pengaruh unsur-unsur ekstrinsik terhadap diksi … · peribahasa pada dasarnya adalah fenomena...

195
1 PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI PERIBAHASA ARAB DAN INDONESIA (ANALISIS SASTRA BANDING) Laporan Penelitian Kolektif Diajukan kepada Lembaga Penelitian (LEMLIT) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Oleh: Dr. Yani‟ah Wardani, M.Ag Dr. Cahya Buana, MA LEMBAGA PENELITIAN (LEMLIT) UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H/ 2012 M

Upload: others

Post on 25-Oct-2020

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

1

PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK

TERHADAP DIKSI PERIBAHASA ARAB DAN

INDONESIA

(ANALISIS SASTRA BANDING)

Laporan Penelitian Kolektif

Diajukan kepada Lembaga Penelitian (LEMLIT)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh:

Dr. Yani‟ah Wardani, M.Ag

Dr. Cahya Buana, MA

LEMBAGA PENELITIAN (LEMLIT)

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1434 H/ 2012 M

Page 2: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

2

LEMBAR PENGESAHAN

Ketua Lembaga Penelitian (LEMLIT) UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta dengan ini menyatakan, bahwa penelitian:

Judul : Pengaruh Unsur-unsur Ekstrinsik Terhadap Diksi

Peribahasa Arab dan Indonesia (Analisis Sastra

Bandingan)

Penulis : Dr. Yani‟ah Wardani, M.Ag

Dr. Cahya Buana, MA

telah disetujui dan disahkan sebagai laporan kegiatan penelitian kolektif.

Demikian pengesahan ini dibuat, untuk digunakan sebagaimana

mestinya.

Ditetapkan di: Jakarta,

Tanggal : 21 Nopember 2012

Ketua LEMLIT,

Dr. Jajat Burhanudin, MA

Page 3: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

3

LAPORAN HASIL PENELITIAN

A. Judul Penelitian

PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI

PERIBAHASA ARAB DAN INDONESIA (ANALISIS SASTRA

BANDINGAN)

B. Jenis Penelitian

Kolektif

C. Peneliti

Penelitian dilaksanakan oleh:

1. Dr. Yani‟ah Wardani, M.Ag

2. Dr. Cahya Buana, MA

D. Bidang Penelitian

Bahasa dan Sastra Arab

E. Bentuk Penelitian

Kepustakaan (Kualitatif)

F. Waktu Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei-Nopember 2012

G. Dana Penelitian

Dana penelitian bersumber dari Lembaga Penelitian UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta sebesar Rp. 25.000.000;

H. Penanggung jawab

Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 4: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

4

KATA PENGANTAR

بسم الله الرحمن الرحيم

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat-

Nya sehingga penelitian tentang “PENGARUH UNSUR-UNSUR

EKTRINSIK PERIBAHASA (AMTSAL) DALAM BAHASA ARAB DAN

INDONESIA: KAJIAN SASTRA BANDING” ini dapat diselesaikan tepat

pada waktu yang telah ditentukan. Shalawat dan salam semoga

tercurahkan kepada baginda kita afshahu al ‗Arab, Nabi Muhammad SAW

Penelitian kolektif ini mengangkat tentang kajian banding,

bagaimana karakteristik Amtsal Arab dan Peribahasa Indonesia, adakah

persamaan dan perbedaan antara keduanya, dan mungkinkah ada

keterpengaruhan peribahasa Indonesia oleh Peribahasa Arab, berdasarkan

tinjauan intrinsik (diksi ) dan ekstrinsik (sejarah, geografis dan budaya).

Dalam kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada

beberapa pihak khususnya kepada lembaga penelitian (Lemlit) UIN Syarif

Hidayatullah selaku pemberi dana hibah (DIPA) sehingga penelitian ini

dapat terlaksana.

Ucapan terima kasih juga kepada Perpustakaan utama UIN Syarif

Hidayatullah dan perpustakaan LPIA Arab Saudi yang telah menfasilitasi

pelayananan peminjaman buku, sehingga penelitian ini terlaksana dengan

baik.

Selain itu juga kami mengucapkan terima kasih kepada kolega dari

jajaran pimpinan, para dosen dan karyawan Fakultas Adab dan

Humaniora (FAH) UIN Syarif Hidayatullah atas sarana yang disediakan.

Semoga hasil penelitian ini akan memberikan kontribusi pada

Page 5: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

5

pengembangan dan pendalaman kajian Bahasa dan sastra Arab di

lingkungan kampus khususnya dan masyarakat umumnya terutama para

muballigh, karena pentingnya peribahasa bagi mereka sebagai media

dalam penyampaian dakwahnya.

Ciputat, 12 November 2012

Tim Penulis

Page 6: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

6

ABSTRAK Diksi adalah pilihan kata yang digunakan dalam suatu karya sastra termasuk peribahasa. Diksi yang digunakan dalam setiap karya sastra berbeda-beda. Perbedaan ini disebabkan oleh banyak hal, di antaranya dipengaruhi oleh unsur-unsur ekstrinsik yang meliputinya, seperti sejarah, geografi, alam dan budaya. Unsur-unsur ini sangat mempengaruhi diksi yang digunakan dalam peribahasa Arab dan Indonesia. Untuk mengetahui karakteristik diksi kedua peribahasa serta unsur-unsur ekstrinsik yang mempengaruhinya, termasuk di dalamnya perbedaan dan persamaan antara keduanya, dan juga keterpengaruhan antar kedua peribahasa tersebut, dalam penelitian ini digunakan analisis sastra bandingan.

Melalui kajian ini terbukti, bahwa masing-masing peribahasa memiliki karakteristik tersendiri yang disebabkan oleh unsur-unsur ekstrinsik yang mempengaruhinya, meskipun berdasarkan tema, masing-masing ada kesamaan, seperti dalam penggunaan nama binatang, fenomena alam, benda-benda langit, tumbuhan, dan budaya. Namun demikian, ada beberapa unsur ekstrinsik yang dominan di setiap peribahasa sebagai pengaruh dari perbedaan geografi keduanya. Amtsâl (peribahasa Arab) adalah cerminan kehidupan padang pasir, sedangkan peribahasa Indonesia merupakan cerminan dari kehidupan negara agraris dan maritim. Unta, kurma, fenomena alam padang pasir, serta peperangan, merupakan diksi yang paling dominan dalam amtsâl, selain nama-nama orang. Adapun ayam, ikan, air, padi, dan peralatan rumah tangga tradisional, menjadi ciri khas dari diksi peribahasa Indonesia. Oleh karena itu, pada tataran bahasa atau lafaz yang digunakan, terdapat persamaan dan perbedaan antara kedua peribahasa tersebut. Akan tetapi pada tataran makna, baik amtsâl maupun peribahasa sama-sama digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan moral baik yang bersifat lokal maupun universal.

Meskipun kedua peribahasa ini dalam beberapa hal memiliki persamaan, namun tidak bisa dikatakan kalau satu sama lain saling mempengaruhi, sebab masing-masing tampil dengan karakter masing-masing baik secara intrinsik maupun ekstrinsik. Namun demikian, pengaruh sastra Arab tetap tampak dalam peribahasa Indonesia terutama pada kata-kata bijak atau al-amtsâl al-hikmiyyah. Hal ini sebagai ekses dari masuknya Islam ke dalam idelogi masyarakat Indonesia.

Page 7: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

7

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

I. Konsonan II. Vokal Pendek

ء

ب

ت

ث

ج

ح

خ

د

ذ

ر

ز

س

ش

ص

ض

ط

B

T

TS

J

H

KH

D

DZ

R

Z

S

SY

SH

DL

TH

ــَــ

ــِــ

ـُـــ

a

i

u

III. Vokal Panjang

ا ــَــ

ى ــِــ

و ـُـــ

â

î

û

IV. Diftong

و ــَــ

ى ــَــ

au

ai

V. Pembauran

Metode transliterasi diadopsi dari Pedoman Akademik Program Magister dan

Doktor Kajian Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007/2008

Page 8: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

8

ظ

ع

غ

ف

ق

ك

ل

م

ن

و

ه

ي

ة

ZH

`

GH

F

Q

K

L

M

N

W

H

Y

T

ال

الش

وال

al-

al-sy-

wa al-

Page 9: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

9

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………………i

LEMBAR LAPORAN HASIL PENELITIAN …………………………...……ii

KATA PENGANTAR ………………………………………………………….iii

ABSTRAK ………………………………………………………………………..v

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN …………………………...…vi

DAFTAR ISI …………………….......................................................................viii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ……………………………..……1

B. Permasalahan Penelitian ……………………………….…6

C. Tujuan Penelitian ………………………………………….6

D. Manfaat dan Kegunaan Penelitian ……………………....6

E. Landasan teori dan Kerangka konseptual ……..……….7

F. Metode Penelitian yang digunakan ……………………...9

BAB II : TEORI SASTRA BANDINGAN

A. Sejarah ..................................................................................14

B. Pengertian ............................................................................17

C. Tujuan dan Ruang Lingkup ..............................................20

D. Sastra Bandingan dalam penelitian ini............................24

BAB III : SEKILAS TENTANG AMTSÂL DAN PERIBAHASA

A. Amtsâl ……………………………………………………...29

a. Pengertian Amtsâl …………………………………….29

b. Macam-macam Amtsâl Arab ………………………...34

c. Gaya Bahasa Amtsâl ……………………………...….36

d. Manfaat Amtsâl .………………………………………46

Page 10: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

10

B. Peribahasa ……………………………………...…………46

a. Pengertian peribahasa ……………………………….47

b. Macam-macam peribahasa Indonesia ……………..48

c. Gaya bahasa peribahasa Indonesia …………………50

C. Amtsâl dan Peribahasa dalam bentuk syair

(puisi)………………………………………………………52

BAB IV : DIKSI DAN UNSUR EKSTRINSIK YANG

MEMPENGARUHINYA DALAM AMTSÂL DAN

PERIBAHASA

A. Karakteristik Diksi dalam Peribahasa Arab……………57

a. Nama Orang …………………………………………..58

b. Hewan …………………………………………………76

c. Budaya …………………………………..…………...102

d. Alam ………………………………………………….113

e. Tumbuhan……………………………………………128

B. Karakteristik Diksi dalam Peribahasa Indonesia …….133

a. Fenomena alam ……………………………………...133

b. Hewan ………………………………………………..142

c. Tumbuhan ………………………………………...…153

d. Budaya ……………………………………………….156

C. Persamaan dan Perbedaan Diksi kedua peribahasa ..161

a. Lafaz ………………………………………………….162

b. Makna atau kandungan ……………………………168

D. Saling Keterpengaruhan antara Kedua peribahasa …173

BAB V : KESIMPULAN …………………………………..…………..176

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………181

Page 11: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sastra adalah cermin kehidupan manusia, maju mundurnya

peradaban suatu bangsa akan tampak pada karya sastra yang

dilahirkannya. Karya sastra mampu menjadi refleksi kehidupan sosial,

politik, ekonomi hingga ideologi suatu bangsa. Bahkan karya sastra juga

mampu mengungkap sejarah, adat istiadat, serta budaya dan geografi

suatu masyarakat yang hidup pada masa itu.1 Menurut Muhammad al-

Iskandar dan Mushtafa „Inani, sebagai bagian dari sastra, peribahasa

(amtsâl) merupakan cermin masyarakat yang sudah lalu. Meskipun sudah

berlalu, peribahasa tetap memiliki nilai-nilai moralitas yang tinggi. Ia

bahkan bisa menjadi tolak ukur maju mundurnya suatu bangsa, termasuk

kebahagiaan dan penderitaannya. Ia juga bisa menjadi cermin bahasa dan

sastra bangsanya.2

Karya sastra tidak muncul dari sebuah kenihilan. Banyak aspek

yang turut mempengaruhi lahirnya karya sastra. Unsur-unsur ekstrinsik

sastra, seperti, individu pengarang, sejarah, sosial politik, hingga unsur

geografis turut mempengaruhi bentuk dan isi sebuah karya sastra.3 Karya

sastra yang lahir dari bumi pertiwi Indonesia, tentu akan berbeda dengan

karya sastra yang lahir di belahan Jazirah Arab, baik dari aspek bentuk

1 Atar Semi menggambarkan hubungan antara sastra, masyarakat dan kebudayaan sebagai berikut: Pertama, bahwa sastra adalah cermin dari sistem sosial yang ada dalam masyarakat, sistem kekerabatan, sistem ekonomi, sistem politik, sistem pendidikan, sistem kepercayaan yang terdapat dalam masyarakat yang bersangkutan. Kedua, bahwa sastra adalah cermin dari sistem ide dan sistem nilai, serta gambaran tentang apa yang dikehendaki dan apa yang ditolak oleh masyarakat.Atar Semi, Kritik Sastra, (Bandung: Angkasa, 1989), hal. 55-56

2 Ahmad al-Iskandari dan Mushthafa „Inani, al-Wasith fi al-Adab al-‗Arabi wa Tarikhihi, (Mesir: Dar al-Ma‟arif, tth), h. 18-19

3 Studi sastra dengan pendekatan ekstrinsik Lih. Rene Wellek & Austin Warren, Teori Kesusastraan, (Jakarta: Gramedia, 1995), h. 77-134.

Page 12: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

12

maupun isinya. Maka karya sastra yang lahir dari negeri khatulistiwa

dengan nuansa alam yang permai, tentu berbeda dengan karya sastra

yang lahir dari bumi Arabia yang gersang dan bernuansa padang pasir.

Salah satu karya sastra klasik yang berkembang dalam sastra

Indonesia dan Arab adalah peribahasa. Dalam bahasa Indonesia,

peribahasa terkadang dinamakan juga dengan istilah pepatah. Dalam

bahasa Inggris dikenal dengan istilah proverb atau saying. Peribahasa

secara terminologi adalah 1) ungkapan yang ringkas padat yang berisi

kebenaran yang wajar, prinsip hidup, atau aturan tingkah laku. 2)

ungkapan pendek yang mengandung aturan tingkah laku sebagai prinsip

hidup. 4 Sedangkan secara istilah peribahasa adalah kelompok kata yang

mempunyai susunan yang tetap dan mengandung pengertian tertentu,

dikatakan juga bidal atau pepatah. Terkadang peribahasa juga merupakan

perumpamaan; yaitu perbandingan makna yang sangat jelas, karena ia

didahului oleh perkataan seolah-olah, ibarat, bak, seperti, laksana, macam,

bagai dan umpama. Dalam bahasa Arab istilah tersebut dikenal dengan

istilah amtsâl. Ibrahim „Ali Abu al-Khasyab mendefinisikan amtsâl dengan

kalimat singkat yang diucapkan pada keadaan atau peristiwa tertentu

digunakan untuk menyerupakan keadaan atau peristiwa tertentu dengan

keadaan atau peristiwa asal dimana matsal tersebut diucapkan.5

Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat

universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

bahasa memiliki tradisi peribahasa dalam sistem komunikasi. Namun

demikian, tentu saja peribahasa yang ada pada suatu bangsa berbeda

dengan peribahasa lainnya, sesuai dengan kondisi sosial, budaya, sejarah,

serta geografi yang mempengaruhinya.

4 Tim penyusun, Ensiklopedi sastra Indonesia, (Bandung: Titian Ilmu, 2004), h. 608

& 614 5 Ibarahim „Ali abu al-Khasyab & Muhammad Abdul Mun‟im Khafaji, Turatsuna

al-Adabi, (Kairo: Dar al-Thaba‟ah al-Muhammadiyah, tth), h. 84

Page 13: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

13

Sebagai contoh peribahasa Arab menyatakan 6

(isilah busur sebelum memanah). Dalam peribahasa Indonesia, amtsâl

tersebut senada dengan “Sedia payung sebelum hujan”7. Secara intrinsik,

kedua peribahasa tersebut memiliki massage yang sama yakni segala

sesuatu harus dipersiapkan dengan matang, sehingga dapat

mengantisipasi sesuatu yang tidak diinginkan. Namun secara ekstrinsik,

kedua peribahasa tersebut dipengaruhi oleh dua unsur yang berbeda.8

Diksi yang digunakan dalam amtsâl sangat dipengaruhi oleh tradisi

berperang yang senantiasa membutuhkan berbagai persiapan termasuk

senjata. Di antara senjata perang yang sangat populer saat itu adalah

panah. Tempat untuk menyimpan panah dalam bahasa Arab di sebut

dengan kanâin atau dalam bahasa Indonesia dikenal dengan nama busur.

Pada peribahasa Indonesia, unsur geografis (alam) sangat dominan

mempengaruhi gaya bahasanya, yaitu kata hujan yang identik dengan

negara beriklim tropis. Berdasarkan hal tersebut, tampak perbedaan latar

belakang lahirnya suatu peribahasa sesuai dengan kondisi yang

mempengaruhinya, meskipun pesan yang terkandung di dalamnya sama.

Kata kanâ‘in dan juga hujan yang digunakan dalam kedua

peribahasa tersebut di dalam kajian sastra disebut dengan diksi. Diksi

sebagaimana dijelaskan dalam Ensiklopedi Sastra Indonesia adalah

pemilihan kata yang dilakukan oleh pengarang, atau penyair, untuk

6 Lewis Ma‟luf, al-Munjid fi al-Lughah wa al-A‘lam, (Beirut: Dar al-Masyriq, 1986),

h. 990 7 Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan: Balai Pustaka, 2008), h. 738 8 Unsur intrinsik dalam sebuah karya satra yang terdiri dari tema, rima, irama,

tipografi, amanat, gaya bahasa dan lain sebagainya, sesuai dengan karakteristik bahasa dan sastra yang digunakan. Adapun unsur ekstrinsik sastra adalah unsur luar yang turut mempengaruhi terciptanya sebuah karya sastra, seperti biografi pengarang, sejarah dan budaya. Lihat buku Abdul Razak Zaidan dkk, Kamus Istilah Sastra, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), h. 67

Page 14: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

14

mengungkapkan gagasan.9 Dalam istilah sastra Arab, kata diksi disebut

dengan al-shûrah al-adabiyyah atau10 al-shiyâghah al-fanniyah. „Adnan „Ali

Ridha al-Nahwi, mendefinisikan al-shiyâghah al-fanniyah dengan pilihan

kata dan hubungannya dengan kata lain yang digunakan untuk membuat

kalimat atau suatu ungkapan.11

Diksi yang dipilih oleh penulis atau pengarang biasanya tidak

muncul begitu saja. Banyak aspek yang mempengaruhinya, boleh jadi

mengacu pada keindahan kata dan gaya bahasa, emosi dan wawasan

pengarang, atau juga unsur-unsur luar lainnya yang ada di sekitar

pengarang, seperti alam dan lingkungan yang melingkupinya. Artinya

diksi sebagai unsur intrinsik tidak bisa berdiri sendiri tanpa unsur-unsur

lain yang mempengaruhinya. Sebaliknya, unsur-unsur ekstrinsik yang

ada dalam karya sastra seperti geografi, alam, budaya dan tradisi, juga

bisa dilihat dari diksi yang digunakan dalam karya sastra. Berdasarkan

hal tersebut, diksi sebagai unsur intrinsik karya sastra sangat dipengaruhi

oleh unsur-unsur ekstrinsik. Kajian yang menggabungkan unsur intrinsik

dan ekstrinsik, dalam kritik sastra disebut dengan strukturalis genetik.

Menurut Sukron Kamil, sepintas ada kemiripan antara strukturalis

genetik dengan sosiologi sastra. Keduanya pada dasarnya dapat

dibedakan melalui tiga hal, yaitu aspek intrinsik teks sastra, latar belakang

pencipta, latar belakang sosial, budaya, dan sejarah masyarakat itu

9 Diksi yang baik dapat dilihat dari pemilihan kata yang tepat dan selaras,

digunakan sesuai dengan konteks pembicaraan, peristiwa, ataupun pembaca dan pendengar. Dengan demikian diksi disesuaikan dengan gagasan yang ingin diungkapkan oleh pembicara atau pengarang. Tim Penyusun, Ensiklopedi Sastra Indonesia, (Bandung: Titian Ilmu, 2004), h. 217-218

10 Muhammad al-Tunji dalam al-Mu‘jam al-Mufashal fi al-Adab mendefinisikan kata al-shûrah al-adabiyyah dengan kata (lafaz) yang digunakan oleh pengarang untuk mengekspresikan idea tau imajinasinya. Kata-kata tersebut sangat dipengaruhi oleh unsur kejiwaan atau emosi pengarang. Muhammad al-Tunji, al-Mu‘jam al-Mufashal fi al-Adabi, (Beirut: Dar al-Kutub al-„Ilmiyyah, 1993), h. 591

11 „Adnan „Ali Ridha al-Nahwi, al-Naqd al-Adabi al-Mu‘âshir baina al-Hadam wa al-Binâ‘, (Riyadh: Dar al-Nahwi, 1995 M), h. 147

Page 15: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

15

sendiri. Sementara sosiologi sastra tidak mementingkan kajian unsur-

unsur intrinsik. 12 Dalam kajian peribahasa, baik Arab maupun Indonesia,

latar belakang pengarang sebenarnya sulit untuk diungkapkan, hal ini

oleh karena peribahasa pada dasarnya adalah sastra lisan.13 Menurut

Ismail Hamid, dalam sastra Indonesia, kesusasteraan lisan merupakan

kesusasteraan Indonesia lama dan sudah tumbuh kembang bersamaan

dengan lahirnya bangsa ini. Kesusasteraan Indonesia yang bercorak

tulisan mulai berkembang dalam masyarakat Indonesia dengan pesat

setelah kedatangan agama Islam.14

Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dipastikan bahwa diksi yang

digunakan dalam peribahasa Indonesia akan berbeda dengan diksi yang

ada dalam amtsâl. Namun demikian, secara historis, kita tidak dapat

mengingkari bahwa bangsa Arab membawa pengaruh banyak terhadap

sistem sosial dan budaya bangsa Indonesia, termasuk di dalamnya

bahasa. Masuknya Islam ke Indonesia, jelas membawa berbagai pengaruh,

bahkan karya sastra Indonesia lama yang kita kenal dengan syair

merupakan tiruan nyata dari syi‘r yang berkembang di jazirah Arab,

meskipun tentu saja dengan beberapa perubahan disesuaikan dengan

karakter bahasa Indonesia.15 Oleh karena itu, amtsâl yang juga

berkembang di Jazirah Arab ini, dengan masuknya Islam ke Indonesia,

sedikit banyak tentu mempengaruhi peribahasa Indonesia. Digunakannya

12 Sukron Kamil, Teori Kritik Sastra Arab: Klasik dan Modern, (Jakarta: Rajawali

Pers, 2009), h. 188 13 Menurut Hutomo, sastra lisan dapat dibagi ke dalam tiga jenis, pertama, jenis

cerita seperti dongeng, mitos, legenda, epik, tutur, dan memori. Kedua, jenis bukan cerita di mana salah satunya adalah peribahasa. Ketiga, jenis tingkah laku seperti drama. Suwardi Endraswara, Metodologi Penelitian Sastra, h. 151-152.

14 Keterpengaruhan tradisi menulis bangsa Indonesia, diawali dengan semangat para mubaligh/da‟i atau pengajar agama dalam mempelajari ajaran Islam, sehingga mereka mulai belajar menulis dengan tulisan Arab dalam skrip-skrip atau naskah. Dari situ mulai berkembang kegiatan tulis menulis dengan menggunakan bahasa Arab. Ismail Hamid, Kesusasteraan Indonesia Lama Bercorak Islam, (Jakarta: Pustaka al-Husna, 1989), h. 1.

15 Cahya Buana, pengaruh Sastra Arab terhadap Sastra Indonesia Lama dalam Syair-syair Hamzah Fansuri, (Yogyakarta: Mocopat, 2007), h. 251-253

Page 16: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

16

amtsâl Arab jenis hikmah sebagai media dakwah oleh para juru da‟wah

menjadi indikator, bahwa amtsâl tersebut telah masuk ke dalam

peribahasa Indonesia. Hubungan ideologis ini, menjadi indikator adanya

saling keterpengaruhan antara dua genre sastra ini.

Di sinilah pentingnya pendekatan yang mampu mengungkap nilai-

nilai yang terkandung dalam dua karya sastra yang berbeda secara bahasa

dan budaya. Maka kajian sastra banding untuk mengungkapkan

perbedaan dan persamaan kedua sastra tersebut sangat diperlukan dan

dalam hal ini menjadi pintu gerbang untuk menganalisis unsur-unsur

ekstrinsik yang mempengaruhi kedua peribahasa.

B. Permasalahan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, ada empat pokok

permasalahan yang menjadi landasan dalam penelitian ini:

1. Bagaimanakah karakteristik diksi dalam peribahasa Arab dan

Indonesia?

2. Adakah unsur-unsur ekstrinsik yang mempengaruhi terbentuknya

diksi dalam peribahasa Arab dan Indonesia?

3. Adakah unsur persamaan dan perbedaan antara diksi amtsâl dan

peribahasa?

4. Adakah unsur keterpengaruhan antara peribahasa Arab dan

Indonesia?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas, ada empat tujuan yang ingin

dicapai dalam penelitian ini, yaitu:

1. Mengetahui karakteristik diksi dalam peribahasa Arab dan

Indonesia;

Page 17: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

17

2. Mengetahui unsur-unsur ekstrinsik: sejarah, geografi, alam,

budaya dan lain sebagainya yang mempengaruhi terbentuknya

diksi dalam pribahasa Arab dan Indonesia;

3. Mengetahui persamaan dan perbedaan diksi dalam amtsâl dan

peribahasa;

4. Mengetahui unsur keterpengaruhan antara peribahasa Arab

dan Indonesia.

D. Manfaat dan Kegunaan Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini, antara lain:

1. Bagi pemerhati peribahasa, penelitian ini diharapkan dapat

memberikan informasi baru tentang peribahasa yang

berkembang di negara lain, serta karakteristik yang dimilikinya,

termasuk sejarah yang melatarbelakangi munculnya suatu

peribahasa;

2. Bagi orang yang merasa kesulitan menyampaikan sesuatu pesan

secara langsung, peribahasa dapat membantu

mengungkapkannya dengan bahasa yang lain yang dianggap

familer, sehingga lebih mudah difahami;

3. Bagi masyarakat luas, dapat mengangkat nilai-nilai moralitas

yang terkandung dalam pribahasa Arab dan Indonesia.

4. Bagi dunia sastra, menambah khazanah sastra terutama dapat

memperkaya kajian sastra banding

E. Landasan teori dan Kerangka konseptual

Amtsal bentuk jama‟ dari matsal (perumpamaan) merupakan

kerangka yang dapat menampilkan makna-makna dalam bentuk yang

hidup dalam pikiran dan jiwa. Biasanya dengan melakukan metode

“mempersonifikasikan” sesuatu yang ghaib dengan yang nyata, yang

abstrak dengan yang kongkrit, atau dengan menganalogikan sesuatu hal

dengan hal yang serupa, maka sesuatu yang awalnya susah dipahami

Page 18: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

18

akan menjadi mudah dimengerti. Dengan amtsâl, berapa banyak makna

yang asalnya tidak jelas dipahami menjadi lebih jelas, indah dan

menyentuh perasaan. Oleh karena itulah amtsal dianggap lebih dapat

mendorong jiwa untuk menerima makna yang dimaksud dan

membuatnya terasa mendalam. Maka, dengan amtsal dapat dikatakan

salah satu metode untuk mengungkapkan berbagai penjelasan yang masih

samar menjadi jelas dan mudah dipahami.

Amtsal dalam tradisi sastra Arab, pada dasarnya telah lahir sejak

zaman Jahiliyah, bahkan sebagaimana syair ia juga tidak diketahui kapan

kelahirannya. Namun demikian, dalam amtsal baik yang dihasilkan masa

Jahiliyah maupun Islam banyak mengandung pesan-pesan moral,

meskipun terdapat perbedaan antara amtsal Jahiliyah dan Islam, di

antaranya adalah amtsal Jahiliyah biasanya lahir berdasarkan peristiwa

yang terjadi di masyarakat,16 sedangkan pada masa Islam lebih didasari

oleh prinsip-pinsip ideologi Islam, baik al-Qur‟an atau al-Hadis.

Dalam al-Qur‟an sendiri banyak terdapat perumpamaan-

perumpamaan. Al-Quran datang dengan kemukjizatan bahasa yang tidak

ada tandingnya, dan amtsal merupakan gaya bahasa yang sering dipakai

dalam al-Quran, Hadits, Qaul „Ulama wa al Hukama bahkan para da‟I

senantiasa memakainya dalam setiap pidatonya. Sebuah ungkapan

dengan makna yang tinggi akan dirasakan lebih menarik dan menyentuh

jiwa, jika dituangkan dalam kerangka retorika yang indah. Dengan

penggambaran yang tepat akan lebih dekat pada pemahaman sesuatu

ilmu, sebagaimana difirmankan Allah:

16 Ibarahim „Ali abu al-Khasyab & Muhammad Abdul Mun‟im Khafaji, Turatsuna

al-Adabi, h. 85 17 Q.S : al-„ankabut 43

Page 19: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

19

Perumpamaan itu Kami buat untuk manusia,dan tidak akan memahaminya

kecuali orang-orang yang berilmu

Ibrahim „Ali Abu Khasyab dalam bukunya Turatsuna al-Adaby

mengatakan bahwa amtsâl (peribahasa, pepatah) dan hikmah (kata

mutiara) adalah karya sastra jenis prosa peninggalan zaman Jahiliyah.

Menurut para ahli balaghah (Bulaghâ), bentuk amtsâl tidak akan berubah

lafaznya atau selamanya akan begitu-begitu saja –yakni kalau dalam

bentuk mufrad, tatsniyah, jama‘, muannats dan muzakkar maka selamanya

akan seperti itu- karena amtsal Arab lahir berdasarkan kisah atau hikayat

yang terjadi di masyarakat.

Amtsâl Arab terbagi dua: Haqiqy dan Iftiradhy. Amtsal Haqiqy adalah

amtsâl yang lahir berdasarkan kisah terkenal yang terjadi di masyarakat,

Sedangkan Amtsal Iftiradhy adalah amtsâl yang bersifat fiktif, biasanya

pentamsilan hewan dalam sebuah dongeng atau legenda18 . Sedangkan

dalam peribahasa Indonesia tidak memiliki kejelasan historis kapan, siapa

dan apa penyebab lahirnya suatu peribahasa di masyarakat.

F. Metode Penelitian yang digunakan

Secara umum, penelitian ini menggunakan metode sastra Banding.

Menurut Kathleen Morner & Raplh Rausch dalam NTC,S Dictionary of

Literary Terms sastra banding adalah bidang kajian sastra yang

mengeksplorasi hubungan antara satu sastra dengan yang lainnya yang

berbeda secara bahasa dan negara. Sastra banding meneliti saling

keterpengaruhan, gaya (styles), perkembangan, sumber, tema, arketipe,

dan motif atau jenis antar sastra yang berbeda. Sastra banding mengkaji

hubungan antara mitos, legenda, dan epik, juga perkembangan bentuk

dan genre sastra.19

18 Ali Abu al-Khasyab, Turâtuna al Adaby, h 84-85 19Kathleen Morner & Raplh Rausch, NTC,S Dictionary of Literary Terms, (United

States of America: NTC, 1998), h. 40

Page 20: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

20

Sastra Banding memang memiliki lingkup kajian yang sangat luas,

oleh karena itu sulit untuk melaksanakan semua aspek dalam satu

penelitian. Oleh karena itu, kami melakukan penelitian ini dalam rangka:

1. Mencari unsur persamaan dan perbedaan kedua peribahasa

dari aspek intrinsik dan ekstrinsik.

2. Mencari unsur saling keterpengaruhan antara peribahasa

Indonesia dengan amtsal Arab.

Untuk mencapai tujuan tersebut, kami melakukan langkah

penelitian sebagai berikut:

1. Menelusuri sejarah munculnya kedua peribahasa, Arab dan

Indonesia

2. Memetakan peribahasa secara historis, apakah peribahasa yang

dijadikan sampel muncul sebelum atau setelah Islam. Hal ini

dilakukan untuk mencari unsur keterpengaruhan antar dua

peribahasa.

3. Menganalisis peribahasa yang dijadikan sampel dari aspek

intrinsik dan ekstrinsik.

4. Aspek intrinsik terdiri dari diksi dan isi, sedangkan aspek

aspek ekstrinsik meliputi adat, budaya, sejarah, serta geografi

yang mempengaruhi kedua peribahasa tersebut.

Penelitian ini murni bersifat kajian kepustakaan yakni mencari

data-data naskah dan buku-buku yang berkenaan dengan amstal melalui

studi kepustakaan.

Page 21: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

21

BAB II

TEORI SASTRA BANDINGAN

Ada beberapa alasan kenapa kami memilih sastra bandingan

sebagai landasan teoritis dalam kajian ini. Pertama, hampir dipastikan

bahwa setiap bahasa memiliki peribahasa20 tersendiri. Indonesia sendiri

misalnya, berdasarkan penelitian salah satu blog di website, memiliki lebih

dari 746 bahasa daerah.21 Dan masing-masing bahasa tentu saja memiliki

peribahasa tersendiri. Dalam bahasa jawa, sebagai contoh, digunakan

istilah pepatah, contoh, arep jemuré emoh watangé, yang artinya ingin enak tapi

tidak mau susahnya. Dalam bahasa sunda dikenal dengan istilah babasan atau

paribasa, contoh, nete semplek nincak semplak, yang artinya apapun yang

dilakukannya selalu salah, dan lain sebagainya. Peribahasa ini juga bukanlah

milik bangsa Indonesia semata, 22 dalam bahasa Inggris misalnya, dikenal

dengan istilah proverb atau saying, contoh, A man without ambition is like a bird

without wing yang artinya seseorang yang tidak punya cita-cita bagaikan

burung tak bersayap. Fenomena peribahasa inipun tentu saja tidak lepas

20 Dalam tulisan ini digunakan istilah peribahasa bukan pribahasa, hal ini

merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Balai Pustaka hasil olahan Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, tahun 2007 Edisi ke-3, cet. Ke-4.

21 bahasa-nusantara.blogspot.com, Kamis, 3 Februari 2011. Dalam Blog tersebut

dikutip pernyataan Kepala Pusat Bahasa Depdiknas, Dr Dendy Sugondo di Jakarta, Rabu (22/10) yang mengatakan bahwa bangsa Indonesia memiliki lebih dari 746 bahasa daerah dan 17.508 pulau. Untuk itu Pusat Bahasa Depdiknas akan menerbitkan peta bahasa yang terdiri atas kumpulan bahasa daerah di Tanah Air dari Sabang, Pulau We sampai Merauke, Papua. Penyusunan peta bahasa ini sudah berlangsung selama 15 tahun karena proses pengumpulan data bahasa ibu dari satu daerah ke daerah lain mengalami kendala geografis. Penelitian tentang bahasa daerah atau bahasa ibu bertujuan untuk memetakan bahasa sebagai budaya dan sarana mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

22 Dalam al-Mu‘jam al-Mufashal fi al-Adab al-‗Arabi kamus yang membahas secara khusus dunia sastra Arab, dinyatakan bahwa peribahasa atau amtsâl dimiliki oleh setiap bangsa yang ada di dunia. Peribahasa merupakan cermin nyata kehidupan manusia, baik adat dan tradisinya, ideolog dan keyakinannya, ilmu pengetahuan dan budayanya, maupun perilaku masyarakatnya. Muhammad al-Tunji, al-Mu‘jam al-Mufashal fi al-Adab al-‗Arabi, (Beirut: Dar al-Kutub al-„Ilmiyyah, 1993M/1413 H), h. 757

Page 22: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

22

dari bahasa Arab. Di dalam bahasa Arab istilah peribahasa dikenal

dengan matsal (tunggal) atau amtsâl (jamak).23 Amtsâl merupakan

fenomena bahasa yang sudah dikenal sejak zaman Jahiliyyah. Contoh,

yang jika diartikan secara harfiah adalah kadang-kadang

panah mengenai sasaran bukan berasal dari sang pemanah. Sebagai

perumpamaan bahwa tidak selamanya manusia itu salah.24 Berdasarkan

hal tersebut, maka dapat dipastikan bahwa peribahasa pada hakekatnya

adalah fenomena bahasa di dunia dengan karakteristik tersendiri.

Kedua, peribahasa baik dalam bahasa Arab maupun Indonesia

biasanya menggunakan gaya bahasa yang mengandung nilai-nilai sastra

baik secara performa maupun isi, sehingga ia bisa diketegorikan sebagai

karya sastra. Untuk mengetahui persamaan dan perbedaan keduanya,

baik dari segi isi maupun gaya bahasanya, diperlukan kajian sastra

bandingan.25

Ketiga, secara historis, tidak dipungkiri lagi bahwa bangsa

Indonesia dan bangsa Arab memiliki kedekatan emosional, terutama

23 Dalam al-Mu‘jam al-Mufashal fi al-Adab al-Arabi disebutkan bahwa kata matsal

berasal dari bahasa Semit kuno. Seperti, dalam bahasa Ibrani dikenal dengan nama Mashal, dalam bahasa Armenia disebut dengan Matla, sedangkan di Habsyah (saat ini Ethopia) disebut dengan Mesel. Semua kata tersebut hampir mirip dengan kata Matsal dalam bahasa Arab. Namun demikian, para ahli bahasa Arab berpendapat bahwa kata matsal diambil dari ungkapan matsal al-Syai‘ wa mitsluhu seperti kata Syabhuhu wa Syibhuhu yang artinya yang satu menyerupai yang lainnya. Muhammad al-Tunji, al-Mu‘jam al-Mufashal fi al-Adab al-‗Arabi, h. 757

24 Ahmad al-Iskandari dan Mushthafa „Inani, al-Wasith fi al-Adab al-‗Arabi wa Tarikhihi, (Mesir: Dar al-Ma‟arif, tth), h. 16

25 Menurut Muhammad Ghanaimi Hilal ada dua unsur yang bisa membedakan apakah sebuah ungkapan atau karya termasuk sastra atau bukan, Pertama terletak pada ide (fikrah), dan kedua terletak pada kemasan seni yang membalut ide tersebut (qalibuha al-fanny), atau materi (madah) dan bentuk tampilannya (shighah). Kedua unsur tersebut tercermin dalam karya sastra secara keseluruhan. Karya tersebut boleh jadi menggambarkan perasaan seseorang (penyair) maupun fikiran-fikirannya tentang keagungan alam, keindahan dan rahasia-rahasianya, atau tentang duka nestapa serta harapan-harapannya. Atau mungkin saja tentang ide-ide seorang penulis tentang kehidupan sosial yang melingkupinya, dst. Muhammad Ghanaimi Hilal, Al-Adab al-Muqaran, (Kairo: Mukhaimar, tth), h. a

Page 23: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

23

diakibatkan oleh faktor ideologi. Kedekatan Indonesia -terutama secara

ideologis- dengan bangsa Arab ini menjadi sangat memungkinkan

terjadinya pengaruh mempengaruhi antara keduanya.26 Maraknya amtsâl

dan hikmah dalam penyampaian dakwah di Indonesia, menjadi indikasi

bahwa peribahasa Arab sudah sangat akrab di telinga kaum Muslimin

Indonesia. Namun demikian, hal ini bukan berarti peribahasa yang

muncul dan berkembang di negeri ini seluruhnya adalah hasil adopsi dari

bangsa lain (Arab), karena jauh sebelum Islam hadir di negeri ini sangat

memungkinkan peribahasa telah berkembang di negeri ini. Berdasarkan

hal inilah, penelitian sastra bandingan sangat diperlukan guna

mengungkap aspek apa dan mana sajakah yang sesungguhnya murni

berasal dari masing-masing Negara, dan aspek apa sajakah yang sudah

mendapat pengaruh dari Negara lain. Di samping itu juga, melalui sastra

bandingan kita juga dapat melihat bagaimana unsur-unsur ekstrinsik

masing-masing negara mewarnai peribahasa masing-masing.

Untuk mengetahui lebih rinci tentang sastra bandingan, kami

sajikan secara khusus dalam bab ini.

26

Kedekatan bangsa Indonesia dengan bangsa Arab diawali dengan masuknya agama Islam ke Indonesia. Namun demikian, terdapat perbedaan pendapat tentang kapan dan di mana Islam pertama kali masuk ke Indonesia. Pendapat pertama berasal dari sarjana-sarjana orientalis Belanda yang menyatakan bahwa Islam mulai masuk ke Indonesia pada abad ke-13 M melalui Gujarat di kerajaan Samudra Pasai. Pendapat kedua dikemukakan oleh sarjana-sarjana muslim di antaranya adalah Prof. Hamka yang menyatakan bahwa Islam sudah masuk ke Indonesia sejak abad pertama Hijriyah atau sekitar abad 7-8 Masehi melalui selat Malaka. Pendapat yang ketiga berasal dari sarjana Muslim kontemporer seperti Taufik Abdullah yang mengkompromikan kedua pendapat tersebut. Menurutnya, memang benar bahwa Islam telah masuk ke Indonesia sejak abad pertama Hijriyah, namun baru dianut oleh para pedagang Timur Tengah di pelabuhan-pelabuhan. Islam baru berkembang pesat dan memiliki kekuatan politik pada abad ke-13 dengan berdirinya kerajaan Samudra Pasai. Musyrifah Sunanto, Sejarah Peradaban Islam Indonesia, (Jakarta: PT RajaGrafindo persada, 2010), h. 8-9

Page 24: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

24

A. Sejarah

Istilah sastra bandingan27 -mengutip istilah Suwardi Endraswara-

atau studi komparatif sastra atau dalam bahasa Arab dikenal dengan

istilah dirâsah muqâranah, adalah disiplin ilmu baru dalam kajian kritik

sastra yang membandingkan antara satu karya sastra atau lebih yang

berbeda secara bahasa. Definisi ini tidak jauh berbeda dengan pengertian

yang diberikan oleh Ghanaimi Hilal, menurutnya sastra bandingan (al-

adab al-muqaran) adalah penelitian tentang sastra suatu bangsa

dibandingkan dengan sastra lain yang berbeda secara bahasa dalam

konteks sejarah untuk mencari unsur saling keterpengaruhan antara dua

sastra atau lebih, baik yang menyangkut genre, aliran, tema, tokoh, ide,

pemikiran, dst.28 Syarat utama yang harus dipenuhi dalam sastra

bandingan (al-adab al-muqâran) adalah perbedaan bahasa. Hal ini perlu

diperjelas untuk membedakan istilah sastra bandingan dalam bahasa

Arab dan sastra Indonesia. Dalam kritik sastra Arab digunakan juga

istilah al-muwâzanah yaitu kajian yang membandingkan dua karya sastra

atau lebih dengan bahasa yang sama.29

Munculnya istilah sastra bandingan, pada dasarnya tidak terlepas

dari adanya teori Imitasi (nazhariyah al-muhâkah) yang dikemukakan oleh

Aristoteles pada saat ia ingin menjelaskan hubungan antara seni secara

umum dengan alam, bahwasanya seorang penyair pada mulanya tiada

lain hanyalah seorang imitator yang memiliki kecerdasan untuk meniru

alam ini. Dalam teori imitasi itu sendiri terdapat beberapa prinsip yang

perlu diperhatikan, seperti;

27 Suwardi Endraswara dalam bukunya Metodologi Penelitian Sastra menggunakan

istilah sanding (sastra banding) dan sasper (sastra perbandingan) untuk 28 Muhammad Ghanaimi Hilal, Al-Adab al-Muqaran, h. h 29 Ahmad Syayyib, Ushul al-Naqd al-Adabi, Muhammad Ghanaimi Hilal, Al-Adab

al-Muqaran, h. 7

Page 25: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

25

1. Bahwasanya meniru sebuah karya sastra atau sastrawannya

sendiri adalah salah satu prinsip sastra yang tidak mungkin

dapat dihindari

2. Bahwasanya proses peniruan tersebut bukanlah hal yang

mudah, namun diperlukan bakat tertentu dalam diri peniru.

