pengaruh waktu perendaman kedelai dan zat …semnas.pnl.ac.id/prosiding/186/artikel rek 0058.pdf ·...

6
Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.2 No.1 September 2018 | ISSN:2598-3954 A-299 PENGARUH WAKTU PERENDAMAN KEDELAI DAN ZAT PENGGUMPAL ALAMI IE ASAM SUNTI TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN TAHU KEDELAI Salmyah 1 , Halim Zaini 2 ,Anggri Putri Intani 3 1,2,3 Jurusan Teknik Kimia Industri Program Studi Teknologi Kimia Industri Jln. B.Aceh-Medan km.280 Buketrata 24301 INDONESIA 1 [email protected], 3 [email protected] Abstrak - Ie asam sunti merupakan produk samping dari pembuatan asam sunti yang dijemur dan difermentasi selama 5 hari dengan penambahan garam. Ie asam sunti sangat mudah diperoleh oleh karena itu peneliti memanfaatkannya sebagai penggumpal alami pada pembuatan tahu kedelai. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui pengaruh waktu perendaman kedelai, volume ie asam sunti dan waktu penggumpalan terhadap karakteristik tahu kedelai. Metode penelitian ini menggunakan Central Composite Design (CCD) yang termasuk dalam Response Surface Methode (RSM). Data yang diperoleh dianalisis menggunakan Analisis Variant. Variabel yang diamati adalah kadar protein, tekstur dan pH. Berdasarkan analisa statistic perangkat lunak Minitab 14, hasil menunjukkan bahwa kondisi optimum proses penggumpalan pada waktu perendaman 5 jam, volume ie asam sunti 200 ml dan waktu penggumpal 25 menit diperoleh kadar protein 250-360 mg/l, tekstur 395,07-400 mm/det, pH 5,6-5,8 dan rendemen 21,5-23,5 %. Kata kuncitahu, kedelai, ie asam sunti, Metode Response Surface (RSM) Abstract - Ii is a byproduct of the manufacture of injectable acids which are dried and fermented for 5 days with the addition of salt. Injection acid is very easy to obtain, therefore researchers use it as a natural coagulation in the manufacture of soybean tofu. This study also aims to determine the effect of soybean immersion time, volume of injectable acid and clotting time on the characteristics of soybean tofu. This research method uses Central Composite Design (CCD) which is included in the Response Surface Method (RSM). The data obtained were analyzed using Variant Analysis. The variables observed were protein content, texture and pH. Based on Minitab 14 software statistical analysis, the results showed that the optimum clotting process conditions at 5 hours of immersion, volume of 200 ml of injectable acid and 25 minutes of coagulation time obtained protein content of 250-360 mg / l, texture 395.07-400 mm / det, pH 5,6-5,8 and yield 21,5-23,5%. Keywordstofu, soybean, ie injection acid, Response Surface Method (RSM)

Upload: others

Post on 19-Oct-2020

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.2 No.1 September 2018 | ISSN:2598-3954

    A-299

    PENGARUH WAKTU PERENDAMAN KEDELAI DAN ZAT PENGGUMPAL

    ALAMI IE ASAM SUNTI TERHADAP KANDUNGAN

    PROTEIN TAHU KEDELAI

    Salmyah1, Halim Zaini2 ,Anggri Putri Intani3

    1,2,3Jurusan Teknik Kimia Industri Program Studi Teknologi Kimia Industri

    Jln. B.Aceh-Medan km.280 Buketrata 24301 INDONESIA

    [email protected],3 [email protected]

