pengaruh welding parameter dan pembersihan …repository.ppns.ac.id/2537/1/0715040054 -...

181
TUGAS AKHIR (607408A) PENGARUH WELDING PARAMETER DAN PEMBERSIHAN PERMUKAAN PADA PENGELASAN RESISTANCE SPOT WELDING (RSW) MATERIAL ALUMINIUM 5083 TERHADAP TEGANGAN GESER DAN METALLOGRAPHY PENDRA SETIOBUDI NRP.0715040054 DOSEN PEMBIMBING BACHTIAR, S.T., M.T IMAM KHOIRUL ROHMAT, S.ST., M.T PROGRAM STUDI D4 TEKNIK PENGELASAN JURUSAN TEKNIK BANGUNAN KAPAL POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA SURABAYA 2019

Upload: others

Post on 28-Jan-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • i

    TUGAS AKHIR (607408A)

    PENGARUH WELDING PARAMETER DAN PEMBERSIHAN

    PERMUKAAN PADA PENGELASAN RESISTANCE SPOT

    WELDING (RSW) MATERIAL ALUMINIUM 5083

    TERHADAP TEGANGAN GESER DAN METALLOGRAPHY

    PENDRA SETIOBUDI

    NRP.0715040054

    DOSEN PEMBIMBING

    BACHTIAR, S.T., M.T

    IMAM KHOIRUL ROHMAT, S.ST., M.T

    PROGRAM STUDI D4 TEKNIK PENGELASAN

    JURUSAN TEKNIK BANGUNAN KAPAL

    POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

    SURABAYA

    2019

  • i

    TUGAS AKHIR (607408A)

    PENGARUH WELDING PARAMETER DAN PEMBERSIHAN

    PERMUKAAN PADA PENGELASAN RESISTANCE SPOT

    WELDING (RSW) MATERIAL ALUMINIUM 5083

    TERHADAP TEGANGAN GESER DAN METALLOGRAPHY

    PENDRA SETIOBUDI

    NRP.0715040054

    DOSEN PEMBIMBING

    BACHTIAR, S.T., M.T

    IMAM KHOIRUL ROHMAT, S.ST., M.T

    PROGRAM STUDI D4 TEKNIK PENGELASAN

    JURUSAN TEKNIK BANGUNAN KAPAL

    POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

    SURABAYA

    2019

  • ii

  • iii

    LEMBAR PENGESAHAN

    TUGAS AKHIR

  • iv

    (Halaman sengaja dikosongkan)

  • v

    PERNYATAAN BEBAS

    PLAGIAT

    No. : F.WD I. 021

    Date : 3 Nopember

    Rev. : 01

    Page : 1 dari 1

  • vi

    (Halaman sengaja dikosongkan)

  • vii

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis tujukan atas kehadirat Allah SWT dengan segala rahmat,

    kuasa, ijin, hidayah, serta ridho-Nya penulis mampu menyelesaikan Tugas Akhir

    dengan baik, lancar dan tepat waktu. Sholawat serta salam terlimpahkan oleh penulis

    kepada Rasulullah Muhammad SAW yang menjadi teladan dan panutan bagi seluruh

    umat manusia serta membawa umat manusia dari zaman kebodohan menuju zaman

    yang penuh dengan ilmu pengetahuan.

    Tugas Akhir yang berjudul “PENGARUH WELDING PARAMETER DAN

    PEMBERSIHAN PERMUKAAN PADA PENGELASAN RESISTANCE SPOT

    WELDING (RSW) MATERIAL ALUMUNIUM 5083 TERHADAP TEGANGAN

    GESER DAN METALLOGRAPHY”. disusun sebagai salah satu pemenuhan syarat

    kelulusan dan penilaian kompetensi penulis dalam studi di Program Studi D4 –

    Teknik Pengelasan Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.

    Penulis menyadari penyelesaian dan penyusunan Tugas Akhir ini tidak

    terlepas dari kerjasama, bantuan, dan bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu

    penulis menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

    1. Allah SWT atas berkat, rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan

    Tugas Akhir dengan lancar dan tepat waktu.

    2. Kedua Orangtua yang selalu memberikan motivasi, finansial serta dukungan

    yang tidak pernah berhenti kepada penulis.

    3. Bapak Ir. Eko Julianto, M.sc., FRINA selaku Direktur Politeknik Perkapalan

    Negeri Surabaya.

    4. Bapak Ruddianto, S.T., M.T., selaku Ketua Jurusan Teknik Bangunan Kapal.

    5. Bapak Muhammad Ari, S.T., M.T., selaku Koordinator Prodi Teknik

    Pengelasan.

    6. Bapak Mukhlis, S.T., M.T., selaku Koordinator Tugas Akhir.

    7. Bapak Bachtiar, S.T., M.T., selaku Dosen Pembimbing I Tugas Akhir yang telah

    banyak meberikan bimbingan dan arahan dalam pengerjaan Tugas Akhir ini.

    8. Bapak Imam Khoirul Rohmat, S.ST., M.T., selaku Dosen Pembimbing II Tugas

    Akhir yang telah banyak meberikan bimbingan dan arahan dalam pengerjaan

    Tugas Akhir ini.

  • viii

    9. Bapak Musta’in selaku Ketua Jurusan Teknik Bangunan Kapal Politeknik

    Negeri Madura yang telah memberikan kesempatan untuk mengunakan mesin

    untuk las spot welding.

    10. PT Barata Indonesia, selaku pembimbing dari pihak industry yang telah banyak

    memberikan bimbingan dan arahan dalam pengerjaan Tugas Akhir ini.

    11. Saudara M. Afif Syaichoni, S.ST., saudara Dian Kurnia Sandi, Saudara Debby

    Yoga Pradana, S.ST. saudara Shohib, A.md. dan segenap keluarga besar

    @mulyos_squad yang selalu memberi inspirasi, semangat dan motivasi serta

    bantuan material dalam pengerjaan Tugas Akhir ini.

    12. Teman-teman Teknik Pengelasan 2015 yang selalu memberi inspirasi dan

    motivasi.

    13. Seluruh Staff Dosen dan Karyawan Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.

    14. Seluruh Staff Dosen dan Karyawan Politeknik Negeri Madura yang telah

    membantu kelancaran Tugas Akhir ini.

    15. Seluruh Staff Karyawan Politeknik Negeri Malang yang telah membantu untuk

    lelakukan trial dan penentuan parameter dalam melakukan pengelasan.

    16. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang selalu memberi

    bantuan dan semangat kepada penulis.

    Penulis menyadari atas kurang sempurnanya penelitian ini, sehingga masih

    terdapat kekurangan yang tidak disengaja. Oleh karena itu kritik dan saran yang

    membangun dan berguna dibutuhkan untuk perbaikan serta penelitian selanjutnya.

    Semoga Laporan Tugas Akhir ini dpat memberi manfaat serta dapat digunakan

    sebagai salah satu referensi untunk pengembangan Tugas Akhir selanjutnya di

    kemudian hari dan dapat menjadi nilai tambah khususnya bagi penulis dan umumnya

    bagi pembaca.

    Surabaya, Agustus 2019

    Penulis,

    Pendra Setiobudi

    0715040054

  • ix

    PENGARUH WELDING PARAMETER DAN PEMBERSIHAN

    PERMUKAAN PADA PENGELASAN RESISTANCE SPOT

    WELDING (RSW) MATERIAL ALUMINIUM 5083 TERHADAP

    TEGANGAN GESER DAN METALLOGRAPHY

    Pendra Setiobudi

    ABSTRAK

    Spot Welding merupakan proses pengelasan banyak digunakan pada saat ini.

    Dimana spot welding mempercepat waktu pengerjaan serta biaya dibandingkan

    dengan proses pengelasan yang lain. Arus yang kuat dialirkan melalui elektroda,

    karena dengan arus besar dan waktu penekanan yang harus melalui kedua logam

    yang dijepit satu dengan yang lain serta akibat pemusatan energy pada elektroda

    maka panas akan timbul. Hal ini dikarenakan material jenis aluminium tergolong

    kurang baik bila dibandingkan dengan baja. karena adanya pelindung anti karat. Dari

    hasil penelitian yang sudah dilakukan bahwa untuk hasil rata-rata shear strength

    paling besar adalah sebesar 192.96Mpa dengan variasi arus 16Ka dan welding time

    38cycle dengan metode pembersihan dengan griding and aston dan hasil terendah

    sebesar 102.54Mpa dengan variasi 13Ka dengan welding time 32cycle dengan

    metode tanpa pembersihan. Dan untuk diameter nugget terbesar adalah 3.33mm

    untuk variasi arus 16ka dan welding time 38cycle dengan metode pembersihan

    grinding and aseton dan terendah 2.29mm dengan variasi arus 13Ka dan welding

    time 32cycle dengan metode tanpa pembersihan. dan untuk hasil pengamatan foto

    mikro adalah semakin tinggi arus dan welding time maka maka presipitasi dari

    Al8Mg5 semakin besar dan kasar.

    Kata Kunci: Metallography, Surface Preparation, Shear Strength, Spot Welding

  • x

    (Halaman sengaja dikosongkan)

  • xi

    THE EFFECT OF WELDING PARAMETERS AND CLEANING OF

    SURFACE ON RESISTANCE SPOT WELDING (RSW) MATERIAL

    ALUMINUM 5083 TO SHER STRENGTH AND

    METALLOGRAPHY

    Pendra Setiobudi

    ABSTRACT

    Spot Welding is a welding process that is widely used today. Where spot

    welding speeds up processing time and costs compared to other welding processes.

    Strong currents are flowed through the electrode, because with large currents and

    the time of pressing that must be through both metals which are clamped with one

    another and due to the concentration of energy in the electrode, heat will arise. This

    is because aluminum material is classified as poor compared to steel. because of the

    anti-rust protection. From the results of the research that has been done that for the

    results of the highest average shear strength is 192.96Mpa with variations of current

    16Ka and 38cycle welding time with the cleaning method with griding and aston and

    the lowest result is 102.54Mpa with 13Ka variation with welding time 32cycle with

    the method without cleaning. And for the largest nugget diameter is 3.33mm for a

    variation of 16ka current and 38cycle welding time with the grinding and acetone

    cleaning method and the lowest 2.29mm with a current variation of 13Ka and

    32cycle welding time with a no-cleaning method. and for micro photo observations,

    the higher the current and welding time, the greater the precipitation of the AL8Mg5

    and the coarse precipitation.

