pengaturan keseimbangan cairan dan elektrolit
DESCRIPTION
keseimbangan cairanTRANSCRIPT
BAB I
PEMBAHASAN MATERI
A. PENGATURAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
Jumlah berbagi jenis garam di dalam tubuh hendaknya dijaga
dalam keadaan konstan. Bila terjadi kehilangan garam dari tubuh, maka
harus diganti dari sumber diluar tubuh, yaitu dari makanan dan
minuman. Tubuh mempunyai suatu mekanisme yang mengatur agar
konsentrasi semua mineral berada dalam batas-batas normal.
Pengaturan air dari tubuh diatur oleh ginjal dan otak.
Hipotalamus mengatur konsentrasi garam di dalam darah, merangsang
kelenjar pituitari mengeluarkan hormon antidiuretika (ADH), Ginjal
mengontrol volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan
keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas cairan ekstrasel
dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan
keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan air dalam urine
sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan
abnormal dari air dan garam tersebut.
Pengaturan keseimbangan air oleh ginjal dan otak disajikan pada
diagram berikut :
Ginjal Otak
ADH dikeluarkan bilamana konsentrasi garam tubuh terlalu tinggi, atau
bila volume darah atau tekanan darah terlalu rendah. ADH merangsang
ginjal untuk menahan atau menyerap air kembali dan mengedarkannya
kembali kedalam tubuh. Jadi, semakin banyak air dibutuhkan tubuh,
semakin sedikit yang dikeluarkan. Bila terlalu banyak air keluar dari
tubuh, volume darah dan tekanan darah akan turun. Sel-sel ginjal akan
mengeluarkan enzim renin. Renin mengaktifkan protein di dalam darah
yang dinamakan angiotensin kedalam bentuk aktifnya angiotensin.
Angiotensin akan mengecilkan diameter pembuluh darah sehingga
tekanan darah akan naik. Disamping itu angiotensin mengatur
pengeluaran hormon aldosteron dari kelenjar adrenalin. Aldosteron akan
mempengaruhi ginjal untuk menahan natrium dan air. Akibatnya bila
dibutuhkan lebih banyak air, akan lebih sedikit air dikeluarkan tubuh.
1. Sumber intake dan kehilangan air dan elektrolit
Sumber intake dan kehilangan air
Agar tubuh mendapat hidrasi normal, air harus masuk dan
keluar secara seimbang. Konsumsi air sangat bervariasi pada tiap
individu dan sangat dipengaruhi oleh kebiasaan, tapi rata-rata
2500 ml/hari pada dewasa. Kebanyakan air memasuki tubuh
melalui minuman atau makanan padat.Air dalam tubuh yang
diproduksi melalui metabolism seluler disebut air metabolism
atau air oksidasi.
Pengeluaran air terjadi melalui beberapa rute, yaitu 1)
insensible water loss, melalui evaporasi keluar dari paru-paru
atau langsung melalui kulit, 2) perspirasi, 3) feces, atau 4)
melalui urin (60%). Pada orang sehat mempunyai kemampuan
untuk memelihara tonisitas cairan tubuh dalam rentang yang
sangat sempit (280–300 mOsm/kg).
Peningkatan osmolaritas plasma akan merangsang 1) haus
(mendorong minum air), 2) pelepasan ADH yang menyebabkan
ginjal mereabsorbsi air dan mengekskresi urin yang
terkonsentrasi. Penurunan osmolalitas menghambat haus dan
pelepasan ADH, yang akan diikuti dengan pengeluaran urin
encer dalam volume yang besar.
Regulasi Output cairan
Output sejumlah air tidak terhindarkan. Kehilangan air
yang pasti terjadi (obligatory water loss) menjelaskan mengapa
kita tidak dapat hidup lama tanpa minum. Bahkan konservasi
air yang sangat ketat oleh ginjal tidak dapat mengkompensasi
tidak adanya intake air.Obligatory water loss termasuk
insensible water loss, air yang keluar bersama residu makanan di
feces, dan sensible water loss minimum melalui urin 500
ml/hari. Obligatory water loss melalui urin merefleksikan fakta
bahwa 1) saat kita makan diet yang adekuat, kidney akan
mengekskresikan 900–1200 mOsm solute untuk menjaga
homeostasis darah, 2) ginjal harus mengeluarkan solute urin
keluar tubuh bersama air.
