pengaruh sintering terhadap sifat magnetik bahan … · 2020. 4. 25. · pengaruh sintering...

5
Pengaruh Sintering Terhadap Sifat Magnetik Bahan Komposit Co-Al x O y (Sri Mulyaningsih) 109 Akreditasi LIPI Nomor : 536/D/2007 Tanggal 26 Juni 2007 PENGARUH SINTERING TERHADAP SIFAT MAGNETIK BAHAN KOMPOSIT Co-Al x O y Sri Mulyaningsih 1 , Setyo Purwanto 2 , Wisnu Ari Adi 2 dan Azwar Manaf 3 1 Pusat Penelitian Metalurgi (P2M)-LIPI Kawasan Puspiptek, Serpong 15314, Tangerang 2 Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir (PTBIN)-BATAN Kawasan Puspiptek, Serpong 15314, Tangerang 3 Program Study Materials Science-UI Jl. Salemba Raya No. 4, Jakarta 10430 ABSTRAK PENGARUH SINTERING TERHADAP SIFAT MAGNETIK BAHAN KOMPOSIT Co-Al x O y. Penelitian dilakukan dengan menghaluskan campuran serbuk kobal (Co) dan aluminium (Al) menggunakan High Energy Milling (HEM) dengan perbandingan Co 73 Al 27 wt%, kemudian dipres dan dilanjutkan dengan proses sintering. Waktu milling divariasikan antara 4,5 jam, 12 jam dan 20 jam sedangkan proses sintering pada suhu 384 ºC dan 484 ºC. Setelah proses sinter ditemukan beberapa puncak-puncak baru yang diidentifikasi sebagai Co-Al 2 O 4 . Hasil pengukuran VSM menunjukkan proses milling dan sinter mengakibatkan nilai saturasi Ms menurun pada semua sampel. Sedang nilai koersivitas Hc untuk sampel hasil milling nilai tertinggi 367 Oe dicapai pada sampel 4,5 jam milling, sedang untuk 12 jam dan 20 jam adalah 275 Oe dan 317 Oe. Untuk sampel yang disinter nilai koersivitas cenderung naik yaitu pada sampel 12 jam milling dan sinter 384 ºC dan 484 ºC adalah 275 Oe, 285 Oe dan 305 Oe, dan untuk 20 jam milling 317 Oe, 345 Oe dan 345 Oe. Kata kunci : Sintering, Komposit, High energy milling, Saturasi, Koersivitas ABSTRACT SINTERING EFFECT THE MAGNETIC PROPERTIES OF COMPOSITE Co-Al x O y MATERIALS. The experiment was carried out by high energy milling (HEM) to refine powder, and the sample composition was Co 73 Al 27 wt%. The milling time was varied within 4.5, 12 and 20 hours, while sintering process was conducted at 384 ºC and 484 ºC. Several new peaks were found after sintering process and identified as a Co-Al 2 O 4 compound. The experiment data shows value of saturation magnetization Ms was reduce by milling and sintering. On the other hand, the value of coercivity Mr for the sample 12h milling and sintering within 384 and 484 ºC was 275, 285 and 305 (Oe) and 20h milling was 317, 345 and 345 (Oe). Key words : Sintering, Composite, High energy milling, Saturation, Coercivity PENDAHULUAN Makalah ini mengulas tentang studi awal bahan komposit yang akan digunakan sebagai bahan magnetoresistansi sistem granular alloy berbasis Co-Al. Sistem magnetoresistansi granular alloy dapat terjadi apabila sistem tersebut terdiri dari granular-granular yang sangat halus dengan ukuran partikel berskala nano. Dimana granular yang bersifat magnetik dikelilingi oleh granular non magnetik atau dapat juga bahan bersifat magnetik. Komposit Co-Al dirancang untuk mendapatkan sistem granular alloy Co yang dikelilingi oleh matriks yang berbentuk oksida Al. Untuk itu, campuran serbuk Co-Al dari proses milling kemudian dipres dan dilanjutkan dengan proses sinter sehingga diharapkan Al akan teroksidasi sehingga terbentuk Al oksida. Aluminium (Al) yang non magnetik dan merupakan bagian dari komposit tersebut akan berpengaruh terhadap sifat kemagnetan dari bahan komposit tersebut. Dimana aluminium merupakan bahan yang mudah teroksidasi dan proses sinter dapat mengubah fasa aluminium didalam komposit tersebut sehingga hal ini juga akan berpengaruh terhadap sifat magnetiknya. METODE PERCOBAAN Bahan dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah serbuk kobal (Co) dengan ukuran partikel 3 m dari Merck dan serbuk aluminium (Al) dengan ukuran partikel 350 mesh. Kedua bahan tersebut dicampur

