pengaturan energi dan sda dalam uu no 11 tahun 2020...2020/12/21  · trey research uu no 11...

24
PENGATURAN ENERGI DAN SDA DALAM UU NO 11 TAHUN 2020 TENTANG CIPTA KERJA HASIL KAJIAN PUSAT STUDI HUKUM ENERGI DANPERTAMBANGAN

Upload: others

Post on 04-Feb-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • PENGATURAN ENERGI DAN SDA DALAM UU NO 11

    TAHUN 2020 TENTANG CIPTA KERJAHASIL KAJIAN PUSAT STUDI HUKUM ENERGI DAN PERTAMBANGAN

  • TREYresearch

    UU No 11 tahun 2020 tentangCipta KerjaParagraf 5

    Energi Dan Sumber Daya Mineral

    • Pasal 39

    • Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2OO9 tentangPertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2OO9 Nomor 4, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4959) sebagaimana telahdiubah dengan Undang-UndangNomor 3 Tahun 2O2O tentangPerubahan Atas Undang-UndangNomor 4 Tahun 2OO9 tentangPertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2o2o Nomor 147, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6525) diubah (UU Minerba)

    • Pasal 40

    • Beberapa ketentuandalam Undang-UndangNomor 22 Tahun 2OOl tentang Minyak danGas Bumi (LembaranNegara RepublikIndonesia Tahun 2OOl Nomor 136, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4152l) diubah(UU MIGAS)

    • Pasal 41

    • Beberapa ketentuandalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2014 tentangPanas Bumi(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2Ol4 Nomor2I7, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5585) diubah(UU Panas Bumi)

    • Pasal42

    • Beberapa ketentuandalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2OO9 tentangKetenagalistrikan(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2oo9 Nomor133, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5052)

    • (UU KetenagaListrikan)

  • UU Minerba UU MIGAS

    • Jumlah Pasal yaitu9 pasal,

    • terdapat 8 pasalperubahan dan

    • 1 pasal baru.

    • Jumlah Pasal yaitu2 Pasal.

    • Terdapat 1 PasalBaru yaitu Pasall28A. dan

    • 1 pasal perubahanyaitu pada Pasal162.

  • UU Panas Bumi UU Ketenagalistrikan

    • Jumlah Pasal 36,

    • jumlah pasal diubah 32,

    • jumlah pasal baru 1,

    • jumlah pasal di hapus 3.

    • Jumlah Pasal 34 Pasal,

    • terdapat 29 pasaldirubah,

    • 5 pasal dihapus,

    • tidak adapenambahan pasal,

  • TREYresearch

    Catatan PasalUU Minerba

    Pasal l28A Catatan

    • 1. penulisan istilah berbeda.

    pasal 128A merujuk pada UU 3 tahun 2020 Pasal 1O2 Ayat (2) Pemegang IUP atau IUPK pada tahap kegiatanOperasi Produksi dapat melakukan “Pengembangandan/atau Pemanfaatan Batubara”.

    Padahal dalam pengaturan pasal 128A menggunakanistilah “peningkatan nilai tambah batu bara”.

    • 2. Pemberian perlakuan tertentu terhadap kewajibanpenerimaan negara untuk kegiatan peningkatan nilaitambah batu bara dapat berupa pengenaan royaltisebesar 0% (nol persen).

    • (1) Pelaku usaha yang melakukan peningkatannilai tambah batu bara sebagaimana dimaksud dalamPasal lO2 ayat (2), dapat diberikan perlakuan tertentuterhadap kewajiban penerimaan negara sebagaimanadimaksud dalam Pasal 128.

    • (2) Pemberian perlakuan tertentu terhadapkewajiban penerimaan negara sebagaimanadimaksud pada ayat (1) untuk kegiatan peningkatannilai tambah batu bara dapat berupa pengenaanroyalti sebesar 0% (nol persen).

