksanaan Pelayanan Penerbitan Surat Persetujuan
Berlayar, 6. Pelaksanaan Penerbitan Sertifikat Hasil Tangkapan Ikan, 7.
Pelaksanaan pengawasan pengisian bahan bakar, 8. Pelaksanaan pembangunan,
pengembangan, pemeliharan, pendayagunaan dan pengawasan, serta pengendalian
sarana dan prasarana, 9. Pelaksanaan fasilitasi penyuluhan, pengawasan dan
pengendalian sumber daya ikan, perkarantinaan ikan, publikasi hasil penelitian,
8
pemantauan wilayah pesisir, wisata bahari, pembinaan mutu, serta pengolahan,
pemasaran dan distribusi hasil perikanan, 10. Pelayanan jasa, pemanfaatan lahan
dan fasilitas usaha, 11. Pelaksanaan pengumpulan data, informasi dan publikasi,
12. Pelaksanaan bimbingan teknis dan penerbitan Sertifikasi Cara Penanganan
Ikan yang Baik (CPIB), 13. Pelaksanaan inspeksi pembongkaran ikan, 14.
Pelaksanaan pengendalian lingkungan di pelabuhan perikanan, 15. Pelaksanaan
urusan tata usaha dan rumah tangga. (Sumber: Laporan Tahunan PPN
Karangantu 2016 ).
Di dalam pelabuhan perikanan tidak terlepas dari segala aktivitas nelayan.
Salah satu aktivitas dari nelayan adalah aktivitas kapal perikanan nelayan.
Aktivitas kapal perikanan sangat berpengaruh pada keberlangsungan hasil
tangkapan ikan. Peran Pelabuhan Perikanan Nusanatara Karangantu dalam
Pengawasan segala aktivitas nelayan sangatlah penting guna mendukung,
mengendalikan, dan mengatur agar sesuai dengan apa yang menjadi program dan
tugas pokok dari Pelabuhan Perikanan. Adapun di dalam pelabuhan ini dari segi
pengawasan sumber daya kelautan dan perikanannya merupakan tanggung jawab
dari Direktorat Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan, di
Karangantu sendiri yang menjadi tugas pengawasan sumber daya kelautan dan
perikanan adalah Satuan Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan
Serang atau disingkat menjadi Satwas SDKP Serang yang terletak di PPN
Karangantu. Adapun jumlah nelayan yang melakukan kegiatan penangkapan ikan
di Karangatu berjumlah sebagai berikut:
9
Pengawasan perikanan adalah kegiatan yang ditujukan untuk menjamin
terciptanya tertib pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan dibidang
perikanan. Satwas SDKP sendiri dibagi menjadi dua bagian yaitu Pengawas
Sumber Daya Kelautan dan Pengawas Sumber Daya Perikanan. Adapun Satwas
SDKP yang teletak di Karangantu Kota Serang ini memiliki tugas untuk
mengawasi segala aktivitas perikanan dan kelautan dari seluruh kabupaten dan
kota yang ada di provinsi banten. Adapun wilayah operasional dari Satwas SDKP
Serang ini yaitu Kabupaten Serang, Kota Serang, Kabupaten Tangerang, Kota
Tangerang, Kota Cilegon dan Kota Tangerang Selatan. Tata cara pelaksanaan
tugas pengawas perikanan dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
Republik Indonesia Nomor 17/PERMEN-KP 2014 Tentang Pelaksanaan Tugas
Pengawas Perikanan yaitu sebagai berikut: pelaksanaan tugas pengawas perikanan
di kapal perikanan sebagaimana dimaksud yaitu sebagai berikut:
Pengawas perikanan melaksanakan tugasnya di WPP-NRI, Kapal
perikanan, pelabuhan perikanan/ pelabuhan yang ditunjuk, pelabuhan tangakahan,
sentra kegiatan perikanan, area pembenihan ikan, area pembudidayaan ikan, UPI
dan Konservasi perairan. Karena dalam penelitian kali ini peneliti hanya
memfokuskan pada Pengawas perikanan sumber daya kelautan dan perikanan di
bidang aktivitas kapal perikanan maka, pelaksaan tugas pengawas perikanan di
kapal perikanan melakukan kegiatan pengawasan terhadap: kapal penangkapan
ikan, kapal pengangkutan ikan, kapal pengolahan ikan, kapal latih perikanan,
kapal penelitian atau eksplorasi perikanan, dan kapal pendukung operasi
penangkapan ikan dan/atau budidaya ikan. Adapun pelaksaan tugasnya yaitu
10
berupa pengawasan kapal perikanan dengan cara: 1. Memeriksa kelengkapan dan
keabsahan SIPI/atau SIKPI, Surat Laik Kapal (SLO), dan Surat Persetujuan
Berlayar, 2. Memeriksa kelengkapan dan keabsahan izin penelitian dan
pengembangan perikanan, 3. Memeriksa peralatan dan keaktifan SPKP, 4.
Memeriksa kapal perikanan, alat penangkapan ikan, dan/atau alata bantu
penangkapan ikan, 5. Memeriksa kesesuaian komposisi anak buah kapal
perikanan dengan crew list, 6. Memeriksa keberadaan pemantau diatas kapal
penangkap atau kapal pengangkut ikan untuk ukuran dan alat penangkapan ikan
tertentu, 7. Memeriksa kesesuaian penanganan ikan diatas kapal perikanan, 8.
Memeriksa kesesuaian ikan hasil tangkapan dengan alat penangkapan ikan, 9.
Memeriksa kesesuaian jenis dan jumlah ikan yang diangkut, 10. Memeriksa
kesesuaian pelabuhan muat/singgah bagi kapal pengangkut ikan hasil tangakapan
dengan SIKPI, 11. Memeriksa kesesuaian pelabuhan muat/singgah dan check
point terakhir bagi kapal pengangkut ikan hasil budidaya dengan SIKPI, 12.
Memeriksa kesesuaian daerah penangakapan ikan dengan SIPI, dan 13.
Memeriksa penerapan log book penangkapan ikan.
Dalam segi pengawasan Satwas SDKP Serang memiliki tugas sebagai salah
satu pemeriksa ketertiban administrasi dokumen kapal perikanan yang dimiliki
nelayan. Seperti misalnya nelayan harus memiliki SIPI (Surat Izin Penangkapan
Ikan). SIPI diterbitkan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan terkait, dalam
pelayanan penerbitan SIPI nelayan dilakukan oleh Dinas Penanaman Modal dan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP). Dalam prosedur pelayanan perizinan SIPI
nelayan dilakukan berdasarkan Standar Operasional Prosedur yang telah
11
ditetapkan, SIPI merupakan salah satu syarat administrasi yang harus dimiliki
setiap kapal perikanan yang selanjutnya untuk penerbitan Surat Laik Operasi
(SLO). Bagi nelayan yang belum memiliki SIPI yang resmi dan lengkap, maka
akan berakibat tidak bisa nya mereka melakukan penangkapan ikan. Oleh karena
itu SIPI merupakan syarat administratif awal yang harus dimiliki oleh nelayan.
Di pelabuhan perikanan nusantara Karangantu setiap harinya banyak
aktivitas kapal perikanan, baik bongkar muat hasil tangkapan ikan, penggunaan
alat tangkap ikan dll. Dari segi perizinan administratif dokumen kapal perikanan
yang ada di pelabuhan, ketaatan nelayan masih dibilang rendah karena masih
banyaknya nelayan yang belum melengkapi dokumen resmi perizinan kapal
perikanan. Salah satu perizinan administratif yang harus dilengkapi nelayan yaitu
berupa SIPI, SIUP, SIKPI dan juga SLO (Surat Laik Operasi). SLO merupakan
surat keterangan yang menyatakan bahwa kapal perikanan telah memenuhi
persyaratan administrasi dan kelayakan teknis untuk melakukan kegiatan
perikanan. Maksud dan tujuan diterbitkannya Peraturan Menteri ini adalah sebagai
acuan bagi pengawas perikanan, nahkoda kapal, pemilik kapal perikanan, operator
kapal perikanan dan penanggung jawab perusahaan perikanan dalam penerbitan
SLO. Oleh karena itu setiap kapal perikanan yang akan melakukan kegiatan
perikanan wajib memiliki SLO. Adapun kapal-kapal perikanan yang ada di
Karangantu yang harus wajib memiliki SLO adalah sebagai berikut:
12
Tabel 1.4
Jumlah kapal perikanan yang wajib memiliki SLO
No. Nama Kapal Pemilik Jenis alat
tangkap
Ukuran
GT/NT
1. KMN. Kareso 02 Wahid Bagan Apung GT.13 No.497/Ab
2. KMN. Kurnia Ilahi 02 Nur Muhammad Bagan Apung GT.15 No.488/Ab
3. KMN. Putri Timbul Wariyanto Cantrang GT.15 No.612/Ab
4. KMN. Kausar Musa Pancing GT.15 No.7163/Bc
5. KMN. Cahaya Rizki 02 Jumardin Bagan Apung GT.14 No.43/Aa
6. KMN. Cahaya Rizki 01 Jumardin Bagan Apung GT.17 No.43/Aa
7. KMN. Bintang Selamat Hanafi Bagan Apung GT.6.J.26. No.0577
8. KMN. Rizki Bahari H. Bacotang Bagan Apung GT.14 No.202/Db
9. KMN. Cahaya Abdad H. Sahibe Bagan Apung GT.13 No.422/Ab
10. KMN. Karuni Akbar Ardi Bagan Apung GT.10 No.421/Ab
11. KMN. Setia Baru Sulton Bagan Apung GT.6.S.44 No.492
12. KMN. Putra Mandala Tarmuji Bagan Apung GT.12 No.427/Ab
13. KMN. Anugrah Ilahi M. Miftahi
Rahmatillah Bagan Apung GT.14 No.498/Ab
14. KMN. Bintang Ariyna 01 Amirudin Bagan Apung GT.5.J.26 No.0622
15. KMN. Bintang Ariyna 02 Amirudin Bagan Apung GT.6.J.26 No.0623
16. KMN. Nurhayati 01 Syaiful Bahri Bagan Apung GT.11 No.456/Ab
17. KMN. Putri Bahagia Basuni Bagan Apung GT.12 No.453/Ab
18. KMN. Vikri Abadi Jaya Haryadi Bagan Apung GT.15 No.453/Ab
19. KMN. Sinar Jaya M. Nasir Bagan Apung GT.13 No.488/Ab
20. KMN. Panjang Barokah Holani Bagan Apung GT.12 No.454/Ab
21. KMN. Setia Bunga Roji Bagan Apung GT.7 No.7/Ad
22. KMN. Barokah Warso Cantrang GT.18 No.121/Ab
(Sumber: Laporan Penerbitan/Pencabutan/Penundaan SPB Kapal Perikanan
PPN Karangantu 2017)
Penerbitan SLO di Satwas SDKP Serang sendiri pada tahun 2017 di setiap
bulan nya mengalami penurunan. Salah satu, alasan dari menurunnya penerbitan
SLO yaitu masih banyaknya nelayan yang belum melengkapi persayaratan
administratifnya dan dari segi kelayakan teknis. Berikut adalah data mengenai
jumlah penerbitan SLO di Satwas SDKP Serang. Pada umumnya kapal-kapal
perikanan yang masuk dan keluar di Pelabuhan Karangantu pada Tahun 2017
adalah kapal-kapal yang berukuran kecil yang dapat dikategorikan sebagai
13
nelayan tradisional. Hal ini dapat dilihat dari tabel dibawah ini yang menjelaskan
penerbitan SLO berdasarkan ukuran kapal dan data penerbitan HPK dan SLO dan
rekapitulasi ketaatan kapal perikanan selama tahun 2017.
Tabel 1.5
Rekapitulasi penerapan HPK dan SLO Satwas SDKP Serang
NO BULAN
IZIN PUSAT IZIN PROPINSI IZIN
KABUPATEN JUMLAH TOTAL
% Laik
JML
KAPA
L
LAIK
JMLH
KAPA
L
TIDA
K
LAIK
HPK S
L
O
HPK
SLO
HPK
SLO
HPK
SLO D B D B D B D B
1 Januari 138 178 178 19 22 21 157 200 199 99.50% 199 1
2 Februari 172 186 185 16 19 18 188 205 203 99.02% 203 2
3 Maret 187 214 207 26 32 32 213 246 239 97.15% 239 7
4 April 130 146 141 30 34 34 160 180 175 97.22% 175 5
5 May 129 134 134 21 24 23 150 158 157 99.37% 157 1
6 June 110 120 115 27 29 29 137 149 143 95.97% 143 6
7 July 106 114 110 13 15 14 119 129 124 96.12% 124 5
8 August 186 190 187 30 34 32 216 224 219 97.77% 219 5
9 September 129 136 134 24 28 26 153 164 160 97.56% 160 4
10 October 127 151 141 1 2 0 128 153 141 92.16% 141 12
11 November 111 137 135 0 3 0 111 140 135 96.43% 135 5
12 December 60 73 68 60 73 68 93.15% 68 5
(Sumber: Laporan Tahunan Satwas SDKP Serang 2017)
Berdasarkan Tabel 1.4 dapat dilihat bahwa total pengeluaran SLO bagi
kapal penangkap ikan terjadi pengurangan sekitar 2.1 %, HPK A sekitar 5.8 %,
HPK B terjadi pengurangan sekitar 1.75 % dari Tahun sebelumnya beberapa
14
diantaranya dikarenakan syarat administrasi kurang lengkap. Hal ini disebabkan
sebagian nelayan dari luar provinsi Banten ke Karangantu tanpa disertai surat
andon/masa berlaku andon sudah habis. Data yang telah dipaparkan sebelumnya
merupakan hasil dari kegiatan pengawasan terkait penerbitan SLO selama satu
tahun terakhir.
Hasil observasi awal yang dilakukan oleh peneliti, masih banyaknya
masalah ditemukan terkait perizinan kapal nelayan. Adapun masalah yang
Pertama: masih adanya nelayan yang belum memiliki dokumen kapal perikanan
yang lengkap, salah satu dokumen kapal perikanan yang harus dilengkapi bagi
setiap kapal yang akan melakukan penerbitan SLO adalah kelengkapan SIPI
(Surat Izin Penangkapan Ikan). SIPI merupakan bagian awal dari nelayan dalam
kegiatan penangkapan ikan, dapat dikatakan SIPI adalah perizinan yang sangat
penting yang harus dimiliki nelayan, karena kesesuaian fisik kapal penangkap
ikan dengan SIPI yang meliputi bahan kapal, merek dan nomor seri mesin utama,
tanda selar, dan nama panggilan /call sign serta kesesuaian jenis dan ukuran alat
tangkap ikan dengan SIPI harus sesuai dengan apa yang nantinya akan diterbitkan
SLO. Jika nelayan tidak memiliki SIPI atau masa berlaku SIPI habis, maka
Satwas SDKP Serang tidak bisa menerbitkan SLO (Surat Laik Operasi) yang juga
akibatnya nelayan tidak bisa mendapatkan Surat Perizinan Berlayar (SPB).
Masalah ini perkuat dengan hasil wawancara dengan salah anggota Satwas
SDKP Serang Bapak Slamet Riyanto pada tanggal 02 februari 2018 pukul: 14.00
WIB di Kantor Satwas SDKP Serang sebagai berikut: “Inti dari masalah perizinan
yaitu, nelayan menganggap SIPI perizinan yang lamban. Jadi banyaknya nelayan
15
yang memiliki kapal perikanan belum memiliki SIPI”. Dari hasil wawancara
dengan salah satu anggota dari Satwas SDKP Serang ini bahwa nelayan
karangantu yang memiliki kapal perikanan cenderung malas untuk mengurus
perizinan SIPI. Ini yang mengakibatkan dari segi ketaan nelayan masih dibilang
rendah.
Menurut Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia
Nomor 1/PERMEN-KP/2017 Tentang Surat Laik Operasi Kapal Perikanan yaitu
SLO adalah surat keterangan yang menyatakan bahwa kapal perikanan telah
memenuhi persyaratan administrasi dan kelayakan teknis untuk melakukan
kegiatan perikanan. Sedangkan SIPI adalah izin tertulis yang harus dimiliki setiap
kapal perikanan untuk melakukan kegiatan penangakapan ikan yang merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari Surat Izin Usaha Perikanan (SIUP). Jadi dapat
dikatakan bahwa SLO sangatlah wajib yang harus dimiliki setiap kapal perikanan.
Namun SLO tidak diwajibkan bagi kapal perikanan untuk nelayan kecil dan
budidaya ikan kecil yang ukuran kapalnya dibawah 10 GT.
Penerbitan SLO harus dilengkapi dengan persyaratan kapal perikanan
lainnya terlebih dahulu yaitu memiliki SIPI. Yang jadi masalah adalah masih
banyaknya kapal perikanan milik nelayan yang tidak memiliki SIPI, ini
dikarenakan menurut para nelayan pelayanan pembuatan SIPI yang dianggap
lamban dan tidak jelas mengakibatkan masyarakat nelayan menjadi enggan
membuat SIPI. Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara dengan salah satu
nelayan pemiliki kapal perikanan di karangantu yaitu Bapak Saiman pada pukul
10.00 WIB di dermaga PPN Karangantu sebagai berikut: “sudah pernah
16
melakukan perizinan dan mengurus pembuatan SIPI, tetapi dalam penerbitannya
cenderung lama dan akhirnya kita malas untung mengurusi perizinan itu lagi”.
Dari hasil wawancara dengan salah satu nelayan yang memiliki kapal perikanan di
karangantu ini menjelaskan bahwa dalam pengurusan perizinan atau pembuatan
SIPI yang lamban membuat para nelayan tidak memiliki SIPI.
Dalam aturan birokrasi yang dibuat oleh pemerintah pusat mengenai
pelayanan pembuatan SIPI. Pemerintah menargetkan pengurusan penerbitan SIPI
bisa jadi atau diterbitkan selama 13 (tiga belas) hari sudah bisa selesai dan
digunakan oleh para nelayan untuk selanjutnya dijadikan sebagai salah satu syarat
administrasi bagi nelayan yang memiliki kapal perikanan untuk melakukan
kegiatan penangkapan ikan.
Masalah yang Kedua: dari segi Satwas SDKP Serang dalam aktivitas
pengawasan kapal perikanan kurangnya SDM. Ini dilihat dari wilayah kerja
operasional pengawasan Satwas SDKP Serang yaitu se Kabupaten dan Kota yang
memiliki daerah perairan di Provinsi Banten. Hal ini diperkuat dan diakui oleh
salah satu anggota SATWAS SDKP Serang dari hasil wawanca yang dilakukan
pada hari Jumat, 02 Februari 2018 pukul: 14.00 WIB dengan Bapak Slamet
Riyadi di Kantor Satwas SDKP Serang sebagai berikut: “SDM kita yang kecil dan
sedikit sedangkan di daerah tangerang saja banyak UPI-UPI juga di daerah Anyer
banyaknya budidaya ikan. Jadi masih kurangnya SDM Pengawasan jika kita lihat
dari tugas pekerjaan yang banyak”. Adapun jumlah SDM pengawasan yang ada di
Satwas SDKP Serang ini adalah sebagai berikut:
17
Tabel 1.6
Jumlah SDM Satwas SDKP Serang
No. Nama Jabatan
1. Ade Riza Taufik, S.P Kepala Koordinator Satwas SDKP
Serang
2. Latif Turmanto Bendahara Pengeluaran Pembantu
3. Slamet Riyanto, S.Pi Penyidik Pegawai Negeri Sipil
4. Setyo Budi Raharjo, S.Pi Polisi Khusus
5. Achmad Arif Afandi, S.ST.Pi Nahkoda Kapal
6. Sugeng Riyadi, S.Tr.Pi THL
7. Dani Fitrianto THL
8. Andri A.Tompunu, A.Md THL
(Sumber: Laporan Tahunan Satwas SDKP Serang 2017)
Berdasarkan Tabel 1.5 di atas peneliti mengetahui bahwa jumlah SDM atau
pegawai di Satwas SDKP Serang sebanyak 8 pegawai. Dilihat dari banyaknya
wilayah operasional kerja pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan yang
ada di Provinsi Banten kecuali wilayah Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten
Lebak merupakan wilayah kerja dari Satwas SDKP Serang. Banyaknya pegawai
yang merangkap pekerjaan mereka dinilai tidak efektif dan efisien dalam
menyelesaikan suatu tugas dalam pengawasan perikanan ini. Penambahan SDM
sebaiknya dilakukan karena SDM merupakan salah satu bagian terpenting dari
kegiatan. Karena aktivitas pengawasan merupakan kegiatan yang harus dilakukan
18
lapangan langsung, baik dari segi langsung maupun dari segi administratifnya
harus ada SDM yang cukup untuk menangani masalah ini.
Masalah Ketiga: masih banyaknya nelayan yang menggunakan alat tangkap
yang tidak ramah lingkungan dan alat tangkap yang dilarang oleh pemerintah.
Masalah ini ditemukan langsung oleh petugas Satwas SDKP Serang bahwa masih
banyak kapal perikanan nelayan dalam melakukan aktivitas penangkapan ikan
mereka menggunakan alat tangkap yang dilarang oleh pemerintah. Hal ini
diperkuat dengan hasil wawancara dengan Bapak Slamet Riyadi pada hari Jumat,
02 Februari 2018 pukul: 14.00 WIB di Kantor Satwas SDKP Serang sebagai
berikut: “masih adanya kapal perikanan yang menggunakan alat tangkap yang
tidak ramah lingkungan. karena dalam SIPI dan aturan yang telah dibuat oleh
pemerintah tentang aturan alat tangkap ikan ramah lingkungan berbanding terbalik
dengan kenyataan dilapangan”.
Berdasarkan data penerbitan Surat Laik Operasi yang dilakukan oleh Satwas
SDKP Serang tertera masih adanya kapal perikanan nelayan yang menggunakan
alat tangkap yang tidak ramah lingkungan seperti jenis alat tangkap cantrang dan
arad. Berikut adalah data penerbitan SLO berdasarkan alat tangkap yang
digunakan nelayan dalam kegiatan penangkapan ikan di Karangantu:
19
Tabel 1.7
Jumlah HPK keberangkatan berdasarkan jenis alat tangkap Tahun 2017
No Jenis Alat Tangkap Jumlah SLO
1. Cantrang 108
2. Pancing 195
3. Bagan Apung/Lief Net 734
4. Bagan Perahu 108
Total 1145
(Sumber: Laporan Tahunan Satwas SDKP Serang tahun 2017)
Berdasarkan tabel 1.6 di atas jumlah Hasil Pemeriksaan Kapal pada saaat
keberangkatan berdasarkan alat tangkap ikan yang digunakan oleh nelayan yaitu
masih adanya jenis alat tangkap yang dilarang yaitu jenis Cantrang. Masalah alat
tangkap ikan sangatlah penting diperhatikan karena berhubungan langsung dengan
kondisi potensi laut yang akan datang. Karena jika ekosistem laut tidak di jaga
dengan baik maka akan mempengaruhi keberlanjutan biota laut dan segala
makhluk hidup di dalam laut yang akhirnya akan mencemari lingkungan. Peran
pemerintah dan masyarakat sekitar sangatlah berpengaruh pada arah kegiatan
menjaga dan melestarikan agar laut tidak rusak akibat pencemaran lingkungan.
Untuk itu kita sebagai manusia yang memiliki jiwa social harus bisa peduli
dengan lingkungan sekitar.
Berdasarkan pemaparan masalah yang telah disebutkan peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian ditempat Pelabuhan Perikanan Nusantara
Karangantu yang berjudul “Pengawasan Aktivitas Kapal Penangkap Ikan
Karangantu Di Satuan Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan
Serang”.
20
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pendahuluan pada latar belakang, penelitian ini perlu
adanya identifikasi masalah. Peneliti mengidentifikasi masalah-masalah sebagai
berikut:
1. Masih adanya nelayan yang belum memiliki dokumen kapal yang
lengkap.
2. Kurangnya SDM pengawasan di Satwas SDKP Serang, dilihat dari
banyaknya tugas yang harus diselesaikan dengan jumlah wilayah
Operasional Satwas SDKP Serang yang ada di provinsi Banten.
3. Masih banyaknya kapal penangkap ikan milik nelayan yang
menggunakan alat tangkap ikan yang tidak ramah lingkungan.
1.3 Batasan Masalah
Dari uraian-uraian masalah yang telah dipaparkan pada latar belakang
masalah dan identifikasi masalah. Maka peneliti mencoba membatasi masalah
penelitiannya. Dalam masalah ini peneliti membatasi masalah yang diteliti
yaitu mengenai Pengawasan Aktivitas Kapal Penangkap Ikan Karangantu Di
Satuan Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Serang.
1.4 Rumusan Masalah
Bedasarkan latar belakang penelitian yang telah dipaparkan diatas,
maka rumusan masalah yang akan dikaji adalah “Bagaimana Pengawasan
21
Aktivitas Kapal Penangkap Ikan Karangantu Di Satuan Pengawasan Sumber
Daya Kelautan dan Perikanan Serang?”.
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian diatas, tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui bagaimana Pengawasan Aktivitas Kapal Penangkap Ikan
Karangantu Di Satuan Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan
Serang.
1.6 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi khalayak ramai.
Adapun manfaat yang dapat diperoleh adalah:
1.6.1 Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan
keilmuan dan pengetahuan, dapat menambah pengetahuan,
wawasan luas serta bahan dalam menerapkan ilmu metode
penelitian. Khususnya bagi pengembangan ilmu administrasi
mengenai “Pengawasan Aktivitas Kapal Penangkap Ikan
Karangantu Di Satuan Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan
Perikanan Serang.” serta dapat dijadikan sebagai bahan
perbandingan pada penelitian berikutnya.
1.6.2 Manfaat Praktis
1. Bagi Peneliti
22
Manfaat praktis bagi peneliti yaitu sebagai selama penelitian
berlangsung diharapkan bagi peneliti dapat lebih memantapkan
ilmu yang telah didapatkan selama mengemban studi di
program studi Ilmu Administrasi Publik FISIP Untirta.
2. Bagi Perguruan Tinggi
Maanfat praktis bagi perguruan tinggi yaitu sebagai
dokumentasi akademik untuk dijadikan acuan bagi civitas
akademika.
3. Bagi Pengelola Pelabuhan Perikanan Nusantara Karangantu
dan Anggota Satwas SDKP Serang.
Manfaat praktis bagi pihak pengelola pelabuhan dan Anggota
Satwas SDKP Serang adalah sebagai bahan evaluasi
peningkatan kinerja pegawai serta memperhatikan pengawasan
segala aktivitas kapal perikanan.
1.7 Sistematika Penulisan
Dalam penulisan ini diagi kedalam lima bagian masing-masing terdiri dari
sub bangian, sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Latar Belakang Masalah menerangkan atau menjelaskan ruanf lingkup
dan kedudukan masalah yang diteliti. Bentuk penerangan dan
23
penjelasan dalam penelitian ini akan diuraikan secara deduktif, artunya
dimulai dari penjelasan yang bebentuk umum hingga menjelaskan ke
masalah yang lebih spesifik dan relevan dengan tema yang diambil.
1.2 Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah bertujuan untuk mengidentifikasi masalah yang
akan diteliti, kemudian dikaitkan dengan tema/topic/judul penelitian.
1.3 Batasan Masalah
Untuk mempermudah penelitian dan untuk menghemat waktu dan
biaya maka peneliti membatasi penelitian ini.
1.4 Rumusan Masalah
Perumusan masalah bertujuan untuk memilih dan menetapkan masalah
yang paling urgen yang berkaitan dengan judul penelitian. Dalam
bagian ini juga akan didefinisikan permasalahan yang telah diterapkan
dalam kalimat Tanya.
1.5 Tujuan Penelitian
Mengungkapkan tentang sasaran yang ingin dicapai dengan
dilaksanakannya penelitian terhadap masalah yang telah dirumuskan.
Isi dan rumusan tujuan penelitian sejalan dengan isi dan rumusan
masalah penelitian.
1.6 Manfaat Penelitian
Menjelaskan tentang manfaat teoritis dan praktis terkait dengan
temuan penelitian.
1.7 Sistematika Penulisan
24
Menjelaskan isi bab per babnya dan menjelaskan urutan penulisan
skripsi ini secara keseluruhan.
BAB II : LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ASUMSI
DASAR
1.1 Landasan Teori
Landasan Teori mengkaji teori dan konsep yang relevan dengan
permasalahan penelitian, sehingga akan memperoleh konsep penelitian
yang jelas.
1.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu merupakan kajia penelitian yang penuh dilakuka oleh
penulis sebelumnya yang dapat diambil dari berbagai sumber ilmiah.
1.3 kerangka pemikiran
kerangka pemikiran menggambarkan alur pemikiran peneluti sebagai
kelanjutan dari perbincangan kajian teori untuk memberikan penjelasan
kepada pembaca mengenai asumsi dasarnya.
1.4 Asumsi Dasar Penelitian
Asumsi dasar merupakan jawaban sementara dan akan diuji kebenarannya.
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian
Bagian ini menguraikan tentang tipe/pendekatan dan metode apa yang
akan digunakan dalam penelitian ini.
25
3.2 Ruang Lingkup Penelitian
Dalam bagian ini membatasi dan menjelaskan substansi materi kajian
penelitian yang akan dilakukan.
3.3 Lokasi Penelitian
Menjelaskan tempat atau locus penelitian yang akan dilakukan.
3.4 Variabel Penelitian
3.4.1 Definisi Konsep
Memberikan penjelasan tentang konsep dari variabel yang akan
diteliti menurut pendapat peneliti berdasarkan kerangka teori yang
digunakan.
3.4.2 Definisi Operasional
Merupakan penjabaran konsep atau variabel penelitian dalam
rincian yang terukur (indikator penelitian). Variabel penelitian
dilengkapi dengan tabel matriks yang berisi dimensi, sub dimensi
dan nomor pertanyaan sebagai lampiran.
3.5 Instrumen Penelitian
Menjelaskan tentang proses penyusunan dan jenis alat pengumpul data
yang akan digunakan, dalam hal ini instrumennya adalah peneliti sendiri
dakan akan disampaikan pedoman wawancara yang akan digunakan
dalam pengumpulan data dan observasi.
3.6 Informan Penelitian
26
Informan peleitian yaitu pihak yang memberikan informasi baik secara
lisan maupun tulisan kepada peneliti. Pemeberian informasi biasanya
didapatkan dengan cara wawancara dengan peneliti.
3.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Menjelaskan teknis analisis rasionalisasinya, yaitu memaparkan teknik
pengolahan dan analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini.
3.8 Jadwal Penelitian
Menjelaskan jadwal penelitian, beserta tahapan penelitian yang akan
dilakukan serta dilengkapi dengan tabel jadwal penelitian.
BAB IV : HASIL PENELITIAN
1.1 Deskripsi Obyek Penelitian
Menjelaskan tentang objek penelitian yang meliputi lokasi penelitian
secara jelas, struktur organisasi serta hal lain yang berhubungan dengan
objek penelitian.
1.2 Deskripsi Data
Menjelaskan hasil penelitian yang telah diolah dari data mentah
menggunakan teknik anaisis data yang relevan.
1.3 Temuan Lapangan
Menjelaskan hasil penelitian yang telah diolah dari data mentah dengan
menggunakan teknik analisa data kualitatif.
1.4 Pembahasan
Melakukan pembahasan lebih lanjut terhadap analisis data.
27
BAB V : PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Menyimpulkan hasil penelitian yang diungkapkan secara singkat, jelas dan
mudah dimengerti.
5.2 Saran
Berisi tindaklanjut dari sumbanan penelitian terhadap bidang yang diteliti
baik secara teoritis maupun praktis.
DAFTAR PUSTAKA
Pada bagian ini berisi daftar referensi yang digunakan dalam penyusunan
skripsi ini.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Memuat lampiran-lampiran yang dianggap perlu dan relevan, bersusun
secara berurutan yang dianggap perlu oleh peneliti karena berkaitan dengan data
penelitian dan sebagai bukti kuat dalam penyusunan penelitian.
28
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN
ASUMSI DASAR PENELITIAN
2.1 Tinjauan Pustaka
Pada bab ini peneliti akan menggunakan beberapa teori yang mendukung
masalah dalam penelitian. dimana berfungsi untuk menjelaskan dan menjadi
panduan dalam penelitian. Teori yang akan digunakan adalah beberapa teori yang
mendukung masalah penelitian mengenai Pengawasan Aktivitas Kapal Penangkap
Ikan Karangantu Dalam Penerbitan Surat Laik Opersi (SLO) Di Satwas SDKP
Serang.