Upload: others

Post on 08-Feb-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • Pengaruh Sintering Terhadap Sifat Magnetik Bahan Komposit Co-AlxO

    y(Sri Mulyaningsih)

    109

    Akreditasi LIPI Nomor : 536/D/2007

    Tanggal 26 Juni 2007

    PENGARUH SINTERING TERHADAP SIFAT MAGNETIKBAHAN KOMPOSIT Co-Al

    xO

    y

    Sri Mulyaningsih1, Setyo Purwanto2, WisnuAriAdi2 danAzwar Manaf31Pusat Penelitian Metalurgi (P2M)-LIPI

    Kawasan Puspiptek, Serpong 15314, Tangerang2Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir (PTBIN)-BATAN

    Kawasan Puspiptek, Serpong 15314, Tangerang3Program Study Materials Science-UI

    Jl. Salemba Raya No. 4, Jakarta 10430

    ABSTRAK

    PENGARUH SINTERING TERHADAP SIFAT MAGNETIK BAHAN KOMPOSIT Co-AlxO

    y.

    Penelitian dilakukan dengan menghaluskan campuran serbuk kobal (Co) dan aluminium (Al) menggunakan HighEnergy Milling (HEM) dengan perbandingan Co

    73Al

    27wt%, kemudian dipres dan dilanjutkan dengan proses

    sintering. Waktu milling divariasikan antara 4,5 jam, 12 jam dan 20 jam sedangkan proses sintering pada suhu384 ºC dan 484 ºC. Setelah proses sinter ditemukan beberapa puncak-puncak baru yang diidentifikasi sebagaiCo-Al

    2O

    4. Hasil pengukuran VSM menunjukkan proses milling dan sinter mengakibatkan nilai saturasi Ms

    menurun pada semua sampel. Sedang nilai koersivitas Hc untuk sampel hasil milling nilai tertinggi 367 Oedicapai pada sampel 4,5 jam milling, sedang untuk 12 jam dan 20 jam adalah 275 Oe dan 317 Oe. Untuk sampelyang disinter nilai koersivitas cenderung naik yaitu pada sampel 12 jam milling dan sinter 384 ºC dan 484 ºCadalah 275 Oe, 285 Oe dan 305 Oe, dan untuk 20 jam milling 317 Oe, 345 Oe dan 345 Oe.

    Kata kunci : Sintering, Komposit, High energy milling, Saturasi, Koersivitas

    ABSTRACT

    SINTERING EFFECT THE MAGNETIC PROPERTIES OF COMPOSITE Co-AlxO

    y

    MATERIALS. The experiment was carried out by high energy milling (HEM) to refine powder, and the samplecomposition was Co

    73Al

    27wt%. The milling time was varied within 4.5, 12 and 20 hours, while sintering

    process was conducted at 384 ºC and 484 ºC. Several new peaks were found after sintering process andidentified as a Co-Al

    2O

    4compound. The experiment data shows value of saturation magnetization Ms was

    reduce by milling and sintering. On the other hand, the value of coercivity Mr for the sample 12h milling andsintering within 384 and 484 ºC was 275, 285 and 305 (Oe) and 20h milling was 317, 345 and 345 (Oe).