    • (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai perlakuantertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diaturdalam Peraturan Pemerintah.

  • TREYresearch

    UU Minerba

    Pasal 162 Catatan

    • Penyempurnaan unsur pidana, Dalam Pasal 162 UU 3 tahun 2020 belum memasukkan Pasal 86F huruf b dalam unsur pidana. Pasal 86F huruf b. mengaturbahwa Pemegang SIPB wajib, menyelesaikan hak atastanah dengan pemegang hak sesuai denganketentuan peraturan perundang- undangan.

    • Mengindikasikan UU 3 tahun 2020 dibuat secaraterburu buru.

    • Setiap orang yang merintangi atau mengganggukegiatan usaha pertambangan dari pemegang IUP, IUPK, IPR atau SIPB yang telah memenuhi syarat-syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 86F hurufb dan Pasal 136 ayat (2) dipidana dengan pidanakurungan paling lama 1 (satu) tahun atau dendapaling banyak Rp100.O00.000,00 (seratus jutarupiah).

  • TREYresearch

    UU MIGAS

    Catatan Catatan• Pasal 23 ayat 4 mngatur mengenai Pengajuan

    permohonan Perizinan menggunakan system elektronik. Pengaturan ini hanya ada di sektor Migassebaiknya diatur untuk semua sektor.

    • Pasal 23 A, Penambahan Sanksi Administrasi berupapenghentian usaha dan/atau kegiatan, denda, dan/atau paksaan Pemerintah Pusat.

    • Pasal 25 ayat (1) merubah pengaturan lama dalamUU 22 tahun 2001 dengan menghapus Pasal 25 ayat(1) huruf b. pengulangan pelanggaran ataspersyaratan Izin Usaha.

    • Pasal 53 berubah dari pidana Administratif ke Pidanamateriil yaitu karena ada dampak

    • Pasal 55, dilakukan Penambahan bahan bakar gas, dan/atau liquefied petroleum gas. Dalam UU 22 tahun 2001 hanya mengatur ancamanpenyalahgunaan untuk BBM subsidi, kemudian

    • Pasal 1 angka 23. Dihapus, Sesuai dengan Putusan MK yang menghapuskan Badan Pelaksana, Putusan MK No. 36/PUU-X/2012

    • Pasal 4, catatan 1. Terdapat perubahan redaksi padapasal 4 ayat 2 terkait frasa “Pemerintah”, berubahmenjadi “Pemerintah Pusat”.

    • 2. perubahan UU 22 tahun 2001 tentang Migas Pasal 4 ayat (3) Pemerintah sebagai pemegang KuasaPertambangan membentuk Badan Pelaksanasebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 23. berdasarkan Putusan MK No. 36/PUU-X/2012. Pasaltersebut di batalkan. Sehingga UU CK ayat (3) Kegiatan usaha minyak dan gas bumi sebagaimanadimaksud pada ayat (2) terdiri atas kegiatan usahahulu minyak dan gas bumi dan kegiatan usaha hilirminyak dan gas bumi. Pengaturan Hulu dan Hilirsudah ada dalam UU 22 tahun 2001 Pasal 5.

  • TREYresearch

    UU CK terkaitdenganUU PanasBumiParagraf 5

    Pasal 41

    • Terdapat 18 pasal yang dirubah karenapenyesuaian istilah

  • TREYresearch

    UU Panas Bumi

    Catatan Catatan

    • Ketentuan Pasal 13 dihapus. Terkait denganPemanfaatan Langsung wajib melakukanpengusahaan Panas Bumi untuk PemanfaatanLangsung pada lokasi yang ditetapkan dalam izin danwajib melakukan pengusahaan Panas Bumi sesuaidengan peruntukannya.

    • Ketentuan Pasal 14 dihapus. Yang mengatur Hargaenergi Panas Bumi untuk Pemanfaatan Langsungdiatur oleh Pemerintah.