2.1.1 Definisi Manajemen
Dalam Hasibuan (2007:2) definisi manajemen berdasarkan menurut para
ahli adalah sebagai berikut:
1. Menurut Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan
Manajemen adalah ilmu atau seni mengatur proses pemanfaatan sumber
daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk
mencapai suatu tujuan tertentu.
2. Menurut Andrew F. Sikula
Management in general refers to planning, organizing, controlling,
staffing, leading, motivating, communicating, and desicion making activities
performed by any organization in order to coordinate the varied resources of
the enterprise so as to bring an efficient creation of some product or service.
29
(manajemen pada umumnya dikaitkan dengan aktivitas-aktivitas perencanaan,
pengorganisasian, pengendalian, penempatan, pengarahan, pemotivasian,
komunikasi, dan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh setiap
organisasi dengan bertujuan untuk mengkoordinasikan berbagai sumber daya
yang dimiliki oleh perusahan sehingga akan dihasilkan suatu produk atau jasa
secara efisien).
3. Menurut G.R Terry
Management is a distinct process consisting of planning, organizing,
actuating and controlling performed to determine and accomplish stated
objectives by the use of human being and other resources. (manajemen adalah
suatu proses yang khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian yang dilakukan untuk
menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan melalui
pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya.
4. Menurut Hrold Koontz dan Cyril O’Donnel
Managements is getting things done trought people. In briging about this
coordinating of group activity, the manager, as a manager plans, organizes,
staffs, direct, and ontrol the activities other people. (manajemen adalah usaha
untuk mencapai suatu tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain. Dengan
demikian manajer mengadakan koordinasi atas sejumlah aktivtas orang lain
yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, penempatan, pengarahan dan
pengendalian.
Menurut James A.F. Stoner, Manajemen adalah proses perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota
organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya agar
mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. (Handoko 2003:8)
Luther Gulick mendefinisikan manajemen sebagai suatu bidang ilmu
pengetahuan (science) yang berusaha secara sistematis untuk memahami
mengapa dan bagaimana manusia bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan
dan membuat sistem kerjasama ini lebih bermanfaat bagi kemanusiaan.
(Handoko 2003:11)
30
Berdasarkan beberapa definisi para ahli diatas, peneliti menyimpulkan
bahwa manajemen adalah penggerakan, pengorganisasian dan pengarahan
usaha manusia untuk memanfaatkan sesuatu secara efektif material dan
fasilitas untuk mencapai suatu tujuan.
2.1.2 Pentinya Manajemen
Dalam Hasibuan (2007:3) pada dasarnya kemampuan manusia itu terbatas
(fisik, pengetahuan, waktu, dan perhatian) sedangkan kebutuhan yang tidak
terbatas. Usaha untuk memenuhi kebutuhan dan terbatasnya kemampuan dalam
melaksanakan pekerjaan mendorong manusia membagi suatu pekerjaan, tugas
dan tanggung jawab ini maka terbentuklah kerja sama dan keterkaitan formal
dalam suatu organisasi. Dalam organisasi ini maka pekerjaan yang berat dan sulit
akan dapat diselesaikan dengan baik serta tujuan yang diinginkan tercapai.
Dalam Hasibuan (2007:3-4) pada dasarnya manajemen itu penting karena
sebagai berikut:
1. Pekerjaan itu berat dan sulit untuk dikerjakan sendiri, sehingga diperlukan
pembagian kerja, tugas dan tanggung jawab dalam menyelesaikannya.
2. Perusahaan akan berhasil baik, jika manajemen diterapkan dengan baik.
3. Manajemen yang baik akan meningkatkan daya guna dan hasil guna semua
potensi yang dimiliki.
4. Manajemen yang baik akan mengurangi pemborosan-pemborosan
5. Manajemen menetapkan tujuan dan usaha untuk mewujudkan dengan
memanfaatkan 6M dalam proses manajemen tersebut.
31
6. Manajemen perlu untuk kemajuan dan pertumbuhan.
7. Manajemen mengakibatakan pencapaian tujuan secara teratur.
8. Manajemen merupakan suatu pedoman pikiran dan tindakan.
9. Manajemen selalu dibutuhkan di setiap kerja sama sekelompok orang.
Manajemen selalu terdapat dan sangat penting untuk mengatur segala
kegiatan rumah tangga, sekolah, koperasi, yayasan-yayasan, pemerintahan, dan
lain sebagainya. Dengan manajemen yang baik maka pembinaan kerja sama akan
serasi dan harmonis, saling menghormati dan mencintai, sehingga tujuan optimal
akan tercapai. Begitu pentingnya peran manajemen dalam kehidupan manusia
mengharuskan kita mempelajari, menghayati dan menerapkan demi hari esok
yang lebih baik.
2.1.3 Fungsi – fungsi Manajemen
Dalam Hasibuan (2007:38) fungsi – fungsi manajemen menurut para ahli
yaitu sebagai berikut:
Menurut:
32
Tabel 2.1
FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN MENURUT AHLI
G.R Terry John F. Mee Louis A. Allen Mc. Namara
1. Planning
2. Organizing
3. Actuating
4. Controlling
1. Planning
2. Organizing
3. Motivating
4. Controlling
1. Leading
2. Planning
3. Organizing
4. Controlling
1. Planning
2. Programming
3. Budgeting
4. Systeming
Henry Fayol Harold Koontz, Cyril
O’Donnel
Dr. S.P Siagian Prof. Drs. Oey Liang
Lee
1. Planning
2. Organizing
3. Commanding
4. Coordinating
5. Controlling
1. Planning
2. Organizing
3. Staffing
4. Directing
5. Controlling
1. Planning
2. Organizing
3. Motivating
4. Controlling
5. Evaluating
1. Perencanaan
2. Pengorganisasian
3. Pengarahan
4. Pengkoordinasian
5. Pengontrolan
W.H Newman Luther Gullick Lyndall F. Urwick John D. Millet
1. Planning
2. Organizing
3. Assembling
4. Resources
5. Directing
6. Controlling
1. Planning
2. Organizing
3. Staffing
4. Directing
5. Coordinating
6. Reporting
7. Budgeting
1. Forecasting
2. Planning
3. Organizing
4. Commanding
5. Coordinating
6. Controlling
1. Directing
2. facilitating
Dari beberapa definisi yang telah dijelaskan diatas, maka peneliti menarik
kesimpulan pada dasarnya fungsi manajemen adalah untuk mempermudah
manusia dalam memenuhi sesuatu yang telah direncanakan untuk mencapai suatu
tujuan.
2.1.4 Definisi Pengawasan
Pengawasan dapat didefinisikan sebagai proses untuk “menjamin” bahwa
tujuan-tujuan organisasi dan manajemen tercapai. Ini berkenaan dengan cara-cara
membuat kegiatan-kegiatan sesuai yang direncanakan. ( Dalam Handoko,
2003:359).
33
Menurut Robert J. Mockler dalam (Handoko, 2003:360) pengawasan suatu
usaha yang sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan-
tujuan perencanaan, merancang sistem informasi umpan balik, membandingkan
kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan
mengukur penyimpangan-penyimpangan serta mengambil tindakn koreksi yang
diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan deipergunakan
dengan cara yang paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan-tujuan
perusahaan.
Pengawasan merupakan proses pengamatan dari seluruh kegiatan organisasi
guna lebih menjamin bahwa semua pekerjaan yang sedang dilakukan sesuai
dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya. (Siagian, 2005:125)
Menurut Stephen P. Robins & Mary Coulter (1999) dalam Effendi
(2014:206) merumusakn pengawasan sama dengan pengendalian sebagai proses-
proses memantau kegiatan-kegiatan untuk memastikan bahwa kegiatan-kegiatan
itu diselesaikan sebagaimana telah direncanakan dan proses mengoreksi setiap
penyimpangan yang berarti.
Menurut Fremont E. Kast dan James E. Rosenzweig dalam Fahmi
(2012:138) teori pengawasan itu sama halnya dengan teori umum lainnya. Lebih
banyak merupakan keadaan pikiran (state of mind) dari pada gabungan spesifik
dari metode matematis, ilmiah atau teknologis.
Menurut Hadibroto dalam Fahmi (2012:139) mengatakan bahwa pengawasn
adalah kegiatan penilaian terhadap organisasi/kegiatan dengan tujuan agar
34
organisasi/kegiatan tersebut melaksanakan fungsinya dengan baik dan dapat
memenuhi tujuannya yang telah ditetapkan.
Menurut Brantas dalam Fahmi (2012:139) pengawasan ialah proses
pemantauan, penilaian dan pelaporan rencana atas pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan untuk tidakan korektif guna penyempurnaan lebih lanjut.
Menurut Sondang P. Siagian pengawasan adalah proses pengamatan dari
pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar supaya semua
pekerjaan yang dilakukan berjalan dengan rencana yang telah ditentukan
sebelumnya. Dalam Makmur (2015:176)
Dari berbagai definisi yang telah dipaparkan oleh para ahli diatas, peneliti
mengambil kesimpulan bahwa pengawasan adalah cara suatu organisasi agar
dapat mewujudkan rencana yang telah dibuat sebelumnya mengenai program-
program dan visi misi yang telah dibuat, serta mewujudkan kinerja yang efektif
dan efisien.
2.1.4.1 Hakikat Pengawasan
Dalam Siagian (2005:126-128) agar pengawasan membuahkan hasil yang
diharapkan, perhatian serius perlu diberikan kepada berbagai dasar pemikiran
yang sifatnya fundamental, beberapa diantaranya dibahas berikut ini.
a. Pertama, orientasi kerja dalam setiap organisasi adalah efisiensi. Berkerja
secara efisien berarti menggunakan sumber-sumber yang tersedia seminimal
mungkin untuk membuahkan hasil tentu yang telah ditetapkan dalam
rencana.
35
b. Orientasi kedua dalam penyelenggaraan berbagai kegiatan operasional
adalah efektivitas.
c. Produktivitas merupakan orientasi yang ketiga.
d. Pengawasan dilakukan pada waktu berbagai kegiatan yang sedang
berlangsung, dan dimaksudkan untuk mencegah jangan sampai terjadi
penyimpangan, penyelewengan, dan pemborosan.
e. Tidak ada manajer yang dapat mengelak dari tanggung jawab melakukan
pengawasan karena para pelaksana adalah manusia yang tidak sempurna.
f. Pengawasan akan berjalan lancar apabila proses dasar pengawasan diketahui
dan ditaati.
2.1.4.2 Jenis/Tipe Pengawasan
Dalam Manullang (2002:176), Berbagai macam pendapat tentang jenis-
jenis pengawasan. Terjadinya perbedaan-perbedaan tersebut, terutama karena
perbedaan sudut pandang atau dasar perbedaan jenis pengawasan itu. Ada
empat macam dasar penggolongan jenis pengawasan yakni.
a. Waktu pengawasan,
b. Objek pengawasan,
c. Subjek pengawasan, dan
d. Cara mengumpulkan fakta-fakta guna pengawasan.
Ada tiga tipe dasar pengawasan, yaitu (1) pengawasan pendahuluan, (2)
pengawasan “concurrent” , dan (3) pengawasan umpan balik. (Handoko,
2003:361-362)
36
a. Pengawasan pendahuluan (feedforward control)
Pengawasan pendahuluan atau sering disebut streering controls, dirancang
untuk mengantisipasi masalah-masalah atau penyimpangan-penyimpangan dari
standar atau tujuan dan memungkinkan koreksi dibuat sebelum suatu tahap
kegaiatn tertentu diselesaikan.
b. Pengawasan yang dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan kegiatan
(concurrent control).
Pengawasan ini sering disebut sebagai pengawasan “Ya-Tidak”, screening
controls atau “berhenti-terus”. Tipe pengawasan ini merupakan proses dimana
aspek tertentu dari suatu prosedur harus disetujui dulu, atau syarat tertentu
harus dipenuhi dulu sebelum kegiatan-kegiatan bisa dilanjutkan, atau menjadi
semacam peralatan “double check” yang lebih menjamin ketepatan
pelaksanaan suatu kegiatan.
c. Pengawasan umpan balik (feedback control).
Pengawasan umpan balik, juga dikenal sebagai past-action controls,
mengukur hasil dari suatu kegiatan yang telah diselesaikan.
2.1.4.3 Pentingnya Pengawasan
Dalam Handoko, (2003:366-367) ada berbagai factor yang membuat
pengawasan semakin diperlukan oleh setiap organisasi. Factor-faktor itu
adalah:
37
1). Perubahan lingkungan organisasi. Berbagai perubahan lingkungan
organisasi terjadi terus menerus dan tak dapat dihindari, seperti
munculnya inovasi produk dan pesaing baru, diketemukannya bahan
baku baru, adanya pertauran pemerintah baru, dan sebagainya. Melalui
fungsi pengawasan manajer mendeteksi perubahan-perubahan yang
berpengaruh pada barang dan jasa organisasi, sehingga mampu
menghadapi tantangan atau memanfatkan kesempatan yang diciptakan
perubahan-perubahan yang terjadi.
2). Peningkatan kompleksitas organisasi. Semakin besar organisasi semakin
memerlukan pengawasan yang lebih formal dan hati-hati. Berbagai jenis
produk harus diawasi untuk menjamin bahwa kualitas dan profitabilitas
tetap terjaga, penjualan eceran pada penyalur perlu dianalisa dan dicatat
secara tepat; bermacam-macam pasar organisasi, luar dan dalam negeri,
perlu selalu dimonitor. Di samping itu organisasi sekarang lebih bercorak
desentralisasi, dengan banyak ageng-agen atau cabang-cabang penjualan
dan kantor-kantor pemasaran., pabrik-pabrik yang terpisah secara
geografis, atau fasilitas-fasilitas penelitian yang tersebar luas. Semuanya
memerlukan pelaksanaan fungsi pengawasan dengan lebih efisien dan
efektif.
3). Kesalahan-kesalahan. Bila para bawahan tidak pernah membuat
kesalahan, manajer tetap secara sederhana melakukan fungsi
pengawasan. Tetpi kebanayakn anggota organisasi sering membuat
kesalahan-kesalahan. Memesan barang atau komponen yang salah,
38
membuat penentuan harga yang terlalu rendah, masalah-masalah
didiagnosa secara tidak tepat. Sistem pengawasan memungkinkan
manajer mendeteksi kesalahan-kesalahan tersebut sebelum menjadi kritis.
4). Kebutuhan manajer untuk mendelegasikan wewenang. Bila manajer
mendelegasikan wewenang kepada bawahannya, tanggung jawab atasan
itu sendiri tidak bisa berkurang. Satu-satunya cara manajer dapat
menentukan apakah bawahan telah melakukan tugas-tugas yang telah
dilimpahkan kepadanya adalah dengan mengimplementasikan sistem
pengawasan. Tanpa sistem tersebut manajer tidak dapat memeriksa
pelaksanaan tugas bawahan.
2.1.4.4 Ciri – ciri Pengawasan yang Efektif
Dalam Siagian (2002:175-183) menjelaskan bahwa pelaksanaan
pengawasan yang efektif merupakan salah satu reflesi dari aktivitas
manajerial seorang pemimpin. Pengawasan akan berlangsung efektif apabila
memiliki ciri-ciri yang dibahas sebagai berikut:
a. Pertama: pengawasan harus merefleksi sifat dari berbagi kegiatan yang
diselenggarakan.
b. Kedua: pengawasan harus segera memberikan petunjuk tentang
kemungkinan adanya deviasi dari rencana
c. Ketiga: pengawasan harus menunjukan pengecualian pada titik-titik
strategic tertentu.
d. Keempat: objektivitas dalam melakukan pengawasan.
39
e. Kelima: keluwesan pengawasan
f. Keenam: pengawasan harsu memperhatikn pola dasar organisasi.
g. Ketujuh: efisiensi pelaksanaan pengawasan.
h. Kedepalan: pemahaman sistem pengawasan oleh semua pihak yang
terlibat.
i. Kesembilan: pengawasan mencari apa yang tidak beres.
j. Kesepuluh: pengawasan harus bersifat membimbing.
2.1.4.5 Tahap-tahap dalam proses pengawasan
Adapun tahap-tahap dalam pengawasan ini tertuang dalam Effendi
(2014:212-213) sebagai berikut:
Tahap 1 : Penetapan Standar Pelaksanaan
Tahap 2 : Penentuan Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan
Tahap 3 : Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan
Tahap 4 : Pembandingan Pelaksanaan dengan Standar dan Analisis
Penyimpangan
Tahap 5 : Pengambilan Tindakan Koreksi Bila Diperlukan
2.1.4.6 Cara-cara Mengawasi
Dalam Manullang (2002:178) supaya pengawasan yang dilakukan seorang
atasan efektif, maka haruslah terkumpul fakta-fakta di tangan pemimpin yang
bersangkutan. Guna maksud pengawasan seperti ini, ada beberapa cara untuk
mengumpulkan fakta-fakta tersebut sebagai berikut:
40
a. Peninjauan pribadi
b. Interview atau lisan
c. Laporan tertulis, dan
d. Laporan dan pengawasan kepada hal-hal yang bersifat istimewa.
2.1.4.7 Tugas (Fungsi) Pengawasan
Dalam Handayaningrat (1988:144) menjelaskan tugas dan fungsi dari
pengawasan yaitu sebagai berikut:
a. Mempertebal rasa tanggung jawab terhadap pejabat yang diserahi
wewenang dalam pelaksanaan pekerjaan.
b. Mendidik para ppejabat agar mereka melaksanakan pekerjaannya sesuai
dengan prosedur yang telah ditetapkan.
c. Untuk mencegah terjadinya penyimpangan, kelalaian dan kelemahan, agar
tidak terjadi kerugian yang diinginkan.
d. Untuk memperbaiki kesalahan dan penyelewengan, agar pelaksanaan
pekerjaan tidak mengalami hambatan dan pemborosan-pemborosan.
2.1.5 Direktorat Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan Dan
Perikanan
2.1.5.1 Pelaksanaan Tugas Pengawas Perikanan
Menurut Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia
Nomor 17/PERMEN-KP/2014 Tetang Pengawas Perikanan yaitu Pengawas
Perikanan adalah pegawai Negeri Sipil yang mempunyai tugas mengawasi
41
tertib pelaksanaan ketentuan-ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang perikanan. Pengawas perikanan adalah kegiatan yang ditunjukan
untuk menajmin terciptanya tertib pelaksanaan ketentuan perundang-
undangan di bidang perikanan.
2.1.5.1.1 Tata Cara Pelaksanaan Tugas
Pengawas Perikanan Sebagaimana dimaksud pada Peraturan
Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor
17/PERMEN-KP/2014 Tetang Pengawas Perikanan yaitu dalam
melaksanakan tugasnya pengawas perikanan melaksanakan tugas nya di:
a. WPP-NRI
b. Kapal perikanan
c. Pelabuhan perikanan dan/atau pelabuhan lainnya yang ditunjuk
d. Pelabuhan tangkahan
e. Sentra kegiatan perikanan
f. Area pembenihan ikan
g. Area pembudidayaan ikan
h. UPI: dan/atau
i. Kawasan konservasi perairan.
2.1.5.1.2 Pelaksanaan Tugas Pengawas Perikanan di Kapal
Perikanan
Pelaksanaan tugas pengawas perikanan di kapal perikanan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf b dilakukan terhadap:
42
a. Kapal penangkapan ikan
b. Kapal pengangkut ikan
c. Kapal penglolahan ikan
d. Kapal latih perikanan
e. Kapal penelitian/eksplorasi perikanan
f. Kapal pendukung operasi penangkapan ikan dan/atau pembudidayaan
ikan.
2.1.5.1.3 Pelaksanaan Tugas Pengawas Perikanan pada Kapal
Penangkap Ikan
Pelaksanaan tugas pengawas perikanan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Memeriksa kelengkapan dan keabsahan SIPI dan/atau SIKPI, Surat
Laik Operasi, dan Surat Persetujuan Berlayar.
b. Memeriksa kelengkapan dan keabsahan izin penelitian dan
pengembangan perikanan.
c. Memeriksa peralatan dan keaktifan SPKP.
d. Memeriksa kapal perikanan, alat penangkapan ikan, dan/atau alat
bantu penangkapan ikan.
e. Memeriksa kesesuain komposisi anak buah kapal perikanan dengan
Crew List.
43
f. Memeriksa keberadaan pemantauan diatas kapal penangkap atau
kapal pengangkut ikan untuk ukuran dan alat penangkapan ikan
tertentu.
g. Memeriksa kesesuaian ikan di atas kapal perikanan.
h. Memeriksa kesesusaian ikan hasil tangkapan dengan alat
penangkapan ikan.
i. Memeriksa kesesuaian jenis dan jumlah ikan yang akan diangkut.
j. Memeriksa kesesuaian pelabuhan muat/singgah bagi kapal
pengangkut ikan hasil tangkapan dengan SIKPI.
k. Memeriksa kesesuaian pelabuhan muat/singgah dan check point
terakhir bagi kapal pengangkut ikan hasil budidaya dengan SIKPI.
l. Memeriksa kesesuaian daerah penangkap ikan dengan SIPI.
m. Memeriksa penerapan log book penangkapan ikan.
2.1.5.2 Teknis Pengawasan Kapal Perikanan
Teknis Pengawasan Kapal Perikanan menurut Peraturan Direktur
Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Nomor
12/PER-DJPSDKP/2017 Tentang Petunjuk Teknis Pengawasan Kapal
Perikanan yaitu sebagai berikut:
Pelaksanaan pengawasan kapal perikanan dilakukan oleh pengawas
perikanan. Pengawas perikanan melakukan pengawasan meliputi:
a. Pemeriksaan kapal perikanan pada saat keberangkatan.
b. Pemeriksaan kapal perikanan pada saat melakukan kegiatan perikanan.
44
c. Pemeriksaan kapal perikanan pada saat kedatangan.
2.1.5.2.1 Surat Laik Operasi (SLO) Kapal Perikanan
Menurut Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia
Nomor 1/PERMEN-KP/2017 Tentang Surat Laik Operasi Kapal Perikanan,
disingkat SLO yaitu:
Surat Laik Operasi (SLO) adalah surat keterangan yang menyatakan
bahwa kapal perikanan telah memenuhi pesyaratan administrasi dan
kelayakan teknis untuk melakukan kegiatan perikanan. Maksud
ditetapkannya Peraturan Menteri ini adalah sebagai acuan bagi pengawas
perikanan, nakhoda, pemilik, operator kapal perikanan dan penanggung
jawab perusahaan perikanan dalam rangka penerbitan SLO. Tujuan
ditetapkannya Peraturan Menteri ini agar kapal perikanan laik operasi dalam
melakukan kegiatan perikanan.
2.1.5.2.1.1 Syarat dan Ketentuan Penerbitan SLO
SLO diterbitkan setelah kapal perikanan telah memenuhi persyaratan
administratif dan kelayakan teknis. Adapun persyaratan administrative
yang harus dipenuhi bagi kapal penangkap ikan yaitu sebagai berikut:
1) Persayatan Administrasi
a) SIPI asli;
b) SKAT asli, untuk kapal penangkap ikan dengan ukuran diatas 30
GT;
45
c) SLO asal, untuk kapal penangkap ikan yang telah melakukan
kegiatan penangkapan ikan; dan
d) Kesesuaian pelabuhan dan muat dengan SIPI.
2) Persyaratan Kelayakan Teknis
a) Kesesuaian fisik kapal penangkapan ikan dengan SIPI yang
meliputi bahan kapal, merek dan nomor seri mesin utama, tanda
selar, dan nama panggilan/call sign.
b) Kesesuaian jenis dan alat penangkapan ikan dengan SIPI;dan
c) Keberadaan dan kearifan transmitter SPKP, untuk kapal penangkap
ikan dengan ukuran diatas 30 GT.
2.1.6 Pengertian Pelabuhan
Menurut kamus besar bahasa Indonesia pelabuhan adalah tempat yang
terdiri dari daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai
tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan ekonomi yang dipergunakan sebagai
tempat kapal bersandar, berlabuh, naik turun penumpang dan atau bongkar muat
barang yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan
penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan antar moda
transportasi. (https://www.kamusbesar.com/pelabuhan)
Pelabuhan adalah sebuah fasilitas di ujung samudera, sungai, atau danau
untuk menerima kapal dan memindahkan barang kargo maupun penumpang ke
dalamnya. Pelabuhan biasanya memiliki alat-alat yang dirancang khusus untuk
memuat dan membongkar muatan kapal-kapal yang berlabuh. Crane dan gudang
berpendingin juga disediakan oleh pihak pengelola maupun pihak swasta yang
46
berkepentingan. Sering pula disekitarnya dibangun fasilitas penunjang seperti
pengalengan dan pemrosesan barang. Peraturan Pemerintah RI No.69 Tahun 2001
mengatur tentang pelabuhan dan fungsi serta penyelengaraannya.
(https://id.wikipedia.org/wiki/Pelabuhan)
Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah RI No. 69 Tahun 2001,
Pelabuhan adalah sebuah fasilitas diujung samudera, sungai atau danau untuk
menerima kapal dan memindahkan barang kargo maupun penumpang ke
dalamnya. Pelabuhan bisanya memiliki alat-alat yang dirancang khusus untuk
memuat dan membongkar muatan kapal-kapal yang berlabuh. Dalam Peraturan
Pemerintah RI No.69 Tahun 2001 mengatur segala tentang pelabuhan dan fungsi
serta penyelenggaraannya.
Pelabuhan perikanan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan perairan di
sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan
kegiatan sistem bisnis perikanan yang digunakan sebagai tempat kapal perikanan
bersandar, berlabuh, dan/atau bongkar muat ikan yang dilengkapi dengan fasilitas
keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang perikanan. Kepelabuhanan
perikanan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan pelaksanaan fungsi
pelabuhan perikanan dalam menunjang kelancaran, keamanan, dan ketertiban arus
lalu lintas kapal perikanan, keamanan dan keselamatan operasional kapal
perikanan, serta merupakan pusat pertumbuhan perekonomian nasional dan daerah
yang terkait dengan kegiatan perikanan dengan tetap mempertimbangkan tata
ruang wilayah. (Permen Nomor Per.08/MEN/2012) Klasifikasi Pelabuhan
Perikanan dibedakan dalam 4 (empat) kelas, yaitu:
47
1. Pelabuhan Perikanan kelas A, yang selanjutnya disebut Pelabuhan Perikanan
Samudera (PPS);
2. Pelabuhan Perikanan kelas B, yang selanjutnya disebut Pelabuhan Perikanan
Nusantara (PPN);
3. Pelabuhan Perikanan kelas C, yang selanjutnya disebut Pelabuhan Perikanan
Pantai (PPP); dan
4. Pelabuhan Perikanan kelas D, yang selanjutnya disebut Pangkalan Pendaratan
Ikan (PPI).
2.1.6.1 Pelabuhan Perikanan Nusantara
Menurut Permen No. 8 Tahun 2012 pada pasal 7 menjelaskan kriteria
teknis dan opersioanl Pelabuhan Perikanan Nusantara sebagai berikut:
a. Kriteria teknis terdiri dari:
1. mampu melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di
perairan Indonesia dan ZEEI;
2. memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran
sekurang-kurangnya 30 GT;
3. panjang dermaga sekurang-kurangnya 150 m, dengan kedalaman kolam
sekurang-kurangnya minus 3 m;
4. mampu menampung kapal perikanan sekurang-kurangnya 75 unit atau
jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 2.250 GT; dan
5. memanfaatkan dan mengelola lahan sekurang-kurangnya 10 ha.
b. Kriteria operasional terdiri dari:
48
1. terdapat aktivitas bongkar muat ikan dan pemasaran hasil perikanan rata-
rata 30 ton per hari; dan
2. terdapat industri pengolahan ikan dan industri penunjang lainnya.
2.2 Penelitian Terdahulu
Untuk bahan pertimbangan dalam penelitian ini, peneliti mencantumkan hasil
penelitian terdahulu yang pernah penulis baca. Penelitian terdahulu ini bermanfaat
dalam mengolah atau memecahkan masalah yang timbul dalam potensi dan
Pengawasan Aktivitas Kapal Penangkap Ikan Karangantu Dalam Penerbitan Surat
Laik Operasi (SLO) Di Satwas SDKP Serang. Walaupun lokus dan fokus nya
tidak sama persis tetapi membantu peneliti dalam menemukan sumber-sumber
pemecahan masalah dalam ranah Pengawasan Aktivitas Kapal Penangkap Ikan
Karangantu Dalam Penerbitan Surat Laik Operasi (SLO) Di Satwas SDKP
Serang. Di bawah ini adalah hasil penelitian yang peneliti baca:
1. Penelitian (skripsi) FISIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang dilakukan
oleh Risdayanti Sinaga 2016, dengan judul Dampak Pembangunan Pelabuhan
Perikanan Pantai (PPP) Labuan Terhadap Lingkungan Sosial Masyarakat
Nelayan Di Desa Teluk Kecamatan Labuan Kabupaten Pandeglang Banten.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan
deskriptif. Hasil dari penelitian ini adalah dampak pembangunan yang semakin
terlihat seperti dampak dari aktivitas pengerukan yang terlalu dalam disekitar
kolam pelabuhan mengakibatkan terumbu karang dan biota laut menjadi
berkurang, bantuan yang tidak merata yang dirasakan nelayan menimbulkan
49
kecemburuan sosial, dan pelabuhan hanya sebagai penyedia fasilitas dan hanya
sebagai media untuk melelang bukan meningkatkan pendapatan masyarakat.
2. Jurnal Penelitian oleh Dewi Indri Hapsari, Abdul Rasyid dan Trisnani Dwi
Hapsari, Universitas Diponegoro Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Dengan judul Analisis Kinerja SATKER Pengawasan Sumber Daya Kelautan
Dan Perikanan (PSDKP) Di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palahabuhan Ratu
Sukabumi Jawa Barat. Hasil dari jurnal penelitian ini adalah kinerja Satker
PSDKP yang terbilang baik. sebagian besar tugas pokok yang ada pada
masing-masing pegawai telah dilakukan. Akan tetapi, untuk kegiatan
pengawasan di Laut tidak baik karena, pengawasan di laut tidak dilaksanakan
secara semestinya dengan fasilitas yang kurang mendukung.
2.3 Kerangka Pemikiran
Kerangka berfikir adalah pemahaman yang paling mendasar yang
mendukung pemahaman selanjutnya. Suatu tolak ukur yang mudah adalah apakah
kita telah memahami pemahaman yang paling mendasar tersebut, atau pertanyaan
sebelumnya itu apakah kita mengetahui pemahaman yang mendasari pemahaman-
pemahaman selanjutnya. Kerangka berfikir merupakan model konseptual tentan
bagaimana teori berhubungan dengan berbagai factor yang diidentifikasikan
sebagai masalah penting (sugiono, 2005:65). Maka untuk mempermudah
memahami alur berfikir peneliti menggambarkan kerangka berfikir sebagai
berikut
50
Gambar 2.2
Kerangka Pemikiran
(Sumber: Peneliti, 2018)
Pengawasan Aktivitas Kapal Penangkap Ikan Karangantu Di Satuan Pengawasan
Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Serang
Output:
Pengawasan Aktivitas Kapal Penangkap Ikan Karangantu Di Satwas SDKP Serang yang
optimal
Proses:
Tahap-tahap Proses Pengawasan Dalam Effendi (2014:212-213) :
Tahap 1 : Penetapan Standar Pelaksanaan
Tahap 2 : Penentuan Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan
Tahap 3 : Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan
Tahap 4 : Pembandingan Pelaksanaan dengan Standar dan Analisis Penyimpangan
Tahap 5 : Pengambilan Tindakan Koreksi Bila Diperlukan
Input:
1. Masih adanya kapal perikanan yang tidak memiliki dokumen kapal yang
lengkap.
2. Kurangnya SDM pengawasan di SATWAS SDKP Serang, dilihat dari
banyaknya tugas yang harus diselesaikan dengan jumlah wilayah Operasional
Satwas SDKP Serang yang ada di provinsi Banten.
3. Masih banyaknya kapal perikanan milik nelayan yang menggunakan alat
tangkap ikan yang tidak ramah lingkungan.
51
2.4 Asumsi Dasar
Asumsi dasar merupakan hasil dari refleksi penelitian berdasarkan kajian
pustaka dan kajian teori yang digunakan sebagai dasar argumentasi berdasarkan
kerangka pemikiran yang telah dipaparkan, peneliti telah melakukan observasi
awal terhadap objek penelitian. Maka peneliti berasumsi bahwa penelitian
Pengawasan Aktivitas Kapal Penangkap Ikan Karangantu Di Satuan Pengawasan
Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Serang belum berjalan secara optimal.
52
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan bagian penting dalam penyusunan penelitian
ini. Metode penelitian adalah cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan.