    Abstrak - Ie asam sunti merupakan produk samping dari pembuatan asam sunti yang dijemur dan difermentasi selama 5 hari dengan

    penambahan garam. Ie asam sunti sangat mudah diperoleh oleh karena itu peneliti memanfaatkannya sebagai penggumpal alami pada

    pembuatan tahu kedelai. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui pengaruh waktu perendaman kedelai, volume ie asam sunti dan

    waktu penggumpalan terhadap karakteristik tahu kedelai. Metode penelitian ini menggunakan Central Composite Design (CCD) yang

    termasuk dalam Response Surface Methode (RSM). Data yang diperoleh dianalisis menggunakan Analisis Variant. Variabel yang diamati

    adalah kadar protein, tekstur dan pH. Berdasarkan analisa statistic perangkat lunak Minitab 14, hasil menunjukkan bahwa kondisi

    optimum proses penggumpalan pada waktu perendaman 5 jam, volume ie asam sunti 200 ml dan waktu penggumpal 25 menit diperoleh

    kadar protein 250-360 mg/l, tekstur 395,07-400 mm/det, pH 5,6-5,8 dan rendemen 21,5-23,5 %.

    Kata kunci— tahu, kedelai, ie asam sunti, Metode Response Surface (RSM)

    Abstract - Ii is a byproduct of the manufacture of injectable acids which are dried and fermented for 5 days with the addition of salt. Injection

    acid is very easy to obtain, therefore researchers use it as a natural coagulation in the manufacture of soybean tofu. This study also aims to

    determine the effect of soybean immersion time, volume of injectable acid and clotting time on the characteristics of soybean tofu. This

    research method uses Central Composite Design (CCD) which is included in the Response Surface Method (RSM). The data obtained were

    analyzed using Variant Analysis. The variables observed were protein content, texture and pH. Based on Minitab 14 software statistical

    analysis, the results showed that the optimum clotting process conditions at 5 hours of immersion, volume of 200 ml of injectable acid and

    25 minutes of coagulation time obtained protein content of 250-360 mg / l, texture 395.07-400 mm / det, pH 5,6-5,8 and yield 21,5-23,5%.

    Keywords— tofu, soybean, ie injection acid, Response Surface Method (RSM)

    mailto:[email protected]:[email protected]

  • Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.2 No.1 September 2018 | ISSN:2598-3954

    A-300

    I. PENDAHULUAN

    Tahu

    Tahu merupakan pangan olahan kedelai yang banyak

    digemari oleh masyarakat Indonesia, karena rasanya yang enak

    dan kandungan gizi yang cukup tinggi, serta harga yang relative

    murah sehingga mudah didapatkan dan banyak di konsumsi oleh

    hampir seluruh penduduk di Indonesia (Nurhidajah dan Agus

    Suyanto, 2012). seperti yang diketahui bahwa masyarakat

    Indonesia berada pada kondisi ekonomi yang memperihatinkan

    yakni masyarakat yang terdiri dari kalangan menengah kebawah

    yang tidak dapat menjangkau harga-harga makanan yang mahal

    seperti daging-dagingan, sedangkan masyarakat tersebut

    memerlukan asupan gizi dan protein. Daging-dagingan tersebut

    dapat digantikan dengan mengosumsi tahu sebagai memenuhi

    asupan gizi.

    Tahu sebagai salah satu produk olahan kedelai yang

    merupakan sumber penyediaan protein yang sangat baik untuk

    tubuh karna kadar protein yang terkandung didalamnya serta daya

    cernanya yang tinggi. Kata tahu berasal dari bahasa cina yaitu

    tao-hu atau teu-hu. Kata tao yang berarti kedelai, sementar hu

    berarti lumat atau menjadi bubur. Di Jepang, tahu dikenal dengan

    nama tofu, sedangkan dalam bahasa inggris disebut soybean curd

    atau tofu.

    Proses pembuatan tahu ada dua bagian yaitu pembuatan

    susu kedelai dan pembuatan bahan penggumpal. Susu kedelai

    dibuat dengan merendam kedelai dalam air bersih. Perendaman

    dimaksudkan untuk melunakkan struktur selular kedelai sehingga

    mudah digiling dan memberikan dispersi dan suspensi bahan

    padat kedelai lebih baik pada waktu ekstraksi. Perendaman juga

    dapat mempermudah pengupasan kulit kedelai akan tetapi

    perendaman yang terlalu lama dapat mengurangi total padatan.