    • Pasal 23, Substansi pengaturan Sama dengan UU PBhanya penambahan ayat (3) Ketentuan lebih lanjutmengenai pemberian Perizinan Berusaha di bidangPanas Bumi untuk Pemanfaatan Tidak Langsungdiatur dengan Peraturan Pemerintah (delegasi).

    • Pasal 11 Substansi pengaturan Sama dengan UU PBtetapi terdapat Penghapusan ayat (7) Pasal 11 UU PBDalam hal kegiatan pengusahaan Panas Bumi untukPemanfaatan Langsung sebagaimana dimaksud padaayat (2), ayat (3), dan ayat (4) berada di KawasanHutan, pemegang Izin Pemanfaatan Langsung wajibmendapatkan izin dari menteri yangmenyelenggarakan urusan pemerintahan di bidangkehutanan.

    • Ketentuan Pasal 12 dihapus. Pasal 12 mengaturkewajiban mendapatkan persetujuan Menteri dalamperizinan dan harus berkoordinasi dengan MenteriDalam hal akan dilaksanakan pengusahaan PanasBumi untuk Pemanfaatan Langsung pada wilayahyang belum ditetapkan sebagai Wilayah Kerja,gubernur atau bupati/wali kota sebelum memberikanIzin Pemanfaatan Langsung

  • TREYresearch

    UU Panas Bumi• Ketentuan Pasal 25 dihapus. Adapun Pasal 25 UU PB

    mengatur bahwa Dalam hal kegiatan pengusahaanPanas Bumi untuk Pemanfaatan Tidak Langsungberada pada wilayah konservasi di perairan,pemegang Izin Panas Bumi wajib mendapatkan izindari menteri yang menyelenggarakan urusanpemerintahan di bidang kelautan. Sehingga terkaitdengan konservasi perairan tidak lagi membutuhkanizin menteri dibidang kelautan. Dapat menyebabkanmasalah tumpang tindih pengelolaan kawasankonservasi dan usaha panas bumi.

    • Pasal 36, Substansi pengaturan Sama dengan UU PB,dalam ayat (2) mengatur Sebelum melaksanakanpencabutan Perizinan Berusaha Panas Bumisebagaimana dimaksud pada ayat (1), PemerintahPusat terlebih dahulu memberikan kesempatan dalamjangka waktu 6 (enam) bulan kepada pelaku usahaPanas Bumi untuk memenuhi kewajiban sesuaidengan ketentuan yang diatur dengan Undang-Undang ini. Kebijakan berbeda diterapkan dalampengaturan sektor Migas yang menghapus substansipengaturan memberi kesempatan.

    • Pasal 48, Substansi pengaturan Sama dengan UU PB,tetapi terdapat penghapusan norma huruf dan hurufd, huruf c. mengatur bahwa menyampaikan rencanakerja dan rencana anggaran kepada Menteri,gubernur, atau bupati/wali kota sesuai dengankewenangannya; dan d. menyampaikan laporantertulis secara berkala atas pelaksanaan rencana kerjadan rencana anggaran serta kegiatan pengusahaanPanas Bumi untuk Pemanfaatan Langsung kepadaMenteri, gubernur, atau bupati/wali kota sesuaidengan kewenangannya.

    • Pasal 49, Substansi pengaturan Sama dengan UU PBtetapi menghapus aspek kewajiban iuran produksi;

    • Ketentuan Pasal 50 sama, tetapi tidak ada sanksiadministratif denda seperti pengaturan UU lain.

  • TREYresearch

    UU Panas Bumi• Pasal 70 (delik Formil) dan pasal 71, Pasal 72 (delik

    Materil), menghilangkan ancaman pidana penjarakepada Badan usaha pemilik Perizinan Berusaha di bidang Panas Bumi yang dengan sengaja melakukanEksplorasi, Eksploitasi, dan/atau pemanfaatan bukanpada wilayah Kerja, padahal telah terdapat dampakterhadap alam atau masyarakat. Pasal 71, delikmateril, berpotensi tidak sesuai dengan UU lain seperti UU lingkungan Hidup. Delik formil seharusnyalebih berat ancaman pidananya, karena akibatnyalebih luas.