Umumnya tujuan penelitian adalah memecahkan masalah. Dan langkah-langkah
yang ditempuh dalam sebuah penelitian harus relevan dengan masalah yang
dirumuskan.
Untuk menemukan hasil terkait dengan Pengawasan Aktivitas Kapal
Penangkap Ikan Karangantu Di Satuan Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan
Perikanan Serang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif karena dengan bentuk penelitian
ini memungkinkan peneliti untuk dapat menggambarkan objek penelitian secara
holistik berdasarkan realitas sosial yang ada di lapangan.
Menurut Bodgan dan Taylor dalam Basrowi dan Suwandi (2008:21)
mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang
dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu
tersebut secara holistic (utuh).
53
Sedangkan menurut Kirk dan Miller dalam Basrowi dan Suwandi
(2008:21) mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam
ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan
pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang
tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya.
Dalam penelitian kualitatif instrumennya adalah orang atau human
instrument, yaitu peneliti sendiri. Untuk dapat menjadi instrument, maka peneliti
harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas, sehingga mampu bertanya,
menganalisis, memotret, dan mengkontruksi situasi social yang diteliti menjadi
lebih jelas dan bermakna. Data yang dihasilkan berbentuk kata-kata, kalimat
untuk mengeksplorasi bagaimana kenyataan social yang terjadi dengan
mendeskripsikan hal-hal yang sesuai dengan masalah dan unit yang diteliti.
Penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif diharapkan dapat
mengungkapkan peristiwa atau kejadian yang terjadi sebenarnya dilapangan.
3.2 Fokus Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti memfokuskan kepada analisis Pengawasan
Aktivitas Kapal Penangkap Ikan Karangantu Di Satuan Pengawasan Sumber Daya
Kelautan dan Perikanan Serang Provinsi Banten.
54
3.3 Lokasi Penelitian
Tempat penelitian merupakan objek dan sumber data dari tempat yang
diteliti sehingga informasi yang diperoleh bisa memberikan data yang akurat dan
kebenarannya dalam penelitian. Penelitian ini dilakukan di Satwas SDKP Serang
yang berlokasi di daerah Desa Banten Kecamatan Kasemen Kota Serang.
3.4 Variabel Penelitian
3.4.1 Definisi Konseptual
Definisi konseptual memberikan penjelasan tentang konsep dari variabel
yang akan diteliti berdasarkan kerangka teori yang digunakan. Pada penelitian
ini variabelnya adalah Pengawasan Aktivitas Kapal Penangkap Ikan
Karangantu Di Satuan Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan
Serang yang akan diteliti menggunakan tahapan proses pengawasan dalam
Effendi (2014:212-213) sebagai berikut:
a. Tahap 1: Penetapan Standar Pelaksanaan
Standar mengandung arti sebagai suatu pengukuran yang dapat digunakan
sebagai patokan untuk penilaian hasil-hasil tujaun, sasaran, kuota, dan target
pelaksanaan dapat digunakan sebagai standar.
b. Tahap 2: Penentuan Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan
Artinya menentukan pengukuran dan pelaksanaan kegiatan berdasarkan
periode waktu berapa kali (How often) maksudnya mengukur setiap kegiatan
setiap jam, setiap hari, setiap minggu, setiap bulan atau setiap tahun. Dab
55
dalam bentuk apa (what form) pengukuran apakah akan dilakukan tertulis,
inspeksi visual, melalui telfon. Siapa (who) yang akan terlibat apakah
manajer ataukah staf department? Pengukuran ini sebaiknya mudah
dilaksanakan dan tidak mahal serta dapat diterangkan kepada karyawan atau
bawahan.
c. Tahap 3 : Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan
Pengukuran ini dilakukan sebagai proses yang berulang-ulang dan terus-
menerus.
d. Tahap 4: Pembandingan Pelaksanaan dengan Standar dan Analisis
Penyimpangan
Pembandingan pelaksanaan dengan standard dan analisis penyimpangan,
maksudnya adalah pembandingan pelaksanaan yang nyata dengan
pelaksanaan nyata dengan pelaksanaan yang direncanakan dan hasil ini
kemungkinan terdapat penyimpangan-penyimpangan da pembuat
keputusanlah yang mengidentifikasi penyebab-penyebab terjadi
penyimpangan.
e. Tahap 5: Pengambilan Tindakan Koreksi Bila Diperlukan
Tindakan koreksi dapat diambil dalm berbagai bentuk standard dan
pelaksanaan diperbaiki dan dilakukan seacar bersama.
56
3.4.2 Definisi Operasional
Berdasarkan definisi konsep serta teori yang digunakan oleh peneliti, maka
dalam penelitian ini yaitu menggunakan tahapan-tahapan proses pengawasan
menurut Effendi (2014:212-213) adalah sebagai berikut:
a. Penetapan Standar Pelaksanaan
Indikator : - Standar Operasional Prosedur
- Biaya / Anggaran
- Pihak-pihak yang dilibatkan (SDM)
b. Penentuan Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan
Indikator : - Laporan hasil kegiatan
- Pihak yang dilibatkan (lembaga)
- Jangka waktu
c. Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan
Indikator : - Pengamatan (observasi)
- Laporan-laporan / pengaduan
d. Pembandingan Pelaksanaan Standard an Analisis Penyimpangan
Indikator : - Koordinasi
- Evaluasi di setiap program
- Teguran
e. Pengambilan Tindakan Koreksi bila Diperlukan
57
Indikator : - Evaluasi kerja
- Sanksi
3.5 Instrumen Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrument atau alat penelitian
adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai instrument juga harus
“divalidasi” seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang
selanjutnya terjun ke lapangan. Validasi terhadap peneliti sebagai instrumen
meliputi validasi terhadap pemahaman metode penelitian kualitatif, penguasaan
wawasan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki objek
penelitian, baik secara akademik maupun logistiknya. Hasibuan (2012:222)
Menurut Nasution (1998) dalam Hasibuan (2012:223) menyatakan bahwa:
“Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia
sebagai instrument penelitian utama. Alasannya ialah bahwa, segala sesuatu
yang belum memiliki bentuk pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian,
hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semuanya tidak
dapat ditntukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu
dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak pasti
dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai
alat satu-satunya yang dapat mencapainya”
Berdasarkan dua penyataan dari para ahli diatas peneliti menyimpulkan
bahwa instrument penelitian dalam penelitian ini adalah peneliti itu sendiri.
58
Menurut Nasution (1988) dalam Hasibuan (2012:224) peneliti sebagai instrument
penelitian serasi untuk penelitian serupa karena memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Peneliti sebagai alat peka dan dapat berinteraksi terhadap segala
stimulasi dari lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau
tidak bagi penelitian.
2. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek
keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus.
3. Tiap situasi merupakan keseluruhan. Tidak ada suatu instrument
berupa teks atau angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi,
kecuali manusia.
4. Situasi yang melibatkan interkasi manusia, tidak dapat dipahami
dengan pengetahuan semata. Untuk memahaminya kita perlu sering
merasakannya, menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita.
5. Peneliti sebagai instrument dapat segera menganalisis data yang
diperoleh. Ia dapat menafsirkannya, melahirkan hipotesis dengan
segera untuk menentukan arah pengamatan, untuk mentest hipotesis
yang timbul seketika.
6. Hanya manusia sebagai instrument dapat mengambil kesimpulan
berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakan
segera sebagai balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan,
perbaikan atau pelakan.
7. Dalam penelitian dengan menggunakan test atau angket yang bersifat
kuantitatif yang digunakan adalah respon yang dapat dikuantifikasikan
59
agar dapat diolah secara statistic, sedangkan yang menyimpang dari itu
tidak dihiraukan. Dengan manusia sebagai instrument, respon yang
aneh, yang menyimpang justru diberi perhatian. Respon yang lain
daripada yang lain, bahkan yang bertentangan dipakai untuk
mempertinggi tingkat kepercayaan dan tingkat pemahaman mengenai
aspek yang diteliti.
3.6 Informan Penelitian
Penentuan informan dalam penelitian manajemen pengelolaan ini
menggunakan teknik purposive sampling (sampel bertujuan). Yaitu merupakan
metode penentuan informan yang berdasarkan kriteria-kriteria tertentu sesuai data
yang dimiliki. Adapun dalam penelitian kualitatif penentuan informan menurut
para ahli adalah sebagai berikut:
Menurut Lincoln dan Guba dalam Sugiyono (2012:219) bahwa penentuan
sampel dalam penelitian kualitatif sangatlah berbeda dengan penentuan sampel
penelitian konvensional (kuantitatif). Penentuan sampel dalam penelitian kualitatif
tidak menggunakan perhitungan statistic. Sampel yang dipilih berfungsi untuk
mendapatkan informasi yang maksimum, bukan untuk digeneralisasikan.
Menurut Usman dan Akbar (2011:84) menyatakan bahwa dalam penelitain
yang bersifat kualitatif tidak dikenal adanya populasi, melainkan yang dikenal
hanya sampel yang terdiri dari responden yang ditentukan secara purposive sesuai
dengan tujuan penelitian, diaman yang menjadi responden hanya sumber yang
dapat memberikan informasi yang relevan dengan tujuan penelitian. Penelitian ini
60
memerlukan informan yang mempunyai pemahaman yang berkaitan langsung
dengan masalah penelitian guna memperoleh data dan informasi yang lebih
akurat.
Melihat pada kepentingan data yang dibutuhkan peneliti, maka informan
ditentukan berdasarkan tugas pokok dan fungsi nya masing-masing. Adapun yang
menjadi informan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
Daftar Informan Penelitian
Tabel 3.1
No. Informan Keterangan
1. Kepala SubDirektorat Pengawasan
Penangkapan Ikan Republik Indonesia
Key Informan
2. Penyidik Pegawai Negeri Sipil Satwas SDKP
Serang
Key Informan
3. Polisi Khusus Satwas SDKP Serang Secondary Informan
4. Bendahara Pengeluaran Pembantu Satwas
SDKP Serang
Key Informan
5. Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi
Banten
Secondary Informan
6. Polisi Air Karangantu Secondary Informan
7. Nahkoda Kapal Perikanan berukuran 15 – 30
GT
Key Informan
8. Masyarakat Nelayan Tradisional Pemilik
Kapal Perikanan berukuran 10-30 GT
Secondary Informan
(Sumber: Peneliti, 2018)
61
3.7 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
3.7.1 Teknik Pengumpulan Data
Teknik penelitian yang digunakan untuk menggali data adalah observasi,
wawancara dan studi dokumentasi. Sumber data terbagi menjadi dua yaitu:
sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber primer adalah sumber
data yang langsung memberikana data kepada peneliti, sedangkan sumber
data sekunder merupkan sumber yang tidak langsung yang memberikan data
kepada peneliti. Sebagai data primer dalam penelitian ini berupa kata-kata
dan tindakan orang-orang yang diamati dari hasil wawancara dan observasi.
Sedangkan data sekunder yang didapatkan beruppa dokumen tertulis, gambar
dan foto-foto. Adapun penjelasan dari observasi, wawancara dan studi
dokumentasi adalah sebagai berikut:
1. Observasi
Menurut Alwasilah dalam Satori dan Komariyah (2010:104)
observasi adalah penelitian atau pengamatan sistematis dan terencana dan
diniati untuk perolehan data yang terkontrol vliditas dan reliabelitasnya.
Menurut Syaodih N, dalam Satori dan Komariyah (2010:105)
observasi adalah suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan
mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung.
Menurut Bugin dalam Satori dan Komariyah (2010:105) observasi
adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun
data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan.
62
Dari semua pengamatan tersebut terdapat satu kesamaan
pemahaman bahwa observasi adalah pengamatan terhadap suatu objek
yang diteliti baik secara langsung maupun tidak langsung untuk
memeperoleh data yang harus dikumpulkan dalam penelitian.
2. Wawancara
Beberapa definisi wawancara yang dikemukan oleh para ahli
sebagai berikut:
Menurut Berg dalam Satori dan Komariyah (2010:129)
menyatakan bahwa membatasi wawancara sebagai suatu percakapan
dengan suatu tujuan, khusunya tujuan untuk mengumpulkan informasi.
Menurut Sudjana dalam Satori dan Komariyah (2010:130)
menyatakan bahwa wawancara adalah proses pengumpulan data atau
informasi melalui tatap muka antara pihak penanya (interviewer) dengan
pihak yang ditanya atau penjawab (interviewe).
Menurut Esterberg dalam Satori dan Komariyah (2010:130)
menyatakan bahwa, interview, a meeting of to persons to exchange
information and idea through questions and responses, resulting in
communication and joint construction of meaning about a particular
topic. (wawanacara adalah suatu perteuan dua oaring atau berkomunikasi
dan ide melalui Tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna
dalam suatu topic tertentu.
Pada intinya wawanacara adalah suatu teknik pengumpulan data
untuk mendapatkan informasi yang digali dari sumber data langsung
63
melalui percakapan atau Tanya jawab. Wawancara dalam penelitian
kualitatif sifatnya mendalam karena ingin mengeksplorasi informasi
secara holistic dan jelas dari informan.
Pedoman Wawancara
Tabel 3.2
No Dimensi Indikator Informan
1. Penetapan Standar
Pelaksanaan
- SOP
- Biaya / Anggaran
- Pihak-pihak yang dilibatkan
(SDM)
1. Kepala SubDirektorat Pengawasan
Penangkapan Ikan Republik Indonesia
2. Pegawai PPNS Satwas SDKP Serang
3. Bendahara Satwas SDKP Serang
2. Penentuan
Pengukuran
Pelaksanaan
Kegiatan
- Laporan hasil kegiatan
- Pihak yang dilibatkan
(Lembaga)
- Jangka waktu
1. Kepala SubDirektorat Pengawasan
Penangkapan Ikan Republik Indonesia
2. Pegawai PPNS Satwas SDKP Serang
3. Polisi Khusus Satwas SDKP Serang
3. Pengukuran
Pelaksanaan
Kegiatan
- Pengamatan (observasi)
- Laporan-laporan / pengaduan
1. Polisi Khusus Satwas SDKP Serang
2. Pegawai PPNS Satwas SDKP Serang
3. Nahkoda Kapal Perikanan Ukuran 10-
30 GT
4. Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi
Banten
4. Pembandingan
Pelaksanaan dengan
Standar dan Analisis
Penyimpangan
- Koordinasi
- Evaluasi di setiap program
- Teguran
1. Kepala SubDirektorat Pengawasan
Penangkapan Ikan Republik
Indonesia.
2. PPNS Satwas SDKP Serang
3. Nahkoda kapal perikanan ukuran 10-
30 GT
4. Dinas Kelautan dan Perikanan
Provinsi Banten
5. Polisi Air Sektor Karangantu
5. Pengambilan
Tindakan Koreksi
bila Diperlukan
- Evaluasi kerja
- Sanksi
1. Kepala SubDirektorat Pengawasan
Penangkapan Ikan Republik Indonesia
2. PPNS Satwas SDKP Serang
3. Polisi Air Sektor Karangantu
4. Nahkoda kapal perikanan ukuran 10-30
GT
(Sumber: Peneliti, 2018)
64
3. Studi Dokumentasi
Dengan teknik dokumentasi ini, peneliti dapat memperoleh
informasi bukan dari orang sebagai narasumber, tetapi mereka
memperoleh informasi dari macam-macam sumber tertulis atau dari
dokumen yang ada pada informan dalam bentuk peninggalan budaya,
karya seni dan karya pikir.
Studi dokemen dalam penelitian kualitatif merupakan pelengkap
dari pengguna metode observasi dan wawancara. Studi dokemntasi yaitu
mengumpulkan dokumen dan data-data yang diperlukan dalam
permasalahan penelitian lalu ditelaah secara intens sehingga dapat
mendukung dan menambah kepercayaan dan pembuktian suatu kejadian.
Satori dan Komariyah (2010:149)
3.7.2 Teknik Analisis Data
Dalam penelitian kualitatif, kegiatan analisis data dilakukan
sejak mulai peneliti melakukan kegiatan pra-lapangan sampai
dengan selesainya penelitian. Dalam prosesnya pada penelitian ini
menggunakan model interaktif yang dikembangkan oleh Miles &
Huberman, yaitu selama proses kegaiatan penelitian dilakukan tiga
kegiatan penting yaitu diantaranya: reduksi data, penyajian data,
kesimpulan/verifikasi. Adapun penjelasan dari ketiga komponen
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Reduksi Data
65
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan,
pemusatan perhatian pada penyderhanaan, pengabstrakan, dan
transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan
tertulis di lapangan. Sebagaimana kita ketahui, reduksi data,
berlangsung terus-menerus selama proyek yang berorientasi
kualitatif berlangsung. Miles & Huberman (2009:16)
Reduksi data bukanlah hal yang terpisah dari suatu analisis.
Ia merupakan bagian dari analisis pilihan-pilihan peneliti
bagian data mana yang dikode, mana yang dibuang, pola-pola
mana yang meringkas sejumlah bagian yang tersebar, cerita-
cerita apa yang sedang berkembang. Semua itu merupakan
pilihan-pilihan analisis. Reduksi data merupakan suatu bentuk
analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan,
membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan
sedemikian rupa hingga kesimpulan finalnya dapat ditarik dan
diverifikasi.
2. Penyajian Data
Alur penting yang kedua dari analisis data yaitu penyajian
data. Penyajian merupakan sekumpulan informasi yang
tersususn yang memberikan kemungkinan adanya penarikan
kesimpulan dan pengambilan tindakan. Miles & Huberman
(2009:17)
66
Dengan melihat penyajian-[enyajian kita dapat melihat apa
saja yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan lebih
jauh menganalisis ataukah mengambil tindakan berdasarkan
atas pemahaman yang didapat dari penyajian-penyajian
tersebut. Manusia tidak cukup mampu sebagai pemroses
informasi yang besar jumlahnya, kecenderungan nya adaah
untuk menyederhanakan informasi yang komfleks ke dalam
kesatuan bentuk yang sederhana dan selektif atau konfigurasi
yang dapat dipahami.
3. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi
Penarikan kesimpulan hanyalah sebagian dari suatu
kegiatan dari konfigurasi yang utuh. Kesimpulan juga
diverifikasi selama penelitian berlangsung. Miles & Huberman
(2009:19)
67
Gambar 3.1
Analisis Data Menurut Miles & Huberman
(Sumber: Miles & Huberman, 2009:20)
3.7.3 Uji Keabsahan Data
3.7.3.1 Triangulasi
Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan
sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan cara, dan
berbagai waktu. Terdapat tiga jenis triangulasi, yaitu triangulasi
sumber, triangulasi teknik, dan triangulasi waktu.
Penyajian Data
Kesimpulan-
kesimpulan:
Penarikan/Verifikasi
Reduksi Data
Pengumpulan
Data
68
a. Triangulasi Sumber
Jenis ini untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara
mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.
Selanjutnya, data yang telah dianalisis oleh peneliti sehingga
menghasilkan suatu kesimpulan selanjutnta dimintakan
kesepakatan (member check) dengan tiga sumber data tersebut.
b. Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan
dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan
teknik yang berbeda. Misalnya data dari hasil wawancara lalu
dicek kembali dengan observasi dan dokumentasi.
c. Triangulasi Waktu
Waktu dalam penelitian sering mempengaruhi dalam kredibilitas
data yang diperoleh dari teknik wawancara di pagi hari para
saaat narasumber masih segar, belum melakukan aktivitas yang
menimbulkan masalah, sehingga akan memberikan data yang
lebil valid sehingga lebih kredibel. Untuk itu dalam pengujian
kredibilitas data dapat dilakukan dengan cara melakukan
pengecekan dengan wawancara, observasi atau teknik lain
dalam waktu atau situasi yang berbeda.
Pada penelitian ini peneliti hanya menggunakan triangulasi sumber
dan triangulasi teknik. Triangulasi sumber yaitu pengecekan ulang data
dengan beberapa sumber yang berbeda. sedangkan triangulasi teknik yaitu
69
dilakukan dengan cara mengecek data yang sama kepada sumber dengan
teknik yang berbeda. Adapun pengecekan data dilakukan dengan cara
wawancara, observasi dan studi dokumentasi.
3.7.3.2 Membercheck
Membercheck adalah proses pengecekan data yang diperoleh
peneliti kepada pemberi data. Kegiatan ini bertujuan untuk
mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa
yang diberikan oleh sumber data juga menjaga keaslian data yang
dicantumkan dalam penelitian. Setelah membercheck dilakukan,
maka pemberi data diminta tanda tangan sebagai bukti otentik
bahwa peneliti telah melakukan membercheck. Sugiyono
(2010:129)
3.8 Jadwal Penelitian
Jadwal penelitian berisi aktivitas yang dilakukan dan kapan akan
dilakukan proses penelitian. Sugiyono (2012:286). Jadwal penelitian ini
merupakan tahapan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dalan melakukan
penelitian tentang Pengawasan Aktivitas Kapal Penangkap Ikan Karangantu Di
Satuan Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Serang.
70
Tabel 3.3
Jadwal Penelitian
No. Kegiatan 2017 2018
Agst Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei
1. Pengajuan Judul
2. Perizinan dan Observasi
Awal
3. Penyusunan Proposal
Penelitian
4. Seminar Proposal
5. Proses Pencarian data di
lapangan
6. Pengolahan Data
7. Penyusunan Laporan
hasil penelitian
8. Sidang laporan skripsi
(Sumber: Peneliti, 2018)
71
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum Kota Serang
Secara astronomis, Kota Serang terletak antara 5°99’ –6°22 Lintang
Selatan dan 106°07’ – 106°25’ Bujur Timur. Apabila memakai koordinat sistem
UTM (Universal Transfer Mercator) Zone 48E wil ayah Kota Serang terletak
pada koordinat 618.000 m sampai dengan 638.600 m dari Barat ke Timur dan
9.337.725 m sampai dengan 9.312.475 m dari utara ke selatan. Berdasarkan posisi
geografisnya, sebelah utara Kota Serang berbatasan dengan Laut Jawa, dan
sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Serang, begitu juga di sebelah selatan
dan di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Serang. Kota Serang terdiri
dari 6 kecamatan dan 66 kelurahan, yaitu: Kecamatan Curug, Kecamatan
Walantaka, Kecamatan Cipocok Jaya, Kecamatan Serang, Kecamatan Kasemen
dan Kecamatan Taktakan.
Kota Serang mempunyai kedudukan sebagai pusat pemerintahan Provinsi
Banten, juga sebagai daerah alternative dan penyangga Ibukota Negara, karena
dari Daerah Khusus Ibukota Jakarta hanya berjarak sekitar 70 km. Ibukota dari
Kota Serang berada di Kecamatan Serang. Kota Serang yang luasnya sebesar
266,74 km², sebagian besar wilayahnya terletak di dataran rendah yang memiliki
72
ketinggian kurang dari 500 mdpl. Pada akhir tahun 2016, wilayah administrasi
Kota Serang terdiri dari enam kecamatan dengan luas daratan masing-masing,
yaitu: Curug 49,60 km², Walantaka 48,48 km², Cipocok Jaya 31,54 km², Serang
25,88 km², Taktakan 47,88 km², dan Kasemen 63,36 km². adapun luas wilayah
Kota Serang menurut Kecamatan di tahun 2017 adalah sebagai berikut:
Gambar 4.1
Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kota Serang (km²)
(Sumber: BPS 2017)
Kota Serang memiliki wilayah pesisir yang membentang luas sepanjang batas
wilayah kota serang yang sering disebut dengan Teluk Banten. Lokasi pesisir
Kota Serang ini Terletak di Kecamatan Kasemen Kota Serang yang terkoneksi
langsung dengan Laut Jawa. Wilayah pesisir Kota Serang merupakan wilayah
yang sejak era kesultanan Banten pada abad ke-15 dijadikan sebagai nilai strategis
secara ekonomi dari masa kesultanan Banten hingga saat ini. Oleh karena itu,
nilai histrosis dari wilayah pesisir ini masih sangat terasa kental.
No KECAMATAN LUAS ( KM² ) %
1 Serang 25,88 9,70
2 Cipocok Jaya 31,54 11,82
3 Curug 49,60 18,59
4 Kasemen 63,36 23,75
5 Taktakan 47,88 17,95
6 Walantaka 48,48 18,18
Kota Serang 266,74 100,00
73
Dilihat dari segi luas wilayahnya Kota Serang memiliki Desa/Kelurahan yang
cukup banyak dalam pembagiannya. Di setiap kecamatan di Kota Serang memiliki
lebih dari 10 kelurahan di setiap Kecamatan. Pembagian wilayah administrative
ini diresmikan sejak tanggal tanggal 2 November 2007 berdasarkan UU Nomor 32
Tahun 2007 tentang Pembentukan Kota Serang, setelah sebelumnya RUU Kota
Serang disahkan pada 17 Juli 2007 kemudian dimasukkan dalam lembaran Negara
Nomor 98 Tahun 2007 dan tambahan lembaran Negara Nomor 4748, tertanggal
10 Agustus 2007. Adapun berikut adalah jumlah Desa/Kelurahan menurut
Kecamatan di Kota Serang.
Tabel 4.1
Jumlah Desa/Kelurahan Menurut Kecamatan di Kota Serang
No Kecamatan Desa Kelurahan
1. Curug - 10
2. Walantaka - 14
3. Cipocok Jaya - 8
4. Serang - 12
5. Taktakan - 12
6. Kasemen - 10
Kota Serang 2016 66
2015 66
Sumber: (BPS, Kota Serang Dalam Angka,2017)
Kota serang memiliki berbagai macam produk unggulan asli daerah dari
masing-masing wilayahnya. Produk unggulan asli daerah yang ada di Kota Serang
yaitu mulai dari sektor Pertaninan, Perkebunan, Industi, Perikanan dan Kehutanan.
Produk-produk unggulan ini sangat berpengaruh pada laju perekonomian Kota
74
Serang. Adapun macam-macam produk unggulan Kota Serang di setiap
Kecamatan adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2
Produk Unggulan Di Setiap Kecamatan Kota Serang
No. Kecamatan Produk Unggulan
1. Curug Sapi Potong, Domba, Kambing, Ayam
Petelur, Bakso Ikan, Batu Bata.
2. Walantaka Anyaman Bambu, Kripik Singkong, Kacang
Tanah, Itik Manila, Puyuh.
3. Cipocok Jaya Industri Tempe, Buah-buahan, Batik Banten,
Meubelair.
4. Serang Sate Bandeng, Wisata Kuliner, Pusat
Perdagangan Umum, Wisata Belanja.
5. Taktakan Sapi Potong, Kerbau, Industri Emping,
Pengrajin Emas dan Perak, Perkebunan dan
Buah-buahan, Roti.
6. Kasemen Wisata Ziarah dan Budaya, Wisata Alam,
Wisata Kuliner Laut, Lumbung Padi/Beras,
Perikanan Laut dan Tambak.
Sumber: (BAPPEDA Kota Serang, 2016)
Dari hasil pemaparan tabel 4.1 diatas disebutkan bahwa Kota Serang
memiliki berbagai macam produk unggulan di setiap kecamatan nya. Karena
dalam penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kasemen Kota Serang maka,
Kecamatan Kasemen juga memiliki produk unggulan yang khas di wilayahnya
yaitu dari objek wisata ziarah dan budaya nya. Akan tetapi objek wisata dan
produk yang lebih banyak ditekuni oleh masyarakat kecamatan Kasemen yaitu di
bidang perikanan laut dan tambak. Dengan produk-produk yang ditawarkan pada
bidang perikanan lautnya, kecamatan kasemen diharapkan bisa menjadi sentral
75
penghasil perikanan laut yang nantinya akan menjadi salah satu penyumbang
PAD yang besar, sehingga masyarakat Kasemen menjadi sejahtera.
Kecamatan Kasemen memiliki luas wilayah 56,36 Km2, dengan batasbatas
Kecamatan sebagai berikiut : Utara : Laut Jawa, Selatan : Kecamatan Serang,
Barat : Kecamatan Kramatwatu, Kabupaten Serang, Timur : Kecamatan Pontang
Kabupaten Serang. Ibukota Kecamatan Kasemen terletak pada jarak ± 9 Km dari
ibukota Serang. Bentuk topografi wilayah Kecamatan Kasemen sebagian besar
merupakan dataran, dengan ketinggian rata-rata 500-700 m dari permukaan laut,
dengan rata- merupakan
wilayah pembangunan bagian utara dari kota Serang. Wilayah Pembangunan
Bagian Utara ini diarahkan dengan fungsi utama pariwisata cagar budaya dan
cagar alam, pelabuhan, perdagangan dan jasa, perumahan dan berbagai fasilitas
umum. Adapun luas wilayah Kelurahan di Kecamatan Kasemen sebagai berikut:
Tabel 4.3
Luas Wilayah Kelurahan di Kecamatan Kasemen
No Kelurahan Luas Wilayah Presentasi Terhadap
Luas Kecamatan (%)
1. Kasemen 6,7 11,89
2. Warung Jaud 4,5 7,98
3. Mesjid Priayi 2,82 5,00
4. Bendung 4,3 7,63
5. Terumbu 5,65 10,02
6. Sawah Luhur 11,87 21,06
7. Kilasah 7,02 12,46
8. Margaluyu 4,2 7,45
9. Kasunyutan 3,6 6,39
10. Banten
Kasemen
5,7
56.36
10,11
100.00
Sumber: (Kecamatan Kasemen, 2017)
76
Kecamatan Kasemen memiliki 10 (sepuluh) kelurahan, setiap kelurahan di
kecamatan kasemen memiliki letak geografis yang didominasi oleh dataran.
Namun ada juga wilayah di kelurahan kecamatan kasemen yang memiliki wilayah
pesisir. Oleh karena itu di kecamatan kasemen memiliki potensi perikanan yang
sangat melimpah, dan memiliki salah satu pelabuhan yang bertaraf nasional satu-
satunya di Banten. Ada 3 (tiga) kelurahan di kecamatan kasemen yang mayoritas
pendudukny berprofesi sebagai nelayan yaitu di kelurahan Banten, Margaluyu dan
Sawah Luhur. Adapun berikut ini adalah letak geografis kelurahan di kecamatan
Kasemen.
Tabel 4.4
Letak Geografis Kelurahan di Kecamatan Kasemen
No Kelurahan Pantai Lembah Kawasan
Lereng
Dataran
1. Kasemen - - - √
2. Warung Jaud - - - √
3. Mesjid Priyayi - - - √
4. Bendung - - - √
5. Terumbu - - - √
6. Sawah Luhur √ - - -
7. Kilasah - - - √
8. Margaluyu √ - - -
9. Kasunyatan - - - √
10. Banten √ - - -
Sumber: (Kecamatan Kasemen, 2017)
77
Tiga kelurahan yang ada dikecamatan kasemen menutu letak geografis yang
berdekatan dengan pantai yaitu kelurahan Sawah Luhur, Kelurahan Margaluyu
dan Kelurahan Banten. Pada kelurahan Sawah Luhur dan Kelurahan Margaluyu
masyarakt berprofesi sebagai nelayan, sementara itu kelurahan yang memiliki
potensi di perikanan tangkap yaitu kelurahan banten dan kelurahan sawah luhur.
Dua kelurahan ini memiliki garis pantai sepanjang 10 KM. Tidak terlau besar
memang, namun potensi perikanan yang besar dan mampu dimanfaatkan oleh
masyarakat sekitar sebagai nelayan dan dijadikan sebagai mata pencaharian
sehari-hari. Adapun berikut ini adalah data mengenai jumlah dan kategori nelayan
yang ada di tiga kelurahan yaitu kelurahan swah luhur, kelurahan margaluyu, dan
kelurahan banten sebagai berikut:
Tabel 4.5
Jumlah Nelayan dan Kategori Nelayan di Kecamatan Kasemen
No. Kelurahan Jumlah Nelayan Kategori Nelayan
2013 2014 2015 Nelayan
Tangkap
Pembudidaya
Tambak
1. Banten 413 470 489 √
2. Margaluyu 325 389 406 √
3. Sawah Luhur 265 310 314 √
Jumlah 1.093 1.179 1.209
Sumber: (Kecamatan Kasemen, 2015)
78
4.1.2 Gambaran Umum Satuan Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan
Perikanan Serang
Satuan Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Serang
merupakan Satwas SDKP dibawah UPT Pangkalan PSDKP Jakarta, Direktorat
Jenderal Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan, Kementerian
Kelautan dan Perikanan. Satwas SDKP Serang terletak pada posisi 6º 01’ 49,69”
S 106º 09’ 49,37” T, dengan luas tanah 200 m² dan luas bangunan 120 m² berada
di Jl. Pelelangan Ikan Karangantu Kecamatan Kasemen Kota Serang. Berjarak 13
km dari pusat Kota Serang. Fasilitas yang terdapat di Satwas SDKP Serang ini
meliputi luas bangunan sekitar 120 m², dengan status tanah miliki PPN
Karangantu.