3. Bahwasanya imitasi tersebut tidak boleh dilakukan secara total,

kalimat demi kalimat, ungkapan demi ungkapan, dengan tema

yang sama, dll, karena hal tersebut tidak termasuk pada

wilayah imitasi, melainkan plagiat (menjiplak) mutlak.

Pada intinya, menurut teori imitasi, orisinalitas murni adalah suatu

hal yang mustahil, karena mayoritas penyair maupun karyanya

merupakan hasil imitasi para pendahulunya. Keterpengaruhan adalah

suatu hal yang natural dan tidak perlu dianggap sebagai aib.30

Selain teori imitasi, teori lain yang muncul dalam lingkup studi

komparatif sastra adalah istilah cosmopolisme sastra, yaitu keluarnya

suatu sastra tertentu dari lingkaran bahasa yang ditulisnya kepada sastra

yang ditulis dalam bahasa lain. Fenomena seperti ini biasa terjadi pada

masa-masa tertentu yang disebabkan oleh beberapa hal, seperti

dikarenakan terpengaruh oleh sastra lain, atau karena memiliki tujuan

untuk lebih menyempurnakan kreatifitas sastranya dengan cara

cosmopolisme sastra.31

Pada masa modern, Sastra Bandingan merupakan salah satu

disiplin keilmuan dalam kajian kesusateraan. Kajian ini pertama kali

muncul di Eropa lalu keluar dan menyebar ke seluruh dunia. Konsep-

konsep sastra banding terkadang tidak seragam antara satu negara

dengan negara lainnya, tergantung dari sejauh mana suatu bangsa

30 . Lebih jauh tentang teori-teori imitasi Lih. Shalahuddin al-Nadwi, Mukhtarat

min al-Adab al-Muqaran, Program Pasca Sarjana IAIN, 1997, hal. 14-20. 31 . Shalahuddin al-Nadwi, Mukhtarat min al-Adab al-Muqaran, Program Pasca

Sarjana IAIN 1997, hal. 22.

Page 26: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

26

memahami prinsip-prinsip kebangsaannya. Untuk itu menurut S. Jaffar

Husin, semakin kuat pemahaman kebangsaan sebuah negara, semakin

payah disiplin kesusasteraan Bandingan akan bertapak. Namun

sebaliknya, semakin terbuka pemahaman sebuah negara, maka disiplin

ilmu ini akan semakin menguat dan berkembang.32

Istilah komparatif sastra itu sendiri, untuk pertama kali

diperkenalkan oleh Abel Francois Villemain pada tahun 1829 dengan

nama ‘literature comparee‟ pada seminar yang ia berikan di Sorbone. Lalu

istilah tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris menjadi

‘Comparative Literature‟. Istilah ‘Comparative Literature‘ ini di dalam

kesusasteraan Inggris pertama kali digunakan oleh Mattew Arnold pada

saat menterjemahkan buku karya Jacques Amperes yang berjudul Historie

de la Literature Francaise au moyen age comparee aux literatures etrangeres

(1841). Untuk jasanya tersebut, selanjutnya Villemain dan Amperes

dianggap sebagai tokoh atau bapak studi komparatif sastra.33 Berdasarkan

hal tersebut, maka tidak diragukan lagi jika sastra banding modern, murni

berasal dari Perancis.

Disebut dengan sastra banding modern, karena istilah ini muncul

pada era modern. Namun demikian, meskipun istilah tersebut baru

muncul ke permukaan sekitar abad 18 Masehi, namun pada hakikatnya

disiplin ini adalah sebuah disiplin ilmu kuno yang telah dilakukan selama

berabad-abad lamanya. Sebagai contoh, para ahli sastra Latin yang

mengambil sastra Yunani dan meniru gaya sastra mereka. Peniruan

(muhakah) yang dilakukan oleh kalangan sastrawan Latin terhadap Sastra

Yunani ini sangat terkenal di dalam sejarah pertumbuhan Sastra Banding.

Selanjutnya Pada abad pertengahan (1390-1453 M), sastra-sastra lain di

32 . S. Jaafar Husin, Pengantar Kesusateraan Bandingan, (Kuala Lumpur: Percetakan

Dewan Bahasa dan Pustaka, 1994), hal. 13-14. 33 . S. Jaafar Husin, Pengantar Kesusateraan Bandingan, 1994, hal. 14.

Page 27: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

27

Eropa mulai mengikuti sastra Latin, dan hal itu menjadikan bahasa Latin

sebagai bahasa Sastra dan sains.34 Dan dikemudian hari, disiplin ini mulai

banyak diminati masyarakat sastra dunia, karena dianggap dapat

menguak tabir sejarah suatu bentuk kesusateraan.

Sebagaimana dikutip oleh S. Jaafar Husin dari Renne Wellek dkk,

bahwa istilah kesusasteraan Bandingan pada mulanya bertujuan untuk

mengkaji sastra lisan, terutama tema serta proses perpindahan yang

dialaminya, dan bagaimana juga sastra tersebut menjelma menjadi sebuah

karya seni yang indah dan menarik. Untuk itu, kajian sastra banding

harus mencakup proses perkembangan sastra dan asal-usul kebangkitan

genre pada sastra tertentu.35

Meskipun istilah sastra bandingan diekspose secara terbuka untuk

pertama kalinya oleh Abel Francois Villemain dan Ampere, namun

demikian, secara historis, jauh sebelum itu sastra perbandingan telah

dirintis dengan gigih oleh Diderot dan Stendal, meskipun keduanya

belum menggunakan istilah sastra bandingan. Menurut Weelek dan

Warren, istilah sastra bandingan pertama kali digunakan oleh Noel dan

Laplace.36

Di awal kemunculannya, sastra bandingan berkembang di

Perancis, Inggris, Jerman dan negara-negara Eropa lainnya. Selanjutnya

menyebar ke Amerika dan Asia pada umumnya.

B. Pengertian

Sastra bandingan merupakan kajian sastra lintas budaya (across

cultural) yang bersifat interdisipliner. Pada praktiknya kajian ini lebih

banyak memperhatikan hubungan sastra menurut aspek waktu dan

tempat. Dari aspek waktu, sastra bandingan berusaha membadingkan dua

34 . Shalahuddin al-Nadwi, Muktarat min al-Adab al-Muqaran, hal. 10-11 35S. Jaafar Husin, Pengantar Kesusateraan Bandingan, hal. 19 36Suwardi Endraswara, Metode Penelitian Sastra, (Yogyakarta: Pustaka

Widyatama, 2004), h. 130

Page 28: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

28

atau lebih periode yang berbeda, sedangkan dari aspek tempat, sastra

bandingan mengkaji sastra berdasarkan wilayah geografisnya.37 Untuk

itu, sastra banding lebih bersifat historis, digunakan untuk mengkaji

berbagai aspek yang dapat menghubungkan antar satu sastra dengan

sastra lainnya yang berlainan secara bahasa. Objeknya dapat diambil dari

masa yang sudah lalu atau yang sedang up to date. Inti dari kajian sastra

banding pada hakekatnya adalah mengkaji tentang adanya ‟pengaruh

mempengaruhi‟ antar sastra yang berbeda (at-ta‘tsîr wa at-ta‘atsur).

Dalam kajian sastra Arab, istilah sastra bandingan dibagi ke dalam

dua macam, pertama dikenal dengan istilah muwâzanah, yaitu

perbandingan antar dua karya sastra atau lebih dengan bahasa yang sama,

tanpa harus dibatasi oleh waktu, seperti kitab karya kritikus sastra Arab

Abi al-Qasim al-Amadi38 yang membandingkan syair karya Abi Tamam

al-Tha‟i39 dan Abi „Ubadah al-Buhturi40. Abi Tamam wafat tahun 231 H,

sedangkan Abi „Ubadah wafat pada tahun 284. Tujuannya adalah untuk

mencari unsur keterpengaruhan antara satu karya sastra dengan sastra

lainnya. Kedua, istilah ini dikenal dengan nama muqâranah, yaitu

perbandingan dua karya sastra atau lebih dengan bahasa yang berbeda.41

Definisi yang lebih rinci diungkapkan oleh Kathleen Morner &

Raplh Rausch dalam NTC,S Dictionary of Literary Terms bahwa sastra

banding adalah bidang kajian sastra yang mengeksplorasi hubungan

antara satu sastra dengan yang lainnya yang berbeda secara bahasa dan

negara. Sastra banding meneliti saling keterpengaruhan, gaya (styles),

perkembangan, sumber, tema, arketipe, dan motif atau jenis antar sastra

37Suwardi Endraswara, Metode Penelitian Sastra, h. 128 38 Nama lengkapnya adalah al-Imam al-Nuqadah Abi al-Qasim al-Hasan Bisyr

ibn Yahya al-Amadi al-Bashri, wafat tahun 370 H. 39 Nama lengkapnya Abi Tamam Habib ibn Aus al-Tha‟i. 40 Nama lengkapnya Abi „Ubadah al-walid ibn „Ubaid al-Buhturi. 41 Lih. Abi al-Qasim al-Hasan ibn Bisyr ibn Yahya al-Amadi al-Bashri, al-

Muwazanah baina Abi Tamam wa Abi ‗Ubadah, (Beirut: Maktabah „Ilmiyyah, tth).

Page 29: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

29

yang berbeda. Sastra banding mengkaji hubungan antara mitos, legenda,

dan epik, juga perkembangan bentuk dan genre sastra.42

Menurut Rene Wellek & Austin Warren, istilah sastra bandingan

dapat dibagi ke dalam tiga pemahaman. Pertama, istilah yang digunakan

untuk studi sastra lisan, terutama cerita-cerita rakyat dan migrasinya,

tentang bagaimana dan kapan cerita rakyat masuk ke dalam penulisan

sastra yang lebih artistik. Meskipun demikian, menurut Wellek, istilah

sastra bandingan bukanlah term khusus yang diperuntukan untuk sastra

lisan. Kedua, sebuah kajian khusus yang membahas hubungan antara dua

kesustraan atau lebih. Ketiga, istilah sastra bandingan disamakan dengan

sastra dunia, sastra universal, atau sastra umum, yaitu sebuah studi yang

mempelajari gerakan dan aliran sastra yang melampaui batas-batas

nasional. 43 Ketiga pengertian tersebut tentu saja memiliki ciri dan batasan

tersendiri.

Pada studi komparatif sastra, perbedaan bahasa adalah syarat

utama dan hal yang mutlak. Maka karya sastra yang ditulis dalam bahasa

yang sama, keluar dari kajian ini.44 Selain persoalan bahasa, hal lain yang

perlu diperhatikan dalam sastra banding adalah adanya indikasi akurat

yang menunjukkan bahwa telah terjadi hubungan antara kedua sastra

atau lebih yang sedang dibandingkan. Maka dalam hal ini sejarah

memiliki peranan penting dalam menentukan apakah sastra-sastra

tersebut memungkinkan untuk memiliki hubungan atau tidak.

Untuk itu di dalam pelaksanaan studi sastra banding, ada dua

syarat mutlak yang harus dipenuhi:

42Kathleen Morner & Raplh Rausch, NTC,S Dictionary of Literary Terms, (United

States of America: NTC, 1998), h. 40 43 Rane Wellek & Austin Warren (terjemah Melani Budianta), Teori Kesusastraan,

(Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1995), h. 47-50 44 . Dalam dunia sastra Arab, studi komparatif yang membandingkan antara dua

karya sastra yang menggunakan bahasa yang sama disebut dengan muwâzanah.

Page 30: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

30

Pertama, sastra banding hanya dapat dilakukan terhadap karya-

karya sastra yang berlainan secara bahasa, bila syarat ini tidak terpenuhi,

hal itu berarti telah keluar dari koridor studi komparatif sastra.

Kedua, dalam sastra banding aspek yang dikaji adalah hubungan

antara seorang sastrawan dengan sastrawan lainnya atau suatu karya

sastra dengan karya sastra lainnya. Namun apabila sejarah tidak

mengindikasikan adanya suatu hubungan apapun antara keduanya, maka

hal tersebut tidak termasuk ke dalam kajian sastra banding.

C. Tujuan dan Ruang Lingkup

a. Tujuan

Menurut Endraswara, sastra bandingan memiliki beberapa tujuan,

di antaranya adalah:

1. Untuk mencari pengaruh sastra satu dengan yang lain dan atau

pengaruh bidang lain serta sebaliknya dalam dunia sastra;

2. Untuk menentukan mana karya sastra yang benar-benar orisinal

dan mana yang bukan dalam lingkup perjalanan sastra;

3. Untuk menghilangkan kesan bahwa karya sastra nasional

tertentu lebih hebat dibanding karya sastra nasional yang lain.

Dalam kaitan ini karya sastra dipandang memiliki kedudukan

yang sederajat. Setiap komunitas masyarakat memiliki tradisi

sastra yang memuat nilai-nilai tertentu pula;

4. Untuk mencari keragaman budaya yang terpantul dalam karya

sastra satu dengan yang lainnya. Hal ini sekaligus untuk

melihat buah pikiran kehidupan manusia dari waktu ke waktu;

5. Untuk memperkokoh keuniversalan konsep-konsep keindahan

universal dalam sastra;

6. Untuk menilai mutu dan keindahan karya-karya sastra yang

berasal dari berbagai negara.

Page 31: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

31

Tujuan tersebut mengisyaratkan bahwa orientasi sastra bandingan

tidak stagnan sehingga mengalami perubahan dari waktu ke waktu.45

Menurut Suwardi, tujuan tersebut tidak harus tercapai seluruhnya,

namun bisa saja hanya satu atau lebih sesuai dengan yang akan dicapai

oleh peneliti.

b. Ruang Lingkup

Secara umum, sastra bandingan mengkaji dua hal, pertama, Affinity

(pertalian, kesamaan) dan atau paralelisme antar varian teks satu dengan

yang lain. Kedua, pengaruh karya sastra terhadap karya lain atau

pengaruh karya sastra tertentu pada bidang lain, dan atau sebaliknya.

Berdasarkan hal tersebut, lingkup studi sastra bandingan dapat

dikembangkan lagi menjadi:

1) Perbandingan antara karya pengarang satu dengan lainnya,

pengarang yang sezaman, antar generasi, pengarang yang

senada, dan sebagainya.

2) Membandingkan karya sastra dengan bidang lainnya, seperti

arsitektur, pengobatan tradisional, takhayul, dan lain

sebagainya.

3) Kajian bandingan yang bersifat teoritik, sejarah, teori dan kritik

sastra

Namun demikian, dalam sastra bandingan seyogyanya

menitikberatkan pada dua hal:

1) Bahasa dan konteks budaya yang dipergunakan

2) Asal-usul pengarang atau kewarganegaraan pengarang yang

dianggap dominan.

Secara teoritis, ruang lingkup sastra bandingan dapat digolongkan

ke dalam empat bidang utama berikut ini:

45Suwardi Endraswara, Metode Penelitian Sastra, (Yogyakarta: Pustaka

Widyatama, 2004), h. 129

Page 32: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

32

1) Kajian yang bersifat komparatif, yaitu menelaah teks A, B, C

dan seterusnya. Kajian ini biasanya biasanya juga disebut

dengan influence study dn atau affinity study.

2) Kajian bandingan historis, yaitu ingin melihat pengaruh nilai-

nilai historis yang melatarbelakangi kaitan antara satu sastra

dengan karya sastra lainnya atau mungkin antara karya sastra

dengan buah pemikiran manusia. Tugas studi ini untuk

melihat seberapa jauh pengaruh historis tertentu yang masuk

ke dalam pengarang sehingga mampu menciptakan karya

sastra. Kajian seperti ini, hampir mirip dengan kajian

strukturalis genetik.

3) Kajian bandingan teoritik, kajian ini bertujuan untuk

menggambarkan secara jelas tentang kaidah-kaidah kesastraan.

Sebagai contoh, peneliti dapat membandingkan berbagai genre,

aliran dalam sastra, kritik sastra (antara strukturalisme dengan

formalisme), tema, dan lain sebagainya.

4) Kajian antar disiplin ilmu, yaitu membandingkan antara karya

sastra dengan bidang lainnya, misalkan dengan kepercayaan,

politik, agama, seni, dan sebagainya. Titik tolak bandingan

adalah pada karya sastra, sedangkan bidang lainnya

bergunauntuk memperjelas informasi sastra. Penelitian seperti

ini diharapkan dapat memberikan informasi keilmuan yang

handal.

Sebagaimana disebutkan dalam definisi sebelumnya, bahwa studi

komparatif sastra adalah kajian tentang hubungan sejarah (al-‗alaqât al-

târikhiyah) antara suatu sastra dengan sastra lainnya. Dengan demikian,

maka dapat disimpulkan bahwa secara umum obyek kajian sastra

banding itu ada dua yaitu fenomena-fenomena sastra (al-dzawâhir al-

adabiyah) yang berpindah dari satu sastra ke sastra yang lain, dan proses

Page 33: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

33

terjadinya perpindahan sastra (kaifiyat al-intiqâl), yaitu bagaimana sastra

tertentu masuk pada sastra lain.

Adapun yang dimaksud dengan fenomena-fenomena sastra adalah

segala sesuatu yang berhubungan dengan materi-materi sastra (al-mâdah

al-adabiyah), sedangkan proses perpindahan, berkaitan dengan realitas

sejarah (al-haqâiq al-târikhiyah) yang menyertai proses perpindahan dan

berkaitan dengan materi-materi sastra.

Pada materi sastra (al-mâdah al-adabiyah), ada beberapa

kemungkinan yang terjadi dalam proses keterpengaruhan antar satu

sastra dengan sastra lainnya, bisa terjadi pada jenis sastra, format

penyajian, tehnik pengungkapan, tema, pola pikir ataupun emosi.

Untuk itu Shalahuddin al-Nadwi secara global menyebutkan tujuh

bentuk pokok persoalan yang bisa dijadikan sebagai objek kajian sastra

banding, yaitu:

1. faktor-faktor terjadinya perpindahan dari satu sastra ke sastra

lainnya. Dalam hal ini ada dua faktor utama yaitu: pengarang

dan karangan-karangannya. Kedua unsur tersebut disebut

dengan faktor-faktor kosmopolisme sastra, yaitu faktor-faktor

yang membantu proses perpindahan dari satu sastra pada

sastra yang lain. Adapun yang dimaksud dengan karangan

bisa berbentuk buku, majalah, naskah dan lain sebaginya.

Sedangkan tokoh yang sangat terkenal sangat memungkinkan

dalam memberi pengaruh terhadap orang lain.

2. kajian terhadap jenis atau genre sastra. Dalam hal ini dapat

dilihat apakah sastra tersebut termasuk jenis prosa atau puisi.

Prosa terbagi kepada bentuk novel, sastra sejarah, dialog,

ataukah monolog. Sedangkan jenis puisi dapat dilihat dari

epic, drama, vabel, dan lain-lain.

Page 34: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

34

3. kajian pada tema-tema sastra. Di dalam sastra Arab tema

disebut juga dengan tujuan (aghradl).

4. keterpengaruhan penulis oleh sastra lain.

5. mengkaji sumber-sumber referensi penulis

6. kajian terhadap arus pemikiran

7. kajian terhadap negara yang sastranya telah mempengaruhi

penulis.46

Hal-hal lain yang perlu diperhatikan dalam mengkaji materi-materi

sastra adalah:

1. Realitas atau fakta-fakta sejarah yang berhubungan dengan

materi sastra.

2. Situasi dan kondisi yang turut mempengaruhi proses

perpindahan, serta hal-hal lain yang menyertainya.

3. Sejarah yang dapat menggambarkan perpindahan tersebut.

Baik al-mâdah al-adabiyah (materi sastra) maupun al-haqâiq al-

târikhiyah (realitas sejarah), keduanya tidak bisa dipisahkan dan berdiri

sendiri, namun satu sama lain saling berkaitan dan pada hakikatnya

terangkum dalam tujuh ruang lingkup kajian sastra banding sebelumnya.

D. Sastra Bandingan dalam penelitian ini

Secara psikologis maupun historis, bangsa Indonesia memiliki

kedekatan tersendiri dengan bangsa Arab. Hal yang sangat mendasar

disebabkan oleh unsur ideologi yakni keyakinan akan kebenaran Islam.

Maka tidak dapat dipungkiri, jika pada awal kebangkitan sastra

nusantara, beberapa genre dipengaruhi oleh sastra Arab seperti pada

syair. Jika demikian, maka tidak mustahil bila peribahasa Indonesia juga

dipengaruhi oleh amtsâl atau hikmah yang berasal dari Jazirah Arab. Sejauh

46 . Shalahuddin al-Nadwi, Muktarat min al-Adab al-Muqaran, hal. 29-32. . lih. Juga

Akram Malibari, Muqadimah fi al-Adab al-Muqaran, hal. 19-31

Page 35: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

35

mana perbedaan dan persamaan antara kedua peribahasa ini, perlu kajian

yang secara khusus membandingkan keduanya atau yang dalam kritik

sastra dinamakan dengan sastra banding atau dalam bahasa Arab

dinamakan dengan al-adab al-muqâran.

Berdasarkan pada teori di atas, tujuan dari studi sastra banding ini

adalah:

1. Mencari hubungan dan unsur saling keterpengaruhan antara

peribahasa Indonesia dengan amtsâl Arab;

2. Mencari unsur persamaan dan perbedaan kedua peribahasa

baik dari aspek intrinsik maupun ekstrinsik.

Untuk mencapai tujuan tersebut, kami melakukan langkah

penelitian sebagai berikut:

1. Menelusuri sejarah munculnya kedua peribahasa, Arab dan

Indonesia;

2. Memetakan peribahasa secara historis, apakah peribahasa yang

yang satu mempengaruhi peribahasa yang lain atau tidak;

3. Menganalisis peribahasa yang dijadikan sampel dari aspek

intrinsik dan ekstrinsik;

4. Dari aspek intrinsik meliputi diksi yang digunakan oleh kedua

peribahasa serta isi/amanat yang terkandung di dalamnya.

5. Dari aspek ekstrinsik meliputi adat, budaya, sejarah, serta

geografi yang mempengaruhi kedua peribahasa tersebut.

Berdasarkan tujuan tersebut, unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik

sastra perlu dibahas lebih rinci, agar bisa dijadikan sebagai landasan teori

pada saat menganalisis peribahasa Arab dan Indonesia.

Unsur instrinsik adalah unsur dalam atau batin yang membangun

suatu karya sastra. Unsur intrinsik prosa dalam beberapa hal berbeda

Page 36: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

36

dengan unsur intrinsik puisi, demikian pula halnya peribahasa.47 Selain

gaya bahasa, unsur lain yang tidak kalah penting dalam intrinsik sastra

adalah amanat atau pesan moral. Karya sastra termasuk peribahasa,

senantiasa menawarkan pesan moral yang berhubungan dengan sifat-sifat

luhur kemanusiaan, serta memperjuangkan hak dan martabat manusia.

Sifat-sifat luhur kemanusiaan tersebut pada hakikatnya bersifat universal.

Artinya, sifat-sifat itu dimiliki dan diyakini kebenarannya oleh manusia

sejagad. Ia tidak hanya bersifat kesebangsaan apalagi keseorangan, walau

memang terdapat ajaran moral-kesusilaan yang hanya berlaku dan

diyakini oleh kelompok tertentu. Sebuah karya fiksi yang menawarkan

pesan moral yang bersifat universal, biasanya akan diterima

kebenarannya secara universal pula dan memungkinkan untuk menjadi

sebuah karya yang bersifat sublim, meski tentu saja tidak bisa ditentukan

hanya oleh unsur moral semata, tanpa melibatkan unsur sastra lainnya.48

Moral dalam karya sastra dapat dipandang sebagai amanat, pesan,

massage. Unsur amanat pada hakekatnya merupakan gagasan yang

mendasari penulisan karya sastra. Hal ini didasarkan pada pertimbangan

bahwa pesan moral yang disampaikan lewat cerita fiksi akan sangat

berbeda efeknya dibanding yang lewat tulisan nonfiksi.49

Menurut William Kenny dalam bukunya How to Analyze Fiction,

sebagaimana dikutip oleh Burhan, moral seperti halnya tema, termasuk

unsur intrinsik sastra. Moral merupakan sesuatu yang ingin disampaikan

oleh pengarang kepada pembaca, dan merupakan makna yang

terkandung dalam sebuah karya. Meski identik sama, tema dan moral

tidak selalu mengarah pada maksud yang sama. Tema pada dasarnya

47. Abdul Rozak Zaidan dkk, Kamus Istilah Sastra, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), h.

89. 48 Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian fiksi, (Yogyakarta : Gadjah Mada

University press, Cet Ke-8 2010, h. 322 49 Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, h. 321

Page 37: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

37

bersifat lebih kompleks daripada moral, selain itu juga tidak memiliki

nilai langsung sebagai saran yang ditujukan kepada pembaca. Dengan

demikian, moral dapat dianggap sebagai satu wujud tema dalam bentuk

yang sederhana, sehingga tidak semua tema merupakan moral.50 Namun

demikian, kajian tentang moralitas dalam karya sastra tentu saja tidak

dapat berdiri sendiri, karena pasti ada hubungannya dengan latar

belakang pengarang dan situasi sosial budaya yang meliputinya yang

disebut dengaan unsur ekstrinsik.

Jenis ajaran moral itu sendiri mencakup berbagai persoalan,

meliputi seluruh aspek kehidupan manusia dan bersifat tak terbatas.

Menurut Nurgiyantoro, secara garis besar persoalan hidup dan kehidupan

manusia dapat dibedakan ke dalam 3 (tiga) kategori, yaitu:

1. Hubungan manusia dengan diri sendiri;

2. Hubungan manusia dengan manusia lainnya dalam lingkup

sosial termasuk hubungannya dengan lingkungan alam;

3. Hubungan manusia dengan Tuhannya atau disebut juga

dengan pesan religius. 51

Adapun yang dimaksud dengan unsur ekstrinsik sastra adalah

unsur luar yang turut mempengaruhi terciptanya sebuah karya sastra,

seperti biografi pengarang, sejarah, dan budaya. Secara garis besar, unsur

ekstrinsik sastra dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu unsur ekstrinsik

utama, yaitu pengarang, dan unsur ektrinsik penunjang yaitu norma-

norma, ideologi, tatanilai, konvensi budaya, konvensi sastra, dan konvensi

bahasa. Baik unsur utama maupun penunjang dapat ditelusuri dalam

setiap karya sastra.52

50 Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian fiksi,Yogyakarta : Gadjah Mada

University press, Cet Ke-8 2010, h. 320, 51 Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, h. 52

Dewan Redaksi, Ensiklopedi Sastra Indonesia, (Bandung: Titian Ilmu, 2004), h. 2

Page 38: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

38

Peribahasa pada dasarnya termasuk dalam kategori sastra lisan

yang banyak berkembang di masyarakat, meskipun kemudian banyak

yang dituliskan. Berdasarkan hal tersebut, identitas pencipta atau

pengarang peribahasa terutama dalam peribahasa Indonesia sangat sulit

untuk dilacak. Hal ini berbeda dengan peribahasa Arab (amtsâl), di mana

sebagian dari peribahasa yang berkembang di masyarakat asal-usulnya

masih bisa ditelusuri melalui metode periwayatan.

Wallahu ‗alam bi al-shawab.

Page 39: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

39

BAB III

SEKILAS TENTANG AMTSÂL DAN

PERIBAHASA

A. Amtsâl

a. Pengertian Amtsâl

Salah satu bentuk prosa (natsr) yang muncul sejak zaman Jahiliyah

adalah amtsâl yang dalam bahasa Indonesia biasa disebut dengan

peribahasa. Amtsal adalah ungkapan yang beredar di masyarakat yang

berisi tentang pikiran yang bijak dan tentang aspek kehidupan manusia,

biasanya berbentuk kata-kata majaz yang cenderung imajinatif dan

mudah dihafal, bertujuan sebagai perbandingan dan nasehat kehidupan.

Secara definitif amtsâl merupakan sebuah ungkapan yang tidak

mementingkan keindahan dalam segi uslub dan maknanya, ia

mengandung nasihat dan sekaligus bersumber dari kejadian yang sesuai

dengan realitasnya. Hal ini sesuai dengan definisi yang diungkapkan oleh

Ibrahim Ali Abu al Khasyab dalam bukunya Turâtsuna al- Adaby:

Artinya: ―Amtsal adalah kalimat singkat yang diucapkan berdasarkan cerita atau

peristiwa yang menyerupai keadaan asal dimana matsal tersebut diucapkan‖.

Dengan kata lain amtsâl muncul di tengah masyarakat berdasarkan

suatu peristiwa dan tidak mesti dengan lafaz yang indah, tetapi ia

diucapkan sesuai dengan peristiwa yang terjadi pada saat itu. Begitu pula

53 Ibrahim Ali Abu al-Khasyab dan Muhammad Abdul Mun‟im Khafajy,

Turâtsuna alAdaby, Shuwar min Rawaai‘ihi wa Malaamihihi, (Kairo: Dar al-Thiba‟ah al Muhammadiyah, tt), h. 84

Page 40: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

40

susunan bahasa dalam Amtsal Arab adalah bersifat tetap dan tidak bisa

berubah selamanya, karena kalau berubah tidak boleh lagi dikatakan

amtsâl melainkan kalimat biasa saja, misalnya: artinya Syann

(nama laki-laki) dapat jodoh (pasangan) yang sepadan dengan Thabaqah

(nama Perempuan). Maka nama Syann dan Thabaqah tidak boleh diganti

dengan nama lain, karena itu mempunyai dasar sejarah atas

kemunculannya di masyarakat Arab. Jika hal itu dirubah, maka akan

berubah pula maknanya. Amtsal ini hampir sama dengan peribahasa

Indonesia “Bagaikan pinang dibelah dua”.

Menurut Ibn Manzhûr, pakar bahasa Arab penulis kamus Lisan al-

‗Arab, amtsâl adalah ungkapan persamaan (taswiyah). Kata amtsâl adalah

bentuk jama‘ dari matsal. Kata matsal, mitsl dan matsîl penggunaannya

sama dengan syabah, syibh dan syabîh dari segi maknanya saja54. Beda

halnya dengan al-Fairuzabadi yang mengatakan bahwa persamaan

penggunaan kata matsal , mitsil dan matsil dengan syabah, syibh dan syabih

itu tidak hanya berlaku pada maknanya saja, tetapi juga mencakup

lafaznya. Satu hal yang menunjukkan keserasian antara amtsal dan tasybih

adalah bahwa kata tasybih bersifat umum sedangkan amtsal bersifat

khusus, oleh karena itu dapat dikatakan bahwa setiap amtsal pasti

merupakan tasybih, tetapi tidak setiap tasybih merupakan amtsal55. Ibnu

Faris dalam kitabnya Mu‘jam al-Lughah mengatakan bahwa mim, tsa dan

lam (matsala) awal mulanya berfungsi untuk menunjukkan perbandingan

sesuatu dengan sesuatu yang lain56. Menurut Ibn al-Arabi al-mitsal

(dengan kasrah pada mim) menunjukkan ungkapan perumpamaan yang

mudah diraba oleh panca indra (mahsus), sedangkan al-matsal (dengan

54 Abi al-Fadl Jamal al-Din Muhammad bin Mukrim Ibn Manzur, Lisan al-Arab

(Beirut: Dar Sadir, tt (hlm 610 55 Abd al-Qahir al-Jurjani, Asrar al-Balaghah fi ‗ilm al-Bayan (Beirut: Dar al-Kutub

al-ilmiyah, 1998), hlm 177 56 Ibnu Faris, Mu‘jam al-Lughah, h. 25

Page 41: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

41

fathah pada mim dan tsa, maknanya menunjukkan sifat yang

penyerupaannya tidak mudah dijangkau oleh panca indra (ma‘qul)57.

Selain itu, kata mitsl mempunyai kemungkinan makna yang lain yaitu

Washf atau penyipatan dan shifah atau sifat. Kata ini digunakan baik

dalam makna hakiki maupun makna kiasan. Akan tetapi pengertian mitsl

dengan sifat ini dibantah oleh ahli Bahasa Zarkasyi (wafat 794H)

tampaknya tidak umum dalam istilah bahasa Arab. Kata mitsl disini lebih

tepat atau lebih dekat maksudnya dengan makna tamtsil (penggambaran,

memberi contoh). 58

Secara etimologis pengertian amtsal ada tiga macam; pertama, bisa

berarti perumpamaan, gambaran atau penserupaan. Kedua; bisa berarti

kisah atau cerita yang sifatnya menakjubkan, dan yang ketiga, bisa berarti

sifat keadaan atau tingkah laku. Sedangkan secara terminologis amtsal

didefinisikan oleh para ahli sastera adalah ungkapan yang sifatnya

menyamakan sesuatu dengan sesuatu. Penggunaan ungkapan itu

dimaksudkan untuk mempengaruhi dan menyentuhkan kesan, seakan

sipembuat perumpamaan mengetuk telinga si pendengar (menguatkan

pesan) sehingga pengaruhnya menembus kalbu 59

Dalam bahasa Arab, istilah pemaknaan matsal (pepatah) juga dekat

dengan pemaknaan hikmah (kata mutiara). Hikmah yaitu ungkapan ringkas

dan indah yang mengandung kebenaran yang dapat diterima oleh

masyarakat dan berisi tentang moral dan nasihat yang baik. Hanyasannya

ada sedikit berbeda dengan matsal, bahwa hikmah biasanya keluar dari

orang bijak (Hukama) yang berpengalaman dan berpengetahuan luas.

57 Tamtsil Ayat-ayat al-Qur‘an, h. 5 58 Ja‟far Subhani, Wisata al-Quran tafsir ayat-ayat metafora, terj Amtsal fi alQuran,

Jakarta, al-Huda: 2007, cet pertama, h 3 59 Ibrahim Ali Abu al-Khasyab dan Muhammad Abdul Mun‟im Khafajy,

Turatsuna alAdaby, Shuwarun min rawaai‘ihi wa malaamihihi, (Kairo: Dar al-Thiba‟ah al Muhammadiyah, tt), h

Page 42: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

42

Maka, kemunculan hikmah berbeda dengan kemunculan matsal yang

terikat dengan kejadian atau peristiwa tertentu (asbab al-wurûd).

Penulis buku al-Wasith fi al-Adab al-‗Arabi wa Tarikhihi

mengkategorikan amtsal dan hikmah ke dalam kalam Arab atau ungkapan-

ungkapan bangsa Arab. Amtsal maupun hikmah bisa dalam bentuk puisi

maupun prosa, tergantung gaya bahasa atau performa yang digunakan.

Adapun yang dimaksud dengan amtsal adalah ungkapan atau pepatah

yang biasa digunakan untuk mengumpamakan suatu hal dengan hal lain.

Sedangkan hikmah adalah ungkapan indah yang di dalamnya terkandung

kebijaksanaan dan kebenaran. Baik hikmah maupun amtsal keduanya bisa

dalam bentuk puisi maupun prosa.60

Secara terminologi, Ahmad al-Hasyimi penulis buku Balaghah

yang sangat terkenal di Indonesia mendefinisikan amtsâl dengan

ungkapan singkat yang beredar di masyarakat dan digunakan untuk

mengkiaskan sesuatu hal yang baru dengan sesuatu yang pernah terjadi

sebelumnya. Oleh karena, itu menurut Ahmad al-Hasyimi amtsal terdiri

dari dua unsur, pertama maurid atau peristiwa lama yang pernah terjadi

dan dijadikan sebagai perumpamaan, kedua mudhrab yaitu peristiwa baru

yang menyerupai peristiwa lama yang kemudian diumpamakan.61

Sebagai contoh:

Balasan Sinimmar

Jaza Sinimmar adalah kisah tentang orang yang berbuat baik pada

orang lain namun dibalas dengan kejahatan (kisahnya akan dibahas pada

bab IV). Bila terjadi kisah yang sama, yaitu kebaikan dibalas dengan

60 Ahmad al-Iskandari dan Mushtafa „Inani, al-Wasith fi al-Adab al-Arabi wa

Tarikhihi, (Mesir: Dar al-Ma‟arif, tth), h. 15-16 61 Ahmad al-Hasyimi, Jawahir al-Balaghah fi al-Ma‘ani, al-Bayan wa al-Badi‘,

(Indonesia: maktabah Dar Ihya al-Kutub al-Arabiyyah, 1960), h. 336

Page 43: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

43

kejahatan, maka kisah Sinimmar menjadi maurid, sedangkan kisah yang

mirip dengannya disebut dengan mudhrab.

Amtsal telah berkembang sejak zaman pra-Islam. Setelah Islam

dating, corak amtsal lebih cenderung pada hikmah. Hal ini dapat dilihat

dari isi yang terkandung di dalamnya. Amtsâl Jahiliyah lebih

menggambarkan bangsa Arab yang hidup dalam keadaan yang penuh

dengan kefanatikan terhadap kelompok dan suku. Tokoh terkenal amtsal

dan hikmah pada masa jahily adalah Aktsam bin Shaify at-Tamimi, Qus

bin Sa‟idah al-Iyadi dan Zuheir bin Abi Sulma62. Sedangkan amtsal dan

hikmah pada masa Islam lebih menekankan pada hal-hal yang bersifat

religius berdasarkan al-Quran dan al-Hadits, bahkan “amtsal al-Quran”

menjadi pembahasan tersendiri. Tokoh pada masa ini antara lain Ali bin

Abi Thalib dengan karyanya Nahjul Balaghah. Pada masa Abbasiyah dan

seterusnya, lebih menggambarkan hal-hal yang berhubungan dengan

filsafat sosial dan akhlak. Tokohnya Ibnu Muqaffa (720-756 M), dengan

bukunya yang terkenal dengan nama”Kalilah wa Dimnah”.

Dalam al-Quran banyak kita dapatkan amtsal (perumpamaan),

misalnya perumpamaan tentang orang kafir, orang-orang yang

mendustakan ayat Allah, tentang kehidupan dunia, orang-orang munafik,

perumpamaan orang-orang yg gemar bersedekah dan lain-lain, sehimgga

dengan demikian, amtsal bukan hanya berfungsi sebagai ungkapan yng

beredar di masyarakat, tetapi juga digunakan sebagai media dakwah oleh

para muballigh.

62 Ibrahim Ali Abu al Khasyab dan Muhammad Abdul Mun‟im Khafajy,

Turatsuna alAdaby, shuwarun min rawaai‘ihi wa malaamihihi, Dar athiba‟ah al Muhammadiyah, al Azhar, Kairo, tt, h

Page 44: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

44

b. Macam-macam Amtsal Arab

Sayyid Syaqir membagi amtsal ke dalam lima bagian, yaitu: Al-

amtsal al-Hikmiyyah, Al-mtsâl at-Târikhiyyah, Al-amtsal al-Khurafiyyah, Al-

amtsal as-sâirah (asy-Sya‘biyyah) dan Al-Amtsal al-Fukahiyyah:

1. Al-Amtsal al-Hikmiyyah.

Al-amtsal al-hikmiyyah yaitu amtsal yang menyerupai kata hikmah

(kata mutiara atau nasihat) baik dari keindahan lafaznya ataupun

maknanya63, contoh:

“Janganlah engkau memegang ekor ular sedangkan kepalanya dilepas, jika engkau

cerdik, peganglah kepalanya‖

Matsal ini menyerupai hikmah (kata mutiara), karena ia memakai

kata-kata yang indah berupa tasybih dalam ilmu Balaghah. Disamping itu

juga ia mengandung nasihat yang baik, yaitu jika engkau ingin

menyelesaikan suatu masalah, lihatlah/kembali pada pokok

permasalahan. Tokoh jenis amtsal ini pada masa Jahiliyah antara lain

Aktsam bin Shaify.

2. Al-Amtsâl at-Târikhiyyah.

Al-Amtsâl at-Târikhiyyah yaitu amtsal yang muncul berdasarkan

hikayat atau sejarah pembesar atau penguasa suatu kaum dalam

melaksanakan sikap politiknya terhadap bawahannya, misalnya :

―Laparkanlah anjingmu, maka ia akan mengikutimu‖

3. Al-amtsal al-Khurafiyyah.

63 Hikmah (hikam) artinya kata mutiara, sedangkan matsal artinya pepatah atau

peribahasa. Hal yang membedakan hikmah dengan matsal antara lain bahwa secara lafaznya matsal tidak perlu indah, sedangkan hikmah disamping maknanya merupakan nasihat juga harus disampaikan dengan kata-pkata yang indah. „Ali Abu Khasyab, Turatsuna al-Adabi, hal. 87

Page 45: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

45

Al-amtsal al-Khurafiyyah adalah amtsal yang muncul berdasarkan

cerita binatang, yang mengandung I‟tibar, nasihat dan ajaran-ajaran yang

baik, misalnya amtsal yang terdapat pada kisah Kalilah wa Dimnah

karangan Ibnu Muqaffa‟ yang terdapat pada cerita seribu satu malam.

Manusia pada awal kehidupan, mereka belajar dari falsafah hidup

Ghurab (burung gagak) begitu juga amtsal Khurafiyah ini banyak

terdapat pada kisah Nabi Sulaiman yang digambarkan dengan burung

Hudhud, cerita tentang ratu Bilqis seorang ratu negara Saba, sebagai

contoh: " ." , yang artinya “Setiap buruan itu ada di

tengah keledai hutan”. Maksud dari pepatah ini adalah kiasan bagi

sseseorang yang mendapatkan sesuatu yang terbaik di antara kawan-

kawan lain yang sama-sama menginginkannya.

Asal mula dari pepatah ini adalah ada tiga orang pemburu

binatang di hutan. Yang seorang mendapatkan kelinci, yang seorang lagi

kijang, dan yang ketiga keledai hutan. Yang pertama dan kedua itu

merasa bangga dengan hasilnya masing-masing. Yang ketiga diam saja,

tetapi tiba-tiba ia berkata: aah apa yang kalian dapatkan itu? Lihat hasilku

ini , semua buruan ada di tengah keledai hutan. Ia berkata demikian

dengan apa yang ia hasilkannya itu adalah sebaik-baiknya, dan kalau

sudah mendapatkan itu, tidak lagi memerlukan yang lain. Jadi, pepatah

ini diangkat dari cerita tentang binatang yang mereka dapatkan, sehingga

menjadi „itibar dan nasehat yang baik.

4. Al-Amtsal as-Sâirah (asy-Sya‘biyyah).

Al-Amtsal as-Sâirah (asy-Sya‘biyyah) yaitu amtsal yang

menggambarkan suatu adat dan prilaku serta kemuliaan suatu bangsa

(masyarakat), baik kehidupan pedesaan ataupun perkotaan misalnya

artinya, Engkau (perempuan) telah sia-siakan air susu

Page 46: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

46

pada musim kemarau. Matsal ini ditujukan kepada orang yang

melewatkan kesempatan yang baik.

5. Al-Amtsal al-Fukahiyyah.

Al-Amtsal al-Fukahiyyah ialah amtsal yang menggambarkan kehidupan

prilaku manusia berupa keinginan ataupun harapan pada masa lampau

lalu kemudian akhirnya terwujud, misalnya " " menggambarkan

nilai keserasian pasangan yang sepadan sebagai realisasi dari sebuah

harapan dari seorang laki-laki (Syann) yang mencari pasangan hidup

(Thabaqah).64

Ahmad Al-Hasyimi membagi amtsal ke dalam dua bagian saja,

yaitu amtsal haqiqiyah dan amtsal fardhiyyah. Adapun yang dimaksud

dengan amtsal haqiqiyah adalah peribahasa yang banyak beredar di

masyarakat namun berdasarkan peristiwa yang pernah terjadi, sedangkan

amtsal fardhiyyah adalah peribahasa yang tidak jelas asal muasalnya dan

biasanya menggunakan gaya bahasa fabel atau kisah tentang binatang.

Contoh amtsal haqiqiyah bisa dilihat pada pembahasan berikutnya

terutama amtsal yang menggunakan nama-nama orang sebagai simbol,

seperti Sinimmar dalam jaza‟ Sinimmar, Mutalamis dalam surat

Mutalammis, Hatim al-Tha‟I, Luqman al-Hakim, dan lain-lain. Begitu juga

dengan amtsal fardhiyyah, dapat dilihat dalam peribahasa yang

menggunakan nama binatang sebagai simbol, seperti unta, anjing, singa,

dan lain-lain.

c. Gaya Bahasa Amtsâl

Sebagaimana syair, amtsal memiliki gaya bahasa tersendiri yang

berbeda dari genre sastra lainnya. Gaya bahasa yang paling banyak

digunakan dalam amtsal adalah isti‘arah tamtsiliyyah dan tasybih tamtsil.