    Bandingkan dengan UU 32 tahun 2009 ttglingkungan Hidup Pasal 98 ayat (1) sengaja melakukanperbuatan yang mengakibatkan dilampauinya bakumutu udara ambien, baku mutu air, baku mutu airlaut, atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup,dipidana min 3 tahun max 10 tahun dan denda min3M dan Max 10 M.

    (2) Apabila mengakibatkan orang luka dan/ataubahaya kesehatan manusia, dipidana min 4 tahun danMax 12 tahun dan denda min 4 M dan Max 12 M.

    (3) Apabila mengakibatkan orang luka berat ataumati, dipidana min 5 tahun dan Max 15 tahun dandenda min 5 M dan max 10 M.

    • Ketentuan Pasal 60 dihapus. Terkait dengan Menteri,gubernur atau bupati/wali kota sesuai dengankewenangannya melakukan pembinaan danpengawasan atas pelaksanaan pengusahaan PanasBumi untuk Pemanfaatan Langsung yang dilakukanoleh pemegang Izin Pemanfaatan Langsung. (2)Gubernur dan bupati/wali kota sesuai dengankewenangannya wajib melaporkan pelaksanaanpenyelenggaraan Panas Bumi untuk PemanfaatanLangsung setiap tahun kepada Menteri. Sehinggatidak ada pembinaan dan pengawasan untukPemanfaatan Langsung yang dilakukan olehpemegang Izin Pemanfaatan Langsung, serta bentukpelaporannya.

    • Pasal 67, Pasal 68, Pasal 69, delik materil, berpotensitidak sesuai dengan UU lain seperti UU lingkunganHidup. Delik materil seharusnya lebih berat ancamanpidananya, karena akibatnya lebih luas

  • TREYresearch

    CatatanUU CK terkaitUU PanasBumi

    Pasal 73 dan Pasal 74. Pasal 73 menaikkan ancamanpidana Setiap Orang yang dengan sengaja menghalangiatau merintangi pengusahaan Panas Bumi terhadappemegang Perizinan Berusaha , tidak mempunyai parameter, berpotensi mempidana masayrakat. Lebihberpihak pada sektor usaha. Ancaman pidana penjarapada UU lama Max 1 tahun atau max 100 jt naik menjadiMax 7 tahun atau Max 70 M. sebelumnya pengaturanterkait merintangi pengusahaan Panas Bumi untukPemanfaatan Langsung

    Pasal 74 dihapus . Dalam pengaturan UU Panas Bumisebelumnya mengatur bahwa Setiap Orang yang dengansengaja, menghalangi atau merintangi pengusahaanPanas Bumi untuk Pemanfaatan Tidak Langsungterhadap pemegang Izin Panas Bumi sebagaimanadimaksud dalam Pasal 46 huruf b dipidana dengan pidanapenjara paling lama 7 (tujuh) tahun atau pidana dendapaling banyak Rp70.000.000.000,00 (tujuh puluh miliarrupiah).

  • TREYresearch

    UU CK terkaitdenganUU KetenagaListrikanParagraf 5

    Pasal 42

    • Terdapat 18 pasal yang dirubah karenapenyesuaian istilah

  • UU KETENAGALISTRIKAN

    1. Ketentuan Pasal 1 angka 10, angka 12, angka 15, dan angka

    16 diubah, serta angka 11 dihapus, Terjadi perubahan

    karena penggunaan istilah “Perizinan Berusaha” sehingga

    semula menggunakan istilah “Izin usaha penyediaan tenaga

    listrik” dan “Izin operasi” telah Dirubah dan Dihapus karena

    sudah masuk dalam definisi angka 10 perizinan berusaha.