Di luar obligatory water loss, konsentrasi solute dan
volume urin yang diekskresi tergantung pada intake cairan, diet,
dan kehilangan air melalui rute lain. Misalnya, bila kita
berkeringat banyak saat kepanasan, maka urin yang
diekskresikan lebih sedikit untuk menjaga keseimbangan air.
Normalnya, ginjal mulai mengeliminasi kelebihan air sekitar 30
menit setelah dikonsumsi. Delay ini menunjukkan waktu yang
dibutuhkan untuk menghambat pelepasan ADH. Diuresis
memcapai puncaknya dalam 1 jam setelah minum dan menurun
sampai titik terndah setelah 3 jam.
2. Mekanisme regulasi cairan oleh ginjal dan kardiovaskuler,
termasuk pembuluh darah perifer.
Volume cairan tubuh berhubungan erat dengan “magnet
air” yaitu natrium/sodium. Kemampuan tubuh dalam menjaga
keseimbangan air melalui output urin sebenarnya adalah
masalah keseimbangan natrium dan air karena keduanya diatur
secara simultan oleh mekanisme yang bertugas mengatur fungsi
kardiovaskular dan tekanan darah.
Pengaruh ADH (vasopresin)
Jumlah air yang direabsorbsi pada duktus koligentes
sebanding dengan pelepasan ADH. Ketika kadar ADH rendah,
kebanyakan air yang mencapai duktus koligentes tidak
direabsorbsi tapi dibiarkan lewat karena tidak adanya aquaporin
pada membrane luminal pada sel principalis duktus koligentes
sehingga menghambat pergerakan air. Hasilnya adalah urin
yang encer dan volume cairan tubuh menurun. Saat tingkat
ADH tinggi, banyak aquaporin diinsersikan ke membran sel
principalis membrane luminal sehingga sebagian besar air
dalam filtrate direabsorbsi, dan hanya sebagian kecil volume air
diekskresi.
Osmoreseptor pada hipotalamus mendeteksi konsentrasi
ECF dan memicu atau menghambat pelepasan ADH dari
pituitary posterior.Penurunan osmolalitas ECF menghambat
pelepasan ADH air diekskresi ke urin mengembalikan
osmolalitas darah ke normal.Sedangkan peningkatan osmolalitas
darah memicu pelepasan ADH.
Sekresi ADH juga dipengaruhi oleh perubahan drastis
dari volume dan tekanan darah.Penurunan tekanan darah
memicu peningkatan sekresi ADH dari pituitary posterior baik
secara langsung melalui baroreseptor atau secara tidak langsung
melalui jalur renin-angiotensin.
Faktor yang memicu pelepasan ADH melalui penurunan
volume darah antara lain demam yang lama, keringat
berlebihan, muntah, diare, perdarahan berat, dan luka
bakar.Pada kondisi tersebut, ADH bekerja dengan
mengkonstriksikan arteriole langsung meningkatkan tekanan
darah.
3. Peran hipotalamus sebagai pusat haus
Mekanisme haus merangsang seseorang untuk minum.
Peningkatan osmolalitas plasma 2-3% saja sudah akan
merangsang pusat haus di hipotalamus. Salah satu tanda
kekurangan cairan adalah mulut kering yang disebabkan
peningkatan tekanan onkotik plasma sehingga hanya sedikit
cairan yang meninggalkan aliran darah karena kelenjar saliva
mengambil air yang dibutuhkannya dari darah maka hanya
sedikit saliva yang diproduksi timbul keinginan untuk minum.
Respon yang sama dihasilkan oleh penurunan volume atau
tekanan darah (10-15%), yang merupakan stimulus yang kurang
poten.
Neuron di pusat haus hipotalamus terstimulasi saat sel
osmoreseptornya kehilangan air melalui osmosis ke ECF yang
hipertonik, atau diaktifkan oleh angiotensin II, atau oleh input
baroreseptor, atau oleh stimulus lain. Secara keseluruhan,
peristiwa ini menyebabkan sensasi subyektif berupa haus
merangsang untuk minum.
Segera setelah mulai minum, rasa haus langsung hilang,
walaupun air belum terabsorbsi ke darah.Hilangnya rasa haus
diawali oleh basahnya mukosa mulut dan pharing, serta
teregangnya reseptor pada lambung dan intestinum yang
memberikan sinyal feedback yang menghambat pusat
haus.Hilangnya rasa haus secara cepat ini ditujukan untuk
mencegah kita minum lebih dari yang dibutuhkan dan
menyebabkan overhidrasi, serta memberi waktu untuk
perubahan osmotik.