Dilihat dari organisasi dan kelembagaanya Satuan Kerja Pengawasan
Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Serang mengacu kepada Peraturan Menteri
Kelautan dan Perikanan Nomor: PER.04/MEN/2006 tentang Organisasi dan Tata
Kerja UPT Bidang Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan dan
Keputusan Direktur Jenderal Pengawasan Sumberdaya Kelautan Dan Perikanan
Nomor: KEP.72/DJ-PSDKP/2016 Tanggal 31 Desember 2015 Tentang
Penetapan Pengawas Perikanan Pada Unit Pelaksana Teknis, Satuan Kerja Dan
Pos Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan, dimana Satuan Kerja
Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Serang bertanggung jawab
kepada Direktur Jenderal Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan.
79
Berdasarkan Surat keputusan tersebut, Satuan kerja dan Pos Pengawasan
SDKP melaksanakan tugas pengawasan pelaksanaan tertib peraturan perundang-
undangan dibidang perikanan meliputi:
a. Kegiatan penangkapan ikan, pengangkutan ikan, pengolahan ikan,
pembudidayaan ikan dan distribusi ikan;
b. Pengawasan, pemanfaatan ekosistem perairan, pencemaran perairan, kegiatan
konservasi dan pulau-pulau kecil, pemanfaatan pasir laut, pemanfaatan benda
berharga muatan kapal tenggelam (BMKT);
c. Penerbitan Surat Laik Operasional;
d. Verifikasi Unit Pengolahan Ikan, Usaha Budidaya Ikan dan distribusi hasil
perikanan;
e. Operasional dan penyiapan logistik kegiatan pengawasan pemanfaatan
sumberdaya kelautan dan perikanan;
f. Evaluasi dan monitoring pelaksanaan pengawasan.
80
4.1.2.1 Wilayah Kerja SATWAS SDKP Serang
Wilayah Operasional Kerja Satwas SDKP Serang adalah sebagai berikut:
Gambar 4.2
Wilayah Kerja Satwas SDKP Serang
(Sumber: Laporan Tahunan Satwas SDKP Serang 2017)
Peraturan Menteri kelautan dan perikanan Nomor 33/Permen-kp/2016
Tentang Organisasi dan tata kerja unit pelaksana Teknis pengawasan sumber
daya kelautan dan perikanan Lokasi, wilayah kerja, dan satuan pengawas
UPT PSDKP Serang. Satwas SDKP Serang di bawah naungan pangkalan
PSDKP Jakarta dengan wilayah kerja meliputi Kabupaten Serang, Kota
Satwas Serang
Pangkalan PSDKP
Jakarta
Ditjen PSDKP
Kab. Serang
Kab. Tangerang
Kota Cilegon
Kota Tangerang
Selatan
Kota Tangerang
Kota Serang
81
Serang, Kabupaten Serang, Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang, Kota
Cilegon dan Kota Tangerang Selatan.
4.1.2.2 Struktur Organisasi Satuan Pengawasan Sumber Daya Kelautan
dan Perikanan Serang
Struktur Organisasi yang ada di Satwas SDKP Serang berdasarkan daftar
nama pengawas perikanan yang terdapat pada Keputusan Direktur Jenderal
Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Nomor: KEP.72/DJ-
PSDKP/2016 Tanggal 31 Desember 2015 Tentang Penetapan Personil pada
Unit Pelaksana Teknis Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan,
Satuan Kerja Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Dan Pos
Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan. Berdasarkan KEP
DIRJEN tersebut dibentuklah susunan organisasi untuk Satwas SDKP
Serang. Adapun struktur organisasi di Satwas SDKP Serang sebagai berikut:
82
Gambar 4.3
Struktur Organisasi Satwas SDKP Serang
(Sumber: Laporan Tahunan Satwas SDKP Serang 2017)
Dilihat dari struktur organisasi Satwas SDKP Serang dengan Koordinator
Satuan Kerja ialah Ade Riza Taopik, S.P yang memiliki tugas pokok untuk
mengkoordinir atau mengarahkan staf pegawas lain sesuai tugas dan fungsinya,
dan bertanggungjawab langsung kepada pangkalan Satker PSDKP Jakarta sebagi
unit atasannya. Beberapa anggota yang terdapat di dalamnya yang masing-masing
memiliki tugas yang berbeda-beda, seperti Latif Turmanto sebagai Bendahara,
Slamet Riyanto, S.Pi sebagai Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS). Setyo Budi
Ade Riza Taopik, S.P
Koordinator PSDKP
Latip Turmanto
BPP
Slamet Riyanto, S.Pi
PPNS
Setyo Budi Raharjo, S.Pi
POLSUS
Achmad Arif Afandi S.ST.Pi
Nahkoda Kapal
Andri A. Tompunu, A.md Dani Fitrianto Sugeng Riyadi, S.Tr.Pi
83
Raharjo, S.Pi sebagai Polisi Khusus (POLSUS). Dan Achmad Arif Afandi,
S.ST.Pi sebagai nahkoda kapal, serta tiga anggota sebagai tenaga kerja kontrak.
1. Penyidik sebagai penyidik pengawas perikanan penyedia yang
berkewenangan sebagai Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) dan
memiliki tugas pokok untuk melakukan pemasangan, pemantauan dan
operator VMS (Vessel Monitoring Sistem) yang berada di kapal-kapal
perikanan.
2. Pengawas perikanan yang memiliki tugas pokok sebagai bendahara
pembantu pengeluaran, penanggungjawab pengadministrasian dan
penanggung jawab laporan kegiatan.
3. Polsus PWP3K bertugas mengadakan patrol atau perondaan di wilayah
pesisir dan pulau-pulau kecil atau wilayah hukumnya. Serta menerima
laporan-laporan atau pengaduan yang menyangkut perusakan ekosistem
pesisir, kawasan konservasi, kawasan pemanfaatan umum dan kawasan
strategis nasional tertentu.
4. Anggota sebagai tenaga kerja kontrak yang memiliki tugas pokok sebagai
petugas administrasi. Keberadaan tenaga kerja kontrak di satuan kerja
pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan karangantu tersebut
masih dibutuhkan dalam rangka menunjang operasional pengawasan.
84
4.1.2.3 Visi, Misi Satuan Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan
Perikanan Serang
Visi, Misi serta tujuan dan sasaran Satwas SDKP Serang dapat
diuraikan sebagai berikut:
a. Visi
Wilayah perairan Provinsi Banten bebas illegal, Unreported &
Unregulated (IUU) Fishing serta kegiatan yang merusak
sumberdaya kelautan dan perikanan.
b. Misi
Misi Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan yaitu:
1) Melaksanakan pengawasan pemanfaatan sumber daya kelautan
dan perikanan dalam rangka mensejahterakan masyarakat
kelautan dan perikanan
2) Melaksanakan penegakan hukum per Undang-undangan di
bidang kelautan dan perikanan.
c. Maksud dan Tujuan
Tujuan dan sasaran dari kegiatan pengawasan oleh Satuan
Pengawas Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (Satwas SDKP)
Serang adalah untuk memberikan pedoman bagi pihak yang terkait
yaitu pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha dalam pengelolaan
sumber daya kelautan dan perikanan agar:
1) Terbentuknya mekanisme pengawasan, yang secara integrative
dilakukan oleh pemerintah, masyarakat, dan organisasi non
85
pemerintah serta dunia usaha dengan tetap mengacu kepada
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2) Meningkatnya partisipasi masyarakat nelayan khususnya
dalam pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan
khususnya di Satwas SDKP Serang.
3) Terlaksananya kerjasama pengawasan sumber daya kelautan
dan perikanan dengan aparat dan instansi terkait serta
masyarakat dalam penegakan hukum di laut.
4) Terwujudnya penegakan hukum di laut dalam bidang sumber
daya kelautan dan perikanan.
5) Menurunnya kerusakan fungsi ekosistem laut.
4.1.2.4 Landasan Hukum Pelaksanaan Pengawasan SATWAS SDKP
Serang
Landasan aturan yang dijadikan sebagai acuan pelaksanaan
pengawas perikanan salah satunya yang digunakan oleh Satwas SDKP
Serang yaitu sebagai berikut:
1. UNCLOS Tahun 1982 tentang Hukum Laut Internasional;
2. Undang–Undang No. 5 Tahun 1983 tentang Zona Ekonomi
Eksklusif Indonesia;
3. Undang–Undang No. 6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia;
4. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45
Tahun 2009;
86
5. UU No. 32 /2009 Pasal 87 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Wilayah Laut;
6. Undang–undang No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil;
7. PP No. 19/1999 tentang Pengendalian Pencemaran dan/atau
Perusakan Laut;
8. KepPres No. 33/2002 tentang Pengendalian dan Pengawasan
Pengusahaan Pasir Laut;
9. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No.
KEP.261/MEN/2001 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Sistem
Pengawasan Masyarakat Dalam Pengelolaan dan Pemanfaatan
Sumberdaya Kelautan dan Perikanan;
10. Peraturan Pemerintah No. 54 Tahun 2002 tentang Usaha
Perikanan;
11. Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia
Nomor: Per.01/MEN/2009 Tentang Wilayah Pengelolaan
Perikanan Republik Indonesia;
12. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor:
45/MENKP/2014 Tentang Surat Laik Operasi Kapal Perikanan.
4.1.2.5 Tugas Pokok dan Fungsi Pengawas Perikanan
Satwas SDKP Serang yang terletak di Karangantu Kecamatan
Kasemen Kota Serang ini merupakan turunan dari UPT Pangkalan
PSDKP Jakarta. Adapun, tugas pokok dan fungsi dari Satwas SDKP
87
Serang yaitu mengacu pada Peraturan Menteri Kelautan dan
Perikanan Republik Indonesia Nomor 17/PERMEN-KP/2014 Tentang
Pelaksanaan Tugas Pengawas Perikanan yaitu sebagai berikut:
Ruang lingkup Peraturan Menteri ini meliputi:
1. Pengawas Perikanan
2. Tata cara pelaksanaan Tugas
3. Tindak lanjut hasil pengawasan
4. Pelaporan, dan
5. Pembinaan
Dalam lingkup pengawas perikanan dalam tata cara pelaksaan
tugas nya masih mengacu pada Peraturan Menteri Kelautan dan
Perikanan Nomor 17/PERMEN-KP/2017 yaitu melaksanaan tugas di:
1. WPP-NRI
2. Kapal perikanan
3. Pelabuhan perikanan dan/pelabuhan lainnya yang ditunjuk
4. Pelabuhan tangkahan
5. Sentra kegiatan perikanan
6. Area pembenihan ikan
7. Area pembudidayaan ikan
8. UPI, dan/atau
9. Kawasan konservasi perairan
88
Karena dalam penelitian kali ini hanya membahas tentang tata cara
pelaksaaan tugas Pengawas Perikanan yaitu di Satwas SDKP Serang
hanya di aktivitas kapal perikanan maka, dalam pelaksanaan tugasnya
adalah sebagai berikut:
1. Kapal penangkap ikan
2. Kapal pengangkut ikan
3. Kapal pengolahan ikan
4. Kapal latih perikanan
5. Kapal penelitian/eksplorasi perikanan, dan
6. Kapal pendukung operasi penangkapan ikan dan/atau
pembudidayaan ikan
Salah satu tugas Satwas SDKP Serang yaitu melakukan
pengawasan dari segala aktivitas yang dilakukan oleh kapal perikanan.
Adapun salah satu jenis aktivitas dari kapal perikanan yang ada yaitu
kapal penangkapan ikan. Pelaksanaan tugas Satwas SKDP Serang
dalam melakukan pengawasan pada aktivitas kapal perikanan yang
ada di karangantu yaitu melakukan pengawasan pada jenis kapal
penangkap ikan. Adapun pelaksaan tugas yang dimaksud adalah
sebagai berikut:
1. Memeriksa kelengkapan dan keabsahan SIPI dan/atau SIKPI, Surat
Laik Operasi, dan Surat Persetujuan Berlayar (SPB).
89
2. Memeriksa kelengkapan dan keabsahan izin penelitian dan
pengembangan perikanan.
3. Memeriksa peralatan dan keaktifan SPKP.
4. Memeriksa kapal perikanan, alat penangkapan ikan, dan/atau alat
bantu penangkapan ikan.
5. Memeriksa kesesuain komposisi anak buah kapal perikanan
dengan crew list.
6. Memeriksa keberadaan pemantauan di atas kapal penangkap atau
kapal pengangkut ikan untuk ukuran dan alat penangkapan ikan
tertentu.
7. Memeriksa kesesuaian penangkapan ikan di atas kapal perikanan.
8. Memeriksa kesesuaian ikan hasil tangkapan dengan alat
penangkapan ikan.
9. Memeriksa kesesusaian jenis dan jumlah ikan yang diangkut.
10. Memeriksa kesesuaian pelabuhan muat/singgah bagi kapal
pengangkut ikan hasil tangkapan dengan SIKPI.
11. Memeriksa kesesuaian pelabuhan muat/singgah dan check point
terakhir bagi kapal pengangkut ikan hasil budidaya dengan SIKPI.
12. Memeriksa kesesuaian daerah penangkapan ikan dengan SIPI.
13. Memeriksa pemeriksaan log book penangkapan ikan.
90
4.2 Informan Penelitian
Pada penelitian kali ini mengenai Pengawasan Aktivitas Kapal Penangkap
Ikan Karangantu Di Satwas SDKP Serang, peneliti menggunakan metode
penentuan informan dengan cara teknik purposive sampling. Dalam penentuan
informan secara purposive artinya bahwa informan yang telah dipilih berdasarkan
pada kriteria-kriteria tertentu sesuai dengan apa yang telah peneliti tetapkan
sebelumnya. Adapun, mereka (informan) yang telah dipilih merupakan orang-
orang yang memiliki informasi terkait penelitian ini. Dalam penelitian kali ini
yang dijadikan sebagai informan merupakan Instansi Pemerintah Pusat, Aparat
Penegak Hukum, Masyarakat Nelayan dan Satuan Perangkat Kerja Daerah
(SKPD).
Pada bagian Instansi Pemerintah Pusat yang dijadikan sebagai salah satu
Informan yaitu Direktorat Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan
Perikanan Republik Indonesia dan Satuan Pengawasan Sumber Daya Kelautan
dan Perikanan (Satwas SDKP) Serang, sedangkan SKPD terkait yaitu Dinas
Kelautan dan Perikanan Provinsi Banten. Selanjutnya aparat penegak hukum yaitu
Polisi Sektor Kecamatan Kasemen, dan yang terakhir yaitu Masyarakat nelayan.
Untuk memudahkan peneliti dalam penulisan, maka peneliti memberikan kode
untuk masing-masing informan sebagai berikut:
1. Kode I 1 untuk pihak Dirjen PSDKP RI
2. Kode I 2 untuk pihak Satwas SDKP Serang
3. Kode 1 3 untuk pihak Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Banten
91
4. Kode I 4 untuk pihak Aparat Penegak Hukum
5. Kode I 5 untuk pihak pemilik kapal perikanan ukuran 10-30 GT
Tabel 4.6
Informan penelitian
No. Nama Informan Usia Keterangan Kode
1. Afriyanto, S.Pi 33 Thn Staff Pelaksana Seksi PPI di
ZEEI dan Laut Lepas di
Kementerian Kelautan dan
Perikanan RI
I1-1
2. Slamet Riyanto, S.Pi 35 Thn Penyidik Pegawai Negeri Sipil
di Satwas SDKP Serang
I2-1
3. Setyo Budi Raharjo, S.Pi 28 Thn Polisi Khusus di Satwas SDKP
Serang
I2-2
4. Latif Turmanto 38 Thn Bendahara di Satwas SDKP
Serang
I2-3
5. Hery Juhaeri, S.H., M.Si 37 Thn Kepala Seksi Penanganan
Pelanggaran Bidang PSDKP
Dinas Kelautan dan Perikanan
Provinsi Banten
13-1
6. Hepson Daniar, S.H 51 Thn Kepala Satuan Kepolisian Air
Sektor Karangantu
I4-1
7. Saiman 45 Thn Masyarakat Nelayan
Tradisional < 10 GT di
Karangantu
I5-1
8. H. Sahibe 61 Thn Pemilik kapal perikanan
ukuran 10-30 GT di
Karangantu
I5-2
9. Jamaludin 48 Thn Nahkoda Kapal Perikanan
ukuran 10-30 GT di
Karangantu
I5-3
10. Sukara 28 Thn Nahkoda kapal perikanan
ukuran 10-30 GT di
Karangantu
I5-4
(Sumber: Peneliti, 2018)
92
4.3 Deskripsi Data
4.3.1 Operasional Konsep
Deskripsi data merupakan hasil data yang diperoleh selama observasi di
lapangan. Adapun data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah berupa
data hasil dari wawancara. Data yang diperoleh yaitu berupa kata-kata yang
diamati dari hasil wawancara yang juga merupakan sumber utama dalam
penelitian kali ini. Sumber data ini kemudian di catat secara tertulis atau
dengan alat perekam yang digunakan selama wawancara di lapangan
berlangsung.
Dalam penelitian kali ini menggunakan teori Tahapan Proses Pengawasan
dalam Usman Effendi (2014:212-213) yang mengemukakan bahwa dalam
proses pengawasan memiliki beberapa tahapan yaitu: Penetapan Standar
Pelaksanaan, Penentuan Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan, Pengukuran
Pelaksanaan Kegiatan, Pembandingan Pelaksanaan dengan Standar dan
Analisis Penyimpangan dan yang terakhir adalah Pengambilan Tindakan
Koreksi Bila Diperlukan. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu
menggunakan metode penelitian kualitatif dengan demikian data yang
diperoleh yaitu berupa deskriptif berbentuk kata dan kalimat yang dilakukan
selama melakukan wawancara mendalam, hasil observasi dan studi
dokumentasi.
93
4.4 Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian kali ini yaitu
menggunakan teknis analisis data menurut Miles & Huberman (2009:20)
sebagai berikut:
1) Pengumpulan Data
Pengumpulan data yaitu proses pengumpulan data selama penelitian ini
berlangsung. Adapun proses pengumpulan data pada penelitian ini yaitu yang
berkaitan dengan Pengawasan Aktivitas Kapal Penangkap Ikan Karangantu
Di Satuan Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Serang
dilakukan dengan cara berawal dari pengumpulan data dari Dinas Kelautan
dan Perikanan Provinsi Banten terkait SOP Perizinan SIPI, SIUP dan SIKPI
nelayan, rewiew dokumen standar pelayanan Dinas Penanaman Modal dan
PTSP Provinsi Banten dalam pelayanan SIPI nelayan, dan yang selanjutnya
yaitu review dokumen dari Kantor Satwas Sumber Daya Kelautan dan
Perikanan Serang terkait SOP pelayanan SLO, Anggaran dan Profil Satwas
SDKP Serang. Adapun dalam pengumpulan data teknik yang dilakukan yaitu
dengan cara wawancara, observasi, studi dokumentasi. Hal ini dilakukan agar
data yang diperoleh valid dan bisa dipertanggungjawabkan.
2) Reduksi Data
Dalam tahap kali ini yaitu reduksi data merupakan langkah selanjutnya
dimana peneliti mulai merangkum dan memilih-milih data mana saja yang
sesuai dan berkaitan dengan penelitian dengan cara memfokuskan hal yang
dianggap penting, mencari tema dan pola yang sesuai dengan demikian akan
94
memberikan gambaran yang lebih jelas sehingga akan memudahkan peneliti
dalam mengumpulkan data yang selanjutnya akan dilakukan dan dalam
menyajikan data.
3) Penyajian Data
Dalam penelitian kali ini mengenai Pengawasan Aktivitas Kapal
Penangkap Ikan Karangantu Di Satuan Pengawasan Sumber Daya Kelautan
dan Perikanan Serang dalam penyajian data menggunakan metode
penelitian kualitatif menggunakan penyajian data yang sistematif, dalam
betuk uraian singkat, bagan, kategori, yang selanjutnya disajikan dalam
kalimat yang naratif. Dengan penyajian data maka akan terlihat mana saja
masalah-masalah yang terjadi dalam penelitian.
4) Penarikan Kesimpulan/Verifikasi
Dalam penarikan kesimpulan didukung dengan bukti-bukti dan hasil
temuan lapangan yang dilakukan selama penelitian berlangsung. Adapun
dengan cara menghubungkan dengan hasil wawancara, observasi dan studi
dokumentasi yang telah dilakukan. Kemudian selanjutnya ditarik sebuah
kesimpulan yang bisa dipertanggungjawabkan.
4.5 Reduksi Data (data reduction)
Analisis dalam penelitian kali ini dilakukan selama penelitian berlangsung.
Adapun dalam mereduksi data yaitu mengumpulkan seluruh data yang telah
diperoleh selama di lapangan dan mencari mana saja tema-tema yang
berkaitan dengan penelitian. Pemberian kode-kode Informan dianggap juga
penting karena untuk mengetahui aspek-aspek mana saja yang berkaitan
95
dengan penelitian dan aspek jawaban yang dianggap sama dalam pembahasan
penelitian. Ini bertujuan untuk memudahkan proses reduksi data dalam
penelitian, serta peneliti juga melakukan kodefikasi identitas informan
sebagai berikut:
1) Kode Q, menunjukan pertanyaan.
2) Kode Q,Q,Q menunjukan pertanyaan yang selanjutnya.
3) Kode I, menunjukan informan penelitian.
4) Kode I1, menunjukan pihak Kementerian Kelautan dan Perikanan
Republik Indonesia.
5) Kode I2, menunjukan daftar informan dan urutan kategori Satwas SDKP
Serang.
6) Kode I3, menunjukan daftar informan dari pihak Dinas Kelautan dan
Perikanan Provinsi Banten.
7) Kode I4, menunjukan daftar informan dan urutan kategori Polisi Air Sektor
Serang.
8) Kode I5, menunjukan daftar informan dan urutan kategori Pemilik kapal
perikanan dan Nahkoda kapal perikanan ukuran 10-30 GT.
Setelah melakukan kategorisasi dan pengkodean maka, ditemukan pola dan
tema yang sama terkait persoalan penelitian. Maka selanjutnya yaitu
dilakukan kategorisasi berdasarkan hasil dari jawaban-jawaban yang telah
ditemukan. Analisa data yang dilakukan selanjutnya yaitu menghubungkan
dengan dimensi yang dianggap sesuai dengan permasalahan dalam penelitian.
96
Adapun dimensi-dimensi yang dipakai yaitu Tahap-tahap Proses Pengawasan
Menurut Usman Effendi (2014:212-213).
4.6 Pengawasan Aktivitas Kapal Penangkap Ikan Karangantu Di Satuan
Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Serang
Pengawasan Aktivitas Kapal Perikanan Karangantu Di Satuan
Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Serang menggunakan
tahap-tahap dalam proses pengawasan Dalam Usman Effendi (2014:212-
213). Yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses pengawasan yang
dilakukan oleh Satwas SDKP Serang dalam mengawasi kegiatan
penangkapan ikan pada kapal nelayan. Adapun tahap proses pengawasan
meliputi: Penetapan Standar Pelaksanaan, Penentuan Pengukuran
Pelaksanaan Kegiatan, Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan, Pembandingan
Pelaksanaan dengan Standard dan Analisis Penyimpangan dan yang terakhir
adalah Pengambilan Tindakan Koreksi Bila Diperlukan.
1. Penetapan Standar Pelaksanaan
Penetapan Standar Pelaksanaan merupakan penetapan awal yang
dilakukan oleh lembaga atau organisasi untuk menentukan bagaimana
kegiatan akan dilakukan. Penetapan standar pelaksanaan kegiatan
dijadikan sebagai acuan bagaimana organisasi mencapai suatu tujuan yang
telah direncanakan sebelumnya. Dalam dimensi kali ini berkaitan dengan
bagaimana kesiapan lembaga atau organisasi dalam melaksanakan
kegiatan, mulai dari SOP, Anggaran, dan Sumber daya manusia atau
97
pihak-pihak yang dilibatkan dalam menjalankan program tersebut.
Penentuan standar awal dalam pelaksanaan sangatlah berpengaruh bagi
jalannya suatu organisasi.
Dalam menjalankan sebuah pelayanan, penetapan standar pelaksanaan
kegiatan dianggap penting karena organisasi atau lembaga ditentu untuk
siap dan dapat memecahkan segala masalah yang ada di lapangan. Sama
hal nya dengan penentuan standar pelaksanaan yang dilakukan oleh
Satwas Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Serang yang telah
melakukan kegiatan yang sesuai dengan standar pelaksanaan yang telah
ditetapkan sebelumnya oleh Pemerintah pusat yang berkaitan. Selain itu
dalam pelaksanaannya Sumber daya manusia dianggap penting karena
manusia merupakan salah satu faktor terpenting agar pelaksaan kegiatan
dapat berjalan. Selanjutnya yaitu masalah yang paling penting adalah
masalah tentang biaya/anggaran yang akan digunakan, biaya/anggran juga
sangat berpengaruh sebagai pendukung utama berjalannya suatu kegiatan.
a. Standar Operasional Prosedur (SOP)
Berdasarkan hasil temuan lapangan yang telah peneliti dapatkan pada I1-1
yaitu pada pihak Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia
pada Direktorat Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan
Republik Indonesia. Dirjen PSDKP sebagai pengawas memiliki peranan
penting sebagai pihak yang senantiasa mengawasi segala aktivitas yang ada di
laut, baik dari hasil laut dan dari segi perikanan. Pengawas perikanan dalam hal
98
ini Dirjen PSDKP melakukan tugas dan wewenangnya mengacu pada
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Adapun pada fokus penelitian ini
adalah pengawasan aktivitas kapal penangkap ikan dalam penerbitan Surat
Laik Operasi (SLO), maka yang akan dibahas adalah terkait pengawasan
aktivitas kapal penangkapan ikan dalam perizinan SLO. Sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku SOP yang digunakan dari
pengawasan aktivitas perikanan Dirtjen PSDKP dan bawahannya yaitu Satuan
Pengawas SDKP Serang mengacu pada Peraturan Menteri Kelautan dan
Perikanan Republik Indonesia Nomor 1/Permen-KP/2017 Tentang Surat Laik
Operasi Kapal Perikanan. Dalam hal SOP yang dijadikan acuan oleh pengawas
perikanan, pada hasil temuan lapangan peneliti mengetahui bahwa dari pihak I1
Dirtjen PSDKP Republik Indonesia mengatakan bahwa:
“terkait SOP di bidang pengawas perikanan diseluruh Indonesia dibawah
wewenang DIRTJEN PSDKP Pusat. Jadi semua kegiatan yang dilakukan
oleh seluruh petugas pengawas yang ada diseluruh Indonesia itu
semuanya mengacu pada SOP yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat”.
(Sumber: Wawancara dengan Bapak Ariyanto, S.Pi pada hari Kamis, 22
Februari 2017 Pukul: 13.00 WIB di Kantor Dirtjen PSDKP Republik
Indonesia).
Berdasarkan hasil wawancara diatas menjelaskan bahwa dari pihak
Kementerian Pusat yaitu Dirtjen PSDKP Republik Indonesia melaksanakan
tugas dan wewenangnya sesuai dengan apa yang telah tertuang di undang-
undang yang berlaku. Dari pihak daerah yaitu Satuan Pengawasan Sumber
Daya Kelautan dan Perikanan Serang juga menyatakan hal yang sama terkait
Pelaksanaan SOP yang dijadikan sebagai acuan pelaksaan tugas pengawas
99
perikanan diseluruh daerah yang ada di Indonesia yaitu salah satunya Provinsi
Banten. Adapun dari hasil temuan lapangan yang telah peneliti dapatkan dari
I2-1 yaitu pihak Satwas SDKP Serang menyatakan bahwa:
“terkait SOP kita mengacu pada peraturan perundang-undangan yang
berlaku, seperti undang-undang no. 31 tahun 2004 dan Permen KP No 1
tahun 2017 tentang SLO. disini kita hanya melaksanakan tugas sesuai
dengan aturan yang sudah dibuat saja”. (Sumber: Wawancara dengan
Bapak Slamet Riyanto, S.Pi Penyidik Pegawai Negeri Sipil Satwas
SDKP Serang pada hari Jumat tanggal 02 Maret 2018 Pukul: 14.35 WIB
di Kantor Satwas SDKP Serang).
Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak Satwas SDKP Serang terkait
SOP pelaksaan pengawas perikanan, di daerah pun dalam hal SOP pelaksanaan
tugas mengacu kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku. Peraturan
yang digunakan sebagai acuan pengawas perikanan karena segala aturan yang
telah dibuat merupakan suatu pemecahan masalah yang telah dibuat dan
ditetapkan sebelumnya guna mencapai suatu tujuan pengawasan pada bidang
perikanan dan kelautan yang menjadi lebih baik. Oleh karena itu dari segi SOP
pelaksaaan tugas pengawas perikanan di Satwas SDKP Serang sudah berjalan
sesuai dengan apa yang telah ditetapkan dalam undang-undang. Adapun alur
SOP Pelayanan Penerbitan SLO bagi para nelayan yang yang diterbitkan oleh
Satwas SDKP Serang adalah sebagai berikut:
100
Prosedur Penerbitan (SOP)
Hasil Pemeriksaan Kapal (HPK) dan Surat Laik Operasi (SLO)
Gambar 4.4
(Sumber: Satwas Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Serang)
Peran pengawas perikanan dalam penerbitan Surat Laik Operasi (SLO)
sangatlah penting karena seorang pengawas perikanan tidak hanya bertugas
DOKUMEN
LENGKAP
DOKUMEN
TIDAK
LENGKAP
KAPAL MENGAJUKAN
PERMOHONAN
PENERBITAN SLO
PEMERIKSAAN KELENGKAPAN DOKUMEN:
SIPI/SIKPI, SIUP, SKAT, PHP, NP, BARCODE
CETAK HPK
KEBERANGKATAN
KAPAL
CEK KESESUAIAN DOKUMEN FISIK KAPAL
DAN ALAT BANTU PENANGKAPAN IKAN
BERDASARKAN HPK
PERINTAH UNTUK
MELENGKAPI
SESUAI DENGAN
DOKUMEN YANG
TERCETAK DI HPK
TIDAK SESUAI HPK
TERDAPAT UNSUR
PIDANA
PENYIDIKAN TINDAK
PIDANA PERIKANAN CETAK SLO KAPAL LAIK
OPERASI
101
pada hasil ikan tangkapan saja tetapi juga segala aktivitas kapal perikanan, baik
kapal penangkap ikan, kapal penangkut ikan dll. Tugas pengawas perikanan
dalam pengawasan penerbitan SLO yaitu dengan memeriksa kelayakan teknis
dan administrasi kapal perikanan sebelum melakukan operasi ke laut untuk
melakukan kegiatan penangkapan ikan. Dari persayaratan administrasi yang
harus dilengkapi perizinannya oleh para nelayan pemilik kapal perikanan jika
ingin melakukan penerbitan SLO yaitu dengan cara harus memiliki Surat Izin
Penangkapan Ikan (SIPI) terlebih dahulu. Dalam hal ini perizinan SIPI
dilakukan oleh Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
terkait (DPMPTSP). Dinas terkait harus bisa menerbitkan SIPI nelayan yang
sudah menjadi tugas dan kewenangannya.
Dalam hal perizinan SIPI nelayan di DPMPTSP Provinsi Banten, peneliti
masih menemukan nelayan yang mengeluhkan masalah perizinan SIPI yang
dinilai lambat dan jangka waktu yang tidak sesuai dengan prosedur yang telah
dibuat. Adapun peneliti melakukan wawancarai I5-1 dengan salah satu nelayan
pemilik kapal perikanan di karangantu yang pernah melakukan perizinan SIPI
di DPMPTSP Provinsi Banten sebagai berikut:
“Perizinan SIUP dan SIPI di PTSP Provinsi Banten berlangsung selama
2-3 bulan yang menjadi masalah bagi nelayan yaitu karena lambatnya
proses perizinan ini”. (Sumber: Wawancara dengan Bapak H. Sahibe
pemilik kapal perikanan karangantu pada hari Selasa tanggal 27 Februari
2018 pukul: 11.00 WIB).