    Perizinan Berusaha terkait ketenagalistrikan adalah

    perizinan untuk melakukan kegiatan usaha penyediaan

    tenaga listrik untuk kepentingan umum, usaha penyediaan

    tenaga listrik untuk kepentingan sendiri, dan/atau usaha

    jasa penunjang tenaga listrik. Sedangkan Definisi angka 12

    dan 15 terkain pengeragaman istilah “Pemerintah Pusat”

    Sedangkan Definisi Pasal 1. angka 12 dan 15

    diubah karena terkai pengeragaman istilah

    “Pemerintah Pusat”.

    Untuk Pasal 1 Angka 16 ditambahkan

    penegasan “memimpin pelaksanaan urusan

    pemerintahan yang menjadi kewenangan

    daerah otonom”

  • UU KETENAGALISTRIKAN

    • Ketentuan Pasal 5 Ayat (2) menghapuskewenangan

    c. penetapan izin usaha penyediaantenaga listrik untuk badan usaha yangwilayah usahanya lintaskabupaten/kota;

    d. penetapan izin operasi yangfasilitas instalasinya mencakup lintaskabupaten/kota;

    e. penetapan tarif tenaga listrik untukkonsumen dari pemegang izin usahapenyediaan tenaga listrik yangditetapkan oleh pemerintah provinsi;

    f. penetapan persetujuan harga jualtenaga listrik dan sewa jaringantenaga listrik untuk badan usaha yangmenjual tenaga listrik dan/ataumenyewakan jaringan tenaga listrikkepada badan usaha yang izinnyaditetapkan oleh pemerintah provinsi;

    g. penetapan persetujuan penjualankelebihan tenaga listrik daripemegang izin operasi yang izinnyaditetapkan oleh pemerintah provinsi;

    kewenangan tersebut juga diatur dalamlampiran UU 23 tahun 2014 Pemda (UUPemda).

    • menghapus kewenangan Pemerintahkab/kota sesuai dengan pengaturandalam UU Pemda Lampiran

    • Ketentuan Pasal 7 terkait RencanaUmumum Ketenagalistrikan Padaayat (1) dan ayat (3) menghilangkanpengaturan berkonsultasi denganDewan Perwakilan Rakyat RepublikIndonesia.

    • Rencana umum ketenagalistrikandibuat berdsarkan Kebijakan energinasional yang olah UU 30 tahun2007 Pasal 11 ayat (2) Kebijakanenergi nasional sebagaimanadimaksud pada ayat (1) ditetapkanoleh Pemerintah denganpersetujuan DPR. Sehingga sudahtepat Tidak perlu melakukankonsultasi lagi dengan DPR.

    • 2. menghapus kewenangan Menteridalam menyusun Pedomanpenyusunan rencana umumketenagalistrikan pada pasal 7 ayat(4). Berubah pendelegasian kepadaPeraturan Pemerintah. Konsistensipada kebijakan pendelegasianmelalui Peraturan Pemerintah.

  • UU KETENAGALISTRIKAN

    • Ketentuan Pasal 10, terkait dengan Putusan MK Perkara Nomor 111/PUU-XIII/2015,

    • Pasal 10 ayat (2) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan

    • (2) Usaha penyediaan tenaga listrik untukkepentingan umum sebagaimana dimaksud padaayat (1) dapat dilakukan secara terintegrasi.