Walaupun rasa haus merupakan indikator yang efektif
akan kebutuhan cairan, tapi tidak selalu tepat. Hal ini terutama
terjadi pada saat atletik dimana rasa haus dapat dipuaskan jauh
sebelum kebutuhan cairan terpenuhi.Selain itu, orang tua atau
disorientasi mungkin tidak mengenali sinyal haus.
4. Mekanisme regulasi elektrolit terutama natrium oleh ginjal dan
kardiovaskuler
Keseimbangan elektrolit
Elektrolit sebenarnya termasuk garam, asam, dan basa.
Tetapi istilah keseimbangan elektrolit sering merujuk pada
keseimbangan garam pada tubuh.Garam berperan penting dalam
mengontrol pergerakan cairan dan menyediakan mineral yang
penting untuk eksitabilitas, aktivitas sekretorik, dan
permeabilitas membran.
Garam memasuki tubuh melalui makanan, minuman, dan
sejumlah kecil berasal dari aktivitas metabolik, Contohnya,
fosfat dibebaskan dalam katabolisma asam nukleat dan matriks
tulang.
Garam hilang dari tubuh kita melalui keringat, feces, dan
urin.Walaupun keringat normalnya hipotonik, tapi sejumlah
besar garam dapat hilang pada saat cuaca panas sebanding
banyaknya produksi keringat.Kelainan gastrointestinal dapat
menyebabkan kehilangan garam melalui feces atau
vomitus.Oleh karena itu kemampuan renal dalam mengatur
keseimbangan cairan sangat berperan.
Peran utama Natrium dalam keseimbangan cairan dan elektrolit
Natrium memegang peran penting dalan homeostasis
cairan dan elektrolit.Garam NaHCO3 dan NaCl mencapai 90–
95% dari solute dalam ECF, atau berkontribusi 280 mOsm dari
konsentrasi total solute di ECF (300 mOsm). Pada konsentrasi
normal plasma 142 mEq/L, Na+ merupakan kation paling
banyak dalam ECF dan berperan utama menentukan tekanan
osmotik. Membran plasma sel relative tidak permeable terhadap
Na+, tetapi sejumlah Na+ dapat berdifusi ke dalam sel dan lalu
harus dipompa keluar melawan gradien elektrokimia.
Penting untuk dipahami bahwa walaupun jumlah
Na+ tubuh berubah, tetapi konsentrasi di ECF relatif stabil
karena pengaturan volume air. Karena cairan tubuh berada
dalam keseimbangan osmotik maka perubahan Na+ plasma tidak
hanya mempengaruhi volume plasma dan tekanan darah, tapi
juga volume ICF dan IF (Interstitial fluid). Ion Na+ terus
menerus bergerak antara sekresi organ tubuh dan ECF. Misalnya
: 8 L Na+ yang berada dalam sekresi organ (cairan gastric,
intestinal, dan pancreas, saliva, dan empedu) diekskresikan ke
traktus digestivus tiap hari, hanya untuk direabsorbsi lagi
sebagian besar.
Regulasi keseimbangan Natrium
Regulasi natrium dan air berhubungan erat dengan
tekanan dan volume darah, dan melibatkan berbagai kontrol
neural dan hormon.
Pada penjelasan berikut, keseimbangan Na+ akan diawali
oleh penjelasan tentang peran aldosteron lalu diikuti dengan
berbagai feedback yang berinteraksi mengatur keseimbangan
natrium, air, dan tekanan darah.
Pengaruh aldosteron
Aldosteron berperan penting dalam regulasi konsentrasi
ion di ECF. Tetapi dengan atau tanpa aldosteron, 65% natrium
di filtrate renal direabsorbsi di TCP dan 25% lainnya di LOH.
Bila konsentrasi aldosteron tinggi, seluruh natrium yang
tersisa akan direabsorbsi di TCD dan duktus koligentes. Air
akan mengikuti natrium kalau memungkinkan, yaitu bila ADH
sudah meningkatkan permeabilitas duktus koligentes. Karena itu
hasil akhir kerja aldosteron biasanya berupa retensi air dan
elektrolit.
Bila pelepasan aldosteron dihambat maka tidak akan
terjadi reabsorbsi Na+ setelah TCD. Jadi, walaupun ekskresi
sejumlah besar natrium pada urin selalu sebagai akibat dari
sekresi sejumlah besar air, tetapi tidak berlaku sebaliknya.
Sejumlah urin yang mengandung sedikit natrium dapat
diekskresi untuk menjaga keseimbangan air.