    Key words : Sintering, Composite, High energy milling, Saturation, Coercivity

    PENDAHULUAN

    Makalah ini mengulas tentang studi awal bahankomposit yang akan digunakan sebagai bahanmagnetoresistansi sistem granular alloy berbasisCo-Al. Sistem magnetoresistansi granular alloydapat terjadi apabila sistem tersebut terdiri darigranular-granular yang sangat halus dengan ukuranpartikel berskala nano. Dimana granular yang bersifatmagnetik dikelilingi oleh granular non magnetik ataudapat juga bahan bersifat magnetik.

    Komposit Co-Al dirancang untuk mendapatkansistem granular alloy Co yang dikelilingi oleh matriksyang berbentuk oksida Al. Untuk itu, campuran serbukCo-Al dari proses milling kemudian dipres dandilanjutkan dengan proses sinter sehingga diharapkanAl akan teroksidasi sehingga terbentuk Al oksida.

    Aluminium (Al) yang non magnetik danmerupakan bagian dari komposit tersebut akanberpengaruh terhadap sifat kemagnetan dari bahankomposit tersebut.

    Dimana aluminium merupakan bahan yang mudahteroksidasi dan proses sinter dapat mengubah fasaaluminium didalam komposit tersebut sehingga hal inijuga akan berpengaruh terhadap sifat magnetiknya.

    METODE PERCOBAAN

    Bahan dasar yang digunakan dalam penelitianini adalah serbuk kobal (Co) dengan ukuran partikel3 m dari Merck dan serbuk aluminium (Al) denganukuran partikel 350 mesh. Kedua bahan tersebut dicampur

  • Jurnal Sains Materi IndonesiaIndonesian Journal of Materials Science

    Edisi Khusus Oktober 2007, hal : 109 - 113

    ISSN : 1411-1098

    110

    dicampur dengan perbandingan Co73

    Al27

    wt% kemudiandilakukan proses milling untuk menghaluskan serbuk.

    Bahan magnetoresistansi sistem granular alloymemerlukan ukuran kristalit yang besarnya hanyabeberapa nanometer sehingga komposit yang akandigunakan sebagai bahan magnetoresistansi jugamerupakan bahan yang mempunyai ukuran kristalit yangsangat halus. Untuk itu Serbuk Co dan Al di campurdidalam vial stainless steel kemudian dilakukanpenggerusan dengan menggunakan High EnergyMilling (HEM) sehingga diperoleh campuran serbukCo-Al yang sangat halus. Komposisi yang digunakanmengacu kepada komposisi bahan yang telahmenghasilkan nilai magnetoresistansi terbaik padasistem granular alloy Co-Al

    xO

    ythin films yang telah

    dilakukan oleh peneliti sebelumnya [1].Serbuk hasil milling kemudian dibentuk pelet

    dengan cara dicetak dan dipress dengan tekanan7000 psi, diteruskan dengan proses sinter setelahsebelumnya dilakukan pengukuran menggunakanDifferential Scanning Calorimetry (DSC) untukmenentukan suhu sinter. Proses sintering dimaksudkansupaya memberikan kesempatan kepada oksigen (O

    2)

    untuk berdifusi dan berikatan dengan aluminiumsehingga terbentuk oksida aluminium.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Pengukuran difraksi sinar-X dilakukan terhadapsampel pada suhu ruang dengan sudut 2 theta antara20o sampai dengan 100o. Pola difraksi menunjukkanterdapat perubahan yang signifikan terutama padasampel hasil milling 12 jam dan 20 jam, yaitu tidak sajaterdapat sejumlah puncak yang menghilang, tetapi jugaintensitas yang rendah dan puncak difraksi yang melebar.Hal ini menunjukkan bahwa partikel sudah menjadisangat halus. Untuk sampel hasil milling 4,5 jam posisipuncak-puncak difraksi masih teridentifikasi baik yaitusecara keseluruhan merupakan gabungan pola difraksidari Co dan Al yang mengalami pelebaran akibat efekpenghalusan. Pola difraksi Co dan Al standar dancampuran Co-Al milling 4,5 jam, 12 jam dan 20 jam dapatdilihat pada Gambar 1.