    Keywords : Metallography, Surface Preparation, Shear Strength, Spot Welding

  • xii

    (Halaman sengaja dikosongkan)

  • xiii

    DAFTAR ISI

    LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................................ iii

    PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT .......................................................................... v

    KATA PENGANTAR ............................................................................................... vii

    DAFTAR ISI ............................................................................................................. xiii

    DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xix

    BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................... 1

    1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1

    1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 3

    1.3 Tujuan .............................................................................................................. 3

    1.4 Manfaat ............................................................................................................ 3

    1.5 Batasan Penelitian ............................................................................................ 4

    BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 5

    2.1 Definisi Pengelasan .......................................................................................... 5

    2.1.1 Jenis-jenis Pengelasan ...................................................................................... 5

    2.2 Resistance Welding .......................................................................................... 7

    2.2.1 Resistance Spot Welding .................................................................................. 8

    2.2.2 Welding Parameter pada Resistance Spot welding ........................................... 9

    2.2.3 Electrode ........................................................................................................ 13

    2.2.4 Tekanan (Force) ............................................................................................. 14

    2.2.5 Pulsation ........................................................................................................ 14

    2.3 Keunggulan dan Kekurangan Spot Welding .................................................. 14

    2.3.1 Keuntungan las titik ....................................................................................... 14

    2.3.2 Kekurangan las titik ....................................................................................... 14

    2.3 Alumunium .................................................................................................... 15

    2.3.1 Aluminium Murni .......................................................................................... 16

    2.3.2 Aluminium Paduan ........................................................................................ 16

    2.3.3 Magnesium ..................................................................................................... 16

    2.3.4 Komposisi Material Aluminium 5083 ........................................................... 17

    2.4 Aseton ............................................................................................................ 17

    2.5 Pengujian Spot Welding ................................................................................. 19

  • xiv

    2.5.1 Pengujian Shear Strengt ................................................................................. 19

    2.5.2 Pengujian Metallography ................................................................................ 20

    2.6 ANOVA (Analyze of Variance) ...................................................................... 21

    2.7 Penelitian terdahulu ........................................................................................ 23

    BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ..................................................................... 25

    3.1 Diagram Alir Proses Pengerjaan Penelitian .................................................... 25

    3.2 Alur Penelitian ................................................................................................ 26

    3.2.1 Alur Penelitian ................................................................................................ 26

    3.2.2 Studi Lapangan ............................................................................................... 26

    3.2.3 Studi Kasus ..................................................................................................... 27

    3.2.4 Perumusan Masalah ........................................................................................ 27

    3.2.5 Persiapan Material .......................................................................................... 31

    3.3 Tahap Proses ................................................................................................... 33

    3.3.1 No Surface Preparation ................................................................................. 34

    3.3.2 Surface Preparation ........................................................................................ 34

    3.4 Tahap Pengujian ............................................................................................. 35

    3.4.1 Pengujian Shear Strength ............................................................................... 36

    3.4.2 Pengujian Metallography ................................................................................ 38

    3.4.3 Acceptance Criteria Metallography menurut ASME Section IX ................... 40

    3.4.4 Anova .............................................................................................................. 41

    3.5 Tahap Analisa Dan Kesimpulan ..................................................................... 44

    BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN ................................................................ 45

    4.1 Data Pengelasan .............................................................................................. 45

    4.2 Hasil Pengujian dan Pembahasan ................................................................... 46

    4.2.1 Hasil Pengujian Shear Strength ...................................................................... 46

    4.2.2 ANOVA (Analyze of Varience) ...................................................................... 59

    4.2.3 Hasil Penggamatan dengan Makro Etsa ......................................................... 67

    4.2.4 Hasil Pengamatan Foto Mikro. ...................................................................... 84

    BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 95

    5.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 95

    5.2 Saran ............................................................................................................... 96

    DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 97

  • xv

    LAMPIRAN ............................................................................................................... 99

  • xvi

    (Halaman sengaja dikosongkan)

  • xvii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 2. 1 Tabel komposisi alumunium ..................................................................... 17

    Tabel 2. 2 Penelitian Terdahulu ................................................................................. 23

    Tabel 3. 1 hasil shear strength ................................................................................... 31

    Tabel 3. 2 Mill Test Certificate .................................................................................. 31

    Tabel 3. 3 Dimensi Specimen Spot Welding standart ASME section IX ................. 33

    Tabel 3. 4 Acceptance Criteria Width Nugget Menurut ASME section IX .............. 40

    Tabel Tabel 4. 1 Hasil Load shear strenght untuk no surface preparation ............... 47

    Tabel 4. 2 Hasil perhitungan shear strenght untuk no surface preparation .............. 47

    Tabel 4. 3 Hasil load shear strenght with grinding grit 800 ..................................... 48

    Tabel 4. 4 Hasil perhitungan shear strenght untuk with grinding grit 800 ............... 49

    Tabel 4. 5 Hasil load shear strength dengan grinding and aseton ............................ 49

    Tabel 4. 6 Hasil perhitungan shear strenght untuk grinding and aseton ................... 50

    Tabel 4. 7 Hasil load shear strength dengan aseton .................................................. 51

    Tabel 4. 8 Hasil perhitungan shear strenght untuk whit aseton ................................ 51

    Tabel 4. 9 Tabel hasil Load Shear Strength ............................................................... 52

    Tabel 4. 10 Diameter nugget ...................................................................................... 53

    Tabel 4. 11 Data penggabungan uji shear strength ................................................... 54

    Tabel 4. 12 Acceptance criteria nungget width spot welding ................................... 67

    Tabel 4. 13 Keterangan makro spesimen RSW-T4(1) ............................................... 68

    Tabel 4. 14 Keterangan makro spesimen RSW-T8(2) ............................................... 69

    Tabel 4. 15 Keterangan makro spesimen RSW-T12(3) ............................................. 70

    Tabel 4. 16 Keterangan makro spesimen RSW-T16(4) ............................................. 71

    Tabel 4. 17 Keterangan makro spesimen RSW-T20(5) ............................................. 71

    Tabel 4. 18 Keterangan makro spesimen RSW-T24(6) ............................................. 73

    Tabel 4. 19 Keterangan makro spesimen RSW-T28(7) ............................................. 73

    Tabel 4. 20 Keterangan makro spesimen RSW-T32(8) ............................................. 75

    Tabel 4. 21 Keterangan makro spesimen RSW-T36(9) ............................................. 75

    Tabel 4. 22 Keterangan makro spesimen RSW-T40(10) ........................................... 76

  • xviii

    Tabel 4. 23 Keterangan makro spesimen RSW-T44(11) ........................................... 77

    Tabel 4. 24 Keterangan makro spesimen RSW-T48(12) ........................................... 79

    Tabel 4. 25 Keterangan makro spesimen RSW-T52(13) ........................................... 79

    Tabel 4. 26 Keterangan makro spesimen RSW-T56(14) ........................................... 80

    Tabel 4. 27 Keterangan makro spesimen RSW-T60(15) ........................................... 82

    Tabel 4. 28 Keterangan makro spesimen RSW-T64(16) ........................................... 83

    Tabel 4. 29 Struktur mikro pada variasi no surface preparation untuk perbesaran

    Base metal ................................................................................................ 85

    Tabel 4. 30 Struktur mikro pada variasi no surface preparation untuk Weld Metal

    atau ( Nugget ) ......................................................................................... 86

    Tabel 4. 31 Struktur mikro pada variasi surface preparation grinda grit 800 untuk

    perbesaran Base Metal ............................................................................. 87

    Tabel 4. 32 Struktur mikro pada variasi surface preparation grinda grit 800 untuk

    Weld Metal atau (Nugget) ........................................................................ 88

    Tabel 4. 33 Struktur mikro pada variasi surface preparation grinda+aseton untuk

    perbesaran Base Matel ............................................................................. 89

    Tabel 4. 34 Struktur mikro pada variasi surface preparation grinda+aseton untuk

    perbesaran Weld Metal atau (Nugget)...................................................... 90

    Tabel 4. 35 Struktur mikro pada variasi surface preparation dengan aseton untuk

    Base Metal ............................................................................................... 91

    Tabel 4. 36 Struktur mikro pada variasi surface preparation dengan aseton untuk

    Weld Metal atau (Nugget) ........................................................................ 92

  • xix

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2. 1 Pengelasan Lebur .................................................................................... 6

    Gambar 2. 2 Pengelasan Spot Welding ........................................................................ 8

    Gambar 2. 3 Tahapan Spot Welding .......................................................................... 10

    Gambar 2. 4 Parameter Proses ................................................................................... 13

    Gambar 2. 5 Eletrode Spot Welding .......................................................................... 13

    Gambar 2. 6 Alumunium ........................................................................................... 15

    Gambar 2. 7 Specimen Shear Strength ...................................................................... 19

    Gambar 3. 1 Flow Chat Penelitian ............................................................................. 25

    Gambar 3. 2 Flow Chat Penelitian (Lanjutan) ........................................................... 26

    Gambar 3. 3 Mesin spot welding ............................................................................... 28

    Gambar 3. 4 Contoh nugget hasil spot welding convensional ................................... 28

    Gambar 3. 5 Referensi amper sesuai AWS C1.1 ....................................................... 29

    Gambar 3. 6 Knop mengatur arus dan waktu ............................................................ 30

    Gambar 3. 7 Specimen percobaan sesuai ASME IX .................................................. 32

    Gambar 3. 8 spesimen hasil pengelasan spot welding ............................................... 33

    Gambar 3. 9 Gambar pencekam tambahan untuk uji shear strength......................... 36

    Gambar 3. 10 Pengujian Shear Strength .................................................................... 37

    Gambar 3. 11 Hasil pengukuran diameter nugget dengan software ImageJ. ............ 40

    Gambar 3. 12 Data anova pada SPSS ........................................................................ 41

    Gambar 3. 13 Data anova pada SPSS ........................................................................ 42

    Gambar 3. 14 hasil ouput SPSS nomalitas residual standart .................................... 42

    Gambar 3. 15 Menu untuk melakukan homogeniti test ............................................. 43

    Gambar 3. 16 hasil homogeneity test ......................................................................... 43

    Gambar 3. 17 output ANOVA menggunakan aplikasi SPSS .................................... 44

    Gambar 4. 1 Hubungan welding parameter vs rata-rata nilai load shear strenght .... 55

    Gambar 4. 2 Hubungan surface preparation vs rata-rata nilai load shear strenght .. 56

    Gambar 4. 3 Hubungan welding parameter vs rata-rata nilai shear strenght ............ 57

    Gambar 4. 4 Hubungan surface preparation vs rata-rata nilai shear strenght .......... 58

  • xx

    Gambar 4. 5 Hasil dari uji normalitas untuk data shear strength ............................... 59

    Gambar 4. 6 gambar histogram dari uji shear strength .............................................. 60

    Gambar 4. 7 Normal Q-Q standardizer residual for shear strength .......................... 60

    Gambar 4. 8 gambar standardized residual ................................................................ 61

    Gambar 4. 9 hasil uji homogeniti test ......................................................................... 61

    Gambar 4. 10 hasil output SPSS untuk uji two way ANOVA .................................... 63

    Gambar 4. 11 nilai rata-rata untuk hasil uji shear strength dari welding parameter .. 65

    Gambar 4. 12 nilai rata-rat shear strength dari surface preparation.......................... 65

    Gambar 4. 13 Rata-rata hasil uji shear strength terhadap interaksi surface

    preparation dan welding parameter. .......................................................................... 66

    Gambar 4. 14 Hasil uji makro spesimen uji RSW-T4(1) ........................................... 67

    Gambar 4. 15 Hasil uji makro spesimen uji RSW-T8(2) ........................................... 68

    Gambar 4. 16 Hasil uji makro spesimen uji RSW-T12(3) ......................................... 69

    Gambar 4. 17 Hasil uji makro spesimen uji RSW-T16(4) ......................................... 70

    Gambar 4. 18 Hasil uji makro spesimen uji RSW-T20(5) ......................................... 71

    Gambar 4. 19 Hasil uji makro spesimen uji RSW-T24(6) ......................................... 72