    Pada prinsipnya pembuatan tahu merupakan penggumpalan

    protein dari susu kedelai. Proses penggumpalan terjadi karena

    penambahan penggumpal berupa zat asam dan mengakibatkan

    terjadinya peristiwa denaturasi protein. Denaturasi dapat

    diartikan sebagai suatu proses terpecahnya ikatan hydrogen

    karena adanya interaksi hidrofobik, ikatan garam dan

    terbentuknya lipatan atau wiru molekul.

    Tabel 1.1

    Syarat Mutu Tahu Berdasarkan SNI 01-3142-1998 N

    o

    Kriteria Uji Satuan Persyaratan

    1 Keadaan :

    Bau

    Rasa

    Warna

    Penampakan

    Abu

    Protein

    Lemak

    Serat kasar

    -

    -

    -

    -

    -

    % (b/b)

    % (b/b)

    % (b/b)

    % (b/b)

    % (b/b)

    Normal

    Normal

    Putih bersih atau kuning

    bersih

    Normal tidak berlendir

    dan tidak berjamur

    Maksimal 1,0

    Minimal 9,0

    Minimal 0,5

    Maksimal 0,1

    Bahan

    tambahan

    makanan

    Sesuai SNI 0222 M dan

    Peraturam Menteri

    Kesehatan No.

    711/Men/Kes/Per/IX/199

    8

    2 Cemaran:

    Timbale

    Tembaga

    (Cu)

    Seng (Zn)

    Timah (Sn)

    Raksa (Hg)

    Cemaran

    arsen(As)

    mg/kg

    mg/kg

    mg/kg

    mg/kg

    mg/kg

    mg/kg

    Maksimal 2,0

    Maksimal 30,0

    Maksimal 40,0

    Maksimal 40,0 atau

    250,0

    Maksimal 0,03

    Maksimal 1,0

    3 Cemaran

    mikroba :

    Escherichia

    coli

    Salmonella

    /25 g

    APM1/

    g

    /25g

    Maksimal 10

    Negatif

    (Sumber : SNI 01-3142-1998)

    Belimbing Wuluh

    Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L) atau sering

    disebut belimbing asam merupakan satu tanaman yang tumbuh

    subur di seluruh daerah di Indonesia khususnya di Provinsi Aceh.

    Tanaman ini termasuk salah satu jenis tanaman tropis yang

    mempunyai kelebihan yaitu dapat berbuah sepanjang tahun

    (Amnur, 2008). Kandungan kimia buah belimbing wuluh antara

    lain adalah saponin, tannin, glukosid, kalsium oksalat, sulfur,

    asam format, perioksida, asam laktat dan asam sitrat.

    Belimbing wuluh dikenal oleh masyarakat aceh dengan

    sebutan Limeng, hampir seluruh penduduk masyarakat aceh

    memiliki tanaman belimbing wuluh karna masyarakat Aceh

    menggunakannya sebagai bumbu makanan khas Aceh. Tanaman

    ini memiliki buah yang berlimpah, sehingga masyarakat aceh

    mengolah belimbing wuluh menjadi asam sunti.

    Ie Asam Sunti

    Ie Asam Sunti merupakan produk samping yang

    diperoleh dari proses pembuatan asam sunti. Asam sunti

    merupakan pengawetan atau pengeringan buah belimbing wuluh

    dengan cara penjemuran dan penambahan garam dapur. Proses

    pembuatan asam sunti itu yakni dari pengawetan belimbing

    wuluh segar yang dicampur dengan garam dapur dan penjemuran

    selama 5 hari tergantung dari terik atau tidaknya matahari. Ie

    Asam Sunti dihasilkan dari air sisa fermentasi asam sunti pada

    malam hari. Masyarakat memanfaatkan Ie Asam Sunti sebagai

    pengawet ikan dan tidak sedikit dari masyarakat yang membuang

    air belimbing wuluh tersebut begitu saja. Ie Asam Sunti

  • Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.2 No.1 September 2018 | ISSN:2598-3954