    Sedangkan pola difraksi sinar-X dari pelet Co-Alyang disinter pada suhu 384 ºC dan 484 ºC menunjukkan

    terjadi penumbuhan kembali puncak-puncak yanghampir menghilang akibat proses milling dan juga terjadipenumbuhan puncak baru pada sudut 31 dan 36 yangdiidentifikasi menggunakan data base dari JCPDS-ICDDsebagai CoAl

    2O

    4. Dimana CoAl

    2O

    4merupakan komposit

    yang bersifat colinear antiferro yang termasuk ke dalambahan magnetik lemah (soft magnetic)[2]. Untuk sampelhasil milling 20 jam pertumbuhan puncak baru CoAl

    2O

    4

    juga terjadi pada sudut 59. Pola difraksi sinar-X peletCo-Al setelah disinter dapat dilihat pada Gambar 2,Gambar 3 dan Gambar 4.

    Sistem magnetoresistansi granular alloyterdiri dari granular-granular yang sangat halusberukuran beberapa nano, sehingga pada kompositdirancang granular yang berskala nanometer.Pengukuran dilakukan terhadap ukuran kristalit terhadapserbuk Co-Al hasil milling dan pelet yang sudah disinter,perhitungan dilakukan secara kualitatif denganmenggunakan rumus yang berikan oleh Scherer terhadappuncak [111] [3]:

    Gambar 1. Pola difraksi sinar-X serbuk Al, Co, Co-Almilling 4,5 jam, Co-Al miling 12 jam dan Co-Al milling20 jam.

    CoAl 20h

    CoAl 20h

    CoAl 20hCoAl

    2 theta

    1009050 60 70 8020 30 40

    Inte

    nsi

    tas

    Gambar 3. Pola difraksi sinar-X pada CoAl milling12 jam pasca sinter dan tidak disinter

    sinter 484C

    sinter 384C

    not sinter

    2 theta

    1009050 60 70 8020 30 40

    Inte

    nsi

    tas

    Co

    (11

    1)c

    Co

    (22

    0)h

    Co

    (10

    1)h

    Co

    -Al2

    O4

    (22

    0)

    Co

    Al2

    O4

    (44

    4)

    Co

    -AL

    2O

    4(4

    40

    )

    Co

    (10

    0)h

    sinter 384C

    sinter 484C

    Co

    -Al2

    O4

    (31

    1)

    Gambar 4. Pola difraksi sinar-X pada CoAl milling20 jam pasca sinter dan tidak disinter

    sinter 484C

    sinter 384C

    not sinter

    2 theta

    1009050 60 70 8020 30 40

    Inte

    nsi

    tas

    Co-A

    l2O

    4(3

    11)

    Co-A

    l2O

    4(2

    20)

    Co

    (111)c

    Co-A

    l2O

    4(4

    40)

    CoA

    l2O

    4(4

    44)

    Co

    (101)h

    Co-A

    l2O

    4(5

    11)

    Co

    (311)c

    Co

    (220)h

    Co

    (10

    0)c

    Co

    (11

    1)c

    Co

    (10

    1)h

    Co

    -Al2

    O4

    (44

    0)

    Co

    (22

    0)c

    Co

    Al2

    O4

    (44

    4)

    Co

    (31

    1)c

    Co

    -Al2

    O4

    (22

    0)

    Co

    (20

    0)c

    Co

    Al2

    O4

    (31

    1)

    Gambar 2. Pola difraksi sinar-X pada CoAl miling4.5 jam pasca sinter dan tidak disinter

    sinter 484C

    sinter 384C

    not sinter

    2 theta

    1009050 60 70 8020 30 40

    Inte

    nsi

    tas

  • Pengaruh Sintering Terhadap Sifat Magnetik Bahan Komposit Co-AlxO

    y(Sri Mulyaningsih)

    111

    cos

    94,0)2(

    LB

    Dimana B(2) adalah Full Width Half Maximum(FWHM), adalah panjang gelombang Cu dan L adalahdimensi ukuran kristal. Hasil perhitungan ukuran kristalitdari sampel serbuk hasil miling 4,5 jam, 12 jam dan20 jam serta pelet setelah proses sinter dapat dilihatpada Tabel 1.