Selain kedua gaya bahasa tersebut, gaya bahasa lainnya yang tidak kalah

64 Mahmud Sayyid Syaqir, Alwan min al-Tarbiyyah al-‗Arabiyyah, h. 18-25

Page 47: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

47

menarik adalah banyaknya digunakan isim tafdhil yang mengandung kata

lebih, seperti lebih buruk, lebih cantik untuk membandingkan sesuatu hal

yang baru dengan yang lama.

Gaya bahasa tasybih tamtsil termasuk pada gaya bahasa yang

paling baik dalam kategori tasybih (perumpamaan). Sebelum memahami

maksud dari tasybih tamtsil, maka perlu dipahami terlebih dahulu apa

yang dimaksud dengan tasybih itu sendiri. Tasybih secara bahasa adalah

tamtsil atau perumpamaan. Sedangkan secara terminologi adalah

membandingkan dua hal atau lebih karena persamaan sifat yang dimiliki

keduanya dengan menggunakan artikel ( ) tertentu sesuai tujuan

pembicara.65

Ada empat unsur yang membangun gaya bahasa tasybih, yaitu:

1. Musyabbah: sesuatu yang dijadikan sebagai rujukan

perbandingan (pebanding)

2. Musyabbah bih: sesuatu yang diserupakan

3. Wajh al-syibh: sifat yang dianggap menyerupai atau sama

4. Adat al-Tasybih: alat analogi, seperti bagaikan, seperti, ibarat,

seumpama, dll. Dalam bahasa Arab alat analogi di antaranya: ،ك

مثل

Adapun yang dimaksud dengan tasybih tamtsil adalah

perumpamaan yang wajh al-syibnya terdiri dari berbagai karakter atau

sifat, seperti:

Orang itu ibarat bintang, cahayanya bersinar dalam satu bulan lalu terbenam

Tasybih tamtsil terbagi ke dalam dua bagian, yaitu:

65 Ahmad al-Hasyimi, Jawahir al-Balaghah, h. 247

Page 48: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

48

1. Tasybih tamtsil dengan menggunakan alat analogi yang

jelas. Contoh dalam al-Qur‟an al-Karim:

―Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat, kemudian mereka tiada

memikulnya adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal‖

Dalam ayat tersebut, alat analogi digunakan secara jelas yaitu kata

matsal yang dalam bahasa Indonesia diartikan dengan perumpamaan, dan

seperti.

2. Tasybih tamtsil tanpa menggunakan alat analogi. Contohnya

dalam peribahasa Arab:

Aku melihatmu memajukan satu kaki dan memundurkan yang lainnya

Ungkapan ini ditujukan pada orang yang ragu-ragu, sehingga

kadang maju kadang mundur. Ungkapan asli peribahasa tersebut adalah

aku melihatmu ragu-ragu bagaikan orang yang melangkah, lalu mundur

kembali.

Kedua jenis gaya bahasa ini banyak digunakan dalam peribahasa

Arab. Di antara peribahasa Arab yang menggunakan alat analogi:

Bagaikan orang yang mencari binatang buruan di persembunyian singa

Bagai orang yang menulis di atas air

66

QS: al-Jum’ah, 62 67

Muh. Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h. 283

Page 49: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

49

Bagai Burung unta, bukan burung bukan pula unta

Orang yang bertobat dari suatu dosa, bagai orang yang tanpa dosa

Posisi tasybih tamtsil seperti disebutkan dalam kitab Jawahir al-

Balaghah biasanya berada di awal kalimat atau setelah makna kalimat

sempurna, dengan kata lain di akhir kalimat.68 Hal ini tampak jelas dari

kutipan peribahasa-peribahasa di atas. Sebagian besar peribahasa di atas

menempatkan tasybih tamtsil di awal kalimat, yaitu dengan

menggunakan huruf kaf dan kata mitslu yang berarti bagai di awal

kalimat. Adapun peribahasa terakhir menempatkan tasybih tamtsil di

akhir sebagai penyempurna kalimat dengan menggunakan huruf kaf.

Secara kuantitas, peribahasa Arab yang menggunakan alat analogi

tidaklah sebanyak peribahasa yang tanpa alat analogi. Berikut ini

beberapa peribahasa yang menggunakan struktur tanpa alat analogi:

Sayur sebulan dengan duri setahun

Ungkapan ini sebagai kiasan bagi orang yang kebaikannya sedikit

dan banyak keburukannya. Asal ungkapan adalah kebaikan yang sedikit

dan keburukanmu yang banyak itu, ibarat sayur sebulan dan duri

setahun.

Bumi yang rendah itu menghisap airnya sendiri dan air orang lain

Asal ungkapan adalah saya melihat orang yang bertabiat buruk

dan jahat itu ibarat bumi yang rendah yang menghisap airnya sendiri dan

juga air orang lain. Artinya kesombongan, kejahatan, ketamakan dan

68

Ahmad al-Hasyimi, Jawahir al-Balaghah, h. 266

Page 50: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

50

sikap buruk lainnya, bukan hanya menghancurkan diri sendiri, tapi juga

orang di sekelilingnya.

Adapun yang dimaksud dengan Isti‘arah tamtsiliyyah adalah

ungkapan yang dibuat untuk membandingkan suatu sifat, keadaan, atau

peristiwa secara langsung tanpa alat analogi. Makna lainnya adalah

ungkapan yang digunakan bukan pada makna yang sebenarnya, karena

adanya kemiripan antara makna hakiki dengan makna majasi disertai

dengan indikator yang mengalihkannya dari makna yang sebenarnya.

Isti‘arah tamtsiliyyah pada dasarnya terbentuk dari tasybih tamtsil. Sebagai

contoh:

Perigi itu lebih kekal dari talinya

Asal ungkapan adalah orang yang ditipu itu biasanya lebih baik

rizkinya dibanding si penipu itu sendiri, atau orang yang memberi itu

biasannya jauh lebih baik nasibnya dibanding orang yang menerima,

seperti halnya sumur yang biasanya lebih langgeng dan lebih kuat dari

tali sumur itu sendiri. Dan masih banyak lagi.

Dalam peribahasa di atas, kata al-bi‘r (sumur) sebenarnya bukanlah

makna yang diinginkan atau bukan makna yang sebenarnya, begitu pula

dengan kata al-risya‘ (tali sumur). Sumur sebagaimana kita tahu selalu

dimanfaatkan atau diambil airnya, dan tali timba adalah alat untuk

mengambilnya. Oleh karena itu, kata sumur diumpamakan sebagai orang

yang dirugikan dan tali adalah orang yang merugikan. Adapun indikator

yang mengalihkan maksud tersebut adalah kontesk pembicaraan yang

kemudian menjadi peribahasa. Gaya bahasa seperti ini disebut dengan

isti‘ârah tamtsîliyyah atau dalam bahasa Indonesia dikenal dengan

metafora. Isti‘ârah tamtsîliyyah dalam ilmu balaghah adalah bagian dari

majas.

Page 51: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

51

Ahmad al-Hasyimi memberikan contoh isti‘arah tamtsiliyyah dalam

amtsal:

Di musim kemarau kau sia-siakan susu

Peribahasa ini berasal dari sebuah cerita tentang perempuan

bernama Daktanus binti Laqith istri Amr bin Udas. Suami Daktanus

sudah tua, namun kaya. Daktanus sendiri masih belia, oleh karena itu ia

tidak suka terhadap suaminya, lalu minta cerai. Tidak lama kemudian ia

menikah dengan seorang laki-laki tampan namun miskin. Pada saat

kemarau tiba, ia merasakan kesengsaraan yang luar biasa. Ia kemudian

menyuruh seseorang untuk meminta susu pada mantan suaminya.

Namun yang ia dapatkan bukan susu, melainkan ungkapan di atas. Kisah

ini kemudian menjadi kiasan bagi orang yang menyia-nyiakan

kesempatan. Peribahasa ini sama dengan amtsal hikmiyyah:

Hari-hari yang telah lalu tidak akan pernah kembali

Contoh lain dari isti‟arah tamtsiliyyah:

―Aku melihatmu melangkahkan satu kaki dan memundurkan yang lainnya‖

Orang yang kadang melangkah kadang mundur lagi

diumpamakan sebagai orang yang ragu-ragu terhadap sesuatu. Demikian

beberapa contoh dari isti‘arah tamtsiliyyah dan masih banyak contoh

lainnya dalam amtsal.

Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa salah satu gaya

bahasa amtsal adalah tasybih tamtsil. Tasybih tamtsil biasanya

69 Ahmad al-Hasyimi, Jawahir al-Balaghah fi al-Ma‘ani wa al-Bayan wa al-Badi‘, h.

333

Page 52: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

52

menggunakan alat analogi seperti bagai, seperti, laksana, dan lainnya.

Namun dalam peribahasa Arab ada alat analogi lain yang berbeda dengan

yang lainnya, yaitu menggunakan isim tafdhil sebagai alat pebanding.

Isim tafdhîl adalah kata sifat yang diambil dari kata kerja untuk

menunjukkan makna lebih dari, atau paling.70 Dalam bahasa Inggris

dikenal dengan istilah comparative degree. Sebagai contoh:

Khalil lebih pintar dan lebih baik dari Sa‘id

Kata a‘lam dan afdhal adalah isim tafdhil dari kata kerja „alima yang

berarti pintar dan hasuna yang berarti baik. Isim tafdhil bisa dimaknai lebih

dari bila dirangkai dengan artikel min ( ), namun bila tanpa min

diartikan dengan paling atau ter, contoh:

Ahmad siswa terpintar di kelas

Ada dua bentuk isim tafdhil dalam bahasa Arab, yaitu af‘alu ( )

untuk mudzakkar (laki-laki), fu‟la ( ) untuk mu‘annats (perempuan).

Selain kedua bentuk tersebut, ada jenis isim tafdhil yang berbeda dari

aslinya karena alasan sulit diucapkan seperti kata, khair ( ) asalnya

akhyar ( ), Syarr ( ) asalnya asyarru ( )dan habb ( ) asalnya

70 Mushtafa Ghalayaini, Jami‘ al-Durus al-‗Arabiyyah, (Beirut: al-Maktabah al-

„Ashriyyah, 1987), Juz. 1, h. 193

Page 53: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

53

ahabbu ( ). Isim tafdhil hanya bisa dibentuk dari kata kerja yang bersifat

tsulatsi yaitu tiga huruf seperti kata ka-ru-ma ( ).71

Dalam amtsal corak gaya bahasa dengan menggunakan isim tafdhîl

banyak ditemukan. Berikut ini beberapa contoh peribahasa yang

menggunakan isim tafdhîl :

Lebih Bijak dari Lukman (al-Hakim)

Lebih dermawan daripada Hatim72

Lebih cakap berpidato dari Sabhan Wa‘il

Lebih kikir dari si Madir

Bila diperhatikan, banyaknya peribahasa Arab dengan

menggunakan gaya bahasa isim tafdhil (comparative degree) tidak terlepas

dari watak bangsa Arab yang suka berlebihan (lebay) atau mubalâghah.

Kita ambil salah satu contoh yang ada di balik peribahasa di atas:

Lebih dungu dari si Dughah

Dalam peribahasa di atas terkandung sebuah cerita yang

menunjukkan kebodohan manusia yang luar biasa bahkan sulit untuk

dipercaya. Dughah adalah seorang ibu yang memiliki anak bayi. Suatu

71 Masih ada beberapa syarat lain dalam membentuk isim tafdhil. Hal ini bisa

dibaca dalam pelajaran ilmu nahwu atau ilmu tata bahasa Arab. 72 Hatim al-Tha‟i

Page 54: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

54

ketika ia mendapati anaknya selalu gelisah, sulit tidur, dan selalu

menangis. Ketika diperiksa, ia tidak menemukan sesuatu yang aneh pada

tubuhnya, namun ia melihat ubun-ubun anak tersebut bergerak-gerak

kembang kempis. Tanpa ragu ia menyuruh madunya untuk mengambil

pisau dan membedah otak anaknya, lalu mengeluarkannya dari ubun-

ubun. Madunya kemudian bertanya, apa yang dilakukannya. Ia kemudian

menjawab, bahwa itulah yang selalu mengganggu anaknya. Ada kotoran

di kepalanya, dan setelah dikeluarkan anaknya tidur dengan lelap. Iapun

berhasil menidurkan anaknya untuk selama-lamanya.73

Peristiwa kebodohan yang ditunjukkan dughah dalam peribahasa di

atas adalah peristiwa yang sangat luar biasa, namun demikian peribahasa

Arab masih juga menggunakan kata ahmaq yang artinya lebih bodoh dari

dughah. Hal ini jelas menunjukkan salah satu karakter bangsa Arab yang

suka dilebih-lebihkan (mubalaghah). Begitu juga dengan kisah-kisah

lainnya,seperti yang sudah dibahas sebelumnya.

Semua isim tafdhil yang digunakan dalam peribahasa Arab

menggunakan bentuk af‘alu untuk mudzakkar atau laki-laki. Dan tidak

ditemukan dalam bentuk fu‘la. Budaya bangsa Arab yang lebih

mengutamakan laki-laki dibandingkan dengan perempuan, jelas

mempengaruhi gaya bahasa amtsâl.

Selain menggunakan wazan af‘alu, bentuk isim tafdhil lainnya yang

juga banyak digunakan adalah khair ( ) dan Syarr ( ). Contoh kata

khair:

Sebaik-baiknya perkara adalah yang membuatmu bahagia di dunia dan akhirat

73 Kisah ini diawali dengan qila atau cerita yang bersumber dari katanya, dan

tidak dapat diyakini kebenarannya.

Page 55: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

55

Sebaik-baiknya sahabat adalah yang menunjukkanmu kepada kebaikan

Sebaik-baiknya perkara adalah menjaga lisan

Sebaik-baiknya kekayaan adalah qana‘ah (sifat menerima)

Sebaik-baiknya pengetahuan adalah yang mendatangimu

74........

Bila diperhatikan secara cermat, kata khair lebih banyak digunakan

dalam konteks ajaran Islam. Hal ini tampak pada diksi yang digunakan,

seperti kata darain untuk penyebutan dunia dan akhirat, al-qanu‘ atau kata

lain dari qana‘ah salah satu ajaran Islam yang mengharuskan umatnya

menerima segala apa yang telah diberikan Allah SWT, dan lain

sebagainya.

Kata syarr dalam peribahasa Arab tidak sebanyak kata khair. Hal

ini dapat dipahami bahwa islam lebih banyak menganjurkan untuk

berbuat kebaikan. Contoh peribahasa dengan kata Syarr:

Seburuk-buruknya manusia adalah yang berbuat jahat tanpa perduli kalau ia dilihat oleh

orang lain

74

Muh. Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h. 220-226 75

Peribahasa dengan tema kata Syarr dapat dilihat dalam Peribahasa Bahasa Arab, h. 343-345

Page 56: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

56

Seburuk-buruknya manusia adalah orang yang ditakuti oleh orang lain.

Ditakuti di sini maksudnya bukan disegani, namun merasa takut

jikalau orang tersebut berbuat jahat padanya, mungkin karena

kedudukannya, kekayaannya, kezalimannya, kecerobohannya, dan lain-

lain.

Bila diperhatikan dengan cermat, peribahasa yang menggunakan

kata khair lebih banyak dipengaruhi oleh ajaran Islam, bukan lagi berasal

dari masa pra-Islam. Beberapa diksi yang digunakan jelas sekali lebih

bersifat islamis, seperti istilah fiqh (untuk pengetahuan), dârain untuk

istilah dunia dan akhirat, qana‘ah, atau kata-kata yang lebih menunjukkan

prinsip-prinsip ajaran Islam, seperti metode jual beli, metode berbicara,

memberdayakan kekayaan, dan lain sebagainya. Kata khair juga lebih

bersifat motivasi untuk seseorang agar melakukan hal yang baik. Pada

kata syarr, diksi yang digunakan lebih bersifat umum, sehingga sulit

menentukan asal-usulnya.

d. Manfaat Amtsal

Munculnya amtsal dalam ranah sastra memiliki banyak manfaat, di

antaranya:

1. Menyingkap hakikat diri mengemukakan sesuatu yang tidak

nampak menjadi sesuatu yang seakan-akan nampak.

2. Menonjolkan sesuatu yang hanya dapat dijangkau dengan

akal menjadi bentuk kongkrit yang dapat dirasakan atau

difahami oleh indra manusia.

3. Amtsal lebih berpengaruh pada jiwa, lebih efektif dalam

memberikan nasihat, lebih kuat dalam memberikan

peringatan dan lebih dapat memuaskan hati. Bahkan sering

dikatakan dalam al-quran Allah SWT sering menyebut

amtsal untuk peringatan dan supaya diambil „ibrahnya.

Page 57: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

57

4. Memberikan kepada setiap budaya dan juga bagi nalar para

cendekiawan untuk menafsirkan dan mengaktualisasikan

diri dalam wadah nilai-nilai universalnya.

5. Memotivasi orang untuk mengikuti dan mencontoh

perbuatan baik seperti apa yang digambarkan dalam amtsal.

6. Mengumpulkan makna yang menarik dan indah dalam

ungkapan yang padat76

B. Peribahasa

a. Pengertian peribahasa

Peribahasa adalah ungkapan dalam bentuk kata atau frasa yang

mengandung arti kiasan.77 Bahasa Indonesia memiliki banyak sekali

peribahasa. Sering dikatakan bahwa peribahasa termasuk suatu bagian

yang tidak mudah dipahami dalam bahasa Indonesia, padahal

sesungguhnya sering kita tidak sadar bahwa kata-kata yang kita gunakan

bukan lagi kata biasa melainkan peribahasa. Tuturan seperti membanting

tulang, berotak udang, bertukar cincin, menjadi kambing hitam,

semuanya merupakan peribahasa karena digunakan dengan arti kiasan.

Dengan peribahasa menjadikan bahasa lebih hidup dan indah, karena

pemakaian bahasa menjadi lain dari bahasa yang dipakai dalam

percakapan sehari-hari, Ia bagaikan bumbu yang menambah lezatnya

makanan.

Adapun definisi peribahasa dalam Bahasa Indonesia tidak jauh

berbeda dengan Amtsal Arab. Menurut KBBI, ada dua definisi peribahasa:

1. Peribahasa adalah kelompok kata atau kalimat yang tetap

susunannya, biasanya mengiaskan maksud tertentu (dalam

peribahsa termasuk juga bidal, ungkapan, perumpamaan).

76Lihat Kadar M Yusuf, Study al-Quran, (Jakarta: Amzah, 2009), hal 88 77 J.S. Badudu, Kamus Peribahasa, (Jakarta: Kompas, 2009), h. XI

Page 58: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

58

2. Ungkapan atau kalimat ringkas padat, berisi perbandingan,

perumpamaan, nasihat, prinsip hidup atau aturan tingkah

laku78.

Beberapa peribahasa merupakan perumpamaan yaitu

perbandingan makna yang sangat jelas karena ia didahului oleh perkataan

seolah-olah, ibarat, bak, seperti, laksana, macam, bagai dan umpama.

Susunan kata dalam peribahasa bersifat tetap. Sebab, jika diubah susunan

kata itu tidak lagi dapat dikatakan peribahasa, melainkan sebagai kalimat

biasa.

Pada perkembangannya peribahasa Indonesia sudah sering

digunakan oleh masyarakat terutama di kalangan para da‟I, mereka lebih

banyak menggunakan peribahasa dalam menyampaikan dakwahnya. Hal

ini sesuai dengan fungsi peribahasa itu sendiri yaitu memperjelas atau

memberi pemahaman sesuatu pengertian yang sulit difahami menjadi

mudah dimengerti. Peribahasa Indonesia pada dasarnya adalah fenomina

bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal.

Tiap bangsa memiliki peribahasa yang berbeda sesuai dengan kondisi

sosial, budaya, sejarah serta geografi yang mempengaruhinya. Keaneka

ragaman adat istiadat, budaya dan bahasa di negara Indonesia

berpengaruh pada perbendaharaan kalimat, namun memiliki kesamaan

dalam makna.

Dari dua definisi diatas terdapat kesamaan, bahwa amtsal Arab

dan peribahasa Indonesia merupakan ungkapan yang sarat dengan

nasihat dalam kehidupan manusia.

b. Macam-macam peribahasa Indonesia

Peribahasa Indonesia terbagi ke dalam beberapa macam, yaitu:

78 Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi IV, 2008

Page 59: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

59

1. Bidal adalah peribahasa atau pepatah yang mengandung

nasihat, peringatan, sindiran, dsb.

2. Pepatah, merupakan peribahasa yang mengandung nasihat

atau ajaran dari para sesepuh (biasanya dipakai atau

diucapkan untuk mematahkan lawan bicara).

3. Ungkapan, adalah kelompok kata atau gabungan kata yang

menyatakan makna khusus (makna unsur-unsurnya sering

kali menjadi kabur).

4. Perumpamaan, adalah peribahasa yang berisikan

perbandingan-perbandingan atau sering juga diartikan

sebagai peribahasa yang berupa perbandingan . biasanya

menggunakan kata-kata seperti, bak, laksana, ibarat,

umpama, bagai.

5. Ibarat, adalah (1) berkataan atau cerita yang dipakai sebagai

perumpamaan (perbandingan, lambang,

6. Tamsil, (1) persamaan dengan umpama(misal), contoh: Dia

hidupnya seperti katak dalam tempurung (2) ajaran yang

terkandung dalam cerita, ibarat; lukisan (sesuatu sebagai

contoh), banyak cerita yang mengandung untuk kanak-

kanak

7. Pemeo, (1) ejekan (olok-olok, sindiran) yang menjadi buah

mulut orang (2) perkataan yang lucu (untuk menyindir dsb,

misalnya “undang-undang hanya berlaku untuk rakyat

kecil” atau bisa juga merupakan peribahasa yang berupa

semboyan, berfungsi untuk ntuk mengobarkan semangat /

menghidupkan suasana79

79 Tim Agogos, Buku pintar Peribahasa Indonesia, Jakarta:New Agogos, cet 1, 2012

h. 2-4

Page 60: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

60

Lebih ringkas lagi Putera Rais dalam bukunya “Panduan Super

Lengkap; Majaz, EYD, Peribahasa‖ membagi peribahasa menjadi tiga macam

(jenis):

1. Pepatah, adalah salah satu jenis dari peribahasa yang berisi

nasihat-nasihat, petuah atau ajaran tertentu.

2. Perumpamaan, adalah sejenis peribahasa yang memakai

kata-kata bermakna membandingkan diantaranya bagai,

bak, laksana, serupa, dan umpama.

3. Ungkapan dan kiasan, adalah kata yang mengandung arti

yang tidak sebenarnya, sedangkan yang dimaksud dengan

ungkapan adalah kelompok kata yang berfungsi untuk

menyatakan suatu maksud tertentu. Kelompok kata tersebut

bersifat tetap, tidak bisa disisipi kata-kata yang lain.

Misalnya Dia membawa buah tangan dari Bandung (buah

tangan=oleh-oleh). Atau misal lain Dosen itu menjadi buah

bibir mahasiswa (buah bibir_bahan perbincangan). Jadi,

ungkapan itu selalu berbeda-beda, tergantung konteks

kalimatnya80.

c. Gaya bahasa peribahasa Indonesia

Dalam kamus istilah sastra, gaya bahasa merupakan suatu

ungkapan yang berisi tentang kata-kata kiasan. Gaya bahasa merupakan

semua jenis ungkapan yang digunakan untuk mengungkapkan sesuatu

dengan makna kias (bukan makna yang sebenarnya)81 , yang dalam sastra

Arab disebut dengan makna majazy. Maka, dalam bahasa Indonesia

dikenal dengan gaya bahasa juga disebut “kias”, yaitu cara

80Putera Rais, Panduan super Lengkap, Majaz, EYD, Peribahasa, Yogyakarta: Buku

Pintar, cet 1, 2012, h 87-119 81 Putera Rais, Panduan super lengkap Majaz EYD Peribahasa, h. 7

Page 61: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

61

mengungkapkan pikiran atau perasaan baik dalam bentuk tulisan

maupun lisan.

Gaya bahasa yang biasa juga disebut dengan majaz, juga bisa

diartikan sebagai cara mengungkapkan suatu pikiran atau perasaan

dalam bentuk tulisan atau pun lisan. Gaya bahasa merupakan salah satu

contoh pemanfaatan dari kekayaan bahasa, maka ia harus bisa memilih

kata yang tepat sesuai dengan apa yang ia inginkan. Ibnu Manzur dalam

bukunya Lisan al Arab memberikan pengertian gaya bahasa (uslub), dan

membaginya pada dua bagian, pertama, secara hissy (indrawi) berarti garis

pada pohon kurma, jalan yang membentang atau jalan yang ditempuh

seorang musafir, dan kedua; secara maknawy adalah langkah seorang ahli

bahasa dalam memindahkan kalimat dari bahasa biasa ke bahasa sastra.82

Atas dasar ini Ahmad Syayib mengatakan bahwa gaya bahasa (uslub)

adalah seni berbicara baik dalam penuturan kisah atau dalam bercakap-

cakap, dengan memakai bahasa metafora, perumpamaan, dan sampiran

dalam bentuk kata mutiara atau pepatah.83 Artinya, gaya bahasa yang

menghiasi bahasa sastra bukan bahasa biasa, tetapi bahasa yang sudah

berbingkai yang disebut dengan “gaya bahasa” atau adalam bahasa Arab

dinamakan “Uslub”atau “style”84. Dengan demikian gaya bahasa yang

dipakai dalam peribahasa (kata mutiara dan pepatah) Indonesia, secara

umum tidak bergeser penggunaan dan pemaknaannya dari gaya bahasa

dalam peribahasa yang lainya, misalnya jika dalam bahasa Arab terdapat

82 Ibnu Manzur, Lisan al Arab, h 15 83 Ahmad Syayib, al-Uslub Dirasah balaghiyyah tahliliyyah li ushul al-Asalib al-

Adabiyyah, h. 41, Lihat pula Yani‟ah Wardani, Syair-syair Estetika Ibn al Qayyim al- Jauziyyah, (Jakarta: Lembaga penelitian UIN Syarif Hidayatullah), h. 39.

84 Menurut Gorys Keraf, style berasal dari kata latin, semacam alat untuk menulis pada lempengan lilin. Alat ini sangat mempengaruhi jelas tidaknya tulisan pada lempengan tadi. Maka style berubah menjadi kemampuan dan keahlian menulis dengan menggunakan kata-kata secara indah, yang dimaksud adalah “gaya bahasa”. Lihat Gorys Keraf, Diksi dan Gaya bahasa, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1991), h. 112

Page 62: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

62

makna majazy, begitupun dalam gaya bahasa peribahasa Indonesia

terdapat pula makna majas (makna kiasan).

Gaya bahasa (Majas) dalam kajian bahasa Indonesia terbagi pada

beberapa katagori, yaitu; Majas Perbandingan, Majas Penegasan, Majas

Sindiran, dan Majas Pertentangan85

Gaya bahasa yang terdapat dalam matsal dan peribahasa mayoritas

lebih menekankan pada pengumpaan sesuatu, umpama,‟bak, bagaikan,

seperti, laksana dsb, yang dalam gaya bahasa Arab dinamakan adat at

Tasybih, seperti kaf, mitsl, dharb, dsb.

Adapun fungsi dari penggunaan gaya bahasa antara lain : 1. Untuk

menegaskan sesuatu dengan lebih jelas 2. Untuk mengungkapkan suatu

maksud atau tujuan tertentu 3. Untuk membandingkan dua hal yang

berlawanan 4. Untuk mengumpamakan tentang sesuatu hal 5. Untuk

mengatakan suatu maksud tertentu dengan menggunakan kata yang

berlainan maksud tertentu.

C. Amtsâl dan Peribahasa dalam bentuk syair (puisi):

Selain jenis amtsâl dan peribahasa yang telah disebutkan

sebelumnya, ada jenis peribahasa yang memiliki kemiripan satu sama

lain, yaitu amtsâl dan peribahasa dalam bentuk syair (puisi). Hal ini

tampak pada contoh-contoh di bawah ini:

85Gaya bahasa atau majas dalam bahasa Indonesia terbagi dalam beberapa

bagian, antara lain, 1.Majas perbandingan, terbagi pada beberapa macam, yaitu Alegori, Alusio, Simile, Metafora, Antropomorfisme, Sinestesia, Antonomasia, Aptronim, majas Metonimia, majas Hipokorisme, majas Utotes, majas Hiperbola, majas Personifikasi, Pars pto toto, Totum pro parte, Eufimisme, Disfemisme, fabel, Parabel, Perifrase, Eponim, Simbolik, dan Asosiasi, 2. Majas Penegasan, terdiri dari Apofasis, Pleonasme, Repitisi, Pararima, Aliterasi, Pararelisme, Tautologi, Antanaklis, Klimaks, Anti klimaks, Inversi, Retoris, Elipsis, Koreksio, Polisidenton, Asindenton, Interupsi, Enskalamasio, Enumerasio, Preterio, Alonim, dan Silopsis. 3. Majas Sindiran, macam-macamnya yaitu Sarkasme, Ironi, Satire, Innuendo, Sinisme dan Antifrasis 4. Majas Pertentangan, macamnya yaitu, Paradoks, Oksimoron, Anakronisme, Kontradiksi interminus dan antithesis. (Lihat Putera Rais, Panduan super lengkap Majas EYD Peribahasa, Yogyakarta: Buku pintar, h 9-41) .

Page 63: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

63

“Janganlah engkau potong ekor ular lalu kau lepaskan kalau kau pandai

membunuh sekalian kepala dan ekornya”

Amtsâl ini diucapkan oleh Abu Udzainah al-Lakhmy yang

mendorong al- Aswad ibn al-Munzir untuk membunuh para tawanannya

dari raja-raja Ghassasinah, dan jangan menerima fidyah tebusan86

Amtsâl ini sepadan dalam peribahasa Indonesia” Empang sampai ke

seberang, dinding sampai ke langit‖, atau Berguru kepalang ajar bagai bunga

kembang tak jadi‖ yang maksudnya, jika mengerjakan sesuatu jangan

setengah-setengah.87

“Nikmatilah wanginya bunga arar di kota Nejed, karena bunga Arar akan

kehilangan baunya pada malam hari‖.

Amtsâl ini perumpamaan agar menikmati sesuatu sebelum hilang.

Amtsâl ini diucapkan oleh as Shammah ibn Abdillah al Qusyairy88. Matsal

ini sepadan dengan peribahasa Indonesia”kumpulkan kuncup mawar selagi

bisa”.89

“Engkau mendatangkan air dengan air yang sepadan. Dan aku tidak berdosa, karena

telah ku katakan pada kaumku, minumlah!‖

Amtsâl ini sebuah perumpamaan bagi orang yang tidak mau

menerima peringatan. Dalam peribahasa Indonesia sepadan dengan

86 Ahmad Al-Iskandary, al-Wasith fi al-Adab al-‗Arabi wa Tarikhihi, (Mesir: Dar al-

Ma‟arif, 1978), h. 17 87J.S. Badudu, Kamus Peribahasa, memahami Arti dan Kiasanperibahasa, Pepatah , dan

Ungkapan, Jakarta: Buku Kompas, h 81 88 Ahmad Al-Iskandary, al-Wasith fi al-Adab al-‗Arabi wa Tarikhihi, h. 17 89Tim Generasi Cerdas, 3000 Peribahasa dan Pantun paling populer, (Jakarta:

Generasi cerdas), cet. 2, 2010, h. 110

Page 64: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

64

“Bagai hujan jatuh ke pasir‖, artinya tidak ada gunanya mengingatkan

seseorang yang tidak pernah mau menerima peringatan itu90

“Bagaikan orang yang menanduk batu karang –pada suatu hari- untuk

menghancurkannya. Maka itu tidak akan terjadi, karena sekuat-kuat tanduk adalah

tanduk banteng‖

Padanan amtsâl ini dalam peribahasa Indonesia “Laksana burung

pungguk merindukan bulan” atau ―bagaikan menegakkan benang basah‖ atau

“seperti menerkam ayam dalam telor‖. Maksudnya, bagi orang yang

mengerjakan sesuatu yang tidak mungkin tercapai.

“Ketika seseorang menyembunyikan karakter jahatnya, suatu saat akan diketahui jua‖.

Amtsâl ini sama saja dengan peribahasa Indonesia:“Sepandai-pandai

orang menyembunyikan bangkai, akan tercium juga‖ atau ―Mana busuk yang

tak berbau‖.

“Kuajari orang itu memanah setiap hari, tetapi setelah kuat lengannya aku sendiri yang dilempar anak panahnya‖.

Peribahasa ini kiasan bagi seseorang yang memberikan balasan

kejelekan setelah diberi kebaikan. Dalam peribahasa Indonesia “Air susu

dibalas dengan air tuba‖.

―Sesungguhnya hati, jika telah luka kecintaannya, ia bagaikan kaca yang retak tidak dapat ditambal lagi‖

90 J.S.Badudu, Kamus Peribahasa, Memahami arti dan Kiasan Peribahasa, Pepatah, dan

Ungkapan, (Jakarta: Buku Kompas, 2008), h. 22

Page 65: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

65

Matsal diatas ini sepadan dengan peribahasa ―Hati yang terluka

adalah seumpamanya besi bengkok, walau telah diketuk, sulit kembali menjadi

bentuk asalnya‖.

Matsal dalam bentuk syair ini, juga ada dalam peribahasa

Indonesia dalam bentuk pantun yang dinamakan dengan pantun

peribahasa. Berikut ini beberapa contoh peribahasa dalam bentuk pantun:

Ombak badai menggulung-gulung Kelasi terdampar di tepi pantai Hajat di hati nak peluk gunung Apakan daya tangan tak sampa

Maksudnya, bercita-cita besar, namun tak tercapai.

Melihat si keras batu karang Sambil mencarri ikan kerapu Mengan jadilah arang Bila kalah menjadi abu

Maksudnya, menang kalah sama saja, tidak ada untungnya.

Budak-budak bermain rakit Rakit buluh tolong buatkan Harap-harapkan guruh di langit Air di tempayan dicurahkan

Maksudnya, menyesal mendengar pembicaraan orang yang

merugikan dirinya sendiri.

Daun hijau daun pandan Daun pandan dipetik di dalam gua Sama cantik sama padan Bagai pinang dibelah dua

Maksudnya, pasangan pengantin yyang nampak serasi dan

sepadan.

Di atas tikar makan ketupat Dicampur gulai tulang dan iga Sepandai—pandai tupai melompat Kelak kan jatuh juga.

Page 66: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

66

Maksudnya, sepandai-pandainya manusia, suatu saat pasti pernah

melakukan kesalahan juga.

Sungguh dalam di tengah lautan Tempat bertapa sang buaya Sesal dahulu pendapatan Sesal kemudian tiadak gunanya

Maksudnya, lebih baik menyadari kesalahan kita di awal, dari pada

menyesalinya di belakangan91

Demikian beberapa contoh amtsal dalam bentuk syair dan pantun

peribahasa.

91

Putera Rais, Panduan super lengkap Majas EYD Peribhasa, Yogyakarta: Buku pintar, h 83-86

Page 67: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

67

BAB IV

DIKSI DAN UNSUR EKSTRINSIK YANG

MEMPENGARUHINYA DALAM AMTSÂL DAN

PERIBAHASA

Pada saat menganalisis unsur-unsur ekstrinsik yang terdapat

dalam karya sastra, baik lisan maupun tulisan, analisis tidak bisa

dilepaskan begitu saja dari unsur-unsur intrinsik. Unsur-unsur ekstrinsik

tersebut tercermin melalui unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam

teks-teks sastra. Diksi (shighah al-kalam) dan gaya bahasa yang digunakan

dalam karya sastra, termasuk isi atau amanat yang terkandung di

dalamnya, merupakan unsur intrinsik sastra yang juga terdapat dalam

peribahasa. Baik diksi, gaya bahasa, maupun amanat yang terkandung di

dalamnya, sesungguhnya merupakan refleksi dari unsur-unsur ekstrinsik

yang mempengaruhinya. Oleh karena itu, pada saat mengkaji unsur-

unsur ekstrinsik amtsâl ataupun peribahasa, teks menjadi pintu gerbang

untuk memahaminya.

Dalam bab ini, akan dibahas secara khusus berbagai hal yang

terkait dengan diksi dan unsur-unsur ekstrinsik yang mempengaruhinya,

gaya bahasa, serta isi atau amanat yang terkandung dalam peribahasa

Arab dan Indonesia.

A. Karakteristik Diksi dalam Peribahasa Arab

Seperti peribahasa pada umumnya, amtsâl banyak menggunakan

gaya bahasa simbolik dalam penyusunannya. Gaya bahasa simbolik

adalah gaya bahasa yang menggunakan lambang-lambang atau simbol-

Page 68: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

68

simbol dalam penyusunannya.92 Dalam amtsal tidak sedikit diksi yang

menggunakan simbol-simbol, baik dalam bentuk nama manusia,

binatang, tumbuhan, benda-benda langit, hingga tradisi yang ada dalam

masyarakat. Semua itu bisa sebagai simbol baik atau sebaliknya, sesuai

dengan kemiripan watak dan karakter dari simbol-simbol tersebut.

Pemilihan diksi yang dijadikan sebagai simbol dalam peribahasa,

bukan tanpa alasan, namun dipengaruhi oleh faktor-faktor ekstrinsik yang

berkembang di masyarakat, seperti keyakinan, moralitas, budaya, politik

dan lain sebagainya. Berdasarkan hasil penelitian terhadap sejumlah

amtsâl yang banyak berkembang dalam masyarakat Arab, ada beberapa

simbol yang sangat populer dan banyak digunakan dalam ungkapan-

ungkapan, yaitu nama manusia, binatang, benda-benda langit, unsur-

unsur alam, adat dan tradisi, serta tumbuhan.

a. Nama Orang

Di antara ciri khas peribahasa Arab adalah banyak menggunakan

nama orang sebagai simbol perumpamaan. Di dalam kamus al-Munjid,93

ditemukan banyak sekali nama orang yang dijadikan sebagai

perumpamaan. Secara umum, nama-nama tersebut terbagi ke dalam dua

ketegori, yaitu simbol manusia baik dan simbol manusia buruk .

1. Nama-nama yang mengandung simbol positif

a) Simbol Manusia bijak

Lebih Bijak dari Lukman (al-Hakim)

92 Dewan Redaksi, Ensiklopedi Sastra Indonesia, (Bandung: Titian Ilmu, 2004), h.

740 93 Kajian peribahasa Arab (amtsâl) difokuskan pada kitab al-Munjid fi al-Lughah wa

al-‗Alam: Fara‘id al-Adab fi al-Amtsal wa al-Aqwal al-Sa‘irah ‗inda al-Arab karya Lewis Ma‟luf, (Beirut: Dar al-Masyriq, 2002) dan buku karya Muh. Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, (tp: al-Ma‟arif, 1982) yang sebagian besar merupakan terjemahan dari al-Munjid.

Page 69: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

69

Dalam peribahasa Arab sebenarnya ditemukan dua nama Luqman,

yang satu menjadi kiasan positif, sedangkan yang satunya lagi menjadi

kiasan negatif, sebagaimana akan dibahas selanjutnya.

Bagi umat Islam yang sering membaca al-Qur‟an al-Karim dan

memahami maknanya, bisa jadi nama Luqman al-Hakim sudah tidak

asing lagi di telinga.94 Selain nasihat-nasihat Luqman yang terdapat dalam

al-Qur‟an, kisah-kisah bijak Luqman al-Hakim lainnya banyak beredar

dalam cerita-cerita dalam buku. Luqman kemudian menjadi

perumpamaan bagi orang-orang yang memiliki sifat bijak dalam

memutuskan suatu perkara.

b) Simbol manusia dermawan

Lebih dermawan daripada Hatim95

Lebih mulia dari hatinya Hatim Thayy

Kedua peribahasa di atas menggunakan satu nama untuk dua

simbol kebaikan, yaitu sifat dermawan dan mulia yang dimiliki oleh

seseorang yang bernama Hatim. Pada peribahasa yang pertama nama

Hatim tidak diikuti dengan nama suku, sedangkan pada peribahasa yang

kedua diikuti dengan jelas nama sukunya yaitu kabilah Thayy. Pada masa

Jahiliyah Hatim al-Thayy96 sangat dikenal oleh masyarakat Arab karena

kedermawanannya.

94 Kisah tentang Luqman al-Hakim serta nasihat-nasihatnya, lih. QS: Luqman,

ayat 12-19 95 Hatim al-Tha‟i 96 Nama lengkapnya adalah Hatim ibn Abdullah ibn Sa‟ad ibn al-Hasyraj al-Tha‟i

al-Qahthani. Selain menjadi seorang prajurit, ia juga penyair Jahiliyah yang terkenal. Ia menikah dengan salah seorang putrid dari kerajaan Gassan yang bernama Mawiyah binti

Page 70: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

70

Banyak kisah yang menceritakan kedermawanan Hatim, salah satu

contoh diceritakan bahwa pada suatu hari ia mengadakan jamuan makan.

Ia pun mengundang orang-orang yang ada di sekitarnya dan sekitar 200

orang memenuhi undangannya. Ketika jamuan usai dan tamu-tamu

bermaksud untuk pulang, Hatim memberikan 3 ekor unta untuk setiap

orang.97 Dan masih banyak lagi kisah tentang kedermawanan Hatim yang

terkadang di luar logika manusia biasa. Sifat inilah yang kemudian

menjadikan namanya sebagai perumpamaan bagi orang-orang yang

dermawan.

Berikut ini contoh syair karya Hatim a-Tha‟i yang menunjukkan

prinsip-prinsip kedermawanannya:

(Berbuatlah) kemuliaan, Tak kan kubiarkan seorang pengemispun di malam hari

Kuhitung dengan jari-jariku apa yang telah aku terima

Bait syair ini jelas menunjukkan konsep hidup yang mulia dan

penuh derma dari seorang manusia yang hidup pada masa Jahiliyah yang

bernama Hatim al-Tha‟i. .

c) Simbol manusia yang pandai bicara

Orasi atau dalam bahasa Arab di sebut dengan khutbah atau khitab

adalah salah satu tradisi yang biasa dilakukan oleh bangsa Arab. Tradisi

lisan yang kuat menuntut bangsa Arab untuk mampu berbicara secara

fasih dan menarik. Hal ini juga terkait dengan tradisi perang yang biasa

mereka lakukan dan menuntut mereka untuk mahir dalam berpidato.

Sehingga selain penyair, orator (ahli pidato) juga menempati posisi

Hujr. Ia meninggal di „Awarid sebuah gunung yang terletak di negeri Thayy dan dikubur di situ.