    A-301

    mengandung kadar keasaman yang sangat tinggi, yaitu asam

    sitrat ( Salmyah, Fachraniah dan Elwina, 2017)

    Kedelai

    Kedelai (Glycine Max Merr) merupakan salah satu hasil

    pertanian yang sangat penting artinya sebagai bahan makanan,

    karena jumlah dan mutu protein yang dikandungnya sangat tinggi

    yaitu sekitar 40 % dan susunan asam amino essensialnya lengkap

    serta sesuai sehingga protein kedelai mempunyai mutu yang

    mendekati mutu protein hewani (Hardjo, 1964).

    Tabel 1.2

    Komposisi Kimia Kedelai Kering Per 100 gram.

    No Komposisi Jumlah

    1 Kalori (Kkal) 331,0

    2 Protein (gram) 34,9

    3 Lemak (gram) 18,1

    4 Karbohidrat (gram) 34,8

    5 Kalsium (mg) 227,0

    6 Fosfor (mg) 585,0

    7 Besi (mg) 8,0

    8 Vitamin A (SI) 110,0

    9 Vitamin B1 (mg) 1,1

    10 Air (gram) 7,5

    (Sumber : Cahyadi, 2007)

    Protein

    Protein merupakan suatu zat makanan yang sangat

    penting bagi tubuh, karena zat ini disamping berfungsi sebagai

    zat pembangun dan pengatur, Protein adalah sumber asam- asam

    amino yang mengandung unsur C, H, O dan N yang tidak dimiliki

    oleh lemak atau karbohidrat. Molekul protein mengandung pula

    posfor, belerang dan ada jenis protein yang mengandung unsur

    logam seperti besi dan tembaga (Budianto, A.K, 2009).

    Protein kedelai yang sebagian besar adalah globulin,

    mempunyai titik isoelektris 4,1 - 4,6. Globulin akan mengendap

    pada pH 4,1 sedangkan protein lainnya seperti proteosa, prolamin

    dan albumin bersifat larut dalam air sehingga diperkirakan

    penurunan kadar protein dalam perebusan disebabkan terlepasnya

    ikatan struktur protein karena panas yang menyebabkan

    terlarutnya komponen protein dalam air (Ismed Suhadi, 2003).

    Jenis Penggumpal

    Menurut Salmyah (2006), jenis penggumpal alami untuk

    pembuatan tahu adalah ie kulo sira. Ie kulo sira merupakan

    limbah yang diperoleh dari proses pembuatan garam yang tidak

    habis mengkristal. Cairan ini dapat langsung digunakan sebagai

    penggumpal tanpa perlakuan lanjut.

    Selain itu jenis penggumpal lain yaitu batu tahu, cuka,

    dan biang tahu.

    II. MOTODE PENELITIAN

    Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Politeknik

    Negeri Lhokseumawe.

    Bahan penelitian terdiri dari atas: kedelai dan ie asam

    sunti dengan alat-alat seperti: panci, kompor, blender, pengaduk,

    kain saring, pencetak dan pengepress tahu.

    Penelitian dilakukan dengan metode Response Surface

    Methode (RSM) dengan menggunakan minitab 14 dengan model

    Central Composite Design (CCD). Dengan faktor pertama adalah

    lama waktu perendaman kedelai 3 s/d 7 jam, faktor kedua volume

    ie asam sunti 100 s/d 300 ml dan faktor ketiga waktu

    penggumpalan protein 15 s/d 35 menit.

    Tabel 2.1

    Rancangan Data Penelitian

    Variabel yang diamati meliputi: kadar protein, tekstur,

    pH dan rendemen tahu.