    Untuk mengetahui sifat magnetik bahan akibatpengaruh proses milling dilakukan pengukuranmagnetisasi bahan dengan memakai alat VibratingSample Magnetometer (VSM) model OXFORD versi 2.1.Pengukuran dilakukan terhadap serbuk Co sebelumdihaluskan dan sampel campuran serbuk Co-Al setelahproses milling. Pola yang terjadi dapat dilihat pada kurvahisterisis Gambar 5 dan distribusi nilai magnetisasi jenuh(Ms), magnetisasi sisa (Mr) dan koersivitas (Hc) padaTabel 2 dan Gambar 6.

    Dari data hasil pengukuran VSM menunjukkannilai saturasi (Ms) semakin menurun seiring bertambahwaktu proses milling. Hal ini disebabkan oleh pengaruhpenurunan ukuran partikel granular Al maupun Co.Dimana semakin lama proses milling akan menyebabkanukuran granular Al semakin mengecil dan jumlahnyabertambah banyak sehingga semakin banyak granularAl yang menghalangi interaksi antar granular Co. Dilainpihak, granular Co juga ukurannya semakin mengecil danjumlahnya juga bertambah banyak, sehingga nilaisaturasinya semakin menurun.

    Nilai koersivitas (Hc) suatu matetial dipengaruhioleh ukuran partikel penyusun material tersebut, semakin

    kecil ukuran partikel penyusunnya nilai koersivitassemakin naik dan mencapai maksimum pada ukuranpartikel Ds dan kemudian kembali menurun. Ds adalahukuran partikel kritis dimana, nilai Ds ini sebandingdengan Ls (energi magnetostatik pada single domain)

    0

    50

    100

    150

    200

    250

    300

    350

    400

    4.5 6.5 8.5 10.5 12.5 14.5 16.5 18.5 20.5 22.5

    Hc (Oe)

    Ms(emu/gr)

    Mr (emu/gr)

    Waktu milling (jam)

    Gambar 6. Distribusi harga koersiviti (Hc), saturasi (Ms)dan magnetisasi sisa (Mr) akibat proses milling

    -300

    -250

    -200

    -150

    -100

    -50

    0

    50

    100

    150

    200

    250

    300

    -1.5 -1 -0.5 0 0.5 1 1.5

    Co

    a

    b

    c

    Gambar 5. Kurva hiteresis Co standar dan Co-Al milling4,5 jam, 12 jam dan 20 jam

    Em

    u/gr

    H (Tesla)

    -50

    -45

    -40

    -35

    -30

    -25

    -20

    -15

    -10

    -5

    0

    5

    10

    15

    20

    25

    30

    35

    40

    45

    50

    -0.08 -0.07 -0.06 -0.05 -0.04 -0.03 -0.02 - 0.01 0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06 0 .07 0.08

    H (Tesla)

    em

    u/g

    r

    Tabel 1. Hasil perhitungan ukuran kristalit secara kuantitatif

    Ukuran kristalitSuhu sinter

    4,5 jam (Ǻ) 12 jam (Ǻ) 20 jam (Ǻ)

    Tidak disinter 103.0468 71.53604 18.57575

    384ºC 154.6334 79.48449 19.39713

    484ºC 198.7812 93.44873 49.0964

    Tabel 2. Harga Ms, Mr dan Hc sampel CoAl milling 4,5 jam,12 jam dan 20 jam

    Sampel Ms (emu/g) Mr (emu/g) Hc (Oe)

    CoAl 4,5 jam milling (a) 156 17,5 367

    CoAl 12 jam milling (b) 113 9,27 275

    CoAl 20 jam milling (c) 110 13,5 317

    C oA l 4 .5h

    -30

    -25

    -20

    -15

    -10

    -5

    0

    5

    10

    15

    20

    25

    30

    -0 .1 -0 .09 -0 .0 8 -0 .07 -0 .06 -0 .05 -0 .04 -0 .03 -0 .02 -0 .01 0 0 .01 0 .02 0 .0 3 0 .04 0 .05 0 .06 0 .07 0 .08 0 .09 0 .1

    F ie ld (T es la )