97 Ahmad Rasyad, Diwan Hatim al-Tha‘i, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1986), h. 5

98 Ahmad Rasyad, Diwan Hatim al-Tha‘i, h. 10

Page 71: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

71

penting dalam struktur sosial bangsa Arab. Kefasihan dan kepiawaian

seseorang dalam berpidato sangat dihargai, sehingga kemudian dijadikan

sebagai perumpamaan bagi orator lainnya yang juga memiliki

kemampuan yang serupa atau mungkin lebih baik.99

Di antara orang-orang yang yang dijadikan sebagai perumpamaan

dalam peribahasa Arab adalah Sabhan Wail dan Quss, sebagaimana

terdapat dalam peribahasa berikut ini:

Lebih cakap berpidato dari Sabhan Wa‘il

Lebih pandai bicara dari Sabhan

Lebih cakap (pandai bicara) dari si Quss

Peribahasa yang pertama diambil dari kata yang

berarti berpidato.100 Kata berarti sangat memiliki kemampuan yang

99 Dalam sebuah Ensiklopedi Islam disebutkan bahwa pada masa Pra-Islam

khatib (ahli berpidato) dianggap sebagai penyambung lidah sukunya dalam berbagai persoalan sosial termasuk perang yang sering terjadi pada mereka. Sebagai utusan, khatib bertugas mencari solusi untuk konflik-konflik yang terjadi. Ia juga bertugas member pencerahan pada kaumnya. Selain itu, tentu saja tugasnya adalah membangkitkan semangat perang melawan suku-suku lainnya, jika jalan damai tidak dapat ditempuh. Khatib dalam tradisi bangsa Arab umumnya berasal dari kalangan orang-orang yang berpengaruh dalam masyarakat atau cendekiawan yang menguasai sejarah bangsa Arab. Dewan Redaksi, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: PT Ickhtiar Baru van Hoeve, 1999), h. 45

100 Dalam al-Mu‘jam al-Mufashal disebutkan bahwa kata al-Khithabah berasal dari kata al-Khathbu yang artinya sesuatu yang jelas. Oleh karena i membantu kabilah-kabilah Arab Arab dalam menyampaikan pesan. Tradisi berorasi dalam masyarakat Arab muncul secara alamiah karena kebutuhan yang disebabkan oleh tradisi perang. Muhammad al-Tunji, al-Mu‟jam al-Mufashal fi al-Adab, (Beirut: Dar al-Kutub al-„Ilmiyyah, 1993M/1413 H), h. 405

Page 72: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

72

luar biasa di bidang orasi. Peribahasa yang kedua menggunakan kata

yang berasal dari kata yang artinya berbicara, sehingga kata

anthaq mengandung arti lebih/paling memiliki kemampuan di bidang

komunikasi. Peribahasa yang ketiga menggunakan kata yang berasal

dari kata yang berarti menyampaikan, sehingga kata ablagh

mengandung arti lebih atau paling mampu menyampaikan saat berbicara.

Pada intinya ketiga peribahasa tersebut terkait dengan kehebatan

seseorang dalam komunikasi.

Ada dua nama yang dijadikan sebagai simbol kecakapan berbicara

pada masyarakat Arab, yaitu Sabhan dan Quss. Sabhan berasal dari suku

Bahilah, sedangkan Quss namanya adalah Quss ibn Sa‟idah yang sangat

terkenal dengan kemampuannya berpidato dan bersyair. Quss menurut

sejarah adalah orang yang pertama kali menggunakan kata „amma ba‘du

yang sering kita dengar saat ini ketika seseorang berpidato.101 Quss juga

dikenal sebagai seorang ahli agama dan meyakini hari kebangkitan. Ia

juga mengajak manusia untuk meninggalkan berhala dan menunjukkan

jalan yang benar yaitu mengabdi pada sang pencipta.102

d) Simbol manusia yang suka menepati janji

Lebih tepat janjinya dari Samau‘al

Orang yang gemar berjanji namun gemar pula mengingkarinya

dalam peribahasa Arab diberi nama dengan si „Urqub sebagaimana

dibahas dalam peribahasa selanjutnya. Adapun orang yang senang

101 Muh. Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, (tp: al-Ma‟arif, 1982), h. 72 102 Dewan Redaksi, Ensiklopedi Islam, h. 45

Page 73: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

73

menepati janji dalam kondisi apapun oleh masyarakat Arab

diumpamakan dengan Samau‟al.

Dalam tradisi bangsa Arab, seseorang tidak mungkin dijadikan

sebagai bahan perumpamaan kecuali termasuk kategori manusia langka

di luar kebiasaan manusia pada umumnya. Hal ini juga tampak pada

kisah kegigihan Samau‟al dalam menepati janjinya. Diceritakan bahwa

pada suatu hari Umru al-Qais bin Hajar dari suku Kindi menitipkan

beberapa pakaian perang pada Samau‟al berhubung ia akan pergi ke

Roma. Ketika Umru al-Qais meninggal dunia, ada seorang raja dari Syam

yang berniat untuk merampas barang titipan tersebut dari Samau‟al. Pada

saat penyerbuan, anak Samau‟al ditawan oleh raja tersebut, dengan tujuan

agar Samau‟al mau menyerahkan barang yang ia inginkan, dan bila tidak

diserahkan anak tersebut akan disembelih. Samau‟al tetap pada

pendiriannya tidak mau menyerahkan barang titipan dari Umru al-Qais

padahal ia telah meninggal dunia. Akhirnya anaknyapun disembelih dan

samau‟al menyaksikannya dari tempat persembunyiannya. Akhirnya raja

itu kembali tanpa hasil, dan benda-benda titipannya ia berikan pada ahli

waris Umru al-Qais saat mereka datang memintanya. Demikian

pengorbanan Samau‟al dalam rangka menepati janjinya.103

Selain nama-nama yang telah disebutkan, masih ada nama-nama

lain yang terdapat dalam peribahasa Arab dan menjadi simbol kebaikan,

seperti Ahnaf104 sebagai simbol manusia penyabar dan santun, Zarqa al-

Yamamah105 sebagai simbol orang yang memiliki penglihatan tajam,

Ma‟an106 simbol manusia yang memiliki segalanya namun dermawan,

baik hati, sopan dan tidak sombong, Mu‟adah simbol manusia yang serba

103 Lewis Ma‟luf, al-Munjid fi al-Lughah wa al-A‘lam, h. 1013 104 Namanya adalah Ahnaf bin Qais dari suku Tamim. 105 Zarqa al-Yamamah adalah perempuan dari suku Jadis yang mampu melihat

suatu kejadian tiga hari sebelumnya. 106 Nama lengkapnya adalah Ma‟an ibn Zaidah ibn Abdullah dari suku Syaiban.

Page 74: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

74

berkecukupan, dan Zabba107 simbol pemimpin perempuan yang mulia

hatinya, teguh pendirian, dan memiliki cita-cita yang tinggi.108 Demikian

beberapa kisah tentang nama-nama orang yang dijadikan simbol kebaikan

dalam peribahasa Arab.

Bila kita cermati, sangat jelas bahwa nama-nama yang dijadikan

sebagai simbol watak dan sifat manusia yang baik tersebut diambil

berdasarkan kisah-kisah nyata yang terjadi pada masyarakat Arab saat itu,

dan sangat terkenal dalam tradisi lisan mereka. Terbukti nama-nama

tersebut bukan hanya sebatas cerita khayalan, namun benar-benar terjadi

dan ada riwayat yang mengatakannya. Amtsal dengan jenis seperti ini

sebagaimana disebutkan pada Bab III dinamakan dengan al-amtsâl al-

târikhiyyah. Yaitu peribahasa yang muncul berdasarkan hikayat yang

diriwayatkan, atau peribahasa yang mengandung sejarah pembesar atau

penguasa suatu kaum.109

2. Nama-nama yang mengandung simbol negatif

Setelah membahas nama-nama orang yang dijadikan sebagai

simbol kebaikan dalam peribahasa Arab, berikut ini nama-nama yang

menjadi simbol watak dan kepribadian manusia yang tidak baik dalam

pandangan masyarakat Arab. Dan berdasarkan hasil analisis, kami

menemukan bahwa nama-nama yang mengandung simbol-simbol sifat

negatif lebih banyak jika dibandingkan dengan sifat-sifat yang positif.

a) Simbol manusia Kikir

107 Zabba adalah salah seorang putrid dari suku Amluq yang pernah menjadi raja

Hirah dan gemar sekali berperang. Benteng-benteng Ablaq dan Marid yang terkenal dengan pertahanannya pernah ia taklukkan.

108 Peribahasa dan kisah lengkap yang melatarbelakangi masing-masing peribahasa lih. Lewis Ma‟luf, al-Munjid: Faraidh al-Adab fi al-Amtsal wa al-Aqwal al-Sairah ‗Inda al-‗Arab, h. 982, 973, 982, 1000

109 Mahmud Sayyid Syaqir, Alwan minal Amtsal al ‘Araby, Kairo: Dar al Fikr, h 98.

Page 75: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

75

Lebih kikir dari si Madir

Madir dalam peribahasa di atas adalah perumpamaan manusia

yang sangat kikir dan tidak disukai oleh masyarakat. Kekikiran Madir

tampak pada cerita yang ada di balik peribahasa ini. Sebuah kisah nyata

yang terjadi pada masa Jahiliyah. Diceritakan bahwa Madir berasal dari

suku Hilal. Ia terkenal sangat kikir. Suatu ketika ia menemukan sebuah

mata air, lalu diminumkannya seluruh unta yang dimilikinya dengan air

tersebut, hingga air yang tersisa tinggal sedikit. Agar air sisa tersebut

tidak bisa digunakan lagi oleh orang lain, ia kemudian buang air besar di

dalamnya dan mencampurnya dengan lumpur.

Berdasarkan peristiwa tersebut, nama Madir kemudian menjadi

kiasan bagi manusia kikir yang seharusnya dihindari manusia, sehingga

tidak dibenci oleh manusia lainnya.

b) Simbol manusia kejam

Lebih kejam dari Dausar

Dausar adalah panglima perang pada masa Jahiliyah. Ia merupakan

pembantu utama raja Nu‟man bin Munzhir. Dausar adalah manusia yang

gemar menyembelih dan menyiksa tawanan dengan cara yang sangat keji,

di luar batas kemanusiaan. Bahkan di saat korbannya sekarat, ia tertawa

gembira melihat pemandangan di hadapannya.

Kisah ini oleh masyarakat Arab kemudian dijadikan sebagai

perumpamaan bagi seseorang atau sekelompok orang yang luar biasa

kejam. Dan Dausar menjadi misal dari manusia yang berwatak kejam pada

manusia lainnya.

c) Simbol manusia ingkar janji

Page 76: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

76

Janji-janji si Urkub

Lebih menyalahi janji dari si Urqub

Dalam Kamus al-Munjid, kata „Urqûb disebutkan sebanyak dua kali

dengan konteks yang sama yaitu terkait dengan janji. Kata mawa‘id

merupakan jamak dari kata mau‘id yang artinya janji. Adapun kata akhlaf

merupakan isim tafdhil110 dari kata khâlif yang artinya menyalahi janji.

Kata „Urqûb sendiri diambil dari nama seseorang yang gemar berjanji

namun tidak suka menepatinya. „Urqûb sendiri berasal dari suku Amluq.

Pada suatu hari, ia didatangi oleh saudaranya untuk meminta sesuatu.

„Urqûb kemudian berjanji akan memberikan apa yang diminta saudaranya

itu pada saat kurmanya telah berbunga. Pada saat kurmanya berbunga

dan saudaranya dating untuk menagih janji, ia kemudian menyuruhnya

untuk kemabli lagi pada saat kurmanya ke luar putik. Demikian

seterusnya, ia menyuruh saat kurmanya berbuah, lalu setengah matang,

hingga masak. Ketika waktu panen tiba, ia dengan cepat memetiknya di

malam hari, sehingga tidak sebutirpun yang ia berikan pada saudaranya.

Di kala saudaranya menagih janji, iapun menjanjikannya di musim panen

yang akan datang. Demikian seterusnya.

„Urqûb bagi masyarakat Arab menjadi perumpamaan bagi manusia

yang suka menabur janji namun tidak pernah menepatinya, atau kita

menyebutnya dengan janji-janji palsu. Manusia dengan watak seperti

„Urqûb jelas sangat tidak disukai masyarakat di belahan dunia manapun.

d) Simbol manusia bodoh

110 Kata benda yang menunjukkan makna paling atau dalam bahasa inggris

dikenal dengan istilah superlatif degree. Namun ketika digabung dengan kata min, kata benda tersebut mengandung arti komparatif degree atau lebih dari..kata Ahmad akbar min Musa mengandung arti Ahmad lebih besar dari Musa. Sedangkan Ahmad akbar al-thulab fi al-Fashl, diartikan dengan Ahmad murid paling besar di kelas.

Page 77: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

77

Lebih dungu dari si Dughah

Lebih dungu dari Syaranbats

Lebih dungu dari si ‗Ijil

Lebih dungu dari si Habnaqah

Kata ahmaq dalam bahasa Arab diartikan dengan kebodohan yang

sangat, dungu, atau pandir.111 Dalam peribahasa di atas, ada empat nama

yang dijadikan simbol kebodohan manusia yang sangat parah. Masing-

masing nama memiliki kisah tersendiri. Dalam kisah Dughah diceritakan

bahwa ia adalah seorang ibu yang memiliki anak bayi. Suatu ketika ia

mendapati anaknya selalu gelisah, sulit tidur, dan selalu menangis. Ketika

diperiksa, ia tidak menemukan sesuatu yang aneh pada tubuhnya, namun

ia melihat ubun-ubun anak tersebut bergerak-gerak kembang kempis.

Tanpa ragu ia menyuruh madunya untuk mengambil pisau dan

membedah otak anaknya, lalu mengeluarkannya dari ubun-ubun.

Madunya kemudian bertanya, apa yang dilakukannya. Ia kemudian

menjawab, bahwa itulah yang selalu mengganggu anaknya. Ada kotoran

di kepalanya, dan setelah dikeluarkan anaknya tidur dengan lelap. Iapun

berhasil menidurkan anaknya untuk selama-lamanya.112

111 S. Askar, Kamus Arab Indonesia al-Azhar, (Jakarta: Senayan Publishing, 2011), h.

120 112 Kisah ini diawali dengan qila atau cerita yang bersumber dari katanya, dan

tidak dapat diyakini kebenarannya.

Page 78: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

78

Simbol manusia bodoh berikutnya bernama Syaranbats. Menurut

cerita, Syaranbats adalah seorang laki-laki yang menyembunyikan

hartanya di suatu gurun. Untuk mengingat letak harta tersebut, ia

menjadikan bayangan pohon yang ada di dekat harta tersebut sebagai

patokan. Suatu ketika ia ingin mengambil hartanya tersebut, namun nahas

bayangan pohon yang ia maksud sudah berubah arah akibat perubahan

arah sinar matahari. Iapun akhirnya kehilangan hartanya untuk selama-

lamanya, karena tidak dapat menemukan letak persembunyian harta

tersebut.

Adapun „Ijil ia adalah seorang laki-laki dari suku Wa‟il. Suatu hari

ia membeli seekor kuda. Pada saat kawannya bertanya mengenai siapa

nama kuda tersebut, ia kebingungan dan dengan serta merta menusuk

mata si kuda hingga buta. Lalu ia menjawab, bahwa ia menamakan kuda

tersebut si A‟war yang artinya Si Buta sebelah.

Nama lain yang juga dijadikan sebagai kiasan perbuatan bodoh

adalah Habnaqah. Ia seorang laki-laki dari suku Qais ibn Tsa‟labah. Suatu

hari kawannya mendapatinya sedang menggembala ternak. Adapun

ternak yang gemuk ia letakan pada padang rumput yang subur,

sedangkan yang kurus ia letakan di tempat yang juga sedikit rumputnya.

Ketika ia ditanya mengapa melakukan hal tersebut, Abnaqah menjawab

bahwa ia tidak ingin merubah sesuatu yang sudah Tuhan takdirkan.

Ternak yang sudah ditakdirkan Tuhan gemuk, tidak boleh dirusak

menjadi kurus, demikian pula sebaliknya.

Kisah Dughah dan Syaranbats pada dasarnya tidak bisa dipastikan

kebenarannya, hal ini terlihat dari kata-kata yang mengawali cerita

tersebut yang tidak menyebutkan identitas sang tokoh dengan jelas,

seperti pada kisah-kisah lainnya. Sedangkan kisah „Ijil dan Habnaqah

disandarkan pada riwayat yang agak jelas. Hal ini tampak pada

Page 79: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

79

penisbatan keturunan dari tokoh dalam peribahasa pada suku tertentu,

meski juga tidak bisa diyakini kebenarannya secara mutlak.

Dari keempat kisah perbuatan bodoh di atas, tampaknya kisah

Dughah termasuk pada perumpamaan manusia yang paling dungu,

disusul oleh kisah „Ijil, Syaranbats dan Habnaqah. Kebodohan Syaranbats

dan Habnaqah masih bisa dimakumi. „Ijil adalah manusia bodoh yang

tidak bisa memahami gejala alam, sedangkan Habnaqah adalah manusia

bodoh yang tidak mampu memahami arti sebuah keyakinan (ajaran

agama). Berdasarkan cerita-cerita yang melatarbelakangi munculnya

peribahasa tersebut, maka peribahasa di atas bisa dikategorikan ke dalam

dua jenis, yaitu amtsâl târikhiyyah dan amtsâl khurâfiyyah. Amtsâl khurâfiyyah

yaitu peribahasa yang bersumber dari cerita-cerita bohong, dongeng, dan

takhyul atau bisa juga sesuatu yang tidak masuk akal.113

Apapun itu, nama-nama di atas pada hakikatnya adalah kiasan dari

manusia-manusia bodoh yang tidak mampu memberdayakan akal fikiran

yang sudah dianugerahkan Tuhan kepadanya. Sebuah kebodohan di luar

batas kebodohan manusia pada umumnya. Maka ketika ditemukan

seseorang yang melakukan suatu perbuatan bodoh di luar nalar mereka

diumpamakan dengan keempat manusia tersebut.

e) Simbol Manusia Sial

Ada banyak kisah yang diabadikan dalam peribahasa Arab sebagai

simbol kesialan manusia dalam hidupnya. Bentuk kesialannya sangat

beragam. Simbol manusia sial yang pertama adalah Sinimmar yang

terkenal dalam peribahasa:

Balasan untuk Sinimmar

113 Lih. Arti Khurafat dalam Ensiklopedi Islam, h. 58

Page 80: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

80

Pernahkah anda membaca kisah dari negeri Arab tentang

Sinimmar? Sinimmar adalah seorang arsitek bangunan dari bangsa

Romawi. Suatu ketika ia diminta Raja Nu‟man bin Umru al‟Qais untuk

mendirikan istananya. Permintaan raja tersebut dilaksanakan oleh

Sinimmar dan jadilah sebuah istana megah yang kemudian dinamakan

dengan Khawarnaq. Istana tersebut terletak di Kufah. Namun demikian,

raja Nu‟man membalas kebaikan Sinimmar ini dengan balasan yang

sangat keji. Sinimmar dilemparkan dari atas istana hingga mati, dengan

tujuan agar ia tidak bisa membangun lagi istana yang lebih megah dari

yang ia miliki. Sinimmar adalah manusia yang sial, sudah berusaha

dengan sebaik-baiknya, bukannya mendapat pahala, malah mendapat

siksa. Dalam peribahasa Indonesia, kejadian seperti ini dikenal dengan

“air susu dibalas dengan air tuba”, yaitu kebaikan dibalas dengan kejahatan.

Kisah manusia sial selanjutnya terabadikan dalam peribahasa

berikut ini:

Surat Mutalamis

Sebagaimana peribahasa jaza‘ Sinimmar atau balasan Sinimmar

yang singkat namun memiliki kisah yang panjang di baliknya, Surat

Mutalamispun tidak jauh berbeda.114 Peribahasa ini merupakan kiasan

bagi seseorang yang tanpa ia sadari melakukan sesuatu yang

menyebabkan kematiannya sendiri. Surat Mutalammis adalah kisah

tentang dua orang manusia sial, yaitu Mutalammis dan keponakannya

yang membawa surat untuk di antarkan, padahal surat tersebut

merupakan perintah untuk membunuh keduanya.115 Oleh karena itu,

114 Berdasarkan riwayat nama lengkap Mutalammis adalah Jurer ibn „Abdil‟uzaa

al-Dhubu‟i. Paman-pamannya berasal dari Bani Yasykur. Ia seorang penyair Jahiliyyah yang sangat terkenal. Muhammad al-Tunji, al-Mu‟jam al-Mufashal fi al-Adab, h. 480

115 Kisah lengkap lih. Muh. Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h. 370-372

Page 81: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

81

kami mengkategorikan nama Mutalammis seperti halnya Sinimmar ke

dalam simbol manusia-manusia yang sial.

Selain Sinimmar dan Mutalammis, masih banyak nama-nama

lainnya yang juga menjadi kiasan dari kesialan nasib seseorang, seperti

peribahasa-peribahasa di bawah ini

Lebih celaka dari Basus116

Lebih celaka dari Roti Hawla117

Basus dan Hawla dalam peribahasa di atas adalah dua orang

perempuan yang menyebabkan terjadinya peperangan yang

berkepanjangan pada masa Jahiliyah.

Dari peribahasa-peribahasa di atas dapat disimpulkan bahwa

Sinimmar adalah simbol dari manusia yang sial akibat manusia lain yang

tidak tahu balas budi. Peristiwa yang terjadi pada Sinnimar sepadan

dengan peribahasa Indonesia air susu dibalas dengan air tuba. Adapun

Mutalammis adalah kiasan bagi manusia yang sial akibat kebodohannya

sendiri, yaitu tidak bisa membaca. Sedangkan Basus dan Hawla adalah

simbol kecelakaan akibat hal yang sepele yaitu mudah tersinggung, juga

kegemaran bangsa Arab dengan perang. Selain nama-nama tersebut,

masih banyak lagi nama-nama lain yang dijadikan sebagai simbol kesialan

dalam peribahasa Arab dengan konteks yang berbeda-beda. Kisah-kisah

di atas termasuk pada kategori amtsâl târikhiyyah, karena bersumber dari

116 Basus adalah seorang gadis putrid dari Munqizh dari suku tamimi. Ia adalah

penyebab perang yang terjadi antara kabilah Bakry dan Taghlabi yang berlangsung selama 40 tahun pada masa jahiliyah. Kisah lengkap lih. Lewis Ma‟luf, al-Munjid: Faraidh al-Adab fi al-Amtsal wa al-Aqwal al-Sairah ‗Inda al-‗Arab, h. 993

117 Kisah hawla hampir mirip dengan Basus, Ia adalah penyebab peperangan akibat hal sepele yaitu roti. Al-Munjid, h. 993

Page 82: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

82

sejarah yang diriwayatkan dengan jelas serta tidak mengandung unsur-

unsur khurafat.

f) Simbol penyesalan

Dalam peribahasa Indonesia, ungkapan nasi telah menjadi bubur

sepertinya sudah familier. Sebuah peribahasa yang mengkiaskan

penyesalan yang tiada guna. Dalam peribahasa Arab, kisah-kisah

penyesalan ini dikiaskan pada peristiwa yang terjadi pada seseorang yang

menyesal namun tiada guna, seperti terdapat dalam peribahasa-

peribahasa berikut ini:

Lebih menyesal daripada Kusa‘i

Lebih menyesal dari Si Hunain

Pulang dengan sepasang sepatu Hunain

Dari balik ketiga peribahasa tersebut, terdapat kisah manusia-

manusia yang menyesali perbuatan yang seharusnya tidak terjadi, yaitu

Kusa‟i118 dan Hunain. Nama Hunain bahkan diabadikan dalam dua

peribahasa. Hunain adalah seorang tukang sepatu. Pada suatu hari

seorang Arab Badawi datang untuk memesan sepatu. Pada waktu yang

telah disepakati, ia datang kembali untuk mengambil pesanannya

tersebut. Sayang, terjadi perselisihan antara keduanya, sehingga orang

tersebut batal membeli sepatu dari Hunain. Hunainpun dendam dan

berniat untuk menipu-daya orang tersebut. Ia membawa sepatu tersebut

ke jalan yang pasti akan dilalui oleh orang tersebut dan meletakannya

118 Kisah penyesalan Kusa‟i lih. Lewis Ma‟luf, Lewis Ma‟luf, al-Munjid: Faraidh al-Adab fi al-Amtsal wa al-Aqwal al-Sairah ‗Inda al-‗Arab, h.

Page 83: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

83

secara terpisah. Ketika orang tersebut lewat, ia menemukan sepatu yang

diletakkan Hunain. Dalam hatinya ia ingin memiliki sepatu tersebut,

namun sayang hanya sebelah, sehingga iapun urung untuk

mengambilnya. Iapun melanjutkan perjalanannya, dan tidak lama

kemudian menemukan sepatu yang satunya. Iapun berfikir untuk kembali

mengambil sepatu yang sebelahnya. Untuk itu ia menambatkan unta dan

barang-barang bawaannya di pohon untuk mengambil sepatu

pasangannya. Hunain dengan cepat mengambil unta dan barang bawaan

orang tersebut lalu membawanya pulang. Sedangkan orang Arab itu

kembali ke rumahnya dengan sepasang sepatu Hunain.

Kisah Hunain dan sepatunya ini kemudian dijadikan sebagai

perumpamaan bagi orang yang gagal dalam suatu hal akibat lalai dalam

berbuat, meskipun yang gagal dalam kisah ini sebenarnya adalah tokoh

lain dalam kisah Hunain.

g) Simbol ketamakan

Lebih Tamak dari Asy‘ab

Lebih tamak dari Thufail

Ada dua nama dalam dua peribahasa yang menggambarkan

tentang sifat tamak manusia yang kemudian djadikan sebagai

perumpamaan dalam peribahasa yaitu Asy‟ab dan Thufail. Asy‟ab adalah

seorang penduduk Madinah yang sangat terkenal dengan ketamakannya.

Adapun Thufail mengandung arti anak kecil. Dalam peribahasa ini

Thufail diartikan sebagai anak yang selalu menuntut lebih dari orang

Page 84: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

84

tuanya. Dalam riwayat lain disebutkan bahwa ia seorang Arab yang

berasal dari Kufah dan terkenal dengan ketamakannya.119

Selain nama-nama di atas, masih banyak nama-nama lain yang

dijadikan sebagai sebuah perumpamaan dalam peribahasa Arab, seperti

Haumal sebagai simbol manusia melarat120, Fujasy sebagai simbol orang

yang sangat marah121, Khurafah simbol manusia yang senang berkhayal

dan mengada-ada bahkan lebih dekat pada orang yang senang kepada

takhyul122, Baqil sebagai simbol orang yang pelit dalam berbicara123, dan

lain sebagainya.

Ada satu nama yang selain menjadi simbol kebaikan ia juga

digunakan oleh Bangsa Arab sebagai simbol keburukan, yaitu Luqman

namun tanpa al-Hakim, dalam peribahasa:

Lukman bersendawa bukan karena kenyang

Peribahasa ini sebagai perumpamaan bagi orang yang gemar

bergaya layaknya orang kaya padahal miskin, atau mengaku-ngaku kuat

padahal lemah, sok pintar padahal bodoh, dan lainnya. Di antara

peribahasa Indonesia yang memiliki makna yang serupa adalah ―Air

beriak tanda tak dalam” dan “Seperti padi hampa, kepalanya mencongak”.

Ada beberapa kesimpulan yang bisa diambil dari tradisi peribahasa

Arab dengan menggunakan nama orang sebagai kiasan, yaitu:

Pertama, peribahasa yang menggunakan nama orang sebagai

kiasan, biasanya diambil dari kisah-kisah nyata yang pernah terjadi yang

kemudian dijadikan sebagai bahan pelajaran atau yang disebut dengan al-

119 Lewis Ma‟luf, al-Munjid: Faraidh al-Adab fi al-Amtsal wa al-Aqwal al-Sairah ‗Inda

al-‗Arab, h 120 (Lebih lapar dari anjing si Haumal) 121 (Si Fujasy panas periuknya) (cerita si Khurafah (Seperti)) حديث خرافة 122123 (Lebih singkat bicara dari Baqil)

Page 85: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

85

amtsâl al-târikhiyyah. Bila tidak jelas nama orang yang menjadi asal-usul

peribahasa tersebut, biasanya menggunakan kata fulan, seperti:

Si Fulan memotong-motong tongkat kaumnya

Peribahasa ini sebagai perumpamaan bagi orang yang suka

memecah belah kaumnya sendiri, ibarat tongkat yang dipotong-potong.

Tongkat bila sudah terpotong-potong maka tidak lagi disebut dengan

tongkat, demikian juga halnya dengan kelompok atau bangsa.124

Kedua, nama-nama yang diabadikan dalam peribahasa diharapkan

dapat dijadikan sebagai contoh jika itu baik, atau ditinggalkan jika

menurut sudut pandang masyarakat buruk.

Ketiga, peribahasa dengan menggunakan nama orang sebagai

simbol menunjukkan tradisi sastra lisan yang kuat karena harus

berdasarkan pada riwayat. Tradisi hafalan dan periwayatan menjadi ciri

khas dari peribahasa Arab yang menggunakan simbol manusia sebagai

kiasan.

Keempat, nama-nama orang yang dijadikan sebagai bahan

perumpamaan dalam peribahasa Arab memiliki watak atau kepribadian

yang lebih dari manusia pada umumnya, baik watak yang baik maupun

yang buruk, sehingga kisah-kisah yang melatarbelakangi munculnya

peribahasa dengan manusia sebagai simbol tampak bersifat hiperbol

(mubâlaghah).

Berdasarkan hasil pengamatan penulis terhadap tradisi peribahasa

Indonesia, tidak didapati nama orang yang dijadikan sebagai simbol

dalam peribahasa Indonesia. Namun demikian ada beberapa peribahasa

yang menggunakan kata manusia dan orang secara umum, tanpa nama

tertentu, seperti:

124 Lewis Ma‟luf, al-Munjid fi al-Lughah wa al-A‘lam, h. 994

Page 86: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

86

Bagai orang kena miang

Membubuhkan arang dimuka orang

Yang pertama sebagai perumpamaan bagi orang yang sangat

gelisah karena mendapat malu ditengah orang banyak, sedangkan yang

kedua berarti membongkar aib nama seseorang di depan orang lain.

b. Hewan

Hewan dan manusia ibarat dua sisi kehidupan yang tidak bisa

dipisahkan. Tuhan telah menciptakan berbagai hewan dengan

karakteristik yang disesuaikan dengan unsur lingkungan yang

meliputinya, sehingga mampu bertahan hidup dan memberi manfaat

pada manusia. Ketika berbicara tentang hewan yang hidup di gurun pasir,

bisa jadi yang pertama terlintas dalam benak kita adalah unta. Mungkin

juga sebagian orang tidak tahu berapa banyak dan apa saja hewan yang

bisa hidup di gurun pasir dan dikenal oleh masyarakat Arab.

Dalam peribahasa Arab ternyata bukan hanya manusia yang

banyak digunakan sebagai simbol perumpamaan. Hewan terbukti banyak

digunakan sebagai kiasan dari sifat-sifat manusia, baik positif maupun

negatif. Amtsal jenis ini disebut dengan amtsâl fardhiyyah125, yaitu

peribahasa yang dinisbatkan pada binatang, tumbuhan, atau benda. 126

Ada beberapa binatang yang banyak digunakan sebagai kiasan dalam

peribahasa Arab, di antaranya adalah unta, anjing, kuda, burung dengan

segala macamnya, dan singa atau yang sejenis.127 Hewan-hewan lain yang

juga disebutkan namun tidak dominan di antaranya: kambing, keledai,

rusa, ular, musang, biawak, semut, lalat, musang dan ayam.128 Sedangkan

125 Kata fardhiyyah dalam kamus al-Munawwir diartikan berdasarkan dugaan

perkiraan 126 Ahmad al-Iskandari dan Mushtafa „Inani, al-Wasith fi al-Adab al-Arabi wa

Tarikhihi, h. 18-19 127 Binatang-binatang tersebut disebutkan dalam peribahasa Arab sekitar 10-20

kali 128 Binatang-binatang tersebut disebutkan dalam peribahasa Arab sekitar 3-4 kali

Page 87: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

87

binatang lainnya seperti kalajengking, belalang, babi, katak, bunglon,

laba-laba, kutu unta, ulat, rayap, ikan, tikus, kunang-kunang, hawi, dan

monyet rata-rata disebutkan 1-2 kali. Kelompok binatang yang terakhir

sepertinya kurang begitu dikenal oleh bangsa Arab yang hidup di padang

pasir atau tidak begitu akrab dengan kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan hal tersebut, ada lima jenis binatang yang kerap

berinteraksi dengan bangsa Arab sejak dahulu atau juga karena dianggap

sebagai simbol kegagahan, yaitu unta, anjing, kuda, burung, dan singa.

Banyaknya keempat binatang tersebut dalam peribahasa Arab tentu saja

bukan tanpa alasan. Untuk itu, dalam kajian ini akan dibahas secara

khusus kelima binatang tersebut.

1. Unta129

130

Dari segi jumlah, unta dalam peribahasa Arab sebenarnya

menempati posisi kedua setelah burung. Namun demikian, burung yang

disebutkan berasal dari berbagai spesies, sehingga unta tetap

mendominasi kategori binatang yang terabadikan dalam peribahasa Arab.

Terhitung lebih dari 16 kata unta yang terdata dalam peribahasa Arab.

129

Dalam Kamus Biologi disebutkan bahwa unta adalah sejenis jerapah berleher pendek, berpunuk satu atau dua, pemakan segala jenis tumbuhan. Hewan ini adalah tunggangan dan pembawa beban yang tangguh di daerah gurun. Wildan Yatim, Kamus Biologi, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2007), h. 876

130 Sumber gambar: devilzofponari.blogspot.com

Page 88: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

88

Unta dalam bahasa Arab memiliki beberapa nama, hal ini tampak

pada peribahasa yang menggunakan unta sebagai kiasan, seperti:

Untaku tidak kujual dan tidak pula dihibahkan

Peribahasa ini diucapkan kepada seseorang yang zalim yang

hendak merampas sesuatu yang menjadi milik kita, sedangkan ia sama

sekali tidak hak atasnya. Ucapan ini sebagai penegas bahwa kita sekali-

kali tidak akan memberikan sedikitpun dari hak itu kepadanya.

Bagaikan penggiring tanpa unta

Peribahasa ini merupakan perumpamaan orang yang suka

menyombongkan sesuatu yang tidak ia miliki, atau orang yang suka

membual dengan kepandaiannya, padahal tidak mengerti atau tidak

mengetahuinya. Ada peribahasa Indonesia yang mirip dengan peribahasa

ini, seperti “Air beriak tanda tak dalam‖, Tong kosong nyaring bunyinya, atau

dalam bahasa kiasan “mulut besar”.

Pergilah, sebagaimana Ummu Qasy‘am meletakkan bebannya

Ummu Qasy‟am adalah nama seekor unta yang karena dibiarkan

oleh pemiliknya, ia letakkan beban yang dibawanya di atas api.

Peribahasa ini merupakan kiasan bagi seseorang yang tidak mau

mengikuti nasihat, lalu kemudian dibiarkan berbuat kerusuhan dan

kerusakan sesuka hatinya.

131 Lewis Ma‟luf, al-Munjid fi al-Lughah wa al-A‘lâm, h. 970 132 Lewis Ma‟luf, al-Munjid fi al-Lughah wa al-A‘lâm, h. 980 133 Lewis Ma‟luf, al-Munjid fi al-Lughah wa al-A‘lâm, h. 987

Page 89: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

89

Lebih banyak minumnya dari unta haus

Peribahasa ini sebagai kiasan bagi seseorang yang banyak

minumnya. Sebuah ungkapan hiperbola yang umum digunakan dalam

peribahasa Arab. Bagaimana tidak, menurut data di salah satu situs

website, dalam waktu sekitar 10 menit, unta mampu meminum air hingga

130 liter, jumlah yang kurang lebih setara dengan sepertiga berat

tubuhnya. Di samping itu, unta memiliki struktur berlendir dalam

hidungnya dengan ukuran 100 kali lebih besar dari yang ada pada

manusia. Hal ini memungkinkan unta mendapatkan 66% uap air yang

terkandung dalam udara.135 Jadi kalau ada peribahasa yang mengatakan

“lebih banyak minumnya dari unta haus‖, maka hal tersebut lebih bersifat

mubâlaghah (hiperbola).

Sampai unta masuk liang jarum

Peribahasa ini sebagai kiasan bahwa sesuatu itu tidak mungkin

dapat diperoleh. Di dalam peribahasa Indonesia, ada beberapa kiasan

yang mengandung makna yang sama, di antaranya ―Seperti pungguk137

merindukan bulan‖, ―Menantikan ara138 tak bergetah‖ atau kita juga mungkin

pernah mendengar peribahasa “sampai lebaran monyet‖.139

134 Lewis Ma‟luf, al-Munjid fi al-Lughah wa al-A‘lâm, h. 994 135 http://forum.indowebster.com 136 Muh. Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h. 365 137 Pungguk adalah sejenis burung elang malam (burung hantu) yg suka

memandang bulan. Peribahasa di atas mengandung arti seseorang yang merindukan kekasih, tapi cintanya tidak mungkin berbalas. Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), h. 907

138 Pohon jenis fikus yg getahnya banyak, banyak macamnya, ada yg berupa pohon, tumbuhan perdu, tumbuhan memanjat, dan yang sepertinya. Dalam kiasan lain misalnya: “utang kayu ara” hal itu berarti utang yang tidak akan pernah dibayar. Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 62

139 Selain peribahasa tersebut, ada beberapa amtsal lain yang juga mengandung arti yang sama yaitu sesuatu yang tidak mungkin terjadi, di antara peribahasa tersebut adalah:

Page 90: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

90

Anak unta itu tidak lepas dari belas kasih induknya

Perumpamaan ini diucapkan pada seseorang yang selalu mencela

dan mengumpat keburukan orang tuanya sendiri. Peribahasa ini

diucapkan dengan tujuan si anak menyadari akan kekhilafannya. Dengan

itu ia ingat akan kasih sayang orang tuanya semasa masih kecil.

Dalam peribahasa Indonesia ada ungkapan yang serupa dengan

peribahasa tersebut yaitu “Kasih anak sepanjang galah, kasih ibu sepanjang

jalan‖. Artinya bahwa kasih sayang ibu itu tidak terbatas, sedangkan anak

biasanya mudah melupakan orang tua.

Dalam hal ini, tidak unta betina, tidak juga unta jantan

Peribahasa tersebut sebagai kiasan bagi seseorang yang mencuci

tangan yakni tidak ingin turut campur dalam suatu perkara. Peribahasa

ini mirip dengan istilah “lepas tangan‖ dalam peribahasa Indonesia.

Dari rangkaian peribahasa di atas ada beberapa nama yang

digunakan untuk unta, yaitu: ibil, bang‘îr,Ummu Qasy‘am, hîm, jamal, huwâr,

dan nâqah. Bang‘îr adalah jenis unta, baik betina atau jantan yang baru

tumbuh giginya. Ummu Qasy‘am adalah nama yang diberikan seseorang

untuk unta. Oleh karena itu, Ummu Qasy‘am tidak termasuk pada jenis

unta tapi nama unta yang terkenal karena suatu peristiwa tertentu seperti

dijelaskan sebelumnya.

Sedangkan kata al-hîm di dalam kamus tidak digunakan secara

khusus untuk unta, namun di antara artinya adalah seseorang atau seekor

Hal itu tidak mungkin terjadi, sampai burung gagak beruban

Sampai tikus bertelur

Page 91: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

91

binatang yang mengalami rasa haus yang hebat, dan obat untuk

mengatasi rasa haus unta. Unta sebagaimana diketahui oleh mereka

merupakan makhluk hidup yang paling banyak meminum air.

Berdasarkan data yang diperoleh dari salah satu website, unta dapat

mengkonsumsi sekitar 130 liter air dalam waktu 10 menit.140 Mungkin

berdasarkan hal itu pula, kata al-hîm diartikan sebagai unta yang haus.

Huwâr adalah istilah untuk anak unta, sedangkan jamal

sebagaimana terdapat dalam peribahasa sebelumnya merupakan unta

jantan, dan nâqah adalah unta betina. Dengan demikian, ibil adalah satu-

satunya unta yang lepas dari makna tambahan, sehingga ia bisa dimaknai

sebagai unta jantan ataupun betina.

Lalu mengapa bangsa Arab gemar menjadikan unta sebagai suatu

kiasan? Jawabannya tentu saja karena hewan tersebut adalah satu-satunya

hewan yang multifungsi yang bisa hidup di gurun pasir.141 Selain sebagai

alat transportasi yang tangguh, unta juga bisa dijadikan sebagai mata

pencaharian melalui peternakan. Dari ternak itu mereka makan daging,

140 frezyprimaardi.wordpress.com 141 Beberapa keistimewaan dan keunikan unta:

1. Unta telah „didisain‟ secara khusus untuk kondisi padang pasir. 2. Kakinya memiliki dua jari yang saling terkait dengan bantalan yang

fleksible. Struktur yang terbuat dari bulatan tebal ini memungkinkan kakinya untuk bertahan dengan kuat pada tanah

3. Unta memiliki punuk sebagai persediaan makanan, ponok unta banyak berisi lemak dan menyediakan zat makanan secara periodic.

4. Unta dapat hidup selama 3 minggu tanpa air, sementara ia kehilangan 33% berat tubuhnya

5. Bulu unta ini terdiri dari rambut tebal dan bulu kempa yang tidak hanya melindungi tubuhnya dari panas,namun juga menghindari kehilangan air tubuhnya.

6. Bulu mata unta berbentuk dua sisir terpisah yang saling melekat.Dengan bentuk spesial semacam ini, meskipun sebutir pasir kecil tidak akan dapat masuk ke dalam mata unta.

7. Unta dapat mengkonsumsi sekiar 130 liter air dalam waktu 10 menit 8. Unta memiliki bibir yang sangat kuat seperti karet yang menjadikannya

mudah untuk memakan duri. frezyprimaardi.wordpress.com

Page 92: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

92

minum susu, membuat baju, dan membuat tempat berlindung dari kulit

dan tulang142

Peribahasa-peribahasa di atas membuktikan bahwa unta begitu

dekat dan sangat berharga dalam kehidupan bangsa Arab. Kehidupan

bangsa Arab yang lekat dengan unta dan pengamatan mereka terhadap

tingkah polah dan perilaku unta yang dianggap mirip dengan sikap atau

tingkah laku manusia, menjadikan bangsa Arab kaya dengan peribahasa

bertemakan unta.

2. Anjing

Secara kuantitas, kata anjing yang ada di dalam amtsâl menempati

posisi kedua setelah unta, lalu mengapa kata anjing banyak diabadikan

dalam amtsâl oleh bangsa Arab?

Salah satu budaya yang biasa dilakukan oleh bangsa Arab zaman

dahulu adalah berburu, baik dalam rangka mencari makan atau untuk

kesenangan semata seperti yang biasa dilakukan oleh para raja. Tradisi

berburu ini sebagai akibat dari kehidupan masyarakat Arab yang sangat

tergantung pada alam dan binatang peliharaan. Maka ketika bahan

makanan yang dihasilkan oleh binatang peliharaannya telah habis,

mereka berburu binatang lainnya seperti biawak, musang, landak dan

hewan gurun liar lainnya.143 Di saat berburu, teman yang paling baik dan

bisa diandalkan biasanya adalah anjing. Bergumulnya kehidupan bangsa

Arab dengan anjing, menyebabkan mereka memahami betul watak dan

karakter anjing yang biasa hidup bersama mereka.

Ada dua jenis anjing yang disebutkan dalam peribahasa Arab,

yaitu al-kalb ( ) jamaknya al-kilâb ( ) dan al-dzi‘b ( ) jamaknya

142 Tim Penyusun, Ensiklopedi Tematis Dunia Islam: Akar dan Awal, ((Jakarta: PT

Ichtiar Baru Van Hoeve, 2002), h. 19 143

Tim Penyusun, Ensiklopedi Tematis Dunia Islam: Akar dan Awal, h. 20

Page 93: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

93

al-dzi‘âb ( ). Al-kalb yaitu anjing yang biasa hidup dengan manusia

dan bersifat jinak, sedangkan al-dzi‘b adalah anjing hutan atau terkadang

disebut juga dengan serigala.

Dalam peribahasa Arab, kata anjing ataupun serigala digunakan

untuk berbagai perumpamaan, baik positif maupun negatif, namun juga

digunakan sebagai kiasan dalam kehidupan sosial, politik, maupun

tradisi. Sifat anjing yang dijadikan sebagai kiasan positif bagi manusia

tampak dalam peribahasa berikut ini:

Lebih jinak daripada anjing

Peribahasa tersebut untuk menyatakan sesuatu yang sangat jinak

atau patuh, sebagai binatang peliharaan, hanya anjinglah yang dipercayai

oleh tuannya untuk diajaknya pergi kemana-mana, hingga rela

meninggalkan tanah kelahirannya. Peribahasa tersebut sebagai

perumpamaan bagi orang yang sangat setia pada atasannya. Peribahasa

lainnya:

Lebih terima kasih daripada anjing .