    • Perkara Nomor 111/PUU-XIII/2015:

    • “Menyatakan Pasal 10 ayat (2) Undang-UndangNomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2009 Nomor 133, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 5052) bertentangandengan Undang-Undang Dasar Negara RepublikIndonesia Tahun 1945 secara bersyarat dan tidakmemiliki kekuatan hukum mengikat apabilarumusan dalam Pasal 10 ayat (2) Undang-UndangNomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikantersebut diartikan menjadi dibenarkannyapraktik unbundling dalam usaha penyediaantenaga listrik untuk kepentingan umumsedemikian rupa sehingga menghilangkankontrol negara sesuai dengan prinsip “dikuasaioleh negara”

    • Pada Pasal 10 ayat (4)dilakukan perubahan yaituterkait Pembatasan wilayahusaha untuk usahapenyediaan tenaga listrikuntuk kepentingan umumyang hanya meliputidistribusi tenaga listrikdan/atau penjualan tenagalistrik. Sebelumnya dibatasihanya dalam wilayahusahanya berubah dapatdilakukan diluar usahanya.

  • UU KETENAGALISTRIKAN

    • Ketentuan Pasal 11 diubah

    • Pasal 11

    • (1) Usaha penyediaan tenaga 1istrik untuk kepentingan umumsebagaimana dimaksud dalam pasal10 ayat (1) dilaksanakan oleh badanusaha milik negara, badan usahamilik daerah, badan usaha swasta, koperasi, dan swadaya masyarakatyang berusaha di bidang penyediaantenaga listrik.

    • Sama dangan UU Ketenagalistrikan

    • Perkara Nomor 111/PUU-XIII/2015

    • Menyatakan Pasal 11 ayat (1) Undang-Undang Nomor 30 Tahun2009 tentang Ketenagalistrikan(Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2009 Nomor 133, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5052) bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara RepublikIndonesia Tahun 1945 secarabersyarat dan tidak memilikikekuatan hukum mengikat apabilarumusan dalam Pasal 11 ayat (1) Undang-Undang Nomor 30 Tahun2009 tentang Ketenagalistrikantersebut dimaknai hilangnya prinsip“dikuasai oleh negara”;

    • Sebaiknya dilakukan perubahanpengaturan dengan mendahulukanBUMN

  • • Pasal 13 perubahan, Penambahan pengaturan tujuan tenaga listiik untuk kepentingan sendiri (ayat 1) dan kewajiban mengutamakan produk dan potensi dalam negeri (ayat 3). Substansi lain tetap sama.

    • Pasal 16, Penambahan pada huruf K, sertifikasi badan usaha jasa penunjang tenaga listrik. Substansi lain tetapsama.

    • Pasal 19 ayat 1. Perubahan pengaturanmengenai badan usaha untuk kegiatan:

    • a. usaha penyediaan tenaga listrikuntuk kepentingan umum;

    • b. usaha penyediaan tenaga listrikuntuk kepentingan sendiri; dan

    • c. usaha jasa penunjang tenaga listrik.

    Awalnya Izin usaha untuk menyediakantenaga listrik terdiri atas: a. Izin usahapenyediaan tenaga listrik; dan b. Izinoperasi.

    • Pasal 20 di hapus, karenapengaturannya merujuk pada Pasal19 ayat (1) huruf a sedangkanKarena pasal 19 ayat (1) telah di ubah.

    • Pasal 21 ayat (1) mengatur bahwaPemerintah Pusat atau pemerintahDaerah sesuai dengankewenangannya menetapkanperizinan Berusaha. Tidak sesuaidengan Pasal 5 ayat 2, karena telahmenghapus kewenangan izin olehpemerintah provinsi.

    • Penambahan ayat (2) Pemerintah Pusat menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria berkaitan dengan Perizinan Berusaha.

  • • Pasal 34 Penambahan standar menetapkan tarif listrik yaitu, memperhatikan keseimbangan kepentingan nasional, daerah, konsumen, dan pemegang Perrzinan Berusaha penyediaan tenaga listrik.

