pengaruh waktu sintering dengan variasi 60, 90, …eprints.ums.ac.id/42263/13/10 naskah...
TRANSCRIPT
NASKAH PUBLIKASI
PENGARUH WAKTU SINTERING DENGAN VARIASI 60, 90, DAN 120 MENIT DENGAN SUHU 250°C PADA PEMBUATAN
BRAKEPAD DENGAN MATRIK PHENOLIC RESIN
Ringkasan Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh derajat sarjana S1 pada Jurusan Teknik MesinFakultas Teknik Universitas Muhammadiyah
Surakarta
Disusun oleh :
TOTOK SUSILO PRASETYO D 200080128
JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2016
PENGARUH WAKTU SINTERING DENGAN VARIASI 60, 90, DAN 120 MENIT DENGAN SUHU 250°C PADA PEMBUATAN
BRAKEPAD DENGAN MATRIK PHENOLIC RESIN
Totok Susilo Prasetyo, Agus Dwi Anggono Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos I Pabelan, Kartasura email :
ABSTRAKSI
Kampas rem merupakan salah satu komponen dari kendaraan bermotor yang berfungsi menghentikan laju kendaraan sepeda motor. Saat laju kendaraan berkecepatan tinggi kampas rem memiliki peranan penting, bahkan keselamatan pengendara tergantung dari kualitas kampas rem tersebut .Tujuan penelitian ini adalah membandingkan kampas rem dengan variasi waktu sintering dengan kampas pasaran merk Indopart.
Peneliti akan mengadakan penelitian diawali dengan pembuatan kampas bervariasi waktu sintering dengan bahan yaitu fiberglass, serbuk alumunium, serbuk kuningan, graphite, kalsium karbonat, barium sulfat, dan phenolic resin. Setelah itu mencampur bahan kampas rem sesuai dengan komposisi yang telah ditentukan. Kemudian diberi tekanan sekaligus dipanaskan (sintering) dengan beban 7,5 ton selama 7 menit dengan variasi waktu sintering 60 menit, 90 menit dan 120 menit, dengan suhu 250ºC. Kemudian diuji gesek dengan beban 15 kg selama 60 menit dengan uji kering, penyemprotan air, dengan standart pengujian SNI 09- 2663-1992 lalu dihitung keausan dan koefisien geseknya, dan diuji kekerasan dengan menggunakan alat Durometer.
Dari hasil penelitian keausan rata-rata bahwa kampas rem Indopart lebih rendah dan lebih baik dari kampas rem dengan variasi waktu sintering pada uji gesek selama 60 menit. Koefisien gesek kampas rem Indopart lebih tinggi dibandingkan dengan kampas rem dengan variasi waktu sintering pada uji gesek selama 60 menit, nilai koefisien gesek Indopart tertinggi sebesar 0.6708 sedangkan yang mendekati sebesar 0.6357 pada kampas rem dengan variasi waktu 60 menit dengan suhu 250°C pada pengujian kering. Nilai kekerasan kampas rem Indopart lebih baik dibandingkan dengan kampas rem dengan variasi waktu sintering sebesar 94 ShoreD, sedangkan nilai kekerasan yang mendekati pada kampas rem dengan variasi waktu sintering 60 menit dengn suhu sintering 250°C sebesar 88 ShoreD
Kata kunci : kampas rem, waktu sintering, uji gesek, kekerasan
PENGARUH WAKTU SINTERING DENGAN VARIASI 60, 90, DAN 120 MENIT DENGAN SUHU 250°C PADA PEMBUATAN
BRAKEPAD DENGAN MATRIK PHENOLIC RESIN
Totok Susilo Prasetyo, Agus Dwi Anggono Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos I Pabelan, Kartasura email :
ABSTRAKSI Brake is one component of a motor vehicle which serves to stop the
vehicle speed motorcycle. When the rate of high-speed vehicle brake has
an important role, even the safety of the rider depends on the quality of the
brake lining The aim of this study was to compare the brake with the time
variation of sintering to canvass the market for the brand Indopart.