    III. HASIL DAN PEMBAHASAN

    Tabel 3.1

    Hasil Data Pengamatan Waktu

    perendaman

    kedelai

    (jam)

    Kadar protein

    (mg/l)

    Tekstur

    (mm/det)

    pH Rendeme

    n

    (%)

    4.00000 109,6451 302,5 5,5 20

    6.00000 158,7976 499,8 5,5 21

    4.00000 318,8760 496,0 5,9 25

    6.00000 303,3520 459,8 6,1 25

    4.00000 206,1760 432,9 5 20

    6.00000 258,0301 450,7 5,1 21

    4.00000 466,2932 441,1 6 24

    6.00000 505,8894 482,3 6 24

    3.31821 358,6335 398,2 5,7 23

    6.68179 309,9245 414,8 5,9 25

    5.00000 393,5523 431,5 5,1 19

    5.00000 613,9927 496,0 6 27

    5.00000 230,9740 389,4 5,6 25

    5.00000 580,8480 342,6 5,8 21

    5.00000 263,7961 395,0 5,7 23

    5.00000 263,7961 395,0 5,7 23

    5.00000 263,7961 395,0 5,7 23

    5.00000 263,7961 395,0 5,7 23

    5.00000 263,7961 395,0 5,7 23

    5.00000 263,7961 395,0 5,7 23

    StdO

    rder

    Run

    Ord

    er

    PtT

    ype

    Bloc

    ks

    Waktu

    perendam

    an

    kedelai

    (jam)

    Volume

    Ie Asam

    Sunti

    (ml)

    Waktu

    penggum

    pal

    protein

    (menit)

    1 1 1 1 4.00000 150.000 20.0000

    2 2 1 1 6.00000 150.000 20.0000

    3 3 1 1 4.00000 250.000 20.0000

    4 4 1 1 6.00000 250.000 20.0000

    5 5 1 1 4.00000 150.000 30.0000

    6 6 1 1 6.00000 150.000 30.0000

    7 7 1 1 4.00000 250.000 30.0000

    8 8 1 1 6.00000 250.000 30.0000

    9 9 -1 1 3.31821 200.000 25.0000

    10 10 -1 1 6.68179 200.000 25.0000

    11 11 -1 1 5.00000 115.910 25.0000

    12 12 -1 1 5.00000 284.090 25.0000

    13 13 -1 1 5.00000 200.000 16.5910

    14 14 -1 1 5.00000 200.000 33.4090

    15 15 0 1 5.00000 200.000 25.0000

    16 16 0 1 5.00000 200.000 25.0000

    17 17 0 1 5.00000 200.000 25.0000

    18 18 0 1 5.00000 200.000 25.0000

    19 19 0 1 5.00000 200.000 25.0000

    20 20 0 1 5.00000 200.000 25.0000

  • Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.2 No.1 September 2018 | ISSN:2598-3954

    A-302

    1. Kadar protein Analisis variant untuk kadar protein dengan

    menggunakan Metode Respon Surface dengan model Central

    Composite Design menunjukkan bahwa model regresi

    menunjukkan Pvalue yang signifikan terhadap model yaitu 0,018.

    Sehingga dapat dikatakan bahwa ada pengaruh jenis bahan

    penggumpal, waktu perendaman dan lama penggumpal terhadap

    kadar protein.

    S = 83.62 R-Sq = 78.9% R-Sq(adj) = 59.9%

    Persamaan koefesien Regresi untuk Kadar Protein adalah

    Y = -3,13044 (X12) + 0,0227178 (X22) + 0,837812 (X32) –

    0,192336 (X1)(X2) + 1,4455 (X1)(X3) + 0,0770956 (X2)(X3) +

    36,7934 (X1) -8,24789 (X2) – 50,4264 (X3) +1235,24

    Semakin laman perendaman kedelai maka kadar protein

    akan semakin menurun karna lepasnya ikatan struktur protein

    sehingga komponen protein terlarut dalam air.perendaman yang

    lama juga mengakibatkan lunaknya struktur kacang kedelai

    sehingga kadar air tahu semakin tinggi.