Peribahasa di atas adalah perumpamaan bagi orang yang tahu

berterima kasih dan pandai bersyukur. Hal ini bisa dilihat dari sifat anjing

yang bisa dipercaya, tidak suka berbuat onar atau menjengkelkan,

membela tuannya ketika mendapat serangan dari luar, berterima kasih

dengan sedikit pemberian, menjaga rumah tempat beristirahat, ladang

tempat mencari rizki dan lainnya.

144 Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h.29 145 Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h.356

Page 94: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

94

Selain menjadi kiasan positif, tidak sedikit dari watak anjing yang

menjadi kiasan terhadap perilaku negatif manusia, seperti:

Anjing itu tetap anjing juga sekalipun engkau beri kalung emas.146

Peribahasa ini diucapkan kepada orang yang membebani seseorang

di luar kemampuan yang dimilikinya. Oleh karena itu, bila memberi

perintah pada orang lain harus disesuaikan dengan kemampuan yang

dimilikinya, sehingga ia mampu melaksanakan tugas sesuai dengan yang

diinginkan.

Lebih lapar daripada dzu‘alah

Dzu‟alah adalah nama sindiran bagi anjing hutan. Diceritakan

orang bahwa anjing hutan itu selalu menyimpan makanan di dalam

perutnya, ia selalu dalam kelaparan saja. Diceritakan pula bahwa perut

binatang ini dapat melunakkan tulang. Karena itu dijadikan pepatah yang

maksudnya sama seperti kiasan di atas.

Allah melemparnya dengan penyakit anjing hutan.

Anjing hutan menurut anggapan orang-orang selalu kelaparan saja.

Maksud pepatah ini ialah bahwa orang itu di dalam kelaparan yang

sangat. Oleh karena itu, jika orang yang selalu merasa kelaparan dan tidak

puas dengan apa yang telah didapatkannya, dianggap sebagai penyakit

yang tidak disukai oleh masyarakat.

146 Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h.527 147 Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h.130 148 Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h.286

Page 95: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

95

Kedua pepatah di atas hampir sama, diambil dari karakter anjing

hutan yang tidak pernah kenyang dan selalu memangsa hewan lainnya.

Watak manusia yang selalu kenyang dan tidak pernah merasa puas

dengan apa yang didapatkannya sama seperti sifat anjing hutan. Dalam

hal ini, tampak perbedaan penggunaan anjing dengan srigala, di mana

anjing menjadi simbol dari kebaikan karakter manusia, sedangkan

serigala menjadi simbol keburukan manusia.

Karakter buruk lainnya yang dikiaskan pada anjing dapat dilihat

pada peribahasa berikut ini:

Lebih penakut daripada anjing hutan

Diceritakan bahwa anjing hutan itu apabila hendak tidur, selalu

berganti-ganti antara kedua matanya. Kalau yang sebuah dipejamkan dan

tidur nyeyak, tetapi yang sebuah lagi dijagakan untuk melihat

sekelilingnya barangkali ada bahaya. Pepatah ini dikiaskan pada

seseorang yang luar biasa penakutnya.

Anjing hutan telah menjadi kambing150

Kiasan bagi seseorang yang asalnya berpangkat tinggi atau

hartawan lalu menjadi hina dan miskin.

Di bawah kulit kambing itu ada hati anjing hitam151

Kiasan bagi seseorang yang lain lidah dengan hatinya. Juga untuk

seseorang yang suka menipu dan menjerumuskan orang lain.

149 Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h.146 150 Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h.247 151 Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h.114

Page 96: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

96

Dalam peribahasa di atas, berdasarkan pengamatan masyarakat

Arab saat itu, ada beberapa karakter anjing hutan (al-dzi‘b) yang sangat

kuat dan terkadang mirip dengan perilaku manusia, seperti: penakut,

rakus dan kelaparan, munafik dan suka menipu. Pada intinya, dalam

peribahasa Arab, serigala termasuk pada binatang yang mengandung

kiasan buruk bagi watak dan karakter manusia.

Selain dibuat sebagai perumpamaan watak dan sifat manusia,

anjing juga digunakan sebagai perumpamaan dalam kehidupan berpolitik

oleh masyarakat Arab, sebagai contoh:

Barangsiapa yang dirinya dijadikan tulang, pasti akan dimakan anjing.

Yakni barangsiapa yang melempem, lemah dan enggan berusaha,

tentu akan jadi mangsanya orang-orang yang kuat. Kiasan bagi bangsa

yang dijajah atau diperbudak oleh bangsa lain.

Peribahasa ini tentu saja tidak terlepas dari budaya bangsa Arab

yang terbiasa berperang dan menang menjadi suatu tujuan utama,

sehingga kekuatan menjadi sesuatu yang sangat dibutuhkan, dan yang

lemah akan menjadi mangsa bagi yang kuat. Peribahasa lainnya yang juga

mirip:

Barangsiapa yang tidak menjadi anjing hutan akan dimakan oleh anjing-anjing hutan.

Peribahasa ini hampir sama dengan peribahasa sebelumnya, yaitu

kiasan bagi suatu golongan atau bangsa yang lemah yang tidak mau

menunjukkan giginya pada bangsa lain yang hendak mencengkramnya.

Akhirnya pasti akan diterkam dan dijadikan mangsanya. Suatu anjuran

152 Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h.113 153 Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h.247

Page 97: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

97

agar kita menyusun kekuatan sesempurna-sempurnanya untuk

menghadapi segala sesuatu.

Laparkan dulu anjingmu tentu ia akan mengikutimu154

Kiasan bagi seorang yang rendah budi dan rusak jiwanya yang

selalu menjilat orang lain hanya sekedar mengisi perut saja. Jadi ia

mengikuti orang itu bukan karena yakin akan kebenarannya, tetapi

semata-mata mencari makan dan minum.

Peribahasa ini juga digunakan dalam siasat berpolitik. Seorang

pemimpin yang cerdas akan menjadikan pengikutnya selalu merasa butuh

padanya, sehingga ia mau tidak mau mengikuti perintahnya guna

mendapatkan keinginannya. Hal ini berlaku bagi orang yang biasanya

lebih menuruti hawa nafsunya, dibanding harga dirinya.

Budaya perang, telah banyak melahirkan berbagai peribahasa,

bahkan anjingpun banyak member inspirasi bagi mereka untuk

menggambarkan budaya tersebut, seperti:

Salak anjing tidak membahayakan awan.

Kiasan bagi seseorang yang mendapatkan sesuatu karena

perbuatan musuhnya, tetapi tidak membahayakan, baik diri maupun

hartanya. Juga dikiaskan pada seseorang yang bermaksud hendak

membuat kegaduhan, perpecahan, kerusuhan dan lain-lain kejahatan di

dalam suatu kelompok suatu kaum, tetapi tidak berhasil berkat

keinsyafan dan keeratan persatuan kaum itu juga.

154 Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h.129 155 Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h.564

Page 98: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

98

Peribahasa lainnya yang menggunakan kata anjing, namun sebagai

kiasan terhadap sesuatu yang biasa terjadi pada manusia tampak pada

peribahasa berikut ini:

Anjing hutan betina itu tidak akan melahirkan melainkan anjing hutan juga.

Kiasan bahwa seseorang itu pada umumnya adalah menyerupai

orang tuanya, baik rupa, watak, kegemaran dan lain-lainnya lagi.

Peribahasa ini mirip dengan peribahasa Indonesia ―buah jatuh tidak jauh

dari pohon‖atau “Anak harimau tidak akan jadi anak kambing”. Peribahasa

dengan corak seperti ini dalam sastra Arab disebut dengan al-amtsâl al-

sâ‘irah (asy-Sya‘biyyah) atau peribahasa yang umum di masyarakat,

biasanya menggambarkan suatu kebiasaan, adat, perilaku atau kemuliaan

suatu bangsa (masyarakat), baik kehidupan pedesaan ataupun

perkotaan.157

Anjing (al-kalb) yang digunakan dalam peribahasa Arab lebih

cenderung menggambarkan perilaku manusia yang positif, seperti setia

dan pandai bersyukur, sedangkan serigala tampaknya lebih dekat pada

sisi negative dari watak manusia, seperti rakus, penakut, kelaparan, licik,

munafik, dan lain sebagainya.

3. Kuda158

Selain unta, binatang lainnya yang juga lekat dengan budaya

bangsa Arab adalah kuda. Kuda erat hubungannya dengan budaya

156 Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h.615 157

Mahmud sayyid Syaqir, Alwan minal Amtsal al ‘Araby, h 102. 158 Kuda adalah binatang menyusui, berkuku satu, biasa dipelihara orang sebagai

kendaraan (tunggangan atau angkutan), atau penarik kendaraan, dsb. Dalam bahasa latinnya dikenal dengan equus caballus. Memiliki kromosom 60 helai, sama dengan keledai, oleh karena itu keduanya dapat dikawinkan secara silang hingga kemudian muncul spesies baru yang disebut dengan Bagal. Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 607, Wildan Yatim, Kamus Biologi, h. 533

Page 99: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

99

perang saat itu. Ia adalah tunggangan yang sangat terkenal saat perang

berlangsung. Selain sebagai kendaraan perang, kuda juga dianggap

sebagai makhluk suci oleh sebagian masyarakat Arab kuno. Hal ini

tampak pada salah satu berhala bernama Ya‟uq yang berbentuk kuda dan

dijadikan sesembahan oleh mereka.159 Berdasarkan hal tersebut, maka

pantas jika hewan inipun banyak diabadikan dalam peribahasa Arab. Ada

lebih dari sepuluh kata kuda ditemukan dalam peribahasa Arab, di

antaranya:

Sertakanlah kuda itu dengan kendalinya, dan unta dengan pengekangnya160

Maksud dari peribahasa tersebut adalah jika kita menghadiahkan

kuda pada seseorang, sebaiknya kendalinya juga ikut diberikan. Begitu

juga jika menghadiahkan unta, sebaiknya tali kekangnya juga diberikan.

Hal ini merupakan nasihat agar bila memberikan sesuatu pada orang lain

jangan setengah-setengah. Bila ingin berderma jangan kepalang tanggung,

asalkan tidak berlebihan.

Menarik kendali itu menjinakkan kuda liar

Peribahasa ini merupakan kiasan bagi seseorang yang mula-mula

tantangan atau perlawanan karena sesuatu hal, kemudian beralih menjadi

pengikut karena mendapatkan suatu pemberian istimewa dari lawannya.

161

159

Tim penyusun, Ensiklopedi Dunia Islam, Akar dan Awal, h. 29 160 Muh. Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, (tp: pt. alma‟arif, 1982), cet. 1, h.

83 161 Muh. Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, (tp: pt. alma‟arif, 1982), cet. 1, h.

103

Page 100: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

100

Bulayyaqpun berlari, tapi (tetap) dicela162

Bulayyaq adalah nama kuda pacuan yang setiap perlombaan pasti

menang, namun demikian masih juga dicela. Peribahasa ini sebagai kiasan

bagi orang yang baik budi, namun masih ada saja yang tidak

menyukainya. Peribahasa ini mirip dengan peribahasa Indonesia “tak ada

gading yang tak retak‖.

Kuda pacuanpun kadang tergelincir163

Peribahasa ini sebagai perumpamaan bagi orang yang biasanya

bekerja dengan baik, tetapi pada suatu saat melakukan kesalahan tanpa

disengaja, atau seseorang yang sangat pandai, namun tanpa disadarinya

berbuat kekeliruan. Peribahasa ini hampir mirip dengan peribahasa

Indonesia “Sepandai-pandai tupai meloncat, jatuh juga” yang artinya tidak

ada orang yang sempurna, setiap orang pasti pernah berbuat kesalahan,

kejahatan atau kegagalan, atau sepandai-pandai seseorang, ada kalanya

berbuat salah (keliru) juga 164

Kuda itu lebih mengenal penunggangnya165

Berdasarkan pengalaman bangsa Arab, kuda biasanya mengerti

betul siapa penunggangnya. Jika penunggang seorang yang ahli, ia

bersikap tenang dan tidak merasa takut. Artinya serahkan urusan pada

ahlinya.

162 Muh. Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h. 108 163 Muh. Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h. 103 164http://id.wikiquote.org/wiki, Halaman terakhir diubah pada 16.06, 14 Mei

2009. Hal ini juga dikuatkan oleh Kamus Besar Bahasa Indonesia, Fakultas Ilmu Komputer, Indonesia 2008.

165 Muh. Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h. 228

Page 101: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

101

Anak kuda itu terkadang jinak setelah menyepak166

Kiasan bagi seseorang yang tunduk menyerah sesudah

mengadakan perlawanan, penentangan dan pembangkangan.

Dalam peribahasa di atas, ada beberapa nama yang digunakan

untuk kuda, yaitu: al-faras, al-shi‘âb, Bulayyaq, al-jawwâd, dan al-mahr. Kata

faras (mufrad) atau afras/furus (jamak) di dalam kamus diartikan sama

dengan al-khail yang artinya kuda.167 Adapun kata al-jawwâd ( ) berasal

dari kata kerja jâda-jawwada dan ajwada (د ) yang artinya cepat

larinya. Kosakata ini kemudian identik dengan kuda, sehingga al-jawwâd

diartikan dengan kuda yang cepat larinya.168 Tidak berbeda dengan kata

al-jawwad, kata al-shi‘âb ( ) berasal dari kata sha‘uba-yash‘ubu (

) yang berarti sulit. Untuk itu kata al-shi‘âb diartikan sebagai kuda

yang belum pernah ditunggangi sehingga sulit dikendalikan atau disebut

dengan kuda liar.169 Sedangkan Bulayyaq sebagaimana telah dijelaskan

sebelumnya adalah nama seekor kuda yang sangat terkenal karena

kecepatan larinya, dan al-mahr adalah istilah khusus untuk anak kuda.

Bulayyaq selain dijadikan sebagai kiasan, ia juga memberikan informasi

lain tentang tradisi pacuan kuda yang sudah biasa dilakukan oleh

masyarakat Arab zaman dahulu.

Kedekatan bangsa Arab dengan kuda di masa lalu lebih disebabkan

oleh budaya perang, namun demikian bila dicermati peribahasa dengan

menggunakan kata kuda lebih cenderung pada al-amtsâl al-sâ‘irah atau

166 Muh. Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h. 167 S. Askar, Kamus Arab-Indonesia Al-Azhar, (Jakarta: Senayan Publishing, 2011),

h. 604 168 Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia, (Surabaya:

Pustaka progressif, 1997), h. 222 169 Lewis Ma‟luf, al-Munjid fi al-Lughah wa al-‗Alam, h. 424

Page 102: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

102

pada hal-hal yang biasa terjadi pada masyarakat pada umumnya bukan

dunia politik dan perang. Hanya ada satu peribahasa yang

menggambarkan tentang kehidupan berperang, yaitu peribahasa yang

terakhir. Peribahasa dengan menggunakan kata kuda lebih banyak

digunakan sebagai media untuk menyampaikan pesan-pesan moral

kemanusiaan, seperti harus bersifat dermawan, bijak, cerdas dan lainnya.

4. Burung

Secara kuantitatif, burung menempati posisi utama dalam

peribahasa Arab. Namun demikian, burung yang disebutkan bukan

berasal dari spesies yang sama namun berbeda-beda. Nama-nama burung

tersebut di antaranya: merpati, elang, rajawali, gagak, pipit, Hubara,

burung hantu, burung unta, anuq, shafir, qirilla, merak, Abu baraqisy,

labad, qatha, thawus, merak, labad dan qatha. Namun demikian, di

anatara burung-burung tersebut ada tiga spesies burung yang sering

disebutkan dalam peribahasa Arab, yaitu: elang, gagak, dan burung unta.

a) Elang

Di antara peribahasa yang menggunakan kata elang:

Lebih busuk bau mulutnya daripada elang.170

Untuk menyatakan bau mulut seseorang yang luar biasa busuknya.

Lebih tajam penglihatannya daripada burung rajawali.171

170

Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h.48 171

Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h.55

Page 103: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

103

Untuk menyatakan seseorang yang luar biasa ketajaman

penglihatannya.

Lebih mulia daripada elang di udara172

Lebih mencegah daripada elang di udara.173

Mencegah artinya di sini ialah menghargai diri. Dikiaskan pada

seseorang yang terlampau sangat menghargai diri atau menjaga

kehormatannya.

Adakah elang itu dapat bergerak tanpa sayap.

Kiasan bagi seseorang yang meminta kepada kawannya supaya

kawannya itu suka tolong-menolong dengannya. Juga dikiaskan pada

seseorang yang mengaku-akukan dapat melakukan sesuatu tetapi ia tidak

memiliki sama sekali akan alat-alatnya. Pengakuan bahwa manusia

adalah makhluk social yang tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan

manusia lainnya.

Burung elang tampaknya memiliki penilaian tersendiri bagi bangsa

Arab. Kemegahannya saat terbang di udara membuatnya dijadikan

sebagai simbol kehebatan atau kelebihan manusia, selain bau mulutnya.

Ada beberapa nama yang digunakan untuk elang, yaitu: shaqar, ‗uqab,

nasar, dan al-bazi175. Shaqar adalah sejenis burung elang. ‗Uqab adalah

sebutan untuk burung elang, baik jantan maupun betina. Nasr adalah

172

Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h.435 173

Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h.559 174

Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h.585 175 Al-bazi adalah sejenis burung elang dalam bahasa Persia. Lewis Ma‟luf, al-

Munjid fi al-Lughah wa al-A‘lam, h. 24

Page 104: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

104

burung yang paling perkasa, memiliki mata yang sangat tajam, paling

kuat, terbang paling tinggi, sayap paling kuat, dan ditakuti oleh burung-

burung lainnya, dan lebih besar dari „uqab. Burung ini memiliki paruh

bengkok tajam, kuku yang sangat kuat namun tidak mampu

mencengkeram seperti elang. Ada beberapa julukan untuk burung ini,

yaitu: Abu al-Abrad, Abu al-Ashba‟, Abu Malik, Abu al-Minhal, dan Abu

Yahya. Betina burung ini dipanggil dengan Ummu Qasy‟am. 176 Kita biasa

memanggil burung ini dengan sebutan rajawali.177 Kehebatan burung ini

diabadikan dalam peribahasa Indonesia “seperti elang menyongsong angin”

yang artinya tidak gentar menghadapi musuh.178

Kehebatan-kehebatan inilah rupanya yang kemudian membuat

masyarakat Arab kagum akan burung ini dan kemudian dibadikan dalam

peribahasa.

b) Gagak

Di kamus peribahasa Arab, ditemukan sekitar sembilan peribahasa

yang menggunakan burung gagak sebagai kiasan, di antaranya:

Hal itu tidak mungkin terjadi, sampai burung gagak beruban.179

Beruban dalam peribahasa di atas artinya adalah putih, sedangkan

sebagaimana diketahui bahwa gagak adalah jenis burung yang berbulu

hitam, sehingga bila ditemukan gagak berbulu putih, hal tersebut adalah

mustahil. Peribahasa ini kemudian dijadikan kiasan bagi suatu hal yang

sama sekali tidak dapat dicapai atau diperoleh. Kiasan yang sama

ditemukan dalam peribahasa Indonesia, yaitu “menanti putih gagak hitam”.

176

Lewis Ma‟luf, al-Munjid fi al-Lughah wa al-A‘lam, h. 805 177 Dalam bahasa Indonesia rajawali diartikan dengan burung elang yang sangat

besar. Tim penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 922 178 Tim penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 292 179

Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h.365

Page 105: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

105

Lebih berlagak jalannya daripada burung gagak.

Untuk menyatakan seseorang yang di waktu jalan banyak beraksi

dan berlagak sebagai jutawan, pemimpin, alim ulama dan lain-lain lagi.

Lebih pagi daripada burung gagak.180

Untuk menyatakan seseorang yang amat pagi bangun tidurnya.

Ia mendapatkan kurma burung gagak.181

Burung ini selalu mencari kurma yang semasak-masaknya dan

sebaik-baiknya dan oleh sebab itu, maka pepatah ini adalah kiasan bagi

seseorang yang mendapatkan sesuatu yang sangat bagus dan indah.

Bukannya dengan teriakan burung gagak, hujan itu akan datang.182

Maksudnya tidak dengan jalan berteriak-teriak, mengajukan emosi,

menuntut ini dan itu, pidato-pidati siang dan malam dan lain-lainnya itu

yang dapat mendatangkan kemakmuran dan kesejahteraan. Tetapi yang

penting adalah kerja giat dalam segala bidang. Ini adalah merupakan

sindiran pahit bagi seseorang yang mengharapkan keenakan tanpa usaha

dan hanya berbicara saja.

Lebih celaka daripada burung gagak yang memberi tanda.183

180

Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h.70 181

Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h.384 182

Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h.384 183

Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h.335

Page 106: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

106

Kedatangan gagak itu dianggap sebagai suatu tanda kesialan dan

kecelakaan oleh orang-orang Arab, apabila burung itu berdiam di rumah

mereka yang kosong. Karena itu jarang-jarang yang suka menempati,

kalau di dalamnya sudah dilihatnya ada sarang burung ini.

Lebih mulia daripada burung gagak yang berkaki putih sebelah.184

Burung gagak yang sedemikian sifatnya itu pasti tidak ada.

Maksud dari kiasan ini untuk menyatakan kebalikan dari pengertian

sebenarnya: lebih sukar didapatkan daripada lelaki hamil yakni mustahil

sekali terjadi.

Gagak adalah sejenis burung berwarna hitam.185 Dalam tradisi

masyarakat Arab kuno, burung gagak memiliki makna tersendiri dalam

kehidupan mereka. Di antaranya terkait dengan keyakinan mereka

terhadap hal-hal yang gaib. Burung gagak dianggap sebagai simbol

kesialan atau kematian.186 Burung gagak yang memberi kabar kematian

atau kemalangan disebut oleh mereka dengan ghurâb al-bain seperti

terdapat dalam peribahasa di atas.

c) Burung unta187

Sejenis burung dengan bentuk separuh burung dan separuh unta.

Bentuk unta tampak dari leher, kaki, dan tapak kuku. Sedangkan bentuk

burung tampak dari sayap, paruh, dan bulu.188

184 Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h.436 185 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa gagak adalah burung

yang berbulu hitam, memiliki bentuk badan yang besar, pemakai bangkai dan memiliki suara yang keras. Dalam bahasa Latin dikenal dengan nama Carvus macrorhynchos. Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 326

186 Lewis Ma‟luf, Al-Munjid fi al-Lughah wa al-A‘lam, h. 547 187 Burung unta adalah sejenis burung yang tidak dapat terbang, se-ordo dengan

kasuari di Indonesia dan Kiwi di Selandia Baru. Burung ini hanya memiliki dua jari, bulu di kepala, leher, dan kaki hanya sedikit. Tinggi sekitar 2 m dengan berat + 150 kg. Hidup di padang rumput savanna kering di Afrika dan Arab. Berkawan hingga 3-20 ekor. Jenis omnivora. Wildan Yatim, kamus Biologi, h. 157

Page 107: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

107

Telur di sarang burung unta.189

Dalam salah satu kamus biologi dinyatakan bahwa salah satu

karakter dari burung unta adalah bila betinanya bertelur yang mengerami

telurnya adalah burung unta jantan. Kebiasaan ini kemudian dijadikaan

kiasan oleh masyarakat Arab yang akrab dengan kehidupan burung unta,

bahwa burung ini setelah bertelur selalu saja ditinggalkan dan tidak

kembali lagi ke sana. Jadi seolah-olah dianggapnya telur tadi sebagai

benda yang hina dan tidak berharga. Pepatah ini untuk menyatakan

seuatu yang sama sekali tidak ada nilainya sepeser pun ataupun

seseorang yang sama sekali tidak berguna di masyarakat. Dalam

peribahasa Indonesia dikenal dengan istilah “sampah masyarakat”.

Lebih pengecut daripada burung unta.190

Diceritakan bahwa burung unta itu apabila takut pada sesuatu

benda, maka selama-lamanya ia tidak akan kembali ke tempat benda itu.

Pepatah ini untuk menyatakan seseorang yang mempunyai tabiat

pengecut.

Tidak akan dapat dikumpulkan antara musang dengan burung unta.191

Musang itu senantiasa berada di tempat yang tinggi, sedangkan

burung unta di tempat yang rendah atau lapangan. Pepatah ini dikiaskan

pada dua orang atau dua faham yang berbeda sekali dan tidak mungkin

dapat dipersatukan. Di antara peribahasa Indonesia yang mirip dengan

188 Lewis Ma‟luf, al-Munjid fi al-Lughah wa al-A‘lam, h. 821 189

Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h.79 190

Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h.97 191

Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h.115

Page 108: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

108

amtsal tersebut adalah: “bagai minyak dengan air‖, dan ―bagai bumi dan

langit‖.

Ringan sudah burung unta mereka.192

Burung ini keistimewaannya ialah begitu cepat kalau lari dan

tampak ringan apabila berjalan. Dikiaskan pada suatu kaum yang

diwaktu perginya dengan berkumpul berduyun-duyun, tetapi setelah

pulang berpish-pisahan sendiri-sendiri, karena ingin cepat-cepat datang.

Pejamkan mata hai burung kara, burung unta ada di desa.193

Burung kara itu dipersamakan dengan orang kecil atau rakyat

jelata sedang burung unta itu dikiaskan orang-orang besar atau

pemimpin-pemimpin. Dikiaskan pada seseorang tingkat rendah yang

berbicara dipersidangan orang-orang besar, sedang golongan-golongan

kecil tidak ada yang mengeluarkan pembicaraan. Dimaksudkan supaya

orang itu diam dan tahu akan harga diri. Biarlah nanti kalau orang-orang

besar sudah berbicara atau mempersilahkan bicara barulah mulai bicara.

Bagaikan burung unta, bukannya burung dan bukan pula unta.194

Dari definisi sebelumnya, jelas sekali bahwa burung unta adalah

sejenis burung yang memiliki dua bentuk hewan yaitu burung dan unta.

Peribahasa ini diambil dari ciri khas unta tersebut, dan menjadi kiasan

bagi seseorang yang tidak jelas pendiriannya atau seseorang yang tidak

dapat dianggap baik dan tidak pula buruk. Dalam peribahasa Indonesia

192

Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h.208 193

Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h.398 194

Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h.545

Page 109: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

109

orang yang tidak jelas pendiriannya diumpamakan dengan “air di daun

talas” yang tidak jelas ke mana arah tujuan.

5. Singa, Macan, dan Harimau

Bagi orang-orang yang mempelajari bahasa Arab, ungkapan “

” Zaid bagai singa atau “ ” kamu bagai singa mungkin

sudah tidak asing lagi. Singa oleh bangsa Arab dianggap sebagai simbol

kegagahan dan keberanian. Simbol ini terkait erat dengan tradisi perang

yang senantiasa membutuhkan jiwa-jiwa yang kuat, gagah,dan pemberani

seperti singa. Selain itu, sebagaimana halnya kuda, singa juga termasuk

dalam kategori binatang yang disucikan oleh sebagian masyarakat Arab.

Patung singa yang bernama Yagus bahkan menjadi salah satu berhala

sesembahan masyarakat Arab Jahiliyah.195

Beberapa peribahasa yang menggunakan singa dan sejenisnya

sebagai kiasan, di antaranya:

Lebih berani daripada Usamah.196

Lebih berani daripada singa Yakhaffan.197

Usamah dan Yakhaffan adalah nama singa yang terkenal akan

keberaniannya. Peribahasa ini sebagai kiasan untuk seseorang yang

sangat luar biasa keberaniannya.

195

Tim Penyusun, Ensiklopedi Dunia Islam: Akar dan Awal, h. 29 196

Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h.105 197

Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h.105

Page 110: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

110

Lebih menjaga daripada hidung singa.198

Lebih mulia daripada hidung singa.199

Singa dikenal sebagai binatang yang memiliki penciuman yang

sangat tajam. Hidung singa dapat mencium sesuatu dalam jarak yang

sangat jauh. Bila mencium bau peluru meletus, ia segera menjauhkan diri

untuk menghindarinya. Oleh sebab itu dikatakanlah bahwa hidungnya itu

sangat pandai menjaga keselamatan dirinya. Kiasan ini untuk menyatakan

seseorang yang sangat pandai menjaga diri dan hebat.

Lebih mencegah daripada hidung singa.200

Mencegah artinya di sini ialah menghargai diri. Dikiaskan pada

seseorang yang terlampau sangat menghargai dirinya dan

kehormatannya.

Bagaikan orang yang mencari binatang buruan di persembunyian singa.201

Tidak mungkin kita akan mendapatkan binatang buruan itu di

tempatnya singa bersembunyi, sebab sudah tentu dimangsa lebih dulu

oleh singa itu sendiri. Kiasan bagi seseorang yang mencari sesuatu di

suatu tempat yang bukan tempatnya atau menginginkan kedudukan yang

tidak patut ia mendudukinya, misalnya seorang penakut ingin menjadi

panglima perang.

198

Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h.187 199

Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h.434 200

Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h.559 201

Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h.66

Page 111: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

111

Kutinggalkan ia dalam keadaan seperti di bibir singa.202

Yakni dalam keadaan yang mendekati kebinasaan karena

sangatnya penderitaan, baik penghidupannya atau tekanan jiwanya.

Apabila engkau telah selamat dari singa, maka jangan brsifat tamak ingin

memburunya.203

Maksudnya apabila kita telah selamat dari suatu marabahaya,

maka jangan sekali-kali mencoba hendak mendekatinya lagi, apalagi

melakukannya.

Singa kecil ini adalah anak singa itu.204

Dikiaskan pada seseorang yang serupa benar tabiat dan

kelakuannya dengan orang tuanya. Dalam peribahasa Indonesia

dikatakan dengan “Anak harimau tidak akan jadi anak kambing”.

Rangkaian peribahasa di atas jelas menunjukkan bahwa singa,

harimau, ataupun macan merupakan simbol kekuatan dan kehebatan

manusia. Banyaknya nama-nama binatang yang dijadikan sebagai simbol

dalam peribahasa Arab menunjukkan bahwa binatang memiliki arti

khusus bagi masyarakat Arab kuno.

Dalam salah satu ensiklopedi disebutkan bahwa salah satu

kepercayaan umum yang ada pada masyarakat Arab sebelum Islam

adalah totemisme, yaitu pengultusan kepada hewan-hewan yang

dianggap suci. Pengultusan ini terjadi kemungkinan besar disebabkan

oleh ketergantungan hidup mereka terhadap hewan dan tumbuh-

tumbuhan. Oleh karena itu, mereka melarang membunuh, momotong,

202

Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h.86 203

Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h.317 204

Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h.337

Page 112: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

112

atau memakan hewan atau tumbuh-tumbuhan tertentu. Pengultusan itu

di antaranya tampak pada pengambilan nama binatang sebagai brand

kabilah, seperti Bani Asad (singa), Bani Fahd (singa), Bani Namir

(harimau), Bani Dhabbah (biawak), Bani Kalb (anjing), Bani Qird

(monyet), Bani Tsa‟labah (kancil), dan Bani Dzi‟b (serigala).205 Banyaknya

peribahasa dengan menggunakan nama-nama binatang sebagai simbol

berbagai karakter dan watak manusia, menjadi syawahid (saksi) yang

menguatkan dari pernyataan ensiklopedi tersebut.

Inilah yang dinamakan dengan al-amtsal al-fardhiyyah oleh penulis

buku al-Wasith206, yaitu peribahasa yang dinisbatkan pada binatang,

tumbuhan, atau benda. Al--Amtsal al-Fardhiyyah banyak berkembang di

saat terjadinya banyak kelaliman dan kekerasan. Para mursyid atau

katakanlah para ulamanya banyak dibungkam dan dibatasi geraknya,

sehingga mereka menggunakan tersebut. Dengan cara itu, mereka merasa

aman dan dapat menyampaikan pesan-pesan moral yang mereka

inginkan melalui amtsal tersebut.207

c. Budaya

1. Peperangan

Salah satu tradisi bangsa Arab terutama pada masa Jahiliyah

sebagaimana banyak tertulis dalam catatan-catatan sejarah adalah tradisi

berperang yang biasa mereka sebut dengan istilah Ayyâm al-‗Arab. Philip

K. Hitti menyatakan bahwa salah satu fenomena sosial yang menggejala

di Arab menjelang kelahiran agama Islam adalah apa yang dikenal

dengan sebutan Ayyâm al-Arab. Menurutnya, Ayyâm al-Arab merupakan

cara alami untuk mengendalikan jumlah populasi orang-orang Badui

205 Tim Penyusun, Ensiklopedi Dunia Islam: Akar dan Awal, h. 28 206 Kata fardhiyyah dalam kamus al-Munawwir diartikan berdasarkan dugaan

perkiraan 207 Ahmad al-Iskandari dan Mushtafa „Inani, al-Wasith fi al-Adab al-Arabi wa

Tarikhihi, (Mesir: Dar al-Ma‟arif, tth), h. 18-19

Page 113: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

113

yang biasanya hidup dalam kondisi semi kelaparan, dan menjadikan

peperangan sebagai jati diri dan watak sosial. Berkat ayyâm al-Arab itulah,

pertarungan antar suku menjadi salah satu institusi sosial keagamaan

dalam kehidupan mereka.208

Untuk itu, perang bagi bangsa Arab Jahiliyah adalah tradisi. Tiada

hari tanpa perang antar kabilah. Tercatat dalam sejarah mereka

bermacam-macam perang yang dipicu oleh berbagai faktor, seperti perang

Basus, Dâhis wa al-Ghabrâ‟, Fijâr, dan masih banyak lagi. Untuk itu,

sebelum datangnya Islam, perang merupakan bagian dari kehidupan

masyarakat Arab Jahiliyah. Diriwayatkan bahwa, Duraid yang berumur

hingga seratus tahun menyatakan bahwa ia ikut berperang sebanyak

hampir seratus kali pula. Perang telah menyita separuh dari hidupnya.

Setiap tahun ia ikut berperang sebanyak dua kali.209 Namun demikian,

dalam bulan-bulan tertentu yang dianggap suci mereka menghentikan

peperangan, meski terkadang kesepakatan ini mereka langgar sendiri.210

Dalam peribahasa Arab (amtsal), ada beberapa diksi yang terkait

dengan tradisi perang bangsa Arab saat itu, di antaranya kata perang itu

sendiri, beberapa alat perang seperti panah, busur, tombak, dan pedang,

tawanan, dan harta rampasan.

a) Perang

Di antara peribahasa Arab yang menggunakan kata perang sebagai

kiasan:

208 Philip K. Hitti., History of The Arabs (terjemah), (Jakarta: Serambi, 2006), h. 110 209 Sebagaimana dikutip oleh K. Hitti dari Charles James Lyall, Ancient Arabian

Poetry, (London: William & Norgate, 1985), h. xxii 210 Ismail Hamid, Arabic and Islamic Literary Tradition, (Kuala Lumpur: Utusan

Publications & Distributors SDN. BHD, 1982), h. 7

Page 114: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

114

Perang itu adalah tipuan211

Perang itu silih berganti212

Perang itu semena-mena213

Ketiga peribahasa tersebut pada hakikatnya bukanlah sebuah

kiasan, namun gambaran riil tentang peperangan. Perang harus

menggunakan trik dan intrik atau tipu daya agar menang. Demikian pula

kenyataan bahwa kekalahan dan kemenangan dalam peperangan adalah

hal biasa. Perang pun tidak pernah peduli apakah korbannya berdosa atau

tidak, yang penting pulang dengan membawa kemenangan.

Alangkah mudahnya perang itu bagi yang menonton214

Peribahasa ini sebagai kiasan bagi orang yang pengecut dan tidak

mau ikut berjuang, namun di saat kemenangan sudah diperoleh, ia ikut

meminta bagian dari hasil yang didapatkan orang lain.

Tidak ada hari Halimah yang dirahasiahkan215

Hari Halimah adalah salah satu peperangan yang sangat terkenal

pada masa Jahiliyah. Pada hari tersebut Mundzir ibn Ma‟u al-Sama‟ dan

Halimah bin Abu Syamar terbunuh. Peribahasa ini dijadikan sebagai

211 Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h. 150 212 Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h. 150 213 Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h. 150 214 Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h. 594 215 Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h. 623

Page 115: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

115

kiasan bagi sesuatu yang sudah terkenal, sehingga sangat aneh bila ada

yang tidak mengetahuinya.

b) Alat perang

Diantara alat perang yang digunakan oleh bangsa Arab dalam

peperangan dan dijadikan sebagai kiasan dalam peribahasa, yaitu, panah,

pedang dan tombak, sebagaimana terdapat dalam peribahasa di bawah

ini:

Di samping yang luput ada juga anak panah yang mengena216

Peribahasa ini dijadikan sebagai kiasan bagi seseorang yang

melakukan usaha namun gagal terus, namun kemudia ada juga yang

berhasil.

Sebelum memanah, anak panahnya diberi bulu dahulu217

Sebelum memanah, penuhi dahulu busurnya218

Dalam peribahasa Arab di atas, ada dua kosa kata yang biasa

digunakan untuk panah, yaitu kata sahm dan kanâ‘in. Dalam kamus kata

sahm jamaknya sihâm diartikan sebagai anak panah, sedangkan kanâ‘in

diartikan sebagai ju‘ab al-sihâm atau tempat anak panah, atau yang kita

kenal dengan istilah busur. Namun demikian, kedua peribahasa tersebut

merupakan nasihat agar sebelum melakukan sesuatu hendaknya

dipersiapkan secara matang. Nasihat seperti ini hampir sama dengan

“sedia payung sebelum hujan” yang ada di dalam bahasa Indonesia.

216 Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h. 206 217 Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h.288 218 Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h. 288

Page 116: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

116

Peribahasa Arab mengambil kiasan dengan menggunakan unsur budaya,

sedangkan dalam peribahasa Indonesia menggunakan unsur alam yaitu

hujan.

Tidak semua orang yang memanah mengenai sasarannya219

Terkadang panah yang mengena itu bukan berasal dari pemanah

Kedua peribahasa tersebut mengandung makna yang berlawanan,

yang pertama sebagai kiasan bahwa terkadang seseorang yang sudah ahli

pun melakukan kesalahan, meski tanpa disengaja. Adapun yang kedua

kiasan bagi seseorang yang biasanya salah, tetapi sesekali benar juga.

Dengan demikian, tidak ada manusia yang sempurna.

Berdasarkan pada peribahasa-peribahasa tersebut, maka panah

maupun profesi sebagai pemanah merupakan tradisi dan budaya bangsa

Arab. Tradisi ini terkait erat dengan budaya perang yang selalu melanda

jazirah Arab saat itu.

Selain panah, senjata lain yang terdapat dalam peribahasa dan juga

menjadi budaya dalam tradisi bangsa Arab adalah pedang, seperti

terdapat dalam peribahasa-peribahasa berikut ini:

Hinalah orang yang tidak berpedang221

Dalam peribahasa ini, kata pedang bisa dimaknai dengan pedang

yang sebenarnya yaitu alat untuk berperang. Dalam pertempuran apabila

tidak membawa senjata pasti akan mudah untuk dikalahkan dan

219 Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h. 288 220 Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h. 289 221 Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h. 251-252

Page 117: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

117

kemudian ditawan musuh. Namun demikian, pedang juga dalam hal ini

bisa dimaknai sebagai simbol keluhuran yang dimiliki seseorang di

masyarakat, seperti ilmu pengetahuan dan keahlian, sehingga ketika

senjata itu sudah dimiliki maka tidak akan terhina dan pasti memiliki

harga diri yang tinggi.

Pedang telah mendahului cacian

Pedang milik Amr bin Ma‘dikariba

Apa gunanya pedang tanpa orang

Kadang pedang itu ditakuti sekalipun ia berada dalam sarungnya

Peribahasa-peribahasa tersebut menunjukkan bahwa betapa

pentingnya arti pedang bagi bangsa Arab yang terbiasa hidup dalam

peperangan.

c) Tawanan

Fenomena lainnya yang terkait dengan budaya perang bangsa Arab

adalah tawanan. Meskipun tidak banyak peribahasa bertemakan tawanan,

hal ini tetap memberikan indikasi bahwa fenomena tawanan perang itu

ada. Namun demikian, tawanan perang lebih mengiaskan karakater

manusia yang bersifat negatif terutama bohong, seperti terdapat dalam

peribahasa berikut ini:

222 Lewis Ma‟luf, Al-Munjid fi al-Lughah wa al-A‘lam, h. 991 223

Lewis Ma‟luf, Al-Munjid fi al-Lughah wa al-A‘lam, h. 996 224

Lewis Ma‟luf, Al-Munjid fi al-Lughah wa al-A‘lam, h. 1010 225

Lewis Ma‟luf, Al-Munjid fi al-Lughah wa al-A‘lam, h. 1013

Page 118: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

118

Lebih dusta bicaranya dari seorang tawanan226

Peribahasa ini dikiaskan untuk orang yang suka berbohong, seperti

yang biasa dilakukan oleh tawanan. Hal ini tentu saja berdasarkan

kebiasaan para tawanan perang yang biasa berbohong demi

menyelamatkan diri dari siksaan.

d) Harta rampasan

Selain tawanan perang, fenomena lain yang terkait dengan budaya

perang adalah harta rampasan atau ghanimah, seperti yang tampak pada

peribahasa di bawah ini:

Aku memilih pulang daripada harta rampasan227

Peribahasa ini sebagai kiasan bagi orang yang lebih cinta pada

keselamatannya daripada meneruskan usaha yang tengah dilakukannya.

Dengan kata lain orang yang tidak berani menanggung resiko dalam

hidupnya.

Keselamatan adalah harta rampasan228

Menurut peribahasa Arab, keselamatan adalah sesuatu hal yang

harus diperjuangkan sebagaimana halnya harta rampasan perang.

Berdasarkan hal tersebut, tampak sangat jelas bahwa harta rampasan

dalam budaya bangsa Arab adalah sesuatu yang dianggap wajar bahkan

harus diperjuangkan sebagai simbol kemenangan dalam pertempuran.

226 Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h. 519 227 Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h. 276 228 Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h. 318

Page 119: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

119

Demikian beberapa fenomena yang terkait dengan budaya perang

yang diabadikan dalam amtsâl al-‗arab.

2. Perbudakan

Perbudakan merupakan salah satu budaya bangsa Arab sejak

zaman Jahiliyah, bahkan setelah datangnya Islam budaya ini masih tetap

ada. Budaya ini pun tidak kemudian diabadikan dalam peribahasa Arab,

seperti:

Budak dan perhiasan di tangannya229

Dalam tradisi bangsa Arab, hamba sahaya tidak diperbolehkan

untuk menggunakan perhiasan di badannya. Untuk itu peribahasa ini

sebagai perumpamaan bagi orang yang memakai sesuatu yang bukan

miliknya.

Hamba sahaya dan dibiarkan230

Peribahasa ini sebagai kiasan bagi seseorang yang rendah budi

pekertinya dan dibiarkan berbuat sesuka hatinya.

Hamba sahaya orang lain, merdeka sepertimu231

Dalam tradisi Bangsa Arab, budak orang lain tidak bisa dijadikan

budak oleh selain pemiliknya. Maka hanya tuannya yang berhak untuk

memerintahnya, dan lain-lainnya. Peribahasa ini sebagai kiasan bagi

seseorang yang sudah mengetahui bahwa dirinya memiliki kedudukan

229 Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h. 415 230 Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h. 415 231 Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h. 415

Page 120: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

120

yang lebih tinggi dari orang lain, namun tidak mau menonjol-

nonjolkannya.

Hamba sahaya itu dipukul dengan tongkat, sedangkan orang merdeka cukup dengan

isyarat232

Peribahasa ini mengandung arti bahwa mengingatkan orang yang

merdeka itu tidak perlu dengan kekerasan, sehingga tidak ada bedanya

dengan budak.

Hamba sahaya itu orang yang tidak memiliki hamba sahaya233

Budak itu adalah orang yang tidak memiliki budak, artinya orang

yang harus mengerjakan semua pekerjaannya sendiri tanpa bantuan

orang lain, layaknya seorang budak.