Researchers will conduct research begins with making canvass
sintering time varies with materials such as fiberglass, aluminum powder,
brass powder, graphite, calcium carbonate, barium sulfate, and phenolic
resin. After that mix the brake lining material in accordance with a
predetermined composition. Then given the pressure while heated
(sintering) with a load of 7.5 tons for 7 minutes with a variation of sintering
time of 60 minutes, 90 minutes and 120 minutes, with a temperature of
250ºC. Then tested friction with a load of 15 kg for 60 minutes with dry
test, spraying of water, with a standard testing SNI 09-2663-1992 then
calculated wear and coefficient geseknya, and tested by using a
Durometer hardness.
From the research that the average wear of the brake lining
Indopart lower and better than the brake with the sintering time variation in
the friction test for 60 minutes. The coefficient of friction brake Indopart
higher than the brake with the variation of sintering time on tests of friction
for 60 minutes, the coefficient of friction Indopart high of 0.6708 while
approaching at 0.6357 on the brake with a variation of 60 minutes at a
temperature of 250 ° C on a test dry , Hardness values Indopart brake better
than the brake with the variation of sintering time was 94 shored up, while
the value of hardness approaching the brake with the variation of sintering
time of 60 minutes dengn sintering temperature of 250 ° C for 88 shored
Keywords: brake, sintering time, swipe test, hardness
1
pengaruh air. Serta membandingkan keseluruhan
PENDAHULUAN
Rem mempunyai peranan yang sangat penting dalam teknik kendaraan dan teknik transportasi demi keamaan dan keselamatan dalam berkendara. Pada dasarnya rem mempunyai fungsi untuk memperlambat dan mengatur gerakan suatu putaran. Adapun rem yang digunakan harus memenuhi syarat- syarat sebagai berikut (dapat bekerja dengan baik dan cepat, dapat dipercaya dan mempunyai daya tekan yang cukup, mudah diperiksa dan disetel)
Kampas rem menjalankan fungsinya sebagai media pengereman. Dapat bekerja secara maksimal apabila mempunyai daya pengereman yang baik dan efisien, dimana efisien dari rem sangat dipengaruhi oleh besarnya koefisien gesek kampas rem. Kualitas kampas rem dipengaruhi oleh kekerasan dan bahan dari kampas rem. Kampas rem yang terlalu keras menyebabkan umur tromol atau cakram pada sepeda motor akan menjadi pendek, apabila terlalu lunak maka umur kampas rem akan lebih pendek. (Prasetyo, 2010).
Berdasarkan proses pembuatannya, kampas rem (brake shoes) sepeda motor, termasuk pada particulate composite. Komposit jenis ini, bahan penguatnya (reinforced) terdiri atas partikel yang tersebar merata dalam matriks yang berfungsi sebagai pengikat, sehingga menghasilkan bentuk solid yang baik. Melalui proses penekanan sekaligus pemanasan pada saat pencetakan (sintering) akan dihasilkan kekuatan, kekerasan serta gaya gesek yang semakin meningkat. Pemanasan dilakukan pada temperatur berkisar antara 130 ⁰C – 150 ⁰C, yang menyebabkan bahan tersebut akan mengalami perubahan struktur dimana antara partikel satu dengan yang lain
saling melekat serta akan diperoleh bentuk solid yang baik dan matriks pengikat yang kuat. Proses pabrikasi seperti ini kemudian mengakibatkan harga jual kampas rem cukup mahal. (Pajar, 2012). TUJUAN PENELITIAN 1. Mencari pengaruh waktu sintering
dengan variasi waktu 60, 90, 120 menit dengan suhu 250° matriks phenolic resin terhadap ketahanan aus kampas rem dengan melakuan pengujian gesek kondisi kering dan
variasi dengan kampas rem merk indopart.
2. Mencari perbandingan koefisien
gesek pada masing - masing variasi
waktu sintering dengan kampas rem
indopart.
3. Mengetahui kekerasan pada
kampas rem yang menggunakan
variasi suhu sintering di bandingkan
dengan kampas rem Indopart.
MANFAAT PENELITIAN Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi ilmu pengetahuan
Memberikan sumbangan informasi tentang manfaat yang bisa digunakan dari hasil pengujian spesimen yang telah dibuat.
2. Bagi dunia pendidikan Memberikan kontribusi terhadap perkembangan material alternatif selain material yang sudah ada sekarang dengan kualitas yang lebih baik.
3. Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi tambahan untuk penelitian berikutnya
BATASAN MASALAH Untuk memudahkan pelaksanaan penelitian sehingga tujuan penelitian
2
dapat dicapai, perlu adanya pembatasan masalah, yaitu: 1. Bahan
Material yang digunakan untuk pembuatan kampas rem dengan variasi waktu 60 menit, waktu 90 menit, dan waktu 120 menit dengan suhu sintering 250⁰C, antara lain seperti fiberglass, serbuk kuningan, serbuk aluminium, calsium carbonate, graphite, barium sulfat, dan phenolic crystal.
2. Pengujian a. Uji keausan b. Koefisien gesek c. Kekerasan
TINJAUAN PUSTAKA El-tayeb, N.S.M. dkk (2008)
Melakukan penelitian tentang mengenai kampas rem yang dipengaruhi oleh penyemprotan air terhadap kualitas gesek dan keausan kampas rem. Berdasarkan pengamatan dan pengujian yang dilakukan, pada kondisi kering nilai friction coeffisien kampas rem tersebut adalah 0,39 dan untuk nilai friction coeffisien kampas rem tertingginya adalah 0,43, sedangkan pada kondisi basah nilai friction coeffisien kampas rem tersebut adalah 0,02 dan untuk nilai friction coeffisien kampas rem tertingginya adalah 0,27. Adapun matrik atau pengikat yang dipakai adalah resin phenolic, sedangkan bahan atau komposisi yang digunakan yaitu steel fiber, graphite, baryte, rubber, aramid, calsium carbonate, zircon, brass, dan cashew dust.
Imam, (2009), Melakukan penelitian tentang kampas rem gesek dengan memberikan peningkatan sintering. Dengan semakin tinggi suhu sintering berpengaruh pada tingkat keausan Jika semakin tinggi suhu sinteringnya maka menyebabkan nilai keausan meningkat maka keausan semakin tinggi. Peningkatan suhu
sintering juga berpengaruh pada kekerasan kampas, semakin tinggi suhu sinteringnya maka nilai kekerasanya akan semakin menurun. Dengan melakukan beberapa percobaan menggunakan variasi suhu sintering di bawah suhu 140⁰C bahan kampas rem belum merekat secara merata atau masih dalam keadaaan serbuk dikarenakan suhu yang masih kurang. LANDASAN TEORI 1. Rem
Rem adalah suatu piranti untuk memperlambat atau menghentikan gerakan roda. Karena gerak roda menjadi lambat, secara otomatis gerak kendaraan menjadi lambat. Energi kinetik yang hilang dari benda yang bergerak ini biasanya diubah menjadi panas karena gesekan. Pada setiap kendaraan bermotor kemampuan sistem pengereman menjadi suatu yang penting karena mempengaruhi keselamatan berkendara. Semakin tinggi kemampuan kendaraan tersebut melaju maka semakin tinggi pula tuntutan kemampuan sistem rem yang lebih handal dan optimal untuk menghentikan atau memperlambat laju kendaraan. (Herman, 2010)
2. Komposit
Kata komposit (composite) merupakan kata sifat yang berarti susunan atau gabungan. Composite ini berasal dari kata kerja to compose yang berarti menyusun atau menggabung. Jadi definisi komposit dalam lingkup ilmu material adalah gabungan dua buah material atau lebih yang digabung pada skala makroskopis untuk membentuk material baru yang lebih bermanfaat,
3
Bahan komposit secara umum terdiri dari dua unsur yaitu serat (fiber) dan matrik. Serat merupakan unsur utama dari bahan komposit, serat ini adalah yang nantinya mementukan sifat karakteristik suatu bahan seperti keuletan, kekuatan, dan sifat mekanik yang lain. Serat berfungsimenahan sebagian besar gaya yang bekarja pada komposit, sedangkan matrik mengikat serat, melindungi dan meneruskan gaya antar serat.
Keunggulan dari material komposit ini adalah penggabungan unsur-unsur yang unggul dari masing-masing unsur pembentuknya tersebut. Orang melakukan penggabungan material ini adalah dalam rangka untuk menemukan sifat antara (intermediate) material penyusunnya. Sifat material hasil penggabungan ini diharapkan saling melengkapi kelemahan- kelemahan yang ada pada material penyusunnya. (Gibson, R.F, 1994).
3. Proses Kompaksi
Kompaksi merupakan proses pemampatan serbuk material dalam dies (cetakan) dengan gaya tekan dari mesin kompaksi dan besarnya gaya tekan sesuai ketentuan dalam penelitian yang dilakukan, kompaksi mempunyai tujuan untuk mendapatkan green body dari spesimen benda uji yang dihasilkan dari campuran homogen tersebut. Proses pemampatan adalah suatu proses mesin yang memberikan gaya penekanan uniaksial. (German, 1984).