    Hasil analisa kadar protein pada alat spektrofotometris

    UV-VIS diperoleh Kadar protein tahu terbaik yaitu pada waktu

    perendaman kedelai 5 jam, volume ie asam sunti 200 ml dan

    waktu penggumpalan 25 menit menghasilkan kadar protein tahu

    sebesar 263,7961 mg/l.

    Gambar 4.1 contour plot dan surface terhadap kadar protein

    2. Tekstur Tekstur tahu sangat tergantung pada kondisi

    penggumpalan misalnya ph dan bahan penggumpal. Hasil analisis

    variant menunjukkan Pvalue mendekati signifikan yaitu berkisar

    0,056 dan menghasilkan persamaan sebagai berikut :

    Y = 10,9108 (X12) + 0,01246 (X22) – 0,136255 (X32) – 0,525367

    (X1)(X2) – 2,55088 (X1)(X3) – 0,05693(X2)(X3) + 77,8888 (X1) –

    0,493491 (X2) + 30,5195 (X3) – 216,946

    S = 38.39 R-Sq = 70.6% R-Sq(adj) = 44.1%

    Nilai tekstur tahu terbaik pada waktu perendaman

    kedelai 5 jam, volume ie asam sunti 200 ml dan waktu

    penggumpalan 25 menit menghasilkan tekstur tahu sebesar

    395,07 mm/det

    Gambar 4.2 contour plot dan surface plot terhadap tekstur

    3. pH Analisis variant model regresi menunjukkan bahwa Pvalue

    yang sangat signifikan terhadap ph yaitu Pvalue = 0,000. Hal ini

    menunjukkan bahwa Ie asam sunti mempunyai pengaruh nyata

    terhadap kadar keasaman tahu.

    S = 0.1213 R-Sq = 91.8% R-Sq(adj) = 84.5%

    perendaman (jam)

    pe

    ng

    gu

    mp

    al (m

    l)

    6.56.05.55.04.54.03.5

    280

    260

    240

    220

    200

    180

    160

    140

    120

    Hold Values

    penggumpalan (mnt) 25

    tekstur

    450 - 500

    500 - 550

    > 550

    < 400

    400 - 450

    Contour Plot of tekstur vs penggumpal (ml), perendaman (jam)

    250

    tekstur

    400

    200

    500

    600

    penggumpal (ml)3 1504 5 1006perendaman (jam)

    Hold Values

    penggumpalan (mnt) 25

    Surface Plot of tekstur vs penggumpal (ml), perendaman (jam)

    perendaman (jam)

    pe

    ng

    gu

    mp

    al (m

    l)

    6.56.05.55.04.54.03.5

    280

    260

    240

    220

    200

    180

    160

    140

    120

    Hold Values

    penggumpalan (mnt) 25

    kadar

    300 - 350

    350 - 400

    400

    protein

    - 450

    450 - 500

    500 - 550

    > 550

    < 250

    250 - 300

    Contour Plot of kadar protein vs penggumpal (ml), perendaman (jam)

    250

    kadar protein

    200200

    400

    600

    penggumpal (ml)3 1504 5 1006perendaman (jam)

    Hold Values

    penggumpalan (mnt) 25

    Surface Plot of kadar protein vs penggumpal (ml), perendaman (jam)

  • Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.2 No.1 September 2018 | ISSN:2598-3954

    A-303

    Berikut adalah persamaan regresi yang diperoleh :

    Y = 0,02589 (X12) – 2,4996 (X22) – 3,7834 (X32) + 0,000250

    (X1)(X2) – 0,00250 (X1)(X3) + 0,000450(X2)(X3) – 0,199871 (X1)

    + 0,00396224 (X2) – 0,0668372 (X3) + 5,98070

    Protein kedelai sebagian besar adalah globulin,

    mempunyai titik isoelektrik 4,1 – 4,6. Globulin akan mengendap

    pada pH 4,1. Tahu dengan penggumpal alami ie asam sunti

    menghasilkan niilai pH terbaik pada waktu perendaman kedelai 5

    jam, volume ie asam sunti 200 ml dan waktu penggumpalan 25

    menit yaitu 5,7.