    Gambar 4. 20 Hasil uji makro spesimen uji RSW-T24(6) ......................................... 73

    Gambar 4. 21 Hasil uji makro spesimen uji RSW-T32(8) ......................................... 74

    Gambar 4. 22 Hasil uji makro spesimen uji RSW-T36(9) ......................................... 75

    Gambar 4. 23 Hasil uji makro spesimen uji RSW-T40(10) ....................................... 76

    Gambar 4. 24 Hasil uji makro spesimen uji RSW-T44(11) ....................................... 77

    Gambar 4. 25 Hasil uji makro spesimen uji RSW-T48(12) ....................................... 78

    Gambar 4. 26 Hasil uji makro spesimen uji RSW-T52(13) ....................................... 79

    Gambar 4. 27 Hasil uji makro spesimen uji RSW-T56(14) ....................................... 80

    Gambar 4. 28 Hasil uji makro spesimen uji RSW-T60(15) ....................................... 81

    Gambar 4. 29 Hasil uji makro spesimen uji RSW-T64(16) ....................................... 82

  • 1

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Seiring dengan berkembangan teknologi maka setiap perusahaan dituntut

    untuk meningkatkan mutu dan kualitasnya agar dapat bersaing dengan perusahaan

    yang lain. Tidak terkecuali di Perusahaan X yang bergerak dibidang otomotif

    yang di tuntut untuk terus berinovasi dan mengembangkan teknologinya

    dikarenakan saat ini banyak sekali persaingan di dunia otomotif pada pembuatan

    body kendaraan bermotor, khusus nya body bus yang menjadi fokus utama

    perusahaan ini. Maka tak diragukan lagi dengan mengandeng perusahaan ternama

    asal Malaysia, dimana perusahaan ini mulai berinovasi dengan mengembangkan

    dan membuat body kendaraan dari bahan yang ringan, diharapkan nantinya adalah

    bobot kendaraan menjadi lebih ringan, tahan karat, dan tentunya dengan

    konstruksi yang kuat. Apabila bobot kendaraan tersebut semakin ringan maka

    akan memperingan kinerja engine dalam beroperasi yang nantinya akan berimbas

    kepada pengunaaan bahan bakar yang lebih efisien serta usia pakai dari sparepart

    didalam engine nya menjadi lebih awet yang akan menbuat biaya perawatan nya

    menjadi murah. Salah satu contoh pengunaan bahan yang ringan adalah

    aluminium. Karena alumunium banyak dipakai dalam aplikasi industri kendaraan

    sampai saat ini.

    Pengelasan merupakan cara yang paling banyak digunakan dalam proses

    penyambungan logam dikarenakan las memiliki kelebihan antara lain sambungan

    lebih kuat, hemat, murah, dan mudah pemakaiannya. Banyak metode dan cara

    yang digunakan dalam proses pengelasan logam. Salah satu pengelasan yang

    cukup modern adalah Resistance Spot Welding (RSW) atau sering dikenal dengan

    las titik. Proses pengelasan titik sendiri merupakan suatu proses yang kompleks

    dimana arus yang kuat dialirkan melalui elektroda, karena aliran listrik yang kuat

    tersebut melibatkan interaksi elektrik yang harus melalui kedua logam yang

    dijepit maka pada daerah yang terjepit akan timbul interaksi antara specimen satu

    dengan yang lain serta akibat pemusatan energy pada elektroda yang diruncingkan

  • 2

    maka panas akan timbul karena adanya resistansi listrik yang menyebabkan logam

    ditempat tersebut mencair dan kemudian tersambung, dimana setiap parameter

    proses memilki pengaruh terhadap kualitas dan karakteristik hasil las.

    Penggunaan las titik pada Aluminium untuk saat ini masih jarang

    dilakukan. Hal ini dikarenakan material jenis aluminium tergolong kurang baik

    bila dibandingkan dengan baja sebab panas dan daya hantar panasnya tinggi serta

    sukar sekali untuk memusatkan panas dan mencairkan sebagian kecil saja, karena

    adanya pelindung anti karat yang beroksidasi pada permukaan alumunium sehinga

    menimbulkan alumunium oxide atau AL2O3 yang mana titik lebur dari AL2O3 ini

    lebih tinggi ketimbang bahan alumunium itu sendiri. Bentuk pengelasan pada

    aluminium lebih sering dengan menggunakan las MIG dan TIG. Untuk mengatasi

    hal tersebut diperusahaan X sebelum melakukan pengelasan alumunium, daerah

    yang akan dilakukan pengelasan akan dioles dengan aseton, lalu dibiarkan

    sampain kering. Tetapi setelah pembersihan menggunakan aseton jangan

    dibiarkan terpapar dengan udara terlalu lama max 4 jam setelah pemberian aseton.

    Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian seberapa besar pengaruh parameter

    pengelasan dan pemberian aseton pada permukaan alumunium yang akan

    dilakukan pengelasan. Dengan harapan penambahan aseton sebagai pembersih

    pada material aluminium.

    Dikarenakan kebanyakan teknologi yang dipakai untuk menyambung

    alumunium adalah dengan dirifet oleh sebab dirasa kurang efektif dan memakan

    biaya produksi yang mahal. Sehingga dibutuhkan penelitian akan spot welding

    alumunium. (Chao, Y.J, 2013) Mengatakan bahwa kendaraan modern saat ini

    memiliki 2000 sampai 5000 sambungan. Apabila ini harus dilakukan dengan

    proses keling maka akan memakan waktu lama serta biaya yang lebih mahal. Oleh

    karena itu penelitian akan pengelasan spot welding alumunium menarik untuk

    dilakukan.

    Oleh karena itu penulis ingin mengetahui kekuatan sambungan dari

    pengelasan spot welding alumunium dengan penambahan aseton sebagai perbersih

    permukaan alumunium.

  • 3

    1.2 Rumusan Masalah

    Perumusan masalah dari penelitian ini sebagai berikut:

    1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh parameter pengelasan pada

    resistance spot welding (RSW) material alumunium ?

    2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pembersihan permukaan pada

    pengelasan resistance spot welding (RSW) material alumunium ?

    3. Berapa hasil shear strenght pada pengelasan resistance spot welding material

    alumunium ?

    4. Bagaimana diameter nugget dari pengelasan resistnace spot welding material

    alumunium ditinjau dari uji metallography ?

    1.3 Tujuan

    Tujuan dari penelitian ini sebagai berikut:

    1. Mengetahui berapa besar pengaruh parameter pengelasan pada pengelasan

    resistance spot welding material alumunium.

    2. Mengetahui seberapa besar pengaruh pembersihan permukaan pada

    pengelasan resistance spot welding material alumunium.

    3. Mengetahui berapa nilai shear strength pada pengelasan resistance spot

    welding material alumunium.

    4. Untuk mengetahui diameter nugget dari pengelasan resistance spot welding

    materil alumunium ditinjau dari uji metallography.

    1.4 Manfaat

    Manfaat yang bisa diperoleh dari penelitian adalah sebagai berikut :

    1. Dapat digunakan perusahaan untuk mengetahui parameter pengelasan mana

    yang lebih baik di dalam menlakukan pengelasan resistance spot welding

    alumunium.

    2. Dapat digunakan sebagai bahan acuan perusahaan dari analisan pengelasan

    resistance spot welding alumunium.

    3. Dapat dijadikan referensi bagi semua pihak yang membutuhkan pengetahuan

    dan penyelesaian tentang pengelasan resistance spot welding alumunium.

  • 4

    4. Penelitian ini dapat dijadikan bahan acuan untuk penggembangan penelitian

    selanjutnya.

    1.5 Batasan Penelitian

    Terdapat batasan-batasan permasalahan dalam penelitian tugas akhir ini,

    antara lain:

    1. Material yang digunakan yaitu jenis Alumuniun seri 5083 tebal 1.75 mm.

    2. Proses pengelasan nya mengunakan mesin spot welding konvensional dengan

    yang menghasilkan arus maximum 16Ka.

    3. Untuk variasi pada preparation adalah no surface preparation dan surface

    preparation.

    4. Yang dimaksudkan dengan welding parameter adalah welding current dan

    welding time.

    5. Diameter electrode disamakan dengan diameter mesin dan untuk diameter

    ujung sebesar 5 mm sesuai rumus d = 3.5√ dengan bahan copper alloys for

    resistance welding electrode class 2.

    6. Untuk force tidak dirubah.

    7. Tingkat kehalusan specimen dianggap sama.

    8. Penggujian hasil pengelasan untuk uji shear strenght dan metalography

    sesuai standart ASME section IX.

  • 5

    BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Definisi Pengelasan

    Pengelasan adalah proses penyambungan dua buah logam dengan jalan

    pemanasan dan pelelehan logam dasar, dimana kedua ujung logam yang akan

    disambung dipanaskan hingga titik leburnya dengan busur nyala pada pada teknik

    pengelasan lain, dapat juga dihasilkan panas dari gesekan kedua

    permukaan logam dasar las, sebagai mana melalui proses pengelasan tanpa

    pencairan (Satoto, 2002). Sehingga, secara umum proses penyambungan logam

    dengan teknologi las, dapat dilakukan dengan pelelehan atau tanpa pelelehan logam

    dasar (Base Metal, BM). Dalam hal pengelasan dengan pelelehan BM, umumnya

    diperlakukan logam pengisi (FM), sementara untuk proses las tempa pelelehan tidak

    diperlukan.

    2.1.1 Jenis-jenis Pengelasan

    Pengelasan dapat dibagi menjadi dua kelompok utama, yaitu : pengelasan

    lebur (fusion welding) dan pengelasan padat (solid-state welding), berikut dijelaskan

    jenis pengelasan tersebut (Wiryosumotomo & Okumura, 2000).

    1. Pengelasan lebur

    Proses pengelasan lebur menggunakan panas untuk mencairkan logam induk.

    Beberapa operasi pengelasan jenis ini mengunakan logam pengisi, dan ada yang

    tanpa logam pengisi. Pengelasan lebur dapat dikelompokkan sebagai berikut:

    Pengelasan busur (Arc Welding, AW). Dalam proses pengelasan jenis AW,

    proses penyambungan dilakukan dengan memanaskan logam pengisi dan bagian

    sambungan dari logam induk sampai mencair dengan memakai sumber panas

    busur listrik, seperti ditunjukkan dalam Gambar 1. Beberapa operasi pengelasan

    ini juga menggunakan tekanan selama proses.

  • 6

    Gambar 2. 1 Pengelasan Lebur (Prabowo, 2017)

    Pengelasan resistansi listrik (resistance welding, RW), dalam proses pengelasan

    ini permukaan lembaran logam yang disambung ditekan satu sama lain dan arus

    yang cukup besar dialirkan melalui sambungan tersebut. Pada saat arus mengalir

    dalam logam, panas tertinggi timbul di daerah yang memiliki resistansi listrik

    terbesar, yaitu pada permukaan kontak kedua logam (fayng surfaces).

    Pengelasan gas (oxyfuel gas welding, OFW) dalam pengelasan ini sumber panas

    diperoleh dari hasil pembakaran gas dengan oksigen sehingga menimbulkan

    nyala api dengan suhu yang dapat mencairkan logam induk dan logam pengisi.