    M(e

    mu

    /gr)

    Gambar 7. Kurva hiteresis CoAl milling 4.5 jam sinter pada suhu 384 ºC dan 484 ºC

    - 2 0 0

    - 1 5 0

    - 1 0 0

    - 5 0

    0

    5 0

    1 0 0

    1 5 0

    2 0 0

    - 1 .5 - 1 - 0 .5 0 0 .5 1 1 .5

    F ie ld ( T e s la )

    M(e

    mu

    /gr)

    C o A l 4 . 5 h s e r b u k n o t s i n t e r

    C o A l 4 . 5 h p e le t s in te r 3 8 4

    C o A l 4 .5 h p e le t s in te r 4 8 4

  • Jurnal Sains Materi IndonesiaIndonesian Journal of Materials Science

    Edisi Khusus Oktober 2007, hal : 109 - 113

    ISSN : 1411-1098

    112

    yang biasanya terjadi pada partikel berukuran antara

    100 Ǻ hingga 500 Ǻ [7]. Dari Tabel 1, dapat dilihat

    ukuran partikel sampel (a) 103 Ǻ, sampel (b) 72 Ǻ dan

    (c) 19Ǻ. Sampel (a) dengan ukuran partikel 103 Ǻ

    mempuyai nilai koersivitas tertinggi 367 Hc, hal inidapat dimengerti karena ukuran partikel sampel (a)berada didalam rentang Ls. Sedangkan untuk sampel (b)dan (c), nilai koersivitas sudah mulai menurunsehingga nilai koersivitas sampel (c) lebih besardari sampel (b).

    Dari sampel dalam bentuk serbuk tadi kemudiandipress sehingga berbentuk pelet dan kemudian disinter.Sampel-sampel yang sudah disinter juga mempunyaikecenderungan penurunan nilai Ms, dan terjadi padasemua sampel (lihat Gambar 7, Gambar 8 dan Gambar 9).Analisis data pengukuran VSM dapat dilihat padaTabel 3, Gambar 10, Gambar 11 dan Gambar 12.

    Dari Tabel 3, dapat dilihat bahwa nilai Msmenurun seiring dengan kenaikan suhu sinter, hal initerjadi pada semua sampel. Proses sinter jugamengakibatkan pertumbuhan fasa baru (lihat Gambar 2,Gambar 3 dan Gambar 4) yang diidentifikasi sebagaiCo-Al

    2O

    4,Co-Al

    2O

    4ternyata mempunyai sifat co-linear

    antiferro, dimana semakin tinggi suhu sinterpertumbuhan fasa Co-Al

    2O

    4juga semakin banyak.

    Hal tersebut kemungkinan turut berpengaruh terhadapnilai saturasi yang semakin menurun.

    KESIMPULAN

    1. Proses sinter mengakibatkan pertumbuhanpuncak-puncak baru yang diidentifikasi sebagaiCo-Al

    2O

    4.

    Tabel 3. Harga Ms, Mr dan Hc sampel 4.5 jam, 12 jam dan 20 jamsetelah sinter

    Sampel Ms(emu/g)

    Mr(emu/g)

    Hc(Oe)

    CoAl 4.5h milled, powder not sinter

    sinter 384

    sinter 484

    156

    84.4

    63.5

    17.5

    9.2

    6.2

    367

    376

    330

    CoAl 12h milled, powder not sinter

    sinter 383

    sinter 484

    113

    77

    69

    9.27

    9.27

    9.04

    275

    285

    305

    CoAl 20h milled, powder not sinter

    sinter 384

    sinter 484

    110

    84

    73

    13.5

    9.25

    8

    317

    345

    345

    Kurva Histeresis sampel standard

    -12

    -10

    -8

    -6

    -4

    -2

    0

    2

    4

    6

    8

    10

    12

    -0.05 -0.04 -0.03 -0.02 -0.01 0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05

    H (T)

    M(e

    mu

    /gr)

    Gambar 8. Kurva hiteresis CoAl milling 12 jam sinter pada suhu 384 ºC dan 484 ºC

    Kurva Histeresis CoAl 12h

    -150

    -100

    -50

    0

    50

    100

    150

    -1.5 -1 -0.5 0 0.5 1 1.5

    H (T)