    Gambar 4.3 contour plot dan surface plot terhadap pH

    4. Rendemen Kualitas tahu yang dihasilkan biasanya berbanding

    terbalik dengan jumlah rendamen yang dihasilkan. Semakin

    tinggi nilai rendamen yang dihasilkan maka semakin rendah mutu

    yang di dapatkan.

    S = 0.7822 R-Sq = 92.3% R-Sq(adj) = 85.4%

    Persamaan regresi untuk rendemen

    Y = 0.1734 (X12) -7.2048 (X22) + -0.0072 (X32) – 0,005 (X1)(X2)

    -4.0565 (X1)(X3) -0.001 (X2)(X3) -0.3415 (X1) + 0.1219 (X2) +

    0.4324 (X3) + 2.58294

    Nilai rendemen tahu terbaik pada waktu perendaman

    kedelai 5 jam, volume ie asam sunti 200 ml dan waktu

    penggumpalan 25 menit menghasilkan rendemen sebesar 23%

    Gambar 4.2 contour plot dan surface plot terhadap rendemen

    5. Hasil Penelitian Tahu Dipasaran Berdasarkan analisa kadar protein dengan menggunakan

    alat spektrofotometris UV-VIS pada tahu kedelai dipasaran

    menghasilkan kadar protein sebesar 246,1760 mg/l, alnalisa

    tekstur mengasilkan nilai tekstur tahu sebesar 311,4 mm/det dan

    kadar keasaman terhadap tahu sebesar 6. Hasil perbandingan

    dengan tahu kedelai menggunakan penggumpal alami ie asam

    sunti sangat nyata dengan hasil optimal pada perendaman kedelai

    5 jam, volume ie asam sunti 200 ml dan penggumpalan protein

    selama 25 menit yaitu kadar protein sebesar 263,7961 mg/l,

    tekstur 395,0 mm/det. Hal ini menunjukkan bahwa tahu kedelai

    menggunakan penggumpal alami ie asam sunti tidak lebih buruk

    dibandingkan dengan tahu dipasaran.

    V. KESIMPULAN

    Ie asam sunti dapat menggumpalkan protein kedelai

    menjadi tahu Berdasarkan analisa statistic perangkat lunak

    Minitab 14 kondisi optimum proses penggumpalan pada waktu

    perendaman kedelai 5 jam, volume ie asam sunti 200 ml dan

    waktu penggumpal 25 menit diperoleh kadar protein 250-360

    mg/l, tekstur 395,07- 400 mm/det, pH 5,6-5,8 dan rendemen 21,5-

    23,5 %. Hasil tahu dari pasaran diperoleh kadar protein sebesar

    246,1760 mg/l, tekstur tahu sebesar 311,4 mm/det dan kadar

    keasaman terhadap tahu sebesar 6. Perbandingan antara

    karakteristik tahu dengan penggumpal alami ie asam sunti dengan

    perendaman (jam)

    pe

    ng

    gu

    mp

    al (m

    l)

    6.56.05.55.04.54.03.5

    280

    260

    240

    220

    200

    180

    160

    140

    120

    Hold Values

    penggumpalan (mnt) 25

    ph

    5.2 - 5.4

    5.4 - 5.6

    5.6 - 5.8

    5.8 - 6.0

    6.0 - 6.2

    <

    > 6.2

    5.0

    5.0 - 5.2

    Contour Plot of ph vs penggumpal (ml), perendaman (jam)

    250

    ph

    5.0200

    5.5

    6.0

    penggumpal (ml)3 1504 5 1006perendaman (jam)

    Hold Values

    penggumpalan (mnt) 25

    Surface Plot of ph vs penggumpal (ml), perendaman (jam)250

    rendemen %

    18200

    21

    24

    27

    penggumpal (ml)3 1504 5 1006perendaman (jam)