    Gas yang lazim digunakan adalah gas alam, asetilen, dan hidrogen. Dari ketiga

    gas ini yang paling sering dipakai adalah gas asetilen, sehingga las gas diartikan

    sebagai las oksi-asetilen.

    Proses pengelasan lebur yang lain terdapat beberapa jenis pengelasan lebur yang

    lain, untuk menghasilkan peleburan logam yang disambung, seperti misalnya

    pengelasan berkas electron (electron beam welding), dan pengelasan berkas laser

    (laser beam welding).

    2. Pengelasan padat

    Dalam pengelasan padat proses penyambungan logam dihasilkan dengan

    tekanan tanpa memberikan panas dari luar atau dengan tekanan dan memberikan

    panas dari luar. Bila digunakan panas, maka temperatur dalam proses di bawah titik

    lebur logam yang dilas, sehingga logam tersebut tidak mengalami peleburan dan

    tetap dalam keadaan padat. Dalam pengelasan ini tidak digunakan logam pengisi.

    Pengelasan padat dapat dikelompokkan sebagai berikut :

  • 7

    Pengelasan difusi (diffusion welding, DFW.,

    Dua pemukaan logam yang akan disambung disatukan, kemudian dipanaskan

    dengan temperatur mendekati titik lebur logam sehingga permukaan yang akan

    disambung menjadi plastis dan dengan memberi tekanan tertentu maka terbentuk

    sambungan logam.

    Pengelasan ultrasonik (Ultrasonic Welding, UW).

    Dilakukan dengan menggunakan tekanan tertentu antara dua bagian logam yang

    akan disambung, kemudian diberi getaran osilasi dengan frekuensi ultrasonic

    dalam arah yang sejajar dengan permukaan kontak. Gaya getar tersebut akan

    melepas lapisan tipis permukaan kontak sehingga dihasilkan ikatan atomik

    antara ke dua permukaan tersebut.

    Pengelasan gesek (Friction Welding, FW).

    Penyambungan dalam pengelasan gesek terjadi akibat panas yang ditimbulkan

    oleh gesekan antara dua permukaan logam yang bersentuhan. Kedua bagian

    logam yang akan disambung disatukan dibawah pengaruh tekanan aksial,

    kemudian salah satu diputar sehingga pada permukaan kontak akan timbul panas

    (mendekati titik cair logam), maka setelah putaran dihentikan akan terbentuk

    sambungan logam (Prabowo, 2017).

    2.2 Resistance Welding

    Resistance Welding adalah teknologi pengelasan yang banyak digunakan

    dalam industri manufaktur untuk menggabungkan lembaran logam dan komponen.

    Lasan dibuat dengan melakukan arus yang kuat melalui kombinasi logam untuk

    memanaskan dan akhirnya melelehkan logam pada titik-titik terlokalisasi yang telah

    ditentukan oleh desain elektroda atau benda kerja yang akan dilas. Suatu gaya selalu

    diterapkan sebelum, selama dan setelah aplikasi arus untuk membatasi area kontak

    pada interface las dan, dalam beberapa aplikasi, untuk memalsukan benda kerja.

    Untuk jenis penggelasan resistance welding di bedakan dalam beberapa jenis

    tergantung pada bentuk benda kerja dan bentuk elektroda, proses pengelasan

    resistance dapat diklasifikasikan menjadi beberapa varian di antaranya yang paling

    umum digunakan adalah pengelasan titik, pengelasan proyeksi, pengelasan jahitan

    dan pengelasan butt.

  • 8

    2.2.1 Resistance Spot Welding

    Spot welding adalah proses pengelasan resistansi untuk menggabungkan

    lembaran logam dengan langsung menerapkan kekuatan yang berlawanan dengan

    elektroda dengan ujung runcing. Arus dan pembangkit panas dilokalisasi oleh bentuk

    elektroda. Ukuran las nugget biasanya ditentukan oleh area kontak ujung elektroda.

    Spot welding adalah proses pengabungan yang dominan dalam industri otomotif

    untuk merakit badan mobil dan komponen besar. Serta juga banyak digunakan untuk

    pembuatan perabot dan peralatan rumah tangga dll. Berikut jenis jenis spot welding:

    Gambar 2. 2 Pengelasan Spot Welding (www.smartdress-project.eu., 2013)

    1. Single-Sided (One-Sided) Resistance Welding

    Adalah proses pengelasan resistansi khusus di mana las titik dibuat dengan

    hanya satu elektroda yang mengakses dari satu sisi ke zona las dengan atau tanpa

    pelat belakang dari sisi yang lain. Gaya las rendah biasanya digunakan yang

    membatasi pengelasan titik one-sided untuk bergabung dengan lembaran yang

    relatif tipis. Ini mungkin berguna untuk komponen pengelasan dengan

    keterbatasan akses elektroda dari kedua sisi.

    2. Resistance Weld Bonding

    Merupakan proses penggabungan join dengan ikatan perekat dan pengelasan

    resistansi. Perekat diterapkan pada permukaan lembaran yang harus dilas, dan

    kemudian las titik resistansi dibuat melalui lembaran sebelum proses pengikatan

  • 9

    perekat. join dapat memiliki kekuatan yang baik dari pengelasan titik dan

    kekakuan yang baik dari ikatan perekat.

    3. Cross Wire Welding

    Adalah proses pengelasan resistansi untuk menghubungkan bar atau kabel pada

    persendian silang dengan menerapkan secara langsung gaya yang berlawanan

    dengan elektroda biasanya datar. Arus dan pembangkitan panas dilokalisasi pada

    titik-titik kontak dari palang atau kawat yang disilangkan. Cross wire welding

    banyak digunakan dalam konstruksi dan industri listrik serta untuk pembuatan

    jaring kawat logam dan troli belanja dll.

    4. Indirect Spot Welding

    Adalah proses pengelasan resistansi khusus di mana lasan titik tunggal dibuat

    dengan satu elektroda yang langsung terhubung ke zona las, sedangkan elektroda

    lainnya diimbangi pada jarak tertentu, tetapi tetap melakukan arus di sepanjang

    benda kerja.

    5. Series Spot Welding

    Adalah proses pengelasan resistansi khusus di mana dua lasan titik dibuat pada

    saat yang sama dengan dua elektroda diimbangi pada jarak tetapi masih

    melakukan arus di sepanjang benda kerja antara dua lasan.

    6. Micro Resistance Welding

    Mengacu pada proses pengelasan resistansi untuk menggabungkan komponen

    mikro atau miniature yang pada prinsipnya dapat berupa salah satu varian proses

    yang disebutkan di atas tetapi dalam skala mikro.

    2.2.2 Welding Parameter pada Resistance Spot welding

    Panas yang dihasilkan didaerah las pada prinsipnya tergantung pada

    besarnya arus listrik dan waktu yang digunakan serta sifat tahanan listrik dari

    material diantara electrode yang dinyatakan dalam persamaan berikut.

    H= I2 x R x t (2.1)

    Dengan:

    H = Panas yang dihasilkan (joule)

    I = Kuat Arus (Amper)

  • 10

    R = Resistansi Listrik (Ohm)

    t = Waktu arus listrik mengalir (Sekon)

    1. Kuat Arus

    Dalam rumus diatas dapat disimpulkan bahwa kuat arus saat berpengaruh dalam

    panas yang dihasilkan dari proses pengelasan tersebut sehingga kuat arus saat

    proses pengelasan ini harus dikontrol sehingga panas yang kita inginkan dapat

    tercapai. Pengontrolan kuat arus bertujuan agar saat pengelasan dimulai jika arus

    yang digunakan terlalu besar maka efek yang akan timbul akan adanya percikan

    dari logam tersebut. Begitupun sebaliknya jika arus yang digunakan terlalu

    rendah maka sambungan yang terjadi pengelasan tersebut tidak meyatu ataupun

    nugget yang dihasilkan terlalu kecil dan kuat dari sambungan tersebut akan

    berkurang.

    2. Resistansi Listrik

    Selain kuat arus, resistansi listrik juga berpengaruh dalam panas yang

    dihasilakan saat proses pengelasan ini. Dengan besarnya resistansi listrik dari

    benda tersebut menjadikan logam yang akan dilas mudah mencair. Adapun

    resistansi listrik tersebut dipengaruhi oleh jarak antara kedua elektroda tersebut.

    3. Welding Cycle (Siklus Pengelasan)

    Tahapan las tahanan listrik merupakan tahapan dimana lembaran plat yang diapit

    oleh elektroda dan dialiri listrik dalam waktu tertentu sehingga plat tersebut

    menyatu. Proses itu dimulai dari waktu penekanan, waktu pengelasan, waktu

    penahan dan waktu selesai.

    Gambar 2. 3 Tahapan Spot Welding (Miller, 2012)

    4. Waktu Pengelasan (Welding Time)

  • 11

    Waktu Pengelasan dalam satu siklus (Miller, 2012). Setelah adanya tekanan

    pada elekroda terhadap logam makan setelah itu elektroda tersebut dialiri listrik

    yang sudah diatur sebelumnya. Dalam proses ini diberikan waktu yang relative

    singkat dengan arus besar sehingga elektroda yang kontak dengan logam akan

    panas dan mencair.

    5. Waktu Penahanan (Hold time)

    Waktu Penahanan setelah terjadinya pengelasan (Miller, 2012). Waktu

    penahanan yang dimaksud merupakan waktu dimana electrode sudah tidak

    dialiri listrik namun masih kontak dengan logam. Selama waktu penahanan ini

    logam yang sebelumnya mencair menjadi menyatu kembali dan membentuk

    nugget.

    6. Waktu selesei (Off Time)

    Waktu dimana dilepaskannya elektroda yang kontak dengan logam. Setelah itu

    dipindahkan ke logam yang akan di las lainnya. (Miller, 2012)

    7. Materials Properties

    Hampir semua sifat material berubah dengan suhu yang menambah dinamika

    proses pengelasan resistansi. Resistivitas material mempengaruhi pembentukan

    panas. Konduktivitas termal dan kapasitas panas mempengaruhi transfer panas.

    Dalam logam seperti perak dan tembaga dengan resistivitas rendah dan

    konduktivitas panas yang tinggi, sedikit panas yang dihasilkan bahkan dengan

    arus pengelasan yang tinggi dan juga cepat dipindahkan. Mereka agak sulit

    untuk mengelas dengan pengelasan resistansi. Di sisi lain, mereka bisa menjadi

    bahan yang baik untuk elektroda. Ketika logam yang berbeda dilas, lebih banyak

    panas akan dihasilkan dalam logam dengan resistivitas yang lebih tinggi. Ini

    harus dipertimbangkan ketika merancang bagian las dalam pengelasan proyeksi

    dan memilih bentuk elektroda pada pengelasan titik. Kekerasan material juga

    mempengaruhi resistansi kontak. Logam yang lebih keras (dengan tegangan

    hasil yang lebih tinggi) akan menghasilkan resistansi kontak yang lebih tinggi

    pada gaya pengelasan yang sama karena permukaan permukaan yang kasar lebih

    sulit untuk diubah bentuknya, menghasilkan area kontak nyata yang lebih kecil.

    Bahan elektroda juga telah digunakan untuk mempengaruhi keseimbangan panas

  • 12

    dalam pengelasan resistan, terutama untuk bergabung dengan logam ringan dan

    non-ferrous.