Bila dicermati, tampak jelas bahwa semua peribahasa di atas

menunjukkan kedudukan hamba sahaya yang sangat rendah dalam

struktur sosial bangsa Arab. Ia sama sekali tidak memiliki hak terhadap

dirinya sendiri bahkan hampir sama dengan binatang yang harus

diperlakukan dengan kekerasan.

3. Gaya hidup

a) Kehidupan Nomaden

Sebagian besar Jazirah Arab terdiri dari padang pasir dengan

bentuk dan karakter yang berbeda-beda. Ada yang berdebu, ada pula

yang berpasir, dan berbatu. Tempat seperti ini dikenal dengan istilah

badiyah al-samawat, yaitu padang pasir yang tandus, sedikit sumber mata

air dan sumurnya, dan sulit ditempuh dalam perjalanan karena

232 Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h. 416 233 Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h. 416

Page 121: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

121

banyaknya debu dan pasir yang beterbangan tertiup angin. Mayoritas

penghuni padang pasir adalah kaum badui atau kaum nomaden yang

hidupnya selalu berpindah-pindah. Pada musim kemarau mereka

mengembara mencari kehidupan di luar tempat tinggalnya dengan cara

menjarah harta milik anggota kabilah lainnya. Ketika musim hujan tiba,

mereka kembali ke tempat semula yang telah ditumbuhi rumput untuk

menggembalakan binatang ternaknya. Demikianlah kehidupan kaum

badui bergulir dari waktu ke waktu, menetap di suatu wilayah, kemudian

keluar untuk mencari kehidupan lain, lalu kembali ke tempat semula.234

Gaya hidup nomaden yang dianut oleh masyarakat Arab tersebut

dahulu terekam dalam peribahasa mereka berikut ini:

Di Setiap lembah ada keturunan Bani Sa‘ad

Di setiap lembah ada bekas Bani Tsa‘labah235

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, bahwa bila dalam

peribahasa Arab menggunakan nama orang sebagai kiasan, biasanya ada

sejarah yang melatar belakanginya. Peribahasa pertama berasal dari cerita

Adh ibn Qurai dari suku Sa‟ad. Sedangkan yang kedua seorang laki-laki

yang tidak disebutkan namanya berasal dari suku Tsa‟labah. Pada

mulanya keduanya meninggalkan kaumnya dan berpindah tempat karena

merasa tidak cocok dan tidak merasa senang hidup bersama mereka.

Namun setelah keduanya berpindah ke berbagai tempat, tetap tidak

merasa cocok dengan lingkungan barunya. Pada akhirnya ia kembali lagi

ke suku masing-masing. Dari mulut Sa‟ad kemudian terucap ungkapan di

234 Tim Penyusun, Ensiklopedi Dunia Islam: Akar dan Awal, h. 19 235 Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h. 600-601

Page 122: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

122

atas, yang artinya di setiap lembah atau tempat yang ia singgahi ada

keturunan Bani Sa‟ad yaitu dia sendiri dan ke mana pun ia pergi, Bani

Sa‟ad tetap di hatinya dan tetap yang terbaik. Sedangkan kejadian yang

dirasakan oleh orang dari suku Tsa‟labah kemudian diabadikan oleh

mereka dengan peribahasa yang kedua. Kedua peribahasa tersebut

hampir sama dengan peribahasa Indonesia yang menyatakan “adat ayam

ke lesung, adat itik ke pelimbahan”, “daripada hujan emas di negeri orang, lebih

baik hujan batu di negeri sendiri” atau “Air hujan jatuhnya ke pelimbahan juga”.

Bedanya peribahasa Arab memiliki latar belakang cerita, sedangkan

dalam peribahasa Indonesia tidak.

Kedua peribahasa di atas tercipta dari gaya hidup nomaden yang

mereka anut.

b) Minum Arak

Budaya lainnya yang juga terkenal di masyarakat Arab pada zaman

dahulu adalah kebiasaan mereka mengkonsumsi minuman keras atau

khamr. Bahkan tradisi ini juga disinggung dalam al-Qur‟an sebagai

kebiasaan buruk bangsa Arab Jahiliyah yang harus dihentikan dan

hukumnya haram seperti terdapat dalam surat al-Maidah ayat 90:

―Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi,

(berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan

syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan‖.

Kebiasaan bangsa Arab mengkonsumsi khamr juga terekam dalam

peribahasa berikut ini:

Page 123: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

123

Ia tidak mempunyai cuka ataupun arak.236

Yakni ia tidak ada kebaikan ataupun kejelekannya. Juga dikiaskan

seseorang yang tidak tahu menahu perihal sesuatu perkara serta tidak

perlu disangkut-pautkan di dalamnya. Orang Arab dahulu mengkiaskan

arak sebagai kebaikan sebab nyaman serta cuka sebagai keburukan sebab

kecutnya.

Engkau ini bukannya cuka dan bukan pula arak.237

Maksudnya bahwa engkau itu tidak ada kebaikannya atau

kejelekannya. Atau bahwa engkau ini tidak tahu serta tidak perlu

mengetahui persoalan itu.

Hari ini arak dan besok perkara.238

Arak bagi bangsa Arab dahulu adalah simbol kegembiraan. Jadi

maksudnya hari ini boleh bersenang-senang, tetapi besok harus

menghadapi perkara berat yakni peperangan. Maka itu pepatah ini

dikiaskan pada suatu kesenangan yang berikutnya adalah kegawatan.

Pergilah di antara sadar dan mabuk.239

Maksudnya ialah antara berakal dan tidak berakal yakni

melakukanya itu belum dapat dipastikan dengan sengaja atau tidaknya.

Itulah beberapa tradisi bangsa Arab yang terekam dalam amtsâl.

d. Alam

236

Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h.211 237

Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h.211 238

Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h.622 239

Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h.258

Page 124: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

124

1. Bumi, matahari, bulan, dan bintang

Matahari, bulan, dan bintang, bagi bangsa Arab bukan sekedar

benda-benda angkasa biasa. Benda-benda tersebut masuk pada sistem

keyakinan mereka sebelum Islam datang. Menurut Burhanuddin Dallu

dalam bukunya Jazirah al-‗Arab qabla al-Islam, masyarakat Yaman yang

mayoritas adalah petani sangat bergantung pada peredaran bintang, oleh

karena itu penyembahan terhadap benda ini sangat menonjol. Selain

bintang, matahari juga dianggap sebagai sumber cahaya dan panas yang

memberi pengaruh kuat bagi kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan,

karena turut menentukan perubahan musim dan waktu. Berdasarkan hal

tersebut, masyarakat Arab kuno sangat yakin bahwa pada kedua benda

langit tersebut terdapat kekuatan yang sangat luar biasa. Karena itu,

mereka menyembah sebagian dari bintang-bintang yang ada di langit dan

memberikan persembahan untuknya agar dijauhkan dari murkanya.240

Pendapat sejarawan tersebut tidak bisa dipungkiri kebenarannya,

terbukti di beberapa peribahasa istilah bintang muncul berulang kali

dengan nama yang berbeda-beda, seperti:

Lebih jauh daripada bintang.241

Lebih jauh daripada ekor bintang Tsurayya.242

Lebih jauh daripada ekor bintang ‗Ayyuq.

240 Tim penyusun, Ensiklopedi Dunia Islam: Akar dan Awal, h. 29 241

Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h.62 242

Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h.63 243

Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h.63

Page 125: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

125

Tsurayya adalah kumpulan bintang-bintang yang ada di langit atau

di gugusan.244 Dinamakan demikian, karena letak susunannya yang

teratur antara satu dengan yang lainnya ibarat barisan yang sangat rapi.245

Adapun bintang Ayyuq biasanya terbit bersamaan dengan bintang

Tsurayya dan amat jarang sekali terbitnya itu. Ketiga peribahasa tersebut

untuk menyatakan sesuatu yang sukar sekali dicapai.

Mereka sama-sama pergi di bawah tiap-tiap bintang .

Untuk menyatakan sesuatu kaum yang sama pergi sendiri-sendiri

yakni yang berlain-lainan jalannya serta berbeda-beda tujuan, sesuai

dengan keyakinan masing-masing.

Melihat bintang di waktu siang.

Disebabkan cuaca buruk, udara gelap sehingga seolah-olah

sekalipun di waktu siang dapat tampak bintang. Ini adalah kiasan bagi

seseorang yang dalam keadaan sangat sukar dan payah, baik karena

tekanan kehidupan atau lain-lainnya.

Kuperlihatkan padanya bintang Suha, dan ia memperlihatkan padaku bulan.248

Bintang Suha adalah bintang yang tampak samar, sedangkan bulan

adalah perumpamaan dari sesuatu yang jelas. Hal ini sebagai kiasan bagi

orang yang menjelaskan sesuatu yang sebenarnya telah jelas.

244 Menurut Tim penyusun Ensiklopedi Dunia Islam, sebagian dari suku Tha‟I

menyembah gugusan bintang ini. Ensiklopedi Dunia Islam, h. 29 245

Lewis Ma‟luf, al-Munjid fi al-Lughah wa al-A‘lam, h. 70 246

Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h.259 247

Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h.263 248

Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h.264

Page 126: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

126

Lebih kuat jaganya daripada bintang.

Bintang itu karena terus berkedip-kedip semalam-malaman, maka

dianggapnya tidak pernah tidur. Kiasan bagi seseorang yang kuat berjaga

di waktu malam.

Apabila bintang Suhail telah terbit, maka angkatlah takaran itu dan diletakkannya

pula.

Diceritakan bahwa apabila bintang ini keluar, maka buah-buahan

menjadi masak dan matahari turun derajatnya. Ini adalah kiasan sesuatu

negri yang berganti-ganti atau berubah-ubah selalu peraturan-

peraturannya, sedang yang berkuasa tetap orang itu juga.

Dari beberapa peribahasa di atas, tampak jelas sekali kalau bangsa

Arab mengenal betul berbagai jenis dan karakter bintang. Mereka tampak

memuja dan mengagumi sifat dan karakter bintang. Hal ini memperkuat

pernyataan bahwa sebagian dari bangsa Arab kuno adalah penyembah

bintang. Dalam mitos Arabia Selatan, ada sebuah bintang yang diberi

nama al-Zahrah, mereka meyakini bahwa bintang tersebut adalah anak

dari matahari dan bulan.251

Masyarakat Arab Jahiliyah meyakini bahwa bintang memiliki

kekuatan yang luar biasa. Perubahan alam seperti turunnya hujan,

pergantian musim, pergantian siang dan malam, perubahan panas dingin,

tersebarnya wabah penyakit, terjadinya peperangan, mati dan hidup,

diyakini oleh mereka sebagai perbuatan bintang. Menurut keyakinan

249

Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h.324 250

Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h.402 251

Tim penyusun, Ensiklopedi Dunia Islam: Akar dan Awal, h. 29

Page 127: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

127

bangsa Yaman, bintang terdiri dari laki-laki dan perempuan, ada yang

besar dan ada yang kecil seperti halnya manusia.252

Adapun peribahasa yang menggambarkan kedudukan matahari

bagi bangsa Arab tampak pada peribahasa berikut ini:

Setiap matahari itu ada masa terbenamnya.

Sebagai kiasan bahwa kejayaan, kekuasaan, kemegahan dan lain-

lainnya itu pasti ada masa berakhirnya. Dalam hal ini, jelas sekali kalau

matahari disimbolkan sebagai kekuasaan, kejayaan, kemeggahan, dan

sifat hebat manusia lainnya.

Bukankah aku telah mendapat matahari, jangan pula engkau memanasi aku.

Maksudnya bahwa orang yang sudah kepanasan matahari itu,

tidak ingin pula kena panas api. Kiasan bagi seseorang yang dalam

kesukaran dan dibebani pula oleh kesukaran yang lain dari kawan atau

keluarganya.

Lebih tersohor daripada matahari.

Untuk menyatakan sesuatu yang sangat terkenal atau tersohor.

Melumpuri tubuhnya matahari.

252

Tim penyusun, Ensiklopedi Dunia Islam: Akar dan Awal, h. 29 253

Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h.357 254

Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h.357 255

Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h.360 256

Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h.409

Page 128: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

128

Melumpuri maksudnya menutupi dengan lumpur agar tidak

kelihatan bendanya dan kalau matahari yang akan dibuat sedemikian

adalah suatu kemustahilan yang menertawakan. Dikiaskan pada

seseorang yang hendak menutup-nutupi sesuatu yang sudah nyata jelas

dan terang.

Dari peribahasa-peribahasa di atas, tampak nyata bahwa matahari

dianggap sebagai sesuatu yang hebat oleh masyarakat Arab. Pada masa

jahiliyah, penyembahan terhadap matahari lebih banyak dilakukan oleh

masyarakat agraris, seperti Bani Tamim, Bani Shabbah, dan Bani Uday.

Demikian juga kerajaan Sabba, sebagaimana kisahnya diabadikan dalam

al-Qur‟an.257

Lebih bercahaya daripada matahari dan bulan.258

Lebih gemilang daripada matahari dan bulan.

Kedua peribahasa tersebut untuk menyatakan sesuatu yang luar

biasa indah atau cantiknya.

Lebih sempurna daripada bulan purnama.

Untuk menyatakan sesuatu yang sudah sangat sempurna sekali.

Adakah bulan itu tidak terlihat oleh orang banyak.

257

Tim penyusun, Ensiklopedi Dunia Islam: Akar dan Awal, h. 29 258

Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h.76 259

Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h.160 260

Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h.90 261

Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h.210

Page 129: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

129

Kiasan bagi sesuatu yang telah terkenal.

Berjalanlah bersama bulan.

Maksudnya sekalipun malam tetap berjalan juga, mumpung ada

bulan yang dapat menerangi jalan. Kiasan bagi seseorang yang dianjurkan

supaya segera melaksanakan kehendaknya, mumpung ada kesempatan

yang baik baginya.

Lebih tersohor daripada bulan.

Menyatakan sesuatu yang sangat terkenal atau tersohor.

Lebih tersohor daripada bulan purnama.

Kalau bulan telah terbit, nyaman sekali berjaga itu.

Kiasan bagi seseorang yang menyatakan keberaniannya

menghadapi suatu hal, apabila dibelakangnyaternyata ada pendukung

atau pembelanya.

Bulan, bintang, dan matahari dalam rangkaian peribahasa di atas

tampak jelas, oleh masyarakat Arab dianggap sebagai sesuatu yang

sempurna tanpa cacat. Namun demikian, menurut kepercayaan kuno

masyarakat Yaman, bulan lebih diutamakan dari yang lainnya. Oleh

karena itu, bulan memiliki tempat khusus di kalangan mereka.

262

Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h.330 263

Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h.360 264

Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h.361 265

Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h.402

Page 130: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

130

Masyarakat penyembah bulan membuat patung berbentuk bulan sabit. Di

tangan berhala itu ada permata. Mereka menyembah, sujud, dan

melakukan puasa untuk berhala tersebut pada hari-hari tertentu setiap

bulan. Mereka juga membawa makanan dan minuman serta berbagi suka

dan duka. Penyembahan bulan ini juga dilakukan oleh sebagian besar

masyarakat penggembala dan badui di Jazirah Arab.266

Meskipun bumi tidak dijadikan sebagai simbol keyakinan oleh

masyarakat Arab, namun penghargaan mereka terhadap keberadaan

bumi sangat jelas, seperti terlihat pada peribahasa-peribahasa mereka:

Di bumi jualah engkau dilahirkan oleh ibumu.

Diucapkan kepada seorang yang congkak/pemboros atau perusuh

masyarakat dengan maksud agar ia tidak terlalu congkak, boros atau

sangat merusuhi, sebab kita ingatkan bahwa lahirnyapun sama-sama di

bumi dan tidak di langit.

Bumi pun menerima bagian dari minuman si dermawan itu.

Untuk menyatakan kedermawanan seseorang hingga diucapkan :

Jangankan lagi manusia yang tidak merasakan kedermawanannya,

sedangkan bumi saja merasakan minumannya.

Dalam bumi itu bagi seorang merdeka yang mulia hati, tentu banyak saja rizkinya.

266

Tim penyusun, Ensiklopedi Dunia Islam: Akar dan Awal, h. 29 267

Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h.22 268

Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h.22 269

Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h.22

Page 131: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

131

Yakni bagi seseorang yang berbudi luhur dan baik dalam

pergaulan, pasti tidak akan kekurangan rizki sepanjang hidupnya.

Lebih dapat menjaga daripada bumi.

Bumi itu sangat baik menjaganya, sebab berbagai-bagai tanaman

dapat dipeliharanya sambai berbunga, berbuah dan lain-lain. Pepatah ini

dikiaskan pada seseorang yang sangat pandai memelihara atau menjaga

sesuatu yang dimilikinya atau yang dipercayakan padanya.

Lebih tahan daripada bumi.271

Lebih pendiam daripada bumi.272

Bumi itu benar-benar tahan, sebab tidak pernah mengeluh

mengenai apa saja yang dilakukan diatasnya. Juga apa saja yang

didirikandi atasnya, tidak pula mengeluh keberatan memikulnya. Pepatah

ini untuk menyatakan seseorang yang sangat tahan percobaan dan

penderitaan lahir dan batin.

2. Fenomena alam

Beberapa fenomena alam lainnya yang dijadikan sebagai sumber

peribahasa Arab, di antaranya, air, hujan, kilat, awan, banjir, tanah,

fatamorgana, api, musim semi, musim panas, batu, gunung, debu, pasir,

dan angin, sebagaimana dapat dilihat dalam peribahasa-peribahasa di

bawah ini:

270

Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h.165 271

Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h.185 272

Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h.515

Page 132: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

132

Hidungnya di langit, tetapi kakinya masih dalam air.

Diucapkan untuk seseorang yang sangat sombongnya, besar kata

namun sebenarnya kecil dan hina.

Permulaan hujan adalah rintik.

Kiasan bagi sesuatu perkara yang mula-mula kecil, tetapi tanpa

disadarinya telah menjadi persoalan besar. Seperti dalam peribahasa

Indonesia, “sedikit-sedikit lama-lama menjadi bukit”.

Itu hanyalah seperti kilat yang hampa hujan.

Diucapkan untuk seseorang yang suka berjanji, tetapi tidak pernah

memenuhinya. Jadi janjinya itu hanya tipuan belaka.

Barangkali saja awan itu tidak menyalahi.

Biasanya awan tebal itu selalu diikuti oleh hujan. Tetapi

adakalanya terjadi, sekalipun awan tebal sudah berarak, tetapi hujannya

tidak kunjung turun. Pepatah ini dinyatakan apabila kita mengharapkan

sesuatu yang belum pasti berhasilnya, tetapi besar harapan kita semoga

berhasil sebagaimana yang kita kehendaki.

Tidak semua awan itu dermawan untuk memberikan airnya.

273

Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h.42 274

Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h.45 275

Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h.53 276

Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h.54

Page 133: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

133

Untuk menyatakan bahwa sesuatu yang diharap-harapkan

kedatangannya itu tiba-tiba terlepas dari tangan kita, misalnya akan

mendapat keuntungan dalam perdagangan yang sudah dipastikan, tetapi

tiba-tiba meleset.

Sampailah sudah air bah itu pada tanah yang tinggi.

Air itu bila naik ke tempat yang tinggi tentu habis dan kering.

Pepatah ini untuk menyatakan sesuatu yang sudah melampaui batas,

hingga kurang baik akibatnya.

Ia datang dengan dengan membawa air banyak dan tanah .

Dikiaskan pada seseorang yang dating dengan berita yang jelas dan

juga ada yang samar-samar(sukar diperhitungkan). Dikiaskan pula pada

seseorang yang dating dengan membawa sesuatu dengan jumlah yang

banyak, seperti si kaya dengan harta-hartanya atau seorang panglima

dengan segenap bala tentaranya.

Lebih rugi daripada orang yang menggenggam air .

Penggenggam air pasti merasa rugi, sebab airnya pasti bercucuran

dari jari-jari tangannya, jadi sia-sia saja usahanya. Ini untuk

menyatakakan seseorang yang amat besar kerugiannya dan besar pul

penyesalannya.

277

Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h.54 278

Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h.71 279

Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h.133 280

Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h.204

Page 134: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

134

Siapa yang dapat menahan air bah yang melalui alirannya .

Untuk menyatakan sesuatu yang memang tidak ditakdirkan

baginya sekalipun sebenarnya telah berusaha sekeras-kerasnya.

Lebih halus daripada cahaya fatamorgana.282

Lebih menipu daripada fatamorgana283

Fatamorgana adalah bayangan air di padang pasir yang terlihat

tidak jauh, tetapi ketika didekati tidak akan pernah sampai. Ini adalah

kiasan bagi seorang penipu ulung.

Lebih banyak makannya daripada api .

Sempurnanya musim semi adalah musim panas285

Lebih kosong dari batu286

Untuk menyatakan seseorang yang sangat miskin dan tidak

memiliki apapun.

281

Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h.273 282

Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h.282 283

Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h.471 284

Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h.28 285

Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h.89 286

Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h. 106

Page 135: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

135

Kerikil itu dari gunung

Sebagai kiasan bagi orang yang suka berkumpul dengan

kelompoknya sendiri.

Lebih hina dari debu287

Debu biasanya selalu ada di bawah dan diinjak-injak, hal ini

sebagai perumpamaan orang yang sangat hina dan tidak memiliki nilai di

mata orang lain.

Lebih haus daripada pasir.

Pasir itu sekalipun berapa saja banyaknya air yang disiramkan,

masih juga habis diisapnya. Ini adalah kiasan bagi seseorang yang sangat

benar hausnya.

Hilanglah darahnya mengikuti tiupan angin.

Diucapkan bagi seseorang yang terbunuh secara dianiaya, tetapi

tidak seorangpun yang menuntut atau meembelanya.

Pergilah angin itu mengikuti kebiasaannya.

Kiasan bagi keadaan beberapa orang yang berpisah-pisah menurut

kemauannya sendiri-sendiri atau seseorang yang berbuat sebagaimana

adatnya semula.

287

Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h. 169 288

Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h. 412 289

Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h. 257 290

Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h. 258

Page 136: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

136

Lebih halus daripada angin.

Untuk menyatakan sesuatu yang sangat halusnya.

Ada tiga jenis angin yang disebutkan dalam peribahasa di atas,

yaitu rîh, haif, dan nasîm. Rîh adalah sebutan untuk angin secara umum.

Haif adalah sejenis angin panas yang dapat mengeringkan air. Nasîm

adalah angin yang bertiup dengan lembut. 292 Fenomena alam (unsur-

unsur ekstrinsik) yang meliputi bangsa Arab saat itu, jelas sangat

mempengaruhi terhadap proses penciptaan amtsâl.

e. Tumbuhan

Di dalam peribahasa Arab, penyebutan nama tumbuhan tidak

banyak. Hanya ada empat kata tumbuhan yang disebutkan, yaitu kata

pohon secara umum, kurma, anggur, barwaqah, „alqam dan hanzhal.

Kurma termasuk pohon yang paling banyak disebutkan, sedangkan

lainnya masing-masing hanya satu kali.

a) Pohon secara umum

Ada dua peribahasa Arab yang menggunakan kata pohon secara

umum tanpa menyebutkan jenisnya, yaitu:

Dari benihlah, asalnya pohon itu

Cikal bakal pohon adalah biji294

291

Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h. 282 292 Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: PT . Hidakarya Agung, 1990),

h. 149, 489, & 451. 293 Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h. 139 294 Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h. 45

Page 137: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

137

Peribahasa ini sebagai perumpamaan bahwa perkara yang besar itu

biasanya berasal dari perkara yang kecil. Dan tanpa disadari hal kecil itu

menjadi persoalan yang besar.

b) Kurma

Kurma adalah jenis tumbuhan atau buah yang paling banyak

digunakan dalam peribahasa Arab, seperti halnya unta untuk jenis

binatang. Hal ini tentu saja tidak mengherankan karena kurma adalah

termasuk makanan pokok bangsa Arab dan negara-negara Timur Tengah

lainnya.295 Ada banyak peribahasa Arab dengan menggunakan kata tamr

atau kurma di dalamnya, dan digunakan untuk berbagai kiasan, seperti:

Kau makan kurmaku, tetapi kau tentang perintahku.

Ini adalah ucapan Abdullah bin Zubair kepada seseorang yang

telah diberinya jabatan tinggi tetapi tidak suka mengikuti kehendaknya.

Ia yang makan kurmanya, tetapi aku yang dilempar bijinya.

295 Dalam Wikipedia Bahasa Indonesia Ensiklopedi Bebas disebutkan bahwa

Kurma telah menjadi makanan pokok di Timur Tengah selama ribuan tahun lamanya. Pohon Kurma diyakini berasal dari sekitar Teluk Persia dan telah dibudidayakan sejak zaman kuno dari Mesopotamia ke prasejarah Mesir, kemungkinan pada awal 4000 SM. Bangsa Mesir Kuno menggunakan buahnya untuk dibuat menjadi anggur kurma dan memakannya pada saat panen. Ada bukti arkeologi budidaya kurma di bagian Arab timur pada tahun 6000 SM. Pada zaman selanjutnya, orang Arab menyebarkanluaskan kurma di sekitar Selatan dan Barat Daya Asia, bagian utara Afrika, Spanyol dan Italia. Kurma diperkenalkan di Mexico dan California, disekitar Mission San Ignacio, oleh bangsa Spanyol pada tahun 1765. http://id.wikipedia.org/wiki/Kurma_%28pohon%29, Halaman terakhir diubah pada 03.04, 4 November 2012

296

Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h. 24 297

Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h. 25

Page 138: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

138

Untuk menyatakan bahwa dirinya tidak ikut berbuat, tetapi terkena

bencananya, sedang yang melakukannya tidak terkena akibat dari

perbuatannya tersebut.

Kurma dan bara api.

Diucapkan pada seseorang yang hendak kita suruh memilih,

apakah ia ingin menyelesaikan persoalannya dengan cara damai (kiasan

kurma) ataukah dengan jalan kekerasan (kiasan bara api) dan kita akan

sanggup menghadapi semua cara itu.

Akulah batang pohonnya yang digunakan tempat menggaruk serta pohon kurmanya

yang diberi kerudung.

Pohon kurma itu apabila termasuk golongan yang teerbaik

hasilnya, selalu didirikan dinding penjaga disekelilingnya agar tidak

dirobohkan oleh angin taufan. Maksud pepatah ini dikiaskan pada

seseorang yang sedang gelisah dan dapat ditenangkan oleh akal fikiran

serta pemecahan dari otaknya sendiri.

Apakah kurma jelek dan jelek pula menukarnya.300

Dikiaskan pada seseorang yang sekaligus melakukan dua macam

kejahatan atau menganiaya orang lain dari dua macam sudut. Jadi

diibaratkan seorang penjual kurma, yang kurmanya kwalitet jelek dan

pula tidak beres cara menukar atau menimbangnya.

298 Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h. 90

299 Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h. 104

300 Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h. 161

Page 139: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

139

Lebih murah daripada kurma di Basrah.

Untuk menyatakan sesuatu yang sangat murah harganya.

Tidak semua yang hitam itu kurma.

Kiasan untuk menyatakan seseorang atau sesuatu benda yang

sekalipun ada persamaannya, tetapi tidak tidak semua sama baik sifat

ataupun yang lainnya.

Tiada yang lebih menyerupai kurma daripada kurma.

Maksud kiasan ini adalah untuk menyatakan dua benda atau dua

orang yang hampir benar persamaannya, baik mengenai rupa wajah,

tabiat atau kelakuannya.

Lidah dari kurma dan tangan dari kayu.

Kiasan bagi seseorang yang manis kata-katanya tetapi tidak ada

kemanfaatannya sama sekali, sebab belum pernah terbukti.

Kurma hingga saat ini tetap menjadi tumbuhan dan buah khas

daerah gurun pasir termasuk Saudi Arabia.

c) Anggur, Barwaqah, „Alqam dan Hanzhalah

Selain kurma ada beberapa tumbuhan lain yang disebutkan dalam

peribahasa Arab, sebagaimana terdapat dalam peribahasa berikut ini:

301

Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h. 272 302

Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h. 327 303

Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h. 338 304

Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h. 537

Page 140: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

140

Tidak akan engkau dapat menuai anggur daripada duri.

Maksudnya yaitu perbuatan jelek itu akan membuahkan bencana

dan tidak mungkin membuahkan kebaikan. Juga dikiaskan pada

seseorang yang bergaul dengan kawan yang bertabiat buruk, tidak

mungkin ia dapat memperoleh kebaikan dari padanya.

Lebih terima kasih daripada pohon Barwaqah.

Dikatakan bahwa pohon ini kecil bentuknya, dapat subur dengan

hanya ada hujan yang sedikit saja, dapat menghijau daunnya tanpa

datangnya hujan bahkan dapat tumbuh baik dengan tiupan angin saja.

Dikiaskan pada seseorang yang sangat besar terima kasihnya dengan

pemberian yang sangat sedikit, juga seseorang yang sangat bersyukurnya

pada Tuhan dengan mendapatkan kenikmatan sekalipun tidak seberapa

banyaknya.

Lebih pahit daripada rumput laut.

Lebih pahit daripada daun hanzhal.

Kedua peribahasa tersebut untuk menyatakan sesuatu yang pahit

sekali, baik dalam rasa lidah atau perasaan hati. Namun demikian, perlu

diketahui bahwa hanzhalah (timun pahit) dalam budaya bangsa Arab

termasuk pada tumbuhan yang dikultuskan, hal ini tampak pada

305

Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h. 118 306

Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h. 356 307

Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h. 548 308

Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h. 548

Page 141: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

141

penamaan kabilah tertentu dengan nama tumbuhan ini, yaitu Bani

Hanzalah. 309

Dari penjelasan-penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa

pemilihan kata (diksi) dalam peribahasa Arab dipengaruhi oleh berbagai

unsur, yaitu sejarah atau peristiwa tertentu, fauna, benda-benda langit,

fenomena alam, budaya, serta tumbuhan. Dalam buku al-Wasith, amtsal

dibagi ke dalam dua bagian, pertama, amtsâl haqîqiyah310 kedua amtsâl

fardhiyyah. Amtsâl haqîqiyah yaitu peribahasa yang jelas asal-usulnya dan

riwayatnya dinisbatkan pada seseorang sesuai dengan konteks yang

dialami oleh si periwayat,311 atau dengan kata lain peribahasa yang dibuat

berdasarkan kenyataan yang terjadi pada seseorang. Amtsâl jenis ini ada

juga yang menyebutnya dengan amtsâl târikhiyyah. Peribahasa yang

termasuk pada jenis ini dapat dilihat contohnya pada pembahasan tentang

nama-nama yang dijadikan sebagai symbol kebaikan dan kejelekan.

Adapun amtsal fardhiyyah312, adalah peribahasa yang dinisbatkan

pada binatang, tumbuhan, atau benda, seperti telah dijelaskan

sebelumnya pada diksi yang menggunakan nama-nama binatang,

tumbuhan, fenomena alam, dan lainnya. amtsâl fardhiyyah berdasarkan

penelitian para sejarawan berkembang di saat terjadinya banyak

kelaliman dan kekerasan, di saat para mursyid atau para ulamanya

banyak dibungkam dan dibatasi geraknya, sehingga mereka

menggunakan amtsâl fardhiyyah. Dengan cara itu, mereka merasa aman

dan dapat menyampaikan pesan-pesan moral yang mereka inginkan

melalui amtsal tersebut. Menurut kami, hal ini bisa saja menjadi salah satu

faktor penyebabnya, tapi tidak bisa dijadikan sebagai alasan secara

309

Ensiklopedi Dunia Islam, h. 28 310

Haqiqiyyah adalah berdasarkan kenyataan 311

Ahmad al-Iskandari dan Mushtafa ‘Inani, al-Wasith fi al-Adab al-Arabi wa Tarikhihi, h. 17

312 Kata fardhiyyah dalam kamus al-Munawwir diartikan berdasarkan dugaan perkiraan

Page 142: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

142

keseluruhan, sebab banyak nama-nama binatang yang digunakan sebagai

perumpamaan dalam peribahasa berdasarkan karakter yang dimilikinya

yang mirip dengan sifat dan watak manusia. Hal ini tentu saja

berdasarkan pengamatan yang cerdas terhadap suatu objek yang

kemudian dikaitkan dengan objek lainnya.

Namun bila diperhatikan lebih jauh, memang ada binatang tertentu

yang identik dengan sindiran dalam dunia politik, binatang itu adalah

anjing. Coba kita perhatikan, peribahasa-peribahasa berikut ini:

Anjing itu tetap saja anjing, sekalipun engkau beri kalung emas.313

Peribahasa ini diucapkan kepada orang yang membebani seseorang

di luar kemampuan yang dimilikinya. Oleh karena itu, bila member

perintah pada orang lain harus disesuaikan dengan kemampuan yang

dimilikinya, sehingga ia mampu melaksanakan tugas sesuai dengan yang

diinginkan. Hal ini bisa saja dijadikan sebagai sindiran bagi penguasa

yang tidak mampu berbuat apa-apa, namun agar tampak hebat dan

berwibawa ia berpenampilan dengan sesuatu yang dapat menutupi

ketidakmampuannya itu.

Lebih lapar daripada dzu‘alah314

Dzu‟alah adalah nama sindiran bagi anjing hutan. Diceritakan

orang bahwa anjing hutan itu selalu menyimpan makanan di dalam

perutnya, ia selalu dalam kelaparan saja. Diceritakan pula bahwa perut

binatang ini dapat melunakkan tulang. Namun cerita ini juga bisa saja

313 Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h.527 314 Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h.130

Page 143: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

143

dijadikan sindiran bagi penguasa yang serakah yang tidak pernah puas

memeras harta rakyatnya.

B. Karakteristik Diksi dalam Peribahasa Indonesia

Unsur-unsur ekstrinsik yang mempengaruhi diksi peribahasa

Indonesia secara garis besar dapat diklasifikasikan ke dalam dua bagian,

yaitu unsur-unsur yang bersifat agraris dan unsur-unsur yang bersifat

maritim atau perairan, dari kedua unsur tersebut selanjutnya muncul

unsur-unsur budaya. Hal ini tentu saja terkait dengan kondisi geografis

Indonesia. Berdasarkan data, Indonesia adalah negara kepulauan terbesar

di dunia. Jumlah pulaunya tidak kurang dari 17.504 pulau. Sekitar dua

pertiga luas wilayah Indonesia merupakan perairan laut. Karena perairan

lautnya yang luas, Negara Indonesia juga dikenal dengan Negara

bahari.315 Berdasarkan hal tersebut, pada bagian ini akan dibahas berbagai

hal yang mempengaruhi diksi dalam peribahasa Indonesia, baik yang

terkait dengan hal-hal pertanian, maupun kelautan, baik dari aspek alam,

flora, fauna, budaya maupun kata kerja yang terkait dengan keduanya.

a. Fenomena alam

1. Air

Di antara fenomena alam yang banyak disebutkan dalam

peribahasa Indonesia adalah air, hujan, dan laut. Ketiganya merupakan

unsur alam yang tidak dapat dipisahkan. Satu sama lain saling

berhubungan, dan terkait erat dengan kondisi geografis Indonesia. Dalam

Peribahasa Indonesia kata air sebagai unsur alam sangat dominan, hal ini

tentu saja terkait dengan alam Indonesia yang kaya dengan air.

Berdasarkan data geografi, Indonesia memiliki luas laut 7.900.000 km2,

empat kali dari luas daratannya atau 70% dari luas Indonesia, sehingga

Indonesia kemudian dijuluki sebagai negara maritim. Untuk itu, sejak

315

Tim penyusun, Muatan Lokal Ensiklopedi Geografi Indonesia, (Jakarta: PT. Lentera Abadi, 2006), h. 3

Page 144: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

144

zaman dahulu kala, masyarakat Indonesia akrab dengan air, baik di darat

maupun di laut. Pelaut bahkan menjadi salah satu profesi masyarakat

Indonesia dari dahulu hingga sekarang.

Dekatnya kehidupan bangsa Indonesia dengan air, membuatnya

faham betul dengan berbagai karakter air, baik dan buruknya. Hal ini

menjadikan para ahli bijak membuat berbagai peribahasa yang bersumber

dari watak air.

Dalam Kamus Peribahasa Indonesia, dimuat sebanyak lebih dari 43

peribahasa bertemakan air. Kata air tersebut digunakan di hampir setiap

lini kehidupan dan menjadi simbol dari berbagai karakter manusia,

seperti peribahasa:

Menangguk di air keruh

Peribahasa ini sebagai simbol dari manusia yang gemar mencari

keuntungan di saat orang lain mendapat kesulitan.

Banyak sekali peribahasa yang diambil dari karakter dan watak air,

sebagai contoh:

Air beriak tanda tak dalam

Peribahasa ini diambil dari watak air yang apabila dalam tidak

menimbulkan riak, namun sebaliknya apabila dangkal akan tampak

beriak dan bergerak. Hal ini sebagai bentuk kiasan bagi orang yang

berilmu dan tidak berilmu. Ketika seseorang memiliki ilmu yang

mumpuni, biasanya tidak banyak bicara kecuali saat-saat yang

Page 145: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

145

diperlukan, berbeda halnya yang ilmunya sedikit biasanya suka berkoar-

koar. Contoh lain dari watak air tampak dalam peribahasa

Air pun ada pasang surutnya

Air, baik yang ada di darat maupun di laut pasti akan mengalami

pasang surut, kadang banyak kadang sedikit. Demikian pula dengan

kehidupan manusia yang selalu mengalami nasib silih berganti antara

susah dan senang. Peribahasa lainnya yang juga diambil dari karakter air:

Air tenang menghanyutkan

Yaitu orang yang diam jangan disangka bodoh, karena terkadang ia

justru berpengetahuan luas. Peribahasa ini diambil dari karakter air

sungai yang besar dan dalam, meskipun tampak tenang, namun benda

yang dilaluinya pasti terbawa hanyut. Demikian pula orang yang pintar

dan berpengetahuan luas, biasanya ia tidak banyak bicara, namun ketika

bicara mampu mempengaruhi orang yang mendengarkannya. Ungkapan-

ungkapan bijak ini, tentu saja berdasarkan pengamatan pada kebiasaan-

kebiasaan air. Dan masih banyak lagi.

2. Hujan

Selain kata air, kata lainnya yang juga terkait dengan aspek

geografis Indonesia sebagai negara agraris adalah hujan. Contoh:

Bumi mana yang tiada kena hujan

Peribahasa ini mengandung arti “Setiap orang pasti pernah

melakukan kesalahan”. Dalam ungkapan “Bumi mana yang tiada kena hujan,

diksi yang dipilih sangat jelas terkait dengan kondisi geografi Indonesia

sebagai negara tropis. Indonesia sebagai jamrud khatulistiwa, hanya

memiliki dua musim, yaitu panas dan hujan. Seluruh wilayah di

Indonesia beriklim tropis dengan perbedaan suhu yang sangat kecil.

Curah hujan di berbagai daerah bervariasi. Berdasarkan data yang

diperoleh dari Ensiklopedi Geografi Indonesia, curah hujan yang paling

tinggi terdapat di daerah pegunungan di Kalimantan, Sumatra, Sulawesi

Page 146: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

146

dan papua yang memperoleh curah hujan lebih dari 3.000 mm setiap

tahun. Sebagian besar wilayah dataran rendah menerima curah hujan

antara 1600-2.200 mm setiap tahun.316 Unsur geografis ini kemudian

melahirkan berbagai peribahasa yang di dalamnya terkandung pesan-

pesan moral yang bernilai tinggi.

Berdasarkan data tersebut, suatu hal yang wajar bila peribahasa

Indonesia banyak menggunakan diksi dengan tema hujan, sebagaimana

halnya air. Peribahasa lain yang menggunakan kata hujan:

Daripada hujan emas di negeri orang, lebih baik hujan batu di negeri sendiri

Artinya “bagaimanapun senangnya hidup di negeri orang, masih

lebih senang hidup di negeri sendiri”. Peribahasa ini merupakan bentuk

cinta seseorang pada tanah airnya sendiri. Dan masih banyak lagi,

peribahasa lainnya yang menggunakan kata hujan.

3. Laut

Unsur alam lainnya yang terkait erat dengan air adalah laut. Kata

laut seperti halnya air, banyak digunakan dalam peribahasa Indonesia,

seperti:

Asam di gunung garam di laut bertemu dalam satu belanga

Garam dan asam adalah jenis bumbu yang biasa digunakan untuk

memasak. Garam berasal dari laut sedangkan asam berasal dari

pegunungan. Peribahasa tersebut mengandung arti laki-laki dan

perempuan kalau sudah berjodoh pasti bertemu juga, sejauh manapun

jarak yang memisahkan keduanya.317

Selain laut, dalam peribahasa tersebut juga terkandung kekayaaan

alam Indonesia lainnya yaitu garam. Selain peribahasa di atas masih

banyak peribahasa lainnya yang menggunakan kata garam, seperti:

Membuang garam ke laut

316 Tim penyusun, Muatan Lokal Ensiklopedi Geografi Indonesia, (Jakarta: PT.

Lentera Abadi, 2006), h. 3 317

Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 293

Page 147: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

147

Peribahasa tersebut mengandung arti memberikan pertolongan

pada orang yang tidak membutuhkan. Banyaknya diksi garam dalam

peribahasa, sangat dipahami karena Indonesia termasuk Negara penghasil

garam terbesar di dunia dari lautan luas yang dimilikinya.

Selain garam, ombak adalah diksi lain yang terkait dengan laut.

Contoh:

Ombaknya kedengaran, pasirnya tidak kelihatan

Peribahasa tersebut mengandung arti berita yang sudah tersiar,

tetapi tidak ada buktinya atau sama dengan kabar burung.

4. Gunung

Selain garam, gunung juga termasuk diksi yang banyak digunakan

dalam peribahasa Indonesia. Gunung termasuk fenomena alam yang

banyak ditemukan di Indonesia. Banyak wilayah daratan Indonesia yang

terbentuk dari aktivitas vulkanik. Hal ini tampak dari kenampakan pulau-

pulau yang berbentuk pegunungan. Ratusan gunung menyebar di seluruh

wilayah Indonesia. Tidak kurang dari 128 gunung api yang sangat aktif

tersebar di wilayah Indonesia. Gunung-gunung api ini di satu sisi

membahayakan,namun di sisi lain, debu gunung api dapat menyuburkan

tanah di sekitarnya. 318 Peribahasa lainnya yang juga menggunakan diksi

gunung:

Tak akan lari gunung dikejar, hilang kabut tampaklah ia

Artinya jangan tergesa-gesa dalam mengerjakann sesuatu yang

pasti akan dicapai.

5. Angin

Selain garam, kata angin banyak digunakan dalam peribahasa

Indonesia dan terkait erat dengan fenomena alam lainnya, dan juga

budaya Indonesia, sebagaimana dapat dilihat pada peribahasa berikut ini:

318 Tim penyusun, Muatan Lokal Ensiklopedi Geografi Indonesia, (Jakarta: PT.

Lentera Abadi, 2006), h. 4

Page 148: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

148

Angin yang berputar, ombak yang bersabung

Ombak terkait erat dengan Indonesia sebagai negara bahari serta

profesi sebagian penduduknya sebagai nelayan atau pencari ikan di laut

yang biasa menggunakan perahu dengan bantuan angin dan ombak.

Kedua kata tersebut, yaitu angin dan ombak dijadikan sebagai kiasan atas

kesukaran yang maha hebat.

Angin dalam peribahasa Indonesia lebih banyak dijadikan sebagai

kiasan tentang sesuatu yang tidak jelas, tidak pasti, dan sia-sia, baik

terkait dengan informasi, cara bersikap, persoalan, dan lainnya. Sebagai

contoh:

Kabar angin

Kabar yang tidak jelas dan tidak pasti kebenarannya.

Ke mana angin yang deras, ke situ condong

Perumpamaan bagi orang yang tidak punya pendirian.

Memasukkan angin

Perumpamaan bagi orang yang suka menghasut.

Ke gunung tak dapat angin

Melakukan perbuatan yang sia-sia.

Siapa yang menabur angin, akan menuai badai

Siapa yang berbuat jahat, pasti akan menerima akibatnya

Sia-sia menggiring angin, terasa ada tertangkap tidak

Perumpamaan bagi orang yang melakukan perbuatan yang sia-sia.