4. Proses Sintering Istilah sintering berasal
dari bahasa jerman, sinter dalam bahasa inggris seasal dengan kata cinder yang berarti bara. Sintering merupakan metode pembuatan material dari serbuk dengan pemanasan sehingga terbentuk ikatan partikel.
Sintering dapat terjadi dibawah suhu leleh (melting point) dengan melibatkan transfer atomic pada kondisi padat. Sintering dapat diklasifikasikan dalam dua bagian besar yaitu sintering dalam keadaan padat (solid state sintering) dan sintering fase cair (liquid phase sintering). Sintering dengan fase padat adalah sintering yang dilaksanakan pada suatu temperatur yang telah ditentukan, dimana dalam bahan semuanya tetap dalam fase padat. sintering pada fase cair adalah sintering untuk serbuk yang disertai terbentuknya fase cair selama proses sintering berlangsung (Sunardi, dkk. 2003).
5. Keausan
Keausan umumnya didefinisikan sebagai kehilangan material secara progesif atau pemindahan sejumlah material dari suatu permukaan sebagai suatu hasil pergerakan relative antara permukaan tersebut dan permukaan lainnya. Pembahasan mekanisme keausan pada material berhubungan erat dengan gesekan (friction) dan pelumasan (lubrication) atau biasa disebut dengan Tribologi. Keausan bukan merupakan sifat dasar material, melainkan respon material terhadap sistem luar (kontak permukaan). (Kenneth G, 1999).
6. Koefisien gesek
Gesekan adalah suatu pergeseran dua benda yang bersentuhan. Ada tiga jenis gesekan yaitu gesekan kering, gesekan menggunakan pelumas, dan gesekan pada perekat. Koefisien gesek disimbolkan dengan huruf Yunani μ, yaitu suatu skala dimensional bernilai kecil
4
yang menjelaskan perbandingan gaya gesek antara dua bagian dan gaya tekan keduanya. Dimana koefisie gesek dirumuskan sebagai berikut (James, 2003).
Ket : µ = Koefisien gesek
= Torsi (Nm)
= Gaya normal (N)
= Jari – jari lintasan (m)
Dimana Torsi ( ) diperoleh dengan
rumus: (ir. Jac. Stolk, 1994).
Ket : T = Torsi (Nm)
P = Daya (Watt)
= Putaran Sudut (rad/s) Dimana Daya ( diperoleh dengan rumus: (ir. Jac. Stolk, 1994).
Ket : P = Daya (Watt)
V = Tegangan (Volt) I = Arus (Ampere)
Dimana Omega ( diperoleh dengan
rumus: (ir. Jac. Stolk, 1994).
Ket : ω = kecepatan sudut (rad/s)
n = putaran (rpm)
7. Kekerasan
Yang dimaksud dengan kekerasan adalah daya tahan bahan terhadap goresan atau penetrasi pada permukaanya. Definisi yang lain adalah ukuran ketahanan bahan terhadap deformasi plastis. Tiga jenis umum
mengenai ukuran kekerasan yang tergantung cara pengujian, yaitu kekerasan goresan (scrath hardness), kekerasan lekukan (indentation hardness), dan kekerasan pantulan (rebound hardness) atau kekerasan dinamik (dynamic hardnerss).
Pada penelitian ini menggunakan pengujian kekerasan, dengan alat Durometer, sebuah peluru baja yang telah dikeraskan ditekan oleh tangan. Benda uji harus rata dan cukup tebal agar kekerasan bidang pendukung tidak ikut terukur
METODOLOGI PENELITIAN 1. Tahapan Penelitian
Gambar 1. Diagram Alir Penelitian
5
Mempersiapkan alat dan bahan Mempersiapkan bahan antara lain : fiberglass, serbuk alumunium, serbuk kuningan, barium sulfat, graphite, calsium
g. Digital Tachometer h. Clamp Meter i. Vernier Caliper j. Timbangan digital k. Durometer (Alat Uji Kekerasan)
carbonate, phenolic Resin dan
Langkah-langkah dalam penelitian sebagai berikut :
1. Mencari referensi yang terkait dengan pembuatan kampas rem baik studi pustaka dan studi lapangan.
b. Mixer bahan (Untuk mencampur bahan)
c. Cetakan (mold) d. Unit pemanas (heater) e. Unit pengontrol suhu
(thermocontrol) f. Thermometer
2. 3.
kampas rem Indopart sebagai pembanding.