    8. Surface Coatings

    Kebanyakan pelapisan permukaan diterapkan untuk melindungi korosi atau

    sebagai substrat untuk perawatan permukaan lebih lanjut. Lapisan permukaan ini

    sering menyulitkan proses pengelasan. Penyesuaian parameter proses khusus

    harus dibuat sesuai dengan tipe individu dari lapisan permukaan. Beberapa

    pelapisan permukaan diperkenalkan untuk memfasilitasi pengelasan kombinasi

    material yang sulit. Lapisan permukaan ini dipilih secara strategis untuk

    membawa keseimbangan panas ke surface las.

    9. Geometry and dimensions

    Geometri dan dimensi elektroda dan benda kerja sangat penting, karena

    mempengaruhi distribusi kepadatan arus dan dengan demikian hasil pengelasan

    resistansi. Geometri elektroda di pengelasan titik mengontrol kerapatan arus dan

    ukuran yang dihasilkan dari nugget las. Ketebalan lembaran logam yang berbeda

    membutuhkan arus pengelasan yang berbeda dan pengaturan parameter proses

    lainnya. Desain geometri proyeksi lokal benda kerja sangat penting dalam

    pengelasan proyeksi, yang harus dipertimbangkan bersama dengan sifat material

    terutama ketika bergabung dengan logam yang berbeda. Pada prinsipnya,

    embossment atau proyeksi harus ditempatkan pada material dengan resistivitas

    yang lebih rendah untuk mendapatkan keseimbangan panas yang lebih baik pada

    surface las.

    10. Welding machine characteristics

    Karakteristik listrik dan mekanik dari mesin las memiliki pengaruh yang

    signifikan terhadap proses pengelasan resistansi. Karakteristik listrik termasuk

    waktu reaksi dinamis arus pengelasan dan kerugian magnetic induktif karena

    ukuran jendela las dan jumlah bahan magnetik di tenggorokan. Waktu up-

    kemiringan mesin las bisa sangat kritis dalam pengelasan resistansi mikro karena

    waktu pengelasan total seringkali sangat pendek. Kerugian magnetik dalam

    pengelasan titik adalah salah satu faktor penting untuk dipertimbangkan dalam

    kontrol proses. Karakteristik mekanis termasuk kecepatan dan percepatan

    elektroda tindak lanjut serta kekakuan bingkai pemuatan untuk lengan. Jika

  • 13

    tindak lanjut elektroda terlalu lambat, pengusiran dapat dengan mudah terjadi

    dalam pengelasan proyeksi. Gambar di bawah menunjukkan parameter proses

    yang diukur dalam proses pengelasan proyeksi, yang mencakup kurva dinamis

    dari arus pengelasan, gaya pengelasan dan perpindahan elektroda, di mana

    gerakan tajam sesuai dengan keruntuhan proyeksi dalam benda kerja

    Gambar 2. 4 Parameter Proses (www.smartdress-project.eu., 2013)

    2.2.3 Electrode

    Dalam pengelasan las tahanan titik pada penelitian ini menggunakan

    elektroda yang terbuat dari tembaga dengan diameter 22 mm dengan diameter

    ujungnya sebesar 5 mm. Elektroda ini mempunyai sifat yang keras bertujuan agar

    penggunaan bertahan lama serta media pendinginan tersebut menggunakan air. Jika

    elektroda dari las tahanan listrik ini terjadi kerusakan biasanya dilakukan perbaikan

    dengan cara menggerinda elektroda tersebut sesuai dengan dimensi semula.

    Gambar 2. 5 Eletrode Spot Welding (www.smartdress-project.eu., 2013)

  • 14

    2.2.4 Tekanan (Force)

    Tujuan utama dari tekanan elektroda adalah menekan bagian yang dilas dan

    tujuan primer untuk menahan bagian itu dan memastikan bagain itu tersambung.

    Ketika tekanan elektroda bertambah maka energi panas akan berkurang. Tekanan

    yang tinggi pada weld metal akan mengurangi ketahanan pada ujung yang

    bersentuhan elektroda dengan bagian spesimen tersebut. Ini dimaksudkan semakin

    tinggi tekanan elektroda memerlukan arus yang lebih tinggi. Spatter akan terjadi bila

    arus dan tekanan yang tinggi. Semakin tinggi tekanan menyebabkan titik las yang

    semakin kecil. Dengan kata lain saat tekanan meningkat, panas dan arus listrik

    setelah itu bepindah ke area yang lebih luas sehingga akan mengurangi nugget

    tersebut. (Rautand, 2014)

    2.2.5 Pulsation

    Pulsation disini digambarkan denyutan arus yang keluar saat proses

    berlangsungnya satu kali pengelasan. Banyaknua pulsation berpengaruh dalam

    terbentuknya nugget dan juga dapat menyebabkan spatter jika dalam penggunaan

    tidak sesuai dengan tebal material.

    2.3 Keunggulan dan Kekurangan Spot Welding

    2.3.1 Keuntungan las titik

    Keuntungan las titik yang utama adalah kecepatan tinggi dan kemampuan

    beradaptasi untuk otomasi dalam kecepatan tinggi sehingga memudahkan dalam

    pemasangan lembaran logam dengan waktu produksi cepat. Selain itu keunggulan

    dari las titik ini ekonomis dalam hal ini lebih cepat saat proses pengelasannya karena

    tidak memerlukan keahlian yang tinggi seperti proses pengelasan manual yang harus

    mempunyai tenaga ahli.

    2.3.2 Kekurangan las titik

    Proses pengelasan las titik memeliki beberapa kekurangan sebagai berikut :

    a) Pengerjaan spot welding memerlukan biaya yang lebih tinggi.

    b) Pemeliharaan dari mesin spot welding relatif susah

  • 15

    c) Lap joint menambahkan berat dan biaya bahan kepada poduk jika dibandingkan

    dengan butt joint

    d) Karena pengerjaan dalam waktu singkat maka butuh arus yang tinggi sehingga

    membutuhkan aliran listrik yang sangat tinggi.

    e) Pengelasan titik memiliki kekuatan tarik dan kekuatan luluh yang rendah karena

    disekitar nugget ada takikan.

    2.3 Alumunium

    Aluminium merupakan logam ringan yang mempunyai ketahanan korosi

    dan hantaran listrik yang baik. Kebanyakan alumunium digunakan untuk peralatan

    rumah tangga, tetapi alumunium juga digunakan sebagai material untuk pembuatan

    pesawat terbang, mobil, kapal laut dan kontruksi. Penambahan unsur Cu, Mg, Si,

    Mn, Zn, atau SI dalam paduan alumunium ditujukan untuk menambah sifat mekanik

    atau fisik sehingga didapat sifat-sifat yang lain, seperti koefisien pemuaian rendah,

    ketahanan aus dan lain sebagainya (Alfatih, 2012).

    Gambar 2. 6 Alumunium (www.smartdress-project.eu., 2013)

    Aluminium ditemukan pada tahun 1825 oleh Hans Christian Oersted, dan

    kemudian diakui secara ilmu pengetahuan (F. Wohler, 1827). Sumber unsur ini tidak

    terdapat bebas, bijih utamanya adalah Bauksit. Penggunaan Aluminium antara lain

    untuk pembuatan kabel, kerangka kapal terbang, mobil dan berbagai produk

    peralatan rumah tangga. Senyawanya dapat digunakan sebagai obat, penjernih air,

    fotografi serta sebagai ramuan cat, bahan pewarna, ampelas dan permata sintesis

    (Surdia dan Saito, 1992). Secara umum Aluminium dapat diklasifikasikan menjadi

    dua yaitu aluminium murni dan paduan. :

  • 16

    2.3.1 Aluminium Murni

    Aluminium 99% tanpa tambahan logam paduan apapun dan dicetak dalam

    keadaan biasa, hanya memiliki kekuatan tensil sebesar 90 MPa, terlalu lunak untuk

    penggunaan yang luas sehingga seringkali aluminium dipadukan dengan logam lain.

    2.3.2 Aluminium Paduan

    Elemen paduan yang umum digunakan pada aluminium adalah silikon,

    magnesium, tembaga, seng, mangan, dan juga lithium sebelum tahun 1970. Secara

    umum, penambahan logam paduan hingga konsentrasi tertentu akan meningkatkan

    kekuatan tensil dan kekerasan, serta menurunkan titik lebur. Jika melebihi

    konsentrasi tersebut, umumnya titik lebur akan naik disertai meningkatnya

    kerapuhan akibat terbentuknya senyawa, kristal, atau granula dalam logam. Namun,

    kekuatan bahan paduan aluminium tidak hanya bergantung pada konsentrasi logam

    paduannya saja, tetapi juga bagaimana proses perlakuannya Magnesium adalah salah

    satu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki symbol Mg dalam tabel

    periodik dengan nomor atom 12 serta berat atom 24,31.

    2.3.3 Magnesium

    Magnesium adalah elemen terbanyak kedelapan yang membentuk 2% berat

    kulit bumi, serta merupakan unsur terlarut ketiga terbanyak pada air laut. Magnesium

    merupakan salah satu jenis logam ringan dengan karakteristik sama dengan

    aluminium tetapi magnesium memiliki titik cair yang lebih rendah dari pada

    aluminium. Magnesium sebagai bahan logam mempunyai peran penting sebagai

    implant biomaterial dan mengganti jaringan tulang yang telah rusak, juga dapat

    digunakan sebagai fotografi, flares, pyrotechnics, dan termasuk incendiary bombs.

    Magnesium sepertiga lebih ringan dari aluminium dan dalam campurannya logam

    digunakan sebagai bahan konstruksi pesawat dan missile. Logam ini memperbaiki

    karakter mekanik, fabrikasi dan las aluminium ketika digunakan sebagai alloying

    agent. Magnesium juga digunakan sebagai agen pereduksi dalam produksi uranium

    murni dan logam-logam lain dari garam-garamnya. Hidroksida (milk of magnesia),

    klorida, sulfat (Epsom salts) dan sitrat digunakan dalam dunia kedokteran.

    Magnesium merupakan kation terbanyak ke empat di dalam tubuh dan kation

  • 17

    terbanyak kedua di dalam intraseluler setelah potasium. Magnesium (Mg)

    mempunyai peranan penting dalam struktur dan fungsi tubuh manusia. Tubuh

    manusia dewasa mengandung kira-kira 25 gram magnesium. (TopfJM, 2003).