Angin tak dapat ditangkap, asap tak dapat digenggam

Rahasia tidak selamanya dapat disembunyikan, karena suatu saat

pasti akan ketahuan juga.

Pengkiasan angin dengan sesuatu yang negatif tersebut, tidak lepas

dari karakternya yang suka bertiup ke segala arah secara tidak pasti, tidak

dapat diraba hanya bisa dirasa, bertiup kencang dan lainnya, kemudian

Page 149: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

149

dijadikan sebagai perumpamaan dari sesuatu atau sikap manusia yang

mirip dengannya, seperti terdapat dalam peribahasa-peribahasa di atas.

6. Hutan

Fenomena alam Indonesia lainnya adalah hutan. Sebagai wilayah

yang mengalami iklim tropis dengan curah hujaan yang tinggi, tanah

subur dapat ditemukan di hampir seluruh wilayah Indonesia. Kondisi ini

juga menjadikan Indonesia kaya dengan keragaman hayati. Ribuan

species flora ditemukan di wilayah Indonesia. Indonesia tercatat sebagai

Negara yang memiliki hutan hujan tropis terbesar di dunia dan masih asli.

Hanya saja penebangan hutan meningkat secara cepat sepanjang abad ke-

20 ketika Indonesia mulai mengembangkan industri kertas, kayu, dan

bubur kayu berskala besar. Kebakaran hutan, illegal logging, dan

pembukaan lahan secara besar-besaran semakin mempersempit wilayah

hutan hujan tropis. 319 Di antara peribahasa yang menggunakan kata

hutan:

―Kalau di hutan tak ada singa, beruk rabun bisa menjadi raja‖

Peribahasa ini mengandung arti kalau tak ada orang yang pandai,

maka orang bodohpun dianggap pandai.

7. Api

Selain air, unsur alam lainnya yang juga banyak digunakan dalam

peribahasa Indonesia adalah api. Beberapa peribahasa dengan pilihan kata

api, sebagian besar terkait dengan karakter alaminya yaitu panas dan

membakar. Manusia sebagaimana diketahui memiliki watak panas seperti

api, sebagai contoh:

Bagai api dengan rabuk

Rabuk adalah sejenis bulu atau miang halus yang terdapat pada

pelepah pohon enau, biasanya dapat digunakan untuk menghidupkan api

319 Tim penyusun, Muatan Lokal Ensiklopedi Geografi Indonesia, (Jakarta: PT.

Lentera Abadi, 2006), h. 8

Page 150: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

150

dari pemantik.320 Ketika rabuk didekatkan dengan api maka dengan cepat

ia terbakar. Kiasan ini digunakan dengan watak seseorang yang mudah

terpancing emosi, atau mudah marah.

Watak api juga disimbolkan dengan perbuatan jahat, seperti

terdapat dalam peribahasa berikut ini:

Seperti api dalam sekam

Sekam adalah kulit padi setelah ditumbuk atau digiling. Sekam

ketika dibakar, biasanya tidak tampak nyala apinya, yang tampak hanya

asap, namun demikian di dalamnya api tetap menyala dan membakar.

Api dalam peribahasa ini disimbolkan dengan kejahatan yang tidak

tampak, padahal berbahaya. Berdasarkan hal tersebut, api dalam

peribahasa Indonesia lebih banyak menjadi simbol dari sifat manusia

yang mudah marah dan jahat.

8. Tanah

Tanah dalam peribahasa Indonesia terkait erat dengan sistem

pertanian masyarakat Indonesia dahulu. Hal ini tampak pada peribahasa

berikut ini:

Bajak lalu ditanah yang lembut

Benih yang baik tak memilih tanah

Kata tanah pada peribahasa yang pertama terkait dengan sistem

pertanian di Indonesia yaitu menanam padi di sawah. Hal ini tampak dari

kata bajak yang mendahuluinya. Bajak sebagaimana diketahui merupakan

salah satu perkakas pertanian yang terbuat dari kayu atau besi untuk

menggemburkan dan membalikkan tanah. Pada peribahasa yang kedua,

kata tanah didahului dengan kata benih, yaitu biji atau buah dari tanaman

yang disediakan untuk ditanam atau disemaikan.321

320 Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 806 321 Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 79 & 117

Page 151: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

151

Selain digunakan dalam konteks pertanian, tanah juga digunakan

sebagai simbol kematian, atau tempat manusia dikuburkan. Contoh:

Daripada hidup bercermin bangkai, lebih baik mati berkalang tanah

Hidup bercermin bangkai artinya menanggung malu, dan

berkalang tanah artinya dikubur. Artinya daripada harus menanggung

malu lebih baik mati saja. Kata tanah yang juga identik dengan makna

kuburan atau kematian tampak pada peribahasa berikut ini:

Hancur badan dikandung tanah, budi baik terkenang jua

Hidup dikandung adat, mati dikandung tanah

Kecil dikandung ibu, besar dikandung adat, mati dikandung tanah.

Ketiga peribahasa tersebut, semuanya terkait dengan tempat

kematian manusia atau kuburan.

Seperti Belanda minta tanah

Peribahasa ini tentu saja diambil dari sejarah penjajahan Indonesia

oleh Belanda selama kurang lebih 350 tahun lamanya. Saat itu, satu

persatu tanah atau wilayah Indonesia direbut oleh mereka. Latar belakang

sejarah ini kemudian menjadi kiasan bagi seseorang yang sudah dikasih

sedikit lalu masih minta yang lebih banyak.322

9. Benda-benda langit

Beberapa benda langit yang disebutkan dalam peribahasa

Indonesia adalah matahari, bulan, bumi dan bintang. Contoh:

Bagai bulan dengan matahari

Artinya sangat serasi seperti bulan dengan matahari.

Seperti bulan dipagar bintang

Wanita cantik yang dikelilingi oleh saudara yang mengasihinya

Seperti kejatuhan bulan

Mendapatkan keuntungan yang tidak disangka-sangka

Bagai pungguk merindukan bulan

322 Arti peribahasa dapat dilihat di Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 1001

Page 152: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

152

Menghendaki sesuatu yang tidak mungkin dapat dicapai

Bagai menentang matahari

Melawan penguasa yang dapat hanya kesusahan

Dari peribahasa di atas, tampaknya bulan dalam peribahasa

Indonesia disimbolkan sebagai sesuatu atau wanita yang indah dan

cantik, dan juga suatu keberuntungan. Sedangkan matahari identik

dengan laki-laki tampan, atau juga penguasa yang hebat.

Selain matahari dan bulan fenomena alam lainnya adalah bumi. Di

antara peribahasa yang menggunakan kata bumi yaitu:

Bagai bumi dan langit

Artinya sesuatu yang sangat berbeda

Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung

Artinya harus menyesuaikan diri dengan adat dan keadaan tempat

tinggal.323

b. Hewan

Tidak jauh berbeda dengan peribahasa Arab, dalam peribahasa

Indonesia sejumlah nama binatang kerap dijadikan sebagai perumpamaan

terhadap tingkah laku manusia. Nama-nama binatang yang ada di dalam

peribahasa Indonesia sangat beragam, dari yang jinak hingga yang buas,

ternak maupun liar. Banyaknya nama-nama binatang yang masuk dalam

peribahasa Indonesia, secara tidak langsung menggambarkan negeri yang

kaya akan fauna. Secara umum satwa-satwa tersebut dapat kita

kategorikan ke dalam empat bagian, yaitu hewan ternak, hewan

peliharaan, hewan liar dan, hewan laut.324

1. Hewan ternak

323 Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 154-155 324 Satwa yang hidup di Indonesia dapat dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu

satwa Asia dan Australia. Satwa Autralia seperti: kanguru, kakatua, dan kuskus. Satwa Asia seperti: harimau, gajah dan tapir. Di pulau-pulau tertentu hidup binatang khas seperti komodo di pulau Komodo dan biawak di pulau Rinca. Tim penyusun, Muatan Lokal Ensiklopedi Geografi Indonesia, (Jakarta: PT. Lentera Abadi, 2006), h. 9

Page 153: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

153

Menurut salah satu ensiklopedi geografi Indonesia, jika

dibandingkan dengan jumlah penduduk yang besar, usaha peternakan

yang ada di Indonesia relatif kecil.325 Ada beberapa hewan yang sejak

zaman dahulu diternakkan. Hal ini dapat kita temukan dalam peribahasa

Indonesia, yaitu: ayam sebanyak + 33 kali, kerbau + 9 kali, kambing dan

itik + 6 kali, lembu + 2 kali, kuda + 2 kali, dan domba + 1 kali. Hewan-

hewan ini erat kaitannya dengan kehidupan para petani Indonesia di

masa lalu.

Berdasarkan data di atas, ayam merupakan hewan yang paling

banyak digunakan dalam peribahasa Indonesia yaitu sebanyak 33 kali.

Hal ini sangat dimaklumi, sebab ayam memiliki kedekatan tersendiri

dengan masyarakat Indonesia yang dahulu kala mayoritas sebagai petani

dan rata-rata memelihara ayam meskipun bukan sebagai peternak.326

Keterkaitan ayam dengan petani tampak pada peribahasa-peribahasa

berikut ini:

―Ayam bertelur di atas padi, mati kelaparan‖

Peribahasa ini merupakan perumpamaan bagi orang yang

bersuamikan atau beristrikan orang kaya namun hidupnya tetap susah

juga, atau orang yang menderita di tempat yang berlimpah ruah.

―Asal ayam ke lesung, asal itik ke pelimbahan‖

Peribahasa ini mengandung arti, pertama, tabiat yang turun

temurun, sukar sekali mengubahnya. Kedua, perempuan yang memiliki

watak buruk walaupun bersuamikan orang baik-baik sifat buruknya

sukar sekali untuk diubahnya.

325

Tim penyusun, Muatan Lokal Ensiklopedi Geografi Indonesia, (Jakarta: PT. Lentera Abadi, 2006), h. 11

326 Berdasarkan sebuah data Ensiklopedi, ada beberapa binatang yang umum

diternakkan di Indonesia, yaitu kambing, sapi, dan babi. Hewan yang diternakan dalam skala besar adalah ayam. Pada tahun 2002 jumlah ayam ternak diperkirakan mencapai satu miliyar ekor. Tim penyusun, Muatan Lokal Ensiklopedi Geografi Indonesia, (Jakarta: PT. Lentera Abadi, 2006), h. 11

Page 154: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

154

Bila diamati, kedua peribahasa di atas tampak memiliki hubungan

yang erat dengan kehidupan petani di Indonesia. Hal tersebut tampak

pada kata digunakan yaitu padi dan lesung. Padi sebagaimana kita

ketahui adalah makanan pokok bangsa Indonesia yang dihasilkan dari

pertanian, sedangkan lesung adalah alat untuk menumbuk padi yang

biasa digunakan oleh masyarakat Indonesia zaman dulu.327

Selain ayam, kerbau dan lembu juga termasuk hewan ternak yang

lekat dengan kehidupan petani, keduanya bahkan termasuk hewan

penopang langsung pertanian tradisional masyarakat Indonesia. Oleh

petani tradisional keduanya biasa digunakan sebagai alat untuk

membajak sawah. Banyak pelukis yang menggambarkan kehidupan

binatang ini dengan petani. Namun demikian, peribahasa dengan

menggunakan kata kerbau lebih banyak digunakan dibanding lembu atau

sapi. Di antara peribahasa yang menggunakan kata kerbau:

Seperti kerbau dicucuk hidung

Peribahasa ini merupakan perumpamaan bagi orang yang selalu

menurut tanpa banyak tanya. Perumpamaan ini jelas berdasarkan

kebiasaan para petani yang selalu mencucuk hidung kerbau ketika akan

membajak sawah, agar kerbau-kerbau tersebut menurut terhadap

perintah mereka, dan berjalan sesuai intruksi.

Seperti katak hendak jadi lembu

Sebagai perumpamaan bagi orang hina (miskin, rendah) yang ingin

menyamai orang besar. Lembu atau sapi, sebenarnya tidak termasuk pada

hewan yang banyak digunakan oleh petani sebagai alat bajak, ia lebih

banyak dimanfaatkan dagingnya atau susunya, bahkan pada sebagian

masyarakat, binatang ini termasuk pada hewan yang dikeramatkan

seperti terdapat pada cerita legenda dalam mitologi Hindu, Dilipa

327 Alat tersebut saat ini masih dapat ditemukan pada masyarakat pedalaman

(Badui) di Propinsi Banten.

Page 155: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

155

Maharaja Putera Duliduha.328 hal ini tampak pada perumpamaan di atas, di

mana lembu atau sapi dijadikan sebagai perumpamaan dari orang besar.

Hewan ternak lainnya yang ada dalam peribahasa adalah itik. Itik

adalah sahabat dekat ayam. Keduanya adalah teman petani. Selepas

panen biasanya kedua binatang ini dilepas ke sawah agar ikut menikmati

hasil panen petani. Salah satu peribahasa dengan menggunakan kata itik

adalah:

Itik diajar berenang

Peribahasa ini mengandung arti melakukan pekerjaan yang sia-sia,

karena itik adalah sejenis unggas yang secara alamiah sudah pandai

berenang, sehingga tidak perlu untuk diajarkan lagi.

Selain itik, kambing juga termasuk binatang yang banyak

disebutkan dalam peribahasa. Hewan ini juga termasuk ternak yang dekat

dengan kehidupan petani. Contoh peribahasa yang menggunakan kata

kambing:

Bagai kambing dihela ke air

Kambing termasuk binatang yang takut air, sehingga kalau dibawa

ke tempat pemandian biasanya ia kabur. Peribahasa ini sebagai

perumpamaan bagi orang yang enggan melakukan suatu pekerjaan.329

Itulah beberapa binatang ternak yang akrab dengan kehidupan

masyarakat Indonesia, terutama para petani.

2. Hewan peliharaan

Ada tiga jenis hewan peliharaan yang dijadikan sebagai kiasan

dalam peribahasa Indonesia, yaitu anjing sebanyak + 29 kali, kucing +13

kali, dan kuda + 5 kali. Anjing dan kucing bahkan dikumpulkan dan

diabadikan dalam satu peribahasa:

Seperti anjing dengan kucing

328

http://id.wikipedia.org. Halaman ini diubah pada 17.44, 24 Desember 2011. 329 Kamus Besar Bahasa Indonesia, H. 436

Page 156: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

156

Peribahasa ini tentu saja berangkat dari kebiasaan kedua binatang

tersebut yang selalu bertengkar bila bertemu, meskipun sama-sama

dipelihara oleh manusia.

Anjing termasuk binatang yang sangat akrab dalam kehidupan

manusia. Anjing biasanya dijadikan sebagai penjaga rumah, teman

berburu, atau bahkan hanya dijadikan sebagai hewan peliharaan. Dalam

salah satu website bahkan dikatakan bahwa Anjing merupakan hewan

sosial sama seperti halnya manusia. Kedekatan pola perilaku anjing

dengan manusia menjadikan anjing bisa dilatih, diajak bermain, tinggal

bersama manusia, dan diajak bersosialiasi dengan manusia dan anjing

yang lain.330

Kedekatan anjing dengan manusia ini, menjadi faktor banyaknya

watak anjing banyak dijadikan sebagai perumpamaan bagi sifat dan

karakter manusia. Namun demikian, bila diperhatikan, hampir seluruh

peribahasa Indonesia yang menggunakan kata anjing, merupakan kiasan

buruk sifat dan watak manusia, sebagai contoh :

Anjing diberi makan nasi, bilakah kenyang

Sebagai perumpamaan bagi orang yang loba, rakus dan tamak

tidak pernah puas dengan keuntungan yang diperolehnya.

Anjing ditepuk, menjungkit ekor

Sebagai kiasan bagi orang yang tidak berbudi, jika dihormati

menjadi sombong.

330 Hubungan antara manusia dan anjing mempunyai sejarah yang panjang. Fosil serigala ditemukan bersama fosil famili Hominidae yang berasal dari 400.000 tahun yang lalu. Penggabungan bukti genetika dan arkelogis menunjukkan anjing sudah didomestikasi sejak akhir zaman Paleolitik Atas yang merupakan peralihan antara zaman Pleistosin dan Holosin, antara 17.000 samapi 14.000 tahun yang lalu. Walaupun demikian, penelitian morfologi fosil tulang dan analisis genetika anjing zaman kuno, anjing zaman sekarang, dan serigala belum bisa memastikan asal mula domestikasi anjing. Semua anjing kemungkinan berasal hanya dari satu kelompok serigala yang mengalami domestikasi. Tapi ada kemungkinan anjing didomestikasi terpisah-pisah di lebih dari satu lokasi. Pada beberapa kesempatan, anjing hasil domestikasi mungkin juga kawin dengan kawanan serigala liar setempat. http://id.wikipedia.org/wiki/Anjing. Halaman terakhir diubah pada 13.46, 12 November 2012

Page 157: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

157

Anjing menyalak di pantat gajah

Sebagai perumpamaan bagi orang yang hina dan lemah hendak

melawan orang yang besar dan kuat, tentu tak akan berhasil.

Bagai melepaskan anjing terjepit

Sebagai perumpamaan bagi orang yang tak tahu berterima kasih;

sudah ditolong malah kita dimusuhinya.

Berdasarkan hal tersebut, maka anjing dalam peribahasa Indonesia

indentik dengan simbol keburukan watak dan tingkah laku manusia.

Sebagaimana anjing, perilaku kucingpun tidak lepas dari

pengamatan manusia, kebiasaannya yang suka mengeong, mencuri ikan,

dan takut ketika dibawakan lidi, dijadikan sebagai kiasan dari sikap dan

perilaku manusia. Contoh:

Biarpun kucing naik haji, pulangnya mengeong juga

Mengeong adalah ciri khas seekor kucing, kebiasaan ini kemudian

dijadikan sebagai perumpamaan bahwa pembawaan seorang yang

merantau, tidak hilang ketika ia kembali ke kampung halamannya.

Bagai kucing dengan panggang

Watak kucing lainnya adalah suka mencuri ketika manusia lengah.

Maka ketika kucing dekat dengan panggang, atau tusukan ikan, ia tidak

akan kuat untuk tidak mencurinya. Hal ini mengandung arti bahwa

betapun jujurnya seseorang, jika menjaga harta yang banyak akan tergiur

juga.

Bagai kucing dibawakan lidi

Kebiasaan kucing lainnya adalah takut ketika orang membawa lidi

atau sapu, karena dikira akan memukulnya. Peribahasa ini sebagai kiasan

bagi orang yang sangat ketakutan.

Adapun kuda, pada dasarnya bukan termasuk binatang peliharaan

petani. Kuda biasanya dijadikan sebagai tunggangan atau angkutan di

Page 158: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

158

daerah perkotaan di masa lalu. Hal ini tampak pada peribahasa berikut

ini:

Menjadi kuda beban

Seperti kuda lepas dari pingitan

Kedua peribahasa tersebut menggambarkan tugas dan kedudukan

kuda bagi manusia. Pertama sebagai tunggangan atau angkutan, kedua

sebagai peliharaan manusia. Oleh karena itu, pada peribahasa pertama

mengandung arti seseorang yang selalu disuruh-suruh, sedangkan yang

kedua menggambarkan seseorang yang terbebas dari kungkungan.331

3. Hewan Liar

Indonesia tercatat sebagai Negara yang memiliki hutan hujan tropis

terbesar di dunia dan masih asli. Kondisi ini juga menjadikan Indonesia

kaya dengan keragaman hayati. Ribuan species flora dan fauna ditemukan

di wilayah Indonesia.332 Banyak sekali satwa liar yang hidup di hutan

Indonesia dan hal ini tercatat dalam peribahasa, bahkan satwa liar

termasuk kategori binatang yang paling banyak disebutkan dalamm

peribahasa, yaitu gajah sebanyak + 16, harimau + 13 kali, ular sebanyak +

8 kali, pipit sebanyak + 7, beruk sebanyak + 6 kali, musang sebanyak + 5

kali, belalang, babi, cacing, pelanduk, dan rusa sebanyak + 4 kali, elang,

gagak dan bangau sebanyak +3, semut, kura-kura, pungguk, tikus, lalat,

tupai, lembu, biawak, nyamuk dan sebanyak + 2, lebah, cigak, kuman 1

kali.333

331Buku Lengkap Majas dan 3.000 Peribahasa, h. 260 332 Tim penyusun, Muatan Lokal Ensiklopedi Geografi Indonesia, (Jakarta: PT.

Lentera Abadi, 2006), h. 8 333 Data diperoleh dari http://id.wikiquote.org/wiki/Peribahasa_Indonesia.

Jumlah ini pada dasarnya tidak sama antar satu buku dengan yang lainnya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, misalnya hanya disebbutkan peribahasa-peribahasa yang terkenal saja. Jumlah peribahasa yang dimuat dalam Buku lengkap Majas dan 3000 peribahasa tentu berbeda dengan yang dimuat oleh buku lainnya, oleh karena itu data yang digunakan sangat beragam, sehingga kami hanya memperkirakan sesuai dengan data yang ada.

Page 159: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

159

Satwa liar tersebut, ada yang hidup di hutan, namun sebagian

besar adalah satwa yang akrab dengan kehidupan petani, seperti ular,

pipit, musang, belalang, babi, cacing, pelanduk, rusa, elang, tikus, dan

tupai. Hampir seluruhnya adalah musuh petani.

Salah satu satwa liar yang menjadi ciri khas Indonesia di antaranya

adalah gajah. Gajah adalah mamalia darat terbesar yang masih hidup

hingga saat ini. Banyak peribahasa terkenal dengan menggunakan kata

gajah sebagai kiasan, seperti:

Gajah di pelupuk mata tidak tampak, kuman di seberang lautan tampak

Peribahasa ini mengandung arti kesalahan orang lain, biar pun

kecil tetap kelihatan, tetapi kesalahan sendiri tidak disadari.

Gajah dikalahkan oleh pelanduk

Peribahasa tersebut sebagai perumpamaan orang besar yang

dikalahkan oleh orang lemah namun cerdik.

Gajah ditelan ular lidi

Sebagai kiasan bagi anak orang besar yang jatuh cinta kepada anak

orang kecil atau rendah statusnya.

Gajah mati tulang setimbun

Perumpamaan bagi orang besar atau kaya yang meninggal dan

meninggalkan banyak harta pusaka

Gajah bertarung sama gajah, pelanduk mati di tengah-tengah

Peribahasa tersebut mengandung arti orang-orang besar berkelahi,

orang kecil yang menjadi korbannya atau negara berperang, rakyat yang

menjadi korbannya.

Tubuh gajah yang sangat besar, memberi banyak inspirasi bagi

bangsa Indonesia untuk menjadikannya sebagai kiasan. Pada peribahasa

yang pertama, gajah besar diartikan sebagai kesalahan yang dilakukan

sendiri. Pada peribahasa yang kedua, gajah dijadikan sebagai simbol orang

yang besar secara fisik namun bodoh, sehingga dapat dikalahkan oleh

Page 160: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

160

orang yang lemah namun cerdik. Pada peribahasa yang ketiga, gajah

dikiaskan sebagai pembesar yang jatuh cinta pada rakyat jelata.

Peribahasa keempat dikiaskan sebagai orang kaya yang banyak

meninggalkan warisan. Peribahasa kelima, gajah dikiaskan sebagai

pemimpin yang berperang, dan menyengsarakan rakyatnya.

Berdasarkan hal tersebut, gajah dalam hal ini menjadi simbol dari

manusia besar, baik dalam hal kekuasaan maupun kekayaan, namun tidak

sesuai dengan kebesaran yang disandangnya.

Selain gajah, satwa liar lainnya yang juga menjadi cirri khas

Indonesia adalah harimau. Lebih dari 12 peribahasa Indonesia yang

menggunakan diksi harimau. Harimau dalam peribahasa Indonesia lebih

banyak digunakan sebagai simbol kekuatan, kebesaran, dan kehebatan,

seperti tampak pada peribahasa berikut ini:

Anak harimau tidak akan jadi anak kambing

Artinya anak orang besar biasanya menjadi orang besar juga

Duduk seperti kucing, melompat seperti harimau

Kiasan bagi orang yang tampangnya bodoh, ternyata kalau sudah

bicara baru tampak bahwa ilmu pengetahuannya tinggi.

Gajah mati tinggalkan gading, harimau mati tinggalkan belang

Orang meninggal selalu meninggalkan kebaikan atau keburukan

yang akan diingat orang lain.

Lepas dari mulut harimau, masuk kedalam mulut buaya

Peribahasa ini untuk menggambarkan seseorang yang baru saja

keluar dari situasi genting hanya untuk mendapatkan ke lain situasi

genting.

Rupa harimau, hati tikus

Artinya kelihatannya saja pemberani, sebenarnya penakut

Seperti harimau menyembunyikan kuku

Page 161: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

161

Perumpamaan bagi orang yang tidak mau menyombongkan

kelebihannya sendiri, berupa kepandaian, kekayaan, dan lainnya.

4. Hewan Air

Sejak dulu kehidupan sebagian besar penduduk Indonesia

bertumpu pada perikanan laut. Namun sangat disayangkan, potensi

perikanan laut Indonesia yang sangat besar belum digarap secara

maksimal. Sejak berabad-abad, wilayah pemukiman lebih banyak

berkembang di pesisir pantai. Selain karena jalur pelayaran laut, laut

nusantara juga kaya dengan aneka ragam jenis ikan dan satwa lainnya

yang menjadi sumber makanan penduduknya.334 Indonesia yang kaya

dengan zat mineral air, tentu saja menjadikannya akrab dengan hewan-

hewan air, baik jinak maupun buas.

Ada beberapa hewan air yang disebutkan dalam peribahasa

Indonesia, seperti: ikan, udang, buaya, berudu, belut, dan katak. Binatang-

binatang ini terkait dengan air yang banyak dimiliki oleh negeri ini.

Hewan air yang paling banyak disebutkan dalam peribahasa

Indonesia adalah ikan. Lebih dari 16 peribahasa Indonesia menggunakan

ikan sebagai objek. Indonesia sejak dahulu dikenal sebagai negara maritim

yang sebagian besar wilayahnya adalah perairan. Oleh karena itu, selain

sebagai petani, profesi lainnya yang juga banyak dimiliki masyarakat

Indonesia adalah nelayan. Oleh karena itu, masyarakat Indonesia

terutama yang bersentuhan dengan ikan mengenal betul karakteristik dan

watak ikan serta hubungannya dengan dunia lainnya. Peribahasa yang

sangat terkenal dengan menggunakan ikan sebagai kiasan:

Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya

Peribahasa tersebut mengandung arti bahwa setiap daerah

memiliki adat istiadat yang berbeda, atau bisa juga berarti satu aturan di

suatu daerah bisa berbeda dengan aturan di daerah lain. Hal ini tentu saja

334 Tim penyusun, Muatan Lokal Ensiklopedi Geografi Indonesia, h. 11

Page 162: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

162

berdasarkan pengalaman dari orang-orang yang biasa berinteraksi dengan

ikan dan mereka mendapati bahwa setiap tempat memiliki ikan dengan

ciri khas masing-masing yang terkadang tidak ditemukan di tempat lain.

Peribahasa lainnya yang juga menggunakan kata ikan:

Air jernih ikannya jinak

Negeri yang aman makmur dan penduduknya ramah-ramah

terhadap orang asing atau pendatang. Peribahasa ini juga

menggambarkan karakteristik masyarakat Indonesia yang makmur dan

ramah terhadap orang lain.

Hewan air lainnya yang juga banyak disebutkan dalam peribahasa

Indonesia adalah udang.

Ada udang di balik batu

Peribahasa ini ditujukan bagi seseorang yang kelihatannya berbuat baik,

namun hatinya tidak tulus. Bisa jadi ia memiliki maksud-maksud tertentu

atau tersembunyi.

Udang hendak mengatai ikan

Udang tak tahu dibungkuknya

Peribahasa ini mengandung arti mencela orang lain tetapi tidak

menyadari atau tidak tahu kekurangan diri sendiri dan tidak melakukan

introspeksi diri. Peribahasa ini tentu saja diambil dari salah satu karakter

udang yang sangat menonjol yaitu memiliki badan yang bongkok atau

melengkung, sehingga seperti orang yang cacat tubuh.

Binatang air lainnya, namun termasuk jenis binatang buas adalah

buaya. Buaya adalah binatang sejenis reptile dan termasuk jenis karnivora.

Di antara peribahasa yang menggunakan kata buaya:

Besar berudu di kubangan, besar buaya di lautan

Artinya setiap orang berkuasa di wilayahnya masing-masing atau

dibidang keahliannya.

Page 163: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

163

c. Tumbuhan

Saat berbicara tentang tumbuhan yang ada di Indonesia, secara

otomatis akan berbicara tentang pertanian Indonesia. Sejak zaman dahulu

kala, penduduk yang mendiami wilayah Indonesia telah memanfaatkan

berbagai kekayaan alam yang ada di wilayah ini. Lebih dari 2000 tahun

lalu, penduduk wilayah kepulauan ini yang hidup di sekitar daerah

pantai sudah mengenal sistem irigasi untuk menanam padi. Sementara

penduduk yang tinggal di daerah pedalaman melakukan sistem pertanian

tebang bakar, yaitu berpindah-pindah membuka lahan pertanian dengan

cara menebang atau membakar pepohonan hutan. Meskipun kurang dari

20% daratan yang dijadikan sebagai lahan pertanian, Indonesia

menghasilkan banyak hasil bumi. Nasi adalah makanan pokok bagi

hampir seluruh penduduk Indonesia. Selain beras, hasil bumi utama

lainnya adalah singkong, jagung, kedelai, kacang tanah, dan ubi. Banyak

petani yang tinggal di dekat sungai, danau atau pinggir pantai bekerja

sambilan sebagai nelayan.335

Meskipun Indonesia kaya dengan aneka jenis flora, namun tidak

banyak tumbuhan yang dijadikan sebagai kiasan dalam kehidupan

manusia. Pengamatan terhadap tabiat tumbuhan yang mirip dengan

tabiat manusia tidaklah banyak. Hanya ada beberapa tumbuhan yang

dijadikan sebagai perumpamaan. Tumbuhan-tumbuhan tersebut biasanya

memiliki karakter yang kuat dan dekat dengan kehidupan manusia.

Adapun nama-nama tumbuhan yang ada dalam peribahasa Indonesia di

antaranya adalah padi, cendawan, aur, ubi, talas, dan durian. Namun

demikian, padi seperti halnya kurma dalam peribahasa Arab, merupakan

diksi yang paling banyak digunakan dalam peribahasa Indonesia.

335 Tim penyusun, Muatan Lokal Ensiklopedi Geografi Indonesia, (Jakarta: PT.

Lentera Abadi, 2006), h. 11

Page 164: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

164

Banyak digunakannya padi sebagai kiasan dalam peribahasa

Indonesia, bukannya tanpa alasan. Indonesia sejak dulu kala dikenal

sebagai negara agraris yang mayoritas penduduknya adalah petani dan

padi adalah makanan pokok masyarakat Indonesia dari dahulu hingga

sekarang. Hal inilah yang kemudian menjadikan masyarakat Indonesia

lekat dengan kehidupan padi dan banyak mengambil pelajaran darinya.

Di antara peribahasa Indonesia yang menggunakan padi sebagai kiasan

adalah:

Bagai padi makin berisi makin merunduk

Seperti padi hampa, kepalanya mencongak

Peribahasa yang pertama merupakan kiasan bagi orang yang

berilmu tinggi namun tetap rendah hati dan tidak sombong. Sebaliknya

peribahasa yang kedua merupakan kiasan bagi orang yang tidak berilmu

namun sombong. Kedua peribahasa tersebut menggunakan padi sebagai

sumber kiasan. Padi yang bagus ketika berbuah maka akan semakin

berbobot, dan kemudian merunduk, sebaliknya padi yang hampa akan

tetap tegak berdiri karena tidak ada beban. Peribahasa ini memberi pesan

kepada kita agar ketika sudah memiliki ilmu yang banyak maka janganlah

sombong.

Masih banyak lagi peribahasa Indonesia yang menggunakan padi

sebagai sumber inspirasi, seperti:

Berjagung-jagung sementara padi masak

Peribahasa ini mengandung arti berhematlah dahulu sebelum

mendapat keuntungan besar. Baik padi maupun jagung, keduanya adalah

makanan pokok masyarakat Indonesia. Namun dari peribahasa tersebut

tampak jelas, bahwa kedudukan jagung bagi masyarakat Indonesia

bersifat sekunder bukan primer. Jagung dijadikan sebagai simbol bersusah

payah, sedangkan padi merupakan keuntungan besar. Melalui

Page 165: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

165

pengamatan-pengamatan inilah para bijak memberikan pesan moral pada

masyarakat, tanpa harus menyinggung secara langsung dengan kata-kata.

Selain padi, nama tumbuhan lainnya yang ada dalam peribahasa

Indonesia di antaranya adalah cendawan, ubi, dan talas. Ketiga jenis

tumbuhan tersebut biasa dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Jamur

biasanya tumbuh di pohon-pohon yang sudah mati. Sebagai petani,

masyarakat Indonesia sejak zaman dahulu sudah akrab dengan jamur,

dan menjadikannya sebagai bahan makanan. Adapun ubi dan talas

merupakan tanaman palawija yang tidak bergantung pada musim dan

bisa dijadikan sebagai penggati nasi. Semua jenis tumbuhan tersebut erat

dengan kehidupan petani. Contoh peribahasa yang menggunakan ketiga

jenis tumbuhan tersebut:

Seperti cendawan dimusim hujan

Peribahasa ini mengumpamakan sesuatu yang tiba-tiba banyak,

sebagai contoh munculnya banyak artis dalam dunia hiburan di Indonesia

bagai cendawan di musim hujan. Secara alamiah, jamur itu biasanya

banyak tumbuh di pohon-pohon yang sudah lapuk pada musim hujan

secara serentak dan banyak.

Bagai air di daun talas

Peribahasa ini sebagai perumpamaan bagi orang yang kehidupan

atau nasibnya terombang-ambing tak menentu, seakan-akan kehilangan

pegangan hidup. Bisa juga diartikan dengan orang yang tidak mempunyai

pendirian, bagaikan air yang sangat rapuh diatas licinnya daun talas.336

Seperti ayam beroleh ubi

Peribahasa ini mengandung arti orang yang sangat gembira karena

memperoleh sesuatu. Peribahasa ini sebenarnya lebih menekankan pada

336 Berdasarkan penelitian, permukaan daun talas mengandung zat seperti lilin,

yang sangat tipis. Zat itu melapisi dinding sel luar daun talas, sehingga air tidak bisa menyatu dengan daun, karena sifat zat itu menjadikannya tidak bisa bercampur dengan air.

Page 166: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

166

kebiasaan ayam ketika mendapat sesuatu yang disukainya. Ubi hanyalah

pelengkap dari peribahasa tersebut. Dibandingkan dengan binatang,

maka diksi dengan tema tumbuhan tidaklah banyak. Hal ini mungkin

disebabkan oleh karakter tumbuhan yang tidak begitu kuat dibandingkan

dengan binatang, sehingga tidak begitu banyak memberi inspirasi ke

dalam peribahasa.

Namun demikian masih ada beberapa tumbuhan lain yang masuk

dalam peribahasa Indonesia, seperti alang-alang, sirih, aur, benalu, bunga,

mentimun, dan durian, meskipun hanya ada pada 1 atau 2 peribahasa.

Dalam peribahasa Arab, tumbuhan-tumbuhan tersebut tentu saja

tidak ditemukan, sebagaimana tidak ditemukannya tumbuhan khas Arab

dalam peribahasa Indonesia.

d. Budaya

Budaya adalah hasil kegiatan dan hasil penciptaan batin (akal budi)

manusia seperti kepercayaan, kesenian, dan adat istiadat.337 Menurut C.

Kluchohn ada tujuh unsur kebudayaan universal338, yaitu:

1. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia termasuk di

dalamnya pakaian, perumahan, alat-alat rumah tangga,

senjata, alat-alat produksi, alat transportasi, dan lain

sebagainya.

2. Mata pencaharian dan sistem ekonomi, pertanian,

peternakan, system produksi, dll.

3. Sistem kemasyarakatan

4. Bahasa

5. Kesenian

6. Sistem pengetahuan

337 Kamus Besar bahasa Indonesia, h. 149 338 Kebudayaan universal adalah kebudayaan umum yang bisa ditemukan di

mana-mana, di masyarakat manapun di dunia.

Page 167: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

167

7. Sistem kepercayaan atau agama339

Peribahasa Indonesia banyak menggambarkan tradisi dan budaya

tradisional Indonesia. Ada beberapa peralatan dan perlengkapan hidup

masyarakat Indonesia tradisional yang tercermin dari peribahasa.

Sebagian besar menggambarkan alat rumah tangga dan alat transportasi.

Di antara alat rumah tangga yang terdapat dalam peribahasa Indonesia:

Adat periuk berkerat, adat lesung berdedak

Karena nila setitik, rusak susu sebelanga

Tak lalu dandang di air, di gurun ditanjakkan

Pada peribahasa di atas, ditemukan kata periuk, belanga, dan

dandang. Diksi tersebut semuanya menunjukkan budaya alat-alat rumah

tangga dapur yang digunakan untuk memasak oleh masyarakat Indonesia

tradisional. Periuk adalah alat untuk memasak nasi terbuat dari tanah

atau logam. Belanga adalah kuali besar dari tanah untuk menyayur,

merebus sayur-sayuran, dan lainnya. Dandang adalah periuk besar untuk

mengukus nasi, biasanya terbuat dari tembaga atau alumunium.340 Alat

dapur lainnya yang juga termasuk alat memasak adalah tungku, seperti

tampak pada peribahasa di bawah ini:

Seperti abu di atas tungku341

Tungku adalah batu yang dipasang untuk perapian dapur sebagai

tempat tumpuan periuk saat memasak.342

Selain alat rumah tangga, perlengkapan manusia yang terekam

dalam peribahasa adalah senjata, seperti:

Menjual bedil kepada lawan

Luka di tangan karena pisau, luka di hati karena kata

339 Dikutip oleh Darmansyah dkk., Ilmu Sosial Dasar, (Surabaya: usaha Nasional,

1986), h. 61 dari Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali Pers, 1982), h. 170

340 Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 757, 109 & 208

341Peribahasa ini mengandung arti seseorang yang belum kuat kedudukannya. 342

Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 1086

Page 168: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

168

Seperti bujang jolong berkeris

Lidah lebih tajam daripada pedang.

Ada empat jenis senjata yang terekam dalam peribahasa di atas,

yaitu bedil, pisau, keris, dan pedang. Bedil adalah senjata api model kuno

atau dikenal juga dengan nama senapan. Pisau selain sebagai senjata ia

juga sebenarnya termasuk alat dapur. Keris adalah senjata tradisional

khas Jawa berujung tajam, bermata dua, bilahnya ada yang lurus, namun

ada juga yang berkelok-kelok. Pedang adalah senjata khas timur tengah

berbentuk semacam parang panjang.343

Berikut ini beberapa peribahasa yang menggambarkan alat

transportasi masyarakat Indonesia zaman dahulu:

Bagaimana biduk, bagaimana pengayuh

Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ketepian

Besar kapal besar pula gelombangnya

Buruk perahu, buruk pangkalan

Pada peribahasa di atas ada beberapa diksi yang menggambarkan

alat transportasi yang digunakan oleh masyarakat Indonesia, yaitu: biduk,

rakit, kapal, dan perahu. Biduk adalah perahu kecil yang digunakan

untuk menangkap ikan atau mengangkat ikan-ikan di sungai. Rakit

adalah kendaraan apung dibuat dari beberapa buluh kayu yang diikat

berjajar dipakai untuk mengangkut barang atau orang di air. Kapal adalah

kendaraan pengangkut penumpang dan barang di laut atau sungai.

Perahu adalah kendaraan air dari kayu berbentuk lancip di kedua

ujungnya dan lebar di tengahnya, biasanya tidak bergeladak.344

Berdasarkan hasil penelitian, tidak ditemukan satupun alat

transportasi darat dalam peribahasa Indonesia. Hal ini jelas

mengindikasikan bahwa bangsa Indonesia pada zaman dahulu hanya

343

Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 105, 488, & 740 344

Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 131, 812, 442, & 750

Page 169: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

169

mengenal transportasi air, oleh karena itu mereka lebih banyak tinggal di

daerah pantai atau di pinggir sungai. Adapun masyarakat yang tinggal di

pegunungan mereka bepergian dengan berjalan kaki dan membawa

barang dengan cara dipikul, seperti tampak pada peribahasa berikut ini:

Memikul diatas bahu

Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing

Berikut ini beberapa peribahasa yang menggambarkan mata

pencaharian dan sistem ekonomi masyarakat Indonesia:

Alu patah lesung hilang

Alu dan lesung adalah dua alat yang biasa digunakan oleh petani

sebagai alat pengolahan padi sehingga menjadi beras. Alu digunakan

untuk menumbuk, sedangkan lesung adalah tempat untuk menaruh

padinya. Alat pertanian lainnya yang juga ditemukan dalam peribahasa

adalah bajak, sebuah alat yang digunakan petani untuk menggemburkan

dan membalikkan tanah. Bajak biasanya digunakan juga dengan kerbau

sebagai alat tariknya. Hal ini tampak pada peribahasa:

Bajak lalu ditanah yang lembut

Mata pencaharian dan sistem ekonomi masyarakat Indonesia

lainnya adalah menjadi nelayan, dan berniaga atau berdagang. Hal ini

tampak pada peribahasa berikut ini:

Berjalan sampai ke batas, berlayar sampai ke pulau

Berniaga di ujung lidah

Jual emas beli intan

Ada pedagang ada belalang345

Sistem kemasyarakatan rakyat Indonesia tampak pada peribahasa di

bawah ini:

Adat lama pusaka usang346

345 Peribahasa ini berarti di manapun kita berada pasti ada rizkinya 346 Adat atau kebiasaan yang tetap atau tidak berubah sejak dahulu hingga

sekarang.

Page 170: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

170

Hidup dikandung adat, mati dikandung tanah

Berhakim kepada beruk

Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing

Ada sama dimakan tak ada sama ditahan

Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh

Peribahasa di atas menggambarkan beberapa sistem

kemasyarakatan penduduk Indonesia, seperti berpegang teguh pada adat,

undang-undang, hukum, mengutamakan hidup gotong royong dan

persatuan. Pada intinya masyarakat Indonesia menganut prinsip bahwa

setiap segi kehidupan ada hukum dan aturannya.

Ada adat dan lembaganya, ada undang dan laksananya

Peribahasa ini mengandung arti bahwa segala sesuatu itu ada hukum dan

aturannya. Hal ini jelas sekali menunjukkan bahwa bangsa Indonesia

adalah negara hukum, baik dalam bentuk adat maupun undang-undang.

Budaya lainnya yang juga menjadi cermin bangsa adalah bahasa. Salah

satunya tampak pada peribahasa:

Bahasa menunjukkan bangsa

Kesenian yang tergambar dalam peribahasa di antaranya adalah alat

musik gendang dan tarian secara umum tanpa penyebutan jenis:

Bagaimana bunyi gendang, begitulah tepuk tarinya

Sistem pengetahuan secara sederhana tampak pada peribahasa berikut

ini:

Belajar di yang pintar, berguru di yang pandai.

Sebuah pesan agar belajar pada ahlinya.

Ada beberapa ungkapan dalam peribahasa Indonesia yang menggambarkan

sistem kepercayaan (agama) masyarakat Indonesia, di antaranya:

Adat dunia balas-membalas, syariat palu-memalu

Biarpun kucing naik haji, pulang-pulang mengeong juga.

Manusia merencanakan, Tuhan menentukan

Qur'an adalah dasar hidup orang Minang

Sudah makan baru bismillah

Page 171: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

171

Takut akan hantu, lari ke pandam347

Kata syari‟at, naik haji, Tuhan, Qur‟an, dan bismillah menjadi indikator

bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang mempecayai adanya Tuhan dan

religious. Sedangkan kata hantu, merupakan indicator bahwa bangsa Indonesia

juga percaya terhadap hal-hal yang bersifat ghaib dan mistik.