4. Pencampuran semua bahan dengan komposisi yang telah ditentukan secara merata.
5. Proses pengepresan spesimen dengan tekanan 7,5 ton selama 7 menit bersamaan di sintering dengan variasi waktu 60 menit, 90 menit, dan 120 menit dengan suhu sintering 250°C
6. Setelah semua spesimen jadi maka dilakukan pengujian keausan meliputi pengaruh kering dan air.
7. Pengujian kekerasan. 8. Hasil pengujian di analisis,
dibahas dan dibuat kesimpulan.
2. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Fiberglass b. Phenolic Resin c. Serbuk kuningan d. Serbuk alumunium e. Barium sulfat f. Graphite g. Calcium carbonat (CaCo3)
h. Lem Resin epoxy i. Plat kampas rem
3. Alat
Alat yang digunakan dalam pembuatan kampas rem adalah : a. Unit Press Molding (Alat untuk
mengepres bahan kampas)
4. Proses pembuatan kampas rem
Komposisi kampas rem Berikut ini adalah jumlah berat bahan pembuat kampas rem :
Tabel 1. Komposisi kampas rem
No
Nama Bahan Berat (gram)
Presentase (%)
1. Fiberglass 3,6 11,7
2. Serbuk
Kuningan
1,7
9,6
3. Serbuk
Alumunium
1,4
21,4
4 Barium Sulfat 3,1 14,5
5 Graphite 0,3 2,1
6 CaCo3 2,1 15,9
7 Phenolic
Resin
2,3
24,8
Total 14,5 100
Pertama penyiapan bahan-bahan
pembuat kampas rem, setelah semua siap maka dilakukan penimbangan menggunakan timbangan digital sesuai dengan komposisi masing-masing bahan seperti tabel diatas. Lalu bahan dicampur didalam mixer. Setelah bahan-bahan tercampur semua, kemudian dimasukkan kedalam cetakan yang sebelumnya telah dipasangi plat kampas sebagai tempat bahan kampas rem yang telah diberi perekat. Langkah selanjutnya yaitu pengepresan dengan beban 7,5 ton selama 7 menit dan disintering dengan variasi waktu 60, 90, dan 120 menit dengan suhu 250°C.
6
berputar maka akan terjadi gesekan dan menimbulkan
Setelah dipres didapatkanlah hasil spesimen kampas rem dan diperbanyak sebanyak 18 spesimen, dan 6 spesimen kampas rem Indopart sebagai pembanding dengan total jumlah spesimen uji 24 spesimen.
Gambar 2. Kampas rem
5. Proses pengujian kampas rem
a. Pengujian gesek Pada proses pengujian
gesek ini spesimen diuji selama 60 menit dengan beban 15 kg dengan pengaruh kering dan air, yang mengacu pada standart (SNI 09-2663-1992)
Gambar 3. Alat uji gesek
b. Pengujian kekerasan Pada penelitian ini
menggunakan pengujian kekerasan. dengan alat Durometer, sebuah peluru baja yang telah dikeraskan ditekan oleh tangan. Benda uji harus rata dan cukup tebal agar kekerasan bidang pendukung tidak ikut terukur
Gambar 4. Alat uji kekerasan Durometer
6. Proses pengambilan data a. Pengujian gesek
Pada saat pengujian gesek dilakukan, maka piringan cakram berputar dan kampas rem mulai di uji. Untuk mengetahui berapa putaran piringan cakram, maka digunakan alat pengukur putaran atau tachometer. Tachometer ini berjenis non-contack yaitu menggunakkan sinar laser yang ditembakkan ke benda yang akan diukur yang sebelumnya telah diberi stiker. Stiker ini berfungsi sebagai sensor pada tachometer jenis ini.
Untuk mengetahui voltase dan arus yang di derita oleh alat uji gesek, maka digunakkan clampmeter. Untuk pembacaan arus, clampmeter dijepitkan ke salah satu kabel. Sedangkan untuk pembacaan voltasenya alat ini menggunakaan kabel kontak yang di kontakkan pada sumber dari motor atau dinamo.