    • Pasal 44 Penambahan frasa “bahaya” pada ayat 2 huruf b. aman dari bahaya bagi manusia dan makhluk hidup lainnya dari bahaya;

    • Pasal 46, terkait pembinaan danpengawasan terhadap usahapenyediaan tenaga listrik olehpemerintah dan Pemda terdapatpenambahan kewenangan pada hurufb. pemanfaatan jaringan tenaga listrikuntuk kepentingan telekomunikasi, multimedia, dan informatika;

    • Terkait pengawasan Pemerintah Pusatdapat mendelegasikan kewenanganpembinaan dan pengawasan kepadaPemerintah Daerah (ayat 4)

    • Pasal 48, terkait sanksi administratif,

    • Menghapus unsur pasal 16 ayat 3

    • Menambah unusr pasal 19 ayat 3, Pasal22, pasal 23 ayat 1, pasal 30 ayat 1, pasal33 ayat 2, pasal 44 ayat 4 atau ayat 5,

    • penambahan sanksi administrasi denda.

    • penambahan ayat (2) Setiap orang yang mendirikan bangunan atau membiarkanbangunan dan/atau menanam kembalitanaman yang:

    • a. telah diberi ganti rugi sebagaimanadimaksud dalam Pasal 3O ayat (2) dan/atau kompensasi sebagaimanadimaksud dalam Pasal 30 ayat (3);

    • b. berpotensi masuk ke ruang bebas ataujarak bebas minimum jaringan tenagalistrik; atau

    • c. berpotensi membahayakankeselamatan dan/atau mengganggukeandalan penyediaan tenaga listrik.

    dikenai sanksi administratif.

  • UU KETENAGALISTRIKAN

    • Pasal 49,

    • 1. ayat 1, terkait melakukan usahapenyediaan tenaga listrik untukkepentingan umum tanpa PerizinanBerusaha. Substansi pengaturan samadengan UU ketenagalistrikan tetapiterdapat penambahan maksimal dendamenjadi 3 M yang semula 2 M.

    • 2. ayat 2 perubahan unsur pidana, Setiap orang yang melakukan usahapenyediaan tenaga listrik tanpa izinoperasi, menjadi penyediaan tenagalistrik untuk kepentingan sendiri tanpaPerizinan Berusaha. Kemudianmenghapus ancaman pidana penjarasehingga hanya terdapat ancamanpidana denda 4 M, ancaman dendasama dengan UU Ketenagalistrikan.

    • 3. ayat 3 sama/ tidak ada perubahan.

    • Pasal 50 tentang Setiap orang yang tidak memenuhi keselamatanketenagalistrikan yang mengakibatkan kematian seseorangkarena tenaga listrik

    • ancaman pidana pada ayat 1, ditingkatkan maksimal dendamenjadi 1 M yang semula 500 jt. danpada ayat 2, peningkatan maksimaldenda menjadi 1,5 M yang semula 1 M. sedangkan acaman pidanapenjara tetap 10 tahun.

  • • Pasal baru Pasal 51A sehingga berbunyisebagai berikut:

    • Pasal 51A, mengatur Setiap orang yang mendirikan bangunan ataumembiarkan bangunan dan/ataumenanam kembali tanaman yang telah:

    • a. diberi ganti rugi sebagaimanadimaksud dalam Pasal 30 ayat (2) dan/atau kompensasi sebagaimanadimaksud dalam Pasal 30 ayat (3);

    • b. masuk ke ruang bebas atau jarakbebas minimum jaringan tenaga listrik; dan/atau

    • c. membahayakan keselamatandan/atau mengganggu keandalanpenyediaan tenaga listrik,

    • dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun

    • dan denda paling banyakRpl.000.000.000,00 (satu miliarrupiah).