Tradisi negatif masyarakat Indonesia yang terungkap dari peribahasa

adalah menyabung ayam. Sebuah tradisi yang hingga kini masih dilakukan

sebagian masyarakat. Hal ini tampak pada peribahasa berikut ini:

Adat menyabung, adat gelanggang348

Alah sabung menang sorak349

Itulah beberapa gambaran tentang budaya Indonesia tempo dulu.

Sebagian dari budaya tersebut masih berlanjut hingga saat ini.

Fenomena alam, hewan, tumbuhan, dan budaya yang dijadikan

sebagai diksi dalam peribahasa, pada hakikatnya satu sama lain memiliki

korelasi yang kuat dan terkait dengan kondisi geografis Indonesia, sebagai

wilayah yang beriklim tropis, agraris, dan maritim. Hal ini juga erat

kaitannya dengan profesi mayoritas masyarakat Indonesia sebagai petani

dan nelayan.

C. Persamaan dan Perbedaan Diksi kedua peribahasa

Persamaan dan perbedaan antara diksi dalam amtsâl dan

peribahasa tampak pada tataran lafaz dan makna. Artinya ada beberapa

kata yang hanya digunakan oleh salah satu peribahasa, namun juga ada

yang digunakan oleh keduanya. Sedangkan dalam tataran makna, terkait

dengan pesan moral yang terkandung dalam peribahasa itu sendiri yang

mana pada beberapa peribahasa, satu sama lain ada kesamaan makna.

Dengan kata lain, baik amtsal maupun peribahasa, masing-masing ingin

347 menghindari dari satu bahaya jatuh ke bahaya yang lain 348 Semua ada aturannya 349 Walaupun sudah kalah, namun masih juga berani menyombongkan diri.

Page 172: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

172

menyampaikan pesan yang sama, sehingga makna yang disampaikan

bersifat universal.

a. Lafaz

Salah satu perbedaan yang sangat mencolok antara peribahasa

Indonesia dan amtsâl adalah nama orang. Seperti telah dibahas

sebelumnya, dalam amtsâl banyak sekali nama orang yang dijadikan

sebagai simbol atau kiasan terhadap suatu peristiwa, maupun sifat dan

watak manusia. Nama-nama yang dijadikan sebagai simbol dalam amtsal

lengkap dengan sejarah yang menyertainya. Sedangkan dalam peribahasa

Indonesia tidak ditemukan satu nama orangpun yang dijadikan sebagai

simbol atau kiasan terhadap suatu peristiwa atau watak manusia.

Diksi yang sama-sama digunakan adalah binatang, namun

demikian tentu saja binatang yang menjadi prioritas merupakan ciri khas

dari wilayah masing-masing. Hal ini tampak dari jumlah peribahasa

dengan nama binatang tertentu yang lebih dominan dibanding dengan

yang lainnya. Amtsâl lebih banyak menggunakan unta sebagai kiasan,

sedangkan dalam peribahasa Indonesia, ayam menempati posisi atas.

Kedua binatang ini tentu saja terkait erat dengan kondisi geografis

masing-masing. Unta merupakan hewan yang secara khusus didesain

untuk daerah padang pasir, sedangkan ayam merupakan ternak yang

terbiasa hidup dengan para petani dan makan padi seperti halnya

masyarakat Indonesia. Unta dalam amtsal disebutkan dengan beberapa

nama, yaitu ibil, ba‘ir, ummu qasy‘am, him, jamal, huwar, dan naqah.

Penamaan unta yang bermacam-macam ini menunjukkan kekayaan

bahasa Arab. Bukan hanya unta, binatang lainnyapun hampir sama

memiliki nama yang bermacam-macam. Hal ini jelas menunjukkan bahwa

kreatifitas masyarakat Arab serta peradabannya di zaman dahulu, jauh

lebih maju dibandingkan masyarakat Indonesia

Page 173: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

173

Selain ayam, Indonesia juga memiliki hewan lainnya yang tidak

disebutkan dalam amtsal. Hewan ini adalah ikan yang memang hanya

hidup di air, dan tidak ditemukan di daerah gurun pasir. Hal ini menjadi

ciri khas Indonesia sebagai negara bahari, dan yang membedakannya

dengan jazirah Arab. Binatang lain yang hanya ada pada amtsal dan tidak

dimiliki bangsa Indonesia adalah burung unta, burung yang memiliki

bentuk perpaduan burung dan unta. Sedangkan gajah adalah binatang

yang hanya ada dalam peribahasa Indonesia.

Ada beberapa hewan yang sama-sama digunakan dalam peribahasa,

seperti anjing, kuda dan harimau. Anjing dalam amtsal disebut dengan

dua nama yaitu kalb (anjing) dan dzi‘b (serigala). Dalam amtsal, anjing

digambarkan dalam dua karakter, yaitu baik dan buruk, seperti:

Lebih terima kasih daripada anjing350

Anjing itu tetap anjing juga sekalipun engkau beri kalung emas.351

Peribahasa yang pertama, anjing dijadikan sebagai simbol manusia

yang pandai berterima kasih, sedangkan yang kedua, menjadi kiasan

bahwa seseorang yang memiliki watak hina, meskipun diagung-agungkan

tetap saja hina. Bila anjing menjadi kiasan karakter positif dan negatif,

serigala sepertinya hanya dijadikan sebagai kiasan dari sisi buruk watak

manusia, seperti:

Lebih lapar daripada dzu‘alah

350 Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h.356 351 Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h.527 352 Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h.130

Page 174: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

174

Kiasan bagi orang yang rakus dan tamak.

Anjing ataupun serigala, dalam amtsal banyak dijadikan sebagai

sindiran bagi orang-orang tertentu yang jika diungkapkan secara terang-

terang membahayakan orang tersebut.

Bila dalam amtsal, serigalalah yang dijadikan sebagai kiasan dari

watak buruk manusia, dalam peribahasa Indonesia, anjing lebih menonjol

dengan karakter negatifnya, seperti:

Anjing ditepuk, menjungkit ekor

Sebagai kiasan bagi orang yang tidak berbudi, jika dihormati

menjadi sombong.

Binatang lainnya yang sama-sama banyak digunakan adalah

harimau. Ada persamaan makna pada diksi ini, harimau disimbolkan

dengan kekuatan, kekuasaan dan kehebatan, seperti:

Anak harimau tidak akan jadi anak kambing

Artinya anak orang besar biasanya menjadi orang besar juga

Lebih mulia daripada hidung singa.353

Kedua peribahasa di atas sama-sama menggambarkan kehebatan

hewan yang bernama harimau atau singa.

Kuda termasuk hewan yang banyak disebutkan dalam amtsal,

namun hanya sedikit dalam peribahasa Indonesia. Sebagaimana hewan

lainnya, kata kuda juga disebutkan dengan nama yang berbeda-beda.

Semula kuda diprediksikan sebagai hewan yang identik dengan perang,

namun ternyata dalam amtsal, kata kuda lebih menggambarkan tradisi

pacuan yang biasa mereka lakukan. Pacuan ini juga tidak terlepas dengan

tradisi berjudi masyarakat Arab Jahiliyah. Hal ini terlihat pada contoh

peribahasa berikut ini:

353

Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h.434

Page 175: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

175

Kuda pacuanpun kadang tergelincir354

Dalam amtsal kata burung dengan berbagai spesiesnya banyak

digunakan sebagai kiasan atau perumpamaan. Hal ini berbeda dengan

peribahasa Indonesia yang jarang sekali menggunakan kata burung

Indonesia kaya akan keragaman fauna spesies burung, namun demikian

tidak banyak burung yang dijadikan sebagai perumpamaan. Contoh

burung-burung yang ada di dalam amtsal:

Lebih mulia daripada elang di udara355

Kehebatan burung ini juga diabadikan dalam peribahasa Indonesia

“seperti elang menyongsong angin” yang artinya tidak gentar menghadapi

musuh.356

Gagak dalam budaya Arab kuno terkait dengan kepercayaan,

seperti tampak pada peribahasa berikut ini:

Lebih celaka daripada burung gagak yang memberi tanda.357

Selain burung unta, elang, dan gagak masih banyak lagi nama-

nama burung yang disebutkan dalam amtsal, seperti hubara, qatha, dan

lainnya. Burung-burung tersebut terkait dengan gurun pasir. Gagak dan

elang merupakan burung yang juga ada di Indonesia, namun demikian

tidak banyak digunakan dalam peribahasa. Dalam peribahasa Indonesia

lebih banyak menyebutkan kata burung secara umum bukan species

354 Muh. Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h. 103 355

Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h.435 356 Tim penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 292 357

Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h.335

Page 176: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

176

tertentu. Hal ini menunjukkan daya nalar masyarakat Indonesia yang

masih sederhana.

Selain nama orang dan binatang, sumber diksi lain yang digunakan

dalam kedua peribahasa adalah budaya. Budaya masyarakat Indonesia

jelas berbeda dengan budaya masyarakat Arab. Di antara budaya yang

terungkap dari diksi amtsal adalah hal-hal yang terkait dengan

peperangan, seperti alat, tawanan, dan harta rampasan. Selain yang terkait

dengan peperangan, budaya lainnya yang juga terungkap dari amtsal

adalah sistem perbudakan, gaya hidup nomaden, dan minum arak.

Contohnya:

Hari ini arak dan besok perkara.358

Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa arak bagi bangsa Arab

dahulu adalah simbol kegembiraan. Jadi maksudnya hari ini boleh

bersenang-senang, tetapi besok harus menghadapi perkara berat yakni

peperangan. Minum arak bagi bangsa Arab adalah kesenangan yang

sudah menjadi tradisi.

Budaya yang mempengaruhi diksi peribahasa Indonesia, di

antaranya adalah sistem pertanian, alat rumah tangga, alat transportasi,

agama, sistem kemasyarakatan, kesenian, bahasa dan juga sistem

perekonomian.

Alam memberi banyak inspirasi bagi kedua masyarakat untuk

belajar. Matahari, bulan, bintang dan bumi, banyak dijadikan kiasan oleh

keduanya. Dibalik penggunaan benda-benda alam sebagai kiasan dalam

peribahasa, sejarah mengatakan bahwa bangsa Arab termasuk bangsa

yang percaya terhadap kekuatan ghaib benda-benda tersebut, meskipun

358

Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h.622

Page 177: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

177

dalam peribahasa tidak dinyatakan secara jelas. Contoh peribahasa

dengan menggunakan benda langit:

Lebih bercahaya daripada matahari dan bulan.359

Fenomena alam seperti, air, api, angin, hujan, dan lainnya

merupakan fenomena umum yang dijadikan sebagai diksi dalam kedua

peribahasa. Namun demikian, dalam peribahasa Indonesia, kata air, laut,

dan hujan sangat dominan, berbeda dengan amtsal. Dalam amtsal, ada

beberapa fenomena alam lain yang tidak didapatkan dalam peribahasa

Indonesia, di antaranya kata fatamorgana (sarab) fenomena khas padang

pasir. Kata pasir sama-sama digunakan, namun pasir yang ada di

peribahasa Indonesia identik dengan pantai, sedangkan pasir dalam

amtsal identik dengan pasir gurun.

Tumbuhan adalah diksi yang sama-sama tidak banyak ditemukan

dalam kedua peribahasa. Kurma adalah tumbuhan dan buah yang paling

banyak digunakan dalam amtsal. Meskipun hanya satu atau dua,

tumbuhan lain yang digunakan dalam amtsal adalah Anggur, Barwaqah,

„Alqam dan Hanzhalah. Hal ini bisa dimaklumi oleh karena kondisi alam

padang pasir yang minim dengan tumbuhan. Lalu mengapa masyarakat

Indonesia tidak banyak menggunakan nama tumbuhan sebagai kiasan??

Padi satu-satunya tumbuhan yang banyak dijadikan sebagai kiasan atau

perumpamaan, hal ini jelas terkait dengan kedekatan masyarakat

Indonesia dengan padi makanan pokok bangsa Indonesia. Bisa jadi

ketidaktahuan terhadap nama-nama tumbuhan, atau ketidak pedulian

terhadap tumbuhan karena teramat banyak menjadi faktor tidak

banyaknya peribahasa yang menggunakan jenis tumbuhan sebagai

359

Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h.76

Page 178: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

178

perumpamaan. Namun demikian, selain padi disebutkan juga beberapa

tumbuhan tropis lainnya seperti, ubi, talas, dan cendawan.

Berdasarkan hal tersebut, pemilihan kata atau diksi yang ada

dalam suatu peribahasa tidak tercipta dari sebuah kenihilan, namun

sangat dipengaruhi oleh unsur-unsur ekstrinsik yang ada di sekitarnya,

seperti alam, geografi, dan budaya.

b. Makna atau kandungan

Bahasa boleh berbeda, namun nilai-nilai moralitas universal yang

diinginkan oleh masyarakat manapun dari zaman ke zaman biasanya

tidak jauh berbeda. Peribahasa merupakan gambaran dari nilai-nilai

kebudayaan universal yang bisa kita temui kemiripan makna meskipun

dengan ungkapan yang berbeda. Perbedaan tersebut lebih disebabkan

oleh faktor kebudayaan yang merupakan bukti dari teori relativitas

bahasa, bahwa makna sebuah kata terikat oleh lingkungan kultural dan

ekologis pemakai bahasa tertentu.

Dari aspek kandungan, peribahasa, baik Arab maupun Indonesia,

secara garis besar terbagi dua, yaitu peribahasa yang mengandung pesan-

pesan moral, dan peribahasa yang menggambarkan suatu peristiwa yang

pernah terjadi kemudian dialami kembali dengan cerita yang hampir

sama (kesamaan cerita).

Berikut ini beberapa contoh amtsal (peribahasa Arab) yang memiliki

kesamaan makna dengan peribahasa Indonesia dan mengandung pesan-

pesan moral:

“Sebelum memanah penuhi dahulu busur-busur‖

Amtsal diatas mempunyai kesamaan dengan peribahasa “Sedia

payung sebelum hujan”, merupakan sebuah pesan agar sebelum bertindak

Page 179: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

179

haruslah mempersiapkan sesuatu yang berkaitan dengan tindakan yang

akan dilakukan.

―Jangan mengajari perempuan memakai kerudung‖.

―Anak yatim jangan diajari menangis‖

Dua peribahasa diatas ini mempunyai kesamaan dengan

peribahasa Indonesia ―Jangan mengajari ikan berenang‖ yang mempunyai

kesamaan makna yaitu nasehat bagi manusia, tidak baik mengajari orang

yang lebih pintar dari kita.

“Pedang itu telah mendahului pada celaan‖

Amtsal diatas sepadan dengan peribahasa dalam bahasa Indonesia

―Nasi telah menjadi bubur‖, dimana celaan tidak mampuh merubah

kejadian yang sudah terjadi. Peribahasa ini pun menunjukkan pada

penyesalan diakhir tak berguna.

―Janji-janji si Urkub”

Amtsal ini mengandung makna yang sama dalam bahasa Indonesia

―Lain di mulut lain dihati‖, yaitu diumpamakan bagi orang yang tidak

pernah menepati janji dan selalu menabur janji palsu.

“Wanita cantik itu tidak lepas dari cela‖

Amtsal ini sama dengan ungkapan peribahasa Indonesia ―Tak ada

gading yang tak retak‖, artinya tidak ada sesuatu pun di dunia ini yang

Page 180: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

180

sempurna, bahkan wanita cantik pun tidak akan lepas dari cela,

sebagaimana pula gading gajah jika retak itu adalah biasa.

―Tiap pedang yang tajam dapat meleset, tiap kuda balap bisa tergelincir dan tiap

orang yang berilmu bisa salah‖

Amtsal ini sama dengan ungkapan peribahasa Indonesia ―Sepandai-

pandai tupai melompat, jatuh juga‖. Bahwa sepintar-pintar orang pasti

pernah melakukan kesalahan atau kekhilafan.

―Engkau melihat para pemuda pohon kurma dan apakah yang engkau ketahui di

dalamnya‖.

Amtsal ini memiliki kesamaan makna dengan peribahasa Indonesia

“Dalamnya laut boleh diduga, dalamnya hati siapa yang tahu”. Peribahasa ini

diucapkan ketika kita tertipu oleh penglihatan dan pandangan yang

menipu, karena di sekitar kita akan kita temukan pemandangan yang

mengelabui terutama dalam pergaulan bermasyarakat untuk bersikap

hati-hati.

―Jika masuk suatu kampung, maka bersumpahlah atas nama Tuhannya‘.

Matsal tersebut memiliki persamaan makna dengan peribahasa

Indonesia yaitu “Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya” atau bisa

juga kesamaan dengan peribahasa “Hidup di kandung adat, mati dikandung

tanah”, yaitu segala sesuatu harus kita kerjakan sesuai dengan adat

istiadat yang berlaku.

Page 181: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

181

―Balasan Sinimmar‖360

Dalam sebuah syair dikatakan:

“Kuajari orang itu memanah setiap hari, tetapi setelah kuat lengannya aku sendiri yang

dilempar anak panahnya‖

Kedua peribahasa di atas kiasan bagi seseorang yang membalas

kebaikan seseorang dengan kejahatan. Dalam peribahasa Indonesia “Air

susu dibalas dengan air tuba”.

― Karena sangat ingin kurma, lalu diisaplah bijinya‖

Kiasan bagi seseorang yang menginginkan sesuatu benda atau

kedudukan tetapi tidak dapat mencapainya. Dapat juga diaskan pada

seseorang yang yang karena tidak dapoat menghasilkan yang banyak, lalu

menerima saja yang sedikit. Dalam peribahasa Indonesia sepadan dengan

“tidak ada rotan akarpun berguna”

―Dari durilah timbulnya bunga mawar‖

Kiasan bagi sesuatu hasil yang memuaskan yang tidak dapat

diperoleh melainkan dengan usaha yang sulit dan menyusahkan. Padanan

dalam peribahasa Indonesia adalah “Berakit-rakit ke hulu berenang-renang

ketepian, bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian”.

―Apakah bisa terjadi turunnya hujan tanpa awan‖

360 Kisah Sinimmar dapat dilihat pada penjelasan nama manusia sebagai simbol.

Page 182: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

182

Peribahasa ini memberi gambaran bagi seseorang yang sulit

diharapkan bantuannya. Makna ini terdapat dalam peribahasa

“Menengadah ke langit biru‖.

“Siapa yang menggali lobang, pasti ia terperosok ke dalamnya‖

Perbuatan jahat pasti akan mengenai dirinya sendiri. Sesuai dengan

peribahasa “senjata makan tuan”.

Berikut adalah contoh peribahasa yang diambil dari suatu

peristiwa, dan dijadikan sebagai kiasan serupa yang terjadi setelahnya:

―Pulang dengan membawa dua buah sandal Hunain”

Matsal ini semakna dengan peribahasa Indonesia “Sudah jatuh

tertimpa tangga”. Yaitu perumpamaan bagi orang yang tidak mau merugi,

tapi justru mengalami kerugian yang begitu besar.

Tidak akan dapat dikumpulkan antara musang dengan burung unta.361

Musang itu senantiasa berada di tempat yang tinggi, sedangkan

burung unta di tempat yang rendah atau lapangan. Pepatah ini dikiaskan

pada dua orang atau dua faham yang berbeda sekali dan tidak mungkin

dapat dipersatukan. Di antara peribahasa Indonesia yang mirip dengan

amtsal tersebut adalah: “bagai minyak dengan air‖, dan ―bagai bumi dan

langit‖.

لا

Anjing hutan betina itu tidak akan melahirkan melainkan anjing hutan juga.

361

Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h.115 362 Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h.615

Page 183: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

183

Kiasan bahwa seseorang itu pada umumnya adalah menyerupai

orang tuanya, baik rupa, watak, kegemaran dan lain-lainnya lagi.

Peribahasa ini mirip dengan peribahasa Indonesia ―buah jatuh tidak jauh

dari pohon‖atau “Anak harimau tidak akan jadi anak kambing”.

Sampai unta masuk liang jarum

Peribahasa ini mengandung arti menunggu sesuatu yang tidak

mungkin terjadi, atau dalam peribahasa Indonesia sama dengan “Menanti

kucing bertanduk‖.

Bila diperhatikan, kandungan di atas hanya pengumpamaan suatu

sifat dengan sifat lainnya, dan tidak membawa pesan-pesan moralitas.

Namun demikian, sebagian besar peribahasa di dalamnya tersimpan nilai-

nilai moralitas universal, seperti cara bertindak yang baik, menghargai

orang lain, bersikap hati-hati, tidak suka berbohong, menghargai orang

lain, berbuat atau berbicara sesuai sikon, tahu balas budi, sabar,

dermawan, dan lain sebagainya.

Berdasarkan contoh-contoh di atas, tampak jelas ada beberapa

persamaan makna antara satu peribahasa dengan peribahasa lainnya,

yaitu pesan moral yang ingin disampaikan di dalamnya.

D. Saling Keterpengaruhan antara Kedua peribahasa

Berbicara tentang persamaan dan perbedaan antara dua

peribahasa, tidak berarti berbicara tentang pengaruh mempengaruhi

antara keduanya. Dari pembahasan sebelumnya, tampak sangat jelas

bahwa masing-masing peribahasa memiliki karakter tersendiri, meskipun

jenis diksi yang digunakan adalah sama. Masing-masing peribahasa

berdiri di atas egonya masing-masing sesuai dengan unsur-unsur

ekstrinsik yang mempengaruhinya.

363 Muh. Abdai Rathomy, Peribahasa Bahasa Arab, h. 365

Page 184: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

184

Maka apakah dalam kedua peribahasa ini terdapat unsur

keterpengaruhan? Dalam peribahasa Indonesia, misalanya “Bagai hujan

jatuh ke pasir‖, lalu kita bandingkan dengan yang artinya

lebih banyak minum (lebih menyerap) dari pada air. Kedua peribahasa

tersebut sama-sama menggunakan kata pasir, namun sebagaimana yang

kita ketahui bahwa masing-masing negara memiliki ciri khas pasir

tersendiri. Hujan dan pasir identik dengan kondisi geografis indonesia,

namun pasir juga merupakan salah satu unsur alam yang ada di padang

pasir. Berdasarkan hal tersebut, sulit kita mengatakan bahwa ada unsur

keterpengaruhan dalam kedua peribahasa di atas.

Dalam salah satu peribahasa Indonesia disebutkan, “Biarpun kucing

naik haji, pulang-pulang mengeong juga‖. Dalam peribahasa di atas, jelas

sekali diksi yang digunakan bersifat religi, yaitu naik haji. Akan tetapi,

pengaruh yang masuk bukan berasal dari peribahasa melainkan bahasa

Arab yang disebabkan oleh aspek agama.

Namun demikian, coba kita perhatikan beberapa ungkapan berikut

ini:

―Surga berada di telapak kaki ibu‖

―Tangan diatas lebih mulia daripada tangan dibawah‖

―Lidah lebih tajam daripada pedang‖

Ketiga peribahasa di atas merupakan terjemahan langsung dari:

Berdasarkan contoh-contoh tersebut, bisa disimpulkan bahwa

peribahasa Indonesia dipengaruhi oleh amtsal namun dari jenis hikmah

Page 185: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

185

atau biasa disebut dengan kata-kata mutiara bukan peribahasa.

Sedangkan peribahasa yang berkembang di Jazirah Arab pada masa

sebelum Islam, sama halnya dengan peribahasa Indonesia yang telah

berkembang sejak zaman dahulu kala, tanpa diketahui kapan mulainya.

Peribahasa yang masuk dan mempengaruhi peribahasa Indonesia lebih

pada kata-kata hikmah atau kata-kata bijak yang berasal dari ajaran Islam.

Wallahu a‘lam bi shawab

Page 186: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

186

BAB V

KESIMPULAN

Sebagaimana disebutkan di awal, penelitian ini memiliki empat

tujuan utama, pertama, mengetahui karakteristik diksi dalam peribahasa

Arab dan Indonesia, kedua, mengetahui unsur-unsur ekstrinsik yang

mempengaruhi terbentuknya diksi dalam pribahasa Arab dan Indonesia,

ketiga, mengetahui persamaan dan perbedaan diksi amtsal dan peribahasa,

keempat, mengetahui unsur keterpengaruhan antara peribahasa Arab dan

Indonesia.

Berdasarkan hasil kajian sebelumnya, diksi yang digunakan dalam

amtsâl terdiri dari nama-nama orang, nama-nama binatang, benda-benda

langit, fenomena alam, budaya dan tumbuhan. Nama orang yang muncul

dalam amtsâl biasanya disertai dengan riwayat yang melatarbelakanginya,

sehingga jenis dengan corak ini identik dengan amtsâl târikhiyyah atau

amtsâl yang mengandung unsur-unsur sejarah. Nama-nama yang ada

dalam amtsâl biasanya dijadikan sebagai simbol kebaikan atau keburukan

manusia, sesuai dengan sejarah yang melatarbelakanginya.

Selain nama orang, diksi yang banyak digunakan dalam amtsâl

berikutnya adalah binatang. Di antara binatang yang banyak digunakan

sebagai kiasan adalah unta, anjing, kuda, singa, dan beberapa spesies

burung seperti gagak, burung unta, dan elang. Binatang yang dijadikan

sebagai simbol atau perumpamaan dalam amtsâl adalah binatang padang

pasir yang akrab dengan kehidupan masyarakat Arab saat itu. Dalam

amtsâl, diksi binatang diungkapkan dalam berbagai nama, hal ini

menunjukkan kekayaan bahasa Arab yang tidak ditemukan dalam bahasa

lainnya. Beberapa amtsâl dengan menggunakan nama-nama binatang,

mengandung cerita-cerita khurafat dan menggambarkan kehidupan

Page 187: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

187

masyarakat pada umumnya, yang disebut dengan al- amtsâl al-sâirah.

Sebagian binatang yang dijadikan sebagai kiasan terkait erat dengan

kepercayaan masyarakat arab saat itu.

Diksi lainnya yang digunakan dalam amtsal adalah hal-hal yang

terkait dengan budaya masyarakat Arab saat itu, seperti perang dengan

segala hal yang terkait dengannya seperti perlengkapan perang, ghanimah

(harta rampasan) dan tawanan. Budaya lainnya yang tercermin dari

peribahasa adalah budaya perbudakan, nomaden, dan tradisi minum

arak.

Bangsa arab juga gemar menggunakan benda-benda langit, seperti

matahari, bulan, dan bintang sebagai kiasan. Berdasarkan penelusuran

sejarah, benda-benda langit tersebut terkait erat dengan sistem

kepercayaan yang mereka anut. Sebagian masyarakat Arab Jahiliyah

adalah penyembah matahari, bulan dan bintang. Fenomena alam lainnya,

seperti air, api, pasir, fatamorgana, angin dan lainnya juga banyak

digunakan dalam amtsal.

Minimnya tumbuhan yang hidup di padang pasir, menjadikan

diksi tumbuhan tidak banyak digunakan dalam amtsal. Kurma satu-

satunya tumbuhan yang banyak digunakan dalam amtsal, sisanya seperti

anggur, hanzhalah (timun pahit), barwaqah, dan alqam, hanya disebutkan

tidak lebih dari sekali.

Secara umum, diksi yang digunakan dalam peribahasa Indonesia

tidak jauh berbeda dengan amtsal, yaitu nama-nama binatang, fenomena

alam, benda-benda langit, budaya dan juga tumbuhan. Namun demikian,

tidak ditemukan satupun nama orang yang dijadikan sebagai kiasan

dalam peribahasa. Kemungkinan hal ini terkait erat dengan watak

masyarakat Indonesia yang selalau segan dan saling menghormati satu

sama lain, sehingga penyebutan kata orang dalam tradisi sastra lisan

dianggap kurang etis.

Page 188: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

188

Diksi yang digunakan dalam peribahasa Indonesia, secara umum

terkait dengan kondisi geografis Indonesia sebagai negara agraris dan

maritim. Oleh karena itu, kata air, hujan dan laut, mendominasi diksi

peribahasa Indonesia.

Hewan yang digunakan dalam peribahasa secara umum dibagi ke

dalam empat bagian, yaitu hewan ternak, hewan peliharaan, hewan liar,

dan hewan air. Hewan ternak yang sangat dominan dalam peribahasa

adalah ayam. Satwa ini terkait dengan sistem pertanian yang dianut

masyarakat Indonesia. Sedangkan hewan peliharaan yang banyak

digunakan dalam peribahasa Indonesia adalah anjing dan kucing. Dua

binatang yang selalu hidup bersamaan dengan manusia, satu hidup di

luar rumah dan yang satu hidup dalam rumah. Banyaknya hutan yang

dimiliki Indonesia juga memberikan kotribusi terhadap diksi dalam

peribahasa Indonesia, terbukti beberapa binatang khas hutan tropis

seperti gajah, harimau dan ular banyak digunakan sebagai kiasan. Hewan

air yang banyak digunakan dalam peribahasa Indonesia tentu saja ikan.

Hewan ini identik dengan negara maritim dengan mata pencaharian

penduduknya sebagai nelayan.

Adapun tumbuhan yang paling banyak digunakan dalam diksi

peribahasa Indonesia tentu saja padi, termasuk di dalamnya kata beras

dan nasi. Hal ini tentu saja tidak mengherankan, karena padi adalah

makanan pokok mayoritas masyarakat Indonesia dari dahulu hingga

sekarang.

Beberapa unsur budaya Indonesia digunakan sebagai diksi dalam

peribahasa, seperti berbagai peralatan rumah tangga, peralatan pertanian,

alat transportasi, tradisi dan tata nilai kemasyarakatan, dan lain

sebagainya.

Fenomena alam, hewan, tumbuhan, dan budaya yang dijadikan

sebagai diksi dalam peribahasa, pada hakikatnya satu sama lain memiliki

Page 189: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

189

korelasi yang kuat dan terkait dengan kondisi geografis Indonesia, sebagai

wilayah yang beriklim tropis, agraris, dan maritim. Hal ini juga erat

kaitannya dengan profesi mayoritas masyarakat Indonesia sebagai petani

dan nelayan.

Dari pembahasan di atas, tampak ada beberapa persamaan dan

perbedaan karakter diksi dalam amtsal dan peribahasa. Persamaan dan

perbedaan ini tampak pada tataran lafaz dan makna. Pertama, amtsal

banyak menggunakan nama-nama orang sebagai simbol atau kiasan,

sedangkan dalam peribahasa Indonesia tidak digunakan. Kedua, meskipun

diksi binatang dan tumbuhan sama-sama digunakan di kedua peribahasa,

namun ada beberapa binatang yang menjadi ciri khas masing-masing

yang tidak digunakan dalam peribahasa lainnya. Unta dan burung unta

adalah binatang yang menjadi karakter khusus amtsal, sedangkan ayam

dan ikan menjadi karakter khusus peribahasa Indonesia. Begitu pula

halnya dengan diksi tumbuhan, amtsal didominasi oleh kata kurma (tamr),

sedangkan padi menjadi ciri khas peribahasa Indonesia. Perbedaan ini

lebih disebabkan kondisi geografis yang berbeda antara satu negara

dengan lainnya. Ketiga, pada fenomena alam, penggunaan diksi benda-

benda langit sangat mendominasi amtsal, hal ini terkait erat dengan sistem

kepercayaan masyarakat Arab saat itu, namun peribahasa Indonesia lebih

didominasi oleh unsur-unsur yang bersifat agraris dan maritim, seperti

air, hujan dan laut. Keempat, unsur-unsur budaya yang digunakan dalam

diksi masing-masing peribahasa berbeda antara satu dengan yang

lainnya.

Perbedaan dalam pemilihan kata atau diksi ini terjadi karena

dipengaruhi oleh unsur-unsur ekstrinsik yang ada di sekitarnya, seperti

sejarah, alam, geografi, dan budaya yang juga berbeda antara satu dengan

yang lainnya.

Page 190: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

190

Pada tataran makna, ditemukan banyak peribahasa yang di

dalamnya menyampaikan pesan moral yang sama meskipun dengan

redaksi bahasa yang berbeda sebagai akibat perbedaan unsur-unsur

intrinsik dan ekstrinsik yang mempengaruhi masing-masing peribahasa.

Masing-masing peribahasa pada dasarnya memiliki karakter

tersendiri, meskipun jenis diksi yang digunakan adalah sama. Masing-

masing peribahasa berdiri di atas egonya masing-masing sesuai dengan

unsur-unsur ekstrinsik yang mempengaruhinya. Akan tetapi dari

beberapa fakta yang ada, peribahasa Indonesia dalam beberapa hal

dipengaruhi oleh peribahasa Arab jenis hikmah (al-amtsâl al-hikmiyyah)

yang dalam bahasa Indonesia dikenal dengan istilah kata-kata bijak atau

kata-kata mutiara. Jenis amtsal ini diperkirakan masuk ke dalam tradisi

masyarakat Indonesia bersamaan dengan masuknya ideologi Islam ke

Indonesia.

Wallahu a‘lam bi shawab

Page 191: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

191

DAFTAR PUSTAKA

Abd al-Qahir al-Jurjani, Asrar al-Balaghah fi ‗ilm al-Bayan (Beirut: Dar al-

Kutub al-ilmiyah, 1998)

„Abdul Wahhab, & „Abdul Lathif, Muhammad, Mausǔ‘ah al-Amtsâl al-

Qurâniyah, juz 1-2, Kairo : Maktabah al-Adab, 1993.

„Abul Halim Muhammad, Shadiq, al-Syi‘r fi maukib al-Da‘wah, ttp, tt.

Ahmad Jam‟ah, Muhammad Kamil, al-Uslûb, Kairo : Maktabah al-Qâhirah

al-Hadîtsah, 1963.

Allen, Roger, An Introduction to Arabic Literature, London: Cambridge

Univercity Press, Australia, 2000.

„Atiq, „Abd al-„Aziz, Ilmu ‗Arud wa al- Qâfiyah, Beirut: Dâr al-Nahdah al-

„Arabiyyah, tt.

„Atiq, „Abd al-„Aziz, Ilm al- Bayân, Beirut: Dâr al- Nahdah al- Arabiyyah, tt.

„Ayyâd, Muhammad Syukri, Madkhal ilâ ‗ Ilm al- Uslǔb, Kairo : Dar al

„Ulŭm, tt

Buana, Cahya, Pengaruh Sastraa Arab Terhadap Sastra Indonesia Lama dalam

Syair-syair Hamzah Fansuri, (Yogyakarta: Mocopat, 2007)

Darmansyah dkk., Ilmu Sosial Dasar, (Surabaya: usaha Nasional, 1986)

Dewan Redaksi, Ensiklopedi Sastra Indonesia, (Bandung: Titian Ilmu, 2004),

Endaswara, Suwardi, Metodologi penelitian Sastera: Epistimologi, Model, Teori

dan Aplikasi, Pustaka Widiyatama, 2003.

Endraswara, Suwardi , Metode Penelitian Sastra, Yogyakarta: Pustaka

Widyatama, 2004

al-Hasan ibn Bisyr ibn Yahya al-Amadi al-Bashri, Abi al-Qasim , al-

Muwazanah baina Abi Tamam wa Abi ‗Ubadah, (Beirut: Maktabah

„Ilmiyyah, tth).

Page 192: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

192

Hâsyimy, al- Sayyid , al-Jawâhir al- Balâghah, Beirut: Dâr al- Fikr, 1414 H.

Al-Hâwy, Ǐ liya , fann al- Wasfy, Beirut: Dâr al-Kitab al- Libnany – Dâr al-

Kitab al Misry, tt.

Hamid, Ismail, Arabic and Islamic Literary Tradition, (Kuala Lumpur: Utusan

Publications & Distributors SDN. BHD, 1982)

Hitti., Philip K. History of The Arabs (terjemah), (Jakarta: Serambi, 2006)

Husin, S. Jaafar, Pengantar Kesusasteraan Bandingan, Kuala Lumpur:

Percetakan Dewan Bahasa dan Pustaka, 1994

Muhammad Ghanaimi Hilal, Al-Adab al-Muqaran, (Kairo: Mukhaimar, tth)

Ibn Manzûr, Jamal al-Dîn Muhammad, Lisân al-‗Arab, Beirut, Dâr al-Fikr,

1990.

Ibrahim „Ali abu al-Khasyab & Muhammad Abdul Mun‟im Khafaji,

Turatsuna al-Adabi, Kairo: Dar al-Thaba‟ah al-Muhammadiyah, tth

Al-Iskandary, Ahmad, dan Mustafa „Inany, al- Wasît fi al- Adab al-‗Araby

wa Târîkhuhu, Mesir, Dâr al- Ma‟ârif,tt.

J.S. Badudu, Kamus Peribahasa, memahami arti dan kiasan peribahasa, pepatah,

dan ungkapan, Jakarta: Kompas, 2008

Jarim,„Ali dan Mustafa Amin, al Balâghah al- Wâdihah, Mesir: Dâr al-

Ma‟ârif, 1377 H.

Kathleen Morner & Raplh Rausch, NTC,S Dictionary of Literary Terms,

United States of America: NTC, 1998

Kamil, Sukron, Teori Kritik Sastra Arab: Klasik dan Modern, (Jakarta:

Rajawali Pers, 2009),

Al Khasyâb, Ibrahim „Ali Abu dan Muhammad Abd al Mun‟im al-

Khafâjî, Turâtsuna al-Adaby, Suwar min Warâih wa Malâmih, Kairo, Dâr

al-Tibâ‟ah al- Muhammadiyah, tt.

K St.Pamuncak, Nursutan Iskandar, Amanda Madjoindo, Buku Peribahasa,

Penerbit Balai Pustaka.

Page 193: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

193

Keraf, Goris, Diksi dan Gaya Bahasa, Jakarta, PT.Gramedia Pustaka Utama,

1991.

Koleksi Peribahasa dan Pantun Indonesia, Redaksi Indonesia Cerdas,

Yogyakarta, 2009.

Leech, Geoffrey, Style in Fiction, London, Longman, 1981.

Muh. Abdai Rathomy, Peribahasa Arab, pt Alma‟arif penerbitpercetakan

offset, 1982, cetakan 1.

Al-Munjid fi al-Lughah wa al-A‘lam, Beirut, Dâr al-Masyriq, 1986, cet

XXVIII.

Munawwir, Ahmad Warson, Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia,

(Surabaya: Pustaka progressif, 1997)

Muslim, Fauzan, Cerita Rakyat dari Negara-negara Arab, Gramedia

Al-Nadwi, Shalahuddin, Mukhtarat min al-Adab al-Muqaran, Program Pasca

Sarjana IAIN, 1997

Nicholson, A, A Literary History of the Arabs, Cambridge; London.

Nurgiyantoro, Burhan, Teori Pengkajian fiksi, (Yogyakarta : Gadjah Mada

University press, Cet Ke-8 2010

P. Van tieghem, al-Adab al-Muqaran /La Litterature Compere, Beirut: dar al-

Fikr al-Arabi, tt

Qalyubi Syihabudin, Stilistika al-Qur‘an, Pengantar Orientasi Studi al-

Qur‘an, Yogyakarta, Titian Ilahi Press, 1997.

Al Quran al Karim, terjemahan Departemen Agama

Al-Râfi‟i, Musthafa Shadiq, Târikh al-Adab al-‗Arabi, Beirut: Dâr al-Kitab al-

„Arabi, 1984.

Raharjo, Mujia, Dasar-dasar Hermeneutika: Antara intensionalisme &

Gadamerian, yogyakarta, Mudjia Raharjo, 2008.

Rais, Putera, Panduan super Lengkap, Majaz, EYD, Peribahasa, Yogyakarta:

Buku Pintar, cet 1, 2012

Page 194: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

194

Rasyad, Ahmad, Diwan Hatim al-Tha‘i, Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah,

1986

Rathomy, Muh. Abdai, Peribahasa Bahasa Arab, (tp: al-Ma‟arif, 1982)

Rane Wellek & Austin Warren (terjemah Melani Budianta), Teori

Kesusastraan, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1995

Sarwono Pusposaputro, Kamus Peribahasa, Gramedia Pustaka Utama,

Jakarta, cet.ke-9, 2010.

Subhani, Ja‟far, Wisata al-Quran tafsir ayat-ayat metafora, terj Amtsal fi

alQuran, Jakarta, al-Huda: 2007, cet pertama

Al-Sayyid al-„Iraqi, al-Adab al-Muqaran: Manhajan wa tatbiqan, Kairo: Dar

al-Fikr al-„Arabi, tth.

Al-Syâyib, Ahmad, al-Uslŭb, Dirâsah Tahlîliyah li al-Usǔl al- Asâlib al-

Adabiyah, Kairo, Maktabah al-Nahdah al-Misriyah, 1939.

Al-Syâyib, Ahmad, Ushǔl al- Naqd al- ‗Adaby, Kairo, Dâr al- Fikr, 1956.

Sayyid Syaqir, Mahmud, Alwan minal Amtsal al ‗Araby, Kairo, Dar al-fikr,

tt.

Semi, M. Atar, Kritik Sastra, Bandung, Angkasa, 1990.

Sunanto, Musyrifah, Sejarah Peradaban Islam Indonesia, (Jakarta: PT. Raja

Grafindo persada, 2010)

Soekanto, Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali Pers, 1982)

Teuww, A, Sastra dan Ilmu Sastra: Pengantar teori sastra, Jakarta, Pustaka

Jaya, 1984.

Tim Agogos, Buku pintar Peribahasa Indonesia, Jakarta:New Agogos, cet 1,

2012

Tim Generasi cerdas, 3000 Peribahasa dan Pantun paling populer, Jakarta:

Generasi cerdas, cet 2, 2010

Tim penyusun, Ensiklopedi sastra Indonesia, Bandung: Titian Ilmu, 2004

Page 195: PENGARUH UNSUR-UNSUR EKSTRINSIK TERHADAP DIKSI … · Peribahasa pada dasarnya adalah fenomena bahasa yang bersifat universal dan mengandung makna-makna universal dan hampir tiap

195

Tim Penyusun, Ensiklopedi Tematis Dunia Islam: Akar dan Awal, ((Jakarta: PT

Ichtiar Baru Van Hoeve, 2002),

Tim penyusun, Muatan Lokal Ensiklopedi Geografi Indonesia, (Jakarta: PT.

Lentera Abadi, 2006)

Tim, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), edisi IV, 2008

Tujiman, Panuti, Kamus istilah sastra, Jakarta, UI Press, 1990

Al-Tunji, Muhammad, al-Mu‘jam al-Mufashal fi al-Adab al-‗Arabi, (Beirut: Dar al-

Kutub al-„Ilmiyyah, 1993M/1413 H)

Waluyo, Herman J., Teori dan apresiasi puisi, Jakarta, Erlangga, 1987.

Wellek, Rene & Austin Warren, Theory of Literature, New york: Harcourt

Brace & word, Inc, 1956. terj. Melani Budianta, Teori Kesusastraan,

Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama, 1993.

Wardani, Yani‟ah, Syair-syair estetika Ibn al Qayyim al Jauziyyah, deskripsi

tentang dunia, hati & surga, Jakarta: Lembaga Penelitian Lemlit UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009.

Wargadinata, Wildana, H. Lc, M.Ag, Laily Fitriani, M.Pd, Sastra Arab dan

Lintas budaya, Malang:UIN Malang Press, 2008

Wildan Yatim, Kamus Biologi, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2007)

Ya‟qub, Emil Badi‟, al-Mu‘jam al-Mufashshal fi ‗Ilm al-‗Arudl wa al-Qafiyah

wa Funun al-syi‘r, Beirut: Dar al-Kutub al-„Ilmiyah, 1991 M/1411 H,

Yunus, Mahmud, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: PT . Hidakarya Agung,

1990),

Yusuf, Kadar M, Study al-Quran, (Jakarta: Amzah, 2009)

Zaidan , Abdul Razak, dkk, Kamus Istilah Sastra, (Jakarta: Balai Pustaka,

2007),

Zaydan, Jurji, Târikh Adab al-Lughah al-‗Arabiyah, Beirut, Dâr al-Fikr, 1996,

jilid 1, cet 1.

http://id.wikiquote.org/wiki/Peribahasa_Indonesia.