Pemicu paling penting dari pelepasan aldosteron adalah
mekanisme renin-angiotensin yang difasilitasi oleh apparatus
juxtaglomerular. Bila apparatus JG merespon 1) stimulasi
simpatik, 2) penurunan konsentrasi NaCl filtrate, atau 3)
penurunan regangan arteriole (akibat penurunan tekanan darah
sistemik), maka sel granular akan melepas renin mengkatalisa
reaksi yang menghasilkan angiotensin II pelepasan aldosteron.
Sedangkan tekanan darah renal yang tinggi dan konsentrasi
NaCl filtrate tinggi akan menghambat pelepasan renin,
angiotensin II, dan aldosteron. Sel adrenal korteks juga akan
secara langsung menstimulasi pelepasan aldosteron melalui
peningkatan kadar kalium pada ECF.
Aldosteron bekerja lambat, dalam hitungan jam atau
hari. Pada prinsipnya efek aldosteron adalah untuk menurunkan
output urin dan menuingkatkan volume darah. Selain melepas
aldosteron, angiotensin II juga menghasilkan sejumlah aksi,
yang semuanya bertujuan untuk meningkatkan volume dan
tekan arah.
Baroreseptor Cardiovascular
Volume darah dimonitor dan diatur dengan hati-hati
untuk menjaga tekanan darah dan fungsi kardiovaskular. Bila
volume darah meningkat, baroreseptor di jantung, aorta, dan
arteri karotis member peringatan ke pusat kardiovaskular di
batang otak. Segera sesudahnya, impuls syaraf simpatik ke
renal akan menurun arteri afferent berdilatasi. Saat filtrasi
glomerulus meningkat output air dan natrium meningkat.
Fenomena ini adalah bagian dari reflex baroreceptor.
Penurunan tekanan darah sistemik menyebabkan reflex
konstriksi arteriole afferent, yang akan menurunkan
pembentukan filtrate dan ouput urin dan meningkatkan tekanan
darah sistemik. Baroreceptor memberikan informasi tentang
volume sirkulasi yang penting untuk menjaga keseimbangan
cardiovascular. Karena konsentrasi Na+ menentukan volume
cairan, maka baroreseptor dapat dianggap sebagain reseptor
natrium juga.
Peran Atrial Natriuretic Peptide (ANP)
ANP dilepaskan pleh sel di atrium jantung saat teregang
oleh peningkatan tekanan darah. Pengaruh ANP adalah
menurunkan tekanan dan volume darah dengan cara
menghambat semua kejadian yang memicu vasokonstriksi dan
retensi natrium dan air. Cara kerja ANP terutama dengan
memfasilitasi ekskresi Na+ dan air oleh ginjal, dengan
menghambat reaborbsi Na+ oleh duktus koligentes dan
menghambat pelepasan ADH, renin, dan aldosteron. ANP juga
bekerja secara langsung dan tidak langsung (melalui hambatan
pembentukan renin sehingga menghambat pembentukan
angiotensin II) untuk vasodilatasi.
Pengaruh hormon lain
Hormon seks wanita. Estrogen merupakan zat kimia
yang mirip seperti aldosteron, dan seperti halnya aldosteron ia
meningkatkan reabsorbsi NaCl pada tubulus renalis. Karena air
mengikuti NaCl maka wanita meretensi cairan saat kadar
estrogen meningkat (sesuai siklus menstruasi). Edema yang
dialami oleh wanita hamil juga disebabkan oleh estrogen.
Progesteron cenderung menurunkan reabsorbsi Na+ dengan cara
mengeblok efek aldosteron pada tubulus renalis, sehingga
mempunyai efek seperti diuretik.
Glukokortikoid.
Efek umum dari glukokortikoid (misal kortisol dan
hidrokortisol) adalah meningkatkan reabsorbsi Na+, tapi juga
meningkatkan GFR sehingga menutupi efeknya terhadap
tubulus. Saat kadar glukokortikoid tinggi, ia akan menunjukkan
efek seperti aldosteron dan menyebabkan edema.
5. Regulasi Kalium dan anion
Regulasi Kalium
Kalium merupakan kation intraseluler utama, dibutuhkan
untuk fungsi neuromuscular normal dan beberapa aktivitas
metabolic. Konsentrasi relative kalium di ICF dan SCF langsung
mempengaruhi resting membrane potential sehingga sedikit saja
perubahan konsentrasi K di ECF akan berefek terhadap neuron
dan otot. Kelebihan kalium di ECF akan menurunkan potensial
membrane terjadi depolrisasi penurunan eksitabilitas
membran. Kekurangan kalium di ECF menyebabkan
hiperpolarisasi tidak responsif.