    2.3.4 Komposisi Material Aluminium 5083

    Pemilihan maerial alumunium seri 5083 adalah dikarenakan materil tersebut

    mudah didapatkan di pasaran sehingga tidak begitu susah untuk di cari dan

    ketahanan korosinya yang tinggi membuat material seri ini susah terserang korosi

    dan banyak di gunakan pada kapal laut menurut ASME section 2 B tentang material

    nonferrous dapatkan komposisi kimia adalah sebagai berikut :

    Tabel 2. 1 Tabel komposisi alumunium

    No Komposisi kimia Kandungan %

    1 Solicon (Si) 0.4

    2 Iron (Fe) 0.4

    3 Cooper (Cu) 0.1

    4 Manganese (Mn) 0.4 - 1.0

    5 Magnesium (Mg) 4.0 – 4.9

    6 Chromium (Cr) 0.05 – 0.25

    7 Zinc (Zn) 0.25

    8 Titanium (Ti) 0.15

    Sumber: (ASTM, 2009)

    Tensile Strength Yield strength

    Elongation

    MPa Ksi Mpa Ksi

    250 39 117 17 16%

    2.4 Aseton

    Aseton adalah senyawa berbentuk cairan yang tidak berwarna dan mudah

    terbakar. Yang merupakan keton yang paling sederhana yang mempunyai rumus

    (CH3)2CO. meiliki berat jenis 0,787 g/mL , titik didih 560C, titik beku -95

    0C, dan

    memiliki berat molekul 58 g/mol (Candra, 2014). Aseton larut dalam berbagai

    perbandingan dengan air, etanol, dietil eter, dll. Aseton memiliki sifat yang polar,

    dapat direduksi dengan LiAlH4 menjadi alcohol, merupakan basa lewis lemah

    dengan mereaksikannya dengan asam kuat, serta tahan terhadap oksidasi atau tidak

    dapat dioksidasi, kecuali dalam keadaan tertentu dimana rantai karbon pecah. Aseton

  • 18

    dapat melarutkan berbagai macam plastik, meliputi botol Nalgene yang dibuat dari

    polistirena, polikarbonat, dan beberapa jenis poliprolilena.

    Aseton digunakan untuk membuat plastik, serat, obat-obatan, dan senyawa-

    senyawa kimia lainnya. Aseton sering kali merupakan komponen utama (atau

    tunggal) dari cairan pelepas cat kuku. Etil asetat, pelarut organik lainnya, kadang-

    kadang juga digunakan. Aseton juga digunakan sebagai pelepas lem super dan juga

    dapat digunakan untuk mengencerkan dan membersihkan resin kaca serat dan epoksi.

    Serta dapat melarutkan berbagai macam plastik dan serat sintetis. Aseton juga sering

    di gunakan sebagai bahan dasar sintesis kloroform dan iodoform, dan pelarut dalam

    selulosa asetat, yang menghasilkan crayon. Aseton sangat baik digunakan untuk

    mengencerkan resin kaca serat, membersihkan peralatan kaca gelas, dan melarutkan

    resin epoksi dan lem super sebelum mengeras.

    Selain dimanufaktur secara industri, aseton juga dapat ditemukan secara

    alami, termasuk pada tubuh manusia dalam kandungan kecil. Pada tekanan dan

    temperatur dan tekanan normal aseton bersifar relatif stabil. Kondisi yang harus

    dihindari adalah: hindari panas, api, percikap api dan sumber pembakaran. Kontainer

    dari aceton dapat pecah dan meledak bila terpapar dengan panas aseton dibuat secara

    teknik dengan:

    1. Pemanasan kalsium asetat

    2. Mengalirkan uap asam asetat pada kira – kira 4800C melalui oksidasi logam

    yang bekerja katalis seperti Alumunium Oksida, Kalsium Oksida, Magnesium

    Oksida.

    3. Penguraian zat pati oleh bakteri-bakteri tertentu seperti baccilus aceto–

    aethyalitusdan bacillus maseransi hasil sampingan yang didapatkan adalah etil

    alkohol.

    4. Oksidasi alkohol sekunder 2-propanol dengan menghangatkannya dalam Kalium

    dikromat dalam suasana asam.

    Aseton ditemukan pada :

    1. Upper troposphere dan lower stratosphere

    2. Atmosfer sebagai hasil dari reaksi fotokimia dan hidrokarbon alam

    3. Emisi langsung dari sumber-sumber biologic

    4. Oksidasi atmosferik dan berbagai hidrokarbon biogenic.

  • 19

    2.5 Pengujian Spot Welding

    Menurut ASME section IX, pengujian untuk spot welding untuk mengetahui

    sifat mekanik menggunakan pengujian shear strength dan untuk mengetahui

    penetrasi atau kedalaman pengelasan menggunakan macro-etsa (Yoga, 2018).

    2.5.1 Pengujian Shear Strengt

    Pengujian geser ini dilakukan agar mengetahui sifat sambungan material

    tersebuat dari segi gaya geser yang terjadi. Pengujian Shear Streng. Spesimen shear

    strength dapat dilihat pada Gambar 2.7

    Gambar 2. 7 Specimen Shear Strength (ASME IX, 2015)

    Pengujian shear strength sendiri dapat dirumuskan sebgai berikut

    Tegangan: σ =

    (kgf/mm

    2) (2.2)

    Dengan :

    σ = Tegangan Geser (kN/mm2)

    F = Gaya Maksimum (kN)

    A = Luas Penampang (mm2)

    Dari hasil shear strength tersebut didapatkan perubahan panjang serta

    perubahan beban setelah itu data tersebut dinyatakan dalam grafik tegangan-

    regangan (stress-strain curve).

  • 20

    2.5.2 Pengujian Metallography

    Pengujian metallography merupakan suatu ilmu yang mempelajari

    karakteristik suatu logam, paduan logam atau material lainnya serta hubungannya

    dengan sifat–sifat material tersebut. Metallography sendiri dibagi menjadi dua

    pengujian seperti Pemeriksaan Makro (Macro Examination) dan Pemeriksaan Mikro

    (Micro Examination).

    1. Pemeriksaan Makro (Macro Examination)

    Pemeriksaan Makro merupakan pemeriksaan dengan menggunakan kontak

    langsung dengan mata maupun alat bantuan seperti kaca pembesar, dalam

    pemeriksaan makro ini biasa digunakan pada material yang memepunyai

    dimensi besar dan cenderung kasar seperti bahan cor atau tuangan logam

    lainnya. Dalam hal ini pemeriksaan makro bertujuan untuk memeriksa ada atau

    tidaknya celah/lubang dalam bahan tersebut. Jika dalam proses pengelasan

    pemeriksaan makro berguna untuk mengetahui pengelasan tersebut menyatu

    dengan bahan induk atau pun mengetahui daerah yang terkena panas (HAZ).

    Pemeriksaan makro ini mempunyai angka kevalidan dan pemeriksaan sebesar

    0.5 samapai 50 kali.

    2. Pemeriksaan Mikro (Micro Examination)

    Pemeriksaan mikro merupakan pemeriksaan dengan menggunakan alat sebagai

    alat bantu seperti mikroskop. Pemeriksaan ini biasa digunakan pada material

    yang mempunyai sifat yang sangat halus. Pemeriksaan mikro ini bertujuan untuk

    mengetahui sifat material tersebut serta struktur dari paduan logam atau material

    tersebut.

    3. Pemeriksaan Mikro (Micro Examination)

    Pemeriksaan mikro merupakan pemeriksaan dengan menggunakan alat sebagai

    alat bantu seperti mikroskop. Pemeriksaan ini biasa digunakan pada material

    yang mempunyai sifat yang sangat halus. Pemeriksaan mikro ini bertujuan untuk

    mengetahui sifat material tersebut serta struktur dari paduan logam atau material

    tersebut.

  • 21

    2.6 ANOVA (Analyze of Variance)

    Setiap perusahaan perlu melakukan pengujian terhadap kumpulan hasil

    pengamatan mengenai suatu hal, misalnya hasil penjualan produk, hasil produksi

    produk, gaji pekerja di suatu perusahaan nilainya bervariasi antara satu dengan yang

    lainnya. Hal ini berhubungan dengan varian dan rata -rata yang banyak digunakan

    untuk membuat kesimpulan melalui penaksiran dan pengujian hipotesis mengenai

    parameter, maka dari itu dilakukan analisis varian yang ada dalam cabang ilmu

    statistika industri yaitu ANOVA. Penerapan ANOVA dalam dunia industri adalah

    untuk menguji rata -rata data hasil pengamatan yang dilakukan pada sebuah

    perusahaan ataupun industri.

    Analisis varian (Analysis of variance) atau ANOVA adalah suatu metode

    analisis statistika yang termasuk ke dalam cabang statistika inferensi (Sugiyono,

    2013). Uji dalam ANOVA menggunakan uji F karena dipakai untuk pengujian lebih

    dari 2 sampel. Dalam praktik, analisis varians dapat merupakan uji hipotesis (lebih

    sering dipakai) maupun pendugaan (estimation, khususnya di bidang genetika

    terapan).

    ANOVA digunakan untuk membandingkan rata -rata populasi bukan ragam

    populasi. Jenis data yang tepat untuk ANOVA adalah nominal dan ordinal pada

    variabel bebasnya, jika data pada variabel bebasnya dalam bentuk interval atau ratio

    maka harus diubah dulu dalam bentuk ordinal atau nominal. Sedangkan variabel

    terikatnya adalah data interval atau ratio. Adapun asumsi dasar yang harus terpenuhi

    dalam analisis varian adalah :

    1. Kenormalan

    Distribusi data harus normal, agar data berdistribusi normal dapat ditempuh

    dengan cara memperbanyak jumlah sampel dalam kelompok.

    2. Kesamaan Variasi

    Setiap kelompok hendaknya berasal dari popolasi yang sama dengan variansi

    yang sama pula. Bila banyaknya sampel sama pada setiap kelompok maka

    kesamaan variasinya dapat diabaikan. Tapi bila banyak sampel pada masing

    masing kelompok tidak sama maka kesamaan variansi populasi sangat

    diperlukan.

    3. Pengamatan Bebas

  • 22

    Sampel hendaknya diambil Secara acak (random), sehingga setiap pengamatan

    merupakan informasi yang bebas.

    Anova dapat digolongkan kedalam beberapa kriteria, yaitu :

    1. Klasifikasi 1 arah (One Way ANOVA)

    ANOVA klasifikasi 1 arah merupakan ANOVA yang didasarkan pada

    pengamatan 1 kriteria atau satu faktor yang menimbulkan variasi.

    2. Klasifikasi 2 arah (Two way ANOVA)

    ANOVA kiasifikasi 2 arah merupakan ANOVA yang didasarkan pada

    pengamatan 2 kriteria atau 2 faktor yang menimbulkan variasi.

    3. Klasifikasi banyak arah (ANOVA)

    ANOVA banyak arah merupakan ANOVA yang didasarkan pada pengamatan

    banyak kriteria.

    Pada penelitian ini akan menggunakan ANOVA two way . ANOVA dua

    arah ini digunakan bila sumber keragaman yang terjadi tidak hanya karena satu

    faktor (Universitas Islam Indonesia, 2013). Faktor lain yang mungkin menjadi

    sumber keragaman respon juga harus diperhatikan. Faktor lain ini bisa perlakuan lain

    atau faktor yang sudah terkondisi. Pertimbangan memasukkan faktor kedua sebagai

    sumber keragaman ini perlu bila factor itu dikelompokkan(blok), sehingga

    keragaman antar kelompok sangat besar, tetapi kecil dalam kelompok sendiri.

    Tujuan dan pengujian ANOVA dua arah ini adalah untuk mengetahui

    apakah ada pengaruh dari berbagai kriteria yang diuji terhadap hasil yang diinginkan.

    Dalam analysis of variance Two way, baik perhitungan berdasarkan kolom maupun

    baris, keduanya sama -sama dilakukan, karena ada lebih dari satu efek yang dihitung.