Untuk mengetahui ketinggian spesimen sebelum pengujian gesek dan setelah pengujian gesek, maka digunakan vernier caliper (jangka sorong).
Pada saat piringan cakram
panas. untuk mengetahui panas yang terjadi pada piringan cakram dan kampas rem maka dilakukan pembacaan suhu dengan menggunakan infrared thermometer yaitu dengan menyorotkan laser kepiringan cakram dan kampas rem maka akan diketahui berapa suhu yang diukur.
7
Jenis Kampas Rem Keausan Rata-rata
(mm3/Menit)
Waktu Sintering 60 Menit
10.1
Waktu Sintering 90 Menit
7.9
Waktu Sintering 120 Menit
4.1
Indopart 3.33
Jenis Kampas Rem Koefisien Gesek(μ) Waktu Sintering 60
Menit
0.6357
Waktu Sintering 90 Menit
0.6163
Waktu Sintering 120 Menit
0.6276
Indopart 0.6410
Jenis Kampas Rem Keausan Rata-rata
(mm3/Jam)
Waktu Sintering 60 Menit
11.2
Waktu Sintering 90 Menit
9.8
Waktu Sintering 120 Menit
5.6
Indopart 3
Jenis Kampas Rem Koefisien Gesek(μ) Waktu Sintering 60
0.6183
Waktu Sintering 60
0.6246
Waktu Sintering 60 Menit
0.6355
Indopart 0.6708
b. Pengujian kekerasan Hasil dari pijakan yang
dilakukan tiga kali akan terlihat di Durometer.
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengujian
1. Hasil Pengujian Keausan
Tabel 2. Hasil Uji Keausan Kondisi Kering
Gambar 6. Histogram hasil uji keausan
penyemprotan air
2. Hasil Pengujian Koefisien Gesek Tabel 4. Hasil Uji Koefisien Gesek
Kondisi Kering
Gambar 5. Histogram hasil uji keausan kondisi kering
Tabel 3. Hasil Uji Keausan
Penyemprotan Air
Gambar 7. Histogram hasil uji koefisien gesek kondisi kering
Tabel 5. Hasil Uji Koefisien Gesek
Penyemprotan Air
Menit
Menit
8
Gambar 8. Histogram hasil uji koefisien
gesek penyemprotan air
3. Hasil Pengujian Kekerasan Tabel 6. Hasil Uji kekerasan
Jenis Kampas Rem Nilai kekerasan
(ShoreD)
Waktu Sintering 60 Menit
88
Waktu Sintering 90 Menit
85
Waktu Sintering120 Menit
85
Indopart 94
Gambar 9. Histogram hasil pengujian kekerasan
B. Pembahasan 1. Pengujian keausan
Dari pengujian gesek pengaruh kering dengan beban 15 kg selama 60 menit maka didapat nilai keausan rata-rata dengan variasi waktu sintering 60 menit dengan suhu sintering 250°C sebesar 10,1 mm3/menit, dengan variasi waktu sintering 90 menit dengan suhu sintering 250°C sebesar 7,9 mm3/menit, dengan variasi waktu sintering 120 menit dengan suhu sintering 250°C sebesar 4,1 mm3/menit dan Indopart sebesar 3,33 mm3/menit. Dari semua pengujian kering paling rendah tingkat keausannya adalah kampas rem Indopart
Dari pengujian gesek pengaruh air dengan beban 15 kg selama 60 menit maka didapat nilai keausan rata-rata dengan variasi waktu sintering 60 menit dengan suhu sintering 250°C sebesar 11,2 mm3/menit, dengan variasi waktu sintering 90 menit dengan suhu sintering 250°C sebesar 9,8 mm3/menit, dengan variasi waktu sintering 120 menit dengan suhu sintering 250°C sebesar 5,6 mm3/menit dan Indopart sebesar 3 mm3/menit. Dari semua pengujian air paling rendah tingkat keausannya adalah kampas rem Indopart.