Organ yang paling sensitif terhadap konsentrasi kalium
adalah jantung. Hiper- atau hipokalemia akan mengganggu
konduksi elektrik jantung sudden death.
Kalium juga menjadi bagian sistem buffer. Perpindahan
ion hidrogen ke dalam dan keluar sel menginduksi perpindahan
kalium ke sisi yang berlawanan, dengan tujuan untuk menjaga
keseimbangan kation. Karena itu kalium ECF akan meningkat
saat asidosis karena kalium keluar dan hydrogen masuk ke sel.
Pada alkalosis terjadi sebaliknya.
Tempat regulasi kalium : Duktus Koligentes korteks
Sebagaimana natrium, keseimbangan kalium dijaga oleh
mekanisme renal. Tetapi terdapat perbedaan regulasi.Jumlah
natrium yang direabsorbsi ke tubulus sesuai dengan kebutuhan,
dan natrium tidak pernah disekresi ke filtrat.Sedangkan pada
kalium, tubulus proksimal mereabsorbsi 60-80% kalium dalam
filtrate dan 10-20% di LOH, sehingga sekitar 10% hilang
bersama urin tanpa terpengaruh oleh kebutuhan.Tanggung jawab
mengatur keseimbangan kalium dilakukan oleh duktus
koligentes korteks, terutama dengan mengatur jumlah kalium
yang disekresikan ke filtrat.
Bila kadar kalium ECF sangat tinggi maka kalium perlu
diekskresikan lebih banyak oleh duktus koligentes. Bahkan
jumlah kalium yang diekskresikan dapat melebihi yang
difiltrasi. Bila jumlah kalium ECF sangat rendah, kalium akan
berpindah dari sel ke ECF, dan ginjal akan mengurangi ekskresi
dan sekresi kalium Tapi perlu diingat bahwa mekanisme utama
regulasi kalium adalah dengan mengekskresikannya. Karena
ginjal mempunyai keterbatasan untuk meretensi kalium, maka
kalium akan tetap hilang bersama urin walaupun dalam keadaan
defisiensi. Sebagai akibatnya, tidak adanya intake kalium akan
menyebabkan defisiensi berat.
Pengaruh terhadap sekresi kalium
a. Faktor paling penting yang mempengaruhi sekresi kalium adalah
konsentrasi kalium dalam plasma. Diet tinggi kalium akan
meningkatkan kalium ECF dan memicu kalium memasuki sel
principalis di duktus koligentes lalu disekresi ke filtrate.
Sedangkan diet rendah kalium atau kehilangan kalium dalam
jumlah banyak menekan sekresi kalium (dan menghambat
reabsorbsi) oleh duktus koligentes.
b. Faktor kedua yang berpengaruh adalah aldosteron. Aldosteron
menstimulasi sel principalis untuk mereabsorbsi natrium dan
sekaligus meningkatkan sekresi kalium. Jadi peningkatan
natrium plasma akan diiringi penurunan kalium plasma.Sel
korteks adrenal secara langsung dapat mendeteksi kadar kalium
dalam ECF di sekitarnya. Bila terjadi peningkatan kalium ECF
(walaupun ringan) akan merangsang korteks adrenal melepas
aldosteron dan meningkatkan sekresi kalium. Karena itu kalium
mengontrol konsentrasinya sendiri di ACF melalui regulasi
feedback pelepasa aldosteron. Selain itu aldosteron juga
disekresi sebagai respon terhadap renin-angiotensin.
Regulasi Anion
Klorida (Cl-) adalah anion utama yang bersenyawa
dengan natrium di ECF dan pergerakannya juga mengkuti
natrium.Sebagaimana natrium, klorida membantu menjaga
tekana osmotic darah. Saat pH darah normal atau sedikit alkali,
sekitar 99% Cl– dalam filtrate direabsorbsi.
Saat terjadi asidosis, lebih sedikit Cl– yang berikatan
dengan Na+ karena digantikan reabsorpsi HCO3– untuk
mengembalikan pH darah ke normal. Jadi pilihan antara Cl– dan
HCO3– tergantung regulasi asam basa. Anion lain seperti sulfat
dan nitrat direabsorbsi maksimal, tapi bila konsentrasinya dalam
filtrat melebihi yang mampu direabsorbsi maka sisanya dibuang
ke urin