    Hold Values

    penggumpalan (mnt) 25

    Surface Plot of rendemen % vs penggumpal (ml), perendaman (jam)

    perendaman (jam)

    pe

    ng

    gu

    mp

    al (m

    l)

    6.56.05.55.04.54.03.5

    280

    260

    240

    220

    200

    180

    160

    140

    120

    Hold Values

    penggumpalan (mnt) 25

    rendemen %

    21.5 - 23.5

    23.5 - 25.5

    > 25.5

    < 19.5

    19.5 - 21.5

    Contour Plot of rendemen % vs penggumpal (ml), perendaman (jam)

  • Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol.2 No.1 September 2018 | ISSN:2598-3954

    A-304

    tahu dipasaran menunjukkan bahwa ada berbedaan yang nyata.

    Tahu dengan penggumpal alami ie asam sunti memperoleh

    karakteristik yang tidak lebih buruk dari tahu dipasaran.

    REFERENSI [1] Amnur. 2008. Cikal Bakal Averrhoa Bilimbi.

    Http://averrhoabilimbi .blogspot. com/2008/10/cikal-bakal-averrhoa-

    bilimbi.html, Diakses pada Tanggal 22 Oktober 2008

    [2] Budianto, A.K. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Gizi. Cetakan keempat. Malang : Penerbit UMM Press.

    [3] Cahyadi, 2007, “Teknologi Dan Kasiat Kedelai”, Bumi Aksara, Jakarta [4] Hou, H.J., K.C. Chang, And M.C. Shin. 1999. Yield And Textural

    Properties Of Soft Tofu As Affected By Coagulation Method. J. Food. Sci.

    62 (4) : 824-827.

    [5] Hardjo, S. , 1964. Pengolahan dan Pengawetan Kedelai untuk Bahan Makanan Manusia. Bagian Gizi Fakultas Kedokteran UI, Jakarta.

    [6] Ismed Suhaidi, 2003. Pengaruh Lama Perendaman Kedelai Dan Jenis Zat Penggumpal Terhadap Mutu Tahu. Fakultas Pertanian, Jurusan Teknologi

    Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

    [7] Latifah, 2008. Uji Efektifitas Ekstrak Kasar Senyawa Antibakteri Pada Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi L) Dengan Variasi Pelarut.

    Skripsi, Malang:Uin Malang.

    [8] Mastaufik dan Ikesitoresmi 2005. Pemanfaatan Bahan Penggumpal Alami Dari Ekstrak Buah Nanas Dan Papaya Pada Pembuatan Tahu Dari Susu

    Layu. Laporan Penelitain. Jurusan Teknologi Pertanial Fakultas Pertanian

    Unsoed, Purwokerto. [9] Nurhidajah Dan Agus Yanto, 2012. Kadar Kalsium Dan Sifat Organoleptik

    Tahu Susu Dengan Variasi Jenis Bahan Penggumpal. Jurnal Pangan Dan

    Gizi. Vol.03, No.05. [10] Nuzulia Diniyani, 2013. Pengaruh Penggunaan Sari Jeruk Nipis (Citrus

    Aurantifolla) Sebagai Koagulan Dalam Pembuatan Tahu Biji Saga. Food

    Science And Culinary Education Journal. Jurusan Teknik Jasa Produksi, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang, Indonesia. Vol.2, No.2

    [11] Salmyah, Fachraniah dan Elwina, 2017. Pemanfaatan Ie Asam Sunti (Limbah Dari Proses Pembuatan Asam Sunti) Sebagai Penggumpal Susu Kedelai Dan Pengawet Tahu. Politeknik negeri Lhokseumawe

    [12] Salmyah, 2006. Penggunaan Ie Kulo Sira Sebagai Bahan Penggumpal Dan Pengendapan Susu Kedelai. Jurnal Reaksi (Journal Of Science And Technology). Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe.

    Vol.4, No.8.