    Keduanya merupakan variabel independen atau faktor-faktor yang masing-masing

    mempunyai efek. Dengan demikian, akan didapatkan perhitungan-perhitungan ∑X,

    ∑X2, untuk kolom (faktor A) dan untuk baris (faktor B). Bahkan masih ada sumber

    variasi baru sebagai akibat adanya interaksi dari faktor A dan faktor B yang disebut

    sebagai efek interaksi (faktor A vs B).

  • 23

    2.7 Penelitian terdahulu

    Penelitian terdahulu dapat dilihat pada Tabel 2.2 dibawah ini:

    Tabel 2. 2 Penelitian Terdahulu

    No Pengarang Judul Tahun Kesimpulan

    1. Sulthoni Yoga

    Firiambodo

    Pengaruh Welding

    Parameter Terhadap Shear

    Strenght Dan

    Methalloghrapi pada Spot

    Welding Material SA-240

    Type 201 dengan SA-240

    type 304

    2018 Hasil pengujian makro

    didapatkan bahwa

    perubahan parameter

    pengelasan

    berpengaruh dalam

    width nungget.

    Semakin besar

    parameter yang

    digunakan semakin

    lebar nugget yang

    dihasilkan

    2. Achmad Choironi

    Syaiful Huda

    Studi Metalografi Hasil

    pengelasan titik (Spot

    Welding) Alumunium

    Paduan Dengan Penambahan

    Gas Argon

    2013 Dari hasil uji foto

    makro diameter nugget

    terkecil adalah 1.9 mm

    teradi pada pengelasan

    arus 7000A dengan

    waktu 0,5s dan

    diameter nugget

    terbesar adalah 2,5 mm

    dengan arus pengelasan

    9000A dengan waktu

    pengelasan 0,9s

    3. A. Ambroziak, M.

    Korzeniowski

    Using Resistance Spot

    Welding for Joining

    Alumunium Element in

    Automative Industry

    2010 Metode paling popular

    untuk menyatukan

    body sheet adalah

    resistance spot welding.

    Alumunium paduan

    seri 5xxx dan 6xxx

    dapat di hubungkan

    dengan teknik ini.

  • 24

    (Halaman sengaja dikosongkan)

  • 25

    BAB 3

    METODOLOGI PENELITIAN

    3.1 Diagram Alir Proses Pengerjaan Penelitian

    Metode dalam penelitian ini dapat dilihat dalam flow chat pada

    Gambar 3.1

    Gambar 3. 1 Flow Chat Penelitian (Document Pribadi, 2019)

  • 26

    Gambar 3. 2 Flow Chat Penelitian (Lanjutan)

    3.2 Alur Penelitian

    Adapun alur penelitian sesuai dengan flow chat diatas dapat diperjelas

    sesuai berikut

    3.2.1 Alur Penelitian

    Identifikasi masalah merupakan langkah awal dimana dapat menentukan

    tujuan serta pemikiran diadakannya penelian ini. Tahapan ini berawal dari pemikiran

    serta pengamatan yang terjadi pada waktu tertentu sehingga diadakan penelitian yang

    dapat diketahui tujuan serta memberi manfaat bagi pihak-pihak tertentu dengan

    adanya penelitian ini.

    3.2.2 Studi Lapangan

    Tahap studi lapangan ini merupakan pengamatan secara langsung

    mengenai masalah yang terkait. Dalam hal ini pengamatan secara langsung mesin

    yang akan digunakan untuk penelitian spot welding material alumunium. Pada

    pengamatan ini didapatkan suatu gambaran langsung proses spot welding dan

    jalannya proses welding condition serta parameter- parameter yang harus

  • 27

    dilakukan karena pada penenitian kali ini harus memperhatikan karakteristik

    mesin spot welding yang akan dipakai.

    3.2.3 Studi Kasus

    Pada tahap ini dilakukan pengumpulan teori-teori yang berhubungan dengan

    penelitian ini sehingga dapat digunakan sebagai acuan dalam proses penelitian.

    Dalam penelitian ini teori-teori yang diangkat adalah teori yang berhubungan dengan

    RSW (Resistence Spot Welding), lapisan pelindung pada material alumunium,

    kegunaan aseton, ketebalan minimum material yang bisa di lakukan RSW, dan

    penentuan arus dan welding time yang akan dipakai yang di karenakan mesin yang

    dipakai adalah mesin kapasitas terbatas untuk arus yang akan dipakai.

    3.2.4 Perumusan Masalah

    Pada tahap ini dilakukan identifikasi beberapa permasalahan yang

    didapatkan pada saat melakukan pengamatan dan juga hasil bertukar pemikiran

    sekaligus pengalaman tim di PT. X sehingga dilakukan penelitian. Pada penelitian ini

    diangkat permasalahan mengenai analisa pengelasan RSW alumunium dan

    kemungkinan adanya masalah yang akan terjadi didalam prose pengelasan RSW

    alumunium tersebut.

    Tahap ini merupakan tahapan dimana mengumpulkan semua data yang

    berkaitan dengan studi lapangan maupun literatur yang berkaitan dengan

    parameter welding. Adapun data-data tersebut berupa data primer serta data

    sekunder.

    a. Data primer

    Merupakan data yang wajib dimiliki dalam penelitian ini. Data data tersebut

    meliputi:

    Mesin Spot Welding DAICHI

    Model NDZ-035-0606SA

    Jenis AC power welder

    Rate Power 25kVA

    Maximum input 70/90 kVA

    Maximum short circuit current 16Ka

  • 28

    Ketebalan maks ±4 mm

    Maximum duty cycle 5.3%

    Maximum electrode force 2KN

    Spesifikasi mesin spot welding dapat dilihat pada Gambar 3.3 dan hasil trial

    dengan mesin tersebut di Gambar 3.4

    Gambar 3. 3 Mesin spot welding(Dokumen Pribadi, 2019)

    Gambar 3. 4 Contoh nugget hasil spot welding convensional (Dokumen Pribadi, 2019)

    b. Data sekunder

    Merupakan data yang tidak kalah penting dari data data primer. Data

    Sekunder tersebut meliputi: 1. Data parameter pengelasan yang digunakan pada penelitian kali ini adalah

    menggunakan AWS. C1.1 dan juga pada tugas akhir yang sudah di teliti sebelum

    nya. Akan tetapi pada penelitian kali ini menggunakan mesin spot welding yang

    manual yang mana arus maximum yang di hasilkan oleh mesin spot welding

    manual ini adalah 16Ka maka peneliti ingin meneliti apakah nugget yang

  • 29

    dihasilkan oleh mesin tersebut sesuai dengan standart atau tidak. Berikut gambar

    welding parameter untuk pengelasan spot welding material alumunium sesuai

    dengan AWS C1.1:

    Gambar 3. 5 Referensi amper sesuai AWS C1.1 (AWS C1.1, 2012)

    Apabila mereferensi dari AWS maka spesifikasi dari mesin tidak mencukupi.

    Yang dikarenakan Arus yang dihasilkan oleh mesin pada penelitian kali ini

    adalah tipe konvensional maka dilakukan perhitungan ulang menggunakan

    rumus di bawah ini :

    I1 x R1 x t1 = I2 x R2 x t2 (3.1)

    41800 x 1 x 10 = 13000 x 1 x t2

    418000 = 13000 x t2

    t2 = 32 cycle

    Maka didapatkan hasil untuk welding time adalah 32cycle dengan persamaan

    menggunakan rumus diatas. Yang dimana 1cycles sama dengan 0,0167sekon

    yang mana mesin mengunakan frekuensi 60Hz. dikarenakan mesin yang di pakai

    memiliki fariasi arus maximum sebesar 16Ka. Sesuai dengan AWS C1.1 maka

    untuk waktu yang di perlukan untuk melakukan pengelasan untuk plat

    alumunium dengan tebal (2-2) adalah 10cycle atau 0.167sekon dengan arus

    sebesar 41,8Ka. Karena pada penelitian ini penulis menggunakan mesin dengan

    kapasitas maximum sebesar 16Ka maka penulis memvariasikan arus untuk

    wlding parameter adalah 13Ka dan 16Ka. Sedangkan untuk welding time nya

    penulis menggunakan variasi waktu 32cycle dan 38cycle. Kenapa penulis

  • 30

    menggunakan variasi arus 13Ka dan 16Ka adalah dikarenakan pada trial yang

    dilakukan adalah menggunakan mesin dengan knop tipe manual maka penulis

    inggin menggunakan persentase dari knop tersebut yaitu 80% yang artinya

    adalah arus 13Ka dan di variasikan dengan arus 16Ka yang artinya 100%.

    Sedangkan untuk waktu nya sendiri adalah hasil perbandingan dengan rumus

    didapatkan hasil yaitu 32cycle. Dan di variasikan dengan menggambil 20% dari

    waktu sebelum nya maka di dapatkan hasil sebesar 38cycle. Menggapa

    menggambil 20% karena disamakan dengan penggambilan parameter pada

    variasi arus yang juga 20%. Berikut gambar knop untuk arus pada penggelasan

    spot welding

    Gambar 3. 6 Knop mengatur arus dan waktu (Dokumen Pribadi, 2019)

    2. Data shear strength test

    Berikut untuk data shear strength yang telah di uji di laburaturium Politeknik

    Perkapalan Negeri Surabaya data dapat dilihat pada table dibawah ini sesuai

    table 3.1.

  • 31

    Tabel 3. 1 Hasil shear strength

    Surface

    Preparation

    Welding Parameter Shear Strength (Mpa) Rata-Rata

    (Mpa) Arus (Ka) welding

    time (cycle) 1 2 3

    No Surface

    Preparation

    13 32 104.36 101.32 101.93 102.54

    13 38 110.32 114.06 118.36 114.24

    16 32 140.87 143.55 135.50 139.98

    16 38 166.23 159.63 168.87 164.91

    Grinda Grit

    800

    13 32 108.03 101.28 110.28 106.53

    13 38 135.43 131.91 137.19 134.85

    16 32 143.74 145.08 145.08 144.64

    16 38 170.58 166.09 175.39 170.68

    Grinda dan

    penambahan

    Aseton

    13 32 107.54 105.55 113.52 108.87

    13 38 137.28 137.28 135.72 136.76

    16 32 157.96 156.59 163.45 159.33

    16 38 192.82 187.08 198.97 192.96

    Aseton

    13 32 108.90 108.90 113.35 110.39

    13 38 148.10 138.22 139.99 142.10

    16 32 156.44 155.06 157.83 156.44

    16 38 171.54 167.99 175.17 171.56

    Sumber: (Dokumen Pribadi, 2019)

    3.2.5 Persiapan Material

    Pada penelitian ini membutuhkan beberapa peralatan yang mendukung.

    Sehingga pada saat penganalisaan serta pembentukan spesimen dapat memenuhi

    harapan yang diinginkan. Peralatan-peralatan tersebut meliputi:

    a. Persiapan specimen

    Material yang digunakan pada penelitian ini adalah alumunium seri 5083.

    Data dari material tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.1 dibawah ini.

    Tabel 3. 2 Mill Test Certificate

    No Komposisi Kimia Kandungan

    1. Si (0.2 %)

    2. Fe (0.3 %)

    3. Cu (0.03 %)

    4. Mn (0.6 %)

    5. Mg (4.6 %)

    6. Cr (0.07 %)

    7. Ni (0.007 %)

  • 32

    8. Zn (0.1 %)

    9. Ti (0.02 %)

    Sumber: Fusina Rolling Sri

    Tensile Strength Yield strength

    Elongation

    MPa Ksi Mpa Ksi

    250 39 117 17 16%

    b. Peralatan

    Untuk menunjang penelitian inimaka peralatan sangat penting, Peratan yang

    digunakan berupa:

    Mesin Spot Welding

    Mesin Potong

    Mesin Gerinda

    Marker & Penggaris

    Selain data-data diatas pada penelitian ini juga menggunakan material

    alumunium seri 5083 dengan ketebalan 1.75mm yang akan di las lap

    join dengan alumuniun seri 5083 punyai ketebalan 1.75mm. Adapun

    dimensi untuk persiapan dari material tersebut mengambil dari referensi

    ASME section IX dapat dilihat pada Gambar 3.3 dibawah ini.

    Gambar 3. 7 Specimen percobaan sesuai ASME IX (ASME IX, 2015)

    Keterangan: L = panjang specimen = 120

    W = lebar specimen = 30

  • 33

    Dimensi membuat benda uji dapat dilihat pada Gambar 3.6 dimana pada

    pembuatan benda uji kali ini didasarkan pada standart ASME section IX. Untuk

    mengetahui berapa ukuran dari dimensi specimen spot welding material

    alumunium dapat dilihat pada Tabel 3.2 dibawah ini.

    Tabel 3. 3 Dimensi Specimen Spot Welding standart ASME section IX

    Nominal Thickness of Thinner sheet,in

    (mm) w, in (mm) min.

    Over 0.008 to 0.030 ( 0.20 to 0.8 ) 0.68 (17)

    Over 0.030 to 0.100 ( 0.8 to 2.5 ) 1.00 (25)

    Over 0.100 to 0.130 ( 2.5 to 3 ) 1.25 (30)

    Over 0.130 ( 3 ) 1.50 (38)

    Sumber: (ASME IX, 2015)

    Selanjutnya dilakukan pengelasan sesuai dengan ukuran dan parameter yang

    sudah dibuat sebelum nya. Sedangkan untuk hasil penggukuran nya dapat dilihat

    pada gambar 3.7 dibawah ini.

    Gambar 3. 8 spesimen hasil pengelasan spot welding (Document pribadi, 2019)

    3.3 Tahap Proses

    Tahap ini merupakan tahap untuk pengumpulan data yang berhubungan

    dengan pengelasan yang dipakai dimana pada penggelasan ini terdapat 4 variasi yang

    dipakai yaitu specimen uji tidak diperlakukan apa-apa pada bagian surface nya,

    selanjutnya dengan melakukan gerindaan pada bagian surface dengan grit 800 untuk

  • 34

    tools gerindanya, lalu bagian surface nya dilakukan penggerindaan dan dengan

    ditambahkan aseton, serta penambahan aseton pada permukaan specimen

    alumunium. Yang penjelasan nya sebagai berikut.

    3.3.1 No Surface Preparation

    No Preparation Surface adalah perlakuan yang di berikan ke specimen yang

    akan di lakukan pengelasan dimana pada proses ini tanpa dilakukan persiapan

    permukaan nya sebelum dilakukan pengelasan RSW jadi pada variasi ini permukaan

    nya hanya di lap saja bila ada kotoran. Untuk arus yang digunakan adalah 13Ka

    dengan welding time nya 32cycle dan 38cycle. Untuk jumlah specimen nya adalah 3

    specimen untuk setiap variasi. Sedangkan untuk arus 16Ka dan dengan welding time

    32cycle dan 38cycle. Untuk jumlah specimen nya adalah 3 specimen dengan tipe

    single shear.

    3.3.2 Surface Preparation

    Surface preparation adalah penambahan perlakuan pada bagian permukaan

    specimen alumunium yang akan di lakukan pengelasan RSW material alumunium

    dimana pada proses ini di bedakan menjadi 3 variasi yaitu:

    1. With gerinding grit 800

    With gerinda grit 800 berati permukaan nya di lakukan penggerindaan dengan

    menggunakan mata gerinda dengan tingkat kekasaran grit 800 setelah itu dilap

    untuk menghilangkan bekas sebuk atau percikan dan bekas penggerindaan lalu

    lakukan pengelasan RSW. Jangan terlalu lama membiarkan permukaan

    alumunium yang sudah di gerinda dibiarkan terkena udara bebas usahakan

    sesegera mungkin dilakukan pengelasan. Untuk arus yang digunakan adalah

    13Ka dengan welding time nya 32cycle dan 38cycle. Untuk jumlah specimen nya

    adalah 3 specimen untuk setiap fariasi dengan tipe single shear specimen.

    Sedangkan untuk arus 16Ka dan dengan welding time 32cycle dan 38cycle.

    Untuk jumlah specimen nya adalah 3 specimen dengan tipe single shear

    specimen.

    2. Grinding and Aseton

    Grinding and aseton dimaksuudkan adalah persiapan material sebelum di

    lakukan penggelasan RSW harus di lakukan perlakuan di semprot dengan aseton

  • 35

    setelah di semprot dengan aseton lalu dilakukan pembilasan dengan air tawar

    dan di biarkan sampai kering. Setelah kering lalu permukaan alumunium

    dilakukan penggerindaan dengan menggunakan gerinda grit 800, jangan terlalu

    lama membiarkan alumunium yang sudah di lakukan perlakuan di atas usahakan

    kurang dari 4 jam. Apabila lebih maka perlakuan di atas harus diulang kembali.

    Untuk arus yang digunakan adalah 13Ka dengan welding time 32cycle dan

    38cycle. Untuk jumlah specimen nya adalah 3 specimen untuk setiap fariasi

    dengan tipe single shear specimen. Sedangkan untuk arus 16Ka dan dengan

    welding time 32cycle dan 38cycle. Untuk jumlah specimen nya adalah 3

    specimen dengan tipe single shear specimen.

    3. With aseton

    With aseton adalah dimaksudkan bahwa peberian aseton pada permukaan

    specimen benda uji sebelum dilakukan pembersihan dengan aseton maka harus

    dilakukan pembersihan dari kotoran dengan di lap terlebih dahulu lalu di

    semprotkan cairan kimia aseton pada permukaan specimen alumunium tunggu

    hingga ±3 menit setelah itu dibilas menggunakan air dan di tunggu sampai

    kering setelah itu dilakukan penggosokan menggunakan sikat baja atau sikat

    kaku dan jangan dibiarkan terlalu lama specimen yang sudah dibersihkan

    mengunakan aseton terkena udara bebas kurang lebih 4 jam terpapar udara

    bebas. Apabila lebih dari 4 jam maka harus dilakukan perulanggan perlakuan

    diatas. Untuk arus yang digunakan adalah 13Ka dengan welding time 32cycle

    dan 38cycle. Untuk jumlah specimen nya adalah 3 specimen untuk setiap variasi

    dengan tipe single shear specimen. Sedangkan untuk arus 16Ka dan dengan

    welding time 32cycle dan 38cycle. Untuk jumlah specimen nya adalah 3

    specimen dengan tipe single shear specimen.

    3.4 Tahap Pengujian

    Tahap ini merupakan tahap lanjutan dari tahap proses data yang telah

    dilakukan, Tahap pengujian data dapat dijabarkan sebagai berikut:

  • 36

    3.4.1 Pengujian Shear Strength

    Pada pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kuat dari material akibat

    adanya tarikan atau beban geser pada pada material tersebut. Langkah-langkah yang

    harus dilakukan untuk pengujian tarik pada proses spot welding adalah sebagai

    berikut:

    1. Menyiapakan material yang sudah dilakukan pengelasan lalu membersihkan

    permukaan yang mengganggu jalannya uji geser dengan menggunakan

    gerinda halus. Dikarenakan pada mesin uji tarik pencekam nya tidak bisa

    untuk mencekam material yang tipis akhirnya harus dibuatkan pencekam agar

    nantinya specimen uji dapat dilakukan penggujian shear strength Mengulangi

    hal serupa untuk seluruh spesimen uji. Contoh untuk pencekam sendiri dapat

    dilihat pada gambar 3.9 di bawah ini.

    Gambar 3. 9 Gambar pencekam tambahan untuk uji shear strength ( Documen pribadi, 2019)

    2. Mengukur dimensi material sesuai dengan standart yang diingikan serta

    tandai seluruh spesimen uji dengan kode tertentu catat pada form lembar

    kerja.

    3. Proses pengujian geser sebagai berikut: ambil spesimen yang sudah

    ditambahkan oleh pencekam lalu letakkan specimen yang akan di uji letakkan

    pada ragum penjepit. Atur jarak antara ragum atas dengan yang bawah dan

    kencangkanlah pencekam dengan kencang agar nantinya specimen uji

    tidakmeleset. Setelah itu setting computer dan lakukan pencatatan sesuai

    dengan penandaan specimen uji sebelum nya. Lakukan pengujian geser .

    beban akan naik secara terus menerus hingga mencapai titik ultimate setelah

    itu turun pada saat patah. Amati serta catat hasil dari besarnya beban uji geser

  • 37

    serta daerah yang telah mengalami patah pada lembar kerja. Ulangi langkah

    tersebut untuk seluruh spesimen uji geser. Pengujian geser dapat dilihat pada

    Gambar 3.10 dibawah ini.

    Gambar 3. 10 Pengujian Shear Strength ( Document probadi, 2019 )

    4. Setelah di dapatkan hasil dari Load shear strength selanjutnya adalah

    perhitungan berapa hasil dari shear strength nya dengan menggunakan rumus di

    bawah ini. Untuk diameter nugget dari setiap parameter dianggap sama seperti

    parameter dan variasi yang sudah dilakukan uji makro jadi untuk hasil dari

    pengukuran diameter nugget dijadikan acuan sebagai diameter nugget pada

    variasi dan peremeter tersebut. Berikut adalah rumus perhitungan untuk shear

    strength setelah di ketahui berapa hasil dari load shear strength:

    σ =

    (N/mm

    2) (3.2)

    Dengan :

    σ = shear strength (N/mm2)

    F = Gaya Maksimum (N)

    A = Luas Penampang (mm2)

    Untuk perhitungan luas penampang nya adalah menggunakan rumus sebagai

    berikut:

  • 38

    A=

    (mm2)

    Dengan :

    d = diameter nugget yang didapat dari hasil makro etsa (mm)

    Menurut (AALCO, 2005) untuk hasil uji shear strength minimum adalah

    sebesar 145Mpa. Penulis mengambil referensi untuk kebertrimaan hasil uji shear

    strength dari article aalco.

    3.4.2 Pengujian Metallography

    Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui bentruk struktur dari

    proses pengelasan tersebut dilihat dari pengamatan makro maupun

    pengamatan mikro. Adapun langkah-langkah dalah pengujian ini adalah

    sebagai berikut:

    1. Mempersiapkan benda uji Pengujian metallography ini memerlukan persiapan bendauji yang harus

    diperhatikan. Sehingga saat dilakuknnya pengujian makro maupun mikro akan

    terlihat jelas struktur yang terbentuk. Adapun tahapan persiapan benda uji yaitu

    pemotongan, penggerindaan, pemolesan serta pengetesaan.

    2. Pemotongan specimen

    Pada pengujian metallography tahapan yang wajib diperhatikan adalah pemotongan

    spesimen. Dalam