    M(e

    mu

    /gr)

    CoAl 12h serbuk not sinter

    CoAl 12h pelet sinter 384

    CoAl 12h pelet sinter 484

    Gambar 9. Kurva hiteresis CoAl milling 20 jam sinter pada suhu 384 ºC dan 484 ºC

    C o A l 2 0 h

    -1 5 0

    -1 0 0

    -5 0

    0

    5 0

    1 0 0

    1 5 0

    -1 .5 -1 -0 .5 0 0 .5 1 1 .5

    F ie ld (T e s la )

    Mo

    me

    n(e

    mu

    /gr)

    C o A l 2 0 h s e rb u k n o t s in te r

    C o A l 2 0 h p e le t s in te r 3 8 4

    C o A l 2 0 p e le t s in t e r 4 8 4

    C oA l 2 0h

    -30

    -25

    -20

    -15

    -10

    -5

    0

    5

    10

    15

    20

    25

    30

    -0. 1 -0. 05 0 0.0 5 0. 1

    F ie ld ( T e sla )

    Mo

    me

    n(e

    mu

    /gr)

  • Pengaruh Sintering Terhadap Sifat Magnetik Bahan Komposit Co-AlxO

    y(Sri Mulyaningsih)

    113

    2. Hasil pengukuran VSM menunjukan proses millingdan sinter mengakibatkan nilai saturasi Ms menurunpada semua sampel.

    3. Nilai koersivitas Hc untuk sampel hasil milling nilaitertinggi 367 Oe dicapai pada sampel 4,5 jam milling,sedang untuk 12 jam dan 20 jam adalah 275 Oedan 317 Oe.

    4. Sampel sinter memberikan nilai koersivitascenderung naik, pada sample 12 jam milling dansinter 384 ºC dan 484ºC adalah 275 Oe, 285 Oe dan305 Oe, dan untuk 20 jam milling 317 Oe, 345 Oe dan345 Oe

    UCAPAN TERIMAKASIH

    Penulis mengucapkan terimakasih kepadaDra. Mujamilah, M.Sc. yang telah banyak membantu

    50

    70

    90

    110

    130

    150

    170

    0 100 200 300 400 500 600

    Temperatur sinter

    Ms

    (em

    u/g

    r)

    4.5h

    12h

    20h

    not sinter

    not sinter

    not sinter

    Gambar 10. Pengaruh suhu sinter terhadap harga Ms

    4

    6

    8

    10

    12

    14

    16

    18

    20

    0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500

    Temperatur sinter

    Mr

    (em

    u/g

    r)

    4.5h

    12h

    20hnot sinter

    not sinter

    not sinter

    Gambar 11. Pengaruh suhu sinter terhadap harga Mr

    Gambar 12. Pengaruh suhu sinter terhadap hargakoersivitas

    0.025

    0.03

    0.035

    0.04

    0 100 200 300 400 500 600

    temperatur sinter

    co

    ers

    ivit

    as

    12h

    20h

    4.5hnot sinter

    not sinter

    not sinter

    melakukan pengukuran menggunakan Vibrating SampleMagnetometer (VSM).

    DAFTARACUAN

    [1]. S. MITANI, at. all., Phys. Rev. Letters, 81 (13) (1998)[2]. M.OHNUMA, at. all., Nano Structure Mat., 12

    (1999) 573 -576.[3]. K. YAKUSHIJI at. all., C, J. of Magnetism and

    Magnetic Mat., 212 (2000) 75-81[4]. M. OHNUMA, at. all., J. of Applied Phys.,

    87 (2) (2000)[5]. ROBERT C. O’HANDLEY, Modern Magnetic

    Materials, Principles and Application, John Wiley& sons, Inc, (2000)

    [6]. B. E. Warren, X-Ray Diffraction, DoverPublication, Inc., NewYork, (1968)

    [7]. B.D. CULLITY, Introduction to MagneticMaterials, Addison Wesley Pub. Co, (1972)