Penyebab keausan dari semua pengujian kering dan air adalah faktor pencampuran maupun komposisi dari bahan kampas rem. Pada kondisi kering dan air kampas rem Indopart sangat dominan tahan aus, dikarenakan dari semua spesimen kampas uji kampas Indopart paling keras dan struktur pori-pori sangat kecil sehingga pada saat terjadi gesekan material yang terbuang sangat kecil. Dari kondisi penyemprotan air pada kampas
9
rem variasi waktu dengan suhu sintering 250°C lebih tinggi tingkat keausan dari pada kampas rem Indopart disebabkan karena kampas rem variasi suhu sintering menggunakan banyak serat dan filler (pengisi) seperti : fiberglass, grafite dan barium sulphate sedangkan kampas rem Indopart hanya memiliki satu serat yaitu asbes
2. Pengujian koefisien gesek Dari hasil percobaan uji gesek
pengaruh kering selama 60 menit, koefisien gesek kampas rem Indopart lebih tinggi dari kampas rem variasi suhu sintering. Dapat dibuktikan dari hasil pengujian kampas rem Indopart sebesar 0,6410 untuk kampas rem dengan variasi waktu 60 menit sebesar 0,6357, kampas rem dengan variasi waktu 90 menit sebesar 0,6163, dan kampas rem dengan variasi waktu 120 menit sebesar 0,6276. Kampas rem yang memiliki nilai koefisien gesek mendekati Indopart yaitu kampas rem dengan variasi waktu 60 menit.
Dari hasil percobaan uji gesek pengaruh air selama 60 menit, koefisien gesek kampas rem Indopart lebih tinggi dari kampas rem variasi suhu sintering. Dapat dibuktikan dari hasil pengujian kampas rem Indopart sebesar 0,6708 untuk kampas rem dengan variasi waktu 60 menit sebesar 0,6183 untuk kampas rem dengan variasi waktu 90 menit sebesar 0,6246, dan untuk kampas rem dengan variasi waktu 120 menit sebesar 0,6355. Kampas rem yang memiliki nilai koefisien mendekati Indopart yaitu kampas rem dengan waktu sintering 120 menit.
Dari grafik hasil keseluruhan diatas menunjukkan bahwa pada pengujian gesek di semua kondisi koefisien gesek kampas rem
variasi waktu sintering lebih rendah dibandingkan kampas rem Indopart. Untuk kampas rem yang memiliki nilai koefisien mendekati Indopart di semua kondisi pengujian yaitu kampas rem dengan variasi waktu sintering 60 menit.
3. Pengujian kekerasan
Dari grafik hasil keseluruhan diatas menunjukkan bahwa pada pengujian kekerasan pada semua kampas rem dengan variasi waktu sintering lebih rendah dibandingkan kampas rem Indopart. Untuk kampas rem yang memiliki nilai kekerasa mendekati kampas Indopart di semua kondisi pengujian yaitu kampas rem dengan variasi waktu sintering 60 menit, hal ini disebabkan karena selama proses sintering unsur – unsur yang ada dalam kampas rem seperti serbuk kuningan, serbuk aluminium, calcium carbonate, barium sulphate, graphite, phenolic resin, fiberglass dapat mengikat secara merata.
C. Kesimpulan
Dari studi yang dilakukan penulis apat menarik kesimpulan, yaitu :
1. Dalam pengambilan data studi penelitian ini, didapatkan nilai keausan keseluruhan kampas rem Indopart pada kondisi kering, penyemprotan air, jauh lebih tahan aus dibandingkan dengan kampas rem dengan variasi waktu sintering.
2. Nilai koefisien gesek Indopart lebih tinggi di bandingkan dengan kampas rem variasi waktu sintering. Dapat diambil kesimpulan bahwa jika semakin rendah tinggi suhu sintering nilai koefisien geseknya juga semakin meningkat.
10
3. Nilai kekerasan kampas rem variasi suhu sintering lebih rendah dibandingkan dengan kampas rem Indopart, yaitu sebesar 94 ShoreD sedangkan kampas rem dengan variasi waktu 60 menit dengan suhu sintering 250°C sebesar 88 ShoreD,kampas rem dengan variasi waktu 90 menit dengan suhu sintering 250°C sebesar 85 ShoreD, dan kampas rem dengan variasi waktu 120 menit dengan suhu sintering 250°C sebesar 84 ShoreD. Jadi kampas rem merk Indopart lebih bagus tingkat kekerasanya.