    • Pasal 52 dihapus,

    • Pasal 52 (1) Setiap orang yang melakukanusaha penyediaan tenaga listrik yang tidakmemenuhi kewajiban terhadap yang berhak atas tanah, bangunan, dantanaman sebagaimana dimaksud dalamPasal 30 ayat (1) dipidana dengan pidanapenjara paling lama 5 (lima) tahun dandenda paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah). (2) Selain pidanasebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikenai sanksi tambahan berupapencabutan izin usaha penyediaan tenagalistrik atau izin operasi

    • Pasal 51 berpotensi memidanakanmasayarakat, pasal 52 meringankanpelaku usaha. Penghapusan pidana bagipelaku usaha yang tidak memenuhikewajiban atas tanah bangunan dantanaman, berubah menjadi sanksiadministratif di pasal 48. sehingga tidakterdapat keseimbangan perlakuan bagimasyarakat dan pelaku usaha.

  • UU KETENAGALISTRIKAN

    • Pasal 54

    • Ayat (1) Setiap orang yang mengoperasikan instalasi tenaga listriktanpa sertifikat laik operasisebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (4) yang mengakibatkan timbulnyakorban dipidana dengan pidanapenjara paling lama 5 (lima) tahun dandenda paling banyakRp500.000.OO0,00 (lima ratus jutarupiah).

    Berubah menjadi Delik Materil, sehinggamenggunakan sanksi pidana penjara dandenda.

    • Ayat (2) Dalam hal instalasi listrikrumah tangga masyarakat dioperasikantanpa sertifikat laik operasi, dampakyang timbul akibat ketiadaan sertifikatlaik operasi menjadi tanggung jawabpenyedia tenaga listrik.

    Terdapat Putusan MK Perkara Nomor58/PUU-XII/2014, Sanksi pidana dendasebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 ayat (1) Undang-Undang Nomor 30 Tahun2009 tentang Ketenagalistrikan dapatdiberlakukan sejak putusan Mahkamahini, namun tidak berlaku untuk instalasilistrik rumah tangga masyarakat;

    • Pasal 54 terkait dengan Putusan MK Perkara Nomor 58/PUU-XII/2014

    • 1. Frasa “pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan” dalamPasal 54 ayat (1) Undang-UndangNomor 30 Tahun 2009 tentangKetenagalistrikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 133, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor5052) bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara RepublikIndonesia Tahun 1945 sepanjangtidak dimaknai, “Setiap orang yang mengoperasikan instalasi tenagalistrik tanpa sertifikat laik operasisebagaimana dimaksud dalam Pasal44 ayat (4) dipidana dengan dendapaling banyak Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah);

    • Delik ini adalah delik formil, sehinggaMK memutuskan hanya diberikansanksi denda.

  • KESIMPULAN

    • Isi tidak banyak terdapat perubahan, dampaknya tidak signifikan.

    1. terdapat banyak pasal yang dirubah karena penyesuaianistilah

    - Pemerintah pusat

    - Perizinan Berusaha

    - sesuai dengan norma, standar, prosedur, dan kriteria yang ditetapkan

    - Pendelegasian ke PP

    2. Terdapat ketidak sesuaian dalam penulisan yang dapatmengakibatkan perbedaan pemahaman dalam pelaksanaan.

    • RUU Cipta Kerja bertujuan untuk meningkatkan investasi danmempermudah perizinan usaha, namun isi materi RUU CiptaKerja Terkait Energi dan SDA belum memuat materi yang mendukung kemudahan berusaha

    • Pengaturan subsektor Migas dalam RUU Cipta Kerja tidakselaras dengan tujuan RUU Cipta Kerja, bahkan berpotensi tidakmendukung peningkatan investasi dan kemudahan perizinan, halini karena:

    • Perizinan merupakan turunan dan sangat terkait dengan sistemdan bentuk kelembagaan serta sistem pengusahaan, olehkarena itu penting untuk mengatur lebih dahulu dengan jelastentang sistem dan bentuk kelembagaan seperti sistempengusahaan minyak dan gas bumi secara lebih komprehensif.

    • Pengaturan RUU Cipta Kerja belum menunjukkan perbaikan dantata kelola yang baik tentang hulu maupun tata niaga hilir TerkaitEnergi dan SDA.

  • TERIMA KASIH