Dari hasil wawancara salah satu pemilik kapal perikanan di atas nelayan
menyatakan bahwa dalam hal perizinan SIPI nelayan yang dilakukan di
102
DPMPTSP Provinsi Banten dinilai lambat yang akhirnya hanya menyusahkan
nelayan saja. Kemudian selanjutnya peneliti melakukan observasi ulang
dengan mewawancarai I5-2 kembali nelayan yaitu nahkoda kapal perikanan
yang juga melakukan perizinan SIPI nelayan sebagai berikut:
“kalau masalah kendala sih ada, sering terjadi nya keterlambatan
selama 3 bulan baru jadi. Sehingga berakibat pada kita, karena kita
tidak bisa laporan”. (Sumber: Wawancara dengan Bapak Jamaludin
Nahkoda kapal perikanan pada hari Rabu tanggal 14 Maret 2018 pukul:
09.38 WIB di Tempat pelelangan ikan karangantu).
Bersadarkan hasil wawancara di atas peneliti mengetahui bahwa masih
banyaknya kapal penangkap ikan yang ada di Karangantu masih belum
memiliki dokumen kapal yang lengkap sehingga nelayan merasa susah dalam
hal kepengurusan SIPI.
SIPI yang di miliki setiap kapal perikanan dianggap penting karena
merupakan salah satu syarat administrasi awal agar kapal perikanan bisa
diterbitkan Surat Laik Operasi (SLO). Jika SLO tidak diterbitkan oleh
pengawas perikanan karena dokumen kapal perikanan tidak lengkap maka
kapal tidak dapat beroperasi. Dari hasil observasi yang peneliti lakukan masih
adanya masyarakat nelayan pemilik kapal perikanan melakukan pengaduan
kepada pihak pengawas perikanan, namun pada kewenangannya perizinan SIPI
bukanlah wewenang dari Pihak Satwas SDKP Serang. Selanjutnya peneliti
mewawancarai salah satu petugas Satwas SDKP Serang yang pernah menerima
103
pengaduan dari masyarakat nelayan pemilik kapal perikanan yang pernah
melakukan perizininan SIPI di DPMPTSP Provinsi Banten sebagai berikut:
“Inti dari masalah perizinan yaitu, nelayan menganggap SIPI perizinan
yang lamban. Jadi banyaknya nelayan yang memiliki kapal perikanan
belum memiliki SIPI”. (Sumber: Wawancara dengan Bapak Slamet
Riyanto, S.Pi Penyidik Pegawai Negeri Sipil Satwas SDKP Serang, pada
hari Jumat tanggal 02 Maret 2018 pukul: 14.00 WIB di Kantor Satwas
SDKP Serang).
Dari hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti dengan pihak
nelayan dan pihak Satwas SDKP Serang memiliki kesamaan yaitu masalah
perizinan yang di nilai lambat yang dilakukan oleh DPMPTSP Provinsi
Banten. Seharusnya masalah jangka waktu harus sesuai dengan ketentuan yang
telah berlaku agar tidak merugikan masyarakat nantinya. Ketetapan dan
kesesuain waktu pelayanan merupakan salah satu kriteria yang harus dipenuhi
dari pelayanan publik. Pada intinya pegawai pemerintah harus memberikan
pelayanan yang optimal bagi masyarakat tanpa harus membeda-bedakan
terlebih dahulu. Adapun salah satu tujuan dibuatnya Pelayanan Terpadu Satu
Pintu (PTSP) untuk memudahkan masyarakat dalam melakukan perizinan
apapun tanpa harus dengan perantara terlebih dahulu.
b. Sumber Daya Manusia (SDM)
Kriteria yang selanjutnya yang terpenting dari penetapan standar
pelaksanaan yaitu terkait Sumber Daya Manusia yang dimiliki. SDM dianggap
salah satu factor yang penting karena SDM merupakan agen yang melakukan
aktivitas pelaksanaan secara nyata. SDM harus ditunjang dengan berbagai
104
macam aspek yang mendukung guna melancarkan aktivitas pengawasan
penangkap ikan dalam penerbitan SLO. Jika SDM tidak diperhatikan dengan
benar maka menjadi salah satu faktor penghambat untuk suatu organisasi atau
lembaga. Tidak hanya di Satwas SDKP Serang, setiap organisasi atau lembaga
harus memperhatikan SDM yang baik guna mencapai tujuan yang organisasi
atau lembaga telah tetapkan sebelumnya.
Kriteria penerbitan SLO tidak hanya dilihat dari aspek kelengkapan
dokumen kapal perikanannya saja sebagai syarat yang bersifat administratif.
Dalam penerbitan SLO, kapal perikanan dalam pemeriksaan teknis harus sesuai
dengan apa yang sudah tertera pada izin. Pemeriksaan teknis kapal perikanan
yang akan melakukan operasi dilakukan oleh petugas Satwas SDKP Serang
karena merupakan salah satu tugas pokok dari setiap pengawas perikanan.
Pemeriksaan teknis kapal perikanan ini bertujuan untuk mengetahui apakah
nelayan yang sudah melakukan izin untuk penerbitan SLO sudah sesuai dengan
kriteria yang telah ditetapkan sehingga tidak adanya unsur manipulasi data
kapal perikanan yang dilakukan oleh nelayan pemilik kapal perikanan.
Pada saat pemeriksaan teknis kapal dilakukan harus ditunjang dengan
kesiapan SDM yang akan melakukan pemeriksaan. Dalam pemeriksaan teknis
kapal perikanan harus dilakukan oleh SDM atau petugas yang diserahi tugas.
Tidak hanya itu SDM juga harus siap dalam melaksanakan tugas sebagai
seorang pengawas perikanan dan kelautan yang sudah diserahi wewenang.
Dalam penerbitan SLO di Satwas SDKP Serang dari tahap pemeriksaan teknis
kapal perikanan dilakukan oleh petugas atau pegawai yang bertugas. Dalam
105
menjalankan kegiatan pengawasan perikanan harus ditunjang dengan SDM
yang cukup guna melaksanakan tugas tersebut Berikut peneliti melakukan
temuan lapangan dengan cara mewawancarai I2-1 yaitu salah satu pegawai
Satwas SDKP Serang jumlah SDM dalam melaksanakan kegiatan pengawasan
perikanan berdasarkan peraturan perundang-undangan:
”kita merasa masih kurang, karena dilihat dari operasional kerja kita
yang banyak. Di setiap tahunnya kita melakukan Analisis Jabatan
(ANJAB) di tahun sebelumnya. Setelah saya buat ternyata untuk kegiatan
pengawasan kita membutuhkan 2-3 orang orang lagi. Jika dilihat dari
aturan yang sudah dibuat, seharusnya setingkat Satwas SDM yang
dibutuhkan yaitu minimal sebanyak 18 orang. Sedangkan di kita SDM
nya hanya ada 8 orang saja, dilihat dari wilayah kerja nya luas yaitu di
kabupaten dan kota di Provinsi Banten”. (Sumber: Wawancara dengan
Bapak Slamet Riyanto, S.Pi., Penyidik Pegawai Negeri Sipil Satwas
SDKP Serang, pada hari Jumat tanggal 02 Maret 2018 pukul: 14.35 WIB
di Kantor Satwas SDKP Serang).
Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti mengetahui bahwa jumlah
SDM di Satwas SDKP Serang dinilai kurang memenuhi kriteria yang telah
ditentukan. Hal ini terlihat dari luas nya wilayah operasional kerja yang
dilakukan oleh Satwas SDKP Serang. Dalam hal ini menjadi masalah bagi
Satwas SDKP Serang dalam melaksanakan tugas sebagai pengawas perikanan.
Sehingga bisa menimbulkan masalah-masalah baru yang berkaitan dengan
pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan yang ada di Provinsi Banten.
Dalam hal penerbitan Surat Laik Opersi (SLO) untuk kapal-kapal
penangkap ikan penting adanya pemeriksaan teknis kapal perikanan agar tidak
terjadi pelanggaran-pelanggaran yang tidak diinginkan. Jika dalam
perizinannya saja tidak sesuai dengan apa yang terjadi dilapangan berarti sudah
106
terjadi pelanggaran yang dilakukan oleh nelayan. Hal ini dilakukan agar
membangun kedisiplinan nelayan sehingga tidak menimbulkan masalah yang
tidak diinginkan. Pelanggaran yang dilakukan oleh nelayan yang masih tidak
disiplin biasanya diberikan peringatan oleh pihak Satwas SDKP Serang.
Selanjutnya peneliti melakukan wawancara dengan I2-3 Pihak Satwas SDKP
Serang tentang penambahan SDM yang harus diperhatikan guna melaksanakan
tugas sebagai petugas pengawas perikanan. Adapun hasil wawancara dengan
pihak Satwas SDKP Serang sebagai berikut:
”kita sudah pernah mengajukan moratorium, sementara dari pihak UPT
dan Dirtjen hanya menanggapi nya dengan statement SDM yang ada
saja harus dimaksimalkan kinerja nya”. (Sumber: Wawancara dengan
Bapak Latif Turmantyo Bendahara Pembantu Pengeluaran Satwas SDKP
Serang pada hari Rabu, tanggal 04 April 2018 pukul: 14.30 WIB di
Kantor Satwas SDKP Serang).
Dari hasil wawancara yang telah peneliti lakukan dengan pihak Satwas
SDKP Serang terkait penambahan SDM pengawas perikanan pernah diajukan
kepada instansi (UPT) Diatas Satwas SDKP Serang, namun pihak UPT yaitu
pangkalan PSDKP Jakarta belum melakukan perekrutan pegawai baru untuk
ditetapkan di Satwas SDKP Serang. SDM yang cukup akan berpengaruh pada
kinerja pegawai dalam pengawasan perikanan. Oleh karena itu ini merupakan
hal yang serius perlu diperhatikan agar tidak menimbulkan masalah baru.
Karena pada hakikatnya SDM merupakan salah satu factor penting dalam
pelaksanaan suatu kegiatan atau program.
107
Hal lainnya yang ditemukan peneliti selama dilapangan yaitu dari hasil
wawancara dengan I2-1 pihak Satwas SDKP Serang terkait kesiapan SDM
Satwas dalam pemeriksaan teknis kapal perikanan dalam penerbitan SLO yaitu
sebagai berikut:
“terkait pemeriksaan teknis kapal perikanan yang kami lakukan
terhadap nelayan yang melakukan perizinan penerbitana SLO di sini,
kita jarang melakukan pemeriksaan teknis kapal langsung karena SDM
kita juga sedikit dan dilihat dari kapal-kapal yang biasa melakukan izin
disini juga bisa dibilang sedikit, sehingga kita sudah hafal dan jarang
melakukan pemeriksanaan teknis kapal terlebih dahulu dalam
penerbitan SLO”. (Sumber: Wawancara dengan Bapak Slamet Riyanto,
S.Pi PPNS Satwas SDKP Serang pada hari Jumat, tanggal 02 Maret
2018 pukul: 14.35 WIB di Kantor Satwas SDKP Serang).
Dilihat dari hasil wawancara yang dilakukan dengan pihak Satwas SDKP
Serang, kesiapan SDM dan penambahan SDM sangat diperlukan guna
menunjang semua aktivitas pengawasan di bidang kelautan dan perikanan.
Pemeriksaan teknis kapal penagkap ikan dalam penerbitan izin SLO sangat
pentin karena berkaitan dengan kelayakan atau tidak kapal perikanan
beroperasi. Selanjutnya hal ini diperkuat dengan hasil wawancara yang
dilakukan oleh peneliti dengan nelayan pemilik kapal perikanan terkait
pemeriksaan teknis kapal perikanan yang mereka miliki sebagai berikut:
“pernah, tapi kadang kita juga terkena teguran terkait pemeriksaan
kapal jika petugas menemukan ketidaksesuaian spesifikasi kapal
berdasarkan yang sudah terlampir di SIPI. Tetapi pemeriksaan teknis
kapal biasanya dilakukan jika ada masalah, namun jika kita melakukan
perizinan penerbitan SLO sehari-hari tidak pernah dilakukan
pemeriksaan teknis kapal”. (Sumber: Wawancara dengan Bapak
Jamaludin Nahkoda Kapal Perikanan pada hari Rabu tanggal 14 Maret
2018 pukul: 09.38 WIB di Tempat Pelelangan Ikan Karangantu).
108
Dari uraian diatas menjelaskan bahwa petugas Satwas SDKP Serang hampir
tidak pernah melakukan pemeriksaan teknis kapal perikanan. Masalah ini
karena keterbatasan SDM yang dimiliki sehingga Satwas SDKP Serang
melupakan salah satu syarat dari prosedur penerbitan Surat Laik Operasi
(SLO). Di pelabuhan perikanan nusantara karangantu setiap hari nya banyak
aktivitas kapal perikanan. Banyaknya aktivitas kapal perikanan ini
mengakibatkan pengawas perikanan yang memiliki wilayah operasional kerja
di PPN Karangantu semakin susah untuk melakukan pemeriksaan kapal
perikanan karena setiap harinya banyak kapal perikanan yang berlabuh keluar
masuk di Dermaga PPN Karangantu. Ketersedian petugas pengawas perikanan
haruslah diperhatikan agar tidak ada nya pelanggaran-pelanggaran yang
muncul.
Pemeriksaan kapal perikanan dianggap penting karena berkaitan dengan
keberlangsungan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan agar tetap lestari tanpa
pencemaran dan perusakan lingkungan. kerusakan laut dan lingkungannya
disebabkan oleh masyarakat nelayan yang melakukan penangkapan ikan tidak
sesuai dengan aturan yang telah dibuat. Setiap nelayan yang melakukan
aktivitas penangkapan ikan biasanya menggunakan kapal perikanan yang
disertai dengan alat tangkap ikan. Alat tangkap ikan menjadi masalah yang
dianggap penting karena awal dari keberlangsungan ikan di masa depan.
Jika pemeriksaan teknis kapal perikanan tidak dilakukan maka berakibat
nelayan akan melakukan pelanggaran. Salah satu contoh akibat dari tidak
dilakukannya pemeriksaan teknis kapal perikanan adalah banyaknya nelayan
109
yang tidak menggunakan alat tangkap yang ramah lingkungan. Dalam
perizinan SLO bisa saja nelayan melakukan pelaporan alat tangkap yang ramah
lingkungan, namun kenyataan di lapangan alat tangkap yang digunakan tidak
ramah lingkungan. Akibat dari nelayan yang menggunakan alat tangkap tidak
ramah lingkungan yaitu merusaknya habibat laut dan segala macam nya sampai
pada pencemaran lingkungan.
Oleh karena itu pemeriksaan kapal perikanan yang akan beroperasi di laut
sangatlah penting dilakukan dengan cara pengecekan terlebih dahulu sebelum
melakukan kegiatan penangkapan ikan. Hal ini bertujuan agar pengawas
perikanan tahu dan memberikan tindakan jika ada kapal perikanan yang
beroperasi tidak sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. Sehingga
pengawas perikanan bisa memberikan tindakan untuk nelayan sesuai dengan
pelanggaran yang telah dilakukan. Jika jumlah SDM pengawas perikanan
dianggap masalah maka harus adanya perekrutan pegawai baru dan harus
disertai dengan pelatihan-pelatihan terlebih dahulu guna menunjang kegiatan
pengawasan perikanan.
c. Biaya/Anggaran
Kriteria yang terakhir yang berkaitan dengan tahapan dalam pengawasan
yaitu biaya/anggaran. Anggaran dianggap penting karena faktor utama
berjalannya suatu kegiatan karena ditunjang oleh anggaran yang memadai.
Dengan sistem penganggaran yang baik tentunya akan memberikan manfaat
bagi suatu organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam
110
pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan anggaran merupakan masalah
yang dianggap penting karena menunjang segala aktivitas pengawasan. Dalam
hal ini peneliti diperkuat dengan hasil wawancara I2-3 Bendahara Pengeluaran
Pembantu Satwas SDKP Serang sebagai berikut:
“jadi kita kerja itu berdasarkan anggaran, atau disebut sebagai kinerja
berdasarkan anggaran. Namun, sebelum anggaran direncanakan kita
sudah harus mengajukan point-point kegiatan yang akan kita laksanakan
pada tahun berikutnya. Karena dalam pelaksanaan tugas pengawasan
perikanan kita memiliki TOR atau disebut sebagai target rencana kerja
apa yang akan kita lakukan”. (Sumber: Wawancara dengan Bapak Latif
Turmanto, S.Pi., Bendahara pengeluaran pembantu Satwas SDKP Serang
pada hari Selasa tanggal 03 April 2018 pukul: 14.30 WIB di Kantor
Satwas SDKP Serang).
Pelaksanaan kegiatan yang didukung oleh anggaran yang dilakukan oleh
Satwas SDKP Serang sangatlah berguna untuk melakukan kegiatan
pengawasan perikanan terutama bagi kapal penangkapan ikan. Dari pemaparan
diatas peneliti mengetahui bahwa anggaran sangatlah penting karena pada
dasarnya Satwas SDKP Serang menjalankan tugas nya sebagai pelaksana.
Pengawasan kapal perikanan di teluk Banten sangatlah penting agar
menertibkan masyarakat nelayan dapat melakukan aktivitas penangkapan ikan
yang sesuai dengan aturan yang ditetapkan. Sehingga mengurangi
penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh masyarakat nelayan. Selain
itu pengawas perikanan bertugas merubah pemikiran masyarakat nelayan agar
menjadi lebih baik dari segi kedisiplinan kegiatan penangkapan ikan, seperti
dokumen kapal perikanan yang harus selalu dilengkapi.
Satwas SDKP Serang tidak hanya menjalankan tugas-tugas yang disudah
diberikan oleh UPT diatasnya. Satwas SDKP Serang melakukan pengajuan
111
kegiatan-kegiatan yang baru guna mendukung kegiatan pengawasan lainnya.
Salah satu factor tahapan pengawasan yang harus diperhatikan yaitu
mengetahui faktor-faktor apa saja yang menjadi penghambat dalam proses
pengawasan sebelumnya. Oleh karena itu penting bagi suatu lembaga atau
organisasi melakukan tahapan pengawasan yang sifatnya menampung aspirasi
jika terdapat pengawasan yang dinilai tidak berhasil.
Hal lainnya yang ditemukan peneliti selama di lapangan terkait anggaran
yang dilakukan dala kegiatawan pengawasan perikanan yaitu dengan
mewawancarai I1-1 pihak Dirtjen PSDKP RI sebagai berikut:
“kalau masalah anggaran kita pasti tersendat. Karena menteri kita
adalah orang paling konsen dalam masalah perhitungan biaya. Dilihat
dari segi backgroundnya pun menteri kita berasal dari seorang
pengusaha. Pengehmatan dilakukan biasanya terkait hal-hal yang
dikategorikan perlu dihemat saja”. (Sumber: Wawancara dengan Bapak
Afriyanto, S.Pi., Staff Pelaksana Seksi PPI di ZEEI & Laut Lepas Dirtjen
PSDKP RI pada hari Kamis tanggal 22 Februari 2018 pukul: 13.00 WIB
di Kantor Dirtjen PSDKP RI).
Dari hasil wawancara yang telah peneliti lakukan dengan I1-1, peneliti
mengetahui bahwa terkait anggaran yang telah ditetapkan oleh Menteri
Kelautan Perikanan adalah dilihat dari latar belakang menteri sebagai
pengusaha sehingga memperhatikan kinerja sehingga meminimalisir anggaran
yang dikeluarkan. Dari pihak pemerintah pusat yaitu Kementerian Kelautan
dan Perikanan merupakan lembaga pembuat kebijakan bagaimana ketentuan
pelaksanaan kegiatan yang harus dilakukan oleh pemerintah daerah di seluruh
Indonesia. Dalam proses pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan
112
anggaran merupakan hal penting guna menunjang terlaksana nya kegiatan
pengawasan. Tidak hanya itu anggaran juga sebagai factor pengawasan bagi
suatu organisasi sebagai acuan kinerja yang harus dicapai.
2. Penentuan Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan
Tahapan selanjutnya dalam pengawasan adalah penentuan pengukuran
pelaksanaan kegiatan. Dalam tahap kali ini yang dijadikan kriteria dalam
pengawasan yaitu laporan hasil kegiatan, jangka waktu dan pihak atau lembaga
yang dilibatkan. Laporan hasil kegiatan setiap organisasi atau lembaga perlu
dibuat karena menjadi tolak ukur bagaimana suatu kegiatan dapat berjalan atau
tidak. Laporan hasil kegiatan selanjutnya dijadikan tolak ukur organisasi agar
bekerja lebih baik lagi.
a. Laporan Hasil Kegiatan
Dalam penelitian kali ini yaitu Satwas SDKP salah satu instansi vertical
pemerintah pusat merupakan organisasi pemerintah yang harus mempunyai
laporan disetiap kegiatan yang berkaitan dengan pengawasan perikanan.
Laporan hasil disetiap kegiatan di Satwas SDKP Serang dijadikan sebagai
bahan pelaporan kepada Pemerintah Pusat dari hasil kinerja yang ada di daerah.
Berikut adalah hasil temuan lapangan yang telah peneliti temukan selama
dilapangan dengan wawancara I1-1 Pihak pemerintah pusat Dirtjen PSDKP
Republik Indonesia:
“biasanya kita ada event-event tertentu. Namun, biasanya rapat kerja
yang dihadiri oleh satwas-satwas yang ada didaerah ke pusat dilakukan
selama satu kali dalam setahun. Selanjutnya evaluasi kerja biasanya
113
dilakukan oleh kepala UPT pangkalan secara langsung kepada
bawahan-bawahan yang ada di setiap daerah di Indonesia”. (Sumber:
Wawancara dengan Bapak Ariyanto Staff Dirtjen PSDKP RI pada hari
Kamis tanggal 22 Februari 2018 pukul: 13.00 WIB di Kantor Dirtjen
PSDKP RI).
Laporan hasil kegiatan yang telah dibuat suatu organisasi vertikal biasanya
dalam pelaporannya melakukan rapat kerja dengan instansi diatas nya. Rapat
kerja ini biasanya membahas tentang pencapaian kinerja yang telah dilakukan
selama satu tahun. Pencapaian kinerja biasanya berkaitan dengan pelaksanaan
kegiatan yang menunjang, seperti misalnya apa saja program yang telah
direncanakan sesuai dengan apa yang dilaksanakan. Laporan hasil kegiatan
juga biasanya berkaitan dengan masalah anggaran, karena disetiap kegiatan
yang menunjang pengawas perikanan pasti harus didukung dengan anggaran
yang matang.
Dari pihak daerah yaitu Satwas SDKP Serang melakukan laporan hasil
kegiatan dengan cara membuat laporan di setiap setelah pelaksanan kegiatan.
Adapun peneliti melakukan wawancara dengan pihak Satwas SDKP Serang
I2-2 terkait laporan hasil kegiatan sebagai berikut:
”setiap ada kegiatan laporan hasil kegiatan dibuat, seperti misalnya kita
melakukan patroli laut dalam rangka pengawasan perikanan, setelah
patrol kita buat laporan hasil kegiatannya. Salah satu kegiatan patroli
itu adalah misalnya patroli mandiri yang kita lakukan atau kita
melibatkan aparat-aparat penegak hukum lainnya seperti TNI-AL dan
Polisi Air”. (Sumber: Wawancara dengan Bapaka Setyo Budi Raharjo
S.Pi., Polisi Khusus Satwas SDKP Serang, pada hari Kamis tanggal 29
Maret 2018 pukul: 11.00 WIB di kantor Satwas SDKP Serang).
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti diatas,
peneliti mengetahui bahwa laporan hasil kegiatan dibuat setelah kegiatan
114
pengawasan dilaksanakan. Laporan hasil kegiatan dibuat guna mencapai
target kinerja yang telah dibuat di Target Operasional Kegiatan (TOK). Hal
ini merupakan salah satu bentuk pelaporan yang nantinya akan dilaporkan
kepada pihak organisasi diatasnya yaitu Pangkalan PSDKP Jakarta yang juga
merupakan tanggung jawab dari pemerintah pusat dalam hal ini Dirtjen
PSDKP RI. Laporan hasil kegiatan dianggap penting bagi suatu organisasi
karena agar menjadi baham evaluasi untuk tahun berikutnya dalam
melakukan kegiatan yang sama agar menjadi lebih baik lagi.
Dari pihak Bendahara Satwas SDKP Serang I2-3 terkait laporan hasil
kegiatan yang dilihat berdasarkan kegiatan yang telah dianggarkan telah
dibuat oleh bendahara terkait kegiatan yang sudah dilakukan yaitu sebagai
berikut:
“ada, terkait laporan hasil kegiatan misalnya kegiatan penerbitan SLO,
aktivitas kapal dipelabuhan dalam melakukan bongkar muat pendaratan
ikan, pengurusan kapal-kapal dibawah 10 GT juga kita ada
anggarannya”. (Sumber: Wawancara dengan Bapak Latif Turmanto,
S.Pi., Bendahara Pengeluaran Pembantu Satwas SDKP Serang, pada hari
Selasa tanggal 03 Maret 2018 pukul:14.30 WIB di Kantor Satwas SDKP
Serang).
Dari penjelasan yang diberikan oleh bendahara pengeluaran pembantu
Satwas SDKP Serang menyatakan bahwa laporan hasil kegiatan yang
dilakukan setiap kegiatan berlangsung telah dibuat dengan aturan yang
ditentukan dalam peraturan yang berlaku. Ini artinya sebagai laporan
pertanggungjawaban atas pelaksanaan kegiatan yang hasil nya dapat
dirasakan oleh masyarakat nelayan. Secara langsung Satwas SDKP serang
115
telah melaksanakan tugas sebagaimana yang telah menjadi tugas pokok
fungsi sebagai lembaga pengawas sumber daya kelautan dan perikanan yang
sesuai dengan aturan perundang-undangan. Dalam sebuah organisasi baik
organisasi public ataupun privat laporan hasil kegiatan dianggap penting
karena dijadikan sebagai bahan evaluasi suatu organisasi dapat meningkatkan
kinerja nya menjadi lebih baik lagi.
b. Jangka Waktu
Dalam proses tahapan pengawasan yaitu pengawasan perikanan, suatu
organisasi yang bergerak di bidang pengawasan perikanan harus bisa
menentukan apakah kegiatan pengawasan bisa berjalan secara maksimal atau
belum. Oleh karena itu dalam dimensi penentuan pengukuran pelaksanaan
kegiatan harus ditentukan jangka waktu untuk menjadikan tolak ukur
organisasi pengawas perikanan dapat berjalan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Jangka waktu merupakan salah satu
bagian yang penting agar dijadikan sebagai target bagaiman suatu pelayanan
bisa dilaksanakan sebagaimana mestinya sehingga memberikanan pelayanan
yang optimal bagi masyarakat. Pengawas perikanan harus bisa menentukan
jangka waktu yang telah ditentukan dilaksanakan sebagaimana mestinya,
tujuannya adalah agar setiap program yang sudah menjadi tugas pokok dan
fungsi lembaga pengawas perikanan berjalan secara efektif dan efesien yang
selanjutnya juga akan mempengaruhi kinerja organisasi tersebut.
116
Dalam hal ini peneliti menemukan temuan lapangan dengan
mewawancarai I2-2 terkait jangka waktu yang telah ditentukan oleh
pengawas perikanan dalam kegiatan pengawasan sumber daya kelautan dan
perikanan di wilayah kerja Satwas SDKP Serang:
”dalam satu periode dilakukan selama 50 kali, jadi dalam
pelaksanaannya jika dihitung selama 1 bulan dilakukan sebanyak 2 kali
patroli laut. Biasanya patroli laut dilakukan selama 2-3 jam berdasarkan
aturan yang telah dibuat”.(Sumber: Wawancara dengan Bapak Setyo
Budi Raharjo, S.Pi., Polisi Khusus Satwas SDKP Serang pada hari Kamis
tanggal 29 Maret 2018 Pukul: 11.00 WIB di Kantor Satwas SDKP
Serang).
Dari penjelasan yang telah peneliti dapatkan dari pihak polisi khusus
satwas SDKP Serang kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh Satwas
SDKP Serang dilakukan berdasarkan jadwal yang telah dibuat guna mencapai
target kinerja yang telah ditetapkan. Dalam pelaksanaan tugas pengawasan
sumber daya kelautan dan perikanan jangka waktu yang telah ditetapkan
dibuat berdasarkan aturan dari pemerintah pusat. Jangka waktu ditetapkan
agar kegiatan pengawasan berjalan dengan efektif dan efesien sesuai dengan
rencana kerja yang telah dibuat. Ini bertujuan untuk mengetahui masalah-
masalah apa saja yang terjadi pada saat dilapangan. Kegiatan pengawasan
dilakukan sebagai bentuk aspirasi oleh masyarakat nelayan agar para petugas
pengawas perikanan memberikanan pelayanan yang lebih baik bagi
masyarakat nelayan penagkap ikan khususnya.
Dalam temuan lapangan yang peneliti telah temukan terkait aktivitas
pengawasan kapal perikanan diteluk Banten dengan mewawancarai I4-1
117
Terkait jangka waktu kegiatan pengawasan kapal penangkap ikan yang
dilakukan juga oleh pihak Polisi Air Sektor setempat sebagai berikut:
“jangka waktu yang kita lakukan selama satu bulan, patroli laut
biasanya dalam sebulan dilakukan selama 13-15 kali kegiatan
pengawasan di laut. Namun, jika ada pelaporan-pelaporan dari
masyarakat terkait masalah kegiatan penangkapan ikan di laut
biasanya kita juga ada kegiatan pengawasan langsung tidak sesuai
dengan kegiatan yang telah direncanakan. Karena kita sebagai aparat
kepolisian laut memang tugas nya sebagai pengawas langsung dilaut”.
(Sumber: Wawancara dengan Bapak Hepson Daniar, S.H Kepala
Satuan Kepolisian Air Sektor Karangantu pada hari Senin tanggal 30
April 2018 pukul: 11.25 WIB di Kantor Kepolisian Air Karangantu).
Dari hasil wawancara di atas peneliti mengetahui bahwa dari pihak aparat
penegakan hukum Karangantu telah menetapkan jangka waktu dalam
kegiatan pengawasan penangkapan ikan yang dilakukan oleh nelayan di
Karangantu. Jangka waktu yang telah ditentukan dan direncanakan ini
bertujuan sebagai pelaksanaan tugas pokok dan fungsi pihak aparat
kepolisisan yang bertugas sebagai pengawas secara langsung dilapangan
terkait kegiatan penangkapan ikan di laut Teluk Banten Karangantu.
c. Pihak-pihak yang dilibatkan (Lembaga)
Dalam sebuah pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Sumber Daya
Perikanan tentunya membutuhkan pihak-pihak yang bergerak dibidang
tersebut. Pihak-pihak yang bergabung dalam prose pengawasan aktivitas
kapal perikanan tentu saja harus pihak atau lembaga yang kompeten di
bidangnya sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang mereka emban. Pihak
yang ditentukan sangat berpengaruh dalam berjalanannya proses pengawasan
yang dilakukan oleh para petugas pengawas perikanan. Karena jika dilihat
118
dari tugas pokok dan fungsi pengawas perikanan hanyalah sebagai
pengawasan, jika terdapat penyimpangan yang sudah masuk dari segi hukum
merupakan kewenangan dari Aparat penegak Hukum.
Temuan selanjutnya yang peneliti temukan selama di lapangan terkait
pihak yang dilibatkan dalam proses pengawasan aktivitas kapal perikanan
yaitu dengan mewawancarai pihak Satwas SDKP Serang I2-2 sebagai berikut:
“Berdasarkan amanat undang-undang kita melakukan pengawasan
kegiatan perikanan dengan cara melibatkan lembaga-lembaga terkait
pengawasan di bidang perikanan. Seperti Dinas Kelautan dan Perikanan
Provinsi Banten, aparat penegak hukum yaitu Polisi Air, pihak
pelabuhan dan TNI-AL”. (Sumber: Wawancara dengan Bapak Setyo
Budi Raharjo, S.Pi Polisi Khusus Satwas SDKP Serang pada hari Kamis
tanggal 29 Maret 2018 pukul: 11.00 WIB di Kantor Satwas SDKP
Serang).
Berdasarkan hasil wawancara dengan polisi khusus Satwas SDKP Serang
terkait pihak-pihak yang dilibatkan dalam kegiatan pengawasan perikanan
tertama pada kegiatan pengawasan kapal penangkapan ikan di teluk Banten,
peneliti mengetahui bahwa Satwas SDKP Serang selalu melibatkan institusi
lain yang memiliki kewenangan sebagai petugas pengawasan perikanan.
Tujuan dari melibatkan pihak-pihak yang memiliki kewenangan yang sama
adalah agar nelayan bisa mematuhi aturan sesuai dengan yang telah
ditetapkan dan dengan melibatkan institusi yang memiliki tugas pokok
sebagai pengawas dan lembaga penegak hukum harus bisa memberikan
peringatan-peringatan bagi nelayan agar tidak melakukan pelanggaran selama
melakukan kegiatan penangkapan ikan di Teluk Banten Karangantu.
119
Dari pihak I 4-1 Aparat penegak Hukum yang juga melakukan kegiatan
aktivitas pengawasan kapal penangkap ikan memberikan penjelasan terkait
kegiatan kapal penangkap ikan yang dilakukan oleh Satwas SDKP Serang,
Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Banten, dan Polisi Air Sektor
Karangantu sebagai berikut:
“biasanya kita diundang atau diajak melalui forum aplikasi pesan
whatsapp, yang mengundang yaitu dinas, Satwas ataupun pihak dari
pelabuhan. Biasanya mereka memfoto bukti surat perintah terkait
keterlibatan kita dalam kegiatan patroli laut yang mereka adakan”.
(Sumber: Wawancara dengan Bapak Hepson Daniar, S.H Kepala
Satuan Kepolisian Air Karangatu pada hari Senin, tanggal 30 April
2018 pukul: 11.25 WIB di Kantor Kepolisian Air Karangantu).
Temuan yang selanjutnya peneliti temukan dengan mewawancarai I3-1
Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Banten terkait pihak-pihak yang
dilibatkan dalam kegiatan pengawasan kapal penangkap ikan yaitu sebagai
berikut:
”biasanya kita diundang melalui surat undangan kegiatan misalnya
kegiatan patroli bersama”. (Sumber: Wawancara dengan Bapak Hery
Juhaeri, S.H., M.Si Kepala Seksi Penanganan Pelanggaran Bidang
PSDKP DKP Provinsi Banten pada hari Selasa tanggal 24 April 2108
pukul: 11.30 WIB di Kantor DKP Provinsi Banten).
Berdasarkan hasil wawancara di atas peneliti mengetahui bahwa pihak
kepolisian dan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Banten benar
dilibatkan dalam kegiatan pengawasan kapal penangkap ikan di teluk Banten.
Kegiatan pengawasan pada kapal penangkapa ikan disebut sebagai Patroli
laut, patroli laut bersama memang selalu melibatkan institusi-institusi lain,
120
baik di tingkat daerah, pusat dan aparat penegakan hukum. Kegiatan
pengawasan yang optimal memang tidak bisa hanya dilakukan perseorangan
tetapi membutuhkan banyak personil pengawas agar berjalannya suatu
kegiatan pengawasan.
3. Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan
Dalam tahapan selanjutnya proses pengawasan yang tidak kalah
pentingnya yaitu tahap pengukuran pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh
organisasi atau lembaga untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pada
tahap ini organisasi atau lembaga harus bisa mengukur apakah di setiap
kegiatan terjadi penyimpangan-penyimpangan yang tidak diinginkan.
Organisasi atau lembaga terkait harus bisa mengatasi masalah-masalah
tersebut agar tidak berpengaruh pada berjalannya suatu kegiatan yang telah
direncanakan sebelumnya. Jika masalah-masalah sudah ditemukan, sebaiknya
organisasi mampu mengatasinya sebelum menimbulkan masalah baru.
a. Pengamatan (Observasi)
Pengamatan atau observasi sangat penting dilakukan karena sebagai bahan
pertimbangan suatu organisasi mengetahui apa saja masalah-masalah yang
mempengaruhi jalannya suatu kegiatan. Suatu organisasi harus selalu
melakukan pengamatan terkait hal-hal yang apa saja yang menjadi factor
pendorong dan factor penghambat jalannya sebuah kegiatan. Pengamatan
dilakukan bertujuan agar organisasi dapat mengetahui keadaan nyata di
lapangan dengan membandingkan rencana kerja yang telah direncanakan. Hal
121
ini agar menjadi bahan evaluasi suatu program dapat terus dijalankan atau
membuat alternative-alternatif baru yang harus diubah.
Dalam indikator Pengamatan (observasi) peneliti menemukan temuan
lapangan dengan cara mewawancarai I2-2 terkait pengamatan yang dilakukan
Pihak Satwas SDKP Serang terhadap kegiatan pengawasan kapal penangkap
ikan di teluk Banten sebagai berikut:
”di setiap ada kegiatan Patroli Laut, misalnya saja Patroli Laut yang
kita lakukan kemarin, kita menemukan alat tangkap ikan yang digunakan
oleh nelayan yang tidak ramah lingkungan. akhirnya kita sita atau kita
ambil alat tangkap tersebut kemudian kita tahan Selama beberapa hari.
Namun, pengambilan alat tangkap ini merupakan serah terima dari
nelayan sendiri karena memang nelayan yang telah melanggar aturan”.
(Sumber: Wawancara dengan Bapak Setyo Budi Raharjo, S.Pi., Polisi
Khusus Satwas SDKP Serang pada hari Kamis tanggal 29 Maret 2018
pukul: 11.00 WIB di Kantor Satwas SDKP Serang).
Dari penjelasan yang telah dikemukan oleh Polisi Khusus Satwas SDKP
Serang peneliti mengetahui bahwa proses pengawasan yang dilakukan oleh
Satwas SDKP Serang dilakukan dengan cara melakukan Patroli Laut dengan
sasaran kapal-kapal penangkap ikan yang sedang melakukan aktivitas
penangkapan ikan. Patroli laut ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan
pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan terutama bagi aktivitas
kapal penangkap ikan. Patroli laut diadakan tujuannya untuk mengetahui
apakah nelayan yang melakukan kegiatan penangkapan ikan sudah mematuhi
aturan yang berlaku atau belum. Tidak hanya itu dengan adanya Patroli laut
yang dilakukan oleh pihak Satwas SDKP Serang dengan Aparat Penegak
Hukum terkait mampu mengubah pemikiran nelayan yang kurang terbuka,
122
sehingga nelayan menjadi lebih disiplin dalam mematuhi aturan-aturan yang
telah ditetapkan oleh pemerintah.
Pengamatan (observasi) penting dilakukan dalam proses pengawasan. Hal
ini karena pengamatan akan menghasilkan penemuan yang baru yang
mungkin saja menjadi bahan evaluasi bagi program yang sedang dijalankan.
Dengan dilakukannya pengamatan berarti organisasi mengetahui apakah
kegiatan yang berkaitan dengan pengawasan berjalan atau belum. Ini
dijadikan sebagai evaluasi kinerja yang akan menjadi lebih baik lagi dan
meminimalisir terjadinya penyimpangan yang baru akan terjadi.
Selanjutnya dari pihak daerah yaitu Dinas Kelautan dan Perikanan
Provinsi Banten, peneliti menemukan temuan lapangan dengan
mewawancarai I3-1 terkait pengamatan (observasi) yang dilakukan oleh pihak
SKPD terkait pengawasan aktivitas kapal penangkap ikan di Teluk Banten
sebagai berikut:
”iya pernah kita melakukan kegiatan yang dinamakan sebagai
pengawasan mandiri, jadi kita melakukan pengamatan langsung seperti
misalnya kita melakukan pengawasan mandiri di wilayah kabupaten
serang dan kota serang terkait kegiatan monitoring kapal-kapal
perikanan yang menggunakan alat tangkap arad yang merupakan alat
penangkap ikan yang dilarang oleh pemerintah. Dari hasil monitoring
kita mendapatkan kapal-kapal yang sudah menyalahi aturan dengan
menggunakan alat tangkap yang dilarang. Untuk menindaklanjuti
kegiatan monitoring tersebut akhirnya kita melakukan operasi mandiri”.
(Sumber: Wawancara dengan Bapak Hery Juhaeri, S.H., M.Si Kepala
Seksi Penanganan Pelanggaran Bidang PSDKP DKP Provinsi Banten
pada hari Selasa tanggal 24 April 2018 pukul: 11.30 WIB di Kantor DKP
Provinsi Banten).
123
Berdasarkan hasil wawancara yang telah peneliti lakukan, peneliti
mengetahui bahwa kegiatan pengamatan pada kegiatan kapal penangkap ikan
tidak hanya dilakukan oleh Satwas SDKP Serang sebagai lembaga
pengawasan turunan dari pemerintah pusat, tetapi juga dilakukan oleh
lembaga pengawasan daerah yaitu Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi
Banten. Ini bertujuan untuk mengetahui apa saja masalah-masalah yang ada
di lapangan yang berkaitan dengan aktivitas nelayan dalam melakukan
kegiatan penangkapan ikan yang merupakan bagian dari mata pencaharian
nelayan. Selanjutnya pengamatan ini menjadi bahan evaluasi DKP Provinsi
Banten dalam pengambilan keputusan dalam menindaklanjuti masalah yang
terjadi pada nelayan.
b. Laporan Pengaduan
indikator yang selanjutnya yang dijadikan acuan dalam Dimensi
Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan dalam Usman Effendi (2014:212-213)
yaitu laporan pengaduan dalam proses pengawasan. Pengawasan
dilaksanakan untuk dapat mengetahui kenyataan yang ada sebagai masukan
dan bahan pertimbangan bagi seorang pimpingan dalam suatu organisasi atau
lembaga yang sedang menjalankan suatu program atau kegiatan di bidang nya
masing-masing. Pengawasan dilakukan untuk menentukan kebijakan dan
tindakan yang diperlukan menyangkut pelaksanan tugas pokok dan fungsi
organisasi, tingkah laku SDM di dalam organisasi, dan kinerja pelayanan
public di organisasi atau lembaga. Adapun laporan pengaduan penting dalam
proses pengawasan karena dari laporan pengaduan, petugas pengawasan
124
dalam hal ini pengawas perikanan dapat mengetahui apa saja yang menjadi
kebutuhan dan kepentingan yang ada pada masyarakat nelayan.
Dalam rangkaian proses penanganan pengaduan atas pengaduan yang
ditujukan terhadap instansi, atau pelayanan public dengan cara melakukan
monitoring dan observasi, konfirmasi, klarifikasi, dan investigasi
(pemeriksaan) untuk mengungkapkan benar atau tidak nya hal tersebut
diadukan kepada instansi terkait. Dalam hal ini peneliti menemukan temuan
lapangan dengan cara mewawancarai I2-1 pihak Satwas SDKP Serang terkait
laporan pengaduan yang dilakukan oleh masyarakat nelayan terhadap
kegiatan kapal penangkapan ikan di Teluk Banten Karangantu sebagai
berikut:
“kita selalu menerima laporan pengaduan yang dilakukan oleh nelayan
kepada kita terkait aktivitas mereka dalam kegiatan penangkapan ikan
seperti alat tangkap mereka yang digunakan, pernah ada juga nelayan
yang memiliki rasa kecemburuan kepada nelayan lainnya. Misalnya saja
ada nelayan yang masih menggunakana alat tangkap yang dilarang,
mereka mengadukannya kepada kita selaku pengawas perikanan, karena
kita harus melakukan tindakan pembinaan terlebih dahulu tidak
langsung memberikan tindakan hukum karena bukan ranah kami sebagai
Pengawas perikanan”. (Sumber: Wawanacara dengan Bapak Slamet
Riyanto, S.Pi PPNS Satwas SDKP Serang pada hari Jumat, tangga 02
Maret 2018 pukul: 14.35 WIB di Kantor Satwas SDKP Serang).
Hal lain yang peneliti temukan selama dilapangan yaitu dengan
mewawancarai I3-1 pihak Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Banten
terkait laporan pengaduan yang ditujukan kepada instansi diatas Satwas
SDKP Serang terkait laporan pengaduan aktivitas kapal penangkap ikan di
tingkat daerah sebagai berikut:
125
”pengaduan masyarakat kepada kita biasanya dengan perantara Surat,
sms atau mereka datang langsung. Pengaduan yang bentuk surat
biasanya berasal dari lembaga-lembaga masyarakat, lalu ada juga yang
datang melaporkan langsung dan lewat media social. Pengaduan
nelayan yang ditujukan langsung kepada kita biasanya terkait sosialisasi
alat tangkap dll”. (Sumber: Wawancara dengan Bapak Hery Juhaeri,
S.H., M.Si Kepala Seksi Penanganan Pelanggaran Bidang PSDKP DKP
Provinsi Banten pada hari Selasa tanggal 24 April 2018 pukul: 11.30
WIB di Kantor DKP Provinsi Banten).
Berdasarkan hasil wawancara di atas menjelaskan bahwa baik pihak
Satwas SDKP Serang maupun DKP Provinsi Banten menampung pengaduan
masayarakat terkait aktivitas kapal penangkapan ikan. Kapal penangkapan
ikan tidak terlepas dari alat tangkap yang digunakan, alat tangkap yang
digunakan harus sesuai dengan apa yang dianjurkan oleh pemerintah.
Penerimaan Pengaduan masyarakat yang dilakukan DKP Provinsi Banten
membuktikan bahwa adanya keterlibatan masyarakat dalam kegiatan
pengawasan yang dilakukan. Ini artinya bahwa dengan adanya pengaduan
yang dilakukan masyarakat berharap agar pihak-pihak pengawasan perikanan
dapat memberikan tindakan perubahan apabila ada masalah-masalah terkait
aktivitas kapal penangkapan ikan di lapangan.
4. Pembandingan Pelaksanaan dengan Standar dan Analisis
Penyimpangan
Pembandingan pelaksanaan dengan standar dan analisis penyimpangan,
maksudnya adalah pembandingan pelaksanaan nyata dengan pelaksanaan
yang direncanakan dan hasil ini kemungkinan terdapat penyimpangan-
penyimpangan dan pembuat keputusanlah yang mengidentifikasi penyebab-
126
penyebab terjadinya penyimpangan. Dalam dimensi kali ini dijadikan sebagai
pembanding apakah kegiatan yang telah direncanakan dan dilaksanakana oleh
suatu organisasi atau lembaga berjalan sesuai dengan kebijakan yang telah
dibuat dengan menganalisis penyimpangan-penyimpangan apa saja yang
terjadi selama proses kegiatan berlangsung. Ini dijadikan sebagai bahan
evaluasi oleh instansi terkait agar membuat alternative-alternatif baru dalam
memecahkan sebuah masalah. Tidak hanya itu saja dalam dimensi ini juga
organisasi harus bisa menganalisis penyimpangan agar dalam proses
pengawasan berlangsung efektif dan efisien.
a. Koordinasi
Dalam dimensi pembandingan pelaksanaan dengan standar analisis
penyimpangan yang selanjutnya dijadikan indikator yaitu koordinasi. Dalam
suatu instansi pemerintah penting adanya suatu organisasi karena guna
menunjang kinerja instansi tersebut. Koordinasi bertujuan untuk menuju
kepada sasaran dan tujuan gerak kegiatan harus adanya suatu pengendalian
sebagai alat untuk menjamin berlangsungnya suatu kegiatan. Yang dimaksud
dalam pengendalian disini adalah kegiatan untuk menjamin kesesuaian karya
dengan rencana, program, perintah-perintah, dan ketentuan-ketentuan lainnya
yang telah ditetapkan termasuk tindakan-tindakan korektif terhadap
ketidakmampuan atau penyimpangan. Koordinasi dalam proses pengawasan
menhasilkan data-data dan fakta baru yang terjadi dalam pelaksanaan.
127
Dalam indikator kali ini peneliti mewawancarai I1-1 Pihak Dirtjen PSDKP
RI terkait bentuk koordinasi yang dilakukan dengan instansi terkait daerah
tentang pengawasan aktivitas kapal penangkapan ikan di perairan laut
Indonesia sebagai berikut:
“biasanya kita ada event-event tertentu. Namun, biasanya rapat kerja
yang dihadiri oleh satwas-satwas yang ada didaerah ke pusat dilakukan
selama satu kali dalam setahun. Selanjutnya koordinasi atau evaluasi
kerja biasanya dilakukan oleh kepala UPT pangkalan secara langsung
kepada bawahan-bawahan yang ada di setiap daerah di Indonesia”.
(Sumber: Wawancara dengan Bapak Ariyanto, S.Pi Staff Pelaksana Seksi
PPI di ZEEI & Laut Lepas Dirtjen PSDKP RI, pada hari Kamis tanggal
22 Februari 2018 pukul: 13.00 WIB di Kantor Dirtjen PSDKP RI).
Dari temuan lapangan yang telah dipaparkan diatas peneliti mengetahui
bahwa bentuk koordinasi yang dilakukan oleh pihak pemerintah pusat dengan
pemerintahan yang ada di daerah dilakukan dengan cara mengadakan
pertemuan-pertemuan rapat kerja. Dalam proses pengawasan rapat koordinasi
dianggap penting karena pemerintah pusat perlu mengetahui masalah-masalah
apa saja yang ada didaerah. Ini dijadikan sebagai bahan evaluasi suatu
organisasi pemerintah untuk tingkat pusat maupun ditingkat pemerintah
daerah. Selanjutnya peneliti melakukan wawncara dengan I2-1 pihak Satwas
SDKP Serang terkait Koordinasi yang dilakukan dengan instansi pemerintah
terkait yang berkaitan dengan aktivitas pengawasan kapal penangkap ikan
sebagai berikut:
”Rapat kerja biasanya dilakukan di kantor pusat yaitu Dirtjen PSDKP
RI, biasanya rapat kerja ini yang bersangkutan yaitu kepala pangakalan,
kepala coordinator Satwas dikumpulkan di kantor pusat. Biasanya
pembahasan tentang hasil kegiatan yang telah dilakukan. Misalnya
dalam pelaksanaan tugas, kendala nya apa, prestasi nya apa seperti itu
128
salah satu bahasannya”. (Sumber: Wawancara dengan Bapak Slamet
Riyanto, S.Pi., PPNS Satwas SDKP Serang, pada hari Jumat tanggal 02
Maret 2018 pukul: 14.35 WIB di Kantor Satwas SDKP Serang).
Dari hasil wawancara diatas peneliti mengetahui bahwa pihak Satwas
SDKP Serang selalu melakukan koordinasi terkait pencapaian kinerja yang
telah dicapai. Koordinasi biasa dilakukan dengan cara melakukan rapat kerja,
pembuatan dan pelaporan hasil kegiatan, dan kendala-kendala yang ada
selama proses pengawasan perikanan. Sehingga baik darai tingkat pemerintah
pusat dan pemerintah daerah telah melakukan koordinasi dengan baik sesuai
dengan tugas pokok dan fungsi nya masing-masing. Oleh karena itu dalam
melaksanakan aktivitas pengawasan perikanan instansi terkait harus bisa
membangun komunikasi yang baik guna tercapainya suatu program yang
telah ditetapkan.
Selanjutnya peneliti melakukan wawancara dengan Pihak I3-1 Dinas
Kelautan dan Perikanan Provinsi Banten terkait koordinasi yang dilakukan
dengan Satwas SDKP Serang dan instansi terkait yang memiliki kewenangan
pada pengawasan perikanan dalam kegiatan pengawasan yang aktivitas kapal
penangkap ikan yang melakukan kegiatan penangkapan ikan di Teluk Banten
sebagai berikut:
”kita memiliki forum koordinasi tindak pidana perikanan yang
anggotanya terdiri dari kepolisian, TNI-AL, Pengawas Perikanan, DKP,
Syahbandar, Dinas Perhubungan, Satpol PP, pokoknya institusi yang
berkaitan dengan pengawasan perikanan. Dalam setahun kita melakukan
pertemuan, selain itu kita juga melakukan koordinasi langsung. Biasanya
pembahasan yang kita lakukan yaitu terkait masalah-masalah yang ada
di lapangan terkait aktivitas kapal penangkap ikan dan mencari solusi
secara bersama. Biasanya kita mengevalusi program-program yang
129
telah dilaksanakan selama jangka waktu satu tahun”. (Sumber:
Wawancara dengan Bapak Hery Juhaeri, S.H., M.Si Kepala Seksi
Penanganan Pelanggaran Bidang PSDKP DKP Provinsi Banten pada hari
Selasa tanggal 24 April 2018 pukul: 11.30 WIB di Kantor DKP Provinsi
Banten).
Berdasarkan hasil wawancara yang telah peneliti lakukan dengan I3-1
Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Banten, peneliti mengetahui bahwa
DKP Provinsi Banten dengan Satwas SDKP Serang serta institusi terkait yang
memiliki kewenangan dalam bidang pengawasan perikanan melakukaan
koordinasi yang baik dengan cara membuat forum diskusi. Ini bertujuan
untuk membahas masalah-masalah yang terjadi di masyarakt nelayan dan
mencari solusi secara bersama. Hal lainnya yaitu terkait dengan evaluasi
kegiatan yang dilakukan dalam jangka waktu satu tahun.
b. Evaluasi di setiap Program
Evaluasi program bertujuan untuk mengetahui pencapaian tujuan program
yang telah dilaksanakan. Selanjutnya, hasil evalusi program digunakan
sebagai dasae untuk melaksanakan kegiatan tindak lanjut atau untuk
melakukan pengambilan keputusan berikutnya. Evaluasi sama artinya dengan
kegiatan supervise. Kegiatan evalusi dimaksudkan untuk pengambilan
keputusan atau melakukan tindak lanjut dari program yang telah
dilaksanakan. Adapun manfaat dari evaluasi di setiap program yaitu dapat
berupa penghentian program, merevisi program, melanjutkan program atau
menyebarluaskan program jika dianggap berhasil.
130
Dalam indikator kali ini peneliti mewawancarai I1-1 pihak pembuat
kebijakan yaitu Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia
pada Dirtjen PSDKP RI terkait evalusi program yang dilakukan oleh instansi
pusat ini sebagai berikut:
“Evalusi Program yang kita lakukan perbaikan secara pelan-pelan,
seperti misalnya kita ada program baru terkait sosialiasi kepada nelayan
yaitu kita akan keliling daerah terutama di jawa timur dan jawa tengah
untuk menyelesaikan masalah alat tangkap ikan berjenis cantrang, agar
di tahun 2019 nanti sudah tidak ada lagi masalah cantrang”. (Sumber:
Wawancara dengan Bapak Ariyanto, S.Pi., Staff Pelaksana Seksi PPI di
ZEEI & Laut Lepas pada hari Kamis, tanggal 22 Februari 2018 pukul:
13.00 WIB di Kantor Dirtjen PSDKP RI).
Dari hasil wawancara yang telah dipaparkan diatas peneliti mengetahui
bahwa evalusi yang pihak Dirtjen PSDKP lakukan terkait pelaksanaan
program-program yang dilaksanakan yaitu jika terjadi penyimpangan yang
ada di masyarakat, pihak kementerian pusat melakukan tindakan perbaikan
secara perlahan. Tindakan ini diambil guna tercapainya tujuan yang telah
direncanakan sebelumnya. Pembuatan program-program baru juga dilakukan
oleh pihak Kementerian Pusat untuk meminimalisir terjadinya
penyimpangan-penyimpangan baru yang terjadi di masyarakat. Oleh karena
itu evalusi di setiap program perlu diadakan karena menyangkut
keberlanjutan program tersebut dapat lanjut dilaksanakan atau dikurangi. Dari
pihak Satwas SDKP Serang I2-1 memberikan tanggapan terkait Evaluasi
program yang dilakukan dalam kegiatan pengawasan kapal penangkap ikan
sebagai berikut:
131
”Kalau memang ada perbedaan, kita lihat terlebih dahulu perbedaannya
seperti apa, karena bisa jadi hanya pelanggaran yang bersifat
administrasi dan pelanggaran yang bersifat kejahatan. Selama ini kita
pernah menemukan nelayan yang menggunakan alat tangkap yang tidak
sesuai dengan yang dianjurkan dan berbeda dengan yang tertera pada
SIPI. Biasanya kita memberikan rekomendasi pencabutan izin kepada
instansi terkait dimana nelayan tersebut melakukan perizinan SIPI”.
(Sumber: Wawancara dengan Bapak Slamet Riyanto, S.Pi., PPNS Satwas
SDKP Serang, pada hari Jumat tanggal 02 Maret 2018 pukul: 14.35 WIB
di Kantor Satwas SDKP Serang).
Dari hasil wawancara dengan pihak Satwas SDKP Serang peneliti
mengetahui bahwa evalusi disetiap program telah dilakukan oleh Satwas
SDKP Serang seperti jika menemukan pelanggaran yang dilakukan oleh
nelayan maka Satwas SDKP Serang melakukan pencabutan izin Penagkapan
Ikan dengan Instansi terkait. Pencabutan izin penangkapan ini sangat
berpengaruh bagi kapal penangkap ikan pada saat akan melakukan kegiatan
penangkapan ikan di laut. Jika perizinan penangkapan ikan dicabut maka
kapal perikanan tidak bisa mendapatkan Surat Laik Operasi (SLO). Tidak
diterbitkanya SLO sangat berpengaruh pada kegiatan nelayan selama
penangkapan ikan karena SLO merupakan salah satu prosedur perizinan
penting dalam kegiatan nelayan melakukan penangkapan ikan dilaut. Oleh
karena itu jika SLO tidak diterbitkan maka berdampak pada nelayan yang
tidak bisa melakukan kegiatan penangakapan ikan di laut.
c. Teguran
Indikator yang selanjutnya dijadikan acuan dalam tahapan proses
pengawasan yaitu teguran yang dilakukan instansi atau lembaga baik yang
132
berfokus pada sector privat maupun publik. Teguran diberikan agar para
pembuat pelanggaran bisa mendapatkan efek jera sehingga tidak melakukan
pelanggaran kembali. Dalam kegiatan pengawasan perikanan teguran sangat
dianjurkan diterapkan agar tidak ada lagi masalah-masalah yang berikaitan
dengan disiplin nelayan dan keberlangsungan ekosistem laut menjadi terjaga.
Dalam indikator kali ini peneliti melakukan wawancara dengan pihak Satwas
I2-2 SDKP Serang terkait teguran yang diberikan kepada nelayan jika
melakukan penyimpangan yang berkaitan dengan aturan yang telah
ditetapkan tentang penangkapan ikan di karangantu Teluk Banten sebagai
berikut:
“Teguran yang kami lakukan yaitu dengan pendekatan bagaimana kita
mengedukasi nelayan menjadi lebih baik dengan cara tidak langsung
memberikan sanksi hukum. Karena kita sebagai pengawas perikanan
lebih menggunakan pendekatan yang humanis, persuasive, agar nelayan
melakukan dan melaksanakan peraturan perundang-undangan dengan
baik”. (Wawancara dengan Bapak Setyo Budi Raharjo, S.Pi Polisi
Khusus Satwas SDKP Serang, pada hari Kamis, tanggal 29 Maret 2018
pukul: 11.00 WIB di Kantor Satwas SDKP Serang).
Dari hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti, maka peneliti
mengetahui bahwa pihak Satwas SDKP Serang dalam tahap proses
pengawasan jika menemukan masalah yang berkaitan dengan nelayan selalu
memberikan teguran kepada nelayan. Teguran ini berupa pemberitahuan
secara halus yang dilakukan oleh Satwas SDKP Serang sehingga lebih
bersifat mengedukasi nelayan. Ini tujuannya agar nelayan tidak lagi
melanggar aturan yang telah ditetapkan terkait aktivitas yang dilakukan
nelayan selama melakukan penangkapan ikan di laut. Pihak Satwas SDKP
133
Serang tidak langsung memberikan sanksi yang ketat kepada para nelayan
karena bukan kewenangannya dalam penegakan hukum.
Nelayan yang melakukan pelanggaran tidak langsung diberikan sanksi
hukum, namun diberikan arahan-arahan terlebih dahulu oleh para petugas
yang berwenang. Ini berkaitan dengan memperhatikannya keberlangsungan
nelayan selanjutnya yang berakibat pada keadaan ekonomi nelayan tersebut.
Para pengawas perikanan senantiasa memperhatikan kesejahteraan nelayan
karena merupakan tugas sebagai pengawas perikanan. Dalam tahapan proses
pengawasan yang dilakukan oleh organisasi atau lembaga perlu adanya
tegurang yang dilakukan tujuannya untuk memberikan peringatan jika terjadi
nya suatu penyimpangan dalam pelaksaan kegiatan.
Selanjutnya peneliti juga melakukan wawancara dengan pihak penegak
hukum I4-1 yaitu Polisi Air Karangantu terkait teguran atau hukuman yang
diberikan jika terdapat penyimpangan oleh nelayan selama proses
pengawasan berlangsung sebagai berikut:
“jadi yang sering kami lakukan selama ini yaitu kami selalu memberikan
saran kepada nelayan dan Dinas terkait agar segera mengurus jika
masalah yang ditemukan yaitu terkait dokumen kapal perikanan.
Sedangkan selebihnya kita hanya memberikan saran secara lisan kepada
nelayan dan segera melakukan pembinaan”. (Sumber: Wawancara
dengan Bapak Hepson Daniar, S.H Kela Satuan Kepolisian Air
Karangantu pada hari Senin, tanggal 30 April 2018 pukul: 11.25 WIB di
Kantor Kepolisian Air Karangantu).
Dari hasil wawancara yang telah disebutkan diatas peneliti mengetahui
bahwa dari pihak aparat penegak hukum juga melakukan teguran secara
134
langsung kepada nelayan jika terdapat pelanggaran-pelanggaran yang
dilakukan nelayan serta melakukan koordinasi langsung dengan instansi
terkait jika masalah yang melibatkan SKPD dan Satwas. Ini bertujuan untuk
meminimalisir kejadian terulang kembali yang berkaitan dengan kedisiplinan
nelayan di karangantu.
5. Pengambilan Tindakan Koreksi bila Diperlukan
Tindakan koreksi dapat diambil dalam berbagai bentuk standard an
pelaksanaan diperbaiki dan dilakukan secara bersama. Dalam sebuah
organisasi atau lembaga pengambilan tindakan koreksi selalu dilakukan ini
berkaitan dengan target pencapaian program yang telah direncanakan
sebelumnya. Pengawasan tidk hanya melihat sesuatu dengan seksama dan
melaporkan hasil kegiatan. Mengawasi, tetapi juga mengandung arti
memperbaiki atau meluruskan sehingga mencapai tujuan yang sesuai dengan
apa yang telah direncanakan. Oleh karena itu suatu organisasi akan berjalan
terus dan semakin komplek dari waktu ke waktu, banyaknya orang yang
membuat kesalahan dan guna mengevaluasi atas hasil kegiatan yang telah
dilakukan.
a. Evaluasi Kinerja
Evaluasi kinerja adalah suatu metode dan proses penilaian dan
pelaksanaan tugas seseorang atau sekelompok orang atau unit-unit kerj dalam
suatu organisasi dan lembaga sesuai dengan standar kinerja atau tujuan yang
telah ditetapkan terlebih dahulu. Tujuan dari evaluasi kinerja adalah untuk
135
menjamin pencapaian sasaran dan tujuan suatu organisasi dan juga untuk
mengetahui bagaimana suatu organisasi mencapaian sasaran dan tujuan yang
telah ditetapkan. Dalam hal lainnya evaluasi kinerja terutama untuk
mengetahui bila terjadi keterlambatan atau penyimpangan supaya segeera
diperbaiki, sehingga sasaran dan tujuan tercapai. Selanjutnya hasil dalam
evaluasi kinerja dapat dimanfaatkan untuk pelaksanaan kegiatan selanjutnya.
Dalam proses pengawasan berlangsung evalusi kinerja sangat di
dibutuhkan. Pada saat pengawasan berlangsung, organisasi lembaga baik
pemerintah maupun swasta harus melakukan evaluasi kinerja karena akan
berkaitan dengan pencapaian kinerja yang selanjutnya akan dicapai.
Singkatnya, jika hasil kinerja sesuai dengan standar maka respon akan baik
tercapai nya sasaran dan tujuan yang organisasi telah tetapkan. Dalam evalusi
kinerja petugas pengawas perikanan harus mengetahui penyimpangan-
penyimpangan yang terjadi selama proses pengawasan berlangsung, sehingga
jika adanya penyimpangan tidak boleh ditunda, dimaafkan, dikompromikan,
tetapi harus sesegera mungkin ditangani dan diperbaiki sebab itu adalah suatu
keharusan.
Selanjutnya pada indikator kali ini peneliti melakukan wawancara dengan
I1-1 pihak Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia dalam hal
ini yaitu Dirtjen PSDKP RI terkait evaluasi kinerja yang dilakukan dalam
pelaksanaan kegiatan pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan
sebagai berikut:
136
“yang pasti di kita penegakan hukum terhadap aturan-aturan untuk
nelayan atau kapal-kapal asing bersifat pasti dan tegas. Namun, jika kita
lihat dari pelanggarannya misalnya pada nelayan kecil yang
menggunakan alat tangkap yang dilarang kita melakukan penyitaan.
Sedangkan tindakan yang dilakukan oleh kita dapat memberikan sanksi
bagi kapal-kapal asing yaitu dengan cara penenggelaman kapal”.
(Sumber: Wawancara dengan Bapak Ariyanto, S.Pi selaku Staff
pelaksana Pelaksana Seksi PPI di ZEEI & Laut Lepas pada hari kamis
tanggal 22 Februari 2018 pukul: 13.00 WIB di Kantor Dirtjen PSDKP
RI).
Dari hasil temuan lapangan peneliti mengetahui bahwa evaluasi kinerja
telah dilakukan oleh pihak Kementerian dengan cara menganalisis
permasalahan dan mengambil tindakan perbaikan. Tindakan ini merupakan
tindakan yang dilakukan oleh Dirtjen PSDKP dalam kegiatan pengawasan
sumber daya kelautan dan perikanan disluruh perairan di wilayah Indonesia.
Dari segi pengawasannya pihak Dirtjen PSDKP melakukan tindakan hukum
jika mendapati nelayan yang melanggar aturan penangkapan ikan yang telah
ditetapkan. Namun, Dirtjen PSDKP dalam pembuatan keputusan tindakan apa
yang dilakukan selalu mempertimbangkan terlebih dahulu tindakan koreksi
apa yang sesuai dengan jenis kesalahan yang telah nelayan lakukan.
Dalam hal lainnya peneliti mewawancarai I2-1 pihak Satwas SDKP Serang
terkait evaluasi kinerja yang telah dilakukan dalam pengawasan aktivitas
kapal penangkap ikan di Karangantu Teluk Banten sebagai berikut:
“Evaluasi kegiatan di lapangan dilakukan setiap selesai kegiatan.
Disamping itu ada evalusi yang dilakukan dalam jangka waktu bulanan,
triwulan, semester dan tahun”. (Sumber: Wawancara dengan Bapak
Slamet Riyanto, S.Pi PPNS Satwas SDKP Serang pada hari jumat,
tanggal 02 Maret 2017 pukul: 14.30 WIB di Kantor Satwas SDKP
Serang).
137
Berdasarkan hasil wawancara diatas peneliti mengetahui bahwa Satwas
SDKP Serang selalu melakukan evaluasi kinerja setiap selesainya
pelaksanaan kegiatan. Ini tujuannya untuk meningkatkan kinerja organisasi
dalam kegiatan pengawasan pada bidang kelautan dan perikanan yang masuk
pada wilayah operasional kerja Satwas SDKP Serang.
b. Sanksi
Indikator yang terakhir dari tahapan proses pengawasan adalah sanksi.
Tindakan pemberian sanksi bertujuan untuk jika terjadi permasalahan dalam
berlajanannya kegiatan pengawasan di sebuah organisasi atau lembaga dapat
terselesaikan tanpa harus menimbulkan masalah baru. Tindakan sanksi dalam
proses pengawasan bertujuan agar pengawasan pelaksanaan kegiatan dapat
berjalan sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan. Sanksi juga
diharapkan memberikan efek jera pada oknum-oknum yang telah
menimbulkan permasalahan yang berpengaruh pada berjalannya kegiatan
pengawasan.
Dalam pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan dalam hal ini
pengawasan aktivitas kapal penangkap ikan di seluruh wilayah perairan
Indonesia, pemberian sanksi harus dilakukan jika menemukan
penyimpangan-penyimpangan. Dalam aktivitas pengawasan di laut, sanksi
diberikan jika ada nelayan local maupun nelayan asing yang melakukan
pelanggaran guna mentertibkan kapal perikanan dalam melakukan aktivitas
penangkapan ikan. Adapun pada indikator kali ini peneliti melakukan
138
wawancara dengan I1-1 pihak kementerian kelautan dan perikanan republik
Indonesia terkait sanksi yang diberikan kepada nelayan yang melakukan
penyimpangan saat melakukan aktivitas penangkapan ikan sebagai berikut:
“yang pasti di kita penegakan hukum terkait sanksi terhadap aturan-
aturan untuk nelayan atau kapal-kapal asing bersifat pasti dan tegas.
Namun, jika kita lihat dari pelanggarannya misalnya pada nelayan kecil
yang menggunakan alat tangkap yang dilarang kita melakukan
penyitaan. Sedangkan tindakan yang dilakukan oleh kita dapat
memberikan sanksi bagi kapal-kapal asing yaitu dengan cara
penenggelaman kapal”. (Sumber: Wawancara dengan Bapak Ariyanto,
S.Pi Pelaksana Seksi PPI di ZEEI & Laut Lepas Dirtjen PSDKP RI pada
hari Kamis, tanggal 22 Februari 2018 pukul: 13.00 WIB di Kantor
Dirtjen PSDKP RI).
Dari hasil wawancara yang telah peneliti lakukan, peneliti mengetahui
bahwa dalam melaksanakan kegiatan pengawasan dibidang kelautan dan
perikanan, pihak pembuat kebijakan dalam hal ini kementerian kelautan dan
perikanan selalu memberikan sanksi yang tegas kepada siapa saja yang
melakukan pelanggaran. Penegakan hukum yang diberikan yaitu berupa
sanksi yang telah ditetapkan berdasarkan undang-undang yang berlaku.
Dalam proses pengawasan pemberian sanksi bagi pihak-pihak yang
melanggar sangatlah penting guna meminimalisir terjadi nya permasalahan
yang baru. Dalam pengawasan perikanan dan kelautan terutama bagi kapal-
kapal penangkap ikan sangatlah penting diterapkan, karena agar para nelayan
memiliki kedisiplinan yang tinggi sehingga tidak membuat pelanggaran yang
pada akhirnya akan merugikan Negara.
139
Selanjutnya peneliti melakukan wawancara dengan I4-1 aparat penegak
hukum terkait sanksi yang diberikan kepada kapal penangkap ikan yang
melakukan pelanggaran di bidang pemanfaatan sumber daya perikanan di
Teluk Banten sebagai berikut:
“biasanya kita melakukan sanksi hukum sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku karena merupakan suatu acuan
aturan yang kita gunakan. Namun biasanya kita tidak langsung
memproses pelanggaran ke penyidikan. Kita terlebih dahulu melakukan
pembinaan dan teguran secara lisan kepada nelayan, jika nelayan masih
saja melakukan pelanggaran setelah dilakukan teguran dan pembinaan
maka, kita proses kasus tersebut dan dilakukan penyidikan oleh
Direktorat Polair yang selanjutnya diproses dan diberikan hukuman
yang sesuai”. (Sumber: Wawancara dengan Bapak Hepson Daniar, S.H
Kepala Satuan Kepolisian Air Karangantu pada hari Senin, tanggal 30
April 2018 pukul: 11.25 WIB di Kantor Kepolisian Air Karangantu).
Berdasarkan hasil wawancara yang telah peneliti lakukan dengan Aparat
penegak hukum terkait pengawasan yang dilakukan dalam kegiatan
penangkapan ikan di Karangantu, peneliti mengetahui bahwa polisi air yang
bertugas di wilayah perairan karangantu dalam kegiatan pengawasan kapal
penangkapan ikan selalu memberikan sanksi tindakan hukum kepada para
nelayan yang melakukan pelanggaran di laut. Pihak polisi air juga
mempertimbangkan terlebih dahulu sebelum melakukan tindakan hukum, ini
karena pihak polisian juga mempertimbangkan kesejahteraan nelayan.
Tindakan hukum atau sanksi diberikan jika nelayan melakukan pelanggaran
yang dilakukan secara berulang-ulang jika tidak ada perubahan yang baik
yang dilakukan oleh nelayan. Hukuman diberikan bertujuan agar memberikan
140
efek jera kepada nelayan yang melakukan pelanggaran serta meningkatkan
kedisiplinan nelayan dalam melakukan kegiatan penangkapan ikan.
4.7 Penyajian Data
Pembahasan pada penyajian data (Display Data) merupakan hasil analisis
dan fakta yang ditemukan di lapangan. Peneliti menggunakan teori Tahapan
Proses Pengawasan dalam Usman Effendi (2014:212-213) yang
mengemukakan bagaimana tahap-tahap proses pengawasan dilakukan.
4.8 Pembahasan Hasil Penelitian
Pembahasan penelitian merupakan hasil analisis dan fakta yang ditemukan
selama di lapangan serta disesuaikan dengan teori yang digunakan yaitu teori
Tahapan Proses Pengawasan dalam Usman Effendi (2014:212-213) yang
mengemukakan bagaimana tahapan proses pengawasan yang harus dilakukan
agar berjalannya suatu kegiatan yang telah direncanakan. Adapun tahapan
nya yaitu meliputi Penetapan Standar Pelaksanaan, Penentuan Pengukuran
Pelaksanaan Kegiatan, Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan, Pembandinga
Pelaksanaan dengan Standar dan Analisis Penyimpangan dan Pengambilan
Tindakan Koreksi Bila Diperlukan.
Pengawasan merupakan proses dalam menetapkan tindakan yang dapat
mendukung pencapaian hasil yang diharapkan sesuai dengan kinerja yang
telah ditetapkan tersebut. Dalam melaksanakan suatu kegiatan yang berkaitan
dengan tingkat kinerja suatu organisasi perlu adanya suatu pengawasan
karena pengawasan sebagai upaya yang sistematik untuk menetapkan kinerja
141
standar pada perencanaan untuk merancang sistem umpan balik informasi,
untuk membandingkan kinerja actual dengan standar yang telah ditentukan,
untuk menetapkan apakah telah terjadi suatu penyimpangan selama
pelaksanaan kegiatan berlangsung, serta untuk mengambil tindakan perbaikan
yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya yang ada di
suatu organisasi atau lembaga telah digunakan secara efektif dan efisien
dalam mencapai suatu tujuan.
Satuan Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (Satwas SDKP)
Serang merupakan Satwas SDKP dibawah UPT Pangkalan PSDKP Jakarta,
Direktorat Jenderal Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan,
Kementerian Kelautan dan Perikanan. Dilihat dari organisasi dan
kelembagaanya Satuan Kerja Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan
Perikanan Serang mengacu kepada Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
Nomor: PER.04/MEN/2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja UPT Bidang
Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan dan Keputusan Direktur
Jenderal Pengawasan Sumberdaya Kelautan Dan Perikanan Nomor:
KEP.72/DJ-PSDKP/2016 Tanggal 31 Desember 2015 Tentang Penetapan
Pengawas Perikanan Pada Unit Pelaksana Teknis, Satuan Kerja Dan Pos
Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan, dimana Satuan Kerja
Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Serang bertanggung jawab
kepada Direktur Jenderal Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan.
Satwas SDKP Serang memiliki tugas sebagai pelaksana tugas pengawasan
pelaksanaan tertib peraturan perundang-undangan dibidang perikanan.
142
Petugas pengawas perikanan selalu melakukan pengawasan agar tidak terjadi
pelanggaran-pelanggaran yang tidak diinginkan berkaitan dengan
keberlangsungan sumber daya kelautan dan perikanan. Salah satu tugas
pengawas perikanan yaitu sebagai pengawas aktivitas kapal penangkap ikan.
Aktivitas kapal penangkap ikan sangat berpengaruh pada kelestariaan laut
selanjutnya jika tidak ditangani dengan serius maka akan merusak biota laut
yang ada di dalamnya. Peran pengawas perikanan yaitu mengedukasi agar
masyarakat nelayan dan nahkoda kapal perikanan melakukan kegiatan
penangkapan ikan berdasarkan dengan aturan perundang-undangan yag
berlaku.
Dalam melaksanakan tugas nya sebagai pihak pengawas di bidang
kelautan dan perikanan, Satwas SDKP Serang diharapkan bisa melaksanakan
tugas nya sesuai dengan rencana yang telah ditentukan guna mencapai suatu
tujuan. Pengawas perikanan harus bisa memberikanan sanksi yang sesuai
dengan apa yang menjadi landasan hukum. Di Provinsi Banten, tepatnya di
Teluk Banten aktivitas kapal perikanan dalam kegiatan penangkapan ikan
sangatlah penting karena merupakan salah satu mata pencaharian bagi
masyarakat disana. Teluk Banten yang terletak di Karangantu Kecamatan
Kasemen Kota Serang memiliki satu Pelabuhan Perikanan Nusantara yang
dijadikan sebagai pusat kegiatan nelayan dalam mendistribusikan hasil
tangkapan ikan.
Pelabuhan perikanan nusantara hanya sebagai fasilitator untuk nelayan,
tujuannya adalah memudahkan nelayan dalam mendistribusikan hasil
143
tangkapan ikan, agar tidak terkena permainan harga yang dilakukan oleh
tengkulak. Satwas SDKP Serang sebagai pihak pengawas dalam aktivitas
penangkapan ikan yang dilakukan oleh nelayan. Satwas SDKP Serang dan
Pelabuhan Perikanan Nusantara merupakan bawahan dari Kementerian
Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. Namun, Satwas SDKP Serang
merupakan bawahan dari Direktorat Jenderal Pengawasan Sumber Daya
Kelautan dan Perikanan (Dirtjen PSDKP) sedangkan Pelabuhan Perikanan
Nusantara merupakan bawahan dari Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap
(DJPT).
Dari segi pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan diseluruh
wilayah bagian Indonesia termasuk di Provinsi Banten merupakan tugas dari
Dirtjen PSDKP, jika di tingkat daerah dikenal sebagai Satwas SDKP.
Pengawasan aktivitas kapal penangkap ikan sangatlah penting dilakukan agar
mengetahui apakah dalam pelaksanaan kegiatan sesuai dengan apa yang
direncanakan. Satwas SDKP Serang berpengaruh pada tertib nya masyarakat
nelayan dalam melakukan kegiatan penangkapan ikan. Dalam tahapan proses
pengawasan dalam Usman Effendi (2014:212-213) menjelaskan bahwa dalam
tahap pertama proses pengawasan organisasi harus melakukan Penetapan
Standar Pelaksanaan, Penentuan Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan,
Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan, Pemabandingan Pelaksanaan dengan
Standard an Analisis Penyimpangan dan Pengambilan Tindakan Koreksi bila
Diperlukan. Adapun dalam teori yang digunakan dalam pengawasan aktivitas
kapal penangkap ikan di Satwas SDKP Serang adalah sebagai berikut:
144
1. Penetapan Standar Pelaksanaan
Standar mengandung arti sebagai suatu satuan pengukuran yang dapat
digunakan sebagai patokan untuk penilaian hasil-hasil, tujuan, sasaran, kuota
dan target pelaksanaan dapat digunakan sebagai standar. Penetapan standar
pelaksanaan merupakan tahapan awal dalam proses pengawasan meliputi
SOP, Anggaran dan Sumber Daya Manusia. Dalam pengawasan sumber daya
kelautan dan perikanan di seluruh wilayah perairan Indonesia salah satu nya
di Provinsi Banten, suatu lembaga atau organisasi yang memiliki tugas
sebagai pengawas perikanan dan kelautan harus bisa menetapkan penentuan
standar yang digunakan untuk pelaksanaan. Penentuan standar pelaksanaan
dijadikan sebagai acuan awal suatu organisasi dalam mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.
Dalam temuan lapangan yang telah peneliti temukan mengenai
pengawasan aktivtas kapal penangkap ikan dalam penerbitan SLO di Satwas
SDKP Serang yaitu mengenai pengawasan aktivitas kapal penangkap ikan
yang melakukan kegiatan penangkapan ikan di wilayah perairan Teluk
Banten. Pengawasan yang dilakukan oleh pihak Satwas SDKP Serang ketika
ditanya mengenai SOP pelaksanaan pengawasan perikanan terlihat bahwa
baik Organisasi diatas Satwas SDKP Serang pun yaitu Dirtjen PSDKP RI
telah menggunakan SOP yang tertuang dalam Peraturan undang-undang yang
berlaku. Artinya bahwa Satwas SDKP Serang telah melaksanakan tugas
berdasarkan peraturan yang berlaku, sesuai dengan apa yang diperintahkan
oleh pemerintah pusat. Pengawasan aktivitas kapal penerbitan Surat Laik
145
Operasi (SLO) dalam penerbitannya mengacu kepada SOP yang telah
ditetapkan oleh pemerintah Pusat yaitu Peraturan Menteri Kelautan dan
Perikanan Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2017 tentang Surat Laik
Operasi. Sedangkan SOP atau peraturan yang digunakan sebagai acuan oleh
Satwas SDKP Serang terkait teknis pengawasan aktivitas kapal penangkap
ikan yaitu Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 17 Tahun 2014
tentang Pelaksanaan Tugas Pengawas Perikanan dan Peraturan Dirtjen
PSDKP Nomor.12/PER-DJPSDKP/2017 tentang Petunjuk Teknis
Pengawasan Kapal Perikanan.
Dari Indikator yang kedua dalam penentuan standar pelaksanaan kegiatan
yaitu Sumber Daya Manusia (SDM). Dalam penentuan standar pelaksanaan
kegiatan pengawasan perikanan dan kelautan dalam rangka pengawasan
aktivitas kapal penangkap ikan yang melakukan kegiatan penangkapan ikan
di perairan Teluk Banten, perlu adanya SDM yang memenuhi kriteria yang
telah ditentukan. Jumlah SDM yang cukup dan sesuai di nilai menjadi kriteria
yang harus dipenuhi oleh organisasi yang bergerak pada kegiatan
pengawasan. Oleh karena itu SDM merupakan salah satu faktor penting
dalam pelaksanaan kegiatan pengawasan di bidang kelautan dan perikanan
khususnya pada kegiatan kapal penangkap ikan yang melakukan kegiatan
penangkapan ikan.
Dalam temuan lapangan yang telah dilakukan oleh peneliti terkait kesiapan
SDM dalam melaksanakan kegiatan pengawasan kapal penangkap yaitu pihak
Satwas SDKP Serang merasa kurang dalam jumlah SDM guna melakukan
146
kegiatan pengawasan. Kekurangan jumlah SDM ini disadari oleh Satwas
SDKP Serang karena mereka merasa bahwa luas nya wilayah operasional
kerja yang menjadi tanggung jawab mereka adapun jumlah SDM yang ada di
Satwas SDKP Serang adalah sebagai berikut:
Tabel 4.7
Jumlah SDM Satwas SDKP Serang
No. Nama Jabatan
1. Ade Riza Taufik, S.P Kepala Koordinator Satwas SDKP Serang
2. Latif Turmanto Bendahara Pengeluaran Pembantu
3. Slamet Riyanto, S.Pi Penyidik Pegawai Negeri Sipil
4. Setyo Budi Raharjo, S.Pi Polisi Khusus
5. Achmad Arif Afandi, S.ST.Pi Nahkoda Kapal
6. Sugeng Riyadi, S.Tr.Pi THL
7. Dani Fitrianto THL
8. Andri A.Tompunu, A.Md THL
(Sumber: Laporan Tahunan Satwas SDKP Serang 2017)
Pada tabel 4.7 di atas terlihat bahwa jumlah pegawai yang ada di Satwas
SDKP Serang yaitu berjumlah 8 pegawai. Jika di lihat dari jumlah
operasional kerja Satwas SDKP Serang yaitu hamper sebagian wilayah
perairan di setiap Kabupaten dan Kota di Provinsi Banten merupakan
kewenangan atau tanggung jawab pengawasannya merupakan Satwas SDKP
Serang. Sehingga pelaksanaan kegiatan pengawasan aktivitas kapal
147
penangkap ikan di nilai kurang optimal. Adapun berikut ini adalah jumlah
wilayah operasional kerja Satwas SDKP Serang:
Tabel 4.8
Wilayah Operasional Kerja Satwas SDKP Serang
Satwas SDKP
Serang
Kabupaten Kota di Provinsi Banten
1. Kabupaten Serang
2. Kota Serang
3. Kota Cilegon
4. Kabupaten Tangerang
5. Kota Tangerang
6. Kota Tangerang Selatan
(Sumber: Laporan Tahunan Satwas SDKP Serang, 2017)
Dari tabel 4.5 di atas menjelaskan bahwa wilayah operasional kerja Satwas
SDKP Serang bertugas pada tiga Kota dan dua Kabupaten di provinsi Banten.
Provinsi Banten sendiri memiliki delapan wilayah Kabupaten Kota. Dua
diantara delapan Kabupaten Kota di Provinsi Banten yang tidak masuk dalam
wilayah operasional kerja Satwas SDKP Serang yaitu Kabupaten Pandeglang
dan Kabupaten Lebak. Dilihat dari jumlah wilayah operasional kerja Satwas
SDKP Serang terlihat bahwa jumlah SDM yang masih kurang dan diperlukan
jumlah SDM yang cukup guna menunjang berjalannya kegiatan pengawasan
yang lebih optimal. Jumlah SDM yang cukup akan tercipta hasil pengawasan
yang lebih baik, sehingga kapal penangkap ikan bisa lebih disiplin dalam
melakukan kegiatan penangkapan ikan di Teluk Banten.
Indikator yang terakhir dari penentuan standar pelaksanaan yaitu
Anggaran. Anggaran yang dijadikan sebagai bahan awal dalam pelaksanaan
148
kegiatan pengawasan kapal penangkap ikan di Teluk Banten yang dilakukan
Oleh Satwas SDKP Serang terlihat Satwas SDKP Serang melaksanakan tugas
berdasarkan anggaran yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat. Hal ini
artinya bahwa anggaran yang telah ditetapkan untuk melaksanakan suatu
kegiatan pengawasan dalam hal ini pengawasan aktivitas kapal penangkap
ikan berjalan berdasarkan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan. Dalam
temuan lapangan kali ini yaitu berdasarkan laporan kegiatan pengawasan
kapal perikanan yang dilaksanakan berdasarkan anggaran yang telah
ditetapkan.
Untuk memperlancar kegiatan operasional Satwas SDKP Serang,
diperlukan dana dan anggaran selama melaksanakan tugas dan fungsinya
sebagai pengawasan kelautan dan perikanan tahun anggaran 2017. Anggaran
Satwas SDKP Serang adalah Anggaran DIPA APBN tahun 2017 untuk
program pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan. Berdasarkan
DIPA Pangkalan Pengawasan Jakarta Tahun anggaran 2016 Nomor: SP
DIPA-032.05.2.440816/2017 tanggal 07 desember 2017. Anggaran Satwas
SDKP Serang sebesar Rp. 533.793.000,-00 penyerapan anggaran Satwas
SDKP Serang sampai bulan desember 2017 adalah sebesar Rp. 519.883.000,-
atau 99,28 % dari total anggaran dan 60 % digunakan untuk operasional
speed boat dan rubber boat.
149
2. Penentuan Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan
Penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan adalah dalam pengawasan
hal ini perlu diperhatikan karena berkaitan dengan bagaimana suatu
organisasi bisa mengukur apakah kegiatan yang sedang dilaksanakan dapat
berjalan dengan maksimal atau tidak. Dari dimensi kali ini menggambarkan
bagaimana suatu organisasi atau lembaga yang bergerak pada bidang
pengawasan mengetahui apa saja yang menjadi faktor penghambat dan
pendorong berjalannya suatu kegiatan. Hal ini berkaitan dengan tindakan
evaluasi sebelum masalah menjadi semakin besar dan semakin
mempengaruhi berjalan nya kegiatan pengawasan. Dalam dimensi Penentuan
pengukuran pelaksanaan kegiatan yang dijadikan indikator yaitu laporan hasil
kegiatan, pihak-pihak yang dilibatkan, dan jangka waktu.
Satwas SDKP Serang melakukan kegiatan pengawasan dalam bidang
kelautan dan perikanan pada aktivitas kapal penangkap ikan dalam
melakukan kegiatan penangkapan ikan di Teluk Banten. Pada pelaporan
disetiap kegiatan yang berkaitan dengan pengawasan kapal penangkap ikan di
Teluk Banten, Satwas SDKP Serang telah melakukan sesuai dengan prosedur
berlaku. Disetiap kegiatan yang telah dilaksanakan, langsung dibuatnya
laporan hasil kegiatan yang telah dilaksanakan. Hal ini berkaitan dengan
evaluasi kegiatan yang akan dilaksanakan pada kegiatan yang selanjutnya,
sehingga merupakan suatu pelaporan untuk Pemerintah pusat dalam
melaksanakan tugas yang telah diberikan. Jenis pengawasan pada kapal
penangkap ikan yaitu kegiatan Patroli Laut dan Penerbitan Surat Laik Operasi
150
(SLO) kapal perikanan, Berikut adalah data mengenai pelaksanaan kegiatan
Patroli Laut dan Hasil Penerbitan SLO.
Tabel 4.9
Rekapitulasi Hasil Penerbitan HPK dan SLO
N
O BULAN
IZIN
PUSAT IZIN PROPINSI
IZIN
KABUPATEN JUMLAH TOTAL
% Laik
JML
KAPA
L LAIK
JMLH
KAPAL
TIDAK
LAIK
HPK S
L
O
HPK SL
O
HPK
SLO
HPK SL
O D B D B D B D B
1 Januari 138 178 178 19 22 21 157 200 199 99.50% 199 1
2 Februari 172 186 185 16 19 18 188 205 203 99.02% 203 2
3 Maret 187 214 207 26 32 32 213 246 239 97.15% 239 7
4 April 130 146 141 30 34 34 160 180 175 97.22% 175 5
5 May 129 134 134 21 24 23 150 158 157 99.37% 157 1
6 June 110 120 115 27 29 29 137 149 143 95.97% 143 6
7 July 106 114 110 13 15 14 119 129 124 96.12% 124 5
8 August 186 190 187 30 34 32 216 224 219 97.77% 219 5
9 September 129 136 134 24 28 26 153 164 160 97.56% 160 4
10 October 127 151 141 1 2 0 128 153 141 92.16% 141 12
11 November 111 137 135 0 3 0 111 140 135 96.43% 135 5
12 December 60 73 68 60 73 68 93.15% 68 5
(Sumber: Laporan Tahunan Satwas SDKP Serang, tahun 2017)
151
Tabel 4.10
Laporan Hasil Kegiatan Operasi Mandiri Pengawasan Sumber Daya
Kelautan dan Perikanan
Hari/Tanggal Jam Kegiatan JAM
LAYAR
Keterangan
Selasa, 20
Maret 2018
06.00
WIB
Persiapan dek dan mesin
1.58 jam
07.00
WIB
Tolak dari dermaga PPN
Karangantu, Serang Banten
07.40
WIB
Mesin trouble Terjadi gangguan pada
kemudi kapal, serta
gangguan pada dynamo
start
08.35
WIB
Standar dermaga PPN
Karangantu, Serang Banten
Rabu, 21
Maret 2018
06.00
WIB
Persiapan dek dan mesin
4 jam
07.00
WIB
Tolak dari dermaga PPN
Karangantu, Serang Banten
09.45
WIB
Riksa 1 KII, KM. SRI LOGIS
10.26
WIB
Riksa 2 KII, KM. BINTANG
SELAMAT
11.00
WIB
Sandar dermaga PPN
Karangantu, Serang Banten
Kamis, 22
Maret 2018
06.00
WIB
Persiapan dek dan mesin
3.3 jam
07.00
WIB
Tolak dari dermaga PPN
Karangantu, Serang Banten
07.34
WIB
Riksa 3 KII, KM. PUTRI AYU
08.15
WIB
Riksa 4 KII, KM. SINAR LAUT
09.38
WIB
Riksa 5 KII, KM. BUNGA
DESA
10.20
WIB
Sandar dermaga PPN
Karangantu, Serang Banten
Jumat, 23
Maret 2018
06.00
WIB
Persiapan dek dan mesin
2.6 jam
07.30
WIB
Tolak dari dermaga PPN
Karangantu, Serang Banten
07.50
WIB
Riksa 6 KII, KM. CAHAYA
ABDAD
08.30 Riksa 7 KII, KM. RIZKY
152
WIB BAHARI
10.10
WIB
Sandar dermaga PPN
Karangantu, Serang Banten
Sabtu, 24
Maret 2018
06.00
WIB
Persiapan dek dan mesin
1.9 jam
07.00
WIB
Tolak dari dermaga PPN
Karangantu, Serang Banten
08.55
WIB
Sandar dermaga PPN
Karangantu, Serang Banten
Cuaca gelombang
diharuskan kembali ke
darat
(Sumber:Laporan Operasi Mandiri Satwas SDKP Serang, 2018)
Dalam pembahasan selanjutnya dalam penentuan pengukuran pelaksanaan
kegiatan adalah pihak yang dilibatkan. Satwas SDKP Serang dalam
melakukan kegiatan pengawasan pada kapal penangkap ikan di Teluk Banten
selalu melibatkan pihak-pihak yang berkaitan dengan penegakan hukum. Hal
ini karena Satwas SDKP Serang hanya sebagai pihak yang mengedukasi
masyarakat nelayan tidak kepada tindakan hukum. Aparat penegak hukum
dilibatkan dalam kegiatan pengawasan kapal perikanan yaitu aparat
kepolisian Air setempat dan Aparat TNI-AL. kedua lembaga aparat penegak
hukum ini dilibatkan dalam kegiatan pengawasan kapal penangkap ikan
diharapkan masyarakat nelayan dalam melakukan kegiatan penangkapan ikan
di Teluk Banten tidak melakukan pelanggaran dan bisa lebih disiplin dalam
segi administrasi yaitu kepemilikan dokumen perizianan kapal yang lengkap.
Yang terakhir yang berkaitan dengan penentuan pengukuran pelaksanaan
kegiatan yaitu jangka waktu. Satwas SDKP menentukan jangka waktu yang
ditetapkan guna tercapainya tujuan dari pelaksanaan kegiatan pengawasan.
Pada kegiatan pengawasan aktivitas kapal penangkap ikan yang dilakukan
153
oleh Satwas SDKP Serang yaitu berupa penentuan kegiatan yang dilakukan
pada setiap program, bulan, semester dan tahunan. Hal ini berakitan dengan
penentuan program yang telah ditentukan oleh pemerintah pusat yang harus
dilaksanakan oleh Satwas SDKP Serang dalam rangka pengawasan
perikanan. Dalam hal jangka waktu yang telah ditentukan oleh pemerintah
pusat telah dilaksanakan dengan baik oleh Satwas SDKP Serang selaku
pelaksana kegiatan pengawasan kegiatan di bidang kelautan dan perikanan di
Provinsi Banten.
3. Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan
Pengukuran pelaksanaan kegiatan dalam proses pengawasan suatu
kegiatan sangatlah penting diperhatikan karena dalam tahap kali ini organisasi
harus melakukan sebagai proses yang berulang-ulang dan terus-menerus.
Adapun cara yang dilakukan oleh pihak Satwas SDKP Serang dalam
pengawasan aktivitas kapal penangkap ikan yaitu dengan cara melakukan
observasi (pengamatan) secara langsung terkait pengawasan perikanan.
Satwas SDKP Serang dalam melakukan observasi dengan cara mengamati
langsung kondisi yang ada di lapangan. Hal ini dilakukan agar dapat
mengetahui masalah-masalah apa saja yang terjadi dilapangan.
Dalam hal pengawasan aktivitas kapal penangkap ikan dalam penerbitan
Surat Laik Operasi (SLO) yang dilakukan oleh Satwas SDKP Serang, yang
dilakukan berkaitan dengan observasi yang dilakukan yaitu terkait alat
tangkap yang digunakan oleh nelayan dalam melakukan kegiatan
154
penangkapan ikan di Teluk Banten. Satwas SDKP Serang senantiasa
memberikan tindakan jika dalam temuan di lapangan terjadi ketidaksesuain
kententuan yang sudah tertera pada peraturan perundang-undangan. Namun
dari hasil temuan lapangan yang telah peneliti temukan masih saja nelayan
menggunakan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan. Berikut ini adalah
jenis alat tangkap ikan yang masih diizinkan dikeluarkan SLO nya di Satwas
SDKP Serang sebagai berikut:
Tabel 4.11
Jumlah HPK keberangkatan berdasarkan jenis alat tangkap Tahun 2016
No Jenis Alat Tangkap Jumlah SLO
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Jaring Dogol
Dogol
Cantrang
Pancing
Bagan Apung/Lieft Net
Bagan Perahu
Gill Net
Jaring Rampus
Arad
Bagan Congkel
321
424
53
240
857
110
4
1
1
3
Total 2014
(Sumber: Laporan Tahunan Satwas SDKP Serang, 2016)
155
Tabel 4.12
Jumlah HPK keberangkatan berdasarkan jenis alat tangkap Tahun 2017
No Jenis Alat Tangkap Jumlah SLO
1. Cantrang 108
2. Pancing 195
3. Bagan Apung/Lief Net 734
4. Bagan Perahu 108
Total 1145
(Sumber: Laporan Tahunan Satwas SDKP Serang tahun 2017)
Dari tabel 4.9 dan tabel 4.10 di atas menjelaskan jenis alat tangkap yang
masih diizinkan dikeluarkan SLO nya oleh pihak Satwas SDKP Serang. Pada
tahun 2016 ada bermacam-macam jenis alat tangkap yang digunakan oleh
nelayan karangantu untuk melakukan penangkapan ikan masih adanya alat
tangkap yang tidak ramah lingkungan sehingga merupakan alat tangkap yang
di larang oleh pemerintah. Salah satu alat tangkap yang dilarang oleh
pemerintah adalah jenis alat tangkap Cantrang. Alat tangkap ikan berjenis
Cantrang pada tahun 2017 dapat penerbitan SLO mengalami kenaikan
sebanyak 55 SLO yang diterbitkan.
Meskipun dari pihak pemerintah pusat masih berupaya melakukan
sosialisasi untuk melarang penggunakan alat tangkap cantrang, namun masih
ada di daerah-daerah di Indonesia salah satunya di Provinsi Banten masih
menggunakan alat tangkap jenis cantrang. Hal ini tentunya merupakan salah
satu masalah yang penting harus diperhatikan oleh pemerintah khususnya
Satwas SDKP Serang harus segera memberikan tindakan kepada kapal
156
nelayan yang menggunakan alat tangkap tidak ramah lingkungan yang
tentunya dilarang oleh pemerintah.
Hal lainnya yang harus diperhatikan dalam pengkuran pelaksanaan
kegiatan dalam tahapan pengawasan adalah pengaduan-pengaduan. Satwas
SDKP Serang selalu menerima pengaduan-pengaduan yang dilakukan oleh
masyarakat nelayan, baik yang ditujukan untuk Satwas SDKP Serang ataupun
terkait masalah-masalah perizinan dokumen kapal penangkap ikan. Selain
sebagai petugas pengawas pada bidang kelautan dan perikanan, Satwas SDKP
Serang menampung segala aspirasi masyarakat nelayan terkait kesejahteraan.
Hal ini berkaitan dengan pengawasan kapal penagkapan ikan pada saat
Satwas SDKP Serang melakukan pemeriksanaan dokumen kapal perikanan,
namun ada nelayan yang mengkeluhkesahkan perizinan SIPI (Surat Izin
Penangkapan Ikan) yang dilakukan oleh DPMPTSP Provinsi Banten yang
dinilai tidak jelas SOP nya. Selanjutnya tindakan yang diambil Satwas SDKP
Serang adalah melakukan koordinasi dengan Dinas terkait agar tidak ada lagi
permasalahan yang terjadi pada nelayan.
4. Pembandingan Pelaksanaan dengan Standar Dan Analisis
Penyimpangan
Pembandingan pelaksanaan dengan standar analisis penyimpangan
merupakan pembandingan pelaksanaan nyata dengan pelaksanaan yang
direncanakan dan hasil ini kemungkinan terdapat penyimpangan-
penyimpangan dan pembuat keputusanlah yang mengidentifikasi penyebab-
157
penyebab terjadinya suatu penyimpangan. Dalam tahapan proses pengawasan
kali ini yang dilakukan oleh Satwas SDKP Serang yaitu Koordinasi yang
dilakukan dengan pihak-pihak terkait yang juga memiliki tugas sebagai
pengawas kegiatan perikanan. Berdasarkan hasil wawancara, Satwas SDKP
Serang melakukan koordinasi yang baik dengan pemerintah pusat, organisasi
di Atas Satwas dan pemerintah daerah yaitu Dinas Kelautan dan Perikanan
Provinsi Banten serta Aparat Kepolisian Air setempat yang bersangkutan.
Salah satu bentuk koordinasi yang dilakukan adalah dengan pemerintah pusat
terkait laporan hasil kegiatan yang telah dilakukan.
Satwas SDKP Serang melakukan pelaporan selama proses pengawasan
aktivitas kapal penangkap ikan berlangsung, serta melakukan koordinasi
dengan pemerintah pusat terkait masalah-masalah apa saja yang menjadi
kendala dalam proses pengawasan berlangsung. Koordinasi juga dilakukan
dengan SKPD dan aparat penegak hukum ini bertujuan agar berjalannya
proses pengawasan yang sasarannya adalah kapal penangkap ikan yang
sedang melakukan kegiatan penangkapan ikan di wilayah perairan teluk
Banten. Dalam sebuah pengawasan diperlukannya koordinasi yang baik agar
terlaksananya suatu program yang telah direncanakan guna mencapai suatu
tujuan. Sebagai pihak pengawas perikanan Satwas SDKP Serang senantiasa
melakukan koordinasi dengan baik agar tidak ada nya masalah-masalah baru
yang berkaitan dengan sumber daya kelautan dan perikanan yang terjadi di
Wilayah kerja Satwas SDKP Serang.
158
Selanjutnya yang tidak kalah penting dari tahapan proses pengawasan pada
dimensi keempat pembandingan pelaksanaan dengan standar dan analisis
penyimpangan adalah evaluasi di setiap program. Satwas SDKP Serang
memiliki program-program yang berkaitan dengan pengawasan sumber daya
kelautan dan perikanan yang termasuk dalam wilayah operasional kerja.
Evaluasi di setiap program bertujuan agar menjadi tolak ukur apakah suatu
program bisa berlanjut atau dihentikan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Salah satu program pengawasan yang dilakukan oleh Satwas SDKP Serang
adalah pengawasan pada kapal penangkap ikan dalam melakukan kegiatan
penangkapan ikan pada wilayah perairan teluk Banten.
Satwas SDKP Serang selalu melakukan evaluasi di setiap program yang
telah dilaksanakan, salah satunya adalah program rutin operasi mandiri yang
dilakukan oleh Satwas SDKP Serang dengan pihak-pihak terkait dalam
kegiatan pengawasan kapal penangkap ikan. Pada kegiatan rutin operasi
mandiri yang telah dilakukan Satwas SDKP Serang selalu mengambil
tindakan perubahan ke arah yang lebih baik jika terjadi suatu masalah selama
di lapangan. Tindakan tersebut diterapkan berdasarkan hasil evaluasi yang
dilakukan oleh Satwas SDKP Serang terhadap masalah yang ditemukan
selama dilapangan. Selanjutnya evaluasi yang dilakukan pada setiap program
pengawasan perikanan yang dilakukan oleh Satwas SDKP Serang adalah
dengan Mengoptimalkan personil pengawas yang ada dalam melaksanakan
kegiatan pengawasan yang sudah ditentukan, karena personil pengawas yang
ada di Satwas SDKP Serang di nilai kurang memenuhi jumlah yang cukup.
159
Dalam tahap proses pengawasan pembandingan pelaksanaan dengan
standar dan analisis penyimpangan indikator yang terakhir yaitu Teguran.
Teguran dilakukan dalam proses pengawasan perikanan agar masyarakat
nelayan yang melanggar aturan dapat mentaati aturan yang berlaku serta
menumbuhkan sikap disiplin nelayan terhadap kegiatan penangkapan ikan.
Hal ini bertujuan agar memberikan efek jera kepada para nelayan sehingga
tidak mengulangi kesalahan yang telah dilakukan. Satwas SDKP Serang
melakukan teguran kepada kapal penangkap ikan jika terdapat pelanggaran-
pelanggaran yang dilakukan oleh nelayan penangkap ikan. Teguran biasanya
diberikan terkait dengan alat tangkap yang digunakan, ikan hasil tangkapan
dll. Ini bertujuan untuk agar nelayan dapat mematuhi aturan dalam melakukan
kegiatan penangkapan ikan sekaligus menjaga ekosistem laut agar tidak
terjadi kerusakan.
5. Pengambilan Tindakan Koreksi Bila Diperlukan
Suatu organisasi yang melakukan pengawasan sebaiknya mengambil
tindakan koreksi dalam berbagai bentuk satandar dan pelaksanaan diperbaiki
dan dilakukaan secara bersamaan. Pengambilan tindakan koreksi dalam
sebuah pengawasan bertujuan agar dalam melaksanakan suatu program yang
telah ditentukan tidak terjadi kesalahan yang terulang dan semakin
meningkatkan kinerja organisasi. Dalam sebuah pengawasan sumber daya
pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan organisasi harus melakukan
tindakan perbaikan jika terdapat kesalahan-kesalahan yang tidak seusai
dengan rencana awal yang telah ditentukan. Dalam dimensi kali ini yang
160
menjadi indikator adalah evaluasi kerja dan Sanksi yang dilakukan bertujuan
untuk organisasi pelaksana dan masyarakat nelayan.
Satwas SDKP Serang dalam tahapan kali ini melakukan evaluasi kerja
dengan cara melakukan rapat kerja terkait pencapain kerja yang dilakukan
selama satu tahun. Evaluasi kerja juga dilakukan agar Satwas SDKP Serang
mengetahui apa saja program-program yang telah dicapai dan program yang
terhambat selama proses pelaksanaan berlangsung. Evaluasi kerja dijadikan
sebagai acuan Satwas SDKP Serang dalam meningkatkan kinerja sebagai
pengawas perikanan dalam hal ini kegiatan pengawasan pada aktivitas kapal
penangkap ikan. Dalam hal ini evaluasi kerja digunakan sebagai pengambilan
keputusan bagaimana Satwas SDKP Serang melaksanakan program-program
yang telah dibuat oleh pemerintah pusat dapat terealisasi dan menjadi sebagai
gambaran kinerja yang telah dicapai yang selanjutnya harus lebih baik lagi.
Dalam pengawasan tahapan proses pengambilan koreksi bila diperlukan
selanjutnya yaitu Sanksi. Dalam proses pengawasan sumber daya kelautan
dan perikanan dalam hal ini pengawasan kapal penangkap ikan, petugas
pengawas harus memberikan sanksi yang tegas bagi siapa saja yang
melakukan pelanggaran terkait kegiatan penangkapan ikan yang dilakukan di
wilayah perairan teluk Banten. Satwas SDKP Serang dalam memberikan
Sanksi untuk para nelayan selalu melakukan koordinasi dengan aparat
penegak hukum terkait hukuman yang sesuai dengan pelanggaran yang telah
dilakukan. Satwas SDKP Serang hanya sebagai pihak atau agen yang
mengedukasi nelayan dalam melakukan kegiatan penangkapan ikan dengan
161
kapal perikanan agar tidak melakukan pelanggaran-pelanggaran yang tidak
diinginkan. Sanksi berupa hukuman merupakan kewenangan dari aparat
kepolisian air setempat, Satwas SDKP Serang hanya sebagai pihak yang
melakukan pembinaan kepada masyarakat nelayan. Sanksi diberikan agar
dalam pelaksanaan kegiatan pengawasan dapat berjalan sesuai dengan tujuan
yang telah ditetapkan sehingga harapannya adalah kapal-kapal penangkap
ikan bisa melakukan kegiatan penagkapan ikan dengan tertib sehingga tidak
membuat pelanggaran-pelanggaran baru yang akan menimbulkan masalah
dan kerugian tidak hanya untuk nelayan sendiri tetapi juga untuk ekosistem
laut berkelanjutan.
Dalam tahapan proses pengawasan suatu kegiatan program yang telah
direncanakan berdasarkan teori yang digunakan yaitu tahapan Proses
Pengawasan Dalam Usman Effendi (2014:212-213) indikator yang paling
dianggap penting yaitu Sumber Daya Manusia (SDM), Pengamatan, Teguran,
dan Sanksi. Adapun berikut adalah ringkasan hasil penelitian sebagai berikut:
162
Tabel 4.13
Hasil Penelitian
No Dimensi Indikator Hasil Penelitian Kategori
1. Penetapan
Standar
Pelaksanaan
a. SOP SOP yang digunakan sesuai
dengan peraturan pemerintah
yang ditetapkan. Yaitu
berdasarkan Permen KP No 1
Tahun 2017 tentang Surat Laik
Operasi. Dalam melaksanakan
tugas sebagai pengawas
perikanan sesuai dengan
program-program yang telah
direncanakan.
Baik
b.
Biaya/Angg
aran
Satwas SDKP Serang me
melaksanakan program
pengawasan kapal penangkap
ikan dan pengawasan sumber
daya kelautan dan perikanan
berdasarkan program yang
telah dianggarkan oleh atasan
pangkalan PSDKP Jakarta dan
Dirtjen PSDKP RI. Akibat dari
setiap kegiatan yang
dianggarkan yaitu sering kali
kegiatan yang berkaitan
dengan pengawasan
dilapangan menjadi dikurangi.
Salah satu pelaksanaan
kegiatan yang dibatasi oleh
anggaran yaitu: Kegiatan
patroli laut yang seharusnya
dilakukan selama 4-6 jam /
setiap program yang telah
direncanakan, namun karena
keterbatasan anggaran hanya
bisa melakukan kegiatan
Patroli Laut selama 2-3 jam.
Kurang Baik
c. SDM Jumlah pegawai Satwas
SDKP Serang dinilai kurang
dalam pelaksanaan kegiatan
pengawasan kapal
penangkapan ikan yaitu hanya
berjumlah 8 petugas/pegawai.
Petugas pengawas perikanan
pada tingkat Satwas diseluruh
Kurang Baik
163
Indonesia salah satunya
Satwas SDKP Serang idealnya
adalah 18-20 personil
pengawas. Kurangnya
pelatihan dan pembinaan yang
dilakukan oleh Pemerintah
pusat terkait pengawasan
perikanan di wilayah
operasional kerja Satwas
SDKP Serang.
2. Penentuan
Pengukuran
Pelaksanaan
Kegiatan
a. Laporan
Hasil
Kegiatan
Satwas SDKP Serang selalu
melakukan pelaporan hasil
kegiatan yang telah
dilaksanakan terkait program
pengawasan kapal penangkap
ikan di Teluk Banten. Salah
satu kegiatan pelaopran hasil
kegiatan yang dilakukan oleh
Satwas SDKP Serang yaitu
terkait pelaksanaan kegiatan
yang telah dilakukan kemudian
langsung membuat laporan
terkait kegiatan apa yang telah
dicapai yang selanjutnya
dijadikan bahan pelaporan bagi
pangkalan PSDKP Jakarta dan
Dirtjen PSDKP RI.
Baik
b. Pihak
yang
dilibatkan
Satwas SDKP Serang
dalam melaksanakan program
pengawasan pada kapal
penangkap ikan di Teluk
Banten selalu melibatkan
pihak-pihak yang berkaitan
dengan jalannya kegiatan
pengawasan di bidang
perikanan. Pihak-pihak yang
dilibatkan yaitu Aparat
kepolisian dan Dinas Kelautan
dan Perikanan Provinsi Banten
Baik
c. Jangka
Waktu
Jangka waktu yang
digunakan Satwas SDKP
Serang dalam kegiatan
pengawasan kapal penangkap
ikan dilakukan dengan baik
dan tepat sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan.
Baik
164
Satwas SDKP Serang
menetapkan jangka waktu
kegiatan pengawasan
perikanan, biasanya salah satu
kegiatan yang telah ditetapkan
jangka waktunya yaitu
kegiatan pengawasan langsung
dilapangan yaitu patroli laut.
Dalam pelaksanaannya dalam
satu tahun dilakukan sebanyak
50 kali yaitu dengan durasi
waktu 2-3 jam yang telah
ditentukan.
3. Pengukuran
Pelaksanaan
Kegiatan
a.
Pengamatan
Pengamatan yang dilakukan
oleh Satwas SDKP Serang
hanya sebatas dari hasil
pengaduan nelayan tidak
langsung melakukan inisiatif
sendiri dalam melakukan
kegiatan pengawasan. Terbukti
masih ada nya kapal
penangkap ikan milik nelayan
yang menggunakan alat
tangkap yang tidak ramah
lingkungan. Beberapa jenis
alat tangkap yang dilarang
oleh pemerintah yaitu
Cantrang dan Arad. Sedangkan
Satwas SDKP Serang dalam
penerbitan SLO masih ada saja
kapal perikanan nelayan yang
menggunakan alat tangkap
tersebut.
Kurang Baik
b. Laporan-
laporan
Pengaduan
Satwas SDKP Serang
senantiasa menerima laporan-
laporan pengaduan dari
nelayan pemilik kapal
perikanan terkait perbaikan
yang harus dilakukan dalam
kegiatan nelayan melakukan
penangkapan ikan.
Baik
4. Pembandingan
Pelaksanaan
dengan Standar
dan Analisis
Penyimpangan
a.
Koordinasi
Satwas SDKP Serang
melakukan koordinasi yang
baik dengan SKPD terkait dan
aparat penegak hukum terkait
pelaksanaan kegiatan
Baik
165
pengawasan aktivitas kapal
penangkap ikan yang masuk
pada wilayah kerja nya. Salah
satu koordinasi yang dilakukan
Satwas SDKP Serang dengan
institusi-institusi lainnya yang
berkaitan dengan tugas sebagai
pengawas perikanan yaitu
memecahkan masalah yang
terjadi dilapangan, seperti
selalu membangun komunikasi
baik melalui aplikasi pesan
singkat dan melalui pertemuan
langsung. Pertemuan secara
langsung biasanya dilakukan
selama satu tahun sekali
dengan personil lengkap, baik
dari Satwas SDKP Serang,
Dinas Kelautan dan Perikanan
Provinsi Banten, Aparat
Kepolisian Air Karangantu,
TNI-AL Karangantu dan pihak
PPN Karangantu.
b. Evaluasi
setiap
program
Evaluasi program dilakukan
tetapi tidak merubah masalah
yang ada di nelayan salah
satunya yaitu terkait program
penerbitan SLO di setiap
tahunnya masih ada saja kapal
penangkap ikan menggunakan
alat tangkap yang dilarang
masih saja diterbitkan SLO.
Berdasarkan laporan tahunan
penerbitan SLO pada tahun
2016 dan 2017 masih saja
terdapat jenis alat tangkap
yang dilarang yang digunakan
oleh nelayan diterbitkan SLO
nya. Ini terlihat bahwa Satwas
SDKP Serang dalam tahap
evaluasi setiap program yang
telah dilakukan yaitu salah
satunya penerbitan SLO masih
belum dilakukan.
Kurang Baik
c. Teguran Teguran selalu diberikan
kepada nelayan yang
Baik
166
melakukan pelanggaran yang
masih menjadi tanggung jawab
Satwas SDKP Serang
tujuannya untuk mengedukasi
nelayan dan memberikan efek
jera atas perbuatan nelayan
yang melakukan pelanggaran.
Pelanggaran yang dilakukan
oleh nelayan pada kapal
penangkapan ikan yaitu
biasanya terkait alat tangkap
perikanan, dan dokumen kapal
yang sudah habis masa
aktifnya.
5. Pengambilan
Tindakan Koreksi
Bila Diperlukan
a. Evaluasi
Kerja
Satwas SDKP Serang selalu
melakukan evaluasi kerja yang
dilakukan setiap bergantinya
tahun anggaran baru yang
telah ditetapkan. Evalusi kerja
yang dilakukan oleh Satwas
SDKP Serang adalah
pencapaian kinerja yang telah
dicapai selama satu tahun
anggaran. Satwas SDKP
Serang telah melaksanakan
seluruh program kegiatan yang
telah direncanakan
sebelumnya salah satunya
adalah penerbitan SLO dan
kegiatan pengawasan secara
langsung yaitu patroli laut.
Baik
b. Sanksi Sanksi diberikan oleh
aparat penegak hukum yang
bekerja sama dengan Satwas
SDKP Serang dalam rangka
menigkatkan disiplin nelayan
dan tertib pelaksanaan
kegiatan penangkapan ikan
yang dilakukan oleh nelayan di
wilayah perairan Teluk
Banten. Jika dalam
pelaksanaan kegiatan
pengawasan secara langsung
dilapangan pada kegiatan
patroli laut, Satwas SDKP
Serang pernah menemukan
Baik
167
kapal penangkap ikan yang
tidak memiliki SLO dan yang
memberikan sanksi secara
hukum yaitu aparat kepolisian
setempat.
168
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti lakukan, peneliti dapat
mengambil kesimpulan bahwa Pengawasan Aktivitas Kapal Penangkap Ikan
Karangantu Di Satuan Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Serang
belum maksimal. Hal ini berdasarkan beberapa kendala yang dihadapi diantaranya
sebagai berikut:
a) Dalam tahapan pertama proses pengawasan yaitu Penentuan Standar
Pelaksanaan kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh Satwas SDKP
Serang adalah ketidaksiapan pegawai dalam melaksanakan kegiatan
pengawasan pada aktivitas kapal penangkap ikan dalam melakukan
aktivitas penangkapan ikan yang dilakukan oleh nelayan di wilayah
perairan Teluk Banten. Kurangnya personil pengawas perikanan
mengakibatkan dalam proses penerbitan Surat Laik Operasi (SLO) tidak
adanya pemeriksaan fisik kapal sebagaimana yang telah tertera pada SOP
yang berlaku. Akibatnya yaitu masih adanya nelayan kapal penangkap
ikan memanipulasi dokumen kapal perikanan.
b) Dalam tahapan Penentuan Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan yang
dilakukan oleh Satwas SDKP Serang dalam pengawasan aktivitas kapal
penangkap ikan di teluk Banten Karangantu telah dilakukan sesuai dengan
169
rencana kegiatan operasi laut yang telah dibuat, baik di tingkat Satwas
SDKP Serang, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Banten, dan Aparat
penegak Hukum. Dalam tahapan kali ini baik Satwas SDKP Serang
maupun Institusi lainnya yang berkaitan telah melakukan pelaporan
disetiap kegiatan yang jangka waktunya sudah ditentukan serta dalam
kegiatan pengawasan senantiasa melibatkan pihak atau lembaga yang
memiliki kewenangan agar kegiatan pengawasan sumber daya perikanan
dapat berjalan sesuai dengan amanat peraturan perundang-undangan.
c) Dalam tahapan ketiga proses pengawasan yaitu Pengukuran Pelaksanaan
Kegiatan dari segi pengamatan atau observasi yang dilakukan oleh Satwas
SDKP Serang dalam kegiatan pengawasan kapal penangkap ikan dinilai
masih kurang, terbukti masih adanya kapal penangkapan ikan di
Karangantu yang masih menggunakan alat tangkap yang dilarang dalam
melakukan kegiatan penangkapan ikan.
d) Dalam tahapan keempat yaitu Pembandingan Pelaksanaan dengan Standar
dan Analisis Penyimpangan yaitu dalam melakukan evaluasi disetiap
program pengawasan yang dilakukan oleh Satwas SDKP Serang dirasa
kurang memberikan pengaruh yang besar terhadap pemecahan-pemecahan
masalah yang diambil seperti masalah SDM.
e) Tahapan yang terakhir dalam proses pengawasan yaitu Pengambilan
Tindakan Koreksi Bila Diperlukan berkaitan dengan tindakan perbaikan
yang dilakukan oleh Satwas SDKP Serang dalam menemukan masalah-
masalah yang menjadi factor penghambat berjalannya kegiatan
170
pengawasan perikanan pda aktivitas kapal penangkap ikan di karangantu.
Satwas SDKP Serang melakukan tindakan koreksi sebagai peningkatan
kinerja organisasi saja tetapi tidak membuat perubahan langsung kepada
masyarakat nelayan.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah diperoleh dari hasil penelitian di atas,
maka peneliti memberikan saran agar Pengawasan Aktivitas Kapal Penangkapa
Ikan Karangantu Di Satuan Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan
Serang berjalan secara maksimal.
1) Mengusulkan Penambahan SDM kepada Pangkalan PSDKP Jakarta atau
Direktorat Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan RI.
2) Melakukan pemeriksaan fisik kapal dalam kegiatan pelaporan yang
dilakukan oleh nelayan nahkoda kapal perikanan dalam perizinan
penerbitan SLO agar dokumen kapal sesuai dengan fisik kapal di lapangan
sehingga tidak terjadinya manipulasi ukuran GT kapal dan alat tangkap
yang digunakan.
3) Melakukan inisiatif observasi tersendiri atau sidak untuk mengetahui
masalah pelanggaran apa saja yang ada pada kegiatan nelayan dalam
penangkapan ikan.
4) Melakukan koordinasi yang baik dengan Dinas Penerbit Izin terkait
pelayanan perizinan penangkapan ikan yang dilakukan oleh nelayan.
171
karena Satwas SDKP Serang sebagai perantara antara nelayan dan pihak
penerbit izin yaitu DPMPTSP Provinsi Banten.
5) Memberikan tindakan sanksi yang tegas dan sesuai dengan aturan undang-
undang yang berlaku terkait pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh
nelayan dalam melakukan kegiatan penangkapan ikan di wilayah perairan
Teluk Banten Karangantu.
172
DAFTAR PUSTAKA
Basrowi dan Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rinerka
Cipta
Effendi, Usman. 2014. Asas-asas Manajemen. Jakarta: Rajawali Press
Fahmi, Irham. 2012. Manajemen Kepemimpinan Teori & Aplikasi. Bandung:
Alfabeta
Handayaningrat, Soewarno. 1988. Pengantar Studi Ilmu Administrasi Dan
Manajemen. Jakarta: CV Haji Masagung
Handoko, T. Hani. 2003. Manajemen. Yogyakarta: BPFE
Hasibuan, Malayu S.P. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT.
Bumi Aksara
Hasibuan, Malayu S.P. 2009. Manajemen: Dasar, Pengertian dan Masalah.
Jakarta: Bumi Aksara
Hasibuan, Malayu S.P. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT.
Bumi Aksara
Makmur. 2015. Efektivitas Kebijakan Kelembagaan Pengawasan. Bandung: PT
Refika Aditama
Manullang, M. 2002. Dasar-dasar Manajemen. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press
Miles, Matthew B, dan Huberman, A. Michael. 2007. Analisis Data Kualitatif.
Jakarta: UI Press
Siagian, Sondang. 2002. Fungsi-fungsi Manajerial. Jakarta: Bumi Aksara
Siagian, Sondang. 2005. Fungsi-fungsi Manajerial. Jakarta: Bumi Aksara
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta
Sutori, Djam’an dan Aan Komariyah. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Bandung: Alfabeta
Terry, George. R. 2008. Prinsip-prinsip Manajemen. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Usman, Husaini dan Akbar, Purnomo Setiady. 2011. Metodologi Penelitian
Sosial. Jakarta: PT. Bumi Aksara
173
Dokumen Peraturan-Peraturan
Undang-undang Republik Indonesia No 45 Tahun 2009 Tentang Perubahan
Undang-undang Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan.
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor:
PER.16/MEN/2006 tentang Pelabuhan Perikanan.
Peraturan Pemerintah RI No.69 Tahun 2001 tentang pelabuhan dan fungsi serta
penyelenggaraannya.
Permen Nomor Per.08/MEN/2012) Klasifikasi Pelabuhan Perikanan.
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 17 Tahun 2014 Tentang
Pelaksanaan Tugas Pengawas Perikanan
Peraturan Dirjen PSDKP Nomor.12/PER-DJPSDKP/2017 Tentang Petunjuk
Teknis Pengawasan Kapal Perikanan.
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 1 Tahun 2017 Tentang Surat
Laik Operasi Kapal Perikanan.
Sumber lainnya
https://titiknol.co.id/advertorial/pantau-sarana-dan-prasarana-nelayan-komisi-ii-
dprd-banten-kunjungi-karangantu/
http://news.kkp.go.id/index.php/jaga-keberlanjutan-ikan-dan-kesejahteraan-
nelayan-kkp-bagikan-alat-tangkap-ramah-lingkungan/
https://id.wikipedia.org/wiki/Pelabuhan
http://www.gultomlawconsultants.com/definisi-pelabuhan-dan-jenis-jenisnya/
174
LAMPIRAN
175
Wawancara dengan Bapak Ariyanto, S.Pi Wawancara dengan Bapak Slamet Riyanto, S.Pi
(Kementerian Kelautan dan Perikanan RI, (Satwas Sumber Daya Kelautan dan Perikanan
Dirjen PSDKP RI). Serang).
Wawancara dengan Bapak Hery Juhaeri, S.H., Wawancara dengan Bapak Hepson Daniar, S.H
M.H (Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi (Kepala Kepolisian Air Karangantu)
Banten).
176
Wawancara dengan Bapak Setyo Budi Raharjo, Wawancara degan Bapak H. Sahibe (Pemilik
S.Pi (Polisi Khusus Satwas SDKP Serang) Kapal Perikanan 10-30 GT).
Wawancara dengan Bapak Saiman, Wawancara dengan Bapak Jamaludin,
(Nelayan tradisional Karangantu). (Nahkoda Kapal perikanan Karangantu).
177
Kegiatan penerbitan Surat Laik Operasi, (Pos Kegiatan Pengawasan Kapal Perikanan
(Patroli
Pelayanan Penerbitan SLO PPN Karangantu). Laut ) oleh Satwas SDKPSerang, DKP
Provinsi, Polisi Air Karangantu, TNI-AL.
Pemeriksaan kapal penangkap ikan karangantu Pemeriksaan dokumen kapal perikanan oleh
Dalam kegiatan patroli laut. DKP Provinsi dan TNI-AL dalam kegiatan
Patroli laut.
178
Suasana di dalam kapal patroli Satwas SDKP Pemeriksaan hasil tangkapan ikan di dalam
Serang. Kapal Perikanan nelayan.
Kegiatan pemeriksaan kapal perikanan nelayan Surat Bukti Pencatatan Kapal
Perikanan
milik nelayan.
179
Wawancara dengan Bapak Sukara, Surat Izin Penangkapan Ikan (SIPI)
Nahkoda kapal perikanan karangantu. Nelayan, salah satu dokumen kapal
Perikanan.
Dokumen kapal perikanan, Surat Keterangan Dokumen Kapal perikanan, Surat Ukur
Kecakapan Nahkoda kapal perikanan. Dalam Negeri ukuran GT kapal
perikanan.
180
Daftar Istilah pada aktivitas perikanan
1. DKP : (Dinas Kelautan dan Perikanan)
2. DPMPTSP : (Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu)
3. DIRJEN : (Direktorat Jenderal)
4. HPK A : (Hasil Pemeriksaan Kapal) keberangkatan
5. HPK B : (Hasil Pemeriksaan Kapal) kedatangan
6. KKP : (Kementerian Kelautan dan Perikanan)
7. NRI : (Negara Republik Indonesia)
8. PSDKP : (Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan)
9. SATWAS : (Satuan Pengawasan)
10. SDKP : (Sumber Daya Kelautan dan Perikanan)
11. SIKPI : (Surat Izin Kapal Pengangkut Ikan)
12. SIPI : (Surat Izin Penangkapan Ikan)
13. SIUP : (Surat Izin Usaha Perikanan)
14. SKK : (Surat Keterangan Kecakapan )
15. SLO : (Surat Laik Operasi)
10. SUDN : (Surat Ukur Dalam Negeri)
11. WPP : (Wilayah Pengelolaan Perikanan)
181
182
183
184
185
186
187
188
189
190
191
192
193
194
195
196
197
198
RIWAYAT HIDUP
Nama : Lastri Kurniawati
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, Tanggal Lahir : Serang, 02 Desember 1996
Status Perkawinan : Belum Menikah
Kebangsaan : Indonesia
Agama : Islam
Tinggi Badan : 155 cm
Berat Badan : 42 kg
Alamat : Kp. Nambo RT/03 RW/01 Desa. Kaserangan Kecamatan Ciruas
Kabupaten Serang Provinsi Banten, Kode pos: 42182
Telepon : 0895604232129
E-mail : [email protected]
Pendidikan
2003-2008 : SDN Beberan 1
2008-2011 : MTs Negeri 1 Serang
2011-2014 : SMA Negeri 1 Ciruas
2014-2018 : S1 Ilmu Administrasi Publik (Manajemen Publik)
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Pengalaman Organisasi
2014 : Paduan Suara SMA Negeri 1 Ciruas
2014 : KETEDA (Kesatuan Tenaga Dasar) SMA Negeri 1 Ciruas
2014 : PANDAWA UNTIRTA
2014 : Serikat Eksekutif Muda Untirta
2016 : Panitia Kegiatan AKSIGARA (Ajang Keakraban Mahasiswa
Administrasi Negara) 2016
Seminar
2014 : Diskusi Publik Dynamic Governance Peluang dan Tantangan di
Indonesia
2016 : Diskusi Publik Mewujudkan Generasi Muda yang Sehat dan Bebas
dari Penyalahgunaan Narkoba
2016 : Seminar Nasional dan Workshop Beasiswa dalam Tirtayasa
Research Competition and Festival “Teknologi Untuk Kearifan Lokal
Indonesia”
2016 : Seminar Nasional ANE SCIENTIFIC FAIR 2016 “Peran Kebijakan
Pemerintah dalam Melindungi Produk UMKM”
2016 : Seminar Semarak Bulan Kartini “Pesona Jiwa Kepemimpinan Untuk
Bergerak, Inovatif Dan Mandiri” Badan Eksekutif Mahasiswa
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
2016 : Talkshow Keilmuan “Budaya Bantenku Dalam Era Globalisasi Masa
Kini”