D. Saran Dalam penelitian selanjutnya,
penulis mempunyai beberapa saran yang dapat dipakai untuk proses pengembangan dan pembuatan kampas rem, yaitu :
1. Perlu ditambah tekanan kompaksi pada saat proses pengepresan supaya kampas rem lebih keras dan lebih awet.
2. Ukuran cetakan yang presisi dan tepat akan menghasilkan kampas rem yang bagus.
3. Perlu ditambahkan alat – alat yang mendukung dalam pembuatan kampas rem dan ditambahkan cetakan kampas rem.
4. Perlu ditambah parameter- parameter lain agar performa dari kampas rem akan kelihatan dan akan lebih baik.
5. Perlu pengujian yang lebih akurat, seperti pengujian langsung pada kendaraan atau sepeda motor agar data yang didapat lebih akurat dan sesuai pada kondisi pengaplikasian.
6. Keselamatan dan keamanan perlu diperhatikan dengan menggunakan alat perlindungan keselamatan diri
agar dapat mencegah dan mengurangi kecelakaan pada waktu penelitian.
E. Persantunan Banyak pihak yang turut berperan dalam membantu penelitian ini baik dalam penulisan penelitian, maupun lokasi penelitian, sehingga kami mengucapkan terima kasih, khususnya kepada : 1. Agus Dwi Anggono,ST, M.Eng,
PhD. Selaku pembimbing utama. 2. Teman dalam penelitian kampas
rem (Rizky Adrianto, Darmawan Budianto, Supriyanto, Eko Susilo, Lanang Bagus Yulqa) dan kawan- kawan teknik mesin UMS terutama angkatan 2008.
Daftar Pustaka
Aji, Agung Prasetya, 2012 , System Rem. Diakses 18 Januari 2016 jam 01:32 WIB dari (http://www.scribd.com/doc/98797655/Makalah- Rem#scribd)
Budi Prasojo, ST [2002], Buku Petunjuk Praktek Uji Bahan, Jurusan Teknik Permesinan Kapal, PPNS
El-Tayeb, N.S.M., Liew, K.W., 2008, Effect of Water Spray on Friction and Wear Behaviour of Noncommercial and Comercial Brake pad Materials, Elsevier, p. 135-144.
Galuh E,dkk., 2010, Barium sulfat, Diakses 10 Desember 2015 jam 11:05 dari (http:/www.google.com/_Barium_sulfat _artikel.html)
German. R.M., 1984. Powder Metallurgi Science. Metal Power Federation. Pricenton, New Jersey.
Gibson, R.F., 1994, Principle of Composite Material Mechanics, McGraw-Hill International Book Company, New York.
Herman, U.T., 2010, Pengaruh Lingkungan Terhadap Keausan, Daya, Koefisien Gesek, Suhu Kampas Rem, dan Waktu Pengereman Kampas Rem Berbahan Fiberglass, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.
Kenneth G and Michael K, 1999, Engineering Materials. Upper River, New Jersey.
Lubin, G. dkk, 1975, Handbook of Fiberglass and Advanced Plastic Composites. Robert E. Krieger. Huntingdon NY.
Prasetyo, Tri., 2010, Pengaruh Variasi Suhu Terhadap Kekerasan dan Keausan Kampas Rem Dengan Resin Polyester Sebagai Pengikat, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.
Setiyanto, Imam., 2009, Pengaruh Variasi Temperatur Sintering Terhadap Ketahahan Aus Bahan Rem Gesek Sepatu, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.
SNI 09-2663-1992, Cara Uji Ketahanan Terhadap Air, Larutan Garam, Minyak Pelumas Dan Cairan Rem Untuk Kampas Rem Kendaraan Bermotor. Diakses 17 Desember 2016 jam 20:05 dari (www.SNI_kampas_rem.com/en/file/en.pdf/SNI_09-2663-1992)
Stolk, Kros., 1994, Elemen Konstruksi Bangunan Mesin, Elemen mesin. Erlangga, Jakarta. Suga, Kiyokatsu dan Sularso., 1997, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin, Pradnya Paramita, Jakarta.
Sunardi, dkk., 2003, Pengaruh Suhu Sintering Pada Proses Metalurgi Serbuk Zn – Al Terhadap Sifat Mekanik., Universitas Atma jaya, Jakarta.
Sutrisno, 1997, Fisika Dasar Mekanika. ITB Bandung.
Van Vliet, G.L.J, dan Both, W., 1984, Teknologi Untuk Bangunan
Mesin, Bahan-Bahan 1, Pradnya Paramita